tgs pkn

49
Militer Indonesia yang tengah mengalami modernisasi cukup significant akhir akhir ini, juga tampaknya akan segera diperkuat oleh alutsista TNI terbaru dari Rusia. Hal ini ditandai dengan adanya kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Rusia dalam pengadaan Alutsista TNI kedepannya. Alutsista TNI yang diperkirakan akan didatangkan dari Rusia adalah pesawat tempur Su-35 BM, Kapal Selam Kilo project 636, Helikopter Mi-17 dan Mi-35 serta mediun tank amphibi BMP-3F. Kerjasama militer Indonesia dan Rusia ini adalah melanjutkan kerjasama militer Indonesia – Rusia yang sudah berjalan ditahun tahun sebelumnya. Diharapkan kerjasama militer Indonesia 2015 dengan Rusia akan semakin baik dan semakin mempererat hubungan kedua negara. Pemerintah Rusia yang diwakili Duta Besar Rusia untuk Indonesia, mengatakan ditahun 2015 pihak Rusia siap untuk meneruskan pengembangan kerjasama bidang teknik militer dan bidang pertahanan dengan pemerintah Indonesia. Kesepakatan kerjasama militer Indonesia dan Rusia ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan kedua belah negara yang telah dicapai di pembicaraan Presiden RI Joko Widodo dengan Presiden Rusia Vladimir Putin disela-sela pertemuan APEC pada tahun 2014 lalu. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu butir kesepakatan dalam pembicaraan antar kepala negara tersebut adalah memperkuat kerjasama militer Indonesia dan Rusia serta kerjasama dalam bidang pertahanan kedua negara. Selain kerjaWakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Margulov. Foto: Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Margulov. Foto: Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia Dalam sesi konferensi pers di kediaman Duta Besar Rusia di Jakarta, Jumat (6/2), Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Margulov membenarkan bahwa Rusia berminat meningkatkan kerja sama militer dengan Indonesia. Menurut Margulov, Rusia siap untuk mengadakan berbagai jenis alutsista termutakhir ke Indonesia. Namun, Margulov menambahkan, bukan hanya kerja sama teknis militer yang dibicarakan, tetapi juga kerja sama antara kementerian pertahanan. “Dalam pertemuan saya bersama Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI, kami juga membahas mengenai pertukaran kerja

description

edddddddddddddd

Transcript of tgs pkn

Page 1: tgs pkn

Militer Indonesia yang tengah mengalami modernisasi cukup significant akhir akhir ini, juga tampaknya akan segera diperkuat oleh alutsista TNI terbaru dari Rusia. Hal ini ditandai dengan adanya kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Rusia dalam pengadaan Alutsista TNI kedepannya. Alutsista TNI yang diperkirakan akan didatangkan dari Rusia adalah pesawat tempur Su-35 BM, Kapal Selam Kilo project 636, Helikopter Mi-17 dan Mi-35 serta mediun tank amphibi BMP-3F.

Kerjasama militer Indonesia dan Rusia ini adalah melanjutkan kerjasama militer Indonesia – Rusia yang sudah berjalan ditahun tahun sebelumnya. Diharapkan kerjasama militer Indonesia 2015 dengan Rusia akan semakin baik dan semakin mempererat hubungan kedua negara. Pemerintah Rusia yang diwakili Duta Besar Rusia untuk Indonesia, mengatakan ditahun 2015 pihak Rusia siap untuk meneruskan pengembangan kerjasama bidang teknik militer dan bidang pertahanan dengan pemerintah Indonesia.

Kesepakatan kerjasama militer Indonesia dan Rusia ini merupakan tindak lanjut dari kesepakatan kedua belah negara yang telah dicapai di pembicaraan Presiden RI Joko Widodo dengan Presiden Rusia Vladimir Putin disela-sela pertemuan APEC pada tahun 2014 lalu. Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu butir kesepakatan dalam pembicaraan antar kepala negara tersebut adalah memperkuat kerjasama militer Indonesia dan Rusia serta kerjasama dalam bidang pertahanan kedua negara.

Selain kerjaWakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Margulov. Foto: Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Margulov. Foto: Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia

Dalam sesi konferensi pers di kediaman Duta Besar Rusia di Jakarta, Jumat (6/2), Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Igor Margulov membenarkan bahwa Rusia berminat meningkatkan kerja sama militer dengan Indonesia.

Menurut Margulov, Rusia siap untuk mengadakan berbagai jenis alutsista termutakhir ke Indonesia. Namun, Margulov menambahkan, bukan hanya kerja sama teknis militer yang dibicarakan, tetapi juga kerja sama antara kementerian pertahanan.

“Dalam pertemuan saya bersama Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI, kami juga membahas mengenai pertukaran kerja sama antarkementerian pertahanan. Rusia bisa mendatangkan kapal-kapal militer ke Indonesia, atau bisa juga melakukan pertukaran kunjungan kapal, atau berbagai format kerja sama lainya yang biasa dilakukan dalam kerja sama militer,” terang Margulov.

HUBUNGAN INDONESIA-RUSIA

Margulov berkunjung ke Indonesia pada Jumat lalu dalam rangka memperingati 65 tahun hubungan diplomatik Rusia dan Indonesia. Sebelum menghadiri perayaan di Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, Margulov terlebih dulu menemui Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI Dian Triansyah Djani. Kedua belah pihak telah membahas berbagai hasil kerja sama kedua negara selama sepuluh tahun terakhir serta

Page 2: tgs pkn

tantangan kedua negara dalam menghadapi berbagi isu sosial, politik, dan ekonomi di lingkup bilateral, regional, dan internasional.

.

sama dalam pengadaan alutsista TNI, pemerintah Rusia juga menyatakan kesiapannya untuk membantu mengembangkan Industri pertahanan Indonesia, diantaranya dengan pelaksanaan

Transfer of Technology (ToT) untuk setiap alutsista TNI yang dibeli dari Rusia. Selain ToT tersebut, Rusia juga menyatakan kesiapannya untuk mengadakan joint production untuk berbagai suku

cadang alutsista TNI yang dibeli dari Rusia. Rusia juga menyatakan kesiapannya untuk memberikan offset serta mendirikan service center di Indonesia untuk menunjang alutsista TNI yang berasal

dari Rusia.

Sebagaimana kita ketahui bahwa Undang-undang yang berlaku di Indonesia sudah mengamanatkan bahwa harus ada transfer of technology (ToT) untuk setiap alutsista TNI yang

dibeli dari luar Indonesia. Dengan kesiapan Rusia mendukung amanat undang-undang ini, maka sepertinya jalan bertambahnya alutsista TNI dari Rusia akan semakin mulus. Kita ketahui sendiri

bahwa ada banyak sekali alutsista yang ditawarkan Rusia ke Indonesia belakangan ini.

Pesawat Tempur Su-35 BM ditawarkan ke Indonesia. Credit to : Papel OSipovich Sukhoi, Source : Airliners.net

Alutsista yang ditawarkan Rusia ke Indonesia diantaranya adalah pesawat tempur Su-35 BM, kapal selam Kilo project 636, Helikopter Mi-17, Helikopter Mi-35, tank medium Amphibi BMP-3F dan

Page 3: tgs pkn

lainnya. Bahkan dikabarkan Rusia juga menawarkan pesawat amphibi Be-200 untuk menjadi alutsista TNI dalam mengatasi illegal fishing yang marak terjadi di Indonesia. Hal ini sejalan dengan

visi Presiden RI yang menginginkan Indonesia menjadi Poros Maritim Dunia.

Akankah kerjasama militer Indonesia dan Rusia ini akan membawa arah pengadaan alutsista TNI kedepan akan didominasi alutsista-alutsista dari Rusia? Semua masih terlalu dini untuk dijawab,

namun kita tunggu saja perkembangannya serta sembari berdoa agar militer Indonesia mendatangkan alutsista TNI yang terbaik agar kekuatan militer Indonesia semakin disegani

dikawasan.

Kapal selam Kilo 636 (photo : militaryphotos) 

Jakarta, DMC – Pemerintah Rusia melalui Duta Besar yang berada di Indonesia, mengatakan ditahun 2015 pihak Rusia siap untuk meneruskan pengembangan kerjasama bidang teknik militer dan bidang pertahanan dengan pemerintah Indonesia.

Dubes Rusia juga berharap hubungan kerjasama militer dan pertahanan yang telah tercapai ditahun lalu akan menjadi fondasi yang baik untuk perkembangan di tahun selanjutnya.

Demikian dikatakan Duta Besar Rusia untuk Indonesia M.Y.Galuzin saat bertemu dengan Menteri Pertahanan RI, Ryamizard Ryacudu, Kamis (15/01) di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.

Putusan kesiapan pihak Rusia tersebut merupakan tindak lanjut atas kesepakatan yang telah dicapai antara Presiden RI Joko Widodo dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin disela-sela pertemuan APEC tahun 2014 lalu. Adapun salah satu kesepakatannya adalah perkuat hubungan teknik militer dan kerjasama di bidang pertahanan diantara kedua negara.

Pembicaraan kerjasama teknik militer ini juga sempat dibicarakan antara Presiden Joko Widodo dengan Direktur Jenderal Rosoboront Eksport dan Duta Besar Rusia untuk Indonesia pada tanggal 8 Desember 2014. Pada kesempatan tersebut Presiden Joko Widodo membenarkan adanya minat dari Pemerintah Indonesia untuk mengembangkan kerjasama teknik militer dengan pihak Rusia.

Page 4: tgs pkn

Pesawat tempur Su-35 (photo : militaryphotos)

Lebih lanjut Dubes Rusia menjelaskan bahwa pihak Rusia bersedia untuk meneruskan kerjasama terhadap proyek-proyek yang mempunyai prospek besar berdasarkan kesepakatan yang telah dicapai kedua belah pihak.

Ditambahkan Dubes Rusia pihaknya siap untuk meneruskan dan memulai kerjasama dibidang pengadaan beberapa alutsista seperti pesawat tempur multifungsi, jenis SU-35, Kapal Selam Kelas 636. Disamping itu berbagai jenis peralatan untuk Angkatan Darat jenis Panser, Helikopter MI-17, MI-35 dan Ka-52, kendaraan berat BMP-3F dan jenis alutsista lain.

Tidak hanya itu, Pemerintah Rusia  juga akan siap mengembangkan kerjasama di bidang industri pertahanan, diantaranya untuk pelaksanaan proses Transfer of Technology, mengadakan Join Production menghasilkan bersama untuk suku cadang berbagai jenis alutsista, mengembangkan skema Offset termasuk juga didirikannya service center.

Oleh karena itu pihaknya kata Dubes Rusia siap menerima kunjungan dari beberapa pejabat militer dan pertahanan dari Indonesia seperti kunjungan KASAL dan KASAU ke Rusia untuk melihat langsung pesawat tempur jenis SU-35 dan kapal selam 636.

Pada kesempatan pertemuan itu, Menhan mengatakan apa yang menjadi harapan dari pihak Rusia adalah keinginan yang sama bagi pihak Indonesia untuk bisa mengembangkan kerjasama teknik militer dengan pihak Rusia.

“ Dari Presiden terdahulu hingga Presiden Rusia yang sekarang Indonesia dengan Rusia menjalin hubungan kerjasama militer, dan kedepannya diharapkan makin meningkat,” Ungkap Menhan.

Menhan juga menyampaikan ketertarikannya akan pengadaan pesawat yang mampu mendarat di permukaan air atau laut (Amphibius Aircraft). Keinginan Menhan ini terkait dengan kebijakan Presiden RI Jokowi yang memberikan perhatiannya terhadap hal kemaritiman. Menurut Menhan pesawat ini berguna untuk melaksanakan patroli terhadap pencurian ikan di laut dan bisa digunakan untuk membantu operasi pencarian kecelakaan jatuhnya pesawat di laut.

“ Karena Presiden kita concern terhadap hal maritim, saya tertarik akan pesawat yang bisa mendarat di Air. Nanti berguna untuk patroli dilaut terhadap pencurian

Page 5: tgs pkn

ikan di laut dan bisa digunakan untuk membantu pencarian kecelakaan jatuhnya pesawat di laut.” Kata Menhan. Rusia Tegaskan Ingin Kerjasama Militer Tanpa Syarat dengan RI Jakarta. "Pemerintah Rusia ingin memperkuat kerjasama militer dengan Indonesia tanpa syarat apa pun," kata Ivanov dalam pertemuan dengan pemimpin redaksi media massa dan pengusaha Indonesia di Jakarta. Dutabesar Rusia buat Indonesia Alexander Ivanov hari Rabu menegaskan keinginan negaranya buat memperkuat kerjasama tanpa syarat dengan militer Indonesia.

"Indonesia di mata Rusia merupakan negara sangat penting dan kerjasama antara kedua negara itu dapat berjalan buat jangka panjang," kata Ivanov. Menurut dia, pemerintahnya tidak akan mengajukan berbagai persyaratan menyulitkan, termasuk persyaratan politik, dalam penjualan peralatan militernya.

