IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf ·...

63
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung Semester Ganjil T.P. 2016/2017) Oleh IIS TRIYANI Skripsi FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017

Transcript of IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf ·...

Page 1: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARIPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandar LampungSemester Ganjil T.P. 2016/2017)

Oleh

IIS TRIYANI

Skripsi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 2: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARIPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017)

Oleh:

IIS TRIYANI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran

discovery ditinjau dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis.

Penelitian ini menggunakan pretest posttest control group design. Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Mummadiyah 3

Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017 yang terdistribusi dalam 3 kelas,

kemudian diambil 2 kelas sebagai sampel melalui teknik cluster random

sampling. Hasil analisis data kemampuan komunikasi matematis menunjukkan

bahwa model discovery learning tidak efektif ditinjau dari peningkatan

kemampuan komunikasi.

Kata kunci: discovery learning, efektivitas, komunikasi matematis.

Page 3: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARIPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandar LampungSemester Ganjil T.P. 2016/2017)

Oleh

IIS TRIYANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2017

Page 4: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek
Page 5: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek
Page 6: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek
Page 7: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bukit Kemuning pada tanggal 10 Oktober 1994. Penulis

merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Gunadi dan Ibu

Suryati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Xaverius Gunung Batin Baru

pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Xaverius Gunug Batin

Baru pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Tunas Harapan

Bandar Lampung pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas

Lampung pada tahun 2012 melalui jalur PMPAP dengan mengambil program

studi Pendidikan Matematika. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

di desa Tanjung Jati Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat dan

menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Pesisir Selatan.

Page 8: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

Motto

Be What You Want To Be, Not What Others Want To See

Page 9: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

Persembahan

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna

Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah

Rasululloh Muhammad SAW

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku

kepada:

Kedua orang tuaku tercinta, (Alm. Bapak Gunadi dan Ibu Suryati) yang

telah memberikan kasih sayang, semangat, dan doa. Sehingga anak mu ini

yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.

Kakakku Eko Suryadi dan Fajar Sudrajat yang telah memberikan

dukungan dan semangatnya padaku.

Seluruh keluarga besar pendidikan matematika 2012, yang terus

memberikan do’anya, terima kasih.

Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran

Semua sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala

kekuranganku

Almamater Universitas Lampung tercinta

Page 10: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat

diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang

akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi

uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Discovery Learning Ditinjau dari

Peningkatan Kemampuan Kemampuan Komunikasi Matematis (Studi pada

Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung T.P. 2016/2017)

adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini

tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta, terimakasih atas perhatian dan kasih sayang yang

telah kalian berikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk selalu

mendoakan, memberikan motivasi, dukungan dan semangat yang terbaik

untuku.

Page 11: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

iii

2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik dan

Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk

membimbing, memberikan perhatian, saran, nasehat dan memotivasi selama

penulis masuk perguruan tinggi Unila hingga penulis menyelesaikan

penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika dan Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu

untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, saran dam

kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan ini.

4. Bapak Dr.Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA dan pembahas yang

telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis.

5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak Wahdyana, S.T.,MPd.T. selaku Kepala SMP Muhammadiyah 3 Bandar

Lampung yang telah memberikan izin penelitian.

8. Ibu Helma, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam

penelitian.

9. Siswa/siswi kelas VIII A dan VIII B SMP Muhammadiyah 3 Bandar

Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017, atas perhatian dan kerjasama yang telah

terjalin.

Page 12: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

iv

10. Kakak-kakakku Eko Suryadi Dan Fajar Sudrajat dan keluarga besarku yang

telah memberikan dukungan, doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

11. Sahabat Keceku Ayu Uplek , Miss galau (Ressa Dwi Kurnia), Madam Loly

(Tiurma Natalia Situmorang), Tantan (Ni Made Ariestaniati) yang selalu

menemani, memberikan semangat, dari awal masuk perguruan tinggi Unila

hingga saat ini.

12. Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani,

Kadek Sukanadi, Wayan Budi, Diza, Deslita) terima kasih selalu

memberikanku dukungan.

13. Teman-temanku tersayang, Angkatan 2012 Pendidikan Matematika yang

selama ini selalu berbagi ilmu, memberi semangat, bantuan, serta

kebersamaan yang terjalin seperti keluarga.

14. Kakak-kakak angkatan 2010 dan 2011, terimakasih atas bantuan dan informasi

yang telah kalian berikan.

15. Adik-adik angkatan 2013, 2014, 2015 terimakasih atas kerja sama, doa serta

kebersamaan yang kalian berikas selama ini.

16. Teman-teman seperjuangan KKN di Pekon Tanjung Jati dan PPL di SMP

Negeri 1 Pesisir Selatan ( Nindya, Falen, Tia, Dian, Alfian, Aryan, Kak Lena,

Lovira dan Revika) atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan, serta

warga Pekon Tajung Jati khususnya abang dan ngah yang telah mengurus

kami selama KKN di pekon tanjung jati.

17. Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga gedung G terimakasih bantuannya

selama berada di gedung G.

18. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.

Page 13: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

v

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada

penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga

skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Februari 2017

Penulis

Iis Triyani

Page 14: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x

I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .............................. 11

A. Tinjauan Pustaka ..................................................... ............................... 111. Kemampuan Komunikasi Matematis .................................................. 112. Model Discovery Learning ................................................................. 133. Efektivitas Pembelajaran..................................................................... 17

B. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 20C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 24D. Hipotesis.................................................................................................. 24

1. Hipotesis Umum ............................................................................... 242. Hipotesis Khusus............................................................................... 24

III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 25

A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 25B. Desain Penelitian..................................................................................... 25C. Data Penelitian ........................................................................................ 26D. Prosedur Penelitian ................................................................................. 26E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 27F. Instrumen Penelitian ................................................................................ 28G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ....................................... 34

Page 15: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

vii

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 40

A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 40B. Pembahasan ............................................................................................. 46

V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 52

A. Simpulan ................................................................................................. 52B. Saran........................................................................................................ 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Kelas VIII............................................................... 25

Tabel 3.2 Desain Penelitian.............................................................................. 26

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ..... 29

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas........................................... 30

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 30

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Daya Pembeda...................................................... 31

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ...................................................... 33

Tabel 3.8 Interpretasi Hasil Perhitungan Gain ................................................. 34

Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 34

Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.......... 40

Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ......... 41

Tabel 4.3 Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa................... 42

Tabel 4.4 Hasil Uji Non Parametrik Mann-Whitney U Data KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 43

Tabel 4.5 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis ........ 44

Tabel 4.6 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ............ 45

Page 17: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran................................................................. 60

Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Kelas Eksperimen...................................................................... 73

Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ....... 99

Lampiran A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK)............................................... 117

Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......... 141

Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......................... 143

Lampiran B.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan KomunikasiMatematis.................................................................................. 145

Lampiran B.4 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan KomunikasiMatematis.................................................................................. 146

Lampiran B.5 Form Penilaian Validitas........................................................... 152

Lampiran C.1 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa padaKelas Uji Coba .......................................................................... 155

