Tgs

15
Ketoconazole may enhance the anticoagulant effect of coumarin-like drugs. The use of ketoconazole with rifampin, isoniazid, phenytoin and hypoglycemic agents is not recommended, nor should ketoconazole be given to pregnant or nursing women who have tinea versicolor. Dermatitis adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam jiwa atau menular. Tapi kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan percaya diri. Langkah perawatan diri dan obat-obatan dapat membantu mengobati penyakit dermatitis . Pengertian dermatitis adalah istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. Ada berbagai jenis dermatitis, termasuk dermatitis seboroik dan dermatitis atopik (eksim ). Meskipun gangguan tersebut dapat memiliki banyak penyebab dan terjadi dalam berbagai bentuk, gambaran klinis yang ditimbulkan antara lain bengkak, memerah dan kulit gatal. Dermatitis adalah istilah yang luas yang mencakup berbagai gangguan yang semua mengakibatkan ruam, merah gatal. Beberapa jenis dermatitis hanya mempengaruhi bagian tertentu dari tubuh, sedangkan yang lain dapat terjadi di mana saja. Beberapa jenis dermatitis memiliki penyebab yang diketahui, sedangkan yang lainnya tidak. Namun, penyakit dermatitis selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi terhadap kekeringan berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya, substansi yang datang dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi kadang-kadang substansi juga datang karena ditelan (seperti alergi makanan). Dalam semua kasus, menggaruk terus menerus atau menggosok akhirnya dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit. Bagaimana Dermatitis Terjadi? Dermatitis mungkin merupakan reaksi singkat untuk substansi. Dalam kasus seperti itu dapat menghasilkan gejala-gejala, seperti gatal dan kemerahan, hanya beberapa jam atau hanya satu atau dua hari. Dermatitis kronis bertahan selama jangka waktu tertentu. Tangan dan kaki sangat rentan terhadap

description

kk

Transcript of Tgs

Ketoconazole may enhance the anticoagulant effect of

coumarin-like drugs. The use of ketoconazole with rifampin,

isoniazid, phenytoin and hypoglycemic agents is not recommended,

nor should ketoconazole be given to pregnant or

nursing women who have tinea versicolor.Dermatitis adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam jiwa atau menular. Tapi kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan percaya diri. Langkah perawatan diri dan obat-obatan dapat membantu mengobati penyakit dermatitis.

Pengertian dermatitis adalah istilah umum yang menggambarkan suatu peradangan pada kulit. Ada berbagai jenis dermatitis, termasuk dermatitis seboroik dan dermatitis atopik (eksim). Meskipun gangguan tersebut dapat memiliki banyak penyebab dan terjadi dalam berbagai bentuk, gambaran klinis yang ditimbulkan antara lain bengkak, memerah dan kulit gatal.

Dermatitis adalah istilah yang luas yang mencakup berbagai gangguan yang semua mengakibatkan ruam, merah gatal. Beberapa jenis dermatitis hanya mempengaruhi bagian tertentu dari tubuh, sedangkan yang lain dapat terjadi di mana saja. Beberapa jenis dermatitis memiliki penyebab yang diketahui, sedangkan yang lainnya tidak. Namun, penyakit dermatitis selalu berhubungan dengan kulit yang bereaksi terhadap kekeringan berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen. Biasanya, substansi yang datang dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi kadang-kadang substansi juga datang karena ditelan (seperti alergi makanan). Dalam semua kasus, menggaruk terus menerus atau menggosok akhirnya dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit.

Bagaimana Dermatitis Terjadi?

Dermatitis mungkin merupakan reaksi singkat untuk substansi. Dalam kasus seperti itu dapat menghasilkan gejala-gejala, seperti gatal dan kemerahan, hanya beberapa jam atau hanya satu atau dua hari. Dermatitis kronis bertahan selama jangka waktu tertentu. Tangan dan kaki sangat rentan terhadap dermatitis kronis, karena tangan sering kontak dengan zat-zat asing dan kaki berada di bagian bawah yang kondisinya hangat lembab sehingga penggunaan kaus kaki dan sepatu dapat mendukung pertumbuhan jamur.

