TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI...

160
TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH SECARA BERSAMA-SAMA (Suatu Tinjauan Yuridis Putusan Nomor 01/Pid.S/2010/PN.Gs) SKRIPSI Disusun Oleh: HERDIANA MARIA E1A008227 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

Transcript of TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI...

Page 1: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH SECARA

BERSAMA-SAMA

(Suatu Tinjauan Yuridis Putusan Nomor 01/Pid.S/2010/PN.Gs)

SKRIPSI

Disusun Oleh:

HERDIANA MARIA

E1A008227

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 2: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

ii

Page 3: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

iii

Page 4: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat kasih dan karunia-

Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Tindak Pidana

Pemilihan Umum Kepala Daerah Secara Bersama-sama (Suatu Tinjauan Yuridis

Putusan Nomor 01/Pid.S/2010/PN.Gs)” tersebut dengan baik.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, maka penulisan skripsi ini tidak akan mendapatkan hasil sesuai yang

diharapkan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Dr. Angkasa, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman.

2. Dr. Kuat Puji P, SH., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis

sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I , atas kesabaran dan kearifan beliau

dalam membimbing serta memberikan dorongan atau motivasi kepada penulis.

3. Sunaryo, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah

memberikan saran, bimbingan serta arahan kepada penulis selama proses

penyelesaian penyusunan skripsi tersebut.

4. Dr. Angkasa, S.H., M.Hum., selaku Dosen Penilai Skripsi, yang telah

memberikan evaluasi dan saran-saran yang luar biasa bagi penulis terkait

dengan penyusunan skripsi demi kemajuan penulis.

5. Haryanto Dwi Atmodjo, S.H., M.Hum., selaku Kepala Bagian Hukum Pidana.

Terima kasih atas semua bantuannya.

Page 5: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

v

6. Mukhsinun, S.H., M.Hum, selaku Pembimbing Akademik penulis terima

kasih atas bantuannya.

7. Bakesbangpolinmas, Bappeda Kabupaten Banyumas atas bantuan dan

kerjasamanya.

8. Seluruh Pihak Panwaslu Purwokerto, atas bantuan dalam mencari data-data

terkait.

9. Orang tua serta adik-adik penulis (Bapak Sintong Silaban dan Mama Ani

Mutiara Manalu), Gemilang Dametama Silaban. Hasaran Silaban. Febrianto

Silaban dan Friska Indryani Silaban yang telah memberikan cinta, kasih

sayangnya sebagai orang tua dan adik-adik terkasih, yang memberikan doa

luar biasa dan suntikan-suntikan semangat, nilai-nilai hidup yang sangat

berarti bagi penulis dalam mengarungi hidup ke depan.

10. Keluarga besar Silaban dan Manalu dimanapun berada, Opung Medan dan

Opung Parmonangan, Uda dan Namboru, Tulang dan Tante, serta sepupu

penulis yang selalu memberikan doa. semangat, dan perhatian yang luar biasa.

11. Segenap Keluarga Besar Persekutuan Mahasiswa Kristen Fakultas Hukum

UNSOED yang sudah menjadi keluarga kedua penulis selama di Purwokerto

dan selalu memberi bantuan dalam bentuk apapun.

12. Segenap Keluarga Besar Asian Law Student Association Local Chapter

UNSOED yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah memberi

pengalaman dalam berorganisasi.

13. Segenap civitas akademika Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman.

Page 6: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

vi

14. Keluarga besar GKI Martadireja, GKI Gatot Subroto, dan HKBP Purwokerto

beserta para Pendeta, dimana tempat ibadah penulis selama di Purowokerto

terima kasih atas tempat ibadah yang indah serta khotbah dan doa yang selalu

menyemangati penulis.

15. Ibu kosan beserta keluarga yang menjadi orang tua kedua selama di

Purwokerto beserta anak-anak kosan yang lama dan yang baru khususnya

Risa, Nia, dan Nana.

16. Teman sekaligus sahabat, Epoy. Cima, Prisma, Lola, Kusuma, Dian selaku

sahabat SMPN 252, Lidya, Winston, Daniel, Mario, Sando, Irna, dan semua

sahabat di Gereja HKBP Jatiwaringin, Niki, Valent, Wilda, Widya, Pingkan,

Kania, Dini, dan semua sahabat di SMA 54.

17. Nathania Frisca Tampubolon, Rio Willander Sianipar, Hasudungan

Manihuruk, Chandra Simanjuntak, Angelina Butar-butar, Chaterina Yohana

Tambunan, Daniel Vincent Silitonga, Rifki Sembiring yang selalu ada

memberikan amunisi semangat yang luar biasa selama penulis mengerjakan

skrispi di Purwokerto.

18. Hendra Ricardo Saragih yang selalu memberikan semangat dan perhatian

yang luar biasa kepada penulis selama mnegerjakan skripsi serta doa yang

selalu ada untuk penulis.

19. Semua pihak yang turut memberikan kontribusi bagi penulis selama ini, yang

tidak dapat disebutkan satu persatu di sini. Tiada gading yang tak retak,

penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, datangnya saran yang membangun bagi penulis adalah hal yang

Page 7: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

vii

senantiasa dinantikan guna penyempurnaan dalam penulisan skripsi tersebut

untuk menjadi lebih baik lagi. Namun demikian, harapan penulis semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.

Purwokerto, 26 Agustus 2013

Herdiana Maria

Page 8: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

viii

Motto : what ever happen in my life,

my Jesus knows the best for me !!

Mazmur 126:6 ..”Orang yang

berjalan maju dengan menangis

sambil menabur benih, pasti pulang

dengan sorak-sorak sambil

membawa berkas-berkasnya”..

Page 9: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

ix

ABSTRAK

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada)

pada awalnya dilakukan secara tidak langsung melalui perwakilan DPRD

Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Sebagai akibat dari perubahan konstelasi

politik dan sosial, maka Pemilukada tidak lagi dilakukan oleh DPRD, akan

tetapi dipilih secara langsung oleh masyarakat. Pemilukada langsung ini

dilakukan sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kasus dan pendekatan perundang-undangan yang bersifat kualitatif dengan

metode yuridis normatif. Pengumpulan data melalui seluruh bahan-bahan

kepustakaan, inventarisasi peraturan perundang-undangan, dan putusan badan

peradilan. Teknik menyajian data disajikan dalam bentuk uraian yang

disusun secara sistematis, rasional, dan logis.

Bahwa terdapat 27 jenis Tindak Pidana Pemilukada dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 yakni Pasal 115 sampai dengan Pasal 119 dan

terjadi penambahan 3 ayat dalam Pasal 115 dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, yakni ayat 7, 8, dan 9, sementara

di dalam KUHP terdapat 5 pasal Tindak Pidana Pemilu yaitu Pasal 148, 149,

150, 151, 152, 153, dan bila dibandingkan sanksi pidana Pemilukada dalam

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 Tentang Pemerintahan Daerah lebih berat daripada KUHP.

Pelanggaran Pemilukada di bagi menjadi 3 bagian, yaitu Pelanggaran

Administrasi, Pelanggaran Pidana, dan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum

dalam hal ini Pemilukada. Pelanggaran Administrasi dilaporkan kepada

Panwaslu dan diteruskan kepada KPUD, Pelanggaran Pidana diproses dengan

sistem peradilan pidana (Kepolisian, Penuntut Umum, Peradilan) sesuai

dengan KUHAP dengan diawali laporan masyarakat ataupun pasangan calon

kepada panitia pengawas pemilihan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak

laporan diterima, sedangkan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala

Daerah yang semula di tangani Mahkamah Agung di serahkan kepada

Mahkamah Konstitusi.

Kata Kunci : Pemilihan Umum Kepala Daerah, Tindak Pidana Pemilukada,

Penerapan Ketentuan Pidana Pemilukada.

Page 10: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

x

ABSTRACT

The regional election and vice ( Elections of Regional Head ) at first

conducted indirectly via representative regional parliaments provincial or

district. As a result of changes in the political and social constellations, the

Elections of Regional Head is no longer be done by the regional parliaments,

but elected directly by the people. This direct Elections of Regional Head is

done since the implementation of the act of Number 32 Year 2004 Jo The Law

Number 12 Year 2004 about local governments.

The research using case and statute approach which are qualitative

with the normative juridicial methods. Collecting data by literature study, an

inventory of legislation, and judiciary decisiens. Data presentation

techniques is presented in the form of descriptions are arranged in a

systematic, rational, and logical.

That there are 27 kind of the criminal act of Elections of Regional

Head in the act of Number 32 Year 2004 namely article 115 up to article 119

and occurring the addition of 3 verse in article 115 in The Law Number 12

Year 2004 about local governments, namely paragraph 7, 8, and 9, while in

the act criminal law there are 5 article a criminal offense elections, namely

article 148 149, 150, 151, 152, 153, and if compared to criminal sanctions

Elections of Regional Head in the act of Number 32 Year 2004 Jo The Law

Number 12 Year 2008 on local governments heavier than the act criminal

law.

The application of a breach of Elections of Regional Head in for into

three parts, that is a breach administration, a criminal offense, and disputes

the result of general elections in this case Elections of Regional Head. The

offense of administration reported to the committee and passed on to regional

election commissions. A criminal offense processed with criminal justice

systems (police, prosecutors, judicial) according to the book of the law of

criminal procedure with initial public reports or candidate couple to

supervision committee elections approximately 7 (seven) day after a report

accepted, while dispute the results of the Elections of Regional Head who was

initially handled by the supreme court now submitted to the constitutional

court.

Keywords : Elections of Regional Head, Criminal act of Elections of

Regional Head, implementation of criminal provisions on Elections of

Regional Head

Page 11: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN .................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv

MOTTO .............................................................................................................. viii

ABSTRAK ........................................................................................................... ix

ABSTRACT ......................................................................................................... x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULIAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi .................................................................... 12

2. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia ..................... 16

B. Pemilu

1. Pemilu Pada Umumnya ................................................................. 25

2. Pengertian Pemilu ......................................................................... 25

3. Asas Pemilihan Umum ................................................................. 28

Page 12: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

xii

4. Sistem Pemilihan Umum .............................................................. 31

5. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah ....... 40

C. Tindak Pidana

1. Pengertian Umum Tindak Pidana ................................................. 50

2. Unsur-unsur Tindak Pidana .......................................................... 53

3. Jenis-jenis Tindak Pidana ............................................................. 56

D. Tindak Pidana Pemilukada

1. Pengertian Tindak Pidana Pemilukada ......................................... 60

2. Unsur-unsur Tindak Pidana Pemilukada dalam KUHP ............... 61

3. Unsur-unsur Tindak Pidana Pemilukada dalam UU No. 32 Tahun

2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah . 66

4. Penyertaan ..................................................................................... 74

5. Bentuk-bentuk Penyertaan ............................................................ 76

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ....................................................................... 77

B. Spesifikasi Penelitian .................................................................... 78

C. Lokasi Penelitian ........................................................................... 79

D. Sumber dan Jenis Bahan Hukum .................................................. 79

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 81

F. Teknik Penyajian Data .................................................................. 82

G. Metode Analisis Data .................................................................... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ............................................................................. 83

Page 13: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

xiii

B. Pembahasaan ............................................................................... 110

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ...................................................................................... 139

B. Saran ............................................................................................ 140

DAFTAR PUSTAKA

Page 14: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945 (UUD NRI 1945) Amandemen IV yang

menyebutkan bahwa "Negara Indonesia adalah negara hukum”, dengan kata

lain konstitusi UUD NRI 1945 telah menempatkan hukum dalam posisi yang

supreme dan menentukan dalam sistem ketatanegaraan dan pemerintahan

Indonesia. Prinsip negara hukum dilihat dari aspek pelaksanaan hukum yang

mengandung arti, segala tindakan pemerintah dan tindakan masyarakat harus

selalu sesuai dengan hukum yang berlaku, maka setiap tindak pidana yang

terjadi seharusnya diproses melalui jalur hukum, jadi hukum dipandang

sebagai satu-satunya cara penyelesaian terhadap suatu tindak pidana. Menurut

Moeljatno1 yang merupakan ahli hukum pidanan yang memiliki pandangan

berbeda dengan penulis-penulis lain tentang definisi tindak pidana,

Moeljatno menggunakan istilah perbuatan pidana hanya mencangkup

perbuatan saja, sebagaimana dikatakannya bahwa, “perbuatan pidana hanya

menunjuk kepada sifatnya perbuatan saja, yaitu sifat dilarang dengan

1 Moeljatno, Azas-Azas Hukum Pidana, (Jakarta: Bina Aksara, 1984), Cetakan II, hal

56, dalam Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Cetakan I, PT

Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal 58-59.

Page 15: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

2

ancaman dengan pidana kalau dilanggar”. Dalam hal ini terkait adanya asas

legalitas yang dicantumkan dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yang berbunyi

“Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, melainkan atas kekuatan pidana

dalam peraturan perundang-undangan yang telah ada sebelum perbuatan

terjadi”. Dari rumusan tersebut, dapat diartikan bahwa suatu perbuatan baru

dapat dipidana jika :

1. Ada ketentuan pidana tentang perbuatan tersebut yang dirumuskan dalam

undang-undang atau tertulis sebagaimana disebutkan dalam kalimat “atas

ketentuan-ketentuan pidana dalam perundang-undangan”.

2. Dilakukan setelah ada perumusannya dalam peraturan perundang-

undangan sebagaimana tercantum dalam kalimat ketentuan perundang-

undangan sudah ada sebelum perbuatan dilakukan. Dengan perkataan lain

ketentuan pidana tidak berlaku surut.

Eksistensi suatu negara disebut negara hukum tercermin dari beberapa

hal. Konsep negara hukum di Indonesia lebih mendekati konsep hukum

kontinental (rechtsstaat) dibandingkan konsep rule of law di negara-negara

Anglo-Saxon. Ciri-ciri negara hukum (rechstaat) yang terdapat juga di UUD

NRI 1945, yaitu :

a. Adanya jaminan Hak Asasi Manusia;

b. Adanya pemisahan kekuasaan dalam negara;

c. Pemerintah dalam menjalankan tugas dan kewajibannya harus

mendasar atas hukum, baik tertulis maupun tidak tertulis;

d. Adanya kekuasaan Kehakiman yang merdeka.

Page 16: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

3

Konsep negara hukum yang berkedaulatan rakyat pada intinya

mengandung dua dimensi, yakni2 :

1. Dimensi kedaulatan hukum yang mengkehendaki seluruh aktivitas

kehidupan ketatanegaraan harus tunduk pada hukum. Hukum harus

menjadi landasan bagi sikap tindak negara (asas legalitas). Hukum

membawahkan negara.

2. Dimensi kedaulatan rakyat yang mengkehendaki rakyatlah yang

memegang kekuasaan tertinggi di dalam negara dan menentukan aturan

main melalui perangkat-perangkat hukum yang ada.

Berdasarkan dua dimensi tersebut di atas kedaulatan Negara Kesatuan

Republik Indonesia selanjutnya disebut NKRI adalah berada ditangan rakyat

dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar, hal ini terdapat dalam

ketentuan Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945 :

“Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-

Undang Dasar.”

Negara Indonesia sebagai negara hukum, sebagaimana juga tercermin

dalam UUD NRI 1945, maka dalam penyelenggaraan pemilu yang tercermin

di dalam Pasal 22E ayat (1) UUD NRI 1945 :

“Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas,

rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali.”

2 B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan & Hak Asasi

Manusia, Cetakan I, Universitas Atmajaya, Yogyakarta, 2003, hal 200.

Page 17: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

4

Sebagai perwujudan kedaulatan rakyat, maka rakyat melalui

Pemilihan Umum yang disingkat Pemilu karena Pemilu merupakan salah satu

bentuk dan cara yang paling nyata untuk melaksanakan demokrasi. Jika

demokrasi diartikan sebagai pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat, maka

cara rakyat untuk menentukan pemerintahan itu dilakukan dengan Pemilu3.

Sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) UUD NRI 1945 untuk memilih wakil-

wakilnya yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan

Perwakilan Daerah (DPRD), juga memilih Presiden dan Wakil Presiden serta

Kepala Daerah Tingkat I (Gubernur dan Wakil Gubernur), Kepala Daerah

Tingkat II (Bupati dan Wakil Bupati), dan Walikotamadya.

Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan

prinsip demokrasi. Sesuai dengan Pasal 18 ayat (4) UUD NRI 1945, termasuk

Pemilihan Kepala Daerah dipilih secara demokratis. Sejak berlakunya

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang

selanjutnya disebut UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun

2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang selanjutnya disebut PP No. 6

Tahun 2005 telah mengalami perubahan sebanyak 3 kali, yaitu PP No. 25

Tahun 2007 Tentang Perubahan Kedua Atas PP No. 6 Tahun 2005, dan PP

No. 49 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas PP No. 6 Tahun 2005.

3 Janedjri M. Gaffar, Politik Hukum Pemilu, Kata Penghantar Prof. Dr. Moh. Mafud.

MD, S.H., Cetakan I, Konstitusi Press (Konpress), Jakarta, 2012.

Page 18: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

5

Peraturan mengenai Pemilihan Kepala Daerah (Gubernur, Bupati,

Walikota), Pasal 18 ayat (4) UUD NRI 1945 hanya mengamanatkan bahwa

harus dipilih secara demokratis, sehingga menimbulkan perdebatan apakah

termasuk rezim hukum Pemilu atau bukan. Akan tetapi, berdasarkan Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2007 selanjutnya disebut UU No. 22 Tahun 2007

Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah kemudian dikategorikan sebagai Pemilu yang juga harus

diselenggarakan oleh KPU beserta jajarannya (KPU Provinsi dan KPU

Kabupaten/Kota), sehingga disebut Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah (untuk selanjutnya disingkat Pemilukada).

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, diatur

mengenai Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang dipilih

secara langsung oleh rakyat, yang diajukan oleh partai politik atau gabungan

parpol. Sedangkan didalam perubahan kedua UU No. 32 Tahun 2004, yakni

UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 59 ayat (1)b,

calon Kepala Daerah dapat juga diajukan dari calon perseorangan yang

didukung oleh sejumlah orang. Secara ideal tujuan dari dilakukannya

Pemilukada adalah untuk mempercepat konsolidasi demokrasi di Republik

ini.

Pada era reformasi muncul gumpalan aspirasi dan gugatan kuat agar

Pemilu sebagai sarana paling nyata bagi pelaksanaan demokrasi harus

diselenggarakan secara benar-benar langsung, umum, bebas, rahasia, jujur,

dan adil. Pada Pemilu tahun 1999 kita boleh bergembira karena berhasil

Page 19: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

6

menyelenggarakannya secara relatif fair dan bersih, terutama jika

dibandingkan dengan pemilu-pemilu era Orde Baru. Meskipun harus diakui

pada tingkat panitia pemilihan Indonesia yang diisi dengan orang-orang

parpol itu terjadi kekisruhan dalam penetapan hasil Pemilu, tetapi akal sehat

publik (public common sense) menyatakan bahwa Pemilu tahun 1999 adalah

Pemilu yang terbaik setelah Pemilu yang pertama tahun 1955. Tetapi problem

atau ancaman bagi penyelenggara Pemilu yang membaik itu muncul lagi

sejak Pemilu Legislatif tahun 2004, lalu menguat pada Pemilu tahun 2009,

terutama terkait dengan isi politik uang (money politic) dan gejala

menguatnya oligarki di kalangan partai politik. Problem yang tidak kondusif,

bahkan mengancam demokrasi ini, bisa dilihat dari berbagai kasus yang

dimuat secara telanjang di berbagai media massa dan menjadi kasus sengketa

hasil Pemilu dan Pemilu Kepala Daerah di Mahkamah Konstitusi (MK)4.

Sebanyak 273 perkara masuk ke lembaga pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman

baru ini, dan MK telah menuntaskan tugas konstitusionalnya dengan

memutus seluruh perkara dengan putusan yang bersifat final5. UUD NRI

1945 telah mengalami perubahan mendasar sebanyak empat kali. Dalam

rangka perubahan pertama sampai perubahan keempat UUD NRI 1945,

bangsa kita telah mengadopsikan prinsip-prinsip baru dalam sistem

ketatanegaraan, mulai dari pemisahan kekuasaan dan checks and balances

sampai dengan penyelesaian “konflik politik” melalui jalur hukum. Dalam

4 Loc.Cit.

5 Berita Mahkamah Konstitusi”, edisi khusus, 2004, hal.4.

Page 20: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

7

pelaksanaan Pemilukada menurut ketentuan Undang-Undang Pemerintahan

Daerah harus diikuti paling sedikit 2 (dua) pasangan calon Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah. Pada proses pelaksanaan Pemilukada selalu saja terjadi

adanya pelanggaran-pelanggaran terhadap aturan-aturan hukum yang berlaku.

Hal ini dapat kita ketahui melalui media massa cetak (surat kabar) dan

melalui media massa elektronik (televisi).

Sejak Juni 2005, Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah (Pemilukada), baik Gubernur, Bupati dan Walikota dilakukan secara

langsung. Pemilukada sebanyak 500-an telah berlangsung secara demokratis

di berbagai daerah. Tetapi tidak sedikit juga diwarnai berbagai kecurangan,

misalkan terjadi praktik politik uang (money politics), intimidasi, konflik dan

kekerasan, Daftar Pemilih Tetap (DPT) bermasalah, mobilisasi Pegawai

Negeri Sipil (PNS), penyalahgunaan jabatan, fasilitas dan anggaran negara

(abuse of power), penggelembungan dan pengurangan suara dan praktik

curang lain. Bahkan, tersangka kasus korupsi dan narapidana pun banyak

terpilih di beberapa daerah. Penegakan hukum atas pelanggaran Pemilukada

masih diwarnai kelemahan dan ketidaktegasan dan belum menyentuh indikasi

korupsi Pemilu yang bermakna lebih luas. Sampai sekarang ini ada kesulitan-

kesulitan untuk mendapatkan bukti-bukti tertulis guna memprosesnya secara

hukum. Padahal hukum di Indonesia senantiasa menuntut adanya bukti-bukti

tertulis itu untuk dapat mengajukan seseorang ke pengadilan dengan tuduhan

telah melakukan tindak pidana dalam Pemilihan Kepala Daerah.

Page 21: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

8

KUHP sebagai hukum umum (lex generalis) maupun dalam undang-

undang yang mengatur secara khusus (lex specialis) tentang Pemilu telah

diatur berbagai tindakan yang dianggap sebagai kejahatan atau Tindak Pidana

Pemilu, yang merupakan perbuatan-perbuatan yang dianggap mengganggu

jalannya Pemilu dan mempengaruhi kemurnian hasil Pemilu sebagai dasar

hukum untuk menindak pelanggaran yang berkaitan dengan Pemilu. Dasar

hukum tersebut dimuat dalam Pasal 148 sampai dengan Pasal 152. Namun

demikian, pembuat undang-undang mempunyai paradigma dan pola pikir

(frame of mind) yang intinya KUHP tidak cukup potensial sebagai jerat untuk

menindak pelaku pelanggaran atau kejahatan dalam rangka Pemilu termasuk

Pemilukada. Tindak pidana dalam Pemilukada juga diatur dalam UU No. 32

Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah; BAB

IV : Penyelenggaraan Pemerintahan; Bagian Kedelapan : Ketentuan Pidana

Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; Paragraf Ketujuh :

Ketentuan Pidana Pemilihan Kepala Derah dan Wakil Kepala Daerah; Pasal

115 sampai dengan Pasal 119.

Kemurniaan hasil Pemilu adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan

di dalam negara demokrasi, oleh karena itu untuk menjamin pemilihan umum

yang jujur dan adil yang sangat penting diperlukan perlindungan bagi para

pemilih, bagi setiap pihak yang mengikuti Pemilu maupun bagi rakyat

umumnya dari segala ketakutan, intimidasi, penyuapan, penipuan, dan

berbagai praktik curang lainnya, yang akan mempengaruhi kemurniaan hasil

Pemilu. Jika Pemilu dimenangkan dengan cara-cara curang, sulit dikatakan

Page 22: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

9

bahwa yang terpilih merupakan wakil-wakil rakyat. Pemilu sering dijadikan

proyek bisnis yang banyak peminatnya, jika tidak hati-hati akan

menimbulkan konflik yang merugikan jalannya Pemilu itu sendiri dan

mengakibatkan ketidakmurniaan hasil Pemilu.

Untuk melindungi kemurniaan hasil Pemilu yang sangat penting bagi

negara demokrasi, para pembuat undang-undang telah menjadikan sejumlah

perbuatan curang dalam Pemilu sebagai tindak pidana. Dengan demikian,

undang-undang tentang Pemilu di samping mengatur tentang bagaimana

Pemilu itu diselenggarakan juga melarang perbuatan yang dapat

menghancurkan hakikat kebebasan dan keadilan Pemilu itu serta mengancam

pelakunya dengan sanksi pidana.

Tindak pidana dapat dilakukan lebih dari seorang pelaku secara

bersama-sama sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP merumuskan :

“Di pidana sebagai pelaku tindak pidana, mereka yang melakukan

yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan

perbuatan.”

Pelaku tindak pidana paling sedikit 2 (dua) orang, yakni yang

melakukan. Dalam tindakannya keduanya melakukan anasir tindak pidana

itu6.

Namun dalam konsepsi penerapan sanksi pidana Pemilukada tersebut

perlu dikritisi dan dikaji lebih mendalam dan komprehensif tentang

6 R. Sugandhi, KUHP dan Penjelasannya, Usaha Nasional, Surabaya, 1980, hal 70.

Page 23: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

10

penerapan sanksi Tindak Pidana Pemilukada. Hal ini terkait dengan

banyaknya jenis pelanggaran serta kendala di lapangan yang dihadapi oleh

aparat penegak hukum dan masyarakat.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan

penelitian hukum dengan judul sebagai berikut : “TINDAK PIDANA

PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH SECARA BERSAMA-

SAMA (Suatu Tinjauan Yuridis Putusan Nomor 01/Pid.S/2010/PN.Gs)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang

masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa batasan tindak pidana dalam Pemilukada ?

2. Bagaimana penerapan ketentuan Tindak Pidana Pemilukada

berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah dan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam Putusan Nomor

01/Pid.S./2010/PN.Gs ?

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka

penulisan ini mempunyai tujuan yaitu :

1. Untuk mengetahui batasan tindak pidana dalam Pemilukada.

2. Untuk mengetahui kejelasan penerapan ketentuan pidana

Pemilukada berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan

Page 24: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

11

Daerah dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dalam Putusan

Nomor 01/Pid.S./2010/PN.Gs.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada

khususnya yang berkaitan dengan batasan tindak pidana dalam Pemilukada

dan ketentuan pidana dalam Pemilukada berdasarkan Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang

Pemerintahan Daerah dan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini yang diharapkan penulis dari hasil penelitian

tentang batasan tindak pidana dalam Pemilukada dan penerapan ketentuan

pidana dalam Pemilukada berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 Jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan

Daerah dan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dapat

memberikan kontribusi pemikiran kepada penegak hukum sebagai refensi

bagi pihak-pihak berkepentingan.

Page 25: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi

Secara etimologis, istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani,

“demos” berarti rakyat dan “kratos”atau “kratein” berarti kekuasaan. Konsep

dasar demokrasi berarti “rakyat berkuasa” (government of rule by the people).

Demokrasi ialah pemerintahan dimana kekuasaan negara terletak di tangan

sejumlah besar dari rakyat dan menjalankan kekuasan itu untuk kepentingan

“semua orang”. Tapi di sini muncul pula perebutan kursi kedudukan, muncul

pemimpin-pemimpin gadungan, pemimpin-pemimpin palsu yang mengelabui

mata rakyat dengan janji-janji palsunya sehingga negara akan kacau dan

timbulnya anarkis7.

Demokrasi mempunyai arti penting bagi masyarakat yang

menggunakannya, sebab dengan demokrasi, hak masyarakat untuk

menentukan sendiri jalannya organisasi negara dijamin. Oleh karena itu,

istilah demokrasi selalu memberikan posisi penting bagi rakyat walaupun

secara operasional implikasinnya di berbagai negara tidak selalu sama.

Demokrasi juga sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa

pada tingkat akhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah

pokok yang mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan

7 Cakra Arbas, Jalan Terjal Calon Independen Pada Pemilukada di Provinsi Aceh,

Cetakan I, PT. Sofmedia, Medan, 2012, hal 1.

Page 26: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

13

negara, oleh karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat.

Jadi negara demokrasi adalah negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau

atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada di tangan rakyat8.

Demokrasi yang di idealkan harusnya diletakkan dalam koridor

hukum. Tanpa hukum, demokrasi justru dapat berkembang kearah yang

keliru karena hukum dapat ditafsirkan secara sepihak oleh penguasa atas

nama demokrasi. Oleh karena itu, berkembang konsepsi mengenai demokrasi

yang berdasar atas hukum yang bahasa inggrisnya biasa disebut isitlah

constitusional democracy9.

