PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PENINGKATAN ...digilib.unila.ac.id/55984/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PENINGKATAN ...digilib.unila.ac.id/55984/3/SKRIPSI TANPA BAB...
PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PENINGKATAN
KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN
KONSEP TERMOKIMIA
(Skripsi)
Oleh
FERIYANDA PUTRATAMA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PENINGKATAN
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP
TERMOKIMIA
Oleh
FERIYANDA PUTRATAMA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh metode eksperimen
dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada
materi termokimia. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperiment dengan
desain pretest-posttest non equivalent control group. Populasi penelitian ini adalah
siswa kelas XI IPA SMA Al- Azhar 3 Bandar Lampung. Pengambilan sampel
menggunakan cluster random sampling, diperoleh kelas XI IPA 5 sebagai kelas
eksperimen dan XI IPA 7 sebagai kelas kontrol. Pengaruh pembelajaran dibuktikan
dengan besarnya nilai n-Gain, serta didukung uji ukuran pengaruh. Hasil penelitian
menunjukan bahwa nilai siswa setelah dilakukan pembelajaran dengan metode
eksperimen meningkat, yang juga sesuai dengan perhitungan yang menunjukan
bahwa nilai n-Gain kelas ekperimen lebih tinggi daripada nilai siswa di kelas
kontrol Hasil perhitungan juga menunjukan bahwa hasil uji pengaruh kelas
eksperimen sebesar 0,92 yang termasuk dalam kategori “besar”. Berdasarkan hasil
iii
tersebut, metode eksperimen berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan
berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi termokimia.
Kata kunci: metode eksperimen, kemampuan berpikir kritis, penguasaan konsep,
termokimia.
PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PENINGKATAN
KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN
KONSEP TERMOKIMIA
Oleh
FERIYANDA PUTRATAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG
2019
PENGARUH METODE EKSPERIMEN
TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP
TERMOKIMIA
Judul Skripsi :
Nama Mahasiswa : Feriyanda Putratama
No. Pokok Mahasiswa : 1413023021
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Drs. Tasviri Efkar, M.S. Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si.
NIP 19581004 198703 1 001 NIP. 19710819 199903 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
NIP. 19671004 199303 1 004
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Tasviri Efkar, M.S. ........................
Sekretaris : Emmawaty Sofia. S.Si.,M.Si. ........................
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si.. ........................
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd.
NIP 19620804 198905 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 14 Februari 2019
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Feriyanda Putratama
Nomor Pokok Mahasiswa : 1413023021
Program Studi : Pendidikan Kimia
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak di kemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan Saya di atas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.
Bandar Lampung, 14 Februari 2019
Yang menyatakan
Feriyanda Putratama
NPM 1413023021
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Buay Nyerupa, kecamatan Sukau, Lampung Barat 1996
sebagai putra pertama dari tiga bersaudara buah hati Bapak Suhaili dan Ibu
Ahyanul Aziza. Pendidikan formal diawali di sekolah dasar SD Negeri 1 Buay
Nyerupa, dan diselesaikan pada tahun 2007, lalu jenjang pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri 1 Sukau dan lulus pada tahun 2010, dan jenjang
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Liwa dan lulus pada tahun 2013.
Pada tahun 2014, terdaftar sebagai mahasiswa program studi pendidikan kimia
jurusan pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, organisasi yang pernah diikuti adalah FOSMAKI dan
HIMASAKTA. Tahun 2017 mengikuti Kuliah Kerja Nyata Kependidikan
Terintegrasi (KKN-KT) di Kampung Pagar Dewa, kecamatan Sukau, kabupaten
Lampung Barat, dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1
Sukau.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Mengucap syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillahirobbil’alamin skripsi
ini dapat diselesaikan, dan ku persembahkan skripsi ini kepada:
Bapak dan Ibuku tercinta yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan
kasih sayang yang tulus, kesabaran dan keikhlasan dalam membimbing, mendidik,
tak pernah lelah berkorban dan memberikan semangat serta berdoa untuk
keberhasilan anaknya.
Almamater tercinta Universitas Lampung.
SANWACANA
Bismillaahirrahmaanirraahim.
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT
yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir
Kritis Dan Penguasaan Konsep Termokimia” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana pendidikan dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Rasulullah Muhammad SAW
atas suri tauladan serta syafa’atnya kepada seluruh umat manusia. Penulis
menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd. selaku Dekan FKIP Unila;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA;
3. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia dan Pembahas yang telah berkenan memberikan bimbingan, kesabaran,
dan motivasinya untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini;
4. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M. S. selaku Pembimbing I, atas segala bimbingan,
motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi;
5. Ibu Emmawaty Sofia, S.Si., M.Si. selaku Pembimbing II, atas segala
xii
bimbingan, motivasi dan saran dalam proses penyusunan skripsi;
6. Dosen-dosen di Jurusan Pendidikan MIPA khususnya di Program Studi
Pendidikan Kimia Unila, atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan;
7. Drs. Hi. Ma`arifuddin MZ, M.Pd.I. selaku kepala sekolah SMA Al-Azhar
3 Bandar Lampung dan Ibu Siti Maysaroh, S.Pd selaku guru mitra mata
pelajaran kimia atas bantuan dan kerjasamanya selama penelitian
berlangsung;
8. Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Kimia 2014 dan Squad Pasti
Bisa (I Wayan Agustika dan Jihan Rifka Nabilla);
9. Teman-teman pemberi semangat, motivasi, dan masukan (Silmi,
Faqih, Pina, Gina, Tania, Desria, anita, selly, Adit dan Nena)
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari, skripsi ini masih tidak cukup dikatakan sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat dinanti. Semoga
skripsi ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan peneliti pada khususnya.
Aamiin.
