Titrasi iodimetri vitamin c

4
TITRASI IODIMETRI VITAMIN C TUJUAN PERCOBAAN Menentukan kadar asam askorbat dalam sampel HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PERCOBAAN Standarisasi Larutan Na₂S₂O₃.5H₂O 0,07 M Titrasi ke- Volume larutan Na₂S₂O₃ yang diperlukan 1 2 10 ml 10,3 ml V rata-rata 10,15 ml Kondisi Perubahan warna Sebelum ditetesi amilum Setelah ditetesi amilum Coklat menjadi kekuningan Biru kehitaman menjadi bening Analisis Vitamin C Titrasi ke- Volume larutan Na₂S₂O₃ yang diperlukan Perubahan warna 1 2 15,9 ml 12,1 ml coklat kehitaman menjadi kuning kehjauan V rata-rata 14 ml PEMBAHASAN Standarisasi Larutan Na₂S₂O₃.5H₂O 0,07 M Pada percobaan ini menggunakan metode tidak langsung yang artinya titrasi ini menggunakan larutan iodin, di mana iodin yang digunakan berasal dari sisa iodin yang dihasilkan dari reaksi sebelumnya. Larutan standar yang digunakan yaitu Na₂S₂O₃.5H₂O. Larutan tersebut perlu distandarisasi terlebih dahulu karena larutan ini merupakan tipe larutan standar sekunder, di mana larutan ini bersifat mudah bereaksi dengan senyawa lain di udara. Sehingga larutan ini tidak dapat dibuat dan ditentukan konsentrasinya hanya dengan melarutkan padatannya dalam sebuah pelarut karena bersifat higrokopis,

Transcript of Titrasi iodimetri vitamin c

Page 1: Titrasi iodimetri vitamin c

TITRASI IODIMETRI VITAMIN C

TUJUAN PERCOBAAN

Menentukan kadar asam askorbat dalam sampel

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PERCOBAAN

Standarisasi Larutan Na₂S₂O₃.5H₂O 0,07 M

Titrasi ke- Volume larutan Na₂S₂O₃ yang diperlukan

1 2

10 ml 10,3 ml

V rata-rata 10,15 ml

Kondisi Perubahan warna

Sebelum ditetesi amilum Setelah ditetesi amilum

Coklat menjadi kekuningan Biru kehitaman menjadi bening

Analisis Vitamin C

Titrasi ke- Volume larutan Na₂S₂O₃ yang diperlukan

Perubahan warna

1 2

15,9 ml 12,1 ml

coklat kehitaman

menjadi kuning

kehjauan V rata-rata 14 ml

PEMBAHASAN

Standarisasi Larutan Na₂S₂O₃.5H₂O 0,07 M

Pada percobaan ini menggunakan metode tidak langsung yang artinya titrasi ini

menggunakan larutan iodin, di mana iodin yang digunakan berasal dari sisa iodin yang

dihasilkan dari reaksi sebelumnya. Larutan standar yang digunakan yaitu Na₂S₂O₃.5H₂O.

Larutan tersebut perlu distandarisasi terlebih dahulu karena larutan ini merupakan tipe

larutan standar sekunder, di mana larutan ini bersifat mudah bereaksi dengan senyawa

lain di udara. Sehingga larutan ini tidak dapat dibuat dan ditentukan konsentrasinya

hanya dengan melarutkan padatannya dalam sebuah pelarut karena bersifat higrokopis,

Page 2: Titrasi iodimetri vitamin c

menyerap uap air, dan menyerap CO₂ pada waktu proses penimbangannya, sehingga

konsentrasinya dapat berubah degan cepat. Oleh sebab itu, setiap kali ingin digunakan

dalam titrasi maka harus distandarisasi terlebih dahulu.

Dalam percobaan ini larutan Na₂S₂O₃ distandarisasi menggunakan larutan kalium

iodat (KIO₃). Sebelumnya ke dalam larutan KIO₃ ditambahkan padatan KI. Fungsi

penambahan padatan KI ini untuk memperbesar kelarutan iodium yang sukar larut

dalam air dan juga untuk mereduksi analit sehingga bisa dijadikan larutan standar.

Selain itu, penambahan larutan H₂SO₄ bertujuan untuk membentuk suasana asam

karena titrasi ini dilakukan di suasana asam (pH < 8,0). Pada proses standarisasi larutan

KIO₃ akan bereaksi dengan I⁻ berlebih dari KI yang ditambahkan ke larutan tersebut yang

menghasilkan warna coklat.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Dikarenakan larutan KI yang digunakan berlebih, sehingga di akhir reaksi akan

menghasilkan I₃. I₃ yang terbentuk kemudian dititrasi dengan larutan Na₂S₂O₃ hingga

berwana kekuningan (kuning pucat) yang menandakan kandungan I₃ tersebut hampir

habis bereaksi dan mendekati titik ekivalen.

Saat warna larutan menjadi kekuningan, maka ditambahkan indicator amilum.

Indicator amilum digunakan karena sensitivitas warna biru tua yang mempermudah

pengamatan perubahan pada saat tercapainya ekivalen. Selain itu dalam larutan pada

kondisi asam iodida mudah untuk dioksidasikan menjadi iod bebas, sehingga iod bebas

ini akan mudah diidentifikasi dengan adanya indikator amilum dari warna biru

kehitaman yang dihasilkan. Secara teori, warna biru kehitaman ini terbentuk dari adanya

kompleks antara iodine dan amilum. Sehingga, jika warna larutan yang biru kehitaman

tersebut menandakan adanya kandungan iodine dalam larutan.

