Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

21
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PRAK. TEK.FAR.SEDIAAN STERIL Sediaan Tetes Mata Miotik Pilokarpin HCl Disusun oleh: Kelompok E.2.I 1. Meylani Novita (2010210175) 2. Amelia Arianto (2011210011) 3. Anissa Chusnul A (2011210020) 4. Annisa Safitri Nur A (2011210023) 5. Atikah Arifah (2011210034) 6. Christina Giovanni (2011210044)

description

Proposal Praktikum Sediaan Steril Testes Mata Miotik Pilokarpin HCl

Transcript of Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

Page 1: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

LAPORAN RESMI PRAKTIKUMPRAK. TEK.FAR.SEDIAAN STERIL

Sediaan Tetes Mata Miotik Pilokarpin HCl

Disusun oleh:Kelompok E.2.I

1. Meylani Novita (2010210175)2. Amelia Arianto (2011210011)3. Anissa Chusnul A (2011210020)4. Annisa Safitri Nur A (2011210023)5. Atikah Arifah (2011210034)6. Christina Giovanni (2011210044)

FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA 2014

Page 2: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

I. Judul Praktikum

Sediaan tetes mata miotik Pilokarpin HCl

II. Pendahuluan

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi yang digunakan

dengan cara meneteskan pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola

mata. (Farmakope Indonesia edisi III, tahun 1979 hal 10).

Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing. Larutan obat mata

merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa sesuai digunakan pada

mata. (Farmakope Indonesia edisi IV, tahun 1995 hal 12).

Mata merupakan organ yang paling peka dari manusia. Oleh karena itu sediaan obat

mata mensyaratkan kualitas yang lebih tajam. Tetes mata harus efektif dan tersatukan

secara fisiologis (bebas rasa nyeri, tidak merangsang) dan steril.

1. Larutan dalam air

Persyaratan

Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka faktor-faktor berikut hendaknya

diperhatikan:

a. Steril

Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik

dimana penggunaan air yang sempurna serta material wadah dan penutup yang

diproses dulu dengan anti bakterial. Sejauh sterilitas sediaannya diragukan,

sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap), atau menyaring larutan

dengan filter pembebas bakteri. Beberapa Farmakope memungkinkan proses

termokimia sebagai upaya membasmi mikroba.

b. Kejernihan

Persyaratan larutan bebas partikel yang tidak dimaksudkan untuk menghindari

rangsangan akibat bahan padat. Melalui filtrasi dengan menggunakan kertas

saring atau kain wol tidak dapat dihasilkan larutan bebas bahan melayang. Oleh

Page 3: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

karena itu sbagai material penyaring digunakan leburan gelas, misalnya Jenner

Fritten dengan ukuran pori G3-G5.

c. Pengawet

Karena sediaan tetes mata cenderung dosis ganda, maka akan ada kemungkinan

kontaminasi saat penggunaan oleh pasien. Dari sekian banyak bahan pengawet

yang digunakan secara farmasetika yang sering kali digunakan adalah thio mersal

(0,002 %), garam fenil merkuri (0,002 %), garam alkonium dan garam

benzalkonium (0,002 - 0,01 %)dalam klorbutanol (0,5 %) dan benzyl alkohol (0,5

-1 %).

d. Tonisitas

Untuk sediaan tetes mata sebaiknya isotonis (memiliki tekanan osmotic yang

setara dengan tekanan cairan mata atau setara dengan larutan garam

fisiologis/NaCl 0,9%). Mata dapat mentoleransi larutan dengan rentang nilai

tonisitas ekivalen dengan 0,5%-1,6% larutan NaCl tanpa menimbulkan rasa tidak

nyaman.

e. Pendaparan

Pada pemakaian tetes biasa yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan

pH 7,3 – 9,7 daerah pH 5,5 – 11,4 masih dapat diterima. Pengaturan larutan

dalam kondisi isohidri (pH= 7,4) adalah sangat berguna untuk mencapai rasa

bebas nyeri yan sempurna, meskipun hal ini sangat sulit direalisasikan karena zat

aktif memiliki stabilitas pada pH tertentu.