Bandar Lampung, 14 Februari 2019
Penulis,
Feriyanda Putratama
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
D. Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Eksperimen ............................................................................ 8
B. Keterampilan Berfikir dan Berfikir Kritis ........................................... 10
C. Keterampilan Penguasaan konsep ....................................................... 14
D. Pendekatan Scintific ............................................................................ 17
E. Kerangka Pikir .................................................................................... 19
F. Anggapan Dasar .................................................................................. 21
G. Hipotesis Umum ................................................................................. 21
xiv
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................... 22
B. Data Penelitian ............................................................................... 22
C. Variabel Penelitian ......................................................................... 23
D. Desain Penelitian ........................................................................... 23
E. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ........................... 24
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 25
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis ....................................................... 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 35
1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes .......................... 35
2. Analisis Data Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan
Metode Eksperimen ....................................................................... 36
3. Analisis Data Perhitungan Nilai Pretes, Postes, dan n-Gain
Siswa ............................................................................................... 37
4. Pengujian Hipotesis ........................................................................ 39
5. Uji Perbedaan Dua Rata-rata .......................................................... 41
6. Ukuran Pengaruh (Effect Size) ........................................................ 42
B. Pembahasan .......................................................................................... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................................... 51
B. Saran ..................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 53
xv
LAMPIRAN ................................................................................................... 57
1. Silabus ................................................................................................. 58
2. Analisis KI–KD .................................................................................. 66
3. Analisis Konsep .................................................................................. 68
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ......................................... 75
5. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1 .............................................................. 84
6. Lembar Kerja Siswa (LKS) 2 .............................................................. 91
7. Soal Pretes Postes ................................................................................ 99
8. Kisi-Kisi Tes ..................................................................................... 103
9. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan postes ........................................... 107
10. Lembar Observasi Keterlaksanaan Metode Eksperimen .................. 112
11. Data Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Soal Pretes-Postes ........... 124
12. Data Hasil Keterlaksanaan Lembar Kerja Siswa (LKS) ................... 130
13. Data Perhitungan Nilai Pretes, Postes, Dan N-Gain ......................... 131
14. Data Hasil Output Uji Normalitas ..................................................... 133
15. Data Hasil Output Uji T .................................................................... 136
16. Data Hasil Uji Ukuran Pengaruh (Effect Size) .................................. 138
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator keterampilan berpikir kritis......................................................... 13
2. Desain penelitian pretest-posttest control group design ............................ 24
3. Kriteria tingkat keterlaksanaan LKS .......................................................... 30
4. Hasil uji validitas butir soal pilihan ganda ................................................. 37
5. Hasil uji validitas butir soal essay .............................................................. 36
6. Data hasil uji validitas butir soal uraian pretes postes ................................ 35
7. Hasil uji normalitas .................................................................................... 40
8. Hasil uji homogenitas ................................................................................. 40
9. Hasil uji perbedaan dua rata-rata n-Gain ................................................... 41
10. Hasil uji ukuran pengaruh .......................................................................... 42
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram pelaksanaan penelitian ............................................................... 27
2. Perbandingan nilai rata-rata pretes dan postes .......................................... 38
3. Perbandingan nilai rata-rata n-Gain .......................................................... 39
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan upaya manusia dalam mewariskan, mengembangkan, serta
membangun budaya dan peradaban di masa depan. Peningkatan mutu pendidikan
guna menjawab tantangan perubahan kehidupan global terus dilakukan oleh
pemerintah. Pembaharuan pendidikan nasional perlu dilakukan guna mencapai
sistem pendidikan yang terarah, terecana, dan berkesinambungan. Berdasarkan
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa sistem pendidikan
nasional harus mampu menjamin pemerataan pendidikan, peningkatan mutu serta
relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tantangan
perubahan kehidupan baik lokal, nasional dan global.
Kemampuan berpikir kritis telah menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam
perkembangan berpikir siswa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh OECD
beberapa negara maju telah mengembangkan sistem pendidikan yang mampu
mengasah dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa agar berkembang dengan
baik (Gurría, A. 2013). Salah satu kompetensi yang ingin dicapai dalam pendidikan
khususnya pembelajaran kimia di SMA adalah siswa memiliki kemampuan berpikir
ilmiah. Kemampuan berpikir ilmiah khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi
2
sangat diperlukan terkait dengan kebutuhan siswa untuk memecahkan masalah yang
dihadapainya dalam kehidupan sehari-hari (Anonim (2), 2013). Agar kompetensi
dalam pembelajaran kimia dapat tercapai maka perlu adanya usaha untuk
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking
Skill (HOTS). Menurut Kawuwung dalam penelitiannya kemampuan berpikir tingkat
tinggi dapat diketahui dari penguasaan konsep siswa pada tingkatan analisis, sintesis,
dan evaluasi (Kawuwung, 2011)
Fakta menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa Indonesia masih rendah.
Fakta tersebut dapat dilihat dari hasil asesmen Trend in International Mathematics
and Science Study (TIMSS) dan Program for International Student Assessment
(PISA). Hasil studi TIMSS pada tahun 2015 menunjukkan prestasi sains siswa
Indonesia menduduki peringkat 36 dari 49 negara dengan skor rata-rata sains 397
(Anonim (1), 2016). Hasil studi PISA tahun 2015 juga menunjukkan prestasi sains
siswa Indonesia berada di peringkat 69 dari 76 negara dengan skor rata-rata 403
(Gurría, A. 2016).
Berdasarkan uraian di atas perlu adanya langkah-langlah ilmiah dan metode
pembelajaran yang dapat memfasilitasi interaksi guru dan siswa agar menjadi lebih
aktif, salah satunya adalah metode eksperimen dengan pendekatan scientific. Arifin
(dalam Arifin, 1995) berpendapat bahwa fungsi dari metode eksperimen merupakan
penunjang kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau
menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan.
3
Dalam pendekatan scientific terdapat langkah-langkah ilmiah yaitu tahap mengamati,
menanya, mencoba, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (Anonim (2), 2013).
Menurut Sani (dalam Sani, 2014) tahapan-tahapan pembelajaran ini akan mendorong
dan melatih siswa berpikir secara kritis, analistis dan tepat dalam mengidentifikasi,
memahami, memecahkan masalah, mengaplikasikan materi pembelajaran. Oleh
karena itu, pengalaman-pengalaman belajar tersebut sangat penting diterapkan dalam
proses pembelajaran pada materi termokimia yang mengutamakan keterampilan
berpikir siswa, (Machin dalam penelitiannya, 2016).
Arifin berpendapat (dalam Arifin, 1995) banyak alasan mengapa metode eksperimen
digunakan dalam pembelajaran, namun sebenarnya metode eksperimen ini biasanya
tidak berdiri sendiri. Dalam pelaksanaan metode eksperimen dapat digabung dengan
metode ceramah, sehingga akan meringankan guru bila kegiatan ini dirancang dengan
baik.
Metode eksperimen dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan
konsep siswa. Melalui kegiatan eksperimen atau praktikum, siswa dapat mempelajari
kimia dengan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala maupun proses sains,
dapat mengalami atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu
objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan. Siswa dituntut untuk
lebih meningkatkan aktivitas kognitifnya. Menurut Johnson and Siegel (dalam
Prasetyowati, dkk 2016), Semakin tinggi keterampilan berpikir kritis maka semakin
tinggi penguasaan konsepnya.
4
Menurut Anitah (dalam Anitah, 2007) kelebihan metode eksperimen yaitu
diantaranya membangkitkan rasa ingin tahu siswa, membangkitkan sikap ilmiah
siswa, membuat pembelajaran bersifat aktual, membina kebiasaan belajar kelompok
maupun individu. Roestiyah (dalam Rostyah, 1994) juga berpendapat bahwa
kelebihan metode eksperimen adalah dapat membuat siswa terlatih menggunakan
metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percaya
pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya dan tidak mudah percaya pula perkataan
orang lain, sebelum ia membuktikan kebenarannya. Siswa lebih aktif berpikir dan
berbuat, hal itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern,
dimana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru. Siswa
memperoleh ilmu pengetahuan juga menemukan pengalaman praktis serta
keterampilan dalam menggunakan alat-alat percobaan, selain itu siswa dapat
membuktikan sendiri kebenaran sesuatu teori, sehingga akan mengubah sikap mereka
dalam menanggapi peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.
