TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ......

119
ANALISIS BIOEKONOMI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TERI (Stolephorus sp.) DI PERAIRAN KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

Transcript of TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ......

Page 1: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

ANALISIS BIOEKONOMI PENGELOLAAN DAN P EMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TERI (Stolephorus sp.) DI PERAIRAN KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA

TIKA INDRIYANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Page 2: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera
Page 3: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Bioekonomi

Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Teri (Stolephorus sp.) di Perairan

Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada

perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini

saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2013

Tika Indriyani

NIM H44080017

* Perlimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

Page 4: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

ABSTRAK

TIKA INDRIYANI . Analisis Bioekonomi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Teri (Stolephorus sp.) di Perairan Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Dibimbing oleh TRIDOYO KUSUMASTANTO dan BENNY OSTA NABABAN .

Ikan teri merupakan salah satu jenis ikan pelagis yang menjadi komoditas andalan Kabupaten Asahan. Produksi ikan teri yang dihasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal tetapi juga diekspor ke negara tetangga. Berdasarkan analisis data tampak kecenderungan penurunan jumlah hasil tangkapan ikan teri yang diduga disebabkan oleh overfishing. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengelolaan yang tepat terhadap sumberdaya ikan teri di Perairan Kabupaten Asahan. Pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis bioekonomi dan analisis ragam. Hasil analisis bioekonomi berdasarkan pendekatan model Gordon-Schaefer diperoleh kondisi tangkapan aktual (h) 725,94 ton/tahun, effort (E) 947,22 trip/tahun dan rente ekonomi sebesar Rp 12.648.510.194/tahun. Hasil tangkapan pada kondisi MSY (h) 1.200,92 ton/tahun, effort (E) sebesar 834,96 trip/tahun dan rente ekonomi sebesar Rp 22.951.655.440/tahun. Hasil tangkapan pada kondisi MEY (h) 1.198,41 ton/tahun, effort (E) sebesar 796,75 trip/tahun sehingga diperoleh rente ekonomi sebesar Rp 23.004.560.220/tahun. Tingkat eksploitasi saat ini telah melebihi tingkat eksploitasi optimal lestari baik ditinjau dari MSY maupun MEY yang dikhawatirkan akan mengakibatkan tangkap lebih apabila tidak dikelola dengan baik. Berdasarkan hasil perhitungan laju degradasi dan depresiasi, sumberdaya ikan teri di Perairan Kabupaten Asahan saat ini secara rata-rata belum mengalami degradasi dan depresiasi. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien laju degradasi dan depresiasi yaitu berturut-turut 0,27774 dan 0,28790. Faktor-faktor yang secara umum berhubungan nyata dengan persepsi nelayan terhadap sumberdaya ikan teri, alat tangkap, program pemerintah dan lingkungan adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, dan keikutsertaan organisasi nelayan. Pengelolaan sumberdaya ikan teri dapat diarahkan pada kondisi MEY sehingga diperoleh keuntungan maksimum namun kebijakan ini berdampak pada pengurangan tenaga kerja yang besar. Dalam rangka menyerap lapangan kerja yang lebih besar dengan tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya, maka kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan teri dilakukan pada kondisi MSY dengan mengurangi alat tangkap sebanyak 112,26 unit pukat teri dari tingkat eksploitasi sekarang. Kebijakan ini harus didukung oleh aturan/regulasi yang jelas serta pengawasan dari semua pihak.

Kata kunci: bioekonomi, pengelolaan, ikan teri, Asahan, Sumatera Utara

Page 5: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

ABSTRACT

TIKA INDRIYANI . Bioeconomic Analysis of Anchovy (Stolephorus sp.) Resource Management and Utilization in Asahan Regency Sea, Sumatera Utara Province. Supervised by TRIDOYO KUSUMASTANTO and BENNY OSTA NABABAN.

Anchovy is one of important pelagic species produced in Asahan Regency.

Anchovy production not only to supply local needs, but also it has been exported to neighboring countries. Based on the analysis of the declining of achovy production showed that there is problem in resource management. The objectives of this research were to study proper anchovy resource management in the Asahan sea. Analytical approaches were used bioeconomic and variance analyses. Bioeconomic analysis using Gordon-Schaefer model approach obtained the actual catchment condition (h) is 725.94 tons/year, effort (E) 947.22 trips/year and the economic rent of Rp 12,648,510,194/year. Catch of MSY level (h) is 1,200.92 tons/year, effort (E) 834.96 trips/year and the economic rent of Rp 22,951,655,440/year. Catch of MEY level (h) is 1,198.41 tons/year, effort (E) 796.75 trips/year and economic rent of Rp 23,004,560,220/year. Current exploitation rate has exceeded sustainable levels of optimal exploitation both in terms of MSY or MEY which lead to overfishing. Based on the estimation of degradation and depreciation rate, the anchovy resource in the Asahan sea has not been degradated and depreciated. This is indicated by the value of degradation and depreciation rate coefficient are 0.27774 and 0.28790. The factors that significantly correlated with fishers perception to anchovy resource are fishing gears, government programs, and the environment are the education levels, fishing experience, and the participation in fisher's organizations. Anchovy resource management can be directed toward MEY conditions to obtain the maximum benefit, but this policy has an impact on the reduction of labor. In order to absorb the larger employment and the sustainability of resource, the resource management policy is directed toward MSY level by reducing fishing gears as much 112,26 units anchovy purse seine from the current level of exploitation. This policy must be supported by clear rule/ regulations and continuous monitored by all parties.

Keywords: anchovy, Asahan, bioeconomic, management, North Sumatera

Page 6: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera
Page 7: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

ANALISIS BIOEKONOMI PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN TERI (Stolephorus sp.) DI PERAIRAN KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA

TIKA INDRIYANI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

Page 8: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera
Page 9: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

Judul Skripsi : Analisis Bioekonomi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Teri (Stolephorus sp.) di Perairan Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara

Nama : Tika Indriyani NIM : H44080017

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS Benny Osta Nababan, SPi, MSi Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 10: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang berkat rahmat

dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis

Bioekonomi Pengelolaan dan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Teri (Stolephorus

sp.) di Perairan Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara” ini. Penelitian dan

penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

ekonomi di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan di

Perairan Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ayah (Suriadi), Ibu (Eni Susanti), Reni Anggraini dan Aldy Ryandi yang

telah memberikan doa yang tiada henti, dorongan, semangat dan motivasi

kepada penulis selama dalam penyelesaian studi.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Tridoyo Kusumastanto, MS dan Bapak Benny Osta

Nababan SPi, MSi yang telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, dan

motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Dosen Penguji Utama (Bapak Rizal Bahtiar, SPi, MSi) dan Perwakilan

Departemen (Ibu Asti Istiqomah, SP, MSi) atas masukan dan saran dalam

penyelesaian skripsi.

4. Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera Utara, khususnya Bapak Matius

Bangun dan Bapak Hemat serta para nelayan di Kabupaten Asahan yang

telah bersedia sebagai responden.

5. Teman-teman satu bimbingan Pradipta, Ghieah, Andri, Yogi, Ade dan

Rizky.

6. Teman-teman ESL 45 khususnya Welda, Sari, Windi, Ninis, Ayu yang

selalu memberikan motivasi dan semangat.

Page 11: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

7. Sahabat penulis Miranti, Tiwi, Nazmi, Mardi dan Khairil serta berbagai

pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuannya sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi berbagai pihak dalam pengelolaan

sumberdaya ikan teri secara berkelanjutan.

Bogor, September 2013

Tika Indriyani

Page 12: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera
Page 13: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1 1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6 1.4 Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 6 1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7

2.1 Sumberdaya Ikan Teri ....................................................................... 7 2.2 Analisis Bioekonomi ......................................................................... 8 2.3 Laju Degradasi Sumberdaya ............................................................. 12 2.4 Laju Depresiasi Sumberdaya ............................................................ 13 2.5 Persepsi Nelayan dalam Pemanfaatan Perikanan .............................. 13

2.5.1 Persepsi Nelayan ..................................................................... 13 2.5.2 Peranan Persepsi Nelayan dalam Pemanfaatan Perikanan...... 14

2.6 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan ................................................. 14 2.7 Kebijakan dan Peraturan Pemerintah ................................................ 15 2.8 Instrumen Kebijakan Sumberdaya Perikanan ................................... 16 2.9 Penelitian Terdahulu ......................................................................... 17

III. KERANGKA PEMIKIRAN ................................................................ 19

IV. METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 23

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 23 4.2 Metode Penelitian ............................................................................ 23 4.3 Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 23 4.4 Metode Pengambilan Contoh ........................................................... 24 4.5 Metode Analisis ............................................................................... 25

4.5.1 Analisis Hasil Tangkapan per Upaya (Catch Per Unit Effort) 25 4.5.2 Analisis Biologi ...................................................................... 25 4.5.3 Analisis Bioekonomi .............................................................. 26 4.5.4 Analisis Laju Degradasi ......................................................... 27 4.5.5 Analisis Laju Depresiasi ......................................................... 28 4.5.6 Analisis Persepsi Nelayan terhadap Kelestarian

Sumberdaya Ikan Teri ............................................................ 28 4.6 Asumsi Penelitian ............................................................................. 30 4.7 Definisi Operasional Variabel ........................................................... 31 4.8 Batasan Penelitian ............................................................................. 32

Page 14: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

xii

Halaman

V. GAMBARAN UMUM .......................................................................... 33

5.1 Keadaan Umum Kabupaten Asahan ............................................... 33 5.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam ..................................... 33 5.1.2 Kondisi Oseanografi .............................................................. 35 5.1.3 Demografi .............................................................................. 35

5.2 Kondisi Perikanan Kabupaten Asahan ........................................... 36 5.2.1 Potensi Perikanan Asahan ..................................................... 36 5.2.2 Hasil Produksi dan Nilai Produksi Ikan ................................... 37 5.2.3 Armada Perikanan dan Alat Tangkap ....................................... 38

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 41

6.1 Karakteristik Nelayan Responden .................................................. 41 6.1.1 Umur ..................................................................................... 41

6.1.2 Tingkat Pendidikan............................................................... 41 6.1.3 Pengalaman Melaut .............................................................. 42 6.1.4 Jumlah Tanggungan ............................................................. 43 6.1.5 Daerah Asal .......................................................................... 43 6.1.6 Pekerjaan Alternatif .............................................................. 44

6.2 Unit Penangkapan Pukat Teri ......................................................... 44 6.2.1 Pukat Teri dan Perkembangannya ........................................ 44 6.2.2 Kapal .................................................................................... 45 6.2.3 Nelayan (ABK) dan Sistem Bagi Hasil ................................ 45 6.2.4 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan ................................. 47

6.3 Produksi dan Nilai Produksi Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaten Asahan ......................................................................... 48

6.4 Produksi dan Effort Sumberdaya Ikan Teri ................................... 49 6.5 Catch per Unit Effort (CPUE) Ikan Teri ....................................... 50 6.6 Parameter Alpha dan Beta ............................................................. 51 6.7 Pendugaan Parameter Ekonomi ..................................................... 53

6.7.1 Pendugaan Biaya .................................................................. 53 6.7.2 Pendugaan Harga .................................................................. 54

6.8 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri ................................... 54 6.9 Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Teri di

Kabupaten Asahan ......................................................................... 58 6.10 Analisis Persepsi Nelayan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Teri ........................................................................................ 60

6.10.1 Persepsi Nelayan Berdasarkan Jenjang Pendidikan .......... 60 6.10.2 Persepsi Nelayan Berdasarkan Pengalaman Melaut ......... 64 6.10.3 Persepsi Nelayan Berdasarkan Keikutsertaan dalam

Organisasi Nelayan ........................................................... 68 6.10.4 Persepsi Nelayan Berdasarkan Umur ................................ 71

6.11 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri di Perairan Kabupaten Asahan .......................................................... 74

Page 15: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

xiii

Halaman

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 79

7.1 Kesimpulan ....................................................................................... 79 7.2 Saran ................................................................................................. 80

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 81

LAMPIRAN .................................................................................................. 85

RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... 99

Page 16: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

xiv

DAFTAR TABEL

No Halaman

1 Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2007-2010 ................................................................ 1

2 Volume Produksi Perikanan Tahun 2007-2010................................. 2

3 Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 24

4 Analisis Ragam Klasifikasi Satu Arah untuk Ukuran Contoh Tidak Sama ........................................................................................ 29

5 Kecamatan dan Desa Pesisir di Kabupaten Asahan .......................... 34

6 Indikator Kependudukan Asahan Tahun 2007-2010 ......................... 36

7 Jumlah Nelayan di Wilayah Pesisir Tahun 2010 .............................. 37

8 Hasil dan Nilai Produksi Ikan di Kabupaten Asahan ........................ 38

9 Perkembangan Jumlah dan Jenis Armada Perikanan di Kabupaten Asahan ............................................................................................... 38

10 Jumlah Kapal di Tiap Kecamatan Kabupaten Asahan Tahun 2011 .. 39

11 Perkembangan Jumlah Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Asahan Tahun 2005-2010 .................................................................. 40

12 Pembagian Hasil Tangkapan Ikan Teri ............................................. 46

13 Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaten Asahan Tahun 2002-2010.................................... 48

14 Perkembangan Produksi dan Effort Sumberdaya Ikan Teri .............. 50

15 Hasil Analisis Ordinary Least Square (OLS) ................................... 52

16 Biaya Riil Ikan Teri di Kabupaten Asahan (2007=100) .................... 53

17 Harga Riil Ikan Teri di Kabupaten Asahan (2007=100) ................... 54

18 Hasil Analisis Bioekonomi pada Berbagai Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri ....................................................................... 55

19 Laju Degradasi Ikan Teri Tahun 2002-2010 ..................................... 58

20 Laju Depresiasi Ikan Teri Tahun 2002-2010 ..................................... 58

21 Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri Berdasarkan Jenjang Pendidikan (%) .................................................................................. 61

22 Persepsi terhadap Alat Tangkap Berdasarkan Jenjang Pendidikan (%) ..................................................................................................... 62

Page 17: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

xv No. Halaman

23 Persepsi terhadap Program Pemerintah Berdasarkan Jenjang Pendidikan (%) ................................................................................... 62

24 Persepsi terhadap Lingkungan Berdasarkan Jenjang Pendidikan (%) 63

25 Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri Berdasarkan Pengalaman Melaut (%) ..................................................................... 65

26 Persepsi terhadap Alat Tangkap Berdasarkan Pengalaman Melaut (%) ......................................................................................... 66

27 Persepsi terhadap Program Pemerintah Berdasarkan Pengalaman

Melaut (%) ......................................................................................... 67

28 Persepsi terhadap Lingkungan Berdasarkan Pengalaman Melaut (%) 67

29 Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri Berdasarkan Keikutsertaan Organisasi Nelayan (%) .............................................. 69

30 Persepsi terhadap Alat Tangkap Berdasarkan Keikutseraan Organisasi Nelayan (%) ..................................................................... 69

31 Persepsi terhadap Program Pemerintah Berdasarkan Keikutsertaan Organisasi Nelayan (%) ..................................................................... 70

32 Persepsi terhadap Lingkungan berdasarkan Keikutsertaan Organisasi Nelayan (%) ..................................................................... 70

33 Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri Berdasarkan Umur............ 71

34 Persepsi terhadap Alat Tangkap Berdasarkan Umur (%) .................. 72

35 Persepsi terhadap Program Pemerintah Berdasarkan Umur (%) ....... 73

36 Persepsi terhadap Lingkungan Berdasarkan Umur (%) ..................... 73

37 Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaten Asahan 75

Page 18: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

xvi

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1 Perubahan Produksi Ikan Teri di Perairan Kabupaten Asahan .......... 4

2 Ikan Teri (Stolephorus sp.) ................................................................ 7

3 Kurva Produksi Lestari ...................................................................... 11

4 Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ..................................... 21

5 Umur Nelayan Ikan Teri di Kabupaten Asahan ................................ 41

6 Pendidikan Nelayan Ikan Teri di Kabupaten Asahan ........................ 42

7 Pengalaman Nelayan Ikan teri di Kabupaten Asahan ....................... 42

8 Jumlah Tanggungan Keluarga Nelayan ............................................. 43

9 Alat Tangkap Pukat Teri.................................................................... 45

10 Kapal Pukat Teri ................................................................................ 45

11 Grafik Jumlah Produksi Ikan Teri dan Effort di Kabupaten Asahan Tahun 2002-1010 .................................................................. 49

12 Grafik Hubungan CPUE dengan Upaya Penangkapan (Effort) Ikan Teri Tahun 2002-2010 ............................................................... 51

13 Keseimbangan Bioekonomi Sumberdaya Ikan Teri .......................... 56

14 Grafik Perbandingan Pemanfaatan Optimal dan Aktual Sumberdaya Ikan Teri ....................................................................... 57

15 Grafik Laju Degradasi dan Depresiasi Ikan Teri Tahun 2002- 2010 59

Page 19: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Asahan ................................. 87

2 Diagram Sistem Bagi Hasil Nelayan ................................................. 88

3 Hasil Analisis Regresi Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaten Asahan dengan Model Gordon- Schaefer .......................................... 89

4 Analisis Bioekonomi Sumberdaya Ikan Teri dengan MAPLE 13 ..... 91

5 Data Persepsi Responden ................................................................... 93

6 Data Persepsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan .............. 95

7 Data Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman Melaut ............. 96

8 Data Persepsi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Organisasi Nelayan ............................................................................ 97

9 Data Persepsi Responden Berdasarkan Kelompok Umur .................. 98

Page 20: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

xviii

Page 21: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan perairan laut yang sangat

luas, yaitu 5,8 juta km2 yang terdiri atas perairan kepulauan 2,3 juta km2, laut

teritorial 0,8 juta km2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) 2,7 juta km2

(Bapennas, 2008). Laut Indonesia memiliki berbagai jenis kekayaan alam di

dalamnya. Salah satu diantara kekayaan alam tersebut adalah sumberdaya

perikanan laut yang terdapat di seluruh perairan Indonesia. Jumlah tangkapan

maksimum lestari (Maximum Sustainable Yield= MSY) di laut diperkirakan

sebesar 6,4 juta ton/tahun. Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) dari

potensi tersebut sebesar 5,12 juta ton/tahun atau 80% dari total MSY. Jumlah

produksi penangkapan pada tahun 2010 mencapai 5,03 juta ton atau 98,43% dari

JTB (Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), 2011).

Sektor perikanan memegang peranan penting bagi Indonesia yakni sebagai

mata pencaharian masyarakat pesisir, pemenuhan konsumsi protein masyarakat

dan peningkatan devisa negara. Tabel 1 menunjukkan PDB perikanan meningkat

pada tahun 2008-2010, namun menurun pada tahun 2011. Sektor perikanan juga

memberikan kontribusi terhadap PDB total maupun PDB tanpa migas yang

meningkat pada tahun 2008-2009, namun kontribusi tersebut menurun pada tahun

2010-2011.

Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Perikanan Berdasarkan Harga Berlaku Tahun 2008-2011

Satuan: Miliar Rupiah

Lapangan Usaha Tahun

2008 2009 2010 2011 Perikanan 137.249,50 176.620,00 199.219,00 167.718,80 Produk Domestik Bruto 4.948.688,40 5.603.871,20 6.422.918,20 5.482.349,70

PDB tanpa Migas 4.427.633,50 5.138.955,20 5.924.008,20 5.019.263,10 Kontribusi PDB Perikanan (%)

Terhadap PDB total 2,77 3,15 3,10 3,06 Terhadap PDB tanpa Migas 3,10 3,44 3,36 3,34

Sumber: KKP, 2012

Page 22: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

2

Berdasarkan Tabel 1, nilai PDB perikanan yang meningkat pada tahun

2010 tidak berbanding lurus dengan nilai kontribusi PDB perikanan terhadap PDB

total maupun PDB tanpa migas. Hal ini karena peningkatan PDB total dan migas

lebih besar dari peningkatan PDB perikanan sehingga menghasilkan nilai

kontribusi yang lebih rendah dibanding pada tahun 2009.

Nilai PDB perikanan dihasilkan dari subsektor perikanan tangkap dan

perikanan budidaya. Tabel 2 menunjukkan volume produksi perikanan tangkap

memiliki volume yang lebih tinggi dibanding subsektor perikanan budidaya dan

mengalami peningkatan setiap tahun. Nilai perikanan tangkap yang dihasilkan

dari subsektor perairan laut dan perairan umum, namun perairan laut memberikan

kontribusi yang lebih besar dibanding perairan umum. Hal ini berarti subsektor

perikanan tangkap di laut memberikan kontribusi yang besar pada PDB perikanan.

Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang dapat menjaga keberlanjutan

sumberdaya tersebut. Berdasarkan volume produksi tersebut bahwa peranan

perikanan tangkap dominan, seperti terlihat pada Tabel 2 sebagai berikut:

Tabel 2. Volume Produksi Perikanan Tahun 2008-2011 Satuan: Ton

Volume Produksi Rincian

Tahun

2008 2009 2010 2011

Total 8.858.315 9.816.534 11.662.342 12.385.850 Perikanan Sub Jumlah 5.003.115 5.107.971 5.384.418 5.409.100 Tangkap Perairan Laut 4.701.933 4.812.235 5.039.446 5.061.680

Perairan Umum 301.182 295.736 344.972 347.420

Perikanan Sub Jumlah 3.855.200 4.708.563 6.277.924 6.976.750 Budidaya Budidaya Laut 1.966.002 2.820.083 3.514.702 3.735.585

Tambak 959.509 907.123 1.414.038 1.734.260

Kolam 479.167 554.067 819.809 955.511

Keramba 75.769 101.771 121.271 120.654

Jaring Apung 263.169 238.606 309.499 331.936

Sawah 111.584 86.913 96.605 98.804 Sumber: KKP, 2012

Produksi perikanan tangkap di laut tersebut berasal dari perairan WPP

Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor

PER/02/MEN/2011 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik

Indonesia (WPP-NRI) terdiri dari11 wilayah, yaitu:

1. WPP-NRI 571 meliputi Selat Malaka dan Laut Andaman,

Page 23: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

3

2. WPP-NRI 572Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda,

3. WPP-NRI 573 Samudera Hindia sebelah selatan Jawa hingga sebelah selatan

Nusa Tenggara, Laut Sawu dan Laut Timor bagian barat,

4. WPP-NRI 711Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan,

5. WPP-NRI 712 Laut Jawa,

6. WPP-NRI 713 Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali,

7. WPP-NRI 714Teluk Tolo dan Laut Banda,

8. WPP-NRI 715 Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram dan

Teluk Berau,

9. WPP-NRI 716 Laut Sulawesi dan sebelah utara Pulau Halmahera,

10. WPP-NRI 717 Teluk Cendrawasih dan Samudera Pasifik,

11. WPP-NRI 718 Teluk Aru, Laut Arafura dan Laut Timor bagian timur.

Sumatera Utara mempunyai posisi strategis dalam pembangunan dan

pengembangan perikanan di Indonesia. Letaknya yang strategis dengan beberapa

negara ASEAN seperti Singapura, Malaysia dan Thailand merupakan pasar

potensial bagi produksi ikan. Wilayah pengelolaan perikanan Sumatera Utara

dibagi menjadi dua, yaitu Pantai Timur Sumatera Utara (WPP-NRI 571) dan

Pantai Barat Sumatera Utara (WPP-NRI 572).

Kabupaten Asahan merupakan kabupaten yang berada pada WPP-NRI571

yaitu Pantai Timur Sumatera Utara (Selat Malaka). Potensi lestari (MSY)

beberapa jenis ikan di Pantai Timur terdiri dari ikan pelagis 175.000 ton/tahun,

ikan demersal 82.400 ton/tahun, ikan karang 5.000 ton/tahun dan udang 11.400

ton/tahun (KKP, 2012). Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa potensi ikan

pelagis paling besar di Pantai Timur Sumatera Utara. Salah satu jenis ikan pelagis

yang menjadi komoditas andalan Kabupaten Asahan adalah ikan teri. Produksi

ikan teri dari kabupaten ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal saja

tetapi juga diekspor ke negara tetangga. Ikan teri memberikan dampak positif

secara ekonomi karena merupakan sumber pendapatan tetapi dorongan ekonomi

ini menyebabkan eksploitasi berlebihan oleh masyarakat di sekitar kawasan

tersebut. Hal ini mengakibatkan masyarakat seringkali melakukan tindakan

destruktif yang mengancam keberadaan ikan teri. Keadaan tersebut terihat dari

data produksi ikan teri yang cenderung menurun, seperti disajikan pada Gambar 1.