Lampiran C.2 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa pada Kelas Uji Coba ..................................... 156

Lampiran C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran HasilTes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa padaKelas Uji Coba .......................................................................... 157

Lampiran C.4 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Eksperimen...................................................................... 158

Lampiran C.5 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi MatematisKelas Kontrol ............................................................................ 160

Page 18: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

xi

Lampiran C.6 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Eksperimen...................................................................... 162

Lampiran C.7 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Kontrol ............................................................................ 163

Lampiran C.8 Uji Normalitas Data Gain KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 164

Lampiran C.9 Uji Normalitas Data Gain KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 167

Lampiran C.10 Uji Non Parametrik Mann Whitney-U Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol ..................................................................... 170

Lampiran C.11 Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa KelasEksperimen................................................................................ 176

Lampiran C.12 Analisis Indikator Tes Kemampuan AwalKomunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 178

Lampiran C.13 Analisis Indikator Tes Kemampuan AwalKomunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 181

Lampiran C.14 Analisis Indikator Tes Kemampuan AkhirKomunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 184

Lampiran C.15 Analisis Indikator Tes Kemampuan AkhirKomunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 187

Lampiran D.1 Surat Izin Penelitian .................................................................. 191

Lampiran D.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian......................... 192

Page 19: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia,

karena dengan pendidikan manusia mampu mengembangkan potensi yang ada

dalam dirinya serta menambah pengetahuan dan mengembangkan kemampuan

yang ada dalam dirinya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk

menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam

Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Bab 1 Pasal 1 yaitu:

Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan dapat ditempuh dengan jalur formal dan non formal. Pendidikan

formal berlangsung di sekolah dan dilakukan melalui proses pembelajaran.

Pembelajaran yang terjadi di sekolah merupakan proses interaksi antara guru dan

siswa. Peranan guru di sekolah yaitu sebagai pendidik yang betugas mendidik,

melatih, dan mengevaluasi siswa. Hal ini dipertegas dalam UU nomor 14 tahun

2005 yaitu:

Page 20: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

2

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didikpada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, danpendidikan menengah.

Berdasarkan hal tersebut maka guru memegang peranan penting dalam proses

pembelajaran yang terjadi di sekolah. Banyak hal yang dilakukan guru untuk

membuat siswa menjadi lebih pandai, salah satunya adalah menyampaikan ilmu

yang berguna untuk siswa. Terdapat banyak ilmu yang disampaikan guru kepada

siswa salah satunya adalah matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan

penting dalam pendidikan, sebab dengan penguasaan matematika yang kuat kita

dapat menguasai dan menciptakan teknologi yang modern. Hal ini sesuai dengan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (Depdiknas, 2006) menyatakan

bahwa matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia. Karena peran penting tersebut matematika

diberikan di semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan

tinggi. Mata pelajaran matematika diberikan guna membekali siswa dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama. Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman (2003: 17)

yang menyatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang karena proses

berpikir.

Tercantum dalam Depdiknas No. 22 tahun 2006 pelajaran matematika diberikan

kepada siswa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan yaitu: (1) memahami

Page 21: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

3

konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan

masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan

model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; dan (4) mengomunikasikan

gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas

keadaan atau masalah.

Tujuan ini menjadi sangat penting mengingat masih rendahnya mutu pendidikan

matematika di Indonesia. Untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika

tersebut peran pendidik juga sangat diperlukan. Pendidik dituntut untuk mampu

menyesuaikan, memilih, dan memadukan model pembelajaran yang tepat dalam

setiap pembelajaran matematika. Pemilihan dan penerapan model pembelajaran

dan sumber belajar yang variatif dalam pembelajaran matematika, akan membuat

siswa lebih tertarik dengan pelajaran matematika. Namun nyatanya pembelajaran

yang selama ini berlangsung masih membuat siswa enggan belajar matematika

dan menganggap matematika adalah pelajaran yang sangat menakutkan. Hal ini

juga disebabkan oleh pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Sedangkan

siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diberikan guru. Pembelajaran

seperti ini yang memberikan efek buruk kepada siswa sehingga siswa hanya

mampu mnguasai materi saja, namun tidak mampu mengaplikasikannya dalam

masalah yang ditemukan. Jika pembelajaran seperti ini terus dilakukan, maka

akan ada dampak buruk yang mungkin terjadi, antara lain siswa menjadi tidak

Page 22: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

4

tertarik pada pelajaran, timbul rasa jenuh, bosan, bersikap pasif terhadap pelajaran

dan kemungkinan terburuknya adalah siswa tidak mau lagi belajar matematika.

Hal inilah yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar matematika

Rendahnya prestasi belajar matematika diiringi dengan rendahnya kemampuan

komunikasi matematis siswa. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian Istiqomah

(2007), Rohaeti (2003), dan Qohar (2009) yang menyatakan rendahnya

kemampuan komunikasi matematis siswa baik secara lisan ataupun tulisan. Salah

satu penyebabnya yaitu siswa tidak tebiasa dalam mengemukakan pendapat/

gagasan/ ide dalam pembelajaran disekolah, padahal siswa yang mampu

mengkomunikasikan idenya baik secara lisan atau tulisan, akan lebih banyak

menemukan cara penyelesaian suatu permasalahan.

Hasil temuan rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia tidak

hanya di ungkapkan dari para peneliti nasional. Akan tetapi, hasil penelitian

internasional seperti Programme for International Student Assesment (PISA).

Menurut hasil penelitian PISA pada tahun 2012 rata-rata kemampuan membaca,

matematika, dan sains untuk siswa Indonesia menduduki peringkat kedua

terbawah dari 65 negara di dunia yang ikut serta. Skor untuk kemampuan

matematika adalah 375 peringkat ke 64 dengan skor rata-rata matematika dunia

adalah 494 (OECD, 2013: 19). Literasi matematika pada PISA tersebut fokus

kepada kemampuan siswa dalam menganalisa, memberikan alasan, dan

menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan

menginterpretasi masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan situasi.

Kemampuan-kemampuan tersebut erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi

Page 23: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

5

matematis siswa. Dengan demikian hasil tersebut menunjukkan bahwa di

Indonesia kemampuan komunikasi matematis siswa masih harus mendapatkan

banyak perhatian.

Rendahnya kemampuan komunikasi matematis tentunya disebabkan oleh banyak

faktor. Salah satu faktor penyebabnya yaitu pada umumya siswa Indonesia ku-

rang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-soal

pada TIMSS dan PISA yang substansinya kontekstual, menuntut penalaran,

argumentasi dan kreativitas dalam menyelesaikannya (Wardhani dan Rumiati,

2011: 1). Hal ini menunjukan bahwa pada umumnya siswa di Indonesia kesulitan

dalam menghadapi soal-soal tidak rutin yang mencapai tahap argumentasi, maka

dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa di Indonesia

masih rendah.

SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah yang

memiliki karakteristik seperti sekolah di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan

hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika di SMP

Muhammadiyah 3 Bandar Lampung yang dilakukan pada saat penelitian

pendahuluan, diketahui bahwa guru masih menggunakan pembelajaran kon-

vensional yaitu pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk mengingat atau

menghafal sehingga kurang melatih siswa untuk menyampaikan dan meng-

ekspresikan gagasan/idenya dalam bahasa matematis yang tepat sebagaimana

merupakan indikator kemampuan komunikasi matematis siswanya masih rendah.

Berdasarkan wawancara dengan guru dan siswa juga diketahui bahwa masih

banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menggambarkan dan menyatakan

Page 24: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

6

solusi masalah menggunakan gambar, sulit menjelaskan ide, solusi, dan relasi

matematika secara tulisan, dan juga masih sulit menggunakan bahasa matematika

dan simbol secara tepat. Selain itu, dapat dilihat dari hasil ulangan tengah

semester diperoleh rata-ratanya sebesar 61. Nilai ini masih dibawah nilai Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 73, sehingga dapat dipastikan

kemampuan komunikasi matematis siswanya juga rendah.

Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan upaya yang inovatif untuk

memperbaiki dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, salah

satu caranya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model

pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran yang mampu menciptakan

suasana belajar dengan melibatkan siswa secara aktif dan juga mampu melatih

siswa untuk menganalisis suatu permasalahan dan membuat suatu generalisasi

serta menemukan sendiri suatu konsep sehingga pembelajaran menjadi lebih

bermakna. Salah satu pembelajaran yang cocok dalam meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa yaitu model discovery learning. Discovery learning

merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar

yang memgutamakan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan

sendiri dan reflektif (Suryosubroto, 2002: 192). Pembelajaran dengan discovery

learning adalah pembelajaran dimana ide atau gagasan disampaikan melalui

proses penemuan. Jadi, siswa mengasah kemampuan komunikasi matematisnya

dan menemukan sendiri pola-pola dan struktur matematika melalui diskusi teman

kelompok, menggunakan pengalaman siswa sebelumnya dan bimbingan dari guru

untuk mengembangkan kemampuan memahami ide atau gagasan. Model

discovery learning ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk

Page 25: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

7

berpartisipasi aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Kurniasih dan Sani

(2014: 68-71) mengungkapkan tahap-tahap dalam pelaksanaan model discovery

learning yaitu: (1) stimulasi, (2) pernyataan atau identifikasi masalah, (3)

pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) pembuktian, (6) menarik kesimpulan.

Melalui tahap-tahap model discovery tersebut, pada prinsipnya siswa diberikan

kesempatan untuk menunjukkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Oleh karena itu, discovery learning dianggap mampu meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas, penyusun melakukan studi eksperimen efektivitas

model discovery learning ditinjau dari peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa (studi pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3

Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah model Discovery Learning

efektif ditinjau dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan

persentase discovery learning lebih dari 60% dari jumlah siswa kelas VIII SMP

Muhammadiyah 3 Bandarlampung?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya, maka

penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas discovery

Page 26: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

8

learning ditinjau dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dan

presentase ketuntasan belajar siswa yang mengikuti discovery learnig.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam

pendidikan matematika yang berkaitan dengan Discovery Learning dan model

konvensional serta hubungannya dengan peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya perbaikan

mutu pembelajaran matematika

b. Bagi guru dan calon guru, untuk menambah wawasan dalam pembelajaran

matematika sebagai model pembelajaran alternatif yaitu dengan

pembelajaran discovery learning dan kaitannya dengan kemampuan

komunikasi matematis.

c. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan

bagi peneliti lain terkait dengan penelitian yang menggunakan model

discovery learning.

Page 27: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

9

E. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

1. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung

dengan kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai kelas

eksperimen.

2. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah ketepatgunaan

pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini, discovery

learning dinyatakan efektif apabila peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa yang mengikuti discovery learning lebih tinggi daripada

peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional dan persentase siswa yang mencapai KKM

melalui discovery learning lebih dari 60% dari jumlah siswa. Siswa

dikatakan memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik apabila

siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 73 dengan nilai maksimal 100

(Nilai 73 merupakan nilai ketetapan sekolah).

3. Model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan

siswa secara aktif dalam mengerahkan seluruh kemampuannya untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa

dapat menemukan sendiri konsep dari materi tersebut.

4. Indikator kemampuan komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 1) menggambar atau merefleksikan benda-beda nyata, gambar dan

diagram ke dalam ide-ide matematika atau sebaliknya; 2) Mengekspresikan

konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari kedalam

bahasa atau simbol matematika; 3) Menuliskan jawaban dengan bahasa

Page 28: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

10

sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan bahasa lisan,

tulisan, grafik, dan aljabar.

5. Materi yang diberikan dalam penelitian ini yaitu materi Sistem Persamaan

Linear Dua Variabel (SPLDV).

Page 29: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Kemampuan Komunikasi Matematis

Komunikasi merupakan suatu interaksi antara dua orang atau lebih. Proses

komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan baik dalam

bermasyarakat maupun dunia pendidikan. Mulyana (2005: 3) menyatakan bahwa

segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.

Widjajanti (2010:4) juga berpendapat bahwa komunikasi adalah suatu cara untuk

berbagi ide dan pengertian sehingga dapat membantu siswa untuk membangun

pemahaman yang mendalam tentang matematika. Sedangkan Dimyati dan

Mudjiono (2010: 143) menyatakan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai

menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan

dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Hal ini didasarkan bahwa semua

orang mempunyai kebutuhan untuk mengkomunikasikan ide-ide yang mereka

miliki. Komunikasi merupakan kemampuan penting dalam pembelajaran karena

dengan komunikasi, siswa dapat memperoleh pengetahuan, mengungkapkan ide-

ide atau pemikiran yang mereka miliki atau mengekspresikan konsep-konsep yang

dimilikinya untuk menyelesaikan suatu masalah serta guru mampu mengetahui

ketidakpahaman siswa mengenai suatu materi yang diajarkan.

Page 30: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

12

Komunikasi juga merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikuasai siswa

dalam pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Shadiq

(2004:18) yang menyebutkan bahwa selain penalaran dan pemecahan masalah,

kemampuan mengkomunikasikan ide, pikiran, ataupun pendapat sangatlah

penting. Kemampuan komunikasi matematis dijadikan sebagai salah satu tujuan

dalam pembelajaran matematika yang termuat dalam Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2006. Wardhani (2008:19) menyatakan

bahwa siswa dikatakan mampu dalam komunikasi matematis bila ia dapat

mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah. Sumarmo dalam Yonandi (2011: 133)

menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan keterampilan

menyampaikan ide atau gagasan dalam bahasa sehari-hari atau dalam bahasa

simbol matematika. Sumarmo juga menyatakan bahwa kegiatan yang tergolong

pada komunikasi matematis yaitu

(1) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalambahasa, simbol, ide, atau model matematik; (2) menjelaskan ide, situasi, danrelasi matematis secara lisan atau tulisan; (3) mendengarkan, berdiskusi, danmenulis tentang matematika; (4) membaca dengan pemahaman suaturepresentasi matematis tertulis; (5) membuat konjektur, menyusun argumen,merumuskan definisi, dan generalisasi; (6) mengungkapkan kembali suatuuraian atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri.

