TRANSFORMASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50128/1/zam-zam - SPS.pdffonologi,...
Transcript of TRANSFORMASIrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/50128/1/zam-zam - SPS.pdffonologi,...
TRANSFORMASI IDEOLOGI DAN BAHASA
(Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb)
Zamzam Nurhuda
TRANSFORMASI IDEOLOGI DAN BAHASA : Studi Kompetensi dan
Performansi Sayyid Qutb Penulis : Zamzam Nurhuda Editor : Zahrul Athriah Desain Sampul : Numay Layout : Imam Zafu
ISBN: 978-602-6902-83-2
Penerbit Cinta Buku Media
Redaksi: Alamat : Jl. Musyawarah, Komplek Pratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan Hotline CBMedia 0858 1413 1928 e_mail: [email protected] Cetakan: Ke-1 Maret 2017 All rights reserverd Hak cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit.
iii
Kata Pengantar
Penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya
kepada Allah SWT yang telah memberikan jalan atas penulisan
disertasi ini. Dengan Rahmat dan Inayah-Nya lah disertasi ini dapat
diselesaikan. Juga kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa penerangan bagi umat, sehingga Islam telah sampai
kepada umat sebagai pembawa kabar gembira.
Penulis juga menyampaikan banyak rasa terimaksih kepada
segenap pimpinan dan civitas Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta:
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA (Rektor); Prof. Dr. Masykuri Abdullah
(Direktur); Prof. Dr. Didin Saefudin, MA (Ketua Program Doktor);
dan Dr. JM Muslimin, MA (Ketua Program Magister); yang telah
memberikan banyak bimbingan kepada penulis baik secara kognitif,
afektif dan psikomotorik dalam dunia akademik.
Penulis juga sampaikan terimakasih kepada dosen-dosen
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Prof. Dr.
AzyumardiAzra, MA; Prof. Dr. Suwito, MA; Prof. Dr. Ahmad Thib
Raya MA; Prof. Dr. Syukron Kamil, MA; Dr. Yusuf Rahman, MA;
Prof. Dr. Abudinata, MA; Prof. Dr. Yunan Yusuf, MA; Prof. Dr.
Abudinn Nata, MA; Dr. Fuad Jabali, MA; Dr. Muhbib Abdul
Wahab, MA; Dr. Ahmad Dardiri, MA; Prof, Dr. Bambang Pranowo,
MA; Prof. Dr. Yunasril Ali, MA serta segenap dosen SPs UIN
Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, sehingga
penulis mendapatkan banyak menerima keilmuan tertentu, baik
dalam matakuliah maupun dalam penulisan makalah-makalah
(Tugas Akhir Semester) dan penulisan disertasi ini. Khususnya
kepada Prof. Dr. Suwito, MA dan Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA;
selaku dosen pembimbing yang sangat membantu dan telah
memberikan banyak saran, sehingga disertasi ini dapat diselesaikan.
Rasa terimakasih juga penulis sampaikan kepada segenap karyawan
SPs UIN Jakarta kang Arif Mahmudi, kang Adam Mahesa, bu Imah,
Ba Fenny, kang Rofiq dan yang lainnya yang telah memberikan
banyak bantuan selama penulis studi di SPs UIN Jakarta.
iv
Penulis juga sampaikan rasa terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada keluarga: Bapak Aceng Sohih Bukhari dan Ibu Ade
Mariah (Orang tua) yang telah memberikan banyak dukungan
kepada penulis baik material maupun spiritual (Allahumagfirli >waliwa>liday>a warh}}amhuma> kama>rabaya>ni> s}aghi>ra), kepada Istri
tercinta (Anggi Lestari, Amd. Keb) dan anak tercinta (Tsaqiefah
Qiewamunnajah) yang senantiasa memberikan dukungan dan
sebagai penyemangat penulis dalam menyelesaikan disertasi ini.
Kepada teh Sofa Marwah dan Pak Gayadi, Teh Isnani Arafah dan A
Agus (kakak-kakak) yang telah banyak memberikan motivasi
kepada penulis.
Kepada teman-teman satu perjuangan di Sekolah Pascasarjana
(Dr. Adzan Noer Bakhri, MA.Ek; Dr. Arsyad Abrar, MA.Hum;
Syamsul Arifin, M.Ag), teman-teman diskusi terkait penulisan
ilmiah (Ridwan Effendi, M.Ag; Nur Hamim, M.Ag), rekan-rekan
kerja (Muhammad Wildan, M.A; Djasminar Anwar, BA., Pg., Dipl,
MA), Misbach Priagung Nur salim, M.Pd; Tri Pujiati, M.M.,
M.Hum; Suyatno, M.Pd; Rai Bagus Triyadi, M.Pd; Rerin Maulida,
M.Pd dan rekan-rekan kerja yang lainnya yang tidak bisa disebutkan
satu persatu) dan semua orang yang turut memberikan banyak
pembelajaran hidup bagi penulis.
Semoga disertasi ini banyak memberikan manfaat baik secara
teoretis maupun secara praktis baik bagi kalangan akademisi dan
masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari bahwa tulisan ini
begitu banyak kekurangan “yang salah datang dari penulis, dan yang
benar datang dari Allah SWT”. Waalla>h a‘lam bi al-s}awa>b. Wa al-‘afwminkum.
Ciputat, 17 Desember 2016
Penulis,
Zamzam Nurhuda
v
Abstrak
Kesimpulan disertasi ini menunjukkan bahwa semakin kuat
kompetensi ideologi seseorang, akan semakin berpengaruh terhadap
aktualisasi performansi bahasanya. Kesimpulan ini berbeda dengan
Eric Lennerberg (1969) yang menyatakan bahwa manusia menerima
warisan biologi asli berupa kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa yang khusus untuk manusia dan tidak ada
hubungannya dengan kecerdasan dan pemikiran. Juga didukung oleh
Leonard Bloomfield (1983) dalam aliran behaviorisme (al-Madhhab al-Sulu>ki>). Aliran ini menyatakan bahwa bahasa merupakan suatu
kebiasaan (habit) yang bersifat alamiah. Fenomena alamlah yang
berpengaruh terhadap perkembangan bahasa seseorang. Aliran ini
menolak bentuk pengetahuan atau proses mental dalam bahasa
manusia.
Kesimpulan ini mempertegas pendapat Noam Chomsky
(2002) yang terkenal dengan teori transformasi generatifnya, yang
menyatakan bahwa bahasa terdiri dari kompetensi dan performansi.
Kompetensi merupakan deep structure (bahasa yang masih berada
dalam ide atau pikiran), sedangkan performansi merupakan surface structure (bahasa yang bersifat aplikasi). Dalam proses generatif ini
sebenarnya semantik menciptakan sintaksis-sintaksis yang
berbentuk bunyi. Juga didukung oleh konsep Chomsky dalam aliran
mentalisme (al-Madhhab al-‘Aqla>ni)>. Aliran ini menyatakan adanya
bentuk pengetahuan atau proses mental dalam bahasa manusia.
Selanjutnya juga didukung oleh Andreu Bauzà Sastre (2000), J.
Trevor Morley (2004), Paul Kroskrity (2006), Ruth Wodak (2007),
A Jacqueline H. E. Messing (2009), yang menyatakan terkait
pentingnya mengenal bahasa dalam dimensi ideologis yang
bertujuan untuk kegiatan pembaharuan dan pengambangan bahasa.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode padan intralingual dan padan ekstralingual.
Penelitin ini menggunakan pendekatan psikologi dan linguistik.
Pendekatan psikologi dalam linguistik merupakan bahasa yang
bersifat internal atau bahasa yang berhubungan dengan ide atau
vi
daerah abstrak (bahasa dalam atau bahasa yang tidak diucapkan
hanya dipikirkan saja), daerah abstrak tersebut (ide) menjadi sumber
di mana bahasa itu dapat berwujud dalam bentuk bunyi (fonologi)
dan nyata dalam fenomena kehidupan masyarakat dan budaya.
Selanjutnya, pendekatan linguistik mengkaji bentuk-bentuk atau
struktur-struktur bahasa itu sendiri, sehingga muncul klasifikasi
fonologi, sintaksis, dan semantik.
Sumber primer dalam disertasi ini adalah data kebahasaan
yang bersumber dari karya-karya Sayyid Qutb, seperti Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n (1992), Ma‘a>lim fi> al-T{a>riq (1979), Ma‘rakatuna> Ma‘ al-Yahu>d (1993), Lima>dha>’ A’dumu>ni>? (1980) dan al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m (1995). Ada pun objek disertasi ini adalah
fakta kebahasaan dalam tulisan-tulisan karya seorang Sayyid Qutb.
vii
Pedoman Transliterasi
Pedoman transliterasi Arab - Latin yang digunakan dalam
penelitian ini adalah ALA–LC ROMANIZATION TABLES yaitu
sebagai berikut :
T{ Vokal Pendek ط ’ ء
Z{ — A ظ B ب
U — ‘ ع T ت
Gh — I غ Th ث
F Vokal Panjang ف J ج
<a —ا Q ق }H ح
<u —و K ك Kh خ
<i —ي L ل D د
M م Dh ذ
N Diftong ن R ر
Aw — و H ھ Z ز
Ay — ي W و S س
ah;at (bentuk ة Sh ش
sambung) — ي
i>yy (i> pada
akhir kata)
al-(kata ال {S ص
sambung) u>ww (u> pada — و
akhir kata)
Y ي {D ض
viii
Cara penulisan nama orang, tempat, organisasi, dan judul buku
berbahasa selain Arab ditulis sebagaimana adanya, misalnya:
1. Ikhwanul Muslimin tidak ditulis Ikhwa>n al-Muslimi>n;
Nahdatul Ulama tidak ditulis Nahd{a>h al-‘Ulama>’.
2. Komarudin Hidayat tidak ditulis Qamar al-Di>n al-Hida>yah
atau Muhammad Ainin tidak ditulis Muh}ammad ‘Aini>n.
3. Judul buku Paradigma Dakwah Sayyid Quthub tidak ditulis
Paradigma Da‘wah Sayyid Q}ut}b.
ix
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................. iii
Abstrak ........................................................................................ v
Transliterasi ................................................................................. vii
Daftar Isi ...................................................................................... ix
Daftar Gambar ............................................................................. xii
Daftar Singkatan .......................................................................... xiv
BAB I
Pendahuluan ................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................... 16
C. Pembatasan Masalah ......................................................... 17
D. Rumusan Masalah ............................................................. 17
E. Tujuan Penelitian .............................................................. 18
F. Manfaat Penelitian ............................................................ 18
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan .................................. 19
H. Metodologi Penelitian ....................................................... 24
I. Sistematika Pembahasan ................................................... 26
BAB II
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi
Sebagai Performansi Bahasa ....................................................... 31
A. Ideologi sebagai Kompetensi Bahasa (Internal Speech) ... 35
B. Fonologi sebagai Performansi Bahasa (External Speech) . 52
C. Hubungan Internal Speech dan External Speech ............... 58
D. Transformasi Kompetensi (Internal Speech) Terhadap .....
Performansi (External Speech) .......................................... 64
1. Strukturalisme (Ferdinand de Saussure) ............................ 68
2. Strukturalisme Amerika (Leonard Bloomfiled)................. 70
3. Transformalisme (Noam Chomsky) .................................. 72
x
BAB III
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial .............. 81
A. Riwayat Hidup Sayyid Qutb .............................................. 81
B. Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial Sayyid Qutb .... 86
1. Masa Kecil ......................................................................... 87
2. Masa Remaja ..................................................................... 89
3. Masa Di Amerika ............................................................... 92
4. Masa Di Ikhwanul Muslimin ............................................. 94
5. Masa Di Penjara ................................................................. 96
C. Karya-karya Sayyid Qutb ................................................. 97
BAB IV
Kompetensi Ideologi Seorang Sayyid Qutb ............................... 101
A. Kompetensi Sebagai Komprehensi Bahasa Sayyid Qutb .. 104
B. Perkembangan Kompetensi Ideologi
Seorang Sayyid Qutb ......................................................... 109
1. Tokoh-tokoh yang Berpengaruh Terhadap
Ideologi Sayyid Qutb ......................................................... 118
2. Tokoh-tokoh yang Dipengaruhi Ideologi Sayyid Qutb .... 141
3. Lembaga yang Dipengaruhi Qurb ..................................... 155
BAB V
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb .................................. 173
A. Performansi Sebagai Produksi Bahasa Sayyid Qutb ......... 179
B. Performansi Bahasa Qutb, Kaitannya
dengan Bentuk Lingual ...................................................... 184
a. Performansi Sayyid Qutb
dalam Bentuk Fonologi dan Morfologi ............................. 188
b. Performansi Sayyid Qutb dalam Bentuk Frasa ................. 223
c. Performansi Sayyid Qutb dalam Bentuk Sintaksis ........... 254
BAB VI
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi
Bahasa Sayyid Qutb ..................................................................... 273
A. Kompetensi Ideologi Sebagai Internalisasi
Bahasa Sayyid Qutb .......................................................... 273
B. Internalisasi Bahasa Sayyid Qutb,
xi
Kaitannya Pemerolehan Bahasa ........................................ 278
1. Sulu>kiy>ah .......................................................................... 278
2. ‘Aqla>niy>ah ......................................................................... 280
C. Performansi Bahasa Sebagai Eksternalisasi
Bahasa Sayyid Qutb ........................................................... 288
D. Eksternalisasi Bahasa Kaitannya dengan Semantik .......... 300
1. al-Jiha>d (H{arakah Difa>‘iy<ah, H{arakah Indifa>‘) ................. 305
2. Niz}a>mal-Isla>m (al-Niz}a>m al-Tasyri>’, Niza>m Fa>sid) ......... 314
3. al-Qiya>dah (Qiya>dah Syar‘iy>ah, Qiya>dah Ja>hiliy>ah) ........ 320
4. H{a>kimiy>ah (al-H{a>kimiy>ah al-‘Ulya>, al-H{a>kimiy>ah al-Basyar) ................................................... 324
5. al-Ja>hiliyah (al-Ja>hiliy>ah al-Hadi>thah, al-Ja>hiliy>ah al-U<la>’) ........................................................... 329
6. al-Da‘wah (Amr bi al-Ma‘ru>f, Nahyi> ‘an al-Munkar) ....... 358
7. al-Ma’rakah (al-H{arb, al-Qita>l, al-Ma‘rakah) .................... 342
8. al-Mujtama‘ (al-Mujtama‘ al-Isla>m, al-Mujtama‘ al-Ja>hiliy>ah) .................................................. 347
9. al-H{izb (H{izb Alla>h, H{izb al-Syait}a>n) .............................. 352
10. al-Istisyha<d (al-Istisyha>d Fi> Sabi>lilla>h) ............................ 357
BAB VII
Penutup .................................................................................... 369
A. Kesimpulan ........................................................................ 369
B. Saran ................................................................................... 371
Daftar Pustaka ............................................................................. 373
Glosari ......................................................................................... 393
Indeks .......................................................................................... 413
Biodata Penulis............................................................................. 423
xii
Daftar Gambar
Gambar 1. Struktur Dalam dan Struktur Luar Bahasa ............... 12
Gambar 2. Satuan Bahasa ........................................................... 46
Gambar 3. Piramida Bahasa ........................................................ 53
Gambar 4. Proses Komunikasi .................................................... 56
Gambar 5. Dimensi Tas}wi>t dan Fikrah ....................................... 63
Gambar 6. Produksi Dan Resepsi ................................................ 64
Gambar 7. Proses Kompetensi dan Performasni ......................... 107
Gambar 8. Tipologi Kompetensi ................................................. 110
Gambar 9. Perkembangan Kompetensi Qutb .............................. 169
Gambar 10. Perbandingan Kompetensi dan Performansi ........... 175
Gambar 11. Perubahan Bentuk Bahasa ........................................ 186
Gambar 12. Internal Speech dan External Speech ...................... 190
Gambar 13. Proses Morfologis .................................................... 195
Gambar 14. Performansi Bahasa dalam Bentuk Fonologi dan
Morfologi Pada Ma’a>lim fi> al-T}ari>q ............................................ 198
Gambar 15. Performansi Bahasa dalam Bentuk Fonologi dan
Morfologi Pada Ma‘rakatuna>’ Ma‘ al-Yahu>d ............................. 203
Gambar 16. Performansi Bahasa dalam Bentuk Fonologi dan
Morfologi Pada al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m .................. 208
Gambar 17. Performansi Bahasa dalam Bentuk Fonologi dan
Morfologi Pada Lima>dha>’ A’dumu>ni> .......................................... 213
Gambar 18. Performansi Bahasa dalam Bentuk Fonologi dan
Morfologi Pada Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qu’ra>n .................................... 219
Gambar 19. Jenis-Jenis Frasa ...................................................... 224
Gambar 20. Performansi Bahasa dalam Bentuk Frasa
Pada karya Ma‘a>lim fi> al-T}ari>q ................................................... 226
Gambar 21. Performansi Bahasa dalam Bentuk Frasa Pada
Ma‘rakatuna>’ Ma‘ al-Yahu>d ....................................................... 233
Gambar 22. Performansi Bahasa Bentuk Frasa
dalam Lima>dha>’ A‘dumu>ni>. ......................................................... 239
Gambar 23. Performansi Bahasa Bentuk Frasa
dalam karya al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah ........................................ 244
Gambar 24. Performansi Bahasa Bentuk Frasa
xiii
dalam karya Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’a>n .......................................... 250
Gambar 25. Performansi Bahasa Bentuk Sintaksis pada karya
Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q ...................................................................... 257
Gambar 26. Performansi Bahasa Bentuk Frasa
dalam Ma’rakatuna>’ Ma‘ al-Yahu>d ............................................ 259
Gambar 27. Performansi Bahasa Bentuk Sintaksis dalam karya
Lima>dha>’ A‘dumu>ni> ..................................................................... 262
Gambar 28. Performansi Bahasa Bentuk Sintaksis
dalam al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah .................................................. 265
Gambar 29. Performansi Bahasa Bentuk Sintaksis
dalam Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’a>n ..................................................... 268
Gambar 30. Sulu>ki> dan ‘Aqla>ni> .................................................... 286
Gambar 31. Hubungan Antara Konsep, Lambang dan Acuan .... 301
Gambar 32. Proses Performansi Bahasa ...................................... 302
Gambar 33. Hubunagn Antara Makna, Bentuk dan Referen ....... 303
Gambar 34. Pembagian Makna ................................................... 304
Gambar 35. Performansi Bahasa Qutb ......................................... 364
xiv
Daftar Singkatan
AS : Amerika Serikat
B1 : Bahasa Ibu
B2 : Bahasa Kedua
CC : Cognitive Competence
CDA : Critical Discourse Analyis
CS : Concept Sounding Age
DDII : Dewan Dakwah Islam Indonesia
FAdj : Frasa Adjektival
Fadv : Frasa Adverbial
FC : Functional Competence
FN : Frasa Numerial
FNV : Frasa non Verbal
FP : Frasa Preposisional
FV : Frasa Nominal
FV : Frasa Verbal
GDK : Gerakan Dakwan Kampus
HMI : Himpunan Mahasiswa Islam
HT : Hijb al-Tah}ri>r
IM : Ikhwanul Muslimin
IRJAH : International Research Journal Of Arts And Humanities
LA : Los Angeles
MC : Meta Cognitive
PERSIS : Persatuan Islam
PF :Penanda Frasa
PICA :Publication in Contemporary Affairs
PKS : Partai Keadilan Sejahtera
SC :Social Competence
SR : Stimulus Respon
USA : United State America
WTC : Word Trade Center
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu fungsi bahasa yang sudah banyak dikenal orang
adalah sebagai alat untuk mengkomunikasikan suatu ide atau
gagasan kepada orang lain. Setiap ide atau gagasan seseorang tidak
akan bisa diketahui oleh orang lain bila tidak dikomunikasikan
dalam bentuk bahasa.1 Bahasa merupakan bentuk kongkrit dari
sebuah ide yang bersifat abstrak. Tidak heran sekarang ini banyak
yang mengkaji secara mendalam kaitan antara bahasa dengan
pikiran, sehingga muncul suatu disiplin ilmu baru dari dua disiplin
ilmu yang saling berintegrasi, yaitu antara ilmu psikologi dan ilmu
bahasa (linguistik). Sekarang integrasi keilmuan tersebut lebih
dikenal dengan istilah psikolinguistik. 2
Menurut seorang linguis dunia Ferdinand de Saussure,
hubungan bahasa dengan penutur tidak lepas dari seorang yang
berbicara dengan perkataan yang dipergunakan masing-masing
bahasa. Hal tersebut juga berhubungan dengan bahasa yang bersifat
alamiah. Menurutnya, kata-kata yang dipergunakan itu terdiri dari
dua sisi yang saling berkaitan, yaitu ide dan maksud yang ada dalam
1 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa Mengungkap Hakikat Bahasa,
Makna, dan Tanda (Bandung: PT Remaja Rosyda Karya, 2009), 30.
2 Saat ini, ada tiga konteks keilmuan populer yang berafiliasi dengan
lingusitik, yaitu antropolinguistik, sosiolinguistik, dan psikolinguistik.
Antropoinguistik membahas hubungan bahasa dengan kebudayaan, sedangkan
sosiolinguistik menghubungkan bahasa dengan masyarakat, dan psikolinguistik
menghubungkan bahasa dengan kondisi kognitif internal seseorang.
2 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
ide tersebut yang diaplikasikan melalui bahasa.3 Sementara itu,
menurut ‘Abd S{abu>r Sya>hin perkembangan pikiran manusia
berhubungan dengan perkembangan bahasanya. Sebab, pikiran
diibaratkan sebagai memori dan bahasa lah yang mengatur masuk
dan keluarnya data dalam memori tersebut. Manusia tidak akan
mampu berpikir dan mencurahkan apa yang dipikirkannya tanpa
melalui fenomena bahasa.4
Apa yang dijelaskan di atas, sangatlah relevan dengan ‘Abdul
Maji>d Sayyid Ah}mad Mans}ur dalam ‘Ilm al-Lughah al-Nafsi>.
Menurutnya, sudah menjadi hal yang musbit bahwa perkembangan
bahasa seseorang berkaitan dengan perkembangan akal atau ide
seseorang. Eksistensi bahasa juga berkaitan dengan berpikir. Bahasa
merupakan alat untuk mencurahkan atau mengekspresikan perasaan
seseorang kepada orang lain. Bahasa lah yang mempermudah dan
membantu kinerja akal.5
Pengetahuan adalah kunci untuk
revitalisasi bahasa. Antara bahasa dengan akal merupakan satu
kesatuan yang saling bersinergi dan tidak dapat terpisahkan.6
Franz Magnis Suseno memperkuat hubungan bahasa dengan
pikiran. Menurutnya, kerancuan dalam berbahasa Indonesia di
kalangan para pejabat akibat dari malas berfikir.7
Pernyataan
tersebut juga selaras dengan Dardowidjodjo, menurutnya
amburadulnya berbahasa sebagai cerminan pola pikir yang
3H{as{a>d al-Qarni, al-Munjiza>t al-‘Alamiy>ah wa al-Insa>niy>ah fi> al-Qarn al-
‘Isyri>n: al-Adab wa al-Naqd wa al-Funu>n (AIRP: 2008), 120.
4 ‘Abd S{abu>r Sya>hin, Fi ‘Ilm al-Lughah al-‘A<<m (Beiru>t: Muassasah al-
Risa>lah, 1984), 94.
5‘Abdul Maji>d Sayyid Ah}mad Mansu>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafsi> (Riya>dh:
Ja>mi‘ah Mulu>k Su‘u>di>, 1982), 102.
6A Jacqueline H. E. Messing, “Ambivalence and Ideology Among Mexicano
Youth in Tlaxcala Mexico”, University of South Florida: Journal of Language, Identity & Education, Taylor and France Group (2009): 361.
7 A. Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan (Bandung: PT
Remaja Rosyda Karya, 2008), 178.
Pendahuluan 3
amburadul. Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa logika atau nalar
tidak ada dalam bahasa, logika terketak pada pemakai bahasa.8
Yang menurut aliran strukturalisme, logika merupakan bahasa yang
termasuk dalam wilayah bahasa dalam (internal speech).9
Menurut Vygotsky, antara internal speech dan external
speech terjadi adanya internalisasi bahasa didasarkan pada adanya
tiga bentuk yang berbeda dari kegiatan berbahasa, yaitu external
speech (bahasa sosial) bahasa egosentris (bahasa pribadi) dan
internal speech (bahasa logika). Vygotsky melihat tiga bentuk
bahasa tersebut sebagai struktur yang berbeda. Bahasa eksternal
menjadi faktor linguistik utama dalam komunikasi. Vygotsky
melihat bahasa egosentris sebagai penghubung antara bahasa
eksternal dengan bahasa internal secara matang. Bahasa sosial
adalah bahasa yang disuarakan dan diintelektualitaskan dari bahasa
logika menuju bahasa sosial.10
Berdasarkan konsep bahasa logika, Russel menjelaskan
kesepadanan antara dunia bahasa dan dunia realitas, atau antara
8 A. Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa Dan Pendidikan, 178. Banyak
pertanyaan muncul tentunya bila kita berbicara tentang bahasa dan pikiran.
Berpotensi banyak pertanyaan tentunya, di antaranya: Apakah kita memakai
pikiran saat kita berbahasa? Dapatkah kita berbahasa tanpa pikiran; atau
sebaliknya, dapatkah kita berpikir tanpa bahasa? Apakah bahasa mempengaruhi
cara kita berpikir? Ataukah cara kita berpikir menentukan bahasa? Lihat Soenjono
Dardjowodjodjo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia ( Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 2008), 282.
9Inner speech adalah fungsi bahasa yang sepenuhnya unik, independen,
khas, dan benar-benar berbeda dari bahasa eksternal. Inner speech adalah pesawat
internal pemikiran yang bersifat verbal dan menengahi hubungan secara dinamis
antara pikiran dan kata. Sedangkan bahasa eksternal adalah proses yang
melibatkan transformasi pemikiran ke dalam kata, yang melibatkan materialisasi
dan objektivitas pemikiran. Lihat Lev Semenovich Vygotskiĭ, The Essential Vygotsky (Springer, 2004), 104.
10Peter E. Jones, “From ‘External Speech’ To ‘Inner Speech’ In Vygotsky:
A Critical Appraisal And Fresh Perspectives, Language & Communication” Communication Studies, Sheffield Hallam University, City Campus, United Kingdom (2009): 169.
4 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
struktur bahasa dan struktur masyarakat. Seluruh pengetahuan akan
dapat dimengerti apabila diungkapkan dalam bentuk bahasa logika.
Oleh karena itu, analisis yang benar, yakni analisis yang didasarkan
pada bahasa logika akan menghasilkan pengetahuan yang benar
tentang realitas dan hakikat sesuatu di dunia.11
Inilah yang menurut
penulis konsep logika atau pikiran sering disebut juga dengan ide.
Oleh karena itu, ketika seseorang atau suatu kelompok tertentu
mengekspersikan idenya dengan gaya bahasa yang bersifat
tendensius, maka sering disebut dengan bahasa ideologi.12
Ideologi dalam bahasa merupakan ide tentang bahasa dalam
suatu lingkungan sosial.13
Interpretasi ideologi terhadap bahasa
merupakan salah satu hal ambigu yang signifikan dalam literatur
humaniora. Mitchell, membahas ambiguitas ini dalam istilah berikut
“pandangan yang masih bersifat ortodoks adalah yang berpandangan
bahwa ideologi merupakan kesadaran palsu, ideologi merupakan
sistem representasi simbolis yang mencerminkan situasi sejarah
dominasi kelas tertentu, yang berfungsi untuk menyembunyikan
karakter historis dan variasi kelas yang bersistem, masih bersifat
abstrak dan universal”.14
Makna lain dari ideologi adalah simbol identitas yang
terstruktur dengan nilai-nilai dan kepentingan yang
menginformasikan setiap representasi yang bersumber dari realitas.
11A. Chaedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan Pendidikan, 52.
12Silverstein dalam Mihyon Jeon, mendefinisikan bahwa “ideologi bahasa”
sebagai set keyakinan tentang bahasa yang diartikulasikan oleh pengguna sebagai
rasionalisasi atau pembenaran struktur yang dirasakan dalam penggunaan
klasifikasi pemikiran seseorang yang diinterpretasikan melalui bahasa. Lihat
Mihyon Jeon, “Korean Heritage Language Maintenance and Language Ideology,” York University: Heritage Language Journal 6, No. 2 (2008): 55.
13John B. Haviland, “Ideologis of language: Some Reflections on Language
and US Law,” American Antropologist Journal 105, No. 4 (2003):764.
14 Renâe Dirven, Language and Ideology (Amsterdam: John Benjamins
Publishing, 2001), 27.
Pendahuluan 5
Dengan makna tersebut timbul pertanyaan “apakah representasi ini
benar adanya dalam realitas?” Dalam formulasi ini, tidak ada hal
yang dapat merepresentasikan posisi di luar ideologi, bahkan yang
paling kritis adalah ideologi harus diakui sebagai salah satu
pemahaman yang menempati beberapa posisi nilai dan kepentingan,
sosialisme (misalnya) adalah merupakan salah satu representasi dari
ideologi kapitalisme.15
Ideologi berarti ilmu tentang ide, selaras dengan Drucker (The
Political Uses of Ideology) dalam Renâe Dirven, Dia menyebut
“koreksi ide tentang masyarakat”. Asal-muasalnya, Larrain
mengatakan, “ideologi merupakan suatu istilah yang memiliki
konotasi positif,” yaitu sebagai ilmu yang ketat dari ide-ide yang
terdapat dalam kepala manusia "ideologi dapat berfungsi sebagai
dasar baru untuk pendidikan politik", Napoleon lah yang
menggunakan konsep ideologi sebagai alat melawan temannya
tersebut, dengan demikian ideologi memberikan konotasi negatif.
Karl Marx menangkap ideologi lebih jauh memberikan karakter
negatif dan kritis.16
Namun, penelitian ini bukan merupakan
pembahasan yang mengkaji ideologi dari perspektif positif atau
negatifnya, melainkan penelitian ini bersifat mengafiliasikan kaitan
antara ideologi dengan bahasa.
Thompson adalah salah satu tokoh linguistik yang mengkaji
secara mendalam kaitan antara ideologi dengan bahasa. Thompson
melihat bahwa ideologi berhubungan dengan bahasa. Selama ini,
ketika berbicara tentang ideologi maka kita membayangkan seperti
mega di langit ketika musim panas, dan kilauan cahaya dan petir di
saat hujan. Namun dengan adanya bahasa, maka ideologi bisa masuk
dalam dunia sosial sebagai ucapan, ekspresi dan kata-kata yang
mengesankan. Di sini, bahasa bukan sekedar struktur yang bisa
15Renâe Dirven, Language and Ideology , 27.
16N.D. Arora, Political Science for Civil Services Main Examination (Tata
McGraw-Hill Education), 296.
6 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dipergunakan sebagai alat komunikasi dan pertunjukkan, tetapi
tepatnya sebagai fenomena sejarah sosial yang melibatkan konflik
manusia.17
Semenjak itu, ideologi masuk dalam diskursus yang
mengandung simbol dan mitos, serta termanifestasikan dalam
bentuk bahasa. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa untuk
menerjemahkan sesuatu hal yang bersifat abstrak, diperlukan
standar terhadap makna yang hadir dalam tanda tersebut. Maka,
bahasa lah yang dapat diartikan sebagai tanda yang memiliki
standar yang fleksibel dan dapat membuka peluang yang cukup luas
untuk diinterpretasikan.18
Ideologi ketika masih dirumuskan dalam tataran ide dalam
bentuk tujuan, maka belum ada problem empirik. Namun ketika
dirumuskan dalam bentuk bahasa yang tujuan akhirnya adalah untuk
mencapai tujuan yang diinginkan dalam kerangka praktis yang
berbenturan dengan bahasa ideologi lain, maka akan memunculkan
konflik berupa pertarungan antar ideologi. Ketika Thompson
melihat bahwa ideologi sebagai pelembagaan dari sesuatu yang riil,
maka ideologi bukan lagi sebagai bayangan tertentu dari dunia
sosial, tetapi dia menjadi bagian dari dunia itu sendiri. Hal inilah
yang dieksplorasi oleh Thompson lewat tulisan Cornelius
Castoriadis dan Claude Lefort. Untuk mempelajari ideologi, John B.
Thompson, mempelajari cara-cara di mana arti (atau signifikansi)
berfungsi untuk mempertahankan hubungan dominasi.19
Ideologi bila dihubungkan dengan linguistik, dibahas dalam
psikolinguistik. Dalam ilmu psikolinguistik dibahas hubungan
antara struktur dalam dan struktur luar bahasa. Dalam disiplin inilah
bagaimana bahasa bisa dipelajari dari suatu yang bersifat abstrak,
17 Ideologi Sosial, Artikel Diakses Pada Tanggal 05 April 2013 dari
http://viagra-bahagia.blogspot.com/2009/10/ideologi-sosial.html
18 Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Positioning Ideologi Politik di Era Demokrasi (Yayasan Obor Indonesia, 2008), 103.
19Terry Eagleton, Ideology: An Introduction (Verso London, 1991), 51-52.
Pendahuluan 7
sehingga menjadi sesuatu yang kongkrit. Disambungkan dengan
ideologi, tentunya sangat berafiliasi. Sebuah ide, tidak akan bisa
dipahami tanpa melalui proses berbahasa. Bahasa merupakan jalur
utama sebuah ide bisa ditransformasikan terhadap fenomena
kehidupan, sehingga ada saling ketergantungan antara bahasa dan
pikiran dalam perkembangan berbahasa.20
Ide setiap orang tentunya berbeda-beda, perbedaan tersebut
tentunya tidak akan diketahui jika tidak direpresentasikan dalam
bentuk yang kongkrit. Keadaan tersebut menyebabkan tidak dapat
diketahuinya masing-masing ide manusia yang biasanya terbagi
kepada radikal, moderat dan fundamental. Atau klasifikasi cerdas,
pintar, kurang pintar dan memiliki gangguan pada alat berfikir
(otak) itu juga salah satunya diketahui oleh bahasa. Hal tersebut
juga berkaitan dengan kepribadian setiap manusia atau kelompok
tertentu. Kepribadian bisa dilihat dari gerak badan dan tingkah laku.
Sedangkan sebuah ide, tidak akan terdeteksi apa itu termasuk
pemikiran yang radikal, moderat, atau fundamental, tanpa
ditransformasikan dalam bentuk bahasa (linguistik).21
20Carol A. Miller, “Developmental Relationships Between Language and
Theory of Mind.” The Pennsylvania State University, University Park American Journal of Speech-Language Pathology 15 ( 2006): 151-152.
21 Para filsuf kontemporer menghubungkan analisis pemikiran yang
berfaedah bagi sebagian kata atau ungkapan-ungkapan dalam bentuk bahasa, di
antaranya: Antara kedua hal tersebut dapat terdapat perbedaan pendapat anatara
ahli bahasa dengan filsuf, menurut ahli bahasa antara kedua istilah tersebut jelas
merupakan dua hal yang berbeda. Sedangkan menurut para filsuf masih
mengusahakan dengan ijtihad. Kalau para ahli bahasa membedakan antara sebuah
perilaku manusia dengan sifat, bahasa dan perbuatannya. Sedangkan para ahli filsuf
berpendapat antara sebuah perilaku, sifat dan bahasanya merupakan suatu kesatuan
yang tidak dapat dibedakan. Ahli filsuf wajib membedakan antara bentuk bahasa
dengan bentuk pemikirannya, sebagaimana contoh terdapat dua jumlah kalimat
yang sama tapi timbul dari dua pemikiran yang berbeda. Atau sebaliknya tertdapat
dua kalimat yang berbeda yang dihasilkan dari dua pemikiran yang sama. Lihat
Mah}mu>d Fahmi> Zaira>ni, Fi> Falsafah al-Lughah (Bairu>t: Da>r al-Nahd}ah al-‘Arabi>,
1985), 25-27.
8 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Dengan bahasa pula (salah satunya), seseorang atau suatu
kelompok tertentu dapat dipahami tingkat bahasa yang masuk
dalam keras, tegas dan tajam dapat dikategorikan berasal dari
sebuah ide dari seseorang yang radikal. Sedangkan bahasa yang
damai penuh dengan toleransi, berasal dari sebuah ide atau
pemikiran yang moderat. Bahasa yang lemah lembut dan penuh
dengan kasih sayang, dideskripsikan dari ide seseorang atau
kelompok yang lemah lembut dan suka akan ketentraman.
Allah SWT Berfirman dalam Q.S al-Rah}ma>n (1-4):
نمسانخلق(2)المق رمآنعلم(1)الرحمن (4)المب يانعلمه (3)الم
“(Tuhan) yang Maha pemurah Yang Telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara”22
Dalam tafsir Jalalain, frasa “pandai berbicara” adalah dapat
berbicara.23
Menurut penulis, ayat tersebut merupakan salah satu
bukti yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah
bahasa. Bahasa manusia adalah bahasa komunikasi karena manusia
dapat berbicara satu sama lain, berbicara tentunya menggunakan
akal sebagai mediasi yang turut menentukkan kualitas pembicaraan
seseorang. Berbeda dengan hewan misalnya, yang memang ada
beberapa hewan yang dapat menggunakan bahasa manusia. Tetapi,
peristiwa tersebut tidak bisa masuk dalam kategori berbicara,
karena hewan hanya menggunakan instingnya untuk mengikuti
kata-kata yang diucapkan manusia. Bukan melalui mediasi akal
yang memang mereka tidak miliki.
Ideologi merupakan suatu pemahaman yang selalu menyertai
manusia, tidak ada mahluk lainnya di dunia ini yang disertai dengan
22QS. al-Rah}ma>n (55): 1- 4.
23Jalaludin as-Syuyuthi dan Jalaludin Muhammad Ibn Ahmad Almahally,
Tafsir Jalalain (Tasikmalaya: Persatuan Islam).
Pendahuluan 9
kata “ideologi”. Hewan, tumbuhan, tidaklah disertai dengan istilah
ideologi. Nampaknya jelas, bahwa istilah ideologi tumbuh dan
berkembang dari sebuah ide, sedangkan ide tumbuh dari sebuah
akal. Oleh karena itu, kata ideologi sebenarnya merupakan
penjelmaan dari sebuah akal. Itulah yang membedakan manusia
dengan mahluk lainnya yang berada di alam semesta ini.
Sebagaimana dalam pepatah Arab: الناطقحيوانالنسان
“Manusia adalah mahluk yang berfikir”
Itulah kenapa dalam ayat al-Qur’an Allah seringkali
memerintahkan manusia untuk berfikir.24
Fenomena tersebut
bukanlah merupakan suatu hal yang tidak dapat dibuktikan
kebenaranya. Banyak bukti-bukti yang real dan menunjukkan bahasa
seseorang akan menunjukkan kepribadian idenya atau karakteristik
pemikirannya.25
Ketika manusia berbicara dengan bahasa yang
24Lihat QS. al-Baqarah: 4 “Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan)
kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?, QS. al-Imra>n: 7 “Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal”, QS. al-Baqarah: 219 "Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:"Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir”, QS. al-‘Ara>f: 176 “Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”, QS. al-Ra‘du: 4
“Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir” dan masih banyak lagi ayat-yata lainnya yang terdapat
kaitannya antara manusia dengan akal atau pikiran.
25Seperti yang terjadi pada zaman Seoharto. Orde baru menyadari benar
peranan bahasa sebagai sarana politik yang sangat efektif untuk mendukung segala
aktifitasnya. Sifat bahasa yang arbitrer dimanfaatkan secara penuh dengan
memainkan makna-makna dari kata secara manasuka. Bahasa sebagai arena yang
tidak memiliki sifat netral telah dijadikan alat untuk mendominasi wacana
kekuasaan. Oleh karena itu, penciptaan makna dengan mengembangkan konotasi-
10 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
mengevaluasi stigma kesepakatan dengan ideologi yang berasal dari
bahasa standar, mereka sendiri menjadi terlibat dalam propagasi
terhadap diri mereka, kepentingan dan identitas mereka. Ketika
seorang individu tidak dapat menemukan penerimaan sosial untuk
bahasanya di luar komunitas, dia mungkin datang untuk
merendahkan bahasa sendiri, bahkan saat dia terus
menggunakannya. Ideologi sebagai bahasa standar menyediakan
jaringan argumentasi akal di mana pembicara dari bahasa non-
mainstream dapat terjerat di setiap kesempatan.26
Tingkat analisis itu penting, di antaranya untuk memahami
bagaimana ideologi dijelaskan dalam berbagai model yang pada
dasarnya berpandangan bahwa teks, terutama tercermin melalui
bahasa, bukanlah suatu hal yang bersifat netral, tetapi mengandung
misrepresentasi dalam ideologi tertentu. Roger Fowler dan kawan-
kawan dalam Eriyanto, di antaranya berpandangan bahwa ideologi
itu tercermin lewat pemakaian kata, kalimat, dan tata bahasa yang
digunakan. Sebuah kata, kalimat atau tata bahasa tertentu dapat
menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain yang secara
langsung menggambarkan bagaimana pertarungan sosial di antara
kelompok-kelompok yang terlibat dalam masyarakat. Di sini, bahasa
yang digunakan dalam teks dianggap pencerminan langsung dari
konotasi yang dibuat untuk mengukuhkan kekuasaanya merupakan suatu hal yang
praktis. Namun, di sisi lain mahasiswa yang pada zaman orde baru memiliki
kekuatan atas nama rakyat, juga mengembangkan strategi yang sama untuk
melakukan perlawanan terhadap rejim orde baru. Kesadaran menggunakan arena
bahasa politik, juga dimainkan oleh mahasiswa dengan menggunakan asosiasi
tanda-tanda dengan menegaskan konotasi-konotasi yang telah dibangun oleh orde
baru sebelumnya. Lebih lanjut lihat Murdian S. Widjojo, Bahasa Negara Versus Bahasa Gerakan Mahasiswa: Kajian Semiotik atas Teks-teks Pidato Presiden Soeharto dan Selebaran Gerakan Mahasiswa (Jakarta: LIPI Press, 2003), 130.
26Charles Albert Ferguson, Shirley Brice Heath, Language in the USA: Themes for the Twenty-first Century (Cambridge University Press, 2004), 296.
Pendahuluan 11
pemakaian bahasa. Atau dalam bahasa yang sering dipakai Fowler\,
bahasa adalah ideologi itu sendiri.27
Bagi Theo van Leeuwen dalam Eriyanto, bahasa juga
tercermin dari sebuah ideologi, sehingga dengan mempelajari bahasa
yang tercermin dalam teks, ideologi dapat seseorang atau kelompok
tertentu dibongkar. Titik perhatian Van Leeuwen terutama
didasarkan pada bagaimana peristiwa dan aktor-aktor sosial
digambarkan dalam teks. Apakah ada peristiwa tertentu atau pihak
tertentu yang dimarjinalkan dengan penggambaran tertentu melalui
sebuah teks. Penggambaran itu sendiri mencerminkan bagaimana
pertarungan ideologi dalam dunia sosial yang mempengaruhi
struktur masyarakat pada umumnya. Masing-masing kelompok
saling menonjolkan basis penafsirannya sendiri dan memunculkan
bahasanya sendiri.28
Menurut seorang psikolog Rusia Vigotsky
terdapat ujaran yang bersifat egosentris, yaitu suatu ujaran yang
mengalami transformasi genetik dan berubah dari bahasa yang
kongkrit (external speech) manjadi bahasa yang abstrak (inner
speech). Inner speech tersebut mempunyai hubungan dengan
external speech. Inner speech masih tetap merupakan suatu ujaran,
namun ujaran yang bersifat abstrak atau bahasa yang masih ada
dalam pikiran dan belum terwujud dalam bahasa ujaran. Sedangkan
bahasa yang sudah diwujudkan dalam bentuk ujaran, maka hal
tersebut sudah masuk dalam wilayah external speech. 29
Setiap tata bahasa menurut linguistik transformatif
generatif30
dibangun oleh tiga buah komponenen, yaitu komponen
27Eriyanto, Analisis wacana: Pengantar Analisis Teks Media (Yogyaka: PT
LKiS Pelangi Aksara, 2001), 347.
28Eriyanto, Analisis wacana: Pengantar Analisis Teks, 347-348.
29Soenjono Dardjo Widjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Jakarta, 2008), 283-284.
30 Transformatif generatif adalah sebagaimana menurut pendapat Noam
Chomsky yang mengatakan bahwa semua bahasa-bahasa yang ada di dunia adalah
12 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
sintaksis, komponen semantik (kedua komponen tersebut masuk
dalam wilayah internal speech), dan komponen fonologi (komponen
yang masuk dalam wilayah internal dan eksternal speech). Untuk
memahami ketiga komponen tersebut simak gambar berikut:
Gambar 1
Strukur Dalam dan Struktur Luar Bahasa
sama, karena didasari oleh sebuah sistem yang bersifat universal. Menurutnya,
tingkat persamaan tersebut hanyalah pada tingkat dalamnya saja, yang dalam
linguistik disebut dengan istilah struktur dalam (deep structure). Sedangkan pada
tingkat luar (surface structure) bahasa-bahasa itu berbeda-beda. Pada tingkat dalam
itulah terdapat rumus-rumus tata bahasa yang mengatur proses-proses untuk
memungkinkan aspek-aspek kreatif bahasa bekerja. Dan apa yang Noam Chomsky
disebut dengan transformatif generatif terletak pada tingkat dalam ini. Lihat dalam
Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 53.
Representasi fonetik
(bunyi)
Rumus-rumus Fonologi
PF Struktur Luar
Rumus-rumus
Transformasi
PF struktur dalam
Leksikon Rumus-rumus
Struktur Frase
(mu
lut)
Str
uk
tur
luar
bu
ny
i
(ota
k)
Str
uk
tur
Dal
am
Ko
mp
on
en s
inta
ksi
s
Ko
mp
on
en
Fo
no
log
i
Ko
mp
on
en s
eman
tik
Refresentasi
Semantik
Rumus-rumus
Semantik
Pendahuluan 13
Dari gambar tersebut kita bisa memahami antara internal
speech dan external speech. Komponen sintaksis dan komponen
semantik merupakan struktur internal speech, karena berada dalam
wilayah struktur dalam (dalam otak). Sedangkan komponen fonologi
sebagian berada dalam struktur dalam (rumus-rumus fonologi) dan
sebagian berada dalam struktur luar (represantasi fonetik). Selain
itu, tampak jelas bahwa struktur dalam berada dalam otak dan
struktur luar berada dalam mulut.31
Dengan melihat komponen bahasa tersebut, kita bisa
mengetahui bagaimana sebenarnya manusia bicara, gurauan pada
orang-orang yang dikatakan “asal omong” sebenarnya secara
neurobiologis tidak benar. Menurut Steven Pinker, kemampuan
berbahasa adalah adaptasi biologis otak dan kemampuan berbahasa
merupakan suatu hal yang bersifat instingtif.32
Maka dari itu,
seseorang yang mengalami gangguan otak akan berpengaruh
terhadap bahasanya. Dalam lingusitik dikenal dengan istilah afasia
dan poliglot. Kedua istilah tersebut merupakan istilah yang
bertentangan secara makna. Afasia merupakan fenomena hilangnya
bahasa karena disfungsi dalam mekanisme pusat otak. Ada juga
istilah lain yang mencakup terhadap gangguan yang sama disebut
31 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, 38. Psikolog Rusia
Vygotsky berpandangan bahwa bahasa mengalamai transformasi genetik dan
berubah menjadi apa yang dinamakan dengan inner speech. Hubungan antara
internal speech dan external speech tidak boleh tidak harus memanfaatkan dalam
bentuk bunyi karena bahasa hanya dapat terwujud dengan bunyi fonetik. Namun,
ini tidak berarti bahwa inner speech hanyalah wujud batin dari extrenal speech.
Inner speech masih tetap suatu ujaran, yakni pikiran yang berkaitan dengan kata.
Bedanya adalah pada external speech pikiran itu diwujudkan dalam kata, sedangkan
dalam internal speech kata-kata itu lenyap pada saat pikiran terbentuk. Lihat
Soenjono Dardjowodjodjo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia
( Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 282.
32Etty Indriati, Kesulitan Bicara dan Berbahasa pada Anak: Terapi dan Strategi Orang Tua (Jakarta: Pranada Media Group, 2011), 90-92.
14 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dispasia.33
Seorang afasia akan mengalami gangguan berbicara,
mendengar, membaca dan menulis. Pemahaman pendengaran
mereka sangat terbatas. Oleh karena itu, produksinya pun hanya
sedikit ucapan-ucapan yang dapat dimengerti.
Sedangkan poliglot atau multilingualisme sangat bervariasi.
Seseorang dikatakan poliglot atau multibahasa jika fasih dalam
empat bahasa atau lebih.34
Poliglot atau multilingualisme
merupakan kemampuan berbicara lebih dari dua bahasa,
multilingualisme biasa tidak dibedakan dengan bilingualisme.
Karena walaupun seseorang yang multilingual (menguasai lebih dari
dua bahasa) banyak pilihan untuk bertutur sapa, tetapi yang
kemungkinan terjadi adalah tercampurnya serpihan-serpihan baik
fonem, kata, frasa, morfologi dan sintaksis antara dua bahasa. Untuk
itu, pembahasan bilingualisme lebih populer dari pada
multilingualisme.
Adanya kedua istilah yang bertentangan di atas, memperkuat
pandangan penulis bahwa seseorang yang memiliki kekurangan
afasia dalam bahasanya tentu disebabkan dengan kelainan-kelainan
yang ada dalam otaknya, sehingga berpengaruh terhadap pemikiran
dan bahasanya. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang memiliki
kelebihan poliglot karena memang mempunyai kelebihan dalam
otaknya yang juga berpengaruh terhadap pemikiran dan bahasanya.
Begitu juga dengan bahasa-bahasa yang diproduksi oleh Sayyid
Qutb, tentunya sangat berkaitan dengan ide atau pikiran yang ada
kompetensi ideologinya. Ideologi seorang Sayyid Qutb dapat eksis
di dunia sosial, salah satunya dilihat dari performansi bahasa yang
digunakan.
33Abha Gupta dan Gaurav Singhal, “Understanding Aphasia in a Simplified
Manner”, Journal Indian Academy of Clinical Medicine 12, No. 1 (2011): 33.
34Kató Lomb’s, Polyglot: How I Learn Languages (Hungarian: Így tanulok nyelveket, 1995), 7.
Pendahuluan 15
Penulis memilih lima alasan untuk menganalisis performansi
bahasa yang berkaitan dengan kompetensi ideologi seorang Sayyid
Qutb. Yaitu:
Pertama, antara bahasa dan pikiran, manakah yang lebih
dahulu ada, bahasa atau pikiran, pikirankah, bahasakah, atau
keduanya hadir bersamaan.
Kedua, banyak orang yang hanya mengenal bahasa dari segi
fonologi saja, mereka beranggapan bahwa bahasa itu adalah apa
yang diucapkan oleh mulut. Padahal jika ditinjau secara
psikolinguistik ternyata bahasa yang menentukan fasih tidaknya
adalah bahasa dalam (internal speech). Jika bahasa dalam tidak
dapat dikuasai oleh seseorang, maka bahasa luar pun tidak akan
dapat diucapkan dengan lancar.
Ketiga, pemilihan kompetensi ideologi dan performansi
bahasa pada seorang Sayyid Qutb sebagai objek penelitian
berdasarkan asumsi bahwa Sayyid Qutb dikenal memiliki ide yang
keras, tegas, dan berani dalam menjalankan aktivitas dakwah di
jalan Islam.
Keempat, di dalam komunikasi terdapat variasi bahasa,
variasi bahasa yang di maksud adalah bahasa dalam bentuk fonologi,
semantik dan sintaksis. Penelitian ini akan membuktikan perbedaan
variasi bahasa yang keluar dari kompetensi ideologi seorang Sayyid
Qutb dalam peristiwa linguistik.
Kelima, banyak dari para linguis dan psikolog yang
membicarakan tentang hubungan bahasa dan ide. Mereka berbeda
pendapat tentang hubungan keduanya. Apakah bahasa dan ide dari
sebuah pemikiran merupakan dua buah sistem yang berasingan, atau
saling mempengaruhi atau struktur ide pemikiran mempengaruhi
struktur bahasa, yang jelas dalam penelitian ini akan dibahas tokoh-
tokoh dan aliran-aliran yang ikut dalam perdebatan tentang bahasa
dan ide dalam sebuah pikiran.
16 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, banyak sekali
kemungkinan-kemungkinan masalah yang muncul dalam penelitian
ini. Masalah-masalah tersebut akan dieksplorasi dalam identifikasi
masalah, dan menjadi tolak ukur bagi pembatasan dan perumusan
masalah. Berikut kemungkinan-kemungkinan masalah yang muncul
dalam penelitian ini:
1. Ideologi berhubungan dengan sisi psikologi penutur dan
bahasa berhubungan dengan sisi mikrolinguistik.
2. Hubungan antara bahasa (linguistik) dengan ide pikiran
(psikologi). Pendapat tokoh-tokoh psikolingistik tentang
bahasa dan ideologi.
3. Kompetensi bahasa dan performansi bahasa yang
disederhanakan oleh para psikolinguis dengan struktur dalam
(internal speech) dan struktur luar (external speech).
4. Proses produktif dan proses reseftif bahasa yang merupakan
simbol masuknya bahasa dalam memori otak (kompetensi)
dan keluarnya bunyi-bunyi bahasa yang telah dicerna otak
(performansi).
5. Hubungan kompetensi sebagai proses internalisasi bahasa dan
performansi sebagai eksternalisasi bahasa.
6. Hubungan otak dengan bahasa, fasih berbicara yang
disebabkan oleh kecerdasan otak dan gangguan berbicara
yang diakibatkan oleh cedera otak.
7. Fasih atau kurang fasih dalam berbicara (fenomena bahasa)
berhubungan dengan kondisi bahasa dalam seseorang (internal
speech).
8. Terdapat faktor lain yang menyebabkan kondisi kempetensi
ideologi seseorang bersifat ideologis (selain otak), yaitu
faktor biologis dan faktor lingkungan sosial.
Pendahuluan 17
C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini memfokuskan pada
bahasa yang berhubungan dengan ideologi seorang Sayyid Qutb,
faktor-faktor internal, dan faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi ideologinya. Penelitian ini juga memfokuskan aspek-
aspek kebahasaan yang digunakan seorang Sayyid Qutb dalam
tulisan-tulisannya. Aspek-aspek kebahasaan Qutb tersebut, dibatasi
dalam karya-karya Qutb pada masa politik dan pemikiran. Karya-
karya tersebut Qutb tulis antara tahun 1950-1965. Berikutnya,
dalam penelitian ini dibahas proses internalisasi dan proses
eksternalisasi bahasa yang kedua proses tersebut ditentukan oleh ide
seorang Sayyid Qutb. Berikut terjadinya proses internalisasi dan
eksternalisasi dalam arti proses eksternal bahasa diinternalisasikan
dan proses internal bahasa dieksternalisasikan.
Alasan penulis dalam memilih batasan masalah di atas karena
Sayyid Qutb dikatakan sebagai seorang yang berideologi
fundamental dan memiliki pemikiran yang radikal. Ideologi dan
pikiran Sayyid Qutb dikenal sebagai salah satu aktor utama yang
mengenalkan ide-ide atau pemikiran-pemikiran yang keras, tajam
dan berani dan menjadi bagian aspek kognitifnya. Aspek kognitif
Sayyid Qutb tersebut, salah satunya diekspresikan juga dengan
gaya bahasa yang radikal dan tendensius. Ekspresi dan gaya bahasa
Qutb yang radikal dan tendensius diwujudkan dalam tulisan-
tulisannya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang penulis jelaskan di
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini
sebagai berikut: Bagaimana proses pembentukan kompetensi
ideologi seorang Sayyid Qutb? Bagaimana proses pembentukan
performansi bahasa Sayyid Qutb? Bagaimana relevansi antara
kompetensi ideologi dan performansi bahasa Sayyid Qutb?
18 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini sebagaimana yang terdapat dalam
rumusan masalah, yaitu untuk menemukan proses pembentukan
kompetensi ideologi seorang Sayyid Qutb, menemukan proses
pembentukan performansi bahasa seorang Sayyid Qutb dan
menemukan relevansi antara kompetensi ideologi dengan
penggunaan performansi bahasanya. Tujuan tersebut sebagaimana
tujuan utama penelitian dalam penulisan karya ilmiah pada umunya,
yaitu menemukan teori baru, baik yang bersifat memperkuat,
memperbaiki, atau mengganti konsep-konsep atau teori yang sudah
ada.35
Begitu pula dengan penelitian disertasi ini, dalam penulisan
disertasi ini, peneliti berusaha menemukan teori baru yang bersifat
memperkuat teori-teori yang sudah ada sebelumnya. Dengan kata
lain, bahasa terbagi pada dua dimensi, yaitu dimensi internal speech
dan external speech. Bahasa yang paling penting sebenarnya bukan
bahasa dalam dimensi external speech, tetapi bahasa dalam dimensi
internal speech.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
baik secara teoretis ataupun secara praktis, manfaat yang bisa
diambil dari penelitian ini di antaranya:
1. Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan transformasi
bahasa, baik yang bersifat internalisasi dan eksternalisasi
dalam pemikiran yang menjadi cikal bakal sebuah ideologi.
2. Penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai
bahan bacaan referensi untuk memahami teori psikolinguistik
35 Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia
Bandung, 2008), 161. Menurut Prof. Dr. Suwito dalam perekuliahan Seminar
Proposal Disertasi mengatakan bahwa mode-model penelitian mencakup
menemukan yang baru, mengembangkan yang sudah ada atau membantah dan
merevisi yang sudah ada.
Pendahuluan 19
yang berkaitan dengan kompetensi dan performansi,
khususnya mahasiswa jurusan bahasa (linguistik).
3. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan
kesadaran pada masyarakat bahwa yang menentukan bahasa
kita lancar, tersendu-sendu, terbata-bata adalah bahasa dalam
kita (pikiran).
4. Memberikan kesadaran terhadap semua warga negara
Indonesia bahwa ideologi atau kepribadian seseorang tidak
akan terungkap tanpa ditransformasikan dalam bentuk bahasa.
Seseorang yang pemarah, penyabar, radikal, toleran, dan
fundamental dapat diungkapkan oleh bahasa.
5. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu
referensi terkait geneologi tokoh-tokoh Islam fundamental
yang memberikan stimulus bagi Sayyid Qutb dan merespon
ideologinya.
6. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
terkait performansi bahasa Sayyid Qutb yang menjadi
rerefrensi dan kata kunci bagi kelompok Islam fundamental,
militan dan tendensius.
G. Penelitian Terdahulu yang Relevan dengan Tema Penelitian
Penulis mendapatkan banyak tema-tema penelitian terdahulu
yang relevan dengan tema penelitian yang sedang diteliti, di
antaranya: James Costa, Occasional Paper: Language, Ideology and
the ‘Scottish Voice (International Journal Of Scottish Literature,
2010),36 Dalam tulisannya, dia mengambil titik awal dua pengantar
untuk koleksi puisi-puisi dan cerita-cerita pendek di Skotlandia,
dengan menguraikan pertanyaan yang berhubungan dengan
sosiolinguistik tertentu yang saat ini menempati perdebatan
36James Costa, “Occasional Paper: Language, Ideology and the ‘Scottish
Voice,” International Journal Of Scottish Literature (2010).
20 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
ideologis. Pertanyaan tersebut belum terpecahkan, dan terjawab,
pertanyaan “Siapa yang berbicara di Skotlandia?” Mungkin juga
menjadi pertanyaan pilihan ideologis. Tapi cara yang unik di mana
perdebatan tersebut menjadikan Skotlandia sebagai tempat yang
sangat penting untuk belajar bagi sarjana ideologi.
Ruth Wodak, Language and Ideology – Language in Ideology
(Lancaster University: Journal of language and Poilitics, John
Benjamin Publishing Company, 2007).37
Makalah dalam jurnal ini
semua membedakan berbagai aspek potensi ideologi dan politik
bahasa dalam berbagai konteks dan jenis kelamin, persamaan
sederhana, seperti semua bahasa bersifat ideologis atau setiap
bahasa penggunaan melayani tujuan ideologis atau politik tertentu,
terbukti salah. Hal tersebut, karena kekuatan bahasa bisa
disejajarkan dengan kekuatan senjata yang dapat menimbulkan
ledakan yang besar.
Paul V. Kroskrity, Language Renewal as Sites of Language
Ideological Struggle The Need for “Ideological Clarification”
(University of California at Los Angeles), yang memperjelas dan
memperkuat gagasan tentang “klarifikasi ideologis” dan
menyarankan relevansinya dengan ahli bahasa dan aktivis yang
tertarik dalam pembaharuan bahasa di Amerika. Mengikat gagasan
dan klarifikasi ideologis lebih erat dengan teori bahasa ideologis,
tidak hanya merupakan latihan dalam menjaga teori, melainkan
menyediakan alat bukti kerangka konseptual yang lebih baik untuk
mengantisipasi, memahami, dan memecahkan berbagai macam
masalah yang tampak.38
37Ruth Wodak, “Language and Ideology–Language in Ideology,” Lancaster
University: Journal of language and Poilitics, John Benjamin Publishing Company, ( 2007).
38Paul V. Kroskrity, Language Renewal as Sites of Language Ideological
Struggle The Need for “Ideological Clarification” (University of California at Los
Angeles).
Pendahuluan 21
Kent Jonson, On The Systematicity Of Language And
Thought (University of California: The Journal Of Philosophy
Volume Ci, No. 3, March 2004),39
yang menjelsakan bahwa
meskipun semua kesulitan bahasa dan pikiran dihubungkan secara
sistematis, masih mungkin untuk berakhir dengan catatan positif
(hubungan antara keduanya). Kita telah melihat bahwa ada
permasalahan yang kompleks dan menantang antara hubungan
bahasa dan pikiran yang secara langsung menyangkut sifat bahasa
manusia dalam pikiran serta sifanya secara sistematis. Masalah ini
adalah bagian dari pertanyaan tentang hubungan bahasa dengan
lingkungan (alam sekitar), dan bagaimana hubungan keduanya dapat
terorganisir secara sistematis.
A Jacqueline H. E. Messing, Ambivalence and Ideology
Among Mexicano Youth in Tlaxcala, Mexico (University of South
Florida: Journal of Language, Identity & Education, Taylor and
France Group, 2009),40
untuk pengamat luar, ambivalensi adalah
pusat ideologi bahasa-bahasa remaja dengan identitas mereka,
namun ideologi yang mengatur pergeseran bahasa dapat berubah
dari waktu ke waktu. Perhatian lebih lanjut perlu diberikan pada
remaja-remaja yang muncul dalam praktik sosialisasi bahasa dan
peran pergeseran ideologi bahasa individu. Pengetahuan ini adalah
kunci untuk revitalisasi bahasa, karena jika orientasi ideologis dapat
berubah dari waktu ke waktu, maka remaja-remaja tersebut dapat
mengaktifkan pengetahuan pasif linguistik mereka.
Carol A. Miller, Developmental Relationships Between
Language and Theory of Mind (The Pennsylvania State University,
University Park American Journal of Speech-Language Pathology
39 Kent Jonson, “On The Systematicity Of Language And Thought,”
University of California: The Journal Of Philosophy, No. 3, (2004).
40 A Jacqueline H. E. Messing, “Ambivalence and Ideology Among
Mexicano Youth in Tlaxcala Mexico,” University of South Florida: Journal of Language, Identity & Education, Taylor and France Group (2009).
22 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Vol. 15 _ 142–154, 2006),41
artikel ini berfungsi sebagai pengantar
untuk penelitian tentang bahasa dan teori pikiran, dan menekankan
adanya saling ketergantungan antara bahasa dan pikiran dalam
perkembangan “berbahasa”. Implikasi dari hubungan antara teori
pikiran dan pengembangan bahasa untuk penilaian bahasa pikiran
memiliki intervensi terhadapnya, dan argumen yang dibuat bahwa
mengambil teori pikiran memperhitungkan akan membantu dalam
meningkatkan hubungan komunikasi dan perkembangan bahasa.
Nighat Shakur, Perspectives on Language and Thought: A
Critique (International Research Journal of Arts & Humanities
(IRJAH) Vol. 37 ISSN: 1016-9342),42
tulisan ini bertujuan untuk
menyoroti beberapa perspektif besar pada kontroversi yang sedang
berlangsung antara bahasa dengan pemikiran. Berdasarkan
penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa hubungan antara bahasa
dan pikiran sangatlah mendalam. Bahasa dan pikiran memerlukan
suatu organisasi antara resepsi bahasa dengan produksi bahasa.
Bahasa menempatkan urutan dalam pikiran dan pemikiran
memungkinkan organisasi yang dibutuhkan oleh bahasa.
J. Trevor Morley, Power And Ideology In Everyday
Discourse: The Relevance Of Critical Discourse Analysis In
Pragmatic Linguistics Today (Seminar of English Linguistics,
2004),43
penelitian ini fokus dalam mengeksplorasi hubungan antara
bahasa, konsep ideologi dan kekuasaan dalam praktik linguistik
masyarakat kontemporer melalui kritik dari analisis wacana kritis
(CDA). Pendekatan untuk penyelidikan linguistik, sebagaimana
41Carol A. Miller, “Developmental Relationships Between Language and
Theory of Mind,” The Pennsylvania State University, University Park American Journal of Speech-Language Pathology 15, (2006).
42Nighat Shakur, “Perspectives on Language and Thought: A Critique”,
International Research Journal of Arts & Humanities, vol. 37.
43 J. Trevor Morley, “Power And Ideology In Everyday Discourse: The
Relevance Of Critical Discourse Analysis In Pragmatic Linguistics Today,”
Seminar of English Linguistics, (2004).
Pendahuluan 23
dibuktikan dalam studi dan peninjauan singkat dari salah satu
praktisi utama, Norman Fairclough. Analisis kritik wacana
merupakan suatu hal yang penting dalam menggunakan pendekatan
linguistik lainnya yang ditekankan dalam mengeksplorasi dan
menjelaskan basis sosial dari dimensi ideologis serta kekuasaan
yang mendukung wacana di masyarakat.
Andreu Bauzà Sastre, Language Planning And Political
Ideology: A Crosscomparison Between Catalonia, Valencia And
The Balearic Islands On The Reintroduction Of Catalan (A
Dissertation University Of Southampton, Faculty Of Arts Sc,
2000),44
mencoba menunjukkan hubungan yang signifikan antara
perencanaan bahasa dan ideologi politik. Dia memberikan beberapa
definisi awal mengenai konsep politik ideologi dan perencanaan
bahasa, dan selanjutnya membahas hubungan potensial, beberapa
tokoh terkemuka telah menetapkan konsep tersebut, terutama dalam
kaitannya dengan doktrin nasionalisme. Aplikasi praktis dari
hipotesis awal tersebut dicapai dengan cara studi kasus: kegiatan
perencanaan bahasa dalam kaitannya dengan Catalan di Catalonia,
Valencia dan Kepulauan Balearic sejak pemulihan demokrasi di
Spanyol di Midseventies. Setelah karakterisasi linguistik, sosial,
sejarah dan politik, berikutnya terdapat analisis rinci dan
komprehensif dari perencanaan bahasa di masing-masing wilayah
tersebut. Penelitian ini mengungkapkan bagaimana pengaruh politik
yang berbeda ideologi di wilayah Catalan berbahasa telah menjadi
faktor utama dalam pelaksanaan proses perencanaan bahasa yang
berbeda .
Tema-tema dalam penelitian di atas merupakan sebagian
tema yang mempunyai relevansi dengan tema penelitian yang
44 Andreu Bauzà Sastre, “Language Planning And Political Ideology: A
Crosscomparison Between Catalonia, Valencia And The Balearic Islands On The
Reintroduction Of Catalan,” A Dissertation University Of Southampton, Faculty Of Art, (2000).
24 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
sedang ditulis. Dengan adanya penelitian-penelitian tersebut, dapat
memperjelas posisi penulisan disertasi dan perbedaan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Telah dituliskan di awal, bahwa
tema dalam penelitian ini berhubungan dengan bahasa dan ideologi
(Transformasi ideologi dan Bahasa: Studi Kompetensi dan
Performansi Sayyid Qutb). Sudah jelas tema tersebut berbeda
dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Letak perbedaannya
adalah penelitian ini fokus kepada perubahan bahasa dalam (internal
speech) yang tidak dapat didengar dan dibaca menjadi bahasa luar
(external speech) yang dapat didengar dan dibaca. Sedangkan objek
penelitian disertasi ini adalah fakta kebahasaan seorang Sayyid
Qutb.
H. Metodologi Penelitian
Penelitian45
ini merupakan penelitian kualitatif dengan
menggunakan metode padan intralingual dan padan ekstralingual.46
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan
psikologi dan linguistik. Psikologi dalam linguistik merupakan
bahasa-bahasa yang bersifat internal atau bahasa-bahasa yang
45Hasil akhir kajian pustaka selain merumuskan landasan teori yang akan
digunakan dalam penelitian juga harus merumuskan hipotesis dan
mengidentifikasikan variabel-variabel utama yang akan diteliti. Lalu dalam
persiapan metodologis untuk menguji hipotesis, sekali lagi harus diidentifikasikan
variabel apa saja yang akan dilibatkan dalam penelitian. Variabel-variabel itu pun
perlu diklasifikasikan dan diidentifikasikan secara operasional. Secara umum,
variabel itu sendiri berarti sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek
penelitian; atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan
diteliti. Lihat Abdul Chaer, Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian, dan Pemelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 32.
46 Metode intralingual adalah sebuah metode analisis dengan cara
menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat
dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda. Sedangkan
metode padan ekstralingual adalah sebuah metode yang menghubungkan masalah
bahasa dengan masalah di luar bahasa. Lihat Masun M.S, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekhniknya (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2007), 119-120.
Pendahuluan 25
berhubungan dengan daerah-daerah abstrak (bahasa dalam atau
bahasa yang tidak diucapkan dan hanya dipikirkan saja), daerah
abstrak tersebut (pikiran) menjadi sumber di mana bahasa itu dapat
berwujud dalam bentuk bunyi (fonologi) dan nyata dalam fenomena
kehidupan masyarakat atau budaya tertentu, sedangkan linguistik
mengkaji bentuk-bentuk atau struktur-struktur bahasa itu sendiri,
sehingga muncul klasifikasi bahasa yang dikenal dengan fonologi,
sintaksis, dan semantik.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber yaitu
sumber primer dan sekunder. 47
Sumber primer adalah data
kebahasaan yang bersumber dari karya-karya seorang Sayyid Qutb,
seperti Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n (1992), Ma‘a>lim fi> al-T{a>riq (1979),
Ma‘rakatuna> Ma‘al-Yahu>d (1993), Lima>dha>’ A’dumu>ni>? dan al-
‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m (1995). Data tersebut adalah
fonem atau kata yang diinternalisasikan dan dieksternalisasikan oleh
seorang Sayyid Qutb dari bahasa yang bersifat internal yaitu
bahasa-bahasa dalam bentuk morfologi, farsa, sintaksis dan
semantik, menjadi bahasa yang dapat didengar dan dipahami yaitu
bahasa dalam bentuk fonologi. Kemudian dilanjutkan dengan
pengumpulan dan pengkalsifikasian data, setelah data tersebut
terkumpul dan terklasifikasi, maka dilanjutkan dengan menganalisa
data, kemudian didukung dengan sumber-sumber sekunder yaitu
buku-buku atau jurnal-jurnal yang berhungan dengan seputar
ideologi dan bahasa seperti buku-buku yang bertemakan
psikolinguistik, dengan tokoh-tokohnya seperti Noam Chomsky,
Ferdinand De Saussaure, ‘Abdul Maji>d Sayyid Ahmad Mansur,
47Menurut Muhammad Ainin, sumber primer adalah tempat atau gudang
penyimpan yang orisinil dari data yang dibutuhkan, sumber primer merupakan
sumber-sumber dasar dalam sebuah penelitian. Sementara sumber sekunder,
merupakan sumber yang kedua atau adanya catatan tentang adanya suatu peristiwa
ataupun catatan-catatan yang jaraknya jauh dari sumber orisinil. Lihat Muhammad
Ainin Metodologi Bahasa Arab (Malang: Hilal Pustaka, 2007), 65-66.
26 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Abdul Chaer, dan yang lainnya. Ada pun objek penelitian48
dalam
penelitian ini adalah fakta kebahasaan dalam karya-karya seorang
Sayyid Qutb.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I. Pendahuluan. Pada bab pendahulan, penelitian ini
mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika
pembahasan.
Bab II. Ideologi sebagai kompetensi bahasa dan fonologi
sebagai performansi bahasa. Bab ini membahas hubungan ide
dengan internal speech dan hubungan bahasa dengan external
speech, banyak orang yang tahu bahasa adalah sebagaimana yang
terdengar dari mulut ke mulut, padahal kalau ditinjau secara
psikologi bahasa bukan saja yang berwujud dalam kata-kata, akan
tetapi terdapat bahasa dalam yang sebenarnya sangat berperan atas
kelancaran bahasa yang berwujud kata-kata. Sebelum bahasa
diproduksi dalam kata-kata, terlebih dahulu bahasa tersebut
dibentuk dalam pikiran. Oleh karena itu, sub-bab berikutnya
dilanjutkan dengan hubungan internal speech dan external speech.
External speech dapat berwujud karena ada faktor-faktor internal
speech yang mendukung, sehingga dengan faktor-faktor tersebut
muncul perubahahan bentuk yang penulis istilahkan dengan
transformasi ideologi (Interrnal Speech) terhadap fonologi
(External Speech), yaitu represntasi sintaksis dan semantik terhadap
fonologi.
48Fenomena lingual yang menjadi objek penelitian objek bahasa itu adalah
berupa bunyi tutur yang berhubungan dengan fenomena yang benar-benar hidup
dalam pemakaian bahasa. Lihat Masun M.S, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekhniknya, 2-3.
Pendahuluan 27
Bab III. Sayyid Qutb, kehidupan sosial dan kondisi
psikologisnya. Bab ini menjelaskan hal-hal berikut: Riwayat hidup
seorang Sayyid Qutb, berikut pemahamannya seputar kehidupannya,
kondisi psikologis dan kondisi lingkungan sosial Qutb.
Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam ruang lingkup
kehidupan sekitarnya, kategorisasi dan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pemikirannya. Setelah pembahasan riwayat
hidup, agama, pendidikan dan kondisi sosial dibahas secara
gamblang, kemudian pada tahap selanjutnya dibahas tentang
karakteristik dan kehidupan pribadinya. Oleh krena itu, pada sub
bab berikutnya akan dibahas tentang faktor-faktor internal yang
menimbulkan karakteristik yang berbeda dalam idenya seorang
Sayyid Qutb. Sehingga, performansi bahasanya memiliki produksi
yang dapat dibaca dari segi kompetensinya.
Bab IV. Kompetensi ideologi seorang Sayyid Qutb. Bab ini
membahas hal-hal berikut: Kompetensi ideologi seorang Sayyid
Qutb yang dikenal sebagai bahasa dalam seseorang dan kaitannya
dengan internalisasi bahasa. Setelah kompetensi, kemudian
dilanjutkan dengan performansi bahasa yang kita kenal sebagai
bahasa luar dan kaitannya dengan internalisasi bahasa. Pada bab ini
dilanjutkan dengan klasifikasi internal yang banyak dipengaruhi
oleh ideolog-ideolog Islam pada seorang Sayyid Qutb, seperti Qutb
Ibrahim dan Fatimah Husain Usman, Abbas Mahmud al-‘Aqqad,
Hasan al-Banna, Ibnu Taimiyah, dan Abu A’la al-Maududi. Tokoh-
tokoh tersebut merupakan tokoh-tokoh yang banyak membentuk
ideologi Sayyid Qutb dan memperjelas bahasa dalam (kompetensi)
dan bahasa luar (performansi) Sayyid Qutb. Setelah itu, akan
dibahas pula tokoh-tokoh Islam yang banyak dipengaruhi ideologi
Sayyid Qutb, seperti Omar Abdel Rahman, Imam Samudra, Osma
bin Laden, Zawahiri dan Muhammad al-Faraz. Genealogi ide-ide
tersebut berhubungan dengan istilah-istilah bahasa Arab yang
digunakan dalam performasni Sayyid Qutb dan berhubungan dengan
28 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
bahasa dan berbahasa yang memiliki perbedaan makna. Setelah
diklasifikasikan hubungan kompetensi ideologi dengan performansi
bahasa Qutb, kemudian dilanjutkan dengan internalisasi bahasa pada
seorang Sayyid Qutb yang mencakup: Internalisasi bahasa dari
fonologi menjadi bentuk sintaksis dan internalisasi bahasa dari
bentuk fonologi menjadi bentuk semantik.
BAB V. Performansi bahasa seorang Sayyid Qutb. Bab ini
membahas hal-hal berikut: Kompetensi ideologi seorang Sayyid
Qutb yang dikenal sebagai bahasa dalam seseorang dan kaitannya
dengan eksternalisasi bahasa. Setelah kompetensi, kemudian
dilanjutkan dengan performansi bahasa yang kita kenal sebagai
bahasa luar dan kaitannya dengan eksternalisasi bahasa. Pada bab
ini dilanjutkan dengan klasifikasi eksternal dalam bentuk fonologi,
morfologi, frasa, sintaksis dan semantik pada seorang Sayyid Qutb,
yang memperjelas perbedaan antara bahasa dalam dan bahasa luar.
Antara fonologi, morfologi, frasa, dan sintaksis merupakan istilah-
istilah bahasa Arab yang berhubungan dengan bahasa dan berbahasa
yang memiliki perbedaan makna. Setelah diklasifikasikan perbedaan
antara fonologi, morfologi, frasa, dan sintaksis. Kemudian
dilanjutkan dengan proses eksternalisasi yang mencakup:
Eksternaslisasi bahasa dari bentuk sintaksis menjadi bentuk fonologi
dan eksternaslisasi bahasa dari bentuk semantik menjadi bentuk
fonologi. Proses eksternalisasi ini tentunya bisa diproses karena ada
proses internalisasi (reseptif) dalam peristiwa tutur. Oleh karena itu,
perlu adanya keseimbangan antara proses internalisasi dengan
proses eksternalisasi. Artinya, eksternalisasi bahasa seseorang
dipengaruhi ketika kepribadiannya berada di lingkungan sosial dan
budaya tertentu.
Bab VI. Relevansi kompetensi ideologi dan performansi
bahasa Sayyid Qutb. Bab ini membahas hal-hal berikut: Kompetensi
ideologi sebagai internalisasi bahasa Sayyid Qutb, sub bab ini
menjelaskan bahwa kompetensi sebagai wilayah bahasa yang dapat
Pendahuluan 29
menerima dan menentukan bahasa-bahasa sosial budaya dan
menjadi referensi bagi performansi bahasanya. Kemudian
dilanjutkan dengan pembahasan yang dihubungkan dengan aliran
dalam psikolinguistik, dalam hal ini dikaitkan dengan intermalisasi
bahasa menurut pandangan dalam aliran psikolinguistik, seperti
aliran behaviorisme dan rasionalisme. Pembahasan selanjutnya
adalah tentang performansi bahasa sebagai eksternalisasi bahasa
Sayyid Qutb, bagian ini menjelaskan performansi yang dibentuk
oleh kompetensi sebagai proses pengeluaran atau eksternalisasi
bahasa Sayyid Qutb, yang selanjutnya akan dibahas hubungan
eksternalisasi bahasa Sayyid Qutb kaitannya dengan semantik,
yang mencakup tentang al-jiha>d (Jihad), niz}a>m al-Isla>m (Sistem
Islam), al-qiya>dah (Pemimpin), h}a>kimiy>ah (Kedaulatan), al-ja>hiliy>ah
(Jahiliyah), al-da‘wah (Dakwah), al-ma’rakah (Peperengan), al-
mujtama‘ al-Isla>m (masyarakat Islam), al-h}izb (golongan), dan al-
istisyha>d (syahid).
Bab VII. Penutup, mencakup kesimpulan dan saran.
30 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
31
BAB II
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi
Sebagai Performansi Bahasa
ebelum memahami gagasan bahasa dan ideologi,1 penulis
merasa perlu adanya beberapa konsep yang harus
diklarifikasi. Terutama kaitannya dengan kenapa ideologi itu bisa
dihubung-hubungkan dengan bahasa atau sebaliknya, kenapa bahasa
bisa menjadi salah satu elemen yang masuk dalam pembahasan
ideologi atau bahasa merupakan salah satu perangkat yang
membawa ideologi eksis dalam dunia sosial. Dalam Oxford
Dictionary, ideologi didefinisikan sebagai “sistem ide dan cita-cita,
terutama salah satu yang menjadi dasar teori dan kebijakan ekonomi
atau politik.” Ideologi merupakan seperangkat ide atau harapan
yang diusulkan oleh kelas dominan dalam masyarakat, atau cara
1 Perlu dibedakan antara ideologi dengan pikiran. Menurut Bertram F.
Malle, teori pikiran mengacu pada kemampuan untuk mewakili, konsep kerangka
kerja konseptual-domain tertentu yang memperlakukan masukan persepsi tertentu
sebagai tindakan, keyakinan dan lain sebagainya. Teori pikiran bisa dikatakan
sebagai suatu hal yang mendasari semua kesadaran kognisi dan kesadaran perilaku
manusia, sehingga menyerupai sistem kategori dalam persepsi sosial, yaitu konsep
dasar yang digunakan dalam memahami realitas sosial. Lihat Bertram F. Malle,
“The Relation Between Language and Theory of Mind in Development and
Evolution” Institute of Cognitive and Decision Sciences & Department of Psychology, University of Orego (2002): 4. Sedangkan menurut Gerald M. Platt
and Rhys H. Williams, ideologi berkaitan dengan ranah hidup, atau yang dialami,
bukan dari berpikir. Ideologis dapat juga diartikan sebagai bentuk kesadaran dan
kebenaran, ontologis kebenaran dalam arti menggambarkan realitas yang terpisah
dari konstruksi sosial. Lihat Gerald M. Platt and Rhys H. Williams, “Ideological
Language and Social Movement Mobilization: A Sociolinguistic Analysis of
Segregationists Ideologies” Journal Source: Sociological Theory 20, No. 3 ( 2002):
5.
S
32 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
berpikir dalam menilai hal-hal lain yang timbul dari sudut pandang
pribadi, kelompok dan golongan tertentu.2
Abbas Zaidi menyatakan bahwa ideologi merupakan suatu
gagasan yang kompleks. Dikatakan kompleks disebabkan ideologi
ada karena timbul dari gejala sosial yang beraneka ragam.
Keanekaragaman yang didukung oleh lingkungan sekitar yang
diinterpretasikan oleh pikiran seseorang, golongan atau suatu
kelompok tertentu menjadi suatu pemahaman yang mendalam dan
mendasar bagi arah ke mana sebuah ide tersebut dibawa. Oleh
karena itu, wajar bila pikiran seseorang, golongan atau kelompok
tertentu selalu dihubungkan dengan gagasan atau ideologi itu
sendiri.3
Hal tersebut disebabkan karena ide atau gagasan
merupakan salah satu alat untuk berpikir dan menentukan ke mana
arah pikiran seseorang akan berlabuh.
Perlu diketahui, sebenarnya adanya perbedaan ideologi
merupakan watak atau karakteristik dari sosio-historis dan sosio-
kultural yang beragam. Menurut Fais}a>l Darra>j, kajian ideologi
terungkap dari perbedaan yang bersumber dari pemahaman yang
tidak syarat dengan daya nalar, akan menimbulkan berbagai macam
bentuk interpretasi, seperti perbedaan situasi dan kondisi sosial,
perbedaan keyakinan, perbedaan visi misi dan kehendak gagasan
individu atau kelompok tertentu, pengasingan atau pengucilan dari
lingkungan sosial tertentu, pertentangan berbagaimacam keyakinan,
sampai kepada tahap penolakan terhadap keyakinan tertentu dan
2Ahmad Mohammad Ahmad Al-Harahsheh, “Translation of Islamic Texts
and Ideology” Journal Yarmouk University Irbid, Jordan AWEJ Special Issue on Translation, No. 2 (2013): 109.
3 Abbas Zaidi, “Language of Ideology/Ideology Of Language: Notes on
Theory and Practice” Journal of Postcolonial Cultures and Societies, No. 1948-
1845 ( 2012): 72.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 33
gaya bahasa tubuh yang termanipestasikan dari sebuah ide atau
gagasan tertentu.4
Meskipun kemungkinan belum banyak solusi untuk
permaslahan ideologi, menurut Culler itu bukan merupakan suatu
hal yang penting. Menurutnya, yang penting adalah salah satu
wacana yang berargumen dalam rangka mencari solusi
permasalahan. Lebih penting lagi adalah adanya kesadaran dalam
posisi tersebut. Culler mendukung pendapat aliran strukturalisme
yang menemukan istilah ideologi itu timbul secara natural atau
alamiah.5 Karena bahasa merupakan salah satu gejala alamiah yang
timbul dari tubuh manusia. Bahasa dan ideologi merupakan
instrumen yang penting dalam mewujudkan hegemoni kualitas
sosial seseorang, golongan, masyarakat, atau budaya tertentu. Akan
sangat sulit untuk menemukan sebuah situs dari praktik-praktik
sosial di mana bahasa dan ideologi tidak memainkan peran utama.
Hubungan bahasa dan ideologi begitu mendarah daging dan dasar
dari keduanya akan sulit untuk beroperasi secara terpisah satu sama
lain. Ini adalah melalui penggabungan bahasa dan ideologi yang
dipertahankan dalam masyarakat, sehingga menjadi suatu kebenaran
yang menyebar dan mengkristal dalam kekuatan transformatif
bahasa ideologi atau ideologi bahasa yang sangat luas, kuat, dan
abadi.6
Pada dasarnya bahasa merupakan bentuk verbal dari
pemikiran manusia. Jadi, bahasa dapat didefinisikan sebagai
rangkaian simbol-simbol yang dapat dipergunakan untuk
mengkomunikasikan gagasan, pendapat, serta perasaan orang
4Fais}a>l Darra>j, al-I<diyu>lujiy>ah wa al-Ikhtila>f al-I<diyu>lujiy>ah (‘A<mman: al-
Nadwah al-Musytarikah bain al-Ma‘had al-Mulkiy> al-Dira>sa>t al-Di>niy>ah wa
Muntada> al-Fikri> al-‘Arabi>, 2010), 24.
5Jonathan Culler, “Structure of Ideology and Ideology of Structure”:, 472.
6Abbas Zaidi, Language of ideology/ideology of language:Notes on Theory
and practice, 71.
34 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kepada orang lain. Pola-pola suara yang selama ini kita dengar,
merupakan bunyi yang diberi makna linguistik untuk
memverbalisasi gagasan, perasaan, ataupun hasil pemikiran
manusia.7 Sedangkan ideologi menurut Rosina merupakan bagian
dari membangun kekuatan yang lebih besar, seperangkat praktik-
praktik sosial di mana orang-orang tergantung terhadap analisis
yang dekat dengan asumsi yang mendasarinya. Dalam sebuah
diskusi pemikiran tentang hubungan antara bahasa dan kekuatan
sosial.8
Sebagaimana menurut Paul V. Kroskrity, yang
mengungkapkan bahwa bahasa merupakan salah satu bagian dari
sebuah klarifikasi yang bersifat ideologis.9
Bambi B. Schieffelin dan San Diego Kathryn, berpendapat
ideologi dan bahasa merupakan representasi budaya, baik secara
eksplisit atau implisit, dari persimpangan antara bahasa dengan
manusia dalam dunia sosial. Mediasi antara struktur sosial dan
bentuk bicara, ideologi tersebut dikongkritkan dengan bahasa.
Bahasa menghubungkan ideologi untuk identitas, kekuatan,
estetika, moralitas dan epistemologi. Melalui hubungan tersebut,
ideologi dan bahasa mendukung tidak hanya dalam bentuk linguistik
dan praktik kebahasaan, tetapi juga lembaga sosial yang
signifikan.10
Oleh karena itu, setiap bahasa kaitannya dengan ide
pada umumnya memiliki empat unsur pokok, yaitu: Pertama,
simbol. Yaitu kata, nama, atau frase yang dipergunakan untuk
menyebut sesuatu. Kedua, objek. Yaitu benda yang disebut dengan
7E. Sumaryono, Dasar-dasar Logika (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 25.
8Rosina, “Accent, Standard Language Ideology, and Discriminatory Pretext
in the Courts,” Journal Language in Society 23, No. 2 (1994)\: 166.
9Paul V. Kroskrity, “Language Renewal as Sites of Language Ideological
Struggle The Need for “Ideological Clarification” University of California at Los Angeles, 73.
10 Bambi B. Schieffelin, San Diego Kathryn A. Woolar, Language Ideologies: Practice and Theory (Oxford University Press, USA, 1998), 34.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 35
simbol. Ketiga, referensi. Yaitu makna yang menjebatani hubungan
antara simbol dan objek yang disimbolkan. Keempat, subjek. Yaitu
individu pelaku atau kelompok tertentu yang menciptakan simbol
dan menggunakannya pada suatu hal yang khusus.11
Keempat unsur
pokok tersebut menunjukan hubungan bahasa dan ide sama halnya
dengan hubungan performansi dan kompetensi.
A. Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa (Internal Speech)
Konsep ideologi mungkin merupakan salah satu permasalahan
yang paling kompleks bagi permasalahan kognitif seseorang atau
dasar pemikiran suatu kelompok tertentu. Menurut Kent Jonson,
kegagalan prilaku ekspresi bahasa yang diungkapkan secara
sistematis dan bersifat alamiah dimulai pada awal literatur ilmu
bahasa dengan pikiran, bahkan sebelum ilmu bahasa dipahami
sebagai salah satu cabang ilmu kognitif.12
Nilai-nilai kognitif
berhubungan dengan status sosial di mana nilai-nilai tersebut
diekspresikan dengan berbagai bentuk unsur-usnur prilaku. Menurut
J. Trevor Morley, masalah yang paling menarik di masa
kontemporer ini adalah hubungan antara bahasa, kekuasaan dan
ideologi.13
Sebagaimana dalam A Jacqueline H. E. Messing, sikap
ideologis menentukan sikap seseorang berbicara secara aktif dalam
menginformasikan dan mensosialisasikan bahasa dalam kehidupan
mereka.14
11E. Sumaryono, Dasar-dasar Logika (Yogyakarta: Kanisius, 1999),27.
12 12 Kent Jonson, “On The Systematicity Of Language And Thought,”
University of California: The Journal Of Philosophy, No. 3, (2004): 120.
13 J. Trevor Morley, “Power And Ideology In Everyday Discourse: The
Relevance Of Critical Discourse Analysis In Pragmatic Linguistics Today,”
Seminar of English Linguistics, (2004): 20.
14 A Jacqueline H. E. Messing, “Ambivalence and Ideology Among
Mexicano Youth in Tlaxcala Mexico,” University of South Florida: Journal of Language, Identity & Education, Taylor and France Group (2009): 350.
36 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Renâe Dirven, menyatakan perdebatan yang bersifat inovatif
dalam permasalahan ideologi sudah tidak bisa dihindari karena hal-
hal yang bersifat tendensius. Menurutnya, terdapat dua argumen
yang berafiliasi dengan permasalahan-permasalahan yang bersifat
tendensius dan berbeda satu sama lain. Pertama, kelompok yang
berargumen bahwa ideologi merupakan sebuah teori yang keliru
ketika selalu dikaitkan dengan realitas yang bisa mengatasi dan
digantikan oleh teori-teori yang dibuktikan berdasarkan ilmu
pengetahuan, seperti (paham rasionalisme). Kedua, yaitu kelompok
dialektikal yang berasumsi bahwa ideologi merupakan sebuah
momen yang tidak akan terelakan dalam daya pikir dan bahasa
tubuh manusia.15
Katherine Ledford, menyatakan bahwa standar bahasa
ideologi tidak berhubungan dengan kemungkinan banyaknya pilihan
dalam beberapa variasi yang berbeda, melainkan berhubungan
dengan pemilihan dalam suatu gejala sosial dan tidak diketahui
sebab-sebab perbedaannya karena timbul secara spontanitas
bersamaan dengan pengaruh alam dan lingkungan.16
Ideologi akan
selalu menjadi bahan perdebatan karena selalu menimbulkan
pemahaman yang berbeda. Baik bagi setiap individu, kelompok
sosial, dan kultur kebudayaan. Semuanya memiliki keyakinan
masing-masing yang mereka yakini sebagai keyakinan luhur dan
memiliki dampak yang besar bagi kehidupan mereka. Dengan kata
lain, menurut Jacqueline dalam komunikasi kita harus memahami
15 Renâe Dirven, Language and Ideology (Amsterdam: John Benjamins
Publishing, 2001), 1.
16Katherine Ledford, “Accent: Language, Ideology, and Discrimination in
the United States” Appalachian Journal 26, No. 1 (1998): 48.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 37
keterkaitan batas antara penutur dalam berbagai bahasa dan dialek
tertentu melalui identitas, keyakinan dan ideologi mereka.17
Haedar Nasir mengubungkan ideologi dengan dengan padanan
dalam bahasa Arab. Menurutnya, sebagian besar umat Islam dikenal
padanan dari bahasa Arab (al-mabda’)18 sebagai padanan bagi kata “
ideologi”. al-Mabda’ artinya pemikiran awal yang diikuti oleh
pemikiran berikutnya. al-Mabda’ juga berarti pemikiran dasar di
mana pemikiran-pemikiran cabang diletakkan di atasnya. Ideologi
Islam menjadi salah satu perkembangan mutakhir yang disebut
dengan islamisme atau isla>miy>ah.19
Tidak jarang kita lihat berbagai
macam organisasi yang mengatasnamakan Islam dan menjadikan
Islam sebagai dasar gerakannya dalam berdakwah. Gerakan tersebut
ada yang memang menjadikan agama Islam sebagai agama yang
penganutnya memiliki integritas yang tinggi, tetapi tidak sedikit
pula dengan pengatasnamaan tersebut menjadikan Islam sebagai
agama yang dimusuhi dan dianggap berbahaya. Padahal Islam tidak
bisa dilihat dan disimpulkan dengan sebagian kelompok saja.
Dalam perkembangan Islam, terjadi fenomena gerakan-
gerakan Islam yang lahir dengan beberapa ideologi tertentu.
Keberagaman ideologi menunjukkan perkembangan paham
keagamaan yang signifikan. Mulai dari Fundamentalisme,
17 A Jacqueline H. E. Messing, “Ambivalence and Ideology Among
Mexicano Youth in Tlaxcala Mexico,” University of South Florida: Journal of Language, Identity & Education, Taylor and France Group (2009): 355-356.
18 Dalam kamus al-‘Asri>, al-Mabda’ memiliki arti yang beragam, di
antaranya: kepercayaan, ideologi, digma, permulaan, asal, landasan, pondasi,
kaidah-kaidah, dasar-dasar, prinsip-prinsip, pokok. Lihat Atabik Ali dan A Zuhdi
Muhdlor, Qa>mu>s al-‘Asri> ‘Arabi>-Indu>nisi> (Yogyakarta: Multi Kaya Grafika, 2010),
1592-1593. Sedangkan dalam kamus al-Munawwir, al-Mabda’ berarti tempat atau
titik permulaan, asas, dasar, sesuatu yang menjadi prinsip. Lihat Ahmad Warson
Munawwir, Almunawir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka Progresif,
1997), 63.
19Haedar Nashir, Memahami Ideologi Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara
Muhammadiyah, 2014), 31.
38 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Modernisme, dan Post-Modernisme. Atau paham-paham yang
lainnya seperti Revivalisme, Modernisme, Neo-Revivalisme, dan
Neo-Modernisme. Gerakan-gerakan Islam tersebut beragam
orientasi dalam pemahaman dan pemikirannya, meskipun berasal
dari sumber Islam yang satu.20
Selain gerakan-gerakan Islam,
ideologi juga nampak berkembang pada tokoh-tokoh tertentu baik
dalam tahapan periodesasi atau tahapan segmentasi konteks
keagamaan. Dalam lingkup agama Islam khususnya, berbagaimacam
ideologi muncul dengan berbagaimacam keunikannya masing-
masing.21
Salah satu bentuk keunikan tersebut menurut S{ala>h} al-Di>n al-
Munjid adalah bahasa dakwah umat Islam yang kental dengan
bahasa-bahasa keagamaan yang melekat pada bahasa-bahasa
esoterik dan eksoteriknya.22
Semakin banyak organisasi-organisasi
Islam yang berdakwah, semakin beragam pula bahasa-bahasa
dakwah yang digunakan. Oleh karena itu, tidak jarang bahasa-
bahasa tersebut dijadikan sesuatu yang memang menjadikan agama
Islam sebagai agama yang rah}mah li al-’a>lami>n. Bahasa al-Qur’an
20Haedar Nashir, Memahami Ideologi Muhammadiyah, 10.
21Salah satunya Sayyid Qutb dengan pemikiran radikalnya (fundamental)
yang banyak menginspirasi kaum muslim di dunia untuk melakukan berbagai
gerakan-gerakan, baik gerakan pembaharuan maupun gerakan jihad. Hal ini karena
tulisan-tulisan Sayyid Qut\b memang banyak menggelorakan semangat beragama
dan berjihad. Lihat Zunly Nadia, “Akar-Akar Radikalisme Islam Dalam Tafsir Fi
Dilal Al-Quran Karya Sayyid Qutb,” Jurnal Studi Islam 18, No. 22 (2012): 311.
22Bahasa esoterik adalah bahasa-bahasa religi yang hanya dapat dibaca dan
dirasakan oleh orang-orang tertentu yang mempunyai dasar keilmuan tersendiri
untuk bisa membacanya. Proses berpikir dalam bahasa ini hanya bukti yang belum
mengerti bahwa tidak mungkin ada pemikiran (termasuk analisis kritis) di luar
proses berpikir (roh absolut). Sedangkan bahasa eksoterik yaitu bahasa yang
melihat pemikiran dari luar, seolah-olah, menilai mereka tanpa ada suatu bahasa
dalamnya. Lihat Josef M Schmidt, “The Esoteric And Exoteric View Of
Homoeopathy” British Homoeopathic Journal 87, (1998) : 101.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 39
yang berbahasa Arab23
misalnya, banyak dari kalangan non muslim
yang mengakui keindahan dan autentisasi bahasa yang digunakan
dalam al-Qur’an. Selain itu, akan lahir juga bahasa-bahasa
keagamaan sebagai dasar perbedaan penafsiran terhadap bahasa al-
Qur’an tersebut. Ahli fikih, tasawuf, hadist, filsafat, kalam, dan
tafsir akan menggunakan bahasa-bahasa tersendiri dalam
menafsirkan al-Qur’an.
J. Trevor Morley memberikan perhatian terhadap bahasa
sebagai praktik sosial yang berhubungan dengan kondisi dalam
wacana memproduksi kekuatan pikiran yang tersimpan secara
abstrak (ide), dan dimensi–dimensi yang mendominasi dan
mempelopori dalam sebuah kelaziman ilmu bahasa.24
Jonathan
Culler berpendapat bahwa sebenarnya karaktersitik aliran
strukturalisme dan semiologi diperoleh dari permasalahan ideologi.
Sebuah ideologi merupakan sebuah teori yang membenarkan fakta-
fakta ekonomi, politik, pendidikan secara tersembunyi baik dengan
fakta historis dan menjadikan semua konteks tersebut sebagai
komponen natural dalam menginterpretasikan fakta sosial yang
terjadi di alam sekitar.25
Paul V. Kroskrity menambahkan bahwa
pentingnya mengenal bahasa dalam dimensi ideologis bertujuan
untuk kegiatan pembaharuan dan pengambangan bahasa. Konsep
klarifikasi ideologis dapat menghubungkan secara eksplisit kaitan
23S{ala>h} al-Di>n al-Munjid, Kita>b al-Lugha>t fi> al-Qur’a>n (Qa>hirah: Ja>mi‘ al-
H{uqu>q Mah}fu>dah li> al-Na>syir, 1987), 2.
24 J. Trevor Morley, “Power and Ideology in Everyday Discourse: The
Relevance of Critical Discourse Analysis in Pragmatic Linguistics Today,” Seminar of English Linguistics ( 2004): 24.
25Jonathan Culler, “Structure of Ideology and Ideology of Structure,” New Literary History Journal 4, No. 3 (2014): 471.
40 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
antara bahasa dan ideologi baik dalam hal teori ataupun dalam hal
praktik.26
Berhubungan dengan bahasa, yang mashur di masyarakat
adalah bahasa yang terdengar oleh telinga atau bahasa dalam bentuk
fonologi. Namun jika dilihat dari sisi psikolinguistik atau
neuropsikolinguistik (‘ilm al-lughah al-‘as}abi>)27 bahasa bukan saja
yang terdengar oleh telinga (dalam bentuk fonologi), tetapi dalam
pemproduksi bahasa manusia melalui tahapan-tahapan tersendiri.
Menurut Fais}a>l Darra>j, mulai dari resepsi bahasa (istima>‘) memori
dapat menyimpan kata (kalimah), sehingga menimbulkan
berbagaimacam pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengkaji
tema dari sebuah ideologi. Pendekatan-pendekatan tersebut juga
dapat bersinergi dalam bentuk-bentuk tertentu. Khususnya, tema
yang mencakup batasan-batasan antara dunia abstrak (al-
i>diyu>lujiyah) dan berwujud (al-lughah). 28 Antara batasan-batasan
tersebut sebenarnya menjadi satu kesatuan bahasa yang saling
menghubungkan antara dunia psikologis (‘ilm al-lugah al-nafsi>),
sosiologis (‘ilm al-lughah al-ijtima>‘i>), dan antropologis (‘ilm al-
lughah al-antru>pu>lu>ji>). Oleh karena itu, bahasa sering dikait-kaitkan
26Paul V. Kroskrity, “Language Renewal as Sites of Language Ideological
Struggle The Need for Ideological Clarification” University of California at Los Angeles, 71.
27Merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari gejala-gejala bahasa
dalam mekanisme otak (al-dima>g) dan hal-hal yang berkaitan dengan kejiwaan (al-‘as}abiyah) yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan kebahasaan
secara internal dan merupakan bagian dari ilmu psikolinguistik (‘ilm al-lughah al-nafsi>) yang kemudian menjadi ilmu yang berkembang dan menjadi satu disiplin
ilmu tersendiri. Lihat Abd al-Azi>z Ibn Iba>hi>m al-‘Usaili>, al-Naz}a>riya>t al-Lughawiy>ah al-Nafsiy>ah wa Ta‘li>m al-Lughah al-‘Arabiy>ah (Bairu>t: Ja>mi‘ah al-
Ima>m Muh}ammad Ibn Su‘u>d al-Isla>miy>ah), 9.
28Fais}a>l Darra>j, al-I<diyu>lujiy>ah wa al-Ikhtila>f al-I<diyu>lujiy>ah (‘A<mman: al-
Nadwah al-Musytarikah bain al-Ma‘had al-Mulki> al-Dira>sa>t al-Di>niy>ah wa
Muntada>’ al-Fikri> al-‘Arabi>, 2010), 21.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 41
dengan psikologi, sosiologi dan antropologi sebagai unsur yang
penting dalam ketiga konteks tersebut.
Smith dalam Michel Pecheux berpendapat bahwa
perkembangan bahasa dalam beberapa tahun terakhir meliputi
bidang koheren pragmatik (al-tada>wuliyah),29 yang mengandaikan
teori kompetensi bahasa dan menggabungkan menjadi sebuah teori
yang lebih umum dalam penggunaan bahasa. Hal ini menjadi
penting untuk mempertimbangkan fenomena interlokutor dalam
peristiwa berbahasa.30
Menurut Chomsky, setiap orang mempunyai
an innate system (sistem yang terwarisi) yang cocok untuk
berbahasa dari semua bahasa yang mungkin ditangkap olehnya.
Sistem tersebut mungkin untuk meletakkan dan menyimpan
sejumlah hubungan tertentu dalam otak manusia. Setiap orang yang
diwarisi secara variatif memungkinkan untuk memproduksi
bahasanya (kifa>yah lughawiyah) secara berbeda-beda. Proses
tersebut disebut sebagai kompetensi bahasa. Yaitu pengetahuan
29Pragmatis dalam kajian bahasa merupakan pembahasan yang termasuk
dalam ilmu diskusi atau pergantian pikiran. Dalam bahasa Arab pragmatis juga
disebut dengan istilah (al-takha>t}ub) atau komunikasi yang terjadi antara dua orang
yang berinteraksi dalam suatu kelompok, atau masyarakat tertentu. Lihat ‘Abd al-
Azi>z Ibn Ibra>hi>m al-‘Usaili>, al-Naz}a>riya>t al-Lughawiy>ah al-Nafsiy>ah wa Ta‘li>m al-Lughah al-‘Arabiy>ah (Bairu>t: Ja>mi‘ah al-Ima>m Muh}ammad Ibn Su‘udi al-
Isla>miy>ah, 2000), 9.
30Michel Pecheux, “Language, Semantics, and Ideology,” Journal Language Society 12, No. 2 (1983): 288. Interlokutor merupakan bentuk komunikasi dalam
percakapan manusia, interaksi antara dua peserta yang menunjukkan berbagai
derajat dan pola saling mempengaruhi dalam beberapa aspek tertentu seperti
berbicara, perilaku gestural, keterlibatan tingkat emosi, dan jenis lainnya. Adanya
saling mempengaruhi ini memadukan aliran yang dinamis dalam percakapan dan
memainkan peran penting dalam membentuk keseluruhan nada interaksi. Bahkan,
kita bisa melihat percakapan sebagai hasil dari dua interaksi dalam sistem bahasa
yang bersifat dinamis, sehingga evolusi pengguna atau pembicara tidak hanya
tergantung pada sejarah pribadi saja, tetapi juga sejarah mitra berinteraksi. Lihat
Chi-Chun Lee, Carlos Busso, Sungbok Lee, and Shrikanth Narayanan, “Modeling
Mutual Influence of Interlocutor Emotion States in Dyadic Spoken Interactions,”
University of Southern California, Los Angeles, CA 90089, USA, (2009): 1983.
42 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
yang dipakai oleh pemakai bahasa tentang bahasanya secara tidak
sadar dan bersifat spontanitas, secara intrinsik, implisit, dan secara
ruhaniah.31
Berdasarkan pemaparan Chomsky tersebut, tidak keliru
kiranya jika ideologi dikatakan sebagai bagian dari kompetensi
bahasa seseorang. Dapat dipastikan adanya kesinambungan antara
ideologi yang dimiliki dengan bahasa yang diproduksi. Inilah yang
dimaksud dengan kompetensi bahasa. Menurut Rosina, tidak ada
diskriminasi rasial antara bahasa dan ideologi. Namun, perlu analisis
yang cukup mendalam dalam hal bahasa. Bahasa dan ideologi
disediakan oleh sebagian sistem peradilan yang diakui dalam teori
hubungan antara bahasa dan identitas sosial.32
Namun, menurut
Abbas Zaidi, pakar bahasa pada umumnya sepakat pada sifat sosial
ideologi. Yaitu tentang hubungan sosial, kesadaran, dan perebutan
kekuasaan yang menjadi bagian penting dalam melaksanakan tujuan
ideologis. Ideologi dengan demikian, juga tentang kesadaran
hubungan tersebut.33
Oleh karena itu, menurut Miki Miahara tugas
penting dalam ilmu antropologi adalah peranannya dalam ideologi
bahasa, atau konsep kebudayaan dalam bahasa, bagi perubahan
bentuk hubungan sosial, struktur bahasa dan penggunaan bahasa.34
Karena sifat, karakter, watak dan kepribadian seseorang merupakan
bagian dari ilmu antropologi dan bagian dari kebudayaan.
Antropologi dan kebudayaan merupakan salah satu faktor
yang dapat menimbulkan berbagai macam ekpresi bahasa, Paul V.
31 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa,
Makna dan Tanda (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 121.
32 Rosina, Accent, “Standard Language Ideology, and Discriminatory
Pretext in the Courts”, 163.
33 Abbas Zaidi, “Language of Ideology/Ideology of Language: Notes on
Theory and Practice”, 72.
34 Miki Makihara, “Linguistic Syncretism and Language Ideologies:
Transforming Sociolinguistic Hierarchy on Rapa Nui (Easter Island),” American Anthropologist Journal 106, No. 3 (2004): 520.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 43
Kroskrity berpendapat bahwa yang paling penting dari dimensi
kebudayaan adalah adanya hubungan dan saling keterkaitan dalam
bentuk ekspresi. Salah satu alat ekspresinya adalah pengakuan
bahwa hubungan ideologi dengan bahasa dapat mewakili persepsi
bahasa dalam wacana yang dibangun untuk berbagaimacam
kepentingan kelompok sosial atau budaya tertentu. Oleh karena itu,
masyarakat bahasa tertentu sangat dipengaruhi posisinya oleh
aspek-aspek yang lainnya, seperti aspek ekonomi, politik dan aspek-
aspek lainnya yang relevan dengan sistem budaya.35
Bahasa dan ideologi juga kental dihubungkan dengan agama.
Menurut Komarudin Hidayat, hubungan bahasa sebagai alat dan
ekspresi keagamaan sangatlah kompleks, sekompleks pikiran,
perasaan dan aktifitas kehidupan manusia yang bersifat dinamis.36
Demikian bahasa agama bukan hanya yang tertera dalam teks (al-
Qur’an, al-Sunnah, dan teks-teks keagamaan yang lainnya), namun
bahasa agama juga merupakan bagian dari ekspresi keagamaan
sehari-hari dalam aktifitas penganutnya (Muslim). Simbol
kegamaan bagi umat Islam adalah sama yaitu al-Qur’an, al-Sunah,
dan sumber-sumber lain yang mendukung keduanya. Akan tetapi
ekpresi jiwa, pikiran, gaya tubuh dan bahasa yang memahaminya
dengan cara dan metode yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
muncullah berbagai macam bahasa kegamaan yang muncul
berdasarkan pemahaman masing-masing kelompok keagamaan
tertentu sebagai alat untuk memahami agama.
Bahasa keagamaan tentunya merupakan bagian dari ide-ide
yang bersifat ideologis yang dimiliki oleh masing-masing
latarbelakang ideologi berbeda-beda. Dalam hal ini, lingkungan
35 Lihat Paul V. Kroskrity, “Language Renewal as Sites of Language
Ideological Struggle The Need for Ideological Clarification” University of California at Los Angeles, 72.
36 Komarudin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutika (Bandung: Mizan Media Utama, 2003), 164-165.
44 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
penutur sangatlah berpengaruh bagi perkembangan bahasa ideologis
seseorang atau kelompok tertentu. Sebagaimana pemaparan
Chomsky, kemungkinan bahasa manusia berkembang sejalan dengan
perkembangan lingkungannya, walapun berkembang secara lambat.