Penelitian yang dilakukan oleh Nur Eka Jamaluddin (2016) menyimpulkan bahwa
metode eksperimen efektif dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa. Selain itu Wayan Gracias (2017) menyatakan bahwa pembelajaran dengan
pendekatan saintifik efektif digunakan dalam meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan sikap ilmiah siswa. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA Al-
Azhar III Bandar Lampung didapatkan bahwa dalam pembelajaran kimia belum
pernah dilakukan pembelajaran dengan metode eksperimen.
5
Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh
Metode Eksperimen terhadap Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis dan
Penguasaan Konsep Termokimia
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh metode eksperimen terhadap peningkatan keterampilan
berpikir kritis pada materi termokimia?
2. Bagaimana pengaruh metode eksperimen terhadap penguasaan konsep pada
materi termokimia?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan pengaruh metode eksperimen terhadap :
1. Peningkatan keterampilan berpikir kritis pada materi termokimia.
2. Penguasaan konsep pada materi termokimia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Siswa
Melalui penggunaan metode eksperimen diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam
pembelajaran dan lebih antusias terhadap pelajaran kimia, sehingga dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa.
6
2. Guru
Menjadi salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran kimia sehingga efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan penguasaan konsep siswa.
3. Sekolah
Meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah :
1. Metode eksperimen merupakan metode yang mengharuskan siswa melakukan
suatu percobaan tentang sesuatu hal, yang mana tahap-tahap percobaan tersebut
yaitu mengamati, menanya, mencoba (melakukan percobaan), menalar, dan
mengkomunikasikan, yang kemudian dievaluasi oleh guru sehingga dapat
melibatkan siswa lebih aktif, meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
penguasaan konsep siswa.
2. Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi,
yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan
pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Kemampuan berpikir kritis
siswa yang akan diteliti adalah pada indikator membuat kesimpulan.
Keterampilan berpikir kritis diukur dengan soal pretes dan postest.
3. Penguasaan konsep berupa nilai siswa pada materi termokimia yang diperoleh
melalui pretes dan postes.
7
4. Materi pada penelitian ini adalah termokimia yang meliputi reaksi eksoterm,
reaksi endoterm, dan perubahan entalpi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Eksperimen
Menurut Abimanyu metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara
penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan
untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari
(Abimanyu, 2009). Menurut Schoenherr metode ekperimen adalah metode yang
sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan
kondisi belajar yang mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara
optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep dalam struktur
kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya Schoenherr,
2003). Menurut Roestiyah yang menyatakan bahwa metode eksperimen adalah
salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang
sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian
hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.
Implementasi pembelajaran eksperimen selalu menuntut penggunaan alat bantu
yang sebenarnya karena esensi pembelajaran ini adalah mencobakan sesuatu
objek. Oleh karena itu, dalam prosesnya selalu mengutamakan aktivitas siswa
sehingga peran guru cenderung lebih banyak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Ada tiga tahap atau prosedur dalam melaksanakan metode eksperimen, yaitu: 1)
9
tahap persiapan, 2) tahap pelaksanaan, dan 3) tahap tindak lanjut (Roestiyah,
2001)
Arifin berpendapat bahwa fungsi dari metode eksperimen merupakan penunjang
kegiatan proses belajar untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan
tentang prinsip-prinsip yang dikembangkan. Fungsi laboratorium tidak diartikan
sebagai tempat untuk kegiatan belajar mengajar yang sekedar untuk mengecek
atau mencocokan kebenaran teori yang telah diajarkan dikelas. Laboratorium
kimia bukanlah sekedar untuk mempraktekkan apakah reaksi cocok dengan teori,
tetapi juga harus mengembangkan proses berpikir dengan, timbulnya pertanyaan,
mengapa reaksi demikian, bagaimana kalau dalam kondisi lain, apa yang terjadi
dan seterusnya (Arifin, 1995)
Kelebihan metode eksperimen menurut Hamdayama (dalam Hamdayama, 2014),
yaitu:
a. Metode ini dapat membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau
kesimpulan berdasarkan percobaanya sendiri daripada menerima kata guru
atau buku.
b. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi
(menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang dituntut dari
seorang ilmuan.
c. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa terobosan-
terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang diharapkan
dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.
Kelemahan metode eksperimen menurut Hamdayama (dalam Hamdayama, 2014),
yaitu:
a. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik
berkesempatan mengadakan eksperimen.
b. Jika eksperimen memerlukan jangkan waktu yang lama, anak didik harus
menenanti untuk melanjutkan pelajaran.
c. Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.
10
Banyak alasan mengapa metode eksperimen digunakan dalam pembelajaran.
Namun sebenarnya metode eksperimen ini biasanya tidak berdiri sendiri. Arifin
berpendapat bahwa dalam pelaksanaan metode eksperimen dapat digabung
dengan metode ceramah, sehingga sebenarnya justru akan meringankan guru bila
kegiatan ini dirancang dengan baik (Arifin, 1995)
Dalam pelakasanaan metode eksperimen ada beberapa hal yang harus
dipersiapkan guru dan murid. Menurut Djamarah dan Zain (dalam Djamarah dan
Zain, 2002), ada tujuh hal yang perlu diperhatikan dalam
eksperimen yaitu:
1. Pemberitahuan tentang resiko yang mungkin terjadi, sehingga perlu
1. Pengamanan.
2. Materi percobaan, tujuan dan cara kerja harus jelas.
3. Lembar kerja percobaan harus siap.
4. Peralatan dan bahan kimia yang perlu disiapkan, cara pemakaian dan
5. Keamanan harus jelas.
6. Pelaksanaan harus tetap dapat diawasi oleh guru.
7. Diskusi hasil pengamatan.
8. Menarik kesimpulan.
B. Keterampilan Berpikir dan Berpikir Kritis
Menurut Puspita dan Suwarma Berpikir kritis adalah proses berpikir secara
reflektif, rasional untuk mengumpulkan, menafsirkan dan mengevaluasi informasi
untuk memperoleh keputusan. Reflektif di sini berarti untuk secara aktif
mempertimbangkan semua alternatif sebelum membuat keputusan dengan hati-
hati dan secara bijaksana dalam kehidupan sehari-hari (Puspita dan Suwarma,
2017). Firdani dan Poedjiastoeti berpendapat bahwa berpikir kritis yaitu
kemampuan yang melibatkan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, eksplanasi,
dan regulasi diri, siswa akan menggunakan sistem berpikir mereka yakni
11
menggunakan pengetahuan awal yang kemudian dihubungkan dengan teori dan
hasil dari proses penemuan mereka sampai mereka dapat menyelesaikan suatu
permasalahan (Firdani dan Poedjiastoeti, 2015). Sedangkan menurut Redhana dan
Liliasari kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan berpikir bagi
seseorang dalam membuat keputusan yang dapat dipercaya dan bertanggung
jawab yang mempengaruhi hidup seseorang (Redhana dan Liliasari, 2008).
