TM biola

download TM biola

of 15

Transcript of TM biola

  • 7/30/2019 TM biola

    1/15

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Luas lautan Indonesia adalah 5,8 juta Km persegi, termasuk Zona

    Ekonomi Ekslusif (ZEE) yang merupakan 75 % luas dari negara kesatuan

    Republik Indonesia (NKRI) dan daratannya hanya 1,9 juta Km persesegi, 25 %

    dari luas NKRI dan terdiri atas 17.000 buah pulau( Junus, 2010).

    Junus, Nirwan. 2010. SISTEM HUKUM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN LAUT

    MENURUT UNDANG-UNDANG PEMERINTAH DAERAH.Fakultas Ilmu Sosial Universitas

    Negeri Gorontalo: gorontalo.

    Karakteristik perairan dari aspek biologi, dalam hal ini komunitas

    fitoplankton penting untuk diketahui sebagai dasar dalam menentukan

    pengelolaan perairan karena pada kawasan tersebut banyak terdapat lahan

    pertambakan yang memanfaatkan air sungai sebagai media

    budidaya (Abida, 2010).

    Abdia, Wahyuni Indah. 2010. STRUKTUR KOMUNITAS DAN KELIMPAHAN

    FITOPLANKTON DIPERAIRAN MUARA SUNGAI PORONG SIDOARJO. Jurnal

    KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : 1907-993136

    1.2 maksud dan tujuan

    1.2.1 maksud

    Maksud diadakannnya praktikum biologi laut agar praktikan dapat

    mempraktekkan secara langsung dan mengetahui cara mengukur parameter

    kualitas air secara metodologi pencariaan biota pada setiap zona dan untuk

    mengetahui wilayah intertidal, mangrove dan estuari.

    1.2.2 tujuan

    Adapun tujuan dari praktikum biologi laut antara lain. Agar para

    praktikan dapat mengetahui persebaran biota laut dan ciri-ciri yang ada pada

    zona intertidal, estuari dan mangrove. Serta mengukur dan menghitung

    parameter kualitas air, mengukur kemiringan suatu perairan.

    1.3 tempat dan waktu

    1.3.1 tempat

    Praktikum biologi laut di laksanakan di dua tempat, yang

    pertama, praktikum lapang bertempat di laut selatan kabupaten Malang.

  • 7/30/2019 TM biola

    2/15

    Pantai kondangmerak untuk menganbil sampel air atau pengukuran kualitas

    air pada zona estuari. Pencarian biota pada zona mangrove dan intertidal

    serta pengukuran kemiringan suatu perairan pada zona intertidal.

    Kemudian, praktikum biologi laut dilanjutkan di laboratorium ilmu-

    ilmu perairan (IIP) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

    Brawijaya, Malang untuk mengidentifikasi biota dan pengukuran DO

    (oksigen terlarut).

    1.3.2 waktu

    Praktikum lapang biologi laut dilaksanakan pada hari minggu

    tanggal 12 Mei 2013, mulai pukul 05.30 WIB sampai waktu yang telah

    ditentukan oleh asisten. Selanjutnya, praktikum dilanjutkan pada hari senin

    tanggal 13 Mei 2013.

    2.1 ZONASI

    2.1.1.a intertidal

    zona intertidal adalah daerah pantai yang terletak antara pasang tinggi dan

    surut terendah, daerah ini mewakili peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan.

    Zona ini luasnya sangat terbatas, tetapi banyak terdapat variasi faktor lingkungan yang

    terbesar dibandingkan dengan daerah lautan lainnya. karena itu keragaman

    organismenya sangat besar(Nyabakken 1988 dalam katili,2011).

    Zona intertidal adalah pinggiran menuju ke pantai dari dasar laut antara tingkat

    tertinggi dan terendah dari pasang surut. Bagian atas dari zona intertidal mudah untuk

    menentukan di daerah air yang tenang, tetapi pada gelombang pantai terbuka terdapat

    banyak percikan yang di atas batas atas normal jangkauan pasang surut. Ini memperluas

    jangkauan vertikal banyak spesies intertidal (jeffrey, 2001).

    (levinton, Jeffrey s. (2001). Marine Biologi, function, brunersity, ecologi. Oxforduniversity press; United states of America).

    2.1.1.b factor-faktor zona intertidal

    Pertumbuhan biota laut di daerah pasang surut sangat tinggi, disebabkan karena

    daerah ini merupakan tempat hidup, tempat berlindung, dan tempat mencari makan.

    Selain itu, kondisi lingkungan pada daerah ini sangat menguntungkan bagi pertumbuhan

    biota laut karena adanya dukungan dari faktor fisika, kimia, dan biologis laut.

    Soemodhiharjo (1990) mengungkapkan bahwa faktor fisik-kimia laut meliputi salinitas,

  • 7/30/2019 TM biola

    3/15

    pH, arus, suhu, dan kecerahan yang selalu berubah-ubah sangat berpengaruh terhadap

    kehidupan organisme di daerah pasang surut (Rumahlatu, Dominggus . et.,al. 2008 ).

