Labling 2 - SO2.docx
-
Upload
maulidhyanti-hijaz -
Category
Documents
-
view
83 -
download
6
Transcript of Labling 2 - SO2.docx
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2
Jurusan Teknik Lingkungan – FALTL – Universitas Trisakti
Gasal 2013/2014
KELOMPOK 7
1. Maulidhyanti (082.11.027)
2. Ridhwan Nur Qinthara J (082.11.035)
Asisten : Mayriza Ulfha
SO2
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna dan berbau tajam.
Sulfur dioksida merupakan senyawa kimia dengan rumus SO2 tersusun dari 1 atom sulfur
dan 2 atomoksige yang dihasilkan terutama dari letusan gunung berapi dan
beberapa proses industri. Bahan bakar minyak banyak mengandung unsure sulfur,
sehingga pembakarannya menghasilkan SO2 kecuali sulfurnya telah dihilangkan
sebelum dilakukan pembakaran.Oksidasi lain dari sulfur biasanya dikatalisis
oleh NO2 membentuk H2SO4 yang merupakan hujan asam. Emisi sulfur
dioksida juga merupakan komponen partikulat yang ada di atmosfer.
Sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfir merupakan hasil
kegiatan manusia dan kebanyakan dalam bentuk SO2. Dua pertiga bagian lagi
berasal dari sumber-sumber alam seperti vulkano dan terdapat dalam bentuk
H2S dan oksida sulfur. Masalah yang ditimbulkan oleh bahan pencemar yang
dibuat oleh manusia ditimbulkan karena distribusinya yang tidak merata
sehingga terkonsentrasi pada daerah tertentu. Sedangkan pencemaran yang
berasal dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Pembakaran bahan
bakar pada sumbernya merupakan sumber pencemaran Sox, misalnya
pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan sebagainya. Sumber SOx
yang kedua adalah dari proses-proses industri seperti pemurnian petroleum,
industri asam sulfat, industri peleburan baja dan sebagainya. Pabrik peleburan
baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan SOx. SOx ini terbentuk
akibat terlalu banyaknya senyawa logam sulfida yang dipekatkan dan
dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah
tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehandaki
dalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghasilkan sulfur dari logam
kasar dari pada menghasilkannya dari produk logam lainnya. Oleh karena itu
SO2 secara rutin diproduksi sebagai produk samping dalam industri logam dan
sebagian akan terdapat di udara. Pencemaran SOx menimbulkan dampak
terhadap manusia dan hewan, kerusakan pada tanaman terjadi pada kadar
sebesar 0,5 ppm.
Pengaruh utama polutan SOx terhadap manusia adalah iritasi sistem
pernafasan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa iritasi tenggorokan
terjadi pada kadar SO2 sebesar 5 ppm atau lebih bahkan pada beberapa
individu yang sensitif iritasi terjadi pada kadar 1-2 ppm. SO2 dianggap
pencemar yang berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap orang tua dan
penderita yang mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan
kadiovaskular. Individu dengan gejala penyakit tersebut sangat sensitif
terhadap kontak dengan SO2, meskipun dengan kadar yang relatif rendah.
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui kadar gas SO2 yang ada di udara ambien di Universitas
Trisakti dengan metode Pararosanilin menggunakan spektrofotometer dengan
panjang gelombang 548 nm.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sulfur dioksida mempunyai pasangan-pasangan menyendiri dan dapat
bertindak sebagai basa lewis. Meskipun demikian, ia juga bertindak sebagai asam
Lewis menghasilkan kompleks, misalnya dengan amina seperti Me3HSO2, dan
dengan kompleks logam transisi yang kaya elektron. Dalam senyawa kristal
SbF5SO, yang menarik karena penggunaan SO2 sebagai pelarut bagi sistem
super-asam. SO2 sangat larut dalam air; suatu larutan yang memiliki sifat asam,
telah lama dikenal sebagai larutan asam sulfit, H2SO3. Gas SO2 diudara bereaksi
dengan uap air atau larut pada tetesan air membentuk H2SO4 yang merupakan
komponen utama dari hujan asam.
Menurut Wisnu (2001), gas SO2 juga dapat membentuk garam sulfat apabila
bertemu dengan oksida logam, yaitu melalui proses kimiawi berikut ini :
4MgO + 4SO2 → 3MgSO4 + MgS
Udara yang mengadung uap air akan bereaksi dengan gas SO2 sehingga
membentuk asam sulfit :
SO2 + H2O → H2SO3 (asam sulfit)
Udara yang mengandung uap air juga akan bereaksi dengan gas SO3 membentuk
asam sulfat :
SO3 + H2O → H2SO3 (asam sulfat)
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengurangi dan
mengendalikan SO2 dan berbagai proses desulfurisasi dilakukan untuk
menghilangkan partikel sulfur dari bahan bakar. Adapun metode untuk
menghilangkan SO2 dari gas buang dengan menggunakan sistem penyaringan
(scrubbing) yang memanfaatkan batu kapur atau dolomite dengan
menginjeksikan dolomite atau batu kapur kering ke dalam ketel. Metode yang
digunakan untuk mengurangi dan mengendalikan emisi SO2 diantaranya dengan
menghilangkan SO2 dari gas buang adalah dengan injeksi batu kapur ke dalam
zona pembakaran sehingga bereaksi dengan SO2 dan membentuk garam sulfat
(Kristanto, 2002).
