TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA...

86
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam Oleh : AHMAD HANAFI ZAKARIYA 214 11 006 JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA...

Page 1: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI

BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

AHMAD HANAFI ZAKARIYA

214 11 006

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

Page 2: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

i

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK

SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI

BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

AHMAD HANAFI ZAKARIYA

214 11 006

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

Page 3: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

ii

Page 4: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

iii

Page 5: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

iv

Page 6: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

v

MOTTO

“Belajar dari masa lalu, hidup untuk hari ini, berharap untuk

hari esok. Yang penting kita tidak pernah berhenti bertanya.”

῀Albert Einstein῀

῀Eagle fly free῀

Page 7: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

vi

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Bapak dan ibu ku tercinta, yang telah banyak menyalurkan

pemberian dari Allah serta telah sering merepotkan kalian. Maaf

telah lama menunggu untuk ini.

Mas Zaky dan Arul.

Page 8: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

vii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Dengan segala rahmat dan ridho dari Allah subhanahuwata’ala yang telah

memberikan ilmu dan keajaibannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Rasulullah,

Nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam yang telah membimbing ke shirotol

mustaqim.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar sarjana hukum. adapun judul skripsi ini adalah

“TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA MENYEWA

TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

KECAMATAN KEBONARUM KABUPATEN KLATEN”.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati,

penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmad Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN

Salatiga, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Akademik.

3. Ibu Evi Ariyani, M.H. selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syariah

IAIN Salatiga.

4. Bapak Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi

yang selalu memberi arahan, pemahaman, dan selalu membagi ilmunya

sejak awal proses penyusunan dan penulisan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Page 9: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

viii

5. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi

Fakultas Syariah serta lembaga IAIN Salatiga yang telah berkenan

memberikan ilmu pengetahuan, pemahaman, pemikiran serta pelayanan

kepada penulis hingga studi ini dapat selesai.

6. Bapak dan ibu pegawai kelurahan Karangduren serta warga masyarakat di

Desa Karangduren yang telah ikut membantu dalam proses penelitian

skripsi ini.

7. Kedua orang tua penulis yang tak henti-hentinya memberikan dukungan,

semangat dan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa

suatu halangan.

8. Kakak, adik, om, bulek dan segenap keluarga penulis yang senantiasa

memberikan motivasi pada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

9. Sejawat-sejawat MAPALA MITAPASA serta FORSA MITAPASA yang

telah membantu membangun karakter serta pemikiran penulis.

10. Warga serta pengasuh Pondok pesantren al-Islah Tingkir Lor, warga PKM

1 IAIN Salatiga, Crew Its’milk Salatiga yang telah memberikan begitu

banyak pengalaman serta tempat berteduh bagi penulis yang bodoh ini.

11. Teman-teman Bidikmisi IAIN Salatiga, Ikamaksuta Salatiga, teman-teman

HES, dan semua pihak yang tidak bisa penuliskan satu per satu, yang telah

menjadi teman penulis dalam kehidupan di Salatiga ini.

Semoga alam mereka diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT serta

mendapatkan balasan yang berlipat ganda lebeih dari apa yang mereka berikan

kepada penulis. Aamiin. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada

Page 10: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

ix

Page 11: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

x

ABSTRAK

Zakariya, Ahmad Hanafi. 2017. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Sewa

Menyewa Tanah Dalam Produksi Batu Bata di Desa Karangduren

Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten. Skripsi, Fakultas Syari’ah.

Jurusan Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah). Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Prof. Dr. H. Muh Zuhri, M.A.

Kata Kunci : Hukum Islam, Sewa Menyewa, Tanah, Produksi Batu Bata

Sewa menyewa atau di dalam Fiqh disebut Ijarah adalah akad untuk

mengambil manfaat dengan jalan penggantian. Sewa menyewa tanah di Desa

Karangduren terjadi karena kebutuhan pembuat batu bata untuk produksi

sedangkan pemilik tanah yang tidak memiliki waktu untuk mengelola tanahnya

sendiri. Dalam prakteknya sewa menyewa ini mengalami penyimpangan, dimana

pihak penyewa mengambil material tanah untuk bahan baku pembuatan tanah,

sedangkan pada hakikatnya sewa menyewa adalah jual beli atas manfaat suatu

objek tanpa adanya pemindahan hak kepemilikan (objek akad tidak boleh

rusak/berkurang zatnya). Penelitian tentang terjadinya akad sewa menyewa tanah

di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten dalam produksi

batu bata ini ditujukan pada kedua belah pihak yang melakukan perjanjian dan

akad yang membangun terjadinya perjanjian ini. Adapun permasalahan yang akan

dikaji yakni : Bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah dalam

produksi batu bata di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten

Klaten. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktek sewa menyewa

tersebut. Bagaimana bentuk akad yang sesuai untuk perjanjian sewa menyewa

tersebut.

Berdasarkan metode penellitian yang dilakukan, yaitu penelitian kualitatif

yang bersifat yuridis sosiologis, yakni terjun langsung kelapangan dengan

mengamati dan wawancara kepada kedua pihak yang bersangkutan. Adapun hasil

penelitian yang dapat dipaparkan peneliti, sebagai berikut : Pelaksanaan sewa

menyewa tanah sawah di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten

Klaten merupakan kesepakatan yang terjadi secara adat. Perjanjian dilakukan

antara dua pihak, pemilik tanah dan penyewa atau pembuat batu bata. terdapat 3

(tiga) macam pelaksaan akad yang terjadi dalam sewa menyewa ini. Pertama,

pihak penyewa menyewa tanah hanya untuk tempat produksi batu bata, kedua

pihak penyewa menyewa tanah digunakan untuk tempat produksi sekaligus

pengambilan tanah untuk bahan baku batu bata, ketiga pihak penyewa menyewa

tanah untuk diambil tanahnya guna bahan baku produksi batu bata. Menurut

pandangan hukum Islam, praktik sewa menyewa tersebut sah menurut rukun dan

Page 12: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

xi

syaratnya. Tetapi ditinjau dari segi akad, dalam pelaksanaannya tidaklah tepat.

Akad yang tepat dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa di Desa

Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten ini ada tiga macam

karena terdapat tiga jenis pelaksaan akad yang berbeda pula. Akad yang pertama

adalah akad sewa menyewa murni, dimana pihak penyewa hanya menyewa tanah

untuk tempat produksi batu bata saja. Akad yang kedua adalah multi akad, atau

al-‘uqud al- murakkabah. Karena terhimpunnya dua akad, yaitu akad ijarah (sewa

menyewa) dan bai’ (jual beli). Karena dalam pelaksaanaannya, penyewa tanah

menyewa tanah untuk produksi batu bata, tetapi juga membeli material tanah

sebagai bahan baku pembuatan batu bata. akad yang ketiga adalah akad jual beli

(bai’). Dimana pihak penyewa bukan menyewa tanah untuk produksi batu bata,

melainkan mengambil material tanah untuk bahan produksi batu bata.

Page 13: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4

D. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 4

E. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 4

F. Definisi Operasional ..................................................................... 6

G. Metode Penelitian ......................................................................... 7

H. Sistematika Penulisan ................................................................... 11

Page 14: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

xiii

BAB II SEWA MENYEWA TANAH

A. Pengertian Sewa Menyewa .......................................................... 13

B. Dasar Hukum ................................................................................ 15

1. Al- Qur’an .............................................................................. 15

2. Hadits Nabi ............................................................................. 18

3. Ijma’ ....................................................................................... 21

4. Kaidah Fiqh ............................................................................ 21

C. Rukun dan Syarat ......................................................................... 22

1. Rukun Ijarah .......................................................................... 22

2. Syarat Ijarah ........................................................................... 24

D. Hak dan Kewajiban Para Pihak .................................................... 27

E. Batal dan Berakhirnya Perjanjian ................................................. 28

F. Multi Akad ................................................................................... 29

1. Pengertian Multi Akad (Al-‘Uqud Al- Murakkabah) .............. 29

2. Hukum Multi Akad ................................................................ 30

3. Batasan dan Standar Multi Akad ............................................ 32

BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI

BATU BATA DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN

KEBONARUM KABUPATEN KLATEN

A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis Desa ..................... 38

1. Batas-batas wilayah ................................................................ 38

2. Iklim dan Cuaca ..................................................................... 39

Page 15: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

xiv

3. Kependudukan ........................................................................ 39

4. Kondisi Sosial Ekonomi ......................................................... 40

5. Kondisi Sosial Keagamaan ..................................................... 40

B. Pelaksanaan Sewa Menyewa Tanah dalam Produksi Batu

Bata ............................................................................................... 41

1. Sejarah Singkat Batu Bata ...................................................... 41

2. Terjadinya Akad Sewa Menyewa dan Sebab-sebab

Terjadinya Sewa Menyewa .................................................... 44

3. Penentuan Harga Sewa Menyewa Dalam Sewa Menyewa

di Lapangan ............................................................................ 47

4. Resiko dalam Pelaksaan Sewa Menyewa Serta Pasca

Masa Sewa Berakhir ............................................................... 48

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SEWA MENYEWA

TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA ................................ 51

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................... 59

B. Saran ............................................................................................. 60

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

xv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Biografi Penulis

2. Surat penunjukan pembimbing Skripsi

3. Surat ijin penelitian

4. Lembar konsultasi Skripsi

5. Peta Wilayah Desa Karangduren

6. Daftar Pertanyaan Wawancara

Page 17: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak akan lepas dari

hubungan antar manusia. Selain hubungan antara manusia dengan Tuhan,

manusia juga harus menjalani hubungan antara manusia dengan manusia

dan manusia dengan alam.

Dalam hubungan manusia dengan manusia Islam menyebutnya

dengan Muamalah. Di dalam Mualamah ini banyak aturan serta ajaran

yang telah diatur dalam syari’ah, yaitu salah satunya tentang Ijarah atau

sewa-menyewa.

Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Ijarah. Idris

Ahmad dalam bukunya yang berjudul Fiqh Syafi’i, berpendapat bahwa

Ijarah berarti upah-mengupah. Sedangkan Kamaludin A. Marzuki sebagai

penerjemah Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq menjelaskan Ijarah dengan

sewa-menyewa, (Suhendi, 2014:113)

Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang menurut bahasanya ialah

al-‘iwadh yang dalam bahasa Indonesia berarti ganti atau upah. Sedangkan

menurut istilah, menurut Sayyid Sabiq bahwa Ijarah ialah suatu jenis akad

untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. (Suhendi, 2014:114-

115). Dari pengertian-pengertian tersebut penulis mengambil makna

Page 18: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

2

Ijarah sebagai sewa-menyewa, yang diartikan dengan pengambilan

manfaat dengan jalan penggantian.

Masyarakat di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Klaten

telah banyak yang mempraktikkan atau menerapkan hubungan sewa-

menyewa ini. Salah satu objek sewa-menyewanya adalah sewa-menyewa

tanah. Sewa-menyewa tanah di sini bukanlah sewa-menyewa untuk

ditanami atau pun bercocok tanam, tetapi sewa-menyewa tanah yang

digunakan untuk memproduksi batu bata. Sedangkan tanah yang biasa

untuk produksi adalah lahan tanah persawahan. Sebenarnya lahan

persawahan di desa tersebut tidaklah kekurangan air untuk irigasi cocok

tanam padi. Tetapi terjadinya sewa-menyewa ini dikarenakan faktor

keahlian pembuat batu bata yang tidak bisa produksi dikarenakan

kekurangan lahan, bahkan tidak mempunyai lahan. Disisi lain, terdapat

orang yang mempunyai lahan tetapi tidak bisa untuk memanfaatkan lahan

yang ia miliki. Disebabkan oleh kurangnya waktu ataupun keahlian untuk

mengolah lahan tersebut agar menjadi lahan yang bermanfaat. Disinilah

terjadinya kejadian saling menguntungkan, antara orang yang mempunyai

keahlian dengan orang yang mempunyai lahan.

