1
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Rukmana ( 1994 ) klasifikasi dalam sistematika tumbuhan dan
morfologi tumbuhan sawi termasuk kedalam
Kingdom : Plantae,
Divisio : Spermatophyta,
Subdivisio : Angiospermae,
kelas : Dicotyledoneae,
Ordo : Papavorales,
Famili : Brassicaceae,
Genus : Brassica,
Spesies : Brassica juncea L.
Akar tanaman sawi (Brassica juncea L.) merupakan akar tunggang.
Cabang – cabang akar yang bentuknya bulat panjang menyebar kesemua arah pada
kedalaman anatara 30-50 cm. Akar – akar ini berfungsi anatara lain mengisap air
dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman .
Batang sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentukan dan penopang daun.
Daun pada tanaman sawi lebar dan pada umumnya daun-daun sawi
bersayap, bertangkai panjang yang bentuknya pipih.
Tanaman sawi pada umumnya mudah berbunga, baik di datarn tinggi
maupun didataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga yang
tumbuh memanjang dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga sawi terdiri atas
empat helai daun kelopak, empat helai daun kelopak. Empat helai daun mahkota
bunga bewarna kuning. Penyerbukan bunga sawi dapat berlangsung dengan
2
bantuan serangga lebah maupun tangan manusia. Hasil penyerbukan tersebut
terbentuk buah yang berisi biji.
Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan
berongga.
Tipe buah berisi 2-8 butir biji. Biji-biji sawi bentuknya bulat kecil bewarna
coklat atau coklat kehitaman.
Syarat Tumbuh
Iklim
Iklim merupakan salah atu faktor yang paling berperan dalam pertumbuhan
dan produksi tanaman sayuran. Setiap jenis tanaman sayuran mempunyai respons
yang berbeda beda terhadap ilim. Oleh sebab itu, pemilihan lokasi untuk suatu jenis
sayuran harus di sesuaikan dengan keadaan iklim setempat. (Lingga, 1993).
Sawi dikenal sebagai tanaman sayuran daerah iklim sedang, tetapi saat ini
berkembang pesat didaerah panas ( tropis ). Kondisi iklim yang dikehendaki untuk
pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6 º
C dan siang harinya 21,1 º C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari.
Di indonesia pada umumnya dibudidayakan didataran tinggi lebih dari 1.000 meter
diatas permukaan laut, kondisi iklimnya sejuk dan lembab, serta kisaran suhu udara
antara 15 º - 25 º C. Khususnya untuk tanaman sawi, pada umumnya banyak
ditanam didataran rendah. Tanaman ini selain tahan terhadap suhu panas juga
mudah berbunga alami pada kondisi iklim tropis indonesia ( Rukmana, 1994 ).
Sawi dapat ditanam didataran tinggi ( varietas dataran tinggi ) dan dapat
ditanam didataran rendah ( varietas dataran rendah ) dengan kelembapan 80-90%.
Sawi tidak tahan terhadap curah hujan tinggi ( Siswadi, 2006 ).
3
Waktu tanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (akhir bulan maret).
Walaupun demikian tanaman dapat pula ditanam pada musim kemarau asalkan
tersedia cukup air (Sunarjono, 2009).
Tanah
Sawi (Brassica juncea L.) menginginkan tanah yang gembur dan kaya
bahan organik. Selain itu tanah harus memiliki drainase yang baik dengan nilai pH
6-7. Sawi dapat ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi. Namun lebih banyak
diusahakan di daerah dataran rendah (Nazarudin,2000).
Sawi (Brassica juncea L.) dapat ditanam pada berbagai jenis tanah,
namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir, seperti tanah Andosol.
Pada tanah yang mengandung liat perlu penggolaan lahan secara sempurna, antara
lain pengolahan tanh cukup dalam , penambahan pasir dan pupuk organik dalam
jumlah ( Dosis ) tinggi. Syarat tanah yang ideal untuk tanaman sawi adalah ; subur,
gembur, banyak mengandung bahan orgsnik ( humus ), tidak menggenang, tata
udara dalam tanah berjalan dengan baik, dan pH tanah anatar 6-7.
