Tinea Barbae Unhalu

34
TINEA BARBAE Asriani Asrun, Nelly Herfina Dahlan Pendahuluan Tinea Barbae merupakan infeksi dermatofita yang jarang yang dibatasi pada area muka dan leher yang berjanggut. 1 Infeksi kebanyakan terjadi pada laki-laki (remaja dan orang dewasa). Gejala klinisnya berupa erupsi pustul yang berat, plak yang meradang atau plak superfisial yang tidak meradang. 2,3 Kebanyakan tipe peradangan disebabkan oleh dermatofita zoofilik yaitu Trichophyton mentagrophytes var. granulosum atau Trichophyton verrucosum. 4,5 Lesinya memiliki dua tipe yaitu tipe superfisial ringan menyerupai tinea corporis, dan tipe folikulitis pustul yang parah dan dalam, serta satu tipe lagi yang cukup jarang yaitu tipe circinata. Tinea pada dagu dan daerah diatas bibir pada wanita dan anak-anak dikenal sebagai tinea faciei. Tinea faciei adalah tinea yang terjadi 1

description

Kulit Kelamin Unhalu

Transcript of Tinea Barbae Unhalu

Page 1: Tinea Barbae Unhalu

TINEA BARBAE

Asriani Asrun, Nelly Herfina Dahlan

Pendahuluan

Tinea Barbae merupakan infeksi dermatofita yang jarang yang dibatasi

pada area muka dan leher yang berjanggut.1 Infeksi kebanyakan terjadi pada laki-

laki (remaja dan orang dewasa). Gejala klinisnya berupa erupsi pustul yang berat,

plak yang meradang atau plak superfisial yang tidak meradang.2,3 Kebanyakan

tipe peradangan disebabkan oleh dermatofita zoofilik yaitu Trichophyton

mentagrophytes var. granulosum atau Trichophyton verrucosum.4,5

Lesinya memiliki dua tipe yaitu tipe superfisial ringan menyerupai tinea

corporis, dan tipe folikulitis pustul yang parah dan dalam, serta satu tipe lagi yang

cukup jarang yaitu tipe circinata. Tinea pada dagu dan daerah diatas bibir pada

wanita dan anak-anak dikenal sebagai tinea faciei. Tinea faciei adalah tinea yang

terjadi pada glaborous skin yaitu kulit yang tidak berambut pada wajah. 2,4,5

Definisi

Tinea Barbae adalah infeksi dermatofita di daerah jenggot pada muka dan

leher dan hanya terbatas pada laki-laki dewasa. 7

Jamur pada janggut ini juga dikenal sebagai tinea sycosis dan umumnya

juga sering disebut sebagai barber’s itch. Penyakit ini terutama terjadi pada

orang-orang di bidang agrikultural, khusunya yang orang-orang yang kontak

1

Page 2: Tinea Barbae Unhalu

dengan binatang di sawah. Daerah yang sering terkena biasanya di daerah leher

atau wajah. 1

Epidemiologi

Tinea barbae secara definisi hanya ditemukan pada laki-laki. Kebanyakan

ditularkan melalui cukuran jenggot yang sudah terkontaminasi sebelumnya.

