Tetralogy of Falot

23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TETRALOGI OF FALLOT A. PENDAHULUAN Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri. B. DEFINISI Tetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta. Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut: 1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel

description

tof

Transcript of Tetralogy of Falot

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TETRALOGI OF FALLOT

A. PENDAHULUANTetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat adanya pirau kanan ke kiri.

B. DEFINISITetralogi Fallot (TOF) adalah penyakit jantung bawaan tipe sianotik. Kelainan yang terjadi adalah kelainan pertumbuhan dimana terjadi defek atau lubang dari bagian infundibulum septum intraventrikular (sekat antara rongga ventrikel) dengan syarat defek tersebut paling sedikit sama besar dengan lubang aorta. Sebagai konsekuensinya didapatkan adanya empat kelainan anatomi sebagai berikut:1. Defek Septum Ventrikel (VSD) yaitu lubang pada sekat antara kedua rongga ventrikel2. Stenosis pulmonal terjadi karena penyempitan klep pembuluh darah yang keluar dari bilik kanan menuju paru, bagian otot dibawah klep juga menebal dan menimbulkan penyempitan3. Aorta overriding dimana pembuluh darah utama yang keluar dari ventrikel kiri mengangkang sekat bilik, sehingga seolah-olah sebagian aorta keluar dari bilik kanan4. Hipertrofi ventrikel kanan atau penebalan otot di ventrikel kanan karena peningkatan tekanan di ventrikel kanan akibat dari stenosis pulmonalKomponen yang paling penting dalam menentukan derajat beratnya penyakit adalah stenosispulmonal dari sangat ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat.Jadi tetralogi of fallot adalah kombinasi dari obstruksi aliran ke luar dari bilik kanan (stenosis pulmonal), Defek Septum Ventrikel (VSD), aorta overriding, dan hipertrofi ventrikel kanan.

C. ETIOLOGIPada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor faktor tersebut antara lain :1. Faktor endogena. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosomb. Anak yang lahir sebelumnya menderitapenyakit jantung bawaanc. Adanyapenyakit tertentu dalam keluarga sepertidiabetes melitus, hipertensi, penyakit jantungatau kelainan bawaan2. Faktor eksogena. Riwayatkehamilanibu: sebelumnyaikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine, aminopterin, amethopterin, jamu)b. Ibu menderita penyakit infeksi :rubellac. Pajanan terhadap sinar X

Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalahmultifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai.

D. PATHOFISIOLOGITetralogi fallot merupakan kelainan Empat Sekawan yang terdiri dari defek septum ventrikel, overriding aorta, stenosis infundibuler dan hipertrofi ventrikel kanan. Secara anatomis sesungguhnya tetralogi fallot merupakan suatu defek ventrikel subaraortik yang disertai deviasi ke anteriol septum infundibuler (bagian basal dekat dari aorta). Devisiasi ini menyebabkan akar aorta bergeser ke depan (dekstroposisi aorta), sehinnga terjadi overriding aorta terhadap septum interventrikuler, stenosis pada bagian infundibuler ventrikel kanan dan hipoplasia arteri pulmonal. Pada tetralogi fallot, overriding aorta biasanya tidak melebihi 50 %. Apabila overriding aorta melebihi 50 %, hendaknya dipikirkan kemungkinan adanya suatu outlet ganda ventrikel kanan.Deviasi septum infindibuler ke arah anteriol ini sesungguhnya merupakan bagian yang paling esensial pada tetralogi fallot.Itulah sebabnya suatu defek septum ventrikel dan overriding aorta yang disertai stenosis pulmonal valvuler misalnya, tidak bisa disebut sebagai tetralogi fallot apabila tidak terdapat devisiasi septum infundibuler ke anteriol. Kadang-kadang tetralogi fallot disertai pada adanya septum antrium sekunder dan kelompok kelainan ini disebut sebagai tetralogi fallot.Betapapun tekanan dalam ventrilel kanan meninggi karena obstruksi infundibuler, tapi dengan adanya defek septum ventrikel pada tetralogi fallot, daerah didorong ke kiri masuk ke aorta, sehingga tekanan dalam ventrikel kanan, ventrikel kiri dan aorta relative menjadi sama. Itulah sebabnya mungkin mengapa pada tetralogi fallot jarang terjadi gagal jantung kongestif, berbeda dengan stenosis pulmonal yang berat tanpa disertai defek septum ventrikel, gagal jantung kongestif bisa saja melebihi tekanan sistemik.Sianosis merupakan gejala tetralogi fallot yang utama.Berat ringanya sianosis ini tergantung dari severitas stenosis infindibuler yang terjadi pada tetralogi fallot dan arah pirau interventrikuler.Sianosis dapat timbul semenjak lahir dan ini menandakan adanya suatu stenosis pulmonal yang berat atau bahkan atresia pulmonal atau bisa pula sianosois timbul beberapa bulan kemudian pada stenosis pulmonal yang ringan. Sianosis biasanya berkembang perlahan-lahan dengan bertambahnya usia dan ini menandakan adanya peningkatan hipertrofi infindibuler pulmonal yang memperberat obstruksi pada bagian itu. Stenosis infindibuler merupakan beban tekanan berlebih yang kronis bagi ventrkel kanan, sehingga lama-lama ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Disamping itu, dengan meningkatnya usia dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kanan, kolateralisasi aorta pulmonal sering tumbuh luas pada tetralogi fallot, melalui cabang-cabang mediastinal, brokhial, esophageal, subklavika dan anomaly arteri lainya. Kolateralisasi ini disebut MAPCA ( major aorta pulmonary collateral arteries).