( Rukmana, 1994 ).
Pupuk Urea
Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada
kelembaban 73% ia sudah menarik uap air dari udara. Oleh karena itu ia mudah
larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Keuntungan dari urea ini adalah
kadar hara N-nya tinggi. Tapi banyak juga kejelekannya. Kalau ia diberikan ke
tanah misalnya, maka ia mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida.
(Lingga, 1993).
4
BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu percobaan
Adapun tempat percobaan ini dilakukan di ruangan dan lahan Laboratorium
Dasar Agronomi Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan. Pada tanggal 13 April 2013, waktu 15.00 WIB.
Bahan dan Alat
Adapun bahan yang digunakan adalah benih Sawi (Brassica juncea L.)
berfungsi sebagai objek pengamatan. Kapur berfungsi untuk menaikkan pH tanah.
Pupuk Urea berfungsi untuk memupuk lahan praktikum. Air berfungsi untuk
menyiram lahan praktikum.
Adapun alat yang digunakan adalah cangkul berfungsi sebagi alat untuk
mencangkul dan menggemburkan tanah, kayu berfungsi membuat lubang tanam.
Tali berfungsi untuk mengukur jarak tanam kangkung tersebut, gembor berfungsi
untuk mengambil air, gunting berfungsi untuk menggunting daun yang terkena
penyakit dan hama, bambu berfungsi untuk meletakan kertas di atasnya atau
diujung bambu, Kertas berfungsi menandai sampel pada tanaman sawi, rol
berfungsi untuk mengukur sampel, alat tulis berfungsi untuk mencatat data hasil
pengamatan, timbangan berfungsi untuk menimbang hasil panen per plot dan
sampel tanaman sawi, plastik berfungsi sebagai tempat tanaman sawi yang telah di
panen, kamera berfungsi untuk mendokumentasikan hasil dari tanaman sawi perplot
bersama pemilik tanaman sawi beserta dengan sampelnya, serta kayu dan triplek
berfungsi untuk menandai lahan.
5
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)
nonfaktorial yaitu :
Perlakuan U0 : Tanpa menggunakan urea
Perlakuan U1 : Menggunakan urea 10 gram
Perlakuan U2 : Menggunakan urea 20 gram
Perlakuan U3 : Menggunakan urea 30 gram
Perlakuan U4 : Menggunkana urea 40 gram
Perlakuan U5 : Menggunakan urea 50 gram
Perlakuan U6 : Menggunakan urea 60 gram
Dengan jumlah ulangan
U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
U4 : Ulangan 4
Luas plot : 2 m x 2 m
Jumlah tanaman kangkung (Ipomea reptans L.)/plot : 200 buah
Jumlah tanaman sawi (Brassica juncea L.) /plot : 50 buah
Jumlah sampel kangkung (Ipomea reptans L.) : 20 buah
Jumlah sampel sawi (Brassica juncea L.) : 5 buah
Jarak antar plot : 30 cm
Jarak tanam kangkung (Ipomea reptans L.) : 10 cm x 10 cm
Jarak tanam sawi (Brassica juncea L.) : 20 cm x 10 cm
7
6
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Penyiapan Lahan ( Pengolahan tanah )
Pada dasarnya pengolahan tanah berbuat bedengan dengan benttujuan
untuk membersihkan rumput-rumput liar (Gulma) dan memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah atu untuk menggemburkankan sturktur tanah agar menjadi
gembur, sehingga memudahkan perakaran untuk masuk kedalam tanah dan
memudahkan akar tanaman menyerap unsur hara. Pengolahaan tanah dicangkul
sampai gembur sedalam 20-30 cm sambil dibalikkan bersihkan dari sampah-
sampah. kemudian dikeringkan selama 1-2 minggu ( Rukmana, 1994 ).
