TESIS BAB I-V
-
Upload
arifuddin-m-saleh -
Category
Documents
-
view
54 -
download
0
Transcript of TESIS BAB I-V
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD
TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP NEGERI 3 BALUSU KABUPATEN BARRU
FAHRUL ISLAM
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Fisika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peserta Didik Kelas VIIIA SMP Negeri 3 Balusu Kabupaten Barru
Nama Mahasiswa : Fahrul Islam
No. Pokok : 10B08015
Program Studi : Pendidikan Fisika
Menyetujui
Komisi Penasihat,
Dr. Kaharuddin Arafah, M.Si Dra. Hj. Nurhayati, M.Pd Ketua Anggota
Mengetahui:
Ketua DirekturProgram Studi Program PascasarjanaPendidikan Fisika Universitas Negeri Makassar
Prof.Dr. H. Muris, M.Si Prof. Dr. Jasruddin, M.SiNIP 19651231 199010 1 001 NIP 19641222 199103 1 002
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pendidikan nasional melalui penerapan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) diharapkan relevan dan kompetitif dalam rangka mewujudkan
tujuan pendidikan nasional. KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun,
dikembangkan, dan dilaksanakan oleh setiap satuan pendidikan untuk mewujudkan
sekolah yang efektif, produktif, dan berprestasi. Penyusunan KTSP dilakukan dengan
memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
SMP Negeri 3 Balusu telah melaksanakan KTSP pada tahun 2006 dengan
melibatkan seluruh komponen sekolah dalam menyusun, mengembangkan, dan
melaksanakan kurikulum pendidikan dasar dan menengah dibawah koordinasi dan
supervisi dinas pendidikan Kabupaten Barru. Dalam pelaksanaan KTSP, guru
merupakan pelaku utama dalam penyusunan, pengembangan, dan pelaksanaan
kurikulum dengan melihat potensi, kelemahan, dan peluang untuk mengoptimalkan
seluruh sumber daya yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru seringkali diperhadapkan dengan
berbagai tantangan, baik berasal dari guru maupun dari peserta didik, berdasarkan
2
pengamatan yang dilakukan pada kelas VIIIA SMP Negeri 3 Balusu, tampak bahwa:
(1) peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran. 30,00% dari jumlah peserta didik
kurang memberikan respon terhadap pertanyaan yang disampaikan guru dan kurang
percaya diri untuk menyampaikan pendapat, mereka cenderung menunggu informasi
dari guru, (2) peserta didik menganggap pelajaran fisika adalah pelajaran yang sulit
dan banyak rumus yang harus dihafal, (3) rendahnya sikap saling menghargai antar
peserta didik, hal ini terlihat dari ungkapan atau kata-kata yang tidak sopan kepada
peserta didik yang salah atau tidak mampu dalam menyelesaikan tugas dengan baik,
(4) rendahnya daya serap peserta didik, hal ini tampak pada rata-rata hasil belajar IPA
Terpadu, berikut ini data hasil belajar IPA Terpadu pada semester ganjil Tahun
Pelajaran 2011-2012.
Tabel 1.1 Hasil belajar IPA Terpadu peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 3 Balusu pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2011-2012.
MateriNilai
TertinggiNilai
TerendahRata-rata KKM
Ketuntasan Klasikal
SK 1SK 2SK 3SK 4
83808385
55606060
67,468,566,768,0
65656666
77,50 %78,00 %75,00 %75,25 %
Rata-rata 82,75 58,75 67,65 65,5 76,43 %Sumber : Bagian Pengelola Nilai SMP Negeri 3 Balusu
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik sebelum diadakan
remedial rata-rata di bawah batas kriteria ketuntasan minimal dan ketuntasan secara
klasikal belum mencapai kriteria yang dipersyaratkan yakni 85%. Salah satu
penyebabnya mungkin karena proses pembelajaran yang masih terpusat pada guru
3
(teacher centered), metode pembelajaran yang didominasi ekspositori dan pendekatan
yang lebih banyak bersifat tekstual. Meskipun model pembelajaran kelompok pernah
diterapkan namun usaha tersebut belum menunjukkan ciri pembelajaran kooperatif,
hal ini terlihat dimana tanggung jawab terhadap tugas hanya dilakukan oleh seorang
anggota kelompok (peserta didik dengan kemampuan tinggi) sedangkan anggota
kelompok yang lain hanya menunggu dan menyalin tugas tersebut. Pada sisi yang lain
peserta didik dengan kemampuan baik belum mampu membimbing anggota
kelompoknya dalam memahami materi pembelajaran sehingga hasil belajar peserta
didik belum maksimal.
Tujuan pembelajaran IPA adalah penguasaan konsep, keterampilan proses,
dan keterampilan sosial, sehingga dalam pembelajarannya harus mempertimbangkan
strategi atau metode pembelajaran yang efektif dan efisien, salah satunya adalah
kegiatan eksperimen. Melalui kegiatan eksperimen peserta didik dapat melakukan
olah pikir (minds on) dan olah tangan (hand on). Kegiatan eksperimen dalam
pembelajaran mempunyai peran motivasi dalam belajar, memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengembangkan sejumlah keterampilan dan meningkatkan
kualitas belajarnya.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen terhadap peserta
didik kelas VIIIA pada proses pembelajaran fisika semester genap. Metode
pembelajaran ini nampaknya sesuai dengan karakteristik peserta didik SMP Negeri 3
4
Balusu dan merupakan model pembelajaran yang unggul dalam meningkatkan
aktivitas belajar, berpikir kreatif, menumbuhkan kemampuan kerjasama, dan saling
menghargai antar peserta didik, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan hasil
belajar fisika. Hal itulah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian
dengan judul “ Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika melalui pembelajaran
kooperatif tipe STAD terhadap peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 3 Balusu
Kabupaten Barru”. Diharapkan peserta didik dapat menguasai konsep dan
keterampilan proses sains serta memiliki keterampilan sosial yang baik serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan metode eksperimen yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan
hasil belajar peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 3 Balusu tahun
pelajaran 2011/2012?
2. Apakah terjadi peningkatkan aktivitas belajar fisika peserta didik kelas
VIIIA SMP Negeri 3 Balusu tahun pelajaran 2011/2012 setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen?
5
3. Apakah terjadi peningkatkan hasil belajar fisika peserta didik kelas VIIIA
SMP Negeri 3 Balusu tahun pelajaran 2011/2012 setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah :
1. Diperoleh gambaran tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan metode eksperimen pada peserta didik kelas VIIIA SMP
Negeri 3 Balusu.
2. Meningkatkan aktivitas belajar fisika terhadap peserta didik kelas VIIIA
SMP Negeri 3 Balusu.
3. Meningkatkan hasil belajar fisika terhadap peserta didik kelas VIIIA SMP
Negeri 3 Balusu.
D. Manfaat Penelitian
Setelah pelaksanaan penelitian dengan mengidentifikasi masalah yang timbul
serta penyelesaian masalah yang dihadapi, maka diharapkan penelitian ini
memberikan manfaat, sebagai berikut:
6
1. Bagi peserta didik
1) Menjadi lebih aktif dalam belajar fisika karena mereka mengalami apa
yang dipelajari bukan mengetahuinya dari informasi yang diberikan
oleh guru.
2) Menghilangkan anggapan bahwa pelajaran fisika adalah pelajaran
yang sulit dipelajari dengan banyaknya rumus yang harus dihapal.
3) Rasa ingin tahu terhadap pelajaran fisika yang tinggi, karena peserta
didik memiliki pandangan positif bahwa pelajaran fisika dapat
memecahkan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-
hari.
4) Dapat dijadikan sebagai pengalaman bagi peserta didik mengenai
adanya kebebasan belajar secara aktif dan kreatif sesuai dengan
perkembangan berpikirnya.
5) Menumbuhkan sikap saling menghargai antar peserta didik.
6) Membangun kerja sama untuk saling membantu dalam mencapai
tujuan belajar.
2. Bagi guru
1) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih
dan melaksanakan model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran.
2) Memacu guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam melaksanakan
pembelajaran.
7
3. Bagi sekolah
1) Sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah dalam meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui strategi pembelajaran kooperatif tipe
STAD sehingga dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain,
khususnya pada topik pembelajaran yang tepat.
2) Sebagai referensi bagi guru fisika yang lain.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
1. Belajar
Beberapa ahli mendefinisikan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata
lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi
antara stimulus dan respon. Seorang dikatakan telah belajar jika pada dirinya terjadi
suatu perubahan sikap dan tingkah laku. Belajar dapat pula diartikan sebagai
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena
pertumbuhan dan perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Sudjana, dkk. (2002:28) mengatakan bahwa belajar adalah proses yang aktif,
belajar adalah mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar
adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman. Belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu.
Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak
disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada
diri pebelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap berupa
pengetahuan, pemahaman, dan kebiasaan yang baru diperoleh individu. Sedangkan
9
pengalaman merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sebagai sumber
belajarnya, sejalan dengan itu, Ibrahim, dkk (2000) mengungkapkan bahwa belajar
berdasarkan pengalaman akan memberikan sumbangan berupa wawasan, pemahaman
dan teknik-teknik yang sulit untuk dipaparkan kepada seseorang yang tidak memiliki
pengalaman serupa.
Lebih sederhana, belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap
dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham atau lebih paham, dari
kurang terampil menjadi terampil atau lebih terampil, dan dari kebiasaan lama
menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu
sendiri.
2. Pembelajaran
Pembelajaran yang diungkapkan oleh Riyanto (2009) adalah upaya
membelajarkan peserta didik untuk belajar. Kegiatan ini melibatkan peserta didik
untuk mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan efisien. Subjek pembelajaran
adalah peserta didik. Dalam proses pembelajaran guru menyediakan fasilitas belajar
bagi peserta didik untuk mempelajarinya dan pembelajaran berpusat pada peserta
didik (Suprijono, 2009).
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dengan peserta
didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi yang intens dan terarah menuju
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Darsono (2000), pembelajaran
merupakan proses yang direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem dengan
10
menggunakan metode dan teknik tertentu dalam memacu interaksi peserta didik
dengan lingkungan belajar yang sudah diatur sehingga memperlihatkan hasil dan
proses yang seimbang.
Mulyasa (2002:149 ) Pembelajaran yang efektif ditandai oleh sifatnya yang
menekankan pada pemberdayaan peserta didik secara aktif, pembelajaran bukan
sekedar memorasi dan recall, bukan pula sekedar penekanan pada penguasaan
pengetahuan tentang apa yang diajarkan, tetapi lebih menekankan pada internalisasi
tentang apa yang diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani
dan dihayati serta dipraktekkan dalam kehidupan oleh peserta didik.
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis
bagi peserta didik. Lebih dari itu pembelajaran efektif menekankan pada bagaimana
agar peserta didik mampu belajar cara belajar (learning how to learn).
3. Prinsip Pembelajaran
Beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam pembelajaran menurut
Depdiknas (2002b:59) adalah :
1) Pembelajaran berpusat pada peserta didik, peserta didik memiliki perbedaan satu
sama lain. Peserta didik berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan,
pengalaman dan cara belajar, oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi
kelas, materi pembelajaran, waktu belajar, alat, dan media belajar, serta cara
penilaian perlu beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik.
