Tinjauan Pustaka Baru Ujian

33
BAB III TINJAUAN PUSTAKA Tenggelam merupakan kematian tipe asfiksia yang disebabkan adanya air yang menutup jalan saluran pernapasan sampai ke paru-paru. Keadaan ini merupakan penyebab kematian jika kematian terjadi dalam waktu 24 jam dan jika bertahan lebih dari 24 jam setelah tenggelam memperlihatkan adanya pemulihan telah terjadi ini disebut near drowning. Penelitian pada akhir tahun 1940-an hingga awal 1950-an menjelaskan bahwa kematian disebabkan adanya gangguan elekrolit atau terjadinya hipoksia dan asidosis yang menyebabkan aritmia jantung akibat masuknya air dengan volume besar ke dalam sirkulasi melalui paru-paru. (1,2,3) Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian mayat yang terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam pada korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang seperti pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatome dan bercak paltouf di permukaan paru, pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk menemukan tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi mayat yang telah lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada satu bagian tubuhnya saja. Pada pemeriksaan

Transcript of Tinjauan Pustaka Baru Ujian

Page 1: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

Tenggelam merupakan kematian tipe asfiksia yang disebabkan adanya air

yang menutup jalan saluran pernapasan sampai ke paru-paru. Keadaan ini

merupakan penyebab kematian jika kematian terjadi dalam waktu 24 jam dan jika

bertahan lebih dari 24 jam setelah tenggelam memperlihatkan adanya pemulihan

telah terjadi ini disebut near drowning. Penelitian pada akhir tahun 1940-an

hingga awal 1950-an menjelaskan bahwa kematian disebabkan adanya gangguan

elekrolit atau terjadinya hipoksia dan asidosis yang menyebabkan aritmia jantung

akibat masuknya air dengan volume besar ke dalam sirkulasi melalui paru-paru.(1,2,3)

Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian mayat yang

terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam pada

korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang seperti pemeriksaan

getah paru untuk penemuan diatome dan bercak paltouf di permukaan paru,

pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk menemukan

tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi mayat yang

telah lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada satu

bagian tubuhnya saja. Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu

ditentukan apakah korban masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda

intravital, tanda kekerasan dan sebab kematiannya. Apabila semua ini

digabungkan dapat memberikan petunjuk kepada kita untuk memperkirakan cara

kematiannya.4,5,6

Tenggelam pada umumnya merupakan kecelakaan, baik kecelakaan secara

langsung berdiri sendiri maupun tenggelam yang terjadi oleh karena korban dalam

keadaan mabuk, berada di bawah pengaruh obat atau pada mereka yang terserang

epilepsi. Pembunuhan dengan cara menenggelamkan jarang terjadi, korban

biasanya bayi atau anak-anak. Pada orang dewasa dapat terjadi tanpa sengaja,

yaitu korban sebelumnya dianiaya, disangka sudah mati, padahal hanya pingsan.

Untuk menghilangkan jejak korban dibuang ke sungai, sehingga mati karena

Page 2: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

tenggelam. Bunuh diri dengan cara menenggelamkan diri juga merupakan

peristiwa yang jarang terjadi. Korban sering memberati dirinya dengan batu atau

besi, baru kemudian terjun ke air.7

Berapa lama orang yang tenggelam menemui ajalnya ditentukan oleh

keadaan lingkungannya, misalnya kondisi fisik dan kesehatan korban, sifat reaksi

korban sewaktu terbenam dan jumlah air yang terinhalasi.8

a. Waktu akan menjadi lebih singkat pada terbenam yang tak diduga, kondisi

fisik yang buruk serta korban yang tidak bisa berenang.

b. Kematian akan segera terjadi, bila kematiannya oleh karena inhibisi kardial

(cardiac inhibition)

c. Orang yang cepat panik akan lebih cepat tenggelam.

d. Air yang dingin akan mempercepat kematian pada orang yang terbenam, oleh

karena terjadi hipotermia; kematian pada kasus ini karena gagal jantung

(cardiac failure), oleh karena terjadi peningkatan tekanan dalam vena dan

arteri.

e. Biasanya orang akan menjadi tidak sadar setelah terbenam selama 2 atau 3

sampai 10 menit, sebelum terjadi kematian korban dapat berada dalam

keadaan mati suri, sehingga upaya untuk melakukan resusitasi sering

membawa hasil baik.

Pada orang yang tenggelam, tubuh korban dapat beberapa kali berubah

posisi, umumnya korban akan tiga kali tenggelam. Ini dapat dijelaskan sebagai

berikut:8

a. Pada waktu pertama kali orang “terjun” ke air, oleh karena gravitasi ia akan

terbenam untuk pertama kalinya.

b. Oleh karena berat jenis tubuh lebih kecil dari berat jenis air, korban akan

timbul, dan berusaha untuk bernapas mengambil udara; akan tetapi oleh

karena tidak bisa berenang air akan masuk tertelan dan terinhalasi, sehingga

berat jenis korban sekarang menjadi lebih besar dari berat jenis air, dengan

demikian ia tenggelam untuk kedua kalinya.

