Tesis Megister Manajemen Kadek Dewi Fadmawati Versi m. Word

download Tesis Megister Manajemen Kadek Dewi Fadmawati Versi m. Word

of 173

description

REFORMULASI STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN OCCUPANCY ROOM RATEDI HOTEL FOUR SEASONS RESORT JIMBARAN BALIKADEK DEWI FADMAWATIPROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANADENPASAR2011

Transcript of Tesis Megister Manajemen Kadek Dewi Fadmawati Versi m. Word

  • ii

    TESIS

    REFORMULASI STRATEGI PEMASARAN UNTUK

    MENINGKATKAN OCCUPANCY ROOM RATE

    DI HOTEL FOUR SEASONS RESORT JIMBARAN BALI

    KADEK DEWI FADMAWATI

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • iii

    TESIS

    REFORMULASI STRATEGI PEMASARAN UNTUK

    MENINGKATKAN OCCUPANCY ROOM RATE

    DI HOTEL FOUR SEASONS RESORT JIMBARAN BALI

    KADEK DEWI FADMAWATI

    NIM : 0990661044

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • iv

    REFORMULASI STRATEGI PEMASARAN UNTUK

    MENINGKATKAN OCCUPANCY ROOM RATE

    DI HOTEL FOUR SEASONS RESORT JIMBARAN BALI

    Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister

    Pada Program Magister, Program Studi Manajemen,

    Program Pasca Sarjana Universitas Udayana

    KADEK DEWI FADMAWATI

    NIM : 0990661044

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI MANAJEMEN

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • v

    LEMBAR PENGESAHAN

    TESIS INI TELAH DISETUJUI

    TANGGAL .........................

    Pembimbing I, Pembimbing II,

    Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE.,MP Dra. Alit Suryani, M.Kes

    NIP.19600707 198703 1 020 NIP.19590602 198403 2 001

    Mengetahui

    Ketua Program Studi Magister Direktur

    Program Pascasarjana Program Pascasarjana

    Universitas Udayana, Universitas Udayana,

    Dr. I.B. Anom Purbawangsa, SE.,MM Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.,S(K)

    NIP.19620922 198702 1 002 NIP.19590215 198510 2 001

  • vi

    PENETAPAN PANITIA PENGUJI

    Tesis Ini Telah Diuji Pada:

    Tanggal

    Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK. Rektor Universitas Udayana,

    No.: 0984 / H14.4 / HK / 2011, Tanggal 16 Mei 2011

    Ketua : Dr. I Putu Gde Sukaatmadja, SE.,MP

    Anggota :

    Dra. Alit Suryani, M.Kes Prof. Dr. Made Wardana, SE.,MP

    Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE.,Msi

    Drs. Ketut Nurcahya, MM

  • vii

    PERNYATAAN

    ORISINALITAS TESIS

    Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan

    saya, di dalam naskah TESIS dengan judul :

    REFORMULASI STRATEGI PEMASARAN UNTUK MENINGKATKAN OCCUPANCY ROOM RATE DI HOTEL FOUR

    SEASONS RESORT JIMBARAN BALI

    Tidak terdapat karya ilmiah yang pemah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh

    gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat

    yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

    dikutip dalam naskah ini disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

    Apabila ternyata didalam naskah TESIS ini dapat dibuktikan terdapat unsur-

    unsur plagiasi, saya bersedia TESIS ini digugurkan dan gelar akademik yang telah

    saya peroleh (MAGISTER MANAJEMEN) dibatalkan serta diperoses sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku. (UU NO. 20 Tahun 2003. Pasal 25 ayat

    2 pasal 70)

    Denpasar,

    Mahasiswa,

    Nama: Kadek Dewi Fadmawati

    NIM : 0990661044

    PS : Magister Manajemen

    PSFEUNUD

  • viii

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan

    Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan.

    Tesis ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada

    kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar,

    besarnya kepada Dr. I Putu Gde Sukaatmaja, SE.,MP. selaku pembimbing utama

    yang telah banyak memberikan dorongan moral, arahan dan bimbingan selama

    penulis mengikuti Program Magister Manajemen, khususnya dalam penyelesaian

    tesis ini. Terima kasih sebesar besarnya juga disampaikan kepada Dra. Alit Suryani,

    M.Kes. selaku pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan kesabaran

    telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.

    Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana dan

    Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr.

    A.A. Raka Sudewi, Sp.,S(K), atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan selama

    mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di Universitas Udayana.

    Terima kasih juga kepada Prof. Dr. Made Wardana, SE.,MP., Ketua Jurusan

    Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Udayana dan sekaligus menjadi penguji

    tesis. Terimakasih pula kepada para penguji tesis yang lainnya yaitu Prof. Dr. Ni

    Wayan Sri Suprapti, SE.,Msi dan Drs. Ketut Nurcahya, MM., yang telah memberikan

    masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terwujud seperti ini.

  • 9

    Ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh responden

    atas kesediaan meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang sangat bermanfaat

    bagi penyelesaian tesis ini. Rasa terima kasih yang mendalam juga ditujukan kepada

    dosen yang telah membimbing dan membekali penulis ilmu, serta pegawai di

    lingkungan Program Studi program Magister Manajemen Program Pascasarjana

    Universitas Udayana atas ilmu dan pelayanan prima yang diberikan, rekan-rekan

    angkatan XXII Kelas Reguler atas dorongan, motivasi dan kerjasamanya sehingga tesis

    ini dapat terselesaikan. Akhirnya penulis sampaikan terima kasih kepada orang tua dan

    adik tersayang yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan penulis kesempatan

    untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan tesis ini.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua

    pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.

    Denpasar,

  • 10

    ABSTRAK

    Reformulasi Strategi Pemasaran Untuk Meningkatkan

    Occupancy Room Rate di Hotel Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    Four Seasons Resort Jimbaran Bali merupakan salah satu hotel yang bertaraf

    internasional di Bali. Jumlah kunjungan wisatawan ke Bali yang kian meningkat, tidak

    diimbangi dengan jumlah tamu yang menginap di Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    yang disebabkan oleh banyaknya jumlah hotel di Bali. Sehingga pihak manajemen

    perlu meninjau kembali strategi pemasarannya. Penelitian ini bertujuan untuk

    mengetahui variabel-variabel yang merupakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan

    ancaman, serta untuk mengetahui posisi bisnisnya pada matriks IE.

    Metode penelitian ini merupakan penelitian gabungan antara kualitatif dan

    kuantitatif berdasarkan analisis SWOT dan matriks IE. Populasi dalam penelitian ini

    meliputi manajemen puncak yang berjumlah tujuh orang dengan melibatkan beberapa

    pakar dan pejabat berwenang untuk mengkonfirmasi khususnya yang terkait dengan

    lingkungan eksternal.

    Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel-variabel yang menjadi kekuatan

    adalah kelengkapan fasilitas kamar dan hotel, lokasi hotel terletak dekat dengan pantai,

    penyesuaian harga, intensitas promosi, kualitas pelayanan dan kompetensi karyawan,

    kerjasama dengan travel agent, dan paket perjalanan dan liburan, wedding package,

    event. Kelemahannya adalah lokasi hotel yang cukup jauh dari Bali Utara, Timur, dan

    Barat. Peluang ditunjukkan oleh stabilitas keamanan Bali yang kondusif, kebijakan

    pemerintahan daerah yang fleksibel, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap

    dolar Amerika stabil, perkembangan teknologi informasi, dan pelestarian terhadap

    sumber daya alam di lingkungan sekitar hotel sedangkan yang menjadi ancaman adalah

    tingkat pertumbuhan hotel meningkat, budaya masyarakat di lingkungan hotel

    memberikan kenyamanan. Pada masa sekarang dan pada masa mendatang posisi

    berada pada sel I yaitu tumbuh dan berkembang (grow and develop). Reformulasi

    strategi pemasaran yang bisa diterapkan adalah strategi penetrasi pasar, pengembangan

    pasar, dan pengembangan produk.

    Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disarankan agar menambah ornamen

    yang unik dan menarik di dalam pembangunan wedding chapel dan PJs restoran, memberikan harga khusus pada tamu, menambah penunjuk jalan, menambah atraksi

    budaya, lebih gencar dalam promosi, dilaksanakan pelatihan, menambah variasi paket

    pernikahan, serta melakukan pertemuan (gathering) secara berkala.

    Kata Kunci : Reformulasi, Analisis SWOT, Strategi Pemasaran

  • 11

    ABSTRACT

    Reformulation Marketing Strategy to Increase

    Occupancy Room Rate at the Hotel Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    Four Seasons Resort Jimbaran Bali is one of the international standard hotel in

    Bali. The number of tourist visits to Bali a rising, not matched by the number of guests

    staying at the Four Seasons Resort Bali Jimbaran caused by the large number of hotels

    in Bali. So the management need to review its marketing strategy. This study aims to

    determine the variables that are strengths, weaknesses, opportunities, and threats, and

    to know its business position in the matrix IE.

    This research method is a combination of qualitative research and quantitative

    based on SWOT analysis and matrix IE. The population in this study include top

    management amounting to seven people by involving several experts and authorities to

    confirm especially related to the external environment.

    The analysis results showed that the variables into strength is the completeness

    of the rooms and hotel facilities, hotel location close to the beach, price adjustment, the

    intensity of promotion, service quality and employee competency, cooperation with

    travel agents, and travel and holiday packages, events. The weaknesses is the location

    of the hotel is quite far from North Bali, East and West. The opportunities presented by

    the stability which is conducive Bali security, local government policy that is flexible,

    the rate of inflation and the rupiah against the U.S dollar is stable, development of

    information technology, and conservation of natural resources in the environment

    around the hotel while the threat is increasing of hotel growth, cultural communities

    within the hotel provides comfort. At present and in the future the position is at the I

    cell grow and develop. Reformulation of a workable marketing strategy is a strategy of

    market penetration, market development, and product development.

    Based on the research it may be advisable to add unique and interesting

    ornaments in the development wedding chapel and PJs restaurant, giving special rates

    to guests, adding to the direction, adding cultural attractions, more active in the

    promotion, conducted training, add variety pack marriage, and have a meeting

    (gathering) regularly.