Bahasa bukan susatu yang bersifat natural saja, melainkan juga
faktor konsekuensi adaptasi dari sosio-kultural di mana bahasa
tersebut berkembang beriringan dengan perkembangan ukuran
pikiran.37
Bahasa keagamaan yang muncul adalah bahasa yang
dieksternalisasikan oleh bahasa yang ada dalam ide setiap pikiran
tertentu. Ide atau gagasan seseorang menentukan performansi
bahasa yang digunakan. Kita sering mendengar variasi tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Bagi seseorang yang memiliki gagasan
fundamental (asa>si>) atau anti Barat, sering mendengarkan bahasa-
bahasa yang kuat mengucapkan tentang wajibnya manusia
berideologi pada syariat Islam. Berbeda dengan soerang muslim
yang memiliki gagasan modernis moderat (muh}dith), baginya
mengucapkan kata-kata yang netral tidak fanatik, tidak tendensius
dan tidak memojokkan selain Islam. Menurut Yasir Suleiman,
bahasa adalah agen pengikat antara mereka yang berbicara itu,
membawa mereka lebih dekat satu sama lainnya. Sementara di saat
yang sama, gaya bahasa yang digunakan adalah salah satu yang
membedakannya dari orang-orang yang berbicara dengan bahasa
yang lainnya.38
Jonathan Culler berpendapat bahwa pemikiran tentang bahasa
terjadi dalam simbol metafisika yang diberikan keutamaan dalam
37Noam Chomsky, Of Minds and Language (Biolinguistics 1: 009-027
ISSN 1450-34-17, 2007), 24.
38Yasir Suleiman, The Arabic Language And National Identity: A Study In Ideology (Edinburgh: Edinburgh University Press, 2003), 134.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 45
hal signifie dan signifiant39 sebagai salah satu notasi bagi lawan
tutur atau pendengar (resepian) yang mengalami proses pemasukkan
informasi (internalisasi) yang dicerna dan kemudian dibahasakan
(eksternalisasi) pula dalam rangka merespon proses berpikir yang
berubah menjadi proses berbahasa.40
Proses tersebut tidaklah
mungkin sempurna tanpa adanya dukungan struktur-strukur bahasa
yang dikenal dengan struktur dalam dan struktur luar bahasa.
Sebagaiman menurut Chomsky dalam Nawa>l Muhammad ‘At}iyah,
dengan konsepnya tentang al-nahwu al-tah}wi>li> (transformational
grammar).41
Membicarakan persoalan struktur, menurut Abdul Chaer
ketika suatu satuan ujaran dianalisis, maka satuan ujaran tersebut
dapat disegmentasikan atas satuan-satuan sintaksisnya (‘ilm al-
tarki>b atau al-nah}w), yaitu makna (‘ilm al-dila>lah), kalimat (kala>m),
klausa (jumlah), frase (mura>kab) dan kata. Kemudian dianalisis
satuan-satuan morfologinya yaitu morfem (morfi>m) dan afiks
(id}a>fah). Kemudian dianalisis satuan fonologinya yaitu, fonem
(nut}q) dan fon (s}aut). Namun biasanya kajian struktur internal
dimulai dari menganalisis satuan fonologi, satuan morfologi, satuan
39 Istilah penanda digunakan untuk yang menandai (dalam istilah De
Saussure adalah signifie) dan petanda untuk yang ditandai (dalam istilah De
Saussure adalah signifiant). Lihat dalam Abdul Chaer, Linguistik Umum, 40.
Selanjutnya, menurut De Saussure dalam S.C. Dik dan J.G. Kooj, lebih baik
memandang tanda (khususnya dalam tanda bahasa) sebagai kesatuan bentuk
tertentu sekaligus arti tertentu. Jadi signe mempunyai segi bentuk (signifiant) dan
segi arti (signifie) yang saling menentukan. Baik signifiant ataupun signifie
menurut Saussure dianggap sebagai data psikis (kejiwaan) atau data pengetahuan.
Lihat dalam S.C. Dik dan J.G. Kooj, Ilmu Bahasa Umum, 76.
40Jonathan Culle, “Structure of Ideology and Ideology of Structure”,475.
41Nawa>l Muhammad ‘At}iyah, ‘Ilm al-Nafs al-Lughawi> (Qahirah: Maktabah
al-Anjilu> al-Mis}riyah, 1975), 14.
46 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
sintaksis, dan satuan pembentuk wacana. Maka secara hierarkial
satuan bahasa dapat dibagankan dalam gambar sebagai berikut:42
Gambar 2
Satuan Bahasa
Semantik (‘ilm al-dilalah)
Sintaksis (ilm al-tarkib/al-nahw)
Klausa (al-jumlah)
Frasa (murakab)
Morfologi (‘ilm al-S}arf)
Fonologi (‘ilm al-aswat)
Gambar di atas merupakan bidang keilmuan lingusitik yang
masuk dalam wilayah kompetensi bahasa. Oleh karena itu,
kompetensi bahasa merupakan pengetahuan tentang kaidah bahasa
yang dimiliki oleh seseorang secara batin. Artinya bahasa tersebut
adalah bahasa yang bersifat abstrak yang berada dalam wilayah
struktur internal penutur bahasa.43
Satu hal yang perlu diperhatikan
dalam kajian struktural adalah yang dikaji berupa data yang bersifat
sinkronik (muwa>qit) bukan data yang bersifat diakronik (ta>ri>khi>).44
Artinya kajian tersebut merupakan data-data yang bersifat apa
adanya, dan hasil yang diperoleh merupakan kaidah-kaidah yang
berlaku pada ketatabahasaan yang terkini (sesuai dengan kondisi
42 Abdul Chaer, Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan
Pemelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 52-53.
43 Jailani Musni, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung:
Humaniora, 2009), 79.
44 Menurut Bethwyn Evans, linguistik secara sinkronik merupakan studi
bahasa pada suatu titik waktu tertentu dan yang dijadikan objek kajian hanya salah
satu periode saja dari keseluruhan. Sedangkan linguistik diakronis merupakan studi
pengembangan linguistik melalui waktu secara komprehensi tanpa melihat
periodesasi. Lihat Bethwyn Evans, “Synchronic and Diachronic Explanation”, PhD workshop (13th March 2008), 1.
Kompetensi bahasa
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 47
sosial pada masa tersebut). Kajian struktural dapat dilakukan pada
semua tataran kebahasaan, terutama untuk bahasa yang belum
pernah dikodifikasikan.45
Fairclough dalam J. Trevor Morley berpendapat bahwa studi
tata bahasa mencakup fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik
merupakan salah satu konsepsi mikro bahasa yang digunakan dalam
konteks makro. Oleh karena itu, tata bahasa tersebut bersifat
dinamis berdasarkan konteks sosial yang dihasilkan.46
Kompetensi
bahasa dalam penelitian ini mencakup dua hal. Yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan kalimat (sintaksis) dan hal-hal yang
berhubungan dengan makna (semantik). Kedua tataran bahasa
tersebut merupakan bagian dari bahasa yang termasuk dalam
kompetensi bahasa (deep structure).
a. Sintaksis (‘Ilm al-Tarki>b)47
Tata bahasa atau lebih dikenal dengan gramatika bahasa
merupakan bidang linguistik yang mencakup unsur sintaksis dan
morfologi di dalamnya. Kedua tataran tersebut memang berbeda,
namun kadang tidak dapat dipisahkan. Bahkan, belakangan ini
muncul istilah bahasa yang menyatukan keduanya, yaitu
morfosintaksis. Morfologi sebagai unsur bahasa yng membicarakan
unsur dalam struktur internal kata, sedangkan sintaksis
membicarakan kata hubungannya dengan kata lain. Dalam sintaksis
45 Abdul Chaer, Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan
Pemelajaran, 53.
46 J. Trevor Morley, “Power And Ideology In Everyday Discourse: The
Relevance Of Critical Discourse Analysis In Pragmatic Linguistics Today,”
Seminar of English Linguistics, (2004): 21.
47Sintaksis sering disebut sebagai tataran kebahasaan terbesar, sintaksis
mengkaji hubungan antara kata dalam suatu konstruksi. Berdasarkan hal tersebut,
sintaksis merupakan cabang dari ilmu linguistik yang mengkaji konstruksi-
konstruksi yang bermodalkan kata. Lihat Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat (Malang: Misykat, 2004), 25-26.
48 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dibahas kata-kata yang menempati secara bersamaan sehingga
menjadi kelompok kata atau kalimat.48
Sintaksis merupakan studi tentang prinsip-prinsip dan proses
yang dibangun dalam bahasa tertentu. Penyelidikan sintaksis
bahasa tertentu memiliki tujuan pembangunan tata bahasa yang
dapat dilihat sebagai perangkat semacam untuk memproduksi
kalimat bahasa di bawah analisis. Secara umum, ahli bahasa harus
peduli dengan masalah penentuan sifat yang mendasari fundamental
tata bahasa yang mencakup seluruh aspek unsur-unsur internal
bahasa. Hasil akhir dari penyelidikan ini harus menjadi teori struktur
linguistik, di mana perangkat deskriptif digunakan dalam tata
bahasa tertentu disajikan dan dipelajari secara abstrak dengan
referensi khusus untuk bahasa tertentu. Salah satu fungsi teori ini
adalah untuk menyediakan metode umum tata bahasa dalam setiap
bahasa, mengingat korpus kalimat bahasa terdiri dari aspek internal
dan eksternal.49
Banyak pakar pemerolehan bahasa menganggap bahwa
pemerolehan bahasa dalam bentuk sintaksis dimulai ketika kanak-
kanak mulai dapat menggabungkan dua buah kata atau lebih.50
Sintaksis mempelajari hubungan formal antara tanda-tanda bahasa
yaitu hubungan antar kata atau frasa dengan yang lainnya dalam
satu kalimat.51
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang masuk
dalam tatanan bidang tata bahasa atau gramatika.52
Dari sudut
48Abdul Chaer, Linguistik Umum, 206.
49Noam Chomsky, Syntactik Structure (New York: Mouten de Gruyter,
2002), 1.
50 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta: Rineka Cipta,
2009),183.
51Moh Ainin dan Imam Asrori, Semantik Bahasa Arab (Surabaya: Hilal
Pustaka, 2008), 9-10.
52 Susunan bahasa secara transformasional seluruhnya secara garis besar
terdiri tiga susunan komponen pokok, di antaranya sebuah komponen sintaksis
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 49
pandang yang lain, menurut Chomsky sintaksis merupakan upaya
untuk mengembangkan gagasan memadai dalam kerangka
inskriptional nominalistik bahasa.53
Menurut Abdul Chaer dalam pembahasan sintaksis yang biasa
dibahas di antaranya: Pertama, struktur sintaksis mencakup masalah
fungsi, kategori, dan peran sintaksis dan alat-alat yang digunakan
untuk membangun struktur tersebut. Kedua, satuan-satuan sintaksis
berupa kata, frase, klausa dan kalimat. Ketiga, hal-hal yang
berkenaan dengan sintaksis seperti masalah modus, aspek dan yang
lainnya.54
Oleh karena itu, kualitas sebuah sintaksis biasanya
berhubungan dengan kualitas kognitif atau pemikiran seseorang.
Kalimat yang baik adalah kalimat yang secara struktur gramatika
tersusun, terstruktur, dan adanya kesesuaian diksi (pilihan kata)
yang digunakan. Seseorang yang memiliki ide yang brilian akan
mengeluarkan kalimat-kalimat yang akan mengubah seseorang,
lingkungan, sosial, budaya, bahkan dunia. Sebab kalimat-kalimat
yang diproduksi adalah kalimat-kalimat yang bersumber dari ide
yang berkualitas, sehingga memiliki dampak yang signifikan bagi
lingkungan sekitarnya.
Sebagaimana dalam Ruth Wodak proses komunikasi tidak
terlepas dari ideologi yang aplikasikan dalam bahasa.55
Terkadang
kita mendengar kalimat-kalimat yang kurang enak didengarkan,
tidak terstruktur, dan tersusun. Begitu pula dari segi diksinya sama
pusat dan dua buah komponen pinggiran, yaitu komponen fonologi dan komponen
semantik. Adapun komponen sintaksis terjadi dari sebuah komponen dasar dengan
kaidah-kaidah penjabaran yang membangkitkan struktur kedalaman, serta sebuah
komponen transformasional yang mengubah struktur kedalaman menjadi struktur-
struktur permukaan. Lihat dalam S.C. Dik dan J.G. Kooj, Ilmu Bahasa Umum, 104.
53 Noam Chomsky, “Systems of Syntactic Analysis”, The Journal of Symbolic Logic 18, No. 3 (1953): 242.
54Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 206.
55Ruth Wodak, “Language and Ideology–Language in Ideology,” Lancaster University: Journal of language and Poilitics, John Benjamin Publishing Company ( 2007): 1.
50 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
sekali tidak menunjukkan kalimat yang dapat dimengerti, sehingga
memproduksi bunyi-bunyi yang tidak enak didengar, sulit dipahami,
susah diterima dan dibaca orang lain. Hal ini juga berhubungan
dengan kognitif seseorang. Bahasa internal yang diproduksi dari
kualitas ide seperti ini tidak akan banyak direspon orang dan tidak
akan memiliki dampak sosial yang signifikan. Hal ini juga
menunjukkan kualitas pikiran atau ideologi seseorang menentukan
juga kualitas bahasanya.
b. Semantik (‘Ilm al-Dila>lah)
Sintaksis merupakan salah satu aspek kebahasaan yang
mencakup dalam internal speech. Selain sintaksis ada aspek
kebahasaan lainnya yang menjadi bagian internal speech, yaitu
semantik. Manurut Abd al-Azi>z Ibn Iba>hi>m al-‘Usaili, semantik
mencakup makna yang terkandung dalam kata (mufrada>t) dan dalam
bentuk susunan kata (al-tara>ki>b). Makna tersebut memberikan
pengaruh terhadap pola penggunaan lingkungan atau kelompok
sosial tertentu yang hidup semenjak pemerolehan bahasa dan
pembelajaran bahasa yang ada hubungannya dengan bahasa yang
mempunyai kaidah-kaidah tertentu dan menjadi sumber komuniksai
masyarakat pada umumnya.56
Pada tahapan semantik, teori generatif transformatif
menyatakan bahwa kalimat-kalimat yang kita dengar dibangkitkan
dari struktur luar dengan rumus-rumus fisiologi.57
Sedangkan
struktur luar dibangkitkan dari struktur dalam dengan rumus-rumus
56 Abd al-Azi>z Ibn Ibra>hi>m al-‘Usaili>, al-Naz}a>riya>t al-Lughawiy>ah al-
Nafsiy>ah wa Ta‘li>m al-Lughah al-‘Arabiy>ah (Bairu>t: Ja>mi‘ah al-Ima>m Muh}ammad
Ibn Su‘u>di al-Isla>miy>ah), 9.
57 Seperti yang Anda pelajari sebelumnya, fisiologi adalah ilmu yang
mempelajari fungsi struktur anatomi. Fisiologi manusia adalah studi tentang fungsi
tubuh manusia. Fungsi-fungsi ini sangat kompleks dan lebih sulit untuk memeriksa
dari struktur anatomi yang paling dalam. Lihat O. Osunderu, Basic Anatomy and Phisiology of Human Body (Abuja: National University of Nigeria, 2008), 4.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 51
transformasi. Dengan demikian, tatabahasa merupakan suatu sistem
yang menghubungkan bunyi dengan makna. Dalam hal ini struktur
dasar memberikan kontribusi kepada komponen semantik, dan
struktur luar memberikan kontribusi kepada komponen
fonologi.58
Semantik merupakan pembahasan yang bersifat essensi
(ha>mmah) dalam hal lisan manusia, ilmu ini memperhatikan
tahapan-tahapan klasifikasi bahasa yang menjadi makan tertentu
yang terucap dari lisan manusia. Maka rumus kaidah-kaidah (ibla>gi>)
bahasa mengalami perubahan dengan proses adanya komunikasi
antara petutur dengan lawan tutur.59
Objek kajian semantik adalah makna. Makna tersebut
memiliki cakupan yang sangat luas. Seperti afiksasi, reduplikasi,
komposisi, akronimsiasi, dan proses konvesi.60
Kajian semantik ini
tidak dapat diobservasi secara empiris. Berbeda dengan fonologi,
morfologi dan sintaksis yang objek kajiannya bisa diamati. Namun,
kajian semantik begitu banyak dilakukan sebab berbahasa tidak bisa
tanpa memperdulikan makna. Artinya karena bahasa manusia
merupakan bahasa yang diproduksi dengan bantuan akal, maka
setiap kata-kata yang terucap dipastikan memiliki makna-makna
tersendiri. Oleh karena itu, objek kajian semantik sangat luas.
Karena makna merupakan sesuatu yang tidak ada batasannya, setiap
orang tertentu akan berbeda cara pandang terhadap bahasa
seseorang.
Abdul Chaer berpendapat bahwa objek kajian semantik dapat
dibagi kepada tiga bagian. Yaitu makna leksikal (lexical item),
58Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, 190.
59Manqu>r ‘Abd Jali>l, ‘Ilm al-Dila>lah: Usu<luh wa Maba>h}ith Fi> al-Tura>th al-‘Arabi> (Damaskus: Mansyu>ra>t Ittih}a>d al-Kita>b al-‘Arabi>, 2001), 23.
60 Abdul Chaer, Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran, 75.
52 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
makna gramatikal, dan makna kontekstual.61
Makna leksikal
merupakan makna yang berkaitan dengan identifikasi dan
representasi semantik unsur leksikal (sesuai dengan referen). Jika
kita mengidentifikasi semantik unsur leksikal, kita harus siap untuk
kemungkinan yang diberi kata memiliki multitafsir.62
Makna
gramatikal merupakan makna yang muncul setelah melalui proses
gramatika. Khususnya spesifikasi tata bahasa yang memaksakan
kondisi struktur fungsional dan konstituen kalimat atau tulisan
berkaitan dengan tata bahasa resmi.63
Makna kontekstual mencakup
konteks dalam kalimat dan konteks situasi. Kontekstual dari kata-
kata untuk memberikan manfaat sebagai sumber informasi dalam
memahami makna variasi kata-kata serta untuk memecahkan makna
berdasarkan konteks mereka yang sebenarnya.64
Makna kontekstual
menunjukan keragaman makna dalam satu kata tertentu. Keragaman
makna tersebut dalam arti kata yang dipengaruhi oleh keragaman
konteks yang bersifat kebahsaan atau pun non kebahasaan.
B. Fonologi Sebagai Performansi Bahasa (External Speech)
Fonolgi termasuk tatabahasa yang berada dalam struktur luar.
Menurut Chomsky, tata bahasa merupakan sistem bahasa sebagai
perangkat untuk memproduksi bahasa yang dapat dianalisis. Lebih
umum, ahli bahasa harus peduli dengan masalah penentuan sifat
yang mendasari dasar tata bahasa. Salah satu fungsi dari konsep ini
adalah untuk menyediakan metode umum untuk memilih tata
61 Abdul Chaer, Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan
Pemelajaran, 68.
62Timothy Baldwin, Lexical Semantics: Introduction (The University of
Melbourne, 2003), 15.
63Ronald M. Kaplan dan Joan Bresnan, Lexical Functional Grammar: A Formal System for Grammatical Representation (Stanfor University, 1995), 2.
64 Niladri Sekhar Dash, “Centext and Contextual Word Meaning,”
Bengladess: Journal of Theoretical Linguistics 5, No. 2 (2008): 21.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 53
bahasa untuk setiap bahasa, diberi korpus kalimat dalam bahasa
tertentu.65
Menurut Ahmad Sayuti Anshari Nasution, ahli tata
bahasa membagi bahasa kepada tiga unsur utama yang saling
berkaitan. Masing-masing unsur tersebut adalah unsur bunyi,
struktur, dan makna.66
Unsur-unsur bahasa ini jika digambarkan
akan terlihat seperti bentuk gambar piramida, sehingga sebagian
orang menyebutnya dengan piramida bahasa. Piramida tersebut
digambarkan unsur bunyi sebagai dasar atau pondasi sedangkan
makna digambarkan sebagai unsur yang berada pada posisi teratas
sebagai batas akhir interpretasi.67
Gambar 3 Piramida Bahasa
Ilmu-ilmu yang termasuk pada bagian dasar adalah fonetik
dan fonologi. Ilmu ini yang membahas kebenaran pengucapan huruf,
kata dan kalimat. Sedangkan ilmu-ilmu yang termasuk pada bagian
tengah adalah nahwu dan sharaf. Ilmu ini membahas pembentukkan
65Noam Chomsky, Sintatix Structure (New York: Mouton de Gruyter,
2002), 5.
66 Penulis menghubungkan konsep piramida bahasa (segitiga makna,
struktur dan bunyi) di atas dengan konsep Lieberman (ilustration at the social, cognitive and neural levels) atau hubungan antara sosial, kognitif dan neural.
Dengan bahasa lainnya, komponen makna sama dengan neural, komponen struktur
sama dengan kognitif dan komponen bunyi sama dengan sosial. Lihat dalam D.
Lieberman, “A Social Cognitive Neuroscience Aproach” Psychological Bulletin Harvard University, Vol, 126, No.1, (2000):110.
67Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Bunyi Bahasa (Jakarta: UIN Jakarta
Press, 2006), 15-17.
Makna
Struktur
Bunyi
2
1
3
54 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kata, kalimat yang benar dalam suatu bahasa. Bila ilmu ini tidak
diperhatikan, maka bahasa yang kita ucapkan bisa dipahami dengan
makna yang berbeda dari makna yang kita inginkan. Pada bagian
ketiga adalah ilmu tentang unsur makna, pada bagian ini yang
dibahas adalah ilmu baya>n, ma’a>ni>, dan badi>’ atau lebih dikenal
dengan semantik atau bala>ghah.68 Hal tersebut senada dengan Faris
Muhammad ‘Aisi>, menurutnya unsur-unsur tersebut terdiri dari
bunyi (niz}a>m al-s}auti>), struktur (niz}a>m al-s}arfi> wa niz}a>m al-nah}wi>),
dan makna (niz}a>m al-dila>li>).69
Fonologi merupakan salah satu bagian kajian linguistik yang
masuk dalam ranah bahasa luar atau dikenal dengan istilah
performansi bahasa (al-‘ada>’ al-lughawi>). Performansi bahasa
merupakan fenomena bahasa yang menjadi dasar sebuah bahasa
sebagai sesuatu yang ada. Manusia memulai bahasanya dengan
mendengar data-data kebahasaan yang masuk dalam pikirannya.
Kemudian data-data tersebut menjadi referensi untuk dijadikan
sumber dalam proses berbahasa yang diproduksi menjadi suara
(as}wa>t). 70 Secara umum, fonetik dan fonologi berfungsi untuk
adanya komunikasi yang interaktif.71
68Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Bunyi Bahasa, 15-17.
69Faris Muhammad ‘Aisi, al-Nafy al-Lughawi> bain al-Dila>lah wa al-Tarki>b Fi> D}au’ ‘Ilm al-Lughah al-Mu‘a>sir (Ja>mi‘ah Yarmuk: Da>’irah al-Lughah al-
‘Arabiy>ah al-Dira>sa>t al-‘Ulya>, 1985), 12.
70Dalam linguistik dikenal dengan ilmu as}wa>t. Menurut ‘Abd S}>abu>r Sya>hin,
ilmu as}wa>t merupakan cabang linguistik yang menpelajari pembentukan suara pada
manusia. Mulai dari wilayah yang bersifat biologis, seperti paru-paru, mulut,
rongga mulut lidah, dan yang lainnya. Ataupun yang bersifat ilmu-ilmu yang
menjadi pembahasan seputar ilmu as}wa>t, seperti vokal, konsonan, tekanan, nada,
jeda, dan lain sebagainya. Lihat ‘Abd S>abu>r Sya >hin, Fi ‘Ilm al-Lughah al-‘A<m (
Bairu>t: Muassasah al-Risa>lah, 1984), 105.
71 ‘Abd al-Azi>z Ibn Iba>hi>m al-‘Usaili>, al-Naz}a>riya>t al-Lughawiy>ah al-Nafsiy>ah wa Ta‘li>m al-Lughah al-‘Arabiy>ah (Bairu>t: Ja>mi‘ah al-Ima>m Muh}ammad
Ibn Su‘u>d al-Isla>miy>ah), 8.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 55
Titik awal bahasa komunikatif dalam hal ini adalah peran
bahasa seperti itu merupakan salah satu faktor pembeda yang
menetapkan batas antara bahasa manusia dan mahluk lainnya.
Sebagai sumber daya kognitif, bahasa adalah alat berpikir, yang
lenyap tanpa itu. Selain itu, bahasa merupakan sarana sosialisasi
persaudaraan antara individu pada suatu budaya tertentu melalui
praktek mendidik anak dan pengalaman pada usia dini. Dalam
kapasitas sosial ini, bahasa lebih lanjut berfungsi sebagai sarana
komunikasi antara anggota komunitas tertentu, sehingga
memudahkan transmisi ide-ide dan perasaan di antara mereka dan
menciptakan perasaan keintiman interpersonal dalam proses
komunikasi.72
Chomsky berpendapat bahwa pikiran manusia adalah sistem
yang kompleks dengan berbagai komponen yang saling berinteraksi
yang diatur oleh satu sistem yang kita sebut rumus bahasa. Bahasa
secara umum dapat dijadikan data yang relevan dari hal-hal yang
berkaitan dengan lingkungan tempat di mana data tersebut dapat
dimanfaatkan sebagai bukti adanya data yang bersifat inheren, data
ini dengan cara yang ditentukan oleh struktur internal.73
Dengan
demikian dalam dunia sosial, yang dirasakan itu adalah bahasa yang
berasal dari performansi bahasa kemudian berakhir dengan
performansi bahasa juga, sehingga muncullah istilah yang dikenal
dengan komunikasi. Seperti yang digambarkan H{asan Mardi>
H{asan.74
72 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa,
Makna dan Tanda (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 120.
73Noam Chomsky, Language and Problems of Knowledge (Massachhusetts
Institute of Technology, 1998), 35.
74H{asan Mardi> H{asan, al-Lughah wa al-Tafki>r, 42.
56 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Gambar 4
Proses Komunikasi
Proses tersebut merupakan proses di mana manusia berbahasa.
Proses berbahasa manusia dimulai dari proses penerimaan data atau
dalam ilmu bahasa dikenal dengan reseptif (proses penerimaan
bahasa). Setelah proses reseptif kemudian data-data kebahasaan
diolah menjadi data yang kemudian disimpan dalam bentuk memori.
Data-data yang tersimpan dalam memori tersebut kemudian
diuraikan oleh rumus-rumus bahasa (semantik dan sintaksis) untuk
kemudian diubah menjadi bahasa yang kita dengar dalam proses
berbahasa (fonologi). Bahasa yang kita dengar tentunya akan
berbeda-beda tergantung pada kepribadian individu tertentu. Hal ini
di sebabakan oleh faktor gaya bahasa tubuh yang menentukan
struktur ekspresi setiap orang yang berbeda-beda.
Orang yang mempunyai logika yang kuat dan struktur
ekspresi yang baik tentunya akan mengeluarkan bahasa-bahasa yang
berkualitas dan enak didengar. Sebaliknya, orang yang kurang dalam
hal logika dan kurang mempunyai struktur ekspresi yang mumpuni
akan mengeluarkan bahasa-bahasa kurang berkualitas. Proses
tersebut juga menggambarkan struktur dalam yang berpengaruh
terhadap struktul luar bahasa. Individu, kelompok atau masyarakat
yang memiliki sikap fanatisme yang tinggi terhadap kelompok
tertentu akan memproduksi bahasa-bahasa yang tendensius dengan
ekspresi yang ofensif, agresif dan militan mengarah pada kualitas
Data Rumus Bahasa Bahasa Struktur ekspresi
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 57
emosi.75
Oleh karena itu, menurut Andreu Bauzà Sastre bahasa
menjadi faktor utama dalam perencanaan bahasa yang berbeda.76
Data kebahasaan merupakan unsur performansi bahasa yang
didukung oleh nilai, kepribadian, dan kualitas kognitif seseorang.
Bahasa yang baik adalah bahasa yang diproduksi dari kompetensi
bahasa yang baik. Seorang ustad misalnya, karena aspek kognitifnya
banyak dibubuhi bahasa-bahasa spiritual yang bersumber dari
hukum dan refrensi Islam. Tidak dapat dipungkiri performansi
bahasa yang diproduksi adalah bahasa-bahasa yang berhubungan
dengan nilai-nilai keagamaan. Atau seorang motivator ulung
mislanya, dari segi performansi bahasanya adalah kata-kata terpilih
yang harus diimbangi dengan diksi dan gaya bahasa yang indah.
Menurut James Costa, tingkatan sosial penutur menentukan idenya.
Tingkatan ide seorang penutur dilihat dari bahasanya.77
Oleh karena
itu, performansi bahasa merupakan salah satu pengantar bahasa
menjadi sebuah aplikasi bahasa yang berwujud, dapat dipahami,
dapat didengar, dan dapat diucapkan secara bermakna, sehingga
dengan bahasa tersebut dapat dikatakan adanya komunikasi atau
interaksi yang terjadi antara penutur dan lawan tutur.
75Salah satu contoh perbedaan bahasa yang diproduksi oleh kalangan Islam
modernis dan Islam fundamentalis dapat kita rasakan dalam produksi bahasa
dakwahnya. Bahasa dakwah yang digunakan Islam fundamentalis adalah bahasa
dakwah yang ofensif dan provokatif, sedangkan bahasa dakwah Islam modernis
adalah bahasa dakwah yang moderat dan jauh dari provokatif.
76 Andreu Bauzà Sastre, “Language Planning And Political Ideology: A
Crosscomparison Between Catalonia, Valencia And The Balearic Islands On The
Reintroduction Of Catalan,” A Dissertation University Of Southampton, Faculty Of Arts Sc, (2000): 177.
77James Costa, “Occasional Paper: Language, Ideology and the ‘Scottish
Voice,” International Journal Of Scottish Literature, 5.
58 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
C. Hubungan Internal Speech dan External Speech
Menurut Chomsky, bahasa internal dalam arti teknis adalah
keadaan keuniversalan bahasa, karena masing-masing bahasa secara
internal memiliki sarana untuk membangun objek mental yang
digunakan untuk mengungkapkan ide, gagasan dan pikiran untuk
menafsirkan susunan terbatas ekspresi nyata yang di hadapi.78
Struktur dalam yang disebut juga sebagai struktur batin kalimat,
merupakan konsep pengetahuan tersembunyi yang dimiliki oleh
penutur bahasa dan berfungsi untuk mengatur struktur kalimat dan
menentukan semua faktor dalam memahami kalimat dan maknanya.
Sedangkan struktur luar yang disebut juga dengan struktur luar
bahasa merupakan proses akhir dari pembentukkan kaidah dalam
membuat kalimat setelah mengaplikasikan kaidah-kaidah
transformatif tertentu atas struktur dalamnya. Struktur luar ini
merupakan bentuk lahiriah bunyi yang diucapkan dan didengar atau
dibaca. Jadi struktur dalam singkatnya merupakan struktur yang
darinya terbentuk asal kalimat. Sedangkan struktur luar merupakan
struktur yang tampak dalam bentuk bunyi yang dibentuk oleh
struktur dalam.79
Hal tersebut menunjukan adanya kaitan yang
sangat erat antara bahasa sebagai struktur luar bahasa dan ideologi
sebagai struktur dalam bahasa.
Kreativitas yang akan membedakan adanya kompetensi
bahasa (pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa tentang
bahasanya) dan performansi bahasa (perbuatan bahasa atau fakta
bahasa yang terjadi di masyarakat). Makna inilah yang dimaksud,
yaitu adanya perbedaan antara kompetensi dan performansi. Dalam
hal ini Chomsky dalam Jailani Musni menjelaskan bahwa kajian
bahasa sebenarnya harus menyingkap komponen yang ada dalam
78Noam Chomsky, Nature Language (New York: Cambridge University
Press, 2002), 48.
79 Jailani Musni, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung:
Humaniora, 2009), 74-75.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 59
kompetensi bahasa, bukan hanya komponen yang ada dalam
performansi bahasa seperti yang dilakukan kaum behavioris yang
lebih menekankan pada bahasa yang bersifat suapan atau
membutuhkan stimulus dari lingkungan sekitarnya.80
Pepatah lama mengatakan “bahasa menunjukkan kualitas
pembicara” atau kita sering mendengar jargon “bahasa menunjukkan
kualitas bangsa” artinya kualitas kepribadian seseorang atau bangsa
bisa diamati dan dianalisis melalui tuturkatanya, dari bacaan-bacaan
yang digemarinya, atau kondisi sosial yang berpengaruh kepada
psikologis masing-masing individu. Berbahasa merupakan simbol
adanya sinyal antara ide (bahasa dalam bentuk sintaksis dan
semantik) dengan tindak tutur (bahasa yang kita dengar dalam
bentuk fonologi). Tindakan berbahasa akan masuk dan terekam
dalam memori, kemudian berproses mempengaruhi perasaan dan
pikiran yang dilanjutkan dengan produksi ujaran dan prilaku.81
Menurut Kent Jonson, keberhasilan dalam komunikasi
memerlukan apresiasi mental seorang penutur. Pikiran diperlukan
untuk komunikasi melalui bahasa, tetapi bahasa pada gilirannya
80 Jailani Musni, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab, 68. Teori
behaviorisme ini dipelopori oleh Skinner. Menurutnya, dalam berbahasa atau proses
komunikasi, manusia dipengaruhi oleh faktor stimulus respon. Artinya bahasa
manusia akan berkembang dalam pemerolehan ataupun berbahasanya ditentukan
oleh faktor stimulus lingkungan berbahasa. Tanpa adanya stimulus yang melatih
seseorang untuk berbahasa, maka perkembangan bahasa seseorang akan mengalami
gangguan akibat dari kurangnya respon terhadap bahasa-bahasa lingkungan sekitar.
Teori stimulus respon Skinner, banyak meneliti tentang stimulus (memberikan
makanan kepada anjing disertai dengan bunyi bel), tidak lama kemudian muncullah
respon (anjing menyantap makanan). Setelah berulang-ulang dilakukan, ketika
dibunyikan bel tanpa disertai makanan, anjing tersebut mengeluarkan air liur
karena terbiasa adanya stimulus bunyi bel. Lihat Constanta Kamii, “Piagets
Theory, Behaviorsm, and Other Theories in Education,” Journal Education University of illinoist at Chicago Circle and Universuty of Geneva, 15-16.
81 Komarudin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermenutika (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2011), 119.
60 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
menawarkan cara untuk belajar tentang teori pikiran.82
Oleh karena
itu, menurut Carol A. Miller, bahasa dan teori pikiran terjalin dalam
bentuk yang kompleks.83
Kaitan antara pikiran dan bahasa
menunjukkan bahwa pikiran berhubungan dengan masalah verbal.
Berpikir menggunakan kata-kata, simbol dan aturan tata bahasa,
struktur dan menghubungkan kata-kata dan frasa dalam kalimat.
Kata-kata, makna dan aturan gramatika disimpan dalam semantik
memori jangka panjang. Oleh karena itu, bahasa merupakan sarana
yang sangat penting dalam pikiran, karena berpikir melibatkan
bahasa. Berpikir, dengan demikian, merupakan bentuk pengolahan
informasi yang berlangsung antara stimulus dan respon.84
Whorf dalam Nighat Shakur menyatakan adanya hubungan
yang kuat antara pikiran dengan bahasa. Whorf menyatakan bahwa
semua pemikiran tergantung pada bahasa, dan pemikiran ditentukan
oleh bahasa. Sebuah hasil leksikon dibentuk dan ditentukan dalam
kognitif. Jika bahasa menentukan pikiran (determinisme linguistik),
maka produksi leksikon yang berbeda diproduksi oleh penutur yang
berbeda. Konsep Whorf ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan
dan filsafat berhubungan dengan bahasa dan bentuk pikiran.85
Namun, keberadaan pikiran juga berpengaruh terhadap perilaku
(verbal behavior). Pikiran dan bahasa, dihubungkan dalam sebuah
perkembangan kepribadian dan pengalaman seorang penutur dengan
82 Kent Jonson, “On The Systematicity Of Language And Thought,”
University of California: The Journal Of Philosophy Ci, No. 3, (2004): 112.
83Carol A. Miller, “Developmental Relationships Between Language and
Theory of Mind,” The Pennsylvania State University, University Park American Journal of Speech-Language Pathology 15, ( 2006): 144.
84Lihat dalam Nighat Shakur, “Perspectives on Language and Thought: A
Critique” International Research Journal of Arts & Humanities, 50.
85 Lihat Nighat Shakur, “Perspectives on Language and Thought: A
Critique” International Research Journal of Arts & Humanities, 52.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 61
lingkungannya, yang kemudian diinternalisasi dalam sebuah
kompetensi (kognitif).86
Menurut Abdul Chaer, dalam setiap analisis bahasa ada dua
buah konsep yang perlu dipahami, yaitu struktur dan sistem.
Struktur menyangkut masalah hubungan antara unsur-unsur dalam
satuan ujaran, misalnya antara fonem dengan fonem dalam kata,
antara kata dengan kata dalam frasa, antara frasa dengan frasa
dalam kalimat. Sedangkan sistem berhubungan dengan unsur-unsur
bahasa yang berada dalam satuan ujaran yang lain.87
Konsep
tersebut sejalan dengan Saussure, menurutnya dalam Abd S}abu>r
Sya<hin mengklasifikasikan bahasa dalam tiga bagian. Pertama,
langage (al-Lughah) merupakan sistem lambang bunyi yang
digunakan untuk berkomunikasi secara verbal. Langage merupakan
sistem yang bersifat abstrak, artinya sistem-sistem tersebut
merupakan faktor-faktor yang mempelopori adanya bentuk bahasa
itu sendiri. Kedua, langue (al-Lisa><n) merupakan sistem lambang
bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat tertentu untuk
berkomunikasi. Ketiga, parole (al-kala>m) merupakan bahasa yang
bersifat konkrit. Parole merupakan pelaksana dari langue.88
Namun demikian, dengan konsepnya tersebut Saussure dalam
Abdul Chaer tidak semata-mata dapat diterima begitu saja bagi
para ahli bahasa selanjutnya. Seperti metode Chomksy, dengan
86 Lihat Nighat Shakur, “Perspectives on Language and Thought: A
Critique” International Research Journal of Arts & Humanities, 54.
87Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, 33.
88 ‘Abd S}abu>r Sya<hin, Fi> Ilm al-Lughah al-‘Am (Bairu>t: Muassasah al-
Risa>lah, 1984), 29. Menurut Abdul Chaer dan Leonie Agustina, istilah penggunaan
langage dapat dipadankan dengan kata bahasa seperti dalam kalimat “Manusia
mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak”. Sedangkan istilah languae dapat
dipadankan dengan kata bahasa dalam kalimat “Nita belajar bahasa Jepang,
sedangkan Dika belajar bahasa Inggris. Adapun istilah parole dapat dipadankan
dengan kata bahasa dalam kalimat “kalau Adit berbicara bahasa penuh dengan kata
daripada dan akhiran ken”. Lihat Abdul Chaer dan Lionie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 30-31.
62 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
konsep transformatif generatif yang menjadi penyempurna dan
menyalahi metode struktural dan behavior. Menurut konsep ini,
struktur sama dengan tata bahasa, sedangkan tata bahasa itu sendiri
merupakan pengetahuan penutur mengenai bahasanya. Kemudian
kompetensi tersebut akan dimanfaatkan dalam pelaksanaan bahasa
(performansi), yaitu proses berbahasa dan pemahaman akan
bahasanya. Kemudian, dalam pelaksanaan bahasa tersebut,
linguistik generatif transformatif menyodorkan adanya konsep
struktur dalam (deep structure) dan struktur luar (surface
structure). 89 Chomksy menegaskan bahwa struktur kalimat dan
struktur transformasional muncul untuk menyediakan perangkat
sintaksis utama yang tersedia dalam struktur bahasa yang secara
sistematis sebagai penentu konten ekspresi. Tata bahasa tertentu
harus menunjukkan bagaimana struktur dalam sebenarnya
menjelaskan dasar-dasar tata bahasa dan metode untuk
mengevaluasi kaidah bahasa.90
Kaidah transformatif generatif tersebut sejalan dengan ‘Abd
S}abu>r al-Sya>hin, bahwa bahasa mempunyai dua dimensi. Pertama,
dimensi tas}wi>t (performansi bahasa) yang kita kenal dengan dimensi
fonologi. Kedua, dimensi fikrah s}u>rah s}aut}iyah (kompetensi bahasa).
Bahasa berawal dari tas}wi>t, kemudian diproses dalam fikrah atau
yang kita dengan dengan pikiran, sehingga berakhir dalam bentuk
tas}wi>t kembali. Oleh karena itu, dimensi tersebut menunjukkan ada
pergantian peran antara tas\\}wi>t dengan fikrah, yang menentukkan
adanya tas}wi>t adalah fikrah. Untuk lebih jelasnya pergantian antara
tas}wi>t dengan fikrah, kita bisa lihat konsep berbahasa menurut ‘Abd
S{abu>r al-Sya>hin dalam gambar berikut.91
89Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, 34.
90Noam Chomsky, Sintatix Structure (New York: Mouton de Gruyter,
2002), 60.
91‘Abd S{>abu>r Sya>hin, Fi ‘Ilm al-Lughah al-‘A<m (Bairu>t: Muassasah al-
Risa>lah, 1984), 40.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 63
Gambar 5
Dimensi tas}wi>t dan fikrah
Gambar di atas sebagai fenomena yang menunjukkan adanya
hubungan antara tas}wi>t dengan fikrah juga menunjukkan adanya
hubungan antara internal speech dan external speech yang
berpengaruh dan menentukan makna dalam suatu kalimat.
Hubungan yang teratur dengan pelantaraan kaidah-kaidah
transformasi. Hubungan kedua struktur ini dinamakan
transformasi.92
Transformasi ini merupakan proses produksi kalimat
melalui pelantaraan kaidah-kaidah transformasi, yakni mengalihkan
struktur luar kepada strutur dalam, struktur dalam kepada struktur
luar, kemudian struktur luar tersebut dianalisis.93
Berikut tahapan-
tahapan proses berbahasa manusia menurut H{asan Mardi> H{asan
dalam al-Lughah wa al-Tafki>r mulai dari memperolah bahasa
92Noam Chomsky, Syntactic Structures (Walter de Gruyter, 2002), 39.
93Jailani Musni, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab,76. Hubungan
struktur luar dan struktur dalam merupakan suatu hal yang sangat penting dalam
komunikasi bahasa, terutama kaitan antara bahasa dengan psikologi. Hal ini
menunjukan ada kaitan erat antara bahasa dengan ide yang dimiliki manusia,
sehingga tidak salah kiranya tentang transformasi generatif yang ditemukan
Chomsky, bahwa bahasa itu terdapat dua segmentasi yaitu wilayah luar yang kita
kenal dengan surface structure dan wilayah dalam yang kita kenal dengan deep structure. Lihat dalam H{asan Mardi> H{asan, al-Lughah wa al-Tafki>r, 40.
Tas}wi>t Sima>‘
Tas}wi>t Sima>‘
fikrah
s}u>rah
s}autiyah
64 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
semenjak bayi sampai menjadi suatu hal yang dicerna dan
ditransformasikan dalam bentuk bahasa (bunyi). Tahapan tersebut
bisa dilihat dalam gambar berikut:
Gambar 6
Produksi dan Resepsi 94
D. Transformasi Kompetensi (Internal Speech) Terhadap
Performansi(External Speech)
Kaidah umum dalam struktur linguistik berkaitan dengan
kondisi setiap tata bahasa yang harus memenuhi kaidah gramatikal
secara umum. Teori umum ini berhubungan dengan tiga kondisi:
Pertama, kondisi pada kelas representasi fonetik. Kedua, kelas
representasi semantik. Ketiga, sistem aturan yang menghasilkan
pasangan representasi fonetik dan semantik. Dari ketiga hal
tersebut, bahasa manusia tergantung pada kondisi kognitifnya.
Tidak ada kesulitan dalam sistem membangun proses berbahasa
yang melibatkan kondisi bahasa dengan kognitif penutur. Oleh
karena itu, bahasa manusia meskipun diasosiasikan dalam bentuk
bunyi (sama dengan mahluk lainnya), tetapi memiliki perbedaan
kualitas konten dan makna, sehingga menimbulkan proses berbahasa
yang komunikatif.95
Komunikasi merupakan pola tingkah laku
94H{asan Mardi> H{asan, al-Lughahh wa al-Tafki>r, 45.
95Noam Chomsky, Language and Mind, 103.
Resepsi Produksi Perangkat resepsi dan produksi Bahasa
Bahasa
Ibu
Unsur-unsur
pemerolehan
/pembelajaran
bahasa
Kaidah-
kaidah
Kompetensi
bahasa
Bahasa
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 65
tertentu dalam situasi tertentu. Ini merupakan salah satu bukti
bahwa buah pikiran tidak dapat dipisahkan dari bahasa. Buah
pikiran bukanlah sebuah proses tersendiri yang ada dibalik bahasa,
melainkan timbul dan operasionalisasi bahasa. Bahasa tidak sekedar
berfungsi memberikan informasi, tetapi juga berfungsi dalam
konteks kehidupan dan tindakan yang terjadi dalam masyarakat.96
Di awal kelahirannya, manusia memiliki tahapan-tahapan
tersendiri dalam memperoleh bahasa ibunya. Hal tersebut tentu
faktor lingkungan sangat mendominasi sejauh mana bahasa
seseorang akan banyak dipengaruhi kondisi sosial dan kebudayaan
di mana dia lahir. Dengan kemampuan secara fitrahnya, manusia
mulai dari lahirnya diberikan anugerah untuk memperoleh bahasa
dengan sarana neurolinguistiknya.97
Artinya manusia merupakan
mahluk yang berbeda dengan mahluk-mahluk yang lainnya. Jika
bagi mahluk yang lainnya kita mengenal bahasa, maka untuk
manusia kita mengenal berbahasa.98
Makna dari perbedaan tersebut
menunjukkan bahwa manusia dalam proses bahasanya tidak hanya
sebatas kata-kata dalam bentuk fonologi yang diproduksi,
melainkan bahasa-bahasa yang diproduksi melalui tahap-tahap yang
unik. Manusia dalam proses bahasanya menggunakan ide atau
pikiran. Dengan adanya ide dan pikiran, banyak sekali di antara
manusia yang memiliki tingkat kepribadian dan idealis yang
berbeda-beda, sehingga berdampak pada ideologi yang berbeda-
96E. Sumaryono, Dasar-dasar Logika (Yogyakarta: Kanisius, 1999), 28.
97H{asan Mardi> H{asan, al-Lughah wa al-Tafki>r (Bairu>t: Da>r al-Fikr, 1994),
44.
98Perlu dibedakan antara bahasa dan berbahasa. Sebagaimana dalam Abdul
Chaer yang mengungkapkan antara bahasa dan berbahasa merupakan dua hal yang
berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan sebagai salah satu alat dalam
komunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam
berkomunikasi. Lihat dalam Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, 30.
Menurut penulis, pernyataan Chaer tersebut mengindikasikan bahwa dalam bahasa
tidak melibatkan akal pikiran, sedangkan dalam berbahasa melibatkan akal pikiran.
66 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
beda. Oleh karena itu, menurut Ruth Wodak bahasa merupakan
salah satu elemen yang dapatmenentukan status sosial seseorang
atau kelompok tertentu. Bahkan peran bahasa dalam status sosial
peranannya bisa seperti nuklir yang memiliki kekuatan sangat
dahsyat (nuclear langauge).99
Menurut Hasan Mardi, proses berbahasa manusia dimulai dari
bahasa yang didengar kemudian masuk dalam unsur-unsur
pemerolehan dan pembelajaran bahasa sebagai kiasan dari kaidah-
kaidah bahasa secara sintaksis dan semantik (bahasa abstrak).
Kemudian bahasa dalam bentuk semantik dan sintaksis
direpresentasikan secara alamiah menjadi bahasa yang eksis di
masyarakat, yaitu bahasa kongkrit yang selama ini kita dengar di
lingkungan masyarakat pada umumnya.100
Tentunya proses
berbahasa tersebut mengalami perubahan bahasa yang dalam
lingiustik disebut dengan transformasi. Menurut ‘Abd al-Azi>z Ibn
Ibra>hi>m al-‘Usaili, transformasi dalam konteks bahasa (al-tah}wi>l al-
lughawi) merupakan kajian yang membahas perubahan dari kaidah-
kaidah bahasa secara sintaksis dan semantik (al-tara>kib) terhadap
bahasa yang kita dengar dalam kata, frasa, klausa, ataupun dalam
wacana tindak tutur sebagai batasan bahasa yang sesuai antara
sifatnya yang abstrak dan sifatnya yang kongkrit.101
Kaidah proses berbahasa dari hal yang bersifat abstrak
terhadap sesuatu yang kongkrit tidak diterima semua kalangan
pakar bahasa. Eric Lennerberg, merupakan salah satu tokoh yang
berpendapat tidak ada kaitannya antara bahasa dalam (internal
99Ruth Wodak, “Language and Ideology–Language in Ideology,” Lancaster
University: Journal of language and Poilitics, John Benjamin Publishing Company, ( 2007): 2.
100H{asan Mardi> H{asan, al-Lughahh wa al-Tafki>r, 45.
101 ‘Abd al-Azi>z Ibn Iba>hi>m al-‘Usaili>, al-Naz}a>riya>t al-Lughawiy>ah al-Nafsiy>ah wa Ta‘li>m al-Lughah al-‘Arabiy>ah (Bairu>t: Ja>mi‘ah al-Ima>m Muh}ammad
Ibn Su‘u>di al-Isla>miya>h), 9.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 67
speech) dengan bahasa luar (external speech). Menurutnya, manusia
sebenarnya menerima warisan biologi asli berupa kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang khsusus untuk
manusia dan yang tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dan
pemikiran.102
Dengan demikian, Lennerberg mengaitkan biologi
sebagai dasar atau basis dari kompetensi bahasa. Tidak seperti
Skinner, Lennerberg tidak peduli dengan pengaruh lingkungan
dalam bahasa sosial, tetapi dengan organisme manusia yang
mendasari kapasitas dalam performansi bahasa.103
Oleh karena itu,
dalam proses berbahasa yang dinyatakan Lennerberg di atas, dalam
komunikasi tidak ada proses transformasi. Sebab, sebagaimana
pernyataan Lennerberg dalam Chaer bahwa bahasa itu merupakan
unsur biologis manusia yang dianugerahkan sejak lahir sesuai
dengan fungsinya masing-masing. Seperti kaki, tangan, mata,
hidung dan alat biologi lainnya memiliki fungsi masing-masing.
Begitu juga dengan mulut atau lisan yang mempunyai fungsi untuk
berbicara.
Perbedaan tersebut bukan merupakan suatu hal yang asing,
melainkan juga terjadi pada tokoh-tokoh linguistik yang menjadi
salah satu kiblat ilmu bahasa untuk generasi masa kini. Tokoh
tersebut dikenal dengan aliran-lairan yang mempunyai ciri khas
masing-masing dalam ilmu linguistik kaitannya dengan ilmu-ilmu
lainnya. Dalam hal ini, aliran tersebut menghubungkan bahasa
dengan psikologi yang terbagi kepada berbagai aliran, di antaranya
adalah aliran strukturalisme, strukturalisme Amerika, dan
transformalisme. Berikut penjelasan masing-masing aliran yang
menghubungkan bahasa dengan unsur-unsur internal bahasanya.
102Lihat dalam Abdul Chaer, Psikolinguistik Perkenalan Awal, 58.
103 Stephen I. Sulzbacher and D. Kimbrough Oiler, “Re Analysis of
Lenneberg's Biological Foundations of Language by a Behaviorist and a Nativist”
Behaviorism, Vol. 2, No. 2 (1974): 151.
68 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
1. Strukturalisme (Ferdinand De Saussure)
Aliran struktural dalam linguistik merupakan aliran104
yang
sejalan dengan pemikiran behavioristik.105
Menurut aliran ini,
bahasa merupakan sesuatu yang dapat dianalisis melalui perwujudan
lahiriahnya saja, terbentuklah klasifikasi bahasa mulai dari fonem,
morfem, frasa, klausa, sampai kalimat. Aliran ini mengutamakan
sesuatu yang bersifat lahiriah dan mengabaikan sesuatu yang
berbentuk abstrak atau mengabaikan aspek-aspek mental (dalam
istilah ilmu psikologi disebut dengan “mentalistik”).106
Oleh karena
itu, menurut aliran strukturalis yang sejalan dengan aliran
behaviorisme, bahasa merupakan suatu ujaran yang tampak secara
fonem, bisa dikaji secara indrawi dan ujaran tersebut muncul karena
faktor kebiasaan (habit).
104Aliran ini memiliki beberapa analisis, di antaranya: Pertama, menafsirkan
kalimat berdasarkan arti dan tujuan komunikatif penutur. Kedua, pembagian jenis
kata didasarkan pada makna dan sedikit pada fungsi. Ketiga, bersifat preskriptif.
Keempat, pemerian fungsi sintaksis jenis kata dalam kalimat berdasarkan dalam
istilah subjek, objek, kata, frasa, klausa, kalimat, transitif intranstitif dan
sebagainya. Keenam, pemerian utama didasarkan pada bahasa tulisan pilihan.
Ketujuh, tidak mengindahkan ragam bahasa (language variety). Lihat dalam
Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, 167.
105 Prinsip utama dari teori behavioris bertumpu pada analisis perilaku
manusia dalam interaksi stimulus-respon yang diamati karena adanya hubungan
antara stimulus-respon tersebut. Bahasa adalah suatu objek kajian yang dituturkan
oleh masyarakat bahasa dalam bentuk komunikasi, sehingga bahasa menjadi bagian
dari kebiasaan (habit). Lihat Mehmet Demirezen, “Behaviorist Theory and
Language Learning”, Hacettepe Universiesi Egitim Fakultesi Degisi, (1988): 135-
137.
106Prinsip aliran ini bahwa bahasa yang kita ucapkan dan kita dengarkan,
dipengaruhi oleh berbagai situasi mental dan lingkungan secara alamiah seperti
keterbatasan ingatan, kepintaran, kecerdasan, ketergesa-gesaan, kesantaian dan
sebagainya. Oleh karena itu, bahasa yang kita kenal selama ini merupakan
representasi dari pikiran kita. Menurut aliran ini, penting sekali untuk menjadikan
bahasa bagian dalam (internal speech) menjadi salah satu objek kajian. Lihat Bruce
Waller, Chomsky, “Wittgenstein, and the Behaviorist Perspektif on Language,”
Behaviorism Journal 5, No. 1 (1977): 44.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 69
Menurut penulis, pernyataan aliran strukturalis di atas sejalan
dengan Lennerberg yang menyatakan bahwa bahasa harus dipahami
sebagai proses fonologis daripada produk fungsi fisiologi.107
Menurut aliran ini, strukturalisme merupakan upaya untuk
memikirkan kembali segala sesuatu dalam hal linguistik. Ferdinand
de Saussure dalam Course de General Linguistics, berpendapat
bahwa sistem yang mendasari konvensi harus menjadi objek
penelitian untuk linguistik. Saussure lebih lanjut melihat bahasa
sebagai sistem tanda. Tanda merupakan bagian dari unit yang
mendasar dalam mengikat makna. Oleh karena itu, tanda terdiri dari
signifier dan signified.108
Untuk menopang argumentasinya, lebih
lanjut Saussure mengatakan “jika sebuah kata berdiri untuk entitas
yang sudah ada dalam konsepsi bahasa, lebih lanjut entitas tersebut
akan mudah untuk dipelajari dalam dunia sosial”.109
Ilmu bahasa pada masa Saussure sering ditegaskan dengan
istilah strukturalisme. Dalam rangka sistematika bahasa, menurut
aliran strukturalisme kita perlu membedakan antara sintagmatik dan
paradigmatik.110
Menurut Saussure, hubungan sintagmatik dan
107Eric H. Lenneberg, “On Explaining Language” Science, New Series, Vol.
164, No. 3880. May 9, (1969): 64.
108 Ibrahim Chinade Sanusi, “Structuralism as a Literary Theory: An
Overview” Afrrev Laligens An International Journal of Language, Literature and Gender Studies Bahir Dar, Ethiopia Vol. 1 March, (2012): 126.
109 Ibrahim Chinade Sanusi, “Structuralism as a Literary Theory: An
Overview,” An International Journal of Language Literature and Gender Studies Bahir Dar,1 No. 1 (2012): 126.
110Paradigmatik merupakan seperangkat linguistik atau lainnya sebagai unit
yang bisa menggantikan satu sama lain dalam posisi yang sama sebagai urutan atau
struktur. Sebuah paradigma dalam pengertian semua kata berbagi fungsi gramatikal
yang sama, karena substitusi dari satu bahasa untuk bahasa yang lain tidak
mengganggu sintaks kalimat. Linguistik sering mengacu pada dimensi
paradigmatik bahasa sebagai 'sumbu yang bersifat vertikal. Sedangkan
Sintagmatik merupakan istilah linguistik menunjuk kombinasi unit yang diatur
dalam urutan signifikan. Sebuah kalimat adalah sintagma kata-kata. Bahasa
dikatakan memiliki dua dimensi yang berbeda: sintagmatik atau sumbu horizontal
70 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
hubungan paradigmatik antara unsur bahasa dapat dipandang
sebagai jaringan raksasa tempat semua unsur secara langsung atau
secara tidak langsung saling terkait. Singkat kata, pandangan
strukturalis Saussure dengah demikian mengandung arti bahwa kita
harus menganggap unsur-unsur sebuah bahasa pada semua tingkat
pada prinsipnya sebagai unsur yang nilainya ditetapkan oleh
jaringan yang mengaitkannya dengan unsur-unsur lain bahasa
tersebut.111
Dengan kata lain, secara struktural, semua unsur bahasa
sama. Walaupun secara fonologi berbeda. Begitu juga kaitannya
dengan penutur, hubungan bahasa dengan penutur tidak lepas dari
seorang yang berbicara dengan perkataan yang dipergunakan
masing-masing bahasa. Hal tersebut juga berhubungan dengan
bahasa yang bersifat alamiah.
2. Strukturalisme Amerika (Lenoard Bloomfield)
Leonard Bloomfield merupakan seorang tokoh linguis
Amerika.112
Secara luas diakui sebagai salah satu tokoh yang paling
penting dalam paruh pertama abad kedua puluh. Terutama di fase
sebelum Noam Chomsky merevolusi linguistik. Teori Bloomfield
dengan konsep strukturalismenya merupakan lanjutan dari
strukturalisme Saussure.113
Konsep ini merupakan konsep linguistik
struktural yang memberikan pondasi dasar bagi teori kemudian.
Teorinya sangat berpengaruh dalam komunitas generasi ahli bahasa.
Setelah penerbitan buku pertamanya An Introduction to the Study
dari kombinasi yang urutan kata-kata yang dibentuk dengan menggabungkan
mereka dalam urutan yang diakui sebagai aspek 'linear' bahasa. Lihat Pamela Faber
and Ricardo Mairal Uson, “Paradigmatic and Syntagmatig structure of The Lexical
Field of Feeling,” Vivccerectorado de Investigation of the University of La Rioja, (1998) : 35.
111S.C Dik/J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum (Jakarta: RUL, 1994), 79-81.
112Leonard Bloomfield, An Introduction to the Study of Language (John
Benjamins Publishing, 1983), 11.
113Leonard Bloomfield, An Introduction to the Study of Language, 9.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 71
of Language, Bloomfield dedikasikan karyanya untuk seluruh
peneliti, pengamat, dan pecinta linguistik.114
Menurut Bloomfield, bahasa memiliki dampak yang besar
bagi kehidupan manusia.115
Untuk mengenali ciri khas bahasa kita
harus meninggalkan dasar fonetik murni dan bertindak seolah-olah
ilmu telah berkembang cukup jauh untuk mengidentifikasi semua
situasi dan tanggapan yang membentuk arti dari bentuk-bentuk
bahasa. Dalam kasus bahasa kita sendiri, kita percaya pengetahuan
kita sehari-hari untuk memberitahu bentuk-bentuk yang “sama”
atau “berbeda”. Dengan demikian, kita menemukan bahwa kata
“manusia” yang diucapkan pada berbagai skema tertentu dalam
semua bahasa yang ada di dunia masih “sama” dengan bahasa
lainnya bahwa yang dimaksud manusia itu adalah mahluk yang
berakal. Namun, dari segi fonologi kata manusia dalam setiap
bahasa berbeda-beda.116
Hal tersebut karena bahasa berhubungan
dengan budaya, sehingga banyak ragam bahasa yang muncul
disebabkan oleh beragamnya kebudayaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, dalam Lingusitik Umum
karya Abdul Chaer, ada beberapa hal yan menjadi fokus aliran yang
dikembangkan oleh Bloomfield ini, di antaranya: Pertama, aliran ini
menolak mentalistik yang sejalan dengan iklim filsafat yang
berkembang di Amerika. Oleh karena itu, aliran strukturalisme ini
selalu mendasarkan diri pada fakta-fakta objektif yang dapat
dicocokan dan dibuktikan dengan kenyataan-kenyataan yang dapat
diamati secara ilmiah. Kedua, permasalahan makna atau arti
(semantik) kurang mendapatkan perhatian yang besar. Ketiga, cara
114 Thomas Meier, A logical Reconstruction of Leonard Bloomfield’s
Linguistic Theory (Draft, October 2012), 3.
115L eonard Bloomfield, Language (Motilal Banarsidass Publishe, 1994), 3.
116 Thomas Meier, A logical Reconstruction of Leonard Bloomfield’s Linguistic Theory, 3.
72 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kerja aliran ini adalah dengan cara menekankan pentingnya sebuah
data yang objektif dan bersifat empirik.117
Aliran strukturalisme berkembang karena banyak regenerasi
ahli bahasa pada masa kini. Perkembangan aliran strukturalismse118
begitu signifikan. Ciri-ciri khusus aliran strukturalisme tahap dua ini
adalah bahwa ilmu bahasa itu harus mengikuti ilmu eksakta yang
secara tidak langsung pernyataan tersebut sejalan dengan kaum
behaviorimse. Lebih jelasnya, teori ini berdalil bahwa bahasa hanya
bisa ditelaah menurut gejala-gejala yang dapat diamati secara
lahiriah. Menurut aliran ini, hal-hal yang bersifat kejiwaan atau
batiniyah tidak dapat diamati dan dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Dengan demikian, aliran ini menolak bentuk pengetahuan
atau proses mental dalam menelaah bahasa manusia.119
Hal tersebut
jelas bahwa aliran strukturalisme Amerika menganggap bahasa
secara batiniyah bukan merupakan bagian dari bahasa, karena
sifatnya yang tidak berwujud dan tidak dapat dibuktikan secara
ilmiah.
3. Transformalisme (Noam Chomsky)
Bahasa yang memiliki sifat dinamis, selalu mendapatkan
respon yang besar dari masyarakat, terutama ahli bahasa. Seperti
yang dirasakan ahli bahasa pada era strukturalis, ternyata model
struktural yang dikembangkan Bloomfield dirasakan banyak
kelemahannya, sehingga mendapatkan banyak kritik perlakuan
117Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rhineka Cipta, 2007), 359-360.
118 Memiliki beberapa analisis struktural. Di antaranya: Pertama, menekankan pentingnya studi perbandingan antara bahasa dalam menganalisis
kalimat. Kedua, bahasa dianggap sebagai stimulus respon. Ketiga, memberikan
perhatian kepada ragam bahasa. Keempat, analisis bergerak dari bentuk menuju
makna dan dari fonem menuju kalimat. Kelima, membedakan makna leksis dan
makna struktur. Keenam, memperhatikan bentuk kata, tertib kata, fungsi kata, dan
intonasi. Lihat dalam Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, 167.
119S.C Dik/J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum, 83-85.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 73
untuk merevisi model struktural. Salah satu yang merespon terhadap
kelemahan tersebut adalah aliran transformalisme.120
Transformalisme merupakan salah satu aliran yang merevolusi
aliran strukturalisme.121
Aliran ini menyatakan ada proses mental
dalam bahasa. Sebagaimana dalam Carol A. Miller, bahasa
merupakan sumber penting yang dihasilkan melalui proses mental,
artinya mental seorang penutur menentukan bagi perkembangan
bahasanya.122
Menurut aliran ini, bahasa bukan merupakan rekaman tingkah
laku luar yang berupa bunyi yang dapat didengar, melainkan satu
proses mentalistik yang kelak kemudian dilahirkan dalam bentuk
luar bunyi bahasa yang didengar atau kelak dimanifestasikan dalam
bentuk lisan dan tulisan. Analisis bahasa tidak dapat dilepaskan dari
hakikat bahasa yang utuh yakni bunyi dan makna. Salah satu tujuan
dari penelitian bahasa adalah untuk menyusun tata bahasa dari
bahasa tersebut. Bahasa dapat dianggap sebagai kumpulan kalimat
yang terdiri dari deretan bunyi yang mempunyai makna berpariatif.
Hal tersebut menunjukkan ada unsur yang sangat penting dalam
120 Memiliki beberapa analisis struktural, di antaranya: Pertama, bahasa
merupakan simbol yang tidak terhingga dengan alat yang tidak terbatas. Kedua, adanya aturan gramatika tertentu yang menyeluruh dan menghasilkan kalimat-
kalimat gramatika yang mungkin ada. Ketiga, menegaskan bahwa setiap orang lahir
dengan dianugerahi kemampuan berbahasa (innate ability). Keempat, struktur
dalam (deep structure) adalah struktur dasar yang teramati, yang ada dalam pikiran
penutur dan dengan kompetensinya dapat mentransformasikan struktur dasar atau
dalam kepadastruktur luar (surface structure), yaitu ujaran dan tulisan. Kalimat
lisan dan tulisan merupakan performasinya. Kelima, menganggap kegiatan bahasa
sebagai tingkah laku yang dikendalikan aturan yang bebasdari stimulus. Keenam, melibatkan makna dalam menyusun analisis gramatika bahasa. Lihat dalam
Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, 167-168.
121Abdul Chaer, Linguistik Umum, 363.
122Carol A. Miller, “Developmental Relationships Between Language and
Theory of Mind,” The Pennsylvania State University, University Park American Journal of Speech-Language Pathology 15, (2006), 145.
74 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
menentukan bahasa seseorang, yaitu unsur kognitif yang
diistilahkan oleh Chomsky dengan cognitive linguistic.123
Tokoh terkenal pada masa ini adalah Noam Chomsky yang
terkenal dengan teori Transformasi Generatif.124
Menurut teori ini
bahasa terdiri dari kompetensi dan performansi. Kompetensi
merupakan deep structure (bahasa yang masih berada dalam ide atau
pikiran). Sedangkan performansi adalah surface structure (bahasa
yang bersifat aplikasi). Dalam proses generatif ini, sebenarnya
semantik merupakan salah satu instrumen untuk munciptakan
sintaksis-sintaksis yang berbentuk bunyi.125
Menurut Chomsky
dalam Asep Ahmad Hidayat, proses generatif mengandung dua
makna. Pertama, generatif menuju kepada pengertian produktifitas
dan kreatifitas bahasa. Seperangkat kaidah atau pernyataan mana
pun yang memberikan kemungkinan untuk menganalisis bahasa.
Kedua, generatif mengandung keformalan dan eksplisit. Dari sudut
pandang ini dikaitkan dengan adanya kombinasi unsur-unsur dasar
sebagai satuan pembentuk bunyi yang bermakna (fonem, morfem,
dan kata).126
Chomsky dalam Chaedar Alwasilah mengajukan tiga
aturan dasar untuk mengasilkan kalimat, di antaranya, Pertama,
123Noam Chomsky, Language and Mind, 8.
124Noam Chomsky, Aspects Of The Theory Of Syntax (The M.Lt. Press
Massachusetts Institute of Technology Cambridge, Massachusetts, 1965), 4. Menurut Chaedar Alwasilah, teori transformasi mengkaji gramatika yang
menurunkan kompetensi penutur bahasa, dan merupakan dasar dalam menggunakan
bahasa dalam bentuk performansinya. Gramatika menghasilkan kaidah-kaidah
internal dalam berbahasa, sedangkan wujud bahasa adalah bunyi-bunyi yang
diproduksi setelah melalui tahapan kaidah-kaidah internal bahasa tersebut. Lihat
dalam Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar (Bandung: Angkasa
Bandung, 1993),138. Oleh karena itu, kompetensi bersifat universal, sedangkan
performansi bersifat parsial. Referensi dalam bahasa internal mengacu kepada
referensi yang sama, referensi dapat diungkapkan dengan bahasa yang berbeda.
karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan budaya masing-masing panutur.
125Noam Chomsky, Syntactic Structures (Walter de Gruyter, 2002), 55.
126Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), 132.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 75
phrase structure rules (struktur frase). Kedua, transformational rules
(transformasi). Ketiga, morphonemic rules (morfofonemik).127
Transformatif bercermin terhadap penggunaan bahasa secara
ideal dilihat dari segi kompetensi dan performansi. Anggapan ini
berarti menegaskan adanya kaitan yang erat antara bahasa dengan
psikologi. Sebab, teori transformatif yang melibatkan kompetensi
dan performansi ini merupakan teori mentalis.128
Menurut Chomsky,
bahasa tumbuh dalam pikiran bersamaan dengan perkembangan
biologis.129
Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan bahasa
menampilkan ciri khas dari pertumbuhan biologis, atau dengan kata
lain, Chomsky menekankan pentingnya fakta-fakta dasar tertentu
dalam bahasa, seperti aspek kreatif dalam penggunaan bahasa.
Namun Lennerberg mengkliam bahwa perkembangan bahasa itu
hanya bersifat biologis.130
Asumsi tersebut mengarah terhadap
anggapan bahwa bahasa sebagai suatu hal yang terpisah dengan
pikiran dan bersifat independen.131
Lennerberg selanjutnya
mengatakan bahasa bersifat alami, baik dalam konteks sintaksis,
fonologi, atau semantik yang diasumsikan sebagai sifat bawaan.132
Chomsky menyatakan adanya unsur kognitif dalam bahasa.
Menurutnya, kata-kata yang digunakan terdiri dari dua sisi, yaitu
127Lihat dalam Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar, 139.
128S.C Dik/J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum, 96.
129Cedric Boeckx & Víctor M. Longa, “Lenneberg’s Views on Language
Development and Evolution and Their Relevance for Modern Biolinguistics”
Biolinguistics 5.3: 254–273, (2011): 263.
130Cedric Boeckx & Víctor M. Longa, “Lenneberg’s Views on Language
Development and Evolution and Their Relevance for Modern Biolinguistics”, 254-
255.
131Eric H. Lenneberg, “On Explaining Language”Science, New Series, Vol.
164, No. 3880. May 9, (1969): 64.
132 Stephen I. Sulzbacher and D. Kimbrough Oiler, “Re analysis of
Lenneberg's Biological Foundations of Language by a Behaviorist and a Nativist”
Behaviorism, Vol. 2, No. 2 (1974): 151.
76 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
ide dan maksud dalam ide yang diaplikasikan melalui bahasa.133
Sebagaimana dalam Kent Jonson yang berpendapat bahwa cara
berpikir yang sistematis berhubungan dengan sifat alami bahasa.134
Sementara Carol A. Miller menekankan adanya saling
ketergantungan antara pikiran dan bahasa. Implikasi dari hubungan
pikiran dan bahasa berdampak terhadap komunikasi dan
perkembangan bahasa.135
Adanya hubungan bahasa dengan pikiran,
mengindikasikan adanya internalisasi dan ekternalisasi bahasa yang
melibatkan kompetensi dalam menentukan performansi bahasa.
Untuk itu, bahasa merupakan faktor yang mendasari kompetensi
untuk menentukan kinerja ide menjadi aktual. Istilah “kompetensi”
mengacu pada kemampuan ideal penutur dan lawan tutur untuk
mengasosiasikan bunyi dan makna yang sesuai dengan aturan
bahasa. Tata bahasa, sebagai model kompetensi menetapkan
hubungan tertentu antara bunyi dan makna.136
Hal ini berarti bahwa kalimat ditinjau secara intrinsik
ditentukan oleh aturan kaidah linguistik, karena dalam proses
berbahasa seorang penutur dengan lawan tutur melahirkan proses
internalisasi dan eksternalisasi dalam sistem aturan yang
menentukan baik dan buruknya bentuk fonetik, kalimat dan konten
semantik. Unsur inilah yang mengembangkan apa yang akan kita
sebut sebagai salah satu kompetensi linguistik.137
Dalam arti bahwa
mengkomunikasikan suatu bahasa akan diikuti dengan maknanya.
133H{as{a>d al-Qarni, al-Munjiza>t al-‘Alamiy>ah wa al-Insa>niy>ah fi> al-Qarn al-
‘Isyri>n: al-Adab wa al-Naqd wa al-Funu>n (AIRP: 2008), 120.
134 Kent Jonson, “On The Systematicity Of Language And Thought,”
University of California: The Journal Of Philosophy Ci, No. 3, (2004): 112.
135Carol A. Miller, “Developmental Relationships Between Language and
Theory of Mind,” The Pennsylvania State University, University Park American Journal of Speech-Language Pathology 15, ( 2006): 142.
136Noam Chomsky, Language and Mind (New York: Camridge University,
2006), 103.
137Noam Chomsky, Language and Mind, 102.
Ideologi Sebagai Kompetensi Bahasa dan Fonologi 77
Oleh karena itu, keberhasilan seorang penutur dalam produksi
bahasa adalah ketika berhasil menyampaikan makna sebagai tujuan
utama dalam berkomunikasi. Membicarakan kompetensi bahasa
tanpa membuat acuan kepada makna, bagaikan menjelaskan
konstruksi kapal tanpa membuat acuan terhadap laut.138
Menurut
Chomsky, ada tiga tahapan dalam aspek kompetensi. Pertama,
internalisasi bahasa sebagai aspek kognitif (aspect of knowldge).
Kedua, mengetahui maksud dari pembiucaraan lawan tutur. Ketiga,
aspek kognitif yang diaplikasikan dalam bentuk bahasa. 139
Berdasarkan pernyataan-pernyataan tentang ideologi yang
dikaitkan dengan bahasa, penulis menghubungkan konteks kaitan
antara linguistik dengan psikologi. Hubungan kuat antara bahasa
dan psikologi, digambarkan hubungan kuat antara bahasa dengan
ideologi. Hubungan tersebut dimanifestasikan oleh hubungan kuat
antara internal speech dan external speech. Analisa penulis tersebut
berdasarkan bahwa ada persamaan fungsi dan tempat antara ideologi
dengan internal speech dan bahasa yang dikatakan sebagai external
speech. Ideologi dan internal speech ditempatkan dalam satu istilah
“kompetensi”, sedangkan bahasa dan external speech berada dalam
wilayah “performansi”. Oleh karena itu, ada persamaan antara
transformasi ideologi terhadap bahasa dan transformasi kompetensi
terhadap performansi.
Chomsky dengan konsep transformalismenya, merupakan
salah satu tokoh yang mengungkapkan konsep kompetensi dan
performansi. Konsep Chomsky tersebut terbentuk dalam aliran
transformalisme. Namun ada konsep lainnya, konsep Lennerberg
yang mengungkapkan bahasa tidak ada kaitannya dengan ide.
Konsep Lennerberg tersebut sejalan dengan konsep strukturalisme,
terutama konsep strukturalisme pada masa Bloomfiled. Menurut
138David Crystal dalam Chaedar Alwasilah, Linguistik Suatu Pengantar,
130.
139Lihat dalam Noam Chomsky, Aspects Of The Theory Of Syntax, 12.
78 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
aliran ini, bahasa ditentukan oleh faktor-faktor luar dan tidak ada
hubungan dengan faktor dalam (proses mental). Menurut penulis,
konsep tersebut merupakan suatu konsep tidak ada hubungan antara
kompetensi dan performansi, atau dengan kata lain tidak ada
hubungan antara bahasa dengan ideologi.
79
BAB III
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial
ehidupan Sayyid Qutb (selanjutnya ditulis Qutb) lebih
lama dihabiskan menjadi seorang yang berdedikasi
tinggi dalam proses kebangkitan Islam (Islamic revivalism). Namun,
kondisi tersebut tidak selalu bersifat koherensif (muna>sabah) dengan
kondisi sosial, politik, dan budaya lingkungan kehidupannya.
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan idealisasi
pemikiran dan karakterisasi psikologi Qutb. Terutama pada saat
Qutb sudah mencapai usia yang cukup matang dalam hal merespon
stimulus yang datang dari lingkungan sekitarnya. Hal tersebut
membakar segala potensi yang melekat pada ghirah keislamannya.
Pemerintahan Mesir yang represif1 terhadap perkembangan Islam
menjadi salah satu faktor munculnya pemikiran radikal Qutb.
Terutama setelah keberangkatannya ke Amerika, Qutb menjadi
seorang yang berpikir bahwa Islam sudah kembali ke masa jahiliyah,
yang kemudian dikenal dengan istilah jahiliyah modern (ja>hiliy>ah al-
1 Gamal Abdul Nasser yang mempunyai kebijakan politik Mesir merasa
bahwa Qutb merupakan seorang yang berbahaya bagi perkembangan
pemerintahannya, sehingga Nasser dengan kekuasaannya berupaya untuk
melumpuhkan langkah jihad yang dilakukan Qutb melalui gerakan yang didirikan
oleh Hasan al-Banna, yaitu Ikhwanul Muslimin. Kader-kader Ikhwanul Muslimin
terus dilumpuhkan melalui penangkapan dan pembunuhan. Qutb yang dianggap
sebagai pelopor semangat pemuda Ikhwanul Muslimin, merupakan salah satu tokoh
Ikhwanul Muslimin yang mengalami berbagai macam siksaan dengan sangat
menghawatirkan. Terutama siksaan psikologis, karena mengalami kekerasan mental
yang dimonopoli oleh pemerintahan Nasser. Sampai akhirnya secara perlahan-
lahan, Qutb di penjara dan diasingkan dari lingkungan sosial kehidupannya. Karena
Qutb tidak henti-hentinya melakukan perlawanan ideologi, akhirnya Qutb dihukum
gantung. Lihat Asep Syamsul M Romli, Demonologi Islam: Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), 63.
K
80 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
jadi>dah). 2 Konsep jahiliyah modern yang melatarbelakangi Qutb
mulai berpikir untuk menghabiskan hidupnya berjihad dan dakwah
untuk mengembalikan Islam
kembali pada nilai-nilai dan pokok-pokok ajarannya.3
Menurutnya, jihad adalah revolusi ideologi Islam terhadap
kedaulatan negara (al-daulah al-isla>miy>ah).4
Konsep jahiliyah modern tersebut menjadi salah satu faktor
yang menyebabkan Qutb masuk dalam dunia keekstriman
(radicalism). Kondisi psikologis Qutb bertolak belakang dengan
lingkungan sosial masyarakat dan politik pemerintahan Mesir yang
banyak berpihak pada negara-negara Barat, sehingga masyarakat
Islam banyak yang mengalami penderitaan lahir dan batin. Qutb
tidak senang dengan kondisi tersebut, baginya kebahagiaan-
kebahagiaan Barat di atas penderitaan Islam haruslah segera
dilawan. Bukan hanya itu saja, menurutnya masyarakat Islam pun
sudah mulai kehilangan nilai-nilai yang mendasari untuk menjaga
kemurnian Islam, sehingga ikut nyaman dengan kondisi dan
2Lihat Barry Rubin, Islamic Fundamentalism in Egyptian Politics (United
States of America, 1970), 50. Qut\b menegaskan bahwa dunia semakin lama berada
dalam kondisi jahiliyah. Kejahiliyahan ini karena kondisi dunia yang menentang
kedaulatan Tuhan (al-h}a>kimiy>ah lilla>h), dan saat ini umat manusia berada dalam
kondisi jahiliyah seperti sebelum ada Islam, atau bahkan lebih buruk lagi.
Pemikiran, tradisi, budaya, pemerintahan, konstitusi dan juga perundang-undangan
tidak tunduk kepada al-h}a>kimiy>ah lilla>h seperti yang ditegaskan oleh al-Qur’an dan
al-Sunnah. Termasuk segala sesuatu yang tampaknya Islam tetapi sebenarnya
produk Barat, semuanya adalah ja>hiliy>ah al-jadi>dah (jahiliyah modern) yang
menurutnya sesat dan menyesatkan. Ada dua hal bagi Qut\b merupakan manifestasi
dari kejahiliyahan masa kini, Pertama pengaruh dan pemikiran Barat. Kedua, pemerintahan muslim yang tidak berdasarkan syariat Islam dan terbukti mendapat
pengaruh dari Barat. Lihat Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam
Tafsir Fi Dilal al-Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2,
(2012): 316-317.
3Barry Rubin, Islamic Fundamentalism in Egyptian Politics (United States
of America, 1970), 51.
4Peta Tarlinton, “Sayyid Qutb and The Roots of Radical Islam” Australian Army Journal, Vol II No 2, (2003): 177.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 81
lingkungan yang mengkerdilkan Islam. Qutb menjadi seorang yang
terdepan dalam menentang kondisi tersebut dengan menjadikan
Ikhwanul Muslimin sebagai wadah untuk mengapresiasikan
kekesalan-kekesalannya terhadap kondisi-kondisi tersebut.
Pemikiran radikal Qutb berasal dari lingkungan sosial yang
tidak dapat diterima oleh kondisi batinnya, sehingga menjadikannya
sebagai seseorang yang selalu mengkritik kebijakan-kebijakan
pemerintah yang tidak menguntungkan Islam. Kritikan-kritkan
tersebut akhirnya membuat Qutb mengalami siksaan psikologis
yang dalam dari pemerintahan. Bukan hanya Qutb, siksaan
psikologis juga dirasakan oleh keluarga-keluarga dan generasi-
generasi Islam yang turut andil dalam misi dakwah dan jihad Qutb.
Namun, siksaan tersebut tidak membuat Qutb kehilangan ghirah
dakwahnya, bahkan Qutb mengalami kondisi yang sebaliknya. Qutb
terus membuat perlawanan-perlawan pemikirannya dengan
menghasilkan beberapa karya yang mengajak masyarakat Islam
untuk mengembalikan Islam kepada kemurniannya dan
menghilangkan unsur jahiliyah modern yang sebenarnya lebih
berbahaya, karena kondisi tersebut banyak tidak disadari oleh
masyarakat Islam pada umumnya. Oleh karena itu, Qutb merasa
dirinya perlu memberikan kesadaran kondisi tersebut kepada
masyarakat Islam.
A. Riwayat Hidup Sayyid Qutb
Qutb lahir pada tahun 1906 di Musya distrik Asyut Mesir dan
menerima pendidikan Islam yang konservatif.5 Qutb dibesarkan
dalam sebuah keluarga yang
5Ahmad S. Mousa Ali, “Sayyid Qutb: Founder of Radical Islamic Political
Ideology”, 9. Lihat juga Muhammad Syahnan, “A Study of Sayyid Qutbs Qur’an
Exegesis in Earlier and Later Editions of His Fi Zilal al-Qur’an with Sfecifiec
Reference to Selected Athemes” Faculty Of graduate Studies and Reseach in Partial Fulfilment of The Requirements for the Degree of Master of Arts, (1997): 7.
Musya merupakan daerah yang terletak di pinggiran sungai Nil. Daerah ini
82 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
sederhana dan berpegang teguh kepada agama.6 Semenjak
kecil, Qutb telah berjinak-jinak dengan al-Qur’an dan menghafal al-
Qur’an semenjak berusia sembilan tahun.7 Dalam usia yang masih
terlalu muda ini, Qutb telah memperlihatkan beberapa keistimewaan
yang bakal menempatkannya dalam kedudukan yang tinggi.8 Pada
masa ini, Qutb merasakan aroma konservatif yang terbalut dalam
suasana tradisionalitas yang belum terlalu mengenal modernitas.
Namun masa tersebut mulai terkikis, ketika Qutb melanjutkan
studinya ke Kairo.9
Pada tahun 1920, Qutb tinggal bersama
pamannya Ahmad Husain Usman. Kemudian Qutb masuk Darul
Ulum10
pada tahun 1929 dan selesai pada tahun 1933.11
Setelah
menyelesaikan pendidikannya, Qutb ditugaskan di Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan Mesir.12
memiliki karakteristik tanah yang subur, sehingga mayoritas penduduk di Musya
adalah seorang petani. Termasuk Ayah Qutb dan keluarganya yang menjadikan
pertanian sebagai sumber kehidupan utama. Lihat S{ala>h ‘Abd Fatta>h al-Kha>lidi>,
Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d ila> al-Istisyha>d (Qa>hirah: Da>r al-Qalam, 1994), 25.
6Wajih Subh Mahmu>d al-Qa>’iq, Ma‘a>lim al-Taghyi>r al-Tarbawi> lada> Sayyid Qut}b min Khila>l Kita>bih (Ja>mi‘ah al-‘Isla>miy>ah Gaza Qism al-Dira>sa>t al-‘Ulya>
Kulliyah Tarbiyah, 2006), 35.
7Ada juga yang bependapat bahwa Qutb menghapal al-Qur’an dalam usia
sepuluh tahun. Lihat Lukew Loboda, The Thought of Sayyid Qutb (Ashbrook
Statesmanship Thesis, 2004), 1.
8Sayyid Qutb, Ha>dha>’ al-Di>n (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 2001),18.
9 Adnan A Musallam, From Secularism to Jihad: Sayyid Qutb and the Foundations of Radical Islamism (United States of America, 2005), 28.
10Rubai’ Ibn Ha>di> al-Madkhali>, Ad}wa>’ Isla>miy>ah ‘ala> ‘Aqi>dah Sayyid Qut}b wa Fikrih, 18. Lihat juga Lukew Loboda, “The Thought of Sayyid Qutb” Ashbrook Statesmanship Thesis, (2004): 1.
11Ahmad Husain Usman adalah salah satu saudara Ibu Qutb Fatimah Husain
Usman. Dia adalah seorang dosen di al-Azhar dan wartawan di Kairo. Qutb tinggal
bersama Ahmad Husain Usman selama empat tahun. Lihat A. Ilyas Ismail,
Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani, 2013), 41.
12S}ala>h} ‘Abd Fatta>h al-Kha>lidi>, Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d ila> al-Istisyha>d,
15.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 83
Pada akhir 1948, Qutb belajar pendidikan di University of
Northern Colorado dan menerima gelar master. Pengalaman tiga
tahun di Amerika dari 1948 sampai 1951 mengubah paradigma
pemikiran Qutb tentang Islam dan Barat. Di Amerika, Qutb
mengalami transformasi intelektual dan terkejut dengan apa yang
dilihatnya tentang rasisme, permisif seksual, pro-modernisme, dan
persepsi tentang Amerika sebagai negara yang “pro-Zionis”.13
Qutb
meyakini bahwa masyarakat Amerika memiliki kebudayaan
materialistis, liberalis, kapitalis, dan feodalis memiliki andil dalam
menentukan arah politik pemerintahan dunia Arab.14
Selain itu,
Qutb melihat dukungan Amerika untuk pembentukan negara Israel
pada tahun 1948 sebagai penolakan terhadap kesetaraan Arab.
Akibatnya, Qutb mengembangkan kebencian tanpa kompromi
terhadap peradaban Yahudi dan Kristen. Kebencian ini akan datang
untuk membentuk sisa kehidupan pribadi dan profesionalnya. Qutb
percaya bahwa divisi antara Gereja dan Negara, Barat telah
menciptakan sebuah skizofrenia15
mengerikan dalam kehidupan
modern, yang menyebabkan keterasingan pribadi dan berkontribusi
terhadap munculnya sekularisme, materialisme, liberalisme,
kapitalisme dan feodalisme yang mengancam masyarakat Islam.16
13Thomas D. Watts, Sayyid Qutb: Propphet of Radical Islam (The Year
2005 Proceedings if the ASSR-SW), 34.
14Peta Tarlinton, “Sayyid Qutb and The Roots of Radical Islam” Australian Army Journal, Vol II No 2, (2003): 174.
15Skizofrenia merupakan salah satu proses menuju gangguan mental yang
berpengaruh terhadap proses berpikir dan berdampak pada emosi yang
lemah. Gangguan mental tersebut diinterpretasikan dalam
bentuk halusinasi, paranoid, keyakinan atau pikiran tidak berdasarkan logika dan
kondisi kejiwaan yang terintimidasi. Lihat Frederick J. Frese, Edward L. Knight
dan Elyn Saks, “Recovery From Schizophrenia: With Views of Psychiatrists,
Psychologists, and Others Diagnosed With This Disorder” Journal of Oxford University Press on behalf of the Maryland Psychiatric Research Center, (2007):
370.
16Thomas D. Watts, Sayyid Qutb: Propphet of Radical Islam, 34.
84 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Qutb memutuskan kembali ke Mesir pada awal 1950 dan
bergabung dengan gerakan Islam Ikhwanul Muslimin.17
Di
organisasi tersebut, Qutb menjadi teoritikus terkemuka.18
Salah satu
yang paling banyak dibaca dari buku-buku Qutb pada masa ini
adalah al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m yang telah diterbitkan
pada tahun 1949 saat Qutb berada di Amerika. Ini menggambarkan
Barat sebagai kekuatan neo-riberal dalam hal yang sangat negatif,
dan meminta Islam menganggap serius panggilan untuk keadilan
sosial. Buku tersebut diterima dengan baik oleh Ikhwanul Muslimin
yang merupakan sebuah organisasi keagamaan yang menentang
kecenderungan rezim sekuler di negara-negara Muslim. Ikhwanul
Muslimin kemudian menjadi salah satu penghalang untuk
pembentukan peradaban Barat di Timur Tengah.19
Pada tahun 1955 sekitar bulan Mei, Qutb termasuk salah
seorang pemimpin Ikhwan Muslimin yang ditahan setelah organisasi
itu dilarang oleh presiden Nasser dengan tuduhan berkomplotan
untuk menjatuhkan pemerintahan. Pada tanggal 13 Juli 1955,
17Semenjak Sayyid Qutb bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, melekat
pada diri Sayyid Qutb hal-hal yang berhubungan radikalimse, terorisme, dan
fundamentalisme yang merupakan istilah-istilah yang seringkali dihubungkan
dengan Islam. Lihat Manih bin Mamaad al-Johani, Fundamentalism and Radicalisme: a Propaganda Attack to Deface the Image Islam and Muslim
(Confernce of Foreign Minister of Islamic Contries that was held karaci 1993), 1.
Dalam sejumlah literatur istilah radikalisme dan fundamentalisme memang sulit
untuk dibedakan satu sama lain. Istilah radikalisme dan fundamentalisme Islam
umumnya dipakai untuk merujuk pada gerakan-gerakan Islam politik yang
berkonotasi negatif seperti ekstrem, militan, non toleran, dan anti Barat. Lihat
Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-Quran karya
Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2 (2012), 308-310.
18Peta Tarlinton, “Sayyid Qutb and The Roots of Radical Islam” Australian Army Journal, Vol II No 2 (2003): 174. Peristiwa berlangsung setelah 1954 sangat
penting untuk memahami radikalisasi ideologi politik Qutb. Pada tahun 1954,
Gamal Abdel Nasser menindak Ikhwanul Muslimin untuk menghilangkan alternatif
dan mengkonsolidasikan kekuasaannya. Lihat John Calvert. Sayyid Qutb and the Origins of Radical Islamism (New York: Columbia University Press, 2010), 180.
19Thomas D. Watts, Sayyid Qutb: Prophet of Radicali Islam, 34.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 85
pengadilan rakyat menjatuhkan hukuman 15 tahun kerja keras
kepadanya. Qutb ditahan di beberapa penjara Mesir sampai
pertengahan tahun 1964.20
Qutb dibebaskan dari penjara pada tahun
1964, karena syafaat dari Presiden Irak ‘Abd al-Salam Arif.21
Namun, Qutb kembali ditahan beberapa bulan kemudian dengan
berbagai macam tuduhan yang sama. Kali ini tidak akan ada belas
kasihan, Qutb dihukum mati karena pengkhianatan dan dieksekusi
gantung dengan dua saudara lainnya pada pada tanggal 29 Agustus
1966.22
Pemerintah Mesir mengamankan keyakinan dan
mencemaskan pengaruh Qutb terhadap pendukungnya di seluruh
dunia, penuntutan di persidangan menggunakan rencana untuk
berdebat bahwa Qutb adalah pengkhianat yang merencanakan
kudeta; baik pro-rezim ulama dan persaudaraan kritikus menyatakan
bahwa hal itu membuktikan bahwa Qutb adalah sesat.23
Menurut
salah satu pendukungnya Ahmed el-Kadi dalam Virginia Murr, Qutb
tersenyum ketika dieksekusi, menunjukan keyakinannya tentang
kehidupan yang indah di masa yang akan datang (surga).24
Hal
tersebut menunjukan keyakinan para mujahid tentang kehidupan
yang lebih indah setelah kematian.
20Juandi, Pemikiran Politik Sayyid Qutb: Melacak Geneologi Kekerasan
(STIH Pertiba, 2013), 3.
21‘Abd al-Salam Arif Presiden Irak 1963-1966. Lahir dari keluarga kelas
menengah di Baghdad. ‘Abd al-Salam Arif terdaftar di Akademi Militer dan
menjadi seorang Perwira. Pengalamannya dalam perang Palestina (1948-1949), di
mana pasukan Irak yang tampil buruk, berbalik melawan rezim pro-Barat Raja
Faisal II. ‘Abd al-Salam Arif memainkan peran utama dalam mengatur kelompok
perwira yang berakhir monarki di bulan Juli 1958. Lihat Dilip Hiro, A Comprehensive Dictionary of the Middle East (Interlink Publishing, 2013), 128.
22 Kedua orang tersebut adalah teman seperjuangan Qutb di Ikhwanul
Muslimin, yaitu Abdul Fatah Ismail dan Muhammad Yusuf Hawasy.
23Barry Rubin, Islamic Fundamentalism in Egyptian Politics (United States
of America, 1970), 50.
24Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford
College Summer Reseach Project, 2004), 9.
86 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
B. Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial Sayyid Qutb
Kondisi psikologi seseorang tidak akan lepas dari pengaruh
lingkungannya. Dengan kata lain, kondisi batin atau jiwa salah
satunya ditentukan oleh kondisi sosial yang mengitarinya. Dalam
perkembangannya, psikologi berkembang menjadi beberapa aliran.
Aliran tersebut di antaranya aliran mentalistik, aliran behavioristik
dan aliran kognitifistik.25
Psikologi mentalistik melahirkan apa yang
disebut psikologi keasadaran, psikologi behavioristik melahirkan
psikologi yang berhubungan dengan prilaku, sedangkan psikologi
kognitifistik mengkaji proses-proses kognitif manusia secara
alamiah.26
Ketiga aliran tersebut menyatakan psikologi berkaitan
dengan segala kehidupan manusia dalam segala kegiatannya. Oleh
karena itu, dalam perkembangannya munculah berbagai cabang
psikologi. Di antaranya psikologi sosial, psikologi perkembangan
anak, psikologi komunikasi, psikologi bahasa, dan cabang-cabang
lainnya.27
Berhubungan dengan kondisi piskologis Qutb, tentu
berhubungan juga dengan situasi dan kondisi lingkungan di mana
Qutb berada, sebagaimana dipahami sebagai psikologi sosialnya.
Kondisi tersebut akan berbanding lurus dengan kondisi psikologi
komunikasi Qutb. Berdasarkan kedua hubungan tersebut, penulis
dapat membagi perkembangan Qutb kepada beberapa bagian, di
25 Psikologi behavior yang digagas Skinner adalah sebuah kajian
komprehensif yang berkaitan dengan sebagian besar aspek perilaku verbal. Namun,
perlakuan terhadap pembelajaran perilaku gramatikal banyak dikritik tokoh bahasa
lainnya. Misalnya, Chomsky yang mengedepankan aspek kognitif. Namun dalam
pembelajaran tata bahasa dan sintak dapat ditangani dengan memadai dalam
kerangka perilaku-analitik. Tidak perlu untuk mengadopsi mentalis (cognitivist) posisi atau menambahkan elemen mentalis teori behavioris. Lihat Nathan,
“Stemmer, Skinner’s Verbal Behavior, Chomsky’s Review, and Mentalism” Journal of The Experimental Analysis of Behavior No. 3 (1990): 307.
26 Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik (Jakarta: Rineka Cipta,
2009), 3-4.
27Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik, 3.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 87
antaranya: Pertama, pada masa Qutb kecil. Kedua, pada masa Qutb
di Amerika. Ketiga, pada masa Qutb bergabung dengan Ikhwanul
Muslimin. Keempat, pada masa Qutb berada di penjara.
1. Masa Qutb Kecil
Qutb kecil adalah anak yang pandai dalam ilmu agama.
Bahkan Qutb sudah hapal al-Qur’an pada saat usia belia. Bakat dan
kepandaian menyerap ilmu yang besar tidak disia-siakan oleh kedua
orang tua Qutb, terutama Ayahnya.28
Keluarga Qutb adalah
keluarga yang islamis. Ayahnya Qutb bin Ibrahim adalah seorang
muslim yang saleh dan aktif dalam politik kontemporer di partai
Hizbul Wathan. Qutb Ibrahim juga seorang alim yang meyakini
akan pentingnya mengikuti perkembangan modernitas untuk
kemaslahatan manusia (humanity welfare). Qutb Ibrahim juga salah
seorang yang dermawan dan cinta terhadap pendidikan.29
Qutb
Ibrahim selalu mewariskan ide-idenya kepada Qutb kecil.30
Sebagaimana Ayahnya, Ibu Qutb Fatimah Husain Usman juga
merupakan seseorang yang taat dalam agama. Jika Qutb Ibrahim
berasal dari keluarga sederhana, Fatimah berasal dari keturunan
keluarga yang terkenal. Fatimah gemar membaca dan mendengarkan
bacaan al-Qur’an. Bahkan Qutb kecil selalu dibimbingnya membaca
dan mengahapal al-Qur’an.31
Fatimah juga sangat memperhatikan
pendidikan Qutb dan saudara-saudaranya dan juga mendidik anak-
28Heryy Nurdi, Perjalanan Meminang Bidadari: Kisah Luar Biasa 10 Tokoh
Syahid Modern. Buku yang Menggugah dan Membangkitkan Semangat Seorang Muslim (Lingkar Pena Publishing House, 2011), 47.
29 Muhammad Syahnan, “A Study of Sayyid Qutbs Qur’an Exegesis in
Earlier and Later Editions of His fi Zilal al-Qur’an with Sfecifiec Reference to
Selected A Themes” Faculty Of graduate Studies and Reseach in Partial Fulfilment of the Requirements for the Degree of Master of Arts, (1997): 7.
30Barry Rubin, Islamic Fundamentalism in Egyptian Politics (United States
of America, 1970), 49.
31A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani,
2013), 42.
88 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
anaknya dengan kasih sayang, sehingga menggoreskan rasa cinta
terhadap ilmu pengetahuan dalam jiwanya.
Qutb memiliki tiga saudara. Satu saudara laki-laki
(Muhammad Qutb) dan dua saudara perempuan (Nafisah Qutb dan
Aminah Qutb). Muhammad Qutb merupakan seorang cendikiawan
yang cinta terhadap ilmu. Hal tersebut dibuktikan dengan tulisan-
tulisannya yang diterbitkan diberbagai penerbitan dan berbagai
majalah. Sedangkan adiknya Nafisah dan Aminah Qutb juga
merupakan muslimah yang aktif dalam risalah dakwah Islam yang
dilakukan Qutb dan Muhammad Qutb. Keluarga Qutb tergolong
keluarga yang bahagia. Hubungan dalam keluarga sangat harmonis.
Hubungan Ayah dan Ibu Qutb tidak terdengar pertengkaran, kondisi
saudara-saudara Qutb juga dalam kondisi saling memberikan
dukungan moril dan spirituil satu sama lain. Oleh karena itu,
komunikasi Qutb dengan keluarganya bisa dikatakan terjalin sangat
baik.32
Namun kondisi tersebut tidak berbanding lurus dengan
kondisi lingkungan negaranya. Pada masa ini, Qutb pernah berhenti
melanjutkan pendidikan selama dua tahun disebabkan terjadinya
revolusi di Mesir.33
Dalam usia belum lebih lima tahun Qutb telah
32Lihat dalam S}ala>h} ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mila>d ila>
al-Istisyha>d, 31-49.
33 Revolusi 1919 merupakan sebuah titik balik yang penting dalam
pembangunan politik kenegaraan di Mesir. Kekerasan di perkotaan, ketidakpuasan
pedesaan, dan kampanye pembunuhan terhalang oleh upaya Inggris membuat Mesir
menjadi salah satu negara Tengah Timur menjadi bagian penjajahan negara kolonial
Inggris untuk melaksanakan kedaulatan politik dan bujukan moral lebih negara
Timur Tengah dan negara-negara Islam lainnya. Sebaliknya, dalam perjanjian dan
konstitusi formulasi dari awal 1920-an, imperialis Inggris dipaksa untuk
mengurangi bahka menghilangkan kontrol politik atas pemerintahan Mesir. Sebuah
kontrol yang menjamin dominasi Inggris lebih utama dalam hubungan internal dan
eksternal Mesir, bahkan memungkinkan Mesir menjadi salah satu negara yang
otonomi. Revolusi 1919 juga menandai periode puncak dalam pertumbuhan
nasionalisme Mesir dengan munculnya beberpa aliran politik nasionalisme Mesir.
Partai Wafd adalah salah satu partai politik yang benyak memberikan pengaruh
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 89
menyaksikan pemberontakan yang dilakukan bangsanya terhadap
penjajah. Penderitaan yang dialami bangsanya akibat penjajahan,
dan bahkan ketika kemerdekaan diperoleh demikian membekas
dalam kepribadian Qutb. Keadaan tersebut membuat Qutb begitu
membenci situasi dan kondisi yang ada di sekitarnya. Kemudian
kebencian tersebut dilampiaskan terhadap siapa saja yang
menurutnya pantas menerimanya tanpa ada rasa takut dan khawatir
akibat yang akan diterima. Qutb sadar apa yang dilakukan dan
resiko pemberontakannya.34
Kondisi tersebut mempengaruhi
paradigma berpikir Qutb pada masa remaja.
2. Qutb Remaja
Di Kairo, Qutb muda bergaul dengan kelompok modernis dan
wartawan pengikut wafd, dan juga akrab dengan seorang sastrawan
modern Arab, Abbas Mahmud al-Aqqad.35
Nama lengkapnya adalah
Abbas bin Mahmud bin Ibrahim bin Musthofa al-Aqqad, lebih
dikenal dengan Abbas al-Aqqad. al-Aqad merupakan salah seorang
pioner dalam sastra berkebangsaan Mesir. Ahmad Husain Usman
adalah orang yang meyambungkan pemikiran Qutb dengan Abbas
Mahmud al-‘Aqqad. Rumah Ahmad Husain berdekatan dengan
‘Aqqad, sehingga mereka saling berkunjung untuk membahas hal-
hal yang berhubungan dengan sastra dan fenomana-fenomena yang
terjadi di Kairo. al-‘Aqqad banyak menulis karya tulis dan sastra,36
sampai kudeta militer tahun 1952. Lihat Middle Eastern Studies, Vol. 12, No. 3,
Special Issue on the Middle Eastern Economy (Oct. 1976): 41.
34 Ridjaludin, Teologi Sayyid Qutb dalam Prinsip-prinsip Keimanan dan Sifat Perbuatan Tuhan (Jakarta: Pusat Kajian Islam UHAMKA, 2001), 8-9
35A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, 43.
36al-‘Aqqad banyak menulis karya hingga mencapai 83 buku dalam berbagai
topik. Beberapa karya al-‘Aqqad di antaranya: Anilla>h, ‘Abqariy>ah Muh}ammad, ‘Abqariy>ah Kha>lid, ‘Abqariy>ah ‘Umar, ‘Abqariy>ah ‘Ali, ‘Abqariy>ah al-S}iddi>q, Raj‘ah Abi> al-‘Ala>, al-Fus}u>l, Muraja’a>t fi al-Adab wa al-Funu>n, Sa‘a>t bain al-Kutub, Ibn al-Ru>mi>, Abu Nuwa>s, Sarah, Sad Zaghlu>l, al-Mar’a>t fi al-Qur’a>n, Hitler,
90 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dia berasal dari Dimyath kemudian keluarganya berpindah ke
Muhalla al-Kubra.37
Abbas Mahmud al-‘Aqqad adalah salah satu tokoh penting
dalam paruh pertama Abad ke dua puluh. al-‘Aqqad dikenal sebagai
tokoh dalam diwan sastra Arab yang memperjuangkan keeksisan
dunia sastra di Mesir.38
Selain itu, al-‘Aqqad merupakan seorang
pemikir Mesir yang terkenal, kritikus sastra modernis, dan
wartawan yang berpartisipasi dalam perjuangan politik dari tahun
1920 sampai 1940 untuk kemerdekaan Mesir dari pemerintahan
Inggris. Selama bertahun-tahun, al-’Aqqad bergabung dengan partai
Wafd di bawah kepemimpinan Sad Zaghlul dan mengabdikan
bakatnya untuk perkembangan partai Wafd. Dukungannya terhadap
partai berakhir dengan kematian Sad Zaghlul, karena al-‘Aqqad
merasa kecewa dengan pemimpin partai baru Nahhas Pasha yang
dianggapnya lebih cenderung untuk demagogi39
daripada
demokrasi.40
Ibli>s, Mujamma‘ al-Ah}ya>’, al-S}iddi>qah bin al-S}iddi>q, Ara>’is wa Syaya>t}i>n, Ma> Yuqa>l ‘an al-Isla>m, al-Tafki>r Fari>d}ah Isla>miy>ah, al-Mut}ala‘a>t, al-Syuzu>r dan Diwa>n al-‘Aqqa>d. Lihat dalam Fathin Mashud, “Figur Khalifah Umar Bin Khatab dalam
Pandangam Sastrawan Arab Modern: Telaah Karya Abbas al-‘Aqqad, Hafizd
Ibrahim dan Ali Ahmad” Madania, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.02, (2012): 114-115.
37 Fathin Mashud, “Figur Khalifah Umar Bin Khatab dalam pandangam
sastrawan Arab Modern: Telaah karya Abbas al-‘Aqqad, Hafizd Ibrahim dan Ali
Ahmad” Madania, Jurnal Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya, Vol. XI, No.02, (2012): 115.
38Byung Pil Lim, “A Study on the Poetic Criticism and the Literary Works
of Abbas Mahmud al-Aqqad as a Spokesman of Diwan Group" A Study on the Poetic Criticism and the Literary Works of Abbas Mahmud al-Aqqad as a Spokesman of Diwan Group Vol.12 No.1 (2010): 13.
39 Demagogi merupakan salah satu penghasutan terhadap orang banyak
dengan kata-kata yang dusta untuk membangkitkan emosi rakyat. Lihat Pusat
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008),
308.
40Asyraf Hj. Ab. Rahman, Nooraihan Ali and Wan Ibrahim Wan Ahmad,
“The Influence of al-‘Aqqad and the Diwan School of Poetry on Sayyid Qutb’s
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 91
Kontak pemikiran antara al-‘Aqqad dengan Qutb menjadikan
Qutb sebagai kritikus sastra. Qutb juga memiliki peran dalam
mencari solusi terhadap masalah-masalah yang terjadi di lingkungan
sosial dan politik Mesir. Qutb bergabung dengan Partai Wafd dan
menjadi anggota aktif. Qutb mengabdikan dirinya bekerja untuk
partai selama hampir dua puluh tahun, termasuk menulis puisi dan
esai di surat kabar partai al-Bala<gh. Qutb juga banyak melahirkan
karya tulis tentang isu-isu sosial politik seperti al-‘Ada>lah al-
Ijtima>’iy>ah fi> al-Isla>m, al-Sala>m al-‘Alami>y wa al-Isla>m, Ma’rakat
al-Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah. 41 Dalam buku-buku tersebut, Qutb
banyak mengkritik pemerintah yang menurutnya bersiat feodalisme
dan kapitalisme yang akan membawa bencana, ketidakstabilan
sosial dan ketidakadilan bagi negara.42
Semasa di Da>r al-‘Ulu>m, pengaruh al-‘Aqqad semakin
menambah motivasi Qutb dalam dunia penulisan. Qutb semakin
kuat menulis dan menghasilkan antologinya43
sendiri yang dikenali
al-S}ati> dan al-Majhu>l yang membahas tentang permasalahan
kemasyarakatan. Namun tulisan Qutb meresahkan penguasa Mesir,
karena termasuk tulisan yang sangat tajam dan kritis menyerang
berbagai kebijakan pemerintah.44
Inilah salah satu faktor penyebab
Qutb diberikan tawaran untuk melanjutkan studi ke Amerika.
Writings” International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 8;
July (2011): 160.
41Lengkapnya Lihat dalam Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi> al-Isla>m (Kairo: Da>rul Kitab, 1948). Sayyid Qutb, al-Sala>m al-‘Alami>y wa al-Isla>m
(Kairo: Da>rul Kitab Al-‘Arabi, 1951). Sayyid Qutb, Ma’rakat al-Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah (Kairo: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1951).
42Asyraf Hj. Abd. Rahman, “Nooraihan Ali dan Wan Ibrahim Wan Ahmad,
The Influence of al-‘Aqqad and the Diwan School of Poetry on Sayyid Qutb’s
Writings” International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 8;
July (2011): 161.
43Kumpulan karya tulis pilihan dari seorang atau beberapa orang pengarang.
Lihat Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 77.
44A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, 44.
92 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
3. Pada Saat Qutb di Amerika
Qutb tinggal di Amerika selama dua tahun. Di Amerika Qutb
membagi waktu belajarnya antara Wilson’s Teacher’s College di
Washington, Greeley College di Colorado, dan Stanford University
di California. Pada masa ini, Qutb juga sering mengunjungi kota-
kota besar di Amerika Serikat serta sempat pula berkunjung ke
Inggris, Swiss, dan Italia. Pada awalnya, Qutb begitu menjunjung
tinggi budaya Barat dan politik sekuler. Namun penjajahan Britain
dan Prancis terhadap Afrika Utara dan Timur Tengah merupakan
sokongan Barat terhadap Zionisme, menambah kesadarannya selama
belajar di Amerika.45
Pengalaman hidup di Barat, meluaskan
wawasan pemikiran Qutb dalam memahami problem-problem sosial
kemasyarakatan yang ditimbulkan oleh paham Matrealisme yang
gersang akan paham ketuhanan.46
Marxisme dan liberalisme
demokrasi Barat berlawanan dengan pandangan Qutb dari totalitas
kehidupan beragama.47
Menurut Qutb, benturan yang terjadi karena peradaban Barat
yang diwakili oleh Amerika tidak menghendaki Islam muncul
sebagai penerang dunia. Islam yang dikehendaki oleh Amerika
adalah Islam yang mampu menghancurkan komunisme. Artinya,
45 A.G. Noorani, Islam dan Jihad: Prasangka atau Kenyataan (ITBM, 2006),
61.
46 Muhammad Syahnan, “A Study of Sayyid Qutbs Qur’an Exegesis in
earlier and later editions of his fi zilal al-Qur’an with Sfecifiec Reference to
Selected Athemes” Faculty Of graduate Studies and Reseach in Partial Fulfilment of the Requirements for the Degree of Master of Arts, (1997): 27.
