TESIS - digilib.uns.ac.id · PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT...
-
Upload
truongxuyen -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of TESIS - digilib.uns.ac.id · PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS
TEKNOLOGI MASYARAKAT DENGAN METODE PROYEK DAN
METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(Materi Asam Basa Kelas XI di SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2011-2012)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Kimia
Oleh:
RESTIANA PURWANINGTYAS
NIM. S831102040
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS
TEKNOLOGI MASYARAKAT DENGAN METODE PROYEK DAN
METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITAS
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(Materi Asam Basa Kelas XI di SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2011-2012)
Disusun oleh:
RESTIANA PURWANINGTYAS
NIM. S831102040
Telah disetujui Tim Pembimbing
Pada tanggal ……… Juli 2012
Dosen Pembimbing
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I Prof. Dr. H. Ashadi.
NIP. 19510102 197501 1 001
.......................
Pembimbing II
Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
NIP. 19520915 197603 2 001
.......................
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Dr. M. Masykuri, M.Si.
NIP. 19681124 199403 1 001
LEMBAR PENGESAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINS
TEKNOLOGI MASYARAKAT DENGAN METODE PROYEK DAN
METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITAS
DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
(Materi Asam Basa Kelas XI di SMA Negeri 2 Sragen Tahun Pelajaran 2011-2012)
Disusun Oleh
RESTIANA PURWANINGTYAS
NIM. S831102040
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua
Dr. M. Masykuri, M.Si.
NIP. 19681124 199403 1 001
……………..
Sekretaris
Dr. rer nat Sri Mulyani, M.Si.
NIP. 196509161991032003
……………...
Anggota I
Prof. Dr. H. Ashadi.
NIP. 19510102 197501 1 001
.......................
Anggota II
Dra. Suparmi, M.A., Ph.D.
NIP. 19520915 197603 2 001
.......................
Surakarta, Juli 2012
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana, Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S.
NIP.196107171986011001
Dr. M. Masykuri, M. Si.
NIP.196811241994031001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :
1. Tesis yang berjudul : “PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DENGAN
METODE PROYEK DAN METODE EKSPERIMEN DITINJAU DARI
KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS” adalah karya
penelitian saya sendiri bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang kecuali
secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan perundang-undangan (Permendiknas No 17, tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester
(enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari
sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs UNS
berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi
Pendidikan Sains PPs UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan
publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya
peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta, 5 Juli 2012
Mahasiswa,
Restiana Purwaningtyas
NIM. S831102040
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah Rabb penguasa alam semesta atas segala
nikmat yang telah diberikan kepada hamba-Nya karena dengan kehendak-Nya
penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW, murobbi sepanjang zaman dan suri teladan yang
benar, serta telah memberikan pencerahan dan inspirasi kepada umat manusia
menuju jalan yang benar.
Penulis menyadari banyak pihak yang mendukung sehingga tesis ini dapat
diselesaikan. Hanya ucapan terima kasih dan doa yang dapat penulis sampaikan
kepada pihak-pihak yang telah membantu pembuatan tesis ini, yaitu kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
2. Dr. M. Masykuri, M.Si selaku ketua Program Pendidikan Sains, Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Dr. H. Sarwanto, M. Si. selaku sekretaris Program Pendidikan Sains, Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
4. Prof. Dr. H. Ashadi selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan tesis ini
5. Dra. Suparmi, MA, Ph.D. selaku Dosen Pembimbing dalam penyusunan tesis ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
6. Bapak dan ibu dosen khususnya Pendidikan Sains, Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal pengetahuan
kepada penulis
7. Bapak Sunaryo selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 sragen yang telah
memberikan ijin untuk penelitian
8. Bapak, Ibu, Teman pendidikan Sains Kimia angkatan Februari 2012
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga terselesaikannya tesis ini
Penulis menyadari masih banyak kesalahan dalam penyusunan tesis ini, maka
saran dan kritik sangat penulis harapkan. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Jadilah Kitab yang Bermanfaat, walau tanpa Judul (Senantiasa Berbuat yang
Bermanfaat Meskipun tidak Dihiraukan)
(KH. Hilmi Aminuddin)
Setiap Orang adalah Guru, dan Setiap tempat adalah sekolah
(Imam Subchan, Kepala Sekolah Akademi Berbagi Solo)
Gunakan selalu parameter Allah karena Kebenaranlah yang akan dicari bukan
Pembenaran untuk kesalahan.
(Penulis, terinspirasi dari segala sumber)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
1. Untuk Ibu dan Bapak yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, teladan
yang nyata, serta perjuangan dan pengorbanan yang sangat luar biasa yang
tidak pernah tergantikan.
2. Untuk adik-adikku (Fitri W dan Adhitya L. T) yang senantiasa memahami,
mengingatkan dan mendukung serta doanya.
3. Untuk para guru yang telah memberikan ilmu dengan segenap jiwa,
senantiasa mengingatkan.
4. Untuk saudara-saudari seperjuangan, terimakasih atas ukhuwahnya.
5. Untuk teman-teman Relawan Siaga Nusantara Solo yang telah memberi
banyak inspirasi, mengajarkan arti bahagia dengan berbagi serta hidup sekali
beramanfaat selamanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PERSETUJUAN ………. ...................................................................... ii
PERNYATAAN ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
MOTTO .................................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xv
ABSTRAK ............................................................................................................ xvii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah .......................................................................................... 12
D. Perumusan Masalah ........................................................................................... 13
E. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 14
F. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................................................. 16
1. Pembelajaran ................................................................................................. 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
2. Pembelajaran Kimia ...................................................................................... 19
3. Belajar ............................................................................................................ 20
4. Teori Belajar .................................................................................................. 22
5. Sains Teknologi Masyarakat ......................................................................... 29
6. Proyek ............................................................................................................. 38
7. Eksperimen .................................................................................................... 42
8. Kreativitas Siswa ............................................................................................ 45
9. Kemampuan Berfikir Kritis ............................................................................ 51
10. Prestasi Belajar ............................................................................................. 55
11. Materi .......................................................................................................... 59
B. Penelitian Yang Relevan ................................................................................... 65
C Kerangka Berfikir ............................................................................................... 69
D. Hipotesis ............................................................................................................ 78
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 80
A. Tempat dan waktu Penelitian ............................................................................ 80
1. Tempat Penelitian ........................................................................................... 80
2. Waktu Penelitian ........................................................................................... 80
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ........................................................ 81
1. Populasi .......................................................................................................... 81
2. Sampel ............................................................................................................ 81
C. Metode Penelitian .............................................................................................. 82
D. Variabel Penelitian ............................................................................................ 84
E. Instrumen Penelitian .......................................................................................... 85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 85
G. Uji Coba Instrumen ........................................................................................... 87
H. Teknik Analisis data .......................................................................................... 93
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 98
A. Deskripsi Data ................................................................................................... 98
1. Data Kreativitas .............................................................................................. 98
2. Data Kemampuan Berfikir Kritis .................................................................. 101
3. Data Prestasi Belajar...................................................................................... 103
B. Pengujian Prasyarat Analis ................................................................................ 110
1. Uji Normalitas ............................................................................................... 110
2. Uji Homogenitas ............................................................................................ 111
C. Pengujian Hipotesis .......................................................................................... 112
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................................ 116
E. Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 129
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................... 131
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 131
B. Implikasi Hasil Penelitian ................................................................................ 134
C. Saran .................................................................................................................. 136
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 138
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel ................................................................................................................ Halaman
1.1.Nilai mata pelajaran hidrolisis SMA 2 Sragen .................................................. 5
1.2.Tingkat Kesukaran Mapel Kimia Kelas 2 semester 2 ........................................ 5
2.1 Sintaks Pembelajaran STM ............................................................................... 37
2.2 Tahap-tahap Metode Proyek dalam Pendekatan STM ...................................... 40
2.3 Tahap-tahap Metode Eksperimen dalam Pendekatan STM .............................. 44
2.4 Komponen tes kemampuan kreativitas ............................................................ 50
2.5 Kemampuan Berfikir Kritis .............................................................................. 54
2.6 Beberapa Produk yang mengandung asam basa dan garam ............................. 60
3.1 Jadwal kegiatan penelitian ................................................................................ 81
3.2. Tabel Rancangan Analisis Penelitian ............................................................... 83
3.3 Hasil Validitas Instrumen.................................................................................. 90
3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal ...................................................................... 91
3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ............................................................ 91
3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................................ 92
3.7 Analisis Daya Pembeda ..................................................................................... 92
4.1 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kreativitas ............ 99
4.2 Data Distribusi Frekuensi Kreativitas Verbal Siswa ....................................... 99
4.3 Data Frekuensi Tes Kreativitas Tindakan ........................................................ 100
4.4 Data Prestasi siswa yang Mempunyai KBK .................................................... 102
4.5 Data Frekuensi KBK ........................................................................................ 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
4.6 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa Menggunakan STM dengan Metode
Proyek .................................................................................................................... 103
4.7 Deskripsi Data Prestasi Kognitif Siswa Menggunakan STM dengan Metode
Eksperimen ............................................................................................................ 104
4.8 Distribusi Data Kognitif Siswa dengan STM Menggunakan Proyek dan
Eksperimen ............................................................................................................ 105
4.9 Distribusi Data Afektif Siswa dengan STM Menggunakan Proyek dan
Eksperimen ............................................................................................................ 106
4.10 Distribusi Data Psikomotorik Siswa dengan STM Menggunakan Proyek dan
Eksperimen ............................................................................................................ 106
4.11 Deskripsi Data Prestasi Siswa yang Mempunyai Kemampuan Berfikir Kritis
(KBK) .................................................................................................................... 107
4.12 Deskripsi Data Prestasi Siswa yang Mempunyai Kreativitas ........................ 108
4.13 Distribusi Prestasi Belajar dengan Kemampuan Berfikir Kritis dan kreativitas
................................................................................................................................ 108
4.14 Deskripsi Data Prestasi Siswa dengan Pembelajaran menggunakan Pendekatan
STM yang Mempunyai KBK dan Kreativitas........................................................ 109
4.15 Ringkasan Hasil Uji Normalitas pada Penelitian ........................................... 111
4.16 Uji Homogenitas dengan Lavene’s Test ........................................................ 112
4.17 Ringkasan Uji Non Parametrik type Kruskall Wallis H ................................ 112
4.18 Persentase KKM Siswa Setelah Mendapatkan Pembelajaran dengan STM
menggunakan Metode Proyek dan Eksperimen ..................................................... 119
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar ............................................................................................................. Halaman
2.1. Kemampuan inti berfikir kritis ......................................................................... 53
4. 1 Histogram Frekuensi Kreativitas Verbal Siswa .............................................. 100
4.2 Histogram Frekuensi Kreativitas Tindakan Siswa ........................................... 101
4.3 Histogram Frekuensi KBK .............................................................................. 102
4.4 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Menggunakan STM dengan Proyek
................................................................................................................................ 104
4.5 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Menggunakan STM dengan
Eksperimen ............................................................................................................ 105
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................................................................... Halaman
1. Silabus ................................................................................................................ 149
2. RPP STM Eksperimen ........................................................................................ 152
3. RPP STM Proyek ................................................................................................ 160
4. Kisi kognitif Asam Basa .................................................................................... 174
5. Soal Asam Basa ................................................................................................. 187
6. Kisi kemampuan berfikir kritis .......................................................................... 193
7. Soal kemampuan berfikir kritis .......................................................................... 203
8. Kisi instrument kreativitas ................................................................................. 209
9. Soal kreativitas verbal ......................................................................................... 221
10. Soal kreativitas tindakan .................................................................................... 224
11. Kisi angket afektif .............................................................................................. 226
12. Angket try out afektif ......................................................................................... 229
13. Instrumen psikomotorik ..................................................................................... 236
14. LKS Eksperimen dan Proyek .............................................................................. 239
15. Uji Validitas, Reliabilitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran Tes Prestasi
Kognitif……………………………………………………………………..….248
16. Uji validitas, Relibilitas Angket Afektif……………………………………….249
17. Uji validitas, Relibilitas Kemampuan Berfikir Kritis………………………….250
18. Uji validitas, Relibilitas Kreativitas Tindakan………………………………....251
19. Uji validitas, Relibilitas Kreativitas Verbal……………………………………252
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
20. Hasil Uji t Dua Pihak Keadaan awal…………………………………………..253
21. Daftar Nilai Kognitif,Afektif, Psikomotorik, Kategori KBK dan Kreativitas
Siswa……………………………………………………………………..…….254
22. Deskripsi Statistik………………………………………………………..…….256
23. Dokumentasi Penelitian………………………………………………….…….260
24. Perizinan Penelitian……………………………………………………………262
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
Restiana Purwaningtyas. S831102040. 2012. Pembelajaran Pendekatan
Kimia menggunakan Sains Teknologi Masyarakat dengan Metode Proyek dan
Metode Eksperimen ditinjau dari Kreativitas dan Kemampuan Berfikir Kritis
Siswa (Studi Kasus Materi Asam Basa Kelas XI di SMA Negeri 2 Sragen Tahun
Pelajaran 2011-2012). Pembimbing: 1) Prof. Dr. H. Ashadi: II) Dra. Suparmi, MA.,
Ph.D, Mei 2012. Tesis: Program Studi Pendidikan Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar
siswa melalui pembelajaran kimia menggunakan Pendekatan Sains Teknologi
Masyarakat dengan metode proyek dan metode eksperimen, antara siswa yang
memiliki kreativitas dan kemampuan berfikir kritis tinggi rendah dan interaksinya.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasinya terdiri dari
siswa kelas XI SMAN 2 N Sragen tahun pelajaran 2011/2012. Sampel yang diambil
adalah 2 kelas yaitu Kelas XI IPA 1 dan XI IPA II dengan menggunakan teknik
cluster random sampling. Kelas XI IPA 1 diberikan pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat dengan metode eksperimen, sedangkan XII IPA II diberikan
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan metode proyek. Data
dikumpulkan dengan tes untuk prestasi kognitif, kreativitas, dan kemampuan berfikir
kritis, serta angket untuk prestasi afektif. Teknik analisis data menggunakan analisis
non parametric kruskal wallis.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1) Ada perbedaan prestasi
belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan Pendekatan STM
menggunakan metode proyek dan siswa yang menggunakan metode eksperimen, 2)
Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah, 3)
Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis
tinggi dan rendah, 4) Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa, 5) Ada interaksi antara pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan
kemampuan berfikir kritis siswa terhadap prestasi belajar siswa, 6) Tidak ada
interaksi antara kemampuan berfikir kritis dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar siswa, 7) Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan
berfikir kritis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Kata kunci : Sains Teknologi Masyarakat, metode proyek, metode eksperimen,
kreativitas, kemampuan berfikir kritis, asam basa, prestasi belajar kognitif.
Restiana Purwaningtyas, S831102040, 2012, "Chemistry Learning Using
Approachment Science Technology Society with Project and Exsperiment
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Methods Overviewed from Student’s Creativity and Critical Thinking" (A Case
Study on Acid Base For Student in grade XI State Senior High School 2 Sragen
Academic Year 2011/2012). Advisor 1) Prof. Dr. H. Ashadi: II) Dra. Suparmi, MA.,
Ph.D, Mei 2012. Thesis: Science Education Program, Postgraduate program,
Surakarta Sebelas Maret University.
ABSTRACT
The purposes of the research were to know the difference between student
cognitive achievement who learnt chemistry learning achievement using
Approuchment Science Technology Society with Poject and exsperiment method,
between student who had high and low creativity, between student who had high and
low critical thinking and their interaction.
The research used experimental method. The population was all of the
students in grade XI, SMAN 2 Sragen Academic Year 2011/2012. The sample was
taken using cluster random sampling consiseed of two classes, they are XI IPA 1 and
XI IPA II. The class XI IPA 1 learnt using STS with exsperiment method, XI IPA 2
learnt using STS with project method. The data was collected using test for cognitive
achievement, creativity and critical thingking and questionnaire for student effective
achievement. The data was analyzed using non-parametric Kruskal Wallis.
Based on the results of data analysis it can be concluded that: 1) there was a
difference in student cognitive achievement between student who learnt using STS
with project and exsperiment methods, 2) there was difference in students’ cognitive
achievement between student who had high and low creativity, 3) there was no
difference in students’ cognitive achievement between student who had high and low
critical thinking, 4) there was an interaction between STS with project and
exsperiment method and creativity toward student’s cognitive achievement, 5) there
was no an interaction between STS with project and exsperiment method and critical
thinking toward students' cognitive achievement, 6) there was no interaction between
creativity and critical thingking toward student’s cognitive achievement, 7) there was
interaction among STS with project and exsperiment method and critical thinking,
creativity toward students’ cognitive achievement.
Keywords: Approachment Science Technology Society, Project Method,
Experiment Method, Creativity, Critical Thinking, Acid Base, Student Cognitif
Achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu hakekat pendidikan adalah proses mengarahkan anak pada
pertumbuhan yang semakin sempurna. Melalui pendidikan anak diharapkan dapat
diarahkan secara terprogram untuk mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan,
dan sikap tertentu demi tugas-tugas profesional dan hidup. Pendidikan menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari manusia, mulai dari lahir hingga mati. Undang-
undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan “pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara”. Berdasarkan UU Sisdiknas tersebut bisa disimpulkan bahwa pendidikan
merupakan semua kegiatan apa saja baik dilakukan secara sadar dari yang mula-mula
tidak tahu menjadi tahu.
Syaiful Sagala (2010:3) berpendapat bahwa “Pendidikan adalah segala
pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup
serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang diselenggarakan di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal”. Pernyataan tersebut mempunyai makna bahwa
pendidikan bisa dilaksanakan dimana saja baik melalui nonformal maupun formal
yang diantara keduanya mempunyai persamaan yaitu pendidik yang selanjutnya
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
disebut dengan guru dan peserta didik atau siswa dan berlaku sepanjang hidup, tidak
terbatas dengan umur.
Dilihat dari sudut proses, pendidikan adalah proses dalam rangka menyiapkan
peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya sehingga
memungkinkan berfungsi sebagai kompetensinya dalam kehidupan dimasyarakat.
Proses yang terjadi dalam pendidikan tersebut dibutuhkan suatu cara yang menurut
Syaiful Sagala (2010: 3) menjelaskan dalam pengertian lebih luas “Pendidikan
diartikan sebagai sebuah proses metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan”.
Dari penjelasan tersebut telah jelas dalam proses pendidikan dibutuhkan suatu cara
atau metode yang sesuai dengan kondisi untuk mempermudah siswa dalam
melakukan pembelajaran sehingga tujuan pendidikan tercapai yang difasilitasi oleh
guru.
Seiring berkembangnya zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin pesat dari waktu ke waktu mengakibatkan munculnya
persaingan dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk menghadapi tantangan berat ini,
dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, sistem belajar
dan pembelajaran yang mengacu pada pembentukan manusia cerdas, kreatif dan
bermoral sangat mendesak. Namun, perlu diingat pula bahwa sistem belajar bukan
satu-satunya faktor yang memegang peranan dalam terbentuknya sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
manusia yang berkualitas. Faktor guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subyek
belajar juga memegang peranan yang sangat penting.
Sejalan dengan perkembangan sains, teknologi dan perubahan lingkungan,
seharusnya pendidikan juga mengalami perkembangan, oleh karena itu kurikulum
dalam pendidikan seharusnya juga mengalami perkembangan yang disesuaikan
dengan kondisi. Kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dari
tahun ke tahun berdasarkan evaluasi dan kondisi yang ada. Hingga saat ini
kurikulum yang berlaku adalah kurikulum KTSP, kurikulum ini merupakan evaluasi
dari kurikulum KBK. Munif Chatib (2010:28) menyatakan “keberadaan KTSP yang
filosofisnya sekolah diharapakan mampu menyusun kurikulum dan silabusnya
sendiri merupakan tahap awal untuk kemajuan pendidikan di Indonesia”.
Berlakunya kurikulum KTSP sejak tahun 2007 yang merupakan penyempurnaan
dari kurikulum KBK diharapkan mampu mengatasi kesurutan kreativitas guru
karena kurikulum itu dibuat oleh sekolah, oleh para guru.
Guru benar-benar digerakkan agar menjadi guru profesional. Guru dituntut
untuk meninggalkan cara-cara konvensional dan menggantinya dengan cara
mengajar yang kreatif. Pemberian mata pelajaran sains bagi anak dimaksudkan
untuk memperoleh kompetensi ilmu pengetahuan dan membudayakan berpikir
ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Prinsip pengembangan kurikulum
didasarkan bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik harus disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
Dalam kurikulum yang dikembangkan, sains dalam pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas mempunyai peran yang cukup tinggi dalam sehari-hari dan
bagaimana proses aplikasi yang didapat dalam setiap materi yang telah diajarkan.
Kimia mempunyai karakteristik bersifat abstrak pada sebagian materi, matematik,
dan eksperimen, sarat dengan konsep, mulai dari konsep sederhana sampai dengan
konsep yang lebih kompleks dan abstrak. Sehingga, sangat diperlukan sebuah
pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang membangunnya. Banyaknya
konsep kimia yang bersifat abstrak yang harus diserap siswa dalam waktu yang
relatif terbatas dan kurang menariknya penyampaian materi menyebabkan banyak
siswa enggan untuk mempelajari kimia lebih dalam dan menjadikan mata pelajaran
kimia sebagai salah satu mata pelajaran yang sulit, menakutkan dan membosankan
untuk dipelajarisampai saat ini bidang studi kimia masih dinyatakan sulit menurut
siswa, hal ini bisa dilihat dari nilai ujian dan tes semester.
Yoruk, Nuray (2010) menyatakan kimia merupakan bagian sains yang
penting karena hampir setiap bagian sains yang lain mengandung materi kimia, yang
mana dalam pengamatan dan praktiknya untuk mendapatkan informasi bersumber
dari lingkungan yang ada disekitar kehidupan sehari-hari, namun banyak siswa yang
tidak tertarik dengan kimia karena kimia merupakan materi pelajaran yang baru dan
guru belum mengkaitkan kimia dengan kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Dibawah ini disajikan nilai siswa kelas XI IPA semester 1 dan angket tingkat
kesukaran mata pelajaran kimia kelas XI semester 2 SMA N 2 Sragen tahun
2010/2011.
Tabel 1.1. Nilai Semester 1 Kimia SMA N 2 Sragen
Kelas Rata-rata KKM < KKM (%) >KKM (%)
XI IPA 1 71,3 72 55,8 44,1
XI IPA 2 71,6 72 30,5 69,6
XI IPA 3 71, 6 72 72,7 27,3
XI IPA 4 73,7 72 29,4 60,6
XI IPA 5 72,7 72 44,1 55,8
Tabel 1.2 Tingkat Kesukaran Mata Pelajaran Kimia Kelas X1 Semester 2
Tingkat
Kesulitan
Persentase (%)
Asam Basa Penyangga Hidrolisis Ksp Koloid
1 0 2,6 11,7 1,3 3,9
2 18,2 32,5 53,2 19,5 15,
3 58,4 44,2 23,4 51,9 54,4
4 22 19,5 11,7 20,7 24,6
5 1,3 1,3 0 6,5 1,3
Keterangan :
1 : Sangat Sulit 4 : Mudah
2 : Sulit 5 : Sangat Mudah
3 : Cukup sulit
Berdasarkan nilai pada tabel, bisa dilihat ternyata masih banyak siswa kelas
XI IPA SMA Negeri 2 Sragen yang nilainya dibawah KKM, KKM rendah
dimungkinkan karena siswa sudah tidak tertarik terlebih dahulu dengan kimia yang
cenderung banyak hafalan dan sebagian bersifat abstrak, berdasarkan angket tingkat
kesukaran mata pelajaran kelas XI semester 2 SMA Negeri 2 Sragen dengan skala 1-
5, masih banyak siswa yang menganggap bahwa materi asam basa cukup sulit, siswa
memang sudah mengetahui materi asam basa, akan tetapi contoh yang nyata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dikehidpan belum mengetahuinya, sehingga banyak yang hanya menghafal dan tidak
tersimpan di memori dalam jangka panjang, sehingga pembelajaran terutama materi
asam basa sebagai konsep dari materi selanjutnya (hidrolisis dan penyangga) harus
lebih inovatif agar siswa lebih bisa memahami dan yang paling penting tidak hanya
memahami konsep tetapi juga mengetahui aplikasinya dalam teknologi yang
bermanfaat bagi masyarakat.
Penyebab rendahnya KKM disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari faktor
guru, siswa dan lingkungan, faktor dari guru, dimungkinkan guru belum
menggunakan suatu alat bantu yang dapat diintegrasikan pada seluruh kegiatan
belajar mengajar dan menuntut guru untuk lebih kreatif dalam pelaksanaan proses
KBM sehingga pembelajaran masih konvensional, siswa difokuskan menguasai
informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi dari
seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Proses bagaimana menemukan
suatu hasil dalam mata pelajaran belum ditekankan terhadap siswa, sehingga siswa
hanya mendapatkan suatu ilmu pengetahuan baru secara instan. Pembelajaran
seolah-olah sebatas bagaimana keterkaitan materi ajar satu dengan yang lainnya,
aplikasi didalam kehidupan sehari-hari serta bagaimana materi tersebut dapat
digunakan untuk memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian.
Para pakar pendidikan telah mengembangkan banyak inovasi dalam proses
pembelajaran. Salah satu inovasi dalam proses pembelajaran adalah pendekatan
pembelajaran yang dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya proses dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
sifatnya masih umum. Pendekatan pembelajaran yang digunakan hendaknya sesuai
dengan karakteristik materi yang akan disampaikan, lingkungan belajar siswa,
tingkat efektifitas penggunaan pendekatan, ketersediaan sarana dan prasarana serta
karakteristik siswa, salah satunya yaitu Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat.
Sebelum adanya pendekatan STM, pembelajaran sains dilaksanakan berdasarkan
textbook approach dimana pembelajaran difokuskan pada instruksi pada buku.
Namun, pembelajaran menggunakan textbook approach tidak membantu
memahamkan konsep dan kemampuan berfikir tingkat tinggi. Sehingga
dikembangkan lagi pendekatan Inquiry atau penemuan, yang menjadi permasalahan
dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran yang dilakukan seperti mencetak
seorang ilmuwan, padahal tidak semua anak atau siswa bisa atau ingin menjadi
seorang ilmuwan. Hingga akhirnya dikembangkan pendekatan STS atau lebih
dikenal dengan STM, Salingtemas, SET dan lainnya yang intinya sama. Pendekatan
STM menganut teori konstruktivisme, karena dalam proses pembelajaran siswa
yang membangun pengetahuan, pengetahuan yang dibangun siswa dalam STM
bersumber dari lingkungan mereka.
