TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada...

28
TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING DENGAN BERBAGAI UMUR DI KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI RISQIKA AKLA VELAYATI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2018

Transcript of TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada...

Page 1: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING

DENGAN BERBAGAI UMUR DI KECAMATAN CISOLOK,

KABUPATEN SUKABUMI

RISQIKA AKLA VELAYATI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

Page 2: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla
Page 3: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Titer Antibodi Hasil

Vaksinasi Rabies pada Anjing dengan Berbagai Umur di Kecamatan Cisolok,

Kabupaten Sukabumi adalah benar karya Saya dengan arahan dari Komisi

Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada Perguruan Tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2018

Risqika Akla Velayati

NIM B04140036

Page 4: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla
Page 5: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

ABSTRAK

RISQIKA AKLA VELAYATI. Titer Antibodi Hasil Vaksinasi Rabies pada Anjing

dengan Berbagai Umur di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Dibimbing

oleh SRI MURTINI dan SUPRATIKNO.

Rabies merupakan penyakit infeksi akut yang menyerang sistem saraf pusat

hewan berdarah panas, termasuk manusia. Kecamatan Cisolok, Kabupaten

Sukabumi merupakan salah satu daerah endemis rabies di Indonesia. Program

vaksinasi pada anjing telah dilaksanakan untuk mencegah dan mengendalikan

rabies di daerah ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui titer antibodi

pascavaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur dan melihat pengaruh

umur terhadap titer antibodi pascavaksinasi rabies pada anjing di Kecamatan

Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Sebanyak 69 sampel serum dari anjing yang telah

divaksinasi rabies empat minggu sebelum pengambilan sampel diambil dari

sembilan desa di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Sampel tersebut

kemudian diuji dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) untuk

menghitung titer antibodi. Analisis data dilakukan menggunakan program

Microsoft Excel 2013 dan Minitab versi 14. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

persentase antibodi protektif (titer antibodi ≥ 0.5 EU/mL) pascavaksinasi rabies di

Kecamatan Cisolok tergolong tinggi, yaitu sebesar 92.75%. Sampel dikelompokkan

menjadi dua kelompok umur, yaitu kelompok umur kurang dari satu tahun dan lebih

dari atau sama dengan satu tahun untuk mengetahui pengaruh umur terhadap titer

antibodi pascavaksinasi rabies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase

antibodi protektif dan rataan titer antibodi pada anjing kelompok umur lebih dari

atau sama dengan satu tahun sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan anjing

pada kelompok umur kurang dari satu tahun. Berdasarkan uji chi-square dan odd-

ratio (OR), diketahui bahwa faktor umur tidak berpengaruh terhadap titer antibodi

pascavaksinasi rabies pada anjing di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi (p

= 0.189; OR = 0.3).

Kata kunci: rabies, vaksinasi, ELISA, titer antibodi

Page 6: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

ABSTRACT

RISQIKA AKLA VELAYATI. Antibody Titers of Rabies Vaccinated Dogs at Various

Ages in Cisolok Sub-district, Sukabumi District. Supervised by SRI MURTINI and

SUPRATIKNO.

Rabies is an acute infectious disease that affects the central nervous system

of warm-blooded animals, including humans. Cisolok Sub-district of Sukabumi

District is one of the rabies endemic area in Indonesia. Dog vaccination program

have been conducted to prevent and control rabies in this area. The aims of this

study were to determine the antibody titer following rabies vaccination at various

ages of dogs and the effect of age to the rabies post-vaccination antibody titers in

Cisolok Sub-district, Sukabumi District. A total of 69 samples of dog sera that had

been vaccinated four weeks earlier were collected from nine villages in Cisolok

Sub-district, Sukabumi District. The samples were tested with enzyme-linked

immunosorbent assay (ELISA) to determine the rabies antibody titers. Data

analysis has been done using Microsoft Excel 2013 and Minitab version 14. The

results showed that the percentage of rabies post-vaccination protective antibodies

(antibody titer ≥ 0.5 EU/mL) in Cisolok Sub-district were high (92.75%). The

samples were divided into two age groups, less than one year old and more than or

equal to one year old, to find out the effect of age to the rabies post-vaccination

antibody titers. The percentage of protective antibody and the mean of antibody

titers in dogs of more than or equal to one year old group were slightly higher

compared to dogs of less than one year old group. Based on chi-square and odd-

ratio test, it was found that age had no significant effect to rabies post-vaccination

antibody titers of dogs in Cisolok Sub-district, Sukabumi District (p = 0.189, OR =

0.3).

Keywords: rabies, vaccination, ELISA, antibody titer

Page 7: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan

pada

Fakultas Kedokteran Hewan

TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING

DENGAN BERBAGAI UMUR DI KECAMATAN

CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI

RISQIKA AKLA VELAYATI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2018

Page 8: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla
Page 9: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla
Page 10: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla
Page 11: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Judul yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2017 hingga April

2018 ini adalah Titer Antibodi Hasil Vaksinasi Rabies pada Anjing dengan

Berbagai Umur di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Dalam penyelesaian

tugas akhir ini, Penulis mendapatkan bantuan dari banyak pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr

med vet Drh Denny Widaya Lukman, MSi dan Tim Penelitian Terapan Unggulan

Perguruan Tinggi (PUPT) berjudul Pengembangan Model Pengendalian Rabies

Terpadu Berbasis Kelembagaan dan Partisipasi Masyarakat yang telah

menyediakan biaya kegiatan penelitian tugas akhir ini. Terima kasih kepada Dr

Drh Hj Sri Murtini, MSi selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

memberikan bimbingan dan juga ilmu yang sangat bermanfaat bagi Penulis; Drh

Supratikno, MSi, PAVet selaku dosen Pembimbing Skripsi II dan Pembimbing

Akademik yang telah sepenuh hati memberikan bimbingannya kepada Penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini; Drh Dordia Anindita Rotinsulu, MSi yang telah

memberikan banyak masukan dan arahan kepada Penulis; seluruh Dosen di

Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang telah memberikan ilmu dan bimbingan

kepada Penulis; keluarga tercinta: Ibu Ni Nyoman Sari, Bapak Sudarmono, dan

adik-adik tercinta Made Bima Anggaraksa Adiwijaya dan Arabella Bina Pratista

atas doa, dukungan, dan kasih sayang yang luar biasa kepada Penulis; teman-teman

seperjuangan penelitian Atika, Asah, dan Ulfatin; serta seluruh pihak yang telah

memberikan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

masih banyak kekurangan di dalam penulisan karya ilmiah ini. Namun demikian,

Penulis tetap berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Bogor, Agustus 2018

