Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

29
BAGIAN ORTOPEDI & TRAUMATOLOGI LAPORAN KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN LAPORAN KASUS CLOSED FRACTURE 1/3 MIDDLE LEFT TIBIA Oleh: Nur Syazni Hasni bt Mohd Yusoff C 111 10 866 Pembimbing: dr. Zulpan Zulkarnain dr. Nurjalaluddin Djawie Supervisor: dr. M. Ruksal Saleh,Ph.D, Sp.OT(K)

description

laporan kasus ortho

Transcript of Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

Page 1: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

BAGIAN ORTOPEDI & TRAUMATOLOGI LAPORAN KASUSFAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2015UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS

CLOSED FRACTURE 1/3 MIDDLE LEFT TIBIA

Oleh:

Nur Syazni Hasni bt Mohd Yusoff

C 111 10 866

Pembimbing:

dr. Zulpan Zulkarnain

dr. Nurjalaluddin Djawie

Supervisor:

dr. M. Ruksal Saleh,Ph.D, Sp.OT(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN ORTOPEDI & TRAUMATOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2015

Page 2: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Nur Syazni Hasni bt Mohd Yusoff

NIM : C 111 10 866

Judul : Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

Telah menyelesaikan tugas Case Report dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian

Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Mei 2015

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Zulpan Zulkarnain dr. Nurjalaluddin Djawie

Supervisor

dr. M. Ruksal Saleh, Ph.D, Sp.OT(K)

Page 3: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : NIW

Umur :7 tahun

Jenis kelamin :Laki - Laki

No. Rekam Medik : 713109

II. RIWAYAT PENYAKIT

Keluhan Utama : Nyeri pada kaki kiri

Anamnesis : Dialami sejak ± 6 jam sebelum dibawa ke Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien ada riwayat pingsan,

tidak ada riwayat mual dan tidak ada riwayat muntah.

Mekanisme trauma: Pasien sedang menyeberang jalan kira- kira 100m di depan rumahnya

tiba- tiba ditabrak oleh motor dari arah kanan pasien. Sejak saat itu

pasien merasakan sakit di kaki sebelah kiri.

III. PRIMARY SURVEY

Airway and C-spine control : clear

Breathing and ventilation : frekuensi pernapasan 22 kali/menit, spontan, simetris, tipe

thoracoabdominal.

Circulation : nadi 90 kali/menit, regular, kuat angkat, tekanan darah

120/70mmHg.

Disability : GCS: 15(E4M6V5), pupil isokor Ø2,5 mm/2.5 mm,

refleks cahaya +/+

Exposure : suhu axilla 36,5˚C

IV. SECONDARY SURVEY

Regio Left Leg

Look : Ada deformitas, ada edema, ada hematoma, tidak ada luka.

Feel : Nyeri tekan ada

Move : Gerak aktif dan pasif dari sendi lutut dan pergelangan kaki tidak dapat dievaluasi

karena nyeri.

Page 4: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

NVD : sensibilitas baik, pulsasi arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior teraba, CRT

<2 detik.

TLL ALL

Right 59 64

Left 59 64

LLD 0 cm

V. GAMBARAN KLINIS

Anterior

Medial

Page 5: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

Lateral

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium (23/5/2015)

◦ WBC : 19.500/mm3

◦ RBC : 3.740.000/mm3

◦ HGB : 10,3g/dL

◦ HCT : 31 %

◦ PLT : 435.000/mm3

◦ HbsAg Non Reactive

◦ BT 3’

◦ CT 7’

Page 6: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

X-Ray posisi AP/lateral (Cruris Sinistra) (23/5/2015)

Kesan: fraktur 1/3 middle left tibia

VII. RESUME

Seorang anak laki – laki 7 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan utama

nyeri pada kaki kiri yang dialami sejak ± 6 jam lalu akibat kecelakaan lalu lintas. Pasien

ada riwayat pingsan, tidak ada riwayat mual dan ada riwayat muntah. Pasien sedang

menyeberang jalan tiba- tiba ditabrak oleh motor dari arah kanan pasien. Sejak saat itu

pasien merasakan sakit di kaki sebelah kiri.

