TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

16
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT I. LATAR BELAKANG Penambangan warga pada daerah Muara Enim Sumatera Selatan mengalami alih lahan dari perkebunan karet menjadi lahan tambang batubara. Area ini merupakan lahan pertambangan warga yang dikelola secara kurang baik. Pada wilayah penambangan di Muara Enim Sumatera Selatan, kinerja yang dilakukan masrarakat yang belum professional atau tidak sesuai dengan kaidah penambangan yang benar menyebabkan rusaknya lingkungan atau ekosistem sekitar lokasi penambangan. Banyak lubang tanpa penanganan yang baik membuat genangan air, air mengalir ke sungai yang tidak jauh dari lokasi penambangan mengakibatkan limbah air asam tambang yang mencemari kondisi perairan sekitar lokasi penambangan. Selain itu seringnya terjadi peristiwa musibah longsornya lereng/ dinding batubara yang telah merenggut korban jiwa. Rusaknya lingkungan kaitannya dengan reklamasi masih menjadi sorotan yang belum dapat diatasi sebagai tanggung jawab milik siapa. Di sisi lain, kawasan galian rakyat juga tumpang tindih dengan izin usaha penambangan swasta. Ada 68 perusahaan swasta mengantongi IUP dari pemerintah kabupaten setempat. Sementara tambang rakyat, yang marak sejak 2010, juga amat mengkhawatirkan sebab berlangsung tanpa prosedur keamanan manusia dan kajian lingkungan. Hal ini belum jelas karena belum terbitnya IPR (izin pertambangan rakyat) dan kaitannya dengan WPR (Wilayah Pertambangan Rrakyat) oleh Pemerintah setempat. Putusan tegas bupati Muara Enim untuk memberikan deadline kepada penambang liar batubara di Kabupaten Muara Enim untuk menghentikan kegiatan penambangan illegal (penambangan warga yang tidak memiliki ijin penambangan) yang tidak di indahkan oleh warga. Lain halnya apabila kedepannya terjadi pola kemitraan antara masyarakat penambang dengan perusahaan pemilik IUP akan menimbulkan pentanyaan akan kepemilikan tanggung jawab kegiatan reklamasi yang harus berlangsung. Oleh karena itu DPRD Muara Enim mendesak Bupati Muaraenim segera menentukan wilayah pertambangan rakyat (WPR) dan izin pertambangan rakyat (IPR) II. RUMUSAN MASALAH 1

description

Penambangan warga pada daerah Muara Enim Sumatera Selatan mengalami alih lahan dari perkebunan karet menjadi lahan tambang batubara. Area ini merupakan lahan pertambangan warga yang dikelola secara kurang baik. Masalah1. Kejelasan hukum tentang tumpang tindihnya lokasi penambangan rakyat dengan perusahaan pertambangan? Atau kejelasan hukum status lahan?2. Kejelasan hukum Masalah reklamasi lahan?3. Masa depan lokasi penambangan serta masa depan rakyat?4. Kebijakan kewenangan pemda dalam penentuan kawasan pertambangan?

Transcript of TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

Page 1: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

I. LATAR BELAKANGPenambangan warga pada daerah Muara Enim Sumatera Selatan mengalami alih lahan dari perkebunan karet menjadi lahan tambang batubara. Area ini merupakan lahan pertambangan warga yang dikelola secara kurang baik.

Pada wilayah penambangan di Muara Enim Sumatera Selatan, kinerja yang dilakukan masrarakat yang belum professional atau tidak sesuai dengan kaidah penambangan yang benar menyebabkan rusaknya lingkungan atau ekosistem sekitar lokasi penambangan. Banyak lubang tanpa penanganan yang baik membuat genangan air, air mengalir ke sungai yang tidak jauh dari lokasi penambangan mengakibatkan limbah air asam tambang yang mencemari kondisi perairan sekitar lokasi penambangan. Selain itu seringnya terjadi peristiwa musibah longsornya lereng/ dinding batubara yang telah merenggut korban jiwa. Rusaknya lingkungan kaitannya dengan reklamasi masih menjadi sorotan yang belum dapat diatasi sebagai tanggung jawab milik siapa.

Di sisi lain, kawasan galian rakyat juga tumpang tindih dengan izin usaha penambangan swasta. Ada 68 perusahaan swasta mengantongi IUP dari pemerintah kabupaten setempat. Sementara tambang rakyat, yang marak sejak 2010, juga amat mengkhawatirkan sebab berlangsung tanpa prosedur keamanan manusia dan kajian lingkungan. Hal ini belum jelas karena belum terbitnya IPR (izin pertambangan rakyat) dan kaitannya dengan WPR (Wilayah Pertambangan Rrakyat) oleh Pemerintah setempat. Putusan tegas bupati Muara Enim untuk memberikan deadline kepada penambang liar batubara di Kabupaten Muara Enim untuk menghentikan kegiatan penambangan illegal (penambangan warga yang tidak memiliki ijin penambangan) yang tidak di indahkan oleh warga. Lain halnya apabila kedepannya terjadi pola kemitraan antara masyarakat penambang dengan perusahaan pemilik IUP akan menimbulkan pentanyaan akan kepemilikan tanggung jawab kegiatan reklamasi yang harus berlangsung. Oleh karena itu DPRD Muara Enim mendesak Bupati Muaraenim segera menentukan wilayah pertambangan rakyat (WPR) dan izin pertambangan rakyat (IPR)

II. RUMUSAN MASALAHMasalah

Kejelasan hukum tentang tumpang tindihnya lokasi penambangan rakyat dengan perusahaan pertambangan? Atau kejelasan hukum status lahan?

Kejelasan hukum Masalah reklamasi lahan? Masa depan lokasi penambangan serta masa depan rakyat? Kebijakan kewenangan pemda dalam penentuan kawasan pertambangan?

III. PEMBAHASAN

IV.I LANDASAN HUKUMLandasah Hukum Pertambangan Rakyat dan Umum

1

Page 2: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

Pasal 33 : 3 UUD 1945, “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat “

Pasal 2 ayat 3 UUPA, “Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari negara…digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara Hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur”.

UU No 4/2009 dan PP No 22 dan 23/2010 tentang Wilayah Pertambangan Rakyat dan Izin Pertambangan Rakyat

Landasah Hukum Pengusahaan Pakai Atas Lahan Undang Undang No. 5 Tahun 1960 Pasal 2 dan 4 UUPA

Pasal 2 menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasaPasal 4 memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

Perpres No 65 tahun 2006; Perpres No 71 tahun 2011 dan UU No 2 tahun 2012Perubahan atas peraturan presiden nomor 36 tahun 2005tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

Landasah Hukum Pertambangan UU no 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 23 Tahun 2010, tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral

dan Batubara (sistem pelelangan) PP No. 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan PP No. 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (sistem konsep Kontrak/ perjanjian digantikan dengan sistem IUP )

PP No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang PP 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Provinsi, Kabupaten atau

Kota

IV.II LANDASAN TEORIWilayah penambangan warga pada daerah Muara Enim Sumatera Selatan merupakan daerah alih lahan dari perkebunan karet menjadi lahan tambang batubara. Adanya Isu kepemilikan IUP pada lokasi tersebut membuat maraknya penambangan liar yang dilakukan oleh warga. Sebagian memilih ganti rugi atas hak milik tanah kepada perusahaan tambang dan sebagian memilih untuk mempertahankan tanah untuk di tambang sendiri. Tambang masyarakat membuat lapangan pekerjaan baru seperti jasa motor pengangkut batubara yang seharinya dapat memperoleh penghasilan antara 200-400ribu. Warga banyak yang memilih alih guna lahan dari perkebunan karet menjadi tambang batubara karena dirasakan lebih menjamin kebutuhan hidupnya.

2

Page 3: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

Sebagaimana kaitannya dengan Undang Undang No. 5 Tahun 1960 Pasal 2 UUPA mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi , dan pada pasal 4 UUPA member wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum. Di sini tertera jelas dimana pengusahaan atas tanah serta lahan kaitannnya dengan kepemilikan lahan hanya sebatas pengelolaan di atasnya. Sementara kandungan lain atas lahan kaitannya dengan mineral dan batubara yang di tambang oleh warga tanpa memiliki IPR (Izin Pertambangan Rakyat) dan pada pertambangan tersebut tidak memberikan pemasukan pajak sehingga kegiatan penambangan tersebut merupakan kegiatan yang illegal.

Pada PP No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang. Bahwa Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi. Sehingga apabila terbit wilayah pertambangan rakyat (WPR) dan izin pertambangan rakyat (IPR) maka tanggung jawab reklamasi merupakan milik kelompok masyarakat, dalam hal ini diwakili oleh koperasi atau badan usaha lainnya yang dapat berperan sebagai wadah.

IV. PEMBAHASAN (KAITAN JAWABAN ATAS RUMUSAN MASALAH)

Kejelasan hukum tentang tumpang tindihnya lokasi penambangan rakyat dengan perusahaan pertambangan (kejelasan hukum status lahan)

Landasah Hukum Pertambangan Rakyat dan Umumo Pasal 33 : 3 UUD 1945, “ Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat “o Pasal 2 ayat 3 UUPA, “Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari negara…

digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara Hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur”.

o UU No 4/2009 dan PP No 22 dan 23/2010 tentang Wilayah Pertambangan Rakyat dan Izin Pertambangan Rakyat

Landasah Hukum Pertambangano UU no 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Menimbang : a. Bahwa mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan

Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan;

b. Bahwa kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara yang merupakan kegiatan usaha pertambangan di luar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah

3

Page 4: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan daerah secara berkelanjutan;

c. Bahwa dengan mempertimbangkan perkembangan nasional maupun internasional, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan sudah tidak sesuai lagi sehingga dibutuhkan perubahan peraturan perundang-undangan di bidang pertambangan mineral dan batubara yang dapat mengelola dan mengusahakan potensi mineral dan batubara secara mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan.

Disini diberikan penjelasan bahwa kepemilikan tanah yang diusahakan hanya pada bagian atas, sementara kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Sehingga masyarakat yang tidak memiliki ijin pertambangan merupakan penambangan illegal. Seperti di singgung dalam UU No 4 Tahun 2009 pada pembukaan “a. … karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh Negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara berkeadilan”

Landasah Hukum Pengusahaan Pakai Atas Lahano Undang Undang No. 5 Tahun 1960 Pasal 2 dan 4 UUPA

Pasal 2 menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa

Pasal 4 memberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan, demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang ada diatasnya, sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam batas-batas menurut Undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi.

o UU No.2 tahun 2012UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

2. Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.

7. Hak Pengelolaan adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.

10. Ganti Kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah.

o Perpres No 65 tahun 2006; Perpres No 71 tahun 2011 dan UU No 2 tahun 2012Perubahan atas peraturan presiden nomor 36 tahun 2005 tentang pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum

o Perpres no 71 tahun 2011 pengadaan tanah ganti rugi

4

Page 5: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2012tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

Pada kasus status lahan kawasan galian rakyat yang tumpang tindih dengan izin usaha penambangan swasta yang kurang lebih terdapat sekitar 68 perusahaan swasta mengantongi IUP dari pemerintah kabupaten setempat. Hal ini di singgung pada Undang Undang No. 5 Tahun 1960 Pasal 4 UUPA di atas, bahwa penggunaan tanah untuk ijin pertambangan itu dalam batas-batas menurut Undang-undang ini dan peraturan-peraturan hukum lain yang lebih tinggi. Dimana selanjutnya di singgung dalam Peraturan Presiden republik indonesia nomor 65 tahun 2006 Tentang perubahan atas peraturan presiden nomor 36 tahun 2005 Tentang pengadaan tanah:

“Pasal 13. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan bendabenda yang berkaitan dengan tanah.”2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :“Pasal 2(1) Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.(2) Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh pihak-pihak yang bersangkutan.”3. Ketentuan Pasal 3 diubah, sehingga berbunyi sebagai berikut :“Pasal 3Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan berdasarkan prinsip penghormatan terhadap hak atas tanah.”

Berdasarkan peraturan tersebut maka IUP perusahaan swasta seharusnya tidak di terbitkan sebelum proses ganti rugi selesai atau di sepakati.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA.BAB I KETENTUAN UMUMPasal 1

6. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

7. Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan.

8. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan tahapan kegiatan penyelidikan unium, eksplorasi, dan studi kelayakan.

9. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang dlberikan setelah selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi produksi.

5

Page 6: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

10. Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

31. Wilayah Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP.

32. Wilayah Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut WPR, adalah bagian dari WP tempat di lakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat.

DAN TUJUANPasal 2Pertambangan mineral dan batu batubara dikelola berasaskan:

a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;c. partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Pasal 3Dalam rangka mendukung pembangunan nasional yang berkesinambungan, tujuan pengelolaan mineral dan batubara adalah:

e. meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesarbesar kesejahteraan rakyat; dan

f. menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara.

Bila kawasan tersebut akan di jadikan Kawasan Penambangan Rakyat, maka harus berdasar pada penjelasan UU No 4 Tahun 2009 pasal 1, dimana disini diperlukan suatu profesionalisme dalam mengelola lokasi tambang agar sesuai dengan kaidah pertambangan yang benar.

Penambang dalam hai ini rakyat juga harus membayarkan pajak sebagai realisasi dari UU No 4 Tahun 2009 pada Tujuan Pasal 2 dimana pertambangan mineral dan batu batubara dikelola berasaskan:

a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;c. partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;d. berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Serta kaitannya dengan Pasal 3 “f. menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan mineral dan batubara”.

Kejelasan hukum Masalah reklamasi lahan

Pada PP No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang. Bahwa Pemegang IUP Eksplorasi dan IUPK Eksplorasi wajib melaksanakan reklamasi

Proses penambangan yang baik harus berdasar pada UU No 4 Tahun 2009 pada pembukaan “c. … yang dapat mengelola dan mengusahakan potensi mineral dan batubara secara mandiri, andal, transparan, berdaya saing, efisien, dan berwawasan lingkungan, guna menjamin pembangunan nasional secara berkelanjutan.”

6

Page 7: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

Pasal 16. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau

batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pascatambang.

Pasal 2Pertambangan mineral dan batu batubara dikelola berasaskan:

a. manfaat, keadilan, dan keseimbangan;b. keberpihakan kepada kepentingan bangsa;c. partisipatif, transparansi, dan akuntabilitas;d. berkelanjutan dan benvawasan lingkungan.

Atas dasar hukum tersebut maka kejelasan masalah reklamasi lahan sebenarnya telah diatur dalam undang-undang yang berlaku, sehingga yang diperlukan hanya proses realisasinya. Tentu saja peran aktif pemerintah daerah sebagai pengamat serta pengawas merupakan kunci penting atas terselenggaranya reklamasi ini agar berjalan dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah reklamasi yang berlaku sesuai dengan ketetapan Undang-undang yang berlaku.

Masa depan lokasi penambangan serta masa depan rakyat

Menurut UU No. 11 Tahun 1967, defenisi pertambangan rakyat adalah suatu usaha pertambangan bahan – bahan galian dari semua golongan a, b dan c seperti yang dimaksud dalam pasal 3 ayat (1) yang dilakukan oleh rakyat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong-royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri. Pertambangan rakyat yang kemudian diatur dalam UU Minerba adalah mengenai wilayah dan perizinan pertambangan. Pengaturannya dimuat BAB V Bagian Ketiga Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Pasal 20 hingga Pasal 26 dan BAB IX Izin Pertambangan Rakyat (IPR) Pasal 66 hingga Pasal 73.

Diketahui bahwa Asosiasi Masyarakat Batu Bara Muara Enim meminta pemkab dan DPRD Muaraenim sesegera mungkin membuat perda, khususnya mengenai pertambangan mineral dan batubara, agar masyarakat dapat tahu mengenai cara menambang batu bara dengan baik dan benar menurut aturan pertambangan. Pada dasarnya mereka bersedia memenuhi kewajiban sesuai peraturan yang berlaku,Diketahui bahwa Tambang rakyat itu sudah ditambang hampir 100 tahun lalu sejak 1912.Sehingga perlu adanya pengukuhan atas adanya Kawasan Pertambangan Rakyat sebagaimana tercantum dalam UU no 4 Tahun 2009 BAB I KETENTUAN UMUMPasal 1

10. Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

31. Wilayah Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WIUP, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP.

32. Wilayah Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut WPR, adalah bagian dari WP tempat di lakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat.

7

Page 8: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

Pada BAB IV KEWENANGAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARAPasal 6Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, antara lain, adalah:

k. penetapan kebijakan produksi, pernasaran, pemanfaatan, dan konservasi;l. penetapan kebijakan kerja sama, kemitraan, dan pemberdayaan masyarakat;m. perumusan dan penetapan penerimaan ilegara bukan pajak dari hasil usaha

pertambangan mineral dan batubara;n. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan pertambangan mineral

dan batubara yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah;

Sesuai dengan permintaan Asosiasi Masyarakat Batu Bara Muara Enim yang meminta pemkab dan DPRD Muara Enim sesegera mungkin membuat perda, khususnya mengenai pertambangan mineral dan batubara, agar masyarakat dapat tahu mengenai cara menambang batu bara dengan baik dan benar menurut aturan pertambangan, telah dibahas pada BAB IV kewenangan pengelolaan pertambangan mineral dan batubara Pasal 6. Baik dari kebijakan produksi, pernasaran, pemanfaatan, dan konservasi, penetapan kebijakan kerja sama, kemitraan, dan pemberdayaan masyarakat, perumusan dan penetapan penerimaan ilegara bukan pajak dari hasil usaha, hingga pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan pertambangan. Hal-hal tersebut diatas merupakan kewenangan Pemerintah daerah dalam mengelola pertambangan pada daerah kekuasaan hukumnya.

Kebijakan kewenangan pemda dalam penentuan kawasan pertambangan

Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara No. 4 tahun 2009 (UU Minerba) yang diterbitkan menggantikan UU No. 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan yang seyogyanya mengandung misi ideologis untuk memakmurkan rakyat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Pada BAB IV KEWENANGAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARAPasal 6Kewenangan Pemerintah dalam pengelolaan pertambangan mineral dan batubara, antara lain, adalah:

d. penetapan sistem perizinan pertambangan mineral dan batu bara nasional;e. penetapan WP yang dilakukan setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan

berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;f. pemberian IUP, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan

usaha pertambangan yang berada pada lintas wilayah provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai;

g. pemberian IUP, pembinaan, penyelesaian konflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan yang lokasi penambangannya berada pada lintas wilayah provinsi dan/atau wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai;

h. pemberian IUP, pembinaan, penyelesaian koilflik masyarakat, dan pengawasan usaha pertambangan operasi produksi yang berdampak lingkungan langsung Iintas provinsi dan/atau dalam wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil dari garis pantai;

i. pemberian IUPK Eksplorasi dan IUPK Operasi Produksi;

8

Page 9: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

j. pengevaluasian IU P Operasi Produksi, yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, yang telah menimbulkan kerusakan lingkungan serta yang tidak menerapkan kaidah pertambangan yang baik;

k. penetapan kebijakan produksi, pemasaran, pemanfaatan, dan konservasi;l. penetapan kebijakan kerja sama, kemitraan, dan pemberdayaan masyarakat;m. perumusan dan penetapan penerimaan ilegara bukan pajak dari hasil usaha

pertambangan mineral dan batubara;n. pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pengelolaan pertambangan mineral

dan batubara yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah;o. pembinaan dan pengawasan penyusunan peraturan daerah di bidang

pertambangan;p. penginventarisasian, penyelidikan, dan penelitian serta eksplorasi dalam rangka

memperoleh data dan informasi mineral dan batubara sebagai bahan penyusunan WlJP dan WPN;

q. pengelolaan informasi geologi, informasi potensi sumber daya mineral dan batubara, serta informasi pertambangan pada tingkat nasional;

r. pembinaan dan pengawasan terhadap reklamasi lahan pascatambang;

pada BAB V WILAYAH PERTAMBANGANBagian KesatuUmum

(1) WP sebagai bagian dari tata ruang nasional merupakan landasan bagi penetapan kegiatan pertambangan.

(2) WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Atas dasar tersebut maka Kawasan Pertambangan Rakyat dapat ditentukan yang dilakukan setelah berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

Sesuai dengan tata cara perolehan Ijin Pertambangan Rakyat (IPR)IPR diberikan oleh bupati/walikota berdasarkan permohonan yang diajukan oleh penduduk setempat, baik perseorangan maupun kelompok masyarakat dan/atau koperasi. Pasal 48 Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (“PP 23/2010”) menjelaskan bahwa untuk mendapatkan IPR, pemohon harus memenuhi:

1. persyaratan administratif;2. persyaratan teknis; dan3. persyaratan finansial.

Persyaratan administratif untuk:1. orang perseorangan, paling sedikit meliputi:

1. surat permohonan;2. kartu tanda penduduk;3. komoditas tambang yang dimohon; dan4. surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.

2. kelompok masyarakat, paling sedikit meliputi: 1. surat permohonan;2. komoditas tambang yang dimohon; dan3. surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.

3. koperasi setempat, paling sedikit meliputi:

9

Page 10: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

1. surat permohonan;2. nomor pokok wajib pajak;3. akta pendirian koperasi yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;

4. komoditas tambang yang dimohon; dan5. surat keterangan dari kelurahan/desa setempat.

Persyaratan teknis berupa surat pernyataan yang memuat paling sedikit mengenai:1. sumuran pada IPR paling dalam 25 (dua puluh lima) meter;2. menggunakan pompa mekanik, penggelundungan atau permesinan dengan jumlah

tenaga maksimal 25 (dua puluh lima) horse power untuk 1 (satu) IPR; dan3. tidak menggunakan alat berat dan bahan peledak.

