tgs bingungi

25

Click here to load reader

Transcript of tgs bingungi

Page 1: tgs bingungi

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pulau Ternate dilihat dari aspek pemasaran sangat strategis karena merupakan

pusat pasar dan ekspor dari propinsi Maluku Utara yang telah memiliki sarana dan

prasarana pendukung antara lain: pelabuhan Ahmad Yani, Pelabuhan Perikanan

Nusantara Bastiong, dan pusat pendaratan ikan Dufa-Dufa. Dibukanya Bandara

Baabulah juga menunjang aksesibilitas komoditas perikanan maupun produk lain dari

sentra produksi ke pasaran interinsuler maupun eksport.

Jumlah nelayan di kota Ternate terdiri dari nelayan tetap sebesar 91 % dan

nelayan sambilan sebesar 9 %. Kegiatan nelayan di Kota Ternate ada dua jenis yaitu

kegiatan perikanan rakyat dan kegiatan perikanan industri. Kegiatan perikanan rakyat

lebih mendominasi kegiatan perikanan di Kota Ternate, karena teknologi yang

digunakan masih sangat sederhana. Di Kota Ternate Jumlah rumah tangga (RTP)

sebanyak 2.017 KK dan kelompok nelayan sebanyak 124 .

Dari segi produksi, hasil perikanan Kota Ternate didominasi oleh perikanan

laut. Secara umum produksi perikanan pada tahun 2007 menunjukkan peningkatan

dibandingkan dengan tahun 2006. Produksi perikanan Kota Ternate pada tahun 2006

sebesar 10.912,2 ton, naik menjadi 11.239,56 ton pada tahun 2007 atau naik sekitar 3

persen.

Bila dilihat menurut kecamatan, produksi perikanan terbesar berasal dari

Kecamatan Ternate Utara dan Kecamatan Pulau Ternate yaitu masing–masing

sebesar 43,67% dan 30,92% dari total produksi perikanan di wilayah Kota Ternate.

Perikanan huhate, merupakan kegiatan usaha penangkapan ikan yang populer di

Page 2: tgs bingungi

wilayah ini, manajemen usahanya sebagian besar dilakukan dengan sistem

kekeluargaan, Nakhoda yang biasanya juga pemilik usaha mempekerjakan ABK atau

karyawan yang masih mempunyai hubungan kekerabatan.

Dengan sistim manajemen ini, maka Nakhoda dituntut atau diposisikan harus

memberikan makan kepada ABK atau karyawan setiap hari, sehingga apapun status

kemampuan tangkap yang diperoleh, maka Nakhoda melakukan kegiatan operasional

setiap hari. Kelemahan lain dari manajemen tradisional ini, kegiatan usaha tidak

memiliki catatan sehingga status atau kondisi unit usaha tidak dapat diketahui dengan

tepat dan cepat.

B. Maksud dan tujuan

Pola operasional kapal Huhate yang ”melaut” setiap hari, merupakan usaha

penangkapan ikan yang terbentuk secara alami yang diwariskan oleh generasi

sebelumnya, maka perekayasaan optimalisasi pola operasional kapal huhate dengan

maksud melakukan modifikasi terhadap kegiatan pola melaut setiap hari dengan

tujuan untuk mendapatkan hal-hal sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi dan inventarisasi kondisi obyektif pola operasional kapal

huhate

2. Menganalisa optimalisasi pola operasional dealam p-emanfaatan jumlah hari

operasional setiap tahunnya.

3. Mendisain pola operasional penangkapan ikan secara optimal kapal huhate di

perairan Ternate.

Page 3: tgs bingungi

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keragaan unit penangkapan

Usaha penangkapan ikan laut menggunakan alat tangkap Pool & Line, pada

dasarnya merupakan satu unit usaha yang melibatkan beberapa tenaga kerja ABK

(Anak Buah Kapal) yang terstruktur sesuai dengan keahlian masing-masing yang

jumlahnya bervariasi sesuai dengan

ukuran besarnya kapal.

