TK-Biopros Yogurt IBS

13
TUGAS KHUSUS FAKTOR PENGARUH PROSES PASTEURISASI Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan khamir. Proses ini diberi nama atas penemunya Louis Pasteur seorang ilmuwan Perancis. Tes pasteurisasi pertama diselesaikan oleh Pasteur dan Claude Bernard pada 20 April 1862. Tidak seperti sterilisasi, pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk membunuh seluruh mikroorganisme di makanan. Bandingkan dengan appertisasi yang diciptakan oleh Nicolas Appert. Pasteurisasi bertjujuan untuk mencapai "pengurangan log" dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga tidak lagi bisa menyebabkan penyakit (dengan syarat produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa). Sterilisasi skala komersial makanan masih belum umum, karena dia memengaruhi rasa dan kualitas dari produk. Produk yang bisa dipasteurisasi antara lain adalah susu, anggur, bir, jus buah, cider(sari buah apel), madu, telur, minuman olahraga, makanan kaleng. Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri. Kata diambil dari bahasa Turki yoğurt (pengucapan: [jɔˈurt]) diambil dari kata

description

tk bioproses

Transcript of TK-Biopros Yogurt IBS

Page 1: TK-Biopros Yogurt IBS

TUGAS KHUSUS

FAKTOR PENGARUH PROSES PASTEURISASI

Pasteurisasi adalah sebuah proses pemanasan makanan dengan tujuan

membunuh organisme merugikan seperti bakteri, virus, protozoa, kapang, dan

khamir. Proses ini diberi nama atas penemunya Louis Pasteur seorang ilmuwan

Perancis. Tes pasteurisasi pertama diselesaikan oleh Pasteur dan Claude Bernard

pada 20 April 1862. Tidak seperti sterilisasi, pasteurisasi tidak dimaksudkan untuk

membunuh seluruh mikroorganisme di makanan. Bandingkan dengan appertisasi

yang diciptakan oleh Nicolas Appert. Pasteurisasi bertjujuan untuk mencapai

"pengurangan log" dalam jumlah organisme, mengurangi jumlah mereka sehingga

tidak lagi bisa menyebabkan penyakit (dengan syarat produk yang telah

dipasteurisasi didinginkan dan digunakan sebelum tanggal kedaluwarsa).

Sterilisasi skala komersial makanan masih belum umum, karena dia memengaruhi

rasa dan kualitas dari produk. Produk yang bisa dipasteurisasi antara lain adalah

susu, anggur, bir, jus buah, cider(sari buah apel), madu, telur, minuman olahraga,

makanan kaleng.

Yoghurt atau yogurt, adalah susu yang dibuat melalui fermentasi bakteri.

Kata diambil dari bahasa Turki yoğurt (pengucapan: [jɔˈurt]) diambil dari kata

sifat ‘yoğun’, yang berarti “padat” dan “tebal”, atau dari kata kerja yoğurmak,

yang berarti “memijat” dan kemungkinan berarti “membuat padat”.Yoghurt dapat

dibuat dari susu apa saja, termasuk susu kacang kedelai. Tetapi produksi modern

saat ini didominasi susu sapi. Fermentasi gula susu (laktosa) menghasilkan asam

laktat, yang berperan dalam protein susu untuk menghasilkan tekstur seperti gel

dan bau yang unik pada yoghurt. Yoghurt sering dijual apa adanya, bagaimanapun

juga rasa buah, vanilla atau coklat juga populer.

Secara umum yoghurt dapat diterima sebagai produk olahan susu yang

menyehatkan karena mempunyai beberapa keuntungan bagi kesehatan manusian

yaitu memiliki gizi tinggi,membantu mengatur keseimbangan mikroflora dalam

usus manusia,serta lebih mudah dicerna dan diserap karena telah difermentasi oleh

bakteri asam laktat. Lactobacillus dalam yoghurt dapat menghambat pertumbuhan

Page 2: TK-Biopros Yogurt IBS

bakteri patogen dalam saluran percernaan dengan menciptakan suasana asam pada

saluran pencernaan, sehingga bakteri patogen tidak dapat tumbuh.

