TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

20
1 TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO 2 , SO 2 , TSP DAN Pb SERTA OPSI-OPSI PENGELOLAANNYA PADA POPULASI BERISIKO DI KAWASAN PERKANTORAN KUNINGAN PROVINSI DKI JAKARTA Jenny Rotua Batubara dan Abdur Rahman. Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Pencemaran udara dewasa ini telah memberikan kontribusi terhadap meningkatnya levels of exposure terhadap kejadian penyakit di daerah perkotaan. Pemantauan udara ambien oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta menunjukkan kenaikan konsentrasi SO 2 , NO 2 , TSP dan Pb dalam 5 tahun terakhir di kawasan perkantoran Kuningan walaupun masih berada di bawah baku mutu nasional kecuali parameter TSP 314 μg/m 3 telah melebihi baku mutu daerah Provinsi DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi besar risiko pajanan SO 2 , NO 2 , TSP dan Pb menggunakan pendekatan observasional analitik dengan menggunakan studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Populasi berisiko berjumlah 49 orang dengan tiga segmen populasi yaitu satpam, tukang ojek dan pedagang diambil dengan kriteria minimal 1 tahun yang telah beraktivitas di sekitar lokasi Stasiun Pemantau Kualitas Udara dengan jangkauan 500 meter. Hasil penelitian menunjukkan Risk Quotient (RQ) pada semua segmen populasi memiliki RQ <1 untuk pajanan realtime dan RQ >1 untuk pajanan sepanjang hayat pada populasi satpam. Berbeda dengan SO 2 pajanan sepanjang hayat menunjukkan RQ >1 pada semua segmen populasi memiliki rata-rata umr saat ini 37 tahun. Untuk pengelolaan risiko pada RQ >1 populasi satpam yang mewakili pajanan 18 jam/hari memiliki waktu pajanan aman 14 jam/hari dengan durasi aman 14 tahun. Sedangkan waktu pajanan aman untuk populasi ojek dan pedagang adalah 15 jam/hari dengan frekuensi aman 299 hari/tahun. Konsentrasi SO 2 dan NO 2 pada lokasi studi memiliki probabilitas lebih besar untuk berisiko terhadap kesehatan dari nilai RQ >1 dibanding konsentrasi TSP dan Pb dalam media lingkungan pada semua segmen populasi. Health Risk Assessment and Management Among Populations at Risk from NO2, SO2, TSP and Pb Exposure in The Office Region Kuningan Provinsi DKI Jakarta Abstract Current polluted air has impacted to the increased levels of exposure disease incident in urban areas. Ambient air monitoring by Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta has showed an increasing concentrations of SO 2 , NO 2, TSP and Pb for the last 5 years in Kuningan, although its concentrations was below the national quality standards but some found that TSP was exceeded above 230 μg/m 3 . The purpose of this study is to estimate the risk quotient of SO 2 , NO 2, TSP and Pb using Health Risk Assessment study. High-risk population based on one year minimum exposure with 500 meters range from Air Quality Monitoring Station was found by total 49 people. Result showed that securites are at risk for noncancer effects of health with Risk Quotient (RQ) >1 for lifetime exposure. Other found that SO 2 known at risk with RQ>1 to all of the population and only relevant during 14 years of exposure while the concentration of TSP and Pb showed there are no risk of health Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Transcript of TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

Page 1: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

1    

TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb SERTA OPSI-OPSI PENGELOLAANNYA PADA POPULASI BERISIKO

DI KAWASAN PERKANTORAN KUNINGAN PROVINSI DKI JAKARTA

Jenny Rotua Batubara dan Abdur Rahman.

Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Pencemaran udara dewasa ini telah memberikan kontribusi terhadap meningkatnya levels of exposure terhadap kejadian penyakit di daerah perkotaan. Pemantauan udara ambien oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta menunjukkan kenaikan konsentrasi SO2, NO2, TSP dan Pb dalam 5 tahun terakhir di kawasan perkantoran Kuningan walaupun masih berada di bawah baku mutu nasional kecuali parameter TSP 314 µg/m3 telah melebihi baku mutu daerah Provinsi DKI Jakarta. Tujuan penelitian ini adalah mengestimasi besar risiko pajanan SO2, NO2, TSP dan Pb menggunakan pendekatan observasional analitik dengan menggunakan studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan. Populasi berisiko berjumlah 49 orang dengan tiga segmen populasi yaitu satpam, tukang ojek dan pedagang diambil dengan kriteria minimal 1 tahun yang telah beraktivitas di sekitar lokasi Stasiun Pemantau Kualitas Udara dengan jangkauan 500 meter. Hasil penelitian menunjukkan Risk Quotient (RQ) pada semua segmen populasi memiliki RQ <1 untuk pajanan realtime dan RQ >1 untuk pajanan sepanjang hayat pada populasi satpam. Berbeda dengan SO2 pajanan sepanjang hayat menunjukkan RQ >1 pada semua segmen populasi memiliki rata-rata umr saat ini 37 tahun. Untuk pengelolaan risiko pada RQ >1 populasi satpam yang mewakili pajanan 18 jam/hari memiliki waktu pajanan aman 14 jam/hari dengan durasi aman 14 tahun. Sedangkan waktu pajanan aman untuk populasi ojek dan pedagang adalah 15 jam/hari dengan frekuensi aman 299 hari/tahun. Konsentrasi SO2 dan NO2 pada lokasi studi memiliki probabilitas lebih besar untuk berisiko terhadap kesehatan dari nilai RQ >1 dibanding konsentrasi TSP dan Pb dalam media lingkungan pada semua segmen populasi.

Health Risk Assessment and Management Among Populations at Risk from NO2, SO2, TSP and Pb Exposure in The Office Region Kuningan Provinsi DKI Jakarta

Abstract

Current polluted air has impacted to the increased levels of exposure disease incident in urban areas. Ambient air monitoring by Badan Pengelola Lingkungan Hidup DKI Jakarta has showed an increasing concentrations of SO2, NO2, TSP and Pb for the last 5 years in Kuningan, although its concentrations was below the national quality standards but some found that TSP was exceeded above 230 µg/m3. The purpose of this study is to estimate the risk quotient of SO2, NO2, TSP and Pb using Health Risk Assessment study. High-risk population based on one year minimum exposure with 500 meters range from Air Quality Monitoring Station was found by total 49 people. Result showed that securites are at risk for noncancer effects of health with Risk Quotient (RQ) >1 for lifetime exposure. Other found that SO2 known at risk with RQ>1 to all of the population and only relevant during 14 years of exposure while the concentration of TSP and Pb showed there are no risk of health

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 2: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

2    

effects over the next 30 years. To manage health risk of RQ>1 the securities are should reducing time of exposure from 18 hours/day to 14 hours/day while motorcycle taxy and hawker should calculated 15 hours/day of time with total frequency 299 days/year. This study estimated the concentration of SO2 with 106 µg/m3 and NO2 with 430 µg/m3 should increasing an adversely noncarcinogenic of human health effect such as respiratory system diordes towards security, motorcycle taxi and hawker in Kuningan.

Keywords:

Air Polluttion, Health Risk Analysis; NO2; Pb; SO2; TSP.

Pendahuluan

Wardhana (2010) mengemukakan bahwa aktivitas internal bumi dan aktivitas manusia

bersumber transportasi, industri, pembuagan sampah dan pembakaran stasioner menimbulkan

dampak terhadap lingkungan seperti pencemaran udara dan pemanasan global. Provinsi DKI

Jakarta sebagai pusat kegiatan dan pesatnya pembangunan berbagai sektor mengakibatkan

penambahan beban lingkungan dan tidak seimbangnya dengan daya dukung lahan. Laju

pertambahan kendaraan setiap tahun di DKI Jakarta mencapai 10 persen sedangkan

pertambahan jalan hanya sebesar 1,4 persen (BPLHD, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan United States Environmental Protection Agency (US-

EPA) dan Kementerian Lingkungan Hidup mencatat sekitar lima juta penduduk Indonesia

menderita penyakit yang terkait dengan pencemaran udara atau 57,8 persen penduduk

Indonesia mengalami penyakit akibat pencemaran udara. (KemenLH, 2010).