Secara struktur pekerjaan, peranan nahkoda disamping berfungsi sebagai

kapten sekaligus pengemudi kapal yang juga berperan rangkap sebagai manajer

penangkapan yang secara langsung bertanggung jawab pula terhadap keberhasilan

usaha penangkapan ikan dilaut. Sementara tenaga kerja (ABK) lainnya merupakan

tenaga kerja biasa yang dibagi dalam dua

klasifikasi yaitu :

1. Pertama: adalah tenaga kerja yang memiliki ketrampilan khusus seperti ahli

umpan, ahli pancing, ahli mesin, ahli masak.

2. Kedua, tenaga kerja biasa yang berfungsi sebagai pembantu pemancing, pembersih

palka kapal maupun ikan hasil tangkapan dan kegiatan sejenisnya.

Usaha penangkapan ikan Tuna/Cakalang dengan menggunakan alat tangkap

huhate atau Pool & Line, merupakan usaha penangkapan yang berkarakteristik “One

day fishing”, berangkat sore pulang sore atau berangkat pagi pulang pagi

keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan akan ditentukan oleh beberapa faktor,

antara lain :

1. Jumlah pemancing

Page 4: tgs bingungi

2. Ketersediaan umpan hidup

3. Alat bantu pengumpul ikan.

4. Ketepatan waktu

Operasi penangkapan ikan yang dilaksanakan di KM Cakalang 05 dengan alat

tangkap pancing huhate adalah sebagai berikut:

1. Mencari ikan umpan

Daerah penangkapan ikan umpan pada umumnya berada di dekat pantai yang

teduh / terlindung atau di teluk. Para nakhoda kapal sudah mempunyai langganan

nelayan penangkap ikan umpan hidup, ataulangsung mendatangi nelayan penangkap

ikan umpan yang banyak beroperasi di teluk-teluk. Teluk yang mudah dijangkau oleh

nelayan Ternate adalah Teluk Jailolo jaraknya ± 15 Mil laut atau sekitar 1 jam 30

menit

Kendala yang dihadapi oleh pemancing huhate ini adalah apabila bulan

purnama. Pada saat bulan purnama dan terang bulan yang berlangsung antara 6

sampai 10 hari, ikan teri tidak dapat ditangkap dengan bagan perahu, meskipun sudah

menggunakan lampu sebagai atraktor, sehingga praktis armada kapal huhate ini

apabila tidak mendapatkan ikan umpan maka tidak beroperasi.

2. Daerah Penangkapan Ikan Pancing Huhate

Apabila kapal sudah memperoleh umpan hidup, maka kapal langsung menuju

ke daerah penangkapan (fishing ground). Lokasi penangkapan yang dituju merupakan

salah satu dari beberapa rumpon payaous yang terdapat diwilayah tersebut, dan satu

diantaranya adalah rumpon payaos yang berada pada posisi sekitar 01° 35' 55" LU

dan 126° 31' 27" BT yang terterletak di utara Pulau Mayau.

Page 5: tgs bingungi

Disekitar Pulau Mayau dan Pulau Tifure terdapat beberapa rumpon payaos

yang dimanfaatkan oleh umum. Dari wawancara dengan nakhoda maupun beberapa

awak kapal, tidak diketahui siapa yang menanam dan pemilik rumpon tersebut,

namun para nelayan dapat menangkap dan memanfaatkan ikan yang berada disekitar

rumpon tersebut

3. Rumpon

Keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan dilaut pada dasarnya adalah

bagaimana mengetahui daerah penangkapan ikan (fishing ground), adanya

kelimpahan ikan yang menjadi sasaran tangkap serta keberhasilan dalam proses

penangkapan ikan tersebut. Salah satu cara pemanfaatkan pengetahuan tentang sifat-

sifat biologi dan tingkah laku ikan sebagai dasar metoda penangkapan ikan adalah

penggunaan rumpon payaos sebagai alat bantu penangkapan ikan.

Sebelum adanya rumpon para nelayan huhate dalam melakukan penangkapan

ikan cakalang masih menggunakan cara berburu mencari dan mengejar gerombolan

ikan. Dengan cara ini maka faktor keberuntungan juga menjadi penentu, artinya

dalam mencari dan mengejar gerombolan ikan cakalang belum tentu segera

mendapatkan schooling ikan tersebut, sehingga hal ini akan menyebabkan

pemborosan bahan bakar minyak (BBM) dan waktu tempuh, namun dengan adanya

tehnologi rumpon , maka salah satu kendala pada penangkapan ikan menggunakan

pancing huhate dapat teratasi.

