TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

20
1 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1) Christina Natalina Saragi TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK (UPACARA PUNCAK PERNIKAHAN) ADAT BATAK TOBA: PERSPEKTIF GENDER ORDER SPEECH ACT IN ULAON UNJUK (THE CEREMONY OF PEAK WEDDING) IN BATAK’S TOBA CULTURE: GENDER PERSPECTIVE Christina Natalina Saragi Universitas HKBP Nommensen Jalan Sutomo. Medan, Indonesia [email protected] Abstrak Tujuan tindak tutur menyuruh adalah mempengaruhi mitra tutur melakukan atau tidak melakukan apa yang terdapat dalam tuturan penutur. Tujuan penelitian untuk menemukan realisasi serta strategi bertutur dari sub-tindak tutur menyuruh oleh tamu pria dan tamu wanita dalam kegiatan ulaon unjuk (upacara puncak pernikahan) adat Batak Toba di Tebing Tinggi. Pendekatan sosiopragmatik digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan perekaman terhadap kegiatan ulaon unjuk dengan alat rekam atau dengan video. Setelah itu pentranskripsian ortografis dilakukan dengan tujuan untuk menemukan realisasi serta strategi bertutur dari sub-tindak tutur menyuruh pada kegiatan ulaon unjuk. Ditemukan beberapa realisasi serta strategi bertutur pada tuturan tamu pria dan wanita. Pada tuturan tamu pria ditemukan antara lain realisasi dengan melakukan aksi langsung litearal, menggunakan modal, menyarankan langsung literal, membujuk, menuntun langsung literal agar menjadi ungkapan dengan makna sebenarnya langsung literal dan diungkapkan dengan metafora langsung tidak literal. Pada tuturan tamu wanita ditemukan antara lain realisasi melakukan aksi secara literal langsung, berubah menjadi makna sebenarnya literal langsung, menggunakan modal literal langsung, menyarankan literal langsung, membujuk literal langsung, dan terakhir realisasi menuntun literal dan langsung. Kata-kata kunci: Ulaon Unjuk, Pragmatik, Tindak Tutur Direktif, Tindak Tutur Menyuruh Abstract The purpose of order speech act is to influence speech partner to do or not to do what implies in the speaker’s utterance. The purpose of this study was to find out the realization and strategies of order speech act uttered by male and female guests in the ulaon unjuk (the peak-wedding ceremony) of the Batak Toba tradition in Tebing Tinggi. This is a descriptive qualitative research that applied sociopragmatic approach. The data were collected by doing observation and recording the event of ulaon unjuk by using a voice recorder or video recorder. Subsequently, the data were transcriped orthographically to find the realization and the strategy of utterance from the order speech act implied in the ulaon unjuk event. The research indicated several realizations as well as the strategies in both of male and female guest’s utterance. In male-guest’s utterance, it was found the realizations, namely taking literal-direct action, using modality, literal-direct suggestion, persuading, directing literal-direct so that it became true- meaning of literal-direct expression and was expressed by non-literal direct metaphor. In female guest’s utterance, it was found several realizations, namely taking direct-literal action, transforming into the real meaning of direct-literal, using direct-literal modality, suggesting direct-literal, persuading direct- literal, and finally realization of directing literal and direct. Keywords: Ulaon unjuk, Pragmatic, Speech Act, Directive Speech Act, and Order Speech Act Naskah Diterima 23 Mei 2020—Direvisi Akhir 15 Juni 2020—Diterima 15 Juni 2020

Transcript of TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

Page 1: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

12020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK (UPACARA PUNCAK PERNIKAHAN) ADAT BATAK TOBA:

PERSPEKTIF GENDER

ORDER SPEECH ACT IN ULAON UNJUK (THE CEREMONY OF PEAK WEDDING) IN BATAK’S TOBA CULTURE: GENDER PERSPECTIVE

Christina Natalina SaragiUniversitas HKBP Nommensen

Jalan Sutomo. Medan, [email protected]

AbstrakTujuan tindak tutur menyuruh adalah mempengaruhi mitra tutur melakukan atau tidak

melakukan apa yang terdapat dalam tuturan penutur. Tujuan penelitian untuk menemukan realisasi serta strategi bertutur dari sub-tindak tutur menyuruh oleh tamu pria dan tamu wanita dalam kegiatan ulaon unjuk (upacara puncak pernikahan) adat Batak Toba di Tebing Tinggi. Pendekatan sosiopragmatik digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan perekaman terhadap kegiatan ulaon unjuk dengan alat rekam atau dengan video. Setelah itu pentranskripsian ortografis dilakukan dengan tujuan untuk menemukan realisasi serta strategi bertutur dari sub-tindak tutur menyuruh pada kegiatan ulaon unjuk. Ditemukan beberapa realisasi serta strategi bertutur pada tuturan tamu pria dan wanita. Pada tuturan tamu pria ditemukan antara lain realisasi dengan melakukan aksi langsung litearal, menggunakan modal, menyarankan langsung literal, membujuk, menuntun langsung literal agar menjadi ungkapan dengan makna sebenarnya langsung literal dan diungkapkan dengan metafora langsung tidak literal. Pada tuturan tamu wanita ditemukan antara lain realisasi melakukan aksi secara literal langsung, berubah menjadi makna sebenarnya literal langsung, menggunakan modal literal langsung, menyarankan literal langsung, membujuk literal langsung, dan terakhir realisasi menuntun literal dan langsung.

Kata-kata kunci: Ulaon Unjuk, Pragmatik, Tindak Tutur Direktif, Tindak Tutur Menyuruh

AbstractThe purpose of order speech act is to influence speech partner to do or not to do what implies in the speaker’s utterance. The purpose of this study was to find out the realization and strategies of order speech act uttered by male and female guests in the ulaon unjuk (the peak-wedding ceremony) of the Batak Toba tradition in Tebing Tinggi. This is a descriptive qualitative research that applied sociopragmatic approach. The data were collected by doing observation and recording the event of ulaon unjuk by using a voice recorder or video recorder. Subsequently, the data were transcriped orthographically to find the realization and the strategy of utterance from the order speech act implied in the ulaon unjuk event. The research indicated several realizations as well as the strategies in both of male and female guest’s utterance. In male-guest’s utterance, it was found the realizations, namely taking literal-direct action, using modality, literal-direct suggestion, persuading, directing literal-direct so that it became true-meaning of literal-direct expression and was expressed by non-literal direct metaphor. In female guest’s utterance, it was found several realizations, namely taking direct-literal action, transforming into the real meaning of direct-literal, using direct-literal modality, suggesting direct-literal, persuading direct-literal, and finally realization of directing literal and direct.

Keywords: Ulaon unjuk, Pragmatic, Speech Act, Directive Speech Act, and Order Speech Act

Naskah Diterima 23 Mei 2020—Direvisi Akhir 15 Juni 2020—Diterima 15 Juni 2020

Page 2: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

2 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

1. PENDAHULUAN

Suku Batak Toba merupakan suku yang paling banyak jumlah penduduknya yang tersebar di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Seperti suku-suku lain yang memiliki kekhasan pada tradisi kebudayaannya, suku Batak Toba juga demikian, memiliki kekhasan tradisi tersendiri dalam tradisi kebudayaannya. Kehidupan masyarakat Batak Toba tidak pernah terlepas dari tradisi atau upacara kebudayaan. Perlu untuk diketahui bahwa dari tahapan perkawinan hingga kematian peran adat istiadat Batak Toba selalu menjadi yang utama. Hal itulah yang menjadikan suku Batak Toba menjadi suku yang dikenal sebagai suku yang setia menjunjung adat istiadat kebudayaannya.

Salah satu tradisi kebudayaan yang hingga sampai saat ini masih dipertahankan eksistensinya di dalam masyarakat suku Batak Toba adalah upacara pernikahan. Acara upacara pernikahan suku Batak Toba tidak asing di kalangan masyarakat. Pelaksanaan dari upacara pernikahan adat dalam budaya batak Toba dikenal sangat rumit dalam pengerjaannyasebab dilakukan dengan melibatkan orang banyak dan tidak bisa dilakukan dalam satu hari.

