TINJAUAN KRISTIS TERHADAP PANDANGAN EISENMEN …

16
49 TINJAUAN KRISTIS TERHADAP PANDANGAN EISENMEN TENTANG KONTRADIKSI ANTARA PAULUS DAN YAKOBUS. Victor Christianto, 1 Abstrak Dalam artikel ini penulis memberikan sanggahan dan kritik terhadap pandangan Robert Eisenman dalam bukunya James the Brother of Jesus, khususnya yang berkaitan dengan identifikasi Eisenman bahwa Guru Kebenaran yang disebut dalam naskah Pesher Habakuk adalah Yakobus saudara Yesus (James the Just). Beberapa kelemahan argumentasi Eisenman dipaparkan dengan tujuan agar pembaca memahami bahwa pandangan Eisenman tersebut sangat lemah dan dipaksakan kepada teks baik Naskah-naskah Laut Mati maupun kanon Perjanjian Baru. Artikel ini merupakan petikan dari tesis penulis dengan judul yang sama. Key words: Eisenman, Qumran, Yakobus, James the Just, Dead Sea Scrolls, Naskah Laut Mati, 4Q246, 4QAramaic Apocalypse, Bereh di El, Perjanjian Baru. A. Pendahuluan Dalam dua dekade terakhir ini telah terbit banyak buku yang menyemarakkan diskusi di kalangan para ahli maupun awam seputar penafsiran Naskah-naskah Laut Mati (Dead Sea Scrolls). Memang Naskah-naskah Laut Mati telah menimbulkan perdebatan sejak pertama kali ditemukan lebih dari 6 dekade yang lalu pada tahun 1947 di Qumran oleh para gembala suku Bedouin. Pada umumnya di antara para ahli terdapat kesepakatan bahwa Naskah- naskah Laut Mati menguatkan keyakinan iman Kristen akan keaslian naskah-naskah Alkitab, seperti misalnya kitab Yesaya versi Naskah-naskah Laut Mati yang ditemukan ternyata nyaris sama dengan yang dijumpai pada versi 1000 tahun setelahnya. Namun demikian ada sementara ahli seperti Robert Eisenman yang mengajukan argumentasi bahwa Naskah-naskah Laut Mati menunjukkan adanya kontradiksi di antara jemaat Kristen mula-mula, khususnya antara Yakobus dan Paulus. Dalam hal ini, Yakobus diidentifikasikan sebagai Guru Kebenaran dan Paulus sebagai Sang Pendusta. 2 Selain pandangan tersebut, Eisenman juga memaparkan hipotesisnya bahwa Paulus adalah seorang Herodian dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Journal of Higher Criticism, 1996. 3 Eisenman menyuarakan pandangan-pandangannya dalam beberapa bukunya, di antaranya The Dead Sea Scrolls Uncovered (1993) yang ditulisnya bersama Michael Wise, James The Brother of Jesus (1997), dan juga The Dead Sea Scrolls and the First Christians (2004). Salah satu implikasi dari pandangan Eisenman tersebut adalah munculnya tuduhan 1 URL: http://www.sciprint.org or http://researchgate.net/profile/Victor_Christianto 2 Anthony J. Saldarini, “Freedom Fighters,” The New York Times, April 27, 1997 [artikel on-line]; diambil dari http://www.nytimes.com/books/97/04/27/reviews/970427.27saldart.html; Internet; diakses 17 Februari 2014. 3 Robert Eisenman, “Paul as Herodian”, JHC 3/1 (Spring):110-122 [jurnal on-line]; diambil dari http://www.depts.drew.edu/jhc/eisenman.html; Internet; diakses 17 Februari 2014.

Transcript of TINJAUAN KRISTIS TERHADAP PANDANGAN EISENMEN …

KONTRADIKSI ANTARA PAULUS DAN YAKOBUS.
Victor Christianto, 1
Dalam artikel ini penulis memberikan sanggahan dan kritik terhadap pandangan Robert
Eisenman dalam bukunya James the Brother of Jesus, khususnya yang berkaitan dengan
identifikasi Eisenman bahwa Guru Kebenaran yang disebut dalam naskah Pesher Habakuk
adalah Yakobus saudara Yesus (James the Just). Beberapa kelemahan argumentasi
Eisenman dipaparkan dengan tujuan agar pembaca memahami bahwa pandangan Eisenman
tersebut sangat lemah dan dipaksakan kepada teks baik Naskah-naskah Laut Mati maupun
kanon Perjanjian Baru. Artikel ini merupakan petikan dari tesis penulis dengan judul yang
sama.
Key words: Eisenman, Qumran, Yakobus, James the Just, Dead Sea Scrolls, Naskah Laut
Mati, 4Q246, 4QAramaic Apocalypse, Bereh di El, Perjanjian Baru.
A. Pendahuluan
Dalam dua dekade terakhir ini telah terbit banyak buku yang menyemarakkan diskusi
di kalangan para ahli maupun awam seputar penafsiran Naskah-naskah Laut Mati (Dead Sea
Scrolls). Memang Naskah-naskah Laut Mati telah menimbulkan perdebatan sejak pertama
kali ditemukan lebih dari 6 dekade yang lalu pada tahun 1947 di Qumran oleh para gembala
suku Bedouin. Pada umumnya di antara para ahli terdapat kesepakatan bahwa Naskah-
naskah Laut Mati menguatkan keyakinan iman Kristen akan keaslian naskah-naskah
Alkitab, seperti misalnya kitab Yesaya versi Naskah-naskah Laut Mati yang ditemukan
ternyata nyaris sama dengan yang dijumpai pada versi 1000 tahun setelahnya.
Namun demikian ada sementara ahli seperti Robert Eisenman yang mengajukan
argumentasi bahwa Naskah-naskah Laut Mati menunjukkan adanya kontradiksi di antara
jemaat Kristen mula-mula, khususnya antara Yakobus dan Paulus. Dalam hal ini, Yakobus
diidentifikasikan sebagai Guru Kebenaran dan Paulus sebagai Sang Pendusta. 2 Selain
pandangan tersebut, Eisenman juga memaparkan hipotesisnya bahwa Paulus adalah seorang
Herodian dalam sebuah makalah yang diterbitkan di Journal of Higher Criticism, 1996. 3
Eisenman menyuarakan pandangan-pandangannya dalam beberapa bukunya, di
antaranya The Dead Sea Scrolls Uncovered (1993) yang ditulisnya bersama Michael Wise,
James The Brother of Jesus (1997), dan juga The Dead Sea Scrolls and the First Christians
(2004). Salah satu implikasi dari pandangan Eisenman tersebut adalah munculnya tuduhan
1 URL: http://www.sciprint.org or http://researchgate.net/profile/Victor_Christianto 2 Anthony J. Saldarini, “Freedom Fighters,” The New York Times, April 27, 1997 [artikel on-line];
diambil dari http://www.nytimes.com/books/97/04/27/reviews/970427.27saldart.html; Internet; diakses 17
Februari 2014. 3 Robert Eisenman, “Paul as Herodian”, JHC 3/1 (Spring):110-122 [jurnal on-line]; diambil dari
http://www.depts.drew.edu/jhc/eisenman.html; Internet; diakses 17 Februari 2014.
