PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES...

12
PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI 3 MAKASSAR CREATIVE THINKING PROCESS IN POSING THE PROBLEMS BASED ON INITIAL ABILITY OF STUDENTS AT SMPN 3 MAKASSAR Irwansyah Iskandar Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi kemampuan dan proses berpikir kreatif dalam pengajuan masalah ditinjau dari tingkat kemampuan awal. Subjek dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 orang yang terbagi menjadi 3 kategori kemampuan yaitu 2 subjek kemampuan awal tinggi, 2 subjek kemampuan awal sedang, dan 2 subjek kemampuan awal rendah yang diperoleh dari siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama dan tes kemampuan awal, tes kemampuan berpikir kreatif, dan pedoman wawancara sebagai instrumen pendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam membuat soal/masalah; (1) Subjek dengan kemampuan tinggi mampu memunculkan indikator kefasihan (fluency) dengan baik berdasarkan tahap berpikir kreatif Wallas begitupula dengan indikator fleksibilitas (flexibility) dan indikator kebaruan (original) walaupun ide yang dimunculkan sangat terbatas dalam mengajukan masalah; (2) Subjek dengan kemampuan sedang juga mampu memunculkan indikator berpikir kreatif yakni indikator kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (original) dengan baik dalam mengajukan masalah berdasarkan tahap Wallas meskipun awalnya mendapatkan kesulitan; (3) Subjek dengan kemampuan rendah tidak mampu memunculkan indikator berpikir kreatif yakni indikator kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (Original) dalam mengajukan masalah. Bahkan Subjek mengaku kurang paham tentang tugas yang diberikannya dalam mengajukan masalah. Kata Kunci: Proses Berpikir Kreatif, Pengajuan Masalah, Kemampuan Awal ABSTRACT The study aims at discovering the description of creative thinking process ability in posing the problems based on initial ability level. The subjects of the study were 6 students who were divided in to 3 ability categories, 2 subjects with high initial ablity, 2 subjects with moderate initial ability, and 2 subjects with low initial ability obtained from grade VIII students at SMPN 3 Makassar. The instruments of the study were the researcher himself as the main instrument and initial ability test, creative thinking ability test, and guided interview as the supporting instruments.The results of the study reveal that (1) the subjects with high ability were able to show fluency indicator well based on creative thinking step by Wallas as well as the flexibility indicator, and original indicator although the idea raised was very limited in posing the problems, (2) the subjects with moderate ability were also able to show creative thinking indikator, namely fluency indicator, flexibility indicator, and original indicator well in posing the problems based on Wallas steps althought at the beginning experienced difficulty, (3) the subjects with low ability were not able to show creative thinking indicator, namely fluency indicator, flexibility indicator, and original indicator in posing the problems. The subjects even admitted to have lack of understanding on the tasks given in the posing the problems.

Transcript of PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES...

Page 1: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI

KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI 3 MAKASSAR

CREATIVE THINKING PROCESS IN POSING THE PROBLEMS BASED ON

INITIAL ABILITY OF STUDENTS AT SMPN 3 MAKASSAR

Irwansyah Iskandar

Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi kemampuan dan proses berpikir

kreatif dalam pengajuan masalah ditinjau dari tingkat kemampuan awal. Subjek dalam

penelitian ini adalah sebanyak 6 orang yang terbagi menjadi 3 kategori kemampuan yaitu 2

subjek kemampuan awal tinggi, 2 subjek kemampuan awal sedang, dan 2 subjek kemampuan

awal rendah yang diperoleh dari siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar. Instrumen dalam

penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama dan tes kemampuan awal, tes

kemampuan berpikir kreatif, dan pedoman wawancara sebagai instrumen pendukung. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa dalam membuat soal/masalah; (1) Subjek dengan kemampuan

tinggi mampu memunculkan indikator kefasihan (fluency) dengan baik berdasarkan tahap

berpikir kreatif Wallas begitupula dengan indikator fleksibilitas (flexibility) dan indikator

kebaruan (original) walaupun ide yang dimunculkan sangat terbatas dalam mengajukan

masalah; (2) Subjek dengan kemampuan sedang juga mampu memunculkan indikator

berpikir kreatif yakni indikator kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan

(original) dengan baik dalam mengajukan masalah berdasarkan tahap Wallas meskipun

awalnya mendapatkan kesulitan; (3) Subjek dengan kemampuan rendah tidak mampu

memunculkan indikator berpikir kreatif yakni indikator kefasihan (fluency), fleksibilitas

(flexibility), dan kebaruan (Original) dalam mengajukan masalah. Bahkan Subjek mengaku

kurang paham tentang tugas yang diberikannya dalam mengajukan masalah.

