Tinjaun Pustaka sawi

25
1 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana ( 1994 ) klasifikasi dalam sistematika tumbuhan dan morfologi tumbuhan sawi termasuk kedalam Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta, Subdivisio : Angiospermae, kelas : Dicotyledoneae, Ordo : Papavorales, Famili : Brassicaceae, Genus : Brassica, Spesies : Brassica juncea L. Akar tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan akar tunggang. Cabang – cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar kesemua arah pada kedalaman anatara 30- 50 cm. Akar – akar ini berfungsi anatara lain mengisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman .

Transcript of Tinjaun Pustaka sawi

Page 1: Tinjaun Pustaka sawi

1

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Rukmana ( 1994 ) klasifikasi dalam sistematika tumbuhan dan

morfologi tumbuhan sawi termasuk kedalam

Kingdom : Plantae,

Divisio : Spermatophyta,

Subdivisio : Angiospermae,

kelas : Dicotyledoneae,

Ordo : Papavorales,

Famili : Brassicaceae,

Genus : Brassica,

Spesies : Brassica juncea L.

Akar tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan akar tunggang.

Cabang – cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar kesemua arah pada

kedalaman anatara 30-50 cm. Akar – akar ini berfungsi anatara lain mengisap air

dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman .

Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak

kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentukan dan penopang daun.

Daun pada tanaman sawi lebar dan pada umumnya daun-daun sawi

bersayap, bertangkai panjang yang bentuknya pipih.

Tanaman sawi pada umumnya mudah berbunga, baik di datarn tinggi

maupun didataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang

tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas

empat helai daun kelopak, empat helai daun kelopak. Empat helai daun mahkota

bunga bewarna kuning. Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan

Page 2: Tinjaun Pustaka sawi

2

bantuan serangga lebah maupun tangan manusia. Hasil penyerbukan tersebut

terbentuk buah yang berisi biji.

Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan

berongga.

Tipe buah berisi 2-8 butir biji. Biji-biji sawi bentuknya bulat kecil bewarna

coklat atau coklat kehitaman.

Syarat Tumbuh

Iklim

Iklim merupakan salah atu faktor yang paling berperan dalam pertumbuhan

dan produksi tanaman sayuran. Setiap jenis tanaman sayuran mempunyai respons

yang berbeda beda terhadap ilim. Oleh sebab itu, pemilihan lokasi untuk suatu jenis

sayuran harus di sesuaikan dengan keadaan iklim setempat. (Lingga, 1993).

Sawi dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang, tetapi saat ini

berkembang pesat didaerah panas ( tropis ). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk

pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6 º

C dan siang harinya 21,1 º C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari.

Di indonesia pada umumnya dibudidayakan didataran tinggi lebih dari 1.000 meter

diatas permukaan laut, kondisi iklimnya sejuk dan lembab, serta kisaran suhu udara

antara 15 º - 25 º C. Khususnya untuk tanaman sawi, pada umumnya banyak

ditanam didataran rendah. Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas juga

mudah berbunga alami pada kondisi iklim tropis indonesia ( Rukmana, 1994 ).

Sawi dapat ditanam didataran tinggi ( varietas dataran tinggi ) dan dapat

ditanam didataran rendah ( varietas dataran rendah ) dengan kelembapan 80-90%.

Sawi tidak tahan terhadap curah hujan tinggi ( Siswadi, 2006 ).

Page 3: Tinjaun Pustaka sawi

3

Waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (akhir bulan maret).

Walaupun demikian tanaman dapat pula ditanam pada musim kemarau asalkan

tersedia cukup air (Sunarjono, 2009).

Tanah

Sawi (Brassica juncea L.) menginginkan tanah yang gembur dan kaya

bahan organik. Selain itu tanah harus memiliki drainase yang baik dengan nilai pH

6-7. Sawi dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Namun lebih banyak

diusahakan di daerah dataran rendah (Nazarudin,2000).

Sawi (Brassica juncea L.) dapat ditanam pada berbagai jenis tanah,

namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir, seperti tanah Andosol.