Risqika Akla Velayati

Page 12: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla
Page 13: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Rabies 2

Vaksinasi Rabies pada Anjing 3

Pengaruh Umur terhadap Vaksinasi 4

METODE 4

Waktu dan Tempat Penelitian 4

Bahan dan Alat 4

Prosedur Penelitian 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 11

RIWAYAT HIDUP 14

Page 14: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

7

8

10

DAFTAR TABEL

1 Hasil evaluasi titer antibodi pascavaksinasi rabies pada anjing di

Kecamatan Cisolok

2 Hasil evaluasi titer antibodi pascavaksinasi rabies pada anjing

berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Cisolok

3 Rataan titer antibodi tiap kategori umur dan hasil analisis pengaruh

faktor umur terhadap titer antibodi pascavaksinasi rabies di

Kecamatan Cisolok

Page 15: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Anjing (Canis familiaris) merupakan mamalia karnivora yang telah

mengalami domestikasi dari serigala sejak 10 000 hingga 15 000 tahun yang lalu.

Anjing awalnya dijinakkan dan dipelihara untuk membantu manusia dalam

kegiatan perburuan hewan liar sebagai sumber pangan. Anjing memiliki

kemampuan berlari yang cepat dan daya penciuman yang tajam sehingga cocok

untuk aktivitas berburu. Hewan ini dalam perkembangan selanjutnya mulai

dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan hidup manusia, seperti sebagai anjing

pelacak, penjaga rumah, penjaga ternak, dan sebagainya (Clutton-Brock 2014).

Anjing di beberapa wilayah di Indonesia banyak dimanfaatkan sebagai hewan

pemburu. Tingginya permintaan anjing pemburu mengundang minat masyarakat

untuk mengembangbiakkan anjing untuk keperluan ini. Kecamatan Cisolok

merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Sukabumi yang masyarakatnya banyak

mengembangbiakkan anjing untuk berburu. Anjing yang dibawa untuk berburu di

hutan sering melakukan kontak dengan anjing liar. Kontak antara anjing pemburu

dengan anjing liar ini dapat menyebabkan efek negatif, seperti penularan penyakit.

Anjing pemburu yang telah terinfeksi penyakit kemudian dapat menularkan

penyakit tersebut kepada manusia. Salah satu penyakit yang dapat ditularkan dari

anjing kepada manusia yaitu rabies.

Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada sistem saraf pusat yang

disebabkan oleh Lyssavirus dari famili Rhabdoviridae. Penyakit ini termasuk

kelompok penyakit zoonosis dan ditularkan melalui gigitan hewan penular rabies

(HPR) yaitu anjing, kucing, kera, musang, dan kelelawar. Sebagian besar (98%)

sumber penularan rabies ke manusia di Indonesia disebabkan oleh gigitan anjing

yang terinfeksi rabies (Kemenkes 2014). Sebanyak 25 provinsi dari 34 provinsi

yang ada di Indonesia dinyatakan endemis rabies (Barantan 2016). Berdasarkan

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 3600/Kpts/PD.640/10/2009, Kabupaten

Sukabumi merupakan salah satu daerah yang dinyatakan sebagai daerah tertular

rabies (Kementan 2009). Kondisi tersebut mendorong dilaksanakannya upaya-

upaya pengendalian penyakit rabies di wilayah Kabupaten Sukabumi. Salah satu

upaya pengendalian yang dapat dilakukan yaitu program vaksinasi anjing massal.

Siklus penularan rabies dari anjing kepada manusia dapat diputus apabila dilakukan

vaksinasi rabies pada setidaknya 70% populasi anjing di daerah tersebut (Ditjen

PKH 2014).

Program vaksinasi rabies di Kabupaten Sukabumi salah satunya dilaksanakan

di Kecamatan Cisolok. Kecamatan ini merupakan salah satu dari sepuluh

kecamatan di Kabupaten Sukabumi yang dinilai masih rawan penyebaran rabies

karena di daerah ini banyak ditemukan populasi HPR, seperti anjing (Iman 2017).

Vaksinasi yang dilakukan di Kecamatan Cisolok dilakukan pada anjing dengan

tingkatan umur yang bervariasi. Menurut penelitian Kennedy et al. (2007) dan

Berndtsson et al. (2011), umur vaksinasi merupakan salah satu faktor yang dapat

memengaruhi tingkat kekebalan anjing setelah vaksinasi. Penelitian tersebut

masing-masing dilaksanakan di Inggris dan Swedia. Penelitian serupa belum

banyak dilakukan di Indonesia, khususnya di Kabupaten Sukabumi, oleh sebab itu,

Page 16: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

2

perlu dilakukan penelitian yang mempelajari pengaruh umur terhadap titer antibodi

pascavaksinasi rabies pada anjing di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari titer antibodi pascavaksinasi rabies

pada berbagai umur anjing dan melihat pengaruh umur terhadap titer antibodi

pascavaksinasi rabies pada anjing di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai titer

antibodi pascavaksinasi rabies pada berbagai umur anjing dan pengaruh umur

terhadap titer antibodi pascavaksinasi rabies pada anjing di Kecamatan Cisolok,

Kabupaten Sukabumi. Informasi ini diharapkan dapat membantu pemilik anjing

untuk menentukan umur vaksinasi rabies yang paling baik bagi anjing berdasarkan

titer antibodi pascavaksinasi yang terbentuk.

TINJAUAN PUSTAKA

Rabies

Rabies merupakan penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang dapat

menyerang semua jenis hewan berdarah panas dan manusia. Rabies disebabkan

oleh virus dari genus Lyssavirus yang bersifat neurotropik. Famili Canidae

khususnya anjing merupakan HPR utama di Indonesia, disusul kucing dan kera

dengan persentase rendah. Hewan lain yang juga dapat menjadi sumber penularan

rabies adalah kelelawar, rakun, sigung, dan rubah. Virus rabies sebagian besar

ditularkan dari hewan ke manusia melalui gigitan hewan yang terinfeksi rabies.

