TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

10
TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI Pengertian Maloklusi Maloklusi didefinisikan sebagai ketidakteraturan gigi-gigi di luar ambang normal. Maloklusi dapat meliputi ketidakteraturan lokal dari gigi-gigi atau malrelasi rahang pada tiap ketiga bidang ruang sagital, vertikal, atau transversal (Huoston, 1989). Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung rahanglawannya. Maloklusi merupakan keadaan yang tidak menguntungkan dan meliputi ketidakteraturan lokal dari gigi geligi seperti gigi berjejal, protrusif, malposisi atau hubungan yang tidak harmonis dengan gigi lawannya (Zenab, 2010). Maloklusi adalah Keadaan gigi yang tidak harmonis secara estetik mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan fungsi baik fungsi pengunyahan maupun bicara. Maloklusi umumnya bukan merupakan proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal (Proffit & Fields,2007). Maloklusi adalah akibat dari malrealasi antara pertumbuhan dan posisi sertaukuran gigi. Maloklusi diklasifikasikan menurut relasi molar pertama (I,II dan III),atau sebagai relasi normal, pranormal, dan pasca normal. Maloklusi juga bisa dibagi menjadi maloklusi

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

Pengertian Maloklusi

Maloklusi didefinisikan sebagai ketidakteraturan gigi-gigi di luar ambang

normal. Maloklusi dapat meliputi ketidakteraturan lokal dari gigi-gigi atau malrelasi

rahang pada tiap ketiga bidang ruang sagital, vertikal, atau transversal (Huoston,

1989).

Maloklusi adalah suatu kondisi yang menyimpang dari relasi normal gigi

terhadap gigi lainnya dalam satu lengkung dan terhadap gigi pada lengkung

rahanglawannya. Maloklusi merupakan keadaan yang tidak menguntungkan dan

meliputi ketidakteraturan lokal dari gigi geligi seperti gigi berjejal, protrusif,

malposisi atau hubungan yang tidak harmonis dengan gigi lawannya (Zenab, 2010).

Maloklusi adalah Keadaan gigi yang tidak harmonis secara

estetik mempengaruhi penampilan seseorang dan mengganggu keseimbangan fungsi

baik fungsi pengunyahan maupun bicara. Maloklusi umumnya bukan merupakan

proses patologis tetapi proses penyimpangan dari perkembangan normal (Proffit &

Fields,2007).

Maloklusi adalah akibat dari malrealasi antara pertumbuhan dan posisi

sertaukuran gigi. Maloklusi diklasifikasikan menurut relasi molar pertama (I,II dan

III),atau sebagai relasi normal, pranormal, dan pasca normal. Maloklusi juga bisa

dibagi menjadi maloklusi primer yang timbul pada gigi-geligi yang sedang

berkembang dan maloklusi sekunder yang timbul pada orang dewasa akibat

tanggalnya gigi dan pergerakan gigi tetangga (Thomson, 2007).

Etiologi Maloklusi

Menurut Foster (1997), etiologi maloklusi terbagi menjadi 2, yakni :

1. Faktor Ekstrinsik

a. Keturunan (hereditair)

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

Faktor keturunan atau genetik adalah sifat genetik yang diturunkan dari

orang tuanya atau generasi sebelumnya. Sebagai contoh adalah ciri-ciri khusus suatu

ras atau bangsa misalnya bentuk kepala atau profil muka sangat dipengaruhi oleh ras

atau suku induk dari individu tersebut yang diturunkan dari kedua orang tuanya.

Bangsa yang merupakan prcampuran dari bermacam-macam ras atau suku akan

dijumpai banyak maloklusi.

Ciri-ciri faktor oklusi yang diturunkan (herediter) :

1. Kedudukan dan penyesuaian antara otot-otot perioral dengan bentuk dan ukuran

lidah mempengaruhi keseimbangan oklusi (oklusi normal). Adanya penyesuaian

antara bentuk muka, bentuk dan ukuran rahang dan lidah.

2. Sifat-sifat mukosa, ukuran, bentuk lidah dan frenulum.

- Sifat mukosa : keras, lunak, kencang atau lembek mempengaruhi erupsi gigi.

- Frenulum labii dapat mengakibatkan celah gigi dan mempengaruhi kedudukan

bibir.

- Frenulum buccinator mengakibatkan rotasi gigi.

3. Ukuran gigi-gigi dan lebar serta penjang lengkung rahang dapat mengakibatkan

gigi berjejal atau bercelah. Misalnya makrodontia, mikrodomtia. Lebar dan

panjang lengkung rahang, penyesuaian antara rahang atas dan rahang bawah

mengakibatkan terjadinya mandibuler retrusi atau prognatism.

b. Kelainan bawaan (kongenital) misal : sumbing, tortikollis, kleidokranial diostosis,

cerebral plasi, sifilis dan sebagainya.

