Tinea Cruris
-
Upload
riry-ambarsary -
Category
Documents
-
view
206 -
download
8
Transcript of Tinea Cruris
Pembimbing : dr. Prawindra I., SpKK, MKes
Tinea Cruris
Riry Ambarsary
0610094
Laporan Kasus
Keterangan Umum• Nama : Tn. A• Umur : 20 tahun• Jenis Kelamin : Laki-laki• Alamat : Jl. Yos Sudarso - Medan• Pendidikan : Perguruan Tinggi• Pekerjaan : Mahasiswa• Kawin : Belum kawin• Agama : Kristen• Bangsa : Indonesia• Tgl. Periksa : 9 Mei 2011
I. Anamnesis
Keluhan Utama : Bercak merah yang terasa gatal di daerah sela paha kiri
Anamnesis Khusus :
Sejak 3 bulan yang lalu, timbul bercak merah yang terasa gatal di sela paha kiri. Mula-mula bercak merah berukuran sebesar uang logam lalu membesar hingga sebesar telapak tangan. Gatal semakin dirasakan ketika pasien berkeringat. Karena tidak dapat menahan gatalnya, pasien menggaruk sampai lecet dan perih.
Pasien adalah seorang mahasiswa,riwayat sering berkeringat karena memiliki banyak aktivitas dan hobi bermain futsal. Pasien memiliki riwayat mandi 2x sehari, ganti baju 2x sehari setelah mandi. Tetapi pasien tidak sering mengganti pakaian terutama celana dan pakaian dalam ketika sedang berkeringat setelah bermain futsal. Pasien menyangkal adanya demam dan minum obat-obatan dalam jangka waktu lama. Pasien tidak sedang dalam keadaan stres fisik maupun psikis.
UB : sudah 3 bulan ini pasien memakai krim Esperson 0,25% 3x sehari
(Desoksimethason 2,5 mg) lesi tidak membaik, justru semakin meluas.
RPD : belum pernah sakit seperti ini sebelumnya. RPK : tidak ada anggota keluarga yang memiliki
keluhan serupa R. Alergi : Tidak terdapat riwayat asma, alergi obat dan
makanan.
II. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum• Kesadaran : compos mentis• Kesan sakit : ringan• Pernafasan : abdominothoracal, 20x/menit• Tensi : 120/80 mmHg• Nadi : 80x/menit• Suhu : 36,70C• Status gizi : BB/TB = 65/(1,7)2 = 22,5 (gizi cukup)
2. Status Generalis• Kepala : B/U simetris
‒ Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-‒ Mulut : bibir lembab, mukosa basah‒ THT : sekret hidung -/-, sekret telinga -/-, faring tidak hiperemis,
T1/T1
• Leher : KGB tidak tampak membesar• Thorax : B/P simetris
‒ Cor : BJM, reguler‒ Pulmo : VBS +/+, Rh -/-, Wh -/-
• Abdomen : datar, soepel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
‒ Hepar : tidak teraba membesar‒ Lien : tidak teraba membesar
• Genitalia dan Anus : tidak ada kelainan• Ekstremitas : CRT < 2 detik, akral hangat, tampak
bercak merah di sela paha kiri
3. Status Dermatologikus Distribusi : lokalisata Lokasi : sela paha kiri Lesi :
• Jumlah : soliter• Sifat : kering• Permukaan : tidak menimbul• Ukuran : plakat• Bentuk : diskret• Susunan : teratur• Batas : tegas• Lain-lain : -
Efloresensi : makula eritematous, skuama
4. Status Venerologikus Inguinal : tampak bercak merah
sebesar telapak tangan Pubis : tidak tampak kelainan Scrotum : tidak tampak kelainan Testis : ukuran simetris Epididimis : tidak tampak kelainan Penis : tidak tampak kelainan OUE : sekret (-) Perineum dan anus : tidak tampak kelainan
III. Laboratorium / Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan KOH 10% hifa bercabang dan spora berderet (artrospora)
Pemeriksaan Wood’s Lamp fluorensensi (-)
IV. Resume
1. ANAMNESIS
Seorang laki-laki, berusia 20 tahun, mahasiswa, belum menikah, status gizi cukup, datang dengan keluhan timbul makula eritematous yang terasa gatal di cruris sinistra. Mula-mula makula eritematous berukuran numularis kemudian membesar hingga berukuran plakat. Gatal semakin dirasakan ketika pasien berkeringat. Karena tidak dapat menahan gatalnya, pasien menggaruk sampai lecet dan perih.
Pasien memiliki riwayat sering berkeringat karena banyak aktivitas dan hobi bermain futsal. Pasien memiliki riwayat mandi 2x sehari, ganti baju 2x sehari setelah mandi. Tetapi pasien tidak sering mengganti pakaian terutama celana dan pakaian dalam ketika sedang berkeringat setelah bermain futsal. Pasien menyangkal adanya demam dan minum obat-obatan dalam jangka waktu lama. Pasien tidak sedang dalam keadaan stres fisik maupun psikis.