Yoghurt dibuat dengan memasukkan bakteri spesifik ke dalam susu di

bawah temperatur yang dikontrol dan kondisi lingkungan, terutama dalam

produksi industri. Bakteri merombak gula susu alami dan melepaskan asam laktat

sebagai produk sisa. Keasaman meningkat menyebabkan protein susu untuk

membuatnya padat. Keasaman meningkat (pH=4-5) juga menghindari proliferasi

bakteri patogen yang potensial. Di AS, untuk dinamai yoghurt, produk harus

berisi bakteriStreptococcus salivarius subsp. thermophilus dan Lactobacillus

delbrueckii subsp. bulgaricus.

Pada kebanyakan negara, produk mungkin disebut yoghurt hanya jika

bakteri hidup ada di produk akhir. Produk yang telah dipasteurisasi, yang tidak

punya bakteri hidup, disebut susu fermentasi (minuman).Yoghurt yang telah

dipasteurisasi memiliki rentang hidup yang panjang dan tidak membutuhkan

kulkas.Karena struktur laktosa yoghurt dirusak, maka yoghurt bisa dikonsumsi

orang yang alergi terhadap susu. Yoghurt kaya dengan vitamin B.

Belakangan ini produk-produk yogurt semakin berkembang. Sebagai contoh

yogurt kini mempunyai berbagai variasi misalnya, diberi aroma, buah-buahan,

dikeringkan, dibekukan, dibuat bubuk, dan lain sebagainya. Pemanis yang biasa

digunakan adalah sukrosa. Kadang-kadang digunakan sirup jagung atau madu.

Jumlah siukrosa dalam yogurt menentukan jumlah asam laktat dam flavor yang

diproduksi oleh kultur. Sedangkan jenis buah-buahan yang umum digunakan

untuk flavor tergantung dari keskaan konsumen, yang biasanya sebanyak 15-20%

dari total produk.Tak heran jika bakteri biang yang ditemukan dalam susu peram

di berbagai wilayah berbeda-beda.

Susu sangat sedikit yang dijual benar-benar segar, yaitu langsung dari

kambing sapi perah. Hal ini karena adanya kemungkinan pencemaran atau

kontaminasi oleh berbagai bakteri patogen, seperti bakteri penyebab typus,

diphteri, radang tenggorokan dan tbc. Karena alas an tersebut maka susu yang

akan dijual sebelumnya dipanaskan secukupnya sehingga seluruh bakteri patogen

Page 3: TK-Biopros Yogurt IBS

yang mungkin terdapat di dalamnya dapat dimusnahkan. Proses pemenasan

tersebut disebut pasteurisasi. Pada umumnya proses pasteurisasi dilakukan dengan

mamanaskan susu pada suhu 62C selama 30 menit. Bila ingin lebih cepat dapat

digunakan suhu 72C selama 15 detik. Meskipun bakteri patogen sudah

dimusnahkan, tetapi bakteri non patogen, terutama bakteri pembusuk masih hidup.

Jadi susu pasteurisasi, buka merupakan susu awet. Dalam penyimpanannya,

biasanya susu pasteurisasi digabungkan dengan metode pendinginan. Untuk

memperpanjang daya simpannya, susu pasteurisasi disimpan pada suhu maksimal

10C, lebih dingin lebih baik. Pada suhu tersebut mikroba pembusuk meskipun

tidak mati, tetapi tidak dapat tumbuh dan berkembang. Pada saat pasteurisasi,

bukan hanya bakteri patogen yang mati, tetapi beberapa jenis enzim juga

dimatikan. Enzim yang terpenting adalah posfatase. Enzim tersebut memiliki daya

tahan panas yang sedikit lebih tinggi daripada bakteri patogen penyebab tbc.