Kata Kunci: Proses Berpikir Kreatif, Pengajuan Masalah, Kemampuan Awal

ABSTRACT

The study aims at discovering the description of creative thinking process ability in

posing the problems based on initial ability level. The subjects of the study were 6 students

who were divided in to 3 ability categories, 2 subjects with high initial ablity, 2 subjects with

moderate initial ability, and 2 subjects with low initial ability obtained from grade VIII

students at SMPN 3 Makassar. The instruments of the study were the researcher himself as

the main instrument and initial ability test, creative thinking ability test, and guided interview

as the supporting instruments.The results of the study reveal that (1) the subjects with high

ability were able to show fluency indicator well based on creative thinking step by Wallas as

well as the flexibility indicator, and original indicator although the idea raised was very

limited in posing the problems, (2) the subjects with moderate ability were also able to show

creative thinking indikator, namely fluency indicator, flexibility indicator, and original

indicator well in posing the problems based on Wallas steps althought at the beginning

experienced difficulty, (3) the subjects with low ability were not able to show creative

thinking indicator, namely fluency indicator, flexibility indicator, and original indicator in

posing the problems. The subjects even admitted to have lack of understanding on the tasks

given in the posing the problems.

Page 2: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

Keywords: creative thinking pocess, problem posing, intial ability.

PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan di sekolah karena

mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pendidikan yang diamanahkan undang-

undang karena matematika merupakan mata pelajaran yang membekali peserta didik berfikir

analitis, logis, kritis, sistematis, dan kreatif. Kreativitas sangat diperlukan dalam

perkembangan pengetahuan dan teknologi. Kreativitas dapat diperbaiki di sekolah maupun di

perguruan tinggi dengan pembelajaran pengajuan masalah matematika. Kita harus

memikirkan teori, metode, dan strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas

siswa. Metode yang mungkin digunakan oleh guru untuk mendorong kreativitas siswa dalam

proses belajar matematika adalah melalui pemecahan masalah (problem solving) dan

pengajuan masalah (problem posing). Pengajuan masalah merupakan kegiatan yang

mengarahkan siswa pada sikap kritis dan kreatif, karena siswa diminta untuk membuat

pertanyaan atau soal dari informasi awal yang diberikan. Einstein dalam Kiswandono (2000:

9) pernah mengatakan bahwa perumusan suatu masalah seringkali lebih penting daripada

penyelesaiannya yang mungkin hanya merupakan persoalan keterampilan matematis dan

eksperimental semata. Dalam pembelajaran matematika, pengajuan masalah menempati

posisi yang strategis. Bahkan, pengajuan masalah dikatakan inti terpenting dalam disiplin

matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran matematika (Silver, et al., 1997: 293). Lebih

lanjut, Silver dan Cai dalam Subanji (2012: 125) menjelaskan bahwa pengajuan masalah

berkorelasi positif dengan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini karena meningkatnya

kemampuan pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Menurut Silver (dalam Siswono 2009) menyatakan bahwa untuk menganalisis dan

mengidentifikasi tingkat kreativitas peserta didik dalam pemecahan masalah dan pengajuan

masalah, umumnya digunakan tiga aspek kreativitas yang merupakan tiga komponen utama

dalam Torrance Test of Creative thinking (TTCT) yaitu aspek kefasihan (fluency), aspek

fleksibilitas (flexibility) dan aspek kebaruan (originality). Lebih rinci hubungan pemecahan

masalah dan pengajuan masalah yang meliputi ketiga komponen utama kreativitas yang

dipakai dalam penelitian ini.

Tabel 2.1 Hubungan Kreativitas dalam Pemecahan Masalah dan Pengajuan Masalah

Pemecahan Masalah Komponen

Kreativitas

Pengajuan Masalah

Peserta didik menyelesaikan

masalah dengan bermacam-

macam solusi dan jawaban Kefasihan

Peserta didik membuat banyak

masalah serupa yang dapat

dipecahkan. Peserta didik

berbagi masalah yang diajukan

Peserta didik menyelesaikan

(atau menyatakan atau

justifikasi) dalam satu cara,

kemudian dengan cara lain.

Peserta didik mendiskusikan

berbagai metode

penyelesaian.

Fleksibilitas

Peserta didik mengajukan

masalah dengan cara yang

berbeda-beda yang dapat

dipecahkan.

Peserta didik memeriksa

penyelesaian atau jawaban-

jawaban dengan berbagai

metode penyelesaian dan

kemudian membuat metode

Kebaruan

Peserta didik memeriksa

beberapa masalah yang

diajukan kemudian mengajukan

suatu masalah yang berbeda.

Page 3: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

baru yang berbeda.