    Key words : Reformulation, SWOT analysis, Marketing Strategy

  • 12

    DAFTAR ISI

    Halaman

    SAMPUL DALAM...................................................................................................... ii

    PERSYARATAN GELAR................................................................................................ iii

    PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................................................... iv

    PENETAPAN PANITIA PENGUJI........................................................................... v

    PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS................................................................. vi

    UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................... vii

    ABSTRAK.................................................................................................................. ix

    ABSTRACT................................................................................................................ x

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi

    DAFTAR TABEL....................................................................................................... xv

    DAFTAR GAMBAR.................................................................................................. xvii

    DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................. xviii

    BAB I PENDAHULUAN .... 1

    1.1 Latar Belakang ................. 1

    1.2 Perumusan Masalah...... 7

    1.3 Tujuan Penelitian . 7

    1.4 Manfaat Penelitian ................... 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

    2.1 Perencanaan Strategis .............................................................. 9

    2.2 Strategi Pemasaran ....... 16

    2.3 Bauran Pemasaran Hospitality ......................... 19

    2.3.1 Faktor-faktor internal pemasaran ....................... 19

    2.3.2 Faktor-faktor eksternal pemasaran ..................... 29

  • 13

    2.4 Kinerja Pemasaran ............................................................................ 34

    BAB III KERANGKA BERPIKIR dan KERANGKA KONSEPTUAL 35

    3.1 Kerangka Berpikir ................ 35

    3.2 Kerangka Konseptual ................... 56

    BAB IV METODE PENELITIAN . 57

    4.1 Rancangan dan Ruang Lingkup Penelitian.... 57

    4.2 Sumber dan Jenis Data ...................................................................... 57

    4.2.1 Jenis Data ................................................................................. 57

    4.2.2 Sumber Data ............................................................................. 58

    4.3 Variabel Penelitian .... 58

    4.3.1 Identifikasi Variabel ................................................................. 58

    4.3.2 Definisi Operasional ................................................................. 59

    4.4 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................. 62

    4.4.1 Populasi dan Sampel ................................................................ 62

    4.5 Instrumen Penelitian.......................................................................... 63

    4.6 Metode Analisis Data........................................................................ 64

    BAB V HASIL PENELITIAN....... . 75

    5.1 Sejarah Singkat Four Seasons Resort Jimbaran Bali..... 75

    5.2 Visi, Misi, dan Tujuan Perusahaan ................................................... 77

    5.3 Budaya Perusahaan........................................................................... 78

    5.4 Struktur Organisasi Perusahaan .... 79

    5.5 Deskripsi Hasil Penelitian................................................................. 80

    5.5.1 Analisis Lingkungan Eksternal ............................................... 80

    5.5.2 Analisis Lingkungan Internal .................................................. 86

  • 14

    5.5.3 Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

    untuk Four Seasons Resort Jimbaran Bali................................. 92

    5.5.4 Analisis Lingkungan Strategis Eksternal pada Masa

    Mendatang................................................................................. 95

    5.5.5 Analisis Lingkungan Strategis Internal pada Masa

    Mendatang................................................................................. 97

    5.5.6 Posisi Strategis Four Seasons Resort Jimbaran Bali pada

    Masa Sekarang dan Mendatang................................................. 100

    5.5.7 Penentuan Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Ancaman

    Four Seasons Resort Jimbaran Bali pada Masa Mendatang...... 102

    5.6 Pembahasan........................................................................................ 105

    5.6.1 Variabel-Variabel yang Menjadi Kekuatan, Kelemahan,

    Peluang, dan Ancaman Four Seasons Resort Jimbaran Bali.... 106

    5.6.1.1 Variabel-Variabel yang Menjadi Kekuatan dan

    Kelemahan Four Seasons Resort Jimbaran Bali........... 106

    5.6.1.2 Variabel-Variabel yang Menjadi Peluang dan

    Ancaman Four Seasons Resort Jimbaran Bali............. 107

    5.6.2 Posisi Four Seasons Resort Jimbaran Bali pada Masa

    Sekarang dan Masa Mendatang.................................................. 107

    5.6.3 Reformulasi Strategi Pemasaran dan Implikasi Strategi

    Pemasaran pada Four Seasons Resort Jimbaran Bali................. 108

    5.6.3.1 Reformulasi Strategi Pemasaran Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali.................................................................. 108

    5.6.3.2 Implikasi Strategi Pemasaran Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Mendatang............................. 112

  • 15

    BAB VI SIMPULAN DAN SARAN............................................................... 115

    6.1 Simpulan............................................................................ 115

    6.2 Saran ................................................................................................. 118

    DAFTAR PUSTAKA

    DAFTAR TABEL

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR LAMPIRAN

  • 16

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1.1 Jumlah Hotel atau Vila Pesaing Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    Tahun 2006-2011 ...................................................................................... 5

    1.2 Average Occopancy Room Rate di Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    Tahun 2006-2010 ........................................................................................ 6

    4.1 Skala Penilaian dengan Model Skala Likert................................................. 66

    4.2 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) ................................................. 66

    4.3 External Factor Analysis Summary (EFAS)............................................... 67

    4.4 Kriteria Penilaian Hasil Analisis................................................................... 67

    5.1 Pembobotan Lingkungan Strategis Eksternal Four Seasons Resort Jimbaran

    Bali pada Masa Sekarang.............................................................................. 81

    5.2 Penilaian Rating Lingkungan Strategis Eksternal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Sekarang............................................................... 83

    5.3 External Factor Analysis Summary (EFAS) Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Sekarang............................................................... 85

    5.4 Pembobotan Lingkungan Strategis Internal Four Seasons Resort Jimbaran

    Bali pada Masa Sekarang.............................................................................. 87

    5.5 Penilaian Rating Lingkungan Strategis Internal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Sekarang.............................................................. 89

    5.6 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Sekarang. ........................................................... 91

    5.7 Peluang dan Ancaman Four Seasons Resort Jimbaran Bali pada Masa

    Sekarang....................................................................................................... 93

    5.8 Kekuatan dan Kelemahan Four Seasons Resort Jimbaran Bali pada Masa

    Sekarang....................................................................................................... 94

    5.9 Prediksi Perubahan Rating Lingkungan Strategis Eksternal Four Seasons

  • 17

    Resort Jimbaran Bali pada Masa Mendatang.............................................. 95

    5.10 External Factor Analysis Summary (EFAS) Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Mendatang.......................................................... 97

    5.11 Prediksi Perubahan Rating Lingkungan Strategis Internal Four Seasons

    Resort Jimbaran Bali pada Masa Mendatang............................................... 98

    5.12 Internal Factor Analysis Summary (IFAS) Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Mendatang.......................................................... 99

    5.13 Kekuatan dan Kelemahan Four Seasons Resort Jimbaran Bali pada

    Masa Mendatang......................................................................................... 103

    5.14 Peluang dan Ancaman Four Seasons Resort Jimbaran Bali pada

    Masa Mendatang......................................................................................... 104

  • 18

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    2.1 Proses Perencanaan Strategis Bisnis ............................................................ 10

    3.2 Reformulasi Strategi Pemasaran Hotel Four Seasons Resort Jimbaran

    Bali............................................................................................................... 56

    4.1 Matrik Internal Eksternal (IE) ..................................................................... 70

    5.1 Matrik Strategi IE Four Seasons Resort Jimbaran Bali pada Masa Sekarang

    dan Masa Mendatang.................................................................................. 101

  • 19

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner (Questionnairs)

    Lampiran 2 Tabel A Jumlah Kedatangan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia

    Menurut Tempat Tinggal Tahun 2002 2009

    Tabel B Hotel atau Vila Pesaing Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    Tahun 2006 - 2011

    Lampiran 3 Four Seasons Chain Table

    Lampiran 4 Struktur Organisasi Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    Lampiran 5 Perhitungan Rating Lingkungan Eksternal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Sekarang

    Lampiran 6 Perhitungan Bobot Lingkungan Eksternal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Sekarang

    Lampiran 7 Perhitungan Rating Lingkungan Internal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Sekarang

    Lampiran 8 Perhitungan Bobot Lingkungan Internal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Sekarang

    Lampiran 9 Perhitungan Rating Lingkungan Eksternal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Mendatang

    Lampiran 10 Perhitungan Bobot Lingkungan Eksternal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Mendatang

    Lampiran 11 Perhitungan Rating Lingkungan Internal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Mendatang

    Lampiran 12 Perhitungan Bobot Lingkungan Internal Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali pada Masa Mendatang

  • 20

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pariwisata telah menjadi salah satu industri di dunia dan merupakan andalan

    utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara. Jumlah wisatawan internasional

    maupun penerimaan devisa yang berfluktuasi, walaupun dunia diguncang oleh

    berbagai krisis seperti krisis Teluk, krisis ekonomi serta ancaman teroris. Di Indonesia,

    kepariwisataan dituntut mampu mengadaptasikan diri terhadap perkembangan yang

    akan terjadi pada skala nasional, regional, dan internasional baik yang menyangkut

    aspek-aspek sosial budaya, pertahanan dan keamanan (Hankam), maupun ilmu

    pengetahuan dan teknologi (Iptek). Keberhasilan pembangunan kepariwisataan

    Indonesia ditentukan oleh paling tidak tiga pilar utama yaitu keberhasilan dalam

    pengembangan produk, keberhasilan dalam pemasaran, dan keberhasilan menciptakan

    sumber daya manusia termasuk masyarakat pariwisata. Kebijakan ini telah mampu

    meningkatkan kunjungan wisatawan dan penerimaan devisa bagi Negara Indonesia

    yang disajikan pada Tabel A pada halaman lampiran.

    Secara keseluruhan jumlah kedatangan wisatawan ke Indonesia mengalami

    fluktuasi dari tahun 2002 hingga tahun 2009 sehingga pariwisata merupakan salah satu

    faktor ekonomi utama Indonesia. Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata dunia

    yang banyak digemari oleh para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, dengan

    berbagai potensi yang mampu memikat para wisatawan seperti keindahan alam,

  • 21

    keunikan budaya, dan kehidupan sosial masyarakat. Pulau Bali yang total luasnya

    hanya 5.632,86 kilometer persegi atau hanya 0,29 persen dari luas keseluruhan

    Indonesia, memiliki potensi andalan yang dikenal dengan sebutan 3S yaitu : Sun, Sand,

    and Sea.

    Bali banyak mendapat julukan, diantaranya surga terakhir (The Last Paradise)

    atau surga para wisatawan (Tourist Paradise). Kunjungan wisatawan asing dan

    domestik mencapai rata-rata 2,5 juta per tahunnya sebelum terjadi bom Bali 2003,

    sehingga Bali dianugerahi penghargaan oleh TIME Asia sebagai The Most Favourite

    Destination in The World 2002. (Kompas, 2 Pebruari 2004). Industri pariwisata

    merupakan tulang punggung pembangunan perekonomian Bali, dan menjadi andalan

    Bali dalam mengisi Pendapatan Asli Daerah (PAD). Tingginya angka wisatawan yang

    datang ke Bali menarik banyak investor baik lokal maupun asing untuk

    menginvestasikan dananya di Bali. Perhotelan merupakan salah satu industri jasa yang

    berperan penting dalam keberhasilan dunia pariwisata. Bahkan hotel-hotel bertaraf

    internasional berlomba-lomba untuk membangun propertinya di Bali, tercatat sebanyak

    22 hotel berbintang lima berdiri di Bali sampai dengan tahun 2010.