Profil Kesehatan Indonesia tahun 2004 menemukan bahwa ISPA menduduki

peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia. Sedangkan data Profil Kesehatan

Jakarta tahun 2012 menunjukkan sekitar 46 persen penyakit masyarakat bersumber dari

pencemaran udara antara lain gejala pernapasan 43 persen, iritasi mata 1,7 persen dan asthma

1,4 persen. Period prevalence ISPA tahun 2013 di Indonesia adalah 25 persen tidak berbeda

dengan tahun 2007 dan DKI Jakarta masih termasuk 10 provinsi dengan prevalensi yang

tinggi. Untuk pneumonia, DKI Jakarta merupakan provinsi ketujuh yang memiliki prevalensi

tinggi diatas period prevalence pneumonia di Indonesia tahun 2013 yaitu 1,80 persen.

Sedangkan prevalensi penduduk Indonesia yang didiagnosis TB Paru oleh tenaga kesehatan

tahun 2007 dan 2013 tidak berbeda (0,4%) dan provinsi dengan TB tertinggi adalah Jawa

Barat, Papua dan DKI Jakarta. (Riskesdas, 2013).

Dalam beberapa tahun terakhir studi tentang pencemaran udara banyak dilakukan

secara epidemiologis dan hanya ada beberapa studi mengenai Analisis Risiko Kesehatan

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 3: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

3    

Lingkungan (ARKL) terkait pencemaran udara di DKI Jakarta dengan area industri, terminal

serta pemukiman dan belum ada yang melakukan studi di area perkantoran. Maharani (2013)

membandingkan tingkat risiko kesehatan di wilayah industri Pulogadung dengan wilayah

pemukiman Tebet dan menemukan bahwa nilai RQ pada masyarakat masih berada di bawah

ambang batas atau relatif aman. Studi-studi lainnya, Listanti (2007) meneliti pajanan lifetime

NO2 pada populasi pedagang di Terminal Bis Pasar Senen memiliki tingkat risiko diatas 1.

Sedangkan studi untuk road site pernah dilakukan oleh Wardani (2012) tentang perbedaan

tingkat risiko pajanan PM10, SO2 dan NO2 pada hari kerja, hari libur dan hari bebas kendaraan

bermotor di Bundaran Hotel Indonesia (HI) Jakarta menemukan bahwa adanya perbedaan

bermakna konsentrasi SO2 pada hari libur dengan hari kerja dan Sukadi (2014) menemukan

bahwa tingkat risiko pajanan lifetime PM10 pada tukang ojek, pedagang dan satpam di Kelapa

Gading berisiko menimbulkan efek nonkarsinogenik kesehatan. Studi ARKL yang dilakukan

saat ini masih kebanyakan pada wilayah industri, terminal dan pemukiman, sehingga

penelitian ini mengambil wilayah perkantoran di Kuningan sebagai pemusatan kegiatan

perekonomian dan merupakan salah satu wilayah ‘segitiga emas’ Kota Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran risiko kesehatan (RQ) SO2, NO2,

TSP dan Pb terhadap populasi berisiko di kawasan perkantoran Kuningan, DKI Jakarta dan

merumuskan pengelolaan risikonya.

Tinjauan Teoritis

Golongan pencemar udara dapat dibedakan ke dalam senyawa primer dan sekunder.

Senyawa pencemar primer adalah golongan senyawa-senyawa yang memiliki daya untuk

mematikan sejak dari sumber. Golongan senyawa sekunder adalah golongan senyawa-

senyawa yang dihasilkan oleh reaksi senyawa primer dan memiliki daya yang mematikan

sesudah reaksi itu berlangsung. Pencemaran udara yang merupakan akibat dari kegiatan

manusia dibangkitkan oleh enam sumber utama yaitu pengangkutan, kegiatan rumah tangga,

pembangkitan daya yang menggunakan bahan bakar minyak atau batubara, pembakaran

sampah, pembakaran sisa pertanian dan kebakaran hutan, dan pembakaran bahan bakar dari

emisi proses. (Kusnoputranto, 1995).

A. Sulfur Dioksida (SO2)

Pencemaran SOx menimbulkan dampak terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada

tanaman terjadi pada kadar sebesar 0,5 ppm. Pengaruh utama polutan Sox terhadap

manusia adalah iritasi sistem pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 4: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

4    

tenggorokan terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa

individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm (Depkes RI, 1999).

B. Nitrogen Dioksida (NO2)

Oksida nitrogen seperti NO dan NO2 berbahaya bagi manusia. Penelitian menunjukkan

bahwa NO2 empat kali lebih beracun daripada NO. NO dapat mengalami oksidasi menjadi

NO2 yang bersifat racun. Pemajanan NO2 dengan kadar 5 ppm selama 10 menit terhadap

manusia mengakibatkan kesulitan dalam bernafas (Depkes RI, 1999).

C. Total Suspended Particulate (TSP)

Sistem pernafasan mempunyai beberapa sistem pertahanan yang mencegah masuknya

partikulat-partikulat, baik berbentuk padat maupun cair, ke dalam paru-paru. Faktor yang

paling berpengaruh terhadap sistem pernafasan terutama adalah ukuran partikulat, karena

ukuran partikulat yangmenentukan seberapa jauh penetrasi partikulat ke dalam sistem

pernafasan (Depkes RI, 1999). Partikulat yang berukuran diameter kurang dari 0,5 mikron

dapat mencapai dan tinggal di dalam alveoli. Pembersihan partikulat-partikulat yang sangat

kecil tersebut dari alveoli sangat lambat dan tidak sempurna dibandingkan dengan di dalam

saluran yang lebih besar. Beberapa partikulat yang tetap tertinggal di dalam alveoli dapat

terabsorpsi ke dalam darah. (BPLHD Jawa Barat, 2009).

Penelitian ini menggunakan studi Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan yang pada

dasarnya mengenal empat langkah, yaitu :

1. Identifikasi Bahaya

Informasi identifikasi bahaya bisa ditelusuri dari sumber dan penggunaan risk agent me-

makai pendekatan agent dengan mengamati gejala dan penyakit yang berhubungan dengan

tosksitas risk agent di masyarakat yang telah terkumpul dalam studi-studi sebelumnya,

baik di wilayah kajian atau di tempat-tempat lain. (Rahman, 2007).

2. Analisis Dosis Respon

Dosis referensi adalah toksisitas kuantitatif nonkarsinogenik, menyatakan estimasi dosis

pajanan ha-rian yang diprakirakan tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun

pajanan berlanjut sepanjang hayat (IPCS 2004). Dosis referensi dibedakan untuk pajanan

inhalasi (udara) yang disebut Reference Concentration (RfC). Dosis respon dapat dilihat di

Integrated Risk Information System dari US-EPA (IRIS 2007) yang tersedia di

http://www.epa.gov/iris dan pangkalan data TOXNET di http://www.nlm/ yang lebih besar

daripada IRIS. (Louvar and Louvar 1998).

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 5: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

5    

3. Analisis Pemajanan

Analisis pemajanan, atau exposure assessment yang disebut juga penilaian kontak,

bertujuan untuk mengenali jalur-jalur pajanan risk agent agar jumlah asupan yang diterima

in-dividu dalam populasi berisiko bisa dihitung. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk

menghitung asupan adalah semua variabel (ATSDR 2005; Louvar and Louvar 1998 dalam

Rahman, 2007).