Dengan meningkatkan kebersihan diri akan menurunkan insiden terjadinya tinea

barbae.8

Umumnya, Tinea barbae cukup jarang, tetapi lebih sering pada daerah

tropis yang dicirikan dengan kelembaban dan temperatur yang tinggi.9 Hampir

semua yang menderita tinea barbae adalah laki-laki karena dermatofita

menginfeksi di rambut dan folikel rambut dari jenggot dan mustache. Infeksi

dermatofita pada perempuan dan anak-anak didiagnosis sebagai tine faciei.10

Dahulu, infeksi sering ditularkan oleh tukang cukur karena tidak adanya alat

cukur yang hanya digunakan satu kali. Sekarang alat cukur sebagai sumber infeksi

mulai dihilangkan dan definisi lama dari tinea barbae, “barber’s itch”, mulai

dilupakan. Pada daerah pedesaan, kucing, kuda, dan anjing adalah penyebab

utama dari infeksi.11, 12 Maka dari itu, Tinea barbae sekarang lebih difokuskan

pada orang-orang yang terpapar dengan kucing, kuda, anjing, dan penularannya

kebanyakan ditemukan di daerah pedesaan diantara petani dengan petani atau

antar pekerja kebun.8

Etiologi

2

Page 3: Tinea Barbae Unhalu

Tinea barbae umumnya paling sering disebabkan oleh organisme zoofilik,

T. mentagrophytes dan T. verrucosum, dan yang cukup jarang, M. canis. Diantara

organisme antrofilik, T. megninii, T. schoenleinii, dan T. violaceum mungkin

hanya menyebabkan tinea barbae di daerah endemik. Sedangkan T. rubrum juga

dapat menjadi penyebab Tinea Barbae walapun jarang.8

Karena seringnya Tinea Barbae dihadapi, tinea barbae sekarang sangat

jarang terjadi. Kebanyakan infeksi ini ditemukan di tempat cukur ketika laki-laki

sering mencukur dan memotong jenggotnya dengan alat cukur yang sama yang

dipakai pelanggan sebelumnya. Dengan diperkenalkannya desinfeksi untuk alat

cukur dan penggunaan alat cukur di rumah yang aman, kejadian penyakit ini dapat

dikurangi. Sekarang, kebanyakan infeksi ini didapat dari binatang.7

Organisme Penyebab

Infeksi tinea barbae lebih sering di daerah pedesaan dan organisme

tersebut biasanya didapat dari hewan-hewan yang terinfeksi dermatofita zoofilik.

Sebagai catatan sebelumnya, keparahan infeksi ini lebih sering disebabkan oleh

dermatofita zoofilik daripada yang diproduksi oleh jamur antrofilik.7

Sebagai tambahan, keparahan dari reaksi host lebih besar ketika rambut

terlibat. Kombinasi dari kedua faktor ini mungkin menjelaskan reaksi keparahan

yang ekstrim yang terlihat pada pasien-pasien dengan tinea barbae. Organisme

yang paling sering terlibat adalah T. mentagrophytes dan T. verrucosum, baik

yang didapat dari sapi. T. mentagrophytes juga didapat dari kuda dan anjing. M.

3

Page 4: Tinea Barbae Unhalu

canis merupakan penyebab yang jarang pada tinea barbae. Pada area endemik dari

T. schoenleinii dan T. violaceum, mereka sering terlibat pada penyakit ini,

meskipun mereka adalah jamur antrofilik. Mereka dapat menyebabkan infeksi

yang parah, mungkin karena adanya keterlibatan rambut dan folikel. T. rubrum

adalah penyebab yang jarang dari tinea barbae dan mungkin merupakan infeksi

yang didapat dari bagian-bagian tubuh yang lain atau ditularkan melalui garukan

pada daerah yang dicukur dari pencukuran yang tidak bersih. Spesies yang

terbatas secara georafis, T. megninii, jarang diisolasi dari infeksi janggut yang

ditularkan di daerah endemiknya. Organisme ini tidak ditemukan di beberapa

daerah, tetapi dapat ditemukan di Portugal, Sardinia, Sisilia, Afrika (sebagai T.

Kuryangei) meskipun jarang ditemukan di bagian eropa lainnya.7

Gambar 1. Trichopython mentagrophytes

Patofisiologi

4

Page 5: Tinea Barbae Unhalu

Tinea barbae pada umumnya disebabkan Tricophyton mentagrophytes dan

Trichophyton verrucosum. Ia adalah jamur dermatofit yang bersifat keratinolitik

sehingga ia sering menyebabkan infeksi jamur pada bagian superfisial kulit.

menyerang lapisan stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku. Enzim

keratinase yang dihasilkan oleh dermatofita membantunya untuk menginvasi

jaringan epidermis. Rambut dan folikel rambut di invasi oleh jamur sehingga

menghasilkan respon inflamasi.

Tinea barbae bisa disebabkan oleh dermatofita zoofilik maupun

anthropofilik. Infeksi dermatofita zoofilik lebih jelek daripada infeksi dermatofita

antropofilik. Zoofilik merupakan penyebab utama terbentuknya plak kerion.

