Tonsilofaringitis

42
BAB I STATUS PASIEN I. IDENTITAS IDENTITAS PASIEN Nama : An. YD Umur : 4 tahun Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Agustus 2010 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : KPAD Puspo Raya, Cibinong Suku Bangsa : Batak Agama : Protestan Pendidikan : Belum Sekolah Hubungan dengan orang tua : Anak kandung Tanggal masuk : 31 Agustus 2014 No. CM : 357678 IDENTITAS ORANGTUA Orangtua Ayah Ibu Nama Umur sekarang Umur saat menikah Perkawinan ke Pendidikan terakhir Tn. A 36 tahun 29 tahun 1 SMA TNI Sertu Ny. S 36 tahun 29 tahun 1 D3 Keperawatan Perawat - 1

description

pdf

Transcript of Tonsilofaringitis

Page 1: Tonsilofaringitis

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

IDENTITAS PASIEN

Nama : An. YD

Umur : 4 tahun

Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Agustus 2010

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : KPAD Puspo Raya, Cibinong

Suku Bangsa : Batak

Agama : Protestan

Pendidikan : Belum Sekolah

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung

Tanggal masuk : 31 Agustus 2014

No. CM : 357678

IDENTITAS ORANGTUA

Orangtua Ayah Ibu

Nama

Umur sekarang

Umur saat menikah

Perkawinan ke

Pendidikan terakhir

Pekerjaan

Pangkat

Agama

Suku bangsa

Penyakit, bila ada

Tn. A

36 tahun

29 tahun

1

SMA

TNI

Sertu

Protestan

Batak

-

Ny. S

36 tahun

29 tahun

1

D3 Keperawatan

Perawat

-

Protestan

Batak

-

1

Page 2: Tonsilofaringitis

II. ANAMNESA:

Dilakukan alloanamnesis dengan ibu pasien pada tanggal 01 September 2014,

pukul 06.30 WIB di bangsal anak RSPAD Gatot Soebroto.

Keluhan utama :

Demam sejak 6 hari SMRS

Keluhan tambahan :

Riwayat BAB berdarah 5 hari SMRS dan batuk pilek

Riwayat Penyakit Sekarang:

Enam hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien mengeluh demam. Demam

dirasakan tiba-tiba dan hilang timbul, demam dirasakan terus menerus. Demam tanpa

diserati menggigil, kejang ataupun keringat malam. Demam tanpa disertai bintik-bintik

merah dan pendarahan pada gusi dan hidung (mimisan). Demam tanpa disertai nyeri sendi

dan nyeri pada bola mata. Nyeri perut, mual, dan muntah disangkal. Buang air kecil dan

buang air besar dalam batas normal. Pasien tidak sering jajan diluar dan makan makanan

rumah. Pasien tidak dari berpergian ke daerah endemis malaria.

Lima hari SMRS pasien mengeluh buang air besar disertai darah. Darah berwarna

merah segar dan isinya air dan terdapat sedikit ampas. Buang air besar kurang lebih 3-4x

sehari. Ibu pasien tidak memperhatikan bau fesenya.

Empat hari SMRS pasien mengaku batuk. Batuk berdahak berwarna kuning

kehijauan tanpa disertai darah. Batuk disertai dengan pilek, cairan bewarna bening. Batuk

pilek juga disertai oleh nyeri saat menelan. Suara serak disangkal. Batuk pilek tanpa

disertai sesak napas dan muntah. Pasien juga mengeluh nyeri pada tenggorokannya saat

menelan sehingga mengakibatkan nafsu makan menurun.

Dua hari SMRS BAB berdarah telah diobatin dengan bactrim, ibu pasien sudah

tidak mengeluh BAB berdarah ,demam dirasakan turun setelah minum obat namun tidak

sampai batas normal, kemudian demam dirasakan naik kembali. Karena demam tetap

2

Page 3: Tonsilofaringitis

tidak turun, kemudian pada tanggal 31 Agustus 2014 pasien dibawa ke UGD RSPAD

Gatot Soebroto.

Riwayat pengobatan yang telah diperoleh :

- Bactrim Syrup (diberikan 2 hari SMRS)

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat keluhan serupa : disangkal

- Riwayat kejang demam : disangkal

- Riwayat penyakit asma : disangkal

- Riwayat alergi : disangkal

- Riwayat penyakit kuning : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayatsakit serupa : disangkal

- Riwayat penyakit asma : diakui, ibu pasien

- Riwayat alergi : diakui, ibu pasien alergi debu

- Riwayat penyakit kuning : disangkal

- Riwayat kencing manis : disangkal

- Riwayat darah tinggi : disangkal

Riwayat kehamilan

Status obstetri ibu pasien G0P2A0, pasien merupakan anak ke dua. Selama

kehamilan ibu pasien merasakan mual diawal kehamilan. Selama kehamilan Ibu pasien

tidak pernah sakit berat, tidak mengkonsumsi obat-obatan, merokok atau alkohol dan ibu

pasien juga tidak rutin untuk kontrol kehamilannya ke dokter setiap bulan.

Riwayat kelahiran

Penolong : Dokter

Cara persalinan : Spontan

Berat badan lahir : 3400 gram

3

Page 4: Tonsilofaringitis

Panjang badan lahir : 52 cm

Usia gestasi : 40 minggu

Keadaan bayi setelah lahir : langsung menangis

Kelainan bawaan : tidak ada

Anak ke : 2

Riwayat perkembangan

Umur

Pertumbuhan gigi I 6 bulan

Tengkurap 4 bulan

Duduk 5 bulan

Berdiri 9 bulan

Berjalan 15 bulan

Bicara 12 bulan

Membaca dan Menulis Belum bisa

Kesan: pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia.

