BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

22
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang Gastritis 1. Definisi gastritis Gastritis adalah peradagan atau inflamasi pada mukosa lambung dengan faktor pencetus iritasi dan infeksi .gastritis sangat mengganggu kegiatan sehari-hari bagi penderita di kalangan semua usia (Saydam, 2011). Gastritis atau maag atau sakit uluh hati merupakan inflamasi didinding lambung.gangguan gastritis paling sering dijumpai pada peraktek sehari- hari karna diagnosanya didapatkan berdasarkan gejala klinis, penyakit ini banyak ditemukan timbul secara tiba-tiba yang menimbulkan gejala rasa mual dan muntah, nyeri, pendarahan, rasa lemas, dan nafsu makan menurun (J Majority, 2015). Gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang sifatnya akut, kronik difus, dan lokal dengan karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, nausea, dan vomitting (suratum,2010). Gastrium Akut merupakan peradangan pada permukaan mukosa lambung yang akut dengan terjadinya pengikisan pada permukaan lambung yang terjadi pada rentan waktu < 6 bulan .gastritis kronik

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Tentang Gastritis

1. Definisi gastritis

Gastritis adalah peradagan atau inflamasi pada mukosa lambung

dengan faktor pencetus iritasi dan infeksi .gastritis sangat mengganggu

kegiatan sehari-hari bagi penderita di kalangan semua usia (Saydam,

2011).

Gastritis atau maag atau sakit uluh hati merupakan inflamasi didinding

lambung.gangguan gastritis paling sering dijumpai pada peraktek sehari-

hari karna diagnosanya didapatkan berdasarkan gejala klinis, penyakit ini

banyak ditemukan timbul secara tiba-tiba yang menimbulkan gejala rasa

mual dan muntah, nyeri, pendarahan, rasa lemas, dan nafsu makan

menurun (J Majority, 2015).

Gastritis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung

yang sifatnya akut, kronik difus, dan lokal dengan karakteristik anoreksia,

rasa penuh, tidak enak pada epigastrium, nausea, dan vomitting

(suratum,2010).

Gastrium Akut merupakan peradangan pada permukaan mukosa

lambung yang akut dengan terjadinya pengikisan pada permukaan

lambung yang terjadi pada rentan waktu < 6 bulan .gastritis kronik

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

7

merupakan peradangan pada permukaan mukosa lambung yang bersifat

menahun atau > 6 bulan (Arif Muttaqin, 2011).

Gastritis adalah peradagan yang terjadi pada mukosa lambung.

Peradangan ini mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung hingga

terjadi pelepasan epitel mukosa superficial yang menjadi faktor pencetus

terjadinya gangguan saluran pencernaan dengan adanya pelepasan epitel

maka terjadi rangsangan yang menyebabkan terjadinya proses inflamasi

pada lambung (sukarmin, 2013).

Gastritis Merupakan peradangan lokal atau menyebar pada daerah

mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa

lambung dipenuhi dengan bakteri atau bahan yang mengiritasi lambung.

Gastritis merupakan peradangan pada mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik, dan lokal yang disebabkan oleh makanan, bakteri, stress, zat kimia,

dan obat-obatan (Nian Afrian Nuari, 2015).

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah

suatu peradagan yang terjadi pada mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik, difus dan lokal yang diakibatkan oleh makanan, infeksi bakteri,

stress, zat kimia, obat-obatan yang dikonsumsi, dan bahan iritan lainnya

yang menyebabkan peradangan pada mukosa lambung atau perlukaan

yang menyebabkan erosi pada lapisan lambung dengan manifestasi klinik

anoreksia, rasah penuh, tidak enak pada epigastrium, nausea, dan

vomiting.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

8

2. Jenis Gastritis

a. Gastritis akut, merupakan peradagan pada mukosa lambung yang

menimbulkan erosi dan pendaragan mukosa lambung yang terpapar zat

iritan, dan erosi tidak mengenai lapisan otot lambung

b. Gastritis kronik, adalah gastritis yang terkait dengan atropi mukosa

gastrik sehinggaproduksi HCI menurun dan menimbulkan achlorhydria

dan ulserasi peptic. Gastritis kronik memiliki dua tipe yang dapat

menandakan bahwa pasien sudah masuk dalam kategori gastritis

kronik yaitu :

