Tinea Pedis.doc

15
TINEA PEDIS Andwi Putri Lika, S.Ked Pembimbing : dr. Mutia Devi, SpKK Bagian/Departemen Ilmu Kulit dan Kelamin FK UNSRI/RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang 2013 PENDAHULUAN Tinea pedis adalah dermatifitosis pada kaki, terutama pada sela jari dan telapak kaki. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan dermatofita. Dermatofita dibagi menjadi genera Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin. Patogen lain golongan non-dermatofita yang menyebabkan tinea pedis adalah S. Dinidiatum, S. Hyalinum dan kadang-kadang Candida spp. 1,2,3 Tinjauan pustaka ini akan membahas tinea pedis terutama epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan penatalaksanaan tinea pedis. Dengan memahami karakteristik penyakit ini, diharapkan kita dapat mendiagnosis dan menatalaksana pasien dengan tinea pedis. 1

Transcript of Tinea Pedis.doc

Page 1: Tinea Pedis.doc

TINEA PEDIS

Andwi Putri Lika, S.KedPembimbing : dr. Mutia Devi, SpKK

Bagian/Departemen Ilmu Kulit dan KelaminFK UNSRI/RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang

2013

PENDAHULUAN

Tinea pedis adalah dermatifitosis pada kaki, terutama pada sela jari dan

telapak kaki. Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat

tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang

disebabkan golongan dermatofita. Dermatofita dibagi menjadi genera

Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Golongan jamur ini

mempunyai sifat mencerna keratin. Patogen lain golongan non-dermatofita yang

menyebabkan tinea pedis adalah S. Dinidiatum, S. Hyalinum dan kadang-kadang

Candida spp.1,2,3

Tinjauan pustaka ini akan membahas tinea pedis terutama epidemiologi,

etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, dan

penatalaksanaan tinea pedis. Dengan memahami karakteristik penyakit ini,

diharapkan kita dapat mendiagnosis dan menatalaksana pasien dengan tinea pedis.

EPIDEMIOLOGI

Tinea pedis terdapat di seluruh dunia, khususnya negara yang beriklim

panas dan memiliki kebiasaan menggunakan kaos kaki dan sepatu tertutup. Tinea

pedis banyak terjadi pada usia dewasa dan anak-anak di atas usia enam tahun.

Pada umumnya para penderita tinea pedis rata-rata berusia 15 tahun. Di Jepang,

diperkirakan lebih dari 20 juta orang menderita tinea pedis. Sebuah penelitian

menunjukkan di negara maju pada saat bersamaan sebanyak 10% dari total

populasi berpotensi terinfeksi jamur pada sela jari kaki. Angka kejadian tinea

pedis lebih tinggi pada orang yang menggunakan fasilitas kamar mandi umum dan

kolam renang.2,3,5

1

Page 2: Tinea Pedis.doc

ETIOLOGI

Tinea pedis paling sering disebabkan oleh Trichophyton rubrum,

sedangkan tinea pedis bentuk interdigitalis disebabkan oleh Trichophyton

mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum. Penyebab paling sering adalah

Trichophyton rubrum. Pada beberapa kasus terjadi infeksi kombinasi lebih dari

satu spesies pada satu lesi yang sama. Pada kasus lain, dapat juga terjadi infeksi

bersamaan dengan spesies berbeda yang ditemukan pada lesi berbeda pada waktu

yang sama. Infeksi berturut-turut adalah pasien yang sama terinfeksi organisme

yang berbeda di satu tempat sama pada kesempatan berbeda.2,3

Faktor predisposisi

Prevalensi tinea pedis sekitar 10%, terutama disebabkan oleh penggunaan

alas kaki modern, meskipun perjalanan keliling dunia juga merupakan faktor

predisposisi. Kejadian tinea pedis lebih tinggi di antara komunitas yang

menggunakan tempat umum seperti kamar mandi atau kolam renang. Kejadian

infeksi ini sering terjadi pada iklim hangat lembab yang dapat meningkatkan

pertumbuhan jamur, tetapi jarang ditemukan di daerah yang tidak menggunakan

alas kaki.2,5,6

PATOGENESIS

Trichophyton rubrum umumnya menyebabkan tinea pedis dengan menggunakan

enzim keratinase. Jamur dermatofit menyerang keratin superfisial kulit, dan

infeksi hanya terbatas pada lapisan ini. Dinding sel dermatofit juga mengandung

mannans (sejenis polisakarida) yang dapat menghambat respon kekebalan tubuh.