Penyeimbangan pH pada umumnya dilakukan dengan larutan dapar isotonis.

Larutan dapar berikut digunakan secara internasional:

- Dapar natrium asetat – asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah

asam.

- Dapar fosfat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis.

f. Viskositas dan aktivitas permukaan

Page 4: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat ditekan

keluar dari saluran konjungival oleh gerakan pelupuk mata. Oleh karena itu

waktu kontaknya pada mata menurun. Melalui peningkatan viskositas dapat

dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak

yang lebih panjang. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak dan licin

sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh karena itu sediaan ini sering dipakai

pada pengobatan keratokonjungtifis. Sebagai peningkat viskositas digunakan

metil selulosa dan pilivinilpirolidon (PVP).

2. Larutan Dalam Minyak

Larutan dalam minyak dibandingkan dalam air sangat kurang lazim. Larutan dalam

minyak memiliki waktu kontak yang panjang pada kornea, sebab tidak tercuci. Akan

tetapi kerugiannya adalah mampu membentuk lapisan pembawa lipid sehingga

resorpsi obat berlangsung lebih lambat.

3. Suspensi

Pembuatan preparat suspensi dilakukan, jika obat (misalnya kortikosteroid) tidak

larut didalam penyangga yang cocok untuk obat mata atau jika diharapkan suatu

kerja depo. Suspensi baik di dalam air maupun minyak syarat utamanya adalah

ukuran partikel yang sangat dibatasi. Pada dasarnya digunakan serbuk yang telah

dimikronisasi untuk menghindari terjadinya rangsangan mekanis pada mata dan

menjamin kerjanya. Sebagian besar ukuran partikel suspensi pada mata kurang dri

30µm.

4. Wadah dan Penyimpanan

Tetes mata dapat diisikan dalam wadah takaran tunggal atau ganda.

Beberapa bahan obat (zat aktif) yang diberikan sebagai tetes mata antara lain yang

berkhasiat sebagai : Midriatika, Miotika, Antimikroba, Antiinflamasi, Anestetika, dan

sebagainya.

Salah satu yang paling sering digunakan adalah bahan obat yang berkhasiat sebagai

miotika. Miotika adalah zat-zat yang dapat menyebabkan kontraksi pupil mata yang

ditandai dengan terjadinya pengecilan pupil mata. Efek ini dapat digunakan untuk

Page 5: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

beberapa kasus penyakit tertentu, seperti misalnya pada penyakit glaukoma. Glaukoma

adalah suatu penyakit yang ditandai oleh peningkatan tekanan dalam bola mata.

Glaukoma dibagi menjadi 2 tipe yaitu glaukoma sudut terbuka dan sudut sempit.

Pemacu muskarinik dan penghambat kolinesterase dapat mengurangi tekanan dalam

bola mata dengan memperlancar keluarnya cairan yaitu dengan mengecilkan pupil

mata. Agonis langsung yang dapat digunakan untuk penyakit ini adalah pilokarpin,

karbakol, dan metakolin. Demikian pula dengan penghambat kolinesterase seperti

fisostigmin, dan isoflurofat. Pilokarpin sampai kini paling sering digunakan.

Pilokarpin adalah amina tersier langsung bertindak parasympatomimetic yang

memiliki efek asetilkolin muscarinic. Setelah penggunaan obat tetes mata, miosis terjadi

pada sekitar 10 sampai 30 menit dan berlangsung 4 sampai 8 jam sementara

pengurangan puncak tekanan intra okular terjadi dalam 75 menit dan pengurangan

biasanya berlangsung selama 4 sampai 14 jam.