I = Asupan (intake), mg/kg/hari

C = Konsentrasi risk agent, mg/M3 (medium udara) dan g/hari (medium air)

R = Laju asupan atau konsumsi, M3/jam (inhalasi) dan L/h (air), g/hari (makanan)

tE = Waktu pajanan, jam/hari

fE = Frekuensi pajanan, hari/tahun

Dt = Durasi pajanan, tahun (real time atau proyeksi, 30 tahun default residensial)

Wb = Berat badan, kg

tavg =Perioda waktu rata-rata (Dt x 365 hari/tahun untuk zat karninogen, 70 x

365 hari/tahun untuk zat karsinogen)

4. Karakterisasi Risiko

Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient (RQ, Tingkat Risiko)

untuk efek-efek nonkarsinogenik (ATSDR 2005; EPA 1986; IPCS 2004; Kolluru 1996;

Louvar and Louvar 1998) dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek karsinogenik

(EPA 2005). RQ dihitung dengan membagi asupan nonkarsinogenik (Ink) risk agent

dengan RfD atau RfC-nya menurut persamaan:

RfC/RfD)lyDoseChronicDai(CDIRQ =

5. Manajemen Risiko

Setelah melakukan keempat langkah ARKL di atas maka telah dapat diketahui apakah

suatu agen risiko aman/dapat diterima atau tidak. Pengelolaan risiko bukan termasuk

langkah ARKL melainkan tindak lanjut yang harus dilakukan bilamana hasil karakterisasi

risiko menunjukkan tingkat risiko yang tidak aman ataupun unacceptable. Dalam

penentuan konsentrasi aman (Caman) semua variabel dan nilai yang digunakan sama dengan

variabel dan nilai pada perhitungan intake seperti persamaan berikut. Selanjutnya waktu

pajanan aman (tEaman), frekuensi aman (fEaman), dan durasi pajanan aman (Dtaman), dapat

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 6: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

6    

dikelola bila pemajanan terjadi pada lingkungan kerja ataupun lingkungan pendidikan yang

tidak permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman). Batas aman dihitung

dengan persamaannya berikut:

Metode Penelitian

Merupakan penelitian observational analitik dengan menggunakan studi Analisis

Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL) dengan analisis univariat. Sumber data untuk

konsentrasi SO2, NO2, TSP dan Pb diperoleh dari Badan Pengelola Lingkungan Hidup

(BPLHD) Provinsi DKI Jakarta. Pengukuran konsentrasi TSP mengacu kepada SNI 19-

7119.3-2005, menggunakan alat High Volume Air sampler. Pengukuran konsentrasi NO2

mengacu kepada SNI 19-7119.2-2005 menggunakan metode Griess Saltzman. Pengukuran

kadar Sulfur dioksida (SO2) menggunakan metode pararosanilin sesuai acuan SNI 19-7119.7-

2005 dan pengukuran kadar timbal (Pb) mengacu kepada SNI 19-7119.4-2005 dengan

destruksi basah dari TSP. Data antropometri dan penilaian pajanan diperoleh langsung dengan

wawancara dan survei langsung. Penelitian ini dilakukan pada populasi berisiko di wilayah

Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) yang terletak di Kantor BPLHD Provinsi DKI

Jakarta dengan peruntukan perkantoran wilayah Kuningan, Jakarta Selatan. Dilakukan pada

bulan April sampai Juni 2014.

Populasi pada penelitian ini adalah individu yang dalam kegiatan sehari-hari

beraktivitas di wilayah sekitar lokasi SPKU. Untuk memperoleh sampel agar sesuai dengan

kriteria maka perhitungan sampel diambil dengan metode purposive sampling karena tidak

setiap populasi pada daerah studi penelitian dikategorikan berisiko sehingga perlu ditentukan

kriteria yang diambil secara sengaja berdasarkan waktu kontak dengan agen risiko. Besar

sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 49 orang, dimana jumlah tersebut adalah

responden yang ditemukan dan bersedia untuk diwawancarai pada saat survei dilaksanakan.

Populasi berisiko yang telah diambil secara purposive kemudian diklasifikasikan menurut

jenis pekerjaannya sehingga diperoleh tiga segmen populasi yaitu satpam (satuan pengaman),

tukang ojek (omprengan jasa ekonomi), dan pedagang yang berada di jalan raya sekitar lokasi

penelitian.

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 7: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

7    

Identifikasi bahaya dilakukan dengan mengidentifikasi hasil pengukuran udara ambien

selama tahun 2009 sampai tahun 2013. Konsentrasi NO2 dari tahun 2009 sampai tahun 2013

di Kuningan mengalami penurunan pada tahun 2010 dan 2012 serta kenaikan konsentrasi

sebesar 38% pada tahun 2013 dari tahun sebelumnya. Sedangkan konsentrasi SO2 dalam 5

tahun terakhir tidak pernah terjadi penuruan konsentrasi dan mengalami fluktuasi kenaikan

dengan konsentrasi tertinggi pada tahun 2013 dengan kenaikan sebesar 56% dari tahun 2012.

Untuk konsentrasi TSP di Kuningan dalam 5 tahun terakhir mengalami penurunan dari tahun

2009 sampai 2011 namun kemudian mengalami kenaikan 72% pada tahun 2012 dan 2013.

Berbeda dengan konsentrasi Pb per tahun selama 2009 sampai 2013 mengalami fluktuasi

kenaikan dimana konsentrasi pada tahun 2013 adalah konsentrasi tertinggi dengan kenaikan

sebesar 53% dari tahun 2012.

Dalam penelitian ini analisis dosis respon dinyatakan sebagai risk agent yang terhirup

(inhaled) per kg berat badan per hari (mg/kg/hari) sebagai konsentrasi rujukan yang

merupakan nilai toksisitas yang tidak menimbulkan efek merugikan kesehatan sepanjang

hayat (IPCS, 2004). Meskipun bukti epidemiologis efek NO2 dan SO2 terhadap kesehatan

telah banyak terdokumentasi namun hanya NO2 yang nilai RfC sudah tersedia yaitu 0,02

mg/kg/hari (US-EPA, 1990) sedangkan dosis referensi dari TSP, SO2 dan Pb belum tersedia

dalam daftar Integrated Risk Informastion System (IRIS), RfC TSP, SO2 dan Pb tidak

ditetapkan dari dosis yang digunakan untuk menyebabkan efek paling rendah atau No

Observed Adverse Effect Level (NOAEL) dan Lowest Observed Adverse Effect Level

(LOAEL) melainkan diturunkan dari National Ambient Air Quality Standard (NAAQS) yang

merupakan baku mutu udara ambien oleh US-EPA dimana baku mutu nasional udara ambien

menurut PP No. 41 tahun 1999 dan Keputusan Gubernur (KepGub) No. 551 tahun 2001 tidak

dapat digunakan karena nilai default faktor-faktor pemajanannya tidak diketahui. Adapaun

nilai default dosis respon SO2, TSP dan Pb diturunkan dengan perhitungan sebagai berikut:

- Dosis Respon SO2

Baku primer atau primary standard NAAQS (EPA,1990) untuk SO2 adalah 95 µg/m3

(arithmatic mean) tahunan. Berdasarkan konsentrasi aman intake untuk RfC dengan nilai

default R=0,83 m3/jam, waktu pajanan (tE) = 24 jam/hari, frekuensi pajanan (fE) = 350

hari/tahun, berat badan (Wb) = 70 kg, dan periode waktu rata-rata (tavg) = 365/tahun, maka

dapat dihitung:

ahun)(365hari/t x (70kg)ahun)(350hari/t x i)(24jam/har x m)(0,83m3/ja x )(0,95mg/m3RfC(SO2) =

= 0,026 mg/kg/hari

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 8: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

8    

- Dosis Respon TSP

Baku primer atau primary standard NAAQS (EPA, 2006 untuk TSP adalah 260 µg/M3.