Selain menganut paham kontruktivisme, pendekatan STM juga menganut teori
pragmatisme, suatu gerakan yang timbul di Amerika dan terkenal dalam abad
terakhir ini, merupakan pandangan filsafat yang tokoh-tokohnya adalah Charles
piece, William James, John Dewey, George Herbert Meat. Aliran ini memandang
bahwa pengetahuan yang diperoleh seseorang hendaknya dimanfaatkan untuk
mengerti permasalahan yang ada di masyarakat. Selanjutnya tindakan apa yang dapat
dilakukan untuk kebaikan, peningkatan dan kemajuan masyarakat dan dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
STM bertujuan membentuk individu yang memiliki literatur sains dan
teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat. Strateginya
adalah mengajak anak untuk berfikir dan menemukan aplikasi konsep sains dalam
industry atau produk teknologi. Pada dasarnya sebagian anak sudah mengetahui
suatu materi, akan tetapi mereka belum mengetahui aplikasinya oleh sebab itu
dibutuhkan suatu metode yang mengajak anak untuk berfikir, proses mengajak anak
untuk berfikir dan menemukan aplikasi konsep sains itu sendiri di pembelajaran,
maka dalam aplikasinya di pembelajaran dikembangkan metode proyek. Metode
proyek merupakan suatu teknik instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan
bahan yang diusahakan oleh siswa secara perorangan atau kelompok kecil siswa,
untuk mencari jawaban terhadap suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari
berbagai bidang studi. Selain menggunakan proyek juga dilaksanakan dengan
eksperimen yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa melakukan
percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan atau
hipotesis yang dipelajari.
Dengan demikian, pembelajaran sains semestinya dapat dikaitkan dengan
pengalaman keseharian anak. Sebagai bagian dari anggota masyarakat, anak dapat
dibiasakan untuk menemukan masalah dalam lingkungan lokal maupun secara
global, dan merumuskan solusi ilmiah yang mengaitkan dengan konsep sains yang
sedang dipelajarinya. Pembelajaran sains dapat berekspansi keluar dari sekedar
mempelajari pengetahuan menuju ke penggunaan pengetahuan dan keterampilan
dalam menyelesaikan masalah-masalah praktis yang dapat ditemukan dalam
kehidupan sehari-sehari. Ketika keberadaan sains menjadi lebih dekat dengan diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dan kehidupan anak, pembelajaran sainspun akan menjadi menarik dan lebih
diminati oleh anak untuk dipelajari.
Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah adalah untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa. Penggunaan pendekatan pembelajaran merupakan salah satu
faktor penentu peningkatan hasil belajar siswa. Selain itu, ada faktor lain sebagai
penentu keberhasilan siswa yang belum diperhatikan oleh para guru dalam
merancang kegiatan belajar mengajar sehingga proses belum maksimal yang juga
menyebabkan rendahnya KKM terutama dalam pendekatan pembelajaran yang
bersifat inquiry yaitu kemampuan berfikir kritis, kreativitas siswa.
Kreativitas sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, karena biasanya
orang yang kreatif selalu ingin tahu, memiliki minat yang luas, memiliki
kegembiraan dan menyukai aktivitas yang kreatif. Dengan memiliki kemampuan
kreatif siswa tidak hanya menerima informasi dari guru, namun siswa akan berusaha
mencari dan memberikan informasi dalam proses pembelajaran. Siswa yang kreatif
selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencoba-coba, berpetualang, suka bermain
dan intuitif. Kemampuan kreatif akan mendorong siswa merasa memiliki harga diri,
kebanggaan dan kehidupan yang lebih sehat. Siswa yang memiliki kreativitas tinggi,
ia akan mempunyai semangat yang tinggi pula dalam belajar sehingga prestasi
belajar yang dicapai juga akan tinggi.
Selain kreativitas, yang juga perlu mendapatkan perhatian adalah kemampuan
berfikir kritis siswa, kemampuan berfikir kritis merupakan integrasi beberapa bagian
pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran,
penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik pengembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
kemampuan-kemampuan ini, maka akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah
atau proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan. Kemampuan berfikir kritis
siswa dalam materi asam basa juga mempunyai peranan penting, terutama pada sub
bab pengertian asam basa menurut para ahli yang sering membuat siswa
miskonsepsi, peranan berfikir kritis sangat diperlukan agar tidak terjadi banyak
miskonsepsi diantara siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi
akan dapat mengatasi permasalahan dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar
akan tinggi pula, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan berfikir rendah,
diharapkan dengan pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini,
prestasi belajar akan meningkat.
Salah satu pokok bahasan kimia di Sekolah Menengah Atas adalah materi
asam basa. Materi ini merupakan materi yang sarat dengan konsep dan berkaitan
untuk materi selanjutnya yaitu Hidrolisis, Buffer, Ksp, sehingga perlu penanaman
konsep yang utuh dan benar karena materi ini penting sebagai awal dari konsep
siswa untuk memahami konsep kimia pada materi berikutnya.
SMA Negeri 2 Sragen adalah salah satu dari sekian banyak Sekolah
Menengah Atas yang ada di kabupaten Sragen. Dilihat dari inputnya, sekolah ini
menjaring siswa-siswa dari sekolah dasar yang memiliki tingkat prestasi yang sedang
keatas. Pembelajaran sains kimia yang sekarang dilakukan di sekolah masih
menggunakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered).
Laboratorium yang ada belum digunakan dengan maksimal untuk mata pelajaran
yang mengharuskan ada penilaian psikomotorik seperti materi asam basa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
membutuhkan praktikum didalamnya dan merupakan konsep dasar dari materi
hidrolisis, dan penyangga serta materi lain yang berkaitan.
Berdasarkan uraian di atas penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang
perbedaan prestasi belajar siswa menggunakan pendekatan Pembelajaran Kimia
dengan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan Metode Proyek dan Eksperimen
ditinjau dari kreativitas dan kemampuan berfikir kritis siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah yang dapat
diambil adalah :
1. Pembelajaran yang sering dilaksanakan oleh guru selama ini masih konvensional
dan berpusat pada guru. Pembelajaran yang inovatif belum banyak digunakan
oleh guru sehingga pembelajaran berjalan satu arah.
2. Aplikasi ataupun contoh dari suatu materi yang ada di lingkungan sekitar
sangatlah banyak, akan tetapi dalam proses pembelajaran guru belum
mengkaitkan materi kimia dengan aplikasi kehidupan sehari-hari, sehingga siswa
belum mengetahui kebermanfaatan teori yang mereka pelajari.
3. Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran kimia seperti : Pendekatan
Keterampilan Proses, Pendekatan CTL, Pendekatan STM, merupakan pendekatan
yang baik untuk pembelajaran kimia khususnya materi Asam Basa, namun
selama ini belum diaplikasikan secara bervariasi.
4. Ada beberapa metode untuk pembelajaran kimia seperti inquiry, eksperimen,
demonstrasi, proyek dan lain-lain, namun sebagian besar belum dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Ada beberapa faktor internal siswa dalam pembelajaran seperti kemampuan
berfikir kritis, motivasi, sikap ilmiah, aktivitas belajar dan kreativitas siswa
sangat bervariasai dalam menemukan konsep sehingga siswa memahaminya
secara utuh, akan tetapi belum mendapatkan perhatian dari guru
6. Kemampuan berfikir kritis siswa sangat diperlukan, terutama pada materi yang
sarat dengan konsep, tetapi selama ini kemampuan berfikir kritis siswa belum
digali dan dibangun oleh guru
7. Alat evaluasi dalam pembelajaran ada tiga ranah yaitu kognitf, afektif, dan
psikomotorik, namun yang sering menjadi indicator penilaian para guru baru
kognitif saja.
8. Ada beberapa materi yang ada hubungannya dengan materi yang lain dan
menjadi konsep dasar untuk materi selanjutnya, sebagai contoh materi asam basa
yang menjadikan konsep dasar dari materi hidrolisis dan penyangga. Sehingga
memerlukan perhatian lebih, akan tetapi masih dianggap sama seperti materi
yang lainnya dan tidak ada penekanan konsep disana.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu
diberikan batasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi
masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada :
1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat.
2. Metode Pembelajaran yang digunakan adalah proyek dan eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
3. Faktor internal siswa dibatasi pada kemampuan berfikir kritis dan kreativitas
siswa kategori tinggi dan rendah.
4. Prestasi belajar siswa yang di ukur dalam penelitian ini adalah aspek kognitif,
dengan aspek afektif dan psikomotorik sebagai data pendukung penelitian.
5. Materi pelajaran yang disampaikan pokok bahasan asam basa.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang menggunakan
pembelajaran STM dengan proyek dan eksperimen ?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas
Tinggi dan Rendah ?
3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai
kemampuan berfikir kritis tinggi dan rendah ?
4. Apakah ada interaksi pembelajaran menggunakan STM dengan proyek dan
eksperimen dengan kreativitas (tinggi dan rendah) siswa terhadap prestasi
belajar ?
5. Apakah ada interaksi pembelajaran kimia menggunakan STM dengan proyek
dan eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis (tinggi dan rendah) terhadap
prestasi belajar ?
6. Apakah ada interaksi kreativitas (tinggi dan rendah) dengan kemampuan berfikir
kritis (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar ?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
7. Apakah ada nteraksi pembelajaran STM dengan proyek dan eksperimen dengan
kreativitas (tinggi dan rendah) dan kemampuan berfikir kritis (tinggi dan
rendah) terhadap prestasi belajar ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui :
1. perbedaan prestasi belajar antara siswa yang menggunakan pembelajaran STM
dengan proyek dan eksperimen
2. perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan
rendah.
3. perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan berfikir
kritis tinggi dan rendah.
4. interaksi pembelajaran menggunakan STM dengan proyek dan eksperimen
dengan kreativitas (tinggi dan rendah) siswa terhadap prestasi belajar materi
asam basa.
5. interaksi pembelajaran kimia menggunakan STM dengan proyek dan
eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis (tinggi dan rendah) terhadap
prestasi belajar materi asam basa.
6. interaksi kreativitas (tinggi dan rendah) dengan kemampuan berfikir kritis
(tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar materi asam basa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
7. interaksi pembelajaran STM dengan proyek dan eksperimen dengan kreativitas
(tinggi dan rendah) dan kemampuan berfikir kritis (tinggi dan rendah) terhadap
prestasi belajar materi asam basa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah untuk memberikan :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengetahui perbedaan pembelajaran penggunaan pendekatan STM
melalui proyek dan eksperimen terhadap prestasi belajar siswa.
b. Menambah wawasan bagi para pendidik dalam menggunakan pendekatan STM
melalui proyek dan eksperimen dalam proses pembelajaran kimia.
2. Manfaat Praktis
a. Memberi sumbangan bagi sekolah guna perbaikan mutu pembelajaran.
b. Masukan bagi para guru agar lebih mencermati dalam menyiapkan pendekatan
pembelajaran yang paling tepat sesuai situasi dan kondisi.
c. Memberikan bagi guru untuk lebih menarik perhatian siswa dalam proses
belajar mengajar.
d. Memberikan pengalaman kepada pendidik tentang penggunaan pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat melalui metode proyek dan eksperimen sebagai
salah satu alternatif dalam pembelajaran kimia.
e. Memberikan pengalaman kepada siswa untuk terlibat dalam proses
pembelajaran.
f. Memotivasi guru agar senantiasa melakukan penelitian dan melakukan
kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Pembelajaran
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan
maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.
Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh
pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau
murid. Menurut Corey dalam Syaeful Sagala (2010:61)
“Konsep pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang
secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi
tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.”
Makna diatas menjelaskan bahwasanya dalam proses pendidikan terjadi interaksi
antara pengelola (guru) dan yang dikelola (murid) sehingga terjadi respon diantara
keduanya. Mengajar sering dikatakan mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti
yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi (directing and
facilitating the learning) agar proses belajar lebih memadai. Proses pembelajaran
pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh
siswa meliputi kemampuan dasar, motivasi, latar belakang akademik, sosial dan
ekonomi, dan lain sebagainya. Pembelajaran menurut pasal 1 butir 20 UUSPN No.
20 tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam monsep
tersebut terkandung 5 konsep yakni interaksi, peserta didik, pendidik, sumber belajar,
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dan lingkungan belajar. Peserta didik menurut pasal 1 butir 4 UU nomor 20 tahun
2003 tentang sisdiknas, adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan
potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia padajalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu. Sementara itu dalam pasal 1 butir 6 UU Nomor 20 tahun 2003 ,
pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, instruktur dan sebutan lain sesuai kekhususan, setrta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sumber belajar secara umum
diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan oleh peserta didik dan
pendidik dalam proses belajar dan pembelajaran. Lingkungan belajar adalah
lingkungan yang menjadi latar terjadinya proses belajar seperti kelas, perpustakaan,
sekolah, tempat kursus, keluarga, masyarakat, dan alam semesta.
Pengertian diatas bisa diketahui bahwa ciri utama pembelajaran adalah inisiasi,
fasiliasi, dan peningkatan proses belajar siswa. Pembelajaran sebagai proses belajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berfikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang
baik terhadap materi pelajaran. Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat
materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat
mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model
pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan
perencanaan pengajaran yang baik oleh guru.
Pendapat ini sejalan dengan Jerome Bruner dalam Syaeful Sagala (2010:63) yang
mengatakan “bahwa perlu adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas”, pendapat ini menjelaskan
bahwasanya untuk merancang pembelajaran yang efektif dikelas, seorang guru perlu
memahami akan teori pembelajaran supaya guru paham hakekat dari pembelajaran
itu sendiri. Pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu Pertama, dalam proses
pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya
menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa
dalam proses berfikir. Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan
proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir
itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi
sendiri.
Ciri lain dari pembelajaran adalah adanya komponen-komponen yang saling
berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut adalah tujuan, materi, kegiatan, dan
evaluasi pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengacu pada kemampuan atau
kompetensi yang diharapkan dimiliki siswa setelah mengikuti suatu pembelajaran
tertentu. Materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang dibahas dalam
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan
pembelajaran mengacu pada pendekatan, strategi, metode, dan teknik serta media
dalam rangka membangun proses belajar, antara lain membahas materi dan
melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
optimal. Proses pembelajaran dalam arti luas merupakan jantungnya dari pendidikan
untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2. Pembelajaran Kimia
Kimia merupakan salah satu pokok pelajaran dalam sains. Metode dan alat kimia
banyak digunakan dalam biologi, kedokteran, farmasi, industri baik makanan
maupun lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa mempelajari kimia diperlukan dalam
berbagai disiplin ilmu yang lainnya. Beberapa alasan yang dapat dijelaskan mengapa
kimia penting dan perlu untuk dipelajari, antara lain: dengan belajar kimia seseorang
akan menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk mengagungkan kebesaran
Tuhan sebagai pencipta alam, mampu memupuk sikap ilmiah seperti sifat jujur,
obyektif, terbuka, ulet dan pantang menyerah, meningkatkan kesadaran tentang
aplikasi sains yang dapat bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan, dan
memahami konsep- konsep kimia, keterkaitannya dan penerapan untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan lingkungan.
Dalam pembelajaran, kimia mempunyai segi proses, metode dan produk yang
saling berkesinambungan. Kimia sebagai proses, artinya kimia merupakan aktivitas
ilmiah, sehingga manusia dapat menggunakan cara atau langkah-langkah yang
sistematis untuk mencapai tujuannya. Kimia sebagai metode, adalah dalam proses
memahami konsep-konsep kimia dilakukan melalui metode ilmiah. Pada akhirnya,
kimia adalah sebuah produk yang merupakan pengetahuan yang diperoleh
berdasarkan aktivitas ilmiah. Kimia merupakan ladang dari pengetahuan, yang mana
terdapat investigasi atau pengamatan dari alam dan perilaku dari semua zat di alam
dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dan lingkungan. Banyak kondisi atau
keadaan yang terjadi disekitar kita berhubungan erat dengan kimia dan pengetahuan
alam yang lainnya. (Nuray Yoruk, etc. 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Belajar
Ilmu pendidikan tidak bisa terpisah dengan belajar, karena belajar merupakan
komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan
interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun yang implicit (tersembunyi). Teori-
teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi antara lain teori tentang
tujuan pendidikan, organisasi kurikulum, isi kurikulum, dan modul-modul
pengembangan kurikulum. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan
psikis dan fisis yang saling bekerjasama secara terpadu dan komprehensif integral.
Sejalan dengan ini, belajar dapat difahami sebagai berusaha atau berlatih supaya
mendapat suatu kepandaian. Dalam implementasinya, belajar adalah kegiatan
individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah
bahan belajar.
Menurut Staton dalam Syaiful Sagala (2010:12) “keberhasilan suatu program
pengajaran diukur berdasarkan tingkatan perbedaan cara berfikir, merasa dan
perbuatan para pelajar sebelum dan sesudah memperoleh pengalaman – pengalaman
dalam menghadapi situasi yang serupa”, hal ini menyatakan bahwa kegiatan belajar
dikatakan berhasil jika terjadi perubahan cara pendekatan pelajar yang bersangkutan
dalam menghadapi tugas-tugas selanjutnya. Untuk menangkapa isi dan pesan belajar,
maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada tiga ranah,
yaitu : (a) Kognitif, yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan,
penalaran atau pikiran yang terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman,
penerapan, nalisis, sintesis dan evaluasi. (b) Afektif, yaitu kemampuan yang
mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian/penentuan sikap,
organisasi, dan pembentukan pola hidup. (c) Psikomotorik, yaitu kemampuan yang
mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan
kreativitas.
Orang dapat mengamati tingkah laku orang telah belajar setelah membandingkan
sebelum belajar. Akibat dari ketiga ranah ini akan bertambah baik. Arthur T. Jersild
dalam Syaiful Sagala (2010:12) menyatakan bahwa belajar adalah “ perubahan
tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan”, Dari pengertian
diatas dijelaskan bahwa dalam proses belajar tidak hanya dibutuhkan ranah kognitif
saja, tetapi dibutuhkan juga ranah lain yang dapat mendukung secara baik sehingga
proses pembelajaran berlangsung secara maksimal.
Pengertian belajar yang cukup komprehensif diberikan oleh Bell-Gredler dalam
Udin S. Winataputra,dkk (2008) dinyatakan bahwa belajar adalah proses yang
dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam competenciens, skills, and
attitude. Ketiganya diperoleh secara berthap dan berkelanjutan dari masa bayi sampai
masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Dari semua pengertian
tentang belajar, sangat jelas bahwa belajar tidak hanya berkenaan dengan jumlah
pengetahuan tetapi juga meliputi seluruh kemampuan individu, belajar
memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada individu. Perubahan tersebut
tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga meliputi aspek
sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (kognitif).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4. Teori Belajar
Ada beberapa teori belajar yang dikembangkan oleh aliran psikologi belajar yang
mendukung dalam penulisan tesis ini, yaitu :
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Secara sederhana, konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan manusia
merupakan konstruksi (bentukan) dari manusia yang mengetahui sesuatu, jadi
pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja, tetapi harus dibentuk dan dibangun
sendiri oleh setiap individu. Pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang sudah jadi,
melainkan suatu proses yang berkembang terus-menerus. Keaktifan seseorang amat
berperan dalam perkembangan pengetahuan tersebut.
Pembentukan pengetahuan terjadi akibat subjek aktif menciptakan struktur-
struktur kognitifnya dalam interaksinya dengan lingkungan. Struktur kognitif harus
senantiasa diubah dan disesuaikan dengan kondisi dan tuntutan lingkungan. Proses
pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme menekankan pada kualitas dari
keaktifan siswa dalam menginterpretasikan dan membangun pengetahuannya. Setiap
siswa menyusun pengalamannya dengan jalan menciptakan struktur mental dan
menerapakan dalam pembelajaran. Suatu proses aktif dimana siswa berinteraksi
dengan lingkungannya dan mentransformasikan ke dalam pikirannya dengan bantuan
struktur kognitif yang telah ada dalam pikirannya.
Proses belajar menurut konstruktivisme bercirikan : (1) Belajar berarti
membentuk makna baik yang diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat,
dengar, rasakan, dan alami. (2) Terjadi proses terus menerus. Setiap kali berhadapan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dengan fenomena atau persoalan yang baru, diadakan rekonstruksi. (3) Belajar bukan
mengumpulkan fakta, melainkan lebih suatu pengembangan pikiran dengan
membuat pengertian yang baru. (4) Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada
waktu skema seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. (5)
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya. (6) Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang diketahui si
pelajar : konsep-konsep, tujuan, dan motivasi yang mempengaruhi.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM sejalan dengan
kontruktivisme. Dalam pembelajarannya pada fase permasalahan, siswa dengan
arahan guru mengemukakan isu-isu atau masalah yang ada dimasyarakat yang dapat
digali dari siswa atau mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan materi
yang akan dibahas. Sehingga apa yang diungkapkan siswa merupakan apa yang
mereka lihat, rasakan, dengar, alami dan terjadi secara terus menerus karena
berhadapan dengan fenomena atau persoalan yang baru sehingga akan
mengembangkan pemikiran yang baru yang sesuai dengan lingkungan yang
mengelilingi mereka.
b. Teori Belajar Kognitif
i. Teori Belajar menurut David Ausubel
David Ausubel dalam Udin S winataputra (2008:3.24) menjelaskan belajar ialah
belajar bermakna (meaningful learning) dan belajar verbal (expository learning).
Menurut Ausubel pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan melalui
penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep, prinsip, dan ide yang disajikan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
siswa akan diterima oleh siswa. Suatu konsep mempunyai arti apabila sama dengan
ide yang dimiliki, yang ada dalam struktur kognitifnya. Belajar bermakna adalah
belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar bermakna akan terjadi apabila
informasi yang baru diterima siswa mempunyai kaitan dengan konsep yang sudah
ada sebelumnya atau tersimpan dalam struktur kognitifnya.
Ausubel mengklasifikasikan makna belajar kedalam dua dimensi, dimensi
pertama berhubungan dengan cara bagaimana informasi atau materi disajikan kepada
siswa, belajar menurut dimensi ini diperoleh melalui pemberian informasi dengan
cara dikomunikasikan kepada siswa dalam bentuk belajar penerimaan dan
menyajikan informasi. Dimensi kedua berhubungan dengan bagaimana siswa dapat
mengaitkan informasi yang diterima dengan pengetahuan yang dimiliki, itulah yang
disebut dengan belajar bermakna.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar belajar menjadi bermakna, yaitu 1)
Pengaturan awal (Advanced Organizer) berisi konsep yang diberikan kepada siswa
jauh sebelum materi pelajaran yang sesungguhnya diberikan, ada tiga hal yang dapat
dicapai dengan menggunakan pengaturan awal, yaitu memberikan kerangka
konseptual untuk belajar yang bakal terjadi berikutnya, ada penghubung yang sudah
dimiliki siswa saat ini dengan informasi baru yang akan diterima, berfungsi sebagai
jemabatan penghubung sehingga memperlancar pengkodean, 2) Progressive
differentiation, menurut Ausubel pengembangan konsep berlangsung paling baik bila
dimulai dengan cara menjelaskan terlebih dahulu hal-hal yang umum kemudian yang
khusus dan diperlukan analisis konsep. Analisis konsep dilakukan untuk menemukan
kemudian menghubungkan konsep-konsep utama dari suatu mata pelajaran sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
dapat diketahui mana konsep yang paling utama dan superordinat dan mana yang
lebih khusus dan subordinat. Konsep yang diajarkan kepada siswa akan diterima dan
diasosiasikan dengan konsep yang ada dalam struktur kognitif, kemudian konsep ini
akan mengalami diferensisasi, 3) Rekonsiliasi integratif, guru menjelaskan dan
menunjukkan secara jelas perbedaan dan persamaan materi yang baru dengan yang
dijelaskan terlebih dahulu yang telah dikuasai, dengan demikian siswa kan
mengetahui alasan dan manfaat materi yang akan dijelaskan, 4) Konsolidasi, guru
memberikan pemantapan atas materi pelajaran yang telah diberikan untuk
memudahkan siswa memahami dan mengajari materi selanjutnya.
ii. Teori Belajar menurut Jerome Bruner
Jerome S. bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi
belajar kognitif. Menurut Bruner dalam Udin S. Winataputra (2008:3.13) belajar
meliputi tiga proses kognitif yaitu memperoleh informasi baru, transformasi
pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepaan pengetahuan. Pandangannya
terhadap belajar yang disebutkan sebagai konseptualisme instrumental itu,
didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada
model-model mengenai kenyataan yang dibanguannya, dan model-model itu mula-
mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, dan kemudian model-model itu
diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu. Jerome S. Bruner yang dikenal dengan
nama belajar penemuan (discovery learning). Menurut Bruner dalam Ratna Wilis
Dahar (1989:103)
“Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.”
Mengulas apa yang dinyatakan oleh Bruner, dalam pembelajaran siswa akan
menjadi lebih paham konsep suatu materi apabila dalam proses pembelajaran
tersebut siswa mengalami secara langsung dan berpartisipasi aktif dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh pengalaman baik melalui eksperimen
ataupun dengan metode yang lain yang bisa memberikan suatu kebebasan bagi siswa
untuk menemukan sendiri konsep dan prinsip suatu materi itu sendiri.
Udin S. Winataputra (2008:3.17) menyatakan pendekatan model belajar
Jerome S. Brunner didasarkan pada dua asumsi ; 1) Pengetahuan akan diperoleh
orang yang belajar bila didalam pembelajaran yang bersangkutan berinteraksi secara
aktif dengan lingkungannya, 2) Orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan
cara menghubungkan informasi yang tersimpan yang telah diperoleh sebelumnya.
Setiap orang mempunyai kekhususan dalam dirinya untuk mengelompokkan hal-hal
tertentu suatu hubungan antara hal yang telah diketahui. Dengan model ini
seseorang dapat menyusun hipotesis untuk memasukkan pengetahuan baru ke dalam
struktur yang telah dimiliki sehingga memperluas struktur yang telah dimiliki atau
mengembangkan struktur baru. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar
penemuan menunjukkan beberapa kebaikan yaitu : (1) Pengetahuan itu bertahan
lama atau lama diingat bila dibandingkan dengan pengetahuan yang dipelajari denga
cara yang lain. (2) Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
Dengan kata lain, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dijadikan milik kognitif
seseorang lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. (3) Secara menyeluruh
belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berfikir secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
bebas. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan kognitif siswa untuk
menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.
Dengan pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat ini diharapkan pengetahuan
yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama, dan mempunyai efek
transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan kemampuan
berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk
menemukan dan memecahkan masalah. Dengan mempertimbangkan kelebihan
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat maka perlu menerapkan pembelajaran ini
untuk mengatasi masalah kelemahan pembelajaran kimia di SMA Negeri 2 Sragen.
c. Teori Belajar Sosial
i. Albert Bandura
Teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang dikemukakan oleh Albert
Bandura menyatakan bahwa faktor sosial dan kognitif serta factor pelaku
memainkan peran penting dalam pembelajaran. Teori belajar sosial menurut Albert
Bandura mempunyai enam prinsip ; 1) Selama proses pembelajaran terdapat faktor-
faktor yang saling mempengaruhi yaitu perilaku, pribadi dan lingkungan sekitar yang
bekerja sama sebagai penentu interaktif atau penyebab dari satu terhadap lainnya
dalam sistem diri seseorang, 2) Memiliki kemampuan simbolik untuk menilai dan
bereaksi terhadap lingkungan sekitar. Informasi mengenai pengalaman dan orang
yang pernah diterima oleh seseorang akan disimpan dalam bentuk ingatan orang
tersebut, 3) Kemampuan untuk merencanakan sebelum bertindak, 4) Kemampuan
untuk seolah-olah mengalami sendiri suatu kejadian. Orang mampu belajar dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
memperhatikan orang lain bertindak dan melihat konsekuensi dari tindakan orang
lain, 5) Kemampuan mengatur diri sendiri, 6) Kemampuan untuk refleksi diri.
