TOR-HGN-2013.doc

3
TOR HARI GIZI NASIONAL 25 JANUARI 2013 MEWUJUDKAN GIZI SEIMBANG UNTUK MENGATASI MASALAH GIZI GANDA I. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan perlunya mewujudkan gizi seimbang sebagai salah satu upaya perbaikan gizi. Lebih lanjut Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan mendukung hidup sehat, bugar, cerdas, aktif dan produktif. Riskesdas 2010 (Balitbangkes 2011) mengungkap bahwa pada semua kelompok umur dan jenis kelamin di Indonesia terjadi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia. Pada anak balita terdapat 17.9% yang mengalami gizi kurang (underweight), 36.5 mengalami stunting dan 5.8% mengalami gizi lebih (overweight). Pada anak usia 6-12 tahun sejumlah 12.2% tergolong kurus dan 9.2% tergolong gemuk (gizi lebih). Pada orang dewasa 12.6% tergolong kurus (IMT) dan 21.7% tergolong gemuk. Hal ini menunjukkan masalah gizi ganda masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari segi konsumsi pangan, juga tampak masih belum memadai mutu gizi dan keragaman pangan penduduk, yang ditunjukkan oleh Skor Pola Pangan Harapan (Skor PPH) 77.3 pada tahun 2011 (BKP Kementan, 2012). Rendahnya skor PPH ini disebabkan masih rendahnya konsumsi pangan hewani, sayur dan buah. Data tersebut menunjukkan masih banyak masyarakat Indonesia yang belum sadar gizi dalam menerapkan gizi seimbang. Dilain pihak berbagai kajian ilmiah membuktikan bahwa kekurangan dan kelebihan gizi pada masa janin sampai usia dua tahun berdampak buruk pada kualitas manusia pada usia selanjutnya. Gizi kurang dan pendek pada masa 1000 hari pertama kehidupan berdampak pada peningkatan risiko kegemukan dan risiko penyakit tidak menular, seperti hipetensi, 1

description

hgn

Transcript of TOR-HGN-2013.doc

Page 1: TOR-HGN-2013.doc

TORHARI GIZI NASIONAL 25 JANUARI 2013MEWUJUDKAN GIZI SEIMBANG UNTUK

MENGATASI MASALAH GIZI GANDA

I. LATAR BELAKANG

Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan perlunya mewujudkan gizi seimbang sebagai salah satu upaya perbaikan gizi. Lebih lanjut Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pangan mengamanatkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dan mendukung hidup sehat, bugar, cerdas, aktif dan produktif.

Riskesdas 2010 (Balitbangkes 2011) mengungkap bahwa pada semua kelompok umur dan jenis kelamin di Indonesia terjadi masalah gizi kurang dan gizi lebih di Indonesia. Pada anak balita terdapat 17.9% yang mengalami gizi kurang (underweight), 36.5 mengalami stunting dan 5.8% mengalami gizi lebih (overweight). Pada anak usia 6-12 tahun sejumlah 12.2% tergolong kurus dan 9.2% tergolong gemuk (gizi lebih). Pada orang dewasa 12.6% tergolong kurus (IMT) dan 21.7% tergolong gemuk. Hal ini menunjukkan masalah gizi ganda masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Dari segi konsumsi pangan, juga tampak masih belum memadai mutu gizi dan keragaman pangan penduduk, yang ditunjukkan oleh Skor Pola Pangan Harapan (Skor PPH) 77.3 pada tahun 2011 (BKP Kementan, 2012). Rendahnya skor PPH ini disebabkan masih rendahnya konsumsi pangan hewani, sayur dan buah. Data tersebut menunjukkan masih banyak masyarakat Indonesia yang belum sadar gizi dalam menerapkan gizi seimbang.

