Tp Norfarhanah BPB.docx Edited Newest.docx2
-
Upload
perrybonjo -
Category
Documents
-
view
130 -
download
2
Transcript of Tp Norfarhanah BPB.docx Edited Newest.docx2
BAB I
Pendahuluan
Secara umum telah diketahui oleh masyarakat bahwa setiap pasien yang akan menjalani tindakan
invasif, seperti tindakan bedah akan menjalani prosedur anestesi (pembiusan). Kata “anesthesia”
berasal dari bahasa Yunani, an "tidak, tanpa" dan aesthetos, "persepsi, kemampuan untuk
merasa", juga dapat diartikan sebagai suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh. Anestesi
dapat diberikan dengan berbagai cara dan tidak semua anesthesia memberi efek hilang
kesadaran diri. Selain itu anestesi juga bisa ditujukan ke bagian-bagian tubuh yang berbeda.1,2,3
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan
anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara total.
Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar. Analgetik tidak
selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan rasa nyeri. 1,2,3
Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis yang lainnya
hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya tetap sadar. Obat-obatan
yang menyebabkan anastesia bekerja dengan menghalangi (blok) sinyal-sinyal yang lewat di
sepanjang serabut saraf hingga ke otak. Ketika obat-obatan itu dihentikan penggunaannya,
sensasi nyeri dapat dirasakan kembali. 1,2,3
Anestesi dapat dibahagikan menjadi beberapa tipe. Anestesi umum (general anaesthesia)
adalah sebuah keadaan tidak sadar yang terkontrol selama keadaan di mana individu tidak
merasakan apapun dan bisa digambarkan sebagai “terbius”. Ini penting bagi beberapa operasi
dan bisa digunakan sebagai sebuah alternatif bagi anestesi regional untuk beberapa orang. Obat-
obatan anestesi diinjeksikan ke dalam vena, atau gas anestesi dihirup ke dalam paru-paru,
kemudian di bawa menuju ke otak oleh darah dimana impuls-impuls yang datang dari persarafan
di tubuh dihalang. Tidak sadar oleh karena anestesi berbeda dengan tidak sadar oleh karena
penyakit, cedera dan berbeda dari keadaan tertidur. Setelah obat-obatan anestesi dihentikan,
seseorang individu akan mulai mendapatkan kesadarannya kembali. 1,2,3
Anestesi lokal adalah hilangnya rasa pada daerah tertentu yang diinginkan atau pada
sebagian kecil daerah tubuh. Anestesi tipe ini sering digunakan ketika saraf-saraf secara mudah
1
dapat dijangkau dengan tetesan, semprotan (spray), minyak/olesan atau injeksi/suntikan. individu
bisa tetap dalam keadaan sadar namun bebas dari rasa sakit. 1,2,3
Anestesi regional dapat digunakan untuk operasi-operasi pada bagian-bagian tubuh yang
lebih dalam atau besar. Obat-obatan anestesi disuntikkan ke serabut saraf yang membawa sinyal
dari area tubuh tersebut ke otak. Anestesia regional dibagi menjadi dua yaitu blok sentral atau
blok neuroaksial, meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal, serta blok perifer atau blok saraf
yang meliputi blok pleksus brakhialis, aksiler dan blok ekstremitas inferior. 1,2,3
Anestesia blok pleksus brakialis pada bagian ekstremitas superior adalah suatu jenis
anestesia regional dimana tindakan anestesia regional dengan cara menyuntikkan obat anestesi
lokal di daerah perjalanan saraf yang melayani daerah yang akan dieksplorasi. Pada anestesi jenis
ini, obat disuntikkan jauh dari daerah lapangan operasi. Cara ini dilakukan untuk tindakan
operasi di daerah ekstremitas atas dan untuk area yang diinervasi oleh saraf tertentu. 1,2,3
2
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 : Anatomi blok pleksus brachialis
Plexus brachialis adalah anyaman, (dalam bahasa Latin dikenali dengan plexus) serat saraf yang
berjalan dari tulang belakang Servikal 5 (C5) hingga Thorakal 1 (T1) , kemudian melewati
bagian leher dan ketiak, dan akhirnya ke seluruh lengan (atas dan bawah). Serabut saraf yang ada
akan didistribusikan ke berberapa bagian lengan. Pleksus brakialis bertanggung jawab untuk
persarafan kulit dan otot seluruh ekstremitas atas, dengan dua pengecualian yaitu otot trapezius
diinervasi oleh saraf kranial aksesori (CN XI) dan daerah kulit dekat ketiak diinervasi oleh saraf
intercostobrachial.1,2,3,4,5
Pleksus brachialis dibentuk oleh rami anterior C5-T1. Bagian rami posterior terlibat
dalam inervasi kulit dan otot di area paravertebral. Pleksus brachialis menginervasi bagian
scapular dan tungkai atas. Ia mempunyai bentuk segi tiga dengan bagian dasar yang terletak di
tulang belakang dan bagian vertex yang terletak di axilla. Rami (tunggal: ramus yang berarti
"akar") akan bergabung membentuk tiga trunkus yaitu trunkus superior (C5 dan C6), trunkus
medialis (C7) dan trunkus inferior (C8 dan T1). Pada ketinggian batas atas tulang iga pertama,
setiap trunkus akan terbahagi menjadi divisi anterior dan divisi posterior, dimana ketiga-tiga
divisi posterior akan membentuk korda posterior. Pada ketinggian prosesus coracoidus, divisi
anterior-superior dan divisi medial akan membentuk korda lateral, divisi anterior-inferior akan
membentuk korda medial. Saraf axilla dan saraf radial berasal dari korda posterior. Saraf
muskulokutaneus akan berpisah dari pleksus brachialis yang utama saat ia lewat di bawah tulang
klavikular dan menjadi saraf tunggal. Ini menyebabkan pleksus brachialis berubah dari divisi
menjadi korda. Selain itu, pada bagian vertex axilla, korda lateral dan sebagian dari korda medial
akan bergabung menjadi saraf median. Saraf kutaneus medial lengan atas, lengan bawah dan
bagian saraf ulnar berasal dari sisa korda medial. 1,2,3,4,5
3
Gambar 1 : Anatomi blok pleksus brachialis.