Dalam prakteknya, objek yang disewakan diambil materialnya oleh

penyewa, yang menyebabkan kerugian bagi pihak yang disewa. Kenyataan

ini sangat bertentangan dengan hakekat sewa menyewa, karena sewa

menyewa adalah jual beli atas manfaat suatu objek tanpa adanya

Page 19: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

3

pemindahan hak kepemilikan, Imtiyanah (2015) mengartikan objek akad

tidak boleh rusak/berkurang zatnya.

Berangkat dari paparan latar belakang tersebut, penulis bermaksud

untuk mengkaji pelaksanaan pratek sewa menyewa di Desa Karangduren

Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten. Penulis melakukan kajian dari

sudut pandang hukum islam, maka penulis melakukan penelitian dan

penulisan skripsi dengan judul : “TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PRAKTEK SEWA MENYEWA TANAH DALAM

PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARNGDUREN KECAMATAN

KEBONARUM KABUPATEN KLATEN”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut maka kami merumuskan beberapa

permasalahan:

1. Bagaimana pelaksanaan perjanjian sewa menyewa tanah dalam

produksi batu bata di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum

Kabupaten Klaten?

2. Bagaimana pandangan Hukum Islam terhadap praktek sewa menyewa

tersebut?

3. Bagaimana bentuk akad yang sesuai untuk perjanjian sewa menyewa

tersebut?

Page 20: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

4

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka kami bertujuan :

1. Untuk mendeskripsikan perjanjian yang terjadi dalam sewa menyewa

tanah untuk produksi Batu Bata di Desa Karangduren Kecamatan

Kebonarum Kabupaten Klaten.

2. Untuk mengetahui pandangan Hukum Islam terhadap praktek

perjanjian sewa menyewa tersebut.

3. Untuk mengetahui jenis akad yang sesuai dengan pelaksanaan

perjanjian sewa menyewa tanah tersebut.

D. Kegunaan Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberkan kontribusi

pemikiran bagi khasanah ilmu pengetahuan hukum Islam, khususnya

mengenai masalah sewa menyewa.

2. Penelitian ini dapat menjadi gambaran untuk pembaca terutama

masyarakat dalam melihat praktek ber-muamalah mereka apakah

sudah selaras dengan tuntunan agama Islam atau belum.

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa penelitian

karya ilmiah yang sudah membahas tentang sewa menyewa tanah. Salah

satu karya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sewa

Menyewa Tanah Untuk Produksi Batu Bata Di Kecamatan Kedu

Page 21: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

5

Kabupaten Temanggung Jawa Tengah” oleh saudari Imtiyanah, Fakultas

Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga. Karya ini membahas tentang

akad perjanjian yang digunakan dalam sewa menyewa tanah untuk

produksi batubata. Imtiyanah menyimpulkan bahwa dalam praktek sewa

menyewa tanah di Kecamatan Kedu Kabupaten Temanggung terdapat dua

sewa menyewa tanah, yang pertama sewa menyewa tanah untuk peroduksi

batu bata saja, dan pengambilan material tanah dari luar tanah sewa. Dan

juga ada sewa menyewa tanah sekaligus pengambilan material batu bata

dari tanah tersebut. Sedangkan akad yang digunakan dalam sewa menyewa

tanah tersebut juga terdapat dua akad. Yang pertama akad sewa menyewa

murni, karena lahan yang digunakan sebagai lahan produksi saja.

Sedangkan yang kedua adalah multi akad al-uqud al-mujtamiah. Dimana

dalam prateknya terdapat akad jual beli tetapi tidak menghilangkan akad

sewa menyewanya. Dan menurut Imtiyanah akad yang berlangsung dalam

pratek kejadian ini adalah sah, karena telah memenuhi ketentuan akad

secara khusus maupun umum.

Dan juga skripsi yang berjudul tinjauan “Hukum Islam Terhadap

Praktek Sewa Tanah Pembuatan Batubata Merah (Sudi Kasus Di Desa

Kebasen Kecamatan Kebasen Kabupaten Banyumas)” yang di tulis oleh

Hawa Santika, Fakultas Syari’ah IAIN Purwokerto. Karya ilmiyah ini juga

membahas tetang bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pratek sewa

menyewa lahan untuk pembuatan batubata. Berdasarkan kesimpulan

penulis, pelaksanaan sewa menyewa di Desa Kebasen didasari oleh

Page 22: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

6

perjanjian sukarela dan tidak ada paksaan, dan telah sesuai dengan adat

istiadat disana. Namun karena penelitian dilakukan berdasarkan hukum

Islam, peneliti pun menemukan bahwa praktek sewa menyewa ini tidak

sesuai dengan kaedah hukum Islam. Karena terdapat pengambilan material

atau zat objek sewa yang mengakibatkan kerusakan yang fatal terhadap

objek tersebut. Adanya kerusakan objek yang ditimbulkan oleh penyewa

tanah secara sengaja hal tersebut mengakibatkan fasakh

(rusak/pembatalan) pada akad sewa yang berlangsung karena hal tersebut

telah melanggar Syari’at Islam.

F. Definisi Operasional

1. Sewa Menyewa (Ijarah). Menurut Kamaludin A. Marzuki sebagai

penerjemah Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq, menjelaskan makna

Ijarah dengan Sewa Menyewa. Ijarah menurut Sayyid Sabiq ialah

suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan

penggantian (Suhendi, 2014:115).

2. Produksi

Hal menghasilkan barang-barang pembuatan, penghasian; apa yang

dihasikan (diperbuat).

3. Batu bata

Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai bahan

pembuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar

sampai berwarna kemerah-merahan.

Page 23: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

7

4. Hukum Islam

Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan atau Sunnah

Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan

diyakini mengikat untuk semua yang beragama Islam.

(Syarifuddin, 2005:9)

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan field research dengan

meggunakan pendekatan kualitatif yaitu melakukan pembahasan

terhadap kenyataan atau data yang ada dalam praktek. Yang

kemudian akan dihubungkan dengan pendekatan secara langsung

terhadap penelitian. Jenis penelitian ini merupakan penelitian studi

lapangan dengan metode penellitian yang dilakukan yaitu

penelitian kualitatif yang bersifat yuridis sosiologis, yang bertujuan

untuk memaparkan tentang sewa menyewa lahan tanah untuk

produksi batubata.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai instrumen pengumpul data yang

mana peneliti melakukan wawancara dan melakukan observasi

serta menganalisis hasil data-data yang dihasilkan. Dalam

penelitian ini peneliti berperan sebagai pengamat observatoris yang

Page 24: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

8

bertindak sebagai peneliti sekaligus pengamat. Kehadiran peneliti

disini diketahui statusnya oleh subjek yang diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Desa Karangduren Kecamatan

Kebonarum Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

4. Subjek dan Informan Penelitian

Subjek penelitian adalah pemillik tanah dan pembuat batu bata.

5. Sumber Data

Jenis data yang peneliti gunakan :

a. Data Primer

Data yang diperoleh muerupakan sebuah keterangan atau

hasil yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan. Dalam hal

ini adalah data yang didapat dari hasil wawancara dari subjek

yang diteliti serta pengamatan di lokasi penelitian. Objek

wawancara yaitu aparatur desa, dan kedua belah pihak yang

melakukan akad (penyewa dan pemilik tanah).

b. Data Sekunder

Data ini merupakan data pendukung dari data primer. Data

sekunder adaah data yang diperoleh peneliti dari sumber

sekunder seperti buku-buku referensi. Yaitu buku tentang

Page 25: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

9

Mu’amalah, Fatwa MUI tentang Ijarah, buku tentang akad, dan

lain sebagainya.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan:

a. Wawancara

Wawancara dilakukan secara mendalam (in-depth) serta

terbuka. Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua

orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi

dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara yang

digunakan dengan mengunakan dua tahap, pertama peneliti

melakukan deskripsi dan orientasi awal tentang masalah dan

subyek yang dikaji. Kedua melakukan wawancara mendalam

sehingga menemukan informasi lebih banyak dan penting

sampai menemukan titik jenuh (Maslikhah, 2013:321).

Wawancara yang digunakan dengan model wawancara

terbuka, artinya informan dapat mengungkapkan beberapa

upaya yang dilakukan dalam pengaplikasian materi-materi dan

gagasan-gagasan yang muncul dalam diri serta hambatan-

hambatan yang diprediksi. Dalam hal ini wawancara dilakukan

kepada kedua belah pihak yang melakukan akad, yaitu

penyewa dan pemili tanah.

Page 26: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

10

b. Observasi

Observasi dilakukan secara langsung untuk melihat serta

menganalisis hasil dari wawancara serta hasil analisa dari

referensi-referensi.

7. Analisis Data

Pada analisa data, data yang terkumpul selanjutnya

dilakukan penyusunan serta perbaikan dari hasil wawancara serta

observasi.

Proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, maka

digunakan teknik analisis data dengan reduksi data, penyajian data,

dan verifikasi. Reduksi data (data reduction) yaitu proses

pemilihan, pemusatan pada penyederhanan, abstraksi, dan

transformasi data kasar yang diperoleh dari lapangan. Penyajian

data (data disply) yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun

yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

(conclusion drawing and ferification) dari permulaan pengumpulan

data, periset kualitatif mencari makna dari setiap gejala yang

diperoleh di lapangan, mencatat keteraturan atau pola penjelasan

dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi

Page 27: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

11

(Maslikhah, 2013:323). Pada prinsipnya, proses proses ini

bertujuan agar data yang di analisis telah akurat.

8. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data yang digunakan didasarkan

pada empat kriterian yaitu derajat kepercayaan (credibility),

keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability) dan

kepastian (confirmability). Uji derajat kepercayaan (credibility)

dilakukan dengan cara pembuktian apakah yang diamati oleh

peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi

secara wajar dilapangan. Untuk melakukan uji kepercayaan

(credibility) ini dilakukan observasi secara terus menerus.

Keteralihan (transferability) membuat uraian laporan atas data

yang ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat

dipahami oleh pembaca. Kebergantungan (dependability)

dilakukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam

mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil

penelitian denga cara menentukan dependent auditor (konsultan

peneliti). Kepastian (confirmability) dlakukan untuk mengetahui

apakah data yang diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak.

Untuk melakukan uji confirmability ini dilakukan dengan cara

melakukan konfirmasi apakah pandangan, pendapat, dan penemuan

seseorang juga telah disepakati oleh orang lain secara obyektif.

Page 28: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

12

Oleh karena itu, data yang sudah dikumpulkan dikonfirmasikan

dengan para ahli yang membidanginya.(Maslikhah, 2013:323-324)

H. Sistemtika Penulisan

Sistematika pembahasan dalam Skripsi ini terdiri dari lima BAB yakni :

Bab I Pendahuluan. Merupakan pijakan bagi penulis dalam menentukan

garis-garis besar dalam penulisan. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah

untuk menjelaskan faktor-faktor yang menjadi dasar atau mendukung

timbulnya masalah dalam objek yang diteliti dan memperjelas alasan-alasan

mengapa masalah tersebut dipandang penting untuk deteliti. Kemudian

dianjutkan dengan rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

tinjauan pustaka, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II pembahasan, menguraikan gambaran umum tentang sewa

menyewa, jual beli dan multi akad dalam Islam. Bab ini akan menguraikan

pengertian sewa menyewa dan jual beli, dasar hukum, syarat dan rukun, hak

dan kewajiban para pihak, serta berakhirnya perjanjian. Bab ini juga berisi

mengenai pengertian multi akad dan kedudukannya dalam hukum Islam.