Dari pemeriksaan fisis, ditemukan tampak deformitas, udem dan hematom anteromedial

setinggi 1/3 middle cruris, nyeri tekan pada kaki kiri.

Dari pemeriksaan radiologi, foto cruris sinistra AP / Lateral tampak fraktur 1/3 middle os

tibia sinistra.

Page 7: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

VIII. DIAGNOSIS

Closed fracture 1/3 middle left tibia

IX. PENATALAKSANAAN

IVFD RL

Analgetik

Apply long leg back slab left lower limb

Planning circular casting

Page 8: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 PENDAHULUAN

Cedera dari semua jenis adalah penyebab kedua rawat inap di kalangan anak-anak kurang dari 15

tahun. Kecelakaan adalah penyebab utama kematian dari usia 1 tahun sampai 18 tahun. Trauma

muskuloskeletal, meskipun jarang fatal, menyumbang 10% sampai 25% dari semua cedera kecil.

Anak laki-laki memiliki risiko 50% dan perempuan risiko 40% dari menimbulkan patah tulang

sebelum usia 18. Karakteristik tulang pada anak-anak berbeda dengan dewasa. Hal ini sangat

penting diketahui bahwa keberhasilan diagnosa dan terapi penyakit orthopedi pada kelompok

usia ini berbeda, karena sistem skeletal pada anak-anak baik secara anatomis, biomekanis, dan

fisiologi berbeda dengan dewasa. (1)

2.2 PERBEDAAN TULANG ANAK-ANAK DENGAN DEWASA

Adanya growth plate (atau fisis) pada tulang anak-anak merupakan satu perbedaan

yang besar. Growth plate tersusun atas kartilago, yang bisa menjadi bagian terlemah pada tulang

anak-anak terhadap suatu trauma. Cidera pada growth plate dapat menyebabkan deformitas.

Akan tetapi adanya growth plate juga membantu remodeling yang lebih baik dari suatu fraktur

yang bukan pada growth plate tersebut. Di bawah ini adalah beberapa karakteristik struktur dan

fungsi tulang anak yang membuatnya berbeda. (1)

a. Remodelling

Tulang immatur dapat melakukan remodelisasi jauh lebih baik daripada dewasa.

Karena adanya aktivitas dari populasi sel yang banyak, kerusakan pada tulang dapat

diperbaiki lebih baik dari pada kerusakan yang terjadi pada dewasa.

Struktur anatomis tulang anak-anak juga mempunyai fleksibilitas yang tinggi sehingga

ia mempunyai kemampuan seperti “biological plasticity”. Hal ini menyebabkan tulang

anak-anak dapat membengkok tanpa patah atau hancur; sehingga dapat terjadi

gambaran fraktur yang unik pada anak yang tidak dijumpai pada dewasa, seperti pada

fraktur buckle (torus) dan greenstick.

Page 9: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

b. Ligamen

Seperti jaringan, ligamen adalah satu jaringan yang “age-resistant” dalam tubuh

manusia. Tensile strength (kekuatan tegangan) pada ligamen anak-anak dan dewasa

secara umum sama. Meskipun kekuatan tulang, kartilago, dan otot cenderung berubah,

struktur ligamen tetap tidak berubah seiring pertumbuhan dan perkembangan.

c. Periosteum

Bagian terluar yang menutupi tulang adalah lapisan fibrosa dense, yang pada anak-anak

secara signifikan lebih tebal daripada dewasa. Periosteum anak-anak sebenarnya

mempunyai sebuah lapisan fibrosa luar dan kambium atau lapisan osteogenik. Menurut

Hence, periosteum anak-anak mampu memberikan kekuatan mekanis terhadap trauma.