Pada proses pembelajaran di kelas tentunya kemampuan awal dari masing-masing

peserta didik berbeda-beda, ada yang mempunyai kemampuan awal yang tinggi, sedang, dan

rendah. Kemampuan awal sendiri menurut Dick dan Carry (anis, 2011: 30) didefinisikan

sebagai pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki peserta didik selama ia

melanjutkan ke jenjang berikutnya. Dalam penelitian yang dilakukan Maf’ulah (2010),

diperoleh hasil bahwa siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kreatifitas siswa dalam mengajukan masalah

matematika berdasarkan informasi yang diberikan. Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini bertujuan mendeskripsikan proses berfikir

kreatif siswa dalam pengajuan masalah matematika jika ditinjau dari kemampuan awal siswa

kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan data yang menghasilkan

gambaran proses berfikir kreatif dalam pengajuan masalah ditinjau dari kemampuan awal

siswa. Kemampuan dan proses berpikir kreatif tersebut terungkap melalui hasil kerja siswa

dalam mengajukan masalah dan menyelesaikan masalah matematika yang diamati melalui

hasil kerja tertulis dan diperkuat dengan wawancara mendalam.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Makassar dengan subjek penelitian adalah

siswa kelas VIII sebagai subjek penelitian. Adapun prosedur pemilihan subjek penelitian

yaitu: (1) memberikan tes kemampuan matematika atau dengan melihat hasil tes ujian yang

telah diberikan oleh guru matematika kepada seluruh subjek penelitian; (2) Banyaknya subjek

yang dipilih dalam penelitian ini adalah enam orang, dengan perincian masing-masing dua

subjek penelitian untuk setiap kategori tingkatan kemampuan siswa (tinggi, sedang, dan

rendah); (3) memilih subjek yang dipilih secara purposive sampling diasumsikan memenuhi

variasi proses berpikir kreatif dalam pengajuan masalah matematika dan memperhatikan

kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat dan kelancaran berkomunikasi.Hasil tes

kemampuan matematika siswa yang didapatkan akan dikategorikan dalam beberapa

tingkatan. Kategori tingkat kemampuan matematika siswa ditunjukkan pada Tabel di bawah

ini :

Tabel 3.1 Kategori Tingkat Kemampuan Matematika Siswa

Tingkat Kemampuan Interval

Tinggi 80 ≤ x ≤ 100

Sedang 65 ≤ x < 80

Rendah x < 65

Instrumen penelitian terdiri dari instrumen utama yaitu peneliti sendiri, tes kemampuan

berfikir kreatif pada pengajuan masalah dan pedoman wawancara. Keabsahan data

merupakan konsep penting dalam penelitian kulitatif. Pemeriksaan terhadap keabsahan data

bertujuan untuk mengurangi bias yang terjadi pada saat pengumpulan data. Salah satu cara

yang digunakan untuk menjamin keabsahan data yaitu teknik uji kredibilitas data. Uji

kredibilitas data yang digunakan yakni dengan triangulasi sumber yaitu dengan

membandingkan hasil tes kemampuan berpikir kreatif dan wawancara subjek pada kategori

kemampuan yang sama.

Page 4: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

Proses analisis data dimulai sejak pengumpulan data sampai pada saat peneliti

menyelesaikan tugas di lapangan. Ketika peneliti mulai mengumpulkan data, analisis

dilakukan terhadap pertanyaan yang diajukan berdasarkan respon subjek. Analisis data dalam

penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah 1) menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber, 2) reduksi data, 3) penyajian data meliputi pengklasifikasian dan

identifikasi data, 4) membuat coding 5) memaparkan data, dan 6) menarik kesimpulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil dari tes kemampuan berpikir kreatif menunjukkan bahwa subjek kemampuan

awal tinggi memenuhi indikator kefasihan (fluency) karena dapat mengajukan masalah serupa

dengan jelas dan benar pada informasi berupa gambar yang telah disediakan. Terbukti subjek

KT1 membuat banyak soal serupa tentang segitiga dan sama-sama mencari tinggi dan luas

segitiga dan KT2 dapat membuat banyak soal serupa tentang segitiga dan sama-sama

menentukan panjang sisi segitiga menggunakan phytagoras, pada indikator fleksibilitas

(fleksibility) karena mampu mengajukan masalah beragam atau berbeda dari soal serupa yang

dibuatnya dengan jelas dan benar pada informasi berupa gambar yang telah disediakan.

Terbukti subjek dapat membuat soal beragam atau berbeda dari soal serupa yang dibuatnya

pada bangun datar segi empat. Dan indikator kebaruan (original) terlihat dari kemampuan

subjek KT dalam mengajukan masalah dengan mengkombinasikan bangun datar atau unsur

yang lain dengan informasi yang diberikan pada tugas pengajuan masalah dengan jelas dan

benar yaitu pada KT1, subjek membuat satu soal dengan mengkombinasikan persegi panjang

dan dua segitiga siku-siku yang ditulisnya. Berbeda pada KT2, subjek hanya mampu

membuat soal sebanyak dua nomor.

Pada subjek dengan kemampuan awal sedangpun memenuhi semua indikator berpikir

kreatif baik itu kefasihan (fluency), fleksibilitas (fleksibility) , maupun kebaruan (original).