Dijelaskannya, kerjasama militer kedua negara tersebut antara lain berupa penjualan senjata dan alat pertahanan buatan Rusia kepada Indonesia. Selain kerjasama teknis dan jual-beli senjata, kedua negara itu juga sepakat menggelar pelatihan bersama dan pendidikan perwira Indonesia di Rusia.

"Kerjasama militer Rusia-Indonesia itu merupakan bagian dari kesepakatan Presiden (Rusia Vladimir) Putin dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," kata Ivanov merujuk pada kunjungan Presiden Putin ke Indonesia pada September 2007 dan Presiden Yudhoyono ke Moskwa pada Desember 2006. Dalam kunjungan ke Moskwa tersebut, Yudhoyono dan Putin menyaksikan penandatanganan tujuh nota persepahaman dalam kerjasama berbagai bidang, salah satu merupakan mengenai pewujudan bantuan militer Rusia kepada Indonesia dalam tahun 2006-2010.

Rusia Tegaskan Ingin Kerjasama Militer Tanpa Syarat dengan RI Jakarta. "Pemerintah Rusia ingin memperkuat kerjasama militer dengan Indonesia tanpa syarat apa pun," kata Ivanov dalam pertemuan dengan pemimpin redaksi media massa dan pengusaha Indonesia di Jakarta. Dutabesar Rusia buat Indonesia Alexander Ivanov hari Rabu menegaskan keinginan negaranya buat memperkuat kerjasama tanpa syarat dengan militer Indonesia.

"Indonesia di mata Rusia merupakan negara sangat penting dan kerjasama antara kedua negara itu dapat berjalan buat jangka panjang," kata Ivanov. Menurut dia, pemerintahnya tidak akan mengajukan berbagai persyaratan menyulitkan, termasuk persyaratan politik, dalam penjualan peralatan militernya.

Dijelaskannya, kerjasama militer kedua negara tersebut antara lain berupa penjualan senjata dan alat pertahanan buatan Rusia kepada Indonesia. Selain kerjasama teknis dan jual-beli senjata, kedua negara itu juga sepakat menggelar pelatihan bersama dan pendidikan perwira Indonesia di Rusia.

"Kerjasama militer Rusia-Indonesia itu merupakan bagian dari kesepakatan Presiden (Rusia Vladimir) Putin dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," kata Ivanov merujuk pada kunjungan Presiden Putin ke Indonesia pada September 2007 dan Presiden Yudhoyono ke Moskwa pada Desember 2006. Dalam kunjungan ke Moskwa tersebut, Yudhoyono dan Putin menyaksikan penandatanganan tujuh nota persepahaman dalam kerjasama berbagai bidang, salah satu merupakan mengenai pewujudan bantuan militer Rusia kepada Indonesia dalam tahun 2006-2010.

elegasi Federasi Rusia berkunjung ke Indonesia menghadiri Sidang Komisi Bersama ke-9, untuk penguatan kerja sama bilateral di lima sektor. Beberapa proyek unggulan yang jadi pembahasan utama: Pembangunan smelter bauksit, Kereta batu bara, Pengembangan industri pesawat terbang, hingga proposal proyek pembangkit nuklir.

Page 6: tgs pkn

Pemimpin delegasi Rusia Wakil Perdana Menteri Dmitry O. Rogozin menilai, pengusaha  negerinya  sangat antusias menanamkan modal di Indonesia. Kerja sama bisa dikembangkan ke sektor teknologi tinggi, karena persahabatan kedua negara sangat erat.

“Tidak ada persaingan di bidang apapun antara Rusia-Indonesia, kita bukan merupakan lawan dalam perkembangan geopolitik di Asia Pasifik,” ujarnya dalam jumpa pers usai sidang komisi di Jakarta, Selasa (25/2/2014).

Atas dasar itu, Rusia tidak keberatan bila diminta menanamkan modal di sektor yang butuh alih teknologi. Rogozin mengingatkan, Rusia bersedia mengalihkan sebagian industri strategis mereka di Indonesia, seperti alat navigasi hingga tak terkecuali pengembangan instalasi nuklir untuk energi.

“Federasi Rusia memiliki teknologi aman di bidang energi nuklir. Artinya pihak kami bersedia menawarkan sejauh pihak Indonesia menerima usulan-usulan kami,” kata Rogozin.

Rogozin juga  mengundang investor Indonesia untuk menanamkan modal di negaranya.  “Pemerintah kami membuka bagian timur Rusia untuk kerja sama dari negara-negara Asia Pasifik. Di kawasan industri itu, bisa dikembangkan bisnis agro maupun manufaktur,” tandasnya.

Sementara dalam pertemuannya dengan Kementerian Keuangan, delegasi Rusia  membicarakan kemungkinan dilakukan pertukaran cadangan devisa (bilateral swap).

pabrik Aluminium Rusal (photo by drugoi.livejournal.com)

Rusia ke KalimantanPemerintah Kalimantan Timur akan bekerja sama dengan perusahaan Russian Railways untuk membangun jalur transportasi kereta api di Kalimantan. “Pada prinsipnya proyek

Page 7: tgs pkn

kereta api yang kami bangun dari PT Kalimantan Railways itu sudah kami persiapkan dengan baik sepanjang 191 kilometer,” ujar  Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk Ishak di Jakarta, Selasa (25/2/2014).

Jalur kereta akan dibangun mulai dari Kutai Barat melintasi Balikpapan hingga Penajam Pasir Utara. Kereta api itu untuk mengangkut batu bara.

“Tetapi saya juga sedang meminta bisa untuk mengangkut minyak sawit, komoditas hutan tanaman produksi, karet, ataupun hasil bumi lain,” kata Awang.

Transportasi kereta api diharapkan  dapat memperlancar pengiriman barang logistik ke daerah pedalaman. “Kami sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Russian Railways dan Kalimantan Railways,” papar Awang.

Pengusaha Rusia juga berinvestasi di Kalimantan Barat dengan membuka pengolahan tambang (smelter) untuk bauksit. Kehadiran Russian Alumina, akan meningkatkan nilai tambah bagi komoditas bauksit menjadi alumina. Nilai investasinya diperkirakan sebesar 2,5 miliar dollar AS.

Tahun lalu, perdagangan kedua negara baru mencapai nominal USD 3,34 miliar. Kedua delegasi sepakat menggenjot volume perdagangan agar mencapai USD 5 miliar pada 2015.

Sukhoi Super Jet 100

Industri Pesawat TerbangWakil Perdana Menteri Rusia Dmitry O. Rogozin juga menemui Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, sebelum Rogozin menghadiri Sidang Komite Bersama ke-9 Indonesia – Rusia.

Dmitry O. Rogozin membenarkan dia sempat membahas potensi kerja sama bidang militer dengan Menhan, namun enggan merinci apa saja detail pembicaraan yang dibahas kedua pihak.

Page 8: tgs pkn

“Memang kita mengadakan pertemuan dengan Menhan Purnomo, tapi tentu saja kerja sama militer bukan suatu isu yang mudah diumumkan kepada masyarakat,” ujarnya saat jumpa pers.

“Di bidang industri penerbangan kita siap mendirikan pusat pelayanan pesawat terbang bersama, juga siap bekerja sama dengan perusahaan nasional dalam hal produksi suku cadang. Dalam hal kerja sama militer memang ada prospek sangat cerah, dalam alih teknologi terutama yang punya makna berganda. Artinya bisa dimanfaatkan baik untuk tujuan militer maupun sipil,” kata Rogozin.

Selain alat tempur, Rusia juga punya sistem pertahanan lain, mulai dari teknologi mikorelektronik, detektor bawah air, sampai wahana antariksa. Semuanya siap dikembangkan bersama, bila memang pemerintah Indonesia tertarik.

akarta (ANTARA News) - Deputi Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menyatakan bahwa negaranya sedang melakukan penjakakan kerja sama militer dengan Indonesia, termasuk transfer teknologi yang berkaitan dengan peralatan militer.

"Rusia dan Indonesia mempunyai sejarah panjang dalam kerja sama militer dan kami yakin masa depan kooperasi di bidang tersebut akan sangat cerah," kata Rogozin dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Rogozin pada Selasa pagi bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro namun dia menolak memaparkan secara spesifik bentuk kerja sama militer yang akan dilakukan antara kedua negara.

"Kerja sama militer adalah isu yang sensitif dan kami belum siap untuk membuka hal ini ke publik," kata Rogozin.

Di sisi lain, Rogozin menyatakan bahwa negaranya kerja sama militer yang sedang dijajaki tersebut mencakup pengalihan teknologi alat utama sistem pertahanan.

"Kami saat ini sedang melakukan modernisasi sistem persenjataan sehingga jauh lebih unggul dari negara-negara Eropa lain. Dengan demikian, kerja sama militer ini akan semakin memperkuat pertahanan Indonesia," kata Rogozin.

Rogozin menyatakan bahwa penguatan kerja sama dengan Indonesia adalah bagian dari strategi besar dalam reorientasi politik luar negeri Rusia ke arah Asia Pasifik.

"Agenda politik luar negeri Rusia akan diprioritaskan di Asia Pasifik karena di kawasan inilah masa depan dunia akan ditentukan," kata dia.

Selain bertemu dengan Purnomo Yusgiantoro, Rogozin juga bertemu dengan sejumlah pejabat dan kelompok bisnis di Indonesia di antaranya Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa dan perwakilan Kantor Dagang dan Industri untuk membahas peningkatan kerjasama di bidang infrastruktur, perdagangan, serta investasi.

Kedua belah pihak merasa perlu untuk memperkuat kerja sama ekonomi karena total nilai perdagangan antara Indonesia dan Rusia--yang pada 2013 lalu mencapai lima milyar dolar AS--dinilai tidak mencerminkan potensi yang sesungguhnya.

Page 9: tgs pkn

Sebagai bentuk dari besarnya potensi kerja sama ekonomi antara kedua negara, pihak PT. Garuda Indonesia pada kuartal keempat 2014 ini akan membuka penerbangan langsung Jakarta-Moskow.

Selain itu, Rusia pada tahun ini juga akan mengerjakan sejumlah proyek besar di Indonesia, di antaranya pembangunan jaringan kereta api di pulau Kalimantan untuk mengangkut batu bara di wilayah tersebut. Rogozin, enggan membeberkan hasil pertemuannya dengan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, yang berlangsung Selasa siang tadi.

Dia mengatakan pembahasan kerjasama di bidang teknik militer merupakan isu yang sensitif dan hasilnya tidak selalu diungkap ke masyarakat. 

Demikian ungkapan Rogozin yang ditemui pada Selasa, 25 Februari 2014 di Hotel Ritz Carlton. Tetapi dia mengakui hubungan militer kedua negara telah berlangsung cukup lama. 

Dalam kesempatan itu Rogozin mengatakan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) militer yang digunakan tentara Rusia tergolong canggih.

"Alutsista tersebut bahkan jauh lebih unggul dari Alutsista yang diproduksi negara-negara barat," ungkap Rogozin. 

Namun, dia melihat ada prospek yang cerah dalam tawaran tekno militer dengan RI, khususnya teknologi yang bisa digunakan untuk kepentingan sipil dan militer. 

"Contohnya, kami bisa mengembangkan kerjasama di bidang pengalihan teknologi yang bersangkutan dengan mikro elektronik. Pemanfaatan awak-awak, tanpa awak, dan perawatan tanpa awak yang bisa dimanfaatkan di bawah permukaan laut," papar Rogozin. 

Terakhir Alutsista Rusia yang diimpor  RI yakni 37 kendaraan tank infanteri amfibi tipe BMP-3F untuk marinir. Ke-37 unit tank itu telah disepakati pembeliannya pada Mei 2012 lalu. Total harga kesepakatan pembelian tank tersebut mencapai US$100 juta atau Rp1,1 triliun. 

Menurut Duta Besar Rusia untuk RI, Mikhail Y. Galuzin dalam konferensi pers hari Diplomatik Rusia pada 10 Februari kemarin, ke-37 tank infanteri amfibi itu telah dikirim untuk ditempatkan di Jawa Timur pada bulan Januari kemarin. 

Dalam situsnya, Kemhan menulis pengadaan kali ini adalah pengadaan lanjutan. Sebelumnya Kemhan RI sudah melakukan pengadaan serupa pada tahun 2008 sebanyak 17 unit. 

Selain di bidang militer, Rogozin turut membuka kemungkinan untuk menjalin kerjasama di bidang dirgantara, penerapan dan pemanfaatan sistem navigasi. 

"Rusia siap mendirikan pusat pelayanan pesawat terbang bersama. Kami juga siap bekerja sama dengan perusahaan penerbangan RI dan siap terlibat dalam pembuatan suku cadang, antara lain untuk proyek pemantauan zona ekonomi ekslusif," kata Rogozin

RUSIA AJAK INDONESIA TOT PRODUKSI ALUTSISTA BERSAMA."IA"

Jakarta - RI-Rusia akan melakukan kerja sama dibidang pertahanan dengan melakukan join production alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Rencana kerja sama ini sudah

Page 10: tgs pkn

disusun dalam draft perencanaan untuk ditindak lanjuti dengan negosiasi industri pertahanan Indonesia.