1) Tipe A, merupakan gastritis autoimun., dimana adanya antibody

terhadap sel pariental menimbulkan reaksi peradangan yang pada

akhirnya dapat menimbulkan atropi mukosa lambung. Ada terdapat

95% pasien dengan anemia pernisiosa dan 60% pasien dengan

gastritis atropi kronik memiliki antibody terhadap sal pariental. Biasa

kondisi ini merupakan terjadinya Ca lambung pada fundus atau

korpus.

2) Tipe B, merupakan gastritis yang diakibatkan oleh infeksi helicobacter

pylori. Terdapat inflamasi yang difuse pada lapisan mukosa sampai

muskularis, sehingga sering menyebabkan pendarahan dan erosi yang

sering mengenai antrum (Price, 2009)

3. Manifestasi klinik gastritis

Manifestasi klinik gastritis bermacam-macam mulai dari keluhan

ringan sampai adanya pendarahan saluran cerna bagian atas ada beberapa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

9

pasien tidak menimbulkan gejala yang khas, manifestasi gastritis akut dan

kronik hampir sama yaitu :

a. Anoreksia

b. Rasa penuh

c. Nyeri pada epigastrium

d. Nausea dan vomiting

e. Sendawa

f. Hematemesis

4. Etiologi gastritis

a. Infeksi oleh bakteri helicobacter pilori, eschericia coli, salmonella.

b. Makanan dan minuman yang bersifat iritan, makanan berbumbu dan

minuman yang mengandung kafein merupakan agen-agen iritasi

mukosa lambung.

c. Konsumsi obat-obatan kimia (asetaminofen, aspirin, steroid

kortikosteroid, asetaminofen, dan kortikoteroid) yang dapat

mengakibatkan iritasi pada mukosa lambung.

d. Terapi radiasi, refluk empedu, zat-zat korosit(cuka dan lada) menjadi

penyebab kerusakan mukosa gaster,menimbulkan edema, dan

pendarahan.

e. Konsumsi alkohol, yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa

lambung

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

10

f. Stress fisik yang disebabkan oleh trauma, luka bakar, sepsis,

pembedahan, gagal nafas, gagal jantung, kerusakan susunan saraf

pusat, dan refluks usus lambung.

g. Infeksi virus sitomegalovirus

h. Infeksi jamur : candidiasis, histoplasmosis, dan phycomycosis

5. Pemeriksaan diagnostik

a. Darah lengkap, untuk mengetahui anemia.

b. Pemeriksaan serum vitamin B12, untuk mengetahui adanya defisiensi B12.

c. Analisa feses, untuk mengetahui adanya darah dalam feses.

d. Analisa gaster, untuk mengetahui kandungan HCI lambung, Achlorhidria

menggambarkan adanya gastritis atropi.

e. Test antibody serum, untuk mengetahui adanya antibody parietal dan

faktor instriksi lambung terhadap helicobacter pylori.

f. Endoscopy, biopsy dan pemeriksaan urin biasanya dilakukan bila ada

kecurigaan terhadap perkembangan ulkus peptikum.

g. Sitologi, untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung (Price,2009).

6. Komplikasi gastritis

a. Gastritis akut

Komplikasi akibat gastritis akut bisa saja terjadi jika kondisi ini

tidak cepat ditagani maka akan menyebabkan hematemesis melena.

Oleh sebab itu dibutuhkan penaganan segera untuk mencegah

tejadinya komplikasi

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

11

b. Gastritis kronik

Komplikasi pada gastritis kronik yaitu, pendarahan saluran cerna

bagian atas, perforasi, dan anemia pernisiosa (Price,2009).

