Laporan Pencahayaan Ruangan

56
LAPORAN PRAKTIKUM KELISTRIKAN PERTANIAN (Pencahayaan Ruangan) Oleh: Nama : Devika Fahrunisa (240110110002) Deni Mardiansyah (240110110003) Risti Wahidah (240110110004) Farah Nuranjani (240110110027) Ganjar Wijaya (240110110030) Wina Juniar (240110110037) Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 18 November 2013 Waktu/Shift : 13.00 - 14.50 WIB/4 Co. Ass : Frans Jeckson Primayoga Harsana M. Arief Ma’ruf Farid Baraba Adinda Nur Fadillah

description

laporan pencahayaan ruangan listrik

Transcript of Laporan Pencahayaan Ruangan

Page 1: Laporan Pencahayaan Ruangan

LAPORAN PRAKTIKUM

KELISTRIKAN PERTANIAN

(Pencahayaan Ruangan)

Oleh:

Nama : Devika Fahrunisa (240110110002)

Deni Mardiansyah (240110110003)

Risti Wahidah (240110110004)

Farah Nuranjani (240110110027)

Ganjar Wijaya (240110110030)

Wina Juniar (240110110037)

Hari, Tanggal Praktikum : Senin, 18 November 2013

Waktu/Shift : 13.00 - 14.50 WIB/4

Co. Ass : Frans Jeckson

Primayoga Harsana

M. Arief Ma’ruf

Farid Baraba

Adinda Nur Fadillah

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA

TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cahaya merupakan salah satu unsur penting yang diperlukan manusia untuk

melakukan aktivitasnya. Secara garis besar cahaya bisa dibagi menjadi cahaya

alami yaitu yang bersumber dari cahaya matahari dan cahaya buatan meliputi

cahaya listrik, cahaya dari gas, lampu minyak maupun lilin yang digunakan

sebagai sarana pelengkap untuk penerangan di dalam buatan. Cahaya merupakan

gelombang elektomagnetik yang dapat dibangkitkan oleh gejala kelistrikan dan

kemagnetan, karenanya pencahayaan di dalam ruangan dapat bersumber dari

cahaya buatan yang diasilkan oleh energi listrik.

Pencahayaan suatu ruangan ditentukan pada jenis aktivitas yang akan

dilakukan dalam ruangan tersebut oleh karena itu cahaya yang dibutuhkan di

setiap ruangan akan berbeda, baik intensitas maupun jenisnya. Pencahayaan yang

baik dapat ditentukan oleh jumlah titik lampu yang dipasang atau pada tempat dan

jarak pemasangannya. Untuk memahami sistem pencahaan yang baik untuk

sebuah ruangan yang dapat menunjang aktivitas kerja manusia maka dilakukanlah

praktikum pencahayaan ruangan ini, agar dapat diketahui seberapa banyak cahaya

yang dibutuhkan untuk menyinari ruangan sehingga pencahayaan tersebut bisa

disebut optimal dan tidak boros energi.

1.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah:

1. Mamahami sistem pencahayaan di dalam ruangan.

2. Mendata faktor-faktor aksitektural yang mempengaruhi pencahayaan.

3. Mengetahui fungsi visual dan tingkat pencahayaan.

4. Mengetahui sistem penchayaan yang akan digunakan.

5. Mengetahui jenis-jenis lampu yang dipakai di dalam ruangan.

6. Mengetahui jumlah dan posisi lampu di dalam ruangan.

7. Mengetahui peletakan kontrol.

8. Mengetahui faktor estetik.

Page 3: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar Mengenai Cahaya

Cahaya hanya merupakan satu bagian berbagai jenis gelombang

elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang

dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya

dalam spektrum elektromagnetisnya. Cahaya dipancarkan dari suatu benda

dengan fenomena sebagai berikut:

1. Pijar padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila dipanaskan

sampai suhu 1000K. Intensitas meningkat dan penampakan menjadi

semakin putih jika suhu naik.

2. Muatan Listrik: Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan

molekumemancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan karakteristik

dari elemen yang ada.

3. Electro luminescence: Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan melalui

padatatertentu seperti semikonduktor atau bahan yang mengandung fosfor.

4. Photoluminescence: Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap,

biasanya olesuatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai panjang

gelombang. Bila radiasi yandipancarkan kembali tersebut merupakan

fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebudisebut fluorescence atau

phosphorescence.

Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik,

diberikan dalam Gambar 1, menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya

ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut

mampu merangsang retina mata, yanmenghasilkan sensasi penglihatan yang

disebut pandangan. Oleh karena itu, penglihatamemerlukan mata yang berfungsi

dan cahaya yang nampak.

Page 4: Laporan Pencahayaan Ruangan

Gambar 1. Radiasi yang Tampak

(Sumber : Biro Efisiensi Energi, 2005)

Kita dapat melihat suatu benda, karena adanya cahaya yang dipantulkan oleh

benda tersebut.

Efektivitas cahaya adalah jumlah cahaya yang diterima pada suatu

permukaan, per satuan daya input, yang dikendalikan oleh beberapa variable.

Beberapa variable yang mempengaruhi efektivitas cahaya, antara lain :

1. Jenis sumber cahaya (seperti lampu pijar, fluorescent, dan HID).

2. Lingkungan yang memantulkan dan menyebarkan cahaya.

3. Jarak dari lampu.

Ada dua jenis ukuran/satuan yang saling berhubungan dengan cahaya yaitu:

1. Lumen: Satuan flux cahaya; flux dipancarkan didalam satuan unit sudut

padatan oleh suatu sumber dengan intensitas cahaya yang seragam satu

kandela. Satu lux adalah satu lumen permeter persegi. Lumen (lm) adalah

kesetaraan fotometrik dari watt, yang memadukan respon mata“pengamat

standar”. 1 watt = 683 lumens pada panjang gelombang 555 nm.

2. Lux: Merupakan satuan metrik ukuran cahaya pada suatu permukaan.

Cahaya rata-rata yang dicapai adalah rata-rata tingkat lux pada berbagai titik

pada area yang sudah ditentukan. Satu lux setara dengan satu lumen per

meter persegi.

2.1.1 Hukum Kuadrat Terbalik

Hukum kuadrat terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari

sumber titik dan jarak. Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per satuan

luas berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya (pada dasarnya jari-

jari).

Page 5: Laporan Pencahayaan Ruangan

E = I / d2

Dimana

E = Emisi cahaya,

I = Intensitas cahaya dan

d = jarak

Bentuk lain dari persamaan ini yang lebih mudah adalah:

E1 d1² = E2 d2²

Jarak diukur dari titik uji ke permukaan yang pertama-tama kena cahaya – kawat

lampu pijar jernih, atau kaca pembungkus dari lampu pijar yang permukaannya

seperti es.

2.1.2 Hukum Cosinus

Bila pancaran cahaya mengenai suatu permukaan, dengan membentuk

sudut, maka akan melingkupi area yang lebih besar, dibandingkan dengan

pancaran yang tegak lurus pada permukaan. Intensitas cahaya akan mengikuti

hukum cosinus yaitu:

Cahaya = Level sumber

Kuadrat Jarakx cosinus sudut pancaran

2.2 Jenis Sumber Cahaya (Lampu)

Jenis sumber cahaya/lampu yang umum digunakan pada lingkungan

bangunan universitas dan kampus ada 3 jenis, yaitu lampu pijar, lampu

fluorescent, dan lampu HID. Berikut ini penjelasan dari masing-masing jenis

lampu tersebut diatas.