4
2.2 : Pendekatan dari blok pleksus brachialis
Blok pleksus brakialis banyak digunakan untuk memberikan anestesi untuk operasi
ekstremitas atas. Anestesi regional biasanya dapat digunakan jika diletakkan di lokasi yang tepat.
Oleh karena itu kunci untuk suatu anestesi regional yang sukses adalah lokasi saraf. Blok pleksus
brakialis dapat dilakukan setelah divisualisasi langsung saat pembedahan dilakukan. Selain itu
tehnik untuk mencari lokasi saraf pleksus brakialis telah berkembang dengan menggunakan
stimulasi listrik atau dengan bimbingan alat USG. Adalah penting untuk mencari lokasi pleksus
brakialis yang tepat karena terdapat beberapa jenis pendekatan yang berbeda. Setiap pendekatan
memerlukan tehnik yang berbeda, justeru menimbulkan efek parestesia yang berbeda.
Pendekatan interskaleni merupakan pendekatan yang paling optimal untuk prosedur di bahu,
lengan, dan lengan atas. Injeksi pada level interskaleni cenderung akan menghasilkan blok yang
lebih kuat pada dermatom C5-7 dan kurang kuat pada dermatom C8-Th1. Pendekatan aksilaris
ke pleksus brakhialis adalah prosedur yang paling optimal bagi prosedur dari siku ke tangan,
pendekatan ini cenderung untuk menghasilkan blok yang paling intensif pada distribusi C7-Th1
(nervus ulnaris) tapi kurang adekuat untuk prosedur pada bahu dan lengan atas (C5-6).
Pendekatan supra dan infraklavikula ke pleksus brakhialis menghasilkan distribusi anestesi lokal
dan dapat digunakan untuk prosedur pada lengan, lengan bagian depan, dan tangan.1,2,3
Tabel 1 : Blok yang tepat digunakan sesuai dengan lokasi akan dilakukan prosedur
5
Tempat dilakukan prosedur
Interscalene Supraclavicular Infraclavicular Axillary
Bahu ++ +
Lengan Atas + ++ +
Siku ++ ++ +
Lengan Bawah + ++ ++
Tangan + + ++
2.2.1 : Blok Pleksus Brakhialis Supraklavikula
Anatomi :
Klavikular dan batas lateral dari bagian kepala klavikular yang terletak pada otot
sternokleidomastoid, persis di bagian insersinya di klavikular. Pada batas lateral otot skalenus
anterior, pleksus brakhialis lewat diantara costa pertama dan klavikula untuk memasuki
aksila.4,5,6
Tehnik :
Perbatasan lateroposterior otot sternokleidomastoid diidentifikasi dan ditelusuri secara kaudal ke
titik di mana ia bertemu klavikula. Hal ini ditandai dengan panah pada kulit yang menutupi
klavikula. Tanda ini digunakan sebagai referensi untuk mencari titik penyisipan jarum, yang
pada orang dewasa, terletak pada jarak sekitar 1 inci (2,5 cm) dari lateral titik tersebut dan satu
ruas jari di atas klavikula. Jari telunjuk dari tangan yang sedang mempalpasi ditempatkan ke arah
atas dan sejajar dengan klavikula pada tingkat di mana operator biasanya mampu mempalpasi
elemen pleksus brakialis. Sebuah gelembung kulit kecil yang berisi anestesi lokal dibuat pada
tingkat ini dan dan sebuah jarum yang terinsulasi terhubung ke stimulator saraf (0,8-0,9 mA, 1
Hz, 0,1 ms) dimasukkan secara perpendikuler ke kulit (agar penetrasi lebih mudah) dan
kemudian di bawah jari yang sedang mempalpasi secara kaudal. Biasanya kontraksi motorik
bahu dapat dilihat.Jarum kemudian perlahan-lahan dimasukkan sampai kontraksi dari jari-jari,
baik dalam fleksi atau ekstensi terlihat. Setelah itu anestesi lokal disuntikkan perlahan-lahan. 4,5,6
6
Gambar 2. Teknik Injeksi Blok Supraklavikular
Keuntungan dan Kelemahan
Pleksus brakhialis terblok pada tempat dimana terdapat penyususn yang utama, yakni pada level
ketiga trunkus. Hanya dibutuhkan obat dalam jumlah yang sedikit dan onset yang cepat. Blok ini
juga dapat dilakukan pada berbagai posisi tangan serta seluruh pleksus brakhialis dapat
terblok.4,5,6
Kelemahan pada blok ini diantaranya teknik ini sulit untuk dijelaskan dan diajarkan. Oleh
karenanya penggunaan teknik ini tergantung pada pengalaman anestesiologis. Selain itu
kemungkinan untuk terjadi blok nervus phrenik bisa timbul. Teknik ini juga berisiko untuk
terjadinya pneumothoraks. 4,5,6
7
Komplikasi :
Meski teknik ini merupakan yang terbaik asalkan dikerjakan dengan tangan yang terlatih, insiden
pneumothoraks relatif tinggi (1%-6%) sehingga beberapa klinisi menghindari pendekatan dengan
metode ini. Hematothoraks juga dilaporkan terjadi dan seperti pada pendekatan interskaleni,
sindrom Horner dan blok nervus phrenicus juga terjadi. 4,5,6
2.2.2 : Blok Pleksus Brakhialis Interskaleni
Anatomi :
Kartilage krikoid yang mengkhususkan prosesus C6 yang melintang, bagian atas klavikular pada
