tijopus (5)ffgfg

39
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Garam Beryodium Garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk membuat hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan kecerdasaan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm. Yodium adalah salah satu mikro mineral yang amat penting dan dibutuhkan sejak dalam kandungan, sehingga kekurangan yodium akan berakibat gangguan pertumbuhan dan kecerdasan anak, bahkan dapat menyebabkan abortus, premature, lahir mati, kretinisme, dan lain-lain. 3.2 Pentingnya Garam Beryodium Berbagai studi dan eksperimen yang dilakukan di banyak Negara telah membuktikan bahwa kekurangan yodium memberikan dampak yang sangat nyata terhadap kualitas manusia masa depan khususnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang kekurangan yodium akan tumbuh dan berkembang tidak optimal , seperti pendek atau kecil, bodoh dan berbagai gangguan psikoemosional lainnya. Padahal, sudah diketahui bahwa hanya orang-orang yang sehat dan bergizi baik yang akan mampu berperan secara optimal dalam pembangunan. Jadi kesehatan dan gizi adalah 11

description

fgd

Transcript of tijopus (5)ffgfg

Page 1: tijopus (5)ffgfg

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Garam Beryodium

Garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan tubuh untuk membuat

hormon yang mengatur pertumbuhan dan perkembangan kecerdasaan. Garam beryodium yang

digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) antara

lain mengandung yodium sebesar 30 – 80 ppm.

Yodium adalah salah satu mikro mineral yang amat penting dan dibutuhkan sejak dalam

kandungan, sehingga kekurangan yodium akan berakibat gangguan pertumbuhan dan kecerdasan

anak, bahkan dapat menyebabkan abortus, premature, lahir mati, kretinisme, dan lain-lain.

3.2 Pentingnya Garam Beryodium

Berbagai studi dan eksperimen yang dilakukan di banyak Negara telah membuktikan

bahwa kekurangan yodium memberikan dampak yang sangat nyata terhadap kualitas manusia

masa depan khususnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.

Anak yang kekurangan yodium akan tumbuh dan berkembang tidak optimal , seperti

pendek atau kecil, bodoh dan berbagai gangguan psikoemosional lainnya. Padahal, sudah

diketahui bahwa hanya orang-orang yang sehat dan bergizi baik yang akan mampu berperan

secara optimal dalam pembangunan. Jadi kesehatan dan gizi adalah investasi jangka panjang

dalam sebuah perjalanan panjang membangun bangsa. Anak-anak yang hari sehat dan bergizi

baik akan memimpin pembangunan bangsa dalam 20-30 tahun ke depan.

Anak-anak yang tidak sehat dan bergizi kurang pada hari ini justru akan menjadi beban

masyarakat kelak, karena rendahnya kualitas hidupnya. Dampak keberhasilan pembangunan

kesehatan dan gizi tidak bias dinilai hari ini, besok-lusa atau setahun-dua tahun ke depan, akan

tetapi 20-25 tahun ke depan. Dari kacamata managemen pembangunan yang dapat dinilai hari ini

atau esok-lusa adalah proses dan jangkauan pencapainya atau dalam istilah managemen disebut

output, sedangkan dampaknya terhadap kehidupan bangsa baru kelihatan 10-20 tahun kemudian.

Pertumbuhan dan perkembangan anak sudah dimulai sejak dalam kandungan. Untuk

keperluan tumbuh kembang itu dibutuhkan sejumlah zat gizi makro seperti hidrat arang, protein,

11

Page 2: tijopus (5)ffgfg

lemak dan sejumlah mineral. Disamping itu, tidak kalah pentingnya adalah zat gizi mikro, seperti

mineral yodium, selenium, tembaga, zink, vitamin A dan sejumlah vitamin lainnya.

Rendahnya asupan sebagai akibat dari rendahnya kandungan yodium pada air dan tanah

mengakibatkan terjadinya pembesaran kelenjar gondok, sehingga terjadinya pembesaran kelenjar

gondok di berbagai daerah di tanah air. Pada awal tahun 1970-an begitu rendahnya asupan

yodium penduduk sehingga hampir disemua provinsi terdapat kecamatan endemic sedang dan

berat.

3.3 Epidemiologi Kekurangan Yodium

Gangguan akibat kekurangan yodium, disingkat GAKY adalah sekelompok gejala

sebagai akibat dari kekurangan intake yodium yang berlangsung lama,gejala-gejala yang dapat

diamati antara lain:

1. Penurunan IQ poin

2. Keguguran pada ibu hamil

3. Bayi lahir mati

4. Bayi lahir kretin dimana terdapat kelainan berupa gangguan perkembangan mental,

gangguan pendengaran, gangguan alat gerak, gangguan bicara, tuli sampai bisu

5. Pembesaran kelenjar gondok

Di Indonesia sendiri masalah GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan yang amat

penting karena beberapa hal, antara lain karena :

1. Berkaitan erat dengan kualitas hidup manusia

2. Luas daerah yang terkena sangat luas dan meliputi hampir 100 juta penduduk di

Indonesia

3. Upaya penanggulangan yang dilakukan hampir 30 tahun belum mampu menuntaskan

masalahnya

4. Berbagai upaya penanggulangan telah dilakukan secara luas di seluruh wilayah Republik

Indonesia, mulai dari suntikan, kapsul, yodisasi garam, yodisasi air dan lain-lain.

Kekurangan yodium di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1927, ditemukan hampir di

seluruh wilayah Indonesia mulai dari ujung utara pulau sumatera sampai ke papua.

12

Page 3: tijopus (5)ffgfg

Penanggulangannya telah diupayakan sejak 1927 itu dengan memperkenalkan garam beryodium

dengan konsentrasi 1:200.000 atau 5 ppm, khususnya di daerah pegunungan Dieng dan tengger

di pulau Jawa. Kemudian, tahun 1928 diperluas ke daerah Gayo Alas di Aceh dan tahun 1933

juga meliputi keresidenan Kediri di pulau Jawa.

Simons tahun 1939 menulis bahwa pencegahan gondok dengan yodisasi garam kecil

sekali resikonya. Pada saat itu garam briket/balok mulai diproduksi di pulau Madura. Di pulau

Sumatera pada literature lama itu ditulis daerah gondok mulai dari Aceh, Siantar Binjai, Padang

panjang dan sekitar danau Singkarak. Pada tahun 1939 atau sekitar tahun 1940 kadar yodium

dalam garam ditingkatkan menjadi 1: 100.000 atau 10 ppm. Uji coba dilakukan oleh van veen di

Kintamani. Pada tahun 1953 diketahui pula adanya daerah gndok endemic yang luas di pulau

Kalimantan, bahkan sampai ke daerah pantai di Brunei. Di daerah itu ditemukan prevalensi

goiter yang bervariasi sekali, umumnya dari 1% sampai 25%, bahkan terdapat pula daerah

dengan prevalensi waktu itu yaitu 33,6%.

Perkembangan studi lebih lanjut diketahui bahwa pada penderita dengan pembesaran

kelenjar gondok ditemui pula beberapa keadaan seperti kretinisme dengan berbagai bentuk dan

variasi, seperti tuli bisu dan berbagai bentuk gangguan pertumbuhan kecerdasan mulai dari idiot

sampai ke tingkat kecerdasan yang sedikit lebih rendah dari anak normal. Banyak dan luasnya

variasi akibat kekurangan yodium, maka dikelompokkan menjadi GAKY.

