Makalah Kapasitor_medan Elektromagnetik_i Kadek Agus Wahyu Raharja_1404405060
IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf ·...
Transcript of IIS TRIYANI - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/25595/2/2. SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf ·...
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARIPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandar LampungSemester Ganjil T.P. 2016/2017)
Oleh
IIS TRIYANI
Skripsi
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARIPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Muhammadiyah 3Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017)
Oleh:
IIS TRIYANI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran
discovery ditinjau dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis.
Penelitian ini menggunakan pretest posttest control group design. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Mummadiyah 3
Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017 yang terdistribusi dalam 3 kelas,
kemudian diambil 2 kelas sebagai sampel melalui teknik cluster random
sampling. Hasil analisis data kemampuan komunikasi matematis menunjukkan
bahwa model discovery learning tidak efektif ditinjau dari peningkatan
kemampuan komunikasi.
Kata kunci: discovery learning, efektivitas, komunikasi matematis.
EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARIPENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandar LampungSemester Ganjil T.P. 2016/2017)
Oleh
IIS TRIYANI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan MatematikaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bukit Kemuning pada tanggal 10 Oktober 1994. Penulis
merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Gunadi dan Ibu
Suryati.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Xaverius Gunung Batin Baru
pada tahun 2006, pendidikan menengah pertama di SMP Xaverius Gunug Batin
Baru pada tahun 2009, dan pendidikan menengah atas di SMA Tunas Harapan
Bandar Lampung pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Lampung pada tahun 2012 melalui jalur PMPAP dengan mengambil program
studi Pendidikan Matematika. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di desa Tanjung Jati Kecamatan Pesisir Selatan, Kabupaten Pesisir Barat dan
menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Pesisir Selatan.
Motto
Be What You Want To Be, Not What Others Want To See
Persembahan
Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna
Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah
Rasululloh Muhammad SAW
Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta & kasih sayangku
kepada:
Kedua orang tuaku tercinta, (Alm. Bapak Gunadi dan Ibu Suryati) yang
telah memberikan kasih sayang, semangat, dan doa. Sehingga anak mu ini
yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya.
Kakakku Eko Suryadi dan Fajar Sudrajat yang telah memberikan
dukungan dan semangatnya padaku.
Seluruh keluarga besar pendidikan matematika 2012, yang terus
memberikan do’anya, terima kasih.
Para pendidik yang telah mengajar dengan penuh kesabaran
Semua sahabat yang begitu tulus menyayangiku dengan segala
kekuranganku
Almamater Universitas Lampung tercinta
SANWACANA
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Discovery Learning Ditinjau dari
Peningkatan Kemampuan Kemampuan Komunikasi Matematis (Studi pada
Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung T.P. 2016/2017)
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, terimakasih atas perhatian dan kasih sayang yang
telah kalian berikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk selalu
mendoakan, memberikan motivasi, dukungan dan semangat yang terbaik
untuku.
iii
2. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
membimbing, memberikan perhatian, saran, nasehat dan memotivasi selama
penulis masuk perguruan tinggi Unila hingga penulis menyelesaikan
penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan Dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu
untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, kritik, saran dam
kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan ini.
4. Bapak Dr.Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA dan pembahas yang
telah memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Bapak Wahdyana, S.T.,MPd.T. selaku Kepala SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung yang telah memberikan izin penelitian.
8. Ibu Helma, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
9. Siswa/siswi kelas VIII A dan VIII B SMP Muhammadiyah 3 Bandar
Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017, atas perhatian dan kerjasama yang telah
terjalin.
iv
10. Kakak-kakakku Eko Suryadi Dan Fajar Sudrajat dan keluarga besarku yang
telah memberikan dukungan, doa, semangat, dan motivasi kepadaku.
11. Sahabat Keceku Ayu Uplek , Miss galau (Ressa Dwi Kurnia), Madam Loly
(Tiurma Natalia Situmorang), Tantan (Ni Made Ariestaniati) yang selalu
menemani, memberikan semangat, dari awal masuk perguruan tinggi Unila
hingga saat ini.
12. Sahabat-sahabatku ( Aziz, Irma, Mega, Nurhasanah, Suyanti, Kadek Suryani,
Kadek Sukanadi, Wayan Budi, Diza, Deslita) terima kasih selalu
memberikanku dukungan.
13. Teman-temanku tersayang, Angkatan 2012 Pendidikan Matematika yang
selama ini selalu berbagi ilmu, memberi semangat, bantuan, serta
kebersamaan yang terjalin seperti keluarga.
14. Kakak-kakak angkatan 2010 dan 2011, terimakasih atas bantuan dan informasi
yang telah kalian berikan.
15. Adik-adik angkatan 2013, 2014, 2015 terimakasih atas kerja sama, doa serta
kebersamaan yang kalian berikas selama ini.
16. Teman-teman seperjuangan KKN di Pekon Tanjung Jati dan PPL di SMP
Negeri 1 Pesisir Selatan ( Nindya, Falen, Tia, Dian, Alfian, Aryan, Kak Lena,
Lovira dan Revika) atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan, serta
warga Pekon Tajung Jati khususnya abang dan ngah yang telah mengurus
kami selama KKN di pekon tanjung jati.
17. Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga gedung G terimakasih bantuannya
selama berada di gedung G.