2.2.1 Lampu Pijar

Jenis lampu pijar dikatakn sebagai jens lampu incandescent, yang artinya

menyala/berpijar desebabkan oleh panas. Saat arus listrik mengalir pada filament

dari lampu pijar, filament akan memanas, karena adanay “heating effect”. Jika

arus yang mengalir cukup besar, maka filament akan berpijar, menghasilkan

cahaya. Hanya sekitar 6 – 12% pancaran energi lampu pijar berupa cahaya

tampak, sebagian besar radiasi berada pada daerah infra merah.

Lampu pijar saat ini memiliki efisiensi sekitar 20 lumen per watt, dengan

bola lampu yang besar lebih efisien disbanding yang kecil. Lampu pijar bertindak

sebagai ‘badan abu-abu’ yang secara selektif memancarkan radiasi, dan hampir

Page 6: Laporan Pencahayaan Ruangan

seluruhnya terjadi pada daerah nampak. Bola lampu terdiri dari hampa udara atau

berisi gas, yang dapat menghentikan oksidasi dari kawat pijar tungsten, namun

tidak akan menghentikan penguapan. Warna gelap bola lampu dikarenakan

tungsten yang teruapkan mengembun pada permukaan lampu yang relatif dingin.

Dengan adanya gas inert,akan menekan terjadinya penguapan, dan semakin besar

berat molekulnya akan makin mudah menekan terjadinya penguapan. Untuk

lampu biasa dengan harga yang murah, digunakan campuran argon nitrogen

dengan perbandingan 9/1. Kripton atau Xenon hanya digunakan dalam penerapan

khusus seperti lampu sepeda dimana bola lampunya berukuran kecil, untuk

mengimbangi kenaikan harga, dan jika penampilan merupakan hal yang penting.

Gas yang terdapat dalam bola pijar dapat menyalurkan panas dari kawat

pijar, sehingga daya hantar yang rendah menjadi penting. Lampu yang berisi gas

biasanya memadukan sekering dalam kawat timah. Gangguan kecil dapat

menyebabkan pemutusan arus listrik, yang dapat menarik arus yang sangat tinggi.

Jika patahnya kawat pijar merupakan akhir dari umur lampu, tetapi untuk

kerusakan sekering tidak begitu halnya.

Gambar 2. Lampu pijar dan Diagram Alir Energi Lampu Pijar

(Sumber : Biro Efisiensi Energi, 2005)

Page 7: Laporan Pencahayaan Ruangan

Tabel 1. Karakteristik Lampu Pijar

Daya(W)

Lumen Awal(lm)

LLD(%)

Usia pakai(jam)

25 233 79 250040 455 87.3 150060 860 93 1000100 1740 90.5 750150 2880 89 750200 4000 89.5 750300 6360 87.5 750500 10600 89 1000

Sumber : IES Lighting Hand Book, 1984

Seiring dengan bertambahnya waktu pakai lampu pijar, permukaan dalam

lampu akan menghitam, yang disebabkan oleh endapan bahan filamen, dan terjadi

penurunan lumen. Hal ini dinyatakan dengan faktor depresiasi lumen lampu

(“LLD”, lamp lumen depreciation factor).

Perkalian antara LLD dengan nilai lumen awal, menghasilkan keluaran

berupa nilai lumen yang diharapkan pada 70% usia pakai lampu yang umum

dipakai sebagai acuan dalam perencanaan nilai lumen.

LLD x nilai lumen awal = lumen pada 70% usia pakai

2.2.2 Lampu Fluorescent

Lampu fluorescent mempunyai beberapa keunggulan, disbanding dengan

lampu pijar, antara lain :

1. Efisiensi lumen, dua sampai tiga kali lipat dibandingkan dengan lampu

pijar, hal ini berarti biaya untuk energi lebih hemat 50% dari lampu pijar.

2. Panas yang dihasilkan per lumen lebih rendah.

3. Cahaya yang dihasilkan tidak terlalu silau dibandingkan cahaya lampu pijar.

4. Pada penggunaan yang umum, usia pakai lebih dari 5 kali usia pakai lampu

pijar

Beberapa kekurangan lampu fluorescent :

1. Sangat sensitif untuk dioperasikan pada suhu rendah (<100C)

2. Diperlukan kotak pelindung, pada daerah yang lembab.

3. Usia pakai akan berkurang dengan seiringnya frequensi nyala dan matinya

lampu.

4. Biaya awal lebih mahal.

Page 8: Laporan Pencahayaan Ruangan

Gambar 3. Diagram alir energi lampu neon

(Sumber : Biro Efisiensi Energi, 2005)

Tabel 2. Karakteristik Lampu Fluorescent

Daya (W) Lumen (lm) LLD (%) Usia pakai (jam)

20 1270 85 900030 2200 79 750040 3150 82 2000090 6400 85 9000

Sumber : IES Lighting Hand Book, 1984

2.2.3 Lampu HID

Jenis lampu HID (High Intensity Discharge), adalah lampu yang

mempunyai efisiensi lumen per watt yang paling tinggi. Yang termasuk gologan

lampu ini adalah lampu merkuri (30 – 65 lm/watt), metal halide (60 – 80 lm/watt)

dan high pressure sodium (60 – 140 lm/watt).

Kekurangan dari jenis lampu ini adalahmembutuhkan waktu yang cukup

lama sebelum cahaya optimum dihasilkan. Diperlukan waktu start sekitar 10

menit, setiap kali dinyalakan, dan biaya awal cukup tinggi.

a. Lampu Merkuri

Lampu uap merkuri merupakan model tertua lampu HID. Walaupun

mereka memiliki umur yang panjang dan biaya awal yang rendah, lampu ini

memiliki efficacy yang buruk (30 hingga 65 lumens per watt, tidak

termasuk kerugian balas) dan memancarkan warna hijau pucat.

Isu paling penting tentang lampu uap merkuri adalah bagaimana

caranya supaya digunakan jenis sumber HID atau neon lainnya yang

memiliki efficacy dan perubahan warna yang lebih baik. Lampu uap merkuri

yang bening, yang menghasilkan cahaya biru-hijau, terdiri dari tabung

pemancar uap merkuri dengan elektroda tungsten di kedua ujungnya.

Lampu tersebut memiliki efficacy terendah dari keluarga HID, penurunan

lumen yang cepat, dan indeks perubahan warna yang rendah. Disebabkan

Page 9: Laporan Pencahayaan Ruangan

karakteristik tersebut, lampu jenis HID yang lain telah menggantikan lampu

uap merkuri dalam banyak penggunaannya.

Walau begitu, lampu uap merkuri masih merupakan sumber yang

populer untuk penerangan taman sebab umur lampunya yang mencapai

24.000 jam dan bayangan taman yang hijaunya terlihat seperti gambaran

hidup. Pemancar disimpan di bagian dalam bola lampu yang disebut tabung

pemancar. Tabung pemancar diisi dengan gas merkuri dan argon murni.

Tabung pemancar tertutup di dalam bola lampu yang berada diluarnya, yang

diisi dengan nitrogen. Ciri-ciri :

Efficacy – 50 - 60 lumens/Watt ( tidak termasuk dari bagian L).

Indeks Perubahan Warna – 3.

Suhu Warna – Menengah.