Tahapan dari upacara pernikahan suku Batak Toba terdiri dari empat belas tahapan, akan tetapiyang menjadi puncak pernikahan dari suku Batak Toba adalah ulaon unjuk sebab pada saat inilah keluarga pihak laki-pengantin wanita secara sah menyerahkan pengantin wanita menjadi istri dan menantu bagi keluarga pihak pengantin pria. Selanjutnya dalam pelaksanaannya, upacara puncak pernikahan ini melibatkan banyak orang dan dilakukan di tempat umum serta disaksikan oleh para undangan dari kedua belah pihak pengantin.

Perlu diketahui bahwasebelum pengantin wanita diserahkan secara sah kepada keluarga pengantin pria sebagai istri sekaligus menantu di keluarga pihak suami, dilakukan sebuah tradisi yaitu pemberian sepatah dua patah kata oleh orang tua pengantin wanita serta perwakilan dari beberapa tamu undangan kepada mitra tutur atau kedua mempelai (Naibaho,2018). Tahapan pemberian hata sipasingot kepada mitra tutur. Tahapan ini merupakan salah satu tradisi turun temurun yang sampai saat ini masih selalu dilakukan di kegiatan upacara pernikahan adat Batak Toba. Isi dari tuturan tersebut biasanya mengandung makna tuturan menyuruh. Tujuan dari penutur untuk menuturkan hata sipasingot yang mengandung makna menyuruh adalah untuk menyuruh mitra tutur atau kedua mempelai pengantin untuk melakukan apa yang disampaikan oleh penutur melalui tuturannya (Searle dan Vandervaken, 1985).

Sebagaimana yang diketahui bahwa tindak tutur menyuruh sangat penting untuk diberikan kepada mitra tutur sebab kedua mempelai pengantin belum memiliki pengalaman dalam berumah tangga karena itu penutur atau tamu yang hadir penting menuturkan sub-tindak tutur tersebut agar mitra tutur yang merupakan kedua mempelai dapat mengetahui apa yang perlu dilakukan di dalam berumah tangga.

Page 3: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

32020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

Berikut merupakan tuturan yang disampikan oleh tamu pria dan wanita dalam kegiatan ulaon unjuk yang mengandung sub-tindak tutur menyuruh.

Konteks: Paman dari pengantin pria memberikan sepatah dua patah kata yang mengandung tindak tutur menyuruh kepada mitra tutur yang tujuannya agar setelah sampai di rumah keluarga pihak pengantin pria, pengantin wanita dapat menjadi seorang wanita yang mendatangkan keuntungan bagi orang yang ada di sekelilingnya termaksud kepada suami serta keluarga dari pihak suami mitra tutur.

Tuturan:Jadilah kau garam, yang menjadi rasa bagi keluarga itu ya, bagi simatua-mu. (71)

Konteks tuturan terjadi pada kegiatan ulaon unjuk yang dituturkan oleh paman dari pengantin wanita yang bekerja sebagai guru agama Kristen dan berusia 63 tahun. Penutur menyampaikan tuturannya yang mengandung makna sub-tindak tutur menyuruh yang diungkapkan dengan kata-kata jadilah kau garam. Tuturan (71) yang dituturkan oleh penutur tujuannya adalah untuk menyuruh mitra tutur agar menjadi garam sebab garam sangat berguna bagi manusia yakni memberikan rasa yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagi perasa dalam makanan. Pada tuturan (71) penutur menuturkan sub-tindak tutur menyuruh yang diwujudkan dengan penanda lingual V + partikel -lah yang diungkapkan dengan kata jadilah. Sub-tindak tutur menyuruh yang dituturkan oleh penutur direalisasikan dengan menyuruh agar menjadi yang diungkapkan dengan metafora. Makna metafora yang terdapat pada tuturan tersebut merupakan suruhan yang dituturkan oleh penutur kepada mitra tutur. Penutur menyuruh agar mitra tutur menjadi seperti garam karena garam memberikan rasa pada makanan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Strategi bertutur yang disampikan oleh penutur ketika menuturkan sub-tindak tutur menyuruh adalah menggunakan strategi langsung tidak literal sebab direalisasikan dengan agar menjadi dengan makna metafora.

Tuturan yang mengandung sub-tindak tutur menyuruh juga dituturkan oleh penutur tamu wanita. Berikut tuturannya.

Konteks: Tante dari pengantin wanita merupakan seorang ibu rumah tangga. Melalui tuturannya beliau menyampaikan agar dalam menjalankan rumah tangga haruslah bersama-sama sebab sudah menikah, bukan lagi dua melainkan satu keluarga.

Tuturan: Untuk kalian berdua, saling menghormati ya, kami senang kalian sudah bisa berumah tangga, kalian sudah menikah. (91)

Tuturan (91) merupakan tuturan yang disampaikan oleh tante dari pengantin wanita yang merupakan seorang ibu rumah tangga. Tuturan (91) yang disampaikan oleh penutur, maknanya adalah menyuruh dengan menggunakan penanda lingual Vp yang diungkapkan dengan saling menghormati ya. Berdasarkan realisasi yang terdapat

Page 4: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

4 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

pada sub-tindak tutur menyuruh, tuturan ini direalisasikan dengan mengarahkan yang diungkapkan dengan adanya saling menghormati artinya penutur sedang menyuruh dengan mengarahkan agar mitra tutur yaitu kedua mempelai dapat saling menghormati antara satu sama lain atau suami dan istri. Tuturan tersebut dituturkan dengan menggunakan strategi bertutur langsung yang diungkapkan secara langsung dan literal.

Terkait dengan tuturan yang disampaikan oleh penutur yaitu tamu pria dan tamu wanita pada kegiatan ulaon unjuk menandakan bahwa ilmu pragmatik benar-benar dapat dimaknai di dalam setiap percakapan yang ada di sekitar kita. Ilmu pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu Linguistik yang fokusnya membahas suatu maksud dalam sebuah tuturan di dalam sebuah peristiwa komunikasi. Tujuan dari analisis pragmatis berupaya untuk menemukan maksud penutur, baik yang diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di balik tuturan yang disampaikan. Terkait dengan maksud tuturan dapat diidentifikasi dengan mempertimbangkan konteks tuturan, tuturan, tujuan, mitra tutur serta penutur (Rustono, 1999:17).

Menurut Searle dan Vandervake (1985) bahwa salah satu sub yang terdapat dalam sub-sub-tindak tutur direktif adalah sub-tindak tutur menyuruh. Adapun tujuan dari tindak tutur menyuruh adalah supaya mitra tutur melakukan atau tidak melakukan sesuatu sebagaimana yang dikatakan oleh penutur dalam tuturannya. Menurut Searle dan Vandervaken (1985), tindak tutur menyuruh merupakan tindakan yang tidak ada kaitan dengan ikatan kedinasan. Ketika penutur menuturkan tindak tutur menyuruh kepada mitra tutur artinya penutur tidak memberikan kesempatan kepada mitra tutur untuk tidak mengatakan ya atau tidak ketika tuturan menyuruh tersebut dituturkan. Secara umum bentuk tuturan pria dan wanita pastilah berbeda ketika berkomunikasi (Wardaugh, 2006:327; (Holmes, 1992). Adapun perbedaan tersebut dapat dilihat dari isi tuturan yang disampaikan serta cara bagaimana tuturan tersebut disampaikan. Begitu pula yang terjadi dalam tradisi Batak Toba. Cara pria dan wanita Batak Toba ketika sedang berbicara sangatlah berbeda. Seorang pria Batak Toba lebih suka terbuka, terus terang, serta langsung mengungkapkan apa yang ada dalam hatinya, berbeda dengan wanita Batak yang lebih lembut, terkesan mempertimbangkan tuturan yang akan dituturkan agar tidak menyinggung perasaan mitra tuturnya (Situmorang, 2009). Terdapat perbedaan tuturan yang disampaikan oleh tamu pria (71) dan tamu wanita (91). Perbedaan tersebut yaitu pada realisasi dan pada strategi bertutur dari mitra tutur di atas. Tamu pria ketika menuturkan sub-tindak tutur meyuruh (71) direalisasikan dengan agar menjadi dengan metafora dan menggunakan strategi bertutur langsung. Sedangkan tamu wanita ketika menuturkan tindak tutur menyuruh direalisasikan dengan mengarahkan. Ketika menuturkan tindak tutur menyuruh, tamu