Page 3: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

c. Sewaktu berada pada dasar sungai, laut, atau danau proses pembusukan akan

berlangsung dan terbentuk gas pembusukan.

d. Waktu yang dibutuhkan agar pembentukan gas pembusukan dapat

mengapungkan tubuh korban adalah sekitar 7-14 hari.

e. Pada waktu tubuh mengapung, oleh karena terbentuknya gas pembusukan

tubuh dapat pecah terkena benda-benda disekitarnya, digigit binatang atau

oleh karena proses pembusukan akan keluar, tubuh korban terbenam untuk

ketiga kalinya dan yang terakhir.

A) Pemeriksaan Pada Kasus Tenggelam

Pada pemeriksaan mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus seteliti

mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan, karena seringkali ditemukan

sudah membusuk. Hal penting yang perlu ditemukan pada pemeriksaan adalah : 9

1. Menentukan identitas korban

Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain :

a. pakaian dan benda-benda milik korban

b. warna distribusi rambut dan identitas lain.

c. kelainan atau deformitas dan jaringan parut

d. sidik jari

e. pemeriksaan gigi

f. teknik pemeriksaan lain

2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam

Pada mayat yang masih segar, untuk menentukan apakah korban masih hidup

atau sudah meninggal pada saat tenggelam, dapat diketahui dari hasil

pemeriksaan :

a. Metode yang memuaskan untuk menentukan apakah orang masih hidup

waktu tenggelam adalah pemeriksaan diatome.

b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar

elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.

Page 4: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

c. Benda asing dalam paru dan saluran pernapasan mempunyai nilai yang

menentukan pada mayat yang terbenam selama beberapa waktu dan mulai

membusuk. Demikian pula dengan isi lambung dan usus.

d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli yang secara

fisik dan kimia sifatnya sama dengan air tempat korban tenggelam

mempunyai nilai yang bermakna.

e. Pada beberapa kasus, ditemukannya kadar alkohol tinggi dapat

menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada saat

masuk ke dalam air.

3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning

Pada mayat yang segar, gambaran pasca mati dapat menunjukkan tipe

drowning dan juga penyebab kematian lain seperti penyakit, keracunan atau

kekerasan lain. Pada kecelakaan di kolam renang benturan ante-mortem

(antemortem impact) pada tubuh bagian atas, misalnya memar pada muka,

perlukaan pada vertebra servikalis dan medulla spinalis dapat ditemukan.

Diagnosis kematian akibat tenggelam kadang-kadang sulit ditegakkan, bila

tidak dijumpai tanda-tanda yang khas baik pada pemeriksaan luar atau dalam.

Pada mayat yang ditemukan tenggelam dalam air, perlu diingat bahwa

mungkin korban sudah meninggal sebelum masuk ke dalam air.9

Beberapa istilah drowning: 1,9

1. Wet drowning

Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernapasan setelah

korban tenggelam.

2. Dry drowning

Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan, akibat

spasme laring. Paru-paru tidak menunjukkan bentuk yang bengkak (udem)

tetapi, terjadi hipoksia otak yang fatal akibat spasme laring. Jenis

tenggelam ini terjadi 10-15% daripada semua kasus tenggelam. Teori

mengatakan bahwa sejumlah kecil air yang masuk ke laring atau trakea

Page 5: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

akan mengakibatkan spasme laring yang tiba-tiba dimediasi oleh reflex

vagal.

3. Secondary drowning/near drowning

Terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan diangkat dari

dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi.

4. Immersion syndrome

Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat

reflex vagal. Alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor

pencetus.

4. Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian

Faktor-faktor yang berperan pada proses kematian, misalnya kekerasan,

alkohol, atau obat-obatan dapat ditemukan pada pemeriksaan luar atau melalui

bedah mayat.

5. Tempat korban pertama kali tenggelam

Bila kematian korban berhubung dengan masuknya cairan ke dalam saluran

pernapasan, maka pemeriksaan diatom dari air tempat korban ditemukan dapat

membantu menentukan apakah korban tenggelam di tempat itu atau di tempat

lain.

6. Apakah ada penyulit alamiah yang mempercepat kematian

1. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada waktu masuk ke

dalam air, maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan karena air

masuk ke dalam saluran pernapasan (tenggelam). Pada immersion,

kematian terjadi dengan cepat, hali ini mungkin disebabkan oleh sudden

cardiac arrest yang terjadi pada waktu cairan melalui saluran pernapasan

bagian atas.

2. Beberapa korban yang terjun dengan kaki terlebih dahulu menyebabkan

cairan dengan mudah masuk melalui hidung. Faktor lain adalah keadaan

hipersensitivitas dan kadang-kadang keracunan alkohol.

Page 6: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

3. Bila tidak ditemukan air dalam paru-paru dan lambung, berarti kematian

seketika akibat spasme glottis, yang menyebabkan cairan tidak dapat

masuk.

4. Waktu yang diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi tergantung dari

keadaan sekeliling korban, keadaan masing-masing korban, reaksi

perorangan yang bersangkutan, keadaan kesehatan, dan jumlah serta sifat

cairan yang dihisap masuk ke dalam saluran pernapasan.

5. Korban tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang makin lama

makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam waktu 2-12 menit

(fatal period). Dalam periode ini bila korban dikeluarkan dalam air, ada

kemungkinan masih dapat hidup bila upaya resusitasi berhasil.