Bab III. Pembahasan dalam bab ini menerangkan tentang pelaksanaan

sewa menyewa tanah dalam peroduksi batu bata di Desa Karangduren

Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten. Bab ini berisi tentang gambaran

umum geografis, sejarah adanya peroduksi baru bata, terjadinya akad sewa

menyewa tanah serta pelaksaan akad di lapagan.

Page 29: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

13

Bab IV menguraikan tentang analisis hukum Islam terhadap praktik sewa

menyewa tanah dalam produksi batu bata di Desa Karangduren Kecamatan

Kebonarum Kabupaten Klaten. Bab ini merupakan inti dalam pembahasan

Skripsi, di dalamnya meliputi analisis hukum islam terhadap praktik sewa

menyewa yang terjadi, analisis yang ditinjau dari berbagai aspek. Aspek-aspek

tersebut meliputi para pihak yang melakukan akad, pernyataan para pihak

dalam akad, objek akad, tujuan akad dan berakhirnya akad tersebut.

Bab V merupakan bab penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan

saran dari uraian yang dikemukakan dalam penyusunan skripsi ini. Bab ini juga

merupakan jawaban dari pokok masalah yang timbul dalam pendahuluan

skripsi.

Page 30: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

14

BAB II

SEWA MENYEWA TANAH

A. Pengertian Sewa Menyewa

Hubungan antar sesama manusia berkaitan dengan harta dan

kepemilikan tersebut, dalam fiqh disebut dengan Fiqh Muamalah. Ruang

lingkup pembahasan fiqh muamalah melingkupi dalam banyak hal, seperti

jual-beli (al-bai‟), gadai (ar-rahn), pemindahan utang (hiwalah), dsb,- dan

salah satunya adalah sewa-menyewa.

Dalam Fiqh Muamalah, sewa menyewa disebut dengan istilah

Ijarah. Terdapat dua pengertian tentang Ijarah. Yaitu Ijarah yang di

artikan sebagai upah-mengupah dan Ijarah yang berarti sewa-menyewa.

Namun demikian, disini penulis mengambil arti Ijarah sebagai sewa-

menyewa. Ini di dasarkan pada pendapat Kamaludin A. Mardzuki sebagai

penerjemah Fiqh Sunnah karya Sayyid Sabiq yang menjelaskan Ijarah

dengan sewa-menyewa. (Suhendi, 2014:113)

Al-Ijarah ( berasal dari kata al-Ajru yang arti menurut ( الإجارة

bahasanya ialah al-„Iwadh yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah ganti

dan upah. Sedangkan menurut istilah al-Ijarah ialah menyerahkan

(memberikan) manfaat benda kepada orang lain dengan suatu ganti

pembayaran. (Abdurrahman, 1992:97)

Page 31: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

15

Dalam buku Fiqh Mualamah karya Prof. Dr. H. Hendi Suhendi

(2014:114), beliau menukil pengertian Ijarah menurut Hanafiyah, bahwa

Ijarah ialah

ةة ف ت ااق ت ق ف عق د يقف ق ي ت ق ف ق ف ت ققت ت ة عق ي ق ت ةف ف ت ق ة ت ق ي ت ت ة ت ااق ي ق ت جف ت

“Akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan

disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan”.

Menurut Andri Soemitra dalam bukunya, akad ijarah yaitu akad

pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui pembayaran upah,

sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barangnya

sendiri. (2009:391)

Dalam Fatwa Dewan Syaria‟ah Nasioanal (DSN) No. 09/DSN-

MUI/IV/200 juga tercantumkan, bahwa kebutuhan masyarakat untuk

memperoleh suatu barang sering memerlukan pihak lain melalui akad

Ijarah, yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang

dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sewa-

menyewa adalah pemindahan kepemilikan sementara atas manfaat dengan

imbalan. Jadi dalam hal ini zat atau bentuk dari benda tersebut tidak

berkurang sama sekali, dengan kata lain dengan terjadinya sewa-menyewa

yang berpindah hanyalah manfaat dari benda tersebut, dalam hal ini dapat

berupa manfaat barang seperti rumah untuk ditinggali, kendaraan untuk

dikendarai, tanah untuk ditanami, dan lain sebagainya. Dengan kata lain

Page 32: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

16

sewa menyewa merupakan suatu perjanjian yang berunsurkan kepemilikan

manfaat atau biaya sebagai pengganti dari pihak lain.

B. Dasar Hukum

Pada dasarnya hukum dalam ber-muamalah dalam syariat islam

hukum aslinya adalah boleh (mubah), selama belum ada peraturan yang

melarangnya. Sewa-menyewa juga mempunyai peranan penting bagi

kehidupan bermasyarakat, guna meringankan salah satu pihak atau saling

meringankan antar sesama, serta termasuk salah satu bentuk perilaku

tolong menolong yang dianjurkan dalam agama. Maka dari itu sewa-

menyewa boleh dilakukan tetapi bukan dalam hal yang merugikan atau

yang diharamkan oleh agama. Dalam fiqh dasar hukum diperbolehkannya

akad sewa menyewa di ambil dari al-Qur‟an, as-Sunnah, dan Ijma‟ para

ulama.

Adapun dasar hukum dalam sewa-menyewa adalah sebagai

berikut:

1. Al-Qur’an

Firman Allah dalam surat Az-Zukhruf ayat 32, yang berbunyi:

Page 33: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

17

Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah

menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan

dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas

sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat

mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih

baik dari apa yang mereka kumpulkan.(QS. Az-Zukhruf : 32)

Ayat ini memerintahkan kepada manusia agar saling tolong

menolong dan membantu antar sesama.

Dalam Surat al-Baqarah ayat 233, yang berbunyi :

....Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka

tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran

menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan

Ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.

(QS. Al-Baqarah : 233)

Ayat tersebut berisi tentang pemberian upah kepada

seseorang yang memberikan jasa kepada kita dengan pemberian

upah yang sepantasnya dan sepadan dengan apa yang ia kerjakan.

Dan juga firman Allah dalam surat at-Talaq ayat 6, yang berbunyi :

Page 34: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

18

.... Kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu,

maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah

di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik;....(QS. At-Talaq : 6)

Dalam ayat 6 surat at-Talaq di atas menjelaskan bahwa

dalam pemberian upah ataupun dalam perjanjian sewa menyewa,

biaya yang dikenakan baiknya dimusyawarahkan dan disepakati

antara kedua belah pihak, agar tidak terjadi sesuatu yang

merugikan salah satu pihak.

Firman Allah dalam surat al-Qasas ayat 26-27 :

Page 35: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

19

Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku

ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena

sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk

bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya".(26) Berkatalah dia (Syu'aib): "Sesungguhnya aku

bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua

anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan

tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah

(suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati

kamu. Dan kamu insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-

orang yang baik".(27) (QS. Al-Qasas : 26-27)

Ketiga ayat tersebut menjelaskan tentang memberikan upah

kepada seseorang yang telah memberikan jasa kepada kita.

Pemberian upah atas jasa adalah perintah dari Allah yang telah di

tuliskan dalam al-Qur‟an. Atas hukum dasar inilah akad Ijarah

diperbolehkan dalam kehidupan.

2. Hadits Nabi

Adapun dasar hukum dari Hadts Nabi SAW. diantaranya yaitu

hadits riwayat Abu Daud dari Sa‟d Ibn Abi Waqqash, ia berkata:

Page 36: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

20

ا ت ف رق ف ت ت ااف ق ف ت االن ا ت ت اا ن ت ترق ت ف ت اءف ـ ي نا ي ق ف ااق ت فااق ت

أت ت ت تا , ف قهتا اف ت ت آافهف ت ت نمت ت ق ذت لي اللهف صت ن اللهي ت ت قهف ت فت تهتا تا رت ي ق

.أت ق ي ق ف تهتا ف ت ت ة أت ق فف ن ة

“Kami pernah menyewankan tanah dengan (bayaran) hasil

pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal

tersebut dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan

emas dan perak.”

Hadits riwayat Ibn Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:

ايهي نـ ت ت ـ تـ أت ق ت ف .أت ق ي ا اقاتجف ق ت أتجق ت ي ات قـ

“Berikanlah upah pekerja sebelum kering keringatnya.”

Dan juga, hadits riwayat „Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan

Abu Sa‟id al-Khudri, Nabi SAW bersabda:

هي أتجق ت ي ا فت ق ي ق ف ق . ت ف ا ق ت قجت ت أتجف ق ر

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”

Suhendi (2014:116) dalam bukunya juga mencantumkan Hadits

yang diriwayat oleh Bukhari dan Muslim :

اات أتجق ت ي ا ق ف االي ن مق ت اف ق ت ف

“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya

kepada tukang bekam itu.”

Ibnu Abbas menurut riwayat al-Bukhariy :

Page 37: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

21

أ اا ص الله ه م ا م أ اال اا أج

“Sesungguhnya Nabi Muhammad pernah berbekam dan

memberikan kepada tukang bekam upahnya.” (Syarifuddin,

2003:217)

Hadits di atas menjelaskan tentang pemberian upah kepada

pekerja yang membantu atau menyewakan jasa kepada seseorang.

Pemberian upah merupakan suatu kewajiban atas si pengguna jasa.

Dengan demikian pekerja akan senang dengan pekerjaanya, begitu

pula dengan si penyewa. Upah selain sebagai tanda jasa juga

merupakan tanda terimakasih atas pertologan dari pekerja karena

dengan demikian akan ada rasa saling tolong menolong antar

sesama dan juga adanya tali silaturahmi yang terjalin.

Hadits Nabi riwayat Tirmidzi dari „Amr bin „Auf:

ا ا ر نـ ت ت لر أت ق أت ت لت ات ت ا ت ن ائفلد ت ق ت ااق ي ق ف ف ت إفلن صي قلر اتا قحي جت

ا ا ر نـ ت ت لر أت ق أت ت لت ات ت طار ت ن هفمق إفلن شت ق ااق ي ق ف ي ت ت ت شي ي طف . ت

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan

yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat

mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau

menghalalkan yang haram.”

Page 38: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

22

Hadits tersebut menjelaskan tentang diperbolehkannya

suatu perjanjian. Perjanjian tersebut sah apabila tidak bertentangan

dengan etika yang ada. Perjanjian yang mengharamkan yang halal

ataupun menghalalkan yang haram adalah tidak boleh, karena itu

jelas bertentangan dengan etika dan ajaran agama. Syarat-syarat

yang digunakan akadalah yang telah disebutkan di dalam al-Qur‟an

dan hadits ataupun yang telah ditetapkan di dalam syari‟at agama.

3. Ijma’

Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.

(Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 hal. 3)

4. Kaidah Fiqh

Di dalam Fatwa Dewan Syari‟ah Nasioanal (DSN) MUI tentang

Pembiayaan Ijarah disebutkan kaidah Fiqh tentang sewa menyewa,

yaitu:

هتا دـ ت ت تلق ف ق ف اف ق ف تا ت ي إلن أت ق ت يل ت تف الإق لت ا ت يـ فف ااق ي ت .اتاتصق

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali

ada dalil yang mengharamkannya.”