Karena periosteum yang tebal, fraktur tidak cenderung untuk mengalami displace

seperti pada dewasa, dan periosteum yang intak dapat berguna sebagai bantuan dalam

reposisi fraktur dan maintenance. Sebagai tambahan, fraktur akan sembuh lebih cepat

secara signifikan daripada dewasa.

d. Growth Plate

Growth plate atau fisis adalah lempeng kartilago yang terletak di antar epifisis (pusat

penulangan sekunder) dan metafisis. Ini penting bagi pertumbuhan tulang panjang agar

terjadi. Bagian ini juga menjadi satu titik kelemahan dari semua struktur tulang

terhadap trauma mekanik. Fisis, secara histologik terdiri dari 4 lapisan, yaitu(2) :

1. Resting zone: Lapisan teratas yang terdiri dari sel-sel germinal yang datar dan

merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan metabolik yang akan digunakan

nantinya.

2. Proliferating zone: Sel-sel di area ini secara aktif bereplikasi dan tumbuh menjadi

lempeng. Sel-sel tersebut disebut seperti tumpukan lempeng. Pada area ini, sel-

selnya menggunakan bahan metabolik yang sebelumnya disimpan untuk perjalanan

mereka ke metafisis.

Page 10: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

3. Hypertrophic zone: Sel-sel di area ini cenderung membengkak dan berubah menjadi

lebih katabolik. Sel mempersiapkan matriks untuk mengalami kalsifikasi dan

berubah menjadi tulang. Area ini menjadi letak terlemah secara mekanis.

4. Calcified zone: Secara metabolik, matriks menyebar untuk deposisi garam kalsium,

dan membentuk osteoid. Di daerah yang dekat metafisis, cabang-cabang pembuluh

darah kecil menjalar ke lapisan basal dari lempeng fisis.

Gambar 1. Bagian-bagian dari tulang immatur(3)

2.3 Klasifikasi fraktur pada anak (4)

Klasifikasi fraktur pada anak dapat dikelompokkan berdasarkan radiologis, anatomis,

klinis dan fraktur yang khusus pada anak.

a. Klasifikasi Radiologi

- Fraktur Buckle atau torus

Fraktur dimana bagian yang fraktur hanya satu sisi korteks saja. Paling terjadi pada

umur 5-10 tahun dan terjadi di metafisis dari distal radius.

- Tulang melengkung

Merupakan hasil yang terjadi karena adanya fraktur mikro pada korteks dan tulang

tersebut tidak kembali pada tempatnya semula. Bentuk ini tidak pernah ditemukan

Page 11: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

pada tulang dewasa. Fraktur ini banyak terjadi pada lengan bawah dan tungkai bawah

dimana terjadi plastic deformation pada ulna atau fibula disertai fraktur pada radius

dan ulna.

- Fraktur greenstick

Terjadi karena energi yang lebih kuat daripada energi yang menyebabkan tulang

melengkung. Terjadi kerusakan pada sisi tulang yang mendapat tekanan sedangkan

sisi tulang yang medapat kompresi langsung masih tetap intak. Pada fraktur ini akan

terjadi angulasi.

- Fraktur total

b. Klasifikasi Anatomis

- Fraktur epifisis

- Fraktur lempeng epifisis

- Fraktur metafisis

- Fraktur diafisis

c. Klasifikasi Klinis

- Traumatik

- Patologik

- Stress

d. Fraktur khusus pada anak

- Fraktur akibat trauma kelahiran

Page 12: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

Fraktur yang terjadi pada saat proses kelahiran sering terjadi pada saat melahirkan

bahu bayi, (pada persalinan sungsang). Fraktur yang terjadi biasanya disebabkan

karena tarikan yang terlalu kuat yang tidak disadari oleh penolong.

- Fraktur Salter-Haris (5)

Klasifikasi salter haris untuk patah tulang yang mengenai lempeng epifisis distal tibia

dibagi menjadi lima tipe :

Tipe 1 : Epifisis dan cakram epifisis lepas dari metafisis tetapi periosteumnya masih

utuh.

Tipe 2 : Periost robek di satu sisi sehingga epifisis dan cakram epifisis lepas sama

sekali dari metafisis.

Tipe 3 : Patah tulang cakram epifisis yang melalui sendi

Tipe 4 : Terdapat fragmen patah tulang yang garis patahnya tegak lurus cakram

epifisis

Tipe 5 : Terdapat kompresi pada sebagian cakram epifisis yang menyebabkan

kematian dari sebagian cakram tersebut.