B) Bunuh Diri dan Pembunuhan

Masalah apakah kematian terjadi akibat kecelakaan, bunuh diri atau

pembunuhan dapat dialamatkan melalui pertimbangan terkoordinasi terhadap

keadaan-keadaan yang diduga pada kematian dan bukti-bukti medis obyektif yang

ada. Walaupun tidak mutlak spesifik, terdapat beberapa petunjuk yang dikenal

baik mengarah kepada bunuh diri. Hal ini diantaranya, tempat yang teratur,

mungkin disertai menanggalkan dan melipat pakaian sebelum korban masuk

kedalam air-Professor Keith Simpson sering berkomentar pada kebiasaan dimana

bunuh diri pria meninggalkan topi mereka dibelakangnya dan wanita

meninggalkan tas tangan mereka dibelakangnya; dapat tertinggal sebuah catatan

bunuh diri tetapi harus ditegaskan sebagai tulisan korban; adanya alat-alat lain

sebagai metode alternatif bunuh diri-sebagai contoh, sebuah senjata atau wadah

obat kosong; bukti medis lainnya adanya niat bunuh diri termasuk luka sayat pada

pergelangan tangan atau sisa tablet dalam lambung. Bukti-bukti semacam itu

harus, bagaimanapun, diartikan dengan teliti. Sebuah bunuh diri dapat

memberatkan tubuhnya dengan batu, tetapi sebuah pembunuhan juga akan

memberatkan jasad yang telah meninggal dalam upaya untuk mengurangi

kemungkinan ditemukannya jasad tersebut. Beberapa petunjuk yang mengarah

kepada pembunuhan diantaranya1,6,10,11,12:

Page 7: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

1. tempat kejadian perkara yang tidak teratur;

2. pakaian yang kacau;

3. kematian pada waktu yang tidak biasa dalam sehari, khususnya pada anak-

anak;

4. adanya cedera yang tidak jelas dari tipe yang mencurigakan

Penting khususnya untuk mempertimbangkan kemungkinan adanya

penyiksaan yang mengakibatkan kematian pada anak-anak yang hampir tidak

nampak. Adanya memar pada ujung-ujung jari, khususnya pada bagian belakang,

hasil dari tekanan pada cengkraman dapat menjadi bukti yang sangat berarti.

Dalam praktek, pembunuhan dengan menenggelamkan atau yang dikatakan,

didorong keluar kapal-jarang aman dalam lingkungan domestik. Lagi-lagi,

bagaimanapun, dibutuhkan kewaspadaan. George Smith membunuh istri-istrinya

dengan menenggelamkan kepala mereka secara tiba-tiba; tetapi mekanisme yang

sama tercatat untuk penyebab utama kematian pada anak-anak di dalam bathtub

dan hampir semuanya terjadi akibat terpeleset.4,5,6,13

Pada lingkungan alam, ketertarikan utama pada pembunuhan dengan

penenggelaman terletak pada membedakan antara tenggelam yang diakibatkan

oleh kecelakaan dan pembuangan tubuh yang sudah meninggal sebelumnya.

Disini, prinsip-prinsip umum dalam membuktikan kematian diakibatkan oleh

tenggelam atau mengidentifikasi adanya penyebab lain dari kematian yang tidak

wajar tersebut harus dikerjakan. Banyak diantaranya, bagaimanapun, dituliskan

berdasarkan  kegunaan diatom sebagai alat untuk membantu interpretasi.5,10,14,15

Gambar 1 : Bunuh diri tenggelam

dengan menggunakan

pemberat

C) Patofisiologi

Page 8: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

Hipoksia merupakan masalah utama yang sering diakibatkan oleh trauma

saat tenggelam, tetapi dengan adanya spasme glotis yaitu jika sejumlah kecil

volume air yang memasuki laring atau trakea, ketika itu pula tiba-tiba terjadi

spasme laring akibat pengaruh reflex vagal, hal ini terjadi pada ± 10% kematian

akibat tenggelam. Mukosa yang kental, berbusa, dan berbuih dapat dihasilkan,

hingga menciptakan suatu ‘perangkap fisik’ yang menyumbat jalan napas.

‘Spasme laring’ tidak dapat ditemukan pada saat otopsi karena pada kematian

telah terjadi relaksasi otot-otot laring. Dalam situasi yang lain, terjadi peningkatan

cepat tekanan  alveoli-arterial, yang terjadi pada saat air teraspirasi sehingga

menyebabkan hipoksia progresif.1

Ketika seseorang terbenam di bawah permukaan air, reaksi awal yang

dilakukan ialah mempertahankan nafasnya. Hal ini berlanjut hingga tercapainya

batas kesanggupan, dimana orang itu harus kembali menarik nafas kembali. Batas

kesanggupan tubuh ini ditentukan oleh kombinasi tingginya konsentrasi

karbondioksida dan konsentrasi rendah oksigen di mana oksigen dalam tubuh

banyak digunakan dalam sel. Menurut Pearn, batas ini tercapai ketika kadar PCO2

berada di bawah 55 mm Hg atau merupakan ambang hypoxia, dan ketika kadar

PAO2 di bawah 100 mmHg ketika PCO2 cukup tinggi.1

Ketika mencapai batas kesanggupan ini, korban terpaksa harus menghirup

sejumlah besar volume air. Sejumlah air juga sebagian tertelan dan bisa

ditemukan di dalam lambung. Selama pernapasan dalam air ini, korban bisa juga

mengalami muntah dan selanjutnya terjadi aspirasi terhadap isi lambung.