Perkembangan pengertiannya sendiri dari istilah demokrasi pada

asasnya tidak terjadi perubahan, yaitu sistem pemerintahan di mana dipegang

oleh rakyat atau setidak-tidaknya rakyat diikutsertakan di dalam pembicaraan

masalah-masalah pemerintahan10

. Hendry B. Mayo memberikan definisi

mengenai demokrasi sebagai sistem politik sebagai berikut :

“A democratie political system is one in which public policies are

made on a majority basis, by representative subject to effective

popular control at periode elections which are conducted on the

principle of political equality and under conditions of political

freedom”.

(Sistem politik demokrasi adalah sistem yang menunjukan bahwa

kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil

yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan

berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan

diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasaan bolitik)11

.

8 Moh. Mahfud MD, Demokrasi Dan Konstitusi Indonesia, Cetakan II, Rineke

Cipta, Jakarta, 2003, hal 19. 9 Jimly Asshiddieqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, Sinar

Grafika, Jakarta, 2011, hal297; 10

Joeniarto, Demokrasi Dan Sistem Pemerintahan Negara, Cetakan III, Bina

Aksara, Jakarta, 1984, hal 32. 11

Hendry B. Mayo, An Introduction to Democratic Theory, Oxford University

Press, New York 1960, hal 70 dalam Moh. Mahfud, MD, Op. Cit., hal 19

Page 27: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

14

Lebih lanjut, Hendry B. Mayo menyatakan bahwa demokrasi

dinyatakan oleh beberapa nilai, yakni12

:

1) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga

(institusionalized peaceful settlement of cinflict);

2) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu

masyarakat yang sedang berubah (peaceful change in changing society);

3) Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur (orderly

successtion of rullers);

4) Membatasi pemakaian-pemakaian kekerasaan sampai minimum (minimum

of coercion);

5) Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragamaan (diversity)

dalam masyarakat yang tercermin dalam keanekaragaman pendapat,

kepentingan, serta tingkah laku;

6) Menjamin tegaknya keadilan.

Untuk melaksanakan nilai-nilai demokrasi perlu diselenggarakan beberapa

lembaga negara, yakni13

:

a. Pemerintahan yang bertanggung jawab;

b. Suatu dewan perwakilan rakyat yang mewakili golongan-golongan

dan kepentingan-kepentingan dalam masyarakat dan yang dipilih

12

Hendry B. Mayo, An Introduction to Democratic Theory, Oxford University

Press, New York 1960, hal 70 dalam Ni’matul, Huda, Hukum Tata Negara Indonesia, PT.

Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2006, hal 244. 13

Ibid, hal 245.

Page 28: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

15

dengan pemilihan umum yang bebas dan rahasia dan atas sekurang-

kurangnya dua calon untuk setiap kursi;

c. Suatu organisasi politik yang mencakup satu atau lebih partai

politik;

d. Pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat;

e. Sistem peradilan yang bebas untuk menjamin hak-hak asasi dan

mempertahankan keadilan.

Demokrasi modern, timbul oleh dan setelah revolusi Perancis pada ide

kedaulatan rakyat dari J.J. Rousseau, struktur ketatanegaraan digariskan

dalam bentuk konstitui, dengan maksud supaya dapat terjamin hak-hak rakyat

dan tidak dilanggar oleh penguasa negara. Demokrasi mempunyai 2 (dua)

pengertian, yaitu14

:

1. Demokrasi dalam arti materil, bahwa inti dari demokrasi itu justru

terletak dalam jaminan yang diberikan terhadap hak-hak yang berdasar

pada pengakuan kemerdekaan tiap-tiap orang yang menjadi warga negara.

2. Demokrasi dalam arti formil, bahwa hanya sekedar mengandung

pengakuan, faktor yang menentukan dalam negara ialah kehendak rakyat,

yang kemudian menjadi sebagian besar dari rakyat, akan tetapi dengan

tidak ada sesuatu pembatasaan untuk menjamin kemerdekaan seseorang.

Pada zaman modern ini, kedua pengertian itu dikombinasikan, yaitu

unsur formil yang ditandai denga adanya sistem pemilihan umum “setengah

14

M. Solly Lubis, dalam Cakra Arbas, Jalan Terjal Calon Independen Pada

Pemilukada di Provinsi Aceh, Op.Cit. hal 15.

Page 29: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

16

ditambah satu” dan unsur materilnya yang ditandai dengan keharusan adanya

“fair play” dalam pembentukan kekuasaan dan pimpinan negara.

2. Sejarah dan Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu

negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga

negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintahan negara tersebut.

Perkembangan demorkasi di Indonesia telah mengalami pasang surut. Selama

25 tahun berdirinya Republik Indoensia ternyata masalah pokok yang kita

hadapi ialah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka ragam pola

budayanya, mempertimbangkan tingkat kehidupan ekonomi di samping

membina suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi

ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) untuk

diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen)

dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan

independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga

negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip

checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-

lembaga pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan

melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang

berwenang menyelenggarakan kekuasaan yudikatif dan lembaga-lembaga

perwakilan rakyat (DPR) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan

Page 30: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

17

legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat

atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat

yang diwakilinya (konstituen) dan yang memilihnya melalui proses pemilihan

umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.

Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil

penting, misalnya Pemilihan Presiden suatu negara, diperoleh melalui

pemilihan umum, serta Kepala Daerah Tingkat I (Gubernur dan Wakil

Gunbernur), Kepala Daerah Tingkat II (Bupati dan Wakil Bupati), dan

Walikotamadya.

Pemilihan umum tidak wajib atau tidak mesti diikuti oleh seluruh

warga negara, namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara sukarela

mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara

berhak untuk memilih (mempunyai hak pilih).

Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya

kedaulatan memilih Presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung,

tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu Pemilihan Presiden atau anggota-

anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai

negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung

Presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walaupun

perannya dalam sistem demokrasi tidak besar, suatu Pemilu sering dijuluki

pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama dari sebagian

masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem

pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa

Page 31: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

18

pun seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek

daripada masa hidup suatu sistem yang sudah teruji mampu membangun

negara.

Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak awal kemerdekaan

hingga saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di

Indonesia terdiri dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling

berbeda satu dengan yang lainnya. Perkembangan demokrasi di Indonesia

dapat dilihat dari pelaksanaan demokrasi yang pernah ada di Indonesia ini.

Dipandang dari sudut perkembangan demorasi sejarah di Indonesia dapat di

bagi dalam empat masa, yaitu15

:

1) Masa Republik Indonesia I (1945-1959): Masa Demokrasi

Konstitusional

Masa demokrasi (konstitusional) yang menonjolkan peranan

parlementer serta partai-partai yang dikenal dengan sebutan Demokrasi

Parlementer. Sistem parlementer yang mulai berlaku sebulan sesudah

kemerdekaan di proklamirkan dan diperkuat dalam UUD 1945 dan 1950,

karena kurang cocok untuk Indonesia.

Saat itu pelaksanaan demokrasi belum berjalan dengan baik. Hal itu

disebabkan masih adanya revolusi fisik awal kemerdekaan masih terdapat

sentralisasi kekuasaan hal itu terlihat Pasal 4 Aturan Peralihan UUD NRI

15

Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Cetakan II, PT. Ikrar Mandiri Abadi,

Jakarta, 2010, hal 128-135.

Page 32: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

19

1945 yang berbunyi, sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD

ini segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dan dibantu oleh KNIP.

Faktor-faktor semacam ini, ditambah dengan tidak adanya anggota-

anggota partai-partai yang tergabung dalam konstituante untuk mencapai

konsensus mengenai dasar negara untuk Undang-Undang Dasar baru,

mendiring Ir. Soekarno sebagai presiden untuk mengeluarkan Dekrit Presiden

5 Juli yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945. Dengan demikian

masa demokrasi berdasarkan sistem parlementer berlaku.

2) Masa Republik Indonesia II (1959-1965): Masa Demokrasi Terpimpin

Ciri-ciri periode ini ialah dominasi dari Presiden, terbatasnya peranan

partai politik, berkembangnya pengaruh komunis, dan meluasnya peranaan

ABRI sebagai unsur sosial-politik.

Dekrit Presiden 5 Juli dapat dipandang sebagai suatu usaha untuk

mencari jalan keluar kemacetan politik melalui kepemimpinan yang kuat.

UUD NRI 1945 membuka kesempatan bagi seorang Presiden untuk bertahan

selama sekurang-kurangnya lima tahun. Akan tetapi ketetapan MPRS No.

III/1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden seumur hidup telah

membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini (Undang-Undang Dasar

memungkinkan seorang Presiden untuk dipilih kembali) yang ditentukan oleh

Undang-Undang Dasar. Selain itu, banyak lagi tindakan yang menyimpang

dari atau menyeleweng terhadap ketentuan-ketentuan Undang-Undang Dasar.

Terjadi juga penyelewengan di bidang perundang-undangan dimana pelbagi

tindakan Pemerintah dilaksanakan melalui Penetapan Presiden (PenPres)

Page 33: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

20

yang memakai Dekrit 5 Juli sebagai sumber hukum. Ada pula politik

mercusuar di bidang hubungan luar negeri dan ekonomi dalam negeri telah

menyebabkan keadaan ekonomi menjadi bertambah suram. G 30S/PKI telah

mengakhiri periode ini dan membuka peluang untuk dimulainya masa

Demokrasi Pancasila.

3) Masa Republik Indonesia III (1965-1998): Masa Demokrasi Pancasila

Landasan formal dari periode ini adalah pancasila, UUD 1945, serta

Ketetapan-Ketetapan MPRS. Dalam usaha meluruskan kembali

penyelewengan terhadap UUD yang telah terjadi dalam masa Demokrasi

Terpimpin, telah diadakan sejumlah tindakan korektif. Ketetapan MPRS No.

III/1963 yang menentapkan masa jabatan seumur hidup untuk Ir. Soekarno

telah dibatalkan dan jabatan presiden kembali menjadi jabatan elektif setiap

lima tahun.

Perkembangan lebih lanjut pada masa Republik Indonesia II (yang

disebut sebagai Orde Baru yang menggantikan Orde Lama) menunjukan

peranan Presiden yang semakin besar. Secara lambat laun terciptanya

pemusataan kekuasaan di tangan presiden karena Presiden Soeharto telah

menjelma sebagai seorang tokoh yang paling dominan dalam sistem politik

Indonesia, tidak saja karena jabatannya sebagai Presiden dalam sistem

presidensial, tetapi karena pengaruhnya yang dominan dalam elit politik

Indonesia.

Masa Republik Indonesia III menunjukan keberhasilan dalam

penyelenggaran Pemilu. Pemilu diadakan secara teratur dan

Page 34: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

21

berkesinambungan sehingga selama periode tersebut berhasil diadakan enam

kali Pemilu, masing-masing pada tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, dan

1997. Dari awal, Orde Baru memang menginginkan adanya Pemilu. Ini

terlihat dari dikeluarkannya undang-undang Pemilu pada tahun 1969, hanya

setahun setelah Presiden Soeharto dilantik sebagai Pejabat Presiden pada

tahun 1967. Hal ini sesuai dengan slogan Orde Baru pada masa awalnya,

yakni melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.

Keberhasilan Pemerintah Presiden Soeharto untuk menjadikan

Indonesia swasembada berada pada pertengahan dasawarsa 1980-an dan

pembangunan ekonomi pada masa-masa setelah itu ternyata tidak diikuti

dengan kemampuan untuk memberantas korupsi. Korupsi, Kolusi, Nepotisme

(KKN) berkembang dengan pesat seiring dengan keberhasilan pembangunan

ekonomi. Keberhasilan pembangunan ekonomi malah dianggap sebagai

peluang untuk melakukan KKN yang dilakukan para anggota keluarga dan

kroni penguasa, baik di pusat maupun di daerah.

Akibat dari semua ini adalah semakin menguatnnya kelompok-

kelompok yang menentang Presiden Soeharto dan Orde Baru. Yang menjadi

pelopor para penentang ini adalah para mahasiswa dan pemuda. Gerakan

mahasiswa yang berhasil menduduki Gedung MPR/DPR di Senayan pada

bulan Mei 1998 merupakan langkah awal kejatuhan Presiden Soeharto dan

tumbangnya Orde Baru. Mundurnya Soeharto pada tanggal 20 Mei 1998 dari

kursi Presiden menjadi pertanda dari berakhirnya Masa Republik Indonesia

III yang disusul oleh munculnya Republik Indonesia IV.

Page 35: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

22

4) Masa Republik Indonesia IV (1998-sekarang): Masa Reformasi

Tumbangnya Orde Baru membuka peluang terjadinya reformasi

politik dan demokratisasi di Indonesia. Pengalaman Orde Baru mengajarkan

kepada bangsa Indonesia bahwa pelanggaran terhadap demokrasi membawa

kehancuran bagi negara dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu bangsa

Indonesia bersepakat untuk sekali lagi melakukan demokratisasi, yakni proses

pendemokrasian sistem politik Indonesia sehingga kebebasan rakyat

terbentuk, kedaulatan rakyat dapat ditegakkan, dan pengawasan terhadap

lembaga eksekutif dapat dilakukan oleh lembaga wakil rakyat (DPR).

Langkah terobosan yang dilakukan dalam proses demokratisasi adalah

amandemen UUD 1945 yang dilakukan MPR hasil Pemilu 1999 dalam empat

tahap selama empat tahun (1999-2002). Beberapa perubahan penting

dilakukan terhadap UUD 1945 agar UUD 1945 mampu menghasilkan

pemerintahan yang demokratis. Peranan DPR sebagai lembaga legislatif

diperkuat, semua anggota DPR dipilih dalam Pemilu, pengawasaan terhadap

Presiden lebih diperketat, dan hak asasi manuisa memperoleh jaminan yang

semakin kuat. Amandemen 1945 juga memperkenalkan Pemilihan Umum

untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung (Pilpres). Pilpres

pertama dilakukan pada tahun 2004 setelah Pemilihan Umum untuk lembaga

legislatif.

Langkah demokratisasi berikutnya adalah pemilihan umum untuk

memilih Kepala Daerah secara langsung (Pilkada) yang diatur dalam UU No.

32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang ini

Page 36: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

23

mengharuskan semua Kepala Daerah di seluruh Indonesia dipilih melalui

Pilkada mulai pertengahan 2005.

Dapat dikatakan bahwa demokratisasi telah berhasil membentuk

Pemerintah Indonesia yang demokratis karena nilai-nilai demokrasi yang

penting telah diterapkan melalui pelaksanaan peraturan perundangan mulai

dari UUD 1945. Namun dengan adanya perubahan-perubahan tadi, demokrasi

di Indonesia telah mempunyai dasar yang kuat untuk berkemban

Menurut Soehino, dalam representativ democracy terdapar tiga tipe

demokrasi modern, yakni16

:

1. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang presentatif, dengan

sistem pemisahan kekuasaan secara tegas, atau sistem presidensil.

2. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang resepentatif,

dengan sistem pemisahaan kekuasaan, tetapi di antara badan-badan yang

diserahi kekuasaan itu, terutama antara badan legislatif dengan badan

eksekutif, ada hubungan yang bersifat timbal balik, dapat saling

mempengaruhi, atau sistem parlementer.

3. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif,

dengan sistem pemisahaan kekuasaan, dan dengan kontrol secara langsung

dari rakyat, yang disebut sistem referendum, atau sistem badan rakyat.

Berdasarkan model tidak langsung inilah, maka hubungan demokrasi

dengan sistem pemerintahan negara berkisar kepada hubungan antara badan-

badan perwakilan rakyat dengan badan pemegang kekuasaan eksekutif.

16

Soehino, Ilmu Negara, Cetakan VII, Liberty, Yogyakarta, 2005, hal 243.

Page 37: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

24

Menurut R. G. Gettel suatu bentuk pemerintahan disebut demokrasi

apabila memenuhi syarat-syarat demokrasi, antara lain17

:

a. Harus didukung oleh persetujuan umum (general concensus).

b. Hukum yang berlaku dibuat oleh wakil-wakil rakyat yang dipilih

melalui referendum yang luas atau melalui Pemilu.

c. Kepala Negara dipilih langsung atau tidak langsung melalui

Pemilu, dan bertanggung jawab kepada dewan legislatif.

d. Hak pilih aktif diberikan kepada sejumlah besar rakyat atas dasar

kesederajatan.

e. Jabatan-jabatan pemerintahan harus dapat dipangku oleh segenap

lapisan rakyat.

Ketika syarat-syarat dari demokrasi dihubungkan dengan sistem

pemerintahan di Indonesia, maka ada dua hal yang harus diperhatikan untuk

mengaktualisasikan sistem yang demokratis itu, diantaranya18

:

a. Sistem demokrasi yang telah dikukuhkan melalui amandemen

konstitusi haruslah diikuti dengan moralitas atau semangat untuk

mewujudkannya oleh penyelenggaraan negara

b. Sebagai suatu produk kesepakataan (resultante) yang lahir dari

keadaan dan waktu tertentu, UUD itu tidak boleh ditutup dengan

resultante yang baru.

17

R.G.Gettel, dalam Cakra Arbas, Op.Cit. hal 21. 18

Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2011, hal 380.

Page 38: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

25

Bersamaan dengan perkembangan pemikiran tentang negara

demokrasi, sejarah pemikiran kenegaraan juga mengembangkan gagasan

mengenai negara hukum yang terkait dengan gagasan kedaulatan hukum.

Dengan demikian Negara Indonesia adalah negara hukum yang demokratis,

keduanya harus melangkah maju kedepan secara seimbang, karena hukum

dan demokrasi merupakan dwi tunggal, demokrasi harus diayomi oleh hukum

agar tidak mengarah ke anarkisme, sedangkan disisi lainnya, hukum harus

didasari oleh demokrasi, agar tidak mengarah ke otoritarisme, atau

absolutisme, atau totalitarisme19

.

B. Pemilu

1. Pemilu Pada Umumnya

Pemilu mempunyai hubungan erat dengan prinsip demokrasi dan

prinsip hukum sebagai prinsip-prinsip sebagai prinsip-prinsip fundamental

yang banyak dipergunakan di negara-negara modern. Pemilu berhubungan

erat dengan demokrasi karena sebenarnya Pemilu merupakan salah satu cara

pelaksanaan demokrasi.

Dalam prinsip negara hukum, melalui pemilihan rakyat dapat memilih

wakil-wakilnya yang berhak membuat produk hukum dan melakukan

pengawasan atau pelaksanaan kehendak-kehendak rakyat yang digariskan

oleh wakil-wakil rakyat tersebut.

2. Pengertian Pemilu

19

Soehino, Hukum Ttata Negara Perkembangan Sistem Demokrasi di Indonesia,

BPFE, Yogyakarta, 2010, hal 27

Page 39: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

26

Bagi negara demokrasi modern, Pemilihan Umum (Pemilu)

merupakan mekanisme utama yang harus ada dalam tahapan penyelenggaraan

negara dan pembentukan pemerintahan. Pemilu dipandang sebagai bentuk

paling nyata dari kedaulatan yang berada di tangan rakyat dalam

penyelenggaran negara. Oleh karen itu, sistem penyelenggaraan Pemilu selalu

menjadi perhatian utama. Hasil Pemilu menjadi dasar pembentukan

kelembagaan negara yang menentukan jalannya pemerintahan lima tahun

berikutnya.

Pengertian Pemilu pun diartikan sebagai sarana utama mewujudkan

demokrasi dalam suatu negara. Substansi Pemilu adalah penyampaian suara

rakyat untuk membentuk lembaga perwakilan dan pemerintahan sebagai

penyelenggaran negara. Suara rakyat diwujudkan dalam bentuk hak pilih,

yaitu hak untuk memilih wakil dari berbagai calon yang ada. Sebagai suatu

hak, hak memilih harus dipenuhi dan sesuai dengan amanat konstitusi. Hal itu

merupakan tanggung jawab negara yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh

KPU sebagai lembaga penyelenggaran Pemilu. Oleh karena itu, dalam

undang-undang Pemilu dinyatakan bahwa pemilih didaftar oleh KPU (Pasal

27 ayat (2) UU 42/2008)20

.

Di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, kedaulatan berada di

tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar21

. Sebagai

perwujudan kedaulatan rakyat, maka rakyat melalui Pemilihan Umum

(Pemilu) memilih wakil-wakilnya yang duduk di Dewan Perakilan Rakyat

20

Janedjri M. Gaffar, Op.Cit, hal 5.

21

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sesuai Amandemen IV.

Page 40: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

27

(DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), juga memilih

Presiden dan Wakil Presiden serta Kepala Daerah Tingkat I (Gubernur dan

Wakil Gunbernur), Kepala Daerah Tingkat II (Bupati dan Wakil Bupati), dan

Walikotamadya.

Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007

Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Pemilihan Umum diartikan

sebagai22

:

“Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah saran

pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung,

umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Pemilihan umum bertujuan mengimplementasikan kedaulatan rakyat

dan kepentingan rakyat dalam lembaga politik negara. Melalui pemilihan

umum, rakyat mempunyai kesempatan untuk memilih wakil-wakilnya yang

akan duduk dalam lembaga perwakilan. Secara ideal wakil yang duduk di

lembaga perwakilan adalah mereka yang dipilih sendiri oleh rakyat melalui

pemilihan menurut hukum yang adil. Dengan demikian, pemilihan umum

merupakan komponen penting dalam negara demokrasi karena berfungsi

sebagai alat penyaring bagi mereka yang akan mewakili dan membawa suara

rakyat dalam lembaga perwakilan23

.

Perwujudan kedaulatan rakyat yang dimaksud dilaksanakan melalui

Pemilu secara langsung sebagai sarana bagi rakyat untuk memilih wakil-

22

Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. 23

Moh. Mahfud, MD, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media,

Yogyakarta, 1999, hal 221-222.

Page 41: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

28

wakilnya yang akan menjalankan fungsi melakukan pengawasan,

menyalurkan aspirasi politik rakyat, membuat undang-undang sebagai

landasan bagi semua pihak Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam

menjalankan fungsi masing-masing, serta merumuskan anggaran pendapatan

dan belanja dalam membiayai pelaksanaan fungsi tersebut.

Menurut Aurell Croissant, dalam prespektif politik sekurang-

kurangnya ada tiga fungsi pemilihan umum, yakni24

:

1) Fungsi Keterwakilan. Fungsi Keterwakilan merupakan urgensi di

negara demokasi baru dalam beberapa Pemilu.

2) Fungsi Integrasi. Fungsi ini menjadi kebutuhan negara yang

mengkonsolidasikan demokrasi.

3) Fungsi Mayoritas. Fungsi Mayoritas merupakan kewajiban bagi

negara yang hendak mempertahankan stabilitas dan

kepemerintahan (governability).

3. Asas Pemilihan Umum

Pemilu diperlukan sebagai salah satu mekanisme mewujudkan prinsip

kedaulatan rakyat. Melalui Pemilu, rakyat tidak hanya memilih orang yang

akan menjadi wakilnya dalam menyelenggarakan negara, tetapi juga memilih

program yang akan menjadi kebijakan negara pada pemerintahan selanjutnya.

Oleh karena itu tujuan Pemilu adalah terpilihnya wakil rakyat dan

terselenggaranya pemerintahan yang sesuai dengan pilihan rakyat. Pemilu

yang tidak mampu mencapai tujuan itu hanya akan menjadi mekanisme

24

Joko J, Prihatmoko, Mendemokratiskan Pemilu Dari Sistem Sampai Elemen

Teknis, Cetakan I, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hal 18.

Page 42: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

29

pemberian legitimasi bagi pemegang kekuasaan negara. Pemilu demikian

adalah pemilu yang kehilangan roh demokrasi.

Untuk mencapai tujuan itu, Pemilu harus dilaksanakan menurut asas-

asas tertentu. Asas-asas mengikat keseluruhan proses Pemilu dan semua

pihak yang terlibat, baik penyelenggara, peserta, pemilih, bahkan pemerintah.

Berdasarkan Pasal 2 UU No. 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara

Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adanya pedoman

dalam penyelenggaran Pemilu, yaitu : mandiri, jujur, adil, kepastian hukum,

tertib penyelenggara pemilu, kepentingan umum, keterbukaan,

proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas.

Penyelenggaran Pemilu, tentunya memiliki tujuan bagi rakyat,

diantaranya25

:

a. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan

pemerintahan secara tertib dan damai.

b. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan

mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan.

c. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat.

d. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara.

Menurut Sukarna pelaksanaan Pemilu harus dilaksanakan secara

bebas. Syarat Pemilu agar berlangsung secara bebas ada sepuluh, yakni26

:

25

Jimly Asshiddiqie, Penghantar Ilmu Hukum Tata Negara, Rajagrafindo Persada,

Jakarta, 2012, hal 417. 26

Sukarna, Sistem Politik, Alumi, Bandung, 1981, hal 83.

Page 43: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

30

a. Aman. Dalam suatu negara yang tidak aman tidak akan dapat

dilakukan pemilihan umum.

b. Tertib. Suatu pemilihan umum yang tidak berjalan tertib tidak akan

menjamin suatu hasil yang baik.

c. Adil. Suatu pemilihan umum dalam suatu negara demokrasi harus

tetap menjunjung tinggi keadilan yaitu tidak adanya penindasan

dan paksaan.

d. Kemerdekaan Perorangan. Pemilihan umum yang bebas hanya

akan dapat dilakukan apabila setiap orang sebagai warga negara

dilindungi atau dijamin kemerdekaannya oleh undang-undang.

e. Kesejahteraan Masyarakat. Suatu masyarakat yang sejahtera yaitu

bebas dari kemiskinan dan ketakutan akan dapat melakukannya

pilihannya secara bebas tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

dapat menggangu kemerdekannya untuk memilih.

f. Pendidikan. Dalam masyarakat yang warga negaranya sebagian

besar buta huruf akan sukar untuk dijalankan pemilihan umum

secara bebas karena komunikasi dua arah tidak bisa dijalnkan

secara sempurna.

g. Terdapat partai politik dari satu. Pemilihan umum yang bebas

hanya dapat terselenggara apabila dalam negara itu terdapat lebih

dari satu partai politik, sehingga rakyat dapat memilih mana yang

lebih cocok dengan pendiriannya masing-masing.

Page 44: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

31

h. Terdapat media pers yang bebas. Pers yang bebas merupakan syarat

alat komunikasi antara pemimpin politik dengan rakyat sehingga

pemimpin politik dapat mengemukakan tujuan dari partainya tadi,

maka rakyat dapat menilai mana yang paling baik untuk pilihannya.

i. Terdapat open management. Suatu pemilihan umum yang bebas

hanya dapat terselenggara apabila negara itu menjalankan open

management yaitu adanya free social support atau dukungan yang

bebas dari masyarakat terhadap pemerintah dan adanya free social

control atau pengawasan yang bebas dari masyarakat terhadap

aparatur pemerintah dan adanya free social responsibility atau

pertanggungjawaban yang bebas dari kebohongan oleh pihak

pemerintah.

j. Terdapat rule of law suatu pemilihan umum yang bebas hanya

dapat dilakukan dalam negara yang menjalankan rule of law yaitu

baik pemerintah maupun rakyat sama-sama tak menjalnkan

undang-undang.

Pengertian dan makna asas-asas Pemilu Indonesia yang sedemikian

kompleks, kalau diterjemahkan lebih singkat, pada hakikatnya dipergunakan

untuk memberikan landasan filosofis bagi seluruh rangkaian proses

penyelenggaran Pemilu.

4. Sistem Pemilihan Umum

Di kebanyakan negara demokrasi, Pemilu dianggap lambang,

sekaligus tolak ukur, dari demokrasi itu. Hasil Pemilu yang diselenggarakan

Page 45: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

32

dalam suasana keterbukaan dengan kebebasaan berpendapat dan kebebasan

berserikat, dianggap mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta

aspirasi masyarakat. Sekalipun demikian, disadari bahwa Pemilu tidak

merupakan satu-satunya tolak ukur dan perlu dilengkapi dengan pengukuran

beberapa kegiatan lain yang lebih bersifat berkesinambungan, seperti

partisipasi dalam kegiatan partai, lobbying, dan sebagainya.

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem Pemilu dengan

berbagai variasinya, akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok,

yaitu27

:

1) Single-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih satu

wakil; biasanya disebut Sistem Distrik).

2) Multi-member Constituency (satu daerah pemilihan memilih

beberapa wakilnya; biasanya dinamakan Sistem Perwakilan

Berimbang atau Sistem Proporsional).

Dalam sistem distrik, satu wilayah kecil (yaitu distrik pemilihan)

memilih satu wakil tunggal (single-member constituency) atas dasar pluralitas

(suara terbanyak). Dalam sistem proprosionl, satu wilayah besar (yaitu daerah

pemilihan) memilih beberapa wakil (multi-member constituency). Perbedaan

pokok antara dua sistem ini ialah bahwa cara menghitung perolehan suara

dapat menghasilkan perbedaan dalam komposisi perwakilan dalam parlemen

bagi masing-masing partai politik.

27

Miriam Budiardjo, Op.Cit. hal 461.