Dengan menggunakan rumpon, maka peluang untuk mendapatkan hasil

tangkapan menjadi lebih besar dan waktu yang diperlukan untuk menuju dan kembali

ke daerah penangkapan ikan (fishing ground) menjadi lebih pasti.

Page 6: tgs bingungi

Rumpon yang terdapat di Maluku Utara adalah rumpon laut dalam type

payaos yang berasal dari Philipina dan sudah di adopsi dan digunakan hampir

disebagian besar wilayah Indonesia Timur. Rumpon yang menjadi tujuan

penangkapan para nelayan Ternate ada beberapa pilihan, tetapi kebanyakan para

nelayan memilih rumpon yang berada di perairan Pulau Mayau dan Pulau Tifure yang

lokasinya terletak di pertengahan antara Pulau Halmahera dan Sulawesi Utara.

Selain nelayan huhate, banyak nelayan dengan alat tangkap lainnya secara

bersamasama memanfaatkan keberadaan rumpon dengan melakukan penangkapan

ikan disekitar rumpon payaous tersebut, seperti nelayan, pancing tonda, pancing ulur

nelayan purse seine dll. Komponen rumpon payaos terdiri dari pontoon atau rakit,

atraktor (gara-gara), tali dan pemberat.

4. Cara Penangkapan

Dalam penangkapan ikan dengan menggunakan pancing huhate terdapat

beberapa langkah-langkah yang perlu dipersiapkan dan dilakukan agar dapat berhasil

dengan baik , sehingga memperoleh hasil tangkapan seperti yang diharapkan.

Langkah langkah yang dilakukan adalah setelah memperoleh ikan umpan

hidup, kemudian kapal segera menuju ke daerah penangkapan, yaitu disekitar Pulau

Batang Dua (P. Mayau dan Tifure). Pada saat menuju daerah penangkapan ini , ABK

mempersiapkan alatalat penangkapan, seperti : memasang pancing dan tali pancing

pada tali joran, menyiapkan ikan umpan hidup pada bak yang telah disiapkan di

geladak, mengalirkan air penyemprot disekeliling pela-pela (haluan/forecastle) dan

apabila persiapan selesai maka para pemancing segera menuju ke haluan dan siap

duduk di pela-pela haluan beserta dengan alat pancingnya masing-masing.

Page 7: tgs bingungi

Pada umumnya masing-masing pemancing membawa sendiri mata

pancingnya, sedangkan pihak kapal hanya menyediakan joran dan tali jorannya.

Sesampai pada pontoon payaous yang dituju, sekitar pukul 06.00 waktu setempat,

kapal perlahan-lahan bergerak menuju ke posisi diatas arus dari pontoon, dan pada

saat yang bersamaan, boy-boy (nelayan yang bertugas sebagai pelempar umpan

hidup) segera melempar beberapa ikan umpan ke depan dan samping kapal untuk

menarik ikan cakalang muncul ke permukaan. Apabila ikan cakalang sudah muncul

dan berada disekitar permukaan, para pemancing segera beraksi melakukan

pemancingan.

Selama ikan cakalang masih bisa dipancing, maka boy-boy akan melakukan

penebaran/ pelemparan umpan hidup secara terus menerus sampai ikan umpan

tersebut habis, namun apabila ikan cakalang yang ada disekitar pontoon tersebut tidak

mau makan ikan umpan yang dilemparkan oleh boy-boy, maka nakhoda kapal segera

pindah lokasi pada pontoon payaous yang lain.

5. Alat Tangkap Pancing Huhate

Alat tangkap yang digunakan dalam kegiatan ini adalah alat tangkap pancing

huhate yang terdapat di kapal yang diikuti

6. Operasional penangkapan ikan

Secara umum ada 3 (tiga) kegiatan utama dalam operasi penangkapan ikan

dengan menggunakan alat Pool & line, yaitu :

a. Tahap persiapan yang ditandai dengan beberapa kegiatan pokok antara lain

pengisian bahan bakar, pengadaan ransum lauk pauk untuk kebutuhan nelayan ABK,

pengisian es sebagai bahan pengawet mutu ikan dan persiapan sarana alat tangkap

Page 8: tgs bingungi

termasuk didalamnya pengisian ikan umpan hidup serta kegiatan persiapan sarana

pendukung lainnya seperti mempersiapkan bahan makanan dan lauk-pauk untuk

kebutuhan konsumsi ABK selama di perjalanan.