18. Almamater tercinta yang telah mendewasakanku.
v
19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga dengan kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan pada
penulis mendapat balasan pahala yang setimpal dari Allah SWT dan semoga
skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, Februari 2017
Penulis
Iis Triyani
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 7D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 8E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR .............................. 11
A. Tinjauan Pustaka ..................................................... ............................... 111. Kemampuan Komunikasi Matematis .................................................. 112. Model Discovery Learning ................................................................. 133. Efektivitas Pembelajaran..................................................................... 17
B. Kerangka Pikir................................................................... ..................... 20C. Anggapan Dasar ...................................................................................... 24D. Hipotesis.................................................................................................. 24
1. Hipotesis Umum ............................................................................... 242. Hipotesis Khusus............................................................................... 24
III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 25
A. Populasi dan Sampel ............................................................................... 25B. Desain Penelitian..................................................................................... 25C. Data Penelitian ........................................................................................ 26D. Prosedur Penelitian ................................................................................. 26E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 27F. Instrumen Penelitian ................................................................................ 28G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ....................................... 34
vii
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................................... 40
A. Hasil Penelitian ....................................................................................... 40B. Pembahasan ............................................................................................. 46
V. SIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 52
A. Simpulan ................................................................................................. 52B. Saran........................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Kelas VIII............................................................... 25
Tabel 3.2 Desain Penelitian.............................................................................. 26
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Komunikasi Matematis ..... 29
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas........................................... 30
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ............................................... 30
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Daya Pembeda...................................................... 31
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba ...................................................... 33
Tabel 3.8 Interpretasi Hasil Perhitungan Gain ................................................. 34
Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 34
Tabel 4.1 Data Skor Awal Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa.......... 40
Tabel 4.2 Data Skor Akhir Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ......... 41
Tabel 4.3 Data Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa................... 42
Tabel 4.4 Hasil Uji Non Parametrik Mann-Whitney U Data KemampuanKomunikasi Matematis .................................................................... 43
Tabel 4.5 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Komunikasi Matematis ........ 44
Tabel 4.6 Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis ............ 45
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A.1 Silabus Pembelajaran................................................................. 60
Lampiran A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)Kelas Eksperimen...................................................................... 73
Lampiran A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ....... 99
Lampiran A.4 Lembar Kerja Kelompok (LKK)............................................... 117
Lampiran B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......... 141
Lampiran B.2 Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ......................... 143
Lampiran B.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan KomunikasiMatematis.................................................................................. 145
Lampiran B.4 Kunci Jawaban Soal Tes Kemampuan KomunikasiMatematis.................................................................................. 146
Lampiran B.5 Form Penilaian Validitas........................................................... 152
Lampiran C.1 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa padaKelas Uji Coba .......................................................................... 155
Lampiran C.2 Analisis Reliabilitas Hasil Tes Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa pada Kelas Uji Coba ..................................... 156
Lampiran C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran HasilTes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa padaKelas Uji Coba .......................................................................... 157
Lampiran C.4 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Eksperimen...................................................................... 158
Lampiran C.5 Nilai Tes Kemampuan Komunikasi MatematisKelas Kontrol ............................................................................ 160
xi
Lampiran C.6 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Eksperimen...................................................................... 162
Lampiran C.7 Skor Gain Kemampuan Komunikasi Matematis SiswaKelas Kontrol ............................................................................ 163
Lampiran C.8 Uji Normalitas Data Gain KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 164
Lampiran C.9 Uji Normalitas Data Gain KemampuanKomunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 167
Lampiran C.10 Uji Non Parametrik Mann Whitney-U Kelas Eksperimendan Kelas Kontrol ..................................................................... 170
Lampiran C.11 Uji Proporsi Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa KelasEksperimen................................................................................ 176
Lampiran C.12 Analisis Indikator Tes Kemampuan AwalKomunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 178
Lampiran C.13 Analisis Indikator Tes Kemampuan AwalKomunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 181
Lampiran C.14 Analisis Indikator Tes Kemampuan AkhirKomunikasi Matematis Siswa Kelas Eksperimen .................... 184
Lampiran C.15 Analisis Indikator Tes Kemampuan AkhirKomunikasi Matematis Siswa Kelas Kontrol ........................... 187
Lampiran D.1 Surat Izin Penelitian .................................................................. 191
Lampiran D.2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian......................... 192
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia,
karena dengan pendidikan manusia mampu mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya serta menambah pengetahuan dan mengembangkan kemampuan
yang ada dalam dirinya. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk
menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara
mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Secara detail, dalam
Undang-Undang RI nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Bab 1 Pasal 1 yaitu:
Pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkansuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi yang ada pada dirinya untuk memiliki kekuatan spiritualkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan dapat ditempuh dengan jalur formal dan non formal. Pendidikan
formal berlangsung di sekolah dan dilakukan melalui proses pembelajaran.
Pembelajaran yang terjadi di sekolah merupakan proses interaksi antara guru dan
siswa. Peranan guru di sekolah yaitu sebagai pendidik yang betugas mendidik,
melatih, dan mengevaluasi siswa. Hal ini dipertegas dalam UU nomor 14 tahun
2005 yaitu:
2
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didikpada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, danpendidikan menengah.
Berdasarkan hal tersebut maka guru memegang peranan penting dalam proses
pembelajaran yang terjadi di sekolah. Banyak hal yang dilakukan guru untuk
membuat siswa menjadi lebih pandai, salah satunya adalah menyampaikan ilmu
yang berguna untuk siswa. Terdapat banyak ilmu yang disampaikan guru kepada
siswa salah satunya adalah matematika.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memegang peranan
penting dalam pendidikan, sebab dengan penguasaan matematika yang kuat kita
dapat menguasai dan menciptakan teknologi yang modern. Hal ini sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan tahun 2006 (Depdiknas, 2006) menyatakan
bahwa matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
memajukan daya pikir manusia. Karena peran penting tersebut matematika
diberikan di semua jenjang pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Mata pelajaran matematika diberikan guna membekali siswa dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta
kemampuan bekerjasama. Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman (2003: 17)
yang menyatakan bahwa matematika tumbuh dan berkembang karena proses
berpikir.
Tercantum dalam Depdiknas No. 22 tahun 2006 pelajaran matematika diberikan
kepada siswa bertujuan agar siswa memiliki kemampuan yaitu: (1) memahami
3
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan
masalah; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; dan (4) mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah.
Tujuan ini menjadi sangat penting mengingat masih rendahnya mutu pendidikan
matematika di Indonesia. Untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika
tersebut peran pendidik juga sangat diperlukan. Pendidik dituntut untuk mampu
menyesuaikan, memilih, dan memadukan model pembelajaran yang tepat dalam
setiap pembelajaran matematika. Pemilihan dan penerapan model pembelajaran
dan sumber belajar yang variatif dalam pembelajaran matematika, akan membuat
siswa lebih tertarik dengan pelajaran matematika. Namun nyatanya pembelajaran
yang selama ini berlangsung masih membuat siswa enggan belajar matematika
dan menganggap matematika adalah pelajaran yang sangat menakutkan. Hal ini
juga disebabkan oleh pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Sedangkan
siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diberikan guru. Pembelajaran
seperti ini yang memberikan efek buruk kepada siswa sehingga siswa hanya
mampu mnguasai materi saja, namun tidak mampu mengaplikasikannya dalam
masalah yang ditemukan. Jika pembelajaran seperti ini terus dilakukan, maka
akan ada dampak buruk yang mungkin terjadi, antara lain siswa menjadi tidak
4
tertarik pada pelajaran, timbul rasa jenuh, bosan, bersikap pasif terhadap pelajaran
dan kemungkinan terburuknya adalah siswa tidak mau lagi belajar matematika.
Hal inilah yang menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar matematika
Rendahnya prestasi belajar matematika diiringi dengan rendahnya kemampuan
komunikasi matematis siswa. Hal ini ditunjukkan oleh penelitian Istiqomah
(2007), Rohaeti (2003), dan Qohar (2009) yang menyatakan rendahnya
kemampuan komunikasi matematis siswa baik secara lisan ataupun tulisan. Salah
satu penyebabnya yaitu siswa tidak tebiasa dalam mengemukakan pendapat/
gagasan/ ide dalam pembelajaran disekolah, padahal siswa yang mampu
mengkomunikasikan idenya baik secara lisan atau tulisan, akan lebih banyak
menemukan cara penyelesaian suatu permasalahan.
Hasil temuan rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa Indonesia tidak
hanya di ungkapkan dari para peneliti nasional. Akan tetapi, hasil penelitian
internasional seperti Programme for International Student Assesment (PISA).
Menurut hasil penelitian PISA pada tahun 2012 rata-rata kemampuan membaca,
matematika, dan sains untuk siswa Indonesia menduduki peringkat kedua
terbawah dari 65 negara di dunia yang ikut serta. Skor untuk kemampuan
matematika adalah 375 peringkat ke 64 dengan skor rata-rata matematika dunia
adalah 494 (OECD, 2013: 19). Literasi matematika pada PISA tersebut fokus
kepada kemampuan siswa dalam menganalisa, memberikan alasan, dan
menyampaikan ide secara efektif, merumuskan, memecahkan, dan
menginterpretasi masalah-masalah matematika dalam berbagai bentuk dan situasi.
Kemampuan-kemampuan tersebut erat kaitannya dengan kemampuan komunikasi
5
matematis siswa. Dengan demikian hasil tersebut menunjukkan bahwa di
Indonesia kemampuan komunikasi matematis siswa masih harus mendapatkan
banyak perhatian.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematis tentunya disebabkan oleh banyak
faktor. Salah satu faktor penyebabnya yaitu pada umumya siswa Indonesia ku-
rang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal dengan karakteristik seperti soal-soal
pada TIMSS dan PISA yang substansinya kontekstual, menuntut penalaran,
argumentasi dan kreativitas dalam menyelesaikannya (Wardhani dan Rumiati,
2011: 1). Hal ini menunjukan bahwa pada umumnya siswa di Indonesia kesulitan
dalam menghadapi soal-soal tidak rutin yang mencapai tahap argumentasi, maka
dapat dikatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa di Indonesia
masih rendah.
SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah yang
memiliki karakteristik seperti sekolah di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara dengan guru bidang studi matematika di SMP
Muhammadiyah 3 Bandar Lampung yang dilakukan pada saat penelitian
pendahuluan, diketahui bahwa guru masih menggunakan pembelajaran kon-
vensional yaitu pembelajaran yang lebih menekankan siswa untuk mengingat atau
menghafal sehingga kurang melatih siswa untuk menyampaikan dan meng-
ekspresikan gagasan/idenya dalam bahasa matematis yang tepat sebagaimana
merupakan indikator kemampuan komunikasi matematis siswanya masih rendah.
Berdasarkan wawancara dengan guru dan siswa juga diketahui bahwa masih
banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menggambarkan dan menyatakan
6
solusi masalah menggunakan gambar, sulit menjelaskan ide, solusi, dan relasi
matematika secara tulisan, dan juga masih sulit menggunakan bahasa matematika
dan simbol secara tepat. Selain itu, dapat dilihat dari hasil ulangan tengah
semester diperoleh rata-ratanya sebesar 61. Nilai ini masih dibawah nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 73, sehingga dapat dipastikan
kemampuan komunikasi matematis siswanya juga rendah.
Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan upaya yang inovatif untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, salah
satu caranya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model
pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran yang mampu menciptakan
suasana belajar dengan melibatkan siswa secara aktif dan juga mampu melatih
siswa untuk menganalisis suatu permasalahan dan membuat suatu generalisasi
serta menemukan sendiri suatu konsep sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Salah satu pembelajaran yang cocok dalam meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa yaitu model discovery learning. Discovery learning
merupakan komponen dari praktik pendidikan yang meliputi metode mengajar
yang memgutamakan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan
sendiri dan reflektif (Suryosubroto, 2002: 192). Pembelajaran dengan discovery
learning adalah pembelajaran dimana ide atau gagasan disampaikan melalui
proses penemuan. Jadi, siswa mengasah kemampuan komunikasi matematisnya
dan menemukan sendiri pola-pola dan struktur matematika melalui diskusi teman
kelompok, menggunakan pengalaman siswa sebelumnya dan bimbingan dari guru
untuk mengembangkan kemampuan memahami ide atau gagasan. Model
discovery learning ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk
7
berpartisipasi aktif sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Kurniasih dan Sani
(2014: 68-71) mengungkapkan tahap-tahap dalam pelaksanaan model discovery
learning yaitu: (1) stimulasi, (2) pernyataan atau identifikasi masalah, (3)
pengumpulan data, (4) pengolahan data, (5) pembuktian, (6) menarik kesimpulan.
Melalui tahap-tahap model discovery tersebut, pada prinsipnya siswa diberikan
kesempatan untuk menunjukkan kemampuan komunikasi matematisnya.
Oleh karena itu, discovery learning dianggap mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa.
Berdasarkan uraian di atas, penyusun melakukan studi eksperimen efektivitas
model discovery learning ditinjau dari peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa (studi pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah model Discovery Learning
efektif ditinjau dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan
persentase discovery learning lebih dari 60% dari jumlah siswa kelas VIII SMP
Muhammadiyah 3 Bandarlampung?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukan sebelumnya, maka
penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui efektivitas discovery
8
learning ditinjau dari peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dan
presentase ketuntasan belajar siswa yang mengikuti discovery learnig.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam
pendidikan matematika yang berkaitan dengan Discovery Learning dan model
konvensional serta hubungannya dengan peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya perbaikan
mutu pembelajaran matematika
b. Bagi guru dan calon guru, untuk menambah wawasan dalam pembelajaran
matematika sebagai model pembelajaran alternatif yaitu dengan
pembelajaran discovery learning dan kaitannya dengan kemampuan
komunikasi matematis.
c. Bagi peneliti, dapat digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi peneliti lain terkait dengan penelitian yang menggunakan model
discovery learning.
9
E. Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah
1. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung
dengan kelas VIII A sebagai kelas kontrol dan kelas VIII B sebagai kelas
eksperimen.
2. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah ketepatgunaan
pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dalam penelitian ini, discovery
learning dinyatakan efektif apabila peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mengikuti discovery learning lebih tinggi daripada
peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional dan persentase siswa yang mencapai KKM
melalui discovery learning lebih dari 60% dari jumlah siswa. Siswa
dikatakan memiliki kemampuan komunikasi matematis dengan baik apabila
siswa mendapat nilai lebih dari sama dengan 73 dengan nilai maksimal 100
(Nilai 73 merupakan nilai ketetapan sekolah).
3. Model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa secara aktif dalam mengerahkan seluruh kemampuannya untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga siswa
dapat menemukan sendiri konsep dari materi tersebut.
4. Indikator kemampuan komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 1) menggambar atau merefleksikan benda-beda nyata, gambar dan
diagram ke dalam ide-ide matematika atau sebaliknya; 2) Mengekspresikan
konsep matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari kedalam
bahasa atau simbol matematika; 3) Menuliskan jawaban dengan bahasa
10
sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan bahasa lisan,
tulisan, grafik, dan aljabar.
5. Materi yang diberikan dalam penelitian ini yaitu materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV).
11
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1. Kemampuan Komunikasi Matematis
Komunikasi merupakan suatu interaksi antara dua orang atau lebih. Proses
komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan baik dalam
bermasyarakat maupun dunia pendidikan. Mulyana (2005: 3) menyatakan bahwa
segala perilaku dapat disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih.
Widjajanti (2010:4) juga berpendapat bahwa komunikasi adalah suatu cara untuk
berbagi ide dan pengertian sehingga dapat membantu siswa untuk membangun
pemahaman yang mendalam tentang matematika. Sedangkan Dimyati dan
Mudjiono (2010: 143) menyatakan bahwa komunikasi dapat diartikan sebagai
menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan
dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Hal ini didasarkan bahwa semua
orang mempunyai kebutuhan untuk mengkomunikasikan ide-ide yang mereka
miliki. Komunikasi merupakan kemampuan penting dalam pembelajaran karena
dengan komunikasi, siswa dapat memperoleh pengetahuan, mengungkapkan ide-
ide atau pemikiran yang mereka miliki atau mengekspresikan konsep-konsep yang
dimilikinya untuk menyelesaikan suatu masalah serta guru mampu mengetahui
ketidakpahaman siswa mengenai suatu materi yang diajarkan.