Page 5: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

52020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

pria dan wanita Batak Toba pada tuturan (71) dan (91) menggunkaan strategi bertutur langsung literal dan langsung tidak literal terkait dalam penyampaiannya. Temuan yang ditemukan pada tuturan tamu pria dan wanita tersebut menunjukkan bahwa tamu pria dan wanita sangatlah berbeda. Sudah menjadi suatu kebiasaan pada ritual kebudayaan di suku Batak Toba bahwa tamu wanita tidak boleh ikut berpartisipasi dan berdiskusi akan tetapi pada tahapan ulaon unjuk tepatnya pada saat memberikan tumppak (cendramata, serta tanda kasih) serta pemeberian ulos (selendang khas Batak Toba) tamu wanita dapat berpartisipasi dalam berutur. Tamu pria dan wanita Batak Toba memiliki kebebasan yang sama dalam memberikan hata sipasingot kepada kedua mempelai. Hal ini dianggap oleh peneliti merupakan celah untuk diteliti. Adapun celah yang dimaksudkan yaitu terdapat perbedaan realisasi dan strategi penyampaian tindak tutur menyuruh antara tamu pria dan wanita Batak Toba dalam kegiatan ulaon unjuk (upacara puncak pernikahan) adat Batak Toba di Tebing Tinggi. Sebelumnya, penelitian ini sudah pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya yang terkait dengan tidak tutur pada kegiatan ulaon unjuk. Sibarani (2008) serta Simamora dan Ambarita (2016) merupakan peneliti yang pernah meneliti terkait tindak tutur di kegiatan ulaon unjuk. Hasil penelitian dari Sibarani (2008) dalam tesisnya yang berjudul Tindak Tutur dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba membawa kesimpulan bahwa ada tiga belas jenis tindak tutur yang muncul pada saat upacara perkawinan berlangsung, yaitu: tindak tutur bersalam, memberkati, memohon, memuji, meminta, berjanji, menyarankan, memperingatkan, mengesahkan, berterima kasih, menjawab, menjelaskan, dan bertanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, di mana telah dibuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai data yang ditelitinya. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Simamora dan Ambarita (2016), dalam artikelnya yang berjudul Tindak Tutur Ilokusi dalam Kegiatan Adat Na Gok (Upacara Puncak Pernikahan) Adat Batak Toba, ditemukan sebanyak 42 tuturan ilokusi, tindak tutur representatif 16 tuturan, tindak tutur direktif 17 tuturan, tindak tutur ekspresif 7 tuturan, tindak tutur komisif tidak terdapat dalam tuturan, dan tindak tutur deklaratif 2 tuturan.

Penelitian ini jelas berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan penelitian pada satu sub-tindak tutur yaitu tindak tutur menyuruh dan menambahkan perspektif gender yaitu tamu pria dan tamu wanita sebagai subjek penelitian yang tujuannya untuk mencari perbedaan realisasi sub-tindak tutur menyuruh tamu wanita dan tamu pria serta menambahkan satu lagi objek kajian yaitu strategi bertutur pada penelitian yang sudah dilakukan.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dideskripsikan di atas, penulis

Page 6: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

6 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

merumuskan masalah yaitu untuk membedakan realisasi dan strategi bertutur tamu pria dan wanita dalam menuturkan sub-tindak tutur menyuruh pada kegiatan ulaon unjuk (upacara puncak pernikahan) adat Batak Toba di Tebing Tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan perbedaan realisasi serta strategi bertutur dalam tindak tutur menyuruh yang dituturkan oleh tamu pria dan wanita dalam kegiatan ulaon unjuk (upacara puncak pernikahan) adat Batak Toba di Tebing Tinggi.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan sosiopragmatik digunakan dalam penelitian ini sebab yang dikaji adalah telaah mengenai kondisi-kondisi lokal yang lebih spesifik lagi mengenai penggunaan bahasa, seperti pada penelitian ini yang mengkaji bahasa dalam ritual kebudayaan Batak Toba yang melibatkan perspektif gender. Adapun objek penelitian ini adalah realisasi sub-tindak tutur menyuruh dan strategi bertutur. Sumber data penelitian diperoleh dari kegiatan ulaon unjuk (upacara puncak pernikahan) adat Batak Toba. Lokasi penelitian adalah Kota Tebing Tinggi, adapun yang menjadi data dalam penelitian adalah tuturan yang mengandung makna sub-tindak tutur menyuruh dari tuturan tamu pria dan wanita dalam bahasa Batak atau bahasa Indonesia pada tahapan kegiatan manuppaki dan mangulosi pada kegiatan ulaon unjuk. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, melakukan perekaman terhadap kegiatan ulaon unjuk dengan alat rekam atau dengan video, dan ditranskipsi dengan tujuan untuk menemukan data yang mengandung sub-tindak tutur menyuruh dengan tujuan untuk menemukan realisasi serta strategi bertutur sub-tindak tutur menyuruh pada kegiatan ulaon unjuk. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara mendalam kepada narasumber yang ahli dalam kegiatan ulaon unjuk (upacara puncak pernikahan) adat Batak Toba.

2. KAJIAN TEORI

Berdasarkan pengertian pragmatik yang dipaparkan oleh Kreidler (1998), fokus dari pragmatik adalah pada hal menginterpretasi. Hal yang diinterpretasi adalah arti dari keanekaragaman situasi tutur yang dituturkan oleh penutur. Tujuan dari menginterpretasi adalah untuk mengetahui apa maksud si pembicara atau penutur ketika menuturkan tuturan tersebut. Proses seseorang memahami betul apa maksud dari tujuan seseorang menuturkan tuturan-tuturan itulah yang dinamakan pragmatik. Maka, dapat disimpulkan bahwa pragmatik bertujuan untuk mengungkap maksud suatu tuturan di dalam peristiwa komunikasi, baik secara tersurat maupun tersirat yang terdapat di balik setiap tuturan yang disampaikan kepada mitra tutur. Maksud tuturan dapat dikenali melalui penggunaan bahasa secara konkret dengan mempertimbangkan komponen situasi tutur.

Dalam hal ini yang menjadi objek kajian dalam penelitian pragmatik adalah realisasi serta strategi bertutur yang terdapat pada suatu tuturan. Untuk

Page 7: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

72020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

mendeteksi sub-tindak tutur menyuruh, peneliti menggunakan teori dari Searle dan Vandervaken (1985). Sub-tindak tutur menyuruh merupakan tuturan yang dituturkan oleh penutur yang tujuannya agar mitra tutur melakukan atau tidak melakukan sesuai dengan isi tuturan penutur.

Selanjutnya tuturan yang mengandung sub-tindak tutur menyuruh akan dianalisis untuk menemukan realisasi dari sub-tindak tutur menyuruh. Richards (1985:265) yang menyatakan bahwa sub-tindak tutur memiliki dua makna yang salah satunya adalah makna proposisi. Ini merupakan dasar makna literal dari ujaran yang dibawa oleh kata-kata dan struktur tertentu yang terkandung dalam tuturan. Peneliti menggunakan acuan ini untuk melihat realisasi pada sub-tindak tutur menyuruh. Selanjutnya peneliti kembali menganalisis tiap realisasi dari sub-tindak tutur menyuruh dengan tujuan untuk menemukan bagaimana realisasi tersebut dituturkan. Teori strategi bertutur merupakan teori yang digunakan sebagai acuan untuk mendeteksi bagaimana realisasi dari sub-tindak tutur menyuruh dituturkan. Rustono (1998) membagi strategi bertutur menjadi empat yaitu (1) langsung literal, (2) tidak langsung tidak literal, (3) langsung tidak literal, dan (3) tidak langsung tidak literal.