Subjek memenuhi kefasihan (fluency) karena dapat mengajukan masalah serupa dengan jelas

dan benar pada informasi berupa gambar yang telah disediakan. Terbukti subjek KS1

membuat banyak soal serupa tentang segitiga dan sama-sama menentukan keliling tanpa

mengetahui ukuran salah satu sisinya dan KS2 membuat soal serupa sebanyak dua yaitu

pertama tentang segitiga dengan menentukan luas dan yang kedua dengan menentukan

banyak simetri lipat dari bangun datar segitiga sama sisi dan persegi. Selain kefasihan

(fluency), Subjek KS juga dapat memenuhi indikator fleksibilitas (flexibility) yaitu KS1

membuat soal yang berbeda dari soal serupa yang di tulisnya sebanyak satu nomor yaitu

menentukan keliling dan diketahui luas dan ukuran salah satu sisi persegi panjang. Berbeda

pada KS2, subjek mampu membuat soal beragam selain soal serupa yang dibuatnya

sebanyak tiga nomor. Begitupun dengan indikator kebaruan (original) terlihat Pada KS1,

subjek membuat soal dengan mengkombinasikan persegi panjang dan setengah lingkaran.

Berbeda pada KS2, subjek membuat soal dengan mengkombinasikan persegi panjang dan

segitiga siku-siku.

Berbeda dengan kemampuan awal tinggi dan sedang, subjek dengan kemampuan awal

rendah tidak mampu memunculkan indikator berpikir kreatif yakni indikator kefasihan

(fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (original) dalam membuat soal/masalah.

Namun, pada indikator fleksibilitas (flexibility) mereka mencoba untuk membuat soal yang

beragam, namun soal yang mereka tulis menggunakan kalimat yang tidak bisa dipahami dan

kalimatnya tidak tepat.

Dari indikator-indikator yang muncul untuk masing-masing subjek penelitian dan

pertanyaan yang diajukan dari tes kemampuan berpikir kreatif, dilakukan wawancara

mendalam untuk mengungkap proses munculnya indikator berpikir kreatif yang dihasilkan.

Adapun data yang diperoleh dari hasil wawancara yakni sebagai berikut:

Page 5: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

Tabel. 1 Komparasi Data hasil Wawancara Proses Munculnya Indikator Berpikir Kreatif

dalam Pengajuan Masalah

No

Tahapan

Proses

Berpikir

Kreatif

Proses Berpikir

Subjek KT Subjek KS Subjek KR

Kelancaran (Fluency)

1 Tahap

Persiapan

Subjek memberikan

informasi yang lengkap

mengenai informasi apa

yang diketahui dan

petunjuk dalam

menyelesaikan tugas

pengajuan masalah.

Subjek berusaha

mengingat materi yang

berkaitan dengan

TKBK dan mengaitkan

informasi dari tugas

pengajuan masalah

dengan konsep dan sifat

bangun datar persegi

panjang dan segitiga.

Subjek mempersiapkan

penyelesaian tugas

pengajuan masalah

yang diberikan,

membuat soal yang

serupa berkaitan dengan

informasi yang

diberikan.

Subjek tidak merasa

kesulitan dalam

membuat soal.

Subjek memberikan

informasi yang lengkap

mengenai informasi apa

yang diketahui dan

petunjuk dalam

menyelesaikan tugas

pengajuan masalah.

Subjek mengaitkan

informasi dari tugas yang

diberikan dengan konsep

dan sifat bangun datar.

Subjek menemukan

kesulitan yaitu kesulitan

mengingat kembali

pelajaran bangun datar

yang sudah lama

dipelajarinya

-

2 Tahap

Inkubasi

Subjek mampu

menentukan soal serupa

dari beberapa soal yang

dibuatnya pada tugas

pengajuan masalah.

Subjek berusaha untuk

membuat soal serupa

dengan mengingat soal-

soal yang pernah

didapatnya.

Subjek tidak

membutuhkan waktu

lama untuk membuat

soal.

Subjek mampu

menentukan soal serupa

yang dibuatnya.

Subjek sebelum

menemukan ide

melakukan hal yang

berbeda.

Subjek membutuhkan

waktu yang lumayan

lama dalam menemukan

ide membuat soal serupa.

-

3 Tahap

iluminasi

Subjek menemukan

idenya secara tiba-tiba

Subjek menemukan ide

membuat soal yang -

Page 6: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

No

Tahapan

Proses

Berpikir

Kreatif

Proses Berpikir

Subjek KT Subjek KS Subjek KR

dan menguji soal yang

dibuat.

Subjek menemukan

idenya saat melakukan

kegiatan lain.

serupa dengan

mengaitkan materi yang

pernah dipelajarinya.