Kenapa terjadi perubahan dan variasi prevalensi GAKY dari waktu ke waktu. Konsep

yang paling umum dikenal tantang kesehatan adalah konsep dari HL. Bloom, yang

mengidentifikasikan tiga factor utama penyebab perubahan status kesehatan, yaitu factor

lingkungan, perilaku manusia, akses ke pelayanan kesehatan dan factor keturunan. Berkaitan

dengan GAKY factor utama penyebab terjadinya kekurangan yodium adalah :

13

Page 4: tijopus (5)ffgfg

Gangguan Akibat kekurangan Yodium ( GAKY ) terjadi sebagai akibat dari rendahnya

kandungan yodium dalam bahan makanan sehari-hari karena rendahnya kandungan yodium

dalam tanah. Yodium dikenal sebagai salah satu mineral yang sangat mudah larut dalam air,

sehingga semakin tinggi curah hujan di suatu daerah maka semakin besar resiko untuk

penduduknya menderita GAKY. Keadaan ini diperburuk oleh berbagai factor sebagai berikut :

1. Lingkungan yang buruk, terutama berhubungan :

a. Pencemaran tanah sumber-sumber air dengan kotoran manusia, dan sampah,

seperti yang dilaporkan oleh Mc Carisson di India (1917)

b. Pencemaran yang mengakibatkan rendahnya kadar yodium dari sumber-sumber

makanan dari laut seperti yang dilaporkan oleh kung (1996) berkaitan dengan

rendahnya kadar yodium di laut China Selatan akibat pencemaran dari limbah

pabrik di sekitarnya

c. Timbulnya pemukiman-pemukiman baru yang padat dengan tingkat pengelolaan

lingkungan yang kurang baik

d. Rendahnya kadar selenium pada makanan. Selenium adalah salah satu bahan

pembentuk enzim yang mengatur pembentukan hormone thyroxin di kelenjar

Thyroid

2. Perilaku manusia

Perilaku mansia terutama yang berhubungan dengan :

a. Ketidak pedulian terhadap kebersihan lingkungan

b. Rendahnya pemahaman tentang pentingnya pemakaian garam beryodium

c. Rendahnya kepedulian industry, distributor dan pedagang garam terhadap resiko

dan akibat garam yang tidak beryodium yang dijualnya terhadap kualitas hidup

bangsa di masa depan

d. Ketidakseimbangan konsumsi goiterogenik agen seperti bayam, ubi kayu, kol dan

lain-lain dengan ketersediaan yodium dalam garam dan lain-lain

14

Page 5: tijopus (5)ffgfg

3. Pelayanan

Yang diberikan oleh Institusi terkait, seperti penyuntikan lipiodol, pendistribusian kapsul

beryodium, fortifikasi garam dan lain-lain.

4. Faktor keturunan

Menurut Prof. Dr. dr. Djokomulyanto, ketua tim penanggulangan GAKY nasional

pada pertemuan ilmiah nasional GAKY 2001, kadar yodium rendah dapat mengurangi

IQ hingga 10 poin dan kekurangan yodium berat menghilangkan 50 poin IQ. Padahal

intelegensi adalah modal utama seseorang. Masalah penurunan tingkat kecerdasan

intelegensi ini merupakan akibat GAKY yang tidak banyak disorot. Fenomenanya seperti

gunung es. GAKY biasanya hanya identik dengan penyakit gondok atau kretinisme,

padahal banyak masalah lain yang tidak kelihatan.

3.4 Sejarah Dan Perkembangan Kekurangan Yodium

Referensi tertua dikenal buku yang paling awal menulis tentang gondok diterbitkan pada

zaman Dinasty Shen Nung (2838-2698), yaitu buku Pen Tsao Tsing (pengobatan dengan daun

(rumput) dan akar). Di buku itu ditulis bahwa rumput laut sargassum sangat efektif untuk

pengobatan goiter.

Secara global masalah gondok atau kekurangan yodium sebenarnya sudah dikenal sejak

ribuan tahun yang lalu. Upaya penanggulangannya sudah dilakukan di berbagai belahan dunia

sejak ribuan tahun yang lalu.

Kekurangan yodium di Indonesia sudah diketahui sejak tahun 1927, ditemukan hampir

diseluruh wilayah Indonesia. Penanggulangannya telah diupayakan sejak 1927 itu dengan

memperkenalkan garam beryodium dengan konsentrasi 1:200.000 atau 5 ppm, khususnya

didaerah pegunungan Dieng dan Tengger di Pulau Jawa. Kemudian diperluas kedaerah Gayo

Alas di Aceh.

15

Page 6: tijopus (5)ffgfg

3.5 Yodium Dan Fungsinya Dalam Tubuh

Endemik goiter atau gondok endemic adalah istilah yang dikenal didunia kedokteran

adalah suatu keadaan dimana di suatu daerah terdapat sejumlah penduduk dengan berbagai

tingkat pembesaran kelenjar gondok (Thyroid enlargement) dan keadaan itu menetap sepanjang

tahun. Pembesaran itu merupakan hyperplasia dari sel-sel kelenjar gondok untuk menangkap

yodium agar kebutuhan tubuh terhadap hormone thyroxin terpenuhi.

Pada fase awal hyperplasia kelenjar Thyroid berlangsung cepat sampai terpenuhi

kebutuhan yodium untuk mencukupi produksi hormone Thyroxin. Setelah itu keadaannya

menetap. Di daerah non endemic keadaan seperti itu biasa terjadi pada awal usia pubertas, akan

tetapi keadaan itu tidak melebihi 4% remaja.

Pembesaran kelenjar gondok sangat berkaitan dengan kebutuhan tubuh akan hormone

Thyroxin, sehingga insiden pembesaran kelenjar gondok bervariasi berdasarkan umur dan jenis

kelamin. Yodium adalah salah satu mineral teramat penting untuk tubuh, disamping puluhan

mineral penting lainnya. Tubuh setiap harinya hanya membutuhkan sekitar 150-200 mikrogram,

jadi kebutuhannya sangat kecil sekali.

Di dalam tubuh, yodium diperlukan sebagai bahan baku untuk pembuatan hormone

Thyroxin oleh kelenjar gondok. Thyroxin adalah salah satu hormone penting yang mengatur

metabolisme tubuh, khususnya metabolisme ditingkat sel, sehingga kekurangan yodium akan

mengancam fungsi berbagai organ tubuh. Oleh karena itu, akibat kekurangan yodium akan

berbeda antara satu kelompok umur denagn kelompok umur lainnya, Karena berkaitan dengan

tingkat pertumbuhan yang sedang berkangsung pada setiap individu.

Apa yang akan terjadi apabila kekurangan yodium terjadi pada wanita hamil ? Gangguan

terjadi pada proses tumbuh kembang janin, terutama hambatan pertumbuhan otak dan organ

lainnya secara permanen. Bentuk yang paling sering ditemukan disamping kretinisme adalah

bisu tuli sejak lahir. Pada anak-anak yang menderita kretinisme kecerdasan seolah-olah terhenti

saat anak berusia 4-5 tahun atau bahkan kurang.