Page 46: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

33

Sistem distrik merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan

didasarkan atas kesatuan geografis. Setiap kesatuan geografis (yang biasanya

disebut “distrik” karena kecilnya daerah yang tercakup) memperoleh satu

kursi dalam parlemen. Untuk keperluan itu negara dibagi dalam sejumlah

besar distrik pemilihan (kecil) yang kira-kira sama jumlah penduduknya.

(Jumlah penduduk distrik berbeda dari satu negara ke negara lain, misalnya di

Inggris jumlah penduduk kira-kira 50.000 di Amerika kira-kira 500.000, dan

di India lebih dari satu juta).

Dalam sistem distrik, satu disitrik menjadi bagian dari suatu wilayah,

satu disitrik hanya berhak atas satu kursi, dan kontestan yang memperoleh

suara terbanyak menjadi pemenang tunggal. Hal ini dinamakan, the first past

the post (FPTP). Pemenang tunggal meraih satu kursi itu. Hal ini terjadi

sekalipun selisih suara dengan partai lain hanya kecil saja. Suara yang tadinya

mendukung kontestan lain dianggap hilang (wasted) dan tidak dapat

membantu partainya untuk menambah jumlah suara partainya di distrik lain.

Dalam sistem proporsional, satu wilayah dianggap sebagai satu kesatuan, dan

dalam wilayah itu jumlah kursi dibagi sesuai jumlah suara yang diperoleh

oleh para kontetstan, secara nasional, tanpa menghiraukan distribusi suara itu.

Sistem distrik sering dipakai di negara yang mempunyai sistem dwi-

partai seperti Inggris serta bekas jajahannya seperti India, Malaysia, dan

Amerika. Sistem proporsional sering diselenggarakan dalam negara dengan

banyak partai seperti Belgia, Swedia, Italia, Belanda, dan Indonesia.

Disamping itu, ada ciri khas yang melekat pada sistem distrik, yaitu bahwa

Page 47: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

34

pelaksanaan sistem distrik mengakibatkan “distorsi” atau kesengajaan antara

jumlah suara yang diperoleh suatu partai secara nasional dan jumlah kursi

yang diperoleh partai tersebut. Akibat dari distorsi (distortion effect)

menguntungkan partai besar melalui over-representation, dan merugikan

partai kecil karena under-representation. Hal ini disebabkan karena banyak

suara dari partai kecil bisa dinyatakan hilang atau wasted, yaitu lantaran tidak

berhasil menjadi juara pertama di suatu distrik. banyaknya kelompok

minoritas, baik agama maupun etnis28

.

Adapun keuntungan dan kelemahan dalam kedua sistem ini, yaitu29

:

1) Sistem Distrik

- Keuntungan Sistem Distrik

a. Sistem ini lebih mendorong ke arah integrasi partaipartai politk

karena kursi yang diperebutkan dalam sistem distrik pemilihan

hanya satu. Hal ini akan mendorong partai-partai untuk

menyisihkan perbedaan-perbedaan yang ada dan mengadakan kerja

sama, sekurang-kurangnya menjelang Pemilu, antara lain melalui

stembus accord.

b. Fragmentasi partai dan kecenderungan membentuk partai baru

dapat dibendung; malahan sistem ini bisa mendorong ke arah

penyederhanaan partai secara alami dan tanpa paksaan.

c. Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal

oleh komunitasnya, sehingga hubungan dengan konstituen lebih

28

Ibid, hal 465. 29

Ibid, hal 466-469.

Page 48: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

35

erat. Dengan demikian si wakil akan lebih cenderung untuk

memperjuangkan kepentingan distriknya. Lagi pula kedudukannya

terhadap pimpinan partainya akan lebih independen, karena faktor

kepribadian seseorang merupakan faktor penting dalam

kemenangannya dan kemenangan partai. Sekalipun demikian, ia

tidak lepas sama sekali dari disiplin partai, sebab dukungan serta

fasilitas partai diperlukannya lebih baik untuk nominasi maupun

kampanye.

d. Bagi partai besar sistem ini menguntungkan karena melaui

distortion effect dapat meraih suara dari pemilih-pemilih lain,

sehingga meperoleh kedudukan mayoritas. Dengan demikian partai

pemenang sedikit banyak dapat mengendalikan parlemen.

e. Lebih mudah bagi suatu partai untuk mencapai kedudukan

mayoritas dalam parlemen, sehingga tidak perlu diadakan koalisi

dengan partai lain. Hal ini mendukung stabilitas nsioanl.

f. Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.

- Kelemahan Sistem Distrik

a. Sistem ini kurang memperhatikan kepentingan partai-partai kecil

dan golongan minoritas, apalagi jika golongan-golongan ini

terpencar dalam berbagai distrik.

b. Sistem ini kurang representatif dalam arti bahwa partai yang

calonnya kalah dalam suatu distrik kehilangan suara yang telah

mendukungnya. Hal ini berati bahwa ada sejumlah suara yang tidak

Page 49: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

36

diperhitungkan sama sekali, atau terbuang sia-sia. Dan jika banyak

partai mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat

mencapai jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil

terhadap partai dan golongan yang dirugikan.

c. Sistem distrik ini dianggap kurang efektif dalam masyarakat yang

yang hilang atau sehingga menimbulkan anggapan bahwa suatu

kebudayaan nasional yang terpadu secara ideologis dan etnis

mungkin merupakan prasyarat bagi kesuksesan sistem ini.

d. Ada kemungkinan si wakil cenderung untuk lebih memerhatikan

kepentingan distrik serta warga distriknya, daripada kepentingan

nasional.

2) Sistem Proporsioanal

- Keuntungan Sistem Proporsional

a. Sistem proporionl dianggap representatif, karena jumlah kursi

partai dalam parlemen sesuai dengan jumlah uara masyarakat yang

diperoleh dalam pemilihan umum.

b. Sistem proporsional dianggap lebih demokratis dalam arti lebih

egalitarian karena praktis tanpa ada distorasi, yaitu kesenjangan

antara suara nasional dan jumlah kursi dalam parlemen, tanpa suara

atau wasted. Akibatnya, semua golongan dalam masyarakat,

termasuk yang kecil pun, memperoleh peluang untuk menampilkan

wakilnya dalam parlemen. Rasa, keadilan (sense of justice)

masyarakat sedikit banyak terpenuhi.

Page 50: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

37

- Kelemahan Sistem Proporsional

a. Sistem ini kurang mendorong partai-partai untuk berintegrasi atau

bekerja sama satu sama lain dari memanfaatkan persamaan-

persamaan yang ada, tetapi sebaliknya, cenderung mempertajam

perbedaan-perbedaan. Sistem ini umunya dianggap berakibat

menambah jumlah partai.

b. Sistem ini mempermudah fragmentasi partai. Jika timbul konflik

dalam suatu partai, anggotanya cenderung memisahkan diri dan

mendirikan partai baru, dengan perhitungan bahwa ada peluang .

jadi, kurang menggalang kekompakkan dalam tubuh partai.

c. Yang kuat pada pimpinan partai melalui Sistem Daftar karena

pimpinan partai menentukan daftar calon.

d. Wakilnya terpilih kemungkinan renggang ikatannya dengan

konstituennya. Pertama, karena wilayahnya lebih besar (bisa

sebesar provinsi), sehingga sukar untuk dikenal orang banyak.

Kedua, karena peran partai dalam meraih kemenangan lebih besar

ketimbang kepribadian seseorang. Dengan demikian si wakil akan

lebih terdorong untuk memperhatikan kepentingan partai serta

distrik serta warganya.

e. Karena banyaknya partai yang bersaing, sulit bagi suatu partai

untuk meraih mayoritas (50%+satu) dalam parlemen, yang

diperlukan untuk membentuk pemerintahan. Partai yang terbesar

terpaksa berkoalisi dengan beberapa partai lain untuk meperoleh

Page 51: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

38

mayoritas. Koalisi semacam ini jika diselenggarakan dalam sistem

parlementer sering tidak lama umurnya, dan hal ini tidak membina

stabilitas politik. Dalam sistem presidensil perubahan dalam

komposisi di parlemen tidak terlalu mempengaruhi masa jabatan

eksekutif. Di Amerika bisa saja Congress mengalami perubahan

dalam komposisinya, sehingga misalnya badan itu dikuasai oleh

Partai Demokrat, tetapi Presiden serta kabinetnya dari Partai

Republik tetap bertahan selama empat tahun.

Menurut pendapat Muh. Nur Sidik mengenai sistem Pemilu yang

berkaitan erat dengan pembangunan politik di Indonesia mengacu pada dua

pokok hal, yaitu30

:

1) Bagaimana mengimplementasikan Demokrasi,

2) Menemukan sistem yang unggul dan handal dalam melaksanakan

Pemilu di Indonesia yang cocok dengan masyarakat majemuk atau

pluralitas di Indonesia.

Penerapan sistem Pemilu dalam setiap Pemilu di mana saja menurut

Sukarna, sangat dipengahruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut31

:

a. Social culture (education of the people);

b. The position of political party;

c. Press an public opinion;

d. The law of general of election;

30

Muh.Nur Sidik, Jurnal Ilmiah Hukum Legality, Vol 13 Nomor 2, Fakultas Hukum

UMM, hal 249. 31

Sukarna, Op.Cit. hal 88.

Page 52: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

39

e. The rule of armed forces in politics;

f. The man of position;

g. Order;

h. Security;

i. Social economy.

Sistem Pemilu berbeda-beda tergantung dari sudut mana pandangan

ditujukan kepada rakyat. Salah satu fungsi utama Pemilu dalam negara

demokratis tidak lain adalah dalam menetukan kepemimpinan nasional secara

konstitusional maka diperlukannya penyempurnaan sistem Pemilu yang

terkait dengan sistem kepartaian serta sistem penyelenggaraan Pemilu.

Konsilidasi dan penyempurnaan lain yang diperlukan dalam Pemilu

mendatang adalah masalah pelanggaran Pemilu. Hal ini amat menentukan

terwujud tidaknya asas luber dan jurdil dalam Pemilu. Selama ini yang

dianggap sebagai pelanggaran Pemilu masih cenderung bersifat formal

sehingga tidak dapat menjangkau tindakan-tindakan yang melanggar etika

dan fatsoen politik. Selain itu mekanisme dan kelembagaan yang menangani

pelanggaran Pemilu juga belum mencukupi sehingga hanya sedikit

pelanggaran yang dapat ditindak baik karena alasan pembuktian maupun

rentang waktu yang diberikan.

Jika melihat perkara-perkara perselisihan hasil Pemilu berujung di

MK, penanganan-penanganan ini menjadi sangat penting sebagai bagian dari

konsolidasi sistem Pemilu. Banyak pelanggaran Pemilu sebelum masuk ke

MK, terlihat tidak diproses secara hukum dan tidak mendapatkan sanksi.

Page 53: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

40

Akibatnya pelanggaran tersebut dianggap sebagai kewajaran dan pada

akhirnya mempengaruhi hasil Pemilu. Padahal, hasil yang lahir dari proses

yang penuh pelanggaran tentu telah mencedera kedaulatan rakyat dan asas

Pemilu yang jujur dan adil32

.

5. Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Salah satu wujud dan mekanisme demokrasi di daerah adalah

pelaksanaan Pemilihan Umum Kepala Daerah. Pilkada masuk dalam rezim

Pemilu setelah disahkannya UU No. 22 Tahun 2007 Tentang

Penyelenggaraan Pemilihan Umum sehingga sampai saat ini Pemilu Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah lebih dikenal dengan istilah Pemilukada33

yang secara langsung.

Penerapan sistem pemilihan langsung merupakan hasil dari

amandemen dalam UUD NRI 1945, yang menghasilkan perubahan pada

Pasal 1 ayat (2), yaitu perubahan tentang “teori kedaulatan rakyat”. Makna

Pasal 1 ayat (2) menjelaskan tentang “kedaulatan rakyat”, yang semula

dipegang oleh MPR, berubah menjadi kedaulatan menurut UUD NRI 1945.

Perubahan asas kedaulatan rakyat berdasarkan UUD NRI 1945, yang

merupakan konsekuensi logis dari amandemen UUD NRI 1945. Hal ini

tentunya berpengaruh pula pada sistem pemilihan umum, khususnya

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah dan

32

Janedjri M.Gaffar, Op.Cit. hal 43. 33

Hal ini sejak berlakunya UU No. 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan

Pemillihan Umum. Pada Pasal 1 ayat (4) yang berbunyi :Pemilu Kepala Daerah adalah Pemilu

untuk memilih Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah secara langsung dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945”.

Page 54: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

41

Wakil Kepala Daerah dengan sistem pemilihan langsung. Diadopsinya sistem

pemilihan langsung tersebut, maka secara tidak langsung, akan berimplikasi

pada perubahan-perubahan konsepsi atau sistem hukum ketatanegaraan di

republik ini, pasca amandemen tersebut.

Pemilukada diperkenalkan dalam sistem ketatanegaraan Indonesia

melalui UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Sistem

Pemilukada dalam undang-undang tersebut di tengah perjalanannya dirasakan

masih belum benar-benar demokratis karena yang boleh mengajukan

pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah hanyalah partai

politik atau gabungan partai politik, sementara calon

perseorangan/independent tidak dimungkinkan mengikuti Pemilihan Kepala

Daerah. Oleh karena itu maka berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 005/PPU-V/2007 kemudian diberikan ruang atau peluang kepada

calon pasangan perseorangan untuk maju di dalam Pemilihan Kepala Daerah.

Menindaklanjuti Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut kemudian

dilakukan perubahan terhadap Pasal 56 UU No. 32 Tahun 2004 melalui UU

No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Terhadap UU No. 32 Tahun

2004 yang telah disahkan oleh DPR pada rapat paripurna tanggal 2 April

2008. UU No. 12 Tahun 2008 mengatur mekanisme dan tata cara pengajuan

pasangan calon perseorangan dalam Pemilihan Kepala Daerah di Indonesia.

Dalam UUD NRI 1945 BAB VIIB tentang Pemilu, memang tidak

pernah menyebut mengenai pemilukada. Pada Pasal 22E ayat (2) yang

berbunyi “Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan

Page 55: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

42

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah”. Namun demikian, pengaturan

Pemilukada seharusnya didasarkan atas pemahaman adanya kaitan antara

pasal-pasal dalam UUD NRI 1945. Selain itu secara materil, Pemilu langsung

memang tidak berbeda dengan Pemilukada baik dari segi substansi maupun

peyelenggaraannya.

Menurut Ramlan Surbakti34

bahwa secara substansial maupun

tahapan pelaksanaannya, Pemilukada merupakan Pemilu, dengan argumentasi

:

a. Pengaturan tentang Pemilukada dalam UU No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah tersebut disusun berdasarkan

ketentuan Pasal 22E ayat (1) mengenai asas Pemilu, dan hampir

seluruhnya sama dengan pengaturan Pemilu Presiden dan Wakil

Presiden dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 Tentang

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden.

b. Ketika pembuat undang-undang menjabarkan ketentuan Pasal 18

ayat (4), pada dasarnya melakukan interprestasi dengan merujuk

pada ketentuan yang terkandung pada pasal-pasal lain dalam UUD

NRI 1945, khususnya Pasal 6A, yaitu Presiden dan Wakil Presiden

dipilih langsung oleh rakyat.

Dilihat dari ciri-ciri dapat disimpulkan bahwa Pemilukada merupakan

kegiatan Pemilu, hal ini berdasarkan35

:

34

Ramlan Surbakti, Dalam Titik Triwulan Tutik Pemilihan Kepala Daera

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2994 Dalam Sistem Pemilu UUD 1945, Prestasi

Pustaka Pelajar, Jakarta, 2005, hal 10.

Page 56: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

43

1. Berdasarkan Pasal 56 ayat (1) bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara

demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan

adil. Dari sudut asas yang digunakan dalam Pemilihan Umum Kepala

Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut, adalah asas Pemilu

sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU No. 12 Tahun 2003 Tentang

Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

2. Dilihat dari sisi penyelenggaraannya, sebagaimana diatur dalam Pasal 57

ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 bahwa Pemilihan Umum Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah diselenggarakan oleh KPUD yang

bertanggungjawab kepada DPRD, adalah penyelenggara Pemilu di

Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 4

UU No. 12 Tahun 2003.

3. Dilihat dari sisi yang berhak mengikuti Pemilihan Umum Kepala Daerah

dan Wakil Kepala Daerah, sebagaimana diatur dalam Pasal 68 UU No. 32

Tahun 2004 bahwa warga negara Republik Indonesia yang pada hari

pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

sudah berumur 17 tahun atau sudah/pernah kawin mempunyai hak

memilih, juga merupakan pemilih dari Pemilu baik Pemilu Presiden dan

Wakil Presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 8 UU No. 12

35

Petikan Putusan MK. No. 072-073/PUU-II/2004, hal 71.

Page 57: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

44

Tahun 2003. Berbeda dengan Pemilihan Kepala Daerah dipilih oleh

anggota DPRD.

4. Pembuat undang-undang menggunakan standar ganda dalam

menerjemahkan Pasal 18 ayat (4), yang termasuk domain Pemerintah

Daerah (Pasal 18) bukan hanya Kepala Daerah dan Wakil Daerah tetapi

juga DPRD pembuat undang-undang melakukan penafsiran untuk Pasal 18

ayat (4).

5. Tetapi dengan sengaja tidak melakukan penafsiran terhadap ketentuan

Pasal 22E ayat (2) UUD NRI 1945.

Menelaah esensi dari Pemilukada merupakan Pemilu, sehingga secara

prosedural dan substansial merupakan manifestasi dari prinsip demokrasi dan

penegakan kedaulatan, maka Pemilukada sebagaimana Pemilu lainnya berhak

untuk mendapatkan pengaturan khusus, sebagaimana dapat mencapai derajat

akuntabilitas, serta kualitas demokratisnya dapar terpenuhi dengan baik.

Pemilukada merupakan suatu instrumen penting bagi demokratisasi dilevel

lokal atau daerah yang menjadi pilar bagi demokrasi di tingkat nasional.

Makna pemilihan langsung itu sekurang-kurangnya merupakan

jawaban yang efektif untuk sejumlah perkara yang melekat pada pemilihan

dengan sistem perwaklian (indirect democracy), yaitu menekan kultur,

mengurangi money politic, mengubah orientasi dari elitis menjadi populis,

serta memperkaya basis rekruitmen para pemimpin. Hal ini terpokok juga

adalah bahwa dengan memilih secara langsung Bupati dan Walikota, maka

kedaulatan rakyat tidak lagi simbolik. Pilihan Kepala Daerah sebelumnya

Page 58: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

45

yang terjadi adalah DPRD mengatasnamakan rakyat, pemegang kedaulatan

rakyat di wilayahnya, tetapi semuanya itu hanyalah simbolik. Simbolik,

dalam kenyataan hampir tidak ada hubungan antara DPRD dan rakyat yang

mewakili itu semakin menjadi-jadi pada era sistem perwakilan. Padahal inilah

era yang mestinya semakin memerlukan kebesaran elit partai untuk kian

dekat di hati dan pikiran konstituennya.

Menurut Taufiqurrahman Syahuri36

rumusan “dipilih secara

demokratis” dalam ketentuan Pemilukada juga mempertimbangkan

pelaksanaan Pemilukada di daerah-daerah yang bersifat khusus dan istimewa

sebagaimana yang dimaksud Pasal 18B ayat (1) UUD NRI 1945, yang

berbunyi “negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintah

daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan

undang-undang”.

Menurut Suharizal37

maksud dan tujuan pembentukan Pasal 18 ayat

(4) UUD NRI 1945 yang mengatur bahwa Gubernur, Bupati, dan Walikota

dipilih secara demokratis adalah tidak harus sama dan dapat juga

dilaksanakan dengan pemilihan yang dilakukan terhadap Presiden dan Wakil

Presiden. Maka pengertian dipilih secara demokratis dapat ditafsirkan sama

dengan tata cara pemilihan yang dilakukan terhadap yang dilakukan terhadap

Presiden dan Wakil Presiden seperti tercantum dalam BAB VII B tentang

Pemilihan Umum pada Pasal 22E UUD NRI 1945.

36

Taufiqurahman Syahuri, “Anatomi Putusan MK RI tentang Pemilukada”. Seminar

Putusan MK Pengujian UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, hal 6. 37

Suharizal, Pemilukada: Regulasi, Dinamika, dan Konsep Mendatang, PT Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hal 28.

Page 59: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

46

Menurut I.B.G Suryatmaja M38

, beberapa pertimbangan yang

melandasi Pemilukada secara langsung adalah :

a. Sistem pemerintahan menurut UUD NRI 1945 memberikan

keleluasaan Kepala Daerah untuk menyelenggarakan otonomi

daerah.

b. Dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah, dipandang perlu

untuk lebih menekankan pada prinsip-prinsip demokrasi.

c. Dalam rangka pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan,

pemerataan, kesejahteraan masyarakat, hubungan yang serasi

antara Pemerintah pusat dan daerah serta antar daerah untuk

menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka

kedudukan Kepala Daerah mempunyai peran yang sangat strategis.

Penyelenggaraan Pemilukada secara langsung juga dipandang dapat

memberikan dampak positif terhadap penguatan demokrasi di Indonesia,

alasan mengenai hal ini, yaitu39

:

a) Partisipasi politik. Dalam Pemilukada langsung rakyat akan terlibat

secara langsung dalam menentukan siapa yang layak menjadi

pelayan (pejabat publik) mereka.

b) Kompetisi politik lokal. Pemilukada langsung membuka ruang

untuk berkompetisi (seharusnya) secara fair dan adil diantara para

kontestan yang ada.

38

I.B.G Suryatmaja M, “Pemilihan Kepala Daerah Langsung”. Artikel dalam

Rountable Discussion, Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah, Jakarta, 2003, hal 25. 39

Suharizal, Op.Cit, hal 180.

Page 60: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

47

c) Legitimasi politik. Berbeda dengan cara Pemilukada yang tidak

langsung (melalui DPRD), Pemilukada langsung akan memberikan

legitimsi yang kuat bagi kepemimpinan Kepala Daerah yang

terpilih.

d) Minimalisi manipulasi dan kecurangan. Salah satu unsur yang

mendorong penyelenggaraan Pemilukada secara langsung adalah

maraknya berbagai kasus money politics dan berbagai bentuk

kecurangan lainnya.

e) Akuntabilitas. Dalam Pemilukada langsung, akuntabilitas Kepala

Daerah menjadi sangat penting karena apabila rakyat sebagai

pemilih menilai bahwa Kepala Daerah yang terpilih ternyata tidak

dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara baik dan bertanggung

jawab, maka rakyat akan memberikan sanksi pada pemilukada

berikutnya (berupa tidak memilih kembali).

Pemilukada langsung pada awalnya memang disambut pro dan kontra.

Selain adanya harapan akan penguatan demokrasi di tingkat lokal, muncul

pula resistensi dari berbagai pihak dengan argumen, sebagai berikut40

:

(a) Adanya anggapan bahwa sistem Pemilukada langsung akan

melemahkan kedudukan DPRD.

(b) Sistem Pemilukada langsung akan menelan biaya yang sangat

besar, karena tidak sedikit anggaran daerah (APBD) akan

dikonsentrasikan pada KPUD di tiap tingkatan.

40

J. Kaloh Su, Demokrasi dan Kearifan Lokal pada Pemilukada Langsung, Kata

Hasta Pustaka, Jakarta, 2008, hal 78.

Page 61: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

48

(c) Akan munculnya “persaingan khusus” antara calon independen

dan calon dari partai politik (kader partai).

(d) Adanya pandangan bahwa masyarakat belum siap untuk

melaksanakan Pemilukada langsung.

Pemilu membawa pengaruh besar terhadap sistem politik suatu

negara. Melalui Pemilu masyarakat berkesempatan berpartisipasi dengan

memunculkan para calon-calon tersebut. Pada hakikatnya Pemilu,

mempunyai esensi yang sama. Pemilihan umum, berarti rakyat melakukan

kegiatan memilih orang tahu sekelompok orang menjadi pemimpin rakyat,

sehingga pemimpin yang dipilih tersebut akan menjalankan kehendak rakyat.

Konsep Pemilihan Kepala Daerah yang telah diterapkan, tentunya

dalam proses regulasi masih memiliki beberapa kelemahan, diantaranya41

:

a) Pencalonan. Dengan melalui 3 (tiga) jalur, yaitu partai atau

gabungan partai, partai non-kursi, dan calon independen

(perseorangan), menimbulkan persoalan disamping calon sangat

banyak pembengkakan anggaran.

b) Pemungutan dan perhitungan suara. Belum adanya singkronisasi

berbagai peraturan terkait dengan Pemilukada. Misalkan mengenai

Pemilukada masih menggunakan pencoblosan, sementara Pemilu

legislatif dan Presiden menggunakan mencontreng.

c) Penetapan calon terpilih. Model putaran kedua, bahwa calon harus

meraih suara minimal 30% maka dilaksanakan putaran kedua

41

Notulensi, “Pemilukada: Kini dan Masa Mendatang”, Kesimpulan pada Seminar

Evaluasi Pemilihan Umum Kepala Daerah, Kepaniteraan Sekretariat Mahkamah Konstitusi, Jakrta,

2012, hal 311.

Page 62: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

49

dengan suara terbanyak, tidak hanya memboroskan uang negara,

tetapi menambahkan agenda politik dan menimbulkan ketegangan

politik baru, serta adanya kejenuhan Pemilih dalam memberikan

hak suaranya.

d) Pelaporan dana kampanye. Pelaporan dana kampanye belum diatur

dengan jelas, sehingga pelaporan hanya prosedur belaka,

ketidakjelasan ini akan menimbulkan pasangan calon mencari dana

dari sumber-sumber yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.

Masyarakat awam sering memahami Pemilu sebagai hari H

pemungutan suara. Padahal, pemungutan suara hanyalah salah satu rangkaian

dari tahapan pemilu yang cukup banyak. Mengacu kepada UU No. 32 Tahun

2004 Pasal 65 ayat (1) mekanisme tahapan pelaksanaan Pemilukada terdiri

dari masa persiapan dan tahap pelaksanaan, yaitu42

:

a) Masa persiapan sebagaimana tercantum pada Pasal 65 ayat (2)

meliputi :

- pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah mengenal

berakhirnya masa jabatan;

- pemberitahuan DPRD kepada KPUD mengenai berakhirnya

masa jabatan Kepala Daerah;

- perencanaan penyelenggaraan;

- pembentukan PANWA, PPK, PPS, dan KPPS;

- pemberitahuan dan pemdaftaraan pemantau;

42

UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Page 63: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

50

b) Tahap pelaksanaan Pemilukada sebagaimana tercantum pada Pasal

65 ayat (3) meliputi :

- penetapan daftar pemilih;

- pendaftaran dan penerapan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah;

- kampanye;

- pemungutan suara;

- perhitungan suara;

- penetapan pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

terpilih, pengesahan dan pelantikan.

Pasal 65 ayat (1) dan (2) di atas yang mengatur mekanisme tahapan

Pemilukada merupakan aturan dasar secara umum yang menggambarkan

langkah-langkah pelaksanaan Pemilukada langsung.

C. Tindak Pidana

1. Pengertian Umum Tindak Pidana

Berbicara tentang hukum pidana tidak terlepas dari masalah pokok

yang menjadi titik perhatiannya. Masalah pokok dalah hukum pidan tersebut

meliputi masalah tindak pidana (perbuatan jahat), kesalahan, dan pidana, serta

korban43

.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) tidak diberikan

definisi terhadap istilah tindak pidana atau starfbaar feit. Karenanya, para

43

Usfah Moch Najih dan Togat, Penghantar Hukum Pidana, UMM Press, Malang,

2004, hal 32.

Page 64: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

51

penulis hukum pidana telah memberikan pendapat mereka masing-masing

untuk menjelaskan tentang arti dari istilah tersebut.

Perkataan feit itu sendiri dalam bahasa Belanda berarti sebagian dari

suatu kenyataan atau een geldelte van de werkelijhid sedang starfbaar feit

dapat diterjemahkan sebagai bagian dari suatu kenyataan yang dapat

dihukum, yang barang tentu tidak tepat, oleh karena kelak kita akan

mengetahui bahwa yang dapat dihukum itu sebenarnya adalah manusia

sebagai pribadi dan bukan kenyataan perbuatan atau tindakan44

.

Secara doktrinal, di antara para hukum tidak terjadi kesatuan pendapat

tentang pengertian dan unsur-unsur pidana, sebagian ahli hukum menganut

pandangan monistis yang tidak memisahkan antara criminal act dan criminal

responsibility. Dan sebagian yang lain menganut pandangan dualistis yang

memisahkan criminal act dan criminal responsibility45

.

Pendapat sarjana yang berpandangan monistis antara lain :

a. Menurut Simon, starfbaarfeit itu sebagi suatu tindakan melanggar hukum

yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh

seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atau tindakan yang oleh

undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat

dihukum46

.

b. Menurut Wirjono Prodjodikoro, tindak pidana berarti suatu perbuatan

yang pelakunya dapat dikenakan pidana.

44

Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, 1990,

hal 172. 45

Usfah Moch Najih dan Togat, Op.cit, hal 34-35. 46

Lamintang, Op.cit, hal 176.