3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Total Realisasi dan Strategi Bertutur Sub-Tindak Tutur Menyuruh Tamu Pria

pada Kegiatan Ulaon Unjuk Adat Batak Toba.

Selanjutnya data yang berupa tuturan-tuturan tamu pria dan wanita pada kegiatan ulaon unjuk (upacara puncak pernikahan) Batak Toba diklasifikasikan ke dalam tindak tutur menyuruh dengan menggunakan teori dari Searle dan Vandervaken (1985). Kemudian untuk mengklasifikasikan realisasi-realisasi tuturan tindak tutur menyuruh. Berikut table 3.1 klasifikasi strategi tindak tutur menyuruh.

Tabel 3.1Total Realisasi dan Strategi Bertutur Sub-tindak tutur Menyuruh Tamu Pria Pada

Ulaon Unjuk (Upacara Puncak pernikahan) Adat Batak Toba

No Realisasi Tindak Tutur MenyuruhStrategi Bertutur

Tamu Pria 1 2 3 4

1 Melakukan aksi konkret 40 -2 Menjadi dengan makna sebenarnya 9 -3 Menjadi dengan metafora - 114 Modal (mengharuskan) 18 -5 Menyarankan 22 -6 Membujuk 8 -7 Menuntun 7 -Total Tuturan 115

Ket: (1) Langsung literal, (2) Langsung tidak literal, (3) Tidak langsung tidak literal, dan (4)

Page 8: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

8 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

Tidak langsung tidak literal.

Berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat bahwa terdapat 115 sub-tindak tutur menyuruh tamu pria yang ditemukan pada kegiatan ulaon unjuk dengan tujuh realisasi serta dituturkan dengan menggunkan stratgei bertutur langsung literal serta langsung tidak literal. Berikut akan dijelaskan secara rinci.

Ketika tamu pria menuturkan sub-tindak tutur menyuruh pada kegiatan ulaon unjuk, ditemuakan bahwa terdapat beberapa realisasi dari sub-tindak tutur menyuruh tamu pria yang dituturkan dengan strategi bertutur. Realisasi pertama dari sub-tindak tutur menyuruh adalah melakukan aksi konkret yang dituturkan dengan langsung literal ditemukan sebanyak 40 tuturan. Kedua dengan realisasi menjadi dengan makna sebenarnya dengan strategi langsung literal sebanyak 9 tuturan. Ketiga, realisasi dengan menjadi yang diungkapkan dengan metafora dengan strategi langsung tidak literal sebanyak 11 tuturan. Keempat adalah realisasi dengan modal (mengharuskan) dengan strategi langsung literal ditemukan sebanyak 18 tuturan. Kelima, realisasi dengan menyarankan dengan strategi langsung literal sebanyak 22 tuturan. Keenam, realisasi membujuk dengan strategi langsung literal ditemukan sebanyak 8 tuturan dan terakhir adalah realisasi menuntun dengan strategi langsung literal ditemukan sebanyak 7 tuturan. Di bawah ini merupakan tuturan dari tamu pria dan wanita Batak Toba yang berisikan realisasi serta strategi dalam menuturkan tindak tutur menyuruh disampaikan kepada mitra tutur (kedua mempelai pengantin).

1. Realisasi Melakukan Aksi dengan Strategi Langsung Literala. Tamu Pria

Terdapat beberapa tuturan tindak tutur menyuruh yang dituturkan oleh tamu pria yang menggunakan strategi menyuruh langsung literal yang direalisasikan dengan melakukan aksi konkret. Berikut tuturanya.

Konteks:Penutur menyadari tidak mudah bagi pasangan yang baru menikah untuk membentuk sebuah rumah tangga yang harmonis sebab bagi mereka ada beberapa hal yang dianggap sulit, antara lain memutuskan sesuatu hal yang sangat penting, mengendalikan ego serta suka membanding-bandingkan pasangannya dengan pasangan orang lain. Untuk itu, agar hal-hal tersebut tidak sampai terjadi, penutur menyuruh dengan menuntut agar mitra tutur melakukan suatu aksi untuk menciptakan keharmonisan di dalam rumah tangga.

Tuturan:Tu Patricia borukku dohot helakku simangunsung maccai sonang rohakku marnida hamu nadua nungga be sada hamu inang dohot ho hela, jadi usaha hon songon dia asa mian hadameon di tonga-tonga parumah tangga on muna naiambaru on.

(Kepada putri dan menantuku, senang sekali melihat kalian berdua sudah sah menjadi suami dan istri, untuk itu berusahalah dengan bijaksana untuk menciptakan

Page 9: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

92020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

keharmonisan dalam membangun rumah tangga kalian yang baru ini).

Inti dari konteks tuturan (34) yaitu penutur menyuruh mitra tutur melakukan suatu aksi agar dapat menciptakan keluarga yang harmonis. Maksud tuturan (34) adalah penutur menyuruh mitra tutur (kedua mempelai) untuk berusaha menciptakan keharmonisan di tengah-tengah keluarga yang baru mereka bentuk. Penanda lingual yang diwujudkan pada tuturan di atas diwujudkan melalui kata berusaha. Kata berusaha mengandung makna melakukan aksi berupa suatu usaha, bekerja giat (untuk mencapai sesuatu), berikhtiar, berdaya upaya maka inti dari berusaha adalah melakukan suatu aksi untuk mencapai sesuatu. Penutur langsung menyuruh agar mitra tutur melakukan suatu aksi. Itu diwujudkan pada tuturan (34) melalui tuturan yaitu jadi usaha hon songon dia asa mian hadameon di tonga-tonga parumah tangga on muna naiambaru on (untuk itu berusahalah dengan bijaksana untuk menciptakan keharmonisan dalam membangun rumah tangga kalian yang baru ini) sehingga dapat disimpulkan bahwa tamu pria menggunakan strategi menyuruh langsung untuk melakukan suatu aksi.

b. Tamu Wanita Begitu juga dengan isi tuturan tamu wanita, tindak tutur menyuruh

direalisasikan pada menuntut untuk melakukan aksi (intruksi). Adapun realisasi dari tindak tutur menyuruh wanita dapat dilihat pada tuturan di bawah ini.

Konteks:Ibu pengantin wanita yang berumur 57 tahun yang bekerja sebagai guru SD dengan suara yang sangat lembut menyuruh agar menantunya melakukan sesuatu untuk melindungi putri semata wayang yang belum pernah pisah dari putrinya.

Tuturan:Tu ho hela, tung diboto ho do holan sada on do borukku jadi nungga diboto ho songon dia na diroha kon da amang, pos do rohakku to ho da amang.

(Kepada menantuku, jagalah putriku ini dengan segenap jiwa dan ragamu.)

Berdasarkan tuturan (6) penanda lingual dalam tuturan yang disampaikan oleh penutur tidak mengandung makna tindak tutur menyuruh dengan menuntut melakukan suatu aksi. Realisasi muncul dari konteks yang maknanya adalah penutur menyuruh agar mitra tutur dapat melakukan suatu aksi (instruksi) walaupun tidak langsung dituturkan oleh penutur pada tuturan di atas. Aksi yang dimaksud adalah menjaga putri kesayangannya dengan segenap jiwa dan raganya. Tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan menuntut suatu aksi yang disampaikan oleh tamu pria dan wanita pada kegiatan ulaon unjuk (puncak upacara adat) Batak Toba ditemukan bahwa tuturan tamu pria berjumlah 40 tuturan setara dengan 37,03% dari jumlah keseluruhan tuturan yang berjumlah 108 tuturan. Bentuk realisasi tindak tutur menyuruh dengan tipe menuntut suatu aksi yang dituturkan oleh tamu wanita

Page 10: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

10 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

berjumlah 3 tuturan atau setara dengan 5,00% dengan jumlah keseluruhan tindak tutur menyuruh dari tamu wanita berjumlah 60 tuturan.