Perkembangan pubertas :

- Rambut pubis :Stage 1, tidak terdapat rambut pubis

- Mammae :Stage 1, stadium pertunasan payudara. Penonjolan

payudara dan papilla sebagai tonjolan kecil.

- Menarche : belum

Riwayat Makan

Usia ASI/PASI Buah/BiskuitBubur

SusuNasi Tim

0 – 2 bulan ASI - - -

2 – 4 bulan ASI - - -

4 – 6 bulan ASI - - -

6 – 8 bulan ASI + susu formula Ya Ya Ya

4

Page 5: Tonsilofaringitis

8 – 10 bulan ASI + susu formula Ya Ya Ya

10 – 12 bulan ASI + susu formula Ya Ya Ya

Jenis Makanan Frekuensi

Nasi 3 x sehari, @ 1 centong nasi

Sayur 1-2 x sehari @ 1 mangkok kecil

Daging (ayam) 3-4 x dalam 1 minggu, @ 1 potong

Telur 5x dalam 1 minggu, 1 hari 1-2 kali, tiap kali 1 butir

Ikan 2x dalam 1 minggu, @ 1 potong

Tahu 3x dalam 1 minggu, 1 hari 2 kali, @ 1 potong

Tempe 4x dalam 1 minggu, 1 hari 2 kali, @ 1 potong

Susu ; Merk / takaran setiap hari, 1 hari 2-3 kali, tiap kali 250 cc / Dancow

Kesan: Kualitas dan kuantitas makanan cukup.

Riwayat Imunisasi

Jenis Imunisasi I II III IV V

BCG 2 bulan - - - -

Hepatitis B 0 hari 1 bulan 6 bulan - -

Polio 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -

DTP 2 bulan 4 bulan 6 bulan - -

Campak 9 bulan - - - -

Lain-lain - - - - -

Kesan imunisasi dasar : Imunisasi dasar lengkap

Kesan imunisasi ulangan : Imunisasi ulangan lengkap

5

Page 6: Tonsilofaringitis

Keadaan Anak

NoTanggal Lahir

(Usia)

Jenis

KelaminHidup

Lahir

MatiAbortus

Mati

(sebab)

Keterangan

kesehatan

122-01-2009

(5 tahun 7 bulanL - - - TK B / sehat

223-08-2010

(4 tahun 0 bulan)P - - - Belum Sekolah

Anggota Keluarga Lain yang serumah

Tidak ada

Masalah Dalam Keluarga

Tidak ada.

Status Rumah Tinggal

- Tinggal di perumahan, milik sendiri.

- Keadaan rumah :

Ventilasi rumah baik, pencahayaan cukup, rumah cukup rapi, dan terdapat tumpukan

mainan di pojok ruang keluarga. Sumber air berasal dari PAM dan air tanah yang

ditampung di dalam bak yang terbuat dari semen sebagai sumber air yang digunakan

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Terdapat selokan di depan rumah, air selokan

mengalir.

- Lingkungan sekitar rumah

Cukup bersih, lingkungan perumahan dekat dengan rumah tetangga dan orang sekitar

rumah tidak ada yang menderita keluhan yang sama

Riwayat Penyakit yang pernah diderita

Penyakit Usia Penyakit Usia

6

Page 7: Tonsilofaringitis

Diare 5 hari SMRS Morbili -

Otitis - Parotitis -

Radang paru- Demam

berdarah-

Tuberkulosis - Demam tifoid -

Kejang - Cacingan -

Ginjal - Alergi -

Jantung - Pertusis -

Darah - Varicella -

Difteri - Biduran -

Asma - Kecelakaan -

Penyakit kuning - Operasi -

Batuk berulang - Lain-lain -

III. PEMERIKSAAN FISIK

Dilakukan pada tanggal 01 September 2014, di bangsal perawatan IKA, perawatan hari

ke-2:

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status mental : Baik

Berat Badan (BB) : 19 kg

Tinggi Badan : 115 cm

Lingkar Kepala : 49 cm

Lingkar Lengan Atas : 20 cm

Lingkar Dada : 70 cm

Status gizi : (Z Score)

Berdasarkan BB/U = z score berada antara pecentil 0 – 2

7

Page 8: Tonsilofaringitis

Berdasarkan TB/U = z score berada antara perentil 3 - 2

Berdasarkan BB/TB = z score berada antara percentil 0 – (-1)

BMI = berada pada percentile 0 – (-1)

Tanda-tanda vital :

- Tekanan Darah : 110/80 mmHg

- Nadi : 110 x/ menit, regular , isi cukup

- Respirasi : 20x/ menit, teratur

- Suhu : 37,6 oC (axilla)

Kepala : Normocephal, rambut hitam sedikit ikal, distribusi merata, tidak mudah

dicabut, ubun-ubun besar sudah menutup

Wajah : Simetris, kulit wajah pasien tidak nampak adanya kelainan, warna sawo

matang, nyeri tekan sinus tidak ada, ruam tidak ada

Mata :Kelopak mata tidak edema, tanda-tanda perdarahan tidak ada, konjungtiva

Tidak anemis, tanda peradangan pada konjungtiva tidak ada, mata tidak merah,

sklera tidak ikterik, kornea dan lensa jernih, pupil bulat, diameter pupil

3mm/3mm,isokor,reflex cahaya langsung dan tidak langsung +/+.