Dermatitis kronis dapat mewakili salah satu kontak, jamur, atau penyakit kulit lainnya yang tidak cukup di diagnosis atau diobati, atau mungkin salah satu dari beberapa kelainan kulit kronis yang tidak diketahui asalnya. Karena dermatitis kronis menghasilkan retak dan lecet di kulit, semua jenis dermatitis kronis dapat menyebabkan infeksi bakteri. Terdapat berbagai jenis penyakit dermatitis, namun dermatitis kontak dan dermatitis atopik merupakan jenis yang paling sering ditemukan.

DeculinTabletKomposisi:DECULIN 15Tiap tablet mengandung:Pioglitazone HCl 16,53 mg setara dengan Pioglitazone 15 mgDECULIN 30Tiap tablet mengandung:Pioglitazone HCl 33,06 mg setara dengan Pioglitazone 30 mgFarmakologi:FarmakodinamikPioglitazone adalah obat oral golongan thiazolidinedione penambah sensitivitas terhadap insulin yang dikembangkan untuk terapi diabetes melitus tipe 2.Prinsip kerja pioglitazone adalah meningkatkan sensitivitas insulin pada jaringan target, seperti juga menurunkan glukoneogenesis di hati. Pioglitazone adalah suatu agonis peroxisome proliferator-activated receptor gamma (PPAR). Reseptor PPAR dapat ditemukan pada jaringan-jaringan yang penting bagi insulin seperti jaringan adiposa, otot skelet dan hati. Aktivasi reseptor inti PPAR mengatur transkripsi dari sejumlah gen responsif insulin yang terlibat dalam kontrol metabolisme glukosa dan lemak.Pada hewan percobaan untuk diabetes, pioglitazone mengurangi karakteristik hiperglikemia, hiperinsulinemia, dan hipertrigliseridemia berupa keadaan resisten insulin seperti diabetes tipe 2. Perubahan metabolik yang dihasilkan oleh pioglitazone, meningkatkan respon dari jaringan-jaringan tergantung insulin dan ini diamati pada sejumlah hewan percobaan yang resisten insulin.FarmakokinetikAbsorpsiPemberian oral, pada saat puasa, pioglitazone dapat diukur kadarnya dalam serum pada 30 menit pertama, dengan konsentrasi puncak diamati dalam 2 jam. Makanan dapat sedikit menunda waktu puncak konsentrasi dalam serum menjadi 3 sampai 4 jam, tapi tidak mengubah tingkat absorpsi.DistribusiVolume distribusi rata-rata pioglitazone setelah pemberian oral dosis tunggal adalah 0,63 + 0,41 (mean + SD) l/kg berat badan. Pioglitazone sebagian besar terikat protein dalam serum manusia, terutama pada albumin serum. Pioglitazone juga terikat dengan protein serum, tapi dengan afinitas yang lebih rendah. Metabolit M-III dan M-IV juga sebagian besarterikat dengan albumin serum (>98%).MetabolismePioglitazone dimetabolisme secara luas dengan cara hidroksilasi dan oksidasi; metabolit-metabolit juga sebagian diubah menjadi glukuronida dan konjugat sulfat. Metabolit M-II dan M-IV (derivat hidroksi dari pioglitazone) dan M-III (derivat keto pioglitazone) secara farmakologi aktif pada hewan percobaan dengan diabetes tipe 2. Dalam hubungan dengan pioglitazone, M-III dan M-IV adalah bentuk utama yang berhubungan dengan obat yang ditemukan dalam serum manusia setelah pemberian dosis berulang. Pada waktu tunak, baik pada relawan maupun pasien dengan diabetes tipe 2, pioglitazone terdiri dari kira-kira 30-50% dari total konsentrasi serum puncak dan 20-25% dari total AUC.Pioglitazone diinkubasi dengan P450 manusia atau mikrosom hati manusia menghasilkan terbentuknya M-IV serta pada tingkat yang lebih sedikit M-II. Sitokrom utama isoform P450 yang terlibat dalam metabolisme hepatik pioglitazone adalah CYP2C8 