Tesis - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · proses...
Transcript of Tesis - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789... · proses...
SUMITOMO LIFE INSURANCE DAN TEKNIK UNDERWRITING
SYARIAH: STUDI KASUS PADA PT. BNI LIFE INSURANCE PERIODE
2012-2016
Tesis
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Master Ekonomi (M.E)
Program Studi Magister Perbankan Syariah
Oleh:
Brian Aderinanda Bahri
NIM: 21140850100029
PROGRAM STUDI MAGISTER PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
SUMITOMO LIFE INSURANCE DAN TEKNIK UNDERWRITING
SYARIAH: STUDI KASUS PADA PT. BNI LIFE INSURANCE PERIODE
2012-2016
Diajukan Oleh:
Brian Aderinanda Bahri
NIM: 21140850100029
Disetujui Oleh:
Pembimbing 1
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN TESIS
Hari ini, 10 Juli 2017 telah dilakukan Ujian Tesis atas mahasiswa:
1. Nama : Brian Aderinanda Bahri
2. NIM : 21140850100029
3. Jurusan : Magister Perbankan Syariah
4. Judul Tesis : SUMITOMO LIFE INSURANCE DAN TEKNIK UNDERWRITING
SYARIAH: STUDI KASUS PADA PT. BNI LIFE INSURANCE PERIODE 2012-2016
Setelah mencermati, memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama
proses ujian tesis, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan
tesis ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Master Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Juli 2017
1. Dr. Herni Ali HT, S.E.,MM
NIDN:0422125902
2. Ade Suherlan, SE, MM., MBA
NIP: 19800525 200912 1 001
3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
NIP: 19690203 200112 1 003
4. Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA
NIP: 19720711 200501 1 007
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya pribadi saya dan tidak terdapat karya yang pernah
diajukan oleh orang lain pada perguruan tinggi lain, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip
dalam tesis ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Jakarta, 11 November 2017
Brian Aderinanda Bahri
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang telah memberikan
rahmat, kasih dan sayangnya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia agung Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, serta keluarga, sahabat dan para penerus perjuangan
dinul Islam.
Dengan segala daya dan upaya penulis curahkan untuk menyelesaikan tesis ini
dengan sebaik mungkin. Tesis ini pun tak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk
membantu penulis dalam menyelesaikannya. Berikut penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak berikut:
1) Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
UIN Syarif Hidayatullah.
2) Bapak Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., BKP dan Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,
MH selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah.
3) Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., MA selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis dan Dosen Pembimbing.
4) Bapak Dr. Herni Ali HT, SE., MM dan Bapak Ade Suherlan, SE, MM., MBA
selaku Ketua dan Sekertaris Prodi Magister Perbankan Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, UIN Syarif Hidayatullah.
5) Bapak Prof. Ahmad Rodoni selaku Ketua Prodi Doktor Perbankan Syariah.
6) PT. BNI Life Insurance beserta karyawan, leader, manager dan head of,
khususnya tim Underwriting Individu Konvensional dan Syariah.
7) Drs. Zainul Bahri Yusuf, ayah tercinta yang selalu mendukung penulis dalam
setiap kesempatan dalam penyelesaian tesis ini.
8) Adriani Azhar Bsc, ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan yang tak
henti-hentinya kepada penulis.
ii
9) Brenda Aderinanda Bahri dan Bernika Aderinanda Bahri, adik-adik tercinta yang
selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
10) Calon pasangan seumur hidupku, Risa Anindita Kartini,SH, yang selalu sabar
mendukung penulis.
11) Teman-teman Asuransi Syariah angkatan 2010 khususnya Kevin dan
Hilmansyah dan kawan-kawan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
12) Teman-teman Magister Perbankan Syariah angkatan II (2015), Bang Erwin, Fitri
Saganta,, Kak Rini, Kak Ratih, Kak Sri, Donovan, Syauzi, Jannah dan Alfian.
13) Ahmad Hidayat, Dwi Andika Irawan, Coco Luthfi, dan Angga Patiar yang selalu
memberikan support kepada penulis.
Akhirnya penulis mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak atas tesis
ini karena penulis sadar bahwa tesis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna, agar dapat lebih baik lagi dalam karya-karya berikutnya.
Tangsel, 15 September 2017
Brian Aderinanda Bahri
iii
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan Ujian Tesis
Pernyataan Penulis
Kata Pengantar …… ........................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Daftar Tabel ....................................................................................................... v
Daftar Gambar .................................................................................................... vii
Abstrak …………………………………………………………………………. viii
BAB I: Pendahuluan
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 8
C. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………… 10
D. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 11
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 11
F. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 12
BAB II: Tinjauan Pustaka
A. Diskursus Asuransi .......................................................................... 15
B. Teknik Underwriting Jiwa Individu Konvensional ......................... 26
C. Teknik Underwriting Jiwa Individu Syariah ................................... 39
D. Etika Bisnis Profesi Asuransi Jiwa .................................................. 46
E. Tantangan Underwriting Asuransi Jiwa .......................................... 48
F. Tantangan Asuransi Jiwa di Indonesia ……………………………. 51
G. Kerangka Pemikiran ………………………………………………. 54
iv
BAB III: Metode Penelitian dan Profil Perusahaan
A. Metodologi Penelitian ...................................................................... 55
B. PT. BNI Life Insurance .................................................................... 64
C. Sumitomo Life Insurance ................................................................. 66
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Dinamika Sumitomo Life Insurance Dengan Jumlah Nasabah ....... 68
B. Dinamika Sumitomo Life Insurance Dengan Premi ......................... 75
C. Dinamika Sumitomo Life Insurance Dengan Klaim ........................ 81
D. Dinamika Sumitomo Life Insurance Dengan Teknik Underwriting... 88
BAB V: Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan ..................................................................................... 110
B. Implikasi .......................................................................................... 110
Daftar Pustaka ................................................................................................... 112
Lampiran ………………………………………………………………………. 118
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Penelitian-Penelitian Terdahulu ……………………………………...… 13
Tabel 2.1 Underwriting Medical Table ………………………………………...… 31
Tabel 2.2 Insurance Life Authority and Retention …………………………….… 32
Tabel 2.3 Sum Insured …………………………………………………………… 33
Tabel 2.4 Financial Document Requirement …………………………………….. 34
Tabel 2.5 Tabel Underwriting Jiwa Individu Syariah …………………………… 44
Tabel 2.6 Tabel Otoritas Underwriting Jiwa Individu Syariah …………………… 45
Tabel 4.1 Jumlah Nasabah Unit Konvensional …………………………………… 70
Tabel 4.2 Jumlah Nasabah Unit Syariah ………..………………………………… 71
Tabel 4.3 Jumlah Nasabah Unit Konvensional ………………………….……….. 72
Tabel 4.4 Jumlah Nasabah Unit Syariah ……..……………………….…………... 72
Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Nasabah Unit Konvensional…………………... 73
Tabel 4.6 Perkembangan Jumlah Nasabah Unit Unit Syariah …………………..... 74
Tabel 4.7 Premi Unit Konvensional ……..…………………………………............ 76
Tabel 4.8 Premi Unit Syariah ………..…..…………………………………............ 76
Tabel 4.9 Premi Unit Konvensional ……..…………………………………............ 77
Tabel 4.10 Premi Unit Syariah ………..…..………………………………............ 78
Tabel 4.11 Pertumbuhan Premi Unit Konvensional ……………………………..... 79
Tabel 4.12 Pertumbuhan Premi Unit Syariah …………….……………………..... 80
vi
Tabel 4.13 Klaim Unit Konvensional ………..…..………………….................... 81
Tabel 4.14 Klaim Unit Syariah ………..…..…………………................................ 82
Tabel 4.15 Klaim Unit Konvensional ………..…..………………….................... 84
Tabel 4.16 Klaim Unit Syariah ………..…..…………………................................ 85
Tabel 4.17 Perkembangan Klaim Unit Konvensional ………..………………....... 86
Tabel 4.18 Perkembangan Klaim Unit Syariah ………..………………………...... 87
Tabel 4.19 Seleksi Risiko Underwriting Individu Konvensional ………….......... 101
Tabel 4.20 Seleksi Risiko Underwriting Individu Syariah ………...…….............. 105
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Market Share Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional ………… 46
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran …………………………………………..……… 54
viii
ABSTRAK
Teknik underwriting memiliki pengaruh yang besar pada penggolongan tingkat risiko
terhadap permohonan asuransi jiwa yang diajukan nasabah. Baik atau tidaknya nasabah yang
dimiliki perusahaan asuransi jiwa tergantung bagaimana teknik underwriting yang
digunakan. Sehingga berpengaruh pada kemajuan perusahaan asuransi jiwa. Penelitian ini
bertujuan menganalisa dinamika kehadiran Sumitomo Life Insurance dengan teknik
underwriting asuransi jiwa individu konvensional dan syariah, pertumbuhan jumlah nasabah,
pendapatan premi dan perkembangan klaim pada PT. BNI Life Insurance.
Untuk menganalisa penelitian ini penulis menggunakan metode analisa deskriptif,
dengan studi kasus pada PT. BNI Life Insurance. Sumber data yang diperoleh melalui
laporan unit underwriting dan klaim PT. BNI Life Insurance periode 2012-2016. Penelitian
ini mendukung penelitian sebelumnya yaitu Jianguo Chen dan Nont Dhiensiri (pengaruh
investor asing terhadap manajemen risiko) serta Adiek Chandra Thoriq (peranan
underwriting dalam perusahaan asuransi jiwa). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
dinamika kehadiran Sumito Life Insurance dirasakan positif bagi unit konvensional
dibandingkan unit syariah.
Kata kunci: Sumitomo Life Insurance, PT. BNI Life Insurance, Teknik Underwriting, Jumlah
Nasabah, Premi dan Klaim.
ix
ABSTRACT
Underwriting technique has a great influence on the classification of risk level
against the life insurance application proposed by the customer. Whether or not a customer
owned by a life insurance company depends on the underwriting techniques used. . For the
advancement of life insurance companies. This study is suitable to analyze the dynamics see
Sumitomo Life Insurance with conventional and syariah life insurance underwriting
techniques, the growth of the number of customers, premium income and the development of
claims at PT. BNI Life Insurance.
To analyze this research the writer use descriptive analysis method, with case study
at PT. BNI Life Insurance. Sources of data obtained through unit underwriting reports and
PT claims. BNI Life Insurance period 2012-2016. This study supports the previous research
of Jianguo Chen and Nont Dhiensiri (the influence of foreign investors on risk management)
and Adiek Chandra Thoriq (the role of underwriting in life insurance companies). The results
of this study showed that the dynamics of Sumito Life Insurance presence felt positive for
conventional units compared to sharia units.
Keywords: Sumitomo Life Insurance, PT. BNI Life Insurance, Underwriting Technique,
Number of Customers, Premiums and Claims.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1996 lahirlah perusahaan asuransi yang dinamakan PT.
BNI Life Insurance, yang sebelumnya bernama atau bergabung dengan Jiwa
Sraya. Sebagai anak perusahaan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk,
kepemilikan saham PT. BNI Life Insurance dimiliki sepenuhnya oleh PT.
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pada tahun 2014, perusahaan no 4
terbaik di Jepang, Sumitomo memiliki ketertarikan berinvestasi di Indonesia
dan memilih PT. BNI Life Insurance sebagai rekan bisnis mereka, dengan
kepemilikan saham 40%, dan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
memiliki saham 60% (Ilyas, 2016). Ketertarikan perusahaan asal Jepang
ataupun lainnya bukanlah hal baru, sebelumnya perusahaan asal Prancis
sudah bekerjasama dengan Bank Mandiri dengan label AXA Mandiri.
Perusahaan asal Jepang lainnya yakni Nippon Life bekerjasama dengan
Sequis Life Insurance dan Sequis Financial (sebelumnya adalah Met Life
Insurance). Adapula perusahaan asuransi yang berdiri sendiri tanpa melalui
join venture dengan perusahaan Indonesia, yaitu TMLI atau Tokyo Marine
Life Insurance. (Lubis,2016)
Sumitomo merupakan perusahaan asuransi asal Jepang yang memiliki
pertumbuhan dan kinerja yang cukup pesat. Berdiri kurang lebih selama 109
tahun membuat Sumitomo memiliki pengalaman yang sangat baik dibidang
asuransi jiwa dan kesehatan. Menurut laporan keuangan yang dimiliki
2
Sumitomo, jumlah tenaga pemasar yang dimiliki sebesar 31.244 orang.
Jumlah premi tahunan yang tercatat pada tahun 2016 sebesar $ 22.9 Milyar,
kemudian jumlah premi baru (new business) sebesar $ 1.5 Milyar. Core
business profit sebesar $ 2.8 Milyar dengan total asset sebesar $ 282.1
Milyar. Nilai saham yang dimiliki atau tertanam pada Sumitomo adalah
sebesar $ 22.2 Milyar dengan rasio solvabilitas sebesar 798,6%. (Annual
Report 2016)
Renat I, Bekkin dan Martin M Boyer dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa sebuah perusahaan asuransi dapat mencapai tujuan
yang diinginkan oleh manajemen jika perusahaan memiliki sumber daya yang
memahami sistem yang diterapkan dan mengetahui tujuan yang ingin dicapai.
(Saharuddin, 2014) Dalam hal ini jelas sebuah perusahaan asuransi memiliki
tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari premi yang dibayarkan oleh
nasabah.
Underwriting harus berada dalam perspektif yang ideal dalam
melakukan seleksi risiko, adil kepada calon nasabah maupun perusahaan.
Pada perusahaan asuransi, apabila terdapat klaim dari nasabah maka selain
membutuhkan analisa dari bagian klaim, seorang underwriter turut serta
didalamnya. Artinya seorang underwriter bertanggung jawab pada setiap
analisis risiko yang dilakukan. (Abdullah,2006)
Underwriting menurut pengertian asuransi jiwa proses penaksiran dan
klasifikasi mortalitas atau morbiditas calon tertanggung untuk menetapkan
3
pengajuan asuransi calon peserta akan diterima atau ditolak. Mortalitas
merupakan jumlah kejadian meninggal diantara sekelompok orang tertentu,
sedangkan morbiditas merupakan jumlah kejadian penyakit diantara
sekelompok orang tertentu. Pada asuransi syariah prinsip underwriting sama
dengan asuransi konvensional. Namun dalam asuransi syariah, untuk
menyeleksi risiko secara implisit tergabung dua elemen penting yaitu,
seleksi dan pengklasifikasian. Penekanan utama pada underwriting syariah
bersifat wasathon (tengah-tengah) yaitu penekanan pada rasa keadilan bagi
nasabah dan perusahaan. (Abdullah, 2006)
Underwriting menjadi bagian dalam perusahaan asuransi yang menilai
besarnya risiko yang akan ditanggung oleh sebuah perusahaan asuransi.
Tidak hanya memberikan keputusan untuk penerimaan suatu risiko,
perusahaan asuransi berkewajiban memberikan masukan kepada underwriting
agar dapat melakukan manajemen risiko dengan baik, konsep ini terdiri atas
tiga risiko. Risiko yang pertama adalah risiko atas premi yang berhubungan
dengan klaim masa depan yang timbul selama dan setelah penilaian risiko
yang dipertanggungkan. Risiko yang kedua adalah risiko cadangan yang
bersumber dari dua hal yakni risiko kesalahan atas perkiraan secara teknis
atas ketentuan risiko yang dipertanggungkan dan risiko atas variasi
pergerakan nilai klaim pembayaran masa depan. Risiko yang ketiga adalah
risiko yang berasal dari peristiwa- peristiwa di luar ketentuan mengenai
modal berbasis risiko. (Afrianto, 2013)
4
Perusahaan asuransi syariah maupun konvensional harus pintar-pintar
dalam melakukan seleksi risiko terhadap nasabah. Seleksi risiko ini
sebenarnya bisa dilakukan oleh agent atau tenaga pemasar (field
underwriter), karena agent atau tenaga pemasar merupakan orang pertama
yang bertemu langsung dengan nasabah sehingga dapat dilihat secara fisik
atau kasat mata bagaimanakah sesungguhnya kondisi kesehatan nasabah.
(Afrianto, 2013)
Disamping tenaga pemasar atau agent, pemeran utama dalam seleksi
risiko adalah underwriting. Seseorang yang melakukan underwriting biasa
disebut dengan underwriter. Mereka-lah yang menjadi penentu suatu
pengajuan asuransi dari calon nasabah sehingga memiliki peranan yang
sangat penting dan vital dalam perusahaan asuransi jiwa. Underwriter
melakukan seleksi risiko berdasarkan berkas Surat Pengajuan Asuransi Jiwa
(SPAJ) yang diisi oleh nasabah. Jika underwriting lalai dalam melakukan
seleksi risiko, akan berdampak buruk pada klaim yang tinggi atau sebaliknya
jika terlalu ketat dalam melakukan seleksi risiko maka semakin sedikit
nasabah yang pengajuan asuransinya diterima sehingga dapat berdampak
pada tidak tercapainya target perusahaan. (Budi, 2013)
Dengan masuknya Sumitomo dan menjadi bagian dari BNI Life
Insurance, maka menambah 2 jajaran baru pada direksi BNI Life Insurance
yaitu, Direksi Manajemen Risiko dan Direksi Bancaassurance yang
keduanya dijabat oleh pihak Sumitomo. sehingga secara langsung Sumitomo
memiliki peran yang besar pada manajemen risiko dan termasuk didalamnya
5
underwriting. Sebagai langkah awal, Sumitomo melakukan perubahan dan
review Buku Panduan Perusahaan (BPP) semua unit pada BNI Life Insurance
termasuk unit underwriting. (BPP, 2014)
Tahun 2015 merupakan tahun yang sulit bagi industri pasar modal
Indonesia, akibat krisis ekonomi global, Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) tercatat mengalami koreksi 12,13%, tentu saja ini sangat berpengaruh
pada kinerja unit link berbasis saham. Namun, dampak negatif itu tidak
berpengaruh terhadap kinerja BNI Life Insurance. Total nilai Asset Under
Management tahun 2015 mayoritas komposisi berada pada unit link berbasis
saham sekitar 61%, unit link pendapatan tetap 37% dan unit link campuran
1,6%. (Lubis, 2016)
Secara total BNI Life Insurance mencatat pertumbuhan premi asuransi
124% pada akhir 2015 setara dengan nilai Rp 3,2 triliun. Bahkan pada kuartal
pertama tahun 2017 BNI Life Insurance berhasil mencatat pendapatan Rp 907
Miliar atau tumbuh 20% dibanding periode yang sama tahun lalu. Industri
asuransi menghadapi tantangan tidak mudah pada tahun 2015. Namun, BNI
Life Insurance dapat menjaga kinerja sehingga asuransi jiwa bisa tumbuh
di atas angka nasional. Pertama kali dalam sejarah 20 tahun sejak berdiri,
BNI Life Insurance berhasil masuk top 10 asuransi jiwa. (Lubis, 2016)
Ada tiga strategi yang dijalankan BNI Life Insurance dalam
mendorong kinerja yang baik pada tahun 2015 dan kuartal pertama tahun
2016. Pertama, meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga pemasar dan
6
produk-produk BNI Life Insurance yang dipasarkan melalui empat saluran
distribusi yaitu bancassurance, employee benefits (asuransi kumpulan),
agency dan sharia. Tahun 2015 BNI Life memiliki 2.000 agent berlisensi,
hingga akhir tahun 2016 meningkat menjadi 2800 agent. (Lubis, 2016)
Selain fokus pada tenaga pemasar yang berkualitas dan bukan saja
besar dalam jumlah, kunci kedua strategi BNI Life Insurance adalah
melahirkan produk-produk asuransi baru maupun produk yang diperbarui,
sehingga memberikan manfaat maksimal pada nasabah. Sejak tahun lalu BNI
Life Insurance membangun divisi khusus pengembangan bisnis yang
tujuannya melihat potensi pengembangan bisnis dan produk yang tepat bagi
nasabah saat ini. Tahun 2016 BNI Life Insurance terus fokus pada produk
andalan yang potensial, salah satunya produk Hy End Pro melalui jalur
distribusi bancassurance merupakan produk asuransi yang memberikan
gabungan manfaat endowment (manfaat meninggal dunia dan manfaat hidup)
serta nilai tunai. (Banirestu, 2016)
Produk Hy End Pro memiliki keunggulan memberikan return pasti
dalam 5-10 tahun ke depan. Tahun 2016, produk baru yang dikembangkan
BNI Life Insurance yaitu Spectra Double Power yang dijual melalui
distribusi agency, kedua produk ini menggunakan variabel Hy End Fund. Di
samping itu, perusahaan terus menjaga pengelolaan dana yang prudent dan
selektif dalam pengelolaan investasi dengan hanya memilih investasi rating
triple A atau double A dan obligasi pemerintah. (Banirestu, 2016)
7
Strategi ketiga adalah terus menyempurnakan layanan, tahun 2015
BNI Life Insurance berhasil meluncurkan layanan klaim asuransi 27 menit.