11
2) Belajar dengan melakukan, pembelajaran perlu memberikan pengalaman nyata
dalam kehidupan sehari-hari dan pada dunia kerja yang terkait dengan penerapan
konsep, kaidah, dan prinsip disiplin ilmu yang dipelajari.
3) Mengembangkan kemampuan sosial, peserta didik akan lebih mudah
membangun pemahaman apabila dapat mengkomunikasikan gagasannya dengan
peserta didik lain atau guru. Dengan kata lain peserta membangun pemahaman
melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya (teman dan guru). Interaksi
memungkinkan terjadinya perbaikan terhadap pemahaman peserta didik melalui
diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan.
4) Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan. Peserta didik
dilahirkan dengan memiliki rasa ingin tahu, imajinasi, fitrah ber-Tuhan, hal ini
merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, kreatif, dan
bertaqwa kepada Tuhan.
5) Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah. Peserta didik memerlukan
keterampilan pemecahan masalah agar berhasil dalam kehidupannya. Dalam
pembelajaran hendaknya dipilih dan dirancang agar mampu mendorong dan
melatih peserta didik untuk mampu mengidentifikasi masalah dan memecahkan
masalah dengan menggunakan kemampuan kognitif, afektif, dan Psikomotorik.
6) Mengembangkan kreatifitas peserta didik, peserta didik memiliki potensi yang
berbeda. Perbedaan itu terlihat pada pola pikir, daya imajinasi, daya fantasi, dan
hasil karyanya. Sehingga dalam pembelajaran perlu dirancang agar memberikan
12
kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan untuk
mengembangkan dan mengoptimalkan kreatifitas peserta didik.
7) Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peserta didik perlu mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini, dengan
demikian dalam pembelajaran memberikan peluang agar peserta didik
memperoleh informasi dari multi media dalam penyajian materi dan penggunaan
media pembelajaran.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
Artzt & Newman (1990) dalam Trianto (2009:56) menyatakan bahwa dalam
pembelajaran kooperatif peserta didik belajar bersama sebagai suatu tim dalam
menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Tujuan
dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua
peserta didik untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan
belajar.
Demikian pula menurut Eggen & Kauchak (1996) dalam Trianto(2009:58)
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran
yang melibatkan peserta didik bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan
bersama.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis, model
pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan
13
temannya. Peserta didik secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan
kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Ibrahim, dkk (2000:9) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif sangat
tepat digunakan untuk melatihkan keterampilan-keterampilan kerja sama dan
kolaborasi, serta keterampilan-keterampilan tanya jawab. Manfaat penerapan belajar
kooperatif adalah dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud
input pada level individual, di samping itu pembelajaran kooperatif dapat
mengembangkan solidaritas sosial di kalangan peserta didik. Dengan pembelajaran
kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi
akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas yang kuat.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan
partisipasi peserta didik, memfasilitasi peserta didik dengan pengalaman sikap
kepemimpinan, dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama dengan
peserta didik yang memiliki latar belakang yang berbeda.
Unsur penting dalam pembelajaran kooperatif menurut Johnson & Johnson
dan Sutton (Trianto, 2009:60) terdiri atas lima unsur penting yaitu:
1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antar peserta didik. Peserta didik
merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dan
terikat satu sama lain. Seorang peserta didik tidak akan sukses kecuali semua
anggota kelompoknya juga sukses. Peserta didik akan merasa bahwa dirinya
14
merupakan bagian dari kelompok yang juga mempunyai andil terhadap
kesuksesan kelompok.
2. Interaksi antar peserta didik yang semakin meningkat. Seorang peserta didik akan
membantu peserta didik lain untuk sukses sebagai anggota kelompok. Saling
memberikan bantuan yang akan berlangsung secara alamiah karena kegagalan
seseorang dalam kelompok mempengaruhi kesuksesan kelompok. Interaksi yang
terjadi dalam pembelajaran kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide
mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
3. Tanggung jawab individual. Tanggung jawab individual dapat berupa tanggung
jawab peserta didik dalam hal: (a) membantu peserta didik yang membutuhkan
bantuan dan (b) peserta didik tidak hanya sekedar membonceng pada hasil kerja
teman jawab dan teman sekelompoknya.
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam pembelajaran kooperatif,
selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang peserta didik
dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan peserta didik lain dalam
kelompoknya. Bagaimana peserta didik bersikap sebagai anggota kelompok dan
menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus.
5. Proses kelompok. Pembelajaran kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses
kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan
bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan
kerja yang baik.
15
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung beberapa prinsip-prinsip yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari pembelajaran
kooperatif menurut Slavin (1994), adalah sebagai berikut:
1. Penghargaan kelompok yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria
yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung
pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus
dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota
kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa peserta didik telah
membantu kelompoknya dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal
ini memastikan bahwa peserta didik berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi
semua anggota kelompok sangat bernilai.
Implikasi model pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan tingkah laku
kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar peserta didik dan dapat
mengembangkan kemampuan akademis peserta didik. (Ibrahim, dkk,2000). Peserta
didik belajar lebih banyak dan bermakna dari teman mereka dalam pembelajaran
kooperatif dari pada informasi yang berasal dari guru. Demikian pula oleh
Ratumanan (2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam pembelajaran
kooperatif dapat memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
16
intelektual peserta didik. Menurut Kardi & Nur (2000) dalam Trianto (2009:62)
pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan
etnis dalam kelas multibudaya dan memperbaiki hubungan antar peserta didik normal
dan peserta didik penyandang cacat.
Beberapa model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai tipe, antara lain
sebagai berikut:
1. STAD (Student Teams Achievement Division). Dalam STAD peserta didik
ditempatkan dalam tim-tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang
heterogen, dengan kekhasan adanya penghargaan kepada peserta didik
atau kelompok yang berprestasi.
2. TGT (Teams Games Tournament). Pada model pembelajaran ini peserta
didik memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk
memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka.
3. Jigsaw. Peserta didik dikelompokan ke dalam tim beranggotakan enam
orang yang mempelajari materi yang dibagi menjadi beberapa sub bab
kemudian anggota dari tim yang berbeda bertemu dalam kelompok ahli
dan saling bertukar informasi, setiap anggota kelompok ahli setelah
kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.
4. Number Head Together (NHT) merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi peserta didik dan
sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, tahapan dalam NHT
17
mencakup: penomoran, mengajukan pertanyaan, berpikir bersama, dan
menjawab.
C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
1. Pengertian
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, sehingga peserta didik dapat mengkoordinasikan
diri dan teman sekelompok mereka dalam melakukan pembelajaran. Tipe STAD
dikembangkan oleh Robert E. Slavin dari Universitas John Hopkins. Pembelajaran
kooperatif tipe STAD menempatkan peserta didik dalam belajar secara kelompok
yang beranggotakan empat atau lima orang secara heterogen berdasarkan kemampuan
(prestasi), jenis kelamin, dan etnik. Setelah guru menyajikan bahan pelajaran
diharapkan seluruh peserta didik menguasai pelajaran tersebut. Melalui diskusi
kelompok peserta didik yang belum menguasai bahan pelajaran dibantu oleh teman
yang telah paham sehingga tercipta interaksi positif dan kerjasama. Setelah
melakukan kegiatan diskusi setiap anggota kelompok akan diberikan ujian atau kuis
secara individu. Skor yang diperoleh dari masing-masing anggota kelompok akan
dikumpulkan untuk memperoleh skor kelompok, sehingga untuk mendapatkan
penghargaan, setiap anggota kelompok harus berkontribusi positif bagi kelompoknya.
Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD peserta didik belajar dan
membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerjasama setiap
anggota kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam pembelajaran
18
ini peserta didik dilatih untuk bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap tugas
mereka dan guru memiliki peran sebagai fasilitator dan mengarahkan jalannya proses
belajar serta memberikan penghargaan kepada individu dan kelompok.
2. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang
sederhana, guru yang menggunakan model pembelajaran dalam menyampaikan bahan
pelajaran melalui penyajian verbal maupun tertulis. Langkah-langkah pembelajaran
tipe STAD adalah sebagai berikut:
1) Guru menyampaikan materi pelajaran
2) Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok belajar dengan anggota
kelompok yang heterogen, baik jenis kelamin, kemampuan (prestasi),dan
etnik.
3) Guru membagikan bahan pada masing-masing kelompok dengan
menggunakan lembar kerja dan setiap anggota kelompok mendiskusikan
bahan yang telah mereka peroleh.
4) Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas.
5) Diskusi kelas dilakukan untuk mendapatkan tanggapan dari kelompok
yang lain tentang bahan yang telah dipresentasikan dan guru memberikan
tanggapan dan penegasan.
6) Setiap kelompok diberi skor atas penguasaan bahan pelajaran baik secara
individual maupun kelompok.
19
7) Individu atau kelompok yang meraih prestasi atau skor yang sempurna
diberikan penghargaan.
3. Peranan guru dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
Pembelajaran kooperatif mendorong terciptanya interaksi positif dan
persaingan yang sehat antar peserta didik. Dalam pembelajaran kooperatif peserta
didik belajar bersama dan saling membantu satu sama lain. Untuk menjaga agar
pembelajaran tetap kondusif dan konstruktif peranan guru sangatlah penting, kegiatan
dan peranan guru dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:
1) Menyampaikan seluruh tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
memotivasi peserta didik agar terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
2) Menyajikan informasi kepada peserta didik yang menarik dan interaktif
3) Mengelompokkan peserta didik secara heterogen dan membantu
kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.
4) Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas.
5) Melakukan penilaian melalui tes kepada individu dan kelompok terhadap
bahan pelajaran.
6) Memberikan apresiasi baik berupa penghargaan dan motivasi kepada
individu dan kelompok.
20
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhkan persiapan dan
perencanaan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan
dan perencanaan tersebut meliputi:
1) Perangkat pembelajaran, sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
perlu dipersiapkan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang
diperlukan dalam mengelola proses pembelajaran terdiri atas silabus
pembelajaran, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar kerja peserta
didik, instrumen penilaian (tes hasil belajar dan lembar observasi) dan
lembar analisis tes hasil belajar.
2) Membentuk kelompok kooperatif, semua kelompok yang terbentuk
homogen dimana masing-masing anggota kelompok heterogen
berdasarkan kemampuan (prestasi), jenis kelamin, dan etnik. Teknik
pembentukan kelompok meliputi: (1) membuat urutan atau ranking
berdasarkan kemampuan (prestasi) dalam pelajaran fisika.
(2) mengelompokkan urutan tersebut ke dalam tiga kelompok yakni
kelompok atas, kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok
atas dan kelompok bawah masing-masing sebanyak 25% dari seluruh
jumlah peserta didik. Jika dalam pengelompokan terdapat kelompok yang
homogen berdasarkan jenis kelamin maka kelompok tersebut dapat diatur
ulang.
3) Menentukan skor awal peserta didik. Skor awal diperoleh pada nilai
ulangan sebelumnya, skor awal dapat berubah setelah dilakukan kuis atau
21
tes, maka hasil tes tersebut menjadi skor awal bagi masing-masing peserta
didik.