dan CYP3A4 dengan kontribusi dari berbagai isoform lainnya termasuk sebagian besar ekstrahepatik CYP1A1.Ketokonazol menghambat sampai dengan 85% metabolisme hepatik pioglitazone secara in vitro pada konsentrasi molaritas sebanding dengan pioglitazone. Pioglitazone tidak menghambat aktivitas P450 ketika diinkubasi dengan mikrosom hati P450 manusia. Belum ada studi in vivo pada manusia untuk menyelidiki induksi CYP3A4 oleh pioglitazone.Ekskresi dan eliminasiSetelah pemberian oral, rata-rata 15-30% dosis pioglitazone dikeluarkan dalam urin. Eliminasi pioglitazone melalui ginjal dapat diabaikan, dan obat terutama diekskresikan sebagai metabolit dan konjugatnya. Diperkirakan sebagian besar dosis oral diekskresikan pada empedu tanpa diubah maupun sebagai metabolit dan dieliminasi dalam feses. Rata-rata waktu paruh pioglitazone berkisar 3-7 jam dan pioglitazone total 16-24 jam. Bersihan pioglitazone, CL/F berkisar 5-7 l/jam.Populasi khususGangguan ginjalWaktu paruh eliminasi serum dari pioglitazone, M-III dan M-IV tetap dalam bentuk tidak diubah pada pasien dengan gangguan ginjal sedang (bersihan kreatinin 3060 ml/menit) sampai berat (bersihan kreatinin 4 ml/menit).* Pasien dengan gangguan hati: pioglitazone tidak diberikan pada pasien yang menderita gangguan fungsi hati.* Anak-anak dan remaja: belum ada data penggunaan pioglitazone pada pasien berumur < 18 tahun, oleh sebab itu tidak direkomendasikan untuk pasien tersebut.Peringatan dan perhatian:Perhatian umum* Efek ovulasiRisiko pada kehamilan kecuali jika pertimbangan kontrasepsi telah dilakukan; wanita premenopause anovulatorik dengan resistensi insulin dapat mengalami ovulasi selama terapi. Jika terjadi disfungsi menstruasi, pertimbangkan risiko dan keuntungan dari dilanjutkannya pemberian pioglitazone.* Efek pada keseimbangan cairanPeningkatan volume plasma dan hipertrofi jantung yang diinduksi preload mungkin terjadi berdasarkan data pada hewan. Hati-hati pada pasien dengan edema atau gagal jantung; penggunaan tidak direkomendasikan untuk pasien dengan gagal jantung klasifikasi NYHA III atau IV kecuali keuntungan terapi melebihi potensi risiko.* Efek hepatikTidak ada bukti hepatotoksisitas pada studi klinik saat ini. Akan tetapi, secara struktur dan farmakologi ada kesamaan dengan troglitazone, dimana dihubungkan dengan potensi hepatotoksisitas fatal. Karenanya, dianjurkan uji fungsi hati secara berkala (sebelum diterapi, setiap 2 bulan selama setahun, selanjutnya secara berkala). Jika digunakan pada pasien dengan kerusakan hati sedang (ALT 1-2,5 kali batas atas normal) maka monitoring harus lebih sering dilakukan.Peningkatan gejala mengarah adanya disfungsi hati (misalnya mual tanpa sebab, muntah, sakit perut, fatigue, anoreksia, urin berwarna gelap) harus segera diperiksa ulang fungsi hati. Jika ALT meningkat 3 kali batas atas normal selama terapi dan tetap meningkat atau jika terjadi ikterus, hentikan pemakaian pioglitazone.* Efek hematologikPengaruh dosis terhadap penurunan hemoglobin dan hematokrit biasanya terjadi 4-12 minggu setelah pemberian dan kemudian tetap stabil. Efek ini mungkin berhubungan dengan peningkatan volume plasma dan tidak dihubungkan dengan manifestasi hematologik yang penting secara klinik.* Diabetes melitus tipe 1 atau ketoasidosis diabetikKarena pioglitazone memerlukan insulin untuk aktivitasnya, maka pioglitazone tidak dianjurkan untuk diabetes melitus tipe 1 atau ketoasidosis.