اافحف اد ت ت جت ق ف ااق ت ت عت ن قتا ف ف ي ءي ااق ت رق ت

“Menghindarkan mafsadat (kerusakan, bahaya) harus didahulukan

atas mendatangkan kemaslahatan.”

Page 39: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

23

Segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan

berekonomi adalah diperbolehkan, kecuali terdapat dalil atau

perintah diharamkan. Jadi sewa menyewa adalah boleh, tetapi jika

terdapat sesuatu yang haram atau dilarang maka akad sewa

menyewa juga terkena hukum haram atau tidak boleh. Sewa

menyewa juga dianjurkan selama itu membawa manfaat dan

kebaikan bagi seseorang.

C. Rukun dan Syarat Ijarah

Transaksi Ijarah dalam pelaksanaannya akan sah apabila terpenuhi rukun

dan syaratnya.

1. Rukun Ijarah

Rukun merupakan suatu ketentuan yang harus dipenuhi di dalam

melakukan ibadah atau pekerjaan/perbuatan. Bila rukun tidak

terpenuhi maka perbuatan tersebut tidak sah atau batal menurut

hukum. Begitu juga di dalam melaksanakan akad sewa menyewa.

Dalam akad sewa menyewa (Ijarah) terdapat rukun-rukun yang harus

terpenuhi, yaitu:

a. Shigat Ijarah

Yaitu ijab dan qobul berupa pernyataan dari kedua belah pihak

yang berakad (berkontrak), baik secara verbal atau dalam bentuk

lain. Ijab qobul sewa-menyewa misalnya: “Aku sewakan mobil

ini kepadamu setiap hari Rp. 5.000”, maka penyewa menjawab

Page 40: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

24

“Aku terima sewa mobil tersebut dengan harga demikian setiap

hari”.

b. Orang yang menyewakan / Mu‟jir

Mu‟jir adalah orang yang memberikan upah dan atau yang

menyewakan.

c. Orang yang menyewa / Penyewa / Musta‟jir

Musta‟jir adalah orang yang menerima upah atau yang menyewa

sesuatu.

d. Ujrah atau imbalan atau upah, disyaratkan diketahui jumlahnya

oleh kedua belah pihak dalam sewa-menyewa.

e. Ma‟jur

Yaitu Objek transaksi atau objek yang disewakan, baik dalam

bentuk tenaga atau benda. (Syarifuddin, 2003:218) Benda yang

disewakan adalah benda yang bermanfaat.

Secara garis besar, rukun Ijarah dapat diklasifikasikan menjadi 3

(tiga), yaitu :

a. „Aqidaini

„Aqidain yaitu dua orang yang melakukan akad. Dalam hal ini

ialah orang yang menyewakan (Mu‟jir) dan orang yang menyewa

(Musta‟jir).

b. Ma‟qud „Alaih

Page 41: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

25

Ma‟qud „Alaih ialah manfaat dari objek yang dipersewakan serta

upah/biaya dalam sewa menyewa.

c. Ijab Qabul

Ialah akad sewa-menyewa dan dinyatakan sah. Yaitu Sighat atau

ikrar yang menyatakan akad sewa menyewa antara kedua belah

pihak yang berakad dan dinyatakan sah menurut hukum.

2. Syarat Ijarah

Syarat adalah suatu ketentuan atau keadaan yang harus

terpenuhi dalam melakukan ibadah atau pekerjaan/perbuatan, dan jika

syarat tersebut tidak terpenuhi maka ibadah / perbuatan tersebut akan

dianggap tidah sah dan cacat menurut hukum. Dalam akad sewa

menyewa ini adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi yaitu :

Syarat yang berkenaan dengan „Aqidain atau pelaku transaksi.

Disyaratkan pada Mu‟jir dan Musta‟jir adalah baligh, berakal,

cakap melakukan tasharruf (mengendalikan harta) dan saling

meridhai. Sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat an-Nisa

ayat 29 :

Page 42: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

26

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,

kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan

suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisa : 29)

Bagi orang yang berakad ijarah juga disyaratkan mengetahui

manfaat barang yang diakadkan dengan sempurna sehingga

dapat mencegah terjadinya perselisihan. (Suhendi, 2014:117)

Syarifuddin (2003) juga menambahkan, syarat orang yang

melakukan transaksi ialah mereka yang bebas dalam bertindak

dalam arti tidak dalam paksaan, sehingga akad yang dilakukan

oleh anak-anak atau orang gila atau orang yang terpaksa, tidak

sah transaksinya.

Adapun syarat dalam objek atau barang yang disewakan.

Disyaratkan pada barang yang disewakan:

Hendaklah barang yang jadi objek akad sewa-menyewa

dapat dimanfaatkan kegunaanya.

Hendaklah benda yang menjadi objek sewa-menyewa dapat

diserahkan kepada penyewa berikut kegunaanya.

Page 43: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

27

Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang

mubah (boleh) menurut Syara‟ bukan hal yang dilarang

(diharamkan).

Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)-nya

hingga waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam

akad. (Suhendi, 2014:118)

Adapun syarat sahnya sewa-menyewa menurut pendapat Sayyid Sabiq

yaitu :

1. Kerelaan kedua belah pihak yang meakukan akad;

2. Mengetahui dengan sempurna manfaat yang diakadkan, sehingga

mencegah terjadinya perselisihan;

3. Hendaknya barang yang menjadi obyek transaksi (akad) dapat

dimanfaatkan kegunaanya menurut kriteria dan syara‟;

4. Dapat diserahkan sesuatu yang disewakan berikut kegunaan

(manfaat);

5. Bahwa manfaat adalah hal yang mubah, bukan yang diharamkan;

6. Bahwa imbalan itu harus berbentuk harta yang mempunyai nilai

jelas diketahui baik dengan menyaksikan atau dengan

menginformasikan ciri-cirinya.

D. Hak dan Kewajiban Para Pihak

Page 44: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

28

Yang menyewakan wajib mempersiapkan barang yang disewakan

untuk dapat digunakan secara optimal oleh penyewa. Penyewa wajib

menggunakan barang yang disewakan menurut syarat-syarat akad atau

menurut kelaziman penggunaannya. Penyewa juga wajib menjaga barang

yang disewakan agar tetap utuh. (Karim, 2010:138).

Dan apabila terjadi kerusakan atau dalam hal perawatan, Karim

dalam bukunya (2010:138) meyatakan, secara prinsip tidak

bolehdinyatakan dalam akad bahwa penyewa bertanggungjawab atas

perawatan karena ini berarti penyewa bertanggungjawab atas jumlah yang

tidak pasti (gharar). Oleh karena itu, ulama berpendapat bahwa bila

penyewa dimint untuk melakukan perawatan, ia berhak untuk

mendapatkan upah atau biaya yang wajar untuk pekerjaanya. Dan atau,

sebagian ulama berpendapat harga sewa dapat dikurangkan dengan biaya

untuk perbaikan.

Jika ijarah berakhir, penyewa berkewajiban mengembalikan

barang sewaan, jika barang itu dapat dipindahkan, ia wajib menyerahkan

kepada pemiliknya, dan jika bentuk barang sewaan adalah benda tetap

(„Iqar), ia wajib menyerahkan kembali dalam keadaan kosong,jika barang

sewaan itu tanah, ia wajib menyerahkan kepada pemiliknya dalam keadaan

kosong dari tanaman, kecuali ada kesulitan untuk menghilangkannya.

Mazhab Hanbali berpendapat bahwa ketika ijarah telah berakhir,

penyewa harus melepaskan barang sewaan dan tidak ada kemestian

Page 45: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

29

mengembalikan untuk menyerahterimakannya, seperti barang titipan

(Suhendi, 2014:123).

E. Batal dan Berakhirnya Perjanjian

Ijarah adalah jenis akad lazim, yaitu akad yang tidak

membolehkan adanya fasakh pada salah satu pihak, karena ijarah

merupakan akad pertukaran, kecuali bila didapati hal-hal yang mewajibkan

fasakh.

Ijarah akan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai berikut:

1. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan

penyewa

2. Rusaknya barang yang desewakan.

3. Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak, jika

terdapat kejadian diluar kehendak penyewa/Mu‟jir, seperti dicuri

atau bencana alam.

Sedangkan berakhirnya perjanjian apabila :

1. Telah terpenuhinya manfaat yang diakadkan.

2. Berakhirnya masa yang telah ditentukan dalam akad.

F. Multi Akad

1. Pengertian Multi Akad (Al-‘Uqud Al Murakkabah)

Multi dalam bahasa Indonesia berati (1) banyak; (2) berlipat

ganda. Dengan demikian, mukti akad dalam bahasa Indonesia berarti

Page 46: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

30

akad berganda atau akad yang banyak, lebih dari satu. Sedangkan

menurut istilah fiqh, kata multi akad merupakan terjemahan dari kata

Arab yaitu al-„uqud al-murakkabah yang berarti akad ganda

(rangkap). Al-uqud al murakkabah. Kata „aqd secara etimologi artinya

mengokohkan, mengadakan perjanjian. Sedangkan secara terminologi

„aqd berarti mengadakan perjanjian atau ikatan yang mengakibatkan

munculnya kewajiban.

Kata al-murakkabah (murakkab) secara etimologi berarti al-

jamu‟ (mashdar), yang berarti pengumpulan atau penghimpunan. Kata

murakkab sendiri berasal dari kata “rakkaba-yurakkibu-tarkiban”

yang mengandung arti meletakkan sesuatu pada sesuatu yang lain

sehingga menumpuk, ada yang di atas ddan ada yang di bawah.

Menurut Nazih Hammad dalam buku Multi Akad Dalam Transaksi

Syariah Kontemporer Pada Lembaga Keuangan Syariah Di Indonesia

karya Hasanudin (2009), akad murakkab adalah: “Kesepakatan dua

pihak untuk melaksanakan suatu akad yang mengandung dua akad

atau lebih –seperti jual beli dengan sewa menyewa, hibah, wakalah,

qardh, muzara‟ah, sharaf (penukaran mata uang), syirkah,

mudharabah ... dst.- sehingga semua akibat hukum akad-akad yang

terhimpun tersebut, serta semua hak dan kewajiban yang

ditimbulkannya dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat

dipisah-pisahkan, sebagaimana akibat hukum dari suatu akad.”

Sedangkan menurut Al-„Imrani, akad murakkab adalah:

Page 47: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

31

“Himpunan beberapa akad kebendaan yang dikandung oleh akad –

baik secara gabungan maupun secara timbal balik- sehingga seluruh

hak dakn kewajiban yang ditimbulkannya dipandang sebagai akibat

hukum dari satu akad.”

2. Hukum Multi Akad

Status hukum multi akad belum tentu sama dengan status

hukum dari akad-akad yang membangunnya. Seperti contoh akad bai‟

dan salaf yang secara jelas dinyatakan keharamannya oleh Nabi saw.

Akan tetapi jika kedua akad itu berdiri sendiri-sendiri , maka baik

akad bai‟ maupun salaf diperbolehkan. Artinya, hukum multi akad

tidak bisa semata dilihat dari hukum akad-akad yang membangunnya.

Dengan kata lain, hukum akad-akad yang membangun tidak secara

otomatis menjadi hukum dari multi akad.

Mengenai status hukum multi akad, ulama berbeda pendapat

terutama berkaitan dengan hukum asalnya. Perbedaan ini menyangkut

apakah multi akad sah dan diperbolehkan atau batal dan dilarang

untuk dipraktikkan. Mengenai hal ini ulama berada dalam dua

pendapat tersebut; memperbolehkan dan melarang.

