Case Tumor Tonsil

37
LAPORAN KASUS TUMOR TONSIL Pembimbing : Dr. Maranatha Lumban Batu, Sp.THT-KL Disusun Oleh : Amelia Kristin Simanjuntak 0761050103 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN-BEDAH KEPALA LEHER PERIODE 26 SEPTEMBER 2011 - 22 OKTOBER 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA RUMAH SAKIT MARDI WALUYO METRO LAMPUNG

Transcript of Case Tumor Tonsil

Page 1: Case Tumor Tonsil

LAPORAN KASUS

TUMOR TONSIL

Pembimbing :

Dr. Maranatha Lumban Batu, Sp.THT-KL

Page 2: Case Tumor Tonsil

Disusun Oleh :

Amelia Kristin Simanjuntak

0761050103

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG

TENGGOROKAN-BEDAH KEPALA LEHER

PERIODE 26 SEPTEMBER 2011 - 22 OKTOBER 2011

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

RUMAH SAKIT MARDI WALUYO METRO

LAMPUNG

2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan rahmat-

Nya saya dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Tumor Tonsil”.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat dalam

menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Telinga

Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua Dosen pembimbing di

bagian Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher Fakultas

Kedokteran Universitas Kristen Indonesia dan Dosen Pembimbing di bagian Ilmu Penyakit

Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher di RS Mardi Waluyo Metro Lampung,

dr.Maranatha Lumban Batu, Sp.THT-KL. Semoga Laporant ini dapat bermanfaat bagi kita

semua, Tuhan memberkati.

Lampung, 18 Oktober 2011

Page 3: Case Tumor Tonsil

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I

1.1PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1

BAB II

2.1 Anatomi Hidung ……………......……………………………………….......... 2

2.1.1 Perdarahan ....................………......……………………………………. 5

2.1.2 Persarafan ……….....………………………….....……………………… 6

2.2 Histologi Hidung .................………………………….……....……………….. 6

2.2. 1 Mukosa Hidung ........…………........……………………………………. 6

2.2.2 Silia …................…….....………………..…..…………………..……… 8

2.2. 3 Area Olfaktorius .......…………........…………………………………….. 9

2.3 Fisiologi Hidung ........…………………....……………………………………. 9

2.3. 1 Fungsi Respirasi ........…………........……………………………………. 10

2.3.2 Fungsi Penghidu ……….....………………..…..………………………… 11

2.3. 3 Fungsi Fonetik .........…………........……………………………………. 11

2.3.4 Refleks Nasal …...…….....………………..…..………………………… 11

2.4 Definisi ……….....…………………………....……..………………………… 12

2.5 Etiologi .....………………………………......……........……………………... 13

2.6 Faktor Resiko .................………………………..……....…………………….. 13

2.7 Gejala Klinis ....................……………….………………....…………….….... 13

2.8 Pemeriksaan Penunjang ...................……………….…....…………………….. 14

Page 4: Case Tumor Tonsil

2.9 Staging .................……………..............….………………....……………….... 15

2.10 Tatalaksana .....................................……………….…....…………………….. 16

2.11 Prognosis .................……………..............….………………....……………….... 16

BAB III

LAPORAN KASUS ………………………………………………....……………... 17

BAB IV

ANALISA KASUS ………………………………………………....……………... 30

BAB V

KESIMPULAN ……………….......………………………………....……………... 32

DAFTAR PUSTAKA ……………..…………………………………..…..………… 33

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker tonsil muncul di ororfaring ( daerah di belakang mulut ) merupakan

kanker yang jarang terjadi, hanya terjadi 1% dari semua jenis kanker yang terjadi dalam

setiap tahun. Walaupun jarang terjadi, angka mortaliti dari kanker tonsil sangat tinggi.

Dari sekitar 8000 kasus kanker tonsil yang terjadi setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar

3000 (sekitar 40%) terbukti fatal.

Faktor resiko paling sering dari kanker tonsil adalah tembakau, biasa dari

mengkonsumsi rokok maupun mengkonsumsi tembakau secara langsung. Angka kejadian

kanker tonsil meningkat pada pasien yang mengkonsumsi tembakau. Penatalaksanaan

kanker tonsil bergantung pada ukuran dan stage dari kanker.

Penatalaksanaan yang umumnya diberikan pada kanker tonsil adalah melalui

kemoterapi, radioterapi serta tindakan pembedahan.