16

Page 7: tijopus (5)ffgfg

3.6 Penanggulangan GAKY Di Indonesia

Banyak Negara di dunia yang berhasil dalam penanggulangan GAKY, seperti Amerika

Serikat, Negara-negara di Eropa Timur, RRC dan lain-lain, akan tetapi banyak pula Negara yang

belum berhasil, pada umumnya di Negara berkembang terutama di Asia dan Afrika. Indonesia

termasuk yang belum berhasil dalam penanggulangan GAKY, keadaan ini tampak pada

pemetaan GAKY Nasional tahun 2003 dengan meningkatnya prevalensi GAKY pada anak

Sekolah Dasar dari 8,5% menjadi 10,8% dan di beberapa propinsi terlihat daerah-daerah endemic

sedang dan berat yang baru.

Untuk menanggulangi GAKY itu di Indonesia sejak tahun 1976 secara Nasional telah

dilaksanakan berbagai upaya seperti penyuntikan yodium dalam minyak (suntikan lipiodol),

fortifikasi garam konsumsi dengan yodium. Pendistribusian kapsul yodium dalam minyak. Dari

target penyuntikan sebanyak 3.952.796 jiwa selama Repelita IV telah dapat diberikan suntikan

untuk 3.547.796 penduduk atau sekitar 90% dari target.

Mulai periode tahun 1990 an diperkenalkan pemberian kapsul minyak beryodium dalam

sekali dalam setahun untuk kelompok rawan didaerah endemic berat dan sedang, disamping itu

dilakukan pula penyempurnaan monitoring dan evaluasi yodisasi garam.

Walaupun penanggulangan GAKY sudah dimulai sejak tahun 1976 yang lalu, atau lebih

dari 30 tahun yang lalu, akan tetapi prevalensi GAKY tetap saja tinggi, atau setidaknya turun

naik dari waktu ke waktu.

Rendahnya kemampuan pemerintah daerah dalam mengkoordinasikan program lintas

sektoral berkaitan :

1. Rendahnya kualitas supervise, monitoring dan evaluasi dalam program

penanggulangan GAKY

2. Tidak adanya perda yang menjadi payung hukum dalam memberikan sanksi

kepada pedagang yang nakal

17

Page 8: tijopus (5)ffgfg

3. Tidak adanya evaluasi tentang intensitas koordinasi lintas sektoral dalam

penanggulangan GAKY

Proyek Intensifikasi Penggulangan GAKY (IP-GAKY) telah dilaksanakan dengan dana

pinjaman Bank Dunia sejak tahun 1997 sampai tahun 2003 untuk mempercepat penurunan prevalensi

GAKY melalui pencapaian konsumsi garam beryodium untuk semua. Komponen program yang

dilaksanakan meliputi: 1) pemantauan status yodium masyarakat; 2) peningkatan konsumsi garam

beryodium; 3) peningkatan pasokan garam beryodium; 4) distribusi kapsul minyak beryodium pada

sasaran yang tepat; dan 5) pemantapan koordinasi lintas sektor dan penguatan kelembagaan

penanggulangan GAKY.

3.6.1. Garam Beryodium

A. Pegaraman di Indonesia

Berbeda dengan situasi di beberapa negara lain, pegaraman di Indonesia meliputi usaha

skala kecil (luas rata-rata kepemilikan lahan kurang dari 1 Ha per pegaram), kecuali ladang garam

milik PT Garam di Madura. Potensi lahan pegaraman tersebar di seluruh Indonesia, terkonsentrasi

di 6 propinsi: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan

Nusa Tenggara Timur. Teknologi pegaraman umumnya masih sederhana/tradisional dengan sistem

kristalisasi total yang menghasilkan kualitas garam rendah, dengan kadar NaCl < 88% dan

kandungan Ca dan Mg yang tinggi dan produktifitas lahan hanya sekitar 40-60 ton/Ha/musim. Di

beberapa tempat lain digunakan teknologi garam masak di mana proses kristalisasi dilakukan

dengan pembakaran dalam tungku. Uji coba pembangunan demplot pegaraman dengan sistem

kristalisasi bertingkat di 7 kabupaten pada kelompok pegaram telah berhasil meningkatkan

produktifitas sekitar 25-75% dan kualitas garam dengan kandungan NaCl mencapai 92%.

Demplot juga telah direplikasikan ke 17 kabupaten.

Setiap tahun diperkirakan kebutuhan garam konsumsi sebesar 1.025.000 ton untuk

seluruh Indonesia. Kebutuhan tersebut dipenuhi dari garam rakyat. Apabila masih dianggap

kurang, pemerintah memberikan ijin impor garam untuk konsumsi dan untuk kebutuhan lain

18

Page 9: tijopus (5)ffgfg

non-konsumsi, dengan syarat yang sama dengan garam rakyat, yakni kewajiban meyodisasi

garam konsumsi sebelum memasuki pasar.

B. Industri Garam Beryodium

Garam beryodium merupakan salah satu produk yang wajib menerapkan SNI, sesuai

dengan Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1991 tentang Standar Nasional Indonesia dan SK

Menteri Perindustrian No. 29/M/SK/2/1995 tentang Pengesahan SNI dan Penggunaan Tanda SNI

secara wajib terhadap 10 (sepuluh) macam produk industri. Syarat mutu garam konsumsi

beryodium SNI 01-3556.2-1994/Rev 2000 adalah kandungan KIO3 minimal 30 ppm. Saat ini

terdapat 366 perusahaan garam beryodium dengan 40 merek, namun hanya 236 perusahaan yang

menerapkan sistem manajemen mutu/SNI, dimana 196 perusahaan dibina pada tahun 1999-2002.

Produksi garam beyodium digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan aneka pangan dengan

total kebutuhan lebih kurang 1.025.000 ton/tahun dan 85% perusahaan memproduksi garam

beryodium yang memenuhi syarat. Perusahaan yang belum menerapkan SNI pada umumnya

adalah industri kecil yang berada di sentra produksi yang perlu dibina sistem manajemen mutu,

pelatihan teknik produksi dan bantuan peralatan mesin yodisasi garam. Hingga saat ini telah

diberikan bantuan mesin yodisasi garam ke 44 kabupaten daerah sentra produksi garam rakyat.

C. Distribusi Garam Beryodium

Distribusi garam beryodium dari perusahaan ke masyarakat, tergantung dari kemampuan

produksi dan pemasaran dalam suasana pasar bebas. Perusahaan yang besar mampu melakukan

distribusi antar pulau dan antar propinsi, sedangkan perusahaan menengah dan kecil hanya

mampu memasarkan produknya dalam satu propinsi atau bahkan satu kabupaten/kota saja.

Pemasaran akhir umumnya melalui pengecer formal (pasar besar, supermarket, toko bahan

pangan), sampai dengan pengecer kecil di daerah perkotaan dan pinggiran kota. Sedang untuk

pasar desa di daerah-daerah terpencil umumnya sulit terjangkau oleh distributor garam

beryodium. Secara tradisional kebutuhan mereka dipenuhi distributor informal yang memasarkan

garam krosok non-yodium. Beberapa pemerintah kabupaten/kota telah mengembangkan sistem

distribusi garam beryodium melalui berbagai alternatif yang melibatkan PKK, LSM dan swasta.

Hal lain yang memerlukan perhatian ialah pemalsuan dan penipuan kandungan yodium dalam

garam. Berbagai survei kecil di beberapa kota menunjukkan masih banyak kemasan garam yang

19

Page 10: tijopus (5)ffgfg

mengklaim mengandung yodium, namun kandungan KIO3 kurang dari 30 ppm sebagaimana

dipersyaratkan.

