pandangan tokoh

download pandangan tokoh

of 17

Transcript of pandangan tokoh

  • 13

    BAB II

    BAKAT MENGAMBAR DAN MOTIVASI BELAJAR

    2.1 Teori dan Konsep Bakat

    2.1.1 Pengertian Bakat

    Sebelum menguraikan pegertian bakat, perlu diungkapkan terlebih

    dahulu perbedaan antara bakat, kemampuan, dan kapasitas yang sering

    dicempuradukkan, padahal masing-masing memiliki esensi yang berbeda.

    Bakat (aptitude) biasanya diartikan sebagai kemampuan bawaan

    yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih

    (Chaplin, 1976).

    Kemapuan (ability) adalah daya untuk melakukan suatu tindakan

    sebagai hasil pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu

    tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan bakat memerlukan latihan

    dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan

    datang.

    Sementara kapasitas sering digunakan sebagai sinonim untuk

    kemampuan dan biasanya diartikan sebagai kemampuan yang dapat

    dikembangkaan sepenuhnya di masa yang akan datang apabila kondisi latihan

    dilakukan secara optimal. Dalam praktik kapasitas seseorang jarang tercapai.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan

    alamiah yang merupakan potensi untuk memperoleh pengetahuan atau

  • 14

    keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual

    umum) atau khusus (bakat akademis khusus).

    Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu korelasi antara bakat

    menggambar dengan motivasi belajar siswa, maka tinjauan pustaka pada

    penelitian ini akan membahas lebih lanjut tentang bakat khusus. Karena bakat

    menggambar merupakan bakat khusus.

    2.1.2 Pengertian Bakat Khusus

    Pengertian bakat khusus menurut beberapa ahli diantaranya sebagai

    berikut:

    1) Bingham 1937 (Saparinah Sadli, 1986: 63)

    Bakat adalah suatu kondisi pada seseorang yang dengan suatu latihan khusus memungkinkannya mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus. Misalnya, kemampuan berbahasa, kemampuan bermain musik dan lain-lain.

    2) Freeman (Pudjiono, 1982: 62)

    Bakat khusus adalah kombinasi karakteristik yang menunjukkan kecakapan seseorang individu untuk memperoleh (dengan latihan) pengetahuan khusus, keterampilan, atau sekumpulan respon literatur, seperti: kecakapan berbahasa, menjadi musikus, melakukan pekerjaan mekanis.

    3) Pudjiono (1982: 65)

    Bakat khusus adalah suatu kondisi seseorang yang bersifat individual yang memungkinkan dirinya dengan suatu latihan khusus dapat mencapai suatu kecakapan, pengetahuan, dan keterampilan khusus.

    Bakat khusus merupakan produk atau interaksi dari faktor keturunan dan faktor lingkungan unconditional.

    Apa yang dibawa individu sejak lahir dan apa-apa yang diperolehnya dari lingkungan sebagai pengaruh itu membuat individu memiliki ciri-ciri

  • 15

    khusus dalam kecakapan potensialnya yang dinamakan bakat khusus atau differential aptitude.

    Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pendapat tentang

    pengertian bakat khusus di atas ialah bahwa bakat khusus merupakan suatu

    kondisi tertentu yang ada dalam individu sehingga dengan suatu latihan

    tertentu akan dengan lebih mudah memperoleh keterampilan tertentu pula.

    2.1.3 Pengembangan Bakat dalam Proses Belajar

    Bakat yang dimiliki setiap individu masing-masing berbeda dalam

    bidang dan derajatnya. Dua orang bisa sama-sama memiliki bakat melukis,

    tetapi yang satu lebih menonjol dari pada yang lain. Individu tertentu dapat

    mempunyai bakat dalam bekerja dengan angka-angka, dan yang lain berbakat

    menulis, dan masih banyak lagi contoh lain.