Christianity) dan Kekristenan Paulus (Pauline Christianity). Selain itu, pandangan Eisenman
tersebut tampaknya menguatkan persepsi sebagian pemikir Islam (termasuk di Indonesia)
yang berpendapat bahwa “agama Nasrani itu lebih tepat dinamakan paulinisme (agama
Paulus).” 4 Karena itu makalah ini ditulis dengan tujuan untuk memberikan sanggahan
terhadap pandangan Eisenman tersebut.
Robert Eisenman mengembangkan lebih lanjut gagasan S.G.F. Brandon, bahwa
Kekristenan Yakobus yang asli terdiri dari menaati Taurat dan nasionalisme Yahudi yang
tidak percaya akan kebangkitan. 5 Kitab-kitab Injil dipandangnya sebagai pro-nonYahudi
(Gentile), pro-fiksi Romawi yang menampilkan Yesus sebagai sosok Mesias yang pasifis
dan spiritual, sedangkan sosok Yesus yang sebenarnya ditutupi untuk alasan-alasan politis. 6
Dalam rangka merekonstruksi Yakobus historis, Eisenman menyelidiki teks-teks yang kita
miliki untuk memperoleh sumber dari teks-teks tersebut; misalnya Kisah Para Rasul dan
Pseudo-Clementine Recognitions dianggap bergantung pada suatu sumber lain yang telah
hilang, yang dipelihara dengan lebih baik dalam Pseudo-Clementine. Menurut Eisenman,
Kisah Para Rasul dan Pseudo-Clementines tidaklah bebas atau saling tergantung di antara
mereka, tetapi merujuk ke sumber yang sama. 7
Eisenman juga menolak menggunakan Surat-surat Klemens dari Roma. 8 Dari fakta
historis kita tahu bahwa Klemens dari Roma adalah salah satu Bapa Gereja yang hidup
sekitar 30-97 M, merupakan salah satu penerus Rasul Petrus, dan menghormati baik ajaran
Petrus maupun Paulus. Sedangkan Pseudo-Clementine merupakan kisah roman (fiksi) yang
ditulis pada abad ke-4. Eisenman sendiri mengakui bahwa Pseudo-Clementine lebih cocok
disebut sebagai Klemens-Palsu (False-Clement). 9 Di antara para ahli, telah diketahui bahwa
Pseudo-Clementine merupakan dokumen yang kurang memiliki nilai sejarah serta
cenderung anti-Paulus (Ebionit). Karena itu jika Eisenman memilih untuk merujuk pada
Pseudo-Clementine daripada Surat-surat Klemens, hal ini jelas menunjukkan sikapnya yang
condong untuk meremehkan nilai historis dari dokumen-dokumen tersebut, demi
memperoleh pembenaran atas hipotesisnya.
Eisenman juga mengatakan bahwa revolusi Yahudi yang pertama kemungkinan
besar dipicu oleh eksekusi yang tidak adil atas Yakobus yang Adil (James the Just).
4 Tom Jacobs, Paulus – Hidup, Karya dan Teologinya. Cet.-2 (Yogyakarta: Penerbit Yayasan
Kanisius, 1983; Jakarta: B.P.K. Gunung Mulia, 1984), 110-113. 5 Peter Kirby, “Historical Jesus Theories: Robert Eisenman”, Early Christian Writings [artikel on-
line]; diambil dari http://www.earlychristianwritings.com/jesus/roberteisenman.html; Internet; diakses 17
Februari 2014.
6 Ibid.
7 Robert Eisenman, James the Brother of Jesus: The Key to Unlocking the Secrets of Early
Christianity and the Dead Sea Scrolls (Middlesex, England: Penguin Books, 1997), 78-79. 8 J.B. Lightfoot & J.R. Harmer, The Apostolic Fathers. Rev. GreekTexts with introductions and
English translations (Grand Rapids, Michigan: Baker Book House, 1984). 9 Eisenman, James the Brother of Jesus.
Menurut Eisenman, dalam rangka membedakan Yakobus yang Adil dengan Yesus,
saudaranya, Injil memisahkan mereka menjadi dua: (a) di satu sisi, keluarga Yesus yang
berpikir Yesus adalah orang gila; dan di sisi lain, (b)Yakobus anak Zebedeus adalah salah
satu dari murid inti Yesus, yaitu trio Petrus, Yakobus dan Yohanes sebagaimana dijumpai
dalam Kitab-kitab Injil Sinoptik (Mat. 17:1; Mrk. 5:37; 9:14; 14:33; Luk. 8:51; 9:28). Jadi
jelas bahwa Injil Sinoptik membedakan antara Yakobus anak Zebedeus dan Yakobus
saudara Yesus.
Namun, menurut Eisenman deskripsi mengenai trio murid inti dalam Injil Sinoptik
tersebut adalah tidak benar, khususnya jika dibandingkan dengan surat-surat Paulus yang
awal. Menurut Gal. 2:9 trio ini adalah Yakobus saudara Yesus, Petrus (Kefas) dan Yohanes.
Eisenman berpendapat bahwa Kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul penuh dengan
informasi yang keliru semacam ini yang dirancang dengan suatu kepentingan yaitu untuk
mengaburkan arti penting dari faksi Yakobus dan untuk menyiapkan Kekristenan yang
cocok bagi kaum non-Yahudi (Gentile). 10
Menurut Eisenman (a) gerakan Kekristenan Perdana yang dipimpin Yakobus adalah
suatu gerakan perlawanan nasionalis Yahudi dan (b) Paulus mengubahnya menjadi suatu
pemujaan Helenistik (Hellenistic cult). Selain itu Eisenman mengajukan sebuah teori
tambahan, yaitu ia berupaya untuk memasukkan Naskah-naskah Laut Mati ke dalam
kerangka teorinya. Hal ini mungkin telah memicu penjualan bukunya dan menuai protes
dari para ahli lainnya. Eisenman juga mengidentifikasikan Yakobus sang Adil dengan Guru
Kebenaran dan Paulus dengan Sang Pendusta, tokoh-tokoh yang secara kabur disebut dalam
beberapa bagian dari Naskah-naskah Laut Mati. Bagaimanapun, dalam melakukan hal ini
Eisenman mesti berargumentasi secara panjang lebar melawan konsensus para ahli dalam
penggunaan metode-metode penanggalan karbon (C-14) dan paleografi yang menyarankan
bahwa dokumen-dokumen tersebut ditulis sebelum era Kristen. Namun, menurutnya
identifikasi tokoh-tokoh tersebut tidaklah esensial bagi tesisnya. 11
Eisenman menyuarakan pandangannya yang anti-Paulus tersebut dalam beberapa
bukunya, di antaranya Maccabees, Zadokites, Christians, and Qumran (1983), The Dead
Sea Scrolls Uncovered (1993) yang ditulisnya bersama Michael Wise, dan James The
Brother of Jesus (1997). Salah satu implikasi dari dugaan Eisenman tersebut adalah
munculnya tuduhan bahwa Gereja Perdana mengalami perpecahan antara aliran Kekristenan
Yahudi (Judeo Christianity) dan Kekristenan Paulus (Pauline Christianity). Bukunya yang
pertama: Maccabees, Zadokites, Christians, and Qumran (1983) kemudian dikutip dan
