KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN...

111
PERLINDUNGAN HUKUM KONSERVASI HEWAN PRIMATA DI INDONESIA SKRIPSI BIMO PRAKORSO E1A006439 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2012

Transcript of KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN...

Page 1: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

PERLINDUNGAN HUKUM KONSERVASI HEWAN PRIMATA DI

INDONESIA

SKRIPSI

BIMO PRAKORSO

E1A006439

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2012

Page 2: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

ii

PERLINDUNGAN HUKUM KONSERVASI HEWAN PRIMATA DI

INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

BIMO PRAKORSO

E1A006439

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2012

Page 3: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

iii

LEMBAR PENGESAHAN

PERLINDUNGAN HUKUM KONSERVASI HEWAN PRIMATA DI

INDONESIA

Oleh :

BIMO PRAKORSO

E1A006439

Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Isi dan Format telah

Diterima dan disetujui

Pada Tanggal, 28 Agustus 2012

Menyetujui,

Pembimbing I

Pembimbing II Penguji

Rochati, S.H., M.Hum

NIP. 19541009 198403 2 001

Sri Hartini SH., M.H.

19540426 1980031004

Haedah Faradz S.H.,M.H

NIP. 19590725 1986012001

Mengetahui,

Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman

Hj. Rochani Urip Salami,S.H.,M.S

NIP. 19520603 198003 2 001

Page 4: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : BIMO PRAKORSO

NIM : E1A006439

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

PERLINDUNGAN HUKUM KONSERVASI HEWAN PRIMATA DI

INDONESIA

Yang saya buat ini adalah betul-betul hasil karya sendiri, tidak menjiplak

hasil karya orang lain, maupun dibuatkan orang lain dan semua sumber data

maupun informasi telah dinyatakan secara jelas serta dapat diperiksa

kebenarannya.

Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

sebagaimana tersebut diatas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari

Fakultas, termasuk pencabutan gelar Sarjana Hukum (SH.) yang telah saya

peroleh.

Purwokerto, 28 Agustus 2012

BIMO PRAKORSO

E1A006439

Page 5: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan atas cinta, berkat, dan bimbinganNya penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PERLINDUNGAN HUKUM

KONSERVASI HEWAN PRIMATA DI INDONESIA dengan melalui proses

yang panjang, serta suka dan duka telah penulis lewati. Skripsi ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H.) di Fakultas

Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.

Adapun penulisan skripsi ini tidak terlepas dari keterlibatan dan interaksi

dengan banyak pihak yang dengan ketulusan hati mau membantu, membimbing,

memberi motivasi, cinta, dan bersama-sama dalam suatu pembelajaran. Dengan

segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih yang tak terhingga

kepada:

1. Hj.Rochani Urip Salami, S.H, M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman.

2. Rochati, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I, dan juga

pembimbing akademik yang telah sudi meluangkan waktu untuk

membimbing, mengarahkan, dan memberi petunjuk dengan penuh

perhatian yang sangat berguna bagi penulis sehingga penulis selalu

terpacu untuk bangkit, berfikir lebih baik, dan penulisan skripsi dan

perkuliahan dapat terselesaikan dengan baik.

3. Sri Hartini SH., M.H., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II atas

segala wawasan, saran, nasihat, dan perhatian yang telah diberikan

kepada penulis selama ini sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Page 6: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

vi

4. Haedah Faradz S.H.,M.H, selaku Dosen Penguji atas segala masukan

yang diberikan kepada penulis.

5. Seluruh dosen, staf, dan karyawan Civitas Akademika FH UNSOED

yang telah mendidik dan membantu selama penulis menuntut ilmu di

kampus ini.

6. Kedua orang tuaku tercinta, yang selalu memberikan dukungan yang

luar biasa dalam membuat skripsi.

7. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki kelemahan

dan kekurangan. Oleh karena itu segala saran,kritik, masukan yang membangun

sangat berarti dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi pembaca maupun pihak lain yang membutuhkan.

Purwokerto, 28 Agustus 2012

BIMO PRAKORSO

E1A006439

Page 7: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

vii

PERLINDUNGAN HUKUM KONSERVASI HEWAN PRIMATA DI

INDONESIA

BIMO PRAKORSO

E1A006439

ABSTRAK

Habitat dan kepunahan beberapa jenis satwa liar yang dilindungi selama ini

banyak yang telah rusak ataupun sengaja dirusak oleh berbagai ulah sekelompok

manusia yang tidak bertanggung jawab. Seekor orangutan Kalimantan (pongo

pygmaeus morio) ditemukan terluka dengan dua peluru bersarang di kepala.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum Konservasi hewan

primata di Indonesia. Guna mencapai tujuan tersebut maka peneletian ini

dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis normatif. Data sekunder yang

terkumpul kemudian diolah, disajikan, dan dianalisa secara kualitatif dengan

penyajian data teks naratif.

Hasil penelitian menyatakan bahwa, perlindungan hukum Konservasi hewan

primata di Indonesia dilakukan dengan metode preventif dan juga represif.

Melalui metode preventif perlindungan hukum terhadap primata diarahkan

melalui pelestarian satwa primata, pengkategorisasian primata yang dilindungi,

pelaksanaan konservasi satwa primata. Metode represif dilakukan melalui

penegakan hukum terhadap pelaku yang melanggar Undang-Undang No. 5 Tahun

1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Perlindungan hukum primata dilakukan pula dengan meratifikasi Convention On

International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna And Flora (CITES)

dengan di keluarkannya Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 Tentang :

Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna And

Flora, dikeluarkan pula Surat keputusan (SK) dan Peraturan Pemerintah mengenai

pelestarian satwa liar, di programkannya strategi konservasi primata dalam

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 57/Menhut-II/2008 Tentang Arahan

Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018. Primata di Indonesia

perlindungannya masih lemah belum maksimal, begitupula dengan sistem

pengawasannya dan penegakan hukum dalam perlindungan primata di Indonesia

masih sangat lemah.

Kata kunci: Perlindungan, konservasi dan primata

Page 8: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

viii

LEGAL PROTECTION CONSERVATION OF PRIMATES IN INDONESIA

BIMO PRAKORSO

E1A006439

ABSTRACT

Habitats and the extinction of some wildlife species are protected during the

many that have been damaged or accidentally damaged by various group of

people who do not act responsibly. Borneo orangutan (Pongo pygmaeus morio) is

found wounded with two bullets lodged in his head. This study aims to determine

the legal protection Conservation of primates in Indonesia. To achieve this goal

then peneletian performed using normative juridical approach. Secondary data

are collected and processed, presented, and analyzed qualitatively with the

presentation of narrative text data.

The results suggest that, legal protection Conservation of primates in

Indonesia conducted by the method of preventive and repressive. Through

preventive method directed the legal protection through conservation of primates

nonhuman primates, primates categorization of protected conservation

implementation of nonhuman primates. Repressive methods performed by law

enforcement against perpetrators who violate the Law. 5 of 1990 on Conservation

of Natural Resources and Ecosystems. Legal protection of primates also done by

ratifying the Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild

Fauna And Flora (CITES) in keluarkannya by Presidential Decree. 43 Year 1978

About: Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna

And Flora, also issued decree (SK) and the Regulation on the Peles ¬ dance of

wildlife, in programkannya primate conservation strategies in the Minister of

Forestry Number: P. 57/Menhut-II/2008 About National Species Conservation

Strategic Directions 2008 to 2018. Primates in Indonesia is still weak protection

is not maximized, nor a system of monitoring and enforcement of the protection of

primates in Indonesia is still very weak.

Keywords: Protection, conservation and primates

Page 9: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................

LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................…..............

ABSTRAK.........................................................................................................

ABSTRACT……………………………………………………………….........

DAFTAR ISI......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .............................................................

B. Perumusan Masalah ....................................................................

C. Tujuan Penelitian ........................................................................

D. Manfaat Penelitiaan... .................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum…………………………………………...

B. Hukum Lingkungan…………………………………………….

C. Asas-Asas Hukum Lingkungan………………………………..

D. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup…………….

1. Perencanaan……………………………………………..

2. Pemanfaatan Lingkungan Hidup………………………...

3. Pengendalian dan Pengawasan…………………………..

4. Penegakan Hukum Lingkungan………………………….

E. Pelestarian Sumber Daya Hayati……………………………….

I

ii

iii

iv

vi

vii

viii

1

4

4

5

6

7

11

14

14

15

19

25

38

Page 10: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

x

F. Primata Indonesia………………………………………………

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan………………………………………………

B. Spesifikasi Penelitian…………………………………………….

C. Sumber Bahan Hukum…………………………………………..

D. Metode Pengumpulan Bahan Hukum……………………………

E. Metode Penyajian Bahan Hukum..................................................

F. Metode Analisis Bahan Hukum………………………………….

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian…………………………………………………..

B. Pembahasan………………………………………………….......

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................

B. Saran ...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….

42

46

46

46

47

47

48

49

65

102

103

104

Page 11: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya alam hayati yang dimiliki bangsa Indonesia merupakan

anugerah Tuhan Yang Maha Esa, sehingga patut disyukuri dengan

memanfaatkannya melalui kegiatan perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya.1 Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan

untuk mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta

keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia karena hal tersebut

merupakan tanggung jawab bersama.

Habitat dan kepunahan beberapa jenis satwa liar yang dilindungi selama ini

banyak yang telah rusak ataupun sengaja dirusak oleh berbagai ulah sekelompok

manusia yang tidak bertanggung jawab. Upaya ataupun langkah-langkah yang

nyata untuk melindungi satwa liar tersebut perlu segera dilakukan, sebab tidak

tertutup kemungkinan spesies-spesies yang telah punah atau hampir punah

tersebut memiliki peran yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem.

Berbagai faktor menjadikan terancam punahnya satwa liar seperti perdagangan

hewan liar, pembantaian hewan, perburuan, perusakan ekosistem hutan, dan

lainnya.

1Departemen Kehutanan, Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Gajah Sumatera

dan Kalimantan, Jakarta. 2007, hal. 2.

Page 12: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

2

Seekor orangutan Kalimantan (pongo pygmaeus morio) ditemukan terluka

dengan dua peluru bersarang di kepala di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan

Timur. Manajer Area Centre for Orangutan Protection (COP) Kalimantan, Arfiana

Khairunnisa, mengatakan orangutan dalam kondisi terluka itu ditemukan

sekelompok pramuka pada awal Februari 2012 kemudian diserahkan ke Balai

TNK (Taman Nasional Kutai).2

Hal yang lebih mengejutkan bahwa lebih dari setengah responden yang di

wawancarai menyatakan pernah membunuh dan memakan orangutan, seperti

dikutip dari Washington Post, Orangutan ini dibunuh karena dianggap

mengganggu tanaman warga.3

Seperti diberitakan okezone sebelumnya, 750 orangutan dibantai setiap

tahunnya di Indonesia, survei ini dilakukan oleh The Nature Conservancy

bersama dengan WWF dan Asosiasi Ahli Primata Indonesia serta beberapa

pengamat dan 19 organisasi lainnya. Seperti hasil survei yang dilakukan mulai

dari April 2008 hingga September 2008. Survei melibatkan 6.983 orang

responden dari 687 desa di tiga provinsi di Pulau Kalimantan. Setidaknya 750

orangutan tewas dalam periode tersebut, dan penyebab tewasnya adalah karena

diburu oleh manusia.4

Ada primata yang jelas dilindungi karena merupakan hewan langka, adapula

primata yang justru dibantai terang-terangan. Di Kecamatan Taman Sidoarjo,

2 NN, Minggu, 19 Februari 2012 06:57 WIB, Pembantaian Orangutan di

Kalimantan Masih Terjadi , http://metrotvnews.com/read/news/2012/02/19/82359/Pembantaian-Orangutan-di-Kalimantan-Masih-Terjadi/1, diakses pada tanggal 12 Maret 2012.

3Mutya Hanifah, Senin, 14 November 2011 - 15:47 wib, Mengerikan, Pembantaian Orangutan "Hal Biasa", http://travel.okezone.com/read/2011/11/14/407/529219/mengerikan-pembantaian-orangutan-hal-biasa, diakses pada tanggal 12 Maret 2012.

4Loc cit

Page 13: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

3

Jawa Timur bupati menginstruksikan kepada petugas untuk menembak mati

monyet liar. Sementara polisi kini mulai menyelidiki asal monyet liar yang

meresahkan warga ini. Monyet liar yang menyerang warga diduga mencapai lebih

dari 20 ekor. Penegasan tembak mati disampaikan langsung Bupati Sidoarjo

Saifulillah saat mendatangi posko penanganan monyet liar di kantor Kecamatan

Taman.5

Perlu dipahami, sebenarnya manusia haruslah dapat membaca situasi alam

mengapa monyet monyet menyerang, mengapa ulat bulu menjadi wabah, gajah

liar yang mengamuk, mengapa hewan-hewan seakan marah kepada manusia. Hal

ini karena terganggunya ekosistem, seperti hutan yang dibakar manusia, hutan

yang telah alih fungsi menjadi ladang dan lainnya.

Hukum itu sendiri merupakan salah satu sarana untuk memberikan

perlindungan kepada semua pihak, tidak terkecuali satwa dan lingkungan hidup

karena fungsi hukum itu sendiri sejatinya untuk melindungi masyarakat dan

mensejahterakan masyarakat. Perlindungan hukum yang nyata terhadap

kelestarian lingkungan khususnya lingkungan hidup termasuk satwa-satwa liar

didalamnya diharapkan dapat berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan dan

satwa agar tidak punah dan tetap dapat bermanfaat bagi generasi sekarang dan

yang akan datang.6

Hukum juga merasa perlu melindungi satwa liar yang hampir punah berikut

ekosistemnya tentu bukan tanpa alasan. Satwa-satwa liar tersebut seperti halnya

manusia merupakan bagian dari alam dan juga bagian dari lingkungan ataupun

5Pramono Putra, Kamis, 16 Februari 2012 10:37 wib, Bupati Perintahkan Tembak

Mati Monyet Liar, http://www.sindonews.com/read/2012/02/16/447/576713/bupati-perintahkan-tembak-mati-monyet-liar, diakses pada tanggal 1 April 2012.

6Tony Suhartono dkk, Pelaksanaan konvensi CITES, WALHI, Jakarta, 2003, hal. 6.

Page 14: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

4

ekosistem. Kepunahan berbagai hewan-hewan yang dianggap langka tersebut

apabila terjadi, bukan mustahil akan mengakibatkan terganggunya ekosistem dan

keseimbangan alam seperti misalnya rantai makanan maupun habitat dan

keberadaan hewan langka tersebut. Kajian perlindungan hukum konservasi hewan

primata di Indonesia dimaksudkan untuk mengetahui dan menginventarisasi

peraturan perundang-undangan yang dapat digunakan untuk memberikan

perlindungan kepada hewan baik preventif maupun represif atau penegakan

hukum.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul : “PERLINDUNGAN HUKUM

KONSERVASI HEWAN PRIMATA DI INDONESIA”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dapat diambil suatu

perumusan masalah yaitu bagaimanakah perlindungan hukum Konservasi hewan

primata di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum Konservasi

hewan primata di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

1. Keguanaan teoritis

Page 15: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

5

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan

Hukum lingkungan pada umumnya dan khususnya perlindungan hukum

Konservasi hewan primata di Indonesia.

2. Kegunaan Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

mahasiswa dan instansi yang terkait dengan perlindungan hukum

Konservasi hewan primata di Indonesia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perlindungan Hukum

Page 16: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

6

Hukum tidak hanya berfungsi sebagai sarana penyelesaian sengketa, namun

juga mengatur kehidupan manusia secara luas. Baik dalam lapangan yang sifatnya

individual (privaat) maupun yang sifatnya komunal/ umum (public). Seluruh

aspek kehidupan manusia saat ini tidak akan lepas dari hukum. Barangsiapa yang

mencoba untuk menyelesaikan masalahanya melalui jalur lain di luar hukum

maka akan melekat padanya suatu pernyataan buruk yang kita kenal dalam bahasa

Belanda sebagai eigenrichting yang sehari-hari diterjemahkan sebagai main hakim

sendiri.

Tujuan hukum yang paling utama adalah hukum itu bertujuan menjamin

adanya kepastian hukum dalam masyarakat dan hukum itu harus pula bersendikan

pada keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat itu.7 Sehingga dapat

dikatakan bahwa, hukum memiliki tujuan memberikan perlindungan hukum bagi

masyarakat.

Secara umum dapat dijelaskan bahwa pengertian Perlindungan hukum

adalah tindakan melindungi atau memberikan pertolongan dalam bidang hukum.8

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud Perlindungan

adalah cara, proses, perbuatan melindungi. Pengertian Perlindungan adalah tempat

berlindung, hal (perbuatan dan sebagainya) memperlindungi. Perlindungan hukum

adalah jaminan perlindungan pemerintah dan atau masyarakat kepada

warganegara dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.9

7 Kansil, CST, 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka ,

Jakarta. Hal. 40-41. 8WJS. Purwodarminto, 1959.Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm.

224 9 NN, 21 April 2009, Definisi Perlindungan Hukum, http://antilog.in/definisi-perlindungan-

hukum-menurut-ahli-hukum, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011.

Page 17: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

7

Pengertian perlindungan hukum adalah suatu perlindungan yang diberikan

terhadap subyek hukum dalam bentuk perangkat hukum baik yang bersifat

preventif maupun yang bersifat represif, baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Dengan kata lain perlindungan hukum sebagai suatu gambaran dari fungsi hukum,

yaitu konsep dimana hukum dapat memberikan suatu keadilan, ketertiban,

kepastian, kemanfaatan dan kedamaian.10

B. Hukum Lingkungan

Koesnadi Hardjasoemantri berpendapat bahwa hukum lingkungan

mencakup aspek-aspek berikut ini:

Hukum Kesehatan Lingkungan, Hukum Perlindungan Lingkungan,

Hukum Tata Lingkungan, Hukum Pencemaran Lingkungan, Hukum

Lingkungan Transnasional/Internasional, Hukum Perselisihan

Lingkungan.11

Menurut pandangan Takdir Rahmadi, hukum lingkungan nasional dilihat

dari permasalahan lingkungan yang menjadi cakupannya dapat dibedakan atas

empat bidang, yakni hukum perencanaan lingkungan, hukum pengendalian

pencemaran lingkungan, hukum penyelesaian sengketa lingkungan, dan hukum

konservasi sumber daya alam. Hukum perencanaan lingkungan, antara lain,

mencakup pokok bahasan analisis mengenai dampak lingkungan dan peruntukan

dan pemanfaatan ruang suatu wilayah, tata guna tanah, tata guna air dan

pembangunan kawasan pesisir (coastal areas). Akan tetapi, bidang penataan

10 Prasko Abdullah, 17 February 2011, Definisi Perlindungan Hukum,

http://prasxo.wordpress.com/, Diakses Pada Tanggal 29 Mei 2011. 11Koesnadi Hardjasoemantri, Masalah Lingkungan, Gadjahmada University Press,

Yogyakarta, 1986, hal. 13

Page 18: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

8

ruang telah berkembang sebagai bidang hukum tersendiri, yaitu hukum tata

ruang.12

Pembaharuan hukum lingkungan pada dasarnya dapat menerapkan

pemikiran kepada tiap-tiap elemen masyarakat dalam menentukan suatu

kebijakan (policy) dalam menentukan arah pembangunan lingkungan hidup dan

pemahaman wawasan lingkungan. Dalam mengkaji suatu konsep sosial,

kebijakan bahkan hukum, tidak bisa dilepaskan dari tatanan sosial (order) yang

melatar belakanginya. Suatu konsep, kebijakan, bahkan hukum bisa saja menjadi

tidak relevan karena berada pada suatu tatanan sosial yang sudah berubah.

Pergeseran sistem penyelenggaraan kepemerintahan dari model sentralistik

menuju desentralisasi sekarang ini merupakan bagian dari perubahan tatanan

sosial yang juga turut mempengaruhi implementasi konsep pembangunan yang

berkelanjutan di Indonesia.13

Berdasarkan pada Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa Lingkungan

hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk

hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup

lain.

Jadi, manusia hanyalah salah satu unsur dalam lingkungan hidup tetapi

perilakunya akan mempengaruhi kelangsungan bagi kehidupan dan kesejahteraan

manusia serta makhluk hidup lain. Makhluk hidup yang lain termasuk binatang

12 Takdir Rahmadi, Hukum Lingkungan Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada,

2011, hal. 26 13 Arief Hidayat dan FX. Adji Samekto, Kajian Kritis Penegakan Hukum Lingkungan

di Era Otonomi Daerah, BP. Undip, Semarang, 2007, hal.ix

Page 19: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

9

tidak merusak, mencemari atau menguras lingkungan. hal ini juga dijelaskan di

dalam penjelasan Undang-Undang Lingkungan Hidup antara lain sebagai berikut:

“Lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia dan rahmat Tuhan

Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi

kehidupan dalam segala aspek dan mantranya sesuai dengan wawasan

nusantara.”

Paradigma baru mengenai lingkungan hidup inilah menjadi inspirasi

munculnya suatu paradigma baru mengenai hukum lingkungan. penggunaan

hukum lingkungan ini dimaksudkan untuk menunjukkan bagian hukum yang

bersangkutan dengan lingkungan fisik dan dapat diterapkan untuk mengatasi

pencemaran, pengurasan dan perusakan (verontreiniging, uitputting en

aantasting) lingkungan (fisik).14

Pengertian hukum lingkungan di sini hanya meliputi lingkungan fisik saja

dan tidak menyangkut lingkungan sosial. Misalnya tidak meliputi pencemaran

kebudayaan akan tetapi masalah lingkungan berkaitan pula dengan gejala sosial,

seperti pertumbuhan penduduk, migrasi dan tingkah laku sosial dalam

memproduksi, mengkonsumsi, dan rekreasi.

Hukum lingkungan pada umumnya bertujuan untuk menyelesaikan masalah

lingkungan khususnya yang disebabkan oleh umat manusia. Kerusakan

lingkungan atau menurunnya mutu lingkungan disebabkan juga oleh bencana

alam yang kadang-kadang sangat dahsyat dan tentunya dapat mengganggu

stabilitas masyarakat dalam suatu lingkungan.