Telinga : Daun telinga simetris kanan dan kiri, lekukan sempurna, tidak ada sekret,

tidak ada perdarahan

Hidung : Bentuk normal,deviasi septum tidak ada, mukosa hidung tidak hipermis,

Terdapat secret berwarna bening, perdarahan tidak ada,nafas cuping hidung tidak

ada.

Mulut :Mukosa lembab, tidak ada sianosis, lidah kotor(-), lidahtremor tidak ada,

perdarahan gusi tidak ada, tonsil T3-T3, faring hiperemis

Leher : trakea di tengah, simetris, deviasi trakhea tidak ada, pembesaran kelenjar

tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar getah bening tidak ada

Thorax :Bentuk normal, jaringan parut tidak ada, ruam tidak ada, retraksi dinding dada

tidak ada

Paru :

Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, tidak ada retraksi interkostal

Palpasi : Vokal fremitus kanan sama dengan kiri

8

Page 9: Tonsilofaringitis

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara napas vesikuler +/+, rhonki dan wheezing tidak ada.

Jantung :

Inspeksi : Ictus kordis tidak tampak.

Palpasi : Ictus kordis teraba di ICS IV linea midclavicula sinistra, tidak kuat

angkat,thrill tidak ada.

Perkusi : Batas Jantung kanan di ICS V linea parasternal dekstra

Batas Jantung kiri di ICS V linea midclavicula sinistra

Batas Pinggang Jantung di ICS III linea parasternal sinistra

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur dan gallop tidak ada

Abdomen

Inspeksi :Datar, tidak ada luka, tidak ada sikatrik, tidak ada perdarahan, tidak

ada ruam

Auskultasi : Bising usus (+) normal (6x/menit)

Palpasi : Supel, hati dan lien tidak teraba,turgor kulit baik, CVA -/-, nyeri

tekan (-)

Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen

Pemeriksaan asites sistematik : negatif

‘Sifting dulness : negatif

Kesan : tidak ada tanda asites

Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada sianosis, tonus baik, capillary refill< 2”,

edema (-),petekie (-) di kedua tungkai bawah, panas (-), ruam tidak

ada

Refleks :

Refleks Fisiologis :

Refleks biseps : + (normal) /+ (normal)

9

Page 10: Tonsilofaringitis

Refleks triseps :+ (normal) / + (normal)

Refleks patella : + (normal) /+ (normal)

Refleks Achilles :+ (normal) / +(normal)

Refleks Patologis :

Refleks babinski : -/- Refleks Oppenheim : -/-

Refleks Chaddoks : -/- Refleks Gordon : -/-

Refleks Schaefer : -/- Refleks Gonda : -/-

Rangsang Meningeal :

Kaku kuduk : - Brudzinsky II : -/-

Brudzinsky I : -/- Kernig : -/-

Lasegue : -/-

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

JENIS PEMERIKSAAN NILAI RUJUKANHASIL Tanggal : 31-08-2014

Pukul : 15.17

HEMATOLOGI

Hematologi Rutin

Hemoglobin

Hematokrit

Eritrosit

Leukosit

Trombosit

MCV

MCH

MCHC

Kimia Klinik

Natrium (Na)

12-16 g/dL

37-47%

4.3-6.0 juta/uL

4.800-10.800/uL

150.000-400.000/uL

80-96 fL

27-32 pg

32-36 g/dL

132-145 mmol/L

11.2

31

4.1

21900

277000

76

28

37

133

10

Page 11: Tonsilofaringitis

Kalium (K)

Klorida (Cl)

IMUNOSEROLOGI

Widal

S. Typhi O

S. Paratyphi AO

S. Paratyphi BO

S. Paratyphi CO

S. Typhi H

S. Paratyphi AH

S. Paratyphi BH

S. Paratyphi CH

3.1-5.1 mmol/L

32-36 mmol/L

-

-

-

-

-

-

-

-

3.4

98

-

-

-

-

-

-

-

-

V. RESUME

Pasien anak perempuan berusia 4 tahun datang dengan keluhan demam yang

dirasakan secara mendadak sejak 6 hari SMRS. Demam dirasakan hilang timbul, terus-

menerus, demam tanpa disertai dengan menggigil, kejang ataupun keringat malam. Lima

hari SMRS pasien mengeluh buang air besar disertai darah. Darah berwarna merah segar

dan isinya air dan terdapat sedikit ampas. Buang air besar kurang lebih 3-4x.Ibu pasien

tidak memperhatikan bau fesenya. Empat hari SMRS pasien mengaku batuk. Batuk

berdahak berwarna kuning kehijauan tanpa disertai darah. Batuk disertai dengan pilek,

cairan bewarna bening. Terdapat nyeri menelan sehingga nafsu makan pasien terganggu.

Batuk pilek tanpa disertai sesak napas dan muntah.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,

kesadaran komposmentis. Tekanan darah : 110/80 mmHg, Nadi : 110 x/ menit, regular ,

isi cukup, Respirasi : 20x/ menit, teratur dan Suhu : 37,6 oC (axilla). Pada pemeriksaan

mulut didapatkan faring hiperemis dan tosil T3-T3. Pada pemeriksaan labolatorium

didapatkan Hb/Ht/Erit/Leuk/Trombo/MCV/MCH/MCHC:

11.2/31/4.1/21900/277000/76/28/37.