Page 24: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

4

Sumber: DKP Provinsi Sumatera Utara, 2011

Gambar 1. Produksi Ikan Teri di Perairan Kabupaten Asahan

Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah produksi ikan teri tiap

tahunnya berfluktuasi tetapi cenderung menurun. Penurunan jumlah tangkapan

ikan teri diduga merupakan indikasi terjadinya overfishing di perairan Kabupaten

Asahan yang berakibat pada penurunan hasil tangkapan persatuan upaya (catch

per unit of effort), yang pada gilirannya mengakibatkan penurunan pendapatan

nelayan. Menurut laporan FAO (2000) dalam Desniarti (2007) bahwa 47%

sumberdaya ikan di dunia sudah dimanfaatkan secara penuh (fully exploited), 19%

dieksploitasi secara berlebihan (overexploited) dan 9% diantaranya sudah terkuras

(depleted). Dengan demikian, 75% sumberdaya ikan global sudah dalam kondisi

kritis.

Pengelolaan terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan teri diperlukan untuk

menghindari overfishing yang dapat menyebabkan tekanan terhadap sumberdaya

sehingga mengurangi ketersediaan stok yang menimbulkan degradasi sumberdaya

perikanan. Berdasarkan informasi data, penelitian kajian stok ikan teri melalui

model bioekonomi perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah tangkapan lestari

ikan teri, tingkat keuntungan optimum yang dapat diperoleh tanpa merusak

lingkungan, mengukur tingkat degradasi serta depresiasi yang terjadi di perairan

Kabupaten Asahan. Analisis persepsi nelayan terhadap kelestarian sumberdaya

ikan teri juga perlu dilakukannya sebagai acuan dalam menyusun kebijakan

pengelolaan sumberdaya ikan teri yang berkelanjutan.

0

200

400

600

800

1000

1200

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Produksi (Ton)

Tahun

Jumlah Produksi (ton)

Page 25: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

5

1.2 Perumusan Masalah

Pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya kelautan pada saat ini

menjadi prioritas, mengingat dalam situasi krisis pangan sumberdaya kelautan

dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi domestik dan penghasil

devisa negara. Usaha penangkapan ikan teri merupakan bentuk kegiatan ekonomi

dengan tujuan akhir keuntungan. Keuntungan usaha penangkapan ikan teri

dilakukan dengan meningkatkan produksi jenis ikan. Peningkatan intensitas

penangkapan ikan akan memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif

adalah adanya kenaikan produksi pada tingkat tertentu, sedangkan dampak negatif

adalah apabila intensitas penangkapan yang dilakukan tidak seimbang dengan

potensi sumberdaya ikan. Hal ini akan mengakibatkan pengurangan stok dan pada

akhirnya akan terjadi penurunan produksi hasil tangkapan. Kondisi ini diduga

merupakan indikasi telah terjadinya degradasi populasi sumberdaya ikan teri di

perairan Kabupaten Asahan. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik nelayan, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan teri

yang ditinjau dari tingkat upaya, alokasi sumberdaya dan rente ekonomi pada

kondisi aktual, lestari dan optimal?

2. Bagaimana tingkat laju degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan teri di

perairan Kabupaten Asahan?

3. Bagaimana persepsi nelayan dan pengaruh beberapa faktor pada persepsi

nelayan teri serta implikasinya dalam pengelolaan dan pemanfaatan ikan teri

di perairan Kabupaten Asahan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan,

maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji karakteristik nelayan, tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan teri

yang ditinjau dari tingkat upaya, alokasi sumberdaya dan rente ekonomi pada

kondisi aktual, lestari dan optimal

2. Mengestimasi tingkat laju degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan teri di

Perairan Kabupaten Asahan

Page 26: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

6

3. Menganalisis persepsi nelayan dan pengaruh beberapa faktor pada persepsi

nelayan teri serta implikasinya dalam pengelolaan dan pemanfaatan ikan teri

di perairan Kabupaten Asahan

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Wilayah penelitian ini adalah perairan Kabupaten Asahan, Provinsi

Sumatera utara. Responden dalam penelitian ini adalah nelayan setempat yang

menangkap ikan teri dengan menggunakan kapal motor dan alat tangkap berupa

pukat teri. Penelitian ini difokuskan pada analisis pemanfaatan sumberdaya ikan

teri secara optimal dan aktual, laju degradasi serta laju depresiasi sumberdaya ikan

teri di perairan Kabupaten Asahan. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji

persepsi nelayan mengenai keberlanjutan sumberdaya ikan teri di perairan

Kabupaten Asahan.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :

1. Bagi penulis, sebagai bahan pembelajaran dan aplikasi ilmu yang telah

diperoleh pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

2. Bagi nelayan, memberikan gambaran mengenai usaha penangkapan ikan teri

yang dapat memberikan keuntungan maksimum dan informasi penangkapan

ikan teri lestari

3. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan

dalam pengelolaan sumberdaya ikan teri di Kabupaten Asahan

Page 27: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sumberdaya Ikan Teri

Ikan teri merupakan salah satu jenis ikan yang paling populer di kalangan

penduduk Indonesia karena sebarannya yang luas, ikan teri hampir ada di seluruh

pantai Indonesia dari Sabang sampai Merauke (Hutomo et al., 1987. Ikan teri

umumnya berukuran kecil berkisar 6-9 cm. Klasifikasi mengenai teri menurut

Saanin (1984) adalah sebagai berikut :

Filum: Cordata

Kelas: Pisces

Ordo: Malacopterygii

Famili: Clopeidae

Genus: Stolephorus

Spesies: Stolephorus sp.

Sumber : Hutomo et al, 1987

Gambar 2. Ikan Teri (Stolephorus sp)

Ciri-ciri morfologi ikan teri (Stolephorus sp.) memiliki tanda-tanda khas

yang membedakannya dari marga-marga anggota anak suku engraulinae yang

lain, yaitu: sirip caudal bercagak dan tidak bergabung dengan sirip anal serta duri

abdominal hanya terdapat antara sirip pektoral dan ventral berjumlah tidak lebih

dari 7 buah. Stolephorus umumnya tidak berwarna atau agak kemerah-merahan.

Page 28: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

8

Ikan teri (Stolephorus sp) bersifat pelagik dan menghuni perairan pesisir dan

estuaria, tetapi beberapa jenis dapat hidup pada salinitas rendah antara 10-15

persen (Hardenberg, 1934 dalam Hutomo, et al., 1987). Jumlah yang banyak

ditemukan serta kandungan protein yang tinggi menjadikan ikan ini sebagai

produk perikanan pantai yang penting bagi sebagian besar rakyat Indonesia.

Ikan teri berdasarkan sifatnya sering melakukan migrasi memiliki

penyebaran yang dipengaruhi oleh perubahan musim pada suatu daerah. Pola

musim ikan teri terjadi secara periodik setiap tahunnya. Di Kepulauan Lingga

yang terletak di sebelah utara Bangka, ikan ini dapat ditangkap hanya pada bulan

Februari hingga Agustus dengan tangkapan maksimum yang dapat diperoleh pada

bulan Juli-Agustus. Di kepulauan Riau, ikan ini baru bisa ditangkap pada bulan

April hingga Oktober. Jadi muncul dan lenyapnya lebih lambat dua bulan dari dua

bulan dari kepulauan Lingga (Hardenberg, 1934 dalam Hutomo et al., 1987).

2.2 Analisis Bioekonomi

Pengkajian stok meliputi penggunaan berbagai perhitungan statistik dan

matematik untuk membuat prediksi kuantitatif mengenai reaksi dari berbagai

populasi ikan terhadap sejumlah pilihan atau alternatif pengelolaan (Widodo dan

Suadi, 2006). Pengkajian stok ikan diharapkan mampu menjadi masukan dalam

membuat suatu kebijakan pengelolaan perikanan tangkap sumberdaya ikan yang

bersifat terbatas tetapi dapat terbaharui secara lestari. Pengkajian stok ini penting

terkait dengan sumberdaya perikanan yang sangat kompleks dan dinamis.

Mengkaji pendugaan stok untuk analisis biologi perikanan dapat dilakukan

dengan pendekatan model surplus produksi. Model surplus produksi digunakan

dalam rangka menentukan upaya (effort) yang optimum (Spare dan Venema,

1999). Sumberdaya perikanan merupakan sumberdaya pulih (renewable) yang

sifatnya kompleks, dinamis, dan unobservable. Pendekatan berupa pemodelan

yang dapat mengestimasi besarnya stok, jumlah tangkapan, dan upaya diperlukan

agar sumberdaya tetap lestari dan keuntungan yang diperoleh nelayan optimal.

Aspek ekonomi pengelolaan sumberdaya ikan tidak bisa dilepaskan dari aspek

biologi perikanan dan hubungannya tidaklah bersifat simetris. Satu sisi aspek

biologi bersifat independen terhadap ekonomi, tetapi aspek ekonomi dari

Page 29: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

9

eksploitasi sumberdaya ikan sangat bergantung pada karakteristik biologi dari

stok ikan itu sendiri (Fauzi, 2010).

Istilah bioekonomi pertama kali diperkenalkan oleh Scott Gordon, seorang

ahli ekonomi Kanada karena menggunakan pendekatan ekonomi untuk

menganalisis pengelolaan perikanan yang optimal (Fauzi dan Anna, 2005).

Pendekatan Gordon tetap menggunakan basis biologi yang sebelumnya sudah

diperkenalkan oleh Schaefer (1954). Pendekatan ini kemudian dikenal dengan

pendekatan bioekonomi. Pendekatan bioekonomi digunakan dalam pengelolaan

sumberdaya perikanan karena model ini telah memasukkan faktor ekonomi dalam

analisisnya. Model bioekonomi Gordon-Schaefer dibangun dari model produksi

surplus yang sebelumnya telah dikembangkan oleh Graham pada tahun 1935

(Fauzi dan Anna, 2005).

Eksploitasi sumberdaya ikan di suatu perairan membutuhkan berbagai

sarana. Sarana tersebut merupakan faktor input yang dalam literatur perikanan

disebut sebagai upaya atau effort (Fauzi, 2006). Definisi umum mengenai upaya

adalah indeks dari berbagai input tenaga kerja, kapal, jaring, alat tangkap, dan

sebagainya yang digunakan dalam proses penangkapan ikan. Berdasarkan

pengertian tersebut maka produksi (h) atau aktivitas penangkapan ikan dapat

diasumsikan sebagai fungsi dari upaya (E) dan stok ikan (x). Hubungan fungsional

tersebut secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:

h= f (x,E) ............................................................................................................ (2.1)

Secara umum diasumsikan pula bahwa semakin banyak biomas (stok) maka

produksi semakin meningkat. Hal ini akan mengakibatkan semakin banyak faktor

upaya (input) penangkapan ikan, artinya hubungan parsial antar kedua variabel

input terhadap produksi (h) adalah positif. Fungsi produksi yang sering digunakan

dalam pengelolaan sumberdaya ikan adalah:

h= qxE ................................................................................................................ (2.2)

Keterangan:

q = Koefisien kemampuan tangkap (per standar effort)

x = Stok (ton)

E = Upaya (trip)

Page 30: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

10

Fungsi tersebut secara teoritis tidak realistis karena tidak menunjukkan

sifat diminishing return (kenaikan hasil yang semakin berkurang) dari upaya yang

merupakan sifat dari fungsi produksi. Hal ini tidak realistis karena dalam jangka

pendek stok ikan terbatas sehingga ada batasan maksimum dari produksi. Fungsi

produksi yang lebih menggambarkan kondisi yang realistis saat upaya dinaikkan

maka produksi akan naik dengan kecepatan menurun adalah sebagai berikut:

h = qxEα ............................................................................................................. (2.3)

Nilai α merupakan elastisitas upaya terhadap produksi dengan nilai yang berkisar

antara 0 dan 1. Hal ini menunjukkan adanya diminishing return karena meskipun

produksi marjinal terhadap upaya positif (Δh/ΔE>0), kenaikan produksi tersebut

akan menurun, atau secara matematis ditunjukkan oleh turunan kedua dari h

terhadap E yang negatif (d2h/dE2<0). Density dependent growth, secara

matematik fungsi pertumbuhan mengikuti fungsi logistik dapat ditulis sebagai

berikut (Fauzi, 2006):

................................................................................................. (2.4)

Keterangan:

t = Periode waktu

r = Laju pertumbuhan instrinsik (instrinsic growth rate), dan

K = Daya dukung lingkungan (carrying capacity)

Dengan adanya aktivitas penangkapan atau produksi maka:

........................................................................................... (2.5)

Persamaan (2.2) disubtitusikan ke persamaan (2.5) sehingga diperoleh:

....................................................................................... (2.6)

Sebelum memasukkan faktor ekonomi dalam pengelolaan perikanan, terlebih

dahulu dilakukan penurunan dari kurva tangkapan lestari. Penurunan ini

diperlukan karena model Gordon-Schaefer dikembangkan berdasarkan produksi

lestari dimana kurva pertumbuhan dalam kondisi keseimbangan jangka panjang

(long run equilibrium) atau dx/dt = 0. Oleh karena itu, dalam kondisi

keseimbangan persamaan berubah menjadi:

................................................................................................. (2.7)

Page 31: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

11

Maka:

..................................................................................................... (2.8)

Apabila persamaan (2.8) tersebut disubtitusikan ke persamaan (2.2) maka

diperoleh persamaan dalam bentuk:

............................................................................................. (2.9)

Persamaan di atas merupakan persamaan kuadratik dalam E dan karena parameter

yang lain yaitu q, K, dan r adalah konstanta maka kurva produksi lestari berbentuk

kurva logistik yang ditunjukkan oleh Gambar 3.

Catch

Gambar 3. Kurva Produksi Lestari

Hasil tangkapan maksimum lestari dilakukan dengan menganalisis

hubungan antara penangkapan (E) dengan hasil tangkapan per upaya (CPUE)

dengan membagi kedua sisi dengan tingkat upaya (E). Formulasi persamaannya

adalah (Fauzi, 2006):

........................................................................................ (2.10)

Keterangan:

h = Produksi (ton)

E = Tingkat upaya atau effort (unit)

= Produksi per effort (ton per unit)

MSY

EMSY Effort EMax

Page 32: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

12

Sehingga diperoleh CPUE :

................................................................................................ (2.11)

Dengan:

............................................................................................................. (2.12)

...................................................................................................... (2.13)

Gordon (1954) dalam Fauzi (2010), mengembangkan aspek ekonomi

pengelolaan perikanan berbasis model biologi Schafer. Asumsi yang digunakan

dalam pengembangan model Gordon Schaefer ini antara lain:

1. Harga per satuan output (Rp/kg) diasumsikan konstan atau kurva permintaan

diasumsikan elastis sempurna.

2. Biaya per satuan upaya (c) dianggap konstan

3. Spesies sumberdaya ikan bersifat tunggal

4. Struktur pasar bersifat kompetitif

5. Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan (tidak memasukkan faktor

pasca panen).

2.3 Laju Degradasi Sumberdaya

Degradasi mengacu pada penurunan kuantitas sumberdaya alam yang

dapat terbarukan (renewable resources). Artinya kemampuan alami sumberdaya

alam dapat terbarukan untuk beregenerasi sesuai kapasitas produksinya

berkurang. Kondisi ini terjadi baik secara alami maupun pengaruh dari aktivitas

manusia. Degradasi sering terjadi akibat aktivitas yang dilakukan manusia.

Aktivitas tersebut berupa aktivitas produksi seperti penangkapan ikan berlebihan

maupun non-produksi seperti pencemaran limbah (Fauzi dan Anna, 2005).

Pentingnya analisis perhitungan kerusakan lingkungan yang berkaitan

dengan degradasi sumberdaya alam adalah untuk mendapatkan gambaran yang

jelas dan komperehensif mengenai kondisi sumberdaya. Hal ini dapat dijadikan

dasar dalam penentuan kebijakan yang tepat dalam pemanfaatan sumberdaya

untuk mencapai pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

(Fauzi dan Anna, 2005).

Page 33: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

13

2.4 Laju Depresiasi Sumberdaya

Menurut Fauzi dan Anna (2005), depresiasi merupakan pengukuran

deplesi dan degradasi yang dirupiahkan. Degradasi mengacu pada indikator

besaran fisik dimana depresiasi sumberdaya ditujukan untuk mengukur perubahan

nilai moneter dalam pemanfaatan sumberdaya alam. Nilai depresiasi ini mengacu

pada nilai riil bukan nilai nominal yang merupakan indikator perubahan harga

seperti inflasi dan Indeks Harga Konsumen yang berlaku untuk setiap komoditi

sumberdaya alam. Perikanan termasuk ke dalam sumberdaya alam yang dapat

diperbaharui (renewable resources) sehingga depresiasi pada sumberdaya

perikanan mengacu pada pengukuran nilai moneter dari degradasi perikanan

(Fauzi dan Anna, 2005).

2.5 Persepsi Nelayan dalam Pemanfaatan Perikanan

2.5.1 Persepsi Nelayan

Persepsi merupakan konsep dan kajian psikologi. Langevelt (1996) dalam

Harianto (2001) mendefinisikan persepsi sebagai pandangan individu terhadap

suatu obyek (stimulus). Individu akan memberikan reaksi (respon) berupa

penerimaan dan penolakan akibat adanya stimulus. Konteks persepsi terhadap

kelestarian sumberdaya ikan teri adalah respon nelayan terhadap penurunan

jumlah populasi ikan teri.

Menurut Saarinen (1996), persepsi sosial (social perception) berkaitan

dengan pengaruh faktor-faktor sosial dan budaya. Persepsi dibutuhkan dalam

pembentukan sikap dan perilaku individu. Asngari (1984) menyatakan bahwa

persepsi individu terhadap lingkungan merupakan faktor penting dalam

menentukan sikap dan tindakan terhadap lingkungan. Oleh karena itu, persepsi

tidak bersifat statis. Persepsi dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor

internal adalah nilai-nilai dalam diri yang dipadukan dengan hal-hal yang

mencakup panca indera. Faktor ini kemudian dipadukan dengan faktor eksternal

seperti keadaan lingkungan fisik dan sosial yang direspon melalui tindakan.

Menurut Effendy (1984), persepsi individu dipengaruhi oleh tiga faktor: (1) diri

orang yang bersangkutan (sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman, dan

Page 34: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

14

harapan); (2) sasaran persepsi (orang, benda atau peristiwa); (3) situasi (keadaan

lingkungan).

2.5.2 Peranan Persepsi Nelayan dalam Pemanfaatan Perikanan

Persepsi nelayan tidak hanya mempengaruhi rencana pengelolaan

sumberdaya perikanan tetapi juga menjadi tujuan dalam pengelolaan perikanan.

Menurut Fauzi (2010), pengelolaan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan

diperlukan karena regulasi diperlukan untuk mendorong terjadinya efisiensi dalam

pengelolaan perikanan yang bersifat barang publik. Teori Gordon- Schaefer telah

membuktikan bahwa perikanan yang tidak diatur (open access) cenderung

menimbulkan inefisiensi karena terlalu banyak input yang digunakan.

Pemanfaatan sumberdaya memerlukan regulasi untuk meningkatkan

kualitas serta bobot dan ukuran ikan yang ditangkap dan untuk menghindari

konflik antar pengguna sumberdaya, serta mencegah pemborosan tenaga kerja dan

modal serta untuk mendorong alokasi sumberdaya yang efisien. Pengelolaan

terhadap sumberdaya ikan diperlukan dalam bentuk pengendalian jumlah, ukuran,

atau jenis ikan yang ditangkap dan pengendalian upaya tangkapan serta bentuk

pengelolaan lainnya untuk meningkatkan pendapatan nelayan. Pengelolaan ini

bertujuan untuk mengurangi tekanan terhadap stok ikan sehingga sumberdaya

berada pada kondisi Maximum Economic Yield sehingga rente yang diterima

masyarakat berada pada tingkat maksimum (Fauzi, 2010).

2.6 Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

Indonesia menempatkan manajemen sumberdaya perikanan pada visi

pembangunan perikanan dan kelautannya. Visi pembangunan perikanan Indonesia

adalah mewujudkan usaha perikanan produktif dan efisien berdasarkan

pengelolaan (manajemen) sumberdaya perikanan secara bertanggung jawab

(DKP, 2001 dalam Nikijuluw, 2005). Upaya pengelolaan sumberdaya harus

dilaksanakan secara terpadu dan terarah dengan melestarikan sumberdaya itu

sendiri beserta lingkungannya. Pengelolaan perikanan bersifat kompleks

mencakup aspek biologi, ekonomi, sosial budaya, hukum, dan politik. Tujuan

dikelolanya perikanan antara lain tercapainya optimalisasi ekonomi pemanfaatan

Page 35: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

15

sumberdaya ikan sekaligus terjaga kelestariannya. Menurut Cochrane (2002)

dalam Mulyana (2007), tujuan (goal) umum dalam pengelolaan perikanan

meliputi 4 (empat) aspek yaitu biologi, ekologi, ekonomi, dan sosial. Tujuan

sosial meliputi tujuan-tujuan politis dan budaya. Contoh masing-masing tujuan

tersebut yaitu:

a. tujuan biologi, menjaga sumberdaya ikan pada kondisi atau diatas tingkat

yang diperlukan bagi keberlanjutan produktivitas

b. tujuan ekologi, meminimalkan dampak penangkapan ikan bagi lingkungan

fisik serta sumberdaya non-target (by-catch), serta sumberdaya lainnya yang

terkait

c. tujuan ekonomi, memaksimalkan pendapatan nelayan

d. tujuan sosial, memaksimalkan peluang kerja/mata pencaharian nelayan atau

masyarakat yang terlibat

Lebih lengkap, tujuan pengelolaan perikanan ini tercantum pada pasal

3UU No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan. Definisi ”pengelolaan sumberdaya

perikanan”, mengacu kepada UU No. 31 Tahun 2004 tentang perikanan adalah

semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi,

analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan,

dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di

sektor perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang

diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati

perairan dan tujuan yang telah disepakati.

Nabunome (2007) merekomendasikan supaya ada pengaturan ukuran mata

jaring, kontrol terhadap musim dan daerah penangkapan, pengurangan

jumlahupaya tangkap, dan pengaturan waktu penangkapan untuk menghindari

konflik antar nelayan sebagai hasil penelitiannya tentang pengelolaan sumberdaya

ikan demersal (studi empiris di Kota Tegal), Jawa Tengah.

2.7 Kebijakan dan Peraturan Pemerintah

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi sumber daya alam

yang sangat besar, tetapi potensi tersebut jika tidak dikelola secara baik maka

sumberdaya tersebut akan punah. Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan

Page 36: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

16

dan peraturan sejak tahun 1973 sampai tahun 2007 untuk mengatur tentang

pemanfaatan, pemasaran dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Ada 16

perundang-undangan perikanan nasional yang berlaku di Indonesia. Perundang-

undangan ini meliputi semua aspek dari sektor perikanan mulai dari kegiatan

penangkapan ikan, pengelolaan sampai dengan pemasarannya.

Peraturan yang secara langsung berkaitan dengan penelitian ini adalah

Undang-Undang No.45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-Undang

Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Dalam Undang-Undang ini juga

mengatur pengelolaan perikanan di Indonesia. Sesuai pasal 7 ayat 4 dijelaskan

bahwa menteri mengatur jumlah tangkapan yang diperbolehkan, jenis, jumlah,

ukuran, daerah, jalur, waktu, musim penangkapan ikan disesuaikan dengan

potensi dengan mempertimbangkan rekomendasi dari Komisi Nasional yang

mengkaji sumberdaya ikan.

2.8 Instrumen Kebijakan Sumberdaya Perikanan

Menurut Widodo dan Suadi (2006), sumberdaya perikanan perlu dikelola

untuk menjamin pemanfaatan sumberdaya yang berkesinambungan, bertanggung

jawab, dan efisien secara ekonomi. Pembuatan kebijakan pengelolaan perikanan

membutuhkan pertimbangan terhadap aspek biologi, ekologi, sosial, dan ekonomi.

