The Power of Middle Class Indonesia

2
Mereka ini adalah golongan yang cukup hebat. Meskipun, mengeluh gara gara BBM naik, sembako naik dan melambungnya harga kebutuhan sehari-hari, mereka tetap bisa makan tiga kali sehari, nongkrong di mall tiap bulan, beli smartphone, punya rumah, dari kalangan berpendidikan dan tentunya bisa nabung. Dan akan lebih berguna lagi kalau mereka sudah menjadi orang yang kritis, membentuk social movement, menanggapi isu hangat yang terjadi sekarang. Ada yang menarik, orang-orang yang punya kebiasaan ini. konon, orang-orang seperti inilah yang disebut kaum kelas menengah Indonesia. Bank Dunia mendefinisikan kelas menengah adalah mereka dengan pengeluaran harian per kapita antara USD2 hingga USD20. Namun, kelas menengah Indonesia masih didominasi kelas menengah rendah, yaitu mereka yang pengeluaran harian per kapita sebesar USD2–4. Mari kita kontemplasi dengan data yang cukup mencengangkan, membuat saya cukup bangga dengan Indonesia. Menurut ekonom yang kini menjadi Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri, kelahiran kelas menengah baru ini adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia: “Ada 60 juta orang kelas menengah yang membelanjakan uang antara Rp. 35 ribu hingga Rp. 45 ribu per hari. RisetInsitut McKinsey memperkirakan bahwa tahun 2025 akan ada 135 juta konsumen Indonesia, yang setiap orangnya membelanjakan uang lebih dari Rp 100 ribu per hari. Jika mencapai angka itu, maka jumlah konsumen Indonesia akan lebih tinggi dari kombinasi tiga negara: Singapura, Malaysia dan Australia.“ Angka-angka diatas cukup menunjukkan betapa digdayanya kekuatan kelas menengah Indonesia. Semua sudah mafhum, penjualan barang mewah, seperti smartphone hingga mobil mewah terus bertambah. Bisa dilihat dari berapa anak-anak jaman sekarang yang punya gadget yang mutakhir. Ini menunjukkan daya beli konsumen masyarakat kelas menengah Indonesia yang suka berinvestasi dan menabung sehingga bisa menopang perekonomian Indonesia saat ini. Ada pula celetukan, sindiran halus bagi kaum kelas menengah. Kaum ini acapkali “malas” membantu kaum dibawahnya, kaum ekonomi lemah. Mereka merasa nyaman dengan kekuatannya dan enggan keluar dari zona nyamannya. “buat apa gue ngurusin masalah yang ngga ada sangkut pautnya sama gue? Emang masalah buat gue?” . Padahal, bisa dibayangkan jika ada 60 juta orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi, punya kehendak yang sama untuk

description

ekonomi, kelas menengah

Transcript of The Power of Middle Class Indonesia

Mereka ini adalah golongan yang cukup hebat. Meskipun, mengeluh gara gara BBM naik, sembako naik dan melambungnya harga kebutuhan sehari-hari, mereka tetap bisa makan tiga kali sehari, nongkrong di mall tiap bulan, beli smartphone, punya rumah, dari kalangan berpendidikan dan tentunya bisa nabung. Dan akan lebih berguna lagi kalau mereka sudah menjadi orang yang kritis, membentuk social movement, menanggapi isu hangat yang terjadi sekarang.Ada yang menarik, orang-orang yang punya kebiasaan ini. konon, orang-orang seperti inilah yang disebut kaum kelas menengah Indonesia. Bank Dunia mendefinisikan kelas menengah adalah mereka dengan pengeluaran harian per kapita antara USD2 hingga USD20. Namun, kelas menengah Indonesia masih didominasi kelas menengah rendah, yaitu mereka yang pengeluaran harian per kapita sebesar USD24.Mari kita kontemplasi dengan data yang cukup mencengangkan, membuat saya cukup bangga dengan Indonesia.Menurut ekonom yang kini menjadi Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri, kelahiran kelas menengah baru ini adalah pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia: Ada 60 juta orang kelas menengah yang membelanjakan uang antara Rp. 35 ribu hingga Rp. 45 ribu per hari. RisetInsitut McKinseymemperkirakan bahwa tahun 2025 akan ada 135 juta konsumen Indonesia, yang setiap orangnya membelanjakan uang lebih dari Rp 100 ribu per hari. Jika mencapai angka itu, maka jumlah konsumen Indonesia akan lebih tinggi dari kombinasi tiga negara: Singapura, Malaysia dan Australia.Angka-angka diatas cukup menunjukkan betapa digdayanya kekuatan kelas menengah Indonesia. Semua sudah mafhum, penjualan barang mewah, seperti smartphone hingga mobil mewah terus bertambah. Bisa dilihat dari berapa anak-anak jaman sekarang yang punya gadget yang mutakhir.Ini menunjukkan daya beli konsumen masyarakat kelas menengah Indonesia yang suka berinvestasi dan menabung sehingga bisa menopang perekonomian Indonesia saat ini.Ada pula celetukan, sindiran halus bagi kaum kelas menengah. Kaum ini acapkali malas membantu kaum dibawahnya, kaum ekonomi lemah. Mereka merasa nyaman dengan kekuatannya dan enggan keluar dari zona nyamannya.buat apa gue ngurusin masalah yang ngga ada sangkut pautnya sama gue? Emang masalah buat gue?. Padahal, bisa dibayangkan jika ada 60 juta orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi, punya kehendak yang sama untuk melakukan/mengubah membantu kelas dibawahnya, siapa yang bisa menghadang kekuatan seperti itu?Biar lebih gampang ada Solidaritas dari Kelas Menengah, ada yang masih ingat Koin keadilan untuk Prita Mulyasari?. Seorang ibu yang menulis curhatan tentang pelayanan kesehatan di sebuah Rumah Sakit Internasional , justru dituntut pencemaran nama baik oleh Rumah Sakit tersebut, dengan ganti rugi 2 M. Kaum kelas menengah sebagai kelas yang sadar dan mampu melakukan gerakan yang nyata seperti judicial review atau secara ekstrem class action untuk mendesak pihak berwenang untuk menetapkan standar kesehatan.Mungkin masih terngiang, kasus cicak vs buaya? Atau saweran dari rakyat untuk KPK? #savekpk?, sebuah social movement dari masyarakat -kelas menengah yang kreatif- mengkritik kinerja DPR menurut beberapa survey lembaga terkorup- tidak mendukung usaha-usaha pemberantasan korupsi, dengan memberikan tanda bintang (*) untuk anggaran pembuatan gedung KPK. Muncullah saweran koin untuk KPK, sebagai bentuk cibiran bagi DPR.Sudah seharusnya kelas menengah Indonesia menjadi motor penggerak perbaikan negeri ini ke arah yang lebih baik. Kaum yang mau membantu kelas dibawahnya agar tidak berkubang dalam kemiskinan. Berani menyuarakan pendapat, tidak hanya lewat sosial media tetapi melakukan aksi nyata untuk Indonesia yang membanggakan.