dikembangkan oleh Baigent & Leigh (1991) yang menyatakan bahwa Vatikan telah
menyembunyikan kebenaran tentang Naskah-naskah Laut Mati dari publik, karena
berpotensi akan menggoyang sendi-sendi agama Kristen. 12
Dari buku-buku tersebut jelas
10 Kirby.
11 Ibid.
12 Michael Baigent & Richard Leigh, The Dead Sea Scrolls Deception (New York: Touchstone Book,
1991).
52
Namun dalam tesis ini yang akan disoroti hanyalah pandangan Eisenman.
Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, berikut ini adalah beberapa aspek
dari pandangan Eisenman tersebut: (1) Menurut Eisenman, praanggapan dari grup peneliti
yang dipimpin oleh Bapa Roland De Vaux yang pertama bekerja pada Naskah-naskah Laut
Mati telah memimpin mereka pada suatu penanggalan yang keliru terhadap Naskah-naskah
Laut Mati pada periode Makabe; (2) Eisenman cenderung bersikap kritis dan
mempertanyakan kesimpulan dari berbagai uji carbon dating dan paleografi; (3)
Menurutnya, Eseni adalah orang Kristen di Palestina sebelum gerakan itu menyeberangi
lautan dan mengalami Paulinisasi; (4) Bagi Eisenman, Yakobus sang Adil (James the Just)
yang disebut oleh Paulus sebagai “saudara Yesus” atau “saudara Tuhan” adalah seorang
tokoh dalam sejarah yang memiliki kemiripan dengan “Guru Kebenaran” sebagaimana
digambarkan oleh Qumran; (5) Bersama dengan teori-teori di atas, Eisenman juga
menyatakan bahwa Paulus adalah seorang agen dari kelompok Herodian yang disusupkan ke
dalam Gereja Perdana. 13
Menurut Eisenman, salah satu bukti akan hal ini dapat ditemukan
dari tulisan Paulus sendiri ketika ia mengirim salam kepada “Herodion, temanku sebangsa,”
“kinsman Herodion,” yaitu “the Littlest Herod” (Rm. 16:11), dan ucapan salamnya kepada
“mereka yang termasuk isi rumah Aristobulus” (Rm. 16:10).
Kiranya uraian di atas cukup mewakili pokok-pokok pandangan Eisenman secara
garis besar sebagaimana dipaparkannya dalam berbagai makalah dan bukunya. Tinjauan
atas pandangan Eisenman ini akan dilakukan dalam 2 aspek, yaitu: (a) Tinjauan Tekstual
berdasarkan Naskah-naskah Laut Mati; (b) Tinjauan Historis berdasarkan pandangan para
Bapa Rasuli. Dalam naskah tesis aslinya juga disertakan aspek ketiga yaitu (c) Tinjauan
Biblika berdasarkan tulisan Paulus dan Yakobus. Namun karena keterbatasaan ruang, maka
aspek ketiga tidak dibahas di sini.
C. Tinjauan Tekstual terhadap Pandangan Eisenman berdasar Naskah Laut Mati
Sebagai salah satu pembahasan terhadap proposal yang diajukan oleh Eisenman,
berikut ini dipaparkan argumentasi Larson. 14
Pandangan Eisenman sebagian besar bertumpu
pada penafsirannya atas sekelompok teks yang ditemukan di Qumran yang disebut pesharim
(tunggal: pesher). Kata “pesher” berarti interpretasi, dan pesharim adalah kumpulan
komentar kuno atas beberapa bagian dari Kitab Suci seperti Kejadian, Mazmur, dan Nabi-
nabi tertentu.
Salah satu aspek yang menonjol dari kebanyakan eksegesis dalam pesharim adalah
bahwa konteks sejarah asli dari teks biblikal sepenuhnya diabaikan dan teks tersebut
dipandang sebagai rujukan langsung dan satu-satunya kepada masa hidup kaum Qumran.
Misalnya, ketika Alkitab menyebut Asyur, istilah tersebut tidak dipahami sebagai merujuk
13 Eisenman, “Paul as Herodian.”
. 14 Erik W. Larson, “Are the Dead Sea Scrolls Christian?” Near Eastern Archaeology 63:3 (2000): 168 [jurnal
on-line]; diambil dari http://nelc.ucla.edu/Faculty/Schniedewind_files/DSS/Larson_DSS_Christian.pdf;
53
kepada bangsa Asyur kuno yang menghancurkan Kerajaan Israel pada tahun 722 SM,
melainkan kepada bangsa Yunani dan Romawi, musuh-musuh kaum Qumran saat itu.