Penularan tanpa melalui gigitan pernah dilaporkan terjadi akibat inhalasi udara

yang tercemar virus rabies, cakaran hewan, penjilatan pada luka, dan tranplantasi

kornea dari donor yang terinfeksi (Besung et al. 2009).

Penyakit rabies di Indonesia merupakan penyakit hewan yang penting dan

termasuk ke dalam penyakit hewan menular strategis (PHMS) prioritas. Saat ini

terdapat sembilan provinsi di Indonesia yang dinyatakan sebagai daerah bebas

rabies, sedangkan sebanyak 25 provinsi lainnya masih endemis. Sebanyak sembilan

provinsi bebas tersebut terdiri dari lima provinsi bebas historis (Bangka Belitung,

Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Papua Barat, dan Papua) dan empat provinsi

lainnya dibebaskan (Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta)

(Barantan 2016). Penetapan suatu daerah tertular rabies berdasarkan ditemukannya

hasil positif dari pemeriksaan laboratorium terhadap hewan pada daerah tersebut.

Berdasarkan Pasal 46 Ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun

2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, kewenangan penetapan status

daerah ini dimiliki oleh Menteri Pertanian (Pemerintah Republik Indonesia 2009).

Page 17: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

3

Menurut OIE (2013), strategi pengendalian rabies dapat dilakukan melalui

dua aspek, yaitu aspek sosial-budaya dan teknis. Strategi terkait aspek sosial-

budaya meliputi public awareness, yang dapat dilakukan dengan penyuluhan terkait

penyakit rabies kepada masyarakat. Aspek teknis meliputi pelaksanaan program

vaksinasi pada hewan domestik dan hewan liar, peningkatan sistem pelaporan dan

surveilans penyakit, penyediaan metode diagnostik yang memadai, manajemen

populasi anjing, dan pengawasan terhadap lalu lintas HPR (OIE 2013). Upaya

pengendalian rabies telah dilaksanakan secara terintegrasi di Indonesia oleh dua

kementerian yang bertanggungjawab, yaitu Kementerian Pertanian (Direktorat

Kesehatan Hewan) dan Kementerian Kesehatan. Upaya pengendalian yang

dilakukan Kementerian Pertanian meliputi penanganan dan pengawasan lalu lintas

HPR, sedangkan Kementerian Kesehatan melakukan penanganan terhadap kasus

gigitan HPR dan kasus rabies pada manusia (Kemenkes 2016).

Vaksinasi Rabies pada Anjing

Vaksinasi merupakan proses stimulasi respons kekebalan tubuh terhadap

mikroba dengan paparan komponen atau bentuk nonpatogenik dari mikroba (Tizard

2013). Program vaksinasi merupakan salah satu langkah penting dalam

pengendalian penyebaran virus rabies. Tujuan vaksinasi rabies pada anjing adalah

membentuk imunitas pre-exposure dan melindungi anjing dari penularan virus

rabies sehingga dapat mencegah penyebaran virus lebih jauh kepada manusia dan

hewan domestik lain (Berndtsson et al. 2011). Menurut Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) (2014), siklus penularan rabies dari

anjing kepada manusia dapat diputus apabila dilakukan vaksinasi rabies pada

setidaknya 70% populasi anjing di daerah tersebut.

Vaksinasi rabies yang dilakukan pada anjing akan merangsang terbentuknya

respons kekebalan dengan mengaktivasi limfosit. Antigen akan menginduksi sel T

sitotoksik dan sel T pembantu untuk meningkatkan kerja sel B dalam menghasilkan

antibodi netralisasi terhadap virus. Antibodi yang teraktivasi dengan adanya virus

di dalam vaksin adalah imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobulin G (IgG)

(Cahyono 2009). Titer antibodi anjing akan meningkat setelah dilakukan vaksinasi,

namun berbeda pada masing-masing individu. Kenaikan titer antibodi ini menjadi

indikator keberhasilan atau kegagalan vaksinasi. Menurut Berndtsson et al. (2011),

faktor yang memengaruhi keberhasilan vaksinasi rabies pada anjing antara lain tipe

vaksin yang digunakan, ukuran breed anjing, umur saat vaksinasi, dan jarak antara

waktu vaksinasi dengan pengujian titer antibodi. Kennedy et al. (2007) menyatakan

bahwa beberapa faktor seperti tipe vaksin, interval pengambilan sampel

pascavaksinasi, umur, dan asal anjing dapat memengaruhi perbedaan respons

kekebalan setiap individu anjing setelah vaksinasi rabies.

Salah satu metode pengukuran titer antibodi dalam serum dapat dilakukan

dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Hewan yang telah

divaksinasi dengan vaksin rabies harus mempunyai titer antibodi minimal 0.5

IU/mL atau setara untuk dapat terhindar dari infeksi virus rabies (OIE 2014).

ELISA sudah banyak digunakan untuk deteksi antibodi rabies pada program

vaksinasi. Kelebihan uji ELISA adalah dapat dilakukan dalam waktu singkat, tidak

menggunakan virus hidup, dan tidak memerlukan laboratorium dengan fasilitas

Page 18: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

4

biosafety yang tinggi (Cliquet et al. 2004). Pemeriksaan dengan metode ELISA

tidak membutuhkan waktu yang lama, sehingga sangat tepat digunakan dalam

investigasi epidemiologi (OIE 2013).

Pengaruh Umur terhadap Vaksinasi Rabies

Umur memiliki efek yang besar dalam perkembangan dan penurunan fungsi

sistem kekebalan. Hal inilah yang menyebabkan umur hewan merupakan faktor

penting yang harus diperhatikan sebelum hewan divaksinasi (Schultz et al. 2010).

Antibodi maternal yang didapatkan hewan muda dari induknya melalui plasenta

dan kolostrum akan menghambat sintesis imunoglobulin neonatal. Penghambatan

ini akan berlangsung selama beberapa waktu tergantung banyaknya antibodi

maternal yang didapat hewan muda. Oleh karena itu, vaksinasi hanya akan efektif

dilakukan setelah antibodi maternal telah mengalami penurunan. Antibodi

maternal yang diserap dari usus anak anjing mencapai level maksimal di serum 12–

24 jam setelah kelahiran. Level ini kemudian akan menurun perlahan melalui proses

katabolisme protein normal (Tizard 2013).