D. Konsumsi Garam Beryodium

Sejak tahun 1995 sampai 2003 dilakukan survei konsumsi garam beryodium pada

masyarakat secara terus menerus oleh Badan Pusat Statistik. Penilaian konsumsi garam tingkat

rumah tangga dilakukan dengan membedakan kandungan yodium dalam garam dengan

pemeriksaan uji garam yodium cepat (iodine rapid test). Hasil penilaian memperlihatkan

prosentase rumah-tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup (>=30

ppm), kurang (<30 ppm), dan tidak mengandung yodium. Secara nasional, sejak tahun 1995

sampai dengan tahun 2003, terjadi peningkatan prosentase rumah tangga dengan konsumsi

garam beryodium secara cukup dari 49.8% menjadi 73.2%. Berdasarkan Universal Salt

Iodization/USI konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga cukup >=90%.

3.6.2. Kapsul Minyak Beryodium

Secara nasional telah disepekati bahwa untuk daerah-daerah endemik GAKY berat dan

sedang diberikan kapsul minyak beryodium sekali setiap tahun. kepada ibu hamil, ibu menyusui,

wanita usia subur (WUS) dan anak usia sekolah. Data cakupan distribusi kapsul minyak

beryodium pada WUS tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 masih kurang lengkap karena tidak

semua propinsi melapor. Menurut Evaluasi Proyek IP-GAKY tahun 2003, dari sejumlah sampel

WUS di daerah endemik berat dan sedang, menunjukkan bahwa cakupan distribusi kapsul

minyak beryodium hanya sebesar 33%3). Hal ini disebabkan karena masalah pasokan kapsul

minyak beryodium yang sangat terbatas, aspek monitoring dan evaluasi yang masih lemah

sehingga data tersebut tidak dilaporkan. Dalam era desentralisasi, pengadaan kapsul minyak

beryodium diserahkan kepada daerah. Mengingat kemampuan daerah dalam hal pendanaan yang

terbatas, maka pembiayaan pengadaaan kapsul minyak beryodium menjadi berkurang.

Disamping itu juga pusat menyediakan pasokan untuk buffer stock, tetapi kemampuan pusat

yang masih rendah menyebabkan jumlah kapsul minyak beryodium juga belum dapat memenuhi

seluruh permintaan. Laporan cakupan kapsul minyak beryodium yang diterima oleh penduduk

sangat terbatas karena sistem pelaporan yang masih kurang baik.

20

Page 11: tijopus (5)ffgfg

3.6.3. Tujuan dan Sasaran

A. Tujuan

Tujuan Umum Rencana Aksi ini ialah pencapaian Universal Salt Iodization (USI) pada

tahun 2005 dan kelestarian USI pada tahun 2010. Tujuan umum tersebut dijabarkan ke dalam

Tujuan Khusus sebagai berikut:

1. Jangka Pendek (2004-2005)

a. Peningkatan proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium

yang cukup secara nasional di Indonesia

b. Peningkatan cakupan distribusi kapsul minyak beryodium di daerah endemis GAKY berat dan

sedang

2. Jangka Panjang (2006-2010)

a. Pelestarian proporsi rumah tangga yang mengkonsumsi garam dengan kandungan yodium

yang cukup di SEMUA kabupaten/kota di Indonesia

b. Pelestarian cakupan kapsul minyak beryodium di SEMUA daerah endemic GAKY berat dan

sedang

B. Sasaran

1. Jangka Pendek (pada akhir tahun 2005):

a. Proporsi rumah tangga yang mengkonsumi garam dengan kandungan yodium yang cukup

(sebesar >=30 ppm KIO3) adalah >90% secara rata-rata nasional.

b. Median Urinary Iodine Excretion (UIE) secara rata-rata nasional ialah:

proporsi yang <100 μg/L adalah sebesar <50%,

proporsi yang < 50 μg/L adalah sebesar <20%

c. Rata-rata nasional cakupan kapsul minyak beryodium ialah >90% pada Wanita Usia Subur

(WUS) di daerah endemik sedang dan berat

Catatan: Masing-masing kabupaten/kota, hendaknya menyusun sasaran di wilayahnya masing-

masing, disesuaikan dengan keadaan pada akhir tahun 2003 dan proyeksi perbaikannya dalam

waktu dua tahun ke depan.

2. Jangka Panjang (pada akhir tahun 2010, sesuai sasaran Indonesia Sehat 2010) :

a. Proporsi rumah tangga yang mengkonsumi garam dengan kandungan yodium yang cukup

(sebesar >=30 ppm KIO3) adalah >90%, untuk SEMUA kabupaten/kota di Indonesia

21

Page 12: tijopus (5)ffgfg

b. Median UIE di SEMUA kabupaten/kota di Indonesia ialah:

proporsi yang <100 μg/L adalah sebesar <50%,

proporsi yang < 50 μg/L adalah sebesar <20%.

c. Cakupan distribusi kapsul minyak beryodium pada WUS di SEMUA kecamatan endemis berat

dan sedang ialah >90%

d. Pencapaian minimum 8 dari 10 indikator proses yang ditetapkan WHO:

1. Pengembangan kelembagaan yang fungsional

2. Komitmen politik nasional dan lokal tentang USI

3. Organisasi pelaksana yang kuat di semua tingkatan

4. Legislasi dan regulasi tentang USI disemua tingkatan

5. Komitmen menyelenggarakan monitoring dan evaluasi dengan dukungan laboratorium yang

menyediakan data yang akurat

6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan mobilisasi sosial tentang GAKY dan perlunya

mengkonsumsi garam beryodium

7. Ketersediaan data garam beryodium secara reguler pada tingkat produsen, pasar dan

konsumen

8. Ketersediaan data UIE pada anak usia sekolah secara regular pada daerah endemik berat

9. Kerjasama dengan produsen garam untuk pengawasan mutu garam yodium

10. Database untuk mencatat hasil monitoring regular dan penyebarluasannya kepada

masyarakat, mencakup data garam beryodium dan median UIE, bila memungkinkan data Tyroid

Stimulating Hormone (TSH) neonatal.

3.6.4. Kebijakan dan Strategi

A. Kebijakan

1. Meningkatkan komitmen politik di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota melalui

advokasi, koordinasi, penyediaan dana yang berkesinambungan dan pengintegrasian upaya

penanggulangan GAKY dengan program pembangunan dalam rangka menjamin

keberlangsungan upaya penanggulangan GAKY.

22

Page 13: tijopus (5)ffgfg

2. Meningkatkan produksi garam rakyat menuju swa sembada garam konsumsi, penerapan

teknologi baru, fasilitasi pasokan air laut dan pengamanan pasar garam rakyat dalam rangka

menjamin keberlangsungan produksi yang menguntungkan pegaram.

3. Mempercepat pemenuhan pasokan garam beryodium yang memenuhi syarat melalui

peningkatan luas lahan garam, produktifitas dan kualitas garam rakyat, pengembangan yodisasi

garam pada sentra produksi dan distribusi, pembinaan dan pengawasan produsen dan distribusi,

pemenuhan kebutuhan dan distribusi KIO3, dan kemitraan distribusi dan pemasaran garam

beryodium dalam rangka menjamin ketersediaan garam beryodium di tingkat rumah tangga.

