PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES...
Transcript of PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES...
PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI
KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI 3 MAKASSAR
CREATIVE THINKING PROCESS IN POSING THE PROBLEMS BASED ON
INITIAL ABILITY OF STUDENTS AT SMPN 3 MAKASSAR
Irwansyah Iskandar
Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi kemampuan dan proses berpikir
kreatif dalam pengajuan masalah ditinjau dari tingkat kemampuan awal. Subjek dalam
penelitian ini adalah sebanyak 6 orang yang terbagi menjadi 3 kategori kemampuan yaitu 2
subjek kemampuan awal tinggi, 2 subjek kemampuan awal sedang, dan 2 subjek kemampuan
awal rendah yang diperoleh dari siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar. Instrumen dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama dan tes kemampuan awal, tes
kemampuan berpikir kreatif, dan pedoman wawancara sebagai instrumen pendukung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam membuat soal/masalah; (1) Subjek dengan kemampuan
tinggi mampu memunculkan indikator kefasihan (fluency) dengan baik berdasarkan tahap
berpikir kreatif Wallas begitupula dengan indikator fleksibilitas (flexibility) dan indikator
kebaruan (original) walaupun ide yang dimunculkan sangat terbatas dalam mengajukan
masalah; (2) Subjek dengan kemampuan sedang juga mampu memunculkan indikator
berpikir kreatif yakni indikator kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan
(original) dengan baik dalam mengajukan masalah berdasarkan tahap Wallas meskipun
awalnya mendapatkan kesulitan; (3) Subjek dengan kemampuan rendah tidak mampu
memunculkan indikator berpikir kreatif yakni indikator kefasihan (fluency), fleksibilitas
(flexibility), dan kebaruan (Original) dalam mengajukan masalah. Bahkan Subjek mengaku
kurang paham tentang tugas yang diberikannya dalam mengajukan masalah.
Kata Kunci: Proses Berpikir Kreatif, Pengajuan Masalah, Kemampuan Awal
ABSTRACT
The study aims at discovering the description of creative thinking process ability in
posing the problems based on initial ability level. The subjects of the study were 6 students
who were divided in to 3 ability categories, 2 subjects with high initial ablity, 2 subjects with
moderate initial ability, and 2 subjects with low initial ability obtained from grade VIII
students at SMPN 3 Makassar. The instruments of the study were the researcher himself as
the main instrument and initial ability test, creative thinking ability test, and guided interview
as the supporting instruments.The results of the study reveal that (1) the subjects with high
ability were able to show fluency indicator well based on creative thinking step by Wallas as
well as the flexibility indicator, and original indicator although the idea raised was very
limited in posing the problems, (2) the subjects with moderate ability were also able to show
creative thinking indikator, namely fluency indicator, flexibility indicator, and original
indicator well in posing the problems based on Wallas steps althought at the beginning
experienced difficulty, (3) the subjects with low ability were not able to show creative
thinking indicator, namely fluency indicator, flexibility indicator, and original indicator in
posing the problems. The subjects even admitted to have lack of understanding on the tasks
given in the posing the problems.
Keywords: creative thinking pocess, problem posing, intial ability.
PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah karena
mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diamanahkan undang-
undang karena matematika merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik berfikir
analitis, logis, kritis, sistematis, dan kreatif. Kreativitas sangat diperlukan dalam
perkembangan pengetahuan dan teknologi. Kreativitas dapat diperbaiki di sekolah maupun di
perguruan tinggi dengan pembelajaran pengajuan masalah matematika. Kita harus
memikirkan teori, metode, dan strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas
siswa. Metode yang mungkin digunakan oleh guru untuk mendorong kreativitas siswa dalam
proses belajar matematika adalah melalui pemecahan masalah (problem solving) dan
pengajuan masalah (problem posing). Pengajuan masalah merupakan kegiatan yang
mengarahkan siswa pada sikap kritis dan kreatif, karena siswa diminta untuk membuat
pertanyaan atau soal dari informasi awal yang diberikan. Einstein dalam Kiswandono (2000:
9) pernah mengatakan bahwa perumusan suatu masalah seringkali lebih penting daripada
penyelesaiannya yang mungkin hanya merupakan persoalan keterampilan matematis dan
eksperimental semata. Dalam pembelajaran matematika, pengajuan masalah menempati
posisi yang strategis. Bahkan, pengajuan masalah dikatakan inti terpenting dalam disiplin
matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran matematika (Silver, et al., 1997: 293). Lebih
lanjut, Silver dan Cai dalam Subanji (2012: 125) menjelaskan bahwa pengajuan masalah
berkorelasi positif dengan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini karena meningkatnya
kemampuan pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Menurut Silver (dalam Siswono 2009) menyatakan bahwa untuk menganalisis dan
mengidentifikasi tingkat kreativitas peserta didik dalam pemecahan masalah dan pengajuan
masalah, umumnya digunakan tiga aspek kreativitas yang merupakan tiga komponen utama
dalam Torrance Test of Creative thinking (TTCT) yaitu aspek kefasihan (fluency), aspek
fleksibilitas (flexibility) dan aspek kebaruan (originality). Lebih rinci hubungan pemecahan
masalah dan pengajuan masalah yang meliputi ketiga komponen utama kreativitas yang
dipakai dalam penelitian ini.
