repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU...

122
PENGARUH KECERDASAN EMOSI, KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN PERSEPSI PARENTING PRACTICES TERHADAP PERILAKU AGRESI REMAJA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.) Oleh : Restu Dwi Rahayu Sofianti 1112070000021 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M

Transcript of repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU...

Page 1: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

PENGARUH KECERDASAN EMOSI, KONFORMITAS

TEMAN SEBAYA DAN PERSEPSI PARENTING

PRACTICES TERHADAP PERILAKU

AGRESI REMAJA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)

Oleh :

Restu Dwi Rahayu Sofianti

1112070000021

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H / 2018 M

Page 2: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id
Page 3: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id
Page 4: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id
Page 5: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

v

MOTTO

Tak perlu seseorang yang sempurna,

cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia

dan membuatmu sangat berarti

lebih dari siapapun.

B.J Habibie

Page 6: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) September 2018

C) Restu Dwi Rahayu

D) Pengaruh Kecerdasan Emosi, Konformitas Teman Sebaya, dan Persepsi

Parenting Practices terhadap Perilaku Agresi Remaja

E) xiv + 113 Halaman

F) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh

Kecerdasan Emosi, Konformitas Teman Sebaya, dan Persepsi Parenting

Practices terhadap Perilaku Agresi Remaja di Wilayah Kota Bogor.

Perilaku agresi merupakan suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti,

mengancam, atau membahayakan individu maupun objek yang menjadi

sasaran perilaku tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi dengan responden

sebanyak 193 remaja yang bersekolah di SMK di wilayah kota Bogor.

Alat ukur yang digunakan adalah skala Buss-Perry, The Quick Emotional

Intelligence Self-Assessment, Konformitas, dan Albama Parenting

Questionnaire (APQ). Hasil menunjukkan terdapat pengaruh yang

signifikan kecerdasan emosi, konformitas teman sebaya dan persepsi

parenting practices terhadap perilaku agresi. Dalam penelitian ini terdapat

dalam dimensi kecerdasan emosi, yaitu emotional awareness dan social

emotional awareness, dan dalam dimensi persepsi parenting practices,

yaitu involvement with parents dan positive parenting tidak memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresi

Pengaruh dari seluruh IV terhadap DV sebesar 59,3%. Dan kontribusi

yang paling besar dari konformitas compliance dari variabel konformitas

yaitu sebesar 22,3 %.

G) Bahan bacaan: 53; 29 Buku + 24 Jurnal

H) Kata kunci: perilaku agresi, kecerdasan emosi, konformitas, persepsi

parenting practices

Page 7: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

vii

ABSTRAK

A) Faculty of Psycholgy

B) September 2018

C) Restu Dwi Rahayu

D) The Inlfuence of Emotional Intelligence, Per Conformity, dan Perception

of Parenting Practices toward Behavior of Teen Aggression

E) xiv + 113 Pages

F) The aim of this research was to find out how emotional intelligence, peer

conformity and parenting practices’ perceptions would influence toward

aggressive behavior among adolescents in Bogor. Aggressive behavior is

intended behavior to harm or intimidate others.

This research analyzed by regression analysis method with 193

adolescents in vocational high school as sample. Instrument measurements

used in this research were scale of Buss-Perry, The Quick Emotional

Intelligence Self-Assessment, scale for conformity and Albama Parenting

Questionnaire (APQ).

The results showed that emotional intelligence, peer conformity and

parenting practices’ perceptions significantly influenced to aggressive

behavior. Unfortunately, there were several dimensions which has no

effect to aggressive behavior, such as emotional awareness, social

emotional awareness, involvement with parents and positive parenting. The influence of all IV on DV is 59.3%. And the biggest contribution from

conformity compliance from conformity variables is 22.3%. G) Reading Materials: 53; 29 Books + 24 Journals

H) Keywords: aggression behavior, emotional intelligence, peer conformity,

perception of parenting practices

Page 8: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat, nikmat, dan

hidayah-Nya. Tidak terlupa dalam yang selalu tercurah kepada suri tauladan kita,

Nabi Muhammad SAW. dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa syukur

untuk segala anugerah yang yang tiada terkira, sehingga saat ini penulis dapat

melalui proses studi dan menyelesaikan sebagian syarat untuk mengakhiri

pendidikannya, yakni skripsi.

Terwujudnya skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan banyak

pihak yang senantiasa membimbing penulis dengan cara memberikan ide-ide

ataupun tukar pikiran. Oleh karena itu, perkanankanlah penulis untuk

mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya

yang telah memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan

smeinar proposal ini.

2. Ibu Dr. Rena Latifa, M.Psi., selaku dosen pembimbing penulis yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya untuk memberikan

bimbingan serta memberikan inspirasi kepada penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Dr. Diana Mutiah, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah mengarahkan, membimbing, serta memberikan motivasi setiap

semesternya agar penulis bisa menyelesaikan perkuliahan dengan sebaik-

baiknya.

4. Seluruh dosen, staf pegawai perpustakaan, bidang akademik, bidang

umum, dan bidang keuangan Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan ilmu juga pembelajaran bagi

penulis, serta memudahkan penulis dalam proses administrasi.

5. Kedua orang tua tercinta, Ayah Anto Kustianto dan Mamah Sopiah, kakak

dan adik penulis, serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan

Page 9: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

ix

dukungan dan tak hentinya mendo’akan penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat tersayang, Imelda, Nurul, Tiara, Sarah, William, Ridwan,

Willy, Yogi, Nuni, Eka, Rama, Tya, Mona, dan Langen yang tak hentinya

mendo’akan, menghibur, dan memberikan semangat untuk menyelesaikan

skripsi ini.

7. Teman-teman angkatan 2012, terima kasih banyak atas kritik dan saran

yang telah diberikan selama ini. Terutama Rumah Kita 108, kelas A,

terima kasih telah memberikan banyak pembelajaran baik di dalam kelas

ataupun di luar kelas.

8. Pihak sekolah SMK Negeri 2 Kota Bogor, SMK 1 Bhakti Taruna, dan

SMK YZA Bogor yang memberikan izin kepada peneliti untuk

menjadikan siswanya sebagai responden dalam penelitian ini. Terima

kasih kepada para responden yang telah bersedia menjadi subjek dalam

penelitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih

penulis haturkan yang sebesar-besarnya, untuk do’a dan dukungan selalu

diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis tidak dapat membalas kebaikan yang telah diberikan, tetapi Allah

SWT pasti akan membalasnya berlipat ganda. Tak ada gading yang tak retak,

penulis penyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena

itu, kritik dan juga saran selalu diharapkan, guna menghasilkan karya yang lebih

baik lagi. Semoga skripsi ini dapat diwujudkan dan nantinya akan bermanfaat

bagi semua kalangan yang membacanya.

Jakarta,

Penulis

Page 10: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iv

MOTTO .................................................................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................................ vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah .............................................. 7

1.2.1. Pembatasan masalah........................................................................... 7

1.2.2. Perumusan masalah ............................................................................ 8

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9

1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1. Perilaku Agresi ............................................................................................... 10

2.1.1. Pengertian perilaku agresi .................................................................. 10

2.1.2. Teori dan dimensi perilaku agresi ...................................................... 11

2.1.3. Pengukuran perilaku agresi ................................................................ 22

2.1.4. Faktor-Faktor yang memengaruhi perilaku agresi ............................. 16

2.2. Kecerdasan Emosi .......................................................................................... 23

2.2.1. Definisi kecerdasan emosi ................................................................. 23

2.2.2. Dimensi kecerdasan emosi ................................................................. 24

2.2.3. Pengukuran kecerdasan emosi ........................................................... 25

2.3. Konformitas Teman Sebaya ........................................................................... 27

2.3.1. Definisi konformitas teman sebaya .................................................... 27

2.3.2. Dimensi konformitas .......................................................................... 28

2.3.3. Pengukuran konformitas .................................................................... 31

2.4. Persepsi Parenting Practices.......................................................................... 32

2.4.1. Definisi persepsi parenting practices ............................................... 32

2.4.2. Dimensi parenting practices ............................................................ 34

2.4.3. Pengukuran parenting practices ....................................................... 35

2.6. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 37

2.6.1. Kecerdasan emosi dalam perilaku agresi ........................................ 37

Page 11: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

xi

2.6.2. Konformitas teman sebaya dalam perilaku agresi ........................... 37

2.6.3. Persepsi parenting practices dalam perilaku agresi ......................... 38

2.6.4. Hubungan kecerdasan emosi, konformitas teman sebaya, dan

Pesepsi parenting pactices terhadap perilaku agresi ....................... 39

2.7. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 42

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 44

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ................................................ 44

3.3. Instrumen Penelitian ....................................................................................... 46

3.4. Prosedur Pengujian Alat Ukur ........................................................................ 51

3.4.1. Uji validitas konstruk ....................................................................... 51

3.4.2. Hasil uji validitas konstruk perilaku agresi ...................................... 52

3.4.3. Hasil uji validitas konstruk kecerdasan emosi ................................. 54

3.4.4. Hasil uji validitas konstruk konformitas teman sebaya.................... 58

3.4.5. Hasil uji validitas konstruk persepsi parenting practices ................ 61

3.5 Metode Analisis Data .................................................................................... 67

BAB 4 HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Responden ........................................................................ 70

4.2. Analisis Deskriptif ......................................................................................... 70

4.2.1. Kategorisasi variabel ........................................................................ 72

4.3. Uji Hipotesis Penelitian ................................................................................. 74

4.3.1. Pengujian proporsi varians masing-masing independent

variabel ............................................................................................ 80

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1. Kesimpulan .................................................................................................... 83

5.2. Diskusi ........................................................................................................... 84

5.3. Saran ............................................................................................................... 87

5.3.1. Saran metodologis .............................................................................. 88

5.3.2. Saran praktis ....................................................................................... 88

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 90

LAMPIRAN .............................................................................................................. 93

Page 12: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

xii

DAFTAR TABEL

Table 3.1 Blueprint skala Perilaku Agresi .............................................................. 27

Table 3.2 Blueprint skala Kecerdasan Emosi........................................................... 28

Table 3.3 Blueprint skala Konformitas Teman Sebaya............................................ 29

Table 3.4 Blueprint skala Persepsi Parenting Practices .......................................... 29

Table 3.5 Muatan Faktor Item Perilaku Agresi ........................................................ 32

Table 3.6 Muatan Faktor Item Emotional Awareness .............................................. 33

Table 3.7 Muatan Faktor Item Emotional Management .......................................... 34

Table 3.8 Muatan Faktor Item Social Emotional Awareness ................................... 35

Table 3.9 Muatan Faktor Item Relationship Management ....................................... 36

Table 3.10 Muatan Faktor Item Konformitas Compliance ........................................ 37

Table 3.11 Muatan Faktor ItemKonformitas Acceptance .......................................... 38

Table 3.12 Muatan Faktor Item Involvement with Parents ........................................ 38

Table 3.13 Muatan Faktor Item Positive Parenting ................................................... 38

Table 3.14 Muatan Faktor Item Monitorng................................................................ 38

Table 3.15 Muatan Faktor Item Corporal Punishment .............................................. 38

Table 3.16 Muatan Faktor Item Consistency Discipline ............................................ 38

Tabel 4.1 Distribusi Skor Variabel Keseluruhan Responden ................................... 42

Tabel 4.2 Pedoman Interpretasi Skor Variabel ........................................................ 44

Tabel 4.3 Kategorisasi Skor Variabel Keseluruhan Responden .............................. 44

Tabel 4.4 Tabel R-square ......................................................................................... 46

Tabel 4.5 Tabel Anova ............................................................................................. 47

Tabel 4.6 Tabel Koefisien Regresi ........................................................................... 48

Tabel 4.7 Proporsi Varians untuk masing-masing Independent Variable ............... 51

Page 13: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ....................................................................... 41

Page 14: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin Penelitian ................................................................................ 63

Lampiran 2 Kuesioner penelitian ............................................................................... 64

Lampiran 3 Analisis Faktor Konfirmatorik................................................................ 72

Page 15: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perilaku agresi yang terjadi di kalangan remaja akhir-akhir ini menunjukkan

gejala yang memprihatinkan, secara kualitas maupun kuantitas telah terjadi

loncatan yang begitu tajam. Tindak agresi yang dilakukan bukan hanya terjadi

secara insidental atau musiman, melainkan sudah menjadi kebiasaan bahkan

sudah direncanakan. Bentuk perilaku agresi amatlah beragam, mulai dari

perkelahian antar sekolah, merusak fasilitas umum, merampok, melakukan tindak

pembunuhan, dan parahnya lagi sat ini, banyak remaja yang melakukan tindak

pemerkosaan.

Hampir setiap acara pemberitaan di koran, televisi ataupun media

elektronik lainnya, ada saja berita yang mengabarkan berbagai kasus

pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan dan ternyata pelaku kasus-kasus

tersebut adalah remaja. Dengan kata lain, saat ini sudah banyak remaja

menunjukkan perilaku agresi, tidak hanya dengan menyakiti ataupun melukai,

tetapi sampai berani mengambil nyawa orang lain.

Bentuk perilaku agresi bisa juga dengan merusak sarana atau prasarana

yang ada. Pemicu umum dari perilaku agresi tersebut adalah ketika seseorang

mengalami satu kondisi emosi tertentu, yang sering terlihat adalah emosi marah.

Perasaan marah berlanjut pada keinginan untuk melampiaskannya dalam bentuk

tertentu dan dalam objek tertentu (Sarwono dan Meinarno, 2009). Sedangkan

Page 16: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

2

faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku agresif pada remaja yaitu faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi: frustasi, gangguan

pengamatan, dan tanggapan remaja, gangguan berpikir dan intelegensi remaja,

serta gangguan perasaan atau emosional remaja, sedangkan faktor eksternal

meliputi faktor keluarga, sekolah, dan lingkungan (Kartono, 2011).

Kasus-kasus yang berhubungan dengan perilaku agresi remaja, antara lain

seperti aksi kekerasan yang dampaknya bisa sampai kepada tindak kriminalitas.

Aksi kekerasan ini bsia berlangsung dimana saja, seperti di jalan-jalan dekat

dengan tempat anak sekolah berkumpul. Aksi kekerasan tersebut bisa berupa

kekerasan verbal, seperti mencaci maki, dan juga bisa berbentuk kekerasan fisik,

seperti memukul, menendang, dan sebagainya.

Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan kenakalan dan kriminalitas

remaja di Indonesia mulai dari kekerasan fisik, kekerasan seksual dan kekerasan

psikis meningkat. Pada tahun 2007, tercatat sebanyak 3.145 remaja usia ≤ 18

tahun menjadi pelaku tindak kriminal, tahun 2008 meningkat menjadi 3.280

remaja, dan di tahun 2009 mencapai angka 4.123 remaja (BPS, 2010).

Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyebutkan jumlah

kekerasan antar siswa telah meningkat setiap tahunnya. Sepanjang tahun 2012

terjadi 147 kasus kekerasan yang menewaskan 17 siswa di seluruh Indonesia,

pada tahun 2013 terjadi 255 kasus kekerasan yang menewaskan 20 siswa, pada

tahun 2014 kasus kekerasan meningkat sekitar 10 %, dan pada tahun 2015

meningkat lagi di angka 12-18 % kasus kekerasan yang dilakukan oleh remaja.

Page 17: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

3

Polda Metro Jaya mencatat selama Januari hingga Juli 2015, kasus

tawuran yang terjadi di wilayah Provinsi DKI Jakarta mencapai 63 kejadian. Dari

jumlah tersebut, kasus tawuran tertinggi ada di Jakarta Timur yang mencapai 26

kasus. Disusul oleh Jakarta Selatan ada 13 kasus tawuran, kemudian di Jakarta

Barat dan Jakarta Pusat masing-masing delapan tawuran serta dua kasus di

Jakarta Utara. Sisanya, enam kasus terjadi di daerah sekitar Jakarta yakni Banten,

Tangerang, Depok, dan Bekasi.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Pelajar jumlah kasus tawuran di wilayah

bogor selama tahun ajaran 2011-2012 meningkat sebanyak 95%, Aksi tawuran di

Kota Bogor didominasi oleh siswa SMK dengan sesama sekolah kejuruan lain

(Antara, 2012). Tawuran yang dilakukan oleh dua sekolah di Bogor, yakni SMK

Bhakti Taruna dan SMK YZA 2 juga menyebabkan korban meninggal dunia dan

kerusakan pada sarana dan prasarana (Harto, 2013).

Kepolisian Resor Bogor Kota mencatat angka kasus tawuran di Kota

Bogor mengalami peningkatan. Data terakhir menyebutkan, sejak 2014 tawuran di

Kota Bogor mengakibatkan empat orang korban tewas. Kapolres Kota Bogor,

Ajun Komisaris Besar Polisi Andri Herindra merinci, pada 2014 terjadi 63 kasus

tawuran dan 1 orang dinyatakan meninggal dunia. Angka kasus tawuran

meningkat di 2015 mencapai 76 kasus dan dua orang meninggal (Irfan, 2016).

Perilaku agresi remaja yang saat ini mengkhawatirkan baik untuk orang

tua, maupun untuk guru-guru di sekolah, yaitu perilaku bullying. Menurut Griffin

dan Gross (2007) bullying merupakan jenis perilaku agresi yang biasanya terjadi

di sekolah. Plan Indonesia melakukan survei perihal perilaku bullying di sekolah.

Page 18: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

4

Survei dilakukan di Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, dan Bogor dengan melibatkan

1.500 siswa SMA dan 75 guru. Hasil survei menunjukkan bahwa 67,9% siswa

menganggap di sekolahnya pernah terjadi kasus kekerasan berupa perilaku

bullying, bisa dengan bentuk verbal, psikologi, dan juga fisik. Pelaku kekerasan

pada umumnya adalah teman, kakak kelad, ataupun adik kelas, guru, dan kepala

sekolah. Sementara itu, 27,9 % siswa SMA mengaku pernah ikut terlibat

melakukan perilaku bullying, dan 25,4 % siswa SMA memilih untuk diam jika

mengetahui terjadi tindak kekerasan di sekolah.

Dengan melihat banyaknya pemberitaan mengenai kasus remaja yang

menunjukkan perilaku agresi, maka peneliti memilih perilaku agresi sebagai tema

dalam penelitian ini.

Perilaku agresi yang dilakukan dalam jangka waktu yang lama bisa

menimbulkan dampak pada perkembangan kepribadian. Pihak yang nantinya

bertanggung jawab dalam hal ini adalah keluarga. Keluarga adalah lingkungan

pertama yang menentukan perilaku remaja. Pola asuh orang tua mereka yang telah

diterapkan pada diri mereka memiliki pengaruh dalam perkembangan remaja.

Dimulai dari belajar berbicara sampai kepada mengenal berbagai norma yang

harus patuhi.

Perilaku agresi juga dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Hal ini

dibuktikan dengan adanya sebuah pelatihan untuk meningkatkan kecerdasan

emosi dan hal itu menyebabkan berkurangnya agresi (Saadi, 2012). Mosket dan

Sorensen menemukan bahwa tingkat kecerdasan emosional yang lebih rendah

berkorelasi dengan skor agresi yang lebih tinggi (Moskat & Sorensen, 2012).