11

Page 12: Tonsilofaringitis

VI. DIAGNOSIS KERJA

Tonsilofaringitis akut et causa susp Bakteri

Riwayat Disentri

VII. DIAGNOSIS BANDING

Tonsilofaringitis akut et causa Virus

Abses Peritonsilar

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

Darah lengkap

Kultur swab tenggorok

Rapid antigen-detection (RADT)

ASTO

Pemeriksaan feses lengkap

IX. PENATALAKSANAAN

Medikamentosa

volume cairan kristaloid perhari yang diperlukan untuk BB 19 kg

Jumlah cairan = 1000 + { 50 x BB }

= 1000 + { 50 x 9 }= 1000 + 450 = 1450 cc / 24 jam

IFVD RL 1500 cc/24 jam

Paracetamol 3x200 mg IV

Cefotaxim 3x500 mg IV

Ambroxol syrup 3x2 ½ cth

Non-Medikamentosa

Tirah baring

12

Page 13: Tonsilofaringitis

Diit : makan biasa (energi : 1800 kcal/hari)

X. PROGNOSIS

Qua ad vitam : ad bonam

Qua ad fuctionam : ad bonam

Qua ad sanationam : dubia ad bonam

XI. FOLLOW UP PASIEN

02 September 2014 03 September 2014

S Batuk berdahak, Demam tidak ada, mual (-), muntah (-),

nafsu makan mulai membaik, , BAK (+), BAB (+) berampas

dan tidak berdarah , BAB darah (-)

Ibu pasien mengeluh anaknya masih batuk berdahak, Demam

(-), mual (+), muntah (-), BAK (+), BAB (+) berampas, tidak

berdarah dan tidak berlendir, nafsu makan membaik

13

Page 14: Tonsilofaringitis

O Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Keasadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital:

- TD : 110/80 mmHg N : 110 x/ menit,

- R : 20 x/ menit S : 36,7 oC

Kepala : Normocephal

Wajah : Simetris, nyeri tekan sinus (-), ruam (-)

Mata :edema palpebra (-/-), tanda-tanda perdarahan (-/-),

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Hidung : sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-)

Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah kotor (-), perdarahan

gusi (-), T3-T3 faring hiperemis

Leher : simetris, pembesaran KGB (-), ruam (-)

Thorax : bentuk normal, jaringan parut (-), ruam (-)

Paru : Suara napas vesikuler +/+, rhonki (-/-) wheezing (-/-)

Jantung : Bunyi Jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, supel, ruam (-), bising usus (+) hati dan

lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-), ptekie (-)

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Keasadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital:

- TD : 110/80 mmHg N : 100 x/ menit,

- R : 22 x/ menit S : 36,6 oC

Laboratorium : hb/ht/erit/leko/trombo/mcv/mch/mchc :

11.2/32/4.1/20000/409000/79/27/35

Kepala : Normocephal

Wajah : Simetris, nyeri tekan sinus (-), ruam (-)

Mata :edema palpebra (-/-), tanda-tanda perdarahan (-/-),

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Hidung : sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-)

Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kotor (-), perdarahan

gusi (-) T3-T3 tidak hiperemis

Leher : simetris, pembesaran KGB (-), ruam (-)

Thorax : bentuk normal, jaringan parut (-), ruam (-)

Paru : Suara napas vesikuler +/+, rhonki (-/-) wheezing (-/-)

Jantung : Bunyi Jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, supel, ruam (-), bising usus (+) hati dan lien

tidak teraba, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-), ptekie (-)

A Tonsilofaringitis akut Tonsilofaringitis akut

P - Tirah baring

- Diit : energi 1800 kalori

- IFVD RL 1500 ml/24 jam

- Paracetamol syrup 3x1 ½ cth

- Cefotaxim 3x500 mg IV

- Ambroxol syrup 3x2 ½ cth

- Nebulizer 3x1 dengan NaCL 0.9% dan Barotec

- Tirah baring

- Diit : energi 1800 kalori

- IVFD RL 1500 mg/24 jam

- Paracetamol syrup 3x1 ½ cth (prn)

- Cefotaxim 3x500 mg IV

- Ambroxol syrup 3x2 ½ cth

- Nebulisasi 3x1 dengan NaCL 0.9% dan Barotec

14 Januari 2014

S Ibu pasien mengatakan sudah tidak batuk dan pilek. Demam

14

Page 15: Tonsilofaringitis

(-), mual (-), muntah (-), nafsu makan meningkat, BAK (+),

BAB (+) berampas tidak berdarah dan tidak berlendir

O Keadaan umum : baik

Keasadaran : Compos Mentis

Tanda-tanda vital:

- TD : 110/70 mmHg N : 115 x/ menit,

- R : 20 x/ menit S : 36,8 oC

Kepala : Normocephal

Wajah : Simetris, nyeri tekan sinus (-), ruam (-)

Mata :edema palpebra (-/-), tanda-tanda perdarahan (-/-),

konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : sekret (-/-), perdarahan (-/-)

Hidung : sekret (-/-), perdarahan (-/-), NCH (-)

Mulut : Mukosa bibir kering, lidah kotor (-), perdarahan

gusi (-), tonsil T1-T1 tidak hiperemis

Leher : simetris, pembesaran KGB (-), ruam (-)

Thorax : bentuk normal, jaringan parut (-), ruam (-)

Paru : Suara napas vesikuler +/+, rhonki (-/-) wheezing (-/-)

Jantung : Bunyi Jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : datar, supel, ruam (-), bising usus (+) hati dan lien

tidak teraba, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-), ptekie (-),

panas (-)

A Tonsilofaringitis akut

P - Pasien boleh pulang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TONSILOFARINGITIS AKUT

ANATOMI TONSIL 1

15

Page 16: Tonsilofaringitis

Rongga mulut dan faring dibagi menjadi beberapa bagian. Rongga mulut terletak didepan

batas palatum mole, arcus farigeus anterior dan dasar lidah. Nasofaring meluas dari dasar

tengkorak sampai batas palatum mole. Ororfaring meluas dari batas tadi samapai batas epiglottis,

sedangkan dibawah garis ini adalah laringofaring atau hipofaring.