Pada tanah yang mengandung liat perlu penggolaan lahan secara sempurna, antara

lain pengolahan tanh cukup dalam , penambahan pasir dan pupuk organik dalam

jumlah ( Dosis ) tinggi. Syarat tanah yang ideal untuk tanaman sawi adalah ; subur,

gembur, banyak mengandung bahan orgsnik ( humus ), tidak menggenang, tata

udara dalam tanah berjalan dengan baik, dan pH tanah anatar 6-7.

( Rukmana, 1994 ).

Pupuk Urea

Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada

kelembaban 73% ia sudah menarik uap air dari udara. Oleh karena itu ia mudah

larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Keuntungan dari urea ini adalah

kadar hara N-nya tinggi. Tapi banyak juga kejelekannya. Kalau ia diberikan ke

tanah misalnya, maka ia mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida.

(Lingga, 1993). 

Page 4: Tinjaun Pustaka sawi

4

BAHAN DAN METODE

Tempat dan waktu percobaan

Adapun tempat percobaan ini dilakukan di ruangan dan lahan Laboratorium

Dasar Agronomi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Sumatera Utara, Medan. Pada tanggal 13 April 2013, waktu 15.00 WIB.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan adalah benih Sawi (Brassica juncea L.)

berfungsi sebagai objek pengamatan. Kapur berfungsi untuk menaikkan pH tanah.

Pupuk Urea berfungsi untuk memupuk lahan praktikum. Air berfungsi untuk

menyiram lahan praktikum.

Adapun alat yang digunakan adalah cangkul berfungsi sebagi alat untuk

mencangkul dan menggemburkan tanah, kayu berfungsi membuat lubang tanam.

Tali berfungsi untuk mengukur jarak tanam kangkung tersebut, gembor berfungsi

untuk mengambil air, gunting berfungsi untuk menggunting daun yang terkena

penyakit dan hama, bambu berfungsi untuk meletakan kertas di atasnya atau

diujung bambu, Kertas berfungsi menandai sampel pada tanaman sawi, rol

berfungsi untuk mengukur sampel, alat tulis berfungsi untuk mencatat data hasil

pengamatan, timbangan berfungsi untuk menimbang hasil panen per plot dan

sampel tanaman sawi, plastik berfungsi sebagai tempat tanaman sawi yang telah di

panen, kamera berfungsi untuk mendokumentasikan hasil dari tanaman sawi perplot

bersama pemilik tanaman sawi beserta dengan sampelnya, serta kayu dan triplek

berfungsi untuk menandai lahan.

Page 5: Tinjaun Pustaka sawi

5

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

nonfaktorial yaitu :

Perlakuan U0 : Tanpa menggunakan urea

Perlakuan U1 : Menggunakan urea 10 gram

Perlakuan U2 : Menggunakan urea 20 gram

Perlakuan U3 : Menggunakan urea 30 gram

Perlakuan U4 : Menggunkana urea 40 gram

Perlakuan U5 : Menggunakan urea 50 gram

Perlakuan U6 : Menggunakan urea 60 gram

Dengan jumlah ulangan

U1 : Ulangan 1

U2 : Ulangan 2

U3 : Ulangan 3

U4 : Ulangan 4

Luas plot : 2 m x 2 m

Jumlah tanaman kangkung (Ipomea reptans L.)/plot : 200 buah

Jumlah tanaman sawi (Brassica juncea L.) /plot : 50 buah

Jumlah sampel kangkung (Ipomea reptans L.) : 20 buah

Jumlah sampel sawi (Brassica juncea L.) : 5 buah

Jarak antar plot : 30 cm

Jarak tanam kangkung (Ipomea reptans L.) : 10 cm x 10 cm

Jarak tanam sawi (Brassica juncea L.) : 20 cm x 10 cm

7

Page 6: Tinjaun Pustaka sawi

6

PELAKSANAAN PERCOBAAN

Penyiapan Lahan ( Pengolahan tanah )

Pada dasarnya pengolahan tanah berbuat bedengan dengan benttujuan

untuk membersihkan rumput-rumput liar (Gulma) dan memperbaiki sifat fisik,

kimia dan biologi tanah atu untuk menggemburkankan sturktur tanah agar menjadi

gembur, sehingga memudahkan perakaran untuk masuk kedalam tanah dan

memudahkan akar tanaman menyerap unsur hara. Pengolahaan tanah dicangkul

sampai gembur sedalam 20-30 cm sambil dibalikkan bersihkan dari sampah-

sampah. kemudian dikeringkan selama 1-2 minggu ( Rukmana, 1994 ).