Page 19: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

5

Perilaku agresi juga dapat bisa dipengaruhi oleh konformitas kelompok.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa siswa yang terlibat tawuran memiliki

konformitas pada kelompok lebih tinggi (Kurniawan, 2007). Santrock juga

menyatakan bahwa konformitas terhadap teman sabaya dapat menjadikan remaja

lebih positif, bahkan sangat negatif perilakunya (Santrock, 2003).

Pada awal remaja, terdapat dorongan yang kuat dari dalam diri remaja

untuk dapat diterima oleh kelompok teman sebaya. Tidak jarang pula untuk

memenuhi hal itu mereka akan menunjukkan konformitas terhadap tuntutan dari

kelompok. Konformitas ini muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku

orang lain, dikarenakan ada tekanan dari teman sebayanya, dan tekanan ini

menjadi sangat kuat pada masa awal remaja (Santrock, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Mazfsky dan Farrel (2005) menunjukkan

bahwa parenting practices menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perilaku

agresi pada remaja. Dalam penelitian ini parenting practices yang buruk berkaitan

dengan tingginya perilaku agresi remaja. Parenting practices yang buruk

membuat seorang remaja jadi berperilaku agresi. Penelitian Griffin, et. al. juga

menunjukkan bahwa kurangnya parenting practices berkaitan dengan perilaku

negatif remaja (Griffin, Botvin, Scheier, & Diaz, 2000).

Perilaku agresi banyak dipengaruhi oleh faktor psikologis baik yang

berasal dari dalam diri individu, maupun yang berasal dari luar diri individu itu.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat bagaimana pengaruh dari kecerdasan

emosi, konformitas teman sebaya, persepsi parenting practices, terhadap perilaku

agresi pada remaja.

Page 20: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

6

1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan masalah

Masalah yang akan menjadi fokus peneliti adalah pengaruh kecerdasan emosi,

konformitas teman sebaya, dan persepsi parenting practices terhadap perilaku

agresi pada remaja. Batasan penelitian, yaitu sebagai berikut:

1. Perilaku agresi yang dimaksud dalam penelitian ini berdasarkan pada

definisi menurut Buss dan Perry (1992) adalah perilaku yang dilakukan

untuk menyakiti, mengancam, atau membahayakan individu, maupun

objek yang menjadi sasaran perilaku tersebut, baik secara fisik atau verbal,

langsung ataupun tidak langsung. Buss dan Perry juga mengatakan bahwa

terdapat empat bentuk perilaku agresi yang mewakili komponen perilaku

manusia, yaitu komponen motorik, afektif, dan kognitif.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMK yang berusia 15 – 18

tahun di wilayah Kota Bogor.

3. Kecerdasan emosi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori

kecerdasan emosi milik Salovey dan Mayer (1999) yang menjelaskan

kecerdasan emosi dilihat dari empat dimensi, yaitu emotional awareness,

emotional management, social emotional awareness, dan relationship

management.

4. Konformitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah konformitas yang

berkaitan dengan teman sebaya. Terdiri dari dua dimensi, yaitu konfomitas

compliance dan konformitas acceptance.

Page 21: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

7

5. Parenting practices yang digunakan dalam penelitian ini adalah parenting

practices yang telah dipersepsikan oleh anak. Terdiri dari lima dimensi,

diantaranya adalah involvement with parents, positive parenting,

monitoring, corporal punishment, dan consistency in the use of such

discipline.

6. Sampel pada penelitian ini adalah remaja Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) di wilayah Kota Bogor berjumlah 193 siswa.

1.2.2 Perumusan masalah

Dengan melihat uraian yang terdapat di latar belakang, peneliti merumuskan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh signifikan faktor kecerdasan emosi, konformitas

teman sebaya, dan persepsi parenting practices terhadap perilaku agresi

remaja?

2. Seberapa besar proporsi varian dari variabel perilaku agresi remaja yang

dapat secara bersama-sama diprediksi oleh variabel kecerdasan emosi,

konformitas teman sebaya, dan persepsi parenting practices?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui adanya pengaruh yang signifikan dari variabel kecerdasan

emosi, konformitas teman sebaya, dan persepsi parenting practices

terhadap perilaku agresi pada remaja.

2. Mengetahui besar sumbangan variabel kecerdasan emosi, konformitas

teman sebaya, dan persepsi parenting practices terhadap perilaku agresi.

Page 22: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

8

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat berupa:

Manfaat teoretis yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya untuk psikologi

perkembangan.

Manfaat praktis yaitu penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat,

khususnya orang tua yang saat ini memiliki anak usia remaja, supaya mereka

mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat remaja berperilaku agresi, dan

nantinya orang tua jugalah yang akan meminimalisir faktor-faktor tersebut supaya

anak tidak berperilaku agresi.

Page 23: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Perilaku Agresi

2.1.1. Definisi perilaku agresi

Menurut Baron dan Byrne (2005), agresi merupakan tingkah laku yang

diarahkan kepada orang lain dengan tujuan menyakiti makhluk hidup lain yang

ingin menghindari perilaku semacam itu (Baron & Byrne, 2005). Sedangkan

yang lainnya berpendapat bahwa agresi adalah suatu tindakan yang diniatkan

untuk menyakiti orang lain (Taylor, Peplau, & Sears, 2009).

Michener (2004) mendefinisikan agresi sebagai perilaku yang bisa

menyakiti orang lain. Jika dilihat lebih jauh mengenai niat dari pelaku melakukan

perilaku agresi, maka agresi dapat diartikan sebagai perilaku yang mengaja

dilakukan untuk menyakiti atau juga merugikan orang lain (Michener, Delamater,

& Myers, 2004). Kerugian dalam hal ini bisa bersifat fisik, psikologis, atau sosial.

Myers (2002) juga mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan agresif

adalah perilaku fisik ataupun lisan yang sengaja dilakukan dengan maksud untuk

menyakiti atau merugikan orang lain.

Agresi adalah setiap perilaku yang diarahkan pada orang lain secara

langsung, dilakukan dengan maksud untuk menyakiti. Sebelum melakukan hal

tertentu, pelaku harus yakin bahwa perilaku tersebut akan merugikan dan orang

lain jadi termotivasi untuk menghindari perilaku tersebut (Anderson dan

Bushman, 2002).

Page 24: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

11

Geen (2009) berpendapat bahwa ada dua perbedaan definisi agresi.

Pertama, berbeda antara perilaku menyakiti dan niat menyakiti. Agresi disini

didefinisikan sebagai tindakan yang dimaksud untuk menyakiti orang lain.

Perbedaan yang kedua adalah agresi antisosial dan agresi prososial. Agresi

dianggap sebagai tindakan buruk, namun ternyata ada perilaku agresi yang

sifatnya baik. Tindakan agresi yang ditetapkan oleh norma sosial dan karenanya

dianggap prososial, tindakan ini seperti menegakkan hukum dan menegakkan

kedisiplinan. Sedangkan tindakan kriminal yang merugikan orang lain adalah

tindakan yang melanggar norma sosial, dan karenanya itu merupakan tindakan

antisosial.

Menurut Buss (1992), perilaku agresi adalah suatu perilaku yang

dilakukan untuk menyakiti, mengancam, atau membahayakan individu maupun

objek yang menjadi sasaran perilaku tersebut, baik secara fisik ataupun verbal,

langsung ataupun tidak langsung.

2.1.2. Teori dan dimensi perilaku agresi

Baron dan Byrne (2005) mengemukakan bahwa teori agresi memberi gambaran

bagaimana perilaku agresi itu muncul. Pendekatan yang digunakan untuk

menjelaskan bagaimana kemunculan perilaku agresi ini terdiri dari empat, yaitu

teori genetik, lingkungan, kognitif, dan afektif.

1. Genetik

Teori ini menyatakan bahwa kekerasan manusia berasal dari kecenderungan

bawaan (yang diturunkan) untuk bersikap agresi kepada orang lain.

Pendukung yang paling terkenal dari teori ini adalah Sigmund Freud. Sigmund

Page 25: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

12

Freud berpendapat bahwa agresi utamanya timbul dari keinginan untuk mati

yang kuat, yang dimiliki oleh sebagian besar orang. Menurut Freud, insting

untuk berperilaku agresi awalnya memiliki tujuan self-destruction tetapi

segera arahnya diubah keluar, kepada orang lain.

Pendapat lain diungkapkan oleh Konrad Lorenz, ia berpendapat bahwa

agresi muncul terutama dari insting berkelahi (fighting instinct) yang dimiliki

oleh manusia dan makhluk lainnya. Insting ini berkembang selama terjadinya

evolusi karena hal tersebut menolong untuk memastikan bahwa hanya

individu yang paling kuat dan paling hebat lah yang akan menurunkan gen

mereka pada generasi berikutnya.

2. Lingkungan

Agresi merupakan perilaku yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Agresi

adalah reaksi terhadap stimulus lingkungan. Perilaku tersebut berupa:

a. Frustasi agresi klasik

Pandangan bahwa agresi muncul terutama dari suatu dorongan (drive)

yang ditimbulkan oleh faktor-faktor eksternal untuk menyakiti orang lain.

Pendekatan ini direfleksikan dalam berbagai teori dorongan (drive

theories) atas agresi. Teori ini dikenal dengan teori frustasi agresi.

Menurut pandangan ini, frustasi mengakibatkan terangsangnya suatu

dorongan yang tujuan utamanya dalah menyakiti orang atau objek,

terutama yang dipersepsikan sebagai penyebab frustasi.

Page 26: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

13

b. Belajar sosial

Teori belajar sosial menekankan pada faktor yang menimbulkan agresi

berasal dari luar. Tokoh utama teori belajar sosial adalah Albert Bandura.

Menurut Bandura, perilaku agresi dipelajari model yang dilihat di

lingkungan sosial, baik dalam keluarga, masyarakat ataupun media massa.

Selain belajar sosial dan modeling, reward dan spunishment juga

menjadi faktor yang bisa memperkuat munculnya agresi. Seseorang yang

mendapatkan reward dengan agresi tentunya dia akan mengulanginya lagi

di kesempatan lain.

3. Kognitif

Agresi menurut pendekatan kognitif adalah hasil pengolahan informasi di

bagian kognisi. Proses kognisi yang menimbulkan agresi adalah terdapat

kesalahan melakukan kategorisasi dan distribusi.

Teori kognitif yang lebih memberikan gambaran agresi adalah teori

excitation transfer. Teori ini menjelaskan bahwa agresi muncul karena

interpretasi terhadap stimulus atau kejadian interpretasi atau atribusi sebagai

awal dari sebuah kecelakaan atau kerugian. Sebaliknya kalau suatu kejadian

menimpa seseorang diinterpratasikan sebagai hal yang belum terlalu

berbahaya, maka tidak akan memunculkan agresi.

4. Afektif

Teori General Affective Aggression Model adalah teori yang mencoba

menjelaskan agresi dari sisi internal maupun eksternal. Menurut teori ini,

agresi akan muncul bila kondisi-kondisi yang berperan, muncul secara

Page 27: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

14

bersamaan. Kondisi tersebut adalah faktor internal sebagai individu

differences, yang meliputi kekerasan, skill atau pengetahuan dan kemampuan

berkelahi dan bersenjata. Sedangkan faktor eksternal meliputi situasi-situasi

yang mendatangkan frustasi seperti serangan dari pihak lain, munculnya

model atau provokator, keberadaan pencetus dan ketidaknyamanan yang

dirasakan subjektif.

Menurut Papalia dan Olds (2009), perilaku agresi dibagi menjadi dua

bentuk, yaitu: instrumental aggression dan hostile aggression. Instrumental

aggression diartikan sebagai perilaku agresi yang digunakan untuk mencapai

suatu tujuan, perilaku ini umumnya terjadi pada anak usia dini. Misalnya, anak

memperebutkan mainan temannya untuk tujuan mendapatkan mainan tersebut,

bukan untuk menyakiti anak lain. Instrumental aggression tidak bersifat merusak,

biasanya bersifat proaktif atau re-aktif. Sedangkan hostile aggression dapat

diartikan sebagai tindakan yang ditunjukkan untuk menyakiti orang lain dan juga

merusak sarana ataupun prasarana yang ada secara sengaja. Bentuk agresi lainnya

yakni affective aggression. Agresi ini merupakan bentuk repson emosional

terhadap sasaran yang dipersepsikan sebagai sumber ketidaknyamanan atau

dianggap sebagai sumber bahaya. Bentuk agresi seperti ini bisa digantikan

objeknya kepada orang lain yang sebenarnya tidak bersalah.

Biasanya perilaku agresi ini akan meningkat pada masa anak usia 0 sampai

8 tahun, lalu menurun. Bila anak tidak belajar mengendalikan perilaku agresinya,

maka perilaku tersebut cenderung akan meingkat menjadi perilaku destruktif. Hal-

hal lain yang juga perlu dievaluasi selain niat dibalik perilaku agresi adalah

Page 28: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

15

kondisi sebelum perilaku tersebut terjadi, bentuk dan intensitas dari perilaku

agresi tersebut, seberapa besar luka yang diakibatkan, serta bagaimana peran dari

korban dan pelaku.

Buss dan Perry (1992) mengatakan bahwa ada empat bentuk perilaku

agresi. Keempat bentuk perilaku agresi ini mewakili komponen perilaku manusia,

yaitu komponen motorik, afektif, dan kognitif.

1. Perilaku agresi fisik: Merupakan komponen dari perilaku motorik seperti

melukai/menyakiti orang lain secara fisik, misalnya menyerang dan memukul.

2. Perilaku agresi verbal: Merupakan komponen motorik seperti melukai dan

menyakiti orang lain, hanya saja melalui verbalisasi, misalnya berdebat,

menunjukkan ketidaksukaan dan ketidasetujuan kepada orang lain.

3. Perilaku agresi marah (anger): Merupakan bentuk afektif seperti perasaan tidak

senang sebagai reaksi fisik atau cedera fisik /psikis yang diderita individu,

misalnya kesal, hilang kesabaran/ketidakmampuan mengontrol rasa marah.

4. Perilaku agresi permusuhan (hostility): Merupakan komponen dari perilaku

kognitif seperti perasaan benci dan curiga kepada orang lain, iri hati, serta

merasa kehidupan yang dialami itu tidak adil.

Terdapat empat dimensi dari perilaku agresi (Buss dan Perry, 2002), yaitu:

a. Agresi fisik, merupakan komponen perilaku motorik, seperti melukai dan

menyakiti ornag lain secara fisik.

b. Agresi verbal, merupakan komponen motorik, seperti melukai dan menyakiti

orang lain melalui verbalitas.

Page 29: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

16

c. Agresi marah, merupakan emosi afektif, seperti munculnya kesiapan psikologis

untuk bersikap agresi, misalnya kesal, hilang kesabaran, dan tidak mampu

mengontrol rasa marah.

d. Agresi prasangka, meliputi komponen afektif, seperti benci, dan curiga pada

orang lain, iri hati dan merasa tidak adil dalam kehidupan.

Geen (2009) juga berpendapat mengenai dimensi dari perilaku agresi ini.

Geen membagi perilaku agresi ke dalam dua bentuk dimensi, yakni:

a. Agresi langsung (direct aggression) yaitu perilaku agresi yang dilakukan

secara terang-terangan, ditujukan secara langsung kepada korban dan dengan

jelas berasal dari aggressor (serangan terbuka). Agresi secara langsung dibagi

menjadi dua jenis, yaitu:

1. Fisik, seperti memukul, menendang, mendorong, menjambak,

menonjok, merusak/mengambil paksa barang orang lain.

2. Verbal, seperti meledek, menghina dengan perkataan, mengancam

dengan perkataan, pemberian nama ejekan, dan memaki.

b. Agresi tidak langsung (indirect aggression), yaitu perilaku agresi yang

dilakukan dengan serangan yang tertututp atau bisa dibilang tersamarkan,

dimana penyerang dapat menyakiti korban tanpa terindikasi oleh korban atau

orang lain. Serangan ini biasanya memakai struktur sosial yang tersedia untuk

menyakiti korban. Agresi ini dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu:

1. Merusak reputasi/status sosial: menyebarkan pemberitaan tidak benar,

menjelek-jelekan target (tanpa diketahui target), memfitnah, dan

menyebarkan rahasia target.

Page 30: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

17

2. Merusak/memanipulasi hubungan: mengeluarkan target dari

kelompok, mengucilkan, menghasut teman lain untuk memusuhi

target, mengamcam/menjauhi target jika tidak melakukan apa yang

diminta.

3. Ekspresi wajah yang menghina (non verbal), seperti mencibirkan

bibir, memandang sinis, memunculkan ekspresi jijik atau muak.

Dari berbagai dimensi yang dikemukakan oleh para tokoh, peneliti

memilih dimensi yang dikemukakan oleh Buss dan Perry (2002) untuk dijadikan

dimensi dalam mengukur perilaku agresi di penelitian ini.

2.1.3. Alat ukur perilaku agresi

Terdapat beberapa alat ukur yang biasa digunakan untuk melihat seberapa tinggi

perilaku agresi dari individu.

1. Aggressive Questioner (AQ) disusun oleh Buss dan Perry (1992). Alat ukur

perilaku agresi ini berisikan pernyataan dengan model skala likert yang akan

menggukur empat dimensi dari perilaku agresi, yakni agresi fisik, agresi

verbal, rasa marah, dan permusuhan. Dalam skala AQ ini terdapat 29

penyataan.

2. Aggressive Scale (AS) dikembangkan oleh Crick (1996). Skala ini terdiri dari

15 item yang meliputi aspek agresi terbuka, agresi relasional, dan agresi

prososial. Skala ini menggunakan skala likert dengan empat pilihan jawaban,

mulai dari nilai 1 untuk penyataan yang dijawab sangat tidak setuju, sampai

kepada nilai 4 untuk pernyataan yang dijawab sangat setuju.

Page 31: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

18

3. The Problem Behavior Frequency Scale merupakan alat ukur perilaku agresi

yang dibuat oleh Mazefsky dan Farell (2005). Alat ukur ini terdiri dari 15

pernyataan yang menilai seberapa sering seorang anak terlibat dalam perilaku

agresi, baik agresi fisik maupun agresi verbal.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Aggressive Questionnaire

(AQ) untuk mengukur perilaku agresi remaja. Hal ini dikarenakan Aggressive

Questionnaire (AQ) sesuai dengan teori yang peneliti gunakan pada penelitian ini.

2.1.4 Faktor-Faktor yang memengaruhi perilaku agresi

Banyak faktor yang memengaruhi seseorang untuk berperilaku, begitu pula

dengan perilaku agresi. Perilaku agresi ini bisa jadi dipengaruhi oleh sesuatu yang

ada di dalam diri individu (internal) dan bisa juga berasal dari luar individu itu

sendiri (eksternal). Menurut General Aggression Model (GAM), terdapat dua

faktor yang memengaruhi perilaku agresi, yaitu person dan situasi (Anderson dan

Bushman, 2002).