Tabel 2.1 Hubungan Kreativitas dalam Pemecahan Masalah dan Pengajuan Masalah
Pemecahan Masalah Komponen
Kreativitas
Pengajuan Masalah
Peserta didik menyelesaikan
masalah dengan bermacam-
macam solusi dan jawaban Kefasihan
Peserta didik membuat banyak
masalah serupa yang dapat
dipecahkan. Peserta didik
berbagi masalah yang diajukan
Peserta didik menyelesaikan
(atau menyatakan atau
justifikasi) dalam satu cara,
kemudian dengan cara lain.
Peserta didik mendiskusikan
berbagai metode
penyelesaian.
Fleksibilitas
Peserta didik mengajukan
masalah dengan cara yang
berbeda-beda yang dapat
dipecahkan.
Peserta didik memeriksa
penyelesaian atau jawaban-
jawaban dengan berbagai
metode penyelesaian dan
kemudian membuat metode
Kebaruan
Peserta didik memeriksa
beberapa masalah yang
diajukan kemudian mengajukan
suatu masalah yang berbeda.
baru yang berbeda.
Pada proses pembelajaran di kelas tentunya kemampuan awal dari masing-masing
peserta didik berbeda-beda, ada yang mempunyai kemampuan awal yang tinggi, sedang, dan
rendah. Kemampuan awal sendiri menurut Dick dan Carry (anis, 2011: 30) didefinisikan
sebagai pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki peserta didik selama ia
melanjutkan ke jenjang berikutnya. Dalam penelitian yang dilakukan Maf’ulah (2010),
diperoleh hasil bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kreatifitas siswa dalam mengajukan masalah
matematika berdasarkan informasi yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini bertujuan mendeskripsikan proses berfikir
kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika jika ditinjau dari kemampuan awal siswa
kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data yang menghasilkan
gambaran proses berfikir kreatif dalam pengajuan masalah ditinjau dari kemampuan awal
siswa. Kemampuan dan proses berpikir kreatif tersebut terungkap melalui hasil kerja siswa
dalam mengajukan masalah dan menyelesaikan masalah matematika yang diamati melalui
hasil kerja tertulis dan diperkuat dengan wawancara mendalam.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Makassar dengan subjek penelitian adalah
siswa kelas VIII sebagai subjek penelitian. Adapun prosedur pemilihan subjek penelitian
yaitu: (1) memberikan tes kemampuan matematika atau dengan melihat hasil tes ujian yang
telah diberikan oleh guru matematika kepada seluruh subjek penelitian; (2) Banyaknya subjek
yang dipilih dalam penelitian ini adalah enam orang, dengan perincian masing-masing dua
subjek penelitian untuk setiap kategori tingkatan kemampuan siswa (tinggi, sedang, dan
rendah); (3) memilih subjek yang dipilih secara purposive sampling diasumsikan memenuhi
variasi proses berpikir kreatif dalam pengajuan masalah matematika dan memperhatikan
kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat dan kelancaran berkomunikasi.Hasil tes
kemampuan matematika siswa yang didapatkan akan dikategorikan dalam beberapa
tingkatan. Kategori tingkat kemampuan matematika siswa ditunjukkan pada Tabel di bawah
ini :
Tabel 3.1 Kategori Tingkat Kemampuan Matematika Siswa
Tingkat Kemampuan Interval
Tinggi 80 ≤ x ≤ 100
Sedang 65 ≤ x < 80
Rendah x < 65
Instrumen penelitian terdiri dari instrumen utama yaitu peneliti sendiri, tes kemampuan
berfikir kreatif pada pengajuan masalah dan pedoman wawancara. Keabsahan data
merupakan konsep penting dalam penelitian kulitatif. Pemeriksaan terhadap keabsahan data
bertujuan untuk mengurangi bias yang terjadi pada saat pengumpulan data. Salah satu cara
yang digunakan untuk menjamin keabsahan data yaitu teknik uji kredibilitas data. Uji
kredibilitas data yang digunakan yakni dengan triangulasi sumber yaitu dengan
membandingkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan wawancara subjek pada kategori
kemampuan yang sama.
Proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data sampai pada saat peneliti
menyelesaikan tugas di lapangan. Ketika peneliti mulai mengumpulkan data, analisis
dilakukan terhadap pertanyaan yang diajukan berdasarkan respon subjek. Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah 1) menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, 2) reduksi data, 3) penyajian data meliputi pengklasifikasian dan
identifikasi data, 4) membuat coding 5) memaparkan data, dan 6) menarik kesimpulan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil dari tes kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa subjek kemampuan
awal tinggi memenuhi indikator kefasihan (fluency) karena dapat mengajukan masalah serupa
dengan jelas dan benar pada informasi berupa gambar yang telah disediakan. Terbukti subjek
KT1 membuat banyak soal serupa tentang segitiga dan sama-sama mencari tinggi dan luas
segitiga dan KT2 dapat membuat banyak soal serupa tentang segitiga dan sama-sama
menentukan panjang sisi segitiga menggunakan phytagoras, pada indikator fleksibilitas
(fleksibility) karena mampu mengajukan masalah beragam atau berbeda dari soal serupa yang
dibuatnya dengan jelas dan benar pada informasi berupa gambar yang telah disediakan.
Terbukti subjek dapat membuat soal beragam atau berbeda dari soal serupa yang dibuatnya
pada bangun datar segi empat. Dan indikator kebaruan (original) terlihat dari kemampuan
subjek KT dalam mengajukan masalah dengan mengkombinasikan bangun datar atau unsur
yang lain dengan informasi yang diberikan pada tugas pengajuan masalah dengan jelas dan
benar yaitu pada KT1, subjek membuat satu soal dengan mengkombinasikan persegi panjang
dan dua segitiga siku-siku yang ditulisnya. Berbeda pada KT2, subjek hanya mampu
membuat soal sebanyak dua nomor.
Pada subjek dengan kemampuan awal sedangpun memenuhi semua indikator berpikir
kreatif baik itu kefasihan (fluency), fleksibilitas (fleksibility) , maupun kebaruan (original).
Subjek memenuhi kefasihan (fluency) karena dapat mengajukan masalah serupa dengan jelas
dan benar pada informasi berupa gambar yang telah disediakan. Terbukti subjek KS1
membuat banyak soal serupa tentang segitiga dan sama-sama menentukan keliling tanpa
mengetahui ukuran salah satu sisinya dan KS2 membuat soal serupa sebanyak dua yaitu
pertama tentang segitiga dengan menentukan luas dan yang kedua dengan menentukan
banyak simetri lipat dari bangun datar segitiga sama sisi dan persegi. Selain kefasihan
(fluency), Subjek KS juga dapat memenuhi indikator fleksibilitas (flexibility) yaitu KS1
membuat soal yang berbeda dari soal serupa yang di tulisnya sebanyak satu nomor yaitu
menentukan keliling dan diketahui luas dan ukuran salah satu sisi persegi panjang. Berbeda
pada KS2, subjek mampu membuat soal beragam selain soal serupa yang dibuatnya
sebanyak tiga nomor. Begitupun dengan indikator kebaruan (original) terlihat Pada KS1,
subjek membuat soal dengan mengkombinasikan persegi panjang dan setengah lingkaran.
Berbeda pada KS2, subjek membuat soal dengan mengkombinasikan persegi panjang dan
segitiga siku-siku.
Berbeda dengan kemampuan awal tinggi dan sedang, subjek dengan kemampuan awal
rendah tidak mampu memunculkan indikator berpikir kreatif yakni indikator kefasihan
(fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (original) dalam membuat soal/masalah.