7. Patofisiologi

Helicobacter Pylori Zat-zat Korosif Stress

Infeksi mukosa

lambung

Gangguan difus

barier mukosa

Stimulasi nervus vagus

Reflex enterik dinding

lambung

Hormon gastrin

Stimulasi sel pariental

Peningkatan asam

lambung

Iritasi mukosa

lambung

Peradangan

mukosa lambung Nyeri

Kompres hangat

Mengaktifkan system

perifer pada abdomen

Melepaskan

endorphin

Memblok

transmisi nyeri

Hipotalamus

Smeltzer 2008

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

12

8. Penatalaksanaan gastritis

Pasien yang mengalami nausea dan vomiting anjurkan untuk bedrest,

pemberian antiemetik, dan pasang infuse untuk mempertahankan

keseimbangan cairah dalam tubuh pasien. Pada kasus ini biasanya pasien

sembuh secara spontan, jika nausea dan vomiting berkelanjutan perlu

dipertimbangkan pemasangan ENG (naso gastrik tube), berikan antibody bila

dicurigai adanya infeksi helicobacter pylori, kombinasi dua atau tiga antibiotic

yang dapat diberikan untuk melumpuhkan helicobacter pylori (clarithromycin

dan amoksisilin) (Price,2009).

Jika sudah terjadi pendarahan yang diakibatkan oleh erosi mukosa

lambung maka perlu dilakukan transfusi darah untuk mengganti darah dan

suplai cairan dalam tubuh dan dilakukan lavage (bilas) lambung. Bila cara ini

tidak berhasil maka pembedahan merupakan jalan alternatif, biasanya

pembedahan ini dilakukan pada pasien gastritis yaitu gastrectomi parsial,

vagotomi atau pyloroplasti. Focus intervensi keperawatan yaitu bagaimana

mengevaluasi dan mengeliminasi factor penyebab gastritis serta mengubah

gaya hidup dengan pola hidup sehat dan meminimalisir stress (Price,2009).

Terapi Farmakologi

a. Antasida, dapat menetralisir asam lambung

b. Antibiotik (mis, amoxicillin, klaritromisin, dan metronidazole) dapat

membunuh helicobacter pilori

c. Obat antagoni reseptor H2 (H2RA) mis, ranitidin mampu menurunkan

produksi asam lambung (Marianti, 2017).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

13

Tindakan keperawatan yang biasa dilakukan pada pasien gastritis yang

mengalami nyeri epigastrium maka dilakukan tira baring dalam waktu

tertentu dengan tujuan untuk mengurangi nyeri (potter & Perry, 2006).

9 . Diagnosa keperawatan utama pada pasien gastritis menurut Arif

Muttaqin & Kumal Sari (2011).

a. Nyeri akut b/d iritasi mukosa lambung

Ada beberapa batasan karakteristik nyeri akut berdasarkan buku

diagnosa keperawatan antara lain :

1) Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau,

gerakan mata berpencar, atau tetap pada satu focus, dan meringis)

2) Focus menyempit (mis., persepsi waktu, proses berfikir, interaksi

dengan orang dan lingkungan).

3) Fokus pada diri sendiri

4) Keluhan tentang intensitas mengunakan standar skala nyeri (skala

penilaian numerik, dan penilaian deskritif)

5) Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan mengunakan standar

intrumen nyeri

6) Laporan tentang perilaku nyeri atau perubahan aktivitas (mis., anggota

keluarga, pemberi asuhan)

7) Mengekspresikan prilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, dan

waspada).