Dalam penelitian ini, digunakan metode proyek dan eksperimen yang mana
dibentuk kelompok dalam proses pembelajarannya, sangat dimungkinkan perilaku
teman dalam satu kelompok atau perilaku kelompok yang satu dengan yang lain
saling mempengaruhi dan meniru apa yang dilakukan temannya.
ii. Teori Vygotsky
Vygotsky dalam Udin S. Winataputra (2008) menyatakan salah satu teori penting
dalam psikologi perkembangan adalah penekanan pada hakikat sosio-kultural dari
pembelajaran atau pengetahuan dibangun secara sosial, dalam pengertian bahwa
peserta yang terlibat dalam suatu interaksi sosial akan memberikan kontribusi dan
membangun bersama makna suatu pengetahuan, dengan demikian proses yang
terjadi akan beragam sesuai dengan konteks kulturalnya. Proses dan konteks cultural
yang beragam juga menghasilkan belajar yang beragam pula.
Vygotsky lebih jauh meyakini bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja
atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas tersebut berada dalam
Zone of proximal development (ZPD). Berdasarkan teori itu dikembangkanlah
pembelajaran interaktif, yaitu siswa lebih mudah menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit bila mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan
temannya. Berbeda dengan teori sosial Albert Bandura, Teori sosial Vygotsky,
pengetahuan terbentuk melalui pola pikir individu melalui kelompok yang terbentuk
dalam pembelajaran dengan metode proyek dan eksperimen, sehingga ada interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang bisa membentuk pengetahuan yang tidak sekedar meniru dari teman maupun
gurur.
5. Sains Teknologi Masyarakat
a. Pengertian Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan adapatasi dari istilah Science
Technology Society (STS). Istilah sains teknologi masyarakat pertama kali
dikenalkan oleh John Ziman dalam bukunya Teaching and Learning about Science
and Society. Pembelajaran science technology society berarti menggunakan teknologi
sebagai penghubung antara sains dan masyarakat. Ziman mencoba mengungkap
suatu harapan bahwa konsep dan proses sains yang diajarkan disekolah harus sesuai
dengan konteks sosial dan relevan dalam kehidupan sehari-hari. Dewasa ini beberapa
istilah telah dikemukakan oleh para pendidik atau praktisi pendidikan yakni Science
Technology Society yang diterjemahkan menjadi Sains Teknologi Masyarakat (STM
atau SATEMAS atau ITM), Science Environment Technology (SET) dan Science
Environment Technology Society (SETS) yang disingkat dengan Salingtemas yang
intinya sama saja.
Berikut akan disampaikan beberapa definisi STM menurut para ahli : Menurut
Rumansyah, Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan salah
satu pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan harapan untuk menciptakan
manusia yang berkualitas dan peka terhadap masalah-masalah yang timbul di
masyarakat. Kimia sering dianggap sebagai penyumbang sampah dan pencemaran
lingkungan paling besar, sehingga diperlukan usaha untuk meminimalisir, dan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
paling efektif adalah mengarahkan dan mencontohkan langsung pada siswa dalam
pembelajaran.
Yager dalam Sabiha Sunar (2011) mendefinisikan bahwa “pendidikan sains
seperti suatu disiplin dengan pembelajaran suatu interaksi antara sains dan
masyarakat, saling mempengaruhi antara pembelajaran sains dan masyarakat”. Dari
Definisi Yager sangat jelas bahwa pendidikan sains mempunyai keterkaitan atau
interaksi yang sangat relevan dan keduanya saling mempengaruhi. Begitupula
dengan Botton and Brown Sabiha Sunar (2011) menggambarkan bahwa “definisi
dari sains, teknologi dan epistemology adalaha suatu kesatuan kerajaan”. Sebagian
besar dari partisipasi mendefinisikan teknologi sebagai aplikasi dalam sains. Menurut
Poedjiadi (2007:84) “pembelajaran STM adalah pembelajaran yang tidak hanya
menguasai konsep saja, akan tetapi mengaitkan konsep-konsep sains dengan
kepentingan masyarakat”. Sehingga, dalam pembelajaran guru dapat menunjukkan
bahwa ada hubungan antara sains, teknologi, dan masyarakat, karena produk
teknologi dirakit atas dasar konsep-konsep sains dan dibangun untuk kebutuhan
masyarakat.
Beberapa definisi diatas menunjukkan bahwa pembelajaran dengan STM
memiliki cakupan pembelajaran yang lebih luas karena diperkaya dengan
permasalahan atau isu sains atau teknologi. Pembelajaran seperti ini memberikan
kesempatan lebih luas kepada siswa untuk menyadari hubungan sains yang dipelajari
dengan apa yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, siswa
tidak hanya mempelajari konsep kimia saja, tetapi juga bisa menyelesaikan masalah
yang dihadirkan dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b. Latar Belakang Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Pelaksanaan kurikulum yang hanya berorientasi pada materi mendapatkan
kritikan di Amerika pada tahun 1970 dari para guru dan pengembang kurikulum
yang menyatakan antara lain : (1) Mata pelajaran sains terlalu berorientasi pada
disiplin ilmu yang spesialistik dan teoritik. (2) Sains sebagai pendidikan umum
diabaikan karena pelajarannya tidak menyentuh aspek-aspek kemanusiaan dan sosial
yang diperlukan individu sebagai makhluk sosial. (3) Siswa pada umumnya dinilai
sukar untuk mengikuti mata pelajaran sains. (4) Guru merasa sukar mengajar karena
konsep-konsepnya dinilai terlalu sukar. (5) Tidak tampak adanya keterkaitan antara
mata pelajaran sains yang satu dengan yang lainnya.
Sehingga setelah tahun 1970 diadakan penelitian dan hasilnya menunjukkan
bahwa makin tinggi jenjang pendidikan pada tingkat pra-universitas, sains makin
tidak menyenangkan bagi siswa. Akibatnya, makin sedikit siswa yang mengambil
kelas sains khusunya fisika dan kimia. Para guru dan pendidik yang merupakan
anggota National Science Teachers Association (NSTA) di Amerika merasa
bertanggungjawab terhadap hasil pendidikan dan mencoba melaksanakan program
STS dan berkesimpulan bahwa sains perlu dibahas dalam konteks masyarakat dan
memperhatikan nilai-nilai serta etika.
Setelah adanya perubahan kurikulum sebagai hasil penelitian, pada tahun 1980
pembelajaran sains di Amerika mulai dikaitkan denagn teknologi yang terkait dengan
kebutuhan siswa sebagai anggota masyarakat. Sejak tahu 1986 mata pelajaran STS
harus diberikan di SMA dengan bobot dua SKS, STS juga telah diberikan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
perkuliahan pada calon guru sains. Program STS ini di Amerika Serikat terutama
berkembang di Lowe State dengan Universitas sebagai intinya. Tokoh yang
mengembangkan pembelajaran STS adalah Robert Yager yang sejak tahun 1985
membimbing disertasi mahasiswanya meneliti domain konsep, proses, aplikasi,
kreativitas, pandangan dunia dan sikap sebelum dan sesudah pembelajaran.
Dalam pembelajaran sosial, apabila siswa dihadapkan pada produk teknologi, ia
seyogianya tahu bahwa produk teknologi tersebut dirancang menggunakan konsep-
konsep sains dan matematika, namun dirakit dengan mempertimbangkan aspek nilai,
ekonomi, etika dan estetika. Dalam tahun 1994 National Council for the Social
Studies di Amerika mempublikasikan Curriculum Standard for Social Studies
dengan menggunakan STS sebagai model pembelajaran dalam studi sosial.
Marcia K Pearsall menjelaskan sebelum adanya pendekatan STM, pembelajaran
sains dilaksanakan berdasarkan textbook approach dimana pembelajaran difokuskan
pada instruksi pada buku. Namun, pembelajaran menggunakan textbook approach
tidak membantu memahamkan konsep dan kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Sehingga dikembangkan lagi pendekatan Inquiry atau penemuan, yang menjadi
permasalahan dari pembelajaran ini adalah bahwa pembelajaran yang dilakukan
seperti mencetak seorang ilmuwan, padahal tidak semua anak atau siswa bisa atau
ingin menjadi seorang ilmuwan. Hingga akhirnya dikembangkan pendekatan STS
atau lebih dikenal dengan STM, Salingtemas, SET dan lainnya yang intinya sama.
Pendekatan STM menganut teori konstruktivisme, karena dalam proses
pembelajaran siswa yang membangun pengetahuan, pengetahuan yang dibangun
siswa dalam STM bersumber dari lingkungan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dalam proses pembelajaran menggunakan pendekatan STM, sangat
memungkinkan langkah-langkah yang sudah terstruktur tidak terlaksana sesuai yang
diharapkan, ketidaksesuaian itu mungkin dari factor guru, siswa, ataupun sarana
yang tersedia. Tidak lantas pembelajaran dengan pendekatan ini tidak bisa dipakai,
akan tetapi pembelajaran bisa dilaksanakan, dengan catatan beberapa langkah yang
merupakan ciri khas dari pembelajaran ini bisa dilaksanakan sebaik mungkin. STM
bertujuan membentuk individu yang memiliki literature sains dan teknologi serta
memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat. Strateginya adalah mengajak
anak untuk berfikir dan menemukan aplikasi konsep sains dalam industry atau
produk teknologi.
c. Karakteristik Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Secara operasional, pembelajaran dengan STM memiliki karakteristik sebagai
berikut : (1) diawali dengan isu-isu/masalah-masalah yang sedang beredar serta
relevan dengan ruang lingkup isi/materi pelajaran dan perhatian, minat, atau
kepentingan siswa, (2) mengikutsertakan siswa dalam pengembangan sikap dan
keterampilan dalam pengambilan keputusan serta mendorong mereka untuk
mempertimbangkan informasi tentang isu-isu sains dan teknologi, (3)
mengintegrasikan belajar dan pembelajaran dari banyak ruang lingkup kurikulum,
(4) mengembangkan literasi sains, teknologi, dan sosial.
Menurut Blunck dan Yager dalam Pradeep M. Dass dan Yager (2009) “kunci
utama dari pendekatan STS adalah pengajaran dan pembelajaran sanis menggunakan
situasi kehidupan yang nyata dari pertanyaan, penampilan, dan permasalahan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
point awal untuk pembelajaran sains ”. Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kunci pokok dari pendekatan STM adalah lingkungan hidup sekitar.
d. Tahapan Pembelajaran Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Pendekatan STM terdiri dari serangkaian tahap pembelajaran. Keterlaksanaan
tahap yang ada merupakan factor keberhasilan dalam pembelajaran secara
keseluruhan. Pembelajaran menggunakan pendekatan STM banyak menggunakan
sumber belajar dari masyarakat yang berhubungan dengan materi dan permasalahan
teknologi yang dikaji. Anna Poedjiadi (2007 : 127- 132) menyebutkan tahapan dari
pembelajaran STM yaitu : pendahuluan, proses pembentukan konsep, aplikasi
konsep dalam kehidupan, penilaian atau evaluasi.
Tahap pertama yaitu pendahuluan. Tahap ini merupakan tahap kekhasan dari
pendekatan STM, pada tahap ini dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada
dimasyarakat yang dapat digali dari siswa, tetapi apabila guru tidak berhasil
memperoleh tanggapan dari siswa, dapat saja dikemukakan oleh guru sendiri. Tahap
ini dapat disebut dengan tahap inisisasi atau mengawali, memulai, atau undangan
agar siswa memusatkan perhatian pada pembelajaran. Apersepsi dalam kehidupan
juga dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan
materi yang akan dibahas, sehingga nampak adanya kesinambuangan pengetahuan,
karena diawali dengan hal-hal yang telah diketahui siswa sebelumnya yang
ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam keadaan sehari-hari. Pada pendahuluan
ini guru juga dapat melakukan eksplorasi pada siswa melalui pemberian tugas untuk
studi lapangan dan mengobservasi keadaan. Manfaat dikemukakannya masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
(terutama pernyataan yang mengandung pro dan kontra) pada awal pembelajaran
akan membantu siswa dalam berfikir untuk menganalisa isu tersebut, dengan
demikian akan ada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang
lain. Sebagai contoh dalam pembelajaran tentang materi asam basa, guru meminta
siswa untuk mengemukakan isu atau suatu teknologi yang berhubungan dengan
materi seperti kandungan asam dan basa dalam sabun, deterjen, obat sakit maag dan
yang lainnya.
Tahap kedua adalah tahap proses pembentukan konsep. Pada tahap ini guru
dapat menggunakan berbagai metode seperti demonstrasi, eksperimen, diskusi
kelompok dan yang lainnya. Siswa diharapakan dapat memahami apakah analisis
terhadap isu-isu atau penyelesaian terhadap masalah yang dikemukakan diawal
pembelajaran telah menggunakan konsep-konsep yang diikuti ilmuwan. Dengan
demikian siswa yang memiliki prakonsepsi yang berbeda dengan konsep para
ilmuwan, seringkali merasa bahwa konsep yang dimiliki sebelumnya ternyata tidak
tepat atau kurang tepat untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Siswa dapat
mengalami konflik kognitif lebih dahulu apabila konsep yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah atau menganalisis masalah dirasakan tidak benar. Dalam
hubungan sosial, seseorang dapat pula mengalami konfilk kognitif apabila
pandangan yang telah direncanakan tidak sesuai dengan yang lain. Namun, setelah
berdiskusi, mendengar penjelasan orang lain dengan alasan yang dapat diterima, ia
menyadari dan mengambil keputusan bahwa pandangannya perlu sirubah dalam
menghadapi persoalan teretentu, Inilah kegunaan dari metode yang menggunakan
interaksi sosial. Pada akhir tahap ini diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
siswa menemukan konsep-konsep yang benar atau merupakan konsep-konsep para
ilmuwan.
Tahap selanjutnya adalah aplikasi konsep dalam kehidupan. Adapun konsep-
konsep yang telah dipahami siswa dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka
sehari-hari. Tahap yang keempat adalah pemantapan konsep. Selama proses
pembentukan konsep, penyelesaian masalah dan atau analisis isu, guru perlu
meluruskan kalau ada miskonsepsi selama kegiatan berlangsung, apabila sudah tidak
ada miskonsepsi, guru tetap perlu melakukan pemantapan konsep melalui
pemantapan konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam kajian tertentu,
karena sangat mungkin terjadi bahwa siswa masih mengalami miskonsepsi tetapi
tidak terdeteksi oleh guru. Hal ini lebih berbahaya daripada prakonsepsi yang
diperoleh diluar kelas sebelum dilakuakan pembelajaran dikelas. Miskonsepsi yang
terjadi setelah dilakukan pembelajaran topic tertentu biasanya lebih terpateri pada
kognisi seseorang karena dianggap disetujui oleh guru, dan akan digunakan dalam
penyelesaian masalah sehari-hari. Pemantapan konsep perlu dilakukan diakhir
pembelajaran, karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran
akan memiliki retensi lebih lama dibanding dengan kalau tidak dimantapkan oleh
guru diakhir pembelajaran. Tahap pembelajaran yan terakhir adalah tahap
evaluasi/penilaian. Kegiatan ini untuk mengetahui ketercapaian tujuan belajar dan
hasil belajar yang diperoleh siswa dalam pembelajaran melalui STM.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran STM menuntut siswa
aktif dalam tiapa tahap pembelajaran, guru hanya sebagai fasilitator. Apabila ditinjau
dari kurikulum 2004, penerapan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dapat mengembangkan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Begitupula
jjika ditinjau dari kurikulum 2007 (KTSP) yang merupakan penyempurnaan
kurikulum 2004, pendidikan sains merupakan kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pemberian mata pelajaran sains bagi anak dimaksudkan
untuk memperoleh kompetensi ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan
berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Berikut adalah syntaks dari
pembelajaran STM adalah :
Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran STM
Tahap-tahap Kegiatan guru Kegiaan Siswa
Pendahuluan Guru mengemukakan masalah
yang ada dimasyarakat yang
dapat digali dari siswa atau
mengaitkan peristiwa yang
diketahui siswa dengan materi.
Siswa berinteraksi dengan guru
mengemukakan isu-isu atau
masalah yang ada dimasyarakat
atau peristiwa yang telah mereka
ketahui
Proses
pembentukan
konsep
Guru menggunakan berbagai
metode (yang dalam penelitian
ini adalah proyek dan
eksperimen) dalam
menganalisis/menyelesaikan
masalah yang telah
disampaikan.
Siswa
menganalisis/menyelesaikan
masalah yang telah mereka
temukan dengan metode yang
diberikan dari guru.
Aplikasi konsep Guru mengajak siswa berfikir
bahwa konsep-konsep yang
telah dipahami siswa dapat
diaplikasikan dalam kehidupan
mereka sehari-hari
Dengan konsep yang telah
dipahami, siswa
mengaplikasikan konsep tersebut
dalam kehidupan mereka sehari-
hari
Pemantapan
konsep dalam
kehidupan
Guru meluruskan kalau ada
miskonsepsi selama kegiatan
berlangsung dan ditekankan
diakhir pembelajaran
Siswa menyebutkan kembali
konsep yang didapatkan dari
pembelajaran
Penilaian atau
evaluasi.
Guru mengevaluasi kegiatan
pembelajaran STM yang telah
dilaksanakan
Siswa melaksanakan evaluasi
yang diberikan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
e. Manfaat Pembelajaran Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
Pembelajaran STM merupakan merupakan pembelajaran multi tujuan.
Disamping menekankan penguasaan konsep, siswa juga dilatihkan beberapa aspek
lain seperti keterampilan proses, kreativitas, kritis, analisis, nilai-nilai, keterkaitan
bidang studi dalam pembelajaran pendekatan sains. Hasil pembelajaran melalui STM
diharapkan dapat digunakan siswa untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kelebihan dari pembelajaran STM adalah : (1) Sesuai dengan kurikulum dan
berkaitan dengan permasalahan yang dihadapai masyarakat serta menjawab
permasalahan tersebut. (2) Multidispliner, melibatkan berbagai aspek dan keilmuwan
dalam pembelajaran. (3) Topik/arah ditentukan oleh siswa terhadap masalah yang
ada dilingkungan sekitar. (4) Pembelajaran dimulai dari aplikasi sains dalam
masyarakat. (5) Menggunakan sumber daya yang ada dilingkungan. (6) Tugas siswa
adalah mencari, mengolah dan menyimpulkan. Pembelajaran dengan Pendekatan
STM dalam penelitian ini, diberikan metode yang berbeda yaitu proyek dan
eksperimen secara kelompok.
6. Proyek
Metode proyek telah dikembangkan sejak tahun tujuh puluhan yaitu pada saat
dikembangkannya Integrated Science Teaching oleh UNESCO. Metode ini melatih
seseorang untuk kreativ dalam memilih, merancang dan memanipulasi alat serta
bahan hingga terjadi produk yang berkaitan dengan topic atau konsep yang sedang
dibahas. Disini tampak keterkaitan yang erat antara sains dan teknologi. Metode
proyek mendukung kecakapan hidup yang terdiri atas kecakapan personal, sosial,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
akademik, dan vokasional. Kecakapan hidup dalam Pendidikan Berbasis Luas,
adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup
dan kehidupan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif
mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Ratna
Wilis Dahar (1986: 16) menyatakan metode proyek merupakan suatu teknik
instruksional yang melibatkan penggunaan alat dan bahan yang diusahakan oleh
siswa secara perorangan atau kelompok kecil siswa, untuk mencari jawaban terhadap
suatu masalah dengan perpaduan teori-teori dari berbagai bidang studi
Dalam proyek, siswa menemukan sendiri apa yang mereka pelajari dengan
berkelompok untuk memecahkan suatu masalah, yang mana masalah nyata
dilingkungan sekitar lebih nyata dan komplek daripada di buku. Yayasan pendidikan
Oracle (Oracle Eduxcation Foundation, 2011) yang merupakan pusat teknologi
pembelajaran menyatakan bahwa “pembelajaran proyek mendukung perkembangan
kemampuan berfikir kritis siswa”.
Pelaksanaan metode proyek di kimia, para siswa secara berkelompok
merencanakan dan melakukan penelitian di lapangan dan laboratorium yang
melibatkan penggunaan alat dan bahan untuk mencari jawaban terhadap suatu
masalah. Selain itu siswa melakukan kajian teori melalui beberapa buku kimia,
melakukan diskusi dan menyusun laporan. Setelah proyek dilaksanakan dalam
pembelajaran siswa membuat produk dengan bahan yang sudah ada dan berkaitan
dengan materi, contoh produk yang bisa dibuat dan sesuai dengan materi asam basa
adalah jeruk lemon dicampurkan dengan soda kue dapat membersihkan noda dari
tempat plastik. Setelah itu siswa menyusun laporan tertulis dan melakukan publikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dengan mengadakan pameran, majalah dinding ataupun presentasi di kelas mereka.
Penyelesaian suatu proyek memerlukan waktu cukup banyak, oleh karena itu untuk
menerapkan metode proyek ini guru perlu mencari cara untuk memanfaatkan waktu
luang siswa secara bijaksana dan pengaturan waktu yang baik sehingga tidak
mengambil jatah jam untuk materi lain.
Tabel 2.2 Tahap-tahap Pendekatan STM dalam Metode Proyek
Tahap-tahap Kegiatan guru Kegiatan siswa
Pendahuluan Guru menugaskan siswa
mencari permasalahan yang
ada dimasyarakat dan
berhubungan dengan materi
asam basa melalui pengamatan
keseharian, buku, internet, dll.
Siswa mencari permasalahan
yang ada dimasyarakat yang
ada hubungannya dengan materi
asam basa melalui pengamatan
keseharian, buku, internet
Proses
pembentukan
konsep
Guru menugaskan siswa untuk
menganalisis asam basa
dengan indikator yang alam
dan menyusun penyelesaian
masalah serta membuat produk
yang telah mereka temukan
dan mempresentasikan.
Siswa melakukan menganalisis
asam basa dengan indikator
yang ada di alam dan menyusun
penyelesaian masalah serta
membuat produk yang telah
mereka temukan sesuai
kelompok dan
mempresentasikan
Aplikasi
konsep
Guru mengajak siswa berfikir
bahwa konsep-konsep yang
telah dipahami melalui
penugasan proyek, materi
asam basa dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari
Siswa berfikir bahwa konsep-
konsep yang telah dipahami
melalui penugasan proyek
materi asam basa dapat
diaplikasikan dalam kehidupan
mereka sehari-hari
Pemantapan
konsep dalam
kehidupan
Guru meluruskan kalau ada
miskonsepsi selama kegiatan
berlangsung dan ditekankan
diakhir pembelajaran
Siswa menyebutkan
kembalikonsep yang didapatkan
dari pembelajaran
Penilaian atau
evaluasi.
Guru mengevaluasi kegiatan
pembelajaran STM dengan
metode proyek yang telah
dilaksanakan
Siswa melaksanakan evaluasi
yang diberikan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Penerapan metode proyek dapat mendorong tumbuhnya kreativitas bagi sebagian
besar siswa sehingga mampu meraih suatu prestasi pada perlombaan ataupun
pameran. Hal ini sesuai dengan pendapat R.W. Dahar (1986), bahwa "Pada siswa
yang kreatif biasanya dihasilkan karya yang baru dan asli, bahkan mungkin saja
memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Keberhasilan
karya siswa dalam suatu proyek yang dibuatnya sendiri, merupakan suatu
kebanggaan tersendiri Ini berarti kebanggaan akibat prestasi yang baik akan
mendorong siswa untuk melangkah lebih maju dalam proyek berikutnya, sehingga
secara tak langsung ia telah berhasil mengembangkan konsep-konsep yang
dimilikinya dari berbagai bidang studi yang telah dipelajarinya.
Melalui metode proyek siswa dapat bertindak lebih leluasa dan dapat
menyalurkan bakatnya masing-masing secara mandiri, tanpa mendapat rintangan
untuk melakukan hal yang sama dengan teman-temannya sekelas. Dalam
pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru sebaiknya telah menyusun persiapan
mengajar yang dituangkan dalam bentuk skenario pembelajaran. hal itu berarti guru
memfasilitasi aktivitas siswa dalam mengembangkan kompetensinya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode proyek memiliki
keunggulan dapat memotivasi minat siswa dalam bidang IPA ,meningkatkan
kreativitas, mengembangkan keingintahuan ilmiah siswa, memajukan pemikiran
mandiri siswa dan pola berpikir kritis, mengembangkan apresiasi siswa untuk kerja
ilmiah sehingga prinsip ilmiah lebih berarti, menolong pengembangan setiap
individu semaksimal mungkin dan menumbuhkan rasa percaya diri. Selain melatih
siswa mengembangkan teknik pamecahan masalah, melalui metode proyek, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan pola berpikir kritis oleh
karena itu sebaiknya dalam melaksanakan proyek guru tidak terlalu dominan,
pemberian bimbingan perlu dibatasi, sehingga kreativitas siswa lebih berkembang.
Meskipun metode proyek memiliki banyak kelebihan, metode ini juga memiliki
kekurangan yang perlu diperhatikan, supaya dalam pelaksanaannya bisa diantisipasi,
metode proyek memberikan kebebasan kepada siswa, sehingga diperlukan batasan
yang jelas sehingga indikator yang akan dicapai bisa tercapai, memerlukan waktu
yang lebih banyak dalam proses pembelajaran, perlu ada pelurusan konsep jika ada
siswa yang miskonsepsi.
7. Eksperimen
Metode Eksperimen sering dikaburkan dengan kerja laboratorium, eksperimen
merupakan percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau hipotesis tertentu,
hal ini sejalan dengan pendapat Rusyan (dalam Syaiful Sagala 2010:220) “kadang-
kadang orang sering mengaburkan pengertian eksperimen dan kerja laboratorium,
meskipun kedua pengertian ini mengandung prinsip yang hampir sama, namun
berbeda dalam konotasinya”. Jadi, metode eksperimen merupakan metode yang bisa
dilakukan dilaboratorium maupun diluar laboratorium, sedangkan kerja laboratorium
sudah pasti berada dilaboratorium.
Metode eksperimen adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami untuk membuktikan sendiri sesuatu
pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan
metode eksperimen ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti
proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peran guru
dalam metode eksperimen sangat penting, khususnya berkaitan dengan ketelitian dan
kecermatan sehingga tidak terjadi kekeliruan dan kesalahan dalam memaknai
kegiatan eksperimen dalam kegiatan belajar mengajar.