Pertimbangan tersebut antara lain:

1. Pertimbangan biologi

Tugas utama dari pemanfaatan perikanan adalah menjamin bahwa

mortalitas penangkapan tidak melampaui kemampuan populasi untuk

bertahan dan tidak mengancam atau merusak kelestarian serta produktivitas

dari populasi ikan yang dimanfaatkan.

2. Pertimbangan ekologi dan lingkungan

Perubahan lingkungan dapat mempengaruhi dinamika dari populasi ikan,

pertumbuhan, rekruitmen, mortalitas alami, atau kombinasi itu semua

sehingga perlu dipertimbangkan.

3. Pertimbangan sosial, budaya, dan kelembagaan

Populasi manusia bersifat dinamis dan perubahan sosial selalu terjadi karena

dipengaruhi oleh perubahan kondisi politik dan faktor lainnya. Perubahan-

Page 37: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

17

perubahan ini dapat mempengaruhi efektivitas dan strategi pemanfaatan

sehingga perlu dipertimbangkan dan diakomodasi.

4. Pertimbangan ekonomi

Kondisi pengelolaan perikanan yang dihadapkan pada kondisi akses terbuka

(open access) membutuhkan pertimbangan pengelolaan yang efektif untuk

menghindari terjadinya over exploitation.

2.9 Penelitian Terdahulu

Studi penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji penelitian-

penelitian yang telah dilakukan dengan mengangkat topik, produk, maupun alat

analisis yang sama. Studi mengenai penelitian terdahulu juga bertujuan untuk

mengetahui berbagai aspek penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat

dijadikan sebagai pertimbangan penelitian ini. Siagian (2002), melakukan

penelitian mengenai Analisis Hasil Tangkapan Kerang Menggunakan Penggaruk

Kerang Dredge Gear dan Kemungkinan Bentuk Pengembangan Produksi Hasil

Tangkapannya di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Tujuan penelitian adalah

mengetahui potensi hasil tangkapan kerang menggunakan penggaruk kerang

(dredge gear) di Kabupaten Asahan. Data yang digunakan adalah data primer dan

data sekunder. Hasil penelitiannya adalah potensi produksi kerang darah per bulan

adalah rata-rata 543,1 ton (periode 1998-2000). Potensi produksi ini terus

menurun selama 12 triwulan pada periode tersebut. Penurunan potensi produksi

kerang ini disebabkan karena ketersediaan kerang di laut telah mencapai

maksimum. Apabila jumlah alat tangkap ditambah maka potensi sumberdaya

kerang akan habis.

Lubis (1990) melakukan penelitian mengenai Studi tentang Hasil

Tangkapan Ikan Kembung dengan Alat Tangkap Purse seine di Pelabuhan

Perikanan Nusantara Belawan Kotamadya Medan, Sumatera Utara. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui distribusi daerah penangkapan ikan kembung di

perairan Pantai Timur Sumatera Utara. Hasil penelitian adalah jumlah produksi

ikan kembung di Kecamatan Medan Kota Belawan mengalami penurunan yang

disebabkan tingginya eksploitasi. Berdasarkan perhitungan CPUE alat tangkap

purse seine telah melebihi jumlah optimum. Jumlah optimum purse seine di

Page 38: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

18

daerah ini sebesar 359 unit sedangkan yang ada sekarang 401 unit, sehingga

diperlukan pengurangan 42 unit. Penelitian Siagian (2002) dan Lubis (1990)

memiliki persamaan alat analisis berupa analisis bioekonomi dalam menentukan

perikanan tangkap yang optimal dan memiliki persamaan wilayah penelitian yaitu

Pantai Timur Sumatera Utara.

Surbakti (2012) melakukan penelitian Analisis Musim dan Daerah

Penangkapan Ikan Teri (Stolephorus sp.) Berdasarkan Kandungan Klorofil-a di

Perairan Sibolga, Sumatera Utara. Tujuan penelitian adalah menentukan pola

musim penangkapan ikan teri di Perairan Sibolga. Hasil penelitian adalah puncak

musim penangkapan ikan teri di Perairan Sibolga terdapat pada musim barat

(Desember-Februari) dengan Indeks Musim Penangkapan (IMP) sebesar

134,56%.

Akbar (2010), melakukan penelitian mengenai Kajian Ekonomi

Sumberdaya Perikanan Tangkap di Kabupaten Pemalang. Tujuan penelitian

adalah mengkaji alokasi optimum pemanfaatan sumberdaya ikan teri dengan

menggunakan model bioekonomi. Data yang digunakan adalah data primer dan

data sekunder. Hasil perhitungan optimum menghasilkan kondisi optimal nilai

biomassa (x) 159.221 ton/tahun, hasil tangkapan lestari (h) 75.110 ton/tahun, dan

effort (E) nelayan sebesar 3.657 trip/tahun.

Page 39: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

19

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Indonesia memiliki keanekaragaman jenis ikan mulai dari ikan pelagis

besar dan kecil, ikan demersal, ikan karang konsumsi, udang, lobster dan cumi-

cumi di sebelas wilayah pengelolaan perikanan telah banyak yang mengalami

fenomena overfishing. Selat Malaka (WPP-NRI 571) merupakan salah satu

wilayah penangkapan ikan yang diduga telah mengalami overfishing. Jenis

perikanan yang dapat dimanfaatkan di Selat Malaka beraneka ragam. Salah satu

jenis ikan yang paling banyak dimanfaatkan adalah ikan pelagis kecil. Ikan teri

termasuk golongan ikan pelagis kecil banyak dimanfaatkan dan produksi tiap

tahunnya terus meningkat.

Kabupaten Asahan merupakan kabupaten yang daerah pemanfaatan ikan

tangkapnya berada di Selat Malaka. Berdasarkan data Dinas Kelautan dan

Perikanan, Kabupaten Asahan memproduksi ikan teri dalam jumlah besar hingga

ratusan ton. Potensi ekonomi ini memberikan dampak positif dan negatif bagi

sumberdaya ikan teri. Keberadaan ikan teri memberikan pengaruh positif bagi

pendapatan nelayan Kabupaten Asahan tetapi dorongan untuk memperoleh

pendapatan yang lebih besar memicu terjadinya overfishing sehingga memberikan

dampak negatif bagi keberadaan ikan teri di masa datang.

Operasi penangkapan merupakan salah satu wujud dari proses produksi

perikanan. Produksi perikanan sangat tergantung dari sumberdaya perikanan dan

faktor-faktor ekonomi yang digunakan oleh nelayan dalam melakukan usaha

penangkapan ikan. Input yang digunakan dalam usaha produksi penangkapan ikan

adalah alat tangkap dan upaya penangkapan, biaya per trip, harga jual hasil

tangkapan. Nelayan umumnya tidak memperhatikan tingkat pemanfaatan yang

telah dilakukan sudah melebihi batas lestari atau belum sehingga nelayan akan

merugi ketika jumlah tangkapan semakin sedikit. Selama ini aspek biologi secara

parsial telah mendapatkan perhatian yang cukup besar, sementara aspek ekonomi

serta interaksi bioekonomi belum begitu diperhatikan. Penelitian ini menggunakan

analisis bioekonomi dengan metode Gordon-Schaefer untuk menghitung MSY

dan MEY ikan teri di Kabupaten Asahan.

Page 40: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

20

Analisis bioekonomi terhadap ketersediaan stok ikan perlu dilakukan

sebagai pertimbangan dalam kebijakan pengelolaan yang berkelanjutan. Penelitian

ini dilakukan guna menyelaraskan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di

Kabupaten Asahan dengan pengelolaan yang dilakukan pemerintah. Umumnya

kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan adalah sulitnya

mengetahui jumlah stok ikan dan jumlah upaya optimal yang seharusnya

dilakukan. Hal ini terkait dengan sifat alamiah sumberdaya ikan yang dinamis

dalam ruang tiga dimensi serta tidak adanya property right yang jelas (bersifat

open access property) sehingga menyebabkan nelayan bebas keluar masuk dalam

pemanfaatan sumberdaya ikan.

Analisis terhadap laju degradasi dan depresiasi di perairan Kabupaten

Asahan juga dilakukan pada penelitian ini. Analisis laju degradasi dan depresiasi

dapat dihitung dengan menggunakan data yang diperoleh dari hasil analisis

bioekonomi. Analisis laju degradasi sumberdaya ikan teri dilakukan dengan

membandingkan produksi aktual dan produksi lestari dari aktivitas perikanan.

Sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Asahan akan diketahui apakah telah

terdegradasi atau belum dengan analisis degradasi.

Hasil analisis bioekonomi, degradasi, serta depresiasi akan menghasilkan

kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan teri saat ini. Selanjutnya dilakukan analisis

terhadap persepsi nelayan terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri di perairan

Kabupaten Asahan. Setelah melakukan tahapan-tahapan tersebut maka kondisi

pemanfaatan sumberdaya dan hasil analisis terhadap persepsi yang diperoleh

untuk dijadikan sebagai justifikasi dalam menentukan pemanfaatan sumberdaya

ikan teri selanjutnya. Kerangka berpikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 41: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

21

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian

Analisis Bioekonomi Gordon-Schaefer (Gordon, 1954)

• Karakteristik nelayan ikan teri

• Persepsi nelayan terhadap kelestarian ikan teri

Estimasi pemanfaatan sumberdaya

ikan teri kondisi aktual

dan lestari

Estimasi tingkat laju

degradasi dan depresiasi ikan teri Asahan

Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan teri yang berkelanjutan

Pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan teri di Kabupaten Asahan

Penangkapan ikan teri Karakteristik nelayan dan persepsi pemanfaatan sumberdaya ikan teri

Data primer: hasil tangkapan • Jumlah unit alat

tangkap • Jumlah trip • Hasil

penangkapan • Biaya • Harga

Data sekunder: • Data time series upaya (2002-2010) • Data time series produksi

ikan teri (2002-2010)

Data primer: Hasil kuisioner dan wawancara mengenai kondisi serta persepsi nelayan setempat

Analisis deskriptif kualitatif

Page 42: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

22

Page 43: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

23

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada dua kecamatan di Kabupaten Asahan,

Provinsi Sumatera Utara yaitu Kecamatan Tanjung Balai dan Silau Laut.

Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) karena berdasarkan data,

daerah ini merupakan salah satu pusat kegiatan perikanan di Sumatera Utara.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Mei 2012.

4.2 Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian survei. Pengertian survei

dibatasi pada pengertian sampel survei yaitu informasi dikumpulkan dari sebagian

populasi untuk mewakili seluruh populasi. Informasi dikumpulkan dari responden

dengan menggunakan kuesioner. Metode survei dipilih karena dapat dijadikan

basis dalam pengambilan keputusan dari obyek yang diwakilinya secara

keseluruhan. Metode survei terdiri dari survei kuantitatif yaitu mengamati kondisi

fisik dan data statistik sumberdaya ikan teri dan survei kualitatif yang mengamati

interaksi sosial masyarakat dengan sumberdaya ikan teri.

4.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dan

wawancara langsung dengan nelayan serta key person. Key person yang dimaksud

adalah pejabat di lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi

Sumatera Utara dan DKP Kabupaten Asahan serta instansi terkait lainnya yang

memiliki kompetensi dalam pengambilan keputusan dan kebijakan pemanfaatan

sumberdaya ikan teri di Kabupaten Asahan.

Data primer yang diperoleh dari hasil wawancara responden adalah data

mengenai karakteristik nelayan, jumlah produksi, harga, biaya operasional,

pendapatan, dan persepsi nelayan melalui wawancara. Data sekunder yang

diperlukan dalam penelitian ini adalah data berkala (time series) hasil tangkapan,

Page 44: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

24

upaya tangkapan, dan harga rata-rata ikan selama periode 9 tahun terakhir, alat

tangkap, IHK. Data sekunder diperoleh dari DKP Provinsi Sumatera Utara, DKP

Kabupaten Asahan, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara. Data

sekunder juga diperoleh dari buku, tesis, skripsi, internet, serta instansi lain yang

terkait. Data diolah dengan menggunakan perangkat lunak diantaranya Microsoft

Excell 2007, Maple13, SPSS. Tabel 3 dapat dilihat jenis dan sumber data yang

digunakan dalam analisis bioekonomi, seperti data produksi ikan teri, effort, biaya

operasional, harga ikan, dan Indeks Harga Konsumen (IHK).

Tabel 3. Jenis dan Sumber Data Jenis Data Sumber Data Output

Data Primer 1. Biaya operasional

nelayan

Wawancara nelayan dan survei lapang

Besaran biaya operasional nelayan/trip

2. Musim penangkapan ikan

Musim penangkapan ikan teri

3. Persepsi nelayan mengenai sumberdaya ikan teri

Persepsi nelayan mengenai sumberdaya ikan teri

Data Sekunder 1. Data geografis dan

demografis BPS dan DKP Kabupaten

Asahan Gambaran umum lokasi penelitian

2. Data produksi ikan DKP Kabupaten Asahan Produksi ikan tahunan 3. Data effort (upaya

penangkapan) DKP Kabupaten Asahan Effort tahunan

4. Data harga ikan DKP Kabupaten Asahan Harga nominal ikan tahunan

5. Indeks Harga Konsumen

BPS Harga riil ikan tahunan

4.4 Metode Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini meliputi nelayan yang melakukan usaha

penangkapan ikan teri di Kabupaten Asahan. Populasi yang dikaji adalah jumlah

nelayan pemilik unit armada kapal pukat teri di lokasi penelitian. Pengambilan

contoh dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling atau

pemilihan responden secara sengaja dengan pertimbangan bahwa unit

penangkapan homogen. Contoh yang diambil sebanyak 40 nelayan. Hal ini

berdasarkan asumsi dalam pengambilan contoh adalah menyebar normal sehingga

jumlah contoh ≥ 30 dapat dilakukan dalam penelitian ini (Sudjana, 2005).

Page 45: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

25

4.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui

pendekatan surplus produksi untuk analisis bioekonomi dan analisis ragam

mengenai persepsi nelayan. Pendekatan surplus produksi dan analisis bioekonomi

digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan ikan teri serta rente ekonomi

dari aktivitas penangkapan ikan teri tersebut. Analisis ragam untuk menganalisis

hubungan antara persepsi dengan faktor internal dan eksternal nelayan.

4.5.1 Analisis Hasil Tangkapan per Upaya (Catch Per Unit Effort)

Data hasil upaya penangkapan ikan dianalisis dengan menghitung nilai

hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE). Tujuan dari perhitungan CPUE

adalah untuk mengetahui kelimpahan dan tingkat pemanfaatan perikanan

berdasarkan pembagian total hasil tangkapan (catch) dengan upaya penangkapan

(effort). Formulasi yang digunakan dalam menghitung nilai CPUE adalah (Fauzi

dan Anna, 2005):

.................................................................................................. (4.1)

Keterangan:

CPUEt = Hasil tangkapan ikan teri per upaya penangkapan pada tahun ke-t

(ton per unit)

Catcht = Hasil tangkapan ikan teri pada tahun ke-t (ton)

Effortt = Upaya penangkapan ikan teri pada tahun ke-t (unit)

4.5.2 Analisis Biologi

Analisis biologi digunakan untuk menduga stok atau potensi sumberdaya

ikan, serta untuk mengetahui kondisi optimum dari tingkat upaya penangkapan.

Metode yang digunakan adalah metode surplus produksi. Metode ini bertujuan

untuk menentukan tingkat output optimum, yaitu suatu upaya yang dapat

menghasilkan tangkapan maksimum yang lestari tanpa mempengaruhi

produktivitas stok jangka panjang serta biasa disebut hasil tangkapan maksimum

lestari (Maximum Sustainable Yield). Model surplus produksi Schaefer digunakan

sebagai basis model untuk menghitung potensi bioekonomi pada penelitian ini.

Page 46: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

26

Model surplus produksi Schaefer telah digunakan oleh Gordon sebagai basis

biologi dalam perhitungannya sehingga model tersebut dikenal dengan model

Gordon-Schaefer.

CPUE= α – βE .................................................................................................. (4.2)

Keterangan:

CPUE = catch per unit effort

E = effort

α = intersep

β = slope

Schaefer juga menghubungkan tingkat produksi ikan (h) dan upaya

penangkapannya (E):

h = CPUE . E

h = (a-bE)E

h = aE-bE2 ....................................................................................................... (4.3)

4.5.3 Analisis Bioekonomi

Metode bioekonomi memasukkan variabel ekonomi. Biaya penangkapan

yang digunakan dalam estimasi merupakan rata-rata biaya operasional

penangkapan. Biaya ini merupakan biaya nominal yang secara matematis dapat

ditulis:

………………………………………….....……….. ..................... (4.4)

Keterangan:

Cnomt = Biaya nominal rata-rata tahun t (Rp per unit upaya)

Ci = Biaya penangkapan responden ke-i (Rp per unit upaya)

n = Jumlah responden

Biaya nominal distandarisasi dengan menggunakan IHK untuk menghindari

inflasi dengan rumus:

............................................................................................. (4.5)

Page 47: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

27

Keterangan:

Criilt = Biaya riil ikan teri pada tahun t (Rp per unit upaya)

Cnomt= Biaya nominal rata-rata tahun t (Rp per unit upaya)

IHK t= Indeks Harga Konsumen pada tahun t

Harga ikan teri dapat ditentukan dengan rumus:

........................................................................................ (4.6)

Keterangan:

Priilt = Harga riil ikan teri pada tahun t (Rp per ton)

Pnomt= Harga nominal ikan teri tahun ke-t (Rp per ton)

IHK t= Indeks Harga Konsumen pada tahun t

Jika kedua parameter ekonomi tersebut telah diketahui, maka TR (Total Revenue),

TC (Total Cost), dan keuntungan ekonomi (π) diperoleh dengan persamaan

(Fauzi, 2006):

… .......................................................................................................... (4.7)

............................................................................................................. (4.8)

Maka,

……………………………………………………….…. .............. (4.9)

.................................................................................................... (4.10)

… .......................................................................... (4.11)

Keterangan:

π = Rente Ekonomi

TR = Total Penerimaan

TC = Total biaya

4.5.4 Analisis Laju Degradasi

Sumberdaya perikanan sangat rentan mengalami degradasi akibat adanya

aktivitas pemanfaatan terhadap sumberdaya. Laju degradasi dari sumberdaya ikan

dapat dihitung menggunakan formulasi (Anna, 2003):

............................................................................................... (4.12)

Page 48: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

28

Keterangan:

hst = Produksi lestari (ton)

hat = Produksi aktual (ton)

= Koefisien atau laju degradasi

e = Bilangan natural (2,71828)

Apabila nilai laju degradasi melebihi 0,5 ( >0,5) maka sumberdaya ikan

mengalami degradasi, sebaliknya jika nilai laju degradasi kurang dari 0,5 (

<0,5), maka sumberdaya ikan di perairan suatu wilayah belum mengalami

degradasi (Fauzi dan Anna, 2005).

4.5.5 Analisis Laju Depresiasi

Perhitungan laju depresiasi sumberdaya menurut Anna (2003)

padadasarnya sama dengan laju degradasi. Namun dalam hal ini parameter

ekonomi menjadi variabel yang menentukan perhitungan laju depresiasi yang

dirumuskan sebagai berikut (Wahyudin, 2005):

.............................................................................................. (4.13)

Keterangan:

πst = Rente lestari (Rp)

πat = Rente aktual (Rp)

= Koefisien atau laju depresiasi

e = Bilangan natural (2,71828)

3.5.6 Analisis Persepsi Nelayan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Teri

Persepsi nelayan dianalisis dengan menggunakan pendekatan metode uji

yaitu analisis ragam (Nasir, 1985). Persepsi nelayan diuji berdasarkan faktor-

faktor berikut yaitu jenjang pendidikan, pengalaman melaut, keikutsertaan

organisasi nelayan dan umur. Analisis ragam digunakan untuk mengetahui

perbedaan persepsi nelayan, yaitu:

Page 49: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

29

1. Persepsi terhadap sumberdaya ikan teri

a. Persepsi terhadap faktor- faktor yang menyebabkan fluktuasi tangkapan

b. Persepsi terhadap sumberdaya ikan teri yang dapat habis

c. Persepsi mengenai cara menjaga kelestarian sumberdaya ikan teri

d. Persepsi terhadap dampak by catch

2. Persepsi terhadap alat tangkap

a. Persepsi mengenai cara penangkapan ikan teri yang diperbolehkan

b. Persepsi mengenai teknologi baru perikanan

c. Persepsi mengenai sistem perizinan kapal

3. Persepsi terhadap program pemerintah

a. Persepsi mengenai adanya penyuluhan dari pemerintah terkait pelestarian

sumberdaya ikan teri

b. Persepsi mengenai adanya bantuan dari pemerintah

4. Persepsi terhadap lingkungan

a. Persepsi mengenai bahaya pencemaran di laut

Persepsi responden akan diperoleh dengan menggunakan skala Likert

(summated rating scale). Para responden akan diberikan pertanyaan dengan

pilihan jawaban berjenjang seperti: sangat tidak mengetahui (STM), kurang

mengetahui (KM), mengetahui (M), lebih mengetahui (LM), dan sangat

mengetahui (SM). Pilihan jawaban diberi skor secara konsisten dari 1 sampai 5.

Data kualitatif dari pengisian kuesioner kemudian diubah ke dalam bentuk

kuantitatif dengan cara memberikan skor secara konstan. Jawaban yang sudah

diubah ke dalam bentuk kuantitatif kemudian dijumlahkan sehingga dapat diuji

dengan menggunakan analisis ragam.

Tabel 4. Analisis Ragam Klasifikasi Satu Arah untuk Ukuran Contoh Tidak Sama

Sumber Keragaman

Derajat Bebas

Jumlah Kuadrat

Kuadrat Tengah

F Hitung F Tabel

Kolom nilai tengah

k-1 JKK S12= JKK

k-1 S1

2/S22 F (v1, v2)

Sisa N-k JKS S22= JKS

N-k

Total N-1 JKT Sumber: Nasir, 1985

Page 50: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

30

Rumus yang akan digunakan adalah:

................................................................................... (4.14)

.................................................................................... (4.15)

JKS = JKT-JKK ............................................................................................... (4.16)

Asumsi : data yang akan diuji menyebar normal

Hipotesis:

H0 : µ1 = µ2 = µ3 = ...= µi = 0; artinya bahwa faktor yang diuji tidak memberikan

pengaruh yang berbeda nyata dalam penelitian

H1: minimal ada satu µi ≠ 0; artinya bahwa faktor yang diuji memberikan

pengaruh yang berbeda nyata dalam penelitian

Kaidah keputusan yang harus diambil adalah sebagai berikut:

1. Jika Fhitung> Ftabel, maka keputusan tolak H0

2. Jika Fhitung< Ftabel, maka keputusan terima H0

4.6 Asumsi Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi yang ditetapkan berdasarkan

asumsi yang dikembangkan oleh Clark (1985), yaitu:

1) Keadaan perairan tidak terjadi bencana maupun pencemaran

2) Populasi ikan teri menyebar secara merata di seluruh daerah tangkapan yaitu

perairan Selat Malaka.

3) Biaya penangkapan ikan teri per unit upaya dihitung dari biaya rata-rata

operasional nelayan. Biaya operasional ini diperoleh dari penjumlahan semua

biaya yang dibutuhkan nelayan selama melaut, dan di darat terkait dengan

kegiatan penangkapan dalam perhitungan analisis bioekonomi.

4) Harga ikan teri per satuan hasil tangkapan adalah konstan dari rata-rata yang

telah dikonversi dengan Indeks Harga Konsumen Provinsi Sumatera Utara

dalam perhitungan bioekonomi.

Page 51: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

31

4.7 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel adalah pengukuran yang perlu dijelaskan

untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda terhadap variabel yang

digunakan dan untuk menghindari kesamaan dan tidak dimasukkannya beberapa

data dalam penelitian. Konsep operasional variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Produksi (catch) adalah total hasil tangkapan ikan teri yang didaratkan

dengan satuan pengukuran yang digunakan adalah ton.

2. Upaya tangkap (effort) adalah upaya penangkapan ikan teri dengan satuan

ukuran yang digunakan adalah trip/tahun.

3. CPUE (Cacth Per Unit Effort) adalah hasil tangkapan per upaya tangkap

(effort) dari suatu alat tangkap satuannya ton/trip.