2.4 Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal

Proses penyembuhan fraktur berbeda-beda pada tulang kortikal (pada tulang panjang),

tulang kanselosa (pada metafisis tulang panjang dan tulang-tulang pendek) dan pada tulang

rawan persendian. (4)

Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :

1. Fase hematoma

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang melewati

kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan

Page 13: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh

periosteum. Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan

hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan

lunak. Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur

akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler

tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera setelah trauma.

2. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal

Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi

penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang

berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah

endosteum membentuk kalus interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis.

Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal

dari diferensiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdiferensiasi ke dalam jaringan lunak.

Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel

osteogenik yang memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang

sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari

organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus

dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi jaringan osteogenik. Pada

pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang sehingga merupakan suatu

daerah radiolusen.

3. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)

Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar

yang berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan.

Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlengketan

polisakarida oleh garam-garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk

tulang ini disebut sebagai woven bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven

bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya

penyembuhan fraktur.

Page 14: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

4. Fase konsolidasi (fase union secara radiologik)

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan-lahan diubah menjadi

tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur lamelar dan

kelebihan kalus akan diresorpsi secara bertahap.

5. Fase remodeling

Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru membentuk bagian yang

menyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase

remodeling ini, perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi

proses osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan-lahan menghilang.

Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi sistem Haversian

dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk ruang sumsum.

2.5 Anatomi Tibia

Tibia adalah tulang tubular panjang dangan penampang berbentuk segitiga. Batas

anteromedial dari tibia adalah jaringan subkutan dan dikelilingi oleh empat buah fasia yang

membentuk kompartemen (anterior, lateral, superficial posterior dan deep posterior). Otot dari

kompartemen anterior berfungsi untuk dorsofleksi dan ekstensi ibu jari kaki. Sedangkan otot

dari kompartemen lateral, superficial posterior dan deep posterior berfungsi untuk fleksi bagian

plantar kaki. (4,5)

Fibula adalah tulang yang tipis pada bagian lateral tubuh dari tungkai bawah. Tulang ini

bukan merupakan bagian dari artikulatio pada sendi lutut. Fibula membentuk sendi pergelangan

kaki dibawah malleolus lateralis. Tulang ini bukan merupakan bagian dari penopang berat tubuh,

namun merupakan bagian atau tempat dari perlengketan otot. Penampang fibula luas pada bagian

proksimal, corpus dan distal. (5)

Suplai darah

Page 15: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

Arteri yang menutrisi tibia berasal dari arteri tibialis posterior, yang memasuki

korteksposterolateral distal sampai ke origin dari muskulus soleus. Pada saat pembuluh darah

memasuki kanalis intermedullaris, ia terbagi menjadi tiga cabang asendens dan satu cabang

desendens. Cabang-cabang ini yang kemudian membentuk endosteal vascular tree, yang

beranastomose dengan arteri periosteal dari arteri tibialis posterior.(5)

Arteri tibialis anterior bersifat rapuh terhadap trauma karena perjalanannya yang melalui

sebuah celah padah mebran interosseus. Apabila arteri yang menutrisi mengalami ruptur akan

terjadi aliran melalui korterks, dan suplai darah periosteal akan menjadi lebih penting. Hal ini

menekankan pentingnya mempertahankan perlekatan periosteum selama fiksasi.

Fibula berperan sebesar 6%-17% dalam menopang berat badan. Pada bagian leher fibula

berjalan nervus peroneus komunis yang sangat dekat dengan permukaan kulit. Hal ini

menyebabkan nervus peroneus komunisrentan terhadap trauma langsung pada daerah leher

fibula.(5)

Gambar 2: Tibia dan fibula

Page 16: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

2.6 DEFINISI

Fraktur adalah suatu patahan pada kontinuintas struktur tulang, tulang rawan sendi,

tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial.(2)

Fraktur diafisis tibia terdiri dari dua jenis utama, displaced dan nondisplaced, tergantung

pada usia anak dan mekanisme cedera. Fraktur tibialis pada anak-anak yang berada pada 1/3

proksimal 13%, pada 1/3 middle dalam 45%, dan di 1/3 bagian distal 42%. (5)