Gambar 1. Bagian-bagian faring

Tonsila disusun oleh jaringan limfoid yang diliputi oleh epitel squamosa yang berisi

beberapa kripta. Tampaknya tidak terdapat penurunan kekebalan yang disebabkan oleh

pengangkatan tonsila (atau adenoid). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-

masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak

selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa

supratonsilar. Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi

invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar

sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan

limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang

tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan

umumnya memperlihatkan pusat germinal.

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu 1) arteri

maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteri palatina asenden;

2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri lingualis dengan

16

Page 17: Tonsilofaringitis

cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arteri faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior

diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara

kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri

faringeal asenden dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang

bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil,

vena lidah dan pleksus faringeal

Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus

glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit B

membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada tonsil adalah 40%

dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang (Wiatrak BJ, 2005). Limfosit B berproliferasi di

pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM, IgD), komponen komplemen, interferon,

lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada

tonsil dijumpai pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada

folikel limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid.

Gambar 2. Faring tampak lateral

DEFINISI 1,2

Istilah faringitis akut adalah digunakan untuk menenukan semua infeksi akut pada faring,

termasuk tonsillitis (tonsilofaringitis) yang berlangsung hingga 14 hari. Faringitis merupakan

peradangan akut membrane mukosa faring dan struktur lain disekitarnya. Karena letaknya

sangan dekat dengan hidung dan tonsil, jarang terjadi infeksi local faring atau tonsil. Oleh karena

17

Page 18: Tonsilofaringitis

itu, pengertian faringitis secara luas mencakup tonsillitis, nasofaringitis dan tonsilofaringitis.

Infeksi pada daerah faring dan sekitarnya ditandai dengan keluhan nyeri tenggorok.

ETIOLOGI 1,3,4

Berbagai virus dan bakteri dapat menjadi etiologi faringitis, baik faringitis sebagai

manifestasi tunggal maupun sebagai bagian dari penyakit lain. Virus merpaka etiologi terbanyak

faringitis akut, terutama pada anak dengan usia ≤ 3 tahun. Virus sebagai penyebab penyakit

respiratori seperti Adenovirus, Rhinovirus, dan virus Parainflenza dapat menjadi penyebab

faringitis.

18

Page 19: Tonsilofaringitis

Table 1. macam-macam penyebab faringitis akut

Streptococcus beta hemolitikus group A adalah bakteri penyebab terbanyak faringitis atau

tonsilofaringitis akut. Bakteri tersebut mencakup 15-30% (diluar kejadian endemic) dari

penyebab faringitis akut pada anak, sedangkan pada dewasa hanya sekitar 5-10% kasus.

Streptococcus pyogenes (Streptococcus grup A) adalah bakteri gram positif, mempunyai

rantai pendek maupun panjang, menghasilakan hemolisin (beta) pada media agar darah.

Gambaran bakteri penting diketahui dan dibedakan dari streptococcus non-hemolisis (gamma)

dan dari streptococcus (alfa) viridians, yang dapat menyebabkan hemolisin hijau pada agar

darah. Hemolisis dihasilkan pada sediaan biakan darah dari bermaca-macam spesies mamalia

19

Page 20: Tonsilofaringitis

(contohnya darah kambing). Kuman ini tumbuh baik pada PH 7.4-7.6, suhu optimum untuk

pertumbuhan 37 oC. streptococcus meragi glukosan dan dihambat pertubuhannya dihambat oleh

asam laktat. Tumbuhnya akan subur bila diberi glukosa berlebih.

Mikroorganisme seperti klamidia dan mikoplasma dilaporkan dapat meyebabkan infeksi,

tetapi sangat jarang terjadi.

PATOGENESIS1,2

Nasofaring dan orofaring adalah tempat untuk organisme ini, kontak langsung dengan

mukosa nasofaring atau orofaring yang terinfeksi atau dengan benda yang terkontaminasi seperti

sikat gigi merupakan cara penularan yang kurang berperan, demikian juga dengan penularan

melalui makanan.

Penyebaran Sreptococcus Beta Hemolitikus Group A (SBHGA) memerlukan penjamu

yang rentan dan difasilitasi dengan kontak yang erat. Infeksi jarang terjadi pada anak usia

dibawah 2 tahun, mungkin kurang kuatnya SBHGA melekat pada sel-sel epitel.

Kontak erat dengan sekumpulan besar anak, misalnya pada kelompok anak sekolah, akan

mempetinggi penyebaran penyakit. Rata-rata anak prasekolah mengalami 4-8 episode infeksi

saluran respiratori atas setiap tahunnya, sedangkan anak usia sekolah mengalami 2-6 episode

setiap tahunnya.

Bakteri atau virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring yang kemudian

meyebabkan respon peradangan local. Rhinovirus menyebabkan iritasi mukosa faring skunder

akibat sekresi nasal. Sebagian besar peradangan meyebabkan nasofaring, uvula dan palatum

mole. Perjalanan penyakit ialah terjadi inokulasi dari agen infeksius di faring yang meyebabkan

peradangan local, sehingga meyebabkan eritema faring, tonsil atau keduanya. Infeksi

streptococcus ditandai dengan invasi local serta pelepasan toksin ekstrasel dan protease.