Pernapasan yang terengah-engah di dalam air ini akan terus berlanjut hingga

beberapa menit, sampai akhirnya respirasi terhenti. Hipoksia serebral akan

semakin buruk hingga tahap irreversibel dan terjadilah kematian. Faktor-faktor

yang juga menentukan sejauh mana anoksia serebral menjadi irreversibel adalah

umur korban dan suhu di dalam air. Misalnya pada air yang cukup hangat, waktu

yang diperlukan sekitar 3 hingga 10 menit. Tenggelamnya anak-anak pada air

dengan suhu dingin yang cukup ekstrim selama 66 menit masih bisa tertolong

melalui resusitasi dengan sistem syaraf/neurologik tetap utuh. Juga, berapa pun

Page 9: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

interval waktu hingga terjadi anoksia, penurunan kesadaran selalu terjadi dalam

waktu 3 menit setelah tenggelam.1

Akan tetapi jika korban terlebih dahulu melakukan hiperventilasi saat

terendam ke dalam air. Hiperventilasi dapat menyebabkan penurunan kadar CO2

yang signifikan. Kemudian hipoksia serebral karena rendahnya PO2 dalam darah,

bersamaan dengan penurunan hingga hilangnya kesadaran, dapat terjadi sebelum

batas kesanggupan (breaking point) tercapai.1

D) Tenggelam dalam Air Tawar

Pada keadaan air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar

terjadi absorbsi cairan masif ke dalam membran alveolus, dimana dalam waktu 3 

menit dapat mencapai 72 % dari volume darah sebenarnya. Karena konsentrasi

elektrolit dalam air tawar lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah, maka

akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran darah sekitar alveoli dan

mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis).7

Akibat terjadi perubahan biokimiawi yang serius yaitu pengenceran darah

yang terjadi, tubuh berusaha mengkompensasinya dengan melepaskan ion Kalium

dari serabut otot jantung sehingga kadar ion dalam plasma meningkat, akibatnya

terjadi perubahan keseimbangan ion K dan Ca dalam serabut otot jantung

sehingga terjadi anoksia yang hebat pada myocardium dan mendorong terjadinya

fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, jantung untuk beberapa saat

masih berdenyut dengan lemah yang kemudian menimbulkan kematian akibat

anoksia otak hebat, ini yang menerangkan mengapa kematian dapat terjadi dalam

waktu 4-5 menit.7

E) Tenggelam dalam Air Laut

Konsentrasi elektrolit dalam air asin lebih tinggi dibandingkan dalam

darah, sehingga air akan ditarik keluar sampai sekitar 42% dari sirkulasi pulmonal

ke dalam jaringan interstitial paru, hal ini dapat mengakibatkan terjadinya udem

pulmonal, hemokonsentrasi, hipovolemi, dan kenaikan kadar magnesium dalam

darah. Pertukaran elektrolit dari air asin ke dalam darah mengakibatkan

Page 10: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar natrium plasma. Fibrilasi

ventrikel tidak terjadi, Hemokonsentrasi akan mengakibatkan terjadinya anoksia

pada myocardium dan disertai peningkatan viskositas darah sehingga sirkulasi

menjadi lambat, tekanan sistolik akan menetap dalam beberapa menit dan

menyebabkan terjadinya payah jantung. Kematian dapat terjadi dalam waktu 8-12

menit setelah tenggelam.7

F) Pemeriksaan Luar Mayat

Tanda-tanda yang ditemukan pada mayat mati tenggelam : 1,7,16

1. Penurunan suhu mayat (algor mortis), berlangsung cepat, rata-rata 5 F per⁰

menit. Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau

6 jam.

2. Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan,

leher dan kepala. Lebam mayat berwarna merah terang. Sebagai hasil dari

pembekuan OxyHb.

3. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap.

Pada pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan.

4. Cutis Anserina (fenomena goosefles/kulit angsa), hal ini merupakan

spasme otot erektor villi yang disebabkan rigor mortis. Gambaran ini dapat

ditemukan pada mayat yang tidak tenggelam.

5. Washerwoman, penenggelaman yang lama dapat menyebabkan pemutihan

dan kulit yang keriput pada kulit. Biasanya ditemukan pada telapak tangan

dan kaki (tampak 1 jam setelah terbenam dalam air hangat). Gambaran ini

tidak mengindikasikan bahwa mayat ditenggelamkan, karena mayat

lamapun bila dibuang kedalam air akan keriput juga.

Page 11: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

Gambar 2 : Women Washerhand : gambaran jari tangan ”washerwoman” yang disebabkan oleh

pembenaman yang lama dalam air

6. Schaumfilzfroth, busa tampak pada mulut atau hidung atau keduanya.

Masuknya cairan kedalam saluran pernapasan merangsang terbentuknya

mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-

paru dan terkocok oleh karena adanya upaya pernapasan yang hebat. Busa

dapat meluas sampai trakea, bronkus utama dan alveoli. Paru-paru akan

terisi air dan cairan busa akan menetes dari bronkus ketika paru-paru di

tekan dan dari potongan permukaan paru ketika dipotong dengan pisau.