47Peta Tarlinton, “Sayyid Qutb and The Roots of Radical Islam” Australian Army Journal, Vol II No 2, (2003): 174. Para penyokong gerakan Islam yang
disebut gerakan radikal dihadapkan pada dua musuh besar. Pertama, musuh jauh
yaitu Amerika Serikat dan sektunya. Kedua, musuh dekat yaitu para penguasa tiran
yang telah menyimpang dari syariat Islam dan banyak mengintimidasi kaum
islamis. Kedua musuh ini wajib diperangi, seiring dengan permusuhan mereka
terhadap syariat Islam dan kaum islamis. Namun yang paling utama adalah musuh
yang jauh untuk mudah memerangi musuh yang dekat. Lihat Nurfarid, Proyek Kebangkitan Kita (Tasikmalaya: Pena Pembaharu, 2014), 142-143.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 93
Amerika memerlukan kekuatan Islam itu untuk memerangi
komunisme di Timur Tengah. Islam yang diinginkan Amerika dan
sekutunya bukan Islam yang menentang penjajahan, bukan Islam
yang melawan kediktatoran, tapi Islam yang menentang komunisme
saja. Amerika menginginkan Islam yang bersifat Amerika.48
Selama tinggal di Amerika, Qutb dihantui dengan rasa
kegelisahan dan kehawatiran yang tinggi. Qutb menilai bahwa
kemajuan ekonomi dan ilmu pengetahuan di Amerika dan Negara-
negara Eropa tidak seimbang dengan toleransi mereka terhadap
Islam. Di Amerika Qutb merasakan rasialisme, kebebasan seksual,
dan sikap pro zionisme Amerika. Kegelisahan Qutb banyak
dimaklumi oleh banyak tokoh, keadaan tersebut merupakan masa
peralihan orientasi Qutb dari pencarian sastra dan pendidikan
terhadap semangat komitmen keagamaan. Menurut Esposito, di
Amerika Qutb merasakan kejutan budaya “culture shock”, sehingga
hal tersebut sebagai salah satu faktor yang meningkatkan tingkat
religiusitas Qutb semakin kuat.49
Banyak kritik tentang
materialisme dan modernisme dibagi oleh orang-orang Kristen
konservatif dan Yahudi (dan dari tradisi agama lain).50
Hal inilah
yang tidak disukai oleh Qutb, menurutnya Barat dengan konsep-
48Herry Nurdi, Perjalanan Meminang Bidadari: Kisah Luar Biasa 10 Tokoh
Syahid Modern. Buku yang Menggugah dan Membangkitkan Semangat Seorang Muslim (Lingkar Pena Publishing House , 2011), 47.
49 Kemuakan Qutb didukung imperialis beserta boneka-boneka mereka
kemudian menyusun sebuah konspirasi besar untuk membunuh Hasan al-Banna. Di
tengah hiruk pikuk kota Kairo, sekelompok orang yang tidak dikenal memuntahkan
peluru-peluru maker mereka lantas berlari menghilang. Dengan tenaga yang masih
tersisa beliau menuju ke rumah sakit. Di sana tidak ada seorang dokter pun yang
bersedia menangani luka parah beliau. Pada waktu itu, tahun 1949, dua jam setelah
penembakan, beliau menghembuskan nafas yang terakhir dan gugur syahid di jalan
Allah SWT. Lihat Hasan al-Banna diterjemahkan oleh Anis Mata dkk, Risalah Pergerkan al-Ikhwan al-Muslimun (Solo: Era Intermedia, 2006), 17-19.
50 Thomas D. Watts, Sayyid Qutb: Prophet of Radicali Islam (The
University of Texas at Arlington, 2005), 38.
94 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
konsep modernitasnya adalah salah satu faktor penyebab perpecahan
antara Islam menjadi sekuler liberalisme yang modern.51
Peradaban
modern masih dikonsumsi oleh hukum buatan manusia yang
menindas dan menyebabkan amoralitas. Oleh karena itu, islamisme
tetap didedikasikan untuk cita-cita Qutbian bahwa Islam harus
menyelamatkan umat manusia dari dirinya sendiri.52
Tidak lama
kemudian Qutb bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, sebagai
sarana untuk menjalankan misi dakwahnya.
4. Qutb Bergabung dengan Ikhwanul Muslimin
Setelah sekian lama Qutb mengenal budaya Barat yang
sekuler, Qutb terkejut dan memutuskan untuk kembali dan
membawa misi memurnikan Islam dari pengaruh Barat. Salah satu
jalan yang ditempuh Qutb adalah bergabung dengan Ikhwanul
Muslimin, sebuah organisasi keislaman yang didirikan oleh Hasan
al-Banna dan mengedepankan pemahaman Islam fundamental.53
Sebenarnya bergabungnya Qutb dengan Ikhwanul Muslimin bukan
merupakan hal yang aneh. Hubungan tidak langung antara Qutb dan
Ikhwanul Muslimin sudah lama terjalin, di antaranya: Pertama, ada
beberapa persamaan dalam kehidupan Qutb dan al-Banna, keduanya
lahir pada tahun yang sama (1906) di Mesir, ajaran mereka,
pengabdian gairah mereka untuk tujuan mereka, dan keduanya
meninggal kematian kekerasan dalam mengejar keyakinan mereka.
51Peta Tarlinton, “Sayyid Qutb and The Roots of Radical Islam” Australian
Army Journal, Vol II No 2, (2003): 176.
52Virginia Murr, “The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism” Rockford College Summer Research Project (2004): 15.
53Barry Rubin, Islamic Fundamentalism in Egyptian Politics (New York:
Great Britain, 1990), 49. Hasan al-Banna percaya “bahwa Islam dalam keadaan
sekarang sangat membutuhkan kebangunan rohani dan bahwa ini harus dilakukan
melalui kepatuhan terhadap al-Qur’an dan hadits”. Lihat dalam Thomas D. Watts,
Sayyid Qutb: Prophet of Radicali Islam (The Universuty of Texas at Arlington,
2005), 35.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 95
Kedua, ketika Qutb menulis artikel yang mengkritik buku
Mustaqbal al-Thaqafa>t bi Mis}r tulisan Thaha Husain54
yang bersifat
sekuleristik. Tulisan tersebut dimuat di surat kabar al-Ah}ra>m dan
majalah Da>r al-‘Ulu>m. Pihak Ikhwan tertarik juga menerbitkannya
di majalah al-Ihkwa>n al-Muslimi>n. Kedua, terjadi kesepakatan
antara Qutb dan Muhammad Hilmi al-Minyawi, Pemilik Da>r al-
Kita>b al-‘Arabi> (seorang penasihat gerakan Ihkwan). Ketiga, terjadi
ketika Qutb akan menerbitkan bukunya al-‘Ada>lah al-Ijtima‘iy>ah fi>
al-Isla>m. Dalam bukunya tersebut, Qutb banyak memberikan
persembahan kepada pemuda-pemuda Ikhwan (Qutb sebut sebagai
rija>l al-di>n)55
yang banyak ditangkap dan dipenjara. Keempat, waktu
di Amerika Qutb dikagetkan dengan dua peristiwa yang berkaitan
dengan Ikhwanul Muslimin, yaitu peristiwa kematian Hasan al-
Banna dan kehawatiran penguasa Mesir dan Barat akan pergerakan
Ikhwanul Muslimin dan perjuangan melawan Barat.56
Diujung kepemimpinan Hasan al-Banna, kemudian di bawah
kepemimpinan Qutb, gerakan Ikhwanul Muslimin tampil menjadi
kekuatan politik yang radikal dan terlibat dalam konflik-konflik
politik yang keras dan anti Barat.57
yang berujung dengan
terbunuhnya kedua tokoh Ikhwanul Muslimin tersebut. Corak
radikalisme Sayyid Qutb salah satunya bisa dilihat dari tafsirnya fi>
Z}ila<l al-Qur’a>n 58 dan karya fenomenalnya Ma‘a>lim fi al-T}ari>q 59
yang menjadi salah satu faktor Qutb masuk penjara.
54 Lihat karya-karya Sayyid Qutb, al-Mustaqba>l li Ha>dha>’ al-Di>n (al-
Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, Nah}wa Mujtama‘ al-Isla>mi> dan Khas}ais} al-Tas}awwur al-Isla>mi> wa Muqawwima>tuh (al-Qa>hirah: Da>r al-lhya>’ al-Kutub al-‘Arabiy>ah, 1962).
55Lihat Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979), 60.
56Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qutb, 46-47.
57Lukew Loboda, The Thought of Sayyid Qutb (Ashbrook Statesmanship
Thesis, 2004), 2.
58 Haedar Nasir, Manifestasi Gerakan Tarbiyah: Bagaimana Sikap Muhamm,adiyah? (Yogyakarta: Surya Sarana Utama, 2007), 15.
96 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
5. Pada Saat Qutb Di Penjara
Usaha Gamal Abdul Nasser untuk mewujudkan sekulerisme
dan memenjarakan Qutb banyak mengubah pemikirannya. Qutb
dikurung dalam sebuah sel kecil bersama empat puluh orang lain
yang kebanyakan adalah penjahat dan para kriminal. Itu belum
seberapa, karena ternyata siksaan fisik dan mental menjadi santapan
sehari-hari pemimpin Ikhwanul Muslimin tersebut. Salah satu
siksaan mental yang diberikan oleh penguasa Mesir adalah dipaksa
mendengarkan ceramah presiden dua puluh jam dalam sehari. Dalam
kondisi seperti itulah sebagian tafsi>r fi> Z{i>lal al-Qur’a>n dilahirkan.60
Sifat totalistik ideologi politik Qutb berujung pada represif negara
di bawah Nasser. Selain itu, kelompok-kelompok ekstrimis
berikutnya yang berlangganan terhadap gagasan Qutb berlebihan
pembenaran tentang kekerasan. Menurut Calvert, Qutb membela
sebuah perjuangan tanpa kompromi melawan negara Mesir dan
Barat dengan kekerasan yang tidak pandang bulu.61
Pada tahun 1955 Qutb kembali ditangkap dan divonis 15
tahun penjara. Kali ini Qutb dimasukan ke penjara liman (Laman
Thurah). Selama dipenjara tersebut, Qutb dan aktivis Ikhwan
lainnya mendapat perlakuan yang kasar dan mengalami bermacam-
macam siksaan dari pihak aparat pemerintahan Mesir. Bahkan Qutb
menyaksikan sendiri siksaan fisik dan psikologis anggota Ikhwan
sampai dengan terjadinya penderaan dan pembunuhan yang
dilakukan pemeritahan Nasser. Semasa di penjara, Qutb menjadi
59Lihat Sayyid Qutb Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. (Beirut: Da>r al-Syuru>q, 1992) dan
Sayyid Qutb, Ma‘a>lim fi>> al-T{ari>q (Kairo: MaktabahWahbah, 1964).
60Herry Nurdi, Perjalanan Meminang Bidadari: Kisah Luar Biasa 10 Tokoh Syahid Modern. Buku yang Menggugah dan Membangkitkan Semangat Seorang Muslim (Lingkar Pena Publishing House , 2011), 47.
61John Calvert. Sayyid Qutb and the Origins of Radical Islamism (New
York: Columbia University Press, 2010), 181.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 97
pejuang jihad. Tulisannya menjadi panduan pagi para kelompok
pemuda Islam yang bergabung dalam Ikhwanul Muslimin.62
Menurut Zawahiri dalam Petta Tarlinton, kata-kata Qutb
dalam tulisan-tulisannya melanda pemuda Muslim lebih dalam
daripada sezamannya, karena kata-katanya tersebut, menyebabkan
eksekusi mati terhadap Qutb dan akhirnya menyebabkan ajalnya.
Qutb sebagai revolusioner dan syuhada>’ yang bercita-cita untuk
meniru dengan keanggotaan jihad kelompok Islam.63
Ideologi Qutb
telah diwariskan ke berbagai macam generasi Islam, yang
menganggap Milestones64 atau Ma’a>lim Fi> al-T{ariq65
menjadi dasar
revolusi mereka. Qutb menulis dua puluh empat karya, termasuk
beberapa novel, buku-buku tentang kritik sastra seni, pendidikan,
dan agama. Terjemahan dari karya Qutb ada di hampir setiap bahasa
Arab, tapi sedikit yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris66
dan juga bahasa-bahasa lainnya.
C. Karya-karya Sayyid Qutb
Qutb sangat produktif dalam menulis. Dari banyak tulisannya,
Qutb banyak disebut orang sabagai penulis yang bersifat h}araki>.
Sebab, memang dalam tulisannya Qutb menggunakan gaya
propagandis. Nilai-nilai propagandis tersebut didukung oleh
kecakapannya dalam mengemukakan pemikirannya dalam bidang
keagamaan dan kecakapannya dalam bidang sastra. Gaya tulisan
62A.G. Noorani, Islam dan Jihad: Prasangka atau Kenyataan (ITBM, 2006),
61.
63Peta Tarlinton, “Sayyid Qutb and The Roots of Radical Islam” Australian Army Journal, Vol II No 2, (2003): 178.
64Karya Qutb Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q dalam versi bahasa Inggris.
65Lihat selengkapnya dalam Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r
al-Syuru>k, 1979).
66Virginia Murr, “The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism” Rockford College Summer Research Project (2004): 14.
98 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Qutb menyerang ideologi dan pandangan hidup Barat, sama seperti
gaya Ibnu Taimiyah menyerang filsafat. Untuk memahami karya
Qutb, seseorang harus mengerahkan akal dan perasaannya.67
Sebagai dai, Qutb tidak hanya berjuang dengan lidahnya,
tetapi juga dengan penanya. Bahkan banyak ulama fundamental
menyebut Qutb sebagai pejuang dan dai yang agung, karena telah
berjuang dengan tinta ulama dan darah syuhada sekaligus. Qutb
menulis di surat kabar, majalah dan buku. Tulisan-tulisannya banyak
yang berisi tentang sastra, kisah-kisah dan cerita, serta bidang
kajian studi Islam. Dalam bidang kajian studi Islam, Qutb
menggunakan beberapa metode dalam menulis. Di antaranya
metode tafsir, studi pemikiran dan studi tentang pergerakan Islam.68
Oleh karena itu, karya-karya Qutb terutama buku-buku yang
berkaitan dengan studi Islam dan pergerakannya, banyak
menimbulkan gejolak di dunia Arab Islam, khususnya Mesir.69
Qutb termasuk tokoh Islam yang produktif karena banyak
menuangkan ideologinya dalam tulisan. Oleh karena itu, ide-ide
pemikiran Qutb bisa dibaca melalui tulisan-tulisannya. Di antara
karya-karya Qutb, penulis membaginya dalam beberapa kategori. 70
1. Karya-karya Qutb yang berhubungan dengan al-Quran, di
antaranya: al-Tas}wir> al- Fa>nni> fi> al-Qur’a>n (al-Qa>hirah: Da>r
al-Syuru>q, 2002), Masya>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n (al-
Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 2002), Tafsi>r Aya>t al-Riba>’ (Kairo:
Da>r al-Sa’d Mis}r bi al-Fujalah 1995), Tafsi>r Su>rah al-Syu>ra>’
67 Ridjaludin, Teologi Sayyid Qutb dalam Prinsip-prinsip Keimanan dan
Sifat Perbuatan Tuhan, 30-34.
68Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, 83.
69 Ridjaludin, Teologi Sayyid Qutb dalam Prinsip-prinsip Keimanan dan Sifat Perbuatan Tuhan, 34.
70 Sebagian judul karya-karya ada dalam salah satu karya Qutb dalam
Sayyid Qutb, al-Sala>m al-‘A<lami> wa al-Isla>m (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuruq, 2006),
184.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 99
(Kairo: Da>r al-Sa’d Mis}r bi al-Fujalah 1994), H{aqi>qah al-
Jinn Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n (al-Qa>hirah: Da>r al-Fad}i>lah, Tanpa
Tahun), Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n (Madi>nah: Mimba>r al-
Tauh}i>d wa al-Jiha>d).
2. Karya Qutb yang berhubungan dengan keluarga, di antaranya:
T}ifl min al-Qaryah (Kairo: Lajnah al-Nasyr li> al-Jami’iy>i>n,
1946).
3. Karya Qutb yang berhubungan dengan sastra, di antaranya:
al-Naqd al-Adabi>: Us}u>luh wa Mana>hijuh (al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 2003).
4. Karya Qutb yang berhubungan dengan Islam, di antaranya:
al-Mustaqbal li Ha>dha>’ al-Di>n (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q),
Ha>dha>’ al-Di>n (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 2001), Khas}a>’is} al-
Tas}awwur al-Isla>mi> wa Muqawwama>tuh (al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, Tanpa Tahun), Dira>sat al-Isla>miy>ah (al-Qa>hirah: Da>r
al-Syuru>q, 2006).
5. Karya Qutb yang berhubungan dengan sosial, di antaranya:
al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m (al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 1995), al-Sala>m al ‘A<lami> wa al-Isla>m (al-Qa>hirah:
Da>r al-Syuru>q, 2007), al-Isla>m wa Musykila>t al-Had}a>rah (al-
Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 2005), Nah}wa Mujtama‘ al-Isla>mi> al-
Muslimu>n (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 1993). Kelima, karya
Qutb yang berhubungan dengan filsafat dan politik, di
antaranya: Ma‘a>lim fi>> al-T{ari>q (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q,
1979), Ma‘rakatuna>’ Ma‘ al-Yahu>d (al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 1993), Ma’rakat al-Isla>m wa al-Ra’suma>liyah (al-
Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 1993), Fi> al-Ta>rikh: Fikrah wa
Mana>hij (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q), dan al-Asywa>k (Kairo:
Da>r al-Sa’d Mis}r bi al-Fujalah 1947). dan Lima>adha
A‘dumu>ni> (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q).
100 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
6.
101
BAB IV
Kompetensi Ideologi Seorang Sayyid Qutb
ompetensi (kifa>yah, ta‘bi>r atau qudrah) atau verbal
knowledge dalam konteks linguistik diartikan sebagai
pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa (sender) tentang
bahasanya. Pengetahuan tersebut mencakup pemakai dan pendengar
(receiver) asli tentang bahasanya secara langsung tanpa dipengaruhi
unsur kesadaran, secara diam-diam, secara intrinsik, implisit,
intuitif, dan terbatas. Kompetensi merupakan kekuatan transformasi
(al-tah}wi>l al-lughah) penutur dan petutur dengan menggunakan
sarana pengetahuan yang dimiliki melalui lingkungan sebagai fungsi
sosial masyarakat (waz}i>fah ijtima>‘i>) dan lingkungan kebudayaan
(waz}i>fah thaqa>fi>).1 Kompetensi menjadi salah satu unsur bagian dari
inner speech atau external speech seorang penutur. Oleh karena itu,
kompetensi banyak dihubungkan dengan ide (fikrah) penutur
sebelum memproduksi ujaran.2
1 Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik (Bandung: Angkasa Bandung,
2009), 10.
2 Produksi merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan perbuatan
wicara. Sementara jika dihubungkan dengan linguistik, dikenal dengan produksi
ujaran (speech production) yang merupakan kegiatan penyatuan antara fisiologi
dan neurologi atau pengetahuan yang membentuk energi bunyi. Lihat Harimurti
Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 199.
Sementara menurut Katherine S. Harrist, produksi ujaran adalah proses bertingkat,
dari yang hanya tahapan yang paling perifer yang tersedia untuk pengamatan
eksperimental. Produksi ujaran modern merupakan hubungan timbal balik antara
tahap sinyal akustik, bentuk artikulasi, dan kontraksi otot yang mengendalikan
gerakan artikulator, sehingga menghasilkan ujaran. Lihat katherine S. Harrist,
Phisilogical Aspects of Speech Production (Graduate School and University Center,
City University of New York, 1976), 21.
K
102 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Ilmu tentang ide (ideologi) sudah penulis bahas pada bab
sebelumnya yang terkait dengan pembahasan pikiran-pikiran yang
akan membentuk suatu stigma dinamis terhadap pembentukan
sebuah ideologi. Dengan alasan tersebut, ideologi sering dikaitkan
dengan pemikiran. Walaupun keduanya merupakan suatu kajian
yang berbeda, tetapi keduanya merupakan suatu rangkaian yang
saling berhubungan, karena sama-sama melibatkan pengetahuan
(thaqa>fah). Pengetahuan menjadi salah satu faktor mengapa bahasa
selalu dihubungkan dengan kondisi pemikiran penuturnya. Kondisi
tersebut juga membentuk sebuah gagasan-gagasan yang akan
ditransformasikan dalam bentuk bahasa melalui alat-alat fisiologi
manusia.3
Kompetensi ideology seseorang dilahirkan dari pengeta
huannya terhadap suatu keilmuan yang direspon dari gejala sosial
kebudayaan. Salah satu gejala tersebut adalah bahasa. Menurut
Abdul Majid, bahasa yang dimaksud bukan bahasa yang kita pahami
sebagai bahasa verbal saja (al-lughah al-lafz}iy>ah), tetapi juga bahasa
non verbal (al-lughah ghair lafz}iy>ah) 4 yang akan menjadi bagian
pengetahuan seseorang. Baik bahasa verbal ataupun non verbal
3 Lihat ‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mans}u>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs
(Riya>d}: Ja>mi‘ah al-Mulu>k al-Su‘u>diyah, 1982),77.
4Lihat ‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mans}u>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs, 26.
Bahasa non verbal merupakan sebuah gejala bahasa yang didasarkan pada observasi
dari suatu kejadian bahasa yang bersifat non linguistik. Bahasa non verbal
memberikan teori tentang perilaku yang memperhatikan publik sebagai dasar
konseptual pada gagasan sebagai salah satu dasar persepsi ujaran. Bahasa non
verbal ini bisa dimasukan dalam ranah semiotik atau pragmatik, karena menjadikan
simbol-simbol isyarat dan fenomena gejala alam sebagai bahasa yang tidak
diverbalkan. Hal yang terpenting adalah bahwa simbol-simbol isyarat dan gejala-
gekala alam tersebut menjadi bagian stimulus yang akan direspon oleh orang yang
memahaminya. Lihat Manqu>d ‘Abd al-Jali>l, ‘Ilm al-Dila>lah: Us}u>luh wa Maba>hithuh fi al-Tura>th al-’Arabi> (Damaskus: Mansyu>ra>t Ittih}a>d al-Kita>b, 2009),
91-92.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 103
akan membentuk ide-ide yang masuk dalam memori.5 Manurut
S}abri Ibra>him, antara bahasa verbal dan non verbal mempunyai
keterkaitan yang sangat erat dalam membentuk kepribadian dan ide
seseorang. Bahasa tersebut bukanlah bahasa dalam bentuk suara “al-
s}aut”, tetapi juga dalam bentuk isyarat (isya>rah) atau
membahasakan dengan tubuhnya.6
Kemudian ide-ide tersebut
dikemas dalam suatu wadah ilmu yang kita kenal dengan ideologi.
Inilah yang dimaksud dengan kompetensi bahasa yang salah satunya
dihasilkan melalui ideologi.7
Kompetensi setiap individu akan berbeda-beda tergantung
lingkungan yang menjadi bagian dari perjalanan hidupnya, baik
bahasa verbal maupun bahasa non verbal. Berhubungan dengan
Qutb, banyak sekali bahasa-bahasa verbal dan non verbal yang
membentuk kepribadian dan ide-idenya. Mulai dari masa kanak-
kanak, remaja, dewasa, berkeluarga, dan sampai tiba pada
syahidnya, Qutb memiliki gagasan-gasasan berbeda yang dibentuk
secara gradual sebagai stimulus dari berbagai lingkungan, pengaruh
5 Memori dibentuk dan dipakai melalui tiga tahapan, yaitu input,
penyimpanan, dan output. Pada tahap input, orang pada umumnya menerima
masukan baik lisan maupun tulisan, kemudian memberikan interpretasi tentang
masukan itu untuk memahaminya. Selanjutnya adalah tahapan penyimpanan, tahap
ini dimulai dengan proses penyimpanan informasi pada memori pendek, kemudian
dari memori pendek tersebut dikirim pada memori panjang. Kemudian dilanjutkan
pada tahap output. Pada tahap ini ada dua cara yang dipakai, yaitu rekognisi dan
rekol. Rekognisi adalah proses pemanggilan memori dengan meminta seseorang
untuk dapat merekognisi sesuatu yang telah diberikan kepadanya sebelumnya.
Sedangkan rekol orang diminta untuk menyatakan sesuatu yang telah dilihat atau
didengar sebelumya. Lihat Soenjono Dardjowidjodjo, Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakarta: Pustaka Obor Indonesia, 2014), 279-280.
6 S}abri Ibra>him, al-Sa‘i>d, ‘Ilm al-Lughah al-Ijtima‘i>: Mafhu>muh Wa Qada>yah (Iskandariyah: Da>r al-Ma‘rifah wa al-Ja>mi‘ah, 1995), 177.
7Kumpulan kepercayaan tentang bahasa yang diartikulasikan oleh pengguna
sebagai sebuah pemahaman yang rasional atau sebuah justifikasi sebagai
pengetahuan bahasa dalam struktur bahasanya dan penggunaan bahasanya. Lihat
Kathryn A. Woolard and Bambi B. Schieffelin, “Language Ideology” Annual Review of Anthropology,Vol. 23 (1994): 57.
104 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
pemikiran-pemikiran, dan ide-ide di sekitarnya. Perbedaan tersebut
berbanding lurus dengan pemikiran-pemikiran yang menjadi bagian
ideologinya. Pemikiran Qutb banyak menerima berbagai macam
stimulus yang semula jauh dari akar-akar radikalisme sampai
akhirnya berbagai macam stimulus dari lingkungan yang keras dan
membentuk pemikiran radikal atau ideologi fundamentalnya
(idiu>lu>jiy>ah asa>siy>ah). Respon Qutb sangat besar terhadap fenomena
alam yang menjadi bagian pembentuk kepribadiannya.8 Kepribadian
Qutb menjadi banyak pembicaraan masyarakat akademik yang
dikaitkan dengan revivalisme dan radikalisme dalam Islam.
A. Kompetensi Sebagai Komprehensi Bahasa Qutb
Bahasa merupakan suatu tanda yang secara hakiki memiliki
perubahan bentuk (transformation) dari bentuk internalisasi menjadi
bentuk eksternalisasi. Bentuk internalisasi bahasa melibatkan proses
komunikasi yang menghubungkan antara pemahaman penutur dan
lawan tutur. Pemahaman tersebut merupakan respon kompetensi
seseorang terhadap fenomena, isyarat, tanda-tanda, simbol dan
gejala alam yang menjadi bagian dari internalisasi bahasanya.
Internalisasi bahasa merupakan makna denotatif9 lain dari resepsi
8Skinner memberikan istilah dalam stimulus respon tersebut adalah dengan
istilah complex verbal behavior. Verbal behavior merupakan bahasa yang banyak
dipengaruhi oleh rangsangan alam sekitar atau lingkungan yang disebut dengan
stimulus. Kemudian stimulus tersebut direspon oleh si pembicara dalam
berbagaimacam bentuk. Seperti bentuk bahasa, isyarat, gejala alam, bahasa tubuh
dan bahasa-bahasa non verbal lainnya. Verbal behavior ini akan dibahas pada
pembahasan aliran dalam psikologi dan linguistik yaitu antara nativisme,
behaviorisme dan kognitifisme. Lihat Mark L. Sundberg Dan Jack Michael, “The
Benefits Of Skinner’s Analysis of Verbal Behavior For Children With Autism”
Behavior Modification, Vol. 25 No. 5, October (2001): 716.
9Makna denotatif sering juga disebut dengan makna denotasional, makna
konseptual, atau makna kognitif. Makna denotasi hakikatnya sama dengan makna
referensial, sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang
sesuai dengan hasil observasi penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan, dan
pengalaman lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 105
bahasa (ha>fiz}ah al-lughawiy>ah). Proses resepsi dilalui berbagai
tahapan kebahasaan. Mulai dari bentuk fonologi, sintaksis dan
semantik.10
Oleh karena itu, kita mengenal representasi semantik
menjadi sintaksis (proses makna menjadi kalimat), sehingga
akhirnya menjadi bentuk fonologi atau bahasa yang biasa kita
dengar. Representasi tersebut merupakan salah satu perubahan
bentuk dari bahasa yang berifat abstrak terhadap bahasa yang
bersifat kongkrit.11
Representasi bahasa tidak semata-mata hanya terjadi akibat
faktor kebahasaan saja. Akan tetapi, juga diakibatkan oleh faktor
akal pikiran dan fisiologi manusia. Oleh karena itu, jika terjadi
gangguan bahasa manusia bisa terjadi adanya kerusakan antara akal
pikiran dan alat fisiologi bahasa itu sendiri. Seperti kasus pada
seseorang tuna wicara yang disebabkan oleh tidak bisa mendengar,
akibatnya dia tidak bisa berbahasa. Atau yang terjadi terhadap orang
gila, meskipun dia bisa mengeluarkan fonem bahasa yang kita
dengar, akan tetapi tidak ada proses komunikasi yang sehat, karena
ada kerusakan pada akal pikirannya. Atau yang terjadi pada seorang
affasia (afa>siya>) yang diakibatkan karena terjadinya kerusakan
pikiran sejak lahir.12
faktual yang bersifat objektif. Lihat Tajudin Nur, Semantik Bahasa Arab: Pengantar Studi Ilmu Makna (Bandung: Sastra Unpad Press, 2010), 50.
10Lihat ‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mans}u>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs, 139.
11Dalam linguistik, bahasa tersebut dikatakan sebagai bahasa logika atau
bahasa ideasional (al-lughah al-tas}awwuriy>ah).
12Franco Fabbro, “The Bilingual Brain: Bilingual Aphasia” University of Udine, Udine, Italy Brain and Language (2001): 201-210. Dan Jan Peter De Ruiter,
“Can Gesticulation Help Aphasic People Speak, Or Rather, Communicate?” Max Planck Institute For Psycholinguistics, Nijmegen, The Netherlands: 124-127. Serta
sebuah penelitian yang membahas kesulitan-kesulitan berbahasa pada seorang anak
yang diakibatkan gangguan yang dibawa sejak lahir. Lihat Etty Indriaty, Kesulitan Berbicara dan Berbahasa Pada Anak: Terapi dan Strategi Orang Tua (Jakarta:
Pernada Media Group, 2011), 22-43.
106 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Akal pikiran merupakan salah satu sarana manusia untuk
menerima bahasa-bahasa dari lingkungan sekitarnya.13
Berdasarkan
kajian semantik, sebenarnya proses komunikasi bahasa manusia itu
berasal dari makna dan berakhir juga dalam makna. Makna menjadi
bagian asupan bagi memori yang disimpan dalam akal pikiran
manusia.14
Akal pikiran salah satu bentuk lain dari ide manusia yang
sudah menjadi suatu keilmuan yang kita kenal dengan ideologi.
Sesuai dengan konsep Chomsky dalam Chaer,15
inilah yang
dimaksud dengan bahasa dalam bentuk semantik dan sintaksis,
sebab kedua bentuk tersebut merupakan bahasa yang hakiki dan
tanpa kita sadari kalau terjadi kerusakan pada kedua bentuk
tersebut, sama halnya dengan kerusakan pada bantuk biologi dan
akan berpengaruh terhadap bahasa kita dalam bentuk fonologi.16
Konsep Chomsky tersebut sesuai dengan Ferdinand Desaussure,
menurutnya manusia dalam proses berbahasa itu melalui tahap
proses concept (didengar) dan soundig (dilapalkan) dalam bentuk
diagram sebagai berikut:17
13‘Abd S{abu>r Sya>hin, Fi> ‘Ilm al-Lughah al-‘A<<m (Bairu>t: Mu’assasah al-
Risa>lah, 1983), 95.
14 Lihat Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik (Jakarta: Rhineka
Cipta, 2009), 47. Lihat juga proses pembentukan bahasa dalam ‘Abd S{abu>r Sya>hin,
Fi> ‘Ilm al-Lughah al-‘A<<m, 39.
15Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik (Jakarta: Rhineka Cipta,
2009), 77.
16Lihat ‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mans}u>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs, 26.
17Mansoer Pateda, Sematik Leksikal (Jakarta: Rhineka Cipta, 2010), 42.
Lihat juga dalam Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah li al-Qa>ri’ al-‘Arabi> (al-Qa>hirah: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, 1998), 246.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 107
Gambar 7
Proses Kompetensi dan Performansi
Diagram yang dikemukakan oleh Saussure dalam Pateda
tersebut, terjadi proses dalam otak. Konsep yang akan dikatakan
berwujud dalam makna yang kemudian dibentuk dalam kalimat,
hubungan makna dengan kalimat, merupkan hubungan antara sistem
bunyi bahasa dalam bahasa internal. Kemudian terbentuklah konsep
dalam wujud kata yang bergabung dalam kalimat dan siap
dilafalkan. Lafal berupa bunyi-bunyi dipahamai melaui konsep yang
ada dalam otak, baik yang ada pada pembicara maupun pendengar.18
Oleh karena itu, kompetensi bahasa atau pengetahuan bahasa
penutur tentang bahasanya, tidak lepas dari berbagai pengaruh yang
membentuk pola pikir, kepribadian, termasuk bahasanya.
Internalisasi bahasa merupakan salah satu istilah lain dalam
membahasakan kompetensi bahasa.
Pernyataan di atas menggambarkan bahwa sebenarnya dalam
proses berbahasa, tidaklah semudah yang kita bayangkan. Berbahasa
itu bukan hanya kita mendengarkan kemudian kita mengucapkan,
akan tetapi dalam berbahasa, memerlukan proses-proses berjenjang.
Kita bisa lihat fenomena-fenomena bahasa yang terjadi pada setiap
individu, kelompok, atau masyarakat. Eksternalisasi bahasa yang
18Mansoer Pateda, Sematik Leksikal, 42-43,
CS
CS C: Concept S: Sounding age
108 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
terjadi pada setiap individu, kelompok, dan masyarakat tertentu
merupakan bagian pengaruh dari internalisasi bahasanya. Oleh
karena itu, kita mengenal keragaman bahasa pada setiap orang,
kelompok dan masyarakat.19
Bisa dilihat seseorang yang dibesarkan
di Sunda maka bahasanya Ibunya pun Sunda, seseorang yang besar
di Jawa bahasanya Ibunya pun Jawa, atau seseorang yang lahir di
Arab bahasa Ibunya pun Arab.20
Pengaruh tersebut bukan dari faktor linguistik saja, melainkan
masih banyak faktor eksternal lain yang membentuk internal speech
bahasa seseorang. Misalnya kebiasaan-kebiasaan lingkungan, watak
atau karakter masyarakat, pola pikir, peradaban, atau kepribadian
19Dalam bahasa Indonesia, ragam bahasa bisa berdasarkan pendekatan yang
pemilihannya didasarkan pada perbedaan wilayah regional dan geografis yang
disebut dengan dialek (al-lahjah). Faktor-faktor sosial seperti usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, kasta, kelas sosial dan sebagainya, disebut sebagai rangkaian
yang membentuk sosiolek. Dalam bentuk urutan waktu, suatu bahasa yang disebut
dengan istilah kronolek dan atas dasar perbedaan fungsi ragam atau disebut dengan
istilah fungsiolek. Seperti ragam bahasa ilmuwan, ragam bahasa remaja, ragam
bahasa politikus dan yang lainnya. Lihat dalam Sumarsono dan Paina Partana,
Sosiolinguistik (Yogyakarta: Sabda dan Pustaka Pelajar, 2002), 25-26. Lihat juga
dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rhineka Cipta, 2004), 61-72.
20 Sedangkan dalam bahasa Arab, menurut S}abri Ibra>him ragam bahasa
tersebut dikenal dengan istilah-istilah yang beragam, yaitu al-lughah al-da>rijah (ragam bahasa sehari-hari), al-lughah al-sa>’idah (bahasa pemimpin), al-lughah al-wa>lidah (bahasa ibu), al-lughah al-syaqi>qah (bahasa keluarga), al-lughah al-t}abi>‘iy>ah (bahasa alamiah), al-lughah al-mustani’ah (bahasa kedua), al-lughah al-s}autiy>ah (bahasa verbal), al-lughah al-maktu>bah (bahasa tulis), al-lughah al-isya>riy>ah (bahasa isarat), al-lughah al-jismiy>ah (bahasa tubuh), lugah al-at}fa>l (bahasa anak), al-lugah al-ba>ligi>n (bahasa dewasa), al-lugah al-lahjatiy>ah (dialek), al-lughah al-fus}h}a> (bahasa fusha), al-lugah al-’a>miy>ah (bahasa ‘amiyah), al-lughah al-ba>’idah (bahasa punah), al-ughah al-da>khiliy>ah (bahasa internal), al-lughah al-ajnabiy>ah (bahasa asing), al-lughah al-tafki>r (bahasa ideasional atau konseptual), al-lugah al-ta‘li>m (bahasa pendidikan), al-lughah al-musytarikah (bahasa bersama), al-lughah al-ta‘a>mul (bahasa pergaulan), al-lughah al-rasmiy>ah (bahasa resmi), al-lughah al-‘a>mmah (bahasa umum), al-lughah al-h}a>lah (bahasa kontekstual), al-lughah al-kha>s}s}ah (bahasa khusus), al-lughah al-di>n (bahasa agama), al-lughah al-jama>‘ah (masyarakat bahasa). Lihat dalam S{abri Ibra>him, al-Sa \‘i>d, ‘Ilm al-Lughah al-Ijtima>‘i>: Mafhu>muh Wa Qada>yah, 46-59.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 109
penduduknya. Dengan fenomena ini, kita mengenal Sunda kasar dan
leumeus, Jawa ngoko dan kromo, bahasa Indonesia formal dan non
formal, atau bahasa Arab Fus}h}a> dan ‘A<mmiy>ah.21
Hal tersebut
menunjukan kompetensi ideologi seseorang akan sangat
berpengaruh terhadap performansi bahasa (ada>’ al-lughah) yang
digunakan.
B. Perkembangan Kompetensi Ideologi Sayyid Qutb
Konsep kompetensi merupakan salah satu istilah yang bisa
dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan kompetitif.22
Kompetensi mencakup banyak aspek, salah satunya kompetensi
yang dihubungkan dengan budaya dan bahasa. Kompetensi dalam
konteks budaya adalah tingkat di mana sistem dan organisasi
menunjukan penerimaan dan penghormatan terhadap perbedaan
budaya dan menciptakan misi, kebijakan, prosedur, struktur, dan
sistem untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.23
Sementara itu,
kompetensi dalam konteks bahasa yang melampaui layanan akses
bahasa dan tanda-tanda konstelasi yang lebih luas dalam
komunikasi, masalah kebutuhan, dan preferensi dalam sistem
linguistik. Kompetensi bahasa merupakan kapasitas organisasi dan
personil untuk berkomunikasi secara efektif, dan menyampaikan
informasi dengan cara yang mudah dimengerti oleh khalayak yang
beragam.24
21Untuk memahami pembahasan Fus}h}a> dan ‘A<miy>ah, lihat dalam ‘Imi>l Badi>
Ya’qu>b, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiy>ah wa Khas}a>’is}uha> (Bairu>t: Da>r al-Thaqa>fah al-
Isla>miy>ah, 1982), 144-172.
22 Jonathan Winterton, “What Is Competence?” Human Resource Development International Journal, Vol. 8, No. 1, 27 – 46, March (2005): 27.
23Y.K. Gary Chu, Od, Mph And Tawara Goode, Cultural And Linguistic Competence (Optometric Care Within The Public Health Community, Old Post
Publishing, 2009), 6.
24Y.K. Gary Chu, Od, Mph And Tawara Goode, Cultural And Linguistic Competence, 7.
110 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Terkait dengan aspek budaya dan bahasa di atas, kompetensi
bermakna satu kata yang berhubungan dengan kemanusiaan
(insa>niy>ah), karena melekat dalam diri manusia. Baik hubungan
manusia dengan internal dirinya, ataupun hubungan manusia dengan
lingkungan sekitarnya.25
Oleh karena itu, menurut penulis
sebagaimana dalam Cultural And Linguistic Competence karya
Gary Chu dan Tawara Goode, kompetensi dalam konteks budaya
dan bahasa menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.26
Terkait hubungan kompetensi dengan internal penutur, kompetensi
memiliki dua aspek penempatan. Pertama, wilayah konseptual
(mah}su>s), yaitu wilayah yang masih bersifat abstrak (cognitive
competence) dan (meta competence). Kedua, wilayah yang
termasuk dalam cakupan operasional atau wujud kongkret sebagai
salah satu gejala sosial (fungtional competence) dan (social
competence). Lebih jelasnya, tipologi kompetensi kaitan bahasa
dengan budaya dapat dipahami dalam gambar berikut:27
Gambar 8 Tipologi Kompetensi
Occupational
Personal
Conceptual Cognitive
competence Meta competence
Operational Fungtional competence
Sosial competence
25 Bahasa merupakan salah satu faktor terbentuknya sebuah kebudayaan
(waz}i>fah thaqa>fiy>ah), melalui proses bersatunya antara alam (waz}i>fah t{abi>‘iy>ah) dengan potensi internal manusia (waz}i>fah insa>niy>ah). Lihat Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah Li al-Qa>ri’ al-‘Arabi> (al-Qa>hirah: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>,
1998), 52.
26Lihat ‘Abd S{abu>r Sya>hin, Fi> ‘Ilm al-Lughah al-‘A<<m, 83.
27 Jonathan Winterton, “What Is Competence?” Human Resource Development International Journal, Vol. 8, No. 1, 27 – 46, (March 2005): 39.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 111
Dari gambar di atas, dapat dianalisis bahwa kompetensi
sebagai salah satu sarana bahasa dan kebudayaan menunjukan
tipologi holistik sebagai sarana dalam memahami kombinasi
pengetahuan, keterampilan dan sosial yang diperlukan untuk
diwujudkan dalam konteks psikologi dan sosial. Kompetensi dalam
cakupan konseptual (kognitif, pengetahuan dan pemahaman) dan
operasional (fungsional, psiko-motor yang diterapkan dalam bentuk
skil). Kompetensi lebih terkait dengan efektivitas individu, baik
secara konseptual (meta-kompetensi) dan aplikatif (kompetensi
sosial operasional) yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.28
Hubungan antara keempat dimensi kompetensi tersebut
merupakan salah satu bentuk kerangka dalam mengembangkan
tipologi kompetensi. Tiga dimensi pertama, yaitu kognitif,
fungsional dan kompetensi sosial, dipahami sebagai bahasa yang
dipadankan dengan istilah pengetahuan, keterampilan dan sikap.29
Dengan demikian, pengetahuan dan pemahaman dicerna oleh
kompetensi kognitif, keterampilan ditangkap oleh kompetensi
fungsional, sedangkan perilaku dan sikap ditangkap oleh kompetensi
sosial. Di samping itu, meta-kompetensi agak berbeda dari yang
pertama tiga dimensi di atas, karena meta-kompetensi berkaitan
dengan fasilitas akuisisi kompetensi substantif lainnya. Hal ini juga
28 Terkait dengan kompetensi bahasa Qutb, merupakan salah satu
kompetensi yang masuk dalam ranah kempetensi pengetahuan kognitif atau
pemahaman yang dihasilkan berdasarkan stimulus (kompetensi sosial) yang
membentuk kompetensi bahasanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan antara
kompetensi pengetahuan dan kompetensi lingkungan merupakan dua faktor yang
berpengaruh terhadap kompetensi bahasa Qutb sebagi respon dari kedua
kompetensi tersebut. Namun kompetensi pengetahuan dan lingkungan juga
ditentukan oleh sikap dan kepribadian Qutb dalam menentukan sikapnya terhadap
lingkungan yang ada. Artinya, dalam hal kompetensi Qutb, bukan hanya
lingkungan saja yang membentuk kompetensinya, akan tetapi sikap dan
kepribadian Qutb juga menentukan terhadap perkembangan kompetensinya.
29 Jonathan Winterton, “What Is Competence?” Human Resource Development International Journal, Vol. 8, No. 1, 27 – 46, March (2005): 39.
112 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
harus diakui bahwa perbedaan antara dimensi-dimensi ini dapat
dibuat dalam skema analitis. Dalam praktiknya, seseorang tidak
harus memiliki pengetahuan yang mendasari keterampilan
fungsional dan perilaku sosial yang tepat dan efektif, akan tetapi
kompetensi yang dibutuhkan dalam konteks psikologi dan sosial
juga harus dijelaskan dalam multidimensi dalam berbagai macam
konteks kehidupan.30
Konteks kehidupan tidak lepas dari sebuah pemerian bahasa
yang lengkap dan mencapai kebenaran. Menurut Chomsky dalam
SC Djik, seharusnya merupakan pencerminan dari penguasaan
bahasa secara ideal yang harus dimiliki oleh para pengguna bahasa
untuk dapat menggunakan bahasa yang bersangkutan secara
optimal. Jadi, ada bagian gambaran yang merepresentasikan dari
kompetensi “kemahiran si pengguna bahasa” terhadap performansi
“bahasa verval si pengguna bahasa.31
Hal ini menunjukan adanya
hubungan langsung secara hierarki keilmuan antara ilmu bahasa dan
ilmu psikologi.32
Dalam hal ini, Chomsky beranggapan bahwa
perbedaan perorangan dalam penguasaan bahasa boleh
dikesampingkan. Kompetensi merupakan sumber ideal untuk
mengabstrakan sejumlah faktor yang ikut menentukan penguasaan
bahasa yang sesungguhnya. Penutur yang menyibukan komunikasi
dalam wilayah kompetensi, adalah pemakai bahasa yang ideal dan
akan menghasilkan bahasa-bahasa yang ideal. Ini mengandung arti
bahwa Chomsky memisahkan semua faktor yang menentukan
30Jonathan Winterton, “What Is Competence?”, 39-40.
31Pertumbuhan bahasa berdasarkan pengetahuan penggunanya berhubungan
dengan pertumbuhan akal. Pertumbuhan akal membantu memahami kaidah bahasa
dengan tingkat yang lebih jelas dari masa ke masa. Pertumbunhan tersebut juga
merupakan salah satu bagian komponen yang memberikan kesempurnaan dalam
fase-fase bahasa, yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu fase pertumbuhan
tertentu dalam tubuh dan akal. Lihat Jailani Musni, Psikolingustik Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung: Humaniora, 2009), 102.
32S.C. Dik dan J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum (Jakarta: RUL, 1994), 96.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 113
tingkah laku bahasa yang nyata, semata-mata sebagai faktor
sistematika bahasa. Faktor tersebut menjadi sasaran ilmu bahasa.33
Kompetensi juga menjadi salah satu istilah yang
menghubungkan antara pemikiran, ide dan bahasa. Oleh karena itu,
kompetensi merupakan salah satu istilah yang dibahas dalam ilmu
psikolinguistik, karena merupakan bagian dari bahasa yang bersifat
deep structure. Berhubungan dengan ideologi, kaitan antara
kompetensi dengan ideologi sudah penulis singgung pada bab
pendahuluan dan bab kajian teoretis. Ideologi dan kompetensi
berada dalam wilayah yang sama, karena merupakan salah satu
manifestasi pemikiran manusia. Ideologi memiliki cakupan yang
sangat luas dan bisa dihubungkan dengan berbagai macam keilmuan
dan lingkungan. Ideologi jika dihubungkan dengan kebudayaan,
maka merupakan bagian dari thaqa>fah atau budaya yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan.34
Ideologi juga dihubungkan
dengan personal, kelompok dan tingkat sosial tertentu. Artinya,
ideologi tidak jauh berbeda dengan kompetensi yang sama-sama
melekat pada sisi kemanusiaan.
Sebuah ideologi, tentunya tidak akan terwujud tanpa adanya
seseorang atau kelompok tertentu yang mengaplikasikan idelogi
33S.C. Dik dan J.G. Kooij, Ilmu Bahasa Umum, 14.
34 Dalam terminologi Arab, budaya dapat dipahami melalaui dua aspek.
Pertama, h}ad}a>rah. Dalam konteks ini, budaya merupakan manifestasi dari
peradaban yang bersifat kongkrit karena berasal dari lingkungan, kebiasaan,
tingkah laku, dan bersifat kultural. Dalam Islam contohnya ketika dikatakan al-h}ad}a>rah al-isla>miy>ah, merupakan kebudayaan Islam yang bersifat ritual, seperti
mesjid, silaturahmi, khita>bah dan lain sebagainya. Kedua, thaqa>fah. Dalam konteks
ini, budaya dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat keilmuan, seperti keilmuan-
keilmuan dalam Islam yang merupakan bagian dari thaqa<fah isla>miy>ah, seperti ilmu
fikih, ilmu tasawuf, ilmu kalam, ulumul’quran, ulumul hadist, tafsir dan thaqa>fah yang lainya. Hal tersebut sesuai dengan arti dalam bahasa Indonesia, budaya dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti akal budi atau pikiran, adat
istiasdat, sesuatu yang menjadi kebiasaan. Lihat Badan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008), 214.
114 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dalam konteks sosial.35
Fase-fase perkembangan ideologi
menjadikan warna tersendiri bagi Islam sebagai agama yang
direspon oleh berbagai macam pemikiran dan aplikasi ibadah. Salah
satu yang paling berpengaruh dari ideolog Islam adalah ulama
Mesir, Sayyid Qutb.36
Memang, banyak pengamat menganggap
Qutb telah menjadi kunci figur dalam memberikan tempat ideologi
Islam militan kontemporer dan filosofi teror.37
Studi Calvert
memprovokasi pemahaman lebih lanjut. Menurutnya, interaksi ide-
ide Qutb dan hubungannya dengan konteks sosio-politik Mesir
tampaknya menjadi kunci untuk memahami pembentukan seorang
pemikir Islam radikal.38
Menurut Qutb, Islam bukanlah kegiatan ritual peribadahan
saja, Islam bukan dakwah akhla>qiy>ah saja, Islam juga bukan tanpa
aturan hukum, atau aturan hukum yang membahas ekonomi, atau
aturan yang hubungan kenegaraan. Hal tersebut merupakan salah
satu bagian dari sistem Islam yang parsial. Tapi Islam bukan hanya
hal-hal yang bersifat parsial, namun Islam itu bersifat universal.39
Semua aspek tersebut harus berdasarkan sistem Islam. Islam itu
adalah ka>ffah, karena mencakup urusan agama dan negara (al-Isla>m
35 Prinsip-prinsip ideologi Qutb dengan materi-materi teologi, seperti
tauh}i>dulla>h. Pada pembahasan mengenai tauh}i>d mulkiy>ah, disebutkan bahwa makna
darui tauh}i>d mulkiy>ah adalah mengesakan Allah sebagai satu-satunya pemimpin,
satu-satunya pembuat hukum dan pemerintah. Lihat Imdadun Rhamat, Ideologi Politik PKS Dari Mesjid Kampus ke Gedung Parlemen (Yogyakarta: LKIS, 2008),
281-282.
36Karena pengaruhnya, banyak Qutbian yang mendukung pemikiran dan
ideologi Qutb. Lihat Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism
(Rockford College Summer Research Project, 2004), 9.
37Peta Tarlinton, “Sayyid Qutb and The Roots of Radical Islam” Australian Army Journal, Vol II No 2, (2003): 173.
38John Calvert. Sayyid Qutb and the Origins of Radical Islamism (New
York: Columbia University Press, 2010), 181.
39Sayyid Qutb, Fi> al-Ta>ri>kh Fikrah wa Minha>j (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q,
1987), 22.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 115
di>n wa al-daulah). 40 Terkait dengan masyarakat Islam, Qut\b
berpandangan bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat yang
berdiam di negeri Islam, yang ditegakkan dengan manhaj Allah dan
diatur dengan syariatNya. Negara yang memberlakukan hukum
Islam dan diatur dengan syariat Islam yang dinamakan “Da>r al-
Isla>m” atau negara Islam. Berbeda dengan “Da>r al-h}arb”, yakni
negara yang tidak memberlakukan hukum Islam dan tidak diatur
dengan syariat Islam, meskipun mereka menyatakan dirinya sebagai
kaum muslimin. Maka yang menjadi tolak ukur suatu negara itu
disebut “Da>r al-Isla>m”, adalah dengan melihat pelaksanaan hukum
Islam dan diaturnya negara tersebut dengan syariat Islam.
Sebaliknya, yang menjadi tolak ukur bahwa suatu negara disebut
“Da>r al-h}arb” adalah tidak diberlakukannya hukum Islam dan tidak
diaturnya negara tersebut dengan syariat Islam.41
Islam yang berkembang saat ini adalah Islam yang modern
yang kembali ke alam Jahiliyah (al-ja>hiliy>ah al-jadi>dah). Oleh
karena itu, Islam harus kembali kepada nilai-nilainya yang
mendasar, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah. Salah satu kritik
mendasar Qutb lainnya adalah bahwa semua sistem kehidupan yang
Dia lihat sebagai pengikut sistem yang tidak bersifat Islam.42
Qutb
mengistilahkan sistem tersebut dengan al-anz}amah al-ja>hiliy>ah atau
40Lihat QS. al-Baqarah: 208. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah
kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” Selain itu, istilah
ka>ffah juga bukan mencakup konteks tempat yang ada dimuka bumi, melainkan
kaffah juga masuk dalam manusia segabagi penghuni dunia. Maksudnya kaffah li al-na>s, sebagi perwujudan tugas nabi Muhammad, yaitu Basyi>ran wa naz}i>ran. Lihat
Sayyid Qutb, al-Sala>m al-‘A<lami> wa al-Isla>m (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>k, 2006),
30.
41 Zunly Nadia, Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-Quran, 317.
42Luke Loboda, The Thought Of Sayyid Qutb (Ashbrook Statesmanship
Thesis Recipient Of The 2004), 4.
116 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
al-‘a>lam ya‘i>sy fi al-Ja>hiliy>ah. 43 Qutb banyak mengekpresikan
kritikan-kritikan dan solusi-solusi melalui media penulisan, strategi
Qutb dengan tulisan-tulisannya menuai hasil positif. Banyak
pengaruh pemikiran Qutb yang disebut dengan Qutbian.44
Selain itu, tersebarnya pemikiran Qutb juga disebabkan
lingkungan Qutb yang mendukung dan menfasilitasi tempat ekspresi
perasaan dan pemikiran Qutb. Salah satunya dukungan dari
Ikhwanul Muslimin (IM). Penerbitan dan penerjemahan buku-buku
dari kalangan organisasi-organisasi di Timur Tengah seperti
Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir (HT), dan Salafi juga
memuluskan transmisi ideologi ke berbagai Negara. Bukan hanya
karya Qutb saja, sejak era tahun 80-an buku-buku para tokoh
gerakan Islam Timur Tengah seperti Hasan al-Banna, Said Hawwa,
Abu A’la al-Maududi dan yang lainnya tersebar luas di berbagai
negara. Buku-buku tersebut bahkan menjadi rujukan utama bagi
berbagai forum pengkaderan di kalangan pendukung organisasi-
organisasi baru.45
Sepanjang fase formatif hidup Qutb, banyak tokoh
yang bertanggung jawab dalam membentuk budaya dan orientasi
intelektual Qutb. Banyak tokoh yang berpengaruh terhadap
43Abul Qadir Abu Faris, Manhaj al-Taghay>ur ‘Inda Syahi>dain: Li H{asan al-
Banna> wa Sayyid Qut}b (‘Amma >n: Dar> al-Basyi>r li al-Thaqa>fah wa al-‘Ulu>m, 1999),
13.
44Qutbian merupakan kelompok Muslim yang mendukung dan mengikuti
metode dakwah Qutb. Qutbian dibentuk untuk menentang bersama-sama terhadap
bentuk politik yang jauh dari kedaulatan Tuhan. Qutbian bukan hanya aktif dalam
dunia keilmuan saja, namun juga aktif dalam praktek karena rasa simpati dan
empati yang mereka berikan terhadap Islam. Oleh karena itu, kelompok Qutbian
tidak hanya melakukan ritual keagamaan tradisional, tetapi juga melakukan
gerakan dakwah lapangan. Lihat Albert Bergesen, The Sayyid Qutb Reader: Selected Writings on Politics, Religion, and Society (Universitas Michigan
Routledge, 2008), 19.
45M Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia, 14.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 117
kehidupan Qutb, baik secara langsung ataupun tidak langsung.46
Pengaruh-pengaruh tersebut berdampak terhadap pemikiran dan
ideologi Qutb yang diwujudkan melalui tulisan-tulisannya.47
Akhirnya, Qutb dan asal usul radikal48
islamisme,
memberikan dukungan sejarah yang kuat untuk literatur yang
muncul dalam ilmu politik yang menghubungkan fundamentalisme
dan radikalisme terhadap pernyataan berbagai macam penindasan.
Calvert menunjukkan hubungan yang jelas antara radikalisasi Qutb,
penjara dan penyiksaan oleh rezim Nasser. Clavert juga menunjukan
asumsinya terhadap represi negara yang dipimpin Ikhwanul
Muslimin untuk penggunaan kekerasan pada tahun 1960 dan awal
1970-an. Demikian pula, Dia mengaitkan moderasi Ikhwanul
Muslimin pada akhir tahun 1970-an dengan menenangkan represi
negara di bawah pemerintahan Anwar Sadat. Berbeda dengan
46Tokoh-tokoh tersebut merupakan bagian yang membentuk kompetensi
Qutb. Ide-ide Qutb banyak terbentuk dari berbagai macam tokoh yang satu visi
dengan pemikirannya. Seperti Abu A’la al-Maududi, Hasan al- Banna, Abbas
mahmud al-‘Aqad, Ibnu Taimiyah dan yang lainnya. Tokoh-tokoh tersebut
merupakan bagian dari stimulus yang berpengaruh terhadap kompetensi Qutb, baik
dalam cakupan kompetensi kognitif ataupun cakupan kompetensi sosial.
Pembahasan tentang tokoh-tokoh yang berpengaruh terhadap corak ide-ide dan
pemikiran-pemikiran Qutb akan dibahas secara mendalam pada pembahasan
selanjutnya. Terkait hubungan Qutb dengan tokoh-tokoh tersebut bisa dilihat
dalam Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford
College Summer Research Project 2004), 9.
47Lihat Thomas D. Watts, Sayyid Qutb: Prophet of Radicali Islam (The
University of Texas at Arlington, 2005), 35.
48 Istilah radikalisme Islam seringkali merujuk pada gerakan yang
berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan
keyakinan mereka. Sedangkan istilah fundamentalisme Islam jika dilihat dalam
tradisi pemikiran teologi keagamaan merupakan gerakan untuk mengembalikan
seluruh perilaku dalam tatanan kehidupan umat Islam kepada al-Qur’an dan al-
Hadits. Sebutan fundamentalis memang terkadang bermaksud untuk menunjuk
kelompok pengembali (revivalis) Islam. Tetapi terkadang istilah fundamentalis juga
ditujukan untuk menyebut gerakan radikalisme Islam. Lihat Zunly Nadia, “Akar-
akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012): 304.
118 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
penyederhanaan dalam cakupan yang luas terhadap Qutb sebagai
bapak intelektual Islam radikal, Clavert memberikan banyak
perspektif terhadap berbagai macam nuansa dan konteksalisasi di
mana ide-ide fundamental dan pemikiran-pemikiran radikal Qutb
terbentuk.49
a. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Terhadap Perkem
bangan Ideologi Qutb
Perkembangan kompetensi ideologi Qutb, berhubungan
dengan orang-orang dan lingkungan yang berpengaruh terhadap
perkembangan kompetensinya. Di antara perkembangan tersebut,
berikut orang yang berpengaruh terhadap perkembangan kompetensi
Qutb.
1. Qutb Ibrahim dan Fatimah Husain Usman
Keluarga Qutb bukanlah keluarga yang memiliki harta yang
melimpah, namun keluarga Qutb memiliki kemuliaan yang tinggi,
kemuliaan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sosial
masyarakat. Walaupun tidak banyak harta, keluarga Qutb
merupakan keluarga yang memiliki simpati dan empati bagi
lingkungan sekitarnya. Dengan penuh nuansa keterbatasan, keluarga
Qutb mendapatkan ketenangan yang signifikan terkait kondisi
masyarakat yang jauh dari keramaian perkotaan. Masyarakat
menilai bahwa keluarga Qutb merupakan keluarga yang dermawan
dan penuh dengan kebaikan sosial, sehingga menjadi keluarga yang
terkemuka, dan menjadi salah satu pusat bantuan bagi masyarakat.
Bahkan sebagian keluarga tidak mampu, datang meminta bantuan
dan pertolongan kepada keluarga Qutb, khususnya Ayah Qutb. Hal
tersebut disebabkan karena mayoritas penduduk masyarakat Qutb
49John Calvert. Sayyid Qutb and the Origins of Radical Islamism (New
York: Columbia University Press, 2010), 181.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 119
adalah petani, namun sebagian besar masyarakat adalah para pecinta
al-Qur’an.50
Walaupun bukan termasuk keluarga yang berkecukupan, Ayah
Qutb51
memiliki banyak pembantu di rumahnya, namun tujuannya
adalah untuk memberikan kehidupan bagi mereka. Bahkan bagi para
pembantunya tidak diperkenankan memanggil “sayyid” atau tuan,
tetapi cukup dengan memanggil (‘A<mm al-H{a>j) sekarang dikenal
dengan haji. Ayah Qutb merupakan salah seorang yang sangat
menghormati para pekerjanya, Ayah Qutb juga suka mengajak para
pekerjanya untuk mengkaji al-Qur’an bersama-sama.52
Sebagaimana telah dibahas pada bab sebelumnya, Ayah Qutb
juga aktif dalam dunia politik H{ijb al-Wat}an. Ayah Qutb mengikuti
perkembangan peta politik di Mesir, salah satunya adalah revolusi
mesir.53
Namun, aktif dalam dunia politik tidak serta merta
50S}alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mila>d ila> al-Istisyha>d
(Qa>hirah: Da>r al-Qalam, 1994), 33.
51S}alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mila>d ila> al-Istisyha>d,
40. Ayah Qutb memiliki dua istri. Dari Ibu Qutb, Qutb memiliki empat saudara.
Yaitu Nafisah Qutb, Sayyid Qutb, Aminah Qutb, Muhammad Qutb, dan Hamidah
Qutb.
52S}alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qutb min al-Mila>d ila al-Istisyha>d,
34-35.
53Bangsa Mesir termasuk bangsa yang memiliki pengaruh Islam yang kuat.
Namun, kondiisi Islam di Mesir banyak mengalami kulturalisasi dengan kondisi
politik negara. Kondisi agama Islam di Mesir pada zaman modern terpengaruh oleh
banyak unsur-unsur eksternal yang masuk dalam kultur budaya dan agama. Namun
begitupun terjadi revolusi agama yang menjadi sumber kriteria umum. Menurut
Muhammad Ali dalam Hasan Hanafi, ada tiga kategori yang termasuk dalam hal
tersebut. Pertama, perdamaian agama yang dipelopori oleh Jamaludin al-Afghani,
bahwa agama merupakan perlawan yang kuat bagi revolsi negara-negara Barat yang
sangat berpengaruh terhadap peta kehidupan Mesir. Kedua, sebagai landasan hidup
bernegara, karena Islam menjadi agama yang mengormati perbedaan dan kebebasan
beragama, undang-undang, peradaban dan kategori liberalisasi untuk mendirikan
negara modern yang dipelopori al-Tahtawi yang juga berpendapat bahwa agama
yang dapat mencegah arus era polotik zaman modern dari berbagaimacam
tradisionalis, seperti pertanian, pabrik-pabrik, dan kebebasan-kebabasan undang-
120 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
membuat Ayah Qutb jauh dari agama, bahkan Ayah Qutb dikenal
sebagai hamba yang sangat dekat dengan Allah.54
Ayah Qutb juga
dikenal sebagai hamba yang rajin ke mesjid untuk shalat berjamaah
dan mengikuti berbagaimacam pengajian (Qutb kecil sering
dibawa).55
Kemantapan akidahnya disempurnakan dengan
menunaikan ibadah haji. Ayah Qutb dikenal sebagai orang yang
sering khatam membaca al-Quran.
Ibu Qutb (Fatimah Husain) juga seorang Ibu rumah tangga
yang taat pada agama Islam. Fatimah seorang yang dermawan
sebagaimana Qutb Ibrahim. Banyak sedekah untuk jihad di jalan
Allah yang Dia dermakan, Fatimah banyak menginfakan sebagian
hasil panen pertaniannya dan membagikan kepada masyarakat fakir
miskin. Bahkan Fatimah selalu memberikan makanan-makanan hasil
panennya ketika ada tetangga atau masyarakat sekitar yang ikut
membaca al-Qur’an di rumahnya.56
Keadaan tersebut dikarenakan
Fatimah merupakan seorang muslimah pecinta al-Qur’an. Maka
dengan kondisi ini, Qutb bisa menulis dan memberikan hadiah buku
tentang al-Tas}wi>r al-fanni fi al-Qur’a>n untuk Ibunya.57
Dalam buku tersebut, Qutb menggambarkan bahwa banyak
jasa Ibunya dalam perjalanan sisi kereligiusan dirinya, bahkan ketika
Qutb bisa menghapal al-Qur’an, itu tidak lain adalah sebagai salah
satu jasa Ibunya yang juga sangat mencintai al-Qur’an (di samping
juga Ayahnya). Qutb juga menggambarkan akan rasa simpati dan
empati yang ada dalam diri Qutb juga karena didikan dari Qutb
undang, pendidikan dan lain sebagainya. Lihat Hasan Hanafi, al-Di>n wa al-Thaurah Fi> al-Mis}r 19-18-1952 (al-Qa>hirah: Maktabah Madbu>li>), 247.
54S}alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mila>d ila> al-Istisyha>d,
35.
55S}alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mila>d ila> al-Istisyha>d,
36.
56S}alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mila>d ila> al-Istisyha>d,
37.
57Lihat Sayyid Qutb, al-Tas}wi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n, 2.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 121
Ibrahim dan Fatimah Husain. Kehidupan islamis Qutb berawal dari
keluarga yang sangat cinta Islam dan mempunyai rasa peka sosial
terhadap lingkungan sekitar.58
Keharmonisan Qutb dengan keluarga
terutama dengan Ayah dan Ibunya, Qutb gambarkan dalam
karyanya, yaitu al-Tas}wi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n59 dan Masya>hid al-
Qiya>mah fi> al-Qur’a>n.60 Kedua karya Qutb tersebut menggambarkan
pengaruh Ayah dan Ibunya terhadap pemikiran dan gaya bahasa
Qutb dalam memilih gaya bahasa dalam al-Tas}wi>r al-Fann fi> al-
Qur’a>n dan Masya>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n. Sedangkan pengaruh
Ayahnya diarahkan Qutb muda terhadap nilai intelektual yang kuat
ke saluran politik, dari Ibunya Qutb mengembangkan pikiran
spiritual atau Ibu Qutb berpengaruh dominan pada Qutb muda
sebagai salah satu sarana motivasi Qutb sepanjang hidupnya, yaitu
dalam rangka untuk mendapatkan kembali keharmonisan dalam
keluarganya.61
Qutb mempunyai tiga saudara, yaitu Nafisah Qutb,
merupakan anak pertama dari Ayah dan Ibu Qutb. Umurnya lebih
tiga tahun dari Qutb. Qutb menceritakan suadaranya ini dalam
kitabnya yang berjudul T{ilf min al-Qaryah.62 Selanjutnya, Qutb
mempunyai dua adik laki-laki dan perempuan. Aminah Qutb
merupakan anak ketiga dari Qutb Ibrahim dan Fatimah Husain (adik
Qutb). Aminah ikut serta dalam dunia sastra dan praktisnya, hal
tersebut ditulis dalam kitab mereka yang diberikan judul al-Atya>f
58Lihat Sayyid Qutb, al-Tas}wi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n, 5.
59Lihat Sayyid Qutb, al-Tas}wi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n, 5.
60Lihat Sayyid Qutb, Masya>hid al-Qiya>mah Fi al-Qur’a>n (Beirut: Da>r al-
Syuru>q, 1969) dan Sayyid Qutb, al-Tas}wi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n (Beiru>t: Dar al-
Syuruq, 2002). Pernyataan kedua karyanya tersebut Qutb ungkapkan dalam S}alah
‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mila>d ila> al-Istisyha>d, 35-38.
61James Toth, Sayyid Qutb: The Life and Legacy of a Radical Islamic Intellectual (Oxford University Press, 2013), 12.
62Qutb, T{ifl min al-Qaryah (al-Ma>niya>: Mansyu>ra>t al-Jamal, 1945). 33.
122 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
al-Arba‘ah dan Qutb mengenalkannya dalam buku tersebut “Aminah
Qutb merupakan seorang pemudi yang tenang dan seorang
penyair”.63
Aminah merupakan salah satu aktifis perempuan Ikhwanul
Muslimin.64
soerang penulis novel dan seorang penyair dalam
bentuk karya sastra. Pada bidang novel, Aminah menulis tentang fi>
Tiya>r al-H{aya>h. Dalam novel tersebut, Aminah menceritakan dua
belas kisah kehidupan keluarganya, dan Aminah menghadiahkan
untuk kedua kakak kandungnya Sayyid Qutb dan Muhammad Qutb.
Aminah mengatakan bagi keduanya dalam hadiah tersebut “Wahai
kedua sauadara kandungku, untuk kalian berdua Saya
menghadiahkan kisah-kisah ini”. Salah satunya adalah curhatan
tentang pertolongan dari jalan kesesatan. Dan sebagian yang lainnya
berisi tentang langkah-langkah yang menuju kepada kebinasaan atau
kesalahan. Kisah yang kedua adalah kumpulan kisah tentang
Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q yang dibahas oleh Muhammad Qutb dalam
bukunya Manhaj al-Fann al-Isla>mi>. Muhmmad Qut}b juga banyak
menceritakan karya-karya Qutb dalam tulisannya, seperti dalam
Dira>sa>t Qur’a>niy>ah, Muhammad Qutb menceritakan bagaimana
kecerdasan kakak kandungnya memaknai al-Qur’an dalam al-
Tas}awwur fi> al-Fann al-Qur’a>n dan al-‘Ada>lah al-Ijti>ma‘iy>ah fi al-
Isla>m sebagai dasar prinsip tawa>zun manusia dalam haknya
mendapatkan kehidupan, baik dalam beragama ataupun bernegara.65
Juga kosep Muhammad Qutb tentang kedaulatan Tuhan (al-
63S{alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d ila al-Istisyha>d,
44.
64 Zainab al-Ghazali, Perjuangan Wanita Ikhwanul Mulimin (Bandung:
Gema Insani Press, 1990), 34.
65Lihat Muhammad Qutb, Dira>sa>t Qur’a>niy>ah (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q,
1993), 12-13.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 123
h}a>kimiy>ah) yang Dia kutif dari Tafsi>r Fi Z{ila>l al-Qur’a>n dan
Muqawwama>t al-tas}awwur al-Isla>mi>).66
Setelah masuk dalam masa remaja, Aminah Qutb dikhitbah
oleh salah satu angota Ikhwanul Muslimin yang masuk penjara pada
tahun 1945. Dia adalah Kamal al-Sananiri.67
Aminah sering
menengok suaminya di penjara Mesir yang disebut dengan penjara
“qina>’”. Sama seperti yang dialami oleh Qutb, Kamal al-Sananiri
sering mengalami penyiksaan dalam penjara dibawah rezim
pemerintahan Nasser dan menjadi syahid di bawah siksaan yang
pedih. Kamal al-Sannaniri mendapatkan penderitaan lahir batin
dalam penjara dan syahid pulang ke rah}matulla>h pada Tahun 1981.68
Saudara Qutb selanjutnya adalah Muhammad Qutb, Adik
laki-laki Qutb dan berbeda tiga tahun dengan Qutb yang lahir pada
Tahun 1909. Muhammad Qutb menghabiskan pendidikannya di
Fakultas Adab, Bahasa dan Sastra Arab dan Bahasa dan Sastra
Inggris hasil bimbingan Sayyid Qutb. Di Universitas al-Azhar,
Muhammad Qutb juga mendalami ilmu tentang pendidikan dan
psikologi dan mendapatkan gelar diploma. Muhammad Qutb
bergabung dengan Kementrian Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan
Mesir.69
Muhammad Qutb merasakan pengalaman yang sama
66Lihat Muhammad Qutb, Mafa>hi>m Yanbaghi> ‘an Tus}ah}h{ah (al-Qa>hirah:
Da>r al-Syuru>q, 1994), 52.
67Kamal al-Sananiri adalah sahabat Qutb di Ikhwanul Mulimin (salah satu
anggota Ikhwan yang dipenjara dan mengalami penyiksaan pada masa rezim
pemerintahan Nasser). Kamal al-Sananiri turut andil dalam berjihad di jalan Allah.
al-Sananiri pernah membawa keluarganya ke Pakistan untuk mengikuti pergerakan
Abu A‘la al-Maududi. Bahkan al-Sananiri merupakan salah satu petinggi Ikhwanul
Muslimin yang membawa pintu ijtihad ke Afhganistan. Lihat Thomas
Hegghammer, Jihad in Saudi Arabia: Violence and Pan-Islamism Since 1979
(Cambridge University Press, 2010), 39.
68S{alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d ila al-Istisyha>d,
43.
69S{alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d ila al-Istisyha>d,
44.
124 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dengan Sayyid Qutb, Muhammad Qutb masuk penjara secara
berulang-ulnag. Pertama, pada tahun 1954 bersama anggota Ikhwan
Muslimin lainnya, namun dalam waktu ini Muhammad Qutb tidak
mendapatkan siksaan fisik dan psikologis. Kedua, Muhammad Qutb
masuk penjara lagi pada tahun 1965, dan pada masa ini Muhammad
Qutb mendapatkan siksaan yang berat. Muhammad Qutb
mendapatkan siksaan yang sangat di penjara, sampai terdapat berita
bahwa Muhammad Qutb meninggal di penjara di bawah siksaan
pemerintah. Namun ketika dikabarkan masih hidup dalam penjara,
maka banyak anggota Ikhwan yang memberi gelar sebagai syahid
hidup atau syahid yang masih hidup (al-Syahi>d al-h}aya>h). Ada di
penjara selama tujuh tahun70
kemudian setelah bebas dari penjara,
Muahmmad Qutb bergabung dengan Ja>mi‘ah Umm al-Qura>’ di
Saudi Makkah Mukarramah.
2. Abbas Mahmud al-‘Aqqad
Hubungan Qutb dengan Abbas Mahmud al-‘Aqqad sudah
penulis singgung pada bab tiga. Namun, penulis tidak membahas
pengaruh al-‘Aqqad terhadap Qutb secara mendalam, khusunya
terkait dalam kompetensi Qutb. al-‘Aqad adalah salah satu tokoh
generasi awal yang berpengaruh terhadap kompetensi ideologi Qutb,
terutama pengaruhnya dalam konteks bahasa dan sastra. Sekitar
tahun 1926, pada usia 20 tahun, Qutb belajar sastra kepada al-
‘Aqqad, penulis buku al-Dimu>qra>t}iy>ah fi al-Isla>m.71
Pada masa ini,
Qutb banyak memberikan perhatian dalam bidang sastra, puisi,
cerita, dan kritik sastra.72
Terbukti perhatian Qutb terhadap sastra
70S{alah ‘Abd Fatta>h al-Khalidi>, Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d ila al-Istisyha>d,
45.
71Kata demokrasi sering Qutb gunakan salah satunya dalam Sayyid Qutb,
Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979), 3.
72 A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, 64. Salah satu
pengaruh al-‘Aqqad terhadap Qutb adalah karya Qutb dalam bidang sastra. Qutb
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 125
setelah banyak menerima ide-ide al-‘Aqqad. Qutb menulis buku
tentang sastra yang berjudul al-Naqd al-’Adabi> Us}u>luh wa
Mana>hijuh. Dalam karyanya tentang kritik sastra tersebut, Qutb
dikenal sebagai seorang sastrawan.73
al-‘Aqqad mempunyai pengaruh besar terhadap perkem
bangan sosial politik Mesir,74
khususnya Qutb. Kurang lebih 25
tahun, Qutb bersamanya, dan karena pengaruh al-’Aqqad-lah, Qutb
terlibat dengan kehidupan politik untuk yang pertama kalinya.
Dalam rentang inilah, Qutb menjadi anggota Partai al-Wafd (H{ijb
al-Wafd). Pada akhirnya Qutb keluar, dan bergabung dengan Partai
al-Hai’ah al-Sa‘adiy>ah, pecahan Partai al-Wafd, tetapi hanya
bertahan dua tahun. Setelah itu, Qutb tidak terlibat dengan partai
manapun. al-‘Aqqad juga menjadi orang yang berjasa mengangkat
kepopuleran Qutb, dengan peluang menulis gagasan-gagasannya
dalam harian partainya. Qutb akhirnya populer sebagal murid al-
’Aqqad.75
Setelah banyak menerima ide-ide dan pemikiran al-
‘Aqqad, Qutb banyak merujuk kepada penulis Islam lainnya pada
abad kedua puluhan, seperti tokoh-tokoh Islam Abu A’la al-Mududi,
Abu Hasan Ali al-Nadwi, ‘Abdul Qadir al-Audah, yang menjadi
otoritas klasiknya. Banyak yang meyakini bahwa gagasan-gagasan
banyak belajar sastra dari al-‘Aqqad, sehingga melahirkan karya yang berjudul al-Naqd al-Adabi> Us}u>luh wa Mana>hijuh. Salah satu bukti kemahirannya dalam bidang
sastra, Qutb banyak memproduksi syair dan mengkritik syair-syair yang ada pada
masanya. Untuk lebih jelasnya lihat Sayyid Qutb, al-Naqd al-Adabi> Us}u>luh wa Mana>hijuh (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 2003), 20.
73Salah satu syair dalam karyanya tersebut adalah syair tetang kedzaliman
penguasa, kemaksiatan masyarakat modern, serta bahaya cinta terhadap dunia dan
tipu muslihatnya. Lihat dalam Sayyid Qut}b, al-Naqd al-Adabi> Us}u>luh wa Mana>hijuh (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuruq, 2003), 31.
74Ani>s Mans}u>r, Fi> S{a>lu<n Ka>nat Lana>’ Ay>a>m (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q,
1993), 3.
75Hafidz Abdurahman, Perubahan Mendasar Pemikiran Sayyid Qutb; Dari Al Aqqad, Hasan Al-Banna, Hingga Taqiyudin An-Nabhani diakses
pada pada Tanggal 11 November 2015. dari http://www.globalmuslim.
web.id/2011/02/perubahan-mendasar-pemikiran-sayyid.html.
126 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
yang Qutb tuangkan dalam tulisan-tulisannya mengenai jahiliyah
kontemporer (al-ja>hiliy>ah al-jadi>dah), kedaulatan Allah (al-
h}a>kimiy>ah), kewajibahn berjihad dalam syariat Allah (al-jiha>d fi>
sabi>l Alla>h), banyak dipengaruhi pemikiran al-‘Aqqad.76
Selama 25 tahun, antara tahun 1926-1950, Qutb yang
sebelumnya belum pernah menggeluti pemikiran Islam, mulai
banyak mendapatkan pengaruh dari lingkungan dan tokoh-tokoh
tentang sosial, politik, dan pemikiran. Khususnya ketika Qutb mulai
bersama al-’Aqqad. Inilah pengaruh negatif al-‘Aqqad pada diri
Qutb. Gambaran ini dapat dilacak dalam tulisan-tulisan Qutb
seperti yang pernah dipublikasikan oleh majalah al-Risa>lah yang
bersisi kritikan-kritikan terhadap kaum orientalis,77
di samping
buku-buku Qutb yang dicetak pada rentang masa tersebut. Tulisan
Qutb yang dipublikasikan dalam rentang waktu tersebut berkisar
soal sastra, seperti bait-bait syair dan beberapa makalah sosial,
konflik terbuka melawan al-Rafi’i78
dan membela al‘Aqqad, kritik
nyanyian yang diselingi dengan beberapa bait syair dan makalah
sosial, kritik terbuka kepada Muhammad Mandur79
tentang seni
retorika, kritik dan penjelasan tentang aliran seni sebagai aliran
76Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam (Bandung: Mizan, 1994), 162.
77 Mohd Fikri Che Hussain, Awas Ancaman Orientalis Kepada Kita
(Selangor: Karya Bestari, 2015), 128.
78Serangan pemikiran Qutb terhadap al-Rafi’i begitu tajam, sampai-sampai
setalah al-Rafi’i wafatpun, kritik-kritik pemikiran Qutb tidak berhenti. Lihat
Abdullah Azzam, Pemikir Besar Islam Sepanjang Zaman: Asy-Syahid Sayyid Qutb
(Klaten: Kafayeh, 2008), 13.
79Muhammad Mandur, lahir pada Tahun 1907 di desa Kafr Mandur di Delta
Mesir dan menghadiri sekolah menengah di Tanta Ibukota Provinsi. Pada tahun
1925, Mandur memulai studinya di Universitas al-Azhar Cairo Mesir. Yang
menjadi sebuah Universitas Negeri di Tahun yang sama dan ditambah dengan
perluasan sarana pendidikan antara lain, Fakultas Hukum. Mandur banyak
membaca literatur hukum Andari, murid Thaha Husain, yang baru saja diangkat
guru besar Sastra Arab. Lihat J. Brugman, An Introduction To The History Of Modern Arabic Literature In Egypt (Brill, 1984), 402.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 127
al-’Aqqad, kritik dan medan konflik terbuka dengan Shalah Dzihni
tentang kisah dan kisah-kisah Mahmud Taimur,80
serta uraian
tentang krisis di tanah air, peristiwa politik dan problem social
dengan beberapa makalah yang berbentuk kritik.81
Tetapi, sejak
tahun 1946, setelah menulis buku at-Tas}wi>r al-Fann fi>> al-Qur’a>n,
Qutb mulai sedikit demi sedikit menjauhkan diri dari al-’Aqqad82
dan menemukan identitas keislamannya.
3. Hasan al-Banna
Hasan al-Banna dan pembaharaun muslim sebelumnya seperti
Jamaludin al-Afghani dan Muhammad Abduh, percaya bahwa
kelemahan dan kerentanan umat muslim adalah penyimpangan
kaum muslim dari Islam sejati. Untuk membangkitkan Mesir, kaum
muslimin harus bertekad untuk kembali memahami dan hidup
menurut Islam seperti ditegaskan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah.
al-Banna menuntut disucikannya keyakinan dan praktik keagamaan
80Mahmud Taimur adalah seorang penulis, penyair, dan dramawan. Lahir
dari keluarga kaya dan berpendidikan yang tinggal di Da>r al-Sa‘ada>’ di Kairo.
Taimur mulai menulis puisi pada usia sepuluh tahun dan memiliki surat kabar milik
keluarga dan saudaranya. Keluarga Taimur juga banyak yang menjadi seorang
penulis dan dramawan, sehingga seringkali dari keluarganya menjadi contoh
seputar ilmu-ilmu seni dan sastra di lingkungan masyarakat Hijaz. Dramanya
terutama di Mesir bertemakan seputar “Ay>a>m al-‘Arab”, dan mencakup cerita-
cerita pendek sebagai gambaran realistis dari kehidupan populer, tetapi ditulis dan
disederhanakan dalam bahasa Arab yang standar. Lihat Arthur Goldschmidt,
Biographical Dictionary of Modern Egypt (Lynne Rienner Publishers, 2000), 210.
81Hafidz Abdurahman, Perubahan Mendasar Pemikiran Sayyid Qutb; Dari Al Aqqad, Hasan Al-Banna, Hingga Taqiyudin An-Nabhani diakses
pada pada Tanggal 11 November 2015. dari
http://www.globalmuslim.web.id/2011/02/perubahan-mendasar-pemikiran-
sayyid.html.
82Hafidz Abdurahman, Perubahan Mendasar Pemikiran Sayyid Qutb; Dari Al Aqqad, Hasan Al-Banna, Hingga Taqiyudin An-Nabhani diakses
pada pada Tanggal 11 November 2015. dari http://www.globalmuslim
.web.id/2011/02/perubahan-mendasar-pemikiran-sayyid.html.
128 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
yang ada.83
al-Banna juga menekankan agar Islam mampu
mengantisipasi tantangan ideologi Barat yang berhubungan dengan
berbagai isu sosial. Sistem kapitalisme, komunisme dan sekulerisme
yang menentang sistem Islam haruslah diganti dengan sistem Islam.
Negara Islam akan menyediakan pekerjaan dan sarana penghidupan
bagi siapapun yang sanggup bekerja. Negara Islam akan mengurangi
perbedaan yang kaya dan miskin. Negara Islam melindungi harta
dan kekayaan yang didapat dengan cara yang sah dan diinvestasikan
dengan benar. Negara Islam akan menegakan tatatan budaya
Islam.84
Di samping pendidikan Islam dan ideologi Ikhwan mulai
menerima pelatihan fisik untuk membuat mereka cukup fit untuk
menjadi dipekerjakan dalam pertempuran. Pada tahun 1948, banyak
anggota Ikhwan yang dikirim oleh al-Banna untuk bertarung di
Palestina terhadap Negara Yahudi yang baru didirikan.85
Untuk
pertama kalinya al-Banna menyatakan bahwa jalan diramalkan
tentang moderasi tidak akan berlaku untuk pembebasan wilayah
Muslim asli seperti Israel.86
Hubungan Qutb dengan al-Banna banyak bersatu dalam satu
wadah orginansi Ikhwanul Muslimin.87
Hubungan tersebut dapat
83Ahmet Yusuf Özdemir, From Hasan Al-Banna To Mohammad Morsi;
The Political Experience Of Muslim Brotherhood In Egypt (The Graduate School
Of Social Sciences Of Middle East Technical University, 2013), 38.
84Rahnema, Para Perintis Zaman baru Islam (Bandung: Mizan, 1994), 139-
142.
85Alex Strick van Linschoten and Felix Kuehn, An Enemy We Created: The Myth of the Taliban-Al-Qaeda Merger in Afghanistan 1970-2010 (Londong: Hurst
Publishers, 2012), 27.
86Andreas Krieg, “From Al Banna to Qutb’ to Zawahiri - How the ideology
of Al Banna set the foundation for Modern Terrorism” Publications in Contemporary Affairs. PiCA (2010): 8.
87Lihat Stefan M. Aubrey, The New Dimension of International Terrorism
(vdf Hochschulverlag AG, 2004), 98. Kelompok ini, merupakan kelompok Sunni
dan doktrin fundamentalis. Banyak individu pokok kunci yang terkait dengan
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 129
dilihat dalam Muqawwama>t al-Tas}awwur al-Isla>m, Qutb mengutif
dalam kitabnya tentang al-Banna.88
Hubungan al-Banna dengan
Qutb juga banyak mecakup hubungan perubahan masyarakat baik
mencakup dengan hubungan muamalah, hubungan masyarakat Islam
yang banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur jahiliyah, serta masa
depan Islam yang harus diselamatkan dari pengaruh-pengaruh
jahiliyah. Kedekatan ide-ide al-Banna dan Qutb, bisa dilihat dalam
persepsi mereka tentang masyarakat Islam yang sudah banyak
terkontaminasi unsur-unsur Barat, walaupun terdapat perbedaan
metode dakwah antar keduanya.89
al-Banna, yang mendirikan
Ikhwanul Muslimin di Mesir pada Tahun 1929, banyak
mempengaruhi ide dan pemikiran Qutb, khsusunya alasan Qutb
bergabung dengan Ikhwanul Muslimin. Semenjak bergabung dengan
Ikwanul Muslimin, Qutb kemudian terkenal sebagai ideolog paling
populer dari Ikhwanul Muslimin yang mengembangkan tema
defensif dan utopis al-Banna.90
progresitifitas kelompok ajaran dan ideologi. Di antara alumni tokoh-tokoh
pimpinannya Sayyid Qutb, Ayman Zawahiri, dan Omar Abdul Rahman. Sebelum
masing-masing individu seperti sayyid Qutb datang ke garis depan dan memulai
banyak tulisan, sehingga Ikhwanul Muslimin memiliki tokoh-tokoh kepemimpinan
yang kuat dan teguh dalam barisan Islam. Lihat Michael R. Ronczkowski,
Terrorism and Organized Hate Crime: Intelligence Gathering, Analysis and Investigations (CRC Press, 2011), 226.
88Sayyid Qutb, Muqawwama>t al-Tas}awwur al-Isla>m (al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 1988), 16.
89 Lihat dalam Abul Qadir Abu Faris, Manhaj al-Tagay>ur ‘Inda Syahi>dain: Li H{asan al-Banna> wa Sayyid Qut}b (‘Amma>n: Dar> al-Basyi>r li al-Thaqa>fah wa al-
‘Ulu>m, 1999), 70-84.
90 Thomas D. Watts, “Sayyid Qutb: Prophet of Radicali Islam” The University of Texas at Arlington, (2005): 35. Qutb menyempurnakan bangunan
dasar yang telah diletakkan Hasan al-Banna, meskipun banyak ide-ide Hasan al-
Banna yang ditarik ke Qutb ekstrim oleh Qutb, sehingga banyak metode
gerakannya yang bersebrangan dengan Hasan al-Banna. Lihat Imdadun Rahmat,
Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia
(Jakarta: Erlangga, 2005), 39.
130 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Pengalaman penganiayaan politik oleh pemerintah Nasser
serta ideologi Qutb telah membawa interpretasi baru dari al-Banna
dicanangkan berjuang untuk pembebasan sosial dari ranah pan-Islam
dan pan-Arab. Apa yang dimulai sebagai gerakan reformasi sosial-
politik yang dilakukan oleh ide-ide keagamaan telah ditransfer
dalam kelompok fundamentalis radikal yang tidak akan menghindar
dari memanfaatkan kekerasan untuk mencapai tujuannya
mendirikan sebuah kekhalifahan Islam. Qutb memperkenalkan
gagasan dari jihad kuat terhadap organisasi atau individu yang tidak
berdasarkan pada contoh sejarah leluhur yang saleh (Salafi) dari
periode patristik awal Islam. Ini merupakan unsur radikalisasi
ideologi non-kekerasan dan moderat al-Banna sebagai sambungan
antara reaksioner, pendekatan revisionis al-Banna dan ideologi jihad
dari kelompok teroris Islam kontemporer.91
Meskipun Qutb belum pernah bertemu al-Banna, akan tetapi
Qutb banyak mengikuti berita kegiatan al-Banna dengan Ikhwanul
Muslimin. Selain itu, ide-ide Qutb, yang muncul dalam al-‘Ada>lah
al-Ijtma>‘iy>ah Fi al-Isla>m, yang dalam banyak hal serupa dengan
yang telah didalilkan oleh al-Banna dan Ikhwan dari tahun 1930-an
sampai 1940-an. Itulah sebabnya, setelah membaca al-‘Ada>lah al-
Ijtma‘iy>ah Fi al-Isla>m, al-Banna menyatakan “Ini adalah ide kami
dan tidak ada keraguan bahwa penulisnya adalah salah satu dari
kami”. Qutb resmi bergabung dengan dengan Ikhwanul Mulimin
mulai pada tahun 1951, setelah kembali dari Amerika. Dalam hal
ini, kepribadian dan pembunuhan al-Banna di antara faktor-faktor
utama yang menyebabkan Qutb untuk mengabdikan dirinya kepada
organisasi tersebut. Setelah mendengar kematian al-Banna pada
tahun 1949, Qutb yang menerima perawatan medis untuk kesehatan
masalah di rumah sakit San Francisco, melihat bahwa staf rumah
91Andreas Krieg, “From Al Banna to Qutb’ to Zawahiri - How the Ideology
of Al Banna Set the Foundation for Modern Terrorism” Publications in Contemporary Affairs. PiCA (2010): 11.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 131
sakit sangat gembira mendengar berita itu. Pengalaman ini
mendorongnya ke arah yang baru dalam karirnya.92
Semenjak itu, Qutb merasakan bahwa kebutuhan
mengasosiasikan dirinya dengan Ikhwan untuk bekerja sama dengan
mereka dengan tujuan mewujudkan ide-idenya tentang keadilan
sosial.93
Oleh karena itu, Qutb sebagaimana al-Banna walaupun
memiliki perbedaan metode dakwah, namun keduanya sama-sama
mencari jalan keluar bagi Islam dalam hal bagaimana mereka harus
bermuamalah dalam lingkup masayarakat Islam yang penuh dengan
sistem-sistem jahiliyah.94
Munculnya edisi kedua dari al-‘Ada>lah al-
Ijtma‘iy>ah Fi al-Isla>m pada Tahun 1951 menunjukan dengan jelas
hubungan dekat Qutb dengan Ikhwan, karena Qutb telah merubah
dedikasinya untuk Islam dan generasinya yang digunakan untuk
menunjang fantasinya untuk berjuang di jalan Allah dengan harta
benda, sumberdaya manusia, dan kehidupan dalam Islam sebagai
landasan kepercayaan yang mendalam terhadap keyakinan bahwa
semua kemuliaan milik Allah dan Nabi-Nya dan orang-orang
beriman.95
Dengan demikian, bergabungnya Qutb dengan Ikwanul
Mulimin, merupakan realisasi hubungan antara Qutb dengan al-
Banna. Sehingga, dengan realisasi tersebut, merubah pola pikir Qutb
terhadap kehidupan sosial pada masa kehidupannya.
92 Asyraf Haji Ab. Rahman ddk, “Hasan al-Banna and the Ikhwan al-
Muslimun: How they Influence Sayyid Qutb’s SocioPolitical Writings?” Journal Advances in Natural and Applied Sciences, (2012): 1270.
93Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtma‘iy>ah Fi al-Isla>m , 31.
94Abul Qadir Abu Faris, Manhaj al-Tagay>ur ‘Inda Syahi>dain: Li H{asan al-Banna> wa Sayyid Qut}b (‘Amma>n: Dar> al-Basyi>r li al-Thaqa>fah wa al-‘Ulu>m, 1999),
73.
95 Asyraf Haji Ab. Rahman ddk, Hasan al-Banna and the Ikhwan al-
Muslimun: How they Influence Sayyid Qutb’s SocioPolitical Writings?” Journal Advances in Natural and Applied Sciences, (2012): 1270.
132 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
4. Ibnu Taymiyah96
Salah satu kontribusi Ibnu Taimiyah tentang pemikiran Salafi
adalah elaborasinya dari konsep tauhid-keesaan Tuhan. Ibnu
Taimiyah membagi kesatuan Tuhan menjadi dua kategori: Pertama,
kesatuan ketuhanan dan kesatuan ibadah. Tahapan ini mengacu
kepercayaan pada Tuhan sebagai berdaulat tunggal dan pencipta
alam semesta. Semua Muslim harus siap menerima ini. Kedua,
penegasan Allah sebagai satu-satunya objek ibadah dan ketaatan.
Ibn Taimiyah beralasan bahwa komponen terakhir ini dari kesatuan
ilahi mengharuskan adanya kedaulatan hukum-hukum Allah.
Sedangkan penggunaan hukum buatan manusia sama saja dengan
mematuhi atau menyembah selain Allah dan dengan demikian
berada kemurtadan. Maududi mengadopsi posisi ini dan menarik
suatu ungkapan tajam antara “h}izb Alla>h” dan “h}izb al-Syait}a>n”
yang termasuk muslim yang menganut buatan manusia hukum.97
Konsep tentang kedaulatan Tuhan ini banyak mempengaruhi
Maududi juga Qutb, pengaruh tersebut dapat dilihat dari karya Qutb
yang banyak mengutif Maududi. Salah satunya dalam Mustaqbal li
Ha>dha>’ al-Di>n, tentang konsep Islam yang harus berdasarkan
keyakinan yang mendalam (qiya>dah ru>h}iy>ah isla>miy>ah), sehingga
tidak takut dengan aturan-aturan atau hukum-hukum yang dibuat
oleh selain Allah.98
Qutb mengapresiasi dengan akidah Ibnu
96Ibnu Taymiyah tinggal di Damaskus pada masa invasi Mongol di wilayah
Islam. Meskipun Mongol masuk Islam, Ibnu Taimiyah memiliki kepatuhan ketat
terhadap hukum Islam dari empat sekolah hukum Sunni. Lihat Aaron Y. Zelin,
“The Intellectual Origins of al-Qaeda’s Ideology: The Abolishment of the
Caliphate through the Afghan Jihad, 1924-1989” The Faculty of the Graduate School of Arts and Sciences Brandeis University Department of Islamic and Middle Eastern Studies (2010): 77.
97Quintan Wiktorowicz, “A Genealogy Of Radical Islam” Department Of International Studiesn Rhodes College Memphis, Tennessee, Usa Studies In Conflict & Terrorism, (2005):78.
98Lihat Sayyid Qutb, Mustaqba>l li Ha>dha>’ al-Di>n (al-Qa>hirah: Mimbar al-
Tauh}i>d wa al-Jiha>d), 72.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 133
Taimiyah yang kuat telah mengantarkannya menjadi pemimpin
yang memobilisasi keyakanian jiwa (ru>h}iyah) walaupun harus mati
syahid di barsian depan dalam berjihad.
5. Abu A’la al-Maududi
Abu A’la al-Maududi99
adalah figur penting dalam
kebangkitan Islam pada abad ke dua puluh. Interpretasi Islamnya
menjadi pondasi pemikiran kebangkitan Islam kontemporer.
Maududi banyak menulis dan mengeluarkan pikirannya, sehingga
berpengaruh terhadap pemikiran Islam kontemporer sejak dari
Mindanao samapai ke Maroko.100
Mulai dari Sayyid Qutb di Mesir,
99 Abu A‘la al-Maududi lahir di India Selatan pada tahun 1903 dan
keturunan dari garis panjang tokoh dalam urutan sufi Islam. Maududi memulai
pendidikan formal di sebuah sekolah menengah kombinasi sistem pendidikan Islam
tradisional dengan sistem kurikulum Barat modern. Setelah itu, Maududi
menghadiri berbagai macam universitas tetapi meninggalkannya ketika Ayahnya
meninggal, setelah itu menjadi seorang jurnalis untuk mendukung keluarganya.
Beberapa tahun berikutnya, Maududi menjadi editor serangkaian publikasi Islam,
termasuk koran Muslim terkemuka di India, al-Jam‘iy>a>t. Lihat David Aaron, In Their Own Words Voices of Jihad (Santa Monica: Rand Coorporation, 2008), 56.
100Bagi umat Islam Moro di Mindanao Filipina selatan, jargon “perang
melawan teror” sudah menjadi bagian paradigma internal Islam di sana. Keadaan
ini diperparah oleh konflik yang melanda kawasan ini selama beberapa dekade.
Dalam hal ini, telah memungkinkan pemerintah untuk berjuang dalam
mengkondisikan Islam sebagai kegiatan teroris, dan untuk kampanye kontra
terorisme. Pada kenyataannya, radikalisasi muslim di Filipina, terutama di Wilayah
Otonomi Muslim Mindanao, menemukan akarnya dalam sejarah perjuangan
melawan marjinalisasi, kemiskinan, dan rezim yang jauh dari demokratis. Konflik
di Mindanao telah menewaskan puluhan bahkan sampai jutaan jiwa. Sebuah solusi
militer murni untuk pemberontakan, terutama di bawah kedok
“Perang melawan teror” tidak akan membawa perdamaian ke wilayah tersebut, dan
tidak akan membawa solusi untuk kemiskinan, kurangnya pendidikan, dan
kurangnya keamanan manusia yang membawa malapetaka. Selain itu, radikalisme
Islam semata-mata dari perspektif keamanan keras memiliki risiko menciptakan
lebih banyak ekstrimisme. Apa yang dibutuhkan adalah penghargaan untuk
keragaman seperti di Asia Tenggara. Lihat Amit Pandya, Islam and Politic: Renewal and Resistence in The Muslim Word (Washington: Stimson Center, 2009),
17.
134 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
sampai aktivis kebangkitan Islam di al-Jazair, Iran, Sudan
berkembang di seputar muqaddimah al-Maududi.101
Pengaruh yang
paling kuat dirasakan di Asia Selatan.102
Di sinilah tafsir karya al-
Maududi mendapatakan bentuknya.103
Organisasi yang menjadi
perwujudan visi ideologinya yaitu Jama‘a>t al-Isla>mi>104 yang sangat
berperan dalam menentukan peta politik di Pakistan, India,
Bangladesh, Sri Langka dan komunitas Asia Selatan.105
Abu A’la al-Maududi banyak mengembangkan pemikiran dan
ideologi Islamnya untuk menggantikan ideologi Barat yang banyak
dianut oleh pemimpin-pemimpin intelektual muslim. Maududi
mengambil konsep dan gagasan Barat untuk menyusun perlawanan
Islam tehadap Barat. Oleh karena itu, Maududi menjelaskan konsep
Islam dengan khas Barat seperti konsepnya tentang revolusi Islam,
101Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam (Bandung: Mizan 1994), 101.
102Wilayah Asia Selatan terletak di Jazirah India yang dibatasi oleh Negara
Afghanistan dan rangkaian pegunungan Himalaya. Negara-negara yang termasuk di
kawasan Asia Selatan adalah Pakistan, India, Bagladesh, Srilangka, Maladewa,
Nepal dan Bhutna. Lihat Muhammad Yunus, Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan (Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, ), 126.
103Tafsir al-Qur’an yang kita kenal dengan Tafhi>m al-Qur’a>n, untuk lebih
jelasnya Lihat dalam Abu A’la al-Maududi, Teh Meaning of The Qur’an Vol. I Su>rah al-Fa>tih}ah to al-An‘a>m: Arabic Text With Translation and Comentary
(Pakistan, Salam Market, 2008), 7.
104Jama‘a>t al-Isla>m merupakan salah satu orgainsasi Islam yang konsen
dalam politik. Organisasi ini didirikan pada tahun 1941 oleh Abu A’la al-Maududi,
tokoh yang paling banyak berpengaruh terhadap pemikir Muslim dari Asia Selatan
pada abad ke-20. Jama‘a>t al-Isla>m adalah gerakan ideologis yang bertujuan untuk
menciptakan negara Islam di mana semua aspek kehidupan sosial dan politik akan
diatur sesuai dengan standar Islam dan hukum Islam. Jama‘a>t al-Isla>m pada
awalnya menolak gerakan kemerdekaan Pakistan dan tetap terpisah dari partisipasi
politik, percaya bahwa Islam adalah sistem universal yang tidak bisa dicakup oleh
batas-batas negara-bangsa dan memilih untuk berfokus pada pengembangan basis
dukungan ideologis. Lihat Encyclopedia of Islam Encyclopedia of world Religions
Facts on File Library of Religion and Mythology (Infobase Publishing, 2009), 388.
105Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, 102.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 135
negara Islam, dan ideologi Islam.106
Karya Maududi banyak
mengutif dari ekstensif dari Ibn Taimiyah, terutama tulisan-
tulisannya tentang kedaulatan Tuhan.107
Maududi memperkenalkan konsep Jahiliyah yang modern (al-
Ja>hiliy>ah al-jadi>dah) sekitar tahun 1939. Istilah Jahiliyah (al-
ja>hiliy>ah) mengacu pada periode kebodohan atau periode
paganisme108
sebelum kedatangan Islam. Maududi berpendapat
bahwa penyimpangan diri dicanangkan Muslim, pengaruh kekuatan
imperialis, dan penggunaan hukum non-Islam yang mirip dengan
periode zaman Jahiliyah, merupakan kebodohan yang tidak terasa.
Untuk Maududi, Muslim sejati harus berjuang melawan kebodohan
ini, seperti Nabi dan para sahabatnya berjuang melawan paganisme
dari suku Quraisy yang dominan di Mekah. Selain itu, Maududi juga
membentuk konsep kedaulatan (h}a>kimiy>ah) yang juga digunakan
Qutb dalam bahasa jihadnya.109
Pada tahun 1941, Maududi
membentuk gerkana Jama‘a>t al-Isla>mi> sebagai ujung tombak
106Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam, 109.
107Quintan Wiktorowicz, “A Genealogy Of Radical Islam” Department Of International Studiesn Rhodes College Memphis, Tennessee, Usa Studies In Conflict & Terrorism, (2005): 78.
108 Paganisme merupakan suatu kepercayaan atau praktik spiritual
penyembahan terhadap berhala. Paganisme identik dengan zaman kuno yaitu
percaya kepada banyak dewa. Paganisme berada pada label satu set agama yang
berpusat pada perayaan dan penghormatan alam sebagai bentuk pemahaman yang
terlibat dalam satu atau cara lain sebagai bantuk yang suci. Untuk sepenuhnya
memahami dimensi alam Paganisme kontemporer kita harus menangkap asal-
usulnya dan keragaman kepercayaan. Lihat dalam Bron Taylor, Encyclopedia of Religion and Nature (London and New York: Continumm, 2005), 1247.
109David Patterson, A Genealogy of Evil: Anti-Semitism from Nazism to Islamic Jihad (Cambridge University Press, 2010), 81.
136 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
perjuangan ini, barisan garda depan merupkan sebuah gerakan yang
dipandang perlu untuk mempromosikan kedaulatan Tuhan.110
Maududi mempunyai pengaruh yang kuat bagi Mesir
dampaknya pada Sayyid Qutb,111
yang sering dipandang sebagai
good father revolusioner Islam Sunni (fundamental).112
Qutb
membaca karya paling berpengaruh Maududi, termasuk Jihad dalam
Islam, Islam dan Jahiliah, dan prinsip pemerintah Islam yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab di awal 1950. Qutb membawa
bersama-sama jahiliyah modern “Ja>hiliy>ah al-Jadi>dah” Maududi dan
argumen Ibn Taimiyah bahwa keesaan Allah mewajibkan umat
Islam mengikuti hukum Ilahi, menciptakan sebuah sintesis yang
diperkuat perbedaan mencolok antara Partai Allah (H{izb Alla>h) dan
Partai Setan (H{izb Syait}a>n). Mereka yang tidak menaruh iman
dalam tindakan melalui sistem hukum Islam dan mematuhi perintah
Allah adalah bagian dari Jahiliyah modern dan tidak lagi muslim.
Dalam konteks Timur Tengah, ini berarti murtad karena sebagian
besar anggota masyarakat jahiliyah lahir dari masyarakat muslim.113
Maududi banyak membantu dan membentuk ideologi Qutb
dalam Islam. Maududi menolak terhadap Islam modernitas,
110Quintan Wiktorowicz, “A Genealogy Of Radical Islam” Department Of
International Studiesn Rhodes College Memphis, Tennessee, Usa Studies In Conflict & Terrorism, (2005): 78.
111Qutb dipengaruhi oleh Abu A‘la al-Maududi, seorang pemikir Islam di
Asia Selatan yang sangat konservatif secara sosial, percaya tempat perempuan
adalah di rumah, taat kepada suaminya. Maududi juga konservatif politik,
bersikeras bahwa non-Muslim dikecualikan dari pemerintah Islam. Lihat Thomas
D. Watts, “Sayyid Qutb: Prophet of Radicali Islam” The Universuty of Texas at Arlington, (2005): 35. Lihat juga dalam Imdadun Rahmat, Arus Baru Radikal Islam, 46.
112 Harris Zafar, Demystifying Islam: Tackling the Tough Questions
(Rowman & Littlefield, 2014), 58.
113Quintan Wiktorowicz, “A Genealogy Of Radical Islam” Department Of International Studiesn Rhodes College Memphis, Tennessee, Usa Studies In Conflict & Terrorism, 28:75–97, (2005): 79.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 137
imperialisme dan infiltrasi budaya Barat di negeri-negeri Islam.
Maududi meyakini bahwa ekonomi Barat, politik, dan budayanya
menjadi salah satu ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat
Islam. Maududi dan Jama>‘a>t Isla>minya mendorong kebangkitan
masyarakat kepada sistem Islam, yang berpegang pada ketentuan
syariah.114
Hasil penelitian menunjukan bahwa al-Maududi adalah
salah satu tokoh yang paling berpengaruh di antara tokoh-tokoh
penting lain yang bertanggung jawab dalam membentuk kehidupan
Qutb dan mengakibatkan perubahan besar dalam peta intelektual
dan politiknya, seperti yang dituturkan dalam tulisan-tulisannya.115
Qutb dalam pemikiran Islam al-Maududi dapat ditelusuri
kembali ke awal 1950-an, ketika banyak dari karya-karya ilmiah
terakhir yang diterjemahkan ke dalam bahasa dari kedua Muslim
dan Barat. Selain itu, menjadi anggota baru dari Ikhwan banyak
dimanfaatkan Qutb untuk mendapatkan akses-akses karya Maududi.
Sejak bergabung dengan Ikhwan, seperti disebutkan sebelumnya,
telah memainkan peran penting dalam menerjemahkan dan beredar
ide-ide yang inovatif tentang konsep Islam ka>ffah. Di antara karya-
karya besar al-Maududi yang telah diterjemahkan dari bahasa
Inggris ke bahasa Urdu dan Arab adalah “Jihad dalam Islam”,
“Islam dan Jahiliyah” dan “Prinsip Pemerintah Islam”. Pada tahun
1951, al-Nadwi, seorang murid dan teman dekat al-Maududi,
menerbitkan buku dalam bahasa Arab berjudul “Apakah Dunia
Menurun karena Penurunan Islam?” Buku ini menguraikan dengan
jelas pemikiran al-Maududi dan pandangannya tentang ide-ide
modern dan aktivisme Islamnya juga meningkatkan kunjungan al-
Nadwi kepadanya pada tahun yang sama. Itu adalah momen besar
114Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford
College Summer Research Project 2004), 9.
115 Asyraf Hj. A.B. Rahman and Nooraihan Ali, “The Influence of Al-
Mawdudi and The Jama’at al-Islami Movement On Sayyid Qutb Writings” World Journal of Islamic History and Civilization, 2 (4): 232-236, ( 2012): 232.
138 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
bagi Qutb, karena Qutb menemukan bahwa banyak ide-ide al-
Maududi yang secara paralel dan serupa dengan tujuan yang Qutb
perjuangkan. Terlebih lagi, teori al-Maududi dari kebangkitan Islam
sebagai keseluruhan yang ditingkatkan oleh pengalaman yang
menyakitkan kolonialisme, mirip dengan yang telah dialami oleh
Qutb di negerinya sendiri.116
Ide-ide Maududi banyak memiliki dampak yang kuat pada
pemikiran politik Qutb, ketika kedua ditemukan ide-ide mereka
untuk berada didekat afinitas. Banyak dari karya Qutb ditulis pada
tahun 1950 yang dikutip dari ide-ide Islam Maududi117
dan istilah-
istilah seperti Ja>hiliy>ah al-Jadi>dah, h}a>kimiy>ah, manhaj dan jiha>d.
Seperti yang Qutb tulis tentang ha>kimiy>ah (kedaulatan) Allah di
Mustaqba>l li Ha>d}a> al-Di>n 118 misalnya, disebut karya al-Maududi
“Empat Terminologi dalam Al Qur'an. Bagi Qutb, kedaulatan Tuhan
begitu luas, bahwa itu mengalahkan kedaulatan dan otoritas semua
manusia. Ide ini secara paralel dengan pemikiran Maududi yang
menekankan bahwa Allah adalah berdaulat utama dan mutlak dari
semua ciptaan. Berdaulat ini ada dalam arti otoritas mutlak milik
Allah memerintahkan ketaatan mutlak dan tidak diragukan lagi pada
bagian dari ciptaan-Nya termasuk manusia.119
116 Asyraf Hj. A.B. Rahman and Nooraihan Ali, “The Influence of Al-
Mawdudi and The Jama’at Al Islami Movement On Sayyid Qutb Writings” World Journal of Islamic History and Civilization, 2 (4): 232-236,( 2012): 234.
117Dan Qutb berterusterang mendapatkan banyak pengaruh dari Maududi,
dan mengakui pamikiran dan ide-ide Maududi banyak membantu terbitnyanya
karya karya Qutb di tahun 1959an. Lihat Rahnema, Para Perintis Zaman baru Islam,
162.