1. Person (internal)

a. Trait: memengaruhi perilaku agresi seseorang. Penelitian baru-baru ini

menemukan tipe seseorang yang memiliki perilaku agresi yang rentan

kepada atribusi hostile atau permusuhan, persepsi dan harapan bias. Selain

itu penelitian terbaru menemukan self-esteem yang tinggi menyebabkan

individu memiliki perilaku agresi yang tingi pula. Khususnya individu

yang memiliki self-esteem yang tidak stabil atau berlebihan, membuat

seseorang jadi narsistik dan senderung mudah marah.

Page 32: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

19

b. Gender: Pria dan wanita memiliki perbedaan dalam perilaku agresi. Di

Amerika, rasio pembunuhan yang dilakukan oleh pria adalah 10 : 1 jika

dibandingkan dengan wanita. Pria lebih signifikan berperilaku agresi

dibandingkan dengan wanita. Pria cenderung terlibat dalam perilaku agresi

langsung, sementara wanita cenderung terlibat dengan perilaku agresi

tidak langsung.

c. Belief: Keberhasilan yang berhubungan dengan beliefs atau kepercayaan

itu sangatlah penting. Seseorang yang yakin bahwa ia dapat sukses

menimbulkan perilaku agresi (self-efficacy) dan perilaku tersebut

menghasilkan “desired outcome” atau “outcome efficacy”, dimana ia

memiliki pilihan untuk berperilaku agresi dibanding dengan orang yang

tidak percaya diri. Perilaku agresi memiliki hubungan yang signifikan

dengan beliefs yang diprediksi terhadap perilaku agresi.

d. Attitude: merupakan evaluasi menyeluruh terhadap diri individu, orang

lain, objek dan isu tertentu. Individu yang sering melakukan kekerasan

cenderung akan melakukan tindakan agresi.

e. Values: merupakan kepercayaan tentang bagaimana seseorang harus

bersikap. Umumnya, kekerasan terjadi karena konflik interpersonal.

Seperti sistem nilai agama di Amerika bagian Selatan dan Barat, dimana

menghina pemuka agama harus dibalas dengan kekerasan. Begitu juga

yang terjadi kelompok muda dimana kekerasan merupakan tanda dari

penghormatan atau kepedulian dengan kelompok.

Page 33: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

20

2. Situasi

a. Aggressive cues: Aggressive cues merupakan objek taraf pertama yang

berhubungan dengan konsep memori. Berkowitz (1995) menemukan

bahwa kehadiran objek tertentu bisa meningkatkan perilaku agresi. Hal

lain yang juga bisa meningkatkan perilaku agresi adalah tayangan di

televisi yang memperlihatkan kekerasan dan juga video games.

b. Provocation: Provokasi merupakan penyebab dari perilaku agresi yang

dilakukan seseorang. Provokasi termasuk di dalamnya ancaman ringan,

agresi verbal, agresi fisik, dan lainnya.

c. Frustration: Frustasi dapat didefinisikan sebagai hambatan dalam

mencapai tujuan. Frustasi dapat menghasilkan perilaku agresi karena

umumnya perilaku agresi tidak pernah terjadi tanpa frustasi. Frustasi

dapat memengaruhi kognisi, afeksi, dan keterangsangan.

d. Pain and discomfort: Kondisi aversive seperti suhu panas, suara keras,

dan bau yang tidak sedap menjadi penyebab menigkatnya perilaku agresi.

e. Drugs: Alkohol dan obat-obatan terlarang juga memiliki kontribusi

terhadap peningkatan perilaku agresi.

Faktor yang juga turut memengaruhi munculnya perilaku agresi adalah:

1. Teman sebaya

Menurut Myers (2005) perilaku agresi lebih banyak dilakukan oleh individu

yang berkelompok. Keadaan yang dapat memprovokasi individu dan juga

memprovokasi kelompok. Perilaku agresi yang dilakukan secara berkelompok

Page 34: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

21

akan memperkuat tindakan perilaku agresi tersebut, dikarenakan adanya

pembagian tanggung jawab.

Berkowitz (1993) menyatakan bahwa anak yang tumbuh di lingkungan

dimana banyak teman sebayanya yang melakukan tindakan agresi, maka anak

tersebut akan melakukan hal yang sama dengan teman-temannya, karena

mereka ingin juga diterima serta dihargai dalam kelompok teman sebayanya.

2. Kecerdasan emosi

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mosket dan Sorensen (2012)

membuktikan bahwa tingkat kecerdasan emosi yang lebih rendah ternyata

berkorelasi dengan tingkatan agresi yang lebih tinggi. Di Indonesia sendiri

peelitian serupa dilakukan oleh Lasmini dan Safitri, hasilnya sama dengan

penelitian sebelumnya, yakni terdapat hubungan yang negatif antara agresi

dengan kecerdasan emosi, agresi yang semakin tinggi mengungkapkan bahwa

kecerdasan emosional rendah.

2.2 Kecerdasan Emosi

2.2.1 Pengertian kecerdasan emosi

Emosi berasal dari bahasa latin yakni “movere” artinya bergerak menjauh,

dimaksud dengan kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi

(Goleman, 2005). Emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu

keadaan fisiologis, biologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.

Emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.

Misalnya emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga

Page 35: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

22

secara fisiologis terlihat ia tertawa, sedangkan emosi sedih mendorong seseorang

untuk menangis.

Goleman menyatakan bahwa kecerdasan emosi yakni kemampuan

mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi

dan pengungkapannya melalui kemampuan seperti motivasi diri dan bertahan

dalam menghadapi frustasi, mengendalikan diri, mengontrol mood orang lain, dan

mampu menenangkan pikiran dari keadaan yang sukar, untuk empati dan berharap

(Goleman, 2005)Sedangkan Mayer dan Salovey (1999) mendefinisikan

kecerdasan emosi sebagai kemampuan untuk membantu perasaan dan emosi diri

dan orang lain, untuk membedakan serta mengendalikan dari pikiran dan

perilakunya (Papadogiannis, Logan, & Sitarenios, 2009).

2.2.2 Dimensi kecerdasan emosi

Menurut Goleman, kecerdasan emosi dapat didefinisikan dalam empat dimensi:

1. Self-awareness yaitu kemampuan manusia untuk secara akurat memahami

diri sendiri dan tetap sadar terhadap diri ketika emosi muncul, termasuk tetap

mempertahankan cara manusia dapat merespon situasi tertentu dan orang-

orang tertentu di dalamnya terdaat kesadaran emosi (emotional awareness),

penilaian diri yang akurat (accurate self-assessment), dan kepercayaan diri

(self-confidence)

2. Social awareness adalah kemampuan manusia untuksecara tepat menangkap

emosi orang lain dan mengerti apa yang benar-benar terjadi, dapat diartikan

memahami apa yang orang lain pikirkan dan rasakan meskipun tidak

merasakan yang sama, di dalamnya terdapat empati, orientasi pelayanan

Page 36: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

23

(service orientation), dan kesadaran berorganisasi (organizational

awareness).

3. Self-management adalah kemampuan untuk menggunakan kesadaran emosi

manusia untuk tetap fleksibel dan secara positif mengarahkan perilaku diri

manusia itu sendiri, yang berarti mengelola reaksi emosi manusia itu sendiri

kepada semua orang dan situasi, di dalamnya terdapat kontrol emosi diri

(emotional self-control), dapat dipercaya (trustworthiness), teliti

(conscientiousness), kemampuan beradaptasi (adaptibility), dan dorongan

berprestasi (achievement drive)

4. Relationship management adalah kemampuan untuk menggunakan

kesadaran emosi manusia dan emosi orang lain untuk mengelola interaksi

yang berhasil, termasuk berkomunikasi dengan jelas dan efektif untuk

mengatasi konflik, yang di dalamnya terdapat memajukan orang lain

(developing others), dapat memengaruhi (influence), komunikasi

(communication), manajemen konflik (conflict management), dapat

memimpin (visionary leadership), catalyzing change, membangun ikatan

(building bonds), kerjasama dan berkolaborasi (teamwork and collaboration).

2.2.3 Pengukuran kecerdasan emosi

Alat ukur kecerdasan emosi yang pertama adalah Bar-On’s EQ-I (Bar-On, 1997).

Instrumen ini berbentuk self-report yang didesain untuk kualitas personal

“emotional well-being” dan bebas budaya. EQ-I telah digunakan untuk menilai

ribuan individu dengan reliabilitas sebesar 6,21. Dan saat ini, EQ-I dikenal dalam

Page 37: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

24

memprediksi validitas di situasi kerja, salah satunya yang paling sukses dan sering

digunakan pada perekrutan karyawan di US.Air Force.

Alat ukur kecerdasan emosi yang lainnya adalah Multifactor Emotional

Intellegence Scale (Mayer, Caruso, dan Salovey, 2009). Berbeda dengan EQ-I,

MEIS berbentuk tes kemampuan (test of ability) yang terdiri dari 402 pernyataan.

Peserta diberikan rangkaian tugas yang didesain untuk mengukur mengukur

kemampuan seseorang dalam menerima, mengidentifikasi, memahami, dan

diskriminan validity, tetapi tidak meramalkan keabsahan (validity).

Alat ukur yang dikembangkan dari MEIS adalah Mayer Salovey Caruso

Emotional Intellegence Test (MSCEIT). Alat ukur ini dapat dikatakan menjadi

unggulan dalam hal pengukuran kecerdasan emosi. Sudah ada lebih kurang 50

penelitian yang menggunakan MSCEIT dengan jumlah partisipan sebanyak 5000-

an. MSCEIT dapat digunakan dalam rentang usia 17-79 tahun dengan reliabilitas

sebesar 0,91 (Papadogiannis, Logan, & Sitarenios, 2009).

Alat ukur lainnya adalah The Emotional Intellegence Scale (Cakan dan

Altun, 2005). Instrumen ini dikembangkan oleh Schutte (1998), terdiri dari 33

item pernyataan, dengan Cronbach alpha (α)= 0,90 diukur pada orang dewasa, dan

(α)= 0,78 untuk reliabilitas tes-retes (Cakan & Altun, 2005).

Alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah The Quick

Emotional Intellegence. Diadaptasi dari model Paul Mohapel karena dimensi yang

digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan model yang telah dibuat Paul

Mohapel. Terdiri dari 40 penryataan yang mengukur keempat dimensi dalam

Page 38: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

25

kecerdasan emosi, yaitu emotional awareness, emotional management, social

emotional awareness, dan relationship management.

2.3 Konformitas Teman Sebaya

2.3.1 Pengertian konformitas teman sebaya

Santrock menyatakan bahwa konformitas adalah perubahan sikap atau tingkah

laku individu karena meniru orang lain (Santrock, 2003). Individu tersebut meniru

karena adanya tekanan nyata maupun dalam bayangan mereka. Fanzoi

menjelaskan bahwa konformitas merupakan suatu bentuk pengaruh sosial, dimana

tekanan kelompok dirasakan dengan menyalin perilaku dan keyakinan orang lain

(Franzoi, 2003).

Wade dan Tavris menyatakan bahwa konformitas yaitu melakukan

tindakan atau mengadopsi sikap sebagai hasil dari adanya tekanan kelompok yang

nyata maupun yang dipersepsikan (Wade & Tavris, 2007). Menurut Sarwono dan

Meinarno, konfomitas adalah suatu bentuk pengaruh sosial dimana individu

mengubah sikap dan tingkah lakunya agar sesuai dengan norma sosial (Sarwono

& Meinarno, 2009).

Myers (1999) menyatakan bahwa konformitas merupakan perubahan

perilaku sebagai akibat dari tekanan kelompok, terlihat dari kecenderungan remaja

untuk selalu menyamakan perilakunya dengan kelompok acuan sehingga dapat

terhindar dari celaan maupun keterasingan.

Sumber penting bagi dukungan emosional selama masa remaja dan juga

sumber tekanan untuk melakukan perilaku yang tidak disukai oleh orang tua, yaitu

meningkatkan keterlibatan remaja dengan teman sebaya. Kelompok teman sebaya

Page 39: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

26

adalah sumber kasih dayang, simpati, pengertian, dan tuntutan moral, tempat

melakukan eksperimen serta sasarn untuk mencapai otonomi dan kemandirian

dari orang tua. Kelompok teman sebaya adalah tempat untuk memberntuk

hubungan dekat yang berfungsi sebagai latihan hubungan yang akan mereka bina

di masa dewasa (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

Konformitas teman sebaya adalah suatu kelompok yang memiliki

kesamaan usia, mereka saling berinteraksi juga memiliki kesamaan tujuan dan

nilai, serta serta bertingkah laku berdasarkan pada peraturan kelompok, meskipun

kadang bertentangan dengan norma yang berlaku di sekolah ataupun di

lingkungan masyarakat.

2.3.2 Dimensi konformitas

Myers (Sarwono & Meinarno, 2009) menyatakan bahwa konformitas memiliki

dua dimensi pendukung, yaitu:

1. Konformitas compliance

Merupakan suatu bentuk konformitas dimana individu bertingkah laku sesuai

tekanan yang diberikan oleh kelompok, sementara secara pribadi ia tidak

menyetujui perilaku tersebut. Dalam bukunya (Sears, Freedman, & Peplau,

1985), konformitas compliance terbagi lagi menjadi empat jenis, yaitu

a. Rasa takut terhadap penyimpangan

Rasa takut dipandang sebagai orang yang menyimpang, merupakan faktor

dasar dalam semua situasi sosial. Seseorang ingin di dalam kelompok disukai,

diterima, dan diperlakukan dengan baik. Individu cenderung menyesuaikan

diri untuk menghindari kesalahpahaman. Rasa takut dipandang sebagai orang

Page 40: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

27

menyimpang diperkuat oleh tanggapan kelompok terhadap perilaku

menyimpang seseorang yang tidak mau mengikuti apa yang berlaku di dalam

kelompok akan menanggung resiko mengalami akibat yang tidak

menyenangkan seperti dikucilkan bahkan ditolak oleh kelompok.

b. Kekompakkan kelompok

Kekompakkan yang tinggi menimbulkan konformitas yang semakin tinggi

pula. Jika seseorang merasa dekat dengan anggota kelompok yang lain, akan

semakin menyenangkan bagi kelompok untuk mengakuinya dan semakin

menyakitkan bila kelompok mencelanya. Konformitas akan meningkat bila

melakukan sesuatu yang berharga. Kelompok yang beranggapan bahwa tugas

penting akan menghasilkan tingkat konformitas yang lebih tinggi

dibandingkan dengan kelompok yang hanya memandang suatu tugas sebagai

hal yang tidak penting dan tidak begitu berharga. Peningkatan konformitas

bisa terjadi karena anggota kelompok tidak ingin dianggap sebagai seorang

pengkhianat.

c. Kesepakatan kelompok

Individu yang dihadapkan dengan keputusan kelompok yang sudah bulat

akan mendapatkan tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya.

Morris dan Miller menunjukkan bahwa saat terjadinya perbedaan pendapat

bisa mengakibatkan kesenjangan, lalu berdampak kepada penurunan tingkat

konformitas.

Page 41: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

28

d. Ukuran kelompok

Asch (1951) menyimpulkan bahwa untuk menghasilkan tingkat konformitas,

ukuran kelompok yang optimal adalah 3 atau 4 orang. Penelitian lainnya yang

dilakukan oleh Mann juga mengungkapkan bahwa semakin besar jumlah

anggota kelompok, maka konformitas juga akan meningkat.

2. Konformitas acceptance

Merupakan tingkah laku dan keyakinan individu sesuai dengan tekanan

kelompok yang diterimanya. Pada bentuk penerimaan, konformitas terjadi

karena kelompok menyediakan informasi penting yang tidak dimiliki oleh

individu (informational influence). Hal ini dikarenakan seseorang tidak

mempunyai pengalaman dalam menghadapi fenomena yang ada, maka

individu tersebut akan melihat pada pengalaman, persepsi, maupun

pengetahuan yang dimiliki oleh orang lain. Digunakannya orang lain sebagi

sumber informasi menciptakan suatu kesempatan bagi kelompok untuk

memengaruhi individu.

Sears, et. al. berpendapat mengenai jenis-jenis konformitas

acceptance, diantaranya:

a. Kepercayaan terhadap kelompok

Faktor utama kepercayaan terhadap kelompok adalah individu percaya pada

informasi yang diberikan oleh kelompoknya. Semakin besar kepercayaan

individu terhadap kelompok sebagai sumber informasi yang benar, semakin

banyak informasi yang benar, maka penyesuaian diri terhadap kelompok juga

jadi semakin besar.

Page 42: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

29

b. Kepercayaan yang lemah terhadap diri sendiri

Salah satu faktor yang memengaruhi rasa percaya diri dan tingkat

konformitas adalah keyakinan orang tersebut pada kemampuannya sendiri

untuk menampilkan suatu reaksi. Salah satu faktor yang memengaruhi

keyakinan individu terhadap kemampuannya adalah tingkat kesulitan

penilaian yang dibuat.

2.3.3 Pengukuran konformitas

Myers (2005) telah menyusun alat ukur untuk melihat bagaimana konformitas

individu jika dilihat dari 2 aspek, yaitu compliance dan acceptance . Alat ukur

lain yang sama-sama mengukur konformitas adalah Conformity Vignettes. Alat

ukur ini dikembangkan oleh Brend (1979) dan pernah digunakan dalam penelitian

yang dilakukan oleh Santor et.al, (2000).

Wiggins (1994) mengungkapkan dimensi dari konformitas, yakni

acceptance dan compliance, kemudian dilanjutkan dengan pembuatan alat ukur.

Alat ukur ini terdiri dari 19 item pernyataan dengan empat pilihan jawaban, mulai

dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, hingga pilihan jawaban sangat tidak setuju.

Alat ukur konformitas dalam penelitian ini adalah alat ukur yang telah

disusun oleh peneliti berdasarkan dengan definisi dan dimensi yang telah

dijelaskan oleh Myers.

2.4 Persepsi Parenting Parctices

2.4.1 Pengertian persepsi parenting practices

Walgito mengemukakan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului

oleh penginderaan (Walgito, 2003). Penginderaan adalah suatu proses diterimanya

Page 43: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

30

stimulus oleh individu melalui alat penerimaan, yaitu alat indera. Namun proses

tersebut tidak berhenti sampai disitu saja, pada umumnya stimulus tersebut

diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses

selanjutnya merupakan proses persepsi tidak dapat lepas dari proses penginderaan,

dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses

pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh

individu sehingga merupaakn sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang

intergrated dalam diri individu. Karena merupaka aktivitas yang intergrated,

maka seluruh pribadi, seluruh yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan

dalam persepsi itu.

Persepsi (perception) merupakan tahapan paling awal dari serangkaian

pemrosesan informasi. Persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan

yang telah dimiliki untuk mendeteksi dan menginterpretasikan stimulus yang

diterima oleh alat indera, seperti mata, hidung, lidah, telinga, dan kulit (Suharnan,

2005).

Dengan kata lain, persepsi adalah proses pengamatan yang melibatkan

indera yang kemudian diolah dalam kognisi, afeksi, dan psikomotorik manusia,

sehingga menghasilkan sebuah informasi baik itu berupa pernyataan atau

pertanyaan.

Parenting merupakan suatu kata kerja yang berasal dari bahasa latin

“parere” yang berarti “to bring forth / develop / education”. Secara harfiah berarti

Page 44: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

31

sebagi kegiatan yang bertujuan untuk memastikan kelangsungan hidup dan

perkembangan anak (Hoghughi & Long, 2002).