E. Manifestasi KlinisTanda dan Gejala Tetralogi of Fallot antara lain :1. MurmurMerupakan suara tambahan yang dapat didengar pada denyut jantung bayi. Pada banyak kasus, suara murmur baru akan terdengar setelah bayi berumur beberapa hari.2. SianosisSatu dari manifestasi-manifestasi tetralogi yang paling nyata, mungkin tidak ditemukan pada waktu lahir. Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan mungkin tidak berat dan bayi tersebut mungkin mempunyai pintasan dari kiri ke kanan yang besar, bahkan mungkin terdapat suatu gagal jantung kongesif.3. DispneuTerjadi bilapenderita melakukan aktifitas fisik. Bayi-bayi dan anak-anak yang mulai belajar bejalan akan bermain aktif untuk waktu singkat kemudian akan duduk atau berbaring. Anak- anak yang lebih besar mungkin mampu berjalan sejauh kurang lebih satu blok, sebelum berhenti untuk beristirahat. Derajat kerusakan yang dialami jantung penderita tercermin oleh intensitas sianosis yang terjadi. Secara khas anak-anak akan mengambil sikap berjongkok untuk meringankan dan menghilangkan dispneu yang terjadi akibat dari aktifitas fisik, biasanya anak tersebut dapat melanjutkan aktifitasnya kembali dalam beberapa menit.4. Serangan-serangan dispneu paroksimal (serangan-serangan anoksia biru)Terutama merupakan masalah selama 2 tahun pertama kehidupan penderita. Bayi tersebut menjadi dispneis dan gelisah, sianosis yang terjadi bertambah hebat, pendertita mulai sulit bernapas. Serangan-serangan demikian paling sering terjadi pada pagi hari.5. Pertumbuhan dan perkembanganYang tidak tumbuh dan berkembang secara tidak normaldapat mengalami keterlambatan pada tetralogi Fallot berat yang tidak diobati. Tinggi badan dan keadaan gizi biasanya berada di bawah rata-rataserta otot-otot dari jaringan subkutan terlihat kendur dan lunak dan masa pubertas juga terlambat.6. Biasanya denyut pembuluh darah normalSeperti halnya tekanan darah arteri dan vena. Hemitoraks kiri depan dapat menonjol ke depan. Jantung biasanya mempunyai ukuran normal dan impuls apeks tampak jelas. Suatugerakan sistolisdapat dirasakan pada 50% kasus sepanjang tepi kiri tulang dada, pada celah parasternal ke-3 dan ke-4.7. Bising sistolikYang ditemukan seringkali terdengar keras dan kasar, bising tersebut dapat menyebar luas, tetapi paling besar intensitasnya pada tepi kiri tulang dada. Bising sistolik terjadi di atas lintasan aliran keluar ventrikel kanan serta cenderung kurang menonjol pada obstruksi berat dan pintasan dari kanan ke kiri. Bunyi jantung ke-2 terdengar tunggal dan ditimbulkan oleh penutupan katup aorta. Bising sistolik tersebut jarang diikuti oleh bising diastolis, bising yang terus menerus ini dapat terdengar pada setiap bagian dada, baik di anterior maupun posterior, bising tersebut dihasilkan oleh pembuluh- pembuluh darah koleteral bronkus yang melebar atau terkadang oleh suatu duktus arteriosus menetap.