Santrock menyatakan bahwa berpikir kritis dapat meningkat ketika siswa
menemui argumen dan perdebatan dari suatu permasalahan, sehingga siswa dapat
termotivasi untuk menyelidiki sebuah topik lebih mendalam dan berusaha untuk
memecahkan sebuah masalah, dan membiarkan siswa untuk lebih bebas
menjelajahi sisi-sisi berbeda dari masalah dan beragam perspektif dari suatu topik
(Santrock, 2011).
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap individu untuk menyikapi
permasalahan kehidupan yang dihadapi. Berpikir kritis membuat seseorang dapat
mengatur, menyesuaikan, mengubah atau memperbaiki pikirannya sehingga dia
dapat bertindak lebih cepat. Seseorang dikatakan berpikir kritis, apabila ia
mencoba membuat berbagai pertimbangan ilmiah untuk menentukan pilihan
terbaik dengan menggunakan berbagai kriteria, menurut Liliasari (dalam Liliasari,
2007).
Presseisen (dalam Costa, 1985) mengemukakan bahwa berpikir secara umum
dapat diasumsikan sebagai suatu proses kognitif, yaitu aktivitas mental untuk
mendapatkan pengetahuan. Selain itu Presseisen juga mengemukakan definisi
lain mengenai berpikir yaitu :
12
1. Suatu tanggapan dan kombinasi dari beberapa gagasan atau ide.
2. Manipulasi mental untuk memformulasikan gagasan,
3. Mempertimbangkan, atau memutuskan.
Jadi dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa berpikir
merupakan suatu aktivitas yang melibatkan suatu proses kognitif untuk menerima,
menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperolehnya sehingga dapat
memutuskan tindakan tentang suatu masalah.
Presseinsen (dalam Costa, 1985) mengelompokan keterampilan berpikir menjadi
dua yaitu keterampilan berpikir dasar dan keterampilan berpikir kompleks.
Aktifitas berpikir yang termasuk keterampilan berpikir dasar meliputi hubungan
sebab akibat (caution), mentransformasi (transformation), menemukan hubungan
(relation ship), mengklarifikasi (classification), dan memberikan kualifikasi
(qualificatoin). Sedangkan berpikir kompeks memadukan kemampuan berpikir
dasar untuk memanipulasi informasi dalam cara tertentu sehingga memberikan
pengertian atau implikasi baru.
Presseinsen (dalam Costa, 1985) menyatakan bahwa :
Keterampilan berpikir kompleks dikenal sebagai keterampilan berpikir tingkat
tinggi yang meliputi empat kategori yaitu pemecahan masalah (problem
solving), pembuatan keputusan (decision making), berpikir kritis (critikal
thinking), dan berpikir kreatif (creative thingking).
Menurut Norris dan Ennis (dalam Stiggins, 1994), mengidentifikasi 12 indikator
berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas. Adapun
pengelompokkan kerangka berpikir kritis menurut Norris dan Ennis (dalam
Stiggins, 1994) ditunjukkan pada tabel 1.
13
Tabel 1: Indikator keterampilan berpikir kritis
NO Indikator/Langkah
dalam Proses
Berpikir Yang Harus Dilakukan
1 Melakukan
klarifikasi dasar dari
masalah
1. Memahami masalah yang ada 2. Menganalisis poin dari pandangan atau
kedudukan
3. Bertanya dan menjawab pertanyaan yang
mengklarifikasi dan menantang
2 Mengumpulkan
informasi dasar
1. Menilai kredibilitas berbagai sumber informasi
2. Mengumpulkan dan menilai informasi
3 Membuat
kesimpulan
1. Mendeduksi Membuat dan menilai keputusan
menggunakan informasi yang ada
2. Membuat dan menilai induksi 3. Membuat dan menilai penelitian
4 Melakukan
klarifikasi lanjutan
1. Mendefinisikan istilah dan menilai definisi
sebagai kebutuhan
2. Mengidentifikasi asumsi
5 Memperoleh
kesimpulan terbaik
1. Menentukan tindakan
2. Mengkomunikasikan keputusan ke yang lain
Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan
dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan,
membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir
kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi.
Beberapa pengertian berpikir kritis yang dikutip dalam Filsaime (dalam
Filsaimen, 2008) adalah :
a. Berpikir kritis adalah sebuah cara berpikir disiplin yang digunakan
seseorang untuk mengevaluasi validitas sesuatu (pertanyaan-
pertanyaan, ide-ide, argument, dan penilaian menurut Beyer (dalam
Filsaime, 2008)
b. Memandang berpikir kritis sebagai proses disiplin cerdas dari
konseptualisasi, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi aktif dan
berketerampilan yang dikumpulkan dari, atau dihasilkan oleh observasi,
pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi sebagai sebuah penuntun
menuju kepercayaan dan aksi menurut Screven (dalam Filsaime, 2008).
14
Menurut Reason (dalam Sanjaya, 2006) mengemukakan bahwa berpikir
(thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat
(remembering) dan memahami (comprehending). Mengingat pada dasarnya
hanya melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat
dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan memahami memerlukan
perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antar-aspek
dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang tersebut
harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan
berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang
dihadapi. Menurut pengertian-pengertian berpikir kritis di atas maka dapat
dikatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan berpikir yang melibatkan
proses kognitif yang melibatkan siswa untuk berpikir reflektif terhadap
permasalahan
C. Keterampilan penguasaan konsep
Menurut Dahar (dalam Dahar, 2011) konsep merupakan dasar bagi proses mental
yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip dan generalisasi, sedangkan menurut.
Anderson konsep adalah skema, model mental, atau teori implisit dan eksplisit.
Skema berkaitan dengan bagaimana suatu pengetahuan dihubungkan satu sama
lain(Anderson, 2010). Menurut Santrok konsep adalah kategori-kategori yang
mengelompokan objek, kejadian dan karekteristik berdasarkan properti umum
(Santrok, 2010).
15
Menurut Bundu siswa yang dianggap telah menguasai konsep adalah siswa yang
dapat memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau rangsangan yang
bervariasi pada kelompok atau kategori yang sama (Bundu, 2006).
Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa penguasaan konsep
merupakan kemampuan siswa dalam memahami IPA secara ilmiah, baik bisa
membawa suatu konsep dalam bentuk lain yang tidak sama dengan dalam buku
teks. Dengan penguasaannya seseorang siswa mampu mengenali prosedur atau
proses menghitung yang benar dan tidak benar serta mampu menyatakan dan
menafsirkan gagasan untuk memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana
baik secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikan (Sudibyo, B. 2006).
