TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang...

34
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja Lingkungan kerja adalah tempat dimana karyawan melakukan aktivitas setiap harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal (Harrianto, 2010). Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi karyawan (Lewa dan Subowo, 2005). Jika karyawan menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka karyawan tersebut akan betah dalam melakukan aktivitas, sehingga waktu kerja dipergunakan secara efektif. Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja yang terbentuk antara sesama karyawan dan hubungan kerja antara bawahan dan atasan serta lingkungan fisik tempat karyawan bekerja (Sedarmayanti, 2009). Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan termasuk hal yang penting untuk diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja yang memuaskan bagi karyawannya dapat meningkatkan kinerja, sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja karyawan (Sakitri, 2009; Nurhaida, 2010). Menurut Supardi dalam Nurhaida (2010), lingkungan kerja merupakan keadaan sekitar tempat kerja, baik secara fisik maupun non fisik yang dapat memberikan kesan yang menyenangkan, mengamankan, menentramkan, dan betah kerja. Nitisemito (2000) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut: lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan.

Transcript of TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang...

Page 1: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

10

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja adalah tempat dimana karyawan melakukan aktivitas setiap

harinya. Lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa aman dan

memungkinkan karyawan untuk dapat bekerja optimal (Harrianto, 2010).

Lingkungan kerja dapat mempengaruhi emosi karyawan (Lewa dan Subowo,

2005). Jika karyawan menyenangi lingkungan kerja dimana dia bekerja, maka

karyawan tersebut akan betah dalam melakukan aktivitas, sehingga waktu kerja

dipergunakan secara efektif. Lingkungan kerja itu mencakup hubungan kerja

yang terbentuk antara sesama karyawan dan hubungan kerja antara bawahan dan

atasan serta lingkungan fisik tempat karyawan bekerja (Sedarmayanti, 2009).

Lingkungan kerja dalam suatu perusahaan termasuk hal yang penting untuk

diperhatikan. Meskipun lingkungan kerja yang memuaskan bagi karyawannya

dapat meningkatkan kinerja, sebaliknya lingkungan kerja yang tidak memadai

akan dapat menurunkan kinerja dan akhirnya menurunkan motivasi kerja

karyawan (Sakitri, 2009; Nurhaida, 2010).

Menurut Supardi dalam Nurhaida (2010), lingkungan kerja merupakan

keadaan sekitar tempat kerja, baik secara fisik maupun non fisik yang dapat

memberikan kesan yang menyenangkan, mengamankan, menentramkan, dan

betah kerja. Nitisemito (2000) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai berikut:

lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang

dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang diembankan.

Page 2: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

11

Lewa dan Subowo (2005) menyatakan bahwa lingkungan kerja didesain

sedemikian rupa agar tercipta hubungan kerja yang mengikat pekerja dengan

lingkungannya. Lingkungan kerja yang baik apabila karyawan dapat

melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Lingkungan

kerja yang kurang baik dapat menuntut tenaga kerja serta waktu yang lebih

banyak dan tidak mendukung diperolehnya rancangan sistem kerja yang efisien

(Lewa dan Subowo, 2005).

Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan bahwa lingkungan kerja merupakan

segala sesuatu yang ada di sekitar karyawan pada saat bekerja, baik yang berbentuk

fisik ataupun non fisik, langsung atau tidak langsung, yang dapat mempengaruhi

dirinya dan pekerjaannya saat bekerja (Novita, 2013). Lingkungan kerja yang

mendukung produktivitas kerja akan menimbulkan kepuasan kerja bagi pekerja

dalam suatu organisasi. Menurut Sihombing (2004), indikator dari lingkungan kerja

adalah: fasilitas kerja, gaji dan tunjangan, serta hubungan kerja.

2.1.1 Jenis Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja dapat dibagi atas 2 (dua) jenis, yaitu: lingkungan kerja non

fisik dan lingkungan kerja fisik (Nurhaida, 2010; Novita, 2013). Lingkungan kerja

non fisik mencakup hubungan kerja yang terbina dalam perusahaan (Sedarmayanti,

2009). Seseorang bekerja di dalam perusahaan tidaklah seorang diri, dan dalam

melakukan aktivitas, orang tersebut juga membutuhkan bantuan orang lain.

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di

sekitar tempat kerja di mana dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung

Page 3: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

3

maupun tidak langsung (Sedarmayanti , 2009). Lingkungan kerja fisik dapat dibagi

menjadi 2 (dua ) kategori yakni:

1. Lingkungan yang secara langsung berhubungan dengan karyawan

(seperti pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya).

2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut

lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu,

kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis,

bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.

Robbins dan Stephen (2002) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah: suhu, kebisingan, penerangan, dan

mutu udara. Suhu adalah variabel dimana terdapat perbedaan individual yang besar.

Dengan demikian untuk memaksimalkan produktivitas, karyawan harus bekerja di

suatu lingkungan dimana suhu diatur sedemikian rupa, sehingga berada di antara

rentang kerja yang dapat diterima setiap individu.

Bekerja pada ruangan yang gelap dan samar-samar akan menyebabkan

ketegangan pada mata (Marji, 2012). Intensitas cahaya yang tepat dapat membantu

karyawan dalam memperlancar aktivitas kerjanya (ILO, 2013). Tingkat yang tepat

dari intensitas cahaya juga tergantung pada usia karyawan (Harrianto, 2010).

Pencapaian kinerja pada tingkat penerangan yang lebih tinggi akan lebih besar untuk

karyawan yang lebih tua dibandingkan yang lebih muda.

Mutu udara merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan karena menghirup udara

yang tercemar membawa efek yang merugikan pada kesehatan pribadi (Suma’mur,

1980). Udara yang tercemar dapat mengganggu kesehatan karyawan (Harrianto,

Page 4: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

4

2010; ILO, 2013). Udara yang tercemar di lingkungan kerja dapat menyebabkan

sakit kepala, mata perih, kelelahan, lekas marah, dan depresi (Harrianto, 2010).

Faktor lain yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah rancangan ruang

kerja. Rancangan ruang kerja yang baik dapat menimbulkan kenyamanan bagi

karyawan di tempat kerjanya. Menurut Robbins dan Stephen (2002), faktor-faktor

dari rancangan ruang kerja terdiri atas: ukuran ruang kerja, pengaturan ruang kerja,

dan privasi. Ruang kerja merujuk pada besarnya ruangan per karyawan, sedangkan

pengaturan merujuk pada jarak antara orang dan fasilitas. Pengaturan ruang kerja itu

penting, karena sangat mempengaruhi interaksi sosial (Novita, 2013). Orang lebih

mungkin berinteraksi dengan individu-individu yang dekat secara fisik. Oleh karena

itu , lokasi kerja karyawan mempengaruhi informasi yang ingin diketahui.