Namun, pada indikator fleksibilitas (flexibility) mereka mencoba untuk membuat soal yang
beragam, namun soal yang mereka tulis menggunakan kalimat yang tidak bisa dipahami dan
kalimatnya tidak tepat.
Dari indikator-indikator yang muncul untuk masing-masing subjek penelitian dan
pertanyaan yang diajukan dari tes kemampuan berpikir kreatif, dilakukan wawancara
mendalam untuk mengungkap proses munculnya indikator berpikir kreatif yang dihasilkan.
Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara yakni sebagai berikut:
Tabel. 1 Komparasi Data hasil Wawancara Proses Munculnya Indikator Berpikir Kreatif
dalam Pengajuan Masalah
No
Tahapan
Proses
Berpikir
Kreatif
Proses Berpikir
Subjek KT Subjek KS Subjek KR
Kelancaran (Fluency)
1 Tahap
Persiapan
Subjek memberikan
informasi yang lengkap
mengenai informasi apa
yang diketahui dan
petunjuk dalam
menyelesaikan tugas
pengajuan masalah.
Subjek berusaha
mengingat materi yang
berkaitan dengan
TKBK dan mengaitkan
informasi dari tugas
pengajuan masalah
dengan konsep dan sifat
bangun datar persegi
panjang dan segitiga.
Subjek mempersiapkan
penyelesaian tugas
pengajuan masalah
yang diberikan,
membuat soal yang
serupa berkaitan dengan
informasi yang
diberikan.
Subjek tidak merasa
kesulitan dalam
membuat soal.
Subjek memberikan
informasi yang lengkap
mengenai informasi apa
yang diketahui dan
petunjuk dalam
menyelesaikan tugas
pengajuan masalah.
Subjek mengaitkan
informasi dari tugas yang
diberikan dengan konsep
dan sifat bangun datar.
Subjek menemukan
kesulitan yaitu kesulitan
mengingat kembali
pelajaran bangun datar
yang sudah lama
dipelajarinya
-
2 Tahap
Inkubasi
Subjek mampu
menentukan soal serupa
dari beberapa soal yang
dibuatnya pada tugas
pengajuan masalah.
Subjek berusaha untuk
membuat soal serupa
dengan mengingat soal-
soal yang pernah
didapatnya.
Subjek tidak
membutuhkan waktu
lama untuk membuat
soal.
Subjek mampu
menentukan soal serupa
yang dibuatnya.
Subjek sebelum
menemukan ide
melakukan hal yang
berbeda.
Subjek membutuhkan
waktu yang lumayan
lama dalam menemukan
ide membuat soal serupa.
-
3 Tahap
iluminasi
Subjek menemukan
idenya secara tiba-tiba
Subjek menemukan ide
membuat soal yang -
No
Tahapan
Proses
Berpikir
Kreatif
Proses Berpikir
Subjek KT Subjek KS Subjek KR
dan menguji soal yang
dibuat.
Subjek menemukan
idenya saat melakukan
kegiatan lain.
serupa dengan
mengaitkan materi yang
pernah dipelajarinya.
Subjek saat menemukan
ide membuat soal
berusaha membuat lagi
Soal dengan pertanyaan
yang sama tetapi dengan
ukuran berbeda.
4 Tahap
Verifikasi
Subjek yakin dengan
ide yang diterapkan
dalam membuat soal
yang serupa.
Subjek memeriksa
soalnya dengan
melakukan uji kembali.
Subjek setiap soal yang
dibuatnya melakukan
pengujian dengan cara
menjawab soalnya.
Subjek yakin dengan
idenya dalam membuat
soal serupa sudah tepat.
Subjek memeriksa
soalnnya dengan
melakukan uji kembali.
Subjek jika menemukan
kendala dalam
memeriksa soal dan
terdapat soal yang salah
menurutnya berusaha
untuk memperbaiki
hingga soal yang
dibuatnya benar dan
dapat diselesaikan.
-
Fleksibilitas
(Flexibility)
1 Tahap
Persiapan
Subjek memahami
maksud dari pertanyaan
yang diberikan.
Subjek mengaitkan
informasi dari tugas
yang diberikan dengan
konsep dan sifat bangun
datar persegi dan
persegi panjang.
Subjek sudah
merencanakan
membuat soal yang
berbeda dari soal serupa
yang dibuatnya.
Subjek memahami
petunjuk dan informasi
dari tugas pengajuan
masalah dalam hal ini
soal beragam atau
berbeda dari soal serupa.
