Tra Koma

27
Tugas Mikrobiologi Farmasi Trakoma – Chlamydia Trachomatis OLEH : ADISTI LENGGOGENI PUTRI (1411011049) Kelas

description

Tra Koma

Transcript of Tra Koma

Page 1: Tra Koma

Tugas Mikrobiologi FarmasiTrakoma – Chlamydia

Trachomatis

OLEH :

ADISTI LENGGOGENI PUTRI(1411011049)

Kelas Fakultas Farmasi

Page 2: Tra Koma

Universitas AndalasTRAKOMA

Trachoma (Yunani Kuno: "mata kasar") adalah penyakit mata menular, dan

penyebab utama kebutaan menular di dunia. Secara global, 84 juta orang

menderita infeksi aktif dan hampir 8 juta orang tunanetra sebagai akibat dari

penyakit ini. Secara global hasil penyakit ini dalam cacat cukup.

Domain: Bacteria

Phylum: Chlamydiae

Class: Chlamydiae

Order: Chlamydiales

Family:

Chlamydiaceae

Genus: Chlamydia

Species: C.

trachomatis 

Penyebab Trakoma

Page 3: Tra Koma

Trachoma disebabkan oleh Chlamydia trachomatis dan menyebar

melalui kontak langsung dengan mata, hidung, dan sekresi tenggorokan dari

individu yang terkena, atau kontak dengan fomites (benda mati), seperti

handuk dan / atau waslap, yang memiliki yang sama kontak dengan sekret.

Lalat juga dapat menjadi rute transmisi mekanis. Tidak diobati, infeksi

trachoma berulang mengakibatkan entropion-bentuk kebutaan permanen

menyakitkan ketika kelopak mata berbalik ke dalam, menyebabkan bulu

mata untuk menggaruk kornea. Anak-anak yang paling rentan terhadap

infeksi karena kecenderungan mereka untuk dengan mudah mendapatkan

kotor, tetapi efek menyilaukan atau gejala yang lebih parah seringkali tidak

dirasakan sampai dewasa.

Membutakan trachoma endemik terjadi di daerah dengan kebersihan

pribadi dan keluarga miskin. Banyak faktor yang tidak langsung terkait

dengan keberadaan trachoma termasuk kekurangan air, tidak adanya

jamban atau toilet, kemiskinan secara umum, lalat, dekat dengan sapi,

berkerumun dan sebagainya. Namun, jalur akhir yang umum tampaknya

kehadiran wajah kotor pada anak-anak yang memfasilitasi pertukaran sering

debit mata terinfeksi dari wajah satu anak yang lain. Transmisi yang paling

trachoma terjadi dalam keluarga.

Tanpa intervensi, trachoma terus keluarga terbelenggu dalam siklus

kemiskinan, sebagai penyakit dan jangka panjang efek diwariskan dari satu

generasi ke generasi berikutnya.

Page 4: Tra Koma

Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit Trachoma

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit

dan persebarannya yang meluas. Beberapa di antaranya adalah:

1.      Kualitas sanitasi dan air

2.      Personal hygiene

3.      Kemiskinan

4.      Kepadatan penduduk

Faktor utama yang mempengaruhi persebaran penyakit adalah

kualitas sanitasi dan personal hygene manusia. Hal ini karena penyakit ini

sebagian besar ditularkan lewat pajanan manusia-manusia atau lewat lalat

sebagai vektor. Seseorang penderita trachoma memiliki peluang sangat

besar dalam menularkan penyakit ini. Ketika ada salah satu bagian

tubuhnya, tisu, atau sapu tangan yang digunakan untuk menyapu matanya

maka pada saat itu juga bakteri berpindah dari sumber (mata penderita) ke

media perantara (tangan, tisu, sapu tangan). Ketika ada orang yang

bersalaman dengan tangan yang telah mengandung bakteri chlamidia

kemudian dia menggunakannya untuk mengucek matanya padahal dia

belum mencuci tangannya maka pada saat itu juga penyakit mulai

menyebar.