118Lihat Sayyid Qutb, Mustaqba>l li Ha>dha> al-Di>n (al-Qa>hirah: Mimbar al-
Tauhi>d wa al-Jihad), 12.
119Lihat dalam Asyraf Hj. A.B. Rahman and Nooraihan Ali, “The Influence
of Al-Mawdudi and The Jama’at Al Islami Movement On Sayyid Qutb Writings”
World Journal of Islamic History and Civilization, 2 (4): 232-236, (2012), 234-235.
Menurut Thomas Watt, Qutb juga dipengaruhi oleh Muhammad Iqbal. Hasan
Hanafi dalam Thomas Watt menegaskan bahwa Qutb “lebih dekat ke Muhammad
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 139
Pengaruh-pengaruh tokoh di atas menggambarkan, bahwa
meskipun Ibnu Taimiyah, Maududi, Hasan al-Banna dan yang
lainnya semua berpengaruh di pikiran dan Ide-ide Qutb, popularitas
Qutb dirasakan tidak jauh berbeda dengan tokoh-tokoh yang
memiliki ide revivalisme Islam. Kepopuleran Qutb, terutama
disebabkan oleh faktor dari kefasihan, keberanian, dan ide-idenya
tentang Islam dan berbagai karya-karyanya, serta kemampuannya
untuk menggabungkan pandangan unik dengan islamisme
tradisional. Bahkan, karena Qutb melalui karya-karyanya, Qutb
dirasakan lebih radikal dan subversif dari ideologi pendahulunya,
ideologi Qutb akan menjadi tumpuan kelompok-kelompok Islam di
seluruh dunia.120
Berdasarkan pengaruh-pengaruh di atas, fase-fase pemikiran
Qutb dapat diklasipikasikan kepada tiga tahap pemikiran: Pertama,
tahap pemikiran sebelum mempunyai orintasi Islam atau fikrah al-
Isla>miy>ah (pengaruh Qutb Ibrahim dan Fatimah Husain Usman).
Kedua, tahap pemikiran mempunyai orientasi Islam umum atau
fikrah Isla>miy>ah wa al-ijtima>‘iy>ah (pengaruh Abbas Mahmud al-
‘Aqqad). Ketiga, tahapan pemikiran berorientasi Islam militan atau
fikrah h}ara>kah Isla>miy>ah (pengaruh setelah Qutb bergabung dengan
Iqbal daripada Ikhwanul Muslimin”. Panggilan oleh Iqbal untuk negara nasional
yang terpisah bagi umat Islam. Lihat Thomas D. Watts, Sayyid Qutb: Prophet of
Radicali Islam (The Universuty of Texas at Arlington, 2005), 35. Tokoh penting
lain dalam pertumbuhan ideologi Islam adalah Muhammad ibn ‘Abd al-Wahhab,
seorang teolog dan pendiri Wahabisme di Saudi Arab. Wahhab menuntut
pemurnian dunia Islam. Percaya pengaruh Barat menjadi koruptif untuk kemurnian
Islam. Wahhab mendorong pengikutnya untuk menghidupkan kembali visi al-
Qur’an dalam Islam. Ide Wahhab akan berubah menjadi sebuah gerakan yang
disebut Wahhabisme. Sejak awal, Wahhabisme secara finansial dan politik
didukung oleh rezim Saudi. Penolakan ketat Wahhabisme tentang modernitas, visi
sekulerisme, dan intoleransi agama telah mengadakan daya tarik besar untuk Islam
kontemporer di seluruh dunia. Lihat dalam Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford College Summer Research Project 2004), 8.
120Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford
College Summer Research Project 2004), 9.
140 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Ikhwanul Mulimin dan tokoh-tokoh Islam militan seperti al-Banna,
Maududi, Ibnu Taymiyah, Abu A‘la al-Maududi).121
Pada tahap
orientasi Islam militan, Qutb sangat muak dengan westernisme,
kolonialisme dari penguasa Mesir. Sebab semuanya bertentangan
dengan Islam. Namun demikian sebagai konsekuensinya, pemikiran
dan gerakan ideologi Qutb yang tanpa kompromi mengantarkannya
ketiang gantung.122
Namun, walaupun dengan kesyahidannya, ideologi Qutb
melalui karya-karyanya tetaplah hidup. Ideologi Qutb telah
diwariskan ke generasi islamis selanjutnya, yang menganggap
tonggak untuk menjadi landasan revolusi mereka. Qutb menulis dua
puluh empat karya,123
termasuk beberapa novel, buku tentang kritik
sastra seni, pendidikan, dan agama. Di antara karya-karya Qutb
tersebut, yang paling mengesankan adalah sebuah komentar 30 juz
pada Al-Quran (Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n) dan Ma’a>lim fi> al-T{ari>q
yang ditulis sebelum dan setelah masa penahanan Qutb dalam
penjara. Terjemahan dari karya Qutb ada di hampir setiap bahasa
Arab, dan juga ada beberapa karyanya yang telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggris. Menurut salah satu pendukung Qutb, terdapat
juga terjemahan utama (karya Qutb) ke bahasa Farsi yang telah
dilakukan oleh Rahbar Republik Islam, Ayatullah Sayyid Ali
Khameani, yang diangkat sebagai pemimpin tertinggi Iran setelah
kematian Ayatullah Ruhullah Khomeini di 1989.124
121Lihat Taufi>q Barkat, Sayyid Qut}b: Khas}a>’isuh wa Manhaj Haraka>tih
(Bairu>t: Da>r al-Dakwah), 11.
122Mahmud Arif, Wacana Naskh dalam Tafsir Fi Dilal al-Qur’an: Eksposisi Penafsiran Alternatif Sayyid Qutb: Studi al-Quran Kontemporer (Yogyakarta: PT.
Tiara Yogya, 2002), 111.
123Lihat Sayyid Qutb, al-Sala>m al-‘A<lami> wa al-Isla>m (al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 2006), 183.
124Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford
College Summer Research Project, 2004), 14.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 141
Selanjutnya, Calvert menulis bahwa pada gilirannya, radikal
ini menginspirasi banyak islamis radikal di tahun kemudian. Pada
akhir 1970-an dan awal 1980-an, mainstream Ikhwanul Muslimin
mengecam radikalisme Qutb dan delegitimasi kekerasan. Namun,
beberapa kelompok pinggiran bahkan melangkah lebih jauh dan
mengembangkan teologi politik yang membuat munculnya
organisasi seperti al-Qaeda.125
Qutb juga banyak memberikan
pengaruh ideologinya terhadap kader-kader Islam selanjutnya,
khsusunya para aktifis Ikhwanul Muslimin126
dan kalangan
fundamental radikalisme dari organisasi ini. Bahkan, Qutb
merupakan tokoh yang sangat berpengaruh dan mengilhami banyak
gerakan Islam di dunia Muslim.127
Qutb sering disejajarkan dengan
tokoh-tokoh penganjur kebangkitan Islam, seperti Hasan al-Banna,
Abu A’la Maududi, dan Said Hawa.
b. Tokoh-tokoh yang Dipengaruhi Ideologi Sayyid Qutb
Qutb banyak mengembangkan dan menyebarkan pemikiran-
pemikirannya melalui tulisan-tulisan yang menggugah semangat
125John Calvert, Sayyid Qutb and the Origins of Radical Islamism (New
York: Columbia University Press, 2010), 180.
126 Sayyid Qutb merupakan pemikir kedua dalam jajaran organisasi
Ikhwanul Muslimin dan sangat mempengaruhi pemikiran para aktivisnya,
khususnya kalangan radikal dari organisasi ini. Bahkan Qutb merupakan tokoh yang
sangat berpengaruh dalam mengilhami banyak gerakan Islam di dunia muslim.
Qutb menganjurkan gerakan Islam sebagai alternatif sebuah gerakan yang
menghendaki perubahan radikal sesuai dengan ketentuan-ketentuan Islam. Qutb
mengemukakan gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan al-Banna
yang eksklusif menjadi gerakan yang inklusif. Dia menyerukan bahwa pedang (al-saif) adalah jalan dan penggunaan kekuatan untuk melakukan revolusi seluruh
sistem pemerintahan yang berdiri tanpa supermasi Islam. Baik dalam konteks
nasioanl maupun internasional. Lihat Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia, 43-47.
127Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah Ke Indonesia, 44.
142 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
ghirah keislaman umat.128
Berikut tokoh-tokoh Islam yang
dipengaruhi pemikiran dan ideologi Qutb dalam berjuang
meramaikan pergerakan revivalisme Islam.
1. Omar Abdel Rahman
Penyebaran karya-karya Qutb telah membantu untuk
meningkatkan popularitasnya di kalangan islamis yang sudah
dianggap menjadi martir berbudi luhur. Kelompok-kelompok Islam
di seluruh dunia sering mengutip Qutb sebagai tokoh yang memiliki
pengaruh besar dalam ideologi fundamentalis yang berkembang di
Timur Tengah dan Asia Selatan. Salah satunya adalah Omar Abdul
Rahman129
yang mendirikan organisasi ekstrim ‘Azzam Isla>miy>ah
(dikatakan sebagai “Good Father” salah satu penyebab terjadinya
bom WTC di Amerika). Omar merupakan salah seorang murid Qutb
yang juga menjadi salah satu pimpinan Ikhwanul Muslimin, dan di
penjara di Amerika Serikat karena berkonspirasi untuk melakukan
terorisme. Para pemimpin dari kelompok teroris banyak dipengaruhi
oleh Qutb seperti Hamas dan Jihad Islam. Pengaruh Qutb juga
terwujud dalam bahasa Islam kontemporer, dan dikatakan sebagai
128Rubai’ Ibn Ha>di> al-Madkhali>, Ad}wa>’ Isla>miy>ah ‘Ala> ‘Aqi>dah Sayyid
Qut}b wa Fikrih, 18.
129 Omar Abdul Rahman lahir di Mesir dan kehilangan penglihatannya
karena penyakit diabetes. Omar mengembangkan minat dalam ajaran Ibnu
Taimiyah dan mempelajari Al-Qur’an dalam huruf braille. Omar merupakan salah
satu tokoh lulusan dari al-Azhar University di Kairo dan merupakan pimpinan
senior ‘Azam al-Isla>miy>ah, kelompok militan radikal di Mesir. Omar diyakini telah
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Abdullah Azzam, dan menurut
beberapa laporan, Omar berwisata ke Peshawar pada 1980-an. Omar pindah ke
Amerika Serikat dan dihukum pada tahun 1995 karena telah melakukan konspirasi
menghasut (terkait dengan pemboman World Trade Center pada tahun 1993) dan
dijatuhi hukuman penjara seumur hidup pada tahun 1996. Oleh karena itu, Omar
adalah seorang sarjana jihad terkemuka dan sering disejajarkan bersama rekan-
rekan seniornya seperti Sayyid Qutb. Lihat Alex Strick van Linschoten, Felix
Kuehn, An Enemy We Created: The Myth of the Taliban-Al-Qaeda Merger in Afghanistan 1970-2010 (London: Hurst Publishers, 2012), 484. Lihat juga
Malcolm Nance, An End to al-Qaeda: Destroying Bin Laden's Jihad and Restoring America's Honor (Macmillan, 2010), 94.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 143
perekrut Islam militan.130
Islam militan yang percaya dan selaras apa
yang dipikirkan Qutb, bahwa Barat telah memainkan peran penting
dalam kehancuran dunia muslim. Oleh karena itu, Omar disebut
sebagai pengambang strategi untuk menyerang musuh jauh seperti
Rusia dan Amerika. Omar ingin menetralisir mereka sebelum
menyerang musuh dekat seperti Mesir dan Arab Saudi. Dengan jalan
tersebut, akan menyederhanakan penciptaan kekhalifahan Islam
yang baru.131
Omar Abdul Rahman dengan gagasannya tersebut, tetap
menjadi pemimpin spiritual dari organisasi jihad.132
Dia mungkin
telah memainkan peran penting dalam pembentukan kampanye
untuk menghancurkan ekonomi Amerika. Omar mengklaim bahwa
muslim dapat memotong transportasi kepentingan mereka,
menenggelamkan kapal mereka, menembak jatuh pesawat mereka,
dan membunuh mereka di laut, udara atau tanah. Pada awal 1990,
Omar berhasil pindah ke negara-negara bersatu, meskipun Amerika
mendirikan dan membentuk pengawasan teroris berdasarkan
kelompok studi (al-Isla>m al-Takfi>ri>), 133 yang direncanakan dan
dilaksanakan serangan pertama di pusat perdagangan di tahun 1993.
Omar cepat ditangkap dan dihukum. Dia menjalani hukuman
seumur hidup atas tuduhan terorisme dan pembunuhan. Menurut
Pusat Pemberantasan Terorisme Amerika, Omar dibebaskan dari
130Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford
College Summer Research Project 2004), 14.
131Malcolm Nance, An End to al-Qaeda: Destroying Bin Laden's Jihad and Restoring America's Honor, 95.
132Lihat Yoram Schweitzer, Shaul Shay, The Globalization of Terror: The Challenge of Al-Qaida and the Response of the International Community
(Transaction Publishers, 2011), 64.
133Kosep al-takfi>r tersebut sebagaimana konsep Qutb dalam Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’a>n, bahwa siapapun itu, termasuk umat Islam yang menjadikan hukum
selain daripada hukum Allah, mereka adalah kafir. Lihat Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi Z{ila<l al-Qur’a>n: Su>rah al-Ma>’idah (Mimba>r al-Tauh}i>d wa al-Jiha>d), 115.
144 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
penjara di Colorado atas permintaan kelompok teroris al-Isla>m al-
Takfi>ri>. Pada tahun 1997, kelompok Islam Mesir tewas 58
wisatawan Eropa dan meninggalkan selebaran menuntut
pembebasan Omar Abdul Rahman.134
Yang mengubah keyakinan
salafi modern ke praktek teroris dan yang memiliki pengaruh besar
pada kedua tokoh pergerakan Islam lainnya, yaitu Osama bin Laden
dan Ramzi Yousef.135
2. Imam Samudra136
Imam Samudra sebagai dalang intelektual bom Bali, juga
menunjukan pengaruh Qutbian. Dalam sebuah wawancara dengan
Channel Nine TV di Australia, Samudra menyatakan bahwa dia
tidak merasa kasihan dengan korban Australia karena mereka brutal.
134Malcolm Nance, An End to al-Qaeda: Destroying Bin Laden's Jihad and
Restoring America's Honor, 95.
135Stefan M. Aubrey, The New Dimension of International Terrorism (vdf
Hochschulverlag AG, 2004), 98.
136 Imam Samudra dilahirkan di Kabupaten Serang, Kecamatan Serang
(sekarang Provinsi Banten). Abdul Aziz dikenal dengan sebutan Imam Samudra,
setelah Dia pulang dari perjalanan Afghanistan. Hal ini bisa disimpulkan setelah
penulis membaca perjalanan Imam Samudra sebelum dan sesudah ke Afghanistan.
Sebelumnya, Imam Samudra mengikuti Pesantren Ramadhan yang diadakan oleh
organisasi Islam, Muhammadiyah dan Persatuan Islam. Imam Samudra sendiri
sangat gemar membaca, sehingga di kamarnya yang penuh dengan tempelan rumus
matematika dan fisika, juga dipenuhi buku-buku keagamaan, seperti buku hadits,
bahasa Arab, fikih, novel-novel Islam dan utamanya buku tentang jihad. Selain
gemar membaca, Imam Samudra juga gemar menulis, dan beberapa tulisannya
sempat dimuat di Majalah Panji Masyarakat. Dari buku-buku yang dibaca, terdapat
buku Ayatur Rahman fi Jihad Afghan karangan Dr. Abdullah Azzam. Dari buku
tersebut membuat hatinya terenyuh, sehingga timbul keinginan dan cita-cita untuk
ikut berjihad mengangkat senjata di Afghanistan. Setamat Sekolah Menengah Atas,
ketika Dia mulai memilah-milah untuk memasuki Perguruan Tinggi, di Jakarta Dia
bertemu seseorang yang bernama Jabir ketika sedang mendengarkan ceramah
keagamaan di Masjid al-Furqan milik Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).
Jabir selanjutnya menginformasikan bahwa pada tahun ini (1990) ada rekrutmen
mujahid untuk diberangkatkan ke Afghanistan. Imam Samudra tidak menyia-
nyiakan kesempatan itu, dan bergabunglah Dia untuk berjihad di Afganistan. Lihat
Imam Samudra, Aku Melawan Teoris (Solo: Jazera, 2004), 21-24.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 145
Ketika pewawancara bertanya mengapa Dia merasa bahwa orang
Australia brutal, Samudra menjawab Amerika, Yahudi, dan sekutu
mereka ingin mengendalikan orang Muslim. Mereka membuat
Muslim lemah mereka ingin mengontrol umat Islam bukan hanya di
Indonesia, tetapi di seluruh Dunia. Islam ini, menurutnya seperti
Qutb, mengutuk modernitas dalam dunia Barat secara kolektif. Oleh
karena itu, menciptakan gerakan kolektif berfokus pada musuh
bersama, Qutb telah memungkinkan Islam untuk melihat tindakan
mereka sebagai serangan terhadap sebuah entitas kolektif, tidak
serangan terhadap individu manusia.137
Identitas kolektif Islamisme yang menghilangkan penghalang
motivasi individualistik, ketakutan, keinginan berkotak-kotak, dan
tempat-tempat yang difokuskan dalam kehidupan setiap muslim
untuk mengalahkan musuh akan menjadikan Islam yang kuat dan
anti Barat. Sebagaimana pendahulunya Qutb, yang menjadikan
Barat dan orang-orang yang tidak menggunakan hukum Allah
adalah musuh, yang dikenal sebagai peradaban modern jauh dari
syraiat Islam. Hal tersebut juga masih dikonsumsi oleh hukum
buatan manusia yang menindas dan menyebabkan amoralitas.
Islamisme tetap didedikasikan untuk Qutbian sebagai gerakan yang
ideal dalam menyelamatkan Islam dan umatnya. Oleh karena itu,
Islam harus menyelamatkan umat manusia dari dirinya sendiri
melalui jihad kolektifitas (jiha>d al-ijtima>‘iy>ah).138
Imam Samudra memaparkan bahwa ide-ide dan jalan pikiran,
dasar-dasar teologis diungkapkan dalam bukunya “Aku Melawan
Teroris”.139 Buku kontroversial ini pernah mendapatkan liputan luas
137Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford
College Summer Research Project 2004), 15.
138Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford
College Summer Research Project 2004), 15.
139Ide-ide Imam samudra bisa dilihat dalam karyanya Imam Samudra, Aku Melawan Teoris (Solo: Jazera, 2004).
146 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dari berbagai media massa di Tanah Air. Sebagian reportase itu
akan dikutipkan dalam menyelami konsepsi Imam Samudra soal
dakwah dan jihad. Imam Samudra mengaku menganut fatwa ulam
mujtahid yang pernah terlibat medan pertempuran, para ulama itu
adalah Sayyid Qutb, Ayman Al-Zawahiri, dan Osama Bin laden.140
Menurut Bambang Pranowo dalam bukunya Orang Jawa Jadi
Teroris, menyatakan bahwa sebenarnya dengan diterbitkannya buku
Imam Samudra tersebut adalah terlihat jelas bahwa terorisme
sebetulnya sudah menjadi sebuah ideologi. Imam Samudra
menganggap terorisme yang dilakukan justru sebagai upaya untuk
melawan teroris. Terorisme selalu berkedok dalam membela agama
dan menjaga kesucian ajaran Tuhan. Dengan landasan ini, terorisme
tumbuh menjadi sebuah ideologi. Pertumbuhan ideologi terorisme
tersebut selalu beriringan dengan tindakan kekerasan yang intensitas
dan kecanggihannya semakin lama semakin besar141
dan
berkesinambungan.
3. Osama bin Laden
Osama bin Laden merupakan tokoh Islam militan selanjutnya,
setelah menyelesaikan studinya di King Abdul Aziz pada tahun
140Lihat Setya Krisna Sumargo, The untold stories: Noordin M. Top & Co
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009), 323. Menurut keterangan lain, Imam
Samudra merupakan salah satu kader yang mengikuti Jama>‘ah al-Isla>miy>ah yang
menganut jihad global. Imam Samudra secara terang-terangan menolak pemahaman
jihad tradisional dan lebih percaya dan menggunakan terhadap ulama dan
cendikiawan yang telah teruji di medan jihad. Seperti Sayyid Qutb, Said Hawwa,
Abdullah Azam<, Aiman al-Zawahiri dan Osma bin Laden. Menurut Imam Samudra,
hanya ulama yang telah melalui pengalam berjuang dan berjihad yang lebih
memahami dan berhak untuk bercakap tentang Islam terutama dalam hal jihad.
Lihat Zulkarnain Haron dan Nordin Hussin, “Islam di Malaysia: Penilaian Semula
Fahaman Salafi Jihadi dan Interpretasi Jihad oleh Jama’ah al-Islamiyah” Malaysia Journal of Society and space 9 Issue 1 Universitas Kebangsaan Malaysia, (20013):
136.
141Bambang Pranowo, Orang Jawa Jadi Teroris (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2011), 9.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 147
1979, Osama mulai berinteraksi dengan gerakan Islam dan
mempelajari pemikiran konseptor Ikhwanul Muslimin Mesir, Sayyid
Qutb.142
Tulisan-tulisan Qutb banyak dibaca Osama bin Laden dan
menjadi bagian bacaan primer tentang pemahaman konsep Islam dan
jihad.143
Pengaruh Qutb secara eksplisit jelas dalam menentukan
arah jihad al-Qaeda,144
organisasi Islam dibalik banyak serangan
teroris di Amerika Serikat, termasuk salah satunya pada 11
September 2001.145
Dua pimpinan al-Qaeda, Osama bin Laden dan
Ayman Zawahiri jelas mengidentifikasi ideologi Qutb. Selama
waktu di Arab Saudi Universitas King Abdul Aziz, Osama bin
Laden belajar di bawah saudara Sayyid Qutb, Muhammad Qutb, dan
teman dekat Muhammad Qutb, Abdullah Azzam. Kedua tokoh
terebut mengajarkan Osama bin Laden sebagai mahasiswa dengan
filsafat Qutbian dan semangat revolusioner Qutb mendorong bin
Laden untuk turut berpartisipasi dalam jiha>d fi> sabi>lilla>h. Ketika
mendapatkan banyak pengaruh dari Muhammad Qutb dan Abdullah
Azzam, Bin Laden pergi ke Peshawar, Pakistan ketika Soviet
142Nando Baskara, Gerilyawan-Gerilyawan Militan Islam: dari al-Qaeda,
hizbullah, hingga Hamasa (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2009), 31. Lihat juga
Michael Ryan, Decoding Al-Qaeda's Strategy: The Deep Battle Against America
(Columbia University Press, 2013), 45.
143Robert A. Burns, Christianity, Islam, and the West (University Press of
America, 2011), 66.
144 Al-Qaeda adalah kelompok dukungan multi-nasional yang dana dan
kegiatannya, berupa militan Islam di seluruh dunia. Ini tumbuh dari perang
Afghanistan terhadap resiko Soviet, dan anggota inti terdiri dari veteran perang
Afghanistan dari seluruh dunia muslim. Al-Qaeda didirikan sekitar tahun 1988 oleh
islamis militan Osama bin Laden. Berbasis dari Afghanistan, bin Laden
menggunakan jaringan internasional yang luas untuk mempertahankan koneksi
longgar antara ekstrimis Muslim di berbagai negara. Bekerja melalui sarana
teknologi tinggi, seperti fax, telepon satelit, dan internet, Dia berhubungan dengan
jumlah yang tidak diketahui dari pengikut di seluruh dunia Arab, serta di Eropa,
Asia, Amerika Serikat dan Kanada. Lihat Lawrence J. Bevy, Al-Qaeda: An Organization to be Reckoned with (New York, Nova Publishers, 2006), 1.
145Stephen E. Atkins, Encyclopedia of Modern Worldwide Extremists and Extremist Groups (Greenwood Publishing Group, 2004), 349.
148 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
menginvasi Afhganistan. Bin Laden memperoleh perluasan
sehubungan pejuang Afghanistan-Arab lainnya dengan memberikan
jumlah banyak warisan yang besar kepada jihad Afghanistan dalam
kesediaannya menghadap kematian dalam pertempuran melawan
Soviet.146
Sejak perang Afghanistan-Soviet, serangan bin Laden di
negara-negara besar di dunia dan kemurahan hati tampaknya tidak
ada ujungnya, bin Laden telah berubah dia ke militansi dunia
Muslim. Diakui oleh sebagian besar umat Islam, citra bin Laden
telah direplikasi di seluruh dunia Arab. Ayman Zawahiri sering
dianggap sebagai otak dibalik al-Qaeda. Menurut salah satu
Sejarawan Islam, dalam konteks historis, bin Laden adalah percikan
ideologi radikal yang akhirnya akan menjadi kekuatan pendorong
dari al-Qaeda muncul pada awal kehidupan Zawahiri (Zayyat).147
Bin Laden banyak meningkatkan pandangan Qutbian dalam
mencapai akhir yang diinginkan, termasuk perang konvensional. Ini
penting untuk diingat, bagaimanapun, relativitas ini dianjurkan
untuk anggota garda depan saja. Zawahiri dan bin Laden telah
menciptakan sebuah organisasi yang Qutb bayangkan lebih setengah
dari abad yang lalu. Tidak hanya al-Qaeda fokus permusuhan
terhadap modernitas dan Amerika, juga merupakan organisasi
universal. al-Qaeda adalah payung bagi ribuan kelompok teroris di
seluruh dunia-bahkan di Amerika Serikat. Kelompok-kelompok
yang relatif otonom, dan hanya melihat kepemimpinan al- Qaeda,
yang merupakan pelopor dari gerakan Islam, untuk pelatihan dan
bimbingan kemiliteran. Meskipun mayoritas Muslim bukan teroris,
semua anggota al-Qaeda adalah Muslim. Tidak ada perbedaan
antara Syiah dan Sunni, putih atau hitam, Amerika atau Yordania
146Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism (Rockford
College Summer Research Project 2004), 16.
147Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism, 16.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 149
dalam al-Qaeda. Persatuan Muslim ini, penciptaan sebuah umat,
adalah salah satu inisiatif pertama Qutb.148
Tuntutan ini memperkuat pengaruh pandangan Qutb terhadap
Osama bin Laden, yaitu bahwa tidak hanya kebijakan luar negeri,
agama, atau ekonomi yang menyebabkan keharusan perang Islam
melawan Amerika Serikat. Dengan menuntut perubahan moral, bin
Laden menuntut perubahan filosofis. Hanya perubahan filsafat,
sebuah perubahan pandangan dunia, bisa membingkai ulang kode
moral dari Amerika Serikat. Seperti Qutb, bin Laden sering
mengutip al-Quran untuk meminjamkan persetujuan ilahi dalam
tujuannya. Salah satu referensi bin Laden dalam al-Qur’an yang
disukai adalah “Saya akan dilemparkan ketakutan ke dalam hati
kaum kafir. Menyerang kepala mereka, menyerang dari sangat ujung
jari mereka”.149
Dengan menggunakan pernyataan seperti ini, dan
yang serupa dari bab al-Quran, bin Laden mampu meneguhkan iman
muslim untuk mendukung tujuannya. Sebagaimana yang Qutb
lakukan di dalam salah satu karyanya Milestone,150
bin Laden
memaksakan pandangannya sendiri terhadap pesan-pesan yang ada
dalam al-Qur’an151
sebagai penguat dasar keyakinannya.
148Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism, 15-16.
149 “Ingatlah, ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para Malaikat: Sesungguhnya Aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. Maksudnya: ujung jari disini ialah anggota tangan dan kaki. Lihat QS al-Anfa>l: 12.
150Karya Qutb yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dari karyanya
yang berjudul Ma‘a>lim fi> al-T{ariq.
151Virginia Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism, 16.
150 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
4. Ayman Zawahiri152
Zawahiri (Ayman Muhammad Rabi) merupakan salah satu
tokoh yang penting dalam keikutsertaannya dengan al-Qaeda
sebagai organisasi jaringan teroris.153
Zawahiri adalah ideolog Islam
yang sama pentingnya dalam menjungkirbalikkan logika perjuangan
melawan “musuh dekat” (rezim yang berkuasa di dunia muslim),
dan mendukung perang segera terhadap “musuh jauh” (Amerika
Serikat, Israel, Rusia, dan Barat pada umumnya).154
Pengaruh Qutb
pada Zawahiri terlihat dalam konflik militer dari resistensi ideologi
antara mujahidin yang mendampingi kebangkitan Islam terhadap
rezim pemerintahan yang pro Barat. Rezim tersebut akan berhenti
ketika pindah tangan menjadi aturan yang sesuai untuk Islam.
Pernyataan ini menegaskan kembali pandangan Zawahiri dan Qutb,
tentang diperlukannya memenangkan perang filosofis terhadap
modernitas, termasuk modernitas pemerintah Muslim. Landasan
filosofis Zawahiri merupakan Filosofi Qutbian155
Pengaruh Qutb
152Zawahiri adalah seorang mahasiswa Mesir pada saat Qutb memasuki
masa-masa kesyahidannya. Paman Zawahiri, Mahfouz Azzam adalah teman lama
Qutb dan pengacaranya ketika Qutb berulang-ulang masuk penjara. Menjadi dekat
dengan pamannya, Zawahiri itu sangat dipengaruhi oleh kematian Qutb, Dia
membentuk kelompok militan langsung setelah eksekusi Qutb. Sambil
mendapatkan gelar kedokterannya, Zawahiri menjadi salah satu anggota terkemuka
dari kelompok jihad Islam. Meminjam pemikiran Qutbian, Zawahiri mendorong
jihad terhadap pemerintah Anwar Sadat. Pada tahun 1981, seorang anggota Jihad
Islam dibunuh Sadat. Pemerintah menangkap banyak anggota Jihad Islam,
termasuk Zawahiri, yang menghabiskan tiga tahun di penjara Mesir. Lihat Virginia
Murr, The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism, 15.
153Stephen E. Atkins, Encyclopedia of Modern Worldwide Extremists and Extremist Groups (Greenwood Publishing Group, 2004), 394.
154John Calvert, Islamism: A Documentary and Reference Guide (London:
Greenwood Publishing Group, 2008), 233.
155Stephen E. Atkins, Encyclopedia of Modern Worldwide Extremists and Extremist Groups (Greenwood Publishing Group, 2004), 349. Pengaruh Qutb pada
Ayman al-Zawahiri sangat besar. Tulisan-tulisan Qutb juga menjadi salah satu yang
membentuk ide-ide dan prinsip-prinsip Zawahiri. Seperti karya Qutb Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n yang banyak membentuk kerangka ideologi Zawahiri dalam memahami
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 151
terhadap al-Zawahiri juga dibantu pamannya Mahfouz Azzam
sebagai kuasa hukum Qutb ketika dipenjara oleh rezim pemerintah
Nasser. Mahfouz menceritakan bahwa Qutb merupakan seorang
cendikiawan yang brilian dan memiliki karakter yang kuat dalam
perpegang teguh terhadap pendiriannya.156
Oleh karena itu, ideologi Zawahiri yang telah dibentuk oleh
dekade kekerasan berjuang melawan kafir di Mesir dan di seluruh
dunia, telah berkembang menjadi ideologi dominan salah satu
organisasi teroris yang paling berbahaya di dunia, al-Qaeda. Sesuai
dengan tujuan al-Banna dalam menciptakan sebuah negara
fundamentalis Islam di ranah umat, setelah mengalahkan pengaruh
Barat dan mengambil pada pendekatan militan Qutb tentang
landasan jihad, al-Qaeda didasarkan pada ajaran paling menonjol
dari Ikhwanul Muslimin. Panggilan untuk beriman kepada Allah,
untuk diserahkan kepada otoritas tunggal dan kedaulatan-Nya,
adalah percikan yang dikobarkan revolusi Islam melawan musuh di
seluruh dunia.157
Ayman Zawahiri bertemu Osama bin Laden di Peshawar,
Pakistan. Setelah pergi ke Peshawar untuk menawarkan layanan
medis kepada para pejihad Afghanistan, Ayman mulai bekerja
dengan bin Laden dan Azzam dalam upaya mereka untuk merekrut
Islam militan. Dengan bimbingan ayah Azzam, bakat retoris bin
Laden, dan kecerdasan mengesankan Zawahiri, benih-benih al-
Qaeda telah ditanam. Sejak diperkenalkan ke islamisme, Zawahiri
dan memaknai pendekatan untuk mempengaruhi perubahan. Cinta Zawahiri untuk
Qutb jelas ketika Zawahiri banyak mengutip Qutb hampir dalam semua tulisan-
tulisannya (salah satunya dalam bukunya yang berjudul “Knights Under The Banner if the Prophet”). Lihat John Calvert, Islamism: A Documentary and Reference Guide, 234.
156Chuck Pfarrer, SEAL Target Geronimo: The Inside Story of the Mission to Kill Osama bin Laden (Macmillan, 2011), 112.
157 Andreas Krieg, “From al- Banna to Qutb’ to Zawahiri - How the
Ideology of al- Banna set the Foundation for Modern Terrorism” Publications in Contemporary Affairs. PiCA (2010): 14.
152 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dan bin Laden telah menulis secara ekstensif mengekspresikan
pandangan Islam mereka. Tulisan-tulisan para pemimpin al-Qaeda,
jelas menunjukan kecenderungan untuk melanjutkan Islamisme
Qutbian. Qutb dan ide-idenya banyak dikutif oleh tokoh-tokoh
militan tersebut. Zawahiri salah satunya sebagai tokoh yang
mengembangkan inspirasi filosofis Qutb, menggarisbawahi
pentingnya tauhid dalam Islam, dan pertempuran antara itu dan
musuh-musuhnya adalah pada intinya perbedaan ideologis atas
masalah keesaan Tuhan. Ini adalah masalah yang memiliki kekuatan
hukum Allah syariah yang mulai banyak tergantikan oleh hukum
buatan manusia dan hukum materialistis.158
Pesan ini menginspirasi
api revolusi Islam melawan musuh-musuh Islam.
5. Muhammad al-Faraj
Muhammad Abd al-Salam al-Faraj adalah seorang insinyur
perdagangan yang penting untuk gerakan salafi Mesir dari tahun
1960 dan dieksekusi pada tahun 1982. al-Faraj terinspirasi oleh
model salafi, yaitu perubahan yang diajukan oleh Qutb. Seperti yang
terlihat pada periode setelah Qutb, mayoritas Salafi internasional
menyatakan bahwa revolusi dan perlawanan atau kekerasan
merupakan tindakan yang diperlukan untuk membawa perubahan.
al-Faraj bentrok dengan kelompok militan Islam lainnya, terutama
tentang “al-takfi>r wa al-hijrah” (ekskomunikasi dan emigrasi)
dengan Syukri Mustafa, al-Faraj melihat mereka telah dan fardu
melarikan diri dalam menghadapi konfrontasi dengan musuh
(kembali ke dinamis sebelumnya antara al-Afghani dan visi
Wahhabi dalam keterlibatannya dengan dunia modern). Menurut al-
Faraj, sebagaimana dalam karyanya yang paling terkenal, yaitu “al-
farida al-ghaiba”, atau “tugas yang diabaikan” karya tersebut
menginterpretasikan bahwa jihad bersenjata telah diabaikan oleh
158 Virginia Murr, “The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism”
Rockford College Summer Research Project (2004): 15-16.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 153
umat Islam. Oleh karena itu, jihad tersebut harus diperbaharui dan
dipahami sebagai kewajiban bagi umat Islam. Sebagaimana
kewajiban dalam ibadah yang bersifat fardu ain dan fardu kifayah
seperti puasa, do’a, dan sedekah (zakat). Ini dari salafisme militan
adalah penerus terkemuka untuk gerakan reformasi salafi secara luas
dipopulerkan dan diwujudkan oleh Rashid Ridha dan Hasan al-
Banna.159
Keadaan tersebut salah satu faktor kelompok Islam militan
seperti Jama‘ah al-Jiha>d lahir. Salah satu pendiri Kelompok ini
adalah ideolog berpengaruh Muhammad Abd al-Salam al-Faraj.
Ideologi al-Faraj banyak dibangun atas pengaruh ide-ide Qutb. al-
Faraj menciptakan jargon seperti “musuh dekat” dan “musuh
jauh”.160
Menurut al-Faraj, penghancuran dan penghapusan “musuh
dekat” sebagai salah satu unsur otoritas sekuler di dunia Islam yang
dipimpin masyarakat jahiliyah adalah penting. Setelah ini tercapai,
maka negara Islam dapat dibentuk. Bagi al-Faraj, itu juga kewajiban
bagi setiap muslim untuk mengambil jihad kecil, sehingga
membawa perubahan bagi negara-negara Islam. Kebanyakan setuju
bahwa jargon ini adalah salah satu jargon yang berpengaruh di Islam
lingkaran militan dari tahun 1970-an sampai pertengahan 90-an.161
al-Faraj, karena keberaniannya, divonis hukuman mati karena
usaha pembunuhan-pembunuhan yang dilakukannya. Dia
berpendapat bahwa jihad sebagai tindakan bersenjata adalah inti
dari Islam, mengabaikan jihad menyebabkan posisi Islam tertekan di
dunia. Kekuatan harus digunakan karena kekuatan tersebut dapat
159Chris Heffelfinger, Radical Islam in America: Salafism's Journey from
Arabia to the West (Washinton: Potomac Books, 2011), 52.
160Konsep musuh dekat dan musuh jauh ini merupakan konsep yang sama
dengan Zawahiri. Hal ini membuktikan adanya visi yang sama antara Zawahiri dan
al-Faraj. Yaitu visi militansi menyelamatkan Islam dari musuh dalam selimut, yaitu
umat Islam sendiri dan musuh yang nyata, yaitu sistem kehidupan Barat.
161Shawn Green, A Genealogy of Egyptian Islamic Radicalism (Small Wars
Foundation. Journal Article | Mar 17 2014), 6.
154 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
menghancurkan berhala-berhala. Nabi Ibrahim dan Nabi
Muhammad, memulai karier mereka dengan menghancurkan
berhala-berhala, demikian para islamis harus memberi contoh
sebagaimana yang dilakukan Nabi Ibrahim dan nabi Muhammad.
Mengenai “Kewajiban yang terabaikan” al-Faraj mendefinisikan
penguasa dunia Muslim saat ini sebagai murtad meskipun mereka
meyakini Islam dan mentaati hukum-hukumnya. “Kewajiban yang
terabaikan” secara eksplisit bersifat mesianistik, yang mengatakan
bahwa Muslim harus mengusahakan setiap upaya yang mungkin
untuk membawa pada kokoh dan tegaknya pemerintahan Islam yang
sejati, reformasi sistem khilafah, dan memperluas da>r al-isla>m.162
Dengan konsep al-Faraj tersebut, masuknya kosep-konsep
Qutb bagi perekembangan regenerasi islamis militan bisa dikatakan
bahwa Qutb adalah penggagas fundamentalisme Islam kepada
golongan Ahlu Sunnah, sebagaimana Imam Khomaeni dikatakan
sebagai pemimpin fundamentalisme bagi golongan Syiah.163
Qutb
melakukan pendekatan yang dominan melalui pendekatan emosional
dan defensif untuk kebangkitan Islam.164
Dengan demikian, fase-
fase perkembangan kompetensi Qutb berhubungan dengan
perkembangan pemikiran dan lingkungan yang berpengaruh
terhadap ide-ide pikirannya. Seperti fase al-Qur’an, fase sastra, fase
sosial kemasyarakatan, fase filsafat dan fase politik pergerakan.165
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada pembahasan
sebelumnya, fase-fase tersebut bisa kita lihat pada fase-fase
162Konsep da>r al-isla>m tersebut sebagaimana konsep yang dijelaskan Qutb
dalam karyanya yang fenomenal yaitu Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qu’ra>n. Lihat Sayyid Qutb,
Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Ma>’idah, 126.
163A.G. Noorani, Islam dan Jihad: Prasangka atau Kenyataan (ITBM, 2006),
61.
164 Thomas D. Watts, Sayyid Qutb: Prophet of Radicali Islam (The
Universuty of Texas at Arlington, 2005), 38.
165Lihat A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, 63.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 155
perkembangan kompetensi Qutb ketika merespon pengaruh-
pengaruh dan stimulus yang datang dari berbagai lingkungan, tokoh-
tokoh dan gejala sosial yang berbeda-beda. Fase-fase perkembangan
kompetensi Qutb salah satunya bisa dibuktikan ketika
kompetensinya diwujudkan dalam bahasa tulis. Karya-karya Qutb
menjadi salah satu bukti bahwa kompetensinya berbanding lurus
dengan performansi melalui karya-karya yang dihasilkannya.166
Sehingga karya-karyanya tersebut juga menjadi salah satu stimulus
bagi orang-orang yang masuk dalam ide-ide dan pemikirannya.
c. Lembaga-lembaga Keagamaan yang Dipengaruhi Qutb.
Dekade abad kedua puluh menjadi tolak ukur Timur Tengah
melihat kebangkitan Islam militan yang dipengaruhi oleh Ikhwanul
Muslimin. Pada masa ini, semarak aktivisme dan Salafi
eksklusivisme dalam kebangkitan Islam. Kelompok-kelompok ini
bertujuan untuk menggulingkan pemerintah dan menggantinya
dengan negara Islam.167
Sayyid Qutb, seorang Mesir, saat ini
dipandang sebagai salah satu ideolog yang paling penting dari
gerakan Islam jihad. Tulisan-tulisan Qutb dalam penjara (1950-an
dan 1960-an) menjadi referensi berbagaimacam gerakan Islam dan
166Tokoh-tokoh yang menerima stimulus dari Qutb, sebagaimana adalah
tokoh-tokoh yang pola pikir dan ide-idenya sama dengan pola pikir dan ide-ide
yang digagas Qutb. Sebagian tokoh yang paling dekat dan berpengaruh terhadap
Islam militan adalah Omar Abdul Rahman, Osma bin laden, al-Zawahiri, Imam
Samudra, dan al-Faraj. Tokoh-tokoh tersebut hanya sebagian yang banyak
mengambil ide-ide Qutb, sebenarnya masih banyak generasi-generasi Qutb lainnya.
Namun, tokoh-tokoh di atas adalah tokoh-tokoh yang paling banyak disebut-sebut
sebagai tokoh yang banyak dipengaruhi Qutb dan karena keberaniannya banyak
juga memberikan pengaruh terhadap lingkungan di sekitarnya.
167 Cole Bunzel, “From Paper State to Caliphate: The Ideology of the
Islamic State” The Brookings Project on U.S. Relations with the Islamic World
(2015): 9.
156 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
langsung terinspirasi menjadi platform gerakan-gerakan tersebut.168
Ide-ide yang dalam hal linguistik dikatakan sebagai kompetensinya,
menjadi rujukan berbagai kelompok Islam. Kelompok-kelompok
Islam Militan Timur Tengah mendapatkan banyak inspirasi secara
langsung dari Qutb, tulisan-tulisan Qutb memiliki ragam
interpretasi yang beragam.169
Pengaruh kuat ideologi Qutb diyakini
mengantarkan berbagai pemimpin gerakan Islam dalam menjalankan
aktivitas dakwah melalui semangat jihad.170
Berikut adalah sebagian
kecil gerakan-gerakan Islam yang dipengaruhi Qutb.
1. al-Qaeda
Pendiri utama dari Al-Qaeda, Osama Bin Laden, banyak
mengadopsi pandangan Islam militan ketika belajar di Universitas
King Abdul Aziz di Jeddah, Arab Saudi. Di sana ia menghadiri
kuliah oleh Muhammad Qutb, saudara Qutb, ideolog utama dari
gerakan Islam Sunni. Inspirasi Muslim militan lain dari inspirasi Bin
Laden adalah Abdullah Azzam, tokoh utama Ikhwanul Muslimin
Yordania. Azzam merupakan salah satu arsitek intelektual jihad
melawan Soviet.171
Kedua tokoh tersebut yang mewariskan filsafat
Qutbian dan semangat revolusioner bin Laden. Berdasarkan
hubungan di atas, bin Laden jelas mengidentifikasi dengan ideologi
Qutb. Oleh karena itu, pengaruh Qutb secara eksplisit jelas dalam
al-Qaeda, organisasi Islam dibalik banyak serangan teroris di
Amerika Serikat.172
Kepemimpinan Osama bin Laden, sangat
168 James Brandon, Unlocking al-Qaeda: Islamist Extremism in British
Prison (Quilliam, 2009), 11.
169Imdadun Rhamat, Arus Baru Islam Radikal, 44.
170 Nando Baskara, Gerilyawan-gerilyawan Militan Islam: dari al-Qaeda, Hizbullah, Hingga Hamas (Yogyakarta: Narasi, 2009), 31.
171John Rollins, “Al Qaeda and Affiliates: Historical Perspective, Global
Presence, and Implications for U.S. Policy” Prepared for Members and Committees of Congress (2011): 5.
172Virginia Murr, “The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism”, 15.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 157
dipengaruhi oleh tulisan-tulisan Qutb, seperti salah satu karya Qutb
yang fenomenal yaitu Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q (Petunjuk Sepanjang
Jalan) dan Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’>an (Di bawah Naungan al-
Qur’an).173
Melalui karya-karyanya tersebut, Qutb dikenal sebagai salah
satu arsitek modern yang mempelopori sentimen dan jargon “anti
Barat”. Qutb menguraikan gagasan bahwa peradaban Barat adalah
musuh Islam, karena fakta bahwa Barat adalah perwujudan dari
kejahatan dan tipudayanya yang tidak bisa dipisahkan dengan
Amerika Serikat. Bin Laden dengan gagasan dan jargon “anti Barat”
tersebut, merupakan salah satu tokoh yang bertanggung jawab
dalam gerakan jihad mujahidin (pejuang suci) dalam perang
Afghanistan.174
Gerakan Islam kontemporer yang dimotori Qutb dan
dipicu oleh persepsi tentang adanya kaitan langsung antara
pemikiran Qutb dan pemikiran al-Qaeda tentang kemuakannya
terhadap Amerika.175
Pernyataan-pernyataan dan ide-ide para
pemimpin al-Qaeda tentang “anti Barat” jelas menunjukkan
kecenderungan sebagai salah satu gerakan Islam militan Qutbian.176
Tuntutan ini memperkuat pandangan Qutb bahwa tidak ada
kebijakan untuk memberikan toleransi dengan Barat, hal inilah
sebagai salah satu faktor semangat gerakan Islam al-Qaeda yang
mengemudi perang Islam melawan Amerika Serikat. Dengan
menuntut transformasi moral, bin Laden menuntut perubahan
173Virginia Murr, “The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism”, 16.
174David K. Lyons, “Analyzing The Effectiveness Of Al Qaeda’s Online
Influence Operations By Means Of Propaganda Theory” Presented to The Faculty of The Graduate School of The University of Texas at El Paso in Partial Fulfillment of The Requirements For The Degree of Master 0f Science May (2013):
5.
175 Anthony Bubalodan Greg Fealy terjemah (Muzakki), Jejak Kafilah: Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia (Bandung: Mizan Pustaka,
2007), 36.
176Virginia Murr, “The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism” 16.
158 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
filosofis. Menurutnya, hanya perubahan filosofis, sebuah perubahan
pandangan dunia, bisa membingkai ulang moral Amerika
Serikat. Seperti Qutb, bin Laden sering mengutip al-Quran untuk
meminjamkan persetujuan ilahi dalam tujuannya. Satu dari bin
Laden disukai referensi dalam QS. al-Anfa>l: 12.177
هم واضربوا عناق ال ف وق فاضربوا الرعب كفروا الذين ق لوب ف سألقي من ]12/النفال( ]12) ب نان كل
“kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka”.178
Berdasarkan ayat di atas, seorang Muslim syarat dengan
memenuhi panggilan iman dan takut akan pembalasan ilahi dengan
jalan jihad berjuang di jalannya. Sebagaimana Qutb lakukan dalam
Milestones, bin Laden menambahkan pandangannya sendiri dalam
pesan al-Qur’an di atas. Bin Laden memberikan interpretasi al-
Qur’an dan meningkatkan pandangan Qutbian, bahwa dengan cara
apapun diijinkan dalam rangka mencapai akhir yang diinginkan,
termasuk perang konvensional. Ini penting untu ingat,
bagaimanapun, bahwa relativitas ini dicadangkan bagi anggota
garda depan.179
Bin Laden menerapkannya dalam al-Qaeda dengan
ideologi yang sama tetapi menganjurkan strategi yang berbeda,
dengan fokus pada menyerang Negara Barat, sebagai langkah
177Virginia Murr, “The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism” 16.
178Maksud ujung jari di sini ialah anggota tangan dan kaki.
179Virginia Murr, “The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism”, 16.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 159
pertama untuk menciptakan negara Islam di Timur Tengah.180
Begitupun dengan negara lainnya.
2. Tanz}i>m al-Jiha>d
Ikhwanul Muslimin bermetamorfosis, dengan menyebar ke
berbagai negara seperti Suriah, Yordania, Emirat Arab dan seluruh
jantung tanah Arab. Terlebih lagi, gerakan aslinya mulai
menumbuhkan cabang dan masing-masing cabang tersebut lebih
dirasakan radikal daripada sebelumnya. Salah satu cabang itu adalah
Jihad Islam di mesir, Aiman Zawahiri merupakan salah satu
pemimpin jihad Islam yang membimbing jihad Saudi Osama bin
Laden.181
Yang kemudain bersama-sama menjadi pemimpin al-
Qaeda.182
Zawahiri bergabung dengan gerakan jihad Islam di Mesir
pada tahun 1973. Di organisasi ini, pada tahun 1981 Zawahiri
termasuk salah satu dari 301 tersangka yang ditangkap ketika
anggota organisasi ini dituduh sebagai aktor pembunuhan presiden
Anwar Sadat, tetapi kemudian dinyatakan tidak terlibat dalam
kematian Anwar Sadat.183
180 Cole Bunzel, “From Paper State to Caliphate: The Ideology of the
Islamic State” The Brookings Project on U.S. Relations with the Islamic World
(2015): 9.
181Tamim Ansary, Dari Puncak Bagdad: Sejarah Dunia Versi Islam (Jakarta:
Zaman, 2012), 525.
182Margaret E. Beare, Encyclopedia of Transnational Crime and Justice
(SAGE Publications, 2012), 11.
183 Operation Neptune Spear, Menguak Persembunyian Osma bin Laden
(Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2011), 182. Pada 6 Oktober 1981 Presiden
Mesir Anwar Sadat dibunuh ketika tengah menyaksiskan parade militer yang
menandai peristiwa peringatan kemenangan Mesir dalam perang melawan Isreal
tahun 1967. Pembunuhnya adalah anggota jihad Islam, organisasi muslim Mesir
garis keras yang menentang perjanjian damai Mesir dengan Israel. Sadat kemudian
diganti oleh wakil presiden Hosni Mubarak. Lihat dalam Karean Amstrong, Perang Suci: Dari Perang Salib Hingga Perang Teluk (Jakarta: Serambi, 2003), 500.
160 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Gerakan utama dari organisasi ini adalah bahwa jihad
prioritas utama yang diaplikasikan dalam perjuangan melawan
penguasa mereka yang dianggap zalim. Ayman Zawahiri sebagai
seorang pimpimpin jihad Islam yang dikenal juga dengan tanz}i>m al-
jiha>d yang kemudian dikenal dengan jihad Islam Mesir (Egyptian
Islamic Jihad) dan belakangan menjadi anggota kunci al-Qaeda.
Melihat Afghanistan di atas segalanya sebagai basis yang aman
untuk latihan dan aktivisme pejuang jihadi.184
Misi dari jihad Islam
dalam tanz}i>m al-jiha>d adalah tidak lain merupakan Inspirasi
Zawahiri185
yang banyak dipengaruhi oleh Qutb. Zawahiri
sebagaimana Qutb, mulai mengajarkan jihad tidak hanya sebuah
kewajiban bagi muslim yang taat, melainkan rukun keenam Islam
yang setara dengan shalat, haji, puasa, zakat, dan akidah tauhid.
Partisipiasi dalam jihad merupakan satu-stunya cara untuk
membedakan seorang muslim dan non muslim.186
Tahun 1955
merupakan titik balik dalam evolusi jihadisme militan, karena ada
serangan pada sasaran orang Mesir dalam usaha pembunuhan
Presiden Mesir Husni Mubarak yang dilakukan oleh jama>‘ah
isla>miy>ah, dan penghancuran kedutaan Mesir di Islambad oleh jihad
Islam.187
Jihad Islam dalam tanzi}>m al-jiha>d di Mesir, merupakan
kelompok Islam bersenjata dan kelompok salafi sebagai pengajaran
dan pelopor dari Jihadi Salafi. Ideologi inspirasi utama mereka
berdasarkan ideolog revivalisme Islam, yaitu Sayyid Qutb, seorang
Muslim Mesir yang produktif dan salah satu ideolog Ikhwanul
184Anthony Bubalo dan Greg Fealy, Jejak Kafilah: Pengaruh Radikalisme
Timur Tengah di Indonesia, 36.
185Margaret E. Beare, Encyclopedia of Transnational Crime and Justice
(SAGE Publications, 2012), 11.
186Zaenal Ali, Tragedi Bhenazir Bhutto (Yogyakarta: Narasi, 2008), 526.
187Sean Cleary dan Thierry Melleret, Berbisnis Dengan Osama: Mengubah Risiko Global Menjadi Peluang Sukses (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008), 181.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 161
Muslimin yang memiliki pemahaman Islam militan.188
Cinta
Zawahiri kepada Qutb jelas bahwa ia banyak mengutip karya-karya
yang Qutb tulis. Dalam ideologinya, Zawahiri jelas menyebut nama
Qutb sebagai inspirasi filosofis dalam gerakan jihadnya. Qutb
menggarisbawahi pentingnya tauhid dalam Islam, dan bahwa
pertempuran dengan musuh-musuhnya pada intinya adalah maslah
perbedaan ideologis atas isu keesaan Tuhan. Tauhid merupakan
masalah yang memiliki kekuatan Tuhan, dan syariahnya bukan
kekuatan yang berasal dari tangan buatan manusia yang
memproduksi hukum materialistis. Pesan ini menginspirasi api
revolusi Islam melawan musuh-musuh Islam di dalam dan luar
negeri. 189
Kedekatan hubungan Zawahiri dengan bin Laden yang sama-
sama mendapatkan pengaruh Qutbian menjadikan gerakan mereka
dalam satu visi. Hal tersebut menyebabkan pimpinan dan anggota
ini bersatu dalam dan tanz}i>m al-Qaeda berasal dari salah satu fraksi
Islam militan Mesir, yaitu Tanz}i>m al-Jiha>d. 190 Tanz}i>m al-Qaeda
memiliki jaringan yang sangat luas, karena mempunyai banyak
simpatisan dan menjalani hubungan dengan organisasi-organisasi
lain yang tersebar lebih dari 50 negara. Bahkan, dengan jaringan
yang sangat luas tersebut, memberikan kemudahan baginya dalam
menggalang kekuatan informasi.191
Di bawah kepemimpinan
Zawahiri, ideologi baru al-Qaeda ditandai oleh suatu kehendak
untuk melakukan perjuangan senjata melawan semua orang yang
188 Cole Bunzel, “From Paper State to Caliphate: The Ideology of the
Islamic State” The Brookings Project on U.S. Relations with the Islamic World
(2015): 9.
189Virginia Murr, “The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism”, 16.
190Dalam Imdadun Rahmat disebut dengan Jama>‘ah al-Jiha>d. Lihat dalam
Imdadun Rahmat, Arus Baru Radikal Islam, 76.
191Afadlal, M. Riza Sihbudi, Islam dan Radikalisme Di Indonesia (Jakarta:
LIPI Press, 2005), 99.
162 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
mereka pandang sebagai musuh-musuh Islam.192
Ideologi jihadisme
bari ini secara konvensional dapat dilacak pada karya pemikiran
Qutb.
3. Gerakan Tarbiyah
Pengaruh Ikhwanul Muslimin dan tokoh-tokohnya dalam
membentuk Gerakan Dakwak Kampus (GDK) dan Tarbiyah (yang
menjadi embrio dari PKS) sangatlah besar.193
Salah satu pengaruh
tokoh-tokoh Ikhwanul Muslimin dalam gerakan ini adalah buku-
buku terjemahan karya tokoh-tokoh Ikhwan, seperti Hasan al-
Banna, Sayyid Qutb dan tokoh-tokoh Ikhwan lainnya yang
diterbitkan di Malaysia194
dan dibawa oleh Imaduddin195
ke
Indonesia yang mejadi buku acuan dalam gerakan dakwah kampus.
Lambat laun, ideologi pemikiran Ikhwanul Muslimin merasuk dan
mempengaruhi ideologi pemikiran gerakan dakwah kampus
tersebut.196
Konsep dan prinsip Ikhwanul Muslimin yang
disosialisasikan di Gerakan Dakwah Kampus dan Tarbiyah antara
lain: Konsep Islam ka>ffah, yaitu wujud pemahaman Islam yang
menyeluruh, menjangkau semua aspek kehidupan. Konsep Isla>m di>n
192DS Narendra, Teror Bom Jamaah Islamiyah (Pionir Ebook, 2015), 115.
193Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: Dari Mesjid Kampus ke Gedung Parlemen (Yogyakarta: LKiS, 2008), 101.
194Terkait hubungan gerakan Tarbiyah dengan Malaysia, lihat juga dalam
Yon Mahmudi, Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Prosperous Justice Party (PKS) (Australia: Anu E Press, 2008), 114.
195Imaduddin pernah menjadi aktivis muslim saat masih menjadi mahasiswa
di ITB, saat dia terlibat dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Dialah yang
mengusulkan pendirian masjid Salam di ITB, yang diinspirasi dari nama Salman al-
Farisi, sebagai salah satu tokoh penting dari kisah-kisah sahabat Nabi Muhammad.
Presiden pertama Indonesia, Soekarno, meresmikan nama masjid Salman.
Imaduddin, seorang insinyur, ditunjuk sebagai sekretaris komite pembanguan
mesjid Salman. Lihat dalam Yon Mahmudi, Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Prosperous Justice Party (PKS), 114.
196Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS, 103.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 163
wa daulah, yaitu Islam bukan hanya mencakup masalah fikih ibadah
saja, tetapi mencakup dunia ukhrawi, jasmani ruhani, sosial politik,
dan kultural struktual.197
Tahapan transmisi Ikhwanul Muslimin ke Indonesia, diawali
dengan penerjemahan buku-buku para tokoh Ikhwanul Muslimin
oleh alumni Timur Tengah sendiri. Seperti penerjemahan, buku
ma‘a>lim fi al-T}ari>q karya Sayyid Qutb menjadi Pentunjuk Jalan.198
Buku ini diterbitkan oleh Media Dakwah penerbit milik DDII pada
tahun 1980an.199
Buku ini menjadi buku suci bagi gerakan dakwah
kampus dan Tarbiyah. Proses ini kelak memperingatkan pengaruh
yang cukup mendalam pada pembentukan watak, materi, dan
manhaj gerakan dakwah Tarbiyah di kampus-kampus.200
Oleh
karena itu, objek buku-buku dari penerbitan Media Dakwah adalah
197Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS, 104.
198Terkait digunakannya karya Qutb dalam gerakan Tarbiyah, lihat dalam
Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadailan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia (Noura Books, 2016), 151.
199 Tingginya tuntutan mewakili pandangan yang komprehensif tentang
ideologi dan pandngan hidup Islami, maka pilihan buku yang diterbitkan juga
semakin lebar. Dari buku-buku yang ditulis oleh para aktifis lokal kepada
penerjemahan buku-buku yang ditulis oleh sarjana Muslim kenamaan dalam bahasa
Arab. Begitu semarak dan menjadi tren penerjemahan buku-buku bahasa Arab
dalam bahasa Indonesia. Penerbit dalam rangka penerjemahan tersebut dicikali oleh
Media Dakwah. Sebuah lembaga penerbitan milik Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia yang banyak menerbitkan buku-buku yang ditulis tokoh-tokoh Ikhwanul
Muslimin. Seperti Hasan al-Banna dan Sayyid Qutb. Media Dakwah mendapatkan
momentum yang penting ketika buku “Petunjuk Jalan” karya Sayyid Qutb pada
tahun 80 an laku keras dan dicetak berkali-kali. Keberhasilan ini membuka peluang
bagi munculnya penerbit-penerbit lainnya seperti al-Islahy Press, Gema Insani
Press, Pustaka Kautsar, Rabbani Press, I’tisam, al-Syamil dan penerbit Islam
lainnya. Lihat dalam Amelia Fauzia, Tentang Perempuan Islam: Wacana Dan Gerakan (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004), 160-161.
200Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS, 108.
164 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
para golongan pelajar dan menegah.201
Penerbitan tersebut juga
termasuk penerbitan buku-buku yang bersifat h}arakah.202
Salah satu ideolog PKS, Abu Ridho203
dalam Imdadun
Rahmat, mengatakan bahwa secara umum mengutip pernyataan
Qutb, tentang contoh dan keteladanan Nabi Muhammad Saw.
keteladanan dalam rangka mewujudkan sasaran dakwah khususnya
sasaran dalam konteks siya>sah. Lebih lanjut Abu Ridho juga
mengutif Qutb terkait tahapan dakwah yang harus dilewati dalam
rangka memperjuangkan tegaknya sistem Islam dan hancurnya
sistem jahiliyah: Pertama, Nabi Muhammad mengajak pribadi-
pribadi muslim untuk membentuk jamaah yang berkomitmen
melaksanakan perintah Allah dan siap menggantikan kehidupan
masyarakat jahiliyah. Kedua, melakukan hijrah dalam pengertian
yang luas, yakni sedia menarik diri dari kehidupan jahiliyah dan
membentuk kehidupan Islam yang sebenarnya. Ketiga, Rasulullah
Saw. Mendirikan negara Islam di Madinah. Tahapan ini dipandang
sebagai tahapan konsolodasi persaudaraan Islam. Keempat, Nabi
Muhammad melakukan seluruh ekspansi ke seluruh dunia.204
Menurut Qutb ungkap Abu Ridho dalam Imdadun Rahmat, untuk
membentuk masyarakat Muslim di abad sekarang, umat Islam harus
201 Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta: Gema
Insani, 1999), 61.
202Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia (Noura Books, 2016), 151.
203 Abu Ridho merupakan nama populernya, nama aslinya adalah Abdi
Sumaithi. Abdi Sumaithi adalah tokoh muda Dewan Dakwah Islam Indonesia yang
rajin menerjemahkan buku-buku pemikiran dan ideologi tokoh-tokoh internasional
ke dalam bahasa Indonesia, sampai kemudian lebih memfokuskan kepada buku-
buku pemikiran tokoh-tokoh Ikhwanul Mulimin. Abdi Sumaithi sering disebut
sebagai ideolog gerakan ini, karena selain rajin menulis dan menerjemahkan buku,
ia juga adalah seorang aktifis muda. Dia pernah pernah aktif di HMI waktru kuliah
di Yogyakarta. Lihat Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadailan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia,148.
204Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS, 126-127.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 165
menapaki empat tahap seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah
Saw.
Dalam konteks sistem negara dan pemerintahan, pemikiran
Abu A’la al-Maududi dan juga yang dijadikan konsep dasar Qutb.
Konsep tersebut juga banyak dianut oleh para kader Tarbiyah. Inti
pemikiran tokoh-tokoh ini adalah al-Qur’an dan al-Sunnah sebagai
sumber ajaran Islam yang dijadikan acuan. al-Qur’an dan al-Sunnah
menjadi sumber pokok bagi ideologi negara, sistem pemerintahan,
hukum maupun peraturan. Dengan demikian, negara harus dikelola
untuk kepentingan ajara Islam.205
Konsep tersebut juga menjadi
bagian dari agenda materi Tarbiyah. Dalam agendanya, membentuk
daulah Isla>miy>ah yang dihuni oleh ahli politik yang santun dan ahli
ibadah.206
Hal tersebut mendukung berubahnya gerakan Tarbiyah
bukan hanya sekedar gerakan dakwah, akan tetapi berevolusi
menjadi gerakan politik.207
Secara konsep, konsep Qutb dalam Tulisan-tulisannya juga
berpengaruh bagi konsep agenda materi Tarbiyah.208
Salah satu
konsep tersebut adalah tentang h}izb Alla>h dan h}izb al-syait}a>n.
Dalam agende materi Tarbiyah, ditekankan untuk memahami ciri
para pengikut syaitan dan langkah-langkahnya dalam rangka
menyesatkan manusia. Mengidentifikasi langkah-langkah syiatan
dalam aktivitas para pengikutnya. Menyadari akibat mengikuti
langkah-langkah syaitan dan berusaha untuk menjauhinya.209
205Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS, 120.
206Ummu Yasmin, Agenda Materi Tarbiyah: Panduan Kurikulukm Dai dan Murabbi (Solo: Media Insani Press, 2009), 75.
207Bakhtiar Effendi, dalam Ali Said Damanik mengistilahkannya dengan
“dari gerakan Tarbiyah menjadi partai politik. Lihat Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadailan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia, 61.
208Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadailan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia (Noura Books, 2016), 74.
209Ummu Yasmin, Agenda Materi Tarbiyah, 117-118.
166 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Menyadari segera macam-macam langkah syaitan (khut}uwa>t al-
syait}a>n) seperti menimbulkan was-was (waswasah), membuat lupa
(insa>’), memanjangkan angan-angan (tanmiyah), memberi janji-janji
(wa‘d), tipu daya (kaid), menghalangi dari jalan Allah (s}add)
menimbulkan permusuhan (‘ada>wah).210 H{izb Alla>h, dalam agenda
materinya memahami bahwa para penegak kebenaran harus
bergabung dalam h}izb Alla>h yang akan berlawanan dengan penegak
kebatilan yang bergabung dalam h}izb al-syait}a>n. Meyakini bahwa
h}izb Alla>h mesti memperoleh kemenangan dari Allah, sedangkam
h}izb al-syait}a>n pasti kalah.211
Pengaruh konsep Qutb juga dijadikan agenda materi tentang
konsep jahiliyah. Dalam agenda materi Tarbiyahnya, organisasi ini
memahami jahiliyah dan sebab-sebabnya bisa membuat
kejahiliyahan dalam diri dan masyarakat. Dengan pemahaman
tersebut, diharapkan dapat menyebutkan bentuk-bentuk jahiliyah
yang dikemukakan dalam al-Qur’an dan mengantisipasi jahiliyah.
Mengungkapkan bentuk jahiliyah zaman sekarang adalah prasangka
jahiliyah (z}ann al-ja>hiliy>ah), hukum jahiliyah (h}ukm al-ja>hiliy>ah),
ibadah pengabdian jahiliyah (iba>dah al-ja>hiliy>ah), kebanggaan
jahiliyah (hami>yah al-ja>hiliy>ah), tradisi jahiliyah (tabarruj al-
ja>hiliy>ah), dan tingkah laku (taqa>lid ja>hiliy>ah). 212
Berdasarkan geneologi ideologi Qutb di atas, baik yang
berpengaruh kapada Qutb ataupun yang menerima pengaruh Qutb,
merupakan suatu hal yang musbit ketika penulis mengaitkan
pengalaman hidup Qutb dengan tulisannya, sebagai salah satu cara
dalam menjelaskan orientasi dan perkembangan tulisannya. Ini
berlaku pada karya sastra dan tulisan-tulisannya di kemudian hari
mengenai Islam, masyarakat dan politik. Tuduhan pemerintahan
210Ummu Yasmin, Agenda Materi Tarbiyah, 117.
211Ummu Yasmin, Agenda Materi Tarbiyah, 126.
212Ummu Yasmin, Agenda Materi Tarbiyah, 113.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 167
Mesir terhadap Qutb hampir banyak didasarkan pada tulisan yang
menjelaskan hayatnya dan yang kini dipakai untuk menjustifikasi
akhir hidupnya.213
Pengalaman Qutb yang diinterpretasikan dalam
tulisannya, karena Qutb adalah seorang penulis kontemporer yang
terus terang, apresiasinya terhadap al-Quran yang estetis,
kemuakannya dengan masyarakat di seputar Mesir, dan juga
pengalamannya secara langsung atas apa yang dipandangnya sebagai
sumber kerusakan selama dua tahun tinggal di Amerika, penjelasan
mengenai masuk Islamnya, optimisme tahun-tahun berikutnya yang
bertepatan dengan rezim baru di Mesir, kekecewaan dan kepedihan
hatinya selama sebelas tahun di penjara, maupun pelipur yang
ditemukannya pada teks al-Qur’an selama bertahun-tahun di penjara
tersebut.214
Perkembangan kompetensi Qutb yang diinterpretasikannya
melalui tulisan dapat ditelusuri melalui tiga tahap penting. Pertama,
dimulai dengan karya sastra, di mana ia menjadi seorang kritikus
sastra terkenal antara 1926 dan 1948. Kedua, dari tahun 1948 ke
awal 1950-an, karya Qutb pindah dari literatur kritik sosial dari
kontradiksi dasar dalam masyarakat Mesir, yang Dia bercita-cita
untuk menyelesaikan dengan cara dakwah dan jihad. Qutb
menemukan bahwa Islam adalah satu-satunya solusi untuk masalah
sosial-politik negaranya, dan berjuang bersama-sama dengan
Ikhwan, terhadap tatanan yang ada sampai di penjara pada tahun
1954. Ketiga, karya yang ditulis pada tahap mulai di penjara dan
berakhir dengan eksekusi pada tahun 1966. Dia akhirnya muncul
sebagai seorang ideolog Islam yang perhatian utamanya adalah
untuk melihat masyarakat manusia di bawah pemerintahan Islam.
213Ali Rahnema, Para Perintis Zaman baru Islam, 154.
214Ali Rahnema, Para Perintis Zaman baru Islam,154.
168 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Untuk tujuan ini, Dia menghasilkan lebih radikal dan kritik terbuka
daripada mereka yang berwenang.215
Dalam pandangannya, kehidupan umat Islam tidak lagi
Islam. Istilah seperti jahiliyah (al-ja>hiliyah), jihad (al-jiha>d) dan
pembentukan masyarakat Islam (al-mujtama‘ al-Isla>mi>) dan negara
(daulah) menduduki sebagian besar pembahasan dalam
berbagaimacam tulisannya. Penekanan Qutb pada ide-idenya
mungkin mencerminkan cobaan pribadinya dari penjara dan
hukuman mati. Meskipun sejumlah besar penelitian yang dilakukan
untuk mengeksplorasi pemikiran Qutb dan pengaruhnya pada
berbagai aspek pemikiran Islam dalam beberapa tahun terakhir,
sangatlah besar. Sifat lingkungan intelektual Mesir yang
dipengaruhi pemikiran Qutb, khususnya yang terkait dengan
gerakan Ikhwanul Muslimin dan pendirinya masih memerlukan
investigasi lebih lanjut untuk mengisi kesenjangan-kesenjangan
yang muncul dalam berbagaimacam kondisi sosial, politik, dan
agama di Mesir.216
Oleh karena itu, lingkungan intelektual Mesir
yang banyak dipengaruhi pemikiran Barat, Qutb bahasakan dan
diwujudkan dalam tulisan-tulisannya.
Hal tersebut sesuai dengan perkembangan kompetensi Qutb
yang dibentuknya secara alamiah (kompetensi yang banyak
dipengaruhi oleh kondisi internal atau sifat bawaan dari lahir) dan
secara suapan (stimulus-stimulus yang berpengaruh terhadap
kompetensi Qutb). Untuk lebih jelas dalam memahami
perkembangan dan perubahan-perubahan kompetensi Qutb, penulis
sajikan pada tabel berikut:
215 Asyraf Haji Ab. Rahman ddk, “Hasan al-Banna and the Ikhwan al-
Muslimun: How they Influence Sayyid Qutb’s SocioPolitical Writings?” Journal Advances in Natural and Applied Sciences, (2012): 1269.
216 Asyraf Haji Ab. Rahman ddk, “Hasan al-Banna and the Ikhwan al-
Muslimun: How they influence Sayyid Qutb’s SocioPolitical Writings?” Journal Advances in Natural and Applied Sciences, (2012): 1269.
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 169
Gambar 9
Perkembangan Kompetensi Qutb
No Tahun Perkembangan
Kehidupan Qutb Kompetensi Lingkungan
1 1906
Qutb lahir di Koha
wilayah Asyyuth,
Kairo Mesir
Al-Quran
Pertama, keluarga
Qutb adalah
keluarga yang taat
dan kental dalam
beribadah baik
ibadah dalam
hubungannya
dengan Allah
(habluminallah),
ataupun dengan
sesama manusia
(habluminanas).
Kedua, keluarga
Qutb adalah
keluarga pecinta al-
Quran
Ketiga, masyarakat
adalah para pecinta
al-Qur’an
2 1912-1918
Qutb masuk Sekolah
Dasar di salah satu
sekolah dasar
Assyuth
3 1921
Qutb meninggalkan
kampungnya
Assyuth dan pergi ke
Kairo untuk
melanjutkan sekolah
dan tinggal di rumah
Ahmad Huasin
Usman Adik
kandung Ibunya
4 1925
Qutb masuk sekolah
Guru (Madrasah Mu‘allimin)
Sastra
- Pertama, Qutb
belajar sastra kepa
da Abbas Mahmud
al-‘Aqqad.
- Kedua, Qutb
menulis buku
tentang sastra yang
berjudul al-Naqd al-’Adabi> Us}u>luh wa Mana>hijuh.
- Ketiga, Qutb
dikenal sebagai
seorang sastrwan.
5 1928
Qutb melanjutkan
studinya di
Universitas Darul
‘Ulum
6 1933
Qutb menyelesaikan
studi dan
mendapatkan gelar
Lc.
7 1940-1948
Qutb diangkat dan
mulia bekerja di
Kementrian
Pendidikan dan
Sosial
Pertama, Qutb
menyaksikan
berbagaimacam
fenomena sosio-
170 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Kebudayaan Mesir
kultural Barat
seperti
westernisme,
kolonialisme,
liberalisme dari
penguasa Mesir Kedua, Qutb
meyakini bahwa
liberalisme,
westernisme, dan
kapitalisme yang
berkembang di
Mesir dikuasai oleh
Barat. Ketiga, Qutb
mendengarkan
kabar kesyahidan
Hasan al-Banna dan
menyaksikan
kegembiraan Barat
atas meninggalnya
Hasan al-Banna.
8 1948- 1950
Qutb mendapatkan
tugas belajar ke
Amerika dari
Kementrian
Pendidikan dan
Kebudayaan Mesir
9 1950-1951
Qutb berkunjung ke
Eropa
10 1951
Qutb kembali ke
Mesir dan bergabung
dengan organisai
keislaman Ikhwanul
Muslimin
Filsafat dan
politik
Pertama, negara-
negara Islam
termasuk Mesir
berada dalam
kontrol dan jajahan
Barat.
Kedua, hubungan
Mesir dengan Barat
sangat terbuka. Hal
ini secara tidak
langsung, Barat
memperlihatkan
keunggulannya atas
Islam.
Ketiga, pemerintahan Mesir
semakin banyak
menguntungkan
11 1952
Qutb diangkat
sebagai Dewan
penasihat dan ketua
bidang dakwah di
Ikhwanul Muslimin
12 1953
Qutb menjadi
Dewan penasihat
dan ketua bidang
dakwah Ikhwan
13 1954
Qutb dipilih sebagai
redaktur majalah
mingguan Pimpinan
Pusat Ikhwan dan
Sayyid Qutb, Kondisi Psikologi dan Kehidupan Sosial 171
Qutb dimasukan
dalam penjara dan
dibebaskan kembali
Barat dan membuat
kondisi Islam pada
masa jahiliyah
modern
Keempat, berkembangnya
aliran yang
mempertahankan
fundamentalisme
dalam Islam yaitu
Ikhwanul Muslimin
Kelima, banyak
terjadi perselisihan
antara Ikhwanul
Muslimin dan
pemerintahan Mesir
yang
mengakibatkan
banyak terjadinya
pemberontakan
Ikhwan kepada
pemerintah dan
pembersihan
pemerintahan
terhadap Ikhwanul
Mulsimin.
14 1955
Qutb kembali
ditangkap dan
divonis 15 tahun
penjara
15 1964
Qutb besas dari
penjara oleh
Presiden Irak Abdil
Salim Arif
16 1965
Qutb ditangkap
kembali dan divonis
hukuman mati
17 1966
Qutb dieksekusi
mati bersama dua
rekan Ikhwan
lainnya, yaitu
Muhammad Yusuf
Hawasi dan Abdul
Fattah Islami.
Gambar di atas merupakan analisis penulis tentang
perkembangan kompetensi Qutb yang banyak dipengaruhi oleh
berbagaimacam perkembangan di lingkungan sekitarnya.
Perkembangan tersebut menjadi salah satu faktor Qutb menaungi
fase-fase perkembangan dari satu kompetensi kepada kompetensi
berikutnya. Berdasarkan gambar di atas, perkembangan kompetensi
Qutb yang pertama adalah fase al-Quran. Fase ini ketika Qutb
berada di lingkungan keluarga dan masyarakat yang cinta akan al-
Quran. Bahkan Qutb menjadi seorang anak yang hafiz Qur’an pada
fase ini. selanjutnya, Qutb masuk pada kompetensi sastra. Fase ini
172 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
setelah Qutb kenal dengan seorang sastrawan dan masuk kuliah
dengan mengambil jurusan sastra.
Kompetensi Qutb masuk dalam fase sosial setelah Qutb
bekerja dan masuk dalam pemerintahan kementrian Mesir. Qutb
banyak menggunakan kemahiran menulisnya sebagai respon kondisi
Mesir dan pemerintahannya. Qutb menggunakan kemahiran
mengolah bahasa dalam setiap tulisan-tulisannya, sehingga tulisan-
tulisannya banyak tersebar dan mendapatkan apresiasi dari
masyarakat Mesir. Tulisan-tulisan Qutb membuatnya menjadi
seorang sastrawan yang populer yang banyak mengkritik fenomena
kehidupan sosial masyarakat Mesir, termasuk pemeritahannya.
Tindakan masiv yang dilakukan pemerintahan Mesir
berdampak pada fase perkembangan kompetensi Qutb selanjutnya,
Qutb disekolahkan ke Barat karena tulisan-tulisannya dikhawatirkan
akan banyak mempengaruhi masyarakat Mesir. Namun perjalanan
Qutb ke Barat, malah berdampak pada kekesalan Qutb terhadap
kondisi Barat yang banyak memonopoli Islam dan banyak
mengambil keuntungan. Kondisi tersebut membuat Qutb semakin
berani mengkritik kondisi masyarakat Mesir dan pemerintahannya.
Akhirnya, Qutb masuk dalam ranah kompetensi politik dan
pemikiran setalah kembali ke Mesir dan bergabung dengan
Ikhwanul Muslimin. Bergabungnya Qutb dengan Ikhwanul
Muslimin menjadikan Qutb semakin berani dan banyak menulis
karya-karya fenomenal yang bersifat h}araki>. Faktor menjadikan
Qutb semakin banyak bertentangan dengan pemerintahan Mesir,
sehingga beberapa kali Qutb masuk penjara dan sampai akhirnya
Qutb dan beberapa sahabatnya divonis hukuman mati.
173
BAB V
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb
erformansi bahasa dalam ilmu linguistik diartikan sebagai
bahasa yang berwujud dan kita kenal dalam bentuk bunyi.
Bunyi-bunyi bahasa (al-as}wa>t) tersebut kemudian dirumuskan oleh
kompetensi bahasa dalam bentuk sintaksis atau bunyi-bunyi bahasa
terstruktur menjadi susunan kalimat (min tah}li>li> al-funu>luji> ila> al-
tah}li>li> al-nah}wi>),1 sehingga menjadi bahasa yang memiliki makna
yang kita kenal dalam bentuk semantik (bahasa yang bermakna
diinterpretasikan oleh kompetensi bahasa seseorang sesuai dengan
latarbelakang kompetensinya). Artinya, tanpa kompetensi
bahasanya, seorang penutur tidak akan bisa mengucapkan bunyi-
bunyi yang bermakna.2
Performansi bahasa adalah manifestasi yang kongkrit dan bisa
diamati, atau performansi merupakan realisasi atas kompetensi. Jika
membaca dan mendengar bisa disangkutpautkan dengan
1Lihat Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah Li al-Qa>ri’ al-‘Arabi>
(al-Qa>hirah: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, 1998), 172.
2Lihat Manqu>r ‘Abd Jali>l, ‘Ilm al-Dila>lah: Usu>luhu wa Maba>h}ithuh Fi> al-Tura>th al-‘Arabi> (Damaskus: Mansyu>ra>t Ittih}a>d al-Kita>b al-‘Arabi>, 2001), 185.
Dalam bahasa verbal, bunyi yang tidak bermakna adalah bunyi-bunyi yang berdiri
sendiri tanpa dihubungkan dengan bunyi-bunyi yang lainnya. Tetapi bunyi-bunyi
tersebut akan bermakna ketika digabungkan dengan bunyi-bunyi yang lainnya.
Seperti bunyi ketika hanya digunakan secara independen, maka tidak memiliki
makna. Akan tetapi setelah digabung dengan bunyi yang lain, maka akan menjadi
sebuah morfem yang bermakna. Bunyi tersebut dalam bahasa tulis dikenal denga
huruf. Huruf juga mencakup yang bermakna dan yang tidak bermaka. Contoh huruf
yang tidak bermakna adalah huruf hijaiyyah. Sedangkan huruf yang bermakna
adalah huruf yang menjadi kaidah dan bermakna sepeti huruf ja>rr, huruf at}af, huruf
nas}b, huruf nafi dan huruf-huruf lainnya. Lihat Fu’ad Ni‘mah, Mulakhkhas Qawa>‘id al-Lughah al-‘Arabiy>ah (Bairu>t: Da>r al-Thaqa>fah al-Isla>miy>ah), 18.
P
174 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kompetensi, maka menulis dan berbicara disangkutpautkan dengan
performansi.3 Dalam kemahiran berbahasa, kompetensi merupakan
input atau reseptif (musa>hamah), sedangkan performansi merupakan
output atau produktif (inta>j). Intinya, jika kompetensi bahasa
merupakan pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa yang dimiliki
oleh penutur bahasa, maka performansi merupakan aplikasi
pengetahuan tersebut dalam memahami (listening), berbicara
(speaking), dan menulis (writing). Artinya, kemampuan bahasa
merupakan esensi akal yang tersembunyi dibalik performansi atau
perbuatan berbahasa, sedangkan perbuatan berbahasa itu sejatinya
merupakan cerminannya. Tetapi adakalanya performansi bahasa itu
menyimpang dari aspek pengetahuannya seperti sakit, salah ucap
dan salah tulis.4 Fenomena tersebut menjadi bagian dari performansi
bahasa.5
Kesalahan tersebut terjadi akibat dari tidak ada
singkronisasinya salah satu antara kompetensi yang dikemas dalam
neurolinguistik penutur dengan ala-talat fisiologi. Di sisi lain,
penutur sebenarnya dalam merumuskan dan mengucapkan sebuah
kalimat, secara kasar dapat dilukiskan trasnformasi dari sebuah
pikiran, keinginan, pendapat, ide, pesan, yang disesuaikan dengan
struktur semantik yang diizinkan oleh tatabahasa, bentuk sintaksis
dan fonologi yang sesuai dengan struktur semantik yang disaring.
Dan alat-alat bicara diatur oleh saraf sesuai dengan pola-pola
fonologis kalimat, sehingga dihasilkanlah gelombang bunyi. Strategi
pembicara dapat dianggap sebagai mekanisme (’a>lah) yang
3Kompetensi sama dengan pemahaman sedangkan performansi sama dengan
produksi. Lihat Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa
(Jakarta: Kedutaan Besar Amerika, 2007), 41.
4 Jailani Musni, Psikolinguistik Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung:
Humaniora, 2009), 79.
5Syofyan Zakaria, Kusman K. Mahmud, dan Krishna Daswara, Bianglala Bahasa (Bandung: ITB, 1991) 54.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 175
mempunyai bekal pikiran sebagai inputnya (al-mafhu>m) dan tanda
akustik sebagai outputnya (al-lughah).6
Pembahasan tentang performansi memang tidak bisa
dilepaskan dari kompetensi. Sebab, tidak akan ada wujud
performansi (bahasa) tanpa kompetensi (pengetahuan tentang
bahasa). Artinya, sebagaimana dijelaskan penulis pada bab
sebelumnya (bab 2) antara performansi dan kompetensi merupakan
proses yang saling menunjang fungsi masing-masing dalam
komunikasi. Sebagaimana dalam Tarigan, yang membandingkan
proses kompetensi dan performansi dalam gambar sebagai berikut:7
Gambar 10
Perbandingan Kompetensi dan Performansi
No Proses Performansi
Proses Kompetensi
1 Mempunyai ide atau
gagasan
Mendengar tanda-tanda
atau bunyi ujaran dari
performansi bahasa
(pembicara)
2 Menjadikan ide atau
gagasan menjadi sebuah
gambaran fonetis
sistematis
Mengalihkodekan tanda
ujaran tersebut
3 Mengirim instruksi (vokal apparatus)
Mengubah bunyi menjadi
arti (meaning)
6 Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik (Bandung: Angkasa Bandung,
2009), 12.
7Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik, 170. Penulis menambahkan dari
kutipan Tarigan pada poin 5. Dengan alasan bahwa proses-proses yang bersifat
eksternalisasi mengakibatkan surface structure yang menjadi bahan atau stimulus
bagi kompetensi sebagai objek dari kompetensi itu sendiri. Saling ketergantungan
antara performansi dengan kompetensi sangat dirasakan ketika dalam keadaan
komunikasi dua arah. Artinya, persamaan kompetensi akan menyebabkan
kelancaran dari performansi bahasa penutur. Sedangkan perbedaan kompetensi akan
menyebabkan gangguan dalam kelancaran performansi bahasa penutur.
176 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
4 Aparat suara atau fonem-
fonem menciptakan tanda
ujaran yang berupa
gelombang bunyi dan
penyentuh telinga
pendengar dengan proses
gramatikal morfologis, dan
sintaksis
Membentuk hipotesis lebih
lanjut mengenai apa yang
sebenarnya dimaksud oleh
si pembicara (proses
semantik dan pragmatik)
5 Surface structure Deep structure
Berdasarkan gambar di atas, proses performansi sebenarnya
berakhir dalam bentuk bunyi, dengan kata lain performansi
berfungsi untuk mewujudkan konsep menjadi bunyi setelah melalui
proses-proses linguistikalitas. Hal tersebut juga terkait dengan
proses yang berkaitan dengan organisasi dan struktur otak manusia.
Artinya, setelah bunyi, kata, atau calon kalimat yang bermakna
selesai diproses dan akan diutarakan dan diucapkan, maka bagian
otak yang selanjutnya bertanggungjawab mengenai pengujaran,
yakni daerah broca8 yang memerintahkan korteks motor
9 untuk
8 Dalam neuropsikologi kognitif, broca dipahami sebagai daerah dalam
pengolahan bahasa. Meskipun pandangan yang berlaku telah menyamakan daerah
ini dengan gramatikal atau kemampuan dalam produksi dan pemahaman, sejumlah
bukti terbaru dari otak pencitraan telah mengungkapkan peran yang umum untuk
korteks dalam kognisi, bahkan ketika kinerja tatabahasa belum besar dimanfaatkan.
Hal tersebut memerlukan pengaturan jiwa untuk menyelesaikan antara representasi
yang bersifat kontradiktif. Hipotesis bahwa “kontrol kognitif” merupakan fungsi
luas area broca yang sama-sama menyajikan pemrosesan bahasa. Daerah broca
bertanggung jawab untuk menentukan proses produksi dan pemahaman ketika ada
tuntutan yang kuat untuk mengatasi alat-alat fisiologi yang tidak berfungsi secara
kompetibel dari rangsangan linguistik. Sebagian berpusat terhadap pengawasan
bagaimana kinerja bahasa, di bawah berbagai tingkat kognitif sebagai tuntutan
dalam mengontrol bahasa, dapat menjelaskan bagaimana menggambarkan ciri-ciri
bahasa tertentu dari penutur dengan kerusakan vokal daerah broca. Lihat Jared M.
Novick, John C. Trueswel and Sharon L. Thompson-Schill, Broca’s Area and Language Processing: Evidence for the Cognitive Control Connection (Language
and Linguistics Compass 4/10 (2010), 1.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 177
bekerja. Oleh karena itu, muncullah fonem-fonem (al-fu>ni>m)10 yang
menjadi kata-kata, dan kata-kata yang menjadi kalimat-kalimat
yang terstruktur dan bermakna.11
Dengan fenomena proses di atas,
menunjukkan adanya keharmonisan antara kompetensi dengan
performansi.
Berhubungan dengan performansi yang dikaitkan dengan
kompetensi tersebut, performansi bahasa Qutb merupakan bagian
performansi yang diproduksi dari kompetensinya. Dengan kata lain,
bahasa-bahasa Qutb banyak diproduksi dari ide-ide atau gagasan-
gagasannya yang banyak menerima stimulus dari lingkungan sekitar
Qutb hidup. Perkembangan stimulus yang diterima Qutb, juga
menyebabkan perkembangan performansi bahasanya. Performansi
bahasa Qutb, dengan berbagai perkembangan dan pengaruh
membentuk pola kompetensinya, apalagi Qutb memiliki kualitas
kebahasaan yang tingkat kefasihannya menakjubkan. Hal tersebut
disebabkan karena faktor kecerdasan Qutb dengan kompetensinya
dalam merespon berbagai stimulus ide-ide, pikiran-pikiran dan
keilmuan-keilmuan yang berkualitas. Di samping itu, kefasihan
performansi bahasa Qutb juga didukung oleh rasa ketertarikannya
9Korteks motor adalah bagian dari korteks selebri yang mempunyai peranan
penting pada fungsi elementer, seperti gerakan perasaan, pancaindera, maupun pada
fungsi yang lebih tinggi dan kompleks yaitu fungsi mental, fungsi luhur atau fungsi
kortikal (dari kata korteks). Fungsi kortikal ini antara lain terdiri dari isi pikiran
manusia, ingatan memori, emosi, persepsi, organisasi gerak dan aksi, dan juga
fungsi bahasa. Lihat Abdul Chaer, Psikolinguistik Suatu Pengantar (Jakarta:
Rhineka Cipta, 2010),117.
10 Lihat Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah Li al-Qa>ri’ al-‘Arabi>, 172.
11Soenjono Dardjo Widjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakarta: Yayasan Obor Jakarta, 2008), 157. Seperti bergabungnya antara
fonem alif-lam-jim-ha-alif-dal, menjadi morfem al-jiha>d dan bergabungnya antara
fonem alif-lam-mim-dal-nun-ya menjadi morfem al-madani>. Dan bergabungnya
antara morfem al-jiha>d dengan morfem al-madani>, mejadi frasa al-jiha>d al-madani>. Dan selanjutnya sampai penggabungan tersebut sampai pada tahap sintaksis (al-jumlah). Lihat Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979), 30.
178 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dalam dunia sastra.12
Qutb terlibat aktif dalam berbagai kegiatan
sastra, termasuk mengkritik sastra dan lingkungan sosial
kebudayaan masyarakat pada masa Qutb hidup. Perpaduan kualitas
kompetensi Qutb dan kemahiran Qutb dalam dunia sastra menjadi
salah satu faktor Qutb menjadi seorang penulis yang produktif.13
Kemampuan menulis Qutb termasuk keterampilan bahasa
yang diungkapkan melalui mediasi informasi, ide, gagasan, pikiran
atau perasaan dan sebagainya kepada orang lain. Dilihat dari
karakteristik keaktifan Qutb dalam bahasa, keterampilan bahasa
Qutb dapat dibagi menjadi dua, yaitu keterampilan aktif reseptif dan
keterampilan aktif produktif. Secara sederhana, keterampilan aktif
reseptif Qutb merupakan kemampuannya secara aktif dalam
memahami performansi yang tercakup dalam pembicaran atau
tulisan orang lain. Sedangkan kemampuan berbahasa aktif produktif
Qutb adalah kemampuannya dalam menggunakan bahasa sebagai
media penyampaian ide, gagasan, informasi atau perasaan
sebagainya baik secara lisan maupun tulisan.14
Hal tersebut
dibuktikan dengan tulisan-tulisannya yang menjadi salah satu sarana
aktif reseftif bagi pemuda Islam umumnya dan pemuda Ikwanul
Muslimin khususnya.
12Sayyid Qutb, al-Naqd al-Adabi> Us}u>luh wa Mana>hijuh (al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 2003), 5.
13Keproduktifan Qutb bisa dilihat dalam tulisan-tulisannya yang banyak
dimuat di surat kabar pada umumnya. Khususnya karya-karya fenomenalnya yang
banyak mendapatkan apresiasi baik positif maupun negatif di kalangan masyarakat
pada umumnya. Kumpulan karya-karya tersebut bisa dilihat dalam maktabah
Sayyid Qutb. Lihat dalam Sayyid Qutb, al-Isla>m wa al-Sala>m al-‘a<lami> (Bairu>t:
Da>r al-Syuru>q, 2006), 183.
14 Untuk istilah aktif produktif dan aktif reseptif lihat dalam Aziz
Fachrurazi dan Erta Mahyudin, Teknik Pembelajaran Bahasa Arab (Bandung:
Pustaka Cendekia Utama, 2012), 76.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 179
A. Performansi Sebagai Produksi Bahasa Qutb
Keragaman performansi bahasa seseorang sudah menjadi hal
yang lumrah dan bersifat manusiawi. Hal tersebut disebabkan
karena performansi bahasa memiliki variasi yang sangat
signifikan.15
Variasi tersebut menunjukan adanya jalan pintas yang
menghubungkan bahasa dengan psikologi (individu) dengan
sosiologi (masyarakat).16
Oleh karena itu, dalam sosiolinguistik
terdapat istilah variasi bahasa atau ragam bahasa. Kevariasian
bahasa atau keragaman bahasa yang berbeda-beda menandakan cara
pandang yang berbeda terhadap kehidupan.17
Banyak faktor yang
menjadikan perbedaan-perbedaan bahasa dan cara pandang
tersebut.18
Maka perpindahan bahasa yang satu terhadap bahasa
yang lain19
juga menyebabkan perubahan bahasa yang digunakan
15 Dalam Abdul Chaer, variasi atau ragam bahasa terbagi menjadi dua
pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa dilihat sebagai akibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa dan keragaman fungsi bahasa. Jadi fungsi bahasa
atau ragam bahasa terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan
keragaman fungsi bahasa. Andaikan penutur bahasa itu adalah kelompok bahasa
yang homogen, baik etnis, status sosial maupun lapangan pekerjaan, maka variasi
atau keragaman bahasa tidak akan ada, artinya bahasa itu menjadi seragam. Kedua, variasi atau ragam bahasa sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai alat
interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka ragam. Kedua ragam bahasa
tersebut dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya keragaman sosial dan fungsi
kegiatan sosial dalam masyarakat. Lihat Abdul Chaer dan Leonie Agustina,
Sosiolinguistik Perkenalan Awal (Jakarta: Rhineka Cipta, 2004), 61.
16 Jonet Holmes, An Introduction to Sociolinguistics (London: Pearson
Education, 2001), 195.
17Robert L. Solso, Psikologi Kognitif (Jakarta: Erlangga, 2007), 335.
18 Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah Li al-Qa>ri’ al-‘Arabi>, 109.
19Perubahan tersebut bukan hanya dari bentuk bahasa yang satu terhadap
bahasa yang lain, tapi banyak mencakup hal terkait perubahan. Karena bahasa
bersifat dinamis dan tidak statis. Karena kedinamisan tersebut, maka terjadi
perubahan-perubahan terutama perubahan dalam masalah penambahan kosakata
dan aspek lainnya. Sering orang tidak mengira bahwa kata yang baru muncul
sebenarnya sudah arkais, akan tetapi dimunculkan lagi. Pemunculan kata tersebut
sering mengalami perubahan baik yang berhubungan dengan ejaan, maknanya,
180 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dalam lingkungan sosial20
sebagai bagian wadah atau sarana aneka
konteks sosial performansi bahasa yang dapat mempengaruhi
terhadap daya interpretasi.21
Performansi atau produksi bahasa ditelaah melalui variabel
yang mempengaruhi kefasehan dan isi input verbal. Kefasehan
diukur melalui beberapa kata atau kalimat yang dituturkan atau
ditulis dalam waktu tertentu. Penentuan isi input verbal dapat
diketahui dari pilihan kata-kata tersebut dalam kalimat. Kefasihan
dan pilihan kata terkait dengan variabel sintakis, variabel semantis
dan variabel pragmatisnya. Singkatnya, kefasihan tergantung pada
kemampuan gramatika, asosiatif, kognitif, dan tuntutan
komunikasi.22
Performansi bahasa dilalui melalui empat tahap:
Pertama, tingkat pesan, pemerosesan pesan yang akan disampaikan.
Kedua, tingkat fungsional, pemilihan bentuk leksikal23
dan
selanjutnya pemberian bentuk fungsi sintaktis. Ketiga, tingkat
maupun pemakaian kata tersebut dalam kalimat. Lihat Mansoer Pateda,
Sosiolinguistik (Bandung: Angkasa Bandung, 2010), 77.
20 Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah Li al-Qa>ri’ al-‘Arabi>, 169.
21 Al-Turas: Mimbar Sejarah, Sastra dan Budaya, Volume 8-9 (Forum
Kajian Bahasa dan Sastra Arab dan Forum Kajian Sejarah dan Kebudayaan Islam,
Fakultas Adab IAIN Syarif Hidayatullah, 2002), 20.
22Arifudin, Neuropsikolinguistik (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 176.
23Leksem (al-kalimah) adalah kata misalnya qatala merupakan salah satu
contoh leksem dalam bahasa Arab. Sedangkan leksikon (qa>mu>s atau mu‘zam) merupakan kosakata atau bentuk khusus dari kata, misalkan dari leksem qatala
dapat berkembang menjadi leksikon al-qita>l, qatlan, qa>til dan leksikon yang
lainnya. Sedangkan leksiskal (mufradati> atau mu‘jami>) merupakan bentuk adjektif
dari leksem, biasanya leksikal berhubungan dengan makna (dikenal dengan makna
leksikal), seperti kata qatala artinya membunuh, sedangkan al-qita>l artinya
peperangan, qa>til artinya pembunuh, sedangkan qatlan artinya pembunuhan. Kata
al-qita>l lihat dalam Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d (Bairu>t: Da>r al-
Syuru>q, 1993), 126.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 181
posisional, yaitu tingkat pembentukan konstituen dan pemberian
afiks (id}a>fah).24 Keempat, realisasi struktur fonologi ujaran.
25
Produksi ujaran memang disandikan dengan struktur fonologi
ujaran (bunyi). Dalam komprehensi bahasa, bunyi dialihsandikan
menjadi arti yang bermakna, baik secara literal ataupun kontekstual.
Selama kaidah dalam suatu bahasa menentukan satu sistem formal
untuk menghubungkan bunyi arti, maka kegiatan penyebutan atau
pengalihsandian pesan-pesan tersebut sebagai performansi bahasa.
Performansi bahasa dapat dikategorikan dalam tiga pembentukan
bahasa: Pertama, produksi ujaran. Kedua, komprehensi bahasa lisan.
Ketiga, ingatan terhadap peristiwa linguistik yang dialihksandikan
terhadap bahasa.26
Dari ketiga kategori tersebut, dikatakan bahwa
produksi ujaran berasal dari komprehensi bahasa lisan dalam arti
pemahaman penutur terhadap kaidah-kaidah linguistik atau
kebahasaannya yang dibentuk dari kompetensi bahasa. Kemudian
dari kompetensi tersebut dialihsandikan kembali menjadi bahasa
setelah adanya kordinasi bahasa antara kompetensi dengan kaidah-
kaidah bahasa, sehingga kemudian terbentuklah performansi bahasa.
Produksi ujaran merupakan kebalikan dari pemahaman
bahasa. Meskipun kedua proses tersebut tidak melibatkan
mekanisme yang tidak jauh berbeda. Produksi bahasa memerlukan
memori episodik dan memori semantis, terutama ketika seseorang
ingin mengujarkan berdasarkan pengalaman yang tertanam dalam
memori.27
Seseorang akan bisa memunculkan kembali ujaran
24 Affix (ida>fah) infix (h}asywan) prefix (sa>biqah) suffix (la>h}iqah). Lihat
Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah li al-Qa>ri’ al-‘Arabi>, 179-180.
25Arifudin, Neuropsikolinguistik, 176.
26Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik, 171.
27Dalam memilih dan menggunakan unsur leksikal, sintaksis, dan semantik
tertentu seseorang menyiratkan afeksi dan nilai pribadinya pada kata-kata dan
kalimat-kalimat yang diproduksinya. Oleh karena itu, secara tidak langsung dapat
kita pahami bahwa setiap orang memproyeksikan kepribadiannya pada gaya
bahasanya. Selain itu, ekspresi verbal merupakan pengutaran isi pikiran, maka gaya
182 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
berdasarkan pengalaman yang tertanam dalam memori (kompetensi
bahasa). Kata-kata yang tersimpan adalah kata-kata yang dipahami
oleh penuturnya. Oleh karena itu, produksi bahasa (performansi)
erat kaitannya dengan pemahaman bahasa (kompetensi).28
Performansi merupakan bagian dari analisis bahasa lisan, dari
semua disiplin ilmu yang menawarkan petunjuk berharga tentang
proses produksi bahasa dari penutur kepada lawan tuturnya, ataupun
sebaliknya. Bahasa dalam bentuk kompetensi adalah wilayah
empirik psikolinguistik, sedangkan performansi adalah wilayah
empirik sosiologi. Jadi perubahan yang terjadi adalah adanya proses
internalisasi bahasa dalam wilayah psikologi dan adanya
eksternalisasi bahasa dalam wilayah sosiologi. Dengan demikian,
bahasa merupakan sarana yang menghubungkan antara psikologi
dan sosiologi. Itulah yang dimaksud transformasi dalam
pembahasan ini, yaitu perubahan petunjuk ini menjadi empiris
hipotesis diuji tentang mekanisme yang mengkonversi berpikir ke
berbicara. Dalam konversi tersebut, terjadi observasional antara
seorang penutur dan lawan tutur dalam satu paradigma untuk
memeriksa berbagai jenis komunikasi.29
Transformasi bahasa dari wilayah sosiologi kepada wilayah
psikologi atau dari wilayah psikologi kepada wilayah sosiologi
dalam perspektif bahasa adalah transformasi dari internal speech
terhadap eksternal speech atau sebaliknya. Termasuk performansi
bahasa Qutb, yang dikenal dengan permainan bahasa yang estetis
bahasa yang tersirat dalam pikiran adalah isi pikiran tersebut. Atau dengan istilah
lainnya, dapat disimpulkan bahwa ekspresi verbal yang terganggu bersumber atau
disebabkan oleh pikiran yang terganggu. Gangguan ekspresi verbal sebagai akibat
dari gangguan pikiran. Lihat dalam Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, 159.
28Arifudin, Neuropsikolinguistik, 175.
29 Kathryn Bock, “Language Production: Methods And Methodologies”
University Of Illinois At Urbana-Champaign, Urbana, Illinois, Psychonomic Bulletin & Review (1996): 395.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 183
diperkuat dengan bahasa-bahasanya yang berani dan banyak
mengkritik pemerintahan.30
Qutb mulai mengkritik pemerintah
melalui sarana utamanya akhba>r dan majalah seperti al-risa>lah, al-
thaqa>fah dan ‘a>lam ‘arabi. 31 Performansinya semakin bertambah
kuat dalam kebahasaan setelah menjadi editor dalam majalah al-fikr
al-jiha>d. Akibat tulisannya ini, Qutb di sekolahkan ke Amerika oleh
pemerintahan Mesir.32
Performansi bahasa Qutb menjadi salah satu implikasi dalam
lingkup penelitian tentang produksi bahasa yang meluas melewati
batas-batas sempit psikolinguistik. Karena respon yang diucapkan
secara luas digunakan dalam penelitian psikologis yang mencakup
memori, perhatian, dan persepsi, pemahaman tentang prekursor
kognitif menjadi salah satu wacana yang penting untuk
berbagaimacam paradigma eksperimental. Namun, kontribusi sistem
eksternalisasi verbalitas terhadap kinerja dan tugas yang bersifat
eksperimental kadang-kadang diabaikan dan tidak banyak
mendapatkan perhatian masyarakat bahasa33
pada umumnya. 34
Alasan implisit untuk pengawasan ini mungkin disebut asumsi
pikiran yang diekspresikan oleh bahasa.
30Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979), 75.
31Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 6.
32 Zulkifli Abdul Ghani, Dakwah dan Etika Politik di Malaysia (Kuala
Lumpur: Terbitan Pratama, 2005), 72.
33Masyarakat bahasa bukanlah hanya sekelompok orang yang menggunakan
bahasa yang sama, melainkan kelompok orang yang mempunyai norma yang sama
dalam menggunakan bentuk-bentuk bahasa. Jadi masyarakat bahasa merupakan
masyarakat yang anggota-anggotanya mengenal dalam satu variasi bahasa beserta
norma-norma yang sesuai dengan penggunaannya. Lihat Abdul Chaer dan Leonie
Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, 36.
34 Kathryn Bock, “Language Production: Methods And Methodologies”
University Of Illinois At Urbana-Champaign, Urbana, Illinois, Psychonomic Bulletin & Review (1996): 396.
184 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
B. Performansi Bahasa Sayyid Qutb, Kaitannya dengan Bentuk
Lingual
Performansi Qutb secara verbal sebenarnya diungkapkan
dalam bentuk fonologi (bunyi), namun karena manusia mempunyai
rumus-rumus (al-rumu>z) atau kaidah-kaidah sintaksis (al-nah}w) dan
semantik (al-dila>lah) dalam proses eksternalisasinya, maka fonem-
fonem tersebut bersatu dalam bentuk kata (al-s}arf), kata-kata
membentuk kalimat dan kalimat-kalimat menghasilkan semantik
atau makna. Namun, secara non verbal atau bahasa tulisan fonem
diilustrasikan dengan huruf. Hal tersebut menunjukan antara
eksternalisasi Qutb dengan bentuk lingual (performansi) bahasa
Qutb memiliki kaitan yang sangat erat. Artinya, performansi bahasa
Qutb yang mewakili ide-idenya bisa diklasifikasikan dalam bentuk
kata, frasa, dan sintaksis.
Sebuah area yang tidak kalah pentingnya adalah berkaitan
dengan cara kata-kata disusun menjadi frasa dan kalimat. Kata-kata
yang terbentuk dalam frasa dan kalimat tersebut merupakan bentuk
integrasi antara ide-ide dengan bunyi bahasa, sehingga penutur bisa
mengekspresikan ide-idenya dapat dimengerti oleh lawan tuturnya.
Kata-kata dapat digabungkan menjadi berbagai kombinasi.
Sekalipun untuk menyampaikan ide yang sama. Secara teknis, studi
tata bahasa (grammar) mencakup area fonologi,35
yakni ilmu yang
mempelajari suara-suara dalam satu bahasa; morfologi yakni ilmu
yang mempelajari kombinasi potongan-potongan kata dan kata-kata
itu sendiri, sehingga menjadi unit-unit yang lebih besar yaitu
sintaksis, yakni ilmu yang mempelajari kombinasi kata-kata,
sehingga menjadi frasa dan kalimat.36
35 Lihat Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah Li al-Qa>ri’ al-
‘Arabi> (al-Qa>hirah: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, 1998), 84.
36Robert L. Solso, Psikologi Kognitif (Jakarta: Erlangga, 2007), 327-328.
Lihat juga dalam Abd al-Azi>z Ibn Iba>hi>m al-‘Usaili>, al-Naz}a>riya>t al-Lughawiy>ah al-
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 185
Performansi bahasa ketika dikaitkan dengan bentuk lingual
dalam linguistik akan dikaitkan dengan beberapa aspek linguistik, di
antaranya. Pertama, aspek morfologi yang dirangkai dari aspek-
aspek fonologi. Kedua, aspek sintaksis merupakan aspek yang
dihimpun dari aspek-aspek morfologi. Ketiga, aspek semantik, yang
berhubungan dengan makna kata atau makna sebuah kalimat. Dalam
pengertian semantik, tidak hanya dalam makna-makna yang
berhubungan dengan makna kata, tetapi juga makna-makna lain
yang terkait dengan makna tersebut. Keempat, aspek pragmatik,
aspek pragmatik akan memberikan makna tertentu yang
berhubungan dengan kelayakan dalam berbahasa dan hubungan
sosial antara pembicara (penutur), pendengar (lawan tutur), dan
pihak ketiga, sehingga bahasa yang dipakai adalah bahasa yang
dapat diterima dalam masyarakat bahasa itu.37
Eksternalisasi bahasa Qutb sangat berpariasi. Dalam hal ini,
klasifikasi antara fonologi, morfologi, frasa, sintaksis, dan semantik
akan diklasifikasikan berdasarkan kompetensi Qutb. Tentu dalam
performansinya ada bunyi-bunyi bahasa yang membentuk kata, atau
kata-kata yang membentuk frasa atau kata-kata dan frasa-frasa yang
membentuk klausa dan kalimat, atau klausa-klausa dan kalimat-
kalimat yang memberikan makna semantik dan pragmatik yang
bukan bagian dari stimulus utama kompetensinya dan yang menjadi
bagian stimulus terhadap kompetensinya. Eksternalisasi bahasa
Qutb, khususnya bahasa-bahasanya yang berhubungan dengan
ideologi fundamental atau pemikiran radikalnya, berasal dari
internalisasi bahasa Qutb sendiri terhadap bahasa-bahasa yang
muncul di lingkungan sekitarnya (bahasa dalam aspek sosialnya).
Baik bahasa-bahasa dalam bentuk bunyi, peristiwa sosial, kultur
Nafsiy>ah wa Ta‘li>m al-Lughah al-‘Arabiy>ah (Bairu>t: Ja>mi‘ah al-Ima>m Muh}ammad
Ibn Su‘u>d al-Isla>miyah), 8.
37Soenjono Dardjo Widjojo, Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa, 179.
186 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
budaya, stabilitas ekonomi politik negara dan bahasa alam yang
menjadi sumber bagi kompetensi bahasanya yang bersumber dari
lingkungan sekitarnya.
Proses eksternalisasi penulis katakan dengan istilah Chomsky,
yaitu sebagai transformansi atau perubahan bentuk dalam bahasa
yang masih berada dalam tataran makna atau arti, terhadap bahasa
dalam tataran bunyi. Perubahan tersebut tidak terlepas dari fitrah
manusia yang mempunyai alat-alat bahasa, baik secara fisilogi atau
tingkat kelinguistikan yang membentuk bahasa dalam semantik
menjadi bentuk bunyi. Proses tersebut banyak digambarkan oleh
tokoh-tokoh linguistik, salah satu tokoh yang memberikan
gambaran proses eksternalisasi atau internalisasi adalah Tarigan
dalam gambar berikut:
Gambar 11
Peubahan Bentuk Bahasa
Komponen
Sintaksis
Komponen
Semantik Arti
Struktur dalam
Kaidah
Transformasi
Komponen
Fonologi Bunyi
Kaidah
Leksiskal
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 187
Dari gambar di atas, sudah jelas dapat kita pahami bahwa
komponen semantik dan komponen fonologi hanya bersifat
menafsirkan saja. Tata bahasa mencerminkan aspek-aspek kreatif
bahasa. Oleh karena itu, tata bahasa hendaknya terdiri atas kaidah
yang tertentu jumlahnya, tetapi dapat menghasilkan kalimat yang
tidak terbatas jumlahnya. Sedangkan komponen sintaksis
merupakan pusat dari tata bahasa dalam arti bahwa: Pertama,
komponen ini yang menentukan kalimat. Kedua, komponen ini juga
yang menggambarkan aspek ketertiban bahasa. Struktur dalam yang
dihasilkan oleh kaidah-kaidah kategori dan leksikon telah mewakili
unsur-unsur yang diperlukan untuk menafsirkan arti dan bunyinya.