Page 12: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

7. Pada lidah ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda

bahwa korban berusaha untuk hidup atau tanda sedang terjadi epilepsi,

sebagai akibat dari masuknya korban kedalam air.

8. Cadaveric spasme, ini secara relatif lebih sering terjadi dan merupakan

reaksi intravital. Sebagaimana sering terdapat benda-benda, seperti rumput

laut, dahan atau batu. Ini menunjukkan bahwa waktu korban mati,

berusaha mencari pegangan lalu terjadi kaku mayat. Interpretasi

tergantung pada apakah tumbuhan terjepit dalam tangan yang

mencengkram kuat atau tidak.

Gambar 3: Cadaveric spasme pada korban mati tenggelam dengan segenggam rumput di

tangannya

9. Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat

terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai atau terkena benda-

benda disekitarnya. Luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan darah,

sehingga tidak jarang korban dianiaya sebelum ditenggelamkan.

Pemeriksaan wajah dan kepala dapat menampakkan dua gambaran khas

dari terendam5,6,10,11,13:

1. Post-mortem: lebam mayat (lividitas)(hipostasis)-karena pusat gravitasi tubuh

mengarah ke kepala, tubuh korban tenggelam biasanya mengambang sebagian

dengan kepala-kebawah didalam air. Lebam mayat, karenanya sering

menonjol pada wajah dan dan kepala. Warna livor mortis dapat berwarna

Page 13: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

(tidak biasa) merah-pink-cerah sebagai akibat pengawetan suhu dingin

terhadap oksihemoglobin. Dapat ditemukan peteki yang berhubungan dengan

lebam pada dan disekitar mata.

2. Kerucut foam (champigon de mousse), keluar dari mulut dan lubang hidung-

Berwarna putih atau agak sedikit terdapat darah, berbusa dan busa yang

bertahan kuat dapat mengisi

jalan napas dan dapat dilihat

dari luar. Busa umumnya

memanjang secara vertikal

dalam bentuk kerucut yang

tampak jika tubuh tidak

diganggu, posisi terlentang.

Busa terdiri dari campuran

medium tempat tenggelam,

udara dan sekresi dari kelenjar mukosa bronkhial. Jumlah busa yang tampak

dari luar dapat meningkat volumenya sesaat setelah kematian ketika kaku

mayat menekan dada.

Gambar 4 : Gambaran mulut dan lubang hidung penuh busa menunjukkan bukti korban mati

tenggelam

G) Pemeriksaan Dalam1

1. Paru-paru tampak membesar, memenuhi seluruh rongga paru-paru

sehingga tampak impresi dari iga-iga pada paru-parunya. Oleh karena

Page 14: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

pembesaran paru-paru akibat kemasukan air, maka pada perabaan akan

terasa krepitasi oleh karena air. Edema dan kongesti paru-paru dapat

sangat hebat dimana bila berat paru-paru normal adalah 200-300gr,

sekarang bisa mencapai lebih dari 1 kilogram. Dalam saluran pernapasan

yang besar seperti trakea, bronkus, dan bronkhioli, dapat ditemukan

benda-benda asing, tampak secara makroskopik misalnya tumbuhan air,

pasir, lumpur, dan sebagainya. Tampak secara mikroskopik diantaranya

telur cacing dan diatome (ganggang kersik).

2. Pleura dapat berwarna kemerahan dan pada daerah subpleural mungkin

terdapat peteki-peteki, tapi dengan adanya air yang masuk maka hal ini

tidak lagi berupa titik-titik (karena terjadi hemolisa) melainkan berupa

bercak-bercak dan bercak-bercak ini disebut bercak-bercak paltauf, yang

berwarna biru kemerahan.

H) Pemeriksaan Laboratorium9

1. Pemeriksaan Diatome

Apabila seseorang mati karena tenggelam maka cairan bersama diatome

akan masuk ke dalam saluran pernapasan dan pencernaan, kemudian diatome

akan masuk ke dalam aliran darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu

korban masih hidup dan tersebar ke seluruh jaringan.9

Umumnya diatome dikenal sebagai ganggang yang hidup di dalam air.

Setiap jenis air memiliki keanekaragaman diatome tersendiri. Diatome merupakan

organisme mikroskopik alga uniseluler yang autotropik di alam dan memiliki

berbagai macam jenis yang dapat ditemukan di air laut dan air tawar. Diatome

biasanya ditemukan di dalam air seperti kolam, danau, sungai, kanal dan lain lain,