    Rumahlatu, Dominggus. Abdul Gofur. Hedi Sutomo. 2008. HUBUNGAN FAKTOR

    FISIK-KIMIA LINGKUNGAN DENGAN KEANEKARAGAMAN

    ECHINODERMATA PADA DAERAH PASANG SURUT PANTAI KAIRATU.

    Malang.

    Walaupun luas daerah ini sangat terbatas, tetapi disini terdapat variasi faktor

    lingkungan yang terbesar dibandingkan dengan daerah bahari lainnya, dan variasi ini

    dapat terjadi pada daerah yang berbeda jarak beberapa sentimeter saja. Bersamaan dengan

    ini terdapat keragaman kehidupan yang sangat besar, lebih besar daripada yang terdapat

    di daerah subtidal yang lebih laus.Daerah ini merupaka perluasan daerah lingkungan

    bahari dan organismenya merupakan organism bahari, walau setengah waktu daerah ini

    merupakan daratan, flora, fauna darat tidak terdapat didaerah ini (Prajitno, 2009).

    Prajitno, Arief. 2009. BIOLOGI LAUT. Universitas Brawijaya: Malang

    2.1.1.c biota

    Zona intertidal merupakan daerah laut yang dipengaruhi oleh daratan.

    Zona ini memiliki faktor fisik maupun faktor kimia yang mendukung semua

    organisme di dalamnya untuk dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

    Nyabakken (1988:35) mengemukakan bahwa Zona intertidal adalah daerahpantai yang terletak antara pasang tinggi dan surut terendah, daerah ini

    mewakili peralihan dari kondisi lautan ke kondisi daratan. Zona ini luasnya

    sangat terbatas, tetapi banyak terdapat variasi faktor lingkungan yang terbesar

    dibandingkan dengan daerah lautan lainnya. karena itu keragaman

    organismenya sangat besar. Salah satu hewan yang terdapat di zona intertidal

    adalah hewan yang termasuk dalam filum Echinodermata.

    ( KATILI, 2011)

    Dapus: KATILI, ABUBAKAR SIDIK, 2011. STRUKTUR KOMUNITAS

    ECHINODERMATA PADA ZONA INTERTIDAL DI GORONTALO. Jurnal Penelitian danPendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011.

    Jurusan Biologi, Fakultas MIPA :Universitas Negeri Gorontalo

    Daerah dataran lumpur (intertidal mud flat) yang terdapat di sebelah luar

    mangrove dan langsung menghadap ke laut merupakan habitat berbagai

    komunitas nekton dan jumlahnya sangat melimpah. Hal ini menandakan bahwa

    daerah tersebut kaya akan sumber pakan sebagai hasil dari produksi primer dan

    sekunder yang tinggi serta adanya impor bahan organik dari laut dan mangrove.

    (Gunarto, 2004)

  • 7/30/2019 TM biola

    4/15

    Dapus: Gunarto, 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati

    Perikanan Pantai .Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Sulawesi Selatan

    2.1.2 mangrove

    2.1.2.a pengertian

    Pengertan zona mangrove

    Menurut Soerianegara (1987) dalam Rusila, dkk., (1999) mendefinisikan hutan

    mangrove sebagai hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah

    pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-

    jenis pohon Aicennia, Sonneratia, Rhizopora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria,

    Xylocarpus, Aegiceras, Scyphyphora dan Nypa.

    Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999 Panduan Pengenalan

    Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP: Bogor

    Daerah hutan bakau merupakan suatu temoat yang bergerak, dimana tanah dan

    lumpur dan daratan secara terus-menerus dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan yang

    kemudian secara perlahan-lahan berubah menjadi daerah semi-terrestrial(semi

    daratan). Daerah hutan bakau umumnya didapat di estuarine di wilayah tropis atau

    terdapat di sepanjang pantai yang terlindung oleh terumbu karang (coral reef). Tumbuh-

    tumbuhan pertama yang membentuk dataran lumpur adalah dari jenis yabg tahan

    terhadap salinitas yang tinggi dan tahan terendam air laut (Hutabarat dan Evans, 1984 )

    Hutabarat, Sahala dan Stewart M. Evans. 1984. Pengantar Oseanografi. UI-Press.

    Jakarta

    2.1.2 b. Biota pada zona mangrove

    Ekosistem mangrove merupakan sumber detritus terbesar, baik yang berupa

    daun-daun atau ranting-ranting bakau yang telah membusuk, maupun alga bentik yang

    membusuk akan dimakan oleh bakteri dan fungi. Bakteri dan fungi sebagai makanan

    dari sebagian protozoa dan avertebrata lainnya, dan kemudian protozoa dan

    avertebrata lain akan dimakan karnivora sedang, dan seterusnya, sehingga kekayaan

    berbagai biota laut ekosistem mangrove sangat tinggi. Disamping itu ekosistem bakau

    sebagai tempat pembesaran (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding

    grounds) dan daerah pemijahan (spawninggrounds) bagi udang penaid, kepiting dan

    ikan-ikan laut seperti belanak, sebelum mereka hidup di laut lepas (Bengen,et al.,

    2002 dalam Tugiyono,2010).