Transmisi dari virus yang khusus dan SBHGA terutama terjadi akibat kontak tangan dengan

secret hidung dibandingkan dengan kontak oral. Gejala akan tampak setelah masa inkubasi yang

pendek, yaitu 24-72 jam.

Penyebab faringitis akut dapat bervariasi dari organism yang menghasilkan eksudat saja

atau perubahan sampai yang menyebabkan edema dan bahkan ulserasi. Pada stadium awal,

terdapat hyperemia kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa

20

Page 21: Tonsilofaringitis

kemudian menjadi menebal atau berbentuk mucus, dan kemudian cenderung menjadi kering dan

dapat melekat pada dinding faring. Dengan hyperemia pembulu darah faring menjadi melebar.

Tidak adanya tonsila biasanya perhatian difokuskan pada faring dan tampak folikel limfoid atau

bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan

bengkak. Terkenanya dinding lateral tersendiri disebut sebagai faringitis lateral.

Pada tonsillitis akut terdapat peradangan umum dan pembengkakan dari jarigan tonsila

dengan pengumpulan leukosit, sel-sel epitel mati dan bakteri pathogen dalam kripta.

MANIFESTASI KLINIK 1,6

Gejala faringitis yang khas akibat infeksi bakteri Sterptococcus berupa nyeri tenggorokan

dengan awitan mendadak, disfagia, dan demam. Urutan gejala yang biasa dikeluhkan oleh anak

berusia diatas 2 tahun adalah nyeri kepala, nyeri perut, dan muntah. Selain itu juga didapatkan

demam yang dapat mencapai suhu 40 oC, beberapa jam kemudian nyeri tenggorok. Gejala seperti

rinore, suara serak, batuk, konjungtivitis, dan diare biasa disebabkan oleh virus. Kontak dengan

pasien rhinitis juga dapat ditemukan pada anamnesis.

Pada pemeriksaan fisis, tidak sema pasien tonsilofaringitis akut Sterptococcus

menunjukan tanda infeksi, yaitu eritema pada tonsil dan faring yang disertai dengan pembesaran

tonsil.

Faringitis Streptococcus sangat mungkin jika dijumpai gejala dan tanda sebagai berikut :

- Awitan akut, disertai mual dan muntah

- Faring hiperemis

- Demam

- Nyeri tenggorokan

- Tonsil bengkak dan dengan eksudasi

- Kelenjar getah bening leher anterior bengkak dan nyeri

- Uvula bengkak dan merah

- Ekskoriasi hidung disertai lesi impetigo skunder

- Petekie palatume mole

21

Page 22: Tonsilofaringitis

Akan tetapi, penemuan tersebut bukan merupakan tanda pasti faringitis Streptococcus

karena dapat pula dijumpai pada penyebab tonsilofaringitis lain. Sedangkan bila dijumpai gejala

dan tanda berikut ini, maka kemngkinan besar bukan faringitis streptococcus :

- Usia dibawah 3 tahun

- Awitan bertahap

- Kelainan melibatkan beberapa mukosa

- Kongtivitis, diare, batuk, pilek, suara serak

- Mengi, ronki di paru

Tanda khas faringitis difteri adalah membrane asimetris, mudah berdarah, dan berwarna

kelabu pada faring. Membrane tersebut dapat meluas dari batas anterior tonsil hingga ke palatum

mole dan atau ke uvula.

Pada faringitis akibat virus, dapat juga ditemukan ulcus dipalatum mole dan dinding

faring serta eksudat di palatum dan tonsil, tetapi sulit dibedakan dengan eksudat pada faringitis

streptococcus. Gejala yang timbul dapat menghilang dalam 24 jam, berlangsung selama 4-10 hari

(self limiting disease), jarang menimbulkan komplikasi, dan memiliki prognosis yang baik.

Pada infeksi oleh virus influenza, coxsachievirus dan cytomegalovirus tidak

menghasilkan eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesicular di orofaring dan lesi

kulit berupa makulopapular rash. Adenovirus selain menimbulkan gejala faringitis, juga

menimbulkan gejala konjngtivitis terutama pada anak. Epstein Barr Virus (EBV) menyebabkan

faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang banyak. Terdapat pembesaran kelenjar

limfa diseluruh tubuh terutama retroservical dan hepatosplenomegali.

Gambar 3. Tonsillitis Dfiteri

22

Page 23: Tonsilofaringitis

DIAGNOSIS1

Diagnosis ditegakan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

penunjang.

Sulit untuk membedakan antara faringitis Streptococcus dan faringitis virus hanya

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Baku emas penegakan diagnosis faringitis bakteri

atau virus adalah melalui pemeriksaan kultur dari apusan tenggorok. Apusan tenggorok yang

adekuat pada daerah tonsil diperlukan untuk menentkan adanya S.pyogenes. untuk

memaksimalisasi akurasi, maka diambil apusan dari dinding faring posterior dan region tonsil,

lalu diinokulasikan pada media agar darah domba 5% dan piringan basitrasin diaplikasikan

kemudian ditunggu selama 24 jam.

Gambar 4. Pembesaran Tonsil

Pada saat ini terdapat metode yang cepat untuk mendeteksi antigen streptococcus group

A (rapid antigen detection test). Metode uji cepat ini mempunyai sensitivitas dan spesifisitas

yang cukup tinggi (sekitas 90-95%) dan hasilnya dapat diketahui dalam 10 menit, sehingga

metode ini setidaknya dapat digunakan sebagai pengganti pemeriksaan kultur. Secara umum, bila

uji tersebut negatif, maka apusan tenggorok di kultur pada dua agar darah yang berbeda untuk

mendapatkan hasil yang terbaik S.pyogenes. pemeriksaan kultur dapat membantu mengurangi

pemberian antibiotic yang tidak perlu pada faringitis.