Umur Lampu – 16.000 – 24.000 jam, perawatan lumen buruk.

Gir pengendali alat elektroda ketiga lebih sederhana dan lebih mudah

dibuat. Beberapa negara telah menggunakan MBF untuk penerangan

jalan dimana lampu kuning SOX dianggap tidak pantas.

Tabung pemancar mengandung 100 mg gas merkuri dan argon.

Pembungkusnya adalah pasir kwarsa.

Tidak terdapat pemanas awal katoda, elektroda ketiga dengan celah

yang lebih pendek untuk memulai pelepasan.

Bola lampu bagian luar dilapisi fospor. Hal ini akan memberi cahaya

merah tambahan dengan menggunakan UV, untuk mengkoreksi bias

pelepasan merkuri.

Pembungkus kaca bagian luar mencegah lepasnya radiasi UV.

b. Lampu Metal Halide

Halida bertindak sama halnya dengan siklus halogen tungsten.

Manakala suhu bertambah maka terjadi pemecahan senyawa halida

melepaskan logam ke pemancar. Halida mencegah dinding kuarsa diserang

oleh logam-logam alkali. Ciri-ciri :

Efficacy – 80 lumens/Watt.

Indeks Perubahan Warna – 1A –2 tergantung pada campuran halide.

Suhu Warna – 3.000K – 6.000K.

Page 10: Laporan Pencahayaan Ruangan

Umur Lampu – 6.000 – 20.000 jam, perawatan lumen buruk

Pemanasan – 2-3 menit, pencapaian panas – dalam waktu 10-20

menit.

Pemilihan warna, ukuran, dan nilainya lebih besar untuk MBI

daripada jenis lampu lainnya. Jenis ini merupakan versi yang

dikembangkan dari dua lampu pelepas dengan intensitas tinggi, dan

cenderung memiliki efficacy yang lebih baik.

Dengan menambahkan logam lain ke merkuri, spektrum yang berbeda

dapat dipancarkan.

Beberapa lampu SBI menggunakan elektroda ketiga untuk memulai

penyalaan, namun untuk yang lainnya, terutama lampu peraga yang

lebih kecil, memerlukan denyut penyalaan tegangan tinggi.

c. Lampu High Pressure Sodium (HPS)

Lampu sodium tekanan tinggi (HPS) banyak digunakan untuk

penerapan di luar ruangan dan industri. Efficacy nya yang tinggi

membuatnya menjadi pilihan yang lebih baik daripada metal halida,

terutama bila perubahan warna yang baik bukan menjadi prioritas. Lampu

HPS berbeda dari lampu merkuri dan metal halida karena tidak memiliki

starter elektroda; sirkuit balas dan starter elektronik tegangan tinggi.

Tabung pemancar listrik terbuat dari bahan keramik, yang dapat menahan

suhu hingga 2372F. Didalamnya diisi dengan xenon untuk membantu

menyalakan pemancar listrik, juga campuran gas sodium – merkuri. Ciri-

ciri:

Efficacy – 50 - 90 lumens/Watt (CRI lebih baik, Efficacy lebih

rendah)

Indeks Perubahan Warna – 1 – 2

Suhu Warna - Hangat

Umur Lampu – 24.000 jam, perawatan lumen yang luar biasa

Pemanasan – 10 menit, pencapaian panas – dalam waktu 60 detik

Mengoperasikan sodium pada suhu dan tekanan yang lebih tinggi

menjadikan sangat reaktif.

Mengandung 1-6 mg sodium dan 20mg merkuri

Page 11: Laporan Pencahayaan Ruangan

Gas pengisinya adalah Xenon. Dengan meningkatkan jumlah gas akan

menurunkan merkuri, namun membuat lampu jadi sulit dinyalakan.

Arc tube (tabung pemacar cahaya) didalam bola lampu mempunyai

lapisan pendifusi untuk mengurangi silau.

Makin tinggi tekanannya, panjang gelombangnya lebih luas, dan CRI

nya lebih baik, efficacy nya lebih rendah.

2.3 Sistem Pencahayaan

Untuk mendapatkan pencahayaan yang sesuai dalam suatu ruang, maka

diperlukan sistem pencahayaan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya. Sistem

pencahayaan di ruangan, termasuk di tempat kerja dapat dibedakan menjadi 5

macam yaitu :

2.3.1 Sistem Pencahayaan Langsung (Direct Lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang

perlu diterangi. Sistm ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan,

tetapi ada kelemahannya karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang

mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya.

Untuk efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda yang ada

didalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.

2.3.2 Pencahayaan Semi Langsung (Semi Direct Lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu

diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Dengan

sistem ini kelemahan sistem pencahayaan langsung dapat dikurangi. Diketahui

bahwa langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki effiesiean

pemantulan 90%, sedangkan apabila dicat putih effisien pemantulan antara 5-

90%.

2.3.3 Sistem Pencahayaan Difus (General Diffus Lighting)

Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda yang perlu

disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dindng. Dalam

pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yakni memancarkan

setengah cahaya ke bawah dan sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan

dan kesilauan masih ditemui.

Page 12: Laporan Pencahayaan Ruangan

2.3.4 Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung (Semi Indirect Lighting)

Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding

bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang

optimal disarankan langit-langit perlu diberikan perhatian serta dirawat dengan

baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat

dikurangi.

2.3.5 Sistem Pencahayaan Tidak Langsung (Indirect Lighting)

Pada sistem ini 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding

bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan. Agar seluruh

langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberikan perhatian dan

pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan

bayangan dan kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total

yang jatuh pada permukaan kerja.

Tabel 3. Tingkat Pencahayaan Lingkungan KerjaJENIS

KEGIATANTINGKAT

PENCAHAYAAN MINIMAL (LUX)

KETERANGAN

Pekerjaan kasar dan tidak terus – menerus

100 Ruang penyimpanan & ruang peralatan/instalasi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu

Pekerjaan kasar dan terus – menerus

200 Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar

Pekerjaan rutin 300 Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin & perakitan/penyusun

Pekerjaan agak halus

500 Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin kantor, pekerjaan pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin

Pekerjaan halus 1000 Pemilihan warna, pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus & perakitan halus

Pekerjaan amat halus

1500Tidak menimbulkan

bayangan

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus

Pekerjaan terinci

3000Tidak menimbulkan

bayangan

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus

Sumber: KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02

Page 13: Laporan Pencahayaan Ruangan

2.4 Kalkulasi Pencahayaan Ruangan

Manfaat kalkulasi pencahayaan, secara umum adalah untuk mengetahui

jumlah titik lampu yang dibutuhkan, untuk menyediakan sejumlah cahaya

tertentu, atau jumlah cahaya yang akan dihasilkan oleh beberapa titik tertentu.

Kalkulasi pencahayaan membutuhkan dua jenis data, yaitu data photometric dan

data environmental. Data photometric adalah deskripsi dari sifat pancaran cahaya

dari peralatan pencahayaan (lampu dengan kelengkapannya). Sedangkan, data

environmental adalah data yang berkaitan dengan interaksi cahaya dengan

permukaan.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk kalkulasi pencahayaan

pada titik tertentu, yang dapat digunakan. Untuk keperluan perhitungan ruangan

ini dapat dipakai metode “Zonal Cavity”, metoda ini mengasumsikan distribusi

pencahayaan yang merata dari sumber cahaya, pada suatu area atau ruang. Secara

teori, tingkat pencahayaan dapat dihitung dengan membagi output sumber cahaya,

dengan area yang akan diterangi.