Nilai konsentrasi pencemar udara di dalam baku mutu selalu terkait dengan
waktu pajanan yang pada dasarnya berkaitan dengan dampak. Dampak yang
bersifat akut mempunyai waktu pemaparan yang pendek, terbanyak adalah rata-
rata 1 jam dan 24 jam, meskipun dampak akut dengan waktu pemaparan yang
lebih pendek seperti 10 menit atau 15 menit pada SO2 dapat ditemukan (WHO,
2005). Dampak kesehatan yang kronik, bersifat akumulatif atau dampak terhadap
ekosistem sering dinyatakan dalam jangka waktu yang lebih panjang, misalnya 1
tahun.
Perata-rataan untuk waktu-waktu pajanan baik yang sangat pendek (dalam
skala menit) maupun panjang dapat dilakukan pada data yang diperoleh dari hasil
pemantauan kontinu otomatis dengan resolusi tinggi. Alat pemantau kontinu
otomatis dapat memantau konsentrasi pencemar dalam skala waktu detik, sesuai
dengan variasi konsentrasi pencemar yang terjadi di alam. Alat pemantau kontinu
otomatis yang beroperasi di Indonesia melaporkan hasil pemantauan tersebut
menjadi rata-rata 30 menit, yang masih cukup tinggi resolusinya, terkait dengan
Baku Mutu yang berlaku pada saat ini. Tetapi untuk alat pemantau aktif manual
atau pasif, terdapat minimum waktu pengukuran yang berkaitan dengan
kemampuan alat untuk menghasilkan data yang cukup akurat. Dengan metode
aktif manual yang berdasarkan prinsip aborpsi gas pencemar dalam larutan
pengabsorp menggunakan bubbler (midget impinger) minimum waktu
pengukuran umumnya adalah 1 jam.
III. ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat
No
.Nama Jumlah Gambar
1. Pompa vakum 1
2.Botol Midget
impinger2
3. Labu ukur 25 ml 1
4. Corong 1
5. Corong selang 1
6. Gelas ukur 100 ml 1
7. Anemometer 1
8. Hygrometer 1
9.
Spektrofotometer
(Halo DB 20S) dan
kuvet
1
10. Barometer 1
3.2 Bahan
No. Nama Jumlah Gambar
1.Larutan penyerap
Tetrakloromerkurat100 ml
2. Granular secukupnya
3 Larutan Standar -
4 Alumunium foil secukupnya
5Larutan Asam Sulfamat
0,26 %1 ml
6Larutan Formal Dehide
0,2%2 ml
7 Larutan Pararosanilin 5 ml
8 Aquadest Secukupnya
IV. CARA KERJA
Masukkan larutan penyerap tetrakloromerkurat 10 ml ke
dalam botol penyerap (midget impinger)
Lakukan pengambilan contoh uji sesuai rangkaian selama 1
jam. Catat laju alir F1
Lakukan pengukuran terhadap temperatur, tekanan,
kelembaban dan kecepatan angin. Setelah 1 jam, catat F2
Baca nilai absorbansinya dengan spektrofotometer
panjang gelombang 548 nm dan hitung konsentrasinya
dengan kurva kalibrasi dan lakukan perhitungan.
Kemudian dengan pipet volumetrik tambahkan 1 ml asam sulfamat 0,6% tunggu
10 menit
Diamkan 20 menit (pindahkan ke labu ukur 25 ml) Kemudian
dengan pipet volumetrik
Tambahkan larutan formal dehida 0,2 % sebanyak 2 ml
Lalu tambahkan 5 ml larutan pararosanilin.
