perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi,...

34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Berbicara a. Pengertian Kemampuan Kemampuan adalah pengetahuan atau kecakapan yang terlihat. Kemampuan mencakup bakat dan prestasi yang dimiliki seseorang yang merupakan hasil dari latihan atau bawaan sejak lahir yang digunakan untuk mengerjkan sesuatu melalui tindakan. Menurut Stenberg 2013 (dalam Khairani, 2013: 109) kemampuan manusia itu bukanlah sebuah kemampuan yang sifatnya sudah baku pada satu bentuk atau titik tertebtu (not fixed ability), tetapi sebuah kemampuan yang sifatnya terus berkembang (developing abilities) Susanto (2011: 98) berpendapat emampuan merupakan suatu daya atau kesanggupan dalam diri setiap individu dimana daya ini dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam menyelesaikan Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang. b. Pengertian Berbicara Santrock (1997: 169) menyatakan bahwa : Every human culture has language. Human languages number in thousands, differing so much on the surface that many of us despair at learning more than even one. Yet all human language have some common characteristics. Language is a system of symbol used to comm cfgfg aunicate with other. In humans, language is characterized by infinite generavity and rule systems. infinite generavity is an individual is ability to generate an infinite number of meaning full sentence using a finite set of word and rules, which makes

Transcript of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi,...

Page 1: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user 7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Kemampuan Berbicara

a. Pengertian Kemampuan

Kemampuan adalah pengetahuan atau kecakapan yang terlihat.

Kemampuan mencakup bakat dan prestasi yang dimiliki seseorang yang

merupakan hasil dari latihan atau bawaan sejak lahir yang digunakan untuk

mengerjkan sesuatu melalui tindakan. Menurut Stenberg 2013 (dalam Khairani,

2013: 109) kemampuan manusia itu bukanlah sebuah kemampuan yang sifatnya

sudah baku pada satu bentuk atau titik tertebtu (not fixed ability), tetapi sebuah

kemampuan yang sifatnya terus berkembang (developing abilities)

Susanto (2011: 98) berpendapat emampuan merupakan suatu daya

atau kesanggupan dalam diri setiap individu dimana daya ini dihasilkan dari

pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam menyelesaikan

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

(Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai

keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu

pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

b. Pengertian Berbicara

Santrock (1997: 169) menyatakan bahwa :

Every human culture has language. Human languages number in thousands, differing so much on the surface that many of us despair at learning more than even one. Yet all human language have some common characteristics. Language is a system of symbol used to comm cfgfg aunicate with other. In humans, language is characterized by infinite generavity and rule systems. infinite generavity is an individual is ability to generate an infinite number of meaning full sentence using a finite set of word and rules, which makes

Page 2: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

language a highly creative neterpise. Language is rule sytem include phonology, morphology, syntax, semantics, and pragmatics, each of which we now discuss in turn.

Setiap kebudayaan manusia memiliki bahasa. Jumlah bahasa manusia

dalam ribuan, berbeda begitu banyak di permukaan bahwa banyak dari kita putus

asa belajar lebih dari bahkan satu. Namun semua bahasa manusia memiliki

beberapa karakteristik umum, bahasa adalah sistem simbol yang digunakan untuk

berkomunikasi dengan lainnya, pada manusia bahasa ditandai dengan sistem

aturan yang tak terbatas. Pada umumnya kemampuan tak terbatas seorang

individu untuk menghasilkan jumlah makna kalimat tak terbatas yang penuh

menggunakan sebuah himpunan dari kata dan aturan, yang membuat bahasa

sangat kreatif. Bahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi,

sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian

Dalam pembelajaran bahasa salah satu kemampaun yang harus dikuasai

anak adalah kemampuan berbicara, kemampuan ini menempati kedudukan yang

penting karena merupakan ciri kemampuan komunikatif anak. Dengan kata lain

kemampuan berbicara, tidak hanya berperan dalam pembelajaran bahasa tetapi

berperan penting dalam pembelajaran yang lain.

Berbicara merupakan sarana berkomunikasi. Untuk dapat berkomunikasi

dengan orang lain, semua individu harus dapat menguasai dua fungsi yang

berbeda. Kemampuan menangkap maksud yang ingin dikomunikasikan orang

lain sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti.

Menurut Annett Schirmer dalam penelitiannya yang berjudul Tone of

Voice Changes Affective Word Representations in Memory menyatakan bahwa

Spoken language, like other communication systems, evolved as a means for influencing the attitudes and behaviours of communication partners. That spoken language is particularly powerful in this influence likely has two reasons. First, language is the only biological communication system that is truly generative Unlike nonverbal messages, which are limited in number and scope, language comprises a set of arbitrary symbols whose combination allows for an infinite number of potentially complex and abstract messages. A second and equally important fact is that language uses as its vehicle the voice a communication system already present in our pre-linguistic ancestors.

Page 3: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Bahasa lisan, seperti sistem komunikasi lainnya, berkembang sebagai

sarana untuk mempengaruhi sikap dan perilaku mitra komunikasi. Bahasa lisan

sangat berpengaruh, kemungkinan besar memiliki dua alasan . Pertama ,bahasa

adalah satu-satunya sistem komunikasi biologis yang benar-benar generatif. Tidak

seperti pesan nonverbal, dalam jumlah dan ruang lingkup yang terbatas. Bahasa

terdiri dari satu set simbol yang sewenang-wenang yang kombinasi

memungkinkan untuk jumlah tak terbatas pesan berpotensi kompleks dan abstrak .

Fakta kedua dan tidak kalah penting bahwa bahasa adalah digunakan sebagai

sistem komunikasi yang sudah ada dalam leluhur pralinguistik kita.

Menurut Tarigan (2008: 16) berbicara merupakan kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi, artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan dan menurut

Hariyadi dan Zamzami 1996/1997: 54 (dalam Suhartono, 2005: 20) berbicara

pada hakikatnya merupakan suatu proses komunikasi, sebab didalamnya terjadi

pesan dari suatu sumber ke tempat lain.

Menurut Dardjowidjojo (2003: 17) bahasa lisan merupakan unsur penting

dalam interaksi atau sosialisasi. Bahasa adalah suatu simbol lisan yang arbitrer

yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan

berinterkasi antar sesamanya, berlandaskan pada budaya yang meraka miliki

bersama.

Selanjutnya penelitian yang ditulis oleh Halida yang berjudul Metode

Bermain Peran dalam Mengoptimalkan Kemampuan Berbicara Anak Usia 4-5

tahun menurut Crystal (dalam Hoff, 2005: 2) oral language is the systematic

and conventional use of sound (or sign or written symbols) for the purpose of

communication or self-self expression.

Yang artinya adalah bahasa lisan adalah penggunaan yang sistematik dan

konvensional (atau tanda atau simbol tertulis) untuk tujuan komunikasi atau

ekspresi diri.

Menurut Abidin (2012: 125) berbicara pada dasarnya kemampuan

seseorang mengeluarkan ide, gagasan ataupun pikirannya kepada orang lain

Page 4: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

melalui bahasa lisan. Sedangkan menurut Saddhono dan Slamet (2012: 35)

berbicara adalah salah satu alat komunikasi penting untuk menyatakan diri

sebagai anggota masyarakat. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang

dapat di dengar (audible) dan kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah

otot-otot dan jaringan otot manusia demi maksud dan tujuan gagasan-gagasan

yang dapat dikombinasikan. Lebih jauh lagi, berbicara merupakan aktivitas

manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik

dan linguistik.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan kemampuan

berbicara adalah suatu keterampilan bawaan sejak lahir yang dikembangkan

melalui interaksi dengan lingkungan. Kemampuan berbicara berupa penggalan

kata, dalam bentuk bunyi yang diekspresikan dalam menyampaikan pesan

maupun gagasan.

c. Tujuan Berbicara

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat

menyampaikan pikiran, gagasan, perasaa, dan kemauan secara efektif, seyogyanya

pembecara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan dia

harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap pendengarnya.