Dengan strategi tersebut, BNI Life Insurance bisa meraih pertumbuhan premi
100% dibanding tahun 2014. Bila kinerja seperti yang dipaparkan
sebelumnya dapat terus ditingkatkan, bukan hal yang tidak mungkin jika pada
tahun 2019 BNI Life Insurance bisa masuk dalam top 5 perusahaan asuransi
jiwa dengan new business premium (bukan total premi) sesuai yang
diharapkannya bersama dengan Sumitomo. (Banirestu, 2016)
Inilah yang mendasari peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
terkait dengan pengaruh Sumitomo terhadap teknik underwriting PT. BNI
Life Insurance. Apakah dengan adanya Sumitomo Life, teknik underwriting
PT. BNI Life Insurance dalam melakukan seleksi risiko akan semakin
longgar ataupun ketat. Business consideration atau pertimbangan bisnis inilah
yang menjadi masalah bagi underwriting. Apabila seorang underwriter terlalu
ketat dalam melakukan seleksi risiko, maka semakin kecil pula nasabah yang
masuk dan berdampak pada tidak berjalannya bisnis. Berlaku juga
sebaliknya, bila seleksi risiko yang dilakukan terlalu longgar maka semakin
besar pula nasabah yang masuk dan bisnis dapat berjalan dengan baik. Hal ini
dapat menjadi dua sisi mata pisau yang berbeda, pada satu sisi dengan
banyaknya nasabah yang masuk bisnis dapat berjalan dengan lancar, tetapi
pada sisi lainnya karena longgarnya seleksi risiko menyebabkan klaim dapat
melonjak tinggi dan mengurangi pendapatan atau profitabilitas perusahaan.
8
Kinerja perusahaan asuransi tidak akan terlepas dari adanya
manajemen risiko yang baik, salah satunya adalah kinerja underwriting.
Underwriting disebut juga seleksi risiko yaitu proses penaksiran dan
penggolongan tingkat risiko yang ada pada seorang calon tertanggung.
Berdasarkan tingkat risiko tersebut suatu permohonan asuransi dapat ditolak
atau diterima. Terlaksana atau tidaknya suatu akad kontrak oleh perusahaan
amat tergantung pada proses underwriting yang mengidentifikasi kelayakan
calon tertanggung. Memahami sebuah konsep underwriting dengan baik
merupakan hal yang amat esensial untuk dapat melakukan identifikasi risiko
secara baik, tepat dan akurat, mengingat tanggung jawab utama dari
underwriter dalam seleksi risiko adalah memastikan bahwa tidak ada
risiko yang bisa menimbulkan masalah besar yang memberatkan bagi
perusahaan di kemudian hari, sehingga proses seleksi risiko yang dilakukan
oleh underwriter berkorelasi dengan tujuan perusahaan yaitu mendapatkan
laba yang besar. (Huggins, Land dan Robert 1996)
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas penulis sangat
tertarik untuk menulis tesis dengan judul “Sumitomo Life Insurance dan
Teknik Underwriting Syariah: Studi Kasus Pada PT. BNI Life Insurance
Periode 2012 - 2016”
B. Rumusan Masalah
Sebagai analisator yang berada didepan, underwriting harus
berhadapan dengan target pencapaian perusahaan, salah satunya adalah
pertumbuhan premi. Dengan masuknya Sumitomo target pertumbuhan premi
9
akan semakin tinggi, karena pertumbuhan premi merupakan salah satu alat
ukur tingkat kemajuan sebuah perusahaan asuransi. Pencapaian target
tersebut berdampak pada pemangkasan tahapan seleksi risiko underwriting.
Selain pertumbuhan premi, perkembangan atau pertumbuhan jumlah
nasabah juga menjadi alat ukur kemajuan perusahaan asuransi, terutama
nasabah dengan produk asuransi yang pembayaran preminya secara berkala,
sehingga berdampak pada penerimaan premi yang pasti pada tiap bulan,
triwulan, semesteran hingga tahunan. Bergabungnya Sumitomo berdampak
pada target premi yang tinggi, tetapi tidak dibarengi dengan jumlah nasabah
yang membeli produk secara berkala atau pembayaran bulanan, triwilan,
semesteran dan tahunan. Hal tersebut disebabkan pada besarnya penjualan
produk Hy End Pro dan Spectra Double Power dengan pembayaran premi
sekaligus atau hanya satu kali oleh nasabah.
Alat ukur yang terakhir adalah klaim pada BNI Life Insurance.
Tingkat kesuksesan seleksi risiko yang dilakukan underwriter yaitu tingkat
pengajuan klaim. Semakin rendah tingkat pengajuan klaim pada suatu
perusahaan asuransi, maka semakin sukses pula seleksi risiko yang dilakukan
oleh underwriter. Berlaku pula sebaliknya, jika semakin tinggi pengajuan
klaim yang terjadi pada suatu asuransi maka semakin rendah pula kualitas
underwriter pada suatu perusahaan asuransi. Bergabungnya Sumitomo
berakibat pada pemangkasan teknik underwriting, sehingga berdampak
kepada pengajuan klaim yang dibayarkan dan ditolak menjadi tinggi.
10
Dengan masuknya Sumitomo mengakibatkan target perusahaan yang
semakin tinggi, dengan alat ukur pencapaian premi, jumlah nasabah dan
pengajuan klaim. Tetapi cara yang dipakai adalah dengan melakukan
pemangkasan teknik underwriting pada BNI Life Insurance.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis membatasi
masalah yang akan dikaji sebagai berikut:
1. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh Sumitomo terhadap
teknik underwriting asuransi jiwa individu konvensional dan
syariah, jumlah nasabah, premi dan klaim pada PT. BNI Life
Insurance.
2. Objek penelitian ini difokuskan pada asuransi jiwa individu
konvensional dan syariah pada PT. BNI Life Insurance.
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder.
• Data primer, bersumber dari Buku Panduan Perusahaan
Penerbitan Polis, Buku Pedoman Teknik Underwriting,
Annual Report unit underwriting dan klaim.
• Data sekunder, bersumber dari buku- buku, koran, majalah,
website, penelitian terdahulu dan wawancara dengan unit
underwriting dan klaim.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, pembahasan yang akan
dilakukan dirumuskan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:
11
1. Bagaimana dinamika kehadiran Sumitomo Life dengan teknik
underwriting asuransi jiwa individu konvensional pada PT. BNI
Life Insurance periode 2012-2016?
2. Bagaimana dinamika kehadiran Sumitomo Life dengan teknik
underwriting asuransi jiwa individu syariah pada PT. BNI Life
Insurance periode 2012-2016?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, tujuan penelitian ini sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh Sumitomo terhadap teknik
underwriting asuransi jiwa individu konvensional pada PT. BNI
Life Insurance periode 2012-2016.
2. Untuk menganalisis pengaruh Sumitomo terhadap teknik
underwriting asuransi jiwa individu syariah pada PT. BNI Life
Insurance periode 2012-2016.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, manfaat dari penelitian ini antara
lain:
1) Bagi penulis, penelitian ini menambah wawasan penulis tentang
pengaruh adanya penanaman modal asing terhadap perusahaan
dalam negeri khususnya pada PT. BNI Life Insurance.
2) Menambah khasanah pengetahuan dan referensi teknik
underwriting sebagai bahan kajian lebih lanjut, khususnya bagi
12
mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3) Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
informasi agar lebih berpartisipasi secara aktif dalam
perkembangan asuransi,khususnya asuransi syariah.
F. Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa
terdapatnya pemangkasan pengelolaan risiko oleh perusahaan asing, serta
peran penting underwriting didalam perusahaan asuransi jiwa diantaranya:
Penelitian Rubayah Yakob, Zulkornain Yusop dan Noriszura Ismail
(2010), Risk Management Efficiency of Conventional Life Insurers an Takaful
Operators. Pada penelitian ini terdapat tingkat efisiensi secara signifikan oleh
investor asing melalui pemangkasan pengelolaan seleksi risiko pada asuransi
jiwa konvensional dan syariah.
Penelitian Jianguo Chen and Nont Dhiensiri (2009), Determinants of
Dividend Policy: The Evidence from New Zealand. Pada penelitian ini
terdapat pengaruh yang besar terhadap pengelolaan risiko perusahaan di New
Zealand oleh investor asing atau luar negeri.
Penelitian Nimas Murnani (2016), Analisis Pengaruh Hasil
Underwriting Terhadap Tingkat Solvabilitas Perusahaan Asuransi Jiwa
Syariah Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus
Pada Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia Tahun 2012-2014). Pada penelitian
13
ini terdapat pengaruh yang signifikan oleh underwriting terhadap tingkat
profitabilitas, jumlah nasabah dan premi asuransi syariah di Indonesia.
Penelitian Miftahul Ulum (2010), Prosedur Underwriting Produk
Asuransi Kesehatan Kumpulan Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga. Pada
penelitian ini terdapat pengaruh yang besar oleh underwriting terhadap
jumlah klaim yang diajukan nasabah kepada PT. Asuransi Takaful Keluarga.
Penelitian Adiek Chandra Thoriq (2004), Peranan Underwriting Pada
Perusahaan Asuransi Jiwa (Studi pada PT. Bringin Life Syariah). Pada
penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan terhadap peranan
underwriting pada proses seleksi risiko Bringin Life Syariah.
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil dan Kesimpulan
Rubayah
Yakob,
Zulkornain
Yusop dan
Noriszura
Ismail (2010)
Risk Management Efficiency
of Conventional Life Insurers
an Takaful Operators
Analisis data
envelopment
(DEA)
Pada penelitian ini
terdapat tingkat efisiensi
secara signifikan oleh
investor asing melalui
pemangkasan pengelolaan
seleksi risiko pada
asuransi jiwa
konvensional dan syariah.
Jianguo Chen
and Nont
Dhiensiri
(2009)
Determinants of Dividend
Policy: The Evidence from
New Zealand
OLS regression Pada penelitian ini
terdapat pengaruh yang
besar terhadap
pengelolaan risiko
perusahaan di New
Zealand oleh investor
asing atau luar negeri.
14
Nimas
Murnani
(2016)
Analisis Pengaruh Hasil
Underwriting Terhadap
Tingkat Solvabilitas
Perusahaan Asuransi Jiwa
Syariah Dengan Profitabilitas
Sebagai Variabel Intervening
(Studi Kasus Pada Asosiasi
Asuransi Syariah Indonesia
Tahun 2012-2014)
OLS regression Pada penelitian ini
terdapat pengaruh yang
signifikan oleh
underwriting terhadap
tingkat profitabilitas,
jumlah nasabah dan premi
asuransi syariah di
Indonesia.
Miftahul
Ulum (2010)
Prosedur Underwritng Produk
Asuransi Kesehatan
Kumpulan Pada PT. Asuransi
Takaful Keluarga
Analisis
Deskriptif
Pada penelitian ini
terdapat pengaruh yang
besar oleh underwriting
terhadap jumlah klaim
yang diajukan nasabah
kepada PT. Asuransi
Takaful Keluarga.
Adiek
Chandra
Thoriq (2004)
Peranan Underwriting Pada
Perusahaan Asuransi Jiwa
(Studi pada PT. Bringin Life
Syariah)
Analisi Deskriptif Pada penelitian ini
terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap
peranan underwriting pada
proses seleksi risiko
Bringin Life Syariah
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diskursus Asuransi
Landasan syariat Islam yang menjadi rujukan dalam manajemen risiko
(underwriting) dapat dilihat dalam Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
dalam kandungan surat Yusuf ayat 43-49 yang artinya adalah sebagai berikut:
Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): "Sesungguhnya
aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan
oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang
hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering." Hai orang-orang yang terkemuka:
"Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat
mena’birkan mimpi." (43) Mereka menjawab: "(Itu) adalah mimpi-mimpi
yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu mena’birkan mimpi itu."
(44) Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat
(kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: "Aku akan memberitakan
kepadamu tentang (orang yang pandai) mena’birkan mimpi itu, maka utuslah
aku (kepadanya)." (45) (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia
berseru): "Yusuf, hai orang yang amat dipercaya, terangkanlah kepada kami
tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh
ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan
(tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar
mereka mengetahuinya." (46) Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh
tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah
16
kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. (47) Kemudian
sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa
yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari
(bibit gandum) yang kamu simpan. (48) Kemudian setelah itu akan datang
tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan di masa itu
mereka memeras anggur." (49). (Haddad, 2014)
Ayat diatas menggambarkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala
mengajarkan kepada kita untuk selalu mempersiapkan diri menghadapi
kemungkinan-kemungkinan yang dapat membahayakan diri kita baik secara
fisik maupun materi. Pesan yang dapat ditangkap adalah agar hidup dijalani
dengan penuh rencana dan strategi mengahdapi hal-hal buruk yang timbul di
masa yang akan datang.
Dalam Hadits Riwayat at-Turmudzi yang artinya, “Diriwayatkan dari
anas bin Malik, ra, bertanya seseorang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam tentang (untanya): Apa unta saya ini, saya ikat saja atau langsung
saya bertawakal pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala?, Bersabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Pertama ikatlah unta itu, kemudian
bertawakalah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (HR. at-Turmudzi dan
dihasankan Al-Albani dalam Shohih Jami Ush Shogir) Ini memberikan
makna bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan tuntunan
kepada manusia agar selalu bersikap waspada terhadap kerugian atau
musibah yang akan terjadi, bukannya langsung menyerahkan segalanya
kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Hadits diatas mengandung nilai implisit
17
agar kita selalu menghindari dari risiko yang membawa kerugian pada diri
kita, baik itu berbentuk kerugian materi maupun kerugian yang berkaitan
dengan diri manusia (jiwa). (Haddad, 2014)
Dalam menentukan hukum asuransi terjadi perbedaan pendapat
beberapa para ulama. Perbedaan tersebut adalah mengenali halal dan
haramnya asuransi syariah saat ini. Ulama yang berpendapat bahwa asuransi
syariah haram adalah Yusuf al-Qardlawi dan Isa ‘Abduh. Menurut mereka,
bahwa pada asuransi yang ada pada sekarang ini terdapat unsur-unsur yang
diharamkan seperti judi. Pendapat ini diperkuat dengan menggunakan dalil
aqli dan dalil naqli. Secara eksplisit, hukum mengenai asuransi tidak tertuang
dalam al-Qur’an ataupun as-Sunnah. Namun, didalam seorang mukmin
dituntut didalam melakukan sebuah transaksi (perjanjian) tidak mengandung
sesuatu yang secara garis besar telah diharamkan di nash maupun hadits.
Selanjutnya, menurut ulama yang berpegang pada pendapat ini menemukan
bahwa asuransi sama dengan judi, karena tertanggung akan mengharapkan
sejumlah harta tertentu seperti halnya dalam judi. Oleh karena itu, dengan
alasan inilah asuransi dilarang. Seperti yang terdapat dalam surat Al-Maidah
ayat 90: ”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan” (Mukhtamar Nadhatul Ulama, 2004)
Asuransi mengandung ketidakjelasan dan ketidakpastian
(jahalat dan ghoror), karena si tertanggung diwajibkan membayar sejumlah
18
premi yang telah ditentukan, sedangkan berapa jumlah yang dibayarkan tidak
jelas, lebih dari itu belum ada kepastian apakah jumlah tertentu itu akan
diberikan kepada tertanggung atau tidak. Hal ini sangat tergantung pada
kejadian yang telah ditentukan. Mungkin ia akan seluruhnya, tapi mungkin
juga tidak memperoleh sama sekali. Asuransi mengandung unsur riba, karena
mungkin ahli waris akan memperoleh sejumlah uang yang jumlahnya lebih
besar dari pada premi yang dibayarnya. Sedangkan dalam islam riba telah
nyata dilarang sebagaimana dinyatakan dalam al-qur’an surat Al-Baqoroh
275: “orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
(tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,
lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah
penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(Antonio, 2004)
Selanjutnya para ulama dan pemikir islam yang menganut pandangan
yang mengharamkan asuransi diantaranya adalah Muhammad Amin Bin
Umar, atau biasa dikenal dengan nama Syeikh Ibnu Abidin, adalah salah satu
fuqaha islam dari mazhab Hanafi. Dalam bukunya yang terkenal Hasyihah
Ibnu Abidin ia menyatakan bahwa “tidak diizinkan bagi para pedagang untuk
19
mengambil uang pengganti dari barang-barang dagangannya yang telah
musnah karena praktik tersebut dianggap sesuatu yang tidak lazim ataupun
wajib”. Sementara itu ulama lain yang lebih keras mengharamkan asuransi
adalah Syeikh Muhammad Al Ghazali, dikatakan oleh beliau bahwa konsep
asuransi dikatakan haram karena beberapa alasan, diantaranya adalah sebagai
berikut: (Nurul Huda, 2010)
1) Di akhir masa asuransi, dana asuransi akan di kembalikan beserta
bunganya
2) Adanya penggantian akan kerugian kepada pihak yang terjamin tidak
dapat diterima dengan syarat islam, karena perjanjian asuransi
bukanlah kerja sama dimana terdapat keuntungan dan kerugian.
3) Perusahaan asuransi tidak pernah bebas dari bungan ataupun
kegiatan ribas lainnya.
4) Hanya sebagian kecil yang mengikuti asuransi yang akan merasakan
asuransi tersebut. Praktik ini juga mirip dengan perjudian.
Selain itu juga ada pandangan yang ketiga, yang setuju pengharaman
asuransi adalah Hisan yang menyatakan bahwa dalam akad asuransi terdapat
perjanjian muawadhah maliyah yang sangat rentan mengandung gharar,
dimana dalam perjanjian terseut terdapat pergantian uang dalam jumlah besar
dengan status gharar yang juga besar. Meskipun begitu diantara para ulama
yang mengharamkan tentang asuransi ini pandangannya dapat dibagi menjadi
dua, yaitu yang memang mengharamkan asuransi, serta pandangan yang
20
melarang konsep asuransi konvensional saja. Para ulama besar yang
berpandangan pada konsep yang ketiga tersebut diantaranya:
1) Qardhawi, ulama besar Al Azhar, Kairo. Beliau berpendapat bahwa
berbagai praktik yang ada dalam asuransi konvensional pada
dasarnya bertentangan dengan islam.
2) Yafie, salah seorang mantan Rais Am NU yang juga mantan Ketua
MUI. Dalam pandangan beliau dikatakan bahwa asuransi merupakan
satu produk barat yang tidak semuanya sesuai dengan islam,
sementara asuransi dalam bentuk perusahaan tidak sesuai dengan
islam.
3) Para ulama dalam muktamar ekonomi islam yang diselenggarakan
di Mekkah pada 1976 menyatakan bahwa konsep asuransi
konvensional pada dasarnya adalah haram dikarenakan mengandung
prinsip gharar dan riba. Karena itulah perlu adanya pengaturan
secara tersendiri dalam dunia asuransi agar dapat terwujud konsep
asuransi yang sesuai dengan islam. Pandangan ini lalu dianut oleh
DSN MUI dimana akhirnya DSN MUI membuat fatwa yang
berkaitan dengan pedoman umum asuransi islam di Indonesia.
Pendapat ulama yang memandang asuransi syariah halal diantaranya
adalah Musthofa Ahmad Zarqo dan Muhammad Al-Bahi. Pendapat ini dapat
dijelaskan pada uraian berikut ini : (Antonio, 2010)
1) Bahwa asuransi tidak terdapat nash al-Qur’an atau hadits yang
melarang asuransi. Oleh karena itu, selama perbuatan tersebut tidak
21
digariskan kehalalan dan keharaman yang ada di kedua sumber
tersebut, sah untuk dilakukan.
2) Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua
belah pihak.
3) Asuransi saling menguntungkan kedua belah pihak. Artinya seorang
klien dan perusahaan asuransi mendapatkan laba dari transaksi
tersebut. Seorang klien mendapatkan ganti rugi barangnya yang
hilang misalnya, sedangkan perusahaan tersebut juga mendapatkan
laba dari usahanya.
4) Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi-premi yang
terkumpul dapat diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan.
Dengan alasan kemaslahatan maka asuransi dapat meringgankan
beban orang lain, dapat membantu golongan orang yang lemah. Oleh
karena itu, hukum asuransi menjadi mubah (boleh).
5) Asuransi termasuk akad mudharobat antara pemegang polis dengan
perusahaan asuransi.
6) Asuransi termasuk syirkat ta’awuniyat usaha bersama yang
didasarkan pada prinsip tolong menolong.
Selanjutnya yang memiliki pendapat yang sama bahwa asuransi
diperbolehkan adalah Nurul Huda dan Mohamad Heykal dalam bukunya
yang berjudul Lembaga Keuangan Islam, menggunakan landasan hukum
sebagai berikut: (Amir Syarifudin, 2001)
22
1. Al-Qur’an
Dalam Al Quran memang tidak pernah dijelaskan secara utuh tentang
praktik asuransi islam dan tidak ada satu ayat yang menjelaskan
tetntang ta’mim dan takaful. Akan tetapi dalam Al Quran terdapat
ayat yang memuat tentang nilai nilai asuransi islam.
a) Perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk mempersiapkan
hari depan pada QS. Al-Hasyr ayat 18 dan Yusuf ayat 47-49.
b) Perintah untuk saling tolong menolong dan bekerja sama pada
QS. Al-Maidah ayat 2 dan Al-Baqarah ayat 185.
c) Perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk melindungi dalam
keadaan sulit pada QS. Al- Quraisy ayat 4 dan Al-Baqarah 126
d) Perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk bertawakal dan
optimis dalam berusaha pada QS. Taghabun ayat 11 dan
Lukman Ayat 34.