* Belum ada pengalaman klinis penggunaan pioglitazone dalam 3 kombinasi dengan oral lainnya.* Pioglitazone tidak dapat digunakan secara monoterapi.* Pada penelitian terapi dengan pioglitazone ditemukan peningkatan berat badan, oleh sebab itu pasien dianjurkan untuk mengontrol dengan ketat asupan kalori ke dalam tubuh.Populasi khususKehamilanKategori C. Akan tetapi, adanya dugaan kuat bahwa abnormalitas glukosa selama kehamilan dihubungkan dengan peningkatan insiden kelainan kongenital, morbiditas dan mortalitas neonatus, maka banyak dokter menganjurkan penggunaan insulin untuk kontrol gula darah selama kehamilan.LaktasiPioglitazone didistribusikan dalam air susu pada tikus; hentikan menyusui atau obat karena berpotensi risiko pada bayi.Anak-anakData keamanan dan efikasi tidak tersedia untuk anak-anak atau remaja; sebab itu, penggunaan pada kelompok umur ini sekarang tidak dianjurkan oleh produsen obat.Lanjut usiaProfil farmakokinetik, efikasi dan efek samping sama dengan dewasa muda.Gangguan fungsi hatiHati-hati penggunaan pada gangguan hati sedang; penggunaan tidak dianjurkan pada gangguan hati sedang sampai berat (ALT melebihi 2,5 kali batas atas normal, atau penyakit hati aktif), atau pada pasien dengan ikterus sehubungan dengan penggunaan troglitazone.Efek samping:* Efek samping kombinasi pioglitazone dengan metformin:- Sel darah merah: anemia.- Metabolisme dan nutrisi: meningkatnya berat badan.- Susunan saraf pusat: sakit kepala.- Gangguan penglihatan.- Sistem pencernaan: kembung (jarang).- Sistem muskuloskeletal: atralgia.- Sistem urinaria: hematuria.- Gangguan reproduksi: impotensi.* Efek samping kombinasi pioglitazone dengan sulfonilurea:- Metabolisme dan nutrisi: meningkatnya berat badan, hipoglikemia, meningkatnya lactate dehydrogenase, meningkatnya nafsu makan.- Sistem saraf pusat: pusing, sakit kepala, vertigo.- Gangguan penglihatan, berkeringat, proteinurea, letih.Interaksi obat:- Obat yang mempengaruhi enzim mikrosom hatiInhibitor atau induser dari sitokrom P-450 (CYP) isoenzim 3A4; potensial terjadi interaksi farmakokinetik.Potensi interaksi farmakokinetik diinduksi dengan kombinasi kontrasepsi estrogen-progestin tidak diketahui; pertimbangkan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam kontrasepsi.- Obat antidiabetesInteraksi farmakokinetik dengan glipizide cenderung tidak terjadi.Interaksi farmakokinetik dengan metformin cenderung tidak terjadi.- DigoksinInteraksi farmakokinetik cenderung tidak terjadi. Berpotensi efek samping terhadap jantung. (lihat perhatian umum: efek pada keseimbangan cairan, dalam peringatan dan perhatian).- WarfarinInteraksi farmakokinetik cenderung tidak terjadi.Overdosis:Selama uji klinik terkontrol, dilaporkan terjadi satu kasus overdosis dengan pioglitazone. Pasien laki-laki menggunakan 120 mg per hari selama 4 hari, kemudian 180 mg per hari selama 7 hari. Pasien menyangkal mengalami gejala klinik selama periode tersebut.Pada kasus overdosis, terapi suportif tambahan harus diberikan berdasarkan tanda dan gejala klinik pasien.Kemasan dan nomor registrasi:DECULIN 15; Kotak, 5 strip @ 6 tablet, DKL0505036810A1DECULIN 30; Kotak, 5 strip @ 6 tablet, DKL0505036810B1Dexa medica 2009Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Beberapa sinonim penyakit ini yaitu: Kudis, The Itch, Gudig, Budukan, Gatal Agogo.