Dengan cara ini, teks-teks Alkitab dipandang sebagai semacam kode, yang kuncinya telah
ditemukan oleh kelompok Qumran. Sebagai hasilnya, pesharim adalah salah satu sumber
terbaik untuk mempelajari sejarah orang-orang yang menulis Naskah-naskah Laut Mati. 15
Mengenai penyebutan Guru Kebenaran dan Imam Jahat dalam Pesher Habakuk,
Eisenman memandang Naskah-naskah Laut Mati menampilkan tulisan-tulisan Yakobus dan
para pengikutnya dan menampilkan sejarah Kekristenan perdana yang cukup berbeda dari
apa yang ditampilkan oleh Perjanjian Baru. Sebagaimana disebutkan sebelumnya Eisenman
juga mengajukan identifikasi bahwa Guru Kebenaran tersebut adalah Yakobus saudara
Yesus, sementara Imam Jahat adalah Imam Ananus ben Ananus (yang memutuskan
hukuman mati bagi Yakobus yang Adil pada tahun 62 M.) dan Manusia Pendusta adalah
Rasul Paulus. 16
Eisenman juga mengklaim bahwa sentimen anti-Romawi yang kuat dari Naskah-
naskah Laut Mati dan kehancuran mereka yang diramalkan akan segera terjadi dalam perang
eskatologis Hari Terakhir menunjukkan bahwa Kekristenan perdana adalah lebih militeristik
daripada yang ditunjukkan oleh Perjanjian Baru. Bagi Eisenman Kekristenan Perdana
adalah bagian dari apa yang dilihatnya sebagai gerakan militan yang disebut Zealot. Sikap
Paulus yang menerima orang-orang non-Yahudi (Gentile) sebagai anggota Gereja
membuatnya berseberangan dengan Yakobus yang Adil. Menurut Eisenman, perpecahan
antara kedua orang itu ditunjukkan oleh pernyataan-pernyataan dalam pesharim yang
menyebutkan persengketaan antara Guru Kebenaran dan Manusia Pendusta. Perjanjian Baru
mengecilkan semua ini, misalnya dalam mengisahkan Sidang di Yerusalem dalam Kisah
Para Rasul 15. Bagi Eisenman Kisah Para Rasul 15 ditulis dari sudut pandang Paulus dan
para pengikutnya, sehingga kisah tersebut ditulis sedemikian rupa untuk menggambarkan
bahwa Paulus, Yakobus, dan Petrus bersepakat untuk bersikap akomodatif terhadap orang-
orang Kristen dari bangsa non-Yahudi dan tidak mewajibkan mereka untuk menaati
Taurat. 17
Perlu dicatat di sini, beberapa gagasan Eisenman mengenai peran sentral Yakobus
saudara Yesus tidaklah sama sekali baru, karena beberapa ahli lainnya telah mengemukakan
gagasan yang mirip, misalnya S.G.F. Brandon. Yang baru oleh Eisenman adalah sintesisnya
yang mencakup banyak elemen yang berbeda dan klaimnya bahwa Naskah-naskah Laut
Mati memberikan bukti akan hal tersebut. 18
Namun demikian ada beberapa alasan mengapa argumentasi Eisenman tersebut pada
akhirnya gagal, antara lain sebagai berikut:
1. Bukti-bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa Guru Kebenaran hidup sekitar abad
kedua SM, dan bukan abad pertama Masehi. Misalnya, Dokumen Damaskus menyatakan
15
bahwa Guru Kebenaran mulai memimpin kelompok Qumran 410 tahun setelah
penghancuran Yerusalem oleh bangsa Babilonia pada tahun 586 SM. Penanggalan
sekitar abad kedua SM juga didukung oleh penggalian-penggalian arkeologis di Qumran,
yang menunjukkan bahwa masyarakat itu mulai muncul sekitar pertengahan abad kedua
SM (150 SM). 19
2. Kedua, memang ada beberapa sarjana yang mencoba mengklaim sejak dulu bahwa Yesus
dalam salah satu cara terhubung dengan gerakan Zealot, namun ada kesulitan besar untuk
membuktikan hubungan ini. Salah satu teks yang sering dikutip untuk mendukung
pandangan ini adalah adanya murid Yesus yang bernama “Simon orang Zelot” (Luk.
6:15; Kis. 1:13; Mrk. 3:18; Mat. 10:4). Tetapi, ada kesulitan di sini yaitu bahwa semua
teks tersebut menunjukkan bahwa Simon adalah pengikut Yesus, dan bukan sebaliknya.
Lebih lanjut, ada beberapa peneliti yang menyatakan bahwa Zealot sebagai sebuah partai
yang terorganisir baru terjadi pada Revolusi Besar (66-73 M). Selain itu ada
kemungkinan bahwa sebutan “orang Zealot” dalam Perjanjian Baru hanya
mengindikasikan bahwa Simon adalah orang yang bersungguh-sungguh (zealous) dalam
melayani Tuhan. 20
3. Ketiga, teori Eisenman menimbulkan banyak pertanyaan baru yang sulit dijawab.
Misalnya, jika benar Yakobus Sang Adil adalah Guru Kebenaran, mengapa Naskah-
naskah Laut Mati sama sekali tidak menyebutkan tentang Yesus saudaranya (padahal
dokumen-dokumen non-Biblika seperti Josephus dan Tacitus menyebut Yesus)? Hal ini
benar-benar sulit dipahami, khususnya jika komunitas Yakobus tersebut menerima klaim-
klaim mesianik Yesus – seperti yang diterima oleh Eisenman. Sejalan dengan itu, jika
Paulus adalah betul-betul seorang agen Romawi (Herodian), mengapa mereka
menahannya selama tiga tahun pada puncak pelayanannya dan kemudian
mengeksekusinya? Atas dasar alasan-alasan tersebut maka seluruh bangunan teori
Eisenman tampak tidak konsisten dan dengan sendirinya menjadi runtuh. 21
Selain itu
menunjukkan bahwa penulisnya menantikan kedatangan dua Mesias. 22
Lalu bagaimana
hal ini akan didamaikan dengan keyakinan umat Kristen Perdana akan satu Mesias saja
yaitu Yesus Kristus?
4. Keempat, dapat dikemukakan di sini suatu sanggahan lain terhadap tesis utama
Eisenman, yaitu bahwa Kekristenan Perdana dariYakobus adalah gerakan perlawanan
nasionalis Yahudi dan bahwa Paulus mengubahnya menjadi suatu pemujaan Helenistik
(Hellenistic cult). Sanggahan itu ialah bahwa terdapat bukti dari Naskah-naskah Laut
Mati (4Q246) yang menunjukkan kepercayaan kaum Qumran akan Mesias yang Ilahi dan
19 Ibid., 169.
22
Dalam 1QS 9:11 (atau disebut Manual of Dicipline) tertulis tentang pengharapan penulis Qumran
akan dua Mesias, yaitu Mesias Harun dan Mesias Israel:”…but they shall be governed by the first regulations,
by which the men of the community began to be instructed until the coming of a prophet and the Messiahs of
Aaron and Israel.” Lihat Joseph A. Fitzmyer, S.J., The Dead Sea Scrolls and Christian Origins (Grand Rapids,
Michigan: Wm B. Eerdmans Publ. Co., 2000), 82.
55
yang merupakan Anak Allah. Jika kaum Qumran dianggap mewakili setidaknya
sebagian masyarakat Yahudi, maka hal ini menunjukkan bahwa pengharapan akan
Mesias tersebut berakar dalam masyarakat Yahudi dan bukan diimpor oleh Paulus dari
tradisi pagan Helenistik. Dapat disebutkan di sini setidaknya dua bukti: (a) sosok Sang
Mesias dalam naskah-naskah Qumran diharapkan akan datang sebagai sosok Sang
Mesias Ilahi, yang berkuasa di surga dan di bumi, disebut Putra Allah Yang Mahatinggi
(4Q246). Sosok Mesias dalam pengharapan mesianik mazhab Eseni ini secara
mencengangkan sangat dekat dengan pandangan Kristiani mengenai Yesus Kristus.
Bagian yang memuat paham mesianik dalam bahasa Aramaik itu dikenal sebagai
“Naskah Putra Allah” (Bereh di El), yang ditemukan di Gua ke-4 dan untuk pertama kali
diumumkan pada tanggal 6 September 1992. 23
(b) Pengharapan akan Mesias dalam kitab
Yesaya juga menunjukkan pengharapan Israel akan sosok Mesias Ilahi.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah transkrip dalam bahasa Ibrani serta terjemahan dari
kolom 1 dan 2 Naskah 4Q246 dalam bahasa Indonesia, baris demi baris:
23 Bambang Noorsena, The Dead Sea Scrolls: Mengguncang atau Mendukung Kekristenan? Cet.I (Malang:
Roemah Boekoe – ISCS, 2013), 141-142.