Kaidah-kaidah yang dihasilkan oleh komponen sintaksis adalah
kaidah kategori dan kaidah transformasi. Kaidah kategori
menghasilkan struktur dalam, kaidah transformasi dapat menambah
dan mengurangi atau mengubah urutan struktur bahasa.38
Aspek kreatif Qutb dalam performansi bahasanya tidak
terlepas dari aspek kompetensi bahasa atau pengetahuannya tentang
bahasa. Aspek performansi tersebut dapat diklasifikasikan dalam
berbagai tingkatan kebahasaan (dalam linguistik dikenal dengan
bentuk lingual atau satuan lingual). Keanekaragaman performansi
bahasa Qutb menjadi salah satu bukti betapa Qutb merupakan
seorang yang mahir dalam ilmu bahasa. Khususnya, setelah ideologi
Qutb banyak masuk dalam ranah politik, sosial, dan pergerakan
38 Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik (Bandung: Angkasa Bandung,
2009), 67. Contoh bagan di atas seperti performansi Qutb “Yusyriku>n ma’alla>h a>lihah ukhra>”, contoh kalimat tersebut merupakan performansi Qutb dalam bentuk
sintakis. Namun yang perlu kita ketahui adalah bahwa performansi Qutb tersebut
merupakan gabungan dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan dalam bentuk Fonologi.
Kemudian bunyi-bunyi tersebut masuk dalam kaidah transformasi yang dibentuk
oleh kompetensi bahasa Qutb, sehingga membentuk dengan apa yang ada dalam
pikirannya. Setelah terbentuk dalam kompetensi Qutb kemudian membentuk
satuan morfologi, frasa dan sintaksis yang bermakna sesuai kesepekatan lingkungan
budaya Qutb. Lihat Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k,
1979), 46.
188 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dakwah yang diselimuti rasa benci terhadap lingkungan yang telah
banyak merugikan Islam.
1. Performansi Bahasa Sayyid Qutb dalam Bentuk Fonologi dan
Morfologi
Performansi bahasa dalam bentuk fonologi secara tidak
langsung mengutarakan bahwa ada hubungan yang erat antara apa
yang diketahui oleh seseorang (ide atau gagasan) mengenai
bahasanya dan kegiatan linguistiknya. Dengan kata lain,
kompetensi linguistik dengan performansi linguistik saling
bergantungan satu sama lain. Termasuk dalam hal fonologinya,
orang yang memakai bahasa lisan sebenarnya memakai kegiatan
fonologi setiap kali mereka mengucapkan serangkaian bunyi ujaran
dan setiap kali mendengar orang lain berbicara serta mengenal
bunyi-buyi tersebut sebagai ujaran.39
Untuk mentransformasikan suatu ide menjadi bunyi,
pembicara harus menerjemahkan struktur permukaan suatu kalimat
yang tepat terhadap gambaran sintaksis dan gambaran fonetik,
kemudian mengaktifkan alat-alat bunyi mereka untuk
menerjemahkan gagasan fonetik tersebut dalam tanda akustik.
Kemudian dengan tanda akustik tersebut, pendengar akan
mengalihsandikan bunyi terhadap gambaran fonetik. Kemudian
setelah itu masuk dalam tahapan operasi pembacaan sandi yang
relevan sesuai dengan kaidah-kaidah morfologi, frasa dan sintaksis,
sehinga dengan tahapan-tahapan tersebut, akan memperoleh atau
menemukan arti yang akan dikomunikasikan.40
39 Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik (Bandung: Angkasa Bandung,
2009), 135.
40 Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik (Bandung: Angkasa Bandung,
2009), 135-136.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 189
Pada tahap ini, karena Qutb lahir di Mesir yang menggunakan
bahasa Arab sebagai bahasa ibunya41
atau bahasa pertamanya, maka
fonologi bahasa yang diproduksi adalah bunyi-bunyi bahasa Arab
yang dibentuk oleh kemampuan membentuk kata, frasa, kalimat,
dan semantik (internal speech). Meskipun sebagaimana Chomsky,
dalam tahap internal speech, setiap kata akan memiliki bahasa yang
sama dari segi makna referensialnya.42
Namun, secara fonologi atau
external speech, akan terjadi perbedaan bunyi sesuai dengan
pengaruh lingkungan penutur bahasa, masyarakat bahasa, dan
budaya bahasa. Artinya pada tahap external speech, bahasa yang
diucapkan sesuai dengan kesepakatan masyarakat bahasa itu sendiri.
Misalkan, perbedaan bunyi yang merangkai kata mobil dalam
bahasa \Indonesia, car dalam bahasa Inggris dan al-say>a>rah dalam
bahasa Arab. Walapun secara external speech memiliki rangkaian
bunyi yang berbeda, tetapi secara internal speech memiliki maksud
dan referensi yang sama. Artinya yang membentuk bunyi tersebut
menjadi morfologi, sintaksis, dan semantik adalah masyarakat
41 Bahasa Ibu atau al-lughah al-umm (B1) adalah bahasa pertama atau
bahasa pertamakali Qutb dilahirkan. Bahasa Ibu juga dikenal sebagai bahasa
kebudayaan di mana seseorang dilahirkan. Dalam psikolinguistik, bahasa Ibu
disebut juga sebagai pemerolehan bahasa, di mana seseorang memperoleh
bahasanya secara alamiah tanpa ada rasa kesadaran. Lihat ‘Abd al-Maji>d Sayyid
Ah}mad Mans}u>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs (Riya>d}: Ja>mi‘ah al-Mulu>k al-Su‘u>diyah,
1982), 134.
42Makna referensial adalah makna yang mempunyai referen (benda yang
diacu oleh kata itu). Sedangkan kata yang tidak mempunyai acuan tertentu atau
tidak ada referensinya disebut dengan kata non referensial (tidak ada acuan
rerefensinya). Lihat dalam Tajudin Nur, Semantik Bahasa Arab: Pengantar Studi Ilmu Makna (Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, 2010), 48.
Misalkan kata “al-saif” dalam performansi Qutb termasuk kata yang bermakna
referensial karena memiliki referensi, yaitu benda tajam yang digunakan untuk
berperang. Lihat Sayyid Qutb, Ma’rakat al-Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah (Kairo: Da>r
al-Kita>b al-‘Arabi>, 1951), 9.
190 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
bahasa43
yang sepakat atas satu kesatuan bunyi tersebut menjadi
identitas bahasa mereka.44
Untuk lebih jelasnya, kita lihat gambar
berikut:
Gambar 12
Internal Speech dan External Speech
No External Speech Internal Speech
Fonologi Morfologi Semantik
1
/P/e/n/j/a/r/a/ Penjara Bangunan tempat
mengurung orang
yang melanggar
hukum, bui,
lembaga
pemasyarakatan.45
/alif/lam/sin//jim/nun/ al-Sijn
/j/a/i/l/ Jail
2
/K/e/r/u/s/a/k/a/n Kerusakan Perihal rusak, sudah
tidak sempurna atau
menderita rusak
(ahlak, kecelakaan,
bentuk).46
/Ta//ha/lam/kaf/ta/ Tahlukah
/H/a/r/m/ Harm
43Masyarakat bahasa adalah suatu kelompok atau suatu masyarakat yang
mempunyai verbal repertoire yang relatif sama serta mereka mempunyai penilaian
yang sama terhadap norma-norma pemakaian bahasa yang digunakan di dalam
kelompok atau masyarakat tersebut. Lihat Abdul Chaer dan Leonie Agustina,
Sosiolinguistik Suatu Pengantar, 36.
44 Konvensional dalam arti semua masyarakat dan anggota-anggotanya
mematuhi konvensi bahwa lambang tertentu digunakan untuk mewakili konsep
yang diwakilinya. Misalkan bagi bangsa Arab kata “juyu>s” adalah balad tentara
atau pasukan yang siap untuk membela kelompok, golongan, kerajaan, atau negara
yang diwakilinya. Maka anggota masyarakat Arab semuanya harus mematuhinya,
kalau tidak, dan menggantinya dengan kata lain, maka komunikasi akan terhambat.
Lihat Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rhineka Cipta, 2004), 47. Kata
“juyu>s” pada contoh di atas dikutip dari Sayyid Qutb, Ma’rakat al-Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah (Kairo: Da>r al-Kita>b al-‘Arabi>, 1951), 20.
45Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: Pusat Bahasa dan Pendidikan Nasional, 2008), 1046.
46Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1193.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 191
3
/S/e/n/j/a/t/a/ Senjata Alat yang
digunakan untuk
berkelahi atau
berperang seperti
pedang, tombak,
dan senapan.47
/alif/lam/ta/s}a/lam/ya/>ha/} al-Tasli>h}
/W/e/a/p/o/n/ Weapon
4
/M/a/t/i/ Mati Sudah hilang
nyawanya atau
sudah tidak hidup
lagi atau sudah
tidak bernyawa
lagi.48
/alif/lam/mim/wau/ta/ al-Maut
/D/i/e/ Die
5
/P/e/r/a/n/g/ Perang Pertempuran besar
bersenjata antara
dua pasukan
(tentara. laskar dan
pemberontak).49
/Mim/’ain/ra/kaf/ta/ Ma‘rakah
/W/a/r/ War
6
/P/e/m/b/u/n/u/h/a/n/ Pembunuhan Proses cara
perbuatan
membunuh atau
menghilangkan
nyawa.50
/Ta/qaf/ta/ya/lam/ Taqti>l
/M/u/r/d/e/r/ Murder
7
/M/u/s/u/h/ Musuh Lawan berkelahi,
bertengkar,
berperang, berjudi, /Kha/sad/}wau/mim/ta/ Khus}u>mah
/e/n/e/m/y/ Enemy
47Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1274.
48Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 888.
49 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1051. Walaupun pada
hakikatnya masing-masing kata tersebut akan memiliki sinonim (al-mura>daif) dalam bahasa internalnya, seperti (perang dan tempur) dalam bahasa Indonesia, (al-ma‘rakah dan al-qita>l) dalam bahasa Arab, dan (war dan battle) dalam bahasa
Inggris. Hal tersebut disebabkan kesepakatan dari masing-masing kebudayaan
bahasa tersebut (konvensional) atau mempunyai beberapa kata dalam satu makna
karena kesepakatan bersama.
50Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 225.
192 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
bertanding dan
sebagainya.51
8
/T/e/r/o/r/ Teror Usaha menciptakan
ketakutan dan
kengerian oleh
seesorang atau
kelompok
tertentu.52
/alif/ra/ha/ba/ Irha>b
/T/e/r/r/o/r/ Terror
9
/T/i/p/u/d/a/y/a/ Tipu daya Bermacam-macam
tipu atau berbagai
daya upaya yang
buruk, muslihat.53
/nun/alif/mim/wau/sin/ al-Na>mu>s
/T/r/i/c/k/e/r/y/ Trickery
10
/S/i/k/s/a/a/n/ Siksaan Hasil menyiksa,
penderitaan
kesengsaraan,
sebagai hukuman. 54
/‘Ain/dhal/alif/ba/ ‘Adha>b
/T/o/r/t/u/r/e/ Torture
Contoh gambar di atas55
menggambarkan perbedaan antara
internal speech dan external speech. Manurut Penulis, berdasarkan
konsep Chomsky, external speech dalam gambar di atas hanya bisa
mengeluarkan bunyi-bunyi bahasa dan tidak bisa menentukan bunyi-
bunyi tersebut menjadi satu kesatuan morfologi, seperti satu
kesatuan dalam kata “penjara, jail atau al-sijn”, kata-kata tersebut
merupakan bunyi-bunyi yang berbeda. Artinya, yang menentukan
51Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 944.
52Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1454.
53Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1471.
54Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1304.
55Dari sepuluh data yang penulis tulis pada gambar 12 di atas, penulis
menganalisis satu kata saja sebagai dasar untuk membedakan antara bahasa dalam
(internal speech) dan bahasa luar (external speech). Hal tersebut didasari karena
kata-kata yang lainnya (yang ada dalam gambar 12) dapat diwakili penjelasannya
dengan analisis pada satu kata saja. Artinya, analisis perbedaan kata-kata yang
lainnya terkait internal speech dan external speech mengikuti kepada satu kata
yang penulis jadikan contoh analisis perbedaan di atas.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 193
bunyi menjadi kata-kata tersebut bukanlah external speech. Namun,
yang bisa membentuk bunyi-bunyi tersebut menjadi kata penjara,
jail atau al-sijn adalah internal speech, atau yang kita kenal dengan
kompetensi bahasa (pengetahuan penutur terhadap bahasanya).56
Secara internal speech akan membentuk bahasa yang sama terhadap
external speech yang berbeda-beda (penjara, jail atau al-sijn), yaitu
bangunan tempat mengurung orang yang melanggar hukum, bui,
lembaga pemasyarakatan. Begitu juga dengan performansi-
performansi bahasa Qutb yang dibentuk oleh kompetensi bahasanya.
Oleh karena itu, kata merupakan satuan bahasa yang memiliki
suatu pengertian atau deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi
dan mempunyai arti. Kata termasuk dalam satuan morfem baik
dalam bentuk simbol V (verba), N (nomina) dan A (Adjektifa).
Tahap lain dalam mendefinisikan kata adalah kata merupakan
bentuk yang mempunyai susunan fonologis yang stabil dan tidak
berubah, kata mempunyai mobilitas dalam frasa dan kalimat.
Batasan tersebut tersirat dalam dua kategori.
Pertama, setiap kata mempunyai susunan fonem yang
urutannya tetap dan tidak berubah. Contoh kata “syahi>d”57 urutan
fonemnya adalah (/syin/- /ha/- /ya/- /dal/) urutannya tidak dapat
diubah menjadi hasyi>d (/ha/- /syin/- /ya/-/dal/) atau menjadi dasyi>h
(/dal/-/syin/-/ya-ha/) atau diselipi dengan fomem lain, seperti
menjadi kata syakahid (/sin/-/kaf/-/ha/-/ya/-/dal/) dan penambahan
fonem yang lainnya. Kata dalam bentuk ini, sebagaimana penulis
singgung pada pembahasan sebelumnya karena kata “syahi>d”
termasuk kata yang sudah menjadi konvensional masyarakat Arab,
56Oleh sebab itu, menurut penulis bahasa itu adalah salah bagian utama dari
kebudayaan. Dalam arti, bahwa yang membentuk satu kesatuan kata (morfem)
adalah budaya di mana penutur hidup. Walaupun memiliki pengetahuan yang sama
terkait makna kata yang diucapkan, akan tetapi akan memproduksi fonem-fonem
yang berbeda tergantung di mana dia dibesarkan dalam suatu kebudayaan,
sebagaimana data yang ada pada gambar 12.
57Lihat Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979), 7.
194 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
sedangkan kata hasyi>d, dasyi>h dan syakhahi>d tidak dapat dipahami
oleh masyarakat Arab karena belum masuk dalam konvensional
masyarakat Arab.
Kedua, setiap kata mempunyai kebiasaan berpindah tempat
dalam kalimat, atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata
lain, atau juga dapat dipindahkan dari kata lainnya, namun hal
tersebut akan mepengaruhi terhadap makna gramatikal.58
Misalkan
pada contoh kalimat berikut al-h}arakah al-fida>’iy>ah al-yaum akwa>
min al-h}uku>mah ,
59contoh tersebut terdiri dari beberapa morfem
yang sudah benar berdasarkan kaidah bahasa Arab. Oleh karena itu,
contoh tersebut tidak bisa diubah menjadi bentuk aqwa> yaum min
al-h}uku>mah al-fida>’iy>ah al-h}ara>kiy>ah atau al-h}ara>kiy>ah aqwa> al-
h}uku>mah al-fida>’iy>ah yaum min atau al-fida>’iy>ah yaum al-
h}ara>kiy>ah aqwa> al-h}uku>mah min karena tidak menjadi sebah kalimat
yang benar dan tidak memiliki arti yang sesuai dengan kaidah
gramatikal bahasa Arab. Kata-kata yang belum masuk dalam
konvensional disebut dengan arbiter.60
Berdasarkan contoh di atas, sudah jelas bahwa morfologi
merupakan bagian ilmu yang mengkaji bahasa sebagai aspek-aspek
kebahasaan berupa kata dan bagian-bagiannya. Dengan kata lain,
morfologi membahas tentang pembentukan kata yang dihasilkan
atas gabungan bunyi-bunyi. Morfologi merupakan tatanan
kebahasaan di atas fonologi, karena objek kajian morfologi adalah
kata dan bagian-bagiannya di atas tataran bunyi sebagai objek
kajian morfologi (fonetik dan fonemik). Morfologi bisa juga
58Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rhineka Cipta, 200), 162-164.
59Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1993),
7.
60Kata arbitrer bisa diartikan sewenang-wenang, berubah-ubah, tidak tetap
dan manasuka. Atau dengan kata lain, yang dimaksud denga istilah arbitrer adalah
tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud bunyi atau
huruf) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud oleh lambang. Lihat Abdul
Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rhineka Cipta, 200), 45.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 195
dikatakan sebagai salah satu bidang kajian dalam linguistik yang
mempelajari morfem61
dan kombinasinya.62
Sebagaimana menurut
Kridaklasana dalam Imam Asrori yang berpendapat bahwa
morfologi adalah sub sistem lingusitik yang mengkaji proses yang
mengolah leksem menjadi kata. Leksem merupakan input,
sedangkan kata merupakan output. 63 Kita bisa lihat proses
morfologis dalam gambar berikut:
Gambar 13
Proses Morfologis
Leksem Kata
Proses komunikasi berdasarkan analisis di atas, sesuai dengan
yang diungkapkan Tarigan, yaitu tidak terlepas dari harmonisasi
antara bunyi dan makna. Tidak ada makna tanpa bunyi, dan tidak
akan ada bunyi tanpa makna.64
Performansi Qutb, sesuai dengan
analisis di atas, gaya bahasa Qutb dari masa ke masa banyak
dipengaruhi kompetensi bahasanya yang heterogen dan dinamis,
sehingga menyebabkan performansi bahasa yang juga heterogen dan
dinamis. Pada puncaknya, karena kompetensi bahasa Qutb banyak
dipengaruhi oleh kondisi sosial budaya yang bertentangan dengan
61 Morf dalam istilah bahasa Arab dikenal dengan istilah (al-shi>ghah).
Sedangkan morfem dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah (al-wazan). Lihat
Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah Li al-Qa>ri’ al-‘Arabi> (al-Qa>hirah:
Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, 1998), 172.
62Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa dan Kalimat (Malang:
Misykat: 2004), 22.
63Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa dan Kalimat, 23.
64Maksud tidak akan ada bunyi tanpa makna adalah ketika bunyi-bunyi
yang dihubungkan dengan kognitif atau internal speech seseorang yang
memproduksi bahasa, sehingga menjadi bahasa yang bermakna atau bahasa (bunyi)
yang dapat dipahami oleh lawan tutur (al-istima>‘) atau masyarakat tutur (al-mujtama‘).
Proses Morfologis
196 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kompetensinya, menyebabkan kepada performansi yang tendensius
dan bersifat h}araki>.65
Bunyi-bunyi performansi bahasa yang membentuk kata Qutb,
bisa kita lihat dalam performansi bahasa dalam tulisan-tulisannya
yang secara kompetensi banyak mengacu pada hal-hal yang radikal
dan tendensius. Kondisi ini, setelah Qutb banyak mendapatkan
stimulus dari berbagai lingkungan yang mengitarinya. Bunyi-bunyi
tersebut akhirnya membentuk kata yang dibentuk oleh pengetahuan
Qutb akan bahasanya. Berdasarkan stimulus tersebut, penulis
memilih karya Qutb yang mendapatkan stimulus setengah akhir
kehidupannya. Karya-karya tersebut di antaranya al-‘Ada>lah al-
ijtima>‘iy>ah, Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d, Lima>dza> A‘dumu>ni>?,
Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’an dan Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q.
a. Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q
Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q merupakan karya Qutb yang diterbitkan
untuk pertama kalinya pada tahuan 1964, dan merupakan salah satu
karya Qutb yang menggemparkan.66
Karya Qutb setebal 187 halam
ini, terdiri dari dua belas pasal yang banyak menginspirasi muslim
muda yang memiliki ghirah keislaman untuk berjihad dalam
dakwah Islam. Dua belas pasal tersebut di antaranya ji>l Qur’a>ni> fari>d
(generasi al-Qur’an yang unik), t}abi>‘ah manhaj al-Qur’a>ni> (tabiat
65 Dalam Zunly Nadia, diterangkan banyak tokoh-tokoh yang
mengistilahkan Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n. Di antaranya Jansen mengkategorikan
Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n tersebut termasuk tafsir yang bercorak h}araki> (tafsir
pergerakan). Azyumardi Azra menyebutnya sebagai tafsir yang bercorak praksis
dan Afif Muhammad menyebutnya sebagai tafsir yang bercorak ideologis.
Menurutnya, pendapat-pendapat tersebut muncul karena gaya bahasa, serta isi
Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n yang memang terlihat sangat ideologis dan sangat
dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pribadi Qutb yang berada di bawah tekanan
sebuah rezim yang berkuasa pada saat itu serta kondisi negara Mesir. Lihat dalam
Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-Quran karya
Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012): 316-311.
66A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani,
2013), 90.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 197
program al-Qu’ran), nasy’ah al-mujtama‘ al-muslim wa khas}a>’is }uh
(masyarakat Islam pertumbuhan dan ciri-cirinya), al-jiha>d fi>
sabi>lilla>h (jihad di jalan Allah), La> iIla<ha illa Alla>h manhaj h}a>yah
(La> ila<ha illa Alla>h sebagai panduan hidup), al-Isla>m huw al-h}ad{a>rah
(Islam adalah tamadun), al-tas}awwur al-Isla>mi> wa al-thaqa>fah
(konsep Islam terhadap kebudayaan), jinsiy>ah al-muslim wa
‘aqi>datuh (akidah rupa bangsa muslim), naqlah ba‘i>dah (jarak jauh),
isti‘la>’ al-i<ma>n (keagungan Iman), ha>dha> huw al-T{ari>q (inilah
jalannya).67 Dari dua belas pasal di atas, empat pasal Qutb kutif dari
Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’an dengan tambahan dan pengaruh konten
disebabkan perbedaan konteks dan tema penulisan. Oleh karena itu,
karya Qutb ini merupakan karya yang fenomenal karena
menyebabkan Qutb kembali dipenjara dan akhirnya dihukum
gantung. Namun, perubahan tersebut dirasakan lebih radikal dan
tendensius. Performansi Qutb dalam Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q bentuk
fonologi dan morfologi bisa dilihat pada gambar 14 berikut.
67Lihat dalam Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k,
1979), 187. Kata i‘tida>’ (ofensif atau penyerangan) menurut Qut\b, ialah mereka
yang memberikan makna jihad dalam Islam sebagai perang defensif (untuk
membela dan mempertahankan diri semata serta menolak serangan musuh) adalah
orang-orang yang kurang memiliki pengetahuan terkait dengan tabiat agama Islam
dan peranannya di muka bumi, serta karena kekalahannya menghadapi orientalisme
yang penuh tipu daya terhadap jihad Islam. Kemudian Sayyid Qut\b juga
melontarkan pertanyaan bagi pembaca dengan pernyataan. Qut\b ini menjelaskan
bagaimana dia mengumpamakan orang yang memahami jihad dalam makna
defensif sebagai orang yang inperior dan kalah dari kaum orientalis, karena kaum
orientalislah yang dia anggap berpengaruh besar dalam membangun opini tentang
jihad dalam Islam. Lihat Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir
Fi Dilal al-Quran karya Sayyid Qutb”, 315-317.
198 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Gambar 14
Performansi Bahasa Bentuk Fonologi dan Morfologi pada
Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q
No Performansi
Bahasa
Bentuk Lingual Makna Leksikal
Fonologi Morfologi
1 I‘tida>’68 /alif/‘ain/ta/dal/alif/hamzah/ إعتداء Ofensif
Penyerangan
Pelanggaran
2 al-Ma‘rakah 69 /alif/lam/mim/’ain/ra/kaf/ta/ المعركة Peperangan
Medan perang
3 al-Hazi>mah 70 /alif/lam/ha/zim/ya/mim/ta/ الهزيمة Ketaklukan
Keterceraian
4 Irha>b71 /alif/ra/ha/alif/ba/ إرهاب Intimidasi
Teror
Ancaman
5 al-Ittiha>m 72 /alif/lam/alif/ta/ta/ha/alif/mim/ إلتهام Tuduhan
Kecurigaan
6 al-Na>mu>s 73 /alif/lam/nun/alif/mim/wau/sin/ الناموس Tipu daya Fitnah
7 Ifla>s 74 /alif/fa/lam/alif/sin/ فلاسإ Bangkrut
68Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 9.
69Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 8.
70Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 59.
71Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 25. Terkait performansi pada kata
“ancaman” lihat dalam QS. al-Qamar: 37. Dan sesungguhnya mereka telah membujuknya (agar menyerahkan) tamunya (kepada mereka), lalu Kami butakan mata mereka, maka rasakanlah azab-Ku dan ancaman-ancaman Ku.
72Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 59. Terkait performansi pada kata
“tuduhan” bisa dilihat dalam QS. al-Thu>r: 52. Apakah mereka diperintah oleh fikiran-fikiran mereka untuk mengucapkan tuduhan-tuduhan ini ataukah mereka kaum yang melampaui batas?
73Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 98. Terkait performansi pada kata
“tipu daya” bisa dilihat dalam QS. al-Anfa>l: 30. “Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya”.
74Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 4.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 199
Kepahitan
Kegagalan
8 Jarh}an 75 /jim/ra/h}a/ جرحا Dosa
Kesalahan
9 Syahi>d76 /syin/ha/ya/dal/ شهيد
Yang meninggal
dijalan Allah
Saksi
Martir
10 al-Saif 77 /alif/lam/sin/ya/fa/ السيف Pedang
Kata i‘tida>’ berarti ofensif atau penyerangan. Dalam konteks
bahasa Indonesia, kata “penyerangan” berarti proses, cara, perbuatan
menyerang, penyerbuan, dan agresi.78
Kata al-ma‘rakah dalam
bahasa Indonesia bermakna peperangan, serangan atau medan
perang. Peperangan secara leksikal79
bermakna peperangan antara
negara, agama, suku dan kelompok-kelompok lainnya, atau juga bisa
bermakna pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan (tentara,
laskar atau pemberontak). Peperangan juga bisa diartikan terjadinya
perkelahian atau konflik antara dua individu atau kelompok
masyarakat. Bentuk peperangan lain dalam cakupan makna leksikal
75 Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 5. Terkait performansi pada kata
“dosa” bisa dilihat dalam QS. al-nisa: 31. “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).”
76Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 34.
77Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 25.
78Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,1283.
79Makna leksikal dapat diartikan sebagai makna dasar yang terdapat pada
setiap kata atau leksikon atau kalimat. Dengan kata lain, makna leksikal merupakan
makna yang sesuai dengan acuan atau referennya. Atau makna leksikal merupakan
makna kata secara lepas, tanpa adanya kaitan dengan kata lain. Atau makna
leksikal merupakan makna yang sesuai dengan kamus. Lihat Moh. Ainin dan Imam
Asrori, Semantik Bahasa Arab (Malang: Universitas Negeri Malang, 2008), 37.
200 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
adalah adanya permusuhan pemikiran (ideologi).80
Sementara, kata
irha>b bermakna teror, intimidasi dan ancaman. Dalam konteks
bahasa Indonesia, kata teror merupakan usaha untuk menciptakan
ketakutan, kengerian, dan kekejaman oleh seseorang atau golongan
tertentu. Oleh karena itu, teroris adalah bentuk nomina (ism) dari
kata teror yang berarti orang yang menggunakan kekerasan untuk
menimbulkan rasa takut dengan tujuan yang beragam. Sedangkan
terorisme merupakan suatu pemahaman yang menggunakan
kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai
tujuan.81
Namun, keragaman tersebut tidak berati dalam arti yang
positif, sebab kata teror selalu dikaitkan dengan kekerasan.
Selanjutnya kata al-hazi>mah berarti ketaklukan dan
keterceraian. Kata ketaklukan dalam konteks bahasa Indonesia
bermakna suatu proses, cara, atau perbuatan menaklukan. Proses
penaklukan tersebut biasanya melalui wilayah suatu negara atau
daerah tertentu melalaui peperangan. Negara atau daerah yang
berhasil melakukan proses penaklukan, maka negara atau daerah
tersebut akan mendapatkan wilayah secara tetap akibat dari
peperangan yang penuh dengan kemenangan.82
Sementara negara
atau daerah yang berhasil ditaklukan secara tidak langsung harus
mengiktu prosedur negara dan daerah penakluk. Penaklukan
biasanya berhubungan dengan permasalahan politik (siya>sah). 83
80\Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1051.
81Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1454-1455.
82Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1381.
83Islam sendiri mengajarkan berpolitik sebagai salah satu bentuk aktualisasi
kepada umat, bahwa Islam bukan hanya mengatur permasalahan ibadah saja (fikih),
akan retapi Islam adalah ka>ffah. Artinya, Islam juga mengatur hubungan sosial,
budaya, dan hubungan bernegara. Rasulullah berhasil dalam menyebarkan misi
dakwah salah satunya dengan bentuk politik, yaitu membentuk pemerintahan Islam
yang mempunyai jargon Islam di atas segala-galanya. Dakwah dalam bentuk politik
juga sebagai salah satu keberhasilan Rasulullah dan Khulafa>’u Ra>sidi>n menaklukan
kota Mekah (futu>h} Makkah) dan negara-negara yang kini menjadi negara Islam.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 201
Sementara itu, kata al-ittiha>m bermakna tuduhan atau kecurigaan.
Kata tuduhan dalam konteks bahasa Indonesia bermakna macam-
macam tipu daya, berbagai daya upaya yang buruk, dan berbagai
tipu muslihat.84
Tuduhan atau kecurigaan tersebut merupakan salah
satu faktor penyebab retaknya hubungan antara dua kelompok
tertentu yang menyebabkan terjadinya peperangan (al-ma’rakah).
Kata al-na>mu>s berarti tipu daya atau fitnah. Tipu daya dalam
konteks bahasa Indonesia bermakna menuduh hal yang dituduhkan
dakwaan.85
Dalam konteks politik, tipu daya atau perilaku fitnah
sudah menjadi suatu yang bersifat rahasia umum. Terutama politik
yang menghalalkan segala cara. Sementara kata ’ifla>s berarti
kebangkrutan, kepahitan, atau kegagalan. Kegagalan dalam konteks
bahasa Indonesia bermakna perihal gagal dan ketidak berhasilan.86
Sementara kata jarh}an berarti dosa atau kesalahan. Dalam konteks
bahasa Indonesia, dosa atau kesalahan merupakan perbuatan yang
melanggar hukum Tuhan atau agama. Dosa atau kesalahan tersebut
juga berarti perbuatan salah terhadap orang tua, agama, negara,
masyarakat, budaya dan sebagainya. Sementara itu, terdapat makna
lain dari kata dosa, yaitu dosa besar, dosa yang tidak akan
mendapatkan ampunan kecuali dengan taubat nasuha.87
Selanjutnya adalah kata syahi>d (sudah berintegrasi dan
menjadi bagian dari kosakata bahasa Indonesia) yang berarti
84Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1471.
85Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1492.
86Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 405.
87Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 342. Lihat dalam Q.S. al-Nisa>’: 17. Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. Kejahilan maksudnya ialah: Pertama, orang
yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui bahwa perbuatan itu adalah maksiat
kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. Kedua, orang yang durhaka kepada Allah baik
dengan sengaja atau tidak. Ketiga, orang yang melakukan kejahatan karena kurang
kesadaran lantaran sangat marah atau karena dorongan hawa nafsu.
202 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
seseorang yang meninggal di jalan Allah, saksi, atau martir. Dalam
konteks bahasa Indonesia syahid berarti sebagai saksi dalam usaha
menegakan dan mempertahankan kebenaran agama, atau orang yang
mati karena membela agama.88
Dalam konteks agama Islam, kata
syahid identik dengan amal makruf nahyi mungkar.89
Seseorang
muslim yang mati syahid, akan langsung mendapatkan surga Allah
tanpa melalui hisab terlebih dahulu. Sementara kata al-saif berarti
pedang. Dalam konteks bahasa Indonesia kata pedang memiliki
makna yang beraneka ragam, yaitu parang panjang, pedang
kehormatan atau pedang yang berstatus sebagai pusaka dan dipakai
dalam upacara dan parade tertentu, diberikan kepada para pahlawan
sebagai penghormatan dan kebanggaan pribadi.90
Selanjutnya
performansi Qutb dalam Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d.
b. Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d
Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d merupakan karya Qutb yang
diproduksi ketika Qub berada di Amerika. Qutb membagi buku ini
dalam sembilan pasal.91
Di antaranya adalah tentang ay>uha al-
fida>’iy>u>n! amdhu> fi> t}ari>qikum (wahai orang-orang yang berkorban,
88Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1367. Terkait performansi
pada kata :syahid” dapat dilihat dalam QS. al-Imra>n: 196. “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki”. Maksud hidup di sisi Tuhannya,
Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka
mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang
mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.
89Lihat dalam QS. al-Imra>n: 104. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. Makruf
merupakan segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan
munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
90Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1035.
91Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d (Bairu>t: Da>r al-Syuru>q,
1993), 68.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 203
perjelaslah jalan atau tujuan kalian), ma>dza> s}ana‘tum li abt}a>l
falist}i>n? (apa yang kalian perbuat untuk memperjuangkan
Palestina?), sabba>q ila> al-tad}hiy>ah wa al-fida>’ (pelopor terhadap
pengorbanan), ma’rakatuna>’ ma‘a al-Yahu>d (pertentangan kita
dengan Yahudi), al-Isla>m niza>m ijtima‘i> la> tawi>dah‘ (Islam
merupakan sistem sosial, janganlah mengguna-gunakannya),
h}aqi>qah al-kutlah al-Isla>miyah (hakikat kelompok atau golongan
Islam), falana’rif man nah}nu (maka kita akan tahu siapa sebenanrya
diri kita), aina al-t}ari>q (di mana jalan), ila> mutatha<qili<n ‘an al-jiha>d
(meunuju kebodohan dari berjihad).92
Performansi Qutb dalam
bentuk fonologi dan morfologi dalam Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d
bisa dilihat pada gambar 15 berikut.
Gambar 15
Performansi Bahasa Bentuk Fonologi dan Morfologi dalam
Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d
No Performansi
Bahasa
Bentuk Lingual Makna
Leksikal Fonologi Morfologi
1 al-’Iqt}a>‘i>n93 /alif/lam/alif/qaf/ta/ali/’ain/ya/nun الاقطاعين Feodal
2 al-Tasli>h}94 /alif/lam/ta/sin/lam/ya/h}a/ التسليح Senjata
Pemberani
92Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 68.
93Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ ma‘a al-Yahu>d, 6.
94Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 11.
204 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
3 Ka>rithah95 /kaf/alif/ra/tha/ta/ كارثة
Bencana
Malapetaka
4 T{awa>‘iyah96 /t}a/wau/alif/’ain/ya/ta/ طواعية Loyalitas
Kesetiaan
5 al-But}u<lah 97 /alif/lam/ba/t}a/wau/lam/ta/ البطولة Pahlawan
6 al-Syaba>b98 /alif/lam/syin/ba/alif/ba/ الشباب Pemuda
Generasi
muda
7 al-’Ana>niyah
99 /alif/lam/alif/nun/alif/nun/ya/ta/ الأنانية Egois
Angkuh
8 al-
Syubha>t100 /alif/lam/syin/ba/ha/alif/ta/ الشبهات
Samar
Perkara
yang tidak
jelas halal
haramnya
95Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 10. Berkaitan dengan bencana
lihat dalam Q.S. al-Mu‘min: 30. “Dan orang yang beriman itu berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu” Sebenarnya segala urusan itu
adalah kepunyaan Allah. Maka tidakkah orang-orang yang beriman itu mengetahui
bahwa seandainya Allah menghendaki (semua manusia beriman), tentu Allah
memberi petunjuk kepada manusia semuanya. Dan orang-orang yang kafir
senantiasa ditimpa bencana disebabkan perbuatan mereka sendiri atau bencana itu
terjadi dekat tempat kediaman mereka, sehingga datanglah janji Allah.
Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji.
96Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 25.
97Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 13.
98Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 15.
99Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 18. Berkaitan dengan kata
“sombong”, lihat dalam QS. Luqma>n: 13. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
100Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 21.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 205
9 Ma‘s}iy>ah101 /mim/’ain/s}a/ya/ta/ معصية
Dosa
Kesalahan
Durhaka
Maksiat
10 ‘Adha>b 102 /’ain/dhal/alif/ba/ عذاب Siksaan
al- ’iqt}a>‘i>n berarti feodal. Feodal dalam konteks bahasa
Indonesia memiliki makna sesuatu yang berhubungan dengan
susunan suatu masyarakat tertentu yang dikuasai oleh kaum
bangsawan, atau mengenai kaum bangsawan (tentang sikap, cara
hidup, dan lain sebagainya), atau mengenai cara pemilikan tanah
pada abad Eropa.103
Sementara kata al-tasli>h berati senjata atau
pemberani. Dalam konteks bahasa Indonesia senjata merupakan alat
yang digunakan untuk berkelahi dan berperang (seperti keris,
tombak, snapan dan sebagainya), juga bermakna sesuatu yang
dipakai atau digunakan untuk suatu maksud (seperti surat, kop
surat, cap, memo dan sebagainya).104
Kata al-ka>rithah berarti bencana atau malapetaka. Bencana
dan malapetaka dalam konteks bahasa Indonesia bermakna sesuatu
yang menyebabkan kesusahan, kerugian atau penderitaan,
101 Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 27. Terkait dengan kata
“maksiat”, lihat dalam QS. al-Nisa>: 17. “Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” Maksud dari
kejahiliyahan. Pertama, Orang yang berbuat maksiat dengan tidak mengetahui
bahwa perbuatan itu adalah maksiat kecuali jika dipikirkan lebih dahulu. Kedua, Orang yang durhaka kepada Allah baik dengan sengaja atau tidak. Ketiga, Orang
yang melakukan kejahatan karena kurang kesadaran lantaran sangat marah atau
karena dorongan hawa nafsu.
102Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 58.
103Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 390.
104Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1274.
206 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kecelakaan, bahaya, gangguan godaan, bencana yang berhubungan
dengan alam dan kerusakan keseimbangan lingkungan ekologis.105
Kata t}awa>‘iyah berarti loyalitas atau kesetiaan.106
Loyalitas dan
kesetiaan dalam konteks bahasa Indonesia berarti pahlawan atau
orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam
membela kebenaran.107
Berati juga sebagai kepatuhan dan
kesetiaan.108
Kata al-but}u<lah berarti pahlawan. Pahlawan dalam
konteks bahasa Indonesia berarti orang yang menonjol karena
keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.109
Kata
al-Syaba>b berarti pemuda atau generasi muda. Dalam konteks
bahasa Indonesia, pemuda berarti orang muda laki-laki, remaja,
taruna.110
Sementara kata al-ana>niyah berarti egois atau angkuh.
Dalam konteks bahasa Indonesia egois berarti orang yang suka
mementingkan diri sendiri. Angkuh sifat suka memandang rendah
kepada orang lain, tinggi hati, sombong, congkak, atau baik fisiknya
tetapi tidak baik ruhaninya.111
105Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 168.
106Berkaitan dengan performansi pada kata “setia”, lihat dalam QS. al-Fath}: 10. “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar”. Orang yang berjanji setia biasanya
berjabatan tangan. Caranya berjanji setia dengan Rasul ialah meletakkan tangan
Rasul di atas tangan orang yang berjanji itu. Jadi maksud tangan Allah di atas
mereka ialah untuk menyatakan bahwa berjanji dengan Rasulullah sama dengan
berjanji dengan Allah. Jadi seakan-akan Allah di atas tangan orang-orang yang
berjanji itu. Hendaklah diperhatikan bahwa Allah Maha Suci dari segala sifat-sifat
yang menyerupai makhluknya.
107Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 999.
108Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 843.
109Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 999.
110Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1043.
111Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 69.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 207
Kata al-syubha>t berarti samar atau perkara yang tidak jelas
halal haramnya. Dalam konteks bahasa Indonesia, subhat berarti
keragu-raguan atau kekurangjelasan tentang sesuatu (apakah halal
atau haram dan sebagainya) karena kurang jelas hukumnya atau
tidak terang dan jelas antara yang halal dan haram atau antara yang
benar dan yang salah.112
Kata ma‘s}iyah berarti dosa, kesalahan,
pembangkangan dan durhaka. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata
dosa atau kesalahan berarti perbuatan yang melanggar perintah
Allah atau perbuatan dosa (tercela, buruk dan sebagainya).113
Hasil
menyiksa, penderitaan, kesengsaraan sebagai hukuman, perlakuan
atau perbuatan yang sewenang-wenang seperti menyakiti,
menganiaya, dan sebagainya. Kata ‘adha>b berarti siksaan.114
Siksaan
dalam konteks bahasa Indonesia berarti penderitaan batin seperti
penyiksaan psikologis, hati pikiran dan lain sebagainya. Juga
penderitaan yang tampak secara lahir seperti kekurangan ekonomi,
kecelakaan, sakit, gangguan sosial dan lain sebagainya.115
Selanjutnya performansi Qutb dalam Lima>dha> A‘dumu>ni>.
c. Lima>dha> A‘dumu>ni>?
Lima>dha> A‘dumu>ni> merupakan salah satu karya yang
diproduksi setelah Qutb bergabung dengan Ikhwanul Muslimin.
Sebagaimana dalam isi pembahasannya Qutb banyak menginggung
kata ikhwan.116
Dalam karyanya tersebut, Qutb mengungkapkan
112Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1368.
113Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 865.
114 Lihat dalam Q.S al-T{alaq: 8. “Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan.” Yang dimaksud dengan hisab dan azab di sini adalah hisab
dan azab di akhirat.
115Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1304.
116Sayyid Qutb, Lima>za > A’dumu>ni>? (Bairu>t: Da>r al-Syuru>q, 1965), 5.
208 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
perasaannya kenapa banyak orang yang menganggap musuh kepada
dirinya. Padahal Qutb hanya mengajak Islam ke jalan yang
fundamental, yaitu memurnikan kembali Islam yang sudah tidak
berada dalam jalur-jalur dan sistem-sistem Islam. Dalam karyanya
tersebut, Qutb membagi tema menjadi lima pembahasan.
Pembahasan tersebut di antaranya berisikan tentang sard ta>ri>khi> li
nasy’a>t}i> fi> h}arakah al-Ikhwa>n al-Muslimi>n wa baya>n li al-h}awa>dith
(sejarah riwayat bagi pertumbuhan pergerakan Ikhwanul Muslimin),
al-h}arakah al-isla>miy>ah tubda’ min al-qa>‘idah (pergerakan manusia
sebagai kaidah dasar), al-bahth ‘an al-sila>h} wa al-ma>l (pencarian
senjata dan materi), ittis}a>la>tuna>’ bi al-ikhwa>n fi al-kha>rij (hubungan
atau komunikasi kita dengan saudara yang berada dalam barisan
luar), al-Isla>m niz}am h}aya>h al-ka>mil (Islam sebagai sistem
kehidupan yang sempurna). Performansi bahasa Qutb dalam bentuk
fonologi dan morfologi dalam salah satu karyanya Lima>dha>
A‘dumu>ni> bisa dilihat pada gambar 16 berikut.
Gambar 16
Performansi Bahasa Bentuk Fonologi dan Morfologi
dalam Lima>dha> A‘dumu>ni>
No Performansi
Bahasa
Bentuk Lingual Makna
Leksikal Fonologi Morfologi
1 Taqti>l117 /ta/qaf/ta/ya/lam/ تقتيل Penyembelihan
Pembunuhan
2 Takhri>b118 /syin/ya/wau/’ain/ya/ya/nun/ تخريب Sabotase
Penghancuran
117Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>? (Bairu>t: Da>r al-Syuru>q, 1965), 16.
118Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 13.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 209
3 al-Sijn 119 /alif/lam/sin/jim/nun/ السجن Penjara
4 Indifa>‘ 120 /alif/nun/dal/fa/alif/’ain/
إندفاع
Letusan
Ledakan
Pengaliran
Keberanian
Kegairahan
5 Amri>ka>’121 /alif/mim/ra/ya/kaf/alif/ أمريكا Amerika
6 al-
Ta‘dhi>b122 /alif/lam/ta/’ain/dhal/ya/ba/ التعذيب Siksaan
7 al-Ikhwa>n 123
/alif/kha/wau/alif/nun/ الاخوان
Saudara
Saudara laki-
laki
8 al-‘Askari> 124
/alif/lam/’ain/sin/kaf/ra/ya/ العسكرى Prajurit
Tentara
119Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 7. Terkait dengan performansi kata
“penjara” bisa dilihat dalam QS. Yu>suf: 12, yang menyatakan bahwa penjara di
dunia lebih baik daripada terjerumus dalam tipu muslihat dunia. “Yusuf berkata: Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.” Namun, penjara yang menyeramkan adalah
penjara di akhirat kelak. Lihat dalam QS. al-Isra>’: “Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya Kami kembali (mengazabmu) dan Kami jadikan neraka Jahannam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.”
120Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 26.
121Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 2.
122Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 10.
123Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 52.
124Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 39.
210 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
9 al-Maut 125 /alif/lam/mim/wau/ta/ الموت Mati
Kematian
10 H{arakah 126 /h}a/ra/kaf/ta/ حركة
Gerakan
Aktifitas
Semangat
Dinamis
Kata taqti>l berarti pembunuhan127
atau penyembelihan.
Dalam konteks bahasa Indonesia, pembunuhan berarti proses, cara,
dan perbuatan membunuh.128
Sementara kata indifa>’ berarti letusan,
ledakan, penggalian keberanian, dan kegairahan. Ledakan dalam
konteks bahasa Indonesia berarti letusan, usaha peningkatan jumlah
yang terjadi amat cepat banyak dan proses, cara, perbuatan
membunuh.129
Sementara itu, kata takhri>b berarti sabotase. Kata
“sabotase” dalam konteks bahasa Indonesia berarti perusakan milik
pemerintah (oleh pemberontak), penghalangan produksi perusahaan
atau tindakan merusak dan menentang kelancaran kerja,
pemusnahan fasilitas militer, perhubungan atau pengangkutan
wilayah musuh oleh agen rahasia lawan atau oleh kelompok gerakan
perlawanan bawah tanah.130
125Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 50.
126Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 54.
127Lihat Q.S. al-Baqarah: 191. “Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir”. Fitnah (menimbulkan
kekacauan), seperti mengusir sahabat dari kampung halamannya, merampas harta
mereka dan menyakiti atau mengganggu kebebasan mereka beragama.
128Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2225.
129Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 802.
130Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1197.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 211
Kata al-sijn berarti penjara. Kata penjara dalam konteks
bahasa Indonesia berarti bangunan atau tempat mengurung orang
hukuman, bui atau lembaga permasyarakatan.131
Sementara kata al-
ta‘dhi>b berarti penyiksaan. Dalam konteks bahasa Indonesia,
penyiksaan berarti proses atau hasil menyiksa, penderitaan
kesengsaraan sebagai hukuman, perlakuan yang sewenang-wenang
seperti menyakiti, menganiaya dan sebagainya, yang berhubungan
dengan penderitaan batin dan penderitaan yang tampak secara
lahir.132
Kata al-ikhwa>n berarti saudara. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “saudara” berarti orang yang seibu seayah (atau
hanya seibu atau hanya seayah), adik atau kakak, orang yang
bertalian keluarga, orang yang segolongan (sepaham, seagama,
sederajat, kawan, teman dan lain sebagainya), atau sapaan kepada
orang yang diajak bicara. Sementara, kata al-‘askari> berarti prajurit
atau tentara. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata prajurit berarti
anggota angkatan darat, udara, laut serta anggota kepolisian (tidak
memandang pangkat), golongan pangkat paling rendah dalam
angkatan darat dan udara, kemiliteran, ketentaraan, dan
kepahlawanan.133
Kata al-maut berarti mati.134
Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata mati berarti sudah hilang nyawanya, tidak bernyawa
131Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1046.
132Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1304.
133Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1097.
134Lihat dalam Q.S al-H{ajj: 58. “Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka dibunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki. Dan dalam QS. al-Imra>n: 169. “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki”. Maksud hidup di sisi Tuhannya yaitu hidup
dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat
212 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
atau tidak pernah hidup, tidak berasa lagi, padam, tidak terus atau
buntu tentang jalan, pikiran, ide dan sebagainya, atau tidak ramai
(pasar, perdagangan dan sebagainya), tidak bergerak (mesin arloji
dan sebagainya).135
Sementara kata h}arakah berarti pergerakan. Kata
pergerakan dalam konteks bahasa Indonesia merupakan perbuatan
akan keadaan bergerak (air, laut, mesin) gerakan, usaha atau
kegiatan di lapangan sosial (masyarakat, budaya, politik dan
sebagainya).136 Selanjutnya performansi Qutb dalam al-‘Ada>lah al-
Ijtima>‘iy>ah.
d. al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah
al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah merupakan salah satu karya Qutb
yang terbit pertama kali pada tahun 1949, ketika Qutb sedang
berada di Amerika dan merupakan karya pertamanya dalam
pemikiran Islam. Qutb mempersembahkan karyanya ini untuk
generasi muda Islam (rija>l al-di>n) yang berjuang di jalan Allah (jihad
fi sabilillah), dengan nama Allah, dan atas bantuan dan pertolongan
Allah. Karya Qutb ini, juga mengajak kepada pemuda Islam dan
kaum muslimin pada umumnya agar memulai kehidupan baru yang
lebih islami dalam suatu komunitas Islam yang memegang teguh
akidah dan sistem Islam (al-h}ayah bi syari>‘ah al-isla>m), dan juga
berpegang dan berhujah kepada syariat Islam. Menurutnya, Islam
bukan hanya merupakan ibadah saja (al-fiqh), tetapi juga sistem
ilahi yang mengatur seluruh kehidupan manusia dengan undang-
undang Allah (al-isla>m huw al-di>n wa al-daulah).137
Pembahasan dalam al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah terdapat delapan
pembahasan utama, pembahasan tersebut di antaranya berisikan
kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah yang mengetahui
bagaimana keadaan hidup itu.
135Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 888.
136Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 443.
137Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, 90
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 213
tentang al-di>n wa al-mujtama‘ bain al-masi>h}iy>ah wa al-Isla>m
(agama dan masyarakat antara Kristen dan Islam), t}abi>‘ah al-‘ada>lah
al-ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m (hakikat keadilan masyarakat dalam agama
Islam), wasa>’il al-‘ada>lah al-ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m (sarana keadilan
masyarakat dalam agama Islam), siya>sah al-h}ukm fi al-Isla>m (politik
hukum dalam agama Islam), siya>sah al-ma>l fi al-Isla>m (politik uang
dalam Islam), min al-wa>qi‘ al-ta>ri>khi> fi> al-Isla>m (fenomena dan
sejarah dalam Islam), h}a>dhir al-Islam wa Mustaqbaluh (Islam masa
kini dan masa depan), fi> Muftariq al-T{ari>q (jalan atau cara yang
beragam).138
Delapan pembahasan yang disebutkan di atas,
menggambarkan perhatian Qutb kepada masalah- masalah sosial
yang seharusnya tetap berada dalam pengaturan Islam. Termasuk di
dalamnya terdapat pembahasan-pembahasan yang berhubungan
dengan politik dan keadilan sosial yang harus diberikan bagi
masayarakat. Performansi Qutb dalam bentuk fonologi dan
morfologi dalam al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah bisa dilihat pada gambar
18 berikut.
Gambar 17
Performansi Bahasa Bentuk Fonologi dan Morfologi dalam
al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah
No Performansi
Bahasa
Bentuk Lingual Makna
Leksikal Fonologi Morfologi
1 al-
Tahlukah139 /alif/lam/ta/ha/lam/kaf/ta/ التهلكة Kerusakan
Bahaya
138Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 217.
139 Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 6. Terkait kata
“keruskan”, lihat dalam Q.S al-Ma>’idah: 32. “Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya
214 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
2 Syuyu>‘iy>u>n140 /syin/ya/wa/’ain/ya/wa/nu/ شيوعيون Para
komunis
3 al-
H{a>kimiyah141 /h}a/alif/kaf/mim/ya/ta/ حاكمية
Berkenaan
dengan
kekuasaan
4 Dhimmah142 /dhal/mim/mim/ta/ ذمة
Perlindungan
Keamanan
Jaminan
6 Jari>mah143 /jim/ra/ya/mim/ta/ جريمة
Kejahatan
Kriminalisasi
Perbuatan
salah
7 al-H{arb144 /alif/lam/h}a/ra/ba/ الحرب Peperangan
telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.”
140Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 6.
141Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 12. Kejahiliyahan
muncul kembali karena kondisi dunia yang menentang kedaulatan Tuhan (al-h}akimiy>ah lilla>h), dan saat ini umat manusia berada dalam kondisi jahiliyah seperti
sebelum ada Islam, atau bahkan lebih buruk lagi. Pemikiran, tradisi, budaya,
pemerintahan, konstitusi dan juga perundang-undangan tidak tunduk kepada al-h}akimiy>ah lilla>h seperti yang ditegaskan oleh al-Qur’an dan Sunnah, termasuk
segala sesuatu yang tampaknya Islam tetapi sebenarnya produk Barat, semuanya
adalah ja>hiliy>ah jadi>dah (jahiliyah modern) yang menurutnya sesat dan
menyesatkan. Lihat Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi
Dilal al-Quran karya Sayyid Qutb”, 317.
142Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 97.
143Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 50.
144Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 97. Lihat dalam Q.S
al-Taubah: 25. “Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.”
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 215
8 al-
Khus}u>mah145 /kha/s}a/wau/mim/ta/ الخصومة Antagonisme
Permusuahan
9 al-Khabi>th146 /alif/lam/kha/ba/ya/tha/ الخبيث Keji
Jelek
Jahat
10 al-Ih}ktika>r147 /alif/lam/’ain/sin/kaf/ra/ الاحتكار Monopoli
11 al-S{ira>‘ 148 /alif/lam/s}a/ra/’ain/’ain/ الصراع Konflik
Pertentangan
Kata al-tahlukah berarti bahaya atau kerusakan. Bahaya
dalam konteks bahasa Indonesia bermakna sesuatu yang mungkin
mendatangkan kecelakaan (bencana, kesengsaraan dan kerugian).
Bahaya dapat pula bermakna ancaman bagi sebuah keselamatan.149
Sedangkan kata syuyu>‘iy>u>n berarti para komunis. Dalam konteks
bahasa Indonesia, kata “komunis” berarti suatu kemampuan atau
suatu kesanggupan (untuk berbuat sesuatu) atau suatau kekuatan.
Makna lainnya adalah suatu wewenang atas sesuatu atau untuk
menentukan (seperti memerintah, mewakili, dan mengurus
sesuatu).150
Kata al-h}a>kimiy>ah berarti kedaulatan. Dalam konteks
bahasa Indonesia kata “kedaulatan” berarti kekuasaan tertinggi
atas suatu pemerintahan Negara atau Daerah.151
Semantara itu, kata
145Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 97. Lihat dalam Q.S
al-Baqarah: 98. “Barang siapa yang menjadi musuh Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.”
146Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 101.
147Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 101.
148Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 104.
149Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 118
150Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 745.
151Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 298.
216 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dhimmah berarti keamanan. Kata “keamanan” dalam konteks
bahasa Indonesia berarti bebas dari suataubahaya atau bebas dari
gangguan atau keadaan aman, sejahtera dan tentram.152
Kata al-h}arb berarti peperangan. Dalam konteks bahasa
Indonesia, peperangan bermakna peperangan antara negara, agama,
suku dan yang lainnya, atau pertempuran besar persenjata antara
dua pasukan (tentara, laskar, pemberontak, atau perkelahian yang
berakhir pada konflik, atau mengungkapkan permusuhan pemikiran
(ideologi).153
Sementara kata al-jari>mah berarti kejahatan atau
kriminalisasi.154
Dalam konteks bahasa Indonesia, kriminalisasi
berkaitan dengan kejahatan (pelanggaran hukum) yang dapat
dihukum menurut undang-undang proses yang memperlihatkan
perilaku yang semula tidak dianggap sebagai peristiwa pidana,
tetapi kemudian digolongkan sebagai peristiwa pidana oleh
masyarakat.155
Selanjutnya adalah kata khus}u>mah yang berarti
musuh. Dalam konteks bahasa Indonesia kata “musuh” berarti lawan
berkelahi, lawan berperang, lawan bertengkar, berperang, lawan
berjudi, lawan bertanding, lawan berseteru, atau bandingan,
imbangan, tandingan, atau sesuatu yang mengancam (kesehatan
atau keselamatan yang merusakan).156
Sementara kata khabi>th
berarti keji. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “keji” berarti
152Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 46-47.
153Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1051.
154 Lihat dalam Q.S al-Syura>: 22. “Kamu lihat orang-orang yang zalim sangat ketakutan karena kejahatan-kejahatan yang telah mereka kerjakan, sedang siksaan menimpa mereka. Dan orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh (berada) di dalam taman-taman surga, mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhan mereka. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.”
155Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 741.
156Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 944.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 217
sangat rendah (kotor, tidak sopan dan sebagainya), hina, rendah
tidak bermartabat.157
Kata al-ih}tikar berarti monopoli. Dalam konteks bahasa
Indonesia kata “monopoli” berarti situasi yang pengadaan barang
dagangannya tertentu (di pasar lokal atau nasional) sekurang-
kurangnya sepertiganya dikuasai oleh satu orang atau satu
kelompok sehingga harganya dapat dikendalikan atau hak tunggal
untuk berusaha atau membuat dan sebagainya. Atau mempunyai hak
tunggak untuk mengusahakan (membuat, memperdagangkan,
memiliki dan sebagainya).158
Sementara kata al-s}ira>‘ berarti
pertentangan atau konflik. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata
“pertentangan” berarti percekcokan, perselisihan, pertentangan, di
dalam cerita rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan,
atau pertentangan antara diri dalam satu tokoh, atau pertentangan
antara dua tokoh dan sebagainya), atau konflik yang disebabkan
adanya dua gagasan atau lebih, atau keinginan yang saling
bertentangan untuk menguasai diri sehingga memengaruhi tingkah
laku. Dalam konteks kebudayaan, pertentangan berarti persaingan
antara dua masyarakat sosial yang mempunyai kebudayaan hampir
sama. Sementara dalam konteks sosial, pertentangan berarti konfilk
antara dua masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam
kehidupan.159
Selanjutnya performansi Qutb dlam Tafsi>r fi Z{ila>l al-
Qur’a>n.
e. Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n (di bawah naungan al-Qur’an)
merupakan salah satu karya Qutb dalam bidang tafsir lengkap 30 juz
dan merupakan salah satu karya besar dan fenomenal dari karya-
157Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 649.
158 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 928.
159Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 723.
218 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
karya Qutb yang lainnya. Karya Qutb dalam bidang tafsir ini
memakan waktu yang cukup lama dalam proses penulisannya.
Proses penulisannya pun beragam sesuai dengan kondisi psikologis
dan mental Qutb. Pada tahun 1954, Qutb berhasil menyelasaikan 16
juz. Dalam proses penulisannya Qutb melanjutkan Tafsi>r fi Z{ila>l al-
Qur’a>n dalam penjara, karena Qutb ditangkap dan dijebloskan ke
dalam penjara bersama teman-teman dari Ikhwanul Muslimin akibat
kritikan-kritikan tajamnya kepada pemerintah dalam berbagai
tulisannya.160
Sebaliknya, ketika Qutb dibebaskan dari penjara, Qutb malah
berhenti dalam aktifitas penulisannya karena berbagaimacam
kesibukannya di Ikhwanul Muslimin. Namun, setelah kemabli
dinyatakan berbahaya oleh pemerintahan Nasser akhirnya Qutb
kembali dijebloskan ke dalam penjara. Dalam penjara, Qutb kembali
memilki banyak kesempatan untuk menulis dan melanjutkan sisa juz
atau ayat-ayat al-Qur’an yang belum sempat ditulisnya selama aktif
di Ikhwanul Muslimin. Kemudian, kali ini Qutb merampungkan juz-
juz tersisa dengan metode yang berbeda. Pengalamannya di penjara
membuat Qutb menulis Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n dengan gaya yang
berbeda. Pada masa ini, Qutb menggunakan metode tafsir gerakan
(h}araki>), sehingga pada masa ini tulisannya banyak dipengaruhi oleh
ideologi Qutb. Oleh karena itu, tafsir ini sering juga disebut dengan
tafsir h}araki>.161 Bentuk fonologi dan morfologi dalam Tafsi>r fi Z{ila>l
al-Qur’a>n dapat dilihat dalam gambar 18 berikut.
160Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qutb, 92.
161Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Qutb, 92.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 219
Gambar 18
Performansi Bahasa Bentuk Fonologi dan Morfologi dalam
Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
No Performansi
Bahasa
Bentuk Lingual Makna
Leksikal Fonologi Morfologi
1 Ghazwah162 /ghin/za/wau/ta/ غزوة Peperangan
Serangan
Infansi
2 Qita>l 163 /qaf/ta/alif/lam/ قتال
Peperangan
Pertempuran
Medan tempur
3 Khiya>nah164 /kha/ya/alif/nun/ta/ خيانة
Pengkhianatan
Pelanggaran
4 Muh}a>ribu>n165 /mim/h}a/alif/ra/ba/wa/nun/ محاربون
Para
penyerang
Para petempur
5
H{arakah166 /alif/lam/h}a/ra/kaf/ta/ الحركة
Pergerakan
Langkah
Aktifitas
Semangat
dinamis
162Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 2.
163Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 5.
164Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 6.
165Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 6.
166Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 9.
220 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
6 Ja>hiliyah167 /jim/alif/ha/lam/ya/ta/ جاهلية
Jahiliyah
Paganisme
7 Ma‘rakah168 /’ain/ra/kaf/ta/ معركة Peperangan
8 al-Ghad}ab 169 /alif/lam/gha/d}a/ba/ الغضب Kemarahan
9 Khus}u>mah170 /kha/s}a/wau/mim/ta/ خصومة Musuh
10 Qiya>dah 171 /qaf/ya/alif/dal/ta/ قيادة Pemimpin
Kata ghazwah berarti peperangan, serangan atau infansi. Kata
serangan dalam konteks bahasa Indonesia berarti perbuatan
menyerang, menyerbu, atau serbuan.172
Sementara kata qita>l berarti
pertempuran. Kata “pertempuran” dalam konteks bahasa Indonesia
berarti memperlegakan, perkelahian yang hebat, peperangan atau
167Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 9. Lihat dalam
Q.S al-Ah}za>b: 33. “Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Tetap di rumah maksudnya: Isteri-isteri
Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada keperluan yang dibenarkan
oleh syara. Perintah ini juga meliputi segenap mukminat. Semantara yang
dimaksud jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum
Nabi Muhammad. Dan yang dimaksud jahiliyah sekarang ialah jahiliyah
kemaksiatan, yang terjadi sesudah datangnya Islam. Sementara Ahlul bait di sini
berarti keluarga rumah tangga Rasulullah Saw.
168Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 57.
169Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 23.
170Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 34 .
171 Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 19. Terkait
dengan performansi pada kata “pemimpin”, lihat dalam QS. al-‘Ara>f: 7. “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). Maksud dari pemimpin-pemimpin selainnya adalah pemimpin-
pemimpin yang membawa kepada kesesatan.
172Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1283.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 221
perjuangan.173
Sedangkan kata khiya>nah berarti pengkhianatan174
atau pelanggaran. Dalam konteks bahasa Indonesia,
“pengkhianatan” berarti perbuatan tidak setia, perbuatan yang
bersebrangan atau bertentangan dengan janji-janji, atau proses cara
perbuatan pengkhianatan atau perbuatan mengkhianati.175
Kata
muh}a>ribu>n berarti para penyerang atau petempur. Dalam konteks
bahasa Indonesia kata penyerang atau petempur berarti orang yang
menyerang, menyerbu atau agresor.176
Sementara itu, kata al-
ja>hiliy>ah berarti bodoh atau paganisme. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “paganisme” berarti bodoh tidak tahu terutama
tentang ajaran agama, moral, sosial, dan lingkungan budaya.177
Semantara kata al-ma‘rakah berarti perkelahian atau
peperangan. Dalam konteks bahasa Indonesia, perkelahian berarti
bentrokan yang hebat, peperangan atau perjuangan.178
Sementara
kata al-ghad}ab berarti kemarahan atau marah.179
Marah dalam
173 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1435.
174Terkait dengan performansi pada kata khianat, lihat dalam Q.S al-Anfa>l: 58. “Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhiantan dari suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.” Ayat tersebut
menjelaskan sepatutnya umat Islam membalas khianat dengan kejujuran, bukan
dengan khianat pula, karena Allah Swt tidak menyukai perbuatan khianat.
175Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 693.
176Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1282.
177Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 557.
178Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1435.
179Lihat dalam Q.S al-Syura>: 37. “Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa- dosa besar dan perbuatan- perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf. Dan lihat juga dalam Q.S al-Mulk: 8. “hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?" Ayat
tersebut menjelaskan terkait api neraka yang akan menjadi tempat bekumpulnya
kaum kafir karena perbuatan-perbuatan yang mereka lakukan selama hidup di
dunia.
222 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
konteks bahasa Indonesia berarti sangat tidak senang (karena dihina,
diperlakukan tidak sepantasnya dan perlakuan-perlakuan tidak
pantas lainnya); atau keadaan berang dan gusar terhadap sesuatu
ketidakberesan. Kata kemarahan berarti hal keadaan marah,
kegusaran, dan keberangan.180
Selanjutnya kata khus}u>mah berarti
musuh. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “musuh” berarti
lawan berkelahi, berperang, bertengkar, berperang, berjudi,
bertanding, berseteru, atau bandingan, imbangan, tandingan, atau
sesuatu yang mengancam (kesehatan, keselamatan yang
merusakan).181
Semantara kata qiya>dah berarti pemimpin. Dalam
konteks bahasa Indonesia, kata “pemimpin” berarti mengetuai,
mengepalai atau orang yang memimpin.182
Makna-makna di atas merupakan makna leksikal atau makna
secara kata yang sesuai dengan makna kamus (lafz}iy>ah atau qa>mu>s)
dari kata-kata yang diproduksi Qutb (dalam karya-karyanya).
Makna tersebut merupakan makna-makna performansi Qutb ditinjau
secara konvensional. Konvensional dalam arti makna-makna
performansi Qutb berdasarkan makna tekstual tanpa melihat unsur-
unusur makna yang melibatkan kontekstual. Menurut analisis
penulis, kata-kata yang diproduksi Qutb dihubungkan dengan makna
leksikal, mengarah terhadap makna yang militan. Hal tersebut
sesuai dengan makna-makna kontekstual yang Qutb maksudkan
berdasarkan situasi kondisi lingkungan sekitarnya yang diakomodasi
dalam performansi bahasanya. Dengan kata lain, performansi Qutb
ditinjua dari segi makna, baik secara makna tekstual ataupun secara
makna kontekstual, keduanya sama-sama mengarah kepada makna
yang militan, tendensius, dan bersifat provokatif.
180Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 878.
181Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 944.
182Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1075.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 223
2. Performansi Bahasa Sayyid Qutb dalam Bentuk Frasa.
Frasa lazim diartikan sebagai satuan gramatikal berupa
gabungan kata yang bersifat non-predikatif, atau merupakan
gabungan kata yang mengisi fundi sintaksis dalam kalimat.183
Frasa
dalam tahapannya minimal terdiri dari dua kata. Hubungan kedua
kata tersebut tidak membentuk atau tidak berstruktur subjek
predikat atau berstruktur predikat objek.184
Dalam bahasa Arab,
terdapat frasa dalam tataran tarki>b, yaitu gabungan unsur yang
saling terkait dan menempati fungsi tertentu dalam kalimat, atau
suatu bentuk yang secara sintaksis sama dengan satu kata tunggal,
dalam arti gabungan kata tersebut dapat diganti dengan satu kata
saja. Sedangkan frasa dalam konteks ‘iba>rah adalah konstruksi
kebahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih hubungan antara
kata dalam konstruksi itu tidak predikatif, dan dapat diganti dengan
satu kata saja.185
Frasa dapat diklasifikasikan dalam beberapa jenis
yang memiliki padanan dalam bahasa Arab. Jenis-jenis tersebut
diklasifikasikan berdasarkan persamaan distribusinya dengan
golongan kata sebagai berikut.186
183Contoh non predikatif dalam bahasa Arab seperti hadi>qah al-h}ayawana>t,
berbeda dengan istaiqiz} al-walad yang memiliki unsur predikatif. Salah satu contoh
frasa dalam karya Qutb seperti pada frasa khas}a>’is} al-ja>hiliy>ah. Lihat dalam Sayyid
Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 11.
184Abdul Chaer, Linguistik Umum, 222-223.
185Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa dan Kalimat, 33.
186Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa dan Kalimat, 50.
224 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Gambar 19
Jenis-jenis Frasa
Berdasarkan gambar di atas, dapat kita ketahui bersama
mengenai pembagian frasa. Yang pertama adalah frasa nominal
(FN), frasa nominal merupakan gabungan dua atau lebih frasa yang
bertipe nominal.187
Sedangkan frasa dalam bentuk adjektifal (FAdj)
adalah gabungan dua atau lebih frasa atau kata yang bertipe
adjektif.188
Frasa adverbial (FAdv) adalah gabungan dua kata atau
lebih yang bertipe adverbia.189
Sedangkan frasa numerial (FN)
adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk frasa yang
terdiri dari kata yang bersifat hitungan atau bersifat numerial.190
187Frasa al-tahdi>d bi al-fana>’ merupakan contoh frasa dalam kategori frasa
ismi> (nimonal) yang di dalamnya juga terdapat frasa sibh al-jumlah (preposisional).
188Frasa al-da‘wah al-jadi>dah merupakan frasa dalam bentuk frasa was}fi> (adjektif).
189Frasa mundhu ams merupakan bentuk frasa yang masuk dalam kategori
frasa z}arfi> (adverbial).
190 Frasa thala>th s}uwarin merupakan contoh frase dalam bentuk ‘adadi > (numerial).
Frasa
al-Tarki>b / al-‘Iba>rah
F. Verbal
Fi‘li> F. non verbal
Ghair fi‘li>
F.Numeri
al-‘Adadi> F Preposisional
Syibh al-Jumlah F.Adverbi
al Z{arfi> F. Ajektif
al-Was}fi> F. Nominal
Ismi>
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 225
Sementara frasa dalam bentuk preposisi (FP)191
adalah gabungan
dua kata atau lebih yang membentuk frasa dan terdiri dari kata
depan.192
Dalam performansi bahasa Qutb, banyak sekali frasa-frasa
yang bersifat tendensius dan militant yang merupakan interpretasi
dari kompetensi bahasanya. Kompetensi bahasa Qutb dengan ide-
ide fundamental dan pemikiran-pemikiran radikalnya berinplikasi
terhadap semaraknya performasni bahasa Qutb. Tulisan-tulisan
Qutb menjadi salah satu sumber inspirasi pemakian jargon-jargon
dalam h}arakah dakwah dan gerakan-gerakan jihad membangun
Islam yang murni dan menjauhkan dari Islam dari sistem yang
berkedok Islam tapi diselimuti oleh kemunafikan-kemunafikan
penguasa. Performansi Qutb dapat kita lihat dalam karya-karyanya
yang banyak menyebabkan Qutb disebut sebagai musuh negara dan
pemerintahan.
a. Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q
Performansi Qutb bentuk frasa dalam Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q
banyak berhubungan dengan sesuatu yang mengerikan atau bahaya-
bahaya dalam konteks dunia seperti ancaman dan intimidasi yang
akan menyebabkan kepada kebinasaan dan kehancuran Islam, yang
menyebabkan kepada dua hal tersebut karena diterapkannya sistem-
sistem jahiliyah dalam sistem-sistem Islam. Sistem-sistem jahiliyah
tersebut banyak dijadikan tempat sandaran oleh lingkungan yang
dibentuk oleh penguasa pemerintah Islam. Hal tersebut akan
menyebabkan kepada dekatnya dengan jurang neraka. Oleh karena
itu, menurut penulis Qutb banyak memberikan frasa-prasa solusi
untuk menjauhkan dari api neraka. Yaitu dengan bentuk jihad fi
sabilillah untuk mengembalikan Islam yang sebenarnya bagi umat
191Frasa bi al-manhiy>a>t wa al-munkara>t termasuk frasa dalam bentuk sibh
al-jumlah.
192Pengertian jenis-jenis frasa di atas dikutif dari Henry Gutur Tarigan,
Pengajaran Sintaksis (Bandung: Angkasa, 200), 103-108.
226 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Islam. Bentuk frasa-frasa dalam Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q dapat dilihat
dalam gambar berikut.
Gambar 20
Performansi Bahasa Bentuk Frasa dalam
Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q
No Performansi Bahasa
Bentuk
Lingual Makna Leksikal
Morfologi
1 H{a>ffah al-ha>wiyah193 الهاوية حافة Dekat jurang
neraka jahanam
2 al-Tahdi>d bi al-fana>’194 التهديد بالفناء Ancaman
intimidasi
terhadap
kebinasaan
3 al-‘A<lam al-gharbi>195 العالم الغربى Dunia Barat
4 Bi al-ja>hiliyah al-
muh}i>t}ah196 بالجاهلية المحيطة
Jahiliyah yang
dijadikan
sebagai dasar
atau tempat
sandaran
193Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 7. Lihat juga dalam Q.S S{a>d: 59.
“(Dikatakan kepada mereka): “Ini adalah suatu rombongan (pengikut-pengikutmu) yang masuk berdesak-desak bersama kamu (ke neraka).” (Berkata pemimpin-pemimpin mereka yang durhaka): “Tiadalah ucapan selamat datang kepada mereka karena sesungguhnya mereka akan masuk neraka.” Mengenai neraka hawiyah lihat
dalam Q.S al-Qa>ri‘ah: 10-11. “Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu? (yaitu) api yang sangat panas.”
194Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 8.
195Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 4.
196Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 11.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 227
5 al-’Anz}amah al-
ja>hiliyah197 Sistem-sistem الأنظمة الجاهلية
jahiliyah
6 al-Da‘wah al-
jadi>dah198 Dakwah الدعوة الجديدة
reformasi
7 al-Jiha>d al-madani>199 الجهاد المدنى Jihad di medan
perang
8 Bi al-manhiy>a>t wa al-
munkara>t200
بالمنهيات والمنكرات
Dengan
pencegahan
terhadap
kemungkaran
9 Ma‘rakah dakhmah
ma‘a al-ja>hiliy>ah201
معركة ضخمة مع الجاهلية
Peperangan
besar dengan
jahiliyah
10 al-H{arb al-difa>‘iy>ah202 الحرب الدفاعية Bentuk defensif
dalam
peperangan
197Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 9.
198Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 125. 199Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 30. Lihat dalam QS. al-Imra>n: 142.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.” jihad dalam ayat tersebutidapat berarti: Pertama, berperang untuk
menegakan Islam dan melindungi orang-orang Islam. Kedua, memerangi hawa
nafsu. Ketiga, mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam.
Keempat, memberantas yang batil dan menegakan yang hak.
200Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 31.
201Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 38.
202Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 59.
228 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Kata al-h}a>ffah berarti jurang. Dalam konteks bahasa
Indonesia kata “jurang” berarti lembah yang dalam dan sempit serta
curam dindingnya, atau kehidupan susah yang menyebabkan
kemelaratan dan kesenjangan sosial komunikasi, atau apabila di
antara peserta komunikasi tidak terdapat pengertian yang sama
mengenai lambang yang digunakan, atau yang memisahkan antara
yang kaya dengan miskin, penguasa dan merakyat biasa dan lain
sebagainya, perbedaan cara berfikir antara generasi muda dan
generasi tua.203
Sedangakan kata al-h}a>wiyah berarti neraka. Dalam
konteks bahasa Indonesia, kata “neraka” berarti alam akhirat atau
tempat orang kafir dan orang durhaka yang akan mangalami siksaan
dan kesengsaraan, sial, celaka, keadaan atau tempat yang
menyengsarakan (kemiskinan, penyakit parah dan lain-lain).204
Frasa
al-ha>ffah al-ha>wiyah termasuk frasa was}fi> (adjektival) yang
bermakna proses mendekatnya masuk dalam neraka h}a>wiyah.
Kata al-tahdi>d berarti intimidasi. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “intimidasi” berarti suatu tindakan menakut-nakuti
(terutama untuk memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu),
atau sebuah gertakan dan ancaman.205
Sedangkan kata al-fana>’
berarti binasa. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “binasa”
bermakna sesuatu yang rusak sama sekali, hancur lebur atau
musnah.206
Frasa al-tahdi>d bi al-fana>’ merupakan bentuk frasa dalam
kategori frasa ismi> (nimonal) yang di dalamnya juga terdapat frasa
syibh al-jumlah (preposisional). Frasa tersebut berarti adanya
intimidasi berupa ancaman yang akan menyebabkan kepada suatu
hal yang bersifat fana (kebinasaan).
203Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 594.
204Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 960.
205Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 544.
206Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 194.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 229
Kata al-‘a>lam berarti dunia. Dalam konteks bahasa Indonesia,
kata “dunia” berarti bumi dengan segala sesuatu yang terdapat di
atasnya atau planet tempat manusia hidup atau lapangan alam
kehidupan yang bersfiat kebendaan atau tidak kekal.207
Sedangkan
kata al-gharbi> berarti Barat. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata
“Barat” berarti asing atau belum biasa atau datang dari luar (negeri,
daerah atau lingkungan).208
Frasa al-‘a>lam al-gharbi> merupakan
bentuk frasa yang masuk dalam kategori frasa was}fi (adjektif). Frasa
al-‘a>lam al-gharbi bermakna dunia Barat. Sementara kata al-
ja>hiliyah berarti jahiliyah atau kebodohan (sudah penulis bahasa
pada pembahasan sebelumnya). Dan kata al-muh}i>t}ah berarti tempat
sandaran. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “sandaran” berarti
tempat untuk bersandar, alat untuk menyandarkan atau tumpuan
hidup dan harapan.209
Frasa bi al-ja>hiliy>ah al-mah}i>t}ah merupakan
bentuk frasa dalam kategori syibh al-jumlah (ja>r al-majru>r) dan
was}fi> (adjektif). Frasa tersebut berarti jahiliyah yang dijadikan
sebagai tempat sandaran.
Kata al-anz}amah berarti sistem-sistem. Dalam konteks bahasa
Indonesia kata “sistem” berarti perangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas, atau susunan
yang teratur dari pandangam teori, dan sebagainya.210
Frasa al-
anz}amah al-ja>hiliy>ah merupakan bentuk frasa was}fi (adjektif). Frasa
tersebut berarti sistem-sistem jahiliyah. Sedangkan kata ma‘rakah
berarti peperangan.211
Kata d}ah}mah berarti besar. Frasa ma‘rakah
d}ahmah ma‘ al-ja>hiliy>ah merupakan bentuk frasa was}fi> (adjektif)
207Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 347.
208Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 93.
209 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1219.
210Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1321. Sementara kata al-ja>hiliy>ah sudah penulis bahasa arti dan maknanya pada sub bab sebelumnya.
211Arti dan makna kata “ma‘rakah” dan “ja>hiliy>ah” sudah penulis bahas
secara komprehensif pada sub bab atau pembahasan sebelumnya.
230 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dan sibh al-jumlah (ja>r wa majru>r). Frasa tersebut berarti peperangan
besar dengan jahiliyah. Sementara kata al-h}arb berarti
peperangan.212
Kata al-difa>‘iy>ah berarti defensif. Dalam konteks
bahasa Indonesia, kata “defensif” berarti bersikap bertahan atau
dipakai atau dimaksudkan untuk bertahan.213
Frasa al-h}arb al-
difa>‘iy>ah termasuk dalam frasa was}fi (adjektif). Frasa tersebut
berarti bentuk defensif dalam peperangan.
Kata al-da‘wah berarti dakwah (sudah dalam proses
integrasi214
dalam kosakata bahasa Indonesia).215
Dalam konteks
bahasa Indonesia, kata “dakwah” berarti suatu penyiaran
propaganda, penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan
masyarakat. Kata “dakwah” dapat juga bermakna seruan untuk
memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama dengan
contoh perbuatan yang nyata, dakwah sendiri memiliki metode yang
beragam, di antaranya dakwah dengan harta, dakwah dengan lisan
dan dakwah dengan perbuatan.216
Sementara al-jadi>dah berarti
reformasi. Kata “reformasi” dalam konteks bahasa Indonesia berarti
perubahan secara drastis untuk perbaikan dalam berbagai bidang,
seperti bidang sosial, politik dan agama dalam suatu masyarakat
atau agama.217
Frasa al-da‘wah al-jadi>dah termasuk frasa dalam
212Arti dan makna kata peperangan sudah penulis bahasa pada kata “al-
ma‘arakah” yang dibahas pada pembahasan sebelumnya.
213 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 303.
214Dalam integrasi unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk itu,
sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dari bahasa yang
menerimanya. Proses integrasi ini memerlukan waktu yang cukup lama, sebab
unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata
bentuknya. Lihat Abdul Chaer, Linguistik Umum, 67.
215Lihat Q.S Nu>h}: 8. “Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara terang-terangan.” Dakwah ini dilakukan setelah dakwah dengan cara diam-diam tidak berhasil.”
216Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 288.
217Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1154.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 231
bentuk was}fi> (adjektif). Frasa al-da‘wah al-jadi>dah bermakna seruan
atau ajakan kepada perombakan atau perbaikan sistem sosial, politik
dan agama.
Kata al-jiha>d berarti jihad (sudah dalam proses integrasi
dalam kosakata bahasa Indonesia). Dalam konteks bahasa Indonesia,
kata “jihad” berarti suatu usaha dengan segala daya upaya untuk
mencapai kebaikan, usaha bersungguh-sungguh membela agama
Islam dengan mengorbankan harta benda, jiwa dan raga, atau perang
suci melawan orang kafir untuk mempertahan agama Islam. Jihad
terbentuk dalam bentuk jihad akbar yang bermakna perang melawan
hawa nafsu (yang jahat), perang besar. Sedangkan jihad yang
terbentuk dalam jihad asgar adalah jihad kecil jihad fi sabilillah
jihad pada jalan Allah (untuk kemajuan agama Islam atau untuk
mempertahankan kebenaran).218
Sedangkan kata al-madani> berarti
tempat atau medan perang. Dalam konteks bahasa Indonesia, frasa
“medan perang” berarti tempat berperang, daerah pertempuran
gelanggang untuk berperang, atau tempat berperang antara dua
tentara yang berhadap-hadapan sebagai musuh.219
Frasa al-jihad al-
madani> masuk dalam bentuk frasa was}fi> (adjektif). Frasa tersebut
berarti jihad dalam koteks langsung ke lapangan atau tempat
pertempuran, baik pertempuran ideologi, pertempuran pemikiran
atau perang senjata.
Kata al-manhiy>a>t berarti pencegahan-pencegahan. Dalam
konteks bahasa Indonesia kata “pencegahan” berarti proses, cara,
perbuatan mencegah, atau penolakan.220
Sedangkan kata al-munkar
berarti mungkar (sudah dalam proses integrasi dalam kosakata
bahasa Indonesia). Kata “mungkar” dalam konteks bahasa Indonesia
berarti durhaka (melanggar perintah Tuhan), tidak menurut perintah
218Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 584.
219Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 892.
220Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 250.
232 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Tuhan, mengingkar terhadap Tuhan, hal mungkar, perbuatan
mungkar atau kedurhakaan.221
Frasa bi al-manhiya>t wa al-munkara>t
termasuk frasa dalam bentuk sibh al-jumlah. Frasa tersebut
bermakna pencegahan terhadap kemungkaran dan kebalikan dari
amar makruf222 atau memerintahkan kebaikan.
b. Ma‘rakatuna>’ Ma’a al-Yahu>d
Performansi bahasa Qutb dalam Ma’rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d
merupakan salah satu ekspresi kekesalan Qutb kepada Yahudi. Qutb
mengungkapkan terjadinya kemerosotan, degradasi, dan dekadensi
moral yang disebabkan tipu daya atau rekayasa kekuasaan yang
dipengaruhi campur tangan Barat. Menurut Penulis, keadaan
tersebut Qutb bahas dengan frasa h}alah al-ka>fir atau lingkungan
dalam keadaan kafir walaupun bentuknya Islam. Oleh karena itu,
sebenarnya Islam telah dihina secara lembut. Serangan lembut ini
lebih berbahaya daripada serangan-serangan yang bersifat aksional.
Sebab, kejahatan dalam bentuk ini adalah kejahatan yang tidak
terlihat atau masih samar. Sementara ungkapan bahwa mereka
semua adalah musuh, menurut penulis didukung dengan frasa
ha>dhihi al-h}arb al-sya>milah. Bentuk frasa-frasa dalam Ma’rakatuna>’
Ma‘a al-Yahu>d dapat dilihat dalam gambar berikut.
221Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 940.
222Lihat QS. al-Imra>n: 104. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. Makruf:”
segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah
segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 233
Gambar 21
Performansi Bahasa Bentuk Frasa dalam
Ma‘rakatuna>’ Ma’a al-Yahu>d
No Performansi Bahasa Bentuk Lingual
Makna Leksikal Frasa
1 Fi ab>an al-
ma‘rakah223
ن المعركةفى ابا Pada saat perang
2 al-Sult}a>t al-
injili>ziy>ah224 Kekuasaan السلطات الانجليزية
Inggris
3 al-Sila>h} al-makht}u>f 225
السلاح المخطوفSenjata yang
dirampas atau
diculik
4 H{a>lah al-ka>firi>n226 حالة الكافرين Keadaan kaum
kafir
5 Ha>dhihi al-h}arb al-
sya>milah227
Ini peperangan هذه الحرب الشاملة
yang sempurna
6 al-H{arb al-
ahliy>ah228 Perang saudara الحرب الأهلية
7 Inhit}a>t} al-bi>’ah229 انحطاط البيئة Degradasi
kemerosotan
223 Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d (Bairu>t: Da>r al-Syuru>q,
1993), 5.
224Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 5.
225Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 5.
226Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 38. Lihat dalam QS. Fus}ilat: 41. Dan orang-orang kafir berkata: “Ya Rabb kami perlihatkanlah kepada kami dua jenis orang yang telah menyesatkan kami (yaitu) sebagian dari jinn dan manusia agar kami letakkan keduanya di bawah telapak kaki kami supaya kedua jenis itu menjadi orang-orang yang hina.”
227Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 33.
228Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 38.
229Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 6.
234 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
lingkungan
8 al-dhull wa al-
muha>nah wa al-
h}ara>b230
والمهانة الذل والخراب
Dihina, kehinaan
atau kerendahan
9 Ha>’ula>’ al-a‘da>’231 هؤلاء الأعداء Mereka semua
adalah musuh
10 Abt}alat al-
maki>dah232
أبطلت المكيدةTipudaya,
rekayasa
persekongkolan
Kata abba>n berarti saat atau waktu menentukan keputusan.
Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “keputusan” berarti perihal
yang berkaitan dengan putusan, segala putusan yang telah
ditetapkan setelah dipertimbangkan dan dipikirkan atau ketetapan
sikap terakhir yang dijalankan.233
Sedangkan arti kata al-ma‘rakah
berarti peperangan. Makna leksikal kata “peperangan” sudah penulis
bahasa pada pembahasan sebelumnya. Frasa fi> aba>n al-ma‘rakah
termasuk dalam frasa sibh al-jumlah (al-ja>r wa al-majru>r) dan ismi>
(nominal). Frasa tersebut bermakna keputusan dalam berperang.
Kata al-sult}a>t berarti kekuasaan. Kata “kekuasaan” dalam
konteks bahasa Indonesia berarti kemampuan atau kesanggupan
untuk berbuat sesuatu. Atau suatu kekuatan, wewenang atas sesuatu
230Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 10.
231Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 24. Lihat juga dalam QS.
Fa>t}ir: 6. “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuhmu (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”.
232Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 12. Lihat dalam QS. al-Imra>n: 3. “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
233Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1124. Sedangkan arti dan
makna kata al-ma‘rakah sudah dibahas pada bab sebelumnya.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 235
untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dan
sebagainya) sesuatu. Makna lainnya adalah pengaruh, gengsi,
kesaktian, dan sebagainya yang ada pada seseorang karena
jabatannya (martabatnya), mampu atau sanggup berkuasa karena
kekuasaan ada pada orang yang diberikan wewenang.234
Frasa al-
sult}a>t al-injiliziy>ah merupakan frasa dalam bentuk id}a>fah. Frasa al-
sult}a>t al-injiliziy>ah berarti kekuasaan yang didominasi oleh Inggris.
Kata al-sila>h} berarti senjata.235
Sedangkan kata al-makht}u>f berarti
dirampas atau diculik. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata
“dirampas” berarti ambil dengan paksa dengan kekerasan, proses
atau perbuatan merampas, perebutan, penyamuan atau penyitaan.236
Frasa al-sila>h} al-makht}u>f termasuk dalam frasa was}fi> (adjektif).
Frasa tersebut berarti senjata yang dirampas atau diculik.
Kata al-ka>fir berarti orang kafir (kata kafir sudah berintegrasi
dengan kosakata bahasa Indonesia dan mennjadi bagian kisakata
Indonesia).237
Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “kafir” berarti
orang yang tidak percaya kepada Allah dan RasulNya. Kata “kafir”
memiliki ragam pengertian, di antaranya: Pertama, kafir harbi
adalah orang kafir yang menggangu dan mengkacau keselamatan
Islam, sehingga kafir dalam bentuk ini wajib diperangi. Kedua, kafir
muahid adalah orang kafir yang mengadakan perjanjian dengan
umat Islam, bahwa mereka tidak akan menyerang atau bermusuhan
234Pusat Bahasa, Kamus Besar \Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Gramedia
\Pustaka \Utama, 2008), 745.
235Terkait arti dan makna leksikal pada kata “senjata” sudah dibahas pada
sub bab atau pembahasan sebelumnya.
236Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1138.
237Lihat dalam QS. al-Nisa>’: 89. “Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong.”
236 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dengan umat Islam selama perjanjian yang disepakati berlaku.
Ketiga, kafir zimi adalah orang kafir yang tunduk kepada
pemerintahan Islam dengan kewajiban membayar pajak bagi yang
mampu dan mendapat perlindungan dan jaminan keamanan dari
pemerintahan Islam.238
Frasa h}a>lah al-ka>fir merupakan frasa dalam
bentuk id}afah. Frasa ha>lah al-ka>fir berarti kondisi atau dalam
keadaan orang kafir. Kata inhit}a>t berarti degradasi. Dalam konteks
bahasa Indonesia, kata “degradasi” berarti penurunan tentang
pangkat, mutu, moral, perangkat, dan sebagainya, atau kemunduran
dan kemerosotan.239
Semantara kata al-bi>’ah berarti lingkunga. Kata “lingkungan”
dalam konteks bahasa Indonesia berarti daerah kawasan yang
termasuk di dalamnya, atau bagaian wilayah dalam kelurahan yang
merupakan lingkungan kerja pelaksanaan pemerintahan desa.
Lingkungan ketika dihubungkan dengan alam berarti keadaan atau
kondisi kekuatan sekitar yang memengaruhi perkembangan tingkah
laku organisme. Sementara lingkungan yang dihubungkan dengan
kehidupan merupakan kesatuan benda, daya, keadaan, dan mahluk
hidup, termasuk manusia dan prilakunya yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup yang
lain. Lingkungan ketika dihubungkan dengan kebudayaan
merupakan keadaan sistem nilai budaya, adat istiadat, dan cara
hidup masyarakat yang mengelilingi kehidupan seseorang.
Lingkungan ketika dihubungkan dengan sosial berarti kekuatan
masyarakat serta berbagai sistem norma di sekitar individu atau
kelompok manusia yang mempengaruhi pertumbuhan manusia serta
mahkuk hidup yang lain tingkah laku dan interaksi mereka.240
Frasa
inh}it}a>t al-bi>’ah masuk dalam bentuk frasa id}a>fah. Frasa inhit}a>t al-
238Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 601.
239Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 304.
240Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 831.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 237
bi>’ah bermakna lingkungan yang semakin mengalami penurunan
baik dalam segi lingkungan hidup, sosial, dan budaya.
Kata al-dhull, al-muha>nah dan al-h}ara>b berarti kehinaan atau
kerendahan.241
Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “kehinaan”
berarti rendah kedudukannya (pangkat, martabat, dan sebagainya)
yang bersifat keji, tercela, dan tidak baik. Kata tersebut juga
bermakna sangat rendah, hina dan biadab atau kelakuan yang kurang
baik.242
Frasa al-dhull wa al-muha>nah wa al-h}ara>b masuk dalam
bentuk frasa sibh al-jumlah. Frasa tersebut bermakna kehinaan,
tipudaya atau rekayasa. Kata “Tipudaya” dalam konteks bahasa
Indonesia bermakna mengambil dengan paksa dengan kekerasan,
menyamun, membegal, menyabot dan menyita.243
Tipudaya juga
memiliki ragam makna seperti bermacam-macam tipu berbagai daya
upaya yang buruk, tipu muslihat, siasat ilmu perang dan
sebagainya.244
Selanjutnya adalah kata abt}alat yang berarti menghilangkan.
Kata hilang dalam konteks bahasa berarti tidak ada lagi, lenyap, dan
tidak kelihatan. Atau melenyapkan atau membuat hilang.245
Sementara kata al-maki>dah berarti komplotan. Kata “komplotan”
dalam konteks bahasa Indonesia berarti persekutuan secara rahasia
yang bermaksud melakukan kejahatan, gerombolan kejahatan,
241Kata al-dhullu, al-muha>nah dan al-h}ara>b merupakan kata yang termasuk
sama kata namun beda makna. Dalam pembahasan bahasa Arab, ketiga kata
tersebut masuk dalam pembahasan fiqh al-lughah. Kata al-dzullu, al-muha>nah dan
al-h}ara>b merupakan al-tara>dif (sinonim) yaitu ma> ikhtalaf lafd}uh wa ittafaq ma‘na>hu au huw ma> it}la>q iddah kalima>t ‘ala> madlu<l al-wa>h}id (suatu kata yang peda
bentuknya, akan tetapi memilki persamaan dalam makna atau beragam kata akan
tetapi menunjukan kepada makna satu yang seragam. Lihat Imi>l Badi>’ Yakub, Fiqh al-Lughah al-‘\Arabiy>ah wa Khas}a>’is}uh (Bairu>t: Da>r al-Thaqa>fah al-Isla>miy>ah), 173.
242Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 499.
243Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1138.
244Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1471.
245 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 498.
238 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
melakukan kejahatan, kakitangan sebuah kejahatan.246
Frasa abt}alat
al-maki>dah berarti melenyapkan komplotan. Selanjutnya, kata
ha>’ula> berarti mereka. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata
“mereka” berarti orang ketiga jamak (dia dengan yang lain), atau
orang-orang yang dibicarakan.247
Sementara kata al-a‘da>’ berarti
musuh.248
Frasa Ha>’ula>’ al-a‘da>’ termasuk dalam frasa ismi>
(nominal). Frasa tersebut berarti mereka semua adalah musuh.
c. Lima>dha> A’dumu>ni>?
Performansi bahasa Qutb yang berhubungan dengan sesuatu
yang fundamental juga terdapat dalam karyanya lima>dha>’ a’dumu<ni>.
Qutb menyinggung kebudayaan Barat, khsususnya Amerika yang
banyak menginterpensi Islam dan banyak mengambil keuntungan
dari umat Islam. Eksistensi sistem-sistem Amerika dibuktikan
dengan banyak bermunculannya pers-pers atau jurnalisme Amerika
yang banyak mengdiskreditkan umat Islam. Munculnya pers-pers
tersebut merupakan salah satu bentuk perwujudan sistem-sistem
Amerika di lingkungan Islam. Oleh karena itu, Islam juga
seharusnya melakukan perlawanan dengan menerbitkan pers-pers
yang membangkitkan semangat gairah keislaman muda-mudi Islam.
Perlakuan-perlakuan progresif sebagai bentuk pergerakan dakwah
Islam, salah satunya adalah dengan menerbitkan majalah-majalah
Islam yang berhubungan dengan dakwah. Bentuk frasa-frasa dalam
lima>dha>’ a’dumu<ni dapat dilihat dalam gambar berikut.
246Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 720.
247Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 905.
248Arti dan makna referensial pada kata “musuh”, sudah penulis bahasa
pada sub bab atau pembahasan sebelumnya.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 239
Gambar 22
Performansi Bahasa Bentuk Frasa dalam
Lima>dha> A’dumu>ni>?
No Performansi Bahasa
Bentuk
Lingual Makna Leksikal
Frasa
1 As}hafah
Amri>kiyah249
اصحفة الامريكيةPers-pers atau
jurnalis-jurnalis
Amerika
2 Thaqa>fah al-gharb250 ثقافة الغرب Kebudayaan Barat
3 Majallah al-
da‘wah251 Majalah dakwah مجلة الدعوة
4 H{arakah al-
sya>milah252 حركة الشاملة
Pergerakan yang
sempurna atau
total
5 al-A‘ma>l al-
harakiyah253 الأعمال الحركية
Perlakuan-
perlakuan atau
perbuatan-
perbuatan yang
bersifat progresif
249Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 5 .
250Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 5.
251Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 5.
252Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 6.
253Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 6.
240 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
6 Nasyr al-da‘wah
Penyebaran نشر الدعوة 254
dakwah
7 Mas’alah al-
intiqa>l255 الاعتداءمسألة
Permasalahan
Penyerangan,
agresi, penyerbuan
8 Munaz}z}amah
Amri>kiy>ah256 Sistem-sistem منظمة أمريكية
Amerika
9 al-Sijn al-h}arbi> 257 السجن الحربى Penjara
peperangan
10 Ajhizah gharbiy>ah258 أجهزة غربية
Perangkat-
perangkat yang
kebarat-baratan
Kata as}hafah berarti pers-pers atau jurnalis-jurnalis. Dalam
konteks bahasa Indonesia, kata “pers” memiliki makna yang
berpariasi. Pertama, usaha percetakan atau penerbitan. Kedua,
usaha pengumpulkan dan penerbitan berita. Ketiga, penyiaran
berita melalui surat kabar, majalah dan radio. Keempat, orang yang
bergerak dalam penyiaran berita. Kelima, orang yang bergerak
dalam penyiaran berita. Keenam, medium penyiaran berita seperti
254Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 6. Lihat dalam QS. al-Imra>n: 104.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munka, merekalah orang-orang yang beruntung.” Ma'ruf: segala perbuatan yang
mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala perbuatan yang
menjauhkan kita dari pada-Nya.
255Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 7.
256Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 7.
257Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 7.
258Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 9.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 241
surat kabar, majalah, radioa, televisi, dan film.259
Sedangkan
Amri>kiyah berarti Amerika. Frasa as}hafah al-Amiri>kiyah merupakan
frasa dalam bentuk idha>fah. Faras as}hafah al-Amri>kiyah bermakna
pers-pers atau jurnalisme-jurnalisme Amerika.
Kata al-thaqa>fah berarti kebudayaan. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “kebudayaan” berarti hasil kegiatan dan penciptaan
batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat
istiadat. Atau keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk
sosial yang digunakan untuk memahami lingkungan serta
penglamannya dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya.260
Sedangkan kata “al-gharb” berarti Barat.261
Frasa thaqa>fah al-gharb
termasuk dalam frasa ismi> (nominal). Frasa tersebut berarti
kebudayaan Barat. Kata majallah berarti majalah. Dalam konteks
bahasa Indonesia, kata majalah berarti terbitan berkala yang isinya
meliputi berbagai liputan jurnalistik, pandangan tentang topik
aktual yang patut diketahui pembaca, dan menurut waktu
penerbitannya dibedakan atas majalah bulanan, tengah bulanan,
mingguan dan sebagainya. Menurut pengkhususan isinya dibedakan
atas majalah berita, wanita, remaja, olah raga, sastra, ilmu
pengetahuan dan sebagainya.262
Frasa majallah al-da‘wah termasuk
dalam frasa ismi> (nominal). Frasa tersebut berarti majalah dakwah.
Kata h}arakah berarti pergerakan. Dalam konteks bahasa
Indonesia kata “pergerakan” berarti perihal keadaan bergerak.
Pergerkan juga berarti kebangkitan untuk perjuangan dan perbaikan,
atau berpindah dari tempat dan kedudukan, atau melakukan sesuatu
259Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1061.
260Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 215.
261 Arti dan makna “Barat” sudah penulis bahas pada sub bab atau
pembahasan sebelumnya.
262Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 859. Sedangkan kata “al-da‘wah” berarti dakwah. Arti dan makan leksikal kata dakwah sudah penulis bahas
pada sub bab sebelumnya.
242 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
usaha untuk hasil yang maksimal, atau mengadakan aksi berusaha
giat di lapangan dalam konteks agama, politik, sosial, dan
sebagainya.263
Sementara kata al-sya>milah berarti total, sempurna
atau menyeluruh. Dalam konteks bahasa Indonesia kata “total”
berarti jumlah, menyeluruh, sepenuh-penuhnya, semesta, jumlah
semuanya, atau jumlah keseluruhan. 264
Frasa h}arakah al-sya>milah
termasuk frasa dalam bentuk idha>fah. Frasa tersebut bermakna
pergerakan total atau sempurna yang di dalamnya tidak ada keragu-
raguan sedikitpun.
Kata nasyr berarti penyebaran. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “penyebaran” berarti proses, cara, perbuatan,
menyebar atau menyebarkan atau menyiarkan kabar dan
sebagainya.265
Frasa nasyr al-da‘wah termasuk dalam frasa ismi>
(nomina). Frasa tersebut berarti penyebaran dakwah. Kata al-
h}arakiyah juga memiliki arti progresif. Kata “progresif” dalam
konteks bahasa Indonesia berarti berkembang ke arah kemajuan,
berhaluan ke arah kebaikan keadaan sekarang (tentang politik dan
sebagainya), bertingkat-tingkat naik\, kemampuan bergerak maju
secara psikologis.266
Sedangkan al-a‘ma>l berarti kegiatan-kegiatan.
Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “kegiatan” berarti proses,
cara, menggiatkan atau proses kegiatan. Frasa al-a‘ma>l al-h}arakiy>ah
263Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 444.
264Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1482.
265Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1235. Sedangkan kata al-da‘wah berarti dakwah. Arti dan makan leksikal kata dakwah sudah penulis bahas
pada sub bab sebelumnya.
266Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1105. Lihat QS. Qa>f: 16.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya”. Ayat tersebut menjelaskan terkait pergerakan atau gerik manusia dan perkataannya
dicatat oleh para malaikat. Artinya, tidak ada peergerakan manusia yang tidak
dicatat oleh Malaikat, baik terhadap hal-hal yang positif, ataupun terhadap hal-hal
yang negeatif.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 243
termasuk frasa dalam bentuk was}fi>. Frasa tersebut bermakna
kegiatan-kegiatan progresif yang akan mencapai hasil dan memiliki
kemajuan.
Kata mas’alah berarti permasalahan. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “permasalahan” berarti sesuatu yang harus
diselesaikan dan dipecahkan terkait hal yang dimasalahkan.267
Sementara kata al-i‘tida>’ berarti penyerbuan, pertempuran dalam
peperangan. Makna leksikal dari kata pertempuran sudah penulis
bahas pada pembahasan sebelumnya. Oleh karena itu, Frasa
mas’alah al-intiqa>l termasuk dalam frasa ismi> (nominal). Frasa
tersebut berarti permasalahan dalam peperangan. Penulis tidak
membahasa makna leksikal pada frasa munaz}za}mah amri>kiy>ah, al-
sijn al-h}arbi> dan ajhizah gharbiy>ah, karena makna leksikal dari farsa-
frasa tersebut sudah penulis bahas pada pembahasan sebelumnya.
d. al-‘Ada>lah al-Ijtima‘iy>ah fi al-Isla>m
Islam sangat memperhatikan keadilan dalam kehidupan sosial,
salah satu karya Qutb yang mengarah kepada keadilan tersebut
adalah al-‘Ada>lah al-Ijtima‘iy>ah fi al-Isla>m. Menurut penulis,
berdasarkan performansi bahasa Qutb dalam al-‘Ada>lah al-
Ijtima‘iy>ah fi al-Isla>m, yang memberikan keadilan bagi kehidupan
manusia adalah berlakunya sistem Allah sebagai panutan di semua
lini kehidupan manusia. Ditegakannya sistem Allah, akan terhindar
dari sistem politik Barat yang banyak menuhankan uang dan
kekuasaan. Sistem tersebut berdampak pada semaraknya politik
uang (siya>sah al-ma>l) dan teori-teori tentang materialisme (al-
naz}ariya>t al-ma>diy>ah) yang menjadi jargon bagi teori politik Barat
(al-naz}ariya>t al-siya>sah al-ma>diy>ah). Bentuk frasa dalam al-‘Ada>lah
al-Ijtima‘iy>ah fi al-Isla>m dapat dilihat dalam gambar berikut.
267Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 883.
244 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Gambar 23
Performansi Bahasa Bentuk Frasa dalam
al-‘Ada>lah al-Ijtima‘iy>ah fi al-Isla>m
No Performansi Bahasa
Bentuk
Lingual Makna Leksikal
Frasa
1 al-Ja>hiliyah al-
‘Arabiy>ah268 Jahiliyah Bangsa الجاهلية العربية
Arab
2 al-Anz}amah al-
basyariy>ah269 الانظمة البشرية
Sistem-sistem
yang di buat oleh
manusia
3 Siya>sah al-ma>l 270 سسياسة المال Politik uang
4 i>ha> al-syaita>n271 إيحاء الشيطان Inspirasi Syaitan
5 Rija>l al-di>n272 رجال الدين Pemuda dalam
barisan agama
6 al-Ja>hiliyah al-
h}a>d}irah273 Jahiliyah modern الجاهلية الحاضرة
7 al-Naz}ariya>t al-
ma>diyah274 Teori-teori النظريات المادية
materialisme
268Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m, 11.
269Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m, 76.
270Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m, 56.
271Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m, 22. Lihat dalam QS.
al-An‘a<m: 112. “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan”.
272Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m, 14.
273Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m, 22.
274Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m, 18.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 245
8 al-naz}ariya>t al-siya>sah
al-gharbiy>ah 275
النظريات السياسة الغربية
Teori-teori
politik Barat
9 Bi su>’ al-‘adha>b fi al-
a>khirah276
بسوء العذاب فى الأخرة
Pedihnya siksaan
di akhirat
10 al-S{ira‘ al-hizbi> al-
ta>fih277
الصراع الحزبى التافه
Pertentangan
partai politik
yang sepele
Kata jahiliyah sudah dibahas pada pembahasan sebelumnya,
sementara kata al-‘arabiy>ah berarti nama bangsa di jazirah Arab dan
Timur Tengah, bahasa Semit278
yang digunakan bangsa Arab (Saudi
Arabia, Suriah, Yordania, Irak, Mesir dan sebagainya).279
Frasa al-
ja>hiliy>ah al-‘arabiy>ah termasuk dalam frasa was}fi> (adjektif). Frasa
tersebut berarti jahiliyah bangsa Arab. Sementara kata al-anz}amah
275Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 18.
276Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m, 17. Lihat dalam QS.
al-Baqarah: 4. “Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.” Maksud kitab-kitab Allah yang
telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan
sebelum al-Qur’an seperti: Taurat, Zabur, Injil dan S{uh}u>f-s}uh}u>f tersebut dalam al-
Qur’an yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul
ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya
kepada Rasul. Sedangkan maksud dari kehidupan akhirat ialah kepercayaan yang
kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia. Kehidupan
akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan
akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.
277Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m, 10.
278Imi>l Bai>‘ Ya‘qu>b, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiy>ah wa Khas}a>’is}uh (Bairu>t:
Da>r al-Thaqa>fah al-Isla>miy>ah), 115.
279Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 83.
246 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
sudah penulis bahas pada pembahasan sebelumnya. Kata al-
basyariy>ah berarti manusia. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata
“manusia” berarti mahluk yang berakal budi (mampu menguasai
mahluk lain). Frasa al-anz}amah al-basyariy>ah termasuk dalam frasa
was}fi> (nominal). Frasa tersebut berarti sistem-sistem yang dibuat
manusia.
Kata siya>sah berarti politik. Dalam konteks bahasa Indonesia,
kata “politik” berarti pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau
kenegaraan, seperti tentang sistem pemerintahan, dasar
pemerintahan. Atau segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat
dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap
negara lain. Atau cara bertindak dalam menghadapi atau menangani
suatu masalah dan kebijakan.280
Sementara kata al-ma>l berarti materi (uang). Dalam konteks
bahasa Indonesia, kata “materi” berarti benda, bahan, segala sesuatu
yang tampak atau sesuatu yang dijadikan bahan untuk diujikan,
dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan dan sebagainya.281
Sedangkan
kata al-ma>l berarti uang atau materi. Kata “uang” dalam konteks
bahasa Indonesia berarti alat tukar atau standar pengukur nilai
(kesatuan hitungan) yang sah yang dikeluarkan oleh pemerintah
suatu negara berupa kertas emas, perak, atau logam lain yang
dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu yang biasa disebut
sebagai harta kekayaan. Frasa siya>sah al-ma>l masuk dalam bentuk
frasa id}a>fi>. Frasa tersebut berarti politik uang.
Kata i>ha}> berarti inspirasi. Dalam konteks bahasa Indonesia,
kata “inspirasi” berarti ilham atau sesuatu yang menjadi dasar dalam
berinisiatif.282
Sedangkan kata syaita>n berarti syaitan (sudah
berintegrasi dalam kosakata bahasa Indonesia). Dalam Konteks
280Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1091.
281Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 888.
282Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 539.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 247
bahasa Indonesia, kata “syaitan” roh jahat yang selalu menggoda
manusia supaya berlaku jahat atau kata untuk menyatakan
kemarahan sumpah serapah, orang yang sangat buruk perangainya
(suka mengadu domba, memfitnah, mengghibah dan sabagainya).283
Frasa i>ha>’ al-syait}a>n termasuk dalam bentuk frasa id}a>fah. Frasa
tersebut berarti insiprasi yang banyak diilhami oleh syaitan.
Sementara kata al-rija>l berarti laki-laki atau pemuda. Dalam
konteks bahasa Indonesia, kata “pemuda” berarti belum sampai
setengah umur, belum sampai masak, belum cukup umur, atau orang
yang masih muda.284
Sedangkan kata al-di>n berarti agama.285
Dalam
konteks bahasa Indonesia, kata “agama” berarti ajaran sistem yang
mengatur tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan kepada
Tuhan yang maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia dan manusia serta manusia dengan
lingkungannya. Agama dihubungkan dengan samawi berarti agama
yang bersumber dari wahyu Tuhan, seperti agama Islam, Kristen,
agama Abrahamik, dan agama Samawi. Bentuk lain dari agama
adalah agama Timur, agama Timur adalah agama yang berasal dari
Timur seperti agama Budha dan Hindu.286
Frasa i>ha>’ al-di>n termasuk
dalam bentuk frasa id}a>fah. Frasa tersebut bermakna pemuda-pemuda
yang berada dalam barisan agama Islam.