2. Sunnah Nabi
a) Hadits tentang aqilah Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a
(dalam kitab Fath Al-Bari, HR. Bukhari). Hadist tersebut
menjelaskan tentang praktik aqilah yang telah menjadi tradisi
di masyarakat arab. Aqilah dalam hadis diatas memaknai
dengan ashabah (kerabat dari orang tua laki-laki) yang
mempunyai kewajiban menanggung denda atau diyat jika ada
salah satu anggota suku yang lain. Penanggungan bersama
oleh aqilah-nya merupakan suatu kegiatan yang mempunyai
23
unsur seperti yang berlaku pada bisnis asuransi. Kemiripan ini
didasarkan atas adanya prinsip saling menanggung (takaful)
antar anggota suku.
b) Hadis tentang anjuran menghilangkan kesulitan seseorang.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a.(HR. Muslim)
c) Hadis tentang anjuran meninggalkan ahli waris yang kaya.
Diriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin abi Waqasy.(HR.
Bukhari)
d) Hadis tentang mengurus anak yatim (kifl-al-yatim).
Diriwayatkan dari Sabal bin Saad r.a.(HR. Bukhari)
e) Hadis tentang menghindari resiko. Diriwayatkan dari Anas bin
Malik r.a.(HR. At-Tarmidzi)
3. Ijtihad
a) Fatwa sahabat, praktik sahabat berkenaan dengan pembayaran
hukuman (ganti rugi) pernah dilaksanakan oleh khalifah kedua,
Uman Bin Khatab mereka berkata orang-orang yang mana
tercantum dalam diwan tersebut berhak menerima bantuan dari
satu sama lain dan harus menyumbang untuk pembayaran
hukuman (ganti rugi) atas pembunuhan (tidak sengaja) yang
dilakukan oleh salah seorang anggota masyarakat mereka"
Umarlah orang yang pertama kali mengeluarkan perintah
untuk menyiapkan daftar secara profesional perwilayah, dan
orang-orang yang terdaftar diwajibkan saling menanggung
24
beban.(Fatwa dan Ijtihad Umar bin Khaththab, M Abdul Aziz
al-Halawi)
b) Ijma', para sahabat telah melakukan ittifaq (kesepakatan)
dalam hal aqilah yang dilakukan oleh khalifah Umar bin
Khatab. Adanya Ijma' atau kesepakatan ini tampak dengan
tidak ada sahabat lainnya yang menentang pelaksanaan aqilah
ini. Aqilah adalah iuran darah yang dilakukan oleh keluarga
dari pihak laki-laki (ashabah) dari sisi pembunuh (orang yang
menyebabkan kematian orang lain secara tidak sewenang-
wenang). Dalam hal ini kelompoklah yang menanggung
pembayaran, karena sipembunuh merupakan anggota dari
kelompok tersebut. Dengan tidak adanya sahabat yang
menentang khalifah Umar r.a., bisa disimpulkan bahwa telah
terdapat ijma' dikalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengenai persoalan ini.
c) Qiyas, dalam kitab Fath Al-Bari disebutkan bahwa dengan
datangnya islam sistem aqilah diterima oleh Rasul Shallallahu
‘alaihi wa sallam menjadi bagian dari hukum islam.
d) Istihsan, beralih dari penetapan hukum berdasarkan adat
kebiasaan. Adapun mekanisme istihsan berlaku dari kebiasaan
aqilah di kalangan suku arab kuno/pra islam. Letak dari
fenomena sebenarnya dari sistem ini adalah dapat mengubah
25
dan meminimalisasi aksi balas dendam yang berkelanjutan
dimasa yang akan datang.
e) Fatwa Majelis Ulama Indonesi (MUI) No:21/DSN-
MUI/X/2001, tentang pedoman asuransi syariah.
Pendapat selanjutnya adalah membolehkan asuransi syariah yang
bersifat sosial dan mengharamkan asuransi yang semata-mata bersifat
komersial. Mereka yang berpendapat adalah Muhammad Abu Zahrah,
menyatakan bahwa asuransi diperbolehkan, asal yang bersifat sosial dan
mengharamkan asuransi yang semata-mata bersifat komersial. Dalil yang
memperkuat argument tersebut tidak jauh beda dengan yang dikemukakan
oleh kedua kelompok yang diatas, akan tetapi pendapat yang ketiga ini
mengambil jalan tengah dari kedua “perselisihan” tersebut. Pada dasarnya,
pendapat ke tiga ini ditopang dengan argumentasi yang kemaslahatan. Bahwa
didalam asuransi terdapat kemadharatan akan tetapi disisi lain
terdapat kemaslahatan yang perlu diperhatikan. Kelompok ini membuang
kemadharatan yang ada dan hanya mengambil kemaslahatan saja. (Amir
Syarifudin, 2001)
Golongan keempat, adalah menyatakan bahwa asuransi merupakan
kategori syubhat sebab tidak diketemukan dalil yang secara tegas
mengharamkan dan tidak adapula yang melarangnya. Golongan keempat
menyatakan syubhat, karena tidak ada dalil-dalil syar’i baik dalam al-qur’an
maupun hadits yang secara jelas mengharamkan ataupun menghalalkan
asuransi, dan apabila hukum asuransi di kategorikan syubhat.
26
Konsekuensinya kita dituntut bersikap hati-hati menghadapi asuransi dan kita
baru diperbolehkan mengambil asuransi, apabila kita dalam keadaan darurat
(emergency) atau hajat/kebutuhan (necessity). (Amir Syarifudin, 2001)
B. Teknik Underwriting Jiwa Individu Konvesional
Dalam dunia asuransi sering kita mendengar istilah underwriting atau
underwriter. Underwriting bertanggung jawab atas penilaian dan
penggolongan tingkat risiko yang dimiliki oleh seorang calon tertanggung,
serta pengambilan keputusan yang berhubungan dengan tertanggung atas
risiko tersebut. Sementara underwriter adalah orang yang melakukan fungsi
dari underwriting. (Akademi Asuransi, 2014)
Underwriting dianggap profesional jika setiap risiko dievaluasi secara
akurat, diklasifikasikan secara layak, disetujui untuk jumlah premi yang
memadai atau ditolak secara tepat. Underwriting yang profesional memiliki
manfaat yang penting bagi perusahaan asuransi dan pemiliknya, para
tertanggung dan tenaga penjual asuransi. Underwriting yang profesional
membantu perusahaan asuransi untuk tetap bersaing dan memiliki kondisi
keuangan yang sehat dengan laba perusahaan ditentukan oleh pengendalian,
pengeluaran, penetapan harga produk yang tepat dan pelaksaaan penilaian
yang logis dalam melakukan underwriting. (AAMAI, 2014)
Tugas underwriting melakukan proses penyelesaian dan
pengelompokan risiko yang akan ditanggung. Tugas tersebut merupakan
elemen yang esensial dalam operasional perusahaan asuransi, karena dengan
27
hadirnya underwriting akan mendatangkan laba melalui distribusi risiko.
Pada prakteknya untuk menarik nasabah harus ada proporsi yang sama antara
risiko yang baik dengan risiko yang kurang menguntungkan dalam kelompok
yang diasuransikan, sehingga proporsi yang baik tersebut mendatangkan laba
bagi perusahaan. (Abdullah, h.104).
Sebelum memberikan keputusan underwriting, seorang underwriter
harus mempertimbangkan pengaruh risiko dan jenis polis yang diinginkan
oleh calon tertanggung. Jenis-jenis risiko yang mempengaruhi penetapan
underwriting antara lain (Abdullah, h. 105):
1. Increasing risk (risiko menarik), ada beberapa penyakit tertentu,
misalnya besarnya risiko akan bertambah berat sesuai dengan
kenaikan umur calon tertanggung.
2. Risiko yang tinggi dialami pada tahun-tahun pertama polis. Makin
lama polis berjalan, risiko semakin menurun.
3. Constant extra risk (risiko ekstra yang menetap), pada jenis ini
risiko tambahan berada pada tingkat yang tetap selama masa
pertanggungan.
Pada kurun waktu 3 (tiga) tahun kebelakang ini, underwriting jiwa
individu konvensional menjadi sorotan dan sangat digenjot kinerjanya. Ini
semata-mata dilakukan demi pencapaian target dan pertumbuhan perusahaan.
Terutama pada unit bisnis pemasaran seperti bancassurance dan agency.
Setiap nasabah yang didapatkan oleh bancassurance dan agency, seleksi
risikonya dilakukan oleh underwriting jiwa individu. Secara umum dapat
28
digambarkan proses dari underwriting dalam sebuah perusahaan asuransi jiwa
individu sebagai berikut: (BPP, 2014)
1. Sales Activities
Yaitu pemasar menawarkan produk asuransi kepada calon nasabah yang
dibantu dengan brosur dan ilustrasi.
2. SPAJ Filling
Yaitu nasabah mengisi Surat Pengajuan Asuransi Jiwa (SPAJ),
melengkapi dokumen dan melakukan pembayaran premi pertama.
3. SPAJ Submission
Tenaga pemasar/sales support memeriksa dan mengirimkan SPAJ ke
Head Office, yang kemudian dilakukan entry data atau pemindahan data
dari SPAJ ke sistem yang dinamakan BLAPP. Untuk entry data
dilakukan oleh vendor atau pihak ketiga.
4. Underwriting Process
Underwriter memeriksa SPAJ, memeriksa kelengkapan data, memasukan
dana pembayaran premi yang telah disetor nasabah, melakukan verifikasi
data, melakukan seleksi risiko dan terakhir memberikan hasil dari seleksi
resiko atau biasa disebut decision.
5. Policy Printing and Delivery
SPAJ yang lolos seleksi risiko kemudian dicetak menjadi polis dan
dikirimkan ke nasabah. Untuk polis yang gagal dalam proses pengiriman
akan dikirimkan kembali ke Head Office atau kantor pusat, untuk dicek
29
kembali dan dilakukan telekonferensi kepada nasabah terkait alamat
pengiriman polis.
Selanjutnya penulis paparkan mengenai fungsi dari setiap bagian
underwriting jiwa individu sebagai berikut: (BPP Penerbitan Polis Individu,
h.3)
1. Register and Monitoring
• SPAJ register
• Melakukan monitoring terkait upload data dari entry SPAJ yang
dilakukan oleh vendor
• Melakukan approval terkait pencetakan polis dan melakukan
monitoring printing polis.
• Mengirimkan pesan (sms) kepada nasabah terkait proses printing
polis
• Mengirimkan e-policy (polis elektronik) kepada nasabah melalui
• Mengkompilasi status pengiriman polis
• Reporting
2. Verificator
• Melakukan verifikasi data kelengkapan dokumen dan SPAJ
• Penginputan dana yang sudah dibayarkan nasabah dari sistem
rekening penampungan pembayaran polis
• Melakukan input referral, yaitu data dari pihak atau staf BNI yang
membantu tenaga pemasar dalam mencari dan mendapatkan nasabah
• Melakukan jet case, yaitu untuk setiap nasabah dengan premi
minimal 100 juta keatas akan menjadi priority customer dan
didahulukan dalam proses seleksi risiko serta pencetakan polis
(special case)
30
• Melakukan verifikasi manual SPAJ (entry) atau tanpa sistem dan
bantuan dari vendor, terkait dengan produk SPAJ tertentu, yaitu
Hyend, Maxima pro, Double Power serta upload fail
• Melakukan input dari entry data yang dilakukan oleh vendor
3. Underwriter
• Verifikasi
• Seleksi risiko
• Proses reasuransi dan re-underwriting
• Pemesanan investasi
• Manajemen pending dari SPAJ yang belum menjadi polis untuk
produk tertentu, yaitu Hyend, Maxima pro, Double Power
4. Underwriting Helpdesk
• Melakukan follow up pending melalui report pending, mengirim sms
pending kepada tenaga pemasar dan nasabah, telekonferensi kepada
nasabah, akseptasi atau decision dari pending SPAJ
• Pembayaran medical kepada provider atau klinik yang bekerjasama,
yang dilakukan oleh nasabah berdasarkan keputusan dari
underwriting
• Melakukan pengembalian premi dari SPAJ yang sudah kadaluarsa
artinya proses pending lebih dari 60 hari ataupun pembatalan SPAJ
yang diajukan oleh nasabah
5. Quality Assurance
• Melakukan pengecekan dari SPAJ yang telah lolos tahap seleksi
risiko (quality control) sebelum dilakukan pencetakan polis dan
menjadi polis.
Dalam setiap seleksi risiko yang dilakukan oleh underwriter, tidak
jarang ditemukan calon nasabah yang menderita atau memiliki penyakit
tertentu, tetapi pada prinsipnya dapat diterima dengan syarat dikenakan
31
tambahan premi atau ekstra premi karena medis (EM). Adapun kondisinya
sebagai berikut: (BPP Penerbitan Polis Individu, h.50)
Tabel 2.1 Underwriting Medical Table
Jumlah Resiko Awal Usia (tahun)
USD ($) Rupiah 17 - 45 46 - 50 51 - 55 56 - 60 61 - 70
< 30.000 < 300.000.000
30.001 - 60.000 300.000.001 - 600.000.000 B B
60.001 - 90.000 600.000.001 - 900.000.000 A B C C
90.001 - 180.000 900.000.001 - 1.800.000.000 B C D D
180.001 - 200.00. 1.800.000.001 - 2.000.000.000 E
> 200.000 > 2.000.000.000 F
Keterangan
NM Non Medical
A LPK + Urine
B LPK + Urine + ECG + Lemak Darah + Gula Darah Puasa
C LPK + Urine + ECG + Analisa Darah Lengkap + Thorax Foto
D LPK + Urine + ECG + Analisa Darah Lengkap + Traedmill Test + Thorax Foto
E LPK + Urine + ECG + Analisa Darah Lengkap + Traedmill Test + Thorax Foto + Imunoserologi +
Tumor Marker
F LPK 2 Dokter berbeda + Urine + Analisa Darah Lengkap + Traedmill Test + Thorax Foto +
Imunoserologi + Tumor Marker
TABEL MEDIS SYARAT ANAK - ANAK (JUVENILE)
Jumlah Resiko Awal Usia Masuk
USD ($) Rupiah 6 bulan -
1 tahun 1 - 5 6 - 10 11 – 16
< 40.000 < 400.000.000
40.001 - 50.000 400.000.001 - 500.000.000 A A
50.001 - 75.000 500.000.001 - 750.000.000 A A B B
75.001 - 100.000 750.000.001 - 1.000.000.000 A A B B
Keterangan
NM Non Medical
A LPK anak
B LPK + Urine
Manfaat yang didapat dari nasabah yang mengikuti asuransi adalah
uang pertanggungan (UP). Ternyata tidak semua beban dari uang
32
pertanggungan menjadi milik BNI Life Insurance. Ada ketentuan khusus dan
dengan kondisi tertentu uang pertanggungan menjadi beban bersama atau di
berikan sebagian kepada reasuransi. Reasuransi yang bekerjasama dengan
BNI Life Insurance adalah ReIndo dan Marein. Reasuransi adalah asuransi
yang diasuransikan ulang kepada pihak ketiga. Menurut UU No. 2 Tahun
1992, Pengertian Reasuransi adalah usaha asuransi yang memberikan jasa
dalam asuransi ulang terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi
kerugian atau perusahaan asuransi jiwa (UU No. 2 Tahun 1992). Berikut
otoritas atau pembagian batasan uang pertanggungan antara perusahan
asuransi dan Reasuransi: (BPP Penerbitan Polis Individu, h.55)
Tabel 2.2 Insurance Life Authority and Retention
Usia Masuk (th)
Underwriting Limit Retensi Penanggung Beban Asuransi
17 - 45 Rp. 2,000,000, 000 Rp. 500,000,000 Rp. 1,500,000,000
46 - 55 Rp. 600,000,000 Rp. 500,000,000 Rp. 100,000,000
56 - 70 Rp. 300,000,000 70% 30%
Pada prakteknya didalam sebuah perusahaan asuransi, tidak jarang
ditemui satu nasabah yang membeli lebih dari satu produk asuransi, karena
memang tidak terdapat batasan pembelian polis dari perusahaan asuransi
kepada nasabah. Tetapi dalam manejemen risiko dikenal dengan JRA atau
Jumlah Risiko Awal yaitu akumulasi dari pertanggungan asuransi dasar
ditambah rider (pada saat pengajuan baru) ditambah akumulasi dari
pertanggungan asuransi dasar ditambah rider (sebelumnya). (BPP Penerbitan
Polis Individu, h.77)
33
Adapula dalam kondisi tertentu JRA seperti diatas tidak
diperhitungkan pada saat usia polis sebelumnya lebih dari 2 tahun, dengan
syarat sebagai berikut: (BPP Penerbitan Polis Individu, h.77)
1. Polis masuk kategori non medical atau tidak ada overwight hingga
obesitas, pekerjaan tidak berisiko dan tidak ada riwayat penyakit
atau dirawat bahkan operasi.
2. Polis masuk kategori medical dengan kondisi harus standar atau
clean case tanpa permintaan medis lain dan pending medis
lainnya.
Dalam usia tertentu underwriter memiliki batasan jumlah maksimum
uang pertanggungan (Sum Insured) berdasarkan kelompok usia sebagai
berikut: (BPP Penerbitan Polis Individu, h.54)
Tabel 2.3 Sum Insured
Kelompok Usia Jumlah Maksimum Uang Pertanggungan
18-19 15-20 x Pendapatan Tahunan
30-49 20-25 x Pendapatan Tahunan
50-59 10-15 x Pendapatan Tahunan
>60 7-10 x Pendapatan Tahunan
Dengan adanya batasan pada uang pertanggungan bertujuan untuk
menghindari moral hazard yang dilakukan oleh nasabah. Karena pada
dasarnya dengan batasan tersebut seleksi risiko akan lebih baik, karena
batasan usia dapat dipandang dari segi jenis pekerjaan dan risiko penyakit
pada usia tertentu (Lubis, 2016)
34
Permintaan dokumen financial biasa diterapkan oleh underwriter
dengan kondisi tertentu sebagai berikut: (BPP, 2014)
Tabel 2.4 Financial Document Requirement
Kondisi Uang Pertanggungan/
Premi Dokumen Financial
UP < 1,8 Milyar -
Premi < 500 Juta
UP 1,8 Milyar - 2 Milyar Financial Questionare
Premi 500 Juta - 1 Milyar
UP > 2 Milyar Financial Questionare + Dokumen Financial Premi > 1 Milyar
Tabel financial mengatur berdasarkan uang pertanggungan yang
diajukan nasabah. Dokumen yang diminta berbeda sesuai dengan besarnya
risiko atau besarnya uang pertanggungan yang diajukan nasabah.
Setiap perusahaan asuransi memiliki lima prinsip yang mendasari
suatu pertanggungan, hal yang mana kelima prinsip tersebut berlaku mutlak
dalam suatu perikatan asuransi, yaitu : (Akademi Asuransi, 2014)
1. Insurable Interest
2. Utmost good faith principle
3. Indemnity
4. Subrogation
5. Contribution and chronologis
Pada teknik underwriting terkait dengan seleksi risiko biasa muncul
istilah insurable interest. Insurable Interest (Prinsip Kepentingan yang
dipertanggungkan) merupakan suatu prinsip yang penting dalam asuransi,
dimana Insurable Interest memberikan kepada seseorang (pemegang polis)
35
hak untuk mengasuransikan, karena adanya hubungan keuangan yang di-akui
oleh hukum antara pemegang polis dengan pokok pertanggungan
(tertanggung), dimana yang menjadi pokok perjanjian asuransi adalah
kepentingan keuangan yang dimiliki seseorang tertanggung dalam pokok
pertanggungan tersebut (AAMAI, 2014).
Calon Pemegang Polis (CPP) dan Calon Tertanggung (CT) harus
memiliki hubungan insurable interest karena memiliki kepentingan ekonomis
atau financial jika tertanggung mengalami resiko pertanggungan asuransi.
Kemudian antara tertanggung dan pembayar premi atau beneficiary harus
memiliki hubungan insurable interest, karena jenis resiko atau pure risk ahli
waris akan menderita kerugian financial jika tertanggung mengalami resiko
pertanggungan asuransi. (Akademi Asuransi, 2014)
Terkait dengan penjelasan sebelumnya, tidak diperlukannya dokumen
penjelasan jika hubungan tertanggung dengan pemegang polis adalah
suami/istri, anak/orang tua. Sementara pada hubungan ahli waris dan
beneficiary dengan tertanggung adalah keluarga sedarah sekandung, orang
tua, kakek/nenek, adik/kakak, suami/ istri dan yang terakhir cucu.