Tambahkan aquadest sampai tanda tera (Homogenkan
tunggu 30 menit)
V. HASIL PENGAMATAN
Tanggal : 3 Desember 2013
Waktu : 11.30 – 12.30 WIB
Lokasi : Kantin FSRD, Universitas Trisakti
Termperatur Standar (Ts) : 298 K
Temperatur Absolut (To) : 30.9 °C = 303.9 K
Durasi (T) : 60 menit
Kecepatan angin : 0.0 m/detik
Tekanan Baromatik (Pa) : 29,6 inHg = 723,72 mmHg
Laju Alir Volume (F1) : 1 L/menit
Laju Alir Volume (F2) : 1 L/menit
Konsentrasi (a) dengan kurva kalibrasi menggunakan treadline : 0,35 µg
Konsentrasi (a) dengan kurva kalibrasi dibuat secara manual : 0,35 µg
Konsentrasi SO2 dalam pengukuran 1 jam : 6,25 µg/Nm3
Tabel 1. Hasil Pengamatan Tiap Titik
Kel. Lokasi ABSKonsentrasi
µg µg/Nm3
1 Plaza 0.290 0.414 7.764
2 Lantai 9, Gd. K 0.278 0.397 7.44
3 Belakang BNI 0.264 0.378 7.12
4 Depan Presma 0.237 0.340 6.46
5 S.Parman 0.218 0.311 5.54
6 Gedung M 0.214 0.306 5.44
7 FSRD 0.245 0.350 6.25
8 Mushalla FTI 0.210 0.30004 5.654
9Gedung A,
FTKE0.228 0.326 6.156
Tabel 2. Hasil Pengamatan Visual Larutan
Air sampel menunjukkan nilai sebesar 0,245 ABS (Setelah diukur
menggunakan Spektrofotometer). Tabel antara Konsentrasi SO2 dengan
Absorbansi :
Tabel 3. ABS Terhadap Konsentrasi Larutan Standar
ml Standar Sulfit ABS Konsentrasi
0 0 0
1 0.227 0.3156
2 0.430 0.6312
3 0.657 0.9468
4 0.884 1.2624
5 1.111 1.578
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
Warna : Bening Warna : Ungu Terang
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.80
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
f(x) = 0.699907823481968 xR² = 0.999906349093172
Hubungan Konsentrasi SO2 dengan ni-lai Absorbansi
Konsentrasi SO2
Abso
rban
si
Grafik 1. Hubungan antara Konsentrasi SO2 dengan nilai Absorbansi
∆ y∆ x
= yx
0,210,3
=0,245x
x = 0,35 µg
VI. RUMUS DAN PERHITUNGAN
1.1. Rumus
Normalitas larutan standar
N=b × 1000× V 1
35,67 × 250× V 2
Keterangan:
V1 = Volume Titrat (KIO3)
V2 = Volume Titran (Na2S2O3)
b = massa KIO3
35,67 = bobot ekivalen KIO3 (BM KIO3/6)
250 = volum larutan KIO3 yang dibuat dalam labu ukur 1000 ml
1000 = konversi liter ke ml
Kosentrasi SO2 dalam larutan induk
C=(Vb−Va ) × N ×32,03 ×1000
Va
Dimana:
Vb = Volume Titran untuk blanko
Vc = Volume Titran untuk Na2S2O3
Va = Volume Titrat (Na2S2O3)
Kosentrasi Larutan Standar
M 2=V 1× M1
V 2
Keterangan:
V1 = Volume standar sulfit
V2 = 100 ml
M1 = 394,87 ml
Volume sampel udara yang diambil
V = F1+F2
2×t ×
PaTa
×298760
Dimana:
V = volum udara yang dihisap dikoreksi pada kondisi normal
25°C, 760 mmHg
F1 = laju alir awal (L/menit)
F2 = laju alir akhir (L/menit)
t = durasi pengambilan contoh uji (menit)
Pa = tekanan barometer rata-rata selama pengambilan contoh
uji (mmHg)
Ta = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K)
298 = konversi temperature pada kondisi normal (25°C) ke
dalam Kelvin
760 = tekanan udara standar (mmHg).
Konsentrasi Oksidan di udara ambien
C=av
× 1000
Dimana:
C = konsentrasi NO2 di udara (μg/Nm3)
a = jumlah Oksidan dari contoh uji hasil perhitungan dari kurva
kalibrasi (μg)
V = volume larutan penyerap
1000 = konversi liter ke m3
1.2. Perhitungan
Normalitas Natrium Thiosulfat
Dik : V2 : 21,9 ml
V1 : 25 ml
b : 0,09 gram
N1 = b ×1000 ×V 1
35.67 ×250 ×V 2
= 0,0115 N
Kosentrasi SO2 dalam larutan induk
Dik : Vb : 51,8 ml
Vc : 25,0 ml
Va : 25,0 ml
C=(Vb−Va ) × N ×32,03 ×1000
Va
C=(51.8−25 )× 0,0115×32.03 ×1000
25=394,87 μg /ml
Kosentrasi Larutan Standar
V1 = 2 ml
V2 = 100 ml
M1 = 394,87 ml
M 2=V 1× M1
V 2
M 2=2× 394,87
100=7,89 μg/ml
Perhitungan Volume Contoh Uji Udara yang Diambil
V1 = F1+F2
2×t ×
Pa
T a
×298760
= 1+12
×60 ×723,72303,9
×298760
= 56,03 LPerhitungan Konsentrasi SO2 dengan Kurva Kalibrasi
y = 0,6997 × x
0,245 = 0,6997 × x
x = 0,35 µg
Perhitungan Konsentrasi SO2 dalam Contoh Uji selama 1 Jam
C = av
× 1000
= 0,3556,03
×1000
= 6.25 µg/Nm3
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan pengukuran kadar sulfur dioksida yang dilakukan pada
praktikum kali ini, pengambilan sampel dilakukan pada 9 titik berbeda pada
Kampus A Universitas Trisakti yang mewakili wilayah yang berbeda. Salah
satu titik sampel tersebut adalah pada Kantin FSRD, Universitas Trisakti yang
merupakan titik sampel kelompok tujuh.