Kelebihan-kelebihan metode eksperimen adalah : (a) Siswa lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima apa yang disampaikan guru atau buku. (b) Mengembangkan sikap untuk
mengadakan studi eksploratoris tentang sains dan teknologi, suatu sikap dari seorang
ilmuwan. (c) Didukung oleh asas-asas didaktik modern, antara lain : (1) Siswa
belajar dengan mengamati sendiri suatu proses atau kejadian. (2) Siswa terhindar
jauh dari verbalisme. (3) Memperkaya pengalaman dengan hal yang bersifat objektif
dan realistis. (4) Mengembangkan sikap berfikir ilmiah. (5) Hasil belajar akan tahan
lama dan internalisasi
Sedangkan kelemahan-kelemahan dari metode eksperimen adalah : (a)
Memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah
diperoleh dan murah. (b) Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang
diharapkan, karena dimungkinkan ada faktor-faktor tertentu yang diluar jangkauan
kemampuan. (c) Menuntut penguasaan materi, fasilitas peralatan dan bahan
mutakhir. Dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan STM dengan
metode eksperimen dalam penelitian disini, guru bersama siswa mencari
permasalahan yang ada, kemudian siswa melakukan analisis dengan praktikum yang
mana pedoman praktikum sudah ada. Sebagai contoh dalam penggunaan pewarna
atau pencucian batik, pH limbah dari pewarnaan dan pencucian diukur untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
selanjutnya dianalisis bagaimana dampak dari produksi batik. Begitupula dengan
penggunaan sabun dan deterjen yang sudah menjadi bagian dari masyarakat. Dalam
praktek pembelajaran, setiap kelompok berbrda permasalahan, tetapi cara
menyelesaikannya hamper sama, hal ini bertujuan agar siswa mengetahui lebih
banyak contoh aplikasi asam basa disekitar kehidupan. Tahap pendekatan STM
dalam metode proyek dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :
Tabel 2.3 Tahap-tahap Pendekatan STM dalam Metode Eksperimen
Tahap-tahap Kegiatan guru Kegiatan Siswa
Pendahuluan Guru bersama siswa mencari
permasalahan yang ada
dilingkungan yang ada
hubungannya dengan materi
asam basa
Siswa mencari permasalahan
yang ada dilingkungan yang
ada hubungannya dengan
materi asam basa
Proses
pembentukan
konsep
Guru menjelaskan ke Siswa
untuk melakukan analisis
dengan praktikum yang mana
pedoman praktikum sudah ada,
permasalahan setiap kelompok
berbeda dalam lingkup asam
basa.
Siswa melakukan analisis
dengan praktikum yang
mana pedoman praktikum
sudah ada, permasalahan
setiap kelompok berbeda
dalam lingkup asam basa
Aplikasi konsep Guru mengajak siswa berfikir
bahwa konsep-konsep yang
telah dipahami siswa dapat
diaplikasikan dalam kehidupan
mereka sehari-hari
Siswa berfikir bahwa
konsep-konsep yang telah
dipahami siswa dapat
diaplikasikan dalam
kehidupan mereka sehari-
hari
Pemantapan
konsep dalam
kehidupan
Guru meluruskan kalau ada
miskonsepsi selama kegiatan
berlangsung dan ditekankan
diakhir pembelajaran
Siswa menyebutkan kembali
konsep yang didapatkan dari
pembelajaran
Penilaian atau
evaluasi.
Guru mengevaluasi kegiatan
pembelajaran STM dengan
metode eksperimen yang telah
dilaksanakan
Siswa melaksanakan evaluasi
yang diberikan guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
8. Kreativitas Siswa
Salah satu karakteristik mata pelajaran kimia adalah abstrak, sehingga
memerlukan kesiapan intelektual yang memadai seperti berfikir divergen, berfikir
konvergen, kreativitas, persepsi, dan pemecahan masalah. Kreativitas menurut
Lumsdaine dalam bustama ismail (2010) adalah “mempergunakan imaginasi dan
berbagai kemungkinan yang diperoleh dari interaksi dengan ide atau gagasan, orang
lain dan lingkungan untuk membuat koneksi dan hasil yang baru serta bermakna”,
artinya mengembangkan pemikiran alternatif atau kemungkinan dengan berbagai
cara sehingga mampu melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang dalam interaksi
individu dengan lingkungan sehingga diperoleh cara-cara baru untuk mencapai
tujuan yang lebih bermakna. Pandangan lain tentang kreativitas disampaikan oleh
Guilford’s (1967) kreativitas adalah suatu kemampuan untuk melihat atau
menggunakan bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah. Dari
penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwasanya orang yang kreatif adalah orang
yang menggunakan suatu metode atau pemecahan masalah yang berbeda daripada
umumnya. Rogers dalam Utami Munandar (2009) menekankan bahwa sumber dari
kreativitas adalah kecnderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi,
dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk
mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Mihaly
Csikszentnihalyi (2006) menggambarkan kreativitas mempunyai hubungan erat
antara wilayah domain (pengetahuan, nilai) yang menunjukkan kualitas seseorang
baik dari gen, bakat maupun pengalaman yang mana hal ini merupakan produk dari
komunikasi dengan orang lain atau lingkungan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Tes kreativitas yang banyak digunakan dewasa ini untuk mengukur nilai
kreativitas sesorang dari anak-anak hingga dewasa adalah tes kreativitas verbal. Tes
ini merupakan tes kreativitas pertama yang dikontruksi di Indonesia pada tahun 1977
untuk mengukur kemampuan divergen. Konstruksi tes kreativitas verbal
berlandaskan model struktur intelek dari Guilford sebagai kerangka teoritis. Tes ini
terdiri dari enam sub-tes yang semuanya mengukur dimensi operasi berfikir
divergen, dengan dimensi kontan verbal, tetapi masing-masing berbeda dalam
dimensi produk. Setiap sub-tes mengukur aspek yang berbeda dari berfikir kreatif.
Kreativitas atau berfikir kreatif secara operasional dirumuskan sebagai suatu proses
yang tercermin dari kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berfikir.
Keenam sub-tes dari tes kreeativitas verbal tersebut yaitu : (a) Permulaan kata,
permulaan kata ini mengukur kelancaran kata yaitu untuk menemukan kata-kata
yang memenuhi persyaratan structural tertentu. (b) Menyusun kata, responden harus
menyusun sebanyak mungkin kata-kata dengan menggunakan huruf-huruf dari
sebuah kata yang diberikan (anagram). Tes ini juga mengukur kelancaran kata tetapi
berabeda dengan permulaan kata karena juga menuntut kemampuan perceptual. (c)
Membentuk kalimat tiga kata, responden harus menyusun kalimat-kalimat sendiri
yang terdiri dari tiga kata, tetapi urutan dari penggunaan ketiga huruf tersebut boleh
sekehendak responden. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam ucapan.
Tiap kalimat boleh memakai satu kata yang telah dipakai pada kalimat yang dipakai
sebelumnya. (d) Sifat-sifat yang sama, responen harus menemukan sebanyak
mungkin objek yang semuanya memiliki dua sifat yang ditentukan. Tes ini
merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan yaitu kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
mencetuskan gagasan yang memenuhi persyaratan tertentu dalam waktu yang
terbatas. (e) Berbagai jenis penggunaan, penggunaan benda sehari-hari yang telah
ditentukan , akan tetapi penggunaaan-penggunaan tersebut haruslah pengguanaan
yang tidak lazim/ biasa. Tes ini merupakan ukuran dari fleksibilitas, karena dalam
tes ini responden harus melepaskan diri dari kebiasaaan untuk melihat setiap benda
untuk melakukan hal/pekerjaan tertentu. Selain itu, tes ini juga mengukur originalitas
dalam pemikiran, yang dilihat kejarangan dari jawaban responden. (f) Akibat/
konsekuensi, responden harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi
sebagai akibat dari suatu kejadian hipotesis yang telah ditentukan. Tes ini menuntut
responden untuk menggunakan daya imajinasinya dan dapt menguraikan gagasan-
gagasannya. Tes ini merupakan ukuran dari kelancaran dalam memberikan gagasan
yang dikombinasikan dengan elaborasi.
Raymond S. Nikerson dalam bukunya yang berjudul “the teaching of thinking”
menyebutkan bahwa komponen kreativitas yang bisa diterima adalah : (1) Abilities
(kecakapan/kepandaian), kreativitas adalah berfikir. Bagaimanapun, ini mempunyai
pengaruh yang penting antara kemampuan khusus kreativitas dan kemampuan yang
hanya memungkinkan mereka-reka asal kejadian. Peneliti telah menyusun macam-
macam kecakapan kreativitas untuk membedakan kepandaian atau akal seseorang ,
yaitu : (a) Kelancaran menyampaikan ide (ideational fluency) , merupakan
kemampuan untuk mengorganisasi sejumlah kemampuan ide dengan cepat dan
mudah. Contoh klasik adalah masalah penggunaan batubata, seberapa banyak
menggunaan batubata yang dapat kamu sebutkan dalam periode ini? Orang merespon
pertanyaan ini dengan memberikan penilaian untuk sejumlah ide, ide yang berbeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
dari biasanya, dan variasi dari jenis ide, sering disebut dengan flexibilitas. Secara
teori yang rasional, kemampuan kelancaran kreativitas berbanding lurus.
Orang yang lebih banyak mempunyai dugaan ide akan mempunyai lebih banyak
hal dalam menciptakan, begitupula sebaliknya. (b) Remote associate
(menggabungkan tersendiri) Mednick dalam Raymond S. Nikerson menyatakan
orang yang creative mungkin mempunyai hirarki penghubung yang datar yang
artinya bahwa mereka dapat memperbaiki menggabungkan sendiri lebih cepat
daripada yang tidak kreativ, pemikir keras. Sebagai contoh jika dihadapkan dengan
gambaran ada tikus, biru dan rumah kecil, pada umumnya orang mungkin akan
berfikir keju. (c) Intuition, merupakan laporan akhir dari seseorang yang sulit
menjelaskan sesuatu secara ilmiah atau sesuai prosedur yang telah ditentukan, tetapi
keputusan tersebut benar dan bisa diterima dengan akal.
(2) Cognitive style (tindakan kognitif), ada beberapa sifat yang berhubungan dengan
sifat kognitif. (a) Problem finding (menemukan masalah) adalah membuktikan
prediksi yang diluar dugaan, (b) Investigating (menyelidiki), MacKinnon
menyimpulkan bahwa kreativitas investigasi dalam sains lebih bersifat kreativitas
individu yang cenderung untuk untuk mennyampaikan pendapat yang mereka
jumpai, (c) Field independence (kebebasan menyatakan sesuatu) kemampuan dan
perkataan untuk menangkap sesuatu secara menyeluruh dan bagian tersembunyi
dalam kontek. (3) Attitudes (sikap/pemikiran). Beberapa peneliti telah menemukan
hubungan antara kreativitas dan sikap atau pemikiran. Komponen dari sikap atau
pemikiran dalam kreativitas dalam buku ini adalah (a) Original , oleh karena kondisi
asli dibutuhkan dalam kreativitas, maka tidak mengherankan jika didapati sikap yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
berhubungan langsung dengan keaslian. Mungkin setiap orang mempunyai nilai
orisinil atau asli, tetapi orang creative lebih bisa membedakan antara keaslian dengan
yang konvensional. (b) Value complexity (keseluruhan nilai), Welsh dalam Raymond
s. nikerson menyimpulkan bahwa orang kreative lebih suka dengan yang abstrak,
perspektif atau pandangan umum terhadap masalah, sifat seperti ini merupakan
kualitas kecerdasannya. (c) Komitmen. Komitmen adalah sifat konsistensi kreativitas
tertinggi oleh seorang individu. (4) Strategies (strategi), komponen dari strategi
adalah (a) Long Searches (Pemikiran yang mendalam), tidak tunduk pada satu cara
dan menganggap banyak alternative fakta yang menguatkan penelitian bahwa strategi
efiktif untuk berfikir intensif secara umum.
Ada dua klasifikikasi dalam hal ini, pertama, pemikiran yang mendalam
mempertimbangkan banyak kandidat solusi. Kedua, Getzels and Csikszentmihalyis
(1976), dalam memecahkan masalah seharusnya diingat, pemikiran mendalam
merupakan langkah awal dalam pernyataan kreatif yang bercirikan komitmen dan
langsung yang merupakan tingkah laku kreativ. Orang yang kurang kreatif terlihat
meremehkan pekerjaan dan berkonsentrasi pada hasil. (b) Analogy, Bronowski dalam
Raymond S. Nikerson menekankan pentingnya alasan yang analogy baik dalam sains
maupun seni. Banyak penelitian sains telah melibatkan analogi, seperti
menganalogikan hubungan materi yang satu dengan yang lain. (c) Brainstorming
adalah grup pemecahan masalah. Ini didesain untuk mencegah tingkah laku kritis
yang melenceng yang sering ada dalam pertemuan formal. Dasar dari strategi ini
adalah membatasi daftar pilihan yang panjang dan kemudian menyeleksi dari
kesemuanya. Sementara pembatasan pilihan, berperan untuk memberanikan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
membangun ide yang lain. (d) The case for strategies (strategi pemecahan
permasalahan). Pemikiran yang mendalam, membuat analogi, dan brainstorming
menunjukkan bahwa keberhasilan strategi untuk memikirkan pertanyaan yang
komplek. Dalam penelitian ini, untuk mengukur kreativitas menggunakan
kemampuan kreativitas verbal dan tes kreativitas tindakan, tes kreativitas tindakan
dengan indikator dan komponen yang dijelaskan dalam tabel 2. 5 dibawah ini:
Tabel 2.5 Komponen Tes Kreativitas Tindakan dalam Raymond S. Nikerson
Komponen Indikator
Abilities / kecakapan/kepandaian Kelancaran menyampaikan ide
Menggabungkan tersendiri
Cognitive style / tindakan kognitif Menemukan masalah
Kebebasan menyatakan sesuatu
Attitudes / Sikap atau pemikiran Keaslian
Keseluruhan nilai
Strategies / strategi Pemikiran yang mendalam
Analogi
Brainstorming
Strategi pemecahan permasalahan
Indikator kreativitas diatas dikembangkan menjadi komponen penilaian tes
kreativitas tindakan dalam penelitian ini. Apabila hasil penilaian terjadi perbedaan
dari hasil tes antara kreativitas verbal dan tes kreativitas tindakan, maka dilakukan
wawancara untuk mengetahui kecenderungan siswa tersebut kreativ atau tidak.
Kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang perlu ditumbuhkan di dalam
kelas dan perlu dikembangkan kreativitas dalam semua segi. Untuk menumbuhkan
iklim atau suasana kreatif didalam pelajaran kimia yang memungkinkan siswa untuk
membuka dirinya, merasa bebas dan aman untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya. Guru perlu melakukan pemanasan seperti dilakukan seseorang sebelum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
berenang. Pemanasan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka
mengajukan suatu masalah kimia yang dapat diambil dari kehidupan di sekitar siswa,
yang mendorong ungkapan pikiran dan perasaan. Dengan demikian pelajaran kimia
akan memberikan suatu tantangan, pengalaman baru yang dapat mendorong
kreativitas siswa. Siswa yang kreatif ketika diberi pembelajaran dengan metode
proyek akan menghasilkan produk yang berbeda dari yang lain dan mempunyai nilai
orisinalitas yang tinggi.
9. Kemampuan Berfikir Kritis
Berfikir merupakan kegiatan penggabungan antara persepsi dan unsur-unsur yang
ada dalam pikiran untuk menghasilkan suatu pengetahuan. Berfikir dapat terjadi pada
seseorang apabila ia mendapat rangsangan dari luar dan melalui berfikir inilah
seseorang mengatasi maslah yang dihadapainya. Menurut Hipkin dalam Wahyu
Widodo, “berfikir adalah penggunan proses kreatif, kritis, metakognitif, dan reflektif
untuk menalar dan mempertanyakan informasi, pengalaman, dan ide”.
Apabila ditinjau dari kemampuan generik yang sedang dikembangkan, yaitu
keterampilan generik merupakan keterampilan employability yang digunakan untuk
menerapkan pengetahuan, kemampuan berfikir dibedakan menjadi tiga yaitu :
konseptual, analitis, dan kritis. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Namun,
dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan berfikir kritis.
Berfikir kritis pertama kali dikenalkan pada tahun 1906 oleh Sumner (John M.
Weiner, 2011) yang mendefinisikan bahwa berfikir kritis adalah proses mental yang
aktif dan mempunyai kemampuan untuk mengkonsep, menerapkan, menganalisis,
dan mensintesis informasi yang diperoleh untuk menjawab atau menyimpulkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Proses ini dikatakan meningkatkan kemampuan individu dalam mengefektifkan
informasi untuk belajar dengan perbuatan, gambar sebagai disiplin ilmu. Berfikir
kritis meningkatkan kemampuan siswa untuk focus terhadap hasil yang dicapai yang
prosesnya meliputi tindakan, uji coba pembelajaran, observasi dan pengalaman.
Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan
nalar. Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa
bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis,
penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik
pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka akan semakin dapat mengatasi
masalah-masalah atau proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan.
Liliasari (2000) dan Krulik dan Rudnick (1999) dalam Muhfahroyin (2005)
menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir tingkat
tinggi. Berpikir kritis ini mengaktifkan kemampuan melakukan analisis dan evaluasi
bukti,identifikasi pertanyaan, kesimpulan logis, memahami implikasi argument.
Menurut Haris, et all dalam Wahyu Widodo, berfikri kritis mempunyai indikator
sebagai berikut : (a) kritik terhadap tulisan ilmah. (b) interpretasi dan analisis data
eksperimental. (c) menulis essai atau yang sejenis. (d) membuat peta konsep. (e)
berdebat.
Scriven & Paul dalam Bhisma Murti, berfikir kritis adalah proses intelektual
yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari
pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu
keyakinan dan tindakan. Sedangkan menurut Chance dalam Bhisma Murti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
kemampuan berfikir kritis merupakan kemampuan untuk menganalisis fakta,
mencetuskan dan menata gagasan, mempertahankan pendapat, membuat
perbandingan, menarik kesimpulan, mengevaluasi argumen dan memecahkan
masalah. Kemampuan inti berfikir kritis digambarkan dalam gambar dibawah ini :
Gambar 2.1. Kemampuan inti Berfikir Kritis
Penjelasan dari gambar diatas diketahui komponen dari kemampuan berfikir
kritis adalah : Interpretasi yang indikatornya kategorisasi, dekode, mengklarifikasi
makna, Analisis dengan indikator memeriksa gagasan, mengidentifikasi dan
menganalisis argument, Evaluasi dengan indikator menilai klaim dan argument,
Inferensi dengan indikator mempertanyakan klaim, memikirkan alternatif (misalnya,
differential diagnosis), menarik kesimpulan, memecahkan masalah, mengambil
keputusan, Penjelasan dengan indikator menyatakan masalah dan hasil,
mengemukakan kebenaran prosedur, mengemukakan argument, Regulasi diri
dengan indikator meneliti diri, mengoreksi diri.
Howard Community College Columbia, MD (2006) mengeluarkan standar
assessmen untuk kemampuan berfikir kritis (critical thinking) yang mencakup
kemampuan kognitif dan komponen sub kemampuan yang disajikan dalam tabel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 2.4 Kemampuan Berfikir Kritis
Cognitive skill Komponen
Interpretation
(Interpretasi)
Categorization (Kategorisasi)
decoding significance (dekode)
clarifying meaning (Mengklarifikasi makna)
Analysis
(Analisis)
examining ideas (Menyeleksi ide)
identifying arguments (Mengidentifikasi argumen)
analyzing arguments (Menganalisis Argumen)
Evaluation
(Evaluasi)
assessing claims (Menilai klaim)
assessing arguments (Menilai argumen)
Inference
(Inferensi)
querying evidence (Mempertanyakan klaim)
conjecturing alternatives (Memikirkan alternatif)
drawing conclusions (Menyimpulkan)
Explanation
(Penjelasan)
stating results (Menyatakan hasil)
justifying procedures (Mengemukakan kebenaran prosedur)
presenting arguments (Mempresentikan argumen)
self-regulation
(Regulasi diri)
self-examination (Meneliti diri)
self-correction (Mengoreksi diri)
Berdasarkan analisis materi asam basa dan pendekatan serta metode
pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini, maka kemampuan berfikir kritis
yang dikembangkan dalam penelitian disini adalah : (a) mengintepretasi data, table,
gambar. (b) mengategorikan informasi berupa data, table, gambar. (c)
mengklasifikasikan serangkaian informasi kedalam bagian-bagian yang terpisah (d)
mengidentifikasi argument. (e) menganalisis argument atau pernyataan (f) menilai
argument yang benar dan salah. (g) memikirkan alternative pemecahan masalah. (h)
menarik kesimpulan. (i) mengemukakan kebenaran prosedur.
Siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi akan dapat mengatasi
permasalahan dalam pembelajaran sehingga prestasi belajar akan tinggi pula,
sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan berfikir rendah, diharapkan dengan
pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini, prestasi belajar akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
meningkat. Akan tetapi, dalam proses pembelajaran tidak semua yang diharapakan
sesuai dengan kenyataan, mungkin saja akan terjadi kebalikannya, siswa yang
memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi prestasi belajar menurun dan siswa yang
memiliki kemampuan berfikir kritis rendah justru prestasi belajar akan meningkat,
hal ini disebabkan oleh banyak factor seperti instrument pembelajaran, dan lain
sebagainya.
10. Prestasi Belajar
Sebuah proses pendidikan ada tiga komponen yang saling berkaitan
berkenaan dengan proses pembelajaran yang harus dipenuhi oleh para guru. Ketiga
komponen tersebut adalah perencanaan pembelajaran yang harus disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran, pengelolaan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran atau
KBM dan evaluasi pembelajaran sebagai penentu berhasil tidaknya proses
pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilaksanakan setelah siswa mengalami
kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari sebuah kegiatan pembelajaran. Evaluasi pembelajaran juga dapat
dijadikan acuan dalam mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
telah diajarkan.
Hasil belajar adalah penguasaan ilmu pengetahuan atau ketrampilan atau
sikap yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang diajarkan. Hasil belajar
kaitannya dengan metode pembelajaran yang diterapkan. Kemampuan guru untuk
mengelola pembelajaran dengan baik akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah
satu dari hasil belajar adalah prestasi belajar, prestasi belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengamalan belajarnya prestasi belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
akan dinilai dalam penelitian disini adalah aspek kognitif, afektif dan
psikomotoriknya.
Penggunaan pendekatan pembelajaran STM yang telah banyak
dikembangkan oleh ahli pendidikan dan diteliti oleh banyak peneliti pendidikan,
memberikan kesimpulan bahwa dengan pendekatan pembelajaran STM diperoleh
keberhasilan dalam prestasi belajar siswa. Cara penilaian yang dilakukan dalam
evaluasi pembelajaran harus dirancang dengan memperhatikan beberapa hal, antara
lain : mengacu pada kurikulum, artinya penilaian yang dilakukan harus disesuaikan
dengan kompetensi yang harus dicapai siswa; bersifat adil bagi semua siswa,
penilaian tidak membedakan latar belakang budaya, ras, jenis kelamin dan hal-hal
lain yang tidak masuk dalam aspek penilaian; dapat memberikan informasi lengkap
tentang pemahaman siswa, sehingga guru dapat melakukan perbaikan dalam kegiatan
pembelajaran; bermanfaat bagi siswa sehingga penilaian yang dilakukan akan
mengetahui kekuatan/ kelebihan dan kelemahannya; dan pelaksanaan evaluasi
dilaksanakan tanpa paksaan atau dalam suasana yang menyenangkan, karena kondisi
yang tertekan akan mengakibatkan siswa tidak siap melakukan penilaian.
Penilaian prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara
lain : tes tertulis, angket, hasil pengamatan, dan tes lisan. Penilaian prestasi belajar
yang sering dilakukan adalah tes tertulis. Dalam tes tertulis yang akan digunakan
harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan, diantaranya reliabilitas dan
validitasnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui prestasi
belajar dilakukan evaluasi atau penilaian. Tes yang baik harus memenuhi kriteria
tertentu dan juga harus sesuai dengan tujuan peruntukannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Dalam KTSP, dijelaskan bahwa sistem penilaian yang berlaku dalam
pembelajaran KTSP, tidak hanya dilakukan pada akhir periode tetapi dilakukan
secara integrasi dengan kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai
dari proses bukan semata-mata hasil. Penilaian dilakukan secara menyeluruh yaitu
mencakup semua aspek kompetensi yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dalam penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar dibatasi pada ranah
kognitif dan afektif.
Ranah kognitif merupakan ranah yang berkaitan dengan kompetensi berpikir,
memperoleh pengetahuan, pemerolehan pengetahuan, pengenalan, pemahaman,
konseptualisasi, penentuan, dan penalaran. Menurut Bloom untuk mendapatkan
prestasi belajar kognitif, seseorang memiliki 6 (enam) tingkatan kognitif, yaitu: (1)
pengetahuan (knowledge), yaitu sebagai perilaku mengingat atau mengenali
informasi (materi pembelajaran) yang telah dicapai sebelumnya, (2) pemahaman
(comprehention), yaitu sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi
pembelajaran. Hal ini ditujukan melalui penerjemahan materi pembelajaran, (3)
penerapan (application), yaitu penerapan yang mengacu pada kemampuan
menggunakan pembelajaran yang telah dipelajari di dalam situasi baru dan konkrit.
Ini mencakup penerapan hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip,dalil
dan teori, (4) analisis (analysis), yaitu mengacu pada kemampuan memecahkan
materi ke dalam bagian-bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hal
ini mencakup identifikasi bagian-bagian, analisis antar bagian, dan mengenali
prinsip-prinsip pengorganisasian, (5) sintesis (synthesis), yaitu mengacu pada
kemampuan menggabungkan bagian-bagian dalam rangka membentuk struktur yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
baru. Hal ini mencakup komunikasi yang unik (tema atau percakapan), perencanaan
operasional (proposal), atau seperangkat hubungan yang abstrak (skema untuk
mengklasifikasi informasi), (6) penilaian (evaluation), yaitu mengacu pada
kemampuan membuat keputusan tentang nilai materi pembelajaran untuk tujuan
tertentu.
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap,
derajat penerimaan atau penolakan terhadap suatu objek. Ada lima tipe karakteristik
afektif yang penting, yaitu sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Kelima
karakteristik afektif tersebut akan digunakan dalam penelitian ini. Sikap merupakan
kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu
objek. Minat merupakan watak yang tersusun melalui pengalaman yang mendorong
individu mencari objek, aktivitas, pengertian, ketrampilan untuk tujuan penguasaan
atau perhatian. Konsep diri merupakan evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Nilai merupakan suatu keyakinan yang
dalam tentang suatu pendapat, kegiatan, atau objek. Moral adalah pendapat atau
tindakan yang dianggap baik atau dianggap tidak baik.
Pembelajaran ditentukan oleh karakteristik peserta didik. Ranah efektif
merupakan bagian dari hasil belajar dan memiliki peran yang penting. Keberhasilan
pembelajaran ranah kognitif dan psikomotor sangat ditentukan oleh kondisi afektif
peserta didik. Peserta didik yang memiliki sikap positif terhadap pelajaran akan
merasa senang mempelajari pelajaran tersebut, sehingga dapat diharapkan akan
mencapai hasil belajar yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Dalam pembelajaran harus mengaktifkan faktor-faktor yang memberi
kontribusi positif pada pencapaian prestasi siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar, yang secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal
(dari diri siswa) dan faktor eksternal (dari luar siswa). Faktor internal meliputi aspek
fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis antara lain kesehatan, kondisi fisik,
adanya cacat tubuh. Aspek psikologis antara lain minat, bakat, motivasi, kecerdasan.
Kemampuan berfikir kritis dan kreativitas juga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi prestasi dari dalam diri siswa. Faktor eksternal meliputi :1) faktor
keluarga, antara lain keadaaan ekonomi, cara mendidik orangtua, suasana rumah,
relasi antar anggota keluarga, latar belakang budaya, 2) faktor sekolah, antara lain
kurikulum, media belajar, model pembelajaran, relasi guru dengan siswa, 3) faktor
masyarakat, antara lain budaya dalam masyarakat, teman bergaul.
Faktor internal siswa yang diteliti adalah kemampuan berfikir kritis dan
kreativitas tinggi dan rendah, sedangkan faktor eksternal adalah pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat dengan menggunakan metode proyek dan eksperimen. Materi
dalam penelitian ini adalah asam basa, penilaian prestasi belajar siswa difokuskan
pada aspek kognitif, sedangkan aspek afektif dan aspek psikomotor tetap diberikan
penilaian, tetapi kedua aspek tersebut digunakan untuk pendukung hasil prestasi
belajar kognitif siswa.