Page 5: Case Tumor Tonsil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 ANATOMI

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin

Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang

terdiri dari tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal.1

Tonsil palatina adalah massa jaringan limfoid yang terletak didalam fosa tonsil

pada kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan

pilar posterior (otot palatofaringeus). Palatoglosus mempunyai origo seperti kipas

dipermukaan oral palatum mole dan berakhir pada sisi lateral lidah. Palatofaringeus

merupakan otot yang tersusun vertikal dan diatas melekat pada palatum mole, tuba

eustachius dan dasar tengkorak. Otot ini meluas kebawah sampai kedinding atas

esofagus. Otot ini lebih penting daripada palatoglosus dan harus diperhatikan pada

operasi tonsil agar tidak melukai otot ini. Kedua pilar bertemu diatas untuk bergabung

dengan palatum mole. Di inferior akan berpisah dan memasuki jaringan pada dasar

lidah dan lateral dinding faring. 1

Page 6: Case Tumor Tonsil

Gambar 1: Tonsil dan adenoid, penampang anterior dan sagital 2

Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil

mempunyai 10-30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak mengisi

seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa

supratonsilaris. Bagian luar tonsil terikat longgar pada muskulus konstriktor faring

superior, sehingga tertekan setiap kali makan. 1,2,3

Walaupun tonsil terletak di orofaring karena perkembangan yang berlebih

tonsil dapat meluas kearah nasofaring sehingga dapat menimbulkan insufisiensi

velofaring atau obstruksi hidung walau jarang ditemukan. Arah perkembangan tonsil

tersering adalah kearah hipofaring, sehingga sering menyebabkan sering terjaganya

anak saat tidur karena gangguan pada jalan nafas. Secara mikroskopik mengandung 3

unsur utama yaitu: 1

Jaringan ikat/trabekula sebagai rangka penunjang pembuluh darah, saraf, dan limfa

Folikel germinativum dan sebagai pusat pembentukan sel limfoid muda dan

Jaringan interfolikuler yang terdiri dari jaringan limfoid dalam berbagai stadium.

Page 7: Case Tumor Tonsil

Struktur histologi tonsil sesuai dengan fungsinya sebagai organ imunologi.

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan

proliferasi limposit yang sudah disentisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu: 1

Menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif

Sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitasi sel limfosit T dengan antigen

spesifik.

Gambar 2: Anatomi tonsil 2

Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh: 2,3

Lateral – muskulus konstriktor faring superior

Anterior – muskulus palatoglosus

Posterior – muskulus palatofaringeus

Superior – palatum mole

Inferior – tonsil lingual

Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi

invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan

tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat

retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting

mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur

pembuluh limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan

pusat germinal. 1

2. 1. 1. PERDARAHAN

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu:1

Page 8: Case Tumor Tonsil

Arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris

dan arteri palatina asenden;

Arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden;

Arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal;

Arteri faringeal asenden.

Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis

dorsal dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah

tersebut diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh

arteri faringeal asenden dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil

membentuk pleksus yang bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik

melalui pleksus vena di sekitar kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal

serta akan menuju vena jugularis interna. 1,2

2. 1. 2. ALIRAN GETAH BENING

Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan

pembuluh getah bening aferen tidak ada. Eferen limfatik mengalir langsung ke

kelenjar jugulodigastric dan node nimfa serviks atas dalam dan secara tidak

langsung melalui kelenjar getah bening retropharyngeal 1

2. 1. 3. PERSARAFAN

Persarafan tonsil didapat dari serabut saraf trigeminus (saraf maksilaris )

dan saraf glosofaringeus. 1

2. 1. 4. IMUNOLOGI TONSIL

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit.

Limfosit B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan

limfosit T pada tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang.

Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM,

IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di

jaringan tonsilar. Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai pada 4

Page 9: Case Tumor Tonsil

area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel

limfoid dan pusat germinal pada folikel limfoid. 1

Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk

diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil

mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan

asing dengan efektif; 2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi

sel limfosit T dengan antigen spesifik.12,3

II. 2 FISIOLOGI TONSIL

Fungsi tonsil yang sesungguhnya belum jelas diketahui tetapi ada beberapa teori yang

dapat diterima antara lain : 2

Membentuk zat-zat anti dalam sel plasma pada waktu terjadi reaksi seluler.