8) Perilaku distraksi

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

14

9) Perubahan pada parameter fisiologis (mis., tekanan darah, frekunsi

jantung, frekunsi nafas)

10) Perubahan posisi untuk menghindari nyeri

11) Perubahan selera makan sikap melindungi area nyeri

NOC:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan “Tingkat Nyeri” dengan kriteria

hasil :

a) Nyeri yang dilaporkan

NIC:

“Aplikasi Panas Dingin”

a) Observasi kondisi umum, keamanan dan kenyamanan pasien.

b) Posisikan untuk memungkinkan gerakan dari sumber suhu jika

diperlukan

c) Periksa suhu aplikasi, terutama ketika mengunakan aplikasi panas.

d) Tentukan durasi aplikasi berdasarkan respon verbal, perilaku, dan

biologis individu.

e) Hindari penggunaan panas atau dingin pada jaringan yang terkena

terapi radiasi

f) Pertimbangkan kondisi kulit dan identifikasi setiap perubahan yang

memerlukan perubahan prosedur atau kontra indikasi terhadap

stimulasi

g) Jelaskan penggunaan aplikasi panas atau dingin, alasan perawatan,

dan bagaimana hal tersebut akan mempengaruhi gejalah pasien

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

15

h) Anjurkan untuk tidak menyesuaikan pengaturan suhu secara

mandiri tanpa instruksi sebelumnya

i) Evaluasi atau dokumentasi respon terhadap aplikasi panas atau

dingin.

b. Resiko ketidakseimbangan cairan dan elektrolit b/d keluarnya cairan dari

muntah yang berlebihan

NOC:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan “Keseimbangan cairan” dengan

kriteria hasil :

1. Keseimbangan intek dan output dalam 24 jam

2. Turgor kulit

3. Berat badan stabil

NIC:

1. Monitor jumlah dan jenis cairan serta kebiasaan eliminasi

2. Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan respon haus

3. Berikan cairan dengan tepat

4. Pastikan bahwa semua IV dan asupan enteral berjalan dengan benar,

terutama jika tidak diatur oleh pompa infuse

5. Konsultasikan kedokter jika pengeluaran urin kurang dari 0,5ml/kg/jam

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

16

c. Ansietas b/d adanya nyeri dan muntah darah

NOC:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan“Kontrol Kecemasan Diri” dengan

kriteria hasil :

1. Mengurangi penyebab kecemasan

2. Mencari informasi untuk mengurngi kecemasan

3. Mengunakan tehnik relaksasi untuk mengurangi kecemasan

NIC:

1. Monitor tanda-tanda verbal dan non verbal kecemasan

2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan

3. Identifikasi pada saat terjadi perubahan kecemasan

4. Jelaskan semua prosedur termaksut sensasi yang akan dirasakan yang

mungkin akan dialami klien selam prosedur dilakukan

5. Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi tekanan

B. Tinjauan Teori Tentang Nyeri

1. Definisi Nyeri

International Association for Studi of Pain, (1979) Nyeri merupakan

suatu sensorik subjektif dan pengalaman emosional yang tidak

meyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang bersifat

sementara atau potensial yang dirasakan pada bagian-bagian yang terjadi

kerusakan (prasetyo,2010).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

17

Melzack dan Wall (1998) dalam judha dkk (2012) nyeri merupakan

pengalaman pribadi, subjektif yang dipengaruhi oleh budaya, persepsi

seseorang, perhatian, dan variable-variabel psikologis lainnya, yang

menyebabkan prilaku terganggu berkelanjutan dan mencari cara untuk

menghentikan rasa nyeri tersebut

Nyeri adalah kondisi perasaan yang tidak menyenangkan yang bersifat

subjektif karena nyeri yang dialami setiap orang berbeda dalam hal skala

atau tingkatnya dan hanya penderita tersebut yang bisa menjelaskan dan

mengevaluasi kejadian yang dia alami (andarmoyo, 2013).

2. Proses Fisiologi Nyeri

Andarmoyo (2013) menggambarkan proses terjadinya nyeri adalah

sebuah rangkaian yang rumit. Dalam hal ini dibutuhkan pengetahuan

mengenai struktur dan fisiologi sistem saraf karena system in lah yang

memegang kendali dalam terciptanya nyeri, ada lima proses terjadinya

nyeri yaitu : stimulsi, transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi.