Kelainan bawaan kebanyakan sangat erat hubungannya dengan faktor

keturunan misalnya sumbing atau cleft : bibir sumbing atau hare lip, celah langit-

langit (cleft palate).

Tortikolis : adanya kelainan dari otot-otot daerah leher sehingga tidak dapat tegak

mengkibatkan asimetri muka.

Kleidokranial disostosis adalah tidak adanya tulang klavikula baik sebagian atau

seluruhnya, unlateral atau bilateral, keadaan ini diikuti dengan terlambatnya

penutupan sutura kepala, rahang atas retrusi dan rahang bawah protrusi.

Serebral palsi adalah adanya kelumpuhan atau gangguan koordinasi otot yang

disebabkan karena luka didalam kepala yang pada umumnya sebagai akibat

kecelakaan pada waktu kelahiran. Adanya gangguan fungsi pada otot-otot

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

pengunyahan, penelanan, pernafasan dan bicara akan mengakibatkan oklusi gigi

tidak normal.

Sifilis : akibat penyakit sifilis yang diderita orang tua akan menyebabkan terjadinya

kelainan bentuk dan malposisi gigi dari bayi yang dilahirkan.

c. Pengaruh lingkungan

Prenatal, misalnya : trauma, diet maternal, metabolisme maternal dan sebagainya.

Postnatal, misalnya : luka kelahiran, cerebal palsi, luka TMJ dan sebagainya.

d. Predisposisi ganguan metabolisme dan penyakit

Gangguan keseimbangan endokrin

Misal : gangguan parathyroid, adanya hipothiroid akan menyebabkan

kritinisme dan resorpsi yang tidak normal sehingga menyebabkan erupsi lambat

dari gigi tetap.

Gangguan metabolisme

Penyakit infeksi

e. Kekurangan nutrisi atau gizi

Misal : Rickets (kekurangan vitamin D), Scorbut (kekurangan vitamin C), beri-

beri (kekurang vitamin B1) mengakibatkan maloklusi yang hebat.

f. Kebiasaan jelek (bad habit) dan kelainan atau penyimpangan fungsi.

Cara menetek yang salah

Mengigit jari atau ibu jari

Menekan atau mengigit lidah

Mengigit bibir atau kuku

Cara penelanan yang salah

Kelainan bicara

Gangguan pernapasan (bernafas melalui mulut dan sebagainya)

Pembesaran tonsil dan adenoid

Psikkogeniktik dan bruksisem

g. Posture tubuh

h. Trauma dan kecelakaan

2. Faktor Intrinsik :

a. Kelainan jumlah gigi

1. Super numerary gigi (gigi kelebihan)

Lebih banyak terjadi pada rahang atas, kedudukan dekat midline (garis

mediana) sebelah palatival gigi seri rahang atas disebut mesiodens. Bentuknya

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

biasanya konus kadang-kadang bersatu (fused) dengan gigi pertama kanan atau

kiri, jumlahnya pada umumnya sebuah tapi kadang-kadang sepasang. Gigi

supernumery kadang-kadang tidak tumbuh (terpendam atau impected) sehingga

menghalangi tumbuhnya gigi tetap didekatnya atau terjadi kesalahan letak

(malposisi). Oleh karena itu pada penderita yang mengalami kelambatan atau

kelainan tumbuh dari gigi seri rahang atas perlu dilakukan Ro photo.

2. Agenese dapat terjadi bilateral atau unilateral atau kadang-kadang unilateral

dengan partial agenese pada sisi yang lain

Lebih banyak terjadi dari pada gigi supernumerary. Dapat terjadi pada rahang

atas maupun rahang bawah tetapi lebih sering pada rahang bawah. Urutan

kemungkinan terjadi kekurangan gigi adalah sebagai berikut :

- Gigi seri II rahang atas ( I2 )

- Gigi geraham kecil II rahang bawah ( P2 )

- Gigi geraham III rahang atas dan rahang bawah

- Gigi geraham kecil II ( P2 ) rahang bawah

- Pada kelainan jumlah gigi kadang diikuti dengan adanya kelainan bentuk atau

ukuran gigi. Misalnya bentuk pasak dari gigi seri II (peg shaps tooth).

b. Kelainan ukuran gigi

Salah satu penyebab utama terjadinya malposisi adalah gigi sendiri yaitu ukuran

gigi tidak sesuai dengan ukuran rahang, ukuran gigi lebih lebar atau sempit

dibandingkan dengan lebara lengkung rahang sehingga meyebabkan crowded atau

spasing.