Kerja sama ini salah satunya akan dilakukan dengan PT Pindad. "Kami sedang melakukan negosiasi dengan PT Pindad dan akan segera menandatangani MoU. Kami juga akan bekerja sama dengan industri pertahanan lainnya yang ada di Indonesia, tapi sekarang baru sekadar draf. Negosiasi satu langkah, dan kami berharap segera ada deal,"kata Duta Besar Rusia Alexander A. Ivanov usai penyematan medali kehormatan yang diberikan pemerintah Rusia pada Menteri Pertahanan RI di Wisma Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.

Selain itu, tutur Ivanov, Rusia sedang melakukan negosiasi dengan PT PAL dan PT DI untuk melakukan overwhole Helikopter Mi-35.

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro mengaku kaget atas rencana Rusia tersebut. Karenanya dia mengagumi keputusan tersebut dan menyambut dengan baik. "Saya kaget mereka mau berbicara transfer of technology dengan Pindad. Saya cukup kagum mereka ingin memproduksi bersama,"katany a.

Menhan mengharapkan, kerja sama kedua negara bisa terjalin tidak hanya dalam bidang pengadaan alutsista. Harapan terjadinya pertukaran perwira dalam bidang pendidikan dan pelatihan dalam waktu dekat akan terealisasi. "Mereka akan menerima taruna akademi militer kita. Kedua, kita akan kerja sama dalam bidang latihan bersama,"kata Menhan.

Menhan menambahkan, Rusia meminta secara khusus kerja sama dalam bidang pemberantasan terorisme. Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan (wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, kerja sama join production pembangunan rudal C-705 China-indonesia melalui PT Pindad akan terealisasi tahun ini. "Tahun ini realisasinya produksi bersama,"kata dia.

RUSIA AJAK INDONESIA TOT PRODUKSI ALUTSISTA BERSAMA."IA"

Jakarta - RI-Rusia akan melakukan kerja sama dibidang pertahanan dengan melakukan join production alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Rencana kerja sama ini sudah disusun dalam draft perencanaan untuk ditindak lanjuti dengan negosiasi industri pertahanan Indonesia.

Kerja sama ini salah satunya akan dilakukan dengan PT Pindad. "Kami sedang melakukan negosiasi dengan PT Pindad dan akan segera menandatangani MoU. Kami juga akan bekerja sama dengan industri pertahanan lainnya yang ada di Indonesia, tapi sekarang baru sekadar draf. Negosiasi satu langkah, dan kami berharap segera ada deal,"kata Duta Besar Rusia Alexander A. Ivanov usai penyematan medali kehormatan yang diberikan pemerintah Rusia pada Menteri Pertahanan RI di Wisma Kedutaan Besar Rusia di Jakarta.

Selain itu, tutur Ivanov, Rusia sedang melakukan negosiasi dengan PT PAL dan PT DI untuk melakukan overwhole Helikopter Mi-35.

Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro mengaku kaget atas rencana Rusia tersebut. Karenanya dia mengagumi keputusan tersebut dan menyambut dengan baik. "Saya kaget mereka mau berbicara transfer of technology dengan Pindad. Saya cukup kagum mereka ingin memproduksi bersama,"katany a.

Menhan mengharapkan, kerja sama kedua negara bisa terjalin tidak hanya dalam bidang pengadaan alutsista. Harapan terjadinya pertukaran perwira dalam bidang pendidikan dan

Page 11: tgs pkn

pelatihan dalam waktu dekat akan terealisasi. "Mereka akan menerima taruna akademi militer kita. Kedua, kita akan kerja sama dalam bidang latihan bersama,"kata Menhan.

Menhan menambahkan, Rusia meminta secara khusus kerja sama dalam bidang pemberantasan terorisme. Sementara itu, Wakil Menteri Pertahanan (wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, kerja sama join production pembangunan rudal C-705 China-indonesia melalui PT Pindad akan terealisasi tahun ini. "Tahun ini realisasinya produksi bersama,"kata dia.

Russia kini sedang getol mendekati Indonesia untuk dijadikan mitra strategis di ASEAN. Salah satunya dalam bidang militer, pesawat terbaru Sukhoi Su-35 gencar ditawarkan. Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Galuzin mengatakan, Rusia berharap Indonesia menyetujui pembelian pesawat tempur Sukhoi jenis Su-35 untuk memperkuat pertahanan udara dalam negeri.

“Kami berharap kesepakatan pembelian Su-35 bisa terjadi. Kerja sama militer antara kedua negara sudah berlangsung sejak lama dan kami ingin bisa terus berlanjut,” ujar Galuzin di kediaman Duta Besar Rusia, Jakarta, Senin (19/1/2015).

Dia menambahkan, Rusia selalu siap jika memang nantinya Indonesia sepakat untuk membeli Su-35 demi menambah unit pesawat tempurnya.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal Moeldoko tertarik mendatangkan pesawat tempur Sukhoi Su-35 untuk peremajaan armada tempur. Selain Sukhoi, Moeldoko juga mempertimbangkan JAS-39 Gripen (dari Swedia) dan F-16 Block 52+ Fighting Falcon (dari Amerika Serikat).

Kebutuhan akan pesawat-pesawat ini disebabkan pesawat F-5E/F Tiger II yang sekarang tergabung di Skuadron Udara 14 harus “pensiun” karena usia. Moeldoko sendiri mengatakan bahwa selain faktor teknis, faktor politik juga menentukan dalam memutuskan pembelian pesawat tempur tersebut.

Su-35 sendiri merupakan pesawat tempur generasi 4,5 buatan Komsomolsk-on-Amur Aircraft Production Association. Jika pembelian jadi dilakukan, Su-35 akan melengkapi jajaran Sukhoi yang sudah dimiliki TNI sebelumnya.

Jenis Sukhoi yang sudah dioperasikan oleh TNI AU adalah Su-27 dan Su-30. Su-27 masuk dalam Skuadron Udara 11 yang berpangkalan di Pangkalan Udara Utama Hasanuddin, Makassar.

Page 12: tgs pkn

Home News Peristiwa

Rusia dan Indonesia Akan Jalin Kerjasama MiliterBy Muhammad Ali

on 25 Feb 2014 at 21:44 WIB

Share

Page 13: tgs pkn

Comment (0)

Deputi Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menyatakan negaranya sedang menjajaki kerjasama militer dengan Indonesia. Termasuk transfer teknologi yang berkaitan dengan peralatan militer.

"Rusia dan Indonesia mempunyai sejarah panjang dalam kerjasama militer dan kami yakin masa depan kooperasi di bidang tersebut akan sangat cerah," kata Rogozin dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa (25/2/2014).

Rogozin yang bertemu Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro pagi tadi menolak memaparkan secara spesifik bentuk kerjasama militer yang akan dilakukan antarkedua negara.

"Kerjasama militer adalah isu sensitif. Dan kami belum siap membuka hal ini ke publik," kilah Rogozin.

Namun Rogozin menyebut kerjasama militer yang sedang dijajaki negaranya itu mencakup pengalihan teknologi alat utama sistem pertahanan.

"Kami saat ini sedang melakukan modernisasi sistem persenjataan sehingga jauh lebih unggul dari negara-negara Eropa lain. Dengan demikian, kerjasama militer ini akan semakin memperkuat pertahanan Indonesia," jelas Rogozin.

Rogozin menyatakan penguatan kerjasama dengan Indonesia adalah bagian dari strategi besar dalam reorientasi politik luar negeri Rusia ke arah Asia Pasifik.

"Agenda politik luar negeri Rusia akan diprioritaskan di Asia Pasifik karena di kawasan inilah masa depan dunia akan ditentukan," ucap dia.

Selain bertemu Presiden SBBY, Rogozin juga bertemu sejumlah pejabat dan kelompok bisnis di Indonesia. Antara lain Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa dan perwakilan Kantor Dagang dan Industri untuk membahas peningkatan kerjasama di bidang infrastruktur, perdagangan, serta investasi.

Page 14: tgs pkn

Kedua belah pihak merasa perlu memperkuat kerja sama ekonomi karena total nilai perdagangan Indonesia-Rusia pada 2013 lalu mencapai US$ 5 miliar.

Sebagai bentuk dari besarnya potensi kerjasama ekonomi antara kedua negara, pihak PT Garuda Indonesia pada kuartal keempat 2014 ini akan membuka penerbangan langsung Jakarta-Moskow.

Selain itu, Rusia pada tahun ini juga akan mengerjakan sejumlah proyek besar di Indonesia. Di antaranya pembangunan jaringan kereta api di Kalimantan untuk mengangkut batu bara di wilayah tersebutRusia dan Indonesia memiliki hubungan kemitraan. Ikatan kerjasama kita didasarkan pada persahabatan yang sudah berlangsung lama dan memiliki sejarah yang kaya. Kita memiliki dialog politik yang baik dan ekonomi kita berkembang.” ucap Putin.

Putin juga tidak memungkiri bahwa ada sedikit masalah dalam hubungan Indonesia dan Rusia pada awal tahun ini, namun semuanya akhirnya bisa kembali diselesaikan.

“Hari ini, kita memiliki kesempatan untuk mendiskusikan apa yang perlu kita lakukan untuk mengubah situasi ini dan langkah-langkah apa saja yang harus segera kita ambil,” ungkapnya. “Saya senang, dengan adanya kesempatan ini kita dapat bertukar pikiran dalam berbagai hal,” imbuh Putin.

Nama ”Indonesia” sudah dikenal di Uni Soviet lama sebelum Indonesia merdeka. Dalam buku Prof Guber yang ditulis pada 1933, Indonesia masih bernama Hindia Belanda, namun dalam buku itu telah tercantum nama ”Indonesia”.

Kami menyebut negara ini sesuai dengan sebutan yang digunakan oleh pejuang Indonesia. Pada 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya dan melancarkan perang melawan kolonialisme. Kemenangan perang dan kemerdekaan menjadi hak rakyat Indonesia, namun pengakuan dari komunitas internasional sangat penting.

Uni Soviet, Ukraina, Belarus, dan sekutu-sekutu Rusia di PBB mengecam keras agresi Belanda terhadap Indonesia. Pada 1948, Uni Soviet berupaya membuka hubungan diplomatik pertama dengan pemerintah Republik Indonesia. Bahkan, pernah perwakilan dari Indonesia dan Uni Soviet menandatangani kesepakatan di Praha, namun kesepakatan tersebut dibatalkan karena Indonesia mendapat tekanan kuat dari Belanda.

Tepatnya pada 24 Desember 1949, Uni Soviet menerima pesan resmi mengenai kesepakatan hubungan antara Belanda dan Indonesia. Setelah itu, Menteri Luar Negeri Uni Soviet Andrei Vyshinsky mengirimkan telegram kepada Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Dr Mohammad Hatta.

Telegram ini berbunyi: ”Atas nama pemerintah Uni Soviet, saya dengan hormat menginformasikan kepada Anda, sejak pengakuan kedaulatan Republik Indonesia pada 27 Desember 1949 di Den Haag, Belanda, pemerintah Uni Soviet memutuskan mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Republik Indonesia dan akan membangun hubungan diplomatik dengan Indonesia.”

Dari situlah hubungan Rusia-Indonesia dimulai. Namun, pertukaran duta besar belum terjadi hingga 1954. Keadaan berlangsung lambat saat itu. Meskipun ada rentang waktu tiga tahun tidak ada pertukaran duta besar antara kedua negara, namun sebenarnya kita telah membangun hubungan diplomatik. Hingga akhirnya pada 1956, Presiden RI Soekarno

Page 15: tgs pkn

untuk kali pertama berkunjung ke Uni Soviet.

Tahun 1956 merupakan tonggak kesepakatan perdagangan pertama kedua negara. Sejak itu, hubungan kedua negara terus berkembang pesat. Awalnya memang tidak mudah. Ini disebabkan adanya perbedaan politik, terutama perbedaan sistem ekonomi kedua negara. Namun, perbedaan tersebut tidak dapat menghalangi kuatnya keinginan kedua negara untuk memperkuat hubungannya.

Pada 1957, Ketua Dewan Tertinggi Uni Soviet (USSR Supreme Soviet) Klim Voroshilov berkunjung ke Indonesia. Jakarta menyambut hangat kedatangannya. Pada akhir 1950-an, Indonesia berupaya meningkatkan perekonomian dan melakukan reformasi dan modernisasi angkatan bersenjatanya. Saat itu, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal AH Nasution datang ke Amerika Serikat (AS) membawa proposal agar mendapat bantuan mereformasi angkatan bersenjata Indonesia.

Namun, AS menolaknya karena masih ada konflik yang belum terselesaikan antara Indonesia dan Belanda, terkait masalah Irian Barat. AS menolak memberi bantuan persenjataan bagi Indonesia karena khawatir akan dipergunakan untuk berperang melawan sekutu AS di Organisasi Traktat Atlantik Utara (NATO), yaitu Belanda.

Mendapat penolakan dari AS, Indonesia kemudian berpaling ke Uni Soviet. Indonesia tidak hanya mendapatkan apa yang dibutuhkan, namun dengan dukungan Uni Soviet, Indonesia mampu mengembangkan teknologi dan pengetahuannya. Angkatan bersenjata Indonesia saat itu hanya dilengkapi persenjataan dari Perang Dunia II.