(Saddhono dan Slamet, 2012: 37).

Menurut Patricia McAleer Hamaguchi (2010: 8-9)

Many things must happen in order for a child to speak:

1) There must be a desire to communicate 2) The brain must have previously heard and learned words in other contexts 3) The brain must create an idea it wants to communicate to someone else 4) The brain must then send that idea to the mouth 5) The brain must tell the mouth which words to say and which sound make

up those word. Intonation pattern and accented sylablles must be incorporated.

Banyak hal yang harus terjadi agar anak berbicara :

1) Harus ada keinginan untuk berkomunikasi

Page 5: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2) Otak harus sudah terlebih dahulu mendengar dan mempelajarai kata-kata

dalam konteks lain

3) Otak harus menciptakan ide yang ingin dikomunikasikan dengan orang

lain

4) Otak kemudian harus mengirimkan gagasan ke mulut.

5) Otak harus memberitahu mulut kata-kata untuk mengatakan apa yang

didengar, pola intonasi dan aksen suku kata yang harus dimasukkan.

Menurut pakar perkembangan anak Hurlock (dalam Hastari, 2004: 8)

tujuan dari anak keinginan yang kuat untuk berbicara adalah : Pertama bicara

merupakan sarana pokok dalam sosialisasi. Anak-anak yang mudah

berkomunikasi dengan tema sebayanya, akan lebih mudah mengadakan kontak

sosial dan lebih diterima oleh kelompok, daripada anak yang memiliki

kemampuan komunikasi terbatas, kedua berbicara merupakan sarana untuk

memperoleh kemandirian. Anak- anak yang tidak dapat mengungkapkan

kebutuhan dan keinginannya atau yang tidak dapat berusaha dimengerti orang

lain, cenderung diperlakukan sebagai bayi dan tidak dapat memperoleh

kemandirian yang dinginkan. Dengan pembicaraan yang jelas diharapkan

informasi bisa tersampaikan.

Dhieni (2007: 3.6) mengatakan bahwa tujuan berbicara adalah untuk

memberitahukan, melaporkan, menghibur, dan meyakinkan seseorang yang terdiri

dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek kebahasaan meliputi faktor-

faktor sebagai berikur: 1) keterampilan ucapan, penempatan tekanan, nada, sendi

dan durasi yang sesuai, 3) pilihan kata, 4) ketepatan sasaran pembicaraan. Aspek

nonkebahasaan meliputi: 1) sikap tubuh, 2) kesedian menghargai pembicaraan

maupun gagasan orang lain, 3) kenyaringan suara dalam kelancaran berbicara, 4)

relevansi, penalaran dan penguasaa terhadap topik tertentu.

Tarigan (2008: 16), menyatakan tujuan utama dari berbicara adalah untuk

berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogyanyalah

sang pembicara memahami makna makna segala sesuatu yang ingin

dikomunikasikan, dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap

Page 6: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

(para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala

situasi pembicaraan baik secara umum ataupun perorangan.

Menurut Suhartono (2005: 122) secara umum tujuan pengembangan

bicara anak usia dini yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya

(pendapat, sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk kepentingan

berkomunikasi. Bila dipelajari dari tujuan tersebut, paling tidak ada tiga tujuan

umum dalam pengembangan berbicara anak: (1) agar anak dapat melafalkan

bunyi bahasa yang digunakan secara tepat. (2) Agar anak memiliki

perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi. (3) Agar

anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secra lisan

Tujuan berbicara merupakan hal yang sangat penting untuk ditentukan

sebelum seseorang berbicara memaparkan gagasannya. Menurut Abidin

(2012:129) tujuan berbicara adalah :

1. Informatif

Tujuan informatif merupakan tujuan berbicara yang dipilih pembicara ketiak

ia menyampaikan gagasannya untuk membnangun pengetahuan pendengar.

2. Persuasif

Tujuan persuasif merupakan tujuan pemdecaraan yang menekankan

daya bujuk sebagai kekuatannya. Tujuan berbicara seperti ini lebih

menekannkan pada usaha mempengaruhi orang lain untuk bertindak sesuai

dengan apa yang diharapkan pembicara melalui penggunaan bahasa yang

halus dan penuh daya pikat.

3. Argumentatif

Tujuan argumentatif merupakan tujuan berbicara untuk meyakinkan

pendengar atas gagasan yang dismapikan oleh pembicara.

Dari berbagai pendapat diatas kesimpulan dari tujuan berbicara pada

anak usia dini yaitu agar anak mampu mengungkapkan isi hatinya (pendapat,

sikap) secara lisan dengan lafal yang tepat untuk dapat berkomunikasi. Selain itu

anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat, anak

mempunyai perbendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkonunikasi

Page 7: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dan agar anak mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi

secara lisan.

d. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Berbicara Anak

Menurut Hastari (2004: 9) faktor yang mempengaruhi perkembangan

bicara anak yaitu :

1. Rangsangan yang cukup, misalnya dengan sering mengajak anak berbicara,

mendengarkan cerita, membiarkan anak mengungkapkan apa yang ada dalam

pikirannya dan mendiskusikan sesuatu.

2. Ada sarana yang mendukung, misalnya dari buku yang orang tua bacakan,

mintalah anak untuk mencerikannya kembali dengan bahsanya sendiri,

gunakan perangkat seperti boneka dan maikan seola-olah anak yang menjadi

pelakunya. Bersamaan dengan itu orang tua bisa mengarahkan etika berbicara

anak.

3. Lingkungan yang bilingual atau multilingual, yang diberika secara teratur,

misalnya bahasa yang satu digabungkan dengan bahasa yang lain dalam satu

kalimat, selain akan merusak tata bahasa anak, setiap bahasa memiliki pola

yang berbeda dan bila dicampuradukkan anak akan bingung, sulit

menerjemahkan bahasa yang satu kebahasa yang lain, anak juga akan sulit

menangkap maksud kalimat yang diucapkan orang lain karena pola kalimat

yang dimilikinya sudah tidak beraturan.

4. Kesehatan fisik dan psikologis anak. Anak yang lahir dengan kelainan seperti

autisme, down syndrom, kelainan otak atau punya maslah pendengaran akan

mengalami kesulitan berbahasa. Anak kesulitan menangkap kalimat yang

beredar disekitar dirinya, akhirnya ia jadi sulit mengucapkan kata-kata atau

kalimat. Begitu juga anak yang mengalami trauma psikologis.

Menurut Yamin dan Sanan (2012: 109) Faktor yang dapat

mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak usia dini yaitu :

1. Anak berada dalam lingkungan yang positif dan bebas dari tekanan.

Sebagaimana disebutkan diatas, bahwa lingkungan yang kaya bahasa akan

Page 8: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

menstimulasi perkembangan bahasa anak, stimulasi tersebut akan optimal

jika anak tidak merasa tertekan. Anak yang tertekan akan menghambat

kemampuan bebrbicaranya.

2. Menunjukan sikap dan minat yang tulus kepada anak. Anak usia dini

emosinya masih kuat, karena itu guru harus menunjukan minat dan perhatian

tinggi kepada anak. Orang dewasa perlu merespon anak dengan tulus.