otot sternokleidomastoid, dan bagian anterior dan tengah otot skaleni dengan lekukan
interskaleni di tengah-tengah. Celah interskaleni ini membentang pada level kartilago krikoid
dan merupakan tempat yang relatif mudah untuk memasuki selubung pleksus brakhialis sehingga
menimbulkan parestesia atau mendapatkan respon motorik dengan stimulator saraf. 4,5,7
Tehnik :
Kartilage krikoid di identifikasi dengan posisi kepala secara neutral. Pasien kemudian diminta
untuk memutar atau menggerakkan kepala 30º ke arah yang berlawanan. Kedua-dua batas atas
otot sternokleidomastoideus di identifikasi dimana yang lebih jelas terdapat di bagian batas
lateral tulang klavikular. Setelah itu pasien diminta untuk berbaring seperti biasa. Otot skaleni
anterior di identifikasi, yaitu bagian lateral yang dalam pada batas lateral tulang klavikula,
dimana setelah itu jari pemeriksa ”dijalankan” secara lateral hingga ke lekukan interskaleni yang
berada diantara otot skaleni anterior dan tengah. Lekukan interskaleni tersebut ditandakan. Satu
garis horizontal dilukis pada ketinggian kartilage krikoid secara lateral supaya bertemu dengan
lekukan interskaleni. Jarum G25 yang di insulasi disambungkan dengan stimulator saraf (1.0mA,
2 Hz, 0.1 ms), dan di injeksi pada garis pertemuan tadi, diperkenalkan secara perpendikular ke
kulit pada arah medial, kaudal dan posterior. Posisi jarum diatur supaya respon motorik yang
sama dapat dirangsang dengan aliran arus kurang dari 0.5 mA. Setelah aspirasi darah negatif,
anestesi lokal di injeksikan dengan jarum G 22 sampai parestesi atau kontraksi otot pada lengan
yang dirangsang muncul. 4,5,7
8
Gambar 3 : Teknik Injeksi Blok Intersklaneni
Blok ini dapat di tes keberhasilannya dengan :
a) Pasien tidak bisa mengelevasi lengan atas atau juga dikenal sebagai ”the deltoid sign”.
b) Pasien menggesekkan ibu jari tangan ke jari telunjuk atau jari tengah, dikenal sebagai
”the money sign”. Ini mengindikasikan bahawa onset distribusi paresthesia di C6 dan C7
sudah bermula.
Keuntungan dan Kelemahan
Terdapat beberapa keuntungan dalam penggunaan blok ini. Blok interskaleni tepat jika
memerlukan blok pada bagian proksimal, seperti pada operasi daerah bahu dimana sering
diperlukan blok pleksus servikalis. Blok dapat dilakukan pada lengan dengan berbagai posisi dan
risiko pneumothoraks dapat dikurangi. Kelemahannya blok ini adalah banyak komplikasi yang
bisa terjadi. 4,5,7
9
Komplikasi :
Dekatnya letak ganglion stellata, nervus phrenicus dan reccurent laryngeal nerve dengan lokasi
blok pleksus brakhialis interskaleni memungkinkan tingginya terjadi komplikasi blokade nervus
phrenicus dimana bisa terjadi paresis diafragma ipsilateral, selain itu juga menunjukkan sindrom
Horner (miosis, ptosis, dan anhidrosis), dispneu, dan suara serak. Dekatnya letak arteri
vertebralis dengan lokasi injeksi meningkatkan risiko injeksi intra arteri. Bahkan dalam jumlah
kecil (1-3 ml) anestesi lokal yang terinjeksi ke arteri vertebralis menimbulkan kejang karena
seluruh obat anestesi tersebut langsung berefek ke otak. Injeksi ke vena dan absorpsi yang cepat
menyebabkan toksisitas pada susunan saraf pusat dengan onset yang lambat. Kecerobohan
injeksi epidural, subarachnoid atau subdural dapat terjadi karena letaknya yang dekat dengan
foramen neural cervical dan adanya dural sleeve pada nerve roots. Penusukan jarum yang terlalu
jauh terutama secara lateral dapat menyebabkan tertusuknya pleura dan terjadi
pneumothoraks.4,5,7
2.2.3 : Blok Pleksus Brakhialis Infraklavikula
Anatomi:
Pleksus brakhialis melanjutkan diri dibawah costa pertama dan masuk ke aksila. Pada lokasi ini,
trunkus terbagi menjadi enam divisi dan kemudian menyatu menjadi tiga buah cord (lateral,
medial dan posterior, penamaan ini dikarenakan adanya hubungan dengan arteri subklavia).
Pendekatan infrakavikular memblok pleksus brakhialis pada level cord. 4,5,8
Tehnik :
Ada dua macam pendekatan yang dipakai, yaitu:
1. Pendekatan klasik
Anatomi : Pleksus brakhialis menyilang di bawah klavikular di kawasan tengah-tengah
garis klavikular yang dibuat, di antara separuh jarak apofisis akromion ventral dan titik
jugular. 4,5,8
10
Posisi pasien supinasi dengan kepala sedikit diputar menjauh jarum. Apofisis akromion
bagian ventral dan titik jugular di identifikasi, dan garis yang menghubungkan dua titik
ini dibuat. Titik tengah garis ini adalah untuk menentukan tempat untuk menusuk jarum.