  • 7/30/2019 TM biola

    5/15

    Tugiyono,2010. Evaluasi Kesuburan Ekosistem Perairan Pesisir Di Desa

    Sriminosari Kecamatan Labuhan Maringai Kabupaten Lampung Timur, Propinsi

    Lampung.Jurusan Biologi F.MIPA. Universitas Lampung. (jurnal)

    Materi organik menjadikan hutan mangrove sebagai tempat sumber makanan

    dan tempat asuhan berbagai biota seperti ikan, udang dan kepiting. Produksi ikan dan

    udang di perairan laut sangat bergantung dengan produksi serasah yang dihasilkan

    oleh hutan mangrove. Berbagai kelompok moluska ekonomis juga sering ditemukan

    berasosiasi dengan tumbuhan penyusun hutan mangrove. Selain ikan, udang, dan

    moluska, biota yang juga banyak ditemukan di perairan pantai mangrove seperti

    cacing laut (polychaeta). Polychaetasecara ekologi berperan penting sebagai makanan

    hewan dasar seperti ikan dan udang (Bruno et al., 1998 dalam Kapludin).

    Kapludin,Yusran,2010. Karakteristik Dan Keragaman Biota Pada Vegetasi

    Mangrove Dusun Wael Kabupaten Seram Bagian Barat. FKIP Universitas

    Darussalam Ambon.Ambon. (jurnal)

    2.1.2.c susunan tanaman

    Menurut Talib (2008), jenis-jenis pohon mulai dari laut ke darat adalah

    Rhizophora,Avicennia, Sonneratia, Xylocarpus,Lumnitzera,Bruguiera, danNypa

    fruiicans; terdiri dari pohon-pohon yang dapat tumbuh mencapai lebih dari 30 meter;

    komposisi vegetasinya dari pantai adalahAvicennia, Sonneratia,Rhizophora,

    Rhizophora/Bruguiera,Bruguiera,Xylocarpus,Lumnitzera, danNypa fructicans;

    komposisi dari spesies-spesies vegetasi yang berasosiasi adalahAcrostichum

    aureum,Acanthus ilicifolius,A. Ebracteatus.

    Talib, Muhammad Firly.2008.Struktur dan pola zonasi (sebaran) mangroveSerta makrozoobenthos yang berkoeksistensi, Di desa tanah merah dan

    oebelo kecil Kabupaten kupang. Fakultas perikanan dan ilmu kelautan

    Institut pertanian bogor: Bogor.

    Menurut Setyawan et.al, (2008) dalam penelitian, mangrove tumbuh baik

    pada tepian garis pantai (marine environment) maupun tepian muara sungai

    (riverine environment). Bagian terdepan dari vegetasi mangrove (0-60 m dari tepi

    pantai atau muara sungai) tidak selalu didominasi tiga besar tumbuhan mangrove

    mayor, yakniAvicennia spp., Sonneratia spp., danRhizophora spp., namun dapat

    pula berisiNypafruticans yang secara tradisional dinyatakan sebagai tumbuhan

    rawa burit (back swamp), yang biasa tumbuh pada garis paling belakang

    ekosistem mangrove, berbatasan dengan perairan tawar dan daratan (Steenis,

    1958; 1965; Tomlison, 1986). Pada lingkungan yang cocok, dimana terdapat pasir

    dan lempung,N. fruticans dapat menjadi tumbuhan utama pada tepi sungai atau

    laguna (Ng dan Sivasothi, 2001).

    Setyawan, ahmad dwi; winarno, kusumo; indrowuryatno; wiryanto; susilowati, ari. 2008..Tumbuhan Mangrove di Pesisir Jawa Tengah: 3. Diagram Profil Vegetasi. Fakultas

    Pertanian Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta: Surakarta. ISSN: 1412-

    033X.Volume 9, Nomor 4 Oktober 2008.Halaman: 315-321.

  • 7/30/2019 TM biola

    6/15

    2.1.2.d manfaat ekosistem mangrove

    Menurut Harahab (2011) dalam Sofian (2012) mangrove merupakan sumberdaya

    alam yang mempunyai fungsi dan manfaat ganda, yaitu ekonomis dan ekologis.Berdasarkan hasil penelitian, pemanfaatan hutan mangrove Desa Penunggul yaitu: berupa

    bibit mangrove, kegiatan perikanan yang menjadi sumber mata pencaharian masyarakatsekitar dari penangkapan kerang, kepiting, dan rajungan, serta pemanfaatan untukpendidikan dan pariwisata.