Pencahayaan Efektif (Lux) = Output lumen xCU x LLF

Area (m2 )

Jika level pencahayaan yang diinginkan dan jenis lampu yang akan

digunakan diketahui, rumus dapat dirubah untuk mendapatkan area per titik lampu

(dan juga jarak antar titik lampu).

Area Per Titik Lampu (m2) = Output lumenx CU x LLF

LevelCahaya seharusnya (Lux)

Untuk menghitung jumlah lampu per titik area dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

Jumlah Titik Lampu = Total Area

LevelCahaya ¿¿

Page 14: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

a. Meteran

b. Lux (light meter)

3.2 Prosedur Praktikum

a. Dimensi ruangan diukur.

b. Tata letak lampu di dalam ruangan diamati.

c. Jumlah lampu di dalam ruangan dihitung.

d. Jenis lampu yang digunakan ditentukan.

e. Jarak antar lampu diukur.

f. Jarak antara lampu dengan dinding diukur.

g. Intensitas cahaya di ruangan tersebut diukur.

Page 15: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB IV

HASIL PERCOBAAN

4.1 Hasil

Ukuran Ruangan: 40 m x 40 m ; Dimensi = 8,84 m x 7,24 m

Fluks (intensitas cahaya) = 231 ; 319 ; 288 = Rata-rata = 279,33 Lx

Jumlah lampu = 13 buah

Jenis Lampu = neon

Jarak antar lampu = ( di gambar)

Jarak Lampu dengan dinding = (di gambar)

4.1.2 Gambar Denah Ruangan

Page 16: Laporan Pencahayaan Ruangan

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini mengenai pencahayaan di dalam ruangan. Praktikan

menganalisis sumber penerangan di dalam ruangan laboratorium sehingga dapat

diketahui apakah pencahayaan dalam ruangan tersebut baik atau tidak. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan No.1405, pencahayaan adalah jumlah penyinaran

pada suatu bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara

efektif. Pencahayaan merupakan upaya untuk mendapatkan lingkungan yang

aman dan nyaman yang berkaitan dengan produktivitas manusia karena

pencahayaan yang baik akan memungkinkan seseorang dapat melihat objek secara

jelas.Pencahayaan dalam ruangan laboratorium ini merupakan pencahayaan

buatan yaitu pencahayaan yang sumber cahayanya berasal dari cahaya listrik

sebagai sumber penerangan. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik

karena cahaya dibangkitkan oleh gejala kelistrikan dan kemagnetan.

Ruangan praktikum memiliki dimensi 8,84 m x 7,24 m, dengan ukuran

gedung 40 m x 40 m. Penerangan berasal dari lampu jenis neon yang berjumlah

13 buah. Jarak antar lampu beragam, dari mulai 90 cm sampai 360 cm. Sedangkan

jarak dari lampu dengan dinding ada yang 70 cm, 110 cm dan juga 120 cm.

Ukuran dan letak ruangan dapat menentukan berapa banyak lampu yang

dibutuhkan. Selain itu jenis kerja yang akan dilakukan pada ruangan

berpencahayaan mempengaruhi dalam seberapa daya lampu yang harus dipasang

agar lampu bersinar terang sesuai dengan kebutuhan. Banyaknya lampu, jarak

pemasangannya, penempatan dan daya yang dihasilkan lampu akan menjadi

landasan apakah ruangan tersebut telah memiliki pencahayaan yang optimal atau

tidak.Pencahayaanyang baik apalagi pencahayaan buatan diupayakan agar tidak

menimbulkan silau, dan intensitas cahayanya sesuai dengan yang

dibutuhkan.Penempatan lampu haruslah ditata dengan baik seperti pada jarak

pemasangannya, sehingga menghasilkan penyinaran yang optimum dan lampu

Nama : Devika Fahrunisa

NPM : 240110110002

Page 17: Laporan Pencahayaan Ruangan

tersebut harus dirawat dan sering dibersihkan.Lampu yang mulai tidak berfungsi

segera diganti, begitu juga dengan jaringan instalasi listrik harus sering diperiksa

kondisinya untuk menjamin keamanan.Sistem pencahayaan yang baik, akan

menempatkan sejumlah cahaya yang cukup dengan jenis yang sesuai pada tempat

yang tepat.

Jumlah cahaya yang diperlukan, tergantung pada jenis aktivitas yang akan

dilakukan, cahaya yang dibutuhkan di setiap ruangan akan berbeda, baik intensitas

maupun jenisnya. Pencahayaan yang baik sangatlah penting bagi kesehatan,

kenyamanan, maupun keamanan kita. Efektivitas cahaya, adalah jumlah cahaya

yang diterima pada suatu permukaan, per satuan daya input, yang dikendalikan

oleh beberapa variabel. Variabel yang mempengaruhi efektivitas cahaya, antara

lain jenis sumber cahaya, lingkungan yang memantulkan dan menyebarkan

cahaya dan jarak/penempatan dari lampu.

Lampu yang dipakai adalah lampu neon, yaitu jenis lampu fluorecent. Lampu

fluorecent adalah lampu listrik yang memanfaatkan gas neon dan lapisan

Fluorescent sebagai pemendar cahaya pada saat dialiri arus listrik. Tabung lampu

ini diisi oleh semacam gas yang pada saat elektrodanya mendapat tegangan tinggi

gas ini akan terionisasi sehingga menyebabkan elektron-elektron pada gas tersebut

bergerak dan memendarkan lapisan fluorescent pada lapisan tabung lampu.

Lampu fluorescent memiliki efisiensi lumen dua sampai tiga kali lipat

dibandingkan dengan lampu pijar, yang berarti biaya untuk energi lebih hemat 50

% dari lampu pijar. Panas yang dihasilkan per lumennya lebih rendah dan cahaya

yang dihasilkan tidak terlalu silau dibanding cahaya lampu pijar. Pada

penggunaan yang umum, usia pakai lampu ini lebih dari 5 kali usia pakai lampu

pijar. Namun, lampu ini sangat sensitif untuk dioperasikan pada suhu rendah

misalnya kurang dari 10oC dan diperlukan kotak pelindung, pada daerah yang

lembab. Usia pakainya akan berkurang dengan seringnya frequensi nyala dan

matinya lampu juga biaya awal lebih mahal atau harga dari lampu neon ini lebih

mahal daripada lampu pijar.

Lux (lx) merupakan satuan intensitas cahaya pada suatu titik. Dari 3 kali

pengukuran Lux dalam ruangan pada 3 titik yang berbeda, diperoleh rata-rata lux

adalah 279,33 lx. 1 lux adalah 0,001496 watts/m2. Luas ruangan adalah 64,0016

Page 18: Laporan Pencahayaan Ruangan

m2, maka daya di satu titik dalam ruangan adalah 26,745 watt.Untuk mengetahui

jumlah titik lampu yang dibutuhkan, untuk menyediakan sejumlah cahaya

tertentu, atau jumlah cahaya yang akan dihasilkan oleh beberapa titik lampu

tertentu maka dilakukan kalkulasi pencahayaan.Menurut SNI, daya pencahayaan

maksimum untuk ruang kantor/industri adalah 15 watt/ m2, berarti daya yang

dibutuhkan untuk menerangi ruangan laboratorium ini maksimal 15 watt/m2

namun kenyataannya daya yang dihasilkan adalah 26,745 watt/m2 yang berarti

pencahayaan dalam ruangan ini sangat tidak optimal.