Lingkungan yang sanitasinya tidak terjaga memungkinkan lalat untuk

berkembang biak dengan baik. Lalat dapat menjadi vektor trachoma. Lalat

Page 5: Tra Koma

dapat hinggap di mata penderita. Agen yang menempel di tubuh lalat akan

dibawanya ke tempat lain,misalnya tempat penampungan air, tangan orang

yang sehat, atau bahkan langsung hinggap di mata orang yang sehat. Agen

kemudian tersentuh oleh tangan orang sehat. Jika orang tersebut personal

hygienenya kurang terjaga maka ia akan menggunakan tangannya yang

tadinya dihinggapi lalat dan mengucek matanya. Pada saat itu agen mulai

tersebar di orang yang baru. Hal yang sama akan terjadi lewat tisu atau

saputangan yang terpajan, air, dan sebagainya.

Klasifikasi

Masa inkubasi rata – rata 7 hari ( berkisar antara 5 sampai 14 hari )

dan berawal sebagai kemerahan pada mata, yang jika tidak diobati bisa

menjadi penyakti kronis dan menyebabkan pembentukan jaringan parut.

·         Gejala Subyektif

Secara subyektif trakoma dibagi menjadi dua yaitu fase akut dan fase

kronis, tetapi tanda akut dan kronis dapat muncul dalam waktu yang

bersamaan dalam satu individu. Gejala nya yaitu : Fotofobia, mata gatal dan

mata berair

·         Gejala Objektif Penyakit ini terbagi menjadi 4 stadium

Page 6: Tra Koma

Stadium I : Stadium insipien atau permulaan, ditandai dengan adanya folikel

di konjungtiva tarsal superior. Pada kornea di daerah limbus superior ada

keratitis pungtata epitel dan subepitel. Ada titik – titik hijau pada defek

kornea yang menandakan ada kelainan pada kornea kita.

Stadium II : Stadium established atau nyata, ada folikel – folikel di

konjungtiva tarsal superior dan beberapa folikel sudah matur berwarna lebih

abu – abu. Selain itu, pada kornea ada keratitis superficial dan

neovaskularisasi, yaitu pembuluh darah baru yang berjalan dari limbus

kearah kornea bagian atas. Susunan keduanya biasa disebut pannus.

Stadium III : Stadium parut. Pada stadium ini mulai terbentuk sikatrik pada

folikel konjungtiva tarsal superior yang ditandai dengan garis putih halus.

Pannus di kornea lebih terlihat nyata. Di stadium ini juga akan terlihat

trikiasis sebagai penyulit.

Stadium IV : Stadium trakoma sembuh (healed). Folikel di konjungtiva tarsal

superior tidak ditemukan lagi di stadium ini, yang ada hanya sikatrik. Pannus

pun juga tidak aktif lagi. Dapat dijumpai komplikasi berupa entropion

sikatrisial, yaitu tepi kelopak mata atas melengkung ke dalam yang

disebabkan oleh sikatrik pada tarsus. Pada entropion, deretan bulu mata ikut

melengkung ke dalam ( trikiasis) dan menggosok bola mata. Terjadi ulkus

kornea karena bulu mata yang mengakibatkan kerusakan pada kornea.

Apabila tidak diobati, ulkus kornea dapat menjadi lebih dalam dan terjadi

perforasi kornea. Terbentuk Herbert Peripheral Pits di folikel pada limbus

yang mengalami sikatrisasi. 

Page 7: Tra Koma

·         Gejala Obyektif menurut WHO

1. Trakoma Folikular (TF)

Trakoma dengan adanya 5 atau lebih folikel dengan diameter 0,5 mm

didaerah sentral konjungtiva tarsal superior. Bentuk ini umumnya

ditemukan pada anak-anak, dengan prevalensipuncak pada 3-5 tahun.

2. Trakoma Inflamasi berat (TI)

Ditandai konjungtiva tarsal superior yang menebal dan pertumbuhan

vaskular tarsal. Papil terlihat dengan pemeriksaan slit lamp.  