Mayoritas ulama Hanafiyah, sebagian pendapat ulama

Malikiyah, ulama Syafi‟iyah, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum

multi aad sah dan diperbolehkan menurut syariat Islam. Bagi yang

membolehkan beralasan bahwa hukum asal dari akad adalah boleh

Page 48: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

32

dan sah, tidak diharamkan dan dibatalkan selama tidak ada dalil

hukum yang mengkaramkan atau membatalkannya.

Hukum asal dari syara‟ adalah bolehnya melakukan transaksi

multi akad, selama setiap akad yang membangunnya ketika dilakukan

sendiri-sendiri hukumnya boleh dan tidak ada dalil yang melarangnya.

Ketika ada dalil yang melarang, maka dalil itu tidak diberlakukan

secara umum, tetapi mengecualikan pada kasus yang diharamkan

menurut dalil itu. Karena itu, kasus itu dikatakan sebagai pengecualian

atas kaidah umum yang berlaku yaitu mengenai kebebasan melakukan

akad dan menjalankan perjanjian yang telah disepakati.

Allah telah menjelaskan yang haram secara rinci,karenanya

setiap akad yang dinyatakan haram harus jelas keharamannya seperti

apa dan bagaimana. Tidaklah boleh mengharamkan yang telah

dihalalkan oleh Allah atau dimaafkan, begitu pula tidak boleh

menghalalkan yang telah diharamkan oleh-Nya.

3. Batasan dan Standar Multi Akad

Para ulama membolehkan praktik multi akad bukan berarti

membolehkan secara bebas, tetapi ada batasan-batasan yang tidak

boleh dilewati. Karena batasan ini akan menyebabkan multi akad

menjadi dilarang. Dikalangan ulama, batasan-batasan ini ada yang

disepakati dan diperselisihkan. Secara umum, batasan yang disepakati

oleh para ulama adalah sebagai berikut:

Page 49: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

33

a. Multi akad dilarang karena nash agama

Dalam hadis, Nabi secara jelas menyatakan tiga bentuk

multi akad yang dilarang, yaitu multi akad dalam jual beli (ba‟i)

dan pinjaman, dua akad jual beli dalam satu akad jual beli dan dua

transaksi dalam satu transaksi dalam sebuah hadis disebutkan:

ه ر ل الله ص الله ه م ـ

“Rasulullah saw melarang jual beli dan pinjaman.” (HR

Ahmad dari Abu Hurairah r.a.,)

Suatu akad dinyatakan boleh selama objek, harga, dan

waktunya diketahui oleh kedua belah pihak. Jika salah satu di

antaranya tidak jelas, maka hukum dari akad itu dilarang.

Imam asy-Syafi‟i memberi contoh, jika seseorang hendak

membeli rumah dengan harga seratus, dengan syarat dia

meminjamkan (salaf) kepadanya seratus, maka sebenarnya akad

jual beli itu tidak jelas apakah dibayar dengan seratus atau lebih.

Sehingga harga dari akad jual beli itu tidak jelas, karena seratus

yang diterima adalah pinjaman („ariyah). Sehingga penggunaan

manfaat dari seratus tidak jelas; apakah dari jual beli atau

pinjaman.

Ibnu Qayyim berpendapat bahwa Nabi melarang multi akad

antara akad salaf (memberi pinjaman/qardh) dan jual beli,

meskipun kedua akad itu jika berlaku sediri-sendiri hukumnya

boleh. Larangan menghimpun salaf dan jual beli dalam satu akad

Page 50: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

34

untuk menghindari terjurumus kepada riba yang diharamkan. Hal

itu terjadi karena seseorang meminjamkan (qardh) seribu, lalu

menjual barang yang bernilai delapan ratus dengan harga seribu.

Dia seolah memberi seribu dan barang seharga delapan ratus agar

mendapatkan bayaran dua ribu. Di sini ia memperoleh kelebihan

dua ratus.

Selain multi akad antara salaf dan jual beli yang

diharamkan, ulama juga sepakat melarang multi akad antara

berbagai jual beli dan qardh dalam satu transaksi. Semua akad

yang mengandung unsur jual beli dilarang untuk dihimpun dengan

qardh dalam satu transaksi, seperti antara ijarah dan qardh, salam

dan qardh, sharf dan qardh, dan sebagainya.

Meski penggabungan qardh dan jual beli ini dilarang,

namun menurut al-„Imrani tidak selamanya dilarang.

Penghimpunan dua akad ini diperbolehkan apabila tidak ada syarat

di dalamnya dan tidak ada tujuan untuk melipatkan harga melalui

qardh. Seperti seseorang yang memberikan pinjaman kepada orang

lain, lalu beberapa waktu kemudian ia menjual sesuatu kepadanya

padahal ia masih dalam rentang waktu qardh tersebut. Yang

demikian hukumnya boleh. Sedangkan larangan penghimpunan dua

akad jual beli dalam satu akad jual beli didasarkan pada hadis Nabi

yang berbunyi : “Dari Abu Hurairah, berkata: “Rasulullah saw

melarang dua jual beli dalam satu jual beli.” (HR Malik)

Page 51: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

35

b. Multi akad sebagai hilah ribawi

Multi akad yang menjadi hilah ribawi dapat terjadi melalui

kesepakatan jual beli „inah atau sebaliknya dan hilah riba fadhl.

1) Al-„Inah

Contoh „inah yang dilarang adalah menjual sesuatu

dengan harga seratus secara cicil dengan syarat pembeli harus

menjualnya kembali kepada penjual dengan harga delapan

puluh secara tunai. Pada transaksi ini seolah ada dua akad jual

beli, padahal nyatanya merupakan hilah riba dalam pinjaman

(qardh), karena objek akad semu dan tidak faktual dalam akad

ini. Sehingga tujuan dan dan manfaat dari jual beli yang

ditentukan syariat tidak ditemukan dalam transaksi ini.

2) Hilah riba fadhl

Hal ini terjadi apabila seseorang menjual sejumlah

(misalnya 2kg beras) harta ribawi dengan sejumlah harga

(misalnya Rp 10.000) dengan syarat bahwa ia –dengan harga

yang sama (Rp 10.000)- harus membeli dari pembeli tadi

sejumlah harta ribawi sejenis yang kadarnya lebih banyak

(misalnya 3kg) atau lebih sedikit (misalnya 1kg). Transaksi

seperti ini adalah model hilah riba fadhl yang diharamkan.

Transaksi seperti ini dilarang didasarkan atas peristiwa

pada zaman Nabi di mana para penduduk Khaibar melakukan

Page 52: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

36

transaksi kurma kualitas sempurna satu kilo dengan kurma

kualitas rendah dua kilo, dua kilo dengan tiga kilo dan

seterusnya. Praktik seperti ini dilarang Nabi saw, dan beliau

mengatakan agar ketika menjual kurma kualitas rendah dibayar

dengan harga sendiri, begitu pula ketika membeli kurma

kualitas sempurna juga dengan harga sendiri.

c. Multi akad menyebabkan jatuh ke riba

Setiap multi akad yang mengantarkan pada yang haram,

seperti riba, hukumnya haram, meskipun akad-akad yang

membangunnya adalah boleh. Penghimpunan beberapa akad yang

hukum asalnya boleh namun membawanya kepada yang dilarang

menyebabkan hukumnya menjadi dilarang.

d. Multi akad terdiri dari akad-akad yang akibat hukumnya saling

bertolak belakang atau berlawanan

Kalangan ulama Malikiyah mengharamkan multi akad

antara akad-akad yang berbeda ketentuan hukumnya dan atau

akibat hukumnya saling berlawanan atau bertolak belakang.

Larangan ini didasari atas larangan Nabi menggabungkan akad

salaf dan jual beli. Dua akad ini mengandung hukum yang

berbeda. Jual beli adalah kegiatan muamalah yang kental dengan

nuansa dan upaya perhitungan untung-rugi, sedangkan salaf

Page 53: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

37

adalah kegiatan sosial yang mengedepankan aspek persaudaraan

dan kasih sayang serta tujuan mulia. Karena itu, ulama Malikiyah

melarang multi akad dari akad-akad yang berbeda hukumnya,

seperti antara jual beli dengan jua‟alah, sharf, musaqah, syirkah,

qiradh, atau nikah.

Keharaman multi akad pada dasarnya disebabkan oleh tiga hal: dilarang

agama atau hilah karena dapat menimbulkan ketidakpastian (gharar)

dan ketidakjelasan (jahalah), menjerumuskan ke praktik riba, dan multi

akad yang menimbulkan akibat hukum yang bertentangan pada objek

yang sama. Dengan kata lain, multi akad yang memenuhi prinsip

syariah adalah multi akad yang memenuhi standar atau dhawabith

sebagaimana telah dikemukakan.1

1Hasanudin, Multi Akad Dalam Transaksi Kontemporer Pada Lembaga Keuangan

Syariah dalam http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/multi-akad-al-uqud-al-

murakkabahhybrid-contracts-dalam-transaksi-syariah-kontemporer-pada-lembaga-

keuangan-syariah-di-indonesia-2/ diakses pada tgl 24 februari 2017

Page 54: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

38

BAB III

PELAKSANAAN SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU

BATA DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN KEBONARUM

KABUPATEN KALATEN

A. Gambaran Umum Geografis dan Demografis

1. Batas-batas Wilayah

Desa Karangduren merupakan salah satu dari 7 (tujuh) desa

di Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten. Desa Karangduren

sendiri mencakup 19 dukuh dengan 12 RW dan 32 RT.

Adapun batas-batas wilayah untuk Desa Karangduren yaitu

Sebelah Utara : Kecamatan Karangnongko

Sebelah Selatan : Desa Menden

Sebelah Barat : Kecamatan Jogonalan

Sebelah Timur : Desa Malangjiwan

Jarak dari pusat kota Klaten dengan Desa Karangduren

kurang lebih 6,20 km. Sedangkan jarak Desa Karangduren dengan

jalan raya Solo-Jogja kurang lebih adalah 4,5 km.

2. Iklim dan Cuaca

Secara tipografi wilayah Desa Karangduren berada diantara

lereng Gunung Merapi dan pegunungan Seribu. Bisa dikatakan

wilayah Karangduren masih dalam dataran lereng Gunung Merapi.

Page 55: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

39

Dengan ketinggian antara 500-600 mdpl (meter di atas permukaan

laut). 60% lebih wilayah Desa Karangduren berupa hamparan

lahan persawahan. Dan sisanya adalah lahan pemukiman dan

lainnya.

Keadaan iklim di wilayah Karangduren termasuk iklim

tropis dengan musim hujan dan musim kemarau silih berganti

sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28°- 30° Celcius

dengan kecepatan angn rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya

dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350 mm) dan curah

hujan terendah bulan Juli (8 mm).

3. Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Karangduren sampai pada awal

tahun 2017 mencapai 3275 jiwa, yang terdiri dari 1558 jiwa

penduduk laki-laki dan 1717 jiwa penduduk perempuan. Rata-rata

penduduknya bersuku jawa asli.

4. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi masyarakat di Desa Karangduren di

dominasi dari sektor pertanian. Sektor pertanian ini paling banyak

di kerjakan oleh masyarakat dikarenakan memang wilayah

Karangduren sebagian besar adalah persawahan. Selain sektor

pertanian sektor yang banyak menyerap adalah sektor ternak.