Subjek mengaitkan
informasi dari tugas
pengajuan masalah
dengan konsep dan sifat
bangun datar.
Subjek mengerti
maksud dari masalah
yang diberikan tetapi
tidak memberikan
infomasi yang lengkap
mengenai soal serupa
dan soal beragam.
Subjek mengingat
materi yang terkait
dengan tugas yang
diberikan.
Subjek mempunyai
kesulitan dalam
mengingat materi
bangun datar yang
pernah dipelajarinya.
2 Tahap Subjek mampu Subjek berusaha Subjek pada saat
No
Tahapan
Proses
Berpikir
Kreatif
Proses Berpikir
Subjek KT Subjek KS Subjek KR
Inkubasi menentukan soal
beragam selain soal
serupa yang dibuatnya
pada tugas pengajuan
masalah bagian a.
Subjek berusaha
berfikir untuk membuat
soal yang berbeda dari
soal serupa yang telah
dibuatnya dan
melakukan cakaran
dalam menjawab soal
yang dibuatnya.
Subjek tidak
membutuhkan waktu
lama untuk membuat
soal beragam dengan
jenis soal yang berbeda-
beda dari soal serupa
yang dibuat.
mengingat materi bangun
datar yang pernah
dipelajarinya.
Subjek tidak
membutuhkan waktu
lama untuk membuat soal
beragam dan langsung
menuliskannya
menjawab tugas yang
diberikan melakukan
kegiatan lain yang tidak
ada kaitannya dengan
usahanya membuat soal
dan merasa bingung
dengan tugasnya.
Subjek membutuhkan
waktu yang lama dalam
memikirkan soal yang
akan dibuatnya.
3 Tahap
iluminasi
Subjek menemukan ide
membuat soal yang
beragamnya dengan
mengingat soal yang
pernah diberikan oleh
gurunya.
Subjek melakukan
kegiatan lain saat
menemukan ide
membuat soal beragam.
Subjek berusaha untuk
memikirkan soal
beragam yang akan
ditulisnya.
Subjek menemukan ide
membuat soal yang
beragam yang dapat
diselesaikan dengan
memperhatikan diketahui
dan ditanyakan.
Subjek pada saat
menemukan ide
membuat soal langsung
menulis soalnya.
Subjek membuat soal
beragam dengan
mencoba mengingat soal
apa lagi yang bisa
diselesaikan.
Subjek kurang paham
tentang tugas yang
diberikannya.
Subjek langsung
menuliskan soal pada
lembar jawaban.
4 Tahap
Verifikasi
Subjek yakin dengan
idenya dalam membuat
soal yang beragam
sudah tepat dan bisa
diselesaikan karena
sudah memeriksanya.
Subjek mampu menguji
soal yang beragam
dibuatnya dan yakin
Subjek yakin dengan
idenya dalam membuat
soal beragam sudah
tepat.
Subjek memeriksa
soalnnya dengan
melakukan uji kembali.
Subjek kurang yakin
dengan soal yang
dibuatnya sudah tepat
dan bisa diselesaikan.
Subjek tidak menguji
soal yang dibuatnya dan
terlihat langsung
No
Tahapan
Proses
Berpikir
Kreatif
Proses Berpikir
Subjek KT Subjek KS Subjek KR
bisa dijawab. menulis soalnya.
Kebaruan
(Original)
1 Tahap
Persiapan
Subjek memahami
maksud dari tugas
pengajuan masalah
pada bagian b yang
diberikan.
Subjek mempunyai ide
tentang konsep-konsep
atau sifat matematika
dalam membuat
pertanyaan
mengkombinasikan
bangun datar yang akan
digunakannya dalam
mengajukan masalah
pada bagian b.
Subjek memahami
maksud dari tugas
pengajuan masalah
bagian b.
Subjek sudah
memikirkan soal yang
akan diterapkannya
dalam menjawab tugas
pengajuan masalah
bagian b.
-
2 Tahap
Inkubasi
Subjek sebelum
membuat soal
membayangkan
kemudian
menggambarkan
bangun datar yang ingin
digabungnya pada
kertas cakaran.
Subjek tidak
membutuhkan waktu
lama untuk membuat
soal pada bagian b.
Subjek sebelum
menemukan idenya
melakkan kegiatan lain
yang tidak ada
hubungannya dalam
usaha menyelesaikan
TKBK yang diberikan.