Page 8: Tra Koma

3. Sikatrik  Trakoma (TS)

Ditandai dengan adanya sikatrik yang mudah terlihat pada

konjungtivatarsal. Memiliki resiko trikiasis ke depannya, semakin

banyak sikatrik semakinbesar resiko terjadinya trikiasis

           

4. Trikiasis  (TT)

Ditandai dengan adanya bulu mata yang mengarah ke bola mata.

Potensial untuk menyebabkan opasitas kornea.

  

Page 9: Tra Koma

5. Opasitas Kornea (CO)

Ditandai dengan kekeruhan kornea yang terlihat di atas pupil.

Kekeruhan kornea menandakan prevalensi gangguan visus atau

kebutaan akibat trakoma.

   Selain itu, ada juga pendapat dari Mac Callan tentang gambaran klinik

trakoma ini yaitu sebagai berikut :

Klasifikasi dan Stratifikasi Trakoma menurut Mac Callan

Stadium Nama Gejala

Stadium I Trakoma Insipien Folikel Matur, hipertrofi

papilar minimal

Stadium II Trakoma Folikel matur pada

dataran tarsal atas

Stadium IIA Dengan hipertrofi

folikular yang menonjol

Keratitis, Folikel limbal

Page 10: Tra Koma

Stadium IIB Dengan hipertrofi

papilar yang menonjol

Aktivitas kuat dengan

folikel matur tertimbun

di bawah hipertrofi

papilar yang hebat

Stadium III Trakoma memarut

(sikatrik)

Parut pada konjungtiva

tarsal atas, permulaan

trikiasis, entropion

Stadium IV Trakoma sembuh Tak aktif, tak ada

hipertrofi papilar atau

folikular, parut dqalam

bermacam derajat

variasi 

Epidemiologi Penyakit Trakoma

Trachoma adalah penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kebutaan

bagi penderitanya. Penyakit ini disebabkan oleh tersebarnya bakteri

Chlamydia trachomatis di tempat-tempat yang kualitas sanitasinya buruk

dan kualitas air yang tidak adekuat. Bakteri-bakteri ini kemudian tersentuh

oleh tangan manusia, menempel di tubuh lalat, atau tempat-tempat lain

yang nantinya mengontaminasi mata orang yang sehat. Infeksi oleh bakteri

ini dapat menyebabkan munculnya jaringan parut  pada kornea mata. Pada

Page 11: Tra Koma

awalnya, terbentuk reaksi  infeksi inflamasi pada bagian kelopak atas. Reaksi

inilama-kelamaan membuat kelopak mata mengerut dan menyempit.

Kelopak yang membentuk jaringan parut ini lama-kelamaan semakin ke

dalam hingga pada akhirnya menutupi kornea. Ketika kornea tertutupi

jaringan parut maka si penderita mulai mengalami kebutaan. Dalam setiap

kedipan mata, bulu mata akan menggaruk kornea dan membuat penderita

menderita. Kondisi ini disebut trichiasis. Chlamydia trachomatis adalah

bakteri intraseluler yang hanya bisa berpoliferasi di dalam sel host

eukariotik. Di luar sel inang, C. trachomatis membentuk badan elementer

berupa spora analogus. Ketika spora ini berada dalam sel inang, badan

elementernya (BE) akan berubah/berdiferensiasi menjadi badan retikulat

(BR), yaitu bentuk non infeksius dari Chlamydia. Setelah beberapa saat

berada di dalam sel, BR akan mengalami replikasibinary fusion dan kembali

ke bentuk BE. Biasanya EB akan menempati sebagian besar sitoplasma di

dalam sel.

EB kemudian membuat sel-sel inang mengalami lisis. Sel asli yang hancur

diganti dengan jaringan parut oleh mekanisme alami dalam tubuh manusia.

Reservoir penyakit ini adalah manusia. Cara penularanmelalui kontak

langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang terkena infeksi atau

dari discharges nasofaring melalui jari atau kontak tidak langsung dengan

benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian dan benda-benda lain

yang dicemari discharge nasofaring dari penderita. Lalat, terutama Musca

Page 12: Tra Koma

sorbens di Afrika dan Timur Tengah dan spesies jenis Hippelates di Amerika

bagian selatan, ikut berperan pada penyebaran penyakit.