Sel saraf atau neuron terdiri dari badan sel dan dua sel tonjolan yang

bertanggung jawab untuk transmisi implus saraf, termasuk implus nyeri,

tonjolan dari badan sel merupakan tonjolan pendek bercabang yang

dinamakan dendrite yang menerima rangsangan sensorik dari lingkungan

luar sel dan membawahnya menuju badan sel. Tonjolan ini disebut neuron

atau aferen (sensorik), yaitu saraf yang memantau sensori dan membawah

informasi dari prifer ke SSP (system saraf pusat), yang merupakan reseptor

untuk stimulasi implus yang tidak menyenangkan (nyeri). Pada masing-

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

18

masing sel juga memiliki tonjolan tunggal yang disebut akson dengan

panjang bervariasi, disepanjang akson itulah implus saraf dikonduksikan

menjauhi badan sel neuron menuju ke dendrite neuron lain atau struktur

eferen, contohnya kelenjar atau otot, saraf ini disebut neuron eferen

(motorik) yaitu, saraf yang membawah implus saraf dari SSP ke dalam

tubuh (Bresnick, 2003, andarmoyo, 2013 dalam Afdal, 2018).

a. Stimulasi

Stimulasi yang disadari dimana persepsi nyeri diantarkan oleh

neuron khusus yang bertindak sebagai reseptor, pendeteksi stimutus,

penguat, dan penghantar menuju SSP. Respon Khusus tersebut

dinamakan nociceptor.Mereka tersebar luas dalam lapisan superficial

kulit dan juga dalam jaringan seperti periosteum, dinding arteri,

permukaan sendi serta falks dan tentorium serebri.Ada tiga kategori

respon nyeri, yaitu nosiseptor mekanis yang berrespon terhadap

kerusakan mekanis, contohnya tusukan, benturan atau cubitan.

Nosiseptor termal yang berrespon terhadap suhu yang berlebihan

terutama suhu panas : nosiseptor polimodal, yang berespon setara

terhadap semua jenis rangsangan yang merusak termaksud iritasi zat

kimia yang dikeluarkan dari jaringan yang cederah

b. Transduksi

Transduksi adalah suatu stimulus nyeri yang diubah menjadi

suatu aktifitas listrik yang akan diterima dari ujung-ujung saraf yang

berupa stimulus fisik (TD), suhu (panas), dan kimia (subtansi nyeri).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

19

Terjadi perubahan yang patologis karena mediator-mediator kimia

misalnya prostaglandin dari sel rusak, bradikinin dari plasma,

histamine dari sel mast, serotonin dari trombasit, dan subtansi p dari

ujung saraf nyeri yang mempengaruhi nosiseptor pada daerah luar

trauma yang menyebabkan nyeri meluas.

c. Transmisi

Transmisi adalah proses penerusan implus nyeri dari nociceptor

saraf perifer melewati cornu dorsalis dan cardo spinalis menuju

korteks serebri. Cornu dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap

sebagai tempat proses sensorik. Serabut prifer (mis, reseptor nyeri)

berakhir disini dan serabut traktus sensori asendes berawal dari

sini.Yang berkoneksi antara system neuronal desenden dan traktus

sensori asenden.Traktus asenden berakhir pada bagian bawah otak dan

bagian tengah maka implus-implus dipancarkan ke korteks serebri.

Agar nyeri dapat dirasakan secara sadar, neuron pada system asenden

harus diaktifkan yang akan terjadi sebagai akibat inputdari reseptor

yang terletak dalam kulit dan ronga internal.

d. Modulasi

modulasi merupakan proses pengendalian internal oleh saraf,

yang dapat mengurangi atau meningkatkan implus nyeri. Hambatan

terjadi melalui system analgesic endogen yang melibatkan bermacam-

macam neurotrasnsmitter antara lain endorphin yang dikeluarkan oleh

sel otak dan neuron dispinalis. Implus ini bermula dari area

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

20

periaquaductuagrey (PAG) dan menghambat transmisi implus pre

maupun pascasinaps di tingkat spinalis.Modulasi nyeri dapat timbul di

nosiseptor perifer medulla spinalis atau suprespinalis.

e. Presepsi

Presepsi merupakan hasil rekontruksi susunan saraf pusat tengah

implus nyeri yang diterima, rekonstruksi adalah hasil interaksi system

saraf sensori, informasi kognitif (korteks serebri), dan pengalaman

emosional. Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang

dirasakan,setelah sampai ke otak nyeri dirasakan secara sadar dan

menimbulkan respon berupa perilaku dan verbal yang merespon

adanya nyeri, atau ucapan akibat respon misalnya, aduh, aw ah

(andarmoyo, 2013).

