tonsil

28
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya

description

tonsil

Transcript of tonsil

PENDAHULUAN

I.1.Latar BelakangTonsil atau yang lebih sering dikenal dengan amandel adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan kriptus didalamnya, bagian organ tubuh yang berbentuk bulat lonjong melekat pada kanan dan kiri tenggorok. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil faringal (adenoid), tonsil palatina, dan tonsil faringal yang membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer. Tonsil terletak dalam sinus tonsilaris diantara kedua pilar fausium dan berasal dari invaginasi hipoblas di tempat ini. Tonsillitis sendiri adalah inflamasi pada tonsila palatine yang disebabkan oleh infeki virus atau bakteri. Saat bakteri dan virus masuk ke dalam tubuh melalui hidung atau mulut, tonsil berfungsi sebagai filter/ penyaring menyelimuti organisme yang berbahaya tersebut dengan sel-sel darah putih. Hal ini akan memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi yang akan datang. Tetapi bila tonsil sudah tidak dapat menahan infeksi dari bakteri atau virus tersebut maka akan timbul tonsillitis. Dalam beberapa kasus ditemukan 3 macam tonsillitis, yaitu tonsillitis akut, tonsillitis membranosa, dan tonsillitis kronis. Oleh karena itu penting bagi perawat untuk mempelajari patofisiologi, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien tonsilitis beserta keluarganya

BAB ISTATUS PASIEN

IDENTITAS PASIENNama pasien : An.AgUsia: 7 tahunJenis kelamin : Laki-lakiNama orangtua : Ny. SAlamat: Cikadongdong, BanjarPemeriksaan: 21 Januari 2015I. AUTOANAMNESIS DAN ALOANAMNESISKeluhan Nyeri menelanRiwayat Penyakit SekarangPasien datang ke poli THT RSUD Banjar diantar oleh ibunya mengeluh nyeri saat menelan sejak sebulan, nyeri awalnya dirasakan pasien sejak minum es dan makan gorengan, namun lama kelamaan nyeri tersebut menetap. Pasien merasa ada yang mengganjal saat menelan. Nyeri menelan ini sering disertai demam.Saat ini pasien tidak demam.Nafsu makan menurun sejak sakit, os merasa lemas, adanya rasa kering pada tenggorokan, pasien menyangkal panas pada tenggorokan, gatal, dan keluhan suara serak, tidur ngorok (-), nafas berbau (-). Pasien mengaku tidak ada keluhan batuk, pilek dan riwayat infeksi telinga sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu :Ibu OS mengatakan bahwa pasien sering mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun terakhir, keluhan dirasakan hilang timbul, menurut ibu OS hingga saat ini sakit sudah kambuh sebanyak 3 kali. Gejala demam dan nyeri menelan biasanya hilang sendiri, tapi kambuh lagi bila pasien sering minum es, keluhan juga dapat timbul apabila pasien merasa kelelahan..Riwayat Asma, TB, Kejang disangkal.Riwayat Penyakit Keluarga :Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan serupaRiwayat Alergi :Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap debu dan udara dingin. Alergi makanan dan obat-obatan (-).Riwayat PengobatanPasien belum menerima pengobatan atau menjalani pengobatan.Riwayat Kehamilan dan KelahiranANC teratur ke bidan, lahir spontan, oleh bidan, usia 40 minggu, PB tidak ingat, BB 3000 gram, langsung menangis.Riwayat ImunisasiIbu pasien mengatakan imunisasi dasar anak lengkap sesuai jadwal.Riwayat makananSehari-hari mengkonsumsi nasi, sayur, lauk, minum susu. Namun pasien sering membeli jajanan es dan gorengan di pinggir jalan..II. PEMERIKSAAN FISIK1. KU : tampak sakit sedang1. Kesadaran : Compos Mentis1. TTV2. Suhu : 36,5 C2. nadi : 80x/menit, kuat angkat, reguler, isi cukup.2. RR : 20 x/menit1. Status generalisKepala : Normocephal, Rambut hitam, tidak rontok, distribusi merata, tidak mudah dicabut.3. Mata : 0. Cekung (-)/(-)0. Konjungtiva : anemis (-)/(-) 0. Sclera: ikterus (-)/(-) 0. Edema palpebra (-)/(-)0. Reflex cahaya (+)/(+) 0. Pupil : isokhor (+)/(+) 3. Leher : pembesaran KGB (-), Kelenjar Tiroid (-) ThoraxParu Inspeksi: Simetris,retraksi dinding dada (-), Bagian dada tertinggal (-)Palpasi: tidak dilakukanPerkusi : tidak dilakukanAuskultasi: Vesikuler (+/+), Wheezing(-/-), Ronkhi (-/-)Jantung Inspeksi:Iktus cordis terlihat Palpasi:tidak dilakukanPerkusi:tidak dilakukanAuskultasi: Bunyi jantung I dan II murni,gallop (-), murmur (-) AbdomenInspeksi: Abdomen datar, tidak ada bekas luka, distensi (-)Auskultasi : peristaltik usus normalPalpasi : nyeri tekan (-), turgor cepat kembali, hepar dan lien tidak terabaPerkusi : timpani seluruh regio abdomen Ekstremitas atasAkral: HangatEdema: (-/-)RCT: < 2 detik Sianosis: (-)Ekstremitas bawahAkral: HangatEdema: (-/-)Petekie :(-/-) RCT: < 2 detik Sianosis :(-) Genitalia: Laki-laki