Kerion merupakan akibat dari infeksi Trichophyton rubrum. Terdapat dua teori

pembentukan kerion pada tinea barbae. Teori pertama beranggapan bahwa

merupakan hasil dari difusi metabolisme dan atau toksik dari jamur. Teori yang

kedua mengatakan bahwa merupakan hasil dari respon imunologi terhadap

antigen dermatofit.4,8

Invasi tinea barbae (golongan dermatofita) pada epidemis terjadi akibat tiga

proses yaitu perlekatan, penetrasi dan respon dari pasien itu sendiri.8

Perlekatan

Tahap ini merupakan tahap pertama dari proses invasi dermatofita ke

tubuh manusia. Pada tahap ini terjadi perlekatan antara artrokonidia dari jamur

dengan permukaan jaringan keratin. Tahap ini terjadi selama beberapa jam dan

diikuti proses germinasi dan perpanjangan hifa untuk berpenetrasi pada lapisan

korneum.8

5

Page 6: Tinea Barbae Unhalu

Penetrasi

Dermatofita melakukan penetrasi ke dalam sel keratin dengan cara

mekanik dan enzimatik. Secara mekanik melalui pertumbuhan hifa dan secara

enzimatik melalui enzim-enzim yang dihasilkan jamur. Enzim-enzim tersebut

selain mempermudah penetrasi juga membantu mnyediakan makanan bagi jamur.

Trauma dan perlukaan mempermudah tahapan ini.6Mekanisme penetrasi yang

dilakukan oleh jamur ini dihambat oleh berbagai faktor, yang paling utama adalah

faktor pasien itu sendiri.8

Imunitas dan ketahanan Pejamu

Pertahanan paling awal terjadi saat infeksi jamur ke permukaan keratinosit

adalah peningkatan proliferasi epidermis untuk mempercepat pengelupasan.

Selain itu sekresi sebum yang bersifat fungistatis juga menghambat pertumbuhan

jamur. Transferin yang terdapat pada serum tubuh dapat berikatan dengan hifa

yang berakibat terhambatnya pertumbuhan jamur.6 Dermatofita yang bersifat

kemotaktik menarik berbagai macam agen antiinflamasi seperti komplemen,

sitokin serta sel-sel fagosit seperti mononuklear dan polimononuklear yang ikut

membantu dalam menghambat dan membunuh jamur. Sitokin-sitokin yang

terbentuk juga akan merangsang terbentuknya sistem imun seluler yang akan

mempermudah membunuh jamur. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian

dermatofita ini diantaranya usia, jenis kelamin, genetik, ras, endokrin, metabolik,

temperatur, organisme kompetisi dan patogen.8

Tipe Klinis

6

Page 7: Tinea Barbae Unhalu

Tinea barbae biasanya menimbulkan lesi yang unilateral dan lebih sering

melibatkan area jenggot daripada kumis atau bibir atas. Gejalanya mempunyai 3

tipe klinis. Tipe klinis dari penyakit ini terbagi menjadi tipe inflamasi/ deep

berupa lesi supuratif yang dalam serta bernodul, tipe superficial berupa patch

yang sebagian tanpa rambut, berkrusta dan di superficial dengan folikulitis dan

tipe sirsinata.7,8

1. Tipe inflamasi/ deep

Tipe ini biasanya disebabkan oleh T. mentagrophytes dan T.

verrucosum. Tinea barbae tipe inflamasi dianalogkan dengan tipe kerion

pada tinea kapitis. Tipe deep berkembang dengan lambat dan

menghasilkan nodul yang menebal dan bengkak seperti kerion. Lesi yang

timbul berbentuk nodul dan seperti rawa disertai krusta seropurulen.

Bengkak pada tipe ini biasanya konfluen dan berbetuk infiltrasi difusa

seperti rawa dengan abses. Kulit yang terkena meradang, rambut-rambut

menjadi hilang, dan pus mungkin muncul melalui folikel sisa yang

terbuka. Rambut-rambut di daerah ini tidak mengkilat, rapuh, dan mudah

diepilasi untuk mendemonstrasikan sebuah massa purulen di sekitar

akarnya. Pustulasi perifolikel dapat bergabung membentuk saluran sinus

dan kumpulan pus seperti abses, yang akhirnya menjadi lesi alopecia.