Berdasarkan konsentrasi aman intake untuk RfC dengan nilai default R=0,83 m3/jam, waktu

pajanan (tE) = 24 jam/hari, frekuensi pajanan (fE) = 350 hari/tahun, berat badan (Wb) = 70 kg,

dan periode waktu rata-rata (tavg) = 365/tahun, maka dapat dihitung:

ahun)(365hari/t x (70kg)ahun)(350hari/t x i)(24jam/har x m)(0,83m3/ja x )(0,26mg/m3RfC(TSP) =

= 0,071 mg/kg/hari

-. Dosis Respon Pb

RfC Pb ditetapkan menggunakan primary standard NAAQS (US-EPA, 2004) sebesar 1,5

µg/M3 di udara. Dengan nilai default US-EPA residensial 24 jam/hari, 350 hari/tahun, 0,83

M3/jam inhalasi, 30 tahun durasi pajanan dan berat badan 70 kg sehingga dosis referensi

untuk Pb dihitung sebagai berikut:

ahun)(365hari/t x (70kg)ahun)(350hari/t x i)(24jam/har x m)(0,83m3/ja x m3)(0,0015mg/RfC(Pb) =

= 0,0004 mg/kg/hari

Hasil Penelitian

Tabel 1. Konsentrasi PM10, SO2, NO2, TSP dan Pb dengan Metode Sesaat di Kawasan

Perkantoran Kuningan Tahun 2013 Parameter Konsentrasi (mg/M3)

Min Max Mean

Median SD p-value^

NO2 0,0111 0,1060 0,0473 0,0415 0,0251 0,200**

SO2 0,0042 0,4307 0,0667 0,0488 0,0830 0,000*

TSP 0,0352 0,3140 0,1587 0,1533 0,0570 0,200**

Pb 0,0000 0,0013 0,0003 0,0001 0,0003 0,000*

Keterangan * = Nilai median **= Nilai mean ^ = Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

Sumber: (BPLHD Provinsi DKI Jakarta, 2013) Tabel (1) merupakan hasil pengukuran konsentrasi SO2, NO2, TSP dan Pb setelah

dikonversikan ke dalam satuan mg/M3. Nilai konsentrasi semua parameter kemudian

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 9: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

9    

dilakukan uji normalitas Kolmogrov-Smirnov dengan rata-rata konsentrasi NO2 dan TSP

menggunakan nilai mean sedangkan konsentrasi dari SO2 dan Pb menggunakan nilai median.

Tabel 2. Karakteristik Sosiodemografi Responden (n=49) di Kawasan Kuningan Jakarta

Variabel Jumlah (%) Jenis Kelamin

- Laki-laki - Perempuan

44 (89,8) 5 (10,2)

Pekerjaan: - Tukang Ojek - Pedagang - Satpam

21 (42,9) 22 (44,9) 6 (12,2)

Pendidikan: - Tidak tamat SD - SD - SMP - SMA

6 (12,2) 7 (14,3) 16 (32,7) 20 (40,8)

Keterangan:

^ = Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

Tabel 3. Karakteristik Antropometri Responden (n=49) pada Kawasan Kuningan Jakarta

Selatan Tahun 2014 Kelompok Populasi Berisiko Min Max Mean Median SD p-value ^ Semua Kelompok (n=49)

Berat Badan (kg) Wb 38 105 63,82 60* 13,300 0,020 Pajanan harian (jam/hari) tE 5 24 11,61 10* 4,582 0,000 Frekuensi pajanan (hari/tahun) fE 161 353 327,98 334* 34,584 0,000 Durasi pajanan (tahun) Dt 1 39 9,24 5* 9,358 0,000

Tukang Ojek (n=21) Berat badan (kg) Wb 46 101 67 64* 13,442 0,080 Pajanan harian (jam/hari) tE 6 16 11,24 10* 2,278 0,005 Frekuensi pajanan (hari/tahun) fE 327 353 337* 338 7,593 0,200 Durasi pajanan (tahun) Dt 2 29 9,43 6* 7,916 0,000

Pedagang (n=22) Berat badan (kg) Wb 38 105 61,23* 59,50 14,074 0,200 Pajanan harian (jam/hari) tE 5 24 10,45 9,5* 4,372 0,000 Frekuensi pajanan (hari/tahun) fE 161 363 314,91 328,5* 48,083 0,000 Durasi pajanan (tahun) Dt 1 39 9,82 5,50* 10,861 0,014

Satpam (n=6) Berat badan (kg) Wb 54 75 62,17* 61 8,256 0,200 Pajanan harian (jam/hari) tE 9 24 17,17 18* 9 0,059 Frekuensi pajanan (hari/tahun) fE 323 353 344* 347,5 11,392 0,200 Durasi pajanan (tahun) Dt 1 25 6,5 3* 9,16 0,003

Keterangan:

^ = Uji Normalitas Data Kolmogrov-Smirnov (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test) * = Nilai yang digunakan berdasarkan nilai numerik p-value

Umur Min 17

Maks 60

Mean 36,65

SD 9,77

p-value^ 0,200

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 10: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

10    

Tabel (2) merupakan hasil survei yang dilakukan pada 49 responden yang memenuhi

kriteria, terdiri dari tukang ojek (42,9%), pedagang (44,9%) dan satpam (12,7%). Tukang ojek

adalah setiap individu yang mewakili pajanan 10 jam/hari atau mengikti jam kerja karyawan

di sekitar lokasi penelitian. Pedagang adalah setiap individu yang menjajakan barang di

sekitar lokasi penelitian mewakili pajanan setiap hari sedangkan satpam adalah individu yang

mewakili pajanan rata-rata 18 jam per hari. Ketiga segmen populasi rata-rata menempuh

pendidikan SMA (40,8%) dan SMP (32,7%) yang memiliki umur rata-rata sekitar 37 tahun.

Tabel 4. Intake SO2, NO2, TSP dan Pb pada Konsentrasi Maksimal (Cmax), Konsentrasi Rata-

rata (Cavg) dan Konsentrasi Minimum (Cmin) untuk pajanan realtime dan lifetime

di kawasan perkantoran Kuningan, Jakarta Selatan Tahun 2014

Kelompok

populasi

Intake NO2 (mg/kg/hari)^ Intake SO2 (mg/kg/hari)^

Cmax Cmin Cavg Cmax Cmin Cavg (0,1060 - 0,0111)

mg/M3

(0,0473)

mg/M3 (0,4307 - 0,0042)

mg/M3 (0,0488)

mg/M3 Realtime

Tukang Ojek 0,00210** 0,00022** 0,00093** 0,00856** 0,00008** 0,00156**

Pedagang 0,00291** 0,00004** 0,00274** 0,01183** 0,00011** 0,00215**

Satpam 0,00283** 0,00030** 0,00125** 0,11500* 0,00011* 0,00209*

Lifetime

Tukang Ojek 0,02840** 0,00030** 0,00125** 0,01152** 0,00011** 0,00210**

Pedagang 0,15000* 0,00100** 0,00659* 0,06104* 0,00100** 0,11045*

Satpam 0,23167* 0,00250* 0,01016* 0,09350* 0,00100** 0,17000*

Kelompok

populasi Intake TSP (mg/kg/hari)^ Intake Pb (mg/kg/hari)^

Realtime

Tukang Ojek 0,00624** 0,00070** 0,00318** 2,5x10-5** 5,9x10-7** 5,2x10-6**

Pedagang 0,00863** 0,00096** 0,00440** 3,5x10-5** 5,8x10-7** 5,2x10-6**

Satpam 0,00839** 0,00093** 0,00427** 3,4x10-6** 6,4x10-7** 5,4x10-6**

Lifetime

Tukang Ojek 0,00840** 0,00094** 0,00428** 1,8x10-4** 4,1x10-6* 3,4x10-5**

Pedagang 0,04468* 0,00495* 0,22636* 1,7x10-4* 4,1x10-6* 4x10-6**

Satpam 0,68166** 0,00766** 0,34833** 2,6x10-4** 6,3x10-6** 6,6x10-5*

Keterangan:

^ = Uji Normalitas Data Kolmogrov-Smirnov(One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

* = Distribusi tidak normal (p-value ≤0,05) menggunakan nilai median

** = Distribusi normal (p-value >0,05) mengggunakan nilai mean

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 11: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

11    

Tabel (4) merupakan nilai inhalation rate (R) atau laju inhalasi digunakan acuan yaitu

nilai default US-EPA 20 M3/hari yang diubah menjadi 0,83 M3/jam dengan berat badan 70 kg.