4. Meningkatkan pemantauan kualitas garam beryodium untuk konsumsi melalui pengawasan

kualitas garam pada tingkat produksi dan distribusi, koordinasi tindak lanjut hasil pengawasan

dengan melibatkan aparat penegak hukum, koordinasi lintas batas propinsi dan kabupaten/kota,

standarisasi dan sosialisasi metode uji, penyebar luasan hasil pengawasan kepada masyarakat

luas serta peningkatan akses uji garam beryodium cepat di masyarakat dalam rangka menjamin

ketersediaan garam beryodium yang memenuhi syarat di tingkat rumah tangga.

5. Pemenuhan kebutuhan kapsul minyak beryodium untuk daerah-daerah endemik sedang dan

berat dimulai dari perencanaan, pengadaan, distribusi dan monitoring evaluasi yang disesuaikan

dengan era desentralisasi.

6. Menegakkan norma sosial dan hukum melalui promosi garam beryodium, promosi

penggunaan alat uji, penguatan sistem pemantauan penegakan hokum serta upaya tindak lanjut

hasil temuan dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dan pengusaha garam.

7. Meningkatkan kelembagaan penanggulangan GAKY yang melibatkan komponen pemerintah,

swasta, masyarakat dan asosiasi melalui peningkatan kelembagaan produksi garam rakyat,

kelembagaan produsen garam beryodium, koordinasi pengawasan distribusi garam beryodium,

koordinasi tim GAKY pusat, propinsi dan kabupaten/kota serta peningkatan kelembagaan

keilmuan dalam rangka memperkuat kapasitas dan profesionalitas lembaga.

8. Meningkatkan monitoring dan evaluasi program melalui penguatan system informasi

manajemen penanggulangan GAKY yang terintegrasi, pengembangan database, pengembangan

surveilans sentinel yang terintegrasi dengan surveilans gizi serta pembinaan kemampuan daerah

dalam pengumpulan data secara reguler dalam rangka meningkatkan efisiensi pelaksanaan

program dan memberi masukan bagi arah kebijakan penganggulangan GAKY

23

Page 14: tijopus (5)ffgfg

B. Strategi

1. Advokasi

Advokasi dilakukan kepada pengambil keputusan baik eksekutif, legislatif maupun

yudikatif dengan tujuan untuk memberikan pengertian dan pehamanan serta peningkatan

komitmen upaya penanggulangan GAKY. Advokasi harus dilakukan secara terus menerus dan

periodik di setiap tingkatan pemerintahan baik di tingkat pusat, propinsi maupun kabupaten/kota

2. Pemberdayaan Pegaram

Pegaram sebagai salah satu elemen kunci dalam rantai ketersediaan garam nasional harus

diberdayakan antara lain melalui peningkatan penguasaan teknologi pegaraman dan yodiasi

garam agar mampu menghasilkan garam beryodium yang memenuhi syarat. Pemberdayaan

meliputi tahap produksi, teknologi yodisasi serta pemasaran garam melalui pembentukan

kelompok dan kemitraan.

3. Pengamanan pasar garam rakyat

Pengamanan pasar garam rakyat perlu dilakukan untuk menjamin kelangsungan usaha

dan pasokan garam serta kehidupan sosial ekonomi pegaram. Pengamanan pasar garam rakyat

dilakukan melalui kemitraan kelompok pegaram, pengusaha besar termasuk PT Garam.

4. Pengawasan di tingkat produksi, distribusi dan konsumsi garam

Pengawasan kepada produsen dan distributor garam dilakukan untuk menjamin

ketersediaan garam beryodium yang berkualitas sehingga dapat dijangkau oleh rumah tangga.

Pengawasan ini harus dilakukan secara terkoordinasi antara daerah penghasil dan daerah

pengguna garam beryodium disertai dengan penindakan terhadap pelanggaran yang dilakukan

baik di tingkat produksi maupun distribusi.

5. Penegakan norma sosial dan penegakan hukum

Penegakan norma sosial dilakukan untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kepada

seluruh stakeholder akan pentingnya garam beryodium dalam upaya penanggulangan GAKY.

Konsumen, lembaga swadaya masyarakat, penggerak masyarakat dan media masa harus

memberi tekanan kepada pihak eksekutif, legislatif, yudikatif, produsen dan distributor bagi

penyediaan garam beryodium. Penggerak masyarakat ikut mengambil peranan aktif sebagai

penekan berbagai kebijakan pemerintah serta penekan kepada produsen dan distributor garam.

Penegakan hukum lebih ditekankan pada upaya tindak lanjut oleh aparat berwenang terhadap

hasil temuan dalam pengawasan dan pemantauan ketersediaan dan mutu garam beryodium

24

Page 15: tijopus (5)ffgfg

6. Kemitraan

Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam upaya penanggulangan GAKY, maka

prinsip kemitraan harus diterapkan dalam setiap upaya yang dilakukan untuk menjamin respon

yang positif dan sinergi di antara semua stakeholder, mencakup pemerintah di semua tingkatan,

asosiasi produsen, kelompok konsumen, organisasi massa, media masa, lembaga donor, dan

lembaga terkait lainnya.

3.6.5. Upaya

A. Peningkatan Komitmen

1. Advokasi secara periodik di tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan dan mempertahankan komitmen

setiap stakeholder terhadap upaya penangulangan GAKY. Kegiatan yang dilakukan meliputi

penyediaan media dan sarana advokasi, pelaksanaan dan evaluasi advokasi. Advokasi dilakukan

terhadap pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota baik terhadap pihak eksekutif, legislatif

maupun yudikatif; produsen, penggerak masyarakat dan konsumen; melalui pertemuan maupun

dengan memanfaatkan terbitan atau media masa lainnya.

2. Memperkuat koordinasi penanggulangan GAKY

Tujuan dari upaya ini adalah untuk mensinkronkan setiap upaya penanggulangan GAKY

agar selaras dengan kesepakatan bersama serta tukar menukar informasi termasuk koordinasi

dalam hal pembiayaan baik pembiayaan dalam negeri maupun luar negeri. Kegiatan yang

dilakukan adalah dengan mengadakan pertemuan dalam perencanaan kegiatan serta monitoring

dan evaluasi. Koordinasi dilakukan sejak penyusunan rencana, pelaksanaan, monitoring dan

evaluasi program.

3. Menyediakan dana penanggulangan GAKY secara berkesinambungan dalam APBN, APBD,

dari sektor swasta dan masyarakat.

Tujuan dari upaya ini adalah untuk menjaga kesinambungan pembiayaan program

penanggulangan GAKY di institusi/lembaga terkait. Penyediaan dana dilakukan oleh masing-

masing institusi/lembaga terkait sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing

dengan mengacu pada strategi penanggulangan GAKY yang telah disepakati bersama. Peran

25

Page 16: tijopus (5)ffgfg

swasta dan masyarakat dalam pembiayaan sangat penting mulai dari tahap perencanaan,

produksi, distribusi, pemasaran, monitoring dan evaluasi.

4. Integrasi upaya penanggulangan GAKY dengan program pembangunan lain

Tujuan dari upaya ini adalah untuk menjamin agar penanggulangan GAKY merupakan

upaya yang terintegrasi serta merupakan bagian penting dari program pembangunan lainnya

seperti penanggulangan kemiskinan, pengembangan SDM dan pembangunan ekonomi. Kegiatan

yang dilakukan dimulai dari tahap perencanaan yaitu dengan perencanaan kegiatan

penangulangan GAKY ke dalam berbagai kegiatan di masing-masing instansi yang mendapat

pembiayaan baik dari APBN, APBD maupun sumber dana lainnya.