    Bakat dapat segera nampak dan berkembang, atau sebaliknya juga

    hanya bersifat potensial dan nampak dalam kualitas tingkah laku tertentu. Hal

    ini dapat bergantung pada individu itu sendiri atau lingkungannya.

    Suatu bakat tidak dapat berkembang, karena misalnya individu tersebut

    kurang berminat untuk mengembangkan bakat yang dimiliki, bakat juga dapat

    tidak berkembang karena kondisi lingkungan tidak mendukung. Lingkungan

    ini dapat berupa lingkungan keluarga dan latar belakang ekonomi dan

    sosialnya, lingkungan belajar di kampus, dan lingkungan masyarakat.

    Dengan demikian pengembangan bakat dalam kaitan dengan proses

    belajar, ditentukan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, yang harus

  • 16

    dikondisikan agar mendukung pengembangan bakat yang optimal, sehingga

    tercapai motivasi belajar yang baik dari setiap individu.

    Bakat menurut Conny Semiawan dkk. (1984: 5):

    Kemampuan intelektual umum

    Kemampuan akademik khusus

    Kemampuan berfikir secara kreatif produktif

    Kemampuan dalam salah satu bidang seni

    Kemampuan psikomotorik/kinestetik

    Kemampuan psikososial atau bakat kepemimpinan

    Renzulli (Conny Semiawan, 1984: 6), berdasarkan hasil penelitian

    mengungkapkan bahwa bakat seseorang ditentukan oleh tiga kelompok ciri-

    ciri, yaitu:

    1) Kemampuan di atas rata-rata

    2) Kreatifitas

    3) Tanggung jawab terhadap tugas

    Sejauh mana seseorang dapat disebut berbakat pada bidang-bidang

    tertentu bergantung dari saling keterkaitan antara ketiga kelompok ciri

    tersebut. Setiap kelompok memiliki peran yang sama-sama menentukan

    keberbakatan seseorang.

    Ketiga kelompok di atas didefinisikan dan dirinci oleh Conny

    Semiawan (1984: 7), sebagai berikut:

  • 17

    Kemampuan di atas rata-rata tidak berarti bahwa kemampuan itu harus

    unggul. Yang pokok ialah bahwa kemampuan itu harus cukup diimbangi oleh

    kreatifitas dan tanggung jawab terhadap tugas.

    Kreatifitas ialah kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru

    dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. Kreatifitas meliputi baik ciri-

    ciri aptitude seperti kelancaran, keluwesan, keaslian dalam pemikiran, maupun

    ciri-ciri non aptitude, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan,

    dan selalu ingin mencari pengalaman baru.

    Tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas menunjuk kepada

    semangat dan motivasi untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas.

    Suatu pengikatan diri dari dalam, bukan tanggung jawab yang diterima dari

    luar.

    2.1.4 Pengukuran Bakat Khusus

    Untuk mengetahui bagaimana seseorang di dalam situasi-situasi yang

    khusus, cara pemikiran yang khusus, bekerja fungsi kognitif tertentu, atau

    pendekatan kepribadian tertentu, diperlukan alat pengukur kemampuan lain

    yang dapat menggambarkan faktor khusus tadi.

    Alat pengukur kemampuan yang dapat menggambarkan faktor-faktor

    khusus adalah tes bakat. Ditinjau dari segi cara berfungsinya alat tes, maka

    dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu:

  • 18

    1) Tes bakat yang mengungkapkan tentang kemahiran atau kemampuan

    mengenai bidang pekerjaan yang khusus, misalnya tes bakat tentang

    musik.

    2) Tes bakat khusus tertentu yang diperlukan sebagai perantara untuk

    merealisir kemampuan tertentu, misalnya tes bakat melihat ruang

    (dimensi) yang diperlukan untuk merealisir bakat keteknikan dan

    penggambaran.