Trichophyton rubrum khususnya mengandung mannans yang dapat mengurangi

proliferasi keratinosit, sehingga menurunkan pengelupasan dan terjadi infeksi

kronis.7

Pemakaian bahan yang tidak berpori akan meningkatkan temperatur dan

keringat sehingga mengganggu fungsi barier stratum korneum. Infeksi dimulai

dari terjadinya kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya dalam jaringan keratin yang

2

Page 3: Tinea Pedis.doc

mati. Hifa ini memproduksi enzim keratolitik yang mengadakan difusi ke dalam

jaringan epidermis dan merusak keratinosit.7

Suhu dan faktor serum, seperti globulin beta dan feritin, tampaknya

memiliki efek penghambatan pada pertumbuhan dermatofit. Tetapi, patofisiologi

ini tidak sepenuhnya dipahami. Sebum juga menghambat pertumbuhannya,

sehingga dermatofit memiliki kecenderungan menginfeksi kaki yang tidak

memiliki kelenjar sebasea. Faktor host seperti kulit pecah dan maserasi kulit

dapat menunjang invasi dermatofit. Manifestasi kulit tinea pedis juga tergantung

pada sistem kekebalan host dan infeksi dermatofit.7

MANIFESTASI KLINIS

Tipe Interdigitalis

Tipe interdigitalis biasanya terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan

tipis diantara jari 4 dan 5. Lesi dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan ke

sela jari yang lain. Sering terlihat maserasi. Aspek klinis berupa kulit putih dan

rapuh. Dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi selulitis,

limfangitis, limfadenitis, dan dapat pula terjadi erisipelas.2,6

Gambar 1. Tinea pedis interdigitalis. Maserasi dan terdapat opaque putih dan beberapa erosi2

3

Page 4: Tinea Pedis.doc

Gambar 2. Tinea pedis pada bagian bawah jari kaki.2

Tipe Hiperkeratotik Kronik

Tipe hiperkeratotik kronik terlihat kulit menebal dan bersisik halus dan

seperti bedak pada seluruh kaki, dari tepi telapak kaki sampai punggung kaki.

Eritema biasanya ringan dan terlihat pada bagian tepi lesi. Tepi lesi dapat dilihat

papul dan kadang-kadang vesikel. 2,6

Gambar 3. Tinea pedis. Terdapat distribusi tipe moccasin. Bentuk arciform dari sisik yang

merupakan karakteristik2

Tipe Vesikulo-bulosa

Tipe vesikulo-bulosa biasanya diakibatkan karena infeksi T.mentagrophytes.

Diameter vesikel lebih besar dari 3mm. Jarang pada anak-anak, tapi etiologi yang

sering terjadi pada anak-anak adalah T.rubrum. Vesikel pustul atau bula pada kulit

tipis di telapak kaki dan area periplantar. 2,8,10

4

Page 5: Tinea Pedis.doc

.

Gambar 4. Tinea pedis tipe bulosa. Vesicle pecah, bula, eritema, dan erosi pada bagian

belakang dari ibu jari kaki.2

Gambar 5. Tinea pedis tipe bulosa.5

Tipe akut ulserasi

Tipe akut ulserasi mempengaruhi kondisi telapak kaki. Tipe ini terkait

dengan maserasi dan penggundulan kulit. Infeksi sekunder oleh bakteri ganas

biasanya dari Gram negatif kombinasi dengan T.mentagrophytes menghasilkan

vesikel pustul dan ulserasi bernanah yang besar pada permukaan plantar. 2,8,10

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Diagnosis tinea pedis biasanya dilakukan secara klinis dan pemeriksaan

daerah yang terinfeksi. Diagnosis yang digunakan biasanya dengan cara kulit

5

Page 6: Tinea Pedis.doc

dikerok untuk preparat KOH, biopsi kulit, atau biakan dari daerah yang

terinfeksi.10

1. KOH

Hasil preparat KOH biasanya positif di beberapa kasus dengan maserasi kulit.

Pada pemeriksaan mikroskop KOH dapat ditemukan hifa septate atau

bercabang, arthrospore, atau dalam beberapa kasus, sel budding merupakan

bukti infeksi jamur.6

Gambar 6. Hasil Positif pada Pemeriksaan dengan KOH.2

2. Biakan

Biakan dari tinea pedis yang dicurigai dilakukan SDA(sabouraud’s dextrose

agar), pH asam dari 5,6 untuk media ini menghambat banyak spesies bakteri

dan dapat dibuat lebih selektif dengan penambahan suplemen kloramfenikol.