14

Ibid.

Page 20: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

10

Masalah lingkungan bagi manusia dapat dilihat dari menurunnya kualitas

lingkungan. Kualitas lingkungan menyangkut nilai lingkungan untuk kesehatan,

kesejahteraan dan ketenteraman manusia. Nilai lingkungan untuk berbagai bentuk

pemanfaatan. Hilang dan berkurangnya nilai lingkungan karena pemanfaatan

tertentu oleh umat manusia. Dilihat dari fungsinya, hukum lingkungan berisi

kaidah-kaidah tentang perilaku masyarakat yang positif terhadap lingkungannya,

langsung atau tidak langsung. Secara langsung kepada masyarakat hukum

lingkungan menyebabkan apa yang dilarang apa yang diperbolehkan. Secara tidak

langsung kepada warga masyarakat adalah memberikan landasan bagi yang

berwenang untuk memberikan kaidah kepada masyarakat.15

C. Asas-Asas Hukum Lingkungan

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa penerapan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup didasarkan atas asas asas sebagai berikut :

1. Asas tanggung jawab negara adalah:

a. Negara menjamin pemanfaatan sumber daya alam akan

memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan

dan mutu hidup rakyat, baik generasi masa kini maupun

generasi masa depan.

b. Negara menjamin hak warga negara atas lingkungan hidup yang

baik dan sehat.

15 Ibid, hal. 3

Page 21: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

11

c. Negara mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber

daya alam yang menimbulkan pencemaran dan/atau kerusakan

lingkungan hidup.

2. Asas kelestarian dan keberlanjutan” adalah bahwa setiap orang

memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang

dan terhadap sesamanya dalam satu generasi dengan melakukan upaya

pelestarian daya dukung ekosistem dan memperbaiki kualitas

lingkungan hidup.

3. Asas keserasian dan keseimbangan adalah bahwa pemanfaatan

lingkungan hidup harus memperhatikan berbagai aspek seperti

kepentingan ekonomi, sosial, budaya, dan perlindungan serta

pelestarian ekosistem.

4. Asas keterpaduan adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau

menyinergikan berbagai komponen terkait.

5. Asas manfaat” adalah bahwa segala usaha dan/atau kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber

daya alam dan lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan

masyarakat dan harkat manusia selaras dengan lingkungannya.

6. Asas kehati-hatian adalah bahwa ketidakpastian mengenai dampak

suatu usaha dan/atau kegiatan karena keterbatasan penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi bukan merupakan alasan untuk menunda

langkah-langkah meminimalisasi atau menghindari ancaman terhadap

pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup.

Page 22: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

12

7. Asas keadilan adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus mencerminkan keadilan secara proporsional

bagi setiap warga negara, baik lintas daerah, lintas generasi, maupun

lintas gender.

8. Asas ekoregion adalah bahwa perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup harus memperhatikan karakteristik sumber daya

alam, ekosistem, kondisi geografis, budaya masyarakat setempat, dan

kearifan lokal.

9. Asas keanekaragaman hayati adalah bahwa perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan upaya terpadu

untuk mempertahankan keberadaan, keragaman, dan keberlanjutan

sumber daya alam hayati yang terdiri atas sumber daya alam nabati

dan sumber daya alam hewani yang bersama dengan unsur nonhayati

di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.

10. Asas pencemar membayar adalah bahwa setiap penanggung jawab

usaha dan/atau kegiatannya menimbulkan pencemaran dan/atau

kerusakan lingkungan hidup wajib menanggung biaya pemulihan

lingkungan.

11. Asas partisipatif adalah bahwa setiap anggota masyarakat didorong

untuk berperan aktif dalam proses pengambilan keputusan dan

pelaksanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

12. Asas kearifan lokal adalah bahwa dalam perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan nilai-nilai luhur

yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat.

Page 23: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

13

13. Asas tata kelola pemerintahan yang baik adalah bahwa perlindungan

dan pengelolaan lingkungan hidup dijiwai oleh prinsip partisipasi,

transparansi, akuntabilitas, efisiensi, dan keadilan.

14. Asas otonomi daerah adalah bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan di bidang

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan

memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah dalam bingkai

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

D. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

5. Perencanaan

Sejak pertemuan di Rio de Janiero (Brasil), masalah lingkungan hidup

semakin penting dan bersifat global. Masalah pengawasan dan pengelolaan

lingkungan hidup menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan dalam

keberhasilan lingkungan hidup. Memahami ekosistem sangat penting dalam

upaya pengelolaan lingkungan hidup karena pertimbangan sosial sangat erat

kaitannya dengan proses politik dan pengambilan keputusan dalam

pengembangan pengetahuan lingkungan hidup. Perubahan lingkungan hidup

juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat desa, baik

perubahan terhadap pola hidup, kepercayaan, emosi maupun pengetahuan

masyarakat.

Lebih lanjut lagi berdasarkan fakta yang didapat dari kehidupan

masyarakat ternyata dominasi materialisme yaitu pandangan terhadap

kehidupan yang lebih baik ternyata mampu mengubah peradaban manusia

yang pada akhirnya mengarah kepada terciptanya krisis lingkungan hidup.

Page 24: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

14

Komposisi berbagai etnik dan keunikan sejarah politik, ekonomi dan sosial

budaya di Indonesia telah menyebabkan pola pengawasan dan pengelolaan

lingkungan hidup mempunyai arti khusus. Latar belakang sejarah ini

kemungkinan menyulitkan usaha memajukan pembangunan nasional sektor

industri. Perluasan penggunaan Undang-Undang Lingkungan Hidup yang

kaku akan menjadikan usaha membangun teknologi baru semakin sulit dan

memakan belanja yang mahal. Dengan demikian, penggunaan strategi

pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup diharapkan akan dapat

meneruskan kemajuan ekonomi yang seimbang dengan perkembangan

lingkungan hidup. Pada hakikatnya, liberalisasi ekonomi merupakan satu

proses yang tidak dapat dielakkan. Di samping itu, perlu diingat bahwa

proses pembangunan ekonomi melalui industrialisasi akan bersaing dengan

perubahan lingkungan hidup. Kemerosotan lingkungan hidup disebabkan

dominasi aktivitas yang tidak seimbang dengan kehendak politik, ekonomi

dan sosial budaya. Walau bagaimanapun, kebebasan membuka kawasan

baru bukan saja akan membawa dampak negatif terhadap lingkungan hidup

tetapi juga akan mengurangi nilai-nilai akhlak yang terwujud dalam

masyarakat.

6. Pemanfaatan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup Indonesia sebagai suatu ekosistem terdiri dari

berbagai daerah, masing-masing sebagai subsistem yang meliputi aspek

sosial budaya, ekonomi dan fisik, dengan corak ragam yang berbeda antara

subsistem yang satu dengan yang lain, dan dengan daya dukung lingkungan

yang berlainan. Pembinaan dan pengembangan yang didasarkan pada

Page 25: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

15

keadaan daya dukung lingkungan akan meningkatkan keselarasan dan

keseimbangan subsistem yang juga berarti meningkatkan ketahanan

subsistem.16

Menurut Emil Salim, secara umum lingkungan hidup diartikan

sebagai segala benda, kondisi, keadaan, dan pengaruh yang terdapat dalam

ruangan yang kita tempati, dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk

kehidupan manusia. Soedjono mengartikan lingkungan hidup sebagai

lingkungan hidup fisik atau jasmani yang mencakup dan meliputi semua

unsur dan faktor fisik jasmaniah yang terdapat dalam alam.17

Pengertian pembangunan berwawasan lingkungan menurut Pasal 1

butir 13 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup

adalah upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber

daya secara bijaksana dalam pembangunan yang berkesinambungan untuk

meningkatkan mutu hidup.

Mengacu pada The World Commission on Environmental and

Development menyatakan bahwa pembangunan berwawasan lingkungan

adalah proses pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi

masa sekarang tanpa mengesampingkan atau mengorbankan kemampuan

generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya. Selanjutnya Holdren

dan Erlich dalam Zul Endria(2003) menyebutkan tentang pembangunan

berkelanjutan dengan terpeliharanya Total Natural Capital Stock pada

tingkat yang sama atau kalau bisa lebih tinggi dibandingkan dengan

keadaan sekarang.

16

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan Penegakan Hukumnya,

Bumi Aksara, Jakarta,1992, hal 48 17

Ibid, hal 7.

Page 26: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

16

Pembangunan berkelanjutan yang dikonsep oleh Stren, While, dan

Whitney sebagai suatu interaksi antara tiga sistem: sistem biologis dan

sumberdaya, sistem ekonomi, dan sistem sosial, yang dikenal dengan

konsep trilogi keberlanjutan: ekologi-ekonomi-sosial. Konsep keberlanjutan

tersebut menjadi semakin sulit dilaksanakan terutama di Negara

berkembang.

Menurut Hariyadi sebagaimana dikutip oleh Zul Endria 2003,

pembangunan berwawasan lingkungan memerlukan tatanan agar sumber

daya alam dapat secara berlanjut menunjang pembangunan, pada masa kini

dan mendatang, generasi demi generasi dan khususnya dalam meningkatkan

kualitas hidup manusia Indonesia. Prinsip pembangunan berkelanjutan

mencakup pemikiran aspek lingkungan hidup sedini mungkin dan pada

setiap tahapan pembangunan yang memperhitungkan daya dukung

lingkungan dan pembangunan di bawah nilai ambang batas.

Sejak dilaksanakannya Konferensi Stockholm 1972, masalah-masalah

lingkungan hidup mendapat perhatian secara luas dari berbagai bangsa.

Sebelumnya, sekitar tahun 1950-an masalah-masalah lingkungan hidup

hanya mendapat perhatian dari kalangan ilmuwan. Sejak saat itu berbagai

himbauan dilontarkan oleh pakar dari berbagai disiplin ilmu tentang adanya

bahaya yang mengancam kehidupan, yang disebabkan oleh pencemaran dan

perusakan lingkungan hidup.18

Masalah lingkungan pada dasarnya timbul karena:

1. Dinamika penduduk

18

Ibid, hal 1.

Page 27: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

17

2. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya yang kurang

bijaksana.

3. Kurang terkendalinya pemanfaatan akan ilmu pengetahuan dan

teknologi maju.

4. Dampak negatif yang sering timbul dari kemajuan ekonomi

yang seharusnya positif.

5. Benturan tata ruang.

Dengan adanya Stockholm Declaration, perkembangan hukum

lingkungan memperoleh dorongan yang kuat. Keuntungan yang tidak

sedikit adalah mulai tumbuhnya kesatuan pengertian dan bahasa di antara

para ahli hukum dengan menggunakan Stockholm Declaration sebagai

referensi bersama. Perkembangan baru dalam pengembangan kebijaksanaan

lingkungan hidup didorong oleh hasil kerja World Commission on the

Environment and Development (WCED).19

WCED mendekati masalah lingkungan dan pembangunan dari enam

sudut pandang, yaitu:

1. Keterkaitan (interdependency)

Sifat perusakan yang kait mengkait (interdependent) diperlukan

pendekatan lintas sektoral antar negara.

2. Berkelanjutan (sustainability)

Berbagai pengembangan sektoral memerlukan sumber daya

alam yang harus dilestarikan kemampuannya untuk menunjang

proses pembangunan secara berkelanjutan. Untuk itu perlu

dikembangkan pula kebijaksanaan pembangunan berkelanjutan

dengan wawasan lingkungan.

3. Pemerataan (equity)

Desakan kemiskinan bisa mengakibatkan eksploitasi sumber

daya alam secara berlebihan, untuk perlu diusahakan

kesempatan merata untuk memperoleh sumber daya alam bagi

pemenuhan kebutuhan pokok.

4. Sekuriti dan risiko lingkungan (security and environmental risk)

19

Ibid., hal. 2

Page 28: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

18

Cara-cara pembangunan tanpa memperhitungkan dampak

negatif kepada lingkungan turut memperbesar risiko

lingkungan. Hal ini perlu ditanggapi dalam pembangunan

berwawasan lingkungan.

5. Pendidikan dan komunikasi (education and communication)

Penduduk dan komunikasi berwawasan lingkungan dibutuhkan

untuk ditingkatkan di berbagai tingkatan penduduk dan lapisan

masyarakat.

6. Kerjasama internasional (international cooperation) 20

Pola kerjasama internasional dipengaruhi oleh pendekatan

pengembangan sektoral, sedangkan pertimbangan lingkungan kurang

diperhitungkan. Karena itu perlu dikembangkan pula kerjasama yang lebih

mampu menanggapi pembangunan yang berwawasan lingkungan.

7. Pengendalian dan Pengawasan

Dalam upaya mendukung tujuan pembangunan yang berkelanjutan

telah dilakukan upaya-upaya memasukkan unsur lingkungan dalam

memperhitungkan kelayakan suatu pembangunan. Unsur-unsur lingkungan

yang menjadi satu paket dengan kegiatan pembangunan yang berkelanjutan

akan lebih menjamin kelestarian lingkungan hidup dan mempertahankan

dan/atau memperbaiki daya dukung lingkungannya.21

Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup merupakan

bagian dari setiap kegiatan yang berkaitan, baik secara sektoral maupun

regional. Kegiatan itu akan dilaksanakan melalui pembentukan suatu sistem

tata laksana dan tata cara yang dapat memantapkan kerjasama antar berbagai

lembaga.

Penyelamatan dan pengelolaan lingkungan hidup serta proses

pembangunan berkelanjutan pada umumnya merupakan suatu proses

20

Ibid, hal.2 21

Pramudya Sunu, Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO14001, Grasindo,

Jakarta, 2001, hal. 24

Page 29: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

19

pembaruan yang memerlukan wawasan, sikap dan prilaku yang baru yang

didukung oleh nilai-nilai dan kaidah-kaidah. Wawasan ini dapat diperkaya

lagi dengan kearifan tradisional mengenai lingkungan hidup dan keserasian

lingkungan hidup dengan kependudukan.22

Peran serta masyarakat dalam pembangunan amat penting

pengaruhnya dalam upaya meningkatkan daya guna dan hasil guna

pembangunan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Sumber daya alam menjadi milik bersama akan lebih terpelihara

kelestariannya apabila seluruh masyarakat memahami dan memeliharanya.23

Pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup ini tentunya tidak

lepas dari campur tangan dari beberapa dimensi yaitu:

a. Pengawasan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Dimensi

Politik;

Politik merupakan dimensi yang mendapat perhatian utama

dalam bidang undang-undang, falsafah, teologi, dan sosial, terutama

konsep tentang keadilan. Konsep keadilan menginginkan supaya

setiap individu menerima apa yang wajar bagi dirinya. Perlu diingat

bahwa keterlibatan individu dalam berbagai kedudukan dalam dimensi

politik, merupakan syarat penting untuk dapat mencapai suatu tujuan.

Kesulitan yang timbul dalam mencapai tujuan politik

pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup ialah penggunaan

teknologi untuk pembangunan. Misalnya teknologi yang

menggunakan bahan kimia akan mengurangi kualitas unsur alam dan

22

Ibid., hal. 25 23

Ibid., hal. 26

Page 30: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

20

sekaligus mengeluarkan limbah yang mencemari lingkungan hidup.

Memang secara politik negara atau pemerintah dapat mengenakan

syarat yang tidak adil terhadap pembangunan industri dengan

menggunakan alasan untuk melindungi lingkungan hidup dan

ketentraman umum. Untuk pengawasan dan pengelolaan lingkungan

hidup secara periodik sangat memerlukan kekuasan formal. Dengan

demikian kekuasaan dapat dianggap sebagai penjaga pintu keadilan

dan kebebasan. Keadilan inilah yang membedakan baik setiap negara

itu demokratik, otoriter maupun feodal. Pembangunan berkelanjutan

harus berorientasi pada perhatian dan kemampuan politik teknologi.24

Dalam konteks pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup

di Indonesia tidak memikirkan persoalan pencemaran lingkungan

hidup. Ini disebabkan bahan pembangunan meliputi seluruh wilayah

terutama sektor ekonomi. Secara teknikal, tidak dapat dikatakan

bahwa kemampuan politik dalam sistem ekonomi tidak boleh

menyederhanakan sistem politik sebagai faktor ekonomi. Karena itu

sistem politik juga melaksanakan fungsi yang lain misalnya

memberikan perlindungan kepada pihak yang tidak tergantung pada

ekonomi, apalagi jika dikaitkan dengan hubungan internasional.

Indonesia hingga kini masih dikritik dengan adanya praktik

penebangan hutan, dan tindakan lain yang bertentangan dengan

pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup. Peranan politik dalam

sejarah dan pembentukan satu peraturan senantiasa tercatat sebagai

24

Djanius Djamin, Pengawasan dan pelaksanaan Undang-Undang Lingkungan Hidup :

suatu analisis sosial, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2007,, hal. 74

Page 31: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

21

keperluan dan pengukur untuk menentukan terlaksananya sistem

undang-undang untuk mencapai kesejahteraan.

b. Pengawasan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Dimensi

Ekonomi;

Disadari atau tidak bahwa pengawasan dan pengelolaan

lingkungan hidup ditinjau dari segi ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari

upaya negara-negara didunia telah mengalami proses industrialisasi

yang sangat pesat, tidak terkecuali di Indonesia. Proses ini akan terus

meluas dalam berbagai bentuk perusahaan, yang bertujuan membasmi

kemiskinan untuk meningkatkan taraf pendapatan yang seimbang.

Konsep ini sangat penting untuk mencapai tujuan keadilan sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Dengan tujuan tersebut, keutamaan

pembangunan nasional lebih berpijak kepada usaha mempercepat

proses nasional lebih berpijak kepada usaha mempercepat proses

industrialisasi dan pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang

tinggi.

Tingkat pembangunan ekonomi yang pesat ini membawa

implikasi terhadap kemampuan lingkungan hidup menampung

lingkungan hidup menampung berbagai jenis limbah dan sampah

industri. Persoalan tentang lingkungan hidup menjadi perhatian utama

masyarakat dan pemerintah. Hal ini didorong oleh dampak negatif

pembangunan ekonomi, kepesatan urbanisasi, dan proses modernisasi

yang tidak dapat dihindari.

Dilihat dari dimensi ekonomi, maka usaha untuk pembukaan

kawasan baru sumber alam milik bersama secara berlebihan terjadi

Page 32: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

22

karena tidak hadirnya mekanisme pasar yang berorientasikan

lingkungan hidup. Kerusakan yang timbul akibat aktivitas ekonomi ini

akan membawa dampak keluar, misalnya banjir kilat, asap, tanah

longsor dan lain sebagainya. Usaha utama dalam pengawasan dan

pengelolaan lingkungan hidup ialah menjalankan konsep seimbang di

antara pembangunan ekonomi dengan daya dukung sumber alam bagi

terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.

Faktor kesejahteraan dan kemakmuan merupakan faktor penting

dalam mewujudkan sistem Undang-Undang Lingkungan Hidup yang

kokoh dan berwibawa. Untuk mengetahui sejauhmana dimensi

ekonomi turut berperan dalam mendukung pengawasan dan

pengelolaan lingkungan hidup, perlu dilakukan koordinasi di antara

dimensi politik dengan ekonomi.

c. Pengawasan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Dimensi

Sosial Budaya.

Sosial budaya ialah suatu konsep kehidupan sekelompok orang

maupun beberapa kelompok yang membuat keputusan hidup bersama

melalui usaha untuk memanfaatkan lingkungan hidup dalam rangka

keperluan hidup bersama-sama. Secara dialektik dari masyarakat

supaya dapat berhadapan dengan setiap tahapan perkembangan dan

memberikan ruang gerak yang luas untuk mengkaji semula tahap

perkembangan tersebut.

Berbagai sektor pembangunan di Indonesia yang sangat rumit

untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera

menyebabkan pihak pemerintah perlu merancang suatu kebudayaan

Page 33: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

23

yang lebih komprehensif. Strategi ini meliputi seluruh pola kehidupan

masyarakat yang berhubungan langusung dengan faktor, anthropos,

oikhos, tekne dan ethos.25

Meskipun demikian perlu diingat bahwa seluruh alat pendukung

kependudukan berfungsi sebagai instrumen. Ini akan berarti jika

digunakan untuk kepentingan manusia, sedangkan penertian manusia

akan terwujud, apabila ia berhasil mentransformasikan instrumen

tersebut ke dalam dirinya melalui pemahaman yang benar. Dengan

demikian, berlaku suatu perubahan dalam kehidupan menusia untuk

mewujudkan fenomena interaksi yang harmoni di antara lingkungan

hidup dengan manusia.26

Ditinjau dari dimensi sosial budaya tersebut, masyarakat

Indonesia merupakan bangsa yang mencintai lingkungan hidupnya,

sehingga tidak terwujud keinginan untuk merusak lingkungan hidup.

Sosial budaya merupakan wadah estetik yang baik untuk pengawasan

dan pengelolaan lingkungan hidup dalam beretika menurut keputusan

masyawarah untuk mufakat.

Teori pendekatan dalam pengelolaan dan pengawasan

lingkungan hidup ternyata harus didukung oleh pembuat undang-

undang yang bijaksana, teratur dan berwibawa, serta berperilaku

sebagai “abdi negara” dan “abdi masyarakat”. Mekanisme

pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan lingkungan hidup, proses

25

S. Poespawardjojo, Strategi Kebudayaan: Suatu Pendekatan Filosofis, Gramedia,

Jakarta, 1993, hal. 33 26

Ibid., hal. 34

Page 34: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

24

pemberlakuan harus dijadikan sebagai rangkaian akhir dari putaran

pengaturan, perencanaan dan penerapan suatu sistem hukum. Dengan

demikian kesulitan dalam menerapkan pengawasan dan pengelolaan

lingkungan hidup ialah tingkat kesadaran masyarakat terhadap

undang-undang masih rendah, peraturan belum lengkap, tingkat

kemampuan pelaksanaan undang-undang yang rendah, serta kecilnya

biaya perbelanjaan. Faktor-faktor ini harus diperhatikan agar tidak

terjadi pelanggaran terhadap undang-undang lingkungan hidup. Selain

itu untuk efektivitas pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup

maka undang-undang harus ditetapkan secara adil. Bagi yang

melanggar undang-undang harus membayar ganti rugi, mebayar

pemulihan dan lain sebagainya.