Kata al-naz}a>riya>t berarti teori. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “teori” berarti suatu pendapat yang didasarkan pada
penelitian dan penemuan yang didukung oleh data dan argumentasi
283Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1294.
284Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 932.
285Lihat dalam QS. al-Anfa>l: 39. “Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” Fitnah maksudnya jangan ada gangguan-gangguan terhadap umat Islam
dan agama Islam. semata-mata untuk Allah maksudnya tegaknya agama Islam dan
sirnanya agama-agama yang bathil.
286Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 15.
248 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
atau penyelidikan eksperimental yang mampu menghasilkan fakta
berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi atau asas
hukum umum yang menjadi dasar suatu kesenian atau ilmu
pengetahuan sebagai landasan untuk pendapat, cara dan aturan
untuk melakukan sesuatu.287
Sedangkan kata al-ma>diyah288 berarti
kapitalis. Kata “kapitalis” dalam konteks bahasa Indonesia, berarti
kaum bermodal, orang yang bermodal besar, golongan atau orang
yang sangat kaya, orang yang mempunyai keududkan dalam
lembaga pemerintahan atau di dalam organisasi politik yang
menyalahgunakan kekuasaan dan kedudukan untuk memperkaya
golongan atau diri sendiri, atau golongan borjuis.289
Frasa al-
naz}a>riya>t al-ma>diyah merupakan frasa dalam bentuk was}fi>. Frasa
tersebut bermakna teori-teori berdasarkan logika yang mengarah
kepada sistem-sistem kapitalis. Kata su>’ berarti padih. Dalam
konteks bahasa Indonesia kata “pedih” berarti berasa sakit.290
Sedangkan kata al-‘adha>b berarti siksaan.291
Sementara kata “al-
akhi>rah” berarti akhirat. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata
“akhirat” berarti alam setelah kehidupan di dunia atau alam baka.292
Frasa bi su>’ al-‘adha>b fi> al-a>khirah termasuk dalam frasa sibh al-
287Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1444.
288 Lihat dalam QS. al-Baqarah: 188. “Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
289Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 622.
290Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1035.
291Arti dan makna leksikal pada kata “siksaan” sudah penulis bahasa pada
sub bab dan pembahasan sebelumnya.
292Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 27.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 249
jumlah (ja>r wa majru>r). Frasa tersebut berarti pedihnya siksaan di
akhirat.293
Kata al-s}ira‘ berarti pertentangan. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “pertentangan” berarti percekcokan, perselisihan,
pertentangan dalam cerita rekaan atau drama (pertentangan antara
dua kekuatan, pertentangan antara diri dalam satu tokoh,
pertentangan antara dua tokoh dan sebagainya), atau dapat juga
berarti konflik yang disebabkan adanya dua gagasan atau lebih atau
keinginan yang saling bertentngan untuk menguasai diri, sehingga
memengaruhi tingkah laku. Dalam konteks kebudayaan berati
persaingan antara dua masyarakat sosial yang mempunyai
kebudayaan hampir sama. Sementara dalam konteks sosial, berarti
konflik antara dua masyarakat yang bersifat menyeluruh dalam
kehidupan.294
Kata al-h}ijb berarti partai. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “partai” berarti perkumpulan segolongan orang yang
seasas, sehaluan, terutama dalam bidang politik.295
Frasa al-s}ira>‘ al-
h}izbi> al-ta>fih termasuk dalam bentuk frasa was}fi>. Frasa tersebut
bermakna pertentangan atau konflik antara partai politik.
e. Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n khususnya dalam surat al-anfa>l,
merupakan salah satu karya Qutb yang bersifat tendensius. Frasa
yang bersifat tendensuis seperti frasa niz{am al-fa>sid (sistem yang
rusak), sistem tersebut tegak dalam masyarakat Islam yang berada
dalam sistem-sistem jahiliyah modern (al-ja>hiliyah al-h{adhirah),
yakni kurangnya mengaplikasikan sistem-sistem Islam secara
maksimal atau tidak digunakannya sistem-sistem Islam sebagai
293Frasa al-naz}ariya>t al-siya>sah al-gharbiy>ah (teori-teori politik Barat) tidak
penulis singgung arti dan makna leksikalnya karena sudah dibahas pada
pembahasan sebelumnya.
294Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 723.
295Pusat Bahasa, Kamus Besar \Bahasa Indonesia, 1023.
250 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dasar utama dalam berbagai macam aktifitas kehidupan, baik
aktifitas hidup beragama, bermasyarakat dan bernegara (bi takhliyah
‘an syari>‘ah al-isla>m). Salah satu faktor penyebabnya adalah
diterapkannya teori-teori poiltik Barat (al-naz{a>riya>t al-siya>sah al-
gharbiiyah) di atas sistem-sistem Islam (al-anz{amah al-isla>miy>ah).
Bentuk-bentuk frasa dalam Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n dapat dilihat
dalam gambar berikut.
Gambar 24
Performansi Bahasa Bantuk Frasa dalam
Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
No Performansi
Bahasa
Bentuk Lingual Makna Leksikal
Frasa
1 Niza>m Fa>sid296 نظام فاسد Sistem yang
rusak
2 Lidaf‘ al-
fasa>d297 Penyangkalan لدفع الفساد
kerusakan
3 H{arbah al-
da>i’bah298
Kekurang حربة الدائبة
hormatan
terhadap agama
4 Bi al-h}arb al-
miqaddasah299 Perang suci باالحرب المقدسة
5 al-H{arb al-
difa>‘iy>ah 300 Perang secara الحرب الدفاعية
defensif
296 Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l (Madi>nah:
Mimba>r al-Tauh}i>d wa al-Jiha>d), 9.
297Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 14.
298Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 7.
299Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 23.
300Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 8. Arti dan makna
leksikal pada kata dalam frasa al-h}arb al-difa‘iy>ah sudah penulis bahas pada
pembahasan sebelumnya.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 251
6 al-Mujtami‘a>t
al-ja<hiliy>ah301 Masyarakat المجتمعات الجاهلية
jahiliyah
7
‘Ubu>diyah al-
basyar li al-
basyar302
Penghambaan عبودية البشر للبشر
manusia
terhadap
manusia
8
Bi takhliyah
‘an Syari>‘ah al-
isla>m303
بتخليه عن شريعة الاسلام
Tidak
digunakannya
syariat Islam
9 H{arakah
indifa>‘304 Gerakan yang حركة اندفاع
berani (ofensif)
10 Qita>l al-
musyriki>n 305
Peperangan قتال المشركين
dengan kaum
musyrik
Kata niz}a>m berarti sistem. Kata “sistem” dalam konteks
bahasa Indonesia bermakna perangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan, sehingga membentuk suatu totalitas. Kata “sistem”
ketika dihubungkan dengan alam merupakan cara-cara sewajarnya
seperti yang dikehendaki oleh alam. Berdasarkan banyak atau
sedikitnya persamaan sifat morfologis.306
Sedangkan kata fa>sid
301Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 22.
302Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 20.
303Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 18.
304Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 11. Arti dan
makna pada frasa h}arakah indifa>‘ sudah penulis bahas pada pembahasan
sebelumnya.
305Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 14.
306Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1320.
252 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
berarti rusak.307
Kata “rusak” dalam konteks bahasa Indonesia
berarti sudah tidak sempurna (tidak baik atau tidak utuh), tidak
dapat berjalan lagi (sudah tidak berfungi), tidak beraturan lagi (baik
dalam konteks bahasa, adat, budaya, norma, agama, sosial dan
sebagainya), tidak utuh lagi (perkawinan atau rumah tangga),
terganggu (ingatannya), hancur, binasa, atau segala hal yang berada
dalam keadaan tidak baik.308
Frasa niz}a>m fa>sid masuk dalam bentuk
frasa was}fi>. Frasa niz}am fa>sid berarti sistem yang rusak dan harus
diperbaiki.
Kata daf‘ berarti penangkalan atau penyanggahan. Dalam
konteks bahasa Indonesia, kata “penyanggahan” berarti tidak
menerima, membantah, atau menyangkal.309
Sementara kata al-fasa>d
sudah penulis bahasa pada pembahasan sebelumnya. Frasa li daf‘ al-
fasa>d termasuk dalam frasa id}a>fah. Frasa tersebur berarti
penyangkalan kerusakan. Kata h}arbah berarti tikaman atau tusukan.
Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “tikaman” berarti
memasukan dengan cara menikamkan suatu benda yang runcing
(jarum, pisau dan sebagainya) ke benda lain atau perasaan menusuk
hati.310
Sedangkan kata al-da>’ibah berarti yang tekun yang
bersungguh-sungguh. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “tekun”
berarti rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh.311
Frasa h}arbah al-
da>’ibah termasuk dalam frasa id}a>fah. Frasa tersebut berarti kekurang
hormatan terhadap agama.312
307Lihat dalam QS. al-Anbiya>’: 22. “Sekiranya ada di langit dan di bumi
Tuhan-Tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan”.
308Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1193.
309Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1221.
310Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1510.
311Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1423.
312Arti dan makna dari frasa tersebut berbeda dengan makna leksikalnya
ketika dihubungkan dengan agama.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 253
Kata al-h}arb berarti perang (makna leksikalnya sudah dibahas
pada pembahasan sebelumnya). Sedangkan kata al-muqaddasah
berarti suci. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata “suci” berarti
bersih (dalam arti keagamaan seperti tidak kena najis atau selesai
mandi janabat), bebas dari dosa, bebas dari cela, bebas dari noda,
dan murni tentang hati batin.313
Frasa bi al-h}arb al-muqaddasah
termasuk dalam frasa was}fi> (adjektif). Frasa tersebut berarti perang
suci. Kata al-mujtami‘a>t berati masyarakat. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “masyarakat” berarti sejumlah manusia dalam arti
seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka
anggap sama. Atau kelompok yang memiliki bahasa kebudayaan
yang sama, yang masuk dalam kelompok yang sama atau yang
perpegang pada bahasa dan kebudayaan yang sama.314
Sementara
makna leksikal kata al-ja>hiliy>ah sudah penulis bahas pada
pembahasan sebelumnya. Frasa tersebut termasuk dalam frasa was}fi>
(adjektif). Frasa tersebut berarti masyarakat jahiliyah. Kata
‘ubu>diy>ah berarti penghambaan. Dalam konteks bahasa Indonesia,
kata “penghambaan” berarti hal menghamba, hal menjadi hamba
atau hal mengabdi.315
Sementara kata al-basyar berarti manusia dan
makna leksikalnya sudah penulis bahas pada pembahasan
sebelumnya. Frasa ‘ubu>diy>ah al-basyar li al-basyar termasuk dalam
frasa id}afi> (nominal). Frasa tersebut berarti penghambaan manusia
terhadap manusia.
Kata takhalliy>ah berarti kosong atau pelepasan. Dalam
konteks bahasa Indonesia, kata “pelepasan” berarti proses, cara, atau
perbuatan melepaskan. Atau pemecatan dari tugas.316
Sedangkan
kata syari>‘ah berarti syariat. Dalam konteks bahasa Indonesia, kata
313Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1346.
314Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 885.
315Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 478.
316Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 818.
254 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
“syariat” berarti isi hukum agama yang menetapkan peraturan hidup
manusia, hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan manusia
dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan al-Qur’an dan
hadist.317
Kata al-isla>m berarti Islam. Dalam konteks bahasa
Indonesia, kata “Islam” berarti agama yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad saw. berpedoman pada kitab suci al-Qur’an yang
diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah Swt.318
Frasa bi
takhalliy>ah ‘an syari>‘ah al-isla>m termasuk dalam frasa ismi
>(nomina). Frasa tersebut berarti tidak digunakannya syariat Islam.
Kata qita>l berarti peperangan (arti dan makna leksikalnya sudah
penulis bahas). Sementara kata al-musyriki>n berarti orang-orang
musyrik. Dalam konteks bahasa Indonesa, kata “musyrik” berarti
orang yang menyekutukan (menyerikatkan) Allah Swt., orang yang
memuja berhala.319
Frasa qita>l li al-musyriki>n termasuk dalam frasa
ismi> (nominal). Frasa tersebut berarti peperangan dengan kaum
musyrik.
3. Performansi Bahasa Sayyid Qutb dalam Bentuk Sintakis
Sintaksis sering disebut sebagai tataran kebahasaan terbesar.
Banyak ahli bahasa yang mengatakan bahwa sintaksis adalah bagian
dari tatabahasa yang mengkaji struktur frasa dan kalimat atau
sintaksis merupakan analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang
hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas. Sintaksis mengkaji
hubungan antarkata dalam suatu kontstruksi kalimat.320
Kalimat
merupakan alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan
disampaikan. Oleh karena itu, dalam kalimat terdapat susuanan
317Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1368.
318Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 549.
319 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 944.
320Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat, 25-26.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 255
kata-kata yang teratur yang berisi ide atau pikiran yang lengkap.321
Malah dalam bahasa Arab kalimat disepadankan dengan kata “al-
kala>m” 322 yaitu suatu bahasa yang terdiri dari gabungan kata, frasa
dan klausa yang bermakna lengkap. Oleh karena itu, klausa
merupakan salah satu unsur terkecil dalam kalimat.
Klausa merupakan tataran dalam sintaksis berada di atas frasa
dan di bawah tataran kalimat. Berbeda dengan frasa yang tidak
berbentuk predikatif, maka klausa terdiri dari satuan kata-kata yang
berkontruksi predikatif. Dengan kata lain, dalam konstruksi
tersebut, terdapat konstruksi klausa yang membentuk komponen
berupa kata atau frasa, yang berfungsi sebagai predikat. Kemudian
yang lain berfungsi sebagai subjek, objek dan keterangan. Selain
fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa, fungsi
subjek merupakan konstruksi yang wajib sedangkan yang lainnya
tidak wajib.323
Klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di
dalamnya terdapat sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.
Berbeda dengan frasa dan kata yang memang juga mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat, tetapi harus diberikan intonasi final
sebagai kalimat minor bukan kalimat mayor, sedangkan klausa
berpotensi untuk menjadi kalimat mayor.324
Banyak kaidah-kaidah
321Abdul Chaer, Lingusitik Umum, 240.
322Sedangkan klausa disepadankan dengan al-jumlah. Dalam bahasa Arab
al-jumlah terbagi kepada jumlah ismiy>ah dan jumlah fi’liy>ah. Jumlah ismiy>ah
adalah kalimat yang diawali oleh isim, sedangkan jumlah fi’liy>ah adalah jumlah
atau kalimat yang didahului oleh fi‘il. Lihat Fu‘a>d Ni‘mah, Mulakhkhas} Qawa>‘id al-Lughah al-‘\Arabiy>ah (Bairu>t: Da>r al-Thaqa>fah al-Isla>miy>ah), 19.
323Abdul Chaer, Linguistik Umum, 231-232.
324 Abdul Chaer, Lingusitik Umum, 232. Kalimat mayor atau kalimat
sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri atas sebuah klausa bebas. Oleh
karena itu, yang mendasari kalimat mayor atau sempurna adalah suatu klausa bebas
yang mencakup kalimat tunggal, bersususn dan majemuk. Sementara itu, kalimat
minor atau kalimat tak sempurna adalah kalimat yang dasarnya terdiri dari sebuah
klausa terikat atau sama sekali tidak mengandung struktur klausa. Lihat dalam
256 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
yang mengalihsandikan kalimat-kalimat secara sintaksis, maka
secara perseptual telah mengembangkan suatu konsepsi sebagai
suatu sistem yang aktif serta konstruktif memanfaatkan informasi
internal dan eksternal, atau informasi yang datang dari dalam
ataupun luar.325
Sintaksis sering juga disebut sebagai tataran bahasa
terbesar. Sintaksis merupakan bagian dari tatabahasa yang mengkaji
struktur frasa dalam kalimat. Sintaksis mengkaji hubungan antara
kata dalam satu konstruksi.326
Sintaksis mengkaji konstruksi yuja>hid
fi sabi>lilla>h bi amwa>lihim wa anfusihim (berjihad di jalan Allah
dengan harta dan raga))327
dari konstruksi tersebut bisa dicari
hubungan antara a). yuja>hid fi sabi>lilla>h (jihad di jalan Allah) dan bi
amwa>lihim wa anfusihim (dengan harta dan jiwa raga) (b) yuja>hid bi
amwa>lihim (jihad dengan harta), (c) yuja>hid bi anfusihim (jihad
dengan jiwa raga).
a. Ma‘a>lim fi al-T{ari>q
Performansi Qutb bentuk sintaksis dalam Ma‘a>lim fi T{ari>q
banyak mengungkapkan tentang pemimpin Islam yang banyak
menggunakan sistem Barat. Pemimpin tersebut merupakan
pemimpin Islam yang banyak dipengaruhi oleh sistem-sistem dan
teori-teori Barat. Pembahasan lain yang menjadi topik Qutb adalah
tentang kegagalan sistem individual dan sistem masyarakat, karena
membiarkan masuk dan terciptanya kerangka berfikir Eropa. Hal
tersebut menyebabkan banyaknya sistem-sistem yang keluar dari
sistem Islam. Inilah jahiliyah dengan ungkapan bahasa Islam.
Padahal menurut Qutb, tidak ada sistem Islam atau hukum selain
sistem hukum dari Allah. Maka sudah sepantasnya umat Islam
Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Sintakis (Bandung: Angkasa bandung 2009), 15-
16.
325 Henry Guntur Tarigan, Psikolinguistik (Bandung: Angkasa Bandung,
2009), 174,
326Imam Asrori, Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat, 26.
327Sayyid Qutb, al-Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah, 5.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 257
berjihad baik kepada orang kafir dengan pedang dan anak panah
ataupun kepada orang munafik dengan hujjah dan lisan. Dan
diperintahkan di dalamnya bejihad kepada orang kafir, munafik
dengan kekerasan. Penghapusan seluruh bentuk pembangkangan di
muka bumi. Bentuk-bentuk sintaksis dalam Ma‘a>lim fi T{ari>q dapat
dilihat dalam gambar berikut.
Gambar 25
Performansi Bahasa Bentuk Sintaksis dalam
Ma‘a>lim fi al-T{atr>q
No Performansi Bahasa Bentuk Lingual
Makna Gramatikal Sintaksis
1 Qiya>dah al-rajl al-gharbi> li al-basyar 328
قيادة الرجل الغربى للبشرية
Pemimpin Barat yang
mengatur hidup
manusia
2
Fasyalat al-anz}amah al-fardiyah wa al-anz}amah al-ijtima>‘iy>ah 329
فشلت الأنظمة الفردية والأنظمة الاجتماعية
Kegagalan sistem
individual dan sistem
masyarakat
3 Ibda‘at al-‘abqariy>ah al-uru>biy>ah 330
Terciptanya kerangka وروبيةعبقرية الأإبدعت
berfikir Eropa
4 Ha>dhih al-ja>hiliy>ah bulghah al-isla>m 331
هذه الجاهلية بلغة الاسلام
Inilah jahiliyah dengan
ungkapan bahasa Islam
5 La> h}a>kimiy>ah illa> minalla>h 332
Tidak ada hukum selain لا حاكمية إلا من الله
hukum dari Allah
328Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>q, 1979), 5.
329Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 5.
330Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 6.
331Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 11.
258 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
6
Fa ja>hid al-kuffa>r bi al-saif wa al-sina>n wa al-muna>fiki>n bi al-h}ujjah wa al-lisa>n
333
فجاهد الكفار بالسيف والسنان والمنافقين بالحجة واللسان
Maka berjihadlah
kepada orang kafir
dengan pedang dan anak
panah dan kepada orang
munafik dengan hujjah
dan lisan
7
Wa amara fi>ha>’ bi jiha>d al-kuffa>r wa al-muna>fiki>n wa al-guldhah334
وأمر فيها بجهاد الكفار والمنافقين
Dan diperintahkan di
dalamnya bejihad
kepada orang kafir dan
munafik
8 Inna al-isla>m la> yuja>hid illa> li al-difa>‘
إن الاسلام لايجاهد إلا للدفاع
Sesungguhnya Islam
tidak menganjurkan
berjihad semata-mata
untuk bertahan
9 Iza>lah al-t}awa>gi>t kulluha>’ min al-ard}335
إزالة الطواغيت كلها من الارض
Penghapusan seluruh
aspek atau bentuk
pembangkangan
(thagut) di muka bumi
10
Kha>d} ma‘rakah al-jiha>d al-akbar fi> nafsih ma‘a al-syait}a>n336
خاض معركة الجهاد مع ه الاكبر فى نفس الشيطان
Menghadapi bahaya
peperangan jihad besar
dalam dirinya dengan
syaitan
332Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 25.
333Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 55. Lihat dalam QS. al-Taubah: 67.
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.”
334Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 55.
335Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 58.
336Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 75.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 259
b. Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d
Performansi sintaksis dalam Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d
banyak berhubungan dengan kritik-kritik Qutb terhadap umat Islam
yang berkeyakinan Yahudi. Qutb mengungkapkan kepada
pemerintahan Mesir bahwa sistem pemerintahannya salah satunya
lembaga-lembaga kementrian yang penuh dengan khianat. Oleh
karena itu, Qutb menganjurkan pergerakan para relawan (orang-
orang yang mengorbankan diri) pada masa kini harus lebih kuat dari
pemerintahan. Dan neraka wail bagi siapa yang berhenti di jalannya
(yang berhenti dari harakah Islamiyah). Juga mereka menyerang
secara sembunyi-sembunyi dan penuh keraguan-raguan, harus segera
banyak diberi motivasi supaya terbangun ruh keprajuritannya. Hal
tersebut tidak lain adalah untuk terhentinya segala macam tipudaya,
rekayasa, persekongkolan, dan komplotan yang merugikan Islam.
Oleh karena itu, diperintahkan di dalamnya bejihad kepada orang
kafir dan munafik juga dengan kekerasan. Sesungguhnya Islam tidak
mngenjurkan berjihad semata-mata untuk bertahan. Akan tetapi
penghapusan seluruh bentuk pembangkangan (t}awa>gi>t) di muka
bumi harus segera dimusnahkan dan ditegakan sistem penghambaan
kepada Allah semata, terutama jihad dalam menghadapi bahaya
peperangan yang bersifat jihad besar (al-jiha>d al-akbar) dalam
dirinya dengan Syaitan. Bentuk-bentuk sintakis dalam Ma‘rakatuna>
Ma‘a al-Yahu>d dapat dilihat dalam gambar berikut.
Gambar 26
Performansi Bahasa Bentuk Sintaksis dalam
Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d
No Performansi Bahasa Bentuk Lingual
Makna Gramatikal Sintaksis
1 Hadhih al-wiza>rah bi al-khiya<nah337
Ini merupakan هذه الوزارة بالخيانة
lembaga
337 Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 6. Lihat dalam QS. al-
Ma>’idah: 30. “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah perkataan
260 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kementrian yang
penuh dengan
khianat
2
al-H{arakah al-fida>’iy>ah al-yaum aqwa> min al-h}uku>mah338
الحركة الفدائية اليوم أقوى من الحكومة
Pergerakan para
relawan (orang-
orang yang
mengorbankan
diri) pada hari ini
lebih kuat
daripada
pemerintah
3 Wa al-wail liman yaqif fi t}ari>qiha>’339
والويل لمن يقف فى طريقها
Dan neraka wail
bagi siapa yang
berhenti di
jalannya
4
Yuh}a>ribu>naha>’ bi al-dass wa al-tasyki>k340
يحاربونها بالدس والتشكيك
Mereka
menyerang secara
sembunyi-
sembunyi dan
penuh keraguan-
raguan
5 An tastaiqiz} al-ru>h} al-‘askari>341
أن تستيقظ الروح العسكرية
Supaya terbagun
ruh
keprajuritannya
6 Abt}alat al- Terhentinya أبطلت المكيدة
(Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.”
338Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 7.
339Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 7.
340Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 21.
341Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 10.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 261
maki>dah342 Tipuadaya,
rekayasa,
persekongkolan,
komplotan
7 al-Istisyha>d fi> sabi>l al-bila>d343
الاستشهاد فى سبيل البلاد
Kematian syahid
di jalan negara
8 Yat}lub al-maut fi sabi>l al’izzah344
يطلب الموت فى سبيل العزة
Mencari kematian
di jalan kemuliaan
9 al-Jiha>d wa al-qatl wa al-qita>l wa al-niha>yah hiy al-nas}r345
الجهاد والقتل والقتال والنهاية
هي النصر
Jihad,
pembunuhan,
peperangan dan
perjuangan akhir
adalah
pertolongan
10 Inna al-jiha>d fari>dah ‘ala> al-muslimi>n346
إن الجهاد فريضة على المسلمين
Sesungguhnya
jihad adalah
kewajiban bagi
setiap umat Islam
342Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 12. Lihat dalam Q.S al-
Imra>n: 34. “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.”
343Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 17.
344Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 17. Balasan terhadap orang
yang mati dalam rangka jihad di jalan Alah dalam QS. al-H{aj: “Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian mereka di bunuh atau mati, benar-benar Allah akan memberikan kepada mereka rezki yang baik (surga). Dan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baik pemberi rezki.”
345Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 62.
346Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 56.
262 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
c. Limadha>’ A‘dumu>ni>?
Performansi sintaksis dalam Limadha>’ A‘dumu>ni>?, banyak
berhubungan dengan kondisi Qutb dengan Ikhwanul Muslimin.
Menurut Qutb, pergerakan Ikhwanul Muslimin tidak jauh berbeda
dengan pergerakan Islam. Begitu juga sebaliknya, pergerakan Islam
tidak jauh berbeda dengan pergerakan Ikhwanul Muslimin.
Kedekatan Qutb dengan Ikhwanul Muslimin dimulai dari kedekatan
pemikiran Qutb dengan pemikiran Hasan al-Banna, terutama setelah
Hasan al-Banna mati syahid karena banyak intervensi pemerintah
Mesir dalam kesyahidannya. Hal tersebut menyebabkan semangat
jihad dan dakwah Qutb semakin bertambah semangat dan
bertambah kuat. Selain itu, Qutb menyaksikan banyaknya balad
tentara yang memuja berhala, atehis, zionisme, Nasrania, yang
menurutnya semua adalah produk-produk Yahudi dan harus segera
dibersihkan dengan senjata-senjata, yaitu semangat pemuda-pemuda
Islam yang merupakan senjata-senjata dengan materi-materi yang
dimiliki Ikhwanul Muslimin. Pendidik-pendidik negara merupakan
generasi muda-mudi Islam yang dapat mengembalikan dan
mengantisipasi berpalingnya pemuda-pemudi Islam dari agama
Islam dan apek-aspek moral. Merekalah yang akan menundukan
musuh-musuh baik musuh dekat ataupun musuh jauh dengan
sempurna. Pemuda tersebut adalah pemuda muslim yang bersih dan
salih berpegang teguh terhadap ahlak dan mempunyai semangat
juang yang besar. Bentuk-bentuk sintaksis dalam Limadha>’
A‘dumu>ni>? dapat dilihat dalam gambar berikut.
Gambar 27
Performansi Bahasa Bentuk Sintaksis dalam
Limadha>’ A‘dumu>ni>?
No Performansi Bahasa Bentuk Lingual Makna
Gramatikal Sintaksis
1 H{arakah al-isla>miy>ah ka
حركة إسلامية Pergerakan Islam
seperti
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 263
h}arakah al-ikhwa>n al-muslimi>n 347
كحركة الاخوان المسلمين
pergerakan
Ikhwanul
Muslimin
2 Akhi>h al-syahi>d H{asan al-Banna>’348
أخيه الشهيد حسن البنا
Hasan al-Banna
Saudaranya yang
mati Syahid
3 Mawa>qif al-mu‘askara>t al-wathaniyah wa al-mulh}idah wa al-s}uhu>niy>ah wa al-s}albiy>ah349
موافقف المعسكرات الوثنية والملحدة
والصهونية والصلبية
Adanya
kesesuaian balad
tentara yang
memuja berhala,
atheis, zionisme,
Nasrani.
4 Ha>dhih al-aslih}ah bi amwa>l ikhwa>niy>ah 350
هذه الاسلحة بأموال إخوانية
Ini merupakan
senjata-senjata
dengan materi-
materi yang
dimiliki
Ikhwanul
Muslimin
5 Tarabbu> li al-balad ji>l min al-syaba>b al-muslim 351
تربوا للبلد جيل من الشباب المسلم
Pendidik-
pendidik negara
merupakan
generasi muda-
mudi Islam
347Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 14. Umat Islam jangan terperdaya oleh
pergerakan yang dilakukan oleh orang kafir. Lihat dalam QS. al-Imra>n: 196.
“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri.” Yakni: kelancaran dan kemajuan dalam perdagangan dan
perusahaan mereka.
348Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 12.
349Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 27.
350Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 29
351Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 51.
264 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
6 Ins}ira>f al-syaba>b ‘an di>nih wa akhla>qih 352
انصراف الشباب عن دينه واخلاقه
Berpalingnya
pemuda-pemudi
dari agama Islam
dan aspek-aspek
moral
7 Asba>b al-muslim al-naz}i>f al-mutama>sik al-akhla>q
353
شباب المسلم لاالنظيف المتماسك
الاخلاقفى
Pemuda muslim
yang bersih dan
salih beregang
teguh dalam
ahlak
8 ’Ahammiyah al-ja>mi‘ah ‘ind al-s}ahyu>niy>ah wa al-’iti‘ma>r al-gharbi> 354
أهمية الجماعة عند الصهيونية
والاستعمار الغربى
Pentingnya
golongan di
samping
zionisme dan
kolonialisme
Barat
9 Qatala mursyiduha>’ 355
Membunuh قتل مرشدها
pemimpinnya
10 Sa tahluku>n tama>man wa khus}u>man 356
ستهلكون تماما وخصوما
Mereka akan
menundukan
musuh dengan
sempurna
d. al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘y>ah Fi> al-Isla>m
Performansi sintaksis dalam al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah Fi> al-
Isla>m salah satunya Qutb mengungkapkan terhadap kondisi
masyarakat yang harus siap dan sadar akan saatnya peperangan
karena Allah dengan musuh-musuh Islam, baik musuh-musuh dalam
352Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 51.
353Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 31.
354Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 5.
355Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 5.
356Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 11.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 265
Islam sendiri, maupun musuh di luar Islam. Menurut Qutb,
masuknya musuh dalam Islam karena banyak memperlihatkan
bentuk maksiat yang utama yaitu khiyanat dan melanggar janji
dalam rangka mendapatkan perlindungan Allah. Keadaaan tersebut
adalah keadaan masyarakat Islam yang tidak Islami. Oleh karena
itu, untuk menghilangkan bentuk maksiat dan penghkianatan
tersebut adalah dengan adanya para mujahid yang berada dalam
jalan Islam, sebagai salah satu upaya dalam mengantisipasi bahaya
peringatan internal dan peringatan eksternal, yaitu antisipasi bagi
mereka yang keluar dari undang-undang Islam, sehingga hilangnya
kepercayaan yang penting di masyarakat dan negara dapat
diantisipasi. Bentuk-bentuk sintaksis dalam al-‘Ada>lah al-
Ijtima>‘iy>ah Fi> al-Isla>m dapat dilihat dalam gambar berikut.
Gambar 28
Performansi Bahasa Bentuk Sintaksis dalam
al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘y>ah Fi> al-Isla>m
No Performansi
Bahasa
Bentuk Lingual Makna
Gramatikal Sintaksis
1 Yastah}iqq al-h}arb
min Alla>h wa al-
khus}u>mah357
يستحق الحرب من الله والخصومة
Tiba saatnya
peperangan karena
Allah dengan
musuh
2 Al-ma‘s}iyah al-u>la>
hiy al-khiya>nah wa
ghadr 358
ولى هي المعصية الا الخيانة وغدر
Bentuk maksiat
yang utama adalah
khiyanat dan
melanggar janji
357Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 16. Lihat dalam QS.
al-Anfa>l: 45. “Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” Maksudnya memperbanyak zikir dan doa.
358Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 97.
266 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
3 Al-muja>hid fi>
sabi>lilla>h 359
Para mujahid yang المجاهد فى سبيل الله
berada dalam jalan
Islam
4 lan yaku<na
mujtama’uhum
isla>miy>an 360
لن يكون مجتمعهم إسلاميا
Keadaan
masyarakat yang
tidak Islam
5 Muwa>jahah al-
akht}a>r al-
da>khiliy>ah wa al-
akhta>r al-kha>rijiy>ah 361
مواجهة الاخطار الداخلية الاخطار
الخارجية
Peringatan bahaya
internal dan
peringatan bahaya
eksternal
6 Kha>riju>n ‘an al-
qa>nu>n 362 خارجون عن
القانون
Mereka keluar
dari undang-
undang Islam
7 Yaqtul al-thiqqah
al-daru>riy>ah fi al-
mujtama’ wa al-
daulah 363
يقتل الثقة الضرورية فى المجتمع والدولة
Hilangnya
kepercayaan yang
penting di
masyarakat dan
negara
8 Jari>mah ihda>r li
insa>niy>ah harru> kul
thamanih
جرييمة اهدار لانساننية حر واكل
Kriminalisasi
kesia-siaan bagi
manusia yang
359Sayyid Qutb, al-‘Ada.lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 13.
360Sayyid Qutb, al-‘Ada.lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m,11.
361Sayyid Qutb, al-‘Ada.lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 8. Lihat dalam QS.
al-Isra>’: 56. Katakanlah: “Panggillah mereka yang kamu anggap (Tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya.”
362Sayyid Qutb, al-‘Ada.lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m,16.
363Sayyid Qutb, al-‘Ada.lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 5.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 267
bebas dan ثمنه
kehilangan harga
diri
9 liyuh}a>ribu>hm 364 ليحاربوهم Untuk memerangi
meraka
10 Lityud’if al-na\.s 365 لييضعف الناس Untuk
melemahkan
manusia
e. Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
Performansi sintaksis dalam Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
khususnya dalam surat al-anfa>l mengungkapkan tentang
penghancuran bentuk thagut dalam penyembahan terhadap
manusia. Hal tersebut disebabkan banyak faktor. Salah satunya
mereka menjadikan hukum mereka sendiri selain hukum Allah,
bentuk penghambaan manusia kepada manusia yang didukung para
pimpinan yang banyak dipengaruhi kekuasaan manusia. Oleh karena
itu, perlu pemimpin reformis Islam selain pemimpin-pemimpin
jahiliyah untuk mengantisipasi dan mengadakan pencegahan bagi
penguasa yang membangkang atau merampas kekuasaan Allah. Juga
mengganti penguasa manusia yang menyembah manusia, sehingga
mereka menjadikan hukum Allah dan kekuasaanNya. Dengan kata
lain, perlu adanya pemimpin Islam yang bergerak untuk
mengeluarkan manusia dari penyembahan kepada manusia di atas
penyembahan kepada Allah. Kemudian memerintahkannya
peperangan dengan kaum musyrikin, sehingga keadaan agama
seluruhnya untuk Allah. Berikut bentuk sintaksis dalam Tafsi>r Fi>
Z{ila>l al-Qur’a>n.
364Sayyid Qutb, al-‘Ada.lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 6.
365Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 22.
268 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Gambar 29
Performansi Bahasa Bentuk Sintaksis dalam
Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n
No Performansi
Bahasa
Bentuk
Lingual Makna Gramatikal
Sintaksis
1 Tah}t}i>m al-t}awa>gat
allati> ta‘abbud al-
na>s 366
تحطيم الطواغت التى تعبد الناس
Penghancuran
berbagaimacam
bentuk thagut salah
satunya menyembah
manusia
2 Difa>‘ ‘an al-na>s367 Pembelaan dari دفاع عن الناس
manusia
3 Fala> tah}kumuhum
illa>’ syari>‘at alla>h 368
فلا تحكمهم إلا شريعة الله
Maka janganlah
menjadikan mereka
terhadap hukum
kecuali dengan
hukum Allah
4 ‘Ubu>diyah al-
basyar li al-
basyar369
عبودية البشر للبشر
Penghambaan
manusia kepada
manusia
5 Tah}t qiya>dah
jadi>dah ghair
qiya>da>t al-
ja>hiliya>t370
تحت قيادة جديدة غير
Di bawah pimpinan
yang reformis selain
pemimpin-pemimpin
yang jahiliyah
366Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 36.
367Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 24.
368Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 21.
369Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 20.
370Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 20.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 269
قيادات الجاهليات
6 T{ard sult}a>n al-
t}awa>ghi>t al-
mughtas}ibi>n li
sult}a>n alla>h371
طرد سلطان الطواغيت المغتصبين
لسلطان الله
Pencegahan
penguasa yang
membangkang,
merampas
kekuasaan Allah
7 Tah}ti>m sult}an al-
basyar al-ladhi>
yata‘abbud al-
na>s372
تحطيم سلطان البشر الذى يتعبد الناس
Penghancuran
penguasa manusia
yang menyembah
manusia
8 Tah}kumuhum bi
ghair syari>‘atilla>h
wa sult}a>nih373
تحكمهم بغيير شريعة الله
وسلطانه
Mereka menjadikan
hukum selain hukum
Allah dan juga
kekuasaannya
9 Yatah}arrak li ikhra>j
al-na>s min al-
‘ubu>diy>ah li al-
يتحرك لاخراج الناس من
Bergerak dalam
rangka
mengeluarkan
371Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: S}urah al-Anfa>l, 19.
372Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 18. Lihat dalam
QS. Yunus: 104. Katakanlah: “Hai manusia, jika kamu masih dalam keragu-raguan tentang agamaku, maka (ketahuilah) aku tidak menyembah yang kamu sembah selain Allah, tetapi aku menyembah Allah yang akan mematikan kamu dan aku telah diperintah supaya termasuk orang-orang yang beriman”.
373Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 10.
270 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
‘iba>d ‘ala> al-
‘ubu>diy>ah lilla>h374
العبودية للعباد غلى العبودية لله
manusia dari
penyembahan
kepada hamba di
atas penghambaan
kepada Allah
10 Thumm amarah bi
qita>l al-musyriki>n
h}atta> yaku>n al-di>n
kulluh lilla>h375
ثم أمره بقتال المشركين حتى يكون الدين
كله لله
Kemudian
memerintahkannya
dengan peperangan
dengan kaum
musyrikin sehingga
keadaan agama
seluruhnya untuk
Allah
Performansi Qutb dalam bentuk sintaksis di atas
menunjukkan bahwa dalam konteks makna gramatikal, performansi
Qutb jelas berkaitan dengan makna secara leksikal. Artinya, antara
kompetensi Qutb dalam membentuk kata yang dilihat dalam makna
leksikal, atau makna yang disepakati secara konvensional merujuk
kepada hal-hal yang tendensius, bersifat harakah dan mengandung
diksi militan. Begitu juga dalam makna gramatikal, performansi
Qutb dalam bentuk sintaksis dimaknai berdasarkan konteks kalimat
yang ada dalam tulisan-tulisannya. Lebih spesifik lagi, dengan kata-
kata yang mengandung makna gerakan kebangkitan Islam secara
aktif, ofensif, kolektif, dan penuh semangat jihad. Performansi
bahasa Qutb dikaitkan dengan makna, juga menunjukkan adanya
situasi yang harus diganti dengan jalan jihad dan Qutb memberikan
solusi atau pengganti sebagai alternatif kondisi yang secara terang-
terangan Qutb kritik melalui serangan ideologi fundamentalnya.
374Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 7.
375Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 5.
Performansi Bahasa Seorang Sayyid Qutb 271
Performansi bahasa Qutb, juga mendapatkan respon yan
sangat signifikan dalam perkembangan generasi revivalisme Islam.
Hal tersebut disebabkan karena Qutb menuangkan ideologi dalam
tulisan-tulisannya dengan kelebihan-kelebihannya tersendiri. Salah
satu kelebihan tersebut adalah kata-kata yang ada dalam tulisannya
merupakan bagian dari kepribadian Qutb. Adanya sinergisitas antara
kata-kata dan kepribadian, menjadikan Qutb dijadikan tolak ukur
dalam menghadapi perkembangan zaman yang menjauhkan umat
dari Islam. Oleh karena itu, makna yang terkandung dalam karya-
karya Qutb adalah makna-makna yang bersifat kontekstual yang
sesuai dengan perkembangan lingkungan situasi sosial, politik,
budaya umat Islam. Bukan hanya mengandung makna tekstual saja.
272 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
273
BAB VI
Relevansi Kompetensi Ideologi
dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb
deologi ditinjau dalam aspek linguistik merupakan
manifestasi dari internal speech, atau cakupan ide-ide yang
merupakan bagian dari kompetensi bahasa. Hubungan ideologi
dengan kompetensi berada satu jalur bagian dari pengetahuan
penutur. Pengetahuan yang dihasilkan dari lingkungan sekitar yang
menjadi faktor-faktor (decoding) unsur-unsur bahasa, sosial dan
budaya. Di samping itu, kompetensi dan ideologi memerlukan alat
untuk menjadi suatau yang hal yang bergejolak dalam dimensi
masyarakat. Dengan alat inilah kompetensi berubah menjadi
performansi dan idelogi berubah menjadi bahasa. Kompetensi dapat
diketahui salah satunya melalaui performansi, sedangkan ideologi
bisa diketahui salah satunya melalui bahasa (encoding). Oleh karena
itu, antara kompetensi dan performansi atau pun antara ideologi
dengan bahasa menjadi suatu hal yang berbanding lurus, ataupun
sebaliknya. Keterkaitan hubungan antara keduanya menjadi suatu
hal yang mutlak dan berkaitan secara berkesinambungan. Begitu
juga adanya kesesuaian antara kompetensi dan performansi dan
ideologi degan bahasa Qutb, menjadi bukti adanya hubungan kuat
antara keduanya.
A. Kompetensi Ideologi Sebagai Internalisasi Bahasa Sayyid
Qutb
Bahasa merupakan salah satu anugerah Allah yang
menjadikan manusia dapat mengelola dan mengendalikan pengaruh
I
274 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
lingkungan terhadap pikirannya.1 Dengan kata lain, yang dimaksud
dengan mengelola dan mengendalikan tersebut sebagaimana
Chomsky tentang adanya signifikasi mental internalisasi bahasa.2
Manusia merupakan mahluk yang selalu berinteraksi dengan
lingkungannya dan memproses data dari organ panca inderanya
untuk menciptakan representasi baru dan inovatif.3 Representasi
lingkungan tersebut menjadi sumber utama dalam proses masuknya
bahasa-bahasa yang terjadi dalam lingkungan sekitar ke dalam
memori yang dapat berpengaruh terhadap pola pikir dan kepribadian
seseorang yang kemudian disebut dengan intrernalisasi bahasa.
Proses internalisasi bahasa dianggap sebagai manifestasi dari
lingkungan sosial budaya yang berpengaruh terhadap kondisi
psikologis dan ide pemikiran.4 Vigotsky memberikan istiah dengan
1Sayyid ‘Abd al-Fata>h ‘Adhimi>, ‘Ilm al-Ijtima‘i> al-Lughawi> (al-Qa>hirah:
Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, 1995), 155. Oleh karena itu, bahasa bukanlah jenis atau
macam antara bahasa yang satu dengan bahasa yang lainnya. Tetapi bahasa
merupakan proses interaksi mansuia (insa>niy>ah) dengan kebudayaannya
(thaqa>fiy>ah), sehingga antara aspek insa>niy>ah dan thaqa>fiy>ah merupakan satu
kesatuan terhadap terjadinya proses berbahasa atau dengan istilah lain bahasa
dipengaruhi oleh kebudayaan (al-lughah kasb al-thaqa>fah). Lihat ‘Abd S{abu>r
Sya>hin, Fi> ‘Ilm al-Lughah al-‘A<m (Bairu>t: Mu’assasah al-Risa>lah, 1983), 83.
2 Noam Chomsky, On Nature and Langugae (New York: Cambridge
University Press, 2002), 48.
3Arifuddin, Neuropsikolinguistik (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 242.
4Oleh karena itu, kondisi psikologis bahasa seseorang akan berbeda-beda
dalam merespon lingkungan sekitarnya. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan
bahasa (al-furu>q al-fardiy>ah al-lughawiy>ah) pada setiap individu. Tidak ada bahasa
yang sama meskipun pada lingkungan atau kelompok penutur (al-jama>‘ah al-lughawiy>ah) yang hidup dalam lingkungan yang sama. Walaupun dalam lingkungan
yang sama, setiap penutur akan merespon bahasa yang berbeda-beda dari
lingkungan yang sama. Sebab, tidak ada satu orang pun yang hidupnya sama dan
mempunyai stimulus yang sama. Sejarah hidup, perkembangan, pergaulan, dan
hidup bersama siapa akan mempengaruhi internalisasi bahasa seseorang (al-rumu>z al-lughawiy>ah), dan juga berpengaruh terhadap eksternalisasinya atau performansi
bahasanya (al-lughah). Oleh karena itu, setiap individu akan mengalami perubahan
kompetensi bahasanya (al-taghyi>r al-lughah) tergantung lingkungan dan dengan
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 275
transformasi dari social and cultural regulation (regulasi sosial dan
kebudayaan) menjadi self-regulation (regulasi diri), yaitu sarana
untuk mengaktifkan kesadaran dan perencanaan yang disengaja dan
pengorganisasian tindakan sendiri sesuai dengan tujuan atau niat
dinyatakan dalam makna verbal dan diungkapkan dalam bentuk
bahasa komunikasi sosial yang menjadi alat untuk self-regulation.5
Lebih lanjut Vygotsky menyatakan bahwa internalisasi
merupakan pertukaran interpersonal yang dapat membantu kita
untuk memahami perkembangan lingkungan yang berakar dari
pengalaman lingkungan interaksi sosial yang terhimpun dalam
masyarakat bahasa.6
Ide Vygotsky tentang internalisasi bahasa
melibatkan konsep yang lebih kaya daripada pembelajaran sosial
(atau asimilasi informasi yang dibuat tersedia dalam konteks sosial).
Di antara tantangan bagi teori kontemporer adalah bahwa untuk
memperhatikan proses sintaksis dan semantik yang mengubah
aktivitas yang diinternalisasikan, dan untuk mempertimbangkan
bagaimana internalisasi dibatasi oleh kompetensi bahasa seseorang.7
Oleh karena itu, internalisasi merupakan proses, di mana tindakan
eksternal (prilaku berbicara) ditransformasikan menjadi fungsi-
fungsi psikologis internal (proses berbicara). Kesadaran kompetensi
manusia terbentuk dari internalisasi sosial dan hubungan
interpersonal.
siapa dia hidup. Lihat ‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mans}u>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs (Riya>d}: Ja>mi‘ah al-Mulu>k al-Su‘u>diy>ah, 1982), 94.
5Peter E. Jones, “From ‘External Speech’ to ‘Inner Speech’ in Vygotsky: A
Critical Appraisal and Fresh Perspectives” Communication Studies, Sheffield Hallam University, City Campus, United Kingdom Language & Communication
29, (2009): 177.
6Robert L Solso, Otto M Maclin dan Kimberly Maclin, Psikologi Kognitif (Jakarta: Erlangga, 2007), 372.
7 Charles Fernyhough, “Getting Vygotskian about theory of mind:
Mediation, dialogue, and the development of social understanding” Department of Psychology, Durham University, South Road, Durham DH1 3LE, UK Developmental Review 28 (2008): 229.
276 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Berkaitan dengan internalisasi bahasa Qutb, sebagaimana
dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Vigotsky. Qutb
mengalami perkembangan kompetensi yang memiliki perubahan
signifikan pada setiap fase-fase kehidupannya. Pertama, ketika masa
kanak-kanak (pengaruh Qutb Ibrahim dan Aminah Husain Usman).
Pada masa ini, sebagaimana dibahas pada sub bab sebelumnya
bahwa Qutb banyak menerima bahasa (internalisasi) yang
berhubungan dengan al-isla>m dan bahasa-bahasa yang penuh dengan
kekhidmatan dan ketentraman hati.8 Kedua, ketika Qutb masuk
pada fase remaja (pengaruh Abbas Mahmud al-A’qqad), pada masa
ini Qutb sudah mulai masuk dalam dunia pemikirian yan kritis,
salah satu bentuk ekspresi ide-idenya diungkapkan melalui tulisan-
tulisan, syair-syair dan bentuk sastra lainnya.9 Ide-ide kritisnya
meluas terhadap perkembangan masyarakat dan kebudayaan
negaranya yang banyak dipengaruhi sistem-sistem Barat, terutama
ketika Qutb menyaksikan fenomena berita ketika merespon
kesyahidan Hasan al-Banna. Fase ini merupakan fase Qutb masuk
dalam fase sosial kemasyarakatan. Ketiga, ketika Qutb sampai
masuk dalam posisi puncak usianya (pengaruh Hasan al-Banna, Abu
A’la al-Maududi dan yang lainnya), pada masa ini Qutb menjadi
salah satu pimpinan Ikhwanul Muslimin. Mulai saat ini Qutb banyak
mengepresikan ide-ide fundamentalnya dengan mengkritik
kebijakan-kebijakan pemerintah yang banyak mendukung dan
dipengaruhi Barat. Oleh karena itu, pada masa ini Qutb banyak
mendapatkan penyiksaan psikis dan fisik dari pemerintah Mesir.
Karena banyak menulis karya-karya yang membahayakan bagi
8Untuk lebih jelas dalam mengidentifikasi bahasa Qutb pada masa ini, lihat
salah satu karyanya dalam Sayyid Qutb, al-Taswi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n (al-Qa>hirah:
Da>r al-Syuru>q, 1969) dan Sayyid Qutb, Masya>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n (Beiru>t:
Da>r al-Syuru>q).
9Lihat gaya bahasa Qutb pada karyanya dalam Sayyid Qutb, al-Naqd al-Adabi> Us}u>luh wa Mana>hijuh (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 2003).
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 277
pemerintahan Mesir.10
Pada masa ini, Qutb masuk dalam fase
filsafat dan politik dalam perkembangan ide pemikirannya.
Fase-fase perkembangan kompetensi Qutb, sebagaimana di
atas, Qutb menerima pengaruh yang berbeda-beda. Pengaruh
tersebut adalah bahasa-bahasa sosio-kultural yang menjadi pondasi
pemikiran dan ideologi Qutb. Terutama setelah Qutb mulai masuk
dalam masa remaja, banyak sekali bahasa-bahasa sosial yang muncul
dari berbagaimacam gejala sosial dan interpesonal masuk dalam
kompetensi Qutb sebagai dasar perkembangan pemikiran dan
ideologinya.11
Hal tersebut tidak lain karena pengaruh lingkungan
yang mengitari kehidupan Qutb. Bahasa-bahasa sosial yang masuk
dalam pemikiran Qutb, mengubah kepribadian Qutb.
Namun, sebagaimana pendapat Chomsky tentang mentalisme,
pengaruh-pengaruh tersebut bukanlah faktor tunggal yang menjadi
stimulus bagi perkembangan bahasa Qutb. Akan tetapi ada faktor
lain yang menyebabkan bagi perkembangan bahasanya. Faktor
tersebut adalah faktor mental sebagaimana Qutb sebagai orang yang
menggunakan kompetensi bahasanya (self regulation) menjadi salah
satu bagian Qutb menerima stimulus-stimulus (mathi>r) yang masuk
dalam kompetensiya. Oleh karena itu, dengan kompetensi yang
diterimanya, Qutb dapat mengekspresikan kompetensinya dalam
bentuk performansi (social regulation) yang Dia gunakan sebagai
media dalam mengekpresikan ide-ide yang dimilikinya bagi
lingkungan sekitarnya. Dengan performansinya, Qutb menjadi salah
satu tokoh yang memberikan banyak stimulus bagi regenerasi cikal
bakal penerus gagasan-gagasannya.
10Salah satu karya Qutb yang menyebabkan Qutb dipenjara dan mendekati
kepada kesyahidannya lihat dalam Sayyid Qutb, Ma’a>lim fi> al-T}ariq (Bairu>t: Da>r
al-Syuru>q, 1979) dan Sayyid Qutb, Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’a>n (Makkiyah: al-Tauh}i>d
wa al-Jiha>d al-Jild 1-114, 1981).
11Terkait perkembangan pemikiran dan ideologi Qutb, lihat dalam Peta
Tarlinton, “Understending The Adversary: Sayyid Qutb and The Roots of Radical
Islam”{ Autralian Army Journal, Vol 2 No 2, 173-179.
278 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
B. Internalisasi Bahasa Sayyid Qutb, Kaitannya dengan
Behaviorisme dan Rasionalisme
Pemerolehan bahasa (iktisa>b al-lughah) atau internalisasi
bahasa merupakan suatu pembahasan yang menjadi salah satu objek
kajian dalam psikolinguistik.12
Sejarah mencatat terdapat beberapa
aliran yang memberikan pandangan terhadap pemerolehan bahasa.
Pertama, pandangan behaviorisme (sulu>kiy>ah) yang berpendapat
bahwa pemerolehan bahasa bersifat suapan (nurture). Kedua,
pandanganan rasionalisme13
yang menyatakan bahwa faktor akal
merupakan proses mental (syakl al-da>khili> al-lughah) dalam
pemerolehan bahasa.14
Konsep ini sebagaimana aliran nativisme
yang berpendapat bahwa pemerolehan bahasa bersifat alamiah
(t}abi>‘iy>ah s}autiy>ah al-lughah) atau (nature).15
1. Aliran Behaviorisme (Sulu>kiy>ah)
Aliran behaviorisme16
dibentuk oleh salah seorang linguis
struktural Amerika, Leonard Bloomfield yang melahirkan psikologi
prilaku (al-sulu>kiy>ah bi mana>hij al-t}abi>‘iy>ah). 17 Aliran ini
menyatakan bahwa bahasa merupakan sesuatu yang dapat diamati
secara empiris (tajri>biy>ah) atau sebuah daerah yang yang bersifat
12‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mansu>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs (Riya>d}:
Ja>mi‘ah al-Mulu>k al-Su‘u>diy>ah, 1982), 15.
13Lihat dalam Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (Jakarat: Kedutaan Besar Amerika, 2007), 30.
14Sa’i>d H{asan Buhairi>, Tat}awwur ‘Ilm al-Lughah Mundh 1970 (al-Qa>hirah:
Maktabah Zahra> al-Syarq, 2007), 132.
15Dalam hal ini erdapat pandangan lainnya, yaitu aliran kognitivisme yang
berpendapat bahwa pemerolehan bahasa berasal dari pematangan kognitif Abdul
Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta: Rhineka Cipta, 2009), 221. Lihat
juga dalam Robert L Solso, Otto M Maclin dan Kimberly Maclin, Psikologi Kognitif (Jakarta: Erlangga, 2007), 335.
16Aliran ini sesuai dengan aliran strukturaslime dalam konteks linguistik
seperti Ferdinand de Saussure, Lenorad Bloomfield, Robert Lado dan yang lainnya.
17Sa’i>d Hasan Buhairi>, Tat}awwur ‘Ilm al-Lughah Mundh 1970, 114.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 279
deskriptif,18
dengan kata lain bahasa merupakan proses dari
pengamatan secara sadar. Aliran ini tidak mengkaji proses akal
dalam prilaku berbahasa. Mereka berasalan karena proses akal ini
tidak bisa diamati secara langsung. Termasuki hal-hal yang bersifat
abstrak lainnya seperti ide pikiran dalam proses bahasa yang
melibatkan alat-alat fisiologi dalam proes bahasa.19
Pandangan
Bloomfield tersebut secara tidak lanngsung memusatkan kepada
struktur bahasa secara performansi (al-bunyah z}a>hiriy>ah al-
lughah). 20 Bloomfield tidak sependapat dengan pandangan
rasionalisme (la> ‘aqla>niy>ah), karena menurutnya yang dapat dikaji
dari bahasa adalah bahasa yang bersifat kongkrit secara kasat mata
(indrawi) yang diwujudkan dalam tingkah laku manusia (verbal
behavior).21
Verbal behavior dalam arti bahwa pemerolehan bahasa bukan
ditentukan oleh faktor internal penutur, melainkan oleh faktor
ekternal atau social behaviour. Aliran ini sebagaimana dengan
hipotesis tabularasa yang secara harfiah berarti “kertas kosong”.
Hipotesis ini menyatakan bahwa pemerolehan bahasa seperti kertas
kosong uang yang diisi dengan pengalaman-pengalaman. Artinya,
semua pengetahuan dalam bahasa manusia termasuk pemerolehan
bahasa, tampak dalam prilaku bahasa merupakan hasil dari integrasi
peristiwa-peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh
manusia (sulu>k al-’ijtima>‘i>). Menurut aliran ini, pemerolehan bahasa
tidak hanya mengandalkan kreativitas dalam penggunaan bahasa.
18Dalam ‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mansu>r dikenal dengan structural
aproach descriptive (al-manhaj al-bunyawi> al-was}fi>). Lihat dalam ‘Abd al-Maji>d
Sayyid Ah}mad Mansu>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs, 137.
19Sa’i>d Hasan Buhairi>, Tat}awwur ‘Ilm al-Lughah Mundh 1970, 115.
20Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mansu>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs, 137.
21Sa’i>d Hasan Buhairi>, Tat}awwur ‘Ilm al-Lughah Mundh 1970, 117.
280 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Akan tetapi ada stimulus yang akan menyebabkan respon
berbahasa.22
Menurut penulis, aliran ini sejalan dengan Eric Lennerberg,
yang menyatakan bahwa bahasa adalah prilaku “spesifik-species”
melalui beberapa mode persepsi, kategorisasi kemampuan, dan
mekanisme-mekanisme lain yang berhubungan dengan bahasa
ditentukan secara biologis.23
Konsep Lennerberg tersebut
merupakan konsep yang menghubungkan bahasa dengan faktor-
faktor biologis dalam komunikasi, yaitu manusia tidak bisa lepas
dari alat-alat fisilogi dalam proses komunikasi.24
Kosep tersebut
menurut penulis, memiliki persamaan dengan Bloomfield yang
sama-sama tidak memperhatikan proses mental dalam internalisasi
bahasa.
2. Aliran Rasionalisme (‘Aqla>niy>ah)
Salah satu tokoh terkenal dalam aliran ini adalah Noam
Chomsky.25
Chomsky menghubungan proses berbahasa dengan
rasionalisme (‘aqla>niy>ah) dan mengkritik pandangan empirisme
(tajribiy>ah) dan behaviorisme (sulu>kiy>ah) yang beranggapan tidak
ada proses mental dalam berbahasa.26
Konsep tersebut sejalan
dengan aliran nativisme27
merupakan salah satu aliran yang
melahirkan konsep hipotesis nurani. Yaitu setiap bahasawan tentu
akan mampu memahami dan membuat kalimat dalam bahasanya
(native language). Karena dia telah menuranikan atau menyimpan
22Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, 172-173.
23Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa (Jakarta:
Kedutaan Besar Amerika, 2007), 30.
24‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mansu>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs, 135.
25Sa’i>d Hasan Buhairi>, Tat}awwur ‘Ilm al-Lughah Mundh 1970, 130.
26Sa’i>d Hasan Buhairi>, Tat}awwur ‘Ilm al-Lughah Mundh 1970, 130.
27Aliran ini sesuai dengan aliran transformalisme yang mengkritik aliran
strukturalisme.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 281
dalam nuraninya akan tatabahasa bahasanya menjadi kompetensi
bahasanya; juga memahami dan menguasai kemampuan-kemampuan
performansi bahasanya. Kemudian karena pengunaan bahasa
mencakup komponen sintakisis, semantik, dan fonologi, maka
ketiga komponen tersebut merupakan salah satu faktor manusia
dalam memahami bahasanya. Ketiga komponen di atas juga yang
mengubah bentuk-bentuk dalam menjadi bentuk-bentuk luar.28
Istilah nativisme29
diambil dari pernyataan dasar mereka
bahwa pemerolehan bahasa sudah ditentukan dari sananya, artinya
kita lahir dengan kapasitas genetik yang mempengaruhi kemampuan
kita memahami bahasa di sekitar kita, yang hasilnya adalah sebuah
konstruksi sistem bahasa yang tertanam dalam diri kita.30
Menurut
penulis, terdapat persamaan antara rasionalisme dan nativisme
adalah sama-sama sebagai aliran yang menyatakan bahwa proses
mental atau faktor internal memiliki pengaruh yang besar dalam
internalisasi bahasa. Oleh karena itu, kedua aliran tersebut menurut
penulis berada dalam satu konsep, yaitu madhhab ‘aqla>ni>.31
28Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, 168.
29 Sementara itu, ada pandangan lain dalam aliran psikoinguistik, yaitu
aliran kognitivisme. Menurut pandangan kognitivisme, proses pemerolehan bahasa
merupakan proses perkembangan kognitif. Aliran ini sama dengan hipotsesis
kesemastaan kognitif. Salah satu tokoh aliran kognitivisme adalah Piaget yang
menyatakan bahwa dalam pemerolehan bahasa berasal dari kematangan kognitif
dalam merespon lingkungan sekitarnya. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka
menurut aliran ini, perkembangan bahasa harus berlandaskan pada perubahan yang
lebih mendasar dan lebih umum dalam kognisi. Aliran ini juga berpendapat bahwa
bahasa bukanlah sesuatu yang diberikana oleh alam. Lingkungan tidak besar
pengaruhnya terhadap perkembangan kompetensi bahasa. Perubahan atau
perkembangan intelektual seseorang terhadap bahasanya tergantung pada
keterlibatan penutur secara aktif dengan lingkungannya Abdul Chaer,
Psikolinguistik Kajian Teoritik, 168.
30Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoritik (Jakarta: Rhineka Cipta,
2009), 221.
31 Sa’i>d Hasan Buhairi>, Tat}awwur ‘Ilm al-Lughah Mundh 1970, 488.
282 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Berhubungan dengan Qutb, nampaknya perkembangan bahasa
Qutb (tat}awwur al-lughah) sebagaimana kita ketahui perkembangan
kognitifnya. Dalam internalisasi bahasanya (decoding) atau
transformasi pengetahuan penutur terhadap bahasa (tah}wi>l al-
istija>bah ila> rumu>z al-lughawiy>ah), Qutb memiliki perkembangan
secara gradual (mutadarrijah). Artinya, pengetahuan bahasa Qutb
dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya.32
Perkembangan tersebut
tidak terlepas dari respon (istija>bah) Qutb yang menentukan
sikapnya dalam merespon berbagai macam pengaruh yang masuk
dalam kompetensi bahasanya. Oleh karena itu, berdasarkan aliran
dalam ilmu tentang pemerolehan bahasa atau internalisasi bahasa,
Qutb sesuai dengan aliran rasionalisme atau nativisme. Artinya,
perkembangan internalisasi bahasa Qutb dipengaruhi faktor-faktor
internal Qutb dalam merespon berbagai macam faktor lingkungan
yang membentuk pengetahuan akan bahasanya dan sikap Qutb
terhadap pengaruh-pengaruh tersebut, sehingga kompetensi menjadi
sesuatu yang menentukan Qutb dalam merespon berbagai
lingkungan sekitarnya (encoding) atau transformasi bahasa terhadap
pengetahuan penutur (tah}wi>l al-rumu>s al-lughawi> fi al-‘aql ila> ma‘na>
al-mura>d).33
Kita bisa lihat bagaimana pada masa kanak-kanak Qutb
mendapatkan stimulus-stimulus yang bersifat parsial.34
Artinya pada
masa ini Qutb hanya bergaul dengan keluarganya saja. Sementara
keluarga Qutb merupakan salah satu keluarga yang sangat mecintai
32Lihat QS. al-Ru>m: 22. “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah
menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang Mengetahui.
33Abdul Majid Sayyid Ahmad Mansur, ‘Ilm al-Lughah al-Nafs, 340.
34Lengkapnya lihat dan baca dalam S{ala>h ‘Abd Fatta>h al-Kha>lidi>, Sayyid Qut}b min al-Mi>la>d ila> al-Istisyha>d (Qa>hirah: Da>r al-Qalam, 1994).
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 283
al-Quran.35
Oleh karena itu, Qutb kecil adalah anak yang banyak
menerima stimulus yang berhubungan dengan kondisi tentang
kehidupan keluarga yang harmonis dan islami, sehingga berdasarkan
stimulus tersebut Qutb juga merespon dengan menghapal al-Quran.
Ini artinya berdasarkan pemahaman rasionalimse, proses mental
Qutb merespon pengaruh lingkungan dengan positif. Artinya
bahasa, isyarat, simbol, dan gejala alam merupakan stimulus-
stimulus yang menjadikan tolak ukur menentukan sikap mental
Qutb dalam menentukan internalisasi bahasanya, termasuk dalam
kompetensi ideologinya.36
Selanjutnya, setelah mendapatkan stimulus dari keluarga
semasa kanak-kanak, Qutb mengalami perkembangan internalisasi
bahasa karena pada masa dewasa Qutb mulai merambahkan ilmu
pengetahuannya dengan lingkungan yang lebih luas. Salah satu
stimulus yang berpengaruh terhadap respon Qutb adalah ketika
Qutb mulai tinggal di rumah Ahmad Husain Usman dan sering
35 Kecintaan Qutb terhadap al-Qur’an sebagaimana dijelaskan pada bab
sebelumnya adalah faktor kedua orang tua Qutb yang sangat mencintai al-Qur’an
dan kental dengan nuansa-nuansa ibadah. Kecintaan kedua orang tuanya
berpengaruh bagi Qutb dan saudara-saudara kandungnya. Hal tersebut dibuktikan
dengan karya Qutb tentang al-Qur’an, di antaranya al-Tas}wi>r fi> al-Fann al-Qur’a>n dan Masya>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n. Juga Muhammad Qutb, yang kecintaannya
terhadap al-Qur’an dituliskan dalam karyanya yang berjudul Dira>sah Qur’a>niy>ah. Lebih lengkapnya lihat dalam Muahmmad Qutb, Dira>sa>t al-Qur’a>niy>ah (al-Qa>hirah:
Da>r al-Suru>q, 1993), 5.
36Kita juga bisa lihat bagaimana Qutb menulis al-Tas}wi>r fi> al-Fann al-Qur’a>n dan Masya>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n, karena pengaruh stilmulus kedua
orangtuanya yang sangat mencintai al-Qur’an. Oleh karena itu, gaya bahasa pada
kedua karyanya ini adalah sebagai respon Qutb dari stimulus kedua orang tuanya.
Hal ini terbukti bahwa dengan jelas Qutb mempersembahkan kedua karyanya
tersebut sebagai hadiah bimbingan kedua orang tuanya, sehingga Qutb menjadi
seorang yang mencintai al-Qur’an. Bahkan Qutb menjadi seorang yang hafid dalam
usia 9 tahun. Lihat persembahan Qutb tersebut dalam muqaddimah kedua karyanya
tersebut. Lihat dalam Sayyid Qutb, al-Tas}wi>r fi al-Fann al-Qur’an, 5. Dan dalam
Sayyid Qutb, Masya>hid al-Qiya>mah fi> al-Qur’a>n, 5.
284 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
mendapatkan pengaruh dari pemikiran Abbas Mahmud al-‘Aqqad.37
Pada masa ini, Qutb banyak menulis karya yang berhubungan
dengan sastra dan pemikiran sosialnya. Termasuk pengaruh ide-ide
al’Aqqad banyak Qutb interpretasikan dalam karyanya seperti al-
‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah, al-Isla>m wa Sala>m al-‘A<lam, Ma‘rakat Isla>m
wa al-Ra’suma>liy>ah, bahkan ide-ide tentang kritik sosial politik
Mesir pada waktu itu salah satunya karena Qutb banyak
mendapatkan pengaruh dari Abbas Mahmud al-‘Aqqad.38
Kompetensi Qutb juga berlanjut dari pengaruh lingkungan
sekitar kehidupannya. Ketika menjalani kehidupan di Amerika,
Qutb menyaksikan banyak pengorbanan-pengorbanan umat Islam
dalam menghadapi liberalisme, westernisme, dan kapitalisme yang
dikuasai oleh Barat. Qutb, menganggap keadaan ini sebagai
pengaruh dari Yahudi yang harus segera dimusnahkan. Oleh karena
itu, dalam salah satu karyanya Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, Qutb
menyeru dan mengajak kepada orang-orang yang berani untuk
mengorbankan dirinya berjihad di jalan Allah. Menurut Qutb,
mereka adalah para fida>’iy>u>n 39 yang berinisiatif untuk segera
melakukan cara perlawanan (t}ari>q) menyelamatkan Islam dari
37Pengaruh al-’Aqqad terhadap Qutb bisa dilihat dalam karyanya tentang
sastra Qutb banyak mengutif al-’Aqqad sebagai dasar kritikan-kritikannya, baik
terhadap sastrawan ataupun terhadap lingkungan sosial politik keagamaan. Lebih
jelasnya lihat dalam Sayyid Qut}b, al-Naqd al-Adabi> Us}u>luh wa Mana>hijuh (al-
Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 2003), 22.
38Asraf Abdul Rahman, “The Influence of al-‘Aqqad and the Diwan School
of Poetry on Sayyid Qutb’s Writings” International Journal of Humanities and Social Science, Faculty of Islamic Contemporary Studie University Sultan Zainal Abidin Vol. 1 No. 8; July (2011): 161.
39 Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d (al-Qa>hirah: Da>r al-Suru>q,
1993), 15. Qutb juga menggunakan istilah “fida>’iy>u>n” Lihat dalam karya-karya
Qutb, di antaranya Sayyid Qutb, Limadha>’ A‘dumu>ni>?, 26. Sayyid Qutb, Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, ), 5.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 285
Yahudi (ma‘rakatuna> Ma‘ al-yahu>d),40 sehingga umat Islam akan
terhindar dari kejahiliyahan (ila> al-mutatha>qili>n ‘an al-jiha>d). 41
Upaya ini, menurut Qutb akan membentuk masyarakat Islam (al-
mujtama‘ al-isla>m) dan sistem-sistem (al-niz}a>m al-isla>m) Islam
yang bisa diaplikasikan bersama-sama (al-isla>m niz>a>m al-ijtima>‘i>).42
Yang paling fenomenal adalah Tafsi>r fi> Z{ila>l al-Qur’a>n dan
Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q, dalam kedua karyanya tersebut, Qutb
memperlihatkan banyak pengaruh ide-ide militan dari tokoh-tokoh
terdahulunya kemudian ditambah dengan lingkungan sekitar Qutb
yang penuh dengan berbagai macam penyimpangan dan kekerasan.
Hal tersebut berpengaruh terhadap ide-ide Qutb yang semakin
bersemangat dan bertambah keradikalan ide-idenya. Perlakuan
pemerintahan Mesir yang reseptif menambah semangat jihad dan
dakwah Qutb di jalan agama Islam.43
Dalam karyanya tersebut,
Qutb berkali-kali mengajak kepada umat Islam khususnya para
pemuda Ikhwanul Muslimin44
untuk berjihad dalam agama Allah
untuk memusnahkan jahiliyah yang sudah tidak menggunakan
sistem Islam dan jauh dari hukum-hukum Allah karena
menggunakan hukum mereka sendiri.45
Berdasarkan fenomena di atas, perkembangan kompetensi
Qutb dari satu masa ke masa berikutnya, dari satu tokoh ke tokoh
40 Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d (al-Qa>hirah: Da>r al-Suru>q,
1993), 20.
41Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d, 56.
42Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>, 237.
43 Untuk menyikapi sikap pemerintahan yang reseftif tersebut, Qutb
menyatakan pandangannya bahwa jihad dalam menegakan agama Allah merupakan
kewajiban bagi setiap muslim, termasuk jihad melawan pemerintahan yang
menyimpang. Lihat Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna> Ma‘a al-Yahu>d, 56.
44Qutb banyak ungkapkan bahwa pergerakan Ikhwanul Muslimin adalah
pergerakan yang sesuai dengan pergerakan Islam (h}arakah isla>miy>ah ka h}arakah ikhwa>n al-muslimi>n). Lihat dalam Sayyid Qutb, Limadha>’ A‘dumu>ni>?, 14.
45Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979), 3-10.
286 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
yang lainnya dan dari suatu lingkungan ke lingkungan yang lainnya
merupakan salah satu bukti perkembangan kompetensi Qutb yang
mengalami perubahan dari masa ke masa. Oleh karena itu, menurut
penulis, perkembangan kompetensi Qutb dapat digambarkan
sebagaimana dengan konsep yang dinyatakan oleh Chomsky sebagai
salah satu tokoh al-madhhab al-‘aqla>ni>, yaitu kompetensi kognitif
Qutb menentukan faktor-faktor yang berada di luar diri Qutb, serta
menentukan dalam merespon pengaruh tersebut, sehingga
kompetensi Qutb juga berpengaruh bagi kompetensi-kompetensi
yang berada dalam satu kolokasi46
dengan Qutb. Oleh karena itu,
menurut penulis perkembangan kompetensi Qutb sesuai dengan
pandangan al-madhhab al-‘aqla>ni>, yaitu internalisasi bahasanya
merupakan pengaruh nature dalam merespon nurture berdasarkan
gambar berikut:
Gambar 30
Sulu>ki> dan ‘Akla>ni>
46Kolokial adalah asosiasi tetap antara kata dan kata lain dalam lingkungan
yang sama.
Bahasa
merupakan
nurture
Bahasa
merupakan
nature
Sulu>ki> ‘aqla>ni>
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 287
Dari ilustrasi di atas, menunjukan bahwa proses kognisi
sebenarnya berkaitan dengan peristiwa mental yang berkaitan
dengan proses pengenalan tentang dunia atau lingkungan di sekitar
penutur. Penutur banyak melibatkan kompetensi dalam menerima
dan memberikan pengaruh bagi lingkungan sosial budaya. Oleh
karena itu, sesuai dengan konsep al-madhhab al-‘aqla>ni>, menurut
salah satu tokohnya Chomsky dalam Sa’i>d Hasan Buhairi, ide atau
kompetensi seseorang sebenarnya yang membentuk bahasa dalam
dunia sosial. Tanpa ide, tidak akan terwujud konsep-konsep tentang
bahasa dan tidak akan ada bahasa yang diproduksi, sehingga ide-ide
tersebut menentukan aspek-aspek fonologi. Pandangan Chomsky
sebagaimana Vygotsky, menurutnya adanya satu tahap
perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran dan adanya satu
perkembangan pikiran, sebelum adanya perkembangan bahasa.47
Oleh karena itu, perkembangan ideologi dan pemikiran Qutb atau
pengetahuan Qutb tentang bahasanya ditentukan secara nature
(faktor mental) seberapa Qutb merespon pengaruh lingkungan di
sekitarnya dan nurture (faktor lingkungan) seberapa besar pengaruh
stimulus terhadap kepribadian dan kompetensi kognitif Qutb. Hal
tersebut berpengaruh terhadap proses decode dan encode seorang
penutur dalam proses komunikasi.
Berdasarkan kedua aliran di atas, menunjukkan adanya
keterkaitan dalam hal internalisasi bahasa Qutb. Pandangan
Chomsky terkait hipotesis nurani pada bahasa internal seorang
penutur, menurut penulis juga tidak bisa lepas dengan pandangan
behaviorisme yang menjadi salah satu input seorang penutur dalam
proses internalisasi bahasa. Namun, faktor yang paling perpengaruh
dalam proses internalisasinya adalah kualitas mental (nature) yang
menjadi bagian atau aspek yang menentukan kualitas kompetensi
Qutb.
47Abdul Chaer, Psikolinguistik Kajian Teoretik, 55.
288 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
C. Performansi Sebagai Eksternalisasi Bahasa Seorang Sayyid
Qutb
Performansi bahasa muncul dari proses eksternalisasi bahasa.
Eksternalisasi bahasa bisa diwujudkan dalam dua bentuk bahasa,
yaitu performansi dalam bentuk verbal dan performansi dalam
bentuk non verbal. Sebagaimana bahasa dalam perspektif sarananya,
terbagi menjadi bahasa lisan (verbal) dan bahasa tulisan (non
verbal).48
Biasanya dalam konteks linguistik atau kemahiran bahasa,
kemahiran bahasa verbal merupakan eksternalisasi dari kemampuan
istima>‘ atau mendengar. Sedangkan kemampuan bahasa nonverbal
atau menulis, merupakan eksternalisasi dari membaca. Walaupun
dalam dunia bahasa secara umum, skema eksternalisasi tersebut
tidak pasti dan bisa saling bergantian.
Qutb memilki kualifikasi yang baik dalam bahasa verbal dan
non verbal. Namun dari segi kuantitas, bahasa non verbal Qutb lebih
banyak berpengaruh bagi lingkungan di sekitarnya. Kualitas bahasa
non verbal (tulisan) Qutb dibuktikan juga dengan kuantitas
karyanya yang bervariasi dan kualitasnya banyak diapresiasi oleh
masyarakat, khususnya masyarakat Islam yang memiliki semangat
dan gairah yang besar dalam memperjuangkan nilai-nilai agama
48 Ada beberapa perbedaan karakteristik antara ragam bahasa lisan dan
tulisan. Pertama, ragam bahasa lisan menghendaki adanya orang kedua, teman
berbicara yang ada di depan mata, sedangkan ragam bahasa tulis tidak
mengharuskan adanya teman berbicara ada di depan. Kedua, ragam bahasa lisan
kadang tidak mementingkan unsur-unsur gramatikal, seperti subjek, predikat dan
objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur tersebut kadang-kadang dapat
ditinggalkan. Sedangkan ragam bahasa tulisan perlu lebih terang dan lengkap dari
bahasa lisan. Fungsi-fungsi gramatikal harus nyata karena ragam bahasa tulis tidak
mengharuskan orang kedua berada di depan pembicara. Ketiga, ragam bahasa lisan
sangat terkait pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Sedangkan ragam tulis tidak
terkait oleh situasi, kondisi, ruang dan waktu. Keempat, ragam bahasa lisan
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara, sedangkan ragam
bahasa tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, huruf miring dan tanda
baca lainnya. Lihat Zaenal Arifin dan S Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta: Akademika Presindo, 2004), 15-17.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 289
(rija>l al-di>n)49 dan kepribadian-kepribadian Islam da>r al-isla>m50
yang
sudah banyak terkontaminasi oleh nilai-nilai dan kepribadian Barat
yang Qutb istilahkan dengan al-h}ada>rah al-gharbiy>ah. 51 Tulisan-
tulisan Qutb menjadi salah satu tulisan yang berpengaruh terhadap
kondisi sosial masyarakat Mesir pada waktu itu. Namun, karena
Qutb menerima stimulus-stimulus yang berhubungan dengan
liberalisme, kapitalisme, dan westernisme menjadikan tulisan-
tulisannya banyak mengkrtitik kondisi sosial masyarakat Islam pada
waktu itu. Terutama kritikannya terhadap Barat yang memberikan
Islam kembali kepada masyarakat Islam modern yang jahiliyah (al-
ja>hiliy>ah al-jadi>dah).52 Oleh karena itu, masyarakat Islam modern
yang jahiliyah (al-jahiliy>ah al-jadi>dah) tersebut harus segera
dikembalikan pada sistem-sistem Islam (Niza>m al-Isla>m).53
Faktor lain yang menjadikan tulisan-tulisan Qutb banyak
berpengaruh adalah performansi Qutb yang dikenal dengan gaya
bahasa yang tinggi, dengan kandungan hujah yang sangat kuat,
sehingga mampu menggugah nurani perasaan orang yang
membacanya.54
Selain itu, pilihan kata yang digunakan bukan hanya
49Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k,
1995), 9. Dan Sayyid Qutb, Ma’rakah al-Isla<m wa al-Ra’suma>liy>ah (Bairu>t: Da>r al-
Syuru>q, 1993), 5.
50 Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k,
1993),18.
51Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979), 5.
52Konsep jahiliyah modern banyak disinggung Qutb dalam karya-karyanya
di antaranya lihat dalam Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m (Bairu>t:
Da>r al-Syuru>k, 1995), 26. Dan dalam Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t:
Da>r al-Syuru>q, 1979(, 261.
53Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>q, 1979), 7.
54Bahasa Qutb karena merupakan seorang sastrawan dan penerjemah juga
dikenali sebagai tokoh yang penulisannya banyak mengandung nilai seni retorik
yang indah gaya bahasanya. Lihat Hasuria Che Omar dan Rokiah Awang,
290 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
membekas dalam ide dan gagasan pembaca, namun juga membekas
dalam hati dan perasaan pembaca, sehingga setelah membaca
tulisan-tulisan Qutb semangat keislaman banyak membekas dalam
ide, gagasan dan hati umat Islam pada waktu itu. Salah satu karya
fenomenal Qutb, yaitu Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n merupakan hasil dari
tarbiy>ah rabba>ni> yang didapat oleh penulis dalam perjalanan dakwah
yang digeluti sepanjang hidupnya.55
Juga karya-karya yang lainnya,
semenjak Qutb merasakan pendidikan di Amerika.
Kritik-kritik Qutb juga bukan hanya terhadap lingkungan
sosial budaya Mesir pada waktu itu, melainkan mengkrucut kepada
pemerintahan Nasser yang banyak dipengaruhi Barat dan
menguntungkan Barat (qiya<dah al-rajul al-gharbi> li li al-
Basyariy>ah).56 Keputusan-keputusan pemerintahan Mesir pada masa
Nasser diyakini Qutb banyak menguntungkan Barat dan membuat
orang Barat tertawa-tawa di atas penderitaan umat Islam. Hal
tersebut menurut Qutb adalah sistem yang membahayakan bagi
umat Islam (niz}a>m al-fa>sid).57 Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
hal tersebut yang menyebabkan Qutb tidak lagi berhasrat untuk
bergabung dengan pemerintahan Mesir dan memutuskan untuk
keluar dari tempat kerjanya yaitu Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Mesir.
Performansi bahasa Qutb semakin tajam dan semakin berani,
ketika Qutb memutuskan untuk bergabung dengan Ikhwanul
Kelestarian Bidang Penerjemahan (Kuala Lumpur: Persatuan Penerjemah Malaysia,
2009), 165.
55Pengakuan tentang performansi atau gaya bahasa Qutb disampaikan oleh
penerbit dalam menterjemahkan Tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n. Lihat Sayyid Qutb, Tafsir Fi Dzilal al-Quran di Bawah Naungan al-Qur’an jilid 11. Terjemah As’ad Yasin
Dkk (Jakarta: Gema Insani Press, 2003), 5.
56Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979), 5.
57 Sayyid Qutb, Ma’rakah al-Isla<m wa al-Ra’suma>liy>ah (Bairut: Da>r al-
Syuru>q, 1993), 9.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 291
Muslimin,58
karena menurutnya gerakan Ikhwanul Muslimin adalah
gerakan yang berada dalam gerakan Islam (h}arakah al-ikhwa>n al-
muslimi>n ka h}arakah al-Isla>m). 59 Di Ikhwan Muslimin, Qutb
mendapatkan kenyamanan dan sarana yang ideal untuk
mengungkapkan kegelisahannya terhadap dominasi westerniasai.
Tulisan-tulisan Qutb pada masa ini semakin tendensius dan bersifat
haraki> dan semakin berani mengkritik pemerintahan Naser. Qutb
banyak mencurahkan ide-ide dan gagasan-gasannya dalam majallah
al-da‘wah dan majallah al-risa>lah.60 Pada masa inilah ide-ide dan
gagasan-gagasan Qutb dirasakan berbahaya dan banyak
mempengaruhi semangat keislaman umat Islam pada waktu itu,
untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang sudah
menguntungkan sistem-sistem Barat (al-qawa>ni>n al-urubiy>ah al-
h}adi>thah).61
Qutb mengatakan bahwa seruan kepada Islam (al-da‘wah al-
isla>miy>ah) 62 dengan kata-kata sudah cukup apabila tidak ada
penghalang antara dakwah dan manusia. Apabila dakwah dapat
disampaikan kepada manusia dengan bebas dan mereka terpisah
daripada sebagian bentuk dan pengaruh material (al-ra’suma>liy>ah)63
dan politik (al-jam‘iy>ah wa al-siya>siy>ah amri>kiy>ah). 64 Qutb
mengungkapkan pada zamannya, manusia mempunyai peluang
untuk berbicara dengan manusia di seluruh dunia. Menurutnya, kita
58Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1993)
12.
59Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 14.
60Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 6.
61Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k,
1995), 8.
62Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979),35.
63Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi> al-Isla>m (Kairo: Da>rul Kitab,
1948), 7.
64Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 7.
292 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dapat melakukan dakwah dengan berbagai kemudahan sepeti media
(radio, televisi, surat kabar dan buku-buku). Jaringan-jaringan
satelit, laman-aman web, dan buku-buku dalam berbagai bahasa dan
tema kompetensi yang ada.65
Perkembangan performansi Qutb juga bisa dilihat dalam
karyanya setelah pulang dari Amerika. Sekembalinya ke Mesir,
sebagaimana penulis jelaskan pada bab sebelumnya, penentangan
ide anti Barat dan Amerika yang dimiliki oleh Qutb bertambah jelas
dalam performansi karya-karyanya, sehingga akhirnya masuk dalam
Ikhwanul Muslimin. Karena bahasa-bahasa Qutb yang banyak
mengkritik pemerintahan Mesir, Qutb dipenjarakan. Namun,
dipenjara bukan berarti dapat mengurangi bahasa-bahasa tendensius
Qutb, di penjara Qutb malah berhasil mengeksplorasi
kompetensinya menjadi berbagaimacam performansi bahasa. Dalam
penjara Qutb berhasil menulis karya-karya fenomenalnya seperti
tafsi>r fi Z{ila>l al-Qur’a>n, Ha>dza>’ al-Di>n, Mustaqbal li Ha>dza> al-Di>n,
Khas}a>’is al-Tas}awwur al-Isla>m, I<sla>m wa al-Musykila>t al-Hadha>rah
dan Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q. Bahkan performansi bahasa Qutb yang
mewakili ideologinya dapat dilihat dalam Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q yang
menyebabkan Qutb dihukum mati gantung.66
Berhubungan dengan Qutb, internalisasi bahasa merupakan
salah satu sarana yang membentuk karakter pemikiran dan
kepribadiannya. Sebagaimana penulis bahas pada bab sebelumnya,
Qutb banyak menerima bahasa-bahasa yang beragam. Baik dalam
bentuk bahasa verbal ataupun bahasa non verbal. Mulai dari
kehidupan keluarga, remaja, kehidupan di Amerika, bergabung
dengan Ikhwanul Mulimin, bahkan ketika kehidupannya lama
dihabiskan dalam penjara. Fenomena tersebut juga membentuk
65Lihat Yusuf Qardhawi, Fiqh Jihad Jilid 1 dan Jilid 2 (Selangor: PTS
Islamika Sdn.Bhd, 2013), 637.
66 Zulkifli Abdul Ghani, Dakwah dan Etika Politik Di Malaysia (Kuala
Lumpur: Terbitan Pratama, 2005), 73.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 293
kompetensi bahasa Qutb yang beragam. Sebagaimana dalam karya-
karya Qutb yang menggunakan diksi dalam karya-karyanya dengan
isi dan gaya bahasa yang berbeda-beda.
Kita bisa lihat karya-karya Qutb yang berbeda-beda sesuai
dengan perkembangan kompetensi ideologinya. Karya pertama yang
Qutb tulis adalah al-Tas}wi>r al-fann fi> al-Qur’a>n 67 dan Masya>hid
Qiya>mah fi> al-Qur’a>n.68 al-Taswi>r al-fann fi> al-Qur’a>n merupakan
persembahan Qutb untuk Ibunya Fatimah Husain Utsman. Dalam
karyanya tersebut, Qutb lebih dipengaruhi kompetensinya dalam
dunia sastra. Bahasa yang digunakan adalah bahasa-bahasa
keindahan yang sangat puitis. Qutb menggambarkan keindahan-
keindahan sastra dalam al-Qur’an dengan gaya bahasa yang indah
dalam pembahasannya tentang “al-Tas}wi>r al-fann” dalam al-
Qur’an.69
Qutb juga menggambarkan bagaimana dirinya sangat
mencintai al-Qur’an sebagai stimulus yang diberikan oleh Fatimah
Husain padanya. Oleh sebab itu, Qutb menjadi anak yang cinta
kepada al-Qur’an dengan ungkapannya “laqad wajadtu al-Qur’a>n”.70
Bahkan karena kecintaannya terhadap al-Qur’an yang sangat
membekas dalam diri Qutb, Qutb bisa memberikan solusi-solusi
bagaimana caranya memahami al-Qur’an “kaif fahm al-Qur’a>n”.71
Dalam karyanya tersebut, Qutb juga memberikan gambaran
bagaimana keindahan cerita-cerita yang mengandung hikmah dalam
al-Qur’an, sehingga dapat menjadi salah satu pelajaran bagi
67Sayyid Q{utb, al-Taswi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q,
1969), 5.
68Sayyid Qutb, Masya>hid al-Qiya>mah Fi al-Qur’a>n (Beiru>t: Da>r al-Syuru>q,
2002).
69Sayyid Q{utb, al-Taswi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n, 36.
70Sayyid Q{utb, al-Taswi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n, 7.
71Sayyid Q{utb, al-Taswi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n, 25.
294 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kehidupan manusia. Hal ini Qutb ungkapkan dengan perkataannya
“al-tas}wi>r al-qis}s}ah”. 72
Persembahan Qutb untuk Ibunya, tidak jauh berbeda dengan
persembahan tulisan Qutb untuk Ayahnya. Pada karyanya yang
berjudul Masya>hid Qiya>mah fi> al-Qur’a>n. Bahasa yang digunakan
tidak jauh berbeda dengan karyanya untuk Ibunya. Hal ini
disebabkan karena antara kedua buku tersebut diterbitkan tidak jauh
berbeda. Dalam karyanya tersebut, Qutb menggambarkan
bagaimana Ayahnya adalah seorang Ayah yang bertanggung jawab,
khususnya dalam konteks ukhrawi.73
Buku tentang Masya>hid
Qiya>mah fi> al-Qur’a>n, banyak menceritakan ayat-ayat al-Qur’an
yang berhubungan dengan hari akhir. Hal ini Qutb ungkapkan dalam
pembahasan “al-‘a>lam al-akhi>r fi> al-d}ami>r al-basyari>” 74 dan al-‘a>lam
al-akhi>r fi> al-Qur’a>n” 75 termasuk dalam pembahasannya tentang
orang yang akan menyaksikan surga di hari akhir nanti, ini
diungkapkan Qutb dalam pembahasan “masya>hid al-qiya>mah”76
72 Sayyid Q{utb, al-Taswi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n, 190. Buku ini semula
merupakan artikel yang dimuat dalam Majalah al-Muqtat}a>f. Artikel ini kemudian
disempurnakan dan dikembangkan menjadi buku yang diterbitkan pertama kalinya
pada tahun 1954. Tujuan utama diterbitkannya buku ini adalah sebagai sarana
untuk mengungkapkan kindahan-keindahan gaya bahasa dan makna dalam al-
Qur’an, bukan aspek-aspek lain seperti teologi, hukum dan bahasa. Lihat A. Ilyas
Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta: Penamadani, 2013), 84.
73Sayyid Qutb, Masya>hid al-Qiya>mah Fi al-Qur’a>n (Beirut: Da>r al-Syuru>q,
2002), 5.
74Sayyid Qutb, Masya>hid al-Qiya>mah Fi al-Qur’a>n, 13.
75Sayyid Qutb, Masya>hid al-Qiya>mah Fi al-Qur’a>n, 42.
76Sayyid Qutb, Masya>hid al-Qiya>mah Fi al-Qur’a>n, 58. Buku ini diterbitkan
pada tahun 1947, dua tahun setelah al-Tas}wi>r al-Fann fi al-Qur’a>n. Dalam buku ini,
Qutb mengungkapkan bahwa bukti-bukti hari akhir (masya>hid al-qiya>mah) itu
terdapat dalam sebagain besar surat al-Qur’an dan terbanyak dalam surat
Makkiyah. Dalam al-Qur’an banyak bukti (masyhad) atau informasi tentang hari
akhir yang di dalamnya terdapat representasi (s}uwa>r), gerakan dan kejadian-
kejadian. Lihat A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta:
Penamadani, 2013), 87.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 295
Fase kompetensi Qutb dilanjutkan dengan fase berikutnya,
yaitu ketika Qutb sudah mulai mengenal dunia politik dan sosial.
Karya tersebut adalah ‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, al-Sala>m
al-‘Alami> wa al-Isla>m, dan Ma’raka>t al-Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah.77
Karyanya yang berjudul ‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m,
merupakan salah satu karya tentang pemikirannya yang sudah
masuk dalam dunia sosial. Qutb menghubungkan antara fenomena
sosial dengan Islam sebagai rujukan dasar dalam keadilan Islam dan
dunia sosial. Dalam tulisannya “tabi>‘iy>ah al-‘ada>lah al-ijtima>‘iy>ah fi>
al-Isla>m”. 78 Qutb juga mengkritik kebebasan yang tidak didasari
oleh hati nurani, menurut Qutb seharusnya kebebasan disertai
dengan emosi nurani al-yahriri> al-wijda>ni>.79 Qutb juga menjelaskan
tentang persamaan status manusia dilihat dari segi konteks sosial
dengan ungkapan al-musa>wa>h al-insa>niy>ah. Artinya, fakir miskin
menurut Qutb berhak mendapatkan bantuan sosial dari para
aghniya>’ (orang yang berkecukupan harta). 80 Sehingga dengan
adanya prinsip-prinsip tersebut, menurut Qutb akan terbentuk
keharmonisan dalam suatu masyarakat. Dengan prinsip-prinsip
tersebut, berarti bahwa Islam tidak hanya mementingkan h}abl
minalla>h secara vertikal, tetapi juga mementingkan h}abl minanna>s
secara horizontal.81
Oleh sebab itu, menurut Qutb dengan adanya
77Lengkapnya Lihat dalam al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi> al-Isla>m (al-Qa>hirah:
Da>r al-Syuru>q, 1995), al-Sala>m al-‘Alami>y wa al-Isla>m (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q,
2007), dan Ma’rakat al-Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah (al-Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q,
1993).
78Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi> al-Isla>m (al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 1995), 20.
79Sayyid Qutb al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi> al-Isla>m, 32.
80Sayyid Qutb al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi> al-Isla>m, 32.
81 Sesuai dengan al-Qur’an dalam QS. Ya>sin: 12. “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh} Mah}fu>z}).
296 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
keharmonisan sosial tersebut, maka akan terbantuk solidaritas yang
kuat dalam suatu masyarakat atau al-taka>ful al-ijtima>‘i>.82
Bahasa Qutb tentang ‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, tidak
jauh berbeda dengan karyanya yang berjudul al-Sala>m al-‘Alami> wa
al-Isla>m. Dalam karyanya tersebut, Qutb banyak membahas tentang
permasalahan Islam dengan kehidupan alam semesta.83
Qutb
memulai dengan kelas sosial yang terkecil dalam masyarakat, yaitu
tentang kedamaian dalam keluarga dalam konteks Islam dengan
bahasanya sala>m al-bait. Selanjutnya, Qutb menjelaskan tentang
kedamaian dalam lingkungan masyarakat sala>m al-Ijtima>‘i>,
kemudian kedamaian yang universal menurut Qutb adalah
kedamaian di diunia yang tidak lain merupakan tempat menabung
untuk di akhirat.84
Bahkan dalam karyanya tersebut, Qutb
membahas tentang jihad sebagai jalan salah satu kedamaian dalam
sala>m al-‘a>lam.85 Qutb mengungkapkan bahwa sala>m al-’a>lam yang
ditempuh dengan jihad, akan membawa kepada sala>m al-insa>niy>ah,
yaitu penjelasan dalam meyakinkan seseorang yang meninggal
82Sayyid Qutb al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi> al-Isla>m, 52. Buku ini terbit pada
tahun 1949 ketika Qutb berada di Amerika. al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi> al-Isla>m
merupakan karya Qutb yang pertama dalam pemikiran Islam. Qutb
mempersembahkan buku ini untuk generasi muda Islam yang berjuang di jalan
Allah, dengan nama Allah, dan atas bantuan dan pertolongan Allah. Buku ini
mengajak kaum muslimin agar memulai hidup baru yang lebih islami dalam suatu
komunitas Islam yang memegang teguh akidah dan sistem Islam. Juga berpegang
pada hukum dan syariat Islam. Islam bukan hanya Ibadah, tetapi merupakan sistem
ilahi yang mengatur segi-segi kehidupan manusia dengan undang-undang Allah.
Lihat A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, 88.
83Sayyid Qutb, al-Sala>m al-‘Alami> wa al-Isla>m (Kairo: Da>rul Kitab Al-
‘Arabi, 1951), 15.
84 Sayyid Qutb, al-Sala>m al-‘Alami> wa al-Isla>m, 180-181. Hal tersebut
selaras dengan al-Qur’an dalam QS. al-Qiya>mah: 36. “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?”.
85Sayyid Qutb, al-Sala>m al-‘Alami> wa al-Isla>m, 180-181.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 297
dalam jalan jihad, maka disebut sebagai seorang syahid.86
Qutb
mengambil referensi sebagaimana dalam al-Qur’an.87
Sama halnya dengan karya Qutb yang berjudul Ma’raka>t al-
Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah, yang banyak menggunakan bahasa-
bahasa tendensius dan provokatif terkait dengan situasi sosial
kemasyarakatan yang ada di sekitarnya.88
Yaitu keyakinan bahwa
jalan yang sudah ditempuh sekarang sudahlah berbeda (mafa>rik al-
t}ari>q), salah satu akibatnya adalah keburukan pemerintah dan akibat
dari pengaruh revolusi (su>’i tauzi>’ al-malakiy>a>t wa al-thara>wah).
Hal tersebut menyebabkan kepada rusaknya amal dan lemahnya
sumberdaya manusia (fasa>d al-‘amal wa da’f al-inta>z). 89 Dalam
karyanya tersebut, Qutb juga mengungkapkan banyak musuh di
sekitar Islam. Musuh tersebut Qutb kategorikan dengan ‘adawa>t al-
s}ali>biy>i>n (musuh seperti dalam perang salib), ‘adawa>t al-
musta‘miri>n (kelompok kolonial), ‘adawa>t al-mustaghalli>n
(kesibukan-kesibukan duniawi), ‘adawa>t al-mutah}arriri>n min rija>l al-
86Sayyid Qutb, al-Sala>m al-‘Alami> wa al-Isla>m, 155.
87Lihat QS. al-Nisa>’: 135. “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau Ibu Bapak dan kaum kerabatmu. jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan”.
88Bahkan terkait dengan konteks ini, Qutb melanjutkan dengan karyanya
Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d. Qutb mengungkapkan dalam karyanya bahwa sudah
saatnya ada seseorang, golongan atau kelompok masyarakat yang berani berkorban
(al-fida>’iy>u>n). Oleh karena itu, sudah saatnya dengan fida>’iy>u>n tersebut menjadi
bagian mayoritas untuk melawan kelompok Yahudi sebagai jalan atau jihad
menyelamatkan umat Islam. Termasuk di dalamnya Qutb membahas tentang umat
Islam Palestina yang membutuhkan para fida>’iy>u>n untuk sama-sama
menyelamatkan Palestina dari Yahudi. Lihat Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ ma‘a al-Yahu>d (Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1993), 66.
89Sayyid Qutb, Ma’rakat al-Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah (Kairo: Da>r al-Kita>b
al-‘Arabi>, 1951), 133.
298 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
di>n (liberalisme), ‘adawa>t al-mustahtari>n wa al-munhili>n (hawa
nafsu), dan ‘adawa>t al-syuyu>‘iy>ah wa al-suyu‘iy>i>n (komunisme).90
Selanjutnya Qutb mengintegrasikan kompetensi bahasa
dengan performansi bahasanya. Salah satunya dalam karyanya
Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q. 91 Setelah bergabung dengan Ikhwanul
Muslimin, Qutb semakin rajin mengkritik kondisi sosial
kemasyarakatan dan peradaban Mesir. Salah satunya adalah bentuk
kritik Qutb terhadap keputusan-keputusan pemerintah Mesir yang
banyak berorientasi terhadap keduniawian dan banyak
menguntungkan Barat. Salah satu kritikan Qutb dituliskan dalam
karyanya Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q yang membuat Qutb di penjara. Dalam
karyanya tersebut, Qutb menggunakan bahasa yang islami. Menurut
Qutb, kondisi masyarakat Mesir pada masa tersebut haruslah
kembali kepada masa yang berdasarkan al-Qur’an, sehingga
terbentuknya generasi Islam yang mencintai al-Qur’an (ji>l al-
Qur’a>ni)>. Dengan generasi tersebut, menurut Qutb akan tercipta
alam yang dihuni oleh metode-metode qirani> t}abi>‘iy>ah al-manha>j al-
Qur’a>ni> dan menghasilkan pertumbuhan masyarakat Islam yang
mempunyai karakteristik Islam (nasy’ah al-mujtama>‘ al-muslim wa
khas}a>’isuh) dengan jalan jiha>d fi> sabi>lilla>h dan mengutamakan
syariah terhadap lingkungan alam sekitar (syari>‘ah kauniyah).92 Oleh
90Sayyid Qutb, Ma’rakat al-Isla>m wa al-Ra’suma>liy>ah, 93-109.
91 Buku ini diterbitkan pada tahun 1964. Buku ini banyak menyingung
kehidupan Jahiliyah yang ditegakan dalam permusuhannya terhadap kekuasaan
Allah. Kehidupan Jahiliyah mengajak manusia tunduk kepada manusia bukan
kepada Tuhan. Kemudian untuk menghadapi dan melawan Jahiliyah ini, Qutb
menyerukan untuk berjihad di jalan Allah sebagai jalan yang ditempuh untuk dapat
menegakkan sistem Allah di muka bumi. Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q, merupakan salah
satu karya Qutb yang sangat menggemparkan. Buku ini merupakan salah satu
pemikiran Qutb yang terasa radikal, ekstrem, dan sangat emosional. Menurut
banyak penulis, buku ini menjadi salah satu sebab paling fundamental yang
membuat Qutb dihukum mati dan menemui kesyahidannya. Lihat A. Ilyas Ismail,
Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, 90-91.
92Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (Bairu>t: Da>r al-Syuru>q, 1979), 187.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 299
karena itu, Islam menjadi bagian sumber utama kebudayaan, baik
dalam bentuk budaya peradaban (al-h}ada>rah al-isla>miy>ah) dan
budaya pengetahuan (al-thaqa>fah al-isla>miy>ah).93
Selanjutnya karya Qutb yang menggunakan bahasa yang tidak
jauh berbeda dengan Ma‘a>lim fi> al-T{ari>q, yaitu sebuah karya yang
diberi judul dengan Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. 94 Dalam sebagian
tafsirnya, Qutb menggunakan bahasa-bahasa yang haraki>. Kita bisa
lihat ketika Qutb menggambarkan Negara yang memberlakukan
hukum Islam dan diatur dengan syariat Islam yang dinamakan “Da>r
al-Isla>m” atau negara Islam.95
Dalam hal ini, menurut Qutb Islam itu
merupakan agama yang universal (ka>ffah) yang mencakup bukan
hanya permasalahan fikih atau ibadah saja, akan tetapi Islam
merupakan al-di>n wa al-daulah96 inilah yang dimaksud dengan da>r
al-Isla>m. Adapun umat yang tidak mengikuti da>r al-Isla>m, maka
kondisinya adalah tidak mengakui atas kedaulatan Tuhan (al-
h}aki>miy>ah lilla>h).97
Oleh karena itu, mereka termasuk kepada umat
93Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 123.
94Buku ini merupakan kitab tafsir al-Qur’an lengkap, 30 juz dan sekaligus
merupakan karya terbesar Qutb. Buku ini ditulis secara bertahap dan menggunakan
waktu yang cukup lama. Dalam kurun waktu 1952 sampai 1956, Qutb telah berhasil
meyelesaikan 16 Juz. Kemudian karena aktifitas dakwahnya di Ikhwanul Muslimin,
Qutb ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Dalam penjara Qutb berhasil
menuliskan 2 juz, juz 17 dan 18 sampai akhirnya Qutb dilepaskan dari penjara.
Tidak lama kemudian, Qutb kembali di penjara kemudian digunakannya untuk
menulis lagi Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n. Qutb merampungkan al-Qur’an dengan
metode dan gaya bahasa yang berbeda. Qutb menempuh metode tafsir gerakan
(h>araki>), Qutb juga merevisi terhadap juz-juz terdahulu dengan metode dan gaya
yang baru. Lihat A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub, 92.
95Sayyid Qutb, Fi Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l (Makkiyah: al-Tauh}i>d wa
al-Jiha>d al-Jild 6, 1981), 41.
96Lihat QS. al-Baqarah: 208. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
97Sayyid Qutb, Fi Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 11.
300 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
jahiliyah modern (al-jahi>liy>ah al-jadi>dah).98 Qutb juga menyebutnya
sebagai jahiliyah kontemporer (ja>hiliy>ah al-mu‘a>s}irah) atau jahiliyah
hukum (ja>hiliy>ah al-h}ukm).99
Masih banyak kompetensi Qutb yang berhubungan dengan
lingkungan Qutb tumbuh.100
Hal tersebut juga menunjukkan bahwa
kompet\ensi Qutb sebagai salah satu acuan performansi bahasa yang
digunakan Qutb. Bahasa Qutb mengalami perkembangan yang
bertahap dan memiliki perkembangan yang berbeda setiap periode
perkembangan kompetensinya, karena dipengaruhi oleh lingkungan
dan pemikiran dan ide-ide yang berbeda. Untuk lebih jelasnya, kita
bisa lihat dalam fenomena kompetensi Qutb berhubungan dengan
stimulus yang diterimanya dari berbagaimacam fase-fase
karakteristik yang berbeda.
D. Eksternalisasi Bahasa Sayyid Qutb, Kaitannya dengan
Semantik
Banyak teori dan kajian pembahasan tentang makna telah
dikemukakan orang. Makna merupakan pengertian atau konsep yang
dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda-tanda linguistik. Karena
bahasa digunakan untuk berbagaimacam kegiatan dan keperluan
dalam masyarakat, maka bahasa itu pun menjadi bermacam adanya
dan bisa dilihat dari berbagaimacam segi pandangan yang berbeda.
98Sayyid Qutb, Fi Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 8.
99Abul Qadir Abu Faris, Manhaj al-Taghay>ur ‘Ind Syahi>dain: Li H{asan al-Banna>’ wa Say>id Qut}b (‘Amma>n: Dar> al-Basyi>r li al-Thaqa>fah wa al-‘Ulu>m, 1999),
13.
100Calvert menunjukan bagaimana pengalaman ini mengubah religio-politik
pemikiran Qutb dan membuatnya menjadi seorang pemikir revolusioner. Qutb
mengembangkan ideologi revolusioner fundamentalis dalam tulisan-tulisannya
dalam penjara. Dalam komentarnya yang terkenal dalam al-Qur’an, Qutb
menyampurnakan aktifisme revolusioner dengan semangat religius. Calvert menulis
bahwa pada tahap selanjutnya, radikal ini menginspirasi banyak islamis radikal di
tahun kemudian. Lihat John Calvert, Sayyid Qutb and the Origins of Radical Islamism (New York: Columbia University Press, 2010), 180.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 301
Berbagai nama jenis makna telah banyak dikemukakan orang dalam
berbagai macam penelitian dan buku-buku tentang linguistik dan
semantik. Dengan keanekaragaman tersebut, maka muncul pula
keanekaragaman dalam makna.101
Ilmu tentang makna biasa disebut
dengan semantik istilah yang sering digunakan dalam bidang
linguistik.102
Semantik merupakan pembahasan tentang kajian yang tidak
berhubungan dengan konteks lingkungan di mana kata itu
diucapkan, tetapi mencakup kajian makna yang membahas dalam
konteks kalimat apa kata itu berada. Semantik tidak terlepas dari
konsep, lambang dan acuan yang dijadikan referensi. Sebab itulah,
makna ditentukan dengan hubungan antara konsep, lambang, dan
acuan dalam proses komunikasi, yang digambarkan dalam gambar
berikut:103
Gambar 31 Konsep, Lambang dan Acuan
Gambar di atas secara tidak langsung menjelaskan bahwa
antara konsep, lambang dan acuan menjadi bagian dalam proes kata,
101Abdul Chaer, Linguistik Umum, 289. Dalam konteks bahasa Arab juga
mengenal variasi makna dalam bahasa, variasi makna dalam bahasa dikenal dengan
istilah al-tara>dif, al-isytira>k, dan al-tu>d}a>d. Untuk lebih jelasnya, lihat dalam Imil
Badi>’ Ya‘ku>b, Fiqh al-Lughah al-‘Arabiy>ah, 172-185.
102Lihat Mah}mu>d Sa‘ara>ni, ‘Ilm al-Lughah Muqaddimah Li al-Qa>ri’ al-‘Arabi> (al-Qa>hirah: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, 1998), 237.
103Lihat dalam Mansoer Pateda, Semantik Leksikal (Jakarta: Rhineka Cipta,
2010), 59.
Pembicara Pendengar
Konsep
Lambang ......Proses
Pembaca Penulis
302 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
frasa, atau kalimat tertentu menjadi suatu yang bermakna. Makna
dalam arti antara kata yang satu dengan kata yang lainnya, atau
antara frasa yang satu dengan frasa yang lainnya, atau kalimat yang
satu dengan kalimat yang lainnya menjadi satu kesatuan makna
yang berbeda-beda. Tergantung di mana kata, frasa atau kalimat
tersebut digunakan, dalam konteks apa digunakan, dan bersambung
dengan kata, frasa atau kalimat yang lainnya. Oleh karena itu, dalam
satu kata, frasa atau kalimat yang sama akan menimbulkan makna
yang bebeda-beda. Seperti kata “jahil” ketika disandingkan dengan
kata kelas (dalam konteks pendidikan), maka artinya “belum
pintar”. Berbeda dengan kata “jahil” ketika disandingkan dengan
kata Islam, maka artinya adalah keadaan jahiliyah atau masa-masa
peradaban bangsa Arab mengalami kehancuran yang luar biasa.104
Gambaran lainnya yang menyatakan adanya kaitan antara
konsep, lambang dan acuan yang menjadi bagian performansi bahasa
Qutb dalam gambar berikut:105
Gambar 32
Proses Performansi
Berdasarkan gambar di atas, jelas bahwa salah satu
performansi bahasa Qutb yang menjadi ujaran pada kata “Jahiliyah”
104Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 22.
105Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, 60. Konsep gambar tersebut juga
dapat dilihat dalam Manqu>r ‘Abd Jali>l, ‘Ilm al-Dila>lah: Usu<luhu> wa Maba>h}ithu> Fi> al-Tura>th al-‘Arabi> (Damaskus: Mansyu>ra>t Ittih}a>d al-Kita>b al-‘Arabi>, 2001), 39.
Jahiliyah dalam ide Bayangan Kenyataan
Imajinasi kata jahiliyah Makna lambang Ujaran atau bahasa
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 303
melalui proses eksternalisasi. Proses eksternalisasi yang berasal dari
fenomena sehari-hari dalam lingkungan kehidupan sosial dan
budayanya. Fenomena kehidupan masyarakat dan budaya yang
banyak mengadopsi gaya hidup Barat yang jelas-jelas bertentangan
dengan sistem Islam. Fenomena tersebut selanjutnya masuk dalam
memori Qutb dan menjadi bayangan kompetensinya. Kompetensi
Qutb yang berasal fenomena jahiliyah masuk dalam imajinasi Qutb
dan menjadi kata yag bermakna dalam kompetensinya. Faktor
tersebut, yang menyebabkan munculnya ujaran kata “jahiliyah”
dalam performansi bahasa Qutb. Begitu juga dengan performasni-
performansi bahasa Qutb yang lainnya.