Pengajuan asuransi tidak hanya berasal dari warga Indonesia,
melainkan adapula berasal dari warga negara asing (foreign) yang berdomisili
di wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Foreign
diperbolehkan sebagai calon pemegang polis dan calon tertanggung dengan
36
persyaratan tertentu serta melengkapi dokumen antara lain : (BPP Penerbitan
Polis Individu, h.58).
1. Melampirkan Identitas diri berupa Passport dan dokumen
tambahan yang dapat menyakinkan tentang profil nasabah seperti :
- KIM/KITAS
- Surat Referensi dari seseorang berkewargaan Indonesia
atau perusahaan/instansi/pemerintah Indonesia
2. Memiliki alamat domisili di Indonesia.
3. Memiliki rekening bank di Indonesia untuk pembayaran premi
lanjutan dengan autodebt dan pembayaran benefit.
4. Mengisi Form Foreign Questionare
Pada tahun 2016, OJK sedang menggalakan program KYC atau Know
Your Customer dan Anti Money Laundering. Program Know Your
Customer dan Anti Money Laundering bertujuan untuk mengimple-
mentasikan UU No. 15/2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Hal ini
dimaksudkan agar bank-bank di Indonesia tetap termasuk
kategori cooperative country, sehingga dapat terus melakukan transaksi
keuangan dengan dunia internasional. Program ini bersifat Teknik Anti
Money Laundering (AML) operasional, sistematis, integratif, dan fokus pada
hal-hal sensitif nasabah sebagaimana telah diatur dalam UU No. 25/2003 dan
mengimplementasikan PBI No. 3/10/PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001 dan
perubahan No. 3/23/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001. Program ini juga
bertujuan untuk mengoperasionalkan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your
37
Customer Principles/KYC) dan Anti Money Laundering guna menghindarkan
Indonesia menjadi ajang pencucian uang. (OJK, 2016)
KYC adalah pengenalan pelanggan, dimana perusahaan asuransi harus
mengenal nasabah seperti identitas, sumber penghasilan, alamat tempat
tinggal, tempat usaha maupun kantor pelanggan. Hal ini untuk menghindari
adanya transaksi pencucian uang. Tujuan KYC antara lain : (Akademi
Asuransi, 2014):
• Memungkinkan perusahaan asuransi mengenal dan memahami para
nasabah dan intermediari perusahaan.
• Mentaati sepenuhnya pelaksanaan Undang-Undang Anti Pencucian
Uang dan Kontra Pendanaan Terorisme.
• Untuk memungkinan Perusahaan Asuransi memiliki identifikasi
positif atas para pelanggannya.
• Menyediakan sistem pengawasan internal pada kegiatan yang sedang
berlangsung.
• Informasi yang terkumpul dari nasabah
adalah untuk keperluan penutupan asuransi dan akan tetap
dijaga kerahasiaannya.
Pencucian uang terdiri dari serangkaian transaksi keuangan kompleks,
berasal dari dana yang dikembangkan secara ilegal. Transaksi ini bertujuan
untuk menyamarkan asal dari dana tersebut dengan cara menyusupkan
bagian-bagian pada sektor ekonomi dan keuangan di dalam maupun melintasi
batas-batas negara. Dasar kebijakannya Know Your Customer Principles (KYC)
sebagai berikut (akademi asuransi):
38
• Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
• Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/ PMK.010/2010 mengenai
aplikasi dari prinsip “Knowing Your Customer” yang
memasukkan perubahan-perubahan yang dibuat untuk
mengkriminalisasi pendanaan terorisme.
• Keputusan dari Badan Pengawas Pasar Modal dan Pengawas
Keuangan (BAPEPAM) No. PER01/BL2011/ tentang pelaksanaan
pedoman dari implementasi prinsip Knowing Your Customer (KYC)
bagi perusahaan asuransi.
• Standar dan kebijakan internal yang dimiliki oleh perusahaan.
Sebagai perusahaan asuransi yang taat pada kebijakan dan peraturan
di Indonesia, adapula kebijakan yang dilakukan PT. BNI Life Insurance dan
underwriting dalam mendukung program KYC dan AML sebagai berikut:
(BPP, 2014)
1. Setiap bulan unit underwriting harus menyerahkan laporan kepada
unit compliance terkait transaksi pembayaran premi pertama
dengan premi mulai dari Rp. 100.000.000,- untuk nasabah
perorangan maupun nasabah berbadan hukum.
2. Jika terdapat transaksi pembayaran premi pertama diatas Rp.
500.000.000,- dan calon pemegang polis/pembayar premi
(beneficiary owner) merupakan perorangan atau perusahaan yang
termasuk dalam kategori profil profesi berisiko tinggi pada praktik
pencucian uang dan pendanaan terorisme, maka unit underwriting
wajib melaporkan kepada unit compliance
39
3. Profil nasabah yang masuk kategori berisiko tinggi adalah pejabat
negara, pejabat pemerintahan, pejabat BUMN, aparat penegak
hukum, pengurus partai politik hingga anggota legislatif.
C. Teknik Underwriting Jiwa Individu Syariah
Teknik underwriting syariah dalam asuransi syariah sama dengan
asuransi konvensional. Namun, dalam asuransi syariah untuk menyeleksi
risiko terdapat dua elemen penting yaitu seleksi dan pengklasifikasian. Seleksi
merupakan proses perusahaan dalam mengevaluasi permintaan asuransi oleh
calon peserta untuk menentukan batas risiko yang dimiliki calon peserta.
Pengklasifikasian merupakan proses penetapan individu ke dalam kelompok
individu yang sekiranya mempunyai kemungkinan kerugian sama. Untuk
syariah penekanan utama underwriting harus bersifat wasathon (tengah-
tengah) yaitu penekanan pada rasa keadilan bagi nasabah dan perusahaan.
(Syamsul, 2014)
Tujuan utama underwriting melindungi perusahaan terhadap seleksi
kerugian. Namun, proses underwriting perusahaan asuransi tetap berfokus
pada pemberian persetujuan dan penerbitan pertanggungan dengan prinsip
sebagai berikut : (Abdullah, 2006)
▪ Bertanggung jawab dalam risk assessment atau penilaian risiko yaitu,
proses penentuan tingkat risiko setiap/group calon tertanggung
dimana setiap tertanggung membayar premi yang mencerminkan
tingkat risiko yang dimiliki dan sesuai dengan produk asuransi yang
diajukan.
▪ Wajar dan adil bagi para tertanggung dan perusahaan.
▪ Dapat disampaikan oleh agent
40
▪ Memberikan profit bagi perusahaan
Seorang underwriter merupakan bagian penting dari perusahaan
asuransi. Untuk itu tugas dan fungsi underwriter harus dijalankan dengan
prinsip keadilan, baik untuk peserta atau perusahaan asuransi. Adapun
tugas dan fungsi underwriter antara lain: (Ali, 2014)
• Mempertimbangkan risiko yang diajukan.
• Memutuskan untuk menerima atau menolak pengajuan.
• Menentukan syarat dan beberapa ketentuan serta lingkup ganti
rugi.
• Mengenakan biaya upah pada dana kontribusi peserta.
• Mempertahankan, meningkatkan dan mengamankan margin profit.
• Menilai dan menggolongkan tingkat risiko yang dimiliki oleh
seorang calon tertanggung atau sekelompok orang dalam
pertanggungan sehubungan dengan produk asuransi tertentu.
• Mengambil keputusan untuk menerima atau menolak risiko.
Kewenangan underwriter menyetujui dan menerbitkan polis yang
harus memenuhi tiga kriteria sebagai berikut (Abdullah, 105):
1. Equitable to the client (adil bagi nasabah), salah satu prinsip dasar
bahwa tertanggung harus membayar sejumlah premi yang
proporsional dengan tingkat risiko tertanggung yang diasumsikan
perusahaan. Bila permohonan asuransi diterima, perusahaan
asuransi harus menentukan tingkat risiko dan jumlah premi yang
wajar untuk risiko tersebut.
41
2. Deliverable by the agent (dapat dijual oleh agent), konsumen
membuat keputusan terakhir mengenai apakah polis asuransi
tertentu dapat diterima. Jika konsumen memutuskan untuk tidak
membeli, maka polis tersebut tidak dapat diserahkan
(undeliverable) atau tidak diambil (not taken). Agar polis dapat
diterima nasabah maka harus memenuhi tiga persyaratan dasar
sebagai berikut:
• Polis tersebut harus menyediakan benefit yang memenuhi
kebutuhan konsumen.
• Biaya polis untuk pertanggungan yang disediakan oleh
polis harus sesuai dengan kemampuan konsumen.
• Tingkat premi yang dikenakan untuk pertanggungan harus
kompetitif dipasar.
3. Profitable to the company (menguntungkan perusahaan)
underwriting harus mengambil keputusan yang menguntungkan
perusahaan. Perusahaan asuransi memerlukan underwriter yang
sehat untuk menjamin hasil yang memuaskan dalam segi
keuangan. Maka tujuan utamanya untuk melindungi perusahaan
dari seleksi risiko yang merugikan. Lebih luas lagi tujuannya
menjamin ganti rugi yang dikeluarkan atas dasar term and
condition dan pada rate kontribusi asuransi syariah dengan
maksud merefleksi secara akurat tingkat risiko yang diberikan
kepada perusahaan.
42
Dalam unit bisnis syariah atau underwriting jiwa individu syariah
pada BNI Life Insurance memiiki perbedaan dengan konvensional dalam
struktur undewrting. Jika pada konvensional terdapat unit new bussiness,
underwriting, dan quality control. Pada syariah semua dilakukan dalam satu
unit bisnis yaitu undewriting. Alasan ini dapat dimaklumi karena bisnis di
syariah masih sangat kecil dibandingkan konvensional. Berikut penulis
paparkan wewenang dalam unit underwriting jiwa individu syariah (BPP
Penerbitan Polis Individu Syariah, h.8).
1. Underwriting Individu
• Melakukan proses seleksi risiko produk Individu syariah dan
memberikan keputusan untuk medical sesuai autorithy yang
diberikan.
• Melakukan komunikasi dengan pihak reasuransi.
• Melakukan komunikasi dengan pihak medical provider.
• Melakukan control pelaksanaan di unit.
• Melakukan handling complaint dari tenaga pemasar
• Melakukan komunikasi dengan vendor.
• Mengajukan enhancement system
• Melakukan review SOP
2. Underwiting Helpdesk
• Melakukan proses konfirmasi pending data
• Melakukan pengiriman status SPAJS (Surat Pengajuan
Asuransi Jiwa Syariah) kepada tenaga pemasar
• Membuat memo pengembalian kontribusi atas SPAJS yang
terdapat kelebihan pembayaran kontribusi dan atau pembatalan
SPAJS, SPAJS ditolak/postponed.
• Filling dokumen
43
• PIC untuk komunikasi dengan vendor
3. Quality Assurance
• Melakukan penerimaan berkas SPAJS yang sudah issued dari
underwriter
• Melakukan pengecakan terhadap data entry SPAJS di sistem
dengan berkas SPAJS dan dokumen kelengkapan lainnya
• Melakukan revisi terhadap data entry SPAJS yang sudah
issued apabila terdapat kesalahan entry data
• Memastikan data sistem untuk seluruh SPAJS issued telah
sesuai dengan berkas SPAJS beserta dokumen kelengkapan
lainnya
4. New Business Register
• Melakukan penerimaan dan registrasi dokumen SPAJS baru
• Melakukan screening kelengkapan dokumen SPAJS baru
• Melakukan komunikasi dengan sales support
5. New Business Pencetakan Polis
• Melakukan penarikan dan pengelolaan data polis yang sudah
dikonversi
• Melakukan pengecekan data sampel polis yang dikirimkan
oleh vendor
• Memberikan approval data sampel polis yang dikirimkan oleh
vendor
• Melakukan komunikasi dengan vendor pencetakan, vendor
pengiriman polis dan vendor pengarsipan dokumen
• Melakukan komunikasi dengan sales support terkait tindak
lanjut polis yang retur
• Melakukan pengarsipan dokumen (baik dalam bentuk soft
copy dan hard copy)
44
Adapula tabel underwriting yang dimiliki oleh unit syariah sebagai
berikut: (BPP Penerbitan Polis Individu Syariah, h.58)
Tabel. 2.5 Tabel Underwriting Jiwa Individu Syariah
Sebagai catatan ada beberapa ketentuan khusus dalah tabel
underwriting jiwa individu syariah sebagai berikut: (BPP Penerbitan Polis
Individu Syariah, h.59)
45
1. Untuk santunan asuransi mulai dari Rp. 1.600.000.000 dilengkapi
dengan 2 LPK, Tumor Marker dan financial statement, selain
pemeriksaan laboratorium yang tercantum pada point E.
2. Untuk santunan asuransi mulai dari Rp. 3.000.000.000 dilengkapi
dengan financial statement dan dokumen financial lengkap.
Berkas yang diterima baik SPAJS baru atau dokumen kelengkapan
pending akan diseleksi oleh underwriter sesuai dengan batasan otoritas yang
ditetapkan oleh perusahaan. Secara berjenjang penulis paparkan otoritas pada
unit syariah sebagai berikut: (BPP Penerbitan Polis Individu Syariah, h.24)
Tabel. 2.6 Tabel Otoritas Underwriting Jiwa Individu Syariah
Dalam perkembangannya unit syariah dalam bentuk selain asuransi
pun masih tergolong berkembang, market share perbankan syariah di
Indonesia hingga 2016 masih dikisaran 4,6 % hingga 5 % (Rachim, 2016).
Kemudian bila peniliti bandingkan antara asuransi syariah dengan asuransi
konvensional berdasarkan market share, maka akan muncul data yang sangat
timpang. Pada tahun 2016 perbandingan antara asuransi syariah dan asuransi
konvensional bila dilihat dari segi market share adalah 4% berbanding 96%
(Rachim, 2016).
46
Gambar. 2.1 Market Share Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
D. Etika Bisnis Profesi Asuransi Jiwa
Etika profesi merupakan sikap etis sebagai bagian integral dari sikap
hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi. Etika
profesi termasuk cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip
moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus
(profesi) kehidupan manusia. Etika profesi sebagai konsep etika yang
ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu.
Etika profesi berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan
seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan
masyarakat atau terhadap konsumen. (Leonard, 2007)
Prinsip dasar di dalam etika profesi sebagai berikut : (Leonard, 2007)
1. Tanggung jawab
• Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
• Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan.
Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
47
3. Prinsip Kompetensi
Melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi
dan ketekunan.
4. Prinsip Prilaku Profesional
Berprilaku konsisten dengan reputasi profesi yang kita miliki.
5. Prinsip Kerahasiaan
Menghormati kerahasiaan informasi yang kita miliki dari tempat
dimana kita bekerja.
Pada bisnis asuransi biasa dikenal dengan kode etik profesi, yang
berlaku umum pada setiap unit bisnis ataupun sub unit bisnis. Yang melatar
belakangi adanya sebuah kode etik pada bisnis asuransi antara lain: (AAJI,
2014)
1. Bisnis asuransi merupakan bisnis yang berdasarkan pembagian
resiko, sehingga penting sekali untuk memastikan bahwa
keseluruhan kegiatan operasionalnya dijalankan dengan standar
etika yang tinggi.
2. Bisnis ini juga berlandaskan kepercayaan dan kejujuran, sehingga
dibutuhkan tanggung jawab dan profesionalisme yang tinggi pada
setiap pelaku bisnisnya.
3. Kerahasiaan dari para pemegang polis yang telah dipercayakan
kepada para pelaku bisnis asuransi harus dijaga ketat.
4. Para pelaku bisnis asuransi secara berkala harus memastikan bahwa
bisnisnya telah dijalankan dengan benar untuk menjaga keamanan
48
keuangan para pemegang polis dan menjaga kredibilitas
perusahaan.
5. Para pelaku bisnis asuransi harus selalu menjaga efisiensi dalam
kinerjanya dan dapat memberikan pelayanan yang cepat kepada
pemegang polis serta dengan itikad baik dapat memberikan solusi
yang dibutuhkan oleh para pemegang polis.
Seorang underwriter yang profesional bukan hanya memiliki dasar
dan mengerti fungsi dari underwriting, melainkan dapat menjunjung tinggi
nilai-nilai kode etik dan etika bisnis yang baik. Setiap pekerjaan memiliki
risiko yang berbeda-beda dalam menghadapi suatu etika bisnis. Apalagi
underwriting yang menjadi pintu masuk diterima atau tidaknya nasabah
dalam sebuah sistem seleksi risiko. (AAJI, 2014)
E. Tantangan Underwriting Asuransi Jiwa
Sejak diterbitkannya Surat Edaran 32/SEOJK.05/2016 tentang Saluran
Pemasaran Produk Asuransi Melalui Kerja Sama dengan Bank atau
bancassurance, penambahan jumlah nasabah pada asuransi jiwa konvensional
maupun syariah menunjukan angka yang positif. (OJK, 2016) Alasan utama
adalah marketing atau tenaga pemasar yang dimiliki perusahaan asuransi jiwa
di Indonesia dapat mencari nasabah melalui data nasabah yang dimiliki oleh
kantor cabang bank, dimana tenaga pemasar ditempatkan pada kantor cabang
tersebut. Sehingga proses pengajuan asuransi menjadi lebih cepat, mudah dan
efisien. (Tuhirman, 2016) Semakin banyak nasabah yang dimiliki oleh
perusahaan asuransi jiwa, maka semakin besar pula beban yang dimiliki oleh
49
underwriter. Proses seleksi risiko akan lebih menguras waktu dan fokus dari
seorang underwriter.
Pada prinsipnya kendala yang dihadapi mengenai fungsi dan peranan
dasar dari seorang underwriter adalah bersikap adil kepada nasabah,
perusahaan serta bagi underwriter. Prinsip tersebut akan diuji dan berhadapan
langsung dengan kebutuhan masyarakat terhadap asuransi, target perusahaan
dan karir seorang underwriter. Prinsip dan tantangan yang akan dihadapi
seorang undewriter dalam perkembangan dinamika pada asuransi jiwa adalah
sebagai berikut: (Abdullah, 2006)
1. Adil bagi nasabah
Dasar dari diterima atau tidaknya seorang nasabah harus dapat
dipertanggungjawabkan oleh seorang underwriter. Asuransi memang
diciptakan sebagai kebutuhan masyarakat yang memerlukan
perlindungan financial bagi dirinya atau keluarganya, sehingga pada
dasarnya masyarakatlah yang seharusnya memerlukan asuransi.
Seperti halnya pada negara-negara maju yang masyarakatnya
memiliki lebih dari satu asuransi pada tiap anggota keluarganya.
Keadilan bagi nasabah inilah yang menjadi tantangan kedepan yang
harus disikapi oleh underwriting dengan lebih bijak dan adil.
2. Adil bagi perusahaan
Pada prinsipnya adil bagi perusahaan akan berhadapan langsung
dengan pencapaian atau target perusahaan asuransi jiwa. Semakin
besar target yang diharapkan maka semakin besar pula beban yang
50
akan diterima oleh underwriting. Perusahaan menginginkan semakin
banyak pengajuan asuransi yang diterima oleh underwriting, namun
berbanding terbalik dengan pengajuan klaimnya. Karena klaim yang
masuk merupakan sebuah kerugian bagi asuransi konvensional.
Sehingga seleksi risiko yang baik dan sempurna akan sangat
diharapkan oleh perusahaan kepada seorang underwriter agar tidak
mengurangi profitabilitas perusahaan.
3. Adil bagi seorang underwriter
Pada prinsipnya adil bagi seorang underwriter akan berhadapan
langsung dengan karir dari seorang underwriter. Karena semakin
sedikit tingkat kesalahan dalam proses seleksi risiko maka semakin
sempurna pula kinerja yang dihasilkan oleh underwriting. Kemudian
semakin sedikit pula pengajuan klaim yang dilakukan oleh nasabah
maka semakin baik pula teknik underwriting yang dilakukan oleh
seorang underwriter. Performa tersebut akan mudah dilihat serta
diawasi oleh manajemen perusahaan asuransi jiwa, karena standart
penilaiannya tersebut sangatlah sederhana dan transparan, dengan
meninjau tingkat kesalahan seorang underwriter yang ditemukan oleh
unit quality assurance dan rendahnya tingkat pengajuan klaim yang
dilakukan nasabah asuransi jiwa.
Tugas utama seorang underwriter adalah melakukan seleksi risiko,
proses penaksiran dan penggolongan tingkat risiko yang terdapat pada
nasabah yang mengajukan permohonan asuransi, maka ketiga hal tersebut
51
adalah merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh underwriting. (AM.
Hasan Ali, 2014)
Selanjutnya terkait dengan kriteria dari persetujuan polis yang dapat
diterbitkan oleh underwriting juga memiliki kendala dan tantangan yang
besar, salah satunya adalah deliverable by the agent (dapat dijual oleh tenaga
pemasar asuransi jiwa). Jika underwriter dapat lebih mudah berkomunikasi
dengan tenaga pemasar, maka tingkat miss communication dapat diatasi.