8. Penegakan Hukum Lingkungan

Penegakan hukum disebut dalam bahasa Inggris law enforcement.

Istilah penegakan hukum dalam Bahasa Indonesia membawa kita kepada

pemikiran bahwa penegakan hukum selalu dengan paksaan (force),

sehingga ada yang berpendapat bahwa penegakan hukum hanya

bersangkutan dengan hukum pidana saja.27

Penegakan hukum memiliki arti

yang sangat luas meliputi segi preventif dan represif, cocok dengan kondisi

Indonesia yang unsur pemerintahnya turut aktif dalam meningkatkan

kesadaran hukum masyarakat.28

Secara konsepsional, maka inti dan arti

penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai

27

Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 48. 28

Ibid, hal 49.

Page 35: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

25

yang terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak

sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan,

memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.29

Penegakan hukum lingkungan berkaitan erat dengan kemampuan

aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku.

Pengertian penegakan hukum lingkungan dikemukakan oleh Biezeveld

sebagai berikut:30

Environmental law enforcement can be defined as the application of

legal govermental powers to ensure compliance with environmental

regulations by means of:

a. Administrative supervision of the compliance with

environmental regulations

b. Administrative measures or sanctions in case of non compliance

c. Criminal investigation in case of presumed offences

d. Criminal measures or sanctions in case of offences

e. Civil action (law suit) in case of (threatening) non compliance

Penegakan hukum lingkungan merupakan penegakan hukum yang

cukup rumit karena hukum lingkungan menempati titik silang antara

berbagai bidang hukum klasik.31

Penegakan hukum lingkungan merupakan

mata rantai terakhir dalam siklus pengaturan perencanaan kebijakan tentang

lingkungan yang urutannya sebagai berikut:

1. Perundang-undangan

2. Penentuan standar

3. Pemberian izin

4. Penerapan

5. Penegakan hukum. 32

29

Soeryono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali,

Jakarta,1983, hal. 3 30

Siti Sundari Rangkuti, Hukum Lingkungan Dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional ,

Airlangga Press, Surabaya, 1996, hal 214 31

Ibid 32

Ibid, hal 52.

Page 36: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

26

Menurut Sudikno Mertokusumo, kalau dalam penegakan hukum,

yang diperhatikan hanya kepastian hukum, maka unsur-unsur lainnya

dikorbankan. Demikian pula kalau yang diperhatikan hanyalah

kemanfaatan, maka kepastian hukum dan keadilan dikorbankan. Dalam

penegakan hukum lingkungan ketiga unsur tersebut yaitu kepastian,

kemanfaatan, dan keadilan harus dikompromikan. Artinya ketiganya harus

mendapat perhatian secara proporsional seimbang dalam penanganannya,

meskipun di dalam praktek tidak selalu mudah melakukannya.33

Berbeda halnya dengan M. Daud Silalahi yang menyebutkan bahwa

penegakan hukum lingkungan mencakup penaatan dan penindakan

(compliance and enforcement) yang meliputi hukum administrasi negara,

bidang hukum perdata dan bidang hukum pidana. 34

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 menyediakan tiga macam

penegakan hukum lingkungan yaitu penegakan hukum administrasi, perdata

dan pidana. Di antara ke tiga bentuk penegakan hukum yang tersedia,

penegakan hukum administrasi dianggap sebagai upaya penegakan hukum

yang paling penting. Hal ini karena penegakan hukum administrasi lebih

ditujukan kepada upaya mencegah terjadinya pencemaran dan perusakan

lingkungan. Di samping itu, penegakan hukum administrasi juga bertujuan

untuk menghukum pelaku pencemaran dan perusakan lingkungan.35

a. Penegakan Hukum Administrasi

33

R.M Gatot Soemartono, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal

66 34

M. Daud Silalahi, Hukum Lingkungan Dalam Sistem penegakan Hukum Lingkungan

Indonesia, Alumni Bandung, 2001, hal. 215 35

Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan, dikta kuliah Hukum Lingkungan Unand,

hal 1.

Page 37: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

27

Penegakan hukum lingkungan administrasi pada dasarnya

berkaitan dengan pengertian dari penegakan hukum lingkungan itu

sendiri serta hukum administrasi karena penegakan hukum

lingkungan berkaitan erat dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan

warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi

tiga bidang hukum yaitu administrasi, perdata dan pidana. Dengan

demikian penegakan hukum lingkungan merupakan upaya untuk

mencapai ketaatan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang

berlaku secara umum dan individual, melalui pengawasan dan

penerapan (atur dan awasi) atau control and common sarana

administratif, keperdataan dan kepidanaan.36

Penggunaan hukum administrasi dalam penegakan hukum

lingkungan mempunyai dua fungsi yaitu bersifat preventif dan

represif. Bersifat preventif yaitu berkaitan dengan izin yang diberikan

oleh pejabat yang berwenang terhadap pelaku kegiatan, dan dapat

juga berupa pemberian penerangan dan nasihat, sedangkan sifat

represif berupa sanksi yang diberikan oleh pejabat yang berwenang

terhadap pelaku atau penanggung jawab kegiatan untuk mencegah

dan mengakhiri terjadinya pelanggaran.37

Penegakan hukum administrasi memberikan sarana bagi

warganegara untuk menyalurkan haknya dalam mengajukan gugatan

terhadap badan pemerintahan. Gugatan hukum administrasi dapat

terjadi karena kesalahan atau kekeliruan dalam proses penerbitan

36

Ninik Suparni, Pelestarian, Pengelolaan Dan Peneghakan Hukum Lingkungan Hidup,

Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hal.161 37

Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hal 48

Page 38: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

28

sebuah Keputusan Tata Usaha Negara yang berdampak penting

terhadap lingkungan.38

Penegakan hukum administrasi yang bersifat preventif berawal

dari proses pemberian izin terhadap pelaku kegiatan sampai

kewenangan dalam melakukan pengawasan yang diatur dalam Pasal

76 UUPPLH, sedangkan yang bersifat represif berhubungan dengan

sanksi administrasi yang harus diberikan terhadap pencemar yang

diatur dalam Pasal 76 sampai Pasal 27 UUPPLH.

Pelanggaran tertentu terhadap lingkungan hidup dapat dijatuhi

sanksi berupa pencabutan izin usaha dan atau kegiatan. Bobot

pelanggaran peraturan lingkungan hidup bisa berbeda-beda, mulai

dari pelanggaran syarat administratif sampai dengan pelanggaran

yang menimbulkan korban. Pelanggaran tertentu merupakan

pelanggaran oleh usaha dan atau kegiatan yang dianggap berbobot

untuk dihentikan kegiatan usahanya, misalnya telah ada warga

masyarakat yang terganggu kesehatannya akibat pencemaran dan atau

perusakan lingkungan hidup. Penjatuhan sanksi bertujuan untuk

kepentingan efektifitas hukum lingkungan itu agar dipatuhi dan

ditaati oleh masyarakat. Sanksi itu pula sebagai sarana atau instrumen

untuk melakukan penegakan hukum agar tujuan hukum itu sesuai

dengan kenyataan.39

Siti Sundari Rangkuti menyebutkan bahwa penegakan hukum

secara preventif berarti pengawasan aktif dilakukan terhadap

38

Takdir Rahmadi, Hukum Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun, Airlangga

University Press, Surabaya, 2003, hal 25. 39

Siswanto Sunarso, Hukum Lingkungan Hidup dan Strategi Penyelesaian Sengketa,

Rineka Cipta, Jakarta, 2005, Hal. 96.

Page 39: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

29

kepatuhan, kepada peraturan tanpa kejadian langsung yang

menyangkut peristiwa konkrit yang menimbulkan sangkaan bahwa

peraturan hukum telah dilanggar. Instrumen penting dalam penegakan

hukum preventif adalah penyuluhan, pemantauan dan penggunaan

kewenangan yang bersifat pengawasan (pengambilan sampel,

penghentian mesin dan sebagainya). Dengan demikian izin penegak

hukum yang utama di sini adalah pejabat atau aparat pemerintah yang

berwenang memberi izin dan mencegah terjadinya pencemaran

lingkungan. Penegakan hukum represif dilakukan dalam hal

perbuatan yang melanggar peraturan.40

Dalam rangka efektifitas tugas negara, Pasal 82 ayat (1) dan (2)

UUPPLH memungkinkan Gubernur untuk mengeluarkan paksaan

pemerintah untuk mencegah dan mengakhiri pelanggaran, untuk

menanggulangi akibat dan untuk melakukan tindakan penyelamatan,

penanggulangan dan pemulihan. Di samping paksaan pemerintah,

upaya lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah melalui audit

lingkungan. Audit lingkungan merupakan suatu instrumen penting

bagi penanggung jawab usaha dan atau kegiatan untuk meningkatkan

efisiensi kegiatan dan kinerjanya dalam menaati persyaratan

lingkungan hidup yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-

undangan. Audit lingkungan hidup dibuat secara sukarela untuk

memverifikasi ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

lingkungan hidup yang berlaku, serta dengan kebijaksanaan dan

40

Siti Sundari Rangkuti, Op.cit, hal. 209

Page 40: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

30

standar yang diterapkan secara internal oleh penanggung jawab usaha

atau kegiatan yang bersangkutan.

Penegakan hukum administrasi yang bersifat represif

merupakan tindakan pemerintah dalam pemberian sanksi administrasi

terhadap pencemar atau perusak lingkungan hidup. Sanksi

administrasi berupa:

(1) Pemberian teguran keras.

(2) Pembayaran uang paksa.

(3) Penangguhan berlakunya izin.

(4) Pencabutan izin.41

Mas Achmad Santosa menyebutkan bahwa penegakan hukum

lingkungan di bidang administrasi memiliki beberapa manfaat

strategis dibandingkan dengan peranngkat penegakan hukum lainnya

oleh karena:

1. Penegakan hukum lingkungan dapat dioptimal sebagai

perangkat pencegahan.

2. Penegakan hukum lingkungan administrasi lebih efisien

dari sudut pembiayaan bila dibandingkan dengan

penegakan hukum perdata dan pidana. Pembiayaan untuk

penegakan hukum administrasi hanya meliputi

pembiayaan pengawasan lapangan dan pengujian

laboratorium.

3. Penegakan hukum lingkungan administrasi lebih memiliki

kemampuan mengundang partisipasi masyarakat dimulai

dari proses perizinan, pemantauan, penaatan/ pengawasan

dan partisipasi masyarakat dal;am mengajukan keberatan

untuk meminta pejabat tata usaha negara dalam

memberlakukan sangsi administrasi.42

Perangkat penegakan hukum administrasi sebagai sebuah sistem

hukum dan pemerintahan paling tidak harus meliputi, yang

41

R.M Gatot P. Soemartono, Op.cit, hal . 68. 42

Ibid., hal. 67

Page 41: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

31

merupakan prasyarat awal dari efektifitas penegakan hukum

lingkungan administrasi yaitu :

1. Izin, yang didayagunakan sebagai perangkat pengawasan

dan pengendalian.

2. Persyaratan dalam izin dengan merujuk pada AMDAL,

standar baku mutu lingkungan, peraturan perundang

undangan.

3. Mekanisme pengawasan penaatan.

4. Keberadaan pejabat pengawas yang memadai secara

kualitas dan kuantitas

5. Sanksi administrasi.43

b. Penegakan Hukum Perdata

Penggunaan hukum perdata dalam penegakan hukum

lingkungan hidup berkaitan dengan penyelesaian lingkungan hidup

akibat dari adanya perusakan lingkungan oleh pelaku usaha atau

kegiatan. Di sini penegakan hukum perdata berperan dalam bentuk

permintaan ganti rugi oleh korban pencemaran dan perusakan

lingkungan hidup kepada pihak pencemar yang dianggap telah

menimbulkan dampak pencemaran terhadap lingkungan.

Penggunanaan instrumen hukum perdata dalam penyelesaian

sengketa-sengketa yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup

pada hakekatnya memperluas upaya penegakan hukum dari berbagai

peraturan perundang-undangan.44

Ada dua macam cara yang dapat

ditempuh untuk meyelesaikan sengketa lingkungan hidup:

1. Penyelesaian melalui mekanisme penyelesaian sengketa

di luar pengadilan.

43

Ibid., hal. 68 44

Niniek Suparni, Op. Cit, hal 160

Page 42: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

32

2. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan berdasarkan

pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa.

Tujuan penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah untuk

mencari kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti rugi atau

menentukan tindakan tertentu yang harus dilakukan oleh pencemar

untuk menjamin bahwa perbuatan itu tidak terjadi lagi dimasa yang

akan datang (Pasal 85 ayat (1) UUPPLH). Penyelesaian sengketa di

luar pengadilan ini dapat dilakukan dengan menggunakan jasa pihak

ketiga baik yang memiliki ataupun yang tidak memiliki kewenangan

untuk membuat keputusan, serta membolehkan masyarakat atau

pemerintah membuat lembaga penyedia jasa lingkungan untuk

membantu menyelesaikan sengketa lingkungan.

Diketahui bahwa dalam kasus pencemaran lingkungan, korban

pada umumnya awam soal hukum dan seringkali berada pada posisi

ekonomi lemah bahkan sudah berada dalam keadaan sekarat.

Sungguh berat dan terasa tidak adil mewajibkan penderita yang

memerlukan ganti kerugian justru dibebani membuktikan kebenaran

gugatannya. Menyadari kesulitan itu maka tersedia alternatif

konseptual dalam hukum lingkungan keperdataan yang merupakan

asas tanggung jawab mutlak. Pasal 88 Undang-undang Nomor 32

Tahun 2009 mengandung sistem “Liability without fault” atau “strict

liability”.

Batasan dari sistem ini adalah kalau pencemaran atau perusakan

lingkungan tersebut menimbulkan dampak yang besar dan penting,

misalnya akibat dari pencemaran tersebut menimbulkan korban yang

Page 43: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

33

banyak dan kematian, sehingga korban tidak perlu lagi membuktikan

kesalahan dari pelaku.

Strict liability meringankan beban pembuktian. Kegiatan-

kegiatan yang dapat diterapkan prinsip strict liability diatur dalam

Pasal 35 UUPLH sebagai berikut: usaha dan kegiatan yang

menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup,

kegiatan yang menggunakan bahan berbahaya dan beracun, serta

kegiatan yang mengahsilkan limbah bahan berbahaya dan beracun.

c. Penegakan Hukum Pidana

Instrumen pidana ini sangat penting dalam penegakan hukum

lingkungan untuk mengantisipasi perusakan dan pencemaran

lingkungan. Dalam UU No. 32 Tahun 2009 pasal 97 dikenal dua

macam tindak pidana yaitu:

1. Delik materi (generic crimes)

Merupakan perbuatan melawan hukum yang

menyebabkan pencemaran atau perusakan lingkungan.

Perbuatan melawan hukum seperti itu tidak harus

dihubungkan dengan pelanggaran aturan-aturan hukum

administrasi sehingga delik materiil ini disebut juga

sebagai Administrative Independent Crimes.

2. Delik formil (spesific crimes)

Delik ini diartikan sebagai perbuatan yang melanggar

aturan-aturan hukum administrasi. Delik formil dikenal

juga sebagai Administrative Dependent Crimes. 45

Dalam UUPPLH Nomor 32 Tahun 2009 pasal 97 dirumuskan

beberapa perbuatan yang diklasifikasikan sebagai kejahatan:

a. Kesengajaan melakukan perbuatan yang mengakibatkan

pencemaran lingkungan hidup.

45

Sukanda Husin, Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia, Sinar Grafika, Jakata,

2009. hal. 13.

Page 44: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

34

b. Kesengajaan melakukan perbuatan yang mengakibatkan

perusakan terhadap lingkungan hidup

c. Kealpaan melakukan perbuatan yang mengakibatkan

pencemaran lingkungan hidup

d. Kealpaan melakukan perbuatan yang mengakibatkan

perusakan lingkungan hidup

e. Kesengajaan melepas atau membuang zat, energi dan atau

komponen lain yang berbahaya

f. Kesengajaan memberikan informasi palsu atau

menghilangkan atau menyembunyikan atau merusak

informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan butir

(e)

g. Kealpaan melakukan perbuatan sebagaimana disebutkan

dalam butir (e) dan (f) di atas.

Sanksi pidana dalam perlindungan lingkungan hidup

dipergunakan sebagai ultimum remedium, dimana tuntutan pidana

merupakan akhir mata rantai yang panjang. Bertujuan untuk

menghapus atau mengurangi akibat-akibat yang merugikan terhadap

lingkungan hidup. Mata rantai tersebut yaitu:

1. Penentuan kebijaksanaan, desain, dan perencanaan,

pernyataan dampak lingkungan;

2. Peraturan tentang standar atau pedoman minimum

prosedur perizinan;

3. Keputusan administratif terhadap pelanggaran, penentuan

tenggang waktu dan hari terakhir agar peraturan ditaati;

4. Gugatan perdata untuk mencegah atau menghambat

pelanggaran, penelitian denda atau ganti rugi;

5. Gugatan masyarakat untuk memaksa atau mendesak

pemerintah mengambil tindakan, gugatan ganti rugi;

6. Tuntutan pidana. 46

Fungsionalisasi hukum pidana untuk mengatasi masalah

pencemaran lingkungan diwujudkan melalui perumusan sanksi pidana

dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Setidaknya ada

dua alasan tentang mengapa sanksi pidana diperlukan. Pertama,

sanksi pidana selain dimaksudkan untuk melindungi kepentingan

46

Harun M. Husein, Lingkungan Hidup Masalah, Pemelolaan Dan Penegakan Hukumnya,

Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hal 171.

Page 45: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

35

manusia seperti harta benda dan kesehatan, juga untuk melindungi

kepentingan lingkungan seperti harta benda dan kesehatan, juga untuk

melindungi kepentingan lingkungan karena manusia tidak dapat

menikmati harta benda dan kesehatannya dengan baik apabila

persyaratan dasar tentang kualitas lingkungan yang baik tidak

dipenuhi. Kedua, pendayagunaan sanksi pidana juga dimaksudkan

untuk memberikan rasa takut kepada pencemar potensial. Sanksi

pidana dapat berupa pidana penjara, denda, perintah memulihkan

lingkungan yang tercemar, penutupan tempat usaha dan pengumuman

melalui media massa yang dapat menurunkan nama baik pencemar

yang bersangkutan.47

Apabila perbuatan pencemaran lingkungan hidup ini dikaitkan

dengan peranan atau fungsi dari hukum pidana tadi maka peranan

atau fungsi dari UUPPLH adalah sebagai social control, yaitu

memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah yang

berlaku, dalam hal ini adalah kaidah-kaidah yang berkenaan dengan

lingkungan hidup. Kemudian apabila dihubungkan dengan

masyarakat yang sedang membangun, maka dapat dikatakan bahwa

peranan atau fungsi hukum pidana adalah sebagai sarana penunjang

bagi pembangunan berkelanjutan.48

E. Pelestarian Sumber Daya Hayati

Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa kekayaan berupa

sumber daya alam yang berlimpah, baik di darat, di perairan maupun di udara

47

Takdir Rahmadi, Op.Cit, hal 26. 48

Niniek Suparni, Op. Cit, hal 191.

Page 46: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

36

yang merupakan modal dasar pembangunan nasional di segala bidang. Modal

dasar sumber daya alam tersebut harus dilindungi, dipelihara, dilestarikan, dan

dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia pada

khususnya dan mutu kehidupan manusia pada umumnya menurut cara yang

menjamin keserasian, keselarasan, dan keseimbangan, baik antara manusia dengan

Tuhan penciptanya, antara manusia dengan masyarakat maupun antara manusia

dengan ekosistemnya. Pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

sebagai bagian dari modal dasar tersebut pada hakikatnya merupakan bagian

integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan

Pancasila.

Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting

dari sumber daya alam yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa

fenomena alam, baik secara masing- masing maupun bersama-sama mempunyai

fungsi dan manfaat sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup, yang

kehadirannya tidak dapat diganti. Mengingat sifatnya yang tidak dapat diganti dan

mempunyai kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan manusia, maka

upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya adalah menjadi

kewajiban mutlak dari tiap generasi. Tindakan yang tidak bertanggung jawab

yang dapat menimbulkan kerusakan pada kawasan suaka alam dan kawasan

pelestarian alam ataupun tindakan yang melanggar ketentuan tentang

perlindungan tumbuhan dan satwa yang dilindungi, diancam dengan pidana yang

berat berupa pidana badan dan denda. Pidana yang berat tersebut dipandang perlu

karena kerusakan atau kepunahan salah satu unsur sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya akan mengakibatkan kerugian besar bagi masyarakat yang tidak

Page 47: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

37

dapat dinilai dengan materi, sedangkan pemulihannya kepada keadaan semula

tidak mungkin lagi.

Sifatnya yang luas dan menyangkut kepentingan masyarakat secara

keseluruhan, maka upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya

merupakan tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta masyarakat. Peran

serta rakyat akan diarahkan dan digerakkan oleh Pemerintah melalui kegiatan

yang berdaya guna dan berhasil guna. Untuk itu, Pemerintah berkewajiban

meningkatkan pendidikan dan penyuluhan bagi masyarakat dalam rangka sadar

konservasi.

Pasal 3 Undang-Undang 5 Tahun 1990 tentang Undang-Undang Konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya menyatakan bahwa, konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan mengusahakan terwujudnya

kelestarian sumber daya alam hayati serta keseimbangan ekosistemnya, sehingga

dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu

kehidupan manusia.

Akibat sampingan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kurang

bijaksana, belum harmonisnya penggunaan dan peruntukan tanah serta belum

berhasilnya sasaran konservasi secara optimal, baik di darat maupun di perairan

dapat mengakibatkan timbulnya gejala erosi genetik, polusi, dan penurunan

potensi sumber daya alam hayati (pemanfaatan secara lestari).

Mengingat negara Indonesia adalah negara berdasar atas hukum, maka

pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya perlu

diberi dasar hukum yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin kepastian

hukum bagi usaha pengelolaan tersebut. Dewasa ini kenyataan menunjukkan

Page 48: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

38

bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur konservasi sumber daya

alam hayati dan ekosistemnya yang bersifat nasional belum ada.