Menurut Kennedy et al. (2007) dan Berndtsson et al. (2011), hubungan antara

respons antibodi dan umur merupakan pertimbangan yang penting dalam vaksinasi

rabies. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa anjing muda (berumur

kurang dari satu tahun) memiliki respons antibodi yang lebih rendah terhadap

vaksinasi rabies daripada anjing dewasa. Menurut Ford et al. (2017), vaksinasi

rabies akan memperoleh tingkat kesuksesan yang cukup tinggi ketika dilakukan

saat seekor anak anjing berumur minimal 12 minggu. Sementara itu, Tizard (2013)

merekomendasikan vaksinasi rabies dilakukan saat anak anjing mencapai umur 14–

16 minggu.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2017 sampai April 2018.

Pengambilan sampel dilakukan pada anjing peliharaan masyarakat di sembilan desa

di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pengujian sampel

dilakukan di Laboratorium Terpadu, Divisi Mikrobiologi Medik, Departemen Ilmu

Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran

Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sampel serum anjing,

akuabides, dan bahan yang tersedia dalam kit Demeditec Rabies Virus IgG Ab

(Dog) ELISA DE2486™ (Demitec Diagnostics GmbH), yaitu mikroplat 96

sumuran yang sudah dilapisi dengan antigen rabies, kontrol positif serum anjing,

kontrol negatif serum anjing, konjugat (anti dog) horse radish peroxidase (HRPO),

Page 19: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

5

ELISA buffer, larutan pencuci (wash solution), substrat tetramethyl benzidine

(TMB) A dan B, larutan penghenti reaksi (stop solution), dan plastik adsorben.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu syringe, tabung vakum, pipet

mikro multichannel, tabung mikro, lemari pendingin dengan suhu 4 °C, freezer

dengan suhu -20 °C, penangas air, vortex, inkubator dengan suhu 37 °C, ELISA

plate reader (Bio-Rad™), dan coolbox.

Prosedur Penelitian

Pengambilan dan Penanganan Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel serum yang diperoleh dari anjing

peliharaan masyarakat di sembilan desa di Kecamatan Cisolok, Kabupaten

Sukabumi yang telah divaksin rabies empat minggu sebelum pengambilan sampel.

Vaksin yang digunakan yaitu vaksin Rabisin™ (Romindo Primavetcom) dan

diberikan melalui rute intramuskular. Anjing yang diambil sampelnya

dikelompokkan berdasarkan umur, yaitu kelompok umur kurang dari satu tahun dan

kelompok umur lebih dari atau sama dengan satu tahun. Data umur anjing ini

didapatkan melalui wawancara dengan pemilik anjing.

Sebanyak 1–2 mL darah anjing diambil dari vena cephalica menggunakan

syringe berukuran 3 mL. Darah dari syringe lalu dimasukkan ke dalam tabung

vakum dan dibiarkan pada suhu ruang (25–27 °C) hingga terjadi pembekuan darah.

Tabung vakum lalu disimpan di dalam lemari pendingin pada suhu 4 °C. Serum

yang telah terbentuk dipindahkan ke dalam tabung mikro dan ditransportasikan ke

laboratorium melalui sistem rantai dingin (4–8 °C) di dalam coolbox. Sampel yang

sampai di laboratorium dimasukkan ke dalam freezer bersuhu -20 °C hingga

dilakukan pengujian titer antibodi. Cairan serum diinaktivasi terlebih dahulu

sebelum pengujian dengan cara menempatkan sampel pada penangas air bersuhu

56 °C selama 30 menit (OIE 2013).

Prosedur Pengujian Titer Antibodi

Prosedur pengujian titer antibodi dilakukan sesuai petunjuk kerja yang

tersedia di dalam kit Demeditec Rabies Virus IgG Ab (Dog) ELISA DE2486™.

Sebelum memulai pengujian, perlu disiapkan record sheet untuk mencatat sampel

yang dimasukkan dan hasil pembacaan optical density (OD) dari ELISA plate

reader. Sebanyak 0.5 mL serum kontrol positif direkonstitusi dalam 0.5 mL

akuabides, sedangkan sebanyak 0.5 mL serum kontrol negatif direkonstitusi dalam

1 mL akuabides. Serum kontrol positif diencerkan melalui tiga tahap, dimulai dari

pengenceran 1:50, 1:150, 1:450, dan 1:1350 sehingga diperoleh konsentrasi 1.6

equivalent unit (EU), 0.8 EU, 0.4 EU, dan 0.2 EU. Serum sampel diencerkan 1:100

dalam pengencer sampel. Serum kontrol positif, kontrol negatif, dan sampel lalu

dimasukkan ke dalam sumuran mikroplat sebanyak 100 µL sesuai urutan dalam

record sheet.

Sebanyak 100 µL ELISA buffer ditambahkan ke dalam sumuran sebagai

kontrol substrat. Mikroplat ditutup dengan plastik adsorben dan diinkubasi pada

suhu 37 °C selama 60 menit. Plastik adsorben kemudian dibuka setelah 60 menit

dan cairan di dalam mikroplat dibuang. Prosedur pencucian selanjutnya dilakukan

menggunakan larutan pencuci yang telah diencerkan dengan akuades dengan

Page 20: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

6

volume minimal 300 µL pada setiap sumuran sebanyak empat kali dan dilakukan

tapping pada tisu hingga tidak ada gelembung udara di dalam sumuran. Konjugat

HRPO sebanyak 100 µL ditambahkan pada semua sumuran. Mikroplat ditutup

dengan plastik adsorben dan diinkubasi pada suhu 37 °C selama 60 menit. Cairan

pada mikroplat dibuang, lalu dilakukan prosedur pencucian kembali. Sebanyak 100

µL larutan substrat ditambahkan di setiap sumuran dalam kondisi gelap lalu

diinkubasi selama 20 menit pada suhu ruang. Sebanyak 50 µL stop solution

kemudian ditambahkan pada setiap sumuran dan dipastikan agar tercampur dengan

baik. Nilai absorbansi dibaca dengan segera menggunakan ELISA plate reader

pada panjang gelombang 450 nm dan 620 nm.