Penambahan indicator amilum pada percobaan ini dilakukan saat mendekati titik

akhir titrasi, yakni saat larutan berwarna kuning kecoklatan. Hal ini bertujuan agar

amilum tidak membungkus iodin karena akan menyebabkan iodin sukar dititrasi. Selain

itu, senyawa kompleks yang terbentuk antara iodin-amilum memiliki kelarutan yang

kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi.

Larutan sebelum dititrasi berwarna biru/ungu kehitaman, saat mencapai

ekivalen akan berubah menjadi bening. Pada titrasi ini, I₃ akan direduksi oleh Na₂S₂O₃

membentuk I⁻ kembali, sedangkan S₂O₃²⁻ akan teroksidasi membentuk S₄O₆²⁻. Warna

biru kehitaman yang berubah menjadi bening menandakan kandungan iodine dalam

larutan telah habis bereaksi dan terjadi kelebihan ion S₂O₃²⁻.

Reaksi yang terjadi saat I₃ dititrasi dengan Na₂S₂O₃ adalah sebagai berikut.

Oksidasi:

Reduksi:

Page 3: Titrasi iodimetri vitamin c

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh volume rata-rata Na₂S₂O₃ yang

dibutuhkan untuk mencapai ekivalen yaitu 10,15 ml. Sehingga, dapat ditentukan

molaritas Na₂S₂O₃ yakni 0,06 M. Hasil ini tidak sama dengan yang tertulis yaitu 0,07 M

karena Na₂S₂O₃ merupakan jenis larutan standar sekunder yang tidak dapat ditentukan

konsentrasinya hanya dengan melarutkan padatannya dalam pelarut karena bersifat

higrokopis, di mana konsentrainya dapat berubah dengan cepat.

Analisis Vitamin C

Pada analisis vitamin C akan ditentukan kadar asam askorbat dalam sampel

vitamin C. Pada proses analisis ini digunakan metode titrasi iodimeti (titrasi iodine

langsung). Pada metode ini, iodin dipergunakan sebagai sebuah agen pengoksidasi yang

langsung ditambahkan ke dalam larutan, sehingga bahan pereduksi langsung dioksidasi

dengan larutan baku Iodium. Metode ini sangat efektif sebab vitamin C mudah

teroksidasi dan iodium mudah berkurang. Hal ini berdasarkan bahwa sifat vitamin C

dapat bereaksi dengan iodine mengingat asam askorbat merupakan agen pereduksi

yang tidak terlalu kuat dan tidak terlalu lemah. Larutan standar yang digunakan pada

analisis ini yaitu larutan Na₂S₂O₃ 0,07 M yang sebelumnya telah distandarisasi terlebih

dahulu.

Sampel vitamin C perlu dilarutkan ke dalam larutan asam sulfat (H₂SO₄). hal ini

dikarenakan untuk membentuk suasana asam dalam larutan karena reaksi antara asam

askorbat dan larutan Na₂S₂O₃ akan berlangsung dalam keadaan asam (pH,8,0). Selain

itu, adanya H₂SO₄ juga sebagai katalisator yang dapat mempercepat reaksi.

Panambahan larutan H2SO4 dilakukan di awal sebelum adanya penambahan larutan Iod

yang bertujuan agar larutan Iod tidak mengalami oksidasi.

Penambahan kalium iodide (KI) ke dalam larutan sampel bertujuan untuk

membentuk ion kompleks triiodida dengan iodine. Oleh sebab itu, KI ditambahkan

berlebih untuk meningkatkan kelarutan dan untuk menurunkan keatsirian iodine.

Reaksinya adalah sebagai berikut.

Adanya pembahan kalium iodat (KIO₃) akan menyebabkan adanya reaksi antara

ion IO₃⁻ dengan I⁻ dari hasil reaksi sebelumnya. Reaksi antara keduanya akan

menghasilkan I₃⁻ (triiodida), di mana I₃⁻ ini yang akan bereaksi dengan Na₂S₂O₃ saat

proses titrasi berlangsung.

Reaksinya adalah sebagai berikut.

Page 4: Titrasi iodimetri vitamin c

Penambahan indicator amilum digunakan karena sensitivitas warna biru tua yang

mempermudah pengamatan perbuahan pada saat tercapainya ekivalen. Larutan

sebelum ditambahkan indicator amilum berwarna kuning kehijauan, namun saat telah

ditambahkan indicator amilum berubah menjadi coklat kehitaman yang disebabkan

amilum membentuk kompleks terhadap ion I₃⁻. Sehingga, jika warna larutan yang coklat

kehitaman tersebut menandakan adanya kandungan iodine dalam larutan.

Saat dititrasi dengan larutan Na₂S₂O₃ 0,07 M dan mencapai ekivalen iodium

yang terikat akan habis bereaksi dengan Na₂S₂O₃, sehingga warnanya akan berubah

kembali menjadi kuning kehijauan. Pada titrasi ini, I₃ akan direduksi oleh Na₂S₂O₃

membentuk I⁻ kembali, sedangkan S₂O₃²⁻ akan teroksidasi membentuk S₄O₆²⁻.

Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

Oksidasi:

Reduksi:

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh volume rata-rata Na₂S₂O₃ yang

diperlukan untuk mencapat ekivalen yakni 14 ml. Sehingga, dapat diperoleh kadar asam

askorbat dalam sampel tablet vitamin C yakni 61,6%.

KESIMPULAN

Kadar asam askorbat dalam sampel tablet vitamin C yakni 61,6%.