4. Harga (p) adalah nilai rata-rata dari keseluruhan harga-harga ikan teri hasil

tangkapan yang diperoleh unit upaya (kapal) yang telah diproporsikan

berdasarkan jumlah tangkapan ikan teri. Harga yang diperoleh merupakan

harga rata-rata. Satuan yang digunakan adalah rupiah.

5. Biaya rata-rata (c) adalah nilai rata-rata dari total biaya yang dikeluarkan per

unit kapal/perahu dalam periode 1 tahun, yang meliputi biaya tetap,

pemeliharaan, biaya administrasi dan biaya operasional. Satuan yang

digunakan adalah rupiah.

6. TR (Total Revenue) adalah hasil perkalian antara harga rata-rata (p) dan hasil

tangkapan (h). Satuan yang digunakan adalah rupiah.

7. TC (Total Cost) adalah hasil perkalian antara biaya rata-rata (c) dan jumlah

unit kapal (e). Satuan yang digunakan adalah rupiah.

8. Rente ekonomi (π) adalah selisih total pendapatan (Total Revenue) dikurangi

dengan total biaya (Total Cost). Satuan yang digunakan adalah rupiah.

9. MSY (Maximum Sustainable Yield) adalah produksi yang dapat mencapai

jumlah produksi fisik yang maksimum. Satuannya adalah ton/tahun.

10. MEY (Maximum Economic Yield) adalah produksi yang dapat mencapai

keuntungan ekonomi (profit) yang maksimum. Satuannya adalah ton/tahun.

Page 52: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

32

4.8 Batasan Penelitian

Penelitian ini membatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1. Obyek penelitian adalah sumberdaya ikan teri yang merupakan salah satu

komoditas Kabupaten Asahan.

2. Wilayah perairan yang diteliti adalah perairan Kabupaten Asahan yang berada

di Wilayah Pengelolaan Perikanan Selat Malaka (WPP-NRI 571).

3. Alat tangkap yang diestimasi pada penelitian hanya merupakan alat tangkap

yang saat ini masih digunakan oleh nelayan ikan teri di Kabupaten Asahan

sehingga tidak dilakukan estimasi pada alat tangkap yang sudah tidak

digunakan dan alat tangkap yang bersifat ilegal.

4. Data produksi dan jumlah effort yang diperoleh untuk setiap alat tangkap

menggunakan proxy variable yaitu dalam bentuk persentase dengan rujukan

hasil penelitian terdahulu dan data yang diperoleh dari instansi terkait.

5. Faktor-faktor yang terkait dalam analisis tidak mempertimbangkan cuaca,

angin, curah hujan, dan kondisi alamiah lainnya karena dianggap konstan.

6. Aktivitas penangkapan legal ikan teri yang diteliti berada di area 4-12 mil

dari pantai.

Page 53: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Keadaan Umum Kabupaten Asahan

5.1.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam

Asahan merupakan salah satu kabupaten yang berada di kawasan Pantai

Timur Sumatera Utara. Letak astronomisnya antara 2003’00”-3026’00” LU dan

99001’-100000’ BT dengan ketinggian 0-1.000 m di atas permukaan laut. Luas

wilayah Asahan sebesar 5,13% dari total luas daratan Sumatera Utara. Lokasi

penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Batas wilayah Kabupaten Asahan secara

administratif adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Batubara

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Toba

Samosir

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun

- Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

Kabupaten Asahan memiliki area seluas 379,939 Ha yang terdiri dari 25

kecamatan, 177 desa dan 27 kelurahan. Ibukota Kabupaten Asahan terletak di

Kisaran yang terbagi menjadi 2 (dua) kecamatan, yaitu Kecamatan Kisaran Barat

dan Kecamatan Kisaran Timur (BPS, 2011).

Umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara,

daerah Asahan termasuk daerah yang beriklim tropis. Daerah ini memiliki 2

musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim

hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah

hujan pada bulan terjadinya musim (BPS, 2011).

Kawasan pesisir Kabupaten Asahan merupakan wilayah yang mempunyai

hamparan mangrove yang luas dengan ketebalan yang bervariasi antara 50-150

meter. Hutan mangrove tersebut ditumbuhi oleh mangrove sejati dan mangrove

semu. Luas hutan mangrove di Kabupaten Asahan adalah 4.801,2 Ha tetapi

sebagian besar berada dalam kondisi rusak (DKP Kabupaten Asahan, 2011).

Page 54: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

34

Daerah pantai di Kabupaten Asahan didominasi oleh pantai berpasir, baik

pasir kwarsa maupun feldspar. Keadaan fisik pantai berpasir sangat dipengaruhi

oleh gerakan ombak, khususnya dalam pembentukan ukuran partikel. Topografi

pantai umumnya landai dengan laut yang dangkal. Pantai berpasir ini memberi

peluang bagi pengembangan wisata pantai/wisata bahari seperti Pantai Kuala

Indah, Pantai Sejarah, Pantai Pasir Putih, Pulau Salah Nama dan Pulau Pandan

(DKP Kabupaten Asahan, 2011).

Kabupaten Asahan memiliki lima kecamatan yang berbatasan dengan laut

dan merupakan sentral kegiatan perikanan. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan

Silau laut, Tanjung balai Sei Kepayang, Sei Kepayang Timur dan Sei Kepayang

Barat. Rincian kecamatan dan desa pesisir dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kecamatan dan Desa Pesisir di Kabupaten Asahan Kecamatan Pesisir Desa Pesisir Silau Laut Silau Baru Tanjung Balai Pematang Sei Baru, Asahan Mati , Bagan Asahan ,

Bagan Asahan Baru, Sei Apung, Sei Pasir Sei Kepayang Sei Jawi-Jawi, Sei Serindan, Sei Tempurung Sei Kepayang Timur Sei Sarang Elang, Sei Pasir, Sei Sembilang Sei Kepayang Barat Sei Kepayang Kanan, Sei Kepayang Kiri, Sei Nangka

Sumber: DKP Kabupaten Asahan, 2011

Berdasarkan data kecamatan sebelumnya, ada dua kecamatan yang

merupakan sentra produksi ikan teri yaitu Kecamatan Silau Laut dan Tanjung

Balai. Kecamatan Silau Laut merupakan salah satu kecamatan yang berada di

kawasan pantai Timur Sumatera Utara dan terletak di wilayah pesisir. Luas

wilayah Kecamatan Silau Laut sebesar 10.780 Ha (107,80 km). Batas kecamatan

Silau Laut di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Air Joman, di sebelah

Barat berbatasan dengan Kecamatan Rawang Panca Arga, di sebelah Timur

berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Balai dan Selat Malaka, di sebelah Utara

berbatasan dengan Kabupaten Batu Bara dan Selat Malaka. Kecamatan Silau Laut

memiliki 5 desa Lubuk Palas, Bagan Sari, Silau Lama, Silau Bonto, dan Silau

Baru (BPS, 2011).

Kecamatan Tanjung Balai merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Asahan yang terletak di dataran rendah dan merupakan daerah Pantai Utara Timur

Sumatera Utara. Kecamatan Tanjung Balai berada pada 0-1 meter di atas

permukaan laut. Luas wilayah Kecamatan Tanjung Balai sebesar 60,20 km2 (6.020

Page 55: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

35

Ha). Batas Kecamatan Tanjung Balai di sebelah Utara berbatasan dengan Selat

Malaka, di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka, di sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang, dan di sebelah Barat berbatasan

dengan Kecamatan Air Joman dan Kota Tanjung Balai. Ada beberapa sungai yang

melewati kecamatan ini, diantaranya yaitu Sungai Asahan, Sei Apung, Sei

Pematang, Sei Kapias dan lainnya (BPS, 2011).

5.1.2 Kondisi Oseanografi

Perairan Pantai Timur Sumatera Utara secara umum merupakan perairan

yang dangkal dengan lereng dasar perairan yang landai. Hal ini terjadi karena

perairan pantai timur ini merupakan daerah pengendapan yang terjadi akibat

pasokan sedimen dari muara sungai dan pergerakan sedimen sepanjang pantai.

Pantai yang terdapat di Kabupaten Asahan kurang berlekuk-lekuk dan garis

pantainya jauh lebih panjang jika dibandingkan dengan kabupaten lain yang ada

di wilayah Pantai Timur Sumatera Utara (sekitar 118 Km). Sepanjang pantai

terdapat pelumpuran dengan ketebalan yang bervariasi antara 1-3 km dari garis

pantai. Kelandaian dasar perairan untuk kontur kedalaman kedalaman 5-10 meter

sangat bervariasi dan tidak mengikuti pola garis pantai (BPPT, 2010).

Pasang surut merupakan fenomena alam yang terlihat berupa naik

turunnya muka (paras) laut secara periodik. Pasang surut dibangkitkan oleh gaya

tarik benda-benda angkasa terutama bulan dan matahari terhadap bumi. Pasang

surut di perairan Kabupaten Asahan dipengaruhi oleh perambatan pasang surut

semi harian yang berasal dari Laut Andaman yang bergerak dari arah barat

menuju tenggara. Pasang surut di Bagan Asahan (Muara Sungai Asahan) berkisar

antara 1,1 saat pasang perbani sampai 3,9 meter saat pasang purnama (BPPT,

2010).

5.1.3 Demografi

Jumlah penduduk Asahan tahun 2010 sebesar 658.272 jiwa dengan

kepadatan penduduk sebesar 179,67 jiwa per km2. Sebagian besar penduduk

bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar 61,29 % dan sisanya 38,71 %

tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 156. Setiap rumah

Page 56: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

36

tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4 jiwa, sedangkan laju pertumbuhan penduduk

dari 2000-2010 sebesar 1,15 % (BPS, 2011).

Jika dilihat dari jenis kelamin, jumlah penduduk perempuan pada tahun

2010 lebih sedikit dari penduduk laki-laki yang berjumlah 50,27 persen dan

penduduk perempuan sebesar 49,73 persen. Rasio jenis kelamin sebesar 101,09

yang artinya dari 100 penduduk perempuan terdapat kira-kira 101 penduduk laki-

laki (BPS, 2011).

Tabel 6. Indikator Kependudukan Asahan Tahun 2007-2010 Uraian 2007 2008 2009 2010

Jumlah Penduduk (x 1.000 jiwa) 676,60 688,52 700,61 668,27 Pertumbuhan Penduduk (%) 1,56 1,76 1,71 -0,04 Kepadatan Penduduk (jiwa/km) 182,00 185,00 188,00 179,67 Sex ratio L/P (%) 99,11 99,11 99,28 101,09 Jumlah Rumah Tangga (1.000 RT) 151,76 162,09 168,02 156,22 Rata-rata Anggota Rumah Tangga (jiwa/RT)

4,46 4,06 4,17 4,00

Sumber : BPS, 2011

Tabel 6 di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk di Kabupaten

Asahan mengalami peningkatan dari tahun 2007-2009. Jumlah penduduk tertinggi

terjadi pada tahun 2009 kemudian mengalami penurunan pada tahun 2010.

Penurunan jumlah penduduk ini disebabkan oleh faktor emigrasi yang tinggi

karena meningkatnya jumlah penduduk yang merantau atas dorongan ekonomi.

5.2 Kondisi Perikanan Kabupaten Asahan

5.2.1 Potensi Perikanan Asahan

Potensi perikanan laut dan wilayah pesisir Kabupaten Asahan kurang lebih

sesuai dengan garis pantai yaitu sepanjang 57 Km dengan luas kewenangan laut

68,4 Km2. Keadaan pantai umumnya landai dan berlumpur serta ditumbuhi hutan

bakau. Pengembangan penangkapan ikan di laut diarahkan untuk mengoptimalkan

potensi yang ada terutama wilayah kecamatan Silau Laut, Sei Kepayang Induk,

Sei Kepayang Timur, Sei Kepayang Barat dan Tanjung Balai. Selain itu,

pembangunan diarahkan pada peningkatan usaha penangkapan ikan kearah Selat

Malaka (Zona Ekonomi eksklusif/ZEE). Potensi perikanan dan kelautan Asahan

terdiri dari potensi kelautan dan aneka sumberdaya didalamnya, daerah aliran

sungai (DAS), pantai, hutan mangrove, rawa dan berbagai potensi perairan umum

Page 57: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

37

lainnya. Jenis ikan yang ditangkap antara lain: kakap, kerapu, senangin, tongkol,

bawal hitam, bawal putih, tenggiri, pari, teri, cumi, sotong, kepiting, rajungan,

udang putih dan udang windu, dan lain-lain (DKP Kabupaten Asahan, 2011).

Kabupaten Asahan memiliki satu Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dan satu

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Keduanya terletak di Kecamatan Tanjung Balai.

Kabupaten Asahan juga memiliki 13 galangan kapal yang terletak di Kecamatan

Tanjung Balai (DKP Kabupaten Asahan, 2011).

Jumlah nelayan di Kabupaten Asahan adalah 12.931 orang yang terdiri

dari nelayan penuh, sambilan utama dan sambilan tambahan. Sebagian besar

nelayan di Kabupaten Asahan adalah nelayan penuh yaitu 4.305 orang.

Kecamatan Tanjung Balai memiliki jumlah nelayan tebanyak dibanding

kecamatan pesisir lainnya yaitu 6.957 orang. Secara rinci jumlah nelayan dapat

dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Jumlah Nelayan di Wilayah Pesisir Tahun 2010

Kecamatan

Jumlah Pemilik (orang) Jumlah Buruh (orang)

Jumlah (orang)

Nel

ayan

pe

nuh

Nel

ayan

S

ambi

lan

utam

a

Nel

ayan

S

ambi

lan

Tam

baha

n

Nel

ayan

P

enuh

Nel

ayan

S

ambi

lan

utam

a N

elay

an

Sam

bila

n T

amba

han

Tanjung Balai 2.586 2.265 306 800 600 400 6.957 Silau Laut 336 49 - 301 100 145 931 Sei Kepayang 621 178 243 897 158 242 2.339 Sei Kepayang Timur

473 152 89 270 150 172 1.306

Sei Kepayang Barat 289 127 232 421 137 192 1.398

Jumlah (orang) 4.305 2.771 870 2.689 1.145 1.151 12.931 Sumber: DKP Kabupaten Asahan, 2011

Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah nelayan di daerah penelitian

(Tanjung Balai dan Silau Laut) sebesar 61,00% dari total jumlah nelayan di

Kabupaten Asahan. Hal tersebut menunjukkan bahwa wilayah penelitian

merupakan pusat aktivitas perikanan.

5.2.2 Hasil Produksi dan Nilai Produksi Ikan

Produksi ikan Kabupaten Asahan berfluktuasi tiap tahunnya. Produksi

tertinggi terjadi pada tahun 2003 yaitu 65.540,4 ton sedangkan produksi terendah

terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 55.092,8 ton. Nilai produksi tertinggi terjadi

Page 58: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

38

pada tahun tahun 2010 yaitu sebesar Rp. 1.392.253.000,- sedangkan nilai produksi

terendah terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp. 375.959.300,-. Tabel 8

menunjukkan data produksi dan nilai produksi ikan di Kabupaten Asahan.

Tabel 8. Hasil dan Nilai Produksi Ikan di Kabupaten Asahan

Sumber : : DKP Kabupaten Asahan, 2011

Persentase perubahan produksi yang signifikan terjadi pada tahun 2004.

Penurunan sebesar 15% terjadi pada tahun tersebut dibanding produksi pada tahun

sebelumnya. Persentase perubahan nilai produksi yang signifikan terjadi pada

tahun 2007. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan tingkat harga ikan pada tahun

2007 sehingga meningkatkan nilai produksi ikan. Persentase peningkatan pada

tahun tersebut sebesar 112,99 %.

5.2.3 Armada Perikanan dan Alat Tangkap

Armada kapal yang menjadikan Kabupaten Asahan sebagai fishing base

port adalah perahu tanpa motor dan perahu dengan motor. Jumlah armada perahu

tanpa motor yang beroperasi cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun

selama enam tahun terakhir (2005-2010), sedangkan perahu motor mengalami

fluktuasi. Tahun 2008 terjadi penurunan jumlah armada kapal yang drastis. Hal ini

terjadi akibat kenaikan harga BBM dari Rp 4.500,- menjadi Rp 5.500,- per liter

sehingga banyak nelayan yang keluar dari industri perikanan. Perkembangan

jumlah armada perikanan tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tahun Produksi (ton)

Persentase (%)

Nilai Produksi (x Rp. 1.000,-)

Persentase (%)

2003 65.540,40 - 553.926.220 - 2004 55.092,80 -15,94 375.959.300 -32,13 2005 56.640,90 2,81 385.358.293 2,50 2006 58.189,00 2,73 394.757.285 2,44 2007 61.445,85 5,60 840.813.043 112,99 2008 64.702,70 5,30 1.286.868.800 53,05 2009 57.952,00 -10,43 1.363.995.000 5,99 2010 58.540,80 1,02 1.392.253.000 2,07

Rata-rata 59.763,06 -1,27 824.241.368 20,99

Page 59: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

39

Tabel 9. Perkembangan Jumlah dan Jenis Armada Perikanan di Kabupaten Asahan Tahun 2005-2010

Tahun Perahu Tanpa Motor

Perahu Motor Jumlah Jukung Perahu

2005 190 4.676 4.943 9.809 2006 116 4.704 4.959 9.779 2007 133 4.759 5.031 9.923 2008 14 2.552 3.095 5.661 2009 17 2.577 3.125 5.719 2010 18 2.615 3.172 5.805

Sumber: DKP Kabupaten Asahan, 2011

Armada kapal yang beroperasi di perairan Kabupaten Asahan berkisar

antara 0-30 GT. Kecamatan Tanjung Balai memiliki jumlah kapal terbanyak

dibanding dengan kecamatan pesisir lainnya. Hal ini karena daerah Tanjung Balai

merupakan pusat kegiatan perikanan di Kabupaten Asahan. Sebagian besar kapal

yang beroperasi di perairan Kabupaten Asahan adalah kapal dengan kekuatan 0-5

GT. Kapal yang berkekuatan 60-10 GT dan 11-30 GT masih sangat sedikit

beroperasi di perairan Kabupaten Asahan. Rincian jumlah kapal di tiap kecamatan

disajikan pada Tabel 10 sebagai berikut:

Tabel 10. Jumlah Kapal di Tiap Kecamatan Kabupaten Asahan Tahun 2011

Kecamatan Jumlah Kapal (Unit)

0 – 5 GT 6 – 10 GT 11- 30 GT Sei Kepayang 37 - -

Sei Kepayang Barat 38 - -

Sei Kepayang Timur 500 40 - Tanjung Balai 1.189 269 1 Silau Laut 197 4 -

Sumber: : DKP Kabupaten Asahan, 2011

Kapal yang beroperasi di perairan Kabupaten Asahan menangkap jenis

ikan yang bervariasi dan menggunakan alat tangkap yang bervariasi pula. Ada

limabelas alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kabupaten, seperti bagan

tancap, sero, rawai hanyut, rawai tetap, tuamang, pukat teri, pukat rantai, pukat

cincin, jaring insang hanyut, jaring lingkar, jaring klitik, jaring insang tetap,

tramel net, bubu, dan alat pengumpul kerang. Alat tangkap yang banyak

digunakan pada tahun 2010 adalah jaring insang hanyut. Biasanya alat tangkap

tersebut digunakan nelayan untuk menangkap ikan pelagis besar. Selanjutnya, alat

Page 60: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

40

tangkap yang paling sedikit jumlahnya adalah jaring klitik. Perkembangan jumlah

alat penangkapan ikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Perkembangan Jumlah Alat Penangkapan Ikan di Kabupaten Asahan Tahun 2005-2010

Satuan: Unit

Jenis Alat Tangkap Tahun

2005 2006 2007 2008 2009 2010 Bagan Tancap 56 62 136 100 102 104 Sero 135 149 118 20 21 22 Rawai Hanyut 170 181 239 188 190 193 Rawai Tetap 187 198 238 174 176 179 Tuamang 206 216 289 166 168 171 Pukat Teri 57 62 99 88 91 93 Pukat Rantai 300 310 407 95 98 100 Pukat cincin 105 110 125 - - - Jaring Insang Hanyut 1.624 1.648 1.699 1.681 1.712 1.744 Jaring Lingkar 90 96 108 - - - Jaring Klitik 45 45 48 - - - Jaring Insang Tetap 987 989 1.069 645 652 662 Tramel Net 291 303 378 210 213 217 Bubu 55 61 99 78 81 82 Alat Pengumpul Kerang 582 593 629 443 448 454

Sumber: : DKP Kabupaten Asahan, 2011

Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan teri di Kabupaten

Asahan adalah pukat teri. Selama enam tahun terakhir (2005-2010) pukat teri

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Mayoritas nelayan ikan teri

menggunakan pukat teri dibanding alat tangkap lainnya. Beberapa nelayan ada

yang masih menggunakan songko untuk menangkap ikan teri tetapi pengunaannya

amat sedikit sehingga tidak terdata oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Asahan.

Page 61: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik

Gambaran secara

Asahan ditunjukkan dengan

pendidikan, pengalaman, jumlah tanggungan, daerah asal

yang dimiliki nelayan.

karakteristik nelayan responden adalah sebagai berikut:

6.1.1 Umur

Umur berkaitan dengan kemampuan fisik responden untuk melakukan

kegiatan penangkapan. Sebaran kelompok umur respon

Gambar 5.

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Gambar 5. Umur Nelayan Ikan Teri di Kabupaten Asahan

Sebanyak 42%

tahun. Jadi lebih dari 40%

tahun.

6.1.2 Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor yang menentukan pola pikir seseorang

dalam menentukan jenis pekerjaan

mengalokasikan pendapatan yang diperoleh. Tingkat pendidikan nelayan di

Kabupaten Asahan diketahui 55%

41-50 tahun28%

>50 tahun15%

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Nelayan Responden

secara mikro kondisi nelayan ikan teri di perairan Kabu

Asahan ditunjukkan dengan karakteristik nelayan responden seperti umur, tingkat

man, jumlah tanggungan, daerah asal dan pekerjaan alternatif

yang dimiliki nelayan. Berdasarkan jumlah responden sebanyak 40 orang maka

karakteristik nelayan responden adalah sebagai berikut:

erkaitan dengan kemampuan fisik responden untuk melakukan

kegiatan penangkapan. Sebaran kelompok umur responden dapat dilihat p

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

. Umur Nelayan Ikan Teri di Kabupaten Asahan

ak 42% responden berumur 31-40 tahun dan 28%

tahun. Jadi lebih dari 40% responden berada pada umur produktif yaitu 31

endidikan

Pendidikan merupakan faktor yang menentukan pola pikir seseorang

dalam menentukan jenis pekerjaan yang dilakukan dan keputusan dalam

mengalokasikan pendapatan yang diperoleh. Tingkat pendidikan nelayan di

paten Asahan diketahui 55% dari total responden berpendidikan terakhir SD

21-30 tahun15%

3150 tahun

>50 tahun15%

nelayan ikan teri di perairan Kabupaten

seperti umur, tingkat

dan pekerjaan alternatif

sebanyak 40 orang maka

erkaitan dengan kemampuan fisik responden untuk melakukan

den dapat dilihat pada

. Umur Nelayan Ikan Teri di Kabupaten Asahan

dan 28% berumur 41-50

responden berada pada umur produktif yaitu 31-40

Pendidikan merupakan faktor yang menentukan pola pikir seseorang

g dilakukan dan keputusan dalam

mengalokasikan pendapatan yang diperoleh. Tingkat pendidikan nelayan di

dari total responden berpendidikan terakhir SD

30 tahun

31-40 tahun42%

Page 62: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

42

atau setara, 25% dari total responden berpendidik

Persentase responden yang berpendidika

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Gambar 6. Pendidikan Nelayan Ikan Teri di Kabupaten Asahan

Tingkat pendidikan nelayan di Kabupaten Asahan

rendah. Hal ini disebabkan oleh masalah ekonomi sehingga masyarakat tidak

dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat

pendidikan nelayan ini mempengaruhi pola pikir dan pengetahuan nelayan dalam

menjaga kelestarian sumberdaya ikan teri.

6.1.3 Pengalaman Melaut

Pengalaman berpengaruh terhadap cara penangkapan dan

nelayan. Sebaran pengalaman melaut

sebagai berikut:

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Gambar 7. Pengalaman Nelayan Ikan T

Pengalaman nelayan ikan teri di Kabupaten

nelayan dengan pengalaman >30 tahun

pengalaman 21 sampai 30, 11 sampai 20 dan

30%, 18%, dan 12%.