Peneliti lain mendefinisikan parenting sebagai proses yang dilakukan

orang tua mulai dari merencanakan kelahiran, melindungi, mengasuh,

membimbing, dan mengarahkan anak-anaknya (Martin & Colbert, 1997).

Selanjutnya, Brooks menjelaskan bahwa parenting sebagai suatu proses

membesarkan, menjaga, dan mengarahkan anak melalui tahap perkembangan.

Parenting merupakan proses yang kompleks karena kehidupan orang tua dan anak

terhubung selama rentang kehidupan (Brooks, 1991).

Bornsten mengemukakan bahwa parenting sendiri merupakan masalah

yang kompleks, karena bukan sekedar memberi makan, merawat dan memberikan

bantuan yang bersifat fisik, tetapi juga mengamdung komponen afektif dan

kognitif orang tua. Karakteristik unik dari orang tua dan anak, serta pengaturan

dimana mereka berinteraksi, sangat menentukan mereka akan memengaruhi satu

sama lain selama rentang hidup (Bornstein, 2002).

Persepsi parenting practices adalah penilaian atau pandangan anak tentang

suatu proses interaksi dua arah yang bersifat fisik, afektif, dan kognitif antara

orang tua dengan anak dalam menjaga, mengawasi, membimbing, dan

mengarahkan anak untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan yang

lebih optimal.

2.4.2 Dimensi parenting

Frick (dalam Molineuvo, Pardo dan Turrubio, 2011) membagi persepsi parenting

practices ke dalam lima dimensi, yang terdiri dari:

Page 45: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

32

a. Involvement with parents: Orang tua melakukan banyak hal untuk anak-

anak mereka. Orang tua tidak hanya memberikan kebutuhan fisik dan

tempat tinggal saja, tetapi juga kebutuhan emosional dan juga sosial.

Dimana orang tua terlibat langsung dalam keseharian anak-anak mereka.

b. Positive parenting: Merupakan bentuk pujian atau reward yang diberikan

oleh orang tua kepada anaknya ketika berhasil melakukan sesuatu kegiatan

yang positif.

c. Monitoring: Monitoring merupakan kegiatan yang dilakukan orang tua

terhadap anak mereka, kaitannya dengan pemantauan, mencatat kegiatan

anak, dan memastikan bahwa mereka masih berada dalam batasan yang

wajar, tidak menyimpang dari aturan yang telah ditetapkan.

d. Corporal punishment: Pemberian hukuman, meliputi hukuman fisik secara

langsung.

e. Consistency in the use of such discipline: Consistency discipline adalah

menerapkan apa yang telah dibuat sesuai kesepakatan atau memberikan

sanksi yang sesuai bila anak melanggar aturan yang telah ditetapkan.

2.4.3 Pengukuran parenting practices

Terdapat beberapa alat ukur yang dikembangkan untuk melihat bagaimana

interaksi antara anak dan orang tua, seperti Child Rearing Repport Scale versi

Dutch (Berkely,1965), Albama Parenting Questinnaire (APQ), dan Behavior

Assessment System for Children (BASC). Alat ukur ini dikembangkan oleh para

peneliti dengan penyesuain usia dari sampel yang hendak diteliti

Page 46: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

33

Child Rearing Repport Scale versi Dutch (Berkely,1965) digunakan untuk

anak usia 4 sampai dengan 8 tahun. Alat ukur ini terdiri dari 42 item pernyataan.

Sedangkan Behavior Assessment System for Children (BASC) (Hubert, Distefano,

& Kamphaus, 1997) merupakan alat ukur yang digunakan untuk anak usia 6

sampai dengan 11 tahun.

Albama Parenting Questionnaire (APQ), alat ukur yang dikembangkan

oleh Frick menggambarkan lima dimensi dari persepsi parenting practices, yaitu

involvement with parents, positive parenting, monitoring, corporal punishment,

dan consistency in the use of such discipline, namun sudah mengalami tahap

revisi, sehingga menjadi 35 item yang digunakan untuk penelitian di tahun 1999

(Frick, 1999).

Peneliti akan menggunakan Albama Parenting Questionnaire (APQ) untuk

mengukur persepsi parenting anak terhadap orang tuanya karena alat ukur ini

hendak mengukur kelima dimensi yang digunakan dalam penelitian ini.

2.5 Kerangka Berpikir

2.5.1 Kecerdasan emosi dalam perilaku agresi

Kecerdasan emosional bisa jadi sangat menentukan karakter manusia, juga

menjadi penentu utama keberhasilan manusia, dan memiliki banyak pengaruh

pada semua aspek karakter manusia, termasuk yaitu agresi. Penelitian yang

dilakukan oleh Eniola membuktikan bahwa kecerdasan emosi dapat memperbaiki

perilaku agresi pada remaja yang tunanetra (Eniola, 2007),.

Selain itu, penelitian lain yang dilakukan terhadap siswi membuktikan

bahwa pelatihan untuk meningkatkan kecerdasan emosi akan meningkatkan

Page 47: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

34

kecerdasan emosi yang menyebabkan berkurangnya agresi (Saadi, 2012).

Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan emosional yang

lebih rendah berkorelasi dengan skor agresi yang lebih tinggi (Moskat &

Sorensen, 2012).

2.5.2 Konformitas teman sebaya dalam perilaku agresi

Pengaruh dari teman sebaya sangat penting dibahas di dalam perilaku agresi

remaja. Teman merupakan hal yang juga penting dalam memengaruhi perilaku

dan sikap kita, terutama pada saat usia remaja (Warr, 1993; 2002, Shoemaker,

2005). Pengaruh ini semakin penting dalam penjelasan beberapa jenis perilaku,

seperti halnya perilaku berkelompok. Pengaruh dari teman sebaya juga sering

menjelaskan mengenai faktor pendukung seorang remaja menjadi pengguna

narkoba (Dembo, 1986). Mark Warr menyatakan bahwa tidak ada karakteristik

seorang remaja yang dikenal berperilaku agresi, ternyata teman-teman yang lain

pun sama-sama berperilaku agresi (Warr, 2002).

2.5.3 Persepsi parenting practices dalam perilaku agresi

Perlakuan orang tua kepada anaknya memengaruhi bagaimana anak itu

memandang, menilai, memengaruhi pula sikap anak terhadap orang tuanya. Hal

inilah yang menentukan kualitas hubungan yang berkembang diantara anak dan

orang tua. Dari orang tua juga seorang anak membentuk tingkah lakunya.

Parenting practices yang buruk terkait dengan agresi pada remaja. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Patterson (dalam Mazefzky dan Farrell, 2005)

monitoring dan disiplin memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap

pembentukan perilaku agresi remaja. Ketika orang tua menerapkan kedisiplinan

Page 48: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

35

tetapi tidak menindaklanjuti, maka anak-anak dapat melihat kurangnya hukuman

sebagai reinforcement untuk perilaku menyimpang. Selain itu ketika orang tua

tidak memonitoring anak-anak mereka, ada peluang lebih besar untuk mencoba

perilaku menyimpang.

2.5.4 Hubungan kecerdasan emosi, konformitas teman sebaya, dan persepsi

parenting practices terhadap perilaku agresi

Perilaku agresi adalah suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti,

mengancam, atau membahayakan individu maupun objek yang menjadi sasarn

perilaku tersebut, baik secara fisik ataupun verbal, secara langsung ataupun tidak

langsung (Buss, 1992). Terdapat empat bentuk perilaku agresi, yaitu perilaku

agresi fisik, perlaku agresi verbal, perilaku agresi marah (anger), dan perilaku

agresi permusuhan (hostility).

Menurut General Aggression Model (GAM), perilaku agresi dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor person (trait, gender, beliefs,

attitude, values) dan faktor situasi (agrressive cues, provokasi, perasaan frustasi,

kondisi yang membuat tidak nyaman, narkoba) (Anderson dan Bushman, 2002).

Perilaku agresi juga dapat dipengaruhi oleh kecerdasan emosi. Hal ini

dibuktikan dengan adanya sebuah pelatihan untuk meningkatkan kecerdasan

emosi dan hal itu menyebabkan berkurangnya agresi (Saadi, 2012). Mosket dan

Sorensen menemukan bahwa tingkat kecerdasan emosional yang lebih rendah

berkorelasi dengan skor agresi yang lebih tinggi (Moskat & Sorensen, 2012).

Perilaku agresi juga dapat bisa dipengaruhi oleh konformitas kelompok.

Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa siswa yang terlibat tawuran memiliki

Page 49: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

36

konformitas pada kelompok lebih tinggi (Kurniawan, 2007). Santrock juga

menyatakan bahwa konformitas terhadap teman sabaya dapat menjadikan remaja

lebih positif, bahkan sangat negatif perilakunya (Santrock, 2003).

Pada awal remaja, terdapat dorongan yang kuat dari dalam diri remaja

untuk dapat diterima oleh kelompok teman sebaya. Tidak jarang pula untuk

memenuhi hal itu mereka akan menunjukkan konformitas terhadap tuntutan dari

kelompok. Konformitas ini muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku

orang lain, dikarenakan ada tekanan dari teman sebayanya, dan tekanan ini

menjadi sangat kuat pada masa awal remaja (Santrock, 2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Mazfsky dan Farrel (2005) menunjukkan

bahwa parenting practices menjadi salah satu faktor yang memengaruhi perilaku

agresi pada remaja. Dalam penelitian ini parenting practices yang buruk berkaitan

dengan tingginya perilaku agresi remaja. Parenting practices yang buruk

membuat seorang remaja jadi berperilaku agresi. Penelitian Griffin, et. al. juga

menunjukkan bahwa kurangnya parenting practices berkaitan dengan perilaku

negatif remaja (Griffin, Botvin, Scheier, & Diaz, 2000).

Perilaku agresi banyak dipengaruhi oleh faktor psikologis baik yang

berasal dari dalam diri individu, maupun yang berasal dari luar diri individu itu.

Dalam penelitian ini, peneliti akan melihat bagaimana pengaruh dari kecerdasan

emosi, konformitas teman sebaya, persepsi parenting practices, terhadap perilaku

agresi pada remaja.

Page 50: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

37

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

Page 51: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

38

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Hipotesis mayor pada penelitian ini adalah:

Ha : Ada pengaruh yang siginifikan dari emotional awareness, emotional

management, social emotional awareness, relationship management,

konformitas compliance, konformitas acceptance, involvement with parent,

positive parenting, monitoring, corporal punishment, dan consistency

discipline terhadap perilaku agresi remaja.

Hipotesis minor pada penelitian ini adalah:

Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan emotional awareness dari variabel kecerdasan

emosi terhadap perilaku agresi remaja

Ha2 : Ada pengaruh yang siginifikan emotional management dari variabel

kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi remaja.

Ha3 : Ada pengaruh yang siginifikan social emotional awareness dari variabel

kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi remaja.

Ha4 : Ada pengaruh yang siginifikan relationship management dari variabel

kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi remaja

Ha5 : Ada pengaruh yang siginifikan konformitas compliance dari variabel

konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresi remaja

Ha6 :Ada pengaruh yang siginifikan konformitas acceptance dari variabel

konformitas teman sebaya terhadap perilaku agresi remaja.

Page 52: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

39

Ha7 :Ada pengaruh yang siginifikan involvement with parents dari variabel

parenting pratices terhadap perilaku agresi remaja.

Ha8 :Ada pengaruh yang siginifikan positive parenting dari variabel parenting

pratices terhadap perilaku agresi remaja.

Ha9 : Ada pengaruh yang siginifikan monitoring dari variabel parenting pratices

terhadap perilaku agresi remaja.

Ha10 : Ada pengaruh yang siginifikan corporal punishment dari variabel parenting

pratices terhadap perilaku agresi remaja.

Ha11 : Ada pengaruh yang siginifikan consistency discipline dari variabel

parenting pratices terhadap perilaku agresi remaja.

Page 53: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

44

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi Sekolah Menengah Kejuruan

jurusan teknik mesin di wilayah Kota Bogor. Hal ini dikarenakan peneliti ingin

melihat seberapa besar siswa yang memiliki perilaku agresi tinggi pada tingkat

usia remaja, khususnya siswa SMK jurusan teknik mesin. Data diambil pada

tanggal 04 Januari 2018 sampai dengan 17 Januari 2018.

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 193 orang. Sampel pada

penelitian ini bersifat non probability sampling yang berarti kemungkinan

terpilihnya anggota populasi yang akan menjadi sampel tidak dapat diketahui.

Teknik pengambilan sampel dilakukan menggunakan accidental sampling, yang

artinya cara pengambilan sampel dengan aksesibilitas nyaman dan ketersediaan

responden untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Teknik sampling secara

accidental ini juga dapat memudahkan peneliti dalam mencari subjek untuk

dijadikan sampel dalam penelitian, ketersediaan responden juga memungkinkan

responden mengisi data kuesioner dengan baik dan penuh tanggung jawab.

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Variabel terbagi menjadi dua, yaitu dependent variable (variabel terikat) dan

independent variable (variabel bebas). Dependent variable dalam penelitian ini

adalah perilaku agresi dan independent variable penelitian ini adalah kecerdasan

emosi (emotional awareness, emotional management, social emotional

Page 54: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

45

awareness, relationship management), konformitas teman sebaya (konformitas

compliance dan konformitas acceptance), dan persepsi pareting practices

(involvement with parents, positive parenting, monitoring, corporal punishment,

consistency in the use of such discipline).

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perilaku Agresi yaitu suatu perilaku yang dilakukan untuk menyakiti,

mengancam, atau membahayakan individu maupun objek yang menjadi

sasaran perilaku tersebut, baik secara fisik ataupun verbal, langsung

ataupun tidak langsung. Terdapat empat aspek perilaku agresi ini,

diantaranya yaitu perilaku agresi fisik, perilaku agresi verbal, perilaku

agresi marah dan perilaku agresi permusuhan (Buss dan Perry 1999).

2. Kecerdasan emosi adalah kemampuan mengatur kehidupan emosinya

dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya

melalui kemampuan seperti motivasi diri dan bertahan dalam menghadapi

frustasi, mengendalikan diri, mengontrol mood orang lain, dan mampu

menenangkan pikiran dari keadaan yang sukar, untuk empati dan berharap

(Goleman, 2005).

a. Emotional awareness yaitu kemampuan manusia untuk secara akurat

memahami diri sendiri dan tetap sadar terhadap diri kita ketika emosi

muncul.

b. Emotional management yaitu kemampuan untuk menggunakan

kesadaran emosi manusia untuk tetap fleksibel dan secara positif

mengarahkan perilaku diri manusia itu sendiri

Page 55: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

46

c. Social emotional awareness yaitu kemampuan manusia untuk secara

tepat menangkap emosi orang lain dan mengerti apa yang benar-benar

terjadi.

d. Relationship management yaitu kemampuan untuk menggunakan

kesadaran emosi manusia dan emosi orang lain untuk untuk mengelola

interaksi yang baik, jelas, dan efektif untuk dapat mengatasi suatu

konflik.

3. Konformitas teman sebaya merupakan suatu kelompok yang memiliki

kesamaan usia, mereka saling berinteraksi juga memiliki kesamaan tujuan

dan nilai, serta serta bertingkah laku berdasarkan pada peraturan

kelompok, meskipun kadang bertentangan dengan norma yang berlaku di

sekolah ataupun di lingkungan masyarakat (Myers, 1999).

a. Konformitas compliance merupakan suatu bentuk konformitas dimana

individu bertingkah laku sesuai tekanan yang diberikan oleh

kelompok, sementara secara pribadi ia tidak menyetujui perilaku

tersebut.

b. Konformitas accaptance yaitu tingkah laku dan keyakinan dari diri

individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya, hal ini

dikarenakan kelompok memiliki informasi penting yang tidak dimiliki

oleh individu.

4. Persepsi parenting practices adalah penilaian atau pandangan anak tentang

suatu proses interaksi dua arah yang bersifat fisik, afektif, dan kognitif

antara orang tua dengan anak dalam menjaga, mengawasi, membimbing,

Page 56: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

47

dan mengarahkan anak untuk mendapatkan pertumbuhan dan

perkembangan yang lebih optimal (Frick, 1991).

a. Involvement with parents yaitu keterlibatan orang tua melakukan

banyak hal untuk anak mereka, tidak hanya memberikan kenutuhan

fisik, tetapi juga kebutuhan emosional dan juga sosial.

b. Positive parenting yaitu bentuk pujian atau reward yang diberikan

orang tua kepada anaknya, ketika anak berhasil melakukan suatu

kegiatan positif.

c. Monitoring yaitu pemantauan yang dilakukan oleh orang tua kepada

anaknya juga memastikan bahwa anak mereka berada dalam batasan

yang wajar, tidak melakukan penyimpangan.

d. Corporal punishment: pemberikan hukuman, meliputi hukuman fisik

secara langsung.

e. Consistency discipline: menerapkan apa yang telah dibuat sesuai

kesepakatan atau pemberian sanksi yang sesuai bila anak melanggar

aturan yang telah ditetapkan bersama anak dan orang tua.

3.3 Instrumen Penelitian

Bagian pertama pada instrumen penelitian ini adalah pengantar dan isian

mengenai data demografis sampel. Pengantar berisi penjelasan identitas peneliti

dan maksud dari penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti, selanjutnya isian

data demografis untuk responden, dimana data berisi nama, usia responden pada

saat mengisi instrumen penelitian, jenis kelamin responden, apakah responden

Page 57: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

48

saat mengisi indtrumen penelitian sedang tinggal bersama dengan ayah dan ibu,

atau ayah saja atau ibu saja. Selanjutnya, terdapat empat alat ukur untuk

mengukur variabel perilaku agresi, kecerdasan emosi, konformitas teman sebaya,

dan persepsi parenting practices.

Peneliti menggunakan skala model likert. Model ini terdiri dari pernyataan

positif (favorable) dan pernyataan negatif (unfavorable). Tiap pernyataan dalam

instrumen penelitian dilengkapi dengan pilihan nilai 1 sampai dengan 6 serta

diberikan dengan bobot nilai sebagai berikut, nilai 1 = penyataan tidak sesuai

dengan diri responden dan 6 = pernyataan sangat sesuai dengan diri responden,

untuk pernyataan favorable, dan sebaliknya untuk pernyataan unfavorable yaitu

nilai 1 = penyataan sangat sesuai dengan diri responden dan 6 = pernyataan sangat

tidak sesuai dengan diri responden.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari empat alat

ukur. Adapun empat alat ukur yang peneliti maksud, yaitu:

1. Skala perilaku agresi

Untuk mengukur perilaku agresi dari individu, peneliti menggunakan alat ukur

perilaku agresi yang bernama Buss-Perry Scale (1992). Alat ukur perilaku agresi

ini terdapat 29 pernyataan yang tiap tiap pernyataannya menggunakan skala likert

dengan 6 pilihan jawaban, nilai 1 bila pernyataan tidak sesuai, dan nilai 6 bila

pernyataan sesuai. Alat ukur ini terdiri dari empat dimensi yang mengukur

perilaku agresi fisik, perilaku agresi verbal, perilaku agresi marah, dan perilaku

agresi permusuhan.