Ansari (2004: 83) menyebutkan indikator kemampuan komunikasi matematis

siswa, yaitu

a. Menggambar/drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan

diagram ke dalam ide-ide matematika, atau sebaliknya dari ide-ide matematika

ke dalam gambar atau diagram.

Page 31: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

13

b. Ekspresi matematika/mathematical expression, yaitu mengekspresikan konsep

matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau

simbol matematika.

c. Menulis/written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa

sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan bahasa lisan,

tulisan, grafik, dan aljabar.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, kemampuan komunikasi matematis

merupakan kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan dan pemikiran

matematisnya dalam bentuk lisan, tulisan maupun gambar dengan bahasa yang

tepat serta dapat memahami representasi matematis dengan baik. Dalam

penelitian ini, indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan yaitu

a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah mengguna-

kan gambar, bagan, tabel, atau secara aljabar.

b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan.

c. Menggunakan ekspresi, simbol, atau lambang matematika secara tepat.

2. Model Discovery Learning

Menurut Sund (Roestiyah, 2008: 20) discovery adalah proses mental dimana

siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut

ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Bruner (Mulyatiningsih,

2012:235) mengemukakan bahwa discovery learning merupakan model

pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang

dapat membuat siswa lebih aktif menemukan pengetahuan sendiri.

Page 32: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

14

Sardiman (2005:145) mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan model

pembelajaran discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana

guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai

dengan tujuan. Kondisi seperti ini akan merubah kegiatan belajar mengajar yang

teacher oriented menjadi student oriented, karena guru memberikan kesempatan

pada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui

contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Menurut Hanafiah (2010) terdapat tiga fungsi discovery learning, yaitu:

1) Membangun komitmen diantara siswa untuk belajar yang diwujudkan dalam

keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan

konsep.

2) Membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif.

3) Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya.

Menurut Depdikbud (2014: 51) dalam mengaplikasikan model pembelajaran

discovery di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan

belajar mengajar secara umum sebagai berikut:

1. Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan)

2. Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)

3. Data Collection (pengumpulan data)

4. Data Processing (pengolahan data)

5. Verification (pembuktian)

6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

Page 33: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

15

Kementrian pendidikan dan kebudayaan (2013) mengungkapkan bahwa ada

beberapa keunggulan dan kelemahan dalam penerapan model discovery learning.

Keunggulan penerapan model discovery learning yaitu (a) membantu siswa untuk

memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses

kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang

tergantung bagaimana cara belajarnya; (b) pengetahuan yang diperoleh melalui

metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan

transfer; (c) menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa

menyelidiki dan berhasil; (d) model ini memungkinkan siswa berkembang dengan

cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri; (e) menyebabkan siswa

mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi

sendiri; (f) model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya; (g) berpusat pada

siswa, siswa dan guru berperan aktif mengeluarkan gagasan. Bahkan gurupun

dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi;

(h) membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah

pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti; (i) siswa akan mengerti konsep

dasar dan ide-ide lebih baik; (j) membantu dan mengembangkan ingatan dan

transfer kepada situasi proses belajar yang baru; (k) mendorong siswa berpikir

dan bekerja atas inisiatif sendiri; (l) mendorong siswa berpikir intuisi dan

merumuskan hipotesis sendiri; (m) memberikan keputusan yang bersifat intrinsic;

(n) situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; (o) proses belajar meliputi

sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;

(p) meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; (q) kemungkinan siswa belajar

Page 34: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

16

dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; dan (r) dapat mengem-

bangkan bakat dan kecakapan individu.

Selain keunggulan terdapat pula kelemahan dari penerapan model pembelajaran

discovery yaitu

1. Model pembelajaran ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran

untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan

abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep

yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

2. Model pembelajaran ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang

banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka

menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan

dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang

lama.

4. Model discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,

sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara

keseluruhan kurang mendapat perhatian.

Dengan memperhatikan kelebihan yang lebih banyak daripada kelemahannya,

maka penggunaan model pembelajaran discovery dianggap sebagai model yang

efektif dan efisien dalam pembelajaran matematika yang bertujuan untuk

memecahkan suatu masalah yang relevan dengan perkembangan kognitif. Sesuai

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Khoirunisa pada 2013 di SMPN

13 Surabaya kelas VIII yang menyimpulkan bahwa model discovery learning

Page 35: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

17

lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan

kemampuan komunikasi matematis siswa. Selanjutnya penelitian yang dilakukan

oleh Wijayanto (2014) di SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto, kemampuan

komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery lebih tinggi

daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensional. Selain itu, penelitian di SMP Negeri 21 Bandar Lampung oleh

Sari Tahun 2015 menyimpulkan bahwa pembelajaran discovery berpengaruh

terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan Self confidence

siswa.

Pada penelitian ini, langkah-langkah model pembelajaran discovery yang

digunakan mengadaptasi dari pendapat Kurniasi dan Sani yaitu, (1) guru

memberikan stimulasi pada siswa, (2) siswa dapat mengidentifikasi masalah, (3)

siswa mengumpulkan data, (4) siswa mengolah data, (5) melalui data yang telah

diperoleh, siswa membuktikan kebenaran hasil yang diperoleh, dan (6) siswa

dapat menarik sebuah kesimpulan atau generalisasi. Kegiatan belajar tersebut

dapat dilakukan melalui diskusi kelompok yang terdiri empat sampai lima orang,

sehingga dapat meningkatkan hubungan sosial antar individu karena dalam proses

diskusi kelompok tersebut terjalin kerjasama antar individu dalam suatu

kelompok.

3. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang

telah ditentukan dalam setiap organisasi. Menurut Alwi (2002: 584) “efektif

adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa

Page 36: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

18

hasil, berhasil guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan

berpengaruh, hal berkesan” atau “keberhasilan (usaha, tindakan)”.

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Sudirman (2002: 31), efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai

tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan semakin mendekati

sasaran, semakin tinggi juga efektivitasnya. Menurut Arikunto (2004:51),

efektivitas adalah taraf tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan. Sehingga

efektivitas merupakam suatu ukuran yang menyatakan bahwa seberapa besar

target atau tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai dengan usaha yang

maksimal.

Menurut Abidin (2013:6), pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dila-

kukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu di bawah bimbingan, arahan,

dan motivasi guru. Untuk mencapai hasil belajar tertentu diperlukan pembelajar-

an yang efektif. Menurut Mulyasa (2006:193), pembelajaran dikatakan efektif

jika mampu memberikan pengalaman baru membentuk kompetensi peserta didik,

serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini

dapat dicapai dengan melibatkan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar

bersemangat dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran benar-benar

kondusif serta terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.