Peraturan perundang-undangan warisan pemerintah kolonial yang

beranekaragam coraknya, sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat perkembangan

hukum dan kebutuhan bangsa Indonesia. Perubahan-perubahan yang menyangkut

aspek-aspek pemerintahan, perkembangan kependudukan, ilmu pengetahuan, dan

tuntutan keberhasilan pembangunan pada saat ini menghendaki peraturan

perundang-undangan di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan

ekosistemnya yang bersifat nasional sesuai dengan aspirasi bangsa Indonesia.

Upaya pemanfaatan secara lestari sebagai salah satu aspek konservasi

sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, belum sepenuhnya dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan; demikian pula pengelolaan kawasan pelestarian alam

dalam bentuk taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam, yang

menyatukan fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, dan

pemanfaatan secara lestari.

Pengertian perlindungan satwa liar tersebut sebelum diuraikan lebih lanjut,

maka pertama sekali yang perlu diketahui ialah pengertian dari satwa liar karena

tidak semua hewan dapat dikategorikan sebagai satwa liar yang dilindungi.

Pemakaian bahasa sehari-hari menunjukkan bahwa satwa dapat diistilahkan

dengan berbagai kata yaitu hewan, binatang maupun fauna ataupun mahluk hidup

lainnya selain manusia yang dapat bergerak dan berkembang biak serta memiliki

peranan dan manfaat dalam kehidupan.

Pengertian satwa itu sendiri menurut UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang

Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya seperti yang tercantum

Page 49: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

39

dalam Pasal 1 butir 5 yaitu: “Satwa adalah semua jenis sumber daya alam hewani,

baik yang hidup di darat maupun di air ” Pengertian satwa liar lainnya antara lain

dirangkum dalam Pasal 1 butir 7 undang-undang tersebut yaitu ”Satwa liar adalah

semua binatang yang hidup di darat, dan/atau di air dan/atau di udara yang masih

mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh

manusia” Pembatasan dalam penggolongan atau pengkategorian lainnya terhadap

satwa liar tersebut juga termuat dalam penjelasan Pasal 1 butir 7 yaitu sebagai

berikut: “Ikan dan ternak tidak termasuk dalam pengertian satwa liar tetapi

termasuk dalam pengertian satwa”

Penjabaran mengenai berbagai pengertian tentang satwa liar yang dilindungi

seperti yang telah diuraikan sebelumnya menunjukkan kriteria satwa dan

perlindungan seperti apa yang akan diberikan, dari berbagai uraian tersebut maka

dapat diambil suatu kesimpulan bahwa perlindungan satwa liar yang dilindungi

ialah suatu bentuk perlindungan yang tidak hanya mencakup terhadap satwa yang

masih hidup saja tetapi juga mencakup kepada keseluruhan bagian-bagian tubuh

yang tidak terpisahkan dari satwa liar tersebut seperti gading dengan gajahnya,

cula dengan badaknya, harimau dengan kulitnya dan sebagainya. Perdagangan

satwa yang dilindungi baik dalam keadaan hidup maupun yang sudah mati

ataupun bagian-bagian tubuhnya adalah merupakan suatu tindak pidana. Pasal 21

ayat (2) huruf d UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi.

Perlindungan terhadap satwa tersebut umumnya ditujukan pada beberapa

karakteristik tertentu dimana satwa-satwa tersebut terancam kepunahan yaitu:

a. Nyaris punah, dimana tingkat kritis dan habitatnya telah menjadi

sempit sehingga jumlahnya dalam keadaan kritis.

b. Mengarah kepunahan, yakni populasinya merosot akibat eksploitasi

yang berlebihan dan kerusakan habitatnya.

Page 50: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

40

c. Jarang, populasinya berkurang.49

F. Primata Indonesia

Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Di

dalam ordo ini termasuk lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata

primata ini berasal dari kata bahasa Latin primates yang berarti “yang pertama,

terbaik, mulia”.50

Seluruh primata memiliki lima jari (pentadactyly), bentuk gigi

yang sama dan rancangan tubuh primitif (tidak terspesialisasi). Kekhasan lain dari

primata adalah kuku jari. Ibu jari dengan arah yang berbeda juga menjadi salah

satu ciri khas primata, tetapi tidak terbatas dalam primata saja; opossum juga

memiliki jempol berlawanan. Dalam primata, kombinasi dari ibu jari berlawanan,

jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari yang panjang dan menutup ke dalam

adalah sebuah relik dari posisi jari (brachiation) moyangnya di masa lalu yang

barangkali menghuni pohon. Semua primata, bahkan yang tidak memiliki sifat

yang biasa dari primata lainnya (seperti loris), memiliki karakteristik arah mata

yang bersifat stereoskopik (memandang ke depan, bukan ke samping) dan postur

tubuh tegak.51

Dari 195 spesies primata di dunia, Indonesia mempunyai 40 spesies yang 24

di antaranya merupakan endemik. Artinya, primata-primata itu hanya dapat

ditemukan secara alami di Indonesia. Semua primata itu tersebar mulai di

Kepulauan Mentawai, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, Bali, Nusa

Tenggara, dan pulau-pulau kecil lainnya. Selain itu primata mempunyai peran

49Leden Marpaung, Tindak Pidana Terhadap Hutan, Hasil Hutan dan Satwa,

Erlangga, Jakarta, 1995, hal. 49. 50

Riskiansya, Kampanye Pelestarian Primata Sejak Dini,

http://dir.unikom.ac.id/jbptunikompp-gdl-s1-2007- -6894/bab-2.doc/pdf/bab-2.pdf, diakses pada

tanggal 25 Agustus 2012. 51 Putri, Pengertian Primata, Aves dan Mamalia, http://putrijusstef.

blogspot.com/2012/02/ pengertian-primata-avesmamalia.html, diakses pada tanggal 2 April 2012.

Page 51: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

41

cukup vital dalam menjaga kelestarian hutan. Mereka membantu penyebaran biji

tumbuhan di hutan tak lain karena sebagian besar primata di alam mengkonsumsi

buah dan daun. Selain itu primata dapat dijadikan sebagai obyek wisata alam

bernilai tinggi. Ada banyak wisatawan asing yang datang ke Indonesia hanya

untuk melihat orangutan atau owa di alam. Jika dijadikan obyek ekoturisme tentu

primata-primata itu mendatangkan keuntungan lebih besar dibanding jika diburu

dan dijual sebagai satwa peliharaan.52

Indonesia termasuk negara yang kaya akan keanekaragaman hayati satwa

liar primata. Dari sekitar 195 jenis primata yang ada di dunia, 537 jenis

diantaranya hidup di Indonesia. Sekitar 20 jenis diantaranya, di seluruh dunia

secara alami hanya dapat ditemukan di wilayah Indonesia atau disebut primata

endemik Indonesia. Primata tersebut banyak diantaranya termasuk jenis yang

terancam punah adalah Orangutan.

Keberadaan Orangutan tersebut di Indonesia yang hanya ada di Sumatra dan

Kalimantan akhir-akhir ini sangat memprihatinkan akibat berkurangnya habitat

mereka dan penangkapan liar untuk diperdagangkan. Jenis primata besar ini di

dunia hanya ditemukan di Pulau Kalimantan dan Sumatera. Orangutan

Kalimantan dibedakan menjadi 2 anak jenis yaitu Pongo pygmaeus dengan

penyebaran dari Kalimantan Barat sampai Sarawak dan Pongo pygmaeus

wurumbii dengan penyebaran dari Barat laut Kalimantan antara sungai Kapuas

dan Barito.

Orangutan termasuk hewan yang terancam kehidupannya di alam, dengan

perkiraan total populasi sekitar 20.000 ekor. Degradasi dan hilangnya habitat

52 Sony. Primata Di Indonesia, http://aksessdunia.com/tag/primata-indonesia/,

diakses pada tanggal 2 April 2012.

Page 52: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

42

merupakan ancaman paling besar terhadap spesies ini, walaupun perburuan untuk

dimakan dan perdagangan liar juga menjadi masalah yang sangat besar. Akibat

musim kemarau yang panjang dan kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia

menjadikan ratusan ribu hutan hancur. Kawasan yang dilindungipun tidak lepas

dari kerusakan ini, bahkan kurang lebih 95 % hutan dataran rendah di Taman

Nasional Kutai telah terbakar pada tahun 1998. Hilangnya populasi orangutan dan

habitatnya baik secara langsung atau tidak langsung menjadi bertambah parah.

Berbagai upaya telah dilakukan dalam upaya mempertahankan keberadaan

orangutan di alam yang sejak tahun 1931 telah dilindungi melalui Peraturan

Perlindungan Binatang Liar No. 233. Kemudian setelah itu diperkuat dengan SK

Menteri Kehutanan 10 Juni 1991 No. 301/KptsII/1991 dan Undang-undang No. 5

tahun 1990. Oleh IUCN status konservasi Orangutan dimasukkan sebagai

terancam punah atau endangered.53

Ancaman kelestarian orangutan yang demikian banyak tersebut di atas

masih diperparah dengan kondisi ekonomi masyarakat Indonesia yang masih

memprihatinkan sehingga memaksa masyarakat melakukan perburuan satwa dan

penebangan hutan. Untuk itu senantiasa diperlukan peran serta dari masyarakat itu

sendiri dalam upaya perlindungan dan penyelamatan orangutan.

Primata khususnya Orangutan dikenal sebagai satwa penyebar biji di alam.

Kalau orangutan punah, secara langsung ataupun tidak akan berpengaruh terhadap

ekosistem, karena orangutan juga merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam

ekosistem tersebut. Misalnya fungsi penyebaran biji, dengan punahnya orangutan

53 Ella Syahputri, Senin, 6 Juni 2011 16:42 WIB, 70 Persen Primata Indonesia

Terancam Punah, http://www.infogue.com/viewstory/2011/06/06/70persen primata_indonesia_terancam _punah/ ?url=http://www.antaranews.com/berita/261752/70-persen-primata-indonesia-terancam-punah, diakses pada tanggal 2 April 2012.

Page 53: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

43

maka akan ada jenis-jenis tumbuhan yang selama ini terbantu tumbuhnya oleh

keberadaan orangutan, lambat laun juga punah. Berikutnya, beberapa jenis satwa

dan makhluk hidup lain yang tergantung pada tumbuhan tadi juga akan punah.

Rantai ekosistem akan terganggu, atau bahkan terputus, berikutnya adalah

manusia yang akan merasakan akibatnya.54

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pedekatan

Metode penelitian yang dipakai adalah penelitian yuridis normatif yaitu

penelitian yang menggunakan legis positivis, yang menyatakan bahwa hukum

identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga

atau pejabat yang berwenang. Selain itu konsepsi ini memandang hukum sebagai

suatu sistem normatif yang bersifat otonom, tertutup dan terlepas dari kehidupan

masyarakat.55

B. Spesifikasi Penelitian

54 Nita Murjani dan Leony Aurora, Upaya pelestarian kera besar harus terpadu

dengan REDD+, kata ahli primata, http://www.redd-indonesia.org/ index.php?Option=com_content & view=article&id=372:upaya-pelestarian-kera-besar-harus-terpadu-dengan-redd-kata-ahli-primata &catid=1:fokus-redd&Itemid=50, diakses pada tanggal 2 April 2012.

55 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, 2005, hal.37.

Page 54: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

44

Dalam usaha memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun penulisan

hukum, maka akan dipergunakan spesifikasi penelitian deskriptif. Spesifikasi

penelitian ini adalah deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan

keadaan obyek yang akan diteliti.56

C. Jenis Data

Data yang diperlukan untuk dipakai dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder di bidang hukum dipandang dari sudut mengikat dapat

dibedakan :

1) Bahan Hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya memiliki suatu otoritas, mutlak dan mengikat

Bahan hukum primer terdiri dari peraturan dasar, peraturan

perundang-undangan, catatan resmi, lembar negara penjelasan,

risalah, putusan hakim dan yurisprudensi.57

2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan

penjelasan mengenai bahan hukum primer, berupa hasil karya dari

kalangan hukum dalam bentuk buku-buku atau artikel. Bahan hukum

sekunder digunakan dengan pertimbangan bahwa data primer tidak

dapat menjelaskan realitas secara lengkap sehingga diperlukan bahan

hukum primer dan sekunder sebagai data sekunder untuk melengkapi

deskripsi suatu realitas.

D. Metode Pengambilan Data

56Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta, 2006, hal. 35. 57Ibid, hal. 113.

Page 55: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

45

Data sekunder diperoleh dengan melakukan inventarisasi peraturan

perundang-undangan, dokumen resmi, dan literatur yang kemudian dicatat

berdasarkan relevansinya dengan pokok permasalahan untuk kemudian

dikaji sebagai suatu kajian yang utuh.

E. Metode Penyajian Data

Hasil penelitian disajikan dalam bentuk teks naratif yang di susun secara

sistematis. Sistematis di sini maksudnya adalah keseluruhan data primer yang

diperoleh akan dihubungkan data sekunder yang didapat serta dihubungkan satu

dengan yang lainnya dengan pokok permasalahan yang diteliti sehingga

merupakan satu kesatuan yang utuh.

F. Analisis Data

Data dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menjabarkan dan

menginterpretasikan data yang berlandaskan pada teori-teori ilmu hukum

(Theoritical Interpretation) yang ada.58

Berdasarkan hasil pembahasan diambil

kesimpulan sebagai jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.

58 Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia,

Jakarta, 1983, hal.93.

Page 56: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Perlindungan dan Konservasi Primata Berdasarkan Instrumen

Internasional

CITES (Convention On International Trade In Endangered Species Of

Wild Flora And Fauna) adalah sebuah rezim perjanjian internasional yang

mengatur perdagangan spesies tertentu dari flora dan fauna liar, yakni

spesies yang termasuk kategori terancam punah, begitu juga bagian-bagian

dari spesiesnya. Konvensi ini didasari adanya kenyataan banyak terjadi

perburuan terhadap spesies terancam, yang kemudian ditindaklanjuti dengan

maraknya perdagangan illegal yang sifatnya mengeksploitasi flora maupun

fauna.

Hilang atau terancam punahnya satwa berarti merupakan ancaman

terhadap hilangnya keanekaragaman hayati (Biodiversity) di muka bumi.

Menurut laporan UNEP pada tahun 1992, ada beberapa hal yang

menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati di muka bumi ini. UNEP

membaginya pada 2 kategori penyebab yaitu : penyebab langsung atau

Page 57: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

47

direct causes dan penyebab pokok atau underlying causes. Ada 4 poin dari

penyebab langsung yaitu punahnya sebuah habitat, pengguna sumber daya

biologi tidak berkelanjutan, polus lingkungan hidup, dan permasalahan

dalam hal kebijakan. Penyebab pokok ada 4 poin utama yaitu perdagangan

internasional, laju pertumbuhan penduduk, kemiskinan dan munculnya

species baru.

Ada beberapa penjelasan yang melatarbelakangi pemikiran kenapa

kita perlu melakukan upaya perlindungan terhadap satwa, yaitu, adanya

nilai hakiki yang dimiliki oleh hewan sebagai mahkluk hidup karena adanya

nilai yang terkandung pada species tertentu terhadap peranannya yang

diberikan untuk menyeimbangkan ekosistem dan adanya nilai ekonomis

yanng terkandung dalam konteks sebagai obyek pariwisata dan sumber dari

keuntungan ekonomi seperti digunakan untuk kepentingan kesehatan. Salah

satu fenomena di atas menjadi penyebab terjadinya pengurangan species

(species depletion) adalah kegiatan perdagangan internasional satwa liar

yang sifatnya mengeksploitasi satwa untuk kepentingan komersil. Kegiatan

ini bukan suatu hal yang baru, perdagangan internasional satwa liar telah

dilakukan dalam beberapa abad. Perdagangan satwa mengakibatkan

menurunnya populasi satwa di bumi ini, frekuensi fenomena ini terjadi

begitu cepat memasuki abad ke – 20. Pertambahan penduduk dunia dan

perkembangan pesat sistem transportasi dan komunikasi memacu

meningkatnya jumlah wilayah kegiatan eksploitasi satwa secara komersil

untuk kepentingan perdagangan serta diiringi dengan permintaan atas satwa

yang kemudian mengakibatkan apa yang disebut sebagai pengurangan

species.

Page 58: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

48

Perdaganngan menjadi lebih menarik bagi dunia internasional karenna

diperdagangkannya satwa dan bagian tubuhnya seperti : kulit, gading, dan

organ tubuh lainnya, khususnya selama 30 tahun terakhir. Konsumsi sumber

daya alam dari keanekaragaman hayati telah meningkat banyak, contohnya

10 dari 25 perusahaan obat di dunia pada tahun 1997 memperoleh bahan –

bahannya dari sumber keanekaragaman hayati termasuk dari satwa – satwa

dan juga 75 % populasi dunia tergantung pada obat – obat tradisional yang

diperoleh dari satwa. Hal ini membuat perdagangan satwa liar merupakan

suatu bisnis yang nilai nominalnya cukup besar, estimasinya konsrvatif

secara global menilai dari US $ 10 milyar dalam setahun secara berkala dan

paling sedikit US $ 2 – 3 milyar bersifat illegal.

Negara – negara berkembang khususnya negara – negara yang

dijuluki megabibiodiversity merupakan yang paling banyak bergantung

pada satwa menjadikannya sebagai komoditas perdagangan untuk

mendapatkan keuntungan devisa. Namun apabila tingkat dan volume

perdagangan melebihi dari jumlah satwa yang tersedia tanpa diiringi dengan

upaya konservasi maka pendapat dan keuntungan tersebut akan hilang

seiring bersama dengan hilangnya satwa – satwa tersebut.

Seiring dengan tingginya tingkat konsumsi terhadap sumber daya

alam untuk kepentingan perdangan internasional ini membuat tingkat

eksploitasi terhadap beberapa jenis satwa menjadi tinggi juga. Hal ini

membawa pada penurunan populasi atau bahkan membawa kepada

kepunahan satwa tersebut. Pada tahun 2000 menurut International Union

Conservation of Nature (IUCN), kita akan kehilangan antara 20– 50 %

species di bumi, apabila tidak ada langkah pencegahan yang cepat

Page 59: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

49

dilakukan. IUCN membagi kategori kepunahan ini ke dalam beberapa

tingkatan :

1. Punah (extinct)

2. Extinct in the wild

3. Terancam punah (critically endangered)

4. Langkah (Endangered)

5. Rawan (Vulnerable)

6. Resiko rendah (Lower Risk)

Untuk melindungi agar species ini tidak punah, perjanjian yamg

bersifat multilateral mutlak diperlukan untuk mengatur atau paling tidak

adanya sebuah mekanisme kontrol untuk melindungi satwa dari kepunahan.

Beberapa perjanjian internasional yang berkaitan dengan masalah

keanekaragaman hayati telah dirintis beberapa saat sebelum Konferensi

Stockholm di mulai Konvensi Ramsar untuk melindungi habitat burung atau

unggas pada tahun 1971, Konvensi untuk melindungi kebudayaan dunia dan

pusaka alam pada 1972 dan Konvensi yang mengatur perdagangan satwa

pada tahun 1973. Konvensi pengaturan perdagangan satwa atau yang

dikenal dengan Convention on International Trade in Endangered Species

of Wild Fauna and Flora (CITES) adalah perjanjian multilateral untuk

menjawab akan salah satu faktor ancaman dari kepunahan species karena

kegiatan perdagangan satwa liar ini melintasi batas negara atau paling tidak

melibatkan dua negara, usaha untuk membuat perjanjian internasional

species tertentu dari eksploitasi yang berlebihan.

Ide pembentukan CITES sendiri mulai dibahas pada tahun 1960-an.

Pada pertemuan anggota IUCN tahun 1963 yang kemudian mendorong

terbentuknya suatu regulasi yang mengatur ekspor dan impor dari satwa

serta bagian dari tubuhnya yang terancam punah. Upaya pembentukan

Page 60: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

50

CITES sendiri akhirnya disetujui satu tahun setelah Konferensi Stockholm

pada pertemuan delegasi yang jumlahnya lebih dari 80 negara di

Washington D.C Amerika Serikat pada tanggal 3 Maret 1973, pada tanggal

1 juli 1975 CITES mulai berlaku. tujuan dari sasaran CITES sendiri adalah

untuk memantau perkembangan dan memastikan bahwa pedagangan

internasional satwa tidak akan mengancam satwa dari kepunahan. Regulasi

CITES ini diformulasikan pada tingkat internasional tetapi implementasinya

pada tingkat nasional.

Mekanisme pengendalian perdagangan satwa yang digunakan CITES

adalah mekanisme regulasi appendiks, species – species termasuk tumbuhan

yang dianggap harus dilindungi dan diatur dimasukkan kedalam 3 macam

appendiks. Appendiks I merupakan appendiks tertinggi artinya species

tersebut terancam punah dan perdagangan species ini hanya diijinkan dalam

kondisi tertentu. Appendiks II mengatakan bahwa yang termasuk di

dalamnya bukan merupakan yang terancam punah tetapi akan mungkin

mengalami kepunahan apabila tidak terkontrol ketat dan di monitor untuk

meghindari eksploitasi. Appendiks III adalah kategori species yang

dimasukkan dalam species tertentu yang harus dilindungi di bawah hukum

dalam negerinya dan perlu adanya kerjasama lebih lanjut dengan sesama

negara anggota CITES untuk mengontrol perdagangan internasional

terhadap species tersebut.

Konvensi CITES dikelola oleh suatu sekretariat yang ditetapkan oleh

UNEP18 yang berada di Jenewa, Swiss. Setiap minimal 2 tahun sekali

negara anggota bertemu untuk membicarakan alokasi setiap species untuk

dimasukkan ke dalam tingkat yang berbeda. Di dalam setiap Conference of

Page 61: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

51

Parties (CoP) di bicarakan hal – hal yang menyangkut pengadopsian

resolusi baru, mengklarifikasi regulasi sebelumnya, meninjau implementasi

yang dilakukan oleh negara anggota membuat rekomendasi untuk

meningkatkan keefektifan dati konvensi dan membicarakan masalah

financial dan administrasi.