11. Materi
a. Teori Asam dan Basa
Senyawa asam dapat kita temukan dengan mudah disekitar kita. Sebagai contoh,
jeruk mengandung asam sitrat dan anggur mengandung asam tartrat. Asam dan Basa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
adalah dua golongan zat yang sangat penting. Berkaitan dengan Asam Basa, larutan
dapat dibedakan kedalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, basa, netral. Sifat
larutan tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan indikator asam basa, zat-zat
warna yang akan menghasilkan warna berbeda dalam larutan asam basa, Misalnya
lakmus merah dan lakmus biru. Contoh dalam kehidupan sehari-hari suatu bahan
yang mengandung asam basa dan garam :
Tabel 2.6 Contoh Kandungan Asam Basa dan Garam Dalam Kehidupan Sehari-hari
Asam Minuman Ringan (mengandung asam karbonat)
Pengawet makanan (menggunakan asam etanoat)
Basa Sabun, kertas dan rayon (Natrium Hidroksida)
Cairan pembersih rumah, bahan penyubur tanah (Larutan amoniak)
Garam Bubuk deterjen (Ammonium klorida)
Pengawet makanan, penyedap rasa, pencelupan dan pencetakan kain
(Natrium Klorida)
Sifat asam basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur
pH-nya. pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa
mempunyai pH lebih besar dari 7, sedangkan larutan netral mempunyai pH : 7. pH
larutan dapat ditentukan dengan menggunakan indikator pH (indikator universal),
atau dengan pH-meter. Pengertian Asam Basa secara terperinci dijelaskan sebagai
berikut :
1) Teori asam-basa Arrhenius
Asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
HxZ (aq) xH+ (aq) + Z
x-
Basa adalah senyawa yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida (OH-).
M(OH)x (aq) Mx-
(aq) + xOH- (aq)
2) Teori Asam-Basa Bronsted-Lowry
Pengertian asam dan basa menurut teori Broensted-Lowry, asam adalah donor
proton dan basa adalah akseptor proton. Suatu asam, setelah melepas satu proton,
akan membentuk spesi yang disebut basa konjugasi dari asam itu. Suatu basa, setelah
menyerap satu proton, akan membentuk satu spesi yang disebut asam konjugasi dari
basa itu.
Asam H+ + basa konjugasi
Basa + H+ asam konjugasi
Asam kuat adalah spesi yang mudah melepas proton, sedangkan basa kuat
adalah spesi yang mempunyai kecenderungan kuat menarik proton dan mempunyai
basa konjugasi lemah. Semakin kuat asam, maka makin lemah basa konjugasinya.
3) Teori Asam-Basa Lewis
Pengertian asam dan basa menurut teori Lewis, asam adalah aseptor pasangan
elektron, sedangkan basa adalah donor pasangan electron.
Contoh : H+ + NH3 NH4
+
BF3 + NH3 NH3BF3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Konsep asam-basa Lewis dapat menjelaskan reaksi yang bernuansa asam-basa
meskipun tidak melibatkan proton (ion H+), misalnya reaksi oksida basa dengan
oksida asam.
b. Indikator Asam Basa
Indikator asam basa adalah zat-zat warna yang memiliki warna berbeda dalam
larutan yang bersifat asam dalam larutan yang bersifat basa. Lakmus, misalnya ,
berwaran merah dalam larutan yang bersifat asam dan biru dalam larutan yang
bersifat basa. Selain itu berbagai bagian dari tumbuhan yang berwarna dapat
digunakan sebagai indikator asam basa. Misalnya, daun mahkota bunga (kembang
sepatu, bougenvil, mawar dan lain-lain), kunyit, dan bit. Zat warna dari bahan-bahan
tersebut memberi warna yang berbeda dalam larutan asam dan larutan basa.
Trayek perubahan warna indikator itu. Beberapa trayek perubahan warna dari
berbagai indikator : (a) Metil Jingga (2,9 – 4,0) perubahan warna dari merah ke
kuning, (b) Metil Merah (4,2 – 6,3) perubahan warna dari merah kekuning, (c)
Brotimol biru (6,0 – 7,6) perubahan warna dari kuning ke biru, (d) Fenolftalein (8,3 –
10,0) perubahan warna darri tidak berwarna ke merah
c. Sifat-sifat Asam dan Basa
1) Sifat-sifat Asam
Sifat dari larutan asam adalah : (a) Larutan dalam air dapat menghasilkan ion
hydrogen (H+), (b) Rasa masam, tetapi tidak semua asam boleh dirasakan karena
beracun, (c) Dapat menghantarkan arus listrik, (d) Dapat memerahkan lakmus biru,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
(e) Bersifat korosif pada logam. Dilihat dari tingkat keasamannya asam dibagi dua
yaitu asam kuat dan asam lemah.
2) Sifat basa
Sifat dari larutan basa : (a) Larutan dalam air dapat menghasilkan ion hidroksil
(OH-), (b) Rasa pahit, (c) Dapat menghantarkan arus listrik, (d) Dapat membirukan
lakmus merah, (e) Jika kena kulit terasa licin, (f) Dapat menetralkan asam.
d. Konsep pH, pOH, dan pKw
pH adalah derajat atau tingkat keasaman larutan, tergantung pada konsentrasi H+.
pOH analog dengan pH, dinyatakan dengan : pOH = -log [OH-], Kw (tetapan
kesetimbangan air) diperoleh dari: H2O (l) H+
(aq) + OH- (aq)
Tetapan kesetimbangan ionisasi air (Kc), Karena [H2O] konstan, maka Kw = Kc
[H2O]
Atau [H2O] = [H+][OH
-]
Kw = [H+][OH
-]
Pada suhu 250C Kw = 1x10
-14
Air murni [H+] = [OH
-] =
[H+] = [OH
-] = 1x10
-7
Kw = [H+] [OH
-]
Log Kw = - Log ([H+] [OH
-])
Log Kw = - Log [H+] + - Log [OH
-]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
pKw = pH + pOH
dalam larutan yang bersifat netral: pH = pOH = 7, dalam larutan yang bersifat
asam: pH < 7, dalam larutan yang bersifat basa: pH > 7
e. Kekuatan Asam Dan Basa
Derajad ionisasi (ά) diartikan perbandingan antara jumlah zat yang mengion
dengan jumlah zat mula-mula (0 < ά 1). Tetapan ionisasi asam (Ka)
HA (aq) H+ (aq) + A
- (aq)
Ka = [H+][A
-] : HA
HA (aq) H+ (aq) + A
- (aq)
Ka = √M
Ka
Tetapan ionisasi basa (Kb)
LOH (aq) L+ (aq) + OH
-(aq)
Kb =
ά = √M
Kb
f. Reaksi Penetralan
Reaksi asam dengan basa (reaksi penetralan) menghasilkan garam (reaksi
penggaraman)
Asam + Basa Garam + Air
HA (aq) + LOH (aq) LA (s) + H2O (l)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat dapat dituliskan sebagai reaksi
antara ion H+ dengan ion OH
-. Jika mol H
+ = mol OH
-, maka campuran akan bersifat
netral. Jika mol H+ > mol OH
-, maka campuran akan bersifat asam; dan konsentrasi
H+ dalam campuran ditentukan oleh jumlah H
+ yang bersisa. Jika mol OH
- > mol H
+,
maka campuran akan bersifat basa; dan konsentrasi OH-dalam campuran ditentukan
oleh jumlah OH- yang bersisa.
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Dwi Prasetiyawati D. H (2007). Pengaruh Penggunaan Lingkungan Belajar
dengan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat pada pembelajaran IPA ditinjau
dari Sikap Ilmiah terhadap Prestasi Belajar Siswa. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar pada perubahan benda
baik pada aspek kognitif maupun afektif antara siswa yang diberi pembelajaran
dengan model pembelajaran STM Luar dan STM Dalam. Secara keseluruhan
dapat dijelaskan bahwa siswa yang mendapat pembelajaran dengan model
pembelajaran STM Luar memperoleh prestasi belajar pada aspek kognitif
maupun afektif lebih tinggi model pembelajaran STM Dalam.
2. Panji Hidayat. 2009. Metode Science Technology Society (STS) dengan
eksperimen dan proyek pada materi elektrokimia ditinjau dari Emotional
Quotient (EQ) Siswa. Dalam penelitian disini terdapst beberapa hasil yang
mendukung penelitian yang akan dilakukan yaitu ada perbedaan pengaruh antara
pembelajaran menggunakan metode Science Technology Society (STS) dengan
eksperimen dan metode Science Technology Society (STS) proyek terhadap
prestasi belajar elektrokimia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3. Banu Kisworo. 2010. Pembelajaran kimia menggunakan metode Jigshaw dan GI
ditinjau dari kemampuan awal dan kreativitas siswa. Hasil yang didapatkan dari
penelitian ini terkait kreativitas adalah perbedaan prestasi belajar antara siswa
yang mempunyai kreativitas tinggi dan rendah sangat signifikan, siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi memiliki pengaruh paling kuat terhadap prestasi
belajar.
4. Sabiha Sunar and Omer Geban. 2011. Turkish Pre-Service Science Teachers’
Views on Science-Technology-Society Issues. Jurnal penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui atau memperdalam pemahaman tentang isu STS guru sains
sebelum melaksanakan pembelajaran. Hasil yang didapatkan adalah peserta
sepakat akan pentingnya pendidikan dalam mensukseskan pembelajaran STS di
Turki, pemahaman sains alam dan sains teknologi adalah salah satu tujuan
terpenting untuk memperbaiki kurikulum sain dan teknologi dasar di turki.
Sehingga, alasan kenapa pengertian atau pemahaman sains dan teknologi alam
yang tidak komplit harus ditekemukakan secara mendalam dan ditunjukkan
secara tepat sebelum guru sains melaksanakan pembelajaran.
5. Yoruk, Nuray,etc. 2010. The Effects of Science, Technology, Society,
Environment (STSE) interactions on teaching chemistry. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efek dari STSE dalam meningkatkan kemampuan kimia pada
materi pemisahan campuran. Dari penelitian ini menyimpulkan bahwa siswa
yang sebelumnya mendapatkan pembelajaran secara tradisional, setelah
mendapatkan treatmen dengan pembelajaran STSE hasil belajar siswa meningkat
secara signifikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
6. Pradeep M. Dass and Robert E. Yager. 2009. Professional Development of
Science Teachers : History of Reform and Contributions of the STS Based Iowa
Chatauqua Program. Pada penelitian ini penerapan pendekatan STS
menggunakan model ICP (Iowa Chatauqua Program) yang hasilnya denagan
pembelajaran tersebut menjanjikan suatu kontribusi untuk perubahan pendidikan
yang sangat banyak di dunia pada abad ke-21
7. Ercan Akpinar. 2009. Students’ attitudes toward science and technology : an
investigation of gender, grade level, anad academic achievement. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan gender dan menggali
hubungan antara perubahan tingkah laku setelah mendapatkan pembelajaran STS
terhadap hasil akademik. Gender menunjukkan bahwa ada perbedaan perubahan
tingkah laku setelah mendapatkan pembelajaran STS terhadap hasil akademik
antara perempuan dan laki-laki, dibanding laki-laki, perempuan mempunyai
perbahan positif yang lebih baik.
8. SRI International Menlo park, CA. Oracle Education Foundation. 2011. The
Power of Project Learning withQuest. Paper ini menjelaskan bahwa
pembelajaran yang bekerja secara kelompok dalam memecahkan suatu masalah,
akan lebih baik jika dihadapkan pada permasalahan nyata dalam dunia daripada
fakta yang ada dibuku. Pembelajaran projek disimpulkan sebagai pembelajaran
yang bisa meningkatkan kemampuan berfikir kritis, kreativitas, penerimaan diri
dan motivasi.
9. Doaa A. El-Demerdash. 2011. Prefered Educational Strategies and Critical
Thinking Dispositions among Nursing Students. Penelitian ini bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
mengetahui pengembangan berfikir kritis, dari hasil studi ini didapat kesimpulan
bahwa pengembangan berfikir kritis mempunyai pengaruh dalam strategi
pembelajaran.
10. Jr. Daniel Fasko. 2001. Education and Creativity. Tujuan dari penelitian adalah
untuk mengetahui hubungan antara kreativitas dalam pendidikan. Dari studi ini
diketahui bahwa kreativitas sangat dibutuhkan dalam pembelajaran yang
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman sehingga hasil belajar akan
meningkat.
11. Teresa M. Amabile, dkk. 1996. Assesing the work environment for creativity.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat ukur atau
instrument pengukuran kreativitas dalam kerja lingkungan. Hasil yang diperoleh
dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah
dalam suatu proyek kerja lingkungan.
12. Mihaly Csikszentnihalyi. 2006. Kreativitas dapat berlangsung jika tidak ada
interaksi dalam sistem kebudayaan, dan tidak bisa dimunculkan jika tidak saling
mendukung. Kreativitas tidak terjadi secara sederhana pada individu,tetapi juga
adanya penerimaan berbagai macam kejadian dan bagaimana dukungan
lingkungan.
13. Mohd Nazir Md Zabit (2010) menyatakan kreativitas dan berfikir kritis sangat
dibutuhkan ketika metode pembelajaran dengan ciri pemecahan suatu masalah
(dalam penelitian ini adalah PBL) diaplikasikan, proses ini membantu
menyimpanan pengetahuan di memori otak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
C. KERANGKA BERFIKIR
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, dapatlah disusun suatu kerangka
pemikiran guna memperoleh jawaban sementara atas permasalahan yang
dikemukakan, adapun kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Perbedaan Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan Proyek dan
Eksperimen terhadap Prestasi.
Materi pelajaran asam basa merupakan materi yang bersifat pengamatan,
kontekstual atau aplikatif, Kimia merupakan ladang dari pengetahuan, yang mana
terdapat investigasi atau pengamatan dari alam dan perilaku dari semua zat di alam
dan dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dan lingkungan. Banyak kondisi atau
keadaan yang terjadi disekitar kita berhubungan erat dengan kimia dan pengetahuan
alam yang lainnya. (Nuray Yoruk, etc. 2010), kimia juga merupakan konsep dasar
untuk materi selanjutnya yaitu penyangga dan hidrolisis, sehingga siswa
membutuhkan suasana belajar yang memudahkan mereka untuk memahami konsep
materi dengan jelas. Pendekatan dan metode mempunyai peran yang cukup penting
dalam pembentukan konsep atau pengetahuan dalam suatu proses pembelajaran.
Proses pembentukan konsep dalam pembelajaran STM digunakan berbagai
metode yang mengacu pada teori konstruktivisme yaitu siswa membangun sendiri
pengetahuan tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode proyek dan
eksperimen, metode proyek memiliki keunggulan dapat memotivasi minat siswa
dalam bidang IPA, mengembangkan keingintahuan ilmiah siswa, memajukan
pemikiran mandiri siswa dan pola berpikir kritis, mengembangkan apresiasi siswa
untuk kerja ilmiah sehingga prinsip ilmiah lebih berarti. Selain melatih siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
mengembangkan teknik pamecahan masalah melalui penemuan, melalui metode
proyek, guru memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan pola berpikir
kritis oleh karena itu sebaiknya dalam melaksanakan proyek guru tidak terlalu
dominan, pemberian bimbingan perlu dibatasi, sehingga kreativitas siswa lebih
berkembang. Meskipun metode proyek memiliki banyak kelebihan, metode ini juga
memiliki kekurangan yang perlu diperhatikan, supaya dalam pelaksanaannya bisa
diantisipasi, metode proyek memberikan kebebasan kepada siswa, sehingga
diperlukan batasan yang jelas sehingga indikator yang akan dicapai bisa tercapai,
memerlukan waktu yang lebih banyak dalam proses pembelajaran, perlu ada
pelurusan konsep jika ada siswa yang miskonsepsi.
Sebagai pembanding dari metode proyek digunakan metode eksperimen yang
mempunyai kelebihan antara lain mengembangkan sikap untuk mengadakan studi
eksploratoris tentang sains dan teknologi, lebih terarah dalam melaksanakan
percobaan karena peran guru cukup dominan sebagai pengarah pada praktikum.
Sedangkan kelemahan-kelemahan dari metode eksperimen adalah dimungkinkan ada
faktor-faktor tertentu yang diluar jangkauan kemampuan. Menuntut penguasaan
materi, fasilitas peralatan dan bahan mutakhir.
Penggunaan metode proyek dan eksperimen diharapkan bisa membatu siswa
membangun dan membentuk pengetahuannya sendiri sehingga penguasaan konsep
lebih baik sehingga akan memberikan implikasi langsung terhadap prestasi belajar
siswa. Dua asumsi yang dikemukakan oleh Brunner menyatakan siswa akan menjadi
lebih paham konsep suatu materi apabila dalam proses pembelajaran tersebut siswa
menemukan sendiri atau mengalami secara langsung dan berpartisipasi aktif dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh pengalaman yang bisa
memberikan suatu kebebasan bagi siswa untuk menemukan sendiri konsep dan
prinsip suatu materi itu sendiri. Pada metode proyek peran guru tidak dominan,
sehingga siswa leluasa untuk menemukan apa yang ditugaskan, sehingga menurut
Brunner prestasi belajar siswa akan bagus.
Sedangkan menurut Ausubel pada dasarnya orang memperoleh pengetahuan
melalui penerimaan, bukan melalui penemuan. Konsep, prinsip, dan ide yang
disajikan pada siswa akan diterima oleh siswa. Pada metode eksperimen, guru
berperan cukup banyak dalam mengarahkan pelaksanaan pembelajaran, sehingga jika
dikaitkan dengna teori belajar bermakananya Ausubel, dengan metode eksperimen
siswa akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik. Berdasarkan analisa materi,
metode dan teori belajar, maka bisa diduga terdapat perbedaan antara siswa yang
diberikan pembelajaran dengan pendekatan STM melalui metode proyek dan
eksperimen.
2. Perbedaan kreativitas tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
guru, tetapi juga faktor internal siswa. Faktor internal yang mempengaruhi belajar
siswa yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kreativitas. Kreativitas
mempunyai kontribusi yang besar terhadap pembelajaran, akan tetapi selama ini
masih kurang diperhatikan. Kreativitas merupakan kemampuan manusia untuk
menghasilkan atau menciptakan gagasan dan yang tercermin dalam orisinilitas yang
khas bagi setiap individu dalam berpikir serta kemampuan untuk mengembangkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
memperkaya suatu gagasan atau dapat digunakan untuk mengatasi berbagai masalah
dalam kehidupan. Kreativitas dalam materi asam basa sangat diperlukan karena
dalam materi asam basa banyak langkah atau solusi dalam memecahkan satu
permasalahan yang sama, sebagai contoh dalam identifikasi asam basa, tidak hanya
dengan menggunakan indikator bahan kimia saja akan tetapi bisa juga menggunakan
indikator alam yang tidak hanya bunga sepatu, kunyit, kubis ungu yang selama ini
sudah diketahui, akan tetapi juga bisa memanfaatkan sampah seperti kulit manggis
dan hal ini membutuhkan kreativitas.
Penelitian yang dilakukan Mihaly Csikszentnihalyi (2006) menyampaikan
kreativitas adalah proses yang dapat terjadi dimana individu, pengetahuan dan
lingkungan terjadi interaksi. Secara keseluruhan antara metode proyek dan
eksperimen mempunyai kesamaan yaitu siswa melakukan praktikum secara
berkelompok yang menurut Albert Bandura memungkinkan faktor lingkungan dan
teman ikut berperan dalam proses pembentukan pengetahuan, siswa yang memiliki
kreativitas rendah akan cenderung mengikuti apa yang diperintahkan guru atau yang
dilakukan teman yang dia anggap memiliki kemampuan yang lebih dalam kelompok,
sedangkan menurut Vygotsky menekankan pada hakikat sosio-kultural dari
pembelajaran atau pengetahuan dibangun secara sosial, dalam pengertian bahwa
peserta yang terlibat dalam suatu interaksi sosial akan memberikan kontribusi dan
membangun bersama makna suatu pengetahuan, dengan demikian proses yang
terjadi akan beragam sesuai dengan konteks kulturalnya. Proses dan konteks cultural
yang beragam juga menghasilkan belajar yang beragam pula, ada interaksi dalam
membangun pengetahuan, siswa yang memiliki kreativitas tinggi, tidak sekedar tahu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
atau meniru orang lain dari, mereka akan mencari tahu dengan berinteraksi dengan
guru atau teman sekelompok, dengan adanya interaksi tersebut akan berlangsung
membangun bersama suatu pengetahuan, sehingga bisa disimpulkan ada perbedaan
prestasi antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah dalam
pembelajaran.
3. Perbedaan berfikir kritis tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa.
Faktor internal lain yaitu kemampuan berpikir kritis . Kemampuan berpikir kritis
merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Berpikir kritis ini mengaktifkan
kemampuan melakukan analisis dan evaluasi bukti, identifikasi pertanyaan,
kesimpulan logis, memahami implikasi argumen. Dalam keterkaitan pembelajaran
bermakna, siswa dengan kemampuan berfikir kritis tinggi akan mudah
mengeksplorasi keterkaitan materi dengan lingkungan yang mereka lihat, rasakan
sehingga lebih mudah memahami pelajaran dan sebagai akibatnya prestasi belajarnya
akan meningkat, karena dalam pembelajaran bermakna akan terjadi ketika siswa
dengan aktif menginterpretasikan pengalaman mereka menggunakan operasi kognitif
internal.
Secara umum menurut Yoruk, Nuray (2010) menyatakan bahwa kimia
merupakan ladangnya sains, yang mana dalam pengamatan dan praktiknya untuk
mendapatkan informasi bersumber dari lingkungan yang ada disekitar manusia,
banyak siswa yang tidak tertarik dengan kimia dikarenakan mereka tidak
mendapatkan timbal balik dan gambaran nyata dari apa yang mereka pelajari,
sedangkan secara khusus materi asam basa memiliki karakteristik untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menganalisa, banyak teori terkait asam basa itu sendiri yang hampir sama yang
mengakibatkan siswa mengalami kebingungan, dan juga bersifat hitungan, dan siswa
dituntut belajar dari berpikir tentang apa yang mereka sedang lakukan, peran guru
menjadi salah satu dari perangsang dan mendukung aktivitas yang melibatkan pelajar
dalam berpikir kritis, pengetahuan dibangun oleh pembelajar, tidak dberikan
langsung dari guru kepada siswa. Berbeda dengan siswa yang mempunyai
Kemampuan berfikir kritis rendah cenderung mengalami kesulitan belajar karena
menunggu pengetahuan diberikan oleh guru sehingga prestasi belajarnya akan
rendah pula. Sehingga diduga ada perbedaan siswa yang mempunyai kemampuan
berfikir kritis tinggi dan rendah, dan siswa yang mempunyai kemampuan berfikir
kritis tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai kemampuan berfikir rendah.
4. Interaksi antara pembelajaran dengan STM menggunakan proyek dan
eksperimen dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu
aspek pribadi, pendorong, proses dan produk. Kreativitas merupakan salah satu
kemampuan yang perlu ditumbuhkan di dalam kelas dan perlu dikembangkan
kreativitas dalam semua segi. Guilford dalam Daniel Fasko, Jr (2001) dari Bowling
Green State University menyatakan bahwa kreativ adalah suatu tindakan yang sangat
dibutuhkan dalam pembelajaran dan suatu pembelajaran yang komprehensif harus
memperhatikan aktivitas kreativitas. Sedangkan Martinsen dalam Fasko, Jr (2001)
dari Bowling Green State University menyatakan bahwa “ada hubungan antara
prestasi kognitif dengan kreativitas dari siswa”, dari ulasan tersebut bisa dijelaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
bahwa siswa yang memiliki kreativitas tinggi seharusnya memiliki hasil belajar yang
baik. Kreativitas siswa dalam pembelajaran bisa dikembangkan melalui pendekatan,
metode yang digunakan dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran dengan metode proyek dan eksperimen, keduanya
menggunakan sistem kelompok yang menurut Albert Bandura sangat dimungkinkan
perilaku teman dalam satu kelompok atau perilaku yang satu dengan yang lain saling
mempengaruhi dan meniru, sedangkan menurut vygotsky pengetahuan terbentuk
melalui pola pikir individu melalui kelompok. Ketika menggunakan metode proyek,
guru memberikan kebebasan penuh kepada siswa untuk menggunakan kreativitasnya
dalam menyelesaikan masalah yang mereka temukan sendiri, sementara itu untuk
metode eksperimen guru mempunyai peran untuk memberikan cara penyelesaian
masalah.
Sehingga dapat diduga siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dengan metode
proyek mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi daripada dengan metode
eksperimen, sedangkan siswa yang mempunyai kreativitas rendah dengan metode
eksperimen mempunyai prestasi belajar yang lebih tinggi daripada dengan metode
proyek.
5. Interaksi antara pembelajaran dengan STM menggunakan proyek dan
eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis siswa terhadap prestasi belajar
siswa.
Kemampuan berfikir kritis sebagai faktor internal siswa sangat berperan dalam
pembelajaran, karena kemampuan berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir tingkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
tinggi. Berpikir kritis ini mengaktifkan kemampuan melakukan analisis dan evaluasi
bukti, identifikasi pertanyaan, kesimpulan logis, memahami implikasi argument yang
diperlukan dalam penyelesaian masalah. Proses pembelajaran untuk metode proyek
dalam pelaksanaannya siswa diberi kebebasan untuk merancang sendiri praktikum
yang akan mereka lakukan dengan melihat berbagai sumber, sedangkan untuk
eksperimen mendapatkan tuntunan dari guru berupa LKS sebagai panduannya.
Dalam yayasan pendidikan Oracle (Oracle Eduxcation Foundation, 2011) yang
merupakan pusat teknologi pembelajaran menyatakan bahwa “pembelajaran proyek
mendukung perkembangan kemampuan berfikir kritis siswa”. Berdasarkan teori
belajar Vygotsky meyakini bahwa pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau
belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas itu masih berada
dalam jangkauan kemampuannya, sehingga kemampuan berfikir kritis yang
termasuk kemampuan berfikir tingkat tinggi sangat diperlukan dalam pembelajaran
materi asam basa.
Dari analisa diatas, bisa diduga bahwa dengan siswa yang mempunyai
kemampuan berfikir kritis tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi baik
menggunakan metode proyek maupun metode eksperimen, sedangkan siswa yang
mempunyai kemampuan berfikir kritis rendah akan mendapatkan prestasi belajar
yang lebih baik jika menggunakan etode eksperimen dibandingkan dengan metode
proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
6. Interaksi antara kemampuan berfikir kritis dengan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
Materi kimia sarat dengan konsep, aplikatif dan berkaitan untuk materi
selanjutnya. Sejalan dengan teori belajar Ausubel yang menyampaikan bahwa faktor
yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui oleh
siswa, jadi agar terjadi belajar bermakna, konsep yang akan diajarkan kepada siswa
telah diketahui atau dialami siswa, sehingga siswa bisa mengkaitkan antara konsep
materi dengan apa yang telah mereka ketahui atau alami, dalam materi asam basa
sangat banyak aplikasinya dalam kehidupan. Sedangkan menurut teori
konstruktivisme, pengetahuan siswa terbentuk dari apa yang mereka lihat, dengar,
rasakan, dan alami dan terjadi terus menerus karena berhadapan dengan fenomena
atau persoalan yang baru sehingga akan mengembangkan pemikiran yang baru dan
sesuaidengan lingkungan yangmengelilingi mereka.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kemampuan berfikir kritis
dan kreativitas siswa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap prestasi
belajar siswa. Siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis dan kreativitas
tinggi diduga akan memperoleh prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai kemampuan berfikir kritis dan kreativitas rendah.