Analisis Data

Penghitungan hasil titer antibodi terhadap rabies dilakukan menggunakan

Microsoft Excel 2013. Hasil akhir pada pengujian ELISA dinyatakan dalam

kesetaraan equivalent unit per mililiter (EU/mL). Interpretasi data titer antibodi

sampel dilakukan sesuai acuan WHO, yaitu titer antibodi ≥ 0.5 EU/mL

menunjukkan titer antibodi rabies protektif (hasil positif), sedangkan titer antibodi

< 0.5 EU/mL menunjukkan nilai titer antibodi rabies tidak cukup untuk proteksi

terhadap virus rabies (hasil negatif) (OIE 2014). Analisis pengaruh umur anjing

terhadap tingkat kekebalan dilakukan dengan menggunakan program Minitab versi

14 dengan uji chi-square dan odds-ratio.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program vaksinasi rabies di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi

dilakukan terhadap 169 ekor anjing dari populasi total 653 ekor. Jumlah anjing yang

divaksinasi belum mencapai 70% populasi seperti yang direkomendasikan oleh

Ditjen PKH (2014). Hal ini terjadi karena tidak semua pemilik anjing setuju untuk

dilakukan vaksinasi pada anjingnya akibat keterbatasan informasi tentang manfaat

vaksinasi rabies pada anjing. Beberapa anjing yang telah divaksinasi tidak dapat

diambil sampelnya untuk evaluasi vaksinasi karena pada saat pengambilan sampel

anjing atau pemilik tidak berada di tempat, anjing hilang, pindah kepemilikan

(diadopsi oleh orang lain), atau telah mati. Total serum sampel yang berhasil

diambil untuk evaluasi titer antibodi pascavaksinasi dari Kecamatan Cisolok yaitu

sebanyak 69 sampel.

Tabel 1 menunjukkan hasil evaluasi titer antibodi pascavaksinasi rabies pada

anjing di Kecamatan Cisolok. Sebanyak 64 dari 69 sampel (92.75%) memiliki titer

≥ 0.5 EU/mL sehingga menunjukkan hasil positif memiliki titer antibodi yang

protektif terhadap rabies. Sementara itu, hanya lima sampel (7.25%) memiliki titer

< 0.5 EU/mL sehingga menunjukkan hasil negatif atau belum memiliki titer

antibodi yang protektif terhadap rabies. Hasil ini menunjukkan bahwa program

vaksinasi rabies yang telah dilaksanakan di Kecamatan Cisolok secara umum

berhasil membentuk titer antibodi yang protektif. Menurut Tizard (2013), vaksinasi

merupakan pendekatan yang paling efektif dalam pengendalian penyakit infeksius

seperti rabies, baik pada hewan maupun manusia. Penelitian yang dilakukan Dibia

et al. (2015) mendapatkan hasil bahwa status vaksinasi berasosiasi sangat kuat

Page 21: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

7

dengan kejadian rabies pada anjing di Bali. Anjing yang tidak divaksinasi rabies

berisiko terinfeksi rabies 19.13 kali lebih besar dibandingkan dengan anjing yang

telah divaksinasi. Kamil et al. (2004) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa

anjing yang tidak divaksinasi rabies memiliki kemungkinan 121.00 kali lebih besar

terjangkit rabies dibandingkan dengan anjing yang telah divaksinasi. Hal tersebut

menunjukkan bahwa vaksinasi merupakan langkah yang penting dilakukan di suatu

negara atau daerah dengan status endemis rabies.

Tabel 1 Hasil evaluasi titer antibodi pascavaksinasi rabies pada anjing di

Kecamatan Cisolok

Nama desa Jumlah sampel Titer antibodi

Positif a Negatif b

Cicadas 12 12 0

Cikahuripan 3 3 0

Cikelat 6 6 0

Cisolok 10 9 1

Gunung Keramat 8 6 2

Karang Papak 8 8 0

Pasir Baru 5 6 0

Sinar Resmi 16 15 1

Wanajaya 1 0 1

Jumlah 69 64 (92.75 %) 5 (7.25 %) aJumlah sampel dengan titer antibodi ≥ 0.5 EU/mL; bJumlah sampel dengan titer antibodi

< 0.5 EU/mL.

Sebanyak 69 sampel yang didapat dari anjing berpemilik di sembilan desa di

Kecamatan Cisolok tersebut memiliki rentang umur antara tiga bulan hingga tujuh

tahun. Data umur anjing ini didapatkan melalui wawancara dengan pemilik anjing.

Data sampel tersebut dikategorikan berdasarkan umur, yaitu kelompok umur

kurang dari satu tahun dan kelompok umur lebih dari atau sama dengan satu tahun.

Kelompok umur kurang dari satu tahun terdiri dari anjing dengan rentang umur tiga

hingga sebelas bulan, sedangkan kelompok umur lebih dari atau sama dengan satu

tahun terdiri dari anjing dengan rentang umur satu hingga tujuh tahun. Tujuan

pengelompokan ini yaitu untuk mengetahui pengaruh umur anjing terhadap titer

antibodi pascavaksinasi rabies.

Page 22: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

8

Tabel 2 Hasil evaluasi titer antibodi pascavaksinasi rabies pada anjing

berdasarkan kelompok umur di Kecamatan Cisolok

Nama desa

Jumlah sampel Titer antibodi

positif a

Titer antibodi

negatif b

< 1

tahun

≥ 1

tahun

< 1

tahun

≥ 1

tahun

< 1

tahun

≥ 1

tahun

Cicadas 2 10 2 10 0 0

Cikahuripan 2 1 2 1 0 0

Cikelat 3 3 3 3 0 0

Cisolok 1 9 1 8 0 1

Gunung Keramat 3 5 1 5 2 0

Karang Papak 1 7 1 7 0 0

Pasir Baru 2 3 2 3 0 0

Sinar Resmi 8 8 8 7 0 1

Wanajaya 1 0 0 0 1 0

Jumlah 23 46 20

(86.96%)

44

(95.65%)

3

(13.04%)

2

(4.35%)

aJumlah sampel dengan titer antibodi ≥ 0.5 EU/mL; bJumlah sampel dengan titer antibodi

< 0.5 EU/mL.

Uji evaluasi titer antibodi pascavaksinasi rabies yang dilakukan pada sampel

kelompok umur kurang dari satu tahun menunjukkan hasil positif pada 20 dari 23

sampel (86.96%) dan hasil negatif pada tiga dari 23 sampel (13.04%). Sebanyak

tiga sampel yang menunjukkan titer negatif berasal dari anjing berumur tiga bulan

saat dilakukan vaksinasi. Hal ini dapat dikaitkan dengan sistem kekebalan anjing

yang belum dewasa dan keberadaan antibodi maternal (Berndtsson et al. 2011).