Kadar sulfur dioksida ditentukan dengan metode pararosanilin terhadap
larutan penjerap pada tabung midget impinger menggunakan spektrofotometer.
Hasil yang didapatkan bervariasi dengan konsentrasi tertinggi 7,764 µg/Nm3
adalah dan konsentrasi terendah adalah 5,44 µg/Nm3, sedangkan konsentrasi
pada titik pengamatan kelompok 7 adalah 6,25 µg/Nm3.
Hasil pengukuran kadar SO2 pada titik tersebut dapat terjadi karena
diakibatkan oleh beberapa faktor yakni tingginya proses pembakaran yang
dilakukan oleh aktivitas manusia baik dalam proses memasak atau kendaraan
yang terparkir dan faktor meteorologi seperti, angin, tekanan, dan temperatur
udara. Sulfur dioksida dapat dihasilkan dari sumber pembakaran gas, minyak,
arang.. Hal ini didasarkan pada aktivitas manusia yang dapat melepaskan SO2
cukup tinggi pada udara adalah melalui pembakaran bahan bakar pada
sumbernya, misalnya pembakaran arang, minyak bakar gas, kayu dan
sebagainya. Konsentrasi ini sangat jauh dari baku mutu berdasarkan KEPGUB
DKI Jakarta No.551 Tahun 2001 yang mencapai 900 µg/Nm3. Oleh karena itu,
dapat dikatakan kualitas udara ambien pada Kantin FSRD, Universitas Trisakti
pada tanggal 3 Desember 2013 berdasarkan kadar sulfur dioksida masih sangat
baik dan tidak perlu dikhawatirkan dapat mengganggu kesehatan warganya.
Baku mutu kedua yang dapat digunakan sebagai perbandingan adalah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999. Berdasarkan
peraturan tersebut, baku mutu untuk kadar SO2 dalam udara ambien adalah 900
µg/Nm3. Karena nilai baku mutu kedua ini sama dengan baku mutu
sebelumnya, maka kadar sulfur dioksida pada seluruh titik sampling masih
dinyatakan aman dari potensi mengganggu kesehatan. Pengurangan kadar sulfur
dioksida pada udara ambien dapat dilakukan dengan pengurangan aktivitas
pembakaran bahan bakar pada sumbernya yang merupakan sumber non-alami
terbesar untuk sulfur dioksida.
VIII.KESIMPULAN
Nilai sulfur dioksida tertinggi adalah pada titik yang mewakili dengan nilai
7,764 µg/Nm3, sedangkan nilai terendah pada titik yang mewakili wilayah
gedung DM dengan nilai 5,44 µg/Nm3.
Nilai SO2 pada titik yang mewakili Kantin FSRD adalah 6,25 µg/Nm3.
Berdasarkan baku mutu pada Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 551
tahun 2001 dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun
1999 baku mutu sulfur dioksida untuk 1 jam adalah 900 µg/Nm3 sehingga
nilai sulfur dioksida pada titik seluruh titik sampel masih belum dalam
kondisi berpotensi membahayakan.
Perbedaan kadar sulfur dioksida bergantung kepada aktivitas di sekitar titik
sampel dan kondisi meteorologi seperti arah angin.
DAFTAR PUSTAKA
Arya Wardana, Wisnu. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
Kristanto P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset
World Health Organization (WHO). 2005. [online] http://indosafetydirectory.com
diakses 3 Desember 2013, pukul. 18.00
Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian Pencemaran
Udara.
Keputusan Gubernur DKI Jakarta no. 551 Tahun 2001 Tentang Baku Mutu Udara
Ambien DKI Jakarta
LAMPIRAN
Keterangan Gambar
Lokasi Pengambilan
Sampel
(Kantin FSRD)
Sumber: Dokumentasi pribadi
Larutan Standar
Sumber: Dokumentasi pribadi
Larutan Contoh Uji
masing-masing kelompok
Sumber: Dokumentasi pribadi
PP Republik Indonesia
No. 41 tahun 1999
KEPGUB DKI Jakarta
No.551 Tahun 2001
Lokasi Pengambilan
Sampel (yang ditandai
dengan panah hijau)
Sumber: Google Maps