Untuk membuat pencahayaan menjadi optimal maka diperlukan pengurangan

jumlah lampu yang dipasang atau perubahan pada jarak penempatan

lampu.Menempatkan deretan lampu dari dinding terdekat maksimal 1/3 dari jarak

antar titik lampu. Untuk jenis lampu fluorescent, jarak ujung deret terhadap

dinding maksimal 0,6 m. Lalu jumlah lampu juga perlu dikurangi karena terdapat

2 buah jendela yang penempatannya menghadap keluar depan gedung. Sehingga

cahaya matahari yang merupakan sumber cahaya alami dapat dimanfaatkan untuk

penerangan di siang hari.Dan apabila setelah dilakukan pengurangan jumlah

waktu tapi pencahayaan masih dirasa terlalu terang atau kurang terang, kita dapat

menyiasati dengan mengganti lampu dengan watt yang lebih tinggi atau lebih

rendah.

Page 19: Laporan Pencahayaan Ruangan

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini membahas mengenai Pencahayaan Ruangan dimana

praktikan mengukur besarnya nilai cahaya dalam satuan lux. Praktikan mengukur

besarnya cahaya pada masing-masing lampu agar mengetahui apakah intensitas

pencahayaan pada ruangan laboratorium sudah baik dan sesuai atau belum.

Pertama praktikan menggambar denah ruangan laboratoriuum beserta barang-

barang yang terdapat didalamnya, seperti lemari, letak pintu , jendela, dll.

Praktikan juga menggambarkan letak lampu pada ruangan dan posisi praktikan

untuk mengukur seperti terlihat pada denah hasil . Kemudian praktikan mulai

mengukur dimensi ruangan pada laboratorium yaitu panjang dan lebar dari

ruangan laboratorium tersebut. Setelah diketahui dimensi ruangan maka praktikan

mulai menghitung besarnya caya pada masing-masing lampu secara bergantian.

Praktikan melakukan pengukuran sebanyak 3 kali pengukuran yaitu pada 3

titik tempat pada ruangan tersebut. Setelah melakukan pengukuran maka

diperoleh nilai besaran cahaya pada masing-masing titik, yaitu pada titik pertama

didapat nilai intensitas cahaya sebesar 231 Lx , titik kedua sebesar 319 Lx dan

titik ketiga sebesar 288 Lx, maka didapat hasil rata-rata sebesar 279,33 Lx.

Besarnya nilai cahaya tersebut salah satunya dapat dipengaruhi oleh jarak

praktikan dari lampu ke alat saat melakukan pengukuran , selain itu posisi lampu

yang terletak pada dekat jendela juga berpengaruh terhadap besarnya cahaya yang

terbaca pada alat. Seperti pada titik 2 dan yang posisi lampunya terletak pada sisi

dekat dengan jendela sehingga besarnya cahaya yang terbaca pada alat lebih besar

dari titik yang lain . Hal ini dipengaruhi oleh bantuan cahaya matahari dari luar

jendela yang ikut terbaca oleh alat sehingga besarnya bertambah.

Sedangkan pada titik 1 merupakan titik yang memiliki besar cahaya paling

kecil yaitu hanya 231 Lx, hal ini dikarenakan posisi titik pengukuran berada pada

bagian belakang pintu yang tidak terlalu terang sehingga memiliki nilai cahaya

Nama : Deni Mardiansyah

NPM : 240110110003

Page 20: Laporan Pencahayaan Ruangan

yang lebih rendah dari yang lainnya. Terlihat pada hasil perhitungan pencahayaan

efektif bahawa diperoleh nilai sebesar 312 Lux , sedangkan menurut literatur yang

bersumber dari Granjean bahwa standarisasi pencahayaan untuk ruangan kerja

laboratorium itu berkisar antara 400-500 Lux. Sehingga sebenarnya pencahayaan

pada ruangan Laboratorium ini belum sesuai.

Berdasarkan hasil perhitungan seharusnya lampu yang dibutuhkan dalam

ruangan laboratorium yaitu sebanyak 12 lampu agar cahaya yang dihasilkan

sesuai dengan literatur yaitu 450 Lux. Namun apabila melihat kondisi ruangan

laboratorium yang tidak terlalu luas karena terdapat barang-barang lain, maka

sepertinya tidak memungkinkan jika dilakukan penambahan titik pemasangan

lampu di dalam ruangan. Tetapi solusi lain yaitu bisa dilakukan dengan

menambah jumlah lampu yang terdapat pada setiap titik yang sudah terpasang.

Misalnya pada setiap titik lampu yang sudah terpasang dilakukan penambahan 2

buah lampu. Sehingga yang semula satu titik hanya terdapat 1 lampu kemudian

menjadi 2 lampu. Dengan begitu pencahayaan di ruangan laboratorium akan

sesuai dengan ketentuan seharusnya dan dapat meningkatkan ketajaman serta

produktivitas praktikan yang sedang melakukan berbagai macam kegiatan di

dalam Laboratorium.

Selama praktikum tidak ditemukan kendala yang berarti, namun setelah

melakukan praktikum ini semua praktikan mengetahui berapa besar pecahayaan

yang diperlukan pada ruangan Laboratorium.

Page 21: Laporan Pencahayaan Ruangan

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini mengenai pencahayaan, praktikan akan mengukur

pencahayaan di ruangan praktikum. Berdasarkan praktikum yang telah

dilaksanakan didapatkan rata-rata nilai hasil intensitas cahaya (fluks) di dalam

ruangan praktikum sebesar 279,33 Lx. Sedangkan untuk ruangan kerja dengan

jenis kegiatan pekerjaan dengan perakitan kasar dan dengan menggunakan mesin

membutuhkan intensita cahaya sebesar 200 Lx. Untuk ruangan praktikum jika

dilihat membutuhkan intensitas cahaya berkisar di antara 200 Lx sampai 300 Lx

berdasarkan standar pencahayaan KEPMENKES RI. No.

1405/MENKES/SK/XI/02.

Berdasarkan data tersebut maka intensitas pencahayaan yang terdapat di

ruangan praktikum telah sesuai standar pencahayaan. Jika dalam watt maka

besarnya intensitas cahaya 279,33 × 0,001496 = 0,41787768 watt. Sedangkan

untuk ruangan kerja dengan 200-300 Lx berarti sama dengan 0,2992 watt sampai

0,4488 watt. Penempatan lampu di ruangan sudah bagus, karena penempatan tepat

di bawah meja kerja praktikan. Pada saat praktikum, praktikan dapat bekerja

dengan nyaman. Penerangan di ruangan sudah memenuhi standar dan juga

ditambah dengan beberapa jendela yang juga menambah penerangan di dalam

ruangan praktikum. Pencahayaan di ruangan ini menerangi seluruh sisi-sisi

ruangan.

Sistem pencahayaan di ruangan ini dapat dikategorikan sebagai sistem

pencahayaan semi tidak langsung. Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke

langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian

bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberikan

perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis

tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi. Untuk mengetahui jumlah titik lampu

yang dibutuhkan, untuk menyediakan sejumlah cahaya tertentu, atau jumlah

Nama : Risti Wahidah

NPM : 240110110004

Page 22: Laporan Pencahayaan Ruangan

cahaya yang akan dihasilkan oleh beberapa titik tertentu maka dilakukan kalkulasi

pencahayaan ruangan.