Artinya seorang underwriter harus dapat menjelaskan kepada tenaga pemasar
apabila terdapatnya data nasabah yang ditunda pengajuannya hingga ditolak
pengajuannya kepada tenaga pemasar. Keputusan underwriting pada
prinsipnya harus dapat dijelaskan dan di pertanggujawabkan oleh seorang
underwriting. (Abdullah, 2016)
F. Tantangan Asuransi Jiwa di Indonesia
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh perusahaan asuransi
jiwa di Indonesia. Hasil survey OJK mengenai literasi keuangan menunjukan
hingga tahun 2016 masyarakat Indonesia yang mengetahui dan memahami
produk asuransi berada pada kisaran 20%. Selanjutnya adalah rendahnya
aksesbilitas dan distribusi produk asuransi di tengah-tengah masyarakat.
Hal ini disebabkan sangat minimnya kantor-kantor asuransi di daerah-daerah
dan daerah pelosok di Indonesia. (OJK)
Kapasitas pemasaran produk asuransi juga masih terbatas karena
model pemasaran masih cenderung menggunakan cara konvensional dengan
memanfaatkan kantor cabang dan kantor pemasaran. Jumlah agen asuransi
52
pun masih terbatas karena adanya kewajiban mendapatkan sertifikasi keahlian
khusus yang diperoleh dalam waktu cukup lama. Tantangan selanjutnya
adalah dengan rendahnya inovasi produk asuransi, padahal kesesuaian
karakteristik produk dengan kebutuhan menjadi salah satu aspek penting agar
asuransi dapat dekat dengan masyarakat. (Haddad)
Kapastitas risk coverage perusahaan asuransi dan reasuransi nasional
masih terbatas, khususnya untuk proyek-proyek berskala besar. Selanjutnya
adalah masih kentalnya isu sulitnya melakukan klaim asuransi. Banyak cerita
negative mengenai pelayanan perusahaan asuransi. Ini membuat masyarakat
semakin enggan untuk memanfaatkan prosuk asuransi. Tantangan seperti
inilah yang harus dihadapi dan diperbaiki oleh setiap perusahaan asuransi
demi lebih mendekatkan diri pada masyarakat dengan menyesuaikan produk
yang dibutuhkan dan diharapkan oleh masyarakat. (Lubis)
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), paling tidak ada lima
permasalah atau tantangan yang harus dihadapi asuransi jiwa antara lain:
(OJK)
1) Masalah permodalan atau pemenuhan kebutuhan minimal modal.
2) Masalah Sumber Daya Manusia (SDM).
3) Masih rendahnya kesadaran pentingnya asuransi bagi masyarakat.
4) Minimnya produk asuransi untuk masyarakat bawah.
5) Asuransi jiwa di Indonesia masih berpusat di kota-kota besar.
Menurut Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), tantangan asuransi
jiwa yang paling besar antara lain: (AAJI)
53
1) Kondisi pasar modal yang fluktuatif.
2) Aturan main pajak khusus untuk asuransi jiwa.
3) Penetrasi asuransi terhadap jumlah penduduk Indonesia yang masih
rendah dibawah 5%.
4) Rendahnya literasi asuransi kepada masyarakat khususnya untuk
masyarakat menengah ke bawah.
5) Penjualan asuransi mikro yang dinilai kurang massive.
Menurut pandangan beberapa ahli asuransi syariah, kendala dan
tantangan yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan asuransi syariah dalam
memerankan bisnis adalah sebagai berikut: (Agus Edis Sumanto, Ernawan
Priarto, dkk, 2009)
1. Kurangnya sosialisasi, metode-metode yang digunakan masih
cenderung tradisional, seperti ceramah dan seminar-seminar.
Penggunaan media elektronik masih sanagat terbatas, hal ini
mungkin terjadi karena permodalan yang terbilang minim.
2. Kurangnya dan terbatasnya tenaga ahli yang dimiliki asuransi
syariah. Ini menjadi tugas atau pekerjaan rumah yang cukup berat
bagi DPS (Dewan Pengawas Syariah), khususnya Dewan Fatwa
MUI, dalam menyediakan tenaga ahli dalam bidang syariah.
3. Kurangnya dukungan umat, kewajiban untuk mengikuti perintah
dan menjauhi larangan Allah tidak hanya terbatas pada ibadah
seperti shalat maupun puasa. Perintah dalam melaksanakan
muamalah harus lebih ditegakan umat islam di Indonesia.
54
4. Kurangnya dukungan regulator, selama ini belum ada undang –
undang yang secara khusus mengatur tetang asuransi syariah, yang
ada hanya fatwa lembaga DSN-MUI.
Dengan berkembangnya lembaga konvensional, akan diikuti pula oleh
unit-unit yang ada didalamnya. Inilah yang harus dijadikan dasar dalam
pengembakan asuransi syariah dengan tetap berlandasakan hukum Islam.
G. Kerangka Pemikiran
Salah satu bagian penting dari pertumbuhan asuransi jiwa individu
adalah underwriting. Teknik underwriting secara berkala sangat
mempengaruhi kinerja asuransi jiwa individu. Dengan kehadiran Sumitomo
dalam kepemilikan saham sebesar 40% membuatnya menduduki salah satu
posisi penting dalam manajemen seleksi risiko yaitu Direksi Risk
Management, yang menjadikan Sumitomo memiliki kekuatan untuk mengatur
teknik underwriting dalam melakukan seleksi risiko, sehingga dapat
berpengaruh kepada pertumbuhan premi, nasabah dan klaim.
Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, berikut kerangka
pemikiran dari penelitian yang akan dilakukan.
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Sumitomo Life Insurance Terhadap Teknik Underwriting
PT. BNI Life Insurance Periode 2012-2016
Sebelum Bergabungnya
Sumitomo Life Insurance
Sesudah Bergabungnya
Sumitomo Life Insurance
Premi
Jumlah Nasabah
Klaim
Hasil
Kesimpulan
55
BAB III
METODE PENELITIAN DAN PROFIL PERUSAHAAN
A. Metodologi Penelitian
1. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah PT. BNI Life Insurance
yang berlokasi di Centenial Tower, Jalan Gatot Subroto Kavling 23-24, Setia
Budi, Jakarta Selatan.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu
sebagai kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menjawab
pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari
pokok suatu penelitian. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk
mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya, sehingga
memberikan gambaran yang jelas tentang situasi-situasi di lapangan apa
adanya. (Consuelo, 1993)
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, karena data-data yang diperoleh berdasarkan laporan unit terkait,
buku-buku, majalah, koran, kajian pustaka terdahulu, serta artikel yang
dikumpulkan penulis dan berhubungan dengan permasalahan dalam
pembahasan tesis ini.
56
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah dalam bentuk laporan unit
underwriting dan klaim PT. BNI Life Insurance tahun 2012 dan 2016, serta
data literatur – literatur kepustakaan, koran, artikel dan tertulis lainnya.
b. Sumber Data
Dalam hal ini sumber data terbagi menjadi 2 yakni sumber data primer
dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedang yang dimaksud
dengan sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data.
1) Data primer, bersumber dari observasi langsung pada PT. BNI Life
Insurance yang berupa laporan unit underwriting dan klaim pada
tahun 2012-2016
2) Data sekunder, bersumber dari buku-buku, koran, majalah, website,
penelitian terdahulu dan sumber-sumber tertulis lainnya yang
mengandung informasi yang berhubungan dengan masalah yang
dibahas.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
57
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai cara ataupun
berbagai sumber. Dari segi teknik pengumpulan data, maka teknik
pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview
(wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi ataupun gabungan
keempatnya, yang biasa disebut dengan Triangulasi. (Sugiyono, 2011)
Dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi dan interview,
berikut penjelasan mengenai kedua teknik tersebut.
1. Observasi
Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar dari
semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.
Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan beberapa alat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil dan sangat jauh dapat diteliti dan
dapat diamati dengan jelas.
Marshall (1995) menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti
belajar mengenai perilaku dan makna dari perilaku tersebut.
Sanafiah Faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi
observasi berpartisipasi, observasi yang secara terang-terangan dan tersamar
dan observasi yang tak berstruktur.
58
Selanjutnya Spradley, dalam Susan Stainback (1998) membagi
observasi pasive participation, moderate participation, active participation
dan complete participation.
Dalam hal ini penulis menggunakan observasi terus terang dan
tersamar. Maksudnya adalah peneliti dalam melakukan pengumpulan data
menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan
penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir
tentang aktivitas penelitian. Tetapi dalam suatu kesempatan peneliti juga
tidak berterus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini dilakukan
bilamana sumber data yang diperoleh merupakan suatu kerahasiaan atau data
yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau
dilakukan secara terus terang penelitian ini tidak akan berjalan karena peneliti
tidak diijinkan untuk melakukan observasi.
2. Wawancara
Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan
diri pada laporan tentang diri sendiri atau setidaknya pada pengetahuan dan
atau keyakinan pribadi.
59
Susan Stainback (1998) mengemukakan bahwa dengan wawancara
peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan
dalam menginterprestasikan situasi dan fenoma yang terjadi, dimana hal ini
tidak bisa ditemukan melalui observasi.
Selanjutnya Estenberg (2002) menyatakan bahwa interview
merupakan hatinya penelitian sosial. Dapat ditemukan penelitian mengenai
sosial yang didasarkan pada interview, baik yang standar maupun yang
mendalam. Kemudian Estenberg juga membagi wawancara dalam 3 bagian,
yakni wawancara berstruktur, wawancara semiterstruktur dan wawancara
tidak berstruktur. Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara
semiterstruktur.
Wawancara semiterstruktur sudah merupakan jenis wawancara yang
dikategorikan in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas
bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara
jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana
pihak yang diajak wawancara dimintai pendapat dan ide-idenya. Dalam
melakukan wawancara dengan jenis seperti ini peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
6. Teknik Analisis Data
Data – data yang terkumpul, kemudian diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu data berbentuk angka-angka dan data berupa kata-kata atau simbol,
untuk selanjutnya dilakukan content analysis (riset dokumen), karena
60
pengumpulan data dan informasi akan dilakukan melalui pengujian arsip dan
dokumen.
Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat
pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak
dalam media massa. Analisis ini biasanya digunakan pada penelitian
kualitatif. Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori
teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis,
kemudian diberi interpretasi.
Ada beberapa definisi mengenai analisis isi. Analisis isi secara umum
diartikan sebagai metode yang meliputi semua analisis menganai isi teks,
tetapi di sisi lain analisis isi juga digunakan untuk mendeskripsikan
pendekatan analisis yang khusus. Menurut Holsti, metode analisis isi adalah
suatu teknik untuk mengambil kesimpulan dengan mengidentifikasi berbagai
karakteristik khusus suatu pesan secara objektif, sistematis, dan generalis.
Objektif berarti menurut aturan atau prosedur yang apabila
dilaksanakan oleh orang (peneliti) lain dapat menghasilkan kesimpulan yang
serupa. Sistematis artinya penetapan isi atau kategori dilakukan menurut
aturan yang diterapkan secara konsisten, meliputi penjaminan seleksi dan
pengkodingan data agar tidak bias. Generalis artinya penemuan harus
memiliki referensi teoritis. Informasi yang didapat dari analisis isi dapat
dihubungkan dengan atribut lain dari dokumen dan mempunyai relevansi
teoritis yang tinggi. Definisi lain dari analisis isi yang sering digunakan
61
adalah research technique for the objective, systematic and quantitative
description of the manifest content of communication.
Analisis isi harus dibedakan dengan berbagai metode penelitian lain di
dalam penelitian tentang pesan, yang sifatnya meneliti pesan yang latent
(tersembunyi), kualitatif dan prosedurnya berbeda. Denis McQuail membuat
dikotomi dalam riset analisis isi media yang terdiri dari dua tipe, yaitu
message content analysis dan structural analysis of texts. Analisis isi yang
termasuk di dalam message content analysis memiliki karakter sebagai
berikut, quantitative, fragmentary, systematic, generalizing, extensive,
manifest meaning, dan objective. Sementara itu, structural analysis of texts,
dimana semiotika termasuk di dalamnya, memiliki karakter sebagai berikut,
qualitative, holistic, selective, illustrative, specific, latent meaning, dan
relative to reader.
Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk
komunikasi, baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua
bahan-bahan dokumentasi yang lain. Hampir semua disiplin ilmu sosial dapat
menggunakan analisis isi sebagai teknik/metode penelitian. Holsti
menunjukkan tiga bidang yang banyak mempergunakan analisis isi, yang
besarnya hampir 75% dari keseluruhan studi empirik, yaitu penelitian
sosioantropologis (27,7 persen), komunikasi umum (25,9%), dan ilmu politik
(21,5%). Namun, analisis isi tidak dapat diberlakukan pada semua penelitian
sosial. Analisis isi dapat dipergunakan jika memiliki syarat berikut.
62
a. Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang
terdokumentasi (buku, surat kabar, pita rekaman,
naskah/manuscript).
b. Ada keterangan pelengkap atau kerangka teori tertentu yang
menerangkan tentang dan sebagai metode pendekatan terhadap data
tersebut.
c. Peneliti memiliki kemampuan teknis untuk mengolah bahan
bahan/data-data yang dikumpulkannya karena sebagian
dokumentasi tersebut bersifat sangat khas/spesifik.
Beberapa pembedaan antara analisis isi dengan metode penelitian
yang lain:
1. Analisis isi adalah sebuah metode yang tak mencolok (unobtrusive).
Pemanggilan kembali informasi, pembuatan model (modelling),
pemanfaatan catatan statistik, dan dalam kadar tertentu, etno-
metodologi, punya andil dalam teknik penelitian yang non-reaktif
atau tak mencolok ini.
2. Analisis isi menerima bahan yang tidak terstruktur karena lebih
leluasa memanfaatkan bahan tersebut dan ada sedikit kebebasan
untuk mengolahnya dengan memanggil beberapa informasi.
3. Analisis isi peka konteks sehingga dapat memproses bentuk-bentuk
simbolik.
63
4. Analisis isi dapat menghadapi sejumlah besar data.
Metode content analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan
suatu komunikasi. Dalam hal ini, content analysis mencakup klasifikasi
tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria sebagai
dasar klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat
prediksi. Deskripsi yang diberikan para ahli sejak Janis (1949), Berelson
(1952) sampai Lindzey dan Aronson (1968) yang dikutip Albert Widjaya
dalam desertasinya (1982) tentang content analysis menampilkan tiga syarat,
yaitu: objektivitas, dengan menggunakan prosedur serta aturan ilmiah,
generalitas, dari setiap penemuan studi mempunyai relevansi teoritis tertentu
dan sistematis, seluruh proses penelitian sistematis dalam kategorisasi data.
Sumber data yang dapat digunakan dalam analisis isi pun beragam.
Pada prinsipnya, apapun yang tertulis dapat dijadikan sebagai data dan dapat
diteliti dalam analisis isi. Sumber data yang utama adalah media massa, dapat
pula coretan-coretan di dinding. Analisis isi juga dapat dilakukan dengan
menghitung frekuensi pada level kata atau kalimat.
Tahapan dalam content analysis adalah sebagai berikut. (Cokro, 2013)
1. Unitizing (pengunitan), adalah upaya untuk mengambil data yang tepat
untuk kepentingan penelitian. Data-data tersebut seperti laporan keuangan
unit underwriting dan klaim PT. BNI Life Insurance pada tahun 2012-
2016.
64
2. Sampling (penyamplingan), adalah mencari sampel yang dapat digunakan
dalam mendukung penelitian. Dalam hal ini berupa kutipan-kutipan
ataupun contoh-contoh.
3. Reducing (pengurangan) adalah penyederhanaan dari unit-unit yang telah
diperoleh, sehingga data yang didapat lebih efisien. Dalam hal ini unit
berfokus pada laporan unit underwriting dan klaim.
4. Abductively inferring adalah melakukan penarikan kesimpulan melalui
analisa yang lebih jauh, sehingga dapat timbul makna yang lebih luas,
sebab-akibat serta arahan atau acuan.
5. Naratting (penarasian) adalah merupakan tahapan akhir yakni upaya dalam
menjawab hasil dari penelitian yang telah dilakukan.
Setelah semua data terkumpul dan telah dilakukan content analysis,
maka penulis melanjutkan tahap analisis dengan menggunakan metode
deskriptif analysis. Pada tahap ini, data dideskripsikan dan dianalisis
sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang
dapat digunakan untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini. Data yang
digunakan adalah laporan unit underwriting dan klaim PT. BNI Life
Insurance pada tahun 2012-2016.
B. PT. BNI Life Insurance
Berdiri pada 28 November 1996, BNI Life merupakan salah satu
perusahaan anak dari PT. Bank Negara Indonesia 46(Persero) Tbk atau PT.
BNI 46. Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia yang berdiri sejak
1946, BNI 46 telah melayani masyarakat melalui jaringan infrastruktur yang
65
terbesar di 34 provinsi dengan jangkauan internasional. Pendirian tersebut
sejalan dengan tujuan BNI 46 untuk menjadi lembaga penyedia layanan dan
jasa keuangan terpadu bagi seluruh nasabahnya (one stop financial service).
Dalam menyelenggarakan kegiatan usahanya, PT. BNI life Insurance telah
memperoleh izin usaha di bidang asuransi jiwa berdasarkan Keputusan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 305/KMK.017/1997 tanggal 7
Juli 1997. Saat ini BNI 46 memiliki 60% saham BNI Life Insurance.
Pada awal Mei 2014, Sumitomo Life Insurance Company (Sumitomo
Life) secara resmi menjadi salah satu pemegang saham BNI Life dengan
porsi kepemilikan kurang lebih 40% saham. Sumitomo Life merupakan
perusahaan asuransi terbesar ke empat di Jepang berdasarkan laba bisnis inti
dan pendapatan premi (Nikkei Shinbun, Mei 2015 dan Asahi Shinbun, Mei
2015). Pada akhir Juni 2015, Sumitomo Life mendapatkan rating “A” dari
Standard&Poor’s, A+ dari Rating and Invesment dan A+ dari Japan Credit
rating. Terhitung sejak Maret 2015, Sumitomo Life memiliki asset senilai
lebih dari 227,6 miliar US Dollar dan total laba bisnis utama sebesar 3,4
miliar US Dollar.
Produk-produk BNI Life yang terdiri dari produk asuransi jiwa,
kesehatan, pendidikan, investasi, jaminan hari tua dan syariah dipasarkan
melalui 4 saluran distribusi yaitu:
1. Bancassurance
Bentuk pemasaran yang dijalankan melalui penempatan tenaga
pemasar melalui cabang – cabang Bank Negara Indonesi (BNI).
66
2. Agency
Bentuk pemasaran yang dijalankan melalui tenaga-tenaga pemasar
yang tersebar di Indonesia dan ditempatkan pula pada kantor-
kantor pemasaran.
3. Employee Benefits
Bentuk pemasaran yang ditujukan pada perusahaan-perusahaan
yang ingin memberikan layanan perlindungan pada staff atau
karyawannya.
4. Syariah
Bentuk pemasaran yang melalui agen-agen pemasaran atau tenaga
pemasar yang berada di cabang-cabang BNI Syariah ataupun
agent-agent yang memasarkan produk dengan prinsip syariah.
C. Sumitomo Life Insurance
Sumitomo berdiri pada tahun 1970 dan menjadi perusahaan asuransi
jiwa terbaik no. 4 di Jepang. Misi yang dianut oleh Sumitomo yaitu konsep
koeksistensi, kemakmuran dan saling mendukung. Sumitomo berusaha untuk
memperkuat dan memperluas bisnis dengan kontribusi untuk kemajuan,
kesejahteraan sosial dan masyarakat. Sumitomo memiliki prinsip
mempertahankan semangat progresif dan gigih, menanggapi perubahan di
lingkungan dan mengikuti perkembangan zaman. (Sumitomo Life, 2014)
67
Visi dari Sumitomo Life dikenal dengan "Empat Nilai Advanced"
yaitu, memberdayakan masa depan nasabah, memberikan nilai-nilai kepada
nasabah melalui upaya berkelanjutan, menjadi pembeda dengan memberikan
keunikan dan keunggulan dari segi layanan serta meningkatkan loyalitas
kepada nasabah. (Sumitomo Life, 2014)
Sumitomo Life Insurance merupakan perusahaan asuransi asal Jepang
yang memiliki pertumbuhan dan kinerja yang cukup pesat. Berdiri kurang
lebih selama 109 tahun membuat Sumitomo memiliki pengalaman yang
sangat baik dibidang asuransi jiwa dan kesehatan. Menurut laporan keuangan
Sumitomo, jumlah tenaga pemasar yang dimiliki sebesar 31.244 orang.