CITES yang terbentuk pada 3 Maret 1973 dan mulai diberlakukan

pada 1 Juli 1975, memiliki aturan –aturan yang jelas dalam penerapan

konvensi CITES tersebut. CITES bekerja dengan memberikan aturan dan

control yang ketat dalam mengatur perdagangan spesies-spesies satwa liar

dan tumbuhan yang terancam punah. CITES merupakan komitmen dari 145

negara anggota mengenai prinsip-prinsip yang dikembangkan oleh CITES

secara khusus, bahwa perdagangan dalam bentuk apapun dari spesies

tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi telah terjamin

kelestariannya.CITES merupakan suatu proses dimana Negara-negara

anggotanya bekerja sama untuk menjamin bahwa perdagangan tumbuhan

dan satwa liar dan dilaksanakan sejalan dengan perjanjian CITES.

CITES merupakan suatu badan Administrasi yang berkantor di

Gereva, Swiss. Dan menyediakan dokumen-dokumen asli dalam 3 bahasa:

Inggris, Perancis, dan Spanyol. Tujuan dari konvensi ini adalah untuk

mencegah terjadinya kepunahan jenis-jenis tumbuhan dan satwa liar dimuka

bumi ini yang dapat/mungkin dapat disebabkan oleh adanya kegiatan

perdagangan internasional. Ada 4 hal yang menjadi dasar diadakannya

konvensi karena :

1. Perlunya perlindungan jangka panjang terhadap tumbuhan dan

satwa liar

Page 62: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

52

2. Meningkatnya nilai tumbuhan dan satwa liar bagi manusia

3. Peran dari masyarakat dan Negara dalam usaha perlindungan

tumbuhan satwa liar

4. Makin mendesaknya kebutuhan kerjasama internasional untuk

melindungi jenis-jenis tersebut di eksploitasi yang berkelebihan

melalui perdagangan internasional.

Diterapkannya sistem 2 pintu pengendalian lalu lintas peredaran/

perdagangan tumbuhan dan satwa liar yang langka, yang pertama di Negara

pengekspor dan yang kedua di Negara pengimpor. Tiap Negara peserta

wajib mengadakan pemeriksaan terhadap spesies yang terdaftar dalam

kategori ApendiksI, II, III yang masuk/keluar dari wilayah Negara tersebut.

Prinsip umum dalam CITES dalam melakukan fungsinya sebagai

rezim yang mengatur perdagangan satwa-satwa tumbuhan liar yang

terancam punah adalah dengan menggunakan metode appendiks :

Appendiks I, yang memuat daftar dan melindungi seluruh

spesies tumbuhan dan satwa liar yang terancam dari segala bentuk

perdagangan inernasional secara komersial

Appendiks II, yang memuat daftar dari spesies yang tidak

terancam kepunahan, tetapi mungkin akan terancam punah apabila

perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.

Appendiks III, yang memuat daftar spesies tumbuhan dan satwa

liar yang telah dilindungi disuatu raga tertentu dalam batas kawasan

habitatnya, dan memberikan pilihan bagi negara-negara anggota

CITES bila suatu saat akan dipertimbangkan untuk dimasukkan ke

Appendiks II, bahkan mungkin ke Appendiks I

Page 63: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

53

7. Ratifikasi Indonesia atas Convention On International Trade In

Endangered Species Of Wild Fauna And Flora

Ratifikasi Indonesia atas Convention On International Trade In

Endangered Species Of Wild Fauna And Flora (CITES) dilakukan dengan

dikeluakannya Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 Tentang :

Convention On International Trade In Endangered Species Of Wild Fauna

And Flora pada tanggal 15 Desember 1978 di Jakarta. Pengundangan

peraturan tersebut di dilakukan oleh Presiden Soeharto dibantu Menteri

Sekretaris Negara Sudarmono dan dicatat dalam Lembaran Negara 1978/51.

8. Upaya Perlindungan Primata di Indonesia

Tekanan terhadap keberadaan primata di Indonesia sangat besar.

Perkembangan perekonomian yang seeing membabat hutan yang menjadi

habitat satwa, khususnya primata, menjadi panyebab utama penurunan

populasi berbagai jenis primata. Sejumlah 32 jenis primata dari 40 jenis

yang ada di Indonesia telah tercatat dalam Red Data Book/IUCN. Hal ini

menunjukan tingginya tingkat ancaman terhadap satwa primata. Dari

sejumlah itu, 2 jenis dikategorikan sangai. kritis, 4 jenis

genting/endangered, 7 jenis rentan, 10 jenis hampir terancam, 1 jenis

bergantung upaya konservasi, dan 8 jenis tidak memiliki data yang cukup.

Undang-undang yang melindungi satwa liar di Indonesia sudah cukup

hanyak. Bahkan dimulai sebelum Indonesia merdeka, yaitu dengan

dikeluarkannya Peraturan Perlindungan Binatang Liar tahun 1931. Setelah

itu bermunculan peraturan pemerintah yang berupa Surat Keputusan

Page 64: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

54

Menteri untuk mengatur perlindungan satwa liar di Indonesia. Perundangan

yang sudah dikeluarkan mencakup hampir semua jenis primata, kecuali

Macaca nernestrina (beruk) dan fascicularis (Monyet ekor panjang).

Terdapat beberapa Surat keputusan (SK) yang mengatur pelestarian

satwa liar dan pernah berlaku di Indonesia, yaitu sebagai berikut:

1. Peraturan Perlindungan Binatang Liar 1931 No. 266.

2. SK Menteri Pertanian , 26 Agustus 1970 No.

421/Kpts/lim/3/1970.

3. SK Menteri Pertanian, 5 Februari 1972, No.

54/Kpts/UmJ2/1972.

4. SK Menteii Pertanian, 19 Juli 1972, No. 327/Kpts/Um/7/1972.

5. SK Menteri Pertanian, 14 Februari 1973, No.

66/Kpts/Um/2/1973.

6. SK Menton Pertanian, 29 Januari 1975, No.

35/Kpts/Um/1/1973.

7. SK Menteri Pertanian, 21 Februari 1977, No.

90/Kpts/Um/2/1977.

8. SK Menteri Pertanian, 7 Desember 1977, No.

537/Kpts/Um/12/1977.

9. SK Menteri Pertanian, 29 Mei 1978, No. 327/Kpts/Um/5/1978.

10. SK Menteri Pertanian, 2 Desember 1978, No.

742/Kpts/Urn/12/1978.

11. SK Menteri Pertanian, 5 April 1979, No. 247//Kpts/Urn/4/1979.

12. SK Menteri Pertanian, 5 Desember 1979, No. 757/

Kpts/Um/12/1979.

13. SK Menteri Pertanian, 6 Agustus 1980, No. 576/

Kpts/Um/8/1980.

14. SK Menteri Pertanian, 4 Oktober 1980, No. 716/

Kpts/Um/10/1980.

15. SK Menteri Kehutanan, 12 Januari 1987, No. 12/ Kpts/11/1980.

16. SK Menteri Kehutanan, 10 Juni 1991 No. 301/ "{lots-II/199 1.

17. SK Meterei Kehutanan dan Perkebunan, No. 733/Kpts-111.999.

18. Red Data Book (IUCN, 1978).

Cukup banyak surat keputusan untuk melindungi satwa liar umumnya

dan primata khususnya, belum menjamin lestarinya satwa tersebut di dalam,

bila tidak dibarengi dengan penyebaran infoimasi, penerbitan buku untuk

semua kalangan masyarakat.

Page 65: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

55

9. Daftar rimata yang dilindungi di Indonesia

No Nama Spesies Keterangan Gambar

1 Orang utan

sumatera

Pongo abelii

Saat ini penyebarannya

hanya di beberapa lokasi di

Sumatera, khususnya di

Sumatera bagian utara dan

Aceh. Penurunan populasi

terutama akibat perburuan

ilegal untuk diperdagangkan

dan hilangnya habitat.

Upaya konservasi yang telah

dilakukan adalah

mengembalikan satwa

tangkapan ke alam melalui

proses rehabilitasi.

2 Bokoi Macaca

pagensis

di tiga pulau di Sipora, Pagai

Selatan dan Utara.

Sementara sub-spesies

siberu dijumpai di Pulau

Siberut. Dikategorikan

sebagai jenis genting (CR)

oleh IUCN. Perburuan dan

hilangnya habitat akibat

pembalakan merupakan

faktor utama penurunan

populasi

3 Bilou

Hylobates

klosii

Sejenis owa yang endemik

Kepulauan Mentawai.

Menghuni kanopi bagian

atas pada hutan hujan tropis

yang masih lebat.

Dikategorikan sebagai jenis

yang rentan (VU). Populasi

menurun pesat karena

perburuan dan kerusakan

habitat.

Page 66: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

56

4 Joja

Presbytis

potenziani

Sejenis lutung yang

mendiami hutan primer,

hutan sekunder dan rawa-

rawa. Endemik Kepulauan

Mentawai, terdiri dari dua

sub-species, potenziani yang

terdapat di Pulau Mentawai,

Sipora dan Pagai, serta

siberu yang terdapat di

Pulau Siberut. Dikategorikan

sebagai jenis yang rentan

(VU). Populasinya

cenderung menurun karena

aktivitas perburuan dan

hilangnya habitat.

5 Simakobu

Simias

concolor

Monyet arboreal, endemik

Mentawai. Monotypic.

Sangat sensitif terhadap

pembalakan dibandingkan

ketiga jenis primata endemik

Mentawai lain. Populasinya

kecil dan terpencar.

Ancaman utama terhadap

populasi adalah kerusakan

habitat dan perburuan.

Prioritas Tinggi

6 Lutung banggat

Presbytis hosei

Terdapat di Borneo

(Kalimantan, Malaysia,

Brunei Darussalam), pada

ketinggian 1.000–1.300m.

Populasi belum diketahui

dengan pasti. Terdapat

empat sub-spesies, yaitu

hosei, everetti, sabana dan

canicrus. Populasi

berkurang karena

penyusutan habitat dan

pemburuan. Jenis ini banyak

diburu untuk diambil batu

ginjalnya karena dianggap

berkhasiat bagi kesehatan

manusia.

7 Lutung natuna

Presbytis

natunae

Endemik Pulau Bunguran di

Kepulauan Natuna. Hidup di

hutan primer yang semakin

berkurang luasannya.

Populasi diperkirakan

kurang dari 10.000 ekor

yang tersebar pada dua

Page 67: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

57

populasi.

8 Owa jawa

Hylobates

moloch

Endemik Indonesia dan

hanya ditemukan di Jawa

Barat dan Jawa Tengah.

Terdaftar sebagai spesies

yang genting (CR) menurut

kategori IUCN. Ancaman

utama terhadap populasi

berasal dari kehilangan

habitat dan penangkapan

untuk hewan peliharaan.

Populasi Owa jawa di alam

terus berkurang, saat ini

diperkirakan hanya tersisa

antara 2.000-4.000 ekor.

9 Orang utan

kalimantan

Pongo

pygmaeus

Tersebar di Kalimantan.

Populasi alami menurun

akibat perburuan untuk

hewan peliharaan, hilangnya

habitat akibat kebakaran

hutan dan pembalakan.

Dikategorikan sebagai EN.

Terdapat tiga sub-spesies,

yaitu morio, pygmaeus dan

wumbii.

10 Bekantan

Nasalis

larvatus

Endemik Indonesia, tersebar

hanya di Kalimantan.

Habitat sangat terbatas di

daerah hutan bakau.

Jumlahnya semakin

berkurang karena

berkurangnya habitat untuk

peruntukan lain (tambak,

pelabuhan) dan

penangkapan untuk hewan

peliharaan. Jenis ini sangat

populer untuk kebun

binatang karena

penampakannya yang unik.

11 Surili

Presbytis

comata

Primata endemik Jawa Barat

dan Banten. Penyusutan

habitat merupakan ancaman

terbesar bagi populasi Surili.

Saat ini jenis primata ini

hanya dapat dijumpai di

kawasan lindung dan

kawasan konservasi, dengan

jumlah yang tersisa berkisar

antara 4.000-6.000 ekor.

Page 68: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

58

Sumber : Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 57/Menhut-II/2008

Tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 –

2018

Selain daftar primata tersebut adalagi suatu pedoman yang daat

dijadikan status konservasi primata yaitu dalam Apendix CITES yang

dilampirkan penulis.

10. Penegakan Hukum Perlindungan Satwa Primata

Penegakan hukum terhadap perlindungan dan konservasi primata

dilakukan melalui sistem peradilan pidana. Terdapat dua kasus pembunuhan

orangutan di area perusahaan perkebunan kelapa sawit yang diproses

melalui sistem peradilan pidana, yakni di Kecamatan Telen dan Kecamatan

Muara Ancalong, Kabupaten Kutai Timur, dan telah diputuskan oleh

Pengadilan Negeri Sangatta.59

Keempat terdakwa juga telah menerima vonis, setelah sebelumnya

sempat menyatakan pikir-pikir pasca sidang putusan 21 Mei 2012 lalu.

Keempat terdakwa kini telah menjalani masa hukuman di rutan Polres

Kutim. Untuk terdakwa Tajar dan Tulil (kasus di Muara Ancalong), majelis

hakim memutuskan menghukum terdakwa dengan pidana penjara 10 bulan

dan denda Rp 50 juta subsider pidana kurungan 2 bulan. Sedangkan untuk

kasus di Telen, majelis hakim, memutuskan kedua terdakwa, Leswin dan

Tadeus, terbukti bersalah dan menghukum terdakwa dengan pidana penjara

8 bulan dan denda Rp 25 juta subsider pidana kurungan 2 bulan.60

Di Samarinda juga terjadi pelanggaran hukum terhadap pelestarian

primata. Empat terdakwa pembunuh orangutan Kalimantan (pongo

59

Kholish Chered, Selasa, 29 Mei 2012 20:38 WITA , Sudah Vonis, Kasus Pembunuhan

Orangutan Tak Berarti Finish, http://kaltim.tribunnews.com/tribunnews, diakses pada tanggal 20

Juni 2012. 60

Ibid.

Page 69: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

59

pygmaeus morio) divonis delapan bulan penjara. Vonis tersebut dijatuhkan

majelis hakim kepada keempat terdakwa pada sidang pembacaan putusan

kasus pembantaian orangutan yang berlangsung di Pengadilan Negeri

Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Rabu 18

April 2012.Vonis hakim itu lebih ringan dibanding tuntutan Jaksa Penuntut

Umum (JPU) yang menuntut satu tahun penjara kepada keempat terdakwa.61

Kasus lainnya juga terjadi di Sumatera Utara, kasus perdagangan

orangutan secara ilegal tersebut sudah diputus di PN Kabanjahe, dengan

Putusan Pidana nomor 453/Pid.B/2011/PN.Kbj. Kasus tersebut bermula saat

SPORC yang berpatroli menggagalkan sekaligus menangkap Samsul,

berikut menyita "Julius" diperkirakan berusia 3-4 tahun dan satu unit mobil

yang digunakan pelaku. Setelah pemeriksaan para saksi, saksi ahli, dan olah

TKP, Penyidik Pegawai negeri Sipil (PPNS) Kementrian Kehutanan,

Samsul ancam melanggar Pasal 50 ayat 3 huruf f jo Pasal 78 ayat 5 UU no.

41/1999 tentang Kehutanan jo Pasal 21 ayat 2 huruf a jo Pasal 40 ayat 2 UU

no. 5/1990 jo PP no. 7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa jo

Pasal 55 ayat( 1 ) kesatu KUHP.62

Subtansinya, sejumlah pasal yang diancamkan dalam UU dan PP

tersebut, menyangkut setiap orang dilarang menerima membeli atau

menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki

hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan

61

Ajeng Ritzki Pitakasari, Rabu, 18 April 2012, 20:32 WIB, Hakim Cuma Ganjar

Pembantai Orangutan 8 Bulan Penjara,

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/04/18/m2og9w-hakim-cuma-ganjar-

pembantai-orangutan-8-bulan-penjara, diakses pada tanggal 22 Juni 2012. 62

NN, Sabtu, 17 Des 2011 09:00 WIB, Setiap Tahun Disita 20-35 Orangutan dari Tempat

Ilegal Pertama di Sumut, Kasus Orangutan Sampai ke Pengadilan,

http://www.analisadaily.com/news/, diakses pada tanggal 23 Juni 2012.

Page 70: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

60

yang diambil atau dipungut secara tidak sah dan atau menangkap, melukai,

membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan

memperniagakan satwa yang dilindungi.63

Secara pasti, orangutan Sumatera (Ponggo Abelii) merupakan satwa

liar yang dilindungi. Di habitat alaminya, orangutan Sumatera diperkirakan

hanya tinggal 6.600 ekor. The World Conservation Union-IUCN (badan

internasional untuk konservasi alam) menegaskan orangutan Sumatera

masuk dalam daftar hampir punah.

Dalam dekade terakhir, terjadi ratusan bahkan ribuan kasus

pelanggaran UU no. 5/1990. Mengherankan, di Sumatera kasus yang sampai

ke meja hijau baru kali pertama ini. Padahal, menurut Panut, dalam sepuluh

tahun terakhir antara 20-35 ekor orangutan Sumatera (yang tidak ada di

tempat lain di dunia) disita setiap tahun dari pemilik yang memeliharanya

(tempat ilgal).

Menyikapi hal tersebut, tidak hanya OIC yang menyambut baik upaya

penegakkan hukum dalam melindungi satwa liar itu. Para pemerhati

lingkungan lainnya, layaknya Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan

Wildlife Conservation Society Indonesia juga memiliki harapan sama:

penyelesaian kasus ini akan menjadi langkah penting. Hanya dengan

penegakan hukum yang tegas, orangutan Sumatera dapat terselamatkan

untuk jangka panjang.

Selama lebih 40 tahun (sejak tahun 1970-an), meskipun telah lebih

dari 2.500 penyitaan orangutan ilegal yang dilakukan di Tanah Air,

penuntutan yang pertama terhadap pemilik orangutan ilegal baru terjadi di

63

Ibid.

Page 71: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

61

Kalimantan pada 2010. Khusus di Sumatera, baru kasus "Julius" yang

sampai pada penuntutan di tahun 2011.64

B. Pembahasan

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

hayati. Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati yang dilengkapi dengan

keunikan tersendiri yang menjadikan Indonesia memiliki peran yang penting

dalam perdagangan flora dan fauna di dunia. Hal ini merupakan peluang besar

bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan kekayaan tumbuhan dan satwanya

untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, termasuk bagi masyarakat yang tinggal

di sekitar habitat satwa. Namun, pemanfaatan ini harus betul-betul memperhatikan

kondisi populasi berbagai jenis tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan agar

dapat diperoleh pemanfaatan secara berkelanjutan. Untuk pemanfaatan tumbuhan

dan satwa secara berkelanjutan, Indonesia meratifikasi CITES melalui Keppres

No. 43 tahun 1978. Walaupun sudah diratifikasi dalam waktu cukup lama, tetapi

peraturan CITES belum dapat diimplementasi secara optimal untuk mendukung

perdagangan dan satwa yang berkesinambungan. Dikarenakan Pemerintah

Indonesia itu sendiri kurang memperhatikan masalah lingkungan terutama

masalah tumbuhan dan satwa liar yang hampir punah. Dikarenakan semakin

banyaknya pemenfaatan populasi yang disalahgunakan maka pemerintah

64

NN, Pembantaian Orang Utan Jadi Sorotan,

http://nasional.vivanews.com/news/read/263890-pembantaian-750-orangutan-jadi-sorotan-dunia,

diakses pada tanggal 23 Juni 2012.

Page 72: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

62

Indonesia membuat Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 8 tahun

1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.65

Indonesia mempunyai 386 kawasan konservasi darat dengan luas sekitar

17,8 juta ha dan 30 kawasan konservasi laut dengan luas sekitar 4,75 ha. Dari

kawasan konservasi tersebut terdapat 34 tanaman nasional darat (luas ±11 juta ha)

dan 6 tanaman nasional laut (luas± 3,7 juta ha). Konservasi dilakukan untuk

pelestarian spesies di luar habitat alaminya. Saat ini ada 23 unit kebun binatang,

17 kebun botani, 1114 taman hutan raya, 36 penangkaran satwa dan 2 taman

safari, 3 taman burung, rehabilitasi lokasi orang utan. Dengan keanekaragaman

hayati yang dimiliki Indonesia salah satunya dengan memiliki kawasan konservasi

yang cukup banyak menjadikan Indonesia Negara kaya akan keanekaragaman

hayati ke 2 setelah Brazil. Namun dalam pemanfaatan dan pemeliharaan

keanekaragaman hayati tersebut, Indonesia kurang memikirkan pelestarian alam

yang telah ada.66

Penyelundupan hewan dari Indonesia melewati lintas batas wilayah Negara

sering terjadi. Namun tidak sedikit juga dari kasus tersebut bisa digagalkan karena

pengawasan sudah ketat. Apalagi untuk menyelundupkan anak orang utan cukup

sulit karena harus membunuh induknya orangutan dulu. Pengawasan memang

diperlukan karena jumlah orang utan Kalimantan tinggal 70.000 ekor, sedangkan

orangutan Sumatra tersisa 30.000 ekor harus dilestarikan.

Perdagangan satwa liar di Indonesia menjadi ancaman serius bagi

kelestarian satwa liar, setelah ancaman kerusakan habitat. Perdagangan satwa liar

menjadi ancaman karena lebih dari 95% satwa diperdagangkan adalah hasil

65

NN, Peluang dan Hambatan, http//internasional.fws.gov/cites/cites.html, diakses pada

tangga 25 Juni 2012. 66

NN, “Konservasi yang dimiliki Indonesia, http://www.menlh.go.id/i/art/bab7%20

keanekaragaman%20hayati.pdf, diakses pada tangga 25 Juni 2012.