Page 56: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

40

Sebanyak 60 persen penduduk desa bekerja di sektor

pertanian dan peternakan, dan sebanyak 10 persen di sektor

perdagangan, kemudian lainnya di sektor jasa dan lainnya.

Sedangkan untuk fasilitas pendidikan di wilayah Desa

Karangduren terdapat 2 unit Sekolah Dasar (SD), dan 1 TK (taman

Kanak-kanak). Dan untuk fasilitas kesehatan sendiri hanya terdapat

posyandu pada tiap dukuh.

5. Kondisi Sosial Keagamaan

Mayoritas penduduk Desa Karangduren adalah pemeluk

agama Islam, yaitu mencapai 94,6 persen atau sebanyak 3099 jiwa.

Sedangkan agama Katholik sebanyak 2,45 persen (80 jiwa),

Kristen 1,3 persen (43 jiwa), Hindu 1,6 persen (53 jiwa).

Sementara tempat ibadah yang berada di Desa Karangduren

sebagai sarana beribadah umat beragama masih tergolong sedikit.

Berikut tabel tempat ibadah di Desa Karangduren.

No Tempat Ibadah Jumlah

1. Masjid 6

2. Mushola 11

3. Pure 1

Page 57: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

41

Meskipun penduduk yang beragama Islam di Desa

Karangduren terbilang banyak, tetapi yang mengerti syariat atau

ajaran agama Islam hanya beberapa saja. Jadi bisa disebut

penduduk di Desa Karangduren yang beragama Islam mayoritas

hanya Islam abangan. Walaupun demikian, pengamalan ajaran

Islam di Desa Karangduren juga tetap berjalan dengan baik. Seperti

adanya pengajian-pengajian, pengajian rutinan, adanya Taman

Pendidikan Al-Qur‟an bagi anak-anak dan remaja.

B. Pelaksanaan Sewa Menyewa Tanah dalam Produksi Batu Bata

1. Sejarah Singkat Tentang Batu Bata

Batu bata merupakan salah satu bahan material sebagai

bahan pembuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang

dibakar sampai berwarna kemerah-merahan.

Kira-kira dimulai pada 800 B.C di Mesopotamia, manusia

menemukan pertama kali bahwa tanah liat dapat dibentuk dan di

jemur untuk menghasilkan bahan bangunan. Menara Babel di

bangun dengan menggunakan bata yang di jemur. Batu bata juga

banyak digunakan di daerah Timur Tengah, Afrika Utara dan

Amerika Tengah dan Utara. Pada peradaban Babylonia (4000 B.C)

terdapat lembah antara sungai Tigris dan sungai Efrat, lumpur tebal

dan tanah liat dari sungai-sungai ini sangat cocok untuk pembuatan

bata, yang kemudian menjadi bahan bangunan yang umum pada

Page 58: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

42

peradaban tersebut. Kerajaan dan kuil di bangun dari bata jemur,

dan permukaannya menggunakan bata berlapis/kilap. Penggalian

akhir-akhir ini di Mesir, menunjukkan bahwa pada masa Mesir

kuno telah digunakan bata yang dijemur dan yang dibakar

menggunakan tungku untuk pembangnan rumah dan tempat suci.

Orang Roma juga menyebar luaskan penggunaan bata, antara lain

pembuatan bata masuk ke Inggris setelah serangan Roma pada 54

SM, seperti untuk pembangunan Kastil Colchester yang dibangun

dari 1080 bata bekas. Sekarang kastil ini dipakai sebagai museum

sejarah. Bata Roma memiliki ketebalan yang sangat tipis dibanding

dengan panjangnya. Dimana bata-bata tersebut diletakkan di atas

lapisan mortar yang tebal. Setelah kejatuhan/runtuhnya Roma pada

410M, maka seni membuat bata tersebut hilang diseluruh

Eropahingga awal dari abad ke-14. Industri bata kembali marak

setelah Flemish masuk ke Inggris pada abad teresebut dan

kemudian, keahlian ini masuk ke Australia bersama Pembangunan

Pertama (The First Fleet).

Bangunan-banguan bata yang pertama di benua Amerika

Utara di bangun pada tahun 1633 di pulau Manhattan dengan

menggunakan bata-bata yang diimpor dari Belanda dan Inggris.

Bagaimanapun juga pemanfaatannya baru maksimal hingga

ditemukan pembakaran bata dengan tungku yang menghasilkan

bata yang betul-betul awet. Tungku bata yang pertama di

Page 59: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

43

operasikan di Amerika Serikat adalah sekitar tahun 1650. Bata-bata

yang dihasilkan pada masa lampau mungkin agak sulit untuk

deikenali karena spesifikasi yang sangat berbeda. Misalnya bata

dari Assyria, ditengah Mesopotamia beratnya lebih dari 18

kilogram, atau bata dengan bentuk segitiga digunakan untuk

membangun Koloseum Roma.1

Batu bata terbagi dalam dua jenis, yaitu

a. Batu bata tanah liat, terbuat dari tanah liat dengan 2 kategori

yaitu bata biasa dan bata muka.

Bata biasa, memiliki permukaan dan warna yang tidak

menentu, bata ini digunakan untuk dinding dengan

menggunakan morta (campuran semen) sebagai

pengikat. Bata jenis ini sering disebut sebagai bata

merah.

Bata muka, memiliki permukaan yang baik dan licin

dan mempunyai warna dan corak yang seragam.

Disamping digunakan sebagai dinding juga digunakan

sebagai penutup dinding dan sebagai dekorasi.

b. Batu bata pasir – kapur, sesuai dengan namanya batu bata ini

dibuat dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1:8

1 (http://www.batamerahgarut.com/sejarah-batu-bata/ di akses tanggal 22/05/2017)

Page 60: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

44

serta air yang dicampurkan kealam campuran sehingga

membentuk batu bata.2

Dan di Desa Karangduren ini, para pembuat batu bata

memproduksi batu bata yang berjenis batu bata tanah liat yang bata

biasa dan bata muka.

2. Terjadinya Akad Sewa Menyewa dan Sebab-sebab Terjadinya

Sewa Menyewa

Akad sewa menyewa atau Ijarah telah sering dilakukan

sejak jaman Rasulullah SAW. Selain untuk membantu dan tolong

menolong antar sesama, akad ini juga bermanfaat untuk

memperbaiki perekonomian masyarakat. Bahkan sekarang ini

sudah banyak masyarakat yang mengaplikasikan akad ini pada

kehidupan mereka, baik secara formal ataupun non formal. Tak

terkecuali masyarakat di Desa Karangduren, Kecamatan

Kebonarum Kabupaten Klaten.

Masyarakat di Desa Karangduren menggukan akad sewa

menyewa untuk memproduksi batu bata merah. Pemahaman

tentang akad sewa menyewa di sini sebagai jual beli tanah untuk

produksi batu bata. Berbeda dengan pemahaman jual beli biasanya,

karena menurut mereka jika jual beli tanah adalah jual beli tanah

2 https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_bata/ di akses pada tanggal 22/05/2017

Page 61: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

45

dengan sertifikatnya beserta berpindahnya hak kepimilikan juga,

sedangkan mereka yang memproduksi batu bata hanya mengambil

sebagian tanah (zat) untuk produksi batu bata.

Terdapat tiga macam sewa dalam sewa menyewa tanah

untuk produksi batu bata yang berlangsung di masyarakat Desa

Karangduren. Yang pertama yaitu menyewa tanah hanya untuk

tempat produksi batu bata tanpa mengambil volume tanah yang

diperuntukkan untuk membuat batu bata. Jadi pemilik lahan hanya

menyewakan untuk tempat produksi saja, sedangkan material dan

bahan produksi di ambil dari lahan lain. Yang kedua yaitu pembuat

batu bata hanya mengambil volume tanah yang diperuntukkan

untuk memproduksi batu bata. Pihak penyewa menyewa tanah

untuk di ambil materialnya atau volume tanah yang disewakan

sebagai bahan produksi batu bata. Yang ketiga pembuat batu bata

menyewa tanah untuk tempat produksi sekaligus volume tanah

yang di ambil untuk produksi batu bata.

Proses kesepakatan perjanjian dalam sewa menyewa ini

dilaksanakan secara kekeluargaan. Perjanjian dihadiri oleh pihak

penyewa dan pemilik lahan, terkadang terdapat saksi tetapi juga

terkadang tanpa saksi. Mereka hanya menggunakan prinsip

kepercayaan, karena sudah sering bertemu dan juga tidak takut

akan di bohongi. Sedangkan perjanjian hitam di atas putih sendiri

jarang di temukan, karena penyewa sendiri biasanya hanya

Page 62: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

46

tetangga bahkan saudara sendiri. Jadi kepercayaan yang dijadikan

dasar perjanjian disini.

Terjadinya sewa menyewa tanah untuk produksi batu bata

ini dilatarbelakangi terutama dari faktor ekonomi. Dimana

penyewa membutuhkan lahan sedangkan tidak mempunyai lahan

yang cukup untuk produksi. Biasanya penyewa merupakan seorang

buruh lepas yang tidak mempunyai pekerjaan serta dari kalangan

masyarakat ekonomi dan pendidikan rata-rata kebawah. Mereka

lebih memilih untuk memproduksi batu bata dari pada bekerja di

pabrik karena dianggap lebih menguntungkan bagi mereka.

Sedangkan pemilik lahan sendiri biasanya mempunyai lahan sawah

lebih dari satu petak. Selain untuk menolong sesama, pemilik lahan

biasanya juga memilih lahannya untuk disewa karena lebih mudah

dan irit biaya dari pada ditanami padi. Selain itu, terdapat juga

pemilik lahan yang tidak mempunyai waktu untuk menggarap

lahan sawahnya sendiri karena mereka sudah mempunyai

pekerjaan, seperti guru, PNS atau pekerja kantoran sehingga lebih

memilih untuk menyewakan lahan sawahnya agar di garap orang

lain.

Page 63: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

47

3. Penentuan Harga Sewa Menyewa dalam Praktik Sewa

Menyewa Dilapangan

Dalam menentukan harga sewa tanah para pelaku sewa

menyewa menggunakan adat istiadat dan harga pasar yang ada di

masyarakat. Biasanya harga tanah dihitung per m³ (meter kubik),

penyewa membayar dengan seberapa luas dan kedalaman tanah

yang akan di ambil untuk produksi. Harga tanah per m³-nya

dihargai Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) sampai Rp.

150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah) tergantung dari

kesepakatan dari kedua belah pihak.

Terdapat sitem pembayan lain selain di atas. Yaitu dengan

sistem bagi hasil yang telah di sepakati oleh kedua belah pihak

pada awal perjanjian. Sistem bagi hasil disini yaitu pembayaran

sewa dilakukan setelah batu bata terjual. Besarnya pembayaran

sebesar 10% (sepuluh persen) dari hasil jual batu bata. Sehingga

besarnya harga sewa tergantung dari banyaknya batu bata terjual.

Dengan sistem pembayaran bagi hasil tersebut, pemilik

tanah mendapatkan hasil sewa yang tidak bisa di pastikan, karena

batu bata tidak terjual setiap bulannya. Dalam produksi batu bata,

waktu yang di perlukan dari mulai pengambilan tanah, pencetakan

bata, sampai pemanggangan bata siap jual membutuhkan waktu

kurang lebih satu bulan.

Page 64: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

48

4. Resiko dalam Pelaksanaan Sewa Menyewa serta Pasca Masa

Sewa Berakhir

Pengertian resiko adalah kewajiban untuk memikul

kerugian, jika ada suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak

yang menimpa benda yang dimaksud dalam perjanjian.