Mengadakan limfositosis dan limfositolisis.

Menangkap dan menghancurkan benda-benda asing maupun mikroorganisme

yang masuk ke dalam tubuh melalui mulut dan hidung.

II. 3 DEFINISI

Kanker tonsil muncul di ororfaring ( daerah di belakang mulut ) merupakan

kanker yang jarang terjadi, hanya terjadi 1% dari semua jenis kanker yang terjadi

dalam setiap tahun. Walaupun jarang terjadi, angka mortaliti dari kanker tonsil sangat

tinggi. Dari sekitar 8000 kasus kanker tonsil yang terjadi setiap tahun di Amerika

Serikat, sekitar 3000 (sekitar 40%) terbukti fatal. 4

II. 4 ETIOLOGI dan FAKTOR RESIKO

Etiologi masih belum diketahui akan tetapi bila dilihat dari faktor resiko maka

yang paling sering dari kanker tonsil adalah tembakau, biasa dari mengkonsumsi

rokok maupun mengkonsumsi tembakau secara langsung. Angka kejadian kanker

tonsil meningkat pada pasien yang mengkonsumsi tembakau. Pada pasien yang

mengkonsumsi alkohol angka faktor resiko terjadinya kanker tonsil meningkat. Ketika

ada kombinasi antara konsumsi alkohol dengan tembakau akan meningkatkan angka

Page 10: Case Tumor Tonsil

faktor resiko dari kanker tonsil dua kali lipat dibandingkan pasien yang

mengkonsumsi hanya satu bahan baik alkohol saja ataupun tembakau saja. 4

Faktor resiko lainnya dari kanker tonsil adalah : 4

- AIDS dan penyakit sistem imun

- Salah satu atau semua anggota keluarga yang memiliki riwayat kanker orofaring

oral.

- Menguyah Betalnu (populasi orang Indian)

- Higienisasi mulut yang kurang

- Plak prekanker (area merah atau putih dari fimitation pada mulut)

- Sifilis

Secara statistik, pria lebih sering menderita kanker tonsil dibandingkan dengan

wanita dan warna Afrika memiliki faktor resiko yang lebih tinggi dibandingkan

dengan Ras kaukasia. Sebagai tambahan, orang dari ekonomi rendah memiliki resiko

lebih tinggi untuk menderita kanker tonsil dibandingkan dengan orang yang

ekonominya tinggi. 4

II. 5 GEJALA KLINIS

Gejala utama dari kanker tonsil adalah nyeri tengorokan dan nyeri menjalar

dari kanker tonsil sampai ke telinga. Sakit pada mulut yang tidak sembuh sembuh

juga merupakan gejala dari kanker tonsil. 4

Gejala klinis lainnya dari kanker tonsil : 4

- Perdarahan

- Susah mengunyah

- Susah berbicara

- Susah menelan

- Sakit yang menjalar ke telinga

- Sakit pada wajah, mata, dan pergerakan rahang

- Bengkak pada kelenjar limfe di leher

II. 6 MACAM-MACAM TUMOR TONSIL DAN HISTOPATOLOGISNYA

Seperti pada rongga mulut, lesi prekanker dapat muncul di orofaring, tetapi

dengan tingakat yang lebih rendah. Lesinya termasuk leukoplakia sekunder hingga

Page 11: Case Tumor Tonsil

hiperkeratosis dengan atau tanpa perubahan atipikal, eritroplasia, liken planus, dan

mukositis nikotin. Pada daerah orofaring, palatumnya sering mengalami perubahan. 5

A. KARSINOMA SEL SKUAMOSA

Lebih dari 80% tumor ganas dari daerah orofaring adalah karsinoma sel

skuamosa. Dengan jelas terlihat, tumor ini dapat eksofitik dan berukuran besar

ataupun ulseratif dan sangat infiltratif. Secara histologi, karsinoma sel skuamosa

di klasifikasikan menjadi nonkeratinosis, keratinosis, verukosa, spindle cell, dan

karsinoma adenoid skuamosa. 5

- Karsinoma nonkeratinosis dan keratinosis

Karsinoma nonkeratinosis dapat berdiferensiasi baik maupun buruk.

Karsinoma ini menyebar melalui submukosa dan memiliki margin “pushing”.