B. Pemberdayaan dan peningkatan sosial ekonomi pegaram

Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan produksi dan kualitas garam rakyat agar

dapat memenuhi kebutuhan garam dalam negeri sekaligus meningkatkan kesejahteraan pegaram.

Kegiatan untuk pemenuhan tujuan tersebut ialah:

1. Mengembangkan usaha bersama kelompok pegaram

2. Memasyarakatkan teknologi baru pegaraman melalui kelompok pegaraman di sentral-sentral

produksi garam rakyat termasuk pengembangan dan replikasi demplot pegaraman

3. Memfasilitasi pasokan air laut dengan membangun saluran primer pada kelompok pegaram

oleh pemerintah pusat termasuk instansi terkait seperti Departemen Perikanan dan Kelautan,

propinsi, kabupaten/kota

4. Mengamankan pasar garam rakyat melalui kemitraan antara kelompok pegaram dengan

pengusaha besar garam dan PT. Garam (dengan dukungan antara lain Dep. Perindustrian, Dep.

Perdagangan, Meneg BUMN, Menkeu, Pemerintah Propinsi dan Kabupaten/kota)

5. Meningkatkan produktivitas dan kualitas garam rakyat melalui bantuan mesin peralatan dan

pelatihan proses produksi garam bahan baku dan garam beryodium pada kelompok pegaram

6. Memperbaiki teknologi meja kristalisasi pegaraman pada kelompok pegaram tradisional

7. Melakukan pelatihan kelayakan usaha skala ekonomi produksi garam, terkait usaha

pegaraman dan usaha lain di luar pegaraman.

26

Page 17: tijopus (5)ffgfg

C. Percepatan pemenuhan pasokan garam beryodium

Tujuan upaya ini ialah mempercepat penyediaan garam beryodium yang memenuhi

syarat di pasaran. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

1. Membina dan mengawasi produsen dan distributor garam beryodium melalui pembinaan

penerapan sistem manajemen mutu dan penerapan hukum

2. Melakukan yodisasi garam di sentra-sentra produksi garam rakyat melalui kelompok pegaram.

3. Melakukan yodisasi garam di lingkungan distribusi dan pemasaran untuk konsumen di daerah-

daerah konsumsi non-produksi, terutama di kabupaten/kota yang memiliki daerah endemik

GAKY.

4. Menjamin pemenuhan kebutuhan Kalium Yodat (KIO3) ke produsen garam beryodium dan

sentra produksi melalui kerja sama antara PT Kimia Farma, Asosiasi Produsen Garam

Beryodium dan Dinas Perindag propinsi dan kabupaten/kota.

5. Mengembangkan jaringan distribusi garam beryodium lintas daerah baik propinsi maupun

kabupaten/kota

D. Penegakan normal sosial (social enforcement) dan penegakan hukum (law enforcement)

Tujuan upaya ini ialah:

1. Meningkatkan komitmen pengambil keputusan di pusat, propinsi dan kabupaten/kota untuk

menjamin ketersediaan dan distibusi garam beryodium

2. Membangkitkan kepedulian pengusaha garam beryodium untuk memahami, mentaati dan

melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku dalam memproduksi garam beryodium yang

memenuhi syarat

3. Memberdayakan masyarakat melalui elemen penggerak masyarakat untuk mengawasi dan

mengarahkan distribusi garam beryodium kepada masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Mensosialisasikan peraturan perundangan, kebijakan pemerintah pusat, propinsi, dan

kabupaten/kota kepada pegaram, pengusaha, pemasar dan penggerak masyarakat pada umumnya.

2. Mengawasi pelaksanaan perundangan dan kebijakan lain oleh asosiasi pengusaha garam

beryodium

3. Menindak lanjuti hasil pengawasan dengan pemberian penghargaan kepada produsen dan

pedagang garam yang taat dan tindakan hukum bagi yang melanggar.

27

Page 18: tijopus (5)ffgfg

4. Mensosialisasikan garam beyodium uji Iodina test kepada elemen penggerak masyarakat

5. Memfasilitasi uji iodine cepat oleh elemen penggerak masyarakat dan pengumuman langsung

hasilnya kepada masyarakat setempat.

6. Memberdayakan masyarakat untuk menerima hanya garam beryodium yang memenuhi syarat

dan menolak garam yang tidak memenuhi syarat.

E. Pemantauan kualitas garam beryodium untuk konsumsi

Tujuan upaya ini ialah untuk melaksanakan sistem pemantauan kualitas garam beryodium

terintegrasi di tingkat produksi, distribusi dan konsumsi. Kegiatan yang akan dilaksanakan ialah:

1. Mensosialisasikan sistem pemantauan mutu garam beryodium dalam era otonomi daerah

secara terintegrasi antara pemantauan produksi dan distribusi garam rakyat, pengadaan dan

distribusi garam impor, produksi dan distribusi garam beryodium, pengadaan dan distribusi

KIO3 dan pemantauan mutu garam di tingkat distribusi

2. Melakukan pemantauan mutu garam di tingkat produksi, distribusi dan konsumsi.

3. Mengkoordinasikan hasil pemantauan secara periodik di tingkat produksi, distribusi dan

konsumsi serta melaksanakan tindak lanjut pembinaan, pengawasan, pengumuman kepada

masyarakat dan tindakan hukum bila diperlukan.

4. Melaksanakan pemantauan distribusi garam rakyat dan garam impor, serta pengadaan dan

distribusi KIO3

5. Menstandarisasi dan mensosialisasikan metode uji kadar yodium dengan cepat.

6. Mengadakan dan mendistribusikan peralatan dan bahan uji mutu garam ke kabupaten/kota,

masyarakat dan pengusaha.

F. Penguatan Kelembagaan Penanggulangan GAKY

Upaya ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat peranan berbagai lembaga

yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam proses penanggulangan GAKY. Kegiatan

yang dilakukan adalah:

1. Peningkatan Kelembagaan Pegaram

Tujuan upaya ini ialah mendirikan atau menguatkan lembaga agar dapat membina dan

mengembangkan teknologi produksi garam rakyat. Lembaga ini berfungsi untuk menjembatani

dan mengkoordinasikan kebijakan, program dan kegiatan antara pemerintah pusat, propinsi,

28

Page 19: tijopus (5)ffgfg

kabupaten/kota dengan kelompok pegaram. Kegiatan yang dilakukan oleh lembaga ini adalah

sebagai berikut:

a. Memasyarakatkan teknologi pegaraman, produksi garam bahan baku dan garam beryodium.

b. Memfasilitasi penyediaan sarana dan prasarana pegaraman.

c. Mengembangkan usaha kelompok pegaram.

d. Mengembangkan kemitraan kelompok pegaram dengan pengusaha besar, BUMN, BUMD,

sektor swasta, dan lain-lain.

e. Mengembangkan permodalan dan dana bergulir dalam kerjasama dengan instansi pemerintah,

swasta dan perbankan.

2. Peningkatan Kelembagaan Produsen Garam Beryodium

Tujuan upaya penguatan ini adalah untuk mengembangkan Asosiasi Produsen Garam Beryodium

di propinsi dan kabupaten/kota untuk mengamankan pasokan garam beryodium di masing-

masing daerah.

Asosiasi ini berfungsi untuk:

a. Membina para anggota produsen garam beryodium agar memiliki komitmen untuk mematuhi

peraturan dan perundangan yang berlaku.

b. Meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap anggota dalam koordinasi dengan

pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota.

c. Meningkatkan koordinasi pengadaan dan distribusi KIO3 dengan PT Kimia Farma.

d. Meningkatkan kemitraan dengan kelompok usaha pegaram.