2.1.2 Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi

lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan karyawan. Sedarmayanti (2009)

menyatakan terdapat 11 faktor yang menentukan lingkungan kerja yaitu:

1. Pencahayaan tempat kerja

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna

mendapatkan keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh karena itu, perlu

diperhatikan adanya penerangan yang cukup tetapi tidak menyilaukan. Cahaya

yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami

kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan

pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.

Page 5: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

5

2. Suhu tempat kerja

Tubuh manusia selalu mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem

tubuh yang sempurna, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan

yang terjadi di luar tubuh. Namun demikian, kemampuan untuk menyesuaikan

diri tersebut ada batasnya. Tubuh manusia masih dapat menyesuaikan dirinya

dengan suhu luar jika perubahan suhu luar tubuh tidak melebihi dari 20% untuk

kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin dari keadaan normal tubuh.

3. Kelembaban di tempat kerja

Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa

dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi

oleh suhu udara, dan secara bersama-sama antara suhu, kelembaban dan

kecepatan udara serta radiasi panas akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia

pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan

dengan suhu udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan

pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran, karena sistem penguapan.

Pengaruh lain, adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya

peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu

berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu

sekitarnya.

4. Sirkulasi udara di tempat kerja

Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahkluk hidup untuk menjaga

kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan

kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah

Page 6: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

6

bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat

kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.

Dengan cukup oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara

psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan

memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar

selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah

setelah bekerja.

5. Kebisingan di tempat kerja

Salah satu polusi yang cukup mengganggu adalah polusi suara, yang merupakan

bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, terutama dalam

jangka panjang karena bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja,

merusak pendengaran dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut

penelitian, kebisingan yang serius bisa menimbulkan gangguan psikologis. Oleh

karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya

dihindari agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga

produktivitas kerja meningkat.

6. Getaran mekanis di tempat kerja

Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang

sebagian dari getaran tersebut sampai ke tubuh karyawan dan dapat

menimbulkan akibat yang tidak diinginkan. Getaran mekanis pada umumnya

sangat mengganggu tubuh karena ketidakteraturannya dalam hal intensitas

maupun frekuensinya. Secara umum, getaran mekanis dapat menggaggu

Page 7: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

7

konsentrasi bekerja, mengakibatkan kelelahan dan timbul beberapa penyakit,

seperti penyakit mata, saraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain-lain.

7. Bau-bauan di tempat kerja

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran,

karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus

menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian sirkulasi udara

dan pertukaran udara merupakan salah satu solusi untuk mengurangi dampak

bau di tempat kerja.

8. Tata warna di tempat kerja

Tata warna merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari segi dekorasi. Hal ini

dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan.

Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan

lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang perasaan manusia.

9. Dekorasi di tempat kerja

Dekorasi berkaitan dengan tata letak, perlengkapan dan kemudahan akses

ergonomis dalam bekerja. Dekorasi yang baik adalah yang mendukung konsep

ergonomis yang mendukung aspek aksesibilitas dan tata letak barang maupun

perlengkapan.

10. Musik di tempat kerja

Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu

dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk bekerja.

Oleh karena itu, lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dapat

dikumandangkan di tempat kerja. Musik yang tidak sesuai dengan tempat kerja

Page 8: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

8

justru akan merusak konsentrasi dalam bekerja.

11. Keamanan di tempat kerja

Dalam menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman

maka perlu diperhatikan adanya upaya menjaga keamanan di tempat kerja; tidak

saja aspek keamaan dari bahaya gangguan kriminal, tetapi lebih juga pada aspek

keamanan pekerja dalam melakukan pekerjaan dengan menekankan pada aspek

pelaksanaan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja).

2.2 Potensi Risiko danHazards Lingkungan Kerja Terhadap Pekerja

Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan

mereka secara efektif dan efisien (Kurniawidjaja, 2012). Sebaliknya, jika tempat

kerja tidak terorganisir dan banyak terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit tak

terhindarkan, mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan produktivitas

berkurang bagi perusahaan (Harrianto, 2010; Mutaqin, 2013). Meskipun

kenyataannya, para pengusaha di seluruh dunia telah secara hati-hati

merencanakan strategi bisnis mereka, banyak yang masih mengabaikan masalah

penting seperti keselamatan, kesehatan dan kondisi kerja. Biaya untuk manusia

dan finansial dianggap besar (Subaris dan Haryono, 2008).

Menurut ILO (2013), setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di

tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat

kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di

tempat kerja. Data menunjukkan, biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu

tinggi.

Page 9: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

9

Dalam istilah ekonomi, diperkirakan bahwa kerugian tahunan akibat

kecelakaan kerja dan penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan di beberapa

negara dapat mencapai 4 % dari produk nasional bruto (PNB). Biaya langsung dan

tidak langsung dari dampak yang ditimbulkannya meliputi (Kurniawidjaja, 2012;

ILO, 2013):

a. Biaya medis;

b. Kehilangan hari kerja;

c. Mengurangi produksi;

d. Hilangnya kompensasi bagi pekerja;

e. Biaya waktu / uang dari pelatihan dan pelatihan ulang pekerja;

f. Kerusakan dan perbaikan peralatan;

g. Rendahnya moral staf;

h. Publisitas buruk;

i. Kehilangan kontrak karena kelalaian.

Di masa lalu, kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja dipandang

sebagai bagian tak terhindarkan dari produksi (Suma’mur, 1980; Subaris dan

Haryono, 2008). Namun, waktu telah berubah. Sekarang ada berbagai standar

hukum nasional dan internasional tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang

harus dipenuhi di tempat kerja (Kurniawidjaja, 2012). Standar-standar tersebut

mencerminkan kesepakatan luas antara pengusaha/pengurus, pekerja dan

pemerintah bahwa biaya sosial dan ekonomi dari kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja harus diturunkan. Sekarang dipahami bahwa semua biaya ini

memperlamban daya saing bisnis, mengurangi kesejahteraan ekonomi negara dan

Page 10: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

10

dapat dihindari melalui tindakan di tempat kerja yang sederhana tetapi konsisten

(Nitisemito, 2000).

Seperti diketahui, potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat

berupa berbagai bentuk. Terlebih lagi, masing-masing risiko bisa menjadi tinggi

atau rendah, tergantung pada tingkat peluang bahaya yang ada.