    Macam-macam alat tes bakat yang umum dipakai pada prinsipnya

    terdiri dari :

    1) Multiple Aptitude Batteries; tes bakat yang mengukur kemampuan-

    kemampuan:

    a) Kemampuan berfikir verbal

    b) Kemampuan berhitung

    c) Kemampuan berfikir abstrak non verbal

    d) Kemampuan mekanik

    e) Kemampuan pandang/melihat ruang

    f) Kemampuan memahami ejaan

    g) Kemampuan tata bahasa

    h) Kecepatan dan ketelitian klerika.

    Contoh alat tes bakat dari kelompok di atas adalah:

    a) Differential Aptitude Test (DAT).

    b) General Aptitude Batteries Test (GABT)

    c) Flanagan Aptitude Classification Test.

  • 19

    2) Special Aptitude Test (Single Aptitude Test), tes yang hanya mengukur satu

    bakat khusus tertentu, misalnya: Tes Bakat Musik, Tes Bakat Mekanik,

    Tes Bakat Seni dll.

    Dari beberapa macam alat tes bakat di atas, alat tes bakat yang dipakai

    pada penelitian ini adalah Special Aptitude Test (Single Aptitude Test).

    2.1.5 Kegunaan Tes Bakat Khusus

    Tes bakat khusus pada hakikatnya burtujuan untuk membantu

    merencanakan dan membuat keputusan mengenai pilihan pendidikan serta

    pekerjaan. Dengan mengetahui hasil tes bakat, minimal akan memperoleh

    kejelasan gambaran mengenai kemampuan seseorang dalam berbagai bidang.

    Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa tes bakat hendaknya dijadikan

    sebagai informasi kemampuan, dan bukannya sebagai penetapan keputusan

    mutlak.

    Mengenai tes bakat Anggadewi Moesono (Saparinah Sadli, 1986: 69)

    berpendapat bahwa: Tes bakat tidak dapat menentukan dengan mutlak

    pekerjaan atau karier apa yang harus dijalani, dan juga tidak memberikan

    jawaban atas pertanyaan yang sangat khusus tentang pekerjaan tertentu.

    Sementara itu Pudjiono (1982: 67-68) telah mengungkapkan kegunaan tes

    bakat khusus sebagai berikut:

    1) Dapat membantu dalam merencanakan dan membuat keputusan mengenai

    pilihan gugus (jurusan belajar) dan pekerjaan.

  • 20

    2) Dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan individu (siswa) dalam

    beberapa kemampuan tertentu (khusus).

    3) Tes ini dapat membantu menilai kesesuaian dari program pengajaran

    dengan melihat kecenderungan kekuatan kemampuan seseorang.

    2.1.6 Aplikasi Bakat Khusus pada SMK Rumpun Bangunan

    Pendidikan di SMK, khususnya untuk rumpun bangunan, faktor bakat

    setidaknya sudah harus diperhitungkan. Hal ini mengingat bahwa pendidikan

    di SMK sudah mengarah kepada usaha penentuan profesi masa depan siswa,

    dan hal ini dengan sendirinya sudah menuntut keselarasan antara bidang

    profesi dengan bakat individu.

    Mengingat bahwa pendidikan di SMK Rumpun Bangunan itu ruang

    lingkup materi pelajarannya berkisar pada pekerjaan menggambar dan

    perhitungan, maka sudah selayaknya ada suatu pengamatan khusus pada anak

    didik, terutama dalam hal bakat menggambar dan perhitungan tadi. Menyimak

    kepada teori kemampuan primer yang merupakan cikal bakal lahirnya teori

    bakat khusus, maka bakat anak didik dalam menggambar dan perhitungan atas

    dasar teori tersebut kiranya dapat dideteksi secara lebih lanjut.