Subjek saat menemukan

ide membuat soal

berusaha membuat lagi

Soal dengan pertanyaan

yang sama tetapi dengan

ukuran berbeda.

4 Tahap

Verifikasi

Subjek yakin dengan

ide yang diterapkan

dalam membuat soal

yang serupa.

Subjek memeriksa

soalnya dengan

melakukan uji kembali.

Subjek setiap soal yang

dibuatnya melakukan

pengujian dengan cara

menjawab soalnya.

Subjek yakin dengan

idenya dalam membuat

soal serupa sudah tepat.

Subjek memeriksa

soalnnya dengan

melakukan uji kembali.

Subjek jika menemukan

kendala dalam

memeriksa soal dan

terdapat soal yang salah

menurutnya berusaha

untuk memperbaiki

hingga soal yang

dibuatnya benar dan

dapat diselesaikan.

-

Fleksibilitas

(Flexibility)

1 Tahap

Persiapan

Subjek memahami

maksud dari pertanyaan

yang diberikan.

Subjek mengaitkan

informasi dari tugas

yang diberikan dengan

konsep dan sifat bangun

datar persegi dan

persegi panjang.

Subjek sudah

merencanakan

membuat soal yang

berbeda dari soal serupa

yang dibuatnya.

Subjek memahami

petunjuk dan informasi

dari tugas pengajuan

masalah dalam hal ini

soal beragam atau

berbeda dari soal serupa.

Subjek mengaitkan

informasi dari tugas

pengajuan masalah

dengan konsep dan sifat

bangun datar.

Subjek mengerti

maksud dari masalah

yang diberikan tetapi

tidak memberikan

infomasi yang lengkap

mengenai soal serupa

dan soal beragam.

Subjek mengingat

materi yang terkait

dengan tugas yang

diberikan.

Subjek mempunyai

kesulitan dalam

mengingat materi

bangun datar yang

pernah dipelajarinya.

2 Tahap Subjek mampu Subjek berusaha Subjek pada saat

Page 7: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

No

Tahapan

Proses

Berpikir

Kreatif

Proses Berpikir

Subjek KT Subjek KS Subjek KR

Inkubasi menentukan soal

beragam selain soal

serupa yang dibuatnya

pada tugas pengajuan

masalah bagian a.

Subjek berusaha

berfikir untuk membuat

soal yang berbeda dari

soal serupa yang telah

dibuatnya dan

melakukan cakaran

dalam menjawab soal

yang dibuatnya.

Subjek tidak

membutuhkan waktu

lama untuk membuat

soal beragam dengan

jenis soal yang berbeda-

beda dari soal serupa

yang dibuat.

mengingat materi bangun

datar yang pernah

dipelajarinya.

Subjek tidak

membutuhkan waktu

lama untuk membuat soal

beragam dan langsung

menuliskannya

menjawab tugas yang

diberikan melakukan

kegiatan lain yang tidak

ada kaitannya dengan

usahanya membuat soal

dan merasa bingung

dengan tugasnya.

Subjek membutuhkan

waktu yang lama dalam

memikirkan soal yang

akan dibuatnya.

3 Tahap

iluminasi

Subjek menemukan ide

membuat soal yang

beragamnya dengan

mengingat soal yang

pernah diberikan oleh

gurunya.

Subjek melakukan

kegiatan lain saat

menemukan ide

membuat soal beragam.

Subjek berusaha untuk

memikirkan soal

beragam yang akan

ditulisnya.

Subjek menemukan ide

membuat soal yang

beragam yang dapat

diselesaikan dengan

memperhatikan diketahui

dan ditanyakan.

Subjek pada saat

menemukan ide

membuat soal langsung

menulis soalnya.

Subjek membuat soal

beragam dengan

mencoba mengingat soal

apa lagi yang bisa

diselesaikan.

Subjek kurang paham

tentang tugas yang

diberikannya.

Subjek langsung

menuliskan soal pada

lembar jawaban.

4 Tahap

Verifikasi

Subjek yakin dengan

idenya dalam membuat

soal yang beragam

sudah tepat dan bisa

diselesaikan karena

sudah memeriksanya.

Subjek mampu menguji

soal yang beragam

dibuatnya dan yakin

Subjek yakin dengan

idenya dalam membuat

soal beragam sudah

tepat.

Subjek memeriksa

soalnnya dengan

melakukan uji kembali.

Subjek kurang yakin

dengan soal yang

dibuatnya sudah tepat

dan bisa diselesaikan.

Subjek tidak menguji

soal yang dibuatnya dan

terlihat langsung

Page 8: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

No

Tahapan

Proses

Berpikir

Kreatif

Proses Berpikir

Subjek KT Subjek KS Subjek KR

bisa dijawab. menulis soalnya.

Kebaruan

(Original)

1 Tahap

Persiapan

Subjek memahami

maksud dari tugas

pengajuan masalah

pada bagian b yang

diberikan.