Page 58: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

49

Tabel 3.1

Blue Print skala Perilaku Agresi menggunakan alat ukur Buss-Perry Scale

2. Skala Kecerdasan Emosi

Untuk mengukur kecerdasan emosi dari individu, alat ukur yang digunakan dalam

penelitian ini adalah The Quick Emotional Intelligence Self-Assessment diadaptasi

dari model Paul Mohapel. Skala ini terdiri dari 40 item yang mencakup empat

dimensi kecerdasan emosi yaitu emotional awareness, emotional management,

social emotional awareness, dan relationship management. Masing-masing

dimensi dinyatakan dengan 10 item pernyataan, menggunakan skala likert dengan

pilihan jawaban 1 sampai dengan 6.

No Dimensi Indikator No. Item Jumlah

1 Perilaku

Agresi

Fisik

- Menyerang tanpa alasan 7,8 2

- Menyerang dengan

- alasan

2, 3, 5, 6 4

- Berkelahi 1, 4 2

- Merusak sesuatu 9 1

2 Perilaku

Agresi

Verbal

- Mengungkapkan

ketidaksetujuan

10,11 2

- Berdebat dengan tujuan

harus diterima

12, 13, 14 3

3 Perilaku

Agresi

Marah

- Mudah menunjukkan

kemarahan

15, 16, 18, 19 4

- Sulit mengontrol diri

ketika marah

17, 20, 21 3

4 Perilaku

Agresi

Permusuhan

- Merasa iri hati pada orang

lain

22, 24 2

- Merasa tidak puas dengan

kehidupan

23, 25 2

- Memiliki prasangka buruk

pada orang lain

26, 27, 28, 29 4

Jumlah 29

Page 59: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

50

Tabel 3.2

Blue Print skala Kecerdasan Emosi menggunakan alat ukur The Quick

Emotional Intelligence Self-Assessment

3. Skala konformitas teman sebaya

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur perilaku konformitas adalah alat

ukur yang disusun oleh peneliti berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh

Myers, terdiri dari 17 item yang menggambarkan konformitas compliance dan

konformitas acceptance.

Tabel 3.3

Blue Print skala konformitas teman sebaya

No Dimensi Indikator No Item Jumlah

1 Emotional

Awareness

- Sadar dengan yang dilakukan,

diucapkan, dan dirasakan

1, 13, 21, 29, 33 5

- Sadar dengan tanggung jawab

yang dimiliki

5, 25 2

- Mengetahui kelebihan dan

kekurangan dalam diri

9, 17, 37 3

2 Emotional

Management

- Mampu mengendalikan emosi 10, 14, 22, 30 4

- Mampu mengalihkan emosi

negatif pada hal lebih positif

26, 34, 38 3

- Mampu beradaptasi dengan

hal yang baru

2, 6, 18 3

3 Social

Emotional

Awareness

- Merasakan perasaan orang 15, 35 2

- Memahami apa yang

dibutuhkan orang lain

3, 23, 31, 39 4

- Menumbuhkan empati pada

orang lain

7, 11, 19, 27 4

4 Relationship

Management

- Memberikan energi positif

untuk orang lain

4, 8, 12, 16, 20 5

- Memiliki pertemanan yang

baik

24, 28, 32, 36, 40 5

Jumlah 40

No Dimensi Indikator Pernyataan

Jumlah Fav Unfav

1 Konformitas

Compliance

- Menghindari penolakan 4, 11, 15 3, 7, 13 6

- Mengharapkan penerimaan

dari kelompok

6, 9, 12 2, 16 5

2 Konformitas

Acceptance

- Mengikuti apa yang

dilakukan teman karena

adanya kepercayaan

1, 8, 14 5, 10, 17 6

Jumlah 9 8 17

Page 60: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

51

4. Skala Persepsi Parenting Practices

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur persepsi parenting practices

adalah Albama Parenting Questionnaire (APQ) dari Frick (1991), terdiri dari

5 dimensi, yaitu involvement with parents, positive parenting, monitoring,

corporal punishment, dan consistency in the use of such discipline.

Tabel 3.4

Blue Print skala Persepsi Parenting Practices dengan menggunakan alat ukur

Albama Parenting Questionnaire (APQ)

3.4 Prosedur Pengujian Alat Ukur

3.4.1 Uji validitas konstruk

Untuk menguji validitas konstruk setiap item pada penelitian ini, peneliti

menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA) dengan bantuan Lisrel 8.7.

No Dimensi Indikator No Item Jumlah

1 Involvement

with

parents

- Keterlibatan orang tua dalam kegiatan

anak sehati hari

4, 11 2

- Orang tua menjalin komunikasi yang

baik dengan anak

1, 9,

14, 23

4

- Orang tua memberikan dukungan

mengenai kegiatan anak di luar rumah

7, 15,

20 26

4

2 Positive

Parenting

- Orang tua memberikan pujian pada anak 13, 16 2

- Orang tua memberikan hadiah pada

anak jika berperilaku baik

5, 18 2

- Orang tua mengakui bahwa anak telah

berbuat baik

2, 27 2

3 Monitoring - Memantau kegiatan anak baik di rumah

maupun di sekolah

6, 17,

24, 28

4

- Orang tua memastikan anak tidak

menyimpang dari aturan yang telah

ditetapkan

10, 19,

30

3

- Orang tua mendampingi anak secara

langsung

21, 29,

32

3

4 Corporal

Punishment

- Orang tua memberikan hukuman

kepada anak secara konsisten

3, 8, 12,

22, 25,

31

6

5 Consistency

Discipline

- Pemberian hukuman atau sanksi jika

anak melanggar, sesuai dengan

kesepakatan yang dibuat bersama

33, 34,

35

3

Jumlah 35

Page 61: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

52

Namun agar pembaca lebih memahami apa yang dipaparkan pada subbab ini,

maka peneliti akan menjelaskan tentang kriteria dalam menentukan item-item

yang valid dan yang tidak valid. Adapun logika dari CFA (Umar. 2010) adalah:

1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan

secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk

mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkkan pengukuran

terhadap faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-

itemnya.

2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu hal saja dan semua item dalam

satu subtes hanya mengukur satu faktor subtes. Artinya seluruh subtes hanya

mengukur satu faktor saja (faktor level dua).

3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks

korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.

Matriks korelasi ini disebut juga sigma (∑), kemudian dibandingkan dnegan

matriks dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar

(unidimensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks ∑ -

matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan ∑ - S = 0.

4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan -

chi-square. Jika hasil chi-square tidak signifikan p > 0.05, maka hipotesis

nihil tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensional tersebut dapat

diterima bahwa item ataupun subtes instrumen hanya satu faktor saja.

5. Jika model fit, makan langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan

atau tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan menggunakan t-test.

Page 62: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

53

Jika hasil t-test tidak signifikan, maka item tersebut tidak dapat mengukur

apa yang hendak diukur, bila perlu item yang demikian di drop dan

sebaliknya.

3.4.2 Hasil uji validitas konstruk perilaku agresi

Pada subbab ini, peneliti menguji apakah 29 item mengenai perilaku agresi yang

ada bersifat unidimensional dalam mengukur perilaku agresi. Dari hasil CFA yang

dilakukan, model satu faktor ternyata seluruh item tidak signifikan memiliki nilai t

< 1.96 dan semua koefisien bermuatan negatif. Peneliti melakukan pengujian dari

tiap dimensi yang terdapat pada variabel perilaku agresi, hasilnya terdapat

beberapa item yang di drop karena nilai t < 1.96. Tersisa 20 item yang akan diuji

validitasnya secara bersamaan.

Setelah dilakukan analisis dengan 20 item, hasil model satu faktor tidak fit,

chi square = 1561.61, df= 170, P-value= 0.00000, dan RMSEA= 0.206. Namun

setelah dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pada

beberapa item dibolehkan atau dibebaskan untuk berkorelasi satu sama lain, maka

diperoleh model fit dengan Chi-square = 110.41, df = 94, P-value = 0.11868,

RMSEA = 0.030. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya

mengukur satu faktor saja yaitu perilaku agresi.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.5 berikut.

Page 63: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

54

Tabel 3.5

Muatan Faktor Item Perilaku Agresi

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.15 0.04 4.20 V

2 0.28 0.04 7.67 V

3 0.55 0.07 7.91 V

4 0.43 0.04 10.95 V

5 0.63 0.06 10.63 V

6 0.48 0.04 12.41 V

7 0.62 0.05 13.01 V

8 0.39 0.04 10.48 V

9 0.75 0.06 12.63 V

10 0.37 0.04 9.67 V

11 0.49 0.04 12.34 V

12 0.45 0.04 11.75 V

13 0.82 0.05 15.55 V

14 -0.33 0.05 -6.73 X

15 0.45 0.04 11.17 V

16 0.27 0.04 7.20 V

17 0.26 0.04 6.03 V

18 0.26 0.03 7.52 V

19 0.62 0.05 13.44 V

20 0.88 0.07 12.75 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.5 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan

semua koefisien bermuatan positif, kecuali item 14 nilai-t = -6.73. Dengan

demikian, item tersebut akan di-drop.

Langkah terakhir yaitu item-item perilaku Agresi yang tidak di-drop akan

dihitung skor faktornya. Skor faktornya dihitung untuk menghindari estimasi bias

dari kesalahan pengukuran. Jadi, penghitungan skor faktor ini tidak

menjumlahkan item-item variabel seperti pada umumnya, tetapi dihitung true

score pada tiap skala. Skor faktor yang dianalisis adalah skor faktor yang

bermuatan positif dan signifikan. Adapun rumus T score yaitu (Umar, 2011):

Tscore = 50 + (10 X Skor faktor)

Page 64: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

55

Setelah didapatkan skor faktor yang telah diubah menjadi T score, nilai

baku inilah yang akan dianalisis dalam uji hipotesis korelasi dan regresi. Perlu

dicatat, hal yang sama juga berlaku untuk semua variabel pada penelitian ini.

3.4.3 Hasil uji validitas konstruk kecerdasan emosi

1. Emotional Awareness

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur emotional awareness. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-square =

235.37, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.173. Namun setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh

model fit dengan Chi-square = 29.90, df = 22, P-value = 0.12103, RMSEA =

0.043. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu

faktor saja yaitu emotional awareness.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.6 berikut.

Page 65: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

56

Tabel 3.6

Muatan Faktor Item Emotional Awareness

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.87 0.06 14.05 V

5 0.57 0.08 7.25 V

9 0.71 0.06 11.11 V

13 0.61 0.07 9.31 V

17 0.22 0.07 3.10 V

21 0.82 0.06 13.43 V

25 0.18 0.07 2.47 V

29 0.50 0.07 7.53 V

33 0.64 0.07 8.98 V

37 0.42 0.07 5.73 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.6 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan

semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak perlu ada item yang

di-drop.

2. Emotional Management

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur emotional management. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-

square = 287.97, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.194. Namun setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka

diperoleh model fit dengan Chi-square = 30.77, df = 21, P-value = 0.07764,

RMSEA = 0.049. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya

mengukur satu faktor saja yaitu emotional management.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

Page 66: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

57

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Emotional Management

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

2 0.71 0.08 9.15 V

6 0.41 0.06 6.66 V

10 1.08 0.08 13.63 V

14 0.67 0.08 8.85 V

18 0.14 0.06 2.21 V

22 0.39 0.06 6.25 V

26 -0.18 0.05 -3.23 X

30 0.48 0.07 7.10 V

34 0.57 0.07 8.72 V

38 0.56 0.06 8.60 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.7 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan

semua koefisien bermuatan positif kecuali item 26 nilai-t = -3.23, dengan

demikian item tersebut akan di-drop.

3. Social Emotional Awareness

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur social emotional awareness. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-

square = 455.16, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.250. Namun setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka

diperoleh model fit dengan Chi-square = 14.59, df = 13, P-value = 0.33367,

RMSEA = 0.025. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya

mengukur satu faktor saja yaitu social emotional awareness.

Page 67: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

58

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Social Emotional Awareness

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

3 0.54 0.06 9.27 V

7 -0.29 0.08 -3.67 X

11 0.49 0.06 8.04 V

15 0.54 0.08 6.48 V

19 0.61 0.06 10.44 V

23 0.43 0.08 5.58 V

27 0.62 0.08 7.90 V

31 0.61 0.07 9.23 V

35 0.72 0.06 11.56 V

39 0.35 0.06 5.49 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.8 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan

semua koefisien bermuatan positif, kecuali item 7 nilai-t = -3.67. Dengan

demikian, item tersebut akan di-drop.

4. Relationship Management

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur relationship management. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-

square = 279.30, df = 35, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.191. Namun setelah

dilakukan modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada

beberapa item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka

diperoleh model fit dengan Chi-square = 20.35, df = 16, P-value = 0.20507,

Page 68: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

59

RMSEA = 0.038. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya

mengukur satu faktor saja yaitu relationship management.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Relationship Management

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

4 0.75 0.07 11.48 V

8 0.29 0.08 3.46 V

12 0.36 0.08 4.79 V

16 0.60 0.07 8.58 V

20 0.84 0.06 13.30 V

24 0.78 0.07 11.92 V

28 0.51 0.07 6.91 V

32 0.71 0.07 10.42 V

36 0.50 0.07 6.73 V

40 0.13 0.08 1.73 X

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.9 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96) dan

semua koefisien bermuatan positif kecuali item 40 nilai-t= 1.73 dengan demikian,

item tersebut akan di-drop.

3.4.4 Hasil uji validitas konstruk konformitas teman sebaya

1. Konformitas Compliance

Peneliti menguji apakah 11 item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar-

benar hanya mengukur Konformitas Compliance. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-square =

257.36, df = 44, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.159. Namun setelah dilakukan

Page 69: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

60

modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh

model fit dengan Chi-square = 41.33, df = 29, P-value = 0.06438, RMSEA =

0.047. Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu

faktor saja yaitu Konformitas Compliance.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Konformitas Compliance

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

4 0.32 0.07 4.53 V

6 -0.18 0.07 -2.45 X

9 0.44 0.07 6.31 V

11 0.57 0.07 8.49 V

12 0.25 0.07 3.55 V

15 0.48 0.08 6.01 V

2 -0.07 0.07 -0.89 X

3 0.51 0.07 7.38 V

7 0.68 0.07 10.33 V

13 0.19 0.07 2.66 V

16 0.97 0.06 16.61 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.10 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)

dan semua koefisien bermuatan positif kecuali item 6 nilai-t= -2.45 dan item 2

nilai-t= 0.89. dengan demikian, item tersebut akan di-drop.

Page 70: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

61

2. Konformitas Acceptance

Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur konformitas acceptance. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-

square = 79.33, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.202. Setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh

model fit dengan Chi-square = 3.62, df = 4, P-value = 0.45973, RMSEA = 0.000.

Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Konformitas Acceptance

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.54 0.10 5.68 V

8 -0.57 0.24 -2.41 X

14 0.96 0.14 7.02 V

5 0.29 0.07 3.97 V

10 0.07 0.07 1.01 X

17 -0.28 0.07 -3.93 X

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.11 dapat kita lihat bahwa terdapat tiga item signifikan (t >

1.96) dan koefisien bermuatan positif yaitu item 8, 10, dan 17. Dan tiga item tidak

signifikan dan koefisien bermuatan negatif, yaitu item 8 nilai-t= -2.41, item 10

nilai-t= 1.01, dan item 17 nilai-t= -3.93. Dengan demikian, item tersebut di-drop.

Page 71: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

62

3.4.5 Hasil uji validitas konstruk persepsi parenting practices

1. Involvement with parents

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur involvement with parents. Dari hasil awal analisis

CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-

square=334.52, df=35, P-value=0.00000, RMSEA=0.211. Setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh

model fit dengan Chi-square=25.87, df=19, P-value=0.13385, RMSEA = 0.043.

Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja

yaitu Involvement with parents.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item Involvement with parents

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

1 0.68 0.06 10.66 V

4 0.65 0.07 9.96 V

7 0.88 0.06 15.30 V

9 0.84 0.06 14.01 V

11 0.55 0.07 7.79 V

14 0.74 0.06 11.83 V

15 0.72 0.07 11.03 V

20 0.09 0.07 1.22 X

23 0.59 0.07 8.60 V

26 0.36 0.07 4.92 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Page 72: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

63

Dari tabel 3.12 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)

dan semua koefisien bermuatan positif. Kecuali item 20 nilai t= 1.22, dengan

demikian, item tersebut akan di-drop.

2. Positive parenting

Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur Potitive Parenting. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-square =

153.23, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.289. Namun setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh

model fit dengan Chi-square = 2.63, df = 2, P-value = 0.26877, RMSEA = 0.040.

Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja

yaitu Positive Parenting.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut.

Tabel 3.13

Muatan Faktor Item Potitive Parenting

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

2 1.29 0.19 6.65 V

5 0.38 0.07 5.77 V

13 0.54 0.09 6.38 V

16 0.93 0.17 5.37 V

18 0.28 0.08 3.52 V

27 0.40 0.08 4.92 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Page 73: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

64

Dari tabel 3.13 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)

dan semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak ada item di-drop.

3. Monitoring

Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur Monitoring. Dari hasil awal analisis CFA yang

dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-square=

368.44, df=35, P-value=0.00000, RMSEA=0.223. Setelah dilakukan modifikasi

terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa item

dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh model fit

dengan Chi-square = 20.73, df = 16, P-value = 0.18897, RMSEA = 0.039. Hasil

RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.14 berikut

Tabel 3.14

Muatan Faktor Item Monitoring

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

6 0.77 0.06 11.94 V

10 0.50 0.07 6.80 V

17 0.66 0.07 9.00 V

19 0.48 0.07 7.11 V

21 0.78 0.06 12.08 V

24 0.76 0.07 10.72 V

28 0.46 0.07 6.78 V

29 0.22 0.08 2.87 V

30 0.73 0.06 11.80 V

32 0.47 0.07 6.91 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Page 74: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

65

Dari tabel 3.14 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)

dan semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak perlu ada item

yang di-drop.

4. Corporal punishment

Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya

benar-benar hanya mengukur Corporal Punishment. Dari hasil awal analisis CFA

yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata tidak fit, dengan Chi-square =

76.25, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.197. Namun setelah dilakukan

modifikasi terhadap model, yaitu ketika kesalahan pengukuran pada beberapa

item dibolehkan atau dibebaskan berkorelasi satu sama lain, maka diperoleh

model fit dengan Chi-square = 2.70, df = 3, P-value = 0.44050, RMSEA = 0.000.

Hasil RMSEA < 0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja

yaitu Corporal Punishment.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.15 berikut.

Tabel 3.15

Muatan Faktor Item Corporal Punishment

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

3 -0.06 0.11 -0.55 X

8 0.50 0.09 5.74 V

12 0.50 0.09 5.75 V

22 0.85 0.12 7.25 V

25 0.10 0.14 0.67 X

31 -0.03 0.07 -0.46 X

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Page 75: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

66

Dari tabel 3.15 dapat kita lihat bahwa ada item signifikan (t > 1.96) dan

seua koefisien bermuatan positif, dan sebagian item tidak signifikan item 3 nilai

t= -0.55, item 25 nilai t= 0.67, dan item 31 nilai t= -0.46 dengan demikian, item

tersebut akan di-drop.