56
24
Col I.
naqal qedem kursha
2. [mal] kha lealama attah rugzâ shanekha
24 Jin Yang Kim, “4Q246: 4QAramaic Apocalypse,” [artikel on-line]; diambil dari
http://otstory.wordpress.com/2008/02/27/4q246-4qaramaic-apocalypse/; Internet; diakses 24 Februari 2014. 25 Berdasarkan teks 4Q246 yang diberikan oleh Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scrolls
Translated: The Qumran Texts in English, second ed. (Leiden: E.J. Brill, 1996; Grand Rapids: William B.
Eerdmans, 1996), 138.
5. unahshirîn raba di yoneta [yaqum]
6. malka athur [umi]tsyaryim
7. rab lihweh „al „aru-â
8. yashta „abedun ukalâ yash [ma]shun leh
9. Ken Bereh rabba yitqere ubismeh
yitkanneh
1. Bereh di El yit „amar/ubar „El yon yiqroneh keziqia
2. Di nazita ken malkutahan tahun shenin yemalkhun „al
3. ara ukala yidshun „am le „am yidus umadinah le wa dîneh;
4. „ad yaqum „am El ukala yinit man harav
5. walkuteh walkut „olam
ukal arhateh beqasut yadîn.
harav min ar yishek
7. ukal wadineh lah yishgaden, El Raba beilah
8. Hu yiabed lah qerev „amimin yinaten
be yadeh ukalehen
Terjemahan 4Q246 tersebut dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Kolom I
B Dia jatuh di depan takhta
[ra]ja
Dan tahun-tahunmu []
D []penglihatanmu
E []besar
F []
[]
[]
J [] akan diperbudak
K [Demikianlah anaknya] akan disebut Yang Agung
Dan dengan nama-Nya Dia akan dinyatakan.
Kolom II
Dan mereka akan memanggil-Nya Putra dari Yang Mahatinggi.
B Seperti meteor-meteor yang kamu lihat,
Demikianlah akan jadi kerajaan mereka.
C (Beberapa) tahun mereka akan berkuasa atas bumi,
Dan mereka akan melawan semua orang (atau segala hal)
D Kaum bangkit melawan kaum,
Bangsa (akan melawan) bangsa.
Dan semua akan berhenti menggunakan pedang.
F Kerajaan-Nya (mereka) adalah Kerajaan yang kekal,
Dan semua jalan-jalan-Nya (mereka) adalah dalam kebenaran.
G Dia (mereka) akan mengadili bumi dalam kebenaran,
Dan semua akan hidup dalam damai.
H Pedang akan lenyap dari bumi,
Dan segala bangsa akan menghormati Dia di sana.
I Allah yang Besar adalah pertolongan-Nya (mereka)
Ia (Allah) sendiri akan berperang untuk-Nya (mereka).
J Dia (Allah) akan menaruh bangsa-bangsa dalam kekuasaan-Nya (mereka),
Dan segalanya akan diletakkan di hadapan-Nya (mereka).
K Kekuasaan-Nya adalah suatu kekuasaan yang kekal,
Dan segala tempat yang paling dalam [bumi adalah milik-Nya]. 26
Salah satu pertanyaan yang muncul mengenai 4Q246 adalah siapakah yang dimaksud
dengan Putra Allah dan Putra Yang Mahatinggi tersebut. J.T. Milik menekankan bahwa
“Putra Allah” merujuk pada seorang raja Seleukid, mengacu pada Antiokhus IV Epiphanes.
Florentino Garcia Martinez menyarankan bahwa itu adalah malaikat penyelamat seperti
Michael, Melkisedek, dan Pangeran Terang. Kebanyakan sarjana lainnya melihat tokoh ini
sebagai penebus mesianik yang akan mengalahkan musuh-musuh Tuhan dan akan
memantapkan kerajaan umat Tuhan. Komentar yang agak berbeda diberikan oleh Edward
M. Cook, yang menyatakan bahwa ada kemungkinan-kemungkinan lain di luar interpretasi
Perjanjian Baru tentang Anak Allah. Misalnya, Cook menunjuk pada nubuat-nubuat
Akkadian sebagai latar belakang 4Q246. Meskipun demikian, Cook juga mengutip Collins
26 Terjemahan teks 4Q246 dalam bahasa Indonesia ini dibuat oleh penulis berdasarkan terjemahan
bahasa Inggris yang diberikan Edward M. Cook, ”4Q246,” Bulletin for Biblical Research 5 (1995): 43-66.
Terjemahan bahasa Inggris tersebut cukup bersesuaian dengan terjemahan 4Q246 yang diberikan oleh
Florentino Garcia Martinez, The Dead Sea Scrolls Translated: The Qumran Texts in English, second ed.
(Leiden: E.J. Brill, 1996; Grand Rapids: William B. Eerdmans, 1996), 138; lihat juga Florentino Garcia
Martinez & Eibert J.C. Tigchelaar, The Dead Sea Scrolls Study Edition, Vol. 1 (Leiden: E.J. Brill, 1999), 495.
Untuk terjemahan alternatif, lihat Geza Vermes, “An Aramaic Apocalypse,” in The Complete Dead Sea Scrolls
in English. Rev. ed. (London: Penguin Books Ltd., 2004), 673, atau Kim.
59
yang menyatakan: “The Son of God may be identified with confidence as a messianic
figure.” (Putra Allah mungkin dapat diidentifikasikan sebagai seorang tokoh mesianik
dengan cukup yakin). 27
Selain itu Cook juga mengakui adanya kemiripan antara teks ini
dengan Lukas 1:32-33. 28
Sedangkan Fitzmyer mengajukan argumen bahwa yang dimaksud
dengan “Anak Allah” bukanlah mesias, tapi mungkin seorang anggota dari dinasti
Hasmonean. 29
John J. Collins juga
khususnya Kitab Daniel. 31
Mengenai naskah Putra Allah (4Q246) tersebut, Eisenman dan Wise berkomentar
sebagai berikut:
A key phrase in the text is, of course, the reference to calling the coming kingly or
Messianic figure, whose 'rule will be an eternal rule', 'the son of God' or 'the son of the
Most High', … Other imagery in the Biblical Daniel also helped define our notions
about Jesus as a Messianic figure, imagery relating to the 'Son of Man coming on the
clouds of Heaven' (Dan. 7:13). This imagery is strong in the War Scroll … There can be no
denying the relation of allusions of this kind to the Lukan prefiguration of Jesus …
(Luke 1:32-35). 32
Dengan kata lain, Eisenman dan Wise jelas mengakui bahwa penggunaan “Anak
Allah” merujuk pada istilah dalam Perjanjian Baru (khususnya Lukas) dan digunakan untuk
merujuk kepada Yesus sebagai Mesias, walaupun ada kemungkinan bahwa istilah ini dapat
digunakan untuk seorang raja besar yang akan datang.