Kemudian, jarum yang terinsulasi disambungkan pada stimulator saraf (1,5 mA, 2 Hz,
0.1 ms) dan diperkenalkan dibawah klavikular dalam posisi vertikal. Korda lateral akan
terstimulasi, dan kontraksi otot biseps akan terlihat. Posisi jarum akan diatur untuk
mendapatkan respon motorik yang sama dengan aliran arus kurang dari 0.3 mA. Setelah
sebelumnya disuntikkan 1-2 ml anestesi lokal dan didapatkan aspirasi darah negatif maka
anestesi lokal 40-50 ml dapat diinjeksikan. 4,5,8
2. Pendekatan korakoid
Anatomi : Prosesus korakoid pada skapula adalah satu-satunya penanda anatomi dalam
pendekatan ini. Untuk mencari prosesus korakoid, letakkan dua jari di lekukan antara otot
deltoid dan otot pektoralis mayor, dan palpasi secara perlahan-lahan ke arah lateral.
Setelah didapatkan prosesus korakoid, dari bagian sentral prosesus ini, buatlah tanda titik
2 cm kearah medial, dan seterusnya 2 cm kearah kaudal, dan titik terakhir itu adalah
tempat jarum akan ditusuk. 4,5,8
Gelembung di bawah kulit di buat di tempat jarum akan ditusuk. Setelah itu jarum G22,
5cm akan diperkenalkan melalui gelembung kulit tersebut dengan aksis panjang jarum itu
perpendikular pada setiap datar. Dengan aspirasi terus menerus dan stimulator saraf pada
awalnya ditetapkan sebesar 1,2 mA dan 2 Hz, jarum ditusukkan langsung ke posterior.
Jika pleksus brachialis tidak teridentifikasi setelah 5 sampai 8 cm jarum ditusuk, jarum
ditarik ke kulit dan diarahkan baik ke arah cephalad atau ke kaudal pada dataran sagital
paramedian sehingga gerakan jari dapat dirangsang secara diskrit dengan aliran arus
kurang dari 0.5 mA. Gerakan mengeluarkan jarum dari dataran sagital paramedian baik
secara medial ke arah paru-paru, atau secara lateral ke arah saraf terminal pleksus
brachialis, harus dielakkan. Fleksi atau ekstensi pada siku atau pergelangan tangan yang
menyebabkan gerakan dari jari, tanpa gerakan tangan atau jari yang, harus ditolak. 4,5,8
11
A B
Gambar 4 : A. Blok Infraklavikula Pendekatan Klasik
B. Blok Infraklavikula Pendekatan Korakoid
Komplikasi :
Pneumothoraks, hemothoraks dan chylothoraks (dengan blok pada sisi kiri) sangat mungkin
terjadi dan memblok pada level yang lebih tinggi daripada pemakaian pendek atau
supraklavikular. Bisa juga terjadi sindrom Horner dan paresis nervus phrenicus. 4,5,8
12
2.2.4 : Blok Pleksus Brakhialis Aksilaris
Anatomi :
Tanda anatomi untuk permukaan blok pleksus brachialis aksila meliputi denyut dari arteri
aksilaris, otot korakobrakialis dan otot pektoralis mayor. Setelah persiapan menyeluruh, denyut
arteri aksilaris dipalpasi di daerah dalam ketiak. Setelah nadi dirasakan, ia harus diposisikan
antara telunjuk dan jari tengah dan ditempelkan ke arah humerus untuk mencegah "rolling" dari
arteri aksilaris selama kinerja blok. Pada titik ini, gerakan tangan yang mempalpasi tangan pasien
dan gerakan dari lengan pasien harus diminimalkan karena arteri aksilaris sangat mudah bergerak
dalam jaringan adiposa fosa axilla. Pada beberapa pasien, palpasi dari arteri aksilaris mungkin
terbukti sulit, paling sering pada orang muda, laki-laki atletis. Dalam hal ini, lokasi perkiraan
pleksus brachialis dapat diperkirakan oleh stimulasi saraf perkutaneus. Perangsang saraf diatur
untuk memberikan 4-5 mA dan probe tumpul atau klip "alligator clip" diterapkan pada kulit di
depan jari yang sedang mempalpasi sehingga gerakan motorik pleksus brakialis diperoleh. 4,5
Tehnik :
Blok aksilaris dimulai dengan mengidentifikasi denyut arteri aksiler. Kemudian pasien
diposisikan supinasi dengan lengan terabduksi, siku difleksikan 90º dan dirotasikan eksternal
pada bahu menjauhi pasien. Ada tiga teknik yang bisa dipakai, yaitu: 4,5
1. Teknik transarteri. Denyut arteri aksilaris harus terlebih dahulu dapat diidentifikasi sama
tinggi (proksimal) di aksila. Memakai teknik ”immobile needle”, G 22-1,5 inchi B-level
ditusukkan sampai terinspirasi darah. Kemudian jarum perlahan ditusukkan lebih dalam
atau ditarik sampai aspirasi darah berhenti. Injeksi dapat dilakukan secara anterior,
posterior atau pada kedua lokasi yang berhubungan dengan arteri. Biasanya 40 ml
anestesi lokal langsung diinjeksikan.
2. Teknik memperlama parestesi (Elicitation of paresthesia technique). Jarum langsung
diinjeksikan ke arteri aksilaris untuk memperlama (to elicit) paresthesia pada distribusi
pleksus brakhialis, sedangkan beberapa ahli yang lain memperlama paresthesia hanya
pada distribusi nervus yang akan dioperasi sebelum injeksi. Ahli yang peduli terhadap
septasi di selubung pleksus akan memperlama paresthesia di distribusi nervus ulnaris,
13
medianus dan radialis, dan menginjeksikan beberapa anestesi lokal pada tiap tempat.
Biasanya sebanyak 40 ml anestesia lokal langsung diinjeksikan.