Tidak hanya dari segi kuantitas, dari segi kualitas pun kekuatan persenjataan Indonesia tidak memenuhi persyaratan untuk melindungi ribuan pulau yang tersebar seluas 2 juta km persegi di wilayahnya. Saat itulah, Uni Soviet banyak memasok peralatan militer kepada Indonesia. Mulai tank, kapal perang, dan pesawat tempur dari berbagai jenis. Tentu saja semua ini tidak cuma-cuma.

Ini merupakan bagian dari kredit sebesar USD1 miliar dan Indonesia telah membayar lunas semuanya pada pertengahan 1990-an. Tidak hanya memasok peralatan militer, Uni Soviet juga memberikan pelatihan teknis kepada tentara dan jenderal asal Indonesia di akademi militer di Moskow dan Leningrad (Saint Petersburg). Selain itu, Rusia juga mengirim 1.000 instruktur ke berbagai daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Madiun.

Indonesia percaya penuh atas bantuan Rusia ini, begitu pula Rusia, karena hubungan kedua negara didasarkan pada ketulusan dan kejujuran. Jika ada sesuatu yang tidak beres, kedua pihak akan saling mengingatkan. Kami sadar Indonesia merupakan negara yang masih kurang pengalaman militernya, terutama pengalaman teknis. Belanda tidak mewarisi Indonesia budaya berkaitan kemampuan teknis, yang sebenarnya membutuhkan beberapa generasi untuk dapat menguasainya.

Beberapa dekade terakhir, Indonesia telah berkembang pesat dan ini berkat kerja sama militer Indonesia-Uni Soviet yang berpengaruh secara signifikan. Namun, bukan berarti hubungan baik kedua negara hanya terkait hubungan militer semata. Uni Soviet juga banyak bekerja sama dengan Indonesia dalam membangun infrastruktur sipil seperti Rumah Sakit Persahabatan di Jakarta, stadion dan reaktor nuklir percobaan di Serpong.

Sayangnya, kondisi luar negeri dan domestik Indonesia tidak dapat memberi dukungan pada proyek-proyek ini. Karena ketiadaan dana, beberapa proyek ini ditinggalkan. Pada 1966–1967, ketika kondisi politik di Indonesia yang berada dalam kekuasaan Orde Baru

Page 16: tgs pkn

berubah drastis, namun hubungan kedua negara masih tetap terjaga. Kedua negara sadar akan perbedaan ideologinya, akan tetapi tetap menjaga hubungan dalam batas-batas yang wajar.

Selama 30 tahun kekuasaan Orde Baru, yang berakhir pada 1998 lalu, hubungan kedua negara masih tetap terjaga. Dan sekarang kedua negara memasuki tahapan baru hubungan yang didasarkan pada saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Uni Soviet, yang sekarang berubah menjadi Federasi Rusia, tengah menanti kunjungan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia akan menjadi presiden keempat yang pernah berkunjung ke Rusia, setelah Soekarno, Soeharto, dan Megawati Sukarnoputri.

Masih banyak hal yang luput dari perhatian dan pemikiran kita. Namun, di atas semua itu, Indonesia akan meningkatkan kerjasama pertahanannya dengan Rusia menyusul penyadapan yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Australia terhadap para pejabat tinggi RI. Kesepakatan awal soal peningkatan kemitraan Rusia-Indonesia dicapai di tingkat parlemen kedua negara dalam kunjungan pimpinan parlemen Rusia ke DPR RI, Jakarta, 21 November 2013. Selain bertemu dengan pimpinan parlemen Rusia, pimpinan DPR juga menggelar pertemuan dengan Duta Besar Rusia untuk RI selama hampir 4 jam. Dalam pertemuan yang cukup lama itu, kedua belah pihak membahas berbagai isu aktual, termasuk penyadapan terhadap Indonesia yang kini menimbulkan ketegangan diplomatik antara Jakarta dan Canberra. Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso menyatakan, salah satu kerjasama yang bakal ditingkatkan RI dan Rusia adalah dalam teknologi sadap dan antisadap. “Saya gembira Rusia mendukung Indonesia. Kami sudah berbicara langsung (soal peningkatan kemitraan),” kata Priyo di Gedung DPR RI. DPR mengingatkan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono yang menjadi target penyadapan Australia, untuk tidak terlena dengan kerjasama dengan pemerintah AS. “Indonesia juga harus meningkatkan kerjasama dengan negara lain, termasuk Rusia,” kata Priyo. Sementara itu, Rusia menyatakan simpatinya pada Indonesia dalam menghadapi isu spionase oleh Australia dan AS. “Kami sering mendengar Amerika mengatakan kita harus menghormati hak asasi manusia dan hubungan antarnegara. Tapi tiba-tiba mereka sendiri melakukan hal yang bertentangan dengan ajaran mereka. Itu sungguh mengecewakan,” kata Wakil Ketua Parlemen Rusia Nikolai Levichev. Kedatangan parlemen Rusia ke DPR ini berbarengan dengan rencana Komisi I DPR terbang ke Rusia untuk menemui Edward Snowden. Komisi I yang membidangi pertahanan keamanan, intelijen, luar negeri, dan komunikasi informatika itu hendak mengorek informasi lebih dalam dari Snowden mengenai berbagai aksi spionase terhadap Indonesia. Snowden diyakini memegang lebih banyak dokumen rahasia daripada yang telah ia ungkapkan.

Rusia datang ke Asia Pasifik dan Timur Jauh, bukan untuk membuat

Page 17: tgs pkn

konflik baru, melainkan ingin menghiasi konflik itu, semacam membuat interior design, sehingga konflik yang berlangsung selama ini bisa lebih mengarah ke tren yang lebih positif di masa depan. Dengan demikian, untuk ringkasnya, Indonesia harus memanfaatkan kemitraan strategis dengan Rusia, khususnya dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam bidang Ilmu Pengetahuan Teknologi, khususnya di bidang perangkat keras di bidang Industri strategis khususnya milter, ruang angkasa, transportasi, pertambangan dan pertanian.

Dalam menghadapi forum ekonomi Asia Pasifik (APEC) maupun G-20, Indonesia harus cerdas, cerdik dan responsif dalam mengantisipasi pergerakan-pergerakan geopolitik negara-negara yang diperkirakan bakal memainkan peran strategis atau pemain-pemain utama dalam konstalasi global saat ini.

Indonesia harus jeli dalam mencermati dan memanfaatkan peran strategis negara-negara seperti Rusia dan Cina yang bermaksud membuat satu gerakan untuk meninggalkan pola konservatisme yang diperagakan oleh negara-negara maju yang tergabung dalam G-7. Dalam konteks ini, Indonesia harus menyadari bahwa Rusia memiliki kebijakan yang berbeda dengan negara-negara yang tergabung dalam G-7. Karena itu, dalam memetakan negara-negara maju saya lebih pas menyebut negara-negara G-7, bukan G-8.  Karena ini merupakan persekutuan strategis Amerika Serikat dan Eropa Barat.

Dalam pandangan yang seperti ini, mengingat Indonesia dan Rusia sama-sama berada dalam forum yang sama di APEC, ASEAN Regional Forum, dan East Asia Community, maka dalam konteks APEC Indonesia bisa memaksimalkan peran diplomasinya, untuk meluruskan dan mengarahkan kembali tujuan APEC yang sudah melenceng jauh dari tujuannya semula. Karena sekarang APEC telah jadi ajang kepentingan negara-negara besar seperti Amerika, Eropa Barat, dan Jepang. Sekaligus juga agar Indonesia mampu mengoptimalkan kebijakan-kebijakannya terkait peningkatan kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi.

Memanfaatkan Fokus Politik Luar Negeri Rusia ke Asia Pasifik

Ada banyak hal yang bisa kita manfaatkan dari Rusia mengingat kita punya hubungan sejarah yang panjang dengan Rusia. Apalagi pada 2004-2005 Presiden SBY sudah menandatangani Kemitraan Strategis dengan Rusia. Menurut data yang ada pada saya, Indonesia sudah memiliki sekitar 14 kemitraan strategis dengan beberapa negara, termasuk Rusia. Namun sampai hari ini tidak ada follow up atau tindak lanjutnya. 

Menarik jika kita mencermati geopolitik Rusia. Kalau mengamati pola perubahan pergerakan geopolitik Rusia, yang menarik itu adalah filosofi lambang negara Rusia sendiri yaitu elang. Elang berkepala dua. Ini sepertinya Rusia hendak menyampaikan pesan bahwa mereka akan berpaling ke kiri dan ke kanan. Menoleh ke barat tapi juga ke timur.

Maka kalau kita pahami konteks kekiniannya, terutama di forum APEC Vladivostok tahun lalu, dan pada September 2013 nanti Rusia akan selenggarakan KTT G-20. Nah ini artinya, Rusia berusaha agar tidak kehilangan fokus dan arah dalam menekankan kebijakan politik luar negerinya. Rusia menoleh ke barat, karena bagaimanapun negara beruang merah

Page 18: tgs pkn

tersebut merupakan bagian dari eropa. Menoleh ke timur, karena sebagian besar wilayah negara Rusia berada di kawasan Asia, Timur Jauh dan Pasifik. Ini satu fakta geopolitik yang harus kita perhitungkan.

Sejatinya, basis kekuatan sesungguhnya Rusia berada di Asia. Ketika Rusia menghadapi krisis atau depresi, Rusia selalu ingat punya daerah di sekitar pegunungan Ural. Ketika Perang Dunia II, Rusia punya beberapa tank yang cukup berkualitas, sehingga mampu mengalahkan kedigdayaan tank-tank Jerman. Sehingga akhirnya gagal lah serangan Nazi Jerman ke Rusia. Nah tank-tank Rusia ini dibuatnya di daerah Rusia yang masuk kawasan Asia. Itu Luar Biasa.

Selain itu, modalitas politik luar negerinya yang utama adalah, ketika Rusia berhasil merebut 4 kepulauan milik Jepang. Ini dianggap sebagai simbol kemenangan geopolitik Rusia terhadap Jepang. Kalau kita berbicara mengenai geopolitik di Asia Pasifik dan Timur Jauh, ada tiga paradigma politik luar negeri.

Pertama, Asia Pasifik dan Jepang. Kedua, Asia Pasifik dan Cina. Dan ketiga, Asia Pasifik dan Amerika Serikat. Lantas di mana posisi Rusia? Nah inilah makanya Rusia ingin menunjukkan eksistensinya melalui hegemoninya. Seakan hendak mengatakan, “Hey, kami ini juga hadir lho di Asia.” Pada 1941, Joseph Stalin pernah mengatakan “Kami (Rusia) adalah negara eropa dari di Asia.” Dengan demikian bangsa Rusia selalu ingin menegaskan bahwa Rusia tidak ingin dinafikan dari masa depan Asia Pasifik. Apalagi ketika sekarang ada tren pergeseran geopolitik dari Atlantik ke Pasifik.

Dengan demikian para penyusun kebijakan politik luar negeri Indonesia harus menyadari bahwa Rusia pun sekarang menekankankan fokus politik luar negerinya ke kawasan Asia Pasifik.

Tiga Referensi Transformasi Politik Luar Negeri Rusia Pasca Perang Dingin

Pertama. Kenapa Rusia begitu menaruh prioritas membangun rel-rel kereta api di Siberia? Sejak Vladivostok Consensus dibuat semasa pemerintahan Gorbachev, Rusia berupaya membangun kembali kesadaran tradisi Rusia terhadap Asia Pasifik. Berbicara soal Vladivostok, ini merupakan daerah baru yang dicita-citakan oleh para pengambil kebijakan di Rusia sebagai ibukota Rusia di Timur Jauh. Kita tahu ibukota Rusia kan Moskowa. Tapi ibukota Rusia kuno sebernanya di Ukraina dengan ibukotanya St Petersburg. Tapi kelak ibukota ekonominya ada Vladivostok.

Itulah sebabnya momentum Rusia sebagai tuan Rumah KTT APEC 2012 lalu memang jadi idam-idaman para petinggi pemerintahan di Kremlin. Karena dianggap sebagai cornerstone atau batu loncatan, menuju hegemoni Rusia di bidang ekonomi dan perdagangan.

Kedua, referensi transformasi politik luar negeri Rusia, Doktrin Primakov, mantan Perdana Menteri Rusia Yevgeny Maksimovich Primakov. Menurut doktrin ini, aliansi strategis yang diperlukan agar Rusia bisa menjadi kekuatan penyeimbang dalam konstalasi global, terutama untuk mengimbangi pengaruh Amerika Serikat dan Eropa Barat, maka perlu dibentuk poros Moscow, Beijing dan New Delhi (Rusia, Cina dan India). Oleh Primakov doktrin ini disebut Strategic Triangle.

Page 19: tgs pkn

Memang di masa lalu Rusia pernah punya masalah dengan Cina. Namun Rusia juga menyadari sekarang harus menjalin hubungan baik dengan Cina. Sebagaimana juga Rusia sudah menjalin hubungan baik dengan India. Bahkan Rusia harus bisa menjadi agen yang mampu mendamaikan Cina dengan India. Sepertinya Rusia sangat berkeinginan untuk menjadi Katalisator dalam menegakkan Perdamaian. Inilah sebabnya mengapa Rusia ingin jadi juru damai antara Cina dan India.