Hamalik (2004:171) mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri

Page 37: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

19

dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Pembelajaran matematika yang

efektif memerlukan suatu komitmen serius kepada pengembangan dari

pemahaman matematika siswa. Karena siswa belajar dengan menghubungkan

gagasan baru ke pengetahuan yang telah diketahui, dan guru harus memahami apa

yang siswa telah ketahui. Guru secara efektif mengetahui bagaimana cara

mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang mengungkapkan pengetahuan

siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa mendesain pengalaman yang dimiliki

yang berpengaruh terhadap pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Nasution (2002: 27) bahwa belajar yang efektif hasilnya merupakan pemahaman,

pengetahuan, atau wawasan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif

merupakan pembelajaran yang yang memberikan kesempatan pada siswa untuk

belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang menghasilakan

pemahaman, pengetahuan, atau wawasan.

Keefektifan suatu pembelajaran dapat terlihat dari persentase siswa yang

mencapai ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator. Dalam BSNP

(2006:12) ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu

kompetensi dasar berkisar antara kriteria ideal untuk masing-masing indikator

adalah dengan kriteria ketuntasan minimal ditentukan masing-masing lembaga

pendidikan. Dalam Depdiknas (2008:4) dinyatakan bahwa kriteria keberhasilan

pembelajaran salah satunya ialah siswa mampu menyelesaikan serangkaian tes,

baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat

Page 38: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

20

keberhasilan rata-rata 60%. Wicaksono (2011) mengemukakan pembelajaran

dikatakan efektif apabila mengacu pada hal-hal berikut:

(1) ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila lebih dari atau

sama dengan 60% memperoleh nilai minimal 75 dalam peningkatan hasil belajar;

(2) strategi pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa

apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang

signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran

(gain signifikan).

Dalam pelaksanaannya, penggunaan kriteria ketuntasan ini bergantung dari ketetapan

setiap sekolah. Kriteria efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan

nilai KKM yaitu 73 dengan persentase ketercapaian > 60% dari jumlah siswa

dalam suatu kelas. Keefektifan suatu pembelajaran dapat terlihat dari persentase

siswa yang mencapai ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator.

B. Kerangka Pikir

Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas yaitu model pembelajaran discovery

(X) dan satu variabel terikat yaitu kemampuan komunikasi matematis siswa (Y).

Model pembelajaran discovery merupakan salah satu model pembelajaran yang

dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, sebab dengan

menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang

diperoleh akan selalu melekat dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan,

pengertian atau konsep yang siswa temukan merupakan pengertian yang mudah

dipahami sendiri dan dikuasai sehingga dalam kondisi atau permasalahan apapun

siswa dapat menyelesaikannya dengan sangat mudah

Page 39: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

21

Model pembelajaran discovery merupakan model pembelajaran yang dapat meng-

arahkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Model

pembelajaran discovery yang menjadi pusat pembelajaran adalah aktivitas siswa

didalam kelas sedangkan guru hanya sebagai pengarah, pembimbing, fasilitator,

dan motivator bagi siswa agar siswa dapat menemukan konsep dan memecahkan

masalah matematis yang ada secara mandiri. Pada pembelajarannya siswa

diberikan permasalahan dan siswa diharapkan mampu menemukan sendiri

penyelesaian dari pertanyaan tersebut menggunakan data yang telah mereka cari

dan berdasarkan konsep yang mereka ketahui sebelumnya. Dalam penyelesaian-

nya siswa diharapkan mampu menemukan konsep, mengkategorikan, menganali-

sis, dan mampu merumuskan kesimpulan-kesimpulan dari yang diajarkan.

Langkah-langkah dalam pembelajaran discovery ini terdiri dari enam langkah

yaitu:

1. Tahap stimulasi (rangsangan) dimana siswa dihadapkan pada permasalahan

atau soal-soal non rutin yang menimbulkan kebingungannya dan rasa pena-

sarannya sehingga timbul rasa ingin menyelidikinya. Siswa akan berusaha

agar dapat memahami permasalahan dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Pada tahap ini, akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami per-

masalahan dengan kata-katanya sendiri, sebagai salah satu indikator

kemampuan komunikasi matematis. Ketika siswa mulai merasa penasaran

maka akan terjadi interaksi antara siswa dengan teman kelompoknya,

sehingga siswa dapat bertukar pikiran, ide atau gagasannya dengan teman

sekelompok. Hal ini sesuai dengan tujuan tahap stimulasi yaitu untuk

Page 40: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

22

menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan

membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.

2. Problem statement (mengidentifikasi masalah). Dalam tahap mengidentifi-

kasi masalah guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi

sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian

dirumuskan dalam bentuk hipotesis.

3. Data Collection (pengumpulan data), guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan guna

menjawab hipotesis yang telah dibuat. Tahap ini berfungsi untuk menjawab

atau membuktikan kebenaran hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi

kesempatan untuk mengumpulkan (collection ) berbagai informasi yang

relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan

narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari

tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang

berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara

tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang

telah dimiliki.

4. Data Proccessing (pengolahan data), semua informasi atau data yang telah di

peroleh diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi dan dihitung dengan cara

tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercyaan tertentu. Dalam tahap ini

berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi

tersebut siswa mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban

penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

Page 41: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

23

5. Verification (Pembktian), pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara

cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi

dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran, atau informasi yang ada,

pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian

dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6. Generalization (menarik kesimpulan), tahapan ini merupakan proses menarik

sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk

semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil

verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip

yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus

memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan

pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang

mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan

generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

Dalam discovery learning, siswa tidak hanya sekedar menerima pelajaran

seutuhnya, tetapi juga terlibat langsung dalam mengkomunikasikan hasil

analisisnya melalui tahapan atau langkah-langkah pembelajaran. Berdasarkan

uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model discovery learning diduga

efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.

Page 42: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

24

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.

1. Seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Muhammadiyah 3

Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017 memperoleh materi yang sama

dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis

siswa selain model pembelajaran dikendalikan sehingga memberikan

pengaruh yang sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Umum

Model discovery learning efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi

matematis siswa dan presentase kemampuan komunikasi terkategori baik.

2. Hipotesis Khusus

a. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran menggunakan model discovery lebih tinggi dibandingkan

dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

b. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik

setelah pembelajaran discovery lebih dari atau sama dengan 60%.

Page 43: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

25

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di

SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh siswa kelas VIII yang terdistribusi dalam tiga kelas dari VIII A hingga

VIII C dengan jumlah siswa sebanyak 123 siswa yang diajar oleh guru yang sama

dan memiliki kemampuan komunikasi yang hampir sama.

Tabel 3.1. Rata-rata Nilai Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3Bandarlampung

No Kelas Rata-rata Nilai1. VIII A 56,4632. VIII B 55,9783. VIII C 60,561

Dari ketiga kelas tersebut dipilih dua kelas dengan menggunakan teknik cluster

random sampling (Sugiyono,2001:59) dan terpilihlah kelas VIII A sebagai kelas

kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 37 siswa dan kelas VIII B sebagai kelas

eksperimen dengan jumlah siswa 37 siswa.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi experiment). Desain yang

digunakan adalah pretest-posttest control group design.