UB : sudah 3 bulan ini pasien memakai krim Esperson 0,25% 3x sehari
(Desoksimethason 2,5 mg) lesi tidak membaik, justru semakin meluas.
RPD : (-) RPK : (-) R. Alergi : (-)
2. PEMERIKSAAN FISIKStatus Generalis dalam batas normal. Status
dermatologikus : lokalisata, lokasi di sela paha kiri, soliter, kering, permukaan tidak menimbul, plakat, diskret, teratur, batas tegas. Efloresensi : makula eritematous dan skuama.
3. LABORATORIUM / PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan KOH 10% hifa bercabang dan spora berderet
(artrospora)
Pemeriksaan Wood’s Lamp fluorensensi (-)
V. Diagnosis Banding
Tinea Cruris Eritrasma Dermatitis Seboroik Kandidiasis intertriginosa
DIAGNOSIS KERJA
Tinea cruris
Usul Pemeriksaan
Kultur jamur dengan Agar Sabouraud Punch Biopsy
Terapi
Umum : Anjurkan agar menjaga daerah lesi tetap kering Bila gatal, jangan digaruk karena dapat menyebabkan infeksi. Jaga kebersihan kulit dan kaki bila berkeringat keringkan
dengan handuk dan mengganti pakaian yang lembab Gunakan pakaian yang terbuat dari bahan yang dapat
menyerap keringat seperti katun, tidak ketat dan ganti setiap hari.
Untuk menghindari penularan penyakit, pakaian dan handuk yang digunakan penderita harus segera dicuci dan direndam air panas.
Khusus Topikal
Ketokonazol krim 2% 10 g oles 2-3x/hari 2 minggu Sistemik
Ketokonazol tab 200 mg 1 x sehari 2 minggu Loratadine tab 10 mg 1 x sehari 2 minggu
Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam Quo ad functionam : ad bonam Quo ad sanationam : ad bonam
Dermatofitosis
MIKOSIS
Superficialis Inter-mediate
Profunda
Dermatofitosis Non Dermatofitosi
s
Subcutis Sistemik
Tinea capitisTinea barbae
Tinea corporis( T. imbrikata &
T. favosa )Tinea manum
Tinea pedisTinea kruris
Tinea unguium
Pitiriasis versikolor
Piedra hitam Piedra putihTinea nigra
palmarisOtomikosis
KandidiasisAspergillosis
MisetomaKromomikosisSporotrikosisFikomikosis -
subkutanRinosporodiosis
AktinomikosisNokardiosis
HistoplasmosisKriptokokosis
KoksidioidomikosisBlastomikosisFikomikosis -
sistemik
Penyakit jamur di kulit oleh jamur dermatofita
3 genus:
1. Microsporum
2. Tricophyton
3. Epidermophyton
2 sifat khas: Keratinofilik Afinitas pada hospes tertentu
Zoofilik (misalnya: M.canis)Geofilik (misalnya: M.gypseum)Antropofilik (misalnya: T. rubrum)
Morfologi dermatofitosis khas:
Kelainan berbatas tegas
Polimorfik
Tepi lebih aktif
Disertai rasa gatal Klasifikasi dermatofitosis didasarkan pada
lokalisasi kelainan kulit
Diagnosis Dermatofitosis:1. Anamnesa
2. Gambaran klinis
3. Sediaan langsung + lar KOH 10%
4. Wood’s light (T.kapitis, T.kruris – eritrasma, P.versicolor)
5. Biakan pada agar Sabouraud spesies penyebabnya
Tinea Cruris
Definisi
Dermatofitosis pada sela paha, perineum dan sekitar anus.
Terbatas pada daerah genito-krural atau bahkan meluas ke daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah
Bersifat akut atau menahun, bahkan dapat berlangsung seumur hidup.
Nama lain eczema marginatum, jockey itch, ringworm of the groin, dhobie itch
Epidemiologi
Laki-laki > perempuan, Dewasa >> Daerah tropis Lingkungan yang kotor dan lembap.
Faktor Pencetus
Faktor virulensi dari dermatofita Faktor trauma Faktor suhu dan kelembapan Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan Faktor umur dan jenis kelamin
Etiologi
Trichopyhton rubrum 90% Epidermophython fluccosum
danTrichophyton mentagrophytes 4% Trichopyhton tonsurans 6%
* Dapat ditularkan secara langsung dan tidak langsung
Patogenesis
Penularan • Secara langsung lewat fomitis,epitel rambut yang
mengandung jamur dari manusia,binatang,tanah• Tidak langsung tanaman ,kayu yang dihinggapi jamur,
pakaian ,debu• Kontaminasi dengan pakaian, handuk, sprei penderita• Autoinkulasi dari tinea pedis,tinea unguium
Penularan jamur menghasilkan keratinase yang mencerna keratin memudahkan invasi ke stratum korneum infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa /cabang-cabang didalam jaringan keratin yang mati hifa menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis menimbulkan reaksi peradangan pertumbuhan dengan pola radial di stratum korneum timbul lesi dikulit dengan batas jelas dan meninggi (ringworm) reaksi kulit berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.