Karsinoma ini berasal dari mukosa saluran napas yaituu dari endodermal.

Karsinoma sel skuamosa keratinosis sering berasal dari jaringan ektodermal.

Umumnya lesinya cenderung bersifat ulseratif dan fungating, jarang menyebar

ke submukosa, dan memiliki margin infiltrating. Karakteristik karsinoma sel

skuamosa keratinosis tidak mempengaruhi angka metastasis nodus limfe atau

kesembuhan dari pasien. Secara umum, derajat diferensiasi dan keratinisasi

dari tumor primer kurang relevan dibandingkan dengan lokasi tumor, ukuran,

stage, dan luasnya invasi dari karsinoma. 5

- Karsinoma verukosa

Karsinoma verukosa jarang terjadi pada daerah orofaring dan lebih sering

terjadi di rongga mulut. Karsinoma ini memiliki berbagai gambaran histologi

dari karsinoma sel skuamosa yang berdiferensiasi sempurna. Dari gambaran

histologi menunjukkan diferensiasi yang sempurna, epitel berkeratin, lipatan

papilomatous. Pertumbuhannya biasanya lambat, dan menimbulkan sedikit

gejala. Nodus limfe membesar karena respon inflamasi dan mungkin dapat

menjadi metastasis tumor. Lesinya dapat mengikis permukaan dasarnya,

termasuk tulang, tetapi tidak menyebar ke permukaan lainnya. Atypism serta

mitosis sel jarang terjadi, dan oleh karena itu multipel biopsi biasanya

diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Biopsi yang dalam menunjukkan

Page 12: Case Tumor Tonsil

invasi yang lebih dalam yang akan lebih membantu mendiagnosa; dengan

memiliki gambaran patologis dari lesi secara klinis sangat bermanfaat untuk

mengkolerasikan gambaran patologinya dengan gambaran patologi kliniknya.

Penatalaksanaan yang paling bagus adalah eksisi melalu pembedahan.

Radioterapi tidak direkomendasikan karena dilaporkan karsinoma dapat

berubah menjadi anaplastik yang lebih agresif. 5

- Karsinoma spindle cell

Gambaran histopatologi dari karsinoma sel spindel adalah adanya bentuk

spindel pada sel mesenkim yang menyerupai anapastik sarkoma, denga

berbagai bentuk sel skuamosa. Komponen epidemoidnya dapat diabaikan.

Mikroskopik elektron memperlihatkan karsinoma sel spindel adalah bagian

dari karsinoma sel skuamosa dan bukan tumor jaringan ikat. Tumor ini

menyebar ke kelenjar limfe dan terapinya sama dengan terapi pada karsinoma

sel skuamosa. 5

B. LESI LIMFOSITIK

Banyak jaringan limfoid dari daerah orofaringeal kadang ikut berperan dalam

transformasi tumor ganas. Lesi limfositik paling sering terjadi adalah limfoma,

yang muncul terutama pada tonsil palatina dan mungkin juga muncul di bawah

lidah. Limfoma dapat unifokal ataupun terjadi pada berbagai area. Lesinya besar

dengan riwayat perjalanan penyakit yang singkat. Tumor ini tidak muncul sebagai

lesi ulseratif. Biasanya, tonsilnya membesar. Pada berbagai kasus, seluruh

tonsilnya mengalami penyakit yang sama, dan tidak ada bukti bahwa tonsil

tersebut sehat. Limfoma pada tonsil serta pada bagian bawah lidah merupakan

gejala pertama awal dari limfoma sistemik yang mana akan menyebar ke seluruh

bagian tubuh. Pada beberapa kasus, penyakit ini dapat didiagnosa lebih awal dan

hanya pada tonsil palatina ataupun bagian bawah tonsil dapat muncul atau

penyakit ini hanya terbatas pada area orofaringeal dan servikal saja. 5

Page 13: Case Tumor Tonsil

Neoplasma Kasus (%)

Karsinoma sel skuamosa 72

Limfoma (non-Hodgkin’s) 14

Limfoma (Hodgkin’s) 2

Lainnya 12

Tabel 2.1 Insidensi tumor tonsil berdasarkan jenis tumor 5

II. 7 STAGING

Stage tumor tonsil manurut TMN 5

Primary Tumor (T)