c. Kelainan bentuk

Kelainan bentuk gigi yang banyak dijumpai adalah adanya peg teeth ( bentuk

pasak) atau gigi bersatu (fused). Juga perubahan bentuk gigi akibat proses atrisi

(karena fungsi) besar pengaruhnya terhadap terjadinya maloklusi, terutama pada gigi

sulung (desidui).

d. Kelainan frenulum labii

e. Prematur loss

Fungsi gigi sulung (desidui) adalah : pengunyahan, bicara, estetis. Juga yang

terutama adalah menyediakan ruang untuk gigi tetap, membantu mempertahankan

tinggi oklusal gigi-gigi lawan (antagonis), membimbing erupsi gigi tetap dengan

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

proses resopsi. Akibat premature los fungsi tersebut akan terganggu atau hilang

sehingga dapat mengkibatkan terjadinya malposisi atau maloklusi.

f. Kelambatan tumbuh gigi tetap (delay erruption)

Dapat disebabkan karena adanya gigi supernumerary, sisa akar gigi sulung

atau karena jaringan mucosa yang terlalu kuat atau keras sehingga perlu dilakukan

eksisi. Kadang-kadang hilang terlalu awal (premature los) gigi sulung akan

mempercepat erupsinya gigi tetap penggantinya, tetapi dapat pula menyebabkan

terjadinya penulangan yang berlebihan sehingga perlu pembukaan pada waktu gigi

permanen akan erupsi, sehingga gigi tetap penggantinya dapat dicegah.

g. Kelainan jalannya erupsi gigi

Merupakan akibat lebih lanjut dari gangguan lain. Misalnya adanya pola

herediter dari gigi berjejal yang parah akibat tidak seimbangnya lebar dan panjang

lengkung rahang dengan elemen gigi yaitu adanya : persistensi atau retensi,

Supernumerary, pengerasan tulang, tekanan-tekanan mekanis : pencabutan, habit atau

tekanan ortodonsi, faktor-faktor idiopatik (tidak diketahui)

h. Ankilosis

Ankilosis atau ankilosis sebagian sering terjadi pada umur 6 – 12 tahun.

Ankilosis terjadi oleh karena robeknya bagian dari membrana periodontal sehingga

lapisan tulang bersatu dengan laminadura dan cementum. Ankilosis dapat juga

disebabkan oleh karena gangguan endokrin atau penyakit-penyakit kongenital (misal :

kleidokranial disostosis yang mempunyai predisposisi terjadi ankilosis, kecelakaan

atau trauma).

i. Karies gigi

Adanya karies terutama pada bagian aproksimal dapat mengakibatkan

terjadinya pemendekan lengkung gigi sedang karies beroklusal mempengaruhi

vertikal dimensi. Adanya keries gigi pada gigi sulung mengakibatkan berkurangnya

tekanan pengunyahan yang dilanjutkan ke tulang rahang, dapat mengakibatkan

rangsangan pertumbuhan rahang berkurang sehingga pertumbuhan rahang kurang

sempurna.

j. Restorasi gigi yang tidak baik

Terutama tumpatan aproksimal dapat menyebabkan gigi elongasi, sedangkan

tumpatan oklusal dapat menyebabkan gigi ektrusi atau rotasi.

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

Klasifikasi Maloklusi

Menurut Angle, maloklusi diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yakni kelas I, II,

dan III.

Kelas I Angle

Mesiobukal cusp M1 rahang atas beroklusi dengan bukal groove M1 rahang bawah

Neutroklusi

Oleh Dr. martin Dewey, maka kelas I dibagi menjadi atas beberapa tipe maloklusi

dari Angle yakni:

1. type I : Gigi-gigi insisiv berjejal-jejal dan gigi caninus sering terletak dilabial

2.type II   : Protusi atau labio versi dari insisiv atas

3.type III : Satu atau lebih dari satu gigi insisiv atas adalah lebih dari kea rah lingual terhadap

gigi insisiv bawah. (cross bite gigi depan/ anterior crossbite)

4.type IV :Crossbite pada gigi-gigi molar atau premolar (posterior cross bite)

5.type V : Mesial drifting dari molar yang disebabkan karena tanggalnya gigi depannya

6.type VI : Spacing, openbite,dll

Kelas II Angle

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA MALOKLUSI

Mesiobukal cusp M1 rahang atas berada lebih kemesial dari bukal groove M1 rahang

bawah

telah melewati puncak cusp mesiobukal M1 bawah

gigi M1 bawah lebih ke distal : Distoklusi

Kelas III Angle

Mesiobukal cusp M1 rahang atas berada lebih ke distal dari bukal groove M1 rahang

bawah

Telah melewati puncak tonjol distobukal M1 bawah

Gigi M1 bawah lebih ke mesial : Mesioklusi

Daftar Pustaka

- Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi. Jakarta : EGC

-