Risiko yang ditimbulkan dapat berupa berbagai konsekuensi dan dapat dibagi

menjadi 4 (empat) kategori besar seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Didasarkan Pada Dampak

Korban

Sumber : ILO (2013)

Dari sudut pandang kesehatan kerja, sistem kerja mencakup empat komponen

kerja, yaitu pekerja, lingkungan kerja, pekerjaan, pengorganisasian pekerjaan dan

Page 11: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

11

budaya kerja (Subaris dan Haryono, 2008; Kurniawidjaja, 2012). Setiap

komponen tersebut dapat menjadi sumber atau situasi yang berpotensi

menimbulkan kerugian bagi kesehatan pekerja. Sumber atau situasi yang potensial

tersebut dikenal sebagai hazard atau faktor risiko kesehatan (Harrianto, 2010;

Kurniawidjaja, 2012). Sedangkan peluang hazard kesehatan menimbulkan suatu

cidera atau gangguan kesehatan disebut sebagai risiko (Kurniawidjaja, 2012).

Kurniawidjaja (2012) menyebutkan bahwa terdapat 6 buah sumber hazard

kesehatan di tempat kerja, antara lain :

1. Somatic Hazard

Somatic hazard merupakan hazard yang berasal dari tubuh pekerja yang

berupa kapasitas kerja dan status kesehatan pekerja. Contohnya yaitu

pekerja dengan buta warna kemudian mengerjakan alat elektronik yang

penuh dengan kabel warna-warni, hazard somatiknya dapat

membahayakan dirinya maupun orang lain.

2. Behavioural Hazard

Hazard perilaku merupakan hazard yang timbul karena perilaku pekerja

itu sendiri. Contohnya kebiasaan merokok para pekerja bengkel yang

menyebabkan kerusakan fungsi paru dan bahkan risiko kebakaran atau

peledakan apabila di tempat tersebut terdapat uap yang mudah terbakar.

3. Environment Hazard

Hazard lingkungan dapat berupa faktor kimia, fisika dan biologi. Ketiga

faktor ini berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan apabila intensitas

pajanannya tinggi dan melampaui toleransi kemampuan tubuh pekerja.

Page 12: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

12

Faktor atau bahaya fisik yang berpotensi menimbulkan penyakit akibat

kerja meliputi suhu lingkungan kerja yang ekstrim, kebisingan,

pencahayaan, getaran, tekanan dan radiasi baik pengion maupun tidak

(Daryanto, 2010; Harrianto, 2010). Sedangkan Faktor dari bahaya kimia

di lingkungan kerja seperti logam berat, pelarut organik, gas dan uap,

pestisida serta partikel di dalam udara (Kurniawidjaja, 2012).

Faktor risiko biologi di tempat kerja akan dapat menimbulkan penyakit

secara langsung kepada pekerja berupa penyakit infeksi seperti hepatitis,

tuberkulosis, jamur (mikosis), maupun parasit.

4. Ergonomic Hazard

Hazard ergonomi yang dimaksud terkait dengan kondisi pekerjaan dan

peralatan kerja yang dipakai oleh pekerja termasuk juga ke dalamnya

adalah work station.

5. Work Organization Hazard

Hazard pengorganisasian pekerjaan bisa menimbulkan stres kerja bagi

para pekerja. Pengaturan sumber daya manusia yang tidak baik serta jam

kerja yang tidak sesuai atau melebihi dari ketentuan undang-undang

dapat menimbulkan permasalahan kesehatan bagi pekerja.

6. Work Culture Hazard.

Hazard budaya kerja juga memiliki potensi menimbulkan penyakit dan

gangguan kesehatan bagi pekerja. Beban kerja yang berlebihan akibat

budaya kerja menunda pekerjaan serta budaya kerja sampai jauh malam

Page 13: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

13

adalah contoh bagaimana budaya kerja dapat menurunkan kualitas

kesehatan pekerja.

2.3 Klasifikasi Bengkel

Bengkel merupakan suatu unit usaha yang padat karya karena di dalamnya

melibatkan banyak pekerja dengan masing-masing divisi yang mengerjakan tugas

berbeda (Daryanto, 2010). Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI (1999) dalam

Keputusan No. 551/MPP/Kep/10/1999 mendefinisikan bengkel umum kendaraan

bermotor adalah bengkel umum kendaraan yang berfungsi untuk membetulkan,

memperbaiki, dan merawat kendaraan bermotor agar tetap memenuhi persyaratan

teknis dan laik jalan.

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.

551/MPP/Kep/10/1999 Tentang Bengkel Umum Kendaraan Bermotor

ditindaklanjuti oleh Direktur Jenderal Industri dan Logam Mesin Elektronik dan

Aneka dengan mengeluarkan Keputusan Dirjen No. 04/SK/DJ-ILMEA/V/2000

Tentang Persyaratan dan Penilaian Klasifikasi Bengkel Umum Kendaraan Bermotor

(Dirjen Industri dan Logam Mesin Elektronik dan Aneka, 2000). Berdasarkan

peraturan tersebut, maka bengkel dapat dibagi menjadi :

a. Bengkel Kelas I tipe A, B dan C

b. Bengkel Kelas II tipe A, B dan C

c. Bengkel kelas III tipe A, B dan C

Menurut peraturan tersebut klasifikasi bengkel ini didasarkan atas tingkat

pemenuhan terhadap persyaratan sistem mutu, mekanik, fasilitas dan peralatan, serta

Page 14: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

14

manajemen informasi sesuai dengan penilaian masing-masing kelas bengkel yang

telah diatur oleh keputusan Dirjen.

Dalam Surat Keputusan menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No.

191/MPP/Kep/2001 tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Perindustrian dan

Perdagangan Nomor 551/MPP/Kep/10/1999 (Menteri Perindustrian dan

Perdagangan RI, 1999) , disebutkan tentang tipe bengkel didasarkan pada tipe

pekerjaan yang mampu dilakukan, yaitu:

a. Bengkel tipe A merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis

pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil, perbaikan besar, perbaikan

chasis dan body.

b. Bengkel tipe B merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis

pekerjaan perawatan berkala,perbaikan kecil dan perbaikan besar, atau

jenis pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil serta sebagian

perbaikan chasis dan body.

c. Bengkel tipe C merupakan bengkel yang mampu melakukan jenis

pekerjaan perawatan berkala, perbaikan kecil.

Klasifikasi sistem mutu bengkel seperti yang tampak pada Tabel 2.2, terdiri dari

5 (lima) point persyaratan yaitu persyaratan umum, pedoman bengkel, pengendalian

atas peralatan bengkel, personil bengkel kendaraan bermotor dan kemampuan

identifikasi telusur hasil perawatan dan perbaikan kendaraan.