Page 65: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

52

c. Profesor van Hattum berpendapat bahwa sesuatu tindakan itu tidak dapat

dipisahkan dari orang yang telah melakukan tindak tersebut. Menurut

beliau, perkataan “starfbaar” itu berarti mempunyai arti sebagai “pantas

untuk dihukum”, sehingga perkataan starfbaarfeit seperti yang telah

digunakan oleh pembentuk undang-undang di dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana itu secara “eliptis” haruslah diartikan sebagai

suatu “tindakan”, yang karena telah melakukan tindakan semacam itu

membuat seseorang menjadi dapat dihukum47

.

Pendapat sarjana yang menganut pandangan dualistis adalah “

a. Menurut Moeljatno, perbuatan pidana sebagai perbuatan yang diancam

dengan pidana, barang siapa melanggar larangan tersebut48

.

b. Menurut W.P.J. Pompe, starfbaarfeit adalah tindak lain daripada feit,

yang diancam pidana dalam ketentuan undang-undang. Menurut teori

starfbaarfeit itu adalah perbuatan yang bersifat melawan hukum,

dilakukan dengan kesalahan dan diancam pidana49

.

c. Sedangkan menurut Soedarto, tindak pidana yang memenuhi syarat-syarat

tertentu, dilakukan oleh orang yang memungkinkan adanya pemberian

pidana50

.

Secara sederhana dapat dikemukakan bahwa tindak pidana merupakan

suatu ketentuan hukum pidana (strafbepaling) di situ dirumuskan sebagai

47

Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Cetakan II, Sinar Grafika, Jakarta, 2007,

hal 1. 48

Usfah Moch Najih dan Togat, Op.cit, hal 35. 49

Soedarto, Penghantar Kuliah Hukum Pidana Jilid IA-IB, Fakultas Hukum

UNSOED, Purwokerto, 2001, hal 40-41. 50

Loc.Cit.

Page 66: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

53

perbuatan yang menyebabkan suatu akibat tertentu tanpa merumuskan wujud

dari perbuatan itu, maka tindak pidana itu merupakan pengertian tindak

pidana materil. Apabila tindak pidana yang dimaksudkan, dirumuskan

sebagai wujud perbuatan tanpa menyebutkan akibat yang disebabkan oleh

perbuatan itu, maka merupakan tindak pidana formal.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana

Dalam mengemukakan apa yang merupakan unsur-unsur tindak

pidana. Umumnya dikemukakan terlebih dahulu pembedaan dasar antara

unsur (bagian) perbuatan dan unsur (bagian) kesalahan (pertanggungjawaban

pidana). Unsur (bagian) perbuatan ini sering disebut unsur (bagian) Objektif

sedangkan unsur (bagian) kesalahan sering juga disebut unsur (bagian)

Subjektif.

Menurut Lamintang yang dimaksud unsur-unsur Subyektif itu adalah

unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan

diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang

terkandung di dalam hatinya. Sedangkan yang dimaksud unsur-unsur

Obyektif itu adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-

keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si

pelaku itu harus dilakukan51

.

Masih menurut Lamintang, unsur-unsur Subyektif dari sesuatu tindak

pidana itu adalah52

:

51

P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Cetakan III, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal 193. 52

Ibid, hal 194.

Page 67: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

54

a) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa);

b) Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti

yang dimaksud dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP;

c) Macam-macam maksud atau oogmerk seperti yang terdapat

misalnya didalam kejahatan-kejahatan pencurian, penipuan,

pemerasan, pemalsuan, dan lain-lain;

d) Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte read seperti yang

misalnya terdapat di dalam kejahatan pembunuhan menurut Pasal

340 KUHP;

e) Perasan takut atau vress seperti yang antara lain terdapat di dalam

rumusan tindak pidana menurut Pasal 308 KUHP.

Unsur-unsur Obyektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah53

:

a) Sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkheid;

b) Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai seseorang

pegawai negeri” di dalam kejahatan jabatan menurut Pasal 415

KUHP atau “keadaan sebagai penggurus atau komisaris dari suatu

Perseroan Terbatas” di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP;

c) Kasualitas, yakni hubungan antara sesuatu tindakan sebagai

penyebab dengan sesuatu kenyataan sebagai akibat.

Di antara para pakar hukum tidak terjadi kesamaan pendapat

mengenai unsur-unsur tindak pidana. Sebagai pakar hukum yang menganut

pandangan monistis dan sebagian lain menganut pandangan dualistis.

53

Loc.Cit.

Page 68: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

55

a. Simons

Unsur-unsur starfbaarfeit54

:

1. Perbuatan manusia (positif atau negatif, berbuat atau tidak berbuat

atau membiarkan);

2. Diancam dengan pidana (starfbaarfeit);

3. Melawan hukum (onrechmatig);

4. Dilakukan dengan kesalahan (met schuld in verbaanstand)

5. Oleh orang yang mampu bertanggungjawab (toerekeningsuatbaar

person).

Simons menyebutkan adanya unsur Obyektif dan unsur Subyektif dari

Starfbaarfeit.

Unsur Subyektif dari Starfbaarfeit adalah :

1. Perbuatan orang;

2. Akibat yang kelihatan dari perbuatan itu;

3. Mungkin ada keadaan tertentu yang menyertai perbuatan itu seperti

dalam Pasal 28 KUHP sifat “openbaar” atau di muka umum.

Unsur Obyektif dari Starfbaarfeit adalah :

1. Orang yang mampu bertanggungjawab.

2. Adanya kesalahan (dolus dan culpa) perbuatan harus dilakukan

dengan kesalahan.

b. Van Hamel

Unsur-unsur Starfbaarfeit adalah55

:

54

Soedarto, Op.Cit. hal 37.

Page 69: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

56

1. Perbuatan manusia dirumuskan dalam undang-undang;

2. Bersifat melawan hukum;

3. Dilakukan dengan kesalahan;

4. Patut dipidana.

Pendapat sarjana hukum yang menganut pandangan dualistis antara

lain :

a. Moeljatno

Untuk adanya perbuatan pidana harus ada unsur-unsur56

:

1. Perbuatan (manusia);

2. Yang memenuhi rumusan dalam undang-undang (ini merupakan

syarat formil), dan;

3. Bersifat melawan hukum (ini merupakan syarat materiil).

b. Soedarto

Unsur-unsur tindak pidana adalah57

:

1. Perbuatan

a. Memenuhi urusan undang-undang;

b. Bersifat melawan hukum (tidak ada alasan pembenar).

2. Orang

a. Mampu bertanggungjawab;

b. Dolus atau Culpa (tidak ada alasan pemaaf).

3. Jenis-Jenis Tindak Pidana

55

Loc.Cit. 56

Ibid, hal 39. 57

Ibid, hal 45.

Page 70: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

57

Pembagian dewasa ini yang kita kenal sebagai pembagian di dalam

tindakan-tindakan yang oleh para pembentuk dari KUHP kita telah disebut

sebagai kejahatan-kejahatan (misdrijven) dan pelanggaran-pelanggaran

(overtredingen). Menurut van Hamel, pembagian tindak pidana menjadi

tindak pidana “kejahatan” dan tindak pidana “pelanggaran” itu telah

mendapat pengaruh dari pembagian tindak pidana yang disebut

“rechtsdelicten” dan “wetsdelicten”. Yang dimaksud dengan

“rechtsdelicten” adalah delik-delik yang terdapat sejumlah tindakan-tindakan

yang mengandung suatu “onrecht” hingga orang pada umumnya memandang

bahwa pelaku-pelakunya itu memang pantas untuk dihukum, walaupun

tindakan-tindakan tersebut oleh pembentuk undang-undang telah tidak

dinyatakan sebagai yang terlarang didalam undang-undang, karena delik-

delik semacam itu adalah bertentangan dengan hukum yang tidak tertulis.

Sedangkan yang dimaksud dengan “wetsdelicten” itu adalah delik-delik yang

memperoleh sifatnya sebagai tindakan-tindakan yang dipantas untuk

dihukum, oleh karena dinyatakan demikian di dalam peraturan-peraturan

perundang-undangan58

.

Pembagian delik atas kejahatan dan pelanggaran ini disebut dalam

KUHP buku kedua memuat delik-delik yang disebut kejahatan, dan dalam

buku ketiga delik-delik yang disebut pelanggaran59

. Pembagian delik pidana

menjadi kejahatan dan pelanggaran bukan hanya merupakan dasar bagi

58

Ibid, hal 210. 59

Soedarto, Op.Cit, hal 50.

Page 71: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

58

pembagian KUHP menjadi buku kedua dan buku ketiga melainkan juga

merupakan dasar bagi seluruh sistem hukum pidana sebagai keseluruhan60

.

Percobaan melakukan kejahatan merupakan tindak pidana, untuk

pelanggaran pada umumnya bukan merupakan tindak pidana. Membantu

kejahatan merupakan tindak pidana sedangan membantu melakukan

pelanggaran bukan merupakan tindak pidana. Dan tindak pidana yang

mungkin dimuat dalam peraturan legislatif di daerah otonom semuanya

masuk pelanggaran61

.

Di dalam ilmu pengetahuan hukum pidana selanjutnya masih terdapat

sejumlah pembagian-pembagian lainnya dari tindak pidana sebagai berikut :

1) Delik Formal dan Delik Materiil (Delik dengan perumusan secara formil

dan dengan perumusan secara materiil)62

a. Delik formal atau delik dengan perumusan formal adalah delik yang

dianggap telah selesai (voltooid) dengan dilakukannya suatu

perbuatan yang dilarang.

b. Delik materiil atau delik dengan perumusan materiil adalah delik baru

dianggap selesai (vooltoid) dengan timbulnya akibat yang dliarang.

2) Delik commissionis, delik ommnissionis dan delik commissionis per

ommissionis commisa63

60

Lamintang, Op.Cit, hal 211. 61

Topo Santoso, Membumikan Hukum Pidana Islam : Penegakan syariat Dalam

Wacana dan Agenda, Asy Syamil, Gema Insani, Jakarta, 2000, hal 42. 62

Frans Maramis, Hukum Pidana Umum dan Tertulis Di Indonesia, Cetakan I, PT

Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal 75-76. 63

Soedarto, Op.Cit, hal 51.

Page 72: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

59

a. Delik commissionis: delik yang berupa pelanggaran terhadap

larangan, ialah berbuat sesuatu yang dilarang, pencurian, penggelapan,

penipuan.

b. Delik ommissionis: delik yang berupa pelanggaran terhadap

pemerintah, misal yang terdapat dalam Pasal 522 KUHP.

c. Delik commissions per ommnissionis commisa: delik yang berupa

pelanggaran larangan (dua delik commissionis ), akan tetapi dilakukan

dengan cara tidak berbuat. Misal yang terdapat dalam Pasal 338 dan

340 KUHP.

3) Delik dolus dan delik culpa64

a. Delik dolus: delik yang memuat semua unsur kesengajaan, misal

Pasal 187, 197 KUHP.

b. Delik culpa: delik yang memuat kealpaan sebagai salah satu unsur,

misal Pasal 195, 201 KUHP.

4) Delik Tunggal dan delik berganda65

a. Delik tunggal: delik yang cukup dilakukan dengan perbuatan satu kali.

b. Delik berganda: delik yang baru merupakan delik, apabila dilakukan

beberapa kali perbuatan, misal Pasal 481 KUHP.

5) Delik aduan dan bukan delik aduan66

Delik aduan: delik yang penuntutannya hanya dilakukan apabila ada

pengaduan dari pihak yang terkena, misal Pasal 284 KUHP.

64

Ibid, hal 52.

65

Loc.Cit. 66

Frans Maramis, Op.Cit, hal 76.

Page 73: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

60

Delik aduan dibedakan menurut sifatnya :

- Delik aduan absolut adalah delik yang dalam semua keadaan

merupakan delik aduan.

- Delik aduan yang relatif adalah delik yang dalam keadaan tertentu

merupakan delik aduan, sedangakan biasanya bukan merupakan

delik aduan.

6) Delik sederhana dan delik yang ada pembenarannya67

a. Delik sederhana: misal penganiayaan (Pasal 351 KUHP)

b. Delik yang ada pembenarannya: misal penganiayaan yang

menyebabkan luka berat atau matinya orang (Pasal 351 ayat 2,3

KUHP)

7) Delik ekonomi (biasanya disebut tindak pidana ekonomi)68

Tindak pidana ekonomi terdapat dalam Pasal 1 Undang-Undang Darurat

Nomor 7 Tahun 1995 tentang tindak pidana ekonomi.

8) Kejahatan ringan69

Dalam KUHP ada kejahatan-kejahatan ringan: Pasal 302 (1), 315, 352,

364, 373, 375, 482.

D. Tindak Pidana Pemilukada

1. Pengertian Tindak Pidana Pemilu

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia yang

merupakan peninggalan Belanda telah dimuat lima pasal yang substansinya

67

Soedarto, Op.Cit, hal 53. 68

Loc.Cit. 69

Ibid.

Page 74: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

61

adalah Tindak Pidana Pemilu tanpa menyebutkan sama sekali apa yang

dimaksud Tindak Pidana Pemilu70

. Pembentuk KUHP kita tidak memberikan

suatu penjelasaan tentang apa yang dimaksud Tindak Pidana Pemilu,

sehingga di dalam doktrin menimbulkan berbagai pendapat tentang apa yang

dimaksud Tindak Pidana Pemilu. Sintong Silaban71

misalnya ketika

memberi pengertian Tindak Pidana Pemilu, ia menguraikan apa yang

dimaksud dengan tindak pidana secara umum kemudian menerapkannya

dalam kaitannya dengan Pemilu.

Menurut Djoko Prakoso72

menguraikan bahwa pengertian Tindak

Pidana Pemilu dengan :

“Setiap orang, badan hukum, mengacaukan, menghalang-halangi atau

menggangu jalannya pemilihan umum yang diselenggarakan menurut

undang-undang.”

Sedangkan menurut Topo Santoso73

memberikan pengertian Tindak

Pidana Pemilu, yakni :

“Semua tindak pidana yang berkaitan dengan peyelenggaraan Pemilu

yang diatur dalam Undang-Undang Pemilu maupun di dalam Undang-

Undang Tindak Pidana Pemilu.”

UU No. 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum

terdapat juga istilah Tindak Pidana Pemilu dalam Pasal 29, 31, 74, 76, 78, 80,

70

Topo Santoso, Tindak Pidana Pemilu, Cetakan I, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hal

1. 71

Sintong Silaban, Tindak Pidana Pemilu Suatu Tinjauan Dalam Rangka

Mewujudkan Pelaksanaan Pemilu Yang Jujur Dan Adil, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1992, hal

48-53. 72

Djoko Prakoso, Tindak Pidana Pemilu, Cetakan I, CV. Rajawali, Jakarta, 1987,

hal 148. 73

Topo Santoso, Op.Cit, hal 5.

Page 75: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

62

82, 84, 99, dan Pasal 102. Namun tidak ada satupun pasal yang memberikan

definisi apa itu Tindak Pidana Pemilu.

Berbeda dengan KUHP pelanggaran dalam KUHP menggunakan

hukum acara singkat dan kejahatan dalam KUHP dengan hukum acara biasa.

2. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pemilu dalam KUHP

KUHP tidak memberikan definisi atas berbagai tindak pidana itu,

sedangkan pengertiannya akan diketahui dari rumusan unsur-unsur tindak

pidana. Dengan demikian, pengertian Tindak Pidana Pemilu di dalam KUHP

dapat dilihat dari rumusan unsur-unsur dari pasal-pasal yang mengaturnya.

Menurut Wirjono Prodjodikoro tidak kurang dari lima pasal dari

titel IV ini mengenai tindak-tindak pidana yang ada hubungan dengan suatu

Pemilu yang diadakan berdasar atas undang-undang74

. Lima pasal yang

terdapat dalam Bab IV Buku Kedua KUHP mengenai tindak pidana

“Kejahatan terhadap melakukan kewajiban dan hak kenegaraan”, adalah Pasal

148, 149, 150, 151, dan 152 KUHP75

.

Perbuatan-perbuatan yang dilarang menurut pasal-pasal tersebut

adalah sebagai berikut :

1) Merintangi Orang Menjalankan Haknya dalam memilih

Pasal 148 KUHP menyatakan:

“Barangsiapa pada waktu diadakan pemilihan berdasarkan aturan-aturan

umum, dengan kekerasan atau ancaman kekerasaan dengan sengaja

merintangi seseorang memakai hak pilihnya dengan bebas dan tidak

74

Wirjono Prodjodikoro, Tindak –Tindak Pidana Tertentu Di Indonesia, Cetakan I,

Refika Aditama, Bandung, 2003, hal 215. 75

Topo Santoso, Op.Cit, hal 11.

Page 76: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

63

terganggu, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat

bulan.”

Tindak pidana menghalangi orang lain mempergunakan hak pilihnya

dalam suatu pemilihan dengan bebas dan secara tidak terganggu yang diatur

dalam Pasal 148 KUHP itu terdiri dari unur-unsur sebagai berikut76

:

a. Unsur subjektif : opzettelijk, artinya dengan sengaja.

b. Unsur objektif :

1. Pada waktu diadakan pemilihan berdasarkan sesuatu peraturan

umum;

2. Dengan kekerasaan atau dengan ancaman kekerasaan;

3. Menghalangi atau merintangi seseorang;

4. Mempergunakan hak pilihnya dengan bebas dan secara tidak

terganggu.

2) Penyuapan

Pasal 149 KUHP menyatakan:

(1) Barangsiapa pada waktu diadakan pemilihan berdasarkan aturan-

aturan umum, dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, menyuap

seseorang supaya tidak memakai hak pilihnya, atau supaya memakai

hak itu menuruti cara yang tertentu, diancam dengan pidana penjara

paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat

ribu lima ratus rupiah;

(2) Pidana yang sama diterapkan kepada pemilih, yang dengan menerima

pemberian atau janji, mau disuap supaya memakai atau tidak memakai

haknya seperti di atas.

Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 149 KUHP itu hanya terdiri

dari unsur-unsur objektif, masing-masing yakni77

:

76

Lamintang, Delik-Delik Khusus: Kejahatan-Kejahatan Terhadap Kepentingan

Hukum Negara,Cetakan I, Sinar Baru, Bandung, 1987, hal 344.

Page 77: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

64

1. Pada waktu diselenggarakan pemilihan berdasarkan sesuatu

peraturan umum;

2. Menyuap orang lain dengan pemberian atau janji;

3. Agar orang lain tersebut tidak mempergunakan hak pilihnya atau

agar ia mempergunakan hak pilihnya dengan cara tertentu.

3) Perbuatan Tipu Muslihat

Pasal 150 KUHP menyatakan:

“Barangsiapa pada waktu diadakan pemilihan berdasarkan aturan-aturan

umum, melakukan tipu muslihat sehingga suara seorang pemilih menjadi

tidak berharga atau menyebabkan orang lain daripada yang dimaksud oleh

pemilih itu menjadi terpilih, diancam dengan pidana penjara paling lama

sembilan bulan.”

Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 150 KUHP tersebut di atas

hanya terdiri dari unsur-unsur objektif, masing-masing yakni78

:

1. Pada waktu diselenggarakan pemilihan berdasarkan suatu peraturan

umum;

2. Melakukan sesuatu tindakan yang sifatnya menipu;

3. Hingga suara seorang pemilih menjadi tidak sah atau;

4. Hingga orang lain daripada yang dimaksudkan oleh pemilih

menjadi terpilih.

4) Mengaku Sebagai Orang Lain

Pasal 151 KUHP menyatakan:

“Barangsiapa dengan sengaja memakai nama orang lain untuk ikut dalam

pemilihan berdasarkan aturan-aturan umum, diancam dengan pidana

penjara paling lama satu tahun empat bulan.”

77

Ibid, hal 357. 78

Ibid, hal 373.

Page 78: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

65

Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 151 KUHP tersebut di atas

terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut79

:

a. Unsur subjektif : opzettelijk atau dengan sengaja

b. Unsur objektif :

1. Mengakui dirinya sebagai orang lain

2. Turut serta dalam suatu pemilihan yang diadakan berdasarkan

suatu peraturan umum.

5) Menggagalkan Pemungutan Suara yang Telah Dilakukan atau

Melakukan Tipu Muslihat

Pasal 152 KUHP menyatakan:

“Barangsiapa pada waktu diadakan pemilihan berdasarkan aturan-aturan

umum dengan sengaja menggagalkan pemungutan suara yang telah

diadakan atau melakukan tipu muslihat yang menyebabkan putusan

pemungutan suara itu lain dari yang seharusnya diperoleh berdasarkan

kartu-kartu pemungutan suara yang masuk secara sah atau berdasarkan

suara-suara yang dikeluarkan secara sah, diancam dengan pidana penjara

paling lama dua tahun.”

Tindak pidana yang diatur dalam Pasal 152 KUHP tersebut terdiri dari

unsur-unsur sebagai berikut80

:

a. Unsur subjektif : opzettelijk atau dengan sengaja

b. Unsur-unsur objektif :

1. Pada waktu diadakan pemilihan berdasarkan aturan-aturan

umum;

2. Menggagalkan pemungutan suara yang telah diadakan;

79

Ibid, hal 377. 80

Ibid, hal 382.

Page 79: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

66

3. Melakukan sesuatu tindakan yang bersifat menipu;

4. Yang menyebabkan putusan pemungutan suara itu lain;

5. Lain dari yang seharusnya diperoleh berdasarkan kartu-kartu

pemungutan suara yang masuk secara sah atau berdasarkan

suara-suara yang dikeluarkan secara sah.

3. Unsur-Unsur Tindak Pidana Pemilukada dalam Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008

Tentang Pemerintahan Daerah

Permasalahan yang muncul adalah adanya berbagai macam tindak

pidana yang dilakukan yang merebak diberbagai daerah dalam memilih

seorang Kepala Daerah. Sampai sekarang pun kesulitan untuk mendapatkan

bukti-bukti tertulis guna memprosesnya secara hukum.

Yang dimaksud dengan Tindak Pidana Pemilukada adalah

serangkaian tindak pidana yang diatur secara khusus dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang Pemilukada.

Tindak pidana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tidak

selalu berupa tindak pidana baru yang belum pernah diatur dalam peraturan

perundang-undangan lain. Beberapa Tindak Pidana Pemilukada merupakan

tindak pidana yang sebelumnya telah diatur dalam KUHP, seperti

memalsukan surat (Pasal 263), money politic (Pasal 149), dan sebagainnya.

Di luar tindak pidana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang

mengatur tentang Pemilukada masih terdapat berbagai tindak pidana yang

dapat terjadi di dalam atau yang berhubungan dengan penyelenggaraan

Page 80: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

67

Pemilukada. Tindak pidana tersebut bisa dilakukan oleh masyarakat pada

umumnya atau oleh peserta Pemilu atau oleh penyelenggara Pemilu.

Bila mengacu pada ketentuan yang diatur dalam UU No. 32 Tahun

2004 Tentang Pemerintahan Daerah, maka masalah-masalah hukum yang ada

dan diatur ini hampir sama dengan yang diatur dalam Pemilu yaitu terdiri atas

pertama Tindak Pidana Pemilukada. Tindak Pidana Pemilukada ini adalah

pelanggaran terhadap ketentuan yang diatur dalam undang-undang yang

diancam dengan sanksi pidana. Dalam UU No. 32 Tahun 2004 diatur dalam

Pasal 115 sampai dengan Pasal 119 dimana pasal-pasal tersebut ancaman

pidananya paling singkat 15 (lima belas) hari dan paling lama 3 (tiga) tahun

serta penjatuhan denda paling sedikit Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) dan

paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) tergantung dari

tindakan pelanggaran yang dilakukan.

Kedua pelanggaran administrasi Pemilukada. Pelanggaran ini

merupakan perbuatan melanggar ketentuan peraturan perundangan yang tidak

diancam dengan sanksi pidana, khususnya pelanggaran terhadap ketentuan,

persyaratan, kewajiban, perintah dan larangan. Ketiga perselisihan

administrasi Pemilukada. Dimana perselisihan ini terjadi karena adanya

keputusan atau tindakan penyelenggara Pemilu yang dianggap merugikan

pihak tertentu, dalam hal ini adalah warga negara (yang mempunyai hak

memilih dan dipilih), partai politik pengusul, bakal calon Kepala Daerah, dan

calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, yang terjadi dalam tahapan-

tahapan Pemilukada. Dan keempat perselisihan hasil Pemilu. Suatu

Page 81: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

68

perselisihan yang ditimbulkan oleh keputusan penyelenggara Pemilu tentang

hasil Pemilu yang dianggap merugikan pihak tertentu, dalam hal ini calon

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, yang terjadi pada tahapan

penetapan hasil Pemilukada, sebagaimana diatur dalam Pasal 106 UU No. 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah hanya

terdapat 27 bentuk perbuatan yang digolongkan tindak pidana, setelah

lahirnya UU No. 12 Tahun 2008, bentuk perbuatan yang digolongkan

kedalam tindak pidana pada Pemilukada pun telah bertambah 3 bentuk.

Sehingga perbuatan yang di golongkan kedalam Tindak Pidana Pemilukada

inipun bertambah menjadi 30. Dalam UU No. 12 Tahun 2008 tentang

perubahan kedua UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah pada

Pasal 1 angka 14 yang mengubah Pasal 115, terjadi perubahan tentang

pemidanaan. Ancaman pidana penjara dan denda pada Pasal 115 yang telah

diubah, juga terjadi penambahan. Sehingga pasal ini mengandung ancaman

pidana yang sangat berat bagi seseorang, anggota PPS, anggota PPK, anggota

KPU kabupaten/kota, dan anggota KPU Provinsi yang melakukan perbuatan

pada Pasal 115 ini. Adapun rumusan Tindak Pidana Pemilukada yang

terdapat dalam UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang

Pemerintahan Daerah, antara lain :

1) Sebelum Pemilukada

- Tahap Pemutakhiran Data dalam Penyusuan Daftar Pemilih Tetap

Pasal 115 menyatakan:

Page 82: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

69

(1) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak

benar mengenai diri sendiri atau orang lain tentang suatu hal yang

diperlukan untuk pengisian daftar pemilih, diancam dengan pidana

penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 12 (dua belas)

bulan dan denda paling sedikit Rp 3.000.000,- (tiga juta rupiah) dan

paling banyak Rp 12.000.000,- (dua belas juta rupiah)

(2) Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan

hak pilihnya dan orang yang kehilangan hak pilihnya tersebut

mengadukan diancam pidana penjara paling singkat 12 (dua belas)

bulan dan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan denda paling

sedikit Rp 12.000.000.- (dua belas juta rupiah) dan paling banyak Rp

24.000.000,- (dua puluh empat juta rupiah)

(3) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan surat menurut suatu

aturan dalam undang-undang ini diperlukan untuk menjalanakan suatu

perbuatan dengan maksud untuk digunakan sendiri atau orang lain

sebagai seolah-olah surat sah atau tidak dipalsukan, diancam dengan

pidana penjara paling singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling

lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp

36.000.000.- (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp

72.000.000.- (tujuh puluh dua juta rupiah)

(4) Setiap orang yang dengan sengaja dan mengetahui bahwa surat

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah tidak sah atau dipalsukan,

menggunakan, atau menyuruh orang lain menggunakan sebagai surat

yang sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 36 (tiga

puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan

denda paling sedikit Rp 36.000.000,- (tiga puluh enam juta rupiah)

dan paling banyak Rp 72.000.000,- (tujuh puluh dua juta rupiah)

(5) Setiap orang yang dengan kekerasan atau dengan ancaman kekuasaan

yang ada padanya saat pendaftaran pemilih menghalang-halangi

seseorang untuk terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilihan Kepala

Daerah menurut undang-undang ini, diancam dengan pidana penjara

paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh

enam) bulan dan denda paling sedikit Rp 12.000.000,- (dua belas juta

rupiah) dan paling banyak Rp 36.000.000,- (tiga puluh enam juta

rupiah)

(6) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak

benar atau menggunakan surat palsu seolah-olah sebagai surat yang

sah tentang suatu hal yang diperlukan bagi persyaratan untuk menjadi

pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, diancam dengan

pidana penjara paling singkat 36 (tiga pulu enam) bulan dan paling

lama 72 (tujuh puluh dua) bulan dan denda paling sedikit Rp

Page 83: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

70

36.000.000,- (tiga puluh enam juta rupiah) dan paling banyak Rp

72.000.000,- (tujuh puluh dua juta rupiah)

(7) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan tidak benar

atau menggunakan identitas diri palsu untuk mendukung bakal

pasangan calon perseorangan Kepala Daerah dan Wakil Kepala

Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, diancam dengan

pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36

(tiga puluh enam) bulan dan denda minimal Rp 12.000.000,- (dua

belas juta rupiah) dan paling banyak Rp 36.000.000,- (tiga puluh enam

juta rupiah)

(8) Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU kabupaten/kota, dan

anggota KPU provinsi yang dengan sengaja memalsukan daftar

dukungan terhadap calon perseorangan sebagaimana diatur dalam

undang-undang ini, diancan denga pidana penjara paling singkat 36

(tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh dua) bulan

dan denda paling sedikit Rp 36.000.000,- (tiga puluh enam juta

rupiah) dan paling banyak Rp 72.000.000,- (tujuh puluh dua juta

rupiah)

(9) Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU kabupaten/kota, dan

anggota KPU provinsi yang dengan sengaja tidak melakukan

verifikasi dan rekapitulasi terhadap calon perseorangan sebagaimana

diatur dalam undang-undang ini, diancam denga pidana penjara paling

singkat 36 (tiga puluh enam) bulan dan paling lama 72 (tujuh puluh

dua) bulan dan denda paling sedikit Rp 36.000.000,- (tiga puluh enam

juta rupiah) dan pling banyak Rp 72.000.000,- (tujuh puluh dua juta).”