Jumlah premi tahunan yang tercatat pada tahun 2016 sebesar $ 22.9 Milyar,
kemudian jumlah premi baru (new business) sebesar $ 1.5 Milyar. Core
business profit sebesar $ 2.8 Milyar dengan total asset sebesar $ 282.1
Milyar. Nilai saham yang dimiliki atau tertanam pada Sumitomo sebesar $
22.2 Milyar dengan rasio solvabilitas sebesar 798,6%. (Annual Report 2016)
Dengan banyaknya pengalaman yang dimiliki Sumitomo di Jepang,
pada tahun 2014 Sumitomo memutuskan untuk melebarkan sayap
perusahaan. Indonesia dinilai memiliki peluang bisnis asuransi jiwa yang
baik, sehingga pada tahun tersebut Sumitomo membeli saham PT. BNI Life
Insurance sebesar 40%. (Lubis, 2016)
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Dinamika Sumitomo Life Insurance Dengan Jumlah Nasabah
Industri asuransi jiwa mencatatkan pertumbuhan premi 10%
sampai semester I-2016. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa
Indonesia (AAJI), hingga Juni 2016 perolehan premi industri mencapai Rp
74,6 triliun. Sumbangan premi bisnis baru mencapai Rp 43,4 triliun.
Sementara sisanya Rp 31,2 triliun bersumber dari premi lanjutan.
Kenaikan premi ikut mendorong aset industri asuransi jiwa, hingga
semester I - 2016 aset sektor tersebut naik 10,2% secara year on
year menjadi Rp 368,52 triliun. Di sisi lain, jumlah tertanggung asuransi
jiwa justru menurun, hingga Juni 2016 seluruh perusahaan asuransi jiwa di
Indonesia menanggung nasabah 56,95 juta jiwa. Jumlah ini menurun dari
periode sama di tahun 2015 sebanyak 57,02 juta jiwa. Kepala Departemen
Komunikasi AAJI, Nini Sumohandoyo menyebut penurunan ini terjadi di
segmen peserta kumpulan. Di segmen tersebut terjadi penurunan sebesar
6,4% menjadi 37,84 juta orang. Meski begitu jumlah nasabah individu
tumbuh 15% menjadi 19,1 juta orang. (Kontan,2016)
BNI Life Insurance sebelumnya adalah perusahaan yang
bergabung dengan perusahaan asuransi jiwa BUMN lainnya yang menjadi
nama perusahaan asuransi Jiwa Sraya, memiliki banyak pengalaman
dalam bidang asuransi di Indonesia. Sebelum adanya chanel pemasaran
yang dilakukan oleh bancaasurance, BNI Life Insurance memang hanya
69
mengandalkan channel distribution melalui agency. Tetapi setelah
bekerjasama dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang kala
itu merupakan pemegang saham mutlak atau hanya satu-satunya dari BNI
Life Insurance, dibukalah channel distribution lainnya yaitu melalui
bancaasurance. (Lubis, 2016)
Perkembangannya memang lebih cepat bila dibandingkan dengan
channel distribution agency, karena agency pada prinsipnya mencari
nasabah secara random atau kedekatan semata. Channel distribution
agency memiliki kantor pemasaran agency di beberapa kota besar di
Indonesia sedangkan channel distribution bancaasurance menempatkan
tenaga pemasar pada unit atau kantor cabang BNI 46 di seluruh Indonesia,
bahkan hingga kawasan daerah yang terpencil pun menyebabkan
penjualan asuransi melalui channel distribution bancaasurance dapat
tumbuh dengan cepat dan efektif. (Lubis, 2016)
Proses pemasaran pada channel distribution bancaasurance
menjadi lebih mudah karena tenaga pemasar hanya melakukan follow up
terhadap nasabah yang dimiliki oleh unit atau cabang dari BNI 46 tersebut.
Berbeda halnya dengan channel distribution agency, yang harus mencari
nasabah terlebih dahulu secara random untuk dilakukan pendekatan proses
pemasaran. Beragamnya produk dan channel distribution yang dimiliki
BNI Life Insurance sebagai upaya Perusahaan untuk meningkatkan jumlah
nasabah. (Illyas, 2016)
70
Dalam penelitian terkait dengan perkembangan jumlah nasabah
sebelum bergabungnya Sumitomo akan penulis paparkan terhadap unit
konvensional dan unit syariah, sebagai berikut:
a) Unit Konvensional
Sebelum bergabungnya Sumitomo perkembangan jumlah nasabah
BNI Life Insurance dapat digambarkan sebagai berikut: (Annual
Report, 2016)
Tabel 4.1 Jumlah Nasabah Unit Konvensional
Tahun Jumlah Nasabah
2012 22.373
2013 27.961
Pada tabel 4.1 dapat penulis paparkan bahwa pada tahun 2012
jumlah nasabah unit konvensional BNI Life Insurance tercatat
sebanyak 22.373 nasabah, dan pada tahun 2013 tercatat sebanyak
27.961 nasabah. Pada periode 2013 jumlah nasabah unit
konvensional meningkat sebesar 25% dari jumlah nasabah tahun
2012.
b) Unit Syariah
Sebelum bergabungnya Sumitomo perkembangan jumlah nasabah
BNI Life Insurance dapat digambarkan sebagai berikut: (Annual
Report, 2016)
71
Tabel 4.2 Jumlah Nasabah Unit Syariah
Tahun Jumlah Nasabah
2012 3.448
2013 3.563
Pada tabel 4.2 dapat penulis paparkan bahwa pada tahun 2012
jumlah nasabah unit syariah BNI Life Insurance tercatat sebanyak
3.448 nasabah, dan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 3.563 nasabah.
Pada periode 2013 jumlah nasabah unit syariah meningkat sebesar
3.3% dari jumlah nasabah tahun 2012.
Pada tahun 2014 Sumitomo secara resmi membeli saham BNI
Life Insurance sebesar 40%, sehingga kini BNI 46 hanya memiliki
saham sebesar 60%. Dalam kurun waktu selama tahun 2014 tersebut
Sumitomo masih belum menunjukan perubahan secara signifikan,
melainkan masih melakukan adaptasi dengan lingkungan perusahaan
baru dan kultur budaya perusahaan di Indonesia. Tetapi secara
struktural Sumitomo sudah memiliki atau diberikan kekuasaan dalam
bentuk pemimpin direksi pada bagian bancaasurance dan risk
management. (Lubis, 2016)
Dari wewenang yang dimilikinya tersebut, khususnya untuk unit
risk management, dapat dipastikan berdampak atau memiliki pengaruh
72
pada unit sekitarnya, salah satunya adalah unit underwriting yaitu terkait
seleksi risiko terhadap calon nasabah BNI Life Insurance. Memang pada
tahun 2014 belum terlalu dirasakan perubahan yang terjadi atau dilakukan
oleh para pemimpin direksi sumitomo, tetapi dapat penulis paparkan
perkembangan jumlah nasabah pada tahun 2014 sebagai berikut: (Annual
Report, 2016)
Tabel 4.3 Jumlah Nasabah Unit Konvensional
Tahun Jumlah Nasabah
2014 33.204
Pada tabel 4.3 dapat penulis paparkan bahwa pada tahun 2014
jumlah nasabah unit konvensional BNI Life Insurance tercatat sebanyak
33.204 nasabah, dan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 27.961 nasabah.
Pada periode 2014 jumlah nasabah unit konvensional meningkat sebesar
18.7% dari jumlah nasabah tahun 2013.
Tabel 4.4 Jumlah Nasabah Unit Syariah
Tahun Jumlah Nasabah
2014 3.439
73
Pada unit syariah jumlah nasabah tahun 2014 yaitu sebanyak 3.439
nasabah. Sementara pada tahun 2013 mencatatkan jumlah nasabah 3.563
nasabah atau turun 3.5%.
Kemudian masuk pada tahun 2015 dan 2016, dimana Sumitomo
mulai menancapkan kekuasaan yang dimilikinya dengan kepemilikan
saham sebesar 40% untuk BNI Life Insurance, dengan memerintahkan
seluruh unit untuk menerbitkan dan memperbaharui Buku Panduan
Perusahaan pada setiap unit yang ada di BNI Life Insurance, termasuk
didalamnya adalah unit underwriting.
Memang perubahan tersebut dapat dirasakan pada perkembangan
jumlah nasabah pada tahun 2015 dan 2016 sebagai berikut: (Annual
Report, 2016)
Tabel 4.5 Perkembangan Jumlah Nasabah Unit Konvensional
Tahun Jumlah Nasabah
2015 70.897
2016 140.150
Pada tahun 2015 BNI Life Insurance mencatatkan jumlah nasabah
sebanyak 70.897 nasabah atau naik 113% bila dibandingan tahun 2014.
Sementara untuk tahun 2016 BNI Life Insurance mencatatkan jumlah
74
nasabah sebanyak 140.150 nasabah atau naik 322% dari tahun 2014.
Pencatatan yang signifikan tersebut merupakan jerih payah kerja sama
yang baik antara BNI 46 dengan Sumitomo dalam mengelola BNI Life
Insurance pada unit konvensional.
Selanjutnya untuk unit syariah juga memiliki beberapa perubahan
yang signifikan pada tahun 2015 dan 2016, adalah sebagai berikut:
(Annual Report, 2016)
Tabel 4.6 Perkembangan Jumlah Nasabah Unit Syariah
Tahun Jumlah Nasabah
2015 137
2016 65
Pada unit syariah tahun 2015 terjadi penurunan sebesar 96% dan
tahun 2016 penurunan sebesar 98%. Berdasarkan hasil wawancara dengan
Okky, staff leader unit syariah, penurunan yang sangat signifikan tersebut
disebabkan oleh dihilangkannya unit pemasaran bancaasurance terkait
dengan proses spin off BNI 46 konvensional dan syariah. Kemudian belum
ada tindaklanjut dan kebijakan dari BNI Life Insurance terkait dengan
masalah tersebut, sehingga terjadilah penurunan jumlah yang signifikan
pada unit syariah.
75
B. Dinamika Sumitomo Life Insurance Dengan Premi
Premi adalah sejumlah uang yang harus dibayarkan setiap bulannya
sebagai kewajiban dari tertanggung atas keikutsertaannya di asuransi.
Besarnya premi atas keikutsertaan di asuransi yang harus dibayarkan telah
ditetapkan perusahaan dan disesuaikan dengan produk yang dipilih oleh
nasabah. (Arena, 2016)
Pertumbuhan premi merupakan salah satu alat ukur tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan asuransi jiwa. Semakin besar pendapatan dan
pertumbuhan premi yang didapatkan, maka semakin pesat pula pertumbuhan
perusahaan asuransi jiwa tersebut. (Arena, 2016)
Pada unit konvensional, premi secara sepenuhnya dimasukan sebagai
pendapatan perusahaan, sedangkan pada unit syariah premi bukanlah
sepenuhnya milik perusahaan dan tidak dapat dimasukan sebagai pendapatan
perusahaan karena didalamnya terdapat dana tabaru, yaitu dana milik
nasabah atau para peserta asuransi yang dapat digunakan ketika adanya
pengajuan klaim dari nasabah atau peserta asuransi jiwa unit syariah. (Ali,
2014)
Kemudian penulis akan memaparkan pendapatan premi BNI Life
Insurance sebelum bergabungnya Sumitomo terhadap unit konvensional dan
unit syariah sebagai berikut:
a) Unit Konvensional
Sebelum bergabungnya Sumitomo pendapatan premi BNI Life
Insurance dapat digambarkan sebagai berikut: (Annual Report, 2016)
76
Tabel 4.7 Premi Unit Konvensional
Pada tabel 4.7 dapat penulis paparkan bahwa pada tahun 2012 jumlah
pendapatan premi unit konvensional BNI Life Insurance tercatat
sebesar Rp.162.941.740.660 dan pada tahun 2013 tercatat sebesar
Rp.250.190.593.308. Pada periode 2013 jumlah pendapatan premi
unit konvensional meningkat sebesar 53% dari jumlah premi tahun
2012.
b) Unit Syariah
Sebelum bergabungnya Sumitomo perkembangan jumlah nasabah
BNI Life Insurance dapat digambarkan sebagai berikut: (Annual
Report, 2016)
Tabel 4.8 Premi Unit Syariah
Tahun Premi
2012 Rp. 2.924.550.000
2013 Rp. 2.852.780.000
Tahun Premi
2012 Rp.162.941.740.660
2013 Rp.250.190.593.308
77
Pada tabel 4.8 dapat penulis paparkan bahwa pada tahun 2012 jumlah
pendapatan premi unit syariah BNI Life Insurance tercatat sebesar
Rp.2.924.550.000 dan pada tahun 2013 tercatat sebesar
Rp.2.852.780.000. Pada periode 2013 jumlah pendapatan premi unit
syariah menurun sebesar 2.5% dari jumlah premi tahun 2012.
Pertumbuhan premi merupakan salah satu alat ukur tingkat
pertumbuhan suatu perusahaan asuransi jiwa. Semakin besar pendapatan
dan pertumbuhan premi yang didapatkan, maka semakin pesat pula
pertumbuhan perusahaan asuransi jiwa tersebut. Perkembangan
pertumbuhan premi BNI Life Insurance tahun 2014 ketika Sumitomo
bergabung adalah sebagai berikut: (Annual Report, 2016)
Tabel 4.9 Premi Unit Konvensional
Tahun Premi
2014 Rp. 226.650.799.775
Pada tahun 2014 BNI Life Insurance mencatatkan premi sebesar
Rp.226.650.799.775 atau terjadi penurunan 9.4% pada tahun sebelumnya
yaitu tahun 2013 sebesar Rp.250.190.593.308. Walaupun secara jumlah
nasabah terjadi kenaikan yang cukup signifikan, tetapi tidak sejalan
dengan pertumbuhan premi yang cenderung menurun. Kondisi ini
78
disebabkan karena banyaknya nasabah yang membeli produk unit
konvensional dengan nominal premi yang kecil serta masih banyaknya
tenaga pemasar yang masih terbilang baru atau recruitment new
marketing.
Tetapi kondisi tersebut berbanding terbalik dengan unit syariah
terkait dengan pertumbuhan premi pada tahun 2014, walaupun masih jauh
dibandingkan dengan unit konvensional. Berikut penulis paparkan
pertumbuhan premi unit syariah pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
(Annual Report, 2016)
Tabel 4.10 Premi Unit Syariah
Walaupun bila dilihat dari sisi pertumbuhan jumlah nasabah
menurun pada unit syariah, tidak berlaku bagi pertumbuhan premi pada
tahun 2014 sebesar Rp.3.449.500.000 yang mengalami kenaikan 21% bila
dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar Rp.2.852.780.000.
Berbeda kondisi pada tahun 2015 dan 2016 setelah bergabungnya
Sumitomo dengan BNI Life Insurance. Kondisinya cenderung positif atau
mengalamai kenaikan yang cukup signifikan. Berikut penulis paparkan
Tahun Premi
2014 Rp. 3.449.500.000
79
pertumbuhan premi untuk unit konvensional adalah sebagai berikut:
(Annual Report, 2016)
Tabel 4.11 Pertumbuhan Premi Unit Konvensional
Tahun Premi
2015 Rp. 613.462.464.151
2016 Rp. 1.537.652.785.211
Pada tahun 2015 pertumbuhan premi BNI Life Insurance
mencatatkan diri sebesar Rp. 613.462.464.151 atau naik hampir 170% dari
tahun 2014. Sementara pada tahun 2016 mencatatkan pertumbuhan premi
yang sangat signifikan sebesar Rp. 1.537.652.785.211 atau naik sebesar
578% bila dibandingkan tahun 2014 untuk unit konvensional.
Kondisi seperti ini dapat terjadi menurut Munawarah, leader unit
underwriting individu dikarenakan BNI Life Insurance beserta Sumitomo
mengeluarkan kebijakan dalam peluncuran produk unitlink dengan
nominal premi yang sangat besar dengan imbalan hasil investasi yang
sangat besar pada tahun pertamanya yakni berkisar diangka 9%. Produk
dengan jenis tersebut dinamakan Hy-End Pro untuk chanel bancaasurance
dan Spectra Double Power untuk chanel agency.
80
Tetapi kondisi yang dialami oleh unit konvensional tidak dirasakan
oleh unit syariah. Berikut penulis paparkan pertumbuhan premi unit
syariah pada tahun 2015 dan 2016 adalah sebagai berikut: (Annual Report,
2016)
Tabel 4.12 Pertumbuhan Premi Unit Syariah
Tahun Premi
2015 Rp. 618.350.000
2016 Rp. 315.350.000
Terkait dengan kasus spin off yang dialami oleh BNI 46 Syariah
memang berdampak pula pada BNI Life Insurance unit syariah. Belum
terlihatnya kebijakan yang signifikan bagi perkembangan unit syariah oleh
BNI Life Insurance dengan Sumitomo Life Insurace memperlihatkan
dampak pertumbuhan premi pada tahun 2015 mengalami penurunan 82%
sebesar Rp.618.350.000 dan pada tahun 2016 penurunan 90% sebesar
Rp.315.350.000.
Kebijakan untuk diterbitkannya kembali bancaasurance memang
bukan perkara mudah atau tidak bisa dalam jangka waktu yang singkat,
tetapi jika hanya mengandalkan penjualan pada channel agency pada unit
syariah individu tentu data diatas sudah membuktikan bahwa itu tidak
cukup. Kebijakan jangka pendek dirasa sangat perlu mengingat kondisi
81
atau perkembangan unit syariah tidak hanya tidak bergerak bahkan
cenderung mengalami penurunan yang sangat signifikan.
C. Dinamika Sumitomo Life Insurance Dengan Klaim
Klaim asuransi adalah sebuah permintaan resmi kepada perusahaan
asuransi untuk meminta pembayaran berdasarkan ketentuan perjanjian.
Klaim asuransi yang diajukan akan ditinjau oleh perusahaan untuk
validitasnya dan kemudian dibayarkan kepada pihak tertanggung setelah
disetujui. (Haddad, 2014)
Selanjutnya penulis akan memaparkan pengajuan tingkat klaim BNI
Life Insurance sebelum bergabungnya Sumitomo atau lebih tepatnya pada
tahun 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut:
a) Unit Konvensional
Sebelum bergabungnya Sumitomo pengajuan klaim unit konvensional
BNI Life Insurance dapat digambarkan sebagai berikut: (Annual
Report, 2016)
Tabel 4.13 Klaim Unit Konvensional
Tahun Klaim Dibayar Klaim Ditolak
2012 Rp. 8.324.769.628 Rp. 2.676.014.588
2013 Rp. 14.254.622.388 Rp. 5.348.875.218
82
Pada tabel 4.13 dapat penulis paparkan bahwa pada tahun 2012
jumlah klaim yang dibayarkan unit syariah BNI Life Insurance adalah
sebesar Rp.8.324.769.628 sedangkan pada tahun 2013 jumlah klaim
yang dibayarkan meningkat 71.2% menjadi sebesar
Rp.14.254.622.388. Kemudian untuk jumlah klaim yang ditolak pada
tahun 2012 adalah sebesar Rp.2.676.014.588 dan pada tahun 2013
mengalami kenaikan hampir 100%, sebesar Rp.5.348.875.218.
Berbeda dengan apa yang terjadi dengan unit konvensional, unit
syariah pada pengajuan klaim yang dilakukan oleh peserta asuransi
kepada BNI Life Insurance sebelum bergabungnya Sumitomo atau
lebih tepatnya pada tahun 2012 dan 2013 adalah sebagai berikut:
b) Unit Syariah
Sebelum bergabungnya Sumitomo pengajuan klaim unit syariah PT.
BNI Life dapat digambarkan sebagai berikut: (Annual Report, 2016)
Tabel 4.14 Pengajuan Klaim Unit Syariah
Data diatas menunjukan bahwa prinsip keadilan bagi perusahaan dan
nasabah dapat dijalankan dengan baik oleh BNI Life Insurance unit
Tahun Klaim Dibayar Klaim Ditolak
2012 Rp. 80.318.389 -
2013 Rp. 803.350.000 -
83
syariah. Hal ini dapat dilihat dari pengajuan klaim oleh nasabah unit
syariah kepada BNI Life Insurance pada tahun 2012 adalah sebesar
Rp.80.318.389 dan pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 803.350.000
atau naik 900% dari tahun 2012.
Meskipun pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang sangat
signifikan bila dibandingkan dengan tahun 2012. Pada data diatas
tidak ada satu pun pengajuan klaim oleh nasabah yang membeli
produk asuransi jiwa unit syariah yang pengajuan klaimnya ditolak
oleh BNI Life Insurance. Prinsip keadilan yang menjadi dasar dari
perusahaan asuransi jiwa syariah dijalankan dengan baik oleh BNI
Life Insurance.
Banyaknya issue yang berkembang terkait dengan tidak
dibayarkannya klaim asuransi jiwa kesehatan atau meninggal nasabah
asuransi jiwa menyebabkan perkembangan asuransi jiwa khususnya di
Indonesia menjadi terhambat. Dapat dibayangkan bahwa asuransi jiwa
konvensional yang lebih dahulu berkembang saja dapat kewalahan dengan
issue seperti itu, apalagi asuransi jiwa syariah yang dapat dikatakan baru
lahir. Dihadapkan dengan issue tersebut BNI Life Insurance harus pandai
– pandai mengeluarkan kebijakan serta melakukan analisis risiko yang
lebih baik.
