TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

8

Click here to load reader

description

ok

Transcript of TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

Page 1: TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara

Asisten Deputi Pengelolaan Batas Negara Wil. Laut dan Udara 1

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) JASA KONSULTANSI

PAKET PEKERJAAN

KAJIAN BATAS WILAYAH LAUT INDONESIA DAN FILIPINA UNTUK MENDUKUNG PERUNDINGAN

A. Latar Belakang

Acuan hukum penegasan klaim batas laut Indonesia dengan Filipina mengikuti Hukum internasional yaitu UNCLOS 1982 yang telah diratifikasi dengan Undang-Undang nomor 17 tahun 1985 tentang pengesahan United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) secara penuh artinya masing-masing negara berdasarkan garis pangkal kepulauan (baseline) dapat melakukan klaim batas Laut Teritorial (LT), Zona Tambahan (ZT), Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan Landas Kontinen (LK) (dasar laut) karena mempunyai bentangan/lebar laut yang memungkinkan ke dua negara melakukan klaim batas laut sesuai dengan rejim masing-masing tersebut diatas. Indonesia sampai saat ini belum mempunyai perjanjian batas laut dengan Filipina. Selama ini kedua negara menggunakan klaim unilateral dari masing-masing negara dan menimbulkan konflik di laut, sehingga sebagai sesama negara kepulauan dan tergabung di dalam kelompok negara Asean yang mempunyai hubungan sangat baik maka kedua negara telah bertekad untuk segera dapat menyelesaikan batas maritim tersebut, batas maritim yang perlu dirundingkan adalah batas laut teritorial, batas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan batas Landas Kontinen

Frekuensi perundingan penegasan batas laut Indonesia dengan Filipina telah dilakukan sebanyak 12 (dua belas) kali sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 2007. Pada tahun 2003 samp[ai dengan 2007 pertemuan antara kedua negara dilakukan melalui forum Joint Permanent Working Group Meeting on Maritime and Ocean Concerns (JPWG-MOC) dan Sub Working Group, yang secara khusus dibentuk untuk mendalami sisi teknis.

Page 2: TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara

Asisten Deputi Pengelolaan Batas Negara Wil. Laut dan Udara 2

Indonesia dan Filipina sepakat agenda prioritas perundingan batas laut adalah batas ZEE mengingat isu dan potensi konflik perikanan yang tinggi antar negara, sedangkan batas laut teritorial belum menjadi agenda utama mengingat jarak antara garis pangkal (baseline) masing-masing negara lebih dari 24 nautical mile (nm), termasuk batas laut zona tambahan. Selanjutnya untuk batas Landas Kontinen kedua negara sepakat akan melakukan perundingan setelah batas Laut ZEE selesai/mencapai kesepakatan.Situasi saat ini perbatasan laut Indonesia dengan Filipina telah disepakati untuk dirundingkan oleh kedua negara terdiri dari 3 (tiga) segmen yaitu 2 (dua) segmen di perairan Laut Sulawesi yang merupakan batas laut ZEE dan 1 segmen batas laut territorial di perairan sekitar P. Miangas. Adapun kondisi 3 (tiga) segmen dimaksud sebagai berikut :

Permasalahan lain non teknis adalah keterkaitan budaya turun temurun antara masyarakat Filipina di Pulau Sarangani dengan masyarakat Indonesia di Pulau

Page 3: TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara

Asisten Deputi Pengelolaan Batas Negara Wil. Laut dan Udara 3

Sangihe Provinsi Sulut, diantara mereka mayoritas penduduk di Pulau Sarangani adalah sanak saudara masyarakat Indonesia. Bahkan di tahun 2012 ini diadakan kunjungan kekeluargaan yang dikuti pejabat dan masyarakat Sangihe menggunakan perahu motor kapasitas kecil-ketinting (pump boat) dan diterima dengan baik oleh walikota Sarangani dan jajarannya termasuk masyarakat, melalui upacara adat Sarangani yang sama dengan adat Sangihe. Sehingga sampai dengan tahun 2012 ini banyak masyarakat nelayan tradisonal Filipina dari Sangarani berlayar sampai jauh di perairan pendalam kota Sangihe untuk mencari ikan dan bersandar didermaga menggunakan kapal ketinting (pump boat) berbendera Indonesia dan menetap sementara sesuai musim melaut. Oleh sebab itu dipandang perlu untuk melakukan kajian penetapan batas laut Indonesia dengan Filipina yang sampai saat ini masih menyisakan 2 (dua) segmen batas laut yaitu Batas Laut ZEE di perairan laut Sulawesi dan Batas Laut Teritorial di perairan Utara P. Miangas.

B. Dasar Hukum

Landasan hukum secara Umum yang digunakan sebagai acuan dalam Perencanaan Batas Wilayah Maritim Indonesia dan Palau, adalah :

a. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 Tentang Wilayah Negara; b. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan wilayah Pesisir

dan Pulau Kecil; c. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan Indonesia; d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985 Tentang Pengesahan Hukum Laut; e. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang Zone Ekonomi Ekslusif; f. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2008 dan Nomor 38 Tahun 2002

Tentang Daftar Koordinat Geografis Garis Pangkal Kepulauan Indonesia; g. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Badan Nasional

Pengelola Perbatasan; h. Peraturaan Menteri Dalam Negeri Nomor 31 Tahun 2010 Tentang Organisasi

dan Tata Kerja Sekretariat Tetap Badan Nasional Pengelola Perbatasan;

i. UNCLOS 1982.