akan tetapi konsentrasinya dapat tinggi atau rendah di dalam air tertentu,

tergantung pada musim. Berdasarkan karakteristik lain yaitu kedalaman air, tidak

didapatkan bukti adanya pertumbuhan diatom di bawah 100 meter.2,7

Pada saat tenggelam berlangsung, diatome masuk ke rongga paru-paru

seseorang yang terbuka ketika air terisap, dan air yang masuk menekan rongga

Page 15: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

paru-paru dan memecahkan alveoli. Melalui alveoli yang pecah diatoms dapat

masuk ke jantung, hati, ginjal, sumsum tulang dan otak. Pada diameter dan

ketebalan alveoli paru-paru diketahui sangat kecil akan tetapi tidak mustahil

semua diatom-diatom dapat masuk ke dalam organ dan rongga paru-paru dimana

dapat menembus melalui jaringan kapiler ini disebut “Drowning Associated

Diatoms” (DAD).2

Pada forensik investigasi, dalam memecahkan kasus tenggelam, salah satu

hal termudah mendeteksi adanya diatom pada viscera tubuh yang tenggelam. Pada

kasus tenggelam ante mortem maka didapatkan diatom pada putative drowning

medium. Untuk mencari diatome, paru-paru harus didestruksi dahulu dengan asam

sulfat dan asam nitrat, kemudian disentrifus dan endapannya dilihat dibawah

mikroskop. Diagnosis pada kasus tenggelam dari analisa diatome harusnya positif

tenggelam bila ditemukan diatom minimal diatas 20 diatome/100ul lapangan

pandang kecil (terdiri atas 10 cm dari sampel paru-paru) dan 50 diatome dari

beberapa organ, selanjutnya sebaiknya diatom yang ditemukan harusnya cocok

dari sumsum tulang dan tempat dimana tenggelam, ini merupakan bukti yang kuat

yang dapat mendukung dan dapat menyimpulkan seseorang tenggelam pada saat

masih hidup atau tidak. 1,2,7

Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar. Bila mayat

telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet,

atau sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati dan limpa kurang

bermakna sebab dapat berasal dari penyerapan abnormal dari saluran pencernaan

terhadap air minum atau makanan.9

2. Pemeriksaan Destruksi Paru

Ambil jaringan perifer paru sebanyak 100 gram, masukkan ke dalam labu

erlenmeyer dan tambahkan asam sulfat pekat sampai jaringan paru terendam.

Diamkan selama setengah hari agar jaringan hancur. Kemudian dipanaskan dalam

lemari asam sambil diteteskan nitrat pekat sampai terbentuk cairan yang jernih,

dinginkan dan cairan diputar dalam centrifuge. Sedimen yang terjadi kemudian

ditambah dengan akuades, putar kembali dan dilihat dengan mikroskop.

Pemeriksaan diatome positif apabila pada jaringan paru ditemukan diatom

Page 16: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

4-5/LPB atau 10-20 per satu sediaan. Pada sumsum tulang sudah positif apabila

ditemukan satu diatome.9

3. Pemeriksaan Getah Paru

Permukaan paru disiram dengan air bersih, iris bagian perifer, ambil

sedikit cairan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas objek, kemudian tutup

dengan kaca penutup dan lihat di bawah mikroskop. Selain diatom, dapat

ditemukan tumbuhan-tumbuhan atas jenis-jenis lainnya.9

4. Pemeriksaan Darah Jantung

Pemeriksaan berat jenis dan kadar elektrolit pada darah yang berasal dari

bilik jantung kiri dan bilik jantung kanan. Apabila tenggelam di air tawar, berat

jenis dan kadar elektrolit dalam darah jantung kiri lebih rendah dari jantung

kanan. Perbedaan elektrolit lebih dari 10% dapat menyokong diagnosis, walaupun

secara sendiri, kurang bermakna.9

I) Pembusukan

Pemeriksaan dari tubuh yang membusuk menghadirkan masalah-masalah

khusus baik penegasan obyektif dari identitas yang diduga maupun bertambahnya

kesulitan dalam menginterpretasi penemuan-penemuan fisik. Bagaimananpun,

adalah suatu kesalahan jika memeriksa tubuh yang membusuk dengan tidak teliti

atau tidak menggunakan metode yang telah diberikan pada contoh yang telah

diawetkan.5,10

Terbenamnya tubuh dalam air-garam memperlambat laju pembusukan,

terutama jika air bersuhu dingin. Bagaimanapun, pembusukan dimulai kembali

semenjak tubuh diangkat dari air dan lebih cepat pada lingkungan yang hangat.

Air payau yang hangat mempercepat laju pembusukan. Perendaman dalam air

dingin dapat mengubah lemak tubuh menjadi adipocera. Struktur penting dari

tubuh terawetkan dengan sangat baik ketika adipocera telah terbentuk.

Pemeriksaan radiologi merupakan langkah awal yang berguna dalam pemeriksaan

medis pada tubuh yang membusuk. Foto rontgen dapat berguna untuk identifikasi

Page 17: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

obyektif dan dapat menunjukkan cedera bermakna yang tidak terduga

sebelumnya.6,14,15

Dari luar, tubuh membusuk yang diangkat dari air tampak sama seperti

tubuh yang tidak terendam. Terdapat perubahan warna pada kulit dan

pembengkakan lemak subkutan dan rongga tubuh. Perubahan `washerwoman

(wanita pencuci)` pada kulit tangan dan kaki dapat menghasilkan pengelupasan

kulit spontan pada tempat ini. Flap kulit partial-thickness yang kemudian diangkat

dapat digunakan untuk identifikasi daktilografik. 6,14,15

 Pemeriksaan dalam dapat menampakkan beberapa perubahan penting

yang dapat menyesatkan. Pertama-tama, perembesan darah ke jaringan

ekstravaskular pada lebam mayat di kepala dapat memberikan warna ungu mirip

bisul pada permukaan kulit kepala yang mirip dengan daerah memar akibat

trauma tumpul. Tentu saja, tidak terdapat cedera pada kepala yang berhubungan.