Dahar menyatakan bahwa penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa
dalam memahami konsep-konsep setelah kegiatan pembelajaran. Penguasaan
konsep dapat diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara
ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari oleh (Dahar, 2003).
Penguasaan konsep adalah proses penyerapan ilmu pengetahuan oleh siswa
selama proses pembelajaran berlangsung, dengan memiliki penguasaan konsep,
peserta didik akan mampu mengartikan dan menganalisis ilmu pengetahuan yang
diperoleh dari fakta dan pengalaman yang pada akhirnya peserta didik akan
memperoleh prinsip hukum dari suatu teori.
16
Hal tersebut didukung oleh pendapat Sagala (dalam Sagala,2010) definisi konsep
adalah
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang
dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang
meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pengalaman, melalui generalisasi dan berpikir abstrak
Cara yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan konsep siswa dilakukan
dengan penerapan Taksonomi Bloom (dalam Aderson & Krathwohl, 2010) untuk
mengukur proses kognitif siswa, adapun kategori-kategori dalam dimensi proses
kognitif siswa yaitu, mengingat (C1), memahami (C2), dan aplikasi (C3), analisis
(C4), evaluasi (C5), sintesis (C6) berdasarkan Taksonomi Bloom hasil revisi.
Adapun uraian Taksonomi Bloom menurut Sudjana (dalam Sudjana, 2008).
1. C1 Mengingat
Tipe hasil belajar mengingat termasuk kognitif tingkat rendah yang paling
rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar
berikutnya. Hafal menjadi prasyarat bagi pemahaman. Contohnya hafal kata-
kata memudahkan dalam membuat kalimat.
2. C2 Memahami
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari C1 mengingat. Pemahaman dapat
dibedakan kedalam tiga kategori yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman
penafsiran dan pemahaman ekstrapolasi/memperluas data.
3. C3 Mengaplikasikan
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau situasi khusus.
Suatu situasi akan tetap dilihat sebagai situasi baru bila tetap terjadi proses
17
pemecahan masalah yang didasari pada kehidupan yang ada dimasyarakat atau
realitas yang ada dalam teks bacaan.
4. C4 Menganalis
Jenjang peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke
dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis
dikelompokan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan
analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi.
5. C5 Mengevaluasi
Jenjang kemampuan yang menuntut pesert didik untuk dapat mengevaluasi
sutu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.
6. C6 Mensintesis
Jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu
yang baru dengan cara menggabungkan berbagai factor. Hasil yang diperoleh
dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme.
D. Pendekatan Scientific
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang berpusat kepada siswa. Majid
(dalam Majid, 2014) menyebutkan bahwa pendekatan saintifik dalam
pembelajaran meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta. Pendapat tersebut sejalan dengan yang
diungkapkan oleh Daryanto (dalam Daryanto, 2014) yaitu:
a. Mengamati (Observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran.
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek
18
secara nyata, siswa senang dan tertantang, dan mudah dalam pelaksanaan.
Seperti yang diungkapkan oleh Daryanto bahwa metode mengamati sangat
bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses
pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
b. Menanya
Guru membuka kesempatan kepada siswa secara luas untuk bertanya
mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, atau dibaca. Daryanto
mengungkapkan bahwa guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing
atau memandu siswa belajar dengan baik.
c. Mencoba
Hasil belajar yang nyata atau otentik akan didapat bila siswa mencoba atau
melakukan percobaan. Daryanto mengungkapkan bahwa aplikasi mencoba
atau eksperimen dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan
belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
d. Menalar
Kegiatan menalar menurut Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013 (dalam
Daryanto, 2014) adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau eksperimen maupun hasil dan
kegiatan mengumpulkan informasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi tersebut.
19
e. Mengkomunikasikan
Guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari dalam pendekatan
saintifik. Daryanto mengungkapkan bahwa kegiatan mengkomunikasikan
dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam
kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Pendapat ahli tersbut dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam
pendekatan saintifik yaitu, mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan. Tahapan-tahapan pendekatan saintifik memiliki tujuan agar
siswa dapat berpartisipasi dan terlibat aktif selama pembelajaran.
E. Kerangka Pikir
Pada dasarnya mata pelajaran kimia masih dianggap sulit bagi sebagian siswa
SMA/MA karena kurangnya daya nalar siswa pada konsep yang kompleks sulit
dipecahkan tanpa bantuan media atau sumber belajar. Hal yang paling medorong
faktor sulitnya memahami materi yang diajarkan yaitu karena proses pembelajaran
berorientasi pada guru sehingga siswa hanya bisa mendengarkan dan menerima
apa yang disampaikan oleh guru, seharusnya siswa yang menjadi pusat orientasi.
Maka dari itu, pendidikan kimia diharapkan mampu mengajak siswa untuk
memahami pembelajaran dialam dan memberikan pengalaman secara langsung
mengembangkan daya nalar siswa untuk dapat membentuk (mengkontruksi)
sendiri pengetahuannya sehingga siswa dapat memiliki kemampuan berpikir kritis
dan menguasai konsep pada materi yang diajarkan.
20
Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkontruksi
bukan menerima pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun
sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar
mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru, tugas guru adalah
memfasilitasi proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode
pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga
keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa dapat meningkat.
Salah satu metode yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dan penguasaan konsep siswa adalah metode eksperimen. Metode
eksperimen merupakan salah satu model pembelajaran yang berfilosofi
konstruktivisme yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir
kritis dan penguasaan konsep siswa, terutama pada materi termokimia. Kegiatan
pembelajaran dengan metode eksperimen akan memudahkan siswa mendapatkan
pengalaman secara langsung. Melalui pengalaman secara langsung ini,
diharapkan siswa dapat memahami materi termokimia dengan baik. Selain itu,
siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep
siswa. Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, dapat diduga kemampuan
berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa dapat meningkat dengan
diterapkannya metode eksperimen.
21
F. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Subjek penelitian yaitu siswa-siswi kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandar
Lampung tahun pelajaran 2018/2019 mempunyai kemampuan akademik yang
sama.
2. Perbedaan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada
materi termokimia dikelas eksperimen terjadi karena perbedaan
perlakuan dalam proses pembelajaran.
3. Faktor-faktor lain diluar perlakuan yang mempengaruhi peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa diabaikan.
G. Hipotesis Umum
Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaran termokimia dengan metode eksperimen dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa.
2. Pembelajaran termokimia dengan metode eksperimen dapat meningkatkan
penguasaan konsep siswa.
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Al-Azhar 3
Bandarlampung tahun pelajaran 2018/2019 yang tersebar dalam delapan kelas
yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4, XI IPA 5, XI IPA 6, XI IPA 7, dan
XI IPA 8. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling,
sehingga diperoleh kelas XI IPA 5 dan XI IPA 7 sebagai sampel penelitian. Kelas
XI IPA 7 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional
dan kelas XI IPA 5 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan metode
eksperimen.
B. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa data hasil tes
sebelum pembelajaran diterapkan (pretes) dan hasil tes setelah pembelajaran
diterapkan (postes) pada siswa, dan data sekunder berupa hasil observasi
keterlakasanaan metode pembelajaran dengan metode eksperimen dengan 2
observer.
23
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran
menggunakan metode eksperimen dan pembelajaran menggunakan metode
konvensional.
2. Variabel Terikat.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa.
3. Variabel Antara
Variabel antara dalam penelitian ini adalah keterampilan berpikir kritis siswa.
4. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah materi termokimia.
D. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut Creswell
(dalam Creswell, 2009) yaitu kuasi eksperimen dengan pretest-postest control
grup design. Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal, sedangkan
postest untuk mengetahui kemampuan akhir. Pada kelas eksperimen diberikan
perlakuan yaitu pembelajaran dengan metode eksperimen pada materi
Termokimia, sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan metode
komvensional pada materi yang sama.
Pada penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Desain
penelitian pretest-postest control grup design dapat dilihat pada Tabel 2.
24
Tabel 2. Desain penelitian pretest-posttest control group design
Kelas penelitian Pretes Perlakuan Postes
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 C O2
Keterangan :
O1 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi pretes
X1 : Perlakuan kelas eksperimen (Pembelajaran menggunakan metode
eksperimen)
C : Perlakuan kelas kontrol (pembelajaran menggunakan metode
konvensional)
O2 : Kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi postes
E. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
1. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Silabus
b. Analisis KI- KD
c. Analisis konsep
d. Rencana pelaksanaan pembelajaran
e. Lembar kerja siswa
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan
lembar keterlaksanaan metode eksperimen. Tes tertulis dalam intrumen ini berupa
soal pretes dan postes pada materi termokimia yang terdiri atas 10 butir soal
jamak dan 5 butir soal uraian digunakan untuk mengukur pengaruh metode
eksperimen terhadap keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa
25
(data lengkap dapat dilihat di Lampiran 7 : soal pretes-postes). Sedangkan lembar
keterlakasanaan metode eksperimen terdiri dari penilaian sintak, sistem sosial, dan
perileku guru, dimana lembar keterlaksanaan metode eksperimen ini bertujuan
untuk mengukur keterlaksanaan metode eksperimen dalam pembelajaran.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap pendahuluan
Prosedur pada tahap pendahuluan adalah sebagai berikut :
a. Melakukan observasi untuk memperoleh informasi berupa data
siswa, karakteristik siswa, jadwal pelajaran, cara mengajar guru
kimia di kelas, sarana dan prasarana yang terdapat disekolah
dalam mendukung pelaksanaan penelitian.
b. Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan pada
materi termokimia, yaitu menggunakan metode eksperimen.
c. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
d. Melakukan uji validitas dan reabilitas terhadap soal pretes-postes.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Prosedur tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan
Mempersiapkan dan membuat perangkat maupun instrumen pembelajaran,
yaitu silabus, analisis konsep, analisis KI-KD, kisi-kisi soal pretes-postes, soal
pretes-postes, rubrik penilaian soal pretes-postes, rencana pelaksanaan
pembelajaran , dan lembar kerja siswa
26
b. Tahap penelitian
Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Urutan prosedur pelaksanaannya yaitu :
1) Memberikan tes kemampuan awal siswa pada materi termokimia pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol yang kemudian tes tersebut
dikerjakan oleh siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi termokimia sesuai
metode yang telah ditetapkan, yaitu pembelajaran menggunakan metode
eksperimen pada kelas eksperimen dan menggunakan metode
konvensional pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberlakukan
metode eksperimen dengan pendekatan scientific. Dalam pendekatan
scientific terdapat beberapa langkah pembelajaran, yaitu mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.
Pembelajaran pada kelas eksperimen, siswa dikelompokan menjadi lima
kelompok yang kemudian masing-masing kelompok diberikan LKS
metode eksperimen dengan pendekatan scientific.
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep
siswa pada tahap mencoba dan menalar, siswa diharuskan mengikuti
perintah dalam LKS yang diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan
berpikir kritis pada indikator membuat kesimpulan dan penguasaan
konsep termokimia siswa. Pada tahap mencoba diharapkan siswa dapat
membuat hasil penelitian dan menilai hasil penelitian, sedangkan pada
tahap menalar diharapkan siswa dapat mendeduksi, membuat keputusan,
menilai keputusan, membuat induksi, dan menilai induksi.
27
Berdasarkan tahapan tersebut diharapkan kemampuan berpikir kritis
pada indikator membuat kesimpulan dan penguasaan konsep
termokimia siswa dapat meningkat. Sembari melakukan pembelajaran,
dilakukan observasi keterlaksanaan metode eksperimen dengan 2
pengamat dalam setiap pembelajaran.
3) Memberikan tes kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengukur pengaruh metode
eksperimen terhadap kemampuan berpikir kritis dan penguasaan konsep
siswa.
3. Tahap akhir penelitian
Prosedur pada tahap akhir penelitian, yaitu sebagai berikut:
a. Analisis data
b. Pembahasan
c. Kesimpulan.
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan
yang terdapat pada Gambar 1.
28
Gambar 1. Diagram pelaksanaan penelitian
G. Analisis Data dan Uji Hipotesis
1. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini meliputi beberapa tahap diantaranya yaitu
a. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen
Analisis validitas dan reabilitas instrumen tes digunakan untuk mengetahui
kualitas instrumen yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen
Analisis Data
Pembahasan
Kesimpulan
Analisis Keterlakasanaan
Metode Pembelajaran
Postes Postes
Pembelajaran
Dengan Metode
Eksperimen
Pembelajaran
Dengan Metode
Konvensional
Pretes Pretes
a. Melakukan observasi
b. Menentukan metode pembelajaran
c. Menentukan populasidan sampel penelitian
d. Melakukan validas dan reliabilitas instrumen
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Tahap
Pendahuluan
Tahap
Pelaksanaan
Penelitian
Tahap Akhir
Penelitian
29
dilakukan untuk mengetahui dan mengukur apakah instrumen yang digunakan
telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul data. Pada
penelitian ini intrumen yang diuji validitas dan reliabilitasnya yaitu instrumen
soal preters-postest siswa.
a. Validitas
Instrumen soal pretest-postest divalidasi secara teoritis oleh seorang validator.