7. Interaksi antara pembelajaran dengan STM menggunakan proyek dan
eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, melalui metode proyek, guru
memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan pola berpikir kritis oleh
karena itu dalam melaksanakan proyek guru tidak terlalu dominan, pemberian
bimbingan dibatasi, sehingga kreativitas siswa dan kemampuan berfikir kritis siswa
lebih berkembang yang akan berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa.
Metode eksperimen yang merupakan percobaan untuk membuktikan suatu
pertanyaan atau hipotesis tertentu, akan terjadi keraguan terhadap suatu hipotesis
yang mereka terima apabila praktikum yang mereka lakukan tidak sesuai dengan
teori, apabila hal ini terjadi, maka sesuai dengan teori konstuktivisme akan timbul
keraguan yang akhirnya memacu pemikiran lebih lanjut, jadi kemampuan berfikir
kritis dan kreativitas juga sangat dibutuhkan, begitupula halnya pada metode proyek.
Siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis dan kreativitas tinggi diduga
akan mempunyai prestasi belajar lebih baik jika diberikan pembelajaran dengan
pendekatan STM dengan metode proyek sedangkan siswa yang mempunyai
kemampuan berfikir kritis dan kreativitas rendah akan mempunyai prestasi belajar
lebih baik jika diberikan pembelajaran dengan pendekatan STM dengan metode
eksperimen, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis rendah dan
kreativitas tinggi dengan metode eksperimen akan mempunyai prestasi belajar yang
lebih baik daripada menggunakan metode proyek.
D. HIPOTESIS
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam
penelitian ini, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
1. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan Pendekatan STM menggunakan metode proyek dan eksperimen.
2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan
siswa yang memiliki kreativitas rendah.
3. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki Kemampuan Berfikir
Kritis tinggi dan siswa yang memiliki Kemampuan Berfikir Kritis rendah.
4. Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kreativitas tinggi dan rendah
siswa terhadap prestasi belajar.
5. Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis tinggi
dan rendah siswa terhadap prestasi belajar siswa
6. Ada interaksi antara kreativitas tinggi dan rendah dengan kemampuan berfikir
kritis tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar siswa.
7. Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kreativitas tinggi dan rendah
dengan kemampuan berfikir kritis tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi
belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan di kelas XI SMA NEGERI 2
SRAGEN Tahun Ajaran 2011/2012. Untuk try out instrument penelitian bertempat di
SMA 2 SRAGEN dengan asumsi memiliki jenjang yang setara dan instrument
penelitian tidak diketahui oleh siswa yang menjadi objek penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 (genap) tahun pelajaran 2011/2012.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap dan sesuai dengan tahapan-
tahapan penelitian yang telah disusun. Adapun tahap-tahap pelaksanaannya sebagai
berikut :
a. Tahap persiapan, meliputi : pengajuan judul tesis, permohonan pembimbing,
pembuatan proposal, perijinan penelitian, dan konsultasi instrumen penelitian.
b. Tahap penelitian, yaitu semua kegiatan yang dilaksanakan di tempat penelitian,
meliputi : uji instrumen penelitian dan pengambilan data yang disesuaikan
dengan alokasi waktu penyampaian materi pokok asam basa..
c. Tahap penyelesaian, yaitu meliputi pengolahan data dan penyusunan tesis.
Jadwal (alokasi waktu) penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 3.1 Jadwal kegiatan penelitian
Kegiatan Bulan
7 8 9 10 11 12 1 2 3 4
Penyusunan proposal
penelitian
Penyusunan instrument
penelitian
Pengurusan permohonan ijin
try out instrument dan
penelitian
Pelaksanaan try out
instrument
Pelaksanaan penelitian dan
pengambilan data penelitian
Penyusunan dan konsultasi
Ujian Tesis
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi dari SMA NEGERI 2 SRAGEN kelas XI adalah seluruh siswa
yang ada di kelas XI IPA yang terbagi menjadi 5 kelas pada tahun ajaran 2011/2012.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang digunakan sebagai subyek
penelitian dan merupakan representasi dari populasi yang ada. Ada beberapa cara
dalam teknik pengambilan sampel salah satunya adalah teknik cluster random
sampling. Teknik cluster random sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
populasinya dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok atau cluster, kemudian
kelompok yang diperlukan di ambil secara acak. Dalam teknik pengambilan sampel
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
ini harus memperhatikan ciri-ciri antara lain: siswa mendapatkan materi dengan
kurikulum yang sama dan siswa dalam kelas tersebut duduk pada tingkat kelas yang
sama dengan pembagian kelas yang tidak berdasarkan rangking atau tingkat.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan membandingkan nilai semester
satu, kemudian dengan cara acak di ambil sampel yang dibutuhkan, satu kelas
dengan pendekatan STM menggunakan metode proyek dan satu kelas untuk kelas
eksperimen dengan pendekatan STM menggunakan metode eksperimen.
Untuk menguji kesamaan dua kelas tersebut digunakan uji kesamaan rata-rata. Uji
ini digunakan untuk menguji kesamaan nilai kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang
digunakan sebagai kelas eksperimen satu dan dua. Pengujian dilakukan dengan cara
menguji rata-rata nilai ulangan pengukuran antara dua kelas eksperimen. Uji statistic
yang digunakan adalah uji t-matching, dihitung dengan SPSS 18, menggunakan uji t
2 pihak. Uji kesamaan rata-rata dilakukan dalam pengambilan sampel dari populasi
yang ada dengan menggunakan uji independent samples t-test. Hasil pengujian
independent samples t-test didapatkan signifikansi 0.450 (Sig.>0.05) yang artinya
kedua sampel tidak memiliki perbedaan prestasi belajar, kedua sampel memiliki
keadaan awal yang sama.
C. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimen. Terdiri dua kelompok, kelompok pertama diberikan perlakuan dengan
pendekatan STM menggunakan metode proyek dan kelompok kedua diberikan
perlakuan dengan pendekatan STM menggunakan metode eksperimen. Kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
pertama dan kelompok kedua diasumsikan sama dalam semua segi yang relevan dan
hanya berbeda dalam penggunaan metode pembelajaran, kemampuan berfikir kritis
dan kreativitas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan rancangan faktorial 2 x 2 x 2 yaitu suatu rancangan penelitian yang
digunakan untuk meneliti perbedaan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan STM menggunakan metode proyek dan metode eksperimen yang
dihubungkan dengan kemampuan berfikir kritis tinggi dan rendah dan kreativitas
tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. Rancangan penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 3.2. dibawah ini :
Tabel. 3.2. Tabel Rancangan Analisis Penelitian
Pendekatan STM (A)
Berfikir Kritis (B) Kreativitas (C) Metode Proyek (A1) Metode Eksperimen(A2)
Tinggi
(B1)
Tinggi (C1) A1B1C1 A2B1C1
Rendah (C2) A1B1C2 A2B1C2
Rendah
(B2)
Tinggi (C1) A1B2C1 A2B2C1
Rendah (C2) A1B2C2 A2B2C2
Rancangan penelitian tersebut terbentuk matrik yang terdiri dari 8 sel.
A1B1C1 = Kelompok siswa dengan kemampuan berfikir kritis tinggi dan
kreativitas tinggi yang diberi perlakuan menggunakan pendekatan
STM dengan metode proyek terhadap prestasi belajar.
A1B1C2 = Kelompok siswa dengan kemampuan berfikir kritis tinggi dan
kreativitas rendah yang diberi perlakuan menggunakan
pendekatan STM dengan metode proyek terhadap prestasi belajar.
A1B2C1 = Kelompok siswa dengan kemampuan berfikir kritis rendah dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
kreativitas tinggi yang diberi perlakuan menggunakan pendekatan
STM dengan metode proyek terhadap prestasi belajar.
A1B2C2 = Kelompok siswa dengan kemampuan berfikir kritis rendah dan
kreativitas rendah yang diberi perlakuan menggunakan
pendekatan STM dengan metode proyek terhadap prestasi belajar.
A2B1C1 = Kelompok siswa dengan kemampuan berfikir kritis tinggi dan
kreativitas tinggi yang diberi perlakuan menggunakan pendekatan
STM dengan metode eksperimen terhadap prestasi belajar.
A2B1C2 = Kelompok siswa dengan kemampuan berfikir kritis tinggi dan
kreativitas rendah yang diberi perlakuan menggunakan
pendekatan STM dengan metode eksperimen terhadap prestasi
belajar.
A2B2C1 = Kelompok siswa dengan kemampuan berfikir kritis rendah dan
kreativitas tinggi yang diberi perlakuan menggunakan pendekatan
STM dengan metode eksperimen terhadap prestasi belajar.
A2B2C2 = Kelompok siswa dengan kemampuan berfikir kritis rendah dan
kreativitas rendah yang diberi perlakuan menggunakan
pendekatan STM dengan metode eksperimen terhadap prestasi
belajar.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendekatan STM menggunakan
metode proyek dan metode eksperimen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
2. Variabel Moderator
Variabel moderator pada penelitian ini adalah kemampuan berfikir kritis yang
dibatasi tinggi dan rendah dan kreativitas yang dibatasi tinggi dan rendah.
3. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar kimia untuk materi
asam basa. Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai
akibat dari proses pembelajaran dikelas pada materi pokok asam basa yang
mengakibatkan perubahan diri siswa yang disimbolkan dalam bentuk nilai. Prestasi
belajar dalam penelitian ini aspek kognitif , dengan aspek afektif, dan psikomotorik
sebagai data pendukung penelitian.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran
Pada penelitian ini penulis menggunakan Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa.
2. Instrumen Pengambilan Data
Data instrumen yang digunakan adalah tes prestasi belajar ranah kognitif
dan angket prestasi belajar ranah afektif, lembar observasi belajar psikomotorik, tes
kemampuan berfikir kritis, dan tes kreativitas.
F. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
dan angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
1. Metode tes
Metode tes digunakan untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar kognitif
siswa pada materi pokok asam, basa pada kelas XI semester genap tahun ajaran
2011/2012, data kemampuan berfikir kritis, dan kreativitas siswa.
2. Metode Angket
Angket merupakan tehnik pengumpulan datayang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawab. Angket merupakan tehnik pengimpulan data yang efisien apabila diketahui
dengan pasti variabel apa yang diukur dan tahu apa yand diharapkan dari responden.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket langsung dan
tertutup. Dalam pengumpulan angket ini, daftar pertanyaan diberikan langsung
kepada responden dan jawabannya sudah disediakan. Metode angket ini digunakan
untuk mendapatkan data nilai prestasi belajar afektif pada materi asam basa.
3. Metode Observasi
Metode observasi dilakukan untuk mendapatkan kumpulan data dari aktivitas
belajar siswa pada saat melakukan kegiatan praktikum dan untuk pengamatan
perilaku penilaian prestasi belajar ranah afektif.
4. Metode wawancara
Metode wawancara diperlukan untuk penentuan tes kemampuan kreativitas yang
dilakukan apabila hasil tes kemampuan kreativitas verbal dan tes kemampuan
kreativitas tindakan memberikan hasil yang tidak sama, yaitu apabila tes kemampuan
kreativitas verbal siswa dinyatakan kreativ sedangkan tes kemampuan kreativitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
tindakn siswa tidak kreativ atau sebaliknya. Wawancara bertujuan untuk menentukan
kedekatan dari hasil kedua tes tersebut.
G. Uji Coba Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian perlu diuji coba terlebih
dahulu pada kelas yang tidak digunakan untuk penelitian. Uji coba ini dilakukan
untuk mengetahui apakah instrumen tersebut telah memenuhi persyaratan instrumen
yang baik, diantaranya instrumen yang baik dan reliabel, serta untuk mengetahui
kualitas instrumen tes dilakukan pula analisis soal yang meliputi tingkat kesukaran
dan daya pembeda.
Penilaian dalam evaluasi pembelajaran ranah kognitif adalah bentuk tes.
Tes yang dipilih adalah tes pilihan ganda. Tes ini merupakan bentuk tes objektif yang
dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Dalam tes ini menggunakan
5 pilihan dengan skala penilaian menggunakan skala 100. Penilaian jawaban benar
dibagi jumlah soal kemudian dikalikan dengan 100. Sebelum instrumen digunakan
dalam penelitian, instrumen ini diujicobakan terlebih dahulu untuk menguji validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda soal.
1. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen yang digunakan dapat dipercaya
untuk dipergunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah
baik. Uji coba instrumen dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas internal, yaitu
dengan cara menganalisis data dari satu kali pengetesan. Rumus yang digunakan
untuk menguji reliabilitas intrumen tes prestasi kogntif adalah KR-20, yaitu:
R11 = (
) (
)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Keterangan :
R11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
St2 = varians skor total
P = Proporsi subyek yang menjawab pada item 1
k = jumlah butir soal (Sugiyono, 2011 : 186)
Setelah diperoleh harga rhitung kemudian dikonsultasikan dengan harga rtabel. Jika
rhitung rtabel maka item soal tersebut reliabel. Sedangkan untuk menguji realibilitas
angket kreativitas siswa dan afektif menggunakan rumus Alpha :
r11 = (
)
Suatu instrument dikatakan baik atau bisa digunakan dalam kaitannya dengan uji
reliabilitas, apabila indeks realibilitassnya > 0.7 atau r11 > 0.7. berdasarkan
perhitungan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 didapatkan indeks
reliabilitas dari tes belajar kognitif adalah 0.7036, aspek afektif mempunyai
realibilitas 0.887, kreativitas tindakan mempunyai realibilitas 0.776 dan kreativitas
verbal 0.886. maka dapat disimpulkan bahwa tes instrument yang digunakan
mempunyai reliabilitas tinggi. Hasil Perhitungan selengkapnya dapat dilihat di
lampiran.
2. Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat- tingkat kevalidan dan
kesahihan suatu instrumen. Validitas soal diukur dengan validitas butir soal. Untuk
mengetahui validitas tes pada penelitian ini dilakukan dengan teknik pengukuran
validitas isi dan validitas konstruksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
a. Validitas Isi
Validitas isi adalah sebuah validitas instrumen yang menunjukkan bahwa isi
dari instrumen yang disusun benar-benar dibuat berdasarkan literatur yang ada dan
mewakili setiap aspek yang akan diukur. Untuk mendapatkan validitas isi, maka
sebelum menyusun instrumen tes terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya dan
dikonsultasikan kepada orang yang ahli. Orang yang ahli dalam hal ini adalah dosen
pembimbing I dan dosen pembimbing II.
b. Validitas Konstruksi
Validitas konstruksi adalah validitas sebuah instrumen yang menunjukkan
bahwa bentuk instrumen yang dipilih telah sesuai dengan apa yang diukur. Untuk
mendapatkan validitas konstruksi, dapat dilakukan dengan mengkomunikasikannya
kepada dosen pembimbing setiap langkah penyusunan instrumen serta
mengujicobakan instrumen tersebut sebelum digunakan sebagai alat ukur. Uji
validitas instrumen yang digunakan dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
rpbis=
√
Keterangan :
rpbis = koefisien korelasi point biserial
Mp = rata-rata skor siswa yang menjawab benar
Mt = rata-rata seluruh siswa
St = standar deviasi total
p = proporsi siswa yang menjawab benar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
q = proporsi skor siswa yang menjawab salah (Suharsimi, 2006: 79)
Koefisien korelasi yang diperoleh dengan rumus tersebut dibandingkan
dengan n siswa pada taraf signifikasi 5%. Kriteria pengukuran adalah butir soal
dikategorikan valid jika rpbis rtabel. Item soal yang kurang dari rtabel termasuk yang
tidak valid sehingga perlu direvisi atau tidak digunakan. Berikut ini hasil uji coba
instrumen untuk mengetahui validitas butir soal yang disajikan dalam tabel 3.3.
Tabel 3.3 Hasil Validitas Instrumen dalam Penelitian
Instrumen Jumlah
Soal Valid Invalid No item Invalid
Tes Prestasi Kognitif 30 15 15 2, 3, 4, 11, 12, 13, 14,15,
18, 21,22, 25, 27,28,30
Angket Penilaian Afektif 40 30 10
10, 11, 12, 16, 17, 19, 23,
24, 30, 38
Tes KBK 15 12 3 3, 11, 13
Tes Kreativitas Verbal 7 7 - -
Tes Kreativitas Tindakan 10 9 1 3
Hasil uji coba instrument membuktikan valid dan invalid. Untuk instrument tes
prestasi kognitif ada 15 item yang valid dan 15 item yang invalid, 10 item soal
dibuang karena sudah ada keterwakilan indikator pada soal yang lain, 5 item soal
direvisi karena mewakili indikator penilaian. Soal yang direvisi yaitu 11, 12, 14, 15,
22. Item soal nomor 15 merupakan soal yang mudah, sehingga direvisi dengan
menaikkan kadar kesukarannya. Sedangkan untuk item soal nomor 11, 12, 14, 22
kurang membedakan sehingga direvisi narasi soalnya. Sedangkan untuk angket
penilaian afektif, kemampuan berfikir kritis, dan kreativitas soal yang invalid direvisi
semua karena mewakili indikator penilaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
3. Analisis Tingkat Kesukaran
Analisis tingkat kesukaran menggunakan rumus sebagai berikut :
IK =
Keterangan :
IK = Indeks kesukaran
JBA = Jumlah yang benar pada butir soal kelompok atas
JBB = Jumlah yang benar pada butir soal kelompok bawah
JSA = Banyaknya siswa pada kelompok atas
JSA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
Kriteria yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kesukaran soal adalah :
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat Kesukaran Soal Kategori Soal
IK = 0,00 Terlalu sukar
0,00 > IK 0,30 Sukar
0, 30 IK 0,70 Sedang
0, 70 IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan 11 soal sukar, 7 soal sedang, 12
soal mudah. Hasil perhitungan ditunjukkan oleh tabel 3.5,
Tabel 3.5 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran soal Item soal
Sukar 3, 13, 17, 18, 19, 21, 25, 26, 28, 29,30
Sedang 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 15, 20, 24, 27
Mudah 4, 11, 12, 14, 16, 22, 23
4. Analisis Daya Pembeda
Analisis daya pembeda mengkaji butir- butir soal dengan tujuan untuk
mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
(berprestasi) dengan siswa yang tergolong lemah prestasinya. Daya pembeda
dinyatakan dengan rumus :
DP =
Keterangan :
DP = daya pembeda
JBA = Jumlah benar pada butir soal kelas atas
JBB = Jumlah benar pada butir soal kelas bawah
JSA = Banyaknya siswa pada kelas atas (Suharsimi, 2002: 213).
Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda (DP)
Daya Pembeda Klasifikasi
DP 0,00 Sangat jelek
0,00 > DP 0,20 Jelek
0,20 > DP 0,40 Cukup
0,40 > DP 0,70 Baik
0,70 > DP 1,00 Sangat baik
Berdasarkan perhitungan diperoleh bahwa dari 30 soal terdapat 3 soal dengan
kategori sangat baik, 6 soal kategori baik, 13soal kategori cukup, 7 soal kurang baik,
dan 1 soal sangat kurang. Hasil perhitungan ditunjukkan oleh tabel 3. 7,
Tabel 3. 7 Analisis Daya Pembeda
Daya Pembeda Item soal
Sangat Baik 1, 8, 29
Baik 6, 7, 14, 16, 23, 26
Cukup 2, 3, 5, 9, 10, 12, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24,
Kurang Baik 11, 13, 15, 25, 27, 28, 30
Sangat kurang 4
Untuk dua soal yang digunakan dalam penelitian ini dan mempunyai kriteria
kurang baik yaitu nomor 11 dan 15 direvisi naskah soalnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
H. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data prestasi belajar,
kemampuan berfikir kritis dan kreativitas berdistribusi normal atau tidak. Adapun
prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak
normal, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
2) Menetapkan uji statistik
Uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek kognitif dengan menggunakan
uji Kolmogorov Smirnov dengan program SPSS 18.
3) Menentukan taraf signifikansi α
Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar
peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi (α)
ditetapkan = 0,05.
4) Menetapkan keputusan uji
Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol,
jika p-significansi > 0,05.
b. Uji Homogenitas
Untuk mengetahui apakah varians dari sejumlah populasi sama atau tidak
digunakan uji homogenitas. Pengujian yang dilakukan antara lain: homogenitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
prestasi dengan metode proyek dan eksperimen, homogenitas prestasi belajar
dengan kemampuan berfikir kritis, dan homogenitas prestasi belajar dengan
kreativitas yang diuji dengan F-Test dan Levene’s Test melalui program SPSS 18.
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
1) Menentukan hipotesis
Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen,
dan hipotesis alternatif (H1) : sampel berasal dari populasi yang homogen.
2) Menentukan taraf signifikansi α
Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang
terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini taraf signifikansi (α) ditetapkan =
0,05.
3) Menetapkan uji statistic
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) dengan
General Linear Model (GLM) yang perhitungannya dilakukan dengan SPSS 18.
4) Menentukan keputusan uji
Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji tolak hipotesis nol
jika p-value > 0,05.
2. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian ini diuji dengan menggunakan uji non parametric, dengan
tahap-tahap sebagai berikut :
a. Prosedur
Hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
1) HOA : αi = 0 : tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara penggunaan
pembelajaran dengan pendekatan STM menggunakan metode proyek dengan
pendekatan STM menggunakan metode eksperimen.
HIA : αi ≠ 0 : ada perbedaan prestasi belajar siswa antara penggunaan
pembelajaran dengan pendekatan STM menggunakan metode proyek dengan
pendekatan STM menggunakan metode eksperimen.
HOB : βj = 0 : tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara kemampuan
berfikir kritis tinggi dan rendah.
HIB : βj ≠ 0 : ada perbedaan prestasi belajar siswa antara kemampuan berfikir
kritis tinggi dan rendah.
HOC : γk = 0 : tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa antara kreativitas tinggi
dan rendah.
HIC : γk ≠ 0 : ada perbedaan prestasi belajar siswa antara kreativitas tinggi dan
rendah.
2) HOAB : αβ ij = 0, Tidak ada interaksi antara penggunaan pembelajaran dengan
pendekataan STM menggunakan metode proyek dan eksperimen dengan
kemampuan berfikir kritis terhadap prestasi belajar siswa.
HIAB : αβ ij ≠ 0, Ada interaksi antara penggunaan pembelajaran dengan
pendekataan STM menggunakan metode proyek dan eksperimen dengan
kemampuan berfikir kritis terhadap prestasi belajar siswa.
HOAC : αγ jk = 0, Tidak ada interaksi antara penggunaan pembelajaran dengan
pendekataan STM menggunakan metode proyek dan eksperimen dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
H1AC : αγ jk ≠ 0, Ada interaksi antara penggunaan pembelajaran dengan
pendekataan STM menggunakan metode proyek dan eksperimen dengan
kreativitas terhadap prestasi belajar siswa.
HOBC : βγ ij = 0, Tidak ada interaksi antara kemampuan berfikir kritis dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
HIBC : βγ ij ≠ 0, Ada interaksi antara kemampuan berfikir kritis dan kreativitas
siswa terhadap prestasi belajar siswa.
3) HOABC : αβγ ijk = 0, Tidak ada interaksi antara penggunaan pembelajaran dengan
pendekataan STM menggunakan metode proyek dan eksperimen, kemampuan
berfikir kritis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
HIABC : αβγ ijk ≠ 0, Ada interaksi antara penggunaan pembelajaran dengan
pendekataan STM menggunakan metode proyek dan eksperimen, kemampuan
berfikir kritis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
b. Komputasi
∑ (∑
) ̅
∑ (∑
)
H =
H =
∑
∑
Kemudian nilai untuk 4 df dan α = 0,05 dibandingkan dengan nilai H. Apabila
H< dan (jika menurut SPSS nilai Asymp. Sig >0,05) maka Ho diterima atau Ha
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
ditolak. Apabila H> dan (jika menurut SPSS nilai Asymp. Sig <0,05) maka Ho
ditolak dan Ha diterima.
R : Total nilai/total ranking/jumlah peringkat
n : Total sel/ besar sampel
N : Jumlah cacah pengamatan semua sel
N : N1 + N2 +…….+Nk
H : Statistik Kruskal-Wallis
X2 : Asimp. Sig
df : Derajad Kebebasan
Komputasi ini dilakukan untuk masing-masing hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI DATA
Berdasarkan Hipotesis yang diajukan pada BAB III dan perolehan data yang
telah dilaksanakan, BAB IV menyajikan deskripsi data dan hasil uji penelitian. Data
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :1) data hasil tes kreativitas yang terdiri
dari kreativitas tindakan dan kreativitas verbal, 2) data hasil tes kemampuan berfikir
kritis, 3) data hasil belajar yang terdiri dari aspek kognitif, aspek afektif, aspek
psikomotorik siswa. Data tersebut diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di
SMA NEGERI 2 Sragen tahun ajaran 2011/2012. Dalam penelitian diambil 2 kelas
yang sampelnya diambil secara acak, yaitu kelas XI IPA 1 dengan jumlah siswa
adalah 34 dan XI IPA 2 dengan jumlah siswa 36. Pada proses pembelajaran
menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan eksperimen
untuk kelas XI IPA 1 dan metode proyek untuk kelas XI IPA 2. Variabel moderator
yang telah diamati sebelumnya adalah kemampan berfikir kritis siswa dan kreativitas
siswa yang terdiri dari kreativitas tindakan dan verbal.
1. Data Kreativitas
Data kreativitas siswa diperoleh dari pemberian tes ke siswa, tes yang diberikan
berupa tes kreativitas verbal dan tes kreativitas tindakan, sehingga diperoleh dua data
untuk kreativitas. Nilai kreativitas merupakan jumlah jawaban masing-masing siswa.
Kreativitas tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai di atas rata-rata (≥) nilai
kreativitas seluruh kelas dan kreativitas rendah bagi siswa yang mempunyai nilai di
bawah rata-rata () kreativitas seluruh kelas. Apabila hasil penilaian terjadi
98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
perbedaan dari hasil tes antara kreativitas verbal dan kreativitas tindakan, maka
pengambilan keputusan kecenderungan siswa tersebut kreatif atau tidak dilakukan
dengan pengamatan ketika proses pembelajaran berlangsung. Deskripsi data aspek
kognitif siswa terhadap kreativitas disajikan dalam tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.1 Data Prestasi Kognitif Siswa yang Mempunyai Kreativitas
Kreativitas Mean N Standar Deviasi Terendah Tertinggi
Tinggi 70,7 26 8,4 55 90
Rendah 76 44 8,9 60 90
Total 74,2 70 9,1 55 90
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa penguasaan konsep materi siswa yang
mempunyai kreativitas tinggi dengan jumlah 26 mempunyai nilai tertinggi 90, nilai
terendah 55 rata-rata 70,7, standar deviasi 8,9. sedangkan untuk siswa yang
mempunyai kreativitas rendah dengan jumlah 44 mempunyai nilai tertinggi 90, nilai
terendah 60, rata-rata 76 dan standar deviasi 8,9. Data frekuensi kreativitas verbal
siswa dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Data Distribusi Frekuensi Kreativitas Verbal Siswa
Interval Nilai
Tengah
Frekuensi
Mutlak Relatif
29,5-35,5 32,5 3 4,3
36,5-42,5 37,5 5 7,1
43,5-49,5 44,5 3 4,3
50,5-56,5 51,5 3 4,3
57,5-63,5 58,5 7 10
64,5-70,5 65,5 3 4,3
71,5-77,5 72,5 15 21,4
78,5-84,5 79,5 11 15,7
85,5-91,5 86,5 12 17,1
92,5-98,5 93,5 8 11,4
70 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Gambar 4.1 Histogram Frekuensi Kreativitas Verbal Siswa
Dari tabel dan histogram kreativitas verbal dapat disimpulkan bahwa frekuensi
sebaran frekuensi paling banyak pada interval 71,5-77,5 yaitu sebanyak 15 siswa.