    Hotel berbintang lima ini memiliki fasilitas yang lengkap sebagai pendukung

    penyedia akomodasi bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan Bali, untuk itu

    manajemen sebuah hotel dalam mengelola hotelnya harus menyiapkan sistem

    manajemen yang sempurna untuk menang dalam persaingan di dunia perhotelan dan

    mencapai tujuan dari hotel tersebut.

  • 22

    Situasi internasional yang berpengaruh terhadap dunia pariwisata ini menarik

    sikap peduli pihak manajemen industri pariwisata termasuk juga hotel untuk

    mengembangkan sistem manajemen dalam mengatur industrinya. Situasi internasional

    ini secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan hotel

    dari segi kunjungan wisatawan yang datang ke daerah tempat hotel itu berada.

    Four Seasons Resort Jimbaran Bali merupakan salah satu hotel yang bertaraf

    internasional di Bali. Hotel bintang lima ini pertama kali dibangun di Toronto, Canada,

    yang kini menjadi pusat dari pengoperasian seluruh cabang-cabangnya yang berada di

    seluruh dunia. Four Seasons memiliki 72 hotel yang tersebar di seluruh dunia dan 15

    proyek hotel baru yang akan dilaksanakan tahun 2011. Ada tiga hotel Four Seasons di

    Indonesia antara lain : Four Seasons Jakarta, Four Seasons Resort Jimbaran Bali, dan

    Four Seasons Resort Sayan. Ketiganya memiliki karakteristik yang berbeda dan unik,

    dengan memegang prinsip manajemen di mana jumlah kamar atau villa yang terdapat

    di setiap hotel tidak terlalu banyak maka diharapkan perhatian dalam pelayanan kepada

    para tamu akan lebih maksimal.

    Prinsip manajemen tersebut memberikan peluang yang besar kepada Four

    Seasons untuk menguasai pasar Eropa dan Amerika. Karakteristik penduduk Eropa dan

    Amerika merupakan ide awal dari terbentuknya prinsip manajemen Four Seasons.

    Mereka akan membayar dengan harga tinggi untuk mendapatkan pelayanan terbaik.

    Persaingan yang ketat juga memotivasi manajemen Four Seasons untuk memberikan

    pelayanan terbaik kepada pelanggannya. Ide-ide dan inovasi terbaru akan terus

  • 23

    dikembangkan untuk membuat pengalaman yang luar biasa kepada pelanggan. Sebagai

    salah satu hotel chain yang memiliki lebih dari 50 hotel cabang di dunia, saat ini Four

    Seasons Resort Jimbaran Bali memiliki beberapa pesaing (challenger) yang cukup

    kuat, dapat dilihat pada Tabel 1.1.

    Berdasarkan Tabel 1.1. dapat dilihat jumlah hotel atau vila pesaing untuk Four

    Seasons Resort Jimbaran Bali dari tahun 2006 ke tahun 2011 semakin bertambah dari

    10 menjadi 27 hotel atau vila, dengan jumlah kamar hotel atau vila yang bertambah

    dari 421 kamar atau vila menjadi 1.403 kamar atau vila. Sebagian besar merupakan

    hotel yang sudah memiliki nama dan dikenal di seluruh dunia. Four Seasons Resort

    Jimbaran Bali berusaha untuk tetap mempertahankan service yang terbaik sehingga

    para tamu akan loyal untuk memilih Four Seasons Resort Jimbaran Bali kembali

    sebagai tempat menginap.

    Tabel 1.1

    Jumlah Hotel atau Vila Pesaing Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    Tahun 2006-2011

    Tahun Jumlah

    Hotel/Vila

    Pertumbuhan

    per tahun (%)

    Jumlah kamar

    Hotel/Vila

    Pertumbuhan

    per tahun (%)

    2006 10 - 421 -

    2007 11 10 442 5

    2008 15 36 608 38

    2009 19 27 811 33

    2010 21 11 931 15

    2011 27 29 1403 51

    Sumber : Sales and Marketing Four Seasons Resort Jimbaran Bali, 2011 (Lampiran B)

    Untuk memenangkan persaingan, Four Seasons Resort Jimbaran Bali harus

    selalu mencari inovasi agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen yang selalu

    berubah. Kekuatan yang dimiliki Four Seasons Resort Jimbaran Bali karena

  • 24

    merupakan salah satu hotel chain kelas dunia dan juga kualitas sumber daya

    manusianya sedangkan kelemahan dari Four Seasons Resort Jimbaran Bali yaitu tidak

    adanya akses langsung ke pantai. Selain faktor internal tersebut, terdapat faktor

    eksternal yang mempengaruhi penurunan pendapatan kamar yaitu berdirinya vila-vila

    baru di lingkungan sekitar Jimbaran yang menawarkan paket menarik dengan harga

    yang lebih murah. Average occupancy room rate di Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    dapat diihat pada Tabel 1.2.

    Tabel 1.2

    Average Occupancy Room Rate di Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    Tahun 2006 - 2010

    Tahun Occupancy (%) Target (%) Average Room

    Rate ($)

    2006 55,29 50,10 420.41

    2007 45,24 54,20 453.33

    2008 58,15 58,10 530.31

    2009 64,27 62,15 586.92

    2010 48,21 64,10 615.93

    Sumber : Sales and Marketing Four Seasons Resort Jimbaran Bali, 2011

    Berdasarkan Tabel 1.2. Occupancy mengalami peningkatan setiap tahunnya

    dengan average room rate yang juga meningkat, namun di tahun 2009 ke tahun 2010

    occupancy mengalami penurunan dari 64,27 % menjadi 48,21 % sehingga tidak

    memenuhi target di tahun 2010 sebesar 64,10 % dengan average room rate sebesar $

    615.93. Hal ini disebabkan karena krisis global dari akhir tahun 2008 sampai 2010,

    disamping itu juga terdapat beberapa hotel baru yang sudah memiiki nama besar di

    tahun 2009 sebagai pesaing. Berdasarkan hasil wawancara dengan Director of Sales

    and Marketing Four Seasons Resort Jimbaran Bali, strategi penetrasi pasar dengan

  • 25

    target pasar utama yaitu Eropa dan Amerika yang digunakan saat ini kurang membawa

    hasil yang optimal sesuai dengan target manajemen. Dengan perkembangan pasar lain

    seperti Australia, Jepang, China, Korea, Taiwan, dan Timur Tengah, maka perusahaan

    perlu merancang ulang strategi yang diterapkan untuk mencapai target pasar tersebut.

    Berdasarkan latar belakang diatas maka masalah yang harus diteliti mengenai

    reformulasi strategi pemasaran yang dilakukan oleh Four Seasons Resort Jimbaran Bali

    untuk meningkatkan occupancy room rate di tahun berikutnya.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

    permasalahan sebagai berikut :

    1. Kekuatan dan kelemahan apa yang dimiliki oleh Four Seasons Resort Jimbaran

    Bali untuk meningkatkan occupancy room rate ?

    2. Peluang dan ancaman apa yang dihadapi oleh Four Seasons Resort Jimbaran

    Bali untuk meningkatkan occupancy room rate ?

    3. Dimana posisi Four Seasons Resort Jimbaran Bali dalam Matriks Internal dan

    Eksternal saat ini dan masa mendatang ?

    4. Bagaimanakah strategi pemasaran dan implikasinya terhadap pemasaran Four

    Seasons Resort Jimbaran Bali untuk meningkatkan occupancy room rate ?

    1.3 Tujuan Penelitian

    1. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Four Seasons

    Resort Jimbaran Bali untuk meningkatkan occupancy room rate.

  • 26

    2. Untuk mengetahui peluang dan ancaman yang dihadapi oleh Four Seasons

    Resort Jimbaran Bali untuk meningkatkan occupancy room rate.

    3. Untuk mengetahui posisi Four Seasons Resort Jimbaran Bali dalam Matriks

    Internal dan Eksternal saat ini dan masa mendatang.

    4. Untuk mengetahui strategi pemasaran dan implikasinya terhadap pemasaran

    Four Seasons Resort Jimbaran Bali untuk meningkatkan occupancy room rate.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1) Manfaat Teoritis

    a) Dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada mahasiswa tentang

    bagaimana penerapan ilmu strategi pemasaran di perusahaan yang

    sebenarnya.

    b) Dapat memberikan variasi sesuai dengan bidang ilmu strategi pemasaran

    khususnya perhotelan.

    2) Manfaat praktis bagi manajemen hotel yaitu tereformulasikannya strategi

    pemasaran hotel untuk meningkatkan occupancy room rate di Four Seasons

    Jimbaran Bali.

  • 27

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Perencanaan Strategis (Strategic Planning)

    Perencanaan strategis yang mengarah pada kepuasan konsumen menjadi fokus

    di dalam manajemen pemasaran, oleh karena itu penggunaan konsep pemasaran

    merupakan dasar pemikiran dalam mencapai tujuan hotel. Konsep pemasaran harus

    didasarkan pada kebutuhan dan keinginan konsumen sebagai dasar tujuan bisnis,

    memaksimalkan seluruh sumber daya organisasi untuk memuaskan kebutuhan dan

    keinginan konsumen, mencapai tujuan organisasi dengan menciptakan kepuasan

    konsumen.

    Perencanaan strategis menurut Bryson (2007: 4-5) adalah sebagai upaya yang

    didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting yang membentuk dan

    memandu bagaimana menjadi organisasi (atau entitas lainnya), dan mengapa

    organisasi (atau entitas lainnya) mengerjakan hal seperti itu. Yang terbaik, perencanaan

    strategis mensyaratkan pengumpulan informasi secara luas, eksplorasi alternatif, dan

    menekankan implikasi masa depan keputusan sekarang. Perencanaan strategis dapat

    memfasilitasi komunikasi dan partisipasi mengakomodasi kepentingan dan nilai yang

    berbeda, dan membantu pembuatan keputusan secara tertib maupun keberhasilan

    implementasi keputusan. Sedangkan menurut Handoko (2003: 92), yang dimaksud

    dengan perencanaan strategis adalah suatu proses pengalihan tujuan-tujuan organisasi,

    penentuan strategi,kebijaksanaan dari program program strategik yang diperlukan

  • 28

    untuk tujuan-tujuan tersebut, dan penetapan metode-metode yang diperlukan untuk

    menjamin bahwa strategi dan kebijaksanaan telah diimplementasikan.