Validitas empiris instrumen soal pretest/postest dihitung menggunakan
program SPSS Statistics 17.0. Suatu instrumen dikatakan valid apabila nilai
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan
instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Uji
reliabilitas dilakukan dengan SPSS Statistics 17.0. Suatu instrumen dikatakan
reliable apabila nilai Alpha Cronbach 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
Kriteria derajat reliabilitas adalah sebagai berikut:
0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang
0,20 < r11 ≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah
0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliable
b. Keterlaksanaan Pembelajaran Menggunakan Metode Eksperimen
Observasi keterlaksanaan pembelajaran menggunakan Metode Eksperimen
dinilai oleh dua pengamat (observer) terhadap pelaksanaan pembelajaran
dikelas eksperimen. Analisisnya dilakukan dengan langkah-langkah berikut :
30
1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap
aspek pengamatan. Persentase ketercapaian menurut Sudjana (dalam
Sudjana, 2005) dihitung dengan rumus:
% 𝐽𝑖 = 𝛴𝐽𝑖
𝑁𝑥 100%
Keterangan :
%Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap
aspek pengamatan pada pertemuan ke-i
∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan
oleh observer atau pengamat pada pertemuan ke-i
N = Skor maksimal (skor ideal)
2) Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek
pengamatan dari dua orang pengamat.
3) Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian menurut
Ratumanan (dalam Sunyono, 2012) pada tabel berikut.
Tabel 3. Kriteria tingkat keterlaksanaan LKS
Persentase Kriteria
80,1% - 100,0% Sangat tinggi
60,1% - 80,0% Tinggi
40,1% - 60,0% Sedang
20,1% - 40,0% Rendah
0,0% - 20,0% Sangat rendah
31
c. Perhitungan nilai Pretes-Postes
Menurut Hake (dalam Hake, 2002)Nilai pretes dan postes pada
penelitian ini secara operasional dirumuskan sebagai berikut:
persentase nilai =jumlah skor jawaban yang diperoleh
skor maksimalx 100%
d. Perhitungan n-Gain siswa
Peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa
ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa dalam tes. Nilai pretes dan postes
akan dihitung nilai n-Gain. Rumus n-Gain dan n-Gain rata-rata kelas menurut
Hake (dalam Hake, 2002) adalah sebagai berikut
n-Gain = %nilai postes−%nilai pretes
100−%nilai pretes
Selanjutnya melakukan perhitungan n-Gain rata-rata kelas ekperimen dan
kelas kontrol. Rumus nilai n-Gain rata-rata kelas adalah :
rata-rata n-Gain = ∑ n-Gain siswa
jumlah seluruh siswa
Hasil perhitungan rata-rata n-Gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Jika g ≥ 0,7 maka n-Gain berkategori tinggi.
2. Jika 0,7 > g ≥ 0,3 maka n-Gain berkategori sedang.
3. Jika g < 0,3 maka n-Gain berkategori rendah.
Data yang diperoleh pada penelitian akan dianalisis dengan tujuan untuk
membuat kesimpulan yang berkaitan dengan rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan hipotesis yang telah dibuat
32
2. Uji Hipotesis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak, Arikunto (dalam
Arikunto, 2006). Pengujian normalitas ini dilakukan dengan
menggunakan SPSS 17. Data dikatakan memenuhi asumsi normalitas jika
pada Kolmogorov-Smirnov nilai sig. > 0.05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi populasi
bersifat seragam atau tidak berdasarkan data sampel yang diperoleh,
Arikunto (dalam Arikunto, 2006)Uji homogenitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0. Data dikatakan memenuhi
asumsi homogenitas jika pada Kolmogorov-Smirnov nilai sig. > 0.05.
c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal dan
homogen, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametrik,
Sudjana (dalam Sudjana, 2005). Teknik pengujian hipotesis dalam
penelitian ini menggunakan uji Independent Sample T test yang dilakukan
terhadap nilai pretes, postes dan n-Gain pada masing-masing kelas
penelitian. Independent Sample T test digunkan untuk mengetahui apakah
rata-rata pretes dan postes keterampilan berpikir kritis dan penguasaan
konsep siswa pada materi termokimia berbeda secara signifikan antara
pembelajaran menggunakan metode eksperimen dengan pembelajaran
menggunakan metode konvensional. Sehingga dapat diketahui perbedaan
33
antara pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen dengan
pembelajaran menggunakan metode konvensional dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa
Adapun rumus hipotesis pada uji ini adalah:
a. H0 : μ1x ≤ μ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir kritis dan
penguasaan konsep siswa pada materi termokimia yang menggunkan
metode eksperimen lebih rendah atau sama dengan keterampilan
berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran yang
menggunakan metode konvensional siswa SMA Al-Azhar 3 Bandar
Lampung
b. H1 : μ1x> μ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan berpikir kritis dan
penguasaan konsep siswa pada materi termokimia yang menggunkan
metode eksperimen lebih tinggi dengan keterampilan berpikir kritis
dan penguasaan konsep dengan pembelajaran yang menggunakan
metode konvensional siswa SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung
Keterangan:
μ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi termokimia kelas eksperimen.
μ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi termokimia kelas kontrol
x .: keterampilan mengkomunikasikan dan penguasaan konsep
Uji perbedaan dua rata-rata pretes dan postes dilakukan dengan
menggunakan SPSS versi 17.0 for Windows. Cara mengetahui terima H0
atau tolak H0 yaitu dengan menggunakan output Independent Sample T
test dengan kriteria terima H0 jika nilai signifikan atau sig. ( 2-
tailed)<0,05.
34
D. Uji Ukuran Pengaruh (Effect Size)
Berdasarkan nilai t hitung yang diperoleh dari uji t terhadap nilai pretes-
postes, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh metode eksperimen dalam meningkatkan
keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa maka
dilakukan uji ukuran pengaruh (effect size) dengan rumus:
μ2=t2
t2+df (Jahjouh dalam Fidiana, 2017)
Keterangan:
µ = effect size
t = t hitung dari uji-t
df = derajat kebebasan
Kriteria menurut Dincer (dalam Fidiana, 2017):
µ ≤ 0,15; efek diabaikan (sangat kecil)
0,15< µ ≤ 0,
40; efek kecil
0,40< µ ≤ 0,75; efek sedang
0,75< µ ≤ 1,10; efek besar
µ > 1,10; efek sangat besar
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh metode
eksperimen terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan
konsep siswa pada materi termokimia , diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Metode eksperimen berpengaruh terhadap peningkatan keterampilan berpikir
kritis dan penguasaan konsep siswa. Hal ini ditunjukkan melalui hasil rata-
rata n-Gain kelas eksperimen dengan kriteria “tinggi”dan nilai uji ukuran
pengaruh dengan kriteria besar.
2. Hasil yang menunjukkan adanya pengaruh tersebut juga didukung oleh data
nilai pretes dan postes siswa yang relevan terhadap pembelajaran dan
keterlaksanaan pembelajaran menggunakan metode eksperimen di kelas
eksperimen yang berkriteria “sangat tinggi”.
3. Metode eksperimen memiliki ukuran pengaruh 0,92 (efek “besar”) terhadap
peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada
materi termokimia.