Dilain pihak berbagai kajian ilmiah membuktikan bahwa kekurangan dan kelebihan gizi pada masa janin sampai usia dua tahun berdampak buruk pada kualitas manusia pada usia selanjutnya. Gizi kurang dan pendek pada masa 1000 hari pertama kehidupan berdampak pada peningkatan risiko kegemukan dan risiko penyakit tidak menular, seperti hipetensi, hiperkolesterol, hiperglikemia dll. Gizi lebih (kegemukan) pada usia remaja dan dewasa juga meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit tidak menular yang akan mempengaruhi produktifitas dan usia harapan hidup. Sejak tahun 2012, secara global melalui PBB telah dikembangkan upaya percepatan perbaikan gizi ibu dan anak pada 1000 hari pertama kehidupan dengan pendekatan komprehensif (lintas sektor) disebut dengan Scale Up Nutrition (SUN) movement. Upaya ini di Indonesia disebut Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK).

Tujuan gizi seimbang adalah pemenuhan kebutuhan gizi guna mencegah terjadinya gizi kurang dan gizi lebih. Oleh karena itu penerapan gizi seimbang dan perilaku hidup sehat secara berkelanjutan merupakan suatu upaya penting dalam mewujudkan hidup sehat, bugar, cerdas, aktif dan produktif.

1

Page 2: TOR-HGN-2013.doc

Berbagai upaya perlu dilakukan guna mewujudkan perilaku gizi seimbang, terutama peningkatan pengetahuan dan kesadaran gizi, peningkatan daya beli, dan peningkatan akses secara fisik kepada pangan yang beragam dan aman. Salah satu peran organisasi gizi, seperti PERSAGI, PDGMI, PDGKI dan PERGIZI PANGAN adalah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan cara-cara pemenuhan gizi seimbang bekerja sama dengan pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

Setiap tanggal 25 Januari diperingati Hari Gizi Nasional (HGN). Peringatan HGN setiap tahun diharapkan dapat menjadi momentum berkala untuk selalu mengingatkan dan mendorong pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat tentang pentingnya memiliki kesadaran gizi yang baik dan menerapkan perilaku gizi seimbang. Sehubungan hal tersebut pada HGN 2013 perlu dibangun semangat dan kesadaran gizi agar terjadi percepatan perbaikan gizi.

II. TEMA

Berdasarkan pemikiran di atas maka tema Hari Gizi Nasional (HGN) 2013 adalah Mewujudkan Gizi Seimbang untuk Mengatasi Masalah Gizi Ganda.

III. TUJUAN

Tujuan peringatan Hari Gizi Nasional (HGN) 2013 merupakan momen untuk membangkitkan dan membangun pentingnya kesadaran dan perilaku gizi seimbang dalam mengatasi masalah gizi ganda masyarakat Indonesia, terutama pada ibu dan anak.

IV. BENTUK KEGIATAN

Bentuk kegiatan dapat berupa sarasehan/silaturrahmi, seminar/simposium/diskusi ilmiah, Dialog di Radio/TV, launching program/deklarasi, kegiatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) gizi kepada masyarakat dengan materi sesuai tema HGN 2013.

V. WAKTU DAN TEMPAT

Waktu penyelenggaraan kegiatan Peringatan Hari Gizi Nasional 2013 adalah dari tanggal 5 Januari sampai 9 Maret 2013 di Indonesia. Acara peringatan pada tingkat nasional dipusatkan di Jakarta, dan pada tingkat provinsi/kabupaten/kota dilakukan di masing-masing wilayah.

VI. PENYELENGGARA

Penyelenggara kegiatan adalah panitia HGN 2013 atau oleh masing-masing organisasi terkait gizi seperti PERSAGI, PDGKI, PDGMI dan PERGIZI PANGAN Indonesia, baik di tingkat nasional maupun di tingkat provinsi/kabupaten/kota.

2

Page 3: TOR-HGN-2013.doc

VII. BIAYA

Biaya kegiatan berasal dari dana swadaya dan dana kemitraan antara panitia penyelenggara dengan pihak pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat.

3