3. Peningkatan Kelembagaan Distribusi Garam Beryodium

Tujuan kegiatan ini ialah untuk mengembangkan Asosiasi Pedagang Garam sebagai wahana

komunikasi, koordinasi dan pengawasan kegiatan perdagangan garam dalam propinsi dan

kabupaten/kota serta antar propinsi dan antar kabupaten/kota.

Kegiatan yang dilaksanakan adalah:

a. Distribusi garam beryodium lintas batas kabupaten/kota dan lintas batas propinsi

b. Meningkatkan pengawasan dan penindakan terhadap anggota dalam koordinasi dengan

pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota.

29

Page 20: tijopus (5)ffgfg

c. Membantu pemerintah dan penegak hukum dalam pengawasan distribusi garam impor dan

distribusi garam beryodium lintas wilayah.

4. Penguatan TIM GAKY Pusat, Propinsi dan Kab/Kota

Tujuan dari upaya ini adalah untuk lebih mensinkronkan setiap upaya penanggulangan GAKY

yang dilakukan oleh masing-masing institusi pelaksana, mulai dari perencanaan, pelaksanaan,

pembinaan, pengawasan dan evaluasi. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

a. Revitalisasi Tim GAKY dengan melibatkan instansi pemerintah, penegak hukum, asosiasi

produsen, pegaram dan pedagang, lembaga konsumen, lembaga swadaya masyarakat, perguruan

tinggi dan lain-lain.

b. Memperkuat peraturan perundangan tentang garam beryodium.

c. Menyusun rencana tahunan dan jangka panjang penanggulangan GAKY.

d. Mengkoordinasikan pelaksanaan upaya penanggulangan GAKY oleh instansi dan lembaga

terkait lainnya.

e. Meningkatkan pembinaan dan pengawasan garam beryodium termasuk penegakan hukum di

tingkat produksi dan distribusi

f. Melakukan monitoring dan evaluasi tahunan dan jangka panjang dalam upaya penanggulangan

GAKY.

5. Peningkatan Kelembagaan Keilmuan

Tujuan dari upaya ini ialah mengembangkan dan menguatkan jejaring keilmuan GAKY sebagai

forum komunikasi dan rujukan kegiatan-kegiatan keilmuan GAKY dan aplikasinya dalam

penanggulangan masalah GAKY. Kelembagaan keilmuan yang dicakup dalam upaya ini ialah:

a. Pengembangan Pusat GAKY di Universitas Diponegoro - Semarang sebagai simpul inti

jejaring keilmuan GAKY dan pengembangan pusat-pusat penelitian dan pengembangan

gizi/kesehatan yang terlibat dalam kajian GAKY di berbagai kota di Indonesia dalam kesatuan

jejaring keilmuan GAKY.

b. Pengembangan Pusat Teknologi Pegaraman di Balai Riset dan Strandarisasi Teknologi

Industri dan Perdagangan (Baristan Indag) di Semarang dan jejaring teknologi pegaraman di

beberapa tempat lain dalam kesatuan jejaring teknologi pegaraman di Indonesia.

30

Page 21: tijopus (5)ffgfg

c. Pengembangan Jejaring Laboratorium GAKY, dengan simpul utama di Laboratorium

GAKY/Teknologi Kedokteran UNDIP, bersama-sama simpul Pusat Penelitian dan

Pengembangan Gizi Bogor, Balai Penelitian GAKY Magelang, dan berbagai potensi

laboratorium di beberapa tempat lain, dalam kesatuan jejaring kerjasama pemeriksaan

laboratorium GAKY di Indonesia.

d. Melanjutkan penerbitan jurnal oleh Pusat GAKY dan warta GAKY oleh Tim GAKY Pusat

serta publikasi tentang GAKY yang lain.

G. Pemenuhan Kebutuhan kapsul minyak beryodium di daerah endemik GAKY

Tujuan upaya ini ialah untuk mencapai pemenuhan ketersediaan kapsul minyak

beryodium secara tepat waktu di kecamatan-kecamatan endemik berat dan sedang di seluruh

Indonesia.

Kegiatan yang dilakukan adalah:

1. Merencanakan kebutuhan dan pengadaan kapsul minyak beryodium, dengan menempatkan

kapsul minyak beryodium setara dengan vaksin secara nasional.

2. Memperkuat sistem distribusi kapsul minyak beryodium, dengan pengiriman kapsul sesuai

dengan perencanaan kebutuhan di tingkat propinsi dan kabupaten/kota tepat waktu.

3. Memperkuat sistem pengiriman kapsul minyak beryodium dari tingkat propinsi dan

kabupaten/kota ke tingkat kecamatan dan desa, 2 bulan sebelum bulan pembagian kapsul minyak

beryodium.

4. Memperkuat pelaksanaan promosi kapsul 1 bulan menjelang bulan distribusi kapsul minyak

beryodium.

5. Melaksanakan pengawasan, monitoring dan evaluasi distribusi kapsul minyak beryodium.

H. Peningkatan Monitoring dan Evaluasi

Tujuan upaya ini ialah untuk meningkatkan efisiensi pelaksanaan manajemen yakni untuk

perencanaan dan monitoring dan evaluasi kegiatan penanggulangan GAKY di masa yang akan

datang. Kegiatan yang dilaksanakan adalah:

1. Memantapkan indikator monitoring dan evaluasi GAKY dalam Sistem Informasi Manajemen

GAKY (SIM GAKY) sesuai dengan Standar Pelayanan Minimum (SPM).

2. Mengembangkan surveilens GAKY sentinel yang terintegrasi dengan surveilens Gizi

31

Page 22: tijopus (5)ffgfg

3. Melanjutkan monitoring konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga secara nasional dan

reguler tiap 3 tahun sekali

4. Melakukan monitoring status GAKY setiap 3 tahun dengan indikator UIE di daerah endemik

di bawah tanggung jawab Pemerintah Daerah

5. Mengembangkan data base GAKY dalam web GIZI.NET

3.7 Prevalensi GAKY Dan Sebarannya

Saat ini di dunia diperkirakan 1,6 miliar penduduk dunia memiliki resiko kekurangan

yodium, dan 300 juta menderita gangguan mental akibat kekurangan yodium. Kira-kira 30.000

bayi lahir mati setiap tahun, dan lebih dari 12.000 bayi kretin, yakni retardasi mental, tubuh

pendek, bisu tuli atau lumpuh.

Di Indonesia berdasarkan data survey pada tahun 1980-1982, diperkirakan 75.000

menderita ktreinisme, 3,5 juta orang dengan gangguan mental, bahkan di beberapa desa 10-15%

menderita kretin. Telah dilakukan penelitian pada anak Sekolah Dasar antara tahun 1980-1982 di

26 propinsi, didapatkan prevalensi goiter lebih dari 10 % pada 68,3% dari 966 kecamatan yang

diperiksa, dan di beberapa desa lebih dari 80% penduduknya dengan gondok.