Proses ini selesai dalam 2-4 pekan. Dermatophyte test medium (DTM)

digunakan untuk isolasi selektif dan mengenali jamur dermatofitosis adalah

pilihan lain diagnostik, yang bergantung pada indikasi perubahan warna dari

oranye ke merah yang menandakan kehadiran dermatofit.6

3. Tes PAS

PAS menunjukkan dinding polisakarida-sarat dari organisme jamur yang

terkait dengan kondisi ini dan merupakan salah satu teknik yang paling

banyak digunakan untuk mendeteksi karbohidrat protein terikat

(glikoprotein). Tes ini dilakukan dengan mengekspos jaringan dari berbagai

substrat untuk serangkaian reaksi oksidasi-reduksi, sebagai hasil akhir,

elemen positif seperti karbohidrat, bahan membran basalis menjadi permen

6

Page 7: Tinea Pedis.doc

apel merah (candy apple red). PAS kontras positif komponen ini tajam

terhadap latar belakang biru merah muda. Tidak seperti biakan pada SDA

atau DTM, hasil PAS dapat selesai sekitar 15 menit. PAS juga telah menjadi

tes diagnostik yang paling dapat diandalkan untuk tinea pedis dengan

keberhasilan 98,8% dan biaya paling efektif.6

DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis banding klinis dari erupsi cutaneus kaki seperti kontak

dermatitis, psoriasis, dihydrosis, eczema, dermatitis atopic, keratoderma, liken

planus dan beberapa infeki bacterial seperti C.minutissimum, streptococcal

cellulitis dan lain-lain yang umumnya susah dibedakan dengan tinea pedis.5,10

Diagnosis banding dari tinea pedis dapat di bedakan berdasarkan tipenya.

Tipe interdigitalis memiliki diagnosis banding berupa psoriasis, “soft corns”,

koinfeksi bakteri, kandidiasis, erythrasma. Tipe hiperkeratotik kronik memiliki

diagnosis banding berupa psoriasis, keturunan atau yang diperoleh keratoderma

pada telapak tangan dan kaki, dishidrosis. Tipe vesikulo-bulosa memiliki

diagnosis banding berupa Pustular psoriasis, palmoplantar pustolosis, pyoderma

bakteri.2

DIAGNOSIS KERJA

Diagnosis tinea pedis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang. Penegakan diagnosis biasanya dilakukan secara

klinis dan berdasarkan pemeriksaan dari daerah yang terinfeksi. Berdasarkan

gejala klinis, pasien tinea pedis biasanya mengeluhkan kelainan berupa maserasi

di sela jari ke-4 dan 5, tetapi semua sela jari dapat juga terinfeksi. Terlihat

maserasi kulit putih, dapat terbentuk fisura dan sering tercium bau tidak enak.

Lesi dapat meluas ke bawah jari kaki dan telapak kaki. Tinea pedis dapat juga

ditandai dengan beberapa vesikel, vesiko-pustulosa, kadang-kadang bula, di

telapak kaki dan jarang terjadi pada tumit. Selain itu, lesi berupa bercak dengan

skuama putih agak mengkilat, melekat dan relatif tidak meradang. Diagnosis pasti

cara kerokan kulit dengan penambahan KOH atau biakan dari daerah yang

terinfeksi. 9,10

7

Page 8: Tinea Pedis.doc

PENATALAKSANAAN

Umum

Penyakit ini sering rekuren, maka faktor predisposisi perlu dihindari. Kaos

kaki yang dipakai sebaiknya menyerap keringat dan diganti tiap hari. Kaki harus

bersih dan kering. Hindari memakai sepatu tertutup, sepatu sempit, sepatu olah

raga dan sepatu plastik, terutama yang digunakan sepanjang hari. Kaki dan sela

jari dijaga agar selalu kering, terutama sesudah mandi. Dapat diberikan bedak

dengan atau tanpa antijamur.8

Khusus

Pengobatan tinea pedis dengan peradangan akut yang biasanya karena

infeksi sekunder oleh bakteri dapat diberi antibiotik sistemik, antara lain

eritromisin atau penisilin. Penggunaan dengan obat-obat topikal pada lesi basah

dapat dikompres terbuka dengan larutan kalium permanganat 1/5000 atau larutan

asam asetat 0.25% selama 15-30 menit, 2-4 kali sehari.12 Bila terjadi peradangan,

antibiotik topikal seperti gentamicin cukup efektif terhadap bakteri Gram (-) dan

berguna pada lesi interdigitalis yang lembab. Bila terjadi ulkus, maka dibutuhkan