4) Membangun tim, sebelum memulai program pembelajaran akan sangat
baik jika memulai dengan latihan pembentukan tim untuk memberi
kesempatan kepada anggota tim untuk melakukan sesuatu yang
menyenangkan dan untuk saling mengenal satu sama lain.
5) Kerja kelompok. Dalam kerja kelompok terjadi kerjasama antar anggota
kelompok dalam membahas bahan pelajaran sehingga seluruh anggota
kelompok dapat memahami dan berkontribusi aktif dalam kelompoknya.
6) Tes, diberikan kepada masing-masing individu untuk mengetahui tingkat
penguasaan materi dan menjadi acuan skor kemajuan individu.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD didasarkan pada langkah-
langkah kooperatif yang terdiri atas enam fase yaitu: (1) fase menyampaikan tujuan
dan memotivasi peserta didik, (2) menyajikan informasi, (3) mengorganisasikan
peserta didik dalam kelompok belajar, (4) membimbing kelompok bekerja dan
belajar, (5) evaluasi, dan (6) memberikan penghargaan. Fase-fase dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD selengkapnya disajikan dalam Tabel 2.1
22
Tabel 2.1 Sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD
Fase Tingkah laku guru
Fase 1Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
Fase-2Menyajikan informasi
Fase-3 Mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar
Fase-4Membimbing kelompok bekerja dan belajar.
Fase-5Evaluasi
Fase-6Memberikan penghargaan
Menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi peserta didik, dan mengaitkan pelajaran yang akan berlangsung dengan pelajaran yang lalu.
Menyajikan informasi kepada peserta didik dengan jalan demonstrasi atau melalui bacaan.
Menjelaskan cara membentuk kelompok belajar dan mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar dimana setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang yang heterogen.
Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas dan dalam hal menggunakan keterampilan kooperatif. Setiap kelompok diberikan tugas untuk didiskusikan dan membimbing kelompok yang mengalami kesulitan saat diskusi dalam kelompoknya.
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok menyajikan hasil kerjanya.
Memberikan penghargaan pada peserta didik yang berprestasi untuk menghargai upaya dan hasil belajar individu dan kelompok dimana penghargaan ini bertujuan untuk memotivasi belajar peserta didik.
4.
Sumber : Khaeruddin,2009
23
4. Penghargaan Kelompok
Penghargaan atau rekognisi adalah ciri khas dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD, penghargaan ini dapat berupa sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya
yang diberikan kepada kelompok dengan skor tertinggi setelah mereka melakukan
kuis. Penghargaan ini membuat hubungan yang jelas antara melakukan tugas dengan
baik dan menerima penghargaan, pada akhirnya akan meningkatkan motivasi mereka
untuk melakukan yang terbaik. Setiap kelompok memperoleh skor berdasarkan skor
kemajuan dari setiap anggota kelompok sehingga skor kelompok sangat dipengaruhi
oleh skor kemajuan setiap anggota kelompok bukan dari skor awal.
a. Menentukan skor individu
Menurut Slavin (dalam Ibrahim,dkk. 2000) untuk memberikan skor kemajuan
individu berdasarkan tingkat di mana skor kuis mereka melampui skor awal masing-
masing peserta didik, kriteria penentuan skor kemajuan peserta didik ditentukan
seperti pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Penentuan Skor Kemajuan
Skor Kuis Skor Kemajuan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 10 – 1 poin di bawah skor awalSkor awal sampai 10 poin di atas skor awalLebih dari 10 poin di atas skor awalKertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal)
010203030
Tujuan utama dari sistem skor kemajuan adalah memberikan kepada semua
individu skor dasar untuk bisa dilampaui dan memiliki kesempatan yang sama untuk
24
sukses jika mereka bisa melakukan yang terbaik dalam bidang akademik. Sistem skor
kemajuan sifatnya adil karena tiap orang hanya berkompetisi dengan dirinya sendiri,
berusaha untuk meningkatkan kinerja mereka dan terlepas dari apa yang dilakukan
oleh peserta didik lain di kelas tersebut.
b. Menghitung skor kelompok
Ratumanan (Trianto,2009:72) mengemukakan bahwa skor kelompok dihitung
dengan membuat rata-rata skor kemajuan anggota kelompok, yaitu dengan
menjumlahkan semua skor kemajuan yang diperoleh anggota kelompok dibagi
dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor kemajuan diperoleh
kategori skor kelompok seperti tercantum pada tabel 2.3.
Tabel 2.3 Tingkat Penghargaan Kelompok
Rata-rata kelompok Predikat
0 ≤ x ≤ 5
5 ˂ x ≤ 15
15 ˂ x ≤ 25
25 ˂ x ≤ 30
-
Tim Baik
Tim Hebat
Tim Super
Kriteria ini merupakan satu rangkaian sehingga untuk menjadi tim hebat
sebagian besar anggota tim harus memiliki skor di atas skor awal mereka dan untuk
menjadi tim super sebagaian besar anggota tim harus memiliki setidaknya dua puluh
poin di atas skor dasar mereka, penentuan kriteria skor kelompok ini dapat diubah.
Semua tim atau kelompok dapat meraih penghargaan dan tim bukannya berkompetisi
25
antara satu sama lain. Pemberian penghargaan kepada setiap kelompok dapat
menyenangkan seluruh peserta didik atas prestasi yang mereka buat dan hasil kerja
sama yang solid pada masing-masing kelompok.
D. Metode Eksperimen
Metode diartikan sebagai jalan atau cara terbaik yang ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan. Memilih metode pembelajaran didasarkan pada keefektifan
penggunaannya, sebelum menetapkan metode yang akan digunakan perlu
dipertimbangkan kelebihan dan kelemahannya dibandingkan dengan metode yang
lain. Menurut Hamid (2009) memilih metode mengajar yang paling tepat harus
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: (1) keadaan peserta didik yang
mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, dan perbedaan-
perbedaan dari individu-individu. (2) mempertimbangkan tujuan pembelajaran yang
hendak dicapai, (3) mempertimbangkan situasi kelas dan lingkungan sekitar, (4)
mempertimbangkan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah yang dapat
menunjang ketercapaian tujuan pembelajatan, (5) mempertimbangkan kemampuan
guru dan jenis metode yang diterapkan, dan (6) sifat dalam pengajaran.
Sedangkan menurut Zainal (2008) faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
memilih metode adalah: (1) Faktor manusia, (2) Faktor tujuan
pembelajaran/kompetensi, (3) Faktor materi pelajaran, (4) Faktor waktu dan peralatan
yang tersedia, dan (5) Faktor instruksional dan efek penyerta.
26
Salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran adalah metode
eksperiman. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2010:84) metode eksperimen adalah
cara penyajian pelajaran dimana peserta didik melakukan, mengalami, dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari, lebih lanjut memaparkan bahwa metode
eksperimen adalah keadaan dimana peserta didik diberi kesempatan untuk mengalami
dan melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau
proses sesuatu, dengan demikian peserta didik dituntut untuk mengalami sendiri,
mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik
kesimpulan atau proses yang dialaminya.
Dimyati & Mudjiono (2009:150) menyatakan bahwa bereksperimen diartikan
sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber
dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi
yang menerima atau menolak ide itu. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
metode eksperimen menuntut peserta didik untuk melakukan, mengalami, mencari
suatu hukum, dan menarik kesimpulan atas proses yang telah mereka alami sehingga
memungkinkan peserta didik lebik aktif, kreatif, dan bertanggung jawab.
Kelebihan-kelebihan metode eksperimen antara lain;
1. Menumbuhkan rasa percaya diri atas kesimpulan atau kebenaran
berdasarkan percobaan yang dilakukannya sendiri dibandingkan
penyampaian informasi dari guru atau hasil bacaan.
2. Mengembangkan sikap eksploratoris tentang sains dan teknologi yang
merupakan salah satu sikap seorang ilmuan sehingga peserta didik mampu
27
membuat terobosan-terobosan baru dari percobaannya untuk dimanfaatkan
dalam kehidupan sehari-hari.
3. Metode ini didukung oleh metode azas-azas didaktik modern seperti
peserta didik mengalami sendiri proses kejadian, mempunyai pengalaman
yang bersifat objektif dan realistis, mengembangkan sikap berpikir ilmiah
dan hasil belajar tahan lama.
E. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Dengan metode Eksperimen
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual memberikan
peserta didik bukan hanya berupa konsep namun lebih jauh mengantarkan peserta
didik untuk memahami proses yang terjadi dalam perumusan konsep tersebut. Salah
satu metode dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika adalah metode eksperimen,
Tabel 2.2 berikut ini menjelaskan langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan metode eksperimen.
Tabel 2.4 Sintaks pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen
Fase Tingkah laku guru
Fase 1Menyampaikan tujuan dan memotivasi peserta didik
Fase 2Menyajikan informasi
Menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi peserta didik, mengkaitkan pelajaran sekarang dengan pelajaran terdahulu.
Menyajikan informasi kepada peserta didik tentang eksperimen/percobaan yang akan dilaksanakan.
28
Fase 3Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar
Fase 4Membimbing kelompok belajar dan bekerja
Fase 5Evaluasi
Fase 6 Memberikan penghargaan
Menjelaskan kepada peserta didik cara membentuk kelompok belajar dan mengorganisasikan peserta didik ke dalam beberapa kelompok (setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang dan heterogen).
Membimbing dan mengarahkan kelompok-kelompok belajar pada saat melakukan eksperimen dan mengerjakan tugas
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari atau meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil kerjanya kemudian dilanjutkan dengan diskusi.
Memberikan penghargaan kepada peserta didik yang berprestasi untuk menghargai upaya dan hasil belajarnya baik secara individu maupun kelompok.
Sumber : Muh Ilyas, 2010
F. Aktivitas Belajar Peserta Didik
Aktivitas peserta didik adalah tingkah laku yang dilakukan oleh peserta didik
di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas peserta didik selama proses
pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi peserta
didik untuk belajar. Aktivitas belajar peserta didik dapat berupa bertanya,
mengajukan pendapat, melakukan percobaan, berdiskusi, mengerjakan tugas, bekerja
sama, dan bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan. Jenis aktivitas tersebut
sangat menunjang berlangsungnya proses pembelajaran yang kondusif dan
29
menyenangkan, namun terdapat pula beberapa aktivitas peserta didik yang
menghambat proses pembelajaran seperti bermain, membuat kegaduhan,
mengganggu teman, dan berdiskusi tentang hal yang tidak berkaitan dengan materi
pelajaran. Agar pembelajaran tetap berjalan sebagaimana mestinya peran guru sangat
menentukan, guru harus selalu mengontrol dan membangkitkan motivasi peserta
didik sehingga aktivitas peserta didik dapat terfokus ke dalam aktivitas belajar.
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada aktivitas belajar
peserta didik. Paul D. Dierch (dalam Hamalik, 2001) membagi aktivitas kegiatan
belajar dalam 8 kelompok yang intisarinya adalah: (1) Kegiatan visual seperti
melihat, mengamati, dan membaca. (2) Kegiatan lisan seperti mengemukakan
pendapat, pertanyaan, dan ide (3) Kegiatan mendengarkan seperti mendengarkan,
ceramah dan diskusi. (4) Kegiatan menulis seperti menulis laporan, mengerjakan
LKS, atau tes. (5) Kegiatan menggambar seperti membuat grafik, diagram, dan peta.