Pembuatan bedengan

Setelah tanah sudah diolah buat bedengan dengan bentuk; lebar bagian

bawah l ± 120cm, permukaan ± 100 cm dan tinggi ± 30cm. Lebar selokan bagian

bawah ± 30 cm dan atas ± 50 cm. Bedengan dipertinggi dengan tanah galian

selokan. Tepi bedengan didapatkan agar tidak longsor.

Pemberian Kapur

Pemberian kapur pada tanah sebelum waktu taman dimulai bertujuan untuk

menaikkan pH tanah sehingga kemasaman tanah dapat dikurangi agar keadaan

tanah lebih sesuai untuk pertumbuhan sawi (Brassica juncea L.)

Pembibitan

Persyaratan bibit sawi hijau dalam pemilihan bibit harus disesuaikan

dengan lahan (air atau darat). Karena kalau sawi hijau ditanam di lahan untuk sawi

hijau produksinya kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat

membusuk. Untuk mendapatkan bibit yang baik, yaitu sehat dan normal

pertumbuhannya diperlukan persemaian yang baik. Pada Sawi desemaikan dengan

menggunakan koran.

Page 7: Tinjaun Pustaka sawi

7

Penanaman

Penentuan pola tanam penentuan pola tanam dapat disesuaikan dengan luas

lahan yang akan ditanami. Apabila bedengan dibuat dengan ukuran 2x1 m, maka

bila jarak tanamnya ditentukan 20 x 10 cm, maka dalam satu bedengan terdapat

sebanyak 20 lubang atau 200 rumpun kangkung. Pembuatan lubang tanam

pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara ditugal, yang berjarak

20 x 10 cm, sedalam ± 5 cm. Setiap bedengan dapat ditentukan jumlah lubangnya

(tergantung ukuran bedengan). Cara penanaman kangkung darat dilakukan pada

sore hari yaitu jam 16.00 sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah

ditanam tidak langsung mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah.

Pemberiaan Pupuk

Pemupukan dilakukan setelah 1 hari penanaman kangkung. Pemupukan

dilakukan dengan dosis yang berbeda-beda pada setiap lahan. Pada perlakuan lahan

ini, pupuk yang digunakan adalah pupuk TSP dan KCL sebesar 30 gr dan pupuk

urea 60 gram karena perlakuan lahan ini adalah perlakuan U6. Pupuk TSP dan KCL

dicampur dan disebarkan diantara barisan lubang tanam satu dengan lubang tanam

lainnya, sedangkan pupuk urea tidak dicampur.

Pemeliharaan tanaman

Kegiatan pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan yang dapat

menentukan keberhasilan. Pada umumnya kegiatan pemeliharaan terdiri dari

pemberiaan air satu kali ssehari terutama bila tidak ada hujan, selanjutnya dilakukan

pada pagi atau sore hari agar air lebih lama tersedia dalam tanah dan menghindari

bibit dari kelayuan, Pengendalian gulma atau membersihkan rumput yang ada di

sekitar tanaman sawi, pemangkasan daun yang terkena hama dan penyakit harus

digunting.

Page 8: Tinjaun Pustaka sawi

8

Pengambilan data

Pengambilan data diambil seminggu setelah tanam pada tanaman

kangkung yang sudah diberi sampel atau tanda. Pengambilan data terdiri dari;

pengamatan parameter tanaman mulai dari tinggi tanaman dan jumlah daun,

persentase tumbuh ( % ).