Umumnya lesi ini hanya terbatas pada satu bagian muka atau leher pada

laki-laki. 7,8,14

7

Page 8: Tinea Barbae Unhalu

Gambar 2.Tinea barbae tipe inflamasi disebabkan

oleh infeksi T. Mentagrophytes var.granulosum

2. Tipe superfisial

Tipe superfisial dicirikan dengan folikulitis pustula yang tidak

terlalu meradang dan mungkin dihubungkan dengan T. violaceum atau T.

Rubrum. Tipe Superfisial dari tinea barbae menyerupai lesi pada tinea

corporis. Ada lesi berbentuk lingkaran dengan tepi vesikopustul. Reaksi

host terhadap penyakit ini tidak terlalu parah, meskipun alopecia mungkin

timbul di pusat lesi.

Tipe ini disebabkan oleh lebih sedikit peradangan antropofil,

bentuk tinea barbae ini sangat menyerupai folikulitis bakteri, dengan

eritema difusa ringan dan papul folikular dan pustul. Rambut yang kusam

dan rapuh membentuk infeksi endotriks dengan T. violaceum sebagai

etiologi yang lebih sering daripada T. rubrum. Rambut yang terinfeksi

biasanya mudah dicabut. Yang jarang, E. floccosuin mungkin

8

Page 9: Tinea Barbae Unhalu

menyebabkan lesi verrukosa yang menyebar yang dikenal sebagai

epidermofitosis verrukosa. 7,8,15

Gambar 3. Tinea barbae superfisialis; papul folikel

dan pustul sering salah didiagnosis dengan folikulitis

staphylococcus aureus.

3. Tipe sirsinata

Tipe ini sangat mirip dengan tinea sirsinata dari kulit glabrous,

tinea barbae sirsinata menunjukkan batas vesikopustular yang aktif dan

menyebar dengan lingkaran pusat dan rambut yang jarang-jarang pada

daerah tersebut.8

9

Page 10: Tinea Barbae Unhalu

Gambar 4. Tinea Barbae tipe sirsinata; memiliki tepi

yang ditutupi papul dan vesikel kecil serta bersisik.

Gejala Klinis

Infeksi sering berawal pada leher atau dagu, tetapi gejala klinis dari Tine

Barbae tergantung pada patogen penyebab. Kadang-kadang dermatofitosis dapat

berkembang tanpa lesi khusus, tetapi selalu dengan rasa gatal.16

Tinea yang disebabkan oleh dermatofita zoofilik lebih parah karena reaksi

inflamasi yang terjadi disebabkan oleh jamur yang lebih kuat. Dagu, pipi, dan

leher sering terinfeksi. Umumnya infeksi ini menyebabkan nodul yang inflamasi

atau nodul-nodul dengan pustul mulitpel dan aliran sinus pada permukaannya.

Rambut dapat rontok dan patah, eksudat, pus dan krusta menutupi permukaan

kulit (kerion celsi). Rambut mudah dicabut dan tidak sakit. Kadang-kadang

muncul bersamaan dengan limfadenopati regional, sedangkan demam dan malaise

cukup jarang terjadi.3

Ada gejala-gejala yang sangat jauh berbeda satu sama lain. Dua variasi

gejala klinis utama dibedakan.

10

Page 11: Tinea Barbae Unhalu

Tipe tanpa inflamasi yang disebabkan oleh dermatofita antrofilik diawali

dengan patch datar dan eritema dengan tepi yang meninggi. Patch bersisik

mungkin ditutupi papul-papul, pustule atau krusta. Rambut patah di dekat kulit

dan dapat menyumbat folikel rambut. Patch kulit mungkin soliter tetapi dapat juga

multiple dan mungkin berbentuk annular. Patch dapat bertahan hingga bertahun-

tahun dan mungkin membesar. Kadang-kadang, morfologi klinisnya menyerupai

folikulitis bakteri, khususnya ketika folikel pustula telah berkembang dan

hilangnya rambut telah terlihat. Lesi pustula dengan rambut yang hilang

menunjukkan varian kronik dari infeksi jamur ini yang menyerupai sikosis

(folikulitis pustula dari janggut). Dengan demikian, penyakit itu disebut

sycosiform tinea barbae.