F. KOMPLIKASI1. Trombosis serebriBiasanya terjadi dalam vene serebrum atau sinus duralis, dan terkadang dalam arteri serebrum, lebih sering ditemukan pada polisitemia hebat. juga dapat dibangkitkan oleh dehidrasi. trombosis lebih sering ditemukan pada usia di bawah 2 tahun. pada penderita ini paling sering mengalami anemia defisiensi besi dengan kadar hemoglobin dan hematokrit dalam batas-batas normal.2. Asbes otakBiasanya penderita penyakit ini telah mencapai usia di atas 2 tahun. Awitan penyakit sering berlangsung tersembunyi disertai demam berderajat rendah. mungkin ditemukan nyeri tekan setempat pada kranium, dan laju endap darah merah serta hitung jenis leukosit dapat meningkat. dapat terjadi serangan-serangan seperti epilepsi, tanda-tanda neurologis yang terlokalisasi tergantung dari tempat dan ukuran abses tersebut.3. Endokarditis bakterialisTerjadi pada penderita yang tidak mengalami pembedahan, tetapi lebih sering ditemukan pada anak dengan prosedur pembuatan pintasan selama masa bayi.4. Gagal jantung kongestifDapat terjadi pada bayi dengan atresia paru dan aliran darah kolateral yang besar. keadaan ini, hampir tanpa pengecualian, akan mengalami penurunan selama bulan pertama kehidupan dan penderita menjadi sianotis akibat sirkulasi paru yang menurun.5. HipoksiaKeadaan kekurangan oksigen dalam jaringan akibat dari stenosis pulmonal sehingga menyebabkan aliran darah dalam paru menurun.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG1. Pemeriksaan Laboratoriuma. DarahDitemukanadanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65 %.b. BGANilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn dan Ht normal atau rendahmungkin menderita defisiensi besic. Analisa Gas DarahPCV meningkat. PCV lebih besar 65%, dapat menimbulkan kelainan koagulasi : waktu perdarahan memanjang, fragilitas kapiler meningkat, umur trombosit yang abnormal.d. Desaturasi darah arterial.e. Anemia hipokrom mikrositer (karena defisiensi besi).2. Rontgen thorax (radiologi)a. Jantung tidak membesarb. Arkus aorta disebelah kanan (25%)c. Aorta asendens melebard. Konus pulmonalis cekunge. Apeks terangkatf. Vaskularitas paru berkurangg. Jantung berbentuk sepatu3. EKGDefisiasi sumbu QRS ke kanan (RAD) hipertrofi ventrikel kanan (RVH): gelombang P diantara II sering tinggi.4. Ekokardiograma. Overiding aortab. Defect septum ventrikelc. Jalan keluar ventrikel kanan menyempit.d. KateterisasiDiperlukan sebelum tindakan pembedahanuntuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.

H. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan Medisa. Sianosis berat : beri prostaglandin E1 (PGE1) Untuk mempertahankan kepatenan duktus dan meningkatkan aliran darah parub. Sianosi ringan : observasi ketat bayi, jika sianosis memburuk setelah penutupan ductus, bayi ini membutuhkan koreksi bedah selamaperiode neonatalc. Antibiotik : sesuai hasil kultur sensitivitas, kadang digunakan anti biotic propilaksisd. Diuresik : untuk meningkatkan dieresis, mengurangi kelebihan cairan, digunakan dalam pengobatan edema yang berhubungan dengan gagal jantung kongestif.e. Digitalis : meningkatkan kekuatan kontraksi ,isi sekuncup,dan curah jantung serta menurunkan tekanan vena jantung, digunakan untuk mengobati gagal jantung kongesti dan aritmia jantung tertentu ( jarang diberi sebelum koreksi, kecuali jika pirau terlalu besar)f. Besi untuk mengatasi anemiag. Betablocker ( propanolol ) : menurunkan denyut jantung dan kekuatan kontraksi serta iritabilitas myokard , dipakai untuk mencegah dan mengobati serangan hypersianosis.h. Morfin : meningkatkan ambang sakit, mengobati hypersianosis dengan menghambat pusat pernafasan dan reflek batuk.i. NaHCO3, sebuah pengalkali sistemik kuat: untuk mengobati asidosis dengan mengganti ion bicarbonate dan memulihkan kapasitas buffer tubuh.2. Penatalaksanaan Pembedahana. Pembedahan paliatifDengan suatau shunt procedure diharapkan paru akan mendapat darah lebih banyak dan sianosis akan menghilang.Cara :1) Prosedur Blalock Taussig : Anastomosis antara arteri sistemik (A. subklavia, A. karotis) dengan arteri pulmonalis proksimal yang ipsilateral.Arteri subklavia yang berhadapan dengan sisi lengkung aorta diikat, dibelah dan dianastomosiskan ke arteri pulmonal kotralateral. Keuntungan pirau ini adalah membuat pirau yang sangat kecil, yang tumbuh bersama anak, dan mudah mengangkatnya selama perbaikan definitive. Prosedur ini memakai bahan prostetik, umumnya politetrafluoroetilen. Dengan pirau ini , ukurannya dapat lebih dikendalikan, dan lebih mudah pada saat anak masih muda.Konsekuensi hemodinamik dari pirau Blalock-Taussig adalah untuk memungkinkan darah sistemik memasuki sirkulasi pulmonal melalui arteri subklavia, yang meningkatkan aliran darah pulmonal dengan tekanan rendah dan menghindari kongesti paru. Aliran darah ini memungkinkan stabilisasi, meningkatkan status jantung dan paru sampai anak tersebut cukup besar untuk menghadapi pembedahan korektif dengan aman.2) Prosedur Waterson : Anastomosis antara aorta asendens dengan arteri pulmonalis kanan. Indikasi : Tindakan ini dilakukan apabila koreksi total tidak atau belum dimungkinkan (misalnya pada hipoplasia arteri pulmonalis atau pada bayi). dengan prosedur ini diharapkan arteri pulmonalis dapat berkembang.b. Pembedahan kolektif.1) Penutupan defek septum ventrikel2) Reteksi infundibulum3) Valvulotomi untuk stenosis pulmonalI. ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN KEPERAWATAa. Anamnesa1) Riwayat kehamilan :Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen.Faktor Endogena) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosomb) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaanc) Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung atau kelainan bawaanFaktor eksogen : a) Sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obat-obatan tanpa resep dokter, (thalidmide, dextroamphetamine. aminopterin, amethopterin, jamu)b) Ibu menderita penyakit infeksi : Rubellac) Pajanan terhadap sinar X2) Riwayat tumbuhBiasanya anak cendrung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena fatique selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali.3) Riwayat psikososial/ perkembangana) Kemungkinan mengalami masalah perkembanganb) Mekanisme koping anak/ keluargac) Pengalaman hospitalisasi sebelumnya

b. Pemeriksaan fisik1) Akivitas dan istirahatGejala : Malaise, keterbatasan aktivitas/ istirahat karena kondisinya.Tanda : Ataksia, lemas, masalah berjalan, kelemahan umum, keterbatasan dalam rentang gerak.2) SirkulasiGejala : Takikardi, disritmiaTanda : adanya Clubbing finger setelah 6 bulan, sianosis pada membran muksa, gigi sianotik3) EliminasiTanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.4) Makanan/ cairanTanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetekGejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering5) HiegieneTanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.6) NeurosensoriTanda : Kejang, kaku kudukGejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian7) Nyeri/ keamananTanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kakuGejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/mengeluh8) PernafasanTanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerahpulmonal yang semakin melemah dengan bertambahnyaderajat obstruksiGejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam9) Nyeri/ keamananTanda : Sianosis, pusing, kejangGejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum,c. Pemeriksaan penunjang1) Pemeriksaan laboratorium :Peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen yang rendah2) Radiologis :Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada pembesaran jantung, gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga seperti sepatu3) Elektrokardiogram ( EKG) : Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal4) Ekokardiografi : Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru5) Katerisasi jantung : ditemukan adanya defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer6) Gas darah : adanya penurunan saturasi oksigen dan penurunan PaO2

2. DIAGNOSA DAN RENCANA INTERVENSIa. Resiko penurunan cardiac output b/d adanya kelainan structural jantung.Tujuan: penurunan cardiac output tidak terjadi.Kriteria hasil: tanda vital dalam batas yang dapat diterima, bebas gejala gagal jantung, melaporkan penurunan episode dispnea, ikut serta dalam aktifitas yang mengurangi beban kerja jantung, urine output adekuat: 0,5 2 ml/kgBB.

Rencana intervensi dan rasional:

TUJUANINTERVENSIRASIONAL

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan penurunan cardiac output pada klien dapat diatasi, dengan kriteria hasil :1. denyut nadi klien kembali normal, yaitu 90 140 x/mnt2. Klien tidak terlihat pucat.3. Klien tidak terlihat lemah dan mengalami sianosis pada tubuhnya.