3. Teknik stimulasi nervus. Arteri aksiler di stabilkan kedudukannya. Masing-masing jari
diletakkan paralel dengan arteri. Sangat penting diketahui letak arteri aksillaris dengan
empat nervus yang akan diblok. Dengan deskripsi lengan seperti ini, ketika artikel
aksilaris dipalpasi, nervus medianus terletak di superior denyut. Nervus ulnaris terletak di
inferior dan nervus radialis terletak di inferior-posterior dari denyut. Nervus
musculocutaneus letaknya terpisah dan jauh di dalam m.coracobrachialis, yang letaknya
lebih superior pada posisi ini, dan konsekunsinya seringkali tidak terblok dengan
prosedur ini. Jarum G 22-2inci ditusukkan sebelah proksimal dari tangan operator.
Setelah 1 ml anestesi lokaldiinjeksikan dan ditemukan aspirasi darah negatif, maka
sebanyak 40 ml anestesia lokal dapat diinjeksikan.
Blok musculocutaneus dapat dipakai untuk menganestesi lengan depan dan
pergelangan tangan, seringkali disertakan dalam blok aksiler. Cara untuk mengetahui
apakah blok aksiler dan musculocutaneus sudah adekuat adalah dengan mengerjakan tes
“pull-push-pin-pin” yaitu pasien diminta memfleksikan lengan (“pull”-untuk untuk
mengecek nervus musculocutaneus), mendorong lengan melawan tahanan (“push”–untuk
mengecek nervus radialis), “pin” the thenar prominence (untuk mengecek nervus
medianus) dan “pin”digitus minimus (untuk mengecek nervus ulnaris).
Komplikasi:
Komplikasi yang ditimbulkan sangat rendah. Toksisitas sistemik paling sering terjadi selama
atau segera setelah injeksi anestesi lokal. Hal ini paling sering disebabkan oleh suntikan
intravaskular sengaja atau penyuntikkan paksa anestesi lokal ke dalam vena kecil atau saluran
limfatik saat memanipulasi jarum. Selain itu, pungsi arteri atau vena juga berkemungkinan
terjadi. 4,5
14
Gambar 5 : Teknik Injeksi Blok Aksilaris
15
2.3 : Persiapan untuk blok pleksus brachialis
2.3.1 : Indikasi Blok Pleksus Brakhialis
Pemilihan jenis anestesia ditentukan oleh komorbiditas pasien, dengan memberikan terlebih
dahulu informed consent kepada pasien, yang mencakup segala pilihan anestesia yang ada
beserta keuntungan dan kerugiannya masing-masing, kemudian tergantung juga pada teknik
operasi, keterampilan operator, pengalaman ahli anestesi, dan keadaan mental dan fisiologis
pasien. 4,5
Beberapa keuntungan pemakaian anestesi regional bila dibandingkan anestesia umum
dan anestesia lokal. Anestesia regional sering digunakan pada pasien yang mengalami problem
mual dan muntah pasca operasi, berisiko terhadap hipertermia maligna, gangguan hemodinamik,
dan tidak bisa mentoleransi anestesia umum. Pasien dapat tetap terjaga dan bernapas sendiri,
sehingga melindungi dirinya dari aspirasi isi lambung ke dalam paru-paru. Dengan menghindari
anestesi umum, pasien dengan komplikasi terhadap anestesi umum yaitu hipertermia, mual
pasca-operasi yang parah dan muntah-muntah, hipersensitif terhadap agen anestesi yang telah
digunakan, dapat ditangani dengan anestesi blok pleksus brakialis. Intubasi endotrakeal dan
prosedur memasukkan selang pernapasan ke dalam trakea tidak perlu dilakukan. Intubasi
kadang-kadang sulit dilakukan, menyebabkan cedera pada pasien. Saraf simpatik pada
ekstremitas yang terlibat dianestesikan. Vasodilatasi akan terjadi. Hal ini meningkatkan aliran
darah ke ekstremitas yang bersangkutan dan membuat prosedur pembedahan mikrovaskuler
menjadi lebih mudah. Selain itu, anggota yang dibius akan tetap mati rasa selama beberapa jam
setelah operasi, menyediakan penanganan nyeri yang sangat baik. Struktur dalam dan superfisial
dari anggota badan yang terlibat sama-sama dibius, dan memungkinkan eksplorasi dan koreksi
pembedahan terjadi. Hal ini berbeda dengan anestesi lokal disuntik secara lokal, yang cenderung
hanya untuk struktur superfisial. 4,5
Kerugian anestesia regional, berupa toksisitas anestesia lokal, parestesia kronis,
kerusakan saraf dan tergantung saraf yang dianestesi (blok interskalenus, blok supraklavicular,
dan sebagainya), gagal nafas akibat blok nervus phrenicus, dan kejang akibat injeksi
intraarterial.4,5
16
2.3.2 : Kontraindikasi Blok Pleksus Brakhialis
Beberapa kontraindikasi relatif yang perlu diperhatikan berupa :
1. Pasien yang tidak kooperatif terutama pada pasien anak-anak, atau pasien yang
mengalami gangguan jiwa.
2. Pada pasien yang mengalami bleeding diathesis yaitu pasien dengan defek genetik terkait
pembekuan darah (hemofili) ataupun defek yang didapat (DIC : Disseminated
Intravascular Coaglation)
3. Pada pasien dengan penyakit infeksi karena pada pasca operasi dengan menggunakan
anestesi regional akan menggunakan kateter dengan pertimbangan yang hati-hati, dimana
kateter ini dapat menjadi sumber infeksi.
4. Pada pasien dengan toksisitas anestesi lokal karena pada beberapa detik blok tertentu
menggunakan obat anestetik dalam jumlah yang banyak dan anestesi akan menjadi lebih
efektif jika memblok banyak nervus.
5. Pasien dengan neuropati perifer karena pada pasien ini akan cenderung mengalami
kerusakan saraf secara permanen.