- Tahap Masa Kampanye Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Pasal 116 menyatakan:

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kampanye di luar

jadwal waktu yang telah ditetapkan oleh KPUD untuk masing-masing

pasangan calon, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2),

diancam dengan pidana penjara paling singkat 15 (lima belas) hari

atau paling lama 30 (tiga puluh) bulan dan/atau denda paling sedikit

Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp. 1.000.000,-

(satu juta rupiah)

(2) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan larangan

pelaksanaan kampanye sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf

a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf f, diancam dengan

pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 18

(delapan belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 600.000,-

Page 84: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

71

(enam ratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp 6.000.000,- (enam juta

rupiah)

(3) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan larangan

pelaksanaan kampanye Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf g, huruf h, huruf i, dan

huruf j dan Pasal 78 huruf g, huruf l, huruf j, dan Pasal 79 ayat (1),

ayat (3) dan ayat (4), diancam dengan pidana penjara paling singkat 1

(satu) bulan dan paling lama 6 (enam) bulan dan/atau denda minimal

Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) atau paling banyak Rp. 1.000.000,-

(satu juta rupiah)

(4) Setiap pejabat negara, pejabat struktural dan fungsional dalam jabatan

negeri dan kepala desa yang dengan sengaja melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83, diancam dengan pidana

penjara paling singkat 1(satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan

dan/atau denda minimal Rp 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) atau

paling banyak Rp 6.000.000,- (enam juta rupiah)

(5) Setiap orang yang dengan sengaja mengacaukan, menghalangi, atau

mengganggu jalannya kampanye, diancam dengan pidana penjara

paling singkat 1 (satu) bulan atau paling lama 6 (enam) bulan dan/atau

denda minimal Rp 600.000,- (enam ratus ribu rupiah) atau paling

banyak Rp 6.000.000,- (enam juta rupiah)

(6) Setiap orang yang memberi atau menerima dana kampanye melebihi

batas yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83 ayat (3),

diancam dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) bulan atau

paling lama 24 (dua puluh empat) bulan dan/atau denda paling sedikit

Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) atau paling banyak Rp

1.000.000.000,- (satu miliyar rupiah)

(7) Setiap orang yang dengan sengaja menerima atau memberi dana

kampanye dari atau kepada pihak-pihak yang dilarang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1), dan/atau tidak memenuhi

kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (2), diancam

dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) bulan atau paling lama

24 (dua puluh empat) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp

200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) atau paling banyak Rp

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

(8) Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak

benar dalam laporan dana kampanye sebagaimana diwajibkan oleh

undang-undang ini, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2

(dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda

Page 85: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

72

paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau paling banyak Rp

10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)

2) Saat Pemilukada : Tahap Pemungutan dan Perhitungan Suara

Pasal 117 menyatakan:

(1) Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau

ancaman kekerasan dan menghalang-halangi seseorang yang akan

melakukan haknya untuk memilih, dipidana dengan pidana penjara

paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan

dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau

paling banyak Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)

(2) Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang

atau materi lainnya kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak

pilihnya, atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan

hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi

tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan

dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp

1.000.000,- (satu juta rupiah) atau paling banyak Rp 10.000.000,-

(sepuluh juta rupiah)

(3) Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja

mengaku dirinya sebagai orang lain untuk menggunakan hak pilih,

diancam dengan pidana penjara paling singkat 15 (lima belas) hari dan

paling lama 60 (enam puluh) hari dan/atau denda paling sedikit Rp

100.000,- (seratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000,- (satu

juta rupiah)

(4) Setiap orang yang pada waktu pemungutan suara dengan sengaja

memberikan suaranya lebih dari satu kali atau lebih TPS, diancam

dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling lama 4

(empat) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 200.000,- (dua ratus

ribu rupiah) dan paling banyak Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah)

(5) Setiap orang yang dengan sengaja menggagalkan pemungutaan suara,

diancam dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan

paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling singkat Rp

1.000.000,- (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000

(sepuluh juta rupiah)

(6) Seorang majikan atau atasan yang tidak memberikan kesempatan

kepada seorang pekerja untuk memberikan suaranya, kecuali dengan

alasan bahwa pekerjaan tersebut tidak bisa ditinggalkan, diancam

dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama

Page 86: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

73

12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,-

(satu juta rupiah) dan paling banyak Rp 10.000.000,- (sepuluh juta

rupiah)

(7) Setiap orang yang dengan sengaja pada waktu pemungutan suara

mendampingi seorang pemilih selain yang diatur sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1), diancam dengan pidana penjara

paling singkat 2 (dua) bulan dan paling banyak 12 (dua belas) bulan

dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan

paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)

(8) Setiap orang yang bertugas membantu pemilih sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 89 ayat (2) dengan sengaja memberitahukan

pilihan si pemilih kepada orang lain, diancam dengan pidana penjara

paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan

dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan

paling banyak Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)

Pasal 118 menyatakan:

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang

menyebabkan suara seorang pemilih menjadi tidak berharga atau

meyebabkan pasangan calon tertentu mendapat tambahan suara atau

perolehan suara suaranya berkurang, diancam dengan pidana penjara

paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun dan/atau

denda paling sedikit Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan paling

banyak Rp 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah)

(2) Setiap orang yang dengan sengaja merusak atau atau menghilangkan

hasil pemungutan suara yang sudah disegel, diancam dengan pidana

penjara paling singkat 4 (empat) bulan atau paling lama 2 (dua) tahun

dan/atau denda paling sedikit Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) dan

paling banyak Rp 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah)

(3) Setiap orang yang karena kelalaiannya menyebabkan rusak atau

hilangnya hasil pemungutan suara yang sudah disegel, diancam

dengan pidana penjara paling singkat 15 (lima belas) hari dan paling

lama 2 (dua) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000,-

(seratus ribu rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000,- (satu juta

rupiah)

(4) Setiap orang yang dengan sengaja mengubah hasil perhitungan suara

dan/atau berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara, diancam

dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama

3 (tiga) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100.000,- (seratus ribu

rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah)

Page 87: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

74

Pasal 119 menyatakan :

“Jika tindak pidana dilakukan dengan sengaja oleh penyelenggara atau

pasangan calon, ancaman pidananya 1/3 (sepertiga) dari pidana yang

diatur dalam Pasal 115, 116, 117, dan 119.

3) Sesudah Pemilukada

Penetapan pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah

terpilih, pengesahan, dan pelantikan. Setelah selesai tahap tersebut diharapkan

Kepala Daerah dan atau/Wakil Kepala Daerah dapat melakukan tugas dan

wewenang serta kewajibannya sebagai Kepala Daerah dan atau/Wakil Kepala

Daerah. Dalam masa jabatannya tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang

dilarang, yaitu :

Pasal 30 menyatakan:

(1) Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan

sementara oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD apabila

dinyatakan melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan

pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun atau lebih berdasarkan

putusan pengadilan.

(2) Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan oleh

Presiden tanpa melalui usulan DPRD apabila terbukti melakukan

tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Pasal 31 menyatakan:

(1) Kepala Daerah dan/atau wakil Kepala Daerah diberhentikan

sementara oleh Presiden tanpa melalui usulan DPRD karena didakwa

melakukan tindak pidana korupsi, tindak pidana terorisme, makar,

dan/atau tindak pidana terhadap keamanan negara.

(2) Kepala Daerah dan/atau Wakil Kepala Daerah diberhentikan oleh

Presiden tanpa melalui usulan DPRD karena terbukti melakukan

makar dan/atau perbuatan lain yang dapat memecah belah Negara

Kesatuan Republik Indonesia yang dinyatakan dengan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Page 88: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

75

4. Penyertaan

Penyertaan dalam suatu delik atau tindak pidana mengacu pada

peserta yang melakukan tindak pidana yang jumlahnya lebih dari satu orang.

Penyertaaan memaparkan lebih lanjut siapa-siapa saja yang termasuk

pembuat dan pembantu dan tindak pidana tersebut, yaitu unsur dari

penyertaan sebagai berikut81

:

a. Unsur – unsur penyertaan

- Unsur pelaku (pleger)

Orang yang melakukan (plegen) atau pelaku (pleger) adalah orang yang

perbuatannya mencocoki semua unsur dari suatu rumusan tindak

pidana. Mengenai pelaku (pleger) sukar menentukannya karena

undang-undang tidak menentukan secara pasti siapa yang menjadi

pembuat;

- Unsur orang yang menyuruh melakukan (doen plegen)

Peserta yang pertama-tama disebutkan oleh Pasal 55 KUHP setelah

pelaku ialah orang yang menyuruh melakukan perbuatan (doen plegen).

Bentuk menyuruh melakukan ini terjadi, apabila orang yang disuruh

tidak dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya itu. Dengan

demikian pada doen plegen (menyuruh melakukan) ada dua pihak;

- Unsur orang yang turut melakukan perbuatan (medeplegen)

81

Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia, Cetakan VII, PT.

Refika Aditama, Bandung, 2002, hal 109-120.

Page 89: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

76

Turut serta melakukan, yaitu seorang pembuat turut serta mengambil

prakarsa dengan berunding dengan orang lain dan sesuai dengan

perundingan itu mereka bersama-sama melakukan delik;

- Unsur orang menganjurkan orang lain supaya melakukan

perbuatan (uitlokken)

Ada perbuatan “uitlokken”(menganjurkan, membujuk) apabila si

“uitlokker” (penganjur, pembujuk) mengguakan upaya-upaya yang

telah disebutkan dalam Pasal 56 ayat (1) butir 2 KUHP. Hal ini

merupakan salah satu pembela antara bentuk menyuruh melakukan

(doen plegen) dan menganjurkan melakukan (uitlikken).

5. Bentuk-bentuk penyertaan

Dilihat dari uraian diatas tentang unsur-unsur penyertaan maka dapat

disebutkan bentuk-bentuk penyertaan menurut KUHP Indonesia ialah82

:

a. Pembuat/dader (Pasal 55 KUHP) yang terdiri dari :

1. Pembuat (pleger);

2. Yang menyuruh melakukan (doen plegen);

3. Yang turut serta melakukan (medeplegen);

4. Penganjur (uitlokker).

b. Pembantu kejahatan/medeplichtige (Pasal 56 KUHP) yang terdiri dari

:

1. Pembantu pada saat kejahatan dilakukan;

2. Pembantu sebelum kejahatan dilakukan.

82

Frans Maramis, Op.Cit. hal 214-215.

Page 90: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

77

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu pendekatan yang

menggunakan konsepsi legis positivistis. yang memandang hukum identik

dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau

pejabat negara yang berwenang. Selain konsepsi ini juga meninjau hukum

sebagai suatu sistem normatif mandiri, bersifat tertutup dan terlepas dari

kehidupan masyarakat yang nyata83

.

Nama lain penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum

doktrinal juga disebut penelitian perpustakaan atau studi dokumen84

.

Penelitian normatif lebih banyak dilakukan pada bahan hukum yang bersifat

sekunder yang ada di perpustakaan. Menurut Peter Mahmud Marzuki

penelitian hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum

maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Penelitian dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru

sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi85

.

83

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia

Indonesia, Jakarta, 1990, hal 97. 84

Bambang Wahyu, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafik, Jakarat, 1991,

hal 31. 85

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2009, hal 35.

Page 91: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

78

Penelitian ini menggunakan metode pendekataan kasus (case

approach) yaitu penelitian yang menggunakan contoh kasus untuk

mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dibahas, dan

pendekataan perundang-undangan (statute approach) yaitu dengan mengkaji

peraturan perundang-undangan yang relevan dengan masalah yang dibahas86

.

Kasus yang diangkat dalam penelitian ini adalah Tindak Pidana

Pemilukada di Gresik pada tahun 2010. Sedangkan peraturan perundang-

undangan yang digunakan adalah KUHP, UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No.

12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah, dan peraturan perundang-

undangan yang terkait dengan Tindak Pidana Pemilukada.

Penggunaan metode yuridis normatif dengan pendekataan tersebut

diajukan untuk mengkaji, menilai, dan menganalisis kasus yang terjadi dalam

hal ini mengetahui batasan tindak pidana dalam Pemilukada, dan mengetahui

penerapan ketentuan Tindak Pidana Pemilukada. Permasalahan tersebut

kemudian dikomparasikan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku yang mengatur hal terkait. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui

apakah proses tersebut telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

dalam peraturan perundang-undangan.

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang dipakai adalah deskriptif analisis, yaitu

menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan

dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang

86

Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media,

Malang, hal 308.

Page 92: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

79

menyangkut permasalahan di atas87

. Analisis dilakukan dalam rangka untuk

memecahkan permasalahan yang ada dengan menggambarkan apa yang

menjadi masalah (deskripsi), menjelaskan masalah (eksplanasi), mengkaji

permasalahan dari bahan-bahan hukum yang terkait (evaluasi) dan

memberikan argumentasi dari hasil evaluasi tersebut, sehingga didapat

kesimpulan mengenai persoalan Tindak Pidana Pemilukada di Gresik pada

Tahun 2010.

Melalui penelitian ini penulis mencoba mencari gambaran mengenai

batasan tindak pidana dalam Pemilukada dan penerapan ketentuan Tindak

Pidana Pemilukada berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pusat Informasi Ilmiah Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, Unit Pelaksana

Teknis Perpustakaan UNSOED, Panwaslu Purwokerto.

D. Sumber dan Jenis Bahan Hukum

Penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai bahan penelitian,

karena penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Data sekunder yang

digunakan berupa bahan primer yaitu :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas

atau mengikat88

. Bahan hukum primer terdiri dari Peraturan Perundang-

87

Ronny Hanitijo Soemitro, Op.Cit..hal 97-98. 88

Ibid, hal 11.

Page 93: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

80

undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan peraturan

peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim89

. Penelitian ini

menggunakan bahan hukum primer berupa :

1. Amandemen ke IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1945;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana;

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konsitusi;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004;

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaran

Pemilihan Umum (PEMILU);

7. UU No. 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan,

Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang dimiliki

hubungan erat dengan bahan hukum primer yang digunakan untuk

89

Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit. hal 141.

Page 94: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

81

menganalisis dan memahami bahan hukum primer90

. Bahan hukum sekunder

yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku-buku teks maupun

dokumen-dokumen resmi yang berhubungan dengan objek penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang menunjang penelitan

bahan hukum tersier terdiri dari91

:

a) Bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder yang biasanya disebut dengan

bahan acuan bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum,

misalnya abstrak perundang-undangan, biliografi hukum, direktori

pengadilan, ensiklopedia hukum, kamus hukum, atau indeks

majalah hukum.

b) Bahan-bahan primer, sekunder, dan penunjang di luar bidang

hukum.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk penelitian ini adalah

dengan cara mengumpulkan seluruh bahan-bahan kepustakaan baik bahan

hukum primer, sekunder, maupun tersier yang diperoleh dari lokasi penelitian

untuk selanjutnya dilakukan pengklasifikasian dan pencatatan mengenai hal-

hal yang dianggap penting dan berguna bagi penelitian yang dilakukan untuk

kemudian dilakukan pengkajian secara menyeluruh. Pengklasifikasian dan

90

Ronny Hanitijo Soemitro, Op.Cit. hal 12. 91

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Peneltian Hukum Normatif (suatu Kajian

Singkat), Rajawali, Jakarta, 1990, hal 41.

Page 95: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

82

pencatatan dalam penelitian ini disusun berdasarkan topik yang sesuai dengan

permasalahan yang akan dibahas agar memudahkan peneliti dalam

melakukan peneltian kemudian dikaji sebagai satu kesatuan yang utuh serta

Putusan Nomor: 01/Pid.S/2010/PN.Gs.

F. Teknik Penyajian Data

Teknik penyajian data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk

uraian yang disusun secara sistematis, rasional, dan logis. Keseluruhan bahan

yang diperoleh akan dihubungkan antara satu dengan yang lainnya yang akan

disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti, sehingga menjadi satu

kesatuan yang didasarkan pada norma-norma atau kaidah-kaidah hukum serta

doktrin-doktrin yang relevan dengan pokok permasalahan yang diteliti.

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitin ini adalah

mengumpulkan bahan hukum yang diperoleh, kemudian dianalisis

menggunakan metode analisis normatif kualitatif, yakni dengan membahas

dan menjabarkan bahan hukum yang digunakan dengan berlandaskan pada

norma hukum yang digunakan, teori-teori serta doktrin yang berkaitan dengan

materi yang diteliti, dengan menggunakan logika deduktif yakni menarik

kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap

permasalahan konkret yang dihadapi92

92

Ronny Hanitiji Soemitro, Op.Cit. hal 9.

Page 96: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

83

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil Penelitian

Pemilihan Umum dalam hal ini Pemilihan Umum Kepala Daerah

(Pemilukada) merupakan wujud kedaulatan rakyat, karena hakikat Pemilu

jauh lebih dalam dibandingkan sekedar memberikan suara, setiap suara, yang

diberikan sangat bermakna bagi terbentuknya pemerintahan legitimate yaitu

suatu pemerintahan yang di percaya dan didukung oleh rakyat. Sesuai dengan

Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945 menyatakan bahwa ‘kedaulatan rakyat di

tangan rakyat”, dalam hal ini adalah bahwa rakyat memiliki kedaulatan,

tanggung jawab, hak, dan kewajiban untuk secara demokratis memilih

pemimpin yang akan membentuk pemerintah guna mengurus dan melayani

seluruh lapisan masyarakat, serta memilih wakil-wakil rakyat untuk

mengawasi jalannya pemerintahan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap perkara pidana

Nomor 01/Pid.S/2010/PN.Gs.

1. Duduk Perkara

Putusan Perkara Nomor 01/Pid.S/2010/PN.Gs, Terdakwa 1 KH.

Abdul Qohar Hasyim. Terdakwa 2 Raharjo pada hari Sabtu tanggal 22 Mei

2010 sekitar pukul 16.00 WIB atau setidak-tidaknya pada suatu waktu masih

di bulan Mei 2010 di rumah terdakwa KH. Abdul Qohar Hasyim Ds.

Mojotengah Rt 16 Rw 07, Kec. Menganti, Kab. Gresik atau setidaknya

Page 97: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

84

disuatu tempat yang masih dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Gresik

telah melakukan atau menyuruh melakukan atas ikut melakukan perbuatan

yaitu dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya

kepada seseorang supaya tidak memilih pasangan calon tertentu dalam

Pemilukada Kab. Gresik periode 2010-2015 perbuatan mana dilakukan para

terdakwa dengan cara sebagai berikut :

- Pada waktu dan tempat tersebut diatas terdapat tahapan-tahapan

Pemilukada antara lain kampanye yang berakhir pada tanggal 22 Mei

2010, dimana dalam Pemilukada terdapat salah satu pasangan Calon

Bupati dan Wakil Bupati yaitu Pasangan Nomor 5 sdr. Dr. H. Khusnul

Khuluq, Dr., MM dan H.M Musyaffa Noer S.Ag., SH., MM (HUMAS).

- Pada hari Sabtu tanggal 22 Mei 2010 terdakwa 1 KH. Abdul Qohar

Hasyim dan terdakwa 2 Raharjo telah mengundang masyarakat miskin di

Ds. Mojotengah Rt 16 Rw 07, Kec. Menganti, Kab. Gresik untuk datang

kerumah terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim untuk mengikuti istigosah,

namun sebelumnya terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim telah

menyiapkan sekitar 100 buah amplop yang bergambar pasangan Calon

Bupati dan Wakil Bupati Nomor 5 sdr. Dr. H Khusnul Khuluq, Dr., MM

dan Musyaffa Noer S.Ag., SH. MM (Humas) dan berisi uang yang berasal

dari terdakwa 2 Raharjo dan masing-masing amplop berisikan uang Rp.

50.000,- kemudian amplop tersebut oleh terdakwa 1 KH. Abdul Qohar

Hasyim diserahkan kepada terdakwa 2 Raharjo, selanjutnya sekitar pukul

16.00 WIB banyak masyarakat miskin yang datang untuk istigosah.

Page 98: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

85

- Setelah istigosah selesai terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim

menyampaikan kepada peserta istigosah antara lain saksi Sriamah dan

saksi Sekah sambil mengatakan “saudara-saudara kalau tidak keberatan

tolong bantu saya untuk memilih Pak Khuluk, nanti akan mendapat

amplop dari Pak Raharjo yang berisi uang Rp. 50.000,-“ sambil terdakwa

1 KH. Abdul Qohar Hasyim menunjukan amplop yang bergambar

pasangan Calon Nomor 5 sdr. Dr. H. Khusnul Khuluq Drs. MM dan H.M

Musyaffa Noer S.Ag., SH., MM.

- Ketika para warga hendak pulang, terdakwa 2 Raharjo membagikan

kepada warga masing-masing sebuah amplop yang bergambar pasangan

Nomor 5 sdr. Dr. H. Khusnul Khuluk Drs. MM dan H.M Musyaffa Noer

S.Ag., SH., MM (Humas) dan berisi uang yang berasal dari terdakwa 2

Raharjo dan masing-masing amplop berisikan uang Rp. 50.000,-.

Jaksa Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Gresik telah

membacakan Surat Tuntutan Pidana, sebagaimana tersebut dalam suratnya

tertanggal 18 Juni Maret 2010, No. REG.PERK : PDM-

135/Gresik/Ep.1/6/2010. Terdakwa atas Tuntutan Tersebut, melalui Penasihat

Hukumnya mengajukan Nota Pembelaan dalam persidangan tanggal 25 Juni

2010, atas Nota Pembelaan tersebut, Penuntut Umum telah menyatakan

secara lisan didalam persidangan, bahwa ia tetap pada tuntutan semula,

demikian pula Terdakwa melalui Penasihat Hukumnya menyatakan pula tetap

pada Nota Pembelaannya. Sebelum Majelis hakim mempertimbangkan

substansi materi catatan dakwaan Penuntut Umum, terlebih dahulu majelis

Page 99: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

86

akan mempertimbangkan formalitas yang berkaitan dengan pelaporan adanya

pelanggaran pemilu kepada Panwas, sebagai berikut :

a. Bahwa menurut ketentuan Pasal 110 ayat (3) PP No. 6 Tahun 2005, bahwa

laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada panitia

pengawas pemilihan sesuai wilayah kerjannya selambat-lambatnya 7

(tujuh) hari sejak terjadinya pelanggaran;

b. Bahwa dalam Pasal 111 ayat (1, 2, 3) menyebutkan panitia pengawasn

pemilihan mengkaji setiap laporan pelanggaran yang diterima untuk

menindaklanjuti atau tidak setiap laporan diterima dalam hal Panwas

pemilihan memerlukan keterangan tambahan dari pelapor untuk

melengkapi laporan putusan sebagaimana yang dimaksud ayat (2),

dilakukan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah laporan diterima.

Hakim telah memperoleh keyakinannya setelah memeriksa alat-alat

bukti yang diajukan dipersidangan, menyatakan bahwa terdakwa 1 KH.

Abdul Qohar Hasyim dan terdakwa 2 Raharjo, terbukti secara sah melakukan

Tindak Pidana Pemilukada Secara Bersama-Sama. Hakim dalam perkara ini

atas pertimbangan-pertimbangannya menjatuhkan hukuman pidana penjara

selama 5 (lima) bulan, hal tersebut lebih ringan dari tuntutan pidana yang

disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) yaitu pidana penjara selama 6

(enam) bulan.

2. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim dan terdakwa 2 Raharjo

(masing-masing dalam berkas perkara sendiri) dihadapkan ke depan sidang

Page 100: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

87

Pengadilan Negeri Gresik yang memeriksa perkara pidana dengan acara

pemeriksaan singkat pada pengadilan tingkat pertama, oleh Jaksa Penuntut

Umum telah didakwa dengan dakwaan tunggal melakukan tindak sebagai

berikut :

“Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang

atau materi lainnya kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak

pilihanya, atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan

hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi

tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan

dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit

Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000,-

(sepuluh juta rupiah) sebagaimana maksud dalam Pasal 117 ayat (2)

UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Jo Pasal 55

ayat (1) ke-1 KUHP.”

3. Pembuktian Di Persidangan

A. Keterangan Saksi

Bahwa untuk membuktikan dakwannya Penuntut Umum telah

mengajukan saksi-saksi yang didengar keterangannya dibawah sumpah

dipersidangan pada pokoknya masing-masing sebagai berikut :

1. Saksi H. Hariyadi, S.H, M.H

- Bahwa saksi kenal dengan para terdakwa, namun tidak ada

hubungan keluarga

- Bahwa saksi adalah tim advokasi kampanye dari calon nomor 3

(Sambari Halim dan M. Qusim/S-Q) yang bertugas memantau

tahapan-tahapan pemilukada Kab. Gresik ;

- Bahwa pada tanggal 24 Mei 200, sore sekitar jam 15.00 WIB selesai

kampanye saksi datang kerumah sdr Temin di menganti untuk

memesan spanduk, dan dirumah sdr. Temin tersebut banyak orang

Page 101: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

88

yang membicarakan undangan dari terdakwa KH. Abdul Qohar

Hasyim Ds. Mojotengah Kec. Menganti Kab. Gresik dan diantara

orang-orang tersebut adalah bu Sriamah dan bu Sekah;

- Bahwa selanjutnya saksi menanyakan hal tersebut kepada bu

Sriamah dan bu Sekah dan benar kedua orang tersebut diundang oleh

terdakwa KH. Abdul Qohar Hasyim kerumahnya untuk istigosah lalu

pulangnya diberi amplop berisikan uang tunai sebesar Rp. 50.000,-

(lima puluh ribu rupiah) dan gambar pasangan calon nomor 5 (Dr.

Khusnul Khuluq Drs. MM dan H.M Musaffa S.Ag., SH.,

MM/Humas);

- Bahwa menurut bu Sriamah dan bu Sekah tanggal 22 Mei 2010

diundang kerumah terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim untuk

istigosah, lalu pulangnya diberi amplop oleh terdakwa 2 Raharjo;

- Bahwa selanjutnya saksi meminta amplop yang berisi uang dan

gambar pasangan calon nomor 5 tersebut kepada bu Sriamah dan bu

Sekah namun belum dikasih, lalu keesok harinya saksi datang lagi ke

tempat Temin dan menerima kedua amplop tersebut melalui sdr.

Temin;

- Bahwa selanjutnya saksi melaporkan kejadian dirumah terdakwa

KH. Abdul Qohar Hasyim tersebut ke Panwas Kab. Gresik lalu pada

tanggal 28 Mei 2010 saksi diminta keterangannya;

- Bahwa setelah memberikan keterangan dipersidangan saksi

menyerahkan bukti copy yang diberi stempel Ulama Gresik Nomor:

Page 102: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

89

424/PC/A.II/VII/2009 tanggal 8 Rajab 1430 H/1 Juli 2009 M tentang

Tim Pemenang Dr. H Khusnul Khuluq Drs. MM dalam Pilbup 2010

PCNU Gresik;

- Bahwa saksi membenarkan ketika ditunjukan bukti berupa : 2 (dua)

amplop bergambar Dr. Khusnul Khuluq Drs. MM dan H.M Musaffa

Noer S.Ag., SH., MM., 2 (dua) lembar uang kertas pecahan Rp.