Pembuatan bedengan
Setelah tanah sudah diolah buat bedengan dengan bentuk; lebar bagian
bawah l ± 120cm, permukaan ± 100 cm dan tinggi ± 30cm. Lebar selokan bagian
bawah ± 30 cm dan atas ± 50 cm. Bedengan dipertinggi dengan tanah galian
selokan. Tepi bedengan didapatkan agar tidak longsor.
Pemberian Kapur
Pemberian kapur pada tanah sebelum waktu taman dimulai bertujuan untuk
menaikkan pH tanah sehingga kemasaman tanah dapat dikurangi agar keadaan
tanah lebih sesuai untuk pertumbuhan sawi (Brassica juncea L.)
Pembibitan
Persyaratan bibit sawi hijau dalam pemilihan bibit harus disesuaikan
dengan lahan (air atau darat). Karena kalau sawi hijau ditanam di lahan untuk sawi
hijau produksinya kurang baik, warna daun menguning, bentuk kecil dan cepat
membusuk. Untuk mendapatkan bibit yang baik, yaitu sehat dan normal
pertumbuhannya diperlukan persemaian yang baik. Pada Sawi desemaikan dengan
menggunakan koran.
7
Penanaman
Penentuan pola tanam penentuan pola tanam dapat disesuaikan dengan luas
lahan yang akan ditanami. Apabila bedengan dibuat dengan ukuran 2x1 m, maka
bila jarak tanamnya ditentukan 20 x 10 cm, maka dalam satu bedengan terdapat
sebanyak 20 lubang atau 200 rumpun kangkung. Pembuatan lubang tanam
pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan cara ditugal, yang berjarak
20 x 10 cm, sedalam ± 5 cm. Setiap bedengan dapat ditentukan jumlah lubangnya
(tergantung ukuran bedengan). Cara penanaman kangkung darat dilakukan pada
sore hari yaitu jam 16.00 sampai 18.00. Hal ini bertujuan agar benih setelah
ditanam tidak langsung mendapat udara kering sehingga benih cepat berkecambah.
Pemberiaan Pupuk
Pemupukan dilakukan setelah 1 hari penanaman kangkung. Pemupukan
dilakukan dengan dosis yang berbeda-beda pada setiap lahan. Pada perlakuan lahan
ini, pupuk yang digunakan adalah pupuk TSP dan KCL sebesar 30 gr dan pupuk
urea 60 gram karena perlakuan lahan ini adalah perlakuan U6. Pupuk TSP dan KCL
dicampur dan disebarkan diantara barisan lubang tanam satu dengan lubang tanam
lainnya, sedangkan pupuk urea tidak dicampur.
Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan yang dapat
menentukan keberhasilan. Pada umumnya kegiatan pemeliharaan terdiri dari
pemberiaan air satu kali ssehari terutama bila tidak ada hujan, selanjutnya dilakukan
pada pagi atau sore hari agar air lebih lama tersedia dalam tanah dan menghindari
bibit dari kelayuan, Pengendalian gulma atau membersihkan rumput yang ada di
sekitar tanaman sawi, pemangkasan daun yang terkena hama dan penyakit harus
digunting.
8
Pengambilan data
Pengambilan data diambil seminggu setelah tanam pada tanaman
kangkung yang sudah diberi sampel atau tanda. Pengambilan data terdiri dari;
pengamatan parameter tanaman mulai dari tinggi tanaman dan jumlah daun,
persentase tumbuh ( % ).
Panen
Tanaman sawi (Brassica juncea L.) setelah berumur 5 minggu atau
sebulan sudah bisa dipanen. Panen dilakukan pada sore hari atau pagi hari.Sebelum
dipanen di foto dulu tanaman sawi bersama pemiliknya, cabut dulu tanaman yang
ada sampelnya kemudian foto juga sampel tanaman sawinya diberi keterangan,
setelah itu baru dilakukakan pepanenan. Pemungutan hasil sawi dapat pula
dilakukan dengan cara mencabutnya sampai akar, kemudian dicuci dalam air.