Status THTPemeriksaan TelingaTelinga KananTelinga Kiri

Deformitas--

Nyeri tekan tragus--

Nyeri tarik--

Serumen--

Sekret--

Membran timphaniintakintak

Refleks cahaya++

Pemeriksaan HidungKananKiri

Deformitas--

ConchaEutrofiEutrofi

Sekret--

Nyeri Tekan Sinus Frontalis Ethmoidalis Maxilaris------

Pemeriksaan TenggorokanBagianKeterangan

Mukosa bukalWarna merah muda, hiperemi (-), massa (-)

Mukosa gusiWarna merah muda, hiperemi (-), massa (-)

Palatum Mole dan Palatum durumHiperemi (-), edema (-), fistula (-)

Mukosa faringHiperemi (-), edema (-), granula (-), ulkus (-)

Tonsil - Besar : T2b / T2a- Warna: Hiperemis +/+- Kripta: Melebar +/+- Detritus: Ada +/+- Permukaan: Tidak rata +/+, berbenjol-benjol +/+

GambarTonsil Dekstra: Detritus (+), hiperemis (+)T2bTonsil sinistra: detritus (-), hiperemis (+) T2a

III. PEMERIKSAAN PENUNJANG

-Laboratorium: Darah lengkap, bleeding time, cloting time dan Gol. Darah untuk persiapan operasi

IV. RESUMEPasien An. Laki-laki umur 7 tahun diantar ibunya ke poli THT RSUD Banjar mengeluh nyeri saat menelan sejak sebulan, , nyeri awalnya dirasakan pasien sejak minum es dan makan gorengan, lama kelamaan nyeri tersebut menetap. Pasien merasa ada yang mengganjal saat menelan. Nyeri menelan ini sering disertai demam. Nafsu makan menurun sejak sakit, lemas dan tenggorokan terasa kering.Ibu OS mengatakan bahwa pasien sering mengalami keluhan yang sama sejak 1 tahun terakhir, keluhan dirasakan hilang timbul, menurut ibu OS hingga saat ini sakit sudah kambuh sebanyak 3 kali. Bila gejala demam dan nyeri menelan ini muncul, biasanya hilang sendiri, tapi kambuh lagi bila pasien sering minum es dan kelelahan.Pasien sering membeli jajanan es dan gorengan di pinggir jalan.Pada pemeriksaan tonsil didapatkan :- Besar : T2b / T2a- Warna: Hiperemis +/+- Kripta: Melebar +/+- Detritus: Ada +/+- Permukaan: Tidak rata +/+, berbenjol-benjol +/+