    Sofian, Achmad ;Nuddin Harahap dan Marsoedi.2012.Kondisi dan M anfaatLangsung Ekosistem Hutan M angrove desa Penunggul Kecamatan Nguli ng

    Kabupaten Pasuruan.Pasca Sarjana Universitas Brawijaya:Malang.

    Menurut Pramudji(2000),peranan hutan mangrove sebagai berikut :

    1) Hutan mangrove berp eran sebagai sumber nutrisi.

    bahwa perairan disekitar hutan mangrove memiliki produktivitas tinggi, hal ini terkaitdengan serasah mangrove yang diekspor ke perairan sekitarnya baik yang berupaserasah maupun serasah yang terurai.

    2) Hutan mangrove berperan sebagai pelindung pantai

    Hutan mangrove juga memiliki fungsi antar lain : stabilator garis pantai, dapat mencegah

    erosi sebagai akibat pukulan ombak dan juga berperan dalam penambahan lahan

    pantai. Tipe perakaran dari jenis Rhizophora sp., Avicennia sp. dan Sonneratia sp.

    dapat meredam hantaman gelombang dan sekaligus berperan sebagai penghimpun atau

    pengikat lumpur yang dibawa oleh aliran sungai, sehinga akan terbentuk pulau-pulau

    delta kecil yang ditumbuhi mangrove, dan selanjutnya masing- masing pulau akan

    bergabung dan akhirnya akan terbentuk hutan mangrove yang arealnya cukup luas.

    Hutan mangrove juga dapat berperan sebagai lter dari pengaruh laut maupun dari darat

    serta dapat mencegah terjadinya intrusi air laut ke darat. Kemampuan hutan mangrove

    juga diduga dapat berperan sebagai penghambat intrusi air laut ke daratan.

    3) Hutan mangrove berperan sebagai penyedia kebutuhan manusia.

    Hutan mangrove sudah lama dimanfaatkan dan digunakan oleh masyarakat yang

    tinggal sekitar hutan mangrove, baik itu untuk keperluan lokal maupun sebagai bahan

    industri. Secara lokal, manusia menggunakan mangrove sebagai bahan bangunan,

    kontruksi, atap, kayu bakar, sebagai sumber makanan, obat dan bahan untuk keperluan

    rumah tangga lainnya. Sedangkan dari segi industri, hutan mangrove sebagai penghasil

    kayu lapis, bahan industri pulp, bahan arang dan penghasil tanin. Khusus untuk jenisNypa fruticans dikenal sebagai penghasil alkohol. areal hutan mangrove juga

    digunakan sebagai tempat pencaharian untuk menangkap kepiting bakau, udang dan

    berbagai macam jenis moluska.

    Pramudji.2000.Hutan Mangro ve di Indo nesia:Peranan Permasalahan dan

    Pengelolaanny a. .Jurnal Oseana Volume XXV,Nomor 1,2000 : 13 20.www.oseanografi.lipi.go.id

    2.1.2.e kebijakan hutan mangrove di Indonesia

  • 7/30/2019 TM biola

    7/15

    Terkait dengan jalur hijau atau "green belt" yang merupakan kawasan

    perlindungan di sepanjang garis pantai, maka secara kronologis pada tahun 1984

    Menteri Pertanian dan Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat Keputusan Bersama

    (SKB) No. KB 550/246/ KPTS dan No. 082/KPTS-II/1984 yang pada intinya

    memberikan himbauan untuk melestarikan jalur hijau dengan lebar sekitar 200 metersepanjang pantai. Selain itu, Surat Keputusan Bersama tersebut juga menjelaskan

    tentang larangan untuk tidak melakukan kegiatan pengrusakan terhadap hutan

    mangrove di pulau-pulau kecil yang luasnya kurang dari 1000 hektar, akan tetapi

    harus ikut menjaga kelestarian hutan tersebut. Kemudian dengan dikeluarkannya Surat

    Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990, tentang Pengelolaan Kawasan Lindung yang

    prinsipnya menggantikan seluruh peraturan sebelumnya. Namun demikian,

    selanjutnya dengan adanya instruksi MENDAGRI No. 26 tahun 1997, tentang

    Penetapan Jalur Hijau Hutan Mangrove, maka penetapan jalur hijau hutan mangrove

    di seluruh pesisir Indonesia tanggung jawabnya dilimpahkan kepada Gubernur dan

    Bupati Walikota masing-masing (Pramudji, 2004)

    Pramudji. 2004. Penanganan Hutan M angrove Di Kawasan Pesisir I ndonesia:

    Suatu Program Yang Sangat Mendesak. Oseana, Volume XXIX, Nomor 1, Tahun

    2004 : 1926

    Menurut Huda (2008), bahwa analisis ini meliputi telaah segala peraturan

    perundangan dan kebijakan yang terkait dengan pengelolaan kawasan mangrove. Adapun

    kebijakan tersebut antara lain;

    UU No. 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air, menjelaskan bahwa pengelolaan

    kawasan Mangrove termasuk dalam upaya konservasi pada kawasan pantai.