Tx : tumor tiadk dapat dinilai

To : tidak ditemukan gambaran tumor

Tis : karsinooma in siu

T1 : diameter tumor 2 cm atau kurang

T2 : diameter tumor >2cm tetapi <4cm

T3 : diameter tumor >4cm

T4 : diameter tumor >4cm dengan penyebaran ke antrum, muskulus pteryoid,

kuli, leher, serta akar lidah

Keterlibatan Nodul (N)

Nx : kelenjar limfe tidak dapat dinilai

No : tidak ditemukan gambaran perbesaran kelenjar limfe

N1 : perbesaran nodus ipsilateral diameter <3cm

N2 : perbesaran nodus ipsilateral diameter tidak lebih dari 6cm

N2a : satu gejala klinis disertai perbesaran kelenjar diameter 3- 6cm

N2b : berbagai gejala klinis disertai perbesaran kelenjar diameter tidak

lebih dari 6cm

N3 : ipsilateral nodus masif, nodus bilateral atau kontralateral

N3a : nodus ipsilateral, diameter >6cm

N3b : nodus bilateral (setiap bagian leher harus diberikan stage, misalnya

N3b;kanan, N2a : kiri)

N3c : nodus kontralateral

Page 14: Case Tumor Tonsil

Jauh Metastasis (M)

Mx : tidak dapat dinilai

Mo : tidak jelas gambaran metastatis

M1 : Metastasis luas seperti pad mata, kulit, pleura,kelenjar

STAGE I : T1N0M0

STAGE II : T2N0M0

STAGE III : T3NOMO T1-T3, N1, MO

STAGE IV : T4, N0 atau N1, M0

Tiap T, N2 atau N3, M0

T iap T, tiap N, M1

II. 8 TATALAKSANA

Pada prinsipnya terdapat banyak macam tata laksana yang mungkin dilakukan

: radioterapi, kemoterapi, dan pembedahan, atau kombinasi dari ketiga macam itu.

Pilihan penatalaksanaan tergantung pada histologi, stadium tumor, dan keadaan umu

pasien. 6

- Radioterapi

Pada tumor primer daerah leher, umumnya merupakan pilihan pertama.

Tergantung pada stadium tumor, radiooterapi kadang-kadag dikombinasikan

dengan kemoterapi. Hasilnya cukup baik, terutama pada karsinoma dengan

stroma yang kaya limfosit (dibandingkan dengan karsinoma-nasofaring). Gejala

sampingan pada radioterapi tidak ringan. Mukositis akut akibat penyinaran yang

pada umumnya hampir selalu secara spontan menghilang, bisa menjadi begitu

gawat, sehingga diperlukan pemberian makanan buatan sementara. Dengan

dimatikannya kelenjar-kelenjar lendir dan liur yang berada di daerah penyinaran,

keluhan mulut kering (xerostomi) tetap ada. Radioterapi eksternal diikuti dengan

radioterapi internal pada tumor palatum molle, tumor tonsil dan dasar tonsil dapat

merupakan alternatif yang baik. 6

Page 15: Case Tumor Tonsil

- Pembedahan

Berupa reseksi tumor, sedapat mungkin dengan mengambil batas jaringan sehat

yang luas (1,5cm). Hampir selalu dilakukan reseksi tumor primer sekaligus

bersamaan dengan mengeluarkan kelenjar limfa leher. Di tempat reseksi timbul

suatu luka cacat yang luas, yang umumnya tidak dapat ditutup secara primer.

Oleh karena itu, digunakanlah jaringan dari tempat lain untuk menutup luka

cacatnya. Untuk itu umumnya dipakai kulit yang diberi tangkai pembuluh darah

atau dari potongan kulit berotot (misalnya, potongan myokutan dari muskulus

pectoralis mayor). Demikianlah tindakan bedah dengan akibat fungsional dan

kosmetik yang besar. Namun, sekarang dalam banyak kasus, dapa diperoleh hasil

kosmetik dan fungsional yang cukup memuaskan. 6

- Penatalaksanaan paliatif

Ditujukan untuk menghilangkan gejala dan perbaikan atau mempertahankan

fungsi. Kemoterapi dalam hal ini dapat digunakan.7

Kemoterapi melalui pemberian obat (bisa oral ataupun injeksi) berguna untuk

membunuh sel kanker, dapat menyusutkan tumor yang merupakan prioritas dari

tindakan pembedahan. Kemoterapi kanker tonsil biasanya menggunakan dua jenis

pengobatan : 5-flurouracil dan cisplatin. Dengan mengkonsumsi obat kombinasi,

hasil pengobatannya mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan denga