Perusahaan asuransi jiwa pada prinsipnya tidak perlu melakukan
analisis risiko yang sangat ketat atau terkesan defensive. Namun yang
perlu dicermati adalah analisis risiko yang dilakukan harus adil dan
84
berimbang. Maksudnya adalah adil bagi perusahaan serta adil bagi
nasabah atau peserta asuransi karena bila terlalu ketat seleksi risiko yang
dilakukan maka semakin sedikit nasabah atau peserta asuransi yang
diterima atau disetujui kepesertaan asuransinya yang pada akhirnya
berdampak pada pertumbuhan premi yang tidak baik dan keuntungan serta
kelangsungan perjalanan asuransi jiwa akan semakin berat. Berlaku
sebaliknya pula, jika seleksi risiko yang dilakukan terlalu longgar maka
berdampak pada pengajuan tingkat klaim yang semakin tinggi dan sama-
sama membuat perusahaan asuransi jiwa semakin berat langkahnya.
Selanjutnya penulis akan memaparkan pengajuan tingkat klaim
BNI Life Insurance saat bergabungnya Sumitomo atau lebih tepatnya pada
tahun 2014 adalah sebagai berikut: (Annual Report, 2016)
Tabel 4.15 Klaim Unit Konvensional
Dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 pengajuan klaim yang
dibayarkan adalah sebesar Rp. 17.936.151.869 atau naik 25% dari tahun 2013.
Jumlah klaim yang ditolak sebesar Rp.4.311.720.392 atau turun 19% dari tahun
2013.
Berbeda dengan apa yang terjadi dengan unit konvensional, unit
syariah pada pengajuan klaim yang dilakukan pleh peserta asuransi kepada
Tahun Klaim Dibayar Klaim Ditolak
2014 Rp. 17.936.151.869 Rp. 4.311.720.392
85
BNI Life Insurance saat bergabungnya Sumitomo atau lebih tepatnya pada
tahun 2014 adalah sebagai berikut: Annual Report, 2016)
Tabel 4.16 Klaim Unit Syariah
Tahun Klaim Dibayar Klaim Ditolak
2014 Rp. 532.520.300 -
Data diatas menunjukan bahwa prinsip keadilan bagi perusahaan
dan nasabah dapat dijalankan dengan baik oleh BNI Life Insurance unit
syariah. Hal ini dapat dilihat dari pengajuan klaim oleh nasabah unit
syariah kepada BNI Life Insurance pada tahun 2014 adalah sebesar Rp.
532.520.300 atau mengalami penurunan 33.7% dari pada tahun
sebelumnya.
Pada data diatas tidak ada satu pun pengajuan klaim oleh nasabah
yang membeli produk asuransi jiwa unit syarah yang pengajuan klaimnya
ditolak oleh BNI Life Insurance. Selain karena prinsip keadilan yang
menjadi dasar dari perusahaan asuransi jiwa syariah dijalankan dengan
baik oleh BNI Life Insurance, hasil tersebut juga dipengaruhi oleh
pengurangan yang cukup signifikan pada pengajuan asuransi oleh nasabah
atau peserta asuransi jiwa syariah.
Berbeda kondisi pada tahun 2015 dan 2016 setelah bergabungnya
Sumitomo dengan BNI Life Insurance. Perkembangan klaim unit
86
konvensional cenderung mengalami kenaikan. Berikut penulis paparkan
pertumbuhan premi untuk unit konvensional adalah sebagai berikut:
Tabel 4.17 Perkembangan Klaim Unit Konvensional
Tahun Klaim Dibayar Klaim Ditolak
2015 Rp. 27.634.285.964 Rp. 4.736.682.506
2016 Rp. 39.458.704.835 Rp. 4.558.317.429
Dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 jumlah klaim yang
dibayarkan adalah sebesar Rp. 27.634.285.964 atau naik 54% dari tahun
2014. Jumlah klaim yang ditolak sebesar Rp.4.736.682.506 atau naik
9.8%. Sementara pada tahun 2016 jumlah klaim yang dibayarkan adalah
sebesar Rp. 39.458.704.835 atau naik 119% dari tahun 2014, sementara
jumlah klaim ditolak sebesar Rp. 4.558.317.429 atau naik 5.7% dari tahun
2014.
Tetapi kondisi yang dialami oleh unit konvensional tidak dirasakan
oleh unit syariah. Berikut penulis paparkan pertumbuhan premi unit
syariah pada tahun 2015 dan 2016 adalah sebagai berikut:
87
Tabel 4.18 Perkembangan Klaim Unit Syariah
Tahun Klaim Dibayarkan Klaim Ditolak
2015 Rp. 635.500.000 -
2016 Rp. 487.800.000 Rp. 36.000.000
Data diatas menunjukkan bahwa prinsip keadilan bagi perusahaan
dan nasabah masih dapat dijalankan dengan baik oleh BNI Life Insurance
unit syariah. Hal ini dapat dilihat dari pengajuan klaim nasabah BNI Life
Insurance unit syariah pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 635.500.000
atau naik 19% dari tahun 2014. Pada tahun 2016 sebesar Rp. 487.800.000 atau
mengalami penurunan 8.4% dari pada tahun 2014.
Pada tahun 2015 tidak ada satu pun pengajuan klaim nasabah BNI
Life Insurance unit syariah yang ditolak oleh BNI Life Insurance. Kondisi
ini cukup memprihatinkan karena bertambahnya klaim pada tahun tersebut
tidak dibarengi dengan bertambahnya premi pada unit syariah.
Burhanuddin, leader unit klaim mengatakan bahwa kenaikan
pengajuan klaim dirasa wajar karena kenaikan jumlah nasabah dan
pendapatan premi PT. BNI Life Insurance. Kemudian pada tahun 2016
terjadi penurunan pengajuan klaim bila dibandingkan dengan tahun 2015.
Pada tahun tersebut terdapat klaim ditolak yaitu sebesar Rp. 36.000.000.
88
D. Dinamika Sumitomo Life Insurance Dengan Teknik Underwriting
Pada prinsipnya setiap perusahaan asuransi jiwa di Indonesia
memiliki kepahaman atau teknik underwriting yang sama, perbedaannya
hanya terletak pada kemampuan menghadapi risiko yang ada serta produk
asuransi yang dimiliki oleh perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Seorang
underwriter harus terdaftar serta aktif dalam perkumpulan PERUJI
(Perkumpulan Underwriter Jiwa Indonesia). Perkumpulan tersebut selalu
mengadakan seminar mengenai pemahaman underwriter dalam melakukan
seleksi risiko dan memberikan pemahaman yang seragam pada setiap
underwriter diseluruh Indonesia. Sehingga diharapkan banyak tercipta
underwriter yang handal dalam mengerjakan seleksi risiko. (PERUJI,
2016)
BNI Life Insurance sendiri pada dasarnya memiliki tiga tahapan
dalam melakukan seleksi risiko, diantaranya adalah sebagai berikut: (BPP,
2016)
1. Seleksi Risiko Administratif
Pada tahapan ini seorang underwriter diminta untuk melakukan
seleksi atau pengecekan secara menyeluruh yang menyangkut
dengan masalah adminstratif, seperti identitas nasabah, tanda
tangan nasabah hingga kondisi pengisian SPAJ (Surat Permintaan
Asuransi Jiwa). Sebelum bergabungnya Sumitomo, pada proses
seleksi risiko administratif underwriter diminta melakukan seleksi
risiko secara ketat. Hal tersebut menyebabkan seleksi risiko
89
tersebut menjadi tidak fleksibel dan cenderung kaku, tetapi
menjadi lebih aman karena sangat berhati-hati didalam melakukan
seleksi risiko tersebut
2. Seleksi Risiko Financial
Pada tahapan ini seorang underwriter diminta untuk melakukan
seleksi kelayakan nasabah untuk diterima pengajuan asuransinya
serta kemampuan nasabah dalam membayar premi sesuai dengan
produk yang dipilih oleh nasabah itu sendiri. Ketentuan seperti
premi maksimal yang dapat diambil nasabah adalah sebesar 30%
dari pendapatannya selama setahun. Kelayakan dan kemampuan
nasabah tersebut dapat dilihat dari pengajuan asuransi pada form
SPAJ (Surat Permintaan Asuransi Jiwa) yang diisi langsung oleh
nasabah.
3. Seleksi Risiko Kesehatan
Pada tahapan ini seorang underwriter diminta untuk melakukan
seleksi risiko terhadap beragam kemungkinan yang dapat terjadi
oleh nasabah atau peserta asuransi yang membeli dan memilih
produk yang ditawarkan BNI Life Insurance. Sebelum
bergabungnya Sumitomo, pegawai BNI 46 yang membeli produk
asuransi jiwa individu milik BNI Life Insurance diharuskan
melakukan pengecekan riwayat penyakit dan riwayat pengajuan
klaimnya melalui asuransi jiwa kelompok atau group yang
dimiliki oleh karyawan BNI 46. Sehingga didapati hasil seleksi
90
risiko yang lebih adil dan fair bagi pihak BNI 46 dan BNI Life
Insurance.
Ketatnya seleksi risiko yang dilakukan oleh underwriting sebelum
bergabungnya Sumitomo, menyebabkan banyaknya pengajuan asuransi yang
ditunda atau pending. Kondisi ditundanya pengajuan asuransi nasabah
tersebut menyebabkan nasabah diharuskan melengkapi data perubahan yang
sesuai dengan permintaan underwriter dalam seleksi risiko yang dilakukan
oleh underwriting, baik unit konvensional maupun unit syariah. (BPP, 2016)
Terkait dengan banyaknya pengajuan asuransi nasabah yang
ditunda atau pending oleh underwriter. Menyebabkan kerugian bagi nasabah,
karena lambatnya proses atau dibutuhkan waktu yang lebih lama lagi untuk
mendapatkan polis dari produk asuransi yang dibeli nasabah atau calon
peserta asuransi BNI Life Insurance. Kemudian sebelum bergabungnya
Sumitomo, pengerjaan seleksi risiko terhadap pengajuan asuransi jiwa oleh
nasabah atau peserta asuransi melalui form SPAJ (Surat Permintaan Asuransi
Jiwa) masih dikerjakan secara manual oleh underwriter. Pengerjaan tersebut
masih belum dikerjakan oleh vendor atau sistem dan belum dilakukan secara
paper less. Sehingga semakin membuat rumit kondisi yang terjadi pada unit
underwriting, terkait dengan banyaknya data atau form SPAJ (Surat
Permintaan Asuransi Jiwa) yang ditunda atau pending tersebut. (BPP, 2016)
Buku Pedoman Perusahaan yang telah dirumuskan memiliki
beberapa perubahan, baik diantaranya adala h unit underwriting individu
91
konvensional dan syariah. Perubahan metode underwriting pada seleksi
risiko yang dilakukan oleh underwriter adalah sebagai berikut: (BPP,
2016)
1. Underwriting Individu Konvensional
Beberapa perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut:
a) Identitas Nasabah
Pada Buku Pedoman Perusahaan yang dirumuskan untuk
identitas nasabah jika terdapat perbedaan maka langsung
mengacu pada identitas (KTP, SIM, Resi KTP, Passpor). Hal
ini berdampak pada kerugian nasabah bilamana memang
terjadi perbedaan dengan identitas yang sebenarnya.
b) Persentase Penerima Manfaat
Jika nasabah lupa mengisikan persentase ahli waris, maka
underwriter akan melakukan konfirmasi pada nasabah, tetapi
setelah terbitnya Buku Pedoman Perusahaan untuk masalah
persentase selama bisa diisikan oleh underwriter dengan
ketentuan maksimal 100%, maka tidak diperlukan konfirmasi
nasabah.
c) Pertanyaan Kesehatan
Total ada sekitar 21 pertanyaan kesehatan yang harus dijawab
oleh nasabah. Sebelum adanya Buku Pedoman Perusahaan,
bila ada perbedaan jawaban antara pemegang polis dengan
tertanggung maka harus melampirkan copy SPAJ dengan
92
jawaban yang sesuai. Setelah Buku Pedoman Perusahaan terbit
cukup dengan melampirkan form Perubahan.
d) Form Questionare Kesehatan
Sebelum terbitnya Buku Pedoman Perusahaan, total form
questionare kesehatan ada sebanyak 60 form, sekarang hanya
tersisa 10 form.
e) Tabel Medis
Perubahan yang terjadi adalah pada minimum dan maksimum
jumlah risiko awal yang sebelumnya Rp.200,000,000 dan
Rp.1,800,000,000. Setelah perubahan menjadi minimum dan
maksimum Rp.300,000,000 dan Rp.2,000,000,000.
f) Jumlah Maksimum Konsumsi Rokok
Perubahan yang terjadi adalah pada maksimum konsumsi
rokok yang masih dapat diterima underwriting. Sebelumnya
adalah maksimal pada range 20-30 batang rokok sehari masih
dapat diterima tanpa adanya medis yang diminta. Untuk
sekarang diatas 33 batang rokok sehari baru dimintakan medis.
g) Hubungan Tertanggung dengan Penerima Manfaat
Perubahan yang terjadi pada hubungan bibi/paman dengan
keponakan yang sebelumnya tidak dapat diterima karena tidak
masuk dalam unsur insurable interest. Tetapi setelah adanya
perubahan, hubungan tersebut masuk dalam insurable interest.
93
h) Hubungan Pemegang Polis dengan Tertanggung
Pada prinsipnya jika pemegang polis dan tertanggung adalah
kakak dan adik atau sebaliknya yang sama-sama memiliki
pekerjaan, tetap dapat diterima oleh underwriter. Tetapi
setelah adanya perubahan, hubungan kakak dan adik dengan
kondisi tersebut tidak dapat diterima.
i) Form Konfirmasi Tanda Tangan Nasabah
Sebelumnya jika ada perubahan tanda tangan nasabah harus
menunjukan identitas dengan tanda tangan sebelum dan
sesudah perubahan, tetapi kini cukup dengan pengisian form
tanda tangan dengan sebelum dan sesudah perubahan.
j) Form Pengiriman Polis
Sebelumnya tidak diberlakukannya form pengiriman polis
karena disamakan dengan alamat korespondensi atau
pengiriman surat-menyurat. Tetapi setelah perubahan
dibuatkan form untuk pengiriman polis ke cabang-cabang BNI.
k) Form Fatca
Form Fatca bertujuan untuk warga negara Amerika Serikat
yang memiliki asuransi di Indonesia. Form ini bertujuan untuk
pemungutan pajak warga Amerika Serikat yang berinvestasi
melalui asuransi di Indonesia.
94
l) Ilustrasi
Sebelumnya bila terjadi perbedaan penulisan usia nasabah
antara ilustrasi dengan KTP dalam rentang usia 1 tahun akan
dimintakan ilustrasi yang baru, tetapi kini selama tidak ada
perubahan lainnya tidak perlu dimintakan perubahan dan tetap
dapat diproses oleh underwriter.
m) Bukti Setor Pembayaran Premi
Sebelumnya bila ada bukti setor yang tidak jelas tetapi pada
sistem sudah terdapat nomor virtual accountnya, maka tetap
dimintakan bukti setor yang jelas agar dapat dicocokan dengan
sistem. Tetapi kini selama disistem sudah masuk dengan
virtual account yang sesuai maka tidak perlu dimintakan atau
dapat diproses oleh underwriter.
n) Form Referal
Form referral adalah form yang dijadikan acuan komisi bagi
pegawai BNI 46 yang menawarkan produk asuransi BNI Life
Insurance kepada nasabah BNI 46. Jika yang terlampir tidak
jelas maka proses underwriting tertunda dan menunggu form
yang lebih jelas. Tetapi kini hanya perlu berhubungan dengan
pihak bancaasurance untuk dimintakan data yang sesuai maka
proses dapat dilanjutkan oleh underwriter.
95
o) Kartu Keluarga
Permintaan untuk melampirkan photo copy Kartu Keluarga
sebagai dokumen tambahan untuk seorang underwriter dalam
melakukan seleksi risiko kini tidak diperlukan lagi.
p) Akta Lahir
Untuk produk asuransi pendidikan harus terlampir akta lahir
penerima beasiswa untuk produk yang dijual melalui channel
agency dan bancaasurance. Tetapi setelah adanya perubahan
khusus untuk produk yang berasal dari bancaasurance tidak
diperlukan adanya akta lahir penerima beasiswa, hanya cukup
pernyataan pada SPAJ.
q) Form Questionare Hobi
Untuk saat ini form questionare hobi tidak diperlukan lagi.
Pada ketentuan sebelumnya jika nasabah memiliki hobi yang
ekstrim maka diharuskan mengisi form tersebut bahkan dapat
dikenakan ektra premi karena berbahayanya suatu hobi.
r) Dokumen Pengajuan Perusahaan
Sebelum diterbitkannya Buku Pedoman, Perusahaan yang
mengajukan pegawainya sebagai tertanggung perlu
melengkapi minimal 10 dokumen yang dimintakan
underwriter yaitu, akta pendirian perusahaan, domisili
perusahaan, surat kuasa penunjukan PIC, daftar nama
karyawan, identitas pejabat pemberi kuasa, identitas pejabat
96
pemberi kuasa, identitas tertanggung, laporan keuangan
terkini, NPWP, SPT tahunan karyawan. Tetapi kini hanya
dimintakan 7 dokumen, yaitu tanpa dimintakan dokumen
seperti NPWP, SPT tahunan karyawan dan domisili
perusahaan.
s) Ketentuan Uang Pertanggungan < atau = 60 Juta
Sebelum terbitnya buku pedoman perusahaan, untuk uang
pertanggungan dibawah atau sama dengan 60 Juta tetap
dilakukan seleksi risiko oleh underwriter. Tetapi kini dapat
diproses tanpa seleksi risiko oleh underwriter dengan catatan
tidak memiliki polis di BNI Life sebelumnya dan sudah
melewati proses registrasi atau administrasi.
t) Ketentuan Produk Personal Accident
Pada produk jenis Personal Accident yaitu Perisai Prima,
ketentuan uang pertanggungan adalah 20x dari premi yang
dibayarkan. Manfaat yang didapat adalah hanya manfaat
kematian yaitu dibayarkannya uang pertanggungan bila
tertanggung meninggal dunia. Sebelumnya produk ini
dilakukan seleksi risiko oleh underwriter, dan kini dapat
diproses tanpa seleksi risiko oleh underwriter dengan catatan
tidak memiliki polis di BNI Life Insurance sebelumnya dan
sudah melewati proses registrasi atau administrasi.
97
2. Underwriting Individu Syariah
Beberapa perubahan yang terjadi adalah sebagai berikut: (BPP,
2016)
a) Identitas Nasabah
Pada Buku Pedoman Perusahaan yang dirumuskan untuk
identitas nasabah apabila terdapat perbedaan maka
langsung mengacu pada identitas (KTP, SIM, Resi KTP,
Passpor). Hal ini berdampak pada kerugian nasabah
bilamana memang terjadi perbedaan dengan identitas yang
sebenarnya.
b) Persentase Penerima Manfaat
Jika nasabah lupa mengisikan persentase ahli waris, maka
underwriter akan melakukan konfirmasi pada nasabah,
tetapi setelah terbitnya Buku Pedoman Perusahaan untuk
masalah persentase selama bisa diisikan oleh underwriter
dengan ketentuan maksimal 100%, maka tidak diperlukan
konfirmasi nasabah.
c) Pertanyaan Kesehatan
Total ada sekitar 21 pertanyaan kesehatan yang harus
dijawab oleh nasabah. Sebelum adanya Buku Pedoman
Perusahaan, bila ada perbedaan jawaban antara pemegang
polis dengan tertanggung, maka harus melampirkan copy
98
SPAJ dengan jawaban yang sesuai. Tetapi setelah Buku
Pedoman Perusahaan terbit cukup dengan melampirkan
form Perubahan.
d) Jumlah Maksimum Konsumsi Rokok
Perubahan yang terjadi adalah pada maksimum konsumsi
rokok yang masih dapat diterima underwriting. Sebelumnya
adalah maksimal pada range 20-30 batang rokok sehari masih
dapat diterima tanpa adanya medis yang diminta. Untuk
sekarang diatas 33 batang rokok sehari baru dimintakan medis.
e) Hubungan Tertanggung dengan Penerima Manfaat
Perubahan yang terjadi pada hubungan bibi/paman dengan
keponakan yang sebelumnya tidak dapat diterima karena tidak
masuk dalam unsur insurable interest. Tetapi setelah adanya
perubahan hubungan tersebut masuk dalam insurable interest.
f) Hubungan Pemegang Polis dengan Tertanggung
g) Pada prinsipnya jika pemegang polis dan tertanggung adalah
kakak dan adik atau sebaliknya yang sama-sama memiliki
pekerjaan, tetap dapat diterima oleh underwriter. Tetapi
setelah adanya perubahan, hubungan kakak dan adik dengan
kondisi tersebut tidak dapat diterima.
h) Form Konfirmasi Tanda Tangan Nasabah
Sebelumnya jika ada perubahan tanda tangan nasabah harus
menunjukan identitas dengan tanda tangan sebelum dan
99
sesudah perubahan, tetapi kini cukup dengan pengisian form
tanda tangan dengan sebelum dan sesudah perubahan.
i) Form Fatca
Form Fatca bertujuan untuk warga negara Amerika Serikat
yang memiliki asuransi di Indonesia. Form ini bertujuan untuk
pemungutan pajak warga Amerika Serikat yang berinvestasi
melalui asuransi di Indonesia.
j) Ilustrasi
Sebelumnya untuk perubahan 1 tahun pada usia nasabah pada
lembar ilustrasi, akan tetap dimintakan ilustrasi yang baru,
tetapi kini selama tidak ada perubahan lainnya tidak perlu
dimintakan perubahan dan tetap dapat diproses oleh
underwriter.
k) Bukti Setor Pembayaran Premi
Sebelumnya bila ada bukti setor yang tidak jelas tetapi pada
sistem sudah terdapat nomor virtual accountnya, maka tetap
dimintakan bukti setor yang jelas agar dapat dicocokan dengan
sistem. Tetapi kini selama disistem sudah masuk dengan
virtual account yang sesuai maka tidak perlu dimintakan atau
dapat diproses oleh underwriter.