23

Page 24: Tonsilofaringitis

TATALAKSANA1

Usaha untuk membedakan faringitis bakteri dan virus bertujuan agar pemberian antibiotic

sesuai indikasi. Faringitis Streptococcus group A merupakan satu-satunya faringitis yang

memiliki indikasi kuat dan aturan khusus dalam penggunaan antibioik.

Pemberian antibiotic tidak diperlukan pada faringitis virus, karena tidak akan

mempercepat wakt penyembuhan atau mengurangi derajat keparahan. Istirahat cukup dan

pemberian cairan yang sesuai merupakan terapi supportif yang dapat diberikan. Selain itu

pemberian gargles (obat kumur) dan lozenges (obat hisap), pada anak yang cukup besar dapat

meringankan nyeri tenggorokan. Apabila terdapat nyeri yang berlebihan atau demam, dapat

diberikan paracetamol atau ibuprofen. Pemberian aspirin tidak dianjurkan, terutama pada

influenza , karena insidens sindrom Reye kerap terjadi.

Terapi Antibiotik

Pemberian antibiotic pada faringtis harus sesuai dengan gejala klinis dan hasil kultur

positif pada pemeriksaan usap tenggorok. Akan tetapi, sampai saat ini masih terdapat pemberian

antibiotic yang tidak rasional untuk kasus faringitis akut. Salah satu penyebabnya adalah terdapat

overdiagnosis terhadap faringitis menjadi faringitis akut Streptococcus, dan pemberian antibiotic

karena khawatir dengan salah satu komplikasinya, berupa demam reumatik.

Antibiotic pilihan pada terapi faringitis akut Streptococcus group A adalah Penisilin V

oral 15-30 mg/kgBB/hari dibagi menjadi 3 dosis selama 10 hari atau benzatin penisilin G IM

dosis tunggal dengan dosis 600.000 IU (BB<30kg) dan 1.200.000. IU (BB>30kg).

Amoksisilin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin pada anak yang lebih kecil,

karena selain efeknya sama, amoksisilin juga memiliki rasa yang lebih enak. Amoksisilin dengan

dosis 50 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 6 hari, efektifitasnya sama dengan penisilin V oral

selama 10 hari. Untuk anak yang elrgi penisilin dapat diberikan Eritromisisn estolat 20-40

mg/kgBB/hari, dengan pemberian 2,3 atau 4 kali perhari selama 10 hari; atau dapat juga

diberikan makrolid baru misalnya azitromisin dengan dosis tnggal 10 mg/kgBB/hari, selama 3

hari berturut-turut. Antibiotic golongan sefalosporin generasi I dan II juga dapat juga

memberikan efek yang sama, tetapi pemakaiannya tidak dianjurkan , karena selain mahal resiko

resistensinya juga lebih besar.

24

Page 25: Tonsilofaringitis

Kegagalan terapi adalah terdapatnya Streptococcus persisten setelah terapi selesai. Hal ini

terjadi pada 5-20% populasi, dan lebih banyak pada populasi dengan pengobatan penisilin oral

dibandingan dengan suntik.

Apabila hasil kultur kembali positif, beberapa kepustakaan menyarankan terapi kedua,

dengan pilihan terapi oral klindamisin 20-30 mg.kgBB/ hari selama 10 hari; amoksisilin-

klavulanat 40 mg/kgBB/hari terbagi menjadi 3 dosis selama 10 hari; atau injeksi benzathin

Penisilin G IM, dosis tunggal 600.000 IU (BB<30kg) atau 1.200.000 I (BB>30kg). akan tetapi,

bila setelah terapi kedua tetap positif, kemungkinan pasien merupakan pasien karier, yang

memiliki resiko ringan terkena demam reumatik. Golongan tersebut tidak memerlukan terapi

tambahan.

Tabel 2. Terapi antimikroba

Tabel 3 7

25

Page 26: Tonsilofaringitis

Tabel 4

Tonsilektomi 1

Dasar ilmiah tindakan ini masih belum jelas. Ukuran tonsil dan adenoid bukanlah

indikator yang tepap untuk dilakukan tonsilektomi. Tonsilektomi biasanya dilakukan pada

tonsilofaringitis berlang atau kronis.

Terdapat beberapa indikator klinis yag digunakan, salah satunya adalah kriteria yang

digunakan Children Hospital of Pittsburgh Study, yaitu : tujuh atau lebih episode infeksi

tenggorokan yang di terapi dengan antibiotik ada tahun sebelumnya, lima atau lebih episode

infeksi tenggorok yang diterapi antibiotik setiap tahun selama dua tahun sebelumnya, dan tiga

atau lebih episode infeksi tenggorok yang diterapi dengan antibiotik setiap tahun selama 3 tahun

sebelumnya. American Academy Otolaryngology and Head and Neck Surgery menetapkan tiga

atau lebih episode infeksi tenggorokan yang diterapi dalam setahun sebagai bukti yang cukup

untuk melakukan tindakan pembedahan.

KOMPLIKASI1

Kejadian komplikasi pada faringitis akut virus sangat jarang. Beberapa kasus dapat

berlanjut menjadi otitis media purulen bakteri. Pada faringitis bakteri dan virus dapat ditemukan

komplikasi ulkus kronik yang cukup luas.