Penetapan kelas bengkel ditentukan dari capaian yang ditentukan dengan persen

pada masing-masing point seperti yang dijelaskan pada Tabel 2.2.

Page 15: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

15

Tabel 2.2Point Dasar Penilaian Kelas Bengkel Umum Kendaraan

No Persyaratan Sistem Mutu Kelas Bengkel

I II III1 Peryaratan umum

Men

capa

i nila

i > 8

0 da

lam

siste

m p

enila

ian

MEn

capa

i nila

i 60

s/d 8

0 da

lam

sist

em p

enila

ian

Men

capa

i nila

i < 6

0 da

lam

sist

em p

enila

ian2 Pedoman Bengkel :

a) Tanggung jawab manajemenb) Perencanaan sistem mutuc) Prosedur mutu

1. Proses penerimaan order2. Proses pengerjaan perawatan dan perbaikan3. Proses inspeksi / pemeriksaan dan

pengendalian hasil perawatan perbaikan4. Proses penyerahan5. Suku cadang6. Standar biaya/standar jam kerja7. Pelatihan8. Penanganan limbah

3 Pengendalian atas peralatan bengkel4 Personil bengkel kendaraan bermotor5 Identifikasi dan mampu telusur hasil perawatan dan

perbaikanSumber : Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI (1999).

Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI tahun 1999 menjelaskan bahwa

bengkel kendaraan bermotor baik roda 4 atau lebih dan bengkel kendaraan roda 2

sekurang-kurangnya harus memiliki fasilitas, yang terdiri dari.:

1. Fasilitas umum, adalah fasilitas yang disediakan untuk memberikan

pelayanan kepada pelanggan atau personil bengkel yang terdiri dari :

a. Ruang penerimaan pelanggan

b. Ruang administrasi

c. Ruang tunggu dan toilet

d. Ruang staf dan mekanik

e. Area parkir

Page 16: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

16

2. Fasilitas penyimpanan, adalah fasilitas yang disediakan dan berfungsi sebagai

ruang / tempat penyimpanan dari :

a. Peralatan

b. Suku cadang

c. Oli/pelumas

3. Fasilitas keselamatan, adalah fasilitas yang disediakan untuk penanggulangan

bahaya seperti kebakaran dengan penyediaan :

a. Alat pemadam api ringan

b. Tanda/petunjuk penyelamatan

4. Fasilitas penampung limbah, adalah fasilitas yang disediakan untuk

menampung /menyaring limbah bengkel yang berupa :

a. Oli bekas

b. Sampah suku cadang bekas

c. Air bekas cucian kendaraan

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Industri dan Logam Mesin Elektronik dan

Aneka No. 04/SK/DJ-ILMEA/V/2000 Tentang Persyaratan dan Penilaian Klasifikasi

Bengkel Umum Kendaraan Bermotor (Dirjen Industri dan Logam Mesin Elektronik

dan Aneka, 2000) disebutkan bahwa setiap bengkel kendaraan bermotor wajib

memiliki dan memenuhi persyaratan fasilitas bengkel, stall atau pit dan peralatan

sesuai kelas dan tipenya, serta kualifikasi mekanik sesuai dengan kelas bengkel

tersebut. Stall atau pit adalah area khusus disediakan untuk melakukan kegiatan

perawatan dan perbaikan tertentu kendaraan bermotor.

Page 17: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

17

2.4 Limbah Industri Bengkel

Dalam pikiran beberapa orang, bengkel selalu identik dengan kesan kotor, hiruk

pikuk, berlumuran minyak dan kumuh, hampir setiap hari bengkel membuang

limbah oli bekas yang kotor dan berlumpur (BPPT, 2008). Begitu juga dengan bahan

buangan seperti air aki bekas, pelarut cat, cairan pembersih yang semuanya

mengganggu kesehatan. Ada 3 (tiga) penyebab yang membuat bengkel motor atau

mobil tampil kotor yaitu (BPPT, 2008; Daryanto, 2010) :

a. Pertama, sumber daya manusianya kurang memahami kegiatan kerja

perbengkelan. Akibatnya sering terjadi kesalahan prosedur reparasi dan

servis. Akibat lebih jauh, mereka cenderung mengabaikan kedisiplinan,

keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Kedua, penataan ruangan yang kurang baik. Ukuran ruangan yang tidak

dirancang sesuai dengan standar, tetapi apa adanya. Ini mengganggu

pekerjaan yang seharusnya bisa cermat, tidak ceroboh dan asal-asalan.

c. Ketiga, kesadaran lingkugan yang amat rendah, kurangnya pemahaman

akan arti pentingnya kesehatan lingkungan, sehingga mereka tidak

memperdulikan bahaya limbah terhadap lingkungan dan pada akhirnya

akan berimbas ke manusia juga.

Jenis limbah yang dihasilkan oleh aktivitas perbengkelan terdiri dari beberapa

jenis yaitu (BPPT, 2008) :

2.4.1 Limbah Gas

Hasil pembakaran bahan bakar pada kendaraan bermotor merupakan faktor

penyebab pencemaran udara. Komponen utama bahan bakar fosil ini adalah hidrogen

Page 18: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

18

(H) dan karbon (C). Pembakarannya akan menimbulkan senyawa hidrokarbon (HC),

karbon monoksida (C), karbon dioksida (CO2), serta nitrogen oksida (NOx) pada

kendaraan yang berbahan bakar bensin (BPPT, 2008; Marji, 2012). Pada kendaraan

yang berbahan bakar solar, gas buangnya mengandung sedikit HC dan CO tetapi

lebih banyak SO-nya. Dari senyawa-senyawa itu, HC dan CO paling berbahaya bagi

kesehatan manusia. Jika sering terhirup, HC bisa mengakibatkan timbulnya penyakit

kanker, asma, dan sakit kepala, sedangkan CO dapat menyebabkan radang

tenggorokan. Yang lebih berbahaya lagi bila kadarnya tinggi, di mana gas CO

mampu melumpuhkan sistem pembuluh darah serta meredam kemampuan sel darah

merah mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh (Harrianto, 2010). Dalam hal ini sel

darah merah akan sangat mudah berafiliasi dengan gas CO.