Pada anak-anak yang menderita trachoma aktif, chlamydia dapat

ditemukan dari nasofaring dan rektum. Akan tetapi, di daerah endemis untuk

serovarian dari trachoma tidak ditemukan reservoir genital. Masa inkubasi 5

sampai dengan 12 hari. Masa penularan berlangsung selama masih ada lesi

aktif di konjungtiva dan kelenjar-kelenjar adneksa maka selama itu

penularan dapat berlangsung bertahun-tahun. Konsentrasi organisme dalam

jaringan berkurang banyak dengan terbentuknya jaringan parut, tetapi

jumlahnya akan meningkat kembali dengan reaktivasi dari penyakit dan

terbentuknya discharge kembali. Penderita tidak menular lagi 1-3 hari

setelah diberi pengobatan dengan antibiotika sebelum terjadinya perbaikan

gejala klinis.

Gambar Trakoma

Page 13: Tra Koma

Gejala Trakoma

Bakteri ini memiliki masa inkubasi dari 5 sampai 12 hari setelah

seseorang mengalami gejala konjungtivitis atau iritasi mirip dengan “mata

merah muda.” Endemik kebutaan trakoma merupakan hasil dari beberapa

Page 14: Tra Koma

episode reinfeksi yang menghasilkan peradangan terus-menerus pada

konjungtiva. Tanpa reinfeksi, peradangan akan berangsur-angsur mereda.

Peradangan konjunctiva  disebut “trachoma aktif” dan biasanya terlihat pada

anak-anak, terutama anak-anak pra sekolah (dasar). Hal ini ditandai dengan

benjolan putih di permukaan bawah tutup mata atas (conjunctival folikel

atau pusat-pusat germinal limfoid). Non-peradangan dan penebalan tertentu

sering dikaitkan dengan papila. Folikel mungkin juga muncul di

persimpangan kornea dan sclera (limbal folikel). Trakoma aktif akan sering

menjengkelkan dan memiliki cairan berair. Infeksi sekunder bakteri dapat

terjadi dan menyebabkan discharge purulen.

Perubahan-perubahan struktural trakoma disebut sebagai “cicatricial

trakoma”. Ini termasuk jaringan parut di tutup mata (konjungtiva tarsal)

yang mengarah pada distorsi tutup mata dengan tekuk dari tutup (Tarsus)

sehingga muncul bulu mata gosok pada mata (trichiasis). Bulu mata ini akan

mengakibatkan kekeruhan kornea dan bekas luka dan kemudian mengarah

ke kebutaan. Bekas luka linear hadir dalam sulkus subtarsalis disebut ‘garis

Arlt’s’. Selain itu, pembuluh darah dan jaringan parut dapat menyerang

bagian atas kornea (pannus).

Lebih lanjut gejala termasuk:

1. Keluarnya cairan kotor dari mata – bukan air mata (emisi atau sekresi cairan

yang mengandung lendir dan nanah dari mata)

2. Pembengkakan kelopak mata

3. Trichiasis (berbalik-nya bulu mata)

Page 15: Tra Koma

4. Pembengkakan kelenjar getah bening di depan telinga

5. Munculnya garis parutan pada kornea

6. Komplikasi pada telinga, hidung dan tenggorokan.

Komplikasi utama atau yang paling penting adalah ulkus (luka/iritasi) pada

kornea karena infeksi bakteri.

Mekanisme Infeksi

Melalui kontak langsung dengan discharge yang keluar dari mata yang

terkena infeksi atau dari discharges nasofaring melalui jari atau kontak tidak

langsung dengan benda yang terkontaminasi, seperti handuk, pakaian dan

benda-benda lain yang dicemari discharge nasofaring dari penderita. Lalat,

terutama Musca sorbens di Afrika dan Timur Tengah dan spesies jenis

Hippelates di Amerika bagian selatan, ikut berperan pada penyebaran

penyakit. Pada anak-anak yang menderita trachoma aktif, chlamydia dapat

ditemukan dari nasofaring dan rektum. Namun didaerah endemis untuk

serovarian dari trachoma tidak ditemukan reservoir genital.