5. Consistency in the use of such discipline

Peneliti menguji apakah tiga item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar-

benar hanya mengukur Consistency in the Use of Such Discipline. Dari hasil awal

analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor ternyata model fit, dengan

Chi-square = 0.00, df = 0, P-value = 1.0000, RMSEA = 0.000. Hasil RMSEA <

0.05 artinya bahwa seluruh item hanya mengukur satu faktor saja yaitu

Consistency in the Use of Such Discipline.

Peneliti selanjutnya melihat apakah signifikan item tersebut mengukur

faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukan apakah item tersebut

perlu di-drop atau tidak. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian hipotesis

tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat

nilai-t setiap kesfisian muatan faktor, seperti pada tabel 3.16 berikut.

Tabel 3.16

Muatan Faktor Item Consistency in the Use of Such Discipline

No Koefisien Standar Error Nilai t Signifikan

33 0.81 0.08 10.43 V

34 0.88 0.08 11.19 V

35 0.46 0.07 6.26 V

Keterangan: Tanda V = Signifikan (t > 1.96) ; X = Tidak Signifikan

Dari tabel 3.16 dapat kita lihat bahwa seluruh item signifikan (t > 1.96)

dan semua koefisien bermuatan positif. dengan demikian, tidak perlu ada item

yang di-drop.

Page 76: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

67

3.5 Metode Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian, digunakan teknis analisis

regresi berganda. Dalam penelitian ini, IV sebanyak 11 buah, sedangkan DV

sebanyak 1 buah.

Adapun persamaan regresi berganda untuk penelitian ini sebagai berikut:

Y’ = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 +

b9X9 + b10X10 + b11X11

Dimana:

Y’ = prediksi perilaku agresi

a = konstan

b = koefisien regresi untuk masing-masing X

X1 = emotional awareness

X2 = emotional management

X3 = social emotional awareness

X4 = relationship management

X5 = konformitas compliance

X6 = konformitas acceptance

X7 = involvement with parents

X8 = positive parenting

X9 = monitoring

X10 = corporal punishment

X11 = consistency in the use of such discipline

e = residual

Melalui analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2, yaitu

koefisien korelasi berganda antara perilaku agresi remaja, kecerdasan emosi,

konformitas teman sebaya, dan persepsi parenting practices. Besarnya

kemungkinan perilaku agresi remaja yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi berganda atau R2. R

2

merupakan proporsi varians dari perilaku agresi yang dijelaskan oleh kecerdasan

emosi, konformitas teman sebaya, dan persepsi parenting practices. Dan uji R2

Page 77: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

68

dilakukan untuk membuktikan apakah penambahan varians dari independen

variabel satu per satu signifikan atau tidak penambahannya.

Untuk membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka

dapat diuji dengan menggunakan uji F, pembilang adalah R2 dengan dfnya (yaitu

k), ialah jumlah independen variabel yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1 -

R2) dibagi dengan (N - k - 1) dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F

yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel independen yang

diujikan memiliki pengaruh terhadap dependen variabel.

Page 78: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

70

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Responden

Subjek di dalam penelitian ini adalah 193 siswa Sekolah Menengah Kejuruan

yang terletak di wilayah Kota Bogor. Karena mayoritas dari siswa di Sekolah

Menengah Kejuruan ini adalah laki-laki, maka subjek perempuan yang didapatkan

peneliti hanya sebagian kecil, yaitu sekitar 12% siswa perempuan. Mayoritas dari

subjek penelitian ini tinggal bersama dengan ayah dan ibu kandung, sebesar 93%,

sisanya tinggal bersama dengan ayah kandung saja atau ibu kandung saja.

Rentang usia subjek dalam penelitian ini adalah 15 -18 tahun, sebanyak

67% berusia 16 tahun, 21% berusia 17 tahun, sebanyak 7% berusia 18 tahun, dan

sisanya sebanyak 5 % berusia 15 tahun.

4.2 Analisis Deskriptif

Berikut ini akan diuraikan analisis deskriptif dari perilaku agresi. Adapun skor

yang digunakan melakukan analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni

(t-score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini

dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil

penelitian dependent variable yang diteliti, dengan demikian raw score pada

variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan

mentransformasi raw score menjadi z-score.

Untuk menjelaskan gambaran umum deskripsi statistik dari variabel yang

diteliti, acuan dalam perhitungan ini adalah skor mean, median, standar deviasi,

Page 79: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

71

nilai minimum, dan nilai maksimum dari independent variable. Skor tersebut

disajikan dalam tabel 4.1 di bawah ini

Tabel 4.1

Distribusi Skor Variabel Keseluruhan Responden

N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation

Perilaku agresi 193 25 71 50 10,000

Emotional awareness 193 23 67 50 10,000

Emotional management 193 26 71 50 10,000

Social emotional awareness 193 20 70 50 10,000

Relationship management 193 28 67 50 10,000

Konformitas compliance 193 28 66 50 10,000

Konformitas acceptance 193 26 67 50 10,000

Involvement with parents 193 25 73 50 10,000

Positive parenting 193 17 69 50 10,000

Monitoring 193 30 69 50 10,000

Corporal punishment 193 34 70 50 10,000

Consistency discipline 193 37 76 50 10,000

Berdasarkan tabel 4.1, diketahui bahwa nilai minimum dari variabel

perilaku agresi adalah 25, maksimum 71, mean 50.00 dan standar deviasi 10.000.

Variabel emotional awareness memiliki nilai minimum 23, maksimum 67, mean

50, dan standar deviasi 10,000. Variabel emotionala management memiliki nilai

minimum 26, maksimum 71, mean 50, dan standar deviasi 10,000. Variabel social

emotional management memiliki nilai minimum 20, maksimum 70, mean 50, dan

standar deviasi 10,000. Variabel relationship management memiliki nilai

minimum 28, maksimum 67, mean 50, dan standar deviasi 10,000. Variabel

konformitas compliance memiliki nilai minimum 28, maksimum 66, mean 50, dan

standar deviasi 10,000. Variabel konformitas acceptance memiliki nilai minimum

26, maksimum 67, mean 50, dan standar deviasi 10,000. Variabel involvement

with parents memiliki nilai minimum 25, maksimum 73, mean 50, dan standar

deviasi 10,000. Variabel positive parenting memiliki nilai minimum 17,

maksimum 69, mean 50, dan standar deviasi 10,000. Variabel monitoring

Page 80: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

72

memiliki nilai minimum 30, maksimum 69, mean 50, dan standar deviasi 10,000.

Variabel corporal punishment memiliki nilai minimum 34, maksimum 70, mean

50, dan standar deviasi 10,000. Variabel consistency in the use of such discipline

memiliki nilai minimum 37, maksimum 76, mean 50, dan standar deviasi 10,000.

4.2.1 Kategorisasi variabel

Peneliti menggunakan informasi pada tabel yang telah disajikan sebelumnya

sebagai acuan untuk membuat norma kategorisasi dalam penelitian ini

menggunakan true score yang skalanya telah dipindah dengan menggunakan

rumus t score. Nilai tersebut menjadi batas bagi peneliti untuk menentukan

kategorisasi rendah dan tinggi dari masing-masing variabel penelitian. Pedoman

interpretasi skor adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Pedoman Interpretasi Skor Variabel

Kategori Norma

Tinggi X>Mean

Rendah X<Mean

Uraian megenai gambaran kategorisasi skor variabel secara keseluruhan

berdasarkan tinggi rendahnya tiap variabel dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah.

Tabel 4.3

Kategorisasi Skor Variabel pada Keseluruhan Responden

Variabel Frekuensi %

Tinggi Rendah Tinggi Rendah

Perilaku agresi 99 94 51.29 48.71

Emotional awareness 85 108 44.04 55.96

Emotional management 93 100 48.19 51.81

Social emotional awareness 96 97 49.74 50.26

Relationship management 95 98 49.22 50.78

Konformitas compliance 100 93 51.81 48.19

Konformitas acceptance 99 94 51.29 48.71

Involvement with parents 89 104 46.11 53.89

Positive parenting 90 103 46.63 53.37

Monitoring 116 67 60.10 39.90

Corporal punishment 80 113 41.45 58.55

Consistency discipline 98 95 50.78 49.22

Page 81: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

73

Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa dari 193 subjek penelitian,

terlihat pada variabel perilaku agresi skor tinggi sebanyak 51.29% dan rendah

sebanyak 48.71%. Pada variabel emotional awareness skor tinggi sebanyak

44.04% dan rendah sebanyak 55.96%. Pada variabel emotional management skor

tinggi sebanyak 48.19% dan rendah sebanyak 51.81%. Pada variabel social

emotional awareness skor tinggi sebanyak 49.74% dan rendah sebanyak 50.26%.

Pada variabel relationship management skor tinggi sebanyak 49.22% dan rendah

sebanyak 50.78%. Pada variabel konformitas compliance skor tinggi sebanyak

51.81% dan rendah sebanyak 48.19%. Pada variabel konformitas acceptance skor

tinggi sebanyak 51.29% dan rendah sebanyak 48.71%. Pada variabel involvement

with parents skor tinggi sebanyak 46.11% dan rendah sebanyak 53.89%. Pada

variabel positive parenting skor tinggi sebanyak 46.63% dan rendah sebanyak

53.37%. Pada variabel monitoring skor tinggi sebanyak 60.10% dan rendah

sebanyak 39.90%. Pada variabel corporal punishment skor tinggi sebanyak

41.45% dan rendah sebanyak 58.55%. Pada variabel consistency i skor tinggi

sebanyak 50.78% dan rendah sebanyak 49.22%.

4.3 Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahap ini, peneliti menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi berganda

dengan menggunakan software SPSS 20.0. Pada saat melakukan uji regresi

terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan diantaranya yaitu, melihat besaran R-

square untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada dependent variable

yang dijelaskan oleh independent variable, yang berikutnya adalah melihat

apakah independent variable berpengaruh signifikan terhadap dependent variable,

Page 82: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

74

dan kemudian melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-

masing independent variable.

Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah melihat besaran R-square

untuk mengetahui berapa persen (%) varians pada dependent variable yang

dijelaskan oleh independent variable. Untuk tabel R-square, dapat dilihat sebagai

berikut.

Tabel 4.4

Tabel R-square

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .770a .593 .569 6.568

Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa perolehan R Square sebesar 0.593 atau

59.3%. Artinya, proporsi varians dari perilaku agresi yang dijelaskan emotional

awareness, emotional management, social emotional awareness, relationship

management, konformitas compliance, konformitas acceptance, involvement with

parents, positive parenting, monitoring, corporal punishment, dan consistency

discipline adalah sebesar 59.3%, sedangkan 40.7% sisanya dipengaruhi oleh

variabel lain di luar penelitian ini.

Langkah berikutnya, peneliti menganalisis dampak dari seluruh

independent variable terhadap perilaku agresi. Adapun hasil uji F dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut:

a. Predictors: (Constant), Consistency Discipline, Emotoinal Awareness, Involvement with

parents, Konformitas Compliance, Konformitas Acceptance, Emotional Management,

Monitoring, Positive Parenting, Social Emotional Awareness, Relationship Management.

b. Dependent Variable: Perilaku agresi

Page 83: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

75

Tabel 4.5

Tabel Anova Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 11392.886 11 1035.717 24.012 .000b

Residual 7807.114 181 43.133

Total 19200.000 192

a. Dependent Variable: Perilaku agresi

b. Predictors: (Constant), Consistency Discipline, Emotoinal Awareness, Involvement with

parents, Konformitas Compliance, Konformitas Acceptance, Emotional Management,

Monitoring, Positive Parenting, Social Emotional Awareness, Relationship Management.

Diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil (p<0.05), maka hipotesis

nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independent

variable terhadap dependent variable, yaitu perilaku agresi ditolak. Artinya, ada

pengaruh yang signifikan dari emotional awareness, emotional management,

social emotional awareness, relationship management, konformitas compliance,

konformitas acceptance, involvement with parents, positive parenting,

monitoring, corporal punishment, dan consistency discipline terhadap perilaku

agresi.

Langkah terakhir adalah melihat nilai dari koefisien regresi dari setiap

independent variable. Jika nilai t > 1.96 maka koefisien regresi tersebut

signifikan, berarti independent variabel memiliki dampak yang signifikan

terhadap perilaku agresi. Dan jika nilai t < 1.96 maka koefisien regresi tersebut

tidak signifikan. Adapun penyajiannya ditampilkan pada tabel 4.6 berikut:

Page 84: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

76

Tabel 4.6

Tabel Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -4.642 5.509 -.843 .401

Emotional Awareness .028 .076 .028 .366 .715

Emotional Management -.193 .092 -.193 .2.093 .038

Social Emotional Awareness .148 .084 .148 1.757 .081

Relationship Management .519 .107 .519 4.848 .000

Konformitas Compliance .354 .062 .354 5.748 .000

Konformitas Acceptance -.219 .071 -.219 -3.098 .002

Involvement with parents -.054 .061 -.054 -.879 .381

Positive Parenting -.145 .081 -.145 -1.784 .076

Monitoring .145 .072 .145 2.005 .046

Corporal Punishment .271 .059 .271 4.551 .000

Consistency Discipline .239 .055 .239 4.369 .000

a. Dependent Variable: Perilaku agresi

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6, dapat disampaikan

persamaan regresi sebagai berikut: (*signifikan)

Perilaku agresi = -4.642 + 0.028 * emotional awareness - 0.193 * emotional

management + 0.148 * social emotional awareness + 0.519 *

relationship management + 0.354 * konformitas compliance

- 0.219 * konformitas acceptance - 0.054 * involvemnet with

parents - 0.145 * positive parenting + 0.145 * monitoring +

0.271 * corporal punishment + 0.239 * consistency discipline

Dari tabel 4.6, untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang

dihasilkan, dapat melihat nilai sig. Pada kolom paling kanan (kolom ke-6), jika p

< 0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap

perilaku agresi dan sebaliknya. Dari hasil di atas, koefisien regresi emotional

management, relationship management, konformitas compliance, konformitas

acceptance, monitoring, corporal punishment, dan consistency in the use of such

Page 85: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

77

discipline memiliki pengaruh yang signifikan, sedangkan sisanya tidak.

Penjelasan nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah

sebagai berikut:

1. Variabel emotional awareness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.028

dengan signifikansi 0.715 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel

emotional awareness pengaruhnya tidak signifikan terhadap perilaku agresi.

2. Variabel emotional management: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

-0.193 dengan signifikansi 0.038 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa

variabel emotional management secara negative dan signifikan memengaruhi

perilaku agresi. Jadi, semakin rendah emotional management maka semakin

tinggi perilaku agresi.

3. Variabel social emotional awareness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0.148 dengan signifikansi 0.081 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa

variabel social emotional awareness pengaruhnya tidak signifikan terhadap

perilaku agresi.

4. Variabel relationship management: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0.519 dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahawa

variabel relationship management secara positif dan siginifikan memengaruhi

perilaku agresi. Jadi, semakin tinggi relationship management maka semakin

tinggi perilaku agresi.

5. Variabel konformitas compliance: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

0.354 dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa

variabel konformitas compliance secara positif dan signifikan memengaruhi

Page 86: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

78

perilaku agresi. Jadi, semakin tinggi konformitas compliance maka semakin

tinggi perilaku agresi.

6. Variabel konformitas acceptance: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

-0.219 dengan signifikansi 0.002 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa

variabel konformitas acceptance secara negatif dan signifikan memengaruhi

perilaku agresi. Jadi, semakin rendah konformitas acceptance maka semakin

tinggi perilaku agresi.

7. Variabel involvement with parents: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar

-0.054 dengan signifikansi 0.381 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa

variabel involvement with parents pengaruhnya tidak signifikan terhadap

perilaku agresi.

8. Variabel positive parenting: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.145

dengan signifikansi 0.076 (p > 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel

positive parenting pengaruhnya tidak signifikan terhadap perilaku agresi.

9. Variabel monitoring: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.145 dengan

signifikansi 0.046 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel monitoring

secara positif dan signifikan memengaruhi perilaku agresi. Jadi, semakin

tinggi monitoring maka semakin tinggi perilaku agresi.

10. Variabel corporal punishment: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.271

dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel

corporal punishment secara positif dan signifikan memengaruhi perilaku

agresi. Jadi, semakin tinggi corporal punishment maka semakin tinggi

perilaku agresi.

Page 87: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

79

11. Variabel consistency discipline: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.239

dengan signifikansi 0.000 (p < 0.05), Hal tersebut berarti bahwa variabel

consistency discipline secara positif dan signifikan memengaruhi perilaku

agresi. Jadi, semakin tinggi consistency discipline maka semakin tinggi

perilaku agresi.

Pada tabel 4.6 di atas, dari tujuh IV (emotional management, relationship

management, konformitas compliance, konformitas acceptance, monitoring,

corporal punishment, dan consistency discipline) yang berpengaruh signifikan

terhadap DV dapat diketahui variable yang memiliki pengaruh lebih besar. Pada

penelitian ini, relationship management memiliki koefisien (beta) 0.519 yang

memberikan pengaruh paling besar terhadap DV. Untuk melihat perbandingan

besar kecilnya pengaruh tiap IV terhadap DV dapat diketahui dengan dua cara,

yaitu melihat signifikansi (p) dan melihat Standardized coefficients (beta) (Umar,

2011). Maka dari tabel diatas dapat diketahui perbandingan atau urutan IV yang

memiliki pengaruh terbesar adalah sebagai berikut:

1. Relationship Management dengan beta = 0.519

2. Konformitas Compliance dengan beta = 0.354

3. Corporal Punishment dengan beta = 0.271

4. Consistency Discipline dengan beta = -0.239

5. Konformitas Acceptance dengan beta = -0.219

6. Emotional Management dengan beta = -0.193

7. Monitoring dengan beta = 0.145

Page 88: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

80

4.3.1 Pengujian proporsi varians masing-masing independent variable

Pengujian pada tahapan ini dilakukan bertujuan untuk dapat melihat apakah

signifikan atau tidaknya penambahan proporsi varians dari tiap independent

variable, yang mana independent variable akan dianalisis secara satu per satu.

Tabel kolom pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu per

satu, lalu dilihat di kolom ketiga yang merupakan total penambahan varians

dependent variable dari tiap independent variable yang dianalisis satu per satu,

lalu dilihat di kolom keenam, kolom keenam ini merupakan nilai murni varians

dependent variable dari tiap independent variable yang dimasukkan sat per satu,

lalu dilihat di kolom df adalah derajat bebas bagi independent variable yang

bersangkutan, yang terdiri dari numerator dan denumerator. Kolom terakhir yang

dilihat adalah kolom sig. F Change yang fungsinya untuk mengetahui

signifikansinya. Di dalam kolom ini dilihat, apabila nilai p < 0.05 maka

independent variable memiliki sumbangan yang signifikan, artinya penambahan

proporsi varians dari independent variable yang bersangkutan, dampaknya

signifikan. Dan sebaliknya, apabila nilai p > 0.05 maka independent variable yang

bersangkutan, dampaknya tidak signifikan. Besarnya proporsi varians pada

perilaku agresi dapat dilihat pada tabel 4.7

Page 89: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

81

Tabel 4.7

Proporsi Varians untuk masing-masing Independent Variable

Dari tabel 4.7 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut:

1. Variabel emotional awareness memberikan sumbangan sebesar 8.7% dalam

varians perilaku agresi.