    Bakat siswa dalam menggambar yang berkaitan dengan gambar

    bangunan dapat dideteksi dari bakat tilikan ruangnya, dalam hal ini Dewa

    Ketut Sukardi mengatakan sebagai berikut:

    Bagi siswa yang memiliki skor tinggi dalam test tilikan ruang akan

    melihat rencana-rencana suatu rumah/jembatan sebagai rumah atau jembatan

  • 21

    yang sudah selesai, tetapi bagi orang yang memiliki kemampuan dalam tilikan

    ruang yang rendah, rencana-rencana rumah dari arsitektur ataupun rencana-

    rencana mesin dari insinyur mesin dan rencana-rencana lainnya mungkin tidak

    nampak apa-apa bagi orang itu kecuali sebagai suatu gambar yang datar saja.

    Siswa-siswa yang memperoleh skor dengan baik dalam tes ini kemungkinan

    cocok untuk bekerja dalam lapangan pekerjaan seperti: perancangan pakaian,

    arsitektur, kontruksi bangunan, membuat bagan, dan pekerjaan lain yang

    berkaitan dengan seni dan dekorasi (Dewa Ketut Sukardi, 1985: 167).

    Bertitik tolak dari pendapat di atas, maka kiranya sudah sewajarnya

    ada penelitian ke arah tersebut. Sampai seberapa besar korelasi antara faktor

    bakat khusus tilikan ruang terhadap motivasi belajar siswa, adalah merupakan

    bahan telaahan yang akan diungkap dalam penelitian ini khususnya dalam

    korelasinya terhadap motivasi belajar siswa Teknik Gambar Bangunan pada

    mata diklat menggambar teknik SMK Negeri 5 Bandung.

    2.2 Teori dan Konsep Motivasi Belajar

    2.2.1 Pengertian Motivasi Belajar

    Motivasi berasal dari kata dasar motif yang memiliki arti segala

    sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan suatu

    tindakan/perbuatan. Apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun

    kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung risiko, selalu

    ada motivasinya.

  • 22

    Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) bahwa: Motif

    adakah kata benda yang artinya pendorong, sedangkan motivasi adalah kata

    kerja yang artinya mendorong. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan oleh

    para ahli sebagai berikut:

    1) Sadirman A. M. (1988: 73)

    Motif adalah daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dami mencapai suatu tujuan. Moti juga dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).

    Motivasi adalah daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu.

    2) Fauzi, A. (1997: 60)

    Motif dan motivasi merupakan dua hal yang berbeda, di mana motif adalah rangsangan, dorongan atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku.

    Motivasi merupakan seluruh proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir dari gerakan atau perbuatan.

    3) Usman, A. (1997:28)

    Motif adalah daya dalam diri seseorang untuk mendorongnya melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organism yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.

    Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dalam diri seseorang yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

  • 23

    Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motif

    dalam diri individu dirasakan melalui suatu kebutuhan atau suatu dorongan.

    Motif-motif tersebut diproses menjadi sebuah motivasi dan akan aktif

    manakala individu tersebut mempunyai keinginan berbuat untuk memenuhi

    kebutuhannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa tingkah laku seseorang

    dipengaruhi oleh motivasi. Dalam arti bahwa seseorang bertingkah

    laku/bertindak pada umumnya karena ada sesuatu yang ingin diraih, dicapai

    atau dikehendaki.

    Sementara untuk pengertian motivasi belajar, berikut ini beberapa

    pendapat ahli mengenai motivasi belajar:

    1) Sardiman, A. M. (1999: 75)

    Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan member arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.

    2) Prayitno, E. (1989: 8)

    motivasi belajar tidak hanya merupakan suatu energi yang menggerakkan siswa untuk belajar, tetapi juga sesuatu yang mengarahkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar.

    Berdasarkan beberapa pendapa-pendapat di atas, dapat diambil

    kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah dorongan atau kekuatan dlam diri

    siswa yang menimbulkan kegiatan serta arah belajar untuk mencapai tujuan

    yang dikehendaki siswa.