3. Menyampaikan pesan verbal diikuti dengan pesan nonverbal.

4. Dalam bercakap-cakap dengan anak, orang dewasa perlu menunjukan

ekspresi yang sesuai dengan ucapannya. Perlu diikuti dengan gerakan, mimik

muka dan intonasi yang sesuai

5. Melibatkan anak dalam komunikasi. Orang dewasa perlu melibatkan anak

untuk ikut membangun komunikasi, kita menghargai ide-idenya dengan

memberi respon yang baik terhadap bahasa anak.

Mengenai faktor yang mempengaruhi kemampuan berbicara seseorang,

Abidin (2013: 127-128) berpendapat, beberapa faktor tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Kepekaan terhadap fenomena

faktor ini berhubungan dengan kemampuan berbicara untuk menjadikan

sebuah fenomena sebagai sebuah sumber ide. Seorang pembicara yabg baik

akan mampu menjadikan segala sesuatu yang ada disekitarnya menjadi

sumber ide, sebaliknya seseorang yang tidak tanggap terhadap fenomena

tidak akan mengahsilkan gagasan.

2. Kemampuan kognisi atau Imajinasi

Kemampuan ini berhubungan dengan daya dukung kognisi dan imajinasi.

Pembicara yang baik akan mampu menentukan kapan ia menggunakan

kemampuan kognisinya untuk menghasilkan pembicaraan dan kapan ia harus

menggunakan imajinasinya.

3. Kemampuan Berbahasa

Kemampuan berbahasa merupakan kemapuan pembicara mengemas ide

dengan bahasa baik dan benar. Dalam kaitannya dengan faktor bahasa,

pembicara yang baik hendaknya mengusai benar seluruh tatanan linguistik

Page 9: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dari fonem hingga semantik-pragmatik sehingga ia akan mengemas ide

tersebut secara tepat makna dan tepat kondisi.

4. Kemampuan Psikologis

Kemapuan psikologis berhubungan dengan kejiwaan berbicara, misalnya

keberanian, ketenangan dan daya adaptasi biologis saat berbicara.

5. Kemampuan Performa

Kemampuan performa lebih berhubungan denga praktik berbicara. seorang

pembicara yang baik akan menggunakan gaya yang sesuai dengan situasi ,

kondisi dan tujuan pembicaraannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi perkembangan berbicara anak dapat diperoleh dari bebagai

hal diantaranya faktor urutan kebahasaan (linguistik) dan non kebahasaan

(nonlinguistik). Kepekaan orang tua dalam mengembangkan kemampuan

berbicara dengan memberikan rangsangan yang baik, lingkungan yang tepat, saran

prasarana yang mendukung serta melihat perkembangan fisik dan psikologis anak

membuat kemampuan berbicara anak akan berkembang dengan optimal sesuai

dengan usia perkembangannya.

e. Tahap Perkembangan Berbicara Anak

Menurut Hildayani (2008: 11.16) terdapat beberapa tahap dalam

perkembangan berbicara anak yaitu:

Pada usia 6 minggu- 3 bulan, bayi mulai mengembangkan sistem komunikasinya

menjadi cooing (ocehan tanpa arti yang jelas), babbling, atau keluarnya suara

mirip suku kata, tampak pada usia 6-10 bulan. Memasuki usia 1 tahun anak telah

dapat mengucapkan kata pertamanya. Tidak lama setelah itu, mereka mulai

menggabungkan dua kata untuk berbicara. Anak usia 2 tahun telah dapat

melakukan komunikasi dengan kalimat sederhana. Di usianya yang ketiga anak

telah mampu menceritakan tentang kejadian pada saat itu. Anak usia 4-6 tahun

telah berbicara dan berbahasa seperti layaknya orang dewasa.

Menurut Frankenburg (dalam Indriyani, 2008: 105) bahwa

perkembangan berbicara bayi dan anak adalah sebagai berikut: (1) Sekitar umur 7

Page 10: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

sampai 10 bulan, anak sudah bisa bersuara suku kata, musalnya: ma atau pa atau

ta, atau da, (2) Sekitar umur 11 sampai 13 bulan, anak sudah mulai bisa

memanggil: mama atau papa. (3) Sekitar umur 13 sampai 15 bulan, anak sudah

mulai bisa mengucapkan 1 kata, misalnya: mimik, minum, pipis, (4) Sekitar umur

16 sampai 17 bulan, anak sudah mulai bisa mengucapkan 2 kata, (5) Sekitar umur

17 sampai 18 bulan, anak sudah mulai bisa mengucapkan 3 kata, (6) Sekitar umur

19 sampai 22 bulan, anak sudah mulai bisa mengucapkan 6 kata, (7) Sekitar umur

23 sampai 26 bulan, anak sudah mulai bisa menggabungkan beberapa kata:

mimik cucu, (8) Sekitar umur 24 sampai 28 bulan, anak sudah mulai bisa

menyebutkan nama benda dan gambar, (9) Sekitar umur 26 sampai 35 bulan,

bicaranya 50% sudah dapat dimengerti orang lain.

Menurut Steinberg dan Gleason (dalam Suhartono, 2005: 49) bahwa

perkembangan bicara atau bahasa ekspresif anak dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

perkembangan pra sekolah, perkembangan kombinatori, dan perkembangan masa

sekolah.

1. Tahap penamaan bicara pra sekolah, disebut juga dengan perkembangan

bicara anak sebelum memasuki masa sekolah terbagi menjadi tiga, yaitu:

a) Tahap penanaman, anak baru mulai mampu mengujarkan urutan bunyi

kata tertentu dan ia belum mampu memaknainya. Urutan bunyi yang

diucapkannya biasanya terbatas dalam satu kata.

b) Tahap telegrafis, anak sudah mulai dapat menyampaikan peran yang

diinginkannya dalam bentuk urutan bunyi yang berwujud dua atau tiga

kata untuk mengganti kalimat yang berisi maksud tertentu dan ada

hubungannya dengan makna.

c) Tahap transformasial, anak mulai berani mentransformasikan idenya

kepada orang lain dalam bentuk kalimat yang beragam

2. Pekembangan bicara kombinatori, pada tahap ini anak sudah mulai mampu

berbicara secara teratur dan terstruktur. Bicara anak dapat dipahami oleh

orang lain dan anak sanggup merespon dengan baik positif maupun negatif

atas pembicaraan lawan bicaranya.

Page 11: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3. Perkembangan bicara masa sekolah, merupakan perkembangan bicara anak

sejak memasuki sekolah dasar. Perkembangan bicara ini sudah dapat

dibedakan menjadi tiga bidang, yakni struktur bahasa, pemakaian bahasa dan

kesadaran metalinguistik.

Menurut Yamin dan Sanan (2012: 111) tahapan proses perkembangan

berbicara anak usia lahir-6 tahun.

1. Lahir-3 bulan: a) anak akan membuat suara dengan menyenangkan b) anak akan mengulangi suara yang sama secara berulang-ulang.

c) anak akan menangis dengan cara yang berbeda untuk menunjukan

kebutuhannya yang berbeda-beda.