pengobatan dengan salah satu obat saja. Kemoterapi tidak sering digunakan

sendiri pada penanganan kanker tonsil. Penelitian membuktikan, walaupun begitu

kombinasi pengobatan kemoterapi dan radioterapi membantu dalam

penyembuhan kanker tonsil tingkat lanjut dengan menurunkan gejala klinis dari

kanker tonsil. 7

II. 9 PROGNOSIS

Karsinoma orofaring mempunyai derajat bertahan hdup kira-kira 40%.

Mortalitas yang tinggi adalah akibat pasien sering terlambat berobat.7

Page 16: Case Tumor Tonsil

BAB III

LAPORAN KASUS

3. 1. IDENTITAS

Nama : Tn. E

No. Rekam medik : 176424

Umur : 40 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : GBI RT 01/RW 01, Sep. Surabaya

Tanggal masuk : 13 Oktober 2011

3. 2. ANAMNESIS

Anamneis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 Oktober 2011

Page 17: Case Tumor Tonsil

Keluhan Utama : sakit menelan ± 1 bulan

Keluhan Tambahan : Leher terasa kering, demam, benjolan paa lipatan paha

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan ± 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit pasien

mengeluh sakit menelan. Sakit menelan ini semakin lama semakin mengganggu

pasien sampai membuat pasien tidak nafsu makan dan bila tidur pasien suka

mengorok. Pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas sebelumnya dan diberikan 3

jenis obat yaitu antibiotik, paracetamol dan obat penghilang nyeri akan tetapi keluhan

tidak berkurang.

Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluh leher terasa kering dan juga demam

serta ada benjolan pada paha. Demam yang dirasakan hilang timbul sejak ± 1 bulan

juga. Benjolan pada lipatan paha awalnya dirasakan pasien ± 7 bulan sebelum masuk

Rumah sakit di lipatan paha kanan dan kiri, akan tetapi sejak ± 3 bulan sebelum

masuk Rumah Sakit benjolan di lipat paha kanan menghilang tetapi di lipat paha kiri

masih ada. Besar benjolan berdiameter 2,5 cm dengan konsistensi kenyal dan mobile

serta jumlah benjolan hanya satu.

Riwayat darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat asma

disangkal, tidak ada riwayat alergi terhadap obat.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien belum pernah menderita penyakit ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Dalam keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.

Riwayat Kebiasaan Pribadi :

Pasien suka mengkonsumsi makanan yang panas dan minuman yang dingin.

3. 3. PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Generalis

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Page 18: Case Tumor Tonsil

Frekuensi nadi : 72 kali/menit

Frekuensi napas : 20 kali/menit

Suhu : 37,8 ºc

Kepala : Normocephali

Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik

Thoraks

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris kanan = kiri

Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan = kiri

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi : Bunyi nafas dasar vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tampak datar

Auskultasi : Bising usus 4 kali permenit

Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)

Genitalia : Tidak diperiksa

Anggota gerak : Atrofi (-), normotonus

Kulit : Dalam batas normal

Kelenjar getah bening : Teraba perbesaran kelenjar getah bening di inguinal

dextra berdiameter 2,5 cm dan berjumlah 1 dengan

konsistensi kenyal dan mobile

Refleks fisiologis

Biceps : ++/++

Triceps : ++/++

APR : ++/++

KPR : ++/++

Refleks patologis : -/-

B. Status THT

Telinga

KANAN KIRI

Page 19: Case Tumor Tonsil

Daun telinga ;

Bentuk

Infeksi

Trauma

Tumor

Normotia

(-)

(-)

(-)

Normotia

(-)

(-)

(-)

Pre auriculae :

Fistel

Auricula accessories

Abses

Sikatrik

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Retro auriculae :

Pembengkakan

Abses

Fistel

Sikatrik

Nyeri tekan

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Infra auriculae :

Parotis Tidak teraba membesar Tidak teraba membesar

Liang telinga :

Liang telinga

Warna

Sekret

Serumen

Kelainan lain

Lapang

Merah muda

(-)

(-)

(-)

Lapang

Merah muda

(-)

(-)

(-)

Membran timpani :