Subjek membutuhkan
waktu lama untuk
membuat soal pada
bagian b.
-
3 Tahap
iluminasi
Subjek melakukan
kegiatan lain saat
menemukan idenya
membuat soal.
Subjek berusaha
mengingat kembali
pelajaran dari gurunya
Subjek dalam
menemukan ide
membuat soal berfikir
bagaimana cara
mengkominasikan dua
bangun datar.
Subjek menemukan
idenya saat melakukan
kegiatan lain dan
mengaitkannya dengan
pengalaman
mendapatkan soal dari
guru.
-
4 Tahap
Verifikasi
Subjek yakin dengan
idenya dalam membuat
soal bagian b sudah
Subjek yakin dengan soal
yang dibuatnya dapat
diselesaikan karena telah
-
No
Tahapan
Proses
Berpikir
Kreatif
Proses Berpikir
Subjek KT Subjek KS Subjek KR
tepat.
Subjek memeriksa
soalnnya dengan
melakukan uji kembali.
menemukan jawabannya.
Subjek memeriksa dan
mampu menguji soal
yang dibuatnya.
Dari paparan di atas, subjek KT hanya memenuhi tahap persiapan, iluminasi, dan
verifikasi dan tidak melalui tahap inkubasi dari ketiga indikator yang dimunculkannya yaitu
kefasihan (fluency), fleksibilitas (fleksibility) , maupun kebaruan (original). Kemudian pada
subjek KS dengan indikator kefasihan (fluency) dan fleksibilitas (fleksibility) subjek KS juga
hanya melalui tahap persiapan, iluminasi, dan verifikasi dan tidak melalui tahap inkubasi.
Namun Berbeda pada indikator kebaruan (original), subjek KS sendiri melewati tahap-tahap
berfikir kreatif yang dikemukakan oleh Wallas disetiap tahapnya yaitu tahap persiapan,
inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pada tahap inkubasi yang tidak dilalui oleh subjek KT,
subjek KS sebelum menemukan idenya melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya
dalam usaha menyelesaikan TKBK yang diberikan yakni, KS1 sempat diam seperti
mengkhayalkan sesuatu yang lain dan merasa malas berfikir. Hal ini ditunjukkan dengan
petikan wawancara berikut:
KODE P/J URAIAN
KS1-28 P Ceritakan kepada saya, kegiatan apa yang kamu lakukan sebelum
kamu temukan ide buat soal ini
KS1-28 S Sempat ka terdiam sejenak kak kayak mengkhayal yang lain.
KS1-29 P Ceritakan kepada saya, apa yang ada dalam pikiran iqbal selama
melakukan kegiatan terdiam itu?
KS1-29 S sempatka sejenak diam kayak malas ka fikirki jadi yang
kulakukan itu kayak mengkhayal yang lain tapi sesudah itu
langsungma kembali fikir soal yang akan saya buat.
Sedangkan KS2 sempat meminta izin ke toilet dan mengaku selama melakukan itu subjek
tidak memikirkan tugas yang diberikan dan sempat bercengkrama dengan temannya (KS2-
27) Hal ini sesuai dengan petikan wawancara berikut:
KODE P/J URAIAN
KS2-27 P Ceritakan kepada saya, apa yang ada dalam pikiran Rizky selama
melakukan kegiatan itu?
KS2-27 S Tidak adaji ku pikir kak biar soal tidak karena tadi sempat ka
bicara sama teman tentang hal lain. Pulangpi dari toilet baru
kembali lagi saya fikir ini buat soal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Wallas dalam Wheeler,et.al (2002) menyatakan bahwa
pada tahap inkubasi seseorang akan melepaskan diri sementara dari masalah yang ada.
Tetapi, dalam melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan menyelesaikan
tugasnya, subjek tidak mengurungkan niatnya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
dengan membuat soal yang benar dan jelas meskipun membutuhkan waktu yang lama.