Karena itu, untuk mendeteksi apakah proses pasteurisasi sudah cukup atau belum,

dilakukan tes atau uji posfatase. Bila uji posfatase negatif, proses pasteurisasi

sudah baik atau cukup. Pada umumnya di Industri pengolahan susu, proses

pasteurisasi terdiri atas tahap-tahap sebagai berikut : penerimaan susu segar,

pencampuran dan pemanasan, penyaringan, homogenisasi, pasterurisasi,

pendinginan dan pengemasan.

Pasteurisasi adalah perlakuan panas yang diberikan pada bahan baku

dengan suhu di bawah titik didih. Teknik ini digunakan untuk mengawetkan

bahan pangan yang tidak tahan suhu  tinggi, misalnya susu. Pasteurisasi tidak

mematikan semua mikroorganisme, tetapi hanya yang bersifat patogen dan tidak

membentuk spora. Oleh sebab itu, proses ini sering diikuti dengan teknik lain

misalnya pendinginan atau pemberian gula dengan konsentrasi tinggi. Produk

hasil pasteurisasi bila disimpan pada suhu kamar hanya bertahan 1 sampai 2 hari

sedang jika disimpan pada suhu rendah dapat tahan 1 minggu.Pasteurisasi

memiliki tujuan:

1. Untuk membunuh bakteri patogen, yaitu bakteri yang berbahaya karena

dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Bakteri pada susu yang

Page 4: TK-Biopros Yogurt IBS

bersifat patogen misalnya Mycobacterium tuberculosis dan Coxiella

bunetti  dan mengurangi populasi bakteri.

2. Untuk memperpanjang daya simpan bahan atau produk

3. Dapat menimbulkan citarasa yang lebih baik pada produk

4. Pada susu proses ini dapat menginaktifkan enzim fosfatase dan katalase

yaitu enzim yang membuat susu cepat rusak.

Metode Pasteurisasi yang umum digunakan adalah:

1. Pasteurisasi dengan suhu tinggi dan waktu singkat (High Temperature

Short Time/HTST), yaitu proses pemanasan susu selama 15 – 16 detik pada

suhu 71,7 – 750C dengan alat Plate Heat Exchanger.

2. Pasteurisasi dengan suhu rendah dan waktu lama (Low Temperature Long

Time/LTLT) yakni proses pemanasan susu pada suhu 610C selama 30

menit.

3. Pasteurisasi dengan suhu sangat tinggi (Ultra High Temperature) yaitu

memnaskan susu pada suhu 1310C selama 0,5 detik. Pemanasan dilakukan

dengan tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah

terjadinya pembakaran susu pada alat pemanas.

Pengaruh suhu dan waktu pasteurisasi terhadap mutu susu selama

penyimpanan telah dilakukan dengan menggunakan susu sapi segar. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendapatkan umur penyimpanan susu pasteurisasi

yang masih layak dikonsumsi dengan kandungan zat gizi yang masih baik.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2 x 8, dengan

perlakuan suhu pasteurisasi sebagai faktor T, terdiri atas 2 taraf: low temperature

long time (LTLT) (T1), yaitu susu dipanaskan pada suhu 650C selama 30 menit

dan high temperature short time (HTST) (T2), yaitu susu dipanaskan pada suhu

710C selama 15 detik, sedangkan perlakuan penyimpanan pada suhu kamar

sebagai faktor S, terdiri atas 8 taraf, yaitu berturut-turut 0, 3, 6, 9, 12,15, 18, dan

21 jam, dengan ulangan 3 kali. Parameter yang diukur meliputi: uji alkohol, kadar

air, kadar lemak, kadar protein, dan jumlah mikroba susu pasteurisasi selama

penyimpanan. Analisis data menggunakan analisis varian dan regresi linier

Page 5: TK-Biopros Yogurt IBS

sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air, kadar lemak, dan

jumlah mikroba pada perlakuan suhu pasteurisasi tidak berbeda nyata (P>0,05),

tetapi berbeda nyata (P<0,05) pada perlakuan lama penyimpanan. Sementara itu,

kadar protein berbeda nyata (P<0,05) baik pada perlakuan suhu pasteurisasi

maupun lama penyimpanan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa susu

pasteurisasi masih baik dikonsumsi sampai umur penyimpanan 15-21 jam,

sedangkan kadar proteinnya cenderung lebih baik apabila dipasteurisasi pada suhu

650C.