SLTP/sederajat25%

SLTA/sederajat20%

> 30 tahun40%

dari total responden berpendidikan terakhir SLTP atau sederajat.

Persentase responden yang berpendidikan terakhir SLTA sebesar 20%.

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

. Pendidikan Nelayan Ikan Teri di Kabupaten Asahan

ingkat pendidikan nelayan di Kabupaten Asahan secara rata-

rendah. Hal ini disebabkan oleh masalah ekonomi sehingga masyarakat tidak

dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat

pendidikan nelayan ini mempengaruhi pola pikir dan pengetahuan nelayan dalam

an sumberdaya ikan teri.

Pengalaman Melaut

Pengalaman berpengaruh terhadap cara penangkapan dan skill

Sebaran pengalaman melaut responden dapat dilihat pada Gambar 7

Data, 2012

Pengalaman Nelayan Ikan Teri di Kabupaten Asahan

Pengalaman nelayan ikan teri di Kabupaten Asahan diketahui bahwa 40%

n dengan pengalaman >30 tahun. Selanjutnya nelayan yang memiliki

man 21 sampai 30, 11 sampai 20 dan ≤ 10 tahun berturut-turu

SD/sederajat55%

SLTA/sederajat

≤ 10 tahun12%

11-20 tahun18%

21-30 tahun30%

an terakhir SLTP atau sederajat.

. Pendidikan Nelayan Ikan Teri di Kabupaten Asahan

-rata masih

rendah. Hal ini disebabkan oleh masalah ekonomi sehingga masyarakat tidak

dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Rendahnya tingkat

pendidikan nelayan ini mempengaruhi pola pikir dan pengetahuan nelayan dalam

skill seorang

ada Gambar 7

eri di Kabupaten Asahan

Asahan diketahui bahwa 40%

. Selanjutnya nelayan yang memiliki

turut adalah

Page 63: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

6.1.4 Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan faktor yang mempengaruhi kebutuhan

keluarga nelayan di kecamatan pesisi

memiliki tanggungan sebanyak 4 orang, 17

13% dengan tanggungan 5 dan >7 orang, 7% dengan tanggungan 1

dengan tanggungan 6 orang.

pada Gambar 8.

Sumber: Hasil Analisis Data

Gambar 8. Jumlah T

Tanggungan nelayan ini terdiri dari istri, anak, ibu, mertua, dan keluarga

lainnya yang menggantungkan hidupnya dari hasil penangkapan ikan teri di

perairan Kabupaten Asahan. Nelayan yang tidak memiliki tanggungan adalah

nelayan yang belum menikah dan han

6.1.5 Daerah Asal

Nelayan di Kabupaten Asahan sebagian besar merupakan penduduk asli

namun ada sebagian kecil nelayan pendatang ya

menjadi penduduk di Kabupaten A

adalah 92% dan sisanya 8%

4 orang28%

5 orang13%

6 orang5%

>7 orang

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan merupakan faktor yang mempengaruhi kebutuhan

keluarga nelayan di kecamatan pesisir Kabupaten Asahan. Diketahui 28

tanggungan sebanyak 4 orang, 17% dengan tanggungan

13% dengan tanggungan 5 dan >7 orang, 7% dengan tanggungan 1

dengan tanggungan 6 orang. Sebaran jumlah tanggungan responden dapat dilihat

nalisis Data, 2012

. Jumlah Tanggungan Keluarga Nelayan

Tanggungan nelayan ini terdiri dari istri, anak, ibu, mertua, dan keluarga

lainnya yang menggantungkan hidupnya dari hasil penangkapan ikan teri di

perairan Kabupaten Asahan. Nelayan yang tidak memiliki tanggungan adalah

nelayan yang belum menikah dan hanya bertanggung jawab pada diri sendiri.

Nelayan di Kabupaten Asahan sebagian besar merupakan penduduk asli

gian kecil nelayan pendatang yang telah lama menetap

menjadi penduduk di Kabupaten Asahan. Nelayan yang merupaka

adalah 92% dan sisanya 8% merupakan pendatang dari daerah lain.

1 orang7%

>7 orang13%

43

Jumlah tanggungan merupakan faktor yang mempengaruhi kebutuhan

paten Asahan. Diketahui 28% nelayan

% dengan tanggungan 2 dan 3 orang,

13% dengan tanggungan 5 dan >7 orang, 7% dengan tanggungan 1 orang, dan 5%

jumlah tanggungan responden dapat dilihat

Tanggungan nelayan ini terdiri dari istri, anak, ibu, mertua, dan keluarga

lainnya yang menggantungkan hidupnya dari hasil penangkapan ikan teri di

perairan Kabupaten Asahan. Nelayan yang tidak memiliki tanggungan adalah

ya bertanggung jawab pada diri sendiri.

Nelayan di Kabupaten Asahan sebagian besar merupakan penduduk asli

ng telah lama menetap dan telah

merupakan penduduk asli

merupakan pendatang dari daerah lain.

2 orang17%

3 orang17%

Page 64: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

44

6.1.6 Pekerjaan Alternatif

Penduduk yang bekerja sebagai nelayan terdiri atas nelayan penuh,

nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Umumnya lebih banyak

nelayan yang bekerja sebagai nelayan penuh yaitu nelayan yang tidak memiliki

pekerjaan alternatif selain bekerja sebagai nelayan ikan teri. Nelayan sambilan

utama adalah nelayan dengan pekerjaan lain sebagai pedagang, petani atau

tukang.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa 87% nelayan penuh dan

13% nelayan memiliki pekerjaan lain. Umumnya pekerjaan lain yang dimiliki

oleh nelayan adalah pedagang dengan membuka warung kecil di depan rumah.

Pekerjaan sebagai pedagang tidak menyita banyak waktu sehingga nelayan lebih

memilih pekerjaan ini dibanding pekerjaan lain.

6.2 Unit Penangkapan Pukat Teri

Unit penangkapan pukat teri merupakan suatu kesatuan teknis dalam

pengoperasian alat tangkap pukat teri. Unit pukat teri meliputi alat tangkap pukat

teri, kapal yang digunakan dalam pengoperasian pukat teri, nelayan pukat teri,

daerah dan musim penangkapan ikan teri.

6.2.1 Pukat Teri dan Perkembangannya

Pukat Teri merupakan salah satu alat tangkap ikan pelagis kecil,

khususnya ikan teri (Gambar 9). Alat ini merupakan satu-satunya alat penangkap

ikan teri yang digunakan oleh nelayan di perairan Kabupaten Asahan. Pukat teri

dalam pengoperasiannya memerlukan kurang lebih 8-12 nelayan yang bertugas

menarik pukat teri ketika melakukan penangkapan ikan. Berdasarkan hasil

wawancara, masih ada kendala bagi nelayan pukat teri, mereka hanya bergantung

pada satu jenis alat tangkap, yaitu pukat teri. Hal ini mengakibatkan hasil

tangkapan ikan teri kurang maksimal, nelayan pukat teri hanya mengistirahatkan

kapal mereka tanpa melakukan penangkapan. Kondisi ini semakin sulit dihadapi

nelayan pukat teri ketika mereka tidak memiliki penghasilan tambahan selain

nelayan.

Page 65: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

45

Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2012

Gambar 9. Alat Tangkap Pukat Teri

6.2.2 Kapal

Kapal yang digunakan dalam pengoperasian pukat teri oleh nelayan

Asahan adalah jenis kapal motor yang berukuran panjang 12 meter, lebar kurang

lebih 4 meter, dan tinggi 0,8-1 meter. Mesin yang digunakan sebagai tenaga

penggerak kapal umumnya berkekuatan 32 PK hingga 48 PK. Mesin yang

digunakan berbahan bakar solar.

Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2012

Gambar 10. Kapal Pukat Teri

6.2.3 Nelayan (ABK) dan Sistem Bagi Hasil

Pengoperasian pukat teri membutuhkan tenaga nelayan (ABK) berkisar 8

hingga 12 nelayan dengan tugas masing-masing. Meskipun telah memiliki tugas

masing-masing saat melakukan penangkapan, nelayan juga bekerjasama dan

saling membantu. Pembagian tugas nelayan dalam pengoperasian pukat teri antara

lain :

Page 66: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

46

1. Tekong atau nakhoda, bertugas sebagai pengemudi kapal serta menentukan

waktu dan tempat yang tepat untuk mulai menurunkan jaring.

2. Wakil tekong, bertugas menggantikan posisi nakhoda jika nakoda sedang

beristirahat

3. Juru mesin, bertugas menjalankan mesin saat melaut dan memperbaiki mesin

jika dalam proses melaut terjadi kerusakan.

4. Juru buridan, bertugas menurunkan jaring pada saat menangkap ikan.

5. Juru masak, bertugas memasak bekal yang telah disiapkan.

6. Juru pilih, bertugas memilah ikan hasil tangkapan sesuai dengan jenis ikan.

7. Tukang rebus, bertugas merebus ikan teri di kapal.

Pekerjaan sebagai nelayan merupakan pekerjaan utama bagi sebagian

besar masyarakat di perairan Kabupaten Asahan. Nelayan pukat teri di Kabupaten

Asahan pada umumnya tidak memiliki pekerjaan sampingan namun ada beberapa

nelayan memiliki pekerjaan sampingan seperti buruh tambak dan pedagang.

Perkerjaan sampingan tersebut dikerjakan ketika musim paceklik ataupun ketika

waktu-waktu tidak melaut lainnya (libur melaut).

Sistem bagi hasil nelayan pukat teri di Kabupaten Asahan yaitu sepertiga

bagian hasil tangkapan untuk kapal (juragan/pemilik) dan duapertiga bagian untuk

ABK (Anak Buah Kapal) dengan pembagian yang disesuaikan dengan tugas

masing-masing. Diagram sistem bagi hasil nelayan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan hasil wawancara, ABK berjumlah 12 nelayan dan hasil bersih

penjualan ikan yang diperoleh Rp 1.800.000, maka setelah dikurangkan dengan

bagian juragan sepertiga bagian, hasil bersih untuk ABK adalah Rp 1.200.000.

Berikut adalah pembagian hasil untuk ABK berdasarkan tugas masing-masing :

Tabel 12. Pembagian Hasil Tangkapan Ikan Teri

ABK Bagian ABK

Bagi Hasil Nelayan

Jumlah (Nelayan) Total Bagian Tiap

ABK (Rp) Total

Bagian (Rp) Tekong 7/64 1 7/64 131.250 131.250 Wakil Tekong 6/64 1 6/64 112.500 112.500 Juru Mesin 6/64 2 12/64 112.500 225.000 Juru Buridan 6/64 2 12/64 112.500 225.000 Juru Masak 5/64 1 5/64 93.750 93.750 Juru Pilih 5/64 2 10/64 93.750 187.500 Tukang Rebus 4/64 3 12/64 75.000 225.000 Total Bagian untuk ABK 1 1.200.000

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Page 67: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

47

Pembagian hasil seperti sebelumnya tidak berlaku jika hasil tangkapan

ikan kecil dan tidak cukup dibagi untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari

sesama ABK. Biasanya juragan hanya mendapatkan bagian untuk biaya

perbekalan atau bahkan tidak mendapatkan bagian sama sekali.

6.2.4 Daerah dan Musim Penangkapan Ikan

Daerah penangkapan ikan teri nelayan Kabupaten Asahan tersebar di

sepanjang perairan Kabupaten Asahan. Nelayan Asahan tidak hanya melakukan

penangkapan di perairan Kabupaten Asahan saja, jika hasil tangkapan di perairan

Asahan kurang bagus, maka nelayan akan melakukan penangkapan ke daerah lain,

seperti Kota Tanjung Balai dan Kabupaten Batubara.

Jarak daerah penangkapan dengan tempat berlabuh kapal kurang lebih 4

hingga 12 mil, dengan waktu tempuh 45-60 menit. Nelayan Asahan biasanya

mulai melaut pada pukul 05.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, terkadang hingga

pukul 17.00 WIB. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan bahwa hampir semua

nelayan Asahan memiliki daerah penangkapan yang sama, baik itu musim

panen/ramai, musim paceklik, dan musim biasa. Nelayan Asahan bahkan

cenderung tidak mengubah daerah penangkapan mereka sesuai musim, sehingga

musim apapun mereka tetap melakukan penangkapan ikan di daerah penangkapan

yang sama. Hal ini disebabkan kemampuan untuk melakukan trip yang lebih jauh

dan kemampuan untuk mencari daerah yang memungkinkan lebih banyak ikan

teri kurang mendukung, seperti kapal yang kecil dan mesin yang lemah.

Musim penangkapan ikan teri untuk sekarang ini sulit ditetapkan karena

cuaca yang berubah tidak menentu. Berdasarkan wawancara musim penangkapan

biasanya dimulai dari bulan Maret hingga bulan Juli, dimana dimulai pada awal

kemarau hingga menjelang musim hujan. Biasanya nelayan Asahan tidak

melakukan penangkapan pada saat musim hujan karena arus yang besar.

Page 68: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

48

6.2 Produksi dan Nilai Produksi Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaten Asahan

Data produksi ikan teri dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang

diperoleh dari DKP Provinsi Sumatera Utara, Dinas Perikanan dan Kelautan

Kabupaten Asahan, BPS Kabupaten Asahan, serta dinas-dinas terkait berupa data

time series selama 9 tahun (2002-2010). Berdasarkan hasil analisis data diketahui

pertumbuhan volume produksi dan nilai produksi ikan teri di Kabupaten Asahan

berfluktuasi setiap tahunnya. Volume produksi tertinggi terjadi pada tahun 2006

yaitu 1.050 ton dan pertumbuhan produksi paling tinggi terjadi pada tahun 2003

yaitu sebesar 22,40%. Data produksi dan nilai produksi ikan teri ini dapat dilihat

pada Tabel 13.

Tabel 13. Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaten Asahan Tahun 2002-2010

Tahun Produksi (ton)

Pertumbuhan Produksi (%)

Nilai Produksi

(Juta Rupiah)

Pertumbuhan Nilai

Produksi (%) 2002 678,60 - 6.955,65 - 2003 874,50 22,40 11.805,75 41,08 2004 769,00 -13,72 10.766,00 -9,66 2005 909,50 15,45 11.262,34 4,41 2006 1.050,00 13,38 11.304,30 0,37 2007 783,30 -34,05 16.302,43 30,66 2008 516,60 -51,63 15.941,76 -2,26 2009 426,00 -21,27 15.991,61 0,32 2010 526,00 19,01 15.991,98 0,002

Rata-rata 725,94 -6,30 12.924,62 8,12 Sumber: DKP Provinsi Sumatera Utara (Diolah), 2012

Pertumbuhan rata-rata volume produksi adalah sebesar -6,30% yang

menunjukkan nilai negatif artinya pertumbuhan produksi secara umum menurun.

Pertumbuhan rata-rata nilai produksi adalah 8,12%. Nilai positif ini menunjukkan

nilai produksi secara keseluruhan mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Pertumbuhan nilai produksi yang meningkat menunjukkan bahwa ikan teri

merupakan komoditas yang potensial dan dinikmati, namun pertimbangan

ekonomi yang lebih dominan dibandingkan aspek lainnya dapat meningkatkan

tekanan terhadap sumberdaya.

Page 69: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

49

6.4 Produksi dan Effort Sumberdaya Ikan Teri

Produksi ikan teri tidak dapat dipisahkan dari effort atau faktor upaya.

Volume produksi yang diperoleh akan meningkat jika effort ditingkatkan. Hal ini

tidak sepenuhnya berlaku pada sektor perikanan, karena adanya faktor biologis

seperti kematian alamiah dan rekruitmen yang dapat mempengaruhi kelimpahan

sumberdaya. Perkembangan produksi dan effort sumberdaya ikan teri ini dapat

dilihat pada Gambar 11.

Sumber: DKP Provinsi Sumatera Utara , 2011

Gambar 11. Grafik Jumlah Produksi Ikan Teri dan Effort di Kabupaten Asahan Tahun 2002-1010

Gambar 11 memperlihatkan bahwa perkembangan produksi ikan teri dari

setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Produksi rata-rata dari periode 2002-2010

adalah 725,94 ton. Jumlah produksi tertinggi dan terendah dicapai pada tahun

2006 sebesar 1.050 ton dan 2009 sebesar 426 ton. Peningkatan dan penurunan

yang paling drastis terjadi pada tahun 2003 sebesar 22,40% dan 2008 sebesar

51,63%. Penurunan produksi ikan teri pada tahun 2008 disebabkan adanya

pengurangan pengoperasian (effort) penangkapan ikan. Hal ini disebabkan oleh

peningkatan pada harga bahan bakar minyak (BBM) tahun tersebut sehingga

mengakibatkan peningkatan biaya operasional yang lebih tinggi dibandingkan

dengan penerimaannya.

0200400600800

10001200140016001800

2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pro

duks

i dan

Eff

ort

Tahun

Effort

Produksi

Page 70: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

50

Jumlah effort yang kecil pada tahun 2003-2006 diawali dengan sebab

meningkatnya harga BBM tahun 2003. Produksi ikan mengalami penurunan yang

sangat drastis pada awal kenaikan BBM sehingga menurunkan jumlah effort pada

tahun 2004 dengan produksi ikan yang juga menurun. Kondisi ini diikuti dengan

peningkatan produksi pada tahun 2005-2006. Kondisi ini sesuai dengan teori,

yaitu biaya yang meningkat akan menurunkan inputnya (effort) sehingga stok ikan

di laut akan mengalami peningkatan pada tahun berikutnya. Peningkatan effort

terjadi pada tahun 2005-2008. Peningkatan jumlah effort ini menunjukkan bahwa

ikan teri merupakan sumber mata pencaharian penting bagi masyarakat Kabupaten

Asahan sehingga mendorong masyarakat untuk menambah jumlah alat tangkap

yang digunakan.

6.5 Catch per Unit Effort (CPUE) Ikan Teri

Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) mencerminkan nilai

produktivitas atau efisiensi teknis dari suatu effort yang digunakan untuk

menangkap ikan. Nilai CPUE yang tinggi mencerminkan tingkat produktivitas

dan efisiensi effort bernilai tinggi, karena dengan upaya yang rendah

menghasilkan tingkat produksi ikan yang tinggi.

Tabel 14. Perkembangan Produksi dan Effort Sumberdaya Ikan Teri Tahun Produksi (Ton) Pukat Teri (Trip) CPUE

2002 678,60 1.271 0,53391 2003 874,50 384 2,27734 2004 769,00 398 1,93216 2005 909,50 408 2,22917 2006 1.050,00 417 2,51799 2007 783,30 1.033 0,75828 2008 516,60 1.648 0,31347 2009 426,00 1.483 0,28726 2010 526,00 1.483 0,35469

Rata-rata 725,94 947,22 0,76639 Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Hasil tangkapan per upaya penangkapan (CPUE) yang dilakukan untuk

menangkap ikan teri periode 2002-2010 berfluktuasi tiap tahunnya. Nilai CPUE

yang paling tinggi diperoleh pada tahun 2006 sebesar 2,51799 ton per trip dan

Page 71: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

51

nilai terendah terjadi pada tahun 2009 sebesar 0,28726 ton per trip. Hal ini terjadi

karena jumlah effort pada tahun 2009 jauh lebih besar daripada tahun 2006 dan

jumlah produksi pada tahun 2009 lebih kecil daripada tahun 2006. Berdasarkan

Tabel 14 terlihat bahwa rata-rata CPUE ikan teri dari periode 2002-2010 sebesar

0,76639 yang berarti bahwa dengan tingkat effort sebesar 947,22 trip akan

menghasilkan produksi sebesar 725,94 ton.

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012 Gambar 12. Grafik Hubungan CPUE dengan Upaya Penangkapan (Effort)

Ikan Teri Tahun 2002-2010 Gambar 12 menunjukkan bahwa korelasi antara CPUE dan effort adalah

negatif. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun effort ditingkatkan tetapi tidak

seiring dengan jumlah tangkapan`maka nilai CPUE menjadi kecil (fenomena open

access). Hal ini dibuktikan dengan data Tabel 15 bahwa jika tingkat effort di atas

angka seribu, maka menghasilkan nilai CPUE di bawah angka 1 sedangkan jika

tingkat effort di bawah angka seribu maka menghasilkan nilai CPUE di atas angka

satu. Hal ini berarti semakin tinggi jumlah effort, maka nilai CPUE akan semakin

rendah. Sebaliknya, semakin rendah jumlah effort, nilai CPUE akan semakin

tinggi. Hubungan di atas digambarkan pada persamaan Y = 2,87662– 0,00172X,

dimana koefisien α= 2,87662 dan β= -0,00172. Persamaan ini berarti bahwa setiap

terjadi peningkatan effort (X) sebesar satu satuan (trip), maka akan menurunkan

jumlah CPUE (Y) sebesar 0,00172 ton per trip.

6.6 Parameter Alpha dan Beta

Model yang digunakan pada penelitian ini adalah model Gordon Schaefer.

Penggunaan model ini karena adanya kesesuaian dalam penelitian ini dengan

y = 2,87662-0,00172x R² = 0,943

0

0,5

1

1,5

2

2,5

3

0 500 1000 1500 2000

CP

UE

(to

n pe

r tr

ip)

Effort

CPUE

Linear (CPUE)

Page 72: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

52

asumsi yang berlaku pada model tersebut. Model ini juga memiliki nilai R square

yang hampir mendekati satu yaitu 0,94.

Menurut Walpole (1993), jika R mendekati (+1) atau (-1) maka peubah Y

dan X mempunyai hubungan yang kuat atau mempunyai korelasi yang tinggi dari

kedua peubah tersebut, begitu pula dengan R square. Nilai R square menunjukkan

tingkat persentase dari keragaman variabel Y yang menggambarkan hubungan

linear dengan variabel X. Semakin tinggi nilai R square mendekati angka 1

menunjukkan bahwa model semakin baik. Model Gordon Schaefer tepat untuk

digunakan dalam penelitian ini karena nilai R square yang dihasilkan mendekati

angka 1.

Jika melihat uji F, maka diketahui hipotesis nol (H0): b1= 0 (variabel bebas

tidak mempengaruhi variabel tidak bebas), hipotesis satu (H1): b1≠ 0 (variabel

bebas mempengaruhi variabel tidak bebas). Diperoleh F hitung sebesar 117,13 dan

Ftabel sebesar 5,12 dengan selang kepercayaan 95 %. Terlihat bahwa nilai F hitung>

Ftabel sehingga tolak H0 dan terima H1 yang berarti bahwa variabel bebas

mempengaruhi variabel tidak bebas.

Data yang digunakan untuk melakukan regresi dapat dilihat pada Tabel 15.

Nilai R sebesar 0,97 menunjukkan adanya korelasi yang tinggi antara peubah

bebas (X) dan tidak bebas (Y). Nilai R2 yang bernilai 0,94 menunjukkan bahwa

94% keragaman nilai CPUE dipengaruhi oleh variabel bebas (X) dan sisanya

dipengaruhi variabel lain diluar model. Model Ordinary Least Square (OLS)

untuk sumberdaya ikan teri adalah sebagai berikut:

Y = α – βX ......................................................................................................... (6.1)

Keterangan:

Y = CPUE (produksi per unit effort)

X = Effort

Hasil dari OLS pada Lampiran 3 dengan menggunakan software excell

diperoleh nilai α dan β. Hasil tersebut dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil Analisis Ordinary Least Square (OLS)

No. Keterangan Nilai

1 Α 2,876616969

2 Β -0,001722615 Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Page 73: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

53

Nilai-nilai tersebut didistribusikan ke persamaan (6.1) sehingga diperoleh:

Y =2,876616969-0,001722615X ....................................................................... (6.2)

Berdasarkan persamaan OLS diatas diperoleh nilai parameter α dan β sebesar

2,876616969 dan -0,001722615 yang berarti bahwa jika terjadi peningkatan effort

sebesar satu satuan (trip), maka jumlah produksi per unit upaya akan menurun

sebesar 0,001722615 ton per trip. Parameter alpha dan beta digunakan dalam

menentukkan tingkat produksi pada pengelolaan MSY, MEY dan open access.