100
l) Kartu Keluarga
Permintaan untuk melampirkan photo copy Kartu Keluarga
sebagai dokumen tambahan untuk seorang underwriter dalam
melakukan seleksi risiko kini tidak diperlukan lagi.
m) Dokumen Pengajuan Perusahaan
Sebelum diterbitkannya Buku Pedoman, Perusahaan yang
mengajukan pegawainya sebagai tertanggung perlu
melengkapi minimal 10 dokumen yang dimintakan
underwriter yaitu, akta pendirian perusahaan, domisili
perusahaan, surat kuasa penunjukan PIC, daftar nama
karyawan, identitas pejabat pemberi kuasa, identitas pejabat
pemberi kuasa, identitas tertanggung, laporan keuangan
terkini, NPWP, SPT tahunan karyawan. Tetapi kini hanya
dimintakan 7 dokumen, yaitu tanpa dimintakan dokumen
seperti NPWP, SPT tahunan karyawan dan domisili
perusahaan.
Selanjutnya penulis akan memaparkan mengenai ringkasan perubahan
teknik underwriting setelah bergabungya Sumitomo berdasarkan kategori
tingat seleksi risiko, adalah sebagai berikut:
101
Tabel 4.19 Seleksi Risiko Underwriting Individu Konvensional
Seleksi Risiko Underwriting
Individu
Dampak Bagi BNI
Life Insurance
Kerugian/Keuntungan
Bagi Nasabah
Seleksi Risiko
Administratif
Identitas
Nasabah
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi
kepada nasabah
Risiko terjadinya
kesalahan identitas
milik nasabah
Form
Konfirmasi
Tanda Tangan
Nasabah
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi
kepada nasabah
Risiko terjadinya
pemalsuan identitas
dan tanda tangan
milik nasabah
Form
Pengiriman
Polis
Memangkas biaya
retur pengiriman
polis karena
alamat kantor
cabang BNI yang
sudah jelas
Pengiriman Polis
tidak langsung
kepada nasabah dan
memperlambat
proses penerimaan
polis nasabah
102
Form Fatca
Terhindar dari
masalah/sanksi
karena mengikuti
aturan yang ada
Menambah proses
pengisian data dan
kelengkapan SPAJ
Form Referal
Tidak diterimanya
komisi bagi
karyawan BNI
-
Kartu Keluarga
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi
kepada nasabah
Risiko terjadinya
kesalahan identitas
milik nasabah
Akta Lahir
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi
kepada nasabah
Risiko terjadinya
kesalahan dan
pemalsuan identitas
milik nasabah
103
Dokumen
Pengajuan
Perusahaan
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi
kepada nasabah
Mempercepat proses
pengajuan, karena
mengurangi data
tambahan yang
dimintakan
Seleksi Risiko
Financial
Prosentasi
Penerima
Manfaat
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi
kepada nasabah
Risiko terjadinya
kesalahan persentase
ahli waris
Hubungan
Tertanggung
dengan
Penerima
Manfaat
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi
kepada nasabah
Menambah opsi
(keponakan) dalam
pengajuan asuransi
Hubungan
Pemegang Polis
dengan
Tertanggung
Meminimalisir
moral hazard
Mengurangi opsi
dalam pengajuan
asuransi
104
Ilustrasi
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi
kepada nasabah
Risiko terjadinya
kesalahan ilustrasi
dan financial
Bukti Setor
Pembayaran
Premi
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi
kepada nasabah
Kesalahan penarikan
dana yang dapat
merugikan nasabah
Ketentuan
Uang
Pertanggungan
< atau = 60 Juta
Proses
underwriting akan
lebih cepat
Kesalahan data yang
merugikan nasabah
dan memicu
terjadinya moral
hazard
Ketentuan
Produk
Personal
Accident
Proses
underwriting akan
lebih cepat
Kesalahan data yang
merugikan nasabah
dan memicu
terjadinya moral
hazard
105
Seleksi Risiko
Kesehatan
Pertanyaan
Kesehatan
Proses
underwriting akan
lebih cepat
Memicu terjadinya
moral hazard
Form
Questionare
Kesehatan
Proses
underwriting akan
lebih cepat
Mempercepat proses
pengajuan, karena
mengurangi data
tambahan yang
dimintakan
Tabel Medis Bertambahnya
pengajuan klaim
Mendapatkan uang
pertanggungan
dengan nominal yang
lebih besar
Jumlah
Maksimum
Konsumsi
Rokok
Bertambahnya
pengajuan klaim
Dapat diterimanya
nasabah dengan
konsumsi rokok yang
cukup banyak
Form
Questionare
Hobi
Bertambahnya
pengajuan klaim
Dapat diterimanya
nasabah dengan
memiliki hobi ekstrim
Tabel 4.20 Seleksi Risiko Underwriting Individu Syariah
Seleksi Risiko Underwriting
Individu
Dampak Bagi BNI
Life Insurance
Kerugian/Keuntungan
Bagi Nasabah
Seleksi Risiko
Administratif
Identitas
Nasabah
Proses
underwriting akan
Risiko terjadinya
kesalahan identitas
106
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi kepada
nasabah
milik nasabah
Form
Konfirmasi
Tanda Tangan
Nasabah
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi kepada
nasabah
Risiko terjadinya
pemalsuan identitas
dan tanda tangan
nasabah
Form Fatca
Terhindar dari
masalah karena
mengikuti aturan
yang ada
Menambah proses
pengisian data dan
kelengkapan SPAJ
Kartu Keluarga
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
Risiko terjadinya
kesalahan identitas
dan pemalsuan data
nasabah
107
konfirmasi kepada
nasabah
Dokumen
Pengajuan
Perusahaan
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi kepada
nasabah
Mempercepat proses
pengajuan, karena
mengurangi data
tambahan yang
dimintakan
Seleksi Risiko
Financial
Prosentasi
Penerima
Manfaat
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi kepada
nasabah
Risiko terjadinya
kesalahan persentase
ahli waris
Hubungan
Tertanggung
dengan
Penerima
Manfaat
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
Menambah opsi
(keponakan) dalam
pengajuan asuransi
108
konfirmasi kepada
nasabah
Hubungan
Pemegang
Polis dengan
Tertanggung
Meminimalisir
moral hazard
Mengurangi opsi
dalam pengajuan
asuransi
Ilustrasi
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi kepada
nasabah
Risiko terjadinya
kesalahan ilustrasi
dan financial
Bukti Setor
Pembayaran
Premi
Proses
underwriting akan
lebih cepat
mengingat tidak
diperlukannya
konfirmasi kepada
nasabah
Kesalahan penarikan
dana yang dapat
merugikan nasabah
Seleksi Risiko Pertanyaan Proses Memicu terjadinya
109
Kesehatan Kesehatan underwriting akan
lebih cepat
moral hazard
Jumlah
Maksimum
Konsumsi
Rokok
Bertambahnya
pengajuan klaim
Dapat diterimanya
nasabah dengan
konsumsi rokok yang
cukup banyak
110
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah penulis paparkan maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Pertama, dinamika kehadiran Sumitomo Life dengan teknik
underwriting asuransi jiwa individu konvensional dapat dilihat pada
peningkatan pada sektor jumlah nasabah, pendapatan premi dan pembayaran
klaim PT. BNI Life Insurance. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya
tenaga pemasar dan channel pemasaran yang dimiliki PT. BNI Life
Insurance.
Kedua, dinamika kehadiran Sumitomo Life dengan teknik
underwriting asuransi jiwa individu syariah dapat dilihat pada penurunan
pada sektor jumlah nasabah, pendapatan premi dan pembayaran klaim PT.
BNI Life Insurance. Hal ini disebabkan dihilangkannya channel pemasaran
bancaasurance pada unit syariah karena proses spin off antara BNI 46
(konvensional) dengan BNI 46 Syariah.
B. Implikasi
1. Bagi Pemerintah
Dalam hal ini pemerintah diminta membuat regulasi yang lebih tepat dan
efisien bagi industri asuransi jiwa di Indonesia, antara lain : mengontrol,
menghitung, mengawasi, dan melihat pertumbuhan atau perkembangan
111
asuransi jiwa di Indonesia, khususnya syariah agar tidak tertinggal dan
dapat mempercepat pertumbuhan asuransi syariah.
2. Bagi BNI Life Insurance
Mempercepat proses seleksi resiko di underwriting memang berdampak
pada pengurangan beberapa biaya bagi perusahaan, pertumbuhan premi
dan jumlah nasabah yang signifikan. Tetapi pada sisi lainnya
pengurangan tersebut dapat berdampak pada jumlah klaim yang tinggi,
kerugian bagi nasabah serta perusahaan. Diperlukannya kebijakan dan
proses underwriting yang lebih adil bagi nasabah, perusahaan serta
underwriter.
3. Bagi Peneliti
Bagi peneliti selanjutnya akan melakukan penelitian yang lebih luas dan
komprehensif. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi studi
lanjutan, khususnya penelitian mengenai peningkatan proses
underwriting yang bukan hanya efisien tetapi optimal sehingga
diharapkan dapat lebih adil bagi nasabah, perusahaan dan underwriter.
112
DAFTAR PUSTAKA
Abdulkadir, Muhammad, Hukum Asuransi Islam Indonesia, Cetakan. II,
(Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999)
Afzalur, Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Nastangin, (Jakarta: Dana Bahkti
Wakaf, 1995)
Agustianto dan Lutfi T Rizki. Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah. Jakarta:
Muda Mapan Publishing, 2010.
Ali, AM. Hasan. Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan
Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta: Kencana, 2004
Al- Qur’an dan Al- Hadits
Amin, Hanudin, An Analysis on Islamic Insurance Participation, Jurnal:
Pengurusan 34. 2012, 11-20
Amrin, Abdullah, Asuransi Syariah (Keberadaan dan kelebihan ditengah
asuransi konvensional). Jakarta: Elex Media Komputindo. 2006.
Anwar, Syamsul, Asuransi Islam, (Yogjakarta: Fakultas Syari’ah, 2002)
Azhar Basyir, Ahmad, Takaful sebagai Alternatif Asuransi Islam, (Jurnal
‘Ulumul Qur’an No.2 Vol VII, 1996)
Azura, Nur Sanusi, Modeling Risk in the Pricing of Deposit Insurance in
Malaysia. Jurnal Prosiding Perkem IX 2004 (392-399).
Cammack dan Mehr, Manajemen Asuransi, (Jakarta: Balai Aksara, 1981)
Chandra Thoriq, Adiek, Peranan Underwriting Pada Perusahaan Asuransi
Jiwa (Studi pada PT. Bringin Life Syariah), 2004
Chen, Jianguo and Nont Dhiensiri, Determinants of Dividend Policy: The
Evidence from New Zealand, 2009
Darmadi, Herman. Manajemen Asuransi. Bumi Aksara: Jakarta, 2000
113
Djohan Putro, Brahmantyo, Manajemen Risiko Asuransi, Jakarta: Salemba
Empat, 2003, Edisi Revisi.
Fatwa DSN No.21/DSN-MUI/X/2001, Tentang Pedoman Umum Asuransi
Syariah.
Gatzert, Nadine, Joan T. Schmit dan Andreas Kolb, Assessing The Risk of
Insuring Reputation Risk, The Journal of Risk and Insurance Vol. 83
no. 1 (2006).
Hanse, Jan. V, Rasmus H. Jacobsen dan Morten I. Lau, Willingness to Pay
For Insurance in Denmark, The Journal Of Risk and Insurance Vol.
83 no. 1 (2016).
Hartono, Sri Rejeki, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Cetakan. IV
(Jakarta: Sinar Grafaika, 2001)
Hasan Ali, Asuransi dalam Presfektif Hukum Islam Suatu Tinjauan Analisis
Historis, Teorstis, & praktis(Jakarta : Prenada Media, 2004)
Hasymi, Ali, Pengantar Asuransi, Cetakan. III, (Jakartarta: Bumi Aksara,
2002)
Huda Nurul dan Mohammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam:Tinjauan
Teoristis dan Praktis, (Jakarta : Kencana, 2010)
Huggins, Kenneth, FLMI. Land, Robert D. FLMI. ACS, Operasi Perusahaan
Asuransi Jiwa dan Asuransi Kesehatan. Jakarta: Yayasan Darma
Bumi Putra 1996, Edisi kedua.
Iqbal, Muhaimin. Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik. Jakarta: Gema
Insani Pers, 2005
Kansil, C.S.T, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia,
Cetakan. IV (Jakarta: Sinar Grafika, 1996)
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2001)
Kefeli, Zurina, Moral Hazard and the Impact of Private Health Insurance on
the Uitilisation of Health Care in Malaysia. Jurnal Ekonomi Malaysia
46(2) 2012 159-175.
114
Kelani, Abdou dan Francois Qittard-Pinon, Pricing and Headging Variable in
a Levy Market: A Risk Management Perspevtive, The Journal of Risk
and Insurance vol. 84 no. 1 (2017).
Kusnendi. Model-model persamaan Struktural. Bandung : Alfabeta, 2008.
Macedo, Lionel, The Role of The Underwriter in Insurance, Premiere Series
in Insurance 2009 by Word Bank.
Mohd. Ma’sum Billah, Development & Applications of Islamic Insurance
(Takaful), 2009.
Murnani, Nimas, Analisis Pengaruh Hasil Underwriting Terhadap Tingkat
Solvabilitas Perusahaan Asuransi Jiwa Syariah Dengan Profitabilitas
Sebagai Variabel Intervening (Studi Kasus Pada Asosiasi Asuransi
Syariah Indonesia Tahun 2012-2014), 2016
Muslim, Salih , “Babu La’ana Akila ar-Riba wa Muwakkalah” (Bandung: al-
Ma’arif, tt)
Nahdhatul Ulama, Solusi Problematika Aktual Hukum Islam; Keputusan
Muktamar, Munas dan Kombes NU dari tahun 1926-1999, (Surabaya:
Diantama, 2004)
Occupation Rating or Classification, ReIndo – ReAssurance.
Saari, Seppo, Productivity, Theory and Measurement in Business, European
Productivity Conference, Finlandia: Espo, 2006
Saharuddin, Desmadi, Pembayaran Ganti Rugi Pada Asuransi Syariah.
Jakarta: Prenada Media Group (Kencana), 2015
Salim, Abbas. Asuransi dan Manajemen Risiko. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2005
Sarwono, Jonathan. Analisis Jalur Untuk Riset Bisnis. Yogyakarta : Andi,
2007
Solahudin, Muhammad, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Islam, (Surakarta:
Muhammadiyah University Press, 2006)
115
Sudarsono, Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan
Ilustrasi, 2003
Sula, Muhammad Syakir. Asuransi Syariah (life and general). Jakarta: Gema
Insani Pers, 2004
Sumanto,, Agus Edi, Ernawan Priarto, dkk, Solusi Berasuransi Lebih Indah
Dengan Shari’ah, Jakarta: PT. Salamadani Pustaka Semesta, 2009
Syarifudin, Amir, Ushul Fiqh Jilid 2. (Jakarta :PT Logos Wacana Ilmu, 2001)
Syafi’i, Antonio, Buku Asuransi Syariah (Life & General) Konsep dan Sistem
Operasional, (Jakarta: Gema Insan,2004)
Syamsul, Anwar, “Sumber Hukum dan Pengaturan Asuransi di Indonesia”,
dalam Modul Asuransi Islam, 2002
Syamsul Bahri, Analisis Portofolio dan Strategi Menghadaoi Persaingan
Asuransi Kerugian, Jakarta: Universitas Indonesia, 2004
Szczepanski, Marek, Insurance Against Longevity Risk in A Pension System
The Case Study of Poland. Jurnal Olsztyn Economic 2005 (10-4).
Undang-Undang No.2 Tahun 1992, Tentang Usaha Perasuransian.
Ulum, Miftahul, Prosedur Underwritng Produk Asuransi Kesehatan
Kumpulan Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga, 2010
Uthan, A (2016, Juni). Majalah Investor, Asuransi Terbaik 2016.
Wong, Andy, Michael Sherris dan Ralph Tevens, Natural Hedging Strategies
for Life Insurers: Impact of Product Design and Risk Measure, The
Journal of Risk and Insurance vol. 84 no. 1 (2017).
Yafie, Ali, Menggagas Fiqh Sosial, (Bandung: Mizan, 1994)
Yakob, Rubayah, Zulkornain Yusop and Noriszura Ismail, Risk Management
Efficiency of Conventional Life Insurers an Takaful Operators. Jurnal
ICMS . 2010.
116
Yin Yang, Shang, Chou-Wen Wang dan Hong-Chih Huang, The Valuation of
Life Time Health Insurance Policies With Limited Coverage, The
Journal of Risk and Insurance 2015.
Zuhdi, Marjuki, Pandangan Ulama Terhadap Asuransi Konvensional, 2012
Annual Report 2014 PT. BNI Life Insurance
Annual Report 2015 PT. BNI Life Insurance
Annual Report 2016 PT. BNI Life Insurance
Annual Report 2016 Sumitomo Life Insurance
Buku Pedoman Perusahaan Penerbitan Polis Underwriting Individu PT.BNI
Life, 2016
Buku Pedoman Perusahaan Penerbitan Polis Underwriting Individu Syariah
PT.BNI Life, 2016
Kontan.co,id, Internet diakses 14 April 2017
Pelatihan Underwriting PT.BNI Life, 2014
www.aamai.or.id, Internet diakses 30 Juni 2016
www.aasi.co.id, Internet diakses pada 30 Juni 2016
www.agustiantocentre.com, Internet diakses 30 Mei 2016
www.ahliasuransi.com, Internet diakses Desember 2016
www.akademiasuransi.org, Internet diakses 30 Juni 2016
www.avrist.com, Internet diakses 14 April 2017
www.beritasatu.com, Internet diakses pada Juli 2016
117
www.bni-life.co.id, Internet diakses pada Juli 2016
www.data.com, Internet diakses pada 30 Juni 2016
www.duniaasuransi.com, Internet diakses pada 30 Juni 2016
www.liputan6.com, Internet diakses pada Januari 2017
www.ojk.go.id, Internet diakses pada Januari 2017
www.viva.co.id, Internet diakses pada Januari 2017
118
LAMPIRAN
Lampiran I. Hasil wawancara dengan Munawarah, leader unit underwriting
individu.
“BNI Life Insurance beserta Sumitomo mengeluarkan kebijakan dalam
peluncuran produk unitlink dengan nominal premi yang sangat besar dengan
imbalan hasil investasi yang sangat besar pada tahun pertamanya yakni berkisar
diangka 9%. Produk dengan jenis tersebut dinamakan Hy-End Pro untuk chanel
bancaasurance dan Spectra Double Power untuk chanel agency”
Lampiran II. Hasil wawancara dengan Okky, leader unit syariah.
“Proses spin off yang terjadi antara PT. BNI 46 Syariah dengan PT. BNI 46
(konvensional) mengakibatkan dihilangkannya channel distribution
bancaasurance sharia. Dalam hal ini berdampak pada penurunan kinerja yang
sangat signifikan pada penjualan produk -produk PT. BNI Life Insurance unit
syariah”
Lampiran III. Hasil wawancara dengan Burhanuddin, leader unit klaim.
“Kenaikan pengajuan klaim pada tiap tahunnya dirasa wajar karena kenaikan
jumlah nasabah dan pendapatan premi PT. BNI Life Insurance. Khususnya bagi
unit konvensional kenaikan yang cukup signifikan pada tiap tahunnya untuk
119
pendapatan premi dan jumlah nasabah berpengaruh pada kenaikan pembayaran
klaim”
Lampiran IV. Hasil wawancara dengan Donny J, leader unit bancaasurance.
“Salah satu strategi yang dilakukan PT. BNI Life Insurance dalam meningkatkan
kinerja perusahaan adalah dengan menambah kualitas dan kuantitas tenaga
pemasar yang berlisensi. Tahun 2015 BNI Life memiliki 2.000 agent berlisensi,
hingga akhir tahun 2016 meningkat menjadi 2800 agent.