(6) Kegiatan metrik seperti melakukan eksperimen, demonstrasi, dan membuat
model. (7) Kegiatan mental seperti mengingat, memahami, menganalisis, dan
membuat kesimpulan, dan (8) Kegiatan emosional seperti berminat, tenang, dan
berani mengungkapkan ide.
Dalam hal semangat untuk belajar kadang semangat belajar peserta didik
tinggi tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian antara lain
kenyataan yang sering dijumpai pada setiap peserta didik dalam pembelajaran. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala sesuatu yang
30
dilakukan oleh peserta didik di kelas selama proses pembelajaran berlangsung untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Untuk mendapatkan data tentang aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
diperlukan indikator. Melalui indikator tersebut dapat dilihat aktivitas mana yang
muncul dalam proses pembelajaran berdasarkan apa yang dirancang oleh peneliti.
Oleh Trianto (2009) aktivitas yang dimaksud adalah aktivitas dengan indikator: (1)
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, (2) berdiskusi/tanya jawab antara
peserta didik dengan peserta didik atau dengan peserta didik dengan guru tentang
materi pelajaran, (3) membaca/mengerjakan LKS/materi ajar, (4) mengerjakan tugas-
tugas yang kontekstual dan relevan,(5) bekerja sama dengan peserta didik, (6) berlatih
melakukan keterampilan proses, (7) menyajikan hasil pengamatan/percobaan, (8)
menyimpulkan hasil pengamatan/percobaan, (9) mencatat materi yang telah dipelajari
baik berupa ringkasan maupun dalam bentuk peta konsep.
G. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar merupakan usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan seluruh
aspek potensi kemanusiaan manusia. Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi, abilitas, dan keterampilan. Hasil belajar bukan hanya suatu penguasaan
hasil latihan saja, melainkan perubahan perilaku. Indikator keberhasilan belajar
adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada pebelajar, misalnya dari tidak tahu
31
menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan dari tidak terampil menjadi
terampil atau lebih terampil. Perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat
berbentuk: (1) informasi verbal, (2) kecakapan intelektual, (3) kecakapan individu
untuk melakukan, pengendalian, dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya, (4)
kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang dilakukan, (5) kecakapan
motorik.
Surya (2004) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam: (1)
kebiasaan, (2) keterampilan berupa koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang
tinggi, (3) pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan terhadap indera sehingga peserta didik mencapai pengertian yang benar,
(4) berfikir asosiatif, (5) berfikir rasional dan kritis, (6) sikap, (7) inhibisi yakni
menghindari hal yang mubazir, (8) apresiasi, dan (9) perilaku afektif yakni perilaku
yang bersangkutan dengan perasaan, takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang,
benci dan sebagainya.
Sedangkan menurut Hamalik (2001:155) menyatakan bahwa hasil belajar
tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang dapat
diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perubahan tersebut dapat diartikan dengan terjadinya peningkatan dan pengembangan
yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Hal senada diungkapkan oleh Sudjana
(1995:22) hasil belajar sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik
setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Oleh Sanjaya (2005:27) mengemukakan
32
bahwa hasil belajar merupakan gambaran kemampuan peserta didik dalam memenuhi
suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk penguasaan
materi pelajaran yang ditetapkan dalam kurikulum dan diajarkan kepada peserta didik
melalui suatu kegiatan pembelajaran. Sedang klasifikasi hasil belajar dari Bloom
yang dikenal dengan sebutan taksonomi Bloom, meliputi domain kognitif, afektif,
dan psikomotor.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual terdiri atas 6 aspek
yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan
evaluasi. Selanjutnya, Bloom menyebut jenjang yang paling rendah sebagai
pengetahuan sementara kemampuan berpikir yang lebih tinggi diklasifikasikan ke
dalam lima jenjang berpikir yang makin lama makin lebih kompleks yakni
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Ranah afektif oleh Krathwohl,1974 (dalam Sudiyono, 2003:54) berkenaan
dengan sikap terdiri atas lima aspek yaitu (1) receiving, (2) responding, (3) valuing,
(4) organization, (5) characterization by a value or value complex.
Receiving adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus)
dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-
lain. Responding mengandung arti adanya partisipasi aktif atau kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mengikutsertakan dirinya secara aktif dalam fenomena
tertentu dan membuat reaksi terhadapnya. Valuing adalah memberikan nilai atau
memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek, sehingga apabila
33
kegiatan tersebut tidak dilaksanakan akan menimbulkan penyesalan dan kerugian.
Organization artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru
yang lebig universal yang membawa kepada perbaikan umum. characterization by a
value or value complex yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson, 1956 (dalam Sudiyono,
2003:56) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan dan kemampuan bertindak individu.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika dalam
penelitian ini adalah tingkat penguasaan terhadap materi fisika pada ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik sebagai hasil dari pembelajaran fisika selama kurun waktu
tertentu.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Sebagai suatu aktivitas, belajar dan hasil belajar dipengaruhi oleh sejumlah
faktor. Dalam upaya untuk mengefektifkan proses belajar, faktor-faktor tersebut perlu
dikenali. Suryabarata sebagaimana dikutip Mappasoro (2008:9) membagi faktor-
faktor tersebut dalam dua bagian yaitu:
34
a. Faktor intern, terdiri atas:
1. Faktor fisiologis-organis yang meliputi: keadaan fisiologis pada umumnya
seperti sehat tidaknya jasmani peserta didik.
2. Faktor psikologis, antara lain (1) kematangan belajar, (2) kumpulan persepsi
dan pengertian dasar, (3) kemampuan belajar, (4) minat dan perhatian, (5)
motivasi.
b. Faktor ekstern, terdiri atas:
1. Faktor lingkungan belajar, meliputi: (1) lingkungan yang bersifat alami atau
non-sosial, seperti cuaca, suhu, dan lain-lain, (2) lingkungan sosial yang
berkaitan dengan hubungan antar manusia.
2. Faktor instrumental yaitu faktor-faktor yang pengadaan dan penggunaannya
dirancang atau diprogramkan sebagai sarana atau alat/instrumen untuk
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran, seperti: (1) kurikulum dan
perangkat pendukungnya, (2) sarana dan fasilitas serta berbagai jenis media
pembelajaran, (3) berbagai bentuk program pembelajaran, (4) berbagai bentuk
tindakan didaktis-pedagogis baik yang secara sengaja dirancang/disiapkan
maupun muncul secara transaksional.
H. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran merupakan suatu bentuk interaksi antara peserta didik,
guru, dan lingkungan belajar, melalui kegiatan tersebut terjadi pengalihan
35
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada peserta didik berdasarkan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Agar pembelajaran berjalan dengan baik maka
diperlukan pendekatan yang dapat memberikan rangsangan kepada peserta didik
untuk aktif dalam pembelajaran. Aktivitas peserta didik akan muncul jika ada
semangat berupa dorongan untuk melakukan sesuatu, misalnya senang dan tertarik
dengan pelajaran yang disajikan, metode pembelajaran yang tidak membosankan dan
komunikatif, dan menganggap bahan pelajaran tersebut akan sangat bermanfaat
dalam kehidupannya kelak.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dianggap dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik karena mereka mengalami sendiri atau
terlibat langsung dalam mengkonstruksi pengetahuan yang diperolehnya bukan
mengetahui informasi yang diberikan guru. Pembelajaran kooperatif dengan metode
eksperimen akan meningkatkan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran fisika
karena fokus pembelajaran tidak berpusat pada guru tetapi berpusat pada peserta
didik, pengalaman belajar yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik
sehingga dapat mengembangkan kreatifitas peserta didik. Dalam penelitian ini dibuat
kerangka pikir penelitian yang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanakan
penelitian sebagai berikut:
36
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir
I. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan kerangka pikir tersebut, hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen dapat
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas VIIIA secara rata-
rata sebesar 50%.
2. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VIIIA, sehingga
memenuhi ketuntasan klasikal yakni 85% peserta didik mencapai nilai
kriteria ketuntasan minimal pada masing-masing kompetensi dasar.
Proses pembelajaran fisika :1. Peserta didik kurang aktif dalam belajar.2. Hanya menunggu informasi dari guru.3. Hasil belajar yang rendah.
Pembelajaran Kooperatif tipe STAD Berbasis
Eksperimen
Perangkat Pembelajaran:1. RPP2. LKPD3. Lembar THB 4. Lembar Analisis
THB5. Rubrik penilaian
keterampilan proses
Instrumen penelitian:1. Lembar observasi
aktivitas belajar.2. Tes hasil belajar.3. Lembar observasi
keterlaksanaan pembelajaran
Peningkatan aktivitas dan hasil belajar fisika
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research),
(Kunandar, 2008). Tindakan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
fisika melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen
terhadap peserta didik kelas VIIIA SMP Negeri 3 Balusu. Pelaksanaan penelitian
meliputi: perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan
refleksi (reflection) yang dilaksanakan pada masing-masing siklus.
B. Variabel Penelitian
Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
Variabel masalah : Aktivitas dan hasil belajar fisika
Variabel tindakan : Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen
C. Definisi Konseptual Variabel
1. Aktivitas belajar adalah tingkah laku yang dilakukan oleh peserta didik di
kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas peserta didik selama
proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau
motivasi peserta didik untuk belajar.
37
38
2. Hasil belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri peserta didik
yang dapat diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan
keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan dengan terjadinya
peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya.
3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen adalah suatu
model pembelajaran yang memudahkan peserta didik menemukan dan
memahami konsep pelajaran melalui pengalaman yang dilakukan dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
kompleks.
D. Definisi Operasional Variabel
Untuk mendapatkan pemahaman dan pengertian yang jelas dari variabel-
variabel penelitian ini, maka didefinisikan sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar adalah skor total dari responden tentang seluruh rangkaian
kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik selama proses pembelajaran
berlangsung yang diamati melalui lembar observasi aktivitas peserta didik.
Aktivitas belajar yang dimaksud meliputi: (1) mendengarkan dan memperhatikan
penjelasan guru, (2) berdiskusi/tanya jawab antara peserta didik dengan peserta
didik atau dengan peserta didik dengan guru tentang materi pelajaran,
(3) membaca/mengerjakan LKPD/materi ajar, (4) mengerjakan tugas-tugas yang
kontekstual dan relevan, (5) bekerja sama dengan peserta didik, (6) berlatih
melakukan keterampilan proses, (7) menyajikan hasil pengamatan/percobaan,
39
(8) menyimpulkan hasil pengamatan/percobaan, dan (9) mencatat materi yang
telah dipelajari baik berupa ringkasan maupun dalam bentuk peta konsep.
2. Hasil belajar fisika adalah skor yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran fisika melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode
eksperimen melalui tes hasil belajar. Indikator keberhasilan diperoleh dari hasil
belajar dengan KKM ≥ 65 untuk masing-masing kompetensi dasar.
3. Keterlaksanaan pembelajaran adalah rata-rata skor pengamatan keterlaksanaan
pembelajaran fisika sesuai dengan sintaks dalam rencana pelaksanaan perangkat
pembelajaran dalam kritera terlaksana seluruhnya.