Panen

Tanaman sawi (Brassica juncea L.) setelah berumur 5 minggu atau

sebulan sudah bisa dipanen. Panen dilakukan pada sore hari atau pagi hari.Sebelum

dipanen di foto dulu tanaman sawi bersama pemiliknya, cabut dulu tanaman yang

ada sampelnya kemudian foto juga sampel tanaman sawinya diberi keterangan,

setelah itu baru dilakukakan pepanenan. Pemungutan hasil sawi dapat pula

dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar, kemudian dicuci dalam air.

Kemudian hasil tanaman kangkung per plot dan berat sampel ditimbang dan

dimasukan ke dalam plastik.

Page 9: Tinjaun Pustaka sawi

9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi Tanaman Pada Sawi ( Brassica juncea L. )

Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Sawi (cm) 4 MST

PerlakuanUlangan

RataanI II III

U0 15.12 16.77 29.60 20.50U1 11.92 23.93 24.80 20.22U2 14.05 15.10 22.20 17.12U3 24.34 14.54 25.35 21.41U4 18.36 22.46 24.80 21.87U5 17.58 29.49 24.40 23.82U6 16.68 23.77 30.40 23.62

Pembahasan

Dari hasil yang diperoleh berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa

rataan tinggi tanaman sawi yang paling rendah rataannya dalam ulangan I adalah

pada perlakuan U0 yakni 15,12 cm, sedangkan yang tertinggi adalah pada

perlakuan U3 yakni 24,34 cm. Seharusnya yang mencapai titik rataan tertinggi

adalah U6. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah

kurangnya pemeliharaan. Pemeliharaan terbagi atas penyiraman, penyulaman,

pemupukan dan penyiangan. Dengan adanya pemeliharaan dapat meningkatkan

pertumbuhan tanaman. Semakin dirawat dengan baik dan diperhatikan apa saja

yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman tersebut akan tumbuh dengan baik,

karena tercukupi semua kebutuhan hidupnya. Hali ini sesuai dengan literatur

Sutarya dan Grubben (1995) yang menyatakan bahwa pemeliharaan yang perlu

dilakukan terutama untuk sawi adalah penyiraman. Hal yang perlu diperhatikan

adalah pengendalian gulma dengan jalan penyiangan. Kemudian bila ada tanaman

yang mati, dilkakukan peyulaman. Hal ini baik untuk peningkatan produksi.

Page 10: Tinjaun Pustaka sawi

10

Dari hasil data tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada ulangan II, rataan

tanaman sawi tertinggi adalah pada perlakuan U5 yakni 29,49 cm sedangkan rataan

tanaman sawi terendah adalah pada perlakuan U3 yakni 14,54 cm. Seharusnya yang

mencapai titik rataan tinggi terendah adalah pada perlakuan U0. Tapi pada hasil

percobaan, U4 memiliki data rataan tinggi terendah. Hal ini dapat terjadi karena

beberapa faktor salah satunya yakni hama penyakit. Serangan hama penyakit seperti

daun yang berlubang, daun bergerigi dan melengkung, serta tanaman sawi yang

kerdil. Hama penyakit dapat menyebabkan pertumbuhan sawi terhambat dan

mengurangi hasil produksi. Hal ini sesuai dengan literatur Nazaruddin (2000), yang

menyatakan bahwa hama yang bisa mengganggu tanaman sawi antara lain

Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella. Gejala serangannya berupa daun

yang berlubang-lubang dan pinggirannya bergerigi tidak merata, sehingga

pertumbuhan sawi menjadi kerdil.

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa pada ulangan III, rataan tinggi

tanaman sawi yang tertinggi adalah pada U6 yakni 30,10 cm sedangkan yang

terendah adalah U2 yakni 22,20 cm. Seharusnya yang memiliki rataan tinggi

terendah adalah U0. Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor yang telah disebutkan

diatas, yaitu kurangnya pemeliharaan, adanya serangan hama penyakit atapun

pebedaan dosis pupuk urea yang diberikan. Hal ini sesuai dengan literatur

Nazaruddin (2000), yang menyatakan bahwa hama yang bisa mengganggu tanaman

sawi antara lain Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella. Gejala serangannya

berupa daun yang berlubang-lubang dan pinggirannya bergerigi tidak merata,

sehingga pertumbuhan sawi menjadi kerdil..