12
Komunikasi juga merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikuasai siswa
dalam pembelajaran matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Shadiq
(2004:18) yang menyebutkan bahwa selain penalaran dan pemecahan masalah,
kemampuan mengkomunikasikan ide, pikiran, ataupun pendapat sangatlah
penting. Kemampuan komunikasi matematis dijadikan sebagai salah satu tujuan
dalam pembelajaran matematika yang termuat dalam Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah tahun 2006. Wardhani (2008:19) menyatakan
bahwa siswa dikatakan mampu dalam komunikasi matematis bila ia dapat
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah. Sumarmo dalam Yonandi (2011: 133)
menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan keterampilan
menyampaikan ide atau gagasan dalam bahasa sehari-hari atau dalam bahasa
simbol matematika. Sumarmo juga menyatakan bahwa kegiatan yang tergolong
pada komunikasi matematis yaitu
(1) menyatakan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalambahasa, simbol, ide, atau model matematik; (2) menjelaskan ide, situasi, danrelasi matematis secara lisan atau tulisan; (3) mendengarkan, berdiskusi, danmenulis tentang matematika; (4) membaca dengan pemahaman suaturepresentasi matematis tertulis; (5) membuat konjektur, menyusun argumen,merumuskan definisi, dan generalisasi; (6) mengungkapkan kembali suatuuraian atau paragrap matematika dalam bahasa sendiri.
Ansari (2004: 83) menyebutkan indikator kemampuan komunikasi matematis
siswa, yaitu
a. Menggambar/drawing, yaitu merefleksikan benda-benda nyata, gambar, dan
diagram ke dalam ide-ide matematika, atau sebaliknya dari ide-ide matematika
ke dalam gambar atau diagram.
13
b. Ekspresi matematika/mathematical expression, yaitu mengekspresikan konsep
matematika dengan menyatakan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa atau
simbol matematika.
c. Menulis/written text, yaitu memberikan jawaban dengan menggunakan bahasa
sendiri, membuat model situasi atau persoalan menggunakan bahasa lisan,
tulisan, grafik, dan aljabar.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, kemampuan komunikasi matematis
merupakan kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide, gagasan dan pemikiran
matematisnya dalam bentuk lisan, tulisan maupun gambar dengan bahasa yang
tepat serta dapat memahami representasi matematis dengan baik. Dalam
penelitian ini, indikator kemampuan komunikasi matematis yang digunakan yaitu
a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah mengguna-
kan gambar, bagan, tabel, atau secara aljabar.
b. Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika secara tulisan.
c. Menggunakan ekspresi, simbol, atau lambang matematika secara tepat.
2. Model Discovery Learning
Menurut Sund (Roestiyah, 2008: 20) discovery adalah proses mental dimana
siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut
ialah mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan. Bruner (Mulyatiningsih,
2012:235) mengemukakan bahwa discovery learning merupakan model
pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang
dapat membuat siswa lebih aktif menemukan pengetahuan sendiri.
14
Sardiman (2005:145) mengungkapkan bahwa dalam mengaplikasikan model
pembelajaran discovery learning guru berperan sebagai pembimbing dengan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan. Kondisi seperti ini akan merubah kegiatan belajar mengajar yang
teacher oriented menjadi student oriented, karena guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk menemukan konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui
contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
Menurut Hanafiah (2010) terdapat tiga fungsi discovery learning, yaitu:
1) Membangun komitmen diantara siswa untuk belajar yang diwujudkan dalam
keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan
konsep.
2) Membangun sikap aktif, kreatif dan inovatif.
3) Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya.
Menurut Depdikbud (2014: 51) dalam mengaplikasikan model pembelajaran
discovery di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum sebagai berikut:
1. Stimulation (Stimulasi/pemberian rangsangan)
2. Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
3. Data Collection (pengumpulan data)
4. Data Processing (pengolahan data)
5. Verification (pembuktian)
6. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
15
Kementrian pendidikan dan kebudayaan (2013) mengungkapkan bahwa ada
beberapa keunggulan dan kelemahan dalam penerapan model discovery learning.
Keunggulan penerapan model discovery learning yaitu (a) membantu siswa untuk
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses
kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang
tergantung bagaimana cara belajarnya; (b) pengetahuan yang diperoleh melalui
metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan
transfer; (c) menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa
menyelidiki dan berhasil; (d) model ini memungkinkan siswa berkembang dengan
cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri; (e) menyebabkan siswa
mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi
sendiri; (f) model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena
memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya; (g) berpusat pada
siswa, siswa dan guru berperan aktif mengeluarkan gagasan. Bahkan gurupun
dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi;
(h) membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah
pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti; (i) siswa akan mengerti konsep
dasar dan ide-ide lebih baik; (j) membantu dan mengembangkan ingatan dan
transfer kepada situasi proses belajar yang baru; (k) mendorong siswa berpikir
dan bekerja atas inisiatif sendiri; (l) mendorong siswa berpikir intuisi dan
merumuskan hipotesis sendiri; (m) memberikan keputusan yang bersifat intrinsic;
(n) situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; (o) proses belajar meliputi
sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
(p) meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; (q) kemungkinan siswa belajar
16
dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar; dan (r) dapat mengem-
bangkan bakat dan kecakapan individu.
Selain keunggulan terdapat pula kelemahan dari penerapan model pembelajaran
discovery yaitu
1. Model pembelajaran ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran
untuk belajar. Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep
yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2. Model pembelajaran ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang
banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka
menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang
lama.
4. Model discovery learning lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
Dengan memperhatikan kelebihan yang lebih banyak daripada kelemahannya,
maka penggunaan model pembelajaran discovery dianggap sebagai model yang
efektif dan efisien dalam pembelajaran matematika yang bertujuan untuk
memecahkan suatu masalah yang relevan dengan perkembangan kognitif. Sesuai
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Khoirunisa pada 2013 di SMPN
13 Surabaya kelas VIII yang menyimpulkan bahwa model discovery learning
17
lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa. Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Wijayanto (2014) di SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto, kemampuan
komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery lebih tinggi
daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Selain itu, penelitian di SMP Negeri 21 Bandar Lampung oleh
Sari Tahun 2015 menyimpulkan bahwa pembelajaran discovery berpengaruh
terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan Self confidence
siswa.
Pada penelitian ini, langkah-langkah model pembelajaran discovery yang
digunakan mengadaptasi dari pendapat Kurniasi dan Sani yaitu, (1) guru
memberikan stimulasi pada siswa, (2) siswa dapat mengidentifikasi masalah, (3)
siswa mengumpulkan data, (4) siswa mengolah data, (5) melalui data yang telah
diperoleh, siswa membuktikan kebenaran hasil yang diperoleh, dan (6) siswa
dapat menarik sebuah kesimpulan atau generalisasi. Kegiatan belajar tersebut
dapat dilakukan melalui diskusi kelompok yang terdiri empat sampai lima orang,
sehingga dapat meningkatkan hubungan sosial antar individu karena dalam proses
diskusi kelompok tersebut terjalin kerjasama antar individu dalam suatu
kelompok.
3. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditentukan dalam setiap organisasi. Menurut Alwi (2002: 584) “efektif
adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa
18
hasil, berhasil guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan
berpengaruh, hal berkesan” atau “keberhasilan (usaha, tindakan)”.
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Sudirman (2002: 31), efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai
tidaknya sasaran yang telah ditetapkan, jika hasil kegiatan semakin mendekati
sasaran, semakin tinggi juga efektivitasnya. Menurut Arikunto (2004:51),
efektivitas adalah taraf tercapainya suatu tujuan yang telah ditentukan. Sehingga
efektivitas merupakam suatu ukuran yang menyatakan bahwa seberapa besar
target atau tujuan yang telah ditentukan dapat tercapai dengan usaha yang
maksimal.