26

Page 27: Tonsilofaringitis

Komplikasi faringitis bakteri terjadi akibat perluasan langsung atau secara hematogen.

Akibat perluasan langsung, faringitits dapat berlanjut menjadi rinosinsusitis, otitis media,

mastoiditis, adenitis servical, abses retrofaringeal atau parafaringeal, atau pnemonia. Penyebaran

hematogen Streptococcus group A dapat mengakibatkan meningitis, osteomielitis, atau artritis

septik, sedangkan komplikasi nonsupuratif berupa demam reumatik dan glomerulusnefritis.

27

Page 28: Tonsilofaringitis

BAB III

ANALISIS KASUS

Pasien ini didiagnosa demam dengue.Diagnosa tersebut ditegakkan berdasarkan hasil

anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang

1. Anamnesa

Dari hasil anamnesa di dapatkan pasien demam yang dirasakan secara mendadak sejak 6 hari

SMRS. Demam dirasakan hilang timbul, demam dirasakan setiap hari, terus-menerus. Demam

terjadi karena adanya pirogen yang merangsang IL-1 sehingga meningkatkan titik patokan (set

point) suhu di hipotalamus. Demam disertai tanpa dengan menggigil.

Lima hari SMRS pasien mengeluh buang air besar disertai darah. Darah berwarna merah

segar dan isinya air dan terdapat sedikit ampas. Ibu pasien tidak memperhatikan bau fesenya.

Pasien juga mengeluh batuk. Batuk berdahak berwarna kuning kehijauan tanpa disertai

darah. Batuk merupakan upaya pertahan tubuh terhadap rangsangan yang ada. Batuk adalah

refleks normal yang melindungi tubuh kita. Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu

reseptor batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula

dari suatu rasangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini terletak didalam maupun diluar rongga

thorax antara lain laring, trakea, bronkus dan pleura. Batuk dengan sekret yang purulen

menunjukan bahwa sebagian besar penyebab batuk tersebut adalah oleh infeksi bakteri

Nyeri tenggorokan disebabkan karena adanya peradangan pada tenggorokan yang berarti

dinding menebal atau bengkak, berwarna lebih merah, ada bintik-bintik putih.

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos

mentis. Status gizi : normoweight, Tanda vital, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 110

x/menit, respirasi : 20 x/menit, suhu : 37,60C. Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital pasien

dalam batas normal, pada pemeriksaan wajah mata tidak ditemukan adanya kelainan. Pada

pemeriksaan telinga tidak ditemukan adanya cairan dan pada pemeriksaan hidung ditemukan

adanya secret berwarna bening. Pada pemeriksaan mulut ditemukan mukosa bibir lembab, lidah

tidak kotor, tonsil T3-T3 dengan faring hiperemis. Pada pemeriksaan leher ditemukan adanya

28

Page 29: Tonsilofaringitis

nyeri menelan. Pada pemeriksaan thorax dan abdomen dalam bats normal. Pada pemeriksaan

ekstremitas ditemukan adanya edema ataupun sianosis pada daerah tungkai bawah kaki kanan

dan kiri.

3. Pemeriksaan penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium hematologi rutin didapatkan hasil leukositosis hingga 3 hari

perawatan di Rumah Sakit (tanggal 31-08-2014; 21.900/ʯL tanggal 03-09-2014; 20.000/ʯL,.

Leukositosis dapat terjadi akibat adanya infeksi bakteri, keadaan ini dapat ditemukan pada

faringitis akut oleh Streptococus. Ditemukan adanya sedikit penurunan Hb, Ht dan eritrosit, hal

tersebut dapat disebabkan karena adanya riwayat BAB berdarah pada pasien ini.

4. Penatalaksanaan

Medikamentosa

Volume cairan kristaloid perhari yang diperlukan untuk BB 19 kg

Jumlah cairan = 1000 + { 19 x BB }

= 1000 + { 20 x 9 }= 1500 + 450 = 1450 cc / 24 jam

IFVD RL 1500 cc/24 jam (3 kolf)

Paracetamol 3x200 mg IV (prn)

Parasetamol diberikan untuk antipiretik dan analgetik.

Dosis paracetamol untuk pasien ini dengan BB 19 kg = 10-15 mg/kgBB/hari = 190-

285 mg/hari

Cefotaxim 3x500mg IV

Cefotaxim merupakan antimikroba golongan sefalosporin generasi III. Sefalosporin

merupakan golongan Betalaktam, mekanisme kerja antibiotic ini ialah dengan

menghambat sintesis dinding sel mikroba.

Ambroxol syrup 3x2 ½ cth

Ambroxol merupakan golongan mukolitik yang berfungsi sebagai pengencer dahak.

Dengan dosis 1.5 mh/kgBB/hari. Sehingga dosis pada pasien ini dengan BB 19 kg =

17x1.5 = 25.5 mg

29

Page 30: Tonsilofaringitis

Dengan sediaan syrup 15/5ml = 25.5/15 = 1.7 ml sehingga 2 ½ cth

5. Prognosis

Prognosis pasien ini secara quo ad vitam bonam karena pasien yang menderita

tonsilofaringitis ini tidak mengancam nyawa bila tatalaksananya tepat. Secara functionam

prognosis pasien ini adalah ad bonam, karena organ-organ vital pasien masih berfungsi

dengan baik. Prognosis quo ad sanactionam pasien ini adalah dubia ad bonam karena hal ini

dapat dipengaruhi oleh banyak factor salah satunya adalah factor penjamu yaitu system

kekebalan tubuh dan lingkungan yaitu sering nya pajanan.

30