Dari hasil yang diperoleh berdasarkan tabel diatas, rataan tinggi tanaman

sawi tertinggi adalah pada perlakuan U5 yakni 23,82 cm dan rataan tinggi tanaman

Page 11: Tinjaun Pustaka sawi

11

sawi terendah adalah pada perlakuan U2 yakni 17,12. Seharusnya yang memiliki

rataan sawi terendah adalah U0. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh

beberapa faktor. Faktor pertama adalah pemberian dosis pupuk yang berbeda dan

pemeliharaan yang berlebihan pada U0. Pemberian pupuk pada U5 sebanyak 50

gram sedangkan pada U2, diberikan pupuk urea 20 gram. Pemberian pupuk yang

berbeda menyebabkan perbedaan pertumbuhan terutama tinggi tanaman. Sawi yang

diberi pupuk urea 50 gram akan memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari

tanaman sawi yang tidak diberi pupuk urea. Sehingga tinggi tanamannya pun

berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur Rukmana (1999) yang menyatakan bahwa

pemberian pupuk urea secara sekaligus pada umur satu minggu setelah tanam dapat

meningkatkan hasil panen dan pertumbuhan tanaman. Jika diberikan dua kali yaitu

pada umur satu minggu setelah tanam, maka akan memberikan hasil yang tinggi

pada panen kedua.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling baik hasil rataan

tinggi tanamannya adalah pada perlakuan U6 ulangan III, karena memiliki rataan

tinggi yang tertinggi dari semua ulangan dan perlakuan yang ada. Hal ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan dari tanaman sawi pada perlakuan U6 ulangan

III adalah maksimal, pupuk yang cukup, dan pemeliharaan yang baik pula.

Page 12: Tinjaun Pustaka sawi

12

Jumlah Daun Pada Sawi ( Brassica juncea L. )

Tabel 2. Rataan Jumlah Daun Tanaman Sawi (helai) 4 MST

PerlakuanUlangan

RataanI II III

U0 6.56 8.05 5.80 6.80U1 6.93 7.92 10.30 8.38U2 8.96 7.12 5.20 7.09U3 10.20 6.20 9.30 8.57U4 10.65 9.87 8.30 9.61U5 9.10 10.40 6.80 8.77U6 8.73 9.24 10.60 9.52

Pembahasan

Dari data tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada ulangan I, jumlah rataan

daun tanaman sawi terbanyak adalah pada perlakuan U4, yakni 10,65 sedangkan

yang paling sedikit rataan jumlah daunnya adalah pada perlakuan U0, yaitu 6,56.

Seharusnya yang mencapai rataan jumlah daun terbanyak adalah pada perlakuan

U6. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor , salah satunya yaitu kurangnya

pemeliharaan sehingga pertumbuhan kangkung tidak optimal. Hal ini sesuai dengan

literatur Sutarya dan Grubben (1995) yang menyatakan bahwa pemeliharaan yang

perlu dilakukan terutama apabila tidak turun hujan untuk sawi adalah penyiraman.

Hal yang perlu diperhatikan adalah pengendalian gulma dengan jalan penyiangan.

Kemudian bila ada tanaman yang mati, dilkakukan peyulaman. Hal ini baik untuk

peningkatan produksi.

Dari data tabel diatas, dapat diketahui pada ulangan II, yang memiliki

rataan jumlah daun terbanyak adalah pada perlakuan U5 yaitu 10,40, sedangkan

yang memiliki rataan jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan U3 yaitu

6,20. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah tanaman

sawi yang terserang hama, sehingga pertumbuhan terhambat, daunnya berlubang

dan ada yang tidak membuka sempurna. Hal ini sesuai dengan literatur Nazaruddin

Page 13: Tinjaun Pustaka sawi

13

(2000), yang menyatakan bahwa hama yang bisa mengganggu tanaman sawi antara

lain Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella. Gejala serangannya berupa

daun yang berlubang-lubang dan pinggirannya bergerigi tidak merata, sehingga

pertumbuhan sawi menjadi kerdil.