2.3.3 : Persiapan Pasien dan Obat yang digunakan
Premedikasi
Untuk bedah elektif dan biasanya bedah gawat darurat, premedikasi yang dibeikan adalah
kombinasi obat golongn narkotik dengan obat sedatif yang ringan. Adalah penting bagi pasien
untuk tetap tenang dan kooperatif selama prosedur anestesi regional blok pleksus brakhialis
dilaksanakan, namun tidak juga merasa direpotkan oleh prosedur anestesi regional blok pleksus
brakhialis yang dilaksanakan. 4,5
Obat-Obat untuk Intraoperasi
Penggunaan obat-obat analgesia dan sedatif tergantung pada permintan pasien, efek premedikasi
yang diberikan, durasi dari tindakan pembedahan yang dilakukan, stimuli tambahan yang
diberikan seperti misalnya penggunaan tornikuet, dan kemungkinan pergerakan tendon selama
17
tahapan operasi. Jika anestesia yang digunakan adalah blok pleksus brakhialis, obat yang
digunakan adalah golongan narkotik dan kombinasi dengan transkuilizer, seperti misalnya
fentanil dan diazepam. 4,5
Analgesia Pasca Operasi
Rasa nyeri yang timbul pasca operasi ekstremitas atas tidak terlalu terlihat. Rasa nyeri yang
timbul dapat diredakan dengan analgesik oral sederhana dan pelepasan pembalut luka yang
digunakan. Kecuali pada beberapa kasus pembedahan yang luas atau trauma, dibutuhkan
analgesik yang kuat untuk sementara, dimana rasa nyeri hebat yang muncul patut diwaspadai
sebagai komplikasi dari pembedahan yang telah dilakukan. 4,5
Posisi dari Lengan yang Mengalami Blok
Perawatan yang baik harus diberikan pada pelaksanaan anestesi ekstremitas atas. Lengan dijaga
jangan sampai jatuh kewajah, dimana keadaan ini biasanya terjadi ketika pasien berusaha untuk
menggerakkan lengannya yang telah terblok. Selanjutnya adalah penting pula untuk mencegah
lengan berada pada posisi di mana pleksus brakhialisnya mengalami peregangan. Nervus ulnaris
pada daerah siku harus senantiasa diberikan alas, terutama pada posisi pronasi. Selain itu, adalah
penting membantu pergerakan tangan pasien ketika dipindahkan ke meja operasi dan pada
keadaan lainnya, sampai tenaga dan sensorik pasien telah pulih dengan baik. 4,5
Obat Anestesi yang Digunakan
Obat anestesi yang digunakan untuk blok pleksus brakhialis dapat digunakan secara tunggal
maupun kombinasi dengan persyaratan sebagai berikut : 4,5
1. Memiliki karakteristik onset/ mulai kerja yang cepat
2. Adekuat untuk memberikan efek anestesi regional blok pleksus brakhialis (sensorik dan
motorik) secara lengkap
18
3. Memiliki durasi yang cukup selama proses pembedahan
4. Memiliki toksisitas yang rendah
Mepivakain atau lidokain 1,5 % dengan ditambahkan epinefrin (kecuali jika ada
kontraindikasi) memberikan efek anestesi yang baik untuk seluruh prosedur rutin yang
dilaksanakan. Bupivakain (dan juga ropivakain) dapat digunakan untuk prosedur operasi yang
cukup lama atau untuk analgesia pasca pembedahan. Obat anestesia lokal dengan masa kerja
lama tidak tepat untuk prosedur pembedahan yang singkat dengan alasan, jika obat dengan masa
kerja lama tidak diperlukan lagi, penggunaanya dapat menyebabkan sulitnya pemulihan fungsi
saraf, dan blok regional yang diperpanjang dapat menyebabkan pasien memilki resiko
mengalami trauma saraf akibat tekanan yang tidak diketahui pada serat saraf ekstremitas atas
ataupun mengalami peregangan sebagai akibat malposisi ekstremitas atas.
Obat Anestesi Yang Digunakan Dosis (mL) Durasi Kerja Obat
(jam)
Prilocaine 1,5 % 40 – 55 1,5 – 3
Lidocain 1,5 % dengan epinefrin 40 – 55 2 – 4
Mepivacaine 1,5 % dengan epinefrin 40 – 55 3 – 5
Bupivacaine 0,5 % 40 9 – 11
Ropivacaine 0,5 % 40 9 – 11
Tabel 2 : Durasi kerja obat anestesi untuk blok pleksus brakhialis
2.3.4 : Peralatan
Pada rumah sakit dimana blok regional sering dilaksanakan dan persiapan serta sterilisasi yang
adekuat mampu untuk dilakukan, perlengkapan seperti spuit, jarum dan perlengkapan lainnya
dapat disediakan untuk berbagi jenis blok yang berbeda. Pada situasi yang lain, akan lebih baik
jika menyediakan spuit dan jarum disposable, dimana lebih nyaman untuk melakukan blok
pleksus brakhialis. 4,5
19
Jarum terinsulasi biasanya digunakan secara kombinasi dengan sebuah stimulator saraf
untuk blok saraf tunggal. Elektroda negatif dari perangsang saraf tersambung ke jarum terisolasi
sedangkan elektroda positif dari perangsang saraf terhubung ke elektrokardiogram. Ada berbagai
panjang jarum dengan ukuran gauge yang berbeda. Panjang dan gauge jarum untuk suatu blok
yang diberikan harus dipilih sesuai dengan pendekatan dan kondisi pasien. Jadi jarum G22,
2.5cm diindikasikan untuk blok interskaleni pada orang dewasa, sedangkan pada anak-anak,
dapat digunakan jarum G25, 2.5cm. Penggunaan jarum yang lebih panjang (hingga 5 cm) juga
dapat diindikasikan pada pasien obesiti atau sangat berotot. Jarum terinsulasi biasanya tersedia
dalam panjang 2,5-15 cm. Beberapa anestesiologi memilih jarum yang lebih kuat dengan
pertimbangan agar lebih pasti dalam menimbulkan efek parestesia dan digunakan untuk aspirasi
darah jika jarumnya berada di dalam pembuluh darah, dan mereka berharap sesedikit mungkin
untuk melakukan kesalahan dalam melakukan blok pleksus brakhialis tersebut. 4,5
20
2.4 : Kinerja dan prosedur
Setelah mengetahui tentang anatomi dan tipe-tipe blok plesus brachialis, kita harus tahu cara
yang benar bagaimana kinerja dan prosedur untuk melakukannya. Hal ini penting karena
penggunaan blok saraf perifer untuk anestesi, dapat mengurangi waktu perawatan baik di ruang
operasi dan di rumah sakit. Selanjutnya, penggunaan blok saraf perifer untuk analgesia
pascaoperasi juga telah terbukti mengurangi lamanya tinggal di rumah sakit. Berikut adalah 12
langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan sebelum melakukan blok saraf perifer: 4,5
1. Mendapatkan maklumat lengkap dan terperinci dan pemeriksaan fisik pasien, dengan
penekanan khusus tentang masalah koagulopati, terapi antikoagulan, dan defisit saraf
sensoris atau motorik, terutama di wilayah yang akan di operasi dan blok.