2.7 PATOFISIOLOGI

Bentuk fraktur yang unik pada anak-anak adalah hasil dari perbedaan biologis antara

anak-anak dengan dewasa. Secara spesifik, keberadaan lempeng pertumbuhan (growth plate),

periosteum yang tebal, serta kemampuan tulang anak-anak yang elastis seperti plastik, dan

kemampuan mengalami remodelling adalah dasar dari gambaran fraktur yang khas pada anak-

anak.Tulang pada anak-anak lebih lembut dan lebih elastis daripada tulang dewasa, sehingga

lebih tahan terhadap tekanan. Kepadatan tulang pada anak-anak lebih rendah daripada tulang

dewasa, tetapi periosteumnya lebih tebal. Karena tulang pada anak-anak mempunyai elastisitas

yang tinggi dan periosteum yang tebal maka jarang didapatkan fraktur komplit pada anak-anak.(6)

Pada anak yang lebih muda dari 11 tahun, fraktur biasanya fraktur nondisplaced atau

minimal displaced tibia, sering tanpa fraktur terkait fibula. Pola fraktur pada anak muda dari 6

tahun umumnya fraktur oblik atau spiral dengan perpindahan minimal. Mekanisme cedera

biasanya trauma tidak langsung akibat dari jatuh atau cedera twisting. Pada anak-anak 6 sampai

11 tahun, fraktur paling umum adalah fraktur tranverse dengan fibula patah; itu biasanya hasil

dari trauma langsung. Pada remaja, patah tulang tibia biasanya berhubungan dengan fraktur

fibula, adalah karena trauma energi yang lebih tinggi, dan berperilaku seperti patah tulang

dewasa.(1,5)

Page 17: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

2.8 DIAGNOSIS

2.8.1 Anamnesa

Sering kali pasien datang sudah dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya

keadaan patah tulang tersebut bagi pasien. Sebaliknya juga mungkin, fraktur tidak disadari oleh

penderita dan mereka datang dengan keluhan keseleo, terutama patah yang disertai dislokasi

fragmen yang minimal. (5)

Riwayat trauma tertentu, seperti jatuh, terputar, tertumbuk, dan berapa kuatnya trauma

tersebut.Pada pasien dengan riwayat trauma yang perlu ditanyakan adalah waktu terjadinya, cara

terjadinya, posisi penderita dan lokasi trauma.(5)

Dapat juga didapatkan keluhan nyeri meskipun fraktur yang fragmen patahannya stabil,

kadang tidak menimbulkan keluhan nyeri. Perlu diperhatikan lokasi keluhannya. Anak-anak

dengan fraktur pada tibia akan terjadi nyeri, bengkak dan krepitasi yang merupakan diagnosa

pasti. (5)

2.8.2 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan untuk menentukan ada atau tidaknya fraktur terdiri atas tiga langkah yaitu

lihat (inspeksi/look), raba (palpasi/feel), dan gerakan (move).

a. Inspeksi / look

Terlihat adanya asimetris pada kontur atau postur, pembengkakan, dan perubahan

warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang

patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar,

pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Pasien diinstruksikan untuk

menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.

b. Palpasi / feel

Nyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapatkan juga secara

objektif pada palpasi. Nyeri itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri

tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang

patah searah dengan sumbunya.

Page 18: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi

pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian di atas dan di

bawah cedera, status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat

diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur. Neurovaskularisasi

yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna

kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test), dan sensibilitas.

c. Gerakan / move

Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin fraktur.

Adanya keterbatasan gerakan disertai nyeri dan deformitas menunjukkan adanya

fraktur.

2.8.3 Pemeriksaan penunjang

Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pemeriksan Radiologi. Untuk melengkapi

deskripsi fraktur dan dasar untuk tindakan selanjutnya. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi

yaitu anteroposterior(AP) dan lateral termasuk sendi lutut dan tumit. Kebiasaannya, fraktur

undisplaced susah terlihat pada foto rontgen. Dalam kasus ini, ultrasound atau computerized to-

mography (CT) scan dapat menunjukkan gambaran yang lebih baik. (5)

2.9 PENATALAKSANAAN

Secara umum, patah tulang tibia terbuka lebih buruk daripada patah tulang tertutup.