2. Realisasi Berubah Menjadi yang dengan Makna Sebenarnya dengan Strategi Langsung Literal

Tindak tutur menyuruh pada tuturan tamu pria direalisasikan dengan berubah menjadi. Dituturkan dengan menggunakan strategi bertutur langsung literal. Berdasarkan klasifikasi dari data sub-tindak tutur menyuruh diperolehlah sekitar sembilan tuturan yang direalisasikan dengan makna sebenarnya dengan strategi bertutur langsung literal.

Konteks:Bapak pengantin wanita menyadari kalau putrinya yang dulu seorang yang manja dihadapannya perlu meninggalkan sifat lamanya yaitu berkelakuan manja karena sudah menjadi istri dan ibu di keluarganya.

Tuturan: Jadi kau pun boru ya, jadilah ibu, ibu yang baik di tengah-tengah keluarga.

Demikian pula tuturan tamu pria (112) yang berpemarkah kata kerja dasar + partikel -lah yang diwujudkan dengan kata jadilah mengandung maksud agar mitra tutur dapat berubah menjadi seorang istri serta ibu yang baik di tengah-tengah keluarga. Konteks dari tuturan juga menginformasikan bahwa ada alasan penutur menuturkan tuturan tersebut yaitu penutur menyadari betul bahwa sebelum menikah, putrinya adalah seorang anak perempuan yang manja sekali. Karena sudah menikah, penutur menyuruh agar putrinya meninggalkan sifat itu dan berubah menjadi seorang istri dan ibu yang baik di keluarga.

Berdasarkan tuturan di atas tindak tutur menyuruh yang dituturkan oleh penutur fungsinya adalah instruksi dan direalisasikan berubah menjadi yang diwujudkan dengan makna sebenarnya. Maksud dari makna sebenarnya adalah penutur menyuruh mitra tutur agar berubah menjadi sesuatu yang sebenarnya dapat dimengerti, penutur menyuruh mitra tutur supaya jadilah seorang istri dan ibu yang baik di tengah-tengah keluarga. Penutur menggunakan strategi langsung literal pada tuturan (112) itu diwujudkan dengan jadilah ibu, ibu yang baik di tengah-tengah keluarga. Penutur saat menuturkan tuturan tersebut mengutarakan dengan modus tuturan dan

makna yang sama dengan maksud penyampaiannya yaitu menyuruh.

3. Realisasi Berubah Menjadi dengan Metafora dengan Strategi Langsung Tidak Literal

Sub-tindak tutur menyuruh yang dituturkan oleh tamu pria pada penelitian ini ditemukan yang direalisasikan dengan berubah menjadi dengan menggunakan

Page 11: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

112020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

metafora menggunakan strategi bertutur langsung tidak literal. Berikut tuturannya.

Konteks:Bapak pengantin wanita yang berusia 54 tahun yang seorang tentara menyadari bahwa putri satu-satunya yang dia manjakan itu akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi setelah sah menjadi seorang istri. Untuk itu putrinya disuruh agar ketika sudah sah menjadi istri dapat berubah sikap seperti lilin karena lilin bisa mengorbankan dirinya untuk kebahagian orang di sekitarnya.

Tuturan:Jadilah kau lilin-lilin kecil di keluarga itu, ya boru.

(Kepada putriku, jadilah seperti lilin-lilin kecil di tengah-tengah keluargamu.)

Maksud tuturan (3) dari penutur adalah menyuruh agar sikap putrinya yang sudah sah menjadi seorang istri dapat berubah seperti lilin-lilin kecil. Seperti yang diketahui lilin merelakan atau mengorbankan dirinya dibakar untuk memberikan cahaya atau penerangan kepada orang di sekitarnya. Itulah sebabnya bapak pengantin wanita menyuruh agar putrinya dapat mengubah sikap menjadi seperti lilin. Proses metafora terjadi dalam tuturan di atas yaitu manusia diibaratkan seperti benda. Penanda lingual pada tuturan di atas diwujudkan melalui kata jadilah. Makna kata jadilah menjelma sebagai. Dalam konteks tuturan diterangkan penutur menuturkan tuturan (3) adalah untuk menyuruh putrinya agar sikap dari putrinya dapat berubah menjadi seperti lilin. Strategi bertutur yang digunakan penutur dalam menuturkan tindak tutur menyuruh pada tuturan (3) adalah langsung tidak literal diwujudkan melalui jadilah kau lilin-lilin kecil. Penutur dalam menuturkan tuturan tersebut mengutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama, akan tetapi maksud penyampaiannya tidak sama. Maka, berdasarkan konteks serta penanda lingual dan tuturan, dapat disimpulkan bahwa tindak tutur menyuruh yang dituturkan dalam tuturan di atas memiliki fungsi instruksi dan direalisasikian dengan tipe berubah menjadi dengan metafora dengan menggunakan strategi bertutur langsung tidak literal.

4. Realisasi Mengharuskan dengan Strategi Langsung Literal

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan ditemukan bahwa realisasi dari sub-tindak tutur menyuruh ditemukan dengan pernyataan mengharuskan yang dituturkan dengan menggunakan strategi langsung literal.

Konteks:Bapak pengantin wanita merasa kalau putrinya itu tidak setangguh, seorang putri orang Batak yang tinggal di kampung yang mampu bekerja di ladang sebab dia sudah lama tidak tinggal di kampong. Dia sudah lama tinggal di kota karena bersekolah. Karena alasan itu bapak pengantin wanita menyuruh agar mitra tutur dapat melakukan sesuatu.

Tuturan:

Page 12: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

12 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

Mangula pe dang di boto on Alana leleng di pangarantoan do ibana, marsikkola di nadao do on jadi ikkon malo-malo ma ho hela da.

(Bekerja di kebun pun tidak tahu karena dia sudah lama tinggal di perantauan, bersekolah pun ini di kotanya, jadi harus bijaklah menantuku mengajari putri kami ini.)

Makna konteks tuturan (66) yaitu bapak pengantin wanita menyuruh dengan mengharuskan mitra tutur pria untuk mengajari putrinya. Maksud tuturan (66) di atas adalah bapak pengantin wanita menyuruh dengan mengharuskan menantunya agar bijak dalam mengajari putrinya sebab wanita yang menjadi istrinya tidak setangguh putri dari orang batak pada umumnya yang bisa bekerja di sawah. Penanda lingual yang dituturkan diwujudkan dengan kata ikkon (harus) dengan pemarkah Vp eksplisit. Penutur menggunakan tekanan yang diwujudkan melalui intonasi ketika mengatakan ikkon malo-malo ma ho hela da (jadi harus bijaklah menantuku mengajari putri kami ini). Berdasarkan penanda lingual serta konteks dari tuturan di atas tindak tutur menyuruh yang dituturkan tamu pria direalisasikan dengan pernyataan mengharuskan. Penutur menggunakan strategi langsung literal yang diwujudkan melalui tindak tutur menyuruh yang dituturkan yaitu ikkon malo-malo ma ho hela da (jadi harus bijaklah menantuku mengajari putri kami ini). Tuturan tindak tutur menyuruh masuk pada klasifikasi langsung literal karena modus serta maksud tuturan adalah sama yaitu imperatif dengan maksud menyuruh. Maka dapat disimpulkan dari observasi yang sudah dilakukan bahwa fungsi tindak tutur menyuruh pada tuturan (66) adalah instruksi yang direalisasikan denga tipe mengharuskan tuturan (66) di atas dituturkan dengan menggunakan strategi langsung literal.

5. Realisasi Menyarankan dengan Strategi Langsung Literal

Realisasi dari sub-tindak tutur menyuruh pada tuturan (55) adalah dengan menganjurkan dan ditemukan pada tuturan tamu pria menggunakan strategi bertutur yang langsung literal. Berikut tuturannya.

Konteks:Bapak pengantin wanita ini sangat menyanyangi putrinya sebab dari lima orang anaknya hanya satu anak perempuan. Bapak ini adalah seorang pensiunan polisi dengan suara yang lembut sambil menangis, ia menjelaskan bahwa putrinya tidak salah dalam memilih pria untuk dijadikan suami sebab pria tersebut memiliki sikap dan pribadi yang baik yang dapat membimbing putrinya ke arah yang positif.