Tipe dalam atau pustul dari tinea barbae dicirikan dengan adanya folikel

yang berpustul dan dalam yang membentuk nodul-nodul, seperti lesi kerion yang

ditemukan pada Tinea capitis. Lesi pustula ini diawali mikotik yang

sesungguhnya dan pus sangat penuh pada artrokonidia jamur. Reaksi yang terjadi

bisa benar-benar parah dimana kebanyakan rambut menjadi patah dilanjutkan

resolusi dari penyakit ini. Alopecia dan bekas luka mungkin menetap. Lesi terlhat

seperti rawa dan membengkak. Rambut-rambut ini ketika diepilasi akan terlihat

memiliki sejenis pus, massa putih pada akar rambut dan mengelilingi jaringan di

sekitarnya. Aliran sinus meningkat dan merusak jaringan sekitar. Sedikit tekanan

akan membangkitkan ekstrusksi dari material purulen. Lesi ini mungkin soliter

dan kebanyakan sering ditemukan pada daerah maksila. Kadang-kadang

keseluruhan area jenggot terkena dan indurasi verukosa ungu kemerahan yang

11

Page 12: Tinea Barbae Unhalu

banyak juga terbentuk. Pembesaran kelenjar getah bening regional, demam

ringan, dan malaise mungkin muncul bersamaan pada infeksi yang parah,

khususnya yang disebabkan oleh T. verrucosum. Bibir atas biasanya terhindar dari

tinea barbae, sangat kontras jika dibandingkan dengan infeksi bakteri sycosis

vulgaris.7,14,15

Diagnosis

Investigasi mikologi adalah dasar untuk diagnosis. Pemeriksaan mikologi

terdiri dari mikroskopi langsung dan kultur/ biakan. Pada beberapa kasus yang

jarang seperti tinea yang disebabkan Mikrosporum canis dapat menyebabkan

tinea. Pemeriksaan lampu wood akan sangat membantu. Akan tampak florosensi

hijau kusam pada rambut yang terinfeksi.16

Material yang terkumpul biasanya terdiri dari rambut yang diepilasi dan

massa pustula. Ketika plak-plak pada superfisial dan tanpa pustul, pemeriksaan

material terbaik adalah dengan mengambilnya dari tepi. Pemeriksaan langsung

dengan potassium hidroksida 20% dengan tambahan dimetil sulfoksida akan

memberikan hasil yang cepat, tetapi diperlukan orang yang berpengalaman untuk

melakukannya. Preparat KOH untuk mengidentifikasi hifa adalah diagnosis untuk

infeksi T. verrucosum. Menyayat tepi lesi yang aktif atau dengan memakai rambut

untuk diteliti sebaiknya dilakukan. Teknik ini memiliki sensitifitas 88% dan

spesifisitas 95%. Lampu wood akan memastikan kasus-kasus yang jarang seperti

pada infeksi microsporum.9, 16

Pewarnaan tambahan, seperti pewarnaan Swartz-Lamkin, Parker blue-

black ink atau chlorazol black E, kadang-kadang akan sangat berguna. Spesimen

12

Page 13: Tinea Barbae Unhalu

tersebut diperiksa dengan mikroskop cahaya dan hasilnya tergantung pada jamur

penyebab yang diperiksa yang akan menunjukkan tipe hifa khusunya masing-

masing dan atau artokonidia.17 Sedangkan untuk pengerjaan kultur dapat

memakan waktu sekitar 3-4 minggu dan biasanya ditampilkan pada agar Saboraud

dengan cycloheximide dan kloramfenikol ditambahkan untuk menghambat

pertumbuhan dari bakteri dan jamur non-dermatofitik. Identifikasi jamur

didasarkan pada morfologi dan mikroskopik dari koloni. Identifikasi pathogen

menyediakan informasi tentang sumber dari infeksi dan menolong dalam

menyeleksi pengobatan yang tepat.3

Pemeriksaan histologi diperlukan hanya pada kasus-kasus yang sulit.

Pewarnaan hematoxylin dan eosin sering tidak dapat menunjukkan elemen jamur.