50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

Atas keterangan saksi tersebut di atas, terdakwa KH. Abdul Qohar

Hasyim : tidak menyuruh mencoblos pasangan nomor 5, hanya

bilang nanti pulangnya terima amplop isi Rp. 50.000,-

2. Saksi Abdullah Khaidar, S.H

- Bahwa saksi tidak kenal terdakawa;

- Bahwa saksi sebagai anggota Panwas Kab. Gresik bagian divisi

pengamanan masyarakat yang bertugas membuat kajian laporan

yang ditanda tangani Ketua Panwas;

- Bahwa pada tanggal 25 Mei 2010 Panwas Kab. Gresik menerima

laporan dugaan Money Politic dan laporan tersebut diterima oleh

sekretaris Panwas yakni sdr. H. Hariyadi, S.H, M.H dari tim

advokasi pasangan nomor 3 (Sambari Halim dan M. Qosim/S-Q)

- Bahwa benar laporan yang diterima dilampiri dengan copy bukti

amplop yang bergambar pasangan Nomor 5 (Dr. Khusnul Khuluq

Drs. MM dan H.M Musaffa Noer, S.Ag, SH., MM/Humas);

Page 103: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

90

- Bahwa atas laporan tersebut selanjutnya Panwas melakukan

pemanggilan lalu sdr. H. Hariyadi, S.H, MH. Hadir dengan

membawa bukti asli berupa amplop yang bergambar pasangan calon

nomor 5 (Dr. Khusnul Khuluq Drs. MM dan H.M Musaffa Noer,

S.Ag., SH., MM/Humas) dengan uang kertas pecahan Rp. 50.000,-

selanjutnya saksi H. Hariyadi, S.H, MH diminta keterangan oleh

Ketua Panwas dan saksi mendampingi;

- Bahwa pada waktu itu juga diperiksa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar

Hasyim dan terdakwa 2 Raharjo yang menyatakan mengumpulkan

sekitar 100 orang untuk istigosah yang memang rutin dilakukan

dirumah terdakwa serta memberi uang sebesar Rp. 50.000,- dan

menyatakan “kalau tidak keberatan tolong memilih Humas”;

- Bahwa terdakwa 2 Raharjo menyatakan setiap bulan menerima uang

dari anaknya yang bekerja di Kuwait dan selalu diamalkan kepada

fakir miskin dalam acara istigosah;

- Bahwa waktu itu belum diperiksa saksi penerima, karena yang

bersangkutan tidak berkenan, lalu keesokan harinya sdr. H. Hariyadi,

S.H, MH datang dengan membawa saksi penerima yakni bu Sriamah

dan bu Sekah, lalu kedua orang diperiksa oleh Ketua Panwas;

- Bahwa saksi membenarkan ketika diajukan bukti berupa : 2 (dua)

amplop bergambar Dr. Khusnul Khuluq Drs. MM dan H.M Musaffa

Noer S.Ag., SH., MM., 2 (dua) lembar uang kertas pecahan Rp.

50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

Page 104: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

91

Atas keterangan saksi tanggapan para terdakwa membenarkan.

3. Saksi Sriamah

- Bahwa saksi kenal dengan terdakwa, karena tetangga dan satu desa;

- Bahwa benar saksi adalah warga Ds. Mojotengah Kec. Menganti

Kab. Gresik;

- Bahwa pada tanggal 22 Mei 2010 sore hari setelah sholat azhar saksi

diundang tedakwa KH. Abdul Qohar Hasyim melalui bu Sulami

secara lisan agar saksi datang kerumah terdakwa 1 KH. Abdul Qohar

Hasyim untuk menerima santunan;

- Bahwa terdakwa yang hadir sekitar 100 orang sebagian besar adalah

ibu-ibu;

- Bahwa saksi datang dengan ibu Sekah;

- Bahwa benar dirumah terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim sering

ada istigosah tetapi saksi tidak pernah ikut dan baru kali ini datang;

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim di masyarakat adalah

selaku tokoh agama sedangkan terdakwa 2 Raharjo adalah

masyarakat biasa;

- Bahwa suasana waktu itu lesehan, lalu terdakwa 2 Raharjo membuka

acara selanjutnya memimpin istigosah setelah selesai istigosah

selanjutnya terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim pidato sambil

menunjukan gambar pasangan calon dan mengatakan “Sumerep

gambar niki nomor : 5 tiange sing ganteng” bahasa Indonesia

“diketahui gambar nomor : 5 orangnya yang ganteng/tampan” dan

Page 105: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

92

juga mengatakan “nanti kalau pulang akan diberi Pa Raharjo sebuah

amplop yang berisi uang;

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim berpesan “kalau

diminta orang lain jangan boleh”;

- Bahwa saat pulang saksi diberi amplop bergambar pasangan nomor 5

(DR. Khusnul Khuluq Drs., MM dan H.M Musaffa S.Ag., SH., MM

yang berisi uang sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) oleh

terdakwa 2 Raharjo;

- Bahwa saksi membenarkan ketika ditunjukan bukti berupa : 2 (dua)

amplop bergambar Dr. Khusnul Khuluq Drs. MM dan H.M Musaffa

S.Ag., SH., MM. 2 (dua) lembar uang kertas pecahan Rp. 50.000,-

(lima puluh ribu rupiah).

Atas keterangan saksi di atas, tanggapan terdakwa :

o Terdakwa I KH. Abdul Qohar Hasyim menyatakan : tidak pernah

berpesan agar mencoblos calon nomor 5;

o Terdakwa II Raharjo menyatakan : cukup/tidak ada tanggapan.

4. Saksi Sekah

- Bahwa saski kenal denga para terdakwa karena tetangga satu desa;

- Bahwa sekitar jam 16.00 WIB saksi disuruh datang kerumah

terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim, dan undangan tersebut

disampaikan secara lisan oleh ibu Sulami yang pesannya “mbok wo

jam papat diundang Pak Qohar oleh santutan” (bahasa Indonesia : bu

de/tante pukul 16.00 wib diundang Pak Qohar dan dapat santunan);

Page 106: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

93

- Bahwa atas undangan tersebut selanjutnya saksi berangkat dengan

saksi Sriamah ke rumah terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim sudah

banyak orang yang kumpul dan sebagian besar adalah ibu-ibu;

- Bahwa acara dibuka oleh terdakwa 2 Raharjo, lalu Pak Raharjo

memimpin istigosah, dan setelah selesai terdakwa 1 KH. Abdul

Qohar Hasyim memberikan sambutan semoga dalam pemilu aman

dan lancar dan kalau tidak keberatan tolong pilih Pak Khuluq sambil

memberikan amplop bergambar pasangan nomor 5 dan mengatakan

“tidak dapat beri banyak-banyak ini hanya untuk membeli sabun”;

- Bahwa saksi menerima amplop bergambar pasangan calon nomor: 5

(Dr. Khusnul Khuluq Drs. MM dan H.M Musaffa S.Ag., SH., MM

dari terdakwa 1. KH. Abdul Qohar Hasyim);

- Bahwa saksi membenarkan ketika ditunjukan bukti berupa : 2 (dua)

amplop bergambar Dr. Khusnul Khuluq Drs., MM dan H.M Musaffa

S.Ag., SH., MM., 2 (dua) lembar uang kertas pecahan Rp. 50.000,-

(lima puluh ribu rupiah).

Atas keterangan saksi tanggapan para terdakwa :

o Terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim menyatakan : yang

menyerahkan amplop bergambar calon nomor 5 adalah terdakwa 2

Raharjo, namun wakti itu karena jaraknya agak jauh maka

penyampaian tersebut melalui terdakwa;

o Terdakwa 2 Raharjo menyatakan : cukup.

5. Saksi Kayat (saksi a de charge)

Page 107: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

94

- Bahwa saksi kenal dengan para terdakwa;

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim sering mengadakan

pengajian dirumahnya;

- Bahwa saksi diminta keterangan dipersidangan berkaitan dengan

masalah uang yang diberikan oleh terdakwa 2 Raharjo pada tanggal

22 Mei 2010 jam 16.00 WIB dirumah terdakwa 1 KH Abdul Qohar

Hasyim yang waktu itu ada istigosah;

- Bahwa yang hadir sekitar 100 orang laki-laki dan perempuan;

- Bahwa sebelum acara dibuka oleh terdakwa 2 Raharjo kita berdoa

bersama agar Pilkada berjalan aman, lalu terdakwa 2 Raharjo

memimpin istigosah;

- Bahwa acara tersebut mengunakan pengeras suara berupa salon kecil

jadi saksi dan yang lainnya yang berada diluar rumah terdakwa 1

KH. Abdul Qohar Hasyim bisa mendengarkan;

- Bahwa setelah selesai istigosah terdakwa 1 KH. Abdul Qohar

Hasyim memimpin pembacaan doa, namun sebelum membaca doa

sdr. Suhartono salah seorang warga yang ikut istigosah yang

kebetulan duduk ditengah luar rumah bertanya “Pak Kiyai besok

enaknya pilih siapa” dan dijawab oleh terdakwa 1 KH. Abdul Qohar

Hasyim “kalau tidak keberatan pilih Pak Khuluq”;

- Bahwa menurut terdakwa 2 Raharjo karena hari selasa masuk hari

tenang maka istigosah dimajukan menjadi hari Sabtu tanggal 22 Mei

2010;

Page 108: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

95

- Bahwa di setiap minggu di rumah terdakwa terdakwa 1 KH. Abdul

Qohar Hasyim selalu ada istigosah dan sering diberi uang antara Rp.

10.000 - Rp. 15.000,- yang diutamakan adalah fakir miskin dan anak

yatim;

- Bahwa pada waktu itu tanggal 22 Mei 2010 setelah istigosah diberi

uang sebesar Rp. 50.000,- oleh terdakw 2 Raharjo, dalam amplop

bergambar calon;

- Bahwa uang sebesar Rp. 50.000,- adalah uang terdakwa 2 Raharjo

karena saksi mengetahui terdakwa 2 Raharjo dikirimi oleh anaknya

yang menjadi dokter di Kuwait;

- Bahwa di rumah terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim tidak ada

gambar calon;

- Bahwa saksi memilih calon nomor 5 (Humas) bukan karena uang;

- Bahwa saksi membenarkan ketika ditunjukan bukti berupa : 2 (dua)

amplop bergambar Dr. Khusnul Khuluq Drs., MM dan H.M Musaffa

S.Ag., SH., MM. 2 (dua) lembar uang kertas pecahan Rp. 50.000,-

(lima puluh ribu rupiah).

Atas keterangan saksi, tanggapan para terdakwa : membenarkan.

6. Saksi Samikan (saksi a de charge)

- Bahwa saksi kenal dengan para terdakwa;

- Bahwa saksi ikut acara istigosah dirumah terdakwa 1 KH. Abdul

Qohar Hasyim;

Page 109: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

96

- Bahwa yang memimpin istigosah adalah terdakwa adalah terdakwa 2

Raharjo lalu terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim berpidato, nanti

akan ada Pilkada mudah-mudahan aman lalu terdakwa akan

memimpin doa. Namun saat itu sdr. Suhartono yang kebetulan duduk

ditengah luar rumah menanyakan pada terdakwa 1 KH. Abdul Qohar

Hasyim “Pak Kiyai besok enaknya pilih siapa” dan dijawab oleh

terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim “Kalau tidak keberatan pilih

Pak Khuluq”;

- Bahwa setelah selesai acara istigosah saksi diberi amplop bergambar

calon DR. Khusnul Khuluq Drs., MM dan H.M Musaffa S.Ag., SH

MM. yang berisi uang sebesar Rp. 50.000,- oleh terdakwa 2 Raharjo;

- Bahwa istri saksi juga ikut istigosah namun hanya mendapatkan satu

amplop;

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim adalah tokoh agama

sedangkan terdakwa 2 Raharjo orang biasa saja;

- Bahwa saksi memilih pasangan nomor 5 (Humas) karena pingin

pemimpin yang jujur bukan karena uang;

- Bahwa saksi membenarkan ketika ditunjukan bukti berupa : 2 (dua)

amplop bergambar Dr. Khusnul Khuluq Drs., MM dan H.M Musaffa

S.Ag., SH., MM. 2 (dua) lembar uang kertas pecahan Rp. 50.000,-

(lima puluh ribu rupiah).

Tanggapan para terdakwa membenarkan atas keterangan saksi.

7. Saksi Saiful Kirom (saksi a de charge)

Page 110: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

97

- Bahwa saksi kenal dengan terdakwa;

- Bahwa saksi adalah Dewan Pengurus Kepala Cabang Partai

Kebangkitan Nasional Ulama Kab. Gresik;

- Bahwa susunan tim kampanye Khusnul Khuluq – Musaffa adalah

mereka yang tercantum dalam Surat Keputusan Bersama antara lain

Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai

Kebangkitan Nasional Ulama tanggal 22 Febuari 2010;

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim tidak termasuk dalam

tim kampanye Humas.

Tanggapan para terdakwa atas keterangan saksi : menyatakan tidak

tahu.

8. Saksi Nur Golib (saksi a de charge)

- Bahwa saksi kenal dengan para terdakwa;

- Bahwa saksi adalah Sekretaris Tim Kampanye Khusnul Khuluq –

Musaffa (Humas) sebagaimana Surat Keputusan Bersama antara

Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai

Kebangkitan Nasional Ulama tanggal 22 Febuari 2010;

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim tidak termasuk tim

Kampanye.

Tanggapan para terdakwa atas keterangan para saksi : menyatakan

tidak tahu.

9. Saksi Suhartono (saksi a de charge)

- Bahwa saksi kenal dengan para terdakwa karena tetangga;

Page 111: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

98

- Bahwa saksi ikut acara istigosah dirumah terdakwa 1 KH. Abdul

Qohar Hasyim, yang khususnya dilaksanakan hari Selasa namun

karena hari tenang maka dimajukan menjadi hari Sabtu tanggal 22

Mei 2010;

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim menyatakan kepada

undangan yang hadir “kalau tidak keberatan tolong milih Pak

Khuluq” dan terdakwa juga menyatakan mudah-mudahan pilkada

aman;

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim juga mengatakan nanti

ada amplop dari terdakwa 2 Raharjo;

- Bahwa saksi mengetahui sebelum acara pada pagi hari terdakwa 2

Raharjo menyerahkan uang kepada terdakwa 1. KH. Abdul Qohar

Hasyim sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah);

- Bahwa saksi melihat sendiri uang yang diserahkan adalah pecahan

Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah);

- Bahwa sebelum ditutup doa saksi menyanyakan kepada terdakwa 1

KH. Abdul Qohar Hasyim “enaknya kita nanti milih siapa” dan di

jawab “kalau tidak keberatan tolong pilih Pak Khuluq”;

- Bahwa sebelumnya saksi tidak pernah melihat amplop yang

bergambar calon nomor 5 (Dr. Khusnul Khuluq Drs., MM dan H.M

Musaffa S.Ag., SH., MM.).

Atas keterangan saksi para terdakwa membenarkannya.

10. Saksi Kamah (saksi a de charge)

Page 112: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

99

- Bahwa saksi kenal dengan para terdakwa, karena tetangga;

- Bahwa saksi ikut acara istigosah dirumah terdakwa 1 KH. Abdul

Qohar Hasyim, yang awalnya dipesan oleh bu Sulami;

- Bahwa istigosah diadakan sabtu tanggal 22 Mei 2010;

- Bahwa biasanya terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim sering

memberi uang;

- Bahwa namun waktu itu yang memberi uang adalah terdakwa 2

Raharjo;

- Bahwa waktu ini sdr. Tono yang duduk dibelakang pintu menuju

arah ruangan tengah menanyakan nanti enaknya pilih siapa dan

dijawab terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim “tolong bantu Pak

Khuluq”;

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim tidak pernah

menunjukan foto-foto calon;

- Bahwa setelah selesai saksi terima amplop bergambar calon Dr.

Khusnul Khuluq Drs., MM dan H.M Musaffa S.Ag., SH., MM. yang

berisi uang sebesar Rp. 50.000,-;

Atas keterangan saksi para terdakwa membenarkannya.

B. Keterangan Terdakwa

1. KH. Abdul Qohar Hasyim

- Bahwa saya mengerti diajukan ke persidangan ini berkaitan dengan

adanya pembagian uang pada acara istigosah di rumah saya di Ds.

Mojotengah Kecamatan Menganti Kab. Gresik;

Page 113: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

100

- Bahwa istigosah tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22

Mei tahun 2010 sekitar jam 16.00 wib yang dihadiri oleh sekitar 102

orang yang kebanyakan peserta istigosah ibu-ibu;

- Bahwa di rumah saya memang rutin diadakan istigosah pada setiap

hari senin malam selasa, namun ketika itu bertepatan dengan hari

tenang masa kampanye menjelang Pemilukada Kab. Gresik, maka

acara tersebut dimajukan hari sabtu;

- Bahwa oleh karenanya saya menyuruh ibu Sulami mengundang

warga fakir miskin untuk datang istigosah dirumah saya pada hari

Sabtu tanggal 22 Mei 2010 jam 16.00;

- Bahwa dalam acara istigosah tersebut yang memimpin istigosah

adalah Raharjo sedangkan saya mimpin doa;

- Bahwa sebelum doa saya bacakan saya sempat berpidato

memberikan ceramah, semoga Pemilukada yang diselenggarakan di

Kab. Gresik berjalan aman dan lancar, namun ditengah-tengah saya

berpidato ada salah seorang peserta istigosah Suhartono menanyakan

dalam Pemilukada besok sebaiknya memilih siapa, kemudian saya

jawab “Kalau tidak keberatan tolong pilih pasangan nomor 5 Dr.

Khusnul Khuluq, Drs., MM dan H.M Musaffa Noer S.Ag., SH., MM

sambil menunjukan amplop warna putih yang bergambar foto

pasangan calon nomor 5 tersebut kepada peserta istigosah nanti

ketika akan pulang akan di kasih amplop Pak Raharjo;

Page 114: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

101

- Bahwa setiap acara istigosah saya memang sering memberikan uang

dari para dermawan untuk para peserta isitgosah, namun jumlahnya

tidak pasti tergantung besarnya sumbangan dermawan tersebut, dan

pada hari Sabtu tanggal 22 Mei 2010 tiap peserta istigosah

mendapatkan uang Rp. 50.000,- dan uang tesebut berasal sumbangan

dari Raharjo sebesr Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) yang berasal

kiriman dari anaknya yang bekerja di luar negeri;

- Bahwa awalanya tanggal 15 April 2010 terdakwa 2 Raharjo datang

kerumah terdakwa yang menitipkan uang sebesr Rp. 5.000.000,-

(lima juta rupiah) dan bilang tolong uang dibagikan kepada fakir

miskin;

- Bahwa kemudian pada tanggal 18 April 2010 saya membutuhkan

uang lalu uang tersebut saya pinjam dan pada tanggal 21 Mei 2010

saya sudah memperoleh uang tersebut lalu saya serahkan kepada

Raharjo pada tanggal 22 Mei 2010 pagi dirumah saya, dan Raharjo

menyerahkan kembali uang tersebut untuk dibagikan kepada fakir

miskin;

- Bahwa amplop warna putih bergambar foto pasangan nomr 5 saya

peroleh pada pagi hari Jumat 21 Mei 2010 ketika saya datang ke

kantor NU di Kec. Menganti saya menemukan amplop bergambar

pasangan nomor 5 tersebut diatas meja kantor NU lalu saya bawa

pulang dengan pikiran barangkali nanti saya butuhkan, daripada

tidak terpakai di kantor NU dan saya juga minta ijin dari kantor;

Page 115: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

102

- Bahwa pada pagi hari tanggal 22 Mei 2010 ketika Raharjo datang ke

rumah saya, kemudian uang tersebut saya serahkan kepada terdakwa

2 Raharjo sambil berkata “ini kamu serahkan sendiri uangmu”,

kemudian agar terlihat sopan Raharjo minta uang tersebut dimasukan

amplop;

- Bahwa selanjutnya kebetulan dirumah ada amplop, maka saya

memasukkan uang pecahan lima puluh ribuan tersebut kedalam

amplop yang bergambat calon nomor 5 (Dr. Khusnul Khuluq Drs.,

MM dan H.M Musaffa Noer S.Ag., SH., MM);

- Bahwa benar sebelum istigosah dilaksanakan saya menyuruh

terdakwa 2 Raharjo agar memimpin acara, setelah selesai terdakwa

yang memimpin doa;

- Bahwa sebelum acara pembacaan doa sdr. Suhartono yang duduk

dibelakang pintu menanyakan “nanti pilih siapa” lalu dijawab

terdakwa menjawab “pilih Pak Khuluq”;

- Bahwa terdakwa memperoleh amplop calon pasangan nomor 5 (Dr.

Khusnul Khuluq Drs., MM dan H.M Musaffa Noer S.Ag., SH.,

MM/Humas) dari kantor cabang NU Menganti pada tanggal 21 Mei

2010 pagi hari;

- Bahwa amplop tersebut memang sudah tercetak ada gambar calon;

- Bahwa terdakwa meminta amplop tersebut awalnya hanya disimpan,

lalu saat acara istigosah terdakwa punya inisiatif untuk memasukkan

Page 116: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

103

uang milik terdakwa 2 Raharjo yang akan dibagikan kedalam

amplop tersebut;

- Bahwa tidak ada ajaran dari NU untuk memasukkan uang kedalam

amplop;

- Bahwa terdakwa memasukkan uang kedalam amplop bergambar

pasangan nomor 5 adalah dengan maksud agar jama’ah memilih

Khuluq karena terdakwa menyukai Khuluq yang banyak

kebaikkannya antara lain tiap lebaran memberikan santunan;

- Bahwa terdakwa 2 Raharjo setiap bulannya juga memberi santunan

kepada fakir miskin, dan anak yatim piatu melalui terdakwa yang

disalurkan melalui kegiatan keagamaan;

- Bahwa yang mempunyai inisiatif mengundang warga adalah

terdakwa sendiri;

- Bahwa sdri. Salami adalah anggota istigosah yang secara

keseluruhan berjumlah 95 orang, namun waktu itu yang datang 102

orang;

- Bahwa terdakwa adalah sepupu NU;

- Bahwa terdakwa membenarkan ketika ditunjukkan bukti berupa : 2

(dua) amplop bergambar Dr. Khusnul Khuluq Drs., MM. Dan H.M

Musaffa Noer S.Ag., SH., MM, 2 (dua) lembar uang kertas pecahan

Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

2. Raharjo

Page 117: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

104

- Bahwa terdakwa yang memimpim acara istigosah dan doa dipimpin

oleh terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim;

- Bahwa istigosah tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22

Mei 2010 sekitar jam 16.00 wib;

- Bahwa sebenarnya acara istigosah tersebut diadakan secara rutin

pada hari senin malam selasa, namun oleh karena pada hari tersebut

bertepatan hari tenang maka saya usulkan pada KH. Abdul Qohar

Hasyim untuk dimajukan;

- Bahwa uang yang dibagikan kepada peserta istigosah adalah uang

saya, berniat infak kepada fakir miskin dan uang tersebut berasal dari

kiriman anak saya yang bekerja di luar negeri;

- Bahwa awalnya tanggal 15 April 2010 saya datang kerumah

terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim untuk menitipkan uang

sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) agar bagikan kepada fakir

miskin;

- Bahwa pada Sabtu pagi tanggal 22 Mei 2010 saya datang kerumah

KH. Abdul Qohar Hasyim selanjutnya oleh terdakwa 1 KH. Abdul

Qohar Hasyim uang yang dulu saya serahkan untuk dibagikan

kepada fakir miskin diserahkan kembali kepada saya sambil

mengatakan ini uangmu nanti serahkan/bagikan sendiri pada fakir

miskin, agar terlihat sopan saya minta supaya dimasukkan dalam

amplop, kemudian KH. Abdul Qohar Hasyim yang memasukkan

Page 118: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

105

uang kedalam amplop bergambar pasangan calon nomor 5 (Dr.

Khusnul Khuluq Drs., MM dan H.M Musaffa Noer S.Ag., SH., MM)

- Bahwa terdakwa yang membagikan amplop bergambar calon nomor

5 berisi uang Rp. 50.000,- adalah terdakwa sendiri;

- Bahwa terdakwa membenarkan ketika ditunjukkan bukti berupa : 2

(dua) amplop bergambar Dr. Khusnul Khuluq Drs., MM. Dan H.M

Musaffa Noer S.Ag., SH., MM, 2 (dua) lembar uang kertas pecahan

Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah).

4. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para terdakwa,

keterangan saksi-saksi, barang bukti yang diajukan ke persidangan yang

saling terkait dan bersesuaian sesuai fakta-fakta hukum yang ada, maka

dipersidangan telah terungkap

Menimbang, bahwa terdakwa didakwa dengan dakwaan dalam catatan

dakwaan tunggal yaitu :

“Setiap orang yang dengan sengaja memberi atau menjanjikan uang

atau materi lainnya kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak

pilihanya, atau memilih pasangan calon tertentu, atau menggunakan

hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya menjadi

tidak sah, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) bulan

dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda paling sedikit

Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000,-

(sepuluh juta rupiah) sebagaimana maksud dalam Pasal 117 ayat (2)

UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Jo Pasal 55

ayat (1) ke-1 KUHP.

Menimbang, bahwa dalam dakwaan tunggal, terdakwa didakwa

melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam

Page 119: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

106

Pasal 117 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Jo

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, dengan unsur-unsur sebagai berikut :

a. Unsur setiap orang : bahwa yang dimaksud dengan unsur setiap orang

disini adalah siapa saja, orang persorangan atau koperasi atau kumpulan

orang baik maupun badan hukum maupun bukan badan hukum, sebagai

subyek hukum selaku pendukung hak dan kewajiban yang mampu

mempertanggungjawabkan perbuatannya didepan hukum. Sehingga

terdakwa yang dihadapkan JPU yang mengaku atas nama terdakwa 1

KH. Abdul Qohar Hasyim dan terdakwa 2 Raharjo mampu untuk

mempertanggungjawabkan atas perbuatannya;

b. Unsur dengan sengaja : bahwa yang dimaksud dengan unsur sengaja

adalah pelaku ada niat, atau mengetahui, atau menyadari perbuatannya

dan mengkehendaki atau mengetahui akibat yang timbul dari

perbuatannya. Menimbang, bahwa majelis sependapat dengan

pemahaman dari penasihat hukum terdakwa, bahwa kesengajaan itu

menyangkut aspek batiniah/rohaniyah dari jiwa seseorang, namun

demikian majelis berpendapat kesengajaan itu dapat terlihat dan

terwujud atau dibuktikan dengan adanya perbuatan yang secara sadar

dilakukan oleh pelaku serta mengetahui akibat yang terjadi. Jadi disini

majelis tidak sependapat dengan penasihat hukum terdakwa, yang

memahami bahwa kesengajaan yang tidak diperbolehkan adanya

kesengajaan yang melanggar undang-undang. Kesengajaan yang

dimaksud sesuai dengan fakta-fakta hukum, sebagai berikut :

Page 120: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

107

- Keterangan terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim, bahwa istigosah

yang sedianya rutin diadakan setiap hari senin malam selasa, karena

pada hari senin malam selasa tersebut bertepatan dengan hari tenang

masa kampanye pemilukada, maka acara tersebut dimajukan pada

hari Sabtu tanggal 22 Mei 2010 jam 16.00 WIB.

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim selanjutnya menyuruh

Sulami untuk mengundang istigosah fakir miskin di rumahnya yang

semula biasanya diadakan setiiap hari senin malam selasa dimajukan

hari Sabtu 22 Mei 2010 pada jam 16.00 WIB.

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim pada hari jumat 21

Mei 2010 mengambil amplop bergambar foto pasangan cabup

cawabup nomor 5 di kantor MWC NU di Menganti.

- Bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim memasukan uang

pecahan Rp. 50.000,- kedalam amplop bergambar pasangan cabup

cawabup nomor 5.

- Bahwa pada saat sebelum membacakan doa terdakwa 1 KH. Abdul

Qohar Hasyim menunjukan amplop bergambar pasangan cabup

cawabup nomor 5 kepada undangan istigosah.

c. Unsur Memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada

seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih

pasangan calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara

tertentu. Menimbang, bahwa rumusan unsur frase “memberi atau

menjanjikan” sifatnya alternative, artinya majelis boleh memilih salah

Page 121: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

108

satu yang dianggap sesuai dengan fakta yang dipersidangan, maka

oleh karenanya majelis akan langsung mempertimbangkan yang

secara terungkap di persidangan yaitu unsur memberi. Menimbang,

bahwa dari fakta yang terungkap berdasarkan keterangan saksi

Sriamah, saksi Sekah, saksi Suhartono, Kayat, Samikan, Kamah (a de

charge) mengatakan bahwa selesai acara istigosah semua undangan

diberi amplop yang bergambar foto psangan cabup cawabup nomor 5

berisi uang Rp. 50.000,-. Dari uraian tersebut telah nyata perbuatan

terdakwa memberi uang pecahan Rp. 50.000,- yang dimaksukkan

dalam amplop bergambar foto pasangan cabup cawabup nomor 5

kepada para undangan pada Pemilukada tanggal 26 Mei 2010 memilih

pasangan cabup cawabup seperti tersebut dalam ampop bergambar

nomor 5 yang te;ah diambil terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim di

Kantor MWC NU kecamatan Menganti pada hari Jumat tanggal 21

Mei 2010.

d. Unsur yang melakukan, menyuruh melakukan atau ikut melakukan :

yang di maksud dengan unsur ini adalah berkaitan dengan peran

pelaku yang dikenal dengan delik penyertaan yaitu dikualifikasikan

sebagai pelaku, terhadap orang yang melakukan, menyuruh

melakukan maupun terhadap orang yang ikut melakukan. Menimbang,

bahwa berdasarkan keterangan saksi yang terungkap di persidangan

dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan ke persidangan,

bahwa uang Rp. 50.000,- yang dimasukkan dalam amplop bergambar

Page 122: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

109

pasangan cabup cawabup nomor 5 adalah terdakwa 2 Raharjo yang

membagikan kepada para undangan istigosah dengan demikian

terdakwa 2 Raharjo terbukti turut serta melakukan.