Nilai RQ untuk pajanan realtime dan lifetime pada populasi berisiko di kawasan perkantoran

Kuningan yang terdapat pada Tabel (5) menunjukkan estimasi tingkat risiko pada setiap

parameter pencemar udara ambien. Nilai RQ >1 terdapat pada kelompok populasi satpam

untuk pajanan konsentrasi maksimal NO2 dengan durasi pajanan 30 tahun ke depan atau

lifetime, sedangkan untuk pajanan konsentrasi maksimal SO2, semua kelompok populasi

dinyatakan berisiko 30 tahun ke depan berdasarkan nilai numerik RQ.

Tabel 5. Tingkat Risiko/ RQ (Risk Quotient) NO2 dan SO2 untuk pajanan realtime dan

lifetime pada populasi berisiko di Kuningan, Jakarta Selatan Tahun 2014

Kelompok

populasi

RQ NO2 (mg/kg/hari)^ RQ SO2 (mg/kg/hari)^

Cmax Cmin Cavg Cmax Cmin Cavg

(0,1060 - 0,0111)

mg/M3

(0,0473)

mg/M3

(0,4307 - 0,0042)

mg/M3

(0,0488)

mg/M3

Realtime

Tukang Ojek 0,14200* 0,01500* 0,06200* 0,44300* 0,00400* 0,08100*

Pedagang 0,23359** 0,24409** 0,10286** 0,72986** 0,00709** 0,13254**

Satpam 0,14200* 0,01500* 0,06250* 0,44250* 0,00450* 0,08050*

Lifetime

Tukang Ojek 0,73390** 0,07680** 0,32285** 2,29133** 0,00228** 0,41661*

Pedagang 0,75186* 0,07872* 0,33109* 2,35022* 0,00200* 0,42727*

Satpam 1,15233** 0,12066** 0,50750** 3,50555** 0,00366** 0,65483**

Kelompok

populasi RQ TSP (mg/kg/hari)^ RQ Pb (mg/kg/hari)^

Realtime

Tukang Ojek 0,11800* 0,13000* 0,06000* 0,08562* 0,00200* 0,01779*

Pedagang 0,12150* 0,01350* 0,06200* 0,87931* 0,00206* 0,01827*

Satpam 0,11850* 0,13000* 0,06050* 0,85511* 0,00220* 0,01777*

Lifetime

Tukang Ojek 0,61176** 0,06814** 0,31174** 0,40000* 0,01000* 0,09000*

Pedagang 0,62749** 0,06986** 0,31981** 0,40000* 0,01000* 0,09000*

Satpam 0,96150** 0,10716** 0,49000** 0,68333** 0,01500* 0,14333*

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 12: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

12    

Tabel 6. Rekomendasi konsentrasi aman (mg/m3) NO2, SO2, TSP dan Pb pada populasi

berisiko di Kuningan, Jakarta Selatan Tahun 2014

Kelompok Populasi Caman NO2^ Caman SO2

^ Caman TSP^ Caman Pb^

Semua Kelompok 0,15933** 0,20714** 0,56566** 0,00319**

Ojek 0,15956** 0,21103* 0,57628** 0,00324**

Pedagang 0,18630* 0,19627* 0,66140* 0,00302*

Satpam 0,10797** 0,14036** 0,34577** 0,00216**

Tabel 7. Rekomendasi waktu pajanan (jam/hari) pajanan berdasarkan konsentrasi maksimal NO2, SO2, TSP dan Pb

Kelompok Populasi

tE(aman) (NO2, SO2,

TSP, Pb) tE(aman) NO2

^ tE(aman) SO2^ tE(aman) TSP^ tE(aman) Pb^

Semua Kelompok

15,830 16,169** 5,173** 19,377** 22,602**

Ojek 14,644 14,958* 4,785* 17,926* 20,909*

Pedagang 12,453 12,720** 4,069** 15,243** 17,780**

Satpam 14,443 14,845** 4,749** 17,790** 20,750**

Tabel 8. Rekomendasi frekuensi (hari/tahun) pajanan berdasarkan konsentrasi maksimal NO2, SO2, TSP dan Pb

Kelompok Populasi

fE (aman)

(SO2, NO2, TSP, Pb)

fE(aman) SO2^

fE(aman) NO2^

(Dt=45)

fE(aman) TSP^

(Dt=54)

fE(aman) Pb^

(Dt=73)

Semua Kelompok 298,175 170,36 340,33** 339,88** 342,12**

Ojek 302,537 163,33 348,48* 348,02* 350,32*

Pedagang 236,500 162,23 338,03* 108,15* 337,59*

Satpam 219,472 114,20 337,59* 213,19 212,91**

Keterangan:

^ = Uji Normalitas Data Kolmogrov-Smirnov(One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)

* = Distribusi tidak normal (p-value ≤0,05) menggunakan nilai median

** = Distribusi normal (p-value>0,05) menggunakan nilai mean

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 13: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

13    

Selanjutnya untuk manajemen risiko yang dapat dilakukan apabila konsentrasi risk

agent tetap adalah dengan mengurangi waktu pajanan harian atau frekuensi pajanan tahunan

responden. Semua konsentrasi yang digunakan adalah dengan rekomendasi nilai konsentrasi

maksimum. Berdasarkan perhitungan dapat ditabulasi pada Tabel (7) diketahui bahwa semua

kelompok dinyatakan aman untuk pajanan 16 jam/hari untuk konsentrai maksimum NO2

(Dt=30tahun), sedangkan SO2 dengan konsentrasi maksimum memiliki waktu pajanan per

hari lebih singkat yaitu 5 jam/hari (Dt=30tahun), sedangkan untuk TSP 19 jam/hari (Dt=30

tahun) dan Pb memiliki waktu pajanan yang masih aman selama 22 jam/hari (Dt=35tahun).

Dari Tabel (8) diatas dapat dilihat rekomendasi frekuensi pajanan didasarkan pada

konsentrasi maksimum. Untuk durasi pajanan 30 tahun, NO2, TSP dan Pb terhitung aman jika

terpajanan selama 30 tahun karena nilai numerik dari frekuensi melebihi jumlah hari

sepanjang tahun (365 hari/tahun) sedangkan untuk SO2, frekuensi pajanan untuk durasi 30

tahun dapat dikatakan aman jika terpajan sebanyak 170 hari dalam setahun untuk semua

segmen populasi. Untuk mengetahui frekuensi pajanan aman pada parameter NO2, TSP dan

Pb maka dilakukan manipulasi pada durasi pajanan aman, sehingga diketahui bahwa semua

segmen populasi memiliki durasi pajanan yang berbeda. Untuk konsentrasi maksimum NO2

sebesar 0,4307 mg/M3 walaupun terpajan sepanjang 45 tahun, asupan dinyatakan acceptable.