Menurut Russel et al. (2006), sistem kekebalan anjing akan berkembang sempurna

pada umur empat sampai enam bulan. Sementara itu menurut Day (2007), onset

tercapainya imunokompetensi tidak dapat diprediksi secara pasti untuk setiap

individu anjing karena hal ini ditentukan oleh banyaknya konsentrasi antibodi

maternal yang diperoleh anjing dari plasenta maupun kolostrum yang diingesti

sesaat setelah kelahiran. Antibodi maternal dapat menghambat perkembangan

sistem kekebalan endogenus anjing. Penghambatan ini akan terus berlangsung

hingga konsentrasi antibodi maternal menurun dan akhirnya dapat dieliminasi dari

tubuh.

Faktor umur diduga bukan merupakan satu-satunya faktor yang berpengaruh

pada hasil uji, karena dalam kelompok umur kurang dari satu tahun terdapat tujuh

ekor anjing lain yang berumur tiga bulan tetapi memiliki titer antibodi positif.

Menurut Kennedy et al. (2007), respons kekebalan merupakan hal yang kompleks

dan berkaitan dengan banyak faktor, seperti faktor genetik dan lingkungan sehingga

akan berbeda pada tiap individu. Moore dan Hanlon (2010) juga menyatakan bahwa

pembentukan antibodi pascavaksinasi dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor

ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi status kesehatan dan perbedaan genetik,

sedangkan faktor ektrinsik meliputi tipe dan banyaknya antigen serta rute vaksinasi

yang diberikan.

Page 23: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

9

Pengujian titer antibodi pada anjing kelompok umur lebih dari atau sama

dengan satu tahun menunjukkan hasil positif pada 44 dari 46 sampel (95.65%) dan

hasil negatif pada dua dari 46 sampel (4.35%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa

persentase keberhasilan vaksinasi pada kelompok umur lebih dari atau sama dengan

satu tahun sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelompok umur kurang

dari satu tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kennedy et al. (2007), yaitu

anjing dewasa (berumur satu hingga tujuh tahun) menunjukkan keberhasilan

vaksinasi rabies lebih tinggi daripada anjing muda (berumur kurang dari satu

tahun). Mansfield et al. (2004) menyatakan bahwa hewan berumur kurang dari satu

tahun memiliki risiko kegagalan vaksinasi rabies yang sedikit lebih tinggi daripada

hewan berumur satu tahun. Selain itu, Rota Nodari et al. (2017) dalam penelitiannya

mendapatkan hasil bahwa anjing berumur kurang dari satu tahun menunjukkan

kemungkinan terkecil untuk mencapai titer antibodi protektif (persentase

seropositif terendah) jika dibandingkan dengan anjing berumur lebih dari atau sama

dengan satu tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh sistem kekebalan anjing pada

kelompok umur kurang dari satu tahun yang belum matang jika dibandingkan

dengan anjing pada kelompok umur lebih dari atau sama dengan satu tahun

(Kennedy et al. 2007).

Titer antibodi negatif pada kelompok umur lebih dari atau sama dengan satu

tahun ditemukan pada anjing berumur satu tahun di Desa Sinar Resmi dan anjing

berumur tiga tahun di Desa Cisolok. Anjing yang berumur satu tahun dan tiga tahun

seharusnya telah mampu memberikan respons vaksinasi dengan baik karena sistem

kekebalan tubuhnya sudah sempurna secara fisiologis (Utami dan Sumiarto 2012).

Menurut Tizard (2013), kegagalan vaksinasi dapat disebabkan oleh dua faktor,

yaitu kesalahan pada proses vaksinasi dan ketidakmampuan hewan untuk

merespons vaksinasi. Kesalahan pada proses vaksinasi dapat terjadi akibat

pemilihan vaksin, metode handling vaksin atau rute vaksinasi yang tidak sesuai.

Ketidakmampuan hewan dalam merespons vaksinasi dapat disebabkan oleh

beberapa hal, seperti adanya antibodi maternal (pada hewan muda) atau hewan

mengalami imunosupresi. Kondisi hewan yang sakit dan menerima pengobatan

(khususnya glukokortikoid dan agen sitotoksik) dapat menurunkan kemampuan

hewan untuk merespons vaksinasi secara normal. Malnutrisi juga dapat

menyebabkan supresi respons kekebalan dengan menurunkan ketersediaan nutrien

untuk pembelahan sel dan sintesis protein (seperti antibodi dan sitokin) (Rashid et

al. 2009). Respons kekebalan merupakan proses biologis yang dipengaruhi oleh

banyak faktor sehingga tidak dapat memberikan proteksi yang sama pada setiap

individu pada populasi yang telah divaksinasi (Tizard 2013).

Tabel 3 menunjukkan hasil penghitungan rataan titer antibodi pada kelompok

umur kurang dari satu tahun sebesar 1.12 EU/mL, sedangkan pada kelompok umur

lebih dari atau sama dengan satu tahun sebesar 1.14 EU/mL. Hasil ini menunjukkan

bahwa rataan titer antibodi pada kelompok umur lebih dari atau sama dengan satu

tahun sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur kurang dari satu

tahun. Hal ini sesuai dengan Tizard (2013) yang menyatakan bahwa hewan muda

(berumur kurang dari satu tahun) memiliki level titer antibodi yang lebih rendah

daripada hewan dewasa. Analisis pengaruh umur anjing terhadap tingkat kekebalan

dilakukan dengan menggunakan program Minitab versi 14. Uji chi-square

digunakan untuk menganalisis signifikansi asosiasi antara umur anjing dan titer

antibodi pascavaksinasi rabies (Murti 1996). Sementara itu, kekuatan atau keeratan

Page 24: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

10

hubungan umur anjing terhadap titer antibodi pascavaksinasi rabies dianalisis

dengan penghitungan odds-ratio (OR) (Martin et al. 1987).