5. Ada teks lain yang dikenal sebagai Messianic Anthology atau Testimonia
(4QTest/4Q175) yang juga menyebutkan nubuat tentang tokoh mesianik. Testimonia
ditemukan di Gua ke-4, dekat situs Khirbet Qumran dekat pantai Laut Mati sekitar awal
1950an. Naskah tersebut pendek dan lengkap kecuali sudut kanan bawah yang hilang.
Nama “Testimonia” berasal dari jenis awal dari tulisan Kristen, yang mirip dalam gaya
sastra. Testimonia Kristen adalah kumpulan ayat dari Alkitab mengenai Mesias, yang
digabungkan untuk membuktikan suatu hal. Testimonia dari Qumran bukanlah sebuah
dokumen Kristen, namun mirip dengan Testimonia Kristen Perdana karena
menggunakan sejumlah ayat yang menunjukkan suatu tema. 33
Diskusi yang menarik
27 Cook, 60.
28
Ibid., 60. Paralel antara 4Q246 dan Lukas 1:32-35 juga dicatat oleh George J. Brooke, “Qumran:
The Craddle of the Christ?” in The Dead Sea Scrolls and the New Testament (Minneapolis: Fortress Press,
2005), 263-264. 29
Kim. 31
John J. Collins, The Background of the “Son of God” Text, Bulletin of Biblical Research 07:1 (NA
1997): 51, 60. 32
Robert Eisenman & Michael Wise, Dead Sea Scrolls Uncovered: The First Complete Translation and
Interpretation of 50 Key Documents withheld for Over 35 Years (New York: Penguin Books, 1993), 64. 33 Marylin J. Lundberg, “Testimonia”, West Semitic Research Project website [artikel on-line];
diambil dari http://www.usc.edu/dept/LAS/wsrp/educational_site/dead_sea_scrolls/4QTestimonia.shtml;
seputar konsep Mesianisme dalam Qumran diberikan oleh Joseph A. Fitzmyer, SJ. 34
Menurut Fitzmyer, teks 4QTestimonia ini menunjukkan bahwa konsep Mesianisme
berakar kuat pada Yudaisme (Old Testament), meskipun naskah Manual of Discipline
mengindikasikan pengharapan penulis Qumran akan munculnya seorang nabi dan dua
Mesias, yaitu Mesias Harun (imam) dan Mesias Israel (rajani). 35
Kutipan atas Ulangan
pengharapan Mesianik masyarakat Qumran yang berakar dari teks Perjanjian Lama.
Hal ini menunjukkan bahwa pengharapan Mesianik memiliki akar dalam tradisi
Yudaisme. Selain teks “Putra Allah” yang ditemukan di Gua ke-4, masih ada teks-teks
lain yang juga menegaskan kelahiran Ilahi Sang Mesiah dari Allah. Misalnya, Dr. R.
Gordis, dalam penelitiannya atas Naskah-naskah Laut Mati, mengutip suatu ungkapan
dari naskah gua ke-I (IQsa2:12) dan menarik kesimpulan bahwa pengharapan mesianik
Qumran mengakui konsep kelahiran ilahi Sang Mesiah, yang akhirnya ditekankan
Rasul Yohanes dalam pembukaan Injil yang ditulisnya (Yoh. 1:1-18). 36
Pendapat ini
didukung banyak peneliti senior Qumran, yang intinya seperti ditulis Hershel Shanks:
“Inilah kali pertama ungkapan „Anak Allah ditemukan di sebuah teks Palestina di luar
Alkitab. Teks ini luar biasa pentingnya bagi semua ahli Perjanjian Baru untuk
memahami latar belakang istilah-istilah dari Injil Lukas, seperti „Anak Yang
Mahatinggi dan „Anak Allah (dan juga ditemukan di sepanjang ayat-ayat Perjanjian
Baru). Sebelumnya, beberapa ahli menyangka bahwa istilah „Anak yang Mahatinggi
dan „Anak Allah berasal dari filsafat helenis di luar Palestina, dan menentukan
perkembangan doktrin Kristen selanjutnya. Sekarang kita mengetahui, bahwa istilah-
istilah seperti itu ternyata bagian dari ajaran Kristen asli yang berakar pada lingkungan
Yahudi sendiri.” 37
Data-data dari Naskah-naskah Laut Mati ini meruntuhkan tuduhan Eisenman bahwa
gagasan Mesianik yang Ilahi serta gagasan Mesias yang dilahirkan oleh Allah (Divinely
Begotten Messiah) berasal dari konsep pagan Helenistik yang diimpor oleh Paulus.
D. Tinjauan Historis berdasarkan Tulisan Para Bapa Rasuli (Apostolic Fathers)
Selanjutnya akan diberikan beberapa argumentasi untuk menyanggah pandangan
Eisenman berdasarkan tinjauan historis menurut pandangan para Bapa Rasuli (Apostolic
Fathers). Menurut tradisi Gereja, para Bapa Rasuli merupakan murid langsung atau
memiliki hubungan langsung dengan kedua belas murid Yesus, sehingga dapat dikatakan
bahwa ajaran-ajaran mereka sangat dekat dengan ajaran Yesus yang asli. Dari dokumen-
dokumen yang ada, tampak jelas bahwa para Bapa Rasuli tidak pernah mempermasalahkan
34
35
Fitzmyer, The Dead Sea Scrolls and Christian Origins, 82-83.
36 Noorsena, 149, quoting R. Gordis, The Begotten of Messiah in the Qumran Scrolls (Jerusalem: Vet. Test,
1957), 191-194. Lihat juga komentar “it is possible that one text speaks of God begetting the Messiah…”
dalam Fitzmyer, Semitic Background, Part 1, 121.
37
Ibid., 148, quoting Hershel Shanks, in The Scepter and the Star (New York: Doubleday, 1995), 203-204.
61
kerasulan baik Petrus, Yohanes, Yakobus saudara Yesus, maupun Paulus. Keempat tokoh
Gereja Perdana ini diterima sebagai rasul hingga masa para Bapa Rasuli.
1. Eisenman berpendapat bahwa jemaat Kristen Yahudi di Yerusalem yang ada di bawah
pimpinan Yakobus identik dengan Ebionit. 38
Pandangan ini tidak berdasar karena kaum
Ebionit baru muncul setelah terjadinya revolusi yang dipimpin oleh Bar Kokhba (132-
135 M), ketika orang Kristen Yahudi pindah ke Pella. Setelah terjadi perpecahan antara
Gereja Yerusalem dengan kaum Ebionit, barulah kerasulan Paulus dipertanyakan oleh
kaum Ebionit tersebut. Jadi Ebionisme merupakan salah satu sempalan dari Gereja
Yerusalem. Dengan demikian, cukup jelas bahwa sebelum ada kaum Ebionit, tidak ada
yang mempersoalkan kerasulan Paulus dalam Gereja Perdana. Meskipun dari beberapa
surat Paulus yang membela kerasulannya tersirat ada sekelompok orang yang
mempertanyakan hal tersebut, namun dapat diduga bahwa orang-orang tersebut hanyalah
sebagian kecil dari Gereja Perdana yang disebut kaum Judaizer atau golongan Farisi
yang menjadi Kristen. (Lihat misalnya 1 Kor. 9:2; 2 Kor. 11:5; 12:11; 1 Tim. 2:7).