V. DIAGNOSIS -Tonsilitis kronis eksaserbasi akut

VI. DIAGNOSIS BANDINGAbses PeritonsilarVII. PENATALAKSANAAN Os di konsulkan ke Dokter Spesialis THT Amoxyclav syrup forte (3 kali 4 cc) Pro tonsilektomi Anjurkan untuk menjaga hygene mulut Mengurangi konsumsi makanan yang dapat memperberat

VIII. PROGNOSISAd Vitam: ad bonamAd Functionam: ad bonamAd Sanationam : ad bonam

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TONSILTonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin Waldeyermerupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari tonsilpalatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tuba Eustachius.1

Tonsil PalatinaTonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar posterior(otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsilmempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisiseluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa supratonsilar. Tonsilterletak di lateral orofaring.1,2 Dibatasi oleh: Lateral muskulus konstriktor faring superior Anterior muskulus palatoglosus Posterior muskulus palatofaringeus Superior palatum mole Inferior tonsil lingualPermukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan tersebar sepanjangkriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat retikular dan jaringan limfatikdifus. Limfonoduli merupakan bagian penting mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar diseluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnyamemperlihatkan pusat germinal.1,2Fosa TonsilFosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding luarnya adalah ototkonstriktor faring superior. Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luardinding faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal.2PendarahanTonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arterikarotis eksterna, yaitu 1) arteri maksilaris eksterna (arterifasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan arteripalatina asenden; 2) arteri maksilaris interna dengancabangnya arteri palatina desenden; 3) arteri lingualisdengan cabangnya arteri lingualis dorsal; 4) arterifaringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anteriordiperdarahi oleh arteri lingualis dorsal dan bagianposterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut diperdarahi oleh arteritonsilaris.Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal asenden dan arteri palatinedesenden.Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus darifaring.Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksusfaringeal.2

Aliran getah beningAliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus sternokleidomastoideus, selanjutnya kekelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluhgetah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.2PersarafanTonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX (nervus glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.2

TONSILITIS KRONIKA. DEFINISITonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsil palatina lebih dari 3 bulan, setelah serangan akut yang terjadiberulang-ulang atau infeksi subklinis. Terjadinya perubahanhistologi pada tonsil, dan terdapatnya jaringan fibrotik yangmenyelimuti mikroabses dan dikelilingi oleh zona sel-selradang.1Mikroabses pada tonsilitis kronik menyebabkan tonsildapat menjadi fokal infeksi bagi organ-organ lain, seperti sendi, ginjal, jantung dan lain-lain. Fokal infeksi adalah sumber bakteri / kuman di dalam tubuh dimana kuman atau produkproduknya dapat menyebar jauh ke tempat lain dalam tubuh itu dan dapat menimbulkan penyakit. Kelainan ini hanya menimbulkan gejala ringan atau bahkan tidak ada gejala sama sekali, tetapi akan menyebabkan reaksi atau gangguan fungsi pada organ lain yang jauh dari sumber infeksi.3Tonsilitis berulang terutama terjadi pada anak-anak dan diantara serangan tidak jarang tonsil tampak sehat. Tetapi tidak jarang tonsil diluar serangan terlihat membesar disertai dengan hiperemi rigan yang mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan keluar detritus.3