Sedangkan untuk data frekuensi kreativitas tindakan disajikan dalam tabel 4.3 dan
gambar 4.2 tentang histogram frekuensi kreativitas tindakan dibawah ini :
Tabel 4.3 Data Frekuensi Tes Kreativitas Tindakan
Interval Nilai
Tengah
Frekuensi
Mutlak Relatif
7,5-13,5 10,5 6 8,6
14,5-20,5 17,5 13 18,6
21,5-27,5 24,5 7 10
28,5-34,5 31,5 7 10
35,5-41,5 38,5 19 27,1
42,5-48,5 45,5 9 12,8
49,5-55,5 52,5 3 4,3
56,5-62,5 59,5 5 7,1
63,5-69,5 66,5 0 0
70,5-76,5 73,5 1 1,4
70 100
Fre
ku
ensi
Mu
tlak
Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Gambar 4.2 Histogram Frekuensi Kreativitas Tindakan
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.2 sebaran frekuensi kreativitas tindakan
terbanyak pada interval 35,5-41,5 yaitu sebanyak 27, dan tidak terdapat sebaran
frekuensi pada interval 63,5-69,5.
2. Data Kemampuan Berfikir Kritis
Data kemampuan berfikir kritis siswa diberikan awal proses pembelajaran
dilaksanakan dengan pendekaan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan metode
proyek dan eksperimen. Data kemampuan berpikir kritis dikelompokkan dalam dua
kategori yaitu kemampuan berpikir kritis tinggi dan rendah. Nilai kemampuan
berpikir kritis merupakan jumlah jawaban benar dari masing-masing siswa.
Kemampuan berpikir kritis tinggi bagi siswa yang mempunyai nilai di atas rata-rata
(≥) nilai kemampuan berpikir kritis seluruh kelas dan kemampuan berpikir kritis
rendah bagi siswa yang mempunyai nilai di bawah rata-rata () kemampuan berpikir
kritis seluruh kelas. Deskripsi data kemampuan berfikir kritis siswa terhadap kognitif
dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini,
Fre
ku
ensi
Mu
tla
k
Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 4.4 Data Prestasi Siswa yang Mempunyai Kemampuan Berfikir Kritis KBK Mean N Standar Deviasi Terendah Tertinggi
Tinggi 74,6 29 6,2 55 90
Rendah 73,8 43 10,6 65 90
Total 74,1 70 9,1 55 90
Data menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis
tinggi dengan jumlah 29 siswa mempunyai rata-rata 74,6, standar deviasi 6,2, nilai
terendah 55, nilai tertinggi 90. Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan
berfikir rendah dengan jumlah 43 siswa mempunyai rata-rata 73,8, standar deviasi
10,6, nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 90. Data frekuensi kemampuan berfikir
kritis siswa dapat dilihat pada tabel 4.5 dan histogram frekuensikemampuan berfikir
kritis dibawah ini:
Tabel 4.5 Data Distribusi Frekuensi Kemampuan Berfikir Kritis
Interval Nilai
Tengah
Frekuensi
Mutlak Relatif
33-39 36 2 2,8
40-46 43 4 5,7
47-53 50 7 10
54-60 57 30 42,8
61-67 64 10 14,3
68-74 71 17 24,3
70 100
Gambar 4. 3 Histogram Frekuensi Kemampuan Berfikir Kritis
Fre
ku
ensi
Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Pada tabel 4.5 dan gambar 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi kemampuan
berfikir siswa pada dua kelas menunjukkan sebaran terbanyak terdapat dalam
kelas interval 54-60 sebanyak 30.
3. Data Prestasi Belajar
Data prestasi belajar siswa diperoleh setelah siswa mendapatkan perlakuan dalam
proses pembelajaran, yaitu untuk kelas eksperimen satu kelas XI IPA 1
menggunakan pendekatan STM dengan metode proyek dan kelas eksperimen kedua
kelas XI IPA 2 menggunakan pendekatan STM dengan metode eksperimen. Data
prestasi yang diambil ada tiga, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek
psikomotorik sebagai data pendukung dalam penelitian ini. Untuk distribusi data
pada aspek kognitif bisa dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini :
Tabel 4.6 Data Prestasi Kognitif Siswa Menggunakan STM dengan Metode Proyek
Interval Nilai
Tengah
Frekuensi
Mutlak Relatif
55-60 57,5 5 13,8
61-66 62,5 3 8,3
67-72 68,5 5 13,8
73-78 74,5 5 13,8
79-84 80,5 5 13,9
85-90 86,5 13 36,1
36 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Gambar 4.4 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Menggunakan STM
dengan Proyek
Dari tabel 4.6 dan gambar histogram 4.4 dijelaskan bahwa frekuensi
terbanyak prestasi kognitif siswa yang memperoleh pembelajaran dengan STM
menggunakan metode proyek adalah pada interval 69-75 yaitu sebanyak 10 dan pada
interval 90-96 yaitu sebanyak 9. Selanjutnya untuk deskripsi data prestasi kognitif
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan STM menggunakan metode
eksperimen bisa dilihat pada tabel 4.7 dan gambar histogram 4.5 dibawah ini,
Tabel 4.7 Data Prestasi Kognitif Menggunakan STM dengan Metode Eksperimen
Kelas
Interval Nilai
Tengah
Frekuensi kelas
Mutlak Relatif
55-60 57,5 1 2,9
61-66 63,5 7 20,5
67-72 69,5 11 32,3
73-78 75,5 11 32,3
79-84 81,5 4 11,7
34 100
Fre
ku
ensi
Mu
tla
k
Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Gambar 4.5 Histogram Frekuensi Prestasi Kognitif Siswa Menggunakan STM
dengan Eksperimen
Dari tabel 4.7 dan gambar histogram 4.5 diatas dapat dijelaskan bahwa
frekuensi kelas tertinggi terjadi pada interval 69-75 yaitu sebanyak 22 dan frekuensi
terendah pada interval 55-61 yang hanya 1 siswa. Distribusi data kognitif siswa
dengan STM menggunakan proyek dan eksperimen disajikan pada tabel 4.8 dibawah
ini,
Tabel 4.8 Distribusi Data Kognitif Siswa dengan STM Proyek dan Eksperimen
Pendekatan Metode Mean N Standar Deviasi Terendah Tertinggi
STM Proyek 76,8 36 10,9 55 90
Eksperimen 71,3 34 5,5 55 80
Total 74,1 70 9,1 55 90
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa setelah siswa memperoleh pembelajaran
menggunakan STM dengan metode proyek, memiliki nilai rata-rata 76,8 dan standar
deviasi 10,89 dengan nilai terendah adalah 55 dan nilai tertinggi adalah 90,
sedangkan siswa memperoleh pembelajaran menggunakan STM dengan metode
Fre
ku
ensi
Mu
tlak
Nilai Tengah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
eksperimen memiliki rata-rata 71,3 dan standar deviasi 5,5 dengan nilai terendah 55
dan nilai tertinggi 80. Distribusi data afektif siswa dengan STM menggunakan
proyek dan eksperimen dijabarkan oleh tabel 4.9 sebagai berikut,
Tabel 4.9 Distribusi Data Afektif Siswa dengan STM Menggunakan Proyek dan
Eksperimen Metode Mean N Standar Deviasi Terendah Tertinggi
STM Proyek 69,6 36 8,1 51,3 88,7
Eksperimen 69,6 34 6,6 58,1 85
Total 69,7 70 7,4 51,2 88,7
Kondisi afektif siswa mempengaruhi keberhasilan pembelajaran pada ranah
kognitif dan psikomotor. Peserta didik yang memiliki minat belajar dan sikap positif
terhadap pelajaran akan merasa senang mempelajari mata pelajaran tertentu,
sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal. Dari tabel 4.9 dapat
diketahui kelas dengan proses pembelajaran menggunakan STM dengan proyek,
rata-rata aspek afektifnya 69,6 dan standar deviasi 8,1 dengan nilai terendah 51,3 dan
nilai tertinggi 88,7, sedangkan kelas dengan proses pembelajaran menggunakan STM
dengan eksperimen, rata-rata aspek afektifnya 69,6 dan standar deviasi 6,6 dengan
nilai terendah 58,1 dan nilai tertinggi 85. Secara keseluruhan kedua kelas
mempunyai rata-rata 69,7 dan standar deviasi 7,4 dengan nilai terendah 51,2 dan
nilai tertinggi 88,7. Distribusi data psikomotorik siswa disajikan pada tabel 4.10
sebagai berikut,
Tabel 4.10 Distribusi Data Psikomotorik Siswa dengan STM Menggunakan Proyek
dan Eksperimen Pendekatan Metode Mean N Standar Deviasi Terendah Tertinggi
STM Proyek 72,3 36 10,6 56,7 90
Eksperimen 74,7 34 10,4 56,7 90
Total 73,3 70 10,5 56,7 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Dari tabel 4.10 diketahui kelas yang proses pembelajaran menggunakan STM
dengan proyek, rata-rata aspek kognitifnya 72,3 dan standar deviasi 10,6 dengan nilai
terendah 56,7 dan nilai tertinggi 90, sedangkan kelas yang proses pembelajarannya
menggunakan STM dengan eksperimen, rata-rata aspek kognitifnya 74,7 dan standar
deviasi 10,4 dengan nilai terendah 56,7 dan nilai tertinggi 90. Secara keseluruhan
kedua kelas mempunyai rata-rata 73,3 dan standar deviasi 10,5 dengan nilai terendah
56,7 dan nilai tertinggi 90.
Tabel 4.11 Deskripsi Data Prestasi Siswa yang Mempunyai Kemampuan Berfikir
Kritis (KBK) Metode KBK Mean N Standar Deviasi Terendah Tertinggi
Proyek Tinggi 78,1 8 8,8 65 90
Rendah 76,4 28 11,5 55 90
Eksperimen Tinggi 73,2 19 4,15 65 80
Rendah 69 15 6,3 55 80
Distribusi prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis
dengan pendekatan STM menggunakan metode proyek kategori tinggi dengan siswa
sebanyak 8 mempunyai rata-rata 78,1 dan standar deviasi 8,8 dengan nilai terendah
65 dan nilai tertinggi 90. Sedangkan kategori rendah sebanyak 28 siswa dengan rata-
rata 76,4 dan standar deviasi 11,5 dengan nilai terendah 55 dan nilai teringgi 85.
Distribusi prestasi kognitif siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis dengan
pendekatan STM menggunakan metode eksperimen kategori tinggi dengan siswa
sebanyak 19 mempunyai rata-rata 73,2 dan standar deviasi 4,2 dengan nilai terendah
65 dan nilai tertinggi 80. Sedangkan kategori rendah sebanyak 15 siswa dengan rata-
rata 69 dan standar deviasi 6,2 dengan nilai terendah 55 dan nilai teringgi 80. Tabel
4.12 merupakan distribusi prestasi kognitif siswa dengan kreativitas tinggi dan
rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
Tabel 4.12 Deskripsi Data Prestasi Siswa yang Mempunyai Kreativitas
Metode Kreativitas Mean N Standar Deviasi Terendah Tertinggi
Proyek Tinggi 69,2 6 14,6 55 90
Rendah 78,3 30 9,6 60 90
Eksperimen Tinggi 71,3 20 6 55 80
Rendah 71,4 14 4,9 65 90
Kelas yang mendapatkan proses pembelajaran STM menggunakan metode
proyek, yang mempunyai kreativitas tinggi adalah 6 siswa dengan rata-rata 69,2 dan
standar deviasi 14,6, nilai terendahnya 55 dan nilai tertingginya 90, yang mempunyai
kreativitas rendah sebanyak 30 siswa dengan nilai rata-rata 78,3 dan standar deviasi
9,6, nilai terendahnya 60 dan tertingginya 90. Sedangkan untuk kelas yang
mendapatkan proses pembelajaran STM menggunakan metode eksperimen, yang
mempunyai kreativitas tinggi adalah 20 siswa dan mempunyai nilai rata-rata 71,3,
standar deviasi 6 dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80, yang mempunyai
kreativitas rendah adalah 14 siswa dan mempunyai nilai rata-rata 71,4, standar
deviasi 4,9 dengan nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 90. Tabel distribusi
kemampuan berfikir kritis dan kreativitas siswa tiap sel ditunjukkan pada tabel 4.13,
Tabel 4.13 Distribusi Prestasi Belajar dengan Kemampuan Berfikir Kritis dan
kreativitas
KBK Kreativitas Mean N SD Terendah Tertinggi
Tinggi Tinggi 73,2 14 6,4 65 90
Rendah 76,2 13 5,8 70 90
Rendah Tinggi 67,9 12 9,9 55 85
Rendah 76,1 31 10 60 90
Tabel diatas menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan
berfikir kritis tinggi dan kreativitas tinggi memiliki nilai rata-rata 73,2 sebanyak 14
dengan standar deviasi 6,4 dan nilai tertinggi 90 sedangkan nilai terendah 65. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi kreatitivitas rendah memiliki nilai
rata-rata 76,2 sebanyak 13 dengan standar deviasi 5,8 dan nilai tertinggi 90 serta nilai
terendah 70. Siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis rendah dan kreativitas
tinggi sebanyak 12 orang mempunyai nilai rerata 67,9 dan standar deviasi 9,9 dengan
nilai tertinggi 85 dan nilai terendah 55. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan
berfikir kritis rendah dan kreativitas rendah sebanyak 31 orang mempunyai nilai
rerata 76,1 dan standar deviasi 10 dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 60.
Tabel distribusi data prestasi belajar siswa setelah menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen tiap sel ditunjukkan pada tabel 4.14 dibawah
ini :
Tabel 4.14 Deskripsi Data Prestasi Siswa dengan Pembelajaran menggunakan
Pendekatan STM yang Mempunyai KBK dan Kreativitas
Metode KBK Kreativitas Mean N SD Terendah Tertinggi
Proyek
Tinggi Tinggi 77,5 2 17,7 65 90
Rendah 77,1 7 6,9 70 90
Rendah Tinggi 65 4 13,5 55 85
Rendah 78,7 23 10,4 70 80
Eksperimen
Tinggi Tinggi 72,5 12 3,9 65 80
Rendah 74,3 7 4,5 70 80
Rendah Tinggi 69,4 8 8,2 55 80
Rendah 68,57 7 3,8 65 75
Dari tabel 4.13 dapat dijelaskan bahwa Kelas dengan STM menggunakan metode
proyek yang memiliki KBK tinggi kreativitas tinggi adalah sebanyak 2 siswa, dengan
nilai rata-rata 77,5 dan standar deviasi 17,7 serta nilai terendah 65 dan nilai tertinggi
90, yang memiliki KBK tinggi kreativitas rendah adalah sebanyak 7 siswa, dengan
nilai rata-rata 77,1 dan standar deviasi 6,9 serta nilai terendah 70 dan nilai teringgi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
90. Sedangkan STM menggunakan metode proyek yang memiliki KBK rendah
kreativitas tinggi sebanyak 4 siswa dengan nilai rata-rata 65 dan standar deviasi 13,5
dengan nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 85. KBK rendah kreativitas rendah
sebanyak 23 siswa dengan nilai rata-rata 78,7 dan standar deviasi 10,4 dengan nilai
terendah 70 dan nilai tertnggi 80.
Kelas yang mendapatkan proses pembelajaran STM eksperimen yang memiliki
KBK tinggi kreativitas sebanyak 12 siswa tinggi memiliki rata-rata 72,5 dan standar
deviasi 3,9 dengan nilai terendah 65 dan nilai teringgi 80. Kemudian yang memiliki
KBK tinggi kreativitas rendah sebanyak 7 memiliki rata-rata 74,3 dan standar deviasi
4,5 dengan nilai terendah 70 dan nilai teringgi 80. Sedangkan yang memiliki KBK
rendah kreativitas tinggi sebanyak 8 memiliki rata-rata 68,6 dan standar deviasi 8,2
dengan nilai terendah 55 dan nilai teringgi 80. Kemudian yang memiliki KBK
rendah kreativitas rendah sebanyak 8 siswa memiliki rata-rata 68,9 dan standar
deviasi 3,8 dengan nilai terendah 65 dan nilai teringgi 75.
B. PENGUJIAN PRASYARAT ANALIS
1. Uji normalitas
Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui sampel berasal dari populasi
normal atau tidak. Jika signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal sehingga
Ho ditolak yang artinya sampel berasal dari populasi yang tidak normal . Pengujian
normalitas disini menggunakan SPSS 18. Hasil perhitungannnya disajikan pada tabel
4.15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Tabel 4.15 Ringkasan Hasil Uji Normalitas pada Penelitian
No Uji Normalitas Sig. Prestasi kognitif Keterangan
1 STM Proyek 0,085 > 0,05 Normal
2 STM Eksperimen 0,004 < 0,05 Tidak Normal
3 KBK Tinggi 0,002 < 0,05 Tidak Normal
4 KBK Rendah 0,065 > 0,05 Normal
5 Kreativitas Tinggi 0,054 > 0,05 Normal
6 Kreativitas Rendah 0,006 < 0,05 Tidak Normal
7 STM Proyek KBK tinggi-
kreativitas tinggi
0,000 < 0,05 Tidak Normal
8 STM Proyek KBK tinggi-
kreativitas rendah
0,200 > 0,05 Normal
9 STM Proyek KBK rendah
kreativitas tinggi
0,000 < 0,05 Tidak Normal
10 STM Proyek KBK rendah
kreativitas rendah
0,097 > 0,05 Normal
11 STM Eksperimen KBK
Tinggi kreativitas tinggi
0,067 > 0,05 Normal
12 STM Eksperimen KBK
Tinggi kreativitas rendah
0,174 > 0,05 Normal
13 STM Eksperimen KBK
Rendah kreativitas tinggi
0,140 > 0,05 Normal
14 STM Eksperimen KBK
Rendah kreativitas rendah
0,182 > 0,05 Normal
Uji Normalitas yang ditunjukkan pada tabel 4.15 dapat diketahui bahwa tidak
semua dat memiliki signifikansi > 0,05 sehingga pengujian hipotesis menggunakan
statistik non parametrik K- independent samples type Kruskall Wallis.
2. Uji Homogenitas
Tujuan dari uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi dari variasi homogen atau tidak. Jika signifikansi > 0,05
maka data berdistribusi homogen sehingga Ho ditolak yang artinya sampel berasal
dari populasi yang tidak normal. Pengujian homogenitas disini menggunakan SPSS
18. Hasil perhitungannnya disajikan pada tabel 4.16 sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Tabel 4.16 Uji homogenitas dengan Levene’s Test Uji Homogen Signifikansi Keterangan
Metode vs prestasi 0,608 > 0,05 Homogen
Kreativitas vs prestasi 0,042 < 0,05 Tidak Homogen
KBK vs kreativitas 0,809 > 0,05 Homogen
Berdasarkan uji Lavene’s test diketahui bahwa signifikansi kreativitas dengan
prestasi0,042 yang artinya < 0,05, sehingga bisa dikatakan data tidak homogen.
Karena syarat distribusi normal dan homegen tidak dipenuhi, maka uji selanjutnya
menggunakan Uji non-parametrik Kruskall Wallis.
C. PENGUJIAN HIPOTESIS
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji statistic non
parametric Kruskal Wallis, yang hasilnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.17 Ringkasan Uji Non Parametrik type Kruskall Wallis H
Uji Df Signifikansi Keputusan Keterangan
Metode 1 0,018 < 0,05 Ho ditolak Ada
perbedaan
KBK 1 0,569 > 0,05 Ho diterima Tidak ada
perbedaan
Kreativitas 1 0,016 < 0,05 Ho ditolak Ada
perbedaan
Metode-KBK 3 0,044 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksi
Metode-
Kreativitas
3 0,015 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksi
KBK-
Kreativitas
3 0,091 > 0,05 Ho diterima Tidak ada
interaksi
Metode-KBK-
Kreativitas
7 0,040 < 0,05 Ho ditolak Ada interaksi
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa hipotesis untuk hasil belajar siswa
sebagai berikut :
1. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Ho : Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan Pendekatan STM menggunakan metode proyek dan
siswa yang menggunakan metode eksperimen.
Ha : Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan Pendekatan STM menggunakan metode proyek dan siswa yang
menggunakan metode eksperimen
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,018
(<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis pertama ini, Ho ditolak yang artinya
pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan eksperimen
mempunyai perbedaan prestasi belajar.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dan rendah
Ha : Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan
rendah
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,016 (<
0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis ketiga ini, Ho ditolak yang artinya ada
perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan rendah.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan
berfikir kritis tinggi dan rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Ha : Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan berfikir
kritis tinggi dan rendah
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,569
(>0,05: Ho diterima). Pada uji hipotesis kedua ini, Ho diterima yang artinya tidak ada
perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi dan
rendah.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
Ha : Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,015
(<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis kelima ini, Ho ditolak yang artinya ada
interaksi antara pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan
eksperimen dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.Hipotesis keempat
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
5. Pengujian Hipotesis Kelima
Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
kritis siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Ha : Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis
siswa terhadap prestasi belajar siswa
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,044
(<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis keempat ini, Ho ditolak yang artinya ada
interaksi antara pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan
eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis siswa terhadap prestasi belajar.
6. Pengujian Hipotesis Keenam
Hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir
kritis siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Ha : Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis
siswa terhadap prestasi belajar siswa
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,091
(>0,05: Ho diterima). Pada uji hipotesis keenam ini, Ho diterima yang artinya tidak
ada interaksi antara kemampuan berfikir kritis dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar.
7. Pengujian Hipotesis Ketujuh
Hipotesis ketujuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir
kritis dan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Ha : Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,040
(<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis ketujuh ini, Ho ditolak yang artinya ada
interaksi antara pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan
eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis dan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar.
D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Berikut ini merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di
lapangan dan uji statistik data dengan SPSS 18. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pembelajaran kimia menggunakan Sains
Teknologi Masyarakat (STM) dengan metode Proyek dan Eksperimen terhadap
prestasi belajar, ada atau tidaknya perbedaan siswa yang memiliki kreativitas tinggi
dan rendah dan kemampuan berfikir kritis tinggi (KBK) dan rendah sebagai faktor
internal siswa terhadap prestasi serta ada tidaknya interaksi diantara ketiga variabel
tersebut terhadap prestasi belajar siswa.
Hasil prasyarat analis menunjukkan bahwa data KBK tinggi dan kreativitas
rendah signifikasni kurang dari 0,05 sehingga data tidak normal. Secara teori dan
perhitungan yang digunakan, siswa dikatakan memiliki KBK tinggi jika nilai dari
hasil tes lebih dari atau sama dengan 51 dan siswa dikatakan memiliki KBK rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
jika nilai dari hasil tes kurang dari atau sama dengan 50, sedangkan dalam penelitian
ini pengambilan keputusan criteria siswa yang memiliki KBK tinggi dan rendah
berdasarkan nilai rata-rata, yang mana jika nilai lebih dari atau sama dengan rata-rata
dikatakan tinggi, begitupula sebaliknya. Nilai rata-rata KBK dari kelas XI IPA 1 dan
XI IPA 2 adalah 61,04, nilai rata-rata tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan
teori, sehingga ada beberapa anak yang dipaksakan memiliki KBK rendah padahal
secara teori seharusnya dikategorikan memiliki KBK tinggi.
Sama halnya dengan kreativitas terutama kreativitas tindakan, secara teori dan
perhitungan yang digunakan siswa dikatakan memiliki kreativitas tinggi jika nilai
dari hasil tes lebih dari atau sama dengan 51 dan siswa dikatakan memiliki
kreativitas rendah jika nilai dari hasil tes kurang dari atau sama dengan 50,
sedangkan dalam penelitian ini pengambilan keputusan kriteria siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan rendah berdasarkan nilai rata-rata, yang mana jika nilai lebih
dari atau sama dengan rata-rata dikatakan tinggi, begitupula sebaliknya. Nilai rata-
rata kreativitas dari kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 adalah 32,96, nilai rata-rata tersebut
lebih rendah dibandingkan dengan teori, sehingga ada beberapa anak yang
dipaksakan memiliki kreativitas tinggi padahal secara teori seharusnya dikategorikan
memiliki kreativitas rendah. Pembahasan dari uji hipotesis hasil penelitian ini
sebagai berikut :
1. Hipotesis Pertama
Yager dalam Sabiha Sunar (2011) mengenai STS mendefinisikan bahwa
“pendidikan sains seperti suatu disiplin dengan pembelajaran suatu interaksi antara
sains dan masyarakat, saling mempengaruhi antara pembelajaran sains dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
masyarakat”. Definisi Yager sangat jelas bahwa pendidikan sains mempunyai
keterkaitan atau interaksi yang sangat relevan dan keduanya saling mempengaruhi.
Pembelajaran STM sejalan dengan kontruktivisme. Dalam pembelajarannya pada
fase permasalahan, siswa dengan arahan guru mengemukakan isu-isu atau masalah
yang ada dimasyarakat yang dapat digali dari siswa atau mengaitkan peristiwa yang
telah diketahui siswa dengan materi yang akan dibahas. Hal ini sejalan dengan teori
belajar penemuan menurut Jerome Brunner yang menyatakan bahwa dengan
pembelajaran penemuan siswa akan menjadi lebih paham konsep suatu materi
apabila dalam proses pembelajaran tersebut siswa mengalami secara langsung dan
berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar memperoleh
pengalaman baik melalui penemuan baik dilaksanakan didalam maupun diluar
laboratorium. Pada penelitian disini, dalam proses penemuan menggunakan metode
proyek dan eksperimen yang dirancang agar siswa menemukan dan memberikan
suatu kebebasan sendiri konsep dan prinsip suatu materi asam basa.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,018
(<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis pertama ini, Ho ditolak yang artinya
pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan eksperimen
mempunyai perbedaan prestasi belajar.
Hasil ini sejalan dengan N. Yoruk et al (2010) dalam studinya mengenai efek dari
pembelajaran STSE dalam pembelajaran kimia menyimpulkan terdapat hubungan
antara yang dipelajari dan yang dialami dalam kehidupan nyata memberikan efek
positif terhadap pembelajaran kimia. Ketidakterhubungnya antara apa yang dipelajari
siswa dengan apa yang mereka alami dalam kehidupan nyata menjadikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
menurunnya ketertarikan dalam pelajaran.
Sama halnya dengan Yager dalam Yoruk Nuray (2010) dalam studinya
mengenai efektifitas pembelajaran STS menyatakan bahwa siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan STS dapat meningkatkan skill mereka dan lebih kompeten
konsepnya daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran tradisional.