b. Tahap proses penangkapan, dalam tahap ini aktivitas yang ada antara lain

menyiapkan sarana pemancingan termasuk ikan umpan sampai dengan proses

pemancingan yang terdiri dari penebaran ikan umpan, memancing, membersihkan

dan memasukkan ikan hasil tangkapan kedalam palka kapal sampai dengan

membersihkan dan merapihkan geladak kapal dan peralatan penangkapan lainnya

(ember, jaring, pancing, dll).

c. Tahap pembongkaran ikan hasil tangkapan dan proses pemasaran. Dalam tahapan

ini aktivitas yang ada didalamnya antara lain membongkar dan mengangkut ikan hasil

tangkapan dari dalam palka kapal ke atas mobil pengangkut serta membersihkan

geladak dan palka kapal.

Operasi penangkapan ikan dengan menggunakan huhate atau pole & line,

membentuk

suatu jaringan antara sub kegiatan satu dengan sub kegiatan yang lain yang masing-

masing diikat dalam satuan waktu secara berurutan.

Terdapat 3 (tiga) waktu terpenting yang perlu diperhatikan dalam operasi

pensangkapan ikan :

a. Waktu awal sebelum ada kapal lain yang mendahului tiba di daerah penangkapan

khususnya pada rumpon yang menjadi target. Apabila terjadi demikian maka pada

rumpon tersebut sudah tidak ada ikan lagi.

Page 9: tgs bingungi

b. Waktu ikan cakalang saat mencari makan atau mangsa yang berdasarkan

pengalaman nelayan terjadi pada jam 6.00 sampai dengan 9.00 pagi dan antara jam

15.00 sampai dengam jam 18.00 sore,

c. Waktu yang diperhitungkan untuk kebutuhan perbekalan, terutama bahan bakar

mengingat jarak antara fishing base, tempat pengambilan umpan dengan fishing

ground (rumpon) cukup jauh.

Berkaitan dengan satuan waktu dalam proses operasional penangkapan ikan,

suatu kapal huhate yang memulai persiapan dari jam 13.00, maka akan dapat

melakukan penangkapan ikan di daerah penangkapan ikan pada esok harinya.

TAHAP PERSIAPAN

1. Isi es + kebutuhan ransum, bersamaan dengan Isi bahan bakar solar 60 menit

2. Perjalanan menuju bagan tempat penangkapan umpan, bersamaan dengan

kegiatan persiapan makan malam, termasuk memasak 120 menit

3. Makan malam (secara bergantian) termasuk di dalamnya membereskan

peralatan dapur, bersaamaan persiapan pengisian umpan dan pengisian air laut

ke palka tempat umpan 45 menit

4. Pengambilan umpan (50 ember, jenis umpan ikan puni dan ikan make),

pengangkutan umpan dari bagan ke palksa dilakukan secara estafet 240 menit

5. Perjalanan menuju rumpon (fishing ground). 360 menit

6. Pencarian dan pendeteksian rumpon 60 menit

TAHAP PROSES PENANGKAPAN IKAN

7. Penangkapan ikan pada rumpon I (kegiatan meliputi mengambil dan

menebar ikan umpan dilakukan oleh 3 tenaga dan memancing ikan 10 orang. 60

Page 10: tgs bingungi

menit

8. Membersihkan ikan, memasukkan ikan ke palka dan membersihkan geladak

kapal. 30 menit

9. Persiapan konsumsi untuk makan pagi dan makan pagi bergiliran 30 menit

10. Membersihkan ikan, memasukkan ikan ke palka dan membersihkan

geladak kapal, bersamaan membersihkan dapur 60 menit

11. Perjalanan pulang, bersamaan dengan pembersihan geladak kapal, palka

umpan dan merapihkan peralatan tangkap, mandi, cuci, dan persiapan makan

siang, makan secara bergilir (istirahat dalam perjalanan, bernavigasi sampai

kapal mendarat. 420 menit

TAHAP PENDARATAN IKAN

12. Kapal merapat di TPI, membongkar dan menurunkan ikan hasil tangkapan.

60 menit

13. Membersihkan palka dan geladak kapal dilanjutkan istirahat. 60 menit

JUMLAH 1.605 menit

Kegiatan-kegiatan diatas berjalan secara rutin dan terpola secara mapan.