6.7 Pendugaan Parameter Ekonomi

6.7.1 Pendugaan Biaya

Parameter biaya yang dikaji hanya terkait pada biaya variabel per hari

operasi dengan nilai diasumsikan konstan. Data parameter biaya diperoleh dari

data primer melalui wawancara dengan nelayan. Rata-rata struktur biaya variabel

ini merupakan biaya nominal yang diperoleh dari persamaan (4.5). Rata-rata

struktur biaya dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Biaya Riil Ikan Teri di Kabupaten Asahan Tahun 2002-2010

Tahun Biaya Nominal

(Rupiah) IHK

(2007) Biaya Riil (Rupiah)

2002 1.443.054,22 64,88 2.224.216,35 2003 1.787.339,22 67,62 2.643.069,81 2004 1.675.679,22 72,22 2.320.178,04 2005 2.908.591,72 88,41 3.290.003,09 2006 2.908.591,72 93,81 3.100.558,78 2007 2.908.591,72 100,00 2.908.591,72 2008 3.466.891,72 110,72 3.131.224,46 2009 3.001.641,72 113,61 2.642.062,55 2010 3.001.641,72 112,70 2.663.424,61

Rata-rata 2.566.891,44 91,55 2.769.258,82 Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Berdasarkan Tabel 16 di atas diperoleh rata-rata biaya riil sebesar Rp

2.769.258,82 per unit biaya. Biaya variabel untuk alat tangkap pukat teri ini terdiri

dari pangan, tenaga kerja, solar, oli dan biaya perawatan.

Page 74: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

54

6.7.2 Pendugaan harga

Pendugaan harga dalam sektor perikanan menggunakan harga riil yang

diperoleh dari persamaan (4.6) untuk mengurangi pengaruh inflasi. Pengukuran

harga riil tersebut disesuaikan dengan IHK untuk komoditas perikanan yang

berlaku di Kabupaten Asahan. Harga riil ikan teri dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Harga Riil Ikan Teri di Kabupaten Tahun 2002-2010

Tahun Harga Nominal/Ton (Rupiah)

IHK (2007) Harga Riil/Ton (Rupiah)

2002 10.250.000,00 64,88 15.798.586,97

2003 13.500.000,00 67,62 19.963.441,76

2004 14.000.000,00 72,22 19.384.672,35

2005 12.383.000,00 88,41 14.006.815,75

2006 10.766.000,00 93,81 11.476.556,05

2007 20.812.500,00 100,00 20.812.500,00

2008 30.859.000,00 110,72 27.871.206,65

2009 37.539.000,00 113,61 33.042.046,82

2010 30.403.000,00 112,70 26.977.269,81 Rata-rata 17.682.954,55 91,55 21.037.010,68

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Tabel 17 menunjukkan nilai IHK berfluktuasi setiap tahunnya yang

dipengaruhi oleh kodisi sosial, ekonomi dan politis yang terjadi di masyarakat.

Rata-rata harga riil sumberdaya ikan teri adalah Rp 21.037.010,68 per ton.

Umumnya harga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa

komoditas ikan teri merupakan komoditas yang berperan penting dalam

perekonomian masyarakat di Kabupaten Asahan.

6.8 Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri

Analisis bioekonomi dilakukan untuk menentukan tingkat pemanfaatan

sumberdaya perikanan yang optimal dan berkelanjutan. Pendekatan ini

menggunakan formula perhitungan pengelolaan ikan teri dengan pendekatan

model Gordon- Schaefer. Selanjutnya diperoleh kondisi perikanan sumberdaya

ikan teri dari alat tangkap pukat teri yang digunakan di perairan Kabupaten

Asahan yaitu pada kondisi Maximum Sustainable Yield (MSY), kondisi Maximum

Page 75: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

55

Economic Yield (MEY), dan kondisi Open Access (OA). Hasil tersebut secara

ringkas dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil Analisis Bioekonomi pada Berbagai Rezim Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri

Rezim Pengelolaan Parameter

Produksi (ton) Effort (trip) Rente (Rp) Aktual 725,94 947,22 12.648.510.194 MSY 1.200,92 834,96 22.951.655.440 MEY 1.198,41 796,75 23.004.560.220 OA 209,76 1.593,49 0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Tabel 19 menunjukkan perbandingan dari ketiga rezim pengelolaan

perikanan untuk ikan teri menggunakan alat tangkap pukat teri. Jika perikanan teri

dikelola dengan MSY maka diperoleh hasil tangkapan maksimum walaupun

dengan effort yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan OA. Jika perikanan

dikeloladengan kondisi MEY dalam jangka panjang maka diperoleh hasil

tangkapan dan rente maksimum jika dibandingkan dikelola dengan kondisi MSY.

Nilai parameter (h) menunjukkan hasil tangkapan dari upaya

pemanfaatansumberdaya ikan teri di Kabupaten Asahan. Nilai ini merupakan

besaran hasil tangkapan yang diperbolehkan dalam pengelolaan berkelanjutan.

Hasil tangkapan terbesar dicapai pada kondisi MSY yaitu sebesar 1.200,92 ton

kemudian berturut-turut 1.198,41 ton pada kondisi MEY, dan 209,76 ton pada

kondisi OA. Hasil tangkapan terendah berada pada kondisi OA karena pada

kondisi ini tidak ada pengendalian dalam pengelolaan perikanan sehingga

terjadinya ekspansi yang berlebihan terhadap penangkapan yang menyebabkan

stok biomassa ikan teri menurun.

Nilai effort (E) menunjukkan tingkat upaya dalam pemanfaatan perikanan.

Nilai ini memberikan informasi terkait dengan tingkat upaya yang diperbolehkan

untuk pengelolaan yang berkelanjutan. Effort terbesar berada pada kondisi OA

yaitu sebesar 1.593,49 unit alat tangkap, kemudian rezim pengelolaan MSY

sebesar 834,96 unit alat tangkap dan kondisi MEY sebesar 796,75 unit alat

tangkap. Kondisi effort pada rezim MEY merupakan jumah effort optimum yang

dianjurkan secara ekonomi.

Page 76: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

56

Nilai parameter rente ekonomi (π) menunjukkan tingkat keuntungan secara

ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan sumberdaya ikan teri. Berturut-turut

nilai rente ekonomi yang diperoleh pada rezim MEY yaitu sebesar Rp

23.004.560.220,- yang merupakan rente ekonomi terbesar. Rezim MSY memiliki

rente ekonomi sebesar Rp 22.951.655.440,- dan diikuti Rp 0,- pada rezim OA.

Rente ekonomi sumberdaya ikan teri tidak ada yang diperoleh pada kondisi OA

mengandung arti bahwa nelayan hanya memperoleh upah atas biaya yang

dikeluarkan tanpa memperoleh keuntungan. Perbandingan dari ketiga rezim

tersebut dapat dilihat pada Gambar 13.

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Gambar 13. Keseimbangan Bioekonomi Sumberdaya Ikan Teri

Gambar 13 di atas menunjukkan bahwa rezim pengelolaan MEY

membutuhkan sedikit upaya penangkapan dibandingkan dengan rezim

pengelolaan MSY dan OA untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang

maksimum. Sebaliknya pada kondisi OA, tingginya tingkat upaya mengakibatkan

terjadinya ketidakefisienan (inefficiency) ekonomi. Ketidakefisienan ini terjadi

karena upaya penangkapan yang besar hanya menghasilkan tangkapan yang lebih

kecil sehingga keuntungan yang diperoleh tidak ada. Hasil analisis bioekonomi

dengan menggunakan perangkat lunak Maple 13 disajikan pada Lampiran 4.

Gambar 14 menunjukkan rata rata jumlah produksi, effort dan rente

ekonomi pada kondisi aktual masing-masing sebesar 725,94 ton; 947,22 trip; Rp

12.648.510.194,-. Rata-rata tingkat produksi aktual ikan teri lebih rendah

OA

TR=TC

MSY MEY

Rp 2,300 x 1010

Rp 2,295 x 1010

Rp 1,265 x 1010

Aktual

Page 77: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

57

dibandingkan dengan tingkat produksi dari rezim pengeloaan MEY dan MSY. Hal

ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan teri telah mengalami overfishing secara

biologi. Tingkat effort aktual berjumlah lebih besar dibandingkan dengan jumlah

effort dari dua rezim pengelolaan yaitu MSY dan MEY, tetapi lebih kecil jika

dibandingkan dengan rezim pengelolaan OA. Kondisi ini menunjukkan bahwa

pemanfaatan sumberdaya ikan teri telah mengalami overfishing.

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Gambar 14. Grafik Perbandingan Pemanfaatan Optimal dan Aktual Sumberdaya Ikan Teri

Keterangan sebelumnya menjelaskan bahwa pemanfaatan ikan teri telah

mengalami overfishing secara biologi. Hal ini karena ikan teri memiliki nilai jual

yang cukup rendah sehingga nelayan lebih memilih tangkapan ikan yang

mempunyai nilai jual yang tinggi. Dampaknya adalah ikan teri yang telah

ditangkap akan terbuang ketika nelayan memperoleh penangkapan ikan bernilai

jual tinggi (by catch) dan pada akhirnya ikan tersebut tidak terdata dalam laporan

statistik perikanan. Jumlah effort aktual yang melebihi kondisi MSY dan MEY

menyebabkan tingginya biaya yang digunakan dalam penangkapan ikan teri,

sedangkan harga ikan teri bernilai rendah. Kondisi ini akan berimplikasi pada nilai

rente ekonomi yang rendah.

Berdasarkan keterangan sebelumnya, terlihat bahwa pengelolaan

penangkapan ikan teri di perairan Kabupaten Asahan mendekati pengelolaan pada

kondisi OA. N elayan masih mengoperasikan effort dalam jumlah yang tinggi

pada perolehan nilai rente ekonomi yang rendah untuk mencari ikan, sehingga

berdampak pada minimnya manfaat ekonomi yang diperoleh nelayan. Oleh karena

itu, dibutuhkan intervensi berupa pengaturan jumlah effort, penetapan pajak, dan

0

500

1000

1500

2000

Aktual MSY MEY OA

Effort (trip)

Produksi (ton)

Page 78: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

58

lain-lain dari pemerintah Kabupaten Asahan untuk mengatasi permasalahan

pengelolaan penangkapan ikan teri di perairan Kabupaten Asahan.

6.9 Laju Degradasi dan Laju Depresiasi Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaten Asahan Degradasi sumberdaya ikan teri merupakan laju penurunan kualitas dan

kuantitas sumberdaya ikan teri. Depresiasi merupakan pengukuran moneter

terhadap pemanfaatan ikan teri. Perhitungan nilai koefisien laju degradasi dan

depresiasi mengacu pada persamaan (4.12) dan persamaan (4.13). Laju degradasi

dan depresiasi ikan teri disajikan pada Tabel 19 dan Tabel 20.

Tabel 19. Laju Degradasi Ikan Teri Tahun 2002-2010

Tahun Produksi (ton)

Laju Degradasi Aktual Lestari

2002 678,60 873,40 0,21635 2003 874,50 850,61 0,27435 2004 769,00 872,02 0,24343 2005 909,50 886,91 0,27385 2006 1.050,00 900,01 0,29794 2007 783,30 1.133,37 0,19048 2008 516,60 62,21 0,46993 2009 426,00 477,49 0,24585 2010 526,00 477,49 0,28745

Rata-rata 0,27774 Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Tabel 20. Laju Depresiasi Ikan Teri Tahun 2002-2010

Tahun Rente (Rupiah) Laju Depresiasi Aktual Lestari

2002 7.893.942.144 10.971.454.882 0,19943 2003 16.443.091.016 15.966.183.309 0,27468 2004 13.983.382.173 15.980.476.262 0,24180 2005 11.396.877.666 11.080.411.625 0,27444 2006 10.757.450.838 9.036.029.588 0,30154 2007 13.297.856.006 20.583.509.740 0,17539 2008 9.238.007.452 -3.426.477.865 0,59168 2009 10.157.733.179 11.859.199.686 0,23731 2010 10.240.185.221 8.931.625.239 0,29479

Rata-rata 0,28790 Sumber: Hasil Analisis Data 2012

Page 79: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

59

Berdasarkan Tabel 19 dan 20 di atas dapat dilihat bahwa laju degradasi

berfluktuasi setiap tahunnya. Tahun 2008 merupakan tingkat degradasi tertinggi

dengan laju degradasi 0,46993. Nilai ini menunjukkan bahwa tingginya aktifitas

kegiatan penangkapan sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Asahan. Hal

ini ditandai dengan tingginya tingkat effort mengakibatkan besarnya tekanan

terhadap sumberdaya ikan teri.

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Gambar 15. Grafik Laju Degradasi dan Depresiasi Ikan Teri Tahun 2002-2010

Gambar 15 menunjukkan pergerakan laju degradasi dan depresiasi

sumberdaya ikan teri memiliki pola yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa

kondisi biologi ikan teri akan mempengaruhi rente ekonomi yang diperoleh

nelayan. Laju depresiasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu 0,59168 artinya

telah terjadi penurunan manfaat secara ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya

ikan teri. Hal ini disebabkan karena kenaikan harga BBM dari Rp 4.500,- menjadi

Rp 5.500,- sehingga meningkatkan biaya. Akibatnya rente yang diterima nelayan

menjadi lebih rendah. Rata-rata laju degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan teri

berturut-turut adalah 0,27773 dan 0,28790. Sumberdaya ikan teri di Kabupaten

Asahan telah mengalami penurunan kuantitas sumberdaya, tetapi belum

mengalami degradasi dan depresiasi karena nilai rata-rata laju degradasi dan

depresiasi lebih kecil dari 0,5 (Fauzi dan Anna, 2005).

0,00000

0,20000

0,40000

0,60000

0,80000

Laju Depresiasi

Laju Degradasi

Page 80: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

60

6.10 Analisis Persepsi Nelayan terhadap Kelestarian Sumberdaya Ikan Teri Setiap nelayan untuk setiap alat tangkap memiliki persepsi yang berbeda-

beda terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri. Oleh karena itu, pengujian

korelasi menggunakan uji analisis ragam dengan bantuan software excel 2007

perlu dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan

persepsi nelayan terhadap kelestarian sumberdaya ikan teri. Berikut ini hasil

analisis ragam untuk alat tangkap pukat teri. Data persepsi responden dapat dilihat

pada Lampiran 5.

6.10.1 Persepsi Nelayan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Analisis persepsi nelayan ikan teri di Kabupaten Asahan terhadap

keberlanjutan perikanan teri berdasarkan jenjang pendidikannya. Pengujian tiga

jenjang pendidikan (SD, SLTP, SLTA) yaitu jenjang pendidikan yang paling

umum diperoleh nelayan ikan teri di Kabupaten Asahan dilakukan dengan

menggunakan analisis ragam.

Hasil yang diperoleh dari uji tersebut adalah Fhitung = 4,67734 dengan Ftabel

sebesar 3,25192. Nilai Fhitung lebih besar daripada nilai Ftabel, sehingga diambil

keputusan tolak Ho. Hasil pengujian menunjukkan bahwa jenjang pendidikan

memberikan pengaruh secara nyata berbeda pada persepsi nelayan terhadap

keberlanjutan kegiatan perikanan teri di Kabupaten Asahan. Hasil analisis

persepsi dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007 disajikan

pada Lampiran 6.

1. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri

Persepsi nelayan ikan teri yang berjenjang pendidikan SD lebih buruk

daripada nelayan yang berjenjang pendidikan lebih tinggi. Sebagian besar nelayan

yang berjenjang pendidikan SD hanya mengetahui mengenai faktor penyebab

fluktuasi tangkapan ikan teri dan dampak by catch. Nelayan yang berpendidikan

tinggi lebih mengetahui mengenai sumberdaya ikan teri yang dapat habis,

penyebab fluktuasi tangkapan ikan teri, dan dampak by catch. Persepsi nelayan

ikan teri sama untuk setiap jenjang pendidikan yaitu mengetahui terhadap cara

Page 81: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

61

menjaga kelestarian sumberdaya ikan teri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 21

sebagai berikut:

Tabel 21. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri Berdasarkan Jenjang Pendidikan (%) a. Persepsi terhadap Faktor-faktor yang Menyebabkan Fluktuasi

Tangkapan Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM

SD 2,5 5,0 27,5 15,0 5,0 SLTP 0,0 2,5 2,5 12,5 7,5 SLTA 0,0 0,0 2,5 12,5 5,0 b. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri yang Dapat Habis Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM

SD 0,0 15,0 15,0 25,0 0,0 SLTP 0,0 0,0 17,5 7,5 0,0 SLTA 0,0 0,0 10,0 7,5 2,5 c. Persepsi mengenai Cara Menjaga Kelestarian Sumberdaya Ikan Teri Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM

SD 0,0 7,5 27,5 17,5 2,5 SLTP 0,0 5,0 10,0 10,0 0,0 SLTA 0,0 5,0 12,5 2,5 0,0 d. Persepsi terhadap Dampak by Catch Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM

SD 0,0 12,5 27,5 10,0 5,0 SLTP 0,0 5,0 7,5 10,0 2,5 SLTA 0,0 7,5 5,0 7,5 0,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Keterangan: STM = Sangat Tidak Mengetahui LM = Lebih Mengetahui KM = Kurang Mengetahui SM = Sangat Mengetahui M = Mengetahui

2. Persepsi terhadap Alat Tangkap

Persepsi nelayan ikan teri yang berjenjang pendidikan SLTA lebih baik

dibanding dengan nelayan ikan teri yang berpedidikan SD dan SLTP yaitu cara

penangkapan ikan teri yang diperbolehkan dan teknologi baru perikanan. Rincian

persepsi nelayan terhadap alat tangkap berdasarkan jenjang pendidikan disajikan

pada Tabel 22 sebagai berikut:

Page 82: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

62

Tabel 22. Persepsi terhadap Alat Tangkap Berdasarkan Jenjang Pendidikan (%)

a. Persepsi mengenai Cara Penangkapan Ikan Teri yang Diperbolehkan Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM

SD 0,0 7,5 27,5 20,0 0,0 SLTP 0,0 5,0 7,5 7,5 5,0 SLTA 0,0 0,0 5,0 12,5 2,5 b. Persepsi mengenai Teknologi Baru Perikanan

Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM SD 2,5 20,0 15,0 17,5 0,0 SLTP 0,0 7,5 7,5 5,0 5,0 SLTA 2,5 2,5 2,5 10,0 2,5 c. Persepsi mengenai Sistem Perizinan Kapal Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM

SD 7,5 25,0 12,5 10,0 0,0 SLTP 0,0 7,5 0,0 12,5 5,0 SLTA 0,0 2,5 7,5 2,5 7,5

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Sebagian besar nelayan ikan teri berpendidikan SLTA lebih mengetahui

mengenai cara penangkapan ikan yang diperbolehkan dan teknologi baru

perikanan. Sebagian besar nelayan ikan teri yang berpendidikan SLTA sangat

mengetahui mengenai sistem perizinan kapal.

2. Persepsi terhadap Pemerintah

Persepsi nelayan ikan teri berpendidikan SLTA lebih baik dibanding yang

lainnya. Rincian persepsi nelayan terhadap program pemerintah berdasarkan

jenjang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 23 sebagai berikut:

Tabel 23. Persepsi terhadap Program Pemerintah Berdasarkan Jenjang Pendidikan (%)

a. Persepsi mengenai Adanya Penyuluhan dari Pemerintah terkait Pelestarian Sumberdaya Ikan Teri

Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM SD 2,5 30,0 10,0 12,5 0,0 SLTP 2,5 12,5 0,0 10,0 0,0 SLTA 2,5 5,0 7,5 5,0 0,0 b. Persepsi mengenai Adanya Bantuan dari Pemerintah Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM

SD 10,0 15,0 7,5 10,0 12,5 SLTP 5,0 12,5 2,5 2,5 2,5 SLTA 2,5 10,0 2,5 2,5 2,5

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Page 83: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

63

Sebagian besar nelayan yang berpendidikan SLTA mengetahui mengenai

adanya penyuluhan pemerintah sedangkan nelayan yang berpendidikan SD dan

SLTP kurang mengetahui. Persepsi nelayan ikan teri untuk setiap jenjang

pendidikan adalah kurang mengetahui mengenai adanya bantuan dari pemerintah.

3. Persepsi terhadap Lingkungan

Persepsi nelayan ikan teri mengenai bahaya pencemaran di laut bervariasi

untuk setiap jenjang pendidikan. Nelayan berpendidikan SD kurang mengetahui

mengenai bahaya pencemaran sedangkan nelayan berpendidikan SLTP dan SLTA

lebih mengetahui mengenai bahaya pencemaran di laut. Secara rinci persepsi

nelayan terhadap lingkungan berdasarkan jenjang pendidikan dapat dilihat pada

Tabel 24 sebagai berikut:

Tabel 24. Persepsi terhadap Lingkungan Berdasarkan Jenjang Pendidikan (%)

Persepsi Mengenai Bahaya Pencemaran di Laut Jenjang Pendidikan STM KM M LM SM

SD 12,5 15,0 20,0 5,0 2,5 SLTP 2,5 2,5 5,0 2,5 12,5 SLTA 5,0 0,0 7,5 2,5 5,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Nelayan yang berpendidikan lebih tinggi mempunyai persepsi yang lebih

baik dari nelayan yang hanya pendidikan SD. Pendidikan berpengaruh terhadap

pola pikir nelayan, walaupun tidak diberikan pengajaran langsung terhadap hal

yang berkaitan terhadap perikanan teri. Nelayan yang berpendidikan lebih tinggi

diduga dapat menganalisis sesuatu lebih baik. Nelayan yang berpendidikan lebih

tinggi mempunyai wawasan yang cukup luas terhadap kegiatan perikanan teri.

Sebagian besar nelayan ikan teri di perairan Kabupaten Asahan hanya

berpendidikan SD. Tingkat pendidikan yang tinggi hanya membuang-buang

waktu dan uang bagi para nelayan. Banyak anak nelayan yang seharusnya masih

duduk di bangku sekolah kini sudah bekerja mencari uang dengan ikut melaut.

Sebagian besar mereka tidak memandang pendidikan sebagai suatu investasi.

Pendidikan formal di daerah pesisir ini masih tergolong rendah.

Pendidikan informal lewat media massa sebagai pelengkap pendidikan formal

juga belum berjalan dengan baik. Tingkat pendidikan yang masih sangat rendah

Page 84: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

64

ini mempengaruhi pola pikir dari persepsi nelayan ikan teri di perairan Kabupaten

Asahan. Akibatnya, persepsi nelayan terhadap keberlanjutan kegiatan perikanan

teri masih sangat kurang.

6.10.2 Persepsi Nelayan Berdasarkan Pengalaman Melaut

Setelah diperoleh hasil persepsi nelayan berdasarkan jenjang pendidikan

berbeda, kemudian dilakukan analisis persepsi nelayan ikan teri di perairan

Kabupaten Asahan terhadap keberlanjutan perikananan teri berdasarkan

pengalaman melaut. Pengujian tingkatan pengalaman melaut (≤ 10, 11-20, 21-30

dan >30 tahun) yaitu tingkatan pengalaman nelayan yang paling umum di

Kabupaten Asahan dilakukan dengan menggunakan analisis ragam. Hasil yang

diperoleh dari uji tersebut adalah Fhitung = 9,29294 dengan Ftabel sebesar 2,86627

dengan taraf nyata α= 0,05. Nilai Fhitung lebih besar daripada nilai F tabel, sehingga

diambil keputusan tolak Ho. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pengalaman

melaut memberikan pengaruh secara nyata berbeda pada persepsi nelayan

terhadap keberlanjutan kegiatan perikanan teri di Kabupaten Asahan. Hasil

analisis persepsi dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007

disajikan pada Lampiran 7.