Kemudian sesuai dijelaskan diatas, subjek dengan kemampuan rendah (KR) tidak
mampu memunculkan indikator fleksibilitas (flexibility) mereka hanya membuat soal
berdasarkan pemahaman. Pada subjek dengan kategori rendah mereka mengerti maksud dari
TKBK yang diberikan, namun, terkendala dalam mengingat materi yang pernah
dipelajarinya. Pada tahap inkubasi siswa membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkan
soal serupa yang akan dibuatnya. Kemudian pada tahap iluminasi, mereka mengatakan
kurang paham tentang tugas yang diberikan dan siswa membuat soal sesuai pemahaman
mereka terhadap TKBK yang diberikan. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian
Defitriani (2014) menyimpulkan bahwa siswa tidak kreatif berusaha untuk memahami
masalah yang dihadapainya, namun pemahamannya kurang tepat.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada pertanyaan
penelitian, maka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses berfikir kreatif dalam pengajuan masalah subjek dengan kemampuan awal tinggi
dengan memenuhi indikator sebagai berikut:
a. Kefasihan (fluency)
Pada tahap persiapan subjek memberikan informasi yang lengkap mengenai informasi
apa yang diketahui dan petunjuk dalam menyelesaikan tugas pengajuan masalah. Subjek
juga berusaha mengingat materi yang berkaitan dengan TKBK dan mengaitkan informasi
dari tugas pengajuan masalah dengan konsep dan sifat bangun datar persegi panjang dan
segitiga. Subjek tidak melalui tahap inkubasi karena mencoba membuat soal serupa
dengan mengingat soal-soal yang pernah didapatnya. Sampai pada tahap iluminasi,
subjek menemukan idenya secara tiba-tiba dan menguji soal yang dibuat. Pada tahap
yang terakhir yakni tahap verifikasi, subjek yakin dengan ide yang diterapkan dalam
membuat soal yang serupa. Subjek juga memeriksa soal yang dibuatnya dengan
melakukan pengujian dengan cara menjawab soalnya.
b. Fleksibilitas (flexibility),
Pada tahap persiapan, subjek KT sudah memahami maksud dari pertanyaan yang
diberikan dan subjek mengaitkan informasi dari tugas yang diberikan dengan konsep dan
sifat bangun datar. Selanjutnya subjek KT tidak melalui tahap inkubasi, subjek tidak
membutuhkan waktu lama untuk membuat soal dan berusaha berfikir untuk membuat
soal yang berbeda dari soal sebelumnya. Sampai pada tahap iluminasi, nampaknya
subjek menemukan ide membuat soal yang beragamnya dengan mengingat soal yang
pernah diberikan oleh gurunya. Terakhir pada tahap verifikasi, subjek yakin dengan
idenya dalam membuat soal yang beragam sudah tepat dan bisa diselesaikan karena
sudah memeriksanya dan mampu menguji soal yang beragam dibuatnya dan yakin bisa
dijawab.
c. Kebaruan (original)
Pada tahap persiapan, subjek KT sudah memahami maksud dari tugas pengajuan masalah
pada bagian b yang diberikan dan mempunyai ide tentang konsep-konsep atau sifat
matematika dalam membuat pertanyaan mengkombinasikan bangun datar yang akan
digunakannya dalam mengajukan masalah pada bagian b. Subjek KT tidak melalui tahap
inkubasi karena subjek tidak mengalihkan perhatiannya sejenak ke hal yang lain kecuali
berusaha memikirkan TKBK yang diberikan. Sampai pada tahap iluminasi, nampaknya
subjek melakukan kegiatan lain saat menemukan idenya membuat soal yakni
membayangkan bangun datar yang akan di kombinasikannya dan mencoba menjawab
soal yang dibuatnya. Terakhir pada tahap verifikasi, subjek yakin dengan idenya dalam
membuat soal bagian b sudah tepat dan memeriksa soalnya dengan melakukan uji
kembali.
2. Proses berfikir kreatif dalam pengajuan masalah subjek dengan kemampuan awal sedang
dengan memenuhi indikator sebagai berikut:
a. Kefasihan (fluency) Pada tahap persiapan, subjek memberikan informasi yang lengkap mengenai informasi
apa yang diketahui dan petunjuk dalam menyelesaikan tugas pengajuan masalah. Selain
itu subjek menemukan kesulitan dalam mengingat kembali pelajaran bangun datar yang
sudah lama dipelajarinya. Namun dalam menemukan kesulitan subjek tidak putus asa
untuk mengingatnya sampai menemukan ide yang tepat untuk mengajukan masalah.