    Pengelolaan kawasan Mangrove termasuk dalam upaya konservasi sumber daya air,

    yaitu sebagai upaya perlindungan dan pelestarian air, terkait:

    1. Pemeliharaan kelangsungan fungsi resapan air dan daerah tangkapan air

    2. Perlindungan sumber air dalam hubungannya dengan kegiatan pembangunan dan

    pemanfaatan lahan pada sumber air

    3. Pengaturan daerah sempadan sumber air

    4. Rehabilitasi hutan dan lahan

    5. Pelestarian hutan lindung, kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam

    Pengelolaan kawasan mangrove sebagai upaya konservasi sumber daya air

    dimaksudkan untuk:

    1. Menjaga kelangsungan keberadaan daya dukung, daya tampung dan fungsi

    sumber

    daya air

  • 7/30/2019 TM biola

    8/15

    2. Melindungi dan melestarikan sumber air beserta lingkungan keberadaannya

    terhadap kerusakan atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, termasuk

    kekeringan dan yang disebabkan oleh tindakan manusia

    3. Memelihara keberadaan dan ketersediaan air atau kuantitas air, sesuai dengan

    fungsi dan manfaat

    4. Mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan yang ada pada

    sumber-sumber air

    Huda, Nurul. 2008. Strategi Kebijakan Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan Di

    Wil ayah Pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur Jambi. Program Pasca Sarjana

    Universitas Diponegoro, Semarang.

    2.1.2.f rantai makanan di mangrove

    Menurut Prajipto (2009), keberadaan hutan mangrove menyediakan sejumlah

    makanan dan unsur hara bagi beberapa jenis spesies hewan laut termasuk yang memiliki

    arti ekosistem penting. Unsur hara dan sejumlah besar bahan organik dihutan mangrove

    sebagian besar berasal dari luruhan, daun-daun mangrove serta organisme yang telah mati

    dan diuraikan oleh mikroorganisme .selanjutnya dinyatakan sebagian kecil daun-daun

    mangrove dimakan oleh binatang binatang darat, selebihnya jatuh kelaut yang merupakan

    sumbangan organik yang sangat penting dalam rantai makanan. Daun-daun mangrove

    yang jatuh diuraikan oleh fungi dan bakteri menjadi substar yang kaya akan protein.

    Antara hutan mangrove memiliki arti sangat penting sebagai penyumbang produktivitas

    primer kotor yang sangat besar.daun, buah, cabang, dan kulit pohon yang dikenal dengan

    serasah merupaka sumber detritus organik.

    Prajitno,Arief.2009.biologi laut.universitas brawijaya: malang.

    Secara ekologis, jenis moluska penghuni mangrove memiliki peranan yang besar dalam

    kaitannya dengan rantai makanan di kawasan mangrove, karena disamping sebagai

    pemangsa detritus, moluska juga berperan dalam merobek atau memperkecil serasah yang

    baru jatuh. Perilaku moluska jenis Telebraria palustris dan beberapa moluska lainnya

    dalam memecah atau menghancurkan serasah mangrove untuk dimakan, namun disisi lain

    sangat besar artinya dalam mempercepat proses dekomposisi serasah yang dilakukan

    mikrorganime akan lebih cepat (pramudji,2001).

    Pramudji. 2001. EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DAN PERANANNYA

  • 7/30/2019 TM biola

    9/15

    SEBAGAI HABITAT BERBAGAI FAUNA AQUATIK. Oseana, Volume XXVI,

    Nomor 4, 2001:13 - 23 ISSN 0216-1877

    2.1.3 estuari

    2.1.3.a pengertian

    Estuary adalah teluk pantai yang dipengaruhi oleh limpasan air tawar dari

    darat seperti sungai atau aliran air dan yang menampilkan sirkulasi pasang surut dengan

    laut terbuka. Menurut sifatnya, estuary memiliki salinitas di bawah air laut, astuary

    menampilkan perbedaan salinitas dari yang air tawar di lokasi masuknya air tawar

    (

  • 7/30/2019 TM biola

    10/15

    b. Yang menempati substrat baik keras (akar dan batang mangrove) maupun lunak

    (lumpur) terutama kepiting, kerang dan berbagai jenis invertebrate lainnya.

    (Muhaerin, Muri. 2008. Kaj ian Sumberdaya Ekosistem Mangrove Untuk Pengelolaan

    Ekowisata di Estuar i Perancak, Jembrana, Bali . Fakultas Perikanan Dan Ilmu

    Kelautan. Institut Pertanian Bogor.)