2. Mengevaluasi dan menentukan indikasi tidak adanya kontraindikasi untuk anestesi dan
atau analgesia pascaoperasi seperti yang dijelaskan sbelumnya.
3. Menetapkan jenis blok, pendekatan dan teknik terbaik (yaitu, neurostimulation, USG,
atau gabungan) yang akan digunakan sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
jenis operasi yang dilakukan. Selain itu, dalam kasus blok dilakukan untuk analgesia
pascaoperasi, penting untuk menentukan durasi diharapkan dari nyeri pasca operasi dan
kebutuhan pasca operasi untuk mobilisasi aktif vs pasif. Penentuan ini membantu untuk
membedakan antara kebutuhan untuk single block atau continuous block.
4. Memperoleh informed consent untuk dengan memberikan penjelasan rinci tentang risiko
dan manfaat masing-masing teknik anestesi umum dan regional dan kebutuhan analgesia
pascaoperasi. Selain itu, penggunaan blok perifer sangat menguntungkan pada pasien
dengan American Society of anestesi (ASA) III dan IV status dengan fungsi ginjal
terganggu, paru (tergantung blok), dan jantung. Untuk pasien membuat keputusan yang
tepat, adalah penting bagi mereka untuk mengetahui efek samping blok saraf tepi yang
berhubungan dengan reaksi toksisitas akibat administrasi obat anestesi lokal, termasuk
kejang, aritmia jantung dan kerusakan saraf sementara atau permanen (misalnya, nyeri
akut selama injeksi dan paresthesia). Pasien juga perlu memahami bahwa walaupun risiko
kerusakan saraf diminimalkan dengan penggunaan stimulator saraf atau USG, cedera
21
saraf tetap merupakan komplikasi yang mungkin. Akhirnya, pasien perlu memahami
bahwa memilih blok saraf tepi untuk anestesi tidak berarti bahwa ia harus tetap terjaga
selama operasi. Ini harus dibuat sangat jelas bahwa sedasi tambahan tersedia.
5. Selanjutnya, akses intravena dipertahankan dan kanul hidung dipasang untuk
memberikan O2 2 sampai 4 L / menit. Tanda-tanda vital pasien dimonitor.
6. Setelah pasien diposisikan dengan benar, dia dapat diberikan sedasi dengan midazolam
IV (mulai dengan 0,5 mg iv pada pasien yang lebih tua dan sampai 2-3 mg pada pasien
sehat atau muda cemas) dan fentanil 50 sampai 100 mg. Pemberian obat ini harus dititrasi
dengan kebutuhan setiap pasien. Midazolam adalah obat pilihan karena masa hidup
setengah yang relatif singkat, kurangnya efek hemodinamik, dan ketersediaan antagonis
spesifik (flumazenil) yang dapat diberikan segera jika diperlukan. Adalah penting untuk
menyadari bahwa blok paling mudah dapat dilakukan dengan sedasi minimal dan anestesi
lokal yang baik. Selain itu, tidak semua pasien adalah kandidat yang baik untuk blok,
terutama mereka yang terlalu cemas. Pada pasien ini, adalah lebih baik untuk
merekomendasikan anestesi umum.
7. Pilih campuran dan konsentrasi anestesi lokal yang tepat berdasarkan waktu onset kerja
yang diinginkan untuk blok, durasi operasi, dan kebutuhan untuk mengontrol nyeri pasca
operasi.
8. Lakukan blok:
Posisikan pasien dengan benar.
Mengidentifikasi penunjuk yang sesuai; tandai mereka dan / atau area dipindai
dengan USG.
Setelah disinfeksi di daerah tersebut, lakukan anestesi lokal, biasanya dengan
lidokain 1%. Kedalaman anestesi lokal tergantung pada kedalaman dari saraf
(sangat dangkal untuk blok interscalene, lebih mendalam untuk blok pleksus
anterior siatik atau lumbal).
22
Dalam kondisi aseptik ketat, tusukkan jarum terisolasi (terhubung ke stimulator
saraf) atau jarum noninsulated (USG); cari saraf dengan memasukkan jarum
perlahan-lahan dengan bantuan visi USG atau dengan memunculkan respons
motor khusus atau paresthesia listrik (neurostimulation) di wilayah yang sesuai
(saraf sensorik).