Pemeriksaan

Pemeriksaan yang dilakukan pertama kali yaitu menemukan tanda dan

gejala dari trakoma. Untuk mengetahui adanya infeksi trakoma, dapat

ditentukan jika sedikitnya dua dari empat gejala ini terpenuhi:

Page 16: Tra Koma

o Terdapat lima atau lebih folikel pada tarsal konjungtiva superior

o Pembentukan jaringan parut pada tarsal konjungtiva superior

o Terdapat keratitis epitel pada limbus superioe

o Adanya pannus

Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menemukan C trachomatis.

Pemeriksaan tersebut yaitu:

o Sitologi konjungtiva, yang dilakukan dengan pewarnaan Giemsa.

Pemeriksaan ini dapat ditemukan adanya sel plasma, sel PMN, dan sel

multinukleat raksasa (sel Leber)

o Deteksi badan inklusi, yang dapat dilakukan dengan pewarnaan Giemsa,

pewarnaan iodin, atau imunofluoresens.

o ELISA, untuk mendeteksi adanya antigen klamidia.

o PCR

o Isolasi bakteri patogen

o Serotyping yang dilakukan dengan mendeteksi antibodi spesifik dengan

metode mikroimunofluoresens.

Cara Pencegahan

Meskipun trakoma dihapuskan dari banyak negara maju dalam abad

terakhir, penyakit ini bertahan di banyak bagian dunia berkembang

Page 17: Tra Koma

khususnya di masyarakat tanpa akses yang memadai terhadap air dan

sanitasi. Dalam banyak masyarakat ini, wanita tiga kali lebih besar daripada

laki-laki akan dibutakan oleh penyakit ini,karena peran mereka sebagai

pengasuh dalam keluarga.

Tanpa intervensi, trakoma keluarga tetap bertahan dalam lingkaran

kemiskinan, karena penyakit dan efek jangka panjang diwariskan dari satu

generasi ke generasi berikutnya.

Pencegahan yang penting meliputi:

Pembedahan: Bagi individu dengan trichiasis (berbaliknya arah lengkungan

bulu mata ke arah dalam), sebuah prosedur rotasi bilamellar tarsal

dibenarkan untuk mengarahkan bulu mata menjauh dari bola mata.

Terapi antibiotik: Pedoman WHO merekomendasikan jika terjadi endemik

massa (sekitar 10 % dari populasi suatu daerah) maka

perawatan/pengobatan dengan antibiotik tahunan harus terus dilakukan

sampai prevalensi turun di bawah lima persen. Jika prevalensi lebih rendah

dari itu maka pengobatan antibiotik harus berbasiskan keluarga.

Pilihan antibiotik: oral dosis tunggal 20 mg / kg atau topical tetracycline (satu

persen salep mata dua kali sehari selama enam minggu). Azitromisin lebih

disukai karena digunakan sebagai oral dosis tunggal.

Kebersihan: Anak-anak dengan hidung terlihat terlalu berair, okular

discharge, atau lalat di wajah mereka paling tidak dua kali lebih mungkin

untuk memiliki trakoma aktif dibanding anak-anak dengan wajah yang

Page 18: Tra Koma

bersih. Intensif kesehatan berbasis masyarakat untuk mempromosikan

program pendidikan muka-cuci dapat secara signifikan mengurangi

prevalensi trachoma aktif.

Perbaikan lingkungan: Modifikasi dalam penggunaan air, kontrol lalat,

penggunaan jamban, pendidikan kesehatan dan kedekatan dengan hewan

peliharaan semuanya telah diusulkan untuk mengurangi penularan dari C.

trachomatis. Perubahan-perubahan ini menimbulkan banyak tantangan

untuk pelaksanaannya. Agaknya perubahan lingkungan ini pada akhirnya

berdampak pada penularan infeksi okular melalui wajah kurangnya

kebersihan.