Perubahan ini juga dapat terlihat pada tempat lain, termasuk didalam otot-otot

leher. Kedua, paru dapat lebih tampak kolaps daripada bervolume (sangat besar).

Sementara pembusukan berlanjut, terjadi perembesan cairan yang dihirup dari

jaringan paru kedalam rongga pleura; khasnya rongga dada mengandung cairan

keruh, berwarna coklat dimana terdapat gumpalan lemak yang mengambang.

Penemuan ini, bersama dengan perdarahan telinga tengah, yang mana jika ada,

biasanya diawetkan pada tubuh yang membusuk, merupakan bukti penegasan

yang berharga dari kematian akibat tenggelam. Sayangnya, banyaknya faktor-

faktor intrinsik dan faktor-faktor lingkungan yang terlibat dengan pembusukan

dalam medium cair membuat penilaian berapa lama korban telah meninggal

menjadi kurang akurat daripada kematian pada daratan kering.6,14,15

J) Diagnosis Tenggelam

Apabila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosis

kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan

yang terliti dari pemeriksaan luar, dalam, laboratorium berupa histologi, tes

destruksi jaringan, berat jenis dan kimia darah. Apabila mayat sudah membusuk,

maka diagnosis kematian akibat tenggelam dibuat berdasarkan adanya diatom

yang cukup banyak pada paru-paru yang bila disokong oleh penemuan diatom

Page 18: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum tulang, maka diagnosis akan

menjadi makin pasti.

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Thanatologi

a. Kaku mayat sudah hilang

Kaku mayat mulai terdapat sekitar 2 jam post-mortal dan mencapai

puncaknya setelah 10-12 jam post-mortal, keadaan ini akan menetap

selama 24 jam; dan setelah 24 jam kaku mayat mulai menghilang sesuai

urutan terjadinya, yaitu dimulai dari otot-otot wajah, leher, dada, perut,

dan tungkai, setelah 48 jam terjadi relaksasi kembali. Menurut Szebt-

Gyorgyi di dalam pembentukan kaku mayat peranan ATP adalah sangat

penting. Seperti diketahui bahwa serabut otot dibentuk dua jenis protein,

yaitu aktin dan miosin, yang bersama-sama dengan ATP membentuk suatu

massa yang lentur dan dapat berkontraksi.

Bila kadar ATP menurun, maka akan terjadi perubahan pada aktin-

miosin, dimana sifat lentur dan kemampuan untuk berkontraksi

Page 19: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

menghilang; sehingga otot yang bersangkutan akan menjadi kaku dan

tidak dapat berkontraksi. Oleh karena kadar glikogen yang terdapat pada

setiap otot itu berbeda-beda, sehingga sewaktu terjadinya pemecahan

glikogen menjadi asam laktat dan energi pada saat terjadinya kematian

somatis, dimana energi tersebut digunakan untuk resintesa ATP, akan

menyebabkan perbedaan ATP dalam setiap otot.

Keadaan tersebut dapat menerangkan mengapa kaku mayat akan

mulai tampak pada serabut otot yang jaringan otot yag jumlah serabut

ototnya sedikit, keadaan ini juga yang menerangkan mengapa kematian

karena infeksi, konvulsi kelelahan fisik serta keadaan suhu keliling yang

tinggi akan menyebabkan cepat terbentuknya kaku mayat.

b. Lebam mayat sulit dinilai, hampir seluruh tubuh berwarna hijau kehitaman dan sudah mengalami pembusukan lanjut. Tanda-tanda pembusukan lanjut sudah ada yaitu rambut mudah dicabut, kulit ari terkelupas dan keluar cairan berwarna merah kehitaman pada mulut dan hidung. Paru-paru, usus, ginjal dan scrotum berisi gas pembusukan. Pada pemeriksaan dalam, otak, pankreas dan limpa sudah membubur.

Pembusukan suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh

mengalami dekomposisi baik yang disebabkan oleh karena adanya

aktifitas bakteri atau akibat autolisis. Autolisis adalah pelunakkan dan

pencairan jaringan yang terjadi dalam keadaan steril. Autolisis timbul

akibat kerja digestif oleh enzim yang dilepaskan oleh sel pasca mati dan

hanya dapat dicegah oleh pembekuan jaringan.

Pembusukan tampak 24 jam setelah mati berupa warna kehijauan

pada perut kanan bawah yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan

penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut, yang secara

bertahap akan menyebar keseluruh perut dan dada. Warna kehijauan ini

disebabkan oleh terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Pada proses

pembusukan akan terbentuk gas-gas alkana H2S dan HCN, serta asam

amino dan asam lemak. Bau busuk pun mulai tercium. Selanjutnya kulit

ari akan terkelupas atau membentuk gelembung berisi cairan kemerahan

Page 20: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

berbau busuk. Selanjutnya pembentukan gas dalam tubuh dimulai di dalam

lambung dan usus kemudian di daerah skrotum dan payudara. Selanjutnya

rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas.