Dalam manajemen usaha penangkapan seperti ini petugas didarat diposisikan secara

pasif untuk memenuhi permintaan Nakhoda, saat kapan perbekalan harus disiapkan

dan pada saat mana BBM harus disediakan, saat kapan hasil tangkapan harus

dibongkar, dan lain sebagainya.

Nakhoda mempunyai keleluasaan hak dalam menentukan pola operasional,

apalagi Nakhoda juga sebagai pemilik usaha. Kegiatan usaha penangkapan ikan yang

dilakukan dengan melaut sesering mungkin juga dipengaruhi oleh manajemen

Page 11: tgs bingungi

tradisional seperti ini. Nakhoda dengan mempekerjakan ABK yang biasanya karena

faktor famili dituntut untuk untuk dapat memberikan “makan” harian kepada mereka.

Sehingga terbentuk pola setiap hari harus melaut dengan apapun hasilnya (rugi, impas

atau untung).

Apalagi dalam hal ini Nakhoda dianggap sebagai satu-satunya penentu

keberhasilan dalam penangkapan ikan yang berhubungan dengan ritme biologis ikan

cakalang pada saat mencari mangsa, sehingga proses persiapan diatur sedemikian

rupa agar pada saat sampai di daerah penangkapan ikan, Nakhoda akan

memanfaatkan kesempatan periode pemancingan pagi (jam 6.00 sampai dengan 9.00)

atau sore (jam 15.00 sampai dengam jam 18.00).

Dari hasil analisa kebutuhan waktu untuk 1 (satu) proses operasi penangkapan

ikan yang disebut ”oneday – fishing”, ternyata dalam satuan proses tersebut mulai

dari persiapan sampai dengan pendaratan ikan hasil tangkapan memerlukan waktu

1.605 menit atau 26 jam 45 menit, sehingga dalam usaha penangkapan ikan terjadi

pergeseran operasional, misalnya pada awal operasional memanfaatkan periode pagi

hari, maka berikutnya nelayan akan mempersiapkan untuk operasi penangkapan

periode sore hari.

Kalau diperhatikan lebih teliti, maka dalam pola operasional tersebut terdapat

”inefisiensi”, dimana kegiatan penangkapan yang hanya dilakukan selama 60 menit

ternyata perlu dipersiapan kegiatan lain sebanyak 1.545 menit.

B. Desain manajemen operasional

Beberapa alternatif untuk meningkatkan produksi telah diuraikan diatas,

peluang lain untuk peningkatan produksi memungkinkan pula dilakukan melalui

Page 12: tgs bingungi

modifikasi terhadap kemampuan pelaksanaan kegiatan dalam 1 (satu) hari

operasional, terutama yang berkaitan dengan kapasitas ”oneday – fishing”, yang

memakan waktu selama 1.605 menit atau 26 jam 45 menit.

Perekayasaan pola kegiatan operasional dalam 1 (satu) hari penangkapan

ditujukan untuk optimalisasi upaya penangkapan ikan agar proses penangkapan ikan

yang meliputi tahap persiapan, tahap penangkapan ikan, dan tahap pembongkaran

ikan hasil tangkapan dapat dilakukan dalam waktu maksimal 24 jam dan dapat

memanfaatkan 2 (dua) buah rumpon. Adapun langkah-langkah yang ditempuh,

sebagai berikut :

1. Optimalisasi kegiatan dalam perekayasaan ini adalah merubah perilaku Nakhoda

yang otoriter menjadi sikap kooperatif dengan memposisikan peran manajemen darat

menjadi aktif, antara lain :

a. Menggunakan perangkat komunikasi, sehingga sebelum kapal tiba di Pelabuhan,

Nakhoda akan menginformasikan waktu kedatangan, jumlah ikan yang dibawa, dan

hal-hal yang diperlukan untuk kebutuhan melaut kembali.

b. Petugas manajemen darat akan dengan cepat dan tepat dalam menyediakan :

• perbekalan ransom, es, dan BBM,

• persiapan untuk pembongkaran ikan hasil tangkapan, bila mana diperlukan dapat

dipersiapkan tempat penampungan ikan hasil tangkapan,

• penyediaan alat tangkap ikan yang perlu diganti atau direkondisi,

• penyediaan suku cadang yang dibutuhkan,

• pengurusan perijinan yang diperlukan,

• bila diperlukan dapat disiapkan ABK pengganti.