2.4.2 Limbah Padat

Bengkel pada umumnya juga menghasilkan limbah padat. Limbah padat dari

daerah perbengkelan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu limbah logam dan

non logam (Marji, 2012). Limbah padat non logam dapat berupa ban bekas/karet,

busa, kulit sintetis, kain lap bekas yang telah terkontaminasi oli bekas/pelarut

(majun), cat kering, dan lain-lain. Limbah logam banyak terdiri dari berbagai

potongan logam, mur/skrup, bekas ceceran pengelasan dan lain-lain.

2.4.3 Limbah Cair

Limbah cair dari usaha perbengkelan dapat berupa oli bekas, bahan ceceran,

pelarut/pembersih, dan air (Ayuningtyas dan Wilujeng, 2012). Bahan

pelarut/pembersih pada umumnya mudah sekali menguap, sehingga keberadaannya

Page 19: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

19

dapat menimbulkan pencemaran terhadap udara yang dihirup oleh para pekerja.

Bahan bakar cairan merupakan cairan yang mudah terbakar oleh nyala api, dan juga

merupakan bahan yang mudah sekali dibawa oleh aliran air. Bahan bakar bensin

mudah sekali menguap dan terhirup oleh pekerja (Daryanto, 2010).

Air limbah dari usaha perbengkelan banyak terkontaminasi oli, gemuk, dan

bahan bakar. Air yang sudah terkontaminasi akan mengalir mengikuti saluran yang

ada, sehingga air ini mudah sekali untuk menyebarkan bahan-bahan kontaminan

yang terbawa olehnya. Oli bekas jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan

kesan kotor dan membutuhkan waktu untuk membersihkannya yang berakibat pada

lantai yang licin yang memudahkan terjadinya kecelakaan (Ayuningtyas dan

Wilujeng, 2012).

2.5 Standar Operasional Prosedur Sebagai Aspek Penting K3 (Kesehatan danKeselamatan Kerja) Bengkel Sepeda Motor

2.5.1 Petunjuk Bagi Pekerja

Sebelum seseorang bekerja pada bengkel diharuskan terlebih dahulu

memahami tentang petunjuk dan peraturan-peraturan tentang keselamatan kerja.

Walaupun setiap pekerjaan selalu ada risiko, akan tetapi dengan memahami

terlebih dahulu sebab-sebab terjadinya kecelakaan dan mengikuti petunjuk-

petunjuk kerja, maka jumlah kecelakaan pasti akan berkurang. Menurut perkiraan

70% dari kecelakaan yang terjadi di bengkel disebabkan oleh ketidaktelitian atau

kelalaian kerja (Daryanto, 2010; ILO, 2013).

Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia, termasuk pekerja

sepeda motor, kurang memperhatikan keselamatan kerja (ILO, 2013).

Page 20: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

20

Kemungkinan penyebabnya pertama, mereka mungkin tidak memiliki

pengetahuan tentang keselamatan kerja. Kedua, mereka sudah tahu, tetapi

mengabaikan karena punya kebiasaan buruk (Suma’mur, 1980; Saifuddin et al.,

2013). Kebiasaan tidak mematuhi aturan keselamatan kerja untuk pekerja

teknologi sepeda motor tidak dapat ditolerir. Untuk menjadi pekerja profesional,

setiap orang wajib terlebih dahulu mempelajari keselamatan kerja (Daryanto,

2010; Mutaqin, 2013). Semuanya ada aturan, dan aturan keselamatan kerja harus

dilaksanakan dengan kesadaran yang tinggi. Sikap dan kebiasaan kerja yang

profesional dibentuk melalui disiplin yang kuat. Bahkan, sikap dan kebiasaan

kerja merupakan kunci sukses seorang teknisi yang sukses. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja dapat dinyatakan sebagai sesuatu

yang menjamin keadaan, keutuhan, kesempurnaan, baik jasmani maupun rohani

manusia, serta hasil karya dan budayanya tertuju pada keselamatan masyarakat

pada umumnya dan pekerja.

Keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya

kecelakaan, kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia,

maupun yang berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, bengkel tempat

bekerja, dan lingkungan kerja, secara langsung dan tidak langsung (Daryanto,

2010; Marji, 2012). Sejalan dengan kemajuan teknologi, maka permasalahan

keselamatan kerja menjadi salah satu aspek yang sangat penting, mengingat risiko

bahaya dalam penerapan teknologi juga semakin kompleks. Keselamatan kerja

merupakan tanggung jawab semua orang baik yang terlibat langsung dalam

Page 21: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

21

pekerjaan dan juga masyarakat produsen dan konsumen pemakai teknologi pada

umumnya (ILO, 2013).

Peraturan keselamatan kerja harus diberlakukan di mana saja oleh setiap

orang yang bekerja, maupun oleh instansi yang memberikan pekerjaan. Hal yang

harus dilakukan seseorang untuk melaksanakan keselamatan kerja (Suma’mur,

1980; Daryanto, 2010; Mutaqin, 2013) adalah :

a. Bersikap mawas diri terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan;

b. Bekerja dengan sungguh-sungguh, cepat, teliti, dan tekun;

c. Menghindari sikap melamun dalam bekerja;

d. Usahakan untuk tidak ceroboh dalam bekerja;

e. Istirahat bila sudah lelah dan bosan;

f. Menghindari sikap bercanda dalam bekerja;

g. Memahami prosedur kerja dan tidak mencoba-coba;

h. Waspada dalam bekerja;

i. Menggunakan alat pengaman dalam bekerja dan tindakan lainnya

yang menunjang untuk selamat dalam bekerja.

Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan (Suma’mur, 1980; Harrianto,

2010) :

a. Disiplin terhadap peraturan perundangan;

b. Standarisasi prosedur kerja;

c. Pengawasan;

d. Penelitian bersifat teknis;

e. Riset medis;

Page 22: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

22

f. Penelitian psikologis;

g. Penelitian secara statistik;

h. Pendidikan dan latihan keselamatan

i. Petunjuk keselamatan kerja yang jelas dan tertulis

Bengkel yang bersih dan tersusun rapi, sangat membantu dalam mengurangi

jumlah kecelakaan. Alat-alat dan benda kerja jangan sampai ditinggalkan pada

tempat di mana seseorang dapat terjatuh. Gang dan jalan yang dilalui oleh pekerja

harus bersih. Oleh karena itu, bangku kerja, alat-alat dan benda kerja harus

tersusun secara rapi dan sistematis. Khusus untuk bengkel otomotif, minyak,

minyak pelumas dan gemuk yang berserakan dilantai, sebelum menimbulkan

kecelakaan harus ditutup dengan pasir atau serbuk gergaji (ILO, 2013; Novita,

2013).