Page 44: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

26

Tabel 3.2. Desain Penelitian

kelompokPretest Perlakuan Posttest

E -O X OK -O C O

Diadaptasi dari Fraenkel dan Wallen (1998 : 273)

Keterangan:E : Kelas eksperimenK : kelas kontrolX : Discovery learningC : pembelajaran konvensionalY1 : kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum diberikan perlakuanY2 : kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberikan perlakuan

C. Data Penelitian

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi

matematis yang didapat dari hasil pretest, hasil posttest, dan data gain. Data ini

berupa data kuantitatif.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap

pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut uraian masing-masing tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Melakukan observasi dan wawancara dengan guru matematika untuk

mengetahui karakteristik populasi yang ada, serta proses pembelajaran yang

biasa dilakukan guru matematika di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung.

b. Menentukan sampel penelitian. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan

cluster random sampling.

Page 45: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

27

c. Menentukan materi yang akan digunakan pada saat penelitian dan waktu

penelitian.

d. Menyusun proposal penelitian.

e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes untuk kelas eksperimen

dan kelas kontrol.

f. Melakukan validasi dan uji coba instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Melaksanakan pembelajaran matematika pada kelas eskperimen dengan

menggunakan model discovery learning dan pembelajaran konvensional pada

kelas kontrol.

c. Melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3. Tahap Akhir

a. Mengumpulkan data yang diperoleh dari sampel terkait hasil tes kemampuan

awal dan kemampuan akhir kemampuan komunikasi matematis siswa.

b. Mengolah dan menganilisis data hasil penelitian untuk kemudian disimpulkan.

c. Menyusun laporan penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes,

berbentuk tes uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi

matematis siswa.

Page 46: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

28

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal kemampuan

komunikasi matematis yang terdiri dari soal pretest dan posttest. Bentuk tes yang

digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian. Materi yang diujikan adalah

pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Soal-soal pretest

dan postest yang diberikan disetiap kelas adalah soal yang sama. Sebelum

penyusunan tes kemampuan komunikasi matematis, terlebih dahulu dibuat kisi-

kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan

komunikasi matematis beserta penyelesaian dan pedoman penskorannya. Adapun

pedoman pemberian skor kemampuan komunikasi matematis diadaptasi dari

Puspaningtyas (2012) yang disajikan pada Tabel 3.3.

Untuk memperoleh data yang akurat maka tes yang digunakan adalah tes yang

memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu validitas tes, reliabilitas, daya pembeda,

dan tingkat kesukaran soal

1. Uji Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, validitas tes didasarkan pada validitas isi. Validitas isi dari

tes kemampuan komunikasi matematis ini dapat diketahui dengan cara mem-

bandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan komunikasi matematis

dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Selanjutnya, soal tes di-

konsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mitra. Jika penilaian dosen

pembimbing dan guru mitra soal tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan

indikator kemampuan komunikasi matematis, maka tes tersebut dinyatakan valid.

Page 47: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

29

Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan

kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa

dilakukan dengan menggunakan daftar ceklis (√) oleh guru.

Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis

SkorMenggambar(Drawing)

EkspresiMatematika(MathematicalExpression)

Menulis(Written Texts)

0Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahamikonsep sehingga informasi yang diberikan tidak memiliki arti.

1Hanya sedikit darigambar, tabel, ataudiagram yang benar

Hanya sedikit daripendekatan matemati-ka yang benar

Hanya sedikit dari pen-jelasan yang benar

2

Membuat gambar, dia-gram, atau tabel na-mun kurang lengkapdan benar

Membuat pendekatanmatematika dengan be-nar, namun salahdalam mendapatkansolusi

Penjelasan secara Mate-matis masuk akal namunhanya sebagian yanglengkap dan benar

3

Membuat gambar, dia-gram, atau tabel secaralengkap dan benar

Membuat pendekatanmatematika dengan be-nar, kemudian melaku-kan perhitungan ataumendapatkan solusisecara lengkap danbenar

Penjelasan secara ma-tematis tidak tersusunsecara logis atau ter-dapat sedikit kesalahanbahasa

4 Penjelasan secara mate-matis masuk akal danjelas serta tersusunsecara sistematis

SkorTotal

3 3 4

(Diadaptasi dari Puspaningtyas, 2012)

Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan telah

memenuhi validitas isi (Lampiran B.5 dan B.6). Setelah tes tersebut dinyatakan

valid maka soal tes tersebut diujicobakan kepada siswa di luar kelas sampel yaitu

Page 48: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

30

kelas IX D. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan

menggunakan bantuan Software Microsoft Excel 2010 untuk mengetahui

reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe uraian.

Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes kemampuan komunikasi mateamtis

siswa dapat dihitung mengguakan rumus alpha (Sudijono, 2004: 208) sebagai

berikut.

r11 = −1 1 − ∑ S 2S 2Keterangan:r11 = Koefisien reliabilitas tesn = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes∑S 2 = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir itemS 2 = Varians total skor

Nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan dengan indeks

reliabilitas (Sudijono, 2004: 208) dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas

Koefisien relibilitas (r11) Kriteriar11< 0,70 Un-realiabler11>0,70 Reliable

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai

koefisien reliabilitas tes adalah 0,72. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes

yang digunakan memiliki kriteria realiable. Hasil perhitungan reliabilitas tes uji

coba soal dapat dilihat pada lampiran C.2 halaman 156.

Page 49: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

31

3. Tingkat Kesukaran

Sudijono (2004: 372) mengatakan bahwa suatu tes dikatakan baik jika memiliki

derajat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Perhitungan

tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut:

=Keterangan:P = indeks kesukaran item soalNp = Jumlah skor yangberhasil dijawab siswaN = Jumlah siswa yang mengikuti tes

Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria

indeks kesukaran dari Witherington (Sudijono,2014:373) sebagai berikut:

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai InterpretasiTK < 0,25 Sangat Sukar0,25 ≤ TK ≤ 0,75 Cukup (sedang)TK > 0,75 Sangat Mudah

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai

tingkat kesukaran tes adalah 0,26 sampai dengan 0,49. Hal ini menunjukkan

bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran yang

terkategori cukup (sedang). Hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal

dapat dilihat pada lampiran C.3 halaman 157.

Page 50: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

32

4. Daya Pembeda ( Discrimination Power )

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat

membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan

rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa

yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah.

Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok

atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).

Sudijono (2004: 389-390) mengungkapkan menghitung indeks daya pembeda

digunkan rumus:

= − , = =Keterangan :

D : indeks daya pembeda satu butir soal tertentuPA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolahPB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolahBA :banyaknya siswa yang benjawab benar kelompok atas pada butir soal yang

diolahBB : banyaknya siswa yang benjawab benar kelompok bawah pada butir soal yang

diolahJA : Jumlah siswa yang termasuk kelas atasJB : jumlah siswa yang termasuk kelompok bawah

Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi menurut

Sudijono (2004:1389) yang tertera pada Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi-1,00≤DP < 0,00 Sangat Buruk0,00 ≤ DP ≤ 0,19 Buruk0,20 ≤ DP ≤ 0,39 Sedang0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Page 51: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

33

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai daya

pembeda tes adalah 0,30 sampai dengan 0,49. Hal ini menunjukkan bahwa

instrumen tes yang diujicobakan memiliki daya pembeda yang sedang dan baik.