Tuturan:Mulai besok apa yang dibilang hela ke kau ikutilah ya, Nak boru ya.

Konteks tuturan pada data (55) menerangkan bahwa bapak dari pengantin wanita menyuruh dengan cara menyarankan putrinya untuk menjadikan suaminya sebagai panutan bagi dirinya sebab suaminya memiliki sikap yang baik. Maksud tuturan (55)

Page 13: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

132020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

di atas bahwa bapak pengantin wanita menyuruh dengan menyarankan putrinya agar ia mengikuti perkataan suaminya. Berdasarkan konteks dan tuturan ditemukan penanda lingual menggunakan kalimat transitif yang diwujudkan melalui tuturan (55) kata ikuti lah itu mengandung makna tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan menyarankan. Strategi bertutur pada tuturan menggunakan strategi langsung literal. Melalui tuturan dari penutur pada tuturan (66) diwujudkan yaitu ikutilah ya, Nak. Modus dan makna pada tuturan sejalan artinya yakni menyuruh.

6. Realisasi Menasihati dengan Strategi Langsung Literal Berikut merupakan sub-tindak tutur menyuruh juga direalisasikan dengan

nasihat. Tuturan berikut dituturkan oleh tamu pria.

Konteks:Kakek dari pengantin wanita menyadari betul bahwa apa yang dimiliki oleh mitra tutur tidak dapat menjamin rumah tangga mereka akan berhasil, akan tetapi dia meminta untuk menyuruh cucunya agar takut kepada Tuhan sebab itu jalan yang sangat ampuh agar mereka dapat berhasil dalam membina rumah tangga.

Tuturan:Kepada pahopu kami, kami meminta agar menaati ajaran Tuhan. Bisa kita lihat banyak orang yang sekolah tapi ada saja yang gagal dalam berumah tangga. (201)

Maksud tuturan (201) menyuruh yang direalisasikan dengan nasihat agar mitra tutur takut kepada Tuhan agar berhasil dalam membina rumah tangga sebab apa pun yang mereka punya seperti harta, kesuksesan, serta pendidikan yang tinggi tidak dapat menjamin mereka sukses dalam membina rumah tangga. Penanda lingual dari tuturan di atas diwujudkan dengan takutlah, pada konteks dijelaskan bahwa tujuan penutur menuturkan tuturan itu yaitu menyuruh yang direalisasikan dengan nasihat agar mitra tutur melakukan sesuatu. Sesuatu yang dimaksud adalah takutlah kepada Tuhan. Tuturan di atas dituturkan dengan stratgei langsung literal yang maknanya diwujudkan melalui tuturan kami meminta agar menaati ajaran Tuhan. Tuturan penutur pada tuturan tersebut modus dengan makna pada tuturan memiliki makna yang sama artinya modus imperative makna juga menyuruh yang diwujudkan melalui tuturan teresebut. Maka berdasarkan tuturan di atas bahwa penutur dalam menuturkan tindak tutur menyuruh fungsinya adalah menasihati direalisasikan dengan membujuk dan menggunakan strategi langsung literal ketika menuturkan tuturan tersebut.

7. Realisasi Menuntun dengan Strategi Langsung Literal

Sub-tindak tutur menyuruh pada tuturan ini direalisasikan dengan menuntun dan dituturkan dengan menngunakan strategi bertutur langsung literal. Tuturannya sebagai berikut.

Konteks:

Page 14: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

14 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

Tulang (paman) mempelai laki-laki mengakui bahwa kebaikan yang selama ini dilakukan oleh keponakannya mempelai pengantin pria tidaklah sia-sia karena sudah membuahkan hasil dengan dia mendapatkan istri yang baik hati agar ke depannya juga dia mendapat rezeki, pamannya menyuruh agar tetap melakukan perbuatan yang baik.

Tuturan:Jadi tu bereku si Odi, Odi, bereku na burju do ho, siparekkelon do sipata, alai dapotmu do sian ha burjuan mi, i ma na mandongani ho, i ma boru nami ison boru Hutagalung, burju ma ho marhula-hula.

(Kepada keponakanku, Odi, keponakanku yang baik hati karena kamu memiliki sikap yang baik sehingga kamu pun mendapat jodoh yang baik pula yang dapat mendampingi dirimu yaitu putri kami ini, sopanlah dalam bersikap kepada hula-hula (orang yang memiliki posisi yang paling dihormati dalam budaya Batak.)

Tuturan (278) maknanya adalah penutur menyuruh dengan cara menuntun agar mitra tutur bersikap sopan kepada hula-hula (orang yang memiliki posisi yang paling dihormati dalam budaya Batak) sebab di hari yang lalu mitra tutur selalu mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan hasilnya dia mendapat istri yang baik hati. Penanda lingual pada tuturan (278) diungkapkan dengan kata sopanlah. Makna dari kata ini yaitu tuntunan agar bersikap sopan. Inti dari konteks adalah menyuruh yang diungkapkan dengan perkataaan tuntunan. Penutur menngunakan strategi langsung literal dalam menuturkan tindak tutur menyuruh pada tuturan (278) karena modus tuturan dengan maksud yang melekat pada tuturan tersebut sejalan. Maka berdasarkan konteks, tuturan dan penanda lingual tindak tutur menyuruh pada tuturan (278) tindak tutur menyuruh pada tuturan di atas fungsinya adalah menasihati direalisasikan dengan menuntun menggunakan strategi langsung literal ketika diungkapkan di dalam konteks bertutur.

3.2 Total Realisasi dan Strategi Bertutur Sub-Tindak Tutur Menyuruh Tamu Wanita pada Kegiatan Ulaon Unjuk Adat Batak Toba

Berikut merupakan fungsi serta realisasi tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan menggunakan strategi bertutur yan digunakan pada tuturan tamu wanita.

Tabel 3.2Total Realisasi dan Strategi Bertutur Sub-Tindak Tutur Menyuruh Tamu Wanita

pada Kegiatan Ulaon Unjuk Adat Batak Toba

No Realisasi Tindak Tutur Menyuruh Strategi Bertutur Tamu wanita

1 2 3 41 Melakukan aksi konkret 32 Berubah menjadi makna sebenarnya 43 Modal 9 - - -

Page 15: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

152020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

4 Menyarankan 3 - - -5 Membujuk 16 - - -6 Menuntun 25 - - -

Total tuturan 60Ket: (1) Langsung literal, (2) Langsung tidak literal, (3) Tidak langsung tidak literal, dan (4) Tidak langsung tidak literal

Berdasarkan tabel 3.2 dapat dilihat bahwa ketika tamu wanita menuturkan sub-tindak tutur menyuruh terdapat 60 total tuturan yang mengandung sub-tindak tutur menyuruh dan dari 60 tuturan tersebut ditemukan 5 realisasi sub-tindak tutur menyuruh yang dituturkan dengan menggunkan strategi bertutur langsung literal. Berikut akan dideskripsikan pada tabel 3.2..

Realisasi pertama yang ditemukan dalam sub-tindak tutur menyuruh tamu pria adalah melakukan aksi konkret dengan strategi langsung literal sebanyak 3 tuturan, realisasi kedua berubah menjadi dengan makna sebenarnya dengan strategi bertutur langsung literal ditemukan sebanyak 4 tuturan, realisasi ketiga adalah modal (mengharuskan) dengan bertutur langsung literal ditemukan 9 tuturan, realisasi keempat menyarankan dengan strategi langsung literal sebanyak 3 tuturan, realisasi kelima adalah membujuk dengan strategi langsung literal ditemukan sebanyak 16 tuturan dan keenam adalah realisasi menuntun dengan langsung literal sebanyak 25 tuturan.

1. Realisasi Melakukan Aksi Konkret dengan Strategi Langsung Literal

Sub-tindak tutur menyuruh juga ditemukan pada tuturan tamu wanita yang direalisasikan dengan melakukan suatu aksi konkret. Berikut akan dijelaskan melalui tuturan tamu wanita.