Karena Naskah-naskah Laut Mati ditulis jauh sebelum munculnya kaum Ebionit
tersebut, maka tidaklah masuk akal bahwa penulis Komentar atas Habakuk misalnya
memaksudkan Guru Kebenaran sebagai Yakobus dan Manusia Pendusta sebagai Rasul
Paulus. Hal ini didukung oleh Fitzmyer, yang menyatakan: “…tampaknya hanya ada
sedikit alasan untuk menghubungkan mereka dengan cara apa pun dengan Saduki,
Zealot, atau Ebionit.” 39
Hal ini cocok dengan fakta bahwa para Bapa Rasuli tidak
pernah mempermasalahkan kerasulan Paulus. Jika benar bahwa terjadi pertentangan
yang tajam antara Paulus dan Yakobus saudara Yesus, sebagaimana dituduhkan
Eisenman, tentulah jejak pertentangan tersebut dapat dilacak dalam tulisan-tulisan para
Bapa Rasuli, namun hal tersebut tidak dapat ditemukan.
2. Eisenman menggunakan naskah Pseudo-Clementine yang berasal dari abad ke-4 untuk
mengidentifikasi Simon Magus sebagai Paulus. Dugaan ini tidak berdasar, lagipula
dokumen ini sudah diketahui oleh para ahli sebagai dokumen sastra yang kurang bernilai
historis, 40
identifikasi Simon Magus sebagai Paulus tersebut pertama kali diusulkan oleh Ferdinand
C. Baur kira-kira seabad yang lalu, 41
dan kini telah ditinggalkan orang. Fitzmyer juga
menyatakan bahwa naskah yang termasuk dalam Pseudo-Clementine Homilies dan
Recognitions, yang sering disebut sebagai Pseudo-Clementines saja (PsC), digolongkan
sebagai literatur Ebionit. 42
Sebaliknya, apabila kita merujuk pada tulisan para Bapa
Rasuli yang berasal dari abad I dan II Masehi dan lebih bernilai sejarah, maka jelas akan
tampak bahwa mereka bisa menerima baik Petrus, Yakobus, Yohanes maupun Paulus
38 Untuk diketahui, hipotesis bahwa sekte Qumran adalah Ebionit diajukan pertama kali oleh J.L.
Teicher dari Cambridge pada tahun 1951. Lihat J.L. Teicher, „The Dead Sea Scrolls – Documents of the Jewish
Christian Sect of Ebionites, JJS 2 (1951): 67-99, cited by Fitzmyer, Semitic Background, Part 1, 435. 39 Fitzmyer, Semitic Background , Part 1, 272.
40
[artikel on-line]; diambil dari http://www.compassionatespirit.com/Recognitions-and-Homilies-home.htm;
Internet; diakses 24 Februari 2014. 42 Fitzmyer, Semitic Background, Part 1, 447.
sebagai para rasul. Para Bapa Rasuli adalah sekelompok penulis Kristen perdana yang
tulisannya berasal dari sekitar 80-150 Masehi. Termasuk dalam Bapa-bapa Rasuli
tersebut adalah St. Klemens dari Roma (d. 96), Ignatius dari Antiokhia (d. 107), St.
Polikarpus dari Smirna (d. 155), Didache (pertengahan 100an), Barnabas dari Alexandria
(70-100 M), Gembala dari Hermas (tahun meninggal tidak diketahui), dan Diognetus
(pertengahan 100an). 43
Perjanjian Baru, para pemimpin Kristen ini dipercayai memiliki hubungan langsung
dengan kedua belas murid Yesus. 44
Bahkan dalam lingkungan Gereja Ortodoks, terdapat
studi khusus yang mempelajari tulisan para Bapa Rasuli tersebut, yang disebut sebagai
Patrology. 45
surat dari para Bapa Rasuli yang menyebut Yakobus dan Paulus:
a. Klemens dari Roma. Klemens menulis surat kepada jemaat Korintus sekitar tahun 95
M ketika terjadi pembangkangan jemaat kepada kepemimpinan uskupnya. Ia menulis
dalam Surat kepada Jemaat Korintus 5:5-6 sebagai berikut: δη δινλ θα ξηλ Παινο
πνκνλο βξαβενλ πδεημελ, 6. πηθηο δεζκ θνξζαο, θπγαδεπζεο, ιηζαζζεο,
θξπμ γελκελνο λ ηε η λαι θα λ η δζεη, η γελλανλ ηο πηεωο αην θινο
ιαβελ. 46
(“Menghadapi iri hati dan perselisihan, maka Paulus telah memberikan contoh
yang telah ditunjukkannya dengan membayar harga bagi ketaatannya. Setelah ia tujuh
kali diikat, dibuang ke pengasingan, dilempari batu, tetapi Paulus terus mengabarkan
Injil ke Timur dan ke Barat, sampai mencapai kemenangan yang mulia dan menjadi
hadiah dari imannya.”) 47
b. Ignatius adalah murid Rasul Yohanes yang diangkat menjadi pemimpin Gereja pertama
di Antiokhia oleh Rasul Petrus. Sebelum kematian syahidnya di Roma pada tahun 100
M, ia menulis dalam Surat kepada Jemaat Roma 4:3 sebagai berikut: 3. νρ ο Πηξνο
θα Παινο δηαηζζνκαη κλ. θελνη πζηνινη, γ θαηθξηηνο θελνη ιεζεξνη,
γ δ κρξη λλ δνινο. ιι λ πζω, πειεζεξνο γελζνκαη εζν Χξηζην θα
λαζηζνκαη λ αη ιεζεξνο. λλ καλζλω δεδεκλνο κεδλ πηζπκελ. 48
(“Aku
tidak sebanding dengan apa yang sudah diperbuat oleh Petrus dan Paulus. Mereka
adalah rasul-rasul, sedangkan aku adalah hamba pelayanan, dan sekarang aku adalah
murid pertama mereka. Mereka adalah orang merdeka, aku adalah budak setiap saat.