Hasil perhitungan daya pembeda uji coba soal dapat dilihat pada lampiran C.3

halaman 157.

Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal

tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes uji coba dan

kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba

NoSoal

Reliabilitas Daya Pembeda TingkatKesukaran

Kesimpulan

10,72

(Reliabilitastinggi)

0,33 (sedang) 0,4 9 (sedang) Dipakai2a 0,49 (baik) 0,46 (sedang) Dipakai2b 0,49 (baik) 0,31 (sedang) Dipakai2c 0,30 (sedang) 0,28 (sedang) Dipakai3 0.33 (sedang) 0,26 (sedang) Dipakai

Dari Tabel 3.7 terlihat bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,62 yang berarti

soal memiliki reliabilitas yang tinggi. Daya pembeda untuk soal nomor 2a dan 2b

dikategorikan baik dan untuk nomor soal 1, 2c dan 3 dikategorikan sedang,

sedangkan tingkat kesukaran untuk nomor 1 sampai dengan 3 dikategorikan

sedang, oleh karena itu semua soal sudah valid dan sudah memenuhi kriteria

reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang sudah ditentukan maka soal

tes kemampuan komunikasi matematis yang disusun layak digunakan untuk

mengumpulkan data kemampuan komunikasi matematis.

Page 52: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

34

G. Teknik Analisis Data

Setelah kedua sampel diberikan perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari

hasil tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dianalisis untuk men-

dapatkan skor peningkatan (gain) pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk

mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran discovery dan pembelajaran konvensional.

Menurut Hake (1998: 1) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain

ternormalisasi (normalized gain) yaitu:

= − −Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan

klasifikasi dari Hake (1998: 1) seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Interpretasi Hasil Perhitungan Gain

Besarnya Gain Interpretasig > 0,7 Tinggi

0,3 < g ≤ 0,7 Sedangg ≤ 0,3 Rendah

Hasil perhitungan skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa se-

lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan C.7 (halaman 162 dan 163).

Dalam penelitian ini analisis data mula-mula dilakukan dengan cara uji normalitas

dan uji homogenitas. Setelah itu barulah dilakukan pengujian hipotesis dengan

menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dan proporsi.

Page 53: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

35

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah kedua sampel yang diteliti

berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini

rumusan hipotesis yang digunakan yaitu:

H0 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data gain berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah α = 0,05 dan statistik

yang digunakan untuk menghitung uji Chi-Kuadrat dalam Sudjana (2005: 273):

ℎ2 = ( − )2=1Keterangan:2 ∶ harga uji chi-kuadrat ∶ frekuensi yang diharapkan∶ banyaknya pengamatan ∶ frekuensi harapan

Dalam penelitian ini, kriteria pengujian adalah terima H0 jika ≤dengan 2 (1−∝)( −3).

Hasil uji normalitas data penelitian disajikan dalam Tabel 3.9 dan data

selengkapnya lihat pada lampiran C.8 dan C.9 halaman 152-157.

Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Penelitian KemampuanKomunikasi Matematis

Sumber Data Pembelajaran 2ℎ KesimpulanH0

Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa

Discovery 4,381 7,81 DiterimaKonvensional 10,941 7,81 Ditolak

Page 54: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

36

Berdasarkan hasil yang diperoleh, langkah selanjutnya tidak perlu dilakukan uji

homogenitas pada data kemampuan komunikasi matematis siswa karena data

sampel tidak memenuhi asumsi normalitas.

2. Uji Hipotesis

Pada uji normalitas data tidak berdistribusi normal, maka pengujian menggunakan

uji non-parametrik Mann-Whitney U atau uji-U.

Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:

H0: 1 = 2, (tidak ada perbedaan median data peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran

Discovery Learning dengan median data peningkatan kemampuan

komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran

konvensional)H1: 1> 2, (median data peningkatan kemampuan komunikasi matematis

siswa yang menggunakan pembelajaran Discovery Learning lebih

tinggi dari pada median data peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional).

Dalam Humburg (1977: 311), langkah-langkah pengujiannya adalah:

Pertama, skor-skor pada kedua kelompok sampel harus diurutkan dalam peringkat.

Selanjutnya, menghitung nilai statistik uji -U, rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut.

= + ( + 1)2 −

Page 55: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

37

= + ( + 1)2 −Keterangan:na = jumlah sampel data gain kelas discovery learningnb = jumlah sampel data gain kelas onensional

= jumlah rangking data gain kelas discovery learning= jumlah ranking datagain kelas konvensional

Rumus uji statistik yang digunakan adalah rumus uji statistik yang memiliki nilai

lebih kecil untuk dibandingkan dengan tabel U. Menurut Saleh (1986: 15) jika

1dan 2 keduanya berjumlah ≥ 8, maka nilai statistik U akan mendekati

(dianggap) berdistribusi normal, sehingga perhitungan tes statistiknya :

= − ; = = 2 = ( + + 1)12Keterangan:

= Nilai harapan mean

= Standar deviasi

Statistik U yang digunakan adalah U yang nilainya lebih kecil. Kriteria uji yang

digunakan adalah tolak H0 jika Zhitung > Z tabel dan terima H0 jika sebaliknya.

Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh bahwa data kemampuan

komunikasi matematis berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

sehingga dilakukan uji non parametrik Mann Whitney U. Diperoleh nilai Zhitung =

-2,10811 dan Z0,5(1-α) = 1,96 dengan α = 0,05. Karena nilai -2,10811< 1,96, maka

H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan median data peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran

discovery learning dengan median data peningkatan kemampuan komunikasi

Page 56: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

38

matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

discovery learning sama dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang

mengikuti pembelajaran konvensional. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada lampiran C.10 halaman 170.

3. Uji Proporsi

Hipotesis penelitian yang kedua berbunyi: “Persentase siswa yang memiliki

kemampuan komunikasi terkategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang

mengikuti discovery learning.” Untuk menguji hipotesis bahwa persentase siswa

yang memiliki kemampuan komunikasi matematis terkategori baik di kelas

eksperimen lebih dati 60% dari jumlah siswa maka dilakukan uji proporsi

Menurut Sudjana (2005 : 234) rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

H0 : = 0,60 (persentase siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi

matematis yang dikategorikan baik sama dengan 60%)

H1 : > 0,60 (persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematis yang dikategorikan baik lebih dari 60%)

Data yang diperoleh dari kelas yang mengikuti discovery learning berasal dari

populasi yang berdistribusi normal maka dilakukan uji proporsi dengan rumus:

ℎ = − 0,60,6 (1 − 0,6)

Keterangan:

Page 57: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

39

x = banyaknya siswa yang tuntas dengan pembelajaran discovery learningn = banyaknya sampel pada kelas eksperimen0,6 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikan α = 5%, dengan peluang (0,5 - α)

dengan kriteria uji: tolak H0 jika zhitung ≥ z 0,5- α , dimana z 0,5- α didapat dari daftar

normal baku dengan peluang = (0,5- α). Kemudian untuk zhitung < z0,5- α hipotesis

H0 diterima.