Menurut Abidin (2013:6), pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang dila-
kukan siswa guna mencapai hasil belajar tertentu di bawah bimbingan, arahan,
dan motivasi guru. Untuk mencapai hasil belajar tertentu diperlukan pembelajar-
an yang efektif. Menurut Mulyasa (2006:193), pembelajaran dikatakan efektif
jika mampu memberikan pengalaman baru membentuk kompetensi peserta didik,
serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini
dapat dicapai dengan melibatkan siswa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pembelajaran. Seluruh siswa harus dilibatkan secara penuh agar
bersemangat dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran benar-benar
kondusif serta terarah pada tujuan dan pembentukan kompetensi siswa.
Hamalik (2004:171) mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri
19
dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Pembelajaran matematika yang
efektif memerlukan suatu komitmen serius kepada pengembangan dari
pemahaman matematika siswa. Karena siswa belajar dengan menghubungkan
gagasan baru ke pengetahuan yang telah diketahui, dan guru harus memahami apa
yang siswa telah ketahui. Guru secara efektif mengetahui bagaimana cara
mengajukan pertanyaan dan rencana pelajaran yang mengungkapkan pengetahuan
siswa lebih dulu, kemudian mereka bisa mendesain pengalaman yang dimiliki
yang berpengaruh terhadap pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat
Nasution (2002: 27) bahwa belajar yang efektif hasilnya merupakan pemahaman,
pengetahuan, atau wawasan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang efektif
merupakan pembelajaran yang yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang menghasilakan
pemahaman, pengetahuan, atau wawasan.
Keefektifan suatu pembelajaran dapat terlihat dari persentase siswa yang
mencapai ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator. Dalam BSNP
(2006:12) ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu
kompetensi dasar berkisar antara kriteria ideal untuk masing-masing indikator
adalah dengan kriteria ketuntasan minimal ditentukan masing-masing lembaga
pendidikan. Dalam Depdiknas (2008:4) dinyatakan bahwa kriteria keberhasilan
pembelajaran salah satunya ialah siswa mampu menyelesaikan serangkaian tes,
baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat
20
keberhasilan rata-rata 60%. Wicaksono (2011) mengemukakan pembelajaran
dikatakan efektif apabila mengacu pada hal-hal berikut:
(1) ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila lebih dari atau
sama dengan 60% memperoleh nilai minimal 75 dalam peningkatan hasil belajar;
(2) strategi pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa
apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang
signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran
(gain signifikan).
Dalam pelaksanaannya, penggunaan kriteria ketuntasan ini bergantung dari ketetapan
setiap sekolah. Kriteria efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini menggunakan
nilai KKM yaitu 73 dengan persentase ketercapaian > 60% dari jumlah siswa
dalam suatu kelas. Keefektifan suatu pembelajaran dapat terlihat dari persentase
siswa yang mencapai ketuntasan belajar untuk masing-masing indikator.
B. Kerangka Pikir
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas yaitu model pembelajaran discovery
(X) dan satu variabel terikat yaitu kemampuan komunikasi matematis siswa (Y).
Model pembelajaran discovery merupakan salah satu model pembelajaran yang
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa, sebab dengan
menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari, maka hasil yang
diperoleh akan selalu melekat dalam ingatan dan tidak mudah dilupakan,
pengertian atau konsep yang siswa temukan merupakan pengertian yang mudah
dipahami sendiri dan dikuasai sehingga dalam kondisi atau permasalahan apapun
siswa dapat menyelesaikannya dengan sangat mudah
21
Model pembelajaran discovery merupakan model pembelajaran yang dapat meng-
arahkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Model
pembelajaran discovery yang menjadi pusat pembelajaran adalah aktivitas siswa
didalam kelas sedangkan guru hanya sebagai pengarah, pembimbing, fasilitator,
dan motivator bagi siswa agar siswa dapat menemukan konsep dan memecahkan
masalah matematis yang ada secara mandiri. Pada pembelajarannya siswa
diberikan permasalahan dan siswa diharapkan mampu menemukan sendiri
penyelesaian dari pertanyaan tersebut menggunakan data yang telah mereka cari
dan berdasarkan konsep yang mereka ketahui sebelumnya. Dalam penyelesaian-
nya siswa diharapkan mampu menemukan konsep, mengkategorikan, menganali-
sis, dan mampu merumuskan kesimpulan-kesimpulan dari yang diajarkan.
Langkah-langkah dalam pembelajaran discovery ini terdiri dari enam langkah
yaitu:
1. Tahap stimulasi (rangsangan) dimana siswa dihadapkan pada permasalahan
atau soal-soal non rutin yang menimbulkan kebingungannya dan rasa pena-
sarannya sehingga timbul rasa ingin menyelidikinya. Siswa akan berusaha
agar dapat memahami permasalahan dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Pada tahap ini, akan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami per-
masalahan dengan kata-katanya sendiri, sebagai salah satu indikator
kemampuan komunikasi matematis. Ketika siswa mulai merasa penasaran
maka akan terjadi interaksi antara siswa dengan teman kelompoknya,
sehingga siswa dapat bertukar pikiran, ide atau gagasannya dengan teman
sekelompok. Hal ini sesuai dengan tujuan tahap stimulasi yaitu untuk
22
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan.
2. Problem statement (mengidentifikasi masalah). Dalam tahap mengidentifi-
kasi masalah guru memberi kesempatan pada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian
dirumuskan dalam bentuk hipotesis.
3. Data Collection (pengumpulan data), guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan guna
menjawab hipotesis yang telah dibuat. Tahap ini berfungsi untuk menjawab
atau membuktikan kebenaran hipotesis. Dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection ) berbagai informasi yang
relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan
narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari
tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang
berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara
tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang
telah dimiliki.
4. Data Proccessing (pengolahan data), semua informasi atau data yang telah di
peroleh diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi dan dihitung dengan cara
tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercyaan tertentu. Dalam tahap ini
berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi
tersebut siswa mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
23
5. Verification (Pembktian), pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara
cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi
dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian
dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization (menarik kesimpulan), tahapan ini merupakan proses menarik
sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk
semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip
yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus
memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan
generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Dalam discovery learning, siswa tidak hanya sekedar menerima pelajaran
seutuhnya, tetapi juga terlibat langsung dalam mengkomunikasikan hasil
analisisnya melalui tahapan atau langkah-langkah pembelajaran. Berdasarkan
uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model discovery learning diduga
efektif dalam meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
24
C. Anggapan Dasar
Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.
1. Seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Muhammadiyah 3
Bandarlampung tahun pelajaran 2016/2017 memperoleh materi yang sama
dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kemampuan komunikasi matematis
siswa selain model pembelajaran dikendalikan sehingga memberikan
pengaruh yang sangat kecil sehingga dapat diabaikan.
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Umum
Model discovery learning efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi
matematis siswa dan presentase kemampuan komunikasi terkategori baik.
2. Hipotesis Khusus
a. Peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model discovery lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.
b. Siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis yang baik
setelah pembelajaran discovery lebih dari atau sama dengan 60%.
25
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017 di
SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII yang terdistribusi dalam tiga kelas dari VIII A hingga
VIII C dengan jumlah siswa sebanyak 123 siswa yang diajar oleh guru yang sama
dan memiliki kemampuan komunikasi yang hampir sama.
Tabel 3.1. Rata-rata Nilai Kelas VIII SMP Muhammadiyah 3Bandarlampung
No Kelas Rata-rata Nilai1. VIII A 56,4632. VIII B 55,9783. VIII C 60,561
Dari ketiga kelas tersebut dipilih dua kelas dengan menggunakan teknik cluster
random sampling (Sugiyono,2001:59) dan terpilihlah kelas VIII A sebagai kelas
kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 37 siswa dan kelas VIII B sebagai kelas
eksperimen dengan jumlah siswa 37 siswa.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimen semu (quasi experiment). Desain yang
digunakan adalah pretest-posttest control group design.