Rumus Casper menunjukkan perbedaan kecepatan pembusukan

pada keadaan lingkungan yang berbeda-beda. Menurut Casper, keadaan

mayat setelah berada selama 1 minggu di udara terbuka adalah sama

dengan 2 minggu di dalam air dan 8 minggu di dalam kuburan.

c. Pada pemeriksaan mata, didapatkan kelopak mata sudah membubur. Selaput bening (kornea) keruh dan selaput putih (sklera) keruh pada mata kanan dan kiri.

Pengeringan dari kornea yang akan menyebabkan kekeruhan akan

tampak beberapa menit setelah kematian. Terbukanya mata juga akan

menyebabkan perubahan pada sklera, dimana tampak sebagai daerah

segitiga yang berwarna coklat dengan alas pada tepi kornea dan puncaknya

menghadap ke sudut mata sebelah dalam. Perubahan pada sklera tersebut

dikenal dengan nama: taches noires sclerotiques. Kekeruhan yang

menyeluruh pada kornea yang terjadi 10—12 jam setelah kematian

tersebut tidak dapat dihilangkan dengan air, lain halnya dengan kekeruhan

yang segera terjadi setelah kematian. Tekanan intraokuler akan menurun,

hal ini akan menyebabkan distorsi pada teleng mata bila bola mata ditekan.

d. Pada pemeriksaan mulut ditemukan adanya cairan berwarna merah kecoklatan. Lidah tergigit satu sentimeter dari gigi seri.

Masuknya cairan ke dalam saluran pernafasan merangsang

terbentuknya mucus, dan terbentuklah busa halus. Substansi ini ketika

bercampur dengan air dan surfaktan paru terkocok oleh karena adanya

upaya pernafasan yang hebat. Pembusukan akan merusak busa tersebut

dan akan terbentuk pseudoform yang berwarna kemerahan yang berasal

dari darah dan gas pembusukan.

Pembentukan gas di dalam tubuh, dimulai di dalam lambung dan

usus, akan mengakibatkan tegangnya perut dan keluarnya cairan

kemerahan dari mulut.

Page 21: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

Berdasarkan data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa korban

telah berusaha untuk bernafas pada saat korban tenggelam dan air mulai

masuk ke dalam saluran pernapasan korban. Lidah tergigit merupakan

tanda bahwa korban masih hidup atau sedang terjadi epilepsi sebagai

akibat dari masuknya korban ke dalam air.

2. Mekanisme Kematian

Pada pemeriksaan luar tidak ditemukan tanda-tanda kegagalan pernapasan

(asfiksia). Pada pemeriksaan dalam juga tidak ditemukan tanda-tanda tenggelam

yang bermakna. Pemeriksaan mikroskopik tidak dilakukan karena jaringan sudah

membusuk. Penyebab kematian tidak bisa ditentukan karena tidak dijumpai tanda

yang khas baik pada pemeriksaan luar atau dalam serta keadaan mayat telah

mengalami pembusukan lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Dimaio V, Dimaio D. Death by drowning in Forensic Pathology. Second edition. CRC press LLC. 2001. Page 395-403.

2. Singh R, Kumar M, ell. Drowning Associated Diatoms. Department of Forensic Science. Punjabi University. [cited 2008 Mar 5] available from : http://www.icmft.org

3. Sheperd MS. Drowning. Department of Emergency Medicine. Hospital of the University of Pennsylvania. [cited 2008 Feb 11] available from : http://www.emedicine.com

4. Dix J. Asphyxia (Suffocation) and Drowning. In: Color Atlas of Forensic Pathology. 3rd Edition. USA: CRC Press. 2000. P99-115

5. Dolinak D, Matshes E, Leiv E. Drowning. In: Forensic Pathology-Principles and Practice. 2nd Edition. USA: Elsevier Inc. 2005. P251-261

6. Piette HAM, DeLetter AE. Drowning: Still a Difficult Autopsy Diagnosis. [online]. 27 December 2005. Available from: URL http://www.scien cedirect.com

Page 22: Tinjauan Pustaka Baru Ujian

7. Mun’im A. Tenggelam. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Binarupa Aksara. Jakarta. 1997. Hal 178-189.

8. Idries, Abdul M. Pedoman Ilmu kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta. Binarupa Aksara. 1997. H: 178-190.

9. Budiyanto A.Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Ilmu kedokteran Forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1997. H: 64-70.

10. Sumardjo AP. Tenggelam. [online]. 2002. Available from: URL http://www.uinersitassumaterautara/forensik081348.co.id

11. Pounder JD. Bodies from Water. [online]. 1992. Available from: URL http://www.universityofDundee/forensicmedicinejournal07234.org

12. Rao D,MD. Drowning. [online]. 2012. Available from: URL http://www.forensicpathologyonline.com.

13. Sutcliffe J. Drowning Physiology. [online]. 2003. Available from: URL http://www.NLScoursepack/journalforensic098531.org

14. Shkum JM, Ramsay DA. Bodies Recovered from Water. In: Forensic Pathology of Trauma. 6th Edition. USA: Humana Press. 2007. P253-295

15. Farrugia A. Diagnostic of Drowning in Forensic Medicine. [online]. 2007. Available from: URL http://www.fromoldproblemstonewchallenges/ 10.5772/19234.com.

16. Smith S. Mati terbenam/tenggelam. Bagaimana Dokter Mengetahui Sebab Kematian. Medical Group. Hal 61-69.