Lampu di ruangan berbeda di setiap titiknya, seperti pada pengukuran ynag

dilakukan pada saat praktikum. Dilakukan di tiga titik dalam ruangan praktikum

dan didapatkan hasil sebesar 231 Lx, 319 Lx dan 288 Lx. Hal tersebut dapat

dikarenakan lampu-lampu yang besar nilai intensitas cahayanya berkurang karena

waktu pemakaian dari lampu-lampu tersebut. Dari pengukuran praktikum

didapatkan jarak antar lampu 240 cm secara horizontal dan 360 cm secara vertikal

dan ukuran ruangan adalah 40 m × 40 m.

Page 23: Laporan Pencahayaan Ruangan

4.2 Pembahasan

Praktikum listrik kali ini mengenai pencahayaan pada ruangan. Ruangan yang

akan diamati adalah laboratorium. Pengukuran dilakukan dengan mengukur

dimensi laboratorium. Laboratorium memiliki dimensi 8,84 m x 7,24 m.

Selanjutnya, menghitung jumlah lampu yang ada di dalam laboratorium. Total

lampu yang terdapat di laboratorium adalah sebanyak 13 buah. Pemasangan

lampu dilakukan dengan fitting sebanyak 7 buah yang masing-masing berisikan 2

buah lampu kecuali terdapat 1 buah fitting yang berisikan 1 lampu. Lampu yang

digunakan adalah lampu neon atau fluoresen.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu

bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pencahayaan memenuhi

persyaratan kesehatan, antara lain:

a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan

kesilauan dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.

b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.

c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk

tidak menggunakan lampu neon.

d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum

dan bola lampu sering dibersihkan.

e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

Dalam pencahayaan yang baik terdapat beberapa kriteria yang harus

diperhatikan, antara lain kuantitas cahaya (lighting level) atau tingkat kuat

penerangan, distribusi kepadatan cahaya (luminance distribution), pembatasan

agar cahaya tidak menyilaukan (limitation of glare), arah pencahayaan dan

pembentukan bayangan (light directionality and shadows), kondisi dan iklim

ruang, serta warna cahaya dan refleksi warna (light colour and colour rendering).

Nama : Farah Nuranjani

NPM : 240110110027

Page 24: Laporan Pencahayaan Ruangan

Lampu yang digunakan di laboratorium adalah lampu neon atau fluoresen.

Lampu fluoresen terdiri dari tabung kaca yang tersekat, dilapisi warna putih di

dalamnya dan diisi dengan gas inert dan sedikit mercury. Jenis yang umum adalah

lampu fluoresen dan lampu fluoresen kompak. Semua lampu fluoresen

membutuhkan ballast untuk menyalakan (start) dan mengontrol proses

pencahayaan. Ballast merupakan alat yang menghubungkan antara suplai daya

dan satu atau lebih lampu fluoresen atau lampu pelepasan gas lainnya. Ballast

terutama untuk membatasi arus ke nilai yang diminta, mengubah suplai tegangan

dan memberikan kondisi yang diperlukan untuk menyalakan lampu.

Efisiensi lampu fluoresen melebihi lampu pijar 5 sampai 8 kali, tergantung

pada sistem pencahayaan. Lampu fluoresen membutuhkan investasi tinggi

(sampai 10 kali), tetapi umur pemakaiannya 10 sampai 15 kali lebih lama. Selain

itu, lampu fluoresen cocok digunakan untuk perkantoran dan area komersial.

Lampu flouresen memiliki beberapa warna, salah satunya yang digunakan di

laboratorium berwarna putih.

Kemudian dilakukan pengukuran fluks cahaya di laboratorium pada 3 titik

yang berbeda. Rata-rata fluks yang didapatkan sebesar 279,33 Lux. Berdasarkan

literatur, tingkat pencahayaan minimal untuk laboratorium adalah 500 Lux. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pencahayaan pada laboratorium ini masih kurang

karena nilainya yang kurang dari 500 Lux. Total daya maksimum pada

laboratorium yang diukur adalah sebesar 26,745 W/m2. Berdasarkan literatur,

daya maksimum per meter yang dibutuhkan pada laboratorium adalah sebesar 13

W/m2. Artinya, daya listrik di laboratorium melebihi daya listrik maksimum

sehingga lampu yang digunakan harus dikurangi jumlahnya. Namun, daya listrik

tersebut disesuikan dengan luas laboratoriumnya sehingga semakin besar

laboratorium maka akan semakin besar daya listrik yang dibutuhkannya dengan

ketentuan tidak lebih dari 13 W/m2. Tinggi ruangan juga dapat mempengaruhi

penyebaran cahaya di dalam suatu ruangan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat

dikatakan jika pencahayaan di laboratorium dapat dikatakan masih kurang baik.

Lampu yang digunakan perlu dikurangi agar tidak terlalu menyilaukan dan dapat

berdampak pada kesehatan salah satunya adalah mata lelah.

Page 25: Laporan Pencahayaan Ruangan

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kali ini kita melakukan pengukuran pencahayaan pada

sebuah ruangan atau tempat. Pada umumnya sebuah rumah atau bangunan

haruslah memiliki pencahayaan dan aliran listrik yang mencukupi agar

kegiatan yang ada bisa berjalan dengan lancer dan baik.

Pencahaayaan yang baik dan benar sangatlah berpengaruh bagi sebuah

rumah bangunan atau pun ruangan yang ada. pada praktikum kali ini kita

menghitung jumlah pencahayaan yang ada pada ruangan laboratorium system

instrumentasi dan elektronika. Didapatkan dalam ruangan yang berukuran

40m x 40m ini mempunyai jumlah lampu sebanyak 13 buah. Lampu tipe jenis

neon panjang.

Selanjutnya praktikan mengukur jarak antar lampu dengan sisi ruangan atau

dinding dan mengukur jarak antar titik letak lampu yang satu dengan yang

lainnya, dengan menggunakan alat ukur meteran, setelah itu digambar seperti

gambar pada bab hasil.

Setelah itu praktikan mengukur nilai cahaya atau nilai iluminasi pada

ruangan dengan menggunakan alat lux, dimana pada pengukuran ini ditentukan

pada tujuh titik didalam ruangan, yang telah ditentukan dan diketahui pada

gambar hasil, nilai pada titik ke satu yaitu 231 lux, nilai pada titik kedua yaitu

sebesar 319 lux, nilai pada titik ketiga yaitu sebesar 288 lux.

Nilai rata-rata yang dihasilkan pada pengukuran cahaya atau iluminasi

setelah mengukur cahaya atau iluminasi tujuh titik dengan menggunakan alat

lux yaitu dihasilkan sebesar 279,33 lux. Nilai cahaya atau iluminasi yang

diukur mengalami perbedaan nilai antar titik disebabkan karena adanya objek

yang menghalangi alat lux atau adanya cahaya dari ruangan lain dan cahaya

dari luar jendela.