Konteks:Pengantin wanita merupakan anak sekaligus putri semata wayang di keluarganya dan dia sama sekali tidak pernah berpisah dengan kedua orang tuanya. Ibunya sangat memanjakan putrinya tersebut sebab dia berpikir hanya putrinya harta yang dia punya di dunia ini dan sekarang putrinya sudah menikah dan akan berpisah dan meninggalkan mereka (ibu dan bapaknya) dan pergi bersama suaminya. Ibunya merasa posisi menjaga putrinya tersebut akan digantikan oleh menantunya.

Tuturan:Tu ho hela, tung diboto ho do holan sada on do borukku jadi nungga diboto ho songon dia na diroha kon da amang, pos do rohakku to ho da amang. (6)

(Kepada menantuku, kamu sangat tahu benar bahwa aku hanya satu anak yaitu anak perempuanku ini. Kau sudah tahu bagaimana perasaanku saat ini, aku sangat yakin kepadamu, ya Nak.)

Tuturan (6) menyatakan agar mitra tutur melakukan apa yang ada dalam tuturan

Page 16: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

16 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

yaitu supaya menjaga putri kesayangan yaitu pengantin wanita karena mempelai pengantin wanita merupakan putri kesayangan serta putri semata wayang si penutur. Penanda lingual dalam tuturan (6) yang dituturkan oleh penutur tidak mengandung makna tindak tutur menyuruh artinya zero verbal, akan tetapi makna konteks tuturan menyatakan suruhan agar mitra tutur melakukan suatu aksi. Aksi yang dimaksud adalah menjaga putri kesayangannya dengan segenap jiwa dan raganya. Melalui tuturan (6) diperoleh fungsi tindak tutur menyuruh adalah instruction, penutur menuturkan tuturan yang tujuannya agar mitra tutur dapat menjaga putri semata wayang dari penutur. Aksi yang dimaksud oleh mitra tutur bersumber dari konteks tuturan dan direalisasikan dengan melakukan suatu aksi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terkait dengan fungsi dan realisasi tindak tutur tutur menyuruh yaitu bahwa fungsi tindak tutur mrnyuruh adalah instruction dan direalisasikan dengan melakukan suatu aksi untuk menjaga putri semata wayang dari penutur yang kini menjadi istri dari mitra tutur. Berdasarkan tuturan tindak tutur menyuruh disimpulkan bahwa fungsi tindak tutur menyuruh adalah instruksi dan direalisasikan dengan melakukan aksi.

3. Realisasi agar Berubah Menjadi yang Diungkapkan dengan Makna yang Sebenarnya dengan Strategi Langsung Literal

Berikut merupakan tuturan dari tamu wanita yang mengandung sub-tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan berubah menjadi yang diungkapkan dengan makna sebenarnya dan diungkapkan dengan strategi langsung literal.

Konteks:Ibu pengantin wanita menyadari bahwa putrinya sangat keras kepala. Sebelum menikah, ibunya melihat bahwa menantunya ini selalu mengalah kepada putrinya walaupun putrinya yang membuat kesalahan.

Tuturan: Kepada menantuku, aku sudah lama mengenal dirimu, ada perbedaan ketika berteman dan ketika sudah menjadi suami. Kalau seorang suami dituntut bijaksana agar dapat memimpin di dalam rumah tangga maka kepadamu menantuku jadilah kau kepala rumah tangga kepada boru-ku. (25)

Maksud tuturan (25) tamu wanita adalah agar menantunya dapat menjadi kepala rumah tangga bagi putrinya. Penanda lingual yang dituturkan pada tuturan tersebut adalah kata kerja dasar ditambah partikel -lah yang diwujudkan dengan kata jadilah dan menggunakan tuturan tindak tutur menyuruhnya menggunakan kalimat transitif. Inti dari konteks tuturan adalah ibu penganti wanita menyadari betul bahwa putrinya sangat keras kepala ketika berpacaran dengan pria yang sekarang sudah menjadi menantunya. Berdasarkan penanda lingual dan konteks yang sudah dideskripsikan ditemukan bahwa tindak tutur menyuruh dari tamu wanita ini direalisasikan dengan

Page 17: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

172020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

berubah menjadi dengan makna yang sebenarnya. Maksud realisasi ini adalah penutur menyururh mitra tutur agar berubah menjadi yang diwujudkan dengan kata jadilah dan maksud dari makna sebenarnya adalah kepala rumah tangga. Kata kepala rumah tangga mengandung makna sebenarnya, yaitu literal sehingga dapat dengan mudah dimengerti.

4. Realisasi Mengharuskan dengan Strategi Langsung Literal

Tuturan berikut merupakan tuturan yang mengandung sub-tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan modal (mengharuskan) yang ditemukan pada tuturan dari tamu wanita. Berikut tuturannya.

Konteks:Nantulang (sebutan kepada istri dari adik laki-laki ibu pengantin pria) yang merupakan seorang janda yang sudah memiliki banyak pengalaman menyuruh agar memperhatikan hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menjalani kehidupan rumah tangga sebab hal itu penting mengingat banyak hal yang ditawarkan oleh lingkungan sekitar akan tetapi tidak jelas tujuan serta maknanya.

Tuturan:Apalagi zaman sekarang. Au dang hu atusi mamereng zaman non hu paida- ida ma jolma zaman sonari on di dok zaman now dang hu botoh aha lapatan ni, hu bereng, hu pa ihut-ihut aka jolma sonarion akka ragam do sude. Ikkon malo do hamuna mamilit aha na penting si ulaon di parumah tangga on muna.

(Apalagi zaman sekarang, aku tidak mengerti melihat zaman sekarang, hanya melihat-lihat sajalah, dikatakan zaman now, tapi aku tidak tau apa artinya, kulihat, kuikuti orang-orang zaman sekarang semua beragam, harus pintarlah kalian memilih apa yang penting yang akan dilakukan di dalam rumah tangga kalian.)

Tuturan (12) maksudnya adalah agar kedua mempelai menyuruh yang direalisasikan dengan menyuruh mengharuskan mitra tutur agar mampu memilih apa yang penting untuk dilakukan dalam membangun rumah tangga sebab zaman sekarang banyak hal-hal yang aneh yang tidak dapat dimengerti. Penanda lingual yang ditemukan adalah modalitas dan intonasi penekanan yang diwujudkan dengan menuturkan kata ikkon (harus) tidak sekeras intonasi yang dituturkan pria. Berdasarkan observasi pada data, ditemukan sekitar 9 tuturan yang mengandung tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan mengharuskan atau setara dengan 15% dari jumlah total tindak tutur menyuruh.

5. Realisasi Menyarankan dengan Strategi Langsung Literal

Realisasi tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan menyarankan juga ditemukan pada tuturan tamu wanita. Berikut tuturan tamu wanita.

Konteks:Bibi dari pengantin wanita dalam tuturan sebelumnya memberitahu agar untuk dapat

Page 18: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

18 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

menciptakan rumah tangga yang harmonis, mereka perlu menerima masukan dari orang tua karena mereka sudah berpengalaman lebih dulu dalam membina rumah tangga.

Tuturan:Tidak ada orang tua yang tidak memberikan petuah yang baik kepada anaknya. Jadi, apa kata orang tua, apa kata mertua turuti. (109)

Inti konteks tuturan di atas yaitu menyuruh dengan menyarankan agar mitra tutur menuruti perkataan orang tua. Maksud tuturan (109) adalah menyuruh dengan cara menyarankan agar mitra tutur menuruti perkataan orang tuanya sebab tidak ada orangtua yang mengarahkan anaknya ke jalan yang salah. Penanda lingual pada tuturan berupa kata turuti yang maknanya mengikuti. Penanda lingual serta konteks pada tuturan (109) memiliki kaitan sehingga menjadikan tindak tutur menyuruh direalisasikan dengan menyarankan. Frekuensi bentuk realisasi tindak tutur menyuruh tipe menganjurkan yang dituturkan tamu pria berjumlah 22 tuturan atau setara dengan 20,37% dari jumlah keseluruhan tuturan yang berjumlah 108 tuturan, sedangkan pada tamu wanita berjumlah 3 tuturan atau setara dengan 5% dengan jumlah keseluruhan tindak tutur menyuruh dari tamu wanita berjumlah 60 tuturan.