E. Lokasi dan Subjek penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Balusu kabupaten
Barru dengan subjek penelitian adalah kelas VIIIA semester genap tahun pelajaran
2011/2012 dengan jumlah peserta didik 20 orang, terdiri atas 8 orang laki-laki dan 12
orang peserta didik perempuan.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data hasil validasi ahli
Data validasi perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian diperoleh dari
tiga orang validator yang telah menilai dan memberi masukan berupa saran-saran dan
kritikan. Penilaian dari validator menggunakan lembar validasi.
40
2. Data keterlaksanaan perangkat pembelajaran
Data keterlaksanaan perangkat pembelajaran diperoleh melalui pengamatan
dengan menggunakan lembar pengamatan keterlaksanaan perangkat pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Pengamatan dilakukan oleh 3 orang pengamat dari awal
hingga berakhirnya proses pembelajaran. Pengamat menuliskan kategori-kategori
skor yang muncul dengan menggunakan tanda cek (√) pada lembar pengamatan
keterlaksanaan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3. Data aktivitas peserta didik
Data aktivitas peserta didik diperoleh melalui pengamatan dengan
menggunakan lembar pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD selama mengikuti proses pembelajaran. Pengamat menuliskan
skor pengamatan pada masing-masing indikator pengamatan, meliputi: (1)
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, (2) berdiskusi/tanya jawab antara
peserta didik dengan peserta didik atau dengan peserta didik dengan guru tentang
materi pelajaran, (3) membaca/mengerjakan LKS/materi ajar, (4) mengerjakan tugas-
tugas yang kontekstual dan relevan,(5) bekerja sama dengan peserta didik, (6) berlatih
melakukan keterampilan proses, (7) menyajikan hasil pengamatan/percobaan, (8)
menyimpulkan hasil pengamatan/percobaan, (9) mencatat materi yang telah dipelajari
baik berupa ringkasan maupun dalam bentuk peta konsep.
4. Data hasil belajar
Data hasil belajar peserta didik diperoleh dari hasil kerja peserta didik
terhadap tes hasil belajar yang diberikan pada setiap akhir siklus. Tes ini disusun
41
berpedoman pada indikator dan tujuan pembelajaran dengan menggunakan butir
soal/instrumen soal, tes yang digunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar
peserta didik disebut sebagai Tes hasil belajar fisika. Tes yang diberikan adalah tes
hasil belajar yang disusun dan telah direvisi berdasarkan validasi ahli.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Analisis data validasi ahli
Data hasil validasi para ahli untuk perangkat pembelajaran dan instrumen
penelitian dianalisis dengan mempertimbangkan masukan serta saran dari validator.
2. Analisis data keterlaksanaan perangkat pembelajaran
Kegiatan yang dilakukan dalam proses analisa data keterlaksanaan perangkat
pembelajaran menurut Nurdin (dalam Sahid, 2009:179) adalah sebagai berikut:
a. Mencari rata-rata setiap aspek pengamatan setiap pertemuan dengan rumus
, dengan :
: rerata aspek ke-i pertemuan ke-m
: hasil pengamatan untuk aspek ke-i kriteria ke-j
: banyaknya kriteria dalam aspek ke-i
42
b. Mencari rerata tiap aspek pengamatan untuk t kali pertemuan
, dengan :
: rerata aspek ke-i
: rerata aspek ke-i pertemuan ke-m
c. Mencari rerata total (X) dengan rumus
, dengan :
: rerata total
: rerata aspek ke-i
n : banyaknya aspek
Menentukan kategori keterlaksanaan perangkat pembelajaran dengan kriteria
seperti tabel 3.1 berikut: (Nurdin dalam Sahid, 2009:180)
Tabel 3.1 Kategori Keterlaksanaan
Rata-rata Kategori Keterlaksanaan
1,5 ≤ M ≤ 2
0,5 ≤ M ˂ 1,50
0 ≤ M ˂ 0,5
Terlaksana seluruhnya
Terlaksana sebagian
Tidak terlaksana
Dimana,
M : untuk menentukan keterlaksanan setiap aspek
43
M : untuk menentukan keterlaksanaan keseluruhan aspek
3. Analisis data aktivitas peserta didik
Data hasil pengamatan aktivitas peserta didik meliputi perhitungan skor
perolehan setiap kategori aktivitas peserta didik yang diperoleh selama pembelajaran
berlangsung. Data hasil pengamatan yang diperoleh dari aktivitas belajar peserta
didik dikelompokkan dalam interval skor dan kategori berdasarkan skor yang
diperoleh tiap peserta didik, kemudian hasil pengelompokkan ditentukan melalui
distribusi frekuensi dan persentase. Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik
dikelompokkan dalam kategori, yaitu: (1) tidak aktif, (2) kurang aktif, (3) aktif, dan
(4) sangat aktif. Tingkat aktivitas belajar peserta didik secara keseluruhan ditentukan
dengan minimal 80% berdasarkan hasil pencapaian.
4. Analisis data tes hasil belajar
a. Rata-rata kelas pada masing-masing siklus dihitung dengan menggunakan
persamaan:
dimana: = jumlah skor
N = jumlah peserta didik
= rata-rata kelas
b. Ketuntasan belajar secara individu dihitung dengan menggunakan persamaan,
44
Dimana : KB = Ketuntasan belajar T = Jumlah skor yang diperoleh peserta didik Tt = Jumlah skor total(Trianto, 2009: 241)
Peserta didik dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi
jawaban benar peserta didik ≥ 65 %, skor ini merupakan KKM untuk setiap
kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
c. Ketuntasan belajar secara klasikal dihitung dengan menggunakan persamaan,
Ketuntasan klasikal diperoleh jika 85% peserta didik mencapai nilai KKM
(Depdikbud, 1996: 48).
H. Prosedur Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam 3 siklus, dimana keseluruhan
siklus merupakan kegiatan yang saling berkaitan. Pelaksanaan siklus 3 merupakan
perbaikan dan pelaksanaan dari siklus sebelumnya, siklus 3 dilaksanakan karena
belum tercapainya kriteria keberhasilan penelitian. Adapun model siklus dalam
bentuk bagan yang digunakan adalah seperti pada gambar berikut.
45
Gambar 3.1. Skema Penelitian Tindakan Kelas
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Permasalahan Perencanaan Tindakan 1
Pelaksanaan Tindakan 1
Pengamatan/ pengumpulan Data1
Refleksi 1
Permasalahan baru, hasil refleksi 1
Perencanaan Tindakan 2
Perencanaan Tindakan 3
Pelaksanaan Tindakan 2
Pelaksanaan Tindakan 3
Pengamatan/ pengumpulan Data 2Refleksi 2
Pengamatan/ pengumpulan Data 3
Refleksi 3
Permasalahan baru, hasil refleksi 2
Aktivitas belajar peserta didik mencapai 80%
Ketuntasan klasikal mencapai 85%.
46
Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap pada setiap siklusnya. Sebelum
dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan persiapan pelaksanaan, yaitu kegiatan-
kegiatan sebelum penelitian dimulai dengan kegiatan sebagai berikut:
1. Menelaah materi pelajaran fisika yang akan diajarkan dalam penelitian.
2. Menetapkan tindakan-tindakan yang berkaitan dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen.
3. Menyusun desain pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode
eksperimen.
4. Menyiapkan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
metode eksperimen (RPP, LKPD, THB, dan analisis THB).
5. Menyusun instrumen penelitian berupa lembar pengamatan aktivitas
peserta didik, lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan metode eksperimen.
6. Menetapkan indikator keberhasilan untuk mengukur tingkat ketercapaian
tindakan.
Adapun pelaksanaan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
1. Siklus 1
Siklus pertama terdiri dari empat tahap yaitu: perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi, selengkapnya sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
47
Melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen. Adapun tahapan kegiatan dalam
perencanaan yaitu: (1) identifikasi masalah dan menetapkan alternatif pemecahan
masalah, (2) merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses
pembelajaran, (3) menentukan materi pembelajaran, dan (4) menyusun instrumen
penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran yang terdapat dalam tahap perencanaan.
c. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan dilakukan selama penelitian berlangsung untuk merekam
proses yang terjadi selama kegiatan pembelajaran. Pengamatan dilakukan oleh 3
orang pengamat melalui lembar pengamatan yang telah disiapkan meliputi lembar
pengamatan keterlaksanaan pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas peserta didik,
lembar pengamatan penilaian afektif, dan lembar pengamatan penilaian psikomotorik.
d. Tahap Refleksi
Merupakan tahap untuk menganalisa dan mensintesa hasil pengamatan selama
proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik
baik secara individu maupun klasikal. Melakukan refleksi yang dimaksudkan untuk
mengevaluasi keterlaksanaan program pada siklus sebelumnya dan memperbaiki hal-
48
hal yang belum optimal agar dapat dilaksanakan dan ditingkatkan pada siklus
selanjutnya.
2. Siklus 2 dan siklus selanjutnya
Pelaksanan siklus 2 dan siklus selanjutnya dilaksanakan untuk mencapai
indikator keberhasilan yang belum tercapai pada siklus sebelumnya. Tahapan
pelaksanaan siklus 2 dan siklus selanjutnya sama seperti tahapan pada siklus 1.
I. Indikator Keberhasilan Penelitian
Indikator yang menunjukkan keberhasilan pelaksanaan penelitian ini adalah :
1. Aktivitas belajar fisika dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan
pada setiap siklusnya, dimana aktivitas peserta didik memenuhi
ketercapaian 80%.
2. Hasil belajar fisika dikatakan meningkat manakala nilai hasil belajar yang
diperoleh peserta didik lebih tinggi dari nilai hasil belajar siklus
sebelumnya dan memenuhi ketercapaian KKM baik secara individu
maupun secara klasikal. Ketuntasan klasikal diperoleh jika 85% peserta
didik mencapai nilai KKM ≥ 65.
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian diuraikan dalam tahapan yang berupa siklus-siklus
pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas. dalam penelitian ini
pembelajaran dilakukan dalam tiga siklus sebagaimana pemaparan berikut ini.
1. Siklus 1
Siklus pertama terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi, seperti berikut ini.
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan sebelum penelitian tampak bahwa
aktivitas belajar yang rendah dan hasil belajar peserta didik yang tidak mencapai
ketuntasan klasikal, dilanjutkan dengan melakukan persiapan dan perencanaan
berupa: (1) materi pembelajaran yang akan diajarkan adalah materi tekanan, (2)
50
menyusun perangkat pembelajaran berupa LKPD, lembar pengamatan penilaian
afektif, lembar pengamatan penilaian psikomotorik peserta didik, dan RPP dimana
model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan metode eksperimen, (3) membuat instrumen pengamatan aktivitas
belajar dan melakukan pengelompokan peserta didik berdasarkan hasil tes hasil
belajar sebelumnya, dan (4) membuat THB yang akan dilaksanakan pada akhir siklus.
b. Tahap Pelaksanaan
Setelah seluruh perangkat dan instrumen pengamatan dirampungkan
dilanjutkan pada tahap pelaksanaan. Siklus pertama dimulai pada tanggal 8 – 22 Mei
2012. Pada setiap pertemuan dilakukan pengamatan oleh 3 orang pengamat terhadap
aktivitas belajar peserta didik, perkembangan afektif dan psikomotorik serta
pengamatan terhadap keterlaksanaan perangkat pembelajaran berdasarkan RPP yang
telah dibuat.