3. Klasifikasi Nyeri

a. Klasifikasi nyeri berdasarkan durasi:

1. Nyeri akut merupakan nyeri yang terjadi setelah cederah akut,

penyakit, intervensi bedah, dan memiliki dutasi yang cepat. Dengan

intensitas yang berfariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung

untuk waktu singkat (Smeltzer, 2002)

2. Nyeri kronik merupakan nyeri konstan atau intermiten yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri kronik berlangsung

lama, intensitas yang bervariasi, biasanya berlangsung lebih dari

enam bulan (Potter & Perry, 2005).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

21

Tabel 2.1. Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronik berdasarkan durasi

Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronik

Pengalaman Satu kejadian Satu situasi, status

ekstensi

Sumber Sebab internal atau

penyakit dari

dalam

Tidak diketahui atau

pengobatan terlalu

lama

Serangan Mendadak Bisa mendadak,

perkembang, dan

terselubung

Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan

sampai bertahun tahun

Pernyataan

nyeri

Daerah nyeri tidak

diketahui secara

pasti

Daerah nyeri sulit

dibedahkan

intensitasnya sehingga

sulit di evaluasi

(perubahan perasaan)

Gejala-gejala

klinis

Pola respon yang

khas dengan gejala

yang jelas

Pola respon yang

bervariasi dengan

sedikit gejala

(adaptasi)

b. Klasifikasi nyeri berdasarkan asas (Andarmoyo, 2013)

1. Nyeri nosiseptif adalah nyeri yang diakibatkan oleh aktifitas atau

sensitisasi nosiseptor perifer yang merupakan reseptor khusus

yang mengantarkan stimulasi noxious. Nyeri nosiseptif perifer

dapat terjadi karna adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang,

sendi, otot, jaringan ikat.

2. Nyeri neuropatik adalah cedera atau abnormalitas yang didapat

pada struktur saraf perifer maupun sentral. Berbeda dengan nyeri

nosiseptif, nyeri neuropatik bertahan lebih lama dan merupakan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

22

proses input saraf sensorik yang abnormal oleh system saraf

perifer.

c. Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi (Andarmoyo, 2013)

1. Superficial atau kutaneus merupakan nyeri yang disebabkan oleh

stimulus kulit. Nyeri berlangsung sebentar dan terlokalisir, nyeri

bisanya terasa seperti sensasi yang tajam, misalnya tertusuk jarum

suntik, luka potong yang kecil dan laserasi.

2. Visceral dalam merupakan nyeri yang terjadi akibat stimulus

organ-organ internal, nyeri bersifat difus dan menyebar ke

beberapa area, durasinya bervariasi tapi pada umumnya

berlangsung lebih lama dari pada nyeri superficial.

Tabel 2.2. Perbedaan nyeri akut dan nyeri kronik berdasarkan lokasi

Karakteristik Nyeri Stomatik Nyeri

viseral Superficial Dalam

Kualitas Tajam,menusuk,

membakar

Tajam,

tumpul,

nyeri terus

Tajam,

tumpul,

nyeri terus,

kejang

Menjalar Tidak Tidak Ya

Stimulasi Torehan, abrasi,

terlalu panas dan

dingin

Torehan,

panas,

iskemia,

pergeseran

Distensi,

iskemia,

Spasmus,

iritasi

kimiawi

Reaksi

otonom

Tidak Ya Ya

Reflex

kontraksi otot

Tidak Ya Ya

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

23

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

1) Usia

Usia adalah varibel yang penting yang mempengaruhi nyeri pada

individu. Anak kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri

dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri, anak kecil

juga belum dapat mengucapkan kata-kata dimana dia masih

mengalami kesulitan dalam ungkapan secara verbal dalam

mengekspresikan nyeri pada kedua orang tua atau pada

perawat.Sedangkan pada lansia seorang perawat harus melakukan

pengkajian lebih rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya nyeri,

seringkali lansi memiliki sumber nyeri lebih dari satu.