Kemudian hasil tanaman kangkung per plot dan berat sampel ditimbang dan
dimasukan ke dalam plastik.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman Pada Sawi ( Brassica juncea L. )
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman Sawi (cm) 4 MST
PerlakuanUlangan
RataanI II III
U0 15.12 16.77 29.60 20.50U1 11.92 23.93 24.80 20.22U2 14.05 15.10 22.20 17.12U3 24.34 14.54 25.35 21.41U4 18.36 22.46 24.80 21.87U5 17.58 29.49 24.40 23.82U6 16.68 23.77 30.40 23.62
Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa
rataan tinggi tanaman sawi yang paling rendah rataannya dalam ulangan I adalah
pada perlakuan U0 yakni 15,12 cm, sedangkan yang tertinggi adalah pada
perlakuan U3 yakni 24,34 cm. Seharusnya yang mencapai titik rataan tertinggi
adalah U6. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
kurangnya pemeliharaan. Pemeliharaan terbagi atas penyiraman, penyulaman,
pemupukan dan penyiangan. Dengan adanya pemeliharaan dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Semakin dirawat dengan baik dan diperhatikan apa saja
yang dibutuhkan tanaman, maka tanaman tersebut akan tumbuh dengan baik,
karena tercukupi semua kebutuhan hidupnya. Hali ini sesuai dengan literatur
Sutarya dan Grubben (1995) yang menyatakan bahwa pemeliharaan yang perlu
dilakukan terutama untuk sawi adalah penyiraman. Hal yang perlu diperhatikan
adalah pengendalian gulma dengan jalan penyiangan. Kemudian bila ada tanaman
yang mati, dilkakukan peyulaman. Hal ini baik untuk peningkatan produksi.
10
Dari hasil data tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada ulangan II, rataan
tanaman sawi tertinggi adalah pada perlakuan U5 yakni 29,49 cm sedangkan rataan
tanaman sawi terendah adalah pada perlakuan U3 yakni 14,54 cm. Seharusnya yang
mencapai titik rataan tinggi terendah adalah pada perlakuan U0. Tapi pada hasil
percobaan, U4 memiliki data rataan tinggi terendah. Hal ini dapat terjadi karena
beberapa faktor salah satunya yakni hama penyakit. Serangan hama penyakit seperti
daun yang berlubang, daun bergerigi dan melengkung, serta tanaman sawi yang
kerdil. Hama penyakit dapat menyebabkan pertumbuhan sawi terhambat dan
mengurangi hasil produksi. Hal ini sesuai dengan literatur Nazaruddin (2000), yang
menyatakan bahwa hama yang bisa mengganggu tanaman sawi antara lain
Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella. Gejala serangannya berupa daun
yang berlubang-lubang dan pinggirannya bergerigi tidak merata, sehingga
pertumbuhan sawi menjadi kerdil.
Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa pada ulangan III, rataan tinggi
tanaman sawi yang tertinggi adalah pada U6 yakni 30,10 cm sedangkan yang
terendah adalah U2 yakni 22,20 cm. Seharusnya yang memiliki rataan tinggi
terendah adalah U0. Hal ini dapat terjadi karena faktor-faktor yang telah disebutkan
diatas, yaitu kurangnya pemeliharaan, adanya serangan hama penyakit atapun
pebedaan dosis pupuk urea yang diberikan. Hal ini sesuai dengan literatur
Nazaruddin (2000), yang menyatakan bahwa hama yang bisa mengganggu tanaman
sawi antara lain Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella. Gejala serangannya
berupa daun yang berlubang-lubang dan pinggirannya bergerigi tidak merata,
sehingga pertumbuhan sawi menjadi kerdil..
Dari hasil yang diperoleh berdasarkan tabel diatas, rataan tinggi tanaman
sawi tertinggi adalah pada perlakuan U5 yakni 23,82 cm dan rataan tinggi tanaman
11
sawi terendah adalah pada perlakuan U2 yakni 17,12. Seharusnya yang memiliki
rataan sawi terendah adalah U0. Hal ini dapat terjadi karena disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor pertama adalah pemberian dosis pupuk yang berbeda dan
pemeliharaan yang berlebihan pada U0. Pemberian pupuk pada U5 sebanyak 50
gram sedangkan pada U2, diberikan pupuk urea 20 gram. Pemberian pupuk yang
berbeda menyebabkan perbedaan pertumbuhan terutama tinggi tanaman. Sawi yang
diberi pupuk urea 50 gram akan memiliki pertumbuhan yang lebih baik dari
tanaman sawi yang tidak diberi pupuk urea. Sehingga tinggi tanamannya pun
berbeda. Hal ini sesuai dengan literatur Rukmana (1999) yang menyatakan bahwa
pemberian pupuk urea secara sekaligus pada umur satu minggu setelah tanam dapat
meningkatkan hasil panen dan pertumbuhan tanaman. Jika diberikan dua kali yaitu
pada umur satu minggu setelah tanam, maka akan memberikan hasil yang tinggi
pada panen kedua.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa yang paling baik hasil rataan
tinggi tanamannya adalah pada perlakuan U6 ulangan III, karena memiliki rataan
tinggi yang tertinggi dari semua ulangan dan perlakuan yang ada. Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan dari tanaman sawi pada perlakuan U6 ulangan
III adalah maksimal, pupuk yang cukup, dan pemeliharaan yang baik pula.
12
Jumlah Daun Pada Sawi ( Brassica juncea L. )
Tabel 2. Rataan Jumlah Daun Tanaman Sawi (helai) 4 MST
PerlakuanUlangan
RataanI II III
U0 6.56 8.05 5.80 6.80U1 6.93 7.92 10.30 8.38U2 8.96 7.12 5.20 7.09U3 10.20 6.20 9.30 8.57U4 10.65 9.87 8.30 9.61U5 9.10 10.40 6.80 8.77U6 8.73 9.24 10.60 9.52
Pembahasan
Dari data tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada ulangan I, jumlah rataan
daun tanaman sawi terbanyak adalah pada perlakuan U4, yakni 10,65 sedangkan
yang paling sedikit rataan jumlah daunnya adalah pada perlakuan U0, yaitu 6,56.
Seharusnya yang mencapai rataan jumlah daun terbanyak adalah pada perlakuan
U6. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor , salah satunya yaitu kurangnya
pemeliharaan sehingga pertumbuhan kangkung tidak optimal. Hal ini sesuai dengan
literatur Sutarya dan Grubben (1995) yang menyatakan bahwa pemeliharaan yang
perlu dilakukan terutama apabila tidak turun hujan untuk sawi adalah penyiraman.
Hal yang perlu diperhatikan adalah pengendalian gulma dengan jalan penyiangan.
Kemudian bila ada tanaman yang mati, dilkakukan peyulaman. Hal ini baik untuk
peningkatan produksi.
Dari data tabel diatas, dapat diketahui pada ulangan II, yang memiliki
rataan jumlah daun terbanyak adalah pada perlakuan U5 yaitu 10,40, sedangkan
yang memiliki rataan jumlah daun paling sedikit adalah pada perlakuan U3 yaitu
6,20. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah tanaman
sawi yang terserang hama, sehingga pertumbuhan terhambat, daunnya berlubang
dan ada yang tidak membuka sempurna. Hal ini sesuai dengan literatur Nazaruddin
13
(2000), yang menyatakan bahwa hama yang bisa mengganggu tanaman sawi antara
lain Crocidolomia binotalis dan Plutella xylostella. Gejala serangannya berupa
daun yang berlubang-lubang dan pinggirannya bergerigi tidak merata, sehingga
pertumbuhan sawi menjadi kerdil.