Pada awal siklus pertama pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan
rencana. Hal ini disebabkan: (1) pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan hal
yang baru bagi peserta didik, (2) pada saat melakukan eksperimen masih ada
beberapa peserta didik yang tidak melakukan eksperimen sesuai dengan langkah-
langkah dalam LKPD, (3) dalam kegiatan diskusi masih ada peserta didik yang
kurang aktif, (4) peserta didik yang telah memahami materi pelajaran membimbing
rekan sesama kelompoknya hanya tampak pada beberapa kelompok. Untuk mengatasi
masalah tersebut dilakukan upaya perbaikan sebagai berikut: (1) membantu kelompok
yang belum memahami langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
51
metode eksperimen, (2) mengarahkan peserta didik agar mengikuti langkah-langkah
dalam LKPD pada setiap pembelajaran, (3) memotivasi peserta didik agar aktif dalam
diskusi dan tanya jawab baik dalam diskusi kelompok maupun dalam diskusi kelas,
(4) mengarahkan peserta didik yang telah memahami materi pelajaran agar
membimbing rekan sesama kelompok mereka yang belum mengerti materi pelajaran.
c. Tahap Pengamatan
Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan dapat disimpulkan: (1)
peserta didik mulai terbiasa dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
metode eksperimen, (2) ciri-ciri pembelajaran kooperatif mulai tampak dalam setiap
pertemuan, (3) peserta didik dapat mengikuti seluruh fase dalam pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan metode eksperiman.
Hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama siklus
pertama dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.1Persentase Hasil pengamatan Aktivitas Belajar Siklus I
Indikator Pengamatan AktivitasHasil Pengamatan (%)
Tidak Aktif
Kurang Aktif
AktifSangat Aktif
1. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. 0 7 54 392. Berdiskusi/tanya jawab antara peserta didik dengan
peserta didik atau dengan peserta didik dengan guru tentang materi pelajaran.
0 10 52 37
3. Membaca buku dan mengerjakan LKPD/ materi ajar. 0 12 50 374. Mengerjakan tugas-tugas yang kontekstual dan
relevan0 12 53 35
5. Bekerja sama dengan peserta didik 0 3 53 466. Melakukan keterampilan proses 0 6 43 57
52
7. Berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk membuat kesimpulan/ ringkasan
0 5 39 56
8. Menyampaikan hasil pengamatan/ percobaan 0 0 43 579. Mencatat materi yang telah dipelajari baik berupa
ringkasan maupun dalam bentuk peta konsep.0 2 52 46
Dari tabel hasil pengamatan tampak bahwa masih ada peserta didik yang
kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, namun pada indikator aktivitas
menyampaikan hasil pengamatan/ percobaan, peserta didik dalam kategori aktif dan
sangat aktif hal ini terjadi karena semua anggota kelompok bekerja sama dalam
melakukan langkah-langkah dalam LKPD selama pembelajaran berlangsung.
Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan pembelajaran pada siklus pertama
diperoleh rata-rata keterlaksanaan (M) sebesar 1,94 atau dalam kategori terlaksana
seluruhnya. Pada beberapa fase pembelajaran masih ada yang harus diperbaiki
diantaranya adalah pada pertemuan awal pada fase evaluasi dimana dalam
memberikan penguatan terhadap materi pelajaran belum maksimal.
Penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran melalui tes hasil belajar
belum mencapai kriteria ketuntasan klasikal, setelah dilakukan tes hasil belajar, dari
20 orang peserta didik terdapat 7 orang peserta didik yang belum mencapai nilai
KKM atau ketuntasan klasikal hanya mencapai 65%. Rata-rata skor perolehan hasil
belajar sebesar 74,78.
Perkembangan afektif peserta didik dalam siklus pertama berdasarkan 7
indikator pengamatan yaitu (1) kemauan dalam menerima pembelajaran, (2)
memperhatikan pembelajaran, (3) menyampaikan pertanyaan, (4)
53
menjawab/mengutarakan pendapat, (5) menyampaikan pendapat/ide, (6) bekerja
sama, dan (7) menghargai pendapat orang lain/ menjadi pendengar yang baik,
diperoleh rata-rata skor pengamatan sebesar 82%.
Pada siklus pertama, penilaian terhadap aspek psikomotorik peserta didik
berdasarkan pada 3 aspek pengamatan yaitu: (1) menyiapkan dan merapikan alat dan
bahan eksperimen, (2) menggunakan alat dan bahan eksperimen, dan (3)
menggunakan alat ukur. Hasil penilaian psikomotorik secara rata-rata mencapai
66,4%.
Setelah dilakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan setiap kelompok dalam
menyelesaikan LKPD diperoleh rata-rata skor perolehan sebesar 95,6. Hal tersebut
menunjukkan bahwa setiap kelompok dapat menyelesaikan LKPD dengan baik
melalui kerja sama dan diskusi yang baik antar anggota kelompok.
d. Tahap Refleksi dan Perencanaan Ulang
Adapun keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus pertama adalah
sebagai berikut: (1) masih ada peserta didik yang kurang aktif dalam mengikuti
pembelajaran, kecuali pada indikator aktivitas menyampaikan hasil pengamatan
semua peserta didik dalam kategori aktif dan sangat aktif dalam menyampaikan hasil
pengamatan, (2) keterlaksanaan perangkat pembelajaran telah terlaksana seluruhnya,
(3) belum tercapainya ketuntasan secara klasikal setelah dilakukan tes hasil belajar
pada akhir siklus, yakni hanya mencapai 65% (4) persentase aktivitas peserta didik
yang belum mencapai indikator keberhasilan penelitian 80%, dimana pada siklus
pertama hanya mencapai 79,19%. (5) masih ada kelompok yang belum menunjukan
54
ciri pembelajaran kooperatif. (6) peserta didik telah mengikuti seluruh langkah-
langkah dalam LKPD dan dapat menyelesaikan LKPD tersebut melalui diskusi dan
kerja sama yang baik.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah
dicapai pada siklus pertama, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, yaitu: (1)
memperbaiki pemberian motivasi, (2) mengintensifkan pembimbingan kelompok
yang mengalami kesulitan, (3) mengelompokkan dan menata ulang letak masing-
masing kelompok dalam pembelajaran, (4) mengarahkan kepada setiap anggota
kelompok yang telah memahami materi pelajaran untuk lebih aktif membimbing
anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Hal tersebut
dimaksudkan agar keberhasilan pembelajaran tidak hanya dirasakan oleh sebagian
anggota kelompok tetapi harus dirasakan oleh seluruh anggota kelompok.
2. Siklus Kedua
Seperti pada siklus pertama, siklus kedua terdiri dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi serta replaning.
a. Tahap perencanaan
Pada siklus kedua terdiri dari 3 pertemuan, berdasarkan kendala yang
ditemukan pada siklus pertama dilakukan beberapa perbaikan atau tindakan. Ada
beberapa hal yang dilakukan yaitu: (1) memberikan motivasi kepada kelompok agar
lebih aktif lagi mengikuti setiap fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
dengan metode eksperimen, (2) lebih intensif membimbing kelompok yang
55
mengalami kesulitan dalam pembelajaran, (3) melakukan pengelompokan ulang
berdasarkan hasil tes hasil belajar dan mengatur letak masing-masing kelompok
dalam pembelajaran, (4) mengarahkan kepada setiap anggota kelompok yang telah
memahami materi pelajaran untuk lebih aktif membimbing anggota kelompok yang
mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada siklus kedua materi yang diajarkan adalah getaran dan gelombang dalam
3 pertemuan, setiap pertemuan dilaksanakan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan metode eksperimen sesuai dengan perangkat pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya. Siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 29 Mei hingga 5
juni 2012. Lembar pengamatan aktivitas belajar peserta didik, lembar pengamatan
penilaian afektif, dan lembar penilaian psikomotorik yang digunakan sama dengan
lembar pengamatan pada siklus pertama. Pengamatan dilakukan oleh 3 orang
pengamat. Pada akhir siklus 2 dilakukan tes hasil belajar terhadap 20 orang peserta
didik pada tanggal 8 juni 2012.
Selama siklus kedua berlangsung, suasana pembelajaran sudah mengarah
kepada pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen, LKPD yang
diberikan kepada masing-masing kelompok telah dikerjakan dan diselesaikan dengan
baik, peserta didik dalam satu kelompok menunjukkan kerja sama dan saling
membantu dalam memahami materi pelajaran, dalam kegiatan diskusi tidak lagi
didominasi oleh beberapa orang peserta didik tetapi peserta didik lain mulai aktif
56
menjawab dan mengutarakan pendapatnya. Suasana pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan sudah mulai tercipta. Pada fase penghargaan kelompok salah satu
kelompok dapat mencapai kategori tim sebagai tim super.
c. Tahap Pengamatan
Hasil pengamatan aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama siklus
kedua dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2Persentase Hasil pengamatan Aktivitas Belajar Siklus 2
Indikator Pengamatan AktivitasHasil Pengamatan (%)
Tidak Aktif
Kurang Aktif
AktifSangat Aktif
1. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. 0 0 31,7 68,32. Berdiskusi/tanya jawab antara peserta didik dengan
peserta didik atau dengan peserta didik dengan guru tentang materi pelajaran.
0 0 40 60
3. Membaca buku dan mengerjakan LKPD/ materi ajar. 0 1,67 40 58,34. Mengerjakan tugas-tugas yang kontekstual dan
relevan0 0 46,7 53,3
5. Bekerja sama dengan peserta didik 0 0 38,3 61,76. Melakukan keterampilan proses 0 0 43,3 56,77. Berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk
membuat kesimpulan/ ringkasan0 0 20 80
8. Menyampaikan hasil pengamatan/ percobaan 0 0 15 859. Mencatat materi yang telah dipelajari baik berupa
ringkasan maupun dalam bentuk peta konsep.0 1,7 23,3 75
Dari tabel hasil pengamatan aktivitas belajar tampak bahwa masih ada peserta
didik yang kurang aktif pada indikator aktivitas belajar membaca buku dan
mengerjakan LKPD/materi ajar dan pada indikator aktivitas belajar mencatat materi
yang telah dipelajari baik berupa ringkasan maupun dalam bentuk peta konsep.
57
Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan perangkat pembelajaran
berdasarkan RPP yang telah dibuat pada siklus kedua, rata-rata skor pengamatan
sebesar 1,98, dimana pada fase evaluasi, peserta didik belum diberikan kesempatan
yang luas dalam membuat atau menyusun rangkuman hasil pembelajaran secara
mandiri.