2. 4-6 bulan a) Anak akan berceloteh ketika sendirian b) Anak akan melakukan sesuatu (dengan bunyi atau gerakan tubuh) secara

berulang-ulang ketika bermain

c) Anak akan berbicara sederhana (tanpa tangisan) untuk menarik perhatian

orang dewasa di sekitarnya

3. 7- 12 bulan

a) Anak akan melalkukan imitasi untuk berbagai jenis bunyi/suara b) Anak akan berceloteh dengan kata-kata sederhana namun masih belum

jelas pengucapannya

4. 12-24 bulan

a) Anak telah dapat menggunakan berbagai jenis bunyi huruf konsonan pada awal kata

b) Anak sudah bisa menyusun dua kata. Contoh, mau minum, mama maem

dan lain-lain.

c) Anak dapat bertanya dengan dua kata sederhana

5. 24-36 bulan

a) Anak bisa bertanya dan mengarahkan perhatian orang dewasa dengan

mengatakan nama benda yang dimaksud.

b) Cara anak berbicara sudah dapat dipahami secara keseluruhan

Page 12: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

c) Anak sudah dapat menghafal kata-kata untuk keseharian

d) Anak memahami tata bahasa secara sederhana.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tahapan perkembangan

berbicara yang telah dimulai sejak bayi, semestinya diperhatikan sedini mungkin,

karena ternyata dapat dijadikan parameter ada tidaknya gangguan perkembangan

pada anak, ketika terlihat ada yang tidak sesuai dengan tahap usia, mereka bisa

segera mencari solusinya dengan melihat beberapa tahap perkembangan tersebut,

dengan demikian maka anak harus selalu mendapatkan stimulus sesuai dengan

tahap perkembangannya, agar kemampuan berbicara anak dapat berkembang

sesuai dengan usia perkembangannya.

f. Karakteristik Kemampuan Bahasa (Berbicara) Anak Usia 4-5 Tahun

Menurut Dhieni (2008: 9.5) secara umum karakteristik kemampuan bahasa

anak usia dini Usia 4-5 tahun :

1. Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Ia

telah dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar

2. Telah menguasai 90% dari fonem dan sintaks bahasa yang

digunakannya.

3. Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat

mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan

tersebut.

Sedangkan menurut Permendiknas No. 58 Tahun 2009 Karakteristik

perkembangan bahasa anak usia 4-5 tahun adalah :

1. Menerima Bahasa

a) Menyimak perkataan orang lain (bahasa ibu atau bahasa lainnya)

b) Mengerti dua perintah yang diberikan bersamaan

c) Memahami cerita yang dibacakan

d) Mengenal pembendaharaan kata mengenai kata sifat (nakal, pelit, baik

hati, berani, baik, jelek dan sebagainya)

Page 13: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2. Mengungkapkan Bahasa

a) Mengulang kalimat sederhana

b) Menjawab pertanyaan sederhana

c) Mengungkapkan perasaan dengan kata sifat (baik, senang, nakal, pelit,

baik hati, berani, jelek dan sebagainya)

d) Menyebutkan kata-kata yang dikenal

e) Mengutarakan pendapat dengan orang lain

f) Menyatakan alasan terhadap suatu yang dinginkan atau ketidaksetujuan

g) Menceritakan kembali cerita/dongeng yang pernah didengar

3. Keaksaraan

a) Mengenal simbol-simbol

b) Mengenal suara-suara hewan/benda yang ada disekitarnya

c) Membuat coreta yang bermakna

d) Meniru huruf

Dari uraian di atas dapat disimpulkan dan diketahui bahwa karakteristik

anak usia 4-5 tahun sudah menuju pada bicara yang berpusat pada orang lain

(sosialisasi) dan pembicaran yang komunikatif. Anak dapat memahami

pembicaraan orang yang sedang bercakap-cakap dengannya. Perbendaharaan

kosakata anak semakin meningkat dan mampu berbicara dengan susunan kalimat

yang sederhana.

2. Hakikat Model Pembelajaran Koopratif Tipe TGT (Time Games Tournament)

a. Pengertian Pembelajaran

Isjoni (2009: 14) mengatakan pembelajaran adalah sesuatu yang

dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya

merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan

belajar.

Pembelajaran menurut Gagnes 1985 (dalam Isjoni 2009: An

active process and suggest that teaching involves facilitating active mental

process by student, bahwa dalam proses pembelajaran anak berada dalam

Page 14: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

posisi mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya

pembelajaran.

Menurut Majid (2013: 4) istilah pembelajaran (intruction) bermakna

sebagai upaya membelajarkan seseorang atau sekelompok orang melalui

berbagai upaya dan berbagai strategi, metode dan pendekatan ke arah

pencapaian tujuan yang direncanakan. Pembelajaran juga dipandang sebagai

kegiatan guru secara terprogram agar anak belajar secara aktif yang

menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Sedangkan menurut Suprihatiningrum (2012: 75) pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan yang melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun

secara terencana yang memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang

dimaksu tidak hanya tempat ketika pembelajaran berlangsung, tetapi juga

metode, media dan peralatan yang diperlukan untuk penyampaian informasi

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar

dengan baik. Pembelajaran suatu usaha sadar dari guru untuk membuat anak

belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri anak yang belajar,

perubahan itu didapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang

relative lama dan karena adanya usaha .

b. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Joice, Weil dan Calhoun (2009: 7) model-model pengajaran

sebenarnya juga bisa dianggap sebagai model-model pembelajaran, saat kita

membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, cara berpikir dan

tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri, kita sebenarnya tengah mengajari

mereka untuk belajar

Sedangkan menurut Suprijono (2001: 46) model pembelajaran adalah

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelompok maupun tutorial.

Page 15: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah prosedur

sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

c. Model Pembelajaran Koopratif

Dalam sistem belajar yang Kooperatif, anak belajar bekerja sama dengan

anggota lainnya. Dalam model kooperatif anak memiliki dua tanggung jawab,

yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri, dan membantu sesama anggota

kelompoknya untuk belajar.

Menurut Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 537) pengelolaan pembelajaran

Kooperatif merupakan salah satu upaya untuk merancang belajar yang Kooperatif

yang juga dapat dikombinasikan dengan berbagai pendekatan pengajaran lainnya.

Slavin (2005:103) mendefinisikan belajar Kooperatif adalah solusi ideal

terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara Kooperatif dan

tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda. Metode-

metode pembelajaran Kooperatif secara khusus menggunakan kekuatan dari

sekolah yang yang menghapuskan perbedaan kehadiran para siswa dari latar

belakang, ras atau etnik yang berbeda untuk untuk meningkatkan kehadiran dalam

kelompok.

Menurut Christine Siegel dalam penelitiannya yang berjudul

Internasional Implementing a Research-Based Model of Cooperative Learning

menyatakan bahwa:

earning involves groups of students working to complete a common task. It is a rich educational strategy because it affords elaborate student interactions. That richness makes cooperative learning a complex construct to study. Given its complexity, researchers have attempted to specify its methods and to control its implementation.

Yang artinya pembelajaran Kooperatif melibatkan kelompok siswa

bekerja untuk menyelesaikan tugas bersama. Model pembelajaran Kooperatif

adalah strategi pendidikan yang kaya akan penerapan interaksi yang rumit.

Kekayaan yang membuat belajar secara kelompok membangun tempat untuk

Page 16: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

belajar. Mengingat dalam kerumitannya para peneliti telah berusaha untuk

menentukan metode dan dapat mengendalikan pelaksanaannya.

Hamdani (2011: 30) mengatakan model pembelajaran Kooperatif adalah

rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang dirumuskan. Dalam pembelajaran kooperatif diterapkan

strategi belajar dengan sejumlah anak sebagai anggota kelompok kecil yang

tingkat kemampuannya berbeda.