Page 6: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

III. Data Preformulasi

1. Zat Aktif

Nama ZA Sifat fisika dan kimia Khasiat Dosis Ekivalen NaCl

Cara Sterilisasi

Cara Penggunaan

Pilokarpin HCl(Martindale 36th Edition Hal 1889)

Pemerian: Serbuk kristal tidak berwarna, agak transparan, tidak berbau, rasa agak pahit, higroskopis dan dipengaruhi oleh cahaya, bereaksi asam terhadap kertas lakmus.Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, sukar larut dalam kloroform, tidak larut dalam eter.Stabilitas: Pemanasan pada suhu 110oC selama 30 menit tidak mengganggu stabilitas.OTT:dengan klorheksidin asetat dan garamfenilmerkuri, juga dengan alkali, iodin, garam perak dan klorida merkuri.pH:

3.5-5.5

(Martindale 28 th

Miotik 0,5 - 4% sebagai tetes mata. Digunakan hingga 4 kali sehari

0,24 Autoklaf

(Martindale 28th Edition Hal 1044)

Intra ocular (diteteskan

ke mata)Digunakan

hingga 4 kali sehari

Page 7: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

Edition Hal 1045)

2. Zat Aditif

Fungsi Zat Aditif

Nama Zat Sifat fisika dan kimia

Konsentrasi Ekivalen NaCl

Cara sterilisasi

Alasan Pemilihan

Sebagai pengawet

Benzalkonium Klorida

(Handbook of Excipient 6th

hal 56)

Pemerian:Gel kental atau potongan seperti gelatin, putih atau putih kekuningan. Biasanya berbau aromatik lemah.Kelarutan:sangat mudah larut dalam air dan etanolStabilitas:higroskopis dan dapat dipengaruhi oleh cahaya, udara, dan logam. Dalam bentuk larutannya stabil pada rentang pH dan suhu yang sangat luas dan dapat disterilisasi dengan autoklaf tanpa menghilangkan efektifitasnya.pH:4,8-5,5

0,01% autoklaf Karena tidak ada masalah dengan kompatibilitasnya

Page 8: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

optimum pada

pH 4-10

OTT:

aluminium, surfaktan anion, sitrat, hidrogen peroksida, iodida, kaloin, lanolin, sulfonamid, zink sulfat, zink oxide

Sebagai pembawa

Aqua pro injeksi

(Farmakope Indonesia IV

hal 548)

Pemerian:Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa,

- - Pemanasan dalam

otoklaf atau dengan

penyaringan (Farmakope Indonesia III

hal 18)

Karena aqua pro injeksi bersifat inert, dan Pilokarpin HCl bersifat sangat mudah larut dalam air, dapat mempertahankan pH sediaan sehingga stabilitas dari pilokarpin tetap terjaga

Pengisotonis Natrium klorida

(Farmakope Indonesia IV hal 548, Martindale 36th Edition Hal 1889)

Pemerian:Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, rasa asin

Kelarutan:Mudah larut dalam air, sedikit mudah larut dalam gliserin, sukar larut dalam etanol

qs 1,00 autoklaf Untuk mengisotoniskan larutan tetes mata agar tidak membuat mata perih saat digunakan

Page 9: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

OTT:Ag dan garam merkuri

Stabilitas:Larutan NaCl stabil tetapi dapat menyebabkan pemisahan partikel kaca dari wajah gelas yang dipakai

pH:4.5-7.0

IV. Alat dan Bahan

Alat:

1. Oven

2. Beaker glass 50 ml

3. Erlenmeyer 250, 500 ml

4. Gelas ukur 10, 25 ml

5. Corong glass

6. Batang pengaduk

7. Kaca Arloji

8. Pinset

9. Autoklaf

10. Botol tetes mata

11. Spatula

12. Kapas

13. Nampan

14. Kompor

Page 10: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

15. Timbangan analitik

16. Pipet tetes

17. Penjepit besi

Bahan:

1.Pilokarpin HCl

2. Benzalkonium klorida

3. Aqua pro injeksi

4. NaCl

V. Cara Sterilisasi

No Alat yang digunakan Cara Sterilisasi

1 Beaker glass, Erlenmeyer, botol tetes mata, corong glass dan pipet tetes

Oven 150ºC, 1jam (Farmakope Indonesia III hal 18)

2 Kertas saring, gelas ukur Autoklaf 115-116ºC, 30 menit Autoklaf 121ºC, 15 menit

3 Batang pengaduk, spatula, pinset, kaca arloji, penjepit besi,

Direndam dalam etanol selama 30 menit

4 Karet pipet tetes, karet tutup tetes mata

Direbus dalam air suling selama 30 menit

5 Sedian tetes mata Uap air mengalir suhu 98º - 100º C selama 30 menit (dispensasi dengan autoklaf katup terbuka selama 30 menit)

VI. FORMULA

Tiap 10 ml mengandung :

Pilokarpin HCl 1%Benzalkonium klorida 0,01%NaCl 0,648%Aqua pro injeksi ad 10 ml

Page 11: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

VII.Perhitungan dan penimbangan bahan

a. Perhitungan

Volume 1 botol = 10 ml

Dibuat 2 botol = 2 x 10 ml

Total volume = (V x n) + (10-30%) (V x n)= (10 x 2)ml + (20% x 10 x 2)ml= 20 + (20% x 20)= 20 + 4= 24 ml

Pilokarpin HCl = 1% x 24 ml = 0,24 g = 240 mgBenzalkonium klorida = 0,01% x 24 ml = 0,0024 g = 2,4 mg

Pengenceran Benzalkonium kloridaTimbang 10 mg benzalkonium klorida, dilarutkan dalam 5 ml aqua pro injeksi. Lalu diambil:

2,4 mg x 5 ml = 1,2 ml = 24 tetes10 mg

NaClV = (0,24 x 0,24) + (0,16 x 0,0024) x 111,11

= 6,4426 ml% tonisitas = 6,4426 ml x 0,9% = 0,2416% (hipotonis)

24 mlNaCl yang di tambah = 0,9% - 0,2416% = 0,6584%

= 0,6584 g/100mlNaCl yang di tambah = 0,6584 g x 24 ml

100 ml= 0,1580 g = 158 mg

Sisa Aqua pro injeksi = 24 ml – (0,24 + 0,0024 + 0,1580) = 23,5996 ml

b. Penimbangan

1. Pilokarpin HCl = 0,26 g

2. Benzalkonium klorida = 0,0026 g

3. NaCl qs

Page 12: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

4. Aqua pro injeksi ad 10 ml

VIII. Pembuatan (Teknik Uap Air Mengalir)

1. Dicuci alat-alat yang digunakan

2. Dikalibrasi wadah (botol tetes) dengan air sebanyak 10 ml dan beaker glass di

kalibrasi 24 ml.

3. Disterilkan masing-masing alat dengan metode yang sesuai.

4. Dibuat aqua p.i dengan cara: disumbat dengan kapas dan kassa lalu dipanaskan

aquadest diatas kompor sampai mendidih lalu dihitung selama 30 menit,

dinginkan.

5. Di timbang Pilokarin HCl, Benzalkonium klorida, dan NaCl.

6. Di larutkan masing-masing Pilokarin HCl, Benzalkonium klorida, dan NaCl dalam

beaker glass dengan aqua pro injeksi.

7. Dibuat pengenceran Benzalkonium klorida dengan cara: dilarutkan 10mg

benzalkonium klorida dengan aqua pro injeksi hingga 5ml didalam beaker glass.

Diambil sejumlah 2,4 ml.

8. Dicampurkan ketiga larutan dalam beaker glass yang telah di kalibrasi, lalu

ditambahkan aqua pro injeksi ad tanda.

9. Dicek pH larutan (pH=6)

10. Ditambahkan aqua pro injeksi ad garis tanda kalibrasi, lalu saring sebanyak 2 kali.

11. Dimasukkan larutan ke dalam botol tetes mata ad tanda kalibrasi, lakukan uji

keseragaman volume.