    Ikan belanak (Mugil cephalus) tersebar luas di seluruh dunia mulai dari 42o LS

    sampai 42o LU, yang meliputi daerah estuaria intertidal, perairan tawar, maupun

    perairan pantai. Ikan belanak memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dan banyak

    dikonsumsi oleh masyarakat. Populasinya tersebar di perairan tropis dan subtropis.

    Kebanyakan ikan belanak ditemukan secara mengelompok 20-30 ekor yang berenang

    hilir mudik di permukaan estuaria (Wahyuni, 2002 dalam Rahmatin et al., 2010 )

    ( Rahmatin, Alfiyah, Nurlita Abdulgani, Aunurohim, Dewi Hidayati.2010 .

    Morphometri cal Variation Of Grey Mull et (Mugil chepalus) In The Aldo Estuary

    Sidoarj o And Wonorejo Estuary Surabaya. Fakultas MIPA. Institut TeknologiSepuluh Nopember. Surabaya)

    2.2 faktor-faktor yang mempengaruhi kehidupan organism dan keanekaragaman

    populasi

    2.2.1 intertidal

    Sifat yang amat penting dari mintakat pasut adalah berubah-ubahnya

    sifat-sifat lingkungan di pantai. Bukan saja mintakat ini mengalami

    pengeringan dan perendaman secara berkala setiap hari, tetapi perbedaan

    suhu lebih besar, baik harian maupun tahunan daripada di bagian laut

    lainnya. Pengaruh cahaya sangat besar, lebih besar daripada di bagian laut

    lainnya kecuali air permukaan laut bebas, dan ini mempunyai pengaruh

    langsung terhadap sebaran tumbuh-tumbuhan laut, karena tumbuh-tumbuhan

    ini membutuhkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis. Tumbuh-

    tumbuhan laut ini sangat penting bagi kehidupan di perairan pantai tersebut

    (Romimohtarto, 2001).

    (Romimohtarto, Kasijan dan Sri Juwana. 2001. Biologi Laut. Jakarta :

    Djambatan.)

    Faktor fisik yang paling penting yang mempengaruhi zona intertidal

    adalah pasang surut dan gelombang. Pasang surut menetapkan tingkat dari

    zona intertidal. Gelombang mempengaruhi jarak dan jenis organisme yang

    ditemukan. Pada pantai berbatu, tingkat aksi gelombang menentukan

  • 7/30/2019 TM biola

    11/15

    seberapa aman organisme harus melekatkan ke bebatuan. Di pantai yang

    terbuat dari bahan partikel, tingkat penurunan aksi gelombang menentukan

    apakah pantai akan menjadi kerikil, pasir, atau lumpur (Webber dan Harold,

    1991).

    (Webber, Herbert H. dan Harold V. Thurman. 1991. Marine Biology :

    Second Edit ion .New York : HarperCollins Publishers Inc.)

    2.2.2 mangrove

    Luas kawasan mangrove sangat menentukan keanekaragaman spesies tumbuhan

    di dalamnya. Area yang luas memungkinkan adanya ruang yang cukup untuk

    tumbuh dan mengurangi kompetisi antar spesies dalam memperebutkan ruang,

    unsur hara, dan cahaya matahari. Area yang luas juga memungkinkan

    menyebarnya aktivitas manusia dalam memanfaatkan kawasan mangrove,

    sehingga disturbansi terhadap ekosistem ini dapat teredam. Apabila di suatu

    lokasi terjadi kerusakan vegetasi, misalnya akibat pembabatan hutan, maka pada

    saat yang sama di tempat lain sedang terjadi penyembuhan (restorasi), sehingga

    pertumbuhan dan keanekaragaman mangrove dapat dipertahankan. (setawan et

    al.,2005)

    Dapus : setyawan, ahmad dwi;indrowuryatno;wiryanto;kusumo winarno; ari

    sulistyowati. 2005. Tumbuhan mangroves di pesisir jawa tengah:

    keanekaragaman jenis. Universitas sebelas maret. Surakarta.

    Tumbuhh-tumbuhan pertama yang membentuk dataran lumpur adalah

    jenis yang tahan terhadap salinitas yang tinggi dan tahan terendam air. Begitu

    mereka dapat menetap, sedimensedimen cenderung untuk mengumpul di

    sekitar akar-akar mereka dan dari sini secara sedikit demi sedikit akan menaikkan

    daerah pantai. Proses sedimentasi tetap berlangsung dan tumbuh-tumbuhan

    yang kedua pun akhirnya akan digantikan oleh spesies yang sesuai dengan

    kenaikan daerah lama yang semakin lama semakin tinggi. Akibatnya disana akan

    terbentuk secara berturut-turut suatu batas penyebran dari tumbuhan yang

    dapat diikuti dengan mempelajari mintakat (wilayah) dari spesies tumbuh-

    tumbuhan yang ada. (hutabarat, 1985)

    Dapus : Hutabarat, Sahala dan Stewart M.Evans. 1985. Pengantar

    Oseanograf i. Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta.