Dengan nilai durasi aman maka diketahui frekuensi aman sepanjang tahun untuk NO2 adalah

340 hari/tahun. Dapat dikatakan bahwa semua segmen populasi walaupun terpajan selama 54

tahun oleh debu TSP dengan konsentrasi maksimum 0,3140 mg/M3 masih dapat diterima

dengan frekuensi terpajan 339 hari/tahun. Sedangkan untuk durasi pajanan Pb memiliki

durasi terlama yaitu selama 73 tahun dengan frekuensi 342 hari/tahun.

Pembahasan

Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk semua populasi berisiko pada

wilayah studi karena sampel diambil secara purposive yakni hanya terdapat tiga segmen

populasi berisiko saat survei dilaksanakan. Perhitungan intake pada populasi berisiko hanya

berdasarkan waktu pajanan selama berada di wilayah studi, sehingga pajanan di luar wilayah

studi tidak dihitung. Selain itu, nilai Reference Concentration (RfC) dan laju inhalasi

mengadopsi nilai default dari US-EPA yang mengacu pada berat badan orang Amerika yaitu

70 kg sedangkan nilai rata-rata berat badan pada penelitian ini adalah 64 kg dengan asumsi

bahwa risiko dapat diterima walaupun terpajan secara terus menerus oleh risk agents dengan

durasi pajanan masing-masing dan perubahan keadaan lingkungan.

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 14: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

14    

Jakarta merupakan wilayah yang paling berpengaruh oleh dampak perubahan iklim di

Asia Tenggara (EEPSEA, 2009 dalam Yuniarti 2009). Perubahan iklim sangat dipengaruhi

oleh pencemaran udara, seperti di perkotaan umumnya disebabkan oleh adanya emisi yang

ditimbulkan oleh aktivitas industri, transportasi dan timbunan sampah dalam jumlah besar

(BLH Surabaya, 2012). Pencemaran udara yang terjadi di Kuningan memiliki potensi terjadi

karena sumber antropogenik atau akibat aktivitas manusia karena jika ditinjau dari wilayah

studi, Kuningan merupakan kawasan perkantoran dan tidak berdekatan dengan aktivitas

industri sehingga dapat dikatakan berdasarkan kedudukan sumbernya merupakan sumber

bergerak (mobile source) yang berasal dari kendaraan bermotor. Faktor yang mempengaruhi

pencemaran udara di daerah Kuningan antara lain peningkatan jumlah kendaraan, pola lalu

lintas akibat terpusatnya kegiatan perekonomian dan perkantoran, kesamaan waktu aliran lalu

lintas kendaraan, kemacetan, jenis, umur dan karakteristik kendaraan bermotor serta jenis

bahan bakar yang digunakan.

Baku mutu nasional pada udara ambien adalah PP No. 41 tahun 1999 dan KepGub No.

551 tahun 2001 untuk Jakarta. Dalam penelitian ini, acuan yang digunakan disesuaikan adalah

baku mutu daerah DKI Jakarta yaitu KepGub 551/2001 dengan baku mutu NO2 sebesar 400

µg/m3, SO2 sebesar 900 µg/m3, TSP sebesar 230 µg/m3 dan Pb 2,00 µg/m3. Pengukuran

dilakukan sebanyak 24 kali sepanjang tahun 2013 dan hasilnya menunjukkan nilai yang

bervariasi.

Jika ditinjau, pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) di Jl. Rasuna

Said dapat menjadi determinan yang mempengaruhi nilai konsentrasi SO2, NO2, TSP dan Pb

di kawasan Kuningan. HBKB di Jl. Rasuna Said pada tahun 2009 dan tahun 2010

dilaksanakan 2 kali mampu menurunkan konsentrasi NO2 sebesar 53% dan TSP 78%

sedangkan SO2 dan Pb masing-masing sebesar 88% dan 93% mengalami kenaikan. Tahun

2011 HBKB dilaksanakan 12 kali terbukti mampu menurunkan konsentrasi TSP 81%

sedangkan konsentrasi SO2, NO2 dan Pb mengalami kenaikan.Tahun 2012 HBKB yang

dlaksanakan 24 kali mampu menurunkan NO2 sebesar 47% sedangkan SO2, TSP dan Pb

mengalami kenaikan. Berbeda pada tahun 2013, semua nilai konsentrasi untuk semua

parameter mengalami kenaika nrata-rata sebesar 68% namun data mengenai frekuensi

pelaksanaan HBKB belum teresdia. Berdasarkan tinjuan ini, dapat dikatan bahwa pelaksanaan

HBKB belum mampu menurunkan konsentrasi SO2 dan Pb karena nilai konsentrasi yang

mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai tahun 2013 walaupun frekuensi HBKB

ditingkatkan.

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 15: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

15    

Exposure assessment pada populasi berisiko dinyakan dengan konotasi tE, fE dan Dt

dimana waktu pajanan rata-rata sebesar 10 jam/hari yang bekerja sepanjang 334 hari/tahun

dan durasi terpajanan di daerah Kuningan selama 5 tahun. Dari ketiga kelompok populasi

durasi maksimum terdapat pada kelompok pedagang selama 39 tahun dan tersingkat pada

ketiga segmen populasi selama 1 tahun. Berdasarkan pajanan per hari, satpam merupakan

kelompok yang paling lama terpajan sepanjang hari yaitu dengan rata-rata 18 jam/hari diikuti

oleh tukang ojek (10 jam/hari) dan pedagang (9,5 jam/hari). Untuk frekuensi pajanan jumlah

hari per tahun, satpam masih menjadi kelompok dengan frekuensi tertinggi sebesar 344

hari/tahun dan tersingkat adalah pedagang (328 hari/tahun) dibanding tukang ojek (337

hari/tahun). Dari ketiga kelompok populasi berisiko, satpam memiliki pajanan terlama di

wilayah studi atau dapat dikatakan merupakan kelompok dengan exsposure terbesar terhadap

kontaminan di udara ambien. Hal ini dapat disebabkan oleh waktu kerja satpam yang berkerja

24 jam per hari dengan siklus 2 hari kerja dan 1 hari libur sepanjang tahun atau hanya

memiliki rata-rata 21 hari libur sepanjang tahun.

Intake pajanan realtime dihitung berdasarkan konsentrasi rata-rata, konsentrasi

maksimum dan minimum dari SO2, NO2, TSP dan Pb. Dari perhitungan, nilai intake rata-rata

NO2 terbesar pada pedagang (0,00274 mg/kg/hari) dan satpam (0,00125 mg/kg/hari), SO2

terbesar pada pedagang (0,00215 mg/kg/hari) diikuti satpam (0,00209 mg/kg/hari) dan tukang

ojek (0,00156 mg/kg/hari). Asupan TSP paling besar pada pedagang (0,0044 mg/kg/hari) dan

satpam (0,00427 mg/kg/hari) sedang laju asupan untuk Pb tertinggi pada satpam (0,0000054

mg/kg/hari) dan pedagang (0,0000052 mg/kg/hari). Nilai intake pada ketiga kelompok

populasi dipengaruhi oleh lamanya aktivitas berada pada wilayah studi dimana aktivitas

paling lama terdapat pada kelompok satpam yaitu 24 jam/hari sehingga dapat dinyatakan

lebih berisiko dibanding kedua kelompok lainnya..