Setelah dilakukan tes hasil belajar terhadap 20 orang peserta didik diperoleh
rata-rata skor perolehan sebesar 76,71 dimana masih ada 4 orang peserta didik yang
belum mencapai nilai KKM, sehingga pada siklus kedua kriteria ketuntasan klasikal
hanya mencapai 80%
Hasil penilaian terhadap perkembangan afektif peserta didik diperoleh rata-
rata skor penilaian sebesar 87% dan terhadap penilaian psikomotorik rata-rata skor
penilaian mencapai 77,7%.
d. Tahap Refleksi dan Perencanaan Ulang
Adapun keberhasilan yang diperoleh selama siklus kedua adalah sebagai
berikut:(1) peserta didik telah aktif mengikuti seluruh fase dalam pembelajaran,
meskipun pada tabel 4.2 menunjukkan masih ada 2 indikator dimana terdapat peserta
didik yang kurang aktif, (2) meningkatnya aktivitas belajar peserta didik dalam
pembelajaran didukung pula oleh aktivitas guru dalam meningkatkan dan
mengarahkan suasana pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode
eksperimen.(3) terhadap kelompok yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran
setelah diberikan bimbingan dan arahan, berangsur-angsur dapat mengikuti dan
mengerjakan LKPD dengan baik, (4) berdasarkan tes hasil belajar terhadap 20 orang
58
peserta didik masih terdapat 4 orang peserta didik yang belum mencapai KKM atau
secara klasikal mencapai 80% dengan rata-rata skor perolehan peserta didik mencapai
76,71, dan (5) aktivitas belajar peserta didik secara rata-rata mencapai 84,53% .
Indikator keberhasilan penelitian untuk aktivitas belajar peserta didik telah
tercapai namun untuk ketuntasan secara klasikal belum mencapai indikator
keberhasilan. Salah satu faktor yang menyebabkan belum tercapainya ketuntasan
klasikal pada siklus kedua yaitu setelah dilakukan tes hasil belajar terhadap 20 orang
peserta didik, terdapat 4 orang peserta didik yang tidak mencapai kriteria ketuntasan
minimal pada materi getaran dan gelombang, dari hasil analisis tehadap hasil
pekerjaan keempat peserta didik tersebut diperoleh gambaran bahwa untuk butir soal
yang memerlukan perhitungan matematis, mereka mengalami kesulitan untuk
menyelesaikan butir soal tersebut dengan baik.
3. Siklus 3
Karena belum tercapainya indikator keberhasilan terhadap ketuntasan klasikal
85% pada siklus kedua, maka pada siklus ketiga tindakan yang dilakukan lebih
difokuskan untuk meningkatkan pemahaman dan penguasaan terhadap materi
pelajaran.
a. Tahap Perencanaan
Adapun beberapa tindakan yang akan dilakukan pada siklus ketiga yaitu: (1)
memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan dalam pembelajaran, khususnya kepada 4 orang peserta didik yang tidak
59
tuntas pada siklus kedua melalui pemberian tugas, latihan soal, dan belajar kelompok
yang dibantu dan dibimbing oleh masing-masing ketua kelompok, (2) melakukan
pengelompokan ulang berdasarkan hasil tes hasil belajar siklus kedua dan mengatur
kembali letak masing-masing kelompok dalam pembelajaran, (3) memotivasi peserta
didik untuk lebih aktif mengikuti seluruh fase pembelajaran dan memberikan
kesempatan bertanya yang lebih luas jika ada peserta didik yang belum memahami
materi pelajaran, (4) lebih mengarahkan peserta didik yang telah memahami materi
pelajaran untuk membimbing teman kelompok mereka yang belum paham, (5)
mengingatkan peserta didik agar tekun mengulangi materi pelajaran yang diperoleh di
sekolah dengan belajar di rumah masing-masing, baik dengan mengerjakan latihan
soal dan membaca buku.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada siklus ketiga pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan rencana. Beberapa
hal yang terjadi selama siklus ketiga berlangsung yaitu: (1) fase-fase pembelajaran
kooperatif tipe STAD telah diikuti dengan baik oleh seluruh peserta didik, (2) dalam
kegiatan diskusi semua anggota kelompok terlibat aktif dalam mengutarakan
pendapat, menjawab pertanyaan, dan memberikan sanggahan pada kegiatan diskusi
kelas, (4) peserta didik yang telah memahami materi pelajaran membimbing dan
membantu rekan sesama kelompoknya. (5) 4 orang peserta didik yang mendapatkan
perhatian khusus, terlihat lebih tekun dalam mengikuti pelajaran dan mendapatkan
bantuan serta bimbingan dari teman kelompoknya, (6) beberapa kelompok pada fase
penghargaan dapat mencapai kategori sebagai tim hebat dan tim super.
60
Pada akhir siklus ketiga dapat disimpulkan: (1) peserta didik mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen dengan baik, (2) ciri-
ciri pembelajaran kooperatif sudah tampak dalam setiap pertemuan, (3) langkah-
langkah dalam LKPD diikuti dan dilaksanakan dengan baik.
c. Tahap Pengamatan
Dari pengamatan terhadap aktivitas peserta didik dalam pembelajaran selama
siklus ketiga dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3Persentase Hasil pengamatan Aktivitas Belajar Siklus 3
Indikator Pengamatan AktivitasHasil Pengamatan (%)
Tidak Aktif
Kurang Aktif
AktifSangat Aktif
1. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru. 0 0 1,7 98,32. Berdiskusi/tanya jawab antara peserta didik dengan
peserta didik atau dengan peserta didik dengan guru tentang materi pelajaran.
0 0 13,3 86,7
3. Membaca buku dan mengerjakan LKPD/ materi ajar. 0 0 16,7 83,34. Mengerjakan tugas-tugas yang kontekstual dan
relevan0 0 16,7 83,3
5. Bekerja sama dengan peserta didik 0 0 20 806. Melakukan keterampilan proses 0 0 20 807. Berdiskusi dengan teman satu kelompok untuk
membuat kesimpulan/ ringkasan0 0 16,7 83,3
8. Menyampaikan hasil pengamatan/ percobaan 0 0 11,7 88,39. Mencatat materi yang telah dipelajari baik berupa
ringkasan maupun dalam bentuk peta konsep.0 0 10 90
Dari tabel hasil pengamatan aktivitas belajar tampak bahwa seluruh indikator
pengamatan, tidak ada lagi peserta didik dalam kategori tidak aktif dan kurang aktif.
61
Secara umum persentase aktivitas belajar peserta didik setelah mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen sebesar 88,94%.
Hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan perangkat pembelajaran
berdasarkan RPP yang telah dibuat pada siklus ketiga, rata-rata skor pengamatan
sebesar 1,99 atau dalam kriteria keterlaksanaan terlaksana seluruhnya.
Setelah dilakukan tes hasil belajar, diperoleh rata-rata skor perolehan sebesar
83,37 dimana dari 20 orang peserta didik masih ada 3 orang peserta didik yang belum
mencapai nilai KKM, sehingga pada siklus ketiga ini kriteria ketuntasan klasikal
mencapai 85%
Hasil penilaian terhadap perkembangan afektif peserta didik diperoleh rata-
rata skor penilaian sebesar 94% dan penilaian aspek psikomotorik diperoleh rata-rata
skor sebesar 86,1%.
d. Tahap Refleksi
Adapun keberhasilan yang dicapai selama siklus ketiga adalah sebagai
berikut:(1) peserta didik telah aktif mengikuti seluruh fase dalam pembelajaran, (2)
berdasarkan tes hasil belajar terhadap 20 orang peserta didik terdapat 3 orang peserta
didik yang belum mencapai KKM atau secara klasikal mencapai 85% dengan rata-
rata skor perolehan peserta didik mencapai 83,37, dan (3) aktivitas belajar peserta
didik secara rata-rata mencapai 88,94% .
Dengan tercapainya indikator keberhasilan penelitian berupa aktivitas belajar
dan ketuntasan klasikal peserta didik kelas VIIIA setelah mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen, penelitian ini telah selesai namun
62
ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada peserta didik kelas VIIIA tahun
pelajaran 2011-2012 untuk proses pembelajaran selanjutnya yaitu (1) tindakan yang
dilakukan pada setiap siklus dalam penelitian ini bersifat umum yaitu tindakan
tersebut dilakukan untuk meningkatkan dan mencapai kriteria aktivitas belajar dan
kriteria ketuntasan klasikal yang dipersyaratkan terhadap kelas VIIIA, bukan tindakan
yang bersifat individu peserta didik, (2) terhadap 3 orang peserta didik yang tidak
tuntas pada setiap siklusnya diperlukan perhatian dan tindakan khusus. Salah satu
tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan waktu yang lebih banyak
dalam membimbing dan membantu ketiga peserta didik tersebut pada setiap
pembelajaran. Masalah ketidaktuntasan peserta didik tersebut diduga karena
rendahnya pengetahuan matematik sehingga diperlukan perbaikan, salah satunya
melalui koordinasi dengan guru mata pelajaran matematika, agar pengetahuan
matematik peserta didik tersebut menjadi lebih baik.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Aktivitas Belajar
Aktivitas belajar peserta didik selama diterapkan pembelajaran kooperatif tipe
STAD dengan metode eksperimen secara umum terjadi peningkatan setelah
dilakukan beberapa tindakan pada setiap siklusnya. Perkembangan aktivitas belajar
peserta didik selengkapnya diperlihatkan pada gambar berikut ini.
63
Gambar 4.1 Persentase hasil pengamatan aktivitas peserta didikPada gambar 4.1 menunjukkan bahwa pada siklus 1 persentase hasil
pengamatan aktivitas mencapai 79,19%, setelah dilakukan tindakan perbaikan untuk
meningkatkan aktivitas belajar peserta didik pada siklus 2 berupa: (1) memberikan
motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi mengikuti setiap fase dalam
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen, (2) lebih intensif
membimbing kelompok yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, (3)
melakukan pengelompokan ulang berdasarkan hasil tes hasil belajar dan mengatur
letak masing-masing kelompok dalam pembelajaran, (3) mengarahkan kepada setiap
anggota kelompok yang telah memahami materi pelajaran untuk lebih aktif
membimbing anggota kelompok yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran,
persentase aktivitas belajar peserta didik meningkat yakni sebesar 84,53% dan pada
siklus ketiga persentase aktivitas belajar peserta didik setelah diterapkan
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen mencapai 88,94%
2. Hasil Belajar
64
Dalam penelitian ini terdapat beberapa aspek yang memengaruhi keberhasilan
penelitian ditinjau dari segi hasil belajar yaitu hasil tes hasil belajar pada siklus 1,
hasil tes hasil belajar pada siklus 2, dan hasil tes hasil belajar siklus 3. Perkembangan
hasil belajar peserta didik selama penelitian dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah
ini.
Gambar 4.2 Diagram hasil belajar fisika peserta didik
Berdasarkan gambar 4.2 menunjukkan peningkatan hasil belajar fisika yang
diperoleh peserta didik setiap siklusnya. Pada siklus 1 setelah dilakukan Tes Hasil
Belajar 1 terhadap 20 orang peserta didik, terdapat 7 orang peserta didik yang tidak
mencapai nilai KKM atau ketuntasan klasikal sebesar 65% dengan rata-rata skor
perolehan hasil belajar mencapai 74,78.