antibiotik sistemik.6,8

Biasanya pada tinea pedis tidak dipakai obat antijamur sistemik, tapi jika

dipakai harus dikombinasi dengan obat antijamur topikal. Pengobatan sistemik

infeksi jamur pada tinea pedis dengan griseofulvin dosis 500-1000 mg/hari dapat

efektif. Dosis untuk anak adalah 10-20 mg/kgBB/hari. Lama terapi tergantung

pada respon terhadap lesi (pemeriksaan dengan KOH dan biakan secara berulang-

ulang seharusnya menunjukkan hasil negatif). Terbinafin dapat diberikan 250

mg/hari selama 1-2 pekan, itraconazole 200 mg 2x/hari selama 1 pekan, dan

fluconazole 150 mg 1x/pekan selama 4 pekan.6

Gel Ciclopirox 0,77% efektif dalam mengobati kasus tinea pedis

interdigitalis simpleks dan kompleks. Khususnya sifat antijamur, antibakterial,

dan antiinflamasi yang dimiliki ciclopirox memberikan keuntungan tersendiri bila

8

Page 9: Tinea Pedis.doc

digunakan dalam pengobatan dermatofitosis kompleks. Selain itu formulasi gel

dapat membantu mengeringkan sela jari kaki yang lembab.11

PROGNOSIS

Infeksi berulang dapat dihindari dengan menghindari faktor risiko.

Persistensi sering terjadi bila infeksi disebabkan oleh Trichophyton rubrum varian

hiperkeratotik kronik.5

KESIMPULAN

Tinea pedis adalah dermatofitosis pada kaki, terutama pada sela jari dan

telapak kaki. Tinea pedis terdapat di seluruh dunia, khususnya negara yang

beriklim panas dan budaya mengenakan kaos kaki dan sepatu tertutup. Tinea

pedis paling sering disebabkan oleh Trichophyton rubrum, sedangkan tinea pedis

bentuk interdigitalis disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes dan

Epidermophyton floccosum.

Terdapat tiga tipe tinea pedis, yaiu tipe interdigitalis, tipe hiperkeratotik

kronik, tipe vesikulo-bulosa, dan tipe akut ulserasi. Diagnosis dermatofitosis

biasanya dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, pemeriksaan sediaan

langsung dengan KOH dan biakan. Tinea pedis dapat didiagnosis banding

berdasarkan variasi klinisnya.

Penatalaksanaan tinea pedis meliputi umum dan khusus. Prinsip

penatalaksanaan umum adalah menghindari faktor predisposisi karena penyakit

ini sering rekuren. Sedangkan penatalaksanaan khusus tinea pedis bervariasi

bergantung pada tipe dan keparahan infeksi. Prognosis tinea pedis ditentukan oleh

agen infeksi dan keberhasilan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

9

Page 10: Tinea Pedis.doc

1. Canberk Y, Anshal B, Onar FD, Karabulut E. Ultrastructural alteration in the epidermis of patients with tinea pedis. Balkan Med J 2011; 28: p.151-6.

2. Verma S, Haffernan MP. Tinea Pedis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill; 2008; p.1815-7.

3. Elewski BE, Hughey LC, Sobera JO, Hay R. Tinea Pedis. In: Bolognia J L, Lorizzo J L, Rapini R P. Dermatology. 2nd ed. Mosby Elsevier; 2008; p.1251-64.

4. Maruyuma R, Hiruma M, Yamauchi K, Teraguchi S, Yamaguchi H. An epidemiological and clinical study untreated patients with tinea pedis within a company in Japan. Mycoses 2003; 46: p.208-12.

5. Moore Mk, Hay RJ. Mycology. In: Berth-jones J. Rook’s Textbook of Dermatology. 8th ed.1. Cambridge; Wiley-Balckwell, 2010; p.36.30-36.32.

6. James D William, Berger G Timothy, Elston M Dirk. Andrews’ disease of the skin; Diseases resulting from fungi and yeast . 10th edition. Canada; Saunders Elsevier, 2008; p.303-5.

7. Robbins, courtney M, dkk,2012, Tinea Pedis, Online artikel. Diunduh pada 18 Mei 2013; dari http://emedicine.medscape.com/article/1091684-overview.

8. Habif P.Thomas, Clinical Dermatology 5th Edition: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. Published by Mosby, Elsevier 2010: p.495-8.

9. Gawkrodger J. David, Dermatology An Illustrated Colour Text 4 th Edition. Published by Elsevier 2008: p.56-7.

10. Kumar V, Tilak R, Prakash P, Nigam C, Gupta R. Asian journal of medical science. Tinea Pedis, 2011; p.134-5.

11. Gupta K. Aditya, Skinner R. Alayne, Cooper A.Elizabeth, International Journal of Dermatology, volume 42, supplement 1: Ciclopirox a broad spectrum antifungal with antibacterial and anti-inflammatory properties. September 2003: p.26-27.

12. H. Anwar Makatutu dan Margaretha Manginsengi. Dermatomikosis: Diagnosis dan Penatalaksanaan. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 1992: 61-63

10