Pengertian di atas menunjukkan persoalan resiko itu

berpangkal pada terjadinya peristiwa di luar kesalahan salah satu

pihak yang mengadakan perjanjian. Di dalam hukum perjanjian hal

tersebut dianamakan keadaan memaksa (overmacht atau force

majeure).

Jika melihat kedalam peraturan di negeri ini, persoalan

resiko juga telah tercantum dalam Bagian Umum Buku ke III,

pasal 1237 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yang berbunyi :

“Dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu barang

tertentu, maka barang itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah

atas tanggungan si berpiutang”. Kata tangungan dalam pasal ini

sama dengan resiko. Sedangkan untuk resiko dalam perjanjian

sewa menyewa sendiri terdapat dalam pasal 1553 Kitab Undang-

undang Hukum Perdata yang berbunyi : “Jika selama waktu sewa,

barang yang dipersewakan itu musnah di luar kesalahan salah satu

pihak, maka perjanjian sewa menyewa gugur demi hukum”. Dan

dapat disimpulkan, dari kata „gugur demi hukum‟ bahwa masing-

Page 65: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

49

masing pihak idak dapat menuntut sesuatu apa pun kepada pihak

lainnya.

Salah satu contoh overmacht yang terjadi dalam perjanjian

sewa menyewa ini adalah keadaan dimana tanah yang di

perjanjikan tidak sesuai atau tidak cocok untuk produksi batu bata.

Maka pengemban resiko dari masalah ini ada pihak penyewa tanah.

Selain itu, resiko lain yang mungkin terjadi adalah

wanprestasi atau ingkar janji terhadap perjanjian. Wanprestasi

adalah resiko yang paling rawan terjadi dalam persoalan perjanjian,

terlebih dalam perjanjian yang tidak terdapat bukti hitam di atas

putihnya (surat perjanjian).

Dalam penelitian yang peneliti lakukan, tidak di temukan

adanya problematika atau masalah dalam pelaksanaan sewa

menyewa tanah. Narasumber menjelaskan, kalaupun ada

permasalahan mereka menyelesaikannya melalui musyawarah

secara kekeluargaan. Namun demikian, beberapa narasumber

mengeluhkan jangka sewa yang terlalu lama, sehingga

menghambat rencana pihak pemilik tanah untuk bercocok tanam

padi.

Setelah masa sewa selesai, tanah yang telah digunakan

sebagai produksi batu bata tersebut masih bisa di gunakan kembali.

Tanah yang terkeruk akibat pengambilan zat nya tersebut biasanya

akan digunakan sebagi pembuangan sampah organik dahulu

Page 66: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

50

sebelum digunakan kembali sebagai ladang sawah. Terkadang juga

masyarakat menggunakannya sebagai kolam ikan, ditanami

sayursayuran dan lainnya. Setelah berjarak beberapa bulan, tanah

yang tadinya digunakan sebagai lahan produksi akan digunakan

kembali untuk lahan sawah.

Page 67: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

51

BAB IV

ANALISIS DATA PELAKSANAAN AKAD SEWA MENYEWA

TANAH UNTUK PRODUKSI BATU BATA

Dalam pelaksanaannya, sewa tanah yang dijadikan produksi batu bata ini

sangat membantu bagi masyarakat. Dengan tuntutan kebutuhan ekonomi yang

meningkat mereka bisa mencari rezeki lewat produksi ini. Sewa menyewa atau

dalam fiqh disebut dengan ijarah telah banyak dilakukan di kalangan masyarakat,

tetapi dalam pelaksanaannya belum tentu sesuai dengan Syariat Islam karena

keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Akad ijarah lebih dikenal dalam praktik

transaksi dalam Lembaga Keuangan Islam atau Syariah, tetapi tidak dipungkiri

akad ini juga berkembang dalam kehidupan masyarakat awam.

Berdasarkan paparan data hasil penelitian pada bab III, peneliti mencoba

menganalisis tentang pelaksanaan sewa menyewa tanah untuk produksi batu bata

di Desa Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten, antara lain:

Pertama, merujuk pada kaidah dasar mu’amalah yaitu :

الأصل في الوعاهلت الإباحة إل أى يدل دليل على تحريوها

“Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil

yang mengharamkannya”

Kaidah ini berarti bahwa pada dasarnya umat islam diberi kelonggaran

untu melakukan segala jenis transaksi, selama tidak bertentangan dengan

ketentuan-ketentuan syariah. Termasuk dalam hal sewa menyewa tanah ini, maka

sewa menyewa adalah hal yang boleh dilakukan.

Page 68: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

52

Dalam buku panduan ujian Komprehensif yang diterbitkan oleh lembaga

STAIN Salatiga juga disebutkan, dalam hal ber-muamalah terdapat batasan-

batasan minimal yang harus terpenuhi, yaitu :

1. Objek akad adalah sesuatu yang dihalalkan

Sebagaimana hadits Nabi :

م حلل أو أحل حراها والوسلوىى على لح جائز بيي الوسلويي ال صلحا حر الص

م حلل أو أحل حراها شروطهن ال شرطا حر

“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali

perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang

haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka

kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan

yang haram,” ( HR. Tirmidzi dari „Amr bin „Auf)

2. Pihak-pihak terkait harus saling menyepakati

Sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa’ : 29

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di atara kamu.

Page 69: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

53

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sedungguhnya Allah adalah

Maha Penyayang kepadamu.”

3. Tidak merugikan pihak-pihak yang berakad maupun orang lain

Sebagaimana hadits Nabi

ل را و ل راا

“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.”( HR.

Ibnu Majah, Daraquthni, dan yang lain dari Abu Sa’id al-Khudri)

Ditinjau dari segi ini, bahwa pelaksanaan akad sewa menyewa tanah untuk

produksi batu bata tidaklah menyimpang. Karena kedua pihak telah sepakat untuk

melakukan akad, dan tidak ada yang merasa dirugikan di awal perjanjian.

Kedua, ditinjau dari segi rukun dan syarat sewa-menyewa (ijarah) yaitu :

Kesesuaian dengan rukun ijarah :

1. Shighat ijarah, adanya ijab qabul berupa pernyataan dari kedua belah

pihak, yaitu pihak penyewa dan pihak pemilik tanah. Walaupun tidak ada

bukti tertulis tetapi telah berikrar secara verbal, maka rukun ini telah

terpenuhi.

2. Adanya orang yang menyewakan (mu‟jir), yaitu pemilik tanah/ sawah.

3. Adanya orang yang menyewa (musta‟jir), yaitu orang yang menyewa

tanah untuk produksi batu bata.

4. Ujrah atau imbalan. Yaitu berupa biaya sewa untuk tanah yang disewakan.

Terdapat dua cara dalam pembayaran biaya sewa tanah, yaitu dengan

dibayar secara langsung dan dengan cara bagi hasil jual batu bata.

Page 70: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

54

5. Obyek yang disewa (ma‟jur), yaitu berupa tanah/ sawah yang digunakan

sebagai produksi batu bata.

Ditinjau dari segi rukunnya, terjadinya sewa menyewa ini telah sah menurut

rukun Islam karena telah terpenuhinya rukun sewa menyewa (ijarah).

Ditinjau dari segi syarat sewa menyewa (ijarah) yaitu :

1. Syarat yang berkenaan dengan aqidain atau para pihak yang berakad.

Yaitu baligh, berakal, cakap dalam melakukan tasharuf dan saling

meridhai. Para pihak yang peneliti temui sebagai narasumber utama dalam

penelitian ini rata-rata adalah penduduk yang telah berkeluarga dengan

umur di atas 40 tahun, dan dengan pekerjaan yang berbeda-beda. Sebagian

dari para pihak adalah keluarga ataupun tetangga dan saling mengenal satu

sama lain jauh sebelum mereka melakukan akad sewa menyewa ini.

2. Syarat yang berkenaan dengan objek sewa menyewa, dalam hal ini adalah

tanah atau ladang sawah.

Dalam hal rukun dan syaratnya akad sewa tenah untuk produksi batu bata

ini sudah terpenuhi semua. Tetapi perlu diketahui, bahwa hakikat dalam sewa

menyewa adalah pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa melalui

pembayaran upah, sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas

barangnya sendiri (Soemitra, 2009:391). Dalam Fatwa MUI disebutkan, bahwa

akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam

waktu tertentu dengan pembayaran sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan barang itu sendiri.

Page 71: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

55

Dari pengertian ijarah tersebut, dapat disimpulkan bahwa akad ijarah

adalah berpindahnya manfaat tanpa berpindahnya kepemilikan serta berkurangnya

zat atau bentuk dari benda yang dipersewakan. Dalam hal ini yang dipersewakan

adalah manfaat dari ladang sawah atau tanah. Tetapi dalam pelaksanaan sewa-

menyewa tersebut, tanah yang dipersewakan berkurang zat-nya, atau volume

tanahnya yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan batu bata.

Dalam penelitian penulis, terdapat 3 jenis pelaksanaan akad dalam sewa

menyewa ini, 1). Pihak penyewa menyewa tanah hanya untuk tempat produksi

batu bata, 2). Pihak penyewa menyewa tanah digunakan untuk tempat produksi

sekaligus pengambilan tanah untuk bahan baku batu bata, 3). Pihak penyewa

menyewa tanah untuk diambil tanahnya guna bahan baku produksi batu bata,

walaupun diambil tanahnya, teteapi akad ini tetap menggunakan akad sewa

menyewa. Pelaksanaan sewa menyewa di Desa Karangduren Kecamatan

Kebonarum ini di dasarkan pada adat atau tradisi yang berlaku di dalam

masyarakat. Hukum adat dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan akad-akad

dimasyarakat.

Mengutip pendapat Abdul Haq dalam bukunya “Formulasi Nalar Fiqh

Telaah Kaidah Fiqh Konseptual” (2006:292), menyetakan bahwa syarat-syarat

adat secara umum sebuah tradisi dapat dijadikan pijakan hukum, yakni:

1. Adat tidak bertentangan atau berbenturan dengan teks syari’at, artinya

adat tersebut berupa adat shahih. Sehingga tidak akan menganulir

seluruh aspek substansial nash.

Page 72: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

56

2. Adat berlaku konstan dan menyeluruh atau minimal dilakukan

kalangan mayoritas. Bilapun ada yang tidak mengerjakan, maka itu

hanya sebagian kecil saja dan tidak begitu dominan.

3. Adat sudah terbentuk bersamaan dengan mas penggunaannya. Hal ini

dapat dilihat dalam istilah-istilah yang bisa dilakukan dalam transaksi

jual beli, wakaf atau wasiat. Konstruksi hukum pada ketiga jenis

transaksi ini harus disesuaikan dengan istilah-istilah yang berlaku saat

transaksi itu berlangsung, bukan kebiasaan yang akan terbentuk

kemudian.

4. Tidak terdapat ucapan atau pekerjaan yang bertentangan dengan nilai-

nilai substansial adat.

Namun, meski akad sewa yang berlangsung di Desa Karangduren ini

merupakan akad yang berlaku secara adat, tetapi tidak bisa dijadikan dasar dalam

akad bersyari’ah. Karena akad yag berlangsung tidak sesuai dengan hakikat sewa

menyewa/ijarah dalam Islam.