Page 13: tgs bingungi

2. Penggunaan GPS sebagai alat Bantu navigasi, terutama untuk menentukan posisi

rumpon, sehingga memudahkan penetapan posisi penangkapan dan tidak perlu harus

melalui proses pencarian.

C. Perolehan nilai tambah

Perubahan pola operasional diutamakan masih tetap mempertimbangkan

hubungan kekerabatan, namun semua personalia dituntut untuk bekerja lebih keras,

yaitu memanfaatkan waktu-waktu yang sekiranya dapat digunakan untuk melakukan

kegiatan secara simultan, sehingga dari aspek pemanfaatan waktu dapat dilakukan

lebih efisien.

Penghematan waktu proses usaha penangkapan ikan dari 26 jam menjadi 22

jam ternyata dapat memberikan dampak yang lebih menguntungkan. Disisi lain,

pemanfaatan peralatan GPS dalam bernavigasi terutama dalam menentukan posisi

daerah penangkapan ikan atau rumpon ternyata dapat menghemat waktu, sehingga

waktu untuk proses pencarian rumpon secara manual dapat dimanfaatkan untuk

melakukan penangkapan ikan pada rumpon yang lain. Secara logika, kemampuan

tangkap yang semula dari 1 (satu) rumpon menjadi 2 (dua) rumpon akan

meningkatkan kemampuan tangkap menjadi 2 (dua) kali lebih besar.

perekayasaan sistim menunjukkan adanya hasil nilaitambah, sebagai berikut :

1. Efisiensi waktu yang diperlukan untuk proses kegiatan penangkapan ikan sebesar

15,38%

2. Peningkatan jumlah hari/trip penangkapan ikan sebesar 37,27%

3. Peningkatan kemampuan tangkap sebesar 100%

4. Peningkatan produksi ikan hasil tangkapan sebesar 68,63%

Page 14: tgs bingungi

III. IDENTIFIKASI USAHA

Pada hasil yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan pola

operasional diutamakan masih tetap mempertimbangkan hubungan kekerabatan,

Page 15: tgs bingungi

namun semua personalia dituntut untuk bekerja lebih keras, yaitu memanfaatkan

waktu-waktu yang sekiranya dapat digunakan untuk melakukan kegiatan secara

simultan, sehingga dari aspek pemanfaatan waktu dapat dilakukan lebih efisien,

dengan hasil-hasil sebagai berikut :

1. Efisiensi waktu yang diperlukan untuk proses kegiatan penangkapan ikan sebesar

15,38%

2. Peningkatan jumlah hari/trip penangkapan ikan sebesar 37,27%

3. Peningkatan kemampuan tangkap sebesar 100%

4. Peningkatan produksi ikan hasil tangkapan sebesar 318%

Dari penulis sendiri dapat menyarankan beberapa hal dalam perekayasaan

optimalisasi pola operasional kapal huhate GT 20 dapat dicapai dengan melakukan

perubahan yang semata-mata tidak hanya melaut setiap hari tetapi juga melakukan

perubahan manajemen. Antara lain sebagai berikut :

1. Awak kapal agar melakukan efisiensi dalam pemanfaatan waktu dalam

melaksanakan kegiatan proses penangkapan ikan, sehingga kegiatan yang sekiranya

dapat dilaksanakan secara simultan langsung dikerjakan tanpa harus menunggu.

2. Awak kapal harus mampu menggunakan alat bantu navigasi GPS dalam

bernavigasi pencarian rumpon, sehingga tidak ada waktu terbuang dalam upaya

mencari rumpon

3. Pemilik usaha harus melakukan pencatatan atau pembukuan kegiatan usahanya,

sehingga sewaktu-waktu dapat mengetahui status kegiatan usahanya.

4. Pemilik unit usaha memiliki wawasan yang cukup atas pentingnya pemeliharaan

dan perawatan unit usaha, sehingga kegiatan usaha penangkapan ikan berjalan lancar

Page 16: tgs bingungi