Dari data keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa yang paling baik hasil

rataan jumlah daun tanamannya adalah pada perlakuan U4 ulangan I, karena

memiliki rataan jumlah daun yang terbanyak dari semua ulangan dan perlakuan

yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dari tanaman sawi pada

perlakuan U4 ulangan I adalah maksimal, pupuk yang cukup, dan pemeliharaan

yang baik pula.

Rataan Produksi Pada Sawi ( Brassica juncea L. )

Tabel 3. Rataan Produksi Tanaman Sawi Per Plot (kg) 4 MST

PerlakuanUlangan

RataanI II III IV

U0 1.73 1.64 1.83 1.56 1.69U1 1.72 1.40 2.73 3.00 2.21U2 1.80 3.00 1.38 2.03 2.05U3 2.17 1.98 3.11 2.80 2.51U4 1.50 2.00 2.82 2.82 2.29U5 2.58 1.99 3.31 3.18 2.76U6 3.08 2.77 3.22 3.05 3.03

KESIMPULAN

Page 14: Tinjaun Pustaka sawi

14

1. Syarat-syarat bibit yang berkualitas baik sebagai berikut:

1. Pertumbuhannya tegar dan kuat

2. Perakarannya bagus dan menyebar

3. Batangnya tidak meninggi dan kurus

4. Tidak gampang rebah atau berbatang lunak

5. Bebas dari hama-penyakit

2. Tidak semuanya harus disemaikan. Jenis tanaman sayuran yang biji atau

benihnya mudah berkecmbah,misalnya kecipir, kangkung darat, atau bayam bisa

langsung disebar atau ditanam di areal tanamnya. Jenis tanaman syuran yang

membutuhkan penyemaian terlebih dahulu umumnya adalah sayuran yang sulit

berkecambah, seperti sawi, seledri, kol, tomat dan cabai.

3. Perlu diingat juga bahwa tidak semua bibit tanaman sayuran dari media semai

dapat dipindahkan ke areal tanam. Sebelum dipindahkan,bibit harus diseleksi

terlebih dahulu sehingga hanya bibit yang berkualitas baiklah yang dipindahkan

ke areal tanam.

4. Sore hari adalah waktu yang baik untuk melakukan penyiraman karena

penguapan yang terjadi akibat pengaruh panas matahari dapat dihindari.

Penyiraman akan mencukupi kebutuhan tanaman terhadap air dan menjaga

kelembabannya. Untuk tanaman yang baru saja dipindahkan dari media semai

atau ditanam sebaiknya penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor

yang berlubang halus sehingga tekannanya akan kecil.

Page 15: Tinjaun Pustaka sawi

15

DAFTAR PUSTAKA

Edmond, J.B. 1997. Fundamental of Horticulture. Tata McGraw-Hill PublishingCompany Ltd. New Delhi

El-Kabumaini, N. 1995. Kampungku Dkepung Sayuran. PT. Puri Delco. Bandung

Kanisius, 1976. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Aksi Agraris Press. Yogyakarta

Lingga, P. 1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta

Nazaruddin, 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Novary, E. W. 1993. Penanganan, Pengolahan, & Sayuran Segar. Penebar Swadaya. Jakarta

Rukmana, R. 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Setiawan, A.I.1995. Sayuran Dataran Tinggi Budidaya dan Pengaturan Panen. Penebar Swadaya. Jakarta

Siswadi, 2011. Budidaya Tanaman Sayuran . Penebar Swadaya. Jakarta

Splittstoesser, Walter E. 1984. Vegetable Growing Handbook Second Edition. VanNostrand Reinhold Company. New York.

Sumpena, U. 2005. Benih Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta

Sunarjono, H. 2009. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta

Sutarya, R. Dan Grubben, G. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Rubatzky, V. E. Dan Yamaguchi, M. 1998. Sayuran Dunia. ITB Press. Bandung