2) Jenis kelamin

Pria dan wanita tidak berbeda secara siknifikan dalam respon

terhadap nyeri, ada beberapa budaya yang menganggap bawha

seorang anak laki-laki lebih kuat atau berani dan tidak boleh menangis

dibandingkan anak permpuan dalam situasi yang sama merasakan

nyeri.

3) Ansietas

Hubungan nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang

dirasakan seseorang sering kali meningkatkan persepsi nyeri, akan

tetapi nyeri juga bisa menimbulkan perasaan cemas, misalnya

seseorang yang menderita kanker kronik dan merasa takut akan

kondisi penyakitnya nyeri yang dia alami akan semakin meningkat.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

24

4) Keletihan

Keletihan atau kelelahan yang dialami seseorang akan

meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping

individu.

5) Lokasi dan tingkat keparahan nyeri

Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dantingkat

keparahanya pada masing-masing individu, nyeri yang dirasakan

mungkin terasa ringan sedangkan pada individu lain merupakan nyeri

yang hebat.

5. Penilaian respon intensitas nyeri

1. Skala deskritif

Skala deskritif adalah alat pengukur tingkat keparahan nyeri yang

lebih objektif skala pendeskripsi verbal yaitu sebuah garis yang terdiri

dari tiga sampai lima kata pendeskipsi yang tersusun dengan jarak yang

sama di sepanjang garis.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

25

Keterangan :

0 : tidak nyeri

1-3 : nyeri ringa yaitu dimana secara objektif pasien dapat

berkomunikasi

4-6 : nyeri sedang yaitu secara objektif pasien menyeringai

7-9 : nyeri berat terkontrol yaitu secara objektif pasien tidak

dapat dapat mengikuti perintah tetapi masih berespon

terhadap tindakan

10 : nyeri berat tidak terkontrol yaitu pasien memukul dan

tidak mampu lagi berkomunikasi (Potter & Perry, 2005).

2. Skala numeric

Skala numeric digunakan sebagai alat penganti pendeskripsi kata,

dalam hal ini pasien manila nyeri dengan mengunakan skala angka 0-10

yang digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan sesudah

intervensi dilkukan(Potter & Perry, 2006)

Keterangan:

0 : tidak nyeri (nyaman)

4-6 :nyeri sedang yaitu pasien menyeringgai dan dapat

menunjukan lokasi nyeri

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

26

7-10 : nyeri berat : dimana pasien tidak dapat mengikuti perintah

tetapi masih berespon terhadap tindakan dan dapat

menunjukan lokasi nyeri.

3. Skala analog visual

Skala analog visual merupakan suatu garis lurus atau horizontal

sepanjang 10 cm, yang mewakili identitas nyeri yang terus menerus dan

pendeskripsian verbal di setiap ujungnya, biasanya pasien diminta

untuk menunjukan titik pada garis untuk menentukan letak nyeri terjadi

sepanjang garis tersebut, ujung kiri menandakan tidak ada nyeri

(nyaman) dan ujung kanan menandakan nyeri berat atau nyeri yang

paling hebat.

4. Skala wajah

Skala wajah adalah pengukuran nyeri mengunakan enam macam

gambar ekspresi wajah, nilai berkisar antara 0 sampai 6, dimana nilai 0

tidak nyeri (nyama) dan nilai 6 sangat nyeri atau nyeri hebat(wong,

1998).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Tentang ...

27