Gambaran Klinis
Makula eritematous dengan central healing lipatan inguinal, distal lipat paha, dan proksimal dari abdomen bawah dan pubis
Infeksi akut bercak-bercak mungkin basah dan eksudatif Infeksi kronis makula hiperpigmentasi dengan skuama
diatasnya dan disertai likenifikasi Area sentral hiperpigmentasi, terdiri atas papula
eritematus yang tersebar dan sedikit skuama Infeksi kronis pemakaian kortikosteroid topikal kulit
eritematous, sedikit berskuama, dan mungkin terdapat pustula folikuler
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan KOH Kulit dibersihkan dengan alkohol 70% → kerok skuama
dari bagian tepi lesi dengan memakai scalpel → taruh di obyek glass → tetesi KOH 10-15 % 1-2 tetes → tunggu 10-15 menit untuk melarutkan jaringan → lihat di mikroskop dengan pembesaran 10-45 kali
Didapatkan hifa dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang
Spora berderet (artrospora) kelainan kulit yang lama atau sudah diobati
Miselium
2. Pemeriksaan kultur dengan Sabouraud agar menanamkan bahan klinis medium saboraud
ditambahkan chloramphenicol + cyclohexamide (mycobyotic-mycosel) menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.
Identifikasi jamur biasanya antara 3-6 minggu
3. Punch Biopsi Membantu menegakkan diagnosis Sensitifitasnya dan spesifisitasnya rendah Pengecatan dengan Peridoc Acid–Schiff jamur akan
tampak merah muda Menggunakan pengecatan methenamin silver jamur
akan tampak coklat atau hitam
4. Pemeriksaan Wood’s Lamp Menyingkirkan adanya eritrasma dimana akan tampak
floresensi merah bata
Diagnosis Banding
Tinea Cruris Eritrasma Dermatitis Seboroik Kandidiasis intertriginosa
Komplikasi
1. Dapat terinfeksi sekunder oleh candida atau bakteri yang lain.
2. Pada infeksi jamur yang kronis dapat terjadi likenifikasi dan hiperpigmentasi kulit.
Terapi
1. Anti Jamur Topikal keberhasilan terapi 70-100% pagi dan sore hari ± 2-4 minggu dioleskan sampai 3 cm diluar batas lesi diteruskan minimal 2 minggu setelah lesi menyembuh
a. Golongan Imidazole Clotrimazole Mikonazole Econazole Ketokonazole Oxiconazole Sulkonazole
b. Golongan Alinamine Naftifine Terbinafin
c. Golongan Naphthionates Tolnaftate
d. Golongan Substituted pyridone Siklopiroks
2. Obat Anti Jamur Sistemik Ketokonazole Itrakonazole Griseofulfin Terbinafine
Erytrasma
Penyakit bakteri kronik stratum korneum Corynebacterium minitussismum
Sering berlokalisasi di sela paha Efloresensi sama makula eritema dan skuama pada
seluruh lesi tanda khas Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada
perabaan terasa berlemak. Pada pemeriksaan dengan lampu wood lesi terlihat
berfluoresensi merah membara (coral red)
Dermatitis Seboroik
Penyakit inflamasi konis mengenai daerah kepala dan badan.
Lebih sering terjadi pada laki-laki daripada wanita. Kelainan kulit berupa eritema dan skuama yang berminyak
dan agak kekuningan dengan batas kurang tegas. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak
berskuama dan berminyak disertai eksudat dan krusta tebal.
Candidosis intertriginosa
Penyakit jamur spesies Candida Candida albicans. Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan Tinea Cruris
jika mengenai lipatan paha dan perianal. Perbedaannya kandidiasis eritema berwarna merah
cerah berbatas tegas dengan satelit-satelit di sekitarnya. Predileksinya bukan pada daerah-daerah yang berminyak,
tetapi lebih sering pada daerah yang lembab. Pemeriksaan KOH 10 % terlihat sel ragi, blastospora atau
hifa semu.
Terima Kasih….
Daftar Pustaka
Budi mulja, U : Mikosis. Dalam ilmu penyakit kulit dan kelamin, Jakarta FK UI. 1987 : 84-88
Siregar.S: Penyakit Jamur Kulit. EGC Jakarta.1982 Rippon.J : Superfisialis Infections.in Medical Mycology, second ed
Tokyo, WB saunders Co. 1988 Wolff., K. Fitzpatrick Dermatology In General Medicine. Seventh
Edition. US : Mc Graw Hill. 2008