  • 24

    2.2.2 Klasifikasi Motif dan Motivasi

    a. Klasifikasi Motif

    Dikutip dari Makmun, A. S. (2002: 37-38)

    Atas dasar sumber dan proses perkembangannya, terjadi penggunaan

    berbagai macam istilah yang sering dipertukarkan (interchangeable).

    Untuk keperluan studi psikologis telah diadakan penertiban dengan

    diadakan penggolongannya, antara lain sebagai berikut:

    1) Motif primer (primary motive) atau motif dasar (basic motive) motif

    yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang untuk ini sering juga

    digunakan istilah dorongan (drive).

    Macam-macam motif ini:

    Dorongan fisiologis (physiological drive) yang bersumber pada

    kebutuhan organis yang mencakup antara lain lapar, haus,

    pernapasan, seks, kegiatan, dan istirahat. Untuk menjamin

    kelangsungan hidup organis diperlukan pemenuhan kebutuhan-

    kebutuhan tersebut sehingga dicapai keadaan fisik yang seimbang;

    Dorongan umum (morgans general drive) dan motif darurat

    (wodworths emergency motive), termasuk di dalamnya dorongan

    takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman, dan ingin tahu; dalam

    hubungannya dengan rangsangan dari luar, termasuk dorongan

    untuk melarikan diri, menyerang, berusaha, dan mengejar dalam

    rangka mempertahankan dan menyelamatkan dirinya.

  • 25

    Motif-motif yang termasuk dalam kategori primer tersebut pada

    umumnya terjadi secara natural dan instinktif.

    2) Motif sekunder (secondary motives) motif yang berkembang dalam

    diri individu karena pengalaman, dan dipelajari (conditioning and

    reinforcement).

    Macam-macam motif ini yaitu:

    Takut yang dipelajari

    Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, konformitas, afiliasi,

    persetujuan, status, merasa aman, dan sebagainya);

    Motif-motif objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat);

    Maksud dan aspirasi;

    Motif berprestasi.

    b. Klasifikasi Motivasi

    Motivasi diklasifikasikan sebagai berikut:

    1) Motivasi intrinsik, yaitu keinginan untuk bertindak yang disebabkan

    oleh faktor pendorong dari dalam diri individu itu sendiri, seperti

    pengalaman, sikap, kepribadian, pendidikan, atau harapan mencapai

    masa depan;

    2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang keberadaannya karena

    pengaruh rangsangan dari luar.

  • 26

    Dikutip dari Harsono (Nuraini, H. W., 2007: 26), mengenai gambaran

    motivsi ekstrinsik, yaitu:

    misalnya seseorang terdorong untuk berusaha atau berprestasi disebabkan karena (a) menariknya hadiah-hadiah yang dijanjikan kepadanya, (b) karena akan dipuji orang, (c) karena ingin mendapat status di masyarakat, dan sebagainya.

    Dikutip dari Nuraini, H. W. (2007: 25-26):

    Aktivitas yang terdorong oleh motivasi intrinsik biasanya bertahan lebih lama dibandingkan dengan aktivitas yang terdorong oleh motivasi ekstrinsik. Akan tetapi, motivasi intrinsik sering kali tidak ada atau sukar ditumbuhkan dalam diri siswa. Dalam keadaan demikian, perlu ditumbuhkan motivasi ekstrinsik pada diri siswa. Meskipun terkadang kurang efektif hasilnya, namun setidaknya ada suatu motivasi atau dorongan untuk melakukan sesuatu, dan hal ini lebih baik dari pada tidak sama sekali.

    Dalam penelitian ini, jenis motivasi yang akan diteliti adalah

    motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang datang dalam diri siswa. Sejauh

    mana siswa tersebut terdorong untuk melakukan sesuatu dalam kegiatan

    belajar (motivasi belajar yang tumbuh dalam diri siswa) yang dipengaruhi

    oleh bakat siswa.