26
Tabel 3.2. Desain Penelitian
kelompokPretest Perlakuan Posttest
E -O X OK -O C O
Diadaptasi dari Fraenkel dan Wallen (1998 : 273)
Keterangan:E : Kelas eksperimenK : kelas kontrolX : Discovery learningC : pembelajaran konvensionalY1 : kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum diberikan perlakuanY2 : kemampuan komunikasi matematis siswa setelah diberikan perlakuan
C. Data Penelitian
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kemampuan komunikasi
matematis yang didapat dari hasil pretest, hasil posttest, dan data gain. Data ini
berupa data kuantitatif.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut uraian masing-masing tahap yaitu:
1. Tahap persiapan
a. Melakukan observasi dan wawancara dengan guru matematika untuk
mengetahui karakteristik populasi yang ada, serta proses pembelajaran yang
biasa dilakukan guru matematika di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung.
b. Menentukan sampel penelitian. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan
cluster random sampling.
27
c. Menentukan materi yang akan digunakan pada saat penelitian dan waktu
penelitian.
d. Menyusun proposal penelitian.
e. Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen tes untuk kelas eksperimen
dan kelas kontrol.
f. Melakukan validasi dan uji coba instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melaksanakan pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melaksanakan pembelajaran matematika pada kelas eskperimen dengan
menggunakan model discovery learning dan pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol.
c. Melakukan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
3. Tahap Akhir
a. Mengumpulkan data yang diperoleh dari sampel terkait hasil tes kemampuan
awal dan kemampuan akhir kemampuan komunikasi matematis siswa.
b. Mengolah dan menganilisis data hasil penelitian untuk kemudian disimpulkan.
c. Menyusun laporan penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes,
berbentuk tes uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi
matematis siswa.
28
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal kemampuan
komunikasi matematis yang terdiri dari soal pretest dan posttest. Bentuk tes yang
digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian. Materi yang diujikan adalah
pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV). Soal-soal pretest
dan postest yang diberikan disetiap kelas adalah soal yang sama. Sebelum
penyusunan tes kemampuan komunikasi matematis, terlebih dahulu dibuat kisi-
kisi tes yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan
komunikasi matematis beserta penyelesaian dan pedoman penskorannya. Adapun
pedoman pemberian skor kemampuan komunikasi matematis diadaptasi dari
Puspaningtyas (2012) yang disajikan pada Tabel 3.3.
Untuk memperoleh data yang akurat maka tes yang digunakan adalah tes yang
memenuhi kriteria tes yang baik, yaitu validitas tes, reliabilitas, daya pembeda,
dan tingkat kesukaran soal
1. Uji Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini, validitas tes didasarkan pada validitas isi. Validitas isi dari
tes kemampuan komunikasi matematis ini dapat diketahui dengan cara mem-
bandingkan isi yang terkandung dalam tes kemampuan komunikasi matematis
dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Selanjutnya, soal tes di-
konsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mitra. Jika penilaian dosen
pembimbing dan guru mitra soal tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan
indikator kemampuan komunikasi matematis, maka tes tersebut dinyatakan valid.
29
Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan
kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa
dilakukan dengan menggunakan daftar ceklis (√) oleh guru.
Tabel 3.3 Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis
SkorMenggambar(Drawing)
EkspresiMatematika(MathematicalExpression)
Menulis(Written Texts)
0Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahamikonsep sehingga informasi yang diberikan tidak memiliki arti.
1Hanya sedikit darigambar, tabel, ataudiagram yang benar
Hanya sedikit daripendekatan matemati-ka yang benar
Hanya sedikit dari pen-jelasan yang benar
2
Membuat gambar, dia-gram, atau tabel na-mun kurang lengkapdan benar
Membuat pendekatanmatematika dengan be-nar, namun salahdalam mendapatkansolusi
Penjelasan secara Mate-matis masuk akal namunhanya sebagian yanglengkap dan benar
3
Membuat gambar, dia-gram, atau tabel secaralengkap dan benar
Membuat pendekatanmatematika dengan be-nar, kemudian melaku-kan perhitungan ataumendapatkan solusisecara lengkap danbenar
Penjelasan secara ma-tematis tidak tersusunsecara logis atau ter-dapat sedikit kesalahanbahasa
4 Penjelasan secara mate-matis masuk akal danjelas serta tersusunsecara sistematis
SkorTotal
3 3 4
(Diadaptasi dari Puspaningtyas, 2012)
Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan telah
memenuhi validitas isi (Lampiran B.5 dan B.6). Setelah tes tersebut dinyatakan
valid maka soal tes tersebut diujicobakan kepada siswa di luar kelas sampel yaitu
30
kelas IX D. Data yang diperoleh dari hasil uji coba kemudian diolah dengan
menggunakan bantuan Software Microsoft Excel 2010 untuk mengetahui
reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal tes tipe uraian.
Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes kemampuan komunikasi mateamtis
siswa dapat dihitung mengguakan rumus alpha (Sudijono, 2004: 208) sebagai
berikut.
r11 = −1 1 − ∑ S 2S 2Keterangan:r11 = Koefisien reliabilitas tesn = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes∑S 2 = Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir itemS 2 = Varians total skor
Nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan dengan indeks
reliabilitas (Sudijono, 2004: 208) dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Koefisien Reliabilitas
Koefisien relibilitas (r11) Kriteriar11< 0,70 Un-realiabler11>0,70 Reliable
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai
koefisien reliabilitas tes adalah 0,72. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes
yang digunakan memiliki kriteria realiable. Hasil perhitungan reliabilitas tes uji
coba soal dapat dilihat pada lampiran C.2 halaman 156.
31
3. Tingkat Kesukaran
Sudijono (2004: 372) mengatakan bahwa suatu tes dikatakan baik jika memiliki
derajat kesukaran sedang, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Perhitungan
tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus sebagai berikut:
=Keterangan:P = indeks kesukaran item soalNp = Jumlah skor yangberhasil dijawab siswaN = Jumlah siswa yang mengikuti tes
Untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria
indeks kesukaran dari Witherington (Sudijono,2014:373) sebagai berikut:
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran
Nilai InterpretasiTK < 0,25 Sangat Sukar0,25 ≤ TK ≤ 0,75 Cukup (sedang)TK > 0,75 Sangat Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai
tingkat kesukaran tes adalah 0,26 sampai dengan 0,49. Hal ini menunjukkan
bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki tingkat kesukaran yang
terkategori cukup (sedang). Hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal
dapat dilihat pada lampiran C.3 halaman 157.
32
4. Daya Pembeda ( Discrimination Power )
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa
yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah.
Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok
atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah).
Sudijono (2004: 389-390) mengungkapkan menghitung indeks daya pembeda
digunkan rumus:
= − , = =Keterangan :
D : indeks daya pembeda satu butir soal tertentuPA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolahPB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolahBA :banyaknya siswa yang benjawab benar kelompok atas pada butir soal yang
diolahBB : banyaknya siswa yang benjawab benar kelompok bawah pada butir soal yang
diolahJA : Jumlah siswa yang termasuk kelas atasJB : jumlah siswa yang termasuk kelompok bawah
Hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi berdasarkan klasifikasi menurut
Sudijono (2004:1389) yang tertera pada Tabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Daya Pembeda
Nilai Interpretasi-1,00≤DP < 0,00 Sangat Buruk0,00 ≤ DP ≤ 0,19 Buruk0,20 ≤ DP ≤ 0,39 Sedang0,40 ≤ DP ≤ 0,70 Baik0,70 ≤ DP ≤ 1,00 Sangat Baik
33
Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai daya
pembeda tes adalah 0,30 sampai dengan 0,49. Hal ini menunjukkan bahwa
instrumen tes yang diujicobakan memiliki daya pembeda yang sedang dan baik.