2.5.2 Tata Peralatan Ruang Bengkel

Bengkel kerja yang bersih dan tersusun rapi, sangat membantu dalam

mengurangi jumlah kecelakaan. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

No. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 mengatur mengenai syarat–

syarat keselamatan kerja (Kurniawidjaja, 2012). Pada pasal 3 menyebutkan bahwa

“Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja

untuk memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban ”.

Alat-alat dan benda kerja jangan sampai ditinggalkan pada tempat di mana

seseorang dapat terjatuh. Jalan yang dilalui oleh pekerja harus bersih (Daryanto,

2010). Bangku kerja, alat-alat dan benda kerja harus tersusun secara rapi dan

sistematis. Oli atau minyak pelumas dan gemuk yang berserakan dilantai, sebelum

Page 23: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

23

menimbulkan kecelakaan harus ditutup dengan pasir atau serbuk gergaji

(Harrianto, 2010; Marji, 2012).

2.5.3 Bahan Bakar dan Minyak Pelumas

Di dalam bengkel otomotif biasa terdapat bahan bakar dan minyak pelumas

seperti bensin atau premium, solar dan adakalanya minyak tanah, oli dan gemuk

(Daryanto, 2010). Bahan ini dipergunakan untuk percobaan menghidupkan mesin

maupun sebagai bahan pencuci. Penyimpanan bahan bakar haruslah di tempat

yang tertutup, dan jauh dari nyala api maupun cahaya yang keras. Bahan bakar

mempunyai sifat yang mudah sekali menguap. Uap bensin mempunyai berat jenis

yang lebih ringan dari udara (Mahardika, 2012). Karena itu, bahan bakar yang

menyebar di lantai harus segera dibersihkan. Bila dibiarkan, uap bensin dengan

udara sangat mudah menyambar percikan api dan menimbulkan kebakaran dan

ledakan.

Bila ada bahan bakar yang tumpah di lantai, janganlah mengerjakan

penyambungan kabel, ataupun alat yang berarus listrik, karena pekerjaan

demikian dapat menimbulkan bunga api. Namun, jika terjadi kebakaran terhadap

bahan bakar jangan sekali-kali menyiramnya dengan air, karena bahan bakar

tersebut akan mengapung di atas air dan kebakaran akan menyebar.

Pergunakanlah gas racun api (extinguisher) atau pasir dan karung goni yang basah

untuk memadamkan api (Daryanto, 2010; Marji, 2012). Gemuk dipergunakan

untuk melindungi komponen yang selesai dibersihkan atau untuk membantu

pemasangan komponen. Pemakaian yang berlebihan akan menyebabkan benda

kerja malah jadi kotor atau hinggap pada bagian-bagian lain atau di lantai. Bila

Page 24: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

24

terjadi demikian, harus segera dibersihkan. Tidak perlu ditunggu dan dicari siapa

yang ceroboh melakukannya.

2.5.4 Karbonmonoksida

Gas sisa pembakaran yang keluar dari knalpot (silencer) mengandung

karbonmonoksida (CO). Pembakaran yang sempurna menyisakan gas

karbonmonoksida yang tidak berwarna, namun tetap berbahaya (Harrianto, 2010).

Bila pembakaran tidak sempurna, maka asap hitam akan mengepul. Bila ini terjadi

maka dianjurkan untuk mematikan mesin segera, karena mesti ada sesuatu yang

tidak benar terutama dalam penyetelan pembakaran (Daryanto, 2010). Gas buang

melalui knalpot dapat dijadikan indikasi kondisi mesin sebagai ukuran apakah

pembakaran sempurna atau kurang sempurna (Suma’mur, 1980).

Gas ini adalah racun, masuk ke dalam paru-paru melalui pernafasan yang

dapat mematikan manusia. Karena itu jika ada motor yang dihidupkan maka

pintu-pintu harus dibuka semua. Sebuah bengkel otomotif harus mempunyai

ventilasi yang baik (Marji, 2012). Tempatkanlah mesin-mesin percobaan pada

ruang terbuka dengan sirkulasi udara yang cukup. Dianjurkan untuk tidak

menghidupkan mesin percobaan terlalu lama. Bila harus melakukan pemanasan

mesin, lakukanlah di luar ruangan (Daryanto, 2010).

2.5.5 Peralatan Mesin Tangan (Portable Machines)

Bagian-bagian mesin yang berputar seperti ban, roda, puli, batang poros, roda

gigi dan rantai yang ada di bengkel otomotif haruslah mempunyai pelindung

(Mutaqin, 2103). Alat-alat pelindung yang sudah rusak dan alat pengaman lainnya

Page 25: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

25

yang sudah tidak berfungsi lagi, harus segera dilaporkan pada pengawas untuk

diganti (Harrianto, 2010). Mesin kompresor bekerja dengan ban pemindah

putaran. Ban tidak boleh dibiarkan dalam keadaan terbuka. Tutup pelindung ban

harus selalu terpasang. Mesin lain yang paling sering digunakan adalah bor

tangan, mesin gerinda dan pemutar baut. Mata bor dan batu gerinda harus

terpasang dan dikunci secara kuat.

Mesin bor tangan (portable) merupakan peralatan yang perlu diperhatikan

pemakaiannya. Kerusakan yang sering terjadi adalah mata bor sering tumpul atau

patah (Marji, 2012). Mata bor yang tersedia di pasaran mulai dari yang kualitas

rendah sampai kualitas tinggi. Tentunya disarankan agar menggunakan alat dan

bahan yang berkualitas tinggi. Perhatian yang lain adalah posisi kerja yang

nyaman (ergonomic).

2.5.6 Hazard Fisik di Bengkel Motor

Hazard fisik di bengkel sepeda motor yang sering dijumpai antara lain

kebisingan, getaran dan suhu ruangan serta pencahayaan. Sumber kebisingan di

bengkel sepeda motor berasal dari suara mesin gerinda dan suara kompresor yang

dipakai saat proses perbaikan dan perawatan sepeda motor (Daryanto, 2010;

Marji, 2012).

Kebisingan dapat diartikan sebagai suara yang timbul dari getaran-getaran

yang tidak teratur dan periodik serta menciptakan suara yang tidak dikehendaki.

Pengaruh utama dari kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera

indera pendengar, yang menyebabkan ketulian progresif (Harrianto, 2010;

Kurniawidjaja, 2012). Akibat kebisingan selama bekerja di bengkel akan

Page 26: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

26

membuat pembicara terpaksa berteriak-teriak yang memerlukan tenaga ekstra,

kesulitan berkonsentrasi dalam bekerja yang pada akhirnya berpotensi

menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Subaris dan Haryono, 2008).