Subjek mempunyai ide

tentang konsep-konsep

atau sifat matematika

dalam membuat

pertanyaan

mengkombinasikan

bangun datar yang akan

digunakannya dalam

mengajukan masalah

pada bagian b.

Subjek memahami

maksud dari tugas

pengajuan masalah

bagian b.

Subjek sudah

memikirkan soal yang

akan diterapkannya

dalam menjawab tugas

pengajuan masalah

bagian b.

-

2 Tahap

Inkubasi

Subjek sebelum

membuat soal

membayangkan

kemudian

menggambarkan

bangun datar yang ingin

digabungnya pada

kertas cakaran.

Subjek tidak

membutuhkan waktu

lama untuk membuat

soal pada bagian b.

Subjek sebelum

menemukan idenya

melakkan kegiatan lain

yang tidak ada

hubungannya dalam

usaha menyelesaikan

TKBK yang diberikan.

Subjek membutuhkan

waktu lama untuk

membuat soal pada

bagian b.

-

3 Tahap

iluminasi

Subjek melakukan

kegiatan lain saat

menemukan idenya

membuat soal.

Subjek berusaha

mengingat kembali

pelajaran dari gurunya

Subjek dalam

menemukan ide

membuat soal berfikir

bagaimana cara

mengkominasikan dua

bangun datar.

Subjek menemukan

idenya saat melakukan

kegiatan lain dan

mengaitkannya dengan

pengalaman

mendapatkan soal dari

guru.

-

4 Tahap

Verifikasi

Subjek yakin dengan

idenya dalam membuat

soal bagian b sudah

Subjek yakin dengan soal

yang dibuatnya dapat

diselesaikan karena telah

-

Page 9: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

No

Tahapan

Proses

Berpikir

Kreatif

Proses Berpikir

Subjek KT Subjek KS Subjek KR

tepat.

Subjek memeriksa

soalnnya dengan

melakukan uji kembali.

menemukan jawabannya.

Subjek memeriksa dan

mampu menguji soal

yang dibuatnya.

Dari paparan di atas, subjek KT hanya memenuhi tahap persiapan, iluminasi, dan

verifikasi dan tidak melalui tahap inkubasi dari ketiga indikator yang dimunculkannya yaitu

kefasihan (fluency), fleksibilitas (fleksibility) , maupun kebaruan (original). Kemudian pada

subjek KS dengan indikator kefasihan (fluency) dan fleksibilitas (fleksibility) subjek KS juga

hanya melalui tahap persiapan, iluminasi, dan verifikasi dan tidak melalui tahap inkubasi.

Namun Berbeda pada indikator kebaruan (original), subjek KS sendiri melewati tahap-tahap

berfikir kreatif yang dikemukakan oleh Wallas disetiap tahapnya yaitu tahap persiapan,

inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pada tahap inkubasi yang tidak dilalui oleh subjek KT,

subjek KS sebelum menemukan idenya melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya

dalam usaha menyelesaikan TKBK yang diberikan yakni, KS1 sempat diam seperti

mengkhayalkan sesuatu yang lain dan merasa malas berfikir. Hal ini ditunjukkan dengan

petikan wawancara berikut:

KODE P/J URAIAN

KS1-28 P Ceritakan kepada saya, kegiatan apa yang kamu lakukan sebelum

kamu temukan ide buat soal ini

KS1-28 S Sempat ka terdiam sejenak kak kayak mengkhayal yang lain.

KS1-29 P Ceritakan kepada saya, apa yang ada dalam pikiran iqbal selama

melakukan kegiatan terdiam itu?

KS1-29 S sempatka sejenak diam kayak malas ka fikirki jadi yang

kulakukan itu kayak mengkhayal yang lain tapi sesudah itu

langsungma kembali fikir soal yang akan saya buat.

Sedangkan KS2 sempat meminta izin ke toilet dan mengaku selama melakukan itu subjek

tidak memikirkan tugas yang diberikan dan sempat bercengkrama dengan temannya (KS2-

27) Hal ini sesuai dengan petikan wawancara berikut:

KODE P/J URAIAN

KS2-27 P Ceritakan kepada saya, apa yang ada dalam pikiran Rizky selama

melakukan kegiatan itu?

KS2-27 S Tidak adaji ku pikir kak biar soal tidak karena tadi sempat ka

bicara sama teman tentang hal lain. Pulangpi dari toilet baru

kembali lagi saya fikir ini buat soal.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wallas dalam Wheeler,et.al (2002) menyatakan bahwa

pada tahap inkubasi seseorang akan melepaskan diri sementara dari masalah yang ada.

Page 10: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

Tetapi, dalam melakukan kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan menyelesaikan

tugasnya, subjek tidak mengurungkan niatnya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan

dengan membuat soal yang benar dan jelas meskipun membutuhkan waktu yang lama.