Primakov meyakini bahwa dengan persekutuan Rusia, Cina dan India, konservatisme trans atlantik ini akan berhasil digeser di masa depan. Kita tahu, ketiga negara tersebut memiliki tradisi dan peradaban yang sangat tua. Tidak heran jika Amerika begitu segan kepada Cina dan India, karena peradabannya sudah berlangsung selama 4 ribu tahun. Sementara Amerika kan baru berdiri pada 1776. Rusia pun sudah berdiri sekitar 1200 tahun.

Itulah sebabnya Primakov memandang pentingnya aliansi strategis atau segitiga strategis Rusia, Cina dan India. Persekutuan strategis ketiga negara tersebut bisa menggabungkan sebagian besar dari pulau-pulau yang ada di dunia ini.

Ketiga, Rusia merujuk pada doktrin Nearby Approach. Kolapsnya Rusia, kita tahu, kemudian dimanfaatkan oleh musuh-musuh tradisional Rusia, dalam rangka merongrong kedigdayaan Rusia. Sejak Vladimir Putin tampil sebagai presiden, Rusia berhasil merobah 180 derajat, dari keterpurukan pasca runtuhnya Uni Soviet pada 1989, kembali jadi negara adidaya. Perlu kita ketahui bersama, Rusia tak akan bersedia melepaskan negara Turkistan, Kazakhtan, Kirgistan, dan sebagainya, yang kita tahu berada di kawasan Asia Tengah. Rusia juga tidak mau melepaskan pengaruhnya di semua sektor, termasuk energi dan pangan, di kawasan Caucasus seperti Azerbaijan, Armenia dan Georgia. Itulah sebabnya Rusia tetap menjalin kedekatan dengan negara-negara mantan satelitnya, termasuk Cina.

Itu sebab mengapa Rusia kemudian menjalin komitmen bersama Cina melalui Shanghai Cooperation Organization (SCO). SCO dipandang Rusia sebagai saluran atau kran untuk mengeluarkan atau membebaskan Rusia dari kepungan negara-negara barat. Baik dari Amerika maupun Uni Eropa. Dari barat, Rusia menghadapi rudal yang dipasang barat dari Polandia dan Chech.

Selain itu, Rusia memang punya visi Timur. Karena itu Cina harus jadi agenda pokok untuk membangun aliansi. Cina memang musuh masa lalu Rusia, tapi juga bisa jadi kawan masa kini. Inilah gunanya kesepakatan strategis Rusia-Cina melalui SCO.

Keempat. Presiden Putin menekankan ada tiga pilar diplomasi Rusia. Pertama, Kekuatan militer. Kedua, Ilmu dan Teknologi, termasuk industri. Dan Ketiga adalah energi. Dengan tiga pilar diplomasi ini, Putin yakin bisa kembali menjadi negara adidaya. Karena di era Perang Dingin, sebenarnya Rusia bukan negara superpower yang sebenarnya karena secara ekonomi Rusia masih lemah. Meski secara militer dan persenjataan Rusia memang termasuk negara superpower. Itulah sebabnya Rusia ingin mengembalikan kejayaannya seperti di masa silam.

Keunggulan Rusia1. Militer

Page 20: tgs pkn

2. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi3. Sumberdaya Manusia4. Sejarah dan Peradaban5. Sumberdaya Mineral6. Kepemimpinan, terutama di era Vladimir Putin

Kelemahan Rusia1. Instabilitasi Politik di dalam negeri2. Sistem Politik yang masih relative otoritarian3. Masalah residual seperti kemiskinan.4. Kemapanan ekonomi yang masih banyak yang harus ditanggulangi.

Peluang Rusia1. Rusia sebagai kekuatan penyeimbang.2. Persekutuan strategis bersama Cina, India, dan Afrika Selatan  

Ancaman dari dalam dan luar Rusia  1. Ancaman dari dalam negeri seperti Terorisme dan gerakan separatism.2. Ancaman paling berbahaya berada di kawasan Caucasus.3. Ancaman dari luar tentu saja dari Amerika dan Uni Eropa. Sedangkan dari Asia berasal dari Jepang.

Prospek Kerjasama Indonesia-Rusia

Indonesia dan Rusia menurut saya memang harus sama-sama membangun kerjasama yang saling menguntungkan. Namun Indonesia harus punya visi yang jelas, sehingga dengan Rusia akan terjalin sebuah kerjasama yang equal/setaraf dan saling menguatkan. Selama ini kan Indonesia sepenuhnya didikte oleh kepentinga Amerika. Dengan Rusia kita jangan sampai tunduk begitu saja pada kepentingan Rusia. Harus ada take and give.

Kalau Indonesia saat ini belum bisa menentukan arah kebijakan politik luar negeri negara-negara lain, setidaknya kita harus bisa mencegah jangan samapi didikte negara-negara lain. Termasuk Rusia. Kalau kita merelakan diri di bandwagon negara lain, ya politik luar negeri kita tidak akan mandiri dan independen. Apalagi dalam menentukan keputusan-keputusan strategis di tengah konstalasi global seperti saat ini.

Dalam konstalasi global saat ini, praktek hubungan internasional yang ditekankan adalah transfer of power. Artinya, negara-negara yang ada dalam sistem internasional ini, berkeinginan mendirikan bank atau lembaga-lembaga keuangan. Bahkan lalu-lintas perdagangan yang sifatnya otonom. Transfer of power inilah yang diiginkan oleh Rusia.

Dengan demikian Amerika bisa dihentikan posisi dan perannya sebagai kekuatan dominan satu-satunya di dunia internasional. Inilah yang sedang diupayakan oleh negara-negara berkembang seperti Brazil, India dan Afrika Selatan. Memang kita belum tahu kapan tercapainya kesetaraan atau equality. Yang jelas, Rusia berusaha menipiskan jarak atau gap dengan Amerika sebagai dominator global. Terbukti bahwa ketika Amerika dilanda krisis ekonomi, Amerika melakukan pendekatan kepada Cina. Ini bukti adanya transfer of power.

Page 21: tgs pkn

Adapun pergerakan strategis Rusia dalam kerangka regionalisme ini adalah di APEC, East Asia Community, ASEAN Regional Forum (ARF), dan G-20.

Terkait dengan G-20, meski ada beberapa pakar yang menganggap sebagai perpanjangan tangan Amerika, namun tetap harus dipandang sebagai entitas tersendiri. Namun sebelum bisa memaksimalkan peran Indonesia di forum G-20, terlebih dahulu Indoenesia harus memaksimalkan perannya di forum ekonomi Asia Pasifik di APEC, ARF maupun East Asia Community.

Karena Indonesia lebih memungkinkan membangun keseimbangan di APEC, ARF dan East Asia Community. Namun demikian, kalaupun tetap ingin memainkan peran di G-20, para stakeholders kebijakan luar negeri kita harus bisa lebih cerdas dan cerdik dalam memaksimalkan perannya. Artinya, Indonesia harus tahu diri tapi juga mampu memotivasi diri. Jadi keikutsertaannya sebagai anggota negara G-20 itu bukan sekadar ikuta-ikutan atau sekadar ingin dapat pengakuan.

Para pemangku kebijakan luar negeri hendaknya menyadari bahwa jangkauan geopolitik Rusia terhadap negara-negara luar itu adalah sebagai berikut:1. Timur Tengah.2. Asia Tengah3. Asia Pasifik4. Timur Jauh

Kita tahu Suriah di Timur Tengah, merupakan faktor kunci yang tidak pernah dilepaskan oleh Rusia. Asia Tengah, jelas sudah saya singgung tadi, apalagi ada banyak negara-negara eks satelit Rusia di kawasan tersebut.

Lantas di kawasan Asia Pasifik, Rusia bagaimanapun juga tergabung di forum APEC. Juga Rusia ada di East Asia Community. Rusia juga terlibat di ARF. Seperti itu.

Sedangkan interaksi primer Rusia, saat ini tetap dengan Amerika Serikat. Lalu dengan Cina. Ketiga dengan Uni Eropa. Lalu dengan Jepang, India dan baru kemudian dengan ASEAN.

Indonesia Harus Mantap Dulu di ASEAN

Sehubungan dengan konteks hubungan bilateral Indonesia dan Rusia, khususnya dalam memanfaatkan kemitraan strategis dengan Rusia, Indonesia harus mantap dulu di forum ASEAN. Indonesia harus mampu menjadikan dirinya sebagai inisiator yang hebat di kalangan negara-negara ASEAN. Harus mampu jadi pemegang remote control di ASEAN. Jangan malah Indonesia kemudian ditinggalkan oleh Singapore atau negara-negara ASEAN lainnya. Baru setelah Indonesia punya landasan dan modalitas yang kuat di ASEAN, baru kemudian kita punya daya tawar yang kuat dengan Rusia. Tanpa modalitas dan posisi yang kuat dari Indonesia di ASEAN, saya yakin Rusia juga tidak akan menganggap penting Indonesia.

Indonesia harus mampu meyakinkan Rusia apa yang bisa didapat Rusia dari Indonesia maupun ASEAN. Karena bagaimanapun juga di ASEAN ada 600 pasar dan modal, dan ini

Page 22: tgs pkn

akan menarik bagi negara manapun, termasuk Rusia. Makanya Indonesia harus merebut dulu sebagai pemegang remote control-nya dulu di ASEAN.

Namun ada hal berharga yang harus kita pelajari dari keberhasilan Rusia dalam memanfaatkan tiga piranti politik luar negerinya. Rusia seperti yang saya sebut tadi modalitas politik luar negerinya: Militer, IPTEK dan Energi. Juga ada budaya dan warisan sejarah.

Dari ketiga piranti politik luar negeri yang ditekankan Vladimir Putin, yang perlu kita cermati dalam memandang prospek kerjasama dengan Rusia adalah di bidang militer. Kenapa sih Indonesia selama ini selalu tergantung pada Washington? Meski kita tetap menjalin hubungan kerjasama dengan Washington,saya kira kita perlu juga menoleh ke negara-negara lain yang kiranya juga akan bisa membawa keuntungan yang lebih nyata. Daripada sekadar beli senjata dengan murah, tapi kemudian kita ditekan oleh Washignton. Seperti dalam bidang Demokrasi dan HAM.

Kenapa kita tidak menyerap inspirasi dari The Beijing Consensus? Yang mana dalam hubungan bilateral sebuah negara, ditegaskan agar tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing negara. Yang ditekankan adalah kepentingan strategis dari negara-negara yang terlibat dalam kerjasama bilateral tersebut. Maka itu, dalam menjalin kerjasama strategis dengan Rusia, bidang militer kiranya bisa jadi pertimbangan yang cukup penting.

Ini penting karena selama ini selain Amerika, kita sebagai negara besar juga mendapat rongrongan dari Malaysia, Singapura dan Australia. Karena ingin melemahkan kekuatan strategis kita. Karena itu saya yakin kelemahan dari BUMN industri strategis kita seperti PT PAL, PINDAD dan PTDI, bukan karena kita tidak mampu mengelola manajemennya secara professional. Melainkan karena adanya campurtangan dari negara-negara yang secara geopolitik memiliki kepentingan langsung dengan Indonesia. Terutama Malaysia, Singapore, Australia dan Amerika. Kita tidak menafikan kemungkinan adanya konspirasi.

Sehingga kemandirian strategis kita akan selalu diganggu sampai kapan pun. Maka itu, satu hal yang bisa dilakukan Indonesia untuk mengembalikan fungsi-fungsi industr strategis adalah dengan Menggandeng negara-negara seperti Rusia. Kenapa tidak?Kita sebenarnya punya bargaining position yang kuat. Kita punya PTDI, kita punya PINDAD, kita punya PAL, kita punya Krakatau Steel. Kita punya lembaga aerotika nasional. Kita punya itu semua. Mulai dari dinamit bahan peledak, senjata, kereta api, semua ada. Dan Rusia punya itu semua. Kenapa kita tidak memanfaatkan itu.

Sekarang bagaimana prospek kerjasama strategis Indonesia dan Rusia di bidang energy? Sekarang ini Pertamina mulai belajar lagi. Setelah sekian tahun dalam posisi mapan, maka tak ada salahnya Indonesia mulai mendekati perusahaan-perusahaan energi Rusia. Karena bagaimanapun juga Rusia berpengalaman dari segi teknologi dan sebagainya. Indonesia sangat berkepentingan dalam hal ini.

Karena seperti halnya Rusia, piranti politik luar negeri yang membuat Rusia kuat dan diperhitungkan adalah kemampuan teknologinya. Dan saya yakin Rusia mau bersedia membantu, meski saya yakin Rusia juga meminta beberapa konsesi. Namum saya yakin tidak akan seserakah Amerika lah. Karena dalam hubungan internasional, tidak mungkin

Page 23: tgs pkn

lepas dari adanya kerjasama timbal-balik. Take and Give.