Menurut Isjoni (2009: 14) Pembelajaran Kooperatif adalah suatu bentuk

pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. Pembelajran Kooperatif

merupakan strtegi belajar dengan sejumlahmsiswa sebagai kelompok kecil yang

tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugasnya setiap anggota

anggota kelompok harus saling bekerja sama dan membantu untuk memahami

materi pembelajaran. Dalam pembelajaran Kooperatif, belajar dikatakan belum

sesuai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi

pembelajaran.

Menurut Majid (2013: 174) pembelajaran Kooperatif adalah model

pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajran dengan cara anak belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil secara kolaboratif, yang anggotanya terdiri dari 4 samapi dengan 6 orang,

dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.

Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012: 241) model pembelajaran

koopertif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya

kelompok-kelompok. Setiap anak yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat

kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika

memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda

serta memperhatikan kesetaraan gender.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

Kooperatif (cooperative learning) adalah konsep pembelajaran yang membantu

guru memanfaatkan kelompok-kelompok kecil anak yang bekerja sama untuk

mencapai sasaran belajar. Pembelajaran Kooperatif memungkinkan anak

Page 17: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

memaksimalkan proses belajar satu sama lain. Pembelajaran Kooperatif tidak

memerlukan alat dan biaya yang besar, sebab alat untuk pembelajaran ini dapat

menyesuaikan dengan kondisi setempat. Yang paling penting yakni adanya

kemauan atau kreativitas guru dan anak untuk bersama-sama melangsungkan

kegiatan belajar mengajarnya.

Pembelajaran Kooperatif banyak digunakan pada pembelajaran anak usia

dini karena dianggap sesuai untuk melatih sosial dan kemampuan bekerja sama

sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak.

d. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Mengenai penjelasan tentang model pembelajaran Kooperatif dapat

dilihat ciri-cirinya sebagai berikut.

Menurut Slavin 1995 (dalam Isjoni, 2009: 33) karakteristik pembelajaran

Kooperatif yaitu :

Pertama Penghargaan kelompok Pembelajaran Kooperatif menggunakan

tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan

kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan,

kedua pertanggung jawaban individu. Keberhasilan kelompok tergantung dari

pembelajaran individu dari semua anggota kelmpok. Pertanggungjawaban tersebut

menitik beratkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam

belajar, ketiga kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Pembelajaran

Kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan

berdasarkan nilai peningkatan prestasi siswa yang diperoleh terlebih dahulu.

Menurut Hamdani (2011: 31) ada beberapa ciri-ciri pembelajaran

Kooperatif yaitu: 1) setiap anggota memiliki peran, 2) terjadi hubungan interaksi

langsung antara siswa, 3) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas cara

belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, 4) guru membantu

mengembangkan ketermpilan-keterampilan interpersonal kelompok, 5) guru

berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Page 18: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Menurut Rusman (2012: 207-208) karakteristik atau ciri-ciri

pembelajaran Kooperatif adalah :

1. Pembelajaran Secara Tim

Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus

mampu membuat setiap anak belajar. Setiap anggota tim harus saling

membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran

2. Didasarkan Pada Manajemen Kooperatif

3. Kemauan untuk Bekerja Sama

Prinsip kebersamaan atau bekerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran

Kooperatif, anpa kerja sama yang baik, pembeljaran Kooperatif tidak akan

mencapai hasil yang optimal.

4. Keterampilan Bekerja sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan

pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian anak perlu didorong untuk

mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi denga anggota lain dalam

rangka mencapai tujuan pembeljaran yang telah ditetapkan.

Menurut Isjoni (2009: 27) ciri-ciri pembelajaran Kooperatif yaitu: 1)

Setiap anggota memiliki peran. 2) Terjadi interaksi langsung di antara siswa. 3)

Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-

teman sekelompoknya. 4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-

keterampilan interpersonal kelompok. 5) Guru hanya berinteraksi dengan

kelompok saat diperlukan.

Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012: 242) ciri-ciri pembelajaran

Kooperatif sebagai berikut :

1. Siswa dalam kelompok secara Kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai

dengan kompetensi dasar yang akan dicapai

2. Kelompok dibentuk dari anak yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda,

baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota

kelompok bewrsal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan

kesetaraan gender.

3. Penghargaan lebih menekankan pada kelompok masing-masing individu.

Page 19: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Menurut Majid (2013: 176) pembelajaran Kooperatif mempunyai ciri-ciri

atau karakteristik sebagai berikut :

1. Siswa bekerja dalam kelompok untuk menuntaskan materi belajar.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki keterampilan yang tinggi,

sedang, rendah (heterogen)

3. Apabila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku

dan jenis kelamin yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

pembelajaran Kooperatif adalah: 1) setiap individu memiliki peran, 2) adanya

interaksi langsung/tanpa perantara, 3) adanya timbal balik yang didasari

kepentingan bersama, 4) dalam menyelesaikan tugas siswa bekerja dalam

kelompok, 5) pembentukan kelompok dengan kecerdasan yang heterogen dan

berasal dari ras, budaya, suku dan jenis kelamin yang berbeda, 6) penghargaan

lebih ditekankan pada kelompok bukan individu.

e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Asumsi yang mendasari pengembangan pembelajaran Kooperatif

(cooperatif learning) menurut Joyce, Weil dan Coulhan (2009: 302) adalah

sebagai berikut:

1. Sinergi yang ditingkatkan dalam bentuk kerja sama akan meningkatkan

motivasi yang jauh lebih besar dari pada dalam bentuk lingkungan kompetitif

individual.

2. Anggota-anggota kelompok Kooperatif dapat saling belajar Satu sama lain,

setiap pembelajar akan memiliki bantuan yang lebih banyak dari pada dalam

sebuah struktur pembelajaran yang menimbulkan pengucilan antar satu siswa

dengan siswa lainnya.

3. Interaksi antaranggota, akan menghasilkan kognitif, menciptakan sebuah

aktivitas intelektual yang dapat mengembangkan pembelajran ketika

dibenturkan pada pembelajaran tunggal.

Page 20: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

4. Kerja sama meningkatkan perasaan positif terhadap satu sama lain ,

menghilangkan pengasingan dan penyendirian, membangun sebuah hubungan

dan memberikan sebuah pandangan positif terhadap orang lain.

5. Kerja sama meningkatkan penghargaan diri, tidak hanya melalui pembelajaran

yang terus berkembang, namun juga melalui perasaan yang dihormati dan

dihargai oleh orang lain dalam sebuah ingkungan.

6. Siswa yang mengalami dan menjalani tugas serta merasa harus bekerjasama

dapat meningkatkan kapasitasnya untuk bekerjasama secara produktif. Dengan

kata lain semakin banyak anak mendapat kesempatan untuk bekerjasama maka

mereka akan semakin mahir bekerjasama.

7. Siswa termasuk juga anak-anak, bisa belajar dari beberapa latihan untuk

meningkatkan kemampuan mereka dalam bekerjasama.

Arends (dalam Suprihatiningrum, 2012:197) menyatakan bahwa the

cooperative learning model was developed to achive at least three important

intructional goals : academic achivemant, acceptence of diversity, and social skill

develpment, yang maksudnya adalah bahwa model pembelajaran Kooperatif

dikembangkan untuk mencapai sekurang-kurangnya tiga tujuan pembelajaran

penting, yaitu hasil pembelajaran akademik, penerimaan terhadap perbedaan

individu, dan pengembangan keterampilan sosial.

Menurut Isjoni (2009: 33) tujuan utama pembelajaran Kooperatif agar

peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan

cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain

untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapatsecara

berkelompok.