Epidemiologi Skabies merupakan penyakit epidemik pada banyak masyarakat. Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai semua umur. Insidensi sama pada pria dan wanita.

Insidensi skabies di negara berkembang menunjukan siklus fluktasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan. Interval antara akhir dari suatu epidemic dan permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa factor yang dapat membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi dan derajat sensitasi individual. Insidensinya di Indonesia masih cukup tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat.

Etiologi Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis, sedangkan varietas pada mamalia lain dapat menginfestasi manusia, tetapi tidak dapat hidup lama.

Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Tungau betina panjangnya 300-450 mikron, sedangkan tungau jantan lebih kecil, kurang lebih setengahnya yakni 200 240 mikron x 150 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki dan bergerak dengan kecepatan 2,5 cm permenit di permukaan kulit.

Sarcoptes scabiei betina setelah dibuahi mencari lokasi yang tepat di permukaan kulit untuk kemudian membentuk terowongan, dengan kecepatan 0,5 mm 5 mm per hari. Terowongan pada kulit dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan stratum granulosum. Di dalam terowongan ini tungau betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih 30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari.

Telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut untuk melindungi dirinya dan mendapat makanan. Setelah beberapa hari, menjadi bentuk dewasa melalui bentuk nimfa. Waktu yang diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa sekitar 10-14 hari. Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau betina.

Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang.

Patogenesis Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.

Cara Penularan Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun kontak tak langsung. Skabies ditularkan oleh kutu betina yang telah dibuahi, melalui kontak fisik yang erat penularan melalui pakaian dalam, tempat tidur, handuk, setelah itu kutu betina akan menggali lobang kedalam epidermis kemudian membentu terowongan didalam stratum korneum. Dua hari setelah fertilisasi, skabies betina mulai mengeluarkan telur yang kemudian berkembang melalui stadium larva, nimpa dan kemungkinan menjadi kutu dewasa dalam 10-14 hari.

Lama hidup kutu betina kira-kira 30 hari, kemudian kutu mati di ujung terowongan. Terowongan lebih banyak terdapat didaerah yang berkulit tipis dan tidak banyak mengandung folikel pilosebasea.

Penyakit ini sangat mudah menular, karena itu bila salah satu anggota keluarga terkena, maka biasanya anggota keluarga lain akan ikut tertular juga.

Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada.

Faktor Predisposisi Kebersihan lingkungan sangat penting pada penularan penyakit ini. Scabies pada umumnya terdapat pada komunitas yang berpenghasilan rendah (low income communities) yang kurang memperhatikan kebersihan diri (personal hygiene). Skabies juga dapat terjangkit pada mereka yang tinggal berdesakan seperti pengungsi, anggota tentara pada saat perang, asrama, panti, sekolah, dll.

Gejala Klinis Terdapat empat tanda kardinal skabies:

1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.

2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).

3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.

4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal tersebut.

Klasifikasi Skabies

Terdapat beberapa bentuk skabies apitik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain:

1. Skabies pada Orang BersihTerdapat pada orang yang tingkat kebersihannya cukup. Biasanya sangat sukar ditemukan terowongan. Kutu biasanya hilang akibat mandi secara teratur. Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.

2. Skabies InkognitoObat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda scabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya pengobatan dengan steroid topical yang lama dapat pula menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini disebabkan mungkin oleh karena penurunan respon imum seluler.

3. Skabies NodularPada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang agtal. Nodus biasanya terdapat di daerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti skabies dan kortikosteroid.

4. Skabies yang ditularkan melalui hewanDi Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena Sarcoptes scabiei pada binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.

5. Skabies Norwegia Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.

6. Skabies pada bayi dan anak Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka.

7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden). Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

8. Skabies yang disertai penyakit menular seksual yang lain Skabies sering dijumpai bersama penyakit menular seksual yang lain seperti gonore, sifilis, pedikulosis pubis, herpes genitalis dan lainnya.

KomplikasiBila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun pemakaian yang terlalu sering.

PencegahanPencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:

Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya hingga kering.

Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.

Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.