Pada tahun 1998 dilakukan pemeriksaan terhadap 46.000 anak sekolah dari 878

kecamatan yang telah diseleksi pada tahun 1980-1982, dibandingkan data terdahulu prevalensi

gondok yang terlihat menurun sekitar 37,2% sampai 50%. Survei yang sama diulangi 5 tahun

kemudian, pada tahun 2003, seperti yang dapat dilihat pada peta berikut :

32

Page 23: tijopus (5)ffgfg

Gambar 3.1. Peta GAKY di Asia Tenggara

Sumber : Pemetaan GAKY Kota Padang Tahun 2009

Dari peta diatas tampak bahwa propinsi Sumatera Barat berada pada posisi daerah

endemik sedang dengan prevalensi antara 20-29,9% bersama propinsi lainnya seperti Sulawesi

Barat, Jawa Timur dan lain-lain.

Dengan dilaksanakannya berbagai program penanggulangan GAKY maka prevalensi

GAKY di Indonesia menurun sejalan dengan usaha penanggulangan yang semakin intensif.

Namun demikian di beberapa daerah justru terjadi peningkatan yang signifikan.

Seseorang dikatakan normal apabila kelenjar gondok tidak teraba, sedangkan grade 1

apabila kelenjar gondok terlihat sewaktu ekstensi leher dan teraba lebih besar dari ibu jari orang

yang bersangkutan. Seseorang dikatakan menderita GAKY grade 2 apabila kelenjar gondoknya

teraba dan tampak membesar dari jarak beberapa meter.

Prevalensi GAKY diukur berdasarkan perhitungan tingkat pembesaran kelenjar gondok,

yaitu :

a. Total Goiter Rate (TGR) adalah semua kasus dengan pembesaran kelenjar gondok

(grade 1 dan 2) dibagi dengan seluruh anak yang diperiksa.

b. Visible Goiter Rate (VGR) adalah semua kasus dengan grade 2 dibagi dengan semua

anak yang diperiksa.

33

Page 24: tijopus (5)ffgfg

Tabel 3.Klasifikasi Endemisitas GAKY menurut % TGR berdasarkan warna Peta

TGR Endemicity Warna

< 5 % Non Endemik Hijau

5 – 19.9 % Endemik ringan Kuning

20 – 30 % Endemik sedang Merah

> 30 % Endemik Berat Hitam

Sumber : Pemetaan GAKY Kota Padang Tahun 2009

Pada survey pemetaan GAKY Nasional tahun 1998 diperoleh sebaran GAKY yang

sangat bervariasi antar propinsi dan kabupaten kota di Indonesia, dan pada survey itu ternyata

propinsi Sumatera Barat termasuk kelompok endemic sedang dengan TGR propinsi 20,5%.

Dari peta diatas tampak bahwa 4 propinsi dengan endemic berat berwarna hitam dan dua

propinsi yaitu Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat dengan endemic sedang dengan warna

merah. Dengan pemberian kapsul minyak beryodium sekali dalam setahun untuk kelompok

rawan di daerah endemic berat dan sedang, disamping itu dilakukan pula penyempurnaan

monitoring dan evaluasi yodisasi garam.

Hasilnya jelas sekali, telah terjadi penurunan prevalensi GAKY, dan penurunan jumlah

anak yang dilahirkan dengan gejala kretinisme, hampir disemua daerah. Akan tetapi dalam 5-10

tahun terakhir terjadi fenomena yang menarik, dimana penurunan prevalensi GAKY yang sangat

lambat, bahkan gejala meningkatnya TGR di beberapa daerah pesisir dan kepulauan, seperti

Maluku, Nusa tenggara Barat, Kota Padang dan lain-lain.

Tabel 4. Prevalensi GAKY di beberapa Kabupaten Kota Propinsi SUMBAR tahun 1998 dan

2003

Kab-Kota 1998 2003

Agam 26,1 8,7

Pesisir Selatan 27,1 3,7

Tanah Datar 23,6 3,5

Bukit Tinggi 21,3 7,3

Sawahlunto 13,2 4,7

Padang Pariaman 15,2 15,7

Padang 8,5 21,5

34

Page 25: tijopus (5)ffgfg

Pada table ini terlihat penurunan prevalensi GAKY di sebagian besar kabupaten Kota

secara bermakna, akan tetapi di daerah pantai tidak demikian dan justru meningkat secara

bermakna pula. Seperti Kota Padang dari 8,5 % menjadi 21,5%. Ikan dan makanan laut lainnya

merupakan makanan dengan kandungan yodium cukup tinggi. Akan tetapi keadaan itu tidak

selalu benar, seperti yang dilaporkan Thaha AR (2001, Kepulauan Maluku). Dimana dibeberapa

gugus pulau di Propinsi Maluku ternyata dengan prevalensi tinggi (>30%). Hal yang sama juga

terjadi di Hongkong seperti yang dilaporkan Kung dkk (1996) yaitu rendahnya kadar yodium

laut cina Selatan.

Tabel 5 TGR Siswa SD Menurut Kecamatan di Kota Padang Tahun 2006

Kecamatan Jumlah murid Normal Grade 1 Grade 2 TGR

Padang Barat 306 74,5 24,5 1 25,5

Nanggalo 313 78,6 20,8 0,6 21,4

Bungus Teluk

Kabung

308 55,5 43,2 1,3 44,5

Padang utara 313 80,8 18,5 0,6 19,2

Koto Tangah 300 60 38,7 1,3 40

Padang

Selatan

308 72,1 27,6 0,3 27,9

Kuranji 305 67,9 32,1 0 32,1

Padang Timur 311 80,4 19,3 0,3 16,6

Pauh 329 79,9 20,1 0 20,1

Lubuk

Kilangan

317 85,2 14,8 0 14,8

Lubuk

Begalung

309 74,8 19,4 5,8 25,2

Kota Padang 3419 73,6 25,4 1 26,3

35

Page 26: tijopus (5)ffgfg

Tabel 6. TGR Menurut Kecamatan Kota Padang Survey Pemetaan GAKY Tahun 2009

Kecamatan TGR 2006 TGR 2009

Padang Barat 25,5 17,3

Nanggalo 21,4 12,5

Bungus Teluk Kabung 44,5 13,6

Padang Utara 19,2 30,1

Koto Tangah 40 14,2

Padang Selatan 27,9 26,4

Kuranji 32,1 37,5

Padang Timur 19,6 16,7

Pauh 20,1 26,9

Lubuk Kilangan 14,8 29,9

Lubuk Begalung 25,2 23,8

Kota Padang 26,4 21,4

Dari Survey Pemetaan GAKY yang dilakukan ditemukan dua kecamatan yang masuk

kategori daerah endemic berat yaitu kecamatan Padang Utara dan kecamatan Kuranji, sedangkan

kecamatan Lubuk Kilangan berada diambang batas antara daerah endemic sedang dan berat.

Kecamataan Bungus dan kecamatan Koto Tengah merupakan kecamatan yang penurunan angka

TGR sangan tajam dari 44,5 % menjadi 13,6% dan 40% menjadi 15,19 %. Kedua kecamatan

tersebut sekarang masuk pada daerah endemic ringan.

3.8.Fungsi Kader

Adapun fungsi kader Pos Pelayanan Terpadu (Depkes RI, tahun 1990) antara lain :

1. Penyuluhan kesehatan

2. Imunisasi

3. Kesehatan Ibu dan anak

4. Peningkatan produksi pangan dan status gizi

5. Keluarga Berencana (KB)

6. Air Bersih dan kesehatan lingkungan

7. Pencegahan dan pemberantasan penyakit endemik setempat

8. Pengobatan terhadap penyakit umum dan kecelakaan

36