Pengobatan

 Penatalaksanaan trakoma dapat menggunakan antibiotik sistemik, yaitu:

o Tetrasiklin, yang diberikan secara oral dengan dosis 1-1,5 g/hari yang

dibagi empat dan diberikan selama 3-4 minggu. Obat ini tidak boleh

diberikan pada anak berusia di bawah 7 tahun dan ibu hamil.

o Doksisiklin, yang diberikan secara oral dengan dosis 100mg yang

diberikan 2x sehari dan diberikan selama 3 minggu.

o Eritromisin, yang diberikan secara oral dengan dosis 1g/hari dan dibagi

empat dengan diberikan selama 3-4 minggu.

o Azitromisin, yang diberikan secara oral dengan dosis 1g

Page 19: Tra Koma

Selain terapi yang diberikan secara oral, terdapat terapi antibiotik yang

diberikan secara topikal, yaitu sulfonamid, tetrasiklin, eritromisin, dan

rifampisin. Obat topikal ini diberikan empat kali sehari selama 6 minggu.

Dapat juga dilakukan terapi pembedahan untuk memperbaiki bulu mata

yang berbelok ke arah dalam.

Pada tahun 2020, WHO mencanangkan program SAFE (Surgical care,

Antibiotics, Facial cleanliness, Environmental improvement). Di program ini

WHO lebih menekankan pengobatan melaui terapi dua antibiotik yaitu

azitromisin oraldan salep mata tetrasiklin.

·         Azitromisin

Antibiotik ini merupakan drug of choice karena mudah diberikan

dengan s ingledose dan pemberiannya dapat langsung dipantau. Azitromisin

juga memiliki efikasi yang tinggi dan kejadian efek samping yang rendah. 

Maka dari itu, azitromisin lebih baik dibandingkan dengan tetrasiklin karena

antibiotik ini juga bisa mengobati infeksi digenital, sistem respirasi, dan kulit.

Penggunaaan antibiotik ini dianjurkan pada orang dewasa 1gr per oral sehari

sedangkan anak – anal 20 mg/kgBB per oral sehari.

·         Salep mata tertrasiklin

Page 20: Tra Koma

Penggunaan yang dianjurkan yaitu 3 sampai 4 kali sehari selama dua

bulan. Salep tetrasiklin 1% : mencegah sintesis bakteri protein dengan

bindingdengan unit ribosom 30S dan 50S.

·         Apabila terdapat trikiasis, bulu mata harus dicabut agar tidak merusak

kornea. 

Nama Penyakit : Trakoma

Nama Obat : Enkacetyn Salep mata

Zat Aktif : Kloramfenikol 10 mg/g

Indikasi : infeksi pada mata seperti trakoma,blefaritis, keratitis,konjungtivis

KontraIndikasi : Penderita sensitive terhadap kloramfenikol

Efek Samping : Kadang timbul reaksi hipersensitif, rasa terbakar, gatal,keme

rahan,ruam kulit

Dosis : sehari 3-4x oleskan pada mata yang sakit

Sumber : ISO

Cara Penanggulangan

Di daerah yang hiperendemis, pemberian pengobatan massal sangat

berhasil dalam menurunkan prevalensi dan beratnya penyakit. Hal ini akan

berhasil jika dilakukan bersama sama dengan penyuluhan tentang

Page 21: Tra Koma

kebersihan perorangan, dan perbaikan sanitasi lingkungan terutama

penyediaan fasilitas air bersih dalam jumlah yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Hoang-Xuan, Thanh. 2001. Inflammatory Diseases of the Conjunctiva.

Georg Thieme Verlag: USA

Kayser, F.H. 2005. Medical Microbiology. Georg Thieme Verlag:

Germany

Krieglstein, G.K, R.N. Weinreb. 2010. Cornea and External Eye

Diseases. Springer: Germany

Kumar, Surinder. 2012. Textbook of Mycrobiology. Jaypee Brothers

Medical Pulishers: England

Page 22: Tra Koma