Menurut peneliti, dalam pelaksanaan akad sewa menyewa tanah yang

berlangsung di Desa Karangduren dlam produksi batu bata ini mengandung 3

(tiga) akad yang berbeda karena terdapat 3 (tiga) jenis pelaksaan yang berbeda

pula. Yaitu:

Pertama, akad sewa tanah hanya untuk tempat produksi batu bata. akad ini

sah karena telah memenuhi rukun dan syarat serta hakikat sewa menyewa menurut

Islam. Pihak penyewa menyewa tanah atau ladang sawah hanya dijadikan tempat

Page 73: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

57

untuk produksi batu bata, tanpa mengambil tanah untuk bahan baku batu bata

tersebut.

Kedua, akad sewa tanah untuk tempat produksi sekaligus pengambilan

tanah untuk bahan baku batu bata. Dalam hal ini, akad sewa tidak tepat untuk

pelaksanaan akad tersebut, meskipun rukun dan syarat sewa menyewa / Ijarah

telah terpenuhi. Karena, hakikat sewa menyewa adalah tidak berkurangnya zat

atau volume barang yang di sewa. Sedangkan dalam pelaksanaan akad disini

pihak penyewa tanah selain menyewa tanah untuk tempat produksi juga

mengambil volume tanah untuk bahan baku pembuatan batu bata. Ditinjau dari

segi akad, pelaksanaan sewa menyewa tersebut adalah tidak sah. Dalam hal ini

terdapat dua pelaksanaan perniagaan, yang pertama adalah sewa menyewa murni

yaitu menyewa tanah sebagai tempat produksi batu bata, dan yang kedua adalah

jual beli, yaitu pengambilan volume tanah yang dijadikan bahan baku pembuatan

batu bata.

Menurut peneliti, akad yang tepat untuk kasus tersebut adalah al-„uqud al-

murakkabah atau multi akad, karena terhimpunnya dua akad, yaitu akad ijarah

(sewa menyewa) dan akad al- bai‟ (jual beli). Seperti pengertian Nazih Hammad,

dalam buku Multi Akad Dalam Transaksi Syariah Kontemporer Pada Lembaga

Keuangan Syariah Di Indonesia karya Hasanudin (2009), akad murakkab adalah

“Kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu akad yang mengandung dua

akad atau lebih –seperti jual beli dengan sewa menyewa, hibah, wakalah, qardh,

muzara‟ah, sharaf (penukaran mata uang), syirkah, mudharabah ..., dan

seterusnya.- sehingga semua akibat hukum akad-akad yang terhimpun tersebut,

Page 74: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

58

serta semua hak dan kewajiban yang ditimbulkan dipandang sebagai suatu

kesatuan yang tidak dapat dipisah-pidahkan, sebagimna akibat hukum dari suatu

akad.”

Ketiga, akad sewa tanah untuk diambil tanahnya sebagai bahan baku

pembuatan batu bata. Dalam hal ini meskipun telah jelas adanya pengambilan

tanah, tetapi dalam pelaksanaanya tetap menggunakan akad sewa. Menurut

peneliti akad ini tidaklah tepat. Karena telah jelas terdapat transaksi pengambilan

zat atau volume tanah. Akad yang tepat untuk transaksi ini adalah al- bai‟ (jual

beli). Meskipun dalam pelaksanaannya disebut jual beli, tetapi ini bukanlah jual

beli tanah pada umumnya, yaitu berpindahnya hak milik dan surat-surat tanah.

Jual beli disini adalah jual beli volume tanah untuk produksi batu bata, sehingga

tanah yang diperjual belikan berpatokan pada banyaknya volume tanah yang akan

diambil untuk produksi batu bata.

Page 75: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan yang peneliti uraikan pada bab-bab

sebelumya serta analisis tentang sewa menyewa tanah sawah untuk

produksi batu bata di Desa Karangduren, maka peneliti menyimpulkan

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan sewa menyewa tanah sawah di Desa Karangduren

Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten merupakan kesepakatan

yang terjadi secara adat. Perjanjian dilakukan antara dua pihak,

pemilik tanah dan penyewa atau pembuat batu bata. terdapat 3 macam

pelaksaan akad yang terjadi dalam sewa menyewa ini. Pertama, pihak

penyewa menyewa tanah hanya untuk tempat produksi batu bata,

kedua pihak penyewa menyewa tanah digunakan untuk tempat

produksi sekaligus pengambilan tanah untuk bahan baku batu bata,

ketiga pihak penyewa menyewa tanah untuk diambil tanahnya guna

bahan baku produksi batu bata.

2. Menurut pandangan hukum Islam, praktik sewa menyewa tersebut sah

menurut rukun dan syaratnya. Tetapi ditinjau dari segi pelaksanaannya

tidaklah tepat dalam penerapan akad.

3. Akad yang tepat dalam pelaksanaan perjanjian sewa menyewa di Desa

Karangduren Kecamatan Kebonarum Kabupaten Klaten ini ada tiga

Page 76: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

60

macam karena terdapat tiga jenis pelaksaan akad yang berbeda pula.

Akad yang pertama adalah akad sewa menyewa murni, dimana pihak

penyewa hanya menyewa tanah untuk tempat produksi batu bata saja.

Akad yang kedua adalah multi akad, atau al-‘uqud al- murakkabah.

Karena terhimpunnya dua akad, yaitu akad ijarah (sewa menyewa) dan

bai’ (jual beli). Karena dalam pelaksaanaannya, penyewa tanah

menyewa tanah untuk produksi batu bata, tetapi juga membeli material

tanah sebagai bahan baku pembuatan batu bata. akad yang ketiga

adalah akad jual beli (bai’). Dimana pihak penyewa bukan menyewa

tanah untuk produksi batu bata, melainkan mengambil material tanah

untuk bahan produksi batu bata.

B. Saran

Dalam pelaksanaan akad sewa menyewa tanah di Desa

Karangduren tersebut sedikit bayak telah sesuai dengan hukum Islam serta

tidak bertentangan dengan nash al-Qur’an dan Sunnah. Banyak pelajaran

yang penulis ambil dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis

menyarankan :

1. Dalam pelaksanaan perjanjian, sebaiknya terdapat bukti perjanjian

berupa surat perjanjian. Meskipun kesepakatan perjanjian

menggunakan asas kepercayaan, alangkah lebih baiknya jika terdapat

surat perjanjian yang bisa digunakan sebagai bukti bila terdapat

permasalahan di kemudian hari.

Page 77: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

61

2. Sebaiknya hukum adat ataupun tradisi bisa di sesuaikan dengan hukum

agama, agar dalam pelaksanaannya lebih bisa diterima dan tidak

merugikan pihak-pihak yang bersangkutan.

3. Mengharap kepada segenap tokoh agama di Desa untuk memberikan

pengetahuan tentang hukum syariah, terlebih mahasiswa yang telah

kembali ke kampung halaman, agar masyarakat lebih mengenal ilmu

agama dan tidak terjerumus kedalam hal-hal yang menyimpang dari

ajaran agama.

Page 78: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

xvi

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syariah. Jakarta : Rajawali

Pers.

Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung:

CV. Penerbit Jumanatul ‘Ali-ART (J-ART)

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 09/DSN-MUI/IV/2000 Tentang

Pembiayaan Ijarah.

Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia No: 27/DSN-

MUI/III/2002 Tentang Al-Ijarah Al-Mutahiyah bi Al-Tamlik.

Karim, Ir. Adiwarman A. 2010. BANK ISLAM Analisis Fiqih dan

Keuangan.. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi

Mahasiswa. Yogyakarta: TrustMedia.

Nawawi, Prof. Dr. H. Ismail. 2012. Fikih Muamalah Klasik dan

Kontemporer. Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.

Prabowo, Hendi Yogi., Heri Sudarsono. 2006. Istilah-istilah Bank dan

Lembaga Keuangan Syariah. Yogyakarta: UII Press.

Prasetyo, Bambang. 2010. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan

Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Rajasa, Sutan. 2002. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Karya Utama.

Page 79: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

xvii

Ridwan, Muhammad. 2007. Kontruksi Bank Syari’ah Indonesia.

Yogyakarta: Pustaka SM.

Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta:

Kencana.

Suhendi, Dr. H. Hendi. 2014. Fiqh Mualamah. Jakarta : Rajawali pers.

Syarifuddin, Prof. Dr. Amir. 2002. Garis-garis Besar Fiqh. Jakarta :

Kencana.

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Batu_bata

http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/multi-akad-al-uqud-al-

murakkabahhybrid-contracts-dalam-transaksi-syariah-kontemporer-

pada-lembaga-keuangan-syariah-di-indonesia-2/ diakses pada tgl

24 februari 2017

http://el-syadii.blogspot.co.id/2015/01/multi-akad-hybrid-contract.html

Page 80: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN
Page 81: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

PROFILE

Nama Ahmad Hanafi Zakariya

Nick name Hanafi, Apik, Pello

Jenis Kelamin Laki-laki

Tempat/Tgl. Lahir Tangerang/28 Mei 1993

Kebangsaan Indonesia

Status Belum Kawin

Hobi Design Grafis, Bermusik, Petualangan, nge-Game

Agama Islam

Alamat Bedaran, Karang Duren, Kebonarum, Klaten

No. Hp/WA 0857 2820 8315

E-mail [email protected]

Pendidikan

MI MUHAMMADIYAH BASIN KLATEN LULUS TAHUN

2005

MTS NEGERI MLINJON KLATEN LULUS TAHUN 2008

MAN 1 SURAKARTA JURUSAN KEAGAMAAN LULUS

TAHUN 2011

IAIN SALATIGA FAKULTAS S-I SYARIAH

Personal

TINGGI BADAN : 170 cm

BERAT BADAN : 68 kg

Pengalaman

Organisasi

- MAPALA MITAPASA

- HMJ Syari’ah 2013-2014/2014-2015

- DEMA IAIN Salatiga 2014-2015

- Ya Bismillah IAIN Salatiga

- IKAMAKSUTA Salatiga

Kemampuan Lain

KOMPUTER

- MICROSOFT OFFICE

- Corel Draw

- Adobe Illustrator

- Adobe Photoshop

LETTERING

Page 82: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN
Page 83: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN
Page 84: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN
Page 85: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN
Page 86: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2706/1/Skripsi... · 2018. 3. 12. · SEWA MENYEWA TANAH DALAM PRODUKSI BATU BATA DI DESA KARANGDUREN

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA

Pertanyaan kepada aparatur Desa

1. Bagaimana keadaan geografis Desa Karangduren?

2. Ada berapa Rw/Rt di Desa Karangduren?

3. Bagaimana keadaan iklim dan cuaca di Desa ini?

4. Berapa jumlah penduduk di Desa Karangduren?

5. Adakah data pekerjaan penduduk desa?

6. Adakah data agama yang dipeluk penduduk desa?

7. Di Desa Karangduren ada tempat ibadah apa saja?

8. Bagaimana pendidikan penduduk desa?

9. Adakah fasilitas pendidikan di Desa karangduren?apa saja?

Wawancara kepada para pihak pelaku akad sewa menyewa

10. Bagaimana akad sewa menyewa tanah dilakukan? Apa akad yang digunakan?

11. Apakah ada surat bukti dalam proses akad nya? Jika ada bagaimanakah bentuknya?

12. Faktor apa yang membuat anda menyewa/menyewakan tanah?

13. Dalam proses perjanjian, bagaimana menentukan harga/pembayaran sewa nya?

14. Faktor apa saja yang menentukan biaya sewa?

15. Apa saja hak dan kewajiban bagi para pihak?

16. Pernahkah ada masalah yang terjadi? Dalam objek sewa atau pun dalam masa sewa

tersebut?

17. Apabila telah selesai masa sewa, apakah tanah masih bisa digunakan kembali?