    2.2.3 Cara Pengukuran Motivasi

    Pada dasarnya suatu motivasi tidak dapat diukur dan diamati secara

    langsung, akan tetapi motivasi dapat diukur dan diamati melalui fenomena

    yang tampak dan tingkah laku yang didorong oleh motivasi, atau melalui hal

    yang menunjukkan adanya motivasi tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat

    Harsono (1988: 255), sebagai berikut:

  • 27

    Motivasi sendiri adalah wujud yang tidak Nampak pada orang dan tidak bisa diamati secara langsung. Yang dapat kita amati adalah tingkah lakunya yang merupakan akibat atau manifestasi dari adanya motivasi pada seseorang.

    Martin Handoko (Detiawati, W., 2007: 30-31) mengatakan bahwa pada

    umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu:

    1) Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan

    dalam diri seseorang.

    2) Mengukur aspek-aspek tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi

    ungkapan dari motif tersebut.

    Menurut Makmun, A. S. (2002: 40-41) bahwa motivasi itu merupakan

    suatu kekuatan, namun tidaklah merupakan suatu substansi yang dapat kita

    amati. Yang dapat kita lakukan adalah mengidentifikasi beberapa indikatornya

    dalam term-term tertentu, antara lain:

    1) Durasi kegiatan (berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk

    melakukan kegiatan);

    2) Frekuensi kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam periode waktu

    tertentu);

    3) Persistensinya (ketepatan dan kelekatannya) pada tujuan kegiatan;

    4) Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghayati rintangan dan

    kesulitan untuk mencapai tujuan;

    5) Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, tenaga, pikiran, bahkan

    jiwanya atau nyawanya) untuk mencapai tujuan;

  • 28

    6) Tingkatan aspirasinya (maksud, rencana, cita-cita, sasaran, atau target, dan

    idolanya) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;

    7) Tingkatan kualifikasi prestasi dan produk atau output yang dicapai dari

    kegiatannya (berupa banyak, memadai atau tidak, memuaskan atau tidak);

    8) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (like or dislike; positif atau

    negatif).

    Dengan memperhatikan indikator-indikator tersebut di atas, berbagai

    teknik pendekatan dan pengukuran tertentu dapat dipergunakan, antara lain:

    1) Tes tindakan (performance test) disertai observasi untuk memperoleh

    informasi dan data mengenai persistensi, keuletan, ketabahan, dan

    kemampuan menghadapi masalah, durasi dan frekuensinya: dalam hal ini

    berbagai eksperimen dapat dilakukan;

    2) Kuesioner dan inventori terhadap subjeknya untuk mendapat informasi

    tentang devosi dan pengorbanannya, aspirasinya;

    3) Mengarang bebas untuk mengetahui cita-cita dan aspirasinya;

    4) Tes prestasi dan skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan arah

    sikapnya.

    Seperti yang telah dipaparkan, cara untuk mengukur motivasi yang

    akan dikaji dalam penelitian ini adalah dengan cara mengukur aspek-aspek

    tingkah laku tertentu yang mungkin menjadi ungkapan dari motif tertentu,

    dengan menggunakan teknik skala sikap untuk mengetahui kualifikasi dan

    arah sikapnya.

  • 29

    Motivasi dalam penelitian ini merupakan daya atau kekuatan yang

    timbul dari dalam diri siswa (motivasi intrinsik) yang dipengaruhi oleh bakat

    yang menjadi rangsangan dalam diri siswa. Berdasarkan hal tersebut, secara

    operasional motivasi belajar dalam penelitian ini adalah respon siswa terhadap

    sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan usaha yang timbul dari dalam diri

    siswa yang dipengaruhi oleh bakat agar tumbuh dorongan untuk belajar.

    Berdasarkan indikator yang dipaparkan oleh Makmun, A. S. dan kutipan

    Riduwan di atas, untuk kepentingan penelitian dilakukan penyesuaian aspek-

    aspek yang akan diungkap dalam penelitian ini dengan kajian motivasi yang

    akan diteliti.