Dari hasil perhitungan uji proporsi diperoleh zhitung = -4,738 dan ztabel = 1,6448

dengan α = 0,05. Karena nilai zhitung < ztabel, maka H0 diterima yang berarti bahwa

persentase siswa yang memperoleh nilai serendah-rendahnya 73 (skala 100) pada

siswa yang mengikuti pembelajaran discovery sama dengan 60% dari jumlah

siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persentase siswa yang tuntas belajar dalam

pembelajaran discovery tidak lebih dari 60% dari jumlah siswa. Perhitungan

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.11 halaman 176.

Page 58: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

52

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa

pembelajaran discovery tidak efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi

matematis siswa, karena proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi

matematis terkategori baik pada siswa yang mengikuti pembelajaran discovery

belum mencapai proporsi efektif yang diharapkan peneliti, yaitu lebih dari 60%

dari jumlah siswa. Akan tetapi, skor peningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery lebih tinggi daripada

skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil pada penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:

1. Kepada guru, meskipun discovery learning tidak efektif namun dengan

menerapkan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi

matematis siswa, oleh karena itu dalam upaya meningkatkan kemampuan

komunikasi matematis siswa, dapat menerapkan model discovery learning

sebagai salah satu alternatif pada pembelajaran matematika dengan pertim-

bangan bahwa guru telah memahami tahap-tahap pada pembelajarn discovery.

Page 59: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

53

Khususnya ketika kegiatan diskusi berlangsung, guru harus mengelola kelas

seefektif mungkin agar suasana belajar kondusif.

2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang pembelajaran

discovery disarankan melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih

lama agar subjek penelitian terbiasa dengan pembelajaran discovery dan

memperhatikan efisiensi waktu agar proses pembelajaran berjalan secara

optimal.

Page 60: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2013. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.Bandung: PT Refika Aditama.

Alwi. H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ansari, B. 2004. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan KomunikasiMatematis Siswa SMU Melalui StrategiThink-Talk-Write. Disertasi PPS UPI:tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Askara.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Panduan PenyusunanKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar danMenengah.Jakarta: BSNP.

Depdiknas. 2003. UU NOMOR 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Jakarta:Visimedia.

________. 2005. UU NOMOR 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen.Jakarta:Visimedia.

________. 2006. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional.

________. 2013. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Jakarta: Ke-mentrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dimyati dan Mujiono.2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Elangga.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 1993. How to Design and EvaluatifResearch in Education. New York: Mcgraw-hill Inc.

Page 61: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

55

Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement versus traditional method: A six-thiusand-student survey of mechanics test data for introductory physycscourses. [online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf. (20November 2015).

Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Matematika BerdasarkanPendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Humburg, Morris. 1977. Basic Statistics. New York: Harcourt Brace Jovanovich

Hanafiah, Nanang, dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran CetakanKe-4. Bandung: Refika Aditama.

Istiqomah, N. 2007. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematikaSiswa SD Negeri Sekaran 2 pada Materi Pokok KPK dan Pecahan denganmenggunakan Pembelajaran KBK bercirikan Penyadayagunaan Alat Peragadan Pendampingan

Khoirunisa, Rahma Dwi. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ModelDiscovery Learning Untuk Melatih Kemampuan Komunikasi Matematika TulisSiswa di Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Matematika [online]. Diakses dihttp://ejurnal.unesa.ac.id/index,php/mathedunesa/article/view/3895/pdf padatanggal 22 mei 2016.

Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum2013. Yogyakarta: Kata Pena.

Mulyana, D. 2005. Komunikasi Efektif. Bandung: Rosda

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.Bandung: CV. Alfabeta.

Nasution. 2006. Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta: BumiAksara.

PISA. 2012. National Center For Education Statistics, PISA 2012 Result :http://www.nces.ed.gov/surveys/pisa/pisa2012highlight.asp pada 10 November2015.

Puspaningtyas, Nicky Dwi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.

Page 62: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

56

Qohar, A. (2009). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi, danKomunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMP melaluiReciprocal Teaching. Desertasi PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Roestiyah, NK. 1998. Metode Pembelajaran. Jakarta: PT Tarsito

Rohaeti, E. (2003). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan MetodeImprove untuk meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan KomunikasiMatematik siswa SLTP. Tesis PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan

Saleh, Samsubar. 1986. Statistik Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE-yogyakarta.

Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajawaliPress.

Sari, Lela Komala.2015. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery TerhadapPeningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Confidence Siswa.Skripsi. Lampung. Unila. Tidak diterbitkan.

Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi.Yogyakarta.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.

Sudirman. 2002. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektifitas Pelayanan.Bandung: Primako Akademika.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito.Edisikeenam.

Sugiyono.2001.Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Suherman, E, Turmudi, Suryadi D, Herman T, Suhendra, Prabawanto S, Nurjanahdan Rohayati A. 2003. Common Text Book : Strategi PembelajaranMatematika Kontemporer. Bandung: JICA FMIPA UPI.

Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT RinekaCipta.

Syah,Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosda Karya.

TIMSS.2011.“International Results in Mathematics”.(online).(http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_IR_Mathematics_FullBook.pdf. diakses pada tanggal 31 oktober 2015)

Page 63: IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani, Kadek

57

Wardani, Sari.2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/ MTsUntuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: PusatPengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan tenaga Kependidikan Mtematika

Wardani dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar MatematikaSMP:Belajar dari PISA dan TIMSS.Yogyakarta PPPPTK. [Online] Diakses dihttp://p4-tkmatematika.org/ pada 12 November 2015.

Wicaksono. 2011. Efektivitas Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://agung.smkn1pml.sch.id.

Widjajanti, Bondan D. 2010. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi MatematisMahasiswa Calon Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan KolaboratifBerbasis Masalah. [Online)]. Diakses dihttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131569335/makalah%20knm%20djamilah%20uny.pdf pada tanggal 20 Januari 2016.

Wijayanto, Fajar Ari. 2014. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematikaSiswa SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto Melalui Model Pembelajaran Dis-covery Learning. Jurnal Pendidikan Matematika. [online]. Diakses dihttp://eprints.uny.ac.id/7385/1/p-30.pdf. pada tanggal 08 November 2015.

Yonandi. 2011. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SekolahMenengah Atas Melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer.JurnalPendidikan Matematika, Volume 2 Nomor Hlm. 133-146. [online].Diakses di http://jurnal-pmat.webs.com/JURNAL_25072011_Yonandi_ 133_146.docx pada tanggal 10 April 2016.