Kemudian sesuai dijelaskan diatas, subjek dengan kemampuan rendah (KR) tidak

mampu memunculkan indikator fleksibilitas (flexibility) mereka hanya membuat soal

berdasarkan pemahaman. Pada subjek dengan kategori rendah mereka mengerti maksud dari

TKBK yang diberikan, namun, terkendala dalam mengingat materi yang pernah

dipelajarinya. Pada tahap inkubasi siswa membutuhkan waktu yang lama untuk memikirkan

soal serupa yang akan dibuatnya. Kemudian pada tahap iluminasi, mereka mengatakan

kurang paham tentang tugas yang diberikan dan siswa membuat soal sesuai pemahaman

mereka terhadap TKBK yang diberikan. Pernyataan tersebut sesuai dengan penelitian

Defitriani (2014) menyimpulkan bahwa siswa tidak kreatif berusaha untuk memahami

masalah yang dihadapainya, namun pemahamannya kurang tepat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang mengacu pada pertanyaan

penelitian, maka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Proses berfikir kreatif dalam pengajuan masalah subjek dengan kemampuan awal tinggi

dengan memenuhi indikator sebagai berikut:

a. Kefasihan (fluency)

Pada tahap persiapan subjek memberikan informasi yang lengkap mengenai informasi

apa yang diketahui dan petunjuk dalam menyelesaikan tugas pengajuan masalah. Subjek

juga berusaha mengingat materi yang berkaitan dengan TKBK dan mengaitkan informasi

dari tugas pengajuan masalah dengan konsep dan sifat bangun datar persegi panjang dan

segitiga. Subjek tidak melalui tahap inkubasi karena mencoba membuat soal serupa

dengan mengingat soal-soal yang pernah didapatnya. Sampai pada tahap iluminasi,

subjek menemukan idenya secara tiba-tiba dan menguji soal yang dibuat. Pada tahap

yang terakhir yakni tahap verifikasi, subjek yakin dengan ide yang diterapkan dalam

membuat soal yang serupa. Subjek juga memeriksa soal yang dibuatnya dengan

melakukan pengujian dengan cara menjawab soalnya.

b. Fleksibilitas (flexibility),

Pada tahap persiapan, subjek KT sudah memahami maksud dari pertanyaan yang

diberikan dan subjek mengaitkan informasi dari tugas yang diberikan dengan konsep dan

sifat bangun datar. Selanjutnya subjek KT tidak melalui tahap inkubasi, subjek tidak

membutuhkan waktu lama untuk membuat soal dan berusaha berfikir untuk membuat

soal yang berbeda dari soal sebelumnya. Sampai pada tahap iluminasi, nampaknya

subjek menemukan ide membuat soal yang beragamnya dengan mengingat soal yang

pernah diberikan oleh gurunya. Terakhir pada tahap verifikasi, subjek yakin dengan

idenya dalam membuat soal yang beragam sudah tepat dan bisa diselesaikan karena

sudah memeriksanya dan mampu menguji soal yang beragam dibuatnya dan yakin bisa

dijawab.

c. Kebaruan (original)

Pada tahap persiapan, subjek KT sudah memahami maksud dari tugas pengajuan masalah

pada bagian b yang diberikan dan mempunyai ide tentang konsep-konsep atau sifat

matematika dalam membuat pertanyaan mengkombinasikan bangun datar yang akan

digunakannya dalam mengajukan masalah pada bagian b. Subjek KT tidak melalui tahap

inkubasi karena subjek tidak mengalihkan perhatiannya sejenak ke hal yang lain kecuali

berusaha memikirkan TKBK yang diberikan. Sampai pada tahap iluminasi, nampaknya

subjek melakukan kegiatan lain saat menemukan idenya membuat soal yakni

membayangkan bangun datar yang akan di kombinasikannya dan mencoba menjawab

Page 11: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

soal yang dibuatnya. Terakhir pada tahap verifikasi, subjek yakin dengan idenya dalam

membuat soal bagian b sudah tepat dan memeriksa soalnya dengan melakukan uji

kembali.

2. Proses berfikir kreatif dalam pengajuan masalah subjek dengan kemampuan awal sedang

dengan memenuhi indikator sebagai berikut:

a. Kefasihan (fluency) Pada tahap persiapan, subjek memberikan informasi yang lengkap mengenai informasi

apa yang diketahui dan petunjuk dalam menyelesaikan tugas pengajuan masalah. Selain

itu subjek menemukan kesulitan dalam mengingat kembali pelajaran bangun datar yang

sudah lama dipelajarinya. Namun dalam menemukan kesulitan subjek tidak putus asa

untuk mengingatnya sampai menemukan ide yang tepat untuk mengajukan masalah.