52
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :
1. Bagi para peneliti yang akan datang dapat menggunakan metode eksperimen
lebih baik lagi dengan mempersiapkan diri sebagai fasilitator dalam
pembelajaran dan menyiapkan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan,
sehingga kegiatan pembelajaran berjalan dengan efektif dan maksimal.
2. Sebelum melakukan penelitian menggunakan metode eksperimen sebaiknya
dibuat perencanaan kegiatan yang lebih matang untuk mengoptimalkan
penggunaan waktu, sehingga seluruh kegiatan berjalan dengan lebih efektif dan
maksimal.
3. Perlu upaya bagi peneliti lain untuk lebih melatih keterampilan berpikir kritis
dalam penggunaan metode eksperimen, sehingga didapatkan
n-Gain yang lebih tinggi.
4. Pembelajaran dengan metode eksperiemen sebaiknya diterapkan dalam
pembelajaran kimia, karena terbukti memiliki ukuran pengaruh besar dalam
peningkatan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada
materi termokimia
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, S, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran. Departemen Pendidikan
Nasional: Diljen Dikti.
Anderson, L.W dan Krathwohl, D.R. 2010. Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom). Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Anonim (1). (2016) Math Student Achivement Infographic Grade 4. TIMSS 2015.
Diakses dari http://timss2015.org/download-center. Diakses pada 31 juli
2018.
.............. .(2). 2013. Konsep –Konsep Pendekatan Scientific pada Proses
Pembelajaran. Kemendikbud, Jakarta.
............... (3). 2007. Undang-undang SISDIKNAS (Sistem
pendidikan Nasional) UU RI No. 20 tahun 2003 dan undang-undang
Guru dan dosen UU RI Nomor 14 tahun 2005, Jakarta.
Anitah, S. dkk., 2007. Strategi Pembelajaran Matematika. Universitas
Terbuka, Jakarta.
Arifin, M. 1995. Pengembangan Program Pengajaran Kimia. UNAIR, Surabaya.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta,
Jakarta.
Bundu, P. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam
Pembelajaran Sains. Depdiknas, Jakarta.
Costa, A.L. and Presseisen, B.Z., 1985. Glossary of Thinking Skill, in A.L. Costa
(ed). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking,
Alexandria, ASCD.
Creswell, J. W. 2009. Research Design Qualitative, Quantitative and Mixed
Methods Approaches Thrid Edition. Sage Publications. United States of
America.
Dahar, R. W. 2003. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga,
Bandung.
............ 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Erlangga, Jakarta.
Daryanto. 2014. Pembelajran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum 2013).
Gava Media, Yogyakarta.
Filsaime, D. K. 2008. Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif.
Prestasi Pustaka, Jakarta.
Firdani, A. I., dan Poedjiastoeti, S. 2015. Pengembangan Lembar Kegiatan Siswa
(Lks) Berorientasi Guided Discovery Untuk Melatihkan Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Asam Basa Kelas XI SMA. UNESA
Journal of Chemical Education, 4(2): 262-271.
Gracias, W., Fadiawati, N., & Tania, L. (2017). Efektivitas Pendekatan Saintifik
dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi Pemisahan
Campuran Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 6 (1), 101-115.
Gurría, A. (2013). PISA 2012 Assassement and Analytical Framework:
Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy.
Diakses dari https://www.oecd.org/pisa/pisa-2015-results-in-focus.pdf.
pada tanggal 2 Juli 2018.
Hamdayama, J. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Ghalia Indonesia, Bogor.
Hake, R. R. (2002, August). Relationship of individual student normalized
learning gains in mechanics with gender, high-school physics, and pretest
scores on mathematics and spatial visualization. In Physics education
research conference (No. 2), pp. 30-45.
Jamaluddin., Nur E. 2016 Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen
Terhadap Kemampuan berfikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sains
Siswa Kelas VI Tiroang Kabupaten Pinrang. Jurnal Pendidikan Sains
Pascasarjana Universitas Negeri Makasar, 1 (4) : 11-18
Joyce, B. and Weil, M. 1972. Models of teaching. englewood cliffs. N.J,
Prantice hall.
Kawuwung, F. 2011. Profil Guru, Pemahaman Kooperatif NHT, Dan
Kemaempuan Berpikir Tingkat Tinggi di SMP Kabupaten Minahasa
Utara. Jurnal El-Hayah, 1(4): 78-82.
Liliasari. 2007. Model-Model Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi Untuk
Mengembangkan Keterampilan Generic Sains dan Berpikir Tingkat
Pelajar. UPI, Bandung.
Machin, A. 2016. Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter Dan
Konservasi Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. dan Perkembangan
Manusia. Jurnal Pendidikan IPA. 3 (1): 30-35
Majid, A. (2014). Strategi Pembelajaran. PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Meidayanti, R., Sunyono, dan Tania, L. 2016. Pembelajaran SiMaYang Tipe II
untuk Meningkatkan Self Efikasi dan Keterampilan Berpikir Kritis pada
Materi Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Kimia, 5 (1): 856-867.
Prasetyowati, E. N., dan Suyatno. 2016. Peningkatan Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Implementasi Model
Pembelajaran Inkuiri Pada Materi Larutan Penyangga. Jurnal Kimia dan
Pendidikan Kimia (JKPK), 1(1): 67-74.
Puspita, I. K., and Suwarma, I. R. 2017. Analysis of Critical Thinking Skills on
The Topic of Static Fluid. International Conference on Mathematics and
Science Education (ICMScE), 895: 1-4.
Redhana, I. W., dan Liliasari. 2008. Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir
Kritis pada Topik Laju Reaksi untuk Siswa SMA. Forum Kependidikan,
27(2): 103-112.
Roestiyah N.K. 2001 Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta.
......................... 1994. Masalah Pengajaran Sebagai Suatu Sistem. PT.
Rieneka Cipta, Jakarta.
Sagala, S. 2010. Supervisi Pembelajaran dalam Profesi Pendidikan.
CV. Alfabeta., Bandung.
Sani, R. A. 2014. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Bumi Aksara, PT. Jakarta.
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group.
Jakarta.
Santrock, J. W. 2011. Psikologi Pendidikan Edisi 3. Salemba Humanika, Jakarta.
Schoenherr, P. 2003. Strategi Pembelajaran Sains. PT Remaja Rosdakarya,
Bandung.
Stiggins. 1994. Pengertian Motivasi. Akar Ilmu, Jakarta.
Sudjana, N. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Sudibyo B. 2006. Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemendikbud, Jakarta.
Sudjana, N. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.
Sunyono. 2012. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi dalam
Membangun Model Mental dan Penguasaan Konsep Kimia Dasar
Mahasiswa. Disertasi. Program S3 Pendidikan Sains. Program
Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya : tidak dipublikasikan.
Syaiful B., Djamarah dan Aswan Z. 2002. Strategi Belajar Mengajar, Rineka
Cipta Jakarta.