Hasilnya tergantung pada kondisi jaringan lunak, pada penyembuhan tanpa infeksi, pada

revaskularisasi anggota badan ketika cedera arteri, dan pada penilaian dan pengobatan setiap

sindrom kompartemen. Kejadian infeksi pada cedera terbuka antara 5% dan 15% dan tergantung

sebagian pada beratnya cedera terbuka dan waktu antara cedera dan debridement. Kreder dan

Armstrong melaporkan kejadian 14% infeksi dalam serangkaian 56 patah tulang tibia terbuka

pada anak-anak. Namun, penundaan lebih dari 6 jam berkorelasi dengan tingkat infeksi 25%

dibandingkan dengan tingkat infeksi 12% pada anak-anak dioperasikan dengan kurang dari 6 jam

dari waktu cedera. Sebagian besar infeksi melibatkan. Staphylococcus aureus, yang dapat diobati

dengan debridement agresif dan pemberian antibiotik intravena.(5)

Page 19: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

Rata-rata waktu untuk persatuan adalah sekitar 5 sampai 6 bulan dan tergantung pada

sejauh mana cedera jaringan lunak, usia anak pada saat cedera, pola fraktur, jumlah kerugian

tulang segmental, dan adanya infeksi. Buckley dan rekan melaporkan waktu penyembuhan rata-

rata 4,8 bulan. Namun, patah tulang kominuta disembuhkan 5,7 bulan, patah tulang spiral dan

tranverse sembuh di sekitar 4,2 bulan, patah tulang dengan tulang segmental sembuh pada 14,7

bulan, dan patah tulang terkait dengan infeksi sembuh dalam 7,1 bulan dibandingkan dengan 4,6

bulan ketika infeksi tidak hadir. Anak-anak yang lebih tua dari 11 tahun berperilaku lebih seperti

orang dewasa, dengan penyembuhan patah tulang tertunda jika dibandingkan dengan anak-anak

muda. Deformitas sudut terjadi pada sebagian kecil pasien dan biasanya dapat diperbaiki dengan

manipulasi fixator eksternal atau wedging cast. Pertumbuhan berlebih dari tibia terkena hingga 3

cm terjadi di sekitar 8% sampai 10% dari kasus, paling sering pada pasien yang telah direduksi

awal di mana pemulihan panjang tungkai dicapai.(5)

Mayoritas patah tulang tibia anak-anak dapat diobati dengan imobilisasi casting setelah

reduksi fraktur. Casting tersebut dibiarkan selama sekitar 3 sampai 4 minggu, tergantung pada

usia anak dan jumlah formasi kalus pada tindak lanjut radiografi. Ketika casting dilepas anak

diperbolehkan menampung beban berat penuh tanpa imobilisasi lanjut. Hal ini tidak perlu untuk

mendapatkan radiografi mingguan serial anak dengan fraktur balita.(5)

Page 20: Closed Fracture 1/3 Middle Left Tibia

DAFTAR PUSTAKA

1. Morrissy, Raymond T., Weinstein, Stuart L. Management of Fractures. Lovell & Winter's Pediatric Orthopaedics, 6th Edition. Lippincott Williams & Wilkins 2006.

2. Robert B. Salter. Normal Structure and Function of Musculoskeletal Tissues. Textbook of Disorder and Injuries of the Musculoskeletal System.

3. Greene B Walter. Netter’s Orthopaedics. Saunder Elsevier. New York. 2007

4. Apley A. Graham. Solomon Louis, Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 7 th

edition, Butterworth Heinemann Oxford, Injuries of the knee and leg

5. Tachdjian's Pediatric Orthopedics ,4th Ed. 2007

6. Rasjad Chairuddin. Pengantar ilmu bedah ortopedi. PT yarsif Watampone. Jakarta. 2007