Pewarnaan periodic acid-Schiff (PAS) sangat direkomendasikan. Pada spesimen

biopsi, folikulitis dan perifolikulitis akan dapat diamati melalui infiltrat-infiltrat

spongiosis dan folikel limfositik. Kadang-kadang mikroabses akan terbentuk oleh

neutrofil dalam keratin folikel.18

Infiltrat peradangan sel campuran sering tampak pada dermis, serta pada

sel raksasa kerion yang kronik juga dapat terlihat. Artrikonidia dan/ atau hifa

mungkin dapat dideteksi di stratum korneum, folikel rambut dan batang rambut.19

13

Page 14: Tinea Barbae Unhalu

Gambar 5. Gambaran mikroskopik M. Canis;

beberapa mikrokonidia, berdinding tebal, dan

makrokonidia ekinulata dengan bentuk kran

pada ujungnya.

Gambar 6. Gambaran mikroskopik T. Verrucosum;

Rantai-rantai dari klamidokonidia pada SDA dan

makrokonidia berbentuk ”buntut tikus” tipis dengan

tiamin.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada tinea barbae dapat berdasarkan kemiripan gejala

klinisnya dengan penyakit lain maupun melalui organisme penyebab.

Banyaknya morfologi dari lesi Tinea Barbae adalah alasan utama luasnya

kelainan kulit lain yang dapat menyerupai infeksi jamur. Penyakit-penyakit ini

14

Page 15: Tinea Barbae Unhalu

seperti akne vulgaris, rosasea dan dermatitis seboroik dapat menyerupai tinea

barbae.16

- Akne vulgaris

Penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya

terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gejala klinis

berupa kelainan kulit polimorfik berupa papul, pustul, nodus, dan

jaringan parut. Komedo terbuka bintik-bintik berwarna hitam yang

menutupi pori-pori wajah dan komedo tertutup bintik berwarna putih.

Predileksi diwajah, dada, dan punggung. 7

Gambar 7. Akne Vulgaris

- Rosasea

Penyakit kulit kronis pada daerah sentral wajah yang ditandai

dengan kemerahan pada kulit dan telangiektasis disertai episode

peradangan yang memunculkan erupsi, papul, pustul, dan edema.

Gejala klinis adanya eritema, telangiektasis, papul, edema, pustul

15

Page 16: Tinea Barbae Unhalu

Stadium rosasea :

1. Stadium 1 : eritema tanpa sebab atau akibat sengatan matahari,

disertai telanngiektasis

2. Stadium 2 : papul, pustul, edema, dan banyak ditemukan

telangiektasis

3. Stadium 3 : eritema persisten yang dalam, banyak telangiektasis,

papul, pustul, nodus, edema.

Predileksi disentral wajah, hidung, pipi, dagu, kening, dapat

meluas keleher, pergelangan, tangan, dan kaki.

Gambar 8. Rosasea

- Folikulitis

Peradangan dari folikel rambut akibat infeksi atau trauma fisik

seperti gesekan dari penyumbatan folikel, cukur, dan pakaian. Folikel

yang rusak oleh Staphylococcus dan bakteri Pseudomonas.

16

Page 17: Tinea Barbae Unhalu

Gejala klinis folikulitis superfisial papul dan pustul dengan

pinggiran eritomatosa dan ditengahnya terdapat rambut. Folikulitis

profunda papul dan pustul dengan pinggiran eritomatosa dan teraba

infiltrat disubkutan.

Gambar 9. Folikulitis

Terapi

Pengobatan untuk tinea barbae sama dengan pengobatan pada tinea

capitis.13 Terapi oral antimikosis diperlukan. Beberapa penelitian dan pengalaman

sendiri menunjukkan antijamur topikal tidak cukup untuk mengontrol lesi dari

tinea barbae secara menyeluruh. Dengan demikian pada kebanyakan kasus sangat

direkomendasikan kombinasi antara pengobatan sistemik dan topikal antimikosis.

Ketika mengenai rambut-rambut, pencukuran atau depilasi sebaiknya diambil

sebagai pertimbangan.16

Epilasi manual atau x-ray bersama dengan kompres menggunakan

kompres permanganat (1:4000) atau larutan vleminckx (1:33) pernah dilakukan.

Tetapi tidak ada dari regimen ini yang sekarang diindikasikan untuk mengobati

tinea barbae, khususnya epilasi x-ray. Merkuri amonia (5%), quinolor, desenex,

17

Page 18: Tinea Barbae Unhalu

sopronol, atau asterol kadang-kadang digunakan untuk megobati lesi itu.