2. Variabel emotional management memberikan sumbangan sebesar 0.7%

dalam varians perilaku agresi.

3. Variabel social emotional awareness memberikan sumbangan sebesar 0.4%

dalam varians perilaku agresi.

4. Variabel relationship management memberikan sumbangan sebesar 0.1%

dalam varians perilaku agresi.

Model Summary

Model R R

Square

Adjusted

R Square

Std. Error

of the

Estimate

Change Statistics

R Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig. F

Change

1 .296a .087 .083 9.57840 .087 18.274 1 191 .000

2 .308b .095 .085 9.56535 .007 1.521 1 190 .219

3 .314c .098 .084 9.57093 .004 .778 1 189 .379

4 .315d .100 .080 9.58982 .001 .256 1 188 .613

5 .568e .323 .305 8.33910 .223 61.622 1 187 .000

6 .640f .410 .391 7.80368 .087 27.541 1 186 .000

7 .645g .416 .394 7.78531 .006 1.878 1 185 .172

8 .649h .421 .395 7.77511 .005 1.486 1 184 .224

9 .691b .477 .451 7.40764 .056 19.708 1 183 .000

10 .742c .550 .526 6.88621 .074 29.763 1 182 .000

11 .770d .593 .569 6.56759 .043 19.088 1 181 .000

a. Predictors: (Constant), Emotional Awareness, Emotional Management, Social Emotional Awareness,

Relationship Management, Konfomitas Compliance, Konformitas Accaptance, Involvement with Parents,

Positive Parenting, Monitoring, Corporal Punishment, Consisctency Discipline

Page 90: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

82

5. Variabel konformitas compliance memberikan sumbangan sebesar 22.3%

dalam varians perilaku agresi.

6. Variabel konformitas acceptance memberikan sumbangan sebesar 8.7%

dalam varians perilaku agresi.

7. Variabel involvement with parents memberikan sumbangan sebesar 0.6%

dalam varians perilaku agresi.

8. Variabel positive parenting memberikan sumbangan sebesar 0.5% dalam

varians perilaku agresi.

9. Variabel monitoring memberikan sumbangan sebesar 5.6% dalam varians

perilaku agresi.

10. Variabel corporal punishment memberikan sumbangan sebesar 7.4% dalam

varians perilaku agresi.

11. Variabel consistency discipline memberikan sumbangan sebesar 4.3% dalam

varians perilaku agresi.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada 7 IV, yaitu emotional

management, relationship management, konformitas compliance, konformitas

acceptance, monitoring, corporal punishment, dan consistency in the use of such

discipline, yang signifikan sumbangannya terhadap perilaku, jika dilihat dari

besarnya pertambahan R2 yang dihasilkan setiap kali dilakukan penambahan IV

(sumbangan proporsi varians yang diberikan).

Page 91: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

83

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka

diperoleh kesimpulan dari penelitian ini, bahwa secara keseluruhan ada pengaruh

yang signifikan antara kecerdasan emosi, konformitas teman sebaya, dan persepsi

parenting practices terhadap perilaku agresi pada remaja di wilayah kota Bogor.

Berdasarkan proporsi varians yang telah dihitung, diperoleh hasil bahwa

kecerdasan emosi, konformitas teman sebaya, dan persepsi parenting practices

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresi. Hal tersebut

ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh independent variabel (IV)

terhadap dependent variabel (DV). Maka hipotesis mayor yang menyatakan

bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosi, konformitas

teman sebaya, dan persepsi parenting practices terhadap perilaku agresi pada

remajadi wilayah kota Bogor tidak ditolak.

Kemudian, peneliti menguji hipotesis untuk mengetahui signifikansi dari

masing-masing koefisien regresi independent variable (IV) terhadap dependent

variable (DV), diperoleh hasil bahwa dari 11 variabel, ternyata hanya tujuh yang

signifikan pengaruhnya terhadap perilaku agresi, yaitu emotional management,

relationship management, konformitas compliance, konformitas acceptance,

monitoring, corporal punishment, dan consistency discipline. Sedangkan variabel

emotional awareness, social emotional awareness, involvement with chidren dan

Page 92: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

84

positive parenting tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perlaku agresi

remaja di wilayah kota Bogor.

5.2 Diskusi

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel kecerdasan

emosi, konformitas teman sebaya, dan persepsi parenting practices, dari sebelas

variabel, terdapat tujuh variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap

perilaku agresi. Ketujuh variabel tersebut adalah emotional management,

relationship management, konformitas compliance, konformitas acceptance,

monitoring, corporal punishment, dan consistency discipline.

Pada penelitian ini terbukti bahwa kecerdasan emosi memiliki pengaruh

yang postif terhadap perilaku agresi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Moskat dan Sorensen (2012) yang menyebutkan bahwa tingkat

kecerdasan emosional yang lebih rendah berkorelasi dengan skor agresi yang

lebih tinggi. Emotional management dan relationship management sebagai

dimensi dari variabel kecerdasan emosi memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap perilaku agresi. Sebagaimana yang disebutkan dalam penelitian

Goleman, bahwa emotional management merupakan kemampuan untuk

menggunakan kesadaran emosi untuk tetap fleksibel dan positif mengarahkan

perilakunya, termasuk juga pengelolaan reaksi emosi kepada orang lain dan suatu

situasi. Emotional management memiliki nilai yang negatif dan signifikan

terhadap perilaku agresi, berarti semakin rendah emotional management, maka

semakin tinggi perilaku agresi. Sedangkan, relationship management dalam

penelitian ini berarti kemampuan untuk menggunakan kesadaran emosi diri

Page 93: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

85

sendiri dan orang lain untuk berkomunikasi secara jelas dan efektif dalam

mengatasi konflik. Relationship management memiliki nilai yang positif dan

signifikan terhadap perilaku agresi, berarti semakin tinggi relationship

management, maka semakin tinggi pula perilaku agresi.

Berikutnya, pada penelitian ini ditemukan bahwa konformitas teman

sebaya memiliki pengaruh yang positif serta signifikan terhadap perilaku agresi.

Hal ini sejalan dengan hasil teori yang diungkapkan oleh Santrock (2003), bahwa

konformitas terhadap teman sebaya dapat menjadikan remaja lebih positif dan

bahkan sangat negatif dalam perilakunya.

Konformitas compliance sebagai salah satu dimensi konformitas dalam

penelitian ini merupakan sikap individu yang telah sesuai dengan tekanan dari

kelompok, sementara secara pribadi individu tersebut tidak menyetejui

perilakunya sendiri. Konformitas compliance dalam penelitian ini memiliki nilai

positif dan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku agresi. Hal ini berarti

semakin tinggi konformitas compliance, maka akan semakin tinggi pula perilaku

agresi.

Konformitas acceptance dalam penelitian ini merupakan tingkah laku dan

keyakinan individu sesuai dengan tekanan kelompok yang diterimanya. Dalam hal

ini, konformitas terjadi karena di dalam kelompok terdapat informasi penting

yang tidak dimiliki oleh individu. Konformitas acceptance bernilai negatif serta

signifikan terhadap perilaku agresi, hal tersebut berarti semakin rendah

konformitas acceptance, maka semakin tinggi pula perilaku agresi.

Page 94: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

86

Monitoring sebagai dimensi dari persepsi parenting practices memiliki

pengaruh yang signifikan dan bernilai positif terhadap perilaku agresi. Dalam

penelitian ini, monitoring merupakan kegiatan yang dilakukan orang tua terhadap

anak mereka, orang tua melakukan pemantauan dan memastikan anak mereka

masih berada dalam batasan yang wajar, tidak menyimpang. Dengan kata lain,

orang tua memantau anaknya dengan baik. Hal ini berarti, semakin besar orang

tua memantau anaknya secara langsung, semakin besar perilaku agresi anak.

Corporal punishment sebagai dimensi dari persepsi parenting practices

memiliki pengaruh yang signifikan dan bernilai positif terhadap perilaku agresi.

Dalam penelitian ini, corporal punishment merupakan pemberian hukuman dari

orang tua kepada anaknya secara langsung (fisik). Hal ini berarti, semakin besar

orang tua memberikan hukuman fisik kepada anaknya, maka menjadi semakin

besar pula perilaku agresi anak.

Consistency discipline sebagai dimensi dari persepsi parenting practices

memiliki pengaruh yang signifikan dan bernilai positif terhadap perilaku agresi.

Dalam penelitian ini, consistency discipline merupakan konsekuensi yang

diterima anak ketika melanggar aturan yang telah dibuat bersama dengan orang

tuanya. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mazefsky

dan Farrell (2005), yang menyatakan bahwa consistency discipline dan

monitoring dapat membatasi munculnya perilaku menyimpang pada anak yang

dimediasi oleh tekanan teman sebayanya. Kesimpulannya adalah semakin

konsisten orang tua dalam menerapkan kedisiplinan kepada anaknya, semakin

besar pula perilaku agresi anak.

Page 95: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

87

Pada penelitian ini, terdapat empat variabel yang tidak memberikan

pengaruh secara signifikan terhadap perilaku agresi, yaitu emotional awareness,

social emotional awareness, involvement with parents dan positive parenting.

Emotional awareness dan social emotional awareness dalam penelitian ini

merupakan kemampuan seseorang dalam memahami diri sendiri dan orang lain,

menyadari dan menangkap emosi yang muncul dari diri sendiri dan orang lain,

serta memahami dan merasakan emosi tersebut. Dalam penelitian ini tidak

memiliki pengaruh yang siginifikan.

Selain itu, variabel involvement with parents dan positive parenting juga

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku agresi. Hal ini mungkin

disebabkan karena siswa SMK sebagai responden dalam penelitian ini sudah

memasuki usia remaja, dimana figure attachment tidak lagi terpusat pada ibu dan

ayah, tetapi terdapat pengaruh lainnya misalnya saudara kandung yang lebih tua,

atau pihak keluarga lainnya, guru, dan teman-teman dapat juga menjadi figure

attachment diusianya saat ini.

5.3 Saran

Setelah melalui seluruh proses dan penyusunan laporan hasil penelitian, peneliti

menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian ini. Oleh karena itu,

peneliti membagi saran menjadi dua, yaitu saran metodologis dan praktis agar

dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya. Selain itu,

supaya penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pembaca, orang tua, dan

masyarakat umum, sehingga dapat mengambil manfaat dari penelitian ini.

Page 96: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

88

5.3.1 Saran metodologis

1. Saran untuk penelitian selanjutnya, dapat diteliti perilaku agresi pada

sampel perempuan yang lebih banyak agar dapat juga dilihat pengaruh dari

faktor demografisnya.

2. Dari tiga variabel besar yang diteliti pengaruhnya terhadap perilaku agresi,

yaitu kecerdasan emosi, konformitas teman sebaya, dan persepsi parenting

practices jika menggunakan lebih banyak variable independen lagi

mungkin akan terlihat lebih besar lagi pengaruhnya.

3. Dapat juga digunakan variabel person (internal), yaitu trait, gender,

beliefs, attitude, dan values. Dan variabel situasional, yaitu aggressive

cues, profokasi, frustasi, kondisi aversive (badan kurang fit, suara yang

gaduh, bau yang tidak sedap), drugs, dan alkohol

5.3.2 Saran praktis

1. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa dimensi emotional

management dan relationship management dari kecerdasan emosi

berpengaruh signifikan terhadap perilaku agresi. Untuk itu, peneliti

menyarankan agar remaja perlu memiliki kecerdasan emosi yang lebih

baik untuk mengelola reaksi dari emosi yang muncul dan memiliki

komunikasi atau interaksi yang jelas dan efektif ketika mengatasi konflik.

Salah satu caranya adalah dengan sekolah mengadakan pelatihan-pelatihan

yang bisa meningkatkan kecerdasan emosi remaja.

2. Pada penelitian ini ditemukan bahwa seluruh dimensi konformitas teman

sebaya berpengaruh signifikan terhadap perilaku agresi. Untuk itu, peneliti

Page 97: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

89

menyarankan untuk orang tua memberi perhatian lebih ketika remaja

memilih teman yang sikapnya santun, membawa pengaruh yang lebih

positif. Dan remaja juga harus memiliki keyakinan yang baik agar tidak

terpaku dengan tekanan maupun ajakan dari temannya yang dianggap

memberikan pengaruh yang negatif.

3. Pada penelitian ini ditemukan bahwa monitoring, corporal punishment,

dan consistency discipline dari dimensi persepsi parenting practices

memiliki perngaruh yang signifikan terhadap perilaku agresi. Dilihat dari

hasil penelitian ini, agar orang tua seharusnya memberi perlakuan yang

baik untuk anak-anaknya agar anak tidak menilai orang tuanya kurang

baik, kurang tegas, kurang disiplin dengan aturan-aturan yang telah

disepakati. Sikap orang tua yang baik seperti memantau secara langsung

kegiatan anaknya, dengan siapa anaknya berteman, dan bagaimana

temannya memberikan pengaruh kepada anaknya. Orang tua harus lebih

tegas ketika memberikan hukuman ataupun oenghargaan keada anaknya,

harus secara konsisten dan dengan penuh komitmen yang telah disepakati

dengan anak.

Page 98: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

90

DAFTAR PUSTAKA

Antara. (2012). Jumlah Kasus Tawuran di Bogor Meningkat 95 persen.

http://www.beritasatu.com/sosial/71865-jumlah-kasus-tawuran-di-bogor-

meningkat-95-persen.html. Diakses tanggal 29 Agustus 2018

Averill, J. (1973). Personal control cver aversive stimuli and its relationship to stress.

Psychology Bulletin, 80(4), 286-303.

Baron, R., dan Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial (10 ed.). Jakarta: Erlangga.

Berkowitz, L. (1995). Agresi: Sebab Akibat. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Bornstein, M. (2002). Handbook of Parenting . United States: Lowrence Erlbaum

Publishing.

Brooks, J. (1991). The Process of Parenting (6th ed.). New York: The Mc Graw-Hill

Companies, INC.

Brown, T. A. (2006). Confirmatory Factor Analysis for Applied Research. (D. A. Kenny,

Penyunt.) New York: The Guilford Press.

Buss, A., dan Perry, M. (1992). Personality processes and individual difference. The

Agression Questionnaire. Journal of Personality and Social Psychology, 63( 3),

452-459.

Cakan, M., dan Altun, S. G. (2005). Adaption of an emotional intelligence scale for

turkish educators. International Education Journal, 6(3), 367-372.

Calhoun, J. F., dan Acocella, J. R. (1990). Psychology of Adjustment and Human

Relationship 3 th edition. New York: McGraw-Hill.

Crick, N. (1996). The role of overt aggression, and prosocial behavior in the prediction of

children's future social adjustment. Journal of Child Development.

Delisi, M., Hochstetler, A., dan Murphy, D. (2003). Self-control behind bars: A validation

study of the grasmick et.al, scale. Justice Quarterly, 20(2), 241-263.

Denson, T., DeWall, C., dan Finkel, E. (2012). Self-control and aggression current

directions in psychological science. 21(1), 20-25.

DeWall, C. N., Finkel, E. J., dan Denson, T. F. (2011). Self-control inhibits aggession.

Social and Personality PsychologyCcompass, 5(7), 458-472.

Page 99: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

91

Eniola, M. S. (2007). The influence of emotional intelligence and self-regulation

strategies on remediation of aggressive behaviors in adolescent with visual

impairment. Ethno-Med, 1(1), 71-77.

Franzoi, S. (2003). Social Psychology (3 ed.). New York: The Mc.Graw-Hill Companies,

INC.

Finkenauer, C., Engels, R., C, M. E., dan Baumeister, R. F. (2005). Parenting behavior

and adolescent behavioral and emotional problems: The role of self-control.

International Journal of Behavioral Development, 29(1), 58-69.

Frick, J. (1999). Age trends in the assocation between parenting practices and conduct

problems. Journal of Behavioral Modification, 23, 106-128.

Goleman, D. (2005). Emotional Intelligence. New York: Bantal Dell.

Griffin, K. W., Botvin, J. G., Scheier, L. M., dan Diaz, T. (2000). Parenting practice as

predictors of substance use deloquency, and aggression among urban minority

youth: Moderating effect of family stucture and gender. Psychology of Addictive

Behavior, 14(2), 174-178.

Harrington, D. (2009). Confirmatory Factor Analysis. (T. Tripodi, dan P. Emeritus,

Penyunt.) United State of America: Oxford University Press.

Harto, Ambrosius. (2013) tawiran Itu Menewaskan Andriansyah.

http://www.megapolitan.kompas.com/read/2013/12/06/1029457/Tawuran.Itu.Me

newaskan.Andriansyah. DIakses tanggal 29 Agustus 2013

Hoghughi, M., dan Long, N. (2002). Handbook of Parenting Theory and Research for

Practices. London: Sage Publication LTD.

Hubert, C., Distefano, C., dan Kamphaus, R. (1997). Behavioral clustering of school

children. Multivariate Behavioral Research, 32(2), 105-134.

Irfan, Mohamad. (2016). Kasus Tawuran di Kota Bogor Meningkat.

http://www.metrotvnews.com/amp/GNInRe2k-kasus-tawuran-di-kota-bogor-

meningkat. Diakses tanggal 29 Agustus 2018

Kazdin, A. (1980). Behavior Modivication in Applied Settings. Ontario: The Dorsey

Press.

Lasmini, T., dan Safitri, R. (t.thn.). Kecerdasan Emosi dan Perilaku Agresi pada Guru

Sekolah Dasar. Yogjakarta: Fakultas psikologi Universitas Wangsa Manggala.

Martin, C., dan Colbert, K. (1997). Parenting a Life Span Perspective. New York: The

Mc Graw-Hill Cimpanies, INC.

Page 100: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

92

Mazefsky, C., dan Farrell, A. (2005). The role of witnessing violence, peer provocation,

family support, and parenting practices in the aggressive behavior of rural

adolescents. Journal of Child and Family Studies, 14, 71-85.

Michener, H., Delamater, J., dan Myers, D. (2004). Social Psychology (Fifth ed.). New

York: Thomson Wadsworth.

Mohapel, Paul. (2013). The Quick Emotional Intteligence Self-Assassement.

([email protected])

Molineuvo, B., Pardo, Y., dan Torrubio, R. (2011). Psychometric analysis of the catalan

version of the Albama Parenting Questionnaire (APQ). Journal of Psychology,

14(2), 944-955.

Moskat, H., dan Sorensen, K. (2012). Let's Talk Feelings: Emotional Intelligence and

Aggression Predict Juvenile Offense. Whitman College.

Muraven, M., dan Baumeister, R. (2000). Self-regulation and depletion of limited

resouces: Does self-control resemble a muscle. Psychological Bulletin, 126(2),

247-259.

Mussen, P. H., Conger, J. J., Kagan, J., dan Huston, A. C. (1989). Perkembangan dan

Kepribadian Anak (6 ed.). (F. X. Budiyanto, G. Widianto, dan A. Gayatri,

Penerj.) Jakarta: Arcan.