Page 4: TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara

Asisten Deputi Pengelolaan Batas Negara Wil. Laut dan Udara 4

C. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan Kajian Wilayah Batas Laut Indonesia dan Filipina adalah: Melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara terutama terwujudnya wilayah kedaulatan dan yurisdiksi Indonesia dalam rangka pengelolaan batas negara wilayah laut dan pembangunan kawasan maritim Indonesia serta tersedianya kajian teknis sesuai dengan prosedur dan peraturan nasional dan internasional yang berlaku.

D. Hasil yang akan diperoleh (Output) kegiatan

Hasil yang diharapkan dalam kajian batas wilayah laut Indonesia dan Filipina adalah 1. Terwujudnya kepastian hukum batas wilayah negara dan yurisdiksi guna

mempertahankan kedaulatan NKRI serta mengoptimalkan pembangunan kawasan maritim guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat berbasis potensi kelautan Indonesia;

2. Tersedianya bahan masukan pada aspek teknis dan non teknis untuk memperkuat penyelesaian klaim segmen batas laut Indonesia dalam perundingan dengan negara Filipina.

3. Terwujudnya interaksi keterpaduan antar K/L anggota BNPP guna memperkuat kelembagaan pengelolaan batas laut secara terkoordinasi.

E. Penerima Manfaat

Penerima manfaat kajian batas wilayah laut Indonesia dan Filipina adalahPemerintah Indonesia terutamaBadan Nasional Pengelola Perbatasan, Badan Pengelola Kawasan Perbatasan negara di Daerah dan Instansi/unit teknis terkait lainnyaserta Tim Perunding Batas Laut Indonesia dan Filipina.

F. Kebutuhan Tenaga Ahli

Kebutuhan tenaga ahli untuk kajian batas negara wilayah laut Indonesia Filipina

identifikasi sebagai berikut :

Page 5: TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara

Asisten Deputi Pengelolaan Batas Negara Wil. Laut dan Udara 5

1. Tenaga Ahli Hukum Laut /Tim Leader 1( satu) orang, Pasca Sarjana

Kelautan/Hukum Internasional/Hukum Perjanjian Internasional, berpengalaman

dalam pengelolaan batas negara wilayah laut secara hukum nasional dan

internasional, minimal 10 ( Sepuluh) tahun.

2. Tenaga Ahli Pemetaan Laut,1 (satu) orang Sarjana Geodesy atau yang setara dan

berpengalaman 7 (tujuh) tahun dalam hidrografi dan peta laut. (Zen)

3. Tenaga Ahli Survey Batimetri, 2 (dua) orang, Sarjana Geodesi, berpengalaman

minimal 7 (tujuh) tahun dalam batimetri. (Nugraha Sentana)

4. Tenaga Ahli Komputerisasi Pemetaan Laut 2 (dua) orang sarjana

komputer/geodesi, berpengalaman minimal 5 (lima) tahun dalam data

processing (Dudi Sarifudin, Asep Sarifudin)

5. Staf profesional pendukung Tenaga Ahli minimal 3 tahun.

G. Ruang Lingkup Pekerjaan

1. Melakukan desktop study dan analisis mendalam berbagai exercise teknis dan

non teknis mulai dari reviu segmen batas yang sudah disepakati dan

dilanjutkan dengan 2 (dua) segmen yang belum disepakati sesuai dengan

gambar diatas.

2. Melakukan exercise skenario klaim batas laut sesuai dengan hukum nasional

dan internasional yang berlaku.

3. Pembelian software dan hardware pengelolaan peta dan informasi laut.

4. Melaksanakan forum diskusi Memfasilitasi penelaahan dari seluruh pihak yang

berkompeten melalui penyelenggaran forum diskusi.

5. Dokumentasi dan pelaporan.

6. Membuat administratif pertanggungjawaban pembiayaan sesuai dengan

kontrak kerja yang ditetapkan dan ketentuan pemerintah yang berlaku.

7. Menyerahkan seluruh hasil kegiatan kepada pemberi pekerjaan.

Page 6: TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara

Asisten Deputi Pengelolaan Batas Negara Wil. Laut dan Udara 6

G. Waktu Penyelenggaraan

Waktu yang dibutuhkan untuk Perencanaan Batas Wilayah Laut Indonesia dan Palau, dilaksanakan selama 4 (empat) bulan.

H. Penyelenggara

Penyelenggara Kajian Batas Wilayah Laut Indonesia dan Filipinaadalah lingkup

Asisten Deputi (Asdep) Pengelolaan Batas Negara Wilayah Laut dan Udara, Deputi

Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negaramelalui metode Jasa Konsultansi.

I. Pembiayaan

Kebutuhan pembiayaan penyelenggaraan Kajian Batas Wilayah Laut Indonesia dan

Filipina, bersumber daribersumber dari DIPASekretariat Tetap BNPP Tahun 2013.

Jakarta, Januari 2013

ASDEP PENGELOLAAN BATAS NEGARA WILAYAH LAUT DAN UDARA,

selaku PPK,

Ir. Rahman Ibrahim, M.Sc.

Page 7: TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara

Asisten Deputi Pengelolaan Batas Negara Wil. Laut dan Udara 7

PETA SATELIT WILAYAH KAJIAN BATAS NEGARA WILAYAH LAUT INDONESIA DAN FILIPINA :

Page 8: TOR-BATAS MARITIM RI_FIL756

Deputi Bidang Pengelolaan Batas Wilayah Negara

Asisten Deputi Pengelolaan Batas Negara Wil. Laut dan Udara 8

PETA LAUT WILAYAH KAJIAN BATAS NEGARA WILAYAH LAUT INDONESIA DAN FILIPINA :