    Menurut Kotler dan Keller (2009: 51) menjelaskan bahwa langkah-langkah

    dalam perencanaan strategi bisnis dapat dilihat seperti pada Gambar 2.1 berikut ini :

    Gambar 2.1 : Proses Perencanaan Strategis Bisnis

    Sumber : Kotler dan Keller (2009: 51)

    Berikut penjelasan langkah-langkah dalam perencanaan strategis :

    a. Misi Bisnis

    Setiap unit bisnis perlu mendefinisikan misi spesifiknya dalam lingkup misi

    perusahaan yang lebih luas. Misi perusahaan memiliki peranan yang signifikan

    dalam pencapaian tujuan perusahaan.

    b. Analisis Lingkungan Eksternal (Peluang dan Ancaman)

    Umumnya, suatu unit bisnis harus memantau kekuatan lingkungan makro atau

    demografi-ekonomi, teknologi, politik-hukum, dan sosial budaya dan pelaku

    lingkungan mikro utama (pelanggan, pesaing, saluran distribusi, pemasok) yang

  • 29

    mempengaruhi kemampuannya memperoleh laba. Unit bisnis harus memiliki

    inteligen pemasaran untuk mengikuti kecenderungan dan perkembangan

    penting yang terjadi. Untuk masing-masing kecenderungan atau perkembangan,

    manajemen perlu mengidentifikasi peluang dan ancaman yang ditimbulkannya.

    c. Analisis Lingkungan Internal (Kekuatan dan Kelemahan)

    Selain mengetahui peluang yang menarik di lingkungannya, unit bisnis perlu

    juga memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk berhasil memanfaatkan peluang

    tersebut. Setiap unit bisnis harus mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya

    secara periodik.

    d. Formulasi Tujuan

    Setelah perusahaan membuat analisis SWOT, perusahaan dapat

    mengembangkan tujuan khusus untuk suatu periode perencanaan. Tahap proses

    ini disebut formulasi tujuan (goal formulation). Tujuan adalah sasaran yang

    spesifik menyangkut besaran dan waktu. Sebagian besar unit bisnis mengejar

    bauran sasaran, termasuk profitabilitas, pertumbuhan penjualan, peningkatan

    pangsa pasar, kandungan risiko, inovasi, dan reputasi. Unit bisnis menetapkan

    sasaran ini dan kemudian mengelolanya berdasarkan sasaran tersebut

    (management by objectives-MBO). Agar sistem MBO ini berhasil, tujuan unit

    harus memenuhi empat kriteria :

    1) Tujuan harus diatur berurutan, mulai dari yang paling penting sampai

    yang paling tidak penting. Sebagai contoh, tujuan utama unit bisnis

  • 30

    untuk satu periode adalah meningkatkan tingkat pengembalian

    investasi. Manajer dapat meningkatkan laba dengan meningkatkan

    pendapatan dan mengurangi pengeluaran. Manajer dapat

    menumbuhkan pendapatan dengan meningkatkan pangsa pasar dan

    harga.

    2) Sebisa mungkin, tujuan harus bersifat kuantitatif. Tujuan

    meningkatkan tingkat pengembalian investasi (Return on Invesment-

    ROI) lebih baik dinyatakan sebagai tujuan meningkatkan ROI sampai

    15 persen dalam dua tahun.

    3) Tujuan harus realistis. Tujuan harus timbul dari analisis peluang dan

    kekuatan unit bisnis, bukan dari harapan.

    4) Tujuan harus konsisten. Memaksimalkan penjualan dan laba sekaligus

    adalah sesuatu yang mustahil.

    Trade off (timbal balik) penting lainnya meliputi laba jangka pendek versus

    pertumbuhan jangka panjang, penetrasi mendalam dari pasar yang sudah ada

    versus pengembangan pasar baru, tujuan laba versus tujuan nirlaba, dan

    pertumbuhan tinggi versus risiko rendah. Setiap pilihan memerlukan strategi

    pemasaran yang berbeda.

    e. Formulasi Strategis

    Tujuan (goal) mengindikasikan apa yang ingin dicapai oleh unit bisnis ;

    sedangkan strategi (strategy) adalah rencana permainan kita untuk sampai

  • 31

    kesana. Setiap bisnis harus merancang sebuah strategi untuk mencapai

    tujuannya, yang terdiri dari strategi pemasaran serta strategi teknologi dan

    strategi pengadaan yang kompatibel. Walaupun banyak macam strategi yang

    tersedia, Michael Porter telah merangkumkannya menjadi tiga jenis umum yang

    memberikan awal yang baik untuk berpikir secara strategis: kepemimpinan

    biaya secara keseluruhan, diferensiasi, atau fokus.

    1) Kepemimpinan biaya secara keseluruhan: di sini unit bisnis bekerja

    keras untuk mencapai biaya produksi dan distribusi yang terendah,

    sehingga harganya menjadi lebih rendah daripada pesaing dan

    mendapat pangsa pasar yang besar.

    2) Diferensiasi : di sini unit bisnis berkonsentrasi untuk mencapai kinerja

    yang terbaik dalam memberikan manfaat bagi pelanggan yang dinilai

    penting oleh sebagian besar pasar. Unit bisnis dapat berusaha keras

    untuk menjadi yang terbaik dalam pelayanan, kualitas, gaya, teknologi,

    namun tidak mungkin untuk menjadi yang terbaik dalam segala hal.

    3) Fokus : di sini unit bisnis memfokuskan diri pada satu atau lebih

    segmen pasar yang sempit daripada mengejar pasar yang lebih besar.

    f. Formulasi dan Implementasi Program

    Strategi pemasaran yang bagus dapat gagal diwujudkan akibat implementasi

    yang buruk. Jika sebuah perusahaan memutuskan untuk mempertahankan

    kepemimpinan teknologinya, perusahaan itu harus merencanakan program

  • 32

    untuk memperkuat departemen R&D-nya, mengumpulkan inteligen teknologi,

    mengembangkan produk canggih, melatih wiraniaga teknik, dan

    mengembangkan iklan untuk mengkomunikasikan kepemimpinan

    teknologinya.

    Hubungan yang dinamis menghubungkan kelompok pemangku kepentingan.

    Perusahaan yang cerdik menciptakan tingkat kepuasan karyawan yang tinggi,

    yang menimbulkan kerja keras yang lebih baik, dan tentunya produk dan jasa

    berkualitas tinggi, dimana produk dan jasa ini akan menciptakan kepuasan

    pelanggan yang tinggi, yang berlanjut ke pengulangan bisnis yang lebih

    banyak, sehingga pertumbuhan dan laba juga lebih tinggi, dan kepuasan

    pemegang saham meningkat, serta menghasilkan investasi yang lebih besar, dan

    seterusnya. Ini adalah lingkaran bernilai yang berarti laba dan pertumbuhan.

    Gagasan Pemasaran : Kontribusi Pemasaran bagi Nilai Pemegang Saham

    menjelaskan semakin pentingnya pandangan dasar yang tepat bagi pengeluaran

    pemasaran.

    Menurut McKinsey & Company, strategi hanyalah satu dari tujuh elemen,

    semuanya dimulai dengan huruf s (dalam bahasa Inggris-red) dalam praktik

    bisnis yang berhasil. Tiga elemen pertama, strategi, struktur, sistem dianggap

    sebagai piranti keras keberhasilan. Empat elemen berikutnya yaitu gaya

    (style), keahlian (skill), staf, dan nilai yang dimiliki bersama (shared values)

    adalah piranti lunak. Elemen lunak pertama, gaya, berarti bahwa karyawan

  • 33

    perusahaan berbagi cara pemikiran dan perilaku yang sama. Elemen kedua,

    keahlian (skill), berarti bahwa karyawan mempunyai keahlian yang diperlukan

    untuk melaksanakan strategi perusahaan. Staf berarti perusahaan

    mempekerjakan orang yang mampu, melatih mereka dengan baik, dan

    menugaskan pekerjaan yang tepat bagi mereka. Elemen keempat, nilai yang

    dimiliki bersama (shared values), berarti bahwa karyawan berbagi nilai

    panduan yang sama. Ketika elemen-elemen ini hadir, perusahaan biasanya lebih

    berhasil dalam implementasi strateginya.

    Praktik studi manajemen lainnya menemukan bahwa kinerja yang bagus

    sepanjang waktu bergantung pada kesempurnaan pelaksanaan, budaya

    perusahaan yang didasarkan pada tujuan yang tinggi, struktur yang fleksibel

    dan responsif, dan strategi yang jelas dan fokus.

    g. Umpan Balik dan Kendali

    Penyesuaian strategis perusahaan dengan lingkungan akan sangat terganggu,

    karena lingkungan pasar berubah cepat daripada tujuh S perusahaan. Maka,

    perusahaan dapat tetap efisien sementara mereka kehilangan efektivitas. Peter

    Drucker menyatakan bahwa lebih penting melakukan hal yang benar agar

    efektif daripada melakukan hal dengan benar agar efisien. Perusahaan yang

    paling berhasil adalah yang piawai melakukan keduanya. Organisasi, terutama

    organisasi besar, dapat mengalami inersia. Sulit mengubah satu bagian tanpa

    menyesuaikan bagian lain. Tetapi organisasi dapat diubah melalui

  • 34

    kepemimpinan yang kuat, dan sebaiknya hal itu dilakukan sebelum krisis.

    Kunci kesehatan organisasi adalah kemauan untuk mempelajari perubahan

    lingkungan dan menerapkan tujuan dan perilaku baru.

    2.2 Strategi Pemasaran

    Sebuah perusahaan baik itu perusahaan jasa maupun industri lainnya akan

    menggunakan berbagai strategi dalam memasarkan produknya, hal ini dikarenakan

    kondisi persaingan saat ini sangat ketat, jika sebuah perusahaan tidak menggunakan

    strategi yang tepat, maka perusahan tersebut akan kalah dalam persaingan merebut

    pangsa pasar.

    Strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk

    menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang menguntungkan (Kotler

    and Armstrong, 2006: 58).

    Lamb et al. (2002: 6) to explain that marketing strategy is the four step process

    of designing and managing a marketing strategy (analysis, planning, implementation,

    and management). First the situation analysis considers market and competitors

    analysis, market segmentation, and continues learning about market. Second,

    designing a marketing strategy entails customers targeting and positioning strategies,

    marketing relationship strategies, and planning for new product. Third, marketing

    program development consist of product/service, distribution, price and promotion

    strategies designed and implemented to meet the needs of targeted buyers. Fourth,

    strategy implementation and management look at organizational design and marketing

    control.

    Lamb et al. (2002: 6) menjelaskan bahwa strategi pemasaran terdiri dari empat

    langkah proses merancang dan mengelola strategi pemasaran (analisis, perencanaan,

    pelaksanaan, dan manajemen). Pertama, analisis situasi mempertimbangkan analisis

    pasar dan pesaing, segmentasi pasar, dan terus belajar tentang pasar. Kedua,

  • 35

    merancang strategi pemasaran yang memerlukan target pelanggan dan penempatan

    strategi, strategi pemasaran hubungan, dan perencanaan untuk produk baru. Ketiga,

    program pengembangan pemasaran terdiri dari produk/jasa, distribusi, harga dan

    strategi promosi yang dirancang dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan pembeli

    yang ditargetkan. Keempat, implementasi strategi dan manajemen melihat pada desain

    organisasi dan kontrol pemasaran.