Oppenhein, A. (1992). Questionnaire Design, Interviewing, and Attitude Measurement.

United State of America: Pinter Publisher London and New York.

Papadogiannis, P., Logan, D., dan Sitarenios, G. (2009). An ability model of emotional

intellegence: A rationale, description, and application of Mayer Salovey Caruso

Emotional Intellegence Test (MSCEIT). Dalam C. Stough, D. Saklofske, dan J.

Parker, Assessing emotional intelligence (hal. 43-65). New York: Springer.

Papalia, D., Olds, S., dan Feldman, R. (2008). Human Development. Perkembangan

Manusia (10th ed.). (B. Marwensdy, Penerj.) Jakarta: Salemba Humanika.

Papalia, Olds, dan Feldman. (2009). Human Development (Psikologi Perkembangan

Manusia) Jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Praptiani, S. (2013). Pengaruh Kontrol Diri terhadap Agresivitas Remaja dalam

Menghadapi Konflik Sebaya dan Pemaknaan Gender.

Saadi, Z. E., Honarman, M. M., Najarian, B., Ahadi, H., dan Askari, P. (2012).

Evaluation of effect of emotional intellegence training on reducing aggression in

second year high school female student. Journal of American Science, 8(5).

Page 101: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

93

Santor, Darcy, A., dan Kusumakar, V. (2000). Measuring peer pressure, popularity, and

conformity in adolescent boy and girls: Predicting school performance, sexual

attitudes, and substance use. Journal of Youth and Adolescence(29), 163-182.

Santrock, J. W. (2003). Adolescene: Perkembangan Remaja. (S. Adelar, dan S. S.,

Penerj.) Jakarta: Erlangga.

Santrock, J. W. (2007). Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S., dan Meinarno, E. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.

Sears, D., Freedman, J., dan Peplau, L. (1985). Psikologi Sosial (5th ed.). (A. Michael,

Penerj.) Jakarta: Erlangga.

Suharnan. (2005). Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.

Tangney, J., Baumeister, R., dan Boone, A. (2004). High self-control predicts good

adjustment, less pathology, better grades, and interpersonal success. Journal of

Personality, 72(2), 272-322.

Taylor, S., Peplau, L., dan Sears, D. (2009). Psikologi Sosial Edisi kedua belas. (B. Tri

Wibowo, Penerj.) Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Umar, J. (2012). Bahan Ajar Psikometri. Tidak dipublikasikan.

Wade, C., dan Tavris, C. (2007). Psikologi (9 ed.). (B. Widyasinta, Penerj.) Jakarta:

Erlangga.

Walgito, B. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Wiggins, J., Wiggins, B., dan Zanden J. V. (1994). Social Psychology (Fifth ed.). USA:

Mc Graw-Hill, Inc.

Page 102: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

94

Lampiran 1

Surat Izin Penelitian

Page 103: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

95

Page 104: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

96

Page 105: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

97

LAMPIRAN 2

Kuesioner Penelitian

PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb

Saya Restu Dwi Rahayu Sofianti, mahasiswi di Fakultas Psikologi, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang melakukan penelitian yang merupakan persyaratan

untuk mendapat gelar Sarjana Psikologi. Saya memohon kesediaan Saudara untuk

mengisi kuesioner penelitian. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data sebagai acuan

penelitian ini. Dalam menjawab kuesioner penelitian ini tidak ada jawaban benar atau

salah, Saudara hanya diminta mengisi sesuai dengan diri Saudara.

Saya sangat mengharapkan kerja samanya untuk mengisi lengkap seluruh bagian

dari kuesioner. Di dalam kode etik penelitian, semua jawaban yang saudara berikan

sangat terjaga kerahasiannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian. Terima

kasih atas kesediaan dan kerja samanya dalam mengisi kuesioner penelitian ini.

Hormat saya,

Restu Dwi Rahayu Sofianti

Peneliti

Page 106: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

98

PERNYATAAN KESEDIAAN RESPONDEN

Identitas Responden

Nama/Inisial : L / P *

Usia :

Tinggal bersama dengan : AyahdanIbu / Ayah / Ibu *

No. HP :

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpertisipasi dalam

mengisi kuesioner penelitian ini.

Bogor, Januari 2018

ttd

(.........................................)

*Lingkari pilihan yang sesuai

Page 107: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

99

Petunjuk pengisian:

- Bacalah dan cermati pernyataan sebelum menjawab.

- Jawaban dipilih dengan jujur sesuai dengan diri Anda, tidak ada jawaban benar

atau salah.

- Lingkari angka yang paling menunjukkan diri Anda.

Keterangan: Semakin besar angkanya, maka pernyataan sesuai menggambarkan diri Anda

Sangat Tidak Sesuai Sangat Sesuai

1 2 3 4 5 6 7 8

Skala I

Pilihlah angka yang paling sesuai menggambarkan diri anda. Semakin besar angkanya,

semakin sesuai dengan diri anda.

No Pernyataan Sangat tidak sesuai – Sangat sesuai

1 Kadang saya tidak bisa mengendalikan dorongan

untuk menyakiti orang lain. 1 2 3 4 5 6

2 Saya memukul karena provokasi dari orang lain. 1 2 3 4 5 6

3 Saya membalas orang yang telah memukul saya. 1 2 3 4 5 6

4 Saya lebih banyak bertengkar dibanding orang lain. 1 2 3 4 5 6

5 Saya menggunakan kekerasan untuk melindungi

hak saya. 1 2 3 4 5 6

6 Ada tekanan dari orang itu sampai saya

memukulnya. 1 2 3 4 5 6

7 Tidak ada alasan yang baik ketika saya memukul

orang lain. 1 2 3 4 5 6

8 Saya dapat mengancam orang lain. 1 2 3 4 5 6

9 Ketika sangat marah saya dapat merusak barang. 1 2 3 4 5 6

10 Saya mengatakan kepada teman saya ketika tidak

setuju dengan mereka. 1 2 3 4 5 6

11 Saya sering tidak setuju dengan orang lain. 1 2 3 4 5 6

12 Ketika seseorang mengganggu, aku mengatakan

apa yang aku pikirkan tentangnya. 1 2 3 4 5 6

13 Saya akan berdebat jika orang tidak setuju dengan

saya. 1 2 3 4 5 6

14 Teman-teman mengatakan bahwa saya sering

berargumen. 1 2 3 4 5 6

15 Saya dapat mengatasi rasa marah dan

menyelesaikannya. 1 2 3 4 5 6

16 Ketika frustasi, saya menunjukkan kekesalan. 1 2 3 4 5 6

17 Terkadang saya merasa seperti akan meledak-ledak. 1 2 3 4 5 6

18 Saya adalah orang yang mudah marah. 1 2 3 4 5 6

19 Teman saya menganggap saya pemarah. 1 2 3 4 5 6

Page 108: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

100

20 Terkadang saya dapat lepas kendali tanpa alasan

yang jelas. 1 2 3 4 5 6

21 Saya mengalami kesulitan dalam mengendalikan

marah. 1 2 3 4 5 6

22 Saya kadang merasa cemburu. 1 2 3 4 5 6

23 Kadang saya merasa tidak puas dalam hidup saya. 1 2 3 4 5 6

24 Orang lain terlihat selalu mendapatkan waktu

istirahat lebih baik. 1 2 3 4 5 6

25 Saya merasa tidak enak dalam berbagai hal. 1 2 3 4 5 6

26 Saya tau teman-teman membicarakan saya di

belakang. 1 2 3 4 5 6

27 Saya curiga pada orang asing yang bersikap ramah

pada saya. 1 2 3 4 5 6

28 Kadang saya beranggapan bahwa di belakang sana

orang menertawakan saya. 1 2 3 4 5 6

29 Ketika orang begitu baik, saya beranggapan bahwa

ada sesuatu yang mereka inginkan. 1 2 3 4 5 6

Skala II

Pilihlah angka yang paling sesuai menggambarkan diri anda. Semakin besar angkanya,

semakin sesuai dengan diri anda.

No Pernyataan Sangat tidak sesuai – Sangat sesuai

1 Pada saat tertentu, saya bisa merasakan perasaan

saya dengan jelas. 1 2 3 4 5 6

2 Saya mempertanggungjawabkan tanggapan saya. 1 2 3 4 5 6

3 Saya memikirkan dampak dari sebuah keputusan. 1 2 3 4 5 6

4 Saya bisa menunjukkan kasih sayang. 1 2 3 4 5 6

5 Emosi berperan penting dalam kehidupan saya. 1 2 3 4 5 6

6 Mudah untuk saya membuat tujuan dengan yang

lain. 1 2 3 4 5 6

7 Saya akan tahu dengan mudah jika orang di sekitar

saya merasa terganggu. 1 2 3 4 5 6

8 Hubungan saya dalam batasan yang aman. 1 2 3 4 5 6

9 Suasana hati saya memengaruhi orang di sekitar. 1 2 3 4 5 6

10 Saya termasuk orang yang tenang. 1 2 3 4 5 6

11 Saya peka atas perasaan orang lain. 1 2 3 4 5 6

12 Mudah bagi saya berbagi perasaan dengan orang

lain. 1 2 3 4 5 6

13 Sangat mudah untuk saya merasakan perasaan

saya. 1 2 3 4 5 6

14 Saya orang yang sangat sabar. 1 2 3 4 5 6

15 Saya memberi kabar buruk pada orang lain dengan

perasaan empati. 1 2 3 4 5 6

Page 109: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

101

16 Saya pandai memotivasi orang lain. 1 2 3 4 5 6

17 Suasana hati saya mudah terpengaruh faktor

eksternal. 1 2 3 4 5 6

18 Saya tidak marah jika di kritik orang lain. 1 2 3 4 5 6

19 Saya mengerti bagaimana perasaan orang lain. 1 2 3 4 5 6

20 Saya orang yang ceria 1 2 3 4 5 6

21 Saya bisa merasakan saat akan marah. 1 2 3 4 5 6

22 Saya tetap tenang meskipun dalam keadaan stres. 1 2 3 4 5 6

23 Teman saya dapat bercerita dengan saya tentang

semua hal. 1 2 3 4 5 6

24 Sangat mudah untuk saya menjalin pertemanan. 1 2 3 4 5 6

25 Saya dapat mengatakan pada orang lain perasaan

yang sejujurnya. 1 2 3 4 5 6

26 Jika suatu masalah tidak memengaruhi saya secara

langsung, saya menghiraukannya. 1 2 3 4 5 6

27 Saya merasa terganggu jika melihat orang lain

menderita. 1 2 3 4 5 6

28 Saya bisa membujuk seseorang ketika ia sedang

sangat kesal. 1 2 3 4 5 6

29 Mudah bagi saya menggambarkan perasaan. 1 2 3 4 5 6

30 Saya bisa menahan diri ketika marah kepada orang

lain. 1 2 3 4 5 6

31 Saya tahu kapan waktunya saya bicara dan darus

diam. 1 2 3 4 5 6

32 Orang berkata saya mudah bergaul dan

menyenangkan. 1 2 3 4 5 6

33 Ketika marah, saya menyadari apa yang terjadi. 1 2 3 4 5 6

34 Saya mengendalikan dorongan agar dapat

menghindari hal-hal yang merusak kesejahteraan. 1 2 3 4 5 6

35 Saya peduli dengan apa yang terjadi pada orang

lain. 1 2 3 4 5 6

36 Saya suka membantu orang. 1 2 3 4 5 6

37 Saya bisa memisahkan antara pikiran dan perasaan. 1 2 3 4 5 6

38 Saya menyalurkan energi untuk kreativitas atau

hobi. 1 2 3 4 5 6

39 Saya memahami alasan orang lain mengubah

rencananya. 1 2 3 4 5 6

40 Orang lain bisa bergantung pada saya. 1 2 3 4 5 6

Page 110: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

102

Skala III

Pilihlah angka yang paling sesuai menggambarkan diri anda. Semakin besar angkanya,

semakin sesuai dengan diri anda.

No Pernyataan Sangat tidak sesuai – Sangat sesuai

1 Saya melakukan hal hal yang biasa teman saya

lakukan. 1 2 3 4 5 6

2 Menurut saya, tidak benar jika harus selalu

bersama teman. 1 2 3 4 5 6

3 Saya rela dijauhi teman daripada harus ikut-ikutan. 1 2 3 4 5 6

4 Ketika teman mengajak tawuran, saya

mengikutinya. 1 2 3 4 5 6

5 Dalam memutuskan sesuatu hal, saya tidak butuh

pendapat kelompok. 1 2 3 4 5 6

6 Saya mengutamakan kepentingan bersama,

meskipun beresiko. 1 2 3 4 5 6

7 Saya bisa menolak ajakan teman untuk tidak ikut

tawuran sepulang sekolah. 1 2 3 4 5 6

8 Dibandingkan dengan pemikiran sendiri, saya lebih

mempercayai informasi dari teman. 1 2 3 4 5 6

9 Untuk kekompakkan, saya berpenampilan sama

dengan teman yang lain. 1 2 3 4 5 6

10 Saya berkeyakinan lebih kuat terhadap pendapat

sendiri dibandingkan dengan kelompok. 1 2 3 4 5 6

11 Saya mengikuti teman yang suka membolos. 1 2 3 4 5 6

12 Saya akan melakukan apa saja supaya dapat

berkumpul dengan teman teman. 1 2 3 4 5 6

13 Saya tidak terpengaruh dengan gaya bicara teman. 1 2 3 4 5 6

14 Saya ikuti semua kegiatan yang dijalankan

kelompok. 1 2 3 4 5 6

15 Ketika pulang sekolah saya bermain dengan teman

terlebih dahulu, kemudian pulang ke rumah. 1 2 3 4 5 6

16 Jika ada teman yang memberikan dampak negatif

untuk saya, akan saya jauhi. 1 2 3 4 5 6

17 Saya tidak ikut dengan teman yang membolos. 1 2 3 4 5 6

Page 111: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

103

Skala IV

Pilihlah angka yang paling sesuai menggambarkan diri anda. Semakin besar angkanya,

semakin sesuai dengan diri anda.

No Pernyataan Sangat tidak sesuai – Sangat sesuai

1 a. Saya bisa curhat dengan ibu

b. Saya bisa curhat dengan ayah

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

2 Orang tua mengatakan bahwa saya telah melakukan

pekerjaan dengan baik 1 2 3 4 5 6

3 Orang tua mengancam memberi hukuman pada

saya, tapi tidak diberikan. 1 2 3 4 5 6

4 a. Ibu ikut andil dalam kegiatan hobi saya

b. Ayah ikut andil dalam kegiatan hobi saya

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

5 Orang tua memberikan hadiah jika saya berperilaku

baik 1 2 3 4 5 6

6 Saya tidak menulis catatan atau memberitahu orang

tua kemana akan pergi. 1 2 3 4 5 6

7

a. Saya melakukan hal hal menyenangkan

dengan ibu

b. Saya melakukan hal hal menyenangkan

dengan ayah

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

8 Saya bicara pada orang tua untuk tidak

menghukum jika saya sudah berbuat salah. 1 2 3 4 5 6

9

a. Ibu menanyakan tentang saya hari ini di

sekolah

b. Ayah menanyakan tentang saya hari ini di

sekolah

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

10 Saya keluar malam melebihi waktu seharusnya ada

di rumah. 1 2 3 4 5 6

11

a. Ibu membantu saya mengerjakan tugas dari

sekolah

b. Ayah membantu saya mengerjakan tugas

dari sekolah

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

12 Orang tua menyerah membujuk saya karena terlalu

banyak permasalahan. 1 2 3 4 5 6

13 Orang tua memuji saya ketika melakukan sesuatu

dengan baik 1 2 3 4 5 6

14

a. Ibu menanyakan tentang rencana saya

besok

b. Ayah menanyakan tentang rencana saya

besok

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

15

a. Ibu memberikan dukungan untuk kegiatan

penting saya

b. Ayah memberikan dukungan untuk

kegiatan penting saya

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

16 Orang tua memuji saya untuk berperilaku baik 1 2 3 4 5 6

17 Orang tua saya tidak tahu sama bersama dengan

teman. 1 2 3 4 5 6

Page 112: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

104

18 Orang tua memeluk/mencium setelah saya

melakukan hal yang baik 1 2 3 4 5 6

19 Saya pergi tanpa ingat waktu tiba di rumah

seharusnya. 1 2 3 4 5 6

20

a. Ibu berbicara dengan saya tentang teman

teman

b. Ayah berbicara dengan saya tentang teman

teman

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

21 Saya pergi ketika sudah gelap tanpa didampingi

orang tua. 1 2 3 4 5 6

22 Orang tua saya membebaskan saya dari hukuman

yang ringan. 1 2 3 4 5 6

23 Saya ikut membantu merencanakan acara keluarga 1 2 3 4 5 6

24 Orang tua sangat sibuk dan mereka tidak tahu saya

dimana dan sedang apa. 1 2 3 4 5 6

25 Orang tua tidak memberikan hukuman saat saya

melakukan kesalahan. 1 2 3 4 5 6

26 a. Ibu menghadiri acara rapat di sekolah saya

b. Ayah menghadiri acara rapat di sekolah

saya

1 2 3 4 5 6

1 2 3 4 5 6

27 Orang tua menyukai saat saya membantu di sekitar

rumah 1 2 3 4 5 6

28 Saya keluar rumah dan saya tidak tahu. 1 2 3 4 5 6

29 Orang tua saya pergi dan tidak bilang mereka akan

kemana. 1 2 3 4 5 6

30 Saya tiba di rumah lebih lama dari jam pulang

sekolah, dan orang tua mengira saya di rumah. 1 2 3 4 5 6

31 Hukuman dari orang tua saya bergantung pada

suasana hati mereka. 1 2 3 4 5 6

32 Saya di rumah tanpa ditemani orang tua. 1 2 3 4 5 6

33 Orang tua memukul dengan tangan ketika saya

melakukan sesuatu yang salah. 1 2 3 4 5 6

34 Orang tua menampar ketika saya melakukan

sesuatu yang salah. 1 2 3 4 5 6

35 Orang tua berteriak ketika saya melakukan sesuatu

yang salah. 1 2 3 4 5 6

Page 113: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

105

LAMPIRAN 3

Analisis Faktor Konfirmatorik Perilaku Agresi

Page 114: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

106

Analisis Faktor Konfirmatorik Emotional Awarenwss

Page 115: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

107

Analisis Faktor Konfirmatorik Emotional Management

Page 116: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

108

Analisis Faktor Konfirmatorik Scoial Emotional Awareness

Page 117: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

109

Analisis Faktor Konfirmatorik Relationship Management

Page 118: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

110

Analisis Faktor Konfirmatorik Konformitas Compliance

Page 119: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

111

Analisis Faktor Konfirmatorik Konformitas Acceptance

Page 120: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

112

Analisis Faktor Konfirmatorik Involvement with Parents

Analisis Faktor Konfirmatorik Positive Parenting

Page 121: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

113

Analisis Faktor Konfirmatorik Monitoring

Analisis Faktor Konfirmatorik Corporal Punishment

Page 122: repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/46211/1/RESTU DWI...repository.uinjkt.ac.id

114

Analisis Faktor Konfirmatorik Consistency in the Use of Such Discipline