    2.2.3 estuary

    Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat lumpur yang berasal darisedimen yang dibawa melalui air tawar dan air laut. Sebagian besar partikel lumpurestuaria bersifat organik sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahanorganik ini manjadi cadangan makanan yang pentingbagi organisme estuaria. Sifat fisik lain dari estuaria adalah terjadinya sirkulasi air

    dimana selang waktu mengalirnya air tawar kedalam estuaria dan masuknya air laut

  • 7/30/2019 TM biola

    12/15

    melalui air pasang surut menciptakan suatu gerakan dan transportasi air yangbermanfaat bagi biota estuaria khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalamair. Air pasang surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton.Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan(menghanyutkan) limbah yang sampai di estuaria. Dalam hal penyimpan zat hara

    peran serta estuaria sangat besar. Pohon mangrove dan rumput laut serta gangganglainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organic

    yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani. (Zahid, et al., 2011).

    Zahid, Ahmad. 2011.Iktiofauna Ekosistem Estuari Mayangan Jawa Barat.Masyarakat Iktiologi Indonesia. Jurnal Iktiologi Indonesia, 11(1):77-85

    Faktor-faktor yang menyebabkan kesuburan estuari menurut Odum (1971)

    dalamGenisa (1999) Pertama adalah daerah estuaria merupakan suatu sistem

    habitat yang bersifat sebagai perangkap nutrient (nutrient urap). Kedua adalah

    daerah estuaria mempunyai tiga macam tipe prosedur dapat melakukan

    fotosintesis sepanjang tahun. Ketiga macam prosedur tersebut adalah jenis-jenis

    rumput yang tumbuh di tepi pantai yang digenangi air pasang naik

    (macrophytes) , jenis-jenis algae yang tumbuh pada lumpur dasar perairan

    (benthic macrophytes) dan phytoplankton dalam air. Ketiga adanya pengaruh

    pasang surut yang menyebabkan fluktuasi tinggi di permukaan air dapat

    menunjang kehidupan organisme di daerah estuaria.Genisa, Samad, Wijopriono dan S. Budiharjo. Keanrkaragaman Ikan di MuaraSungai Membramo, Irian Jaya . Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Unggaran:Semarang

    2.3 kualitas air

    2.3.1 ph

    Derajat keasaman (pH) dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida

    serta ionion bersifat asam atau basa. Fitoplankton dan tanaman air akan

    mengambil karbondioksida selama proses fotosintesis berlangsung,

    sehingga mengakibatkan pH perairan menjadi meningkat pada siang hari dan

    menurun pada malam hari(Apridayanti, 2008).

  • 7/30/2019 TM biola

    13/15

    (Apridayanti, Eka.2008.Evaluasi Pengolahan Lingkungan Perairan Waduk Lahor

    Kabupaten Malang Jawa Timur.Universitas Diponegoro: Semarang.)

    Derajat keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam larutan

    tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu

    tertentu atau pH = - log (H+). Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan

    perairan karena mempengaruhi kehidupan jazad renik. Perairan yang asam

    cenderung menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan konsentrasi

    oksigen akan rendah sehingga, aktifitas pernapasan tinggi dan selera makan

    berkurang (Ghufron dan Kordi,2005 dalam Mahyum,2012).

    (Mahyum, Syahyuni.2012.Analisa Kualitas Air Laut Berdasarkan Parameter Fisika dan

    Kimia Serta Kandungan Logam Berat di Kawasan Industri Pesisir Pantai

    Sibolga.Universitas Negri Medan:Medan){jurnal}

    2.3.2 suhu

    2.3.2 Suhu

    Pengaruh suhu secara langsung terhadap kehidupan di laut adalah dalam

    laju

    fotosintesis tumbuh-tumbuhan dan proses fisiologi hewan, khususnya derajat

    metabolisme dan siklus reproduksi. Secara tidak langsung suhu berpengaruh

    terhadap daya larut oksigen yang digunakan untuk respirasi biota laut (Edmondri,

    1999 dalam Limbong, 2008).

    Hal-26

    Limbong, Mario. 2008. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Jumlah

    Dan Ukuran Hasil Tangkapan Ikan Cakalang di Perairan Teluk

    Palabuhanratu Jawa Barat. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

    Di perairan tropis perbedaan/variasi suhu air laut sepanjang tahun tidak

    besar; suhu permukaan laut Nusantara berkisar antara 27 - 32C. Kisaran suhu ini

    adalah normal untuk kehidupan biota laut di Perairan Indonesia. Suhu alami

    tertinggi di perairan tropis berada dekat ambang atas penyebab kematian biota

    laut. Oleh karena itu peningkatan suhu yang kecil saja dari alami dapat

    menimbulkan kematian atau paling tidak gangguan fisiologis biota laut(Romimohartato, 2007 dalam Octasylva, 2008).

    hal-15

    Octasylva, Annuridya Rosydta Pratiwi. 2008. Studi Karakteristik

    Ekologi Halobates sp Di Perairan Utara Papua. Bogor: Institut Pertanian

    Bogor.