Beberapa dari obat di atas mungkin sangat berguna pada kasus resisten sebagai

tambahn untuk pengobatan griseofulvin. Memangkas dan mencukur area jenggot

juga sangat direkomendasikan. Sepanjang diberikan bersama-sama kompres

hangat dan dilakukan pembersihan sisa-sisa dari jaringan yang sakit.7

Kompres hangat digunakan untuk menyingkirkan krusta dan debris

sebagai pengobatan tidak spesifik, biasanya dapat dilakukan. Sekarang ini

terbinafine 250 mg digunakan sehari sekali untuk periode paling sedikit selama 4

minggu, tergantung pada pilihan pengobatannya. Pada beberapa kasus

penggunaaan griseofulvin pada dosis paling sedikit 20 mg/kg/hari (terapi

berlangsung lebih dari 8 minggu) mungkin dapat dipertimbangkan.1,10

Griseofulvin mungkin sangat berguna untuk pengobatan Tinea barbae,

khususnya untuk tipe kronik. Hilangnya rasa sakit, tidak nyaman, dan malaise

secara cepat, bersama dengan kegagalan untuk mengembangkan lesi satelit dan

resolusi lebih cepat dari penyakit ini, telah dilaporkan setelah pengobatan dari

infeksi T. verrucosum yang parah. Dosis griseofulvin adalah 500mg per hari

dibagi menjadi dua sediaan. Pengobatan sebaiknya dilanjutkan selama dua atau

tiga minggu seiring hilangnya gejala-gejala klinis.7

Itrakonazol 100mg/ hari selama 4-6 minggu dapat sangat efektif. Telah

dipastikan oleh Maeda dkk. yang telah mengobati secara efektif dengan

itrakonazol 100mg/ hari (selama 2 bulan terapi) pada seorang petani yang

terinfeksi Trichophyton verrucosum.21,22

18

Page 19: Tinea Barbae Unhalu

Sebagai pengobatan topikal bisanya digunakan 2 kelompok antijamur,

yaitu azol dan alilamin. Meskipun rekomendasi pengobatan umum sudah ada

untuk pasien tinea barbae, tetap penting diingat bahwa sering pada pasien-pasien

tersebut, regimen pengobatan, khusunya periode pengobatan, sebaiknya

ditentukan berdasarkan masing-masing pasien tersebut berdasarkan pada gejala

klinis dan penilaian laboratoriumnya. Eliminasi dari sumber infeksi, khususnya

yang kontak dengan hewan yang terinfeksi akan menjadi sangat penting untuk

hasil akhir dari pengobatan ini. Lebih lanjut lagi, pengobatan infeksi jamur

lainnya seperti tinea pedis dan onikomikosi sangat penting, karena kemungkinan

terjadinya autoinokulasi pada janggut.7,16

Prognosis

Karena kebanyakan kasus dari tinea barbae adalah tipe peradangan,

resolusi secara spontan biasanya terjadi. Durasi dari infeksi bervariasi tergantung

organisme yang terlibat. Karena T. verrucosum dan T. mentagrophytes var.

Mentagrophytes kebanyakan merupakan organisme yang virulen, infeksi yang

terjadi umumnya sembuh dalam dua sampai tiga minggu. Infeksi kronik dapat

berlangsung lebih dari dua bulan dan T. rubrum atau T. violaceum jarang menjadi

penyebabnya.7

DAFTAR PUSTAKA

1. Bonifaz A, Ramirez-Tamayo T, Saul A. Tinea Barbae (tinea sycosis):

experience with nine cases. J Dermatol 2003; 30, 898-903.

2. Trotha R, Graser Y, Platt J, Koster A, Konig B, Konig W, Freytag C.Tinea

19

Page 20: Tinea Barbae Unhalu

barbae caused by a zoophilic strain of Trichopyton interdigitale. Mycoses

2003; 46: 60-3.

3. Szepietowski JC, Schwartz RA. Tinea barbae. eMedicine Dermatology [Journal

serial online].2004. Available at:

http://author.emedicine.com/derm/topic419.htm

4. Elewski BE. Tinea barbae. Clinical Dermatology, Demis DJ (ed). Philadelphia,

Lippincott Williams and Wilkins 1999, Unit 17-8, 1-4.