Dari data keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa yang paling baik hasil
rataan jumlah daun tanamannya adalah pada perlakuan U4 ulangan I, karena
memiliki rataan jumlah daun yang terbanyak dari semua ulangan dan perlakuan
yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan dari tanaman sawi pada
perlakuan U4 ulangan I adalah maksimal, pupuk yang cukup, dan pemeliharaan
yang baik pula.
Rataan Produksi Pada Sawi ( Brassica juncea L. )
Tabel 3. Rataan Produksi Tanaman Sawi Per Plot (kg) 4 MST
PerlakuanUlangan
RataanI II III IV
U0 1.73 1.64 1.83 1.56 1.69U1 1.72 1.40 2.73 3.00 2.21U2 1.80 3.00 1.38 2.03 2.05U3 2.17 1.98 3.11 2.80 2.51U4 1.50 2.00 2.82 2.82 2.29U5 2.58 1.99 3.31 3.18 2.76U6 3.08 2.77 3.22 3.05 3.03
KESIMPULAN
14
1. Syarat-syarat bibit yang berkualitas baik sebagai berikut:
1. Pertumbuhannya tegar dan kuat
2. Perakarannya bagus dan menyebar
3. Batangnya tidak meninggi dan kurus
4. Tidak gampang rebah atau berbatang lunak
5. Bebas dari hama-penyakit
2. Tidak semuanya harus disemaikan. Jenis tanaman sayuran yang biji atau
benihnya mudah berkecmbah,misalnya kecipir, kangkung darat, atau bayam bisa
langsung disebar atau ditanam di areal tanamnya. Jenis tanaman syuran yang
membutuhkan penyemaian terlebih dahulu umumnya adalah sayuran yang sulit
berkecambah, seperti sawi, seledri, kol, tomat dan cabai.
3. Perlu diingat juga bahwa tidak semua bibit tanaman sayuran dari media semai
dapat dipindahkan ke areal tanam. Sebelum dipindahkan,bibit harus diseleksi
terlebih dahulu sehingga hanya bibit yang berkualitas baiklah yang dipindahkan
ke areal tanam.
4. Sore hari adalah waktu yang baik untuk melakukan penyiraman karena
penguapan yang terjadi akibat pengaruh panas matahari dapat dihindari.
Penyiraman akan mencukupi kebutuhan tanaman terhadap air dan menjaga
kelembabannya. Untuk tanaman yang baru saja dipindahkan dari media semai
atau ditanam sebaiknya penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor
yang berlubang halus sehingga tekannanya akan kecil.
15
DAFTAR PUSTAKA
Edmond, J.B. 1997. Fundamental of Horticulture. Tata McGraw-Hill PublishingCompany Ltd. New Delhi
El-Kabumaini, N. 1995. Kampungku Dkepung Sayuran. PT. Puri Delco. Bandung
Kanisius, 1976. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran. Aksi Agraris Press. Yogyakarta
Lingga, P. 1993. Sayur Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta
Nazaruddin, 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Novary, E. W. 1993. Penanganan, Pengolahan, & Sayuran Segar. Penebar Swadaya. Jakarta
Rukmana, R. 2002. Bertanam Petsai dan Sawi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Setiawan, A.I.1995. Sayuran Dataran Tinggi Budidaya dan Pengaturan Panen. Penebar Swadaya. Jakarta
Siswadi, 2011. Budidaya Tanaman Sayuran . Penebar Swadaya. Jakarta
Splittstoesser, Walter E. 1984. Vegetable Growing Handbook Second Edition. VanNostrand Reinhold Company. New York.
Sumpena, U. 2005. Benih Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta
Sunarjono, H. 2009. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta
Sutarya, R. Dan Grubben, G. 1995. Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Rubatzky, V. E. Dan Yamaguchi, M. 1998. Sayuran Dunia. ITB Press. Bandung
Top Related