Sebuah kata, jika dimasukan dalam kalimat dan kalimat
tersebut dikatakan kepada orang lain, timbulah proses yang terjadi
antara pembicara dan pendengar dan kalau dikomunikasikan secara
tertulis akan terjadi proses komunikasi antara penulis dan pembaca.
Tentu saja proses yang terjadi pada pembicaraan tidak sama dengan
proses yang terjadi pada penulis dan pembaca. Baik pembicara dan
pendengar, penulis dan pembaca memiliki konsep yang mengacu
kepada benda, fakta atau peristiwa yang dibicarakan.106
Hubungan
antara makna, bentuk dan referen bisa dilihat dalam konsep
berikut:107
Gambar 33
Hubungan Makna, Bentuk dan Referen
106Mansoer Pateda, Semantik Leksiskal, 60.
107Moh Ainin dan Imam Asrori, Semantik Bahasa Arab, 7.
Makna (konsep)/thought of reference
Bentuk kata/ Symbol Acuan/reference
304 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Konsep atau makna ada pada pikiran manusia, simbol atau
bentuk merupakan lambang bahasa yang menjadi unsur (struktur)
dalam linguistik, dan referen “acuan” adalah objek atau hal
(peristiwa, fakta di dalam dunia pengalaman manusia). Sedangkan
konsep adalah apa yang ada dalam pikiran dan ide manusia yang
diwujudkan melalui lambang (simbol) bahasa.108
Makna mencakup
dalam dua aspek, yaitu aspek verbal dan non verbal.109
Makna verbal
adalah makna yang dihasilkan dari bahasa lisan, sedangkan makna
non verbal adalah makna yang dihasilkan dari berbagaimacam
fenomena yang menimbulkna makna, seperti gerak tubuh, tingkah
laku, gejala alam dan sebagianya. Cakupan makna antara verbal dan
non verbal bisa kita lihat dalam gambar berikut:
Gambar 34
Makna Verbal dan Makna Non Verbal
Berdasarkan pembagian makna di atas, performansi bahasa
Qutb dalam penelitian ini tentunya mencakup makna yang diambil
108Manqu>r ‘Abd Jali>l, ‘Ilm al-Dila>lah: Us>}luh wa Maba>h}ithuh Fi> al-Tura>th
al-‘Arabi> (Damaskus: Mansyu>ra>t Ittih}a>d al-Kita>b al-‘Arabi>, 2001), 163. Lihat juga
dalam Moh Ainin dan Imam Asrori, Semantik Bahasa Arab, 7.
109Manqu>r ‘Abd Jali>l, ‘Ilm al-Dila>lah: Us}u>luh wa Maba>h}ith Fi> al-Tura>th al-‘Arabi>, 190.
Makna/al-Dila>lah
Non verbal/Ghair lafdiy>ah Verbal/Lafdiy>ah
Mut}a>baqah Tad}ammun Iltiza>m
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 305
dari tulisan-tulisannya baik secara leksikal ataupun secara
gramatikal. Makna-makna tersebut juga berhubungan dengan
lingkungan dan fenomena alam yang membentuk bahasa-bahasa
Qutb, sehingga makna-makna yang diproduksi Qutb sangat
berhubungan dengan perkembangan kehidupan dan perkembangan
kognisinya yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan, baik
lingkungan masyarakat ataupun tokoh-tokoh yang mengitari dalam
pemikirannya. Performansi bahasa Qutb akan menjadi performansi
bahasa yang bermakna khusus yang menghubungkan makna secara
gramatikal dan kontekstual. Makna tersebut merupkan kaitan antara
satu kata dengan kata yang lainnya, sehingga membentuk konteks
kalimat dan dibentuk oleh konteks kondisi sosial \ di mana Qutb
berada, dengan siapa, dalam kondisi seperti apa atau tema tentang
apa. Dari performansi bahasa Qutb dalam gambar 34 di atas, penulis
bisa menyimpulkan makna-makna yang ada dalam performansi
bahasanya sebagai berikut:
1. al-Jiha>d (H{arakah Difa>‘iy>ah, H{arakah Indifa>‘)
Qutb berpandangan bahwa jihad110
mencakup banyak konteks
hal dalam tatanan kehidupan manusia. Jihad cukup dengan lisan (al-
jiha>d bi al-lisa>n) manakala dalam berjihad menghadapi hambatan-
hambatan dan halangan-halangan hanya dengan lisan. Jihad dalam
bentuk ini juga bisa disebut dengan jihad kata-kata atau jihad dalam
bentuk pemikiran (idiyu>lujiy>ah). Dalam konteks tersebut, cukuplah
bagi seorang muslim berjihad dengan lisan. Selanjutnya, jihad bisa
beralih status dengan jihad peperangan (al-qita>l) ketika berhadapan
110Dengan berbagaimacam konteksnya, jihad merupakan suatu kewajiban
yang harus dipenuhi. Hal tersebut karena jihad bisa dilakukan kepada siapa pun, di
mana pun dan dalam keadaan apa pun. Jihad bisa dilakukan terhadap orang kafir
(al-ka>firi>n), musyrik (al-musyriki>n), fasik (al-fa>siki<n), munafik (al-muna>fiki>n) dan
bahkan kepada sesama muslim (al-muslimi>n). Inti dari jihad adalah mengajak umat
untuk kembali kepada Allah dan syariatNya atau mengajak untuk memperkuat
dalam berpegang teguh terhadap syariatNya. Oleh karena itu, umat Islam perlu
menyadari bahwa agama seluruhnya untuk Allah (yaku>n al-di>n kulluh lilla>h). Lihat
Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 5.
306 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dengan perorangan (fardiy>ah) atau kelompok (ijtima>‘iy>ah) yang
sudah tidak bisa lagi dibiarkan atau hanya dilawan dengan kata-kata
dan pemikiran saja.111
Menurut Qutb, dalam konteks bi lisa>n, maka
jihad adalah sebagaimana dalam QS. al-Baqarah: 256.
ين ف إكراه ل ]256/البقرة] الد
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam)”
Bentuk jihad dengan lisan atau Qutb istilahkan dengan al-
jiha>d bi al-baya>n atau tuja>hiduha>’ bi al-lisa>n wa al-baya>n.112 Jihad
dengan lisan adalah jihad dengan ajakan-ajakan atau seruan-seruan
baik dengan dakwah, saling nasihat menasihati, berdiskusi, berdebat
dan yang lainnya yang sifatnya mengajak kepada yang sudah Islam
untuk menguatkan keislamannya, dan bagi non Islam untuk masuk
dalam di>n al-isla>m sebagai salah satu bentuk metode jihad yang
dicontohkan dalam Islam (manhaj h}arakah al-isla>m).113 Selanjutnya,
kepada yang sudah Islam tapi hatinya tidak Islam adalah dengan
cara menyeru untuk memperkuat dan menyempurnakan
keislamannya, baik dari segi jasmani ataupun dari segi rohani.114
Menurut Qutb, terdapat metode dan sarana yang lainnya
dalam berjihad, yaitu dengan lisan ataupun tulisan. Qutb sendiri
merupakan seseorang yang banyak menggunakan metode jihad
111Dalam konteks ini, umat Islam tidak bisa hanya diam saja dijajah dengan
berbagaimacam bentuk jahiliyah, akan tetapi umat Islam harus melawan supaya
umat Islam tidak dianggap sebagai boneka yang dapat diatur sesuka penguasa yang
mengedepankan bantuk thagut (an-yuqa>til ma> qatalah). Lihat dalam Sayyid Qutb,
Tafsi>r Fi Z{ila>l al-Qur’a>n al-Anfa>l, 5.
112Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 65.
113Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 2.
114Qutb juga mengungkapkan bentuk jihad dengan pedang (al-jiha>d bi al-saif) kepada orang kafir (al-ka>firi>n) yang wajib diperangi dan cukup dengan lisan
dan hujjah (bi al-lisa>n wa al-h}ujjah) kepada orang-orang munafik (al-muna>fiqi>n wa al-ghilz}ah). Lihat dalam Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 55.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 307
dakwahnya dengan tulisan-tulisannya baik dalam surat kabar,
majalah dakwah (majallah al-da‘wah) dan buku-buku yang dapat
mempengaruhi pola pikir para pejuang dan pemuda Islam umumnya
seluruh umat Islam.115
Munculnya sarana-sarana dalam berjihad
tersebut secara tidak langsung telah meramaikan dan
membudayakan al-thaqa>fah al-isla>miy>ah dan al-h}ad}a>rah al-
isla>miy>ah, sehingga terbentuklah dakwah kepada seluruh elemen
Islam secara komprehensif, universal, sinoptif dan terhindar dari
dosa-dosa yang membuat manusia dekat kepada hal-hal kotor.
Fenomena tersebut Qutb istilahkan dengan‘iba>rah atau ungkapan al-
da‘wah ila> al-ka>ffah wa al-jiha>d min al-danas al-mawa>khi>r.116 Namun konteks jihad di atas, bisa berubah jika terdapat
halangan-halangan dan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi
(sistem jahiliyah, penguasa thagut, sifat-sifat jahiliyah dan lain
sebagainya), maka haruslah segara dimusnahkan. Selanjutnya, jihad
menjadi suatu kewajiban dalam dakwah (al-jiha>d d}aru<rah li al-
da‘wah). untuk menjadikan kondisi yang kembali kepada sistem-
sistem Islam (da>r al-isla>m).117 Oleh karena itu, gerakan jihad tidak
berhenti pada tahap awal dan pertengahan saja, akan tetapi berlanjut
(al-istimra>r) sampai titik darah penghabisan (al-istisyha>d). 118 Jihad
sampai titik darah penghabisan akan mengantarkan hambaNya
menuju kepada syahid. Jihad dalam bentuk ini sebagaimana dalam
QS. al-Baqarah: 190.
]190/البقرة] ي قاتلونكم الذين الل سبيل ف وقاتلوا
“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu”
115Sayyid Qutb, Lima>za> A‘dumu>ni>?, 5.
116Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 53.
117Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 12.
118Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 12.
308 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Pandangan dan pemikiran Qutb berdasarkan ayat di atas,
banyak menginspirasi kaum muslim di dunia untuk melakukan
berbagai gerakan-gerakan (h}arakiy>ah), baik gerakan pembaharuan
(al-tajdi>d) maupun gerakan jihad (al-jiha>d).119 Hal ini karena tulisan-
tulisan Qutb memang banyak menggelorakan semangat beragama
dan berjihad.120
Khsusunya kepada pada muja>hid yang jihad di jalan
Allah (jiha>d fi> sabi>lill>ah).121 Bagi Qutb, jihad sebagai pilar menuju
niz}a>m Islami> (sistem Islam). Jihad merupakan perang suci (holly
war) 122 atau perang di jalan Allah sebagai salah satu tugas dan
fungsi penyebaran dan perluasan dakwah dalam Islam (nasyr al-
da‘wah), khususnya dalam konteks Islam yang biasa disebut dengan
al-da‘wah al-isla>mi>. 123 Jihad merupakan kewajiban bagi kaum
mulimin (Inna al-jiha>d fari>dah ‘ala> al-muslimi>n). 124 Hal tersebut
sebagaimana Qutb kutif dalam QS. al-Baqarah: 216.
]216/البقرة] لكم كره وهو القتال عليكم كتب
119Seperti performansi Qutb al-Jiha>d wa al-qatl wa al-qita>l wa al-niha>yah
hiy al-nas}r (jihad, pembunuhan, peperangan dan perjuangan akhir adalah
pertolongan). Lihat Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 62.
120Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-
Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012): 311.
121Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 13.
122Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 23.
123Sayyid Qutb, Lima>dha>’ A‘dumu>ni>?, 6.
124Fardu terbagi menjadi fardu ain dan fardu kifayah. Fardu ain adalah
kewajiban yang tidak bisa digantikan dan diwakilkan oleh muslim yang lainnya.
Setiap muslim yang tidak mengerjakan kewajiban tersebut adalah dosa. Seperti
jihad dalam mencari ilmu dan jihad beribadah seperti shalat lima waktu, baca al-
Qur’an, ibadah puasa dan yang lainnya. Sedangkan jihad yang bersifat fardu
kifayah adalah jihad di medan perang. Seperti dijelaskan dalam QS. al-Taubah: 122.
“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.”
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 309
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci”
Menurut Qutb, berdasarkan ayat di atas, berperang di jalan
Allah merupakan suatu kefardhuan yang sangat berat, akan tetapi
juga merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan. Wajib
dilaksanakan karena dalam berperang mengandung banyak
kebaikan ukhrawi (h}asanah fi> al-a>khirah) bagi setiap muslim.
Demikian menurut Qutb memang kefardhuan tersebut merupakan
suatu hal yang berat, pahit dan tidak menyenangkan bagi umat
Islam. Tetapi dibaliknya, terdapat banyak hikmah yang menjadikan
kepahitan tersebut berbuah manis. Karena wujud kebaikan tersebut
adalah hal yang tersembunyi dan kadang-kadang tidak terlihat oleh
pandangan manusia yang terbatas.125 Kewajiban tersebut terutama
bagi para tokoh-tokoh Islam yang memilki kelengkapan dalam
berjihad, baik kelengkapan harta kakayaan ataupun jabatan
kekuasaan (al-jiha>d bi al-h}a>l). Jihad dalam konteks bi al-h}a>l
sebagaimana dalam QS. al-Baqarah: 272.
الل وجه ابتغاء إل ت نفقون وما فلن فسكم خير من ت نفقوا وما ]272/البقرة]
“dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), Maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan Karena mencari keridhaan Allah”
Berdasarkan ayat di atas, jihad memiliki banyak konteks,
jihad bukan hanya berperang untuk menegakkan Islam dan
melindungi orang-orang Islam; memerangi hawa nafsu, akan tetapi
jihad juga berada dalam mendermakan harta benda untuk kebaikan
Islam dan umat Islam dengan tujuan memberantas yang batil dan
125Lihat Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-‘Ara>f, 30.
310 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
menegakkan yang hak. Inilah yang dimaksud dengan al-jiha>d bi al-
h}a>l (selain juga jihad dengan kekuasaan). Menurut Qutb, jihad
dalam konteks ini setidaknya harus disertai dengan etika, baik etika
dengan alam aglikultural (akhla>q zira>‘iy>ah), etika dalam dunia
industri (akhla>q s}ina‘iy>ah), etika dalam humanisme (akhla>q
insa>niy>ah), sehinga sifat-sifat jahiliyah seperti kapitalisme
(ra’suma>liy>ah), terjajah hawa nafsu (h}ayawa>niy>ah) dapat
dihilangkan.126
Menurut Qutb, banyak orang Islam yang salah secara akal
dan spiritual terkait jargon “membela agama Islam” (liyadfa’ ‘an al-
Islam ha>dha>’). Kesalahan tersebut di antaranya terkait dengan
adanya mencampuradukan manhaj al-isla>m dalam nash (manhaj al-
di>n) dengan metode yang menggunakan kekuatan politik materialis
(manhaj al-siya<sah wa al-ma>diy>ah) yang akan menjauhkan dan
menghalang-halangi manusia untuk melakukan penyembahan total
kepada Allah, termasuk hasil karyanya, materinya, jabatannya dan
kekuasaan duniawi lainnya yang dapat menyebabkan berbuat thagut
kepada Allah.127
Hal tersebut rupanya yang menyebabkan kekalahan
umat Islam dalam jihad fi sabilillah. Dengan bentuk thagut tersebut,
maka umat Islam berusaha membatasi jihad dalam Islam dengan apa
yang mereka sebut “perang defensif” atau al-h}arb difa>‘iy>ah atau
perang yang hanya karena semata-mata untuk mempertahankan dan
membela diri.128
Oleh karena itu, dengan konsep jihad defensif
tersebut, menurut mereka tidak ada hubungannya dengan
peperangan yang dilakukan manusia sekarang dengan segala
motivasi model-modelnya.
126Sayyid Qutb, Ma‘a>lim fi> al-Tari>q, 111.
127Lihat Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 8. Menurut
Qutb, seluruh bentuk thagut di muka bumi harus segera dihilangkan. Lihat dalam
Sayyid Qutb, Ma‘a>lim fi> al-Tari>q, 58.
128Lihat Sayyid Qutb, Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 8.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 311
Menurut Qutb, jihad sebagai salah satu usaha mewujudkan
sistem Allah dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, harus ada
suatu pergerakan jihad dalam Islam yang Qutb istilahkan dengan al-
h}arakah al-jiha>diy>ah fi al-isla>m yang dapat mewujudkan sistem yang
dapat menggantikan semua sistem sekuler (niz}a>m al-ja>hili>) yang ada
tentu tidak hanya cukup dengan bertahan (h}arakah difa >‘iy>ah) dan
membiarkan sistem Islam diinjak-injak atau hanya untuk bertahan
melindungi keamanan kaum muslimin, tetapi juga untuk menopang
pengokohan sistem Islam di muka bumi yaitu dengan cara
membudayakan tawa>juh bi al-quwwah wa al-jiha>d dan dengan
h}arakah indifa>‘iy>ah (gerakan ofensif). Oleh karena itu, jihad yang
diperlukan adalah kewajiban jihad yang suci dan berada di jalan
Allah bi wa>jib al-jiha>d al-muqaddas fi sabi>lilla>h.129
Muslim saat ini seharusnya mengerti tabiat Islam tentang
h}arakah isla>miy>ah dalam bentuk jihad yang salah satunya
diaplikasikan dengan al-baya>n, jihad juga diaplikasikan dengan
pedang (peperangan dalam bentuk jihad senjata). Selain itu juga
memahami perang itu bukan hanya bersifat bertahan al-h}arb
difa>‘iy>ah (mempertahankan dan membela diri serara defensif).
Secara tidak langsung arti membela dan mempertahankan diri, dapat
berarti menjadi orang yang terdindas (al-mahju>m) di bawah tekanan
fenomena kontemporer saat ini (al-wa>qi‘ al-h}a>d}ir) dan dibawah
gempuran kaum orientalis yang licik (al-mustasyriki>n al-ma>kir).
Menurut Qutb, jihad dengan metode tersebut harus segera diganti
dengan gerakan ofensif bukan hanya sekedar bertahan (h}arakah
indifa>‘).130
Menurut Qutb, jika umat Islam menanamkan h}arakah al-Isla>m
al-jiha>diy>ah dalam Islam dengan h}arakah difa>‘iy>ah atau gerakan
pertahanan, maka secara tidak langsung umat Islam harus mengubah
129Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 41.
130Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 10.
312 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
pemahaman dan pengertian tentang difa>‘ atau pembela dan
pertahanan. Kemudian selanjutnya diistilahkan difa>’ ‘an al-insa>n
atau membela manusia itu sendiri. Agar bisa melawan dan
melepaskan ikatan-ikatan yang membelenggu kebebasan dan
menghalangi kemerdekaan. Bahkan kemerdekaan yang harus diraih
dari sistem-sistem model yang begitu dominan pada zaman jahiliyah
modern di masa kontemporer ini (al-ja>hiliy>ah al-h}a>d}irah fi ha>dha>’
al-zama>n).131 Menurut Qutb, perlu adanya generaliasi makna kata
difa>’, yaitu adanya motivasi (al-tasyji>‘) menyiarkan kiat jihad di
muka bumi. Yaitu melepaskan manusia dari menyembah sesama
manusia,132
dan menetapkan ulu>huiy>ah dan rubu>biy>ah terhadap alam
semesta133
ini hanya untuk Allah saja. Juga untuk meruntuhkan
kekuasaan hawa nafsu manusia di muka bumi dan menegakan
kekauatan syari>‘ah ila>hiy>ah bagi seluruh manusia di muka bumi.134
Menurut Ilyas Ismail, Qutb memahami konsep Islam dengan
sifat indifa>‘135 atau ofensif dan tidak bersifat difa>‘iy >ah atau defensif.
Qutb mengkritik pandangan sebagian orang yang menyatakan
bahwa jihad dalam Islam itu bersifat defensif, atau dalam arti jihad
itu diwajibkan hanya untuk bertahan, melindungi Islam dari
serangan musuh.136
Akan tetapi jihad harus bersifat opensif.
131Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 11.
132Dengan kondisi tersebut, menurut Qutb harus ada seseorang yang berani
mengeluarkan manusia dari penyembahan dan terhadap manusia atau buatan-
buatannya, dan menyadarkan mereka bahwa yang patut disembah adalah Allah
Rabb seluruh alam. Ikhra>juhum (al-na>s) min al-‘ubu>diy>ah li al-na>s ila> ‘ubu>diy>ah li rabb al-‘iba>d. Lihat Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 58.
133 Jihad tersebut ditujukan untuk terwujudnya alam semesta dengan
berbagai aspek Islam (al-‘a>lam al-isla>mi>). Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 24.
134Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 12.
135Sayyid Qutb, Lima>dha>’ A‘dumu>ni>, 26.
136Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah, 178.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 313
Manurut Qutb, umat Islam harus berani melakukan al-jiha>d al-
madani> yang salah satu bentuknya adalah al-jiha>d bi al-saif. 137
Menurut ungkapan Qutb tersebut, pedang adalah jalan dan
penggunaan kekuatan, kekerasan, untuk melakukan resolusi seluruh
sistem dan pemerintahan yang berdiri tanpa supermasi Islam, baik di
sebuah negeri maupun dunia internasional.138 Inilah bentuk jihad
dalam peperangan, Qutb mengistilahkannya dengan h}a>lah al-jiha>d
al-mumaththilah fi al-qita>l. Umat Islam harus mengetahui konsep
jihad dalam peperangan, walaupun terbunuh dan menjadi bagian
akhir dari kehidupan, akan tetapi sebenarnya itu adalah pertolongan
dari Allah, Qutb mengistilahkannya dengan ungkapan al-jiha>d wa
al-qatl wa al-qita>l wa al-niha>yah hiy al-nas}r.139
Namun, bentuk jiha>d al-madani> bukanlah hanya bentuk jihad
yang diperintahkan dalam Islam, akan tetapi juga ada jihad lainnya
yang tugasnya lebih berat daripada jihad dengan manusia, yaitu
jihad terhadap diri sendiri atau melawan hawa nafsu yang kita
ketahui adalah syaitan, Qutb mengistilahkannya dengan ungkapan
ma‘rakah jiha>d al-akbar fi nafsih ma‘asysyait}a>n,140 menurut Qutb
sesungguhnya seorang muslim akan mengikrarkan dalam hatinya
sebelum berperang terlebih dahulu ia sudah melakukan jihad yang
lebih besar melawan syaitan di dalam dirinya (kha>d} ma’rakah jiha>d
al-akbar fi nafsih ma‘asysyait}a>n)}, melawan hawa nafsu dan syahwat
(hawa>h wa syahwa<tih), melawan berbagai keinginan dan
kemauannya (raghaba>tih), melawan kepentingan dirinya dan
keluarganya dan kaumnya (mas}a>lih}ih wa mas}a>lih} ‘asyi>ratih wa
qaumih), melawan semua simbol-simbol selain simbol Islam dan
137Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 13.
138Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 47.
139Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 62.
140Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 19.
314 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
selain pengabdian kepada Allah. Menolak bentuk thagut yang
merampas kakuasaan Allah.141
2. al-Niz}am (al-Niz}a>m al-Tasyri>‘i>, Niz}a>m Fasid)
Sistem-sistem Islam (syari>‘atulla>h) adalah sistem-sistem
Tuhan atau segala sesuatu yang telah diperintahkan Tuhan untuk
mengatur semua kehidupan manusia. Syariat mencakup pokok
moralitas, perilaku manusia maupun pokok-pokok pengetahuan.
Syariat juga mencakup perintah maupun petunjuk tentang semua
aspek kehidupan, seperti aspek sosial (ijtima‘iy>ah), aspek ekonomi
(iqtis}adiy>ah), aspek politik (siya>siy>ah), aspek etika (akhla>qiy>ah),
aspek intelektual (al-thaqa>fiy>ah), maupun aspek estetika kehidupan
(uslu>biy>ah).142 Jika syariat tidak dijadikan sandaran dalam aspek-
aspek tersebut, maka akan menimbulkan kepada rusaknya prilaku
kehidupan masing-masing individu umat Islam ataupun masyarakat
Islam. Qutb istilahkan fenomena tersebut dengan fasyalat al-
anz}amah al-fardiy>ah wa al-anz}amah al-ijtima>‘iy>ah (kegagalan
sistem individual dan sistem masyarakat). Kegagalan tersebut
karena berpalingnya individu dan masyarakat tersebut dari sistem
Allah. Oleh karena itu, tidak sistem yang baik bagi manusia kecuali
hukum Allah. Sebagaimana dalam QS. al-Mai’dah: 47.
]47/المائدة( ]47) الفاسقون هم فأولئك الل أن زل با يكم ل ومن
“Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik”143
141Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l,19.
142Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 48.
143Orang yang tidak memutuskan perkara menurut hukum Allah, ada tiga
macam: Pertama, karena benci dan ingkarnya kepada hukum Allah, orang yang
semacam ini adalah termasuk golongan orang yang kafir (Lihat dalam QS. al Ma>’idah: 44). Kedua, karena menurut hawa nafsu dan merugikan orang lain
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 315
Menurut Qutb, orang yang tidak memutuskan perakara atau
hukum dengan apa yang diturunkan Allah adalah kafir, zalim dan
fasik. Dengan demikian, mereka berarti memilih hukum jahiliyah,
sedang bagi umat Islam haram hukumnya mengikuti hukum
jahiliyah tersebut.144
Oleh karena itu, menurut Qutb sistem Islam itu
harus berada dalam koridor yang ada dalam Islam itu sendiri. Di
antarnya: Pertama, ketetapan seluruh agama yang datang dari sisi
Allah mewajibkan berhukum dengan apa yang ditrurunkan Allah.
Kedua, menegakan seluruh kehidupan atas syariat Allah. Ketiga,
kepastian keutamaan syariat Allah atas syariat-syariat buatan
manusia. Keutamaan tersebut dijelaskan dalam QS. al-Ma>i’dah:
50.145
غون الاهلية أفحكم يوقنون لقومر حكما الل من أحسن ومن ي ب ]50/المائدة]
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
Berdasarkan ayat di atas, menurut Qutb, pengakuan mutlak
terhadap syariat Allah tidak bisa disetarakan dengan syariat yang
dibuat oleh manusia, atau bahkan buatan manusia lebih utama dari
syariat Allah. Menurut Qutb, orang tersebut berarti orang yang
merasa dirinya lebih mengerti dari Allah tentang keadaan manusia,
dan lebih tepat hukumnya daripada Allah dalam mengatur
kehidupan manusia.146
Orang atau golongan yang membenarkan
dinamakan zalim (Lihat dalam QS. al-Ma>’idah: 45). Ketiga, karena fasik
sebagaimana yang ditunjukan oleh QS. al-Ma>’idah: 47 dalam surat ini.
144Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Ma>idah, 2.
145Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Ma>’idah, 93.
146Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Ma>idah, 93.
316 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
paradigma tersebut, jelas sudah masuk dalam batas wilayah kufur.
Inilah yang dimaksud Qutb dengan niz}a>m fa>sid.147
Menurut Qutb, suatu masyarakat Islam hanya dapat dibangun
menurut ajaran-ajaran syariat Islam. Hanya syariat yang dapat
menjamin kemerdekaan dan keadilan bagi semua orang beriman.148
Syariat yang dapat membawa manusia kepada kebahagiaan dunia
dan akhirat.149
Bagi Qutb, kelompok atau masyarakat yang
membuat perjuangan bagi diri mereka dan bagi orang lain, harus
berdasarkan persamaan prinsip yang timbul dalam hati, sedangkan
jika berdasarkan persamaan derajat mutlak tidak dapat
dilaksanakan. Oleh karena itu, Islam lah yang dapat menyatukan
persamaan prinsip yang timbul dalam hati. Salah satunya
bersandarkan kepada sumber Islam yang universal dan dijadikan
dasar dalam sistem agama Islam, yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah.
Menurut Qutb, Islam adalah sistem hidup. Hal tersebut
disebabkan karena Islam merupakan sistem bagi seluruh kehidupan
manusia. Oleh karena itu, berhubungan dengan Islam sebagai sistem
yang berlaku bagi segala aspek kehidupan manusia, Qutb mengungkapkan bahwa Islam sebagai manhaj al-h}ayah 150 sistem
kehidupan manusia. Hal tersebut menurut Qutb, karena Islam
bersifat komprehensif (sya>mil) dan sempurna (ka>mil). Arti dari
sya>mil dan ka>mil yakni bahwa dalam Islam terdapat tata nilai sistem
ajaran yang baik mencakup hal akidah (sistem kepercayaan), ibadah
147Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 9.
148 Adanya pemisahan hukum dengan syariat Allah atau lebih tepatnya
menjauhkan diri dari syariat Allah (inqita>‘ al-h}ukm min syari>‘atilla>h) merupakan
salah satu faktor penyebab terbelenggunya hak-hak dan kemerdekaan umat Islam.
Lihat dalam Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 7. 149H{asanah fi> al-dunya>’ dan h}asanah fi> al-a>khirah. Tentunya, h}asanah fi> al-
a>khirah ditentukan dengan amal-amalan manusia ketika di dunianya. Apakah amal
shaleh atau amal salah. Amal shaleh balasan akhiratnya adalah surga, sedangkan
amal salah balasan akhiratnya adalah neraka. Lihat QS. al-Baqarah: 210.
150Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 97.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 317
(sistem peribadatan dan ritualisme), ahlak (sistem moral dan
spiritual), syariah (sistem hukum dan undang-undang), dan
mu’amalah (sistem sosial) yang meliputi bidang ekonomi, politik,
dan hubungan antarnegara (al-Isla<m huw al-h}ad}arah).151 Islam tegas
mengatur semua aspek tersebut serta tidak mengenal pemisahan
antara yang satu dengan yang lain.152
Inilah yang dimaksud dengan
al-isla>m al-ka>ffah. 153 Yakni Islam bukan hanya sebatas dalam
permasalahan fikih saja, akan tetapi mencakup segala permasalahan
yang mencakup dan berbagai aspek kehidupan.
Menurut Qutb, hanya dalam sistem Islam manusia
menyembah Tuhan yang mahasa Esa yang benar-benar memiliki
kualitas ulu>hiy>ah, rubu>biy>ah dan qawa>mah. Hanya dari Alah Swt
semata mereka menerima konsep-konsep, nilai-nilai, dan undang-
undang atau syariah. Sementara sistem-sistem di luar Islam,
manusia akan terperangkap pada mempertuhankan dan menyembah
Tuhan-tuhan selain Allah. Hal tersebut terjadi ketika manusia
menerima sistem-sistem yang dibuat manusia sebagai ajaran dan
pedoman hidup mereka. Dengan begitu mereka telah menjadikan
manusia sebagai Tuhan. Qutb mengistilahkannya dengan ta‘abbud
al-na>s li al-na>s (penyembahan manusia terhadap manusia) atau
ta‘abbud al-na>s fi al-ja>hiliy>ah (penyembahan manusia terhadap
sifat-sifat jahiliyah) yang dibuat oleh mansia itu sendiri sehingga
mengakibatkan kepada thagut154 atau ta‘abbud al-na>s lighair alla>h
151Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 114.
152Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, 148.
153Lihat dalam Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 12. Lihat juga dalam QS.
al-Baqarah: 208 yang penulis bahas dalam masyarakat Islam. “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.”
154Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 167.
318 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
(penyembahan manusia kepada selain Allah). 155 Inilah yang
dimaksud dengan menuhankan manusia, kedudukan, harta dan
hiasan dunia yang lainnya.156
Menurut Zunly Nadia, adanya ikatan syariat yang
mengendalikan hubungan antara masyarakat Islam dengan
masyarakat di luar Islam. Tegaknya pengendalian itu didasarkan
atas prinsip bahwa berserah diri sepenuhnya kepada Allah adalah
akar yang bersifat universal dan bersifat abadi. Kepadanya seluruh
umat manusia harus beserah diri, baik dalam kehidupan dunia dan
akhirat atau hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama
manusia, sehingga tidak ada satupun kendala yang menghalangi
sampai dan tersebarnya dakwah Islam. Setiap individu termasuk
masyarakat harus dibiarkan berhadapan dengan Islam untuk
memilih. Bila ada pihak yang memerangi hak tersebut, maka Islam
wajib memerangi sampai mati atau sebaliknya ia tunduk
menyerahkan diri kepada Islam.157
Semua sistem di luar Islam tersebut menurut Qutb adalah
sistem jahiliyah. Kembali kepada sistem agama Islam adalah salah
satu cara yang yang paling baik untuk mengantarkan dan
mengembalikan kepada masyarakat yang ka>mil dan sya>mil dalam
konteks agama Islam.158
Hal tersebut juga merupakan salah satu cara
untuk menghancurkan penyembahan terhadap sistem-sistem yang
dibuat oleh manusia yang disebabkan oleh faktor kekuasaan atau
sikap otoritasi manusia yang banyak menghambakan diri kepada
sistem-sitem yang dibuat oleh manusia untuk alasan pragmatis
155Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran
Dakwah Harakah, 129.
156Sayyid Qutb, Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 10.
157Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-
Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012), 314.
158Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah, 149.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 319
semata (tah}t}i>m sult}a>n al-basyar alladhi> yata‘abbud al-na>s).159 Oleh
karena itu, umat Islam haruslah bergerak (yatah}arrak) atau
melakukan pergerakan (h}arakah) 160untuk mengeluarkan dan
menjauhkan manusia dari penyembahan terhadap manusia menjadi
penyembahan terhadap Allah, Qutb istilahkan fenomena tersebut
dengan li ikhra>j al-na>s min ‘ubu>diy>ah min al-na>s ila> ‘ubu>diy>ah
ilalla>h.161
Berdasarkan performansi bahasa Qutb terkait dengan sistem
Islam. Penulis beranggapan sebagaimana dalam Imdadun Rahmat,
yang mengatakan bahwa Qutb menawarkan Islam sebagai alternatif
dari komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan sekulerisme yang
merupakan sifat-sifat jahiliyah yang mendominasi umat Islam, Qutb
mengistilahkan dengan ungkapan kha>riju>n ‘an al-qa>nu> (mereka yang
keluar dari sistem-sistem Islam).162
Oleh karena itu, tawaran
tersebut harus mencakup aspek sosial (ijtima‘i>), politik (siya>sah),
ekonomi (iqtis}adiy>ah), intelektual (thaqa>fiy>ah), kultural (h}ad}a>riy>ah),
dan etika masyarakat (akhla>qiy>ah).163 Sebagai bukti bahwa Islam
merupakan sistem universal mencakup seluruh dalam aktivitas
kehidupan manusia (manhaj al-h}aya>h).164
Menurut Qutb, sistem Islam ditandai dengan beberapa
h}arakiy>ah, di antaranya: Pertama, pergerakan bersifat realistis dalam
menrealisaksikan manhaj Islam (manhaj hadha>’ al-din). Kedua,
manhaj Islam adalah merupakan pergerakan yang bersifat realistis.
Setaiap pergerakan (harakiyah) dalam Islam memiliki tahapan-
159Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 18.
160Sayyid Qutb, Lima>dha>’ A‘dumu>ni>?, 26.
161Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 7.
162Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 16.
163Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 46.
164Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 97.
320 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
tahapan (mara>h}i>l) tersendiri. Setiap tahapan (marahil) memiliki
wasilah (wasaail) yang memadai kenetuan-kentauan dalam syariat
Islam. Ketiga, h}arakah tersebut terus berjalan dan berada dalam
jalur kosistensi secatra aktual. Dengan tetap emngedapankan
keihkladsan dalam ibadah kepada Allah dan bebas dari
penyembahan kepada sesama mahluk. Keempat, manhaj Islam
dikadikan pedoman yang kuat (al-di>}n wa al-tasyri>‘) dalam hubungan
antara masyarakat muslim dengan masyarakat lain.165
3. al-Qiya>dah (Qiya>dah Syar‘iy>ah, Qiya>dah Ja>hiliy>ah)
Terkait dengan al-qiya>dah, Qutb berpendapat bahwa
pemimpin itu adalah pemimpin yang mengikuti syariat Allah
(qiya>dah syar‘iy>ah). 166 Dengan kata lain, pemimpin yang wajib
diikuti adalah ketika syariat Allah menjadi fondasi dan dasar dalam
menjalankan kepemimpinannya, bukan pemimpin yang mengikuti
kehendaknya sendiri. Itulah fenomena pemimpin di Mesir (Qiya>dah
fi mis}r).167 Oleh karena itu, pemimpin tersebut wajib untuk tidak
diikuti. Karena pemimpin-pemimpin tersebut akan membawa
kepada jalan kesesatan. Sebagaimana Qutb kutif dalam QS. al-
‘Ara>f: 3.
“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya).”
165Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 6-7.
166Sayyid Qutb, Lima>dha>’ A‘dumu>ni>, 30.
167Sayyid Qutb, Lima>dha>’ A‘dumu>ni>, 36.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 321
Berdasarkan ayat di atas, pemimpin-pemimpin yang
membawa kepada kesesatan menurut Qutb wajib untuk tidak diikuti
dan wajib digantikan. Yaitu digantikan dengan pemimpin yang
mengikuti apa yang ada dalam hukum Allah, sehingga kondisi
tersebut menjadikan muslim yang Islam kepada Allah, mengikuti
rubu>biy>ah untuk Allah saja, menunggalkan kedaulatan hanya
untuknya, yang berhak memerintah dan dipatuhi perintahnya, yang
berhak melarang dan dijauhi larangannya, sedangkan selainnya tidak
berhak atas semua itu. Mengikuti pemimpin selain Allah adalah
tindakan musyrik, karena sama saja dengan menolak konsep
rubu>biy>ah yang hanya untuk Allah.168
Pemimpin-pemimpin politik di dunia Arab (qiya>dah al-
‘arabi>), banyak dibantu dan disokong oleh tokoh-tokoh agama yang
bersifat pragmatis dalam arti pemimpin-pemimpin dan tokoh-tokoh
yang menyetujui dan terus-menerus menggagaskan nasionalisme
Arab (fan Arabisme), tanpa memperhatikan unsur-unsur agama
Islam. Menurut Qutb, pemimpin dan tokoh tersebut adalah
pemimpin dan tokoh Islam yang banyak dipengaruhi pemikiran-
pemikiran Barat. Oleh karena itu, penggunaan kata “Islam”
hanyalah sebagai kedok untuk menyemai kata Islam. Fenomena
tersebut Qutb istilahkan dengan pemimpin yang banyak
mendapatkan pengaruh dari Barat dalam menerapakan sistem
kepemimpinannya. Pemimpin seperti ini, Qutb istilahkan dengan
qiya>dah al-rajl al-gharb li al-basyar).169
168Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-‘Ara>f, 24.
169Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 5. Pada masa Nasser, Islam berada
dalam pengaruh Barat. Pemerintahan kolonial, dan westernisasi mewabah ke mana-
mana. Sedangkan sistem politik tradisional, sistem budaya Arab dan Islam, ilmu
pengetahuan yang berbasis Islam salaf, hukum yang berbasis syariat dan sistem
perekonomian telah tegantikan oleh Barat. Kecenderungan pemisahan antara agama
dan Negara menjadi simbol masyarakat Arab khususnya Mesir. Hukum Islam
sebagain besar telah tergantikan oleh hukum-hukum dan aturan-aturan Barat. Lihat
322 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Secara tidak sadar pemimpin-pemimpin tersebut telah
membawa umat Islam kembali pada fase jahiliyah (qiya>dah al-
jahiliy>ah).170 Dikatakan kembali kapada jahiliyah, karena pemimpin
tersebut telah menggunakan keuntungan dunia sebagai misi pribadi
yang banyak disertai dengan hawa nafsu. Pemimpin yang demikian
telah membawa Islam kepada kebiasaan-kebiasaan kaum yang
mengagungkan dunawi (al-ma>ddah al-dunyawiy>ah). Seperti
pemimpin-pemimpin yang membiarkan hedonisme (madhhab al-
ladhdhah), 171 kapitalisme (al-ra’sma>liy>ah), 172
komunisme (al-
syuyu>‘iy>ah), 173 otoriterisme (musallit}ah), 174
wesrternisme
(tamaghrub) masuk dalam budaya Islam sehingga menjadi sesuatu
mempengaruhi pola hidup dalam berkeluarga, bermasyarakat dan
berbudaya, sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi umat Islam.
Pemimpin atau tokoh agama yang demikian menjadi musuh
pemerintahan Islam, karena Islam sama sekali tidak membutuhkan
pemimpin dan ulama yang bersifat pragmatis (untuk misi pribadi
dalam Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 5.
170Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 19.
171 Hedonisme merupakan suatu pandangan yang menganggap bahwa
kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Lihat Pusat
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 488.
172Kapitalisme merupakan sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yang
modalnya atau penanaman modalnya bersumber pada modal pribadi atau modal
perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas. Lihat dalam Pusat
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 622.
173 Komunisme merupakan paham atau ideologi di bidang politik yang
menganut ajaran Karl Marx yang hendak menghapuskan hak milik perseorangan
dan menggantikannya dengan hak milik bersama yang diatur oleh negara. Lihat
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 722.
174Kekuasaan yang sah dan diberikan kepada lembaga dalam masyarakat
yang memungkinkan para pejabatnya menjalankan fungsinya, hak untuk bertindak,
kekuasaan wewenang, hak melakukan tindakan atau hak membuat peraturan untuk
memerintah orang lain. Lihat dalam Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 992.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 323
dan untuk misi dolongan tertentu) yang banyak mementingkan
kehidupan duniawi . Qutb mengungkapnya dengan mukmin yang
harus memperjuangkan Islam melawan musuh yang harus diperangi
(inn al-ma‘rakah bain al-mu’min wa khus}u>mih), 175 salah satu
bentuknya adalah perlawanan bagi orang mukmin terhadap
pemimpin yang menjauhkan bahkan meniadakan Islam dari nilai-
nilai dan sistem-sistem Islam (sult}a>n al-‘iba>d fi> ha>kimiy>atihim wa
taqa>lidihim).176 Serta pemimpin yang dalam kepemimpinannya tidak
mengetahui dan mengaplikasikan nilai-nilai dan hakikat akidah
Islam, Qutb istilahkan fenomena tersebut dengan ungkapan
haqi>qah ‘aqi>dah isla>miy>ah wa al-manhaj al-i>ma>ni> wa al-syari>‘ah al-
i>ma>niy>ah.177 Oleh karena itu, untuk terwujudnya misi tersebut salah
satunya dengan membentuk pemerintahan Islam (daur al-
h}uku>mah) 178 yang dipimpin oleh pemimpin Islam (qiya>dah al-
isla>miy>ah).
Salah satu dampak yang diakibatkan dari pemimpin tersebut
adalah terbentuknya sistem Islam yang banyak dipengaruhi oleh
budaya Barat daur al-gharbiy>ah yang merupakan manifestasi dari
Yahudi daur al-Yahu>d179 dalam pemerintahan yang mayoritas dihuni
oleh umat Islam. Kondisi tersebut harus segera dikembalikan kepada
175Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 185.
176Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 46.
177Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 21.
178 Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 5.
179Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 26. Lihat juga dalam QS. al-
Ma>’idah: 51.“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”
324 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Islam daur al-isla>m 180 yang menjauhkan Islam dari hal-hal yang
dapat mengantarkan umatnya kembali kepada jahiliyah. Hal
tersebut salah satu faktornya adalah banyak berkuasanya pemimpin
Islam yang mengadopsi pemikiran dan sistem-sistem Barat. Oleh
karena itu, solusinya adalah harus ada pemimpin baru yang bisa
menjauhkan Islam kembali pada jahiliyah dengan menerapkan
sistem-sistem syariat Islam qiya>dah jadi>dah ghair qiya>dah al-
ja>hiliy>ah.181Menurut Qutb, agenda pertama pemimpin Islam yaitu
pemimpin yang menggunakan syariat Islam sebagai (qiya>dah al-
syar‘iy>ah) 182 yang memegang kendali pemerintahan adalah
mewujudkan kehidupan yang berlandaskan agama. Harus segera
mengendalikan peta politik pemerintahan negara untuk kembali
kepada syariat-syariat Islam yang sebenarnya.183
4. al-H{a>kimiy>ah (al-H{a>kimiy>ah al-‘Ulya>’, al-H{a>kimiy>ah al-
Basyar)
Konsep h}a>kimiy>ah dalam pandangan Qutb adalah mutlak
milik Allah. Kekuasaan Allah mencakup dalam semua fenomena
kehidupan yang harus dijadikan pedoman hidup (al-sult}a>n ‘ala>
wa>qi‘iy>ah al-h}aya<h). 184 Karena semua bentuk kekuasaan mutlak
tunduk di bawah kekluasaan Allah, sementara kekuasaan selainNya,
180Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 5. Lihat juga dalam QS. Syaba‘: 15.
Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”
181Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 20.
182Sayyid Qutb, Lima>dha>’ A‘dumu>ni>?, 30.
183Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 50.
184Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 21.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 325
merupakan perantara dan titipan saja (al-sult}a>n kulluh lilla>h). 185
Oleh karena itu, kekuasaan-kekuasaan dunia (al-sult}an al-ard}) yang
sifatnya hanya titipan dan perantara semata, harus segara diganti
dengan penghambaan kerpada kekuasaan Allah (tard} al-sult}a>n al-
t}awa>ghit al-mughtas}ibi>n lisult}an alla>h).186
Bagi Qutb, Allah memiliki kekusaan penuh untuk mengatur
aktivitas kehidupan manusia. Semua yang berhubungan dengan
kekuasaan, termasuk politik, ekonomi, harus disandarkan kehendak
Allah. Pengangkatan dan pemberhentian seorang penguasa,
bagaimana kekuasaan dikelola harus bersandarkan kepada kehendak
Allah.187
Kehendak Allah dalam berbagai kehidupan, mencakup
pokok-pokok moralitas iman, pengelolaan keadilan, perilaku
manusia, ataupun ilmu pengetahun. Kehendak tersebut tercantum
dalam syariatNya. Syariat yang mencakup petunjuk aspek sosial,
ekonomi, politik, etnik, intelektual dan estetika kehidupan.188
Konsep kedaulatan Qutb, sebagaimana dalam QS. Yusuf 40:
تموها أساء إل دونه من ت عبدون ما من با الل أن زل ما وآبؤكم أن تم سي ين ذلك إيه إل ت عبدوا أل أمر لل إل الكم إن سلطانر ولكن القي م الد
]40/يوسف] ي علمون ل الناس أكث ر
“Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali Hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun tentang nama-nama itu. Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. dia Telah memerintahkan agar
185Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 25.
186Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 19.
187Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 47.
188Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 49.
326 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kamu tidak menyembah selain Dia. Itulahagama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
Menurut Qutb, tidak akan tegak kerajaan Allah di muka bumi
jika yang berkuasa adalah para pemuka agama (rija>l a-di>n) yang
lebih menonjolkan sifat-sifat tercelanya (mereka seperti para
penguasa Barat). Akan tetapi kerajaan Allah tegak dengan syariat-
syariatnya sebagai kedaulatannya (h}a>kimiy>ah) yang menjadi
sumber dari seluruh aspek kehidupan manusia. Syariat tersebut
menjadi tempat kembali semua urusan sesuai dengan apa yang telah
ditetapkanNya.189
Penegakan kerajaan Allah di muka bumi (qiya>m
mamlakah alla>h fi> al-ard}), penghapusan kerajaan manusia (iza>lah
mamlakah al-basyar), pencabutan kekuasaan (al-sult}a>n) dari tangan
para perampas (al-mughtas}ibi>n) dan mengembalikannya hanya
kepada Allah semata, medominasikan syariat Allah dan
menyingkirkan undang-undang buatan manusia (ilgha>’ qawa>ni>n al-
basyariy>ah), menurut Qutb semua itu tidak akan sempurna semata-
mata tanpa disertai dengan metode al-tabli>gh dan al-baya>n.190
Konsep Qutb tentang kedaulatan sangat jelas, menurutnya
tidak ada hukum selain hukum Allah (la> h}a>kimiy>ah illa> minalla>h).191
Kalimat tersebut menunjukan makna gramatikal yang jelas dan
sangat luas. Makna utama dari kalimat tersebut adalah kedaulatan
tidak terdapat dalam manusia, melainkan kedaulatan sepenuhnya
milik Allah. Kedaulatan Allah adalah kedaulatan yang Maha Luhur
dan tidak ada tandingannya al-h}a>kimiy>ah al-‘ulya>’.192 Oleh karena
itu, menurut Imdadun Rahmat konsep ini sepenuhnya merombak
189Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 9.
190Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 9.
191Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 25. Lihat juga dalam QS. al-Ma>’dah: 50. “Apakah Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
192Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 21.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 327
konsep sebelumnya tentang kedaulatan, baik raja-raja dan penguasa
pada masyarakat tradisional maupun pada kedaulatan rakyat dengan
konsep demokrasi. Menurut Qutb, kondisi-kondisi tersebut adalah
berpaling dari hukum Allah karena sudah menentukan kedaulatan
selain kedaulatan Allah. Qutb istilahkan kondisi tersebut dengan
fataday>an bi h}a>kimiy>ah ghairilla>h.193 Bagi Qutb sumber kekuasan
adalah Tuhan. Jadi Tuhan memiliki kekuasaan yang penuh untuk
mengatur segala sesuatu tentang mahluknya. Oleh karena itu, semua
bentuk kekuasaan ekonomi maupun politik harus disandarkan pada
ketaatan kepada Tuhan.194
al-H}a>kimiy>ah yakni kedaulatan ada di tangan Allah bukan
manusia dan pemberlakuan syariat Allah di muka bumi. Umat Islam
saat ini dinilai dalam masa jahiliyah sebagaimana sebelum Islam
datang bahkan lebih parah dari itu.195
Hal tersebut diakibatkan salah
satunya adalah kondisi al-ja>hiliy>ah allati> taqu>m ‘ala> h}a>kimiy>ah al-
basyar li al-basyar 196 atau jahiliyah yang diakibatkan tunduknya
kepada kedaulatan yang dibuat oleh manusia. Kita ketahui bersama
kondisi umat manusia pada masa ini banyak menuhankan Tuhan-
tuhan baru, seperti produksi (al-inta>z) harta benda dan kesenangan
hidup yang biasa dikenal dengan istilah hedonisme (al-ladhdha>t).
Demikian Tuhan-tuhan baru yang lainnya adalah materi, ekonomi,
komunisme, dan kapitalisme. Termasuk revolusi sosial
kemasyarakatan memiliki perubahan secara dinamis karena
terbentuknya al-tshaurah al-akbar ‘ala> al-h}a>kimiy>ah al-basyar.197
193Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 91.
194Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Tranmsisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 47.
195Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Tranmsisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 47.
196Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 47.
197Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 8.
328 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Namun, secara perlahan-lahan seharusnya manusia sadar dan
mengetahui bahwa Tuhan-Tuhan itu telah membawa mereka kepada
kerusakan dan kehancuran, serta penjajahan dan keserakahan yang
amat kejam dan membuat keadaan menjadi suatu kebiadaban.
Selama Tuhan-tuhan tersebut menjadi pedoman hidup dan
disembah-sembah manusia, maka kehancuran segala aspek
kehidupan tidak bisa dielakan lagi.198
Oleh karena itu, kekuasaan-
kekuasaan duniawi tersebut haruslah segara dilenyapkan dan harus
segera ditolak, saatnya umat segara diarahkan kepada kedaulatan
Tuhan. Karena kedaulatan Tuhanlah yang dapat mengantar
kebahagiaan dunia dan akhirat. Qutb mengistilahkan fenomena
tersebut dengan al-h}a>kimiy>a>t lighairilla>h yarfud}.199
Konsep h}a>kimiy>ah menurut Ilyas Ismail juga berhubungan
dengan ide dan konsep tentang pembebasan manusia dari diri dan
lingkungan sekitarnya. Manusia tidak akan bisa mendapatkan
kemerdekaan selama mereka belum bisa membebaskan diri dari
belenggu dan hukum manusia, atau manusia yang sanggup
menempatkan dirinya sederajat dengan manusia lain di hadapan
Allah. Oleh karena itu, makna lain dari pembebasan tersebut adalah
dengan hanya mengikuti syariat dan undang-undang Allah saja,
sehingga manusia dapat terbebas dari penyembahan terhadap
manusia (ta‘abbud li al-na>s) dan atas produk manusia. Qutb
mengistilahkan fenomena tersebut dengan that}i>m al-t}awa>git al-lati>
ta‘abbud al-na>s.200
Islam merupakan revolusi terhadap segala sesutau yang
dipertuhankan manusia selain Allah (t}a>gu>t),201 baik dalam bentuk
198Ilyas Ismail, Paradigma dakwah sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran
Dakwah Harakah, 134.
199Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 31.
200Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 36.
201Lihat dalam QS. al-Nah}l: 36. Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 329
kemusyrikan menuhankan Tuhan lain selain Allah, fanatisme
terhadap suku dan adat istiadatnya yang bersebrangan dengan
syariat Islam, warna kulit dan madzhab agama maupun thagut
dalam bentuk kezaliman dan tiran.202
Menurut Qutb, semua bentuk
t}a>ghu>t adalah dosa dan harus segera diluruskan.203
Oleh karena itu,
hal-hal dan faktor-faktor yang mengantarkan manusia kepada t}a>ghu>t
harus segera dihilangkan. Faktor-faktor tersebut terjadi dalam dua
aspek: Pertama, faktor internal. Yaitu hawa nafsu yang harus
dikendalikan oleh masing-masing individu umat Islam. Kedua,
faktor eksternal , yaitu segala bentuk ajakan kepada suatu hal yang
dapat menjauhkan diri dari Allah Swt baik berasal dari Islam
ataupun berasal dari bukan Islam. Inilah yang Qutb istilahkan
dengan t}a>ghu>t ‘arab>i.204
5. al-Ja>hiliy>ah )al-Ja>hiliy>ah al-Hadi>thah, al-Ja>hiliy>ah al-U<la<’)
Pandangan Qutb tentang jahiliyah, bahwa jahiliyah bukanlah
permasalahan yang berhubungan dengan rentang waktu atau sejarah.
Akan tetapi, kata jahiliyah merupakan suatu keadaan yang di
dalamnya terdapat sistem-sistem peraturan hidup dan undang-
undang. Berdasarkan penjelasan tersebut, jahiliyah adalah
jauhilah Thaghut itu", maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul). Thaghut ialah
syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.
202Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, 78.
203Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 23.
204Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 23. Lihat juga dalam QS. al-An‘a>m: 81. “Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukanNya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak memperoleh keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?”
330 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
mengembalikan hukum dan peraturan hidup kepada hawa nafsu
bukan manhaj dan syariat Allah (al-ruju>‘ bi al-h{ukm wa al-tasyri>‘ ila>
ahwa>’ al-basyar). Baik hawa nafsu perorangan, kelompok, umat,
bangsa, maupun suatu generasi. Semuanya selama tidak perpegang
teguh kepada syarat Allah adalah hawa nafsu (ma> da>mat la> tarji‘ ila>
syari>‘atilla>h). 205 Bentuk jahiliyah yang diungkapkan Qutb dalam
performansinya sebagaimana dalam QS. al-Ah}za>b: 33.
]33/الحزاب] الول الاهلية ت ب رج ت ب رجن ول
“dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.”206
Berdasarkan ayat di atas, Qutb mengatakan salah satu macam
bentuk jahiliyah adalah al-Ja>hiliy>ah al-u>la’> 207yaitu jahiliyah pada
masa klasik. Jahiliyah pada masa ini adalah penyembahan terhadap
berhala, semaraknya perjudian, semaraknya pelecehan seksual,
semaraknya budaya memperolok-olokan budaya antara kabilah,
semaraknya penghinaan terhadap hak-hak kemanusiaan, bahkan
dikatakan segelap-gelapnya kebudayaan adalah kebudyaan jahiliyah
bangsa Arab sebelum datangnya Islam. Qutb mengistilahkan
keadaan masyarakat pada zaman tersebut dengan jahiliyah karena
banyaknya aktifitas-aktifitas jahiliyah yang penulis sebutkan dengan
(nasya>’it al-ja>hiliy>ah).208 Setelah datang agama Islam, nasa>’it al-
ja>hiliy>ah tersebut sedikit demi sedikit mulai tergantikan dengan
sistem Islam (niz}a>m al-isla>m). Perubahan dan pergantian tersebut
tidak terpelas dari dakwah Nabi Muhammad sebagai pemberi
205Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Ma>’idah, 95.
206 yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang
terdapat sebelum diutusnya Nabi Muhammad s.a.w. dan yang dimaksud Jahiliyah
sekarang ialah Jahiliyah kemaksiatan, yang terjadi sesudah datangnya Islam.
207Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 9.
208Lihat Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 161.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 331
peringatan dan kabar gembira bagi masyarakt Arab pada waktu
itu.209
Bentuk-bentuk jahiliyah tersebut semakin melemah setelah
Rasululah mendapatkan kekuasaan sebagai pemimpin di kota
Madinah (al-sult}a>n al-isla>m). Kepemimpian Islam (al-qiya>dah al-
isla>miy>ah) pada masa Rasululla adalah konsep kepemimpinan yang
seluruh aspek kehidupan masyarakat Islam bersandarkan kepada al-
Qur’an, sehingga pantas saja jika segala apa yang disumberkan dari
Nabi menjadi al-Sunnah sebagai sumber kedua setelah al-Quran.210
Inilah syariat Islam yang diterapkan oleh Rasulullah, pantaslah jika
kedatangan Rasulullah dapat mengubah kultur dan kebiasaan
jahiliyah bangsa Arab. Inilah menurut Qutb yang disebut sebagai
pemimpin Islam yang sebenarnya (qiya>dah al-syari>‘ah). 211 Kaum
kafir Quraisy bersama kejahiliyahannya mulai kalah dan tunduk
kepada Islam (futuh Mekkah). Keadaan seperti ini menurut Qutb
adalah perpindahan masa Jahiliyah kepada masa-masa keemasan
Islam. Qutb mengistilahkannya dengan ha>dhih naqalah min al-
ja>hiliy>ah ‘ala> al-isla>m.212
Namun, bentuk jahiliyah tersebut lahir kembali dengan cara,
sistem dan keadaan yang berbeda. Dikatakan berbeda karena
jahiliyah zaman dahulu menurut penulis adalah ja>hiliy>ah al-z}ahiri>
atau jahiliyah yang tampak baik kebiasaan-kebiasaan, budaya,
sistem, sifat dan yang lainnya. Maka jahiliyah pada masa sekarang
209 Lihat dalam QS. al-Fath}: 8. “Sesungguhnya Kami mengutus kamu
sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan”
210Terkait sumber dalam Islam, lihat QS, al-Nisa>’: 59. “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
211Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 30.
212Lihat Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 127.
332 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
adalah jahiliyah yang tidak tampak dan lebih berbahaya
dibandingkan dengan jahiliyah zaman dahulu. Jahiliyah zaman
sekarang adalah bentuk ja>hiliy>ah al-maja>zi> atau jahiliyah yang tidak
tampak kejahiliyahannya akan tetapi sebenarnya dalam keadaan
jahiliyah (ha>dhih al-ja>hiliy>ah bi al-lughah al-isla>m). 213 Qutb
mengistilahkannya dengan jahiliyah modern (al-ja>hiliy>ah al-jadi>dah,
al-ja>hiliy>ah al-h}ad}irah dan al-ja>hiliy>ah al-h}adi>thah). 214 Menurut
Qutb, di zaman jahiliyah ini hanya bentuk berhalanya saja yang
berubah, di samping mereka masih membuat berhala dan patung lain
yang bersifat imaterial dan mereka banyak menginginkan nafsu
duniawi dan kemudian banyak orang-orang lalai yang
mengikutinya.215
Menurut Qutb, manusia pada zaman sekarang terbagi dalam
beberapa golongan yang semuanya masuk dalam kategori jahiliyah.
Pertama, golongan mulhid atau atheis, golongan ini merupakan
golongan yang sama sekali tidak mengakui wujud atau adanya
Allah. Mereka merupakan golongan mulh}idu>n, atheis dan persoalan
mereka begitu jelas, sehingga tidak perlu diperdebatkan lagi bentuk
kejahiliyahannya. Kedua, golongan penyembah berhala yang
mengakui adanya ila>h, tetapi mereka juga mengakui Tuhan-tuhan
yang banyak selain Allah, sebagaimana di lingkungan masyarakat
modern. Ketiga, golongan ahli kitab, Yahudi, Nasrani yang sejak
dahulu sudah mempersekutukan Allah dengan menisbatkan anak
kepadaNya. Sebagaimana juga meraka menjadikan rahib-rahib dan
pendeta-pendeta sebagai Tuhan-tuhan selain Allah. Pasalnya,
menerima kadaulatan dan syariat yang dibuat para rahib, meskipun
213Lihat Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 11.
214Lihat Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 65.
215Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 30.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 333
mereka tidak shalat, tidak sujud dan tidak ruku kepada rahib-rahib
dan pendeta tersebut.216
Menurut Qutb, pola pikir kaum Yahudi yang mencetak akhlak
dan pola pikir jahiliyah modern. Merekalah yang mendeskripsikan
alam sebagai bagian dari khus}u>mah li al-na>s dan menggambarkan
kekuatannya sebagai lawan bagi eksistensi dan pergerakannya. Oleh
karena itu, ada istilah perusakan dan ketiak pedulian terhadap alam
dalam peperangan antara alam dengan manusia.217
Fakta-fakta
kehidupan manusia yang banyak menuhankan berbagaimacam
kesenangan duniawi (al-ja>hiliy>ah al-‘a>lamiy>ah), merupakan salah
satu bukti untuk menyatakan bahwa kehidupan manusia sekarang
telah kembali kepada kehidupan yang disebut dengan kehidupan
yang telah mengantar kepada jahiliyah (muwa>jahah al-ja>hiliy>ah),218
Qutb mengistilahkan kehidupan jahiliyah sebagai kehidupan yang
banyak menggunakan sistem-sistem yang bersifat jahiliyah (al-
anz}amah al-ja>hiliy>ah) 219 yang diaplikasikan oleh umat dalam
membentuk lingkungan jahiliyah (bi>’ah al-ja>hiliy>ah) kepada
masyarakat jahiliyah (al-mujtama‘ al-ja>hiliy>ah), sehingga
menciptakan fenomena jahiliyah (al-wa>qi‘ al-ja>hili>) 220 dalam
kehidupan manusia, khususnya umat Islam (al-h}a>yah al-ja>hiliy>ah).
Jahiliyah pada masa kini adalah jahiliyah yang terbentuk
tegak dalam lingkungan Islam (al-ja>hiliy>ah al-qa>’imah), karena
banyak dari sebagian umat Islam yang mengunakan segala bentuk
terminologi jahiliyah dalam mengarungi kehidupannya (aud}a>‘ al-
ja>hiliy>ah). Oleh karena itu, tentu memiliki perbedaan antara bentuk
216Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-‘Ara>f, 19.
217Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-‘Ara>f, 28.
218Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 30.
219Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 9. Lihat juga dalam QS. al-Ma>’idah: 50. “Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”
220Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 19.
334 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
jahiliyah pada masa dahulu dan jahiliyah pada masa sekarang
(ja>hiliy>ah qadi>man wa h}adi>than). Bagi Qutb, jahiliyah bukanlah fase
tertentu dalam sejarah kehidupan manusia, melainkan suatu sistem
hidup yang dapat timbul baik pada masa lalu, masa kini maupun
masa yang akan datang. Sebagai salah satu sistem hidup, jahiliyah
berpengaruh dalam mengejawantahkan pemikiran, konsep-konsep,
sikap, prilaku dan kenyataan hidup.221
Ada dua hal bagi Qut\b yang merupakan manifestasi dari
kejahiliyahan masa kini, yakni pertama, pengaruh dan pemikiran
Barat (al-h}ad}a>rah al-gharbiy>ah). 222 Kedua, pemerintahan muslim
yang tidak berdasarkan syariat Islam dan terbukti mendapat
pengaruh dari Barat (qiya>dah al-rajl al-gharbi> li al-basyar).223 Dari
sini kemudian konsep jahiliyah menjadi bergeser dari yang selama
ini dipahami sebagai kondisi sosial politik dan budaya pra-Islam
menjadi sebutan bagi masyarakat dan budaya Barat yang jauh dari
norma-norma agama dan nilai-nilai ketuhanan.224
Dalam Ilyas
Ismail, Qutb memandang jahiliyah berarti dalam tindakan,
perbuatan dan penetapan hukum oleh manusia atas manusia yang
lain. Hal ini adalah berkaitan dengan penuhanan manusia terhadap
manusia. Sebagai kelanjutan logis makna pertama, jahiliyah berarti
pengingkaran terhadap ketuhanan Allah dan penolokan terhadap
penyembahan terhadapnya.225
Menurut Qutb, jahiliyah tidak hanya sekedar menyangkut
soal hukum, tetapi juga menyangkut masyarakat politik, tata nilai
221Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran
Dakwah Harakah, 134.
222Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 18.
223Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 5.
224Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-
Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012): 317.
225Ilyas Ismail, Paradigma dakwah sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah, 70.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 335
dan norma sosial yang berpusat pada manusia, seperti materialisme,
kapitalisme, liberalisme, komunisme dan hedonisme. Sekarang ini
segala sesuatu yang ada di sekitar kaum muslim (bi>’ah al-isla>m),
merupakan hasil dari jahiliyah modern. Oleh karena itu, maka
gagasan sentral Qutb (mengikuti al-Maududi) adalah penolakan
total terhadap modernitas dan segala bentuk sifat-sifatnya, karena
modernitas dipandang sebagai salah satu penolakan terhadap
kedaulatan Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan (al-manhaj al-
h}a>kimiy>ah minalla>h li al-h}aya>h) dan sebagai jalan menuju syaitan
(sabi>l al-syait}a>n).226 Menurut Qutb, tidak ada kata nanti bagi umat
Islam untuk menumpas jahiliyah modern, sebelum semuanya
terlambat.227
Menurut Qutb, jika kondisi tersebut tidak segera diantisipasi
maka pengaruh modernitas akan semakin bertambah dan menjadi
gaya hidup masyarakat Islam. Inilah menurut Qutb yang menjadi
pengaruh modernitas (mu’aththara>t al-ja>hili>), yaitu terbentuknya
komunisme, kapitalisme, liberalisme, dan sekulerisme merupakan
suatu keadaan jahiliyah dan alternatifnya adalah Islam. Hal tersebut
tidak terlepas dari al-isla>m ka>ffah (Islam adalah agama yang
universal) yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia seperti
aspek sosial, politik, ekonomi, intelektual, kultural, dan etika
masyarakat. Keadaan tersebut secara tidak langsung mengantarkan
manusia sebagai taqa>li>d al-ja>hiliy>ah228 atau para pengikut keyakinan
jahiliyah dalam bentuk yang berbeda. Oleh karena itu, umat Islam
harus segera meninggalkan dan keluar dari sistem-sistem tersebut
226Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 17.
227Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-
Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012): 312.
228Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 19.
336 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
(al-niz}a>m al-ja>hili>) untuk keluar dari fase jahiliyah (khuru>j min
ja>hiliy>ah).229
Jahiliyah pada masa kini sudah banyak menjamur dalam
tempat-tempat tertentu secara terorganisir (bi al-ja>hiliy>ah al-
mah}i>t}ah) yang menjalar dan menyebabkan kepada terbentuknya
masyarakat jahiliyah (al-mujtama‘ al-ja>hili>, bi>ah ja>hiliy>ah, atau
tas}awwur ja>hiliy>ah). 230 Masyarakat jahiliyah adalah masyarakat
yang terbentuk dari mah}at}t}ah ja>hili>, sehingga dalam masyarakat
tersebut berkembang kebiasaan-kebiasaan jahiliyah dan sifat-
sifatnya (s}ifat al-ja>hiliy>ah)231 yang terus berkembang tanpa disadari
oleh manusia, sehingga pada akhirnya sistem-sistem yang digunakan
pun tidak menggunakan sistem Islam sudah tidak dapat disadari
oleh umat Islam yang berada dalam lingkungan masyarakat jahiliyah
(al-mujtama‘ al-ja>hiliy>ah al-h}adi>thah) karena orientasinya bersifat
duniawi (al-naz}ariy>a>t al-ma>diy>ah).232
Hal tersebut juga tidak lepas dari pengaruh para penguasa (al-
qiya>dah al-ja>hiliy>ah)233 yang membawa manusia kepada komunisme,
kapitalisme, liberalisme, westernisme dan sekulerisme sebagai
aspek-aspek yang menjadikan masyarakat Islam berada dalam s}u>fah
al-ja>hiliy>ah, 234
sehingga faktor tersebut juga merupakan faktor terus
berlanjut dan berkembangnya berbagaimacam bentuk jahiliyah yang
menjadikan manusia kepada masyarakat modern. Qutb
mengistilahkannya dengan al-mujtama‘ al-ja>hiliy>ah al-jadi>dah,
karena bentuk jahiliyah tersebut ada tetapi dirasakan masih asing
229Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 19.
230Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 17.
231Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 19.
232Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 18.
233Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 20. 234Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 31.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 337
dan tidak disadari oleh umat manusia. Qutb mengistilahkan
fenomena tersebut dengan (al-ja>hiliy>ah al-ghari>bah).235
Berbagaimacam bentuk jahiliyah juga tidak terlepas dari ide
yang berasal dari Barat al-fikr al-ja>hiliy>ah, 236 pemikiran tersebut
dibentuk dan diberikan kepada manusia dengan menekankan aspek
pemikiran yang bersifat pragmatis, sehingga ide-ide tentang sistem
(niz}a>m), tentang kedaulatan (al-h}a>kimiy>ah), tentang moral pekerti
(akhla>q) dibentuk dalam budaya pengetahuan jahiliyah (al-thaqa>fah
al-ja>hiliy>ah) dan kebiasaan jahiliyah (al-h}ad}a>rah al-ja>hiliy>ah),
sehingga manusia tidak bisa lepas dari lingkungan jahiliyah (h}aul al-
ja>h}iliy>ah), sifat-sifat jahiliyah (s}ifat al-ja>hiliy>ah), dan tema-tema
seputar jahiliyah (auda>‘ al-ja>hiliy>ah al-habi>tah) dan sistem-sistem
jahiliyah (niz}a>m al-ja>hiliy>ah).237
Fenomena di atas adalah benar-benar bentuk jahiliyah (al-
mubarrara>t al-ja>hiliy>ah) dan merupakan aspek-aspek atau
karakteristik-karakteristik jahiliyah (khas}a’is al-ja>hiliy>ah)238 yang
sudah menjadi tolak ukur sebuah masyarakat atau negara yang
dipenuhi oleh unsur-unsur jahiliyah (s}u>rah al-ja>hiliy>ah). Oleh karena
itu, untuk menghilangkan aspek-aspek tersebut harus ada abt}alat al-
‘a>da>t al-ja>hiliy>ah, 239 atau strategi untuk menghilangkan semua
aspek-aspek jahiliyah di atas dan harus ada keberanian dari umat
Islam untuk mengadakan perlawan besar terhadap aspek-aspek
235Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 160.
236Padahal sebenarnya kita harus menyadari bahwa baik Timur dan Barat
semua adalah milik Allah. Lihat dalam QS. al-Syu‘ara>’: 28. Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal.”
237Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 157.
238Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 11.
239Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 31.
338 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
jahiliyah tersebut (ma‘rakah d}ah}mah al-ja>hiliy>ah),240 itulah salah
satu cara menghilangkan segala macam bentuk jahiliyah yang harus
segera berakhir (al-wuju>d al-akhi>r al-ja>hili>).241
6. al-Da‘wah (’Amr bi al-Ma‘ru>f, Nahyi> ‘an al-Munkar)
Dakwah bukan hanya kebutuhan umat Islam, tetapi
merupakan kebutuhan kemanusiaan. Dakwah merupakan kewajiban
bagi orang muslim. Dakwah dalam konteks agama Islam juga
memiliki cakupan yang sangat luas. Secara garis besar, dakwah
terbagi menjadi kewajiban yang bersifat individual yang berlaku
bagi setiap muslim (fardu ain) dan kewajiban yang bersiat kelompok
atau kolektif (fardu kifayah). Para ulama berbeda pendapat tentang
kewajiban tersebut, sebagian ulama berpendapat bahwa dakwah
merupakan tugas individu. Meskipun dakwah juga membutuhkan
secara kelompok atau kolektif. Sebagian yang lain, berpendapat
bahwa dakwah merupakan tugas sebagian kelompok tertentu saja,
dan bukan kewajiban satu kelompok saja.242
Menurut Qutb, dakwah
sebagaimana seruan kepada makruf dan mencegah dari
kemungkaran. Sebagaimana dalam QS. al-Imra>n: 104.
هون بلمعروف ويمرون الي إل يدعون أمة منكم ولتكن المنكر عن وي ن ]104/عمران آل] المفلحون هم وأولئك
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf243 dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”
240Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 38.
241Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 51.
242Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekonstruksi Pemikiran Dakwah Harakah, 135-136.
243Makruf berarti segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah;
sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 339
Menurut Qutb, berdasarkan ayat di atas, dalam Islam harus
dijadikan dalam landasan memberikan wewenang dalam hal yang
berkaitan dengan memerintah dan melarang, melaksanakan seruan
kepada kebaikan (al-da‘wah ila> al-khair) dan mencegak dari
kemungkaran (naha> ‘an al-munkar), bersatu pada sistem Allah dan
saling terkait menyeru kebaikan kepada Allah (hablumminallah) dan
tali ukhuwwah isla>miy>ah atau ukhuwwah filla>h (habluminannas).
Menurut Qutb, untuk mewujudkan sistem Islam dan syariatNya,
membutuhkan umat yang bersatu dalam suatu komunitas dakwah
yang menyeru kepada kebajikan, sehingga sistem tersebut dapat
dikenal. Selain itu, juga memerlukan kekuasaan dalam memerintah
manusia kepada makruf dan mencegah mereka dari mungkar.244
Menurut Qutb, dakwah kepada makruf dan mencegah
mungkar merupakan tugas yang sangat berat. Secara alamai dengan
sendirinya, akan ada rintangan dakwah dengan perbedaan-perbedaan
yang dihasilkan dari nafsu pribadi atau golongan, seperti
kesombongan, ambisi, misi pribadi, kesenangan, keuntungan,
keangkuhan dan manusia (s}ifa>t al-ja>hiliy>ah) yang akan mengantar
manusia kepada jurang neraka jahanam (ha>ffah al-ha<wiy>ah). 245
Semua itu, menurut Qutb merupakan bagian dari objek dakwah.
Objek dakwah di antaranya adalah para penguasa yang tidak punya
nurani, pemerintah yang otoriter, masyarakat yang tidak bermoral,
masyarakat yang zalim dan membenci keadilan, serta orang yang
tidak menanamkan nilai-nilai kebenaran dan kejujuran.246
Mereka
memiliki prinsip yang keliru, karena meraka menganggap buruk
terhadap kebaikan dan menganggap baik terhadap kemungkaran.
Padahal kebahagiaan yang kekal dan abadi adalah kebahagiaan di
244Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Imra>n, 125.
245 Terkait dengan frasa ha>ffah al-ha>wiy>ah, lihat dalam Sayyid Qutb,
Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 4.
246Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Imra>n, 125.
340 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
akhirat (h}asanah fi al-a>khirah). Kebahagiaan tersebut tidak akan
diraih kecuali dengan memandang makruf sebagai makruf dan
mungkar sebagai mungkar.247
Pandangan dan pemikiran Qutb banyak menginspirasi kaum
muslim di dunia untuk melakukan berbagai gerakan-gerakan, baik
gerakan pembaharuan (h}arakah al-tajdi>d) maupun gerakan jihad
(h}arakah al-jiha>d). Hal ini karena tulisan-tulisan Qutb memang
banyak menggelorakan semangat beragama dan berjihad. Salah satu
bentuk jihad adalah dakwah. Dakwah merupakan salah satu bentuk
jihad yang tidak dapat dipisahkan dari pribadi muslim (al-da‘wah al-
fardiy>ah). 248 Dakwah pada dasarnya adalah menuju kapada
kedamaiaan (al-da‘wah al-is}la>h}iy>ah), maksud dari al-da‘wah al-
is}la>h}iy>ah adalah jalan menuju damai dengan cara-cara tertentu.
Makna lain dari da‘wah al-is}la>h}iy>ah tersebut juga berarti bahwa di
dalam agama Islam tidak ada paksaan.249
Sebagaimana Rasulullah
juga memberikan kebebasan beragama kepada kaum kafir Qurasy
dalam masalah keyakinan dan kepercayaan.250
Berhubungan dengan kebebasan tersebut, hal dalam toleransi
juga cakupannya adalah akidah dalam beragama. Kebebasan
247Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Imra>n, 125.
248Lihat dalam QS. al-Nah}l: 125. “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
249Lihat dalam QS. al-Baqarah: 256. “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
250Lihat dalam QS. al-Ka>firu>n: 1-6. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang Aku sembah. Dan Aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang Aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 341
berakidah atau beragama menurut Qutb dalam Ilyas Ismail, harus
disertai juga dengan kebebasan berdakwah (muh}a>walah al-da‘wah
al-is}la>h}iy>ah). Oleh karena itu, atas dasar kebebasan tersebut dakwah
akan dirasakan aman, bebas dari ancaman dan fitnah. Memang pada
hakikatnya dakwah bukan untuk memaksa orang, untuk menerima,
atau masuk Islam, akan tetapi untuk menjaga dan menjamin
kebebasan yang amat penting yaitu kebebasan beragama dan
kebebasan berdakwah menuju perdamaian. Qutb mengistilahkan
fenomena tersebut dengan bentuk dakwah yang total (al-da‘wah ila>
al-ka>ffah wa al-jiha>d min al-danas). 251
Namun tentu bentuk dakwah juga bisa berubah. Seperti
dakwah yang dilakukan oleh Nabi dan zaman para sahabat dulu
yang kita ketahui mereka dakwah dan jihad kepada kaum kafir yang
memang sudah tidak mau berdamai dan banyak mengolok-olok
Islam. Menurut Qutb, jika keadaan sekarang seperti zaman dahulu,
dakwah dengan al-is}la>h}iy>ah bisa berubah dalam bentuk al-kaid dan
al-h}arb. Yaitu umat Islam sudah tidak lagi bisa berdiam diri
membiarkan kaum Yahudi dan Zionis menyerang Islam dari
berbagai konteks kehidupan. Baik bersifat lunak ataupun dengan
kekerasan. Qutb mengistilahkan dakwah ini dengan istilah yang
identik dengan peperangan (qati>l) sebab kondisi tersebut termasuk
dalam jahiliyah (wa>jih al-da‘wah al-is}lah}iy>ah bi al-‘ada>’ wa al-kiad
wa al-h}arb).
Menurut Qutb, dakwah juga merupakan suatu perbuatan yang
ditunggu-tunggu atau ditunda-tunda atau hanya ketika melihat
kemungkaran saja. Akan tetapi dakwah dapat dilakukan dari
sekarang atau dapat dilakukan kapan pun dan di manapun. Qutb
mengistilahkannya dengan frasa “al-da‘wah al-yaum”252 yaitu tidak
menunggu besok lagi atau waktu yang akan datang untuk
251Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 53.
252Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 158.
342 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
berdakwah, akan tetapi dakwah dilakukan selama kita bernapas.
Menurut Qutb, dakwah juga harus ada dalam jati diri setiap umat
Islam. Sebab, jika ghairah dakwah masing-masing individu umat
Islam tinggi, maka bisa disebut sebagai as}h}a>b al-da‘wah. As}h}a>b
da‘wah adalah sekelompok atau golongan umat Islam yang menyeru
dan menyampaikan dakwah Islam. Dalam arti menyadarkan bahwa
kemakrufan itu diwujudkan tunduk dan patuh kepada Allah dan
menerima hukum-hukum syariatnya. Sedangkan kemungkaran
adalah kejahiliyahan yang bersebrangan dan menentang kewenangan
Allah dan syariatnya.
Menurut Qutb, dakwah juga harus dilakukan secara terus
menerus dan tidak ada hentinya (al-istimra>r wa al-dawa>m).253 Oleh
karena itu, bentuk dakwah dalam Islam akan tetap terus inovatif dan
tidak tergerus arus globalisasi, westernisasi, kapitalisasi, sekuleriasi,
dan keduniaan-keduiaan lainya. Walaupun zaman tetap terus
berkembang, dakwah Islam akan tetap terus mengikuti dan sesuai
dengan konteks zamannya, inilah yang menurut Qutb disebut
dengan al-da‘wah al-jadi>dah. 254 Karena dakwah senantiasa
dilakukan oleh as}h}a>b al-da‘wah secara kontinyu kapan pun dan di
manapun, sehingga terbentuklah‘ay>a>m al-dakwah255 pada keseharian
umat Islam.
7. al-Ma‘rakah (al-h}arb, al-qita>l dan al-ma‘rakah)
Peperangan menjadi suatu hal yang popular dalam
performansi Qutb. Peperangan juga mempunyai makna yang
bervariasi dalam performansinya. Kata perang memiliki banyak
253 Bagi yang berhenti jihad disebabkan motif-motif duniawi dan
kenikmatan fananya, maka bagi mereka pantas mendapatkan balasan neraka (al-wail liman yaqif fi t}ari>qiha>’). Lihat dalam Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 7.
254Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 25.
255Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 12.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 343
objek tujuannya. Bisa perang melawan diri sendiri, bisa perang
melawan orang munafik, bisa perang melawan orang fasik, dan bisa
perang melawan kaum kafir. Masing-masing objek tersebut
memiliki metode yang berbeda dalam berperang. Perang juga
melihat situasi dan kondisi yang ada di lingkangan sekitar. Maka
menurut Qutb perang diharamkan, kemudian diijinkan dan
diperintahkan bagi kaum yang terlebih dahulu memerangi Islam.
Kemudian diperintahkan terhadap seluruh kaum musyrikin.256
Sebagaimana dalam QS. al-Taubah: 36.
]36/التوبة] كافة ي قاتلونكم كما كافة المشركي وقاتلوا
“dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya”
Istilah h}arb menurut Qutb memiliki makna konotasi perang.
Perang yang dikobarkan antara orang atau antara golongan atau
bangsa untuk kepentingan pribadi atau golongan, tujuannya adalah
semata-mata kepentingan pribadi atau golongan, bukan untuk
mengembangkan ideologi atau membela prisnisp.257
Oleh karena itu,
Qutb banyak mengungkapkan istilah peperangan dengan
berbagaimacam leksem yang berbeda. Qutb mengungkapkan dengan
al-h}arb, al-qita>l, dan al-ma’rakah.258 Menurut Qutb, makna dari
256Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 10.
257Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 27.
258 Ma’rakah d}ahmah ma‘a al-jahiliy>ah (peperangan besar melawan
jahiliyah), ma’rakah dahmah ma’a rawa>sib al-jahiliy>ah (peperangan besar melawan
komunis jahiliyah), ma’rakah dakhiliyah (peperangan secara internal), ma‘rakah al-mustasmar (peperangan revolusi), syuhu>d al-ma’rakah (syahid di medan perang), ma‘rakah ‘aqi>dah (peperangan akidah), fi aba>n al-ma‘rakah (di medan perang), wasat} al-ma‘rakah (di tengah-tengah peperangan), al-ma‘rakah al-kubra>’ (perang
besar), al-ma‘rakah ma‘a al-musyrik al-‘arabi> (peperangan dengan orang musyrik
Arab). al-ma‘rakah al-h}urriy>ah (peperangan yang tak beraturan), ma‘rakah al-h}a>yah wa al-maut (peperangan untuk hidup mati), ma‘rakah isla>m wa al-ra’sma>liy>ah (perang Islam dengan kapitalisme), ma‘rakah jiha>d al-akbar fi nafsih ma‘a al-syait}a>n (peperangan jihad besar di dalam didrimya dengan syaitan).
344 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
peperangan itu sendiri sangat luas. Peperangan sangat berhubungan
dengan jihad dan dakwah. Namun peperangan itu sendiri bukan
hanya yang kita kenal dengan peperangan di medan perang saja,
seperti yang dilakukan para sahabat zaman dahulu kala. Akan tetapi
sangatlah luas, peperangan dalam konteks performansi Qutb,
berkaitan dengan berbagaimacam konteks. Misalnya peperangan
dengan jahiliyah modern seperti lingkungan yang jahiliyah,
masyarakat yang jahiliyah, sifat-sifat yang jahiliyah, perangkat-
perangkat yang jahiliyah, niat-niat jahiliyah, pemimpin-pemimpin
jahiliyah, bahkan hawa nafsu yang dikuasai oleh pribadi yang
jahiliyah atau banyak dipengaruhi dengan syaitan.
Peperangan dengan sifat-sifat yang mengantarkan Islam
kepada jahiliyah modern atau al-ja>hiliy>ah al-jadi>dah atau al-
ja>hiliy>ah al-h}adi>thah adalah menghilangkan sifat-sifat keduniawian
yang dapat melemahkan sistem-sistem Islam. Seperti kapitalisme
(ra’sma>liy>ah), komunisme (syuyu>‘iy>ah), sekulerisme (‘ilma>niy>ah),
zionisme (s}ahyu>niy>ah), dan sifat-sifat jahiliyah lainnya. Jihad dalam
bentuk ini merupakan salah satu jihad melawan musuh besar
(ma’rakah d}ahmah ma’a al-ja>hiliy>ah).259 Menurut Qutb, sifat-sifat
tersebut harus segera dihilangkan karena dapat mempengaruhi
pribadi Islam, pemimpin Islam, masyarakat Islam, bahkan Negara
Islam. Metode tersebut adalah salah satu metode dakwah untuk
menjauhkan umat Islam dari jahiliyah modern yang tidak dirasakan
al-h}arb al-difa>‘iy>ah (peperangan defensif), t}arq al-h}arb wa al-qita>l (dengan
cara peperangan), al-h}arb al-ahliy>ah (peperangan sesama penduduk), ha>dhih al-h}arb al-sya>milah (ini merupakan peperangan yang sempurna), al-h}arb al-mu‘linah al-sari>h}ah (peperngan yang tampak), maki>dah min al-h}arb (peperangan dari tipu daya), al-ha}rb al-akhi>rah (perang akhir). Thumma amarahu> bi qita>l al-musyriki>n h}atta> yaku>n al-di>n kulluh (kemudian memerintahkannya berperang dengan kaum musyrik
sehingga menjadi Islam yang sempurna), al-saif ala>t al-h}arb wa al-qita>l (pedang
sebagai salah satu alat perang).
259Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 38.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 345
oleh mayoritas umat Islam. Qutb mengistilahkan fenomena tersebut
dengan ma‘rakah isla>m wa al-ra’su ma>liy >ah.260
Peperangan dengan lingkungan adalah menghilangkan sistem-
sistem yang menggunakan sistem-sistem Barat. Termasuk
pemimpin atau pemerintah Islam yang menggunakan sistem Barat
dan banyak menguntungkan pribadi, golongan tertentu dan
termasuk menguntungkan negara Barat. Sementara umat Islam atau
masyarakarat Islam, banyak dirugikan dan secara tidak sadar dibawa
kepada sifat-sifat jahiliyah yang disebutkan di atas tadi. Menurut
Qutb, lingkungan seperti pemimpin dan pemerintah tersebut harus
segera diantisipasi dan dilawan dengan kritikan-kritikan dan ajakan
untuk kembali kepada jalan Islam. Tidak perlu perlawanan dengan
tangan atau kekuasaan, tetapi cukup dengan perlawanan pikiran
dengan mengkritik kebijakan-kebijakan pemimpin dan
pemerintahannya yang berpihak kepada Barat dan menjauhkan
rakyatnya dari sistem-sistem Islam. Qutb mengistilahkan fenomena
tersebut dengan al-ma‘rakah ma‘a al-musyrik al-‘arab.261
Peperangan yang lebih besar lagi yaitu peperangan melawan
hawa nafsu atau peperangan melawan syaitan.262
Kita mengenal
syaitan itu ada yang dalam bentuk jin dan juga ada yang dalam
bentuk manusia.263
Selama ini yang femiliar di telinga umat Islam
adalah syaitan dalam bentuk jin saja. Akan tetapi sebenarnya, harus
disadari oleh umat Islam pada umumnya syaitan itu merupakan
hasutan kepada segala hal yang negatif. Berdasarkan ayat al-Qur’an
260Sayyid Qutb, Lima>dha>’ A‘dumu>ni>?, 46.
261Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 34.
262 Dalam hal ini, termasuk melawan kekangan hawa nafsu dan sahwat
(ma’rakah ma’a hawa>h wa syahwa>tih). Lihat dalam Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 19.
263Lihat dalam QS. al-Na>s: 4-6. “Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.”
346 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
yang mengungkapkan larangan mengikuti langkah syaitan.264
Jadi,
perlu kita sadari setiap bisikan ke arah yang negatif itu berarti
adalah langkah syaitan. Dan sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
syaitan itu ada dalam bentuk jin dan manusia. Manusia itu bisa
berasal dari diri sendiri ataupun orang lain. Analisa penulis inilah
yang dimaksud dengan perang yang paling besar, yaitu perang
melawan syaitan-syaitan dalam bentuk manusia. Baik dengan diri
sendiri (hawa nafsunya) atau manusia lainnya yang banyak
memberikan pengaruh negatif dan dapat menjauhkan dari sistem-
sistem Islam.265
Qutb mengistilahkan fenomena tersebut dengan
ma‘rakah al-jiha>d al-akbar fi nafsih ma‘a al-syait}a>n (peperangan
yang besar adalah peperangan dengan diri manusia itu sendiri
melawan syaitan).266
Semua bentuk di atas adalah bentuk jahiliyah yang harus
segara diperangi oleh umat Islam. Qutb mengungkapkan bahwa
jihad memerangi jahiliyah dan berbagaimacam karakteristiknya
merupakan dalam cakupan jihad besar, terutama bentuk jahiliyah
dari jihad melawan syaitan atau hawa nafsu duniawi. Karena syaitan
sendiri merupakan salah satu dari aspek-aspek jahiliyah. Maka
dengan itu, Qutb mengistilahkannya dengan peperangan yang biasa
dan peperangan yang besar dalam melawan segala bentuk jahiliyah
di atas. Qutb mengistilahkan fenomena tersebut dengan ma‘rakah
264Lihat dalam QS. al-Nu>r: 21. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu mengikuti kangkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
265Yaitu jihad di jalan Allah melawan hawa nafsu dan sifat-sifatnya. Lihat
dalam Sayyid Qutb, Ma‘rakah Isla>m wa al-Ra’s Ma>liy>ah, 5.
266Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 19.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 347
ma’a rukka>m wa al-mu‘ta>l atau ma‘rakah d}ahmah ma’a al-
ja>hiliy>ah.267
8. al-Mujtama‘ (al-mujtama‘ al-Isla>m, al-Mujtama‘ al-Ja>hiliy>ah)
Pendangan Qutb tentang masyarakat Islam, seharusnya umat
Islam bersama-sama menyerukan agar keimanan menjadi identitas
bagi masyarakat Islam. Identitas tersebut adalah masuk dalam Islam
secara total dan supaya jangan mengikuti langkah
syaitan.268
Pandangan Qutb tersebut sebagaimana dalam QS. al-
Baqarah: 208.
لم ف ادخلوا آمنوا الذين أي ها إنه الشيطان خطوات ت تبعوا ول كافة الس ]208/البقرة] مبي عدو لكم
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
Berdasarkan ayat di atas, terkait dengan masyarakat Islam,
Qutb berpandangan bahwa masyarakat Islam adalah masyarakat
yang berdiam di negeri Islam, yang ditegakan dengan manhaj Allah
dan diatur dengan syariatNya. Negara yang memberlakukan hukum
Islam dan diatur dengan syariat Islam yang dinamakan “da>r al-
isla>m” atau negara Islam. Berbeda dengan “da>r al-h}arb”, yakni
negara yang tidak memberlakukan hukum Islam dan tidak diatur
dengan syariat Islam, meskipun mereka menyatakan dirinya sebagai
kaum muslimin. Maka yang menjadi tolak ukur suatu negara itu
disebut “da>r al-isla>m” adalah dengan melihat pelaksanaan hukum
Islam dan diaturnya negara tersebut dengan syariat Islam.
Sebaliknya, yang menjadi tolak ukur bahwa suatu negara disebut
267Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 38.
268Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Baqarah, 242.
348 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
“da>r al-h}arb” adalah tidak diberlakukannya hukum Islam dan tidak
diaturnya negara tersebut dengan syariat Islam.269
Demikian menurut Qutb, masuk dalam Islam secara total
bermakna untuk mendapatkan keselamatan dan ketentraman bagi
spiritual muslim dalam menjalani hubungan antara dirinya dengan
Tuhannya bersama sifat-sifat Tuhan yang dikenalkan dalam Islam.
Maka, pada setiap sifatNya akan berdampak pada hamba yang akan
menemukan ketentaraman dalam hatinya dan jiwanya. Hamba akan
menemukan sesuatu yang menjamin perlindungan (al-h}ima>yah),
pemeliharaan (al-wiqa>yah), kelemahlembutan (al-‘at}f), kasih sayang
(al-rah}mah), keperkasaan (al-‘izzah), kemantapan (al-istiqra>r), dan
keselamatan (al-sala>m) hidup dunia dan akhirat.270
Selanjutnya, mengenai penguasa dalam negara Islam,
penguasa menerima kekuasaan dan wewenang dari rakyat dan tidak
membuat hukum atau cara-cara baru dalam memerintah, sebaliknya
wewenangnya terbatas pada pengawasan pelaksanaan syariat.
Sementara itu, kepatuhan rakyat adalah tergantung kepada yang
memerintah kepada syariah, bila dia menyimpang berakhirlah
kewajiban mereka untuk patuh. al-Quran dengan tegas menyatakan
bahwa siapa saja yang memerintah tidak sesuai dengan syariat Islam
adalah kafir. Tidak harus dipatuhi dan harus dilawan oleh kaum
muslimin sejati.271
Qutb menungkapkannya dengan (t{ard sult}a>n al-
t}awa>ghi>t al-mughtas}ibi>n li sult}a>n alla>h).272
Selain itu, nasionalisme dipandang sebagai bagian paham
yang bertentangan dengan konsep umat yang berdasarkan kesamaan
agama (ukhuwwah al-isla>miy>ah). Kedaulatan rakyat dinilai
269Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-
Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012): 317.
270Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Baqarah, 244.
271Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 51.
272Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 19.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 349
mengingkari kedaulatan Tuhan (h}a>kimiy>ah Alla>h).273 Sementara itu,
demokrasi yang berdasarkan pemenangan suara mayoritas
dihadapkan dengan keharusan memenangkan kebenaran yang
bersumber dari Islam. Kekuasaan turun temurun (yang dianut
sebagian besar muslim Arab) adalah penyelewengan dari keharusan
mengangkat pemimpin melalui pemilihan oleh umat Islam.
Sedangkan hukum sekuler yang merajalela dalam lingkungan Islam
harus diganti dengan hukum syariah.274
Karena mereka telah keluar
dari undang-undang Islam (kha>riju>n ‘an al-qa>nu>n).275
Pendukung Islam fundamental memandang bahwa
keterbelakangan umat Islam di negeri-negeri Muslim bukanlah
karena Islam, tetapi karena kaum muslimin yang menyia-nyiakan
unsur pokok Islam. Qutb mengistilahkannya dengan (tah}kumuhum
bi ghair al-syari‘atilla>h wa sult}a>nih). 276 Kembali kepada Islam
merupakan keharusan untuk kemajuan dan untuk melindungi
kepribadian budaya Islam dari imperialisme kebudayaan. Islam
memberikan kepada “semangat asal” pada umat Islam, dan bukanlah
kekuasaan manusia memberi semanagat baru. Oleh karena itu, bagi
mereka yang menerima nilai-nilai Barat dengan dalih bahwa Islam
mempunyai kemampuan untuk berubah, lalu karena itu
menggabungkan nilai-nilai tersebut merupakan kesalahan.277
Dengan demikian, mereka yang hidup dalam masyarakat
Islam adalah masyarakat yang tinggi dan utama, dan setiap orang
yang hidup dalam masyarakat ini wajib memelihara nikmat yang
diberikan oleh peraturan Islam, wajib memelihara hak orang lain,
273Lihat dalam Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi al-Isla>m, 12. 274Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam
Timur Tengah ke Indonesia, 53.
275Sayyid Qutb, al-‘Ada>lah al-Ijtima>‘iy>ah fi> al-Isla>m, 6.
276Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 10.
277Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 8.
350 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
baik yang berkenaan dengan jiwa, harta, harga diri, maupun ahlak.
Juga wajib menjaga keselamatan “da>r al-isla>m,” tempat mereka
hidup dengan aman. Sedangkan bagi yang melanggar peraturan “da>r
al-isla>m”, berarti dia adalah orang yang berdosa dan harus
mendapatkan hukuman yang seberat-beratnya.278
Konsep pikiran politik Qutb adalah “di>n wa daulah” (agama
dan negara). Yaitu kembali negara harus berlandaskan atas sumber
Islam yang utama al-Qur’an dan al-Sunnah. Kedaulatan hukum
negara harus berdasarkan syariat.279
Menurut Qutb, Islam harus
tersebar di muka bumi sebagai tujuan untuk mengikis realitas (li
iza>lah al-wa>qi‘ al-mukha>lif) yang bertentangan dengan sistem-
sistem Islam yang universal. Baik dengan penjelasan (al-baya>n) atau
dengan pergerakan (bi al-h}arakah) secara bersamaan untuk
menghilangkan segala macam siyasat yang menyebabkan
penyembahan manusia kepada selain Allah (al-siya>sah allati>
ta‘abbud al-na>s lighair alla>h).280 Menurut Qutb, kecintaan di dunia
harus berdasarkan bahwa kecintaan kita karena dunia milik Allah
dan membenarkan manhajnya dalam kehidupan untuk
mengilangkan manhaj-manhaj syaitan (mana>hij al-syait}a>n).281
Qutb mengungkapkan bahwa Islam hadir dalam semua lini
kehidupan manusia untuk menghadapi berbagaimacam kekuatan
politik (siya>siy>an), ekonomi (iqtis}a>diy>an), sosial (ijtima‘iy>an),
budaya (thaqa>fiy>an) dan lain sebagainya. Islam hadir sebagai
kekuatan umatnya menjadikan kekuatan politik, ekonomi, sosial dan
budaya yang sesuai dengan syariat Allah. Kekuatan ini dapat
menghindar umat Islam memeluk akidah Islam secara bebas, tanpa
278Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-
Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012): 317.
279Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 46.
280Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 10.
281Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 18.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 351
ada halangan dari penguasa (la> ya’tarid} laha>’ al-sult}a>n). Selanjutnya,
untuk menegakan tatanan sosial, ekonomi, politik Islam
memberikan kebebasan bertindak setelah melenyapkan kekuatan
pamaksa baik bersifat politik murni maupun bercampur dalam satu
unsur etnis.282
Oleh karena itu, manhaj yang dingunakan adalah
manhaj yang sesuia sengan syaraiat islam. Konsep manhaj Qutb
tersebut berdasarkan QS. al-Nisa>’: 76.
الطاغوت سبيل ف ي قاتلون كفروا والذين الل سبيل ف ي قاتلون آمنوا ذين ال ]76/النساء] ضعيفا كان الشيطان كيد إن الشيطان أولياء ف قاتلوا
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”.
Berdasarkan ayat di atas, menurut Qutb penetapan manhaj
Allah bagi kehidupan manusia berarti penolakan terahadap syaitan.
Hal tersebut karena menurut Qutb tidak bisa bersamaan ada dalam
kehidupan seseorang atau golongan tertentu hidup dengan hak dan
batil. Bentuk yang hak harus selalu menguasai yang batil (la>
yata>‘asy bain al-h}aq wa al-ba>t}il fi> al-ard}).283 Padahal, menurut Qutb
semua manusia itu adalah hamba Allah saja dan harus bebas dari
penyembahan selainNya. Tidak boleh ada seorang pun yang
menetapkan hukum buat mereka dengan syariat yang berasal dari
manusia.284
Sesungguhnya motif (membebaskan manusia dari
penyembahan manusia terhadap manusia menuju penyembahan
kepada Allah) sudah cukup bagi muslim mengajak sesama muslim
282Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 10.
283Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 14.
284Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 14.
352 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
pergi berjihad dengan jiwa dan hartanya di jalan Allah, sehingga
keadaan agama semuanya untuk allah (yaku>n al-di>n kuluh lilla>h).285
9. al-H{izb (H{izb Alla>h, H{izb al-Syait}a>n)
Menurut Qutb setiap orang yag beriman adalah orang yang
mendukung menerima misi dakwah fi sabilillah dengan penerimaan
yang baik, kemudian secara tidak langsung mereka secara otomatis
masuk dalam keanggotaan jamaah Islam (al-jama>‘ah al-isla>miy>ah)
atau partai Islam (al-h}izb al-Isla>mi>). Menurut Qutb tidak perbedaan
di antara mereka (la> faraqa bain al-dha>lik) baik berkulit merah
ataupun hitam (al-ah}mar minhum aw al-as-wa>d), kaya maupun
miskin (al-ghaniy> minhum aw al-faki>r), semuanya adalah sama (la>
fad}la ummah ‘ala> ummah aw li t}abaqah ‘ala> ukhra>’). Memahami
bahwa yang membedakan mereka adalah nilai ketakwaannya kepada
Allah.286
Selain takwa, tidak ada kelebihan bagi satu umat atas umat
lain, atau bagi satu etnis atas etnis lain. Dengan demikian,
terbentuklah partai internasional yang menurut Islam wahyu disebut
dengan h}izb Alla>h atau partai Allah.287
Partai atau golongan Allah
yang berada dalam barisan fi sabilillah dan menurut Qutb, kelak
akan menjadi umat terbaik disisi Allah.288
Sebagaimana dalam QS.
al-Imra>n: 110.
285Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 14.
286Manusia yang paling dimuliakan di sisi Allah dari tingkat ketakwaannya
sebagaimana dalam QS. al-H{ujura>t: 13.“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
287Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 31.
288Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 31.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 353
تم هون بلمعروف تمرون للناس أخرجت أمةر خي ر كن المنكر عن وت ن ]110/عمران آل] بلل وت ؤمنون
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
Berdasarkan ayat di atas, menurut Qutb, partai atau golongan
Allah tersebut terbentuk dengan menghapuskan peraturan-peraturan
hukum yang tidak berlandaskan kaidah-kaidah Islam. Lalu
menggantinya dengan peraturan-peraturan yang berlandaskan
kaidah Islam, yaitu tujuan untuk mencapai khair ummah seperti
ayat di atas. Di antara menuju khair umah harus ada beberapa
tahapan: Pertama, jangan lah mengira h}izb Alla>h semata-mata
kelompok pemberi nasihat dan pemberi kabar gembira, yang
memberi nasihat kepada manusia di mesjid, menyeru mereka untuk
mengkuti madzhab dan aliran tertentu, dengan khutbah-khutbah dan
ceramah-ceramah saja. Tidak demikian menurut Qutb, tetapi ia
adalah h}izb (kumpulan manusia) yang diwujudkan Allah untuk
membawa panji-panji kebenaran dan keadilan dengan tangannya.
Tidak terlepas juga dalam memberantas kezaliman dan kerusakan
serta tindakan terkutuk lainnya di bumi. Kemudian melenyapkan
Tuhan-tuhan palsu yang congkak dan menyombongkan diri di muka
bumi secara tidak benar dan mengangkat diri–diri meraka sebagai
Tuhan-tuhan selain Allah.289 Fenomena tersebut merupakan suatu
hal yang menyimpang dari manhaj Allah (mu‘azzil ‘an
manhajilla>h).290
Kedua, partai atau golongan tersebut menegakkan sistem
hukum dan pembangunan yang shaleh dengan tujuan kemaslahatan
di dunia dan di akhirat yang dapat menaungi orang tinggi
289Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Anfa>l, 31.
290Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 9.
354 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kedudukannya ataupun rendah, kaya ataupun miskin. Dengan
klasifikasi sosial yang beragam tetapi memiliki tingkat ketakawaan
dan keshalehan dalam rangka mencari jalan kebaikan untuk berjuang
dan berdakwah di jalan Allah. Sebagaimana dalam QS. al-Anfa>l: 39.
نة تكون ل حت وقاتلوهم ين ويكون فت ]39/النفال] لل كله الد
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan
supaya agama itu semata-mata untuk Allah”
Ketiga, golongan ini memiliki kekuasaan untuk mengatur
urusan dan mengendalikan pemerintahan. Sebab, sistem
pembangunan masyarakat yang amburadul tidak didasarkan pada
kaidah-kaidah permusuhan dan keruskan di muka bumi. Lebih
jelasnya, menurut Qutb setidak menghilangkan metode-metode
manusia yang menyimpang dari syariat (manhaj al-syait}a>n). 291
Penolakan tersebut diwujudkan salah satunya dengan
menghilangkan metode-metode yang bersifat duniawi mana>hij al-
syait}a>n dan menggantikannya dengan metode-metode yang islami
manhaj Alla>h yang dibentuk dalam manhaj h}arakah al-isla>miy>ah.292
Menurut Qutb, pemuda-pemuda Islam lah atau rija>l al-di>n salah
satunya sebagai pilar para pemburu syaitan yang Qutb istilahkan
dengan mut}aradah al-syait}a>n. Oleh karena itu, segala pendekatan-
pendekatan yang banyak dipengaruhi oleh syaitan adalah salah satu
bentuk pendekatan syaitan atau madkhal al-syait}a>n sebagai salah
satu metode masuknya segala aktifitas manusia kepada sabi>l al-
syait}a>n.293
Di sisi lain, menurut Qutb berdasarkan dua golongan di atas
(h}izb alla>h dan h}izb al-syait}a>n) manusia tebagi menjadi umat yang
beragam (al-umam al-mukhtalifah) baik dari segi status generasi
291Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 74.
292Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 18.
293Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 17.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 355
umat (al-ajya>l) dan kultur kehidupan (al-ajna>s). Dalam golongan
tersebut, terbagi dalam kelompok yang beriman (al-ladhi>n ’a>manu>’)
dan kafir (al-ladhi>n ka>faru>’). Kedua hal tersebut sebenarnya yang
membedakan derajat di sisi Allah. Menurut Qutb, kedua kelompok
tersebut merupakan dua partai atau golongan yang berbeda, yaitu
partai atau golongan Allah (h}izb alla>h) bagi mereka yang beriman
dan partai atau golongan syaitan (h}izb al-syait}a>n) bagi meraka yang
kafir. Semua kategori baik dalam cakupan individu, kelompok,
masyarakat, budaya bangsa akan terbagi dalam kedua kelompok
tersebut.294
Kemudian kedua golongan tersebut akan mendapatkan
balasannya masing-masing. Sebagaimana dalam QS. al-Syura>: 7.
]7/الشورى] السعي ف وفريق النة ف فريق فيه ريب ل المع ي وم وت نذر
“serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. segolongan masuk surga, dan segolongan masuk jahannam”
Berdasarakan ayat diatas, ada dua golongan manusia secara
universal diakhirat nanti, yaitu golongan yang masuk surga (h}izb
alla>h) dan golongan yang masuk neraka (h}izb al-syait}a>n).295 Dalam
masing-masing partai tersebut terdapat kelompok-kelompok kecil,
perkumpulan, perkumpulan dan beragam partai. Tidak aneh jika
294Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-J>athiyah, 302.
295Terkait dengan Partai Allah dan Partai Syaitan, juga diungkapkan Habib
Rizieq Shihab ketua FPI yang mendesak MPR untuk mengamandemen pasal 29.
Dia mengatakan bahwa di dunai ini hanya ada dua partai, yakni partai Allah dan
partai Syaitan. Dengan kata lain, partai Allah adalah partai yang menerapkan
sistem syariah Allah, sementara partai syaitan adalah partai yang tidak menerapkan
syiariat Allah. Menurutnya, jika partai-partai dalam MPR mengajukan amandemen,
mereka menjadi partai Allah. Jika tidak, meraka adalah partai-partai syaitan. PDIP,
PBB, PAN, PPP, dan Fraksi TNI/Porli adalah partai Syaitan jika mereka menolak
syariah (masuk dalam UUD). Oleh karena itu, umat Islam tidak perlu berpartisipasi
dalam pemilu 2004. Lebih jelasnya, lihat dalam Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisispasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru (Yogyakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007), 83.
356 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dalam kelompok surga terdapat beberapa kelompok dan partai yang
satu sama lain berdekatan dalam kebenaran. Namun, di samping itu,
ada beberapa golongan atau kelompok dalam partai yang berdekatan
akan mendapatkan cela dari Allah.296
Berdasarkan hal tersebut,
terdapat golongan atau partai kafir dan sesat yang substansinya
tidak berbicara tentang kelompok yang beragam pendapat dan
pandangannya dalam satu partai yang besar, partai orang yang
beriman atau partai Allah Swt.297
Sebagaimana dalam QS. al-
Muja>dalah: 19.
إن أل الشيطان حزب أولئك الل ذكر فأنساهم الشيطان عليهم استحوذ ]19/المجادلة] الاسرون هم الشيطان حزب
“Syaitan Telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka Itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya golongan syaitan Itulah golongan yang merugi”.
Berdasarkan ayat di atas, golongan syaitan di antaranya
adalah mereka orang munafik yang menjalin kerjasama dengan
kaum Yahudi dalam rangka melakukan tipu daya (al-kaid) dan
mengungkapkan bahwa kekuatan Islam sudah besar dan kuat. Oleh
karena itu, mereka mengaku berserah diri terhadap Islam, namun
mereka sebenarnya berlindung dalam sumpah palsu mereka (al-
kadhab wa al-inka>r) itulah sebagian golongan syaitan dari sebagian
orang-orang munafik dengan tujuan menjauhkan manusia dari jalan
Allah.298
296Yusuf Qardawi, Berinreaksi dengan al-Quran. Penerjemah Abdul Hayyie
al-Kattani (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), 46-462.
297Yusuf Qardawi, Berinreaksi dengan al-Quran. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani, 46-462.
298Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Muja<dilah, 18.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 357
Menurut Qutb, mereka yang manjauhkan diri dari jalan Allah,
benar-benar seluruh jiwa dan kehidupannya telah dikuasai syaitan
(faqad istaula>’ ‘alaihim al-syait}a>n). Oleh karena itu, dengan
dikuasainya hati dan pikiran mereka, maka secara tidak disadari
mengakibatkan mereka lupa terhadap Allah (fa’ansa>hum
dhikrulla>h). lupa terhadap Allah dengan demikian mengakibatkan
hatinya akan semakin rusak dan akan semakin keras membatu.
Inilah menurut Qutb yang termasuk dalam dalam partai atau
golongan syaitan (’ula>’ika h}izb al-syait}a>n).299 Selanjutnya, dampak
lain dari golongan tersebut adalah akan terpaku dalam
berbagaimacam bentuk kemaksiatan, baik hatinya, pikirannya atau
prilakunya. Menurut Qutb, golongan tersebut akan semakin dekat
dengan kerugian, Qutb mengungkapkan (‘ala>’ inna h}izb al-syait}a>n
hum al-kha>siru>n).300
10. Istisyha>d (Syahi>d)
Performansi bahasa Qutb terkait istisyha>d
berhubungan dengan kemuliaan atau puncak kemuliaan seoarang
mukmin. Dikatakan sebagai puncak kemuliaan karena syahid
merupakan jalan pintas seorang mukmin untuk langsung menuju
nikmat yang utama dan abadi, yaitu mendapatkan surgaNya di
akhirat kelak.301
Menurut Qutb, tidak semua mukmin akan
mendapatkan derajat syahid karena derajat tersebut didapatkan
dengan jihad di JalanNya dengan berbagai macam konteks
lingkungan yang ada. Termasuk jihad dalam menghilangkan
berbagaimacam bentuk thagut. Manurut Qutb, seorang mukmin
yang syahid adalah sebagian dari golongan Allah (h}izb Alla>h) yang
299Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Muja<dilah, 19.
300Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Muja<dilah, 19.
301Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 173.
358 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
berjihad di jalanNya melawan beebagaimacam bentuk thagut (h}izb
al-syait}a>n). Sebagaimana dalam QS. al-Nisa>: 76.
الطاغوت سبيل ف ي قاتلون كفروا والذين الل سبيل ف ي قاتلون آمنوا لذين ]76/النساء] ضعيفا كان الشيطان كيد إن الشيطان أولياء ف قاتلوا
“Orang-orang yang beriman berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thaghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, Karena Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah.”
Berdasarkan ayata di atas, menurut Qutb untuk Islam yang
(rah}matan li al-‘a>lami>n) harus didukung dengan banyaknya
kebangkitan, timbulnya kesadaran dan bergeloranya rasa semangat
di kalangan muda mudi yang menyadari tidak ingin masuk kepada
partai syaitan. Bahkan untuk menghilangkan partai tersebut, mereka
rela berguguran jatuh sebagai syuhada di seluruh tanah air Islam
sebagai anggota h}izb Alla>h atau partai Allah. Tidak ada
kemenangan yang diharapkan selain hidup terhormat sebagai
anggota partai Allah, atau mati syahid membela kebenaran
ajarannya syahi>d.302
Dengan partai ini, menurut Qutb umat Islam
akan bersuka cita akan kemenangan yang dijanjikanNya. Sementara
itu, kaun zalim yang termasuk bagian dari partai syaitan, merka
akan sadar betapa kuat dan perkasanya Allah Swt, dan akan
merasakan balasannya di akhirat.303
Jargon “hidup setelah mati” menjadi semboyan dan motivasi
yang sangat kuat dari seorang mukmin yang menjadi bagian
golongan Allah. Oleh karena itu, bukan ketakutan yang mereka
rasakan, akan tetapi keberanian yang sangat mendalam karena akan
segera hidup di sisiNya. Sebaliknya, golongan syaitan akan
302Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 173.
303Muhammad Na’im Yasin, Kenapa Takut Kepada Islam (Jakarta: Gema
Insani Press, 1988), 65.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 359
merasakan banyak ketakutan, karena mereka menghadapi golongan
yang tidak mempunyai ketakuan dalam berjihad. Mereka akan
banyak merasakan kebimbangan dan kegelisahan karena banyak
kekhawatiran duniawi yang akan hilang dari tangan-tangan mereka.
Kerugian yang lainnya adalah mereka akan mendapatkan siksaan
yang abadi di akhirat kelak. Keyakinan Qutb akan kehidupan setelah
kematian, sebagaimana dalam QS. al-Baqarah 154.304
تشعرون ل ولكن أحياء بل أموات الل سبيل ف ي قتل لمن ت قولوا ول ]154/البقرة]
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang
gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.305
Menurut Qutb, di antara orang-orang yang terbunuh itu ada
yang menjadi syahid di jalan Allah karena berjuang di medan
kebenaran. Para syuhada>’ terbunuh dalam kondisi mulia, dicintai,
dan dibersihkan krikil noda-nodanya oleh Allah. Memang secara
kasat mata atau dalam pandangan dunia indrawi mereka para
syuhada>’ yang sudah mati. Tapi, hakikat kebenarannya adalah
mereka senantiasa hidup. Menurut Qutb, hakikat mansuia tentang
304Hidup setelah mati juga banyak dipahami oleh para Qutbian, mereka
beranggapan bahwa jargon tersebut memang benar adanya. Akan tetapi ada fakta
lain yang bisa dibuktikan dari jargon di atas, yaitu ide-ide Qutb yang senantiasa
hidup dan terus menyebar menjadi salah fondasi jihad bagi para mujahid dalam
memahami makna jihad dan syahid. Ide-ide Qutb menjadi suatu karya yang tidak
bisa dibunuh bahkan dihilangkan. Terbukti, meskipun Qutb dipenjara oleh rezim
Naser, tetapi gagasan-gagasannya tetap hidup dan memberikan semangat rija>l al-di>n untuk masuk dan menjadi bagian h}izbulla>h. Bahkan ketika Qutb syahid pun
melalui tulisan-tulisannya, ide-ide Qutb semakin hidup dan menyebar ke berbagai
negera Islam dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa.
305yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana
mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan hanya Allah sajalah
yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.
360 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
hidup dan mati tidak bisa ditinjau dari masalah fisik dan jasadi saja,
yang terpenting adalah mereka hidup dalam pandangan Allah.
Mereka terbunuh secara indrawi, tetapi hakikat hidup dan mati
bukan ditentukan oleh pandangan lahir akan tetapi mereka hidup
yang senantiasa mendapatkan kehidupan yang indah di sisi Allah.
Kehidupan tersebut akan diraih oleh para syuhada gugur dalam jihad
mengakkan agama dan syariatNya, mereka adalah para syuhada
yang sudah pasti namanya akan tetap dikenang dan api semangatnya
akan terus menurunkan semangat bagi para mujahidin Islam
selanjutnya.306
Menurut Qutb, para syuhada senantiasa hidup di sisi Allah
dengan corak alam kehidupan yang tidak bisa tercapai oleh
pandangan dan pikiran manusia yang serba terbatas. Menurut Qutb,
hanya Allah yang mengetahuinya. Sesuai dengan pandangan ayat di
atas, terhadap orang yang mati syahid dalam perjuangan
menegakkan kalimatullah dalam syarait. Mereka adalah suci, oleh
karena itu mereka tidak dimandikan dan dikuburkan dengan
pakaianan tanpa berkafan. Hal tersebut tidak lain karena tujuan dari
memandikan adalah untuk mensucikan, sedangkan para syuhada
masih dalam kedaan suci, karena mereka masih hidup. Bahkan,
pakaiannya tidak perlu digantikan karena mereka masih hidup dan
akan diulanjutkan kehidupannya di alam lain.307
Para mujahid yang syuhada adalah hidup. Sehingga, dengan
terbunuhnya mereka tidak perlu meresahkan dan menyusahkan hati
orang yang masih hidup. Hidup dalam arti para mujahdidn yang
syahid ini menamani dan meneyertai mujahid selanjutnya yang
masih hidup.308
Selanjutnya, Qutb menegaskan bahwa para syuhada
itu adalah para mujahid yang terbunuh di jalan Allah dan hanya di
306Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Baqarah, 156.
307Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Baqarah, 156.
308Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Baqarah, 156.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 361
jalan Allah semata. Yakni, di jalan kebenaran yang diturunkan
Allah, berada dalam manhaj yang disyariatkan Allah, dan di jalan
agama Islam yang dipilih Allah. Hanya di jalan ini, tidak ada jalan
lain atau di bawah panji-panji lain. Tidak ada campur tangan dengan
tujuan atau tujuan syiar syiar lain.309
Itulah menurut Qutb cakupan
dari jiha>d fi> sabi>lilla>h. Berdasarkan Hadist yang Qutb kutip:
من قاتل لتكون كلمة الله هى العليا فهو فى سبيل الله “orang yang berperang untuk menjunjung tinggi agama Allah, maka itulah yang disebut fi sabilillah”310
Menurut Qutb selanjutnya, bahwa kaum Yahudi adalah salah
satu kaum yang bersifat mutha>qil (bodoh), karena mereka
merupakan salah satu golongan yang segala aktifitasnya didasarkan
atas metode syaitan (manhaj al-syait}a>n), Qutb mengistilahkannya
dengan yaza>l al-yahu>d fi> nasya>t}ihim al-syait}a>n. Oleh karena itu,
mereka yang berjihad dan gugur di medan perang karena jihad fi
sabilillah adalah mati dalam kedaan syahid. Seperti saudara
seperjuangannya di Ikhwanul Muslimin yang menurutnya mati
dalam keadaan syahid, yaitu akhi>h al-syahi>d Hasan al-Banna>’.311 Hal
tersebut tidak terlepas dari semangat ghairah Qutb untuk
menghilangkan kesulitan-kesulitan dengan metode jihad, sehingga
rela mengahadapi kematian karena mempertahankan prinsip-prinsip
Islam, fenomena tersebut Qutb istilahkan dengan huw al-juhd al-
masyaqqah wa al-jiha>d wa al-isytisyha>d.312
Terkait kata istisyha>d, Qutb juga menguhubungkannya
dengan konteks kenegaraan. Hubungan tersebut tidak lain bahwa
melalui negara, umat Islam bisa jihad dan mendapatkan
309Sayyid Qutb, Tafsi>r Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n: Su>rah al-Baqarah, 157.
310HR. Imam Malik, Bukhori dan Muslim.
311Sayyid Qutb, Lima>dha>’ A‘dumu>ni>?, 12.
312Sayyid Qutb, Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q, 171.
362 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kesyahidannya. Hal tersebut juga menandakan pemikiran Qutb yang
tidak memisahkan antara agama dan negara atau antara agama dan
politik. Qutb berpendapat bahwa al-istisyha>d fi sabi>l al-bila>d adalah
berjihad memperjuangkan hukum Islam dalam suatu Negara.
Tujuannya adalah kedaulatan hukum Negara harus berada di bawah
kedaulatan syariat Islam.313
Atau bagi Qutb, tidak dapat dielakan
lagi bahwa Islam harus memerintah, karena Islam adalah satu-
satunya ideologi konstruktif dan positif, yang lebih sempurna dari
agama Nasrani dan komunisme yang melampaui semua Tuhan
mereka dalam mencapai keseimbangan dan integrasi.314
Qutb melihat Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi yang
bertujuan mewujudkan kembali dan melindungi masyarakat politik
Islam.315
Aktivitas Ikhwanul Muslimin sangat mengesankan Qutb
dan membuatnya percaya bahwa Ikhwanul Muslimin merupakan
suatu visi Islam sejati, yang dipadu dengan niat dan kemampuan
untuk membuat visi itu menjadi realitas praktis di dunia.316
Masa di
mana terjadi pergulatan dan konflik politik di dalam negeri Mesir
yang sangat dipengaruhi oleh konteks politik global pada masa itu,
yakni pengaruh penjajah (Eropa dan Barat) yang berusaha
melakukan hegemoni tidak hanya di Mesir tetapi juga di negara-
negara Islam yang memang sedang dalam kondisi terpuruk.
Pemikiran Qutb adalah salah satu contoh transmisi pengetahuan
tentang Islam yang ditranslokalkan. Elemen-elemen lokal kemudian
313Sayyid Qutb, Ma‘rakatuna>’ Ma‘a al-Yahu>d, 117.
314Imdadun Rahmat, Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia, 50.
315Sebagaimana dalam performansi bahasa Qutb al- H{arakah isla>miy>ah ka h}arakah al-ikhwa>n al-muslimi>n. Lihat Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 14.
316Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-
Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012): 307. Menurut
Qutb, hal tersebut harus diimbangi dengan pemuda muslim yang bersih dan saling
berpegang teguh dalam ahlak (Asba>b al-muslim al-naz}i>f al-mutama>sik al-akhla>q). Lihat Sayyid Qutb, Lima>za> A’dumu>ni>?, 31.
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 363
ditarik pada sebuah asumsi general yang berlaku di banyak wilayah.
Pemikiran Qut\b yang lahir di Mesir masuk ke negara-negara dan
tidak jarang menjadi pondasi ideologi gerakan penentangan yang
masif dan terkadang radikal.317
Berdasarkan performansi bahasa Qutb di atas, mulai dari
performansi Qutb tentang al-jiha>d (jihad), al-da‘wah (dakwah), al-
ja>hiliy>ah (jahiliyah), al-h}akimiy>ah (kedaulatan), al-qiya>dah
(pemimpin) niz}a>m al-isla>m (sistem Islam), al-mujtama‘ al-isla>m
(masyarakat Islam), al-h}izb (golongan atau partai), al-ma‘rakah
(peperangan) dan al-istisyha>d (syahid). Penulis berpendapat bahwa
adanya relepansi antara performansi bahasa Qutb dengan struktur-
struktur kompetensi ide-ide Qutb (internal speech atau deep
structure) yang membentuk fonologi atau performansi (external
speech atau surface structure) menjadi sebuah kesatuan morfologi,
frasa dan sintaksis, sehingga performansi menimbulkan makna-
makna yang dibentuk dari performansi yang sesuai dengan
perkembangan kompetensinya. Baik mulai dari fase sastra, fase
sosial, fase politik sampai pada fase pemikiran sebagai salah satu
faktor yang menyebabkan Qutb semakin dikenal dengan
radikalisme, tendensius dan bersifat provokatif.
Performansi bahasa merupakan aspek bahasa sebagai bagian
dari gambaran struktur permukaan bunyi-bunyi bahasa. Bunyi
bahasa yang selama ini diproduksi oleh manusia termasuk bahasa
tulis, merupakan bahasa-bahasa yang dibentuk oleh kebudayaan.
Kebudayaan memiliki koherensi dan afiliasi dengan perkembangan
prilaku dan pemikiran seseorang. Oleh kerena itu, kebudayaan ikut
serta dalam menentukan kaidah-kaidah sintakis yang dibentuk
lingkungan di sekitarnya oleh kolektifitas frasa dan kata
(kompetensi bahasa atau pengetahuan seorang penutur terhadap
bahasanya). Bunyi atau huruf sebagai tanda performansi bahasa
317Zunly Nadia, “Akar-akar Radikalisme Islam dalam Tafsir Fi Dilal al-
Quran karya Sayyid Qutb” Jurnal Studi Islam Vol 18, No. 2, (2012): 322.
364 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dibentuk oleh kompetensi menjadi sebuah kata, frasa, atau kalimat
yang bermakna sesuai di mana kompetensi tersebut berkembang dan
berkaitan dengan lingkungan di sekitarnya. Perkembangan
kompetensi dan performansi Qutb berkembang secara saling
mengisi satu sama lain, Perkembangan tersebut dapat dilihat dalam
gambar 35 berikut.
Gambar 35
Kompetensi dan Performansi Bahasa Qutb
Struktur Dalam Internal Speech
Struktur Luar External Speech
Struktur Permukaan Mulut
Gambar di atas berdasarkan kontekstualisasi performansi
bahasa Qutb, menunjukan adanya keterkaitan antara bahasa yang
satu dengan bahasa yang lainnya. Seperti ketika performansi Qutb
dalam konteks jihad, Qutb juga banyak mengungkapkan bahwa
jihad itu menuju niz}a>m isla>mi (sistem islam)>, jihad juga
berhubungan dengan h}arakah (pergerakan) dan ma‘rakah
(peperangan) tergantung siapa yang menjadi musuh seorang muslim.
Selanjutnya performasni bahasa Qutb mengenai niz}a>m al-isla>m,
Qutb mengaitkannya dengan konteks yang lainnya. Seperti niz}a>m
al-isla>m yang jauh dari unsur-unsur jahiliyah (‘ana>s}ir al-ja>hiliy>ah).
Rumus Sintaksis
Rumus frasa
Rumus Fonologi
Rumus morfologi
Kom
pet
ensi
Bahasa
Performansi bahasa
Mak
na
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 365
Qutb juga membahas tentang al-h}a>kimiy>ah atau kedaulatan Allah
Swt. yang tidak ada tandingannya baik dari manusia atau sifat-
sifatnya. Performansi Qutb tentang al-qiya>dah (pemimpin) juga
berhubungan dengan performansi yang lainnya, seperti pemimpin
yang menggunakan sifat-sifat jahiliyah (al-qiya>dah al-ja>hiliy>ah)
yang harus segera diganti dengan pemimpin yang menggunakan
sistem dan sifat-sifat Islam (al-qiya>dah al-isla>miy>ah).
Qutb juga menyinggung tentang pemimpin Islam juga
berhubungan dengan al-h}a>kimiy>ah (kedaulatan), sebagai dasar
dalam kepemimpinannya. Sedangkan ketika menyangkut tentang al-
h}a>kimiy>ah, Qutb juga menghubungkan dengan jahiliyah yang
menentang kedaulatan Tuhan. Ketika membahas tentang jahiliyah,
Qutb juga menghubungkannya dengan niz}a>m al-isla>m dan pemimpin
atau qiya>dah yang memberlakukan sistem-sistem Islam bagi
rakyatnya. Sedangkan ketika membahas dakwah, Qutb juga tidak
melepaskannya dari jihad (al-jiha>d) yang salah satunya dilakukan
dengan al-ma‘rakah (peperangan) dengan musuh Islam, baik musuh
dari luar (al-ka>firi>n) ataupun musuh dari dalam (al-muna>fiqi>n).
Mengenai niz}a>m al-isla>m, Qutb juga menghubungkan dengan yang
di dalamnya harus ada pemimpin Islam (qiya>dah al-isla>miy>ah) dan
terbebas dari unsur-unsur jahiliyah (‘ana>s}ir al-ja>hiliy>ah).
Performansi bahasa Qutb juga menunjukan adanya keritikan
tajam Qutb dan solusinya. Seperti performansinya dalam kata “al-
jihad”, Qutb mengungkapkannya dengan difa>‘iy>ah dan indifa>‘.
Kedua kata tersebut Qutb gunakan dalam kata jihad. Pertama, jihad
yang bersifat difa>‘iy>ah, sekarang sudah menjadi bentuk jihad yang
diaplikasikan kebanyakan muslim pada umumnya. Kedua, jihad
yang bersifat indifa>‘, bentuk jihad yang harus ditempuh ketika jihad
difa>‘iy>ah sudah tidak efektif. Selanjutnya, performansi Qutb dalam
kata “al-niz}am”, Qutb mengungkapkannya dengan al-tasyri>‘ dan
fa>sid. Kedua kata tersebut
366 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Qutb gunakan dalam kata al-niz}a>m. Pertama, sistem dalam
bentuk niz}a>m fa>sid, yaitu sistem yang membawa manusia kepada
bentuk thagut. Kedua, al-niz}a>m al-tasyri>‘, yaitu sistem yang harus
digunakan dalam seluruh aspek kehidupan manusia dan
menggantikan niz}a>m fa>sid.
Performansi bahasa Qutb selanjutnya adalah tentang al-
qiya>dah. Qutb mengungkapkannya dengan syar’iy>ah dan ja>hiliy>ah.
Kedua kata tersebut Qutb gunakan dalam kata pemimpin. Pertama,
pemimpin yang bersifat al-ja>hiliy>ah yang thagut dan jauh dari nilai-
nilai syariat Islam. Kedua, pemimpin yang bersifat al-syar‘iy>ah yang
sesuai dengan syariat Islam. Pemimpin yang bersifat al-syar’iy>ah
harus dijadikan sebagai solusi dan menggantikan pemimpin yang
bersifat al-ja>hiliy>ah. Selanjutnya, performansi bahasa Qutb dalam
kata al-h{a>kimiy>ah, Qutb mengungkapkannya dengan al-‘ulya>’ dan
al-basyar. Pertama, kedaulatan manusia, sebagai bentuk kedaulatan
yang salah. Hal tersebut, karena tidak ada hukum buatan manusia
yang bisa mengatur seluruh aspek kegiatan manusia di muka bumi.
Kedua, kedaulatan yang utama yaitu kedaulatan Allah Swt.
Kedaulatan Allah tidak bisa digantikan dengan kedaulatan apapun
dan siapapun. Oleh karena itu, kedaulatan al-basyar harus segera
digantikan dengan kedaualatan al-u>la>’ sebagai kedaualatan yang
benar dan membawa kebahagiaan di dunia dan akhriat.
Performansi Qutb selanjutnya adalah kata al-ja>hiliy>ah. Qutb
mengungkapkannya dengan al-hadi>thah dan al-u<la<’. Kedua kata
tersebut Qutb gunakan dalam kata jahiliyah. Pertama, jahiliyah
dalam bentuk al-u<la<’. Menurut Qutb jahiliyah dalam bentuk ini
adalah keadaan jahiliyah sebelum datang Islam. Kedua, jahiliyah
dalam bentuk al-h}adi>thah. Menurut Qutb, jahiliyah dalam bentuk ini
adalah kedaan jahiliyah pada masa modern yang tidak terasa bentuk
jahiliyahnya seperti jahiliyah zaman dahulu. Selanjutnya,
performansi Qutb dalam kata al-da‘wah. Qutb mengungkapkannya
dengan’amr ma‘ru>f dan nahyi> al-munkar. Menurut Qutb, frasa ’amr
Relevansi Kompetensi Ideologi dan Performansi Bahasa Sayyid Qutb 367
ma‘ru>f harus disertai dengan nahyi> al-munkar sebagai tanda jihad
itu bersifat ofensif.
Performansi bahasa Qutb selanjutnya adalah kata al-
mujtama‘. Qutb mengungkapkannya dengan al-isla>m dan al-
ja>hiliy>ah. Kedua kata tersebut Qutb gunakan dalam kata al-
mujtama‘. Pertama, al-mujtama‘ dalam bentuk al-ja>hiliy>ah. Menurut
Qutb, masyarakat dalam bentuk ini adalah masyarakat yang tidak
menggunakan undang-undang Allah dalam sistem kehidupannya.
Kedua, al-mujtama‘ dalam bentuk al-isla>m. Menurut Qutb,
masyatakat dalam bentuk Islam adalah masyarakat yang
menggunakan sistem Islam dalam sistem kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, al-mujtama’ al-jahiliyah harus diganti dengan al-
mujtama‘ al-Isla>m. Selanutnya, performansi Qutb dalam kata al-
h}izb. Qutb mengungkapkannya dengan Alla>h dan al-syait}an.
Menurut Qutb, hizb dalam bentuk al-syaitan merupakan golongan
yang dalam segala bentuknya kegiatan sehari-harinya tidak
menerapkan syariat Allah. Sedangkan h}izb Alla>h merupakan
golongan yang menerapkan syariat Allah. H{izb al-syait}a>n harus
segera diganti dengan h}izb Alla>h.
368 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
369
BAB VI
Penutup
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam disertasi ini menunjukkan bahwa semakin
kuat kompetensi ideologi seseorang akan semakin berpengaruh
terhadap aktualisasi performansi bahasanya. Oleh karena itu,
berdasarkan kesimpulan di atas, hasil disertasi ini, sesuai dengan
data yang ditemukan penulis, di antaranya:
Pertama, terdapat kaitan yang berkesinambungan antara
kompetensi Qutb sebagai internalisasi bahasanya dengan
performansi Qutb sebagai eksternalisasi bahasanya. Fenomena
tersebut diakibatkan oleh adanya saling keterpengaruhan antara
keduanya (kompetensi terhadap performansi dan performansi
terhadap kompetensi).
Kedua, kompetensi ideologi Qutb mengalami perubahan
secara gradual sesuai dengan lingkungan dia berkembang. Qutb
banyak menerima pengaruh dari luar, sehingga membentuk
kepribadian dan kompetensinya. Perkembangan bahasa Qutb, sesuai
dengan perkembangan kompetensinya mulai dari fase al-Quran, fase
sastra, fase sosial, fase politik dan pemikiran. Fase-fase kompetensi
Qutb tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam
kehidupannya, seperti Qutb Ibrahim dan Fatimah Husain Usman,
Abbas Mahmud al-‘Aqqad, Hasan al-Banna, Ibnu Taimiyah dan Abu
A’la al-Maududi. Selanjutnya, kompetensi Qutb juga menjadi
stimulus bagi lingkungan sekitarnya, hal tersebut disebabkan Qutb
memiliki pengaruh yang kuat dalam revivalisme Islam. Oleh karena
itu, kompetensi Qutb pada tahap selanjutnya juga menjadi stimulus
bagi kompetensi-kompetensi yang lainnya. Seperti tokoh-tokoh
370 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Islam Omar Abdul rahman, Osama bin Laden, Imam Samudra,
Zawahiri, dan Muhammad al-Faraz.
Ketiga, perkembangan kompetensi ideologi Qutb secara
gradual diikuti juga dengan perkembangan performansi bahasanya.
Perkembangan performansi bahasa Qutb bisa dilihat dalam karya-
karyanya yang berasal dari setiap fase perkembangan
kompetensinya. Seperti kompetensi al-Qur’an yang sesuai dengan
karyanya al-Tas}wi>r al-Fann al-Qur’a>n (2002) dan Masya>hid al-
Qiya>mah fi al-Qur’a>n (2002). Fase sastra al-Naqd al-Adabi> Us}u>luh
wa Mana>hijuh (2003). Fase sosial al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-
Isla>m (1995). Fase politik dan pemikiran Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q (1979)
dan Tafsi>r Fi Z{ila>l al-Qur’a>n (1992). Performansi Qutb dirasakan
semakin tendensius ketika masuk dalam fase politik dan pemikiran
atau ketika Qutb sudah kembali dari Negara-negara Barat dan
pulang ke Mesir bergabung dengan Ikhwanul Muslimin. Seperti
dalam karya-karyanya pada fase sosial, politik dan pimikiran adalah
‘Ada>lah al-Ijtima>’iy>ah fi al-Isla>m (1995), Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q
(1979), Tafsi>r Fi Z{ila>l al-Qur’a>n (1992) dan Limadha>’ A‘dumu>ni>
(1980) dan Ma‘rakatuna>’ Ma‘ al-Yahu>d (1993). Performansi bahasa
Qutb tersebut menjadi referensi utama dalam penulisan disertasi ini.
Keempat, Performansi bahasa Sayyid Qutb, menjadi kata
kunci Islam fundamental. Performansi bahasa Sayyid Qutb bersifat
tendensius, seperti tentang al-jiha>d (Jihad), niz}a>m al-Isla>m (Sistem
Islam), al-qiya>dah (Pemimpin), h>a>kimiy>ah (Kedaulatan), al-ja>hiliy>ah
(Jahiliyah), al-da‘wah (Dakwah), al-ma’rakah (Peperangan), al-
mujtama‘ al-Isla>m (masyarakat Islam), al-h}izb (Golongan atau
partai), al-istisyha<d (Syahid).
Kelima, kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian ini
berbeda dengan Lennerberg yang menyatakan bahwa bahasa
merupakan faktor biologis dan tidak ada hubungan antara bahasa
dengan kecerdasan. Pernyataan Lennerberg tersebut memiliki
persamaan dengan Bloomfield dalam aliran behaviorisme (al-
Penutup 371
Madhhab al-Sulu>ki>) yang menyatakan bahasa merupakan dari proses
nurture. Selanjutnya, kesimpulan yang dihasilkan dalam penelitian
ini mendukung Chomsky yang menyatakan bahwa bahasa terdiri
dari dimensi kompetensi dan performansi. Pernyataan Chomsky
tersebut dinyatakan dalam aliran rasionalisme (al-Madhhab al-
‘Aqla>ni>) yang sejalan dengan nativisme yang menyatakan bahasa
merupakan dari proses nature.
B. Saran
Pembahasan tentang transformasi bahasa yang mencakup
kajian psikolinguistik, terjadi pada setiap penutur dalam
berkomunikasi. Kompetensi dan performansi bahasa yang berbeda-
beda menjadi salah satu faktor permasalahan hubungan antara
bahasa dengan ideologi. Oleh karena itu, kajian dalam
psikolinguistik sangat luas dan masih dapat dikaji dalam berbagai
macam aspek. Selain itu, kajian tersebut terjadi dalam masing-
masing indiviudu penutur bahasa. Fenomena transformasi bahasa
pada seorang Sayyid Qutb adalah sebagian kecil adanya
kesinambungan antara internalisasi dan eksternalisasi. Masih
banyak kajian lainnya yang bisa dibahas dan dihubungkan dengan
transformasi bahasa, baik dari segi objek kajiannya ataupun dari segi
tema pembahasannya. Dengan adanya penelitian lebih lanjut,
diharapakan dapat memperkaya khazanah kajian psikolinguistik di
dunia akademik, khususnya tentang transformasi bahasa, sehingga
tidak hanya dikenal dalam konteks kebahasaan saja, tetapi dikenal
dalam ranah penelitian ilmiah. Oleh karena itu, saran penulis dalam
kajian ini adalah:
Pertama, untuk para peneliti dan akademisi dalam bidang
linguistik, bisa tertarik dan meningkatkan peneltian dalam bidang
psikolinguistik. Penelitian terkait hubungan antara internal speech
(bahasa dalam) dan external speech (bahasa luar) dapat dikaji lagi
studi banding antara seorang yang monolingual, bilingual dan
372 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
multilingual. Atau antara seorang yang poliglot dan afasia. Atau
antara seseorang yang fasih dalam berbahasa dengan orang yang
terbata-bata.
Kedua, bagi pembelajar dan penggiat kebahasaan, teori-teori
yang dipelajari dalam perkuliahan bisa diaplikasikan secara empiris
dalam bentuk penelitian. Dengan adanya penelitian tentang bahasa
dan psikologi, merupakan salah satu bukti kematangan seorang
pembelajar bahasa yang seimbang antara teori-teori kebahasaan
dengan praktik penelitian fakta kebahasaan di lapangan.
Ketiga, untuk masyarakat pada umumnya, perlu diketahui
bahwa bahasa-bahasa sosial yang didengarkan selama ini,
sebenarnya dibentuk oleh bahasa dalam (internal speech) seorang
penutur. Oleh kerena itu, bahasa-bahasa yang keluar dari mulut
seseorang itu menunjukan kepribadiannya.
373
Daftar Pustaka
A. Sumber Primer
Q{utb, Sayyid. al-Taswi>r al-Fann fi> al-Qur’a>n. al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 1969.
------------. Ma‘a>lim Fi> al-T{ari>q. Bairu>t: Da>r al-Syuru>k, 1979.
------------. al-‘Ada>lah al-Ijtima>’iyyah fi al-Isla>m. Bairu>t: Da>r al-
Syuru>k, 1995.
------------. al-Naqd al-Adabi> Us}u>luh wa Mana>hijuh. al-Qa>hirah: Da>r
al-Syuru>q, 2003.
------------. al-Sala>m al-‘Alami>y wa al-Isla>m. Kairo: Da>rul Kitab Al-
‘Arabi, 1951.
------------. Fi Z{ila>l al-Qur’a>n: Juz 1-30 (Makkiyah: al-Tauh}i>d wa al-
Jiha>d al-Jild 1-114, 1981.
------------. Fi> al-Ta>ri>kh Fikrah wa Minha>j. al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 1987.
------------. Lima>za> A’dumu>ni>?.
------------. Ma‘rakatuna>’ ma‘a al-Yahu>d. Bairu>t: Da>r al-Syuru>k,
1993.
------------. Ma’rakah al-Isla<m wa al-Ra’suma>liy>ah. Bairut: Dar al-
Syuru>q, 1993.
------------. Masya<hid al-Qiya>mah Fi al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-
Syuru>q, 2000.
------------. Muqawwama>t al-Tas}awwur al-Isla>m. Al-banna al-
Qa>hirah: Da>r al-Syuru>q, 1988.
------------. Mustaqba>l li Ha>d}a> al-Di>n. Ibnu taiymiyah (al-Qa>hirah:
Mimbar al-Tauhi>d wa al-Jihad.
374 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
------------. T{ifl min al-Qaryah. al-Ma>niya>: Mansyu>ra>t al-Jamal,
1945.
------------. Sayyid. Fi> al-Ta>ri>kh Fikrah wa Minha>j. al-Qa>hirah: Da>r
al-Syuru>q, 1987.
B. Sumber Sekunder
‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad Mans}u>r, ‘Ilm al-Lughah al-Nafsi>. Riya>d}: Ja>mi‘ah Mulu>k Su‘u>di, 1982.
‘Abd S{abu>r Sya>hin. Fi ‘Ilm al-Lughah al-‘A<m. Bairu>t: Muassasah
al-Risa>lah, 1984.
‘Aisi, Faris Muhammad. al-Nafy al-Lughawi> bain al-Dila>lah wa al-Tarki>b Fi> D}au’ ‘Ilm al-Lughah al-Mu‘a>sir. Ja>mi‘ah
Yarmuk: Da’irah al-lughah al-‘Arabiyyah al-Dira>sa>t al-
‘Ulya>, 1985.
‘At}iyah, Nawa>l Muh}ammad. ‘Ilm al-Lughah al-Nafs. Mesir:
Maktabah al-Anjelo al-Mis}riyah, 1975.
Aaron, David. In Their Own Words Voices of Jihad. Santa Monica:
Rand Coorporation, 2008.
Abul Qadir Abu Faris, Manhaj al-Taghayyur ‘Inda Syahi>dain: Li H{asan al-Banna> wa Sayyid Qut}b. ‘Amma>n: Dar> al-Basyi>r
li al-Thaqa>fah wa al-‘Ulu>m, 1999.
al-‘Usaili>, Abd al-Azi>z Ibn Iba>hi>m. al-Naz}a>riya>t al-Lughawiyah al-Nafsiyah wa Ta‘li>m al-Lughah al-‘Arabiyyah. Bairu>t:
Jami’ah al-Imam Muhammad Ibn Su’u>di al-Islamiyah.
Al-Harahsheh, Ahmad Mohammad Ahmad. Translation of Islamic
Texts and Ideology (Yarmouk University Irbid, Jordan
AWEJ Special issue on Translation Pp.107-117 No. (2)
2013.
al-Khalidi, S}alah ‘Abd Fatta>h. Sayyid Qut}b min al-Mila>d ila> al-Istisyha>d. Qa>hirah: Da>r al-Qalam, 1994.
Daftar Pustaka 375
al-Maududi, Abu A’la.Teh Meaning of The Qur’an Vol. I Su>rah al-Fa>tih}ah to al-An‘a>m: Arabic Text With Translation and Comentary. Pakistan, Salam Market, 2008.
al-Qaiq, Wajih Subh Mahmud. Ma‘a>lim al-Tagyi>r al-Tarbawi> lada>
Sayyid Qut}b min Khila>l Kita>bih. Ja>mi‘ah al-‘Ilamiyah
Gaza Qism al-Dira>sa>t al-‘Ulya> Kulliyah Tarbiyyah, 2006.
Ali, Zaenal. Tragedi Bhenazir Bhutto. Yogyakarta: Narasi, 2008.
Alwasilah, A. Chaedar. Filsafat Bahasa Dan Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosyda Karya, 2008.
-----------, Chaedar. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Risda
Karya Bandung, 2000.
-----------, Chaedar. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Angkasa
Bandung,1993.
Amstrong, Karean. Perang Suci: Dari Perang Salib Hingga Perang Teluk. Jakarta: Serambi, 2003.
Ansary, Tamim. Dari Puncak Bagdad: SejarahDunia Versi Islam. Jakarta: Zaman, 2012.
Arif, Mahmud. Wacana Naskh dalam tafsir Fi dulal al-qiuta:
Eksposisi Penasfiara alternatif Sayyid Qutb. Studi al-
Quran Kontemporer, Yogyakarta: Pt Tiara Yoya, 2002.
Arifuddin, Neuropsikolinguistik. Jakarta: Rajawali Press, 2013.
Arora, N.D. Political Science for Civil Services Main Examination.
Tata McGraw-Hill Education.
Asrori, Moh Ainin dan Imam. Semantik Bahasa Arab. Surabaya:
Hilal Pustaka, 2008.
Asrori, Imam. Sintaksis Bahasa Arab: Frasa, Klausa, Kalimat. Malang: Misykat, 2004.
Atkins, Encyclopedia of Modern Worldwide Extremists and Extremist Groups. Greenwood Publishing Group, 2004.
376 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Aubrey, Stefan M. The New Dimension of International Terrorism.
vdf Hochschulverlag AG, 2004.
Azzam, Abullah. Pemikir Besar Islam Sepanjang Zaman: Asy-Syahid Sayyid Qutb. Klaten: Kafayeh, 2008.
Baldwin,Timothy. Lexical Semantics: Introduction. The University
of Melbourne, 2003.
Baskara, Nando. Gerilyawan-gerilyawan Militan Islam: Dari al-Qaeda, Hizbullah, Hingga Hamas. Yogyakarta: Narasi,
2009.
Beare Margaret E. Encyclopedia of Transnational Crime and Justice. SAGE Publications, 2012.
Barkat, Taufik. Sayyid Qutb: Khasaisuhu Wa Manhaj Harakitihi. Bairu>t: Da>r Al-Da‘wah.
Bergesen, Albertn. The Sayyid Qutb Reader: Selected Writings on Politics, Religion, and Society. Universitas Michigan
Routledge, 2008.
Bertram F. Malle, The Relation Between Language and Theory of Mind in Development and Evolution. Institute of
Cognitive and Decision Sciences & Department of
Psychology, University of Orego, 2002.
Bevy , Lawrence J. Al-Qaeda: An Organization to be Reckoned with (New York, Nova Publishers, 2006.
Bloomfield, Leonard. Language. Motilal Banarsidass Publishe,
1994.
--------------, Leonard. An Introduction to the Study of Language.
John Benjamins Publishing, 1983.
Bock, Kathryn. Language Production: Methods And Methodologies.
University Of Illinois At Urbana-Champaign, Urbana, Illinois, Psychonomic Bulletin & Review, 1996.
Daftar Pustaka 377
Boeckx, Cedric & Víctor M. Longa, Lenneberg’s Views on
Language Development and Evolution and Their
Relevance for Modern Biolinguistics. Biolinguistics 5.3:
254–273, 2011.
Brandon, James Unlocking al-Qaeda: Islamist Extremism in British Prison. Quilliam, 2009.
Brugman, J. An Introduction To The History Of Modern Arabic
Literature In Egypt. Brill, 1984.
Bubalo, Anthony dan Greg Fealy. Jejak Kafilah: Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia. Mizan Pustaka,
2007.
Bunzel, Cole. “From Paper State to Caliphate: The Ideology of the
Islamic State” The Brookings Project on U.S. Relations with the Islamic World (2015).
Buhairi>, Sa’i>d H{asan Tat}awwur ‘Ilm al-Lughah Mundh 1970. al-
Qa>hirah: Maktabah Zahra> al-Syarq, 2007.
Burns , Robert A. Christianity, Islam, and the West. University
Press of America, 2011.
Calvert, John. Islamism: A Documentary and Reference Guide.
London: Greenwood Publishing Group, 2008.
-----------. Sayyid Qutb and the Origins of Radical Islamism. New
York: Columbia University Press, 2010.
Chaer, Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rhinekan
Cipta, 2009.
------------. Abdul. Linguistik Umum. Jakarta Rineka Cipta, 2007.
------------. Abdul. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta:
Rhinekan Cipta, 2009.
-----------------. Kajian Bahasa: Struktur Internal, Pemakaian dan Pemelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
378 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
-----------------. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rhineka
Cipta, 2009.
Chaer, Abdul dan Lionie. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:
Rineka Cipta, 2004.
Chi-Chun Lee, Carlos Busso, Sungbok Lee, Shrikanth Narayanan,
Modeling Mutual Influence of Interlocutor Emotion States
in Dyadic Spoken Interactions. University of Southern
California, Los Angeles, CA 90089, USA, 2009.
Chomsky, Noam Language and Problems of Knowledge.
Massachhusetts Institute of Technology, 1998.
-----------------. Language and Mind. New York: Camridge
University, 2006.
-----------------. Of Minds and Language. Biolinguistics 1: 009-027
ISSN 1450-34-17, 2007.
-----------------. Syntactic Structures. Walter de Gruyter, 2002.
-----------------. Syntactik Structure. New York: Mouten de Gruyter,
2002.
-----------------. Noam. Systems of Syntactic Analysis. The journal of
Symbolic Logic, Vol. 18, No. 3, 1953.
-----------------. Noam. Aspects Of The Theory Of Syntax. The M.Lt.
Press Massachusetts Institute of Technology Cambridge,
Massachusetts, 1965.
Chris Heffelfinger, Radical Islam in America: Salafism's Journey from Arabia to the West. Washinton: Potomac Books,
Inc., 2011.
Chu, Y.K. Gary Od, And Tawara Goode. Cultural And Linguistic Competence. Optometric Care Within The Public Health
Community, Old Post Publishing, 2009.
Daftar Pustaka 379
Cleary Sean dan Thierry Melleret. Berbisnis Dengan Osama: Mengubah Risisko Global Menjadi Peluang Sukses.
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008.
Costa, James. Occasional Paper: Language, Ideology and the ‘Scottish Voice . International Journal Of Scottish
Literature.
Culler, Jonathan. Structure of Ideology and Ideology of Structure.
New Literary History,Vol. 4, No. 3, Ideology and
Literature. Spring, 1973, pp. 471-482Published, 2014.
Damanik, Ali Said. Fenomena Partai Keadailan: Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia. Noura Books,
2016.
Dardjowidjojo, Soenjono. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008.
Darra>j, Fais}a>l. al-I<diyu>lujiyyah wa al-Ikhtila>f al-I<diyu>lujiyyah. ‘A<mman: al-Nadwah al-Mustarikah bain al-Ma’had al-
Mulkiyy al-Dira>sa>t al-Di>niyyah wa Muntada> al-Fikri> al-
‘Arabi>, 2010.
Demirezen, Mehmet. Behaviorist Theory and Language Learning”,
Hacettepe Universiesi Egitim Fakultesi Degisi, (1988).
Dirven, Renâe. Language and Ideology. Amterdam: John Benjamins
Publishing, 2001.
Douglas Brown, Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa
(Jakarat: Kedutaan Besar Amerika, 2007.
E. Sumaryono, Dasar-dasar Logika. Yogyakarta: Kanisius, 1999.
Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media.
Yogyaka: PT LKiS Pelangi Aksara, 2001.
Evans, Bethwyn. Synchronic and Diachronic Explanation. PhD
workshop, 13th March 2008.
380 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Faber, Pamela and Ricardo Mairal Uson. Paradigmatic and
Syntagmatig Structure of The Lexical Field of Feeling.
Vivccerectorado de Investigation of the University of La
Rioja, 1998.
Faris Muhammad ‘Aisi, al-Nafy al-Lughawi> bain al-Dila>lah wa al-
Tarki>b Fi> D}au’ ‘Ilm al-Lughah al-Mu‘a>sir. Ja>mi‘ah
Yarmuk: Da’irah al-lughah al-‘Arabiyyah al-Dira>sa>t al-
‘Ulya>, 1985.
Faris, Abul Qadir Abu Manhaj al-Tagayyur ‘Inda Syahi>dain: Li H{asan al-Banna> wa Sayyid Qut}b. ‘Amma>n: Dar> al-Basyi>r
li al-Thaqa>fah wa al-‘Ulu>m, 1999.
Fauzia, Amelia. Tentang Perempuan Islam: Wacana Dan Gerakan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Ferguson, Charles Albert dan Shirley Brice Heath, Language in the USA: Themes for the Twenty-first Century. Cambridge
University Press, 2004.
Fernyhough, Charles. Getting Vygotskian about theory of mind:
Mediation, dialogue, and the development of social
understanding. Department of Psychology, Durham
University, South Road, Durham DH1 3LE, UK
Developmental Review 28. 2008.
Firmanzah, Mengelola Partai Politik: Komunikasi dan Posisi Ideologi Politik di Era Demokrasi. Yayasan Obor
Indonesia, 2008.
Frederick J. Frese, Edward L. Knight dan Elyn Saks, Recovery From
Schizophrenia: With Views of Psychiatrists,
Psychologists, and Others Diagnosed With This Disorder.
Journal of Oxford University Press on behalf of the
Maryland Psychiatric Research Center, 2007.
Gupta, Abha dan Gaurav Singhal. Understanding Aphasia in a Simplified Manner. Journal, Indian Academy of Clinical Medicine Vol. 12, No. 1 January-March, 2011.
Daftar Pustaka 381
H{as{a>d al-Qarni, al-Munjiza>t al-‘Alamiyyah wa al-Insa>niyyah fi> al-Qarn al-‘Isyri>n: al-Adab wa al-Naqd wa al-Funu>n. AIRP:
2008.
H{asan, H{asan Mardi.> al-Lughah wa al-Tafki>r. Bairu>t: Da>r al-Fikr,
1994.
Hanafi, Hasan. al-Di>n wa al-Thaurah Fi> al-Mis}r 19-18-1952. al-
Qa>hirah: Maktabah Madbu>li>.
Haron, Zulkarnain dan Nordin Hussin, Islam di Malysaia: Penilaian
Semula Fahaman Salafi Jihadi dan Interpretasi Jihad oleh
Jama’ah al-islamiyah. Malaysia Journal of Society and
space 9 Issue 1 Universitas Kebangsaan Malaysia, 2013.
Hasan, Muhammad Hanif. Teroris Membajak Islam (Jakarta:
Grafindo Khazanah Ilmu, 2007.
Haviland, John B. “Ideologis of language: Some Reflections on
Language and US Law,” American Antropologist Journal 105, No. 4, 2003.
Hegghammer, Thomas. Jihad in Saudi Arabia: Violence and Pan-Islamism since 1979. Cambridge University Press, 2010.
Hidayat, Asep Ahmad. Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.
Hidayat, Komaruddin. Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutika. Bandung: Mizan Media Utama, 2011.
Hiro, Dilip. A Comprehensive Dictionary of the Middle East.
Interlink Publishing, 2013.
Holmes, Jonet. An Introduction to Sociolinguistics. London:
Pearson Education, 2001.
Hussain, Mohd Fikri Che. Awas Ancaman Orientalis Kepada Kita
(Selangor: Karya Bestari, 2015.
382 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Ideologi Sosial, Artikel Diakses dari http://viagra-
bahagia.blogspot.com/2009/10/ideologi-sosial.html pada
Tanggal 05April 2013.
Imam Samudra, Aku Melawan Teoris. Solo: Jazera, 2004.
Indriati, Etty. Kesulitan Bicara dan Berbahasa pada Anak: Terapi dan Strategi Orang Tua. Jakarta: Pranada Media Group,
2011.
Ismail, A. Ilyas. Paradigma Dakwah Sayyid Quthub. Jakarta:
Penamadani, 2013.
Jalaludin as-Syuyuthi dan Jalaludin Muhammad Ibn Ahmad
Almahally, Tafsir Jalalain (Tasikmalaya: Persatuan Islam).
Jali>l, Manqu>r ‘Abd. ‘Ilm al-Dila>lah: Us”u<luh wa Maba>h}ithuh Fi> al-Tura>th al-‘Arabi>. Damaskus: Manyu>ra>t Ittiha}a>d al-Kita>b
al-‘Arabi>, 2001.
Jeon, Mihyon. Korean Heritage Language Maintenance and Language Ideology. York University: Heritage Language
Journal, 6(2) Fall, 2008.
Jones, Peter E. From ‘External Speech’ To ‘Inner Speech’ In Vygotsky: A Critical Appraisal And Fresh Perspectives, Language & Communication 29 (2009) 166–181
(Communication Studies, Sheffield Hallam University,
City Campus, United Kingdom, 2009.
Jonson, Kent. On The Systematicity Of Language And Thought (University of California: The Journal Of Philosophy
Volume Ci, No. 3, March 2004)
Juandi, Pemikiran Politik Sayyid Qutb: Melacak Geneologi Kekekrasan. STIH Pertiba, 2013.
Junanah, Kata Serapan Bahasa Arab dalam Cerat Chentini. Yogyakarta: Safiria Insania Press, 2010.
Krieg, Andreas. From Al Banna to Qutb’ to Zawahiri - How the
ideology of Al Banna set the foundation for Modern
Daftar Pustaka 383
Terrorism. Publications in Contemporary Affairs (PiCA)
2010.
Kroskrity, Paul V. Language Renewal as Sites of Language Ideological Struggle The Need for “Ideological Clarification” (University of California at Los Angeles).
Kushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT Lauder, Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Lenneberg, Eric H. On Explaining Language. Science, New Series,
Vol. 164, No. 3880. (May 9, 1969).
Linschoten, Alex Strick van and Felix Kuehn, An Enemy We Created: The Myth of the Taliban-Al-Qaeda Merger in Afghanistan 1970-2010. Londong: Hurst Publishers, 2012.
Loboda, Lukew. The Thought of Sayyid Qutb. Ashbrook
Statesmanship Thesis, 2004.
Lomb’s, Kató. Polyglot: How I Learn Languages. 2008; Hungarian:
Így Tanulok Nyelveket,1995.
Luke Loboda, The Thought Of Sayyid Qutb. Ashbrook
Statesmanship Thesis Recipient Of The 2004.
Luth, Thohir. M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta: Gema
Insani, 1999.
Mahmudi, Yon. Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and the Prosperous Justice Party (PKS). Australia: Anu E
Press, 2008.
Mah}mu>d Fahmi> Zaira>ni, Fi> Falsafah al-Lughah. Bairu>t: Da>r al-
Nahd}ah al-‘Arabi>, 1985.
\Makihara, Miki. Linguistic Syncretism and Language Ideologies:
Transforming Sociolinguistic Hierarchy on Rapa Nui
(Easter Island). American Anthropologist,Vol. 106, No. 3
(Sep., 2004), pp. 529-540).
384 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Mans}u>r, Ani>s. Fi> S{a>lu<n Ka>nat Lana>’ Ayya>m, al-Qa>hirah: Da>r al-
Syuru>q, 1993.
Mans}u>r, ‘Abd al-Maji>d Sayyid Ah}mad. ‘Ilm al-Lughah al-Nafsi>. Riya>d}: Ja>mi‘ah Mulu>k Su‘u>di, 1982.
Masun M.S, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekhniknya.
Meier, Thomas. A Logical Reconstruction of Leonard Bloomfield’s Linguistic Theory. Draft, October 2012.
Messing, A Jacqueline H. E. Ambivalence and Ideology Among Mexicano Youth in Tlaxcala, Mexico. University of South
Florida: Journal of Language, Identity & Education,
Taylor and France Group, 2009.
Miller, Carol A. Developmental Relationships Between Language and Theory of Mind (The Pennsylvania State University,
University Park American Journal of Speech-Language
Pathology Vol. 15 _ 142–154, 2006.
Morley, J. Trevor. Power and Ideology in Everyday Discourse: The
Relevance of Critical Discourse Analysis in Pragmatic
Linguistics Today. Seminar of English Linguistics, 2004.
Muh}ammah, ‘At}iyah Nawa>l. ‘Ilm al-Nafs al-Lughawi>. Al-Qahirah:
Maktanah al-Anjilu> al-Mis}riy>ah, 1975.
Muhdlor, Atabik Ali dan A Zuhdi. Qa>mu>s al-‘Asri> ‘Arabi>-Indu>nisi>. Yogyakarta: Multi Kaya Grafika, 2010.
Mujani, Saiful Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisispasi Politik di Indonesia Pasca Orde Baru. Yogyakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007.
Munawwir, Ahmad Warson. Almunawir Kamus Arab-Indonesia.
Surabaya: Pustaka Progresif,1 997.
Murr, Virginia. The Power of Ideas: Sayyid Qutb and Islamism.
Rockford College Summer Research Project 2004.
Daftar Pustaka 385
Musallam, Adnan A. From Secularism to Jihad: Sayyid Qutb and the Foundations of Radical Islamism. United States of
America, 2005.
Musni, Jailani Psikolingustik Pembelajaranb bahasa Arab. Bandung:
Humaniora, 2009.
Nadia, Zunly. Akar-Akar Radikalisme Islam Dalam Tafsir Fi Dilal
Al-Quran Karya Sayyid Qutb. Jurnal Studi Islam Vol 18,
No. 22, 2012.
Narendra DS. Teror Bom Jamaah Islamiyah. Pionir Ebook, 2015.
Nance, Malcolm. An End to al-Qaeda: Destroying Bin Laden's Jihad and Restoring America's Honor. Macmillan, 2010.
Nasanius, Yassir. PELBBA (Pertemuan Linguistik Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya: Kedelapan Belas. Jakarta:
Pusat Kajian Bahasa dan Budaya UNIKA Atma Jaya,
2007.
Nasir, Haedar. Manifestasi Gerakan Tarbiyah bagaimana Sikap Muhammadiyyah?. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah,
2007.
-----------, Haedar. Memahami Ideologi Muhammadiyah.
Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2014
Nasution, Ahmad Sayuti Anshari. Bunyi Bahasa. Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006.
Niladri Sekhar Dash, Centext and Contextual Word Meaning.
Bengladess: Journal of Theoretical Linguistics, Vol 5, No.
2, 2008.
Noorani, A.G. Islam dan Jihad: Prasangka atau Kenyataan. ITBM,
2006.
Novick, Jared and M. John C. Trueswell2 and Sharon L. Thompson-
Schill, Broca’s Area and Language Processing: Evidence
for the Cognitive Control Connection . Language and
Linguistics Compass 4/10. 2010.
386 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Nurfarid. Proyek Kebangkitan Kita. Tasik: Pena Pembaharu, 2014.
O. Osunderu, Basic Anatomy and Phisiology of Human Body.
Abuja: National University of Nigeria, 2008.
Operation Neptune Spear, Menguak Persembunyian Osma bin Laden. Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2011.
Özdemir, Ahmet Yusuf. From Hasan Al-Banna To Mohammad
Morsi; The Political Experience Of Muslim Brotherhood
In Egypt. The Graduate School Of Social Sciences Of
Middle East Technical University, 2013.
Pandya, Amit. Islam and Politic: Renewal and Resistence in The Muslim Word. Washington: Stimson Center, 2009.
Patterson, David. A Genealogy of Evil: Anti-Semitism from Nazism to Islamic Jihad. Cambridge University Press,
2010.
Pecheux, Michel. Language, Semantics, and Ideology. Journal
Language Society, Vol. 12, No. 2 (Jun, 1983).
Pfarrer, Chuck. SEAL Target Geronimo: The Inside Story of the Mission to Kill Osama bin Laden. Macmillan, 2011.
Platt, Gerald M. and Rhys H. Williams. Ideological Language and
Social Movement Mobilization: A Sociolinguistic
Analysis of Segregationists' Ideologies. Source:
Sociological Theory,Vol. 20, No. 3 Nov., 2002.
Pranowo, Bambang. Orang Jawa Jadi Teroris. Jakarta: Pustaka
Alvabet, 2011.
Qardawi, Yusuf. Berinreaksi dengan al-Quran. Penerjemah Abdul Hayyie al-Kattani. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.
Qutb, Muhammad. Dira>sa>t Qur’a>niy>ah . al-Qa>hirah: Da>r al-Syru>q,
1993.
Daftar Pustaka 387
-----------, Muhammad. Mafa>hi>m Yanbagi> an Tus}ah}h{ah. al-Qa>hirah:
Da>r al-Syuru>q, 1994.
Rahman, Asyraf Haji Abdul. Hasan al-Banna and the Ikhwan al-
Muslimun: How they influence Sayyid Qutb’s
SocioPolitical Writings?. Journal Advances in Natural and
Applied Sciences, 2012.
Rahmat, M. Imdadun. Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia. Jakarta:
Erlangga, 2006.
-----------, M. Imdadun. Ideologi Politik PKS dari Mesjid Kampus ke Gedung Parlemen. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2008.
Rahnema, Para Perintis Zaman Baru Islam. Bandung: Mizan, 1994.
Ridjaludin, Teologi Sayyid Qutb dalam Prinsip-prinsip Keimanan dan Sifat Perbuatan Tuhan. Jakarta: Pusat Kajian Islam
UHAMKA, 2001.
Rollins, John. “Al Qaeda and Affiliates: Historical Perspective,
Global Presence, and Implications for U.S. Policy”
Prepared for Members and Committees of Congress (2011).
Romli, Asep Syamsul M. Demonologi Islam: Upaya Barat Membasmi Kekuatan Islam. Jakarta: Gema Insani Press,
2000.
Ronald M. Kaplan dan Joan Bresnan, Lexical Functional Grammar: A Formal System for Grammatical Representation.
Stanfor University, 1995.
Ronczkowski, Michael R. Terrorism and Organized Hate Crime: Intelligence Gathering, Analysis and Investigations. CRC
Press, 2011.
Roshandel, jalil. Jihad and International Security New York:
Palgrave Macmillan, 2006.
388 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Rosina, Accent, Standard Language Ideology, and Discriminatory
Pretext in the Courts. Journal Language in Society,Vol.
23, No. 2 (Jun., 1994).
Rubin, Barry. Islamic Fundamentalism in Egyptian Politics (United
States of America, 1970.
S.C DIK/J.G. KOOIJ. Ilmu Bahasa Umum. Jakarta: Pusat
Pengembanagn dan Pembinaan Bahasa, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan
Universitas Leiden, 1999.
S{ala>h} al-Di>n al-Munjid, Kita>b al-Lugha>t fi> al-Qur’a>n. Qa>hirah:
Ja>mi‘ al-H{uqu>q Mah}fu>dah li> al-Na>syir, 1987.
Sa‘ara>ni, Mah}mu>d. Ilm al-Lughah Muqaddimah Li al-Qa>ri’ al-‘Arabi>. al-Qa>hirah: Da>r al-Fikr al-‘Arabi>, 1998.
Saebani, Beni Ahmad. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia
Bandung, 2008.
Sanusi, Ibrahim Chinade. Structuralism as a Literary Theory: An
Overview. An International Journal of Language,
Literature and Gender Studies Bahir Dar, Ethiopia Vol. 1
(1) March, 2012.
Sastre, Andreu Bauzà. Language Planning And Political Ideology: A Crosscomparison Between Catalonia, Valencia And The Balearic Islands On The Reintroduction Of Catalan. A
Dissertation University Of Southampton, Faculty Of Arts
Sc, 2000.
Schmidt, Josef M. The Esoteric And Exoteric View Of
Homoeopathy. British Homoeopathic Journal, Vol. 87,
1998.
Sayyid ‘Abd al-Fata>h ‘Adhimi>, ‘Ilm al-Ijtima‘i> al-Lughawi> (al-
Qahirah: mDar al-Fikr al-‘Arabi, 1995), ‘Abd S{abu>r
Sya>hin. Fi ‘Ilm al-Lughah al-‘A<m. Bairu>t: Muassasah al-
Risa>lah, 1984.
Daftar Pustaka 389
Schieffelin, Bambi B. San Diego Kathryn A. Woolar, Language Ideologies: Practice and Theory: Practice and Theory.
Oxford University Press, USA, 1998.
Schweitzer, Yoram dan Shaul Shay, The Globalization of Terror: The Challenge of Al-Qaida and the Response of the International Community. Transaction Publishers, 2011.
Setya Krisna Sumargo, The untold stories: Noordin M. Top & Co
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Shakur, Nighat. Perspectives on Language and Thought: A Critique
(International Research Journal of Arts & Humanities
(IRJAH) Vol. 37 ISSN: 1016-9342).
Sihbudi, Afadlal M. Riza. Islam Dan Radikalisme Di Indonesia.
Jakarta: LIPI Press, 2005.
Solso, Robert L, Otto M Maclin dan Kimberly Maclin, Psikologi Kognitif. Jakarta: Erlangga, 2007.
Stemmer, Nathan. Skinner’s Verbal Behavior, Chomsky’s Review,
and Mentalism. Journal of The Experimental Analysis of
BehaviorNo. 3 1990.
Subyakto, Sri Utari dan Nababan. Psikolingustik: Suatu Pengantar. Jakarta: G ramedia Pustaka Utama, 1992.
Sulzbacher, Stephen I. and D. Kimbrough Oiler1. Re analysis of
Lenneberg's Biological Foundations of Language by a
Behaviorist and a Nativist (Behaviorism, Vol. 2, No. 2
(Fall, 1974).
Sya>hin, abd S>abu>r. Fi ‘Ilm al-Lughah al-‘A>m. Baireu>t: Muassasah
al-Risa>lah, 1984.
Syahnan, Muhammad. a Study of Sayyid Qutbs Qur’an Exegesis in Earlier and Later Editions of His Fi Zilal al-Qur’an with Sfecifiec Reference to Selected Athemes. Faculty Of
graduate Studies and Reseach in Partial Fulfilment of The
Requirements for the Degree of Master of Arts, 1997.
390 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Tarlinton, Peta. Sayyid Qutb and The Roots of Radical Islam.
Australian Army Journal, Vol II No 2, 2003.
Taylor, Bron. Encyclopedia of Religion and Nature. London and
New York: Continumm, 2005.
Thomas D. Watts, Sayyid Qutb: Prophet of Radicali Islam. The
Universuty of Texas at Arlington, 2005.
Toth, James. Sayyid Qutb: The Life and Legacy of a Radical Islamic Intellectual. Oxford University Press, 2013.
Vygotski, Lev Semenovich. The Essential Vygotsky. Springer,
2004.
Wahid, Abdurrahman. Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia. Jakarta: Gerakan Bhineka
Tunggal Ika, the Wahid Institute, dan Ma’arif Institute,
2009.
Waller, Bruce. Chomsky, “Wittgenstein, and the Behaviorist
Perspektif on Language,” Behaviorism Journal 5, No. 1
(1977).
Watts, Thomas D. Sayyid Qutb: Prophet of Radicali Islam. The
University of Texas at Arlington, 2005.
Widjojo, Murdian S. Bahasa Negara Versus Bahasa Gerakan Mahasiswa: Kajian Semiotik atas Teks-Teks Pidato Presiden Soeharto dan Selebaran Gerakan Mahasiswa.
Jakarta: LIPI Press, 2003.
Widjojo, Soenjono Dardjo. Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Jakarta, 2008.
Wiktorowicz, Quintan. A Geneology Of Radical Islam. Department
Of International Studiesn Rhodes College Memphis,
Tennessee, Usa Studies In Conflict & Terrorism, 28:75–
97, 2005.
Daftar Pustaka 391
Winterton, Jonathan. What Is Competence?. Human Resource
Development International Journal, Vol. 8, No. 1, 27 – 46,
March 2005.
Wodak, Ruth. Language and Ideology – Language in Ideology.
Lancaster University: Journal of language and Poilitics,
John Benjamin Publishing Company, 2007.
Yasin, Muhammad Na’im. Kenapa Takut Kepada Islam. Jakarta:
Gema Insani Press, 1988.
Yasir Suleiman, The Arabic Language And National Identity: A Study In Ideology. Edinburgh: Edinburgh University Press,
2003.
Yasmin, Ummu. Agenda Materi Tarbiyah: Panduan Kurikulukm Dai dan Murabbi. Solo: Media Insani Press, 2009.
Zafar, Harris. Demystifying Islam: Tackling the Tough Questions.
Rowman & Littlefield, 2014.
Zaidi, Abbas. Language of Ideology/Ideology of Language: Notes
on Theory And Practice. Journal of Postcolonial Cultures and Societies ISSN No. 1948-1845 (Print); 1948-1853
(Electronic), 2012.
Zelin, Aaron Y. The Intellectual Origins of al-Qaeda’s Ideology:
The Abolishment of the Caliphate through the Afghan
Jihad, 1924-1989. The Faculty of the Graduate School of
Arts and Sciences Brandeis University Department of
Islamic and Middle Eastern Studies, 2010.
392 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
393
Glossari
Adjektif : Kata sifat.
Afasia : Seseorang yang mengalami gangguan
dalam bahasa diakibatkan penyakit yang
berhubungan dengan kebahasaan.
Afiks : Bentuk terikat yang apabila ditambahkan
pada kata dasar atau bentuk dasar akan
mengubah makna gramatikal.
Akronimasasi : Kependekan yang berupa gabungan huruf
atau suku kata atau bagian lain yang
ditulis dan dilafalkan sebagai kata yang
wajar.
Aktif produktif : Kemampuan dalam menggunakan bahasa
sebagai media penyampaian ide, gagasan,
informasi atau perasaan sebagainya baik
secara lisan maupun tulisan.
Aktif reseptif : Kemampuan secara aktif dalam
memahami performansi yang tercakup
dalam pembicaran atau tulisan orang
lain.
Akustik : Mengenai atau berhubungan dengan
organ pendengar, suara, atau ilmu bunyi.
Atau tempat rekaman produksi.
al-Mabda : Pemikiran dasar di mana pemikiran-
pemikiran cabang diletakkan di atasnya.
Ambivalensi : Perasaan tidak sadar yang saling
bertentangan terhadap situasi yang sama
atau terhadap seseorang pada waktu yang
sama.
394 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Amiyah : Bahasa yang digunakan masyarakat Arab
secara verbal dalam kehidupan sehari-
hari mereka. Seiring dengan
berkembangnya zaman, bahasa ini
digunakan dengan sifat kebahasaan yang
khusus dan dipengaruhi oleh lingkungan
yang ada di sekitarnya.
Antologi : Kumpulan karya tulis pilihan dari
seseorang atau beberapa orang
pengarang.
Antropolinguistik : Ilmu yang mempelajarai bahasa
kaitannya dengan kebudayaan dan
kemanusiaan.
Antropologis : Ilmu yang mempelajari hubungan antara
bahasa dengan kebudayaan tertentu dan
kaitannya dengan kemanuisaan.
Arbiter : Keadaan sewenang-wenang atau
manasuka.
Arkais : Berubungan dengan masa dahulu, tua
atau kuno atau sudah tidak lazim dipakai
dan digunakan lagi.
Ateis : Suatu paham yang tidak mengakui
adanya Tuhan atau tidak beragama.
Autentisasi : Keaslian data.
Bahasa Eksoterik : Bahasa-bahasa religi yang hanya dapat
dibaca dan dirasakan oleh orang-orang
dan kelompok-kelompok tertentu dan
mempunyai dasar keilmuan tersendiri
untuk bisa membacanya. Proses berpikir
dalam bahasa ini hanya bukti yang belum
mengerti bahwa tidak mungkin ada
Glossarium 395
pemikiran (termasuk analisis kritis) di
luar proses berpikir (roh absolut).
Bahasa Esoterik : Bahasa yang melihat pemikiran dari luar,
seolah-olah, menilai mereka tanpa ada
suatu bahasa dalamnya.
Behaviorisme : Salah satu aliran dalam psikolinguistik
yang berpendapat bahwa bahasa
merupakan suapan atau terkenal dengan
istilah SR (stimulus-respon).
Bilingualisme : Mampu atau biasa memakai dua bahasa
dengan baik atau bersangkutan dengan
dua bahasa sama baiknya ataupun tidak
sama baiknya.
Broca : Sebagai salah satu daerah dalam
pengolahan bahasa. Broca bertanggung
jawab untuk menentukan proses produksi
dan pemahaman ketika ada tuntutan
yang kuat untuk mengatasi alat-alat
fisiologi yang tidak berfungsi secara
kompetibel dari rangsangan linguistik.
Decoding : Proses internalisasi bahasa.
Deep structure : Struktur dalam atau bahasa dalam.
Demagogi : Penghasutan terhadap orang banyak
dengan kata-kata yang dusta untuk
membangkitkan emosi rakyat.
Denotatif : Makna yang sebenarnya.
Diakronik : Merupakan studi pengembangan
linguistik melalui waktu secara
komprehensi tanpa melihat periodesasi
waktu-waktu tertentu.
Dialek : Variasi bahasa yang berbeda-beda
menurut pemakainya (misalkan bahasa
396 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
dari suatu daerah tertentu, kelompok
sosial tertentu, atau kurun waktu
tertentu)
Dialektikal : lmu Pengetahuan tentang hukum yang
paling umum yang mengatur
perkembangan alam, masyarakat dan
pemikiran. Sedangkan metode dialektis
berarti investigasi dan interaksi dengan
alam, masyarakat dan pemikiran.
Diksi : Pilhan kata yang tepat dan selaras (dalam
hal penggunaannya) untuk
mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu atau pilhan kata
seperti yang diharapkan.
Diktator : Kepala pemerintahan yang mempunyai
kekuasaan mutlak dan biasanya diperoleh
melalui kekerasan atau dengan cara yang
tidak demokratis.
Dispasia : Gangguan pada bagian otak.
Egosentris : Menjadikan diri sendiri sebagai titik
pusat pemikiran (perbuatan), berpusat
pada dirinya sendiri atau menilai
segalanya dari sudut diri sendiri.
Ekstensif : Bersifat menjakau secara luas.
Eksternalisasi : Perubahan bentuk dalam bahasa yang
masih berada dalam tataran makna atau
arti, terhadap bahasa dalam tataran
bunyi. Perubahan tersebut tidak terlepas
dari fitrah manusia yang mempunyai
alat-alat bahasa, baik secara fisiologi
atau kelinguistikan yang membentuk
bahasa dalam menjadi bentuk bunyi.
Glossarium 397
Encodeing : Proses eksternalisasi bahasa.
Episodik : Bersifat episode.
Epistimologi : Cabang ilmu filsafat tentang dasar-dasar
dan batas-batas ilmu pengetahuan.
Eksoterik : Bahasa yang melihat pemikiran dari luar,
seolah-olah, menilai mereka tanpa ada
suatu bahasa dalamnya.
Essensi : Hakikat dasar atau hal inti yang pokok.
Estetika : Cabang filsafat yang menelaah dan
membahas tentang seni dan keindahan
serta tanggapan manusia terhadapnya.
External speech : Bahasa dalam bentuk bunyi.
Feodal : Berhubungan dengan susunan
masyarakat yang dikuasai oleh kaum
bangsawan.
Feodalisme : Sistem sosial atau politik yang
memberikan kekuasaan yang besar
kepada golongan bangsawan.
Fisiologi : Cabang biologi yang berkaitan dengan
fungsi dan kegiatan kehidupan atau zat
hidup (organ, jaringan, atau sel).
Fon : Bunyi ujar yang dihasilkan oleh alat ucap
atau bunyi bahasa.
Fonem : Satuan bunyi terkecil yang menunjukan
kontras makna.
Fonetik : Satuan bunyi terkecil yang menunjukkan
kontras makna, misalnya H adalah fonem
karena membedakan makna kata “harus”
dan “arus”.
Fonologi : Bidang dalam linguistik yang
menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut
fungsinya.
398 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Frasa : Gabungan dua kata atau lebih yang
bersifat nonpredikatif (misalkan “gunung
tinggi” merupakan frasa karena
merupakan konstruksi nonpredikatif).
Fus{h}a>’ : Ragam bahasa yang ditemukan di dalam
al-Qur’an, hadis Nabi dan warisan tradisi
Arab. Bahasa fus}h}a> hari ini digunakan
dalam kesempatan-kesempatan resmi dan
untuk kepentingan kodifikasi karya-
karya puisi, prosa dan penulisan
pemikiran intelektual secara umum serta
sebagi sarana informasi.
Fundamental : Bersifat dasar, mendasar (pokok).
Fungsiolek : Ragam bahasa yang ditinjau dalam
bentuk urutan waktu, suatu bahasa yang
disebut dengan istilah kronolek dan atas
dasar perbedaan fungsi ragam.
Genaologi : Garis pertumbuhan manusia, binatang
bahasa, pemikiran dan yang lainnya.
Gramatika : Tata bahasa
Gramatikal : Sesuai dengan tata bahasa atau menurut
tata bahasa.
Haraki : Pergerakan dilapangan sosial politik dan
lain sebagainya.
Hipotesis nurani : Pembawaan sejak lahir.
Homogen : Terdiri atas jenis, macam, sifat dan
watak yang sama.
Humaniora : Ilmu pengetahuan yang meliputi filsafat,
hukum, sejarah, bahasa, sastra seni dan
sebagainya.
Ideologis : Menyangkut atau berkenaan engan
ideologi.
Glossarium 399
Imperialisme : Sistem politik yang bertujuan menjajah
negara lain untuk mendapatkan
kekuasaan dan keuntungan yang lebih
besar.
Inheren : Bersifat erat, tidak dapat diceraikan, atau
sifat yang melekat.
Imperial : Mengenai hubungan dengan kekaisaran
atau kerajaan.
Internalisasi : Merupakan proses, di mana tindakan
eksternal (prilaku berbicara)
ditransformasikan menjadi fungsi-fungsi
psikologis internal (proses berbicara).
Kesadaran kompetensi manusia
terbentuk dari internalisasi sosial dan
hubungan interpersonal.
Internal speech : Pengetahuan penutur tentang bahasanya.
Intonasi : Lagu kalimat.
Jargon : Kosakata khusus yang digunakan dalam
bidang kehidupan (lingkungan tertentu)
oleh kelompok tertentu.
Kapitalis : Kaum yang bermodal atau orang yang
bermodal besar golongan atau orang yang
sangat kaya.
Kapitalisme : Sistem dan paham ekonomi
(perekonomian) yang modalnya
(penanaman modalnya, kegiatan
industrinya) bersumber pada modal
pribadi atau modal perusahaan swasta
dengan ciri persaingan dalam pasaran
bebas.
Klausa : Satuan gramatikal yang mengandung
predikat dan berpotensi menjadi kalimat.
400 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Kognitifisme : Salah satu aliran yang berpendapat
bahwa pikiran atau kompetensi seseorang
sebenarnya yang membentuk bahasa
dalam dunia sosial. Tanpa pikiran, tidak
akan terwujud ide-ide tentang bahasa dan
tidak akan ada bahasa yang diproduksi,
sehingga ide-ide tersebut menentukan
aspek-aspek fonologi.
Koherensif : Tersusunnya uraian atau pandangan,
sehingga bagian-bagiannya berkaitan
yang satu dengan yang lainnya.
Kolonial : Berhubungan dengan sifat jajahan.
Kolonilisme : Paham tentang penguasaan oleh suatu
negara atau daerah atau bangsa lain
dengan maskud untuk memperluas
negara itu.
Komposisi : Susunan atau hal yang berhubungan
dengan tata susun.
Komunisme : Paham atau ideologi di bidang politik
yang menganut ajaran Karl Marx yang
hendak menghapuskan hak milik
perseorangan dan menggantikannya
dengan hak milik bersama yang diatur
oleh negara.
Konotasi : Lautan pikiran yang menurunkan nilai
rasa kepada seseorang ketika berhadapan
dengan sebuah kata makna yang
ditambahkan kepada makna denotasi.
Konotatif : Mempunyai makna tautan atau bermakna
konotasi.
Konspirasi : Komplotan atau persekongkolan.
Glossarium 401
Konvensional : Berdasarkan kesepakatan umum atau
kesepakatan bersama.
Konvesi : Kesepakatan bersama pemufakatan atau
kesepakatan (terutama mengenai adat,
tradisi, dan sebagainya), atau perjanjian
antarnegara, para penguasa
pemerintahan, dan sebagainya,
konferensi tokoh masyarakat atau partai
politik dengan tujuan khusus (memilih
calon untuk pemilihan anggota DPR dan
sebagainya).
Korpus : Kumpulan ujaran yang tertulis atau lisan
yang digunakan untuk menyokong atau
menguji hipotesis tentang struktur
bahasa.
Korteks motor : Bagian dari korteks selebri yang
mempunyai peranan penting pada fungsi
elementer, seperti gerakan perasaan,
pancaindera, maupun pada fungsi yang
lebih tinggi dan kompleks yaitu fungsi
mental, fungsi luhur atau fungsi kortikal
(dari kata korteks).
Kronolek : Ragam bahasa yang digunakan oleh
kelompok sosial atau masyarakat pada
masa tertentu.
Langage : Sebuah sistem lambang bunyi yang
digunakan untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara verbal di antara
sesama pemakai bahasa.
Langue : Bahasa sebagai objek sosial yang murni
dan dengan demikian keberadaannya di
luar individu, sebagai seperangkat
402 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
konvensi-konvensi sistemik yang
berperan penting dalam komunikasi.
Lawan tutur : Lawan bicara dalam komunikasi.
Leksem : Satuan leksikal dasar yang abstrak yang
mendasari berbagai bentuk kata, lema,
satuan terkecil dalam leksikon.
Leksikal : Berkaitan dengan kata, berkaitan dengan
kosakata.
Leksikon : Kosakata, kamus yang sederhana atau
daftar istilah dalam suatu bidang yang
disusun menurut abjad dan dilengkapi
dengan keterangannya.
Leksis : Telaah leksikon atau leksikologi.
Liberalis : Penganut liberalisme.
Linguis : Ilmu ahli bahasa atau ahli lingusitik.
Linguistik : Ilmu tentang bahasa atau telaah bahasa
secara ilmiah.
Makna referensial : Makna yang sesuai dengan kamus atau
akna yang berhubungan langsung dengan
kenyataan atau memiliki referen
(acuan), makna referensial dapat disebut
juga makna kognitif, karena memiliki
acuan.
Marxisme : Sebuah paham yang berdasar pada
pandangan-pandangan Karl Marx. Marx
menyusun sebuah teori besar yang
berkaitan dengan sistem ekonomi, sistem
sosial, dan sistem politik. Pengikut teori
ini disebut sebagai Marxis.
Materialistis : Bersifat kebendaan atau mengenai benda.
Memori : Kesadaran akan pengalaman masa
lampau yang hidup kembali atau ingatan.
Glossarium 403
Mentalistik : Salah satu aliran yang berpandangan
bahwa salah satu yang berpengrauh
terhadap bahasa adalah mental seorang
pnutur.
Metafisiska : ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan hal-hal yang nonfisik atau tidak
kelihatan.
Militan : Bersemangat tinggi, penuh gairah, atau
berhaluan keras.
Moderat : Selalu menghindarkan perilaku atau
pengungkapan yang ekstrem.
Modrrnisme : Gerakan yang bertujuan menafsirkan
kembali doktrin tradisional,
menyesuaikannya dengan aliran-aliran
modern dalam filsafat, sejarah, dan ilmu
pengetahuan.
Modus : Bentuk verba yang mengungkapkan
suasana kejiwaan sehubungan dengan
perbuatan menurut tafsiran pembicara
tentang apa yang diucapkannya.
Monarki : Bentuk pemerintahan yang dikepalai oleh
seorang raja.
Morf : Satuan bentuk bahasa terkecil yang
mempunyai makna secara relatif stabil
dan tidak dapat dibagi atas bagian
bermakna yang lebih kecil.
Morfem : Cabang linguistik tentang morfem dan
kombinasinya.
Morfologi : Ilmu yang memplejari tentang bentuk
kata.
Morfosintaksis : Gabungan dari morfologi dan sintaksis
404 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Multilingual : Seseorang yang memiliki kemampuan
menggunakan banyak bahasa.
Multilingualisme : Gejala pada seseorang atau suatu
masyarakat yang ditandai oleh
kemampuan dan kebiasaan memakai
lebih dari satu bahasa.
Nasionalisme : Paham (ajaran) untuk mencintai bangsa
dan negara sendiri atau sifat
kenasionalan.
Nativisme : Pandangan bahwa keterampilan-
keterampilan atau kemampuan-
kemampuan tertentu bersifat alamiah
atau sudah tertanam dalam otak sejak
lahir.
Nature : Faktor kepribadian yang berkembang
secara alami dan dipengaruhi oleh
genetik.
Neo modernisme : Pemahaman moderen baru.
Neo revivalisme : Gerakan modern reaksioner.
Neo riberal : Paham ekonomi yang mengutamakan
sistem Kapitalis.
Neurobiologis : Cabang ilmu yang mempelajari tentang
kinerja sistem saraf, fisiologi dan
hubungannya dengan perilaku manusia.
Neurobiologi merupakan suatu
pengetahuan yang mempelajari tentang
sistem saraf.
Neurolinguistik : Salah satu bidang kajian interdisipliner
dalam ilmu linguistik dan ilmu
kedokteran yang mengkaji hubungan
antara otak manusia dengan bahasa.
Glossarium 405
Neuropsikolinguistik : Gabungan dari dua disiplin ilmu, yaitu
neurolinguistik dan psikolinguistik.
Nominal : Bersangkutan dengan nomina atau kelas
kata yang dalam bahasa Indonesia
ditandai oleh tidak dapatnya bergabung
dengan kata tidak. Seperti dalam contoh
frasa “tidak kelas”.
Nurture : Suatu faktor kepribadian tentang
kekuatan lingkungan yang mengatur
perkembangan manusia.
Orientalis : Ahli bahasa, kesusastraan dan
kebudayaan bangsa-bangsa Timur.
Padan ekstralingual : Sebuah metode yang menghubungkan
masalah bahasa dengan masalah-masalah
yang ada di luar bahasa.
Padan intralingual : Sebuah metode analisis dengan cara
menghubung-bandingkan unsur-unsur
yang bersifat lingual, baik yang terdapat
dalam satu bahasa maupun dalam
beberapa bahasa yang berbeda.
Pan Arabisme : Salah satu ideologi yang sering bersaing
dengan Pan Islamisme. Jika dalam Pan
Arabisme bertujuan untuk kemerdekaan
bangsa Arab tanpa memedulikan agama
akan tetapi berdasarkan pada budaya
etnis, sedangkan dalam Pan Islamisme
tujuan kemerdekaan bangsa Arab
dianggap sebagai budaya Arab sebagai
umat Islam.
Pan islamisme : Salah satu ideologi atau pemahaman
yang bertujuan untuk menyatukan umat
Islam sedunia.
406 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Paradigmatik : Merupakan seperangkat linguistik atau
lainnya sebagai unit yang bisa
menggantikan satu sama lain dalam
posisi yang sama sebagai urutan atau
struktur. Sebuah paradigma dalam
pengertian semua kata berbagi fungsi
gramatikal yang sama, karena substitusi
dari satu bahasa untuk bahasa yang lain
tidak mengganggu sintaks kalimat.
Dalam linguistic, sering mengacu pada
dimensi paradigmatik bahasa sebagai
“sumbu yang bersifat vertical”.
Parole : Parole merupakan istilah dalam ilmu
linguistik yang dikemukakan oleh
Ferdinand de Saussure dalam buku Cours
de Linguistique Generale (Pengantar
Linguistik Umum)
Patristik : Merupakan sebuah zaman yang
berlangsung setelah zaman Perjanjian
Baru
Performansi bahasa : Pemakaian bahasa yang mengacu kepada
proses kognitif.
Permisif : Bersifat terbuka (serba membolehkan;
suka mengizinkan).
Persepsi : Tindakan dalam menyusun, mengenali,
dan menafsirkan informasi sensoris guna
memberikan gambaran dan pemahaman
tentang lingkungan.
Petutur : Orang yang memiliki kemampuan
menggunakan bahasa tertentu.
Piramida bahasa : Konsep segitiga bahasa yang mencakup
bahasa, makna dan acuan.
Glossarium 407
Poliglot : Seseorang yang pasih dalam berbahasa
dan banyak menguasai lebih dari dua
bahasa.
Post modernisme : Paham yang berkembang setelah era
modern dengan modernisme-nya.
Pragmatik : Disiplin ilmu yang mengkaji makna yang
berkaitan dengan koteks.
Preferensi : Merupakan hak untuk didahulukan dan
diutamakan daripada yang lain; prioritas,
pilihan; kecenderungan; kesukaan.
Preskriftif : Bersifat memberi petunjuk atau
ketentuan; bergantung pada atau
menurut ketentuan resmi yang berlaku.
Produksi ujran : Proses menghasilkan bunyi.
Propagandis : Orang yang pekerjaannya melakukan
propaganda.
Provokatif : Bersifat provokasi, atau merangsang
untuk menghasut.
Psikolinguis : Seorang yang ahli dalam psikologi dan
linguistik.
Psikolinguistik : Ilmu yang mengkaji hubungan bahasa
dengan usnur-unsur (kejiwaan) psikologi.
Qutbian : Qutbian merupakan kelompok Muslim
yang mendukung dan mengikuti metode
dakwah Qutb. Qutbian dibentuk untuk
menentang bersama-sama terhadap
bentuk politik yang jauh dari kedaulatan
Tuhan. Qutbian bukan hanya aktif dalam
dunia keilmuan saja, namun juga aktif
dalam praktik karena rasa simpati dan
empati yang mereka berikan terhadap
Islam. Oleh karena itu, kelompok
408 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Qutbian tidak hanya melakukan ritual
keagamaan tradisional, tetapi juga
melakukan gerakan dakwah lapangan.
Radikal : Secara mendasar (sampai kepada hal
yang prinsip).
Ragam bahasa : Variasi bahasa menurut pemakaian, yang
berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan
pembicara, lawan bicara, dan orang yang
dibicarakan, serta menurut medium
pembicaraan.
Rasialisme : Prasangka berdasarkan keturunan bangsa
atau perlakuan yang berat sebelah
terhadap suku bangsa yang berbeda-beda
atau paham bahwa ras diri sendiri merasa
yang paling unggul.
Rasionalisme : Teori atau paham yang menganggap
bahwa pikiran dan akal merupakan satu-
satunya dasar untuk memecahkan
problem yang lepas dari jangkauan indra,
paham yang lebih mengutamakan
kemampuan akal daripada emosi atau
hati.
Rasisme : Rasialisme.
Redupilkasi : Proses atau hasil perulangan kata atau
unsur-usnsur kata.
Rekognisi : Hal atau keadaan yang diakui pengakuan,
pengelana, atau pengharagaan.
Replikasi : Proses cara meniru atau penduplikatan.
Representasi : Perbuatan mewakili atau keadaan
diwakili.
Glossarium 409
Represif : Bersifat menekan, menahan, atau
menindas.
Reseftif : Dapat menerima, terbuka dan tanggap
terhadap pendapat, saran, dan anjuran
orang lain atau bersifat menerima.
Resepsi bahasa : Penerimaan berbahasa.
Reseptif : Proses menghidupkan atau menggiatkan
kembali.
Revitalisasi : Kabangkitan.
Revivalisme : Perubahan ketatanegaraan (pemerintahan
atau keadaan sosial) yang dilakukan
dengan cara kekerasan.
Revolusi : Ilmu yang mempelajari tentang makna
yang tidak dihubungkan dengan konteks.
Semantik : Studi tentang makna atau tanda, indikasi,
penunjukkan dan komunikasi.
Semiotik : Tanda bahasa yang menyatukan atau
menghubungkan suatu konsep dengan
citra bunyi, yaitu kesan psikologis bunyi
yang timbul dalam pikiran manusia.
Signifiant : Pengertian atau kesan makna yang ada
dalam pikiran manusia.
Signifie : Merupakan studi bahasa pada suatu titik
waktu tertentu dan yang dijadikan objek
kajian hanya salah satu periode saja dari
keseluruhan.
Singkronik : Merupakan istilah linguistik menunjuk
kombinasi unit yang diatur dalam urutan
signifikan. Sebuah kalimat adalah
sintagma kata-kata. Bahasa dikatakan
memiliki dua dimensi yang berbeda:
sintagmatik atau sumbu horizontal dari
410 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
kombinasi yang urutan kata-kata yang
dibentuk dengan menggabungkan mereka
dalam urutan yang diakui sebagai aspek
linear bahasa.
Sintagmatik : Pengaturan dan hubungan kata dengan
kata atau dengan satuan yang lebih
besar.
Sintakis : Merupakan salah satu proses menuju
gangguan mental yang berpengaruh
terhadap proses berpikir dan berdampak
pada emosi yang lemah..
Skizofrenia : Gangguan mental tersebut
diinterpretasikan dalam bentuk
halusinasi, paranoid, keyakinan atau
pikiran tidak berdasarkan logika dan
kondisi kejiwaan yang terintimidasi
Sosialisme : Sistem sosial dan ekonomi yang ditandai
dengan kepemilikan sosial dari alat-alat
produksi dan manajemen koperasi
ekonomi, serta teori politik dan gerakan
yang mengarah pada pembentukan
sistem tersebut.
Sosio historis : Sejarah kebudayaan.
Sosiokultural : Ragam bahasa yang terkait dengan suatu
kelompok sosial tertentu seperti terjadi
pada berbagai kelompok masyarakat
menurut kelas sosial, usia, serta
pekerjaan.
Sosiolek : lmu yang mempelajari tentang perilaku
sosial antara individu dengan individu,
individu dengan kolompok, dan
kelompok dengan kelompok.
Glossarium 411
Sosiolinguistik : Ilmu yang mempelajari hubungan bahasa
dengan masyarakat.
Strukturalisme : Salah satu aliran lingusitik dalam
psikologi yang menganggap bahasa
secara batiniyah bukan merupakan
bagian dari bahasa, karena sifatnya yang
tidak berwujud dan tidak dapat
dibuktikan secara ilmiah.
Supermasi : Pengetahuan atau ilmu tentang filsafat,
prilaku, dan perkembangan masyarakat,
ilmu tentang struksur sosial, proses
sosial, dan perubahannya.
Surface structure : Struktur luar bahasa.
Tendensius : Bersifat berpihak, suka menyusahkan,
atau bersifat rewel.
Tindak tutur : Seluruh komponen bahasa dan nonbahasa
yang meliputi perbuatan bahasa yang
utuh, yang menyangkut peserta di dalam
percakapan, bentuk penyampaian
amanat, topik, dan konteks amanat
tersebut.
Transformatif generatif : Tata bahasa linguistik generatif sebuah
tatabahasa yang diprakarasi oleh
Chomsky.
Transformasi genetik : Proses introduksi gen dari satu organisme
ke organisme lain yang memungkinkan
untuk memunculkan sifat harapan tanpa
mengubah sifat lain.
Verba : Kelas kata yang menyatakan suatu
tindakan, keberadaan, pengalaman, atau
pengertian dinamis lainnya.
412 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Vokal : Bunyi ujaran akibat adanya udara yang
keluar dari paru-paru tidak terkena
hambatan atau halangan.
Verbal behavior : Perilaku verbal adalah intervensi
berdasarkan ilmu analisis terapan
perilaku yang hanya berfokus pada
komunikasi verbal.
Wacana : Satuan bahasa terlengkap yang
direalisasikan dalam bentuk karangan
atau laporan utuh seperti novel, buku,
artikel, pidato, atau khutbah.
Wahabisme : Sistem atau pemahaman yang mengikuti
paham wahabi.
Westernisasi : Suatu perbuatan seseorang yang mulai
kehilangan jiwa nasionalismenya, yang
meniru atau melakukan aktivitas bersifat
kebarat-baratan (budaya bangsa lain).
Gaya hidup seakan-akan bebas tanpa
mengenal nilai dan norma sosial dalam
masyarakat.
Zionis : Penganut zionisme
Zionisme : Gerakan politik dan sebagainya bangsa
Yahudi yang ingin mendirikan Negara
sendiri yang merdeka dan berdaulat di
Palestina
413
Indeks
‘
‘Abd al-Azi>z Ibn Ibra>hi>m al-
‘Usaili, 41, 66 ‘Abd al-Salam Arif, 85 ‘Abdul Maji>d, 2, 25 ‘Abdul Qadir al-Audah, 126
A
A Jacqueline H. E. Messing, 2, 21, 35, 37
Abbas Mahmud al-‘Aqqad, 27, 89, 90, 124, 139, 169, 284, 369
Abbas Zaidi, 32, 33, 42 Abd S}abu>r, 61, 62 Abdul Chaer, 12, 13, 24, 26,
45, 46, 47, 48, 49, 51, 52, 61, 62, 65, 67, 71, 72, 73, 86, 106, 108, 177, 179, 182, 183, 190, 194, 223, 230, 255, 278, 280, 281, 301
Abdullah Azzam, 126, 142, 144, 147, 156
Abu Ridho, 164 Afasia, 13 Afghanistan, 128, 134, 142,
144, 147, 148, 151, 157, 160
Afrika, 92 Agama, 43, 59, 247
Ahmad Sayuti Anshari
Nasution, 53, 54 al-Afghani, 119, 127, 152 al-Azhar, 82, 123, 126, 142 al-Banna, 27, 79, 94, 95, 96,
116, 127, 128, 129, 130, 131, 139, 140, 141, 151, 153, 162, 163, 168, 169, 262, 263, 276, 300, 361, 369
al-Faraj, 152, 153, 154, 155 al-Nadwi, 126, 137 al-Qaeda, 132, 141, 142, 143,
144, 147, 148, 150, 151, 156, 157, 158, 159, 160, 161
al-Qur’an, 9, 38, 43, 80, 81, 82, 87, 92, 95, 115, 117, 119, 120, 122, 128, 134, 139, 140, 149, 154, 157, 158, 165, 166, 167, 169, 196, 197, 214, 217, 218, 245, 254, 283, 290, 293, 294, 296, 297, 298, 299, 300, 308, 316, 331, 345, 350, 370
al-Rafi’i, 126 al-Sunnah, 43, 80, 115, 128,
165, 316, 331, 350 Amerika, 20, 67, 70, 71, 72,
79, 83, 84, 87, 92, 93, 95,
414 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
130, 142, 143, 145, 147, 148, 149, 150, 156, 157, 167, 170, 174, 183, 202, 209, 212, 238, 239, 240, 241, 278, 280, 284, 290, 292, 293, 296
Aminah Qutb, 88, 119, 121, 123
Andreu Bauzà Sastre, 23, 57 Antropologi, 42 Anwar Sadat, 117, 150, 159 Arab, 9, 25, 27, 28, 37, 39, 41,
46, 47, 48, 58, 59, 63, 83, 89, 90, 98, 99, 105, 108, 109, 112, 113, 123, 127, 130, 136, 137, 139, 140, 143, 144, 147, 148, 156, 159, 163, 174, 178, 180, 189, 190, 191, 194, 195, 199, 223, 237, 244, 245, 254, 255, 256, 301, 302, 303, 304, 321, 330, 331, 343, 349
asan Mardi> H{asan, 55, 63, 64, 65, 66
Asep Ahmad Hidayat, 1, 42, 55, 74
Asia Selatan, 134, 136, 142 Asyyuth, 169 Australia, 144, 162
B Bahasa, 1, 2, 3, 4, 7, 8, 9, 11,
12, 13, 18, 22, 24, 25, 26, 31, 33, 34, 35, 38, 42, 43,
44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 62, 63, 65, 68, 70, 72, 73, 74, 75, 90, 91, 92, 102, 103, 104, 105, 110, 112, 113, 123, 173, 174, 177, 178, 179, 180, 182, 184, 185, 186, 188, 189, 190, 191, 192, 195, 198, 199, 200, 201, 202, 203, 205, 206, 207, 208, 210, 211, 212, 213, 215, 216, 217, 219, 220, 221, 222, 223, 226, 228, 229, 230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 241, 242, 243, 244, 245, 246, 247, 248, 249, 250, 251, 252, 253, 254, 256, 257, 259, 262, 265, 268, 273, 277, 278, 280, 281, 288, 290, 293, 294, 296, 300, 303, 304, 322, 364
Bambi B. Schieffelin, 34, 103 Bangladesh, 134 Barat, 44, 79, 80, 83, 84, 85,
92, 93, 94, 96, 97, 98, 119, 128, 129, 133, 134, 137, 139, 143, 145, 150, 151, 153, 157, 158, 168, 169, 170, 172, 214, 226, 229, 232, 238, 239, 241, 243, 245, 249, 250, 256, 257, 264, 276, 284, 289, 290, 291, 292, 298, 303, 321,
Indeks 415
323, 326, 334, 337, 345, 349, 362, 370
Behaviorisme, 278 Bloomfield, 70, 71, 72, 278,
280, 370 Bom, 162 Budaya, 180, 355 Bunyi, 53, 54, 173, 196, 363
C
Calvert, 84, 97, 114, 117, 118, 141, 150, 151, 300
Carol A. Miller, 7, 21, 22, 60, 73, 76
Chomsky, 11, 25, 41, 42, 44, 45, 48, 49, 52, 53, 55, 58, 62, 63, 65, 68, 70, 72, 74, 75, 76, 77, 86, 106, 112, 186, 189, 192, 274, 277, 280, 286, 287, 371
Colorado, 83, 92, 144 Culler, 33, 39, 44
D
Da>r al-‘Ulu>m, 91, 95 DDII, 144, 163
E
Eksternalisasi bahasa, 107, 185, 288
Eriyanto, 10, 11 Eropa, 93, 144, 147, 170, 205,
256, 257, 362
Esposito, 93 External speech, 26
F Fais}a>l Darra>j, 32, 33, 40 Faris Muhammad, 54 Fatimah Husain Usman, 27,
82, 87, 118, 139, 369 Filsafat, 1, 2, 3, 4, 42, 55, 74,
170 Fisiologi, 50 Fonologi, 31, 46, 52, 54, 187,
188, 190, 198, 203, 208, 213, 219
Franz Magnis Suseno, 2 Frasa, 46, 47, 195, 223, 224,
225, 226, 228, 229, 230, 231, 232, 233, 234, 235, 236, 237, 238, 239, 241, 242, 243, 244, 245, 246, 247, 248, 249, 250, 252, 253, 254, 256
G
Gramatika, 74
H H{a>kimiy>ah, 324 H{izb, 136, 166, 352, 367 Haedar Nasir, 37, 96 Hizbul Wathan, 87 Hizbut Tahrir, 116
416 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
I Ibnu Taimiyah, 27, 98, 117,
132, 133, 139, 142, 369 Ideologi, 4, 5, 6, 8, 10, 14, 16,
17, 26, 31, 35, 36, 37, 38, 42, 77, 97, 101, 109, 113, 114, 118, 140, 141, 153, 160, 162, 163, 164, 165, 273
Ikhwanul Muslimin, 79, 81, 84, 85, 87, 94, 96, 97, 116, 117, 122, 123, 129, 130, 139, 141, 142, 147, 151, 155, 156, 159, 161, 162, 163, 168, 170, 172, 207, 218, 262, 263, 276, 285, 291, 292, 298, 299, 361, 362, 370
Ilyas Ismail, 82, 88, 89, 92, 96, 98, 125, 154, 196, 212, 218, 294, 295, 296, 298, 299, 312, 317, 318, 328, 329, 334, 338, 341
Imam Asrori, 47, 48, 195, 199, 223, 254, 256, 303, 304
Imam Samudra, 27, 144, 145, 146, 155, 370
Imdadun Rahmat, 116, 130, 136, 141, 161, 162, 163, 164, 165, 313, 314, 319, 322, 324, 325, 326, 327, 348, 349, 350, 362
India, 133, 134
Indonesia, 2, 3, 6, 13, 19, 37, 91, 92, 103, 108, 109, 113, 116, 130, 141, 144, 145, 157, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 189, 190, 191, 192, 199, 200, 201, 202, 205, 206, 207, 210, 211, 212, 215, 216, 217, 220, 221, 222, 228, 229, 230, 231, 232, 234, 235, 236, 237, 238, 240, 241, 242, 243, 245, 246, 247, 248, 249, 251, 252, 253, 254, 288, 313, 314, 319, 322, 324, 325, 327, 348, 349, 350, 355, 362
Inggris, 61, 88, 90, 92, 97, 98, 123, 137, 140, 149, 189, 191, 233, 235
Internalisasi bahasa, 28, 104, 107
Irak, 85, 171, 245 Islam, 8, 15, 19, 27, 29, 37,
38, 43, 44, 57, 79, 80, 81, 83, 84, 88, 89, 92, 93, 94, 95, 97, 98, 99, 104, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 144, 145, 146,147, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 159, 160, 161,
Indeks 417
162, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 170, 172, 178, 180, 188, 196, 197, 200, 202, 203, 208, 212, 213, 214, 220, 221, 225, 227, 231, 232, 235, 238, 243, 247, 249, 251, 254, 256, 257, 258, 259, 261, 262, 263, 264, 266, 267, 270, 271, 277, 284, 285, 289, 290, 291, 295, 296, 297, 298, 299, 302, 303, 305, 306, 307, 308, 309, 310, 311, 312, 313, 314, 315, 316, 317, 318, 319, 321, 322, 323, 324, 325, 327, 328, 330, 331, 333, 334, 335, 336, 337, 338, 339, 340, 341, 342, 343, 344, 345, 346, 347, 348, 349, 350, 352, 353, 354, 355, 356, 358, 359, 360, 361, 362, 363, 365, 366, 367, 369, 370
Israel, 83, 128, 150, 159 Italia, 92
J J. Trevor Morley, 22, 35, 39,
47 Jahiliyah, 29, 115, 135, 136,
137, 220, 226, 244, 298, 303, 315, 326, 330, 331, 332, 333, 336, 370
James, 19, 57, 121, 156
Jihad, 29, 82, 92, 97, 123, 132, 133, 135, 136, 137, 138, 142, 143, 144, 146, 150, 154, 159, 160, 227, 231, 261, 292, 305, 306, 307, 308, 309, 312, 344, 370
K
Kairo, 82, 89, 91, 94, 96, 99, 100, 127, 142, 169, 189, 190, 291, 296, 297
Kamal al-Sananiri, 123 Kapitalisme, 322 Karl Marx, 5, 322 Katherine Ledford, 36 Kent Jonson, 21, 35, 59, 60,
76 Klausa, 46, 47, 195, 223, 254,
255, 256 Kognitif, 179, 184, 275, 278 Komarudin Hidayat, 43, 59 Kompetensi, 16, 24, 27, 28,
31, 35, 47, 64, 74, 101, 102, 103, 104, 107, 109, 110, 111, 112, 113, 169, 172, 174, 175, 225, 273, 284, 303, 364, 371
Konvensional, 190, 222 Kridaklasana, 195
L
Leksem, 180, 195
418 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Leksikal, 106, 107, 198, 203, 208, 213, 219, 226, 233, 239, 244, 250, 301, 302
Lennerberg, 67, 69, 75, 77, 280, 370
Linguistik, 45, 48, 49, 68, 69, 72, 73, 74, 75, 77, 101, 190, 194, 223, 230, 255, 301
M
Mahfouz Azzam, 150, 151 Makna, 1, 4, 42, 50, 51, 52,
55, 58, 65, 74, 104, 106, 189, 198, 199, 203, 208, 213, 215, 219, 222, 226, 233, 234, 235, 239, 243, 244, 250, 257, 259, 262, 265, 268, 300, 302, 303, 304, 305, 326, 340
Maududi, 27, 116, 117, 123, 132, 133, 134, 135, 136, 137, 138, 139, 140, 141, 165, 276, 335, 369
Mekkah, 331 Memori, 103 Mesir, 79, 80, 81, 82, 84, 85,
88, 89, 90, 91, 92, 95, 96, 97, 99, 114, 119, 123, 124, 125, 126, 127, 129, 133, 136, 140, 142, 143, 144, 147, 150, 151, 152, 155, 159, 160, 161, 167, 168, 169, 170, 172, 183, 189, 196, 245, 259, 262, 276,
284, 285, 289, 290, 292,298, 320, 321, 362, 370
Miki Miahara, 42 Militan, 147, 156 Modernisme, 38 Morfologi, 46, 47, 188, 190,
194, 198, 203, 208, 213, 219, 226
Muhammad Abduh, 127 Muhammad Qutb, 88, 119,
122, 123, 147, 156, 283
N Nafisah Qutb, 88, 119, 121 Nasser, 79, 84, 96, 97, 117,
123, 130, 151, 218, 290, 321
Nature, 58, 135, 274 Neuropsikolinguistik, 180,
181, 182, 274 Nighat Shakur, 22, 60, 61
O Omar Abdel Rahman, 27, 142 Osma bin Laden, 27, 146, 159
P
Pakistan, 123, 134, 147, 151 Paradigmatik, 69 Partai, 6, 89, 91, 125, 136,
163, 164, 165, 352, 355 Pateda, 106, 107, 180, 301,
302, 303
Indeks 419
Paul V. Kroskrity, 20, 34, 39, 40, 43
Penjara, 96, 190, 209, 240 Perang, 133, 159, 191, 233,
250, 343 Performansi, 24, 28, 31, 52,
54, 64, 107, 173, 175, 177, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 188, 195, 197, 198, 203, 208, 213, 219, 223, 225, 226, 232, 233, 238, 239, 244, 250, 254, 256, 257, 259, 262, 264, 265, 267, 268, 270, 271, 273, 288, 291, 302, 305, 357, 363, 364, 365, 366, 367, 370
Peshawar, 142, 147, 151 Petta Tarlinton, 97 Poliglot, 14 Politik, 6, 85, 114, 162, 163,
164, 165, 183, 244, 292, 355
Prancis, 92 Pranowo, 146 Produksi, 64, 101, 179, 181 Psikolinguistik, 3, 11, 12, 13,
46, 48, 51, 58, 59, 61, 62, 63, 65, 67, 86, 101, 103, 106, 174, 175, 177, 181, 182, 185, 187, 188, 256, 278, 280, 281, 287
Psikologi, 24, 79, 86, 179, 184, 275, 278
Q
Qiya>dah, 220, 257, 320 Qutb, 14, 15, 17, 18, 19, 24,
25, 27, 28, 38, 79, 80, 81, 82, 83, 84, 85, 86, 87, 88, 89, 91, 92, 93, 94, 95, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 103, 104, 109, 111, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 135,136, 137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 145, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 158, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 177, 178, 179, 180, 182, 183, 184, 185, 187, 188, 189, 190, 193, 194, 195, 196, 197, 198, 199, 202, 203, 204, 205, 207, 208, 209, 210, 212, 213, 214, 215, 217, 218, 219, 220, 222, 223, 225, 226, 227, 232, 233, 234, 238, 239, 240, 243, 244, 245, 249, 250, 251, 254, 256, 257, 258, 259, 260, 261, 262, 263, 264, 265, 266, 267, 268, 269, 270, 271, 273, 276, 277, 278, 282, 283, 284, 285, 286, 287, 288,
420 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
289, 290, 291, 292, 293, 294, 295, 296, 297, 298, 299, 300, 302, 303, 304, 305, 306, 307, 308, 309, 310, 311, 312, 313, 314, 315, 316, 317, 318, 319, 320, 321, 322, 323, 324, 325, 326, 327, 328, 329, 330, 331, 332, 333, 334, 335, 336, 337, 338, 339, 340, 341, 342, 343, 344, 345, 346, 347, 348, 349, 350, 351, 352, 353, 354, 355, 356, 357, 358, 359, 360, 361, 362, 363, 364, 365, 366, 367, 369, 370, 371
Qutbian, 94, 114, 116, 144, 145, 147, 148, 150, 152, 156, 157, 158, 161, 359
R
Radikal, 116, 130, 136, 141, 156, 161, 313, 314, 319, 322, 324, 325, 327, 348, 349, 350, 362
Radikalisme, 38, 80, 84, 115, 117, 157, 160, 161, 196, 197, 214, 308, 318, 334, 335, 348, 350, 362, 363
Rashid Ridha, 153 Rasionalisme, 278, 280 Rasulullah, 164, 200, 206,
220, 331, 340 Renâe Dirven, 4, 5, 36
Representasi, 105, 274 Revivalisme, 38, 116, 130,
141, 313, 314, 319, 322, 324, 325, 327, 348, 349, 350, 362
Revolusi, 88 Roger Fowler, 10 Rusia, 11, 13, 143, 150 Ruth Wodak, 20, 49, 66
S
S}abri Ibra>him, 103, 108 Sad Zaghlul, 90 Said Hawwa, 116, 146 San Diego, 34 Saussure, 1, 45, 61, 68, 69, 70,
107, 278 Semantik, 46, 48, 50, 51, 105,
189, 190, 199, 300, 301, 302, 303, 304
Sintagmatik, 70 Sintaksis, 46, 47, 48, 50, 186,
195, 223, 225, 254, 256, 257, 259, 262, 265, 268
Skizofrenia, 83 Skotlandia, 19 Sosiolinguistik, 61, 108, 179,
180, 183, 190 Soviet, 147, 148, 156 Sri Langka, 134 Steven, 13 Strukturalisme, 68, 70 Swiss, 92
Indeks 421
T
Tarbiyah, 82, 96, 162, 163, 164, 165, 166
Tarigan, 101, 175, 181, 186, 187, 188, 195, 225, 256
Teroris, 145, 146 Thaha Husain, 95, 126 Theo van Leeuwen, 11 Thompson, 5, 6, 177 Timur Tengah, 84, 88, 92, 93,
116, 130, 136, 141, 142, 155, 157, 159, 160, 163, 245, 313, 314, 319, 322, 324, 325, 327, 348, 349, 350, 362
Transformalisme, 72, 73 Transformatif generatif, 11
V
Verbal, 86, 104, 279, 304 Vygotsky, 3, 13, 275, 287
W
Wahhabi, 152
Y
Yahudi, 83, 94, 128, 145, 203, 232, 259, 262, 284, 297, 323, 332, 333, 341, 356, 361
Yordania, 148, 156, 159, 245
Z
Zawahiri, 27, 97, 128, 129, 130, 146, 147, 148, 150, 151, 153, 155, 159, 160, 161, 370
Zionis, 83, 341 zionisme, 93, 262, 263, 264,
344 Zunly Nadia, 38, 80, 84, 115,
117, 196, 197, 214, 308, 318, 334, 335, 348, 350, 362, 363, 372
422 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
423
Biodata Penulis
Nama lengkap penulis adalah
Zamzam Nurhuda, lahir di Bandung pada
Tanggal 15 Bulan Juli Tahun 1987 dari
pasangan Aceng Sohih Bukhori dan Ade
Mariah. Jenjang pendidikan penulis
dimulai pada Tahun 1994 di MI (Madrasah
Ibtidaiyah) Mathul Anwar bandung dan
Ar-Roja Garut, kemudian pada Tahun
2000-2006 penulis melanjutkan pendidikan
di Pondok Pesantren Darul Arqam
Muhammadiyah Daerah Garut selama
enam Tahun (dari Madrasah Tsanawiyah
sampai Madrasah Aliyah). Selama di Pesantren, penulis aktif di
organisasi kesiswaan atau kesantrian (semacam OSIS), yaitu
sebuah organisasi yang dinamakan IRM (Ikatan Remaja
Muhammadiyah) sekarang IPM (Ikatan Pemuda Muhammadiyyah).
Selanjutnya, pada Tahun 2006 penulis melanjutkan
pendidikan Strata 1 (S1) di UIN Jakarta Fakultas Adab dan
Humaniora Jurusan Bahasa dan Sastra Arab dengan judul skripsi
“Asa>li>b al-Takha>tub bain A‘d}a>’ Munaz}z}amah al-Da‘wah Li al-
Ja>mi’ah: Dira>sah fi> D{aw’ ‘ilm al-Lughah al-antru>bu>lu>ji>”. Selama
kuliah, penulis aktif di LDK (Lembaga Dakwah Kampus), IMM
(Ikatan Mahasiswa Muhammadiyyah) dan IRMAFA (Ikatan Remaja
Mesjid Fathullah). Penulis melanjutkan Pendidikan Strata 2 (S2) di
Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta pada Program Pengkajian
Islam Konsentrasi Bahasa dan sastra Arab dengan judul tesis
“Bilingualisme dan Pengaruhnya Terhadap Bahasa Nasional: Studi
Kasus Di Tarbiyyah PKS” yang sudah diterbitkan (ISBN).
424 Transformasi Ideologi dan Bahasa : Studi Kompetensi dan Performansi Sayyid Qutb
Penulis menghasilkan beberapa karya tulisan yang sudah
diterbitkan dalam jurnal (ISSN), karya tersebut di antaranya:
“Bahasa Spritual: Bahasa Logis, Bahasa Intuitif: Tinjauan
Psikologis Seorang Da’i”, Hermeneutika Bahasa: Teks dan Konteks
Islam dan Pengaruh Hamzah Pansuri Terhadap Bahasa dan Sastra
Melayu.
Sekarang, aktivitas penulis adalah sebagai pengajar (dosen)
bahasa Arab, pendidikan Agama Islam dan Linguistik di Universitas
Pamulang dan sedang menempuh pendidikan Strata 3 (S3) mulai
Tahun 2013 di Sekolah Pascasarja (SPs) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dalam bidang studi Pengkajian Islam Konsentrasi Bahasa
dan Sastra Arab. Tulisan ini adalah sebagai salah satu tugas akhir
(disertasi) yang diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Doktor dalam bidang Bahasa dan Sastra Arab.
Tentunya penulis menyadari sangat banyak kekurangan dalam
tulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran akan sangat penulis
terima dengan terbuka. Penulis bisa dihubungi melalui email: