TINJAUAN-TEORI

download TINJAUAN-TEORI

of 33

description

FHN

Transcript of TINJAUAN-TEORI

Mike Istianawati125070201111033BAB IITINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Penyakit2.1.1. TB Paru DefinisiTB Paru adalah penyakit menular pada manusia dan hewan lain yang disebabkan oleh spesies Mycobacterium yang menyerang paru-paru. Penyakit TB merupakan penyakit menahun, bahkan dapat seumur hidup.Tuberkulosis Paru adalah bentuk tuberculosis dengan tingkat keparahan yang beragam, berupa tuberkel kecil pada berbagai organ yang berbeda akibat penyebaran basilus ke seluruh tubuh melalui aliran darah, ditandai dengan pneumonia tuberkulosa. Gejala meliputi penurunan berat badan, kelelahan, berkeringat malam hari, sputum purulen, hemoptosis dan nyeri dada. (Dorland, 2011). KlasifikasiTuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA) TB paru dibagi dalam:1. Tuberkulosis Paru BTA (+) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif 2. Tuberkulosis Paru BTA (-) Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan pemberian antibiotik spektrum luas Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.tuberculosis positif Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa

Berdasarkan Tipe Penderita Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu:1. Kasus baruAdalah penderita yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian) 2. Kasus kambuh (relaps) Adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau biakan positif. Bila hanya menunjukkan perubahan pada gambaran radiologik sehingga dicurigai lesi aktif kembali, harus dipikirkan beberapa kemungkinan: Infeksi sekunder Infeksi jamur TB paru kambuh 3. Kasus pindahan (Transfer In)Adalah penderita yang sedang mendapatkan pengobatan di suatu kabupaten dan kemudian pindah berobat ke kabupaten lain. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.4. Kasus lalai berobat Adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 minggu atau lebih, kemudian datang kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif.5. Kasus Gagal Adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) Adalah penderita dengan hasil BTA negatif gambaran radiologik positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke-2 pengobatan dan atau gambaran radiologik ulang hasilnya perburukan6. Kasus kronik Adalah penderita dengan hasil pemeriksaan dahak BTA masih positif setelah selesai pengobatan ulang kategori 2 dengan pengawasan yang baik 7. Kasus bekas TB Hasil pemeriksaan dahak mikroskopik (biakan jika ada fasilitas) negatif dan gambaran radiologik paru menunjukkan lesi TB inaktif, terlebih gambaran radiologik serial menunjukkan gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT yang adekuat akan lebih mendukung Pada kasus dengan gambaran radiologik meragukan lesi TB aktif, namun setelah mendapat pengobatan OAT selama 2 bulan ternyata tidak ada perubahan gambaran radiologik EtologiTuberculosis merupakan penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobic dan tahan asam ini dapat merupakan organism pathogen (strain bovin) maupun saprofit. Ukurannya 0,3 x 2 - 4 m, ukuran ini lebih kecil dari SDM. (Sylvia, 2006)Penyebab dari tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis yaitu kuman dengan bentuk batang dengan ukuran 1-4/ m dan tebal 0,3-0,6/ m. mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam yang tumbuh dengan lambat dan sensitive tergadap panas dan sinar ultraviolet. Akan tetapi Mycobacterium tuberculosis dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Kuman ini juga bersifat aerob. EpidemiologiTuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberculosis sebagai Global Emergency . Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam) positif. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari jumlah pendduduk, terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk.Diperkirakan terdapat 2 juta kematian akibat tuberculosis pada tahun 2002. Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000 penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk, dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang muncul.Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 didapatkan bahwa penyakit pada system pernapasan merupakan penyebab kematian kedua setelah system sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB merupakan penyebab kematian kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah penyebab kematian pertama pada golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil laporan yang masuk ke subdit TB P2MPL Departemen Kesehatan tahun, 2001 terdapat 50.443 penderita BTA positif yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga perempat dari kasus TB ini berusia 15 49 tahun. Pada tahun 2004 WHO memperkirakan setiap tahunnya muncul 115 orang penderita tuberkulosis paru menular (BTA positif) pada setiap 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia masih menduduki urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India dan China.Indonesia 584.000 kasus dan 88.000 kematian/tahun Penyebab kematian ketiga tertinggi Penyebab kematian penyakit infeksi tertinggi Sumatra Selatan17.106 kasus baru pertahun,5.987 kematian pertahun ( 16 perhari). Faktor RisikoBeberapa faktor risiko untuk menderita TB adalah:1. Jenis kelaminPenyakit TB dapat menyerang laki-laki dan perempuan. Hampir tidak ada perbedaan di antara anak laki dan perempuan sampai pada umur pubertas.

2. Status giziTelah terbukti bahwa malnutrisi akan mengurangi daya tahan tubuh sehingga akan menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk TB. Faktor ini sangat berperan pada negara-negara miskin dan tidak mengira usia (Croft, 2002).3. SosioekonomiPenyakit TB lebih banyak menyerang masyarakat yang berasal dari kalangan sosioekonomi rendah. Lingkungan yang buruk dan permukiman yang terlampau padat sangat potensial dalam penyebaran penyakit TB (Croft, 2002). 4. PendidikanRendahnya pendidikan seseorang penderita TB dapat mempengaruhi seseorang untuk mencari pelayanan kesehatan.Terdapat beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai pendidikan rendah akan berpeluang untuk mengalami ketidaksembuhan 5,5 kali lebih besar berbanding dengan orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Croft, 2002).5. Faktor-faktor Toksis. Merokok, minuman keras, dan tembakau merupakan faktor penting dapat menurunkan daya tahan tubuh (Nelson, 1995). Manifestasi KlinisGejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala respiratorik (atau gejala organ yang terlibat) dan gejala sistemik. 1. Gejala respiratorik Batuk 3 minggu Batuk darah Sesak napas Nyeri dadaGejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar. Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas & kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan.2. Gejala sistemik Demam Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, Anoreksia, berat badan menurun PenularanMedia PenularanPada umumnya adalah melalui percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli mengatakan bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga melalui debu, alat makan/minum yang mengandung kuman TBC. Kuman yang masuk dalam tubuh akan berkembangbiak, lamanya dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat berbulan-bulan sampai tahunan.Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.Kandungan Droplet: Bicara: 0 - 210 partikel Batuk: 0 3500 partikel Bersin: 4500 1 juta partikelMekanisme Penularan1) TB menyebar ketika seseorang dengan batuk TB aktif, bernyanyi atau bericara dan kita menghirup udara yang terkontaminasi dengan kuman TB.2) Kuman mencapai paru-paru, dari sana kuman menuju bagian lain dari tubuh.3) Tubuh akan melawan kuman TB.

4) Biasanya kuman tidur/menetap di dalam tubuh, disebut infeksi TB. Memiliki tes kulit positif Tidak merasa sakit Tidak bisa menularkan TB ke orang lain5) Minum obat untuk melindungi diri dari TB aktif.6) Jika tidak minum obat, kuman TB dapat bangun dan menyerang paru-paru dan organ lain. Merasa sakit disertai demam Memiliki kuman TB aktif dalam tubuh Dapat menularkan TB ke orang lain7) Perlunya minum obat untuk membantu lebih baik dan untuk mencegah dari penyebaran kuman TB ke orang lain.Penyakit TB Paru dapat menular langsung secara: LangsungKuman-kuman yang berasal dari percikan ludah atau cairan hidung penderita berpindah ke orang lain secara langsung pada waktu mereka berbicara berhadap-hadapan, berciuman atau bersin.Kuman-kuman TB yang berasal dari percikan ludah atau cairan hidung penderita bersama udara terhisap oleh orang lain. Tidak langsungBila penderita TB Paru meludah di tempat yang lembabkemudian ludah yang mengandung kuman TB itu mengering diterbangkan angin lalu terhisap orang lain. Pemeriksaan DiagnostikUntuk menegakan diagnosis pertama sekali adalah dengan melakukan anamnesis mengenai ada tidak gejala-gejala TB. Gejala Umum berupa batuk terus menerus dan berdahak selama 3 minggu atau lebih. Gejala lain yang sering dijumpai adalah dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari satu bulan.

Pemeriksaan KlinisPemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan kurus atau berat badan menurun.Tempat kelainan lesi TB yang perlu dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila dicurigai infiltrat yang agak luas, maka akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi nafas bronkial. Akan didapatkan juga suara nafas tambahan berupa ronkhi basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura, suara nafasnya menjadi vesikular melemah (Amin, 2006).Pemeriksaan PenunjangTerdapat beberapa uji untuk menegakkan diagnosis TB yaitu:Uji ini dilakukan dengan menginjeksikan secara intracutaneous 0.1ml Tween-stabilized liquid PPD (Purified Protein Derivative) pada bagian punggung atau dorsal dari lengan bawah. Dalam waktu 48 72 jam, area yang menonjol (indurasi), bukan eritema, diukur. Ukuran tes Mantoux ini sebesar 5 mm diinterpretasikan positif pada kasus-kasus:a. Individu yang memiliki atau dicurigai terinfeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).b. Memiliki kontak yang erat dengan penderita TB yang infeksius.c. Individu dengan rontgen dada yang abnormal yang mengindikasikan gambaran proses penyembuhan TB yang lama, yang sebelumnya tidak mendapatkan terapi OAT yang adekuat.d. Individu yang menggunakan narkoba dan status HIV yang tidak diketahui.Ukuran 10 mm uji tuberkulin, dianggap positif biasanya pada kasus-kasus seperti:a. Individu dengan kondisi kesehatan tertentu kecuali penderita HIV.b. Individu yang menggunakan narkoba (jika status HIV negatif).c. Tidak mendapatkan pelayanan kesehatan, populasi dengan pendapatan yang rendah, termasuk kelompok ras dan etnik yang berisiko tinggi.d. Anak kecil yang berusia kurang dari 4 tahunUji ini sekarang sudah tidak dianjurkan dipakai karena uji ini hanya menunjukkan ada tidaknya antibodi anti TB pada seseorang, sedangkan menurut penelitian, 80% penduduk Indonesia sudah pernah terpapar antigen TB, walaupun tidak bermanifestasi, sehingga akan banyak memberikan false positif (Amin, 2006).Pemeriksaan RadiologisPemeriksaan radiologis juga diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis.1. Adanya infeksi primer digambarkan dengan nodul terkalsifikasipada bagian perifer paru dengan kalsifikasi dari limfe nodus hilus.2. Sedangkan proses reaktifasi TB akan memberikan gambaran: a. Nekrosisb. Kavitasi (terutama tampak pada foto posisi apical lordotik)c. Fibrosis dan retraksi region hilusd. Bronchopneumoniae. Infiltrate interstitialf. Pola milierg. Gambaran diatas juga merupakan gambaran dari TB primer lanjut3. TB pleura memberikan gambaran efusi pleura yang biasanya terjadi secara massif.4. Aktivitas dari kuman TB tidak bisa hanya ditegakkan hanya dengan 1 kali pemeriksaan rontgen dada, tapi harus dilakukan serial rontgen dada. Tidak hanya melihat apakah penyakit tersebut dalam proses progesi atau regresi (Amin, 2006).Pemeriksaan Sputum Pemeriksaan sputum adalah penting, karena dengan ditemukannnya kuman BTA, diagnosis TB sudah dapat dipastikan. Kriteria BTA positifadalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA padasatu sediaan (Amin, 2006). KomplikasiMenurut Tjokro (2001):a. Komplikasi Dini Pleuritis Efusi pleura, Empiema Laryngitis Poncents arthropathyb. Komplikasi Lanjut Obstruksi jalan nafas Fibrosis paru Amiloidosis Karsinoma paru Syndrome gagal nafas dewasa PencegahanPencegahan TB paru menurut PPTI, 2012: Meningkatkan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behavior). Misalnya makan makanan yang bergizi, olahraga dan sebagainya. Meningkatkan respon untuk melakukan pencegahan penyakit. Misalnya menghindari kontak langsung pada sputum atau orang yang terkena TB. Perilaku hidup sehat, memelihara kebersihan diri, rumah dan lingkungan, menjaga sanitasi, dan lain-lain. Makan makanan bergizi cukup. Melakukan vaksinasi (BCG). Penatalaksanaan MedisPengobatanPengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan tambahan. Obat Anti Tuberculosis (OAT) Obat yang dipakai: 1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: Rifampisin INH Pirazinamid Streptomisin Etambutol 2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination) Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari : Empat obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg dan Tiga obat antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg3. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) Kanamisin Kuinolon Obat lain masih dalam penelitian; makrolid, amoksilin + asam klavulanat Derivat rifampisin dan INH Pencegahan1. Pencegahan (profilaksis) primer:Anak yang kontak erat dengan penderita TB BTA (+) mendapat INH minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin memberi hasil negatif. Terapi profilaksis dihentikan bila hasil uji tuberkulin ulang menjadi negatif atau sumber penularan TB aktif sudah tidak ada.2. Pencegahan (profilaksis) sekunder:Anak dengan infeksi TB yaitu uji tuberkulin (+) tetapi tidak ada gejala sakit. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan.Pencegahan dapat dilakukan dengan cara: Terapi pencegahan Diagnosis dan pengobatan TB paru BTA positif untuk mencegah penularan Terapi pencegahan: Kemoprofilaksis diberikan kepada penderita HIV atau AIDS. Obat yang digunakan pada kemoprofilaksis adalah Isoniazid (INH) dengan dosis 5 mg/kg BB (tidak lebih dari 300 mg) sehari selama minimal 6 bulan.

2.1.2. Tifus DefinisiDemam tifoid, atau dikenal juga sebagai penyakit tifus, merupakan infeksi berat pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.Tifus adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna.

EtologiDemam tifoid dapat ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi karena penanganan yang tidak bersih/higienis. Bakteri Salmonella typhi akan masuk ke dalam saluran cerna dan masuk ke peredaran darah hingga terjadi peradangan pada usus halus dan usus besar. EpidemiologiData World Health Organization (WHO) tahun 2003 memperkirakan terdapat sekitar 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia dengan kejadian 600.000 kasus kematian tiap tahun (Anonim_c, 2008). Angka kejadian demam tifoid diketahui lebih tinggi pada negara berkembang khususnya di daerah tropis. Sehingga tak heran jika demam tifoid banyak ditemukan di Indonesia.Di Indonesia, demam tifoid merupakan masalah kesehatan masyarakat dengan kejadian antara 350 - 810 kasus per 100.000 penduduk setiap tahunnya. Hasil Riset Dasar Kesehatan tahun 2007 menunjukkan bahwa persentase penduduk yang terjangkit demam tifoid dibandingkan dengan seluruh penduduk (prevalensi) di Indonesia sebesar 1,6% . Dua belas provinsi mempunyai prevalensi di atas angka nasional, yaitu Provinsi NAD, Bengkulu, Jawa Barat, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawasi Selatan, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua. Provinsi NAD merupakan prevalensi tifoid tertinggi yaitu sebesar 2,96%. Setelah ditelusuri ternyata penyumbang terbesar berasal dari kabupaten Aceh Utara. Manifestasi KlinisSelang waktu antara masuknya bakteri ke dalam tubuh hingga munculnya gejala (masa inkubasi) berlangsung selama 8-14 hari, serta bergantung pada banyaknya bakteri yang masuk ke dalam tubuh.Pada minggu pertama, gejalanya menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya seperti demam (suhu tubuh meningkat terutama sore dan malam hari), sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare pada anak-anak, atau sembelit pada orang dewasa.Pada minggu kedua, gejala menjadi lebih jelas yaitu demam yang tinggi terus-menerus, nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih kotor, pembesaran hati dan limpa serta terasa nyeri bila diraba, perut kembung. Pemeriksaan DiagnostikDiagnosis tifus bisa dilakukan dengan melihat gejala klinis berupa demam, lemas, nyeri perut, susah buang air besar dan dengan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah pemeriksaan darah yang spesifik (seperti kultur kuman atau penganbilan atau pemisahan kuman, tes widal). KomplikasiDemam tifoid apabila tidak dideteksi dan diobati secara cepat dan tepat dapat menyebabkan komplikasi yang berujuang pada kematian, seperti perdarahan usus, kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopnemonia (peradangan paru), dan kelainan pada otak. PencegahanTerjadinya demam tifoid dan penularannya dapat dilakuan di antaranya dengan: pola makan sehat menjaga kebersihan rajin mencuci tangan Penatalaksanaan Medis1. Tirah baring atau bed rest2. Diit lunak atau diit padat rendah selulosa (pantang sayur dan buah-buahan), kecuali komplikasi pada intestinal3. Obat-obata. Antimikroba Kloramfenikol 4x500 mg sehari/IV Tiamfenikol 4x500 sehari oral Kotrimoksazol 2x2 tablet sehari oral (1 tablet= sulfametoksazol 400 mg+trimetoprim 80 mg) atau dosis yang sama IV, dilarutkan dalam 250 ml cairan infusb. Atipiretik seperlunyac. Vitamin B kompleks dan vitamin C4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas demam2.1.3. ISPA DefinisiInfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003). KlasifikasiKlasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah: a. ISPA ringan Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak.b. ISPA sedang ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.c. ISPA berat Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah. EtologiEtiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007). EpidemiologiInfeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak. Insidens menurut kelompok umur Balita diperkirakan 0,29 episode per anak/tahun di negara berkembang dan 0,05 episode per anak/tahun di negara maju. Ini menunjukkan bahwa terdapat 156 juta episode baru di dunia per tahun dimana 151 juta episode (96,7%) terjadi di negara berkembang. Kasus terbanyak terjadi di India (43 juta), China (21 juta) dan Pakistan (10juta) dan Bangladesh, Indonesia, Nigeria masing-masing 6 juta episode. Dari semua kasus yang terjadi di masyarakat, 7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. Episode batuk-pilek pada Balita di Indonesia diperkirakan 2-3 kali per tahun (Rudan et al Bulletin WHO 2008). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di Puskesmas (40%-60%) dan rumah sakit (15%-30%).Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada baduta (>35%), ISPA cenderung terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat pengeluaran rumah tangga yang rendah. Di Jawa Barat kejadian ISPA berada di angka 24,73%, untuk daerah Jawa Tengah sebesar 29,08. Faktor RisikoFaktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009):1. Faktor Demografi Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu: jenis kelamin, usia dan pendidikan.2. Faktor BiologisFaktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007): Status gizi dan faktor rumah3. Faktor polusiAdapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Lamsidi, 2003): Cerobong asap dan kebiasaan merokok4. Faktor timbulnya penyakit Manifestasi KlinisTanda dan gejala ISPA banyak bervariasi antara lain demam, pusing, malaise (lemas), anoreksia (tidak nafsu makan), vomitus (muntah), photophobia (takut cahaya), gelisah, batuk, keluar sekret, stridor (suara 17nafas), dyspnea (kesakitan bernafas), retraksi suprasternal (adanya tarikan dada), hipoksia (kurang oksigen), dan dapat berlanjut pada gagal nafas apabila tidak mendapat pertolongan dan mengakibatkan kematian. (Nelson, 2003). Pemeriksaan Diagnostik1. Pemeriksaan darah lengkap yaitu Hb, leukosit, hematokrit dan trombosit.2. Foto rongen: thorax. KomplikasiApabila infeksi menjalar ke saluran pernafasan bawah atau bronkus dapat menimbulkan bronchitis, penyebaran lebih lanjut ke jaringan paru dapat menyebabkan pneumonia, infeksi dapat juga menyebar ke telinga bagian tengah yang menyebabkan otitis media, dan sinusitis. PencegahanMenurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain: Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik Imunisasi Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA Penatalaksanaan MedisPenemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan 19program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA).Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer & Bare, 2002):a. Pemeriksaanb. Klasifikasi ISPAc. Pengobatand. Perawatan di rumah

2.1.4. OMA DefinisiOtitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid.Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah (Buchman, 2003). Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak pada membran timpani atau bulging, mobilitas yang terhad pada membran timpani, terdapat cairan di belakang membran timpani, dan otore (Kerschner, 2007). KlasifikasiOtitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif, di mana masing-masing memiliki bentuk yang akut dan kronis. Selain itu, juga terdapat jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa, otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva (Djaafar, 2007). Etologi1. BakteriBakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumonia (40%), diikuti oleh Haemophilus influenza (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%)2. Virus Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya (Kerschner, 2007). EpidemiologiOtitis media padaanak-anak sering kali disertai dengan infeksi pada saluranpernapasanatas. pada penelitian Zackzouk dan kawan-kawan di Arab Saudi tahun 2001 terhadap 112pasien infeksi saluran pernapasan atas (6-35 bulan), didapatkan 30% mengalami otitis mediaakit dan 8% sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis berusia 1 tahun sekitar62%, sedangkan anak-anakberusia 3 tahunsekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan75% anak mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampirsetengah dari mereka mengalami tiga kali atau lebih. Insiden Otitis Media Akut (OMA)tertinggi terjadi pada usia 2 tahun pertama kehidupan, dan yang kedua pada waktu berusia 5tahun bersamaan dengan anak masuk sekolah.Puncak usia anak mengalami otitis Media Akut (OMA) di dapatkan pertengahan tahunpertama sekolah, di Swedia mendapatkan 16.611 anak penderita Otitis Media Akut (OMA)dan didapatkan usia 7 tahun dengan prevalensi terbanyak. resiko kekambuhan otitis mediaterjadi pada beberapa faktor, antara lain usia < 5 tahun, otitis prone (pasien yang mengalamiotitis pertama kali pada usia < 6 bulan, 3 kali dalam 6 bulan terakhir), infeksi pernapasan,perokok dan laki-laki. Faktor RisikoFaktor risiko terjadinya otitis media adalah umur, jenis kelamin, ras, faktor genetik, status sosioekonomi serta lingkungan, asupan air susu ibu (ASI) atau susu formula, lingkungan merokok, kontak dengan anak lain, abnormalitas kraniofasialis kongenital, status imunologi, infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas, disfungsi tuba Eustachius, inmatur tuba Eustachius dan lain-lain (Kerschner, 2007). Manifestasi KlinisGejala klinis OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga, di samping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak Universitas Sumatera Utarayang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri, terdapat gangguan pendengaran berupa rasa penuh di telinga atau rasa kurang mendengar. Pada bayi dan anak kecil, gejala khas OMA adalah suhu tubuh tinggi dapat mencapai 39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi ruptur membran timpani, maka sekret mengalir ke liang telinga, suhu tubuh turun dan anak tidur tenang (Djaafar, 2007). KomplikasiSebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada otitis media supuratif kronik. Mengikut Shambough (2003) dalam Djaafar (2005), komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani, mastoiditis akut, paresis nervus fasialis, labirinitis, petrositis), ekstratemporal (abses subperiosteal), dan intracranial (abses otak, tromboflebitis). PencegahanTerdapat beberapa hal yang dapat mencegah terjadinya OMA. Mencegah ISPA pada bayi dan anak-anak, menangani ISPA dengan pengobatan adekuat, menganjurkan pemberian ASI minimal enam bulan, menghindarkan pajanan terhadap lingkungan merokok, dan lain-lain (Kerschner, 2007). Penatalaksanaan MedisPengobatanPenatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik (Titisari, 2005).PembedahanTerdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi (Buchman, 2003).

2.1.5. Maag DefinisiPenyakit lambung, sering disebut juga sakit maag adalah yang diakibatkan oleh kelebihan asam lambung, sehingga dinding lambung lama-lama tidak kuat menahan asam lambung tadi sehingga timbul rasa sakit yang sangat mengganggu si penderita.Maag sendiri merupakan kosa kata Belanda yang berarti lambung, yang kemudian di Indonesiakan menjadi maag yaitu sakit pada lambung. Umumnya penyakit ini sering terjadi pada orang bergolongan darah O. Penyakit ini berupa peradangan selaput lendir (mukosa) lambung (gastritis) atau luka mukosa lambung (gastric ulcer) yang dikenal dengan istilah tukak lambung (ulcus pepticum). Lambung dalam keadaan sakit terdapat borok-borok pada mukosa lambung. Borok terjadi akibat tidak seimbangnya sekresi asam lambung-pepsin dan mukus yaitu produk kelenjar pada mukosa lambung yang berfungsi sebagai benteng bagi lapisan mukosa lambung. Karena lambung terletak di rongga perut bagian atas agak ke kiri (ulu hati), maka penderita biasanya mengeluh sakit di bagian itu (Abdullah, 2008). KlasifikasiKondisi yang timbul mendadak atau sakit mag (akut) umumnya berlangsung singkat. Sedangkan gejala atau kondisi yang kadang timbul secara menahun (kronis), di mana tidak diketahui secara pasti dengan jelas penyebabnya.1. Grastritis akut Grastritis akut adalah inflamasi akut dari lambung, biasanya terbatas pada muklosa. Grastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya.2. Gastritis kronisTerjadinya infiltrasi sel radang yang terjadi pada lamina propria, daerah epitelial atau pada kedua daerah tersebut terutama terdiri atas limfosit dan sel plasma disebut gastritis kronis. Peningkatan aktifitas gastritis kronis ditandai dengan kehadiran granulosit netrofil pada daerah tersebut. EtologiPenyebab penyakit pada lambung adalah zat yang dapat menginhibisi sekresi asam lambung. Misalnya zat kimia Histamin dan Anti Inflamasi non steroid. Kerja berat, pikiran tegang, tidak tenang, atau kurang tidur juga menyebabkan kadar asam lambung yang tinggi. Sering terlambat makan, kebiasaan minum obat yang bersifat asam saat perut kosong, minum minuman beralkohol, dan mengisap rokok berlebihan juga dapat menjadi penyebab penyakit ini. Demikian pula dengan infeksi bakteri Helicobacter pylory yang dapat menyerbu lapisan sub mukosa lambung. Manifestasi KlinisTanda-tandanya penyakit maag adalah berasa tidak nyaman, sakit di ulu hati, mual, muntah, kembung, cepat kenyang dan nafsu makan berkurang. Pada kasus tertentu, ciri-cirinya di bagian perut hingga terasa menusuk ke belakang, di malam hari, atau rasanya nyeri sempat datang dan pergi, misalnya setelah makan sedikit, rasa nyeri hilang, tapi sebentar kemudian kambuh lagi. Selain itu maag bisa juga menyebabkan luka di kerongkongan, diiringi panas yang terasa membakar naik, mulut pahit dan sering bersendawa. Sering muntah agak asam, suhu badan naik, muka pucat, nafsu makan kurang, kalau sedang kosong perut terasa sakit, pedih, dan sesak pada bagian atas, ulu hati sakit hingga kadang-kadang membuat kita terbangun di tengah malam, buang hajat tidak teratur, terkadang sembelit atau mencret. Ini disebabkan terlalu banyak mengonsumsi lemak dan sedikit serat. PencegahanMemperbaiki pola makan memberi kontribusi penyembuhan penyakit maag yang sangat baik. Makanan yang mudah dicerna, nasi lembut, banyak makan makanan berserat dan tidak merangsang atau tidak terlalu pedas adalah salah satu pola yang baik dalam penyembuhan sakit maag. Hindari stres, karena stres menyebabkan asam lambung meningkat sehingga terjadilah penyakit maag. Penatalaksanaan MedisBerdasarkan penyebab penyakit lambung di atas, penyembuhannya dilakukan dengan menetralkan asam lambung, mengurangi produksi asam lambung, mengobati infeksi pada selaput lender lambung, dan mengurangi rasa sakit akibat iritasi selaput lender atau kekejangan otot dinding lambung. Obatnya adalah antacid, antihistamin, antikolinergik, demulcent (dapat mengurangi iritasi lokal pada tukak lambung, dan secara fisik melindungi sel-sel di bawahnya terhadap kontak dengan iritan dari luar). Khusus untuk sakit lambung karena infeksi bakteri H. Poly pengobatannya menggunakan antibiotika. Penyembuhannya juga harus memperbaiki pola makan yang baik misalnya penderita dianjurkan untuk makan dalam jumlah sedikit tetapi sering.

2.1.6. Sinusitis DefinisiSinusitis merupakan suatu proses peradangan pada mukosa atau selaput lendir sinus paranasal. Akibat peradangan ini dapat menyebabkan pembentukan cairan atau kerusakan tulang di bawahnya., terutama pada daerah fossa kanina dan menyebabkan sekret purulen, nafas bau, post nasal drip.Sinusitis adalah inflamasi mukosa sinus. Penyebab utamanya adalah selesma (common cold) yang merupakan infeksi virus, yang selanjutnya dapat diikuti oleh infeksi bakteri. KlasifikasiSecara klinis sinusitis dapat dikategorikan sebagai sinusitis akut bila gejalanya berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu, sinusitis subakut bila gejala berlangsung 4 sampai 8 minggu sedangkan kronis berlangsung lebih dari 2 bulan. Sebenarnya klasifikasi yang tepat ialah berdasarkan pemeriksaan histopatologik, akan tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dikerjakan EtologiInfeksi virus, bakteri atau jamur dari traktus respiratori atas lokasi lintasan udara pada hidung, faring, sinus-sinus dan tenggorokan terbasuk infeksi virus yang menyebabkan common cold, dapat berperan penting menjadi sinusitis. Jika infeksi seperti cold inflames dan membrane mukosa hidung bengkak,pembengkakan membrane dapat menyebabkan obtruksi sinus sehingga cairan mukosa tidak dapat keluar. Karena saluran pembuang tertutup, sehingga tercipta lingkungan yang mana bakteri dan virus terperangkap pada sinus dan berkembang biak. EpidemiologiAngka kejadian sinusitis sulit diperkirakan secara tepat karena tidak ada batasan yang jelas mengenai sinusitis. Dewasa lebih sering terserang sinusitis dibandingkan anak. Hal ini karena sering terjadinya infeksi saluran nafas atas pada dewasa yang berhubungan dengan terjadinya sinusitis. Faktor RisikoKondisi lain yang menyebabkan berkembangnya obstruksi sinus dan rentan menjadi sinusitis adalah: Alergi. Inflamasi yang terjadi bersama alergi mungkin memblok sinus. Deviasi septum nasi. Hal ini akan membatasi atau memblok aliran sinus, menciptakan lingkungan untuk infeksi. Polip nasal. Pertumbuhan jaringan lunak ini mungkin membatasi aliran nasal, memperlambat drainase dan memudahkan infeksi berkembang. Kondisi sakit yang lain. Penderita cystic fibrosis atau HIV dan penyakit defisiensi imun.

2.2. Konsep Asuhan Kluarga2.2.1. Definisi KeluargaMenurut Friedman (1998) itra (2004) hal 5, keluarga adalah dua atau lebih orang bergabung karena ikatan tertentu untuk membagi pengalaman dan pendekatan emosional dan mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.Menurut G Bailon dan Aracelis Maglaya (1989) itra (2004) hal 4, keluarga adalah dua atau lebih orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga berinteraksi dengan yang lain dan di dalam peranannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarha merupakan unit terkecil masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih, adanya hubungan dengan ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam suatu rumah tangga.2.2.2. Tipe Keluargaa. Keluarga IntiKeluarga inti, yang terdiri dari suami, seorang ibu rumah tangga, dan anak-anak yang pada 1950-an dan 1960-an hanya 8 persen dari seluruh rumah tangga (Fields, 2001a). Hanya 52% anak-anak Amerika hidup dalam keluarga inti tradisional saat ini. Persentase anak-anak yang tinggal di keluarga inti bervariasi sesuai dengan ras dan etnis.Dua variasi dalam keluarga inti: penghasil ganda/karir ganda dan keluarga tak punya anak. Keluarga angkat dan jenis lain dari keluarga inti tercatat dalam literatur sebagai keadaan dan kebutuhan khusus.b. Keluarga AngkatAdopsi adalah cara lain untuk membentuk sebuah keluarga. Dengan mentransfer secara hukum tanggung jawab orang tua kandung ke orang tua adopsi. Orang tua angkat dapat berbagi pengasuhan dan cinta mereka dengan anak angkat mereka, sementara anak-anak yang diadopsi diberikan sebuah keluarga yang sangat menginginkan mereka. Jenis lain dari adopsi melalui technolgy. Keluarga angkat baru akan dibuat ketika anak-anak yang diadopsi dicocokkan untuk warisan genetik yang sama, anak-anak lahir dari orang tua pengganti, dan anak-anak yang lahir dari embrio kloning.

c. Keluarga AsuhAsuh adalah layanan kesejahteraan anak di mana anak-anak ditempatkan di rumah-rumah terpisah dari orang tua kandung mereka untuk memastikan keselamatan, emosional dan kesejahteraan fisik mereka. Anak-anak ditempatkan di panti asuhan ketika orang tua tidak peduli atau anak-anak mereka dianggap tidak layak. Dalam banyak kasus, penempatan bersifat sementara dan anak-anak kembali ke orang tua kandung. Masalah serius yang berkaitan dengan keluarga asuh adalah kesulitan dalam mencari panti asuhan yang baik. Penggantian orang tua asuh tidak memadai untuk perawatan anak dan pelayanan kesehatan dan kurangnya asuransi jaminan sosial bagi orang tua asuh yang disebut sebagai pembuat masalah genting panti asuhan (Barth. 2001).d. Keluarga BesarKeluarga besar tradisional adalah satu di mana beberapa susunan bagian rumah tangga terdiri dari orangtua, saudara, atau kerabat dekat lainnya. Jenis keluarga ini lebih sering pada kelas pekerja dan keluarga imigran baru. Keluarga besar, lebih luas didefinisikan oleh US Bureau of Census adalah sebuah rumah di mana anak hidup dengan setidaknya satu orang tua dan seseorang di luar keluarga inti, baik kerabat atau non kerabat.e. Keluarga Orang Tua TunggalKeluarga orang tua tunggal adalah sebuah rumah tangga hanya ada satu orang tua, ibu (83 persen keluarga) atau ayah (17 persen keluarga) (US Bureau of sensus, 1998). Keluarga tradisional orang tua tunggal adalah di mana satu kepala keluarga adalah janda, bercerai, ditinggalkan, atau terpisah. Keluarga non tradisional orang tua tunggal adalah di mana satu kepala keluarga belum pernah menikah.f. Dewasa Lajang yang Tinggal SendiriJumlah orang yang hidup sendiri juga telah meningkat. Menurut Census 2000, jumlah orang Amerika yang tinggal sendiri bertambah hampir dua kali jumlah penduduk, catatan untuk 26 persen dari semua susunan hidup. Dominan wanita lansia hidup sendiri, namun peningkatan besar dalam hidup sendiri adalah di antara orang dewasa berusia 20-an dan 30-an. (Glick, 1998b; US Biro sensus, 2000c).

g. Keluarga Orang Tua TiriWalaupun perceraian semakin umum, kecenderungan ini telah disertai dengan tingginya tingkat pernikahan kembali. Pernikahan kembali digunakan untuk menyertakan beberapa jenis hubungan kedua pasangan mungkin dalam pernikahan kedua atau pernikahan tingkat tinggi atau pernikahan mungkin pernikahan ulang hanya salah satu mitra. (Coleman, Ganong, & Halus, 2001).Tingginya tingkat perkawinan ulang telah menghasilkan pertumbuhan dramatis dalam orang tua tiri atau keluarga campuran. Keluarga-keluarga ini juga dikenal sebagai "keluarga menikah lagi," di mana mungkin ada atau tidak anak-anak, dan "keluarga dibentuk kembali." Biasanya, jenis keluarga yang terdiri dari ibu, anak-anak kandungnya, dan ayah tirinya. Sekitar sepertiga dari anak-anak di AS akan hidup dalam keluarga atau orang tua tiri menikah lagi sebelum mereka mencapai usia dewasa. (Bumpass, Raley, & Sweet, 1995).h. Keluarga Berinti GandaKeluarga berinti ganda mengacu pada keluarga pasca bercerai di mana anak adalah anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri dari dua rumah tangga inti, ibu dan ayah, dengan berbagai tingkat kerjasama dan waktu yang dihabiskan di setiap rumah tangga (Ahrons & Perlmutter, 1982). Dengan gerakan menuju kesetaraan peran, meningkatkan partisipasi oleh beberapa ayah dalam mengasuh anak, dan meningkatnya kesadaran hilangnya menjadi orangtua dan konsekuensi negatif kepada anak-anak bila tidak ada kontak ayah, berbagai cara coparenting aktif telah muncul.Terjadi peningkatan perhatian yang diberikan kepada coparenting dan hak asuh bersama. Namun demikian, pengaturan keluarga ini hanya terlihat di antara sebagian kecil dari keluarga bercerai.i. Keluarga Non Perkawinan HeteroseksualAda pertumbuhan substansial dalam jumlah pasangan AS hidup bersama belum menikah (US Bureau of the Census, 2000; Koeninn 1997). Gelombang kohabitasi muncul pada tahun 1960 dan terus meningkat, dengan lebih dari 100 persen peningkatan nasional dalam jumlah kumpul kebo unit rumah tangga 1970-2000. Tren ini terus berlanjut. Di era sebelumnya, kohabitasi limite untuk orang yang sangat kaya, mereka di teater, dan sangat miskin. Tapi sekarang, kohabitasi telah menjadi bentuk keluarga nontradisional jauh lebih dapat diterima untuk orang dewasa muda sebelum dan di antara pernikahan. (Koeninn, 1997; Weiss, 1988).Bahkan, kohabitasi telah dipandang sebagai proses normatif yang mengarah ke pernikahan. Hal ini tidak hanya orang-orang muda yang hidup bersama tanpa menikah, orang tua dan janda pada orang yang bercerai juga sudah mulai hidup bersama, sering untuk persahabatan dan untuk berbagi sumber daya keuangan yang terbatas. (Goldenberg & Goldenberg, 2002)j. Keluarga Gay dan LesbianTidak ada konsekuensi mengenai apa yang merupakan keluarga gay dan lesbian. Allen dan Demo (1995), definisi yang disajikan di sini karena luas dan inklusi dari keragaman gay dan lesbian keluarga. Mereka berpendapat bahwa keluarga gay dan lesbian mengacu pada "kehadiran dua orang atau lebih yang berbagi orientasi sesama jenis, atau kehadiran setidaknya satu orang dewasa lesbian atau gay membesarkan seorang anak.

2.2.3. Teori Struktural-Fungsionala. Perspektif Teoritis yang Digunakan dalam BukuMenerapkan tiga model teoritis umum [teori struktural-fungsional (structural-functional theory), teori perkembangan (developmental theory), dan teori sistem umum (general systems theory)] beberapa teori rentang yang lebih menengah mendorong perawat keluarga untuk berlatih lebih holistik dan melakukan perawatan menyeluruh pada keluarga.Perspektif struktural-fungsional yang diterapkan untuk keluarga agar dapat bersifat komprehensif dan mampu mengakui interaksi penting antara keluarga dan lingkungan internal dan eksternal. Pendekatan sistem umum diterapkan pada keluarga juga diperlukan untuk menilai proses adaptasi dan komunikasi dalam keluarga. Teori perkembangan keluarga dan sistem yang diperlukan untuk memandu praktek karena struktural-analisis fungsional cenderung untuk menyajikan pandangan statis dari keluarga, sedangkan teori sistem baik perkembangan dan umum menangani perubahan dari waktu ke waktu yang lebih baik. Selain itu, sebuah perspektif struktural-fungsional sedikit menjelaskan tentang pentingnya pertumbuhan, perubahan, dan ketidakseimbangan dalam keluarga, sementara teori sistem umum menjelaskan proses ini lebih lengkap dan meyakinkan. b. Pendekatan Struktural - FungsionalKerangka struktural-fungsional adalah kerangka utama teoritis acuan dalam sosiologi (Leslie & Korman, 1989; Smith, 1995), khususnya di bidang keluarga dan sosiologi medis. Diterapkan pada keluarga, ruang lingkup kerangka kerja sangat luas. Keluarga dipandang sebagai sistem sosial yang terbuka dan sebagai subsistem dalam masyarakat untuk reproduksi dan sosialisasi anak-anak serta stabilisasi kepribadian dewasa (Doherty, Boss, LaRossa, Schumm & Steinmetz, 1993).Menurut Eshleman (1974), pendekatan struktural-fungsional berawal pada cabang fungsionalis psikologi (khususnya psikologi Gestalt), dalam antropologi sosial (seperti yang diperagakan dalam tulisan-tulisan Malinowski dan Radcliffe - Brown), dan dalam sosiologi (terutama dijelaskan oleh teori sistem sosial seperti Parsons).Sebagian besar literatur sosiologis yang berlaku untuk pendekatan struktural-fungsional untuk keluarga yang menggunakan pendekatan yang lebih makroskopik, melihat keluarga sebagai subsistem dari pesanan masyarakat. Dari perspektif ini, struktural-fungsionalisme dapat dianggap bentuk paling awal dari teori sistem (Broderick, 1993). Asumsi-asumsi umum yang dibuat adalah sebagai berikut (Leslie & Korman, 1989; Parsons & Bales, 1955):1. Keluarga adalah sebuah sistem sosial dengan kebutuhan fungsional.2. Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki fitur genetik tertentu umumnya untuk semua kelompok-kelompok kecil.3. Keluarga sebagai sistem sosial yang memiliki fungsi dalam melayani individu dan masyarakat.4. Individu bertindak sesuai dengan norma dan nilai-nilai internal yang dipelajari terutama dalam keluarga melalui sosialisasi.Studi keluarga menggunakan perspektif struktural-fungsional telah menunjukkan bahwa ekonomi dan teknologi sangat penting sebagai penentu struktur dan fungsi keluarga. Selain itu, perubahan ideologi dan budaya yang terkait dengan individualisme, otonomi, dan peran gender yang sangat penting dalam memahami pengaturan struktural dan dinamika keluarga (Smith, 1995).c. Konsep StrukturPendekatan struktural-fungsional menganalisis karakteristik struktural susunan keluarga, bagian-bagian yang membentuk keseluruhan, dan fungsi untuk masyarakat dan subsistemnya. Struktur keluarga mengacu pada bagaimana keluarga diorganisasikan, cara menyusun unit, dan bagaimana unit-unit ini berhubungan satu sama lain. Dimensi atau definisi, konsep ini tentang struktur keluarga bervariasi. Beberapa struktur teori dasar pada jenis bentuk keluarga (misalnya, nuklir dibandingkan diperpanjang), tipe struktur kekuasaan (misalnya, matriarki dibandingkan patriarki), atau pola perkawinan (misalnya, eksogami dibandingkan endogami) (Eshleman, 1974). Cara lain untuk melihat struktur keluarga adalah dengan menggambarkan subsistem sebagai dimensi struktural (Minuchin, 1974).Parad dan Caplan (1965), dalam menganalisis sebuah keluarga di bawah tekanan (stress), telah mengidentifikasi tiga dimensi struktural, yang mereka sebut sebagai gaya hidup keluarga. Dimensi struktural keempat telah ditambahkan dalam kekuasaan elemen struktural dan pengambilan-pengambilan struktur Parad dan Caplan. Untuk mengulang, kemudian, empat dimensi struktural dasar yang dimasukkan di bawah struktur keluarga dan yang diuraikan di dalam bab-bab terpisah, yaitu:1. Struktur peran2. Struktur nilai3. Proses komunikasi4. Struktur pembuatan kekuasaan (power) dan keputusanSemua unsur-unsur ini saling terkait erat dan berinteraksi. Ketika salah satu aspek dari struktur internal keluarga dipengaruhi oleh masukan (input) dari lingkungan eksternal, maka pengolahan masukan ini dalam sistem keluarga juga akan mempengaruhi dimensi struktural lainnya. Keterkaitan dan ketergantungan keluarga terlihat ketika seorang profesional perawatan kesehatan keluarga mengamati bagaimana perilaku keluarga tertentu sering menjadi indikator kekuatan atau disfungsi dalam beberapa atau semua elemen struktural dalam keluarga.Struktur keluarga akhirnya dievaluasi oleh seberapa baik keluarga mampu memenuhi fungsi keluarganya, karena tujuannya penting untuk anggota keluarganya sendiri dan masyarakat. Struktur keluarga berfungsi untuk memfasilitasi pencapaian fungsi keluarga, karena konservasi dan alokasi sumber daya adalah tugas utama untuk struktur keluarga. Karena hubungan yang penting ini, fungsi harus dilihat bersama-sama dengan struktur keluarga.

2.2.4. Fungsi Keluarga2.2.4.1. Konsep Fungsi KeluargaFungsi keluarga biasa didefinisikan sebagai hasil atau konsekuensi dari struktur sebuah keluarga. Institusi sosial ada karena untuk menyediakan nilai dan fungsi bagi anggotanya dan masyarakatyang merupakan bagian dari institusi tersebut. Fungsi dasar dari keluarga adalah untuk menemukan kebutuhan masing-masing individu dalam keluarga atau yang lebih luas lagi yaitu masyarakat. Fungsi vital dari sebuah keluarga adalah melahirkan anggota keluarga baru (fungsi reproduksi) dan melatih masing-masing individu dalam keluarga untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat (fungsi sosialisasi) (Kingsburg&Scanzoni, 1993)Lima fungsi keluarga yang sering muncul ketika proses pengkajian dan intervensi dengan keluarga:a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan personal)Fungsi afektif adalah dasar utama bagi pembentukan dan keberlanjutan keluarga dan ini menggantikan satu fungsi utama di dalam keluarga. Ketika banyak pekerjaan yang dilakukan di luar rumah, banyak usaha yang dilakukan oleh setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga untuk meningkatkan kassih sayang dan pemahaman satu sama lain. Fungsi ini akan membentuk kepribadian orang-orang dewasa dan menemukan kebutuhan psikologis anggota keluarga.b. Fungsi sosialisasi Inti dari fungsi sosialisasi adalah membentuk anak-anak menjadi individu yang mampu berpartisipasi dalam lingkungan dan masyarakat.Sosialisasi dalam keluarga merupakan hal yang umum. Ini bertujuan untuk belajar dari pengalaman yang ada dalam keluarga untuk mengajarkan pada anak-anak bagaimana peran seorang ayah dan ibu. c. Fungsi ReproduksiSalah satu fungsi utama keluarga adalah memastikan keberlanjutan generasi dalam keluarga. Dahulu pernikahan dan keluarga dibentuk untuk mengatur dan mengontrol perilaku seksual. Aspek ini (mengatur dan megontrol perilaku seksual, kontrasepsi dan reproduksi) saat ini fungsinya menjadi kurang penting dalam keluarga. Sampai saat ini reproduksi merupakan fungsi utama dari sebuah keluarga.d. Fungsi Perawatan KesehatanFungsi fisik dari keluarga ditemukan dengan kemampuan orang tua menyediakan makan, pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan dan menjaga dari serangan yang berbahaya. Perawatan kesehatan (yang dipengaruhi oleh status kesehatan anggota keluarga) adalah fungsi yang paling relevan untuk perawat keluarga.e. Fungsi EkonomiFungsi ekonomi meliputi usaha-usaha yang dilakuakan oleh keluarga untuk mencukupi kebutuhan (keuangan, ruangan, dan barang-barang kebutuhan) dan proses pembuatan keputusan mengenai ketepatan alokasinya. Pengkajian sumber-sumber ekonomi oleh perawat dengan sumber data yang relevan dari kemampuan keluarga untuk mengalokasikan dana dengan tepat dalam mencukupi kebutuhan seperti pakaian, makan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan secara adekuat. Karena fungsi ini dapat dikatakan sulit untuk keluarga yang kurang mampu untuk memenuhi kepuasannya, perawat keluarga harus dapat menerima tanggung jawab dalam membantu keluarga-keluarga tersebut untuk mendapatkan sumber yang tepat dimana mereka bisa mengamankan informasi yang dibutuhkan, pekerjaan, bimbingan vokasional, dan bantuan keuangan.2.2.4.2. Perubahan pada Fungsi KeluargaFungsi yang dibawa keluarga untuk masyarakat selalu berubah setiap waktu. Fungsi khusus telah berubah sebagai akibat dari perubahan sosial dan ekonomi. Jika satu keluarga menilai keluarga di Amerika seperti yang ada sebelum industrialisasi-ketika kehidupan bertani dan budaya sangat mendominassi dan membandingkan keluarga selama periode tersebut dengan keluarga yang saat ini memberikan efek yang sangat besar pada fungsi keluarga yang menjadi sangat nyata. Terbukti bahwa industrialisasi, urbanisasi dan dan kemajuan teknologi telah memaksa keluarga maupun institusi di masyarakat untuk menerima keadaan tersebut. Dalam perubahan di fungsi keluarga nilai keluarga dan peralihan waktu dari transisi fungsi keluarga telah diubah secara terang-terangan. Dalam menjelaskan transfer dari fungsi keluarga kepada institusi-institusi sosial, Demos (1970) menjelaskan bahwa keluarga pada masa pre industrial mendapatkan fasilitas workshop gereja panti asuhan , sekolah, dan rumah sakit jiwa. Mengingat urbanisasi karakter yang adil dari kehidupan publik, orang sering melihat keluarga mereka untuk penyemangat dan dukungan daripada masa sebelumnya.

2.2.5. Tugas Perkembangan KeluargaTiap individu memiliki tugas perkembangan yang harus mereka capai untuk memenuhi semua tahapan perkembangan dan agar semua tahapan perkembangan berhasil dilewati. Tiap tahapan perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan yang spesifik atau peranan yang diharapkan. Tugas perkembangan keluarga menunjukkan untuk pertumbuhan yang responsibilitas yang harus mereka capai dengan melewati tiap-tiap tahap perkembangan. Tahap-tahap perkembangan yang harus mereka lewati adalah : a) ketentuan biologi, b) budaya (yang sangat penting) dan c) aspirasi-aspirasi mereka sendiri dan nilai-nilai (Duvall, 1997; Klein dan White, 1996).Tugas perkembangan keluarga termasuk tugas atau peranan spesifik yang diharapkan untuk tiap tahapan yang harus memenuhi lima fungsi dasar keluarga, yaitu:1) Fungsi yang afektif ( fungsi yang mempertahankan kepribadian)2) Sosialisasi dan fungsi penempatan sosial3) Fungsi pemeliharaan kesehatan dimana dalam hal ini adalah ketentuan dan pembagian kebutuhan fisik 4) Pemeliharaan kesehatan dan,5) fungsi ekonomi.

2.2.6. Keadaan Sosial yang Mengubah Kasih Sayang KeluargaPerubahan sosial baru-baru ini dan yang sedang terjadi mengubah kehidupan keluarga secara drastis. Bukti yang ditemukan dan perubahan besar pada keluarga di Amerika berasal dari data demografi primer yang dikumpulkan oleh, U.S. Bureau of the Census. Beberapa data yang ditemukan adalah sebagai berikut.a. Tren ekonomiTren ekonimi yang paling jelas terjadi baru-baru ini adalah peningkatan biaya pada semua aspek kehidupan keluarga. Tren ekonomi yang terjadi di U.S baru-baru ini adalah adanya perbedaan yang sangat besar antara keluarga miskin dan keluarga kaya. Kemiskinan menjadi lebih besar pada keluarga berkulit hitam dan Hispanik, dan juga lebih tinggi pada keluarga imigran, anak-anak dan keluarga kelas pekerja,b. Kemajuan TeknologiDi bawah kemajuan teknologi termasuk ledakan pengetahuan; peningkatan kemampuan untuk memperpanjang hidup; polusi lingkungan (air, udara, makanan dan bunyi) dan ;protes lingkungan ; penggunakan energi nuklir elektronik, otomatisasi ; kemajuan kontrol kelahiran; dan revolusi bioteknologi, secara otomatis membuat perubahan besar pada kehidupan keluarga.c. Tren DemografiDemografi yang utama dan karakteristik umum populasi mempengaruhi tipe pelayanan wajib keluarga dan untuk siapa pelayanan ini seharusnya di targetkan.Percepatan Pertumbuhan PopulasiDiprediksikan pertumbuhan populasi di U.S. akan merosot, tetapi itu tidak terduga.Pertambahan PopulasiPertambahan populasi akan memberikan dampak besar pada keluarga dan pada pelayanan kesehatan. Jumlah dari orang-orang yang cacat dan mempunyai penyakit kronik, akan memiliki dampak signifikan pada keluarga mereka.d. Tren Sosiokulturan: Perubahan Rasial dan Percampuran EtnikPerubahan dramatik juga terjadi pada rasial atau etnik potrait di U.S. Pertumbuhan dia Afrika-Amerika seharusnya sedikit lebih tinggi angka fertilitasnya, sementara pertumbuhan di Asian lebih tinggi pada tingkat imigrasinya. Pada tahun 2000 estimasi populasi kelahiran-orang asing mencapai 30 ribu di U.S. Itu merupakan 10% dari populasi di U.S. Sedangkan yang mempengaruhi tingkat imigrasi di Asia adalah bagaimana konsentrasi mereka yang berkumpul pada kota besar dan di seluruh bagian U.S. seperti di Los Angeles dan New York. e. Perubahan pada KeluargaDecline in Household SizePenurunan yang terjadi pada keluarga dan kehidupan berumah tangga adalah pokok utama pada tren demografi. Penundaan Pernikahan dan Penurunan Jumlah Pernikahan Presentase wanita yang pernah menikah pada umur 20 sampai 24 tahun menurun kira-kira dengan jumlah 32% diantara tahun 1975 dan 1998 untuk kulit putih dan African-American. Hal-hal yang menyebabkan tingginya angka untuk menunda pernikahan adalah banyak wanita yang bekerja, banyak pasangan muda yang tinggal bersama sebelum mereka menikah, dan banyak pula dewasa muda yang bersekolah dalam waktu yang lama. Tingginya Jumlah PerceraianTingginya angka perceraian dimulai pada tahun 1940 sampai 1998. Peningkatan ini khususnya bertambah banyak pada tahun 1970. Tetapi hal ini menurun pada tahun 1980. 50% mereka yang menikah berakhir dengan perceraian. Rendahnya Jumlah Pernikahan KembaliDinyatakan bahwa penurunan presentasi pihak wanita menikah kembali setelah perceraian. Hal ini tidak sesuai untuk pihak pria, karena pihak pria yang menikah kembali lebih banyak daripada pihak wanita. Sekitar 70% dari wanita kulit putih menikah kembali pada umur 40 sampai 40 tahun, sementara 50 sampai 54% dari wanita African-American dan Hispanik menikah lagi pada umur 40 sampai 44 tahun.Peningkatan Angka Kelahiran Pertama pada Ibu TuaBerdasarkan laporan dari National Center for Health Statictics menunjukan pada tahun 1948 peningkatan signifikan dari angkat kelahiran pertama pada Ibu Tua pada umur 30 sampai 34 tahun dan khusunya pada umur 35 sampai 39 tahun. Wanita cenderung diedukasi lebih baik dan selama dia hamil dia menerima prenatal care. Peningkatan dramatis pada kelahiran pertama diantara wanita tua memberi kecenderungan hasil tren demografi yang lain. Peningkatan Rencana Kehidupan Masa Kanak-Kanak dan Single Parents FamilyPeningkatan presentase anak (sekitar 25%) mengalami perubahan rencana pada susunan hidup-sebuah situasi yang mempengaruhi saran untuk kebaikan anak. Perubahan tersebut termasuk tingkat perbedaan rencana kehidupan seperti hidup dengan kedua orang tua, orang tua kandung dan orang tua tiri, single parent dan lain-lain. Keluarga single parent secara signifikan mengalami peningkatan. Perubahan Norma GenderSejak tahun 1980-an, beberapa studies dan penulis feminist mengalamatkan isu dari femininity dan masculinity dan dampak mereka terhadap kekuatan keluarga dan peran dalam hubungan. Gender dalam hubungan berdasarkan pada kekuatan, perbedaan kekuatan yang jelas terdapat pada lelaki. Wanita menjadi edukator, bekerja di luar rumah dan berperan sebagai provider, bagaimana pun peran mereka dalam keluarga meningkat dan norma mengenai peran wanita dan laki-laki di keluarga berubah.Peningkatan Wanita KarirWanita karir memiliki pengaruh pada keluarga. Disisi lain itu memberikan keluarga standar kehidupan yang lebih tinggi. Wanita yang bekerja mempunyai waktu yang lebih sedikit untuk anggota keluarga. Peningkatan Keluarga HeterogenikTidak pernah terekam dalam sejarah adanya ketenangan pada keluarga heterogenik, dilihat dari adanya multiple sikap, kebiasaan, nilai dan gaya hidup yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zulkifli., Bahar, Asril. 2009. Ilmu Penyakit Dalam: Tuberkulosis Paru. Jilid III. Ed V. Jakarta : Interna Publishing.Dorland, W. A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC.Friedman, M. 2003. Family Nursing: Research, Theory & Practice. Philadelphis: Prentice HallGani, A. 2014. Bab 2: Tinjauan Pustaka. Online. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39684/4/Chapter%20II.pdf. [Accessed, 30 Oktober 2014].Jannah, M. 2011. Maag, Bab 2: Landasan Teori. Online. Available from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27475/3/Chapter%20II.pdf. [Accessed, 30 Oktober 2014].Laboratorium Klinik Prodia. Demam Tifoid (Penyakit Tifus). Online. Available from: http://prodia.co.id/penyakit-dan-diagnosa/demam-tifoid-penyakit-tifus/pdf. [Accessed, 30 Oktober 2014].Manaf, Abdul., dkk. 2007. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Derkes RI.Novak, Patricia . 2012. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Ed 28. Jakarta : EGC.Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Online. Available from: http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf. [Accessed, 30 Oktober 2014].Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit. Vol 2. Ed 6. Jakarta: EGC.Siew, TH. 2011. OMA, Bab 2: Tinjauan Pustaka. Online. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25640/4/Chapter%20II.pdf. [Accessed, 30 Oktober 2014].Ukhrowi, U. 2011. Bab 1: Pendahuluan. Online. Available from: http://eprints.undip.ac.id/33870/2/Bab_1.pdf. [Accessed, 30 Oktober 2014].UNIMUS. ISPA, Bab 2: Tinjauan Pustaka. Online. Available from: http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nurhadig2a-6164-2-babii.pdf. [Accessed, 30 Oktober 2014].Yamin, SANBM. Bab 2: Tinjauan Pustaka. Online. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21490/3/Chapter%20II.pdf. [Accessed, 30 Oktober 2014].