B. ETIOLOGITonsilitis kronik yang terjadi pada anak mungkin disebabkan oleh karena sering menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) atau karena tonsilitis akut yang tidak diobati dengan tepat atau dibiarkan saja. Tonsilitis kronik disebabkan oleh bakteri yang sama yang terdapat pada tonsilitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram positif. Dari hasil penelitian Suyitno dan Sadeli (1995) : Streptokokus alfa merupakan penyebab tersering dan diikuti Stafilokokus aureus, Streptokokus beta hemolitikus grup A, Stafilokokus epidermis dan kuman gram negatif yaitu enterobakter, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella dan E. coli yang didapat ketika dilakukan kultur apusan tenggorok.1C. FAKTOR PREDISPOSISIBeberapa faktor predisposisi timbulnya kejadian Tonsilitis Kronis1, yaitu : Rangsangan kronis (rokok, makanan) Higiene mulut yang buruk Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah- ubah) Alergi (iritasi kronis dari allergen) Keadaan umum (kurang gizi, kelelahan fisik) Pengobatan Tonsilitis Akut yang tidak adekuatD. EPIDEMIOLOGITonsilitis sering terjadi pada anak-anak, terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun dan jarang ditemukan pada anak dibawah usia 2 tahun.1,2E. PATOFISIOLOGIFungsi tonsil adalah sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke tubuh baik melaluihidung atau mulut. Kuman yang masuk disitu akan dihancurkan oleh makrofag yang merupakan sel-sel polimorfonuklear. Jika tonsil berulang kali terkena infeksi akibat dari penjagaan higiene mulut yang tidak memadai serta adanya faktor-faktor lain, maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh kuman-kuman semuanya, akibat kuman yang bersarang ditonsil dan akan menimbulkan peradangan tonsil yang kronik. Pada keadaan inilah fungsipertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi atau fokal infeksi.1Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripta tonsil. Karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripta akan melebar. Secara klinis kripta ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripta berupa eksudat berwarna kekuning kuningan). Proses ini meluas hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris. Sewaktu-waktu kuman bisa menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada keadaan imun yang menurun.3F. MANIFESTASI KLINISPada umumnya penderita sering mengeluh oleh karena serangan tonsilitis akut yangberulang ulang, adanya rasa sakit (nyeri) yang terus-menerus pada tenggorokan(odinofagi), nyeri waktu menelan atau ada sesuatu yang mengganjal di kerongkongan bilamenelan, terasa kering dan pernafasan berbau.1Tonsila akan memperlihatkan berbagai derajat hipertrofi dan dapat bertemu di garistengah. Nafas penderita bersifat ofensif dan kalau terdapat hipertrofi yang hebat, mungkinterdapat obstruksi yang cukup besar pada saluran pernafasan bagian atas yang dapatmenyebabkan hipertensi pulmonal.1,2G. PEMERIKSAAN FISIKPada pemeriksaan pada tonsil akan didapati tonsil hipertrofi, tetapi kadang-kadang atrofi, hiperemi dan odema yang tidak jelas. Didapatkan detritus atau detritus baru tampak jika tonsil ditekan dengan spatula lidah. Kelenjar leher dapat membesar tetapi tidak terdapat nyeri tekan.1Ukuran TonsilT0 : bila sudah dioperasiT1 : ukuran yang normal adaT2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengahT3 : pembesaran mencapai garis tengahT4 : pembesaran melewati garis tengah

H. DIAGNOSISAdapun tahapan menuju diagnosis tonsilitis kronis adalah sebagai berikut:1. AnamnesaAnamnesa ini merupakan hal yang sangat penting karena hampir 50% diagnosedapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering datang dengan keluhan rasa sakitpada tenggorok yang terus menerus, sakit waktu menelan, rasa mengganjal di tenggorok,nafas bau, malaise, kadang-kadang ada demam dan nyeri padaleher.22. Pemeriksaan FisikTampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut,permukaan tonsil tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi olehdetritus.Sebagian kripta mengalami stenosis, tepi eksudat (purulent) dapatdiperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Gambaran klinis yang lain yangsering adalah dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan, tepinya hiperemisdan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.23. Pemeriksaan PenunjangDapat dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaanapus tonsil.Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptococcus haemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus, atau Pneumokokus.2