Dalam mengukur nilai jumlah titik lampu yang sebenarnya pada

ruangan ini dapat menggunakan rumus : N =E x L x W

Ø x LLF x Cu x n

Nama : Ganjar Wijaya

NPM : 240110110030

Page 26: Laporan Pencahayaan Ruangan

Dimana nilai dari E, L, W, θ, LLF, Cu, dan n, telah ditentukan hasil nilai

jumlah titik lampu yang didapatkan pada perhitungan yaitu 6,89 ~ 7 titik

lampu untuk ruangan. Pada ruangan ini tata letak lampu sudah dalam keadaan

baik, jumlah titik lampu pada ruangan ini yaitu empat titik lampu dimana

peletakkan antar titik lampu tersebut telah rapih. Pencahayaan ruangan

dikatakan merata, jika variasi level cahaya pada setiap lokasi diruangan itu,

tidak lebih dari 1/6 dari level rata-rata, baik diatas maupun dibawahnya.

Cara praktis yang umum, untuk mendapatkan keseragaman level, adalah:

1. Menempatkan deretan lampu dari dinding terdekat, maksimal 1/3

dari jarak antar titik lampu.

2. Untuk jenis lampu fluorescent, jarak ujung deret terhadap dinding

maksimal 0,6 m

Page 27: Laporan Pencahayaan Ruangan

4.2 Pembahasan

Pada praktikum kelistrikan pertanian ini, praktikan mengamati pencahayaan

ruangan khususnya pada laboratorium instrumentasi dan elektronika FTIP Unpad.

Hal yang pertama dilakukan yaitu mengukur besarnya cahaya pada masing-

masing lampu untuk mengetahui apakah intensitas pencahayaan pada

laboratorium sudah memenuhi standar atau belum dalam satuan lux.

Sebelum mengukur intensintas cahaya pada lampu, terlebih dahulu praktikan

membuat denah ruangan dan mengukur dimensi pada laboratorium. Laboratorium

memilik dimensi 8,84 m x 7,24 m. Tidak lupa posisikan barang-barang yang ada

pada laboratorium. Pengukuran dilakukan tiga kali pada tiga titik tempat yang

berbeda agar dapat diketahui rata-ratanya. Didapatkan rata-rata intensitas cahaya

dalam ruangan tersebut adalah sebesar 279,33 Lx. Besarnya nilai cahaya tersebut

salah satunya dapat dipengaruhi oleh jarak praktikan dari lampu ke alat saat

melakukan pengukuran dan posisi lampu ke alat saat pengukuran. Berdasarkan

literatur, tingkat pencahayaan minimal untuk laboratorium adalah 500 Lux. Hal

tersebut menunjukkan bahwa pencahayaan pada laboratorium ini masih kurang

karena nilainya yang kurang dari 500 Lux. Total daya maksimum pada

laboratorium yang diukur adalah sebesar 26,745 W/m2. Berdasarkan literatur,

daya maksimum per meter yang dibutuhkan pada laboratorium adalah sebesar 13

W/m2. Artinya, daya listrik di laboratorium melebihi daya listrik maksimum

sehingga lampu yang digunakan harus dikurangi jumlahnya. Namun, daya listrik

tersebut disesuikan dengan luas laboratoriumnya sehingga semakin besar

laboratorium maka akan semakin besar daya listrik yang dibutuhkannya dengan

ketentuan tidak lebih dari 13 W/m2. Menurut SNI, daya pencahayaan maksimum

untuk ruangan dalam kantor adalah sebesar 15 W/m2, sedangkan pada ruangan

daya yang dihasilkan sebesar 26,745 W/m2. Hal tersebut berarti pencahayaan

dalam ruangan tidak optimal. Perlu dilakukan pengurangan jumlah lampu neon

atau dengan menyiasati dengan mengganti lampu dengan watt yang lebih rendah.

Nama : Wina Juniar

NPM : 240110110037

Page 28: Laporan Pencahayaan Ruangan

Kemudian menghitung jumlah lampu yang ada pada laboratorium, dan

didapatkan total lampu sebanyak 13 buah. Lampu yang digunakan adalah lampu

neon (fluoresen) yang terdiri dari tabung kaca yang tersekat dilapisi warna putih

di dalamnya dan diisi dengan gas inert dan sedikit merkuri. Efisiensi lampu ini

dapat melebihi lampu pijar 5 sampai 8 kali tergantung pada sistem

pencahayaannya dan cocok digunakan dalam perkantoran atau area komersial.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002, pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu

bidang kerja yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pencahayaan memenuhi

persyaratan kesehatan. Dalam pencahayaan yang baik juga terdapat beberapa

kriteria yang harus diperhatikan antara lain kuantitas cahaya, distribusi kepadatan

cahaya, pembatasan cahaya agar tidak menyilaukan, arah pencahayaan dan

pembentukan bayangan, kondisi dan iklim ruang, serta warna cahaya dan refleksi

warna.

Page 29: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah:

1. Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.

2. Jumlah cahaya yang diperlukan, tergantung pada jenis aktivitas yang

akan dilakukan, cahaya yang dibutuhkan di setiap ruangan akan berbeda,

baik intensitas maupun jenisnya.

3. Lampu yang dipakai adalah lampu neon, yaitu jenis lampu fluorecent.

Lampu fluorecent adalah lampu listrik yang memanfaatkan gas neon dan

lapisan Fluorescent sebagai pemendar cahaya pada saat dialiri arus

listrik.

4. Menurut SNI, daya yang dibutuhkan untuk menerangi ruangan

laboratorium maksimal 15 watt/m2 namun kenyataannya daya yang

dihasilkan adalah 26,745 watt/m2 yang berarti pencahayaan dalam

ruangan ini sangat tidak optimal.

5. Untuk membuat pencahayaan menjadi optimal maka diperlukan

pengurangan jumlah lampu yang dipasang atau perubahan pada jarak

penempatan lampu.

5.2 Saran

Saran yang diberikan untuk praktikum ini adalah:

1. Praktikan melakukan pengukuran tidak dengan perkiraan seperti pada

saat mengukur jarak lampu.

2. Peralatan yang dibutuhkan dalam pengukuran disediakan agar praktikan

dapat melakukan pengukuran dengan tepat.

Nama : Devika Fahrunisa

NPM : 240110110002

Page 30: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum ini dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Besarnya nilai cahaya salah satunya dapat dipengaruhi oleh jarak

praktikan dari lampu ke alat saat melakukan pengukuran , selain itu

posisi lampu yang terletak pada dekat jendela juga berpengaruh

terhadap besarnya cahaya yang terbaca pada alat.

2. Nilai cahaya yang paling besar terdapat pada titik 2 yaitu sebesar

319 Lux.

3. Nilai cahaya yang paling rendah terdapat pasa titik 1 yaitu sebesar

231 Lux.

4. Berdasarkan hasil perhitungan seharusnya lampu yang dibutuhkan

dalam ruangan laboratorium yaitu sebanyak 12 lampu agar cahaya

yang dihasilkan sesuai dengan literatur yaitu 450 Lux.

5. Solusi untuk menambah intensitas cahaya pada ruang

Laboratorium yaitu bisa dilakukan dengan menambah jumlah

lampu yang terdapat pada setiap titik yang sudah terpasang.

5.2 Saran

Saran untuk praktikum kali ini :

1. Praktikan harus berhati-hati dalam menggunakan dan membaca

angka pada alat.

2. Praktikan harus menunggu angka yang muncul pada alat hingga

stabil agar data yang diperoleh akurat.

3. Keterbatasan alat menghambat jalannya praktikum.

Nama : Deni Mardiansyah

NPM : 240110110003

Page 31: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikm dapat ditarik kesimpulan seperti di bawah ini :

1. Untuk ruangan praktikum jika dilihat membutuhkan intensitas cahaya

berkisar di antara 200 Lx sampai 300 Lx berdasarkan standar

pencahayaan KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02.

2. Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan rata-rata

nilai hasil intensitas cahaya (fluks) di dalam ruangan praktikum sebesar

279,33 Lx.

3. Jika dalam watt maka besarnya intensitas cahaya 279,33 × 0,001496 =

0,41787768 watt. Sedangkan untuk ruangan kerja dengan 200-300 Lx

berarti sama dengan 0,2992 watt sampai 0,4488 watt.

4. Sistem pencahayaan di ruangan ini dapat dikategorikan sebagai sistem

pencahayaan semi tidak langsung. Pada sistem ini 60-90% cahaya

diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya

diarahkan ke bagian bawah.

5.2 Saran

Hal-hal yang disarankan dalam pelaksanaan praktikum :

1. Perhitungan intensitas cahaya dalam ruangan dilakukan di tiga titik

yang berjauhan agar nilai yang didapat beragam dan lebih akurat.

2. Pencahayaan di dalam ruangan disesuaikan dengan kebutuhan dan

pekerjaan yang dilakukan di dalam ruangan tersebut.

Nama : Risti Wahidah

NPM : 240110110004

Page 32: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum tersebut, maka dapat disimpulkan:

a. Pencahayaan adalah jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang

diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif. Pencahayaan

dapat dilakukan secara alami atau buatan tergantung kebutuhan.

b. Pencahayaan yang baik adalah dengan memperhatikan kuantitas cahaya

(lighting level) atau tingkat kuat penerangan, distribusi kepadatan

cahaya (luminance distribution), pembatasan agar cahaya tidak

menyilaukan (limitation of glare), arah pencahayaan dan pembentukan

bayangan (light directionality and shadows), kondisi dan iklim ruang,

serta warna cahaya dan refleksi warna (light colour and colour rendering).

c. Untuk laboratorium, tingkat pencahayaan minimal adalah 500 Lux dengan

daya listrik maksimum per meter persegi sebesar 13 W/m2.

d. Berdasarkan pengukuran dan perhitungan, tingkat pencahayaan di

laboratorium sebesar 279,33 Lux dengan daya listrik per meter persegi

sebesar 26,745 W/m2. Oleh karena itu, pencahayaan di labotatorium

tergolong kurang baik.

e. Jumlah lampu yang digunakan harus disesuaikan dengan dimensi ruangan

agar pencahayaan dapat terdistribusi dengan baik dan tidak mengganggu

kesehatan salah satunya adalah mata lelah.

5.2 Saran

Ketika melakukan praktikum tersebut, diharapkan:

a. Praktikan mengetahui daya lampu yang digunakan di laboratorium.

Nama : Farah Nuranjani

NPM : 240110110027

Page 33: Laporan Pencahayaan Ruangan

b. Ketika melakukan pengukuran fluks cahaya, alatnya dikondisikan agar

tidak terhalangi karena akan mempengaruhi hasil fluks.

c. Praktikan dapat memahami cara perhitungan daya listrik yang dibutuhkan

suatu ruangan dan banyaknya lampu yang seharusnya dibutuhkan.

Page 34: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dihasilkan pada praktikum kali ini adalah :

1. Hasil nilai jumlah titik lampu sebenarnya (N) yang didapatkan pada

perhitungan yaitu 6,89 ~ 7 titik lampu untuk ruangan.

2. Lampu yang digunakan pada ruangan ini adalah lampu dengan spesifikasi

36watt/72 lm.

3. Nilai rata-rata yang dihasilkan pada pengukuran cahaya atau iluminasi

setelah mengukur cahaya atau iluminasi tujuh titik dengan menggunakan

alat lux yaitu dihasilkan sebesar 237,43 lux.

4. Nilai cahaya atau iluminasi yang diukur mengalami perbedaan nilai antar

titik disebabkan karena adanya objek yang menghalangi alat lux atau

adanya cahaya dari ruangan lain dan cahaya dari luar jendela.

5. Dalam mengukur nilai jumlah titik lampu yang sebenarnya pada ruangan

ini dapat menggunakan rumus : N =E x L x W

Ø x LLF x Cu x n

6.Pencahayaan ruangan dikatakan merata, jika variasi level cahaya pada

setiap lokasi diruangan itu, tidak lebih dari 1/6 dari level rata-rata, baik

diatas maupun dibawahnya.

5.2 Saran

Saran pada praktikum kali ini adalah :

1. Perlu ketelitian dalam praktikum kali ini yaitu pada saat pengukuran jarak

titik lampu dengan sisi ruangan atau jarak antar titik lampu.

2. Praktikan harus memahami metodelogi praktikum sehingga dapat

mengurangi kecelakaan kerja.

Nama : Ganjar Wijaya

NPM : 240110110030

Page 35: Laporan Pencahayaan Ruangan

3. Pada praktikum kali ini praktikan harus mengetahui jenis lampu yang

digunakan pada ruangan yang dianalisis

4. Dalam melakukan pengukuran cahaya dengan menggunakan lux sebaiknya

lux tidak terhalang dan penentuan titik harus benar-benar sesuai prosedur

agar nilai yang dihasilkan lebih baik.

Page 36: Laporan Pencahayaan Ruangan

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum pencahayaan ruangan ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pencahayaan yang baik adalah dengan memperhatikan kuantitas cahaya,

distribusi keadatan cahaya, pembatasan cahaya agar menyilaukan, arah

pencahayaan dan pembentukan bayangan, kondisi iklim dan ruang, serta

warna cahaya dan refleksinya.

2. Pencahayaan pada laboratorium instrumentasi dan elektronika kurang

optimal dan kurang baik karena seharusnya tingkat pencahayaan minimal

adalah 500 Lx dan daya listrik maksimum per meter persegi sebesar 13

W/m2.

3. Berdasarkan praktikum, didapatkan rata-rata nilai hasil intensitas cahaya

(fluks) di dalam ruangan praktikum sebesar 279,33 Lx.

5.2 Saran

Praktikan dapat menyarankan beberapa hal berikut:

1. Pembacaan nilai pada alat harus dilakukan secara cermat.

2. Pengukuran intensitas cahaya seharusnya dilakukan pada tiga titik yang

berjauhan agar lebih akurat.

3. Pencahayaan dengan lampu seharusnya lebih memperhatikan arah sinar

matahari agar tidak terlalu boros dalam pemakaian.

Nama : Wina Juniar

NPM : 240110110037

Page 37: Laporan Pencahayaan Ruangan

DAFTAR PUSTAKA

Biro Efisiensi Energi Kementrian Ketenagaan. 2005. India

Kaufman, John E. 1984. IES Lighting Hand Book. Published Illuminating Engineering Society of North America : New York

UNEP. 2006. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia. India

Prabu. 2009. Sistem dan Standar Pencahayaan Ruanagn. Terdapat pada : http://putraprabu.wordpress.com/2009/01/06/sistem-dan-standar-pencahayaan-ruang/ . Diakse s pada Sabtu, 23 Nopember 2013 pukul 18:37 WIB

Page 38: Laporan Pencahayaan Ruangan

LAMPIRAN

Gambar 1. Jenis lampu yang dipakai untuk pencahayaan(Dokumen pribadi)

Gambar 3. Kondisi jendela dan jarak antar lampu(Dokumen pribadi)

Gambar 2. Kondisi lampu di dalam ruangan(Dokumen pribadi)