Perhatian subjek tidak dialihkan ke hal lain selain memikirkan soal yang akan dibuatnya,

dengan kata lain tahap inkubasi pada subjek tidak dilaluinya. Selanjutnya sampai pada

tahap iluminasi, subjek menemukan ide membuat soal berusaha membuat lagi Soal

dengan pertanyaan yang sama tetapi dengan ukuran berbeda. Adapun pada tahap

verifikasi, Subjek yakin dengan idenya dalam membuat soal serupa sudah tepat dan

memeriksa soalnya dengan melakukan uji kembali.

b. Fleksibilitas (flexibility)

Pada tahap persiapan, subjek KS sudah memahami petunjuk dan informasi dari tugas

pengajuan masalah dalam hal ini soal beragam atau berbeda dari soal serupa dan

mengaitkan informasi dari tugas pengajuan masalah dengan konsep dan sifat bangun

datar. Sama dengan indikator kefasihan subjek KS juga tidak melalui tahap inkubasi

karena terus berusaha mengingat materi untuk menjawab TKBK yang diberikan.

Kemudian pada tahap iluminasi, nampaknya subjek menemukan ide membuat soal yang

beragam yang dapat diselesaikan dengan memperhatikan diketahui dan ditanyakan dan

langsung menulis soalnya. Terakhir pada tahap verifikasi, subjek yakin dengan idenya

dalam membuat soal beragam sudah tepat dan bisa diselesaikan karena sudah memeriksa

soalnnya dengan melakukan uji kembali.

c. Kebaruan (original)

Pada tahap persiapan, subjek KS memahami maksud dari tugas pengajuan masalah

bagian b yang diberikan dan sudah memikirkan soal yang akan diterapkannya dalam

menjawab tugas pengajuan masalah bagian b. Selanjutnya pada tahap inkubasi subjek

sebelum menemukan idenya melakukan kegiatan lain yang tidak ada hubungannya dalam

usaha menyelesaikan TKBK yang diberikan yakni, KS1 sempat diam seperti

mengkhayalkan sesuatu yang lain dan merasa malas berfikir (KS1-28, KS1-29)

sedangkan KS2 sempat meminta izin ke toilet dan mengaku selama melakukan itu subjek

tidak memikirkan tugas yang diberikan dan sempat bercengkrama dengan temannya

(KS2-27). selanjutnya pada tahap iluminasi, nampaknya subjek melakukan kegiatan lain

saat menemukan idenya membuat soal yakni dalam menemukan ide membuat soal

berfikir bagaimana cara mengkombinasikan dua bangun datar dan mengaitkannya

dengan pengalaman mendapatkan soal dari guru. Terakhir pada tahap verifikasi, subjek

yakin dengan soal yang dibuatnya dapat diselesaikan karena telah menemukan

jawabannya. Ini berarti subjek KT dengan indikator kebaruan melewati tahap-tahap

berfikir kreatif yang dikemukakan oleh Wallas.

3. Subjek dengan kemampuan rendah tidak mampu memunculkan indikator berpikir kreatif

yakni indikator kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (Original)

dalam mengajukan masalah. Bahkan Subjek mengaku kurang paham tentang tugas yang

diberikannya dalam mengajukan masalah.

Page 12: PROSES BERPIKIR KREATIF DALAM ... - eprints.unm.ac.ideprints.unm.ac.id/11066/1/Artikel.pdfPROSES BERPIKIR KREATIF DALAM PENGAJUAN MASALAH DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA SMP NEGERI

DAFTAR PUSTAKA

Anis. 2011. Pengaruh pendekatan problem solving dan kemampua awal terhadap hasil belajar

matematika di SMA Negeri 1 Gorontalo. Tesis, tida dipublikasikan. Universitas Negeri

Gorontalo.

Defitriani, E. (2014). Profil berpikir kreatif siswa kelas akselerasi dalam memecahkan

masalah matematika terbuka. Jurnal Penelitian Matematika, 6 (2), 65 – 76

Kiswandono, I. 2000. Berpikir Kreatif Suatu Pendekatan Menuju Berpikir Arsitektural.

Jurnal Nasional Dimensi Teknik Arsitektur. Universitas Kristen Petra. Vol. 28 (1), 8-16

Silver, E. 1997. Fostering Creativity Through Instruction Rich in Mathematical Problem

Solving and Thinking in Problem Solving, http://www.fiz.

karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volume 29 ( Juni 1997) Nomor 3. Electronic

Edition ISSN 1615-679X, Diakses pada 27 Juli 2017

Siswono, T. Y.E. 2009. Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Siswa Melalui

Pemecahan Masalah tipe “what’s another way”. Jurnal online.

https//tatagyes.wordpress.com/karya-tulis/ diakses 13 Agustus 2017

Subanji. 2012. Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif. Malang. Universitas Negeri

Malang (UM).

Wheeler, S., Waite, S.J., and Bromfield, C. 2002. Promoting Creative thinking Trough The

Use of ICT. Journal of Computer Assisted Learning, vol 8, hlm 367-378.