Persyaratan finansial mencakup penyerahan laporan keuangan 1 (satu) tahun terakhir yang hanya dipersyaratkan bagi koperasi setempat. Sehingga Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi dapat melarang pihak perusahaan untuk melakukan kegiatan penambangan pada kawasan pertambangan rakyat yang sudah diberi ijin oleh Pemerintah Daerah (Pemda). Dan pihak perusahaan yang melakukan kegiatan dikawasan pertambangan rakyat dapat dikenakan sanksi karena melanggar aturan perundang-undangan yang berlaku.

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2009 Pertambangan Mineral dan Batubara (UU Minerba) diharapkan dapat memberikan landasan hukum bagi langkah-langkah pembaruan dan penataan kembali kegiatan pengelolaan dan pengusahaan pertambangan mineral dan batubara. Dimana undang-undang ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan UU No. 11 Tahun 1967, yang diantaranya:

a. Memperluas kewenangan pemerintah kota dan kabupaten dalam memberikan izin pertambangan. Artinya, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota juga diberi kewenangan untuk mengeluarkan izin pertambangan di wilayahnya. Kewenangan tersebut memungkinkan daerah memiliki kesempatan untuk memperoleh penghasilan dari pengusahaan terhadap pertambangan minerba tersebut. Hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah.

b. Mengakui kegiatan pertambangan rakyat dalam suatu wilayah pertambangan. Pengakuan ini penting mengingat selama ini kegiatan pertambangan rakyat dikategorikan liar dan ilegal, sehingga dilarang dengan ancaman hukuman yang cukup berat. Padahal, kegiatan ini sudah berlangsung lama dan dilakukan secara turun-temurun di sekitar lokasi pertambangan yang diusahakan, baik oleh BUMN maupun swasta. Berdasarkan fakta inilah pertambangan rakyat tidak mesti dilarang dan tidak dapat dikategorikan sebagai kegiatan ilegal, karena rakyat juga memiliki hak untuk memanfaatkan kekayaan minerba untuk kemakmurannya.

10

Page 11: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

V. KESIMPULAN

Dengan pemahaman terhadap landasan Hukum serta Undang-undang yang berlaku di Negara kita maka terdapat beberapa hal mengenai kewenangan Pemerintah daerah kaitannya dengan penambangan rakyat,

1. Pemerintah daerah dapat menentukan kebijakan atas Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) bila di pandang hal tersebut merupakan kebijakan yang patut diambil.

2. Pemerintah daerah dapat membentuk suatu badan koperasi atau sejenisnya yang mengatur serta mengontrol kegiatan perijinan hingga pemasaran hasil pertambangan pada daerah tersebut.

3. Pemerintah daerah dapat memberikan sanksi tegas atas pelanggaran aturan perundang-undangan yang berlaku baik dari pihak penambangan rakyat atau Perusahaan pertambangan lain pada daerahnya

VI. SARAN / REKOMENDASITerdapat 2 alternatif:

Lokasi Pertambangan di serahkan kepada perusahaan tambang agar dikelola degan lebih baik. Masyarakat dipakai sebagai asset dalam kegiatan pertambangan.

Di terbitkan izin pertambangan rakyat (IPR) yang di monitoring oleh lembaga pemerintahan. Penjualan 1 atap, dipotong pajak. Pajak di pakai untuk biaya reklamasi.

Kaitannya dengan alternatif ke 2 maka penanggulangan yang dapat di aplikasikan oleh Pemerintah Daerah untuk penambangan Batubara adalah sbb;

1. Dengan memberikan alat penambangan yang baik, 2. Mengajarkan pola system kerja pertambangan yang baik yang mengedepankan keselamatan

kerja dan kelangsungan ekosistem,3. Penyediaan sistem pembeliannya, baik dalam bentuk koperasi atau hasil langsung dapat

secara langsung kepada pengumpul.

11

Page 12: TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KEWENANGAN PEMDA KAITANNYA DENGAN PERTAMBANGAN RAKYAT

Referensi: Kompas Cetak Kompas TV 22 November 2012 Sriwijaya Post - Selasa, 11 September 2012 10:32 WIB Sriwijaya Post - Sabtu, 17 Desember 2011 10:29 WIB Dr. Suparji, SH. MH. : DIVESTASI SAHAM PERTAMBANGAN SUATU KEHARUSAN

UU No 2 Tahun 2012 UU No 4 Tahun 2009 Minerba UU No 5 Tahun 1960 UUPA PP No 22 Tahun 2010 PP No 23 Tahun 2010 PP No 78 Tahun 2010

12