    Perencanaan strategi merupakan kegiatan perusahaan untuk mencari keseuaian

    antara ketentuan-ketentuan internal perusahaan (kekuatan dan kelemahan) dan

    ketentuan-ketentuan eksternal perusahaan (peluang dan ancaman). Peluang yang terjadi

    saat ini belum tentu akan tetap menjadi peluang dimasa mendatang bisa saja peluang

    akan menjadi ancaman dan ancaman bisa menjadi peluang, Perubahan faktor eksternal

    dapat menimbulkan perubahan pada faktor internal sehingga kekuatan dan kelemahan

    juga mengalami perubahan.

    Reid dan Bojanic (2006: 175-177) menyatakan ada empat konsep dalam

    memformulasi strategi pemasaran dalam hubungannya dengan pengelolaan produk

    baru yang sudah ada pada pasar yang baru, yaitu :

    1) Strategi penetrasi pasar, yaitu strategi fokus pada penjualan bauran pelayanan

    dan produk pada target pasar yang telah ada. Dalam upaya peningkatan

    pendapatan, manajemen berusaha menaikkan harga dan membangun pasar

    berdasarkan pelanggan yang solid dan loyal terhadap perusahaan.

  • 36

    2) Strategi pengembangan produk baru adalah sebuah ide pengembangan produk

    baru pada pasar yang telah ada. Strategi ini biasanya digunakan dalam industri

    perhotelan dan pariwisata. Tidak ada suatu usaha dalam industri perhotelan dan

    pariwisata bisa bertahan lama tanpa perubahan dalam waktu lama dan

    mengharap keuntungan. Perubahan pasar, kebutuhan dan pelanggan yang

    berubah harus tetap merupakan perhatian yang serius dari industri perhotelan

    dan pariwisata.

    3) Strategi pengembangan pasar yaitu strategi yang fokus terhadap pengembangan

    pasar baru bagi produk dan pelayanan yang telah ada. Dalam kondisi seperti ini

    hotel dan restoran biasanya melakukan pembangunan unit baru dan melakukan

    eskpansi terhadap pangsa pasar yang baru.

    4) Strategi diversifikasi merupakan strategi pengenalan produk dan pelayanan

    baru terhadap pangsa pasar yang baru. Strategi ini menawarkan potensi jangka

    panjang, tetapi strategi ini juga memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi.

    Implementasi konsep ini sangat penting digunakan agar mampu memberikan

    keuntungan dan kepuasan pada tamu sesuai dengan produk yang dimiliki yaitu produk

    hotel sehingga program pemasaran yang dilakukan dapat berjalan dengan efektif dan

    efisien.

    2.3 Bauran Pemasaran Hospitality

    Dalam pemasaran barang (tangible) dikenal empat alat yaitu: product, price,

    place, and promotion atau The four Ps. Keempat alat tersebut dikenal sebagai The

  • 37

    Traditional Marketing Mix. Menurut Kotler and Armstrong. (2006: 62), bauran

    pemasaran adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan

    perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran.

    Pada sisi lain Morrison (2002: 21) menyatakan bahwa selain strategi pemasaran

    yang secara tradisional (product, price, place, and promotion) ada empat faktor yang

    sangat penting khususnya dalam industri hospitality dan perjalanan yaitu: people,

    packaging, programming, and partnership. Dengan demikian, jumlah faktor-faktor

    internal pemasaran yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan daripada kelompok

    wisatawan khusus menjadi delapan yang disebut dengan 8 Ps pemasaran.

    2.3.1 Faktor-faktor internal pemasaran menurut Morrison (2002: 277) dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

    a) Product

    Product dalam hospitality dan perjalanan memiliki bauran produk atau

    pelayanan yang terdiri atas (1) Staff behaviour, appearance, dan uniform, (2)

    Building exterior, (3) Equipment, (4) Furniture dan fixtures, (5) Signage, dan

    (6) Communications with customers and other publics. Definisi dari masing-

    masing variabel tersebut diuraikan sebagai berikut :

    (1) Staff behaviour, appearance, and uniform adalah aspek fisik dan

    penampilan karyawan berbeda dengan pengertiannya yang terkandung

    dalam faktor people dalam bauran pemasaran.

    (2) Building exterior adalah kondisi fisik dan kebersihan dari setiap struktur

    bangunan dan ruangan dalam hotel dan sangat besar pengaruhnya terhadap

  • 38

    kesan dari wisatawan terhadap hotel dan kepuasannya. Pemasar harus

    menyebutkan setiap cara yang hotel lakukan pada periode tertentu dalam

    meningkatkan penampilan eksterior dan bangunannya.

    (3) Equipment, yang dimaksud disini adalah kebersihan dan kesiapan peralatan

    dan fasilitas tambahan yang dimiliki oleh hotel. Misalnya hotel harus

    secara ketat melakukan perawatan terhadap peralatan komputer, safe

    deposit box, troli untuk barang-barang tamu, armada kendaraan dan

    menjamin kebersihannya.

    (4) Furniture and Fixtures, banyak wisatawan yang sangat sensitif terhadap

    kualitas dari mebel dan perlengkapan bangunan atau kamar hotel.

    (5) Signage, hampir semua hotel memiliki tanda-tanda tertentu, termasuk papan

    tulis, tanda arah, dan tanda eksterior bangunan. Semua tanda-tanda tersebut

    harus dalam kondisi yang baik, bersih tidak patah dan mudah dilihat.

    b) Pricing

    Banyak ahli dalam industri hospitality menyatakan bahwa semakin

    berkembangnya kesadaran wisatawan terhadap nilai suatu produk. Mereka

    menginginkan nilai untuk uang yang mereka bayarkan. Definisi dan value for

    money adalah cara wisatawan membandingkan jumlah uang yang dibayarkan

    dengan kualitas fasilitas dan pelayanan yang diperolehnya. Sesuatu yang

    mempunyai nilai bukan berarti tidak selalu harus ditawar dengan harga yang

    lebih rendah. Nilai hanya relevan dengan si pemakai, beberapa pelayanan

  • 39

    mempunyai nilai yang cukup tinggi untuk wisatawan tertentu tetapi tidak untuk

    wisatawan yang lain. Suatu harga harus memberikan wisatawan perasaan yang

    mereka dapatkan merupakan nilai dari uang yang mereka bayarkan. Mereka

    harus diyakinkan bahwa kualitas dan fasilitas yang mereka dapatkan sesuai

    dengan harga yang dibayarkan (Morrison, 2002: 518).

    c) Place

    Komponen place menunjuk kepada cara yang mana produk dan

    pelayanan disampaikan kepada wisatawan. Komponen ini biasanya disebut

    sebagai distribusi, dan di dalamnya termasuk keputusan yang berhubungan

    dengan lokasi dan fasilitas, dan penggunaan perantara-perantara. Dalam

    pemasaran jasa place lebih fokus pada bagaimana hotel merencanakan untuk

    menempatkan produk, atau bekerja dengan kelompok-kelompok yang ada pada

    saluran distribusi. Ini berarti bagaimana mereka menggunakan perantara-

    perantara dalam perdagangan (travel agent, tour wholesaler, perencana

    perjalanan insentif) untuk mencapai tujuan dari pemasaran.

    Morisson (2002 : 339) menyebutkan dua konsep distribusi yaitu

    distribusi langsung (direct distribution) dan distribusi tidak langsung (indirect

    distribution). Distribusi langsung terjadi ketika organisasi/hotel mengambil

    keseluruhan tanggung jawab untuk promosi, melayani, dan menyediakan

    pelayanan kepada pelanggan/wisatawan. Misalnya beberapa paket weekend

    hanya bisa dibooking langsung ke hotel itu sendiri. Sedangkan distribusi tidak

  • 40

    langsung terjadi ketika sebagian tanggung jawab dan promosi, pemesanan

    penyediaan pelayanan diberikan kepada satu atau lebih dari hospitality yang

    lain dan organisasi travel.

    d) Promotion

    Promosi merupakan bagian komunikasi dalam pemasaran yang

    menyediakan wisatawan dengan informasi dan pengetahuan dengan cara yang

    informatif dan persuasif. Morrison (2002 : 374) menyebutkan 5 bauran promosi

    yang dikenal dengan promotional mix yaitu:

    (1) Advertising, adalah paid, komunikasi nonpersonal melalui berbagai

    media oleh suatu perusahaan, organisasi-organisasi nirlaba dan individu-

    individu yang dalam beberapa cara diidentifikasi dalam pesan iklan dan

    mereka yang berharap memberi informasi dan mempengaruhi wisatawan.

    Jadi kata kunci dan definisi advertising adalah paid, nonpersonal, dan

    indentified. Hospitality dan travel harus membayar setiap kegiatan iklan

    baik dengan uang kas atau dengan sistem barter, pendekatan komunikasi

    adalah nonpersonal, bukan merupakan sponsor dan perwakilan mereka

    yang secara fisik hadir untuk memberikan pesan kepada wisatawan. Kata

    identified menyatakan organisasi yang membayar atau memasang iklan

    teridentifikasi secara jelas dalam iklan ini.

    (2) Personal selling, termasuk pembicaraan langsung yang dilakukan baik

    melalui telephone atau bertatap muka antara penjual dengan calon

  • 41

    wisatawan.

    (3) Sales promotion, merupakan pendekatan lain dibandingkan dengan iklan,

    personal selling, dan public relations dimana wisatawan diberikan bujukan

    jangka singkat untuk membuat pembelian dengan segera. Seperti halnya

    iklan, sponsornya dengan jelas diidentifikasi dan komunikasinya bersifat

    nonpersonal. Contohnya kupon potongan harga, kontes dan undian, dan

    premi atau hadiah.

    (4) Merchandising, terdiri atas material-material yang digunakan dalam hotel

    untuk merangsang penjualan seperti menu, wine list, kartu pos, tanda-tanda,

    poster, topi, t-shirt dan poin yang lain dan benda-benda promosi penjualan.

    (5) Public Relations and Publicity, yang termasuk dalam public relations

    adalah semua aktivitas yang digunakan oleh sebuah hotel atau travel untuk

    menjaga atau meningkatkan hubungannya dengan organisasi-organisasi

    yang lain atau individu-individu. Sedangkan publicity adalah salah satu

    teknik dari public relations yang merupakan non-paid communication dan

    informasi tentang pelayaan dari sebuah organisasi.

    e) People

    Landasan yang paling utama dalam keberhasilan dan keberadaan sebuah

    hospitality dan organisasi travel adalah orang-orang yang dipekerjakan

    (karyawan) dan orang-orang yang dilayani (wisatawan). Bagaimana sebuah

    hotel dan organisasi travel dalam memilih dan melayani keduanya, bisa

  • 42

    memberikan dampak yang sangat besar pada keefektivitasan dari pemasaran.

    Karyawan front-line yang menyediakan pelayanan memegang peranan penting

    dalam industri perhotelan. Hotel dan organisasi harus melakukan dua hal yang

    baik untuk bisa memuaskan wisatawan yaitu: (1) menyediakan sebuah produk

    yang bagus (kamar, makanan, paket liburan, transportasi, dan lain sebagainya),

    (2) menyediakan pelayanan yang bagus.