Dalam kebijakan pembangunan nasional, subsektor peternakan mendapat

perhatian yang cukup besar dari pemerintah. Tujuan pembangunan subsektor

peternakan antara lain mencukupi target gizi sesuai dengan yang dicanangkan dan

bersumber dari protein hewani. Target pemerintah untuk konsumsi masyarakat

akan protein hewani asal ternak adalah sebesar 4,6 g/kapita/hari. Susu sebagai

salah satu produk ternak mempunyai kandungan zat gizi yang lengkap seperti

protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Sifat zat gizi tersebut mudah

dicerna dan diserap serta sempurna. Kondisi zat gizi yang baik pada susu tersebut

juga memberi peluang yang baik pula bagi pertumbuhan mikroba seperti bakteri,

kapang, dan khamir, karena dalam pertumbuhannya mikroba juga membutuhkan

bahan makanan. Pertumbuhan berbagai mikroba tersebut akan mengubah mutu

susu, ditandai dengan perubahan rasa, aroma, warna, dan penampakan, yang

akhirnya menyebabkan susu tersebut rusak (PUNC dan OLSON, 1984). Untuk

itu, susu perlu mendapatkan penanganan yang cepat sebelum rusak, antara lain

melalui pasteurisasi. Pasteurisasi adalah pemanasan susu dengan suhu dan waktu

tertentu. Pemanasan pada suhu pasteurisasi dimaksudkan untuk membunuh

sebagian kuman patogenik yang ada dalam susu, dengan seminimum mungkin

kehilangan gizinya dan mempertahankan semaksimal mungkin sifat fisik dan cita

rasa susu segar.

Metode pasteurisasi yang umum dilakukan pada susu ada dua cara, yaitu

low temperature long time (LTLT) yakni pasteurisasi pada suhu rendah 62,80C

selama 30 menit, sedangkan metode lain ialah high temperature short time

(HTST), yakni pemanasan pada suhu tinggi 71,70C selama 15 detik Penelitian ini

Page 6: TK-Biopros Yogurt IBS

bertujuan mendapatkan umur penyimpanan susu pasteurisasi yang masih layak

dikonsumsi dengan kandungan zat gizi yang masih baik.

Penelitian ini dilakukan di Balitnak Bogor dengan menggunakan susu sapi

segar. Rancangan penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola

faktorial 2x8 dengan perlakuan suhu pasteurisasi sebagai faktor T, terdiri atas 2

taraf, yaitu low temperature long time (LTLT), disebut T1, yaitu susu dipanaskan

pada suhu 650C selama 30 menit, dan high temperature short time (HTST),

disebut T2, yaitu susu dipanaskan pada suhu 710C selama 15 detik, sedangkan

faktor S, adalah lama penyimpanan terdiri atas 8 taraf, yaitu 0, 3, 6, 9, 12, 15, 18,

dan 21 jam. Penyimpanan dilakukan pada suhu kamar (27,50C) dengan ulangan 3

kali. Parameter yang diamati meliputi uji alkohol, kadar air, kadar lemak, kadar

protein, dan jumlah mikroba selama penyimpanan. Interaksi antara perlakuan

suhu pasteurisasi dan lama penyimpanan dilakukan dengan menggunakan analisis

hubungan regresi linier sederhana (STEEL dan TORRIE, 1993). Uji alkohol

berguna untuk menentukan kesegaran susu, dengan menggunakan alkohol 70%

pada perbandingan 1:1. Jika hasil uji alkohol negatif berarti susu masih segar dan

dilanjutkan dengan pasteurisasi, tetapi jika hasil uji alkohol positif (susu pecah)