Menimbang, bahwa untuk itu sebelum Hakim Majelis, menjatuhkan

pidana terhadap para terdakwa, maka terlebih dahulu akan dipertimbangkan

hal-hal sebagai berikut :

Hal-hal yang memberatkan :

- Sebagai seorang tokoh agama/panutan umat tidak sepatutnya

melakukan perbuatan tersebut.

Hal-hal yang meringankan :

- Para terdakwa bersikap sopan;

- Para terdakwa mempunyai tanggungan keluarga;

- Para terdakwa belum pernah dihukum.

5. Amar Putusan Pengadilan Negeri

Mengadili :

1. Menyatakan terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim dan terdakwa 2.

Raharjo terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah

melakukan tindak pidana “dengan sengaja secara bersama-sama

memberi uang kepada seseorang supaya memilih pasangan calon

tertentu”;

2. Menjatuhkan pidana terhadap para terdakwa tersebut diatas oleh

karena itu dengan pidana penjara masing-masing selama 5 (lima)

bulan dan denda masing-masing sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta

Page 123: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

110

rupiah), bilamana denda tersebut tidak dibayar akan diganti dengan

pidana kurungan selama 1 (satu) bulan;

3. Memerintahkan agar para terdakwa ditahan;

4. Menetapkan barang bukti berupa :

a. uang tunai berjumlah Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah) terdiri

dari 2 (dua) lembar uang kertas pecahan Rp. 50.000,- (lima

puluh ribu rupiah).

Dirampas untuk negara;

b. 2 (dua) lembar amplop putih bergambar foto pasangan calon

cabup cawabup nomor 5.

Tetap telampir dalam berkas.

5. Membebankan para terdakwa untuk membayar biaya perkara

masing-masing sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah).

B. Pembahasaan

1. Batasan Tindak Pidana dalam Pemilukada

Secara garis besar pelanggaran-pelanggaran dalam setiap tahapan

pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah secara langsung dapat diklasifikasikan

menjadi 3 (tiga) pelanggaran, yaitu Pelanggaran administratif dan

Pelanggaran pidana, dan Perselisihan hasil pemilihan umum. Meskipun dalam

ketentuan UU No. 32 Tahun 2004, maupun dalam UU No. 12 Tahun 2008,

Tentang Pemerintahan Daerah yang dijadikan dasar pelaksanaan Pemilihan

Kepala Daerah secara langsung, adakalanya pelanggaran yang terjadi

merupakan pelanggaran administratif saja, tetapi ada juga pelanggaran

Page 124: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

111

tersebut selain merupakan pelanggaran administratif, juga merupakan

pelanggaran pidana.

Yang dimaksud dengan pelanggaran pidana Pemilu dalam UU No. 32

Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah

sessungguhnya tidak berbeda dengan pengertian Tindak Pidana Pemilukada

atau pelanggaran pidana Pemilu seperti diatur dalam beberapa undang-

undang Pemilu sebelumnya. Terkait pelanggaran pidana, UU No. 32 Tahun

2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah secara jelas

mencantumkan sejumlah ketentuan pidana Pemilu dan menyertakan ancaman

pidana saksi pidana yang pasti bagi pelakunya. Pelanggaran terhadap

ketentuan-ketentuan pidana Pemilu yang diatur dalam undang-undang itulah

yang disebut dengan pelanggaran pidana Pemilu93

. Untuk menyesuaikan

dengan nomenklatur hukum pidana, istilah ‘Pelanggaran Pidana Pemilu’

sebaiknya diganti dengan istilah ‘Tindak Pidana Pemilu’. Penggantian istilah

ini penting karena tindak pidana pemilu juga merupakan kejahatan yang harus

dihukum berat karena menyangkut penggunaan hak pilih dan hak memilih

warga negara, bukan sekadar pelanggaran yang berarti hanya menyimpang

atau menyalahi ketentuan-ketentuan peraturan perundangan. Dengan

demikian, tindak pidana berarti tindakan hukum yang melanggar ketentuan-

ketentuan. Pelanggaran Pidana diproses dengan sistem Peradilan Pidana

(Kepolisian, Penuntut Umum, Peradilan) sesuai dengan KUHAP, dengan

93

Topo Santoso, Penegakkan Hukum Pemilu Praktik pemilu 2004 Kajian pemilu

2004-2009, Jakarta, 2006, hal 83-84

Page 125: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

112

diawali laporan masyarakat ataupun pasangan calon kepada panitia pengawas

pemilihan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak laporan diterima.

Terhadap pelanggaran administrasi Pemilu, UU No. 32 Tahun 2004 Jo

UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah sama sekali tidak

memberikan batasan yang jelas. Memang dikatakan bahwa yang dimaksud

dengan pelanggaran administrasi adalah pelanggaran terhadap ketentuan dan

persyaratan menurut undang-undang. Namun pengertian itu masih sangat

luas, sehingga Panwas Pemilu mendefinisikan pelanggaran administrasi

adalah pelanggaran terhadap ketentuan persyaratan yang diatur undang-

undang dan ketentuan lain yang dibuat penyelenggara Pemilu94

. Pengertian

sebetulnya hanya menegaskan bahwa pelanggaran diluar pelanggaran pidana

adalah pelanggaran administrasi, sebab hanya pelanggaran dalam undang-

undang Pemilu dalam hal ini UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun

2008 Tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur tindak pidana dalam

Pemilukada yang dapat dikatakan Tindak Pidana Pemilukada, sementara

pelanggaran atas keputusan KPU bukan tindak pidana. Begitu pula

pelanggaran atas ketentuan dalam KUHP meskipun merupakan tindak pidana,

tetapi tidak tergolong tindak pidana pemilu, karena pasal-pasal mengenai

tindak pidana pada pemilihan umum yang ada dalam KUHP yang terdiri atas

lima pasal sudah tercakup dalam UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12

Tahun 2008 Tentang Pemerintahn Daerah yang merupakam ketentuan yang

lebih khusus. Adapun tindak pidana seperti penganiayaan, perusakan,

94

Loc Cit

Page 126: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

113

pembakaran, dan sebagainya meskipun tindak pidana, tetapi diatur dalam

KUHP dan tidak bisa dikatakan sebagai Tindak Pidana Pemilu dalam hal ini

Tindak Pidana Pemilukada.

Perselisihan hasil pemilihan umum, adalah perselisihan antara KPU

dan peserta pemilu mengenai penetapan jumlah perolehan suara hasil pemilu

secara nasional. Semula ditanggani oleh Mahkamah Agung diserahkan

kepada MK. MK tidak hanya terpaku secara harifiah dalam memaknai Pasal

106 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang

Pemerintahan Daerah dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 15

Tahun 2008, yang pada pokoknya menyatakan Mahkamah mengadili perkara

Pemilukada terbatas hanya persoalan hasil perolehan suara.

Secara definisi pengertian Tindak Pidana Pemilu sulit ditentukan.

Sebagaimana yang berlaku bagi terminologi hukum, untuk Tindak Pidana

Pemilu juga tidak ada satu rumusan pun yang dapat memberikan secara utuh

definisi atau pengertian Tindak Pidana Pemilu, yang sekaligus dapat

dijadikan pegangan baku atau standar bagi semua orang. Namun, demikian

salah satu rumusan menjelaskem bahwa “setiap orang, badan hukum, ataupun

organisasi yang dengan sengaja melanggar hukum, mengacaukan,

menghalang-halangi, atau mengganggu jalannya pemilihan umum yang

diselenggarakan menurut undang-undang" merupakan perbuatan pidana

pemilu95

.

95

Djoko Prakoso, Tindak Pidana Pemilihan Umum, Bina Aksara, Jakarta, 1987, hal

17.

Page 127: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

114

Yang dimaksud dengan Tindak Pidana Pemilukada adalah

serangkaian tindak pidana yang diatur secara khusus dalam perundang-

undangan yang mengatur tentang Pemilukada.

Tindak pidana yang diatur dalam perundang-undangan Pemilukada

tidak selalu berupa tindak pidana baru yang belum pernah diatur dalam

perundang-undangan lain. Beberapa Tindak Pidana Pemilu merupakan tindak

pidana yang sebelumnya sudah diatur dalam KUHP. Di luar tindak pidana

yang diatur dalam perundang-undangan yang mengatur tentang Pemilukada

masih terdapat berbagai tindak pidana yang dapat terjadi di dalam atau yang

berhubungan dengan penyelenggaraan Pemilukada. Tindak pidana tersebut

bisa dilakukan oleh masyarakat pada umumnya atau oleh peserta Pemilu atau

oleh penyelenggara Pemilu.

Secara umum, tindak pidana yang ada di dalam UU No. 32 Tahun

2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah untuk

memberikan batasan mengenai Tindak Pidana Pemilukada. Pembahasan ini

mengacu pada ketentuan sebagaimana disebut dalam UU No. 32 Tahun 2004

Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah yang dapat

dikelompokkan kedalam 3 kategori96

:

1. Tindak Pidana yang berkenaan dengan penetapan pemilih dan

pemenuhan persyaratan peserta Pemilukada;

2. Tindak Pidana yang berkenaan dengan kampanye;

96

http://kpu.jabarprov.go.id.index.php/subMenu/informasi/berita/detailberita/64.

diakses tanggal 3 April 2013

Page 128: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

115

3. Tindak Pidana yang berkenaan dengan pemungutan suara dan hasil

pemungutan suara.

Adapun kategori Tindak Pidana Pemilukada yang terdapat dalam

undang-undang tersebut, antara lain :

Page 129: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

116

No. Kategori Pasal Perbuatan

Sanksi/Pidana

Penjara

Min/Max Denda Min/Max (Rp)

1 Tindak Pidana

yang berkenaan

dengan penetapan

pemilih dan

pemenuhan

persyaratan peserta

Pemilukada;

115 ayat (1)

UU 12/2008

Setiap orang yang dengan sengaja

memberikan keterangan yang tidak benar

mengenai diri sendiri atau orang lain tentang

suatu hal yang diperlukan untuk pengisian

daftar pemilih

3bln-12bln 3.000.000-12.000.000

115 ayat (2)

UU 12/2008

Setiap orang yang dengan sengaja

menyebabkan orang lain kehilangan hak

pilihnya dan orang yang kehilangan hak

pilihnya tersebut mengadukan

12bln-24bln 12.000.000-24.000.000

115 ayat (3)

UU 12/2008

Setiap orang dengan sengaja memalsukan

surat yang menurut suatu aturan dalam

undang-undang ini diperlukan untuk

menjalankan suatu perbuatan dengan maksud

untuk digunakan sendiri atau orang lain

sebagai seolah-oleh surat sah atau dipalsukan

36bln-72bln 36.000.000-72.000.000

115 ayat (4)

UU 12/2008

Setiap orang yang dengan sengaja dan

mengetahui bahwa suatu surat adalah tidak

sah atau dipalsukan, menggunakannya, atau

menyuruh orang lain menggunakannya

sebagai surat sah

36bln-72bln 36.000.000-72.000.000

115 ayat (5)

UU 12/2008

Setiap orang yang dengan kekerasan atau

dengan ancaman kekuasaan yang ada

padanya saat pendaftaran pemilih

menghalang-halangi seseorang untuk

terdaftar sebagai pemilih dalam Pemilihan

Kepala Daerah menurut undang-undang ini

12bln-36bln 12.000.000-36.000.000

Page 130: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

117

115 ayat (6)

UU 12/2008

Setiap orang yang dengan sengaja

memberikan keterangan palsu atau

menggunakan surat palsu seolah-olah sebagai

surat yang sah tentang suatu hal yang

diperlukan bagi persyaratan untuk menjadi

pasangan calon Kepala Daerah/Wakil Kepala

Daerah

36bln-72bln 36.000.000-72.000.000

115 ayat (7)

UU 12/2008

Setiap orang yang dengan sengaja

memberikan keterangan yang tidak benar

atau menggunakan identitas diri palsu untuk

mendukung bakal pasangan calon

perseorangan Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 59

12bln-36bln 12.000.000-36.000.000

115 ayat (8)

UU 12/2008

Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU

kabupaten/kota, dan anggota KPU provinsi

yang dengan sengaja memalsukan daftar

dukungan terhadap calon perseorangan

sebagaimana diatur dalam undang-undang ini

36bln-72bln 36.000.000-72.000.000

115 ayat (9)

UU 12/2008

Anggota PPS, anggota PPK, anggota KPU

kabupaten/kota, dan anggota KPU provinsi

yang dengan sengaja tidak melakukan

verifikasi dan rekapitulasi terhadap calon

perseorangan sebagaimana diatur dalam UU

ini

36bln-72bln 36.000.000-72.000.000

Page 131: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

118

2 Tindak Pidana

yang berkenaan

dengan kampanye 116 ayat (1)

UU 32.2004

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan

kampanye di luar jadwal waktu yang telah

ditetapkan oleh KPUD untuk masing-masing

pasangan calon, sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 75 ayat (2)

15hr-3bln 100.000-1.000.000

116 ayat (2)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja melanggar

ketentuan larangan pelaksanaan kampanye

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf

a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e dan huruf

f

3bln-18bln 600.000-6.000.000

116 ayat (3)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja melanggar

ketentuan larangan pelaksanaan kampanye

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78 huruf

g, huruf h, huruf i, dan huruf j dan Pasal 79

ayat (1), ayat (3) dan ayat (4)

1bln-6bln 100.000-1.000.000

116 ayat (4)

UU 32/2004

Setiap pejabat negara, pejabat struktural dan

fungsional dalam jabatan negeri dan kepala

desa yang dengan sengaja melanggar

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 83

1bln-6bln 600.000-6.000.000

116 ayat (5)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja

mengacaukan, menghalangi, atau

mengganggu jalannya kampanye 1bln-6bln

600.000-6.000.000

116 ayat (6)

UU 32/2004

Setiap orang yang memberi atau menerima

dana kampanye melebihi batas yang

ditentukan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 83 ayat (3)

4bln-24bln 200.000.000-1.000.000.000

Page 132: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

119

116 ayat (7)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja menerima

atau memberi dana kampanye dari atau

kepada pihak-pihak yang dilarang

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat

(1), dan/atau tidak memenuhi kewajiban

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat

(2)

4bln-24bln 200.000.000-1.000.000.000

116 ayat (8)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja

memberikan keterangan palsu dalam laporan

dana kampanye sebagaimana diwajibkan oleh

undang-undang ini

2bln-12bln 1.000.000-10.000.000

3 Tindak Pidana

yang berkenaan

dengan

pemungutan suara

dan hasil

pemungutan suara

117 ayat (1)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja

menggunakan kekerasan atau ancaman

kekerasan dan menghalang-halangi seseorang

yang akan melakukan haknya untuk memilih

2bln-12bln 1.000.000-10.000.000

117 ayat (2)

UU 32/3004

Setiap orang yang dengan sengaja memberi

atau menjanjikan uang atau materi lainnya

kepada seseorang supaya tidak menggunakan

hak pilihnya, atau memilih pasangan calon

tertentu, atau menggunakan hak pilihnya

dengan cara tertentu sehingga surat suaranya

menjadi tidak sah

2bln-12bln 1.000.000-10.000.000

117 ayat (3)

UU 32/2004

Setiap orang yang pada waktu pemungutan

suara dengan sengaja mengaku dirinya

sebagai orang lain untuk menggunakan hak

pilih

15hr-60hr 100.000-1.000.000

Page 133: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

120

117 ayat (4)

UU 32/2004

Setiap orang yang pada waktu pemungutan

suara dengan sengaja memberikan suaranya

lebih dari satu kali di satu atau lebih TPS 1bln-4bln 200.000-2.000.000

117 ayat (5)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja

menggagalkan pemungutaan suara 6bln-3thn 1.000.000-10.000.000

117 ayat (6)

UU 32/2004

Seorang majikan atau atasan yang tidak

memberikan kesempatan kepada seorang

pekerja untuk memberikan suaranya, kecuali

dengan alasan bahwa pekerjaan tersebut tidak

bisa ditinggalkan

2bln-12bln 1.000.000-10.000.000

117 ayat (7)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja pada

waktu pemungutan suara mendampingi

seorang pemilih selain yang diatur

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat

(1)

2bln-12bln 1.000.000-10.000.000

117 ayat (8)

UU 32/2004

Setiap orang yang bertugas membantu

pemilih sebagaimana yang dimaksud dalam

Pasal 89 ayat (2) dengan sengaja

memberitahukan pilihan si pemilih kepada

orang lain

2bln-12bln 1.000.000-10.000.000

118 ayat (1)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja melakukan

perbuatan yang menyebabkan pasangan calon

tertentu mendapat tambahan suara atau

perolehan suara suaranya berkurang

2bln-1thn 1.000.000-10.000.000

Page 134: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

121

118 ayat (2)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja merusak

atau atau menghilangkan hasil pemungutan

suara yang sudah disegel 4bln-2thn 2.000.000-20.000.000

118 ayat (3)

UU 32/2004

Setiap orang yang karena kelalaiannya

menyebabkan rusak atau hilangnya hasil

pemungutan suara yang sudah disegel 15hr-2bln 100.000-1.000.000

118 ayat (4)

UU 32/2004

Setiap orang yang dengan sengaja mengubah

hasil perhitungan suara dan/atau berita acara

dan sertifikat hasil perhitungan suara 6bln-3thn 100.000.000-

1.000.000.000.000

Page 135: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

122

Berkaitan dengan pembahasan di atas, dapat dijadikan sebagai

pertimbangan hakim dalam menerapkan unsur-unsur tindak pidana yang

dilakukan oleh terdakwa sesuai dengan tindak pidana yang didakwakan oleh

Jaksa Penuntut Umum mengenai Tindak Pidana Pemilukada. Dalam hal ini

hakim sebelum menjatuhkan sanksi pidana maka hakim harus terlebih dahulu

membuktikan unsur-unsur yang terpenuhi dalam Tindak Pidana Pemilukada

maka dapat ditentukan yang menjadi batasan Tindak Pidana Pemilukada yang

dilakukan oleh terdakwa dengan memeriksa alat bukti yang diajukan dalam

persidangan.

Hasil penelitian Tindak Pidana Pemilukada Secara Bersama-Sama

dalam putusan perkara Nomor: 01/Pid.S/2010/PN.Gs, alat bukti yang

diajukan dalam persidangan antara lain: Keterangan Saksi dan Keterangan

Terdakwa. Hasil penelitian dalam putusan tersebut Terdakwa didakwa oleh

JPU dan diputus oleh Hakim sesuai dengan dakwaan oleh JPU melakukan

Tindak Pidana Pemilukada sesuai dengan tindak pidana yang dirumuskan

dalam Pasal 117 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yang termasuk dalam kategori ke 3 (tiga)

yaitu tindak pidana yang berkenaan dengan pemungutan suara dan hasil

pemungutan yang memberikan uang kepada peserta istigosah untuk memilih

pasangan nomor 5 (Humas)

2. Penerapan ketentuan Tindak Pidana Pemilukada berdasarkan

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-undang Nomor 12

Page 136: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

123

Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah dan Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana dalam Putusan Nomor 01/Pid.S/2010/PN.Gs

Pemilihan umum merupakan wujud partisipasi politik rakyat dalam

sebuah negara demokrasi, maka tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa

kebersihan, kejujuran, dan keadilan pelaksanaan pemilihan umum akan

mencerminkan kualitas demokrasi di negara yang bersangkutan. Indonesia

yang merupakan negara demokrasi sudah seharusnya memiliki aturan hukum

yang tegas berhubungan dengan perlindungan para pemilih, bagi setiap pihak

yang mengadakan Pemilu maupun bagi rakyat umumnya dari segala

ketakutan. Intimidasi, penyuapan, penipuan, dan praktik curang lainnya yang

dapat mempengaruhi kemurnian hasil pemilihan umum.

Guna melindungi kemurnian hasil pemilihan umum yang sangat

penting bagi demokrasi maka para pembuat undang-undang telah menjadikan

sejumlah perbuatan curang dalam pemilihan umum sebagai tindak pidana.

Tindak Pidana Pemilu merupakan tindak pidana yang berkaitan

dengan penyelenggaran Pemilu yang di atur dalam Undang-undang Pemilu97

.

Sebenarnya ketentuan mengenai Tindak Pidana Pemilu sudah ada sejak awal

kemerdekaan, yaitu di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1946) yang selanjutnya diatur pula dalam Undang-

Undang Pemilihan Umum.

Tindak Pidana Pemilukada merupakan tindak pidana yang berkaitan

dengan penyelenggaraan Pemilukada yang di atur dalam UU No. 32 Tahun

97

Topo Santoso, Op.Cit. hal 5.

Page 137: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

124

2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah. Terdapat 27

sanksi pidana dalam UU No. 32 Tahun 2004 pasal 115 sampai dengan pasal

119 dan terjadi penambahan 3 ayat dalam pasal 115 dalam UU No. 12 Tahun

2008 tentang Perubahan Kedua UU No. 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah yakni ayat 7, 8 dan 9, sementara di dalam KUHP

terdapat 5 pasal sanksi pidana Pemilukada yaitu Pasal 148, 149, 150, dan 152.

Beberapa jenis tindak pidana yang disinyalemen banyak terjadi antara

lain adalah money politics (politik uang). Dalam Pasal 117 ayat (2) UU No.

32 Tahun 2004 disebut sebagai tindakan memberi atau menjanjikan uang atau

materi lainnya kepada seseorang supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau

memilih pasangan calon tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara

tertentu sehingga surat suaranya tidak sah. Pidananya adalah penjara paling

singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas) bulan dan/atau denda

paling sedikit Rp. 1.000.000,- dan paling banyak Rp. 10.000.000,-. Mestinya

pidana yang diberikan bukan penjara, melainkan kurungan. Hal ini terkait

sebutan dalam UU No. 32 Tahun 2004 bahwa Tindak Pidana Pemilu adalah

pelanggaran. Sedangkan pembagian dalam KUHP sebagai induk dari

peraturan pidana yang lain menyatakan bahwa tindak pidana yang termasuk

kategori pelanggaran pidananya adalah kurungan. Sedangkan pidana penjara

adalah untuk tindak pidana yang masuk dalam kategori kejahatan98

.

98

Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu, diakses dari situs :

http://nurhidayatsardini.dagdigdug.com/2009/05/23/penanganan-pelanggaran-tindak-pidana-

pemilu/, tanggal 10 Juni 2013.

Page 138: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

125

Dikhawatirkan hal inilah yang membuat UU No. 32 Tahun 2004

sebagai aturan normatif dari penyelenggaran Pemilukada menjadi fungsinya

terhambat karena tidak bersinergi dengan KUHP sebagai induk dari peraturan

pidana yang lainnya. Keadaan ini menimbulkan kesan bahwa pembuat

undang-undang Pemilukada hendak memberikan aturan yang sulit

dioperasionalkan dalam pelaksanaan Pemilu ini. Mestinya ketentuan pidana

dalam undang-undang Pemilu ini tetap mengacu pada KUHP sebagai

ketentuan induk. Yakni membedakan antara kejahatan dan pelanggaran, serta

memberikan jenis sanksi pidana yang berbeda pula dengan pidana penjara

untuk kejahatan dan pidana kurungan untuk pelanggaran. Kondisi undang-

undang yang seperti ini akan menjadi persoalan saat terjadi hal-hal lain dalam

proses Pemilu ini, misalnya percobaan, atau perbarengan, Dan lain-lain,

karena tidak bisa serta merta mengacu pada KUHP. Inilah masalah yuridis

dalam bentuk tindak pidana yang ada dalam UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU

No 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah.

Dalam Pasal 115 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12

Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah diatur tentang setiap orang yang

dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya, dipidana

penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 24 (dua puluh

empat) bulan dan denda paling sedikit Rp. 12.000.000,- dan paling banyak

Rp. 24.000.000,-. Ini adalah masalah yang paling banyak terjadi dalam

pelaksanaan pemilu kali ini. Namun ada permasalahan dalam rumusan

ketentuan tersebut, yakni tidak diaturnya bila yang menyebabkan kehilangan

Page 139: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

126

hak pilih masyarakat adalah Komisi Pemilihan Umum (KPU) sendiri. Tentu

ini menjadi masalah yuridis di mana tidak ada pertanggungjawaban terhadap

KPU bila ternyata terbukti KPU yang menyebabkan masyarakat kehilangan

hak pilihnya. Kedua pasal tersebut saja banyak menunjukan bahwa UU No.

32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 ini banyak mengandung

kelemahan. Jadi, dalam kebijakan hukum pidana yang akan ditegakkan

nantinya jelas akan menimbulkan kesimpangsiuran, atau bahkan tidak efisien

dalam aturan yang sudah ada. Sebab itulah penting untuk mereformulasi

undang-undang Pemilukada ini agar lebih baik dan kebijakan hukum pidana

dapat efektif sehingga pelaksanaan Pemilu ke depan akan lebih baik.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap putusan Hakim Pengadilan

Negeri Gresik yang memeriksa, mengadili, dan memutuskan terhadap perkara

Nomor: 01/Pid.S/2010/PN.Gs, dalam putusannya menyatakan bahwa tindak

pidana yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum telah terbukti sebagai suatu

perbuatan yang merupakan Tindak Pidana Pemilukada 2010-2015

sebagaimana catatan tindak pidana yang diatur dalam Pasal 117 ayat (2) UU

No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintaha Daerah Jo UU No. 12 Tahun 2008

tentang Perubahan Kedua atas UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yang perumusannya sebagai berikut :

Pasal 117 yang merumuskan : “Setiap orang yang dengan sengaja

memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya kepada seseorang

supaya tidak menggunakan hak pilihanya, atau memilih pasangan

calon tertentu, atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu

sehingga surat suaranya menjadi tidak sah, diancam dengan pidana

penjara paling singkat 2 (dua) bulan dan paling lama 12 (dua belas)

bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah)

dan paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).”

Page 140: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

127

Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP yang merumuskan : “Mereka yang

melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta

melakukan perbuatan.”

Berdasarkan rumusan pasal tersebut di atas, dapat ditarik unsur-

unsur yang ada dalam pasal tersebut antara lain:

1) Unsur Setiap orang

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa yang dimaksud

dengan unsur setiap orang disini adalah siapa saja, orang perorangan atau

koorporasi atau kumpulan orang baik merupakan badan hukum maupun

bukan badan hukum, sebagai subyek hukum selaku pendukung hak dan

kewajiban yang mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya didepan

hukum.

Dalam perkara ini Jaksa Penuntut Umum telah menghadapkan para

terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim dan terdakwa 2 Raharjo yang termasuk

sebagai orang perorangan, selaku subyek hukum yaitu pendukung hak dan

kewajiban dan selama proses persidangan majelis tidak menemukan adanya

alasan pemaaf maupun alasan pembenar yang dapat menghapus kesalahan

terdakwa sehingga terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim dan terdakwa 2

Raharjo mampu untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.

2) Unsur Dengan sengaja

Bahwa dari hasil penelitian yang dimaksud unsur dengan sengaja

adalah bahwa pelaku ada niat, atau mengetahui, atau menyadari perbuatannya

dan menghendaki atau mengetahui akibat yang akan timbul dari

perbuatannya.

Page 141: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

128

Dalam doktrin ilmu hukum pidana dikenal ada 3 gradasi berkaitan

dengan teori kesengajaan, yaitu99

:

a. Kesengajaan sebagai maksud (oogmerek) artinya terjadinya suatu

tindakan atau akibat tertentu adalah betul-betul sebagai perwujudan

dari maksud atau tujuan dan pengetahuan dari pelaku;

b. Kesengajaan sebagai kesadaraan (oopzet bij zekerheids) artinya

seberapa jauh pengetahuan atau kesadaran pelaku tentang tindakan

dan akibat terlarang yang mungkin akan terjadi;

c. Kesengajaan sebagai kemungkinan (dolus evebtualis) artinya

sejauh mana pengetahuan atau kesadaraan pelaku tentang tindakan

dan akibat terlarang yang mungkin akan terjadi.

Maka dalam perkara a quo dikaitkan dengan teori kesengajaan

tersebut diatas, maka tepat bila dikatakan kesengajaan yang telah dilakukan

oleh para terdakwa berada pada gradasi yang pertama, yaitu kategori

kesengajaan sebagai maksud, karena dari awal para terdakwa telah

menyadari/mengetahui atau perbuatannya yaitu dengan sengaja memajukan

pertemuan istigosah yang semula dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 22

Mei 2010, karena pada hari senin malam sudah memasuki hari tenang

Pemilukada yang melarang untuk melakukan kampanye, maka benar majelis

menilai sesungguhnya yang terjadi pada hari Sabtu tanggal 22 mei 2010

adalah kegiatan kampanye yang dibungkus/dibingkai dengan kegiatan

istigosah. Karena tidak ada larangan menurut ketentuan peraturan perundang-

99

Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit. hal 61-65.