Dapat dinyatakan untuk semua kelompok populasi pajanan realtime, risiko masih

dapat diterima atau masih berada di bawah dosis referensi. Sedangkan untuk pajanan lifetime,

terdapat beberapa responden yang dinyatakan berisiko diantaranya satu responden dari

kelompok pedagang dinyatakan berisiko pada konsentrasi maksimum NO2 dan TSP. Untuk

konsentrasi maksimum SO2, 11 pedagang dan 1 satpam dinyatakan berisiko. Durasi pajanan

lifetime konsentrasi maksimum NO2 secara keseluruhan adalah 9 orang (18%) dinyatakan

berisiko. Konsentrasi maksimum SO2 terdapat 48 orang atau 98% dinyatakan berisiko dan

pada konsentrasi rata-rata terdapat 1 orang atau 2% berisiko. Konsentrasi maksimum pada

TSP terdapat 4 orang atau sebanyak 8% berisiko. RQ di setiap segmen populasi tidak sama,

besar risiko kesehatan untuk pajanan realtime paling besar pada pajanan SO2 dan Pb pada

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 16: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

16    

konsentrasi maksimum dimana probabilitas risiko lebih besar pada segmen populasi pedagang

dibanding tukang ojek dan satpam.

Untuk pengelolaan risiko yang perlu diperhatikan adalah pajanan 30 tahun karena

merupakan prakiraan risiko nonkarsinogenik yang berjangka sepanjang hayat. Secara

keseluruhan pada ketiga segmen populasi, satpam dengan pajanan SO2 pada konsentrasi

maksimum (0,4307mg/M3) merupakan kelompok yang paling berisiko. Dari exposure

assessment, waktu pajanan satpam rata-rata adalah 18 jam/hari dengan rata-rata durasi

pajanan 3 tahun, durasi maksimal 25 tahun dengan berat badan rata-rata 62 kg dan maksimal

75 kg. Untuk frekuensi pajanan kelompok berisiko pajanan lifetime memiliki rata-rata 344

hari/tahun atau dapat dikatakan kelompok satpam hanya 21 hari tidak terpajan kontaminan di

udara ambien sepanjang tahun saat bekerja pada wilayah studi. Merujuk kepada Tabel (15)

waktu pajanan aman untuk semua segmen populasi pada konsentrasi maksimum NO2 adalah

16 jam perhari, TSP 19 jam per hari dan Pb masih dinyatakan aman jika terpajan selama 26

jam per hari berbeda dengan SO2 pada konsentrasi maksimum memiliki waktu pajanan aman

tersingkat yaitu 5 jam per hari.

Kesimpulan

Besaran rata-rata konsentrasi SO2, NO2, TSP dan Pb dari SPKU Kuningan selama tahun

2013 mengalami kenaikan jika dibandingkan dalam 5 tahun terakhir walaupun masih berada

di bawah baku mutu daerah KepGub 551 tahun 2001. Kecuali konsentrasi TSP (430 µg/m3)

pada bulan Juli dan September telah melewati baku mutu KepGub 551/200 dan PP No. 41

tahun 1999 sebagai acuan teknis yang sudah tidak memadai karena belum diperbaharui

selama 15 tahun. Berdasarkan kedudukan sumbernya, potensi pencemar udara di Kuningan

berasal dari sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor karena berada dekat dengan jalan raya

(road site). Intake pajanan NO2 dan Pb ditemukan lebih besar pada populasi pedagang dengan

rata-rata (median) pajanan harian 9 jam/hari sedangkan intake pajanan SO2 dan TSP lebih

besar pada populasi satpam dengan rata-rata pajanan harian (median) 18 jam/hari, artinya

populasi tukang ojek yang terpajan 10 jam/hari memiliki intake pajanan yang lebih kecil

dibanding kedua segmen populasi lainnya.

Besaran risiko pada semua segmen populasi dengan untuk durasi realtime, dapat

dinyatakan aman atau tidak berisiko RQ <1. Untuk durasi lifetime, semua segmen populasi

dengan konsentrasi maksimum TSP (0,3140 mg/m3) dan Pb (0,0013 mg/m3) juga dinyatakan

tidak berisiko RQ <1, kecuali pada konsentrasi maksimum NO2 (0,1060 mg/m3) populasi

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 17: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

17    

satpam, dinyatakan berisiko menimbulkan gangguan kesehatan karena nilai RQ >1. Berbeda

dengan konsentrasi maksimum SO2 (0,4307 mg/m3), semua segmen populasi dinyatakan

berisiko terhadap kesehatan hingga 30 tahun ke depan dengan nilai RQ >1.

Konsentrasi aman NO2 berkisar 159 µg/m3 dimana lebih kecil 40% dari konsentrasi aman

baku mutu daerah NO2 400 µg/m3, konsentrasi aman SO2 berkisar 207 µg/m3 yang juga lebih

kecil 23% dari konsentrasi aman baku mutu daerah SO2 900 µg/m3. Berbeda dengan TSP

yang berdasarkan nilai konsentrasi aman lebih besar 41% dan Pb lebih besar 63% dari baku

mutu daerah. Dapat dikatakan bahwa baku mutu daerah yaitu KepGub 551 tahun 2001 dengan

acuan teknis PP 41 tahun 1999 harus disesuaikan dengan kriteria waktu dan frekuensi pajanan

karena dengan rata-rata berat badan 60 kg dan pajanan 10 jam/hari, parameter NO2 dan SO2

tidak sesuai dengan dosis referensi sedangkan parameter TSP dan Pb masih aman dan sesuai

dosis referensi. Waktu pajanan aman pada semua segmen populasi adalah 15 jam yang

memiliki selisih 5 jam dari waktu realtime untuk semua pajanan agen risiko. Frekuensi

pajanan pada SO2 dinyatakan aman jika terpajan 170 hari/tahun selama 14 tahun berbeda

dengan TSP dan Pb yang masih aman dan tidak berisiko menimbulkan gangguan kesehatan

jika terpajan masing-masing selama 45 tahun dan 73 tahun ke depan. Khusus untuk NO2,

populasi satpam berisiko jika terpajan 30 tahun ke depan sedangkan untuk tukang ojek dan

pedagang dinyatakan aman jika terpajan sampai masing-masing 43 tahun dan 52 tahun ke

depan. Satpam yang merupakan kelompok dengan estimasi risiko terbesar dibanding

kelompok lain, memiliki waktu pajanan 56% lebih lama dengan frekuensi pajanan 344

hari/tahun dibanding tukang ojek (337 hari/tahun) dan pedagang (328 hari/tahun) karena

satpam memiliki pajanan harian selama 18 jam/hari menjadi 14 jam/hari, artinya populasi

satpam harus mengurangi pajanan 4 jam/hari agar tidak berisiko menimbulkan gangguan

kesehatan selama 30 tahun ke depan dengan rata-rata umur saat ini 37 tahun. Berbeda dengan

populasi tukang ojek dan pedagang yang jika dibandingkan pajanan harian aman tukang ojek

memiliki selisih 5 jam dari pajanan realtime dan selisih 4 jam pada pedagang, artinya pajanan

harian realtime pada kedua segmen populasi masih aman dan tidak berisiko untuk 30 tahun

ke depan.

Saran

Bagi Pemerintah Daerah. pelaksanaan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) oleh

BPLHD di Jl. Prof. Dr. Satrio yang telah dilaksanakan dua kali sebulan menjadi satu kali

perminggu atau 4 kali sebulan, mengintensifkan RTH Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 18: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

18    

menyerap gas beracun, dimana saat ini pembangunan gedung-gedung bertingkat dan pusat

perbelanjaan di Kuningan mempengaruhi kebutuhan ruang, menurunnya daya dukung dan

fungsi kualitas lingkungan hidup. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan

area pemakanan Menteng Pulo di Casablanca dengan menambah pepohonan dan

menjadikannya sebagai sebuah hutan kota, pembatasan kendaraan pribadi seperti penggalakan

aksi bike to work dan penegasan peraturan kepada pegawai pemerintah untuk menggunakan

kendaraan umum setiap hari Jumat dalam rangka pengurangan kendaraan pribadi. Selain itu,

penggalakan green transport juga dapat dilakukan dengan meningkatkan peran angkutan

umum seperti peremajaan Kopaja yang beroperasi di daerah Kuningan agar nyaman, aman,

dan mengganti bahan bakar dengan bahan bakar yang rendah nitrogen, sulfur dan timbal.