Hasil perhitungan daya pembeda uji coba soal dapat dilihat pada lampiran C.3
halaman 157.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal
tes kemampuan komunikasi matematis diperoleh rekapitulasi hasil tes uji coba dan
kesimpulan yang disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Tes Uji Coba
NoSoal
Reliabilitas Daya Pembeda TingkatKesukaran
Kesimpulan
10,72
(Reliabilitastinggi)
0,33 (sedang) 0,4 9 (sedang) Dipakai2a 0,49 (baik) 0,46 (sedang) Dipakai2b 0,49 (baik) 0,31 (sedang) Dipakai2c 0,30 (sedang) 0,28 (sedang) Dipakai3 0.33 (sedang) 0,26 (sedang) Dipakai
Dari Tabel 3.7 terlihat bahwa koefisien reliabilitas soal adalah 0,62 yang berarti
soal memiliki reliabilitas yang tinggi. Daya pembeda untuk soal nomor 2a dan 2b
dikategorikan baik dan untuk nomor soal 1, 2c dan 3 dikategorikan sedang,
sedangkan tingkat kesukaran untuk nomor 1 sampai dengan 3 dikategorikan
sedang, oleh karena itu semua soal sudah valid dan sudah memenuhi kriteria
reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang sudah ditentukan maka soal
tes kemampuan komunikasi matematis yang disusun layak digunakan untuk
mengumpulkan data kemampuan komunikasi matematis.
34
G. Teknik Analisis Data
Setelah kedua sampel diberikan perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari
hasil tes kemampuan awal dan tes kemampuan akhir dianalisis untuk men-
dapatkan skor peningkatan (gain) pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran discovery dan pembelajaran konvensional.
Menurut Hake (1998: 1) besarnya peningkatan dihitung dengan rumus gain
ternormalisasi (normalized gain) yaitu:
= − −Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi dari Hake (1998: 1) seperti pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Interpretasi Hasil Perhitungan Gain
Besarnya Gain Interpretasig > 0,7 Tinggi
0,3 < g ≤ 0,7 Sedangg ≤ 0,3 Rendah
Hasil perhitungan skor gain kemampuan komunikasi matematis siswa se-
lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan C.7 (halaman 162 dan 163).
Dalam penelitian ini analisis data mula-mula dilakukan dengan cara uji normalitas
dan uji homogenitas. Setelah itu barulah dilakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji kesamaan dua rata-rata dan proporsi.
35
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah kedua sampel yang diteliti
berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini
rumusan hipotesis yang digunakan yaitu:
H0 : data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : data gain berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Taraf signifikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah α = 0,05 dan statistik
yang digunakan untuk menghitung uji Chi-Kuadrat dalam Sudjana (2005: 273):
ℎ2 = ( − )2=1Keterangan:2 ∶ harga uji chi-kuadrat ∶ frekuensi yang diharapkan∶ banyaknya pengamatan ∶ frekuensi harapan
Dalam penelitian ini, kriteria pengujian adalah terima H0 jika ≤dengan 2 (1−∝)( −3).
Hasil uji normalitas data penelitian disajikan dalam Tabel 3.9 dan data
selengkapnya lihat pada lampiran C.8 dan C.9 halaman 152-157.
Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Gain Penelitian KemampuanKomunikasi Matematis
Sumber Data Pembelajaran 2ℎ KesimpulanH0
Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa
Discovery 4,381 7,81 DiterimaKonvensional 10,941 7,81 Ditolak
36
Berdasarkan hasil yang diperoleh, langkah selanjutnya tidak perlu dilakukan uji
homogenitas pada data kemampuan komunikasi matematis siswa karena data
sampel tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Hipotesis
Pada uji normalitas data tidak berdistribusi normal, maka pengujian menggunakan
uji non-parametrik Mann-Whitney U atau uji-U.
Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0: 1 = 2, (tidak ada perbedaan median data peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran
Discovery Learning dengan median data peningkatan kemampuan
komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional)H1: 1> 2, (median data peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang menggunakan pembelajaran Discovery Learning lebih
tinggi dari pada median data peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional).
Dalam Humburg (1977: 311), langkah-langkah pengujiannya adalah:
Pertama, skor-skor pada kedua kelompok sampel harus diurutkan dalam peringkat.
Selanjutnya, menghitung nilai statistik uji -U, rumus yang digunakan adalah
sebagai berikut.
= + ( + 1)2 −
37
= + ( + 1)2 −Keterangan:na = jumlah sampel data gain kelas discovery learningnb = jumlah sampel data gain kelas onensional
= jumlah rangking data gain kelas discovery learning= jumlah ranking datagain kelas konvensional
Rumus uji statistik yang digunakan adalah rumus uji statistik yang memiliki nilai
lebih kecil untuk dibandingkan dengan tabel U. Menurut Saleh (1986: 15) jika
1dan 2 keduanya berjumlah ≥ 8, maka nilai statistik U akan mendekati
(dianggap) berdistribusi normal, sehingga perhitungan tes statistiknya :
= − ; = = 2 = ( + + 1)12Keterangan:
= Nilai harapan mean
= Standar deviasi
Statistik U yang digunakan adalah U yang nilainya lebih kecil. Kriteria uji yang
digunakan adalah tolak H0 jika Zhitung > Z tabel dan terima H0 jika sebaliknya.
Dari hasil perhitungan uji normalitas diperoleh bahwa data kemampuan
komunikasi matematis berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
sehingga dilakukan uji non parametrik Mann Whitney U. Diperoleh nilai Zhitung =
-2,10811 dan Z0,5(1-α) = 1,96 dengan α = 0,05. Karena nilai -2,10811< 1,96, maka
H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan median data peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pembelajaran
discovery learning dengan median data peningkatan kemampuan komunikasi
38
matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
discovery learning sama dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada lampiran C.10 halaman 170.
3. Uji Proporsi
Hipotesis penelitian yang kedua berbunyi: “Persentase siswa yang memiliki
kemampuan komunikasi terkategori baik lebih dari 60% dari jumlah siswa yang
mengikuti discovery learning.” Untuk menguji hipotesis bahwa persentase siswa
yang memiliki kemampuan komunikasi matematis terkategori baik di kelas
eksperimen lebih dati 60% dari jumlah siswa maka dilakukan uji proporsi
Menurut Sudjana (2005 : 234) rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : = 0,60 (persentase siswa yang mempunyai kemampuan komunikasi
matematis yang dikategorikan baik sama dengan 60%)
H1 : > 0,60 (persentase siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
matematis yang dikategorikan baik lebih dari 60%)
Data yang diperoleh dari kelas yang mengikuti discovery learning berasal dari
populasi yang berdistribusi normal maka dilakukan uji proporsi dengan rumus:
ℎ = − 0,60,6 (1 − 0,6)
Keterangan:
39
x = banyaknya siswa yang tuntas dengan pembelajaran discovery learningn = banyaknya sampel pada kelas eksperimen0,6 = proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan
Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikan α = 5%, dengan peluang (0,5 - α)
dengan kriteria uji: tolak H0 jika zhitung ≥ z 0,5- α , dimana z 0,5- α didapat dari daftar
normal baku dengan peluang = (0,5- α). Kemudian untuk zhitung < z0,5- α hipotesis
H0 diterima.