Di bidang Pendidikan dan Kebudayaan, kerjasama dengan Rusia juga bisa dimaksimalkan kemanfaatanya. Mengapa kita tidak mengirim para pelajar dan mahasiswanya ke Rusia. Jangan kita terlalu terkagum-kagum dengan Yale atau Harvard University di Amerika. Padahal di Rusia ada Patricia Lumumba dan sebagainya. Yang pamornya pun tidak kalah menarik.

Satu hal yang saya perlu tekankan, Rusia ini jago dalam penguasaan Ilmu Murni. Karena itu tak heran meski pernah kolaps, Ilmu Pengetahuan dan Teknologinya tetap Berjaya. Rusia tidak pernah ketinggalan dengan Uni Eropa dan Amerika. Rusia tak pernah ketinggalan dari Boeng atau Airbus. Sehingga mereka bisa memproduksi pesawat-pesawat sipil yang dari segi teknologi tidak kalah canggih.

Indonesia, Rusia dan G-20

Indonesia punya 4 channel untuk mengakses kerjasama dengan Rusia. ARF, East Asia Community, dan APEC. Kita harus bisa meyakinkan Rusia bahwa Indonesia juga pasar potensial bagi Rusia. Indonesia juga bisa menyediakan bahan mentah yang bagus. Buruh yang affordable dan terjangkau. Selain itu kita punya kemitraan strategis dengan Rusia.

Karena itu langkah strategis Indonesia, adalah memperkuat komitmen dalam menerapkan kemitraaan strategisnya baik dengan Cina maupun India. Dalam konteks BRICS, Indonesia sudah saatnya menjalin berbagai peluang kerjasama dengan Afrika Selatan, meski secara kawasan jauh dari wilayah Indonesia. Di Afrika Selatan mereka punya South African Development Cooperation. Kenapa Indonesia tidak masuk ke sana? Padahal Cina, Malaysia, India, sangat agresif menjalin kerjasama dengan Afrika Selatan. Negara-negara tersebut memandang Afrika sebagai Promising Land dari segi kesempatan.

Dalam bidang kelautan, perikanan, pariwsita dan transportasi, layak diperhitungkan. Apalagi ada fakta jumlah turis dan investasi Rusia di Bali, ada gradasi meningkat. Sekadar catatan, meningkatnya investasi Rusia secara agresif di India, ternyata menyumbang peningkatan pertumbuhan ekonomi lokal di India. Karena itu Indonesia seharusnya memaksimalkan kerjasama dengan Rusia di bidang pariwisata.

Tentu saja dalam menjalin kerjasama dengan Rusia, tidak dibuat dengan meniru karakter perjanjian kerjasama Indonesia dan Amerika yang sangat berat sebelah. Harus setaraf dan saling menguntungkan.

Rusia punya beberapa agenda strategis yang perlu diketahui Indonesia sebagai latarbelakang untuk menyusun konsepsi kerjasama strategis dengan Rusia. Yaitu:

1. Mengembalikan Rusia sebagai Negara Superpower. 2. Menjadi Penyeimbang Global.3. Keluar dari Cengkraman Amerika dan Negara-Negara Barat.4. Menjadikan dirinya sebagai Peace Conflict Catalisator

Yang menarik, Rusia sekarang sedang berusaha untuk menciptakan konsepsi perdamaian yang berada di luar skema pemahaman Amerika

Page 24: tgs pkn

dan Uni Eropa. Jadi lebih merujuk pada Scandinavian School. Sehingga negara-negara otonom seperti Rusia dan Cina berusaha menciptakan konsepsi perdamaian tidak sebagaimana dipaksakan oleh Amerika dan Uni Eropa.

Kehadiran Rusia di APEC maupun G-20, karenanya harus dipandang sebagai momentum Rusia untuk menjadikan dirinya sebagai negara adidaya di bidang ekonomi. Karena sewaktu perang dingin, Rusia sebenarnya hanya sekadar Diabled Superpower. Selama 70 tahun Rusia Cuma jadi negara superpower tanpa kekuatan ekonomi dan keuangan.

Prestasi Rusia di bidang ekonomi adalah berhasil melunasi semua hutang-hutangnya kepada IMF hanya dalam waktu kurang dari satu dekade. Pertumbuhan ekonominya juga meningkat secara signifikan. Ini jelas harus jadi inspirasi buat Indonesia. Karena dari segi sumberdaya manusia, kandungan kekayaan sumberdaya alamnya, luas wilayah secara geografis dan jumlah penduduk, Indonesia dan Rusia sebenarnya tidak terlalu jauh perbedaannya.

Jadi kalau Rusia bisa, kenapa Indonesia tidak. Karena itu yang harus jadi inspirasi adalah, membangun formasi dan formulasi kepemimpinan nasional kita. Vladimir Putin itu harus jadi inspirasi bagi Indonesia. Setidaknya Rusia di bawah kepemimpinan Putin, bangsa Rusia sekarang kembali punya martabat dan kebanggaan nasional. Sehingga Rusia memiliki nilai tawar yang cukup tinggi di hadapan negara-negara lain.

Karena itu, Indonesia harus menyadari bahwa forum APEC dan G-20 merupakan manifestasi dari pembuktian kapasitas ekonomi dan perdagangan Rusia. Melalui APEC dan G-20, Rusia bermaksud unjuk kekuatan sekaligus success story bahwa Rusia punya asset menarik dan berharga sebagai dasar untuk tawar-menawar.

Tersirat bahwa Rusia, juga tertarik untuk menjalin kerjasama di Timur Jauh. Hadir di Kawasan Asia Pasifik. Mengimbangi kehadiran Amerika dan Jepang. Hal inilah yang harus dimanfaatkan oleh Indonesia. Karena itu kita harus bisa secara cerdas memanfaatkan negara-negara seperti Rusia untuk kepentingan strategis Indonesia. Kita harus menumpang “ajian” Rusia.

Selain itu para pemangku kebijakan strategis Indonesia juga harus menyadari bahwa forum APEC dan G-20 menjadi ajang interaksi dan upaya untuk melakukan konstruksi mekanisme balance of power. Sehingga sekaligus juga menciptakan ruang baru bagi manajemen kepentingan dan manajemen strategis terkait dengan kepentingan geostrategis yang tadi saya sampaikan.

Yang perlu digarisbawahi, Rusia datang ke Asia Pasifik dan Timur Jauh, bukan untuk membuat konflik baru, melainkan ingin menghiasi konflik itu, semacam membuat interior design, sehingga konflik yang berlangsung selama ini bisa lebih mengarah ke tren yang lebih positif di masa depan.

Page 25: tgs pkn

Dengan demikian, untuk ringkasnya, Indonesia harus memanfaatkan kemitraan strategis dengan Rusia, khususnya dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dalam bidang Ilmu Pengetahuan Teknologi, khususnya di bidang perangkat keras di bidang Industri strategis khususnya milter, ruang angkasa, transportasi, pertambangan dan pertanian.

Dalam bidang peningkatan kapastias SDM, sudah selayaknya mempertimbangkan kerjasama bidang riset dengan Rusia. Maupun peningkatan anggaran beasiswa baik dalam skema Bappenas maupun Pemerintah Rusia.

Pengadaan Alutsista/Alat Utama Sistem Persenjataan dan Perangkat Keras. Sehingga Indonesia harus memperluas jaringan pasarnya ke Afrika, Asia Tengah dan Caucasus. Selama dua hari berlangsungnya diskusi Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer antar Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Federasi Rusia yang dilaksanakan mulai tanggal 22-23 Januari 2013, menunjukkan kemajuan yang sangat berarti di bidang industri pertahanan kedua negara. Demikian dikatakan Sektretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip, M.A saat menutup Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer antara Pemerintah RI-Rusia, Rabu (23/1), di gedung Ditjen Pothan Kemhan, Jakarta. Sebelumnya pada hari yang sama berlangsung penandatanganan Protocol of the 8th Meeting of the Indonesian - Russian Intergovernmental Commission on Military-Technical Cooperation yang diwakili Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip, M.A selaku Ketua Komisi Indonesia dan Deputy Director of Federal Service for Military Technical Cooperation (FSMTC) Mikhail Petukhov selaku Ketua Komisi Rusia. Dalam kesempatan tersebut Sekjen Kemhan mengatakan, diskusi Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer RI-Rusia ini menghasilkan beberapa poin kesepakatan yaitu mengenai implementasi kontrak-kontrak pembelian, beberapa diantaranya telah ditandatangani bersama antara kedua belah pihak. Selain itu juga dicapai beberapa kesepakatan di bidang pemeliharaan termasuk dukungan logistik, pembentukan Pusat Pelayanan Teknis (Technical Service Center) dan rencana kerjasama industri pertahanan serta perpanjangan state credit atau credit loan. Untuk itu, Sekjen berharap hasil-hasil yang dicapai dalam pertemuan ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama industri pertahanan kedua negara khususnya dan hubungan bilateral kedua negara pada umumnya. Disamping itu juga diharapkan hasil pertemuan ini dapat menjadi langkah yang baik dalam mengembangkan kerjasama pertahanan kedua negara di masa yang akan datang dan kedua belah pihak sepakat pada pertemuan berikutnya dalam Sidang ke-9 akan diadakan di Rusia pertengahan tahun 2013 ini. Sementara itu ditempat yang sama, Ketua delegasi Rusia menyatakan bahwa kerjasama ini akan terus meningkat demi kepentingan kedua negara, hal ini dibuktikan dengan kehadiran beberapa perwakilan industri pertahanan Rusia dalam pertemuan ke-8 ini seperti Aviation Holding Company/Sukhoi dan Rosoboronexport.

Uni Soviet mulai menjual senjata kepada Indonesia segera setelah kedua negara menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1950.

Page 26: tgs pkn

Pada tahun-tahun awal itu, personil angkatan laut dan udara Indonesia dikirim untuk belajar ke Uni Soviet. Namun demikian, hubungan ini memburuk pada pertengahan 1960-an karena alasan politik.Kedua pihak berusaha untuk melanjutkan hubungan pada awal 1990-an, tetapi sejumlah faktor membuat mereka tidak dapat membangun kembali hubungan yang dekat hingga tahun 2000-an.Sebagai contoh, telah dilakukan beberapa kali pembicaraan mengenai pengiriman pesawat tempur Rusia Sukhoi Su-30 ke Indonesia sejak 1997, tetapi unit-unit contoh pertama tipe ini baru berhasil dikirimkan tahun 2003.Kehadiran Rusia dan AS di IndonesiaBerlanjut kembalinya hubungan militer Rusia-Indonesia sangat dipengaruhi oleh perpecahan antara Indonesia dan AS.Washington memberlakukan embargo yang berlarut-larut terhadap penjualan senjata ke Jakarta, dengan menuduh Indonesia melakukan pelanggaran HAM di Timor Timur.Larangan penuh penjualan senjata, termasuk suku cadang, berlangsung sejak 1999 hingga 2005.AS kini telah memperbaiki hubungan dengan Indonesia, tetapi Jakarta sudah belajar untuk tidak menaruh semua telurnya dalam satu keranjang saja. Indonesia mendiversifikasi impor senjatanya, membeli baik dari AS maupun Rusia.Pada 2011, AS setuju mengirimkan 24 jet tempur bekas Lockheed Martin F-16 C/D Block 25 ke Indonesia, secara gratis.Pada akhir 2012, kedua negara membuka pembicaraan mengenai pengiriman helikopter utilitas Sikorsky UH-60 Black Hawk dan helikopter serbu Boeing AH-64D Apache.Pendekatan pragmatik ini memungkinkan Jakarta untuk melindungi impornya, sambil menjaga kenetralanannya dalam urusan militer kawasan regional.Penjualan senjata Rusia ke IndonesiaRusia sudah mengirimkan 16 pesawat tempur Sukhoi ke Indonesia sejak 2003; masih ada empat pengiriman lagi yang ditangguhkan.Moskow juga telah menjual kepada Jakarta helikopter Mil Mi-35 dan Mi-17, kendaraan tempur infantri BMP-3F, pengangkut personil berlapis baja BTR-80A, dan senapan serbu AK-102.Sebuah komisi antarpemerintah untuk kerja sama teknis militer dibentuk pada 2005; pada 2007, Moskow memberikan pinjaman sebesar $1 miliar kepada Jakarta guna membeli berbagai peranti keras militer Rusia.Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia telah berkembang hingga ke luar perdagangan senjata.