Perhatian subjek tidak dialihkan ke hal lain selain memikirkan soal yang akan dibuatnya,
dengan kata lain tahap inkubasi pada subjek tidak dilaluinya. Selanjutnya sampai pada
tahap iluminasi, subjek menemukan ide membuat soal berusaha membuat lagi Soal
dengan pertanyaan yang sama tetapi dengan ukuran berbeda. Adapun pada tahap
verifikasi, Subjek yakin dengan idenya dalam membuat soal serupa sudah tepat dan
memeriksa soalnya dengan melakukan uji kembali.
b. Fleksibilitas (flexibility)
Pada tahap persiapan, subjek KS sudah memahami petunjuk dan informasi dari tugas
pengajuan masalah dalam hal ini soal beragam atau berbeda dari soal serupa dan
mengaitkan informasi dari tugas pengajuan masalah dengan konsep dan sifat bangun
datar. Sama dengan indikator kefasihan subjek KS juga tidak melalui tahap inkubasi
karena terus berusaha mengingat materi untuk menjawab TKBK yang diberikan.
Kemudian pada tahap iluminasi, nampaknya subjek menemukan ide membuat soal yang
beragam yang dapat diselesaikan dengan memperhatikan diketahui dan ditanyakan dan
langsung menulis soalnya. Terakhir pada tahap verifikasi, subjek yakin dengan idenya
dalam membuat soal beragam sudah tepat dan bisa diselesaikan karena sudah memeriksa
soalnnya dengan melakukan uji kembali.
c. Kebaruan (original)
Pada tahap persiapan, subjek KS memahami maksud dari tugas pengajuan masalah
bagian b yang diberikan dan sudah memikirkan soal yang akan diterapkannya dalam
menjawab tugas pengajuan masalah bagian b. Selanjutnya pada tahap inkubasi subjek
sebelum menemukan idenya melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dalam
usaha menyelesaikan TKBK yang diberikan yakni, KS1 sempat diam seperti
mengkhayalkan sesuatu yang lain dan merasa malas berfikir (KS1-28, KS1-29)
sedangkan KS2 sempat meminta izin ke toilet dan mengaku selama melakukan itu subjek
tidak memikirkan tugas yang diberikan dan sempat bercengkrama dengan temannya
(KS2-27). selanjutnya pada tahap iluminasi, nampaknya subjek melakukan kegiatan lain
saat menemukan idenya membuat soal yakni dalam menemukan ide membuat soal
berfikir bagaimana cara mengkombinasikan dua bangun datar dan mengaitkannya
dengan pengalaman mendapatkan soal dari guru. Terakhir pada tahap verifikasi, subjek
yakin dengan soal yang dibuatnya dapat diselesaikan karena telah menemukan
jawabannya. Ini berarti subjek KT dengan indikator kebaruan melewati tahap-tahap
berfikir kreatif yang dikemukakan oleh Wallas.
3. Subjek dengan kemampuan rendah tidak mampu memunculkan indikator berpikir kreatif
yakni indikator kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (Original)
dalam mengajukan masalah. Bahkan Subjek mengaku kurang paham tentang tugas yang
diberikannya dalam mengajukan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Anis. 2011. Pengaruh pendekatan problem solving dan kemampua awal terhadap hasil belajar
matematika di SMA Negeri 1 Gorontalo. Tesis, tida dipublikasikan. Universitas Negeri
Gorontalo.
Defitriani, E. (2014). Profil berpikir kreatif siswa kelas akselerasi dalam memecahkan
masalah matematika terbuka. Jurnal Penelitian Matematika, 6 (2), 65 – 76
Kiswandono, I. 2000. Berpikir Kreatif Suatu Pendekatan Menuju Berpikir Arsitektural.
Jurnal Nasional Dimensi Teknik Arsitektur. Universitas Kristen Petra. Vol. 28 (1), 8-16
Silver, E. 1997. Fostering Creativity Through Instruction Rich in Mathematical Problem
Solving and Thinking in Problem Solving, http://www.fiz.
karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volume 29 ( Juni 1997) Nomor 3. Electronic
Edition ISSN 1615-679X, Diakses pada 27 Juli 2017
Siswono, T. Y.E. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Melalui
Pemecahan Masalah tipe “what’s another way”. Jurnal online.
https//tatagyes.wordpress.com/karya-tulis/ diakses 13 Agustus 2017
Subanji. 2012. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Malang. Universitas Negeri
Malang (UM).
Wheeler, S., Waite, S.J., and Bromfield, C. 2002. Promoting Creative thinking Trough The
Use of ICT. Journal of Computer Assisted Learning, vol 8, hlm 367-378.