pasteurisasi tidak dapat dilanjutkan, karena susu yang pecah akan menggumpal

dengan pemanasan. Secara organoleptik susu akan mengalami perubahan jika

terdapat perbedaan warna, rasa, dan aroma dari susu yang normal. Umumnya

perubahan ini disebabkan oleh adanya aktifitas mikroorganisme dengan

penyimpangan aroma yang normal. Rasa dan aroma susu pasteurisasi dalam

penelitian ini masih normal dan mempunyai rasa sedikit manis sampai

penyimpanan selama 21 jam. Perubahan rasa dan aroma terjadi pada penyimpanan

lebih dari 21 jam, hal ini disebabkan oleh bertambahnya jumlah kuman susu.

Dengan bertambahnya masa simpan didalam penelitian ini warna susu

pasteurisasi masih normal, yaitu putih kekuningan. Penelitian ini berlangsung

selama 21 jam dan sampai akhir penelitian keadaan susu tetap baik, yang

ditunjukkan dengan uji alkohol yang tetap negatif pada akhir penelitian.

mengemukakan bahwa susu yang disimpan dengan metode HTST (9-10) jam pada

suhu kamar 28C kondisinya masih baik. Dapat dikatakan bahwa dalam penelitian

Page 7: TK-Biopros Yogurt IBS

ini susu bertahan lebih lama bila dibandingkan dengan penelitian. Analisis yang

dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis terhadap kadar air, kadar lemak,

kadar protein, dan jumlah mikro organisme. Hasil analisis statistik

memperlihatkan bahwa kadar air susu pasteurisasi tidak berbeda nyata (P>0,05)

pada susu pasteurisasi, namun berbeda nyata (P<0,05) pada lama panyimpanan.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa kadar air setelah

pasteurisasi dengan LTLT dan HTST tidak berbeda nyata, tetapi kadar air berbeda

nyata pada lama penyimpanan. Kadar air rata-rata susu pasteurisasi dengan suhu

65C berkisar antara 86,08-87,19% dan pada suhu 71C berkisar antara 86,09-

87,56%. Hal ini sesuai dengan pendapat HADIWIYOTO (1994)bahwa kadar air

susu berkisar antara 85,5-89,5% tampak bahwa pada metode LTLT (65oC selama

30 menit) dengan lama simpan antara 6 jam dan 12 jam berbeda nyata, sedangkan

pada metode HTST (71oC selama 15 detik) berbeda sangat nyata antara

penyimpanan 3 jam dan penyimpanan 21 jam. Hal ini mungkin disebabkan oleh

penguapan dan suhu lingkungan penyimpanan.Gambar 1. memperlihatkan rataan

kadar air susu pasteurisasi dengan lama penyimpanan dari 0 jam sampai 21 jam.

Hasil analisis statistik memperlihatkan kadar protein susu pasteurisasi berbeda

nyata pada suhu pasteurisasi dan lama penyimpanan. Penghitungan total

mikroorganisme dalam bahan pangan penting untuk mengetahui tingkat kesegaran

dan kualitas sanitasi susu pasteurisasi selama penyimpanan. Jumlah kandungan

mikroorganisme pada susu segar merupakan salah satu faktor yang menentukan

kisaran waktu antara susu saat pasteurisasi dan diterima konsumen.

DAFTAR PUSTAKA

Page 8: TK-Biopros Yogurt IBS

ADNAN, M. 1994. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu.Penerbit Andi

Offset. Yogyakarta.

ALVA, L. 1992. Dairy Handbook. Dairy and Food Engineering Division,

Sweden. pp. 161-181.

ANI, S. 1989. Susu dan Cara-cara Pengumpulan Susu. Fakultas Peternakan.

Universitas Brawijaya. Malang.

ANONIMOUS. 1982. Milk quality and testing. J. Milk Dairy Sci. 21(2):62-63.

BEARKLEY, R.D. 1986. Some observation method of

determining fat in milk. J. Milk Dairy Sci. 23(4):166-170.