5. Realisasi Membujuk dengan Strategi Langsung Literal

Sub-tindak tutur menyuruh yang dituturkan oleh tamu wanita direalisasi dengan membujuk dengan menggunakan strategi langsung literal dalam menuturkan tindak tutur menyuruh. Berikut tindak tutur wanita yang direalisasikan dengan membujuk.

Konteks:Ibu pengantin wanita meminta untuk menyuruh putrinya agar membuktikan semua ajaran-ajaran yang baik yang telah diberikan ibunya sejak dia kecil sampai dia dewasa agar dipraktikkan untuk dirinya dan rumah tangga yang baru dibangunnya.

Tuturan:Salelengon nungga hu poda i ho inang, dung marroha ho sahat tu sadarion, jadi pangidoan ni omak patudohon ma i inang di nguloh mu, di parumah tangga am.

(Selama ini kamu sudah saya berikan pengajaran-pengajaran yang baik, mulai dari kecil sampai kamu sedewasa ini. Untuk itu buktikanlah semuanya itu di kehidupan rumah tanggamu.)

Makna tuturan (79) yang dituturkan oleh tamu wanita adalah meminta agar menyuruh mitra tutur membuktikan ajaran-ajaran yang sudah diberikan semasa mitra tutur kecil hingga dewasa yang tujuannya agar di kemudian hari dapat diterapkan dalam dirinya sendiri dan rumah tangganya. Penanda lingual pada tuturannya yaitu V+Vp yang diwujudkan dengan kata meminta untuk membuktikan. Kemudian inti dari konteks adalah meminta menyuruh mitra tutur untuk melakukan sesuatu yang mana

Page 19: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

192020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Christina Natalina Saragi

sesuatu itu dapat dilihat pada tuturan. Berdasarkan konteks tuturan, tuturan dan penanda lingual tuturan yang dituturkan oleh penutur diperoleh satu kesimpulan bahwa tindak tutur menyuruh pada tuturan (79) direalisasikan dengan nasihat. Dalam menuturkan tindak tutur menyuruh, tamu wanita menuturkan dengan strategi langsung literal. Strategi ini diwujudkan melalui tuturan jadi pangidoan ni omak patudohon ma i inang di nguloh mu (untuk itu buktikanlah semuanya itu di kehidupan rumah tanggamu).

6. Realisasi Menuntun dengan Strategi Langsung Literal

Begitu juga pada tuturan tamu wanita juga ditemukan sub-tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan menuntun. Berikut tuturannya.

Konteks:Ibu pengantin wanita yang seorang guru agama Kristen yang berpendidikan S-1 memberitahukan kalau putrinya adalah anak perempuan yang masih memiliki sikap kekanak-kanakan, manja, dan masih mau merajuk. Pokoknya masih banyak kekurangan, untuk itu ibu tersebut menyuruh menantunya agar dapat menuntun putrinya.

Tuturan: Anju ma ibana di sude hahuranga ni borukon.

(Bimbinglah putriku ini di semua kekurangan ini.)

Makna tuturan (7) di atas adalah ibu pengantin wanita menyuruh mitra tutur yang adalah menantunya agar membimbing putrinya di setiap kekurangan yang dia miliki. Inti dari konteks tuturan (7) di atas adalah penutur menyuruh agar mitra tutur melakukan sesuatu. Sesuatu yang dimaksud merupakan penanda lingual yang ditemukan pada tuturan (7) yang diwujudkan melalui kata bimbinglah. Kata bimbinglah mengandung makna berupa tuntunan. Berdasarkan penanda lingual pada tuturan (7) ditemukan bahwa tuturan di atas diklasifikasikan pada tindak tutur menyuruh yang direalisasikan terhadap pernyataan menuntun. Berdasarkan jumlah total tindak tutur menyuruh tamu wanita yaitu 60 tuturan, ditemukan tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan pernyataan menuntun sebanyak 25 tuturan atau setara dengan 41,67%. Berdasarkan tuturan (7) di atas bahwa tamu wanita menggunakan stratgei bertutur yang langsung literal yang diwujudkan dengan langsung dan makna dengan kata-kata yang ada dalam tuturan juga sama.

4. SIMPULAN

Berdasarkan klasifikasi data yang diperoleh, dalam kegiatan ulaon unjuk (upacara puncak pernikahan) Adat Batak Toba ditemukan bahwa tamu pria dan tamu wanita menuturkan tindak tutur menyuruh yang direalisasikan dengan berbeda-beda dan juga

Page 20: TINDAK TUTUR MENYURUH PADA KEGIATAN ULAON UNJUK …

20 2020, Jurnal Lingko Volume 2 (1)

Tindak Tutur ...

menggunakan strategi bertutur dalam menuturkannya. Tamu pria dalam menuturkan tindak tutur menyuruh direalisasikan dengan melakukan aksi yang dituturksn secara langsung sebanyak 40 tuturan, realisasi dengan agar menjadi yang diungkapkan dengan makna sebenarnya dan dituturkan dengan langsung sebanyak 9 tuturan, realisasi dengan agar menjadi yang diungkapkan dengan metafora dengan langsung sebanyak 11 tuturan, dengan menggunakan modal yang maknanya mengharuskan dengan langsung sebanyak 18 tuturan, realisasi dengan menyarankan dengan langsung sebanyak 22 tuturan , realisasi dengan membujuk dengan langsung sebanyak 8 tuturan dan dengan menuntun dengan langsung sebanyak 7 tututuran, sedangkan tamu wanita realisasi tindak tutur menyuruh dengan melakukan aksi secara literal dan langsung sebanyak 3 tuturan, realisasi dengan berubah menjadi diungkapkan dengan 2 cara, yaitu dengan makna sebenarnya yang diungkapkan dengan literal dan langsung sebanyak 4 tuturan, yang diungkapkan dengan metafora tidak ditemukan, realisasi dengan menggunakan modal keharusan dengan literal langsung sebanyak 9 tuturan, dengan realisasi menyarankan dengan literal dan langsung sebanyak 3 tuturan, realisasi membujuk dengan literal dan langsung sebanyak 16 tuturan, dan terakhir realisasi dengan menuntun secara literal dan langsung sebanyak 25 tuturan.

DAFTAR PUSTAKAHolmes, J. (1995). An Introduction to Sociolinguistic. New York: Longman Publishing.Kreidler, C. W (1998). Introducing English Semanticcs. New York: RoutledgeMulyani. 2011. “Tidak Tutur Direktif Guru SMA Dalam Kegiatan Belajar Mengajar

di Kelas: Kajian Pragmatik Dengan Perspektif Gender di SMA Kabupaten Ponorogo”. Disertasi. Surakarta: Program Pascasarjana UNS dalam http://pasca.uns.ac.id/ diakses pada 16 November 2013

Naibaho, D dan Ratna. (2016). Analisis Aktivitas Bernilai Tambah dalam Industri Souvenir Berbahan Kain Ulos untuk Meningkatkan Nilai Pelanggan di Sumatera Utara. Medan: Politeknik Negeri Medan.

Rustono. (1999). Pokok- pokok Pragmatik. (C. I. S. Press, Ed.). Semarang.Searle, J. R. And Vanderveken D.1985. Foundations of Illocutionary Logic. Cambridge

Univeristy Press. Cambridge.Sibarani. T (2008). Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba. USU.

Retrieved from http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/5738?show=fullSimamora, M dan Ambarita, B. (2016). Tindak Tutur Ilokusi dalam Upacara Perkawinan

Adat Na Gok Batak Toba (Kajian Pragmatik). Jurrnal SASINDO FBS UNIMED, vol5, No. Retrieved fromhttps://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/sasindo/article/view/3944

Situmorang, T. M. (2009). Hukum Adat atas Dalihan Na Tolu. Bandung: Pustaka Abadi.Wardhaugh, R. (2006). An Introduction to Sociolinguistics. Australia: Blackwell

Publishing.