1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur setiap 4 jam.2. Catat bunyi jantung.

3. Kaji perubahan warna kulit terhadap sianosis dan pucat.

4. Pantau intake dan output setiap 24 jam.

5. Batasi aktifitas secara adekuat.

6. Berikan kondisi psikologis lingkungan yang tenang.1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi jantung sedini mungkin.2. Mengetahui adanya perubahan irama jantung.3. Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi perifer terhadap tidak adekuatnya curah jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya obstruksi aliran darah pada ventrikel.4. Ginjal berespon untuk menurunkna curah jantung dengan menahan produksi cairan dan natrium.5. Istirahat memadai diperlukan untuk memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan menurunkan komsumsi O2 dan kerja berlebihan.

6. Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yangmeningkatkan TD dan meningkatkan kerja jantung.

b. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.Tujuan: Pasien akan menunjukkan keseimbangan energi yang adekuat.Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti aktifitas sesuai kemampuan, istirahat tidur tercukupi.Rencana intervensi dan rasional:

TUJUANINTERVENSIRASIONAL

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan masalah intoleransi aktivitas dapat teratasi dengan kriteria hasil:1. Pasien dapat melakukan aktivitas sesuai dengan batas kemampuan2. Klien dapat tidur nyenyak pada malam hari3. Klien terlihat lebih segar ketika terbangun

-Pasien dapat

1. Ikuti pola istirahat pasien, hindari pemberian intervensi pada saat istirahat.

2. Lakukan perawatan dengan cepat, hindari pengeluaran energi berlebih dari pasien.3. Bantu pasien memilih kegiatan yang tidak melelahkan.

4. Hindari perubahan suhu lingkungan yang mendadak.

5. Kurangi kecemasan pasien dengan memberi penjelasan yang dibutuhkan pasien dan keluarga.

6. Respon perubahan keadaan psikologis pasien (menangis, murung dll) dengan baik.1. Menghindari gangguan pada istirahat tidur pasien sehingga kebutuhan energi dapat dibatasi untuk aktifitas lain yang lebih penting.2. Meningkatkan kebutuhan istirahat pasien dan menghemat energi pasien.

3. Menghindarkan pasien dari kegiatan yang melelahkan dan meningkatkan beban kerja jantung.4. Perubahan suhu lingkungan yang mendadak merangsang kebutuhan akan oksigen yang meningkat.5. Kecemasan meningkatkan respon psikologis yang merangsang peningkatan kortisol dan meningkatkan suplai O2.6. Stres dan kecemasan berpengaruh terhadap kebutuhan O2 jaringan.

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat, kebutuhan nutrisi jaringan tubuh, isolasi social.Tujuan: Pertumbuhan dan perkembangan dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan usia.Kriteria hasil: Pasien dapat mengikuti tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sesuia dengan usia, pasien terbebas dari isolasi social.:Rencana intervensi dan rasional:

TUJUANINTERVENSIRASIONAL

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan pertumbuhan dan perkembangan klien dapat mengikuti kurva tumbuh kembang sesuai dengan usia

1. Sediakan kebutuhan nutrisi adekuat.

2. Monitor BB/TB, buat catatan khusus sebagai monitor.

3. Kolaborasi intake Fe dalam nutrisi.1. Menunjang kebutuhan nutrisi pada masa pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan daya tahan tubuh2. Sebagai monitor terhadap keadaan pertumbuhan dan keadaan gizi pasien selama dirawat.3. Mencegah terjadinya anemia sedini mungkin sebagi akibat penurunan kardiak output.

d. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat.Tujuan: Infeksi tidak terjadi.Kriteria hasil: Bebas dari tanda tanda infeksi.Rencana intervensi dan rasional:

TUJUANINTERVENSIRASIONAL

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan infeksi pada klien tidak terjadi dengan kriteria hasil :1. Terbebas dari tanda - tanda infeksi2. Menunjukkan hygiene pribadi yang adekuat

1. Kaji tanda vital dan tanda tanda infeksi umum lainnya.2. Hindari kontak dengan sumber infeksi.

3. Sediakan waktu istirahat yang adekuat.

4. Sediakan kebutuhan nutrisi yang adekuat sesuai kebutuhan.

1. Memonitor gejala dan tanda infeksi sedini mungkin.

2. Menghindarkan pasien dari kemungkinan terkena infeksi dari sumber yang dapat dihindari3. Istirahat adekuat membantu meningkatkan keadaan umum pasien.4. Nutrisi adekuat menunjang daya tahan tubuh pasien yang optimal.