Utuh / tidak

Warna

Refleks cahaya

Posisi

Perforasi

Kelainan lain :

Jaringan granulasi

Utuh

Putih keabuan

(+)

Normal

(-)

(-)

Utuh

Putih keabuan

(+)

Normal

(-)

(-)

Page 20: Case Tumor Tonsil

Polip

Kolesteatoma

Tumor

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

(-)

Hidung

KANAN KIRI

Bentuk Biasa Biasa

Vestibulum nasi Normal Normal

Cavum nasi Lapang Lapang

Mukosa Merah muda Merah muda

Konka inferior & media

Besar

Warna

Permukaan

Eutrofi

Merah muda

Licin

Eutrofi

Mmerah muda

Licin

Meatus inferioa & media Sekret (-) Sekret (-)

Septum Ditengah Ditengah

Sekret Sekret (-) Sekret (-)

Kelainan lain Massa (-) Massa (-)

Tenggorokan

Mukosa Warna merah muda

Uvula Ditengah, deviasi (-)

Faring Warna merah muda, arcus faring

simetris, massa (-), granul (-)

Tonsil T3-T1 dengan warna hiperemis dan

massa bergranul

Refleks muntah (+)

Mulut

Deviasi : (-)

Leher

Kelenjar Submandibula Tidak teraba membesar

Page 21: Case Tumor Tonsil

Kelenjar Cervicalis anterior (superior, media,

inferior)

Tidak teraba membesar

Kelenjar Cervicalis posterior Tidak teraba membesar

Kelenjar supraclavcula Tidak teraba membesar

Thyroid Tidak teraba membesar

Tumor (-)

Abses submandibula (-)

Abses cervical (-)

Page 22: Case Tumor Tonsil

3. 4. RESUME

Pasien datang dengan keluhan ± 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit pasien

mengeluh sakit menelan. Selain keluhan tersebut pasien juga mengeluh leher terasa

kering dan juga demam serta ada benjolan pada paha. Demam yang dirasakan hilang

timbul sejak ± 1 bulan juga. Benjolan pada lipatan paha awalnya dirasakan pasien ± 7

bulan sebelum masuk Rumah sakit di lipatan paha kanan dan kiri, akan tetapi sejak ±

3 bulan sebelum masuk Rumah Sakit benjolan di lipat paha kanan menghilang tetapi

di lipat paha kiri masih ada. Besar benjolan berdiameter 2,5 cm dengan konsistensi

kenyal dan mobile serta jumlah benjolan hanya satu.

Riwayat darah tinggi disangkal, riwayat kencing manis disangkal, riwayat asma

disangkal, tidak ada riwayat alergi terhadap obat.

Pasien sudah pernah berobat ke Puskesmas sebelumnya dan diberikan 3 jenis obat

yaitu antibiotik, paracetamol dan obat penghilang nyeri akan tetapi keluhan tidak

berkurang.

Pasien suka mengkonsumsi makanan yang panas dan minuman yang dingin.

STATUS GENERALIS

Page 23: Case Tumor Tonsil

Keadaan umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan darah : 110/70 mmHg

Frekuensi nadi : 72 kali/menit

Frekuensi napas : 20 kali/menit

Suhu : 37,8 ºc

Mata : Konjungtiva anemis +/+, sklera tidak ikterik

Kelenjar getah bening : Teraba perbesaran kelenjar getah bening di inguinal dextra

berdiameter 2,5 cm dan berjumlah 1 dengan konsistensi

kenyal dan mobile

STATUS THT

Pada tonsil didapatkan pembesaran tonsil T3-T1, warna hiperemis, konsistensi

kenyal, mobile

3. 5. DIAGNOSA

A. Diagnosa Kerja : Suspek tumor tonsil

B. Diagnosa Banding : Limfoma non Hodgkin

Limfoma Hodgkin

Karsinoma sel skuamosa

3. 6. PENATALAKSANAAN

Rawat jalan

MM :

Opicef 2x1

Sanorin obat kumur 3x sehari

Revival 2x1

Page 24: Case Tumor Tonsil

BAB III

ANALISA KASUS

Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan sakit menelan ± 1

bulan disertai tenggorokan terasa kering, demam dan benjolan pada lipat paha kanan dan kiri.

Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gejala klinis dari tumor tonsil Limfoma

non Hodgkin mempunyai keluhan sulit menelan dan adanya pembengkakan pada kelenjar

limfe sekunder seperti cincin Waldeyer unilateral yang menandakan adanya respon

imunologik terhadap antigen yang ada.

Pasien berjenis kelamin wanita dan berusia 40 tahun, hal ini tidak sesuai dengan teori

yang menyebutkan bahwa faktor resiko tumor tonsil meningkat pada pria.

Pada penatalaksanaan pasien diatas diberikan antibiotik berupa opicef untuk mengatasi

infeksi yang terjadi di tonsil. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa

Page 25: Case Tumor Tonsil

penatalaksanaan dari tumor tonsil dapat dilakukan melalui 3 cara yaitu kemoterapi,

radioterapi maupun tindakan akan tetapi karena pasien menolak maka diberikan antibiotik

untuk mencegah infeksi sekunder.

Untuk mendapatkan diagnosis pasti dari jenis tumor tonsil harus dilihat gambaran

histologi dari jaringan yang diambil sehingga pada pasien ini sebaiknya dilakukan

pemeriksaan Patologi Anatomi untuk mendapatkan diagnosis pasti yang dapat dilakukan

dengan pengambilan langsung jaringan tonsilnya ataupun dapat melakukan tindakan

pembedahan tonsilektomi dahulu kemudian hasilnya diperiksa ke Patologi anatomi untuk

mendapatkan diagnosis pasti dari pasien ini.

BAB III

3. 1. KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Kanker tonsil muncul di ororfaring ( daerah di

belakang mulut ) merupakan kanker yang jarang terjadi, hanya terjadi 1% dari semua

jenis kanker yang terjadi dalam setiap tahun. Walaupun jarang terjadi, angka mortaliti

dari kanker tonsil sangat tinggi. Dari sekitar 8000 kasus kanker tonsil yang terjadi

setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 3000 (sekitar 40%) terbukti fatal.

Pada pasien ini penatalaksanaannya sesuai dengan teori yaitu diberikan

antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder dan juga diberikan tambahan

vitamin karena pasien menolak untuk dilakukan tindakan pembedahan, radioterapi

maupun kemoterapi. Setelah dilakukan pemeriksaan dan informed concert tentang

penyakit pasien,pasien akhirnya di rawat jalan sejak tanggal 13 Oktober 2011.

3. 2. SARAN

Page 26: Case Tumor Tonsil

Pada wanita maupun pria dewasa yang memiliki pembengkakan tonsil unilateral

haruslah memeriksakan diri ke dokter karena hal ini merupakan salah satu dari

gejala keganasan dari tonsil.

Sebaiknya kita menjauhi faktor-faktor resiko dari terjadinya tumor tonsil seperti

konsumsi tembakau maupun alkohol untuk menurunkan terjadinya tumor tonsil.

Sebaiknya dilakukan biopsi untuk mendapatkan diagnosis pasti dari keluhan yang

dialami oleh pasien sehingga membantu dalam penatalaksanaan terhadap pasien.

Bila setelah biopsi terbukti adanya keganasan maka segara dilakukan tindakan

pembedahan untuk mencegah terjadinya perluasan dari sel-sel kanker yang akan

memperburuk prognosis dari pasien itu sendiri.

Setelah dilakukan tindakan pembedahan sebaiknya pasien dirawat inap agar dapat

diobservasi tanda-tanda vital, ada tidaknya perdarahan sehingga setelah keluar

dari Rumah Sakit diharapkan keadaan pasien baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Anil KL. Otolaryngology head and neck surgery in Current Diagnosis & Treatment.

Management of adenotonsillar disease. 2nd edition. New York: McGrawHill; 2007

2. Tonsil and adenoid anatomy. Edisi Juni 2011. Diunduh dari

http://emedicine.medscape.com/article/1899367-overview, 16 Oktober 2011

3. The fauces. Edisi 2009. Diunduh dari

http://education.yahoo.com/reference/gray/subjects/subject/243, 16 Oktober 2011

4. Tonsil cancer : Sign, Symptoms and Treatment. Diunduh dari

www.canceranswer.com/Tongue.Base.Tonsil.htm , 16 Oktober 2011

5. Charles W. Cummings, M.D, john M. Fredrickson, M.D, Lee A. Harker, M.D.

Otolaryngology Head and Neck Surgery. Third Edition. 1993. Mosby