Page 73: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

63

tangkapan dari alam. Bahkan untuk primata dapat dipastikan 100% primata yang

diperdagangkan di Indonesia adalah bukan hasil penangkaran, melainkan

tangkapan dari alam. Setiap tahunnya ada sekitar 1000 ekor orang utan

Kalimantan yang diselundupkan ke Jawa dan juga luar negeri. Untuk menangkap

bayi orang utan, pemburu harus membunuh induknya. Sedikitnya seekor orang

utan mati untuk mendapatkan bayi orangutan. Seditknya 2500 lutung jawa setiap

tahunnya diburu untuk diperdagangkan dan diambil dagingnya. Sekitar 3000 owa

dan siamang setiap tahunnya diburu untuk diperdagangkan di dalam negeri dan

diselundupkan ke luar negeri. Sebanyak 40% satwa liar yang diperdagangkan mati

akibat proses penangkapan yang menyakitkan, pengangkutan yang tidak

memadai, kandang sempit dan makanan yang kurang. Perdagangan satwa liar itu

marak selain akibat lemahnya penegakan hukum dibidang pelestarian satwa liar,

juga adanya hobby sebagian masyarakat dalam memelihara satwa liar di

rumahnya untuk kesenangan. Survey ProFauna menunjukan bahwa hampir 100%

orang utan yang dipelihara oleh masyarakat itu dipelihara dalam sangkar dan

makanan yang tidak memadai. Adapun penyebab terjadinya penyelundupan satwa

liar maupun tumbuhan yang dilindungi, salah satu contoh adalah penyelundupan

orang utan Indonesia Akibat adanya konspirasi penyelundupan LSM yang giat

dalam upaya perlindungan satwa hutan, Profauna Indonesia, menuding adanya

konspirasi penyelundupan ratusan orangutan ke Thailand ratusan orangutan asal

Indonesia telah diselundupkan ke Thailand dan diduga terjadi konspirasi

menyembunyikan hasil selundupan itu. Salah satu tempat yang diduga menjadi

tempat penampungan selundupan orangutan dari Indonesia adalah Safari World di

Bangkok, Thailand. Selain itu, terdapat 115 orangutan berada di Safari World, dan

Page 74: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

64

sebagian besar masih berusia sangat muda, dilatih secara keras, kejam, dan tanpa

ampun untuk pertunjukan tinju orangutan.67

Pihak Safari World menyebutkan bahwa 41 orangutan telah mati. Hal itu

bertolak belakang dengan pernyataan mereka selama ini yang menyatakan bahwa

mereka sangat berhasil dalam penangkaran orang utan. Pemerintah Indonesia

telah mengupayakan pemulangan orang utan malang tersebut. Tim Indonesia yang

terdiri dari Departemen Kehutanan, LIPI, Borneo Orangutan Survival Foundation,

Jaringan Pusat Penyelamat Satwa, dan Profauna Indonesia yang datang ke

Thailand terpaksa pulang dengan tangan kosong.

Pejabat berwenang di negara itu tidak kooperatif dalam memulangkan

orangutan ke Indonesia. Oleh karena itu, Profauna Indonesia melakukan aksi

unjuk rasa di depan Kedubes Thailand di Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat untuk

mendesak pemerintah Thailand bekerjasama dalam upaya pemulangan orang utan

yang diselundupkan itu.68

Adanya penyelundupan atas orang utan dan satwa langka Indonesia lainnya

karena telah menjadi korban kebakaran hutan Kalimantan, untuk diselundupkan

ke luar Indonesia. Apalagi staf lapangan Yayasan BOS (Borneo Orang utan

Survival) yang bertugas memadamkan api dan menyelamatkan satwa di kawasan

hutan gambut Mawas, Mantangai, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah

menemukan sejumlah orangutan dan satwa liar lainnya berusaha menyelamatkan

diri dan keluar dari hutan.

Beberapa di antara orang utan dan para primata terkulai lemas karena asap.

Beberapa di antaranya langsung ditranslokasikan ke hutan terdekat yang masih

67

Bambang, “Profauna: Ada Konspirasi penyelundupan Orangutan”,

http://www.gatra.com/2004-08-18/artikel.php?id=43575, tanggal 21 Juni 2012. 68

Ibid.

Page 75: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

65

aman. Tapi jika orang yang tidak bertanggung jawab menemukan orang utan dan

memang berniat memburu satwa-satwa liar ini, maka dengan sangat mudah satwa-

satwa itu ditangkap. Musim kebakaran hutan juga membuat banyak orang utan

liar keluar dari hutan dalam kondisi yang lemah. Biasanya hal ini dimanfaatkan

oleh orang–orang yang memang sengaja menunggu moment ini, untuk

mendapatkan orang utan. Jika ada orang utan yang ditangkap oleh para pemburu

ini berarti ada orang utan yang telah dibunuh. Orang utan sangat digemari oleh

orang – orang yang tidak mengerti bahwa orang utan kini di ambang kepunahan

dan sangat penting perannya dalam kelestarian hutan itu sendiri. Karena itu, aparat

terkait diharapkan bisa memperketat pengawasan terutama di area-area

pelabuhan-pelabuhan kecil yang selama ini jauh dari pantauan. Pelabuhan-

pelabuhan kecil atau alur-alur sungai kecil memang sulit dari pengawasan aparat

terkait.

Masalah kebakaran hutan dan penyelundupan merupakan ancaman besar

lainnya yang kini dihadapi orangutan dan satwa langka lainnya adalah masalah

sawitisasi yang kini makin marak di bumi Kalimantan. Banyak perkebunan kelapa

sawit ditanam pada lahan yang tidak sesuai. Bukan hanya tidak sesuai untuk

produksi kelapa sawit yang tinggi, bahkan mendekati atau ditanam di hutan

primer yang statusnya berubah hutan konversi. Di Kalimantan, itu bisa dipastikan

mendekati habitat hidup dan kehidupan orangutan dan satwa langka lainnya.

Keberadaan habitat yang dihuni orangutan itu juga berarti menyangkut

kehidupan paling sedikit lima jenis burung rangkong (hornbills), 50 jenis pohon

buah-buahan yang berbeda. Hal ini menggambarkan suasana hutan tropis yang

sangat baik. Dan ini juga menyangkut kehidupan manusia itu sendiri. Tapi kini

sawitisasi juga mengancam mereka.

Page 76: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

66

Berdasarkan data Lembaga Riset Perkebunan Indonesia disebutkan bahwa

Indonesia pada periode 2005-2020 harus melakukan perluasan perkebunan sawit

sekitar 120.000- 140.000 ha/tahun. Artinya dalam 15 tahun sudah harus ada

perkebunan kelapa sawit baru seluas 1,8 s/d 2,1 juta ha. Apalagi Indonesia

memang mentargetkan diri menjadi pengekspor kelapa sawit terbesar di dunia.

Sebenarnya kelapa sawit yang ditanam di lahan kritis yang kosong banyak

membawa manfaat namun sebagian kelapa sawit direncanakan dan dilaksanakan

di lahan dengan hutan yang kondisinya masih bagus, termasuk hutan gambut yang

dalam yang berdasarkan Keppres harus digunakan untuk tujuan konservasi.69

Data penelitian dan analisa yang dibiayai oleh WWF Indonesia,

menyebutkan untuk di Kalimantan saja perkebunan kelapa sawit memang banyak

ditanam di areal yang tidak sesuai misalnya seperti di dataran tinggi, perbukitan

kapur, dan dataran rendah hutan gambut atau di areal hutan yang memiliki nilai

konservasi yang tinggi. Padahal kebun sawit hanya bisa tumbuh optimal di

dataran yang cukup, tersedia untuk pelaksaan rencana pembangunan kelapa sawit

yang direncanakan pemerintah. Dalam beberapa kasus terjadi peruntukan lahan

sawit yang disalahgunakan, misalnya di Kalimanta Timur saja telah ditemukan

adanya 2,5 juta ha perkebunan kelapa sawit fiktif yang hanya dimanfaatkan untuk

diambil kayunya saja dari hutan tersebut dengan melakukan land clearing. Lalu

ditinggalkan menjadi lahan terlatar. Sementara ekosistem dan segala isi makhluk

hidup di dalam hutan tersebut sudah terlanjur rusak dan nyaris musnah. Lokasinya

kadang sangat berdekatan dengan habitat orang utan liar. Bahkan beberapa di

antaranya sudah merusak hutan tempat hidup dan kehidupan orang utan dan satwa

lainnya. Kadang kondisi orang utan yang ditemukan terjebak di perkebunan

69

Ibid.

Page 77: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

67

kelapa sawit sudah sangat mengenaskan. Mereka kekurangan makanan, diburu,

dan beberapa di antaranya terbunuh karena dianggap hama, karena merusak kebun

sawit.

Permasalahan orang utan dan kelapa sawit ini sendiri juga telah diupayakan

jalan keluarnya dalam forum RSPO (Roundtable on Suistnable Palm Oil). BOS

(Borneo Orang utan Survival) sendiri mengupayakan adanya sebuah dialog antara

pihak terkait, sekaligus menyampaikan berbagai alternatif solusi bersama

sehingga tercapai harmoni antara orang utan dan perkebunan kelapa sawit.6

Tumbuhan dan satwa liar di Indonesia merupakan sumber daya alam yang

banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai perdagangan baik di dalam negeri,

baik import maupun eksport. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dapat

bersumber pada penangkaran dari habitat alam dan hasil penangkaran berupa hasil

pengembangbiakan satwa liar (captive breeding), pembesaran satwa liar

(ranching) perbanyakan tumbuhan secara buatan (artificial propagation).

Indonesia merupakan negara yang memilki kekayaan flora dan fauna yang cukup

besar, Indonesia disebut juga sebagai negara Megabiodiversity, Indonesia juga

memiliki keanekaragaman hayati ke-2 di dunia setelah Brazil.70

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

hayati. Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati yang dilengkapi dengan

keunikan tersendiri yang menjadikan Indonesia memiliki peran yang penting

dalam perdagangan flora dan fauna di dunia. Hal ini merupakan peluang besar

bagi Indonesia untuk dapat memanfaatkan kekayaan tumbuhan dan satwanya

untuk meningkatkan pendapatan ekonomi, termasuk bagi masyarakat yang tinggal

di sekitar habitat satwa. Namun, pemanfaatan ini harus betul-betul memperhatikan

70

Ibid.

Page 78: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

68

kondisi populasi berbagai jenis tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan agar

dapat diperoleh pemanfaatan secara berkelanjutan. Penyelundupan orang utan ke

Thailand itu merupakan kasus terbesar di seluruh dunia dalam 50 tahun terakhir.

Padahal, menyelundupkan orang utan bukan pekerjaan mudah. Yang paling

mungkin adalah mengirim bayi-bayi orangutan, sementara untuk bisa memperoleh

bayi-bayi itu, mau tidak mau harus dilakukan dengan jalan kekerasan dan sangat

tidak bermoral, misalnya membunuh induk si bayi, sebab orang utan dewasa

sangat kuat dan sangat melindungi bagi-bayinya, sehingga tak ada manusia yang

sanggup memenangkan perkelahian dengannya tanpa senjata modern dan

mematikan.71

Untuk pemanfaatan tumbuhan dan satwa secara berkelanjutan, Indonesia

meratifikasi CITES melalui Keppres No.43 tahun 1978. Walaupun sudah

diratifikasi dalam waktu cukup lama, tetapi peraturan CITES belum dapat

diimplementasi secara optimal untuk mendukung perdagangan dan satwa yang

berkesinambungan. Dikarenakan Pemerintah Indonesia itu sendiri kurang

memperhatikan masalah lingkungan terutama masalah tumbuhan dan satwa liar

yang hampir punah. Dikarenakan semakin banyaknya pemanfaatan populasi yang

disalahgunakan maka pemerintah Indonesia membuat Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan

dan Satwa Liar.

Adapun peluang untuk dapat mengimplementasikan CITES di Indonesia

secara optimal, misalnya semakin banyak pihak yang perduli dan turut serta dalam

pelaksanaan CITES, tetapi beberapa masalah masih harus segera dapat

diselesaikan. Sehingga pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar dapat dilakukan

71

Ibid.

Page 79: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

69

secara berkelanjutan melalui mekanisme CITES. Namun, dalam pelaksanaan

pengimplementasian CITES memiliki kendala sehingga terjadi penyelundupan

diantaranya penyelundupan orangutan yang dilakukan Thailand terhadap

Indonesia. Adapun banyaknya kendala dalam pelaksanaan CITES, sehingga

terjadi penyelundupan diantaranya :

1. Kurangnya pemahaman CITES sehingga dalam mendukung

pemanfaatan tumbuhan dan satwa secara berkelanjutan masih belum

utuh pada seluruh pihak-pihak yang terkait. Kurangnya pemahaman

tersebut seringkali menimbulkan salah pengertian dan cenderung

untuk menyalahkan satu sama lain dalam menjalankan tugas.

2. Kurangnya pengetahuan data ilmiah yang mendukung, dikarenakan

terlalu banyak jenis tumbuhan serta satwa liar yang ingin

diperdagangkan, sementara otoritas memiliki banyak keterbatasan

untuk menyediakan data bagi jenis tumbuhan dan satwa liar yang

diperdagangkan.

3. Penegakkan hukum belum optimal, sehingga masih terjadi

pelanggaran perdagangan tumbuhan dan satwa liar dengan modus

yang terus berkembang.

4. Belum adanya peraturan nasional yang dapat dipergunakan untuk

mengatasi perdagangan illegal untuk jenis-jenis tumbuhan dan satwa

yang belum dilindungi.

5. Komitmen yang lemah, komitmen pengusaha tumbuhan dan satwa liar

untuk mendukung program konservasi jenis-jenis tumbuhan dan satwa

liar yang diperdagangkan masih rendah. Para pengusaha hanya

mengutamakan kepentingan ekonomi, belum terlalu perduli terhadap

Page 80: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

70

aspek kelestarian untuk menjamin pemanfaatan yang berkelanjutan.

Padahal jenis tumbuhan dan satwa liar terus berada dalam ancaman,

tidak hanya dieksploitasi untuk diperdagangkan tetapi penyusutan

habitat.

Pemerintah Indonesia itu sendiri kurang memperhatikan masalah

lingkungan terutama masalah tumbuhan dan satwa liar yang hampir punah serta

penegakan hukum yang dibuat Indonesia untuk pelaku kejahatan kurang berjalan

sebagaimana telah ditetapkan dalam ratifikasi CITES itu sendiri maupun dalam

Peraturan Pemerintah Rapublik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang

Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Padahal, dalam CITES sudah ada

peraturan yang telah ditetapkan sesuai dengan Konvensi yang dibuat guna

memikirkan perdagangan spesies secara illegal internasional baik flora maupun

fauna, walaupun telah dilindungi di tingkat nasional dan internasional, namun

perdagangan orangutan masih saja terjadi. Setiap bulannya rata-rata ada 10 ekor

orangutan yang ditangkap di hutan Kalimantan untuk dikirim ke Pulau Jawa. Di

kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta dan Surabaya, orang utan itu dijual secara

ilegal di pasar burung dan juga diselundupkan ke luar negeri. Penyelundupan

orang utan asal Indonesia ini melibatkan mafia perdagangan satwa internasional

yang sangat rapi.

Pada tanggal Juni 2010 Polisi Daerah Jakarta dan petugas PHKA

Departemen Kehutanan dengan dibantu oleh ProFauna Indonesia berhasil

menggagalkan rencana penyelundupan dua ekor orang utan ke Thailand. Semula

kedua oangutan itu akan diselundupkan dengan menggunakan pesawat China

airlines lewat bandara Internasional Sukarno Hatta Jakarta. Sebelum kedua orang

Page 81: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

71

utan tersebut diterbangkan, puluhan polisi menyergap dan menangkap para

penyelundup orang utan itu.72

Penangkapan penyelundup orangutan itu merupakan hasil kerja keras

ProFauna untuk membongkar sindikat perdagangan primata di Indonesia. Selama

hampir setahun investigator ProFauna menyelidiki sindikat ini. Investigator

ProFauna berkomunikasi dengan para pedagang satwa langka ini. Investigasi ini

benar-benar berbahaya, karena jika mereka tahu maka nyawa adalah taruhannya.

Nama ProFauna sangat dibenci oleh pedagang satwa di Indonesia. Ini dapat dilihat

dari kasus pengeroyokan aktivis ProFauna oleh ratusan pedagang satwa di Pasar

Burung Pramuka Jakarta pada tanggal Juli 2010. Pasar burung Pramuka adalah

pasar satwa terbesar di Indonesia, bahkan mungkin di dunia.73

Investigasi ProFauna membuahkan hasil dengan digagalkannya

penyelundupan orang utan ke Thailand. Polisi menangkap penyelundup satwa itu

dan memasukannya dalam penjara. Kasus penyelundupan orang utan Juni itu

kemudian diproses di pengadilan dengan terdakwa utama adalah orang Thailand

yang berdomisili di Indonesia. Telah menyelundupan orang utan ke luar negeri.

Tapi ini tidak bisa dibuktikan di pengadilan, dikarenakan kurangnya keseriusan

pemerimtah Indonesia dalam menangani kasus ini. Meski penyelundupan orang

utan itu berhasil digagalkan, salah satu orangutan itu mati akibat over dosis.

Orang utan itu diselundupan dengan cara dibius, kemudian dimasukan dalam

kotak kardus kecil.

Anggota ProFauna yang ikut dalam operasi penangkapan itu begitu terpukul

dengan kematian orang utan itu. Menurut Undang-Undang nomor 5 tahun 1990,

72

NN, Rencana Penyelundupan Orang Utan ke Thailand

http://nasional.vivanews.com/news/read/263890- Rencana Penyelundupan Orang Utan ke

Thailand , diakses pada tanggal 23 Juni 2012. 73

NN, Rencana Penyelundupan Orang Utan ke Thailand., loc cit

Page 82: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

72

perdagangan orang utan adalah perbuatan kriminal dan pelakunya dapat dihukum

penjara maksimum 5 tahun dan denda Rp 100 juta. Seharusnya pelaku dihukum

seberat-beratnya, mengingat menurut hukum di Indonesia pelaku dapat dihukum

penjara 5 tahun, tapi vonis yang dijatuhkan tidak sesuai dengan hukum yang telah

ada.

Vonis ringan yang dijatuhkan ke penyelundup satwa semakin menunjukan

betapa lemahnya penegakan hukum perlindungan satwa di Indonesia. Jika

pedagang atau penyelundup satwa hanya dihukum ringan, maka penangkapan

satwa liar di alam akan terus berlangsung untuk diperdagangkan. Pemerintah

masih harus bekerja keras untuk mendorong proses penegakan hukum ini, dan

perang melawan perdagangan primata masih berlangsung.74

Penyelundupan orang utan ke Thailand itu merupakan kasus terbesar di

seluruh dunia. Padahal, menyelundupkan orang utan bukan pekerjaan mudah.

Yang paling mungkin adalah mengirim bayi-bayi orang utan, sementara untuk

bisa memperoleh bayi-bayi itu, mau tidak mau harus dilakukan dengan jalan

kekerasan dan sangat tidak bermoral, misalnya membunuh induk si bayi, sebab

orang utan dewasa sangat kuat dan sangat melindungi bagi-bayinya, sehingga tak

ada manusia yang sanggup memenangkan perkelahian dengannya tanpa senjata

modern dan mematikan.

Jumlah spesies primata di Indonesia hingga kini masih belum dapat

dipastikan, antara 35 hingga 41 spesies. Hal ini disebabkan oleh banyaknya

temuan-temuan sub-spesies yang dinyatakan layak untuk diangkat sebagai suatu

spesies. Salah satu contoh yang telah terjadi belakangan ini adalah orang utan.

74

NN, Hukuman Bagi Pelaku Penyelundupan Satwa Liar Yang Dilindungi,

http://www.gatra.com/artikel.php?pil=23&id=85956, diakses pada tanggal 23 Juni 2012.

Page 83: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

73

Awalnya Indonesia dinyatakan hanya memiliki satu spesies, Pongo pygmaeus,

dengan dua sub-spesies yaitu P.p. abelii yang terdapat di Sumatera dan P.p.

pygmaeus yang terdapat di Kalimantan. Kini, kedua sub-spesies tersebut sudah

dinyatakan sebagai spesies terpisah, yakni menjadi P. pygmaeus dan P. abelii.75

Contoh spesies yang hingga kini masih diperdebatkan secara taksonomis

adalah genus Tarsius. Banyak sub-spesies dari pulau-pulau sekitar Sulawesi yang

kini dipertimbangkan sebagai suatu spesies, karena ciri morfologis yang berbeda

akibat isolasi geografis/pulau yang cukup lama.

Primata secara umum merupakan satwa yang sangat populer sebagai hewan

peliharaan karena penampakannya yang lucu dan relatif mudah dipelihara. Untuk

mendapatkan anakan primata, biasanya sang induk dibunuh terlebih dahulu,

sehingga menyebabkan mortalitas yang tinggi pada induk. Jenis-jenis primata

yang berpindah dengan cara brakiasi dari dahan ke dahan, misalnya kelompok

orang utan dan owa, memerlukan hutan dengan kanopi yang bersambungan.

Dengan demikian, jenis ini sangat rentan terhadap pembalakan atau sumber

kerusakan hutan lainnya, yang cenderung memutus kanopi hutan.

Uji kriteria yang dilakukan diawali dengan modifikasi dari kriteria umum

disesuaikan dengan kondisi primata pada umumnya. Kriteria yang dipergunakan

dengan nilai untuk menentukan prioritas konservasi. Kajian kriteria yang

digunakan seringkali terhambat karena kurangnya informasi tentang populasi dan

kecenderungannya, khususnya spesies-spesies endemik yang penyebarannya

sempit. Para pakar primata berpendapat bahwa spesies-spesies primata Indonesia

yang perlu mendapat prioritas konservasi umumnya adalah primata endemik

7575

NN, Hukuman Bagi Pelaku Penyelundupan Satwa Liar, loc cit.

Page 84: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

74

pulau dan spesies-spesies primata yang habitatnya sudah sangat sempit akibat

berbagai gangguan.

Uji kriteria untuk menentukan spesies prioritas menghasilkan 11 spesies

primata. Dari hasil uji kriteria tersebut, keempat spesies primata Kepulauan

Mentawai tergolong dalam prioritas sangat tinggi, demikian pula beberapa spesies

primata yang sangat endemik. Kedua spesies orang utan Indonesia juga termasuk

dalam kategori spesies prioritas, mengingat jumlahnya yang semakin merosot

karena berbagai faktor.