Tabel 3 Rataan titer antibodi tiap kategori umur dan hasil analisis pengaruh faktor

umur terhadap titer antibodi pascavaksinasi rabies di Kecamatan Cisolok

Kelompok

umur

Jumlah

sampel

Titer antibodi Rataan titer

antibodi

(EU/mL)

Nilai p

chi-square test

Odds-

ratio Positifa Negatifb

< 1 Tahun 23 20 3 1.12 0.189 0.3

≥ 1 Tahun 46 44 2 1.14 aJumlah sampel dengan titer antibodi ≥ 0.5 EU/mL; bJumlah sampel dengan titer antibodi < 0.5

EU/mL.

Berdasarkan penghitungan chi-square, diperoleh nilai p sebesar 0.189. Hal

ini menunjukkan bahwa faktor umur tidak berpengaruh terhadap titer antibodi

pascavaksinasi rabies pada anjing di Kecamatan Cisolok (p > 0.05). Penghitungan

odd-ratio mendapatkan hasil 0.3, yang dapat diartikan bahwa anjing pada kelompok

umur kurang dari satu tahun berisiko memiliki titer antibodi pascavaksinasi rabies

0.3 kali lebih rendah dibandingkan anjing pada kelompok umur lebih dari atau sama

dengan satu tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan persamaan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Delgado dan Cármenes (1997) dan Savaliya et al. (2015)

dengan metode ELISA, yaitu faktor umur tidak menunjukkan efek yang signifikan

terhadap level antibodi pascavaksinasi rabies.

Penelitian dengan metode fluorescent antibody virus neutralization (FAVN)

yang dilakukan oleh Berndtsson et al. (2011) dan Kennedy et al. (2007)

mendapatkan hasil bahwa umur anjing memiliki efek signifikan pada titer antibodi

rabies (p < 0.05). Ketidaksesuaian hasil penelitian ini dapat terjadi karena

perbedaan dalam metode pengujian titer antibodi. FAVN merupakan metode gold

standard dalam pengujian titer antibodi rabies (OIE 2013). Sebuah penelitian yang

dilakukan oleh Cliquet et al. (2004) mendapatkan hasil bahwa metode ELISA

memiliki sensitivitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan FAVN. Namun,

metode ELISA memiliki beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan FAVN,

yaitu pengujian dapat dilakukan dengan cepat, tidak menggunakan virus hidup, dan

tidak memerlukan laboratorium dengan fasilitas biosafety yang tinggi (Cliquet et

al. 2004). Menurut OIE (2013), meskipun FAVN merupakan metode pengujian

yang paling direkomendasikan, namun metode ELISA juga dapat digunakan untuk

mendeteksi titer antibodi pascavaksinasi, terutama pada studi epidemiologi dalam

skala besar. Ketidaksesuaian hasil ini dapat juga terjadi karena perbedaan kondisi

dan perlakuan anjing yang digunakan sebagai sampel pada masing-masing

penelitian. Hal tersebut menyebabkan variasi pada titer antibodi pascavaksinasi

anjing (Rashid et al. 2009) sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat

mempengaruhi hasil penelitian.

Page 25: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

11

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anjing di Kecamatan Cisolok,

Kabupaten Sukabumi memiliki tingkat antibodi protektif pascavaksinasi rabies

yang tergolong tinggi. Anjing pada kelompok umur lebih dari atau sama dengan

satu tahun memiliki tingkat antibodi protektif dan rataan titer antibodi

pascavaksinasi rabies yang sedikit lebih tinggi jika dibandingkan dengan anjing

pada kelompok umur kurang dari satu tahun. Faktor umur tidak berpengaruh

terhadap titer antibodi pascavaksinasi rabies pada anjing di Kecamatan Cisolok,

Kabupaten Sukabumi.

Saran

Vaksinasi rabies terhadap anjing pada semua umur perlu dilakukan untuk

mencegah dan mengendalikan kejadian rabies di Kecamatan Cisolok, Kabupaten

Sukabumi.

DAFTAR PUSTAKA

[Barantan] Badan Karantina Pertanian. 2016. Keputusan Kepala Badan Karantina

Pertanian Nomor 87/Kpts/KR.120/L/1/2016 tentang Petunjuk Teknis Tindakan

Karantina Hewan terhadap Hewan Penular Rabies. Jakarta (ID): Barantan.

Berndtsson LT, Nyman AJ, Rivera E, Klingeborn B. 2011. Factors associated with

the success of rabies vaccination of dogs in Sweden. Acta Vet Scan. 53(22):1-

7.doi:10.1186/1751-0147-53-22.

Besung INKK, Suwiti NK, Suatha IK, Suastika P, Piraksa IW, Setiasih NLE. 2011.

Vaksinasi, edukasi, dan eliminasi anjing liar sebagai usaha percepatan

penanggulangan penyakit rabies di Bali. J Udayana Mengabdi. 10(2):57-

60.ISSN:1412-0925.

Cahyono MA. 2009. Efektifitas vaksinasi rabies pada anjing yang

diimpor melalui Bandara Soekarno-Hatta [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian

Bogor.

Cliquet F, McElhinney LM, Servat A, Boucher JM, Lowings JP, Goddard T,

Mansfield KL, Fooks AR. 2004. Development of a qualitative indirect ELISA

for the measurement of rabies virus-specific antibodies from vaccinated dogs

and cats. J Virol Methods. 117:1-8.doi:10.1016/j.jviromet.2003.12.001.

Clutton-Brock J. 2014. Eyewitness Dog. London (GB): Dorling Kindersley Ltd.

Day MJ. 2007. Immune system development in the dog and cat. J Comp Path.

137:10-15.doi:10.1016/j.jcpa.2007.04.005.

Delgado S, Cármenes P. 1997. Immune response following a vaccination campaign

against rabies in dogs from northwestern Spain. Prev Vet Med. 31:257-261.

Dibia IN, Sumiarto B, Susetya H, Putra AAG, Scott-Orr H. 2015. Faktor-faktor

risiko rabies pada anjing di Bali. J Vet. 16(3):389-398.ISSN:1411-8327.

Page 26: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

12

[Ditjen PKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014. Manual

Penyakit Hewan Mamalia. Jakarta (ID): Kementan.

Ford RB, Larson LJ, Schultz RD, Welborn LV. 2017. AAHA canine vaccination

guidelines [internet]. [diunduh 2018 Mar 30]. Tersedia pada:

www.aaha.org/public_documents/guidelines/vaccination_recommendation_for

_general_practice_table.pdf.