Getaran merupakan hazard fisik yang juga sering dijumpai dan dihadapi oleh

para pekerja bengkel sepeda motor. Penggunaan alat pelepas baut yang terhubung

dengan kompresor serta penggunaan mesin gerinda merupakan salah satu contoh

alat yang menghasilkan getaran langsung pada tangan. Penggunaan alat pelindung

diri berupa sarung tangan pelindung akan mengurangi impact getaran yang

dihasilkan mesin ke tangan (Kurniawidjaja, 2012). Namun, sering kali dijumpai

para mekanik tersebut tidak memakai alat pelindung diri tersebut saat bekerja.

Nilai Ambang Batas (NAB) getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak

langsung pada lengan dan tangan tenaga kerja sebesar 4 m/s2 untuk waktu paparan

selama 4 jam atau kurang dari 8 jam kerja (Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI, 2011).

Suhu lingkungan kerja juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan para

pekerja mekanik di bengkel sepeda motor. Makin tinggi panas lingkungan,

semakin besar pula pengaruhnya terhadap suhu tubuh. Sebaliknya semakin rendah

suhu lingkungan, makin banyak pula panas tubuh yang akan hilang (Daryanto,

2010; Kurniawidjaja, 2012). Dengan kata lain terjadi suatu pertukaran panas

antara tubuh manusia yang didapat melalui proses metabolisme dengan tekanan

panas yang dirasakan sebagai kondisi panas lingkungan. Selama pertukaran ini

seimbang, tidak akan menimbulkan gangguan, baik penampilan kerja maupun

kesehatan kerja. Tekanan panas yang berlebihan akan merupakan beban tambahan

Page 27: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

27

yang harus diperhitungkan. Beban tambahan berupa panas lingkungan dapat

menyebabkan beban fisiologis misalnya kerja jantung bertambah. Nilai ambang

batas untuk cuaca (iklim) kerja adalah 21-30 ˚C suhu basah. Sedangkan untuk

pekerja tropis suhu efektifnya adalah 22-27˚C (Subaris dan Haryono, 2008). Yang

dimaksud dengan temperatur efektif adalah suatu beban panas yang dapat diterima

oleh tubuh dalam ruangan. Temperatur efektif akan memberikan efek yang

nyaman bagi orang yang berada di luar ruangan.

2.5.7 Pengangkat Sepeda Motor ( Bike Lift)

Bengkel sepeda motor yang standar dilengkapi dengan peralatan khusus

pengangkatan sepeda motor. Gunanya adalah untuk kenyamanan dan kesehatan

para pekerja. Hampir semua pekerjaan pada sepeda motor berada pada posisi

rendah, kecuali pekerjaan pada bagian stang yang terdiri dari lampu, speedometer,

lampu-lampu dan kunci kontak (ignition key). Dengan menggunakan alat angkat

bike lift pekerja tidak perlu jongkok dalam bekerja. Pekerjaan yang membutuhkan

waktu yang lama, seperti pembongkaran mesin atau transmisi, pekerja akan cepat

lelah dan mengalami kesulitan menjangkau obyek kerja. Oleh karena itu, sepeda

motor ditempatkan di atas bike lift dan dikunci agar tidak jatuh. Kemudian bike lift

dinaikkan sehingga ketinggian obyek kerja sesuai dengan kebutuhan pekerja.

2.5.8 Petunjuk Khusus Pelayanan Bagi Pekerja Mekanik

Pekerjaan pelayanan (service) sepeda motor bervariasi mulai dari yang sangat

sederhana sampai kepada yang rumit. Namun pelayanan sepeda motor yang rumit

sekalipun tidak akan melebihi enam langkah (BPPT, 2008; Daryanto, 2010)

Page 28: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

28

yakni: mengukur (measuring), membongkar (disassembling), perbaikan

(machining), memasang kembali yang baru atau hasil perbaikan (reassembling),

dan penyetelan. Enam langkah ini dapat diuraikan seperti di bawah ini.

a. Pengukuran (measuring) biasanya dilakukan dengan alat ukur seperti

feeler gauge, caliper, micrometer, depth and small hole gauges dan dial

indicators. Namun dalam praktek, mata, telinga dan penciuman

merupakan indera manusia yang digunakan untuk mengukur. Bila asap gas

buang terlihat hitam tebal bisa disimpulkan bahwa pembakaran tidak

sempurna. Gas buang yang mengeluarkan bau yang tajam dan tidak sedap

merupakan ukuran sensori bahwa sudah terjadi sesuatu misalnya dinding

silinder sudah aus, atau ring oli sudah aus. Baterai yang sudah lemah

diketahui dari ampermeter, voltmeter atau battery liquid tester. Telinga

juga dapat digunakan untuk mendengarkan kebisingan atau suara yang

tidak normal. Pada sepeda motor, tekanan kompresi diukur dengan

compression tester. Hasil dari pengukuran akan menjadi petunjuk bagian

mana yang harus dikerjakan, dan ini merupakan langkah pertama bagi

teknisi untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya.

b. Membongkar (disassembly) atau membuka bagian yang akan diperbaiki.

Ada kalanya bagian yang dicurigai memerlukan perbaikan tidak dapat

langsung dibuka, tetapi harus dibuka bagian lain untuk sampai pada bagian

yang akan diperbaiki. Misalnya,bila dicurigai bahwa katup tidak bekerja

dengan baik, maka yang lebih dahulu dibuka adalah kepala silinder.

Pekerjaan membuka harus dikerjakan hati-hati dan bagian yang dibuka

Page 29: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

29

ditempat pada tempat tersendiri atau panci. Pada waktu membuka ingat

posisi dan tempatnya. Bila perlu diberi tanda untuk diingat pada waktu

pemasangan kembali.

c. Langkah perbaikan (machining) yaitu melakukan pembersihan, penyetelan

dan perbaikan. Bila tidak bisa diperbaiki atau akan lebih baik diganti baru,

maka pekerjaan selanjutnya adalah mempersiapkan pemasangan kembali.

d. Pemasangan kembali (reassembly) dikerjakan dengan urutan terbalik dari

membongkar. Posisi bagian yang dibongkar dikembalikan secara benar.