Tabel 4.18 Persentase KKM Siswa Setelah Mendapatkan Pembelajaran
Kelas KKM Rata-rata < KKM (%) >KKM (%)
XI IPA 1(STM Eksperimen) 72 71,3 55,9 44,1
XI IPA 2 (STM Proyek) 72 76,8 36,1 63,9
Jika dilihat dari rata-rata, kelas XI IPA 1 yang mendapatkan pembelajaran
dengan STM dengan metode eksperimen belum memenuhi ketuntasan KKM yang
ditentukan oleh sekolah pada tahun ajaran 2011/2012 yaitu 72. Sedangkan XI IPA 2
yang mendapatkan pembelajaran dengan STM menggunakan proyek sudah
memenuhi ketuntasan. Nilai ketuntasan masing-masing siswa untuk kelas STM
proyek mencapai 63,9%, sedangkan untuk kelas STM eksperimen 44,1%, perbedaan
pencapaian ketuntasan dikarenakan penerapan metode yang berbeda. Berdasarkan
dari rata-rata kedua kelas dan persentase ketuntasan, bisa disimpulkan bahwa kelas
yang mendapatkan pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek lebih
baik daripada kelas yang mendapatkan pembelajaran menggunakan STM dengan
metode eksperimen, sedangkan untuk nilai prestasi afektif dan psikomotorik kedua
kelas hampir sama nilainya, nilai afektif XI IPA 1 adalah 69,6 dan XI IPA 2 69,6,
nilai psikomotorik XI IPA 1 adalah 74,7 dan XI IPA 2 72.
2. Hipotesis Kedua
Kreativitas menurut Guilford’s (1967) adalah suatu kemampuan untuk melihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
atau menggunakan bermacam-macam kemungkinan penyelesaian masalah. Dari
penjelasan tersebut bisa disimpulkan bahwasanya orang yang kreatif adalah orang
yang menggunakan suatu metode atau pemecahan masalah yang berbeda daripada
umumnya. Kreativitas merupakan salah satu kemampuan yang perlu ditumbuhkan di
dalam kelas dan perlu dikembangkan kreativitas dalam semua segi. Untuk
menumbuhkan iklim atau suasana kreatif didalam pelajaran kimia yang
memungkinkan siswa untuk membuka dirinya, merasa bebas dan aman untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Berdasarkan uji non parametrik Kruskall
Wallis, diketahui signifikansi 0,016 (<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis ketiga ini,
Ho ditolak yang artinya ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki
kreativitas tinggi dan rendah.
Pada tabel 4.3 mengenai deskripsi kreativitas siswa terhadap prestasi kognitif
dijelaskan bahwasanya nilai rata-rata siswa yang mempunyai kreativitas tinggi dan
rendah berbeda, siswa yang memiliki kreativitas tinggi memiliki rata-rata 70,77
sedangkan siswa yang memiliki kreativitas rendah memiliki rata-rata 76. Hasil ini
serupa dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Teresa M. Amabile, dkk (1996)
mengenai “Assesing the work environment for creativity”, hasil yang diperoleh dari
penelitian ini adalah terdapat perbedaan antara kreativitas tinggi dan rendah dalam
suatu proyek kerja lingkungan.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa perbedaan kreativitas berhubungan dengan
prestasi belajar asam basa. Sedangkan studi hubungan antara kreativitas dengan
pendidikan oleh Jr. Daniel Fasko (2001), menyatakan dari studi ini diketahui bahwa
kreativitas sangat dibutuhkan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
meningkatkan pemahaman sehingga hasil belajar akan meningkat.
Secara teori, siswa yang memiliki kreativitas tinggi akan memperoleh hasil
belajar yang baik, begitupula sebaliknya, namun pada kenyataan dilapangan dalam
penelitian ini berbeda, anak yang memiliki kreativitas rendahlah yang memiliki hasil
belajar yang lebih baik, hal ini dimungkinkan karena interaksi yang dibangun oleh
anak dalam kelompok, sebagaimana yang dijelaskan oleh Mihaly Csikszentmihalyi
(2006) bahwa kondisi sosial orang mempunyai pengaruh yang bagus dan bagian
penting dalam perkembangan kreativitas, semakin banyak ketidakseragaman atau
perbedaan, semakin tidak fokus. Hal ini dimungkinkan setiap kelompok yang terdiri
dari siswa yang sebagian besar mempunyai kreativitas yang tinggi, jika dalam
kelompok banyak yang kreativ akan banyak pula ide, perbedaan dalam penyelesaian
masalah seperti yang disampaikan Mihaly Csikszentmihalyi menjadi tidak fokus,
begitu halnya jika setiap kelompok sebagian besar mempunyai kreativitas yang
rendah justru sedikit terjadi perbedaan sedikit ide, sehingga penyelesaian masalh
menjadi lebih fokus.
Selain itu dimungkinkan karena adanya pemaksaan kategori kreativitas anak
seperti yang telah disampaikan diatas, dan dikarenakan dalam proses pembelajaran
yang sebelumnya cenderung sering dituntun, sehingga ketika diberikan alternative
untuk memunculkan kreativitas mereka, sebagian siswa justru mengalami
kebingungan.
3. Hipotesis Ketiga
Berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang berkaitan dengan penggunaan
nalar. Pengembangan kemampuan berpikir kritis merupakan integrasi beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
bagian pengembangan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis,
penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Semakin baik
pengembangan kemampuan-kemampuan ini, maka akan semakin dapat mengatasi
masalah-masalah atau proyek komplek dan dengan hasil yang memuaskan.
Gardner dalam Doaa A. El-Demerdash (2011) mengidentifikasikan bahwa
pendidikan yang baik adalah pendidikan yang menghasilkan pemikir kritis dengan
memelihara kecakapan kemampuan berfikir kritis, kecakapan berupa kekonsistenan
motivasi diri untuk memecahkan masalah dan mendiskusikan dengan berfikir.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,569
(>0,05: Ho diterima). Pada uji hipotesis kedua ini, Ho diterima yang artinya tidak ada
perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi dan
rendah. Jika dilihat dari rata-rata, siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis
tinggi memperoleh nilai rata-rata 74,63 yang tidak jauh berbeda dari siswa yang
mempunyai kemampuan berfikir kritis rendah yaitu 73,83. Hasil dari penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Doaa A. El-Demerdash dalam
Prefered Educational Strategies and Critical Thinking Dispositions among Nursing
Students, bahwa pengembangan berfikir kritis mempunyai pengaruh dalam strategi
pembelajaran. Hal ini mengindikasikan bahwa perbedaan kemampuan berfikir siswa
tidak menghambat siswa dalam pembelajaran. Perbedaan hasil penelitian ini
dimungkinkan karena banyak faktor, sehingga tidak bisa sebagai acuan akan tetapi
tetap digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengetahuan.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,015
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
(>0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis kelima ini, Ho ditolak yang artinya ada
interaksi antara pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan
eksperimen dengan kreativitas siswa terhadap prestasi belajar.
Pada tabel 4.12 diperlihatkan bahwa rata-rata nilai siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan STM menggunakan metode proyek dengan kreativitas tinggi
adalah 69,17 dan siswa yang mempunyai kreativitas rendah 78,3. Sedangkan siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan STM menggunakan metode eksperimen,
nilai rata-rata siswa yang memiliki kreativitas tinggi 71,25 dan siswa yang
mempunyai kreativitas rendah adalah 71,4. hal ini sesuai dengan hipotesis awal yang
menyatakan bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai
kreativitas tinggi lebih baik jika diberi pembelajaran dengan STM eksperimen,
sedangkan siswa yang memiliki kreativitas rendah lebih baik menggunakan
pembelajaran STM proyek yang mana meskipun terdapat interaksi, tetapi tidak
sesuai dengan dugaan pada hipotesis, hal ini diduga siswa yang memiliki kemapuan
rendah dalam mengerjakan tugas yang diberikan mengikuti prosedur yang ada
(memegang konsep taat asas) dalam buku yang mereka temukan dan gunakan
sehingga miskonsepsi dimungkinkan sangat kecil, sehingga hasil prestasi belajar
lebih baik, selain itu dimungkinkan adanya beberapa faktor yang tidak bisa dikontrol
oleh peneliti selama penelitian berlangsung.
5. Hipotesis Kelima
Salah satu dari tujuan pendidikan sains adalah membantu semua perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
murid sampai ke literature sains paling tinggi. Sejalan dengan tujuan ini, pendekatan
Science Technology Sosiety (STS atau STM) telah menjadi paduan umum dalam
pengajaran sains di banyak Negara. Pendidikan di Turki juga menerapkan
pentingnya melaksanakan pendidikan STS atau STM untuk semua K-12 memantau
perubahannya (Menteri Pendidikan Nasional, 2000, 2004). Keberhasilan dalam
pengembangan STS tergantung pada kemampuan guru untuk mengkorelasikan teori
dan prkatiknya dalam pelaksanaan pendidikan sains dengan teori yang mereka
pahami.
Penelitian berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, didapatkan hasil
bahwa signifikansi 0,011 (<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis keempat ini, Ho
ditolak yang artinya ada interaksi antara pembelajaran menggunakan STM dengan
metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis siswa terhadap
prestasi belajar.
Berdasarkan nilai rerata siswa yang mempunyai kemampuan berfikir tinggi
jika diberikan pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek mempunyai
nilai rata-rata 78,125 yang lebih tinggi daripada dengan STM menggunakan metode
eksperimen yaitu 76,42. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berfikir rendah
yang diberikan pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek mempunyai
nilai rata-rata 73,16 yang lebih rendah dari STM dengan metode eksperimen yaitu
69. Hal ini dapat disimpulkan bahwa metode proyek jika diberikan pada siswa yang
mempunyai kemampuan berfikir kritis tinggi akan memperoleh prestasi belajar yang
tinggi, sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis rendah bisa
meningkat, rerata yang mempunyai perbedaan cukup banyak ketika diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
pembelajaran dengan STM eksperimen.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Doaa A. El-
Demerdash, dkk mengenai strategi pembelajaran dan kecakapan berfikir kritis
mahasiswa keperawatan yaitu strategi pembelajaran yang diberikan mempunyai
hubungan yang sangat signifikan dengan kemampuan berfikir kritis siswa dan sejalan
dengan keahlian mereka. Begitu pula halnya Linden (2008) dalam Doaa A. El-
Demerdash (2011) dalam studinya efek dari pembelajaran dengan praktek dan
pembelajaran tradisonal terhadap kemampuan berfikir kritis siswa menyatakan
bahwa terdapat interaksi antara pembelajaran dengan praktek merupakan suatu
standar pembelajaran interaktiv dan pembelajaran dengan praktek berpusat pada
kemampuan berfikir kritis siswa.
Menurut Mrs. Rajeshwari dari India (2011) menyatakan bahwa dengan
menerapkan pembelajaran proyek dalam kelas bertujuan agar siswa menemukan
banyak sumber informasi yang dapat membantu mereka dalam memahami topic
lebih dalam dan mempunyai sudut pandang yang tidak umum, dalam mencari
berbagai informasi tersebut membutuhkan kemampuan berfikir kritis. Jadi dapat
disimpulkan siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis tinggi akan lebih baik
jika diberi pembelajaran dengan metode proyek. Dalam yayasan pendidikan Oracle
(Oracle Eduxcation Foundation, 2011) yang merupakan pusat teknologi
pembelajaran menyatakan bahwa “pembelajaran proyek mendukung perkembangan
kemampuan berfikir kritis siswa”, dari ulasan pendapat tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan berfikir kritis tinggi apabila
diberi pembalajaran dengan STM menggunkan metode proyek mempunyai hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
belajar yang lebih baik.
Hal ini sesuai dengan penelitian ini yang dilakukan, dimana siswa yang memiliki
kemampuan berfikir kritis tinggi akan memiliki prestasi belajar yang tinggi jika
diberikan pembelajaran dengan STM menggunakan proyek, sedangkan siswa yang
memiliki kemampuan berfikir kritis rendah akan memiliki prestasi belajar yang
tinggi jika diberikan pembelajaran dengan STM menggunakan eksperimen yang
dibuktikan dari nilai rerata.
6. Hipotesis Keenam
Berfikir kritis menurut Scriven & Paul dalam Bhisma Murti adalah proses
intelektual yang dengan aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan,
menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi informasi yang dikumpulkan atau
dihasilkan dari pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk
memandu keyakinan dan tindakan. Sedangkan kreativitas merupakan tindakan
autentik dalam menyelesaikan masalah yang tidak hanya menjawab dengan benar
tetapi mempunyai ide yang baru dan dikombinasikan dengan disiplin ilmu serta
didesain mempunyai solusi yang inovatif. Apabila kemampuan berfikir kritis
dikombinasikan dengan kreativitas untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang
komplek maka akan tercipta pemecahan yang solutif dalam sains.
Dalam penelitian ini, berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui
signifikansi 0,091 (<0,05: Ho diterima). Pada uji hipotesis keenam ini, Ho diterima
yang artinya ada interaksi antara kemampuan berfikir kritis dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar. Kreativitas dan kemampuan berfikir kritis merupakan
komponen dalam ThinkQuest, yaitu platform pembelajran online yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
dikembangkan Oracle Education Foundation. Yang mana menurut Senor Gonzales
dalam paper yang disiapkan oleh SRI International Menlo Park CA (2011)
menyatakan bahwa pentingnya ThinkQuest pada pembentukan konsep dalam
pembelajaran sains, yang artinya kreativitas dan berfikir kritis merupakan komponen
yang penting dalam proses pembelajaran untuk membentuk konsep sains pada siswa
dan juga pada guru.
Menurut perspektif konstruktivisme, pembelajaran dikelas dilihat sebagai proses
konstruksi pengetahuan oleh siswa, sehingga siswa harus berperan aktif. Dalam
proses ini siswa mengembangkan gagasan atau konsep baru berdasarkan analisis dan
pemikiran ulang terhadap pengetahuan yang diperoleh pada masa lalu dan masa kini,
sehingga kreativitas dan kemampuan berfikir kritis sangat berperan dalam proses ini
agar tercapai proses belajar yang merupakan proses aktif untuk mengkonstruksi ilmu
pengetahuan sehingga didapatkan hasil belajar yang maksimal. Namun, kemampuan
berfikir kritis dan kreativitas merupakan faktor internal siswa yang berdasarkan
pernyataan tersebut dapat disimpulkan antara kreativitas dan kemampuan berfikir
siswa merupakan hal yang berdiri sendiri, sehingga tidak berhubungan, siswa yang
mempunyai kemampuan berifkir kritis tinggi belum tentu memiliki kreativitas yang
tinggi dan begitupula sebaliknya.
7. Hipotesis Ketujuh
Proses pembelajaran memerlukan korelasi yang seimbang antara pendekatan dan
metode yang digunakan, faktor internal siswa dan bagaimana peran guru dal
melaksanakan proses pembelajaran itu sendiri, kesemuanya itu seharusnya terjadi
interaksi antara yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan hasil belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
optimal. Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi
interaksi antara pendekatan STM dengan metode proyek dan eksperimen serta faktor
internal siswa yang diteliti berupa kemampuan berfikir kritis tinggi dan rendah serta
kreativitas siswa tinggi dan rendah adalah 0,04 (<0,05: Ho ditolak). Sehingga dapat
disimpulkan uji hipotesis ketujuh ini Ho ditolak yang artinya ada interaksi antara
pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan
kemampuan berfikir kritis tinggi dan rendah serta kreativitas siswa tinggi dan rendah
terhadap prestasi belajar.
Interaksi terjadi antara siswa yang memiliki kemampuan berfikir tinggi dan
kreativitas rendah yang mana jika diberi pembelajaran dengan STM proyek
mempunyai rerata 65, yang lebih rendah dibanding dengan jika diberi pembelajaran
dengan STM eksperimen yang mempunyai rerata 69,375, sementara siswa yang
mempunya kemampuan berfikir tinggi dan kreativitas yang tinggi dibeikan
pembelajaran dengan STM proyek memiliki rerata yang lebih tinggi yaitu 77,5
dibanding dengan STM eksperimen yaitu 72,5, penelitian ini sejalan dengan studi
yang disampaikan oleh Educational Development Main Plan dalam Mohd Nazir Md
Zabit (2010) bahwa “berfikir kritis dan kreativitas menjadi bagian utama yang harus
ada dalam pendidikan untuk memecahkan masalah dan menemukan”, dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada keterkaitan antara metode,
kemampuan berfikir dan kreativitas, hal ini didukung oleh Oracle Education
Foundation (2011) bahwa dalam pembelajaran dengan penemuan (dalam penelitian
ini adalah proyek dan eksperimen) sangat membutuhkan kemampuan berfikir kritis
dan kreativitas untuk memaksimalkan hasil belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
E. KETERBATASAN PENELITIAN
Meskipun di dalam penelitian ini telah direncanakan dengan optimal untuk
memperoleh data penelitian yang akurat, teliti, representative dan telah dilaksanakan
evaluasi, akan tetapi peneliti menyadari sepenuhnya bahwa hasil yang diperoleh
mungkin tidak sesuai harapan. Perbedaan antara harapan dan kenyataan ini terjadi
karena beberapa faktor yang dapat mempengaruhi atau membatasi hasil penelitian.
Menurut peneliti faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penelitian ini antara lain :
1. Pembelajaran dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) masih
dianggap baru, sehingga proses pembelajaran yang terjadi kurang dapat berjalan
secara optimal.
2. Filosofis konstruktivisme sebagai landasan dalam implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, belum mampu merasuk dan diterima oleh semua
elemen yang terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa dalam proses
pembelajaran masih berperan sebagai orang yang siap menerima materi pelajaran
dan kurang menyadari bahwa dirinya memiliki potensi.
3. Metode eksperimen dilaboratorium yang jarang dilaksanakan oleh guru
menyebabkan keterampilan siswa dalam menggunakan alat, bahan, membaca
hasil, percobaan masih rendah. Hal ini berpengaruh pada penggunaan waktu dan
hasil percobaan.
4. Pemberdayaan kerja kelompok masih rendah, sehingga saat melakukan
percobaan hanya dilakukan oleh beberapa siswa saja, sementara siswa yang lain
enggan untuk mencoba, dan secara kelompok sisem kerja kurang kooperatif.
5. Instrument untuk kreativitas dan kemampuan berfikir kritis tinggi yang diukur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
pada level tinggi dan rendah saja, tidak memberikan kesempatan pada terukurnya
level menengah pada kedua faktor, padahal kenyataannya level rendah dan tinggi
selisihnya hanya sedikit. Hal ini menyebabkan biasnya perbedaan kreativitas dan
kemampuan berfikir kritis siswa terhadap pencapaian prestasi belajar.
6. Alat uji prestasi kognitif dan variabel moderator kemampuan berfikir kritis yang
berbentuk objektif masih memungkinkan anak untuk mengerjakan spekulasi,
sehingga ada kemungkinan anak tidak mencerminkan kemampuan yang
sebenarnya.
7. Kegiatan atau aktivitas siswa selama penelitian tidak bisa teramati semua secara
baik dan detail.
8. Pelaksanaan penelitian yang dilakukan 5 kali tatap muka proses pembelajaran
dirasakan masih kurang, akan tetapi terkait dengan pembagian alokasi waktu tiap
kompetensi. Sehingga perbedaan dalam perlakuan penelitian belum tampak jelas
dan belum tampak variasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan didapatkan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
Pendekatan STM menggunakan metode proyek dan siswa yang menggunakan
metode eksperimen
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,018
(<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis pertama ini, Ho ditolak yang artinya
pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan eksperimen
mempunyai perbedaan prestasi belajar pada materi asam basa. Hal ini
ditunjukkan dari nilai rerata, yang mana siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan pendekatan STM menggunakan proyek nilai rerata 76,80 sedangkan
dengan pendekatan STM menggunakan eksperimen nilai rerata 71,32, hal ini
menunjukkan nilai rerata STM proyek > nilai rerata STM eksperimen.
2. Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kreativitas tinggi dan
rendah.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,016
(<0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis kedua ini, Ho ditolak yang artinya
perbedaan prestasi belajar siswa pada materi asam basa yang memiliki kreativitas
tinggi dan rendah. Hasil menunjukkan bahwa, nilai rerata siswa yang memiliki
131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
kreativitas tinggi adalah 70,77 dan siswa yang memiliki kreativitas rendah adalah
76.
3. Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki kemampuan berfikir
kritis tinggi dan rendah.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,569
(>0,05: Ho diterima). Pada uji hipotesis ketiga ini, Ho diterima yang artinya tidak
ada perbedaan prestasi belajar siswa pada materi asam basa yang memiliki
kemampuan berfikir kritis tinggi dan rendah. Hasil nilai rerata menunjukkan
siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi adalah 74,63 dan siswa
yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi 73,83, yang artinya nilai rerata
siswa yang memiliki kemampuan berfikir tinggi > dari siswa yang memiliki
kemampuan berfikir rendah.
4. Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kreativitas siswa terhadap prestasi
belajar siswa. Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui
signifikansi 0,015 (<0,05: Ho diterima) yang artinya ada interaksi antara
pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar pada materi asam basa.
Nilai rerata menunjukkan siswa yang memiliki kreativitas rendah memiliki
prestasi belajar yang lebih tinggi, baik diberikan pembelajaran pendekatan STM
dengan metode proyek ataupun eksperimen daripada siswa yang memiliki
kreativitas tinggi.
5. Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis siswa
terhadap prestasi belajar siswa
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,044
(<0,05: Ho ditolak) yang artinya ada interaksi antara pembelajaran menggunakan
STM dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis
siswa terhadap prestasi belajar pada materi asam basa. Data ini didukung oleh
nilai rerata, siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi dan diberi
pembelajaran dengan STM menggunakan proyek mempunyai nilai rerata 78,125
yang lebih tinggi daripada dengan STM eksperimen yaitu 76,42, sedangkan siswa
yang memiliki kemampuan berfikir kritis tinggi dan diberi pembelajaran dengan
STM menggunakan eksperimen mempunyai nilai rerata 73,16 yang lebih tinggi
daripada dengan STM proyek yaitu 69.
6. Tidak ada interaksi antara kemampuan berfikir kritis dengan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,091
(<0,05: Ho diterima). Pada uji hipotesis keenam ini, Ho diterima yang artinya
tidak ada interaksi antara kemampuan berfikir kritis dan kreativitas siswa
terhadap prestasi belajar pada materi asam basa. Nilai rerata siswa yang memiliki
kemampuan berfikir kritis tinggi dan kreativitas rendah adalah 76,15 yang lebih
rendah daripada siswa yang memiliki kemampuan berfikir kritis rendah dan
kreativitas tinggi 67,9, sedangkan kemampuan berfikir kritis rendah dan
kreativitas tinggi memiliki nilai rerata lebih kecil dibandingkan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
kemampuan berfikir kritis rendah dan kreativitas rendah dengan nilai rerata
76,13.
7. Ada interaksi antara pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM
dengan metode proyek dan eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis dan
kreativitas siswa terhadap prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uji non parametrik Kruskall Wallis, diketahui signifikansi 0,04
(>0,05: Ho ditolak). Pada uji hipotesis ketujuh ini, Ho ditolak yang artinya ada
interaksi antara pembelajaran menggunakan STM dengan metode proyek dan
eksperimen dengan kemampuan berfikir kritis dan kreativitas siswa terhadap
prestasi belajar pada materi asam basa.
B. Implikasi Hasil Penelitian
Implikasi hasil penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritik
a. Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan menggunakan metode
proyek dan eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi
asam basa dan terdapat perbedaan diantara keduanya dengan STM dengan
metode proyek terbukti lebih baik daripada STM dengan metode eksperimen.
Penerapan pembelajaran STM melalui proyek dan eksperimen mengarahkan pada
proses berfikir kritis dan kreatif dalam memcahkan masalah terutama yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Dalam proses pembelajaran siswa
dihadapkan pada berbagai permasalahan/isu yang bersumber dari lingkungan
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
b. Kreativitas siswa merupakan faktor internal yang sangat berpengaruh terhadap
proses pembelajaran dan apabila dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Guru harus memahami bahwa setiap siswa memiliki
Kreativitas yang bervariasi sehingga dalam pembelajaran dapat menggunakan
berbagai pendekatan atau metode, guru berperan sebagai fasilitator yang bertugas
untuk menjembatani siswa dalam mengembangkan potensi untuk mencapai
prestasi hasil belajar sebaik-baiknya.
c. Kemampuan berfikir kritis yang berbeda tidak memberikan perbedaan prestasi
belajar siswa pada materi asam basa. Artinya kreativitas siswa yang berbeda-beda
mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapatkan prestasi belajar sebik-
baiknya.
d. Kreativitas dan kemampuan berfikir kritis merupakan faktor internal siswa yang
berdiri sendiri-sendiri.
e. Korelasi yang berkesinambungan antara pendekatan,metode, faktor internal pada
siswa dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dan optimal.
2. Implikasi Praktis
Pemilihan pendekatan metode juga harus dijadikan pertimbangan dalam
menentukan prestasi belajar yang sesuai dengan kondisi dan lingkungan siswa secara
menyeluruh. Penggunaan pendekatan STM dengan menggunakan metode proyek dan
eksperimen dapat digunakan dengan sintaks dan kondisi yang benar-benar dikontrol
dengan baik. Selain itu, hendaknya guru juga mmeperhatikan faktor internal siswa
terutama kreativitas yang berbeda tiap siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
C. Saran
1. Bagi Guru
a. Pembelajaran STM dengan menggunakan Metode Proyek dan Eksperimen
merupakansalah satu metode yang bisa digunakan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa, sehingga pembelajaran ini bisa sebagai salah satu
pilihan untuk diaplikasikan dalam pembelajaran.
b. Agar pelaksanaan kegiatan praktikum dapat optimal, sebaiknya pembagian
tugas tiap anggota kelompok merata dan semua anggota merasa sebagai
pelaksana kegiatan tidak berperan sebagai pengawas.
c. Dalam merancang proses pembelajaran perlu memperhatikan kemampuan
berfikir kritis dan kreativitas siswa, dengan harapan siswa yang kemampuan
berfikir kritis dan kreativitasnya tinggi dapat belajar optimal, sedangkan
siswa yang kemampuan berfikir kritis dan kreativitasnya rendah dapat
meningkatkan prestasi belajarnya.
2. Bagi Peneliti Berikutnya
a. Hendaknya pendekatan dan metode belajar yang digunakan dalam penelitian
digunakan terlebih dahulu agar bisa diketahui kelemahan dan mengetahui
kesiapan dalam menyampaikan materi.
b. Hendaknya dalam meneliti faktor internal yang adapada siswa, misalnya
kemampuan berfikir kritis dan kreativitas, peneliti tidak hanya mengukur
tinggi dan rendah saja, siswa yang mempunyai kemampuan sedang
sebaiknya diukur supaya peneliti benar-benar mengetahui kemampuan
siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
c. Hendaknya alat uji untuk mengetahui faktor internal siswa (variabel
moderator) tidak hanya menggunakan angket atau tes tetapi sebaiknya
peneliti melakukan observasi dan wawancara agar mendapatkan tingkat
ketelitian yang lebih akurat dalam penelitian.
d. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acauan untuk penelitian yang
sejenis dengan pokok bahasan yang lain seperti hidrolisis, penyangga, Ksp,
koloid, elektrokimia dan lainnya yang dapat dilaksanakan di laboratorium dan
banyak aplikasinya di masyarakat.
e. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan menambah variabel yang lain
seperti kemampuan menggunakan alat, sikap ilmiah, motivasi berprestasi,
kepedulian terhadap lingkungan dan lain sebagainya.