Iman RN. 2017. Sepuluh kecamatan di Sukabumi masih rawan wabah rabies

[internet]. [diunduh 2018 Mar 27]. Tersedia pada: www.republika.co.id.

Kamil M, Sumiarto B, Budhiarta S. 2004. Kajian kasus kontrol rabies pada anjing

di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Agrosains. 17(3): 313-320.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2014. Infodatin: Situasi dan analisis rabies

[internet]. [diunduh 2018 Jan 19]. Tersedia pada: www.depkes.go.id/

article/view/15021800004/situasi-dan-analisis-rabies.html.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2016. Infodatin: Jangan ada lagi kematian

akibat rabies [internet]. [diunduh 2018 Jan 19]. Tersedia pada:

www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin-

Rabies-2016.pdf.

[Kementan] Kementerian Pertanian. 2009. Keputusan Menteri Pertanian Nomor

3600/Kpts/PD.640/10/2009 tentang Pernyataan Berjangkitnya Penyakit Anjing

Gila (Rabies) di Kabupaten Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, Cianjur, dan Kota

Sukabumi Provinsi Jawa Barat serta Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Jakarta

(ID): Kementan.

Kennedy LJ, Lunt M, Barnes A, McElhinney L, Fooks AR, Baxter DN, Ollier

WER. 2007. Factors influencing the antibody response of dogs vaccinated

against rabies. J Vaccine. 25:8500-8507.doi:10.1016/j.vaccine.2007.10. 015.

Mansfield KL, Burr RD, Snodgrass DR, Sayers R, Fooks AR. 2004. Factors

affecting the serological response of dogs and cats to rabies vaccination. Vet Rec.

154:423-426.

Martin SW, Meek A, Willeberg P. 1987. Veterinary Epidemiology. Iowa (US):

Iowa State Univ Pr.

Moore SM, Hanlon CA. 2010. Rabies-specific antibodies: measuring surrogates of

protection against a fatal disease. PLoS Negl Trop Dis. 4(3):1-6.

doi:10.1371/journal.pntd.0000595.

Murti B. 1996. Penerapan Metode Statistik Non-Parametrik dalam Ilmu-Ilmu

Kesehatan. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

[OIE] Office International des Epizooties. 2013. OIE Terrestrial Manual 2013

[internet]. [diunduh 2018 Jan 20]. Tersedia pada: www.oie.intl/standard-

setting/terrestrial-manual/access-online.

[OIE] Office International des Epizooties. 2014. ELISA test for rabies [internet].

[diunduh 2018 Mar 29]. Tersedia pada: http://rr-asia.oie.int/JTF_One_Health.

Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID):

Sekretariat Negara.

Rashid A, Rasheed K, Akhtar M. 2009. Factors influencing vaccine efficacy. J

Anim Plant Sci. 19(1):22-25. ISSN: 1018-7081.

Rota Nodari E, Alonso S, Mancin M, De Nardi M, Hudson-Cooke S, Veggiato C,

Cattoli G, De Benedictis P. 2017. Rabies vaccination: higher failure rates in

Page 27: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

13

imported dogs than in those vaccinated in Italy. Zoonoses Public Health. 64:146-

155. doi: 10.1111/zph.12268.

Russel CA, Real LA, Smith DL. 2006. Spatial control of rabies on heterogeneous

landscapes. PLoS One. 1(1):1-7.doi:10.1371/journal.pone.0000027.

Savaliya BF, Mathakiya RA, Bhanderi BB, Jhala MK. 2015. Evaluation of

phenotypic factors for anti-rabies antibody in vaccinated pet dogs. Virus Dis.

26(4):282–287.doi:10.1007/s13337-015-0284-6.

Schultz RD, Thiel B, Mukhtar E, Sharp P, Larson LJ. 2010. Age and long-term

protective immunity in dogs and cats. J Comp Path. 142:102-108.

doi:10.1016/j.jcpa.2009.10.009.

Tizard IR. 2013. Veterinary Immunology. 9th ed. Philadelphia (US): Saunders.

Utami S, Sumiarto B. 2012. Tingkat dan faktor risiko kekebalan protektif terhadap

rabies pada anjing di Kota Makassar. J Vet. 13(1):77-85. ISSN:1411-8327.

Page 28: TITER ANTIBODI HASIL VAKSINASI RABIES PADA ANJING … · titer antibodi hasil vaksinasi rabies pada anjing dengan berbagai umur di kecamatan cisolok, kabupaten sukabumi risqika akla

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bojonegoro, 1 Desember 1996. Penulis merupakan anak

pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Sudarmono dan Ibu Ni Nyoman

Sari. Penulis memulai pendidikan di TK Dharma Wanita (2000–2002), kemudian

dilanjutkan dengan pendidikan dasar di SDN Tembeling 1 (2002–2008). Penulis

melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMPN 1 Padangan (2008–2011) dan

pendidikan menengah atas di SMAN 1 Bojonegoro (2011–2014). Setelah

menyelesaikan pendidikan menengah atas, Penulis diterima sebagai mahasiswa

pada Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi (SNMPTN) pada tahun 2014.

Selama mengikuti pendidikan di IPB, Penulis aktif dalam organisasi

mahasiswa daerah Paguyuban Angling Dharma Bojonegoro sebagai anggota

(2014–2018), organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Profesi Hewan

Kesayangan dan Satwa Akuatik Eksotik sebagai anggota (2015–2016), Badan

Eksekutif Mahasiswa FKH IPB 2016 sebagai Sekretaris Departemen Komunikasi

dan Informasi (2015–2016), dan Badan Mahasiswa FKH IPB 2017 sebagai Kepala

Departemen Komunikasi dan Informasi (2016–2017). Selain aktif dalam

organisasi, Penulis juga berpartisipasi dalam berbagai kepanitiaan kampus, seperti

Masa Perkenalan Mahasiswa Baru (MBKMB) 52 (2015), Introduction to

Veterinary Medicine (Intravena) 52 (2016), International Scholarship & Education

Expo (2016), National Veterinary Competition (2016), dan lain-lain. Penulis juga

pernah terlibat dalam kegiatan magang kerja liburan di PT Greenfields Indonesia

Malang (2016), Klinik Hewan Kayu Manis Yogyakarta (2016), Klinik Hewan

Gustav Vet Jakarta (2017), dan Arthayasa Stable Depok (2017).