Pembangunan jalan raya non-tol di daerah lokasi penelitian menambah potensial penurunan

kualitas udara sehingga perlu adanya pengadaan pemantauan udara ambien dari pengukuran

manual menjadi otomatis. Selain untuk tetap melindungi populasi sensitif, metode

pengukuran manual membutuhkan banyak tenaga, dan pemborosan penggunaan energi listrik

selain itu metode ini juga membutuhkan analisis di laboratorium sedangkan dengan metode

otomatis dapat diketahui rata-rata kualitas udara harian dan hasilnya langsung terekam secara

otomatis. Merumuskan suatu standar kualitas udara ambien nasional berdasarkan kriteria

primer dan sekunder seperti NAAQS oleh US-EPA untuk melindungi kesehatan masyarakat

(populasi sensitif) dengan batas aman yang cukup standar. Primer merupakan batas yang tidak

boleh melebihi berbasis kesehatan termasuk melindungi populasi sensitif seperti penderita

asthma, anak-anak, dan orang berusia lanjut dan sekunder merupakan batas yang tidak boleh

melebihi basis kesejahteraan seperti menghindari terjadinya penurunan visibilitas, kerusakan

bangunan, dan kematian hewan serta tumbuh-tumbuhan.

Bagi Masyarakat, mengadakan sosialisasi kepada masyarakat dengan mengajak

stakeholder yang dapat dilakukan pada saat HBKB. Sosialisasi ini berupa peningkatan tentang

terjadinya fenomena perubahan iklim seperti meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi,

perubahan intensitas dan periode hujan, pergeseran musim hujan, kemarau dan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan hidup serta

meningkatkan peran aktif masyarakat sebagai kontrol sosial dalam pengelolaan lingkungan

hidup seperti penggalakan penghijauan di pemukiman. Pembentukan kelompok aksi peduli

lingkungan melalui Puskesmas setempat dengan sosialisasi untuk mengubah kebiasaan

merokok dan penggunakan masker massal. Mengatur waktu kerja yang aman oleh perusahaan

terhadap satpam yaitu dengan mengurangi shift kerja untuk melindungi satpam dari risiko

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 19: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

19    

terhadap kesehatan. Sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan waktu

kerja dalam seminggu adalah 40 jam sedangkan populasi satpam dalam penelitian ini

memiliki waktu kerja 72 jam dalam seminggu sehingga telah melebihi ambang batas. Dapat

pula dilakukan dengan rotasi kerja bagi satpam yang bertugas di dalam gedung dan di luar

gedung. Peningkatan daya tahan tubuh bagi populasi berisiko melalui Puskesmas setempat

seperti sosialisasi meningkatkan frekuensi olahraga, memberi asupan nutrisi yang cukup bagi

tubuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah radikal bebas.

Daftar Referensi

_________. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Diunduh dari:

http://bplhd.jakarta.go.id/peraturan/pergub/KEPGUB_NO_551_TH_2001.pdf, 03 April 2014.

_________. Mendorong Peningkatan Kualitas Udara Perkotaan Dari Pencemaran Udara. Diakses dar:

http://www.menlh.go.id/langit-biru, 16 Juni 2014

_________. Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999. Diunduh dari:

http://bplhd.jakarta.go.id/peraturan/PP/PP_NO_41_TH_1999.pdf, 03 April 2014.

Badan Lingkungan Hidup Surabaya. (2012). Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Surabaya. Diunduh dari:

http://lh.surabaya.go.id/weblh/?c=main&m=slhd2012, 10 Juni, 2014.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar. Diunduh dari:

http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf01 April 2014.

Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta. (2009). Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Diunduh dari: http://www.bplhd.jakarta.go.id, 07 April 2014.

Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta. (2010). Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Diunduh dari: http://www.bplhd.jakarta.go.id, 07 April 2014.

Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta. (2011). Status Lingkungan Hidup Daerah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Diunduh dari: http://www.bplhd.jakarta.go.id, 07 April 2014.

Badan Pengelola Lingkungan Hidup Jawa Barat. (2012). Status Lingkungan Hidup Daerah Jawa Barat. Diunduh

dari: http://www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pengendalian/subid-pemantauan-

pencemaran/191-pencemaran-udara-oleh-partikulat, 17 April 2014.

Departemen Kesehatan RI. (1999). Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Diunduh

dari: www.depkes.go.id/downloads/udara.PDF, 13 April 2014.

Departemen Kesehatan RI. (2012). Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_KES_PROVINSI_2012/11%20Profil_Kes.Prov.D

KIJakarta_2012.pdf. 20 Mei 2014.

Departemen Kesehatan RI. (2004). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2004. Diunduh dari:

http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesia%202004.pdf.

20 Mei 2014

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014

Page 20: TINGKAT RISIKO KESEHATAN PAJANAN NO2, SO2, TSP DAN Pb ...

20    

EPA. (1983). Risk Assessment in The Federal Government Managing the Process. Diunduh dari:

http://www.epa.gov/region9/science/seminars/2012/red-book.pdf, 10 April 2014.

EPA. (1997). Exposure Factors Handbook. National Center for Environmental Assesment Office of Research

and Development. United States of America: Diakses dari: . www.epa.gov, 10 April 2014.

US EPA (2010). Sulfur oxides(SO2):Implement. United States of America. Diakses dari:

http://www.epa.gov/airquality/sulfurdioxide/implement.html, 10 April 2014

EPA. (2012). National Ambient Air Quality Standards (NAAQS). Diunduh dari:

http://www.epa.gov/air/criteria.html, 10 April 2014.

IPCS. (2004). IPCS Risk Assessment Terminology. Geneva: World Health Organization. Diunduh dari:

http://www.inchem.org/documents/harmproj/harmproj/harmproj1.pdf, 10 April 2014.

Kusnoputranto, Haryoto. (1995). Toksikologi Lngkungan. Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan

Masyarakat dan Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan.

Listanti, Astri. (2007). Analisis Risiko Gangguan Kesehatan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) Yang Terpajan

Oleh Nitrogen Dioksida (NO2) Udara Ambien di Terminal Bus Pasar Senen, Jakarta Pusat

Tahun 2007. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Depok.

Louvar FL and Louvar BD. (1998). Health and Environmental Risk Analysis Volume 2. New Jersey: Prentice

Hall PTR.

Maharani. (2013). Perbedaan Tingkat Risiko Kesehatan Oleh Pajanan NO2, SO2 dan TSP di Kawasan Industri

PT. JIEP dan Kawasan Pemukiman di Tebet Provinsi DKI Jakarta. Depok: Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia.

Rahman, Abdur. (2007).Public Health Assessment: Model kajian Prediktif Dampak Lingkungan dan Aplikasinya

Untuk Manajemen Risiko Kesehatan. Depok: Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri

FKM UI.

Rahman, Abdur. (2004). Analisis Kualitas Lingkungan; Modul KML22420 ed 4. Depok: Laboratorium

Kesehatan Lingkungan FKM UI.

Sukadi. (2014). Analisis Risiko Kesehatan Pajanan PM10 dan SO2 di Kelapa Gading Jakarta Utara Tahun 2014.

Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.

Wardhana, Wisnu Arya. (2010). Dampak Pemanasan Global. Yogyakarta: Andi.

Wardhani, Tri. (2012). Perbedaan Tingkat Risiko Kesehatan Oleh Pajanan PM10, SO2 dan NO2 Pada Hari

Kerja, Hari Libur dan Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Bundaran HI Jakarta. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia: Depok.

Yuniarti, Ade. (2009). Hubungan Iklim di Kota Admninistrasi Jakarta. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Tingkat risiko…, Jenny R Batubara, FKM UI, 2014