Sesuaikan posisi jarum dalam posisi optimum baik di bawah visi USG atau
dengan mempertahankan respon motor yang sama atau paresthesia dengan mA
kurang dari 0,5 saat ini (neurostimulation).
Setelah posisi sesuai jarum, dan aspirasi negatif untuk darah, suntikkan 1 sampai
2 mL larutan anestesi lokal. Dalam kasus neurostimulation, injeksi ini harus
dikaitkan dengan hilangnya respon motor diperoleh. Arus disampaikan oleh
stimulator saraf kemudian meningkat menjadi 2 sampai 3 mA, yang menyebabkan
munculnya kembali respon motor khusus, membenarkan posisi jarum. Dalam
kasus USG, injeksi ini membantu untuk memastikan bahwa jarum tidak
intraneural. Sisa dari larutan anestesi lokal disuntikkan, konfirmasikan aspirasi
negatif darah setiap 5 mL.
9. Setelah blok dilakukan, evaluasi intensitas motorik dan sensorik dengan meminta pasien
untuk melakukan gerakan-gerakan tertentu. Selain itu, es dan jarum peniti dapat
digunakan untuk mengevaluasi intensitas blok sensorik, biasanya pada interval 5 menit.
Jika setelah 30 menit blok sensorik tidak lengkap, pertimbangan harus diberikan untuk
melakukan blok saraf pelengkap distal dengan pendekatan pertama.
10. Sebelum operasi, informasikan dokter bedah hasil evaluasi anda dan kebutuhan yang
mungkin untuk suplementasi anestesi lokal.
11. Edukasikan kepada pasien pada apa yang harus dilakukan sampai pemulihan lengkap
motor dan fungsi sensor, bagaimana mengelola nyeri pasca operasi termasuk penggunaan
obat oral, bagaimana mengidentifikasi gejala keracunan obat bius lokal dan efek samping
lainnya yang relevan dan komplikasi.
23
12. Dalam hal prosedur rawat jalan, lakukan tindakan follow-up pascaoperasi. Jika pasien
mengeluh adanya komplikasi, dia harus diminta untuk kembali ke rumah sakit untuk
evaluasi yang lengkap.
24
BAB III
Penutup
Untuk anestesi pada pleksus brakialis, saraf pleksus brachialis yang dikelompokkan bersama-
sama bertindak sebagai suatu manfaat. Anestesi lokal seperti lidokain atau bupivakain dapat
disuntikkan pada serabut saraf ini, seterusnya bisa membuat seluruh lengan mati rasa dan tak
bergerak. Proses penyuntikan anestesi lokal untuk tujuan ini disebut blokade saraf regional atau
lebih sederhana, blok saraf, dan itu merupakan prosedur umum dalam anestesi. Setelah waktu
onset sekitar 10 sampai 15 menit, lengan ditargetkan akan sepenuhnya dibius dan siap untuk
operasi. Pasien dapat tetap terjaga selama prosedur pembedahan berikutnya, atau dia bisa dibius
sepenuhnya dengan anestesi umum sekiranya situasi membutuhkan. Blok pleksus brakhialis
adalah tindakan analgesia regional dengan cara menyuntikkan obat anestetik lokal di daerah
perjalanan pleksus brakhialis yang melayani ekstremitas superior, yang melewati daerah strategis
tempat dilakukannya tindakan blok, yaitu: pada daerah interskaleni, supraklavikula dan aksilla.
Pendekatan blok pleksus brachialis sering dipilih sesuai dengan jenis operasi dan daerah
blok yang dikehendaki dimana operasi akan dilakukan pada daerah ekstremitas atas. Ada empat
macam pendekatan dalam melakukan blok pleksus brakhialis, yaitu blok pleksus brakhialis
supraklavikular, blok pleksus brakhialis interskaleni, blok pleksus brakhialis infraklavikular yang
terbahagi secara pendekatan klasik atau pendekatan korakoid, dan blok pleksus brakhialis
aksiler.
Penggunaan pleksus brakhialis sangat membutuhkan keterampilan tinggi ahli anestesi
sehingga komplikasi yang biasa terjadi pada blok pleksus brakhialis seperi injeksi intraneural,
injeksi intraarteri, pneumothoraks dan sebagainya dapat dihindari.
25
Daftar pustaka :
1. “Anesthesia: A Look At Local; Regional and General Anesthesia”. Last update 2006. Mayo Clinic.com. Diunduh dari http://edition.cnn.com/HEALTH/ (Diakses : Maret 2011).
2. Megan G.E., Mikhail M.S., Murray M.J., LANGE Clinical Anaesthesiology, 4th Edition. The McGraw Hill company. 2005. Chapter 17.
3. “Brachial Plexus Block”. Last update 2011. Wikipedia. Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/Brachial_plexus/ (Diakses : Maret 2011).
4. “Nerve Stimulator Techniques”. Last update 2009. The New York School Of Regional Anaesthesia. Diunduh dari www.nysora.com (Diakses : Maret 2011).
5. Peripheral Nerve Block, Chelly JE. Peripheral Nerve Blocks, A Color Atlas. 3rd Edition. Lippincot Williams and Wilkins; 2009.
6. Kotnori D., Supraclavicular Brachial Plexus Block , Indian Journal Anaesthesiology. 2003 : 47 (4) 287-88.
7. Philip P., Cagle H., Herrera H., The Use of Interscalene Block Prior to Shoulder Arthroscopy: Implications for Postoperative Pain Management, The Internet Journal of Anesthesiology. 1997 : 1 (1).
8. Wilson J.L., Brown D.L., Ethan R.L., Cahill D.R., Wong G.Y., Infraclavicular Brachial Plexus Block : Parasagital Anatomy Important to the Coracoid Technique, International Anaesthesia Research Society. 1998 : 87 (4) 870-73.
26