Page 27: tgs pkn

Pada 2011, angkatan laut Rusia dan Indonesia berlatih tindakan pencegahan bajak laut dalam latihan bersama mereka yang pertama sepanjang sejarah.Rusia dan Indonesia juga melanjutkan kerja sama multilateral dalam format ASEAN. Pada bulan Juli 2004, Rusia dan ASEAN menandatangani sebuah deklarasi tentang tindakan pencegahan bersama melawan terorisme.Pertemuan Menteri-Menteri Pertahanan ASEAN Plus Latihan Kontraterorisme dilakukan di Indonesia pada tanggal 9-13 September.ASEAN dan Rusia pun menyelenggarakan pertemuan tahunan dan sesi-sesi kelompok kerja menyangkut keamanan maritim, bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana, obat-obatan militer, operasi penjagaan kedamaian, dan aksi ranjau kemanusiaan.Potensi kerja samaDalam Indo Defence Expo & Forum yang diadakan di Indonesia pada 2012, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meminta agar Rusia melibatkan diri secara langsung dalam mengembangkan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.Permohonan ini membuka lebih banyak kesempatan untuk bekerja sama. Moskow pun sudah menawari Jakarta bantuan untuk mengembangkan pertahanan udaranya.Sekarang ini, pasukan pertahanan udara Indonesia hanya memiliki sistem misil surface-to-air (SAM) jarak dekat.Viktor Komardin, wakil kepala eksportir senjata milik pemerintah Rusia, Rosoboronexport, berkata Moskow dapat menjual sistem SAM secara satuan kepada Jakarta maupun membantunya membangun jaringan pertahanan udara yang komprehensif.Kata Edy Prasetyono, Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Indonesia: "Kerja sama militer Indonesia-Rusia belum mencapai kemajuan yang signifikan tidak hanya dalam penjualan militer, melainkan juga dalam bidang-bidang kerja sama militer lain seperti praktik, latihan, dan pendidikan militer. Terdapat banyak bidang yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh kedua negara: tindakan antiteror, operasi bantuan bencana, dan pertukaran personil. Kedua kedutaan di masing-masing ibukota perlu berinteraksi lebih intensif untuk menentukan tujuan bersama dan merumuskan kebijakan operasional untuk mencapainya. Indonesia kini memiliki anggaran industri pertahanan yang akan digunakan untuk mengembangkan industri pertahanan melalui kerja sama internasional. Maka dari itu, masih ada ruang bagi Rusia untuk bekerja sama dengan Indonesia terutama dalam mengembangkan platform senjata tertentu. Kedua negara perlu bernegosiasi tentang bidang yang satu ini.

akarta, Pemerintah Rusia mulai menjajaki kerja sama industri pertahanan dengan Indonesia dalam bentuk produksi disertai transfer teknologi, kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov di Jakarta, Selasa.

Usai menyematkan penghargaan "Medal for Strengthening Combat Fraternity", Pemerintah Rusia kepada Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, ia mengatakan, pihaknya tengah menjajaki pembuatan tank dengan PT Pindad dan pemeliharaan menyeluruh sejumlah helikopter Mi-35 dengan PT Dirgantara Indonesia.

Page 28: tgs pkn

"Dengan PT Pindad kami sudah merancang nota kesepakatannya sedangkan dengan PT Dirgantara Indonesia, kami sudah menyelesaikan nota kesepakatannya untuk segera disahkan dua pihak," kata Ivanov menambahkan.

Ia menambahkan, penjajakan juga dilakukan dengan PT PAL untuk sejumlah peralatan dan persenjataan maritim.

Ivanov mengatakan, kerja sama tersebut didasari keyakinan bahwa Indonesia adalah mitra dan sahabat yang baik bagi Negara Federasi Rusia. "Bahkan itu sudah terjalin sejak lama. Rusia adalah negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia kali pertama dan Presiden Soekarno pernah tiga kali melakukan kunjungan ke Rusia," katanya.

Sementara itu Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyambut positif langkah Rusia untuk melakukan kerja sama industri pertahanan dengan Indonesia. "Ini langkah yang bagus, mengingat selama ini Rusia adalah negara yang sangat mandiri dalam industri pertahanan militernya dan tidak pernah menggunakan produk dari luar," katanya.

Menhan Purnomo mengatakan, kedua negara telah sepakat untuk meningkatkan dan memperluas kerja sama pertahanan dan militer. "Tidak saja dalam jual beli persenjataan tetapi juga pendidikan dan latihan bersama, tukar menukar taruna dan perwira," ujarnya.

Bahkan lanjut Purnomo, Rusia juga berniat untuk membangun kerja sama dalam pemberantasan terorisme dan separatisme.

Kerjasama antara Indonesia dan Rusia merupakan angin segar bagi Indonesia , melihat dari beberapa kasus yang telah terjadi ketika Indonesia hendak mempertahakan kedaulatannya, seperti yang pernah terjadi ketika TNI telah selangkah lagi menghancurkan markas GAM militer kita tidak bisa berbuat banyak karena persenjataan kita diembargo oleh Inggris (peswat tempur bronco), Amerika (segala jenis senapa serbu yang kita miliki).Dengan beralih ke Rusia, negara yang jarang melakukan embargo militer, militer indonesia tidak akan kekurangan suku cadang dan peralatan yang dibutuhkan untuk get's the job done. ya hal ini berhasil jika uang yang telah dianggarkan tidak di korupsi oleh elit di senayan dan oknum militer yang tidak bertanggung jawab. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pemerintah Rusia tidak akan memberlakukan embargo atau larangan tertentu dalam kerja sama militer dengan Indonesia.

“Kami tidak akan pernah menerapkan embargo atau prakondisi politis dalam kerja sama teknis militer. Ini jaminan dari pemerintah Rusia,” kata Ivanov kepada Tempo usai menyerahkan medali penghargaan “For Strengthening Combat Fraternity” kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Soeparno di rumah dinas Duta Besar Rusia, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2011.

Menurut Ivanov, Indonesia merupakan negara yang bersahabat dengan perkembangan demokrasinya yang sangat maju. Hubungan Rusia-Indonesia sendiri sudah terjalin sejak tahun 50-an. Dengan begitu pemerintah Rusia beralasan tetap merawat kerja sama tersebut.

Amerika Serikat pernah mengembargo bantuan teknis militer ke Indonesia dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia dan lemahnya pelaksanaan demokrasi. Menurut Ivanov, apa pun alasannya, Rusia tidak akan menerapkan sanksi embargo kepada Indonesia. Setiap negara, ujarnya, termasuk negara-negara Barat, memiliki persoalan dengan isu pelanggaran hak asasi manusia dan demokrasi.

“Ini hal serius. Namun menurut kami tidak ada demokrasi yang tunggal, sistem demokrasi yang disatukan dan dipaksakan oleh satu negara ke negara lain,” kata Ivanov.

Page 29: tgs pkn

Dia mengatakan setiap negara memiliki tradisi, budaya, dan lainnya yang sifatnya spesifik. Dan demokrasi di setiap negara berkembang berdasarkan karakter negara itu terkait dengan sejarah, budaya, dan tradisinya. “Jadi, Rusia sangat menghargai Indonesia sebagai negara bersahabat dan sangat cepat perkembangan demokrasinya.”

Sehubungan dengan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia, Ivanov menekankan tentang kerja sama antara angkatan laut kedua negara. Sebagai negara kepulauan yang terluas di dunia, ujarnya, Indonesia perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Indonesia telah membeli kapal selam tipe BNV dengan tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia. Kapal selam ini antara lain mampu mengejar target dalam posisi di dalam laut ataupun di permukaan laut.

Bentuk kerja sama lainnya, ujar Ivanov, adalah pembentukan pusat pelayanan kapal selam tersebut dan akan dikelola oleh Angkatan Laut Indonesia. “Ini langkah lebih maju dari kerja sama untuk transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia,” kata Ivanov.

Keduanya juga akan melakukan latihan untuk mengatasi kejahatan pembajakan di laut pada Januari tahun depan, tepatnya saat Angkatan Laut Rusia berkunjung ke Surabay

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pemerintah Rusia tidak akan memberlakukan embargo atau larangan tertentu dalam kerja sama militer dengan Indonesia.

“Kami tidak akan pernah menerapkan embargo atau prakondisi politis dalam kerja sama teknis militer. Ini jaminan dari pemerintah Rusia,” kata Ivanov kepada Tempo usai menyerahkan medali penghargaan “For Strengthening Combat Fraternity” kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Soeparno di rumah dinas Duta Besar Rusia, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2011.

Menurut Ivanov, Indonesia merupakan negara yang bersahabat dengan perkembangan demokrasinya yang sangat maju. Hubungan Rusia-Indonesia sendiri sudah terjalin sejak tahun 50-an. Dengan begitu pemerintah Rusia beralasan tetap merawat kerja sama tersebut.

Amerika Serikat pernah mengembargo bantuan teknis militer ke Indonesia dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia dan lemahnya pelaksanaan demokrasi. Menurut Ivanov, apa pun alasannya, Rusia tidak akan menerapkan sanksi embargo kepada Indonesia. Setiap negara, ujarnya, termasuk negara-negara Barat, memiliki persoalan dengan isu pelanggaran hak asasi manusia dan demokrasi.

“Ini hal serius. Namun menurut kami tidak ada demokrasi yang tunggal, sistem demokrasi yang disatukan dan dipaksakan oleh satu negara ke negara lain,” kata Ivanov.

Dia mengatakan setiap negara memiliki tradisi, budaya, dan lainnya yang sifatnya spesifik. Dan demokrasi di setiap negara berkembang berdasarkan karakter negara itu terkait dengan sejarah, budaya, dan tradisinya. “Jadi, Rusia sangat menghargai Indonesia sebagai negara bersahabat dan sangat cepat perkembangan demokrasinya.”

Sehubungan dengan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia, Ivanov menekankan tentang kerja sama antara angkatan laut kedua negara. Sebagai negara kepulauan yang terluas di dunia, ujarnya, Indonesia perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Indonesia telah membeli kapal selam tipe BNV dengan tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia. Kapal selam ini antara lain mampu mengejar target dalam posisi di dalam laut ataupun di permukaan laut.

Page 30: tgs pkn

Bentuk kerja sama lainnya, ujar Ivanov, adalah pembentukan pusat pelayanan kapal selam tersebut dan akan dikelola oleh Angkatan Laut Indonesia. “Ini langkah lebih maju dari kerja sama untuk transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia,” kata Ivanov.

Keduanya juga akan melakukan latihan untuk mengatasi kejahatan pembajakan di laut pada Januari tahun depan, tepatnya saat Angkatan Laut Rusia berkunjung ke Surabay

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pemerintah Rusia tidak akan memberlakukan embargo atau larangan tertentu dalam kerja sama militer dengan Indonesia.

“Kami tidak akan pernah menerapkan embargo atau prakondisi politis dalam kerja sama teknis militer. Ini jaminan dari pemerintah Rusia,” kata Ivanov kepada Tempo usai menyerahkan medali penghargaan “For Strengthening Combat Fraternity” kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Soeparno di rumah dinas Duta Besar Rusia, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2011.

Menurut Ivanov, Indonesia merupakan negara yang bersahabat dengan perkembangan demokrasinya yang sangat maju. Hubungan Rusia-Indonesia sendiri sudah terjalin sejak tahun 50-an. Dengan begitu pemerintah Rusia beralasan tetap merawat kerja sama tersebut.

Amerika Serikat pernah mengembargo bantuan teknis militer ke Indonesia dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia dan lemahnya pelaksanaan demokrasi. Menurut Ivanov, apa pun alasannya, Rusia tidak akan menerapkan sanksi embargo kepada Indonesia. Setiap negara, ujarnya, termasuk negara-negara Barat, memiliki persoalan dengan isu pelanggaran hak asasi manusia dan demokrasi.

“Ini hal serius. Namun menurut kami tidak ada demokrasi yang tunggal, sistem demokrasi yang disatukan dan dipaksakan oleh satu negara ke negara lain,” kata Ivanov.

Dia mengatakan setiap negara memiliki tradisi, budaya, dan lainnya yang sifatnya spesifik. Dan demokrasi di setiap negara berkembang berdasarkan karakter negara itu terkait dengan sejarah, budaya, dan tradisinya. “Jadi, Rusia sangat menghargai Indonesia sebagai negara bersahabat dan sangat cepat perkembangan demokrasinya.”

Sehubungan dengan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia, Ivanov menekankan tentang kerja sama antara angkatan laut kedua negara. Sebagai negara kepulauan yang terluas di dunia, ujarnya, Indonesia perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Indonesia telah membeli kapal selam tipe BNV dengan tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia. Kapal selam ini antara lain mampu mengejar target dalam posisi di dalam laut ataupun di permukaan laut.

Bentuk kerja sama lainnya, ujar Ivanov, adalah pembentukan pusat pelayanan kapal selam tersebut dan akan dikelola oleh Angkatan Laut Indonesia. “Ini langkah lebih maju dari kerja sama untuk transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia,” kata Ivanov.

Keduanya juga akan melakukan latihan untuk mengatasi kejahatan pembajakan di laut pada Januari tahun depan, tepatnya saat Angkatan Laut Rusia berkunjung ke Surabay

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pemerintah Rusia tidak akan memberlakukan embargo atau larangan tertentu dalam kerja sama militer dengan Indonesia.

“Kami tidak akan pernah menerapkan embargo atau prakondisi politis dalam kerja sama teknis militer. Ini jaminan dari pemerintah Rusia,” kata Ivanov kepada Tempo usai

Page 31: tgs pkn

menyerahkan medali penghargaan “For Strengthening Combat Fraternity” kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Soeparno di rumah dinas Duta Besar Rusia, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2011.

Menurut Ivanov, Indonesia merupakan negara yang bersahabat dengan perkembangan demokrasinya yang sangat maju. Hubungan Rusia-Indonesia sendiri sudah terjalin sejak tahun 50-an. Dengan begitu pemerintah Rusia beralasan tetap merawat kerja sama tersebut.