Dari hasil perhitungan uji proporsi diperoleh zhitung = -4,738 dan ztabel = 1,6448
dengan α = 0,05. Karena nilai zhitung < ztabel, maka H0 diterima yang berarti bahwa
persentase siswa yang memperoleh nilai serendah-rendahnya 73 (skala 100) pada
siswa yang mengikuti pembelajaran discovery sama dengan 60% dari jumlah
siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persentase siswa yang tuntas belajar dalam
pembelajaran discovery tidak lebih dari 60% dari jumlah siswa. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.11 halaman 176.
52
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran discovery tidak efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi
matematis siswa, karena proporsi siswa yang memiliki kemampuan komunikasi
matematis terkategori baik pada siswa yang mengikuti pembelajaran discovery
belum mencapai proporsi efektif yang diharapkan peneliti, yaitu lebih dari 60%
dari jumlah siswa. Akan tetapi, skor peningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran discovery lebih tinggi daripada
skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
B. Saran
Berdasarkan hasil pada penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukan yaitu:
1. Kepada guru, meskipun discovery learning tidak efektif namun dengan
menerapkan pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematis siswa, oleh karena itu dalam upaya meningkatkan kemampuan
komunikasi matematis siswa, dapat menerapkan model discovery learning
sebagai salah satu alternatif pada pembelajaran matematika dengan pertim-
bangan bahwa guru telah memahami tahap-tahap pada pembelajarn discovery.
53
Khususnya ketika kegiatan diskusi berlangsung, guru harus mengelola kelas
seefektif mungkin agar suasana belajar kondusif.
2. Kepada peneliti lain yang akan melakukan penelitian tentang pembelajaran
discovery disarankan melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lebih
lama agar subjek penelitian terbiasa dengan pembelajaran discovery dan
memperhatikan efisiensi waktu agar proses pembelajaran berjalan secara
optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2013. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013.Bandung: PT Refika Aditama.
Alwi. H. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ansari, B. 2004. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan KomunikasiMatematis Siswa SMU Melalui StrategiThink-Talk-Write. Disertasi PPS UPI:tidak diterbitkan.
Arikunto, Suharsimi. 2004. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Askara.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). (2006). Panduan PenyusunanKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar danMenengah.Jakarta: BSNP.
Depdiknas. 2003. UU NOMOR 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas. Jakarta:Visimedia.
________. 2005. UU NOMOR 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen.Jakarta:Visimedia.
________. 2006. Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: DepartemenPendidikan Nasional.
________. 2013. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Jakarta: Ke-mentrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dimyati dan Mujiono.2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Elangga.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen. 1993. How to Design and EvaluatifResearch in Education. New York: Mcgraw-hill Inc.
55
Hake, Richard R. 1998. Interactive-engagement versus traditional method: A six-thiusand-student survey of mechanics test data for introductory physycscourses. [online]. Tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~sdi/ajpv3i.pdf. (20November 2015).
Hamalik, Oemar. 2004. Perencanaan Pengajaran Matematika BerdasarkanPendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.
Humburg, Morris. 1977. Basic Statistics. New York: Harcourt Brace Jovanovich
Hanafiah, Nanang, dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran CetakanKe-4. Bandung: Refika Aditama.
Istiqomah, N. 2007. Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematikaSiswa SD Negeri Sekaran 2 pada Materi Pokok KPK dan Pecahan denganmenggunakan Pembelajaran KBK bercirikan Penyadayagunaan Alat Peragadan Pendampingan
Khoirunisa, Rahma Dwi. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran ModelDiscovery Learning Untuk Melatih Kemampuan Komunikasi Matematika TulisSiswa di Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Matematika [online]. Diakses dihttp://ejurnal.unesa.ac.id/index,php/mathedunesa/article/view/3895/pdf padatanggal 22 mei 2016.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum2013. Yogyakarta: Kata Pena.
Mulyana, D. 2005. Komunikasi Efektif. Bandung: Rosda
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya.
Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan.Bandung: CV. Alfabeta.
Nasution. 2006. Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar. Jakarta: BumiAksara.
PISA. 2012. National Center For Education Statistics, PISA 2012 Result :http://www.nces.ed.gov/surveys/pisa/pisa2012highlight.asp pada 10 November2015.
Puspaningtyas, Nicky Dwi. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TipeThink Pair Share (Tps) Untuk Meningkatkan Kemampuan KomunikasiMatematis Siswa. Skripsi. Lampung: Unila. Tidak diterbitkan.
56
Qohar, A. (2009). Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi, danKomunikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMP melaluiReciprocal Teaching. Desertasi PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Roestiyah, NK. 1998. Metode Pembelajaran. Jakarta: PT Tarsito
Rohaeti, E. (2003). Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan MetodeImprove untuk meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan KomunikasiMatematik siswa SLTP. Tesis PPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan
Saleh, Samsubar. 1986. Statistik Nonparametrik. Yogyakarta: BPFE-yogyakarta.
Sardiman, A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajawaliPress.
Sari, Lela Komala.2015. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery TerhadapPeningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self Confidence Siswa.Skripsi. Lampung. Unila. Tidak diterbitkan.
Shadiq, Fajar. 2004. Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi.Yogyakarta.
Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Sudirman. 2002. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektifitas Pelayanan.Bandung: Primako Akademika.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: PT Tasito.Edisikeenam.
Sugiyono.2001.Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
Suherman, E, Turmudi, Suryadi D, Herman T, Suhendra, Prabawanto S, Nurjanahdan Rohayati A. 2003. Common Text Book : Strategi PembelajaranMatematika Kontemporer. Bandung: JICA FMIPA UPI.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT RinekaCipta.
Syah,Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:Remaja Rosda Karya.
TIMSS.2011.“International Results in Mathematics”.(online).(http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/downloads/T11_IR_Mathematics_FullBook.pdf. diakses pada tanggal 31 oktober 2015)
57
Wardani, Sari.2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/ MTsUntuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: PusatPengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan tenaga Kependidikan Mtematika
Wardani dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar MatematikaSMP:Belajar dari PISA dan TIMSS.Yogyakarta PPPPTK. [Online] Diakses dihttp://p4-tkmatematika.org/ pada 12 November 2015.
Wicaksono. 2011. Efektivitas Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://agung.smkn1pml.sch.id.
Widjajanti, Bondan D. 2010. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi MatematisMahasiswa Calon Guru Matematika Melalui Strategi Perkuliahan KolaboratifBerbasis Masalah. [Online)]. Diakses dihttp://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131569335/makalah%20knm%20djamilah%20uny.pdf pada tanggal 20 Januari 2016.
Wijayanto, Fajar Ari. 2014. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi MatematikaSiswa SMP Muhammadiyah 2 Purwokerto Melalui Model Pembelajaran Dis-covery Learning. Jurnal Pendidikan Matematika. [online]. Diakses dihttp://eprints.uny.ac.id/7385/1/p-30.pdf. pada tanggal 08 November 2015.
Yonandi. 2011. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SekolahMenengah Atas Melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer.JurnalPendidikan Matematika, Volume 2 Nomor Hlm. 133-146. [online].Diakses di http://jurnal-pmat.webs.com/JURNAL_25072011_Yonandi_ 133_146.docx pada tanggal 10 April 2016.