12. Disterilisasi akhir dengan metode uap mengalir 98º-100ºC selama 30 menit

(dispensasi autoklaf katup terbuka)

13. Dikemas, dimasukkan dalam kemasan setelah sebelumnya beri etiket dan label.

IX. Evaluasi

In Proses Control

Page 13: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

1. Uji kejernihan (Lachman III hal. 1355-1356)

Uji kejernihan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan visual di bawah penerangan cahaya yang baik, berlatar belakang hitam dan putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.Syarat: semua wafah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10µm dan lebih besar 5 partikel ≥25µm/mlHasil: Jernih

2. Uji keseragaman volume (FI IV hal 1044)

Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10ml atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3ml dan kurang dari 10ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kuramg dari 2,5 cm. keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera ( garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang).Hasil: Seragam

3. Uji pHCek pH larutan menggunakan pH meter atau pH indikator universalHasil: 6

Quality Control

1. Uji sterilitas (FI IV hal 858)

Menggunakan teknik penyaringan membran:Dibersihkan permukaan luar botol, tutup botol dengan bahan dekontaminasi yang sesuai, ambil isi secara aseptik. Pindahkan secara aseptik seluruh isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari 2 rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum/tekanan.Secara aseptik, pindahkan membran dari alat pemegang, potong menjadi setengah bagian (jika hanya menggunakan satu). Celupkan membran atau setengah bagian membran ke dalam 100ml media inkubasi selama tidak kurang dari 7hari. Lakukan penafsiran hasil uji sterilitas.Hasil: Dispensasi

2. Uji kejernihan (Lachman III hal. 1355-1356)

Page 14: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

Uji kejernihan dilakukan dengan melakukan pemeriksaan visual di bawah penerangan cahaya yang baik, berlatar belakang hitam dan putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.Syarat: semua wafah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat dibuang dari infus volume besar, batas 50 partikel 10µm dan lebih besar 5 partikel ≥25µm/mlHasil: Jernih

3. Uji keseragaman volume (FI IV hal 1044)

Pilih satu atau lebih wadah, bila volume 10ml atau lebih, 3 wadah atau lebih bila volume lebih dari 3ml dan kurang dari 10ml, atau 5 wadah atau lebih bila volume 3 ml atau kurang. Ambil isi tiap wadah alat suntik hipodermik kering berukuran tidak lebih dari 3 kali volume yang akan diukur dan dilengkapi dengan jarum suntik nomor 21, panjang tidak kuramg dari 2,5 cm. keluarkan gelembung udara dari dalam jarum dan alat suntik dan pindahkan isi dalam alat suntik, tanpa mengosongkan bagian jarum, kedalam gelas ukur kering volume tertentu yang telah dibakukan sehingga volume yang diukur memenuhi sekurang-kurangnya 40% volume dari kapasitas tertera ( garis-garis penunjuk volume gelas ukur menunjuk volume yang ditampung, bukan yang dituang).Hasil: Seragam

4. Penetapan kadar

Hasil: Dispensasi

Page 15: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

VIII. Daftar Pustaka

1. Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Jakarta:

UI Press

2. Raymon C Rowe. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th. USA:

Pharmaceutical Press

3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia ed III. 1979.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia ed IV. 1995.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan

5. Sean C Sweetman. 2009. Martindale thirty sixth edition. USA: Pharmaceutical Press

6. American Society of Health –System Pharmacists. 2010. Drug Information 2010. USA:

Pharmaceutical Press

7. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1995. Farmakologi

dan Terapi edisi IV. Jakarta.

Page 16: Tetes Mata Miotik (Pilokarpin HCL)(1)

PEMBAGIAN TUGAS ANGGOTA

No. Nama Tugas1 Meylani Novita Shandy2 Amelia Arianto3 Anissa Chusnul4 Anissa Safitri Nur A5 Atikah Arifah6 Christina Giovanni Perhitungan