Menurut Majid (2013: 175) pembelajran Kooperatif mempunyai

beberapa tujuan, diantaranya :

1. Meningkatkan kerja anak dalam tugas-tugas akademik. Model pembelajaran

kooperatif ini memiliki keunggulan dalam membantu anak untuk memahami

konsep-konsep yang sulit.

2. Agar anak dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai

perbedaan latar belakang.

Page 21: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

3. Mengembangkan keterampilan sosial anak, berbagi tugas, aktif bertanya,

mengahargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau

menjelaskan ide atau pendapat, dan bekerja dalam kelompok.

Daryanto dan Rahardjo (2012: 242) tujuan utama cooperative learning,

adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya. Jadi, tidak lagi

pengetahuan itu di peroleh dari guru, dengan belajar kelompok seseorang teman

haruslah memberikan kesempatan kepada teman yang lain untuk mengemukakan

pendapatnya dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi

kesalahan dan saling membetulkan sama lainnya.

Sadker dan Sadker 1997 (dalam Huda, 2011: 66) menjabarkan beberapa

manfaat pembelajaran Kooperatif. Menurut mereka, selain meningkatkan

keterampilan koonitif dan efektifitas anak, pembelajaran Kooperatif juga manfaat-

manfaat besar lain seperti berikut ini:

1. Anak yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur Kooperatif akan

memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi.

2. Anak yang berpartisipasi dalam pembelajaran Kooperatif akan memiliki

sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk

belajar.

3. Dengan pembelajaran Kooperatif, anak menjadi lebih peduli pada teman-

temannya dan di antara mereka akan ketergantungan yang positif.

4. Pembelajaran Kooperatif meningkatkan rasa penerimaan anak terhadap

teman-temannya yang bersal dari latar belakang, ras dan etnik yang

berbeda-beda.

Dari beberapa pendapat mengenai tujuan pembelajaran Kooperatif

kesimpulannya adalah tujuan dari pembelajaran Kooperatif adalah menciptakan

situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh

keberhasilan kelompoknya.

Page 22: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

f. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

1) Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Jarolimek dan Parker 1993 (dalam Isjoni, 2007: 24) mengatakan

keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran Kooperatif adalah:

a. Saling ketergantungan yang positif

b. Adanya pengakuan dalam merespon individu

c. Siswa dilibatkan dalam perencanaa dan pengelolaan kelas

d. Suasana kelas yang rilek dan menyenangkan

e. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru

f. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi

yang menyenangkan

Menurut Suprihatiningrum (2012: 201) kelebihan Kooperatif adalah :

1) peserta didik lebih memperoleh kesempatan dalam hal meningkatkan kerja

sama antar teman, 2) peserta didik lebih memperoleh kesempatan untuk

mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, 3) guru tidak

operlu mengajarkan seluruh pengetahuan kepada peserta didik, cukup konsep-

konsepm pokok karena dengan belajar secara kooperatif peserta didik dapat

melengkapi sendiri.

Kelebihan model pembelajaran Kooperatif, menurut Karli dan

Yuliariatiningsih (2002: 72) yaitu:

1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan,

sikap, dan keterampilannya dalam suasana belajar mengajar yang bersifat

terbuka dan demokratis.

2) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki

oleh siswa.

3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai, dan keterampilan-

keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.

4) Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek

belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.

Page 23: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

5) Siswa dilatih untuk bekerjasama, karena bukan materi saja yang dipelajari

tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal

bagi kesuksesan kelompoknya.

6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan

memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa

yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Kooperatif memiliki

manfaat atau kelebihan yang sangat besar dalam memberikan kesempatan kepada

siswa untuk lebih mengembangkan kemampuannya dalam kegiatan

pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan pembelajaran Kooperatif, siswa

dituntut untuk aktif dalam belajar melalui kegiatan kerjasama dalam kelompok.

1. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Suprihatiningrum (2012: 201) kelemahan model pembelajaran

Kooperatif adalah: 1) memerlukan alokasi waktu yang relatif labih banyak jika

belum terbiasa, 2) membutuhkan persiapan yang lebih terprogram dan sistematik,

3) jika peserta didik belum terbiasa dalam menguasai pembelajaran kooperatif,

pencapaian hasil belajar tidak akan maksimal.

Isjoni (2007: 25) mengatakan kelemahan model pembelajaran Kooperatif

bersumber dari dua faktor yaitu faktor dari dalam (intern) dan dari luar (ekstern).

Faktor dari dalam yaitu 1) guru harus mempersiapkan pembelajaran

secara matang, di samping itu guru juga membutuhkan banyak tenaga, pemikiran

dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar mak dibutuhkan

dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup dan memadai, 3) selama kegiatan

diskusi kelompok berlangsung, ada kecendrungan topik permasalahan yang

sedang dibahas meluas sehingga banayak yang tidak sesuai dengan waktu yang

ditentukan, 4) saat diskusi kelas terkedang didominasi seseorang, hal ini

mengakibatkan anak lain menjadi pasif.

Dari beberapa pendapat ahli maka dapat disimpulkan bahwa kelemahan

pembelajaran model Kooperatif adalah memahami dan mengerti filosofis

pembelajaran Kooperatif membutuhkan waktu yang lama. Dalam

Page 24: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang cukup

panjang, dan ini tidak mungkin dicapai hanya dalam waktu satu atau beberapa kali

penerapan strategi. Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan

yang sangat penting untuk anak, akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan

yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individu.

g. Pengertian Team Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan oleh

David DeVreis dan Keith Edward, ini merupakan metode pembelajaran pertama

dari John Hopkins. Metode ini menggunakan pelajaran yang sama yang

disampaikan guru dan tim kerja.

Jauhar (2011: 62) berpendapat Pembelajaran Kooperatif model TGT

(Teams Games Tournament) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran

kooperatif yang mudah diterapkan. TGT melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa

harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan

mengandung unsur permainan.

Menurut Adeneye dalam penelitiannya yang berjudul Achievement in

Cooperative versus Individualistic Goal-Structured Junior Secondary School

Mathematics Classrooms in Nigeria ,

In TGT quizzes are replaced by tournaments and students compete at

tournaments table against students from other teams who are equal to them in

terms of past performance Students earn team points based on how well they do at

their tournament tables. Empirical studies on cooperative learning methods are

abound in the literature.

Yang artinya dalam TGT kuis di ganti dengan turnamen dan siswa

bersaing di meja turnamen melawan siswa dari tim lain pada saat kerja kelompok

yang telah lalu. Siswa yang mendapatkan poin tim berdasarkan pada seberapa

baik ia bermain dalam meja turnament. Studi empiris di atas adalah pembelajaran

kooperatif yang berlimpah literatur.

Sedangkan menurut Isjoni (2009: 83) TGT adalah salah satu tipe

pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok

Page 25: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 anak. Kriteria pemilihan anak dilihat dari

kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan

materi dan anak bekerja dalam kelompok.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan

bahwa tipe pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe

atau model pembelajaran Kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas

seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai

tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas

belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran model Kooperatif

tipe Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat belajar lebih

rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama,

persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

h. Komponen dan Pelaksanaan Team Games Tournament (TGT)

Menurut Slavin (2005: 166-167) terdapat lima komponen dalam TGT, yaitu

presentasi kelas, tim, game (permainan), turnamen, dan rekognisi tim.

1. Presentasi Kelas Presentasi kelas digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran

melalui pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru.