1. Persepsi Nelayan terhadap Sumberdaya Ikan Teri

Persepsi nelayan yang memiliki pengalaman melaut > 30 tahun lebih baik

dibanding nelayan dengan pengalaman ≤ 30 tahun. Sebagian besar nelayan

dengan pengalaman > 30 tahun memiliki persepsi sangat mengetahui mengetahui

faktor penyebab fluktuasi tangkapan. Nelayan yang memiliki pengalaman ≤ 30

tahun hanya mengetahui mengenai penyebab fluktuasi tangkapan. Rincian

persepsi terhadap sumberdaya ikan teri berdasarkan pengalaman melaut dapat

dilihat pada Tabel 25 sebagai berikut:

Page 85: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

65

Tabel 25. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri Berdasarkan Pengalaman Melaut (%)

a. Persepsi terhadap Faktor- faktor yang Menyebabkan Fluktuasi Tangkapan

Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 0,0 2,5 2,5 7,5 0,0 11 sampai 20 0,0 0,0 15,0 0,0 0,0 21 sampai 30 2,5 2,5 2,5 20,0 2,5 > 30 0,0 2,5 12,5 12,5 12,5 b. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri yang Dapat Habis

Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 0,0 0,0 12,5 0,0 0,0 11 sampai 20 0,0 5,0 0,0 12,5 0,0 21 sampai 30 0,0 5,0 15,0 7,5 2,5 > 30 0,0 5,0 15,0 20,0 0,0 c. Persepsi mengenai Cara Menjaga Kelestarian Sumberdaya Ikan Teri

Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 0,0 0,0 10,0 2,5 0,0 11 sampai 20 0,0 2,5 7,5 7,5 0,0 21 sampai 30 0,0 10,0 10,0 7,5 2,5 > 30 0,0 5,0 22,5 12,5 0,0 d. Persepsi terhadap Dampak by Catch

Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 0,0 7,5 2,5 2,5 0,0 11 sampai 20 0,0 5,0 7,5 2,5 2,5 21 sampai 30 0,0 10,0 15,0 2,5 2,5 > 30 0,0 0,0 15,0 20,0 5,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Sebagian besar nelayan dengan pengalaman >30 tahun memiliki persepsi

lebih mengetahui mengenai sumberdaya ikan teri dapat yang habis dan dampak by

catch. Selain itu, nelayan dengan pengalaman >30 tahun memiliki persepsi yang

sama dengan yang lain yaitu mengetahui dalam hal cara menjaga kelestarian

sumberdaya ikan teri.

2. Persepsi terhadap Alat Tangkap

Persepsi nelayan berpengalaman melaut >30 tahun memiliki persepsi

yang lebih baik dibanding dengan nelayan berpengalaman ≤ 30 tahun. Rincian

persepsi terhadap alat tangkap berdasarkan pengalaman melaut dapat dilihat pada

Tabel 26 berikut:

Page 86: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

66

Tabel 26. Persepsi terhadap Alat Tangkap Berdasarkan Pengalaman Melaut (%)

a. Persepsi mengenai Cara Penangkapan Ikan Teri yang Diperbolehkan Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 0,0 2,5 10,0 0,0 0,0 11 sampai 20 0,0 2,5 7,5 7,5 0,0 21 sampai 30 0,0 5,0 10,0 15,0 0,0 > 30 0,0 2,5 12,5 17,5 7,5 b. Persepsi mengenai Teknologi Baru Perikanan

Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 2,5 7,5 2,5 0,0 0,0 11 sampai 20 2,5 5,0 2,5 7,5 0,0 21 sampai 30 0,0 5,0 12,5 10,0 2,5 > 30 0,0 12,5 7,5 15,0 5,0 c. Persepsi mengenai Sistem Perizinan Kapal

Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 2,5 2,5 5,0 2,5 0,0 11 sampai 20 2,5 7,5 5,0 2,5 0,0 21 sampai 30 0,0 12,5 7,5 7,5 2,5 > 30 2,5 12,5 2,5 12,5 10,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Sebagian besar nelayan dengan pengalaman > 30 tahun lebih mengetahui

mengenai cara penangkapan ikan teri yang diperbolehkan, teknologi baru

perikanan dan sistem perizinan kapal. Nelayan dengan pengalaman ≤ 30 tahun

kurang mengetahui mengenai cara penangkapan ikan teri yang diperbolehkan,

teknologi baru perikanan dan sistem perizinan kapal.

3. Persepsi terhadap Program Pemerintah

Sebagian besar nelayan dengan semua pilihan pengalaman melaut

memiliki persepsi yang sama yaitu kurang mengetahui mengenai penyuluhan dari

pemerintah. Nelayan yang berpengalaman ≤ 10 tahun memiliki persepsi yang

lebih buruk dibanding dengan nelayan yang berpengalaman > 10 tahun yaitu

sangat tidak mengetahui mengenai adanya bantuan dari pemerintah. Rincian

persepsi terhadap program pemerintah berdasarkan pengalaman melaut disajikan

pada Tabel 27 sebagai berikut:

Page 87: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

67

Tabel 27. Persepsi terhadap Program Pemerintah Berdasarkan Pengalaman Melaut (%)

a. Persepsi mengenai Adanya Penyuluhan dari Pemerintah terkait Pelestarian Sumberdaya Ikan Teri

Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 5,0 7,5 0,0 0,0 0,0 11 sampai 20 0,0 7,5 5,0 5,0 0,0 21 sampai 30 0,0 12,5 7,5 10,0 0,0 > 30 2,5 17,5 5,0 15,0 0,0 b. Persepsi mengenai Adanya Bantuan dari Pemerintah

Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 5,0 2,5 0,0 2,5 2,5 11 sampai 20 2,5 7,5 2,5 2,5 2,5 21 sampai 30 2,5 17,5 2,5 2,5 5,0 > 30 7,5 10,0 7,5 7,5 7,5

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

4. Persepsi terhadap Lingkungan

Sebagian besar nelayan dengan pengalaman > 30 tahun memiliki persepsi

yang lebih baik dibanding dengan nelayan bepengalaman ≤ 30 tahun mengenai

bahaya pencemaran di laut. Nelayan yang ≤ 10 tahun sangat tidak mengetahui

mengenai bahaya pencemaran. Nelayan berpengalaman 11 sampai 20 dan 21

sampai 30 mengetahui mengenai bahaya pencemaran. Nelayan yang

berpengalaman > 30 tahun sangat mengethui mengenai bahaya pencemaran.

Secara rinci persepsi terhadap lingkungan berdasarkan pengalaman melaut dapat

dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28. Persepsi terhadap Lingkungan Berdasarkan Pengalaman Melaut (%)

Persepsi Mengenai Bahaya Pencemaran di Laut Pengalaman (tahun) STM KM M LM SM ≤ 10 7,5 0,0 2,5 2,5 0,0 11 sampai 20 5,0 2,5 10,0 0,0 0,0 21 sampai 30 5,0 7,5 12,5 0,0 5,0 > 30 2,5 7,5 7,5 7,5 15,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Nelayan yang berpengalaman melaut lebih lama mempunyai persepsi yang

lebih baik daripada nelayan yang baru masuk ke dunia perikanan. Pengalaman

melaut berpengaruh terhadap pola pikir. Nelayan yang berpengalaman lebih tinggi

mempunyai wawasan yang cukup luas terhadap kegiatan perikanan teri. Sebagian

Page 88: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

68

besar nelayan ikan teri di Kabupaten Asahan memiliki pengalaman melaut > 30

tahun. Rata-rata nelayan ikan teri mulai melaut saat masih duduk di bangku SD.

6.10.3 Persepsi Nelayan Berdasarkan Keikutsertaan dalam Organisasi Nelayan

Analisis persepsi nelayan ikan teri di perairan Kabupaten Asahan terhadap

keberlanjutan perikanan teri berdasarkan keikutsertaan nelayan dalam organisasi

nelayan. Pengujian dilakukan dengan dua pilihan yaitu ya atau tidak tergabung

dalam organisasi nelayan. Hasil yang diperoleh dari uji tersebut adalah Fhitung =

5,60275 dengan Ftabel sebesar 4,09817 dengan taraf nyata α= 0,05. Nilai Fhitung

lebih besar daripada nilai Ftabel, sehingga diambil keputusan tolak Ho. Hasil

pengujian menunjukkan bahwa keikutsertaan nelayan dalam organisasi nelayan

memberikan pengaruh secara nyata berbeda pada persepsi nelayan ikan teri

terhadap keberlanjutan kegiatan perikanan teri di Kabupaten Asahan. Hasil

analisis persepsi dengan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2007

disajikan pada Lampiran 8.

1. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri

Persepsi nelayan yang mengikuti organisasi nelayan lebih baik dibanding

dengan nelayan yang tidak mengikuti organisasi nelayan. Sebagian besar nelayan

yang mengikuti organisasi sangat mengetahui mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan fluktuasi tangkapan. Nelayan yang mengikuti organisasi juga lebih

mengetahui mengenai cara menjaga kelestarian sumberdaya ikan teri. Persepsi

nelayan yang mengikuti organisasi juga lebih baik mengenai sumberdaya ikan teri

yang dapat habis. Sebagian besar nelayan yang mengikuti organisasi menjawab

mengetahui mengenai sumberdaya ikan teri yang dapat habis. Nelayan yang

mengikuti organisasi maupun tidak memiliki persepsi yang sama yaitu

mengetahui mengenai dampak by catch. Secara rinci persepsi terhadap

sumberdaya ikan teri berdasarkan keikutsertaan anggota nelayan disajikan pada

Tabel 29 sebagai berikut:

Page 89: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

69

Tabel 29. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri Berdasarkan Keikutsertaan Organisasi Nelayan (%) a. Persepsi terhadap Faktor-faktor yang Menyebabkan Fluktuasi

Tangkapan Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 0,0 0,0 10,0 25,0 12,5 Tidak 2,5 7,5 22,5 15,0 5,0 b. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri yang Dapat Habis Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 0,0 10,0 25,0 10,0 2,5 Tidak 0,0 5,0 17,5 30,0 0,0 c. Persepsi mengenai Cara Menjaga Kelestarian Sumberdaya Ikan Teri Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 0,0 12,5 15,0 20,0 0,0 Tidak 0,0 5,0 35,0 10,0 2,5 d. Persepsi terhadap Dampak by Catch Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 0,0 10,0 22,5 12,5 2,5 Tidak 0,0 12,5 17,5 15,0 7,5

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

2. Persepsi terhadap Alat Tangkap

Persepsi nelayan yang mengikuti organisasi nelayan lebih baik dibanding

dengan yang tidak mengikuti organisasi nelayan. Sebagian besar nelayan yang

mengikuti organisasi nelayan lebih mengetahui mengenai cara penangkapan ikan

teri yang diperbolehkan, teknologi baru perikanan dan sistem perizinan kapal.

Rincian persepsi terhadap alat tangkap berdasarkan keikutsertaan anggota nelayan

disajikan pada Tabel 30.

Tabel 30. Persepsi terhadap Alat Tangkap Berdasarkan Keikutsertaan Organisasi Nelayan (%)

a. Persepsi mengenai Cara Penangkapan Ikan Teri yang Diperbolehkan Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 0,0 5,0 10,0 30,0 2,5 Tidak 0,0 7,5 30,0 10,0 5,0 b. Persepsi mengenai Teknologi Baru Perikanan Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 0,0 12,5 12,5 17,5 5,0 Tidak 5,0 17,5 12,5 15,0 2,5 c. Persepsi mengenai Sistem Perizinan Kapal Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 2,5 12,5 10,0 15,0 7,5 Tidak 5,0 25,0 10,0 10,0 2,5

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Page 90: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

70

3. Persepsi terhadap Program Pemerintah

Persepsi nelayan terhadap program pemerintah bervariasi. Persepsi

nelayan yang mengikuti organisasi lebih baik mengenai adanya penyuluhan dari

pemerintah. Rincian persepsi terhadap program pemerintah berdasarkan

keikutsertaan anggota nelayan disajikan pada Tabel 31 sebagai berikut:

Tabel 31. Persepsi terhadap Program Pemerintah Berdasarkan Keikutsertaan Organisasi Nelayan (%)

a. Persepsi Mengenai Adanya Penyuluhan dari Pemerintah terkait Pelestarian Sumberdaya Ikan Teri

Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 0,0 7,5 12,5 27,5 0,0 Tidak 7,5 37,5 5,0 2,5 0,0 b. Persepsi mengenai Adanya Bantuan dari Pemerintah Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 5,0 27,5 7,5 2,5 5,0 Tidak 12,5 10,0 5,0 12,5 12,5

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Sebagian besar nelayan yang mengikuti organisasi menjawab lebih

mengetahui mengenai adanya penyuluhan dari pemerintah. Nelayan yang

mengikuti organisasi kurang mengetahui mengenai bantuan pemerintah. Akan

tetapi, nelayan yang tidak mengikuti organisasi memiliki persepsi yang lebih

buruk yaitu sangat tidak mengetahui mengenai bantuan dari pemerintah.

4. Persepsi terhadap Lingkungan

Persepsi tiap nelayan terhadap bahaya pencemaran di laut tidak jauh

berbeda. Sebagian besar nelayan menjawab mengetahui baik yang mengikuti

organisasi maupun tidak mengenai bahaya pencemaran di laut. Rincian persepsi

terhadap lingkungan berdasarkan keikutsertaan anggota nelayan disajikan pada

Tabel 32.

Tabel 32. Persepsi terhadap Lingkungan berdasarkan Keikutsertaan Organisasi Nelayan (%)

Persepsi Mengenai Bahaya Pencemaran di Laut Keikutsertaan Organisasi STM KM M LM SM Ya 5,0 10,0 17,5 7,5 7,5 Tidak 15,0 7,5 15,0 5,0 10,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Page 91: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

71

6.10.4 Persepsi Nelayan Berdasarkan Umur

Analisis persepsi nelayan ikan teri di Kabupaten Asahan terhadap

keberlanjutan perikananan teri berdasarkan tingkatan umur. Hasil yang diperoleh

dari uji tersebut adalah Fhitung = 1,17558 dengan Ftabel sebesar 2,86627 dengan

taraf nyata α= 0,05. Nilai Fhitung lebih kecil dari nilai F tabel, sehingga diambil

keputusan terima H0. Hasil pengujian menunjukkan bahwa umur tidak

memberikan pengaruh nyata berbeda pada persepsi nelayan. Hasil analisis

persepsi disajikan pada Lampiran 9.

1. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri

Persepsi nelayan yang berumur > 50 tahun lebih baik dibanding dengan

nelayan yang berumur ≤ 50 tahun. Nelayan yang berumur > 50 tahun lebih

mengetahui mengenai sumberdaya ikan teri yang dapat habis dan dampak by

catch. Hasil persepsi nelayan disajikan pada Tabel 33sebagai berikut:

Tabel 33. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri Berdasarkan Umur a. Persepsi terhadap Faktor-faktor yang Menyebabkan Fluktuasi

Tangkapan Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 0,0 7,5 7,5 0,0 31-40 0,0 2,5 12,5 20,0 7,5 41-50 2,5 5,0 5,0 12,5 2,5 >50 0,0 0,0 7,5 2,5 5,0 b. Persepsi terhadap Sumberdaya Ikan Teri yang Dapat Habis Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 2,5 7,5 5,0 0,0 31-40 0,0 5,0 22,5 15,0 0,0 41-50 0,0 7,5 7,5 10,0 2,5 >50 0,0 0,0 5,0 10,0 0,0 c. Persepsi mengenai Cara Menjaga Kelestarian Sumberdaya Ikan Teri Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 2,5 5,0 7,5 0,0 31-40 0,0 7,5 20,0 15,0 0,0 41-50 0,0 7,5 15,0 2,5 2,5 >50 0,0 0,0 10,0 5,0 0,0 d. Persepsi terhadap Dampak by Catch Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 0,0 7,5 2,5 5,0 31-40 0,0 15,0 17,5 7,5 2,5 41-50 0,0 7,5 10,0 7,5 2,5 >50 0,0 0,0 5,0 10,0 0,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Page 92: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

72

Persepsi nelayan yang berusia > 50 tahun lebih buruk dalam hal faktor-

faktor yang menyebabkan fluktuasi tangkapan. Sebagian besar nelayan yang

berumur > 50 tahun menjawab hanya mengetahui saja. Semua kelompok umur

nelayan memiliki persepsi yang sama yaitu mengetahui mengenai cara menjaga

kelestarian sumberdaya ikan teri.

2. Persepsi terhadap Alat Tangkap

Persepsi nelayan ikan teri yang berumur > 50 tahun memiliki persepsi

yang lebih baik dibanding lainnya. Rincian persepsi terhadap alat tangkap

berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Persepsi terhadap Alat Tangkap Berdasarkan Umur (%) a. Persepsi mengenai Cara Penangkapan Ikan Teri yang Diperbolehkan Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 0,0 5,0 10,0 0,0 31-40 0,0 5,0 17,5 20,0 0,0 41-50 0,0 5,0 15,0 5,0 2,5 >50 0,0 2,5 2,5 5,0 5,0 b. Persepsi mengenai Teknologi Baru Perikanan Umur STM KM M LM SM 21-30 2,5 7,5 2,5 2,5 0,0 31-40 2,5 12,5 12,5 7,5 5,0 41-50 0,0 5,0 10,0 10,0 2,5 >50 0,0 0,0 2,5 12,5 0,0 c. Persepsi mengenai Sistem Perizinan Kapal Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 2,5 7,5 2,5 2,5 31-40 2,5 15,0 5,0 17,5 2,5 41-50 2,5 12,5 7,5 2,5 2,5 >50 2,5 5,0 0,0 2,5 5,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Sebagian besar nelayan yang berumur > 50 tahun sangat mengetahui

mengenai cara penangkapan ikan teri yang diperbolehkan dan sistem perizinan

kapal. Persepsi nelayan yang berumur > 50 tahun lebih mengetahui mengenai

teknologi baru perikanan. Nelayan yang berumur ≤ 50 tahun kurang mengetahui

mengeni teknologi baru perikanan.

Page 93: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

73

3. Persepsi terhadap Program Pemerintah

Persepsi nelayan ikan teri mengenai adanya penyuluhan dari pemerintah

berdasarkan umur bervariasi. Secara rinci persepsi terhadap program pemerintah

berdasarkan umur disajikan pada Tabel 35.

Tabel 35. Persepsi terhadap Program Pemerintah Berdasarkan Umur (%) a. Persepsi Mengenai Adanya Penyuluhan dari Pemerintah terkait

Pelestarian Sumberdaya Ikan Teri Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 5,0 2,5 7,5 0,0 31-40 5,0 17,5 7,5 12,5 0,0 41-50 0,0 17,5 5,0 5,0 0,0 >50 2,5 5,0 2,5 5,0 0,0 b. Persepsi mengenai Adanya Bantuan dari Pemerintah Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 12,5 2,5 0,0 0,0 31-40 10,0 17,5 5,0 5,0 5,0 41-50 2,5 7,5 2,5 2,5 12,5 >50 5,0 0,0 2,5 7,5 0,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Sebagian besar nelayan berumur 21-30 tahun menjawab lebih mengetahui

sedangkan nelayan yang berumur 31-40 dan 41-50 menjawab kurang mengetahui

mengenai penyuluhan pemerintah. Persepsi nelayan yang berumur 41-50 dan di

atas 50 tahun memiliki persepsi yang lebih baik mengenai adanya bantuan dari

pemerintah. Nelayan yang berumur kurang dari 40 tahun kurang mengetahui

mengenai bantuan dari pemerintah.

4. Persepsi terhadap Lingkungan

Nelayan ikan teri yang berumur > 50 tahun memiliki persepsi yang lebih

baik dibanding yang lainnya. Sebagian besar nelayan yang berusia > 50 tahun

sangat mengetahui mengenai bahaya pencemaran di laut. Nelayan yang berusia ≤

50 tahun hanya mengetahui mengenai bahaya pencemaran di laut. Rincian

persepsi terhadap lingkungan dapat dilihat pada Tabel 36 sebagai berikut:

Tabel 36. Persepsi terhadap Lingkungan Berdasarkan Umur (%) Persepsi Mengenai Bahaya Pencemaran di Laut Umur STM KM M LM SM 21-30 0,0 5,0 5,0 2,5 2,5 31-40 10,0 2,5 15,0 7,5 7,5 41-50 7,5 5,0 10,0 0,0 5,0 >50 2,5 5,0 2,5 0,0 5,0

Sumber: Hasil Analisis Data, 2012

Page 94: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

74

Hasil pengujian dengan analisis ragam menunjukkan bahwa usia tidak

berpengaruh nyata dalam membedakan persepsi nelayan terhadap keberlanjutan

kegiatan perikanan teri. Faktor perbedaan usia pada nelayan di Kabupaten Asahan

ini tidak begitu berpengaruh terhadap persepsi mereka. Perbedaan persepsi

disebabkan karena perbedaan jenjang pendidikan atau perbedaan cara masing-

masing responden dalam mendapatkan informasi terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan perikanan teri.

6.11 Implikasi Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri di Perairan Kabupaten Asahan Berdasarkan hasil pengkajian stok (stock assessment), saat ini kondisi

aktual sumberdaya ikan teri di perairan Kabupaten Asahan diduga telah

mengalami overfishing baik secara biologi maupun ekonomi. Kondisi overfishing

ini disebabkan oleh jumlah penangkapan ikan teri yang melebihi kondisi

maksimum yang sustainable secara biologi, tingkat effort yang lebih tinggi dari

kondisi open access, serta rasio biaya yang lebih besar dibandingkan harga. Jika

kondisi ini terus berlangsung maka dikhawatirkan stok ikan teri terus mengalami

penurunan.

Pengelolaan sumberdaya ikan teri dapat diarahkan pada kondisi MEY dan

kondisi MSY. Jika pengelolaan diarahkan pada kondisi MEY maka effort harus

ditekan sampai pada angka 776,60 unit pukat teri, artinya jumlah effort aktual

harus dikurangi sebesar 170,62 unit pukat teri. Rente ekonomi yang diperoleh

pada kondisi ini mencapai tingkat maksimum. Tenaga kerja yang dapat diserap

lebih sedikit bila kebijakan ini diterapkan sehingga akan meningkatkan jumlah

pengangguran. Menurut Widodo dan Suadi (2006), pada kenyataannya orang akan

lebih mudah diajak untuk menangkap lebih banyak ikan daripada mengejar

nilaiekonomi yang abstrak sehingga kebijakan ini sulit untuk dilakukan.

Pengelolaan sumberdaya ikan teri membutuhkan pertimbangan ekonomi

untuk menghindari terjadinya over exploitation dan pertimbangan biologis untuk

menjaga mortalitas penangkapan agar tidak melampaui kemampuan populasi

untuk bertahan serta untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan teri. Jika

kebijakan pengelolaan diarahkan pada kondisi MSY dengan menekan effort

Page 95: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

75

sampai pada angka 834,96 unit pukat teri. Hal ini berarti bahwa effort harus

dikurangi sebanyak 112,26 unit pukat teri. Nilai ini lebih kecil jika dibandingkan

dengan kondisi MEY. Penurunan penangkapan ke tingkat MSY tidak akan

mengakibatkan kerugian besar, sebab kelebihan tenaga kerja yang lebih sedikit

dapat diarahkan ke bentuk usaha lainnya yang lebih produktif. Pariwisata dan

pertambakkan merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan tenaga kerja.

Kelebihan dan kekurangan kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan teri tersebut

disajikan pada Tabel 37.

Tabel 37. Kebijakan Pengelolaan Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaten Asahan

Kebijakan Kelebihan Kekurangan MEY Rente sumberdaya yang

diperoleh maksimum. Penyerapan tenaga kerja rendah.

MSY

Penyerapan tenaga kerja tinggi

Tingkat keuntungan yang diperoleh tidak maksimum

Sumber: Widodo dan Suadi (diolah), 2006

Menurut Kusumastanto (2007), untuk mewujudkan pengelolaan yang

mempertimbangkan keberlanjutan stok, keberlanjutan pendapatan, dan

kesejahteraan nelayan ada tiga langkah yang dapat dilakukan yaitu langkah teknis,

pengendalian masukan, dan pengendalian keluaran. Strategi yang dapat dilakukan

dalam kasus ini adalah: langkah teknis. Kebijakan langkah teknis yang dapat

dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya ikan teri dapat dilakukan melalui:

1. Pembatasan penggunaan alat tangkap. Tujuan pembatasan ini adalah untuk

mengurangi jumlah effort ke tingkat MSY. Tingginya jumlah effort saat ini

yaitu mencapai tingkat 947,22 unit pukat teri mengakibatkan kondisi

perikanan berada pada kondisi open access dan terjadi inefisiensi dalam

perikanan. Tingkat biaya yang dikeluarkan nelayan tinggi namun rente yang

diperoleh tidak ada sehingga nelayan tidak mendapatkan keuntungan. Hal ini

dapat menurunkan kesejahteraan nelayan ikan teri.