Pada siklus 2 terjadi peningkatan rata-rata skor perolehan hasil belajar fisika
sebesar 76,71 dengan persentase ketuntasan klasikal mencapai 80% , pada siklus 2
terdapat 4 orang peserta didik yang tidak mencapai nilai KKM yaitu sebesar 65. Pada
65
siklus 3 rata-rata skor perolehan hasil belajar fisika sebesar 83,37 dengan persentase
ketuntasan klasikal mencapai 85%. Hal tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan
terhadap skor perolehan hasil balajar fisika pada setiap siklusnya melalui
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen, meskipun terjadi
peningkatan rata-rata skor hasil belajar fisika pada setiap siklusnya, namun
berdasarkan gambar 4.2 masih terdapat 3 orang peserta didik yang tidak mencapai
kriteria ketuntasan pada setiap siklusnya. Hal tersebut mungkin disebabkan karena
kurangnya persiapan dalam menghadapi ujian dan berdasarkan analisis terhadap skor
perolehan tes hasil belajar yang diperoleh pada setiap siklusnya mereka mengalami
kesulitan dalam mengerjakan butir soal yang memerlukan perhitungan matematis.
Secara umum peningkatan skor hasil belajar fisika lebih jelasnya
diperlihatkan pada gambar 4.3.berikut ini.
Gambar 4.3 Diagram rata-rata skor perolehan hasil belajar
66
Selanjutnya hasil analisis tes hasil belajar peserta didik pada setiap siklusnya
berdasarkan persentase ketuntasan klasikal, diperlihatkan pada gambar 4.4 di bawah
ini.
Gambar 4.4 Diagram Persentase Ketuntasan Klasikal .
Dengan memberikan pengarahan, motivasi, dan bimbingan kepada anggota-
anggota kelompok yang tidak tuntas pada siklus 2, berdampak terhadap hasil tes hasil
belajar yang lebih baik pada siklus 3. Berdasarkan analisa data hasil tes hasil belajar
pada siklus 3 menunjukkan terjadinya peningkatan terhadap hasil belajar peserta
didik, dimana ketuntasan pembelajaran telah mencapai kriteria ketuntasan minimal
yang dipersyaratkan pada masing-masing kompetensi dasar dan tercapainya
ketuntasan secara klasikal 85%.
3. Deskripsi penilaian afektif
Perkembangan afektif peserta didik selama diterapkannya pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen diperoleh melalui pengamatan
terhadap sikap dan perilaku peserta didik pada setiap pertemuan dengan
67
menggunakan lembar pengamatan penilaian afektif. Perkembangan afektif peserta
didik dilakukan melalui pengamatan terhadap 7 aspek pengamatan yaitu: (1) kemauan
dalam menerima pembelajaran, (2) memperhatikan pembelajaran, (3) menyampaikan
pertanyaan, (4) menjawab/mengutarakan pendapat, (5) menyampaikan pendapat/ide,
(6) bekerja sama, (7) menghargai pendapat orang lain/ menjadi pendengar yang baik.
Hasil analisis deskriptif terhadap penilaian afektif peserta didik dapat dilihat pada
Tabel 4.4. berikut ini.
Tabel 4.4 Hasil Penilaian Afektif
Aspek yang diamatiNilai Rata-rata (%)
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1. Kemauan dalam menerima pembelajaran2. Memperhatikan pembelajaran3. Menyampaikan pertanyaan4. Menjawab/ mengutarakan pendapat5. Menyampaikan pendapat/ ide6. Bekerja sama7. Menghargai pendapat orang lain/ menjadi
pendengar yang baik.
75808277818991
80838788889293
92889795959793
Rata-rata 82 87 94
Dari tabel 4.4, menunjukkan peningkatan terhadap seluruh aspek pengamatan
pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 (pertemuan 1 sampai dengan pertemuan 5)
persentase penilaian hasil belajar dalam ranah afektif sebesar 82%, dan pada siklus 2
(pertemuan 6 sampai dengan pertemuan 8) persentase penilaian hasil belajar dalam
ranah afektif sebesar 87% dan pada siklus 3 (pertemuan 9 sampai dengan pertemuan
11) persentase penilaian hasil belajar dalam ranah afektif mencapai 94%.
68
4. Deskripsi penilaian psikomotorik
Perkembangan psikomotorik peserta didik selama diterapkannya pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen dilakukan melalui pengamatan
terhadap 3 aspek pengamatan yaitu: (1) menyiapkan dan merapikan alat dan bahan
eksperimen, (2) menggunakan alat dan bahan eksperimen, dan (3) menggunakan alat
ukur. Pengamatan dilakukan pada setiap pertemuan dengan menggunakan lembar
pengamatan penilaian psikomotorik. Hasil analisis deskriptif pada ranah psikomotorik
peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil Penilaian Psikomotorik
Aspek yang diamatiNilai Rata-rata (%)
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3
1. Menyiapkan dan merapikan alat dan bahan praktikum.
2. Menggunakan alat dan bahan eksperimen.3. Menggunakan alat ukur.
67,0
65,966,3
79,6
77,985,8
86,7
85,885,7
Rata-rata 66,4 77,7 86,1
Dari tabel 4.5, menunjukkan adanya peningkatan terhadap seluruh aspek
pengamatan pada setiap siklusnya. Pada siklus 1 (pertemuan 1 sampai dengan
pertemuan 5) penilaian hasil belajar dalam ranah psikomotorik secara rata-rata
sebesar 66,4 dan pada siklus 2 (pertemuan 6 sampai dengan pertemuan 8) penilaian
69
hasil belajar secara rata-rata sebesar 77,7 dan pada siklus 3 (pertemuan 9 sampai
dengan pertemuan 11) penilaian hasil belajar dalam ranah psikomotorik secara rata-
rata mencapai 86,1.
5. Data hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan perangkat pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Analisa data hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan perangkat
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan
bahwa seluruh fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD terlaksana seluruhnya.
Pada siklus 1 diperoleh rata-rata keterlaksanaan (M) pada seluruh fase pembelajaran
sebesar 1,94, pada siklus 2 diperoleh rata-rata keterlaksanaan (M) pada seluruh fase
pembelajaran sebesar 1,98, dan pada siklus 3 diperoleh rata-rata keterlaksanaan (M)
pada seluruh fase pembelajaran sebesar 1,99, selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran E.1.
Tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian ini diperoleh setelah
melalui beberapa tahap pada setiap siklusnya. Tindakan yang dilakukan untuk
memperbaiki kondisi pembelajaran berdasarkan hasil pengamatan dan refleksi yang
dilakukan selama siklus berjalan untuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun dan
merencanakan tindakan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan karakteristik kelas VIIIA pada tahun pelajaran 2011-2012 setelah
diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen
menunjukan terjadinya peningkatan terhadap aktivitas belajar dan hasil belajar fisika.
Tindakan yang dilakukan dalam setiap siklus bertujuan untuk memperbaiki
70
rendahnya aktivitas belajar dan hasil belajar peserta didik kelas VIIIA yakni
tercapainya aktivitas belajar peserta didik memenuhi ketercapaian 80% dan
ketuntasan klasikal 85% , kelemahan dari pelaksanaan penelitian adalah tidak
dilakukannya tindakan yang bersifat individu peserta didik, sehingga berdasarkan tes
hasil belajar selama penelitian terdapat 3 orang peserta didik yang tidak mencapai
nilai KKM yang dipersyaratkan.
6. Data Hasil Penilaian terhadap Kemampuan Peserta Didik dalam Mengerjakan LKPD
LKPD yang dikerjakan oleh masing-masing kelompok pada setiap pertemuan
dikumpulkan dan dilakukan penilaian. Indikator penilaian terhadap pekerjaan peserta
didik berupa kemampuan dalam : (1) menuliskan hasil pengamatan, (2) menuliskan
kesimpulan, dan (3) mengerjakan/ melengkapi pernyataan soal.
Pada pertemuan awal siklus pertama masih tampak pada beberapa anggota
kelompok yang kurang aktif dalam mengikuti dan menyelesaikan langkah-langkah
dalam LKPD, penyelesaian LKPD masih dikerjakan oleh ketua kelompok. Setelah
diberikan pengarahan dan motivasi tentang keberhasilan kelompok maka pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya sudah tampak kerja sama dan diskusi dalam
mengerjakan LKPD.
Pada siklus kedua dan ketiga, tampak bahwa semua anggota kelompok
berperan aktif dalam melaksanakan dan mengikuti langkah-langkah dalam LKPD.
Setelah melakukan eksperimen, setiap anggota kelompok memberikan pendapat dan
menyampaikan hasil pengamatan mereka dalam diskusi kelompok untuk membuat
71
suatu kesimpulan dan bersama-sama mengerjakan/ melengkapi soal-soal yang
terdapat pada LKPD.
Rata-rata skor perolehan dari setiap kelompok pada setiap siklusnya semakin
baik. Pada siklus ketiga rata-rata skor perolehan mencapai 97,78. Hasil penilaian
LKPD selengkapnya diperlihatkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6
Skor Perolehan terhadap LKPD
Siklus LKPD Skor Perolehan
1
1 93,33
2 95,56
3 95,56
4 97,78
5 95,56
Rata-rata 95,6
2
6 95,56
7 97,78
8 97,78
Rata-rata 97,04
3
9 97,78
10 97,78
11 97,78
Rata-rata 97,78
72
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas VIIIA pada SMP Negeri 3
Balusu pada tahun pelajaran 2011-2012 dapat disimpulkan sebagai berikut:
Aktivitas belajar peserta didik menjadi meningkat pada setiap siklusnya
setelah dilakukan tindakan berupa: (1) mengelompokkan peserta didik dalam 5
kelompok berdasarkan kemampuan peserta didik yang diperoleh dari tes hasil belajar
pada pembelajaran sebelumnya dan mengatur letak masing-masing kelompok pada
setiap siklus, (2) mengarahkan peserta didik untuk membimbing dan membantu
teman sekelompoknya dalam memahami materi pelajaran, (3) memotivasi peserta
didik agar aktif mengikuti seluruh fase pembelajaran dan mengikuti langkah-langkah
dalam LKPD.
Tercapainya kriteria ketuntasan klasikal pada siklus 3 sebesar 85% setelah
dilakukan tindakan berupa: (1) memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada
peserta didik yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, (2) Mengarahkan
peserta didik yang telah memahami materi pelajaran untuk membimbing peserta didik
yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran, khususnya kepada 4 orang peserta
didik yang tidak tuntas pada siklus 2 melalui pemberian tugas, latihan soal, dan
belajar kelompok.
73
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen
meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar fisika peserta didik kelas VIIIA SMP
Negeri 3 Balusu tahun pelajaran 2011-2012.
B. SARAN
1. Dalam pembelajaran selanjutnya diperlukan perhatian khusus kepada 3 orang
peserta didik yang selama penelitian berlangsung belum mencapai nilai KKM
yang dipersyaratkan pada masing-masing kompetensi dasar. Salah satu
alternatif tindakan yang dapat dilakukan adalah memberikan kesempatan
dalam memilih teman kelompok yang disenanginya dan memberikan
bimbingan khusus.
2. Dalam kegiatan pembelajaran fisika di kelas, diharapkan guru dapat
menjadikan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode eksperimen
sebagai salah satu tindakan alternatif dalam meningkatkan aktivitas belajar
dan hasil belajar fisika peserta didik dengan memperhatikan karakteristik
kelas yang akan dibelajarkan.