Page 142: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

129

undangan untuk membatasi kegiatan keagamaan seperti istigosah. Namun

esensi disini pertemuan pada tanggal 22 Mei 2010 bukan pertemuan dilarang

tapi pembagian/pemberian uang kepada para undangan untuk mempengaruhi

seseorang agar memilih pasangan tertentu dilarang. Maka benar dalam

perkara a quo ini dikaitkan dengan Pasal 117 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah.

3) Unsur “Memberi atau menjanjikan uang atau materi lainnya

kepada seseorang supaya tidak mnggunakan hak pilihnya atau

memilih pasangan calon tertentu, atau menngunakan hak

pilihnya dengan cara tertentu

Berdasarkan hasil penelitian dalam perkara ini rumusan frase

“memberi atau menjanjikan” sifatnya adalah alternative, artinya majelis boleh

memilih salah satu yang dianggap sesuai dengan fakta di persidangan, maka

oleh karenanya majelis akan langsung mempertimbangkan yang secara fakta

terungkap di persidangan yaitu unsur “memberi”.

Dalam perkara bahwa terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim

menyuruh ibu Sulami untuk mengundang fakir miskin untuk datang ke

istigosah di rumahnya pada hari Sabtu 22 Mei 2010 jam 16.00 WIB.

Disamping acara istigosah yang dipimpin terdakwa 2 Raharjo, sebelum doa

dibacakan dan ada ceramah oleh terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim

intinya mengharap para undangan yang hadir dalam Pemilukada memilih

cabup dan cawabup nomor 5 sambil menunjukan amplop bergambar foto

pasangan cabup cawabup nomor 5 yang telah diambil terdakwa 1 KH. Abdul

Page 143: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

130

Qohar Hasyim di kantor MWC NU kecamatan Menganti pada hari Jumat

tanggal 22 Mei 2010 yang telah berisi uang Rp. 50.000,- yang akan diberi

terdakwa 2 Raharjo.

4) Unsur “Yang melakukan, menyuruh melakukan, atau ikut

melakukan”.

Unsur ini pada dasarnya merupakan delik penyertaan sehingga

mensyaratkan adanya 2 pelaku atau lebih, setiap pelaku mempunyai peranan

dapat sebagai pelaku, yang menyuruh melakukan atau turut serta melakukan

perbuatan pidana itu, dimana terdapat kerjasama secara langsung untuk

mewujudkan perbuatan pidana tertentu .

Berdasarkan hasil penelitian pada perkara Nomor

01/Pid.S/2010/PN.Gs maka diperoleh bahwa adanya pernyataan keterangan

para saksi maupun keterangan para terdakwa dipersidangan dihubungkan

dengan barang bukti, bahwa uang Rp. 50.000,- yang dimasukkan dalam

amplop bergambar pasangan cabup cawabup nomor 5 adalah terdakwa 2

Raharjo yang membagikan kepada para undangan istigosah. Dengan

demikian terdakwa 2 Raharjo terbukti turut serta melakukan.

Menurut Pompe “turut mengerjakan terjadinya sesuatu tindak pidana”

itu ada tiga kemungkinan100

:

a. Mereka masing-masing memenuhi semua unsur dalam rumusan

delik;

100

Barda Nawawi Arief, Sari Kuliah Hukum Pidana. Fakultas Hukum UNSOED,

Purwokerto, 1993, hal 33.

Page 144: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

131

b. Salah seorang memenuhi semua unsur delik, sedang yang lain

tidak;

c. Tidak seorang pun memenuhi unsur-unsur delik seluruhnya, tetapi

mereka bersama-sama mewujudkan delik itu.

Hasil penelitian Putusan Perkara Nomor: 01/Pid.S/2010/PN.Gs,

diperoleh identitas dari terdakwa 1 adalah : KH. Abdul Qohar Hasyim;

tempat lahir : Gresik; umur : 68 tahun; tempat tinggal : Gresik dan terdakwa 2

adalah : Raharjo; tempat lahir : Gresik; umur : 62 tahun; tempat tinggal :

Gresik. Bahwa berdasarkan hasil penelitian terdakwa 1 KH. Abdul Qohar

Hasyim bukan merupakan tim kampanye Khusnul Khuluq–Musaffa (Humas)

sebagaimana Surat Keputusan Bersama antara Partai Kebangkitan Bangsa,

Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Nasinal Ulama tanggal 22

Febuari 2010. Jadi dalam hal ini terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim tidak

dapat dikenakan Pasal 82 UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan

Daerah dan Pasal 64 PP No. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan,

Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

tapi termasuk dalam Pasal 117 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12

Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah karena ada unsur “setiap orang”

bukan pasangan calon dan/atau tim kampanye Khusnul Khuluq-Musaffa

(Humas) yang menunjukan bahwa secara esensial telah terjadi pelanggaran

tindak pidana yang berarti mengurangi elemen sistem hukum

Kepemilukadaan oleh majelis telah dinyatakan terbukti dan dihubungan

dengan barang bukti yang cukup diajukan ke persidangan, majelis telah

Page 145: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

132

memperoleh keyakinan bahwa para terdakwa telah bersalah melakukan tindak

pidana money politic atau politik uang. Secara hukum berarti mengurangi

keabsahan dan terdapat cacat hukum dalam Pemilukada di Gresik. Dengan

terbuktinya ada unsur delik pidana yang mencerminkan sikap tidak terpuji

dalam Pemilukada, berarti telah juga mencederai atau menodai demokrasi.

Tindak pidana money politic itu sendiri juga merupakan tindak pidana

jenis pelanggaran terhadap undang-undang yang telah disusun oleh KPU. Dan

tindak pidananya merupakan delik aduan. Karena money politic adalah delik

aduan maka pelanggaran tersebut hanya bisa ditindak lanjuti apabila ada

pihak yang dirugikan. Maka berdasarkan asas hukum Lex Specialis De rogat

Lex Generalis, artinya bahwa peraturan khusus dapat mengenyampingkan

peraturan umum dan juga atas pertimbangan tujuan lahirnya undang-undang

yang baru (undang-undang Pemilu) dalam hal ini UU No. 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur tindak pidana money politic,

jadi yang akan diterapkan adalah UU Pemilukada, bukan KUHP.101

Baik secara konseptual-teoritis maupun secara yuridis formal

peraturan perundang-undangan Indonesia tidak pernah memberikan definisi

atau pengertian tentang apa yang dikatakan dengan istilah politik uang atau

money politc. Namun demikian, berdasarkan unsur-unsurnya dapat

ditunjukkan ketentuan pasal-pasal yang dianggap memuat rumusan tindak

pidana politik uang. Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa politik uang

adalah suatu tindakan untuk mempengaruhi pemilih dengan janji pemberian

101

Sintong Silaban, Op.Cit. hal 57.

Page 146: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

133

uang dan materi lainnya agar orang memilih kandidat tertentu. Disini perlu

juga dibedakan antara uang politik atau ongkos politik dengan politik uang.

Uang politik adalah sejumlah uang yang disepakti secara bersama dan terbuka

antara aktor-aktor yang terlibat dalam penyelenggaraan Pemilukada yang

diperlukan secara wajar untuk mendukung operasionalisasi aktivitas-aktivitas

yang dilakukan oleh peserta Pemilukada. Besarnya ditetapkan oleh undang-

undang dan Peraturan Pemerintah. Contohnya, biaya administrasi pendaftaran

pasangan kandidat, pembelian spanduk dan stiker, dan lain sebagainnya.

Sementara itu, politik uang adalah uang yang ditunjukkan dengan maksud-

maksud tertentu seperti contohnya untuk melindungi kepentingan bisnis dan

kepentingan politik tertentu. Politik uang juga bisa terjadi ketika pihak

penyandang dana berkepentingan terhadap kandidat tertentu untuk

memuluskan baik kepentingan bisnis maupun politik tertentu dilakukan

dengan berbagai bentuk, yaitu pembagian uang, kaos, sarung, beras, baju

koko, dan jilbab. Dalam pidana umum tindak pidana politik uang dapat

dikelompokkan ke dalam tindakan penyuapan.

Bagi masyarakat umum, Pemilukada langsung sering juga ditafsirkan

sebagai kesempatan bagi-bagi uang. Mereka tahu bahwa tiap-tiap kandidat

menyediakan anggaran yang cukup besar untuk memenangkan kompetisi102

.

Itulah fenomena money politics dalam pemilukada yang di tengah

102

Amirudin dan Zaini Bisri, Pilkada Langsung Problem dan Prospek, Penerbit

Pustaka Pelajar, 1 Januari 2006 , hal 1. Bahwa tiap-tiap kandidat menyediakan anggaran yang

cukup besar, anggaran itu biasanya untuk pos-pos pengeluaran utama berupa pemeliharaan

jaringan pendukung dari tim sukses samapi ketingkat kordinator lapangan di desa-desa, biaya

untuk kampanye, biaya lobi dan promosi, biaya untuk konsumsi. Dengan rata-rata anggaran

kandidat yang cukup besar, wajar apabila rakyat berharap dapat ikut merasakan kecipratan uang

itu.

Page 147: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

134

kegamangan ”lompatan demokrasi” tersebut lahirnya cendrung ditoleransi

keberadaannya. Dengan alasan, kedua belah pihak baik kandidat maupun

rakyat sama-sama membutuhkannya. Sepanjang tidak ada unsur pemaksaan

dan intimidasi atau bentuk-bentuk kekerasan politik lainnya, praktek politik

uang semacam itu biasanya sulit untuk ditindak atau dikenai hukuman,

kecuali yang tertangkap basah. Dalam praktek politik uang dikenal beberapa

tahapan dana yang dibutuhkan dimulai dari uang perkenalan, uang pangkal,

uang untuk fraksi hingga uang yang ditujukan untuk membeli suara orang per

orang103

.

Dalam proses pelaporan adanya pelanggaran Pemilu ke Panwas,

majelis juga mempertimbangan formalitas yang berkaitan dengan pelaporan

adanya pelanggaran Pemilu kepada Panwas. Sesuai ketentuan Pasal 110 ayat

(3) PP No. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, bahwa pelaporan

tersebut sesuai dengan ayat (2), disampaikan kepada Panwas pemlihan sesuai

wilayah kerja selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sejak terjadinya pelanggaran.

Selanjutnya dalam Pasal 111 ayat (1, 2, 3) menyebutkan Panwas mengkaji

setiap laporan pelanggaran yang diterima untuk menindak lanjuti atau tindak

menindak lanjuti laporan, selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah laporan

diterima dalam hal Panwas memerlukan keterangan tambahan dari pelapor

untuk mlengkapi laporan putusan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pasal 111

PP No. 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan

103

Amzulian Rifai, Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Daerah, Cetakan I,

Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, hal 62.

Page 148: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

135

Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, dilakukan paling

lambat 14 (empat belas) hari setelah laporan diterima.

Bahwa berdasrkan Kajian Laporan (Model A-3 KWK) Nomor:

82/Panwaslukada-Grs/V/2010, bahwa laporan tersebut diterima oleh Panwas

Pemilukada Kabupaten Gresik pada tanggal 25 Mei 2010 dan berdasarkan

surat Panwas Pemilukada Kabupaten Gresik kepada Kapolres Gresik Nomor

83/Panwaslukada-Grs/VI/2010 perihal penerusan laporan pelanggaran pidana

Pemilu tertanggal 3 Juni 2010, maka dalam hal ini penyidik kepolisian

(Gakkumdu-Polres) masih dalam batas waktu yang diberikan oleh undang-

undang. Sehingga secara formal catatan dakwaan yang diajukan oleh

Penuntut Umum dapat diterima.

Dengan batasan waktu yang terbatas untuk menindaklanjuti adanya

dugaan pelanggaran dalam Pemilukada mengakibatkan setiap Tindak Pidana

Pemilu yang baru diketahui setelah lewat dari jangka waktu yang telah

ditentukan sehingga pelakunya dapat terbebas dari pertanggungjawaban

pidana. Hal tersebut tentu saja menimbulkan perasaan tidak adil bagi korban

khususnya dan masyarakat umumnya karena sangat mungkin suatu temuan

tentang adanya Tindak Pidana Pemilu baru ditemukan setelah batas waktu

pelaporan yang ditentukan peraturan Pemilu.

Maka dari itu perlu adanya kerjasama antara Bawaslu, Kepolisian, dan

Kejaksaan untuk membuat Kesepahaman Bersama dan membentuk Sentra

Penegakkan Hukum Terpadu (Sentra Gakkumdu). Maksud dibuatnya

Kesepahaman Bersama ini adalah menyamakan pemahaman dan pola

Page 149: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

136

penanganan perkara Tindak Pidana Pemilu oleh Sentra Gakkumdu. Adanya

Sentra Gakkumdu memungkinkan pemeriksaan perkara pendahuluan melalui

gelar perkara bertujuan untuk saling berkoordinasi melakukan penangganan

Tindak Pidana Pemilu mulai adanya tahap laporan hingga adanya putusan

pengadilan yang mepunyai kekuatan hukum tetap.

Dalam konteks pengaturan tindak pidana, sesungguhnya UU No. 32

Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah

merupakan undang-undang khusus (lex specialis) karena mengatur Tindak

Pidana Pemilukada. Artinya dengan menggunakan ketentuan dalam UU No.

32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah

sudah bisa menjerat banyak tindak pidana yang terjadi dengan upaya pidana

(penal).

Meskipun dalam UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008

Tentang Pemerintahan Daerah tidak mencantumkan tentang tujuan dan

pedoman pemidanaan untuk Tindak Pidana Pemilukada ini, tapi undang-

undang ini tetap diharapkan bisa berfungsi sebegaimana mestinya, yakni

memberikan keadilan pada masyarakat. Pentingnya tujuan dan pedoman

pemidanaan ini, menurut Prof. Barda Nawawi Arief yakni sebagai pemberi

arah agar digunakannya sarana penal ini dapat bermanfaat dan sesuai dengan

tujuan yang hendak dicapai, serta memberikan landasan filosofis mengapa

dan bagaimana pidana itu diberikan.

Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah, delik-delik KUHP diadopsi ke dalam batang

Page 150: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

137

tubuh, dengan cara menuliskan dengan cara menyebutkan unsur-unsur Tindak

Pidana Pemilunya.

Dalam Pasal 115, 116, 117, dan Pasal 118 UU No. 32 Tahun 2004 Jo

UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah rumusannya diubah,

sehingga tidak lagi mengacu pada Pasal 148, 149. 150, 151, dan 152 KUHP,

akan tetapi langsung menyebutkan unsur-unsur yang terdapat dalam masing-

masing pasal KUHP seperti “Merintangi seseorang memakai hak pilihnya

dengan kekerasaan atau ancaman kekerasan” yang dinyatakan dalam Pasl 148

KUHP, juga diadopsi dalam Pasal 117 ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 Jo

UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah. Perubahan tersebut

selain memudahkan pemahaman terhadap materi muatan yang dikandungnya

juga memberikan penjelasan terhadap obyek atau lingkup yang diaturnya.

Mencermati kembali penerapan ketentuan unsr-unsur tindak pidana

pemilu dalam UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang

Pemerintahan Daerah dan KUHP yang sudah di jelaskan di atas bahwa dalam

UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 tidak sama dengan

kebijakan perumusan dalam KUHP karena ternyata rumusan tindak pidana

mengalami perluasan bukan saja pada setiap orang, tetapi juga ada beberapa

kategori subyek, seperti peserta Pemilu, Penyelenggara Pemilu, Pejabat

negara, Pemerintah, dan Peradilan, serta lain sebagainya. Demikian juga

dengan ancaman sanksi pidana, rumusannya cenderung menggunakan sistem

kumulatif, yakni antara pidana penjara dan pidana denda yang rentat

perbedaan sanksi minimal dan sanksi maksimal cukup tinggi. Hal ini dapat

Page 151: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

138

dilihat dengan ciri-ciri menggunakan kata-kata “dan” dalam sanksi

pemidanannya. Sementara kebijakan pola perumusan sanksi pidana dalam

KUHP sebagai induk dari peraturan pidana lain yang termasuk kategori

pelanggaran pidananya adalah kurungan sedangkan pidana penjara adalah

untuk tindak pidana yang masuk dalam kategori kejahatan. Dalam Pasal 148,

150, 151, dan 152 menganut sistem pidana tunggal, sedangkan Pasal 149

menganut sistem pidana alternatif.

Dalam hal ini, berdasarkan asas Lex Spesialis derograt Legi Generalis

maka dalam dakwaan Pemilu ketentuan ketentuan yang digunakan adalah

hanya ketentuan di dalam UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008

Tentang Pemerintahan Daerah dan yang dilakukan Majelis Hakim dengan

konsisten menggunakan UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008

Tentang Pemerintah Daerah sebagai dakwaan Pemilukada sudah tepat.

Majelis hakim yang memeriksa dan mengadili perkara Tindak Pidana

Pemilukada, unsur-unsur Tindak Pidana Pemilukada yang menjadi

pertimbangan Majelis Hakim berdasarkan Pasal 117 ayat (2) UU No. 32

Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP

terpenuhi pembuktiannya secara keseluruhan berdasarkan saksi-saksi dan alat

bukti yang sah. Sehingga sanksi Tindak Pidana Pemilukada yang di tuntut

Jaksa Penuntut Umum pada perkara tersebut dapat diterapkan yang

membuktikan secara sah dan meyakinkan para terdakwa terbukti bersalah

telah melakukan tindak pidana “dengan sengaja secara bersama-sama

memberi uang kepada seseorang supaya memilih pasangan calon tertentu”.

Page 152: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

139

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan bab sebelumnya, dapat

disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Tindak Pidana Pemilukada dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Jo Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah

sudah dibatasi menjadi 3 kategori, yaitu :

1) Tindak Pidana yang berkenaan dengan penetapan pemilih dan

pemenuhan persyaratan peserta Pemilukada, yang diatur dalam

Pasal 115;

2) Tindak Pidana yang berkenaan dengan kampanye, yang diatur

dalam Pasal 116;

3) Tindak Pidana yang berkenaan dengan pemungutan suara dan hasil

pemungutan suara, yang diatur dalam Pasal 117 dan Pasal 118.

2. Penerapan ketentuan Tindak Pidana Pemilukada berdasarkan Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Jo Undang-undang Nmor. 12 Tahun 2008

Tentang Pemerintahan Daerah dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

para terdakwa, yaitu terdakwa 1 KH. Abdul Qohar Hasyim dan terdakwa

2 Raharjo terbukti bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja

secara bersama-sama memberi uang kepada seseorang supaya memilih

pasangan calon tertentu”. Bahwa berdasarkan hasil penelitian perkara

Page 153: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

140

Nomor 01/Pid.S/2010/PN.Gs, para terdakwa dalam putusan dinyatakan

bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana telah terbukti dan

termasuk ke dalam kategori Tindak Pidana Pemilukada yang berkenaan

dengan pemungutan suara dan hasil pemungutan suara sesuai yang

didakwa Jaksa Penuntut Umum telah terpenuhi dan terbukti secara sah

dan meyakinkan dalam pemeriksaan di persidangan. Dalam konteks

pengaturan tindak pidana, sesungguhnya UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU

No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah merupakan undang-

undang khusus (lex specialis) karena mengatur tindak pidana. Artinya

dengan menggunakan ketentuan dalam UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU

No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah sudah bisa menjerat

banyak tindak pidana yang terjadi dengan upaya pidana (penal) dengan

mengedepankan dengan membuat Kesepahaman Bersama antara Sentra

Gakkumdu karena terbatasnya waktu untuk menanggani pelanggaran

pemilukada.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis dapat diberikan saran

sebagai berikut :

1. DPR sebagai lembaga legislatif pembuat undang-undang perlu membentuk

undang-undang yang baru tentang Pemerintah Daerah khususnya masalah

ketentuan pelanggaran Tindak Pidana Pemilukada berdasarkan kasus-

kasus dan pelanggaran yang ada di masyarakat yang semakin meluas

karena UU No. 32 Tahun 2004 Jo UU No. 12 Tahun 2008 Tentang

Page 154: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

141

Pemerintahan Daerah sudah tidak relevan. Hal yang perlu dikaji untuk

memberikan batasan tindak pidana dalam Pemilukada adalah sistematika

dan kategorisasi yang cukup jelas dan lengkap baik masalah tujuan

filosofis dari tindak pidana, unsur-unsur perbuatan pidana Pemilukada,

pembagian subyek hukum, jenis tindak pidana, jenis sanksi ancaman

pidana, dan lain sebagainya. Sehingga pembuat undang-undang dapat

membatasi tindak pidana dalam Pemilukada yang jelas dan lengkap yang

dapat mengikuti dan menjangkau pelanggaran pidana Pemilukada yang

berkembang di masyarakat dan kepada Pemerintah pusat juga segera

melaksanakan pemilihan serentak, baik ditingkat provinsin maupun

kabupaten/kota. Ini dilakukan untuk menghemat anggaran yang

dibutuhkan agar terhindar dari perbuatan money politic daripada

mengembalikan sistem Pemilukada kepada DPRD yang hanya menciderai

demokrasi Indonesian bukan mengurangi money politic.

2. Perlunya DPR sebagai lembaga legislatif mengkaji ulang PP No. 6 Tahun

2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian

Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terkait Pasal 111 ayat (1, 2, 3)

dan dilanjutkan dengan pembentukan PP yang baru mengenai batas waktu

untuk menindaklanjuti laporan adanya pelanggaran. Perlunya penambahan

waktu dalam hal menanggani pelanggaran-pelanggaran Tindak Pidana

Pemilukada bagi Panwaslu tidak lagi menjadi 7 hari, agar setiap laporan

adanya dugaan pelanggaran pidana Pemilukada yang dapat dikaji lebih

mendalam dan dapat diteruskan pada sistem peradilan (Kepolisian,

Page 155: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

142

Kejaksaan, Peradilan) sehingga setiap pelanggaran yang mengandung

unsur pidana pemilukada dapat dijerat sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku serta perlu meningkatkan kinerja Sentra

Gakkumdu agar lebih meningkatkan koordinasi dan kerjasama melakukan

penangganan Tindak Pidana Pemilukada mulai adanya tahap laporan

hingga adanya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

Page 156: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

143

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arbas, Cakra. 2012. Cetakan I. Jalan Terjal Calon Independen Pada Pemilukada

di Provinsi Aceh. Medan: PT Gramedia;

Arief, Barda Nawawi. 1993. Sari Kuliah Hukum Pidana. Purwokerto: Fakultas

Hukum UNSOED;

Asshiddieqie, Jimly. 2011. Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi.

Jakarta: Sinar Grafika;

________________. 2012. Penghantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta:

Rajagrafindo Persada;

Bisri, Zaini dan Amiriudin. 2006. Pilkada Langsung Problem dan Prospek,

Penerbit Pustaka Pelajar.

Budiardjo, Miriam. 2010. Cetakan II. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Ikrar

Mandiri Abadi;

Farid, Zainal Abidin. 2007. Cetakan II. Hukum Pidana I. Jakarta: Sinar Grafika.

Gaffar, Janedjri M. 2012. Cetakan I. Politik Hukum Pemilu. Jakarta: Konstitusi

Press (Konpress);

Handoyo, B. Hestu Cipto. 2003. Cetakan I. Hukum Tata Negara,

Kewarganegaraan & Hak Asasi Manusia. Yogyakarta: Universitas

Atmajaya;

Huda, Ni’matul. 2005. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo

Persada;

Ibrahim, Johny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Bayu Media;

Joeniarto. 1984. Cetakan III. Demokrasi Dan Sistem Pemerintahan Negara.

Jakarta: Bina;

Lamintang, PAF. 1987. Cetakan I. Delik-Delik Khusus: Kejahatan-Kejahatan

Terhadap Kepentingan Hukum Negara. Bandung: Sinar Baru;

Page 157: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

144

______________. 1990. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: Sinar

Baru;

_____________. 1997. Cetakan III Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia.

Bandung: PT. Citra Aditya Bakti;

Maramis, Frans. 2012. Cetakan I. Hukum Pidana Umum dan Tertulis di

Indonesia. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada;

Marzuki, Peter Mahmud. 2009. Cetakan V. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana;

MD, Moh. Mafud. 1999. Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi. Yogyakarta: Gama

Media;

______________. 2003. Cetakan II. Demokrasi Dan Konstitusi Indonesia.

Jakarta: Rineke Cipta;

Moch Najih, Usaf dan Togat, 2004. Penghantar Hukum Pidana. Malang: UMM

Press, Malang;

Moeljatno. 1984. Cetakan II. Azas-Azas Hukum Pidana. Jakarta: Bina Aksara;

Prakoso, Djoko. 1987. Cetakan I. Tindak Pidana Pemilu. Jakarta: CV. Rajawali;

Prihatmoko, Joko J. 2008. Cetakan I. Mendemokratiskan Pemilu Dari Sistem

Sampai Elemen Teknis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar;

Prodjodikoro, Wirjono. 2002. Cetakan VII. Asas-Asas Hukum Pidana Di

Indonesia. Bandung: PT. Refika Aditama;

___________________. 2003. Cetakan I. Tindak –Tindak Pidana Tertentu Di

Indonesia. Bandung: PT. Refika Aditama;

Rifai, Amzulian. 2003. Cetakan I. Politik Uang Dalam Pemilihan Kepala Daerah.

Jakarta: Ghalia Indonesia;

Santoso, Topo. 2000. Membumikan Hukum Pidana Islam : Penegakan syariat

Dalam Wacana dan Agenda, Asy Syamil. Jakarta: Gema Insani;

_____________. 2006. Cetakan I. Tindak Pidana Pemilu. Jakarta: Sinar Grafika;

Sidik, Muh. Nur. Jurnal Ilmiah Hukum Legality, Vol 13 Nomor 2, Fakultas

Hukum UMM;

Page 158: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

145

Silaban, Sintong. 1992. Tindak Pidana Pemilu Suatu Tinjauan Dalam Rangka

Mewujudkan Pelaksanaan Pemilu Yang Jujur Dan Adil. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan;

Soehino. 2005. Cetakan VII. Ilmu Negara. Yogyakarta. Liberty;

______. 2010. Hukum Ttata Negara Perkembangan Sistem Demokrasi di

Indonesia. Yogyakarta: BPFE;

Soedarto. 2001. Penghantar Kuliah Hukum Pidana Jilid IA-IB. Purwokerto:

Fakultas Hukum UNSOED;

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 1990. Peneltian Hukum Normatif (suatu

Kajian Singkat). Jakrta: Rajawali;

Soemitro, Ronny Hanitijo. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri.

Jakarta: Ghalia Indonesia;

Sugandhi, R. 1980. KUHP dan Penjelasannya. Surabaya: Usaha Nasional;

Suharizal. 2011. Pemilukada: Regulasi, Dinamika, dan Konsep Mendatang.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada;

Sukarna. 1981. Sistem Politik. Bandung: Alumi;

Surbakti, Ramlan. 2005. Dalam Titik Triwulan Tutik Pemilihan Kepala Daera

Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2994 Dalam Sistem Pemilu

UUD 1945. Jakarta: Prestasi Pustaka Pelajar.

B. Peraturan Perundang-Undangan

- Undang-Undang

Amandemen IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945;

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana;

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konsitusi (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 98, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4316) sebagaimana telah berubah

berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 066/PUU-II/2004

tanggal 12 April 2005;

Page 159: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

146

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4844);

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaran Pemilihan

Umum (PEMILU) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 59, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4721);

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Anggota Dewan

Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor

37, Tambahan Lembaran Negara Rpublik Indonesia 4227).

- Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan

Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 22, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4480);

Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas PP

Nomor 6 Tahun 2005.

C. Putusan

Putusan Mahkamah Konstitusi No.5/PUU-V/2007 tanggal 23 Juli 2007;

Putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor Perkara 01/Pid.S./2010/PN.Gs.

Putusan Nomor 072-073/PUU-II/2004 Tentang Risalah Sidang Pleno Mendengar

Keterangan DPR, KPU, Saksi Ahli dari Pemohon Perkara 072/PUU-II/2004

Perkara 073/PUU-II/2004 Pengujian UU No. 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah Terhadap UUD NKRI Tahun 1945

D. Bahan Lain

http://kpu.jabarprov.go.id.index.php/subMenu/informasi/berita/detailberita/64.

diakses tanggal 3 April 2013 Wahyu, Bambang. 1991. Penelitian Hukum

Dalam Praktek. Jakarta: Sinar Grafik;

Page 160: TINDAK PIDANA PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI HERDIANA... · KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yesus, karena dengan berkat

147

Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilu, diakses dari situs :

http://nurhidayatsardini.dagdigdug.com/2009/05/23/penanganan-

pelanggaran-tindak-pidana-pemilu/, tanggal 10 Juni 2013;

Syahuri, Taufiqurahman. “Anatomi Putusan MK RI tentang Pemilukada”.

Seminar Putusan MK Pengujian UU No. 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah;

Berita Mahkamah Konstitusi, edisi khusus, 2004;

M, I.B.G Suryatmaja. “Pemilihan Kepala Daerah Langsung”. Artikel dalam

Rountable D J Notulensi, “Pemilukada: Kini dan Masa Mendatang”,

Kesimpulan pada Seminar Evaluasi Pemilihan Umum Kepala Daerah,

Kepaniteraan Sekretariat Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2012.