Presentasi kelas juga dimanfaatkan guru untuk menyampaikan teknik

pembelajaran yang akan digunakan, sehingga anak dapat melaksanakan

setiap kegiatan dalam langkah-langkah TGT dengan baik. Perbedaan

presentasi kelas dengan pengajaran biasa yaitu guru dalam presentasi kelas

harus benar-benar fokus pada unit TGT. Dengan cara ini, anak akan

menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh

selama presentasi kelas, karena sangat membantu mereka dalam

mengerjakan lembar kegiatan dan saat melaksanakan turnamen.

2. Team (Kelompok)

Tim atau kelompok dalam TGT dibentuk berdasarkan keragaman

kemampuan akademik siswa, yaitu kemampuan akademik tinggi, sedang,

dan rendah. Fungsi utama dari tim ini yaitu memastikan bahwa semua

Page 26: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

anggota tim benar-benar belajar dan mempersiapkan anggotanya untuk

dapat menjawab soal dengan baik pada saat turnamen. Hal terpenting pada

pembelajaran yang menerapkan TGT yaitu anggota tim harus melakukan

yang terbaik untuk tim dan setiap anggota tim harus saling membantu untuk

keberhasilan tim.

3. Game (Permainan)

Game atau permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya

relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan anak yang diperoleh

dari presentasi kelas dan pelaksanaan kerja tim.

4. Tournament (Turnamen)

Turnamen merupakan sebuah struktur permainan yang berlangsung.

Biasanya berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru

memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja kelompok.

Pada pelaksanaan turnamen, setiap siswa berusaha mendapatkan poin

tertinggi di setiap turnamen. Poin yang mereka peroleh kemudian

digabungkan dengan anggota lainnya yang berada pada turnamen yang

berbeda untuk dijumlahkan menjadi skor tim. Penentuan tim yang menjadi

pemenang dalam turnamen didasarkan pada banyaknya skor yang mereka

peroleh.

5. Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila skor

mereka mencapai kriteria tertentu. Penghargaan tim sangat penting untuk

memberikan pengertian kepada siswa bahwa keberhasilan tim merupakan

keberhasilan semua anggota tim, bukan semata-mata keberhasilan individu.

Hal ini akan memotivasi siswa untuk membantu teman satu t im dalam belajar

demi keberhasilan timnya.

Sedangkan Menurut Jauhar (2011: 63) Ada lima komponen utama

dalam TGT yaitu:

1. Penyajian kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas,

biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,

Page 27: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini, siswa harus

benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru,

karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok

dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.

2. Kelompok (team)

Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa.

Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman

kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok

agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.

3. Game (permainan)

Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji

pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.

Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.

Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang

sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan

mendapatkan skor.

4. Tournament (Turnamen)

Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian.

5. Penghargaan kelompok (team recognise)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing

team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi

kriteria yang ditentukan.

Dari beberapa penjabaran di atas penulis menyimpulkan bahwa

komponen Team Games Tournament adalah Presentasi kelas yang digunakan

guru untuk menyampaikan materi yang akan digunakan dalam pemebelajaran

dengan tim yang dipilih secara heterogen yang dilihat dari kemampuan

akademik ras, suku dan budaya yang berbeda. Kegiatan game atau permainan

terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang

untuk menguji pengetahuan anak yang diperoleh dari presentasi kelas

kemudian kompetisi dalam turnamen yang dilakukan setiap individu dalam

Page 28: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

satu kelompok yang melibatkan sejumlah kegiatan dan dikatakan sebagai

pemenang jika kelompok memperoleh nilai terbanyak yang diperoleh dari

setiap anak.

i. Kelebihan dan Kekurangan Team Games Tournament (TGT)

Dalam hal ini, pembelajaran Kooperatif dengan tipe TGT, memiliki

kelebihan dan kelemahan dalam implementasinya terutama dalam hal

pencapaian hasil belajar.

Kelebihan dan kelemahan pembelajaran TGT menurut Slavin (2008) sebagai berikut: 1. Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh

teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka

dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.

2. Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh

tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.

3. TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa

harga diri akademik mereka.

4. TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal

dan nonberbal, kompetisi yang lebih sedikit)

5. Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetap menggunakan

waktu yang lebih banyak.

6. TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja

dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau

perlakuan lain.

Dalam penelitian Sepu (2012: 12) kelebihan dan kekurangan Tipe TGT antara

lain :

Kelebihan

1. Keterlibatan siswa dalam belajar lebih tinggi.

2. Siswa menjadi bersemangat dalam belajar.

3. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga

melalui konstruksi sendiri oleh siswa.

Page 29: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

4. Dapat menumbuhkan sikap-sikap positif dalam diri siswa, seperti

kerjasama, toleransi, tanggung jawab, serta bisa menerima pendapat orang

lain.

5. Melatih siswa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya.

Kekurangan

1. Bagi pengajar pemula, model ini membutuhkan waktu yang banyak.

2. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.

3. Dapat menumbuhkan suasana gaduh di kelas. Siswa terbiasa dengan

adanya hadiah.

Sedangkan Kelebihan dan Kelemahan model pembelajaran Kooperatif

tipe Team Games Tournament (TGT) Menurut Suarjana (2000: 10) antara lain:

Kelebihan dari pembelajaran TGT.

1. Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas

2. Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu

3. Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam

4. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa

5. Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain

6. Motivasi belajar lebih tinggi.

7. Hasil belajar lebih baik.

8. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi

Kelemahan TGT adalah:

1. Bagi Guru : Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan

heterogen dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru

yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan

pembagian kelompok waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa

cukup banyak sehingga melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan

ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara menyeluruh.

2. Bagi Siswa : Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa

dan sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi

Page 30: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang

mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu

menularkan pengetahuannya kepada siswa yang lain.

Dari beberapa pendapat tentang kelebihan dan kelemahan Tipe TGT

penulis menyimpulkan bahwa kelemahan dalam pelaksanaanya tidak adanya

fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan atau ruangan khusu

sedangkan dapat menumbuhkan kerjasama antar anggota kelompok, lebih

bersemangat dan senang mengikuti pembelajaran. Selain mudah diterapkan dalam

penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh peserta didik untuk

memperoleh konsep yang diinginkan, model pembelajaran TGT berjalan dengan

baik dan memberikan hasil yang positif terhadap hasil pembelajaran. Selain

memiliki kelebihan model pembelajaran TGT memiliki kekurangan.

Kekurangannya antara lain membutuhkan waktu yang lama dan guru dituntut

untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model pembelajaran tipe

TGT.

3. Penggunaan Model Pembelajaran Koopratif Tipe Team Games Tournament

(TGT ) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara

Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) adalah salah satu

tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan

aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa

sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran

kooperatif model Teams Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa dapat

belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja

sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

Pemilihan permainan dalam peningkatan kemampuan berbicara artinya

rancangan suatu proses belajar mengajar dengan cara bermain, jenis kegiatan

dalam permainan dirancang agar dapat menghilangkan rasa takut anak didik untuk

Page 31: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

berlatih/berpatisispasi. Selain itu, jenis permainan dapat menghilangkan perasaan

malu dan perasaan dipaksa untuk berlatih berbicara. Tujuan yang ingin dicapai

dari setiap permainan dalam peningkatan kemampuan berbicara adalah untuk

mengurangi kemonotonan, menciptakan suasana menyenangkan, dan untuk

mengurangi perasaan takut dan malu anak didik berbicara di depan umum.

Melatih kemampuan berbicara dengan menggunakan model pembelajaran

Kooperatif tipe TGT dapat membantu siswa secara aktif berlatih dan bertukar

pikiran dengan suasana yang nyaman tanpa harus merasa takut salah.

Dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif tipe TGT

keterampilan berbicara dapat menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan

memudahkan siswa untuk melatihkan keterampilan berbicara. TGT memiliki

kelebihan untuk siswa yaitu salah satu langkah pembelajarannya mengandung

unsur permainan yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang masih

senang bermain.

Adapun pelaksanaan Team Games Tournament (TGT) dalam kegiatan

berbicara adalah :

1. Guru mengelompokan anak dalam tiap-tiap kelompok anak yang sudah dipilih

oleh guru dengan latar belakang dan kemampuan akademik yang beragam, lalu

menentukan posisi masing-masing anak dalam kelompoknya.

2. Guru menyiapkan tempat dan media-media dibagikan pada tempat yang

ditentukan.

3. Guru menjelaskan aturan mainnya yaitu setiap kelompok menyimak apa yang

diucapkan oleh guru, salah satu anak sebagai perwakilan mengambil kertas

pertanyaan dan anak yang kedua bertugas menyimpulkan dan menyebutkan

maksud dari kertas pertanyaan anak pertama lalu anak yang ketiga bertugas

mencari gambar yang disebutkan oleh anak yang kedua lalu menempelkan

pada papan tempel yang disiapkan, dan kegiatan dilakukan secara bergantian

oleh anak didalam kelompok tersebut, dikatakan sebagai kelompok pemenang

jika semua anak didalam satu kelompok sudah merasakan semua tugas dalam

kelompok terlebih dahulu.

Page 32: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

4. Setelah kegaitan selesai guru meminta masing-masing kelompok menceritakan

kegiatan apa saja yang dilakukan, ini bertujuan untuk merangsang kemampuan

berbicara dengan anak bisa bercerita dan mengutarakan pendapatnya melalui

kegiatan yang sudah dilakukan.

5. Guru memeriksa hasil kagiatan anak.

6. Dan terakhir guru memberi penghargaan kepada anak yang telah menjadi

pemenang.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Fibrianovi Wahyuni (2013), menyimpulkan bahwa, penerapan

permainan bola kata pada anak kelompok B Kelompok B Tk Islam At Taqwa

Kabupaten Tulungagung dapat meningkatkan kemapuan berbicara anak, hal ini

dibuktikan dengan hasil observasi aktivitas guru yang sudah terlaksana sesuai

dengan langkah-langkah dalam penerapan permainan bola kata dan

peningkatan hasil penilaian proses aktivitas anak pada siklus I yang mencapai

90% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Hasil observasi kemampuan

berbicara anak juga menunjukkan peningkatan.

2. Penelitian Chorina Purnama Sari (2011), menyimpulkan bahwa kemampuan

berbicara anak meningkat melalui strategi bernyanyi pada anak kelompok A

TK Pancasila Kecamatan Karang Pilang surabaya, nilai ketuntasan dalam

kemampuan berbicara anak anak mencapai 85%. Berdasarkan pada tabel-tabel

hasil pengamatan pada lembar aktivitas anak, aktivitas guru dan hasil

peningkatan kemampuan berbicara anak, maka dapat dilihat pada hasil evaluasi

siklus II pertemuan ke 2 dalam peningkatan kemampuan berbicara melalui

strategi bernyanyi sudah mencapai 93% dari tiga indikator yang ingin dicapai

yaitu, menirukan kembali 4-5 kata nyanyian, melakukan3-5 perintah

bernyanyi, menceritakan isi nyanyian.

3. Kadek Widiartini (2012) dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa

kemampuan berbahasa anak meningkat melalui media peralatan kedokteran

pada anak kelompok B TK Aisyiah Singaraja, hal ini dapat dilihat dari adanya

peningkatan kemampuan berbahasa anak pada siklus I ke siklus II. Pada siklus

Page 33: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

I kemampuan berbahasa anak adalah 44,45% yang berada pada kategori rendah

sedangkan pada siklus II kreativitas menjadi 94,7% tergolong pada kategori

sangat tinggi. Jadi terjadi peningkatan kreativitas sebesar 50,25% .

Dari penelitian Fibrianovi Wahyuni 2013 yang telah dijabarkan di atas

memiliki kesamaan yaitu meningkatan kemampuan berbicara pada setiap siklus

namun dengan startegi yang berbeda dengan peneliti yaitu pneliti dalam

meningkatkan kemampuan berbicara menggunakan model pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT sedangkan Fibriani Novi menerapkan permainan bola kata.

Selain itu pada penelitian Chorina Purnama Sari memiliki kesamaan dengan

peneliti yaitu upaya dalam meningkatkan kemampuan berbicara namun dengan

strategi yang berbeda, pada penelitian peneliti memilih model pembelajaran

Kooperatif Tipe TGT dalam meningkatkan kemampuan berbira sedangkan

Chorina Purnama Sari meningkatkan kemampuan berbicara melalui strategi

bernyanyi, sedangkan penelitian oleh Kadek Widiartini (2012) memiliki

kesamaan dengan peneliti yaitu upaya peningkatan kemampuan berbicara namun

melalui startegi yang berbeda pada penelitian ini peneliti meningkatkan

kemampuan berbicara menggunakan metode Kooperatif Tipe TGT sedangkan

pemnelitian Kadek Widiartini menggunakan Media Alat Kedokteran dalam

meningkatkan kemampuan berbicara anak.

C. Kerangka Berfikir

Berdasarkan kajian teori di atas dapat dirumuskan dalam kerangka

berfikir sebagai berikut: Pada kondisi awal kemampuan berbicara anak masih

rendah, hal ini dikarenakan metode yang diterapkan oleh guru kecendrungan pada

kegiatan pembelajaran konvensional. Sehingga kemampuan berbicara anak

kurang dikembangkan. Anak kurang diberi kesempatan untuk berbicara dan

mengutarakan pendapatnya. Kemampuan berbicara yang berkembang pada

kehidupan anak memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, karena kehidupan manusia setiap hari dihadapkan dalam berbagai

kegiatan yang menuntut kemampuan dalam berbicara.

Page 34: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac fileBahasa adalah aturan sistem termasuk fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik, yang sering dibahas secara bergantian Dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Untuk mengatasi permasalah tersebut, peneliti menggunakan model

pembelajaran Kooperatif tipe Team Games Tournament (TGT). Sesuai dengan

komponen pembelajaran Kooperatif anak dapat beriteraksi dengan teman. Hasil

yang ingin dicapai dengan penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe Team

Games Tournament (TGT), kemampuan berbicara anak dapat meningkat dengan

baik. Karena pembelajaran kooperatif tipe TGT yang mengandung unsur

kompetisi dan permainan akan memberikan kemudahan dan kesempatan berbicara

dalam mengeluarkan ide dan berpendapat.

Pada kondisi akhir melalui model pembelajaran Kooperatif tipe Team

Games Tournament (TGT ) kemampuan berbicara anak menjadi tinggikelompok

A TK Siwi Peni XI.

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka berfikir dalam penelitian

tindakan kelas ini dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut:

Gambar 2.1. Skema Kerangka Berfikir (Sumber Hartono 2011: 32)

D. Hipotesis Tindakan

Dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Team Games

Tournament (TGT) dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan

berbicara pada anak kelompok A TK Siwi Peni XI Surakarta semester Genap

Tahun Pelajaran 2013/2014.

Kondisi

awal

Guru mengajar dengan menggunakan model konvensional.

Peserta Didik: Kemampuan berbicara peserta didik rendah

Guru mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Siklus I Tema: Air, udara dan Api

Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak

Tindakan

Kondisi

akhir

Siklus II Tema: Tanah Airku