I. DIAGNOSIS BANDINGTerdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut2 :1. Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran semuyang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)a. Tonsilitis DifteriDisebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yangterinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin dalamdarah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup memberikandasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum, lokal dan gejalaakibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain, yaitu demam subfebris,nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat dan keluhan nyeri menelan.Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk pseudomembran yang melekat erat padadasarnya sehingga bila diangkat akan mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin dapatmenimbulkan kerusakan jaringan tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadimiokarditis sampai dekompensasi kordis, pada saraf kranial dapat menyebabkankelumpuhan otot palatum dan otot pernafasan dan pada ginjal dapat menimbulkanalbuminuria.b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), nyeri di mulut, gigi dan kepala, sakittenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi.Pada pemeriksaantampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi dan prosesusalveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut yang berbau (foetor ex ore) dankelenjar submandibula membesar.c. Mononukleosis InfeksiosaTerjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral.Membran semu yang menutupulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar limfeleher, ketiak dan regio inguinal.Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukositmononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan serumpasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus3a. Faringitis TuberkulosisMerupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien adalah buruk karena anoreksi dan odinofagi. Pasien juga mengeluh nyeri hebat di tenggorok, nyeri di telinga(otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.b. Faringitis LuetikaGambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai pembentukanjaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum mole dan pilartonsil.c. Lepra (Lues)Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya jaringan ikat.d. Aktinomikosis FaringTerjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalami ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring yangireguler, superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak. Penyakit-penyakit diatas umumnya memiliki keluhan berhubungan dengan nyeri tenggorokan(odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi). Diagnosa pasti berdasarkan pada pemeriksaanserologi, hapusan jaringan atau kultur, foto X-ray dan biopsi jaringan.

J. PENATALAKSANAANMedikamentosaTonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik. Obat kumur,analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala-gejala yang timbul biasanya akanhilang sendiri. Tonsilitis yang disebabkan oleh streptokokus perlu diobati dengan penisilin secara oral, cefalosporin, makrolid, klindamicin, atau injeksi secara intramuskular penisilinbenzatin G. Terapi yang menggunakan penisilin mungkin gagal (6-23%), oleh karena itupenggunaan antibiotik tambahan mungkin akan berguna.1,2OperatifTonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling sering dilakukan pasa pasiendengan tonsilitis kronik, yaitu berupa tindakan pengangkatan jaringan tonsila palatina darifossa tonsilaris. Tetapi tonsilektomi dapat menimbulkan berbagai masalah dan berisiko menimbulkan komplikasi seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi.1Indikasi TonsilektomiMenurut American Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery (AAO-HNS) (1995)3, indikator klinis untuk prosedur surgikal adalah seperti berikut:Indikasi Absolut3 Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat,gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomiIndikasi Relatif3 Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak membaik denganpemberian antibiotik beta-laktamase resisten Hipertrofi tonsil unilateral yang dicurigai merupakan suatu keganasan Saat mempertimbangkan tonsilektomi untuk pasien dewasa harus dibedakan apakahmereka mutlak memerlukan operasi tersebut atau hanya sebagai kandidat. Dugaankeganasan dan obstruksi saluran nafas merupakan indikasi absolut untuk tonsilektomi.Tetapi hanya sedikit tonsilektomi pada dewasa yang dilakukan atas indikasi tersebut, kebanyakan karena infeksi kronik Obstruksi nasofaringeal dan orofaringeal yang berat sehingga boleh mengakibatkanterjadinya gangguan apnea ketika tidur merupakan indikasi absolute untuk surgery.Pada kasus yang ekstrim, obstructive sleep apnea ini boleh menyebabkan hipoventilasialveolar, hipertensi pulmonal dan kardiopulmoner.K. KOMPLIKASIKomplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil. Adapun berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut 3:Komplikasi sekitar tonsila 1. PeritonsilitisPeradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan abses.1. Abses Peritonsilar (Quinsy) Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran dari infeksi gigi.1. Abses Parafaringeal ,Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.1. Abses RetrofaringMerupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.1. Kista TonsilSisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini menimbulkan kista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa cekungan, biasanya kecil dan multipel.1. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang membentuk bahan keras seperti kapur.Komplikasi Organ jauh1. Demam rematik dan penyakit jantung rematik1. Glomerulonefritis1. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis1. Psoriasiseritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura1. Artritis dan fibrositis.

REFERENSI1. Soepardi.E.A,et all. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok KepalaLeher. 6th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007..2. Adams.G.L, Boies.L.R, Higler. P.A. Boies Buku Ajar Penyakit THT.. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1997..3. Johnson, Jonas T. , Rosen, Clark A.. Baileys Head and Neck Surgery Otolaryngology. 2010.Wolters Kluwer.