Mereka telah menderita, tetapi aku orang yang terbebas dalam Yesus Kristus, aku akan
bebas dalam Dia. Sekarang ini aku belajar dari belengguku untuk mencapai segala
kebahagiaan.”) 49
Di sini kita dapat melihat bahwa sampai pada zaman Ignatius tidak ada
43
Tarikh waktu berdasarkan Mark Nickens, “Apostolic Fathers,” 2011 [artikel on-line]; diambil dari
http://www.christiantimelines.com/apostolicfathers.html; Internet; diakses 9 Juni 2014. 44
Kirsopp Lake, The Apostolic Fathers: I Clement, II Clement, Ignatius, Polycarp, Didache,
Barnabas, The Shepherd of Hermas, The Martyrdom of Polycarp, The Epistle of Dionetus (Grand Rapids, MI:
Christian Classics Ethereal Library), i. 45
Fr. Tadros Y. Malaty, Lectures in Patrology: The Apostolic Fathers (Sporting – Alexandria: St.
Georges Coptic Orthodox Church, 1993).
46
49
yang menolak kerasulan Paulus, sebaliknya kehidupan Rasul Paulus yang saleh menjadi
teladan iman bagi Gereja Kristus pada zamannya.
c. Polikarpus dari Smirna. Dalam surat Polikarpus kepada jemaat Filipi, murid Rasul
Yohanes tersebut menyebut Rasul Paulus sebagai “Paulus yang diberkati.” Berikut ini
adalah petikan dari Surat Polikarpus kepada Jemaat Filipi 11.3: Ego autem nihil tale
sensi in vobis vel audivi, in quibus laboravit beatus Paulus, qui estis in principio episulae
eius. De vobis etenim gloriatur in omnibus ecclesiis, quae dominum solae tunc
cognoverant; nos autem nondum cognoveramus. 50
(“Namun demikian, belum pernah aku
lihat dan aku dengar terjadi dari antara kalian, bahwa Paulus yang diberkati itu pernah
melayani di tengah-tengah kalian, seperti yang dinyatakannya dalam permulaan
suratnya. Sebab Paulus membanggakan kalian di antara semua gereja, sebagai satu-
satunya yang waktu itu mengenal Allah, ketika kami sendiri belum mengenal-Nya.”) 51
Bukti bahwa Polikarpus murid Rasul Yohanes, yang oleh Sang Rasul ditahbiskan sendiri
menjadi uskup Smirna, meneladani Rasul Paulus, telah mematahkan teori-teori yang
mengatakan bahwa ada pertentangan antara Rasul Paulus dengan Kekristenan Yahudi
pada awal zaman Rasuli.
d. Bukti lain yang menunjukkan bahwa Rasul Yakobus tidak pernah dipertentangkan
dengan Rasul Paulus, misalnya pada Liturgi Suci Mar Yaqub. Hal ini menunjukkan
bahwa Yakobus saudara Yesus dianggap sebagai panutan bagi seluruh gereja kuno.
Malahan Gereja Syria Ortodoks, Gereja Katolik Maronit, dan gereja-gereja Assyria
Timur masih melestarikan liturgi suci yang dibawa dari Yerusalem pada abad
pertama ini dalam bentuk aslinya dalam bahasa Aramaik sampai sekarang. 52
Dari bukti-bukti di atas jelas bahwa tuduhan Eisenman, bahwa Perjanjian Baru termasuk
kitab Kisah Para Rasul berusaha mengaburkan sejarah yang sebenarnya mengenai peran
Yakobus saudara Yesus sebagai pemimpin utama Gereja Yerusalem sebelum 62 M.,
tidaklah berdasar sama sekali.
Artikel ini merupakan cuplikan dari tesis tentang sejarah Kekristenan Perdana. Sebelum
mengakhiri dengan catatan penyimpul, akan dikutip pendapat dari Anthony J. Saldarini yang
mengomentari buku Eisenman, James the Brother of Jesus, sebagai berikut: “He will not
persuade many, because his conclusions are improbable, his arguments incoherent and his
prose impossible. Many chapters read like rough notes taken from a file drawer.” 53
(Ia
50 Lake, 63. Lihat juga: http://www.textexcavation.com/greekpolycarp.html
51
Noorsena, 183.
52 Noorsena, 185-186, quoting Matti Mousa, “The History of Saint James Liturgy”, in Mar Athanasius Samuel,
Anaphora: The Divine Liturgy of Saint James the First Bishop of Jerusalem According to the Rite of Syrian
Orthodox Church of Antioch (Damascus: Syrian Orthodox Church, 1967), 87-91. 53 Saldarini.
64
catatan-catatan kasar yang diambil dari laci.)
Menurut Eisenman (a) gerakan Kekristenan Perdana dariYakobus adalah suatu
gerakan perlawanan nasionalis Yahudi dan (b) Paulus mengubahnya menjadi suatu
pemujaan Helenistik (Hellenistic cult). Eisenman juga mengidentifikasi Guru Kebenaran
yang disebut dalam Pesher Habakuk sebagai Yakobus saudara Yesus, dan Sang Pendusta
sebagai Paulus.
Sebagai ringkasan, sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya pandangan Eisenman dapat
dipatahkan berdasarkan beberapa argumen antara lain sebagai berikut:
1. Secara tekstual. Guru Kebenaran yang disebut dalam Dokumen Damaskus telah
meninggal kira-kira seabad sebelum era Kekristenan perdana, berdasarkan carbon
dating, paleografi maupun penggalian-penggalian arkeologis di seputar Naskah-naskah
Laut Mati. Sehingga identifikasi Eisenman bahwa Guru Kebenaran adalah Yakobus
saudara Yesus tidaklah masuk akal.
2. Sangat sulit menemukan hubungan antara gerakan Zealot dengan Naskah-naskah Laut
Mati maupun Perjanjian Baru.
3. Teori Eisenman menimbulkan banyak pertanyaan baru, misalnya mengapa Yesus tidak
disebut-sebut dalam Naskah-naskah Laut Mati, jika memang dokumen-dokumen
tersebut berasal dari era Kekristenan perdana (padahal dokumen-dokumen non-Biblika
seperti Josephus dan Tacitus menyebut tentang Yesus).
4. Naskah Putra Allah (4Q246) menunjukkan bahwa ide tentang Putra Allah dan Putra
yang Mahatinggi berasal dari kepercayaan asli Yudaisme dan bukan diimpor oleh Paulus
dari kepercayaan Helenisme.
mempercayai nubuat Mesianik dari Perjanjian Lama, yang digenapi dalam Perjanjian
Baru.
6. Secara historis. Pandangan Eisenman bahwa jemaat Kristen Yahudi di Yerusalem di
bawah pimpinan Yakobus adalah identik dengan kaum Ebionit adalah tidak berdasar,
karena kaum Ebionit baru muncul setelah terjadinya revolusi yang dipimpin oleh Bar
Kokhba (132-135 M).
berdasarkan pada naskah Pseudoclementine yang berasal dari abad ke-4; padahal naskah
tersebut dipandang sebagai kurang bernilai historis oleh banyak ahli. Sebaliknya dapat
ditunjukkan bahwa tidak terdapat keraguan terhadap kerasulan Paulus dalam tulisan para
Bapa Rasuli.