2. Pembatasan terhadap kawasan dan waktu penangkapan untuk alat tangkap

pukat teri. Hal ini telah dilakukan oleh pemerintah daerah setempat.

Peraturannya adalah alat tangkap pukat teri diperbolehkan melakukan

aktivitas penangkapan di area lebih dari 4-12 mil dari pantai.

3. Pembatasan ukuran mata jaring ikan.

Page 96: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

76

Kebijakan pengelolaan tersebut disesuaikan dengan keadaan sosial

masyarakat, topografi, dan alat tangkap yang dominan digunakan. Aturan/regulasi

yang jelas sangat diperlukan dalam pengelolaan kebijakan ini. Perikanan yang

tidak diatur (unregulated) akan cenderung menempatkan upaya penangkapan pada

tingkat yang melebihi tingkat optimal, sehingga over investasi akan terjadi dan

perikanan berada pada tingkat yang tidak efisien secara sosial dan ekonomi.

Regulasi ini diperlukan untuk meningkatkan kualitas serta bobot dan ukuran ikan.

Peraturan pemerintah daerah setempat dapat dijadikan sebagai acuan bahwa

aturan sangat penting sehingga nelayan Asahan cenderung lebih ramah

lingkungan dalam kegiatan penangkapan ikan teri. Keberhasilan dari peraturan ini

sangat ditentukan oleh dukungan semua stakeholders dan pengawasan terhadap

aturan yang dilakukan oleh berbagai pihak.

Nelayan ikan teri merupakan salah satu stakeholder terkait mengenai

kegiatan penangkapan ikan. Persepsi responden terkait sumberdaya ikan teri, alat

tangkap pemerintah dan lingkungan merupakan informasi yang penting ataupun

saran kepada policymaker sebelum menerapkan sebuah kebijakan di daerah

tersebut. Kebijakan tersebut diharapkan tepat dan tidak hanya berdasar pada

keuntungan atau kerugian ekonomi melainkan juga berdasarkan keadaan ekologi,

sosial, ekonomi, budaya dan karakteristik masyarakat setempat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 40 nelayan ikan teri di Kabupaten

Asahan. Nelayan yang berpendidikan lebih tinggi memiliki persepsi yang lebih

baik terhadap sumberdaya ikan teri, alat tangkap, program pemerintah dan

lingkungan dibanding dengan nelayan yang berpendidikan lebih rendah. Menurut

Iman (1981), pendidikan yang baik dan bermutu tinggi akan memaksa seseorang

menuju ke arah sosial. Manusia perlu membedakan apa yang bermanfaat dan

mengerti bagaimana cara mengelola alam dan hasil alam sesuai kebutuhannya.

Hal yang terpenting adalah jenjang pendidikan nelayan ikan teri memiliki peranan

dalam mempengaruhi pembentukkan pola pikir atau cara pandang nelayan

tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, kebijakan pemerintah untuk pengelolaan

perikanan teri ini adalah memberikan penyuluhan dan pengetahuan umum

mengenai dunia perikanan secara berkelanjutan yang lebih difokuskan kepada

Page 97: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

77

nelayan yang berpendidikan rendah. Tujuan kebijakan ini untuk membentuk pola

pikir nelayan yang lebih baik. Diharapkan nelayan bisa ikut andil dalam menjaga

kelestarian ikan teri di perairan Kabuaten Asahan.

Nelayan yang memiliki pengalaman melaut lebih lama memiliki persepsi

nelayan yang lebih baik terhadap sumberdaya ikan teri, alat tangkap, program

pemerintah dan lingkungan. Berdasarkan persepsi tersebut, kebijakan yang dapat

dilakukan oleh pemerintah adalah memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada

nelayan yang baru terjun ke industri perikanan (berpengalaman kurang dari lima

tahun) sehingga pengetahuan nelayan mengenai perikanan menjadi lebih baik.

Penyuluhan dan pelatihan yang intensif diharapkan dapat mengubah pola pikir

nelayan. Pengetahuan nelayan mengenai dunia perikanan lebih awal tersebut akan

menjadikan nelayan lebih mengetahui kondisi perikanan saat ini dan peduli untuk

menjaga kelestarian sumberdaya ikan teri.

Nelayan ikan teri yang mengikuti organisasi nelayan memiliki persepsi

yang lebih baik terhadap sumberdaya ikan teri, alat tangkap, program pemerintah

dan lingkungan dibanding dengan nelayan ikan teri yang tidak mengikuti

organisasi nelayan. Hal ini karena nelayan yang mengikuti organisasi lebih mudah

dalam mendapatkan informasi seperti bantuan dari pemerintah, penyuluhan,

seminar dan pelatihan dari DKP. Berdasarkan persepsi tersebut, kebijakan yang

dapat dilakukan adalah mengarahkan nelayan untuk mengikuti organisasi nelayan

karena banyak keuntungan yang didapat jika nelayan megikuti organisasi.

Kebijakan lainnya adalah mengoptimalkan keberadaan organisasi nelayan,

mengintegrasikan kebijakan pemerintah dengan kegiatan organisasi nelayan

sehingga kebijakan tersebut tepat sasaran, berjalan efektif dan efesien.

Page 98: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

78

Page 99: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

79

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya

makadapat diambil kesimpulan yaitu:

1. Pemanfaatan sumberdaya ikan teri aktual yang diperoleh dari hasil

perhitungan bioekonomi menghasilkan kondisi aktual hasil tangkapan (h)

725,94 ton/tahun, dan Effort (E) nelayan sebesar 947,22 trip/tahun sehingga

diperoleh rente ekonomi sebesar Rp 12.648.510.194 per tahun. Adapun

jumlah produksi ikan teri lestari /MSY (h) adalah 1.200,92 ton/tahun, dan

Effort (E) nelayan sebesar 834,96 trip/tahun sehingga diperoleh rente

ekonomi sebesar Rp 22.951.655.440 per tahun. Pemanfaatan sumberdaya

ikan teri optimal (MEY) yang diperoleh dari hasil perhitungan bioekonomi

menghasilkan kondisi optimal hasil tangkapan (h) 1.198,41 ton/tahun, dan

Effort (E) nelayan sebesar 796,75 trip/tahun sehingga diperoleh rente

ekonomi sebesar Rp 23.004.560.220 per tahun.

2. Sumberdaya ikan teri di Kabupaten Asahan telah mengalami penurunan

kuantitas, namun belum mengalami degradasi dan depresiasi karena rata-rata

koefisien laju degradasi dan depresiasi sumberdaya ikan teri berturut-turut

adalah 0,27774 dan 0,28790. Dengan demikian, pengelolaan sumberdaya ikan

teri dapat diarahkan pada kondisi alokasi sumberdaya optimal.

3. Faktor-faktor yang secara umum berhubungan nyata dengan persepsi nelayan

terhadap kelestarian ikan teri adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut,

dan keikutsertaan organisasi nelayan. Nelayan yang berpendidikan lebih

tinggi, berpengalaman melaut lebih lama dan mengikuti organisasi nelayan

memiliki persepsi yang lebih baik terhadap sumberdaya ikan teri, alat

tangkap, program pemerintah dan lingkungan dibanding kelompok nelayan

lainnya. Pengelolaan sumberdaya ikan teri dapat diarahkan pada kondisi

MEY sehingga didapatkan keuntungan yang maksimum. Namun kebijakan

ini berdampak pada pengurangan tenaga kerja yang cukup besar. Dalam

rangka menyerap lapangan kerja yang lebih besar dengan tetap

memperhatikan kelestarian sumberdaya, maka kebijakan pengelolaan

Page 100: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

80

sumberdaya ikan teri dapat dilakukan pada kondisi MSY dengan mengurangi

alat tangkap yang dioperasikan sekarang sebanyak 112,26 unit pukat teri dari

tingkat eksploitasi sekarang. Kebijakan ini harus didukung oleh

aturan/regulasi yang jelas serta pengawasan dari semua pihak.

7.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, agar pemanfaatan ikan teri dapat

optimal dan kesejahteraan nelayan kecil tercapai, maka beberapa rekomendasi

berikut dapat dijadikan bahan pertimbangan stakeholder di Kabupaten Asahan:

beberapa upaya seperti:

1. Dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan nelayan maka hendaknya

dilakukan peningkatan nilai tambah dari hasil tangkapan, peningkatan

keterampilan serta peningkatan kemampuan para nelayan baik dalam

penguasaan teknologi penangkapan dan penanganan ikan maupun dalam

manajemen usaha.

2. Pendampingan dan pemberian penjelasan oleh pihak DKP Kabupaten Asahan

kepada para nelayan mengenai pentingnya pengelolaan sumberdaya ikan teri

agar kelestarian ikan teri dan mata pencaharian nelayan dapat tetap terjaga.

Page 101: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

81

DAFTAR PUSTAKA

Akbar MFA. 2010. Kajian ekonomi sumberdaya perikanan tangkap di Kabupaten Pemalang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Anna S. 2003. Model embedded dinamik ekonomi interaksi perikanan pencemaran [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Asngari PS. 1984. Persepsi direktur penyuluhan tingkat keresidenan dan kepala penyuluh pertanian terhadap peranan dan fungsi lembaga penyuluhan pertanian di Negara Bagian Texas, Amerika Serikat. Media Peternakan. 9(2). Bogor (ID): Intitut pertanian Bogor.

[Bappenas] Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. 2008. Informasi Umum Perikanan dan Kelautan Indonesia (Potensi Perikanan dan Kelautan Indonesia). Jakarta (ID): Bappenas.

[BPPT] Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2010. Kondisi Oseanografi Kabupaten Asahan 2010. Kisaran (ID): BPPT.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Daerah Kabupaten Asahan 2010.

Kisaran (ID): BPS .

Clark CW. 1985. Bioeconomic Modelling and Fisheries Management. New York (US): Wiley-Interscience.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Statistik Perikanan Kabupaten Asahan 2010. Kisaran (ID): DKP Kabupaten Asahan.

[DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan. 2002-2011. Statistika Perikanan Tangkap.

Medan (ID): DKP Provinsi Sumatera Utara. Desniarti. 2007. Analisis kapasitas perikanan pelagis di Perairan Pesisir Provinsi

Sumatera Barat [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Effendy S dan Hasan R. 1986. Politik perencanaan kependudukan Indonesia, Singapura, dan Pakistan. Seri Kertas Kerja. 5(29). Yogyakarta (ID): Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada.

Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fauzi A. 2010. Ekonomi Perikanan Teori, Kebijakan, dan Pengelolaan. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Fauzi A dan Anna S. 2005. Permodelan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan untuk Analisis Kebijakan. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Page 102: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

82

Harianto. 2001. Persepsi, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap air sungai [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hutomo M, Burhanuddin, Djamali A, Martosewojo S. 1987. Sumberdaya Ikan Teri di Indonesia. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI.

Iman S. 1981. Pembinaan Watak Tugas Utama Pendidikan. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Peraturan Menteri

Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 2 Tahun 2011 tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan dan Alat Bantu Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta (ID): KKP.

[KKP] Kementerian kelautan dan Perikanan. 2011. Statistika Perikanan Tangkap Indonesia 2010. Jakarta (ID): KKP

[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Kelautan dan Perikanan dalam Angka 2011. Jakarta (ID): KKP.

Kusumastanto T et al. 2007. Konsepsi pengelolaan sumberdaya perikanan Laut Arafuru dalam rangka terciptanya pemanfaatan sumberdaya yang lestari. Paper. Bogor (ID): Intitut Pertanian Bogor.

Lubis B. 1990. Studi tentang hasil tangkapan ikan kembung dengan alat tangkap purse seine di Pelabuhan Perikanan Nusantara Belawan Kotamadya Medan, Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Mulyana. 2007. Pengelolaan Perikanan dan Teori Perizinan. Jakarta (ID):KKP.

Nabunome. 2007. Model analisis bioekonomi dan pengelolaan sumberdaya ikan demersal (studi empiris Kota Tegal, Jawa Tengah). [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

Nasir. 1985. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Nikijuluw VPH. 2005. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan. Jakarta (ID): Pustaka Cidesindo.

Saanin H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan I. Bandung (ID): Binacipta.

Saarinen TF. 1996. Perception of the drought hazard on the great plains. Departement of Geography Research Paper 106. Chicago (US): University of Chicago.

Page 103: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

83

Siagian SF. 2002. Analisis hasil tangkapan kerang menggunakan penggaruk kerang dredge gear dan kemungkinan bentuk pengembangan produksi hasil tangkapannya di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Spare P dan Venema SC. 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis Buku I. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan, penerjemah. Jakarta (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Terjemahan dari: Introduction to Tropical Fish Stock Asessment Part I.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung (ID): Tarsito.

Surbakti CN. 2012. Analisis musim dan daerah penangkapan ikan teri (Stolephorus sp.) berdasarkan kandungan klorofil-a di Perairan Sibolga, Sumatera Utara. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Wahyudin Y. 2005. Alokasi optimum sumberdaya perikanan di Perairan Teluk Pelabuhan Ratu [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Walpole RE. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka Utama.

Widodo J dan Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Page 104: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

84

Page 105: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

LAMPIRAN

Page 106: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera
Page 107: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Asahan

87

Page 108: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

Lampiran 2. Diagram Sistem Bagi Hasil Nelayan

Nelayan (2/3 bagian)

Rp 1.200.000,-

Hasil Bersih (Rp 1.800.000,-)

Pemilik (1/3 bagian) Rp 600.000,-

Juru Mesin 6/64 bagian per orang)

Rp 112.500,-/orang

Juru Masak (6/64 bagian per orang)

Rp 93.500,-/orang

Wakil Tekong (6/64 bagian per orang)

Rp 112.500,-/orang

Tekong (7/64 bagian per orang)

Rp 131.250,-/orang

Juru Buridan (5/64 bagian per orang)

Rp 112.500,-/orang

Tukang Rebus (4/64 bagian per orang)

Rp 75.000,-/orang

Juru Pilih (5/64 bagian per orang)

Rp 93.500,-/orang

88

Biaya Operasional (Rp 2.800.000,-)

Penerimaan Kotor (Rp 4.600.000,-)

Page 109: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

Lampiran 3. Hasil Analisis Regresi Sumberdaya Ikan Teri di Kabupaten Asahan dengan Model Gordon- Schaefer

SUMMARY OUTPUT

Regression Statistics Multiple R 0,971396 R Square 0,943609 Adjusted R Square 0,935554 Standard Error 0,244935 Observations 9

ANOVA df SS MS F Significance F

Regression 1 7,027273 7,027273 117,134 1,27E-05 Residual 7 0,419954 0,059993 Total 8 7,447227

Coefficients Standard

Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95%

Lower 95,0%

Upper 95,0%

Intercept 2,876616969 0,171452 16,77797 6,5E-07 2,471197 3,282037 2,471197 3,282037 Effort -0,001722615 0,000159 -10,8229 1,3E-05 -0,0021 -0,00135 -0,0021 -0,00135

89

Page 110: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

Lampiran 3. (Lanjutan)

Diketahui:

Parameter Nilai

α 2,876616969

β -0,001722615

p 21.037.010,68

c 2.769.258,82

Rezim Pengelolaan Parameter

Produksi (ton) Effort (trip) Rente (Rp) Aktual 725,94 947,22 12.648.510.194 MSY 1.200,92 834,96 22.951.655.440 MEY 1.198,41 796,75 23.004.560.220 OA 209,76 1.593,49 0

90

Page 111: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

91

Lampiran 4. Analisis Bioekonomi Sumberdaya Ikan Teri dengan MAPLE 13

>

>

>

>

>

>

>

>>

>

>

Page 112: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

92

Lampiran 4. (Lanjutan)

>

Kondisi MEY

>

>

>

Kondisi MSY

>

>

>

Kondisi OA

>

>

>

Page 113: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

Lampiran 5. Data Persepsi Responden

Responden

Pendidikan Pengalaman

Melaut (Tahun)

Keikutsertaan Organisasi Nelayan

Umur (Tahun)

Persepsi Sumberdaya Ikan Teri

Persepsi Alat Tangkap

Persepsi Pemerintah Persepsi

Lingkungan 1 2 3 4 1 2 3 1 2

1. SD 1 tidak 49 4 3 4 3 3 2 1 5 2 1 2. SLTP 36 ya 59 3 3 3 4 5 3 4 1 4 3 3. SLTA 25 ya 45 4 5 3 3 3 4 5 2 4 3 4. SD 37 tidak 47 3 2 3 2 2 4 2 5 2 3 5. SD 11 tidak 35 3 4 4 5 3 4 2 4 2 1 6. SD 17 ya 40 4 2 3 3 4 3 4 2 4 4 7. SD 28 tidak 32 4 3 3 4 3 1 2 1 2 4 8. SLTA 21 tidak 32 4 3 3 2 3 3 3 4 1 1 9. SD 40 tidak 43 4 2 2 3 3 2 4 1 2 5 10. SD 40 tidak 48 3 4 3 4 3 2 2 5 2 3 11. SD 10 tidak 29 3 4 3 5 4 2 2 3 2 3 12. SD 30 tidak 49 1 4 3 3 3 4 2 5 2 1 13. SD 31 tidak 45 2 4 3 4 3 3 3 5 2 2 14. SLTP 23 tidak 40 4 4 3 2 3 3 4 2 2 5 15. SD 39 tidak 52 3 4 3 3 4 4 1 4 1 1 16. SD 25 tidak 40 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 17. SD 40 tidak 53 3 4 4 3 3 4 2 4 2 2 18. SLTA 21 tidak 24 3 4 3 4 4 1 3 2 2 3 19. SLTA 5 ya 36 4 4 2 2 4 2 2 2 4 3 20. SLTP 31 ya 23 4 3 4 3 4 2 4 2 4 4 21. SLTP 25 tidak 40 4 3 2 3 3 3 4 2 2 5 22. SLTA 31 ya 36 4 3 4 3 4 5 4 5 3 4

93

Page 114: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

Lampiran 5. (Lanjutan)

Keterangan: 1 = Sangat tidak mengetahui 2 = Kurang mengetahui 3 = Mengetahui 4 = Lebih mengetahui 5 = Sangat mengetahui

Responden Pendidikan Pengalaman

Melaut (Tahun)

Keikutsertaan Organisasi Nelayan

Umur (Tahun)

Persepsi Sumberdaya Ikan Teri

Persepsi Alat Tangkap Persepsi Pemerintah Persepsi

Lingkungan 1 2 3 4 1 2 3 1 2

23. SD 10 ya 20 4 3 4 3 4 3 3 2 4 2 24. SD 21 ya 35 3 3 4 3 4 3 2 3 3 2 25. SLTA 30 ya 48 4 3 2 2 4 4 3 2 3 1 26. SD 20 ya 34 3 4 2 2 3 3 4 3 4 3 27. SD 21 ya 20 3 2 4 3 3 4 3 2 3 2 28. SD 25 ya 40 5 4 3 3 4 2 1 2 4 1 29. SD 1 ya 35 5 2 3 4 2 4 4 1 4 3 30. SLTP 31 ya 35 4 3 4 3 4 5 2 5 2 3 31. SD 32 ya 48 4 2 2 2 4 2 3 2 3 3 32. SLTP 15 ya 30 4 3 2 5 3 2 5 2 4 5 33. SD 21 tidak 35 3 4 4 3 4 2 2 1 3 3 34. SLTP 31 tidak 48 5 4 3 4 5 5 2 3 4 5 35. SLTA 32 ya 51 5 3 3 4 4 4 5 3 4 5 36. SLTP 36 ya 56 5 4 4 4 2 4 2 4 2 2 37. SLTP 31 ya 40 5 3 4 4 4 4 5 2 2 5 38. SLTA 31 tidak 53 5 4 3 4 5 4 5 1 3 5 39. SLTP 14 tidak 34 2 3 3 2 2 2 4 1 1 1 40. SD 24 tidak 43 2 3 5 5 2 3 2 4 2 2

94

Page 115: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

95

Lampiran 6. Data Persepsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Anova: Single Factor

SUMMARY Groups Count Sum Average Variance

SD 22 651 29,59091 3,777056 SLTP 10 332 33,2 25,73333 SLTA 8 267 33,375 31,69643

ANOVA Source of Variation SS df MS F P-value F crit Between Groups 134,7068 2 67,35341 4,67738 0,015452 3,251924 Within Groups 532,7932 37 14,39982 Total 667,5 39

No. Jenjang Sekolah

SD SLTP SLTA 1. 28 32 36 2. 28 34 27 3. 32 31 29 4. 33 40 29 5. 27 33 28 6. 28 38 39 7. 31 21 40 8. 31 33 39 9. 28 35 10. 31 35 11. 28 12. 26 13. 31 14. 32 15. 30 16. 31 17. 29 18. 29 19. 32 20. 27 21. 29 22. 30

Page 116: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

96

Lampiran 7. Data Persepsi Responden Berdasarkan Pengalaman Melaut

No. Pengalaman Melaut (Tahun)

≤ 10 11-20 21-30 > 30 1. 27 28 36 33 2. 27 29 27 31 3. 28 29 32 28 4. 26 32 28 31 5. 21 31 32 31 6.

29 31 28

7.

29 35 31 8.

30 34

9.

28 39 10.

32 35

11.

29 33 12.

30 40

13.

40 14.

33

15.

38 16.

39

Anova: Single Factor SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

≤ 10 5 129 25,8 7,7

11-20 7 207 29,57143 1,95238

21-30 12 370 30,83333 7,60606

> 30 16 544 34 16,6667

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit Between Groups 291,319 3 97,10635 9,29294 0,00011 2,866266 Within Groups 376,181 36 10,44947

Total 667,5 39

Page 117: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

97

Lampiran 8. Data Persepsi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Organisasi Nelayan

No. Organisasi Nelayan

Ya Tidak 1. 33 28 2. 36 32 3. 33 27 4. 29 27 5. 34 28 6. 39 31 7. 32 31 8. 30 28 9. 28 31 10. 31 32 11. 29 28 12. 29 26 13. 32 31 14. 35 29 15. 27 31 16. 35 29 17. 40 40 18. 33 39 19. 38 21 20. 30 21. 28

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance Ya 19 623 32,78947 13,95322 Tidak 21 627 29,85714 16,52857 ANOVA Source of Variation SS df MS F P-value F crit

Between Groups 85,77068 1 85,77068 5,602753 0,023129 4,098172 Within Groups 581,7293 38 15,30867 Total 667,5 39

Page 118: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

98

Lampiran 9. Data Persepsi Responden Berdasarkan Kelompok Umur

No. Umur (Tahun)

21-30 31-40 41-50 >50 1. 31 32 28 33 2. 29 33 36 28 3. 34 27 28 31 4. 32 27 28 40 5. 29 32 31 33 6. 35 26 28 39 7.

29 31

8.

31 28

9.

39 27

10.

31 40

11.

29 30

12.

32

13.

35

14.

29

15.

21

16.

30

17.

38

Anova: Single Factor

SUMMARY

Groups Count Sum Average Variance

21-30 6 190 31,66667 6,266667

31-40 17 521 30,64706 18,99265

41-50 11 335 30,45455 16,47273

>50 6 204 34 21,6

ANOVA

Source of Variation SS df MS F P-value F crit Between Groups 59,557041 3 19,85235 1,175578 0,332579 2,866266 Within Groups 607,942959 36 16,8873

Total 667,5 39

Page 119: TIKA INDRIYANI · 2015-09-02 · KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA TIKA INDRIYANI ... adalah jenjang pendidikan, pengalaman melaut, ... Dinas Kelautan dan Perikanan Sumatera

99

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 1

Maret 1990. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan

Suriadi dan Eni Susanti. Penulis menyelesaikan pendidikan di TK Sehati Batam

pada tahun 1996, lalu melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 010086 Kisaran

Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara. Penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Kisaran tahun 2002, dan melanjutkan

pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kisaran tahun 2005. Penulis

diterima di Institut Pertanian Bogor tahun 2008, melalui jalur USMI di

Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen.

Selama menjalani pendidikan di IPB, penulis terlibat dalam berbagai

kepanitiaan dan aktif dalam organisasi Resources and Environmental Economics

Student Association (REESA) tahun 2009 sebagai Angkatan Muda REESA

(AMR). Penulis juga aktif dalam organisasi Sharia Economic Student Club

(SES-C) periode 2009/2010 sebagai staf Divisi Media Ekonomi Syariah. Selama

menempuh studi, penulis mendapatkan beasiswa BRI pada tahun 2011.