Bila pada pembongkaran ada seal atau perapat atau baut yang lecet pada

waktu dibuka maka pada pemasangan kembali bagian tersebut sebaiknya

diganti baru. Bila ada baut yang dikencangkan, jarak platina, kelonggaran

katup, dan jarak elektroda busi haruslah mengacu pada standar spesifikasi

kendaraan.

e. Pekerjaan kelima adalah memastikan bahwa semua sudah terpasang

dengan benar dan siap untuk distel dan diuji coba. Sebelum mesin

dihidupkan, maka semua bagian yang bergerak harus digerakkan atau

diputar dulu dengan tangan. Sesudah dirasakan semua bergerak dengan

lancar barulah mesin dihidupkan secara stasioner.

f. Langkah terakhir adalah uji coba jalan (running test). Teknisi harus

mampu menentukan apakah pekerjaan sudah dapat diselesaikan dengan

baik. Semua bagian haruslah disesuaikan dengan standar baku, sesuai

dengan spesifikasi yang dikeluarkan pabrik pembuat kendaraan.

Page 30: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

30

2.6 Uji Fungsi Paru

Uji fungsi paru merupakan salah satu metode yang dapat dipakai untuk

menentukan kesehatan paru pekerja yang terpapar oleh polutan berupa debu

ataupun senyawa pencemar udara lainnya (Budiono, 2007). Salah satu metode

untuk dapat melakukan pemeriksaan fungsi paru adalah spirometri (Subaris dan

Haryono, 2008). Pemeriksaan spirometri ini adalah pemeriksaan klinis dari fungsi

ventilasi paru-paru dengan menggunakan alat spirometer yang mengukur arus

dalam satuan isi dan waktu (Guyton dan Hall, 2012). Metode uji ini sangat

menguntungkan karena merupakan uji paling sederhana dan paling murah serta

terbukti dapat diandalkan untuk tujuan epidemiologi (Budiono, 2007; Harrianto,

2010).

Hasil dari uji fungsi paru dengan menggunakan spirometer ini tidak dapat

digunakan dalam mendiagnosis suatu penyakit paru-paru (Guyton dan Hall,

2012). Uji fungsi paru hanya memberikan gambaran tentang gangguan fungsi paru

yang dibedakan menjadi :

a. Kelainan restriktif

Kelainan restriktif merupakan gangguan pada fungsi paru yang

menimbulkan kekakuan paru sehingga mengakibatkan fungsi

pengembangan paru-paru menjadi terbatas. Gangguan restriktif ini

mempengaruhi kemampuan inspirasi.

b. Kelainan obstruktif

Kelainan obstruktif adalah setiap keadaan yang menimbulkan

terjadinya hambatan aliran udara yang ditimbulkan oleh sumbatan

Page 31: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

31

atau penyempitan pada saluran nafas. Adanya kelainan obstruktif ini

menyebabkan limitasi pada kemampuan ekspirasi.

Dalam memeriksa atau menentukan fungsi paru ada banyak parameter yang

dapat diuji, tetapi dalam penelitian ini akan ditentukan 2 (dua) parameter yaitu

kapasitas vital paksa (Forced Vital Capacity) dan volume ekspirasi paksa dalam 1

detik (Forced Expiration Volume in 1 second).

a. FVC (forced vital capacity)/kapasitas vital paksa

Kapasitas vital paksa merupakan pengukuran kapasitas vital paru yang

diperoleh pada ekspirasi yang dilakukan dengan cepat dan sekuat

mungkin. Udara dalam FVC memiliki volume yang kurang lebih sama

dengan kapasitas vital paru.

b. FEV1 (forced expiration volume in 1 second)

Volume ekspirasi paksa dalam 1 (satu) detik merupakan volume udara

yang dapat dihembuskan paksa pada satu detik pertama. Nilai

normalnya adalah 3,2 liter. Orang sehat dapat menghembuskan 75-

80% atau lebih FVC-nya dalam satu detik, sehingga rasio normal

FEV1/FVC = 75-80%.

Prosedur yang paling umum digunakan dalam pengukuran spirometri adalah

subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan

selengkap mungkin dan nilai kapasitas vital paksa dibandingkan terhadap nilai

normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin

responden (Guyton dan Hall, 2012). Cara menggunakan spirometer dalam

pengujian fungsi paru dapat diuraikan sebagai berikut :

Page 32: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

32

1. Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan sebelum

pemeriksaan.

2. Responden harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau infeksi

saluran napas bagian atas dan hati-hati pada penderita asma karena

dapat memicu serangan asma.

3. Responden harus menghindari memakai pakaian yang ketat dan

makan makanan berat dalam waktu 2 jam.

4. Responden juga tidak harus merokok dalam waktu 1 jam dan

menkonsumsi alkohol dalam waktu 4 jam.

5. Masukkan data yang diperlukan, yaitu umur, jenis kelamin, tinggi

badan, berat badan, dan ras untuk megetahui nilai prediksi.

6. Beri pentunjuk dan demonstrasikan manuver pada Responden, yaitu

pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah

bibir yang mengatup mouth piece.

7. Responden dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernapasan biaa

tiga kali berturut-turut, dan langsung menghisap sekuat dan sebanyak

mungkin udara ke dalam paru-paru, dan kemudian dengan cepat dan

sekuat-kuatnya dihembuskan udara melalui mouth piece.

8. Manuver dilakukan 3 kali untuk mendapatkan hasil terbaik.

Hasil dari pemeriksaan spirometri dapat diinterpretasikan berdasarkan nilai

dari FEV1, FVC, dan nilai rasio FEV1/FVC. Adapun nilai interpretasi dari

spirometri dapat dijelaskan sebagai berikut :

Page 33: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,

33

a. Normal: FVC≥ 80%, FEV1/FVC≥75%

b. Gangguan obstruksi: FEV1< 80% nilai prediksi, FEV1/FVC< 70% nilai

prediksi

c. Gangguan restriksi: Kapasitas Vital < 80% nilai prediksi, FVC<80% .

d. Gangguan campuran: FVC < 80% nilai prediksi, FEV1/FVC< 75% nilai

prediksi.

McKay et al. dalam Budiono, 2007 lebih lanjut memberikan klasifikasi yang

lebih rinci terkait dengan nilai gangguan restriktif dan obstruktif dari fungsi paru

seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3Interpretasi Nilai Restriktif Pada Spirometri

% FEV1 / FVC % FVC Kesimpulan

> 75 %

> 80 Normal60-79 Resriktif ringan30-59 Restriktif sedang< 30 Restriktif berat

Sumber : McKay et al. dalam Budiono, 2007

Tabel 2.4Interpretasi Nilai Obstruktif Pada Spirometri

% FVC % FEV1/FVC Kesimpulan

> 75 %

> 75 Normal60-74 Obstruktif ringan30-59 Obstruktif sedang< 30 Obstruktif berat

Sumber : McKay et al dalam Budiono, 2007

Page 34: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Kerja - sinta.unud.ac.id II.pdf · lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya suhu, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,