Amerika Serikat pernah mengembargo bantuan teknis militer ke Indonesia dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia dan lemahnya pelaksanaan demokrasi. Menurut Ivanov, apa pun alasannya, Rusia tidak akan menerapkan sanksi embargo kepada Indonesia. Setiap negara, ujarnya, termasuk negara-negara Barat, memiliki persoalan dengan isu pelanggaran hak asasi manusia dan demokrasi.

“Ini hal serius. Namun menurut kami tidak ada demokrasi yang tunggal, sistem demokrasi yang disatukan dan dipaksakan oleh satu negara ke negara lain,” kata Ivanov.

Dia mengatakan setiap negara memiliki tradisi, budaya, dan lainnya yang sifatnya spesifik. Dan demokrasi di setiap negara berkembang berdasarkan karakter negara itu terkait dengan sejarah, budaya, dan tradisinya. “Jadi, Rusia sangat menghargai Indonesia sebagai negara bersahabat dan sangat cepat perkembangan demokrasinya.”

Sehubungan dengan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia, Ivanov menekankan tentang kerja sama antara angkatan laut kedua negara. Sebagai negara kepulauan yang terluas di dunia, ujarnya, Indonesia perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Indonesia telah membeli kapal selam tipe BNV dengan tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia. Kapal selam ini antara lain mampu mengejar target dalam posisi di dalam laut ataupun di permukaan laut.

Bentuk kerja sama lainnya, ujar Ivanov, adalah pembentukan pusat pelayanan kapal selam tersebut dan akan dikelola oleh Angkatan Laut Indonesia. “Ini langkah lebih maju dari kerja sama untuk transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia,” kata Ivanov.

Keduanya juga akan melakukan latihan untuk mengatasi kejahatan pembajakan di laut pada Januari tahun depan, tepatnya saat Angkatan Laut Rusia berkunjung ke Surabay

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pemerintah Rusia tidak akan memberlakukan embargo atau larangan tertentu dalam kerja sama militer dengan Indonesia.

“Kami tidak akan pernah menerapkan embargo atau prakondisi politis dalam kerja sama teknis militer. Ini jaminan dari pemerintah Rusia,” kata Ivanov kepada Tempo usai menyerahkan medali penghargaan “For Strengthening Combat Fraternity” kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Soeparno di rumah dinas Duta Besar Rusia, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2011.

Menurut Ivanov, Indonesia merupakan negara yang bersahabat dengan perkembangan demokrasinya yang sangat maju. Hubungan Rusia-Indonesia sendiri sudah terjalin sejak tahun 50-an. Dengan begitu pemerintah Rusia beralasan tetap merawat kerja sama tersebut.

Amerika Serikat pernah mengembargo bantuan teknis militer ke Indonesia dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia dan lemahnya pelaksanaan demokrasi. Menurut Ivanov, apa pun alasannya, Rusia tidak akan menerapkan sanksi embargo kepada Indonesia. Setiap negara, ujarnya, termasuk negara-negara Barat, memiliki persoalan dengan isu pelanggaran hak asasi manusia dan demokrasi.

Page 32: tgs pkn

“Ini hal serius. Namun menurut kami tidak ada demokrasi yang tunggal, sistem demokrasi yang disatukan dan dipaksakan oleh satu negara ke negara lain,” kata Ivanov.

Dia mengatakan setiap negara memiliki tradisi, budaya, dan lainnya yang sifatnya spesifik. Dan demokrasi di setiap negara berkembang berdasarkan karakter negara itu terkait dengan sejarah, budaya, dan tradisinya. “Jadi, Rusia sangat menghargai Indonesia sebagai negara bersahabat dan sangat cepat perkembangan demokrasinya.”

Sehubungan dengan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia, Ivanov menekankan tentang kerja sama antara angkatan laut kedua negara. Sebagai negara kepulauan yang terluas di dunia, ujarnya, Indonesia perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Indonesia telah membeli kapal selam tipe BNV dengan tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia. Kapal selam ini antara lain mampu mengejar target dalam posisi di dalam laut ataupun di permukaan laut.

Bentuk kerja sama lainnya, ujar Ivanov, adalah pembentukan pusat pelayanan kapal selam tersebut dan akan dikelola oleh Angkatan Laut Indonesia. “Ini langkah lebih maju dari kerja sama untuk transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia,” kata Ivanov.

Keduanya juga akan melakukan latihan untuk mengatasi kejahatan pembajakan di laut pada Januari tahun depan, tepatnya saat Angkatan Laut Rusia berkunjung ke Surabay

Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Alexander A. Ivanov, menyatakan pemerintah Rusia tidak akan memberlakukan embargo atau larangan tertentu dalam kerja sama militer dengan Indonesia.

“Kami tidak akan pernah menerapkan embargo atau prakondisi politis dalam kerja sama teknis militer. Ini jaminan dari pemerintah Rusia,” kata Ivanov kepada Tempo usai menyerahkan medali penghargaan “For Strengthening Combat Fraternity” kepada Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Soeparno di rumah dinas Duta Besar Rusia, Jakarta, Rabu, 21 Desember 2011.

Menurut Ivanov, Indonesia merupakan negara yang bersahabat dengan perkembangan demokrasinya yang sangat maju. Hubungan Rusia-Indonesia sendiri sudah terjalin sejak tahun 50-an. Dengan begitu pemerintah Rusia beralasan tetap merawat kerja sama tersebut.

Amerika Serikat pernah mengembargo bantuan teknis militer ke Indonesia dengan alasan pelanggaran hak asasi manusia dan lemahnya pelaksanaan demokrasi. Menurut Ivanov, apa pun alasannya, Rusia tidak akan menerapkan sanksi embargo kepada Indonesia. Setiap negara, ujarnya, termasuk negara-negara Barat, memiliki persoalan dengan isu pelanggaran hak asasi manusia dan demokrasi.

“Ini hal serius. Namun menurut kami tidak ada demokrasi yang tunggal, sistem demokrasi yang disatukan dan dipaksakan oleh satu negara ke negara lain,” kata Ivanov.

Dia mengatakan setiap negara memiliki tradisi, budaya, dan lainnya yang sifatnya spesifik. Dan demokrasi di setiap negara berkembang berdasarkan karakter negara itu terkait dengan sejarah, budaya, dan tradisinya. “Jadi, Rusia sangat menghargai Indonesia sebagai negara bersahabat dan sangat cepat perkembangan demokrasinya.”

Sehubungan dengan kerja sama militer antara Rusia dan Indonesia, Ivanov menekankan tentang kerja sama antara angkatan laut kedua negara. Sebagai negara kepulauan yang terluas di dunia, ujarnya, Indonesia perlu memiliki angkatan laut yang kuat. Indonesia telah membeli kapal selam tipe BNV dengan tipe terbaru dengan teknologi termodern dari Rusia.

Page 33: tgs pkn

Kapal selam ini antara lain mampu mengejar target dalam posisi di dalam laut ataupun di permukaan laut.

Bentuk kerja sama lainnya, ujar Ivanov, adalah pembentukan pusat pelayanan kapal selam tersebut dan akan dikelola oleh Angkatan Laut Indonesia. “Ini langkah lebih maju dari kerja sama untuk transfer teknologi dari Rusia ke Indonesia,” kata Ivanov.

Keduanya juga akan melakukan latihan untuk mengatasi kejahatan pembajakan di laut pada Januari tahun depan, tepatnya saat Angkatan Laut Rusia berkunjung ke Surabay

Hubungan Indonesia dan Singapura memanas setelah penamaan KRI Usman Harun. Rusia pun siap untuk mmebantu Indonesia jika terjadi perang terbuka antara Indonesia dengan Singapura bahkan para sekutunya.

Demikian disampaikan duta besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Yurievich Gazulin kepada TVRI di kantor kedutaannya di Jakarta seperti dilansir the Global Review pada Rabu (12/2).

Indonesia sendiri memiliki hubungan bilateral yang baik dengan Rusia. Keakraban hubungan kedua negara juga terlihat pada tahun 2013 lalu, ketika Indonesia membeli sejumlah peralatan, di antaranya adalah senjata, pesawat tempur, dan rudal dari Rusia.

Oleh karena itu, jelas Mikhail, ketika beberapa waktu lalu Indonesia mendapatkan kecaman dan protes dari negara tetangga Singapura terkait penamaan KRI Usman-Harun, Rusia terus memantau perkembangannya. Ia bahkan tidak khawatir bila ketegangan hubungan Indonesia-Singapura semakin memburuk dan menyebabkan perang terbuka.

“Hal terburuk jika akhirnya terjadi perang antara Singapura dan Indonesia, Rusia tidak akan khawatir sama sekali, sebab Singapura hanya melihat senjata milik TNI yang dipublikasikan sementara tidak mengetahui senjata TNI yang menjadi bagian rahasia operasi,” kata Michael.

“Tapi Rusia tahu betul kekuatan Indonesia saat ini, Indonesia bukan tandingan Singapura,” lanjutnya.

Michael menyebut bahwa tanpa diminta, Rusia tahu apa yang harus dilakukan untuk membantu Indonesia bila suatu ketika terjadi penyerangan bersama oleh negara-negara sekutu Singapura.

“Jika Indonesia menghadapi sebuah persekutuan maka Rusia adalah sahabat Indonesia yang akan melakukan tugas sebagai sahabat baik yang tidak akan membiarkan sahabatnya diserang dalam sebuah ketidakadilan. Indonesia adalah sahabat kami yang tempatnya lebih tinggi dari sebuah sekutu. Dan tentu kami akan melakukan hal yang lebih dari apa yang kami lakukan terhadap sekutu kami, melindungi dan membantu sahabat adalah ideologi kami,” tegasnya.

Rusia Berkomitmen Pasok Peralatan Militer ke Indonesia Moskow. "Pemerintah Rusia memiliki komitmen kepada Indonesia buat memasok peralatan berat militer dan persenjataan sesuai kesepakatan terbaru kedua negara," kata Jenderal Zelin, dalam wawancara dengan kantor berita Rusia, Ria Novosti, Senin. Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) Rusia, Jenderal Alexander Zelin, yang saat ini melakukan kunjungan di Indonesia mengatakan bahwa pihak Moskow berkomitmen buat memasok peralatan militer ke Indonesia.

Page 34: tgs pkn

Zelin yakin bahwa kedua negara memiliki banyak kesempatan buat memperluas kerjasama militer termasuk latihan bersama, pertukaran delegasi, dan pelatihan pasukan. Menurut dia, Indonesia dan Rusia saling berbagi pandangan bilateral mencakup kerjasama di bidang politik, ekonomi dan militer.

"Kami dari pihak militer, sangat menyambut kerjasama antara Indonesia dan Rusia dibidang teknologi militer, dan kedua negara hendaknya saling membuka diri," katanya.

Ia lebih jauh menjelaskan misi utama kunjungannya ke negara kepulauan tersebut. "Kunjungan saya ke Indonesia ini buat menjalin hubungan pribadi dengan mereka. Ketika orang berjumpa dan membicarakan berbagai hal bersama-sama, semua masalah akan terselesaikan dengan cepat," ujar sang jenderal. Perluasan kerjasama militer di antara kedua negara akan memperkuat kepercayaan dan pemahaman yang menguntungkan serta akan dapat mempromosikan kerjasama yang lebih aktif lagi di berbagai bidang, ujarnya

"Dalam pertemuan dengan petinggi militer Indonesia, kami membicarakan peningkatan kerjasama militer. Suasana yang hangat dalam pembicaraan ini menunjukkan kepentingan bersama dalam kerjasama militer," ujarnya. Zelin menjelaskan, penggunaan jet tempur MiG dalam bentuk monumen pada sejumlah kota di Indonesia. "Sebuah monumen merupakan tanda kehormatan, bukan saja bagi pesawat ini, tapi juga bagi bangsa yang membuat pesawat tersebut," ujarnya.

Di sisi lain, ia menilai, Indonesia merupakan kekuatan besar di kawasan ini dalam hal jumlah penduduk, peran aktifnya di bidang diplomasi, serta pertumbuhan ekonominya. Kepada mitranya di jajaran Angkatan Udara (AU) Indonesia, ia juga memperkenalkan peralatan berat militer dan persenjataan baru Rusia, dan membicarakan pilihan buat mengekspor produk-produk ini.

"Saya merupakan seorang militer yang profesional dan saya sangat berkepentingan atas hal ini, agar saya dapat memberikan penjelasan yang terbaik," katanya. Menyinggung kunjungan bersejarah Presiden Rusia Vladimir Putin ke Indonesia pada September 2006, ia mengatakan, lawatan tersebut memberikan gagasan segar bagi kerjasama antara kedua negara, termasuk kerjasama dalam hal teknik-militer.

Penguatan hubungan bilateral juga ditandai dengan kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Rusia pada akhir tahun 2006. (*)

Rusia Berkomitmen Pasok Peralatan Militer ke Indonesia Copyright Antara News 2007, Penulis Priyambodo RH, Desember 2007.