    2.3.3. Salinitas

    Faktor lingkungan lainnya adalah salinitas. Adaya karakteristik pantai berupa

    lamun dan berbatu karang diketahui dapat dapat mengurangi penguapan, sehingga hal

  • 7/30/2019 TM biola

    14/15

    tersebut memberkan pengaruh juga pada tinggi rendahnya salinitas. Hal lainnya yang

    berbengaruh pada salinitas adalah curah hujan, seperti yang dikatakan oleh Nontji

    (1993:29) bahwa Salinitas perairan pantai menjadi turun karena dipengaruhi oleh curah

    hujan dan aliran sungai, sebaliknya daerah dengan penguapan yang kuat menyebabkan

    salinitas meningkat (Katili, 2011).

    ( Katili, Abu Bakar Sidik. 2011. STRUKTUR KOMUNITAS ECHINODERMATA PADA

    ZONA INTERTIDAL DI GORONTALO. Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Vol. 8, No. 1,

    Hal. 51-61. )

    Bercampurnya masa air laut dengan air tawar menjadikan wilayah estuaria

    memiliki keunikan tersendiri, yaitu dengan terbentuknya air payau dengan salinitas yang

    berfluktuasi. Perubahan salinitas ini dipengauhi oleh air pasang dan surut serta musim.

    Selama musim kemarau, volume air sungai berkurang sehingga air laut dapat masuk

    sampai ke arah hulu, dan menyebabkan salinitas di wilayah estuaria menjadi meningkat.

    Pada musim penghujan air tawar mengalir dari hulu ke wilayah estuaria dalam jumlahbesar, sehingga sanilitas menjadi turun/rendah (Supriadi, 2001)

    (Supriadi, Indarto Happy. 2001. DINAMIKA ESTUARI TROPIK. Oseana, Vol. XXVI, No.

    4, hal.111)

    2.3.4 DO

    Oksigen adalah salah satu unsur kimia yang sangat penting sebagai penunjang

    utama kehidupan berbagai organisme. Oksigen dimanfaatkan oleh organisme perairan

    untuk proses respirasi dan menguraikan zat organik menjadi zat an-organik oleh

    mikroorganisme. Oksigen terlarut dalam air berasal dari difusi udara dan hasilfotosintesis organisme berklorofil yang hidup dalam suatu perairan dan dibutuhkan oleh

    organisme untuk mengoksidasi zat hara yang masuk kedalam tubuhnya ( Nybakken,1988

    dalam Simanjuntak,2007 ).

    Simanjuntak, Marojahan.2007.Oksigen Terlarut dan Apparent Oxygen

    Utilization di Perairan Teluk Klabat, Pulau Bangka. Bidang Dinamika laut, Peneliti

    Oseanografi-LIPI.Jakarta.Vol. 12(2):59-66.

    Kandungan oksigen di perairan laut umumnya berkisar antara 5,7- 8,5 mg/l.Rendahnya kandungan oksigen ini diduga karena masuknya bahan-bahan organik yangmasuk ke perairan Karimunjawa, sehingga memerlukan banyak oksigen untuk

    menguraikannya. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan berkurangnya oksigendalam air, antara lain: respirasi biota, dekomposisibahan organik dan pelepasan oksigen ke udara (ulqodry, 2010).

    Ulqodry, T. Zia. Yulisman. Muhammad, Syahdan dan Santoso. 2010. Karakteristik

    dan Sebaran Nitrat, Fosfat dan Oksigen Terlarut di Perairan Karimiunjawa Jawa

    Tengah. Universitas Brawijaya, Universitas Lampung Mangkurat, dan Institut

    Pertanian Bogor. Jurnal Penelitian Sains.Vol. 13 No. 1(D).

    2.3.5 kecerahan

  • 7/30/2019 TM biola

    15/15

    Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan

    cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami

    kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa.

    Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi

    primerdalam suatu perairan ( Sari dan Usman, 2012 )

    Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang ditentukan secara

    visual menggunakansecchi disk, dimana nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan

    meter. Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran,

    kekeruhan, dan padatan tersuspensi(Effendi, 2001 dalam Jukri et al., 2012).

    Jukri, Muhammad, Emiyarti, dan Syamsul Kamri. 2013. Keanekaragaman

    Jenis Ikan di Sungai Lamunde Kecamatan Watubangga Kabupaten

    Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Volume 01 Nomor 01. Unhalu:

    Kendari.

    Sari, Ersti Yulika dan Usman. 2012. Studi Parameter Fisika dan Kimia

    Daerah Penangkapan Ikan Perair an Selat Asam Kabupaten Meranti

    Provinsi Riau. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 22 Juni 2012