5. Kawada A, Argane Y, Maeda A, Yudate T, Tezuka T, Hiruma M. Tinea barbae

due to Trichophyton rubrum with possible involvement of autoinoculation.

Br J Dermatol 2000; 142: 1064-5.

6. Maeda M, Nakashima T, Satho M, Yamada T, Kitajima Y. Tinea barbae due to

Trichophyton verrucosum. Eur J Dermatol 2002; 12: 272-4.

7. Rippon, J.W. Medical Mycology. W.B. Saunders Co., Philadelphia, 1974, bab 5

hlm. 194-196

8. Verma, S. dan Heffernan M.P. Tinea Barbae in Fitzpatrick, Wolff,

K.,Goldsmith L.A., Katz S.I, Gilchrest B.A., Paller, A.F., Leffell, D.J.

Dermatology in General Medicine, 7th ed., vol. 2, bab. 186, hlm. 1813-

1814. (McGraw-Hill Book Company, New york 2006)

9. Shrum JP, Millikan LE, Bataineh O. Superficial fungal infections in the tropics.

Dermatol Clin 1994; 12: 687-93.

10. Szepietowski JC, Schwartz RA. Tinea faciei. eMedicine Dermatology [Journal

serial online]. 2004. Available at:

http://author.emedicine.com/derm/topic740.htm

20

Page 21: Tinea Barbae Unhalu

11. Beswick SJ, Das J, Lawrence CM, Tan BB. Kerion formation due to

Trichophyton rubrum. Br J Dermatol 1999; 141: 953-4.

12. Szepietowski JC, Bielicka E, Maj J. Inflammatory tinea barbae due to

Trichophyton rubrum infection – autoinnoculation from fingernail

onychomycosis? Case Rep Clin Pract Rev 2002; 3: 68-70.

13. Ceburkovas O, Schwartz RA, Janniger CK. Tinea capitis: current concepts. J

Dermatol 2000; 27: 144-8.

14. Baldassarre MA, Belli MA, De Luca T, Ruocco E. Tinea faciei:presentazione

di un caso. 41st Italian National Dermatology Congress Abstract

Book.Capri, Italy. Editors: Berutti G, Ruocco V. Publisher 2003; 169.

15. Lin RL, Szepietowski JC, Schwartz RA. Tinea faciei, an often deceptive facial

eruption. Int J Dermatol 2004; 43, in press

16. Baran, W dan Schwartz, R.A. Tinea Barbae. Acta Dermatoven APA vol 13,

2004, No. 3, hlm. 91.

17. Drake LA, Dinehart SM, Farmer ER, Goltz RW, Graham GF, Hordinsky MK,

Lewis CW, Pariser DM, Skouge JW, Webster SB, Whitaker DC, Butler B,

Lowery BJ, Elewski BE, Elgart ML, Jacobs PH, Lesher JL Jr, Scher

RK..Guidelines of care for superficial mycotic infections of the skin: Tinea

capitis and tinea barbae. J Am Acad Dermatol 1996; 34: 290-4.

18. Soyer HP, Cerroni L. The significance of histopathology in the diagnosis of

dermatomycoses. Acta Derm Venerol (APA) 1992; 1: 84-7.

19. Maeda M, Nakashima T, Satho M, Yamada T, Kitajima Y. Tinea barbae due

to Trichophyton verrucosum. Eur J Dermatol 2002; 12: 272-4.

21

Page 22: Tinea Barbae Unhalu

20. Niczyporuk W, Krajewska-Kulak E, Lukaszuk C. Bartoszewicz M,

Roszkowska I, Edyta M. Difficulties in the diagnosis and therapy of skin

and hair mycoses in children. Dermatol Klin Zabieg 1999; 2: 75-8.

21. Zuber TJ, Baddam K. Superficial fungal infection of the skin. Where and how

it appears help determine therapy. Postgrad Med 2001; 109: 117-20, 123-

6, 131-2.

22. Shear NH, Einarson TR, Arikian SR, Doyle JJ, van Assche D.

Pharmacoeconomic analysis of topical treatments for tinea infections. Int J

Dermatol 1998; 37: 64-71.

22