Beberapa spesies Tarsius juga diperdebatkan untuk dimasukkan dalam

daftar spesies prioritas, khususnya Tarsius pelengensis, T. tumpara, T.

sangirensis, dan P. siamensis. Namun uji kriteria dan indikator menunjukkan

bahwa spesies-spesies Tarsius ini masih belum memperoleh prioritas konservasi.

Melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 57/Menhut-II/2008 Tentang

Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008 – 2018 ditetapkan bahwa,

Arahan kebijakan untuk masing-masing spesies prioritas disajikan pada Tabel

primata yang dilindungi. Permasalahan umum bagi para primata prioritas adalah

kerusakan habitat. Di perlukan upaya pelestarian dan perlindungan yang didukung

oleh penelitian terhadap populasi dan habitat. Kegiatan pemanfaatan, satu-satunya

kegiatan yang memungkinkan adalah pemanfaatan secara non-eksploitatif melalui

ekoturisme. DI beberapa negara lain, ekoturisme dengan menggunakan primata

sebagai daya tarik utama telah terbukti berhasil melestarikan spesies primata

tersebut, sekaligus meningkatkan taraf kehidupan masyarakat lokal. Konservasi

itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con

(together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya

memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara

Page 85: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

75

bijaksana (wise use). Konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana

pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi

juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi

ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang,

sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumber daya alam

untuk sekarang dan masa yang akan datang.

Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa

batasan, sebagai berikut :

1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi

keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama

(American Dictionary).

2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi)

yang optimal secara sosial.

3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke

organisme hidup termasuk manusia, sehingga dapat dicapai kualitas

kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan

manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi,

pendidikan, pemanfaatan dan latihan.

4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia

sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar

dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang.

5. Kegiatan Konservasi didasari oleh Pasal 5 UU No 5 Tahun 1990 yang

menyatakan bahwa, konservasi sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan:

a. Perlindungan sistem penyangga kehidupan.

Page 86: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

76

b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta

ekosistemnya.

c. Pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya.

Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa sumber alam hayati

dan ekosistemnya yang tinggi keanekaragamannya dengan keunikan, keaslian,

dan keindahan yang merupakan kekayaan alam yang sangat potensial. Karena itu

perlu dikembangkan dan dimanfaatkan bagi sebesarbesarnya kesejahteraan rakyat

melalui perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan secara lestari Kawasan

Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA), yang merupakan

perwakilan ekosistem keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, sumber plasma

nutfah, di daratan dan/atau perairan.

Pengelolaan KSA dan KPA belum sepenuhya efektif hingga saat ini, antara

lain dengan adanya berbagai konflik sosial yang berhubungan dengan belum

memadainya peraturan perundang-undangan di bidang pengelolaan KSA dan

KPA karena peraturan pemerintah yang telah ada belum sepenuhnya mampu

mengantisipasi perubahan lingkungan strategis.76

Lingkungan strategis dimaksud antara lain perubahan sistem pemerintahan

dari sentralistik ke desentralistik, pemekaran wilayah, pesatnya perkembangan

teknologi transportasi yang berhubungan dengan mobilitas manusia, pesatnya

pertumbuhan jumlah penduduk yang berhubungan dengan meningkatnya tekanan

terhadap pemanfaatan sumber daya alam, perubahan paradigma pengurusan hutan

dari berbasis kayu ke berbasis jasa ekosistem, serta perubahan paradigma

76

NN, Pengelolaan KSA dan KPA belum efektif, http//Perhutani.go.id, diakses pada tanggal

20 Agustus 2012.

Page 87: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

77

pengelolaan konservasi dari seluruhnya dikelola oleh pemerintah menjadi

pengelolaan bersama para pihak, serta pergeseran yang mengedepankan aspek

ekologi ke aspek ekonomi, dan sosial budaya.

Memperhatikan perkembangan di atas, maka dipandang perlu mengatur

kembali pengelolaan KSA dan KPA, dengan memperhatikan prinsip tata

pemerintahan yang baik, serta harmonisasi berbagai aspek konservasi sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya bagi kesejahteraan masyarakat yang

berkelanjutan.

Secara khusus penyelenggaraan konservasi primata diatur dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan

Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Berdasarkan ketentuan

konservasi tersebut, dibentuklah suatu kawasan suaka alam. Kawasan Suaka Alam

ialah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang

mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman

tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah

sistem penyangga kehidupan. Kawasan Suaka Alam terbagi menjadi beberapa

jenis yaitu Cagar alam, Suaka Margasatwa. Cagar Alam yaitu Kawasan suaka

alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan

ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya

berlangsung secara alami. Suaka Margasatwa: Kawasan suaka alam yang

mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan/atau keunikan jenis satwa yang

untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

Konservasi alam juga menginstruksikan adanya Kawasan Pelestarian Alam.

Kawasan Peestarian alam ialah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat

maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga

Page 88: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

78

kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta

pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kawasan

tersebut dibagi menjadi Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya dan Taman

Nasional. Taman Wisata Alam ialah kawasan pelestarian alam yang terutama

dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Taman Hutan Raya ialah

kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan atau satwa yang alami

atau buatan, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan

penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya,

pariwisata dan rekreasi. Sedangkan Taman Nasional ialah kawasan pelestarian

alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

budidaya, pariwisata dan rekreasi.

Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan cagar

alam meliputi:

a. Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan/atau satwa liar yang

tergabung dalam suatu tipe ekosistem;

b. Mempunyai kondisi alam, baik tumbuhan dan/atau satwa liar yang

secara fisik masih asli dan belum terganggu;

c. Terdapat komunitas tumbuhan dan/atau satwa beserta ekosistemnya

yang langka dan/atau keberadaannya terancam punah;

d. Memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;

e. Mempunyai luas yang cukup dan bentuk tertentu yang dapat

menunjang pengelolaan secara efektif dan menjamin berlangsungnya

proses ekologis secara alami; Dan/atau

f. Mempunyai ciri khas potensi dan dapat merupakan contoh ekosistem

yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi.

Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan

suaka margasatwa meliputi:

a. Merupakan tempat hidup dan berkembang biak satu atau beberapa

jenis satwa langka dan/atau hampir punah;

b. Memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi;

Page 89: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

79

c. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrasi tertentu;

dan/atau

d. Mempunyai luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa.

Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman

nasional sebagaimana dimaksud meliputi:

a. Memiliki sumber daya alam hayati dan ekosistem yang khas dan unik

yang masih utuh dan alami serta gejala alam yang unik;

b. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh;

c. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses

ekologis secara alami; dan

d. Merupakan wilayah yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona

pemanfaatan, zona rimba, dan/atau zona lainnya sesuai dengan

keperluan.

Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan taman

hutan raya meliputi:

a. Memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam;

b. Mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan

koleksi tumbuhan dan/atau satwa; dan

c. Merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun buatan, pada

wilayah yang ekosistemnya masih utuh ataupun wilayah yang

ekosistemnya sudah berubah.

Kriteria suatu wilayah dapat ditunjuk dan ditetapkan sebagai kawasan

taman wisata alam meliputi:

a. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau bentang

alam, gejala alam serta formasi geologi yang unik;

b. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan

daya tarik alam untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam;

dan

c. Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam.

Page 90: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

80

Sumber: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011

Tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam Dan Kawasan Pelestarian

Alam

Kawasan konservasi primata tersebar di Indonesia adalah sebagai berikut :

Sumber:

http://ani_mardiastuti.staff.ipb.ac.id/file

s/2011/11/Cons_Primates10.pdf

Penunjukan dan penetapan suatu wilayah yang memenuhi kriteria sebagai

KSA dan KPA dilakukan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Keudian pada Penyelenggaraan KSA dan KPA kecuali

taman hutan raya dilakukan oleh Pemerintah. Untuk taman hutan raya,

penyelenggaraannya dilakukan oleh pemerintah provinsi atau pemerintah

kabupaten/kota. Penyelenggaraan KSA dan KPA oleh Pemerintah dilakukan oleh

unit pengelola yang dibentuk oleh Menteri. Penyelenggaraan taman hutan raya

oleh pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota dilakukan oleh unit

pengelola yang dibentuk oleh gubernur atau bupati/walikota. Penyelenggaraan

KSA dan KPA tersebut meliputi kegiatan:

Page 91: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

81

a. Perencanaan;

b. Perlindungan;

c. Pengawetan;

d. Pemanfaatan; dan

e. Evaluasi kesesuaian fungsi.

Perencanaan KSA dan KPA meliputi inventarisasi potensi kawasan,

penataan kawasan, penyusunan rencana pengelolaan. Inventarisasi potensi

kawasan dilakukan oleh unit pengelola untuk memperoleh data dan informasi

potensi kawasan. Data dan informasi yang diinventarisir meliputi aspek ekologi,

ekonomi, dan sosial budaya. Selain inventarisir potensi kawasan, kegiatan yang

masuk dalam kategori perencanaan yaitu Penataan Kawasan. Penataan kawasan

meliputi penyusunan zonasi atau blok pengelolaan, penataan wilayah kerja.

Zonasi pengelolaan dilakukan pada kawasan taman nasional. Contohnya adalah

sebagai berikut :

Sumber: http://www.dephut.go.id

Penyusunan zonasi atau blok pengelolaan dilakukan oleh unit pengelola

dengan memperhatikan hasil konsultasi publik dengan masyarakat di sekitar KSA

atau KPA serta pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota.

Penetapan zonasi atau blok dilakukan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

Zonasi pengelolaan pada kawasan taman nasional meliputi zona inti, zona rimba,

Page 92: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

82

zona pemanfaatan; dan/atau zona lain sesuai dengan keperluan. Zonasi ditetapkan

oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan kriteria.

Blok pengelolaan pada KSA dan KPA selain taman nasional meliputi blok

perlindungan, blok pemanfaatan; dan blok lainnya. Blok-blok tersebut ditetapkan

oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan kriteria. Perlindungan pada

KSA dan KPA termasuk perlindungan terhadap kawasan ekosistem esensial.

Perlindungan dilakukan melalui beberapa cara yaitu pencegahan, penanggulangan,

dan pembatasan kerusakan yang disebabkan oleh manusia, ternak, alam, spesies

invasif, hama, dan penyakit, melakukan penjagaan kawasan secara efektif.

Pelaksanaan perlindungan kawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Dalam hal terdapat kondisi kerusakan yang berpotensi mengancam

kelestarian KSA dan KPA dan/atau kondisi yang dapat mengancam keselamatan

pengunjung atau kehidupan tumbuhan dan satwa, unit pengelola KSA atau KPA

dapat melakukan penghentian kegiatan tertentu dan/atau menutup kawasan

sebagian atau seluruhnya untuk jangka waktu tertentu. Pendanaan pengelolaan

KSA dan KPA bersumber pada APBN atau APBD dan sumber dana lainnya

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hutan yang merupakan habitat alami primata didesak sampai ke puncak

gunung. Semakin menyempit luasan hutan maka semakin terdesak pula

keberadaan primata di alam. Selain habitatnya yang semakin terdesak,

penangkapan berbagai jenis primata dari alam semakin hari semakin bertambah.

Penurunan populasi primata di alam semakin tajam.

Setiap tahunnya sekitar 2.500 ekor lutung jawa (Trachypitecus auratus)

ditangkap dan diperdagangkan, sekitar 1000 orangutan (Pongo pygmaeus) keluar

Page 93: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

83

dari Pulau Kalimantan dan diperdagangkan sampai ke luar negeri seperti Taiwan

dan Eropa. Sekitar 6.000 sampai 7.000 kukang (Nycticebus coucang) hasil

tangkapan dari alam dijual bebas di pasar primata Pulau Jawa, Bali dan Sumatera.

Yaki (Macaca nigra) jenis primata endemik sulawesi yang dilindungi masih bisa

dijumpai dipelihara oleh masyarakat di Pulau Jawa.77

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya

Alam Dan Ekosistemnya di bentuk bertujuan untuk memastikan terjaganya

kelestarian primata dan juga jenis satwa lainnya secara umum. Berdasarkan UU

No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Dan Ekosistemnya,

satwa dikelompokan menjadi 2 yaitu satwa yang dilindungi dan satwa yang tidak

dilindungi. Satwa yang dilindungi dilarang untuk diperdagangkan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 Tentang.

Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa dari sekitar 40 jenis primata Indonesia

hanya 2 jenis yang belum dilindungi yaitu monyet ekor panjang (Macaca

fascicularis) dan beruk (Macaca nemestrina), padahal kedua jenis primata

tersebut sudah disebutkan dalam Apendix II CITES. Menurut ketentuan CITES

(Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and

Fauna) daftar primata yang masuk appendix II hanya dapat diperdagangkan

secara internasional jika primata tersebut adalah hasil penangkaran.

Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) adalah salah satu satwa primata

yang diketahui dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk pangan, obat-obatan,

kepuasan/peliharaan, rekreasi dan pendidikan/penelitian. Salah satu bentuk

etnozoologi pemanfaatan monyet ekor panjang untuk pangan dan obat-obatan

77

Andrianto, Primata Semakin Menurun, http. http://www.walhi.or.id/, diakses pada tanggal

21 Juni 2012.

Page 94: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

84

cukup tinggi terutama di negeri Cina, sehingga permintaan perdagangan akan

satwa tersebut juga tinggi. Monyet ekor panjang juga sering digunakan sebagai

satwa percobaan penelitian di bidang medis, dan permintaan penangkapan

terhadap satwa tersebut juga tinggi. Oleh karena itu, perhatian beberapa pihak

terhadap pelestarian satwa ini perlu ditingkatkan agar permintaan terhadap satwa

ini juga dapat terus terpenuhi.

Perdagangan monyet ekor panjang diatur dalam kuota yang dibuat oleh

pemerintah dan LIPI didasarkan pada status perlindungan satwa ini menurut

peraturan perundangan dan CITES. Lalu seperti apakah bentuk pemanfaatan dan

prospek perdagangan monyet ekor panjang dan kondisi kelestarinnya di alam.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai bentuk pemanfatan monyet ekor

panjang, kuota perdagangan atau penangkapannya, serta kondisi kelestariannya di

alam.

Monyet ekor panjang adalah jenis satwa yang belum dilindungi, namun

demikian pemanfaatannya harus berdasarkan ijin dan tidak melebihi kuota

tangkap yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perlindungan hutan dan

konservasi Alam (PHKA) Departemen Kehutanan. Namun demikian penangkapan

monyet ekor panjang untuk diperdagangkan tidaklah terkontrol

.Penangkapan monyet ekor panjang di alam harus segera dihentikan. Jika untuk

kepentingan penelitian seharusnya monyet tersebut adalah hasil penangkaran,

bukan hasil tangkapan dari alam. Peningkatan kuota tangkap monyet ekor panjang

dari tahun ke tahun menunjukan kegagalan penangkaran monyet di Indonesia.

Departemen Kehutanan perlu mengevaluasi usaha penangkaran monyet ini.

Dalam beberapa kasus satwa liar yang habitatnya terdesak sehingga banyak

yang ke luar dari hutan masuk kawasan garapan masyarakat dan merusak

Page 95: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

85

tanaman, pernyataan yang gampang dan mudah adalah disebut "hama". Padahal

jika dirunut ke belakang tidak menutup kemungkinan lahan garapan masyarakat

tersebut dulunya adalah hutan sebagai habitat satwa liar, diantaranya menjadi

habitat monyet ekor panjang.

Secara alami beberapa satwa liar sangatlah sulit untuk berpindah ke lokasi

yang baru, dengan demikian haruslah dikaji lebih dalam jika terjadi kasus

gangguan terhadap lahan pertanian masyarakat oleh satwa liar termasuk monyet

ekor panjang. Janganlah terlalu mudah menyatakan "over populasi" atau

memberikan "vonis" sebagai hama.

Pemerintah hendaknya berpandangan jauh ke depan demi kelestarian satwa

liar, nilai satwa liar tidak hanya dinilai dari uang akan tetapi nilai konservasi jenis

tersebut sangatlah tinggi nilainya demi keseimbangan dan kelestarian alam itu

sendiri. Pemanfaatan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) untuk ekspor

sudah diatur dalam Keputusan Menteri Kehutanan No. 26/Kpts-II/ 1994 tanggal

20 Januari 1994. Dalam keputusan Menteri Kehutanan tersebut ditetapkan bahwa

ekspor monyet ekor panjang harus berasal dari penangkaran dan tidak

diperkenankan hasil penangkapan dari alam yang terus mengalami penurunan

populasi.

Berbicara tentang penangkaran monyet ekor panjang yang ada di Indonesia

selama ini telah gagal, hal ini terbukti dengan fakta selama 3 tahun terakhir yang

selalu mendapat pengganti induk tangkar berasal dari alam sebanyak 2.000 ekor

melalui penetapan kuota tangkap yang resmi dikeluarkan oleh Departemen

Kehutanan Republik Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan

hendaknya melakukan kontrol dan evaluasi yang mendalam terhadap penangkar

monyet ekor panjang yang ada di Indonesia untuk menghindari pemusnahan

Page 96: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

86

sistematis terhadap jenis primata ini. Kalau penangkaran hanya berhasil menerima

tangkapan dari alam, label penangkaran sangatlah tidak tepat, mungkin nama yang

lebih tepat adalah "pengepul".78

Informasi yang transparan kepada pihak yang berkepentingan seperti para

ahli primata, kelompok pelestari primata, NGO dan publik tentang kondisi

penangkaran monyet ekor panjang perlu dilakukan oleh pemerintah, sehingga

pemerintah tidak terkesan ketok palu saja dalam menentukan kuota tangkap satwa

liar dari alam. Peran Departemen Kehutanan sebagai pemegang otoritas kebijakan

sangatlah penting dalam upaya konservasi satwa liar yang ada di Indonesia.

ProFauna berharap ada komitmen dan implementasi yang riil dari pemerintah

dalam upaya menyelamatkan satwa liar dan ekosistemnya di Indonesia.

Perlindungan hukum terhadap primata juga dilaksanakan melalui

perlindungan hukum represif, yaitu dilakukannya penindakan-penindakan kepada

para pelanggar hukum melalui sanksi pidana. Rumusan daripada perbuatan pidana

yang dilarang dalam tindak pidana perdagangan ilegal primata yang dilindungi

pada dasarnya tentunya juga harus mengacu pada ketentuan perundang-undangan

yang mengatur mengenai usaha-usaha untuk melestarikan dan melindungi primata

tersebut yaitu Pasal 19 Undang-undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya yaitu dalam ketentuan:

(1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan

perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam

78

NN, Penangkaran atau Pengepul,

http://www.profauna.org/suarasatwa/id/2008/01/penangkaran_atau_pengepul.html, diaksespada

tanggal 24 Juni 2012.

Page 97: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

87

Pasal 21 Undang-undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya menyatakan bahwa, setiap orang dilarang

untuk :

a. Mengambil, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara,

mengangkut, dan memperniagakan satwa liar yang dilindungi dalam

keadaan hidup

b. Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan

memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati;

c. Mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia

ketempat lain baik didalam maupun diluar Indonesia.

d. Memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-

bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang terbuat

dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di

Indonesia ke tempat lain didalam maupun diluar Indonesia

e. Mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan,

atau memiliki telur dan/ atau sarang satwa yang dilindung

Pasal 33 Undang-undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya, menyatakan bahwa:

1) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan

perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional

2) Perubahan terhadap keutuhan zona inti taman nasional sebagaimana

yang dimaksud dalam ayat (1) meliputi mengurangi, menghilangkan

fungsi dan luas zona inti taman nasional, serta menambah jenis

tumbuhan dan satwa lain yang tidak asli.

3) Setiap orang dilarang melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan

fungsi zona pemanfaatan dan zona lain dari taman nasional, taman

hutan raya, dan taman wisata alam.

Menurut Pasal 40 Undang-undang No. 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya mengenai ketentuan pidananya

maka kepada si pelaku dapat dikenai hukuman dengan rumusan kualifikasi yaitu:

a. Dengan pidana penjara paling lama 10 ( sepuluh tahun ) dan denda

paling banyak Rp 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah ) bagi siapa

saja yang melanggar dengan sengaja ketentuan dalam Pasal 19 ayat

(1) dan Pasal 33 ayat (1)

b. Dengan Pidana Penjara paling lama 5 (lima tahun) dan denda paling

banyak Rp 100.000.000,00 ( seratus juta rupiah ) bagi barang siapa

dengan sengaja sengaja melanggar ketentuan pada Pasal 21 ayat (1)

dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3)

Page 98: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

88

c. Dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling

banyak Rp 100.000.000,00 ( seratus juta rupiah ) bagi barang siapa

karena kelalaiannya melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 19 ayat (1) dan Pasal 32 ayat (1) d. Dengan pidana

kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah) bagi barangsiapa karena kelalaiannya

melakukan pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3)

Kualifikasi perbuatan pidana yang dirumuskan dalam undang - undang ini

adalah memuat rumusan perbuatan pidana/tindak pidana aktif60 yaitu setiap orang

yang melakukan tindak/perbuatan pidana berupa melakukan kegiatan yang dapat

mengakibatkan perubahan pada kawasan suaka alam, maupun perbuatan-

perbuatan lainnya seperti menangkap, memburu maupun melukai satwa-satwa liar

yang dilindungi tersebut.

Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati Dan Ekosistemnya yang juga mengatur perlindungan satwa liar tersebut

bila dilihat dari sudut kesalahannya membagi perbuatan pidana terhadap satwa liar

atas dua jenis berdasarkan unsur kesalahannya yaitu Sengaja dan Kelalaian.

a. Bentuk Kesengajaan

1) Sengaja melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan

perubahan-perubahan terhadap keutuhan kawasan suaka alam

meliputi : mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas kawasan

suaka alam serta menambah jenis satwa lain yang tidak asli

( Pasal 40 ayat ( 1 ) Jo 19 ayat ( 1 ) dan ( 3 ) UU Nomor 5 tahun

1990)

2) Sengaja melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan

perubahan terhadap keutuhan zona inti Taman Nasional,

meliputi : mengurangi, menghilangkan fungsi dan luas zona inti

Page 99: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

89

taman nasional, serta menambah jenis satwa lain yang tidak asli

( Pasal 40 ayat ( 1 ) Jo 33 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) UU Nomor 5 Tahun

1990 )

3) Sengaja menangkap, melukai, membunuh,

menyimpan,memiliki, memelihara, mengangkut, dan

memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup

sengaja menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut dan

memperniagakan satwa yang di lindungi dalam keadaan mati

4) Sengaja mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat

di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia

5) Sengaja memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit,

tubuh atau bagian-bagian lain satwa tersebut atau

mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain

di dalam atau di luar Indonesia ( Pasal 40 ayat ( 2 ) Jo 21 ayat

( 2) a,b,c dan d UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya)

6) Sengaja melakukan kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi

zona pemanfaatan dan zona lain dari Taman Nasional, Taman

Hutan Raya dan Taman Wisata Alam (Pasal 40 ayat ( 2 ) Jo 33

ayat ( 3 ) UU Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya).

b. Bentuk Kelalaian

1) Karena kelalaiannya melakukan pelanggaran sebagaimana

tersebut pada angka 2.1 dan 2.2 di atas : (Pasal 40 ayat 3 Jo 19

Page 100: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

90

ayat 1 UU No.5 tahun 1990 dan Pasal 40 ayat 3 Jo 33 ayat 1 dan

2 UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya)

2) Karena kelalaiannya melakukan pelanggaran sebagaimana

tersebut pada angka 2.3 a s/d d dan 2.4 di atas : ( Pasal 40 ayat 3

Jo 33 ayat ( 1 ) dan ( 2 ) UU No.5 tahun 1990 dan Pasal 40 ayat

4 Jo 33 ayat 3 UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya).

Pidana adalah alat untuk mencegah timbulnya kejahatan dengan tujuan agar

tata tertib masyarakat tetap terpelihara, dan sanksi adalah alat ataupun instrument

untuk menegakkan tata tertib tersebut, dengan demikian untuk mencapai tujuan

ketertiban masyarakat, maka pidana dan sanksi pidana mempunyai 3 macam sifat

yaitu :

a. Bersifat menakut-nakuti (afschrikking)

b. Bersifat memperbaiki (verbetering)

c. Bersifat membinasakan ( onschadelijk maken ) 79

Pemberian sanksi pidana pada dasarnya ditujukan kepada 2 hal yaitu

(pelaku) yang bersangkutan dan yang kedua adalah (sanksi) pidana itu merupakan

suatu pernyataan pencelaan kepada perbuatan si pelaku. Sanksi pidana dalam

rumusan tindak pidana perdagangan ilegal satwa liar yang dilindungi tercantum

dalam Pasal 40 Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tersebut yaitu :

1) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan

Pasal 33 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp. 200.000.000,00 ( dua

ratus juta rupiah ).

79

Adami Chazawi,. Pelajaran Hukum Pidana I, Rajawali Press, Jakarta, 2002, hal. 162

Page 101: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

91

2) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan

ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00

(seratus juta rupiah)

3) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap

ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan

Pasal 32 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1

(satu) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000,00 ( seratus juta

rupiah )

4) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelangggaran terhadap

ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan

ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan

paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah)

5) Tindak pidana sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) dan (2)

adalah kejahatan dan tindak pidana sebagaimana yang dimaksud

dalam ayat (3) dan (4) adalah pelanggaran.

Berdasarkan pada ketentuan pidana dalam Pasal 40 tersebut, maka dapat di

simpulkan bahwa formulasi sanksi pidana/kebijakan penal.80

Sanksi pidana dalam

ketentuan undang-undang tersebut adalah single track sistem dimana hanya

mengandung sanksi pidana saja, tanpa adanya sanksi atau tindakan perbaikan

lainnya.

Penggunaan sanksi pidana juga menyebut pidana pokok (penjara, kurungan

dan denda) yang dikenakan dan adanya pidana tambahan berupa perampasan

tumbuhan maupun satwa langka tersebut untuk diserahkan kepada negara agar

dikembalikan kehabitatnya semula (Pasal 24 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya)

Dalam hal penggunaan pidana pokoknya bersifat gabungan (penjara dan

denda) yang dijatuhkan sekaligus terhadap masing-masing tindak pidananya.

Penjatuhan sanksi pidana hanya dilakukan terhadap orang perorang dan tidak

mencantumkan korporasi sebagai pelaku tindak pidana tersebut. Penjatuhan

80

Barda Nawawi Arif, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya, Bandung, 2003, hal.

18

Page 102: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

92

sanksi pidana juga tidak menyebutkan pidana minimum khusus, dan hanya pidana

maksimum yang diancamkan. Penjatuhan sanksi pidana didalam undang-undang

ini dirumuskan dengan penyebutan kualifikasi deliknya yaitu kejahatan dan

pelanggaran. (Pasal 40 ayat (5) ).

Ancaman dan penjatuhan sanksi pidana atas suatu tindak pidana dalam

Peraturan perundang-undangan, khususnya undang-undang No.5 Tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pada prinsipnya

bertujuan untuk tegaknya kepastian hukum dalam hal perlindungan terhadap

satwa liar berikut ekosistemnya tersebut agar tetap lestari dan terhindar dari

kepunahan yang disebabkan oleh berbagai hal ( salah satunya akibat perdagangan

ilegal ). Sanksi pidana yang diancamkan selain itu juga berfungsi sebagai tekanan

psikologis (psycologie dwang) agar setiap orang takut untuk berbuat jahat dan

membuatanya jera agar tidak lagi mengulangi perbuatannya seperti halnya teori-

teori tujuan pemidanaan atau pemberian sanksi pada umumnya.81

Ditinjau dari beberapa kasus kejahatan baik pembunuhan maupun

perdagangan liar primata dapat dilihat bahwa, penegakan hukum yang dilakukan

masih belum mengedepankan perbaikan untuk primata di masa yang akan datang.

Pada dua kasus pembunuhan orangutan di area perusahaan perkebunan kelapa

sawit yang di putuskan Pengadilan Negeri Sangatta, majelis hakim memutuskan

menghukum terdakwa dengan pidana penjara 10 bulan dan denda Rp 50 juta

subsider pidana kurungan 2 bulan.82

Di Samarinda, empat terdakwa pembunuh orangutan Kalimantan (pongo

pygmaeus morio) divonis delapan bulan penjara. Pada Kasus lainnya juga terjadi

81

Adami Chazawi,.Op cit., hal. 165. 82

Kholish Chered, Selasa, 29 Mei 2012 20:38 WITA , Sudah Vonis, Kasus Pembunuhan

Orangutan Tak Berarti Finish, http://kaltim.tribunnews.com/tribunnews, diakses pada tanggal 20

Juni 2012.

Page 103: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

93

di Sumatera Utara, kasus perdagangan orangutan secara ilegal tersebut sudah

diputus di Pengadilan Kabanjahe 10 bulan penjara, dengan Putusan Pidana nomor

453/Pid.B/2011/PN.Kbj.

Selama lebih 40 tahun (sejak tahun 1970-an), meskipun telah lebih dari

2.500 penyitaan orangutan ilegal yang dilakukan di Tanah Air, penuntutan yang

pertama terhadap pemilik orangutan ilegal baru terjadi di Kalimantan pada 2010.

Khusus di Sumatera, baru kasus "Julius" yang sampai pada penuntutan di tahun

2011.83

Kasus Samarinda dan Tenggarong misalnya, 'Orangutan adalah primata

dilindungi dan masuk dalam Appendix I. Selain itu didalam UU Keanekaragaman

Hayati, setiap pelanggaran yang dilakukan terhadap orangutan akan diganjar

hukuman lima tahun. Bentuk lain dari perliundungan terhadap primata asli

Indonesia itu adalah melarang dikeluarkannya izin pengelolaan hutan primer dan

hutan gambut di kawasan yang selama ini menjadi endemik yaitu Kalimantan dan

Sumatera. ''Hutan primer dan hutan gambut merupakan bagian dari ekosistem

maka sudah seharusnya orangutan diproteksi, tetapi penegakan hukum terhdap

satwa dilindungi seakan melihat sebelah mata, bahwa hewan bukanlah manusia

sehingga tidak patut untuk dilindung, dan kalaupun hal tersebut diatur dalam

undang-undang penegakan hukum terhadap primata hanya merupakan formalitas

undang-undang hal ini dapat dilihat dari sedikitnya tersangka yang ditangkap dan

singkatnya pemidanaan yang dijatuhkan.

Hukum itu sendiri merupakan salah satu sarana untuk memberikan

perlindungan kepada semua pihak, tidak terkecuali satwa dan lingkungan hidup

83

NN, Pembantaian Orang Utan di Kalimantan,

http://nasional.vivanews.com/news/read/264918-video--pembantaian-orangutan-di-kalimantan,

diakses pada tanggal 23 Juni 2012.

Page 104: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

94

karena fungsi hukum itu sendiri sejatinya untuk melindungi masyarakat dan

mensejahterakan masyarakat. Perlindungan hukum yang nyata terhadap

kelestarian lingkungan khususnya lingkungan hidup termasuk satwa-satwa liar

didalamnya diharapkan dapat berguna untuk menjaga kelestarian lingkungan dan

satwa agar tidak punah dan tetap dapat bermanfaat bagi generasi sekarang dan

yang akan datang.84

Hukum juga merasa perlu melindungi satwa liar yang hampir punah berikut

ekosistemnya tentu bukan tanpa alasan. Satwa-satwa liar tersebut seperti halnya

manusia merupakan bagian dari alam dan juga bagian dari lingkungan ataupun

ekosistem. Kepunahan berbagai hewan-hewan yang dianggap langka tersebut

apabila terjadi, bukan mustahil akan mengakibatkan terganggunya ekosistem dan

keseimbangan alam seperti misalnya rantai makanan maupun habitat dan

keberadaan hewan langka tersebut. Perdagangan satwa-satwa liar jika tidak juga

segera dihentikan, bukan mustahil pada masa yang akan datang, kita tidak akan

bisa lagi melihat secara langsung Owa, orang utan maupun lutung jawa dan

sebagainya lagi.85

Penegakan hukum terhadap perlindungan satwa liar dan langka itu sendiri

pada hakikatnya merupakan upaya penyadaran masyarakat terhadap pentingnya

perlindungan, pelestarian dan pemanfaatan khususnya satwa liar secara

berkelanjutan. Bentuk-bentuk kegiatan tersebut antara lain berupa pemberian

informasi, penyuluhan, kampanye, pendirian berbagai suaka margasatwa dan

hutan lindung, operasi penertiban sampai penindakan secara hukum termasuk

pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya ataupun akibat yang terjadi jika

84

Tony Suhartono, Pelaksanaan konvensi CITES, Rajawali, Jakarta, 2003, hal. 6. 85

Rosek Nursahid, Perdagangan Satwa Liar Itu Kejam dan Kriminal, Profauna Indonesia,

2005, Jakarta , hal. 13

Page 105: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

95

satwa-satwa tersebut terus diperdagangkan secara bebas harus lebih ditingkatkan.

Penegakan hukum dalam berbagai bentuk bertujuan agar peraturan perundangan

di bidang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat ditaati oleh

seluruh lapisan masyarakat dan kepada pelanggarnya diberikan sanksi yang tegas

agar memberikan efek jera sehingga dapat meminimalkan bahkan sampai

meniadakan lagi kejadian pelanggaran hukum dan pada akhirnya dapat

mendukung upaya Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

sesuai dengan UU No.5 Tahun 1990.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Perlindungan hukum Konservasi hewan primata di Indonesia dilakukan

dengan metode preventif dan juga represif. Melalui metode preventif

perlindungan hukum terhadap primata diarahkan melalui pelestarian satwa

primata, pengkategorisasian primata yang dilindungi, pelaksanaan konservasi

Page 106: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

96

satwa primata. Metode represif dilakukan melalui penegakan hukum terhadap

pelaku yang melanggar Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Perlindungan hukum primata

dilakukan pula dengan meratifikasi Convention On International Trade In

Endangered Species Of Wild Fauna And Flora (CITES) dengan di keluarkannya

Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1978 Tentang : Convention On International

Trade In Endangered Species Of Wild Fauna And Flora, dikeluarkan pula Surat

keputusan (SK) dan Peraturan Pemerintah mengenai pelestarian satwa liar, di

programkannya strategi konservasi primata dalam Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor : P. 57/Menhut-II/2008 Tentang Arahan Strategis Konservasi Spesies

Nasional 2008 – 2018. Primata di Indonesia perlindungannya masih lemah belum

maksimal, begitupula dengan sistem pengawasannya dan penegakan hukum

dalam perlindungan primata di Indonesia masih sangat lemah.

B. Saran

Perlunya penegakan hukum terhadap para pelaku perdagangan dan

pembunuhan primata dengan turut serta melibatkan kesadaran hukum pada

masyarakat.

Page 107: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

97

DAFTAR PUSTAKA

Literatur

Arif, Barda Nawawi. 2003. Kapita Selekta Hukum Pidana. Citra Aditya.

Bandung.

Chazawi, Adami. 2002. Pelajaran Hukum Pidana I. Rajawali Press. Jakarta.

Djamin, Djanius. 2007. Pengawasan dan pelaksanaan Undang-Undang

Lingkungan Hidup : suatu analisis sosial. Yayasan Obor Indonesia.

Jakarta.

Hamzah, Andi. 2005. Penegakan Hukum Lingkungan. Sinar Grafika.

Jakarta.

Hardjasoemantri, Koesnadi. 1986. Masalah Lingkungan. Gadjahmada

University Press. Yogyakarta.

Hidayat, Arief dan FX. Adji Samekto. 2007. Kajian Kritis Penegakan

Hukum Lingkungan di Era Otonomi Daerah. BP. Undip. Semarang.

Husin, Sukanda. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan Di Indonesia. Sinar

Grafika. Jakata.

Husein, Harun M. 1992. Lingkungan Hidup Masalah Pengelolaan dan

Penegakan Hukumnya. Bumi Aksara. Jakarta.

-----------------------. 1995. Lingkungan Hidup Masalah. Pemelolaan Dan

Penegakan Hukumnya. Bumi Aksara. Jakarta.

Kansil, CST. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.

Balai Pustaka. Jakarta.

Page 108: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

98

Marpaung, Leden. 1995. Tindak Pidana Terhadap Hutan. Hasil Hutan dan

Satwa. Erlangga. Jakarta.

Marzuki, Peter Mahmud. 2003. Penelitian Hukum. Kencana Prenada Media

Group. Jakarta.

Nursahid, Rosek. 2005. Perdagangan Satwa Liar Itu Kejam dan Kriminal.

Profauna Indonesia. Jakarta.

Poespawardjojo, S. 1993. Strategi Kebudayaan: Suatu Pendekatan

Filosofis. Gramedia. Jakarta.

Purwodarminto, WJS. 1959. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

Jakarta.

Rahmadi, Takdir. 2003. Hukum Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan

Beracun. Airlangga University Press. Surabaya.

--------------------. 2011. Hukum Lingkungan Di Indonesia. PT. Raja

Grafindo Persada.

Rangkuti, Siti Sundari. 1996. Hukum Lingkungan Dan Kebijaksanaan

Lingkungan Nasional. Airlangga Press. Surabaya.

Silalahi, M. Daud. 2001. Hukum Lingkungan Dalam Sistem penegakan

Hukum Lingkungan Indonesia. Alumni Bandung.

Soekanto, Soeryono. 1983. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan

Hukum. Rajawali. Jakarta.

Soemartono, R.M Gatot. 1996. Hukum Lingkungan Indonesia. Sinar

Grafika. Jakarta.

Soemitro, Ronny H. 1983. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta. Gia

Indonesia. Jakarta.

Suhartono, Tony dkk. 2003. Pelaksanaan konvensi CITES. WALHI.

Jakarta.

Sunarso, Siswanto.2005. Hukum Lingkungan Hidup dan Strategi

Penyelesaian Sengketa. Rineka Cipta. Jakarta.

Sunggono, Bambang. 2006. Metode Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Sunu, Pramudya. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan

ISO14001. Grasindo. Jakarta.

Page 109: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

99

Suparni, Ninik. 1994. Pelestarian. Pengelolaan Dan Peneghakan Hukum

Lingkungan Hidup. Sinar Grafika. Jakarta.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang 5 Tahun 1990 tentang Undang-Undang Konservasi sumber

daya alam hayati dan ekosistemnya

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

PP Rapublik Indonesia nomor 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis

Tumbuhan dan Satwa Liar.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.

Sumber Lainnya

Ajeng Ritzki Pitakasari. Rabu. 18 April 2012. 20:32 WIB. Hakim Cuma

Ganjar Pembantai Orangutan 8 Bulan Penjara.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/hukum/12/04/18/m2og9w-

hakim-cuma-ganjar-pembantai-orangutan-8-bulan-penjara. diakses

pada tanggal 22 Juni 2012.

Andrianto. Primata Semakin Menurun. http. http://www.walhi.or.id/.

diakses pada tanggal 21 Juni 2012.

Bambang. “Profauna: Ada Konspirasi penyelundupan Orangutan”.

http://www.gatra.com/2004-08-18/artikel.php?id=43575. tanggal 21

Juni 2012.

Departemen Kehutanan. 2007. Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Gajah

Sumatera dan Kalimantan. Jakarta.

Ella Syahputri. Senin. 6 Juni 2011 16:42 WIB. 70 Persen Primata Indonesia

Terancam Punah.

http://www.infogue.com/viewstory/2011/06/06/70persen

primata_indonesia_terancam _punah/

?url=http://www.antaranews.com/berita/261752/70-persen-primata-

indonesia-terancam-punah. diakses pada tanggal 2 April 2012.

Kholish Chered. Selasa. 29 Mei 2012 20:38 WITA . Sudah Vonis. Kasus

Pembunuhan Orangutan Tak Berarti Finish.

http://kaltim.tribunnews.com/tribunnews. diakses pada tanggal 20 Juni

2012.

Mutya Hanifah. Senin. 14 November 2011 - 15:47 wib. Mengerikan.

Pembantaian Orangutan " Biasa".

Page 110: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

100

http://travel.okezone.com/read/2011/11/14/407/529219/mengerikan-

pembantaian-orangutan--biasa. diakses pada tanggal 12 Maret 2012.

Nita Murjani dan Leony Aurora. Upaya pelestarian kera besar harus

terpadu dengan REDD+. kata ahli primata. http://www.redd-

indonesia.org/ index.php?Option=com_content &

view=article&id=372:upaya-pelestarian-kera-besar-harus-terpadu-

dengan-redd-kata-ahli-primata &catid=1:fokus-redd&Itemid=50.

diakses pada tanggal 2 April 2012.

NN. Minggu. 19 Februari 2012 06:57 WIB. Pembantaian Orangutan di

Kalimantan Masih Terjadi .

http://metrotvnews.com/read/news/2012/02/19/82359/Pembantaian-

Orangutan-di-Kalimantan-Masih-Terjadi/1. diakses pada tanggal 12

Maret 2012.

NN. 21 April 2009. Definisi Perlindungan Hukum. http://antilog.in/definisi-

perlindungan-hukum-menurut-ahli-hukum. diakses pada tanggal 16

Oktober 2011.

NN. Sabtu. 17 Des 2011 09:00 WIB. Setiap Tahun Disita 20-35 Orangutan

dari Tempat Ilegal Pertama di Sumut. Kasus Orangutan Sampai ke

Pengadilan. http://www.analisadaily.com/news/. diakses pada tanggal

23 Juni 2012.

NN. Pembantaian Orang Utan Jadi Sorotan.

http://nasional.vivanews.com/news/read/263890-pembantaian-750-

orangutan-jadi-sorotan-dunia. diakses pada tanggal 23 Juni 2012.

NN. Peluang dan Hambatan. http//internasional.fws.gov/cites/cites.html.

diakses pada tangga 25 Juni 2012.

NN. “Konservasi yang dimiliki Indonesia.

http://www.menlh.go.id/i/art/bab7%20.keanekaragaman%20hayati.pd

f. diakses pada tangga 25 Juni 2012.

NN. Rencana Penyelundupan Orang Utan ke Thailand

http://nasional.vivanews.com/news/read/263890- Rencana

Penyelundupan Orang Utan ke Thailand . diakses pada tanggal 23

Juni 2012.

NN. Hukuman Bagi Pelaku Penyelundupan Satwa Liar Yang Dilindungi.

http://www.gatra.com/artikel.php?pil=23&id=85956. diakses pada

tanggal 23 Juni 2012.

NN. Pengelolaan KSA dan KPA belum efektif. http//Perhutani.go.id. diakses

pada tanggal 20 Agustus 2012.

Page 111: KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_16.pdf · Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu. ... Habitat

101

NN. Penangkaran atau Pengepul.

http://www.profauna.org/suarasatwa/id/2008/01/penangkaran_atau_pe

ngepul.html. diaksespada tanggal 24 Juni 2012.

NN. Pembantaian Orang Utan di Kalimantan.

http://nasional.vivanews.com/news/read/264918-video--pembantaian-

orangutan-di-kalimantan. diakses pada tanggal 23 Juni 2012.

Pramono Putra. Kamis. 16 Februari 2012 10:37 wib. Bupati Perintahkan

Tembak Mati Monyet Liar.

http://www.sindonews.com/read/2012/02/16/447/576713/bupati-

perintahkan-tembak-mati-monyet-liar. diakses pada tanggal 1 April

2012.

Prasko Abdullah. 17 February 2011. Definisi Perlindungan Hukum.

http://prasxo.wordpress.com/. Diakses Pada Tanggal 29 Mei 2012.

Putri. Pengertian Primata. Aves dan Mamalia. http://putrijusstef.

blogspot.com/2012/02/ pengertian-primata-avesmamalia.html. diakses

pada tanggal 2 April 2012.

Riskiansya. Kampanye Pelestarian Primata Sejak Dini.

http://dir.unikom.ac.id/jbptunikompp-gdl-s1-2007- -6894/bab-

2.doc/pdf/bab-2.pdf. diakses pada tanggal 25 Agustus 2012.

Sony. Primata Di Indonesia. http://aksessdunia.com/tag/primata-indonesia/.

diakses pada tanggal 2 April 2012.