    Menurut Berry dan Parasuraman dalam Morrison (2002: 288) bahwa

    esensi dan pemasaran jasa adalah pelayanan dan kualitas pelayanan merupakan

    pondasi dari pemasaran jasa. Oleh karena itu para pemasar dari hospitality dan

    travel harus fokus dengan kualitas pelayanan dan meyakinkan bahwa organisasi

    mereka mempunyai sebuah proses untuk mengelola kualitas daripada

    pelayanan yang disediakan kepada wisatawan.

    Pada pertengahan tahun 1980-an, berdasarkan penelitian yang dilakukan

    oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, memperkenalkan sebuah teknik untuk

    mengukur kualitas dan pelayanan yang disebut dengan Servqual. Ketiga penulis

    ini mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai persepsi wisatawan terhadap

    sebuah kualitas pelayanan khusus perusahaan berdasarkan sebuah perbandingan

    antara performa pelayanan khusus dan perusahaan dengan harapan umum

    wisatawan pada semua perusahaan dalam industri yang sama.

    Teknik Servqual menggunakan lima dimensi individu untuk mengukur

    harapan dan persepsi dan wisatawan, yaitu (1) Tangible, fasilitas fisik dari hotel

  • 43

    dan organisasi travel, perlengkapan dan penampilan karyawan. (2) Reliability,

    kemampuan hotel dan organisasi untuk menunjukkan pelayanan yang dapat

    dipercaya dan akurat. (3) Responsiveness, keinginan karyawan untuk

    membantu wisatawan dan menyediakan pelayanan yang cepat. (4) Assurance,

    pengetahuan dan courtesy dari karyawan dan kemampuan mereka untuk

    memberikan kepercayaan dan keyakinan. (5) Emphaty, tingkat perhatian (care)

    secara individu yang disediakan karyawan hotel dan organisasi perjalanan

    kepada wisatawan.

    f) Packaging dan Programming

    Hospitality dan jasa travel bersifat perishable, penjualan yang tidak

    dilakukan sekarang akan merupakan kehilangan selamanya. Packaging dan

    teknik yang berhubungan dengan programming memegang peranan yang amat

    penting dalam penjualan jasa ketika permintaan terhadap pelayanan tersebut

    sangat rendah. Package adalah kombinasi dari pelayanan-pelayanan yang

    berhubungan dan melengkapi dengan menawarkan harga tunggal. Artinya

    dalam sejumlah harga tertentu sudah termasuk beberapa jenis pelayanan yang

    berhubungan, sedangkan programming adalah sebuah teknik yang berhubungan

    dekat dengan packaging. Di dalamnya termasuk pengembangan aktivitas-

    aktivitas khusus, event-event, atau program-program yang bertujuan untuk

    meningkatkan pengeluaran wisatawan (Morrison, 2002: 314). Packaging dan

    programming merupakan konsep-konsep yang berhubungan. Beberapa paket

  • 44

    termasuk beberapa programming, dan sering program-program tersebut sebagai

    penggerak dari permintaan terhadap paket-paket khusus tersebut. Namun juga

    memungkinkan untuk membuat paket tanpa program seperti paket harga kamar

    sudah termasuk makan pagi, atau sebaliknya programming tanpa packaging

    seperti Monday night, dan earlybird discount tidak harus dibuatkan paket

    khusus.

    g) Partnership

    Partnership adalah berbagai upaya kerjasama dalam promosi dan

    kerjasama pemasaran lainnya dari hospitality dan organisasi travel. Upaya-

    upaya tersebut adalah dari one short atau kerjasama jangka pendek dalam

    promosi sampai perjanjian kerjasama jangka panjang dalam pemasaran yang

    mungkin melibatkan beberapa kombinasi dari produk atau pelayanan dan dua

    atau lebih organisasi. Menurut Morrison (2002: 281) ada beberapa jenis dari

    partnership yaitu:

    (1) Customers, program-program perjalanan atau liburan secara terus-

    menerus adalah salah satu contoh yang bagus dan program partnership

    dengan wisatawan. Program-program ini diperkenalkan untuk

    membangun kesetiaan wisatawan kepada hotel. Variasi yang menarik dari

    tema ini misalnya dengan memberikan kartu khusus bagi wisatawan yang

    telah menginap di hotel yang menjamin keuntungan yang diperoleh

    apabila menginap lagi di hotel tersebut. Hotel juga secara terus menerus

  • 45

    menjaga komunikasi dengan wisatawan dengan memberikan informasi

    tentang program-program terbaru dari hotel. Cara lain yang bisa

    digunakan adalah dengan mengirimkan ucapan selamat pada hari-hari

    khusus bagi wisatawan seperti ulang tahun, ucapan tahun baru, natal, dan

    lainnya.

    (2) Organization in the same business, adalah strategi aliansi antara beberapa

    perusahaan yang sejenis seperti konsep strategic alliances dalam bisnis

    penerbangan. Contoh yang sangat bagus dalam aliansi ini adalah aliansi

    BestCities.net dibentuk oleh perusahaan-perusahaan konvensi dan

    pelancong di Boston, Copenhagen, Edinburgh, Melbourne, dan

    Vancouver. Aliansi ini dibentuk untuk memenuhi kebutuhan wisatawan

    dengan lebih baik di dalam melakukan pertemuan-pertemuan

    internasional.

    (3) Organization in related businesses. Program-program perjalanan sering

    melibatkan beberapa perusahaan yang berbeda namun satu sama lainnya

    saling mendukung seperti hotel, penerbangan, transportasi, dan

    perusahaan lainnya di dalam hospitality dan industri travel. Beberapa

    hotel juga melakukan kerjasama dengan perusahaan kartu kredit,

    keduanya dalam hal promosi dimana hotel merekomendasikan

    wisatawannya untuk menggunakan kartu kredit tertentu, sedangkan

    perusahaan kartu kredit akan mencantumkan nama hotel tersebut dalam

  • 46

    design kartunya atau dalam brosur masing-masing.

    (4) Organization in non-related businesses. Hotel dan agen perjalanan juga

    memungkinkan untuk melakukan kerjasama dengan industri lainnya.

    Misalnya industri kerajinan perak melakukan kerjasama dengan pihak

    hotel dengan memamerkan barang-barang kerajinannya di hotel, demikian

    juga kerjasama antara hotel dengan sebuah galeri yang melakukan

    pameran seni di hotel tersebut. Galeri dan industri kerajinan perak

    tersebut dapat menjual produknya kepada tamu hotel sedangkan pihak

    hotel memperoleh manfaat tambahan dengan adanya keragaman aktivitas

    yang bisa ditawarkan ke wisatawan.

    (5) Digital Alliance. Pengenalan teknologi internet telah memberikan bentuk

    baru yang potensial dalam kerjasama antara beragam organisasi. Pada

    hotel dan travel, area utama untuk aliansi digital adalah melalui hubungan

    timbal balik dalam situs (websites).

    2.3.2 Faktor-faktor eksternal pemasaran industri perhotelan menurut Kotler dan Keller (2009: 159) adalah sebagai berikut:

    a) Competition

    Pemasar bisa mempengaruhi tindakan dari organisasi-organisasi

    pesaing, tetapi mereka tidak bisa mengendalikannya. Jumlah dan ukuran dari

    pesaing juga tidak bisa dikendalikan. Persaingan adalah sebuah proses yang

    dinamis dalam sebuah perusahaan. Ketika sebuah perusahaan

    mengimplementasikan sebuah strategi pemasaran, maka kemudian pesaingnya

  • 47

    akan bereaksi dengan strategi perlawanan. Tidak ada orang akan bertahan

    dengan cara yang permanen dalam industri. Pemasar secara terus-menerus

    mengamati aktivitas-aktivitas pemasaran pesaing termasuk aktivitas-aktivitas

    pemasarannya.

    Morrison (2002: 22) menyatakan ada tiga tingkat persaingan dalam

    industri, yaitu (1) persaingan langsung; (2) pelayanan pengganti; (3) persaingan

    tidak langsung. Persaingan langsung adalah jenis persaingan dimana organisasi

    atau hotel yang menyediakan pelayanan sama bersaing untuk memuaskan

    kebutuhan dari kelompok-kelompok wisatawan yang sama. Persaingan yang

    kedua muncul dari adanya substitusi terhadap pelayanan-pelayanan tertentu

    dan barang-barang yang lainnya. Contohnya daripada tinggal di hotel yang

    harganya mahal lebih baik tinggal di villa dengan harga yang cukup murah

    dengan fasilitas yang sama dengan hotel bintang lima. Jenis persaingan yang

    tidak langsung terdiri atas perusahaan-perusahaan dan organisasi-organisasi

    yang bersaing dengan industri hotel di dalam merebut dolar daripada

    wisatawan, misalnya pembayaran-pembayaran penggadaian, toko penjual

    bahan makanan, pengobatan, rumah sakit, tagihan dokter gigi, biaya asuransi

    dan biaya-biaya perbaikan rumah serta masih banyak contoh lainnya.

    2.3.3 Politic, Legislation, dan Regulation

    Pemasaran juga dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh

    legislasi dan regulasi dari penggunaan tanah. Ada beberapa undang-undang

  • 48

    khusus mengenai bagaimana sebaiknya pelayanan dipromosikan, bagaimana

    kontes dan taruhan di atur, siapa yang boleh dan tidak boleh minum, dan

    banyak lagi yang lainnya. Pemasaran harus dibuat sesuai dengan undang-

    undang atau peraturan yang ada, dimana undang-undang ini berada di luar

    kontrol organisasi atau hotel.

    Beberapa peraturan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

    sebuah industri. Misalnya peraturan pemerintah atas pengenaan 10% pajak

    pemerintah dan pajak pelayanan dalam industri pariwisata khususnya hotel di

    Bali, berpengaruh pada penetapan harga kamar sebuah hotel. Demikian juga

    peraturan pemerintah tentang pencabutan Bebas Visa Kunjungan Singkat

    (BVKS) sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisata ke Bali, dan

    banyak lagi peraturan-peraturan daerah yang berdampak terhadap operasional

    hotel. Pada dasarnya undang-undang dan peraturan-peraturan mengatur

    bagaimana bisnis harus dilakukan. Hal ini bisa secara langsung berpengaruh

    terhadap cara suatu pelayanan atau produk dipasarkan, sehingga seorang

    pemasar harus tetap mengetahui dan mengikuti perubahan-perubahan peraturan

    yang terbaru.

    2.3.4 Economic Environment

    Inflasi, pengangguran, dan resesi adalah tiga faktor dalam lingkungan

    ekonomi yang mengganggu perekonomian di negara-negara berkembang

    dewasa ini. Kondisi perekonomian seperti ini akan sangat membuat industri

  • 49

    pariwisata menderita karena sebagian besar perusahaan atau individu-individu

    berupaya untuk mendapatkan pelayanan dan produk pengganti yang sesuai

    dengan daya beli mereka. Sebagai contoh, rapat digantikan dengan conference

    call, pertemuan nasional diganti dengan pertemuan regional, dan tinggal di

    rumah lebih baik daripada melakukan liburan.

    Kenaikan harga minyak mentah dan energi dewasa ini telah membuat

    perekonomian negara-negara asal dari wisatawan mengalami masalah

    perekonomian. Kenaikan harga ini mempengaruh berbagai harga-harga

    kebutuhan pokok dan kebutuhan primer lainnya. Mereka akan memilih untuk

    melakukan efesiensi dalam setiap kegiatannya dengan memilih perjalanan atau

    liburan yang bersifat lokal atau melakukan perjalanan liburan keluar negeri

    dengan anggaran yang relatif rendah.

    2.3.5 Technology

    Teknologi merupakan sebuah syarat penentu dalam perubahan.

    Hospitality dan travel harus melihat dua aspek dari lingkungan teknologi.

    Pertama, menggunakan teknologi terbaru dalam berbagai pelayanan dan produk

    bisa merupakan nilai kompetitif, misalnya semua kamar tamu dalam hotel

    dilengkapi dengan fasilitas audio-video dan internet access. Aspek kedua

    adalah pengaruh teknologi pada wisatawan. Sistem hiburan rumah yang bisa

    dibuat dengan sangat lengkap dapat menjadi pengganti dari hiburan di luar

    rumah. Di samping ancaman ini teknologi juga merupakan teman dalam

  • 50

    industri perhotelan. Perkembangan teknologi dalam pemeliharaan rumah dapat

    mengurangi pekerjaan rumah tangganya sehingga mereka mempunyai banyak

    waktu untuk mendapatkan hiburan di luar rumah dan melakukan liburan.

    2.3.6 Societal and Cultural Environment

    Dalam lingkungan sosial dan budaya ini ada dua sisi yang harus

    diperhatikan, pertama sebuah organisasi harus mempertimbangkan bagaimana

    wisatawan akan bereaksi terhadap aktivitas-aktivitas pemasaran berdasarkan

    kaidah-kaidah sosial dan budaya. Kedua, wisatawan-wisatawan sendiri

    dipengaruhi oleh perubahan-perubahan dalam sosial dan budaya. Tekanan

    ekonomi dan perubahan sossial telah mengkombinasikan hal ini sehingga

    adanya wanita bekerja di luar rumah bisa diterima. Etika-etika gereja juga

    berada dalam kepungan perubahan sosial dan budaya. Liburan Hedonistic yang

    berbasis kesenangan (pleasure is good for you) semakin terkenal.

    2.3.7 Natural Environment

    Menurut Kotler dan Keller (2009: 121) natural environment terdiri atas

    sumber-sumber daya alam yang dibutuhkan oleh para pemasar atau dipengaruhi

    oleh kegiatan-kegiatan pemasaran. Sejak tahun 1960 tumbuh perhatian

    masyarakat tentang kerusakan lingkungan alami yang diakibatkan oleh

    berbagai kegiatan dari industri modern. Kerusakan tersebut adalah

    berkurangnya sumber daya alami yaitu rusaknya sumber daya air, bumi dan

    udara.

  • 51

    Lebih lanjut dikatakan bahwa perhatian masyarakat pada kondisi

    tersebut di atas akan mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap industri

    yang ada. Menghadapi kondisi tersebut beberapa industri khususnya hotel

    mulai mengedepankan konsep pelestarian sumber daya alam seperti yang

    dilakukan Hyatt Regency Wailoka dengan cara menghindari untuk

    menghancurkan kehidupan microorganic marine yang berkembang pada kolam

    renang hotel tersebut. Kegiatan konservasi sumber daya ini dapat dilakukan

    dengan fokus terhadap pengurangan polusi dan zat-zat sisa termasuk

    penggunaan sumber energi lainnya seperti air, listrik, seerta mengolah kembali

    barang-barang yang sudah terpakai agar bisa bermanfaat kembali (recycling).

    Ecotourism adalah salah satu produk pariwista yang betul-betul melakukan

    kegiatan konservasi alam yaitu dengan melakukan perlindungan dan pelestarian

    terhadap kehidupan alam dan isinya yaitu binatang dan tumbuh-tumbuhan.

    2.4 Kinerja Pemasaran

    Kinerja pemasaran merupakan konstruk yang umum digunakan untuk

    mengukur dampak penerapan strategi perusahaan. Namun demikian, masalah

    pengukuran kinerja menjadi permasalahan dan perdebatan klasik karena sebagai

    sebuah konstruk, kinerja pemasaran bersifat multidimensional yang mana di dalamnya

    termuat beragam tujuan dan tipe organisasi. Oleh karena itu kinerja sebaiknya diukur

    dengan menggunakan berbagai kriteria pengukuran sekaligus (multiple measurement).

    Jika menggunakan pengukuran dengan kriteria tunggal (single measurement) maka

  • 52

    tidak akan mampu memberikan pemahaman yang komprehensif tentang bagaimana

    kinerja suatu perusahaan itu sesungguhnya (Prasetya, 2002 : 227).

    Strategi pemasaran selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja pemasaran

    (seperti volume penjualan dan tingkat pertumbuhan penjualan) yang baik dan juga

    kinerja keuangan yang baik. Kinerja yang baik hanya dapat dicapai jika hotel dapat

    memenangkan persaingan. Untuk dapat memenangkan persaingan di tengah kondisi

    pasar yang ketat, manajemen hotel bintang lima harus mengembangkan orientasi

    pasarnya agar selaras dengan strategi yang dipilih. Persaingan yang ketat mendorong

    manajemen hotel untuk tidak menutup diri dalam melakukan perubahan orientasi pasar

    sesuai dengan perubahan lingkungan.

  • 53

    BAB III

    KERANGKA BERPIKIR DAN KERANGKA KONSEPTUAL

    3.1 Kerangka Berpikir

    Kerangka konsep merupakan suatu kristalisasi dari kumpulan teori dan

    pandangan para pakar serta pandangan peneliti yang memberikan jawaban, gambaran

    serta ulasan terhadap berbagai masalah dari suatu fenomena yang diangkat dari suatu

    penelitian. Kerangka konsep sering disebut sebagai kerangka pemikiran yang biasanya

    dikaitkan dengan istilah konstruksi teori (theoretical construct).

    Setiap perusahaan (hotel) memiliki tujuan, secara umum tujuan perusahaan

    adalah mendapatkan laba dan mempertahankan perusahaannya dengan berbagai cara

    antara lain dengan meningkatkan penjualan kamarnya. Untuk meningkatkan penjualan

    kamarnya, hotel Four Seasons memerlukan strategi pemasaran agar mampu bersaing

    dengan hotel lainnya. Strategi pemasaran yang didasarkan atas analisis SWOT dan

    bauran pemasaran diharapkan dapat meningkatkan nilai penjualan kamar di hotel Four

    Seasons. Adapun Pembahasan hasil penelitian terdahulu dimaksudkan agar dapat

    memberikan gambaran untuk memperjelas kerangka berpikir penelitian ini.

    Anonim (2002) dalam salah satu penelitian tentang perencanaan pemasaran

    dari sebuah penginapan atau hotel kecil yaitu Fort Imaginary Transient Billeting.

    Dalam membuat rencana pemasaran yang tepat, Billeting terlebih dahulu melakukan

    evaluasi kembali terhadap lingkungan eksternal pemasaran, keinginan dan kebutuhan

    pelanggan dan lingkungan organisasi. Faktor-faktor eksternal pemasaran tersebut yaitu:

  • 54

    (1) Persaingan, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya NCO club, snack bar,

    dining halls, restoran, hotel, motel, bank, dan aktivitas lainnnya seperti golf, bowling

    dan bioskop. (2) Ekonomi yang terdiri atas biaya lokal untuk tinggal, tingkat

    pengangguran, biaya-biaya pengadaan, pemeliharaan, dan perlengkapan. (3)

    Teknologi, terdiri atas pengembangan dan perubahan dalam perlengkapan dan

    peralatan dapur, penggunaan audio, visual, video, komputerisasi dan alat operasional

    lainnya. (4) Politik dan legal, terdiri atas peraturan-peraturan dari perwakilan rakyat,

    dan antisipasi perubahan pada undang-undang atau standar-standar lokal. (5) Sosial

    dan budaya, terdiri atas kecenderungan dalam pendidikan awal pada anak-anak,

    proyeksi jumlah dari orang tua tunggal (single parent), kenakalan anak-anak,

    etnik/perbedaan agama dari orang tua dan anak-anak. (6) Ekologi, terdiri atas

    pemanfaatan kembali barang yang telah digunakan (recyling), penggunaan zat kimia

    dan limbah pembuangan, dan larangan-larangan lokal.

    Lebih lanjut penelitian ini menyebutkan bahwa lingkungan persaingan

    memberikan dampak yang paling kuat dalam operasional Billeting. Dari survey yang

    dilakukan tentang penelitian wisatawan terhadap produk dan pelayanan diperoleh hasil

    bahwa dewasa ini wisatawan sangat kecewa dengan berbagai aspek, antara lain

    perhatian terhadap kondisi fasilitas dan peralatan, kurangnya kamar mandi terpisah,

    kondisi telepon dan televisi, ukuran kamar dan kualitas pelayanan dari karyawan.

    Penelitian ini juga melakukan kajian terhadap kekuatan, kelemahan, peluang,

    dan ancaman yang dimilikinya dengan menggunakan analisis SWOT. Dari hasil

  • 55

    analisis ditetapkan salah satu grand strategy yaitu strategi pengembangan (strategy

    development) yang menghasilkan strategi alternatif dari bauran pemasaran product,

    price, place, dan promotion. Strategi-strategi alternatif tersebut adalah: (1) Product.

    Hotel ini menawarkan empat produk yang berbeda dengan menyediakan shampo dan

    sabun di semua kamar dan meningkatkan pelayanan terhadap tamu melalui pemberian

    pelatihan-pelatihan terhadap karyawan, melakukan renovasi dan penambahan fasilitas

    pada akhir tahun. (2) Price. Perlu adanya restrukturisasi harga untuk semua fasilitas

    yang dimiliki, dengan menaikkan harga rata-rata kamar sehingga dapat menghasilkan

    keuntungan di tengah kenaikan biaya-biaya operasional. Hotel ini sebelumnya hanya

    menerima pembayaran dengan uang kas, namun sekarang bisa menerima pembayaran

    dengan kartu kredit dan memberikan fasilitas kredit sampai 30 hari. (3) Place. Lokasi

    hotel masih terisolir, seperti dekat danau atau pantai, namun beberapa wisatawan

    sangat menyenangi kondisi ini. (4) Promotion. Beberapa artikel mengenai hotel dan

    fasilitasnya ditulis dalam surat kabar khususnya untuk memberikan informasi terbaru

    dari produk. Iklan-iklan mengenai penekanan terhadap persediaan kamar, harga, dan

    pangsa pasar baru juga terus dikembangkan baik melalui pos maupun koran lokal.

    Promosi lainnya juga dilakukan dengan membuat brosur dan menyediakan tas khusus

    kepada tamu yang menginap dimana di dalamnya berisi berbagai brosur dan pernak-

    pernik tentang produk. Penjualan yang dilakukan secara langsung oleh karyawan hotel

    ini kepada calon wisatawan dengan menawarkan paket-paket khusus dan harga-harga

    promo.

  • 56

    Stemersch (2002: 55-70) mendefinisikan bundling adalah penjualan satu atau

    lebih produk yang berbeda dalam satu paket. Ada empat jenis strategi bundling, yaitu

    (1) Price bundling adalah penjualan dari satu atau lebih produk-produk yang berbeda

    sebagai sebuah paket dalam potongan harga, tanpa integrasi dari produk-produk

    tersebut, misalnya berbagai jenis paket dari sereal. (2) Product bundling adalah

    integrasi dan penjualan dari dua atau lebih produk dalam suatu harga, misalnya sound

    system. (3) Pure bundling adalah sebuah strategi dimana sebuah perusahaan menjual

    hanya satu paket, bukan semua produk dengan terpisah, misalnya paket IBM dari

    tabulasi mesin dan kartu. (4) Mixed bundling adalah strategi dimana sebuah perusahaan

    menjual baik paket dan produk-produk secara terpisah misalnya paket Telkom.

    Lebih lanjut Stemersch menemukan beberapa poin penting yang merupakan

    implikasi dari strategi bundling yaitu: (1) sebuah strategi price bundling (baik pure

    atau mixed) menghasilkan pendapatan lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa

    bundling jika kondisi harga-harga dalam reservasi adalah asimetrik. (2) Mixed price

    bundling menghasilkan pendapatan lebih tinggi dibandingkan pure price bundling

    hanya jika harga-harga reservasi untuk paket beragam sampai ke wisatawan. (3)

    Sebuah strategi product bundling menghasilkan pendapatan lebih tinggi dibandingkan

    dengan tanpa bundling baik untuk simetrik maupun asimetrik.

    (4) Mixed product bundling dapat menghasilkan pendapatan lebih tinggi dibandingkan

    dengan pure product bundling hanya jika harga-harga reservasi untuk paket beragam.

    Pure product bundling menghasilkan pendapatan yang sama atau lebih dari pada mixed

  • 57

    product bundling ketika harga-harga reservasi tidak beragam. (5) Ketika tujuan utama

    dari sebuah perusahaan adalah untuk memaksimalkan penetrasi pasar dan keuntungan

    merupakan tujuan kedua, pure price bundling merupakan strategi yang paling tepat

    atau tidak ada kejelekannya dibandingkan dengan strategi yang lainnya. (6) Dalam

    pemasaran kompetitif, strategi mixed price bundling mendominasi strategy pure price

    bundling. (7) Jika biaya-biaya dari produk bundling merupakan bagian tambahan,

    strategi product bundling selalu lebih unggul dari strategi tanpa bundling, mengabaikan

    harga-harga reservasi pelanggan, tujuan-tujuan strategi perusahaan, atau kewajaran dari

    persaingan. (8) Untuk informasi harga, sangat optimal bagi perusahaan untuk

    mengintegrasikan semua informasi harga dalam satu harga paket tunggal dibandingkan

    dengan penyajian harga produk yang terpisah.

    Dari uraian tersebut, Stemersch merekomendasikan bahwa perusahaan yang

    mengeksploitasi peluang penawaran dengan bundling akan menikmati kenaikan dalam

    pangsa pasar dan keuntungan bisnis. Pengembangan keahlian dalam strategi bundling

    merupakan kerangka penting dalam mencapai keberhasilan jangka panjang.

    Borza dan Bordean (2008) membahas tentang implementasi analisis SWOT

    pada industri hotel di Rumania. Perumusan strategi sering disebut sebagai perencanaan

    strategis, berkaitan dengan mengembangkan misi perusahaan, tujuan, strategi, dan

    kebijakan. Ini dimulai dengan analisis situasi yaitu proses menemukan kecocokan

    strategis antara peluang eksternal dan kekuatan internal sementara bekerja disekitar

    ancaman eksternal dan kelemahan internal. Kesepakatan dengan mengembangkan

  • 58

    pendekatan kuantitatif analisis SWOT yang akan digunakan untuk

    mengamati dan mengukur proses dalam sebuah hotel di pasar Rumania. Analisis

    SWOT seharusnya tidak hanya mengakibatkan identifikasi kompetensi khas

    suatu perusahaan kemampuan tertentu dan sumber daya bahwa perusahaan

    memiliki dan cara unggul dimana mereka digunakan tetapi juga diidentifikasi

    peluang bahwa perusahaan saat ini tidak mampu mengambil keuntungan karena

    kurangnya sumber daya yang tepat. Makalah ini juga menawarkan penjelasan rinci

    tentang cara dalam menggunakan hasil dari analisis SWOT untuk menghasilkan

    sejumlah alternatif strategi. Ini adalah cara yang baik untuk menggunakan pemikiran di

    dalam menciptakan alternatif strategi yang mungkin dipertimbangkan. Hal ini

    memaksa manajer strategis untuk menciptakan berbagai jenis pertumbuhan serta

    strategi penghematan.

    Dube dan Renaghan (2000:74) menyatakan bahwa agen perjalanan dan

    perencana-perencana pertemuan merupakan dua kelompok perantara yang paling

    sering menjembatani wisatawan dengan hotel-hotel. Perantara-perantara tersebut

    memainkan empat peranan kunci, yaitu (1) bertindak sebagai brokers informasi,

    menyampaikan informasi antara tamu dengan hotel, (2) memproses transaksi dengan

    pemesanan kamar dan melakukan pembayaran, (3) memberikan saran kepada tamunya

    sebagai tamu pribadi atau anggota dari sebuah asosiasi yang menghadiri pertemuan, (4)

    menyediakan nilai pelayanan tambahan dengan menyatukan keinginan-keinginan

    wisatawannya terhadap hotel dengan kebutuhan perjalanan yang lainnya. Berdasarkan

  • 59

    American Society of Travel Agents Consumer Travel Purchase Report yang

    melakukan penelitian terhadap pelancong-pelancong di seluruh dunia menyatakan

    bahwa 75 persen dari responden telah dipengaruhi oleh agen perjalanan mereka dalam

    memilih hotel untuk liburannya. Wawancara juga dilakukan terhadap agen perjalanan

    berjumlah 194 orang dan perencana meeting berjumlah 123 orang. Dari beberapa

    pertanyaan yang diajukan diperoleh hasil bahwa keuntungan yang jelas di dapat oleh

    semua perantara adalah kemampuan hotel-hotel untuk membuat pekerjaan mereka

    bebas dari kecemasan dan pertengkaran. Keuntungan yang dimaksud di sini adalah

    atribut-atribut khusus hotel yang oleh agen perjalanan disebut sebagai sumber nyata

    dalam pembentukan nilai dari produk yang merupakan penentu dalam mencapai

    kemenangan praktis. Lebih lanjut, penelitian ini menyebutkan bahwa atribut-atribut

    hotel mengendalikan keputusan pembelian dan membentuk nilai selama wisatawan

    menginap. Di sisi lain, hampir semua agen perjalanan telah menerima sedikit informasi

    tentang kepuasan wisatawan dari hotel dimana wisatawan mereka menginap. Penelitian

    ini juga menemukan bahwa ada tiga atribut hotel lainnya yang berpengaruh sama bagi

    agen perjalanan untuk merekomendasikan hotel-hotel kepada pelanggan atau

    wisatawan, yaitu (1) kualitas komunikasi dengan perantara-perantara; (2) Brand name

    dari hotel dan reputasinya; (3) kualitas dari perjanjian dan insentif untuk agen

    perjalanan. Dari atribut-atribut di atas yang paling besar kontribusinya dalam membuat

    agen perjalanan loyal terhadap hotel adalah brand name dan reputasi, demikian juga

    nilai dari uang yang wisatawan bayarkan (value for money). Agen perjalanan yang

  • 60

    akan sukses adalah mereka yang mengembangkan brand dan memusatkan strategi

    promosi pada pengembangan proses pengendalian nilai (value-drive) yang

    menekankan berbagai komunikasi dan informasi. Hotel-hotel dan brand yang

    memahami peluang dari hubungannya kepada paket-paket destinasi menyeluruh akan

    menjadi bagian dari rangkaian nilai pelayaran perjalanan dan akan membukakan

    dirinya terhadap sebuah saluran distribusi yang kuat melalui agen perjalanan.

    Morrison (2002) dalam penelitiannya lebih tajam mengkaji strategi pemasaran

    hospitality secara komprehensip dengan menggunakan konsep dan landasan teori yang

    fokus pada hospitality. Dalam penelitian ini, bauran pemasaran yang merupakan

    faktor-faktor internal pemasaran berjumlah 8 poin yang dikenal dengan 8 Ps yaitu:

    product, price, place, promotion, people, partnership, packaging, dan programming.

    Dan lingkungan eksternal yang terdiri dari enam faktor yaitu: competition, legislation

    and regulation, economic environment, technology, societal and cultural environment,

    dan natural environment.

    Bozak dan Tipuric (2006) mengidentifikasi faktor-faktor internal yang

    merupakan kekuatan dan kelemahan dan faktor-faktor eksternal yang merupakan

    peluang dan ancaman. Faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan terdiri atas

    ukuran perusahaan, fasilitas-fasilitas yang cukup luas, dan kompetensi struktur

    manajerial sedangkan yang merupakan kelemahan terdiri atas kompetensi pekerja-

    pekerja musiman, dan motivasi pekerja-pekerja tetap. Sementara faktor-faktor

    eksternal yang merupakan peluang terdiri atas peraturan tentang pelestarian

  • 61

    lingkungan, harapan wisatawan, harapan masyarakat lokal tersedianya pekerja-pekerja

    tetap, perilaku masyarakat lokal, tersedianya pekerja-pekerja musiman dan green

    associations. Adapun faktor-faktor eksternal yang menjadi ancaman terdiri atas

    peraturan perpajakan dan keuangan Republik Kroasia, tingkat pembelian dari harga-

    harga wholesale, politik dan perilaku pemimpin dan aksi-aksi, undang-undang dan

    keputusan-keputusan pemerintah, dan kualitas pekerja-pekerja lokal.

    Yu dan Huimin (2005) mengidentifikasi peluang-peluang